OPTIMALISASI PENDAYAGUNAAN ZAKAT MELALUI...
Transcript of OPTIMALISASI PENDAYAGUNAAN ZAKAT MELALUI...
OPTIMALISASI PENDAYAGUNAAN ZAKAT MELALUI PROGRAM
BEASISWA MAJELIS TA’LIM TELKOMSEL
(STUDI KASUS PADA UPZ MAJELIS TA’LIM TELKOMSEL)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh:
FAJRIALDY EMIRUSHALIH
1113046000113
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H / 2017 M
OPTIMALISASI PENDAYAGUNAAN ZAKAT MELALUI PROGRAM
BEASISWA MAJELIS TA’LIM TELKOMSEL
(STUDI KASUS PADA UPZ MAJELIS TA’LIM TELKOMSEL)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh:
FAJRIALDY EMIRUSHALIH
1113046000113
Pembimbing I Pembimbing II
H. M. Qosim Arsyadani, M.A. Nurul Handayani, S. Pd, M. Pd
NIP. 196906292008011016 NIP. 19710113 199903 2 001
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H / 2017 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
Nama : Fajrialdy Emirushalih
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta / 21 Februari 1995
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Mesjid No. 38 RT 008/011 Cilandak
Barat Jakarta Selatan
Status : Belum Menikah
Telepon : 081310223495
E-mail : [email protected]
B. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Islam Harapan Ibu (2001-2007)
2. MTs Darul Muttaqien Parung Bogor (2007-2010)
3. SMAN 87 Jakarta (2010-2013)
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2013-2017)
C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Tim ekskul futsal SD Islam Harapan Ibu
2. Tim ekskul basket MTs Darul Muttaqien Parung Bogor
3. Tim ekskul futsal SMAN 87 Jakarta
4. Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
ABSTRACT
Fajrialdy Emirushalih. NIM: 1113046000113. OPTIMIZATION OF
ZAKAT PAYMENT THROUGH THE MAJELIS TA’LIM TELKOMSEL
SCHOLARSHIP PROGRAM (CASE STUDY ON UPZ MAJELIS TA'LIM
TELKOMSEL). Syariah Economic Studies Program, Faculty of Economics and
Business, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H / 2017 M.
This thesis takes the topic of the problem is to determine whether the
utilization of zakat by UPZ Majelis Ta'lim Telkomsel (MTT) through the MTT
Scholarship program has been running optimally or not running optimally. The
purpose of this study is the authors want to know the mechanism of zakat
management applied in MTT starting from the stage of accumulation, recruitment,
to the utilization stage especially in the regional MTT scholarship program. As
well as to know the impact of scholarship grants to the opportunity of studying the
regional scholarship recipients, which led to the conclusion of whether the
utilization that applied MTT has been running optimally or not running optimally.
This research uses descriptive research method using case study design.
Type of data collected in the form of data that is qualitative and consists of
primary data and secondary data. Data collection techniques used were
observations by conducting direct observation of regional MTT scholarship
empowerment programs, interviews with UPZ MTT and MTT scholars, and
obtained data both internally and externally from their institutions.
The results show that the regional scholarship program run by UPZ MTT
has been running optimally. Proven from the number of beneficiaries in the period
2014 to 2016 and their efforts in making the program better and more effective.
As well as changes felt by scholarship recipients such as changes in attitudes that
are better than ever, as well as their readiness when studying in schools thanks to
the knowledge of following the guidance of regional MTT scholarships.
Keywords : Zakat Utilization, MTT Scholarship, Optimization
Advisor I : H.M. Qosim Arsyadani, M.A.
Advisor II : Nurul Handayani, S.Pd, M.Pd
Bibliography : Year 1365 s.d. Year 2017
ABSTRAK
Fajrialdy Emirushalih. NIM: 1113046000113. OPTIMALISASI
PENDAYAGUNAAN ZAKAT MELALUI PROGRAM BEASISWA MAJELIS
TA’LIM TELKOMSEL (STUDI KASUS PADA UPZ MAJELIS TA’LIM
TELKOMSEL). Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H / 2017 M.
Skripsi ini mengambil topik permasalahan yaitu untuk mengetahui apakah
pendayagunaan zakat yang dilakukan oleh UPZ Majelis Ta’lim Telkomsel (MTT)
melalui program Beasiswa MTT sudah berjalan optimal atau belum berjalan
optimal. Tujuan dari penelitian ini yaitu penulis ingin mengetahui mekanisme
pegelolaan zakat yang diterapkan di MTT mulai dari tahap penghimpunan,
perekrutan, sampai ke tahap pendayagunaan khususnya pada program beasiswa
MTT regional. Serta untuk mengetahui dampak dari pemberian beasiswa terhadap
kesempatan belajar penerima beasiswa regional, yang berujung pada kesimpulan
apakah pendayagunaan yang MTT terapkan tersebut sudah berjalan optimal atau
belum berjalan optimal.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
menggunakan desain studi kasus. Jenis data yang dikumpulkan berupa data yang
bersifat kualitatif serta terdiri dari data primer dan data sekunder. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dengan melakukan
pengamatan langsung program pemberdayaan beasiswa MTT regional,
wawancara dengan pihak UPZ MTT dan pihak penerima beasiswa MTT, serta
memperoleh data-data baik yang didapat secara internal maupun eksternal dari
kelembagaannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa program beasiswa regional yang
dijalankan oleh UPZ MTT sudah berjalan optimal. Terbukti dari jumlah penerima
manfaat pada periode 2014 sampai dengan 2016 dan usaha mereka dalam
menjadikan program tersebut lebih baik dan efektif lagi. Serta perubahan yang
dirasakan oleh penerima beasiswa seperti perubahan sikap yang menjadi lebih
baik dari sebelumnya, dan juga kesiapan mereka ketika belajar di sekolah berkat
ilmu dari mengikuti pembinaan beasiswa MTT regional.
Kata kunci : Pendayagunaan Zakat, Beasiswa MTT, Optimalisasi
Pembimbing I : H.M. Qosim Arsyadani, M.A.
Pembimbing II : Nurul Handayani, S.Pd, M.Pd
Daftar Pustaka : Tahun 1365 s.d. Tahun 2017
viii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang. Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas
segala rahmat dan kemudahan yang diberikan oleh-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada sahabat serta
pengikutnya yang selalu istiqomah mengikuti ajarannya.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak
sedikit hambatan serta kesulitan yang dihadapi. Namun berkat
kesungguhan hati dan kerja keras, serta support dan bantuan dari berbagai
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga membuat
penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak AM. Hasan Ali, M.A. selaku Ketua Program Studi Muamalat,
Bapak Dr. H. Abdurrauf, Lc, M.A. selaku Sekretaris Program Studi
Muamalat, sekaligus sebagai Tim Task Force Passing Out Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Syariah, dan Ibu Endra Kasni Laila, M.Si selaku Sekretaris Program Studi
Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif (UIN) Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak H. M. Qosim Arsyadani, M.A. dan Ibu Nurul Handayani, S. Pd, M.
Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa meluangkan waktu,
ix
tenaga dan pikirannya untuk memberikan ilmu, bimbingan, serta motivasi
kepada penulis dalam membantu penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Arip Purkon, M.A. selaku dosen penasehat akademik yang telah
memberikan banyak bantuan dalam kegiatan perkuliahan serta arahan,
motivasi, dan persetujuan kepada penulis dalam penyelesaian proposal
skripsi.
7. Bapak Prabowo, selaku Ketua Divisi UPZ Majelis Ta’lim Telkomsel yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Serta
kepada Bapak Fuandi, Bapak Diki, Bapak Dani, Bapak Ardi, Bapak
Abdullah dan Bapak Mahfud yang telah memberikan data, informasi,
arahan, serta dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh dosen dan petugas akademik Fakultas Syariah dan Hukum serta
Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pengetahuan dan
bantuannya kepada penulis selama menjalani perkuliahan sampai ke tahap
penyelesaian skripsi ini. Dan juga para petugas perpustakaan yang telah
memberikan fasilitas dan pelayanan terbaik kepada para mahasiswa ketika
melakukan studi perpustakaan.
9. Kedua orangtua penulis yang senantiasa memberikan doa, semangat dan
selalu mengingatkan penulis agar cepat terselesaikannya skripsi ini.
10. Nesti Syarawasti, selaku partner dan pujaan hati penulis, yang senantiasa
meluangkan waktu untuk menemani penulis melakukan observasi
penelitian, tak lelah memberikan dukungan, motivasi, dan doa sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
11. Rekan dan sahabat seperjuangan dari Jurusan Manajemen ZISWAF 2013
yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skrispsi ini. Serta
rekan-rekan lainnya yang tidak penulis sebutkan namun tidak mengurangi
rasa hormat dan terima kasih kepada kalian semua atas doa yang
diberikan.
x
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Semoga skripsi ini dapat
menjadi sumber referensi tambahan bagi mahasiswa/i Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang kelak akan menyusun
skripsi, serta dapat memberikan manfaat yang baik bagi akademisi lainnya
maupun pembaca dari kalangan masyarakat luas.
Jakarta, 4 September 2017
Penulis
Fajrialdy Emirushalih
xi
DAFTAR ISI
JUDUL................................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................... v
ABSTRACT......................................................................................................... vi
ABSTRAK.......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR....................................................................................... viii
DAFTAR ISI...................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah................................................................................ 5
C. Batasan dan Rumusan Masalah............................................................... 6
1. Batasan Masalah............................................................................... 6
2. Rumusan Masalah............................................................................ 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................. 7
1. Tujuan Penelitian............................................................................. 7
2. Manfaat Penelitian........................................................................... 8
E. Metode Penelitian.................................................................................. 9
xii
1. Metode Penelitian.............................................................................. 9
2. Jenis Data........................................................................................... 9
3. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 10
4. Teknik Penulisan Skripsi.................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan............................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI............................................................................ 12
A. Kerangka Teori dan Konsep..................................................................... 12
B. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu)................................................ 13
C. Zakat......................................................................................................... 16
1. Pengertian Zakat................................................................................. 16
2. Dasar Hukum Zakat........................................................................... 17
3. Sumber Zakat dan Golongan Penerima Zakat................................... 21
a. Sumber Zakat............................................................................... 21
b. Golongan Penerima Zakat............................................................ 26
4. Hikmah dan Manfaat Zakat................................................................ 28
D. Pendayagunaan......................................................................................... 30
1. Pengertian Optimalisasi..................................................................... 30
2. Pengertian Pendayagunaan................................................................. 30
3. Sifat dan Pola Pendayagunaan........................................................... 30
4. Hikmah dan Tujuan Pendayagunaan Zakat........................................ 33
BAB III OBJEK PENELITIAN....................................................................... 35
A. Sejarah dan Perkembangan UPZ Majelis Ta’lim Telkomsel................... 35
B. Visi dan Misi UPZ Majelis Ta’lim Telkomsel......................................... 36
xiii
C. Struktur Organisasi UPZ Majelis Ta’lim Telkomsel............................... 37
D. Program Kegiatan UPZ Majelis Ta’lim Telkomsel................................. 49
1. Kesehatan........................................................................................... 49
2. Ekonomi............................................................................................. 49
3. Dakwah.............................................................................................. 50
4. Lingkungan........................................................................................ 50
5. Pendidikan......................................................................................... 50
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN.................................................... 52
A. Mekanisme Pendayagunaan Zakat Melalui Program Beasiswa MTT.... 52
1. Penghimpunan.................................................................................. 52
2. Perekrutan......................................................................................... 53
3. Pendayagunaan................................................................................. 54
B. Dampak Pendayagunaan Zakat Terhadap Kesempatan Belajar bagi
Penerima Beasiswa Melalui Program Beasiswa MTT........................... 56
C. Optimalisasi Pendayagunaan Zakat Melalui Program Beasiswa MTT pada
UPZ Majelis Ta’lim Telkomsel............................................................ 58
1. Track Record Program Beasiswa MTT.......................................... 58
2. Wawancara dengan Penerima Beasiswa MTT............................... 60
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 63
A. Kesimpulan........................................................................................... 63
B. Rekomendasi........................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 65
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori dan Konsep......................................................... 12
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Review Studi Terdahulu................................................................... 13
Tabel 4.2 Kutipan Wawancara dengan Aulia Indah Sari................................. 56
Tabel 4.3 Kutipan Wawancara dengan Awaludin Mulud................................ 57
Tabel 4.4 Jumlah Penerima Manfaat Program Beasiswa MTT....................... 59
Tabel 4.5 Pendapat Mustahiq Tentang Program Beasiswa MTT.................... 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu kewajiban bagi umat muslim dalam beribadah kepada Allah SWT
adalah dengan menunaikan zakat. Dengan berzakat, maka akan banyak sekali
manfaat yang didapat dan dirasakan baik itu manfaat bagi orang yang membayar
zakat (muzakki), maupun yang menerima zakat (mustahiq). Sama halnya dengan
pelaksanaan zakat, baik itu infak, shadaqah serta wakaf pun memiliki tujuan yang
sama. Tujuan tersebut yaitu sebagai wadah untuk beribadah kepada Allah SWT
dan menyejahterakan masyarakat kurang mampu yang membutuhkan uluran
tangan masyarakat yang memiliki kelebihan harta, sehingga masyarakat kurang
mampu tersebut dapat menjadi individu yang lebih baik lagi kedepannya.
Sebagai contoh, pelaksanaan zakat dan kegiatan filantropi sejenisnya tersebut,
melalui sumber pendanaannya dapat memberikan kesempatan kepada dhuafa'
mempunyai kemampuan untuk melakukan aktivitas konsumsi dan produktivitas
sama dengan yang lain.1 Seiring dengan perintah Allah SWT kepada umat Islam
untuk membayar zakat, Islam mengatur dengan tegas dan jelas tentang
pengelolaan zakat. Manajemen zakat yang ditawarkan oleh Islam dapat
memberikan kepastian keberhasilan dana zakat sebagai dana umat Islam. Hal itu
terlihat dalam Al-Qur’an bahwa Allah memerintahkan Rasulullah SAW untuk
memungut zakat dalam Q.S. At-Taubah (9): 103 yang berbunyi:
يهم با وصل عليهم يع إن صلتك سكن لم خذ من أموالم صدقة تطه رهم وت زك س عليم والل
1 Jeni Susyanti, Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah, (Malang: Empat Dua, 2016), h.
14-16.
2
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. At-Taubah (9): 103).
Di samping itu, Q.S. At-Taubah (9): 60 dengan tegas dan jelas mengemukakan
tentang orang-orang yang berhak mendapatkan dana zakat atau dikenal juga
dengan kelompok delapan ashnaf yang berbunyi:
ا الصدقات للفقراء والمساكني والعاملني علي ها والمؤلفة مني و إن ا وال سبيل ق لوبم و الر قا
عليم حكيم والل فريضة من الل الل وابن السبيل
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S.
At-Taubah (9): 60).
Dari kedua ayat di atas, jelas bahwa pengelolaan zakat mulai dari memungut,
menyimpan, dan mendistribusikan harta zakat berada di bawah wewenang Rasul,
dan dalam konteks sekarang zakat dikelola oleh pemerintah. Dalam operasional
zakat, Rasul SAW telah menetapkan tugas tersebut dengan menunjuk amil zakat.
Penunjukkan amil memberikan pemahaman bahwa zakat bukan diurus oleh orang
perorangan, tetapi dikelola secara profesional dan terorganisir. Amil yang
mempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya, memungut, menyimpan, dan
mendistribusikan harta zakat kepada orang yang berhak menerimanya.2
Di Indonesia, pengelolaan zakat dalam perkembangannya sudah dapat
dikategorikan profesional dan terorganisir karena sudah berbentuk kelembagaan
seperti BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional), yaitu lembaga pemerintah yang
bertugas mengelola zakat secara nasional, dan LAZ (Lembaga Amil Zakat),
lembaga pengelola zakat yang berdiri sendiri / swasta dan bertanggungjawab
2 Masdar F. Mas’udi, dkk., Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS: Menuju Efektivitas
Pemanfaatan Zakat, Infak, Sedekah (Jakarta: PIRAMEDIA, 2004), h. 15-16.
3
dalam pelaporannya kepada BAZNAS. BAZNAS yang merupakan milik
pemerintah juga membentuk BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten / Kota
untuk membantu dalam menghimpun dan mengelola zakat di tiap-tiap wilayah di
Indonesia. Kemudian BAZNAS juga membentuk UPZ (Unit Pengumpul Zakat),
satuan organisasi untuk membantu mengumpulkan zakat yang nantinya hasil dari
pengelolaan zakat tersebut wajib dilaporkan ke BAZNAS, BAZNAS Provinsi atau
BAZNAS Kabupaten / Kota. Begitu pula dalam prakteknya, pendayagunaan zakat
yang dilakukan pun tidak selalu bersifat konsumtif, namun juga banyak dari
lembaga tersebut memfungsikannya menjadi produktif. Sebagai contoh,
pendayagunaan zakat untuk pemberian beasiswa, mendirikan rumah sakit gratis
untuk kaum dhuafa’, memberikan pembiayaan bagi usaha kaum dhuafa’ melalui
dana bergulir, dan kegiatan-kegiatan lainnya.3
Salah satu bidang yang menarik dari pemanfaatan zakat produktif yaitu pada
bidang pendidikan. Pendayagunaan zakat di bidang pendidikan merupakan
kegiatan pendayagunaan yang hampir dijalankan di tiap-tiap lembaga zakat yang
ada di Indonesia. Pentingnya pendidikan untuk anak usia dini sangatlah menjadi
faktor utama dalam membentuk sumber daya manusia yang cerdas dan
berpengetahuan tinggi. Namun, banyaknya masyarakat yang mengalami kesulitan
ekonomi menyebabkan anak-anak mereka terpaksa berhenti bersekolah atau
bahkan tidak mampu sama sekali untuk duduk di bangku sekolah.
Berdasarkan data statistik dari BPS, angka penduduk yang tidak / belum
sekolah dari tahun 2014-2015 mengalami kenaikan dari 5,47 menjadi 5,90 (dalam
presentase), padahal dari tahun-tahun sebelumnya angka tersebut mengalami
penurunan4. Artinya, pendidikan kembali menjadi sorotan penting sehingga layak
bagi lembaga-lembaga pengelola zakat untuk membangun kembali pertumbuhan
pendidikan melalui program yang mereka canangkan, supaya menjadi lebih baik
3 Didin Hafidhuddin, dkk., The Power Of Zakat: Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat
Asia Tenggara (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 101-102.
4 Badan Pusat Statistik (BPS), Indikator Pendidikan 1994-2015, diakses dari https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1525 , pada tanggal 26 Februari 2017 pukul 18.02.
4
lagi dari tahun-tahun sebelumnya sehingga angka putus sekolah lebih ditekan dan
di minimalisir.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, penulis memilih untuk meneliti
pendayagunaan zakat di bidang pendidikan, dikarenakan pendidikan itu sendiri
mempunyai perencanaan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan sumberdaya manusia. Salah satu faktor yang
menyebabkan perkembangan pendidikan terhambat ialah lemahnya ekonomi
seseorang sehingga sulit untuk membiayai pendidikan. Maka dari itu, untuk
mengatasi hal tersebut dapat diupayakan melalui pendayagunaan zakat yang
dicanangkan suatu lembaga amil zakat melalui program-program pendidikan,
salah satunya adalah program pemberian beasiswa bagi kaum dhuafa’ / yang
kurang mampu. Dalam penelitian ini, penulis mengambil studi kasus
pendayagunaan zakat melalui program pemberian beasiswa pada salah satu UPZ
yang berada di wilayah Jakarta Selatan, yaitu Majelis Ta’lim Telkomsel.
Majelis Ta’lim Telkomsel (MTT) merupakan organisasi yang berasaskan
Islam dan mewujudkan insan Telkomsel yang bertakwa, amanah, profesional,
berakhlaq mulia serta mampu menyebarkan karakter tersebut baik di lingkungan
Telkomsel maupun di lingkungan lainnya yang lebih luas. Selain menghimpun
dan menyalurkan dana zakat, MTT juga melakukan penghimpunan dan
penyaluran dana infak, shadaqah, wakaf serta dana sosial kemanusiaan untuk
diaplikasikan ke berbagai program yang mereka jalankan. Program-program
tersebut diantaranya di bidang kesehatan, ekonomi, pendidikan, sosial, dan yang
lainnya. Pada bidang pendidikan program yang mereka jalankan pun beragam,
diantaranya pemberian dan pembinaan beasiswa di tiap-tiap MTT regional,
pemberian dana beasiswa secara personal, program beasiswa yang bekerja sama
dengan pondok pesantren, serta program pembinaan beasiswa yang bekerja sama
dengan Rumah Zakat (RZ).
Bagi MTT, pentingnya pendidikan tidak hanya sebatas untuk anak-anak,
namun juga untuk para orangtua supaya dapat menambah wawasan terutama
5
dalam hal mengasuh dan mendidik anak. Maka kerapkali segala kegiatan
pembinaan beasiswa yang dilaksanakan MTT juga melibatkan para orangtua
penerima beasiswa, dengan melakukan pembinaan secara bersama-sama.
Sehingga ilmu yang tersampaikan dapat berguna dan bermanfaat bagi para
orangtua serta anak-anak mereka.
Dengan melihat pendayagunaan zakat yang dialokasikan pada bidang
pendidikan oleh Majelis Ta’lim Telkomsel ini sangat menarik untuk diteliti lebih
lanjut, maka penulis memilih judul skripsi “OPTIMALISASI
PENDAYAGUNAAN ZAKAT MELALUI PROGRAM BEASISWA MTT
(STUDI KASUS PADA UPZ MAJELIS TA’LIM TELKOMSEL)“.
B. Identifikasi Masalah
Seperti lembaga amil zakat pada umumnya, Majelis Ta’lim Telkomsel
memiliki beberapa cabang kegiatan di tiap-tiap program sesuai dengan bidangnya
masing-masing. Pada bidang pendidikan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan yaitu
pemberian dana pembinaan beasiswa di tiap-tiap MTT regional, pemberian dana
beasiswa secara personal, program beasiswa yang bekerja sama dengan pondok
pesantren, serta program pembinaan beasiswa yang bekerja sama dengan Rumah
Zakat (RZ) sebagai implementatornya. Mengacu pada latar belakang masalah
yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis mengidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah strategi Majelis Ta’lim Telkomsel dalam
mengaplikasikan program pembinaan dan penyaluran beasiswa MTT?
2. Apakah ada kriteria tertentu yang ditetapkan lembaga bagi para calon
penerima beasiswa?
3. Apa dampak yang dapat dirasakan oleh penerima beasiswa dalam
pembinaan dan penyaluran beasiswa MTT oleh Majelis Ta’lim
Telkomsel?
6
4. Apakah program pembinaan dan penyaluran beasiswa tersebut sudah
terlaksana secara optimal jika dipandang dari keberhasilan
pendayagunaan zakat yang dilakukan Majelis Ta’lim Telkomsel?
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Pada bagian ini, penulis membatasi ruang lingkup penelitian guna
menghindari pembahasan yang tidak terarah dan lebih memfokuskan
penelitian sehingga mudah dipahami. Penelitian akan dibatasi pada
optimalisasi pendayagunaan zakat melalui program beasiswa MTT yang
hanya berjalan di tahun 2017 ini, dikarenakan telah mendapat konfirmasi oleh
pihak MTT bahwa untuk tahun-tahun sebelumnya sudah tidak aktif (berhenti)
menyalurkan bantuan beasiswa lagi kepada mustahiq-mustahiq pada masa
tersebut, jadi hanya menyalurkan kepada mustahiq yang baru berjalan 2017
ini.
Untuk jenis beasiswanya yaitu penulis meneliti beasiswa MTT regional
(kegiatan penerimaan dan pemberdayaan beasiswa) saja, dikarenakan
keterbatasan dana serta waktu penelitian yang tidak memungkinkan untuk
meneliti jenis beasiswa lainnya seperti yang telah dipaparkan sebelumnya.
Kemudian untuk mustahiq yang akan diwawancarai adalah yang
berdomisili di Tangerang dan sekitarnya, karena berdasarkan statement dari
pihak MTT bahwa mustahiq yang saat ini mereka berdayakan banyak yang
berdomisili di wilayah tersebut, bukan di wilayah Jakarta. Namun untuk objek
penelitiannya tetap di MTT yang berlokasi di wilayah Jakarta Selatan sebagai
kantor pusatnya (Head Office). Untuk data lainnya yang diizinkan oleh pihak
MTT, yaitu data dari website, wawancara, dan laporan keuangan 2014-2015
(untuk tahun 2016 tidak diizinkan karena sedang mengalami kendala dalam
auditing-nya) tetap penulis cantumkan dalam lampiran meskipun tidak
dijadikan tolak ukur hasil penelitian ini.
7
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dibahas sebelumnya, maka
rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
a. Bagaimana mekanisme pendayagunaan dana zakat program beasiswa
Majelis Ta’lim Telkomsel?
b. Apa dampak pendayagunaan zakat program beasiswa Majelis Ta’lim
Telkomsel terhadap kesempatan belajar penerima beasiswa MTT?
c. Apakah program beasiswa UPZ Majelis Ta’lim Telkomsel telah
berjalan optimal?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui mekanisme pendayagunaan zakat yang dilakukan
Majelis Ta’lim Telkomsel terhadap pemberdayaan program beasiswa
yang dijalankannya.
b. Untuk mengetahui dampak dari pendayagunaan zakat yang dilakukan
Majelis Ta’lim Telkomsel terhadap kesempatan belajar bagi para
penerima beasiswa melalui program beasiswa MTT.
c. Untuk mengetahui Majelis Ta’lim Telkomsel dalam mengaplikasikan
program tersebut sudah berjalan dengan optimal ataukah belum
optimal.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yaitu:
8
a. Manfaat bagi Akademisi
Dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber pembahasan
baru bagi para akademisi khususnya dibidang manajemen zakat, infaq,
shadaqah dan wakaf (ZISWAF), yang ingin mengambil studi ataupun
penelitian dengan pembahasan yang sejenis yaitu pendayagunaan zakat
melalui program di bidang pendidikan.
b. Manfaat bagi Praktisi
Dari penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan wawasan terhadap
para praktisi zakat, tenaga pendidik ataupun lembaga amil zakat dalam
hal pelaksanaan program yang berfokus pada penerimaan beasiswa.
Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi
lembaga amil zakat lainnya untuk lebih meningkatkan program
pemberdayaan beasiswa yang mereka terapkan secara optimal.
c. Manfaat bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam memperkaya wawasan bagi masyarakat luas,
khususnya di bidang zakat, terutama dalam hal pendayagunaan dana
zakat yang dilakukan suatu lembaga amil zakat melalui program yang
dijalankan.
E. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan dipakai adalah metode deskriptif dengan
menggunakan desain studi kasus, yaitu metode penelitian untuk membuat
gambaran mengenai situasi atau kejadian, yang bertujuan untuk memberikan
gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-
9
karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian
dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.5
2. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan berupa data yang bersifat kualitatif serta
terdiri dari data primer dan sekunder.
Data primer didapat langsung dari lembaga sendiri yang terdiri atas:
a. Website resmi UPZ Majelis Ta’lim Telkomsel.
b. Laporan Keuangan Majelis Ta’lim Telkomsel periode 2014-2015.
c. Hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terkait.
Data sekunder didapat dari:
a. Studi literatur terdahulu.
b. Jurnal-jurnal yang berkaitan dengan pembahasan penelitian.
c. Buku-buku teks mengenai pendayagunaan, pengelolaan zakat dan
seputar pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan yang datanya
masih relevan untuk digunakan.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung
terhadap alur pendayagunaan zakat dalam pemberdayaan program
beasiswa MTT tersebut.
b. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara langsung
kepada manajer UPZ serta penerima beasiswa MTT untuk
mendapatkan informasi.
5 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2014), h. 43-45.
10
c. Teknik kepustakaan, yaitu dengan memperoleh data pada Laporan
Keuangan UPZ Majelis Ta’lim Telkomsel periode 2014-2015 dan
artikel-artikel melalui website terkait dengan program beasiswa MTT.
4. Teknik Penulisan Skripsi
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku “pedoman
penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017”, yang merupakan sandaran dari penulisan
karya ilmiah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya,
khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini disusun dengan sistematika secara beruntun
yang terdiri dari lima bab yang disusun sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini, peneliti menguraikan hal – hal yang terkait dengan latar
belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORITIS
Dalam bab ini diawali dengan kerangka teori dan konsep, lalu kajian pustaka /
review studi terdahulu. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan tentang
pengertian zakat, dasar hukum zakat, sumber zakat dan golongan penerima
zakat, hikmah dan manfaat zakat. Lalu diakhiri dengan pembahasan tentang
pengertian optimalisasi, pendayagunaan, sifat dan pola pendayagunaan, serta
hikmah dan tujuan pendayagunaan zakat.
BAB III : OBJEK PENELITIAN
11
Dalam bab ini akan membahas tentang gambaran umum atau profil dari UPZ
Majelis Ta’lim Telkomsel yang meliputi sejarah pendirian lembaga dan
perkembangannya, visi dan misi, struktur organisasi, serta program kegiatan
yang dijalankan oleh UPZ Majelis Ta’lim Telkomsel.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang optimalisasi pendayagunaan zakat
melalui program beasiswa MTT yang dilakukan UPZ Majelis Ta’lim
Telkomsel sebagai sarana mencapai kesejahteraan mustahik. Dimana
pembahasan meliputi mekanisme pendayagunaan zakat di UPZ Majelis
Ta’lim Telkomsel, dampak dari pendayagunaan zakat terhadap kesempatan
belajar bagi penerima beasiswa pada program beasiswa MTT, serta tolak ukur
optimalisasi pendayagunaan zakat pada program beasiswa MTT.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan yang akan
menunjukkan kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan dan
diakhiri dengan rekomendasi.
12
Berjalan
Optimal /
Belum Berjalan
Optimal
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kerangka Teori dan Konsep
Kerangka teori dan konsep dari masalah yang ada serta pemecahannya
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Teori dan Konsep
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
Data yang dikumpulkan berasal dari hasil dokumentasi serta laporan-laporan
pelaksanaan program beasiswa MTT, serta informasi-informasi dari pihak-pihak
terkait. Apabila pendayagunaan pada program beasiswa tersebut berjalan optimal
dan sesuai dengan yang diharapkan lembaga, maka untuk kedepannya perlu lebih
ditingkatkan lagi perkembangannya dan tetap mempertahankan pencapaian
tersebut. Jika memang dalam progress-nya masih belum optimal, maka perlu
diadakannya perubahan-perubahan secara internal dan eksternal kelembagaan
Mekanisme
Kegiatan UPZ
Majelis Ta’lim
Telkomsel
Penghimpunan,
Penyaluran,
Pendayagunaan
Program
Pendidikan
(Beasiswa MTT)
Dampak Pemberian
Beasiswa MTT yang
didapat mustahiq
(Penerima Beasiswa)
13
sehingga apa yang menjadi target lembaga bisa tercapai dan mendapatkan hasil
yang maksimal, khususnya dalam pendayagunaan dana zakat untuk pemberdayaan
program beasiswa MTT.
B. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu)
Tabel 2.1
Review Studi Terdahulu
No Nama Penulis/Judul
Skripsi, Tesis,
Jurnal/Tahun
Substansi Perbedaan dengan
pembahasan penulis
1 Muhamad Zainudin /
Pendayagunaan Zakat
LAZ Portalinfaq Untuk
Pendidikan Anak
Pemulung di Bantar
Gebang Bekasi / Fakultas
Ilmu Dakwah dan
Komunikasi Univ. Islam
Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta /
2010.
Skripsi ini
membahas tentang
bagaimana
pendayagunaan
zakat sebagai sarana
pendidikan untuk
anak pemulung di
Bantar Gebang,
Bekasi serta apa
yang menjadi faktor
pendukung dan
penghambat dalam
kegiatannya.
Penelitian yang
dilakukan selain
mencakup dua
pembahasan itu, juga
meneliti ukuran
optimalisasi dalam
pendayagunaannya.
2 Sulfiani / Optimalisasi
Penyaluran dan
Pendayagunaan Zakat
Produktif Untuk
Skripsi ini
membahas tentang
optimalisasi
penyaluran dan
Penelitian berfokus
pada optimalisasi
pendayagunaan zakat
14
Pemberdayaan Ekonomi
Umat Pada Lembaga
Kemanusiaan Indonesia
Dana Kemanusiaan
Dhuafa (DKD) Magelang
/ Fakultas Agama Islam
Univ. Muhammadiyah
Yogyakarta/2010.
pendayagunaan
zakat produktif
untuk kegiatan
pemberdayaan
ekomomi.
di bidang pendidikan.
3 Nana Permana /
Optimalisasi
Pendayagunaan Zakat,
Infaq, dan Sedekah di
LAZIS NU Kelurahan
Berkoh Kecamatan
Purwokerto Selatan
Kabupaten Banyumas /
Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri
Purwokerto/2014.
Skripsi ini
membahas tentang
optimalisasi
pendayagunaan ZIS
yang dilakukan
LAZIS NU
Kelurahan Berkoh
Kecamatan
Purwokerto Selatan
Kabupaten
Banyumas.
Pembahasan lebih
difokuskan pada
optimalisasi zakat
untuk kegiatan
pendidikan.
4 Nur Eviyati / Pengaruh
Pemberian Zakat
Produktif Dalam Bentuk
Beasiswa Ceria dan
Lingkungan Keluarga
Terhadap Kualitas
Prestasi Mustahik
Dengan Motivasi
Sebagai Variabel
Moderasi (Studi Kasus
Skripsi ini
membahas tentang
pengaruh pemberian
zakat produktif
dalam bentuk
beasiswa terhadap
kualitas prestasi
mustahik.
Fokus pembahasan
terdapat pada
optimalisasi
pendayagunaan zakat
melalui program
beasiswa.
15
Pada Rumah Zakat
Tahun 2010-2013) /
Fakultas Syari’ah dan
Hukum UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta /
2015.
5 Syaiful dan Suwarno /
Kajian Pendayagunaan
Zakat Produktif Sebagai
Alat Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat
(Mustahiq) Pada
LAZISMU PDM di
Kabupaten Gresik /
BENEFIT Jurnal
Managemen dan Bisnis
Univ. Muhammadiyah
Gresik / 2015.
Jurnal ini membahas
tentang
pendayagunaan
zakat produktif
sebagai alat
pemberdaya
ekonomi.
Fokus pembahasan
yaitu optimalisasi
pendayagunaan zakat
di bidang pendidikan.
6 Miss A-E-Soh Seena /
Optimalisasi Dana Zakat
di Rumah Zakat Cabang
Yogyakarta (Studi Pada
Pengembangan Program
Sekolah Juara) / Fakultas
Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta / 2014.
Skripsi ini
membahas tentang
optimalisasi dana
zakat dalam upaya
meningkatkan
pendidikan di
Rumah Zakat pada
program Sekolah
Juara.
Pembahasan
mengenai
optimalisasi
pendayagunaan zakat
melalui program
beasiswa MTT.
16
C. Zakat
1. Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat memiliki beberapa arti, yaitu al-barakatu
‘keberkahan’, al-namaa ‘pertumbuhan dan perkembangan’, ath-thaharatu
‘kesucian’, dan ash-shalahu ‘keberesan (kebaikan)’.6 Adapun zakat menurut
syara’, berarti hak yang wajib (dikeluarkan dari) harta. Sedangkan menurut istilah
adalah sebagian dari harta tertentu yang wajib diberikan kepada yang berhak
untuk menerimanya dengan syarat-syarat tertentu pula sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Selain pengertian zakat secara bahasa,
syara’ dan istilah, banyak di dalam kalangan ulama memiliki berbagai persepsi
yang bermacam-macam mengenai pengertian zakat. Sebagai contoh, mazhab
Maliki berpendapat bahwa zakat adalah mengeluarkan sebagian yang khusus dari
harta yang khusus pula yang telah mencapai nishab (batas kuantitas yang
mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan
catatan, kepemilikan itu penuh dan mencapai haul (setahun) bukan barang
tambang dan bukan pertanian.
Mazhab Hanafi mendefinisikan zakat dengan “menjadikan sebagian harta
sebagai milik (tamlik)”, dalam definisi di atas dimaksudkan sebagai penghindaran
dari kata ibahah (pembolehan). Menurut mazhab Syafi’i, zakat adalah sebuah
ungkapan untuk keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan cara khusus. Sedangkan
menurut mazhab Hambali, zakat ialah hak yang wajib (dikeluarkan dari harta
yang khusus untuk kelompok yang khusus pula).7 Adapun pengertian zakat
menurut Dr. Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, “Zakat adalah suatu kewajiban
6 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani, 2002),
h. 7.
7 Wahbah Al-Zuhayly, Zakat: Kajian Berbagai Mazhab, Penerjemah Agus Effendi dan Bahruddin Fananny (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), h. 83-84.
17
bagi umat Islam yang telah ditetapkan dalam Alquran, Sunah nabi, dan ijma’ para
ulama.”8
Secara lahiriah, zakat mengurangi nilai nominal dengan mengeluarkannya.
Tetapi dibalik pengurangan yang bersifat jelas ini, hakikatnya akan bertambah dan
berkembang (nilai intrinsik) yang hakiki di sisi Allah SWT. Selain itu ada istilah
sedekah dan infak, sebagian ulama fiqh mengatakan bahwa sedekah wajib
dinamakan zakat dan sedekah sunnah dinamakan infak. Sebagian yang lain
mengatakan infak wajib dinamakan zakat, sedangkan infak sunnah dinamakan
sedekah. Dinamakan demikian karena harta itu tumbuh berkembang.
Dalam ajaran Islam, harta yang dizakati itu akan tumbuh dan berkembang,
bertambah karena suci dan berkah yang dapat membawa kebaikan bagi hidup.
Maka dapat disimpulkan bahwa zakat adalah suatu kegiatan ibadah maaliyyah
yang diwajibkan oleh Allah SWT kepada tiap-tiap umat-Nya yang memenuhi
syarat sebagai muzakki, dengan cara menyisihkan sebagian dari harta yang
mereka miliki untuk diberikan kepada mustahiq sesuai syarat ketentuan dan tata
cara yang ditetapkan dalam Al-Qur’an dan hadits.
2. Dasar Hukum Zakat
Sebagai suatu ibadah pokok, zakat termasuk rukun ketiga dari rukun Islam
yang lima, sebagaimana diungkapkan dalam berbagai hadits Nabi. Sehingga
keberadaannya dianggap sebagai ma’luum minad-diin bidh-dharuurah atau
diketahui secara otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak dari keislaman
seseorang9. Sama halnya dengan perintah shalat, zakat merupakan salah satu
ibadah yang sangat ditekankan oleh Allah SWT kewajibannya, sehingga tak heran
dalam Al-Qur’an pun banyak ayat yang mengandung perintah shalat dan zakat
8 Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ekonomi Zakat Sebuah Kajian Moneter Dan
Keuangan Syari’ah, Penerjemah Muhammad Abqary Abdullah Karim (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 1.
9 Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial (Bandung: 1994), h. 231.
18
selalu dikaitkan secara bersamaan dalam satu ayat. Selain itu, perintah berzakat
juga banyak terdapat dalam ayat lainnya selain yang berkaitan langsung dengan
shalat. Ketentuan lainnya juga terdapat pada hadits / sunnah Nabi maupun ucapan
dari para ulama terdahulu. Ini membuktikan bahwa dasar hukum perintah zakat
sangatlah kuat dan tidak boleh ditinggalkan.
Kuatnya perintah tersebut pun menimbulkan perbedaan persepsi positif
mengenai jumlah ayat Al-Qur’an terkait zakat di kalangan para guru besar serta
ulama. Sebagai contoh, menurut M. Fuadz Baqi10, perintah zakat dalam Al-Qur’an
disebut sebanyak 82 kali. Sedangkan menurut Yusuf Qardhawi terkait dengan
intensitas penggunaan kata zakat dalam Al-Qur’an, beliau berpendapat bahwa
kata zakat dalam bentuk ma’rifat (definisi) disebutkan 30 kali di dalam Al-Qur’an
di antaranya 27 kali disebutkan dalam satu ayat bersama shalat, dan hanya satu
kali disebutkan dalam konteks yang sama dengan shalat tetapi tidak di dalam satu
ayat, yaitu terdapat pada surat al-Mu’minun (23):1-4 yang berbunyi:
و معرضون ٢( الذين هم صلتم خاشعون )١قد أف لح المؤمنون ) ( ٣) ( والذين هم عن الل
(٤والذين هم للزكاة فاعلون )
Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-
orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri
dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang
menunaikan zakat.”
Yusuf Qardhawi juga menambahkan bahwa dalam 30 kali kata zakat disebutkan,
8 kali terdapat di dalam surat-surat yang turun di Makkah (Makkiyah) sedangkan
lainnya diturunkan di Madinah (Madaniyyah).11
Selain ayat di atas, berikut ini adalah sebagian dari dasar hukum zakat dari
Al-Qur’an:
10 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED, 2005), h. 7.
11 Sudirman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas (Malang: UIN-Malang Press, 2007), h. 15.
19
a. Al-Baqarah (2): 43
ني ع ع الراك وا م ع ك اة وا وا الزك ة وآت ل وا الص يم ق وأ
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku'.”
b. Al-Baqarah (2): 110
د الل ن وع ع د ير ن خ م م ك س ف وا لن م د ق ا ت وم اة وا الزك ة وآت ل وا الص يم ق وأ
صي ون ب ل م ع ا ت ن الل ب إ
Artinya: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat, dan kebaikan apa saja
yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada
sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”
c. Al-Bayyinah (98): 5
وا الزك اة ؤت ة وي ل وا الص يم اء وي ق ف ن ين ح ه الد ني ل ص وا الل مل د ب ع ي ل ل روا إ م ا أ وم
م ة ي ق ل ين ا ك د ل وذ
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus.”
Adapun beberapa dasar hukum zakat yang terdapat dalam hadits, yaitu:
a. Hadits Ibnu Majah Nomor 1789:
ب ع ن الش ب حزة ع ن أ ريكر ع ن ش م ع ن آد ا يي ب ن ث د در ح ن مم ي ب ل ا ع ن ث د ح
نا س سر أ ي ت ق ن ة ب م اط ن ف ع س ي و ل ق لم ي ه وس ي ل لا الل ع ع ي النب ص ه ت ه ع
اة وى الزك ق س ا ح م ل )واع ابن ماجه( ا
20
“Telah menceritakan kepada kami (Ali bin Muhammad) berkata, telah
menceritakan kepada kami (Yahya bin Adam) dari (Syarik) dari (Abu Hamzah)
dari (Sya'bi) dari (Fatimah binti Qais) bahwasanya ia pernah mendengarnya,
yakni Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidak ada hak dalam
harta kecuali zakat.”12
b. Hadits Shahih Muslim Nomor 2276:
ا ن ث د وا ح ال ا ق يس ن ع حد ب ي وأ ل يدر الي ع ن س ون ب ا ر وه و الطاه ب ث ي أ د و ح
رة ري ه ت أ ع كر ق ا س ال ن م راك ب ن ع يه ع ب ن أ ة ع بن مرم خ بر أ ن وه ب ا
ل ة إ ق د د ص ب ع ل ا س ي ا ل لم ق ه وس ي ل لا الل ع و الل ص س ن ث ع يد
)واع مسلم ( ر ط ف ل ة ا ق د ص
“Dan telah menceritakan kepadaku [Abu Thahir] dan [Harun bin Sa'id Al Aili]
dan [Ahmad bin Isa] mereka berkata, telah menceritakan kepada kami [Ibnu
Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Makhramah] dari [bapaknya] dari [Irak
bin Malik] ia berkata, saya mendengar [Abu Hurairah] menceritakan dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidak wajib menzakati
hamba sahaya kecuali zakat fitrahnya.”13
Adapun dalil berupa ijma’ ialah adanya kesepakatan semua (ulama) umat
Islam di semua negara sepakat bahwa zakat adalah wajib. Bahkan, para sahabat
Nabi saw. Sepakat untuk membunuh orang-orang yang enggan mengeluarkan
zakat. Dengan demikian, barang siapa mengingkari kefarduannya, berarti dia kafir
atau jika sebelumnya dia merupakan seorang Muslim yang dibesarkan di daerah
Muslim, menurut kalangan para ulama berarti dia murtad. Kepadanya diterapkan
hukum-hukum orang murtad. Seseorang hendaknya menganjurkannya untuk
bertobat.
12 Abu Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini Ibnu Majah, Ensiklopedia Hadits 8:
Sunan Ibnu Majah, Penerjemah Saifuddin Zuhri (Jakarta: Almahira, 2013), h. 316.
13 Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Ensiklopedia Hadits 3: Shahih Muslim 1, Penerjemah Ferdinand Hasmand, dkk (Jakarta: Almahira, 2012), h. 445.
21
Anjuran itu dilakukan sebanyak tiga kali. Jika dia tidak mau bertobat, mereka
harus dibunuh. Barang siapa mengingkari kefarduan zakat karena tidak tahu, baik
karena baru memeluk Islam maupun karena dia hidup di daerah yang jauh dari
tempat ulama, hendaknya dia diberitahu tentang hukumnya. Dia tidak dihukumi
sebagai orang kafir sebab dia memiliki uzur.14
Selain perkataan zakat, ada istilah lain yang berkenaan dengan
membelanjakan harta kekayaan yang dimiliki seseorang, yaitu sedekah. Walaupun
tujuan zakat dan sedekah sama, namun kedua istilah ini berbeda jika dipandang
dari segi hukum. Oleh karena itu, orang mempergunakan istilah sedekah wajib
untuk zakat dan sedekah sunnah untuk sedekah biasa. Zakat dinamakan sedekah
karena tindakan itu akan menunjukkan kebenaran (shidq) seorang hamba dalam
beribadah dan melakukan ketaatan kepada Allah SWT.15
Dari penjelasan serta ayat Al-Qur’an dan hadits di atas, dapat disimpulkan
bahwa zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur
pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu, hukum zakat adalah wajib
(fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat
termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur
secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, sekaligus
merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang
sesuai dengan perkembangan umat manusia.
3. Sumber Zakat dan Golongan Penerima Zakat
a. Sumber Zakat
Pada dasarnya zakat terbagi menjadi dua macam. Pertama, zakat yang
berhubungan dengan badan atau disebut zakat fithrah. Zakat fithrah
merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim yang
mempunyai kelebihan dari nafkah keluarga yang wajar, yang dilaksanakan
14 Wahbah Al-Zuhayly, Zakat: Kajian Berbagai Mazhab, h. 90-91.
15 Sudirman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas, h. 16.
22
maksimal sebelum khatib turun dari mimbar pada hari raya Idul Fitri, sebagai
tanda syukur kepada Allah karena telah selesai menunaikan ibadah puasa.
Selain untuk menggembirakan hati fakir miskin pada hari raya Idul Fitri, zakat
fithrah dimaksudkan untuk menyucikan diri dari dosa-dosa yang mungkin ada
ketika melaksanakan puasa di bulan Ramadhan.
Sedangkan untuk ukuran zakat fithrah per jiwa adalah 1 sha’ (takaran),
sama dengan 4 mud (1 mud adalah ukuran satu cakupan penuh dua telapak
tangan normal yang digabungkan). Menurut Hanafiyah, 1 sha’ sama dengan 8
rithl Iraqi. Satu rithl Iraqi sama dengan bobot 130 dirham dan membandingi
3800 gr. Jadi menurut madzhab Hanafi, 1 sha’ adalah 3800 gr atau 3,8 kg.16
Mengingat sha’ adalah ukuran takaran, umumnya ukuran ini sulit untuk
disetarakan (dikonversi) ke dalam ukuran berat karena nilai berat satu sha’ itu
berbeda-beda tergantung berat jenis benda yang ditakar. Satu sha’ tepung
memiliki berat yang tidak sama dengan berat satu sha’ beras. Oleh karena itu,
ukuran zakat fithrah yang ideal adalah berdasarkan takaran bukan dari
timbangan. Berdasarkan Lajnah Daimah no. fatwa: 12572, para ulama telah
melakukan penelitian bahwa satu sha’ untuk beras dan gandum beratnya
kurang lebih 3 kg.17
Kedua, zakat yang berhubungan dengan harta atau zakat maal. Menurut
UU Nomor 23 Tahun 2011 dalam penjelasan pasal 4 ayat 3, zakat maal
merupakan harta yang dimiliki oleh muzakki perseorangan atau badan usaha.
Daud Ali berpendapat18, zakat maal adalah bagian dari harta kekayaan
16 Abdqadir Alhamid, Zakat Fitrah, Satu Sha’ Berbagai Mazhab, diakses dari
http://ahlulbaitrasulullah.blogspot.co.id/2013/07/kajian-fiqih-tentang-zakat-fitrah.html , pada tanggal 10 Agustus 2017 pukul 12.30.
17 Ammi Nur Baits, Ukuran Zakat Fitrah, diakses dari https://konsultasisyariah.com/7069-kadar-zakat-fitrah.html , pada tanggal 10 Agustus 2017 pukul 12.50.
18 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, h. 10.
23
seseorang (juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-
orang tertentu setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu dalam jumlah
minimal tertentu. Seperti yang telah diketahui pada pembahasan sebelumnya,
di dalam surah At-Taubah (9): 103 dijelaskan bahwa zakat itu diambil dari
setiap harta yang kita miliki, dan juga diambil dari setiap hasil usaha yang
baik dan halal, seperti yang terdapat dalam surah Al-Baqarah (2): 267. Adapun
yang menjadi problematika tentang pembagian harta yang menjadi sumber
dikeluarkannya zakat, memunculkan berbagai macam pendapat di kalangan
ulama.
Sebagai contoh, Ahmad Mustafa Al-Maraghi19 ketika menjelaskan firman
Allah surah Al-Baqarah ayat 267 menyatakan bahwa ayat ini merupakan
perintah Allah kepada orang-orang yang beriman untuk mengeluarkan zakat
(infak) dari hasil usaha yang terkait, baik yang berupa mata uang, barang
dagangan, hewan ternak, maupun yang berbentuk tanaman, buah-buahan, dan
biji-bijian. Kemudian Yusuf Qardhawi menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan harta (al-amwaal) merupakan bentuk jamak dari kata maal, dan maal
bagi orang Arab, yang dengan bahasanya Al-Qur’an diturunkan, adalah segala
sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk menyimpan dan
memilikinya. Ibnu Asyr, sebagaimana dikutip Yusuf al-Qardhawi20,
mengemukakan bahwa harta itu pada mulanya berarti emas dan perak, tetapi
kemudian berubah pengertiannya menjadi segala barang yang disimpan dan
dimiliki. Ulama lain, sebagaimana dikutip Zarqa dalam Fiqh Islam21,
menyatakan bahwa harta itu adalah segala yang diinginkan oleh manusia dan
dimungkinkan menyimpannya sampai waktu yang dibutuhkan.
19 Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (Kairo: Maktabah Tijariyyah, 1365 H), jilid I, h. 39.
20 Yusuf al-Qardhawi, Fiqh Zakat (Beirut: Muassasah Risalah, 1991), h. 126.
21 Mustafa Ahmad Zarga, al-Fiqh al-Islami fi Tsanbihi al-Jadid (Damaskus: Jami’ah Damaskus, 1946), h. 118.
24
Sebagian ulama lain menambahkan pengertian dengan menyatakan bahwa
harta itu di samping diinginkan oleh manusia, juga dimungkinkan
diperjualbelikan atau dimanfaatkan. Kemudian dari pendapat para ulama
Mazhab Hanafi22 yang menyatakan bahwa harta itu adalah segala yang dapat
dimiliki dan digunakan menurut galibnya, seperti tanah, binatang, barang-
barang perlengkapan, dan juga uang. Maka dapat disimpulkan, bahwa segala
harta yang secara konkret belum terdapat contohnya di zaman Nabi, tetapi
dengan perkembangan perekonomian modern sangat berharga dan bernilai,
maka termasuk kategori harta yang apabila memenuhi syarat-syarat kewajiban
zakat, harus dikeluarkan zakatnya.23
Adapun persyaratan harta menjadi sumber / objek zakat, adalah sebagai
berikut:
1. Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan yang halal.
Artinya, harta yang haram, baik substansi bendanya maupun cara
mendapatkannya, jelas tidak dapat dikenakan kewajiban zakat, karena
Allah SWT tidak akan menerimanya.
2. Harta tersebut berkembang atau berpotensi untuk dikembangkan, seperti
melalui kegiatan usaha, perdagangan, melalui pembelian saham, atau
ditabungkan, baik dilakukan sendiri maupun bersama orang atau pihak
lain. Harta yang tidak berkembang atau tidak berpotensi untuk
berkembang, maka tidak dikenakan kewajiban zakat.
3. Milik penuh, yaitu harta tersebut berada di bawah kontrol dan di dalam
kekuasaan pemiliknya, atau seperti menurut sebagian ulama bahwa harta
itu berada di tangan pemiliknya, didalamnya tidak tersangkut dengan hak
orang lain, dan ia dapat menikmatinya.
22 Ibn Abidin, Haasyiyah Raddul-Mukhtar (Mesir: Mushtafa al-Baabi al-Halabi, 1996), h.
2.
23 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, h. 15-18.
25
4. Harta tersebut harus mencapai nishab, yaitu jumlah minimal yang
menyebabkan harta terkena kewajiban zakat24. Contohnya nishab zakat
emas adalah 85 gram, zakat hewan ternak kambing adalah 40 ekor, dan
sebagainya.
5. Sumber-sumber zakat tertentu, seperti perdagangan, peternakan, emas dan
perak, harus sudah berada atau dimiliki atau pun diusahakan oleh muzakki
dalam tenggang waktu satu tahun, inilah yang disebut dengan persyaratan
al-haul.
6. Sebagian ulama mazhab Hanafi mensyaratkan kewajiban zakat setelah
terpenuhi kebutuhan pokok, atau dengan kata lain, zakat dikeluarkan
setelah terdapat kelebihan dari kebutuhan hidup sehari-hari yang terdiri
atas kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Mereka berpendapat bahwa
yang dimaksud dengan kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang jika tidak
terpenuhi, akan mengakibatkan kerusakan dan kesengsaraan dalam hidup.
Berdasarkan penjelasan syarat-syarat suatu harta menjadi sumber zakat di
atas, maka mengenai penetapan jenis-jenis harta yang menjadi sumber zakat
secara terperinci yang telah dikemukakan dalam Al-Qur’an dan hadits, serta
melalui kesepakatan para ulama, terdiri dari lima macam, yaitu:
1. Zakat hewan ternak.
2. Zakat emas dan perak.
3. Zakat pertanian.
4. Zakat perdagangan.
5. Zakat barang tambang dan barang temuan (rikaz).
Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya perekonomian yang
semakin modern di era saat ini, jenis-jenis harta yang termasuk kategori wajib
dikeluarkan zakat mal nya pun semakin berkembang, atau dengan kata lain
24 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, h. 24.
26
zakat kontemporer. Menurut Didin Hafidhuddin, sumber-sumber zakat dalam
perekonomian modern diantaranya adalah:
1. Zakat surat-surat berharga (saham) dan obligasi.
2. Zakat perdagangan mata uang.
3. Zakat madu dan produk hewani.
4. Zakat investasi properti.
5. Zakat asuransi syari’ah.
6. Zakat usaha modern (misal: taman anggrek, sarang burung walet, ikan
hias, dan sebagainya).
7. Zakat sektor rumah tangga modern.
b. Golongan Penerima Zakat
Penetapan pemberian harta zakat kepada golongan penerima zakat atau
yang lebih dikenal dengan sebutan ashnaf, telah jelas tertulis dalam Q.S. At-
Taubah (9): 60, yang berbunyi:
ا الصدقات للفقراء والمساكني والعاملني علي ها والمؤلفة مني و إن ا وال سبيل ق لوبم و الر قا
بيل فريض عليم حكيم الل وابن الس ة من الل والل
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S.
At-Taubah (9): 60)
Berdasarkan firman Allah SWT di atas, maka jelas bahwa pemberian zakat
wajib disalurkan kepada delapan ashnaf tersebut. Oleh karenanya, negara tidak
mempunyai otoritas dalam menggunakan dana zakat selain untuk kepentingan
delapan ashnaf. Adapun penjelasan mengenai delapan ashnaf di atas akan
dijabarkan sebagai berikut:
27
1. Fakir: yaitu golongan yang tak memiliki harta sekaligus pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, maupun tempat
tinggal. Atau orang yang sama sekali tidak mempunyai pekerjaan, atau
mempunyai pekerjaan tetapi penghasilannya sangat kecil sehingga tidak
cukup untuk memenuhi sebagian dari kebutuhannya.
2. Miskin: Golongan yang tak memiliki harta cukup yang berguna
mencukupi kebutuhan dasarnya, akan tetapi masih memiliki kesanggupan
untuk mencarinya. Orang miskin memiliki kemampuan memperoleh
penghasilan meski teramat sedikit dan mencukupi untuk menyambung
hidup.
3. Amil: Amil adalah para pekerja yang telah diserahi tugas oleh penguasa
atau penggantinya untuk mengambil harta zakat dari muzakki,
mengumpulkan, dan menyalurkannya. Dengan kata lain, amil adalah
badan/lembaga atau panitia yang mengurus dan mengelola zakat, terdiri
dari orang-orang, yang diangkat oleh pemerintah atau masyarakat.
4. Mu’allaf: Mu’allaf yang dibujuk hatinya, yaitu orang yang memiliki
kekharismatikan tinggi dalam keluarga atau kaumnya dan bisa diharapkan
masuk Islam, atau dikhawatirkan perbuatan jahatnya atau bila diberi zakat
orang tersebut bisa diharapkan keimanannya akan semakin mantap.
5. Riqab: Yaitu hamba sahaya, bagian ini diberikan untuk memerdekakan
budak, atau dalam rangka membantu memerdekakannya. Seiring
berkembangnya zaman, budak dalam arti harfiah seperti pada masa pra
Islam mungkin sudah tidak ada lagi, tetapi perbudakan dalam bentuk lain
masih banyak. Misalnya, masyarakat Islam yang tertindas baik oleh
penjajahan atau dominasi golongan lain.
6. Gharimin: Orang yang berhutang bukan untuk keperluan maksiat, seperti
hutang untuk menafkahi dirinya, anak-anak dan istrinya serta hamba
sahaya miliknya. Adapun golongan yang berhutang dan tidak mampu
melunasi hutang-hutangnya, terbagi menjadi tiga. Pertama, hutang yang
menjadi kewajiban seseorang untuk kemaslahatan dirinya sendiri dan
bukan untuk maksiat. Kedua, hutang yang wajib dibayar karena
28
mendamaikan dua orang yang berselisih. Ketiga, hutang yang wajib
dibayar karena menanggung orang lain.
7. Fii Sabilillah: Kata fii sabilillah memiliki arti luas, pengertiannya bisa
berubah sesuai waktu dan kebiasaan. Fii sabilillah meliputi banyak
perbuatan, meliputi berbagai bidang perjuangan dan amal ibadah, baik segi
agama, pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, kesenian, dan lain-lain.
Semua usaha kebaikan untuk kemaslahatan umum, semua upaya yang
dapat menambah kekuatan dan kejayaan agama dan negara termasuk
dalam kandungan fii sabilillah.
8. Ibnu Sabil: Yang dimaksud ibnu sabil adalah musafir, orang yang
bepergian jauh, yang kehabisan bekal. Pada saat itu, ia sangat
membutuhkan belanja bagi keperluan hidupnya. Ia berhak mendapatkan
bagian zakat sekadar keperluan yang dibutuhkan sebagai bekal dalam
perjalanannya sampai tempat yang dituju. Sesuai dengan perkembangan
zaman, dana zakat ibnu sabil dapat disalurkan antara lain untuk keperluan:
beasiswa bagi pelajar/mahasiswa yang kurang mampu, mereka yang
belajar jauh dari kampung halaman, mereka yang kehabisan atau
kekurangan belanja, penyediaan sarana pemondokan yang murah bagi
musafir muslim atau asrama pelajar dan mahasiswa.
4. Hikmah dan Manfaat Zakat
Zakat merupakan salah satu ibadah yang ditekankan kewajibannya oleh Allah
SWT. Di samping itu, Allah SWT pun tidak akan mungkin mensyariatkan suatu
perbuatan ibadah tanpa tujuan yang jelas. Dengan menjalankan perintah-Nya,
niscaya tidak akan ada kerugian yang kita rasakan maupun kita dapatkan, justru
akan mendapatkan manfaat serta kebaikan-kebaikan yang berlimpah dari Allah
SWT. Terlebih praktek zakat ini adalah ajang dimana kita berlomba-lomba dalam
kebaikan, melalui beramal kepada sesama manusia, yang mana dapat
membuktikan seberapa khusyu’nya ibadah kita dalam mencari sebanyak-
banyaknya keberkahan di dunia ini dengan peduli antara sesama makhluk ciptaan-
Nya.
29
Berdasarkan uraian tersebut, maka jelas bahwa zakat mengandung hikmah
dan manfaat yang besar dan mulia, baik itu dirasakan oleh muzakki, mustahiq,
harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat secara keseluruhan.
Hikmah dan manfaat tersebut antara lain tersimpul sebagai berikut25:
1. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT , mensyukuri nikmat-
Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,
menghilangkan sifat kikir, tamak serta materialistis, menumbuhkan
ketenangan hidup, sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta
yang dimiliki.
2. Dapat memelihara harta orang-orang kaya dari perbuatan orang-orang
jahat yang diakibatkan oleh kesenjangan sosial.
3. Dapat membantu para fakir-miskin dan orang-orang yang membutuhkan
sehingga kecemburuan sosial dapat dihilangkan serta akan terwujud
ketentraman dan kedamaian dalam masyarakat.
4. Sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara orang-orang kaya yang
berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya
digunakan untuk berjihad di jalan Allah, yang karena kesibukan tersebut,
ia tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan berikhtiar
bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya.
5. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana / prasarana
yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah, pendidikan,
kesehatan, sosial maupun ekonomi, sekaligus sarana pengembangan
kualitas sumberdaya manusia.
6. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukanlah
membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari hak
orang lain dari harta kita yang diusahakan dengan baik dan benar.
7. Merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat
yang dikelola dengan baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan
ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan.
25 Sudirman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas, h. 53-54.
30
D. Pendayagunaan
1. Pengertian Optimalisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), optimalisasi berasal dari
kata dasar “optimal” yang berarti terbaik, tertinggi, paling menguntungkan,
menjadikan paling baik, menjadikan paling tinggi, pengoptimalan proses, cara,
perbuatan mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dan
sebagainya). Sehingga optimalisasi adalah suatu tindakan, proses, atau
metodologi untuk membuat sesuatu (sebagai sebuah desain, sistem, atau
keputusan) menjadi lebih / sepenuhnya sempurna, fungsional, atau lebih
efektif.26
2. Pengertian Pendayagunaan
Pendayagunaan berasal dari kata “guna” yang berarti manfaat. Adapun
pengertian pendayagunaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:
- Pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat.
- Pengusaha (tenaga dan sebagainya) agar mampu menjalankan tugas
dengan baik.27
Maka dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan adalah suatu cara atau
usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar dan lebih baik.
Adapun pola pendayagunaan dana zakat merupakan bentuk proses
optimalisasi pendayagunaan dana zakat agar lebih efektif, bermanfaat, dan
berdayaguna.
3. Sifat dan Pola Pendayagunaan
Ada dua bentuk penyaluran dana antara lain:
26 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 800.
27 Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 189.
31
a. Bentuk sesaat, dalam hal ini berarti bahwa zakat hanya diberikan kepada
seseorang satu kali atau sesaat saja, tidak disertai target terjadinya
kemandirian ekonomi dalam diri mustahik. Penyebab dilakukannya
bantuan sesaat ini dikarenakan mustahik yang bersangkutan tidak mungkin
lagi mandiri, seperti pada diri orang tua yang sudah jompo, ataupun orang
cacat. Sifat dari bantuan sesaat ini idealnya adalah hibah.
b. Bentuk pemberdayaan, merupakan penyaluran zakat yang disertai target
merubah keadaan penerima dari kondisi kategori mustahik menjadi
muzakki. Target ini adalah target besar yang tidak dapat dengan mudah
dan dalam waktu yang singkat. Untuk itu, penyaluran zakat harus disertai
dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada
penerima. Apabila permasalahannya adalah permasalahan kemiskinan,
harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut sehingga dapat mencari
solusi yang tepat demi tercapainya target yang telah dicanangkan.
Menurut Widodo28, sifat dana bantuan pemerdayaan terdiri dari tiga, yaitu:
a. Hibah, zakat pada asalnya harus diberikan berupa hibah. Artinya, tidak ada
ikatan antara pengelola dengan mustahik setelah penyerahan zakat.
b. Dana bergulir, zakat dapat diberikan berupa dana bergulir oleh pengelola
kepada mustahik dengan catatan harus qardul hasan, artinya tidak boleh
ada kelebihan yang harus diberikan oleh mustahik kepada pengelola ketika
pengembalian pinjaman tersebut. Jumlah pengembalian sama dengan
jumlah yang dipinjamkan.
c. Pembiayaan, penyaluran zakat oleh pengelola kepada mustahik tidak boleh
dilakukan berupa pembiayaan, artinya tidak boleh ada ikatan seperti
shahibul maal dengan mudharib dalam penyaluran zakat.
28 M. Syahril Syamsuddin, Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Zakat Produktif (Studi
Kasus pada Badan Amil Zakat Daerah/BAZDA Kota Tangerang), (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 22-23.
32
Menurut M. Daud Ali29, pemanfaatan dana zakat dapat dikategorikan
sebagai berikut:
a. Pendayagunaan yang konsumtif dan tradisional, sifatnya dalam kategori
ini penyaluran diberikan kepada orang yang berhak menerimanya untuk
dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan.
b. Pendayagunaan yang konsumtif kreatif, maksudnya penyaluran dalam
bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa dan lain-lain.
c. Pendayagunaan produktif tradisional, maksudnya penyaluran dalam
bentuk barang-barang produktif, misalnya kambing, sapi, mesin jahit, alat-
alat pertukangan, dan sebagainya. Tujuan dari kategori ini adalah untuk
menciptakan suatu usaha atau memberikan lapangan kerja bagi fakir
miskin.
d. Pendayagunaan produktif kreatif, pendayagunaan ini diwujudkan dalam
bentuk modal yang dapat dipergunakan baik untuk membangun sebuah
proyek sosial maupun untuk membantu atau menambah modal seorang
pedagang atau pengusaha kecil.
Sedangkan dari sisi pemanfaatan, maka pola pendayagunaan dana ZIS di
Indonesia terkonsentrasi pada 4 sektor, yaitu:30
a. Bantuan melalui kelompok binaan
Yang dimaksud dengan bantuan kelompok binaan adalah memberikan
bantuan modal usaha bagi kelompok yang mempunyai kemampuan untuk
berusaha sebagai upaya untuk mempertahankan kehidupan, baik bagi diri
sendiri, keluarga dan kelompok usaha itu sendiri agar pengembangan
ekonomi di kalangan mustahik lebih meningkat.
29 M. Syahril Syamsuddin, Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Zakat Produktif (Studi
Kasus pada Badan Amil Zakat Daerah/BAZDA Kota Tangerang), h. 24-25.
30 Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat, Petunjuk Pelaksanaan Kemitraan Dalam Pengelolaan Zakat, (Jakarta: Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2011), h. 10.
33
b. Pemberdayaan ekonomi
Dalam melakukan pengembangan ekonomi, ada beberapa kegiatan yang
dapat dijalankan oleh lembaga zakat. Kegiatan ini bisa dibagi kedalam
berbagai bentuk, misalnya pemberian bantuan uang sebagai modal kerja,
bantuan pendirian gerai-gerai sebagai lahan pemasaran hasil-hasil industri
kecil, penyediaan fasilitator dan konsultan untuk menjamin keberlanjutan
usaha, dan lain-lain.
c. Pendidikan
Dalam bidang pendidikan ada empat hal yang dapat dilakukan, yaitu:
Pertama, beasiswa. Kedua, Orang Tua Asuh. Ketiga, pendidikan melalui
swadaya masyarakat. Program pendidikan seperti ini umumnya didirikan
atas inisiatif dan dikelola langsung oleh kelompok masyarakat atau
lembaga dan adakalanya bukan sekolah formal. Keempat, pembangunan
fisik sarana pendidikan. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada kondisi dan
waktu yang memang dianggap diperlukan (bersifat tidak rutin). Misalnya,
memperbaiki sarana sekolah dan bangunan sekolah yang mengalami
kerusakan, serta pembangunan fasilitas dan gedung sekolah pada lokasi
yang memang belum memiliki fasilitas tersebut.
d. Layanan sosial
Yang dimaksud layanan sosial adalah layanan yang diberikan kepada
kalangan mustahik dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kebutuhan
mustahik sangat beragam, tergantung kondisi yang sedang dihadapi. Dari
kebutuhan yang sangat mendasar, seperti kebutuhan pangan, pengobatan,
pembayaran SPP dan tunggakannya serta biaya transportasi pulang
kampung.
4. Hikmah dan Tujuan Pendayagunaan Zakat
Seperti yang telah kita ketahui bahwasahnya zakat adalah ibadah dalam
bidang harta yang memiliki manfaat yang besar dan mulia, baik itu dirasakan oleh
orang yang berzakat, penerima harta zakat, maupun bagi masyarakat keseluruhan.
Dalam hal ini, para ulama telah membahas mengenai apa hikmah dan tujuan dari
34
adanya zakat. Di antaranya, menurut Yusuf Qardhawi secara umum terdapat dua
tujuan dari ajaran zakat, yaitu untuk kehidupan individu dan untuk kehidupan
sosial kemasyarakatan. Tujuan yang pertama meliputi pensucian jiwa dari sifat
kikir, mengembangkan sifat suka berinfak atau memberi, mengembangkan akhlak
seperti akhlak Allah, mengobati hati dari cinta dunia yang membabi buta,
mengembangkan kekayaan batin dan menumbuhkan rasa simpati dan cinta sesama
manusia. Dengan ungkapan lain, esensi dari semua tujuan ini adalah pendidikan
yang bertujuan untuk memperkaya jiwa manusia dengan nilai-nilai spiritual yang
dapat meninggikan harkat dan martabat manusia melebihi martabat benda, dan
menghilangkan sifat materialisme dalam diri manusia.31
Tujuan kedua memiliki dampak pada kehidupan kemasyarakatan secara luas.
Dari segi kehidupan masyarakat, zakat merupakan suatu bagian dari sistem
jaminan sosial dalam Islam. Kehidupan masyarakat sering terganggu oleh
problema kematian dalam keluarga dan hilangnya perlindungan, bencana alam
maupun kultural dan lain sebagainya.32
Dengan demikian, tujuan pendayagunaan zakat pada dasarnya apa saja yang
dapat memberikan dan melanggengkan kemaslahatan bagi seluruh masyarakat,
termasuk usaha-usaha yang mengarah kepada itu, maka dapat menjadi bagian dari
pendayagunaan zakat dilihat dari sisi maqashid al-syariah.
31 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat (Jakarta: Lentera, 1991), h. 848-876.
32 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, h. 881-917.
35
BAB III
OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah dan Perkembangan UPZ Majelis Ta’lim Telkomsel
Majelis Ta’lim Telkomsel (MTT) merupakan organisasi kerohanian Islam di
lingkungan Telkomsel yang bersifat terbuka dan independen. Secara de facto,
MTT sudah ada sejak tahun 1997 dengan adanya kegiatan-kegiatan dakwah di
kantor-kantor Telkomsel di seluruh Indonesia. Ketika itu, kepengurusannya sudah
ada tapi belum terorganisir secara nasional serta belum dinaungi oleh AD/ART
dan struktur yang resmi.
Secara de jure, MTT baru diresmikan melalui Musyawarah Nasional I di TMII
Jakarta pada hari Sabtu tanggal 11 Muharram 1426 H bertepatan dengan tanggal
19 Februari 2005 M. Ini ditandai dengan disahkannya AD/ART MTT dan
terpilihnya Dewan Pengurus Nasional MTT dengan Ketua Umum Irlamsyah
Syam, Wakil Ketua Umum Marfani dan Sekretaris Jendral M. Bachtijar Aslam.
Musyawarah Nasional I MTT ini diadakan oleh pengurus MTT Kantor Pusat dan
dihadiri oleh perwakilan MTT Regional serta dibuka langsung oleh Direktur
Utama PT. Telkomsel waktu itu Bapak Bajoe Narbito.
MTT kembali mengadakan Musyawarah Nasional II di Hotel Bumi
Wiyata Depok pada bulan April 2007 yang dibuka langsung oleh Direktur Utama
PT. Telkomsel waktu itu Bapak Kiskenda Suryaharja. Agenda MUNAS II MTT
ini antara lain Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum MTT 2005-2007,
Pembahasan AD/ART dan program kerja serta pemilihan Ketua Umum,
Sekretaris Jendral dan anggota Dewan Pembina yang baru. Pada MUNAS II MTT
ini pengurus MTT Nasional dan MTT Unit Kantor Pusat digabungkan dengan
Ketua Umum Marfani dan Sekretaris Jendral M. Bachtijar Aslam serta dibantu
36
oleh 3 orang Wakil Ketua. Anggota Dewan pembina yang terpilih adalah Achmad
Riza, Irlamsyah Syam dan Helmi Wahidi.
Pada tanggal 26-27 Nopember 2010 Musyawarah Nasional III MTT kembali
diadakan di Hotel Bumi Wiyata Depok. Ada beberapa perubahan yang di hasilkan
dari MUNAS III MTT ini diantaranya adalah perubahan AD/ART organisasi yang
meliputi tafsir lambang MTT, sifat organisasi, masa kepengurusan, dan tambahan
struktur majelis syuro di dalam organisasi MTT. Selain itu, terpilih juga Chairudin
sebagai Ketua Umum dan M. Fathoni Yasin sebagai Sekretaris Jendral yang baru
serta dibantu oleh 4 orang Wakil Ketua. Anggota Dewan pembina yang baru
adalah Achmad Riza, Helmi Wahidi dan Marfani. Terakhir, Munas III MTT ini
ditutup oleh Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Telkomsel Ibu Herfini
Haryono.
B. Visi dan Misi UPZ Majelis Ta’lim Telkomsel
MTT berasaskan Islam dengan visi: “Ingin Mewujudkan insan Telkomsel
yang bertaqwa, amanah, profesional, berakhlaq mulia, dan mampu menyebarkan
karakter tersebut baik di lingkungan Telkomsel maupun di lingkungan lainnya
yang lebih luas”. Visi ini diwujudkan dalam misi sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan da’wah yang dapat menggugah
nurani, keyakinan, pengetahuan dan peningkatan amal Islami insan
Telkomsel.
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas da’wah di lingkungan Telkomsel.
3. Meningkatkan produktifitas kerja insan Telkomsel.
4. Memperluas dukungan berbagai pihak untuk tumbuhnya syiar Islam
khususnya di lingkungan Telkomsel.
37
5. Menyiapkan kader-kader dakwah yang berperan aktif dalam kegiatan
dakwah baik di lingkungan Telkomsel maupun di lingkungan yang lebih
luas.
6. Membentuk Unit Sosial dan atau bekerja sama dengan Lembaga Sosial
Islam yang profesional dalam mengumpulkan dan mendistribusikan Zakat,
Infaq, Shodaqoh dan Wakaf kepada umat yang berhak menerimanya.
Untuk melaksanakan misi tersebut, dibentuk kepengurusan yang meliputi
Bidang Kaderisasi, Bidang Dakwah, Bidang UPZ (Unit Pengelola Zakat) dan
Bidang Keputrian. Di tingkat regional juga dibentuk kepengurusan melalui
Musyawarah Regional yang terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan
beberapa bidang yang sekurang-kurangnya meliputi Bidang Dakwah, Bidang
Kaderisasi dan Unit Pengelola Zakat (UPZ). Sampai saat ini, MTT memiliki 11
kantor di tingkat regional yang tersebar di berbagai wilayah, diantaranya yaitu
MTT wilayah Bali-Nusa Tenggara, Jabotabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Kalimantan, Papua Maluku, Sulawesi, Sumatera bagian selatan, Sumatera
bagian tengah, dan Sumatera bagian utara. Dari semua kantor wilayah MTT
regional yang tersebar itu dan termasuk head office yang berada di wilayah
Jakarta Selatan memiliki kesamaan dalam menjalankan visi, misi, serta tanggung
jawabnya guna menjadikan MTT sebagai salah satu UPZ yang mampu
berkontribusi baik dalam membantu pengelolaan zakat di Indonesia.
C. Struktur Organisasi UPZ Majelis Ta’lim Telkomsel
Keputusan Ketua Umum Majelis Ta’lim Telkomsel
Per tanggal: 17 April 2017
Dewan Pembina Achmad Riza (Ketua)
Chairuddin
Hanes Hendri
Helmi Wahidi
38
Marfani
Dewan Pengawas Achsinanto Risantosa
(Ketua)
Daru Mulyawan
Tedi Nugraha
Yudia Krisnahadi
Hayati
Dewan Pakar Hendri Mulya Sjam
(Ketua)
Riza Wildani
Andi Kristanto
Mustaghfirin
Rudolf Hermanses
Dewan Syariah Samson Rahman, Lc, MA
Muhsinin Fauzi, Lc, MA
Dr. Ony Sahroni, Lc, MA
KH. Ahmad Busyairi, Lc,
MA
Muhammad Ridwan Yahya,
Lc
39
Nur Hamidah, Lc, Mag
Ketua Umum Wawan Budi Setiawan
Wakil Ketua Umum 1 Ade Muzawir
Wakil Ketua Umum 2 Maiyusril
Sekretaris Jenderal Muhammad Faizal Mahdi
Wasekjen Bidang Keorganisasian Joko Rurianto (Ketua)
Doni Berni Pritama
Heriadi Alfatih
Rahmat Bazarudin
Teuku Adil Fahmi
Wasekjen Bidang Pengembangan Area Abdillah Chilmi (Ketua)
Sukriadi
Faiz Billah
Wasekjen Bidang Kesekretariatan Wiwit Hermawan (Ketua)
Fikar El Hazmi
Amiruddin Ahmad
40
Biru T. Ranum
Bendahara Umum Wimal Hertiana
Divisi Dakwah Dedy Achmadi
Dept. Kajian Islam Asep Eka Lemansyah (Ketua)
Sholeh Handiansyah
Irfan K. Putra
Abdul Ghafur
Asep Hermawan
Gatot Dwi Utomo
Fauzan
Furqon Ahkamy
Dept. Qur’anic Learning Hujaeri (Ketua)
Asep Saefurrohman
Dennis Saputra Pwk
Ivan Ibnualim
Dept. Dauroh Islamiyah Yoso Lukito (Ketua)
Muhammad Toni
41
Mahfut Efendi
Mhd. Iqbal
Dedy Hudaya
Divisi Pembinaan Karakter Muhammad Yusron
Amriadi
Dept. Engagement Taofik Haryanto (Ketua)
Bobby Juan Pradana
Rizki Permana
Dept. Focus Group Discussion Arliadinda Danusaputro
(Ketua)
Herdin Hasibuan
Mohamad Irfan Faudi
Maulana
Molli Rahmina Achir
Febri Kurniawan
Imanuel
Dept. Continuous Spirituality Nasrul Islam (Ketua)
42
Muhammad Fakhri
Khairuddin
Albert Kurniawan
Fuad Ikhlasul Amal
Muhammad Fajar Alfath
Divisi Da’wah Community Fajar Faturrachman E.
Haryanto
Dept. Syari’ah Sport Development Altair LT Hadi (Ketua)
Endang Saputro
Affandi Basith
Zhajang Lili Charli
Ary Gunawan
Wibyan J. Rifantono
Dept. Muallaf Center Arif Khalid (Ketua)
Faizal Firmansyah
Ananda Budimulia
Indra Gustamam
Theo Tando
43
Dept. Seni Islam Dwi Wahyu Wijaya (Ketua)
Noviwan Wicaksono
Amanda L. Caisario
Mohammad Zarkasyi Haq
Divisi UPZ Prabowo
Dept. Fund Rising Ahmad Lukman (Ketua)
Eiryk A. Anjana
Betha R. Yulianto
Yudi Ariawan
Agung Leksmana
Dept. Program Development Muhammad Saleh Usman
(Ketua)
Mohammad Abdul Ghafur
Harunul Luthfi
Helmy Darmawan
Muhamad Ridwan
44
Dept. Distribusi Novi Faldian Alfianto
(Ketua)
Herdin Hasibuan
Ario Wicaksono Hadi
Divisi Syari’ah Ecopreneurship Yanto Santoso
Dept. Syari’ah Partnership Luki Iswara (Ketua)
Tenda Kristian
Indra Aryadi
Dept. Syari’ah Awareness Wiwit Setiadi (Ketua)
Sugeng
Fredy Hermawan
M.Fuad Qamarul Alam
M.Hasbi Hasibuan
Dept. Syari’ah Marketplace Kardi (Ketua)
Deni Kurniawan
Linthon Oriansyah
Rony Setyo Heriyono
45
Andi Khrisbianto
Budiono
Agus Mifto
Divisi CSR & Social Development Tengku Ferdi Ferdian
Dept. CSR Strategic Plan Alvan Alvian (Ketua)
Nyccy Agma Pribawa
Asep Berna Saefullah
Mohammad Irfan Faudi
Maulana
Hadi Sumantri
Aris Muhammad Imrazaki
Dept. CSR Ops & Partnership Iwan Kurniawan Satibi
(Ketua)
Fitrenna Khaznasari
Permadi S. Herlambang
Rizkon Wahyu Romadhon
Gingi Budiman
Regha J. Perdhana
46
Dept. Waqaf Ainul Hamam (Ketua)
Akbar Yudha Putra
Muhammad Neil
Imanurachman
Triono Thayeb
Muhammad Rayhan Krisnadi
Divisi Digital Media Rifki Sya’bani
Dept. Apps Development Qomarullah (Ketua)
Saesar Dwi Pratama
Emir Septian Sori Dongoran
Novan Hadi Prasetyawan
Dimas Aditya Nurahman
Rachmat Hidayat
Dept. Soc Med & Content Strategic Moch. Sholehhudia
Tsalasanto (Ketua)
Muhammad Adhitya
Akbar
47
Ari Muji Prasetyo
Istofa K. Noor
Bintar Waskito Aji
Rendyka Anasis
Bill Raziq
Dept. MTT Broadcasting Mochamad Ardhi Nugraha
(Ketua)
Dwi Tuti Supantari
Donny Astrido Hudiansyah
Praditya Wahyu Wardhana
Fajar Gumilar Yudhawisastra
Nur Hakim Fibrianto
Fredy Hermawan
Divisi Keputrian Deby Sandra Putri
Dept. Da’wah Muslimah Arika D. Maya (Ketua)
Melda Noviyanti
Dera Riantiwi
48
Dept. Pembinaan Keluarga Dwi T. Supantari (Ketua)
Rina Aryani
Siti Heliana
Dept. Muslimah Community Ade E. Damanik (Ketua)
Shelby Marsa
Sari Haerunnisa
Rizky Rahmani
Tika
Dept. Muslimah Enterpreneurship Mia Amalia (Ketua)
Rizka Aisha Rahmi
Annisa Meitasari
Dept. Sosial Jowvy Kumala (Ketua)
Dewi AT Putri
Nunuk Andriastuti
Dian Ratna Mahita33
33 Keputusan Ketua Umum Majelis Ta’lim Telkomsel, diakses dari
http://www.mtt.or.id/profile/struktur-organisasi/ , pada tanggal 27 Juli 2017 pukul 14.00.
49
D. Program Kegiatan UPZ Majelis Ta’lim Telkomsel
Dalam kegiatan pengelolaan dana ZISWAF, MTT memiliki beberapa cabang
program yang masing-masing bergerak dibidang yang berbeda-beda. Tujuannya
adalah sebagai wadah tersalurkannya dana yang berhasil mereka himpun tersebut,
serta adanya pemerataan pendapatan di tiap bidang yang berbeda. Ada 5 bidang
program kerja yang dijalankan MTT baik itu program reguler yang rutin
dilaksanakan tiap bulan ataupun tahunan, maupun non-reguler yang mana
kegiatan ini hanya berbentuk bantuan sesaat. Program-program tersebut
selengkapnya akan dijabarkan berikut ini.
1. Kesehatan
Di bidang kesehatan, program yang dijalankan ada 5 macam, yaitu:
a. RSIA Ibnu Sina MTT: merupakan rumah sakit swasta yang
didirikan oleh Yayasan Ibnu Sina dengan konsep RS tanpa
kasir yang diperuntukkan bagi kalangan tak mampu/warga
marginal.
b. Siaga Sehat : kegiatan pemeriksaan kesehatan gratis di tiap-
tiap wilayah mustahiq.
c. Kapal Klinik Simpatik : merupakan sarana transportasi air
yang bertugas untuk merawat pasien yang berada di
wilayah pedalaman, untuk saat ini hanya berjalan di daerah
Sulawesi.
d. RSI (Rumah Sakit Indonesia) di Gaza : program kerjasama
dengan MER-C untuk penyediaan alat kesehatan serta
pembangunan 1 bangsal (ruang perawatan) yang berada di
lantai 1 RSI di Gaza, Palestina.
e. Ambulance MTT : transportasi yang berada di RS yang
bekerjasama dengan MTT, untuk saat ini hanya ada di
Jakarta, Jayapura, serta di negara Syria.
2. Ekonomi
Program di bidang ekonomi yang dilaksanakan MTT, diantaranya:
50
a. Pemberdayaan ekonomi di wilayah regional : program
ekonomi rutin yang dilaksanakan tiap bulan dan masih terus
berjalan di tiap-tiap MTT regional sampai saat ini.
b. Pemberdayaan ekonomi berbasis qardhul hasan : untuk
saat ini pemberdayaan dengan penerapan akad tersebut baru
dilakukan di daerah Banjar.
c. Pemberdayaan ekonomi di desa-desa pedalaman : program
pemberdayaan ekonomi yang baru berjalan di tahun 2017
ini berbasis di desa/wilayah pedalaman Jayapura.
3. Dakwah
Sedangkan di bidang dakwah, program yang dijalankan ada 3
macam dan keseluruhannya merupakan program internal, yaitu
program rutin yang hanya dilakukan di lingkungan Telkomsel saja dan
diperuntukkan bagi karyawan Telkomsel. Program tersebut yaitu:
a. Kajian karyawan.
b. Tahsin-Tahfidz.
c. Islamic Group Discussion.
4. Lingkungan
Untuk program yang bergerak di bidang alam/pelestarian
lingkungan, MTT baru akan menjalankannya pada tahun 2017 ini,
yaitu program “1 Masjid 1 Pohon Kurma” yang rencananya akan
diterapkan di tiap-tiap masjid di sekitar wilayah MTT regional.
5. Pendidikan
Dan yang terakhir yaitu program pendidikan. Di bidang ini,
program yang dijalankan terbagi menjadi 4 macam, yaitu:
a. Beasiswa regional : program penyaluran dana beasiswa dan
pemberdayaan beasiswa rutin setiap bulan di tingkat SD,
SMP, dan SMA yang dilakukan di tiap-tiap MTT regional.
51
b. Beasiswa yang bekerja sama dengan instansi-instansi
seperti : pondok pesantren, kampus, lembaga
pengembangan potensi, dan lainnya.
c. Beasiswa gabungan : merupakan program pemberdayaan
dan pembinaan beasiswa yang bekerja sama dengan Rumah
Zakat sebagai implementator-nya, yang melibatkan anak
didik mereka yaitu “Anak Juara”. Program ini termasuk
program yang rutin dilaksanakan oleh kedua lembaga
terkait.
d. Beasiswa sesaat : merupakan bentuk pemberian beasiswa
secara personal, dan bersifat hanya sekali saja. Pemberian
dilakukan apabila pemohon memenuhi syarat-syarat yang
sesuai dan layak untuk diberikan bantuan beasiswa.
52
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pendayagunaan Zakat Melalui Program Beasiswa MTT
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa dana zakat tidak
selalu digunakan untuk kegiatan konsumtif, tetapi juga harus digunakan untuk
kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif. Begitu pula dalam pengelolaan dana
infaq, sedekah, wakaf dan dana sosial kemanusiaan lainnya yang dihimpun suatu
lembaga. Untuk merealisasikan kegiatan produktif tersebut, pihak lembaga perlu
membuat perencanaan program kerja yang matang di tiap-tiap bidangnya sehingga
menghasilkan program yang mampu memberikan manfaat tidak sebatas untuk
bantuan semata, melainkan dapat merubah kehidupan para mustahiq lebih baik
dari sebelumnya bahkan dapat menjadikan mereka sebagai seorang muzakki.
Pada bagian ini penulis akan menjelaskan seperti apa alur atau mekanisme
pendayagunaan dana zakat yang dilakukan MTT melalui program beasiswa MTT
mulai dari tahap penghimpunan, perekrutan anak didik / penerima beasiswa,
sampai ke tahap pendayagunaannya. Yang mana sumber informasi ini
berdasarkan hasil wawancara dengan Ardiansyah Pratomo Saputra, selaku
Manajer UPZ MTT.
1. Penghimpunan
Dalam menghimpun dana zakat produktif, MTT memberlakukan sistem
pemungutan zakat profesi berbasis payroll yang dipotong setiap bulan. Pada
tahap awal, pihak MTT melakukan sosialisasi kepada karyawan muslim yang
bekerja di Telkomsel untuk turut ikut serta dalam program pungutan zakat via
payroll tersebut. Selanjutnya dilakukan pemotongan atau penyisihan sebagian
dari gaji karyawan muslim Telkomsel tiap bulannya untuk dihimpun sebagai
dana zakat profesi yang dikeluarkan, yang kemudian nantinya akan disalurkan
53
ke tiap-tiap program kegiatan produktif mereka, salah satunya adalah program
pemberdayaan beasiswa untuk tingkatan SD, SMP dan SMA.34
2. Perekrutan
Setelah dilakukannya penghimpunan dana zakat berbasis payroll, lalu
berlanjut ke tahap berikutnya yaitu tahap perekrutan penerima beasiswa.
Sebagai awalan dalam merekrut penerima beasiswa, pihak MTT
mendahulukan mustahiq-mustahiq yang direkomendasikan oleh muzakki, baik
itu saudara, keluarga maupun tetangga mereka. Dalam hal ini muzakki
tersebut ialah karyawan muslim Telkomsel yang telah mengikuti program
zakat payroll. Selanjutnya yaitu orang-orang yang menjadi stakeholder
Telkomsel, seperti office boy, driver, cleaning service dan security. Mereka
dapat mengajukan permohonan beasiswa untuk putra-putrinya, namun tetap
mengikuti prosedur penilaian (assessment) yang diberlakukan oleh MTT
semisal syarat kelayakan untuk menjadi penerima beasiswa. Apabila hasilnya
anak tersebut tidak layak, maka ia tidak akan mendapatkan bantuan beasiswa
dari MTT meskipun itu anak dari stakeholder Telkomsel.
Kemudian sistem perekrutan (survey) penerima beasiswa dilakukan di
sekitar tempat Telkomsel berada, baik yang berada di lingkungan head office,
tower / side tempat MTT berada, maupun grapari Telkomsel. Apabila tidak
ada atau belum ada mustahiq yang layak dari wilayah tersebut, baru lah MTT
merekrut dan menerima orang-orang yang mengajukan mustahiq dari luar
kelembagaan. Ketentuan yang demikian berlaku untuk mustahiq penerima
beasiswa yang sifatnya berkelanjutan (continue), terkecuali untuk pemberian
beasiswa yang sifatnya bantuan sesaat, maka waktunya fleksibel atau tidak
mengikuti prosedur penerima beasiswa yang sifatnya berkelanjutan.
Adapun ketentuan umum yang diberlakukan oleh UPZ MTT bagi calon
penerima beasiswanya adalah sebagai berikut:
34 Wawancara Pribadi dengan Pak Ardi. Jakarta, 11 Juli 2017.
54
a. Beasiswa berlaku untuk seluruh kalangan yatim dan dhuafa.
b. Beasiswa berlaku bagi siswa/i yang berprestasi maupun bagi yang
kurang berprestasi di sekolahnya.
c. Setiap keluarga yatim dan dhuafa diperbolehkan mengajukan anaknya
sebagai calon penerima beasiswa MTT dengan kuota maksimal 3 anak,
baik itu di tingkatan yang sama maupun di tiap tingkatan yang berbeda
(SD, SMP, dan SMA).
Kemudian, bagi seluruh calon penerima beasiswa MTT wajib mengisi
formulir pendaftaran yang diberlakukan MTT dengan melampirkan:
a. Surat permohonan dari pihak kepala sekolah.
b. Slip pembayaran SPP bulanan.
c. Surat keterangan tidak mampu.
d. Kartu Keluarga.35
3. Pendayagunaan
Pada tahap pendayagunaan, MTT menyalurkan beasiswa berupa bantuan
biaya bulanan / SPP sekolah kepada mustahiq yang telah direkrut dengan
masa pemberian dibatasi 1 tahun tiap anak. Pemberian bantuan tersebut
dilakukan langsung oleh pihak MTT dengan mendatangi sekolah penerima
beasiswa, disertai penyerahan surat pernyataan kelayakan menerima beasiswa.
Selain itu, MTT juga mengadakan pembinaan untuk anak dan orang tua
dengan durasi sebulan dilakukan 2 kali pembinaan. Prosedur kegiatan yang
dilakukan selama pembinaan yaitu:
a. Para anak penerima beasiswa beserta orang tua mereka dikumpulkan
dalam satu ruangan, kemudian dibagi menjadi dua sisi antara anak dan
orangtua. Lalu di area orangtua, dipisahkan duduknya antara bapak-
bapak dengan ibu-ibu. Selanjutnya pihak MTT memberikan ceramah-
35 Wawancara Pribadi dengan Pak Ardi. Jakarta, 11 Juli 2017.
55
ceramah seperti tausiyah tentang keislaman, kemudian memberikan
pemahaman bagaimana cara-cara mendidik anak yang baik dan benar
ketika di rumah, cara mengajari mereka shalat, mengaji, dan lain
sebagainya dengan tema yang bervariasi di tiap pembinaannya.
b. Sedangkan untuk anak-anak, dikelompokkan berdasarkan tingkatan
sekolah mereka baik itu yang SD, SMP, dan SMA. Kemudian masing-
masing kelompok dimentori oleh pihak MTT dalam melakukan
pembinaannya. Pembinaan yang dilakukan diantaranya seperti cara
membaca Al-Qur’an yang baik dan benar, belajar memahami tajwid,
hafalan surat-surat pendek dan hadits, melakukan bimbingan konseling
untuk membentuk karakter Islami pada diri anak supaya berakhlaq
mulia, dan lain-lain.
c. Dalam kurun waktu 1 tahun dilakukan evaluasi tiap semester nya / 6
bulan sekali. Evaluasi yang dilakukan diantaranya seperti mengecek
seberapa sering para mustahiq dalam mengikuti pembinaan (absensi
kehadiran), mengecek monitor ibadah para peserta didik, mengetes
hafalan doa-doa / surat-surat pendek / hadits yang telah diajarkan
ketika pembinaan, konseling dengan para orang tua mengenai
perubahan tingkah laku anak, dan lain sebagainya. Setelah evaluasi
dilakukan, pihak MTT berhak menentukan apakah mustahiq tersebut
dapat dilanjutkan beasiswanya ataupun tidak dapat dilanjutkan,
berdasarkan penilaian yang ditetapkan oleh MTT.
Selain pembinaan yang dilakukan di mesjid MTT ataupun sekitar lokasi MTT,
terkadang pembinaan juga dilakukan dengan cara mengunjungi museum ataupun
tempat wisata yang memiliki nilai edukasi tinggi, sehingga diharapkan dapat
menambah ilmu baru bagi para penerima beasiswa dan menjadikan wawasan
mereka lebih berkembang dari sebelumnya.36
36 Wawancara Pribadi dengan Pak Ardi. Jakarta, 11 Juli 2017.
56
B. Dampak Pendayagunaan Zakat Terhadap Kesempatan Belajar bagi
Penerima Beasiswa Melalui Program Beasiswa MTT
Adapun dampak dari program beasiswa yang dijalankan MTT bagi para
penerima beasiswa yang menerima bantuan dan mengikuti pembinaan tersebut,
menghasilkan berbagai macam perubahan positif yang dirasakan para penerima
bantuan. Terbukti dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan dua
narasumber yang diizinkan oleh pihak MTT untuk diwawancarai sebagai
perwakilan dari keseluruhan penerima beasiswa yang ada. Satu narasumber
merupakan siswi yang berada di tingkatan SMP, dan narasumber kedua adalah
siswa yang berada di tingkatan SMA/SMK/Sederajat.
Untuk penerima beasiswa yang tengah duduk di bangku SMP bernama Aulia
Indah Sari. Ia adalah siswi kelas IX SMP Falatehan Lengkong Karya, BSD
Tangerang Selatan. Ia mulai menerima bantuan beasiswa dari MTT di bulan Juli
2017 dan selalu mengikuti rangkaian pembinaan beasiswa yang dilaksanakan
MTT. Berikut adalah kutipan dari hasil wawancara penulis dengan Aulia Indah
Sari yang berkaitan dengan dampak dari pemberian serta pembinaan beasiswa
MTT:
Tabel 4.2
Kutipan Wawancara dengan Aulia Indah Sari37
Tanya : Apa perubahan yang adik rasakan setelah menerima bantuan
beasiswa dan mengikuti pembinaan beasiswa yang dilakukan oleh MTT?
Jawab : Bayaran sekolah jadi kebantu, terus pas di sekolah saya jadi lebih
siap ketika ada hafalan surat Al-Qur’an atau ngaji karena ilmu yang didapat
dari pembinaan. Kalo dari sifat saya sekarang alhamdulillah lebih rajin
37 Wawancara dengan Aulia Indah Sari. Tangerang Selatan, 16 Agustus 2017.
57
shalatnya yang dulunya agak susah sampe disuruh-suruh, sekarang bisa
sedikit-sedikit mandiri tanpa disuruh ibu. Karena ada buku itu juga jadi kalo
lagi ngga shalat bisa ketawan sama pak ustadz nya kalo lagi pembinaan.
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, dampak dari pemberian dana
beasiswa MTT yang telah dirasakan oleh Aulia Indah Sari yaitu biaya sekolahnya
menjadi terbantu. Sedangkan untuk efek yang dirasakan dari pembinaan beasiswa
yaitu ia menjadi individu yang lebih baik lagi dari sebelumnya, rajin ibadahnya,
kemudian lebih mudah menghafal surat-surat pendek ketika mendapatkan tugas di
sekolahnya, dikarenakan ilmu yang didapat dari pembinaan tersebut.
Lalu, untuk penerima beasiswa yang tengah duduk di bangku SMK bernama
Awaludin Mulud. Ia adalah siswa kelas XI TP 2 di SMKN 5 Tangerang Selatan.
Ia mulai menerima bantuan program beasiswa MTT semenjak bulan April 2017
dan rutin mengikuti pembinaan, hanya beberapa kali pertemuan saja ia
berhalangan hadir dikarenakan sakit. Berikut ini adalah kutipan dari hasil
wawancara penulis dengan Awaludin Mulud mengenai dampak dari pemberian
serta pembinaan beasiswa MTT:
Tabel 4.3
Kutipan Wawancara dengan Awaludin Mulud38
Tanya : Apa perubahan yang adik rasakan setelah menerima bantuan
beasiswa dan mengikuti pembinaan beasiswa yang dilakukan oleh MTT?
Jawab : Perubahan yang saya rasakan, dari pertama mengikuti program ini
sudah mulai ada perubahan dari sifat saya sendiri lebih baik dari sebelumnya.
Untuk pelajaran di sekolah saya jadi meningkat, khususnya pelajaran
38 Wawancara dengan Awaludin Mulud. Tangerang Selatan, 14 Agustus 2017.
58
keagamaan seperti mengaji, hafalan-hafalan surat dan hadits jadi lebih bagus
setelah mengikuti program pembinaan beasiswa ini.
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, dampak yang dirasakan oleh
Awaludin Mulud tidak jauh berbeda dengan dampak yang dirasakan Aulia Indah
Sari. Awaludin mengungkapkan bahwa yang ia rasakan setelah memperoleh dana
bantuan beasiswa dan mengikuti pembinaan yaitu adanya perubahan sifat dalam
dirinya yang lebih baik dari sebelum ia mengikuti program beasiswa MTT. Serta
untuk kegiatan belajar di sekolahnya pun meningkat, seperti mengaji Al-Qur’an,
hafalan surat-surat pendek serta hadits lebih bagus setelah ia mengikuti program
beasiswa tersebut.
C. Optimalisasi Pendayagunaan Zakat Melalui Program Beasiswa MTT
pada UPZ Majelis Ta’lim Telkomsel
Pada pembahasan akhir dari penelitian ini, penulis akan mendeskripsikan
apakah pendayagunaan zakat yang dilakukan MTT melalui program beasiswanya
sudah berjalan optimal ataukah belum berjalan optimal. Poin-poin yang akan
menjadi tolak ukur penilaiannya yaitu track record program beasiswa MTT yang
datanya penulis peroleh dari file pribadi Ardiansyah, serta hasil wawancara
dengan penerima beasiswa MTT yang akan dijabarkan berikut ini.
1. Track Record Program Beasiswa MTT
Meski penulis tidak mendapatkan informasi secara detail mengenai
sirkulasi pendayagunaan program beasiswa di tahun 2014, 2015, dan 2016
karena keterbatasan data yang diberikan pihak MTT dan masalah-masalah
internal kelembagaan lainnya. Akan tetapi, penulis diberikan sedikit
gambaran oleh Ardiansyah mengenai jumlah penerima manfaat pada
program beasiswa MTT secara keseluruhan program dan tiap-tiap
regional, serta jumlah penerima manfaat pada program beasiswa MTT
59
regional yang dilakukan oleh MTT Pusat / Head Office dari tahun 2014-
2016 yang tertuang dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.4
Jumlah Penerima Manfaat Program Beasiswa MTT
Tahun Penerima Manfaat
Beasiswa Secara
Keseluruhan (per jiwa)
Penerima Beasiswa MTT
Regional di MTT Pusat /
Head Office (per jiwa)
2014 3.011 25
2015 7.745 39
2016 7.598 34
Berdasarkan pernyataan yang diberikan oleh Ardiansyah, pada tahun
2014 jumlah penerima manfaat program beasiswa MTT secara
keseluruhan sebanyak 3.011 jiwa dan penerima manfaat pada program
beasiswa MTT regional sebanyak 25 jiwa. Hal ini dikarenakan pada tahun
2014 adalah babak baru di mulainya program-program rutin dari seluruh
bidang yang dijalankan tiap-tiap MTT, mulai dari ekonomi, dakwah, dan
sebagainya termasuk bidang pendidikan.
Kemudian di tahun 2015, jumlah penerima manfaat bertambah menjadi
7.745 jiwa dan 39 jiwa pada program beasiswa regional. Kenaikan angka
penerima beasiswa yang drastis ini disebabkan penyelenggaraan beasiswa
yang semakin luas cakupannya di tiap regional, sehingga begitu banyak
masyarakat yang antusias mengikuti program tersebut. Namun MTT
belum memiliki standar kelayakan dalam penerimaan beasiswa baik itu
survey kelayakan calon penerima beasiswa, ataupun assessment-
assessment lainnya sehingga tidak ada batasan dalam penyalurannya.
60
Lalu pada tahun 2016, jumlah penerima manfaat berkurang menjadi
7.598 jiwa dikarenakan sudah adanya pembatasan penyaluran dan standar
kelayakan bagi calon penerima beasiswa di seluruh MTT regional,
sehingga semakin spesifik dalam perekrutan mustahiq penerima
beasiswanya. Efek tersebut berpengaruh pula pada berkurangnya jumlah
mustahiq program beasiswa MTT regional yang dilaksanakan di MTT
Pusat menjadi 34 jiwa.
Berdasarkan data dan keterangan yang diperoleh, penulis dapat
mendeskripsikan bahwa dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 UPZ
MTT terus mengembangkan kinerja mereka dalam melaksanakan
program-program khususnya di bidang pendayagunaan beasiswa ini,
membenahi apa yang menjadi problematika dalam pelaksanaannya dan
mempertahankan hasil yang memuaskan. Sehingga dapat dikatakan, UPZ
MTT terus berusaha untuk mencapai hasil yang optimal.
2. Wawancara dengan Penerima Beasiswa MTT
Merujuk pada wawancara yang penulis lakukan dengan kedua
narasumber penerima beasiswa MTT, kegiatan pendayagunaan zakat yang
dilakukan MTT melalui program beasiswanya menunjukkan terjadi
perubahan yang signifikan pada masing-masing mustahiq. Baik itu dari
segi cara belajar mereka, beribadah, mengamalkan apa yang didapat dari
pembinaan, maupun dari sifat kepribadian mereka sendiri. Serta tidak
ketinggalan perubahan yang sangat dirasakan dari program beasiswa ini
yaitu sangat terbantunya dalam hal bayaran sekolah.
Adapun tanggapan mereka ketika penulis menanyakan pendapat
masing-masing mengenai program beasiswa MTT pada sesi wawancara,
akan dikemukakan dalam tabel berikut ini.
61
Tabel 4.5
Pendapat Mustahiq Tentang Program Beasiswa MTT
Nama Mustahiq Hasil Wawancara
Awaludin Mulud Tanya : Bagaimana pendapat adik mengenai
program beasiswa MTT ini?
Jawab : Menurut saya program ini baik kak,
kalau untuk kedepannya mungkin perlu lebih
ditingkatkan lagi dari pelajarannya (metode
mengajar) dan kemampuan anak-anak
didiknya.
Aulia Indah Sari Tanya : Bagaimana pendapat adik mengenai
program beasiswa MTT ini?
Jawab : Pendapat saya baik untuk program
beasiswa ini juga untuk pembagian
beasiswanya tepat waktu ngga ada kendala kak,
cuman kadang pengambilan beasiswanya jauh.
Karena ngga selamanya pembinaannya di MTT
BSD, pernah di Cikupa terus dioper kemana
lagi gitu kak tempatnya. Tapi alhamdulillah
untuk transport dijamin sama MTT, kalo jauh
naik bis terus kalo yang deket kadang pake
grab, untungnya semua dijamin sama MTT jadi
makanya semua ikut program pembinaan
beasiswanya.
62
Berdasarkan tabel pendapat mustahiq di atas, penulis mendeskripsikan
bahwa program beasiswa MTT sudah berjalan baik / optimal, disiplin dan
konsisten dalam operasionalnya. Meski begitu, ada hal-hal yang harus
diperhatikan dan diperbaiki lagi guna menyempurnakan kegiatan beasiswa
tersebut menjadi lebih baik dari sebelumnya, sehingga seluruh pelaksanaan
kegiatan serta kepuasan para penerima beasiswa MTT menjadi lebih
optimal.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Mekanisme pendayagunaan zakat yang diterapkan oleh UPZ Majelis
Ta’lim Telkomsel pada program beasiswa MTT nya dilakukan dengan
cara menyalurkan langsung dana bantuan biaya SPP ke sekolah para
mustahiq penerima beasiswanya. Kemudian juga melakukan
pembinaan beasiswa untuk anak dan orangtua yang dilakukan sebulan
dua kali, baik yang dilakukan di MTT maupun di luar MTT yaitu
dengan mengunjungi tempat wisata yang memiliki nilai edukasi. Serta
melakukan evaluasi kelayakan tiap semesternya dengan mengetes
hafalan surat-surat pendek / hadits, mengecek monitor ibadah,
mengecek absensi kehadiran pembinaan, melihat perubahan tingkah
laku anak dan konseling dengan orangtua mereka mengenai
perkembangan akhlaq anaknya. Dari hasil evaluasi tersebut bertujuan
untuk mengetahui apakah si penerima beasiswa berhak dilanjutkan
beasiswanya atau tidak.
2. Dampak dari pendayagunaan program beasiswa MTT terhadap
kesempatan belajar bagi penerima beasiswa sangatlah dirasakan
setelah mengikuti program beasiswa ini. Perubahan yang dirasakan
diantaranya yaitu sangat terbantu dalam hal biaya sekolah / tidak
pernah menunggak biaya sekolah lagi, adanya perubahan sifat-sifat
yang lebih baik apabila sebelumnya malas beribadah tapi setelah
mengikuti pembinaan menjadi lebih rajin dan tidak disuruh-suruh lagi
oleh orangtuanya, serta ada peningkatan dalam kegiatan belajarnya di
64
sekolah khususnya pelajaran tentang keagamaan mereka lebih siap
karena ilmu-ilmu yang didapatkan selama masa pembinaan beasiswa
MTT.
3. Program beasiswa yang telah dijalankan oleh UPZ Majelis Ta’lim
Telkomsel sudah berjalan optimal. Terbukti dari jumlah penerima
manfaat pada periode 2014 sampai 2016, serta usaha mereka dalam
menjadikan program ini menjadi lebih baik dan efektif lagi. Kemudian
program beasiswa MTT ini telah menghasilkan perubahan yang
signifikan pada kehidupan dunia pendidikan para penerima
beasiswanya, seperti Awaludin dan Aulia. Mereka berpendapat bahwa
program beasiswa MTT baik dalam prakteknya, namun perlu adanya
peningkatan-peningkatan lagi sehingga dapat menjadi program
beasiswa yang lebih optimal.
B. Rekomendasi
Sebagai penutup, penulis memiliki beberapa rekomendasi untuk UPZ Majelis
Ta’lim Telkomsel agar kedepannya mereka dapat mengembangkan kinerja lebih
optimal, khususnya pada program beasiswa MTT yang akan diuraikan berikut ini:
1. Diharapkan program beasiswa MTT dapat lebih mengembangkan
kemampuan anak didiknya ketika sedang melakukan pembinaan, tidak
hanya dalam ilmu keagamaan saja akan tetapi pada ilmu pelajaran
umum lainnya seperti matematika, bahasa Indonesia, dan pelajaran
lainnya yang diajarkan di sekolah mereka.
2. Diharapkan UPZ MTT lebih memberikan kenyamanan kepada
penerima beasiswa ketika sedang mengadakan pembinaan yang cukup
jauh lokasinya, sehingga mengurangi kejenuhan yang dirasakan para
penerima beasiswa baik itu anak maupun orang tua mereka.
3. Diharapkan UPZ MTT dapat menambah jumlah tenaga kerja mereka,
serta meningkatkan mutu kemampuan SDM-nya agar mereka dapat
memiliki program yang benar-benar dikelola keseluruhan secara
mandiri atau dengan kata lain program yang kukuh berdiri sendiri.
65
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly. Ekonomi Zakat Sebuah Kajian Moneter
dan Keuangan Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Jakarta, 2006.
Abu Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini Ibnu Majah. Ensiklopedia
Hadits 8: Sunan Ibnu Majah. Jakarta: Almahira, 2013.
Al-Maraghi. Tafsir al-Maraghi. Kairo: Maktabah Tijariyyah, 1365.
Ali Yafie. Menggagas Fiqh Sosial. Bandung: Mizan, 1994.
Didin Hafidhuddin. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema
Insani, 2002.
, dkk. The Power Of Zakat: Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat Asia
Tenggara. Malang: UIN Malang Press, 2008.
Ibn Abidin. Haasyiyah Raddul-Mukhtar. Mesir: Mushtafa al-Baabi al-Halabi,
1996.
Jeni Susyanti. Pengelolaan Lembaga Keuangan Syari’ah. Malang: Empat
Dua, 2016.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1994.
Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Direktorat Pemberdayaan Zakat. Petunjuk Pelaksanaan Kemitraan Dalam
Pengelolaan Zakat. Jakarta: Kementrian Agama RI, 2011.
Lili Bariadi, dkk. Zakat dan Wirausaha. Jakarta: CED (Centre for
Entrepreneurship Development), 2005.
66
M. Djamal Doa. Menggagas Pengelolaan Zakat Oleh Negara. Jakarta:
Nuansa Madani, 2005.
Masdar F. Mas’udi, dkk. Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS: Menuju
Efektivitas Pemanfaatan Zakat, Infak, Sedekah. Jakarta: PIRAMEDIA, 2004.
Moh. Nazir. Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2014.
Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi. Ensiklopedia Hadits 3: Shahih
Muslim 1. Jakarta: Almahira, 2012.
Mustafa Ahmad Zarga. al-Fiqh al-Islami fi Tsanbihi al-Jadid. Damaskus:
Jami’ah Damaskus, 1946.
Sjechul Hadi Permono. Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan
Nasional: Persamaan dan Perbedaannya dengan Pajak. Jakarta: Pustaka Firdaus,
1992.
Sudirman. Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas. Malang: UIN-Malang
Press, 2007.
Sumuran Harahap. Wakaf Uang dan Prospek Ekonominya di Indonesia.
Jakarta: Mitra Abadi Press, 2015.
Wahbah Al-Zuhayly. Zakat: Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1995.
Yusuf Qardhawi. Hukum Zakat. Jakarta: Lentera, 1991.
. Fiqh Zakat. Beirut: Muassasah Risalah, 1991.
67
SKRIPSI DAN JURNAL PENELITIAN
Miss A-E-Soh Seena. Optimalisasi Dana Zakat di Rumah Zakat Cabang
Yogyakarta (Studi Pada Pengembangan Program Sekolah Juara) (Skripsi).
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.
Muhamad Zainudin. Pendayagunaan Zakat LAZ Portalinfaq Untuk
Pendidikan Anak Pemulung di Bantar Gebang Bekasi (Skripsi). Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Nana Permana. Optimalisasi Pendayagunaan Zakat, Infaq, dan Sedekah di
LAZIS NU Kelurahan Berkoh Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten
Banyumas (Skripsi). Purwokerto: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Purwokerto, 2014.
Nur Eviyati. Pengaruh Pemberian Zakat Produktif Dalam Bentuk Beasiswa
Ceria dan Lingkungan Keluarga Terhadap Kualitas Prestasi Mustahik Dengan
Motivasi Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus Pada Rumah Zakat Tahun
2010-2013) (Skripsi). Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.
Sulfiani. Optimalisasi Penyaluran dan Pendayagunaan Zakat Produktif
Untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat Pada Lembaga Kemanusiaan Indonesia
Dana Kemanusiaan Dhuafa (DKD) Magelang (Skripsi). Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, 2010.
Syaiful dan Suwarno. Kajian Pendayagunaan Zakat Produktif Sebagai Alat
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Mustahiq) Pada LAZISMU PDM di
Kabupaten Gresik dalam BENEFIT Jurnal Managemen dan Bisnis Univ.
Muhammadiyah Gresik, 2015.
68
INTERNET
Abdqadir Alhamid. Zakat Fitrah, Satu Sha’ Berbagai Mazhab.
http://ahlulbaitrasulullah.blogspot.co.id/2013/07/kajian-fiqih-tentang-zakat-fitrah.html
(diakses tanggal 10 Agustus 2017).
Ammi Nur Baits. Ukuran Zakat Fitrah. https://konsultasisyariah.com/7069-
kadar-zakat-fitrah.html (diakses tanggal 10 Agustus 2017).
Badan Pusat Statistik. Indikator Pendidikan 1994-2015.
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1525 (diakses tanggal 26 Februari
2017).
Gambaran Pengertian Zakat Menurut beberapa Ulama.
http://www.tongkronganislami.net/2013/07/pengertian-zakat.html/m=1 (diakses
tanggal 12 Mei 2017).
Hasan Ismail. Pengertian Pendayagunaan Zakat.
http://hasanismailr.blogspot.co.id/2009/06/pengertian-pendayagunaan-
zakat.html (diakses tanggal 24 Februari 2017).
Keputusan Ketua Umum Majelis Ta’lim Telkomsel.
http://www.mtt.or.id/profile/struktur-organisasi/ (diakses tanggal 27 Juli 2017).
Manajemen Dakwah. Pengertian Pendayagunaan Zakat. http://md-
uin.blogspot.co.id/2009/06/pengertian-pendayagunaan-zakat_17.html (diakses
tanggal 26 Februari 2017).
Edwin Syafarudin. Pendayagunaan dan Pengelolaan Zakat.
http://edwinsyafarudin.blogspot.co.id/2015/04/pendayagunaan-zakat.html
(diakses tanggal 24 Februari 2017).
69
Enceng Syaripudin Iip. Strategi Pendayagunaan Zakat Konsumtif dan
Produktif Madzhab Mifa. http://ekis-staim-garut.blogspot.co.id/2015/10/v-
behaviorurldefaultvmlo.html (diakses tanggal 24 Februari 2017).
Enizar Yazar. Pendayagunaan Zakat (Interpretasi Delapan Asnaf Mustahiq).
http://enizar-stain.blogspot.co.id/2009/05/pendayagunaan-zakat.html (diakses
tanggal 24 Februari 2017).
WAWANCARA
Wawancara dengan Aulia Indah Sari. Tangerang Selatan. 16 Agustus 2017.
Wawancara dengan Awaludin Mulud. Tangerang Selatan. 14 Agustus 2017.
Wawancara Pribadi dengan Pak Ardi. Jakarta. 11 Juli 2017.
LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA
Pewawancara : Fajrialdy Emirushalih
Narasumber : Ardiansyah Pratomo Saputra
Jabatan : Manajer UPZ Majelis Ta’lim Telkomsel (MTT)
Tanggal wawancara : 11 Juli 2017
Tempat : Kantor MTT Pusat (Telkomsel Smart Office Lt. 9)
Durasi : 30 menit (13.30-14.00 WIB)
1. Tanya : Apa saja program di bidang pendidikan yang di jalankan MTT?
Jawab : Program pendidikan yang dijalankan MTT dan sudah berjalan
cukup lama yaitu beasiswa. Beasiswa ini ada berbagai macam bentuk.
Yang pertama, beasiswa regional. Beasiswa regional ini beasiswa yang
dikelola oleh temen-temen regional MTT. Ada 11 regional dan di seluruh
regional itu Insya Allah ada anak asuh nya. Untuk beasiswa yang di
regional ini jenjang nya SD, SMP, dan SMA. Selain itu, kita juga ada
beasiswa yang bekerja sama dengan beberapa lembaga lain, kalo yang tadi
dikelola oleh regional, ini bekerja sama dengan Rumah Zakat sebagai
implementator nya. Jadi Rumah Zakat yang membuat konsep nya,
membuat pendampingan, pembinaan, sampai evaluasi nya ditentukan oleh
teman-teman Rumah Zakat. Kalo yang lainnya kita bekerja sama dengan
beberapa pondok pesantren, kampus, lembaga pengembangan potensi juga
ada yang kita support beasiswa nya.
Selain itu, ada juga penyaluran-penyaluran langsung yang diajukan oleh
mustahik secara personal. Yang seperti itu sifatnya hanya sekali saja. Jadi
misalkan Mas Fajri mengajukan untuk biaya semester ini, Mas Fajri
membawa surat-surat nya lengkap, kita crosscheck, kalo memang layak
kita bantu, ada juga yang modelnya seperti itu. Jadi memang variatif, ada
yang sifatnya continue ada juga yang cuman penyaluran sekali saja.
2. Tanya : Apa tujuan dari pengadaan program beasiswa MTT?
Jawab : Tujuannya untuk membantu pemerintah dalam mengentaskan
kemiskinan, khususnya mencegah terjadinya anak putus sekolah. Karena
kita memiliki dana yang cukup, paling tidak untuk biaya sekolahnya.
Selain itu kita support juga kalo ketika pembinaan, kita support juga untuk
pembiayaan transport nya, jadi tidak mengganggu nominal beasiswa
ditolak. Selain untuk membantu pemerintah mencegah terjadinya anak
putus sekolah, kita juga membantu untuk membentuk si anak ini agar
menjadi anak yang berkarakter Islami.
3. Tanya : Apa saja syarat-syarat yang harus dipenuhi calon penerima
beasiswa agar dapat menerima bantuan program beasiswa MTT ini?
Jawab : Untuk syarat-syaratnya ada beberapa poin yang harus dipenuhi si
mustahiq nya ya, Mas. Yang pertama, bantuan beasiswa ini berlaku untuk
seluruh kalangan anak yatim dan dhuafa dan tidak ada ketentuan apakah
yang berhak menerima adalah murid berprestasi di sekolahnya atau tidak,
semua bisa dapat asalkan termasuk golongan lemah. Lalu setiap keluarga
yang mengajukan beasiswa untuk anaknya diperbolehkan minimal 1 dan
paling maksimal 3 anak dalam 1 keluarga itu. Untuk kategori anaknya
boleh yang sederajat ataupun bukan. Misalnya, boleh dari 3 anak yang
diajukan ada 2 yang sama-sama duduk di bangku SD dan satu nya lagi
SMP atau SMA, ataupun boleh dari ketiga anak tersebut tingkatan yang
berbeda semisal SD, SMP, dan SMA, intinya kita membatasi maksimal 3
anak saja Mas dalam 1 keluarga.
Kemudian syarat lainnya mereka harus mengisi formulir yang diberikan
pihak MTT disertai dengan melengkapi surat keterangan dari pihak kepala
sekolah nya, surat keterangan tidak mampu, biaya SPP dan KK (Kartu
Keluarga).
4. Tanya : Bagaimana mekanisme yang diterapkan MTT dalam menjalankan
program beasiswa tersebut mulai dari penghimpunan, perekrutan
mustahiq, sampai kepada tahap pendayagunaannya?
Jawab : Kalo penghimpunan kita berbasis pemotongan zakat via payroll
setiap bulan. Jadi memang setiap hari nya tugas kita adalah
mensosialisasikan program ini, agar karyawan muslim Telkomsel
berkenan untuk menyisihkan sedikit rezeki nya setiap bulan itu dari
penghasilan yang diterima untuk disisihkan melalui zakat profesi yang
kami kelola. Salah satu pengelolaannya dalam bentuk beasiswa. Lalu
untuk perekrutan anaknya atau pemilihan anak-anak nya, yang pertama
kami mendahului mustahiq-mustahiq yang direkomendasikan oleh
muzakki, baik itu saudaranya, keluarganya, ataupun tetangganya. Jadi
muzakki nya adalah karyawan muslim Telkomsel yang sudah mengikuti
program zakat payroll.
Yang berikutnya adalah orang-orang yang menjadi stakeholder Telkomsel.
Stakeholder Telkomsel dalam artian orang yang terlibat di dalam
Telkomsel tapi dia termasuk kategori mustahiq. Contohnya anak-anaknya
office boy, cleaning service, security sama driver. Cuman tetap kita harus
ada survey nya juga. Ada survey kelayakan, ngga otomatis kalo yang
mengajukan itu seperti anak-anak office boy, cleaning service, security,
sama driver tidak langsung otomatis disetujui. Ada proses assessment-nya
juga, kalo memang ternyata tidak layak ya tidak kami bantu.
Yang berikutnya adalah mustahiq-mustahiq yang berada di sekitar tempat
Telkomsel berada. Entah itu kantor nya, entah itu tower / side nya kita,
entah itu grapari. Kalo memang ada mustahiq di sekitar situ biasanya
diperiksa, jika memang tidak ada lagi ataupun belum ada yang layak baru
kita menerima orang-orang yang mengajukan dari luar. Tetapi tetap harus
berdasarkan assessment, kelayakan apakah bisa atau tidak.
Kalo untuk masa pemberian beasiswa nya untuk saat ini pembatasannya 1
tahun dengan evaluasi setiap 6 bulan. Jadi setiap bulan dilakukan 2 kali
pembinaan dan tiap 6 bulan di evaluasi, di cek juga apakah dia rajin
pembinaannya, apakah dia ada perubahan dari yang sebelumnya ikut
pembinaan, biasanya di cek di akhir-akhir semester kita mengecek hafalan
doa-doa hariannya, hafalan surat-surat pendek nya, terus secara pribadi
juga kita liat bagaimana tingkah laku nya, konseling juga dengan orangtua
nya adakah perubahan atau tidak terhadap anaknya. Dan itu semua baru
nanti akan ditentukan apakah anak ini layak dilanjutkan beasiswa nya.
Kalo memang sesuai bisa berlanjut dengan pertimbangan yang tadi sudah
disampaikan.
5. Tanya : Apakah program beasiswa gabungan MTT dilaksanakan di
seluruh regional MTT yang ada di Indonesia, atau hanya di beberapa
daerah tertentu saja?
Jawab : Ada di seluruhnya, namun ada 2 regional yang baru akan berjalan
di bulan ini yaitu di regional Kalimantan dan Papua-Maluku. Selebihnya,
di semua regional ada.
6. Tanya : Apakah beasiswa gabungan MTT termasuk program beasiswa
gabungan dengan Rumah Zakat?
Jawab : Kami belum ada program yang berdiri sendiri, dalam arti kami
kelola full 100% belum ada. Karena kami masih terbatas dalam hal SDM
khususnya. Karena kalo harus kami yang terjun langsung itu agak sulit
karena SDM nya terbatas, jadi pasti kami bermitra. Kalo yang untuk
beasiswa reguler yang tiap bulan rutin itu dengan Rumah Zakat, tapi ada
juga reguler dan dikelola oleh regional. Artinya, pemilik diklaim sebagai
programnya regional, jadi kalo kita bukan cabang tapi regional. Nah
regional itu baru membawahi cabang-cabang, itu dikelola sama Rumah
Zakat tapi ada juga yang seperti saya bilang diawal, ada juga kita yang
langsung direct ke lembaga pendidikannya entah itu ke kampus, pondok
pesantren, atau lembaga-lembaga lain yang fokus pendidikan.
7. Tanya : Apa yang didapat oleh orangtua mustahiq penerima beasiswa dari
program pembinaan yang dilakukan oleh MTT?
Jawab : Kita akan memberikan pemahaman atau ilmu tentang bagaimana
mendidik anak yang baik. Karena tujuan kita diawal tadi seperti yang saya
katakan, salah satu tujuan kita adalah membentuk karakter Islami pada
anak sejak dini. Kalo hanya melibatkan pembinaan yang kita lakukan yaitu
sebulan 2 kali, itu ngga akan kebentuk mas. Makanya tadi saya bilang,
perlu juga orangtua yang mengerti bagaimana caranya, nanti pas
pembinaan dia bilang A pas di rumah orangtua nya malah ngelakuin B.
Jadi kalo yang namanya anak apalagi anak-anak SD kan melihat contoh.
Nah tujuan dari orangtua kita bina juga agar in line, agar apa yang diterima
si anak diterima juga sama si orangtua.
Jadi orangtua mengerti bagaimana mendidik anak yang benar walaupun
kita juga tidak bisa menjamin pembinaan ini akan sukses. Paling tidak kita
memberikan syarat bahwa jika ingin anak mendapatkan beasiswa di MTT,
orangtuanya juga harus ikut. Dengan harapan optimalisasi pembentukan
karakter Islami pada anak ini bisa berjalan dengan baik.
8. Tanya : Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam
memberdayakan program beasiswa MTT?
Jawab : Untuk faktor pendukung yang vital yaitu peran dari teman-teman
Rumah Zakat. Karena mereka ini yang sudah mengelola anak asuhnya
sejak lama, jadi tau lah dinamika nya seperti apa terus apa yang ditentukan
Insya Allah sudah ada tenaga-tenaga yang diperlukan di sana. Jadi sangat
mendukung untuk kesuksesan program kita yaitu dengan peran teman-
teman dari Rumah Zakat. Secara pelaporan juga harus detail kan, Insya
Allah Rumah Zakat sudah punya pengalaman banyak untuk mengelola
anak. Sejauh ini belum ada masalah yang besar dari teman-teman Rumah
Zakat dalam mengelola ini, tapi yang jadi titik tekan di sini adalah
bagaimana si anak ini menarik atau tertarik untuk pembinaan dan apa yang
dilakukan pun cukup kreatif. Salah satu pembinaannya tidak dilakukan
hanya di mesjid saja atau di suatu tempat, tapi kadang-kadang melakukan
kunjungan ke suatu museum, jalan-jalan kunjungan ke tempat wisata mana
yang isinya juga mengedukasi anak-anak mustahik agar wawasannya lebih
berkembang.
Untuk faktor penghambat yang pertama si mustahiq nya. Ada juga yang
malas, yang maunya terima uangnya saja tidak mau datang pembinaan.
Sejauh ini ya seperti itu, karena kita gamau kalo cuman bagi-bagi uangnya
aja. Artinya, gaada impact dong untuk si mustahik. Nah, makanya kita ada
pembinaan. Sejauh ini si mustahiq nya yang jadi penghambat apakah dia
mau dibina atau tidak.
9. Tanya : Apakah menurut Bapak program pemberdayaan beasiswa yang
telah dilaksanakan MTT sudah berjalan dengan baik dan optimal?
Jawab : Kami berusaha untuk terus memperbaiki, itu yang paling penting.
Karena kalo menilai diri kita lebih baik tidak bagus juga. Karena kami
juga menyadari bahwa MTT ini ibaratnya kan sama-sama belajar dalam
mengelola zakat, khususnya memberdayakan mustahiq melalui Rumah
Zakat. Begitupun dengan lembaga-lembaga zakat yang sudah besar
sekalipun, saya pikir juga akan terus berkembang dengan kondisi yang
sekarang kan cepat gitu. Zaman itu kan berubahnya cepat, yang dulunya A
dalam kurun waktu sekian bulan bisa menjadi B. Yang jelas, belum atau
sudah baik nya ya mungkin belum. Tapi kami selalu berusaha membuat
program lebih baik dari sebelumnya.
10. Tanya : Apa rencana kedepan yang akan dijalankan MTT dalam
mengembangkan program dibidang pendidikan, khususnya beasiswa
MTT?
Jawab : Untuk sekarang, kalo kami kan selama ini fokusnya di anak usia
sekolah SD, SMP, dan SMA. Sehingga kami berpikir untuk membina
mahasiswa itu masih sedikit. Padahal mahasiswa ini kan sebenarnya lebih
strategis untuk bisa dibentuk karakter dan juga potensinya. Kalo anak
mungkin ketika SD, SMP, SMA bagus tapi ketika masuk ke usia kuliah
ngga kuliah, bisa jadi ngga berkembang juga. Nah, yang jadi target-target
kita sih akan mencoba memperbanyak beasiswa mahasiswa, baik itu S1,
S2, atau bahkan S3.
Yang kedua, kita mau membentuk atau membuat beasiswa yang sejalan
dengan kegiatan bisnis kita Telkomsel, yaitu bisnis digital. Jadi kita akan
membuat beasiswa khusus anak-anak yang bersekolah atau kuliah di dunia
digital, entah itu jurusan IT, programmer, multimedia, desain grafis,
apapun yang in line dengan koor bisnis perusahaan.
HASIL WAWANCARA MUSTAHIQ UPZ MTT
Pewawancara : Fajrialdy Emirushalih
Nama Anak : Awaludin Mulud
Asal Sekolah : SMKN 5 Tangerang Selatan
Kelas : XI TP 2
Nama Orang Tua : Sartuni
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat Rumah : Jl. Swadaya Parakan RT 004 RW 008 Kel. Pondok
Benda, Kec. Pamulang, Tangerang Selatan
Tanggal wawancara : 14 Agustus 2017
1. Tanya : Apakah adik mengetahui apa itu program beasiswa MTT?
Jawab : Program beasiswa MTT itu saya diajari ilmu-ilmu agama,
kemudian belajar mengaji yang baik dan benar, untuk pelajaran umum nya
tidak diajarkan jadi hanya tentang keagamaan saja.
2. Tanya : Kapan adik mulai menerima program beasiswa ini?
Jawab : Bulan April 2017, baru tahun ini saya menerima beasiswa nya.
3. Tanya : Bagaimana awal mula nya adik terpilih sebagai calon penerima
beasiswa MTT?
Jawab : Awal mula saya jadi penerima beasiswa itu, jadi ada orang
belakang (tetangga) yang nawarin katanya ada beasiswa buat sekolah,
terus katanya coba aja nanti kalau beruntung dibantuin sama mereka
sampai lulus SMK.
4. Tanya : Apakah adik merasa senang setelah mendapatkan bantuan
beasiswa dari MTT?
Jawab : Saya senang kak setelah mendapat bantuan beasiswa ini, saya
berterima kasih sama MTT karena sangat membantu saya.
5. Tanya : Kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan adik selama mengikuti
program pembinaan beasiswa dari MTT?
Jawab : Kegiatannya pertama kali itu belajar mengaji, diajari tajwid-
tajwid nya. Terus saya dan teman-teman lainnya dibimbing agar shalatnya
lebih ditingkatkan lagi, kemudian juga hafalan hadits-hadits.
6. Tanya : Hal-hal apa saja yang disukai adik ketika mengikuti program
pembinaan beasiswa MTT?
Jawab : Kalau yang hari kemarin itu saya senang dilatih hafalan surat-
surat pendeknya, Al-Fatihah, sama hafalan hadits tentang “Agama itu
Mudah”.
7. Tanya : Apakah ada hal-hal yang kurang disukai adik selama mengikuti
program pembinaan beasiswa MTT?
Jawab : Sampai saat ini belum ada kak, alhamdulillah saya senang dan
antusias mengikuti program pembinaan beasiswa ini.
8. Tanya : Apakah orang tua adik juga mengikuti program pembinaan
beasiswa yang dilakukan oleh MTT? Jika iya, apa saja ilmu yang didapat
oleh orang tua adik selama mengikuti program pembinaan tersebut?
Jawab : Waktu itu pernah sekali ikut program pembinaannya. Jadi
awalnya orang tua penerima beasiswa dikumpulkan bersama lalu dipisah
antara ibu-ibu dengan bapak-bapak, kemudian orang tua dikasih tau kalau
anak ini ikut program yang telah diatur disini (oleh MTT). Lalu para orang
tua diberikan ilmu (ceramah dari pihak MTT) mengenai cara mendidik
anak yang baik di rumah, cara mengajari mereka mengaji, shalat, terus
zakat gitu.
9. Tanya : Apa perubahan yang adik rasakan setelah menerima bantuan
beasiswa dan mengikuti pembinaan beasiswa yang dilakukan oleh MTT?
Jawab : Perubahan yang saya rasakan, dari pertama mengikuti program ini
sudah mulai ada perubahan dari sifat saya sendiri lebih baik dari
sebelumnya. Untuk pelajaran di sekolah saya jadi meningkat, khususnya
pelajaran keagamaan seperti mengaji, hafalan-hafalan surat dan hadits jadi
lebih bagus setelah mengikuti program pembinaan beasiswa ini.
10. Tanya : Bagaimana pendapat adik mengenai program beasiswa MTT ini?
Jawab : Menurut saya program ini baik kak, kalau untuk kedepannya
mungkin perlu lebih ditingkatkan lagi dari pelajarannya (metode
mengajar) dan kemampuan anak-anak didiknya.
HASIL WAWANCARA MUSTAHIQ UPZ MTT
Pewawancara : Fajrialdy Emirushalih
Nama Anak : Aulia Indah Sari
Asal Sekolah : SMP Falatehan
Kelas : IX
Nama Orang Tua : Kudratullah
Pekerjaan : Karyawan Hunaika Sarana Mandiri
Alamat Rumah : Kp. Buaran RT 009 RW 002 Kel. Lengkong Karya,
Kec. Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan
Tanggal wawancara : 16 Agustus 2017
1. Tanya : Apakah adik mengetahui apa itu program beasiswa MTT?
Jawab : Program pemberian beasiswa, terus ada pengajian, hafalan Al-
Qur’an, hadits juga kak.
2. Tanya : Kapan adik mulai menerima program beasiswa ini?
Jawab : Kalau sama yang kemarin itu baru 3 kali, baru nerima berarti
bulan Juli.
3. Tanya : Bagaimana awal mula nya adik terpilih sebagai calon penerima
beasiswa MTT?
Jawab : Awal mula nya ada yang ngajakin, kata tetangga kalau misalkan
belum bayaran coba aja ngajuin ke MTT, kebetulan ada tetangga yang
kerja di situ (MTT). Terus saya urus aja persyaratannya, itu aja ngajuin
udah dari 3 bulan sebelumnya baru diterima pas Juli kak, alhamdulillah
rejeki saya akhirnya bisa dapet.
4. Tanya : Apakah adik merasa senang setelah mendapatkan bantuan
beasiswa dari MTT?
Jawab : Senang kak bisa terbantu bayaran sekolah saya jadi ngga nunggak
lagi.
5. Tanya : Kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan adik selama mengikuti
program pembinaan beasiswa dari MTT?
Jawab : Hafalan Al-Qur’an, membaca hadits, terus belajar tajwid sama
makhraj, hafalan hadits. Terus kita dikasih buku nya kak buat kegiatan
sehari-hari di rumah (semacam buku monitor ibadah), itu kita yang isi jadi
pas pembinaan lagi diperiksa sama MTT-nya.
6. Tanya : Hal-hal apa saja yang disukai adik ketika mengikuti program
pembinaan beasiswa MTT?
Jawab : Saya suka belajar tajwid, belajar hafalan hadits juga kak, yang
lainnya juga suka.
7. Tanya : Apakah ada hal-hal yang kurang disukai adik selama mengikuti
program pembinaan beasiswa MTT?
Jawab : Selama saya ikut pembinaan alhamdulillah ngga ada kak, karena
pas misalkan lagi hafalan Al-Qur’an semua fokus hafalan, ketika ngaji
semua ngaji jadi ngga ada yang membuat saya keganggu.
8. Tanya : Apakah orang tua adik juga mengikuti program pembinaan
beasiswa yang dilakukan oleh MTT? Jika iya, apa saja ilmu yang didapat
oleh orang tua adik selama mengikuti program pembinaan tersebut?
Jawab : Iya kak ibu saya ikut juga ke pembinaan. Yang didapat sama
kayak saya, dijelasin tentang hadits, terus kalo lagi ngaji juga orangtua
ikut pengajian juga, kemudian ceramah juga kak kadang pak ustadz nya
ada ceramah dulu sebelum pembagian beasiswa nya.
9. Tanya : Apa perubahan yang adik rasakan setelah menerima bantuan
beasiswa dan mengikuti pembinaan beasiswa yang dilakukan oleh MTT?
Jawab : Bayaran sekolah jadi kebantu, terus pas di sekolah saya jadi lebih
siap ketika ada hafalan surat Al-Qur’an atau ngaji karena ilmu yang
didapat dari pembinaan. Kalo dari sifat saya sekarang alhamdulillah lebih
rajin shalat nya yang dulunya agak susah sampe disuruh-suruh, sekarang
bisa sedikit-sedikit mandiri tanpa disuruh ibu. Karena ada buku itu juga
jadi kalo lagi ngga shalat bisa ketawan sama pak ustadz nya kalo lagi
pembinaan.
10. Tanya : Bagaimana pendapat adik mengenai program beasiswa MTT ini?
Jawab : Pendapat saya baik untuk program beasiswa ini juga untuk
pembagian beasiswa nya tepat waktu ngga ada kendala kak, cuman kadang
pengambilan beasiswa nya jauh. Karena ngga selama nya pembinaannya
di MTT BSD, pernah di Cikupa terus dioper kemana lagi gitu kak
tempatnya. Tapi alhamdulillah untuk transport dijamin sama MTT, kalo
jauh naik bis terus kalo yang deket kadang pake grab, untungnya semua
dijamin sama MTT jadi makanya semua ikut program pembinaan beasiswa
nya.
HASIL DOKUMENTASI FOTO
Foto bersama Pak Ardiansyah Pratomo Saputra, Manajer UPZ MTT.
Foto bersama penerima beasiswa MTT, Awaludin Mulud dan Ibu Sartuni.
Foto bersama penerima beasiswa MTT, Aulia Indah Sari.
Suasana Pembinaan & Penyaluran Beasiswa MTT Regional Jabodetabek.
FORM PENDAFTARAN PAYROLL
UPZ TELKOMSEL
Bismillahirrahmanirrahim
SURAT KUASA PEMOTONGAN PENGHASILAN KARYAWAN PT. TELKOMSEL UNTUK PENYALURAN
ZAKAT/INFAQ/SHODAQOH
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama Karyawan*
First Last
NIK*
Unit Kerja*
Lokasi Kerja
Street Address City State / Province / Region
ZIP / Postal Code
Email*
* Alamat email telkomsel
No Ponsel*
No Ekstension
Menyatakan memberi kuasa penuh kepada PT. TELKOMSEL untuk melakukan pemotongan penghasilan saya setiap bulannya sebagai dana:
Pilih option A jika hanya memotong Take Home Pay atau B jika memotong Take Home Pay
beserta penghasilan lainnya
PIlihan Jenis Potongan :
A. Pemotongan atas Penghasilan bulanan (take home pay)
B. Pemotongan atas Penghasilan bulanan serta seluruh penghasilan lainnya (take home pay + )
Zakat
1 %
2,5 %
5 %
Infaq/Shodaqoh
1 %
2,5 %
5 %
Silahkan diisi sesuai dengan yang diinginkan
Adapun ketentuan pemotongan itu dimulai dari gaji bulan*
Sebagai tambahan informasi, apakah Anda sebelumnya sudah pernah mengikuti program pemotongan gaji untuk program ZIS UPZ Telkomsel ?*
Sudah
Belum
Saya telah menyetujui Surat Kuasa pemotongan Penghasilan Karyawan PT TELKOMSEL untuk Penyaluran Zakat/Infaq/Shodaqoh*
Setuju
Tidak Setuju
Demikian pernyataan Kuasa Pemotongan Penghasilan ini kami sampaikan.
Kirim Form Pendaftaran