Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

95
HUBUNGAN ASUPAN KARBOHIDRAT, PROTEIN, LEMAK, DAN SERAT DENGAN KEJADIAN SINDROMA METABOLIK PADA ORANG DEWASA DI BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014 Karya Tulis Ilmiah Diajukan ke Program Studi D.III Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang sebagai Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG TAHUN 2014

Transcript of Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Page 1: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

HUBUNGAN ASUPAN KARBOHIDRAT, PROTEIN, LEMAK, DAN SERAT

DENGAN KEJADIAN SINDROMA METABOLIK PADA ORANG

DEWASA DI BALAI LABORATORIUM KESEHATAN

PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan ke Program Studi D.III Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

sebagai Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Diploma III

Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

Oleh :

Dilla Wahyuni

NIM : 112110179

JURUSAN GIZI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

TAHUN 2014

Page 2: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

JURUSAN D III GIZI

Karya Tulis Ilmiah, Juli 2014

Dilla Wahyuni

Hubungan Asupan Karbohidrat, Protein, Lemak, dan Serat dengan Kejadian

Sindroma Metabolik pada Orang Dewasa di Balai Laboratorium Kesehatan

Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014.

viii + 62 halaman + 13 tabel, 13 lampiran

ABSTRAK

Sindroma metabolik dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk

didalamnya pola hidup terutama pola aktivitas dan makanan. Prevalensi kejadian

sindroma metabolik di dunia berkisar 20-25 %, Amerika 23,7 %, Bali 20,3 %, dan di

Surabaya 32 %. Obesitas dan kelainan-kelainan yang menyertainya merupakan

komponen dari sindrom metabolik yang saat ini menjadi epidemik di seluruh dunia.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan asupan karbohidrat, protein, lemak,

dan serat dengan kejadian sindroma metabolik pada orang dewasa di Balai

Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik, menggunakan desain cross

sectional. Penelitian ini dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat pada bulan September 2013 sampai Juli 2014. Populasi dalam

penelitian ini adalah orang dewasa berumur 30-60 tahun yang memeriksakan

kolesterol lengkap, gula darah puasa dan belum terdiagnosa penyakit. Sampel dalam

penelitian ini diambil secara purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 56

orang. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan

menggunakan uji statistik chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil penelitian diperoleh kejadian sindroma metabolik sebanyak 46,4 %,

sebanyak 66,1 % sampel dengan asupan karbohidrat berlebih, 71,4 % asupan protein

berlebih, 73, 4 % asupan lemak berlebih dan 69,6 % asupan serat kurang. Ada

hubungan bermakna antara asupan karbohidrat, lemak, dan serat dengan kejadian

sindroma metabolik dan tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan protein

dengan kejadian sindroma metabolik.

Disarankan kepada Balai Laboratorium Kesehatan Sumatera Barat untuk lebih

memperkenalkan fasilitas dan jasa medis kepada masyarakat. Disarankan kepada

orang dewasa untuk meningkatkan konsumsi serat dan mengurangi konsumsi

karbohidrat, protein, dan lemak untuk mencegah sindroma metabolik Selain itu bagi

peneliti selanjutnya, bisa menjadikan KTI ini sebagai referensi.

Kata Kunci (Key Word) : Sindroma Metabolik, Asupan Zat Gizi

Daftar Pustaka (42) (1999-2013)

Page 3: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

JURUSAN DIII GIZI

Karya Tulis Ilmiah, Juli 2014

Dilla Wahyuni

Relationship Between Intake Of Carbohydrates, Proteins, Fats, And Fiber To

The Incidence Of Metabolic Syndrome In Adults In The Central Health

Laboratory West Sumatra Province In 2014.

viii+ 62 pages + 13 tables, 12 attachments

ABSTRAK

Metabolic syndrome can be caused by several factors, including lifestyle and

activity patterns, especially food. Prevalence of metabolic syndrome in the world

ranging from 20-25%, U.S 23.7%, Bali 20.3% and Surabaya 32%. The purpose of

this study is to examine the relationship intake of carbohydrates, proteins, fats, and

fiber to the incidence of metabolic syndrome in adults in the Central Health

Laboratory West Sumatra Province.

This research is analytic, using a cross-sectional design. This research was

conducted in the Central Health Laboratory in West Sumatra province in September

2013 to July 2014. Population in this study were adults aged 30-60 years were

examined complete cholesterol, fasting blood sugar and undiagnosed disease. The

samples in this study were taken by purposive sampling and obtained a sample of 56

people. Analysis of the data using univariate and bivariate analysis using the chi-

square test statistic with 95% confidence level.

The result showed the incidence of metabolic syndrome as much as 46.4%, as

many as 66.1% of samples with excessive carbohydrate intake, excess protein intake

of 71.4%, 73.4% excess fat intake and fiber intake of approximately 69.6%. There is

a significant association between the intake of carbohydrates, fats, and fiber with the

incidence of metabolic syndrome and there was no significant association between

protein intake with the incidence of metabolic syndrome.

Suggested to Health Laboratory of West Sumatera to more introduce facilities

and medical services to the community. It is recommended to adults to increase fiber

consumption and reduces the consumption of carbohydrates, proteins, and fats to

prevent metabolic syndrome

Keyword : Metabolic syndrome, intake of nutrients

Bibliography (42) (1999-2013)

Page 4: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

RIWAYAT HIDUP

Nama : Dilla Wahyuni

Tempat/Tanggal Lahir : Padang Panjang/30 Juni 1993

Alamat : Jln. Arif Rahman Hakim No. 28 Balai-Balai Dalam,

Padang Panjang Barat.

Nama Orang Tua : Muhammad Yusuf

Nurmiati

Agama : Islam

Pendidikan :

1. SD 09 Padang Panjang, [1999-2005]

2. SMP N 5 Padang Panjang, [2005-2008]

3. SMA N 2 Padang Panjang, [2008-2011]

4. DIII Poltekkes Kemenkes RI Padang, [2011-2014]

Page 5: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT dengan berkat

serta rahmat dan karunia-Nya, penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan

oleh penulis meskipun menemukan kesulitan maupun rintangan.

Penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan suatu rangkaian

dari proses pendidikan secara menyeluruh di Program Studi DIII jurusan Gizi di

Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang, dan sebagai prasyarat dalam menyelesaikan

pendidikan DIII Gizi pada masa akhir pendidikan.

Judul Karya Tulis Ilmiah ini “Hubungan Asupan Karbohidrat, Protein,

Lemak dan Serat dengan Kejadian Sindroma Metabolik pada Orang Dewasa di

Balai Laboratorium Kesehatan Sumatera Barat Tahun 2014”.

Pada Kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih atas

segala bimbingan, pengarahan dari ibu Defriani Dwiyanti S.SiT, M.Kes, selaku

Pembimbing I dan Ibu Ismanilda, S,Pd, M.Pd, selaku Pembimbing II Karya Tulis

Ilmiah dan dari berbagai pihak yang penulis terima, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Ini.

Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:

1. Bapak Sunardi, SKM, M.Kes. selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Padang.

2. Ibu Hasneli, DCN, M.Biomed, selaku Ketua Jurusan Gizi, dosen Pembimbing

Akademik (PA) dan selaku tim penguji.

3. Ibu Kasmiyetti, DCN, M.Biomed, selaku Ka. Prodi DIII Jurusan Gizi.

4. Ibu Safyanti, SKM, M.Kes selaku tim penguji yang telah banyak memberikan

masukan dan saran guna menyempurnakan karya tulis ini.

5. Pimpinan Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat atas izin

penelitian dan bantuan informasi data yang diperlukan.

6. Kepada keluarga, terutama orang tua dan adik yang telah memberikan

motivasi, semangat, dan do’a yang tulus tak ternilai.

7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses perkuliahan dan

penulisan karya tulis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Page 6: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang ada, sehingga penulis

merasa masih ada belum sempurna baik dalam isi maupun dalam penyajiannya.

Untuk itu penulis selalu terbuka atas kritik dan saran yang membangun guna

penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah Ini. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat

kepada kita semua dan menjadi bekal bagi saya dalam mengabdi di masyarakat.

Padang, Juli 2014

Penulis

Page 7: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... viii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................ 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 7

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN ................................................. 8

A. Sindroma Metabolik ............................................................... 8

1. Definisi Sindroma Metabolik ............................................. 8

2. Kriteria sindroma Metabolik .............................................. 9

3. Etiologi .............................................................................. 12

B. Faktor yang Dapat Menyebabkan Sindroma Metabolik ............. 13

1. Obesitas............................................................................ 13

2. Resistensi Insulin.............................................................. 15

3. Dislipidemia ..................................................................... 15

4. Hipertensi ......................................................................... 16

C. Penatalaksanaan ...................................................................... 17

1. Penurunan Berat Badan .................................................... 17

2. Medikamentosa ............................................................... 18

D. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan sindroma Metabolik 20

1. Konsumsi Makronutrien .................................................. 20

2. Asupan Makanan ............................................................. 21

3. Asupan Kabohidrat .......................................................... 22

4. Asupan Protein ................................................................ 23

5. Asupan Lemak ................................................................ 24

6. Asupan Serat .................................................................... 28

7. Cara Penilaian Konsumsi Pangan ..................................... 31

E. Kerangka Konsep ................................................................... 33

F. Hipotesis ................................................................................ 33

G. Definisi Operasional ................................................................ 34

BAB III. METODE PENELITIAN ......................................................... 35

A. Desain Penelitian .................................................................. 35

Page 8: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................... 35

C. Populasi dan Sampel ............................................................. 35

D. Metode Pengumpulan Data ................................................... 38

E. Cara Pengolahan dan analisis Data ......................................... 39

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 41

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 41

B. Gambaran UmumSampel .......................................................... 42

1. Jenis Kelamin ....................................................................... 42

2. Umur ................................................................................... 43

3. Pekerjaan .............................................................................. 43

C. Hasil ......................................................................................... 44

1. Analisa Univariat ................................................................. 44

2. Analisa Bivariat ................................................................... 47

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 61

A. Kesimpulan ............................................................................... 61

B. Saran ......................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

LAMPIRAN

Page 9: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kriteria Diagnosis Sindroma Metabolik Menurut WHO ......... 12

Tabel 2. Komposisi Asam Lemak Kelapa dan Lemak Lain .................. 26

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Jenis Kelamin

di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2014 ............................................................................ 42

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Umur di Balai

Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2014 ............................................................................ 43

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Pekerjaan di Balai

Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2014 ............................................................................ 43

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Sindroma Metabolik

di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2014 ............................................................................ 44

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Asupan Karbohidrat

di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2014 ............................................................................ 44

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Asupan Protein

di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2014 ............................................................................ 45

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Asupan Lemak

di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2014 ............................................................................ 45

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Asupan Serat

di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2014 ............................................................................ 46

.................................................................................................

Page 10: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Tabel 11. Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kejadian Sindroma

Metabolik di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat Tahun 2014 ................................................... 47

Tabel 12. Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Sindroma

Metabolik di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat Tahun 2014 ................................................... 48

Tabel 13. Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Sindroma

Metabolik di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat Tahun 2014 ................................................... 49

Tabel 13. Hubungan Asupan Serat dengan Kejadian Sindroma

Metabolik di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat Tahun 2014 ................................................... 50

Page 11: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian ................................................. 33

Page 12: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran B : Surat Izin Penelitian dari Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat

Lampiran C : Jadwal Penelitian

Lampiran D : Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden

Lampiran E : Identitas Sampel

Lampiran F : Tabel FFQ semi Kuantitatif

Lampiran G : Master Tabel Hasil Penelitian

Lampiran H : Output Karakteristik Sampel

Lampiran I : Output Hasil Analisa Univariat Variabel Dependent

Lampiran J : Output Hasil Analisa Univariat Variabel Independent

Lampiran K : Output Hasil Uji Chi Square

Lampiran L : Lembar Konsultasi

Page 13: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak beberapa tahun terakhir sejumlah perubahan yang berhubungan dengan

resistensi insulin termasuk hipertensi, obesitas, hiperinsulinemia,

hipertrigliseridemia dan HDL yang rendah sudah dipahami dengan baik. Sejumlah

perubahan tersebut berkaitan dengan metabolisme dalam tubuh. Perubahan-

perubahan itu bukanlah sebuah penyakit tetapi merupakan sekumpulan kelainan

metabolisme yang saling berinteraksi yaitu obesitas, dan kerentanan metabolisme

endogen.1

Menurut National Cholesterol Education Program Expert Panel on Detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults Treatment Panel

III (NCEP ATP III) tahun 2001, sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan

metabolik baik lipid maupun non-lipid yang merupakan faktor risiko penyakit

jantung koroner yang terdiri atas obesitas sentral, dislipidemia aterogenik (kadar

Trigliserida tinggi dan kadar kolesterol high density lipoprotein (HDL) rendah,

hipertensi dan kadar glukosa plasma abnormal, dimana diagnosis sindroma

metabolik harus memenuhi 3 atau lebih faktor risiko tersebut.2

Sindroma metabolik dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk

didalamnya pola hidup terutama pola aktivitas dan makan. Makanan tinggi kalori

dan cepat saji kini mudah didapat di setiap tempat, sangat membantu diantara

kegiatan rutin yang padat. Dengan demikian terciptalah asupan kalori yang tinggi

dengan pemakaian energi yang rendah, lalu sisanya akan tersimpan dalam bentuk

Page 14: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

lemak. Sehingga akan terjadi overweight dan obesitas, yang biasanya juga diiringi

dengan resistensi insuilin, dimana resistensi insulin ini berhubungan dan banyak

ditemui bersamaan dengan risiko kardiovaskuler.3

Asupan makanan yang merupakan salah satu faktor dari terjadinya obesitas

yang selanjutnya akan berubah menjadi sindroma metabolik. Asupan makan

dengan jumlah berlebih yang potensial menimbulkan obesitas adalah lemak dan

karbohidrat, karena keduanya apabila berlebih dari jumlah yang dibutuhkan akan

disimpan didalam tubuh dalam sel-sel lemak. Kondisi ini apabila terus

berlangsung tanpa diimbangi dengan pengeluaran energi yang sesuai akan

mengakibatkan terjadi obesitas yang selanjutnya akan berdampak terjadi

peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler.4

Asupan Protein secara berlebihan juga tidak menguntungkan tubuh. Makanan

yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan

kegemukan. Dalam kaadaan berlebih, protein akan mengalami deaminasi.

Nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi

lemak dan disimpan di dalam tubuh, dengan demikian memakan protein secara

berlebihan dapat menyebabkan obesitas.5

Penelitian yang dilakukan oleh

Sargowo4, dari hasil analisis hubungan kausal ternyata semakin banyak asupan

makanan seseorang maka kejadian sindroma metaboliknya semakin meningkat.

Riskesdas6

(2007) menunjukkan berdasarkan kriteria WHO prevalensi

masyarakat yang kurang mengonsumsi buah sayur sebesar 93,6 %, dan konsumsi

buah sayur proporsinya semakin rendah dengan semakin rendahnya sosial

ekonomi. Berdasarkan data tersebut dapat menggambarkan tingkat konsumsi serat

Page 15: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

masyarakat Indonesia sangatlah rendah. Serat makanan memberikan manfaat

secara fisiologi yaitu sebagai relaksasi, kontrol kolesterol darah dan kontrol

glukosa darah, dapat mengurangi risiko kanker kolon dan juga membantu

mengurangi terjadinya obesitas dan penyakit jantung.

Berdasarkan faktor penyebab terjadinya sindroma metabolik, maka sindroma

metabolik dapat menaikan dua kali risiko terjadinya penyakit jantung dan lima kali

pada penyakit diabetes mellitus tipe 2.4 Berdasarkan Rikesdas

7 (2003) prevalensi

PJK 4,3 %, dan hipertensi 28 %. Berdasarkan Rikesdas6 tahun (2007)

menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit jantung 7,2 %, hipertensi 31,7 %,

sedangkan Diabetes Mellitus (DM) 5,7 %, obesitas 19,1 %, dan obesitas sentral

18,8 %.

Menurut data Riskesdas6 (2007) prevalensi toleransi glukosa terganggu (TGT)

di Indonesia adalah 10,2 % dan total diabetes mellitus 5,7 %, sedangkan untuk

prevalensi faktor-faktor risiko sindroma metabolik lain seperti obesitas umum,

obesitas sentral, dan hipertensi yaitu 10,3 %, 18.8 %, dan 29,8 %.

Data epidemiologi menyebutkan prevalensi sindroma metabolik dunia adalah

20-25 %. Hasil penelitian Framingham Off spring Study menemukan bahwa pada

responden berusia 26-82 tahun terdapat 29,4 % pria dan 23,1 % wanita menderita

sindroma metabolik.10

Sedangkan penelitian di Perancis menemukan prevalensi

sindroma metabolik sebesar 23 % pada pria dan 21 % pada wanita.9

Sedangkan

menurut tipe daerah, sindrom metabolik tampak lebih tinggi di daerah perkotaan

(23,6 %) dibandingkan daerah perdesaan (15,7 %). Prevalensi sindroma metabolik

Page 16: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

dapat dipastikan cenderung meningkat oleh karena meningkatnya obesitas maupun

obesitas sentral.7

Data dari Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) menunjukkan

prevalensi sindroma metabolik sebesar 13,13 %.8 Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh M Pande Dwipayana et al yang dilakukan pada populasi umum di

Kota Bali (1840 orang) sindroma metabolik didapatkan rata rata 20.3 %, daerah

perkotaan mempunyai prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan pedesaan.

Prevalensi sindroma metabolik cenderung meningkat sampai umur 60 tahun

setelah itu cenderung menurun. Prevalensi antar daerah berbeda, diduga hal ini

berhubungan dengan pola makan dan jumlah asupan garam.9

Pada penelitian populasi di Depok didapatkan bahwa, prevalensi sindroma

metabolik sekitar 26 %, sedangkan pada kelompok umur 55-85 tahun mencapai 36

%.10

Sedangkan prevalensi sindroma metabolik pada remaja Indonesia yang

obesitas di Jakarta Utara dan Selatan sebesar 19,14 % untuk laki-laki dan 10,63 %

untuk perempuan. Penelitian sindroma metabolik pada pasien rawat jalan pernah

dilakukan di Surabaya dengan menggunakan kriteria ATP III maka didapatkan

prevalensi sebesar 32%.11

Berdasarkan Dari data yang didapat di Balai Laboratorium Provinsi Sumatera

Barat dalam buku induk rekaman teknis kimia klinik, bahwa jumlah orang yang

bekunjung dan memeriksakan kadar lipid darah lengkap dan gula darah puasa di

Balai Laboratorium Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 adalah 975 orang.

Dilaboratorium ini belum ada pengukuran tekanan darah dan lingkar pinggang.

Page 17: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan

Asupan Karbohidrat, Protein, Lemak dan Serat, dengan Kejadian Sindroma

Metabolik Pada Orang Dewasa di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat Tahun 2014”

B. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan asupan karbohidrat, protein, lemak dan serat, dengan

kejadian sindroma metabolik pada orang dewasa di Balai Laboratorium Kesehatan

Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan asupan karbohidrat, protein, lemak dan serat,

dengan kejadian sindroma metabolik pada orang dewasa di Balai Laboratorium

Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi sampel sindroma metabolik pada orang

dewasa di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun

2014.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi sampel berdasarkan asupan karbohidrat di

Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014.

c. Diketahuinya distribusi frekuensi sampel berdasarkan asupan lemak di Balai

Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014.

d. Diketahuinya distribusi frekuensi sampel berdasarkan asupan protein di

Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014.

Page 18: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

e. Diketahuinya distribusi frekuensi sampel berdasarkan asupan serat di Balai

Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014.

f. Diketahuinya hubungan asupan karbohidrat dengan kejadian sindroma

metabolik di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun

2014.

g. Diketahuinya hubungan asupan lemak dengan kejadian sindroma metabolik

pada orang dewasa di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera

Barat Tahun 2014.

h. Diketahuinya hubungan asupan protein dengan kejadian sindroma metabolik

pada orang dewasa di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera

Barat Tahun 2014.

i. Diketahuinya hubungan asupan serat dengan kejadian sindroma metabolik

pada orang dewasa di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera

Barat Tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penelitian

Dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman serta dapat

mengembangkan kemampuan di bidang penelitian gizi klinik khususnya

sindroma metabolik. Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh penulis

selama mengikuti pendidikan di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Padang.

Page 19: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

2. Bagi Responden

Sebagai masukan bagi penderita sindroma metabolik mengenai hal-hal apa

saja yang dapat menyebabkan terjadinya sindroma metabolik dan dapat

mencegah terjadinya penyakit degeneratif.

3. Bagi Institusi

Dapat menambah informasi Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat tentang hubungan asupan karbohidrat, protein, lemak dan serat

dengan kejadian sindroma metabolik.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera

Barat Tahun 2014 yang diteliti adalah hubungan asupan karbohidrat, protein,

lemak, dan serat, dengan kejadian sindroma metabolik pada orang dewasa di Balai

Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014.

Page 20: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

8

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Sindroma Metabolik

1. Definisi

Sindrom X atau sering juga disebut dengan sindroma metabolik adalah

suatu sindrom (kumpulan gejala) yang diamati pada mereka yang meskipun

tekanan darah terkontrol, namun tetap menderita serangan jantung juga.13

Sindroma metabolik merupakan suatu kumpulan faktor risiko metabolik

yang berkaitan langsung terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler

artherosklerotik. Faktor risiko tersebut antara lain terdiri dari dislipidemia

atherogenik, peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar glukosa pada

sindroma metabolik, keadaan prototrombik, dan proinflamasi.14

Sindroma metabolik adalah kondisi dimana seseorang memiliki tekanan

darah tinggi, obesitas sentral dan dislipidemia, dengan atau tanpa

hiperglikemik. Ketika kondisi-kondisi tersebut berada pada waktu yang sama

pada seseorang, maka orang tersebut memiliki risiko yang tinggi terhadap

penyakit makrovaskuler.15

Berbagai organisasi telah memberikan definisi yang

berbeda, namun seluruh kelompok studi setuju bahwa obesitas, resistensi

insulin, dislipidemia dan hipertensi merupakan komponen utama sindrom

metabolik.

Berdasarkan The National Cholesterol Education Program (NCEP) Adult

Treatment Panel III (ATP III) (NCEP-ATP III)4, Sindrom Metabolik adalah

seseorang dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: 1). Obesitas abdominal

Page 21: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

(lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan untuk pria > 102 cm), 2).

Peningkatan kadar trigliserida darah (≥ 150 mg/dL, atau ≥ 1,69 mmol/ L), 3).

Penurunan kadar kolesterol HDL (< 40 mg/dL atau < 1,03 mmol/ L pada pria

dan pada wanita < 50 mg/dL atau <1,29 mmol/ L), 4). Peningkatan tekanan

darah (tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg, tekanan darah diastolik ≥ 85 mmHg

atau sedang memakai obat anti hipertensi), 5). Peningkatan glukosa darah puasa

(kadar glukosa puasa ≥ 110 mg/dL, atau ≥ 6,10 mmol/ L atau sedang memakai

obat anti diabetes).2

2. Kriteria Sindrom Metabolik

Hingga saat ini ada 3 definisi sindroma metabolik yang telah diajukan,

yaitu definisi World Health Organization (WHO), The National Cholesterol

Education Program (NCEP) Adult Treatment Panel III (ATP III) (NCEP ATP-

III) dan International Diabetes Federation (IDF). Ketiga definisi tersebut

memiliki komponen utama yang sama dengan penentuan kriteria yang berbeda.

Pada tahun 1988, WHO menyampaikan definisi sindroma metabolik dengan

komponen-komponennya antara lain : (1) gangguan pengaturan glukosa atau

diabetes (2) resistensi insulin (3) hipertensi (4) dislipidemia dengan trigliserida

plasma > 150 mg/dL dan kolesterol high density lipoprotein (HDL-C) < 35

mg/dL untuk pria; < 39 mg/dL untuk wanita; (5) obesitas sentral (laki-laki :

waistto-hip ratio > 0,90; wanita: waist-to-hip ratio > 0,85) dan atau indeks

massa tubuh (IMT) > 30 kg/m2; dan (6) mikroalbuminuria (Urea Albumin

Excretion Rate >20 mg/min atau rasio albumin/kreatinin > 30 mg/g).16

Page 22: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Sindroma Metabolik dapat terjadi apabila salah satu dari 2 kriteria pertama

dan 2 dari empat kriteria terakhir terdapat pada individu tersebut. Jadi kriteria

WHO 1999 menekankan pada adanya toleransi glukosa terganggu atau diabetes

mellitus, dan atau resitensi insulin yang disertai sedikitnya 2 faktor risiko lain

yaitu hipertensi, dislipidemia, obesitas sentral dan mikroalbuminaria.16

Kriteria yang sering digunakan untuk menilai pasien sindroma metabolik

adalah The National Cholesterol Education Program (NCEP) Adult Treatment

Panel III (ATP III) (NCEP-ATP III), yaitu apabila seseorang memenuhi 3 dari 5

kriteria yang disepakati, antara lain: lingkar perut pria > 102 cm atau wanita >

88 cm; hipertrigliserida (kadar serum trigliserida > 150 mg/dL), kadar HDL-C

< 40 mg/dL untuk pria, dan < 50 mg/dL untuk wanita; tekanan darah > 130/85

mmHg, dan kadar glukosa darah puasa > 110 mg/dL.2

Suatu kepastian fenomena klinis yang terjadi yaitu obesitas sentral menjadi

indikator utama terjadinya sindroma metabolik sebagai dasar pertimbangan

dikeluarkannya diagnosis terbaru oleh International Diabetes Federation (IDF)

tahun 2005. Seseorang dikatakan menderita sindroma metabolik bila ada

obesitas sentral (lingkar perut > 90 cm untuk pria Asia dan lingkar perut > 80

cm untuk wanita Asia) ditambah 2 dari 4 faktor berikut : (1) Trigliserida > 150

mg/dL (1,7 mmol/L) atau sedang dalam pengobatan untuk hipertrigliseridemia;

(2) HDL-C: < 40 mg/dL (1,03 mmol/L) pada pria dan < 50 mg/dL (1,29

mmol/L) pada wanita atau sedang dalam pengobatan untuk peningkatan kadar

HDL-C; (3) Tekanan darah: sistolik > 130 mmHg atau diastolik > 85 mmHg

atau sedang dalam pengobatan hipertensi; (4) Gula darah puasa (GDP) > 100

Page 23: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

mg/dL (5,6 mmol/L), atau diabetes tipe 2. Hingga saat ini masih ada

kontroversi tentang penggunaan kriteria indikator sindroma metabolik yang

terbaru tersebut.17

Kriteria diagnosis The National Cholesterol Education Program (NCEP)

Adult Treatment Panel III (ATP III) NCEP- ATP III menggunakan parameter

yang lebih mudah untuk diperiksa dan diterapkan oleh para klinisi sehingga

dapat dengan lebih mudah mendeteksi sindroma metabolik. Yang menjadi

masalah adalah dalam penerapan kriteria diagnosis The National Cholesterol

Education Program (NCEP) Adult Treatment Panel III (ATP III) (NCEP-ATP

III) adalah adanya perbedaan nilai “normal” lingkar pinggang antara berbagai

jenis etnis. Oleh karena itu pada tahun 2000 WHO mengusulkan lingkar

pinggang untuk orang Asia ≥ 90 cm pada pria dan wanita ≥ 80 cm sebagai

batasan obesitas sentral.2

Belum ada kesepakatan kriteria sindroma metabolik secara international,

sehingga ketiga definisi itu merupakan yang paling sering digunakan. Tabel 1

berikut menggambaran perbedaan ketiga definisi tersebut.

Page 24: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Tabel 1

Kriteria diagnosis sindroma metabolik menurut WHO (World Health

Organization), The National Cholesterol Education Program (NCEP) Adult

Treatment Panel III (ATP III) (NCEP-ATP III) dan International Diabetes

Federation (IDF)

Komponen

Kriteria diagnosis

WHO:

Resistensi insulin plus

:

Criteria

diagnosis ATP

III : 3

komponen di

bawah ini

IDF

Obesitas

abdominal/

sentral

Waist to hip ratio :

Laki-laki : > 0,9

Wanita : > 0,85 atau

IMB >30 Kg/m

Lingkar perut :

Laki-laki: > 102

cm

Wanita : >88 cm

Lingkar perut :

Laki-laki: ≥90 cm

Wanita : ≥80 cm

Hiper-

trigliseridemia

≥150 mg/dl (≥ 1,7

mmol/L)

≥ 150 mg/dl

(≥1,7 mmol/L)

≥ 150 mg/dl

Hipertensi TD ≥ 140/90 mmHg

atau riwayat terapi anti

hipertensif

TD ≥ 130/85

mmHg atau

riwayat terapi

anti hipertensif

TD sistolik ≥ 130

mmHg

TD diastolik ≥ 85

mmHg

Kadar glukosa

darah tinggi

Toleransi glukosa

terganggu, glukosa

puasa

terganggu,resistensi

insulin atau DM

≥ 110 mg/dl GDP ≥ 100mg/dl

Mikro-

albuminuri

Rasio albumin urin dan

kreatinin 30 mg/g atau

laju eksresi albumin 20

mcg/menit

JAMA 2001; 285: 2486-249.2

3. Etiologi

Suatu hipotesis mengatakan bahwa penyebab utama sindroma metabolik

adalah resistensi insulin. Resistensi insulin berkorelasi dengan timbunan lemak

viseral yang dapat ditentukan dengan mengukur lingkar pinggang atau waist to

hip ratio. Hubungan antara resistensi insulin dan Penyakit Kardiovaskuler

(PKV) diduga dimediasi oleh terjadinya stress oksidatif yang menimbulkan

Page 25: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

disfungsi endotel yang akan menyebabkan kerusakan vaskuler dan

pembentukan atheroma.18

Hipotesis lain karena perubahan hormonal yang mendasari terjadinya

obesitas sentral. Suatu studi membuktikan bahwa individu yang mengalami

kadar kortisol yang tinggi dalam serum (yang disebabkan oleh stress kronik)

mengalami obesitas sentral, resistensi insulin dan dislipidemia. Para peneliti

juga mendapatkan bahwa ketidak seimbangan aksis hipotalamus-hipofisis-

adrenal yang terjadi akibat stress akan menyebabkan terbentuknya hubungan

antara gangguan psikososial dan infark miokard.18

Peningkatan faktor risiko metabolik selalu berhubungan dengan tingginya

akumulasi jaringan adiposa abdominal, terutama jaringan lemak viseral.20

Salah

satu karakteristik obesitas abdominal atau lemak viseral adalah terjadinya

pembesaran sel-sel lemak, sehingga sel-sel lemak tersebut akan mensekresi

produk-produk metabolik diantaranya sitokin proinflamasi, prokoagulan,

peptida inflamasi, dan angiotensinogen. Produk-produk dari sel lemak dan

peningkatan asam lemak bebas dalam plasma dapat berpengaruh terhadap

berbagai penyakit metabolik seperti diabetes, penyakit jantung, hiperlipidemia,

gout, dan hipertensi.14

B. Faktor yang Dapat Menyebabkan Sindroma Metabolik

1. Obesitas

Obesitas sentral atau obesitas viseral terjadi akibat kurangnya aktifitas fisik

dan perubahan pola makan. Peningkatan jumlah lemak yang disimpan dalam

rongga perut. Besar lingkar pinggang berkaitan erat dengan kemungkinan

Page 26: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

menderita penyakit diabetes melitus tipe 2 dan penyakit komplikasi dari

sindroma metabolik (hipertensi, kolesterol tinggi, serangan jantung, stroke,

kerusakan hati dan ginjal).20

Berat badan adalah hasil olahan dari jenis makanan yang dimakan dengan

kegiatan atau aktifitas yang dilakukan. Makan dengan sedikit karbohidrat,

banyak protein, lemak dan manis-manis, tanpa diimbangi dengan aktif

berolahraga atau berkegiatan lain, maka akan terjadi surplus kalori yang diubah

menjadi lemak tubuh dan akan mengakibatkan kegemukan.21

1. Cara Mengukur Obesitas sentral

Cara mengukur lingkar pinggang (waist circumference) adalah

mengukur panjang lingkar daerah antara batas bawah tulang rusuk (arkus

kosta) dengan puncak iliaka melewati secara horizontal umbilikus/pusar.

Diukur dengan pita meteran non elastis atau meterline, pita pengukur

menyentuh, tetapi tidak menekan kulit dengan tingkat ketelitian 0,1 cm.22

Lemieux (2000) dalam Fasli Jalal, dkk, menggunakan lingkar pinggang

dan kadar trigliserida untuk mendeteksi sindroma metabolik, menemukan

lingkar pingang ≥ 90 cm dikombinasikan dengan kadar trigliserida plasma

puasa >150 mg/dl dapat mendeteksi penderita sindroma metablik sebanyak

80% dari 185 pria subjek penelitian. Hal ini membuktikan bahwa

pemeriksaan lingkar pinggang dapat digunakan sebagai pemeriksaan uji

saring yang mudah, murah dan berguna untuk mendeteksi sindroma

metabolik.23

Page 27: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

2. Kriteria Obesitas Sentral

Kriteria obesitas sentral dari pengukuran lingkar pinggang, jika lingkar

pinggang > 102 cm untuk pria, dan > 88 cm cm untuk wanita. Lingkar

pinggang dikatakan sebagai indeks yang berguna untuk menentukan obesitas

sentral dan komplikasi metabolik yang terkait.2

2. Resistensi Insulin

Resistensi insulin mendasari kelompok kelainan pada sindroma

metabolik.24

Resistensi insulin adalah suatu keadaan dimana ambilan glukosa

yang distimulasi oleh isulin di berbagai jaringan seperti liver, jaringan lemak,

otot skeletal berkurang (tidak dapat menggunakan insulin secara efisien)25

sehingga mengakibatkan kadar glukosa darah meningkat.

Kadar glukosa yang tinggi dalam waktu lama dapat menyebabkan disfungsi

endotel dan akhirnya dapat mempercepat proses aterosklerotik, untuk kadar

insulin yang lebih banyak dari pada normal untuk mempertahankan keadaan

normoglikemi (euglikemi).26

3. Dislipidemia

Dislipidemia yang khas pada sindroma metabolik ditandai dengan

peningkatan Trigliserida dan penurunan kolesterol HDL. Kolesterol LDL

biasanya normal, namun mengalami perubahan struktur berupa peningkatan

small dense LDL. Konsentrasi Trigliserida plasma meningkat akibat

peningkatan masukan asam lemak bebas ke hati sehingga terjadi peningkatan

produksi trigliserida.

Penurunan kolesterol HDL disebabkan peningkatan

Trigliserida sehingga terjadi transfer Trigliserida ke HDL. Namun pada orang

Page 28: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

dengan resistensi insulin dan konsentrasi Trigliserida normal dapat ditemukan

pada penurunan kolesterol HDL.24

Sehingga terdapat mekanisme lain yang menyebabkan penurunan

kolesterol HDL disamping peningkatan Trigliserida. Mekanisme ini berkaitan

dengan gangguan masukan lipid post prandial pada kondisi resitensi insulin

sehingga terjadi gangguan produksi Apolipoprotein A-1 (Apo A-1) oleh hati

yang selanjutnya melibatkan penurunan kolesterol HDL.24

Peran sistem imunitas pada resitensi insulin juga berpengaruh pada

perubahan profil lipid pada subjek dengan resistensi insulin. studi pada hewan

menunjukkan bahwa aktivasi sistem imun akan menyebabkan gangguan pada

lipoprotein, protein transport, respetor, dan enzim yang berkaitan sehingga

terjadi perubahan konsentrasi profil lipid.24

4. Hipertensi

Resitensi insulin juga berperan pada patogenesis hipertensi. Insulin

merangsang sistem saraf simpatis sehingga meningkatkan reabsorbsi natrium di

ginjal, mempengaruhi transport kation dan mengakibatkan hipertrofi otot polos

pembuluh darah. Pemberian infus insulin akut dapat menyebabkan hipotensi

akibat vasodilatasi. Sehingga disimpulkan bahwa hipertensi akibat resistensi

insulin terjadi akibat ketidakseimbangan efek pressor dan depressor. The insulin

Resistance Atherosclerosis Study melaporkan hubungan antara resistensi insulin

dengan hipertensi pada subjek normal namun tidak pada pasien dengan DM tipe

2.24

Page 29: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

C. Penatalaksanaan

Setelah melihat faktor-faktor yang dapat menyebabkan sindroma metabolik

maka kita patut mencegahnya seperti yang telah ditentukan oleh The National

Cholesterol Education Program (NCEP) Adult Treatment Panel III (ATP III)

(NCEP ATP III) sebagai berikut:

1. Penurunan Berat Badan

Latihan fisik dan diet punya peran penting dalam penurunan sensitifitas

insulin atau diabetes mellitus dan merupakan faktor kunci keberhasilan

pengobatan sindroma metabolik, yaitu dengan cara mengubahan gaya hidup

agar berat badan turun hingga mencapai tingkat ideal. Berhubung pola hidup ini

merupakan suatu kebiasaan yang sudah diterapkan sekian lama, tentunya

diperlukan penyesuaian bertahap dengan bimbingan dan evaluasi yang teratur

dan bijaksana sesuai dengan kondisi pasien.3

Perubahan pola hidup yang dimaksud disini adalah pengaturan diet dan

peningkatan aktifitas fisik (latihan yang berkesinambungan, dengan interval dan

berirama, bertahap sesuai kemampuan fisik) sehingga kemampuan

kardiorespirasi meningkat.28

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa, latihan

fisik dan penurunan berat badan terbukti mampu meningkatkan sensitivitas

terhadap insulin. Latihan fisik juga dapat meningkatkan aktivitas enzim lipolisis

dan meningkatkan kadar HDL serta menurunkan kadar trigliserida.3

Pengurangan sebesar 20-30 % dari total kebutuhan kalori perhari dapat

diterapkan pada pasien dengan berat badan lebih atau obesitas. Diet dengan

susunan: 30 % kalori dari lemak, 25 % dari protein dan 55 % dari karbohidrat

Page 30: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

dapat dipakai untuk menurunkan kadar trigliserida dan dapat menurunkan berat

badan. Apabila belum tercapai target penurunan berat badan, porsi karbohidrat

dapat dikurangi dan diganti dengan lemak monounsaturated (lemak tidak jenuh

tunggal).27

2. Medikamentosa

a. Terapi Diabetes Mellitus

Obat yang digunakan adalah obat yang dipakai untuk diabetes mellitus

tipe 2, Obat-obatan untuk meningkatkan sensitifitas insulin seperti golongan

metformin saja atau kombinasi dengan golongan tiazolidindion menjadi

pilihan pada sindroma metabolik. Pasien dengan diabetes mellitus tipe 2

akibat penurunan kemampuan sekresi insulin dapat diberikan obat pemicu

sekresi insulin, seperti obat golongan sulfoniluria atau glinid, atau dengan

kombinasi pemberian insulin, tergantung kondisi pasien. Pemilihan

kombinasi obat hipoglikemik oral (OHO) dipilih dari dua macam obat dari

kelompok yang mempunyai mekanisme berbeda.Terapi kombinasi insulin

dengan OHO selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan

sesuai dengan respon kadar glukosa darah. Kombinasi OHO dengan insulin

yang banyak digunakan adalah kombinasi OHO dengan insulin basal,

menggunakan insulin kerja sedang atau panjang yang diberikan malam

hari.28

b. Terapi Hipertensi

Obat-obatan yang dapat menghambat aktifasi sistem renin angiotensin

aldosteron system seperti golongan angiotensin converting enzyme inhibitors

Page 31: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

(ACEI) atau angiotensin reseptor bloker (ARB), merupakan pilihan utama

pada pasien hipertensi yang disertai sindroma metabolik, sesuai dengan

patofisiologi yang diketahui hingga saat ini. Terapi hipertensi dengan obat

golongan ARB, valsartan, terbukti dapat menghambat onset dan progresifitas

menjadi diabetes sampai 23 % dibandingkan dengan amlodipin (VALUE

study).29

c. Terapi dislipidemia

Obat pilihan untuk menurunkan Trigliserida dan menaikkan HDL selain

olah raga pada sindroma metabolik adalah golongan statin. Pada

Scandanavian Simvastatin Survival Study simvastatin terbukti menurunkan

kejadian penyakit jantung koroner sebesar 55 % selama 5 tahun pada

penderita DM. Statin menghambat sintesis kolesterol pada fase awal dengan

menghambat HMG coA reductase dan dapat meningkatkan sintesis LDL

reseptor yang berfungsi sebagai clearance receptor, sehingga mengurangi

kadar kolesterol dalam darah. Efek statin pada penurunan LDL mencapai 18-

55 % dan penurunan trigliserida 7-30 % serta meningkatkan kadar HDL 5-15

%, tergantung dari jenis atau golongan statin yang digunakan. Meskipun

efek penurunan Trigliserida dan kenaikan HDL tidak setinggi golongan

fibrat yang bekerja dengan cara merangsang enzim lipoprotein lipase, namun

statin mempunyai efek pleiotropik yang sangat baik.3

Efek pleiotropik statin diantaranya adalah, untuk menstabilkan plak

aterosklerosis dan mengurangi reaksi inflamasi serta mengurangi proliferasi

otot polos. Statin dapat menstabilkan plak karena dapat menghambat

Page 32: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

penetrasi monosit ke sel endotel, menghambat oksidasi LDL dan

menghambat produksi protein matrik metalloproteinase (MMP) yang di

hasilkan oleh makrofag. 3

D. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sindroma Metabolik

Konsumsi makanan ialah makanan yang dimakan oleh seseorang dalam

kehidupan sehari-hari. Setiap manusia membutuhkan makanan untuk melanjutkan

hidupnya. Tingkat konsumsi seseorang dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas

hidangan yang dapat dilihat dari semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh

meliputi karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air. Sedangkan kuantitas dapat

dilihat dari jumlah masing-masing zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Tubuh akan mendapatkan kondisi dan kesehatan yang baik apabila makanan yang

dikonsumsi telah memenuhi kebutuhan tubuh baik dari segi kualitas maupun

kuantitas.30

1. Konsumsi Makronutrien

Konsumsi makronutrien adalah konsumsi energi, protein, lemak, dan

karbohidrat. Konsumsi makanan sumber energi yang berlebihan dapat

menyebabkan peningkatan berat badan yang akhirnya menyebabkan obesitas.

Masalah obesitas timbul akibat ketidak seimbangan energi yang masuk dengan

energi yang keluar yang dikenal dengan keseimbangan energi positif, yaitu

konsumsi energi lebih banyak dari pada yang digunakan sehingga terjadi

perubahan mekanisme metabolisme ketiga zat gizi makro (karbohidrat, protein

dan lemak) terutama kelebihan glukosa akan diubah menjadi glikogen yang

akan disimpan dalam otot dan hati, tetapi kapasitas simpannya terbatas

Page 33: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

sehingga kelebihan glukosa harus diubah menjadi bentuk lain yang disimpan

dalam jaringan lemak tubuh (Adipose) sehingga menimbulkan kegemukan atau

obesitas.22

Pola makan gaya barat yang mempunyai karakteristik tinggi asupan lemak,

karbohidrat, protein dan rendah asupan serat berhubungan dengan resistensi

insulin dan obesitas yang merupakan kriteria sindroma metabolik. Kebutuhan

serat harus dipenuhi karena serat dapat memberikan rasa kenyang sehingga

densitas makanan menurun.3

2. Asupan Makanan

Asupan makan merupakan faktor penentu dalam diet, yang digambarkan

dalam frekuensi makan, acara makan, mengabaikan sarapan pagi dan kebiasaan

makan di luar rumah berhubungan dengan obesitas. Telah disepakati bahwa diet

tinggi lemak akan meningkatkan total asupan energi dan meningkatkan

kemungkinan terjadi obesitas. Namun demikian beberapa peneliti telah

membuktikan bahwa IMT berhubungan dengan indeks glikemik yang terkait

dengan diet karbohidrat, karena kualitas makanan terwujud pada proporsi

energi apabila dari sumber karbohidrat menurun maka sumber dari lemak dan

protein meningkat.4

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sargowo4 pada tahun 2011 dari hasil

analisis hubungan kausal ternyata faktor komposisi asupan makan berpengaruh

terhadap sindrom metabolik. Data peneliti menunjukkan semakin banyak

asupan makan maka kejadian sindrom metabolik semakin meningkat. Peneliti

menunjukkan bahwa pada indikator sindrom metabolik, ternyata total kolesterol

Page 34: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

mempunyai nilai tertinggi, selanjutnya diikuti oleh indikator lingkar pinggang.

Indikator komposisi asupan makanan yang mempunyai nilai paling tinggi

adalah total kalori diikuti lemak dan karbohidrat.

3. Asupan Karbohidrat

Karbohidrat merupakan bahan bakar utama dalam tubuh untuk penyediaan

energi. Sel-sel tubuh menggunakan karbohidrat terutama dalam bentuk glukosa.

Bentuk monosakarida lain sebagai hasil pencernaan selain glukosa adalah

fruktosa dan galaktosa. Kedua monosakarida ini didalam hati akan

dikomversikan menjadi glukosa.31

Asupan karbohidrat menyebabkan peningkatan glukosa darah dalam tubuh

sehingga pankreas perlu mengeluarkan hormon insulin untuk merangsang

penyerapan glukosa ke dalam sel-sel tubuh. Glukosa yang tidak dibutuhkan

segera dalam memproduksi energi diubah menjadi glikogen dan lemak tubuh.

Hal ini akan mengakibatkan bertambahnya berat badan sehingga terjadi

kegemukan atau obesitas.32

Untuk memelihara kesehatan, WHO menganjurkan agar 50%-65%

konsumsi energi total berasal dari karbohidrat komplek dan paling banyak

hanya 10% berasal dari gula sederhana.33

Metabolisme karbohidrat memerlukan insulin sebagai salah satu hormon

yang berperan untuk memelihara keseimbangan kadar glukosa dalam darah.

Hormon ini tidak langsung bekerja pada sel-sel atau jaringan, akan tetapi harus

berikatan dengan reseptor spesifik pada membran sel atau sitosol dari sel. Akan

terjadi kelainan metabolisme apabila ada gangguan pada reseptor spesifik atau

Page 35: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

perubahan dari konsentrasinya. Terjadinya penyakit diabetes terkait dengan tiga

kelainan yaitu (1) adanya resistensi insulin di jaringan perifer terutama otot,

lemak dan liver, (2) kelainan pada sekresi insulin terutama dalam merespon

rangsangan glukosa dan (3) meningkatnya produksi glukosa oleh hati.4

4. Asupan Protein

Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima

ribu hingga beberapa juta. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat

digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan

jaringan tubuh.33

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena berkaitan erat

hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Protein berfungsi dalam

pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, dan menggantikan sel-sel yang mati.

Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh karena

disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh protein juga berfungsi

sebagai zat pembangun dan pengatur.34

Sebagai zat pengatur protein berfungsi untuk mengatur proses metabolisme

dalam bentuk enzim dan hormon. Dapat dikatakan bahwa semua proses

metabolik diatur dan dilangsungkan atas pengaturan enzim, sedangkan aktifitas

enzim diatur lagi oleh hormon, agar proses metabolisme dapat berlangsung.

Angka kecukupan Protein (AKP) orang dewasa menurut hasil-hasil

penelitian keseimbangan nitrogen adalah 0.75 gram/kg berat badan, berupa

protein patokan tinggi yaitu protein telur (mutu cerna/digestibility dan daya

manfaat/ utility telur adalah 100).33

Page 36: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang

tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan kegemukan.

Dalam keadaan berlebih, protein akan mengalami deaminasi. Nitrogen

dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi lemak

dan disimpan di dalam tubuh, dengan demikian memakan protein secara

berlebihan dapat menyebabkan kegemukan.5

Hanya sedikit studi yang melihat hubungan antara PJK dengan asupan

protein. Studi yang dilakukan oleh Smit et al menemukan hubungan positif

yang bermakna antara PJK dengan masukan protein. Smit et al menemukan

bahwa kelompok yang mempunyai asupan persentasi serum kolesterol dan B

apolippprotein kuartil terendah dibanding kelompok yang mempunyai asupan

protein hewani tertinggi. Walaupun kebanyakan analisa tersebut memang

memperlihatkan suatu hubungan antara asupan protein dengan PJK namun

analisa tersebut sulit diterjemahkan oleh karena belum dikontrol dengan jenis-

jenis asam lemak.34

5. Asupan Lemak

Asupan lemak memiliki densitas energi lebih tinggi dibandingkan zat gizi

makro lain. Satu gram lemak menyumbang 9 kilokalori. Efek stimulasi

makanan berlemak pada asupan energi karena rasa enak di mulut ketika

mengonsumsi makanan berlemak. Makanan berlemak mengatur sinyal yang

mengontrol rasa kenyang dengan cara melemahkan, menunda, dan mencegah

pada waktu seseorang mengonsumsi makanan berlemak.35

Page 37: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO 1990

menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 20-30 % kebutuhan energi total

dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam

lemak esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut-lemak. Diantara

lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan paling banyak 8 % dari kebutuhan

energi total berasal dari lemak jenuh, dan 3-7 % dari lemak tidak jenuh ganda.33

Asam Lemak

Asam lemak dibedakan menurut jumlah karbon yang dikandung nya yaitu

asam lemak rantai pendek, (6 atom karbon atau kurang), rantai sedang (8

hingga 12 karbon), rantai panjang (14-18 karbon, dan rantai sangat panjang (20

atom karbon atau lebih).33

Semua lemak bahan makanan hewani dan sebagian besar minyak nabati

mengandung asam lemak rantai panjang, asam lemak rantai sangat panjang

terdapat pada minyak ikan. Titik cair asam lemak meningkat dengan bertambah

panjangnya rantai karbon.35

Page 38: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Tabel 2

Komposisi asam lemak kelapa dan lemak lain (per 100 gram)

Asam Lemak

(g/100 g)

Minyak

Kelapa

Minyak

Sawit

Lemak

Hewani

Minyak

Jagung

Asam-asam lemak jenuh

C4:0

C6:0

C8:0

C10:0

C12:0

C14:0

C16:0

C18:0

Asam lemak rantai

tunggal

C16:0

C18:0

C20:0

C22:0

Asam lemak rantai

panjang tidak jenuh

C18:2

C18:3

C20:5

C22:5

C22:6

Cholesterol

86.50

0.60

7.50

6.00

44.60

16.80

8.20

2.80

5.80

5.80

1.80

1.8

49

1

44

4

39

39

11.5

11

0.5

35

1

25

9

49

3

46

15

14

1

14

12

2

28

27.5

0.5

57.5

57

0.5

Sumber : USDA nutrient Database for standar reference Pehowich dkk,2000

Pada Negara berkembang yang mempunyai 4 musim atau temperature

rendah, sumber lemak yang dipakai adalah lemak yng berasal dari hewani

yang diolah menjadi minyak, susu, mentega. Sumber lemak lain yang

dipakai dinegara tersebut berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti minyak

zaitun, kacang tanah, kedelai serta biji-bijian lain.34

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lipoeto et al (2001) tentang

asupan lemak pada etnik Minang Kabau didapatkan bahwa etnik Minang

Kabau mengkonsumsi lemak 10,6-21,7 % dari energi total dengan asam

Page 39: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

lemak jenuh (ALJ) 18 %, dan Dilmi Sulastri et al (2005) juga melakukan

penelitian yang sama yaitu presentase asupan jenis asam lemak Etnik

Minang Kabau di Padang : ALJ 23 %, ALJT 7.9 % dan ALJJ 4.9 %.35

Sejauh asupan lemak masih seimbang dengan kebutuhan, tubuh kita

tetap akan sehat. Tetapi kebanyakan dari kita asupan lebih dari apa yang

diperlukan, yaitu dengan makanan yang mengandung lemak yang kaya akan

kolesterol dalam jumlah yang berlebihan, sehingga kadar kolesterol darah

meningkat sampai diatas angka normal yang diinginkan. Disinilah kolesterol

tersebut berperan negatif terhadap kesehatan.35

Meningkatnya konsumsi lemak ini akan berpengaruh terhadap

terjadinya obesitas. Obesitas merupakan kondisi ketidak normalan atau

kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya

berupa kondisi dengan jumlah simpanan kelebihan lemak, namun juga

distribusi lemak di seluruh tubuh. Distribusi lemak dapat meningkatkan

risiko yang berhubungan dengan berbagai macam penyakit degeneratif.15

Adanya faktor risiko tersebut mempercepat berkumpulnya gejala metabolik

menjadi sindrom metabolik.35

Banyak penelitian telah membuktikan hubungan yang erat antara banyak

lemak viseral dengan resistensi insulin. Lemak yang menumpuk di abdomen

adalah trigliserida, yang merupakan ikatan gliserol dengan asam lemak

bebas. Lemak ini bersifat sangat lipotik artinya sangat mudah terurai,

keadaan hipoglikemia sedikit saja akan menyebabkan lemak ini pecah. Asam

Page 40: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

lemak bebas akan dilepaskan sedangkan gliserol akan masuk kedalam proses

pembentukan energi, yang akan mengurangi penggunaan glukosa.34

6. Asupan Serat

Serat adalah sisa sel tanaman setelah dihidrolisa enzim pencernaan mausia

seperti sellulosa, hemisellulosa, pektin, dan lignin, juga polisakarida intraseluer

seperti gum dan musilago. Definisi kimia serat makanan adalah polisakarida

bukan pati tumbuhan (Nonstrarch Polysaccharids) dutamabah lignin.30

Tubuh membutuhkan serat. Dalam saluran pencernaan, serat larut

mengikat asam empedu (produk akhir kolesterol) dan kemudian dikeluarkan

bersama veses, dengan demikian makin tinggi konsumsi serat larut (tidak

dicerna, namun dikeluarkan bersama feses), akan semakin banyak asam

empedu dan lemak yang dikeluarkan oleh tubuh. Dalam hal ini serat membantu

mengurangi kadar kolesterol dalam darah. Serat larut air menurunkan kadar

kolesterol darah hingga 5 % atau lebih. Serat larut yang terdapat dalam buah-

buahan, sayuran, biji-bijian (gandum), dan kacang-kacangan. Pektin (serat larut

air dari buah) dapat menurunkan kadar kolesterol LDL.36

Efek dari serat

1. Kemampuan menahan air dan Visikositas (membentuk cairan kental),

sehingga memperlambat penyerapan zat-zat organik gizi, menunda

pengosongan makanan dari lambung, hal ini memberi rasa kenyang yang

lama dan mencegah pemasukan kalori yang berlebihan.30

2. Pengikat molekul-molekul organik

Page 41: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Komponen serat terutama lignin, gum, dan pektin, beta glukan mempunyai

sifat mengikat zat-zat organik seperti cairan empedu dan kolesterol. Serat

menurunkan reabsorbsi asam empedu dan memperlambat absorbsi

makronutrien lainnya, sehingga meningkatkan ekresi asam empedu dan

menurunkan asupan ferasi mikroba dan absorbsi energi secara

keseluruhan.30

3. Kemampuan fermentasi, poliferasi mikroba, dan absorbsi air.

Pektin, gum, misiligo dan beberapa hemiselulosa difermentasi oleh macam-

macam bakteri anaerob di kolon. Hasil fermentasi dari serat ini adalah asam

butirat dan asam propionat yang tergolong pada asam lemak rantai pendek

(Short chain fatty acid atau SCFA) Asam butirat ini digunakan sebagai

bahan bakar untuk sel-sel ini. Sedangkan serat yang tidak dapat difermentasi

terutama selulosa dan lignin, hemisellulosa meningkatkan absorb dan

meningkatkan poliferasi mikroba, yang berperan dalam meningkatkan

volume veses.30

Sayur dan buah adalah sumber dari berbagai nutrient seperti vitamin,

mineral, serat dan berbagai jenis biologikal aktif. Biologikal aktif ini dikenal

dengan fitokimia yang termasuk sebagai antioksidan, menurunkan metabolisme

sindroma metabolik kolesterol serta menurunkan tekanan darah.34

Hasil penelitian Esmaillzadeh (2006) di Tehran Iran diperoleh bahwa

konsumsi sayur yang tinggi dihubungkan dengan rendahnya risiko kejadian

sindrom metabolik. Tidak ada hubungan signifikan antara konsumsi buah

dengan rendahnya kadar kolesterol HDL. Studi cross sectional lain pada

Page 42: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

dewasa muda menunjukkan bahwa seseorang dengan sindrom metabolik secara

signifikan memiliki konsumsi sayur dan buah yang rendah dibanding yang

tidak memiliki risiko metabolik.5

Konsumsi tinggi serat menjadi perhatian saat ini, dihubungkan dengan

penurunan insiden beberapa kelainan metabolik seperti hipertensi, diabetes,

obesitas dan juga penyakit jantung dan kanker kolon. Konsumsi gula dengan

pemanis yang rendah energi atau karbohidrat kompleks direkomendasikan

dalam mengurangi intake energi dan menurunkan berat badan.4

Banyak studi menyebutkan bahwa pentingnya konsumsi sayur dan buah

terhadap berbagai penyakit kronis. Konsumsi sayur dan buah dapat mengurangi

risiko sindrom metabolik melalui kombinasi dari antioksidan, serat, potassium,

magnesium dan photochemical lainnya. Konsumsi sayur dan buah dihubungkan

dengan penurunan risiko penyakit jantung koroner. Konsumsi sayur dan buah

menurunkan risiko penyakit jantung melalui penurunan konsentrasi C- Reaktif

Protein (CRP) yang merupakan marker inflamasi. Dalam penelitian ini pula

ditunjukkan bahwa konsumsi dari DASH (Dietary Approaches to Stop

Hipertension) diet antara lain diet kaya sayur dan buah, memiliki efek yang

menguntungkan pada kejadian sindrom metabolik.37

Depkes 2007 menyatakan bahwa konsumsi sayur dan buah sesuai Angka

Kecukupan Gizi (AKG), yaitu minimal 25 gram serat per hari. Sedangkan

menurut WHO angka kecukupan serat untuk orang dewasa adalah 19-30

gr/kap/hari.35

Page 43: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Serat makanan atau dietary fiber merupakan komponen dari jaringan

tanaman yang tahan terhadap proses hidrolisis oleh enzim dalam lambung dan

usus kecil. Serat-serat tersebut banyak berasal dari dinding sel berbagai sayuran

dan buah-buahan. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa dengan

meningkatkan konsumsi dietary fiber dapat menurunkan kadar kolesterol dalam

darah terutama jika dilakukan secara kontinyu.38

7. Cara Penilaian Konsumsi Pangan

Metode pengukuran konsumsi makanan berdasarkan sasaran pengamatan

dapat dibagi menjadi tingkat nasional, tingkat rumah tangga dan tingkat

individu.

Metode pengukuran konsumsi makanan individu antara lain recall 24 jam,

estimed food records, penimbangan makanan (food weighing), metode dietary

history dan metode frekuensi makanan (FFQ).

Salah satu metode pengukuran konsumsi makanan individu adalah

frekuensi makanan (food frekuensi atau FFQ). Metode frekuensi makanan

adalah untuk emperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan

makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, dan

tahun.41

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang asupan energi dan

atau zat gizi seseorang dengan menyatakan frekuensi konsumsi sejumlah bahan

makanan atau makanan jadi yang merupakan sumber utama dari zat gizi yang

diteliti.37

Page 44: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

FFQ semi kuantitatif digunakan untuk melihat kebiasaan pola konsumsi.

Penilaian dalam jenis FFQ ini yaitu melihat frekuensi jenis makana konsumsi

yang dimakan dalam suatu periode waktu. Kueioner ini dibagi menjadi dua

komponen yaitu daftar makan dan frekuensi maknan. Daftar makanan harus

spesifik untuk jenis makanan tertentu. FFQ semi kuantitatif ini juga melihat

ukuran porsi dapat diperkirakan dengan menggunakan bentuk gambar makanan

sesuai ukuran porsi yaitu dengan food model.

Metode FFQ semi kuantitatif memiliki kelebihan meliputi responden

menjawab pertanyaan tinggi dan bebeas responden rendah, pengukuran relatif

cepat dan tidak mahal, dapat menilai kebiasaan makan responden dan

pewawancarai tidak harus terlatih.

Langkah-langkah melakukan FFQ adalah yang pertama responden diminta

memberi tanda pada daftar makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai

frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan makanan terutama makanan yang

merupakan sumber-sumber zat gizi tertentu selama periode tertentu.39

Kelebihan metode frekuensi makanan adalah relatif mudah dan sederhana,

dapat dilakukan sendiri oleh responden, tidak membutuhkan latihan khusus, dan

dapat menjelaskan hubungan antara penyakit dan kebiasaan makan. Sedangkan

kelemahannya sendiri adalah tidak dapat menghitung intake zat gizi sehari, sulit

mengembangkan kuesioner pengumpulan data, cukup menjemukan bagi

pewawancara, perlu percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan

makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner dan responden harus jujur

dan mempunyai motivasi tinggi.39

Page 45: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

E. Kerangka Konsep

F. Hipotesis

1. Ada hubungan asupan karbohidrat dengan kejadian sindrom metabolik.

2. Ada hubungan asupan lemak dengan kejadian sindrom metabolik.

3. Ada hubungan asupan protein dengan kejadian sindrom metabolik.

4. Ada hubungan asupan serat dengan kejadian sindrom metabolik.

Asupan

Karbohidrat

Asupan Protein

Asupan Lemak

Asupan Serat

Kejadian Sindrom

Metabolik

Page 46: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

F. Definisi Operasional

No Variabel Pengertian Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Sindroma

Metabolik

Seseorang dengan memiliki

sedikitnya 3 kriteria berikut:

Obesitas abdominal

(lingkat pinggang/perut

pada wanita > 88 cm dan

pada pria > 102 cm

Peningkatan kadar

trigliserida darah (≥150

mg/dl, atau ≥1,69mmol/L)

Penurunan kadar

kolesterol HDL (<40

mg/dL atau 1.03 mmol/L

pada pria dan pada wanita

<50 mg/dL atau <1,29

mmol/L),

Peningkatan tekanan darah

(tekanan darah sistolik ≥

130 mmHg, tekanan darah

diastolic ≥85 mmHg atau

sedang memakai obat anti

hipertensi),

Peningkatan glukosa darah

puasa (kadar glukosa

puasa ≥ 110 mg/dL atau

≥6,10 mmol/L atau sedang

memakai obat anti

Lingkar perut

:diantara tulang

panggul bagian

atas dan tulang

rusuk bagian

bawah.

Trigliserida,HDL,

kadar gula darah

puasa : dilihat

dari pemeriksan

laboratorium.

Pemeriksaan TD

Meteran,

Pemeriksaan

labor dengan

melihat buku

laporan

pemeriksaan

klinik ,dan

tensimeter

Sindroma Metabolik

jika memeliki ≥ 3

kriteria

Tidak sindroma

Metabolik jika

memiliki < 3 kriteria

Ordinal

Page 47: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

diabetes) (NCEP-ATP III

2001)

2. Asupan

Karbohidrat

Jumlah rata-rata karbohidrat

yang didapat dari makanan

yang dikonsumsi sehari-hari

Metode Semi

quantitative food

frequensi

Wawancara Jumlah asupan

karbohidrat dalam gram.

Lebih jika ≥65 % dari

total energi AKG

Kurang jika <65 % dari

total energi AKG

Rujukan : WNPG,2004

Ordinal

3. Asupan

Protein

Jumlah rata-rata protein

yang didapat dari makanan

yang dikonsumsi sehari-hari

Metode Semi

quantitative food

frequensi

Wawancara Jumlah asupan protein

dalam satuan gram.

Dikategorikan menjadi :

Lebih jika ≥110 % dari

total energi AKG

Kurang jika <80 % dari

total energi AKG

Rujukan: WNPG, 2004

Ordinal

3. Asupan

Lemak

Jumlah rata-rata lemak yang

didapat dari makanan yang

dikonsumsi sehari-hari

Metode Semi

quantitative food

frequensi

wawancara Menurut WNPG 2012:

Lebih ≥30% dari total

energi AKG

Kurang jika <20 % dari

total energi AKG

Ordinal

4. Asupan

Serat

Jumlah rata-rata serat yang

didapat dari makanan yang

dikonsumsi sehari-hari

Metode Semi

quantitative food

frequensi

Wawancara Kurang ≤19 gram/hari

Cukup >19 gr perhari

Rujukan : WHO

Ordinal

Page 48: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik dengan disain cross sectional study. Dimana

variabel dependen adalah sindrom metabolik dan variabel independennya adalah

asupan karbohidrat, protein, lemak , dan serat, dikumpulkan dalam waktu yang

bersamaan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera

Barat tahun 2014. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2013 sampai

Juli 2014. Pengambilan sampel dilakukan dari bulan Mei sampai Juni 2014.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah orang dewasa yang berusia 30 – 60 tahun di Kota Padang

yang memeriksakan kesehatan di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat tahun 2014. Pembatasan usia ini dilakukan berdasarkan hasil

penelitian yang menunjukan gangguan metabolik terjadi dimulai dari usia 30-

60 tahun keatas cendrung untuk mengalami sindroma metabolik.

2. Sampel

a) Besar sampel

Sampel ditentukan dengan menggunakan rumus estimasi proporsi

dengan populasi finit :

Page 49: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

n = besar sampel

N = Jumlah populasi

d = presisi/derajat akurasi yang diinginkan (0,1)

Z1 - /2 = nilai kurva normal pada CI (Confidence Internal) (95%) (1.96)

P = Proporsi suatu kejadian untuk terjadi (32%)

1 – P = Proporsi suatu kejadian untuk tidak terjadi

Perhitungan sampel :

Jumlah sampel yang diperoleh dari perhitungan besar sampel adalah 51

orang dan pemambahan 10% menjadi 56 orang sampel dengan populasi

yang memenuhi semua kriteria sampel.

Page 50: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

b) Cara pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling

yaitu sesuai dengan keinginan dari peneliti dan didasari pada suatu

pertimbangan tertentu dibuat oleh penelitian dengan kriteria sampel sebagai

berikut.

1. Usia 30 – 60 tahun

2. Berdomisili di Kota Padang

3. Bersedia menjadi sampel

4. Memiliki data laboratorium yang lengkap (kadar lipid darah lengkap dan

kadar gula darah puasa)

5. Tidak terdiagnosa penyakit jantung dan diabetes mellitus

D. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder .

1. Data Primer

a. Data lingkar perut yang dikumpulkan melalui pengukuran dengan pita meter

b. Data asupan karbohidrat, protein, lemak dan, serat dikumpulkan melalui

wawancara dengan S-FFQ kuantitatif.

c. Data tekanan darah responden di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat tahun 2014

2. Data Sekunder

a. Data gula darah puasa responden di Balai Laboratorium Kesehatan

Provinsi Sumatera Barat tahun 2014.

Page 51: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

b. Data trigliserida responden di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat tahun 2014

c. Data HDL responden di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera

Barat tahun 2014

E. Cara Pengolahan dan Analisis Data

1. Data Kejadian Sindroma Metabolik

Kejadian sindroma metabolik dapat dilihat dari pengukuran kadar lipid

darah lengkap dan GDP. Pada saat pengumpulan data kadar lipid darah lengkap

dan GDP, editing dilakukan dengan cara memeriksa terlebih dahulu form

penulisan kadar lipid darah lengkap dan GDP, apakah data yang diharapkan

sudah lengkap dan apakah penulisan kadar lipid darah dan GDP sudah jelas dan

dapat dibaca. Data kadar lipid darah dan GDP yang sudah dibersihkan ini di

entry ke software pengolahan data. Kemudian data yang tidak sesuai di

Cleaning untuk membersihkan data yang tidak sesuai.

2. Data Asupan

Pada saat pengumpulan data asupan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak,

dan serat) menggunakan S-FFQ editing langsung dilakukan di lapangan setelah

wawancara selesai dilakukan. Editing dilakukan dengan cara memeriksa

terlebih dahulu form S-FFQ, apakah data yang diharapkan sudah lengkap dan

apakah penulisan angka-angka sudah jelas.

Data asupan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, dan serat) yang telah

diediting, diolah dengan menggunakan S-FFQ (komputerisasi). Kemudaian

Page 52: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

hasilnya di exsport ke program SPSS dan selanjutnya mengcleaning data yang

salah pada master tabel. Selanjutnya dikategorikan berdasarkan hasil ukur

untuk asupan.

3. Analisis data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi

masing-masing variabel penelitian yang meliputi kejadian sindroma

metabolik, asupan karbohidrat, asupan protein, asupan lemak, dan asupan

serat pada orang dewasa di Balai Laboratorium Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2014.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mencari hubungan dua variabel yaitu

variabel independen dan variabel dependen, yakni meliputi hubungan asupan

karbohidrat, protein, lemak, dan serat dengan kejadian sindroma metabolik

pada orang dewasa di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera

Barat Tahun 2014. Uji yang digunakan dalam analisa bivariat ini adalah uji

chi-squere. Hipotesis akan diuji dengan batas kepercayaan (convidece limit)

95%.

Page 53: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat merupakan

laboratorium berkelas B atas dasar beban kerja dan tugasnya yang berlokasi di

jalan Gajah Mada. Gunung Pangilun Padang. Sesuai dengan Peraturan Daerah No.

22 tahun 2001, tanggal 1 Oktober 2001 tentang perubahan ketentuan mengenai

kedudukan Unit Pelaksanaan Teknis Daerah dalam lingkungan Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Barat, sekaligus merubah Keputusan Menteri Kesehatan RI,

maka susunan organisasi dan tata kerja Balai Laboratorium Kesehatan Sumatera

Barat bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.

Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dipimpin oleh seorang

kepala yang membawahi Sub. Bagian Tata Usaha, Seksi Laboratorium Klinik,

Seksi Laboratorium Kesehatan Masyarakat dan Kelompok Jabatan Fungsional.

Pelayanan di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat ada dua

bentuk, yang pertama adalah pelayanan laboratorium klinik yang terutama

berkaitan dengan upaya penyembuhan (Kuratif) dan pemulihan kesehatan

kesehatan (Rehabilitatif), dan yang kedua adalah pelayanan laboratorium

kesehatan masyarakat yang terutama berkaitan dengan upaya peningkatan

kesehatan (Promotif) dan pencegahan penyakit (Preventif).

Pengelolaan disemua bidang kerja pemeriksaan dilakukan oleh tenaga-tenaga

yang profesional yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan baik dari dalam

Page 54: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

dan luar negeri serta berpengalaman dibidang masing-masing. Untuk mendukung

terlaksananya pemeriksaan yang optimal. Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat menggunakan peralatan yang sudah memenuhi standar untuk

pelayanan laboratorium.

Memperluas cakupan pelayanan dan meningkatkan mutu pelayanan serta

efisiensi pelayanan dilakukan suatu sistem pola tarif yang terjangkau oleh

masyarakat serta system rujukan yang berkesinambungan. Disamping itu Balai

Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat juga memberikan fasilitas

konsultasi dokter untuk memberikan pelayanan individu agar klien lebih

memahami arti dari hasil pemeriksaan laboratorium tersebut. Akan tetapi fasilitas

yang disediakan itu kurang dimanfaatkan oleh klien yang memeriksakan darahnya.

B. Gambaran Umum Sampel

1. Jenis Kelamin

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Jenis Kelamin

di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014

Jenis Kelamin n %

Laki-Laki 30 53,6

Perempuan 26 46,4

Total 56 100

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (53,6 %)

sampel adalah berjenis kelamin laki-laki.

Page 55: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

2. Umur

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Umur

di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014

Umur n %

30-49 20 34,5

50-60 36 64,3

Total 56 100

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui lebih dari separuh (64,3 %)

sampel berumur 50-60 tahun. Pengelompokan umur ini berdasarkan

pengelompokan umur berdasarkan AKG 2012.42

3. Pekerjaan

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Pekerjaan

di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014

Pekerjaan n %

Ibu Rumah Tangga 14 25

PNS 23 41,1

Swasta 9 16,1

TNI 5 8,9

Wiraswasta 5 8,9

Total 56 100

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui hampir dari separuh sampel (41,1

%) bekerja sebagai PNS.

Page 56: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

C. Hasil

1. Analisis Univariat

a. Kejadian Sindroma Metabolik

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan maka didapatkan

distribusi frekuensi sampel menurut Sindroma Metabolik dapat dilihat pada

tabel 6.

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Sindroma Metabolik

di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014

Sindroma Metabolik n %

Ya 26 46,4

Tidak 30 53,6

Total 56 100

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui hampir separuh (46,4 %) sampel

menderita sindroma metabolik.

b. Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Karbohidrat

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan maka didapatkan

distribusi frekuensi sampel menurut Asupan Karbohidrat dapat dilihat pada

tabel 7.

Tabel 7

Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Asupan Karbohidrat

di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014

Asupan Karbohidrat n %

Lebih 37 66,1

Kurang 19 33,9

Total 56 100

Page 57: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (66, 1 %)

sampel memiliki asupan karbohidrat yang lebih dari kebutuhan.

c. Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Protein

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan maka didapatkan

distribusi frekuensi sampel menurut Asupan Protein dapat dilihat pada tabel

8.

Tabel 8

Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Asupan Protein

di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014

Asupan Protein n %

Lebih 40 71,4

Kurang 16 28,6

Total 56 100

Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui lebih dari separuh (71, 4 %) sampel

memiliki asupan protein yang lebih dari kebutuhan.

d. Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Lemak

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan maka didapatkan

distribusi frekuensi sampel menurut asupan lemak dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9

Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Asupan Lemak

di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014

Asupan Lemak n %

Lebih 41 73,21

Kurang 15 26,78

Total 56 100

Page 58: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui lebih dari separuh (73, 21 %)

sampel memiliki asupan lemak yang lebih dari kebutuhan.

e. Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Serat

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan maka didapatkan

distribusi frekuensi sampel menurut Asupan Serat dapat dilihat pada tabel

10.

Tabel 10

Distribusi Freuensi Sampel Menurut Asupan Serat

di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014

Asupan Serat n %

Cukup 17 30,4

Kurang 39 69,6

Total 56 100

Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui lebuh dari separuh (69,6 %) sampel

memiliki asupan serat yang kurang dari kebutuhan.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kejadian Sindroma Metabolik

Distribusi frekuensi sampel menurut hubungan asupan karbohidrat dengan

kejadian sindroma metabolik dapat dilihat pada tabel 11.

Page 59: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Tabel 11

Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kejadian Sindroma Metabolik

di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014

Asupan

Karbohidrat

Sindroma Metabolik

Total Sindroma

Metabolik

Tidak Sindroma

Metabolik

n % n % n %

Lebih 22 84,6 16 53,3 37 100,0

Rendah 4 15,4 14 46,7 19 100,0

Total 26 46,4 30 53,6 56 100,0

Chi Square p = 0,021

Berdasarkan tabel 11, dapat diketahui bahwa dari 26 orang yang

mengalami sindroma metabolik ditemukan 22 orang (84,6 %) mengonsumsi

karbohidrat lebih dibandingkan dengan 4 orang (15,4 %) yang mengonsumsi

karbohidrat rendah.

Hasil analisis menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p 0,021 maka

dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara asupan karbohidrat

dengan kejadian sindroma metabolik.

b. Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Sindroma Metabolik

Distribusi frekuensi sampel menurut hubungan asupan protein dengan

kejadian sindroma metabolik dapat dilihat pada tabel 12.

Page 60: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Tabel 12

Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Sindroma Metabolik

di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014

Asupan

Protein

Sindroma Metabolik

Total Sindroma

Metabolik

Tidak Sindroma

Metabolik

n % n % n %

Lebih 17 65,4 23 76,7 40 100,0

Kurang 9 34,6 7 23,3 16 100,0

Total 26 46,4 30 53,6 56 100,0

Chi Square p = 0,525

Berdasarkan tabel 12, dapat diketahui bahwa dari 26 orang yang

mengalami sindroma metabolik 17 orang (65,4 %) mengonsumsi protein lebih

dibandingkan dengan 9 orang (34,6 %) yang mengonsumsi protein kurang.

Hasil analisis menggunakan uji Chi-Square diperoleh p 0,525 maka dapat

disimpulkan tidak ada hubungan yang tidak bermakna antara asupan protein

dengan kejadian sindroma metabolik.

c. Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Sindroma Metabolik

Distribusi frekuensi sampel menurut hubungan asupan lemak dengan

kejadian sindroma metabolik dapat dilihat pada tabel 13.

Page 61: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Tabel 13

Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Sindroma Metabolik

di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014

Asupan

Lemak

Sindroma Metabolik

Total Sindroma Metabolik

Tidak Sindroma

Metabolik

n % n % n %

Lebih 23 88,5 19 61,2 41 100,0

Kurang 3 11,5 12 38,7 15 100,0

Total 26 46,4 31 53,6 56 100,0

Chi Square p = 0,032

Berdasarkan tabel 13, dapat diketahui bahwa dari 26 orang yang

mengalami sindroma metabolik 23 orang (88,5 %) mengonsumsi lemak lebih

dibandingkan dengan 3 orang (11,5 %) yang mengonsumsi lemak kurang.

Hasil analisis menggunakan uji Chi-Square diperoleh p 0,032 maka dapat

disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan

kejadian sindroma metabolik.

d. Hubungan Asupan Serat dengan Kejadian Sindroma Metabolik

Distribusi frekuensi sampel menurut hubungan asupan serat dengan

kejadian sindroma metabolik dapat dilihat pada tabel 14.

Page 62: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Tabel 14

Hubungan Asupan Serat dengan Kejadian Sindroma Metabolik

di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014

Asupan

Serat

Sindroma Metabolik

Total Sindroma Metabolik

Tidak Sindroma

Metabolik

n % n % n %

Cukup 2 7,7 14 46,7 16 100,0

Kurang 24 92,3 16 53,3 40 100,0

Total 26 46,4 30 53,6 56 100,0

Chi Square p = 0, 002

Berdasarkan tabel 14, dapat diketahui bahwa dari 26 orang yang

mengalami sindroma metabolik 2 orang (7,7 %) mengonsumsi serat cukup

dibandingkan dengan 24 orang (92,3 %) yang mengonsumsi serat yang kurang.

Hasil analis menggunakan uji Chi-Square diperoleh p 0,002 maka dapat

disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara asupan serat dengan kejadian

sindroma metabolik.

D. Pembahasan

1. Analisa Univariat

a. Kejadian Sindroma Metabolik

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan kejadian sindroma metabolik

pada orang dewasa di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera

Barat dari 56 orang sampel yaitu sebanyak 26 orang (46,4 %). Kejadian

sindroma metabolik ini hampir separuh dari jumlah sampel. Prevalensi

kejadian sindroma metabolik pada penelitian ini lebih besar dibandingkan

Page 63: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwipayana, dkk10

yang dilakukan

pada populasi umum di kota Bali pada 1840 orang di perdesaan, dimana

yang mengalami sindroma metabolik 20,3 %, begitupun dengan penelitian

yang dilakukan oleh Himpunan Obesitas Indonesia (HISOBI) menunjukkan

prevalensi sindroma metabolik sebesar 13,13 %.8

Menurut beberapa penelitian kejadian sindroma metabolik lebih banyak

di daerah perkotaan dibandingkan di daerah perdesaan. Prevalensi sindroma

metabolik dapat dipastikan cenderung meningkat oleh karena meningkatnya

obesitas maupun obesitas sentral.7 Hal ini seiring dengan penelitian yang

dilakukan karena didapatkannya komponen sindroma metabolik yang

terbanyak adalah obesitas sentral (82,4 %), sehingga merupakan parameter

yang paling baik untuk menilai sindroma metabolik.

Sindroma metabolik adalah kondisi dimana seseorang memiliki tekanan

darah tinggi, obesitas sentral dan dislipidemia, dengan atau tanpa

hiperglikemik. Ketika kondisi-kondisi tersebut berada pada waktu yang sama

pada seseorang, maka orang tersebut memiliki risiko yang tinggi terhadap

penyakit makrovaskuler.15

Berbagai organisasi memberikan definisi yang

berbeda, namun seluruh kelompok studi setuju bahwa obesitas sentral,

resistensi insulin, dislipidemia dan hipertensi merupakan komponen utama

sindrom metabolik.

Peningkatan prevalensi Sindroma metabolik yang terjadi di Balai

Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dapat disebabkan oleh

Page 64: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

berbagai faktor, diantaranya keturunan, umur, jenis kelamin, asupan

makanan, aktifitas tubuh, kebiasaan merokok dan banyak faktor lainnya.

Selain itu menurut beberapa penelitian kejadian sindroma metabolik banyak

terjadi di perkotaan disbandingkan perdesaan.

b. Asupan Karbohidrat

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan didapatkan hampirdari

separuh sampel (66,1 %) memiliki asupan karbohidrat yang berlebih. Rata-

rata asupan karbohidrat sampel adalah 314,534 gr, dengan asupan tertinggi

berjumlah 513gr dan terendah berjumlah dan 513 gr karbohidrat/hari.

Karbohidrat merupakan bahan bakar utama dalam tubuh untuk

penyediaan energi. Sel-sel tubuh menggunakan karbohidrat terutama dalam

bentuk glukosa. Bentuk monosakarida lain sebagai hasil pencernaan selain

glukosa adalah fruktosa dan galaktosa. Kedua monosakarida ini didalam hati

akan dikomversikan menjadi glukosa.31

c. Asupan Protein

Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada 56 orang sampel, lebih

dari separuh sampel (71,4 %) memiliki asupan protein yang berlebih. Rata-

rata asupan protein sampel yaitu 72,070 gr, yang asupannya berkisar antara

41 gr hingga 170 gr protein/hari.

Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara

lima ribu hingga beberapa juta. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak

Page 65: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-

sel dan jaringan tubuh.3

d. Asupan Lemak

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan didapatkan lebih dari

separuh sampel (73,21 %) memiliki asupan lemak yang berlebih. Rata-rata

asupan lemak sampel adalah 53,054 gr/hari, asupannya yaitu berkisar antara

10 gr – 109,2 gr lemak/hari.

Sejauh asupan lemak masih seimbang dengan kebutuhan, tubuh kita

tetap akan sehat. Tetapi kebanyakan dari kita asupan lebih dari apa yang

diperlukan, yaitu dengan makanan yang mengandung lemak yang kaya akan

kolesterol dalam jumlah yang berlebihan, sehingga kadar kolesterol darah

meningkat sampai diatas angka normal yang diinginkan. Disinilah kolesterol

tersebut berperan negatif terhadap kesehatan.35

e. Asupan Serat

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan didapatkan sebagian besar

sampel (69,6 %) memiliki asupan serat yang rendah. Rata-rata asupan serat

sampel adalah 15 gr/hari, yaitu asupannya berkisar antara 7 gr – 30 gr/hari.

Serat makanan atau dietary fiber merupakan komponen dari jaringan

tanaman yang tahan terhadap proses hidrolisis oleh enzim dalam lambung

dan usus kecil. Serat-serat tersebut banyak berasal dari dinding sel berbagai

sayuran dan buah-buahan. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa

Page 66: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

dengan meningkatkan konsumsi dietary fiber dapat menurunkan kadar

kolesterol dalam darah terutama jika dilakukan secara kontinyu.38

2. Bivariat

a. Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kejadian Sindroma Metabolik

Hasil analisis statistik terdapat hubungan yang bermakna antara asupan

karbohidrat dengan kejadian sindroma metabolik, hasil analisis statistik

menunjukan adanya hubungan yang bermakna (p < 0,021).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sargowo4 pada tahun 2011 pada kelompok remaja tidak adanya hubungan

yang bermakna antara asupan karbohidrat dengan kejadian sindroma

metabolik. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Maulidya41

tahun 2007 yang dilakukan di SD Pertiwi 2 Padang tentang

obesitas menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara asupan

karbohidrat dengan kejadian berat badan lebih. Dimana obesitas atau berat

badan lebih merupakan komponendari sindroma metabolik.

Karbohidrat merupakan bahan bakar utama dalam tubuh untuk

penyediaan energi. Sel-sel tubuh menggunakan karbohidrat terutama dalam

bentuk glukosa. Bentuk monosakarida lain sebagai hasil pencernaan selain

glukosa adalah fruktosa dan galaktosa. Kedua monosakarida ini didalam hati

akan dikomversikan menjadi glukosa.31

WHO menganjurkan agar 50%-65%

konsumsi energi total berasal dari karbohidrat komplek dan paling banyak

hanya 10% berasal dari gula sederhana.33

Page 67: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Asupan karbohidrat yang berlebih menyebabkan peningkatan glukosa

darah dalam tubuh sehingga pankreas perlu mengeluarkan hormon insulin

untuk merangsang penyerapan glukosa ke dalam sel-sel tubuh. Glukosa yang

tidak dibutuhkan segera dalam memproduksi energi diubah menjadi

glikogen dan lemak tubuh. Hal ini akan mengakibatkan bertambahnya berat

badan sehingga terjadi kegemukan atau obesitas.32

Kebiasaan makan yang mempunyai karakteristik tinggi asupan

karbohidrat berhubungan dengan terjadinya resistensi insulin dan obesitas

yang merupakan kriteria sindroma metabolik. Apabila dibiarkan terus

menerus akan berakibat mengalami penyakit degeneratif seperti diabetes

mellitus.

b. Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Sindroma Metabolik

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar

sampel memiliki asupan protein lebih >110 % AKG. Hasil penelitian

menunjukkan tidak adanya hubungan antara asupan protein dengan kejadian

sindroma metabolik p > 0,525.

Asupan protein pada penelitian ini memang tidak melihatkan hubungan

yang signifikan antara asupan protein dengan sindroma metabolik. Namun

penelitian yang dilakukan oleh Smit 34

melihat hubungan yang bermakna

atara asupan protein dengan kejadian PJK. Penelitian ini juga didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Maulidya41

tahun 2007 yang dilakukan di SD

Pertiwi 2 Padang tentang obesitas menunjukkan adanya hubungan yang

Page 68: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

bermakna antara asupan protein dengan kejadian berat badan lebih. Dimana

Obesitas atau berat badan lebih merupakan komponen dari Sindroma

Metabolik.

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena berkaitan erat

hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Protein berfungsi dalam

pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, dan menggantikan sel-sel yang

mati. Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh

karena disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh protein juga

berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur.34

Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang

tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan

kegemukan. Dalam keadaan berlebih, protein akan mengalami deaminasi.

Nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan diubah

menjadi lemak dan disimpan di dalam tubuh, dengan demikian memakan

protein secara berlebihan dapat menyebabkan kegemukan.5

c. Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Sindroma Metabolik

Hasil analisis statistik terdapat hubungan yang bermakna antara asupan

lemak dengan kejadian sindroma metabolik, hasil analisis statistik

menunjukan adanya hubungan yang bermakna (p < 0,032). Penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sargowo4 pada tahun 2011

pada kelompok remaja dimana adanya hubungan yang bermakna antara

asupan lemak dengan kejadian sindroma metabolik. Penelitian ini juga

Page 69: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kasmiyetti, dkk34

melihat adanya

hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan kejadian sindroma

metabolik.

Banyak penelitian telah membuktikan hubungan yang erat antara banyak

lemak viseral dengan resistensi insulin. Lemak yang menumpuk diabdomen

adalah trigliserida, yang merupakan ikatan gliserol dengan asam lemak

bebas. Lemak ini bersifat sangat lipotik artinya sangat mudah terurai,

keadaan hipoglikemia sedikit saja akan menyebabkan lemak ini pecah. Asam

lemak bebas akan dilepaskan sedangkan gliserol akan masuk kedalam proses

pembentukan energi, yang akan mengurangi penggunaan glukosa.34

Sejauh asupan lemak masih seimbang dengan kebutuhan, tubuh kita

tetap akan sehat. Tetapi kebanyakan dari kita asupan lebih dari apa yang

diperlukan, yaitu dengan makanan yang mengandung lemak yang kaya akan

kolesterol dalam jumlah yang berlebihan, sehingga kadar kolesterol darah

meningkat sampai diatas angka normal yang diinginkan. Disinilah kolesterol

tersebut berperan negatif terhadap kesehatan.35

Meningkatnya konsumsi lemak ini akan berpengaruh terhadap

terjadinya obesitas. Obesitas merupakan kondisi ketidak normalan atau

kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya

berupa kondisi dengan jumlah simpanan kelebihan lemak, namun juga

distribusi lemak di seluruh tubuh. Distribusi lemak dapat meningkatkan

risiko yang berhubungan dengan berbagai macam penyakit degeneratif.15

Page 70: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Adanya faktor risiko tersebut mempercepat berkumpulnya gejala metabolik

menjadi sindrom metabolik.35

d. Hubungan Asupan Serat dengan Kejadian Sindroma Metabolik

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar

sampel memiliki asupan serat rendah <19 gr/hari. Hasil penelitian

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara asupan serat dengan

kejadian sindroma metabolik p < 0,002.

Hasil penelitian Esmaillzadeh5 pada tahun 2006 di Tehran Iran diperoleh

bahwa konsumsi sayur yang tinggi dihubungkan dengan rendahnya risiko

kejadian sindroma metabolik. Uji cross sectional lain pada dewasa muda

menunjukkan bahwa seseorang dengan sindroma metabolik secara signifikan

memiliki konsumsi sayur dan buah yang rendah dibanding yang tidak

memiliki risiko sindroma metabolik. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan pada orang dewasa di Balai Laboratorium

Kesehatan Sumatera Barat yang menunjukkan bahwa sampel dengan

sindroma metabolik memiliki asupan serat yang rendah.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kasmiyetti, dkk34

yang dilakukan pada pasien rawat jalan di Poliklinik

Penyakit Dalam Rumah Sakit Pemerintah di kota Padang melihat adanya

hubungan yang bermakna antara asupan serat dengan kejadian sindroma

metabolik. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Page 71: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

di Balai Laboratorium sumatera Barat yang melihat adanya hubungan yang

bermakna antara asupan serat dengan kejadian sindroma metabolik.

Masyrakat Sumatera Barat yang umumnya dikenal dengan konsumsi

makanan yang mengandung asam lemak jenuh yang tinggi, buah dan sayur

yang rendah berpotensial menimbulkan obesitas yang merupakan komponen

dari sindroma metabolik. Hal ini sejalan dengan hasil Rikesdas di Indonesia

menunjukkan berdasarkan kriteria WHO prevalensi masyrakat yang kurang

mengonsumsi buah sayur sebesar 93,6 %.

Serat adalah sisa sel tanaman setelah dihidrolisa enzim pencernaan

mausia seperti sellulosa, hemisellulosa, pektin, dan lignin, juga polisakarida

intraseluer seperti gum dan musilago. Definisi kimia serat makanan adalah

polisakarida bukan pati tumbuhan (Nonstrarch Polysaccharids) dutamabah

lignin.30

Tubuh membutuhkan serat. Dalam saluran pencernaan, serat larut

mengikat asam empedu (produk akhir kolesterol) dan kemudian dikeluarkan

bersama veses, dengan demikian makin tinggi konsumsi serat larut (tidak

dicerna, namun dikeluarkan bersama feses), akan semakin banyak asam

empedu dan lemak yang dikeluarkan oleh tubuh. Dalam hal ini serat

membantu mengurangi kadar kolesterol dalam darah. Serat larut air

menurunkan kadar kolesterol darah hingga 5 % atau lebih. Serat larut yang

terdapat dalam buah-buahan, sayuran, biji-bijian (gandum), dan kacang-

Page 72: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

kacangan. Pektin (serat larut air dari buah) dapat menurunkan kadar

kolesterol LDL.36

Page 73: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka didapatkan

kesimpulan sebagai berikut :

1. Hampir separuh (46,4 %) dari sampel mengalami Sindroma Metabolik.

2. Lebih dari separuh (66,1 %) dari sampel memiliki asupan karbohidrat yang

lebih dari kebutuhan.

3. Lebih dari separuh (71,4 %) sampel memiliki asupan protein yang lebih dari

kebutuhan.

4. Lebih dari separuh (73,21 %) sampel memiliki asupan lemak yang lebih dari

kebutuhan.

5. Lebih dari separuh (69,6 %) sampel memiliki asupan serat yang rendah atau

kurang dari kebutuhan.

6. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan karbohidrat dengan kejadian

sindroma metabolik.

7. Terdapat hubungan yang tidak bermakna antara asupan protein dengan

kejadian sindroma metabolik.

8. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan kejadian

sindroma metabolik.

9. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan serat dengan kejadian

sindroma metabolik.

Page 74: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka peneliti

memberikan saran sebagai berikut :

1. Disarankan kepada Balai Laboratorium Kesehatan Sumatera Barat untuk lebih

memperkenalkan fasilitas untuk konsultasi dokter kepada masyarakat yang

berkunjung.

2. Disarankan kepada orang dewasa agar meningkatkan asupan serat dan

mengurangi asupan karbohidrat, protein dan lemak untuk mencegah terjadinya

sindroma metabolik.

3. Bagi peneliti lain, bisa menjadikan KTI ini sebagai referensi selanjutnya.

Page 75: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Lampiran

Page 76: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

DAFTAR PUSTAKA

1. Kasiman, Sutomo. Pengaruh makanan pada sindrom metabolik. Medan: Jurnal

Kardiol Indonesia; 2011.32:24-26. [diakses 10 November 2013]; Tersedia dari:

URL:http://indonesia.digitaljournals.org

2. Expert panel on detection, evaluation, and treatment of High Blood Cholesterol

in adults. Executif summary of the third report of the national cholesterol

education program (NCEP) expert panel on detection of detection, evaluation

and treat ment of high cholesterol in aduls (adult treatment panel III). GAMA;

2001; 285: 2486-2497

3. Azadbakht L, Mirmiran P, Esmaillzadeth A, et al. Beneficial Effect Of A

Dietary Approaches To Stop Hypertension Eating Paln On Feature Of The

Metabolic Syndrome. Dalam Alam RAC, Jafar N, Virani D. Hubungan skor

kualitas makanan dengan komponen sindrom metabolik pada rawat jalan Di

RSP. Universitas Hasanuddin dan RS. Ibnu Sina. Makasar: Universitas

Makasar;2013. [diakses 11 November 2013]; Tersedia dari: URL:

http://repository.unhas.ac.id

4. Sargowo, Djanggan, Andarini, Sri. Pengaruh komposisi asupan makan terhadap

komponen sindrom metabolik pada remaja.Malang: Jurnal Kardiologi

Indonesia;2011. [diakses 02 Januari 2014]; Tersedia dari : URL:

http://djanggan.lecture.ub.ac.id

5. Almatsier, Sunita .Gizi seimbang dalam daur kehidupan.Jakarta:PT Gramedia

Pustaka Utama;2004.

6. Rikesdas. Laporan nasional riset kesehatan dasar 2007. Jakarta: badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Depkes RI;2007

7. Rikesdas. Laporan nasional riset kesehatan dasar 2003. Jakarta: badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Depkes RI;2003

8. Jafar, Nurhaedar. Sindroma metabolik. Makasar: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin Makasar; 2011. [diakses 17 Desember

2013]; Tersedia dari: URL: http://www.scribd.com

9. Oh JY, Hong YS, Sung YA, et al. Prevalence and factor analysis of metabolic

syndrome in an urban Korean population. Diabetes Care 2004: 27: 2027-2032.

Page 77: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

[diakses 29 Desember 2013]; Tersedia dari: URL:

http://care.diabetesjournals.org

10. Dwipayana MD, Budhiarta AAG, Aryana IGP, Saraswati MR, et al. Sindrom

metabolik di Bali. Naskah lengkap Surabaya Metabolic Syndrome Update-1.

2005; 139-147. [diakses 21 Desember 2013]; Tersedia dari: URL:

http://ojs.unud.ac.id

11. Suyono S, Kamso S, Oemardi M. Metabolic syndrome in the elderly should it

be treated. Dalam: Rohman MS. Patogenesis dan terapi sindroma metabolik.

Jakarta: Jurnal Kardiiologi Indonesia; 2007. [diakses 1 Januari 2013]; tersedia

dari: URL: http://indonesia.digitaljournals.org

12. Deedwania PC. Metabolic syndrome and vascular disease: is nature or nurture

leading the new epidemic of cardiovascular doisease. Dalam: Rohman MS.

Patogenesis dan terapi sindroma metabolik..Jakarta; Jurnal Kardiiologi

Indonesia. 2007. [diakses 1 Januari 2014]; Tersedia dari: URL:

http://indonesia.digitaljournals.org

13. Tapan E . Penyakit Degeneratif. In-books; 2011. h. 118.

14. Suyono A. Serat Benteng Terhadap Aneka Penyakit. Dalam Jafar N. Sindroma

metabolik. Makasar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Makasar; 2011. [ diakses 17 desember 2013]; Tersedia dari: URL:

http://www.scribd.com

15. WHO. Obesity: Preventing and managing the global epidemic.

Geneva.1999.[diakses 12 desember 2013]; Tersedia dari: URL:

http://apps.who.int

16. Shahab, A. Sindrom metabolik. Media informasi Ilmu Kesehatan dan

Kedokteran. Dalam Jafar N. Sindroma metabolik. Makasar: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin Makasar; 2011. [diakses 17 desember

2013]; Tersedia dari: URL: http://www.scribd.com

17. IDF. The IDF Concencus Worldwide Definition of the Metabolic Syndrome.

2005. [diakses 15 november 2013]; Tersedia dari:URL : http://www.idf.org

Page 78: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

18. Bodhy W, Aaltje E.M. Pevalensi sindroma metabolli pada remaja di kota

tomohon. Manado: Universitas Sam Ratulangi; 2011. [diakses 10 November

2013]; Tersedia dari: URL:http://repo.unsrat.ac.id

19. Alwi Shahab. Komplikasi Kronik DM Penyakit Jantung Koroner. Jilid 3. Edisi

IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.

20. Soekirman. 2006. Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan

Manusia. Jakarta : PT Primamedia Pustaka.

21. Yuniritha E. Hubungan Asupan Lemak Rantai Sedang dan Serat Makanan

dengan Indeks Massa Tubuh, Lingkar Pinggang Lingkar Panggul pada Orang

Dewasa di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2006 Padang; Universitas

Andalas Padang.2006.

22. Fasli Jalal, Nur Indrawaty Liputo, Novia Susanti , Fadil Oenzil. Hubungan

Lingkar Pinggang dengan Kadar Gula Darah, Trigliserida dan Tekanan Darah

pada Etnis Minang di Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat [sumber

online] 2007 [diakses 27 Desember 2013]: [23 screens]. Tersedia dari: URL:

http://repository.unand.ac.id

23. Manu JR .Sindrom metabolik. Fakultas Kedokteran UKRIDA; 2008. [diakses

25 oktober 2013]; Tersedia dari: URL: http://repository.usu.ac.id

24. Anynomos. Apa itu Sindrom Metabolik. Dalam Bodhy W, Aaltje EM.

Prevalensi sindroma metabolik pada remaja di Kota Tomohon.

Manado:Universitas Sam Ratulangi;2011. [diakses 23 desember 2013];

Tersedia dari :URL: http://repo.unsrat.ac.id

25. Metentek. E. Resistensi Insulin Pada Diabetes Mellitus Tipe 2, Jurnal; Cermin

dunia Kedokteran No.150.h.38-41. [diakses 24 desember 2013]; Tersedia dari

:URL: http://www.itokindo.org.

26. Gundy SM. Inflammation, hypertension, and the metabolicsyndrome. Dalam

Rohman MS. Patogenesis dan Terapi Sindroma Metabolik.Jakarta; Jurnal

Kardiiologi Indonesia.2007. [diakses 1 Januari 2014]; Tersedia dari: URL:

http://indonesia.digitaljournals.org

27. PERKENI. Petunjuk praktis pengelolaan diabetes melitus tipe 2. 2006; 22-23.

Page 79: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

28. Julius S, Kjeldsen SE, Weber MA, et al. For the VALUE trial group. Outcomes

in hypertensive patients at high cardiovascular risk treated with regimens based

on valsartan or amlodipine. Dalam Rohman MS . Patogenesis dan terapi

sindroma metabolik. Jakarta: Jurnal Kardiiologi Indonesia;2007. [diakses 1

Januari 2014]; Tersedia dari: URL: http://indonesia.digitaljournals.org

29. Hasneli. Hubungan Asupan Medium Chain Fatty Acid (MCFA) dengan Kadar

Glukosa Darah. Padang: Universitas Andalas Padang.2006.

30. Mardi, Dalam Hasneli. Hubungan Asupan Medium Chain Fatty Acid (MCFA)

dengan Kadar Glukosa Darah. Padang: Universitas Andalas Padang.2006.

31. Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. Penilaian Status Gizi. Jakarta: ECG.2001

32. Almatsier, Sunita. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama;2003.

33. Lipoeto NI. Melawan Epidemi Obesitas. Padang: Unifersitas Andalas.2013.h.

6-10.

34. Kasmiyetti, Hasneli, Yuniritha E. Pengaruh Asupan Zat Gizi, Aktifitas fisik,

Kebiasaan Merokok Terhadap Sindroma Metabolik Pada Pasien Rawat Jalan di

Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Pemerintah di Kota Padang Tahun

2010. Padang : Politeknik Kesehatan Padang; 2010.

35. Suyono, A. Serat Benteng Terhadap Aneka Penyakit. Dalam Jafar N. Sindroma

Metabolik. Makasar:Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Makasar; 2011. [diakses 8 Januari 2014]; Tersedia dari: URL:

http://www.scribd.com

36. Azadbakht L, Mirmiran P, Esmaillzadeth A, et al. Beneficial Effect Of A

Dietary Approaches To Stop Hypertension Eating Paln On Feature Of The

Metabolic Syndrome. Dalam Alam RAC, Jafar N, Virani D. Hubungan skor

kualitas makanan dengan komponen sindrom metabolik pada rawat jalan Di

RSP. Universitas Hasanuddin dan RS. Ibnu Sina. Makasar: Universitas

Makasar;2013. [diakses 11 November 2013]; Tersedia dari: URL:

http://repository.unhas.ac.id

37. Deedwania PC. Metabolic syndrome and vascular disease: is nature or nurture

leading the new epidemic of cardiovascular doisease. Dalam: Rohman MS.

Patogenesis dan terapi sindroma metabolik..Jakarta; Jurnal Kardiiologi

Page 80: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Indonesia. 2007. [diakses 1 Januari 2014]; Tersedia dari: URL:

http://indonesia.digitaljournals.org

38. Supariasa, I Made Nyoman. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran.2002. h. 98-99.

39. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004. Angka Kecukupan Gizi

Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2004.

40. Reza, Maulidia Zikri . Faktor Risiko Kejadian Obesitas Pada Anak Sekolah di

SD Pertiwi 2 PadangTahun 2007. [Karya Tulis Ilmiah]. Padang : Jurusan gizi

Politeknik Kesehatan Padang ; 2007.

41. Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Angka kecukupan Gizi.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2012.

Page 81: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Lampiran C

Jadwal Kegiatan Penulisan Proposal dan KTI Tahun 2013 dan 2014

No Kegiatan Bulan

Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt

1 Mengajukan

topik

2 Pengumpulan

Data

3 Penulisan

proposal

4 Ujian

proposal

5 Perbaikan

proposal

6 Penelitian

7 Pengolahan

data

8 Penulisan

laporan

penelitian

9 Seminar KTI

10 Perbaikan

KTI

11 Penyerahan

KTI

Page 82: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Lampiran D

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Alamat :

No. Telpon :

Dengan ini menyatakan bahwa saya telah mendapatkan penjelasan tentang

tujuan dan prosedur penelitian atas nama Dilla Wahyuni dengan judul “Hubungan

Asupan Karbohidrat, Protein, Lemak, dan Serat dengan Kejadian Sindroma

Metabolik pada Orang Dewasa di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera

Barat”. Oleh sebab itu saya menyatakan bersedia menjadi sampel penelitian.

Padang, 2014

............................

Page 83: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Lampiran E

IDENTITAS SAMPEL

Karakteristik sampel

Nomor urut :

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat lengkap :

No. telepon :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Data Laboratorium dan Antropometri

1. Kadar Trigliserida :

2. Kadar HDL :

3. Kadar gula darah puasa :

4. Tekanan darah :

5. Lingkar Perut :

Page 84: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Lampiran F

SEMI QUANTITATIVE FOD FREQUENCY (SQ-FFQ) - individu Kode SEGMEN (sesuai umur AKG 2004)

Kode Sampe

l :

UR

UT

NAMA BAHAN

MAKANAN

HARI MGG

U BLN JML PORSI

Berat (gr)

UR

UT

NAMA BAHAN

MAKANAN

HARI MGGU BLN JML PORSI Berat

(gr) (1=3) (1-7)

(1-4)

(./bln)

(/xmkn

)

(1=3) (1-7)

(1-4)

(./bln)

(/xmkn

)

PADI_PADIA

N

BUAH/BIJI BERMINYAK

1 Beras Gizing

1 Kelapa tua daging

2 Beras ketan putih

2 Santan

3 Jagung putih pipil

3 Emping

4 Tepung beras

4 Oncom

5 Tepung maizena

5 Jengkol

6 Tepung terigu

6 Kemiri

7 Mie kering

G U L A

8 Supermie

1 Gula pasir

9 Bubur tim

2 Gula aren

10 Bubur nasi

3 Jamu

11 Bubur tepung

4 Madu

12 Roti tawar manis

5 Meises

13 Biscuit

6 Permen

14 Donat

7 Teh

15 Kue nagasari

8 Coklat

16 Mie bakso

SAYUR & Buah

17 Wafer

1 Rebung mentah

UMBI-UMBIAN

2 Kool merah/putih

1 Kentang

3 Bayam segar

2 Singkong putih

4 Kembang kool

mentah

3 Ubi jalar putih

5 Daun katuk mentah

4 Talas

6 Daun labu waluh

5 Tepung sagu

7 Daun lobak

6 Bengkuang

8 Daun pakis

7 Kerupuk aci

9 Daun singkong mentah

P. HEWANI

10 Daun singgrang

1 Daging ayam

11 Daun ubi jalar

2 Daging sapi

12 Kangkung

3 Telur ayam

13 Buncis mentah

4 Belut

14 Jamur kuping

5 Ikan tongkol

15 Krai/mentimun

6 Udang segar

16 Labu kuning

Page 85: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

7 Ikan segar

17 Labu siam mentah

8 Ikan asin belanak

18 Lobak mentah

9 Telur ayam

19 Pare pahit mentah

10 Rempelo ayam

20 Sawi hijau

11 Otak

21 Terong belanda/ungu

12 Kerang

22 Toge

13 Cumi-cumi segar

23 Tomat masak

14 Ikan teri nasi kering

24 Wortel mentah

15 Kerupuk udang

Sayur & BUAH

16 Terasi merah

1 Alpokat

17 Susu sapi

2 Apel

18 Tepung susu

3 Belimbing

19 Susu kental manis

4 Durian

20 Abon

5 Jambu air

LEMAK & MINYAK

6 Jeruk manis

1 Margarin

7 Langsat

2 Minyak ikan

8 Mangga

3 Minyak kelapa

9 Nanas

4 Minyak kelapa sawit

10 Nangka masak

5 Minyak wijen

11 Pepaya

6 Minyak kacang tanah

12 Pisang ambon

7 Minyak sayur, dll

13 Rambutan

KACANG2AN

14 Salak

1 Kacang hijau

15 Sawo

2 Kacang kedele

16 Semangka

3 Kacang merah

17 Sirsak

4 Kacang panjang biji

18 Sambal

5 Kacang tanah

19 Saos tomat

6 Kecipir biji

20 Air sayur+isi

7 Tahu

21 Sayur asem

8 Tempe kedele murni

22 Sayur sop

9 Kecap

10 Bubur kac.ijo

Pewawancara : __________________________

11 Kacang atom

Tgl. Wawancara : __________________________

Page 86: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

35

Lampiran G

MASTER TABEL

No Inisial JK Umur Kerja GDP HDL Trig LP TD % KH % Pr % L T.Ser K.KH K.Pro K.L K.Ser K.Trig K.GDP K.TD K.HDL K.LP J.Krit

K. SM

1 Tn. Ir L 55 PNS 79 39 37 87,8 120/80 62,3 135,5 25,0 20 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 tdk

2 Ny. H P 51 PNS 201 45 155 88 110/90 154,1 107,3 24,0 10 1 1 0 0 1 1 1 1 1 5 ya

3 Ny. Z P 50 IRT 112 46 99 89 130/90 154,1 80,0 34,0 9 1 0 1 0 0 1 1 1 1 4 ya

4 Ny. OH L 30 WST 92 38 167 97 120/80 154,1 70,7 40,0 11 1 0 1 0 1 0 0 1 1 3 ya

5 Tn. M L 50 PNS 267 33 251 110 110/90 88,5 109,7 35,0 8 1 1 1 0 1 1 1 1 1 5 ya

6 Tn. S L 60 Swasta 140 44 139 114,2 150/90 73,4 79,3 25,0 9 1 0 0 0 0 1 1 0 1 3 ya

7 Ny. ET P 59 PNS 119 47 111 106 140/100 73,1 103,2 33,0 10 1 1 1 0 0 1 1 1 1 4 ya

8 Ny. RA P 51 PNS 104 60 126 90 120/90 108,3 108,0 32,0 19 1 1 1 0 0 0 1 0 1 2 tdk

9 Tn. Y L 49 PNS 92 43 198 114,3 150/100 108,7 116,1 59,6 10 1 1 1 0 1 0 1 0 1 3 ya

10 Tn. K L 60 PNS 99 42 167 122 120/90 106,9 106,5 50,0 10 1 1 1 0 1 0 1 0 1 3 ya

11 Ny. A P 56 PNS 104 60 122 98 120/80 62,0 104,8 40,3 21 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 tdk

12 Tn. ML L 56 Swasta 124 50 99 91,5 140/90 72,6 80,0 36,0 9 1 0 1 0 0 1 1 0 1 3 ya

13 Ny. S P 56 PNS 102 60 191 90 110/80 129,3 131,0 40,0 21 1 1 1 1 1 0 0 0 1 2 tdk

14 Tn. MJ L 59 Swasta 98 35 125 122 110/90 64,5 79,0 35,0 11 0 0 1 0 0 0 1 1 1 3 ya

15 Tn. B L 60 Swasta 94 39 98 109 120/90 84,3 110,3 69,0 9 1 1 1 0 0 0 1 1 1 3 ya

16 Ny. MM P 54 PNS 219 64 95 105 120/80 61,0 150,0 22,0 19 0 1 0 0 0 1 0 0 1 2 tdk

17 Tn. HH L 38 TNI 105 36 329 105 130/85 64,0 160,3 43,0 9 0 1 1 0 1 0 1 1 1 4 ya

18 Ny. BA P 39 TNI 106 51 51 90 110/80 109,6 66,0 22,0 25 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 tdk

19 Tn. K L 40 TNI 100 43 117 102 120/80 70,0 80,0 24,0 21 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 tdk

20 Ny. Y P 60 IRT 103 40 182 107,2 140/80 94,7 161,3 34,0 12 1 1 1 0 1 0 1 1 1 4 ya

21 Tn. Y L 50 PNS 93 48 182 90 110/80 60,0 150,0 21,0 9 0 1 0 0 1 0 0 0 1 2 tdk

Page 87: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

22 Tn. A L 59 TNI 113 39 213 115 120/80 183,2 130,9 42,0 11 1 1 1 0 1 1 0 1 1 4 ya

23 Tn. DS L 32 Swasta 174 33 97 110 120/80 146,1 101,6 33,0 9 1 1 1 0 0 1 0 1 1 3 ya

24 Ny. SA P 56 IRT 120 47 55 125 110/80 76,2 70,0 35,0 16 1 0 1 0 0 1 0 1 1 3 ya

25 Ny. S P 60 IRT 219 64 95 81,5 110/80 137,8 187,7 22,0 9 1 1 0 0 0 1 0 0 1 2 tdk

26 Tn. OH L 49 IRT 90 47 165 90 110/80 64,0 79,0 24,0 22 0 0 0 1 1 0 0 1 1 3 ya

27 Ny. S P 59 IRT 105 61 48 98 120/80 64,0 105,5 25,0 21 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 tdk

28 Tn.SI L 54 PNS 102 39 72 92 110/80 64,0 133,3 20,0 28 0 1 0 1 0 0 0 1 1 2 tdk

29 Tn. P L 44 Swasta 105 51 283 110 130/80 95,4 96,8 67,5 11 1 0 1 0 1 0 1 0 1 3 ya

30 Ny. AD P 32 IRT 86 62 38 77 110/70 63,0 157,9 36,0 13 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 tdk

31 Ny. GS P 35 PNS 95 57 35 80 120/70 62,1 108,1 34,0 7 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 tdk

32 Tn.A L 56 PNS 102 52 75 112 110/80 137,9 136,8 22,0 8 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 tdk

33 Tn. MF L 52 PNS 102 45 135 86 130/70 104,1 145,6 24,0 30 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 tdk

34 Tn. MH L 60 Swasta 118 29 131 116 120/80 102,9 274,2 35,0 15 1 1 1 0 0 1 0 1 1 3 ya

35 Ny. N P 60 IRT 104 51 129 104 140/90 108,6 80,0 25,0 19 1 0 0 0 0 0 1 0 1 2 tdk

36 Ny. KS P 52 PNS 108 46 271 91 140/70 63,0 132,3 33,0 11 0 1 1 0 1 0 1 1 1 4 ya

37 Tn. H L 33 PNS 99 43 146 88 120/80 151,8 124,2 44,0 12 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 tdk

38 Tn. B L 37 Swasta 102 45 167 90 120/80 113,5 109,1 42,0 22 1 1 1 1 1 0 0 0 1 2 tdk

39 Tn. A L 52 PNS 97 39 170 110 130/90 84,9 78,0 41,0 17 1 0 1 0 1 0 1 1 1 4 ya

40 Ny. D P 45 IRT 97 50 70 81 120/80 85,6 109,7 61,2 20 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 tdk

41 Tn. AF L 38 Swasta 124 38 479 120 120/80 85,2 157,9 54,6 26 1 1 1 1 1 1 0 1 1 4 ya

42 Ny. Y P 56 IRT 99 59 94 79 120/80 130,0 156,5 44,0 22 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 tdk

43 Tn. IJ L 49 TNI 104 29 339 127 130/70 64,0 115,8 32,0 9 0 1 1 0 1 0 1 1 1 4 ya

44 Tn. SY L 56 PNS 128 40 187 103,6 140/100 144,3 103,6 32,0 10 1 1 1 0 1 1 1 0 1 4 ya

45 Tn. BS L 37 Swasta 97 51 57 98,2 130/80 134,8 112,9 53,0 25 1 1 1 1 0 0 1 0 1 2 tdk

46 Tn. AW L 51 PNS 98 34 42 86,8 150/100 63,3 124,2 46,0 20 0 1 1 1 0 0 1 1 0 2 tdk

Page 88: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

47 Ny.LN P 57 PNS 100 55 83 89,1 140/90 62,0 77,0 38,0 23 0 0 1 1 0 0 1 0 1 2 tdk

48 Tn. HN L 59 Swasta 113 49 116 92,4 150/100 113,3 150,0 36,0 9 1 1 1 0 0 1 1 0 1 3 ya

49 Ny. NH P 59 IRT 99 62 42 93,8 140/80 133,7 128,1 35,0 19 1 1 1 0 0 0 1 0 1 2 tdk

50 Ny. ZN P 47 PNS 96 53 100 100,6 130/90 136,3 145,6 87,6 19 1 1 1 0 0 0 1 0 1 2 tdk

51 Ny. AQ P 47 Swasta 99 59 39 98,3 110/80 116,5 79,0 36,0 12 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 tdk

52 Ny. RN P 59 IRT 104 70 50 79,4 140/90 63,0 114,5 82,7 10 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 tdk

53 Tn. JF L 49 Swasta 97 51 64 104,1 150/80 60,0 104,8 84,0 10 0 1 1 0 0 0 1 0 1 2 tdk

54 Ny. ZN P 50 IRT 104 53 54 107,8 130/90 65,0 76,0 22,0 11 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 tdk

55 Ny. DS P 41 IRT 190 43 66 100,8 150/90 111,0 129,8 21,0 20 1 1 0 1 0 1 1 1 1 4 ya

56 Ny. NK P 51 PNS 99 58 51 78,2 130/80 64,5 65,0 75,7 12 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 tdk

Page 89: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

35

Lampiran H

Output Karakteristik Sampel

1.Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-laki 30 53,6 53,6 53,6

Perempuan 26 46,4 46,4 100,0

Total 56 100,0 100,0

2.Kategori Umur

Umur Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 30-49 20 35,7 35,7 35,7

50-60 36 64,3 64,3 100,0

Total 56 100,0 100,0

3. Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid IRT 14 25,0 25,0 25,0

PNS 23 41,1 41,1 66,1

Swasta 9 16,1 16,1 82,1

TNI 5 8,9 8,9 91,1

Wiraswasta 5 8,9 8,9 100,0

Total 56 100,0 100,0

Page 90: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Lampiran I

Output Hasil Analisa Univariat Variabel Dependent

Kriteria Sindroma Metabolik

Kategori Sindroma Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative Percent

Valid Sindrom Metabolik

26 46,4 46,4 46,4

Tidak sindroma metabolic

30 53,6 53,6 100,0

Total 56 100,0 100,0

Page 91: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Lampiran J

Output Hasil Analisa Univariat Variabel Independent

1. Konsumsi Protein 110%

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <80 % 16 28,6 28,6 28,6

>= 110% 40 71,4 71,4 100,0

Total 56 100,0 100,0

2. Konsumsi Karbohidrat 65%

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <=65 % 19 33,9 33,9 33,9

> 65% 37 66,1 66,1 100,0

Total 56 100,0 100,0

3. Konsumsi Lemak 30%

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <20 % 16 28,6 28,6 28,6

>= 30% 40 71,4 71,4 100,0

Total 56 100,0 100,0

4. Konsumsi Serat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <19 gram 39 69,6 69,6 69,6

19 gram 17 30,4 30,4 100,0

Total 56 100,0 100,0

Page 92: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Lampiran K

Output Hasil Uji Chi Square

Konsumsi Protein 110% * K. SM Crosstabulation Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Tot.Pro 56 41,0 170,0 72,070 21,5785

Valid N (listwise) 56

K. SM Total

1 2 1

Konsumsi Protein 100%

<80 % Count 9 7 16

% within K. SM 34,6% 23,3% 28,6%

>= 110% Count 17 23 40

% within K. SM 65,4% 76,7% 71,4%

Total Count 26 30 56

% within K. SM 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,869(b) 1 ,351

Continuity Correction(a)

,404 1 ,525

Likelihood Ratio ,868 1 ,351

Fisher's Exact Test ,388 ,262

Linear-by-Linear Association ,853 1 ,356

N of Valid Cases 56

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,43. Konsumsi Karbohidrat 65% * K. SM Crosstabulation Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Tot. KH 56 179,2 513,0 314,534 98,8234

Valid N (listwise) 56

Page 93: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

K. SM Total

1 2 1

Konsumsi Karbohidrat 65%

<=65 % Count 4 14 18

% within K. SM 15,4% 46,7% 32,1%

> 65% Count 22 16 38

% within K. SM 84,6% 53,3% 67,9%

Total Count 26 30 56

% within K. SM 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6,249(b) 1 ,012

Continuity Correction(a)

4,897 1 ,027

Likelihood Ratio 6,549 1 ,010

Fisher's Exact Test ,021 ,012

Linear-by-Linear Association 6,138 1 ,013

N of Valid Cases 56

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,36. Konsumsi Lemak 30% * K. SM Crosstabulation Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

T.Lem 56 10,0 109,2 53,054 23,8187

Valid N (listwise) 56

K. SM Total

1 2 1

Konsumsi Lemak 30%

<20 % Count 3 12 15

% within K. SM 11,5% 40,0% 26,8%

>= 30% Count 23 18 41

% within K. SM 88,5% 60,0% 73,2%

Total Count 26 30 56

% within K. SM 100,0% 100,0% 100,0%

Page 94: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5,753(b) 1 ,016

Continuity Correction(a)

4,394 1 ,036

Likelihood Ratio 6,108 1 ,013

Fisher's Exact Test ,032 ,016

Linear-by-Linear Association 5,651 1 ,017

N of Valid Cases 56

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,96. Konsumsi Serat * K. SM Crosstabulation Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Tot.Serat 56 7 30 15,00 6,161

Valid N (listwise) 56

K. SM Total

1 2 1

Konsumsi Serat

<19 gram Count 24 16 40

% within K. SM 92,3% 53,3% 71,4%

19 gram Count 2 14 16

% within K. SM 7,7% 46,7% 28,6%

Total Count 26 30 56

% within K. SM 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 10,367(b) 1 ,001

Continuity Correction(a)

8,545 1 ,003

Likelihood Ratio 11,449 1 ,001

Fisher's Exact Test ,002 ,001

Linear-by-Linear Association 10,182 1 ,001

N of Valid Cases 56

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,43. Kategori Sindroma Metabolik

Page 95: Oleh : Dilla Wahyuni NIM : 112110179 JURUSAN GIZI ...

Kategori Trigliserida

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Normal 38 67,9 67,9 67,9

Tdk normal 18 32,1 32,1 100,0

Total 56 100,0 100,0

Kategori GDP

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Normal 40 71,4 71,4 71,4

Tdk normal 16 28,6 28,6 100,0

Total 56 100,0 100,0

Kategori Tekanan Darah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Normal 25 44,6 44,6 44,6

Tdk normal 31 55,4 55,4 100,0

Total 56 100,0 100,0

Kategori HDL

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Normal 34 60,7 60,7 60,7

Tdk normal 22 39,3 39,3 100,0

Total 56 100,0 100,0

Lingkar Pinggang

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Normal 8 14,3 14,3 14,3

Tdk normal 48 85,7 85,7 100,0

Total 56 100,0 100,0