Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuangan negara/daerah

20
OPTIMALISASI PERAN PENYIDIK TIPIKOR DALAM UPAYA PENGEMBALIAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA/DAERAH Oleh BRIPKA ANDY SUSANTO, SH Praktisi Hukum, Penyidik Pembantu Subdit III Tipidkor Polda Jateng A. PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Akhir – akhir ini Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Korupsi di Indonesia semakin gencar dilaksanakan. Seolah – olah antara aparat penegak hukum Komisi Pemberantasan Korupsi, Kepolisian dan Kejaksaan sedang berlomba untuk mengungkap Tindak Pidana Korupsi. Disisi lain dampak yang timbul dari Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Korupsi adalah keengganan dari aparat Pemerintah untuk menyerap anggaran atau melaksanakan Program Kegiatan yang telah dicanangkan. Hal tersebut tentunya mempengaruhi kinerja Pemerintah dan suksesnya suatu pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dengan adanya dampak tersebut penulis mencoba untuk memberikan sumbang saran pemecahan masalah jika ditemukan suatu peristiwa dugaan tindak pidana Korupsi dan masih ditahap penyelidikan, maka diupayakan dengan cara “Optimalisasi Peran Penyidik Tipikor Dalam Upaya Pengembalian Kerugian Keuangan Negara” yang mana diharapkan dapat menyelamatkan keuangan negara dan mewujudkan Pemerintahan yang baik dan bersih (Good Goverment and Clean Goverment) sesuai ketentuan hukum dan perundang – undangan yang berlaku. II. PERMASALAHAN 1

Transcript of Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuangan negara/daerah

Page 1: Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuangan negara/daerah

OPTIMALISASI PERAN PENYIDIK TIPIKOR DALAM UPAYA PENGEMBALIAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA/DAERAH

Oleh

BRIPKA ANDY SUSANTO, SHPraktisi Hukum, Penyidik Pembantu Subdit III Tipidkor Polda Jateng

A. PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Akhir – akhir ini Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Korupsi di Indonesia semakin gencar dilaksanakan. Seolah – olah antara aparat penegak hukum Komisi Pemberantasan Korupsi, Kepolisian dan Kejaksaan sedang berlomba untuk mengungkap Tindak Pidana Korupsi. Disisi lain dampak yang timbul dari Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Korupsi adalah keengganan dari aparat Pemerintah untuk menyerap anggaran atau melaksanakan Program Kegiatan yang telah dicanangkan. Hal tersebut tentunya mempengaruhi kinerja Pemerintah dan suksesnya suatu pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Dengan adanya dampak tersebut penulis mencoba untuk memberikan sumbang saran pemecahan masalah jika ditemukan suatu peristiwa dugaan tindak pidana Korupsi dan masih ditahap penyelidikan, maka diupayakan dengan cara “Optimalisasi Peran Penyidik Tipikor Dalam Upaya Pengembalian Kerugian Keuangan Negara” yang mana diharapkan dapat menyelamatkan keuangan negara dan mewujudkan Pemerintahan yang baik dan bersih (Good Goverment and Clean Goverment) sesuai ketentuan hukum dan perundang – undangan yang berlaku.

II. PERMASALAHAN

1. Apa yang menjadi dasar hukum pengembalian kerugian keuangan negara dan bagaimana tatacara pengembaliannya.

2. Apakah pengembalian kerugian keuangan negara di tahap penyelidikan dapat menghapuskan pidana.

III. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

Dalam penulisan ini ruang lingkup pembahasan menitikberatkan pada optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuangan negara pada tahap penyelidikan.

1

Page 2: Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuangan negara/daerah

B. PEMBAHASAN

I. Pengertian.

1. Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

2. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

3. Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam undang-undang.

4. Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyelidikan.

5. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang.

6. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

7. Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

8. Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi.

2

Page 3: Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuangan negara/daerah

II. Dasar hukum pengembalian kerugian keuangan negara dan tatacara pengembalian Kerugian Keuangan Negara.

1. Dasar Hukum Pengembalian Kerugian Keuangan Negara.

a. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara :

Pasal 35(1) Setiap pejabat negara dan pegawai negeri bukan

bendahara yang melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya baik langsung atau tidak langsung yang merugikan keuangan negara diwajibkan mengganti kerugian dimaksud.

(2) Setiap orang yang diberi tugas menerima, menyimpan, membayar, dan/atau menyerahkan uang atau surat berharga atau barang-barang negara adalah bendahara yang wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

(3) Setiap bendahara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) bertanggungjawab secara pribadi atas kerugian keuangan negara yang berada dalam pengurusannya.

(4) Ketentuan mengenai penyelesaian kerugian negara diatur di dalam undang-undang mengenai perbendaharaan negara.

b. Undang – undang Republik Indonesi Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara :

BAB XIPENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH

Pasal 59(1) Setiap kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh

tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang – undangan yang berlaku.

(2) Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan negara, wajib mengganti kerugian tersebut.

(3) Setiap pimpinan kementerian negara/lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah dapat segera melakukan tuntutan ganti rugi, setelah mengetahui bahwa dalam kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak mana pun.

3

Page 4: Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuangan negara/daerah

Pasal 60(1) Setiap kerugian negara wajib dilaporkan oleh atasan

langsung atau kepala kantor kepada menteri/pimpinan lembaga dan diberitahukan kepada Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah kerugian negara itu diketahui.

(2) Segera setelah kerugian negara tersebut diketahui, kepada bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyata melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) segera dimintakan surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian negara dimaksud.

(3) Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin diperoleh atau tidak dapat menjamin pengembalian kerugian negara, menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan segera mengeluarkan surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara kepada yang bersangkutan.

Penjelasan Ayat (3)Surat keputusan dimaksud pada ayat ini mempunyai kekuatan hukum untuk pelaksanaan sita jaminan (conservatoir beslaag).Dalam hal pejabat yang melakukan kerugian negara adalah menteri/pimpinan lembaga, surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara dimaksud diterbitkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.Dalam hal pejabat yang melakukan kerugian negara adalah Menteri Keuangan, surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara dimaksud diterbitkan oleh Presiden.Dalam hal pejabat yang melakukan kerugian negara adalah pimpinan lembaga negara, surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara dimaksud diterbitkan oleh Presiden.

Pasal 61(1) Setiap kerugian daerah wajib dilaporkan oleh atasan

langsung atau kepala satuan kerja perangkat daerah kepada gubernur/bupati/walikota dan diberitahukan kepada Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah kerugian daerah itu diketahui.

4

Page 5: Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuangan negara/daerah

(2) Segera setelah kerugian daerah tersebut diketahui, kepada bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyata melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) dapat segera dimintakan surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian daerah dimaksud.

(3) Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin diperoleh atau tidak dapat menjamin pengembalian kerugian daerah, gubernur/ bupati/ walikota yang bersangkutan segera mengeluarkan surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara kepada yang bersangkutan.

Penjelasan Ayat (3)Surat keputusan dimaksud pada ayat ini mempunyai kekuatan hukum untuk pelaksanaan sita jaminan (conservatoir beslaag).Dalam hal pejabat yang melakukan kerugian daerah adalah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah, surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara dimaksud diterbitkan oleh Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah.Dalam hal pejabat yang melakukan kerugian daerah adalah Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah, surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara dimaksud diterbitkan oleh gubernur/bupati/walikota.Dalam hal pejabat yang melakukan kerugian daerah adalah pimpinan lembaga pemerintahan daerah, surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara dimaksud diterbitkan oleh Presiden.

Pasal 62(1) Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap

bendahara ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

(2) Apabila dalam pemeriksaan kerugian negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditemukan unsur pidana, Badan Pemeriksa Keuangan menindaklanjutinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang pengenaan ganti kerugian negara terhadap bendahara diatur dalam undang-undang mengenai pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara.

5

Page 6: Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuangan negara/daerah

Pasal 63(1) Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap

pegawai negeri bukan bendahara ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota.

(2) Tata cara tuntutan ganti kerugian negara/daerah diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 64(1) Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, dan

pejabat lain yang telah ditetapkan untuk mengganti kerugian negara/daerah dapat dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi pidana.

(2) Putusan pidana tidak membebaskan dari tuntutan ganti rugi.

Pasal 65(1) Kewajiban bendahara, pegawai negeri bukan

bendahara, atau pejabat lain untuk membayar ganti rugi, menjadi kedaluwarsa jika dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diketahuinya kerugian tersebut atau dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak terjadinya kerugian tidak dilakukan penuntutan ganti rugi terhadap yang bersangkutan.

Pasal 66(1) Dalam hal bendahara, pegawai negeri bukan

bendahara, atau pejabat lain yang dikenai tuntutan ganti kerugian negara/daerah berada dalam pengampuan, melarikan diri, atau meninggal dunia, penuntutan dan penagihan terhadapnya beralih kepada pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris, terbatas pada kekayaan yang dikelola atau diperolehnya, yang berasal dari bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan.

(2) Tanggung jawab pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris untuk membayar ganti kerugian negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hapus apabila dalam waktu 3 (tiga) tahun sejak keputusan pengadilan yang menetapkan pengampuan kepada bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan, atau sejak bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan diketahui melarikan diri atau meninggal dunia, pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris tidak diberi tahu oleh pejabat yang berwenang mengenai adanya kerugian negara/daerah.

6

Page 7: Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuangan negara/daerah

Pasal 67(1) Ketentuan penyelesaian kerugian negara/daerah

sebagaimana diatur dalam Undang – undang ini berlaku pula untuk uang dan/atau barang bukan milik negara/daerah, yang berada dalam penguasaan bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang digunakan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan.

(2) Ketentuan penyelesaian kerugian negara/daerah dalam Undang-undang ini berlaku pula untuk pengelola perusahaan negara/daerah dan badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara, sepanjang tidak diatur dalam undang – undang tersendiri.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan daerah.

d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

BAB XIVKERUGIAN DAERAH

Pasal 315(1) Setiap kerugian daerah yang disebabkan oleh tindakan

melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

(2) Bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan daerah, wajib mengganti kerugian tersebut.

(3) Kepala SKPD dapat segera melakukan tuntutan ganti rugi, setelah mengetahui bahwa dalam SKPD yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak manapun.

Pasal 316(1) Kerugian daerah wajib dilaporkan oleh atasan

langsung atau kepala SKPD kepada kepala daerah dan diberitahukan kepada BPK paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah kerugian daerah itu diketahui.

7

Page 8: Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuangan negara/daerah

(2) Segera setelah kerugian daerah tersebut diketahui, kepada bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyata melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 315 segera dimintakan surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian daerah dimaksud.

(3) Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin diperoleh atau tidak dapat menjamin pengembalian kerugian daerah, kepala daerah segera mengeluarkan surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara kepada yang bersangkutan.

Pasal 317(1) Dalam hal bendahara, pegawai negeri sipil bukan

bendahara, atau pejabat lain yang dikenai tuntutan ganti kerugian daerah berada dalam pengampuan, melarikan diri, atau meninggal dunia, penuntutan dan penagihan terhadapnya beralih kepada pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris, terbatas pada kekayaan yang dikelola atau diperolehnya, yang berasal dari bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan.

(2) Tanggung jawab pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris untuk membayar ganti kerugian daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hapus apabila dalam waktu 3 (tiga) tahun sejak keputusan pengadilan yang menetapkan pengampuan kepada bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan, atau sejak bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan diketahui melarikan diri atau meninggal dunia, pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris tidak diberi tahu oleh pejabat yang berwenang mengenai adanya kerugian daerah.

Pasal 318(1) Ketentuan penyelesaian kerugian daerah sebagaimana

diatur dalam peraturan menteri ini berlaku pula untuk uang dan/atau barang bukan milik daerah, yang berada dalam penguasaan bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang digunakan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan.

8

Page 9: Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuangan negara/daerah

(2) Ketentuan penyelesaian kerugian daerah dalam peraturan menteri ini berlaku pula untuk pengelola perusahaan daerah dan badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan daerah, sepanjang tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan tersendiri.

Pasal 319(1) Bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, dan

pejabat lain yang telah ditetapkan untuk mengganti kerugian daerah dapat dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Putusan pidana atas kerugian daerah terhadap bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara dan pejabat lain tidak membebaskan yang bersangkutan dari tuntutan ganti rugi.

Pasal 320Kewajiban bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain untuk membayar ganti rugi, menjadi kedaluwarsa jika dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diketahuinya kerugian tersebut atau dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak terjadinya kerugian tidak dilakukan penuntutan ganti rugi terhadap yang bersangkutan.

Pasal 321(1) Pengenaan ganti kerugian daerah terhadap bendahara

ditetapkan oleh BPK.(2) Apabila dalam pemeriksaan kerugian daerah

ditemukan unsure pidana, BPK menindaklanjutinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 322Pengenaan ganti kerugian daerah terhadap pegawai negeri sipil bukan bendahara ditetapkan oleh kepala daerah.

Pasal 323Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara tuntutan ganti kerugian daerah diatur dengan peraturan daerah dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

9

Page 10: Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuangan negara/daerah

2. Tata Cara Pengembalian Kerugian Keuangan Negara/Daerah.

Dalam penulisan ini lebih menitikberatkan pada kerugian keuangan daerah yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil bukan bendahara diantaranya oleh PPKom (Pejabat Pembuat Komitmen) berikut Orang lain yang memberikan Perintah ataupun Orang lain yang Turut Serta membantu terjadinya tindak pidana. Secara garis besar Tata cara pengembalian ditahap penyelidikan sebagai berikut : a. Penyelidik menemukan dugaan adanya TP. Korupsi yang

berpotensi menimbulkan Kerugian Keuangan Negara/Daerah.

b. Penyelidik melakukan Koordinasi dengan Pengguna Anggaran dan Inspektorat Pemerintah Daerah.

c. Berdasarkan temuan awal penyelidik, Inspektorat atas permintaan Pengguna Anggaran melakukan Audit Khusus ungtuk mengetahui jumlah kerugian keuangan negara/daerah yang timbul akibat perbuatan melawan hukum ataupun kelalaian oleh Pegawai Negeri Sipil bukan bendahara.

d. Berdasarkan hasil Audit Inspektorat dan telah diketahui jumlah kerugian keuangan negara maka Pengguna Anggaran segera memerintahkan PNS yang bersangkutan membuat surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian daerah dimaksud.

e. Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin diperoleh atau tidak dapat menjamin pengembalian kerugian daerah, kepala daerah segera mengeluarkan surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara kepada yang bersangkutan.

f. Pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyata melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya segera menyetorkan uang ganti rugi atau mengembalikan kerugian keuangan negara/daerah ke Kas Negara/Daerah sesuai hasil Audit.

10

Page 11: Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuangan negara/daerah

III. Pengembalian kerugian keuangan negara di tahap penyelidikan.

Dalam Penegakan Hukum ada 3 unsur yang selalu harus diperhatikan yaitu: Kepastian Hukum (Rechtssicherheit), Keadilan (gerechtigkeit) dan Kemanfaatan (Zweckmassigkeit).

Kepastian hukum sebagai salah satu tujuan hukum dapat dikatakan sebagai bagian dari upaya mewujudkan keadilan. Bentuk nyata dari kepastian hukum adalah pelaksanaan atau penegakan hukum terhadap suatu tindakan tanpa memandang siapa yang melakukan. Dengan adanya kepastian hukum setiap orang dapat memperkirakan apa yang akan dialami jika melakukan tindakan hukum tertentu. Kepastian diperlukan untuk mewujudkan prinsip persamaan dihadapan hukum tanpa diskriminasi.

Keadilan adalah perekat tatanan kehidupan bermasyarakat yang beradab. Hukum diciptakan agar setiap individu anggota masyarakat dan penyelenggara negara melakukan sesuatu tidakan yang diperlukan untuk menjaga ikatan sosial dan mencapai tujuan kehidupan bersama atau sebaliknya agar tidak melakukan suatu tindakan yang dapat merusak tatanan keadilan. Jika tindakan yang diperintahkan tidak dilakukan atau suatu larangan dilanggar, tatanan sosial akan terganggu karena terciderainya keadilan. Untuk mengembalikan tertib kehidupan bermasyarakat, keadilan harus ditegakkan. Setiap pelanggaran akan mendapatkan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaran itu sendiri.

Keadilan memang merupakan konsepsi yang abstrak. Namun demikian di dalam konsep keadilan terkandung makna perlindungan hak, persamaan derajat dan kedudukan di hadapan hukum, serta asas proporsionalitas antara kepentingan individu dan kepentingan sosial. Sifat abstrak dari keadilan adalah karena keadilan tidak selalu dapat dilahirkan dari rasionalitas, tetapi juga ditentukan oleh atmosfir sosial yang dipengaruhi oleh tata nilai dan norma lain dalam masyarakat. Oleh karena itu keadilan juga memiliki sifat dinamis yang kadang-kadang tidak dapat diwadahi dalam hukum positif.

Namun demikian antara keadilan dan kepastian hukum dapat saja terjadi gesekan. Kepastian hukum yang menghendaki persamaan di hadapan hukum tentu lebih cenderung menghendaki hukum yang statis. Apa yang dikatakan oleh aturan hukum harus dilaksanakan untuk semua kasus yang terjadi. Tidak demikian halnya dengan keadilan yang memiliki sifat dinamis sehingga penerapan hukum harus selalu melihat konteks peristiwa dan masyarakat di mana peristiwa itu terjadi.

Ketiga unsur di atas harus mendapatkan perhatian yang proporsional dari penegak hukum dalam menegakkan hukum, tentu saja hal tersebut tidak mudah, akan ada faktor – faktor yang mempengaruhi penegak hukum dalam menegakkan hukum.

11

Page 12: Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuangan negara/daerah

Atas pertimbangan Keadilan (gerechtigkeit) dan Kemanfaatan (Zweckmassigkeit) maka penulis mencoba untuk menguraikan alasan – alasan memberikan kesempatan kepada Pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyata melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya tetapi bersedia mengembalikan kerugian keuangan negara sesuai ketentuan hukum yang berlaku sehingga ada Kepastian Hukum (Rechtssicherheit) dapat atau tidaknya perkara tersebut ditingkatkan ke penyidikan.

Berikut adalah pasal – pasal yang terkait kerugian keuangan negara/daerah :

Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 tahun 1999 Jo UU No 20 tahun 2001, yang berbunyi “ Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) “. unsurnya adalah :

a. Setiap orang b. secara melawan hukum c. melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau

suatu korporasi d. merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

Pasal 3 UU No. 31 tahun 1999 Jo UU No 20 Tahun 2001, yang berbunyi “ Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) “. Unsurnya adalah :

a. Setiap orang b. dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau

suatu korporasic. menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada

padanya karena jabatan atau kedudukan d. merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

12

Page 13: Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuangan negara/daerah

Salah satu unsur pasal 2 dan 3 UU No. 31 tahun 1999 Jo UU No 20 Tahun 2001 adalah “merugikan keuangan negara atau perekonomian negara” dikaitkan dengan pengembalian kerugian keuangan negara pada tahap Penyelidikan maka ada satu unsur pasal yang tidak terpenuhi sehingga dugaan perkara TP.Korupsi tidak bisa ditingkatkan ke tahap penyidikan.

Namun beda halnya setelah batas waktu yang ditentukan belum ada pengembalian kerugian keuangan negara dan dugaan perkara TP. Korupsi telah ditingkatkan ke tahap penyidikan, tetapi Pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyata melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya baru bersedia mengembalikan kerugian keuangan negara, hal tersebut tidak menghapuskan perkara pidana, sebagaimana diatur dalam UU No. 31 tahun 1999 Jo UU No 20 Tahun 2001 :

Pasal 4Pengembalian kerugian keuangan negara atau perekonomian negara tidak menghapuskan dipidananya pelaku tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3.

C. PENUTUP

I. Kesimpulan.

1. Dasar hukum pengembalian kerugian keuangan negara/daerah pada tahap penyelidikan :a. Pasal 35 Undang – undang RI No 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara.b. Bab XI Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah Pasal 59 s/d 67

Undang – undang RI No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara/Daerah.

c. Peraturan Pemerintah RI No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

d. Pasal 315 s/d 323 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

2. Tata cara pengembalian kerugian keuangan negara/daerah ditahap penyelidikan sebagai berikut :

a. Penyelidik menemukan dugaan adanya TP. Korupsi yang

berpotensi menimbulkan Kerugian Keuangan Negara/Daerah.b. Penyelidik melakukan Koordinasi dengan Pengguna Anggaran

dan Inspektorat Pemerintah Daerah.c. Berdasarkan temuan awal penyelidik, Inspektorat atas

permintaan Pengguna Anggaran melakukan Audit Khusus ungtuk mengetahui jumlah kerugian keuangan negara/daerah yang timbul akibat perbuatan melawan hukum ataupun kelalaian oleh Pegawai Negeri Sipil bukan bendahara.

13

Page 14: Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuangan negara/daerah

d. Berdasarkan hasil Audit Inspektorat dan telah diketahui jumlah kerugian keuangan negara maka Pengguna Anggaran segera memerintahkan PNS yang bersangkutan membuat surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian daerah dimaksud.

e. Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin diperoleh atau tidak dapat menjamin pengembalian kerugian daerah, kepala daerah segera mengeluarkan surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara kepada yang bersangkutan.

f. Pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyata melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya segera menyetorkan uang ganti rugi atau mengembalikan kerugian keuangan negara/daerah ke Kas Negara/Daerah sesuai hasil Audit.

3. Salah satu unsur pasal 2 dan 3 UU No. 31 tahun 1999 Jo UU No 20 Tahun 2001 adalah “merugikan keuangan negara atau perekonomian negara” dikaitkan dengan pengembalian kerugian keuangan negara pada tahap Penyelidikan maka ada satu unsur pasal yang tidak terpenuhi sehingga dugaan perkara TP.Korupsi tidak bisa ditingkatkan ke tahap penyidikan.

Namun beda halnya setelah batas waktu yang ditentukan belum ada pengembalian kerugian keuangan negara dan dugaan perkara TP. Korupsi telah ditingkatkan ke tahap penyidikan, tetapi Pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyata melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya baru bersedia mengembalikan kerugian keuangan negara, hal tersebut tidak menghapuskan perkara pidana, sebagaimana diatur dalam Pasal 4 UU No. 31 tahun 1999 Jo UU No 20 Tahun 2001.

II. Rekomendasi.

1. Guna menyelamatkan keuangan negara/daerah dan mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta meningkatkan kinerja aparatur pemerintahan dalam penyerapan anggaran guna percepatan pembangunan dan kesejahteraan rakyat, maka penulis merekomendasikan agar Penyidik Tipikor mengedepankan cara bertindak untuk lebih mengutamakan upaya pengembalian kerugian keuangan negara/daerah daripada upaya penyidikan.

2. Meningkatkan ke tahap penyidikan secara profesional dan proporsional jika sampai dengan batas waktu yang ditentukan tidak ada upaya pengembalian kerugian keuangan negara.

14