Oleh: Sona Suhartana, Dulsalam, Yuniawati, Mohamad Iqbal ... · Alat : Alat tulis, meteran, tongkat...

12
28/11/2014 1 Oleh: Sona Suhartana, Dulsalam, Yuniawati, Mohamad Iqbal & I Wayan S Dharmawan PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN BOGOR, 2014 PRODUKSI KAYU DAN POTENSI SIMPANAN KARBON LAHAN GAMBUT PADA AREAL PEMANENAN KAYU RAMAH LINGKUNGAN LATAR BELAKANG Areal hutan gambut memiliki potensi kayu yang tinggi potensi emisi besar. Terbukanya areal gambut dlm pemanenan kurang terarah kerusakan vegetasi dan tanah gambut menurunnya simpanan karbon. RIL (Reduced Impact Logging) diperlukan untuk meminimalkan kerusakan hutan.

Transcript of Oleh: Sona Suhartana, Dulsalam, Yuniawati, Mohamad Iqbal ... · Alat : Alat tulis, meteran, tongkat...

28/11/2014

1

Oleh:

Sona Suhartana, Dulsalam, Yuniawati,

Mohamad Iqbal & I Wayan S Dharmawan

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN

HASIL HUTAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN

BOGOR, 2014

PRODUKSI KAYU DAN POTENSI SIMPANAN KARBON LAHAN GAMBUT PADA AREAL

PEMANENAN KAYU RAMAH LINGKUNGAN

LATAR BELAKANG

Areal hutan gambut memiliki potensi kayu yang tinggi potensi emisi besar.

Terbukanya areal gambut dlm pemanenan kurang terarah kerusakan vegetasi dan tanah gambut

menurunnya simpanan karbon.

RIL (Reduced Impact Logging) diperlukan untuk meminimalkan kerusakan hutan.

28/11/2014

2

Praktek RIL masih belum diterapkan secara utuh oleh IUPHHK-HT & IUPHHK-HA.

IUPHHK-HA yang telah mempraktekkan pemanenan RIL < 10% (APHI, 2005).

Dari 18 perusahaan hutan yang aplikatif terhadap konsep RIL hanya 3 perusahaan yang menerapkan secara utuh praktek pemanenan RIL dalam kegiatan operasionalnya, 6 perusahaan menerapkan < 25%, dan sisanya antara 25-50% (CIFOR & TFF, 2004).

LATAR BELAKANG

TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui produksi kayu dan potensi simpanan

karbon di Hutan Tanaman (HT) rawa gambut Riau

dan Jambi yang menerapkan pemanenan kayu

ramah lingkungan (RIL).

28/11/2014

3

Lokasi

1. IUPHHK-HT PT Arara Abadi, Petak tebang 280, Distrik Berbari, Kabupaten Siak, Riau (Maret 2009). Perusahaan memungut kayu dari areal seluas 32.031,28 ha, target produksi kayu 4.000.000 m3/tahun.

2. IUPHHK-HT PT Wirakarya Sakti, Disrtrik VI, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi (Mei 2009). Perusahaan memungut kayu dari areal seluas 38.444 ha, target produksi kayu 4.600.000 m3/tahun.

METODE PENELITIAN

Bahan :

Tanah gambut, cat, kuas, rantai chainsaw, solar, minyak pelumas, dan daftar pertanyaan.

Alat :

Alat tulis, meteran, tongkat ukur, ring sample, sekop, tabung, aluminium foil, botol vakum, kantung plastik, alat pengukur waktu, chainsaw, dan ekskavator.

Bahan dan Alat Penelitian

28/11/2014

4

Menentukan petak tebang secara purposif.

Melaksanakan penebangan setempat dan secara RIL dengan ulangan masing-masing 15 pohon.

Melaksanakan penyaradan teknik setempat dan secara RIL dengan ulangan masing-masing 5 rit.

Mencatat waktu kerja, volume kayu, dan gangguan lingkungan.

Prosedur Penelitian

Produktivitas tebang dan sarad Rumus : Vt Pt = ...............................................................................(1) Wt Vs Ps = ......................................................................(2) Ws

Keterangan : Pt = produktivitas tebang (m3/jam); Wt = waktu tebang (jam); Vt = volume kayu yang ditebang (m3); Ps = produktivitas sarad (m3/jam); Vs = volume kayu sarad (m3); dan Ws = waktu sarad (jam).

Paramater yang diukur

28/11/2014

5

Biaya produksi, misal: pemakaian bahan bakar, oli/pelumas, biaya penyusutan, biaya pemeliharaan, bunga, asuransi dan pajak serta biaya upah. Dihitung dengan rumus (FAO, 1992).

Efisiensi pemanfaatan kayu : mencatat diameter pangkal & ujung, tinggi pohon, panjang batang dan tinggi tunggak.

Rumus :

Vp Ef = x 100% ....................................................................(3)

Vm

Keterangan : Ef = efisiensi pemanfaatan (%); Vp = volume kayu yang dipungut (m3 ); Vm = volume kayu yang seharusnya dapat dimanfaatkan (m3 )

Paramater yang diukur

Menghitung potensi simpanan karbon (KC) dengan rumus :

KC = B x A x D x C x 10.000 ................................................(4)

Keterangan :

KC = simpanan/kandungan karbon (ton)

B = bobot isi (Bulk Density) tanah gambut (ton/m3)

A = luas blok tebangan/tanah gambut (ha)

D = ketebalan/kedalaman gambut (m)

C = kadar karbon (C-organik) (%), lab by metode Gas Chromatography

Pengumpulan data sekunder : keadaan umum lapangan, keadaan umum perusahaan, dan data penunjang lainnya

Paramater yang diukur

28/11/2014

6

Data lapangan berupa produktivitas, efisiensi pemanfaatan kayu, dan potensi simpanan karbon diolah ke dalam bentuk tabulasi. Alat analisis yang digunakan adalah rata-rata. Biaya produksi penebangan dan penyaradan dihitung dengan rumus dari FAO (1992).

Analisis Data

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Rata-rata produktivitas dan biaya produksi pemanenan kayu di

Riau dan Jambi

HTI Kegiatan

Produktivitas Biaya produksi

RIL Setempat RIL Setempat

Riau*) Penebangan 10,022 9,694 5,618 6.136,60

(m3/jam, Rp/m3)

Penyaradan 33,045 30,487 13.631,10 14.631,80

(m3/jam, Rp/m3)

Jambi Penebangan 6,201 5,219 9.261,50 11.032,20

(m3/jam, Rp/m3)

Penyaradan 36,124 28,071 12.500 15.823,40

(m3/jam, Rp/m3)

28/11/2014

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. (a) Penebangan dengan chainsaw di Riau; (b) penyaradan dengan ekskavator di Jambi

(a) (b)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 2. Rata-rata efisiensi pemanfaatan kayu di Riau dan Jambi

IUPHHK-HT

Tinggi tunggak

(cm)

Efisiensi

pemanfaatan kayu

(%)

Keuntungan

perusahaan

(Rp/tahun) RIL Setempat RIL Setempat

Riau 7,6 8,7 99,5 93,9 15.680.000.000

Jambi 5,9 8,4 99,5 91,6 25.438.000.000

28/11/2014

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3. (a) Tinggi tunggak di Riau; (b) Tinggi tunggak di Jambi

(a) (b)

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3. Rata-rata potensi simpanan karbon di Riau dan Jambi

IUPHHK-

HT

Potensi Simpanan Karbon (ton C/ha)

% C Sebelum

penebangan % C

Setelah

penebangan

Riau 0,468 124,025 0,207 52,691

Jambi 0,348 62,118 0,201 34,663

Rata-rata 93,072 43,677

28/11/2014

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4. (a) Pengambilan contoh gambut di Riau; (b) plot subsiden di Jambi

(a) (b)

Kontribusi Pemanenan Ramah Lingkungan terhadap Produksi Kayu dan Potensi Simpanan Karbon

Pemanenan secara RIL merupakan bagian dari program keseluruhan Sustainable Forest Management (SFM) atau pengelolaan hutan lestari.

Berdasarkan penelitian CIFOR kerusakan dapat diminimalisir dengan menerapkan metode pemanenan RIL dapat mengurangi kerusakan tanah sebanyak 25% dan menghasilkan sekitar 50% simpanan/cadangan karbon.

Penerapan RIL pada intinya untuk mengurangi limbah di dalam petak tebang, sehingga semua bagian kayu dapat diangkut keluar dan dimanfaatkan.

28/11/2014

10

Kontribusi Pemanenan Ramah Lingkungan terhadap Produksi Kayu dan Potensi Simpanan Karbon

RIL dapat meningkatkan produktivitas pemanenan dan mengurangi limbah sampai 60% daripada pemanenan konvensional (TFF, 2007).

RIL dapat menghemat biaya produksi kayu bulat 15-20% daripada pemanenan konvensional (Natadiwirya dan Matikainen, 2002).

Hutan yang tidak dipanen memiliki stok karbon 258 ton C/ha. Setelah dipanen stok karbon di atas tanah berkurang sekitar 100 ton C/ha (Lasco, 2006).

KESIMPULAN

Pemanenan RIL pada 2 IUPHHK-HT rawa gambut berkontribusi pada:

1. Produktivitas pemanenan kayu (penebangan dan penyaradan) masing-masing meningkat dengan kisaran 3,3-15,8% dan 7,7-22,3%. Biaya produksi pemanenan (penebangan dan penyaradan) menurun masing-masing sekitar 8,5-16,1% dan 6,8-21%.

2. Terjadi peningkatan efisiensi pemanfaatan kayu, produksi kayu meningkat 5,6-7,9% setara dengan tambahan keuntungan sekitar Rp 15.680.000.000-25.438.000.000/tahun.

3. Dalam jangka panjang, pemanenan RIL sebagai salah satu bentuk pengelolaan hutan lestari, selain meningkatkan efisiensi produksi kayu juga dapat menjaga keberadaan simpanan karbon (konservasi karbon gambut).

28/11/2014

11

DAFTAR PUSTAKA

FAO. (1992). Cost control in forest harvesting and road construction. FAO Forestry Paper, 99. Rome: FAO of the UN.

Lasco, R. D. (2006). Carbon Stocks Assesment of A Selectively Logged Dipterocarp Forest and Wood Processing Mill in The Philipines. Jounal Tropical Forest Science, 18 (4), 166- 172.

Natadiwirya, N. & Matikainen, M. (2002). The financial beneft of reduced impact logging: saving cost and the forest. A case study from Labanan, East Kalimantan. Jakarta: Berau Forest Management Project (BFMP) Report.

Tropical Forest Foundation. (2007). Standard for Reduced Impact Logging (TFF RIL Standard). Jakarta: TFF-STD-RIL-2006. Published June 28, 2007. Revised October 19, 2007 (v.1.1).

TERIMA KASIH

28/11/2014

12

PK

50m 500m

8m 8m 8m 8m 8m

250m

Kanal

JM JM JM PTK PTK

BPT

x

TPn

Gambar 1. Jalur matting

Keterangan: PK = parit kontrol, sebagai garis tengah petak tebang, BPT = batas petak tebang, JM = jalur matting (3m), jalur untuk jalan ekskavator yang ditimbun dengan ranting-ranting dan daun bekas tebangan, PTK = posisi tumpukan kayu, TPn = 50 m dari tepi kanal