OPT Kurang Penting 1, Hama

download OPT Kurang Penting 1, Hama

of 9

Transcript of OPT Kurang Penting 1, Hama

OPT KURANG PENTING TANMAN KOPI: HAMAI W. Mudita Minat Perlindungan Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Undana Jl. Adicucipto, Penfui, Kupang, NTT A. Kutu Putih (Ferrisia virgata Ckll., Planococcus citri (Risso), serta Rastrococcus iceryoides (Cr.) dan R. spinosus (Rob.)) Fase Merusak dan Bagian Tanaman Diserang. Fase pertumbuhan kutu putih yang menyerang tanaman adalah nimfa dan imago yang menyerang tunas, bunga, dan buah. Gejala dan Tanda. Gejala yang ditimbulkan adalah pertumbuhan tunas, bunga, dan tumbuh tidak normal (bengkok). Pada bagian tanaman yang diserang dapat ditemukan nimfa dan imago yang tertutup lapisan lilin berwarna putuh. Biologi OPT dan Pengaruh Faktor Lingkungan. Terdapat kesimpang-siuran dalam pustaka mengenai kutu putih (Homoptera:Pseudococcidae) yang menyerang kakao. Beberapa pustaka (Puslitkoka 2004) menyebutkan bahwa yang terdapat pada kakao adalah Planococcus (=Pseudococcus) citri (Gambar 2b), sedangkan Kalshoven (1981) menyatakan bahwa kutu putih pada kakao adalah Planococcus (=Pseudococcus) lilaceus (Gambar 2a). Planococcoides nyalensis merupakan hama penting tanaman kakao di Afrika, sedangkan Rastrococcus iceryoides (Gambar 2c) dilaporkan pertama kali terdapat pada tanaman kakao di India, tetapi kini juga terdapat di Indonesia. Imago P. lilaceus berbentuk oval atau bulat dan ditutupi oleh lapisan lilin tipis. Garis dorsal dan garis-garis melintang pada tubuhnya ditutupi lapisan lilin yang lebih tipis dari bagian lainnya. Lapisan lilin pada tepi tubuh tampak seperti duri-duri pendek sama panjang yang rapat. Bagian tubuh yang tidak tertutup lapisan lilin berwarna coklat-merah. Nimfa muda bergerak cepat dan gregarius selama 4 minggu pertama pertumbuhannya. Nimfa menjadi dewasa dalam 37-50 hari. Di dalam tubuh induk betina dapat berkembang secara partenogenesis 270 embryo, tetapi hanya 30 yang menjadi dewasa. Imago jantan sangat jarang ditemukan. Waktu oviposisi berlangsung selama 4-5 minggu. Tanaman inang lainnya adalah sirsak, kapuk, dadap, rambutan, jambu biji, dan Bauhinia spp. Pemencaran berlangsung dengan bantuan semut hitam (Dolichoderus sp.) (Kalshoven 1981). Imago P. citri berbentuk oval pipih, berwarna kuning sampai kuning kecoklatan ditutupi lapisan lilin putih tanpa memperlihatkan garis dorsal. Pada sisi tubuhnya terdapat tonjolan lilin seperti bulu sebanyak 14-18 pasang, tonjolan pada bagian posterior tubuh lebih panjang daripada tonjolan pada bagian sisi kiri dan kanan. Telur diletakkan pada kantong telur dari benang lilin di luar tubuh induk betina. Inang muda berwarna kuning jeruk. Daur hidup P. citri mirip dengan P. njalensis. P. citri menghadapi banyak musuh alami, terdiri atas coccinelid predator Scymnus apiciflavus, S. roefei, Brumus suturalis, Coccinella repanda, dan Cryptolaemus montrouzieri (diintroduksi ke Jawa), dan encystid parasitoid Anagrus greeni (Kalshoven 1981). Morfologi P. njalensis mirip dengan morfologi P. citri. Perkembangan dari telur sampai dewasa berlangsung selama 20-40 hari, tergantung pada tanaman inang. Peletakkan telur terjadi 7-10 hari setelah kawin dan berlangsung selama 4-7 hari. Telur menetas 3-6 hari setelah diletakkan, fase nimfa terdiri atas 3 instar dan berlangsung selama 20-25 hari. Imago betina menghasilkan telur sebanyak 300 butir (kalshoven 1981). R. iceryoides dicirikan oleh dicirikan oleh kantong telur globular sebagaimana terdapat pada Icerya. Musuh alami kutu putih ini adalah predator Cryptolaemus yang

berhasil mengendalikan ledakan R. iceryoides pada tanaman kopi di Sulawesi pada 19261930 setelah dilakukan introduksi dari Jawa (Kalshoven 1981). Kisaran Inang dan Kerugian yang Ditimbulkan. Kutu putih merupakan serangga polifag. Pada tanaman kakao serangga ini tidak menimbulkan kerugian yang berarti tetapi malah dibiarkan untuk menarik kedatangan semut hitam yang diperlukan untuk mengendalikan Helopeltis spp. dan C. cramerella. Sebaran di Luar dan di Wilayah Penelitian. Kutu putih terdapat di semua pusat produksi kakao di luar maupun di dalam negeri. Serangga ini ditemukan di semua lokasi pertanaman kakao di wilayah penelitian (kabupaten-kabupaten Ende, Sikka, dan Flores Timur). Pengendalian. Bila padat populasi kutu putih sangat tinggi perlu dilakukan pengendalian dengan penyemprotan air yang diberi campuran deterjen.

(a) (b) (c) Gambar 1. Kutu Putih: (a) Planococcus lilaceus (b) Planococcus citri, dan (c) Rastrococcus iceryoides B. Penggerek Batang dan Cabang (Zeuzera coffeae Neith.) Fase Merusak dan Bagian Tanaman Diserang. Fase Z. cofeeae yang merusak adalah larva dengan cara menggerek batang tanaman muda atau cabang tanaman dewasa. Gejala dan Tanda. Hama ini menggerek batang atau cabang bergaris tengah 3-5 cm dengan cara mula-mula larva masuk ke dalam empulur batang/cabang dan kemudian di dalamnya membentuk liang gerek searah batang sepanjang 40-50 cm (Hindayana et al. 2002, Puslitkoka 2004). Di sekitar lubang masuk akan tertimbun serpihan jaringan kayu bercampur dengan kotoran larva berbentuk pelet silindris berwarna coklat kemerahan atau kuning dan bila batang dibelah maka di dalam lubang gerekan dapat ditemukan larva (Kalshoven 1981). Menjelang fase pupa, larva sering keluar dari dalam lubang gerek dengan cara membuat lubang baru dari ujung lubang gerek. Larva membuat lubang gerek baru pada batang/cabang yang sama atau bahkan dapat juga pada cabang lain. Akibat gerekan larva maka bagian batang/cabang di atas gerekan menjadi layu dan akhirnya mati (Puslitkoka 2004). Biologi OPT dan Pengaruh Faktor Lingkungan. Imago aktif di malam hari (nokturnal) dengan sayap depan berwarna putih tembus pandang berbintik-bintik tebal warna hitam (Puslitkoka 2004) (Gambar 1a). Imago betina meletakkan telur secara acak dalam kelompok di permukaan batang/cabang. Telur berbentuk oval berwarna kuning pucat (Gambar 1a). Larva berwarna merah atau jingga kecoklatan, sering dengan beberapa cincin kuning (Kalshoven 1981) (Gambar 1b-d). Pembentukan kepompong terjadi di dalam liang gerek. Kepompong berwarna coklat tua di bagian tubuh ke arah kepala dan coklat muda di bagian tubuh ke arah ekor (Puslitkoka 2004) (Gambar 1a).

Menurut Kalshoven (1981) seekor imago betina mampu menghasilkan 1.000 butir telur, sedangkan menurut Puslitkoka (2004) menghasilkan 348-966 butir telur selama hidupnya. Lama periode telur 10-11 hari, larva 81-151 hari, kepompong betina 21-23 hari, dan kepompong jantan 27-30 hari sehingga perkembangan dari telur sampai dewasa memerlukan waktu 3-4 bulan (Puslitkoka 2004). Namun menurut Kalshoven (1981), perkembangan dari telur sampai dewasa di dataran rendah memerlukan waktu 4,0-4,5 bulan. Baik Kalshoven (1981) maupun Puslitkoka (2004) tidak memberikan informasi yang memadai mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan populasi dan serangan hama tersebut di atas pada tanaman kakao. Kisaran Inang dan Kerugian yang Ditimbulkan. Z. coffeae mempunyai banyak tanaman inang selain kakao. Menurut Kalshoven (1981), tanaman inang lainnya adalah kopi, teh, kina, berbagai tanaman buah-buahan, dan berbagai tanaman hias (semak maupun pohon), tetapi menurut Puslitkoka (2004) tanaman inang lainnya adalah suren (Cedrella sinensis), jati (Tectona grandis), mahoni (Sweetenia mahagoni), kopi (Coffea spp.), dan kapuk (Ceiba pentandra). Serangga hama ini memerlukan hanya satu larva untuk mematikan satu cabang tanaman sehingga apabila padat populasinya tinggi menjadi sangat merugikan. Namun demikian, tidak tersedia informasi yang memadai mengenai kerugian yang ditimbulkan oleh hama ini. Sebaran di Luar dan di Wilayah Penelitian. Z. coffeae tersebar luas di negaranegara produsen kopi termasuk Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Taiwan, Cina, dan Sri Lanka. Di wilayah penelitian terdapat di setiap lokasi pertanaman kopi tetapi dengan intensitas sangat rendah. Pengendalian. Pengendalian secara mekanik dilakukan dengan memangkas batang/ cabang yang terserang pada jarak 10 cm ke arah pangkal dari lubang gerekan. Batang/cabang kemudian dibelah dan lerva/kepompong yang terdapat di dalamnya dibunuh (Puslitkoka 2004). Pengendalian secara fisik dilakukan dengan membakar batang/cabang bergejala serangan setelah dipangkas sehingga larva/kepompong yang terdapat di dalamnya mati. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menutup lubang gerek dengan kapas yang telah dibasahi insektisida racun pernapasan atau memasukkan cairan insektisida pekat ke dalam lubang gerek kemudian menutup lubang dengan kayu (Puslitkoka 2004). Di alam Z. cofeae mempunyai beberapa musuh alami, tetapi musuh alami tersebut tampaknya kurang efektif. Menurut Kalshoven (1981), musuh alami Z. coffeae meliputi burung pelatuk yang memakan larva, parasitoid Bracon zeuzerae serta lalat tachinid Isosturmia chatterjeena dan Carcelia kockiana. Pengendalian hayati dilakukan dengan menggunakan jamur Beauveria bassiana yang diaplikasikan dengan menyemprotkan suspensi konidia dengan konsentrasi 1,8 x 107 konidia/mL air (Puslitkoka 2004). Tidak tersedia informasi mengenai klon kakao yang tahan terhadap Z. coffeae dan informasi mengenai pengendalian Z. coffeae secara budidaya.

(a)

(b)

(c)

(d)

(d) Gambar 2. Zeuzea coffeae: (a) Kepompong, Imago, dan Telur serta (b)-(d) Larva

C. Ulat Api (Cherometiia lohor (Mr.), Parasa lepida (Cr.), Setora nitens Wlk., serta Thosea sinensis Wlk., dan T. lutea Heyl.) 1. Nama Umum dan Klasifikasi Nama umum serangga hama ini dalam bahasa Indonesia adalah ulat api atau ulat gatal, sedangkan dalam bahasa Inggris adalah nettle caterpilars atau slug caterpilars. Klasifikasi ulat api menurut Kalshoven (1981) adalah golongan: Animalia, filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Lepidoptera, famili Cocchlidiidae (Limacodidae), genus Cherometiia, Parasa, Setora, dan Thosea, dan spesies C. lohor (Mr.), P. lepida (Cr.), S. nitens Wlk., serta T. sinensis Wlk. Dan T. lutea Heyl. 2. Fase Merusak, Bagian Bagian Tanaman Diserang, dan Gejala Fase merusak adalah larva (ulat) yang menyerang daun kopi. Gejala awal yang terjadi pada daun adalah timbulnya bintik-bintik transparan pada daun karena daging daun dimakan oleh larva instar awal. Setelah instar lanjut, larva memakan seluruh jaringan daun sehingga daun menguning dan rontok. 3. Bio-ekologi a. C. lohor (Mr.) Larva berbentuk oval, hijau kebiruan, dengan deretan bercak putih dan kuning, panjang tubuh dapat mencapai 2,5 cm. Fase pupa berlangsung selama 19 hari atau dapat mencapai 3 bulan. Musuh alami ulat ini adalah parasitoid Apanteles bellipae Rohw.

Tumbuhan yang diserang meliputi kopi, pisang, teh, jarak, mangga, rambutan, dadap, Canna, kakao, kina, kapuk, dan Deris. b. P. lepida (Cr.) Larva dewasa berukuran panjang 2,5 mm, berwarna hijau dengan pola biru, ungu, atau kehijauan pada punggungnya. Tubuhnya ditutupi oleh duri-duri yang menyebabkan gatal bila menyentuh badan. Setelah memakan daun tanaman yang diserangnya, larva dewasa dapat berpindah menempuh jarak jauh. Kokon dibentuk berkelompok pada daun atau pangkal daun. Imago betina meletakkan telur 400-600 butir dalam waktu 3-5 hari. Perkembangan dari telur menjadi dewasa pada kopi berlangsung selama 71-72 hari, tetapi dapat jauh lebih lama karena pupa dapat berdiapaus selama 3-4 bulan. Serangga dewas bila hinggap posisi kepalanya tampak mendongak karena badan ditopang oleh kaki depan yang panjang. Parasitoid pada larva dan pupa sama dengan parasitoid pada larva dan pupa Setora, kecuali braconid Apanteles parasae (Rohw.) dan tawon Chrysis shanghaiensis Sm. Jamur enotomopatogenik Cordiceps coccinea menyerang larva ulat ini. Tumbuhan yang diserang meliputi kopi, teh, kakao, mangga, jambu air, duwet, jarak, dadap, waru, pisang, kelapa, nipah, dan tanaman hias. c. S. nitens Wlk. Warna larva bervariasi dari hijau sampai merah-oranye dengan jalur ungu berhias bercak pada bagian tengah tubuhnya. Pada kedua ujung tubuh ulat terdapat terdapat dua pasang tonjolan berduri, tonjolan di sebelah luar lebih panjang daripada tonjolan di sebelah dalam. Duri-duri pada tubuh larva yang biasanya rebah akan berdiri bila larva diganggu, menyebabkan gatal yang amat sangat bila disentuh. Menjelang memupa larva menjatuhkan diri ke permukaan tanah, membentuk kokon cokelat berdiameter 1,5 cm. Ngengat berwarna cokelat keabu-abuan, beristirahat mendongak menyerupai tumpukan tanah. Telur berbentuk pipih, diletakkan tunggal atau dalam kelompok tumpang tindih, dan ditutupi lilin. Fase pupa berlangsung 20 hari tetapi juga dapat mencapai 1-3 bulan. Perkembangan dari telur sampai dewasa memerlukan waktu 7-10 atau 14-15 minggu. Parasitoid meliputi ichneumonid Trachysphyrus oxymorus (Tosq.), Chlorocryptus sp., dan Goryphus mesoxanthus (Br.), braconid Fornicia sp., Meteorus sp., dan Rogas sp., eulophid Euplectomorpha sp. dan Platyplectus arthocraspedae Ferr., serta tachinid Chaetexorista sp. Predator meliputi kepik Canthecona dan Sycanus. Tumbuhan yang diserang S. nitens meliputi kelapa, kelapa sawit, teh, kina, kakao, kopi, tanaman buahbuahan, dan tanaman hias. d. T. sinensis Wlk. Nama lain serangga ini adalah T. loesa Mr. dan T. cervina Mr. Larva berbentuk oval gemuk, berwarna hijau keabu-abuan, dengan garis punggung putih atau kuning dengan baris bercak berwarna di kedua sisi tubuhnya, berukuran sampai 2,5 cm x 1,3 cm. Perkembangan dari telur sampai dewasa pada pisang kipas berlangsung selama 2,5-3 bulan. Pada kelapa terdapat parasitoid yang terdiri atas chalcidid Brachymeria obscurata (Wlk.) dan ichneumonid Paraphylax soriansi Balt. Tumbuhan yang diserang meliputi kopi, delima, teh, kelapa, dan berbagai tumbuhan lain. e. T. lutea Heys Larva berbentuk oval gemuk, berwarna hijau cerah dengan duri berujung warna oranye pada sisi dasar tubuh, garis punggung hijau dengan sekelompok duri gatal pada bagian punggung. Larva dewasa berukuran 0,7 cm. Kokon berwarna cokelat gelap, berukuran 1,25 cm x 1,00 cm. Perkembangan dari telur sampai dewasa pada gambir

berlangsung selama 85 hari, tetapi dapat lebih lama. Parasitoid kokon meliputi Eurytoma dan Chrysis, sedangkan predator adalah kepik reduviid Sycanus. Ulat duri ini juga menghadapi serangan jamur entomopatogen. Tumbuhan yang diserang meliputi kopi, gambir, dan lada.

(a)

(b)

(c) (d) Gambar 3. Ulat Api: (a) Imago Cherometia, (b) Imago Thosea, (c) Larva Setora nitens, dan (d) Larva Thosea asigna. Sumber: Kalshoven (1981) 4. Kerugian yang Ditimbulkan Padat populasi ulat api jarang meningkat tinggi sehingga kerugian yang ditimbulkannya pada tanaman kopi pada umumnya rendah. Ulat ini ditakuti terutama karena menimbulkan gatal bila tersentuh kulit. 5. Sebaran di Wilayah Penelitian Ulat api tersebar luas di daerah pertanaman kopi di Indonesia dan di negaranegara lain. Di wilayah penelitian ulat api terdapat secara lokal dalam padat populasi yang sangat rendah di semua kecamatan di kabupaten-kabupaten Ende, Sikka, dan Flores Timur. 6. Pengendalian Pengendalian ulat api terutama berlangsung secara alami oleh predator, parasitoid, dan entomopatogen. D. Ulat kantong (Cryptothelea (=Clania) spp., Mahasena corbetii Tams.)

Fase Merusak. Fase pertumbuhan serangga yang menyerang tanaman adalah larva. Bagian Tanaman Diserang dan Gejala. Bagian yang diserang adalah daun dan tunas. Gejala yang ditimbulkan ulat kantong adalah tanaman menjadi gundul dan terjadi kematian pucuk. Biologi. Ulat kantong (Lepidoptera:Psychidae) dicirikan oleh larva yang terlindung dalam kantong dengan hanya memperlihatkan bagian kepala dan dada yang berkitin tebal di luar kantong. Kantong dianyam dari potongan daun, ranting, pasir, dan bahkan kantong lain berisi larva dengan menggunakan benang sutera yang dikeluarkannya. Feses dikeluarkan melalui lubang kecil di bagian poterior kantong. Pupasi terjadi di dalam kantong dengan membalikkan posisinya menjadi kepala menghadap ke arah posterior kantong. Imago betina tidak mempunyai sayap dan kaki, sedangkan imago jantan normal. Setelah kawin, imago betina meletakkan telur pada kulit pupa lalu mati. Larva muda yang menetas keluar dari kantong dengan menggantungkan diri pada benang sutera untuk diterbangkan angin dan membuat kantong baru pada tempatnya jatuh. Kantong larva C. variegata berukuran panjang 4-7 cm. Larva yang baru menetas berukuran kurang dari 1 mm dan menggantungkan diri dengan benang sutera dan dalam 24 jam membuat kantong dengan benang berwarna abu-abu coklat mengkilat. Larva berkembang cepat dan kantongnya berukuran 4 cm setelah 2 bulan. Lama hidup mencapai 3,5-5 bulan. Imago betina menghasilkan 450 telur. Kantong C. crameri berukuran panjang 3-3,5 cm dan terbuat dari potongan ranting yang disusun secara longitudinal, tetapi kantong seperti ini juga dibuat oleh ulat kantong lain. Musuh alami ulat kantong ini adalah parasitoid berupa lalat tachinid Nealsomyia rufella dan Thyrsocnema caudagalli.Tanaman inang lainnya adalah kina, gambisr, kopi, pala, randu, lada, pinus, tanaman pelindung (Kalshoven 1981). Kantong larva M. corbetti berukuran panjang 3 cm (jantan) dan 5 cm (betina). Ruas dada larva berwarna coklat kemerahan. Periode larva berlangsung selama 4 bulan dan pupa 1 bulan. Imago betina menghasilkan 3.000 telur. Musuh alami ulat kantong ini adalah parasitoid berupa lalat tachinid Nealsomyia rufella dan Exorista psychidarum. Selain menyerang kakao, M. corbetti juga menyerang kelapa, kelapa sawit, pinang, nenas, Cupressus (kalshoven 1981). Kerugian yang Ditimbulkan. Ulat kantong jarang menimbulkan kerugian yang berarti. Sebaran di Wilayah Penelitian. Ulat kantong ditemukan sangat jarang dan tidak menimbulkan kerusakan. Pengendalian. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan parasitoid yang terdapat secara alami. Bila terjadi ledakan yang merugikan dapat digunakan insektisida racun perut, Dipterex dan Thuricide. E. Ulat Jengkal (Hyposidra talaca (Wlk.)) Fase Merusak. Fase perkembangan serangga yang menyerang tanaman adalah larva. Bagian Tanaman Diserang dan Gejala. Bagian yang diserang adalah daun (muda dan tua). Gejala yang ditimbulkan adalah habisnya helaian daun dengan meninggalkan hanya tulang daun (Hindayana et al 2002). Biologi. Larva ulat jengkal (Lepidoptera:Drepanidae) berwarna coklat dengan bintik putih yang berderet secara memotong panjang badan. Menurut Kalshoven (1981), larva dewasa menggantungkan diri dengan benang untuk jatuh ke permukaan tanah dan membentuk pupa pada kedalaman 2-4 cm di dalam tanah. Imago betina meletakkan telur dalam jumlah beberapa ratus. Telur berbentuk bulat, mula-mula berwarna hijau kebiruan

dan menjadi kehitaman . pada saat menjelang menetas (Hindayana et al. 2002).Pada ketinggian 1.700 m dpl. perkembangannya memerlukan waktu 2,5-3,5 bulan (Kalshoven 1981). Kerugian yang Ditimbulkan. Ulat jengkal tidak menimbulkan kerusakan dan kerugian yang berarti pada tanaman kopi. Sebaran di Wilayah Penelitian. Ulat jengkal ditemukan di beberapa lokasi pertanaman kopi di wilayah penelitian, tetapi tidak menimbulkan kerusakan. Pengendalian. Bila terjadi ledakan, pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida Ambush 2 EC atau Sherpa 5 EC (0,15-0,2%).

Gambar 4. Ulat Jengkal: (a) Ulat jengkal berkelompok menyerang daun muda dan (b) Morfologi ulat jengkal Sumber: Hindayana et al. (2002) F. Penggerek tangkai dan kulit buah muda (Remelana jangala (Horsf.) dan/atau Tirathaba ruptilinea (Wlk.)) Larva Remelana jangala (Horsf.) (Lepidoptera:Lycaenidae) menggerek kulit buah dan tangkai buah kopi ketika masih muda. Larva berwarna hijau. Gerekan ulat ini memacu perkembangan busuk buah dan gugur buah (Kalshoven 2000). Larva Tirathaba ruptilinea (Wlk.) (Lepidoptera:Pyralidae) menggerek kulit buah dan tangkai buah kopi ketika masih muda. Ngengat bersayap depan hijau, sedangkan sayap belakang oranye. Larva berwarna hitam kecokelat-cokelatan. Serangga ini merupakan hama tidak penting pada kopi, tetapi selain menyerang kopi juga menyerang buah muda rambutan, jarak, durian, sorgum, dan buah muda berbagai tanaman lain (Kalshoven 1981). Penggerek kulit dan tangkai buah muda ditemukan hanya di beberapa lokasi pengamatan di wilayah penelitian dan tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. G. Penghisap pucuk (Helopeltis spp. dan/atau Toxoptera aurantii Boyer) 1. Penghisap Pucuk (Helopeltis, Toxoptera, Saissetia) Helopeltis sp. (Hemiptera:Miiridae) kadang-kadang ditemukan menghisap pucuk kopi sebagaimana dinyatakan oleh Kalshoven (1981), tetapi sangat jarang karena di wilayah penelitian terdapat inang yang lebih disukainya, yaitu kakao dan mente. Uraian mengenai Helopeltis spp. diberikan lebih rinci pada deskripsi OPT kakao dan deskripsi OPT mente.

Toxoptera aurantii Boyer (Homoptera:Aphididae) merupakan aphid berwarna hitam, menyerang berbagai jenis tumbuhan, di antaranya kopi, kakao, kina, dan teh. T. aurantii ditemukan hanya di beberapa lokasi penelitian dan tidak menimbulkan kerusakan. Saissetia coffeae (Wlk.) dan S. nigra Nietn. (Homoptera:Coccidae) tidak ditemukan menyerang pucuk kopi di lokasi pengamatan, tetapi oleh Kalshoven (1981) dinyatakan sebagai hama kurang penting pada tanaman kopi. S. coffeae berwarna cokelat kuning mengkilap, bioekologinya yang menyerupai bioekologi kutu hijau, juga menyerang teh, kina, kapas, jeruk, dan palma Livistona. S. nigra berwarna hitam, ditemukan di beberapa lokasi pengamatan, tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Selain kopi, S. nigra juga menyerang ubi kayu, teh, karet, jeruk, kapuk, kapas, dan tanaman hias Quisqualis. Daftar Pustaka Hindayana, D., D. JudawiD. Priharyanto, G.C. Luther, G.N.R. Purnayasa, J. Mangan, K. Untung, M. Sianturi, P. Mundy, & Riyatno 2002. Musuh Alami, Hama, dan Penyakit Tanaman Kopi. Proyek PHT Perkebunan Rakyat, Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta. Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Revised and translated by P.A. van der Laan with the assistant of G.H.L. Rothschild. PT Ichtiar Baru-van Hoeve, Jakarta. Komisi Pestisida 1999. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Komisi Pestisida Departemen Pertanian, Jakarta.