OPTIMALISASI ASET NEGARA
-
Upload
sudarjanto -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of OPTIMALISASI ASET NEGARA
OPTIMALISASI ASET NEGARA/DAERAH
Dibuat: Selasa, 05 Agustus 2014 11:36
Ditulis oleh Nafsi Hartoyo
Dibuat: Selasa, 05 Agustus 2014 11:17 edit Kamis, 22 Januari 2015
Ditulis oleh Nafsi Hartoyo
Widyaiswara Balai Diklat Malang
Abstrak
Terbitnya Peraturan Pemerintah No.27 tahun 2014 yang mencabut PP No.06 tahun 2006
jo PP 38 tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Negara/Daerah yang ditindaklanjuti
dengan Peraturan Menteri Keuangan No.78 tahun 2014 tentang tata cara pelaksanaan
Pengeloaan Barang Milik Negara di Kementerian/Lembaga dan Permendagri Nomor 17
tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah yang ruang lingkupnya mulai dari
Perencanaan kebutuhan sampai dengan Pelaporan sesungguhnya sudah dapat
memberikan guide/petunjuk pelaksanaan yang cukup memadai. Namun fakta dilapangan
masih membuktikan bahwa K/L/D/I yang diserahi fungsi sebagai pengguna barang tidak
sesuai dengan harapan. Permasalahan klasik seperti : manajemen Sumber Daya
Manusia, ketidak pedulian dalam pemeliharaan asset dan penatausahaan BMN/D yang
Karut Marut, hal ini kita dapat ketahui catatan atas opini Badan Pemeriksa Keuangan
terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (disclaimer) hampir setiap tahun masih
didominasi masalah Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Bagaimana strategi optimalisasi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang nantinya
akan menjadi asset agar menjadi lebih tertib, transparant dan akuntabel, dibawah ini
penulis urun rembug dengan harapan dapat memberikan setitik pencerahan.
Kata kunci : Pengelolan Barang Milik Negara/Daerah dan Opini BPK.
Pendahuluan
Pengelolaan Barang khususnya Milik Daerah yang baik tentunya akan memudahkan
penatausahaan asset daerah dan merupakan sumberdaya penting bagi pemerintah
daerah sebagai penopang utama pendapatan asli daerah. Oleh karena itu, penting bagi
pemerintah daerah untuk dapat mengelola aset secara memadai dan akurat. Dalam hal
pengelolaan aset, pemerintah daerah harus menggunakan pertimbangan aspek
perencanaan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan
penyaluran, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan atau penggunaan, pengamanan
dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan,
pengawasan dan pengendalian, pembiayaan dan tuntutan ganti rugi agar aset daerah
mampu memberikan kontribusi optimal bagi pemerintah daerah yang bersangkutan.
Masih teringat di benak kita musibah bendungan Situgintung di Ciputat yang menelan
korban 100 orang tewas dan 100 lainnya sampai dengan sekarang belum ditemukan.
Musibah tersebut tidak hanya menelan korban jiwa namun juga kerugian material yang
tidak sedikit akibat sapuan banjir bandang. Lalu apa hubungannya manajemen aset
dengan kejadian di atas? Hubungannya adalah kalau saja bendungan Situgintung yang
menjadi aset daerah di kelola (terus dipelihara dan diaudit) dengan baik, kecil
kemungkinan bobolnya tanggul Situgintung terjadi dan kerugian yang dideritapun dapat
diminimalkan. Kalau bendungan/tanggul di Jakarta dan sekitarnya menjadi aset daerah
dan dipelihara dengan baik, kejadian situgintung-situgintung lainnya tidak akan terulang.
Kalau saja semua pihak, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah mau
bersungguh-sungguh melaksanakan modernisasi manajemen aset, maka seharusnya
aset pemerintah dan daerah bisa memberikan nilai tambah bagi semua pihak termasuk
masyarakat sebagai stakeholder.
Kita juga dapat melihat dan belajar dari pengalaman kerjasama antara PT. PAM Jaya
dengan Mitra Swasta hampir seluruh aset yang dimiliki PAM JAYA diserahkelolakan
kepada mitra swastanya tanpa dikenakan biaya apapun. Artinya, pihak swasta
menggunakan berbagai aset yang dimiliki oleh PAM JAYA (sebagian besar adalah aset
produksi dan distribusi) tanpa membayar biaya atas penggunaan aset tersebut.
Perjanjian ini tentu sangat tidak menguntungkan bagi PT. PAM Jaya dan Pemerintah.
Lebih parahnya, pada titik tertentu, masyarakat pengguna air dibebankan atas pembelian
asset yang dilakukan pihak swasta. Selain memanfaatkan aset yang sudah ada, mitra
swasta juga melakukan pengadaan aset baru yang terdiri atas aset bergerak baru dan
aset tidak bergerak baru yang hak miliknya ada pada mitra swasta, namun beban
pembiayaannya secara penuh dikompensasikan secara finansial kepada harga tarif
kemahalan yang terus dibayar oleh pengguna air.
Sebenarnya masalah di atas adalah cuplikan kecil dari buruknya manajemen aset dari
pemerintah kita. Sebagaimana diketahui bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP) tahun 2006 s/d 2008 oleh Badan Pemeriksa Keuangan
dinyatakan disclaimer/tidak memberikan pendapat apapun. LKPP merupakan rapor
pemerintah dalam mempertanggungjawabkan amanat yang dipercayakan rakyat,
utamanya yang terkait dengan penggunaan anggaran/dana publik, juga kepada
stakeholder lainnya (lembaga donor,dunia usaha, dll). Salah satu catatan yang diberikan
BPK terhadap pemerintah terkait masalah ini adalah buruknya manajemen aset oleh
pemerintah.
Strategi Peningkatan Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
Beberapa isu penting terkait lingkup aset negara/daerah dimulai dengan kegiatan
perencanaan dan penganggaran. Sering dianggarkan sesuatu yang tidak dibutuhkan di
tingkat bawah (Satuan Kerja). Tahap pengadaan yang rawan dengan korupsi sehingga
banyak aparat yang enggan jadi pejabat pengadaan atau Unit Layanan Pengadaan
(ULP).Tahap Pemeliharaan alokasinya cukup selalu incremental meskpun aset yang
sudah tidak berfungsi atau hilang, hal ini karena dalam penghapusan dan
pemindahtanganan aset-aset pemerintah tidak ditatausahakan dengan tertib. Demikian
juga ketika pembukuan aset dalam perpektif dalam jurnal akuntasi bisa berubah fungsi,
maka pembenahan manajemen aset mutlak diperlukan.
Sebelum masuk ke proses manajemen asset, di dalam melaksanakan pencatatan,
inventarisasi dan revaluasi asset harus ada strategi manajemen asset agar koordinasi
antara program dan pelaksanaan dapat terkoordinasi dengan baik. Istilah Strategic Asset
Management atau SAM digunakan untuk menggambarkan sebuah siklus pengelolaan
aset, yaitu mulai dari proses perencanaan dan diakhiri dengan
pertanggungjawaban/pelaporan aset. Keberhasilan SAM seringkali dikaitkan dengan
keberhasilan menghemat anggaran sebagai dampak dari keberhasilan mengintegrasikan
proses perencanaan dan pengelolaan aset. Pada dasarnya, manajemen asset di
Indonesia telah memiliki dasar hukum yang jelas yaitu UUNo.1/2004 tentang
Perbendaharaan Negara yang ditindaklanjuti PP No.27/2014 tentang Pengelolaan
BarangMilik Negara/Daerah Pasal 85 menyebutkan agar dilakukan inventarisasi atas
BMN/D (barang milik negara/daerah), khusus berupa tanah dan/atau bangunanyang
berada di kementerian/lembaga minimal sekali dalam 5 tahun. Sedangkan untuk selain
tanah dan/atau bangunan hal itu merupakan kewenangan dan menjadi
domain/tanggungjawab masing-masing Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna
Barang. Oleh sebab itu, Pemerintah melalui Menteri Keuangan selaku BUN (Pengelola
Barang), menginstruksikan kepada Dirjen Kekayaan Negara, sebagai unit organisasi
yang vital dalam pengelolaan BMN, agar menjadi garda terdepan mewujudkan best
practices tata kelola barang milik/kekayaan negara dengan langkah pencatatan,
inventarisasi dan revaluasi aset/kekayaan Negara yang diharapkan akan mampu
memperbaiki/menyempurnakan administrasi pengelolaan BMN yang ada saat ini.
Inventarisasi seluruh barang milik negara yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia
mutlak harus dilakukan agar terpotret secara jelas nilai aset/kekayan negara yang saat ini
berada di penguasaan masing-masing kementerian/lembaga negara. Selanjutnya setelah
itu dilakukan tahap penilaian ulang (revaluasi) aset/kekayaan negara, khususnya yang
berupa tanah dan/atau bangunan oleh Pengelola Barang guna mendapatkan nilai wajar
atas aset tetap tersebut. Inventarisasi dan reevaluasi barang milik negara/daerah
merupakan bagian tak terpisahkan dari proses manajemen aset negara itu sendiri,
Dari 87 entitas di Kementerian/Lembaga namun masih 65 Kementerian/Lembaga yang
mendapatkan opini BPK dengan catatan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada tahun
2013. Yang patut digarisbawahi adalah kementerian/lembaga ini sebagian besar adalah
kementerian lembaga baru dibentuk yang asset atau BMN nya secara kuantitas tidak
terlalu besar. Hal ini tentu saja mempermudah dalam pengelolaan dan penatausahaan
atas aset atau BMN/D yang mereka miliki. Perjalanan untuk menciptakan manajemen
aset yang modern memang masih memerlukan waktu yang panjang, akan tetapi tidak
mustahil untuk dilakukan apabila semua unsur yang telah disebut di atas mau
melaksanakan apa yang menjadi tanggungjawab masing-masing dengan amanah dan
komitmen yang tinggi. Bagaimanapun juga barang milik / kekayaan negara harus dikelola
oleh SDM yang profesional dan handal, karena hal tersebut menjadi kebutuhan yang vital
dan strategis pada masing-masing kementerian/lembaga negara. Penataan pengelolaan
barang milik negara/daerah yang sesuai dengan semangat good governance tersebut,
saat ini menjadi momentum yang tepat karena mendapat dukungan politik dari
pemerintah. Pentingnya inventarisasi dan revaluasi aset/kekayaan negara yang ada saat
ini sebagai bagian dari penyempurnaan manajemen aset negara secara keseluruhan.
Tuntutan penerapan good governance dalam manajemen aset/kekayaan negara/daerah
saat ini sudah tidak dapat ditunda-tunda lagi.Tentunya hal tersebut akan membuka
cakrawala kita bersama tentang urgensi dan pentingnya kegiatan inventarisasi dan
reevaluasi BMN/D itu, sehingga dapat diharapkan mampu meningkatkan status opini
LKPP yang semula masih disclaimer menjadiunqualifiedopiniona atau Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP). Sudah saatnya kita berubah menjadi negara yang mampu
menerapkan fungsi penganggaran sebagaimana yang telah ditetapkan menurut
peraturan yang telah dibuat agar akuntabilitas keuangan pemerintah dapat
dipertanggungjawabkan. Semoga…..
Referensi
Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tangung Jawab Keuangan Negara
Pemerintah Republi Indonesia, 2014. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 6
tahun 2006 jo PP 38 tahun 2008
Peraturan Republik Indonesia, 2014.Peraturan Menteri Keuangan No.78 tahun 2014
tentang tata cara pelaksanaan Pengeloaan Barang Milik Negara di
Kementerian/Lembaga
Pemerintah Republik Indonesia, 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Pemerintah Republik Indonesia, 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59
Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Pemerintah Republik Indonesia, 2011. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Pemerintah Republik Indonesia, 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Tahun 2007 tentang Pedoman Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Aidinil Zetra, SIP, MA, 2008 Staf Pengajar Ilmu Politik FISIP Unand dan Pengajar Mata
Kuliah Manajemen Sektor Publik Program Pasca Sarjana Konsentrasi Politik Lokal
Otonomi Daerah Universitas Andalas sedang menyelesaikan S3 pada Sains Politik
Universiti Kebangsaan Malaysia. Strategi Pengembangan Kapasitas SDM Pemerintah
Daerah dalam Mewujudkan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Daerah