oleh “mycobacterium tuberkulosis” - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1563/3/BAB...

14
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberculosis Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh “mycobacterium tuberkulosis”. Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru, dimana ia akan membentuk suatu sarang peneumonik, yang disebut sarang primer atau efek primer. Sarang primer ini mungkin akan timbul dibagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut dikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia 15- 40 tahun. Tuberkulosis post-primer mempunyai nama yang bermacam- macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa,“localized tuberculosis”, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosisi post-primer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak segmen apikal dari lobus superior maupun lobus inferior (Frandson, 1992). Batuk yang merupakan salah satu gejala tuberkulosis paru, terjadi karena kelainan patologik pada saluran pernapasan akibat kuman M. tuberculosis. Kuman tersebut bersifat sangat aerobik, sehingga mudah tumbuh di dalam paru, terlebih di daerah apeks karena pO2 alveolus paling tinggi. Kelainan jaringan terjadi sebagai respons tubuh terhadap kuman. Reaksi jaringan yang karakteristik ialah terbentuknya granuloma, kumpulan padat sel makrofag. Respons awal pada jaringan yang belum pernah terinfeksi ialah berupa serbukan sel radang, baik sel leukosit polimorfonukleus” (PMN) maupun sel fagosit “mononukleus”. Kuman Efek Pemberian Obat..., Dewi Sriwahyuni, Fakultas Farmasi, UMP, 2016

Transcript of oleh “mycobacterium tuberkulosis” - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1563/3/BAB...

Page 1: oleh “mycobacterium tuberkulosis” - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1563/3/BAB II.pdf · Sel-sel tersebut berkelompok padat mirip sel epitel tanpa jaringan diantaranya,

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberculosis

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan

oleh “mycobacterium tuberkulosis”. Kuman tuberkulosis yang masuk

melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru, dimana ia akan

membentuk suatu sarang peneumonik, yang disebut sarang primer atau

efek primer. Sarang primer ini mungkin akan timbul dibagian mana saja

dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan

kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis

lokal). Peradangan tersebut dikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening

di hilus (limfadenitis regional). Dari tuberkulosis primer ini akan muncul

bertahun-tahun kemudian tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia 15-

40 tahun. Tuberkulosis post-primer mempunyai nama yang bermacam-

macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa,“localized tuberculosis”,

tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang

terutama menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat menjadi sumber

penularan. Tuberkulosisi post-primer dimulai dengan sarang dini, yang

umumnya terletak segmen apikal dari lobus superior maupun lobus

inferior (Frandson, 1992).

Batuk yang merupakan salah satu gejala tuberkulosis paru, terjadi

karena kelainan patologik pada saluran pernapasan akibat kuman M.

tuberculosis. Kuman tersebut bersifat sangat aerobik, sehingga mudah

tumbuh di dalam paru, terlebih di daerah apeks karena pO2 alveolus paling

tinggi. Kelainan jaringan terjadi sebagai respons tubuh terhadap kuman.

Reaksi jaringan yang karakteristik ialah terbentuknya granuloma,

kumpulan padat sel makrofag. Respons awal pada jaringan yang belum

pernah terinfeksi ialah berupa serbukan sel radang, baik sel leukosit

“polimorfonukleus” (PMN) maupun sel fagosit “mononukleus”. Kuman

Efek Pemberian Obat..., Dewi Sriwahyuni, Fakultas Farmasi, UMP, 2016

Page 2: oleh “mycobacterium tuberkulosis” - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1563/3/BAB II.pdf · Sel-sel tersebut berkelompok padat mirip sel epitel tanpa jaringan diantaranya,

4

berpolimerasi dalam sel, dan akhirnya mematikan sel fagosit. Sementara

itu sel “mononukleus”bertambah banyak dan membentuk agregat. Kuman

berpoliferasi terus, dan sementara makrofag (yang berisi kuman) mati, sel

fagosit “mononukleus” masuk dalam jaringan dan menelan kuman yang

baru terlepas. Jadi terdapat pertukaran sel fagosit “mononukleus” yang

intensif dan berkesinambungan. Sel monosit semakin membesar, intinya

menjadi eksentrik, sitoplasma sel monosit bertambah banyak dan tampak

pucat, disebut sel epiteloid. Sel-sel tersebut berkelompok padat mirip sel

epitel tanpa jaringan diantaranya, namun tidak ada ikatan interseluler dan

bentuknya pun tidak sama dengan sel epitel. Sebagian sel epiteloid ini

membentuk sel datia berinti banyak, dan sebagian sel datia ini berbentuk

sel “datia Langhans”(inti terletak melingkar di tepi) dan sebagian berupa

sel “datia benda asing”(inti tersebar di sitoplasma) ( handayani, 2008).

Lama kelamaan granuloma ini dikelilingi oleh sel limfosit, sel

plasma, kapiler dan fibroblas. Dibagian tengah mulai terjadi nekrosis yang

disebut perkijauan, dan jaringan disekitarnya menjadi sembab dan jumlah

mikroba berkurang. Granuloma dapat mengalami beberapa perkembangan,

bila jumlah mikroba terus berkurang akan terbentuk sampai jaringan ikat

mengelilingi reaksi peradangan. Lama kelamaan akan terjai penimbunan

garam kalsium pada bahan perkijauan. Bila garam kalsium berbentuk

konsentrik maka disebut cincin “Liesegang”. Bila mikroba virulen atau

resistensi jaringan rendah, granuloma membesar, terbentuk pula

granuloma satelit yang dapat berpadu sehingga granuloma membesar. Sel

epiteloid dan makrofag menghasilkan protease dan hidrolase yang dapat

mencairkan bahan kaseosa. Pada sat ini granuloma mencair, kuman

tumbuh cepat dan terjadi perluasan penyakit (Frandson, 1992)

Reaksi jaringan yang terjadi berbeda antara individu yang belum

pernah terinfeksi dan yang sudah pernah terinfeksi. Pada individu yang

telah terinfeksi sebelumnya reaksi jaringan terjadi lebih cepat dan keras

Efek Pemberian Obat..., Dewi Sriwahyuni, Fakultas Farmasi, UMP, 2016

Page 3: oleh “mycobacterium tuberkulosis” - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1563/3/BAB II.pdf · Sel-sel tersebut berkelompok padat mirip sel epitel tanpa jaringan diantaranya,

5

dengan disertai nekrosis jaringan. Akan tetapi pertumbuhan kuman

tertahan dan penyebaran infeksi terhalang. Ini merupakan manifestasi

reaksi hipersensitiviti dan sekaligus imuniti (Frandson, 1992).

B. Regimen Pengobatan Tuberculosis

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase intensif (2-3 bulan)

dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri atas

paduan obat utama dan tambahan.

1. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

Obat yang di pakai :

a. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah :

Rifampisin, INH, Pirazinamid, Streptomisin, Etambutol

b. Kombinasi dosis tetap (fixed dose combination) kombinasi dosis tetap

ini terdiri atas :

Empat obat anti tuberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150

mg, isoniasid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg

dan,

Tiga obat anti tuberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150

mg, isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg.

c. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)

Kanamisin, kuinolon, obat lain masih dalam penelitian ; makrolid,

amoksilin + asam klavulana, derivat rifampisin dan INH

Obat yang digunakan untuk TBC di golongkan atas dua kelompok

yaitu:

1. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol,

Streptomisin, Pirazinamid.

Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang

masih dapat di tolerir, sebagian besar penderita dapat di sembuhkan

dengan obat ̵ obat ini.

2. Obat skunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin,

Amikasin, Kapreomsin dan Kanamisin.

Efek Pemberian Obat..., Dewi Sriwahyuni, Fakultas Farmasi, UMP, 2016

Page 4: oleh “mycobacterium tuberkulosis” - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1563/3/BAB II.pdf · Sel-sel tersebut berkelompok padat mirip sel epitel tanpa jaringan diantaranya,

6

Tabel 1. Dosis obat antituberkulosis

Obat Dosis harian

(mg/kgbb/hari)

Dosis 2x/minggu

(mg/kgbb/hari)

Dosis 3x/minggu

(mg/kgbb/hari)

Isoniazid 4 ̵ 6 mg (maks 300 mg) 15-40 mg

(maks900 mg)

15-40 mg

(maks 900 mg)

Rifampisin 8-12mg

(maks 600 mg)

10-20 mg

(maks600 mg)

15-20 mg

(maks600 mg)

Pirazinamid 20-30 mg (maks2 g) 50-70 mg (maks4 g) 15-30 mg (maks3 g)

Etambutol 15-20mg (maks2,5 g) 50 mg (maks2,5 g) 15-25 mg (maks2,5 g)

Streptomisin 12-18 mg (maks1 g) 25-40mg(maks1,5g) 25-40 mg (maks1,5 g)

C. Jenisobat anti tuberkulosis

1. Rifampisin

Antibiotik ini adalah derivat semisintetis dari rifampisin B

yang dihasilkan oleh “streptomyces mediterranei”. Rifampisin

bersifat bakterisid luas terhadap fase pertumbuhan M. tuberkulosae

dan M. leprae, baik yang berbeda di luar maupun di dalam sel.

Obat ini mematikan kuman yang dormant selama fase pembelahan

yang singkat. Maka, obat ini sangat penting untuk membasmi

semua basil guna mencegah kambuhnya TB (Tjay dan

Rahardja,2007)

Rifampisin juga aktif terhadap kuman gram-positif dan

kuman gram-negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan peringatan

spesifik dari suatu enzim bakteri RNA-polymerase, sehingga

sintesa RNA terganggu (Tjay dan Rahardja,2007)

Resorpsi rifampisin di usus sangat tinggi, distribusi ke

jaringan dan cairan tubuh juga baik. Plasma t½ berkisar antara 1,5

Efek Pemberian Obat..., Dewi Sriwahyuni, Fakultas Farmasi, UMP, 2016

Page 5: oleh “mycobacterium tuberkulosis” - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1563/3/BAB II.pdf · Sel-sel tersebut berkelompok padat mirip sel epitel tanpa jaringan diantaranya,

7

sampai 5 jam dan meningkat bila ada gangguan fungsi hati. Di lain

pihak, masa paruh ini akan turun pada pasien yang bersamaan

waktu menggunakan isoniazid. Dalam hati terjadi desasetilasi

dengan terbentuknya metabolit-metabolit dengan kegiatan

antibakteril. Ekskresi rifampisin melalui empedu(Tjay dan

Rahardja, 2007).

Dosis: oral 1 dd 450-600 mg sekaligus pagi hari sebelum

makan, selalu diberikan dalam kombinasi dengan isoniazid 300 mg

dan untuk 2 bulan pertama di tambah pula dengan 1,5-2 g

pirazinamid setiap hari (Tjay dan Rahardja, 2007).

Untuk dewasa dan anak yang beranjak dewasa 600 mg satu

kali sehari, atau 600 mg 2 – 3 kali seminggu. Rifampisin harus

diberikan bersama denganobat anti tuberkulosis lain. Bayi dan

anak anak, dosis diberikan dokter / tenaga kesehatan lain

berdasarkan atas berat badan yang diberikan satu kali

seharimaupun 2-3 kali seminggu. Biasanya diberikan 7,5 – 15 mg

per kg berat badan.Anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah

75 mg untuk anak < 10 kg, 150 mguntuk 10 – 20 kg, dan 300 mg

untuk 20 -33 kg (Depkes RI, 2005)

Kerja obat: ersifat bakterisid, dapat membunuh kuman

semi-dormant yangtidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Mekanisme

kerja, Berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri

Ribose Nukleotida Acid (RNA)-polimerase sehingga sintesis RNA

terganggu (menghambat proses transkripsi yang berakibat matinya

sel). (Depkes RI, 2005)

Efek Pemberian Obat..., Dewi Sriwahyuni, Fakultas Farmasi, UMP, 2016

Page 6: oleh “mycobacterium tuberkulosis” - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1563/3/BAB II.pdf · Sel-sel tersebut berkelompok padat mirip sel epitel tanpa jaringan diantaranya,

8

2. Isoniazid

Derivat asam isonikotianat berkhasiat tuberkulostatis

paling kuat terhadap M. Tuberkuloceae dan bersifat bakterisid

terhadap basil yang sedang tumbuh pesat. Aktif terhadap kuman

yang berada intraseluler dalam makrofag maupun di luar sel

(ekstraseluler). Mekanisme kerjanya berdasarkan terganggunya

sintesa mycolic acid, yang diperlukan untuk membangun dinding

bakteri. Isoniazid masih tetap merupakan obat kemoterapi

terpenting terhadap berbagai tipe tuberkulosa dan selalu dalam

bentuk terapi dengan riampisin dan pirazinamid (Tjay dan

Rahardja,2007)

Resorbsi isoniazid dari usus sangat cepat, difusi ke dalam

jaringan dan cairan tubuh baik sekali, bahkan menembus jaringan

yang sudah mengeras. Penetrasi yang cepat ini sangat penting

dalam pengobatan tuberkulosis meningitis. Di dalam hati, isoniazid

diasetilasi oleh enzim asetil transferase menjadi metabolit inaktif.

Plasma t½ antara 1 dan 4 jam tergantung pada keceatan asetilasi.

Ekskresi isoniazid melalui ginjal (TjaydanRahardja, 2007).

Dosis: oral/i.m dewasa dan anak-anak 1dd 4-8 mg/kg/hari

sehari atau 1 dd 300-400 mg, atau sebagai single dose bersama

rifampisin, pagi hari a.c. atau sesudah makan bila terjadi gangguan

lambung (Tjay dan Rahardja, 2007).

Untuk pencegahan, dewasa 300 mg satu kali sehari, anak

anak 10 mgper berat badan sampai 300 mg, satu kali sehari. Untuk

pengobatan TB bagiorang dewasa sesuai dengan petunjuk dokter /

petugas kesehatan lainnya.Umumnya dipakai bersama dengan obat

anti tuberkulosis lainnya. Dalam kombinasi biasa dipakai 300 mg

satu kali sehari, atau 15 mg per kg berat badan sampai dengan 900

Efek Pemberian Obat..., Dewi Sriwahyuni, Fakultas Farmasi, UMP, 2016

Page 7: oleh “mycobacterium tuberkulosis” - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1563/3/BAB II.pdf · Sel-sel tersebut berkelompok padat mirip sel epitel tanpa jaringan diantaranya,

9

mg, kadang kadang 2 kali atau 3 kali seminggu. Untuk anak

dengan dosis 10 20 mg per kg berat badan. Atau 20 – 40 mg per

kg berat badansampai 900 mg, 2 atau 3 kali seminggu (Depkes

RI,2005)

Kerja obat; bersifat bakterisid, dapat membunuh 90%

populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Efektif

terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang

sedang berkembang. Mekanisme kerja berdasarkan terganggunya

sintesa mycolic acid, yang diperlukan untuk membangun dinding

bakteri (Depkes RI, 2005)

3. Pirazinamid

Analogon pirazindari nikotinamida ini bekerja sebagai

bakterisida (pada suasana asam ; pH 5-6) atau bakteriostatis,

tergantung pada pH dan kadarya di dalam darah. Spektrum

kerjanya sangat sempit dan hanya meliputi M. tb. mekanisme

kerjanya berdasarkan pengubahannya menjadi asam pirazinamid

oleh enzim pyrazinamid yang berasal dari basil TBC. Begitu pH

dalam makrofag diturunkan, maka kuman yang berada di sarang

infeksi yang menjadi asam akan mati. Khasiatnya di perkuat oleh

INH. Obat ini khusus digunakan pada fase intensif; pada fase

pemeliharaan hanya bila terdapat multiresistensi (Tjay dan

Rahardja, 2007).

Dosis; dewasa dan anak sebanyak 15 – 30 mg per kg berat

badan, satu kali sehari. Atau 50 – 70 mg per kg berat badan 2 – 3

kali seminggu. Obat ini dipakai bersamaan dengan obat anti

tuberkulosis lainnya (Depkes RI, 2005

4. Etambutol

Efek Pemberian Obat..., Dewi Sriwahyuni, Fakultas Farmasi, UMP, 2016

Page 8: oleh “mycobacterium tuberkulosis” - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1563/3/BAB II.pdf · Sel-sel tersebut berkelompok padat mirip sel epitel tanpa jaringan diantaranya,

10

Dosis; untuk dewasa dan anak berumur diatas 13 tahun, 15

-25 mg mg per kg berat badan, satu kali sehari. Untuk pengobatan

awal diberikan 15 mg / kg berat badan, dan pengobatan lanjutan 25

mg per kg berat badan. Kadang kadang dokter juga memberikan 50

mg per kg berat badan sampai total 2,5 gram dua kali seminggu.

Obat ini harus diberikan bersama dengan obat anti tuberkulosis

lainnya. Tidak diberikan untuk anak dibawah 13 tahun dan bayi

(Depkes RI, 2005)

Kerja obat; bersifat bakteriostatik, dengan menekan

pertumbuhan kuman TB yang telah resisten terhadap Isoniazid dan

streptomisin. Mekanisme kerja, berdasarkan penghambatan sintesa

RNA pada kuman yang sedang membelah, juga menghindarkan

terbentuknya mycolic acid pada dinding sel (Depkes RI, 2005)

D. Peran sistem imun terhadap terapi TB

Pertumbuhan “Mycobakterium tuberculosis” sendiri dipengaruhi

oleh aktifitas leukosit, komplemen dan antibodi. Antibodi adalah protein

yang bersirkulasi yang diproduksi sebagai respon akibat adanya paparan

antigen. Sedangkan komplemen adalah protein dalam serum yang normal

bersifat inaktif, komplemen ini akan aktif hanya pada kondisi yang

memediasi fungsi efektor komplemen. Struktur utama antibodi dan

komplemen adalah protein yang bisa didapatkan melalui nutrisi yanng

baik. Telah diketahui secara luas bahwa malnutrisi berhubungan dengan

fungsi imun dan meningkatkan kerentanan terhadap terjadinya infeksi,

termasuk infeksi TB.Secara spesifik malnutrisi dapat menyebabkan

gangguan yang signifikan dari beberapa mekanisme penting proteksi imun

meliputi gangguan fungsi CMI (Cellular Mediated Imunity), gangguan

fungsi sel fagosit, penurunan konsentrasi dan fungsi antibodi, penurunan

produksi sitokin (IFN-γ dn TNF-α), dan bahan-bahan mikrobakterisidal

lainnya. Kombinasi gangguan imun tersebut dapat menyebabkan

Efek Pemberian Obat..., Dewi Sriwahyuni, Fakultas Farmasi, UMP, 2016

Page 9: oleh “mycobacterium tuberkulosis” - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1563/3/BAB II.pdf · Sel-sel tersebut berkelompok padat mirip sel epitel tanpa jaringan diantaranya,

11

perkembangan TB menjadi lebih aktif, yang akan memperburuk kondisi

pasien TB (Aditama, 2006; Jeong et al., 2008).

Pada penderita dengan daya tahan tubuh yang buruk, respons imun

tidak dapat menghentikan multiplikasi kuman sehingga akan menjadi sakit

pada beberapa bulan kemudian. Sehingga kompleks primer akan

mengalami salah satu hal sebagai berikut yaitu: Penderita akan sembuh

dengan tidak meninggalkan cacat (restirutionad integrum), sembuh dengan

meninggalkan bekas (seperti sarangGhon, fibrotik, perkapuran),menyebar

dengan cara perkontinuitatum ke jaringan sekitarnya, penyebaran

bronkogen ke paru bersangkutan atau paru sebelahnya, penyebaran secara

hematogen dan limfogen ke organ lain seperti tuberkulosis milier,

meningitis, ke tulang, ginjal, genetalia (Izzati seravina A, 2011).

Dalam ilmu kedokteran, imunitas pada mulanya berarti resisten

relative terhadap suatu mikroorganisme. Resisten terbentuk berdasarkan

respon imunologik. Selain membentuk resistensi terhadap suatu infeksi,

respon imun juga dapat mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit. Oleh

karena itu pada masa sekarang arti respon imun sudah lebih luas, yang

pada dasarnya mencakup pengobatan maupun pencegahan suatu penyakit

pengaruh faktor atau zat asing yang berasal dari luar tubuh. Efektivitas

sistem imun dapat menurun karena berbagai faktor, diantaranya karena

usia atau penyakit. Proses fagositosis merupakan salah satu mekanisme

pertahanan tubuh (imun) non-spesifik dalam menghadapi serangan

berbagai benda asing, termasuk mikroorganisme. Sel utama yang berperan

dalam fagositosis (disebutsel fagosit) adalah sel mononuklear (monosit

dan makrofag) dan sel polimorfonuklear atau granulosit (terutama

netrofil). Proses fagositosis yang efektif pada invasi mikroorganisme dini

dapat mencegah timbulnya penyakit. Secara keseluruhan, penghancuran

mikroorganisme dalam proses pertahanan tubuh terjadi dalam beberapa

tahap, yaitu kemotaksis (gerakan sel fagosit ke tempat infeksi

Efek Pemberian Obat..., Dewi Sriwahyuni, Fakultas Farmasi, UMP, 2016

Page 10: oleh “mycobacterium tuberkulosis” - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1563/3/BAB II.pdf · Sel-sel tersebut berkelompok padat mirip sel epitel tanpa jaringan diantaranya,

12

mikroorganisme), kemudian sel fagosit mengikat/memakannya melalui

reseptor non spesifik. Bila mikroorganisme sudah berada dalam sel,

lisosom akan bergabung dengan fagosom membentuk fagolisosom dan

selanjutnya mikroorganisme dapat dibunuh dengan mekanisme

mikrobisidal (Izzati seravina A, 2011)

Makrofag sebagai sel pertahanan dapat melakukan aktivitasnya

dengan berbagaicara yaitu fagositosis dan destruksi mikroorganisme,

kemotaksis, sebagai sel penyaji antigen, mengsekresi enzim dan substansi

biologis yang lain serta mengontrol pertumbuhan sel tumor (Farida

JR,2005).

Aktivasi makrofag merupakan fenomena yang kompleks.

Makrofag yang teraktivasi menunjukan peningkatan kemampuan untuk

membunuh beberapa jenis mikroorganisme, tetapitidak berlaku bagi sel

sasaran yang lain (Kresno, 2001).

Makrofag alveoli yang berasal dari sum-sum tulang yang terbentuk

melalui beberapa stadium dimulai dari monoblast, promonosit dan

akhirnya membentuk monosit. Monosit akan memasuki sirkulasi darah

dan setelah mencapai kapiler alveoli sebagian akan bermigrasi ke dalam

rongga alveoli dan selanjutnya berfungsi sebagai makrofag alveoli yang

akan memulai responimun (Farida JR,2005).

Makrofag berperan penting pada respon imun bersama-sama

dengan APC (Antigen Presenting Cell) yang lain akan memproses dan

menampilkan antigen kepada sel T sehingga menimbulkan respon imun.

Pada proses fagositosis dan imun srekognisi akan melibatkan beberapa

reseptor yang terdapat pada permukaan makrofag dan dinding sel bakteri

diantaranya adalah reseptor komplemen, reseptor mannosa dan scavenger

reseptor. Pada dinding bakteri yang terlibat adalah lipoprotein M.

tuberculosis, Lipo Arabino Mannan (LAM). Ikatan dengan Toll-like

Efek Pemberian Obat..., Dewi Sriwahyuni, Fakultas Farmasi, UMP, 2016

Page 11: oleh “mycobacterium tuberkulosis” - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1563/3/BAB II.pdf · Sel-sel tersebut berkelompok padat mirip sel epitel tanpa jaringan diantaranya,

13

reseptor (TLRs) pada imun rekognisi dapat terjadi pada permukaan sel

atau pada fagosom (Crevel. et al,2002).

Setelah terjadi kontak dengan bakteri maka membran sel makrofag

akan mengadakan invaginasi kemudian membentuk vakuola yang akan

menyelimuti seluruh kuman. Vakuola akan membentuk fagolisosom

setelah mengadakan fusi dengan lisosom yang mengandung enzim

hidrofilik yang aktif pada suasana asam. Akibatnya sel-sel bakteri akan

dicerna di dalam vakuola dan debris yang terbentuk akan disekresi secara

eksositosis. Pada infeksi tuberkulosis bakteri ini tidak selalu dapat dicerna

oleh makrofag, bahkan bakteri dapat bermultiplikasi setelah beradaptasi

secara biokimiawi dan biofisika dengan lingkungan yang ada dalam

fagolisosom. Sebagian bakteri akan mati dan sisanya akan bermultiplikasi

kembali sampai mencapai jumlah yang besar (Farida JR,2005)

Leukosit memiliki bentuk khas, nukleus, sitoplasma dan organel,

semua bersifat mampu bergerak pada keadaan tertentu. Eritrosit bersifat

pasif sedangkan leukosit mampu keluar dari pembuluh darah menuju

jaringan dalam menjalankan fungsinya. Jumlah seluruh leukosit jauh

dibawah eritrosit, dan bervariasi tergantung jenis hewannya (Anonim,

2009)

Masa hidup sel darah putih pada hewan domestik sangat bervariasi

mulai dari beberapa jam untuk granulosit, bulanan untuk monosit bahan

tahunan untuk limfosit (Frandson, 1992).

Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh.

Leukosit ini sebagian dibentuk di sumsum tulang dan sebagian lagi di

jaringan limfe. Setelah dibentuk sel-sel ini diangkut dalam darah menuju

berbagai bagian tubuh. Kebanyakan sel darah putih ditranspor secara

Efek Pemberian Obat..., Dewi Sriwahyuni, Fakultas Farmasi, UMP, 2016

Page 12: oleh “mycobacterium tuberkulosis” - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1563/3/BAB II.pdf · Sel-sel tersebut berkelompok padat mirip sel epitel tanpa jaringan diantaranya,

14

khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius

(Guyton, 1983).

Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai

granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan

setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang

bervariasi. Dan yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen

dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Granula dianggap spesifik bila

secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar

precusor prazatnya. Leukosit mempunyai pertahanan seluler dan humoral

organisme terhadap zat-zat asing, dapat melakuan gerakan amuboid dan

melalui proses diapedesis. Leukosit juga dapat meninggalkan kapiler

dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan

penyambung. Bila memeriksa variasi fisiologi dan patologi sel-sel darah

tidak hanya persentase tetapi juga jumlah absolut masing-masing jenis per

unit volume darah harus diambil (Efendi, 2003)

Ada enam macam sel darah putih yang secara normal di temukan dalam

darah yaitu netrofil polimorfonuklir, esinofil polimorfonuklir, basofil

polimorfonuklir, monosit, limfosit, dan kadang-kadang sel plasma. Selain

itu terdapat sejumlah besar trombosit, yang merupakan pecahan dari tipe

ketujuh sel darah putih yang dijumpai dalam sumsum tulang yaitu

megakariosit. Sel-sel polimorfonuklir seluruhnya mempunyai gambaran

granular sehingga disebut granulosit. Granulosit dan monosit melindungi

tubuh terhadap organisme penyerang terutama dengan cara mencernanya

yaitu melalui fagositosis. Fungsi pertama sel limfosit dan sel-sel plasma

berhubungan dengan sistem imun. Fungsi trombosit terutama

mengaktifkan mekanisme pembekuan darah. Pada manusia dewasa dapat

dijumpai sekitar 7000 sel darah putih per mikroliter darah. Presentase

normal dari sel darah putih yaitu netrofil polimorfonuklir 62%, eosinofil

Efek Pemberian Obat..., Dewi Sriwahyuni, Fakultas Farmasi, UMP, 2016

Page 13: oleh “mycobacterium tuberkulosis” - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1563/3/BAB II.pdf · Sel-sel tersebut berkelompok padat mirip sel epitel tanpa jaringan diantaranya,

15

polimorfonuklir 2,3%, basofil polimorfonuklir 0,4%, monosit 5,3%, dan

limfosit 30%. (Guyton, 1983)

Makrofag terutama berasal dari sel precusor dari sumsum tulang,

dari promonosit yang akan membelah menghasilkan monosit yang beredar

dalam darah. Pada tahap kedua monosit bermigrasi kedalam jaringan ikat

tempat mereka menjadi matang dan inilah yang disebut makrofag. Di

dalam jaringan makrofag dapat berpoliferasi secara lokal menghasilkan sel

sejenis lebih banyak (Effendi, 2003)

Sel-sel sistem makrofag terdapat pada :

1. Jaringan ikat Inggar berupa macrofag atau histiosit.

2. Di dalam darah berupa monosit.

3. Di dalam hati melapisi sinusoid dikenal sebagai sel kupffer.

4. Makrofag perivaskuler sinusod limpa, limfonodus, dan sumsum

tulang.

5. Pada susunan syaraf pusat berupa mikroglia yang berasal dari

mesoderm.

(Effendi, 2003)

E. Pengaruh obat ̵ obat TB terhadap sistem imun

OAT telah diketahui dapat menimbulkan berbagai macam efek

kelainan hematologis. Pada penderita tuberculosis yang akan mendapat

OAT, sebaiknya dilakukan pemeriksaan hematologi awal sebagai data

dasar. Pada pemberian OAT sebaiknya dilakukan pemantauan hematologis

untuk mendeteksi adanya efek samping tersebut.

Obat isoniazid, rifampisin dapat menimbulkan kelainan yaitu

lekopeni yang merupakan gangguan penurunan jumlah leukosit dibawah

4000/mm³. Pada umumnya lekopeni disebabkan karena penurunan jumlah

setrofil (netropeni). Pada lekopeni berat, penurunan jumlah netrofil dapat

disertai penurunan limfosit dan monosit. Kemudian pirazinamid dapat

menyebabkan anemi sideroblastik.

Efek Pemberian Obat..., Dewi Sriwahyuni, Fakultas Farmasi, UMP, 2016

Page 14: oleh “mycobacterium tuberkulosis” - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1563/3/BAB II.pdf · Sel-sel tersebut berkelompok padat mirip sel epitel tanpa jaringan diantaranya,

16

F. Staphylococus aureus

Sistematika bakteri Staphylococus aureus adalah sebagai berikut:

Kingdom : Eubacteria

Phylum : frimiculates

Kelas : Bacilli

Ordo : Bacillalis

Familia : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococus aureus (Jawetz, 1986)

Staphylococus aureus berperan sebagai antigen yang akan di

infeksikan dalam tubuh mencit secara intraperitoneal. Ketika suatu antigen

terpapar dalam tubuh maka sistem imun tubuh akan memberikan respon

pertahanan tubuh baik secara seluler maupun humoral.

Staphylococus aureus dapat digunakan sebagai perespon imun

karena sifatnya yang dapat hidup di makrofag serta kemampuannya untuk

memproduksi enzim koagulase yang berfungsi untuk menggumpalkan

fibrinogen dalam plasma darah manusia sehingga Staphylococus aureus

terlindung dari fagositosis dan dapat terhindar dari mekanisme bakterisidal

makrofag.

Letak protein A ada pada dinding sel Staphylococus aureus juga

dapat mengganggu sistem imun inang dengan mengikat antibodi

imunoglobulin (IgG). Kehadiran mediator eksogen dibutuhkan untuk

membantu aktivasi makrofag agar bekerja maksimal untuk memfagositosis

Staphylococus aureus yang mempunyai mekanisme pertahanan terhadap

fagosistosis (Madigan. Mt. Et al., 2008)

Efek Pemberian Obat..., Dewi Sriwahyuni, Fakultas Farmasi, UMP, 2016