OLKAM - ftp.unpad.ac.id · Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) Partai Golkar menegas-kan pengurus dan...

1
Rekan Gayus Divonis 2 Tahun Penjara 4 SELASA, 22 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA P OLKAM Humala SL Napitupulu Mantan penelaah pajak NURULIA JUWITA SARI D UA fraksi di DPR, Gerindra dan Ha- nura, tidak memi- liki hak yang sama di dalam Badan Kehormatan (BK) dibandingkan fraksi lain. Dua fraksi itu hanya memiliki hak bicara, tanpa hak suara dalam BK. Hal itu merupakan kesimpu- lan sementara dalam rapat pim- pinan DPR yang berlangsung di gedung parlemen, kemarin. Rapat itu digelar khusus mem- bahas keterlibatan dua fraksi tersebut di BK DPR. “Semua fraksi sebenarnya tidak ada masalah jika Hanura dan Gerindra masuk BK, tetapi masih ada hambatan terkait ketentuan di undang-undang,” ujar Wakil Ketua DPR Tauk Kurniawan seusai rapat. Pasal 124 ayat (2) Undang- Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD disebutkan, “Anggota BK berjumlah 11 orang dan ditetap- kan dalam rapat paripurna pada permulaan masa keanggotaan DPR dan pada permulaan tahun sidang.” Menurut Tauk, komposisi BK yang sekarang sudah me- menuhi komposisi tersebut. “Kalau komposisinya diganti, tidak memenuhi asas propor- sional,” imbuhnya. Keanggotaan BK DPR saat ini terdiri dari 3 anggota F-PD, 2 orang anggota F-PDIP dan F-PG. F-PAN, F-PKS, F-PKB, dan F-PPP mendapat jatah masing-masing satu kursi. Karena itu, Tauk menilai, kesamaan hak bagi Hanura dan Gerindra dapat diraih dengan amendemen UU tersebut. Dalam rentang waktu sebe- lum amendemen, lanjutnya, dicetuskanlah usulan mema- sukkan keterlibatan dua fraksi tersebut sebagai anggota kehor- matan atau sebagai peninjau. “Nantinya punya hak bicara, tetapi tidak punya hak suara. Keduanya akan dilibatkan dalam setiap rapat BK, setiap permasalahan akan dibahas bersama kedua fraksi tersebut,” jelas Tauk. Atas usulan tersebut, lanjut- nya, kedua fraksi menyatakan akan membicarakan secara internal. Jika sudah memiliki ke putusan, kemudian akan dibahas kembali dalam rapat pimpinan. Menurut Tauk, Hanura dan Gerindra harus tetap mema- tuhi kode etik meskipun tidak terlibat secara langsung di da- lam BK. ”Harus diingat semua yang diputuskan melalui ra- pat paripurna adalah nal dan mengikat,” tegasnya. Wakil Ketua Fraksi Hanura Syarifuddin Sudding bersike- ras fraksinya harus memiliki perwakilan di dalam BK. Ia menilai, posisi anggota kehor- matan bukan solusi. “Belum bisa kami terima kalau sebagai anggota kehor- matan. Kami meminta sebagai anggota full, seperti fraksi lain. Ini soal keterwakilan fraksi,” tegasnya. Ia mencoba memberi tawaran dengan pertukaran personel di antara alat kelengkapan. “Bagaimana kalau fraksi yang cukup besar anggotanya bertu- kar dengan Hanura di pos lain, misalnya di BKSAP (Badan Kerja Sama Antar-Parlemen). Jadi, jumlahnya tetap 11 orang, itu bisa dilakukan tanpa meng- ubah UU,” papar Sudding. Sudding menekankan, Ha- nura akan melakukan aksi boikot terhadap kode etik DPR jika tidak dilibatkan dalam BK. “Kami tidak akan menjalankan kode etik itu karena tidak ikut di dalam BK,” katanya. Kalah progresif Direktur Monitoring, Ad- vokasi, dan Jaringan Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Ronald Roandri me- nilai rancangan kode etik DPR yang terbaru kalah progresif di- bandingkan dengan parlemen di beberapa negara lain. “Tujuh negara jauh lebih progresif mengatur materi konflik kepentingan anggota parlemen,” kata dia. Ketujuh negara itu, ujar Ro- nald, adalah Kanada, Amerika Serikat, Inggris, negara bagian Victoria di Australia, Kroasia, Latvia, dan Kosovo. (Ant/P-1) [email protected] KARENA merasa keberat- an dipimpin tersangka kasus pembalakan liar, dua pengurus harian Dewan Pimpinan Dae- rah (DPD) Partai Golkar Kabu- paten Kampar, Riau, mundur dari kepengurusan. Mereka mendesak Komisi Pemberan- tasan Korupsi (KPK) menun- taskan kasus pembalakan liar yang sudah menetapkan Ketua DPD Partai Golkar Kampar Burhanuddin Husin sebagai tersangka. Kedua pengurus DPD Gol- kar Kampar tersebut adalah Abu Nazar (wakil sekretaris) dan Bunaya (sekretaris bidang kepemudaan). Mereka dengan resmi menyatakan mundur dari kepengurusan karena menilai Burhanuddin Husin cacat hukum dan tidak la- yak memimpin Partai Golkar Kampar. “Burhanuddin Husin sudah tiga tahun dinyatakan sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus illegal logging. Hingga kini kasusnya masih meng- gantung. Kami tidak bersedia dipimpin dia lagi,” kata Abu Nazar didampingi Bunaya di Pekanbaru, kemarin. Keduanya serempak menye- butkan dalam Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga (AD- ART) Partai Golkar menegas- kan pengurus dan ketua partai tidak tercela atau tidak dalam bermasalah di mata hukum. “Selain itu, ia (Burhanuddin Husin) jarang mendatangi Kan- tor Golkar Kampar sehingga program kerja partai tidak jalan,” tambahnya. Karena itu, keduanya juga mendesak agar segera dilak- sanakan Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) Partai Golkar Kabupaten Kampar. Burhanuddin Husin adalah Bupati Kampar periode 2006- 2011. KPK sejak 2008 mene- tapkan Burhanuddin Husin sebagai tersangka dalam kasus pembalakan liar ketika menja- bat Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Riau tahun 2005. Ia juga mencalonkan diri lagi untuk periode kedua sebagai calon dari Partai Golkar. Burhanuddin diduga telah menerbitkan izin usaha peman- faatan hasil hutan kayu hutan tanaman industri (IUPHHK- HTI) yang juga menyeret se- jumlah bupati di Riau. Selain itu, Gubernur Riau Rusli Zainal pernah diperiksa KPK terkait dengan penerbitan surat rancangan kerja terpadu (RKT) kepada beberapa per- usahaan pengelolaan hutan. (TH/P-3) Di BK DPR, Dua Fraksi cuma Punya Hak Bicara Kepengurusan Golkar Kampar Dipimpin Tersangka KPK Hanura mengancam memboikot kode etik DPR jika tetap tidak dilibatkan dalam BK. HUMALA Setia Leonardo Na- pitupulu, mantan penelaah pajak yang juga rekan Gayus Tambunan, divonis dua tahun penjara dalam kasus maa pa- jak. Vonis itu lebih ringan dari tuntutan jaksa yakni, empat tahun penjara. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jaksel menilai Humala, yang bersama-sama Gayus menangani keberatan pajak PT Surya Alam Tunggal (SAT), terbukti tidak cermat dalam penyediaan akta tahun 1995. “Menuntut, menyatakan terdakwa bersalah melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Un- dang UU 31/1999 dan Pasal 3 UU 20 /2001. Menjatuhkan pi- dana dua tahun penjara dengan denda Rp50 juta subsider tiga bulan kurungan,” kata Ketua Majelis Hakim Ida Bagus Dwi- yantara di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, kemarin. Humala dinilai bersalah aki- bat ketidakcermatan dalam penyediaan akta tahun 1995. Humala dinilai melanggar wewenang dengan meneri- ma keberatan pajak PT Surya Alam Tunggal (SAT) tahun pajak 2004. Seharusnya, kata Ida, keberatan tersebut tidak dikabulkan karena nilai pajak yang ditetapkan Kanwil Ditjen Pajak Jawa Bagian Timur sudah sesuai ketentuan. Keputusan itu telah menguntungkan PT SAT Rp570,9 juta. Seharusnya, uang tersebut menjadi pema- sukan pajak untuk negara. Atas tindakannya itu, Hu- mala diganjar Pasal 3 UU No 20/2001, dengan vonis hu- kuman dua tahun penjara. Pasal yang terbukti tersebut merupakan dakwaan subsider. Seusai persidangan, Humala menyatakan akan melakukan banding. Ia merasa menjadi korban. “Saya tidak sepatutnya dipidana karena persoalan itu adalah wilayah administrasi.” Setelah sebulan turunnya in- struksi presiden tentang pe- nanganan Gayus, belum ada perkembangan signikan dari kasus ini. Padahal, sudah hampir sebu- lan Polri bersama KPK, PPNS Pajak, dan BPKP berkantor di Kantor Pusat Ditjen Pajak da- lam rangka membedah 482 ber- kas ke-151 pasien Gayus. “Soal penanganan 151 wajib pajak, dilaporkan secara berkala kepa- da Bapak Wapres dan ditunggu saja di pengadilan nanti,” tukas Kabareskrim Komjen Ito Su- mardi. (*/ED/P-4) KORUPSI ALAT KESEHATAN: Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari meninggalkan ruang sidang seusai bersaksi terkait kasus korupsi pengadaan alat kesehatan untuk daerah tertinggal pada 2007 di Pengadilan Tipikor, Jakarta, kemarin. Saya tidak sepatutnya dipidana karena persoalan itu adalah wilayah administrasi.’’ Syarifuddin Sudding Wakil Ketua Fraksi Hanura MI/SUSANTO MI/SUSANTO MI/RAMDANI KUNJUNGAN GP ANSOR: Ketua Umum Pengurus Besar Gerakan Pemuda Ansor periode 2011- 2016 Nusron Wahid (kiri) didampingi Sekretaris Redaksi Teguh Nirwahyudi mengunjungi Redaksi Media Indonesia dalam rangka silaturahim, di Kedoya, Jakarta Barat, kemarin. MI/SUSANTO

Transcript of OLKAM - ftp.unpad.ac.id · Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) Partai Golkar menegas-kan pengurus dan...

Rekan Gayus Divonis 2 Tahun Penjara

4 SELASA, 22 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIAPOLKAM

Humala SL Napitupulu Mantan penelaah pajak

NURULIA JUWITA SARI

DUA fraksi di DPR, Gerindra dan Ha-nura, tidak memi-liki hak yang sama

di dalam Badan Kehormatan (BK) dibandingkan fraksi lain. Dua fraksi itu hanya memiliki hak bicara, tanpa hak suara dalam BK.

Hal itu merupakan kesimpu-lan sementara dalam rapat pim-pinan DPR yang berlangsung di gedung parlemen, kemarin. Rapat itu digelar khusus mem-bahas keterlibatan dua fraksi tersebut di BK DPR.

“Semua fraksi sebenarnya tidak ada masalah jika Hanura dan Gerindra masuk BK, tetapi masih ada hambatan terkait ketentuan di undang-undang,” ujar Wakil Ketua DPR Taufi k Kurniawan seusai rapat.

Pasal 124 ayat (2) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD disebutkan, “Anggota BK berjumlah 11 orang dan ditetap-kan dalam rapat paripurna pada permulaan masa keanggotaan DPR dan pada permulaan tahun sidang.”

Menurut Taufi k, komposisi BK yang sekarang sudah me-menuhi komposisi tersebut. “Kalau komposisinya diganti, tidak memenuhi asas propor-sional,” imbuhnya.

Keanggotaan BK DPR saat ini terdiri dari 3 anggota F-PD, 2 orang anggota F-PDIP dan F-PG. F-PAN, F-PKS, F-PKB, dan F-PPP mendapat jatah masing-masing satu kursi.

Karena itu, Taufi k menilai, kesamaan hak bagi Hanura dan Gerindra dapat diraih dengan amendemen UU tersebut.

Dalam rentang waktu sebe-lum amendemen, lanjutnya, dicetuskanlah usulan mema-sukkan keterlibatan dua fraksi tersebut sebagai anggota kehor-matan atau sebagai peninjau.

“Nantinya punya hak bicara, tetapi tidak punya hak suara. Keduanya akan dilibatkan dalam setiap rapat BK, setiap permasalahan akan dibahas bersama kedua fraksi tersebut,” jelas Taufi k.

Atas usulan tersebut, lanjut-nya, kedua fraksi menyatakan akan membicarakan secara internal. Jika sudah memiliki ke putusan, kemudian akan dibahas kembali dalam rapat pimpinan.

Menurut Taufi k, Hanura dan Gerindra harus tetap mema-tuhi kode etik meskipun tidak terlibat secara langsung di da-lam BK. ”Harus diingat semua yang diputuskan melalui ra-pat paripurna adalah fi nal dan mengikat,” tegasnya.

Wakil Ketua Fraksi Hanura

Syarifuddin Sudding bersike-ras fraksinya harus memiliki perwakilan di dalam BK. Ia menilai, posisi anggota kehor-matan bukan solusi.

“Belum bisa kami terima kalau sebagai anggota kehor-matan. Kami meminta sebagai anggota full, seperti fraksi lain. Ini soal keterwakilan fraksi,” tegasnya.

Ia mencoba memberi tawaran dengan pertukaran personel di antara alat kelengkapan. “Bagaimana kalau fraksi yang cukup besar anggotanya bertu-kar dengan Hanura di pos lain, misalnya di BKSAP (Badan Kerja Sama Antar-Parlemen). Jadi, jumlahnya tetap 11 orang, itu bisa dilakukan tanpa meng-ubah UU,” papar Sudding.

Sudding menekankan, Ha-nura akan melakukan aksi boikot terhadap kode etik DPR jika tidak dilibatkan dalam BK. “Kami tidak akan menjalankan kode etik itu karena tidak ikut di dalam BK,” katanya.

Kalah progresifDirektur Monitoring, Ad-

vokasi, dan Jaringan Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Ronald Rofi andri me-nilai rancangan kode etik DPR yang terbaru kalah progresif di-bandingkan dengan parlemen di beberapa negara lain.

“Tujuh negara jauh lebih progresif mengatur materi konflik kepentingan anggota parlemen,” kata dia.

Ketujuh negara itu, ujar Ro-nald, adalah Kanada, Amerika Serikat, Inggris, negara bagian Victoria di Australia, Kroasia, Latvia, dan Kosovo. (Ant/P-1)

[email protected]

KARENA merasa keberat-an dipimpin tersangka kasus pembalakan liar, dua pengurus harian Dewan Pimpinan Dae-rah (DPD) Partai Golkar Kabu-paten Kampar, Riau, mundur dari kepengurusan. Mereka mendesak Komisi Pemberan-tasan Korupsi (KPK) menun-taskan kasus pembalakan liar yang sudah menetapkan Ketua DPD Partai Golkar Kampar Burhanuddin Husin sebagai tersangka.

Kedua pengurus DPD Gol-kar Kampar tersebut adalah Abu Nazar (wakil sekretaris) dan Bunaya (sekretaris bidang kepemudaan). Mereka dengan resmi menyatakan mundur dari kepengurusan karena menilai Burhanuddin Husin cacat hukum dan tidak la-yak memimpin Partai Golkar Kampar.

“Burhanuddin Husin sudah tiga tahun dinyatakan sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus illegal logging. Hingga kini kasusnya masih meng-gantung. Kami tidak bersedia dipimpin dia lagi,” kata Abu Nazar didampingi Bunaya di Pekanbaru, kemarin.

Keduanya serempak menye-butkan dalam Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) Partai Golkar menegas-kan pengurus dan ketua partai tidak tercela atau tidak dalam bermasalah di mata hukum.

“Selain itu, ia (Burhanuddin Husin) jarang mendatangi Kan-tor Golkar Kampar sehingga program kerja partai tidak jalan,” tambahnya.

Karena itu, keduanya juga mendesak agar segera dilak-sanakan Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) Partai

Golkar Kabupaten Kampar.Burhanuddin Husin adalah

Bupati Kampar periode 2006-2011. KPK sejak 2008 mene-tapkan Burhanuddin Husin sebagai tersangka dalam kasus pembalakan liar ketika menja-bat Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Riau tahun 2005. Ia juga mencalonkan diri lagi untuk periode kedua sebagai calon dari Partai Golkar.

Burhanuddin diduga telah menerbitkan izin usaha peman-faatan hasil hutan kayu hutan tanaman industri (IUPHHK-HTI) yang juga menyeret se-jumlah bupati di Riau.

Selain itu, Gubernur Riau Rusli Zainal pernah diperiksa KPK terkait dengan penerbitan surat rancangan kerja terpadu (RKT) kepada beberapa per-usahaan pengelolaan hutan. (TH/P-3)

Di BK DPR, Dua Fraksi cuma Punya Hak Bicara

Kepengurusan Golkar Kampar Dipimpin Tersangka KPK

Hanura mengancam memboikot kode etik DPR jika tetap tidak dilibatkan dalam BK.

HUMALA Setia Leonardo Na-pitupulu, mantan penelaah pajak yang juga rekan Gayus Tambunan, divonis dua tahun penjara dalam kasus mafi a pa-jak. Vonis itu lebih ringan dari tuntutan jaksa yakni, empat tahun penjara.

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jaksel menilai Humala, yang bersama-sama Gayus menangani keberatan pajak PT Surya Alam Tunggal (SAT), terbukti tidak cermat dalam penyediaan akta tahun 1995.

“Menuntut, menyatakan terdakwa bersalah melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Un-dang UU 31/1999 dan Pasal 3 UU 20 /2001. Menjatuhkan pi-dana dua tahun penjara dengan

denda Rp50 juta subsider tiga bulan kurungan,” kata Ketua Majelis Hakim Ida Bagus Dwi-yantara di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, kemarin.

Humala dinilai bersalah aki-bat ketidakcermatan dalam penyediaan akta tahun 1995. Humala dinilai melanggar wewenang dengan meneri-ma keberatan pajak PT Surya Alam Tunggal (SAT) tahun pajak 2004. Seharusnya, kata Ida, keberatan tersebut tidak dikabulkan karena nilai pajak yang ditetapkan Kanwil Ditjen Pajak Jawa Bagian Timur sudah sesuai ketentuan. Keputusan itu telah menguntungkan PT SAT Rp570,9 juta. Seharusnya, uang tersebut menjadi pema-

sukan pajak untuk negara.Atas tindakannya itu, Hu-

mala diganjar Pasal 3 UU No 20/2001, dengan vonis hu-kuman dua tahun penjara. Pasal yang terbukti tersebut merupakan dakwaan subsider. Seusai persidangan, Humala menyatakan akan melakukan

banding. Ia merasa menjadi korban. “Saya tidak sepatutnya dipidana karena persoalan itu adalah wilayah administrasi.” Setelah sebulan turunnya in-struksi presiden tentang pe-nanganan Gayus, belum ada perkembangan signifi kan dari kasus ini.

Padahal, sudah hampir sebu-lan Polri bersama KPK, PPNS Pajak, dan BPKP berkantor di Kantor Pusat Ditjen Pajak da-lam rangka membedah 482 ber-kas ke-151 pasien Gayus. “Soal penanganan 151 wajib pajak, dilaporkan secara berkala kepa-da Bapak Wapres dan ditunggu saja di pengadilan nanti,” tukas Kabareskrim Komjen Ito Su-mardi. (*/ED/P-4)

KORUPSI ALAT KESEHATAN: Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari meninggalkan ruang sidang seusai bersaksi terkait kasus korupsi pengadaan alat kesehatan untuk daerah tertinggal pada 2007 di Pengadilan Tipikor, Jakarta, kemarin.

Saya tidak sepatutnya

dipidana karena persoalan itu adalah wilayah administrasi.’’

Syarifuddin SuddingWakil Ketua Fraksi Hanura

MI/SUSANTO

MI/SUSANTO

MI/RAMDANI

KUNJUNGAN GP ANSOR: Ketua Umum Pengurus Besar Gerakan Pemuda Ansor periode 2011-2016 Nusron Wahid (kiri) didampingi Sekretaris Redaksi Teguh Nirwahyudi mengunjungi Redaksi Media

Indonesia dalam rangka silaturahim, di Kedoya, Jakarta Barat, kemarin.

MI/SUSANTO