omp
Transcript of omp
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Omphalocele secara bahasa berasal dari bahasa yunani omphalos yang berarti
umbilicus (tali pusat) dan cele yang berarti bentuk hernia. Omphalocele diartikan
sebagai suatu defek sentral dinding abdomen pada daerah cincin umbilikus
(umbilical ring) atau cincin tali pusar sehingga terdapat herniasi organ-organ
abdomen dari cavum abdomen namun masih dilapiasi oleh suatu kantong atau
selaput. Selaput terdiri atas lapisan amnion dan peritoneum. Diantara lapisan
tersebut kadang-kadang terdapat lapisan wharton’s jelly.
Dari pengertian di atas ada beberapa definisi tentang Omphalocele, yaitu :
Omphalocele adalah sebuah cacat lahir di mana organ usus atau perut bayi keluar
dari pusar (pusar). Pada bayi dengan omphalocele , usus keluar yang hanya
ditutupi lapisan tipis jaringan dan dapat dengan mudah dilihat.
Omphalocele adalah defek (kecacatan) pada dinding anterior abdomen pada dasar
dari umbilical cord dengan herniasi dari isi abdomen. Organ-organ yang
berherniasi dibungkus oleh peritoneum parietal. Setelah 10 minggu gestasi,
amnion dan Wharton Jelly juga membungkus massa hernia.
Omphalocele adalah suatu keadaan dimana dinding perut mengandung struktur
muskulo aponeuresis yang kompleks. Aponeuresis adalah lembaran jaringan mirip
tendon yang lebar serta mengkilap untuk membungkus dan melekatkan otot yang
satu dengan yang lainnya dan juga dengan bagian yang digerakkan oleh otot
tersebut.
2.2 Etiologi
Omphalocele disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga
abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnya
omphalocele. Kelainan ini dapat terlihat dengan adanya prostrusi (sembilan) dari
kantong yang serisi usus dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen
pada umbilicus (umbilicus terlihat menonjol keluar).
Faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalocele adalah resiko tinggi
kehamilan seperti :
a. Infeksi dan penyakit pada ibu
b. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok,
c. Kelainan genetik
d. Defesiensi asam folat
e. Hipoksia
f. Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen.
g. Asupan gizi yang tak seimbang
h. Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam tubuh ibu
hamil.
Menurut Glasser ada beberapa penyebab omphalocele, yaitu:
1 Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit dan
terinfeksi, penggunaan obat-obatan, merokok dan kelainan genetik. Faktor-faktor
tersebut berperan pada timbulnya insufisiensi plasenta dan lahir pada umur
kehamilan kurang atau bayi prematur, diantaranya bayi dengan gastroschizis dan
omfalokel paling sering dijumpai.
2 Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dinding
abdomen pada percobaan dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis masih
sebatas perkiraan. Secara jelas peningkatan MSAFP (Maternal Serum Alfa Feto
Protein) pada pelacakan dengan ultrasonografi memberikan suatu kepastian telah
terjadi kelainan struktural pada fetus. Bila suatu kelainan didapati bersamaan
dengan adanya omfalokel, layak untuk dilakukan amniosintesis guna melacak
kelainan genetik.
3 Polihidramnion, dapat diduga adanya atresia intestinal fetus dan
kemungkinan tersebut harus dilacak dengan USG.
Selain itu omphalocele juga disebabkan oleh terbukanya (cacat) bagian tengah
dari dinding perut pada pusar (umbilicus). Kulit, otot dan jaringan berserat tidak
ada. Usus menonjol pada bagian yang terbuka dan dilapisi dengan membrane
yang tipis. Tali pusar berada pada pusat pembalikan. Gastroschisis adalah
pembukaan abnormal dari dinding perut, biasanya di sebelah kanan dari pusar,
sehingga usus yang terbuka keluar (hernia). Kedua kondisi didiagnosa dengan
ultrasound prenatal (sebelum lahir).
Omphacele biasanya dihubungkan dengan cacat bawaan (seperti cacat jantung)
dan dengan sindroma genetika spesifik. Operasi penutupan adalah perawatan
terpilih. Namun demikian, kulit dari diding perut harus sering direntangkan
sebelum operasi sehingga ada cukup jaringan untuk menutup lubang. Cacat yang
luas seringkali membutuhkan penutupan kulit.
Pada gastroschisis, usus besar dapat rusak dengan tekanan dan kontak oleh cairan
amoniak. Operasi penutupan adalah perawatan terpilih. Hernia yang besar
membutuhkan pembuatan sebuah “silo”, dimana usus besar yang terbuka
dibungkus dengan sehelai lapisan pelindung dan digantungkan di atas bayi untuk
beberapa hari atau minggu, silo secara perlahan di tekan, memaksa usus kembali
ke dalam perut.
Sebuah omphalocele berkembang saat bayi tumbuh dalam rahim ibu. Otot-otot
pada dinding abdomen (cincin pusar) tidak menutup dengan benar. Akibatnya,
usus tetap berada di luar tali pusat. Sekitar 25 - 40% dari bayi dengan
omphalocele yang memiliki cacat lahir lainnya. Mereka mungkin termasuk
masalah genetik (kelainan kromosom), hernia diafragma kongenital, dan cacat
jantung.
2.3 Manifestasi Klinis
Menurut A.H. Markum, manifestasi dari omphalocele adalah :
1. Organ visera / internal abdomen keluar
2. Penonjolan pada isi usus
3. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound
Gejala Omphalocele :
Omphalocele yaitu hernia umbilikalis inkomplet terdapat waktu,lahir ditutup oleh
peritonium, selai Warton dan selaput amnion. Hernia umbilikalis biasanya tanpa
gejala, jarang yang mengeluh nyeri. Banyaknya usus dan organ perut lainnya yang
menonjol pada omfalokel bervariasi, tergantung kepada besarnya lubang di pusar.
Jika lubangnya kecil, mungkin hanya usus yang menonjol, tetapi jika lubangnya
besar, hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut.
Omphalocele dapat dilihat dengan jelas, karena isi abdomen menonjol atau keluar
melewati area perut yang tertekan. Berikut ini perbedaan ukuran omphalocele,
yaitu : Omphalocele kecil yaitu hanya usus yang keluar atau menonjol, sedangkan
Omphalocele besar yaitu usus, hati atau limpa yang mungkin bisa keluar dari
tubuh yang sehat.
Omphalocele memperlihatkan sedikit pembesaran pada dasar tali puzat atau
kantong membrane yang menonjol pada umbilicus. Kantong tersebut berukuran
dari kecil sampai berukuran raksasa dan mengenai hati, limfe dan tonjolan besar
pada bowel (isi perut). Tali pusat biasanya diimsersi ke dalam kantong jika
kantong rupture pada uteru, maka usus akan terlihat gelap dan edematous. Jika
tidak ditutup maka selama pelepasan, usus menunjukkan normal yang esensial.
Kira – kira 1 dari 3 bayi dengan omphalocel diasosiasikan sebagai congenital
anomaly atau abnormal.
2.4 Patofisiologi
Ada beberapa tahapan dalam perkembangan kelainan pada tali pusar yang terjadi
pada bayi yang baru lahir, yaitu :
1. Selama perkembangan embrio, ada suatu kelemahan yang terjadi dalam
dinding abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada
isi usus pada salah satu samping umbilicus (yang biasanya pada samping
kanan). Ini menyebabkan organ visera abdomen keluar dari kapasitas
abdomen dan tidak tertutup oleh kantong.
2. Terjadi malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen yang dianggap
sebagai anomaly.
3. Gastroskisis terbentuk akibat kegagalan fusi somite dalam pembentukan
dinding abdomen sehingga dinding abdomen sebagian tetap terbuka.
4. Letak defek umumnya disebelah kanan umbilicus yang terbentuk normal.
5. Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin.
Akibatnya, usus menjadi tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi
cairan amnion dalam kehidupan intrauterine. Usus juga tampak pendek.
Rongga abdomen janin sempit.
6. Usus-usus, visera dan seluruh permukaan rongga abdomen berhubungan
dengan dunia luar menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh
cepat berlangsung, sehingga terjadi dehidrasi dan hipotermi, kontaminasi
usus dengan kuman juga dapat terjadi dan menyebabkan sepsis, aerologi
menyebabkan usus-usus distensi sehingga mempersulit koreksi pemasukan
ke rongga abdomen pada waktu pembedahan.
7. EmbriogenesisPada janin usia 5 – 6 minggu isi abdomen terletak di luar
embrio di rongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan
lumen abdomen sehingga usus dari extra peritoneum akan masuk ke
rongga perut. Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong di
pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung kadang hati. Dindingnya
tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang keduanya
bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut
omfalocele. Bila usus keluar dari titik terlemah di kanan umbilikus, usus
akan berada di luar rongga perut tanpa dibungkus peritoneum dan amnion,
keadaan ini disebut gastroschisis. Gastrokhisis dengan usus terbuai tanpa
selaput yang menutupi
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kelainan
Omphalocele, diantaranya :
1.Pemeriksaan Fisik
Pada omfalocele tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa hati di garis
tengah pada bayi yang baru lahir.Pada gastro schisis usus berada di luar rongga
perut tanpa adanya kantong.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis prenatal
defek pada dinding abdomen dapat dideteksi dengan peningkatan MSAFP.
MSAFP dapat juga meninggi pada spinabifida yang disertai dengan peningkatan
asetilkolinesterase dan pseudokolinesterase.
3. Prenatal, ultrasound
Fetal echocardiogram (ultrasound of the heart) menunjukkan adanya defek
ompalocele
4. Pemeriksaan radiology
Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan memperlihatkan
marker structural dari kelainan kariotipik. Echocardiography fetus membantu
mengidentifikasi kelainan jantung. Untuk mendukung diagnosis kelainan genetik
diperjelas dengan amniosentesis
Pada omphalocele tampak kantong yang terisi usus dengan atau tanpa hepar di
garis tengah pada bayi yang baru lahir.
2.6 Penatalaksanaan dan Prognosis
A. Penatalaksanaan prenatal
Apabila terdiagnosa omphalocele pada masa prenatal maka sebaiknya dilakukan
informed consent pada orang tua tentang keadaan janin, resiko tehadap ibu, dan
prognosis. Informed consent sebaiknya melibatkan ahli kandungan, ahli anak dan
ahli bedah anak. Keputusan akhir dibutuhkan guna perencanaan dan
penatalaksanaan berikutnya berupa melanjutkan kehamilan atau mengakhiri
kehamilan. Bila melanjutkan kehamilan sebaiknya dilakukan observasi melaui
pemeriksaan USG berkala juga ditentukan tempat dan cara melahirkan. Selama
kehamilan omphalocele mungkin berkurang ukurannya atau bahkan ruptur
sehingga mempengaruhi pronosis.
Oak Sanjai meyebutkan bahwa komplikasi dari partus pervaginam pada bayi
dengan defek dinding abdomen kongenital dapat berupa distokia dengan kesulitan
persalinan dan kerusakan organ abdomen janin termasuk liver. Walaupun
demikian, sampai saat ini persalinan melalui sectio caesar belum ditentukan
sebagai metode terpilih pada janin dengan defek dinding abdomen. Ascraft
menyatakan bahwa beberapa ahli menganjurkan pengakhiran kehamilan jika
terdiagnosa omphalocele yang besar atau janin memiliki kelainan konggenital
multipel.
B. Penatalaksanan postnatal (setelah kelahiran)
Penatalaksannan postnatal meliputi penatalaksanaan segera setelah lahir
(immediate postnatal), kelanjutan penatalakasanaan awal apakah berupa operasi
atau nonoperasi (konservatif) dan penatalaksanaan postoperasi. Secara umum
penatalaksanaan bayi dengan omphalokele dan gastroskisis adalah hampir sama.
Bayi sebaiknya dilahirkan atau segera dirujuk ke suatu pusat yang memiliki
fasilitas perawatan intensif neonatus dan bedah anak. Bayi-bayi dengan
omphalokel biasanya mengalami lebih sedikit kehilangan panas tubuh sehingga
lebih sedikit membutuhkan resusitasi awal cairan dibanding bayi dengan
gastroskisis.
Penatalaksanaan segera bayi dengan omphalocele adalah sbb:
1. Tempatkan bayi pada ruangan yang asaeptik dan hangat untuk mencegah
kehilangan cairan, hipotermi dan infeksi.
2. Posisikan bayi senyaman mungkin dan lembut untuk menghindari bayi
menagis dan air swallowing. Posisi kepala sebaiknya lebih tinggi untuk
memperlancar drainase.
3. Lakukan penilaian ada/tidaknya distress respirasi yang mungkin
membutuhkan alat bantu ventilasi seperti intubasi endotrakeal. Beberapa
macam alat bantu ventilasi seperti mask tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan masuknya udara kedalam traktus gastrointestinal.
4. Pasang pipa nasogastrik atau pipa orogastrik untuk mengeluarkan udara
dan cairan dari sistem usus sehingga dapat mencegah muntah, mencegah
aspirasi, mengurangi distensi dan tekanan (dekompresi) dalam sistem usus
sekaligus mengurangi tekanan intra abdomen, demikian pula perlu
dipasang rectal tube untuk irigasi dan untuk dekompresi sistem usus.
5. Pasang kateter uretra untuk mengurangi distensi kandung kencing dan
mengurangi tekanan intra abdomen.
6. Pasang jalur intra vena (sebaiknya pada ektremitas atas) untuk pemberian
cairan dan nutrisi parenteral sehingga dapat menjaga tekanan intravaskuler
dan menjaga kehilangan protein yang mungkin terjadi karena gangguan
sistem usus, dan untuk pemberian antibitika broad spektrum.
7. Lakukan monitoring dan stabilisiasi suhu, status asam basa, cairan dan
elektrolit
8. Pada omphalokel, defek ditutup dengan suatu streril-saline atau povidone
-iodine soaked gauze, lalu ditutup lagi dengn suatu oklusif plastik dressing
atau plastik bowel bag. Tindakan harus dilakukan ekstra hati-hati diamana
cara tersebut dilakukan dengan tujuan melindungi defek dari trauma
mekanik, mencegah kehilangan panas dan mencegah infeksi serta
mencegah angulasi sistem usus yang dapat mengganggu suplai aliran
darah.
9. Pemeriksaan darah lain seperti fungsi ginjal, glukosa dan hematokrit perlu
dilakukan guna persiapan operasi bila diperlukan
10. Evaluasi adanya kelainan kongenital lain yang ditunjang oleh pemeriksaan
rongent thoraks dan ekhokardiogram.
Bila bayi akan dirujuk sebaiknya bayi ditempatkan dalam suatu inkubator hangat
dan ditambah oksigen.
Berikut ini ada beberapa pertolongan pertama yang dilakukan pada bayi yang
menderita omphalocele :
1. Kantong omfalokel dibungkus kasa yang dibasahi betadin , selanjutnya
dibungkus dengan plastic.
2. Bayi dimasukkan incubator dan diberi oksigen
3. Pasang NGT dan rectal tube
4. Antibiotika
C. Penatalaksanaan nonnoperasi (konservatif)
Penatalaksanaan konservatif dilakukan bila penutuan secara primer tidak
memungkinkan, misal pada omfaokel dengan diameter > 5 cm. Penatalaksanaan
omfalocele secara konservatif dilakukan pada kasus omfalokel besar atau terdapat
perbedaan yang besar antara volume organ-organ intraabdomen yang mengalami
herniasi atau eviserasi dengan rongga abdomen seperti pada giant omphalocele
atau terdapat status klinis bayi yang buruk sehingga ada kontra indikasi terhadap
operasi atau pembiusan seperti pada bayi-bayi prematur yang memiliki hyaline
membran disease atau bayi yang memiliki kelainan kongenital berat yang lain
seperti gagal jantung. Pada giant omphalocele bisa terjadi herniasi dari seluruh
organ-organ intraabdomen dan dinding abdomen berkembang sangat buruk,
sehingga sulit dilakukan penutupan (operasi/repair) secara primer dan dapat
membahayakan bayi. Beberapa ahli mengatakan, walaupun demikian, pernah
mencoba melakukan operasi pada giant omphalocele secara primer dengan
modifikasi dan berhasil. Tindakan nonoperatif secara sederhana dilakukan dengan
dasar merangsang epitelisasi dari kantong atau selaput. Suatu saat setelah
granulasi terbentuk maka dapat dilakukan skin graft yang nantinya akan terbentuk
hernia ventralis yang akan direpair pada waktu kemudian dan setelah status
kardiorespirasi membaik.
Penatalaksanaan secara konservatif dapat dilakukan dengan perawtan sebagai
berikut :
1. Bayi dijaga agar tetap hangat
2. Kantongditutup kasa steril dan ditetesi NaCl 0,9% kalo perlu ditutup
dengan lapisan silo yang dikecilkan secara bertahap
3. Posisipenderita miring
4. NGT diisap-isap tiap 30 menit
Tindakan nonoperatif lain dapat berupa penekanan secara eksternal pada kantong.
Beberapa material yang biasa digunakan ialah Ace wraps, Velcro binder, dan
poliamid mesh yang dilekatkan pada kulit. Glasser menyatakan bahwa tindakan
nonoperatif pada omfalocele memerlukan waktu yang lama, membutuhkan nutrisi
yang banyak dan angka metabolik yang tinggi serta omfalokel dapat ruptur
sehingga dapat menimbulkan infeksi organ-organ intraabdomen. Ashcraft
menyebutkan bahwa dari suatu studi, bayi-bayi yang menjalani penatalaksanaan
nonoperatif ternyata memiliki lama rawat inap yang lebih pendek dan waktu full
enteral feeding yang lebih cepat dibanding dengan penatalaksanaan dengan
silastic.
Selain itu, ada juga metode yang dapat dilakukan untuk nengatasi kelainan
omphalocele yaitu dengan metode terapi non bedah.
Indikasi terapi non bedah adalah:
1. Bayi dengan ompalokel raksasa (giant omphalocele) dan kelainan penyerta
yang mengancam jiwa dimana penanganannya harus didahulukan daripada
omfalokelnya.
2. Neonatus dengan kelainan yang menimbulkan komplikasi bila dilakukan
pembedahan.
3. Bayi dengan kelainan lain yang berat yang sangat mempengaruhi daya
tahan hidup.
Namun kerugian dari metode ini adalah kenyataan bahwa organ visera yang
mengalami kelainan tidak dapat diperiksa, sebab itu bahaya yang terjadi akibat
kelainan yang tidak terdeteksi dapat menyebabkan komplikasi misalnya obstruksi
usus yang juga bisa terjadi akibat adhesi antara usushalus dan kantong. Jika
infeksi dan ruptur kantong dapat dicegah, kulit dari dinding anterior abdomen
secara lambat akan tumbuh menutupi kantong, dengan demikian akan terbentuk
hernia ventralis, karena sikatrik yang terbentuk biasanya tidak sebesar bila
dilakukan operasi. Metode ini terdiri dari pemberian lotion antiseptik secara
berulang pada kantong, yang mana setelah beberapa hari akan terbentuk skar.
Setelah sekitar 3 minggu, akan terjadi pembentukan jaringan granulasi yang
secara bertahap kana terjadi epitelialisasi dari tepi kantong. Penggunaan antiseptik
merkuri sebaiknya dihindari karena bisa menghasilkan blood and tissue levels of
mercury well above minimum toxic levels. Alternatif lain yang aman adalah
alkohol 65% atau 70% atau gentian violet cair 1%. Setelah keropeng tebal
terbentuk,bubuk antiseptik dapat digunakan. Hernia ventralis memerlukan
tindakan kemudian tetapi kadang-kadang menghilang secara komplet.
D. Penatalaksanaan dengan operasi
Tujuan operasi atau pembedahan ialah memperoleh lama ketahanan hidup yang
optimal dan menutup defek dengan cara mengurangi herniasi organ-organ
intraabomen, aproksimasi dari kulit dan fascia serta dengan lama tinggal di RS
yang pendek. Operasi dilakukan setelah tercapai resusitasi dan status
hemodinamik stabil. Operasi dapat bersifat darurat bila terdapat ruptur kantong
dan obstruksi usus.
Operasi dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu primary closure (penutupan
secara primer atau langsung) dan staged closure (penutupan secara bertahap).
Standar operasi baik pada primary ataupun staged closure yang banyak dilakukan
pada sebagiaan besar pusat adalah dengan membuka dan mengeksisi kantong.
Organ-organ intraabdomen kemudian dieksplorasi, dan jika ditemukan malrotasi
dapat dikoreksi dengan :
1. Primary Closure
Primary closure merupakan treatment of choice pada omfalokel kecil dan medium
atau terdapat sedikit perbedaan antara volume organ-organ intraabdomen yang
mengalami herniasi atau eviserasi dengan rongga abdomen. Primary closure
biasanya dilakukan pada omfalokel dengan diameter defek < 5-6 cm. Operasi
dilakukan dengan general anestesi dengan obat-obatan blok neuromuskuler. Mula-
mula hubungan antara selaput dengan kulit serta fascia diinsisi dan vasa–vasa
umbilkus dan urakus diidentifikasi dan diligasi. Selaput kemudian dibuang dan
organ-organ intraabddomen kemudian diperiksa. Sering defek diperlebar agar
dapat diperoleh suatu insisi linier tension free dengan cara memperpanjang irisan
2 –3 cm ke superior dan inferior.
Kemudian dilakukan manual strecthing pada dinding abdomen memutar diseluruh
kuadran abdomen. Manuver tersebut dilakukan hati-hati agar tidak mencederai
liver atau ligamen. Kulit kemudiaan dideseksi atau dibebaskan terhadap fascia
secara tajam. Fascia kemudian ditutup dengan jahitan interuptus begitu pula pada
kulit. Untuk kulit juga dapat digunakan jahitan subkutikuler terutama untuk
membentuk umbilikus (umbilikoplasti) dan digunakan material yang dapat
terabsorbsi. Standar operasi ialah dengan mengeksisi kantong dan pada kasus
giant omphalocele biasanya dilakukan tindakan konservatif dahulu, namun
demikian beberapa ahli pernah mencoba melakukan operasi langsung pada kasus
tersebut dengan teknik modifikasi
2. Staged closure
Pada kasus omfalocele besar atau terdapat perbedaan yang besar antara volume
organ-organ intraabdomen yang mengalami herniasi atau eviserasi dengan rongga
abdomen seperti pada giant omphalocele, dapat dilakukan tindakan konservatif.
Cara tersebut ternyata memakan waktu yang lama, membutuhkan nutrisi yang
banyak dan beresiko terhadap pecahnya kantong atau selaput sehingga dapat
timbul infeksi. Juga pada keadaan tertentu selama operasi, ternyata tidak semua
pasien dapat dilakukan primary closure. Yaster M. et al dari suatu studinya
melaporkan bahwa kenaikan IGP (intra gastricpressure) > 20 mmHg dan CVP >
4 mmHg selama usaha operasi primer dapat menyebabkan kenaikan tekanan
intraabdomen yang dapat berakibat gangguan kardiorespirasi dan dapat
membahayakan bayi sehingga usaha operasi dirubah dengan metode staged
closure. Beberapa ahli kemudian mencari solusi untuk penatalaksanaan kasus-
kasus tersebut, yang akhirnya ditemukan suatu metode staged closure.4 Staged
closure telah diperkenalkan pertama kali oleh Robet Gross pada tahun 1948
dengan teknik skin flap yang kemudian tejadi hernia ventralis dan akhirnya cara
tersebut dikembangkan oleh Allen dan Wrenn paada tahun 1969 dengan suatu
teknik “silo”
Selain itu untuk mengatasi kelainan omphalocele dapat dilakukan dengan
memberikan obat analgesic. Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam
pemberian obat analgesic, yaitu :
1. Rencanakan untuk memberikan analgesik yang telah ditentukan sebelum
prosedur
a.Oral : efek obat terjadi setelah 11/2 – 2 jam untuk hapir semua obat
analgesik.
b.Intravena : efek paling cepat setelah 5 menit.
2.Kuatkan efek dari analgesik dengan memberitahukan bahwa anak akan
merasa lebih baik.
3.Berikan obat mulai dengan dosis yang dianjurkan sesuai dengan BB, contoh
obat :
a.Obat - obat anti inflamasi nonsteroid : asetaminofen dengan 10 – 20 mg/kg
per dosis setiap 4 -6 jam, tidak boleh lebih dari 5 dosis dalam 24 jam.
b.Opioid pilihan untuk nyeri sedang sampai berat (dosis awal anak dengan
BB < 50kg) contohnya :
Morfin : oral 0,2–0,4 mg/kg tiap 3 – 4 jam. Parenteral 0,1 – 0,2 mg/kg. IM 3 –
4 jam 0,02 – 0,1 mg/kg dan IV bolus 2 jam.
Fentanil : oral 5 – 15 mg/kg. Parenteral 0,5 – 2,5 mg/kg dan IV bolus setiap
0,5 jam.
Kodein: oral 1 mg/kg tiap 3–4 jam. Parenteral tidak dianjurkan.
Akibat yang diderita oleh penderita Omphalocele diantaranya :
Infeksi usus dan kematian jaringan usus yang bisa berhubungan dengan
kekeringan atau trauma oleh karena usus yang tidak dilindungi.
Penyakit atau kelainan ini sangat berbahaya dan dapat pula menyebabkan
kematian. Angka kematian tinggi bila omphalocele besar karena kantong
dapat pecah dan terjadi infeksi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Omphalocele adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar
pusar yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi
oleh kulit. Omphalocele terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran. Usus terlihat dari
luar melalui selaput peritoneum yang tipis dan transparan (tembus pandang).
Pada 25-40% bayi yang menderita Omphalocele, kelainan ini disertai oleh
kelainan bawaan lainnya, seperti kelainan kromosom, hernia diafragmatika
dan kelainan jantung. Banyaknya usus dan organ perut lainnya yang menonjol
pada Omphalocele bervariasi, tergantung kepada besarnya lubang di pusar.
Jika lubangnya kecil, mungkin hanya usus yang menonjol; tetapi jika
lubangnya besar, hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, dimana isi perut
terlihat dari luar melalui selaput peritoneum. Agar tidak terjadi cedera pada
usus dan infeksi perut, segera dilakukan pembedahan untuk menutup
Omphalocele.
Akibat dari kelainan omphalocele yaitu adadnya infeksi usus dan kematian
jaringan usus yang bisa berhubungan dengan kekeringan atau trauma oleh
karena usus yang tidak dilindungi.
Penyakit atau kelainan ini sangat berbahaya dan dapat pula menyebabkan
kematian. Angka kematian tinggi bila omphalocele besar karena kantong
dapat pecah dan terjadi infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin. 2000. Anatomi Fisiologi, Jakarta : EGC
Dorland, W. A. Newman. 2000. Kamus Kedokteran Dorland, Jakarta : EGC
Guyton and Hall. 2000. Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC
Brunner. 2000. Keperawata Medikal Bedah, Jakarta : EGC
Robins. 2000. Dasar Patologi Penyakit, Jakarta : EGC
http://ilmubedah.blogspot.com/2010/06/omphalocele.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akhir-akhir ini sering ditemukan kelainan yang disebut dengan
omphalocele. Omphalocele adalah sebuah cacat lahir di mana organ usus atau
perut bayi keluar dari pusar (pusar). Pada bayi dengan omphalocele , usus keluar
yang hanya ditutupi lapisan tipis jaringan dan dapat dengan mudah dilihat.
Omphalocele juga disebabkan oleh terbukanya (cacat) bagian tengah dari
dinding perut pada pusar (umbilicus). Kulit, otot dan jaringan berserat tidak ada.
Usus menonjol pada bagian yang terbuka dan dilapisi dengan membrane yang
tipis. Tali pusar berada pada pusat pembalikan. Gastroschisis adalah pembukaan
abnormal dari dinding perut, biasanya di sebelah kanan dari pusar, sehingga usus
yang terbuka keluar (hernia). Kedua kondisi didiagnosa dengan ultrasound
prenatal (sebelum lahir).
Sebuah omphalocele berkembang saat bayi tumbuh dalam rahim ibu. Otot-
otot pada dinding abdomen (cincin pusar) tidak menutup dengan benar.
Akibatnya, usus tetap berada di luar tali pusat. Sekitar 25 - 40% dari bayi dengan
omphalocele yang memiliki cacat lahir lainnya. Mereka mungkin termasuk
masalah genetik (kelainan kromosom), hernia diafragma kongenital, dan cacat
jantung.
Akibat dari kelainan omphalocele yaitu adadnya infeksi usus dan kematian
jaringan usus yang bisa berhubungan dengan kekeringan atau trauma oleh karena
usus yang tidak dilindungi.
Penyakit atau kelainan ini sangat berbahaya dan dapat pula menyebabkan
kematian. Angka kematian tinggi bila omphalocele besar karena kantong dapat
pecah dan terjadi infeksi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Omphalocele?
1.2.2 Apa penyebeb Omphalocele?
1.2.3 Bagaimanakah kelainan Omphalocele itu berkembang?
1.2.4 Bagaimana pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan?
1.2.5 Bagaimana penatalaksanaan dan prognosis dari kelainan Omphalocele?
MAKALAH
OMPHALOCELE
OLEH :
ZUHROTUL JANNAH
STIKES MAHARANI MALANG
PROGAM STUDI DIII KEBIDANAN
2010