repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43668/1/OKY...
Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43668/1/OKY...
ANALISIS FRAMING BERITA PEMENANGAN
PASANGAN RATU ATUT CHOSIYAH DAN RANO
KARNO PADA PEMILUKADA BANTEN 2011 DALAM
SURAT KABAR RADAR BANTEN DAN TANGSEL POS
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
OKY OKTANIANTO
NIM : 108051100066
PROGRAM STUDI KONSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 7 Mei 2013
Oky Oktanianto
ANALISIS F RAMI]VG BERITA PEMENANGANPASANGAN RATU ATUT CHOSIYAI{ DAN RANO
KARNO PADA PEMILUKADA BANTEI\ 2O1I DALAMSURAT KABAR RADAR BATVTEAI DT\N TAI{GSEL POS
Skripsi
Dia.iukan I(epada Fakultas Ilmu Dakr'vah dan Ilmu I(omunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Mernperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islarn (S.Kom.I)
Oleh:
Okv OktaniantoNIM: 108051100066
Di barvah bimbingan
RGun Gun Hervanto. M.Si
NIP : 19'1608122005011005
PROGRAM STUDI KONSENTRASI JURNALISTIKFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVBRSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
1434 H/2013 M
a
PENGESAIIAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS FRAMING BERITA PEMENANGANPASANGAN RATU ATUT CHOSIYAH DAN RANO KARNO PADAPEMILT]KADA BANTEN 2011 DALAM SURAT KABAR RADAR BANTEN DANTANGSEL POS telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 28 Mei 2013. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I) pada Program Studi Konsentrasi Jurnalistik.
Jakarta, 30 Mei 2013
Sidang Munaqasyah
Sekertaris merangkap anggota,
/WAde Rina Farida. M.Si
NIP: 1 9770 5132007 012018
Penguji 1
/
Anggota,
Pembimbing,
Qy'Gun Gun Heryanto. M.Si
NIP: 19760812200501 1005
{:
Ketua merangkap anggota,
I 10199303 1004
1 10199303 1004 NIP: 1 98306102009122001
i
ABSTRAK
Oky Oktanianto
Analisis Framing Berita Pemenangan Pasangan Ratu Atut Chosiyah dan
Rano Karno Pada Pemilukada Banten 2011 dalam Surat Kabar Radar
Banten dan Tangsel Pos
Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada)
Banten 2011 merupakan ajang pertarungan politik yang menarik untuk dicermati.
Apalagi, kegiatan kampanye dalam perhelatan Pemilukada Banten 2011 mendapat
sorotan tajam dari media massa sekaligus menyedot perhatian masyarakat. Surat
kabar Radar Banten dan Tangsel Pos merupakan media lokal yang menaruh
perhatian khusus terhadap hajatan demokrasi warga Banten itu. Keduanya pun
memberitakan momen tersebut kepada khalayak, namun dengan pandangan yang
berbeda-beda.
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui bagaimana bentuk,
perbandingan, serta keberpihakan frame surat kabar Radar Banten dan Tangsel
Pos dalam pemberitaan kampanye pasangan Ratu Atut Chosiyah-Rano Karno
pada gelaran Pemilukada Banten 2011. Penelitian ini menggunakan paradigma
konstruktivis dan pendekatan yang dipakai adalah kualitatif dengan metode
penelitian jenis analisis wacana framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki. Pan dan Kosicki memakai empat elemen struktural dalam teks berita
sebagai perangkat framing, yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.
Setiap media memiliki perspektif tertentu dalam membingkai peristiwa.
Fakta-fakta yang terjadi dalam sebuah peristiwa dikonstruksi untuk menonjolkan
atau memberi penekanan terhadap aspek tertentu sesuai kepentingan media.
Dalam penerapannya, media massa menggunakan agenda tertentu mengenai apa
yang harus dipikirkan oleh khalayaknya dengan memilih dan mengemas informasi
yang dikehendaki. Setelah itu, khalayak membentuk persepsinya berdasarkan
informasi yang diterimanya dari media massa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa surat kabar Radar Banten dan Tangsel
Pos memiliki perbedaan dari sisi pembingkaian berita. Radar Banten
menempatkan sosok Atut sebagai pusat informasi yang berfungsi untuk
membentuk frame secara keseluruhan. Atut dianggap sebagai faktor terpenting
dan dapat menarik minat pembaca. Di sisi lain, Tangsel Pos lebih menonjolkan
aspek kemeriahan kampanye Atut. Frame Tangsel Pos mendeskripsikan bahwa
suasana kampanye lebih penting untuk diketahui oleh publik dibandingkan pada
sosok pemimpin yang tepat.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah surat kabar Radar Banten
menempatkan banyak pernyataan dan kutipan dari Atut di dalam teks berita.
Sementara itu, surat kabar Tangsel Pos tidak menempatkan pernyataan dan
kutipan dari Atut, namun lebih menitikberatkan pada pemilihan fakta tertentu,
yakni kemeriahan kampanye Atut. Radar Banten dan Tangsel Pos memiliki
persamaan dari sisi keberpihakan, yakni bersikap pro dan berperan sebagai media
pemenang kubu Atut. Hal ini terlihat dari pemakaian kata-kata dan penekanan
fakta yang menggambarkan citra positif Atut.
Kata Kunci: Pemilukada Banten, Radar Banten, Tangsel Pos, Berita, Framing.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan
karunia yang telah diberikan-Nya, sehigga penulis mampu menyelesaikan skripsi
yang berjudul Analisis Framing Berita Pemilukada Banten 2011 Pada Surat
Kabar Radar Banten dan Tangsel Pos. Tak lupa, shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga,
para sahabat, dan seluruh umatnya yang senantiasa mencintai beliau.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang penulis susun demi memenuhi
salah satu syarat guna memperoleh gelar Strata 1 (S1) pada Program Studi
Konsentrasi Jurnalistik di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, MA.
2. Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. Wahidin Saputra, MA, Pembantu
Dekan Bidang Administrasi Umum, Drs. Mahmud Jalal, MA, dan Pembantu
Dekan Bidang Kemahasiswaan, Drs. Study Rizal, L.K, MA.
3. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Rubiyanah, MA dan Sekretaris Konsentrasi
Jurnalistik, Ade Rina Farida, M.Si.
iii
4. Gun Gun Heryanto, M.Si selaku dosen pembimbing yang senantiasa
meluangkan waktu untuk memberi arahan dan saran yang bermanfaat
kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi atas ilmu berharga yang telah diberikan kepada penulis selama
perkuliahan.
6. Segenap staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kedua orang tua tercinta, Ibu Warsini dan Bapak Subroto atas kasih sayang,
doa, motivasi, dan materi yang telah mereka berikan, sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
8. Jajaran Redaksi Surat Kabar Radar Banten, khususnya Redaktur Pelaksana
Radar Banten, Ahmad Luthfi, Reporter Radar Banten, Nur Amrin, dan
Sekretaris Redaksi Radar Banten, Merizka Achmad, atas bantuan yang telah
diberikan kepada penulis dalam proses penelitian.
9. Jajaran Redaksi Surat Kabar Tangsel Pos, terutama Pemimpin Redaksi
Tangsel Pos, Khomsurizal, Redaktur Politik Tangsel Pos, Samsudin, dan
Sekretaris Redaksi Tangsel Pos, Deavy Febriani, yang sudah bersedia
membantu penulis dalam proses penelitian.
10. Keluarga Sigit Purwono dan Waryati yang telah menyediakan tempat tinggal
di Serang, Banten, selama penulis melakukan penelitian di Kantor
RedaksiRadar Banten.
iv
11. Sahabat-sahabat terbaikku, Mvink, Yandi, dan Maulana, yang sudah banyak
membantu serta selalu mendorong penulis untuk cepat menyelesaikan
kuliah.
12. Seluruh Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Angkatan 2008, khususnya rekan-rekan di Kelas B, yang telah memberikan
banyak kenangan, pengalaman, dan bantuan kepada penulis selama
perkuliahan. Penulis bangga menjadi bagian dari kalian.
13. Teman-teman dari paguyuban MBL (Mapala Buat Loe) dan JTL (Journey
To Lampung), Yamin, Dayat, Zein, Kiki, Jadul, dan Ajeng. Penulis senang
bisa berpetualang dan menikmati keindahan alam bersama kalian saat jenuh
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Kalian luar biasa.
14. Semua pihak yang telah berjasa dalam proses penelitian yang tidak bisa
penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan
ketulusan semua pihak yang telah banyak membantu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini.Semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak demi kemaslahatan
bersama.Atas segala perhatian, penulis ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ciputat, 7 Mei 2013
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 8
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 9
E. Metodologi Penelitian ...................................................................12
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 16
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
A. Teori Agenda Setting .................................................................... 17
1. Konsep Agenda Media ........................................................... 19
2. Konsep Agenda Publik ........................................................... 19
3. Konsep Agenda Kebijakan .................................................... 20
4. Variabel Agenda Setting ......................................................... 20
B. Framing ....................................................................................... 24
1. Konsep Framing ..................................................................... 24
2. Efek Framing ......................................................................... 28
3. Model Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ....... 29
C. Berita ............................................................................................ 32
1. Pengertian Berita .................................................................... 32
2. Nilai Berita ............................................................................. 34
3. Kategori Berita ....................................................................... 36
vi
D. Surat Kabar ................................................................................... 37
1. Pengertian Surat Kabar ........................................................... 37
2. Karakteristik Surat Kabar ....................................................... 38
3. Sifat Surat Kabar .................................................................... 40
E. Pemilukada .................................................................................. 42
1. Pengertian Pemilukada ............................................................ 42
2. Asas Pemilukada .................................................................... 42
3. Mekanisme Pemilukada ......................................................... 43
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Profil Surat Kabar Radar Banten ................................................ 45
1. Sejarah dan Perkembangan Radar Banten .............................. 45
2. Visi dan Misi Radar Banten .................................................... 48
3. Sirkulasi dan Segmentasi Pembaca ......................................... 50
1. Struktur Redaksional .............................................................. 54
B. Profil Surat Kabar Tangsel Pos .................................................... 55
1. Sejarah dan Perkembangan Tangsel Pos.................................. 55
2. Visi dan Misi Tangsel Pos ....................................................... 58
3. Sirkulasi dan Segmentasi Pembaca ......................................... 59
4. Struktur Redaksional ............................................................... 63
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Temuan dan Analisis Data Berita Pemilukada Banten 2011 Pada
Surat Kabar Radar Banten dan Tangsel Pos ................................. 65
1. Frame Radar Banten ............................................................... 66
2. Frame Tangsel Pos ................................................................. 81
B. Perbandingan Frame ................................................................... 92
1. Berita Edisi 13 Oktober 2011 ................................................... 92
2. Berita Edisi 19 Oktober 2011 ................................................... 96
C. Keberpihakan Frame ................................................................. 100
1. Frame Radar Banten ............................................................ 100
2. Frame Tangsel Pos ............................................................... 105
vii
D. Interpretasi Penelitian ................................................................ 107
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 111
B. Saran .......................................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Model Framing Pan dan Kosicki ………………..……………………...15
Tabel 2 Definisi Framing ………………..………………………………………...26
Tabel 3 Nilai Berita ....................... ………………………………………………..34
Tabel 4 Kategori Berita ................................................................................... 36
Tabel 5 Analisis Sintaksis Berita 1 ..................................................................66
Tabel 6 Analisis Skrip Berita 1 ........................................................................70
Tabel 7 Analisis Tematik Berita 1 ....................................................................70
Tabel 8 Analisis Retoris Berita 1 .....................................................................73
Tabel 9 Analisis Sintaksis Berita 2 ..................................................................74
Tabel 10 Analisis Skrip Berita 2 ........................................................................77
Tabel 11 Analisis Tematik Berita 2 ....................................................................77
Tabel 12 Analisis Retoris Berita 2 .....................................................................80
Tabel 13 Analisis Sintaksis Berita 3 ..................................................................81
Tabel 14 Analisis Skrip Berita 3 ........................................................................83
Tabel 15 Analisis Tematik Berita 3 ....................................................................84
Tabel 16 Analisis Retoris Berita 3 .....................................................................86
Tabel 17 Analisis Sintaksis Berita 4 ..................................................................87
Tabel 18 Analisis Skrip Berita 4 ........................................................................88
Tabel 19 Analisis Tematik Berita 4 ....................................................................89
Tabel 20 Analisis Retoris Berita 4 .....................................................................91
Tabel 21 Perbandingan Sintaksis Berita Edisi 13 Oktober 2011 .......................92
Tabel 22 Perbandingan Skrip Berita Edisi 13 Oktober 2011 .............................93
Tabel 23 Perbandingan Tematik Berita Edisi 13 Oktober 2011 ........................94
Tabel 24 Perbandingan Retoris Berita Edisi 13 Oktober 2011 ..........................95
Tabel 25 Perbandingan Sintaksis Berita Edisi 19 Oktober 2011 .......................96
Tabel 26 Perbandingan Skrip Berita Edisi 19 Oktober 2011 .............................97
Tabel 27 Perbandingan Tematik Berita Edisi 19 Oktober 2011 ........................98
Tabel 28 Perbandingan Retoris Berita Edisi 19 Oktober 2011 ……………... ...99
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 SirkulasiRadar Banten ......................................................................50
Gambar 2 SegmentasiPembacaRadar BantenBerdasarkanJenisKelamin ....51
Gambar 3 SegmentasiPembacaRadar BantenBerdasarkanUsiaPembaca ....52
Gambar 4 SegmentasiPembacaRadar BantenBerdasarkanPendidikan
Pembaca ............................................................................................52
Gambar 5 SegmentasiPembacaRadar BantenBerdasarkanPekerjaan
Pembaca ............................................................................................53
Gambar 6 SegmentasiPembacaRadar BantenBerdasarkanPenghasilan
Pembaca ............................................................................................54
Gambar 7 SirkulasiTangselPos ..........................................................................59
Gambar 8 SegmentasiPembacaTangselPosBerdasarkanJenisKelamin .............60
Gambar 9 SegmentasiPembacaTangselPosBerdasarkanUsiaPembaca .............60
Gambar 10 SegmentasiPembacaTangselPosBerdasarkanPendidikan
Pembaca ............................................................................................61
Gambar 11 SegmentasiPembacaTangselPosBerdasarkanPekerjaan
Pembaca ............................................................................................62
Gambar 12 SegmentasiPembacaTangselPosBerdasarkanPenghasilan
Pembaca ............................................................................................62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Media massa pada dasarnya adalah media diskusi publik tentang suatu
masalah yang melibatkan tiga pihak, yaitu wartawan, sumber berita, dan
khalayak. Ketiga pihak itu mendasarkan keterlibatannya pada peran sosial
masing-masing dan hubungan diantara mereka terbentuk melalui operasional
teks yang mereka konstruksi.1 Media massa mampu memengaruhi persepsi
khalayak tentang apa yang dianggap penting. Dengan memilih isu tertentu dan
mengabaikan isu yang lain, media membentuk citra atau gambaran dunia
seseorang seperti yang disajikan di dalam media massa. Penonjolan-
penonjolan tentang sesuatu, baik dalam hal pemilihan narasumber, banyaknya
ruang dalam rubrik, dan frekuensi pemuatan, semuanya akan membuat
khalayak menganggap hal itu penting.
Media cetak merupakan bagian dari saluran informasi masyarakat di
samping media elektronik dan media online. Di tengah dinamika masyarakat
yang demikian pesat, media cetak dianggap sudah tertinggal dibandingkan
dengan kedua pesaingnya itu, yakni media elektronik dan media online. Meski
demikian, bukan berarti media massa tertua ini sudah tidak mampu meraih
konsumen yang menantikan informasi yang dibawanya. Ada keunggulan dari
media ini dibandingkan dua pesaingnya tersebut. Media cetak bisa
menyampaikan sebuah informasi secara detail dan terperinci. Sementara itu,
1Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LKis,
2002), h. 102.
2
untuk media elektronik dan media online, mereka lebih mengutamakan
kecepatan informasi. Sehingga, tak jarang informasi yang disampaikan lebih
bersifat sepotong dan berulang-ulang.
Media cetak, dalam hal ini surat kabar, merupakan media yang isi
pesannya banyak memuat berita-berita yang bersifat informatif. Surat kabar
merupakan media komunikasi massa yang memuat serba-serbi pemberitaan
meliputi bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya, pertahanan, dan
keamanan. Surat kabar merupakan media komunikasi cetak yang isinya
lengkap untuk ditujukan kepada masyarakat. Di Indonesia, surat kabar ada
yang terbit secara harian, mingguan, dan bulanan.2
Surat kabar Radar Banten merupakan surat kabar lokal yang dikelola
oleh PT. Wahana Semesta Banten yang berada di bawah naungan Jawa Pos
Group. Radar Banten selalu mengedepankan berita yang menyangkut tentang
peristiwa yang terjadi di kota-kota yang berada di wilayah Provinsi Banten,
seperti Serang, Cilegon, Tangerang, dan lain-lain. Menggunakan motto
“Aspirasi, Suara Hati, dan Kebanggaan Banten”, Radar Banten tentunya
memprioritaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Provinsi Banten sebagai
topik utama pemberitaan. Berita yang disajikan Radar Banten cukup mudah
untuk dipahami, karena surat kabar terbesar di Provinsi Banten ini
menggunakan bahasa yang sederhana.
Surat kabar Tangsel Pos merupakan surat kabar lokal yang konten
beritanya didominasi oleh kejadian yang terjadi di Kota Tangerang Selatan
(Tangsel), Kota Tangerang, dan Kabupaten Tangerang. Mengusung motto
2Y.S. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, 1998), h. 112.
3
“Pertama dan Terbesar di Tangerang Selatan”, Tangsel Pos selalu
mengedepankan topik serta isu-isu hangat yang terjadi di Kota Tangsel.
Berita-berita teraktual pun selalu dimuat di halaman utama (headline),
terutama berita seputar Kota Tangsel. Selain itu, surat kabar berwajah
metropolis ini pun menyajikan berita dengan menggunakan bahasa yang
cukup mudah untuk dimengerti oleh pembacanya.
Belakangan ini, berita tentang Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah (Pemilukada) Provinsi Banten 2011 sedang menjadi
topik hangat. Pemilukada memiliki arti penting khususnya dalam tataran
kekuasaan yang memang mempunyai daya tarik tersendiri. Setiap orang pada
dasarnya memiliki keinginan untuk berkuasa, baik dalam skala besar maupun
kecil. Kekuasaan layaknya sebuah bukit yang menantang untuk dinaiki atau
lautan yang menantang untuk disebrangi.
Pada Pemilukada Banten 2011 terdapat tiga pasangan yang maju sebagai
kandidat kepala daerah dan wakil kepala daerah. Ketiga pasangan tersebut
adalah Ratu Atut Chosiyah dan Rano Karno, Wahidin Halim dan Irna
Narulita, serta Jazuli Juwaini dan Makmun Muzakki. Setiap pasangan sudah
pasti memiliki strategi kampanye masing-masing untuk memperoleh
dukungan dari masyarakat Banten. Karena tak bisa dipungkiri, kegiatan
kampanye merupakan cara untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat dan
sedikit banyak akan mempengaruhi perolehan suara yang akan didapatkan
oleh masing-masing pasangan.
Rogers dan Storey, seperti yang dikutip oleh Antar Venus (2009:7),
mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang
4
terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar
khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.
Segala tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh prinsip persuasi,
yaitu mengajak publik untuk menerima atau melakukan sesuatu yang
dianjurkan atas dasar kesukarelaan. Jadi, pada prinsipnya kampanye
merupakan contoh tindakan persuasi secara nyata.3
Kampanye menggabungkan partisipasi aktif yang melakukan kampanye
dan pemberi suara. Pelaku kampanye berusaha mengatur kesan pemberi suara
tentang mereka dengan mengungkapkan lambang-lambang yang oleh mereka
diharapkan akan mengimbau para pemilih. Media yang digunakan oleh para
pelaku kampanye, promotor, dan jurnalis yang memainkan peran dalam media
turut menciptakan dan memodifikasi lambang-lambang signifikan. Para
pemberi suara secara selektif memperhatikan hal-hal tertentu dalam
kampanye, memperhitungkannya, dan menginterpretasikannya.4
Charles U. Larson, seperti yang dikutip oleh Antar Venus (2009:10-11),
membagi jenis kampanye ke dalam tiga kategori, yakni product-oriented
campaigns, candidate-oriented campaigns, dan ideologically or cause
oriented campaigns. Product-oriented campaigns atau kampanye yang
berorientasi pada produk, umumnya terjadi di lingkungan bisnis. Motivasi
yang mendasarinya adalah memperoleh keuntungan finansial. Candidate-
oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada kandidat,
umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Sedangkan
3Antar Venus, Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam
Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-3, h. 7. 4Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006), cet ke-4, h. 46.
5
ideologically or cause oriented campaigns adalah jenis kampanye yang
berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi
perubahan sosial.5
Kampanye yang dilakukan pada pelaksanaan Pemilukada termasuk ke
dalam jenis candidate-oriented campaigns. Jenis kampanye ini dapat pula
disebut sebagai political campaigns (kampanye politik). Tujuannya antara lain
adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat yang
diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang
diperebutkan lewat proses pemilihan umum.6
Berita kampanye pasangan Ratu Atut Chosiyah dan Rano Karno yang
dimuat surat kabar Radar Banten dan Tangsel Pos sama-sama termasuk ke
dalam jenis candidate-oriented campaigns. Karena, kedua surat kabar tersebut
menggambarkan citra positif Atut-Rano dalam pemberitaannya agar
“pasangan nomor urut 1” itu mampu tampil sebagai pemenang pada ajang
Pemilukada Banten 2011. Namun, Radar Banten dan Tangsel Pos memiliki
strategi yang berbeda dalam “mengampanyekan” pasangan tersebut. Radar
Banten lebih menekankan sosok Atut sebagai aktor utama dalam pemberitaan,
sedangkan Tangsel Pos fokus pada kemeriahan kampanye yang digelar Atut.
Dalam kampanye politik, seorang kandidat atau juru kampanye jelas
memainkan peran tertentu di hadapan khalayak, yang terdiri dari tindakan-
tindakan tertentu terhadap khalayak yang sesuai dengan statusnya sebagai elit
politik. Untuk memainkan peran sosialnya, biasanya „sang aktor‟
menggunakan bahasa verbal, seperti slogan-slogan, jargon-jargon politik, dan
5Antar Venus, Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam
Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, h. 10-11. 6Ibid, h. 11.
6
janji-janji muluk. Kampanye politik biasanya menyuguhkan panggung hiburan
musik yang dimeriahkan oleh penyanyi atau artis lainnya. Panggung tersebut
dihiasi foto kandidat, poster, spanduk, bendera, dan atribut politik lainnya. Hal
tersebut dilakukan untuk menampilkan citra yang hebat, kuat, dan besar untuk
menarik simpati dan dukungan massa.7
Masa kampanye terbuka Pemilukada Banten 2011 yang berlangsung
pada tanggal 5-18 Oktober 2011 ini tentunya mendapat sorotan tajam dari
media massa. Dalam hal ini, tentunya kedua surat kabar lokal yang telah
disebutkan sebelumnya memberitakan topik tersebut dengan pandangan yang
berbeda-beda. Karena, setiap media massa memiliki karakter dan latar
belakang tersendiri, baik dalam isi dan pengemasan beritanya maupun dalam
tampilan serta tujuan dasarnya. Perbedaan ini dilatarbelakangi oleh
kepentingan yang berbeda dari masing-masing media massa, baik yang
bermotif politik, ekonomi, agama, dan sebagainya.
Meskipun berita-berita yang dimuat dalam masing-masing surat kabar
relatif sama, namun tentu memiliki perbedaan dalam hal framing atau
pembingkaian berita. Framing merupakan metode penyajian realitas di mana
kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan
dibelokkan secara halus, dengan memberikan penonjolan terhadap aspek-
aspek tertentu, dengan menggunakan istilah-istilah yang punya konotasi
tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya.8
7Deddy Mulyana, Nuansa-nuansa Komunikasi: Meneropong Politik dan Budaya
Komunikasi Masyarakat Kontemporer, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke-3, h. 89-
90. 8Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset
Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2007), cet ke-2, h. 251.
7
Berdasarkan latar belakang di atas, untuk mengetahui lebih jauh
mengenai berita seputar kampanye Pemilukada Banten 2011 pada surat kabar
Radar Banten dan Tangsel Pos serta teknik framing yang digunakan dalam
menyajikan berita, maka penelitian ini diberi judul “Analisis Framing Berita
Pemenangan Pasangan Ratu Atut Chosiyah dan Rano Karno Pada
Pemilukada Banten 2011 dalam Surat Kabar Radar Banten dan Tangsel
Pos”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang masalah yang sudah
dipaparkan sebelumnya dan untuk membatasi serta mempermudah
penyusunan, maka penulis akan melakukan analisis berita Pemilukada
Banten 2011, tepatnya berita kampanye pasangan Ratu Atut Chosiyah-
Rano Karno yang dimuat dalam surat kabar Radar Banten dan Tangsel
Pos edisi 13 dan 19 Oktober 2011. Alasan penulis mengambil dua edisi
tersebut adalah karena pada edisi 13 dan 19 Oktober 2011, Radar Banten
dan Tangsel Pos mengambil isu yang yang sama, namun dengan perspektif
dan kemasan berita yang berbeda.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan menjadi objek penelitian ini
terangkum dalam pertanyaan, yaitu:
a. Bagaimana frame Radar Banten dan Tangsel Pos dalam pemberitaan
kampanye pasangan Ratu Atut Chosiyah dan Rano Karno pada edisi
13 dan 19 Oktober 2011?
8
b. Bagaimana perbandingan frame antara Radar Banten dan Tangsel Pos
dalam mengemas berita kampanye pasangan Ratu Atut Chosiyah dan
Rano Karno pada edisi 13 dan 19 Oktober 2011?
c. Bagaimana keberpihakan pemberitaan Radar Banten dan Tangsel Pos
dalam berita kampanye pasangan Ratu Atut Chosiyah dan Rano Karno
pada edisi 13 dan 19 Oktober 2011?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka ada beberapa tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
a. Untuk mengetahui frame Radar Banten dan Tangsel Pos dalam
mengemas berita kampanye Pemilukada Banten 2011.
b. Untuk mengetahui perbedaan frame antara Radar Banten dan Tangsel
Pos dalam pemberitaan kampanye Pemilukada Banten 2011.
c. Untuk mengetahui kecenderungan pemberitaan Radar Banten dan
Tangsel Pos mengenai kampanye Pemilukada Banten 2011.
2. Manfaaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dibagi dalam dua aspek, yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis.
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
kajian studi komunikasi massa dan komunikasi politik, serta bidang
jurnalistik, khususnya pada konsep penyajian berita di media massa.
9
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu bagi para
mahasiswa, khususnya Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik, serta
mahasiswa lain yang mempunyai minat dalam bidang jurnalistik pada
umumnya.
D. Tinjauan Pustaka
Setelah melakukan penelusuran koleksi skripsi di Perpustakaan Utama
dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, terdapat skripsi yang
menggunakan analisis yang sama, yaitu analisis framing model Zhongdang
Pan dan Gerald Kosicki, namun berbeda subjek dan objek penelitiannya.
Penulis juga meninjau beberapa skripsi yang sangat berguna sebagai bahan
referensi. Adapun beberapa kajian pustaka tersebut ialah:
1. Skripsi karya Ahmad Fauzi, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang lulus tahun 2008 dengan judul
“Analisis Framing Pemberitaan Kampanye Pilkada DKI Jakarta pada
Harian Kompas dan Republika.”
Skripsi ini berisi mengenai analisis pemberitaan pilkada DKI Jakarta 2007.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konstruksi atau cara
pengemasan berita serta mengungkap makna yang tersembunyi di balik
pemberitaan yang dimuat pada Harian Kompas dan Republika. Penelitian
ini menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki yang memfokuskan konsep teks media ke dalam dimensi yang
bersifat empiris dan operasional berupa struktur sintaksis (syntactical
10
structures), struktur naskah (script structures), struktur tematik (thematic
structures), dan struktur retoris (rhetoric structures).
2. Skripsi karya Fatimatuzzahro, Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang lulus tahun 2009 dengan judul
“Analisis Framing Berita Kriminal Koran Harian Umum Republika.”
Skripsi ini berisi mengenai kasus berita kriminal mutilasi yang dilakukan
oleh Ferry Idham Heryansyah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana Harian Umum Republika mengemas berita kriminal mutilasi
dan untuk mengetahui keberpihakan Harian Umum Republika terhadap
berita kriminal mutilasi yang dilakukan oleh Ferry Idham Heryansyah.
Penelitian ini menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki yang memfokuskan konsep teks media ke dalam
dimensi yang bersifat empiris dan operasional berupa struktur sintaksis
(syntactical structures), struktur naskah (script structures), struktur
tematik (thematic structures), dan struktur retoris (rhetoric structures).
3. Skripsi karya Febyanti Junaedi, Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang lulus tahun 2009 dengan judul
“Konstruksi Realitas pada Media Cetak: Analisis Framing Pemberitaan
Insiden Monas di Koran Tempo dan Republika Edisi Juni 2008.”
Skripsi ini mengangkat masalah tentang kasus insiden Monas yang
melibatkan aksi anarkis yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana seleksi dan
penekanan isu, serta proses framing yang dilakukan oleh koran Tempo dan
Republika . Penelitian ini menggunakan analisis framing model Robert N.
11
Entman dengan mengoperasionalkan empat konsep framing, yaitu Define
Problems (pendefinisian masalah), Diagnose Couses (memperkirakan
penyebab masalah), Make Moral Judgement (membuat pilihan moral), dan
Treatment Recommendation (menekankan penyelesaiannya).
4. Skripsi karya Maysyarah, Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang lulus tahun 2010 dengan judul “Analisis
Framing Berita Aksi Terorisme di Indonesia dalam Surat Kabar Sindo.”
Skripsi ini mengangkat masalah tentang kasus aksi terorisme Noordin M.
Top. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih jauh perbedaan teks
per edisi berita seputar aksi terorisme Noordin M. Top di Indonesia dalam
surat kabar Sindo (Seputar Indonesia), serta teknik analisis framing model
Robert N. Entman dengan mengoperasionalkan empat konsep framing,
yaitu Define Problems (pendefinisian masalah), Diagnose Couses
(memperkirakan penyebab masalah), Make Moral Judgement (membuat
pilihan moral), dan Treatment Recommendation (menekankan
penyelesaiannya).
5. Skripsi karya Maharani Aliawati, Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang lulus tahun 2008 dengan judul
“Kampanye Politik di Media Massa Pasangan Adang Daradjatun-Dani
Anwar dalam Masa Kampanye Pilkada DKI 2007.”
Skripsi ini berisi mengenai bentuk-bentuk kampanye politik yang
dilakukan oleh pasangan Adang Daradjatun-Dani Anwar di media massa.
Selain itu, skripsi ini juga menjelaskan implikasi kampanye pencitraan
terhadap perolehan suara yang signifikan dari pasangan Adang-Dani. Di
12
sini peneliti menggunakan analisis deskriptif interpretatif, yaitu dengan
cara menganalisa setiap data atau fakta yang ditemukan lebih dekat,
mendalam, mengakar, dan menyeluruh.
Setelah melihat beberapa penelitian terkait teori maupun tema seputar
permasalahan yang penulis angkat, maka penulis memutuskan untuk
menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
sebagai metode penelitian. Di sini yang menjadi pembeda antara penelitian ini
dengan penelitian-penelitian lainnya adalah penulis menganalisis berita
seputar Pemilukada Banten 2011 sebagai objek penelitian. Sedangkan media
yang digunakan adalah surat kabar Radar Banten dan Tangsel Pos yang
notabene merupakan surat kabar lokal yang berbasis di Provinsi Banten.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dan pendekatan
yang dipakai adalah kualitatif dengan metode penelitian jenis analisis
wacana framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Dalam
penelitian ini, penulis hanya akan membahas tentang bagaimana bentuk,
perbedaan dan kecenderungan frame surat kabar Radar Banten dan
Tangsel Pos dalam mengonstruksi realitas suatu peristiwa menjadi sebuah
berita, dalam hal ini berita kampanye pasangan Ratu Atut Chosiyah dan
Rano Karno.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah surat kabar Radar Banten dan
Tangsel Pos. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah berita-berita
13
kampanye pasangan Ratu Atut Chosiyah dan Rano Karno pada
Pemilukada Banten 2011.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Analisis Teks
Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis teks berita yang
terdapat pada surat kabar Radar Banten dan Tangsel Pos edisi 13 dan
19 Oktober 2011.
b. Wawancara
Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang sangat
penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan
manusia sebagai subjek (pelaku/aktor) sehubungan dengan realitas atau
gejala yang dipilih untuk diteliti.9 Wawancara merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan cara mengadakan komunikasi dengan
sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya-
jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung.10
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara semi terstruktur, di mana penulis telah menyiapkan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan. Wawancara semi
terstruktur dilakukan untuk menemukan jawaban atas masalah yang
diteliti secara lebih terbuka.
Penulis melakukan wawancara dengan Redaktur Pelaksana dan
Reporter surat kabar Radar Banten, yaitu Ahmad Lutfi dan Nur Amrin,
9Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: LKiS, 2007), h. 132.
10Andi Prastowo, “Pengertian Teknik Wawancara, Observasi, dan Pengamatan,” artikel
diakses pada 28 Mei 2013 dari http://dunia-penelitian.blogspot.com/2011/10/pengertian-teknik-
wawancara-observasi.html
14
serta Pemimpin Redaksi dan Reporter Tangsel Pos, yakni Khomsurizal
dan Samsudin. Wawancara dilakukan untuk menggali data-data
sekaligus dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk proses
penelitian yang berkaitan dengan berita kampanye pasangan Ratu Atut
Chosiyah dan Rano Karno pada gelaran Pemilukada Banten 2011.
c. Dokumentasi
Selain melakukan analisis teks dan wawancara, penulis juga akan
menghimpun data-data, literatur, dan kepustakaan yang ada kaitannya
dengan permasalahan yang akan diteliti. Data yang dihimpun meliputi
buku, skripsi, teks berita, dan artikel yang diambil dari internet.
4. Teknik Analisis Data
Berangkat dari permasalahan di atas, penelitian ini akan
menggunakan model framing Zhongdang Pan dan Gerald Kosicki. Model
ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi
sebagai pusat dari organisasi ide. Frame adalah suatu ide yang
dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti
kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke
dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna, yaitu
bagaimana seseorang memaknai peristiwa dapat dilihat dari perangkat
tanda yang dimunculkan ke dalam teks.11
Pan dan Kosicki mengoperasionalkan empat struktur sebagai
perangkat framing, yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat
struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan
11
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h. 175.
15
framing dari suatu media. Kecenderungan atau keberpihakan wartawan
dalam mendeskripsikan suatu peristiwa dapat diamati dari keempat
struktur tersebut.
Tabel 1
Model Framing Pan dan Kosicki12
Struktur Perangkat Framing Unit yang Diamati
Sintaksis
(Cara wartawan
menyusun fakta)
1. Skema berita
Headline, lead, latar
informasi, kutipan
sumber, pernyataan,
penutup.
Skrip
(Cara wartawan
mengisahkan fakta)
2. Kelengkapan
berita
5W+1H
Tematik
(Cara wartawan
menulis fakta)
3. Detail
4. Koherensi
5. Bentuk kalimat
6. Kata ganti
Paragraf, proposisi,
kalimat, hubungan
antarkalimat.
Retoris
(Cara wartawan
menekankan fakta)
7. Leksikon
8. Grafis
9. Metafora
Kata, idiom,
gambar/grafik.
5. Teknik Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid
Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CEQDA (Centre for Quality
12
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 256.
16
Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Kerangka Pemikiran
Bagian ini menjelaskan tentang teori agenda setting, framing,
berita, surat kabar, dan pemilukada.
BAB III : Gambaran Umum
Bagian ini berisi mengenai sejarah dan perkembangan, visi dan
misi, sirkulasi dan segmentasi pembaca, serta struktur
redaksional surat kabar Radar Banten dan Tangsel Pos.
BAB IV : Analisis dan Temuan Data
Bagian ini memaparkan frame, perbandingan frame, dan
keberpihakan frame berita kampanye pasangan Ratu Atut
Chosiyah dan Rano Karno pada surat kabar Radar Banten dan
Tangsel Pos edisi 13 dan 19 Oktober 2011.
BAB V : Penutup
Bagian ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis atas
penelitian yang telah dilakukan.
17
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
A. Teori Agenda Setting
Hubungan yang kuat antara berita yang disampaikan media dengan isu-
isu yang dinilai penting oleh publik merupakan salah satu jenis efek media
massa yang paling populer yang dinamakan dengan agenda setting. Dennis
McQuail, seperti yang dikutip oleh Morissan (2010:89), mengatakan bahwa
istilah agenda setting diciptakan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw
(1972), dua peneliti dari Universitas North Carolina, Amerika Serikat (AS),
untuk menjelaskan gejala atau fenomena kegiatan kampanye pemilihan umum
(pemilu) yang telah lama diamati dan diteliti oleh kedua sarjana tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh McCombs dan Shaw merupakan tonggak awal
perkembangan teori agenda setting.1
Asumsi yang mendasari teori agenda setting adalah media massa tidak
dapat memengaruhi khalayak untuk mengubah sikap (afektif), namun media
massa dapat memengaruhi khalayak tentang apa yang ada di dalam pikiran
mereka (kognitif). Artinya, media massa memengaruhi persepsi khalayak
mengenai apa yang dianggap penting. Dalam penerapannya, media massa
menggunakan agenda tertentu mengenai apa yang harus dipikirkan oleh
khalayaknya dengan memilih dan mengemas informasi yang dikehendaki.
1Morissan dkk, Teori Komunikasi Massa, (Bogor: PT. Ghalia Indonesia, 2010), h. 89.
18
Setelah itu, khalayak membentuk persepsinya berdasarkan informasi yang
diterimanya dari media massa.2
Agenda setting memandang media massa melakukan “to tell what to
think about”, artinya membentuk persepsi khalayak tentang apa yang
dianggap penting. Dengan teknik pemilihan dan penonjolan, media
memberikan petunjuk tentang isu mana yang lebih penting. Karena itu, model
agenda setting mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang
diberikan media kepada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan
khalayak kepada persoalan itu. Singkatnya, apa yang dianggap penting oleh
media, akan dianggap penting pula oleh masyarakat. Begitu juga sebaliknya,
apa yang dilupakan oleh media, akan luput juga dari perhatian masyarakat.
Jadi, teori agenda setting lebih melihat bahwa media mampu menonjolkan apa
yang nantinya juga akan dianggap penting oleh khalayak.3
Sementara itu, efek dari agenda setting terdiri atas efek langsung dan
efek lanjutan. Efek langsung berkaitan dengan isu, yakni apakah isu itu ada
atau tidak ada dalam agenda khalayak dan dari semua isu, mana yang
dianggap paling penting menurut khalayak. Sedangkan efek lanjutan berupa
persepsi (pengetahuan tentang peristiwa tertentu) atau tindakan, seperti
memilih kontestan pemilu atau aksi protes.4
Stephen W. Littlejohn, mengutip Rogers dan Dearing, seperti yang
dikutip oleh Rachmat Kriyantono (2007:221), mengatakan bahwa fungsi
2Antar Venus, Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam
Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, h. 94-95. 3Gun Gun Heryanto, “Marketing Politik di Media Massa dalam Pemilu 2009,” artikel
diakses pada 28 Mei 2013 dari http://www.scribd.com/doc/22540557/Marketing-Politik-Di-
Media-Massa-Gun 4Elvinaro Ardianto, dkk, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2007), cet ke-3, h. 77.
19
agenda setting merupakan proses linear yang terdiri dari tiga bagian. Pertama,
agenda media itu sendiri harus disusun oleh awak media. Kedua, agenda
media dalam beberapa hal mempengaruhi atau berinteraksi dengan agenda
publik atau naluri publik terhadap pentingnya isu, yang nantinya
mempengaruhi agenda kebijakan. Ketiga, agenda kebijakan adalah apa yang
dipikirkan para pembuat kebijakan publik dan privat penting atau pembuatan
kebijakan penting yang dianggap penting oleh publik.5
1. Konsep Agenda Media
a. Visibilitas (visibility), yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita.6
b. Tingkat menonjol bagi khalayak (audience salience), yakni relevansi
isi berita dengan kebutuhan khalayak.7
c. Valensi (valence), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara
pemberitaan bagi suatu peristiwa.8
2. Konsep Agenda Publik
a. Keakraban (familiarity), yakni derajat kesadaran khalayak akan topik
tertentu.9
b. Penonjolan pribadi (personal salience), yakni relevansi kepentingan
individu dengan ciri pribadi.10
c. Kesenangan (favorability), yakni pertimbangan senang atau tidak
senang akan topik berita.11
5Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset
Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, h. 221. 6Ibid, h. 221.
7Ibid, h. 221.
8Ibid, h. 221.
9Ibid, h. 222.
10Ibid, h. 222.
11Ibid, h. 222.
20
3. Konsep Agenda Kebijakan
a. Dukungan (support), yakni kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu
berita tertentu.12
b. Kemungkinan kegiatan (likelihood of action), yakni kemungkinan
pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan.13
c. Kebebasan bertindak (freedom of action), yakni nilai kegiatan yang
mungkin dilakukan pemerintah.14
4. Variabel Agenda Setting
Agenda Setting memfokuskan pada dua variabel, yaitu agenda media
(sebagai variabel independen) dan agenda publik (sebagai variabel
dependen). Analisis hubungan antar variabel yang dilakukan biasanya
menekankan pada pola hubungan satu arah atau bersifat linear, yaitu
bahwa agenda media mempengaruhi terbentuknya agenda publik. Dalam
model tersebut, realitas yang mengarah pada hubungan timbal balik antara
agenda media dan agenda publik kurang mendapatkan perhatian.
Seringkali terlupakan bahwa framing dan priming agenda media, serta
tingkat penonjolan (salience) isu/kejadian pada agenda publik merupakan
proses tidak berujung dan tidak berpangkal.15
Respon terhadap kenyataan tersebut adalah terjadinya perubahan
orientasi dalam studi agenda setting bahwa agenda setting bukan hanya
suatu gejala melainkan sebuah proses yang berlangsung terus menerus (on
12
Ibid, h. 222. 13
Ibid, h. 222. 14
Ibid, h. 222. 15
Indra Juliana, “Analisis Framing Pemberitaan Kasus M. Nazaruddin Pada Harian Pagi
Tribun Jabar,” artikel diakses pada 6 Mei 2012 dari
http://www.scribd.com/doc/82845272/21/Teori-Agenda-Setting.html
21
going process). Berdasarkan perspektif ini, pemenuhan (coverage)
variabel dalam studi agenda setting menjadi sangat luas, karena
melibatkan faktor-faktor yang merupakan bagian dari proses terbentuknya
agenda media dan agenda publik dan sekaligus bisa digunakan untuk
menjelaskan mengapa efek media sangat besar, kecil, atau tidak ada sama
sekali.16
Faktor-faktor yang memengaruhi ada tidaknya pengaruh agenda
setting (pengaruh agenda media terhadap agenda publik) disebut faktor
kondisional, yang dapat dikategorikan menjadi dua bagian:
a. Dari perspektif agenda media adalah framing, priming, frekuensi dan
intensitas pemberitaan, serta kredibilitas media di kalangan audiens.17
1) Framing
Framing adalah sebuah proses yang mana jurnalis, reporter,
editor mengemas isu/kejadian menjadi sajian yang lebih
menyentuh dan lebih menarik. Pengemasan isu/kejadian
merupakan faktor penentu terhadap derajat pentingnya isu di
kalangan audiens.18
2) Priming
Priming adalah proses di mana isu yang diangkat media akan
mengingatkan publik akan informasi sebelumnya yang mereka
miliki tentang isu itu, sehingga akan memicu perhatian yang lebih.
Priming merupakan dampak dari stimulus yang sudah ada
sebelumnya yang akan mempengaruhi tindakan atau penilaian
16
Ibid. 17
Ibid. 18
Ibid.
22
yang akan dilakukan kemudian. Dalam konteks media, priming
adalah dampak dari isi media (misalnya liputan tokoh politik)
terhadap perilaku atau penilaian khalayak yang muncul kemudian
(misalnya mendukung atau membelot dalam pemilu).19
3) Frekuensi dan Intensitas Pemberitaan
Frekuensi dan intensitas pemberitaan mengacu pada seberapa
sering isu/berita muncul, penempatan isu/berita, dan banyaknya
porsi atau tempat (space) yang tersedia untuk berita/isu tersebut.
4) Kredibilitas Media
Kredibilitas media menyangkut pada tingkat kepercayaan
individu terhadap informasi yang disajikan oleh sebuah media.
Semakin besar “nama” sebuah media, maka semakin besar pula
tingkat kepercayaan individu terhadap media tersebut.
b. Dari perspektif agenda publik adalah faktor perbedaan individual,
faktor perbedaan media, faktor perbedaan isu, faktor perbedaan
salience, dan faktor perbedaan kultural.20
1) Faktor Perbedaan Individual
Pengaruh agenda setting akan meningkat pada diri individu
yang memberikan perhatian lebih terhadap isu-isu yang disajikan
oleh media massa. Bukti-bukti empirik menunjukkan bahwa
perhatian individu terhadap isi media dipengaruhi oleh tingkat
19
Susanto Karthubij, “Agenda Setting, Framing, dan Priming,” artikel diakses pada 13 Mei
2012 dari http://www.paksanto.com 20
Ibid.
23
pendidikan, luas pengalaman, kepentingan, perbedaan ciri
demografis, sosiologis.21
2) Faktor Perbedaan Media
Perbedaan media, yang dimaksudkan disini adalah perbedaan
coverage media yang ada pada komunitas, kelompok masyarakat,
wilayah atau negara tertentu. Diyakini bahwa sekalipun ada
kecenderungan kesamaan dalam menyiarkan berita (isu), namun
beberapa media tertentu memberikan tekanan dan porsi yang
berbeda dalam menyiarkan berita.22
3) Faktor Perbedaan Isu
Dilihat dari isinya, isu bisa berupa pengungkapan masalah
yang sedang dihadapi oleh individu, kelompok, atau masyarakat,
isu juga bisa berupa usulan solusi untuk memecahkan masalah.
Masing-masing jenis isu mempunyai efek yang berbeda dalam
proses agenda setting.23
4) Faktor Perbedaan Salience
Perbedaan salience adalah pemilihan isu berdasarkan
perbedaan nilai kepentingan. Dilihat dari sisi khalayak, apakah isu
yang dipilih untuk menjangkau kepentingan sosial (komunitas
yang lebih luas), kepentingan interpersonal (keluarga teman
bergaul, tempat kerja, dan sebagainya), ataukah kepentingan
21
Ibid. 22
Ibid. 23
Ibid.
24
individu. Masing-masing pilihan, tentu saja, akan menimbulkan
efek agenda setting yang berbeda.24
5) Faktor Perbedaan Kultural
Setiap kelompok masyarakat akan menanggapi dan merespon
isu yang sama secara berbeda, yang secara otomatis akan
mempengaruhi efek agenda setting yang ditimbulkan. Sekalipun
media mampu membentuk dan merubah norma baru sebagai acuan
hidup bagi kelompok masyarakat tertentu, namun bukti-bukti yang
ditemukan belum sepenuhnya mendukung hipotesa tersebut. Bukti-
bukti empirik yang paling kuat adalah media massa lebih mudah
memperkokoh sistem budaya yang sudah berakar dalam kehidupan
masyarakat.25
B. Framing
1. Konsep Framing
Pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru dari
pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media.
Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson pada
tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau
perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan,
dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk
mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh
oleh Goffman pada tahun 1974, yang mengandaikan frame sebagai
24
Ibid. 25
Ibid.
25
kepingan-kepingan perilaku (strips of behaviour) yang membimbing
individu dalam membaca realitas.26
Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk
membedah cara-cara atau ideologi media saat mengonstruksi fakta.
Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke
dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih
diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya.
Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui
bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan
ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu
pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang
ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita
tersebut.27
Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai
analisis untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media.
Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Di sini realitas
dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Analisis framing
merupakan analisis untuk mengkaji pembingkaian realitas yang dilakukan
media. Pembingkaian tersebut merupakan proses konstruksi, yang artinya
realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu.
Framing digunakan media untuk menonjolkan atau memberi penekanan
aspek tertentu sesuai kepentingan media. Akibatnya, hanya bagian tertentu
26
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 161-162. 27
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h. 161-162.
26
saja yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting, dan lebih
mengena dalam pikiran khalayak.28
Beberapa tokoh mendefinisikan framing sebagai berikut:
Tabel 2
Definisi Framing29
Robert N. Entman
Proses seleksi dari berbagai aspek realitas,
sehingga bagian tertentu lebih menonjol
dibandingkan bagian lain. Informasi ditempatkan
dalam konteks yang khas, sehingga sisi tertentu
mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi
yang lain.
William A. Gamson
Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang
teroganisir sedemikian rupa dan menghadirkan
konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang
berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara
bercerita itu dibentuk dalam sebuah kemasan
(package). Kemasan itu semacam skema atau
struktur pemahaman yang digunakan individu
untuk mengonstruksi makna pesan-pesan yang
disampaikan dan menafsirkan makna pesan-pesan
yang ia terima.
28
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 252. 29
Fatimatuzzahro, “Analisis Framing Berita Kriminal Koran Harian Umum Republika,”
(Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009), h. 13.
27
Todd Gitlin
Strategi bagaimana realitas dibentuk,
disederhanakan untuk ditampilkan kepada
khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa
ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak
menonjol dan menarik perhatian khalayak
pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi,
pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek
tertentu dari realitas.
David E. Snow
Robert Benford
Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa
dari kondisi yang relevan. Frame
mengorganisasikan sistem kepercayaan dan
diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak
kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan
kalimat tertentu.
Amy Binder
Skema interpretasi yang digunakan oleh individu
untuk menempatkan, menafsirkan,
mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara
langsung atau tidak langsung. Frame
mengorganisir peristiwa yang kompleks ke dalam
bentuk dan pola yang mudah dipahami dan
membantu individu untuk mengerti makna
peristiwa.
Zhongdang Pan
Gerald Kosicki
Strategi komunikasi dalam memproses berita.
Perangkat kognisi yang digunakan dalam
28
mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan
dihubungkan dengan rutinitas konvensi
pembentukan berita.
2. Efek Framing
Ada beberapa efek yang ditimbulkan dari framing analysis,
diantaranya adalah:
a. Bagaimana realitas dibingkai dan disajikan kepada khalayak tertentu
dengan makna yang berbeda-beda oleh media. Karena pada dasarnya
realitas bukan ditangkap dan ditulis, tetapi dikonstruksi.30
b. Adanya realitas yang kompleks, penuh dimensi dan tidak beraturan
disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan dan
memenuhi logika tertentu.31
c. Menonjolkan aspek tertentu dan mengaburkan aspek lain. Wartawan
mengarahkan berita pada aspek tertentu, akibatnya ada aspek lain yang
tidak mendapat perhatian yang memadai.32
d. Menampilkan sisi tertentu dan melupakan sisi lain. Dalam membuat
berita, wartawan hanya melihat dari satu sisi saja, sehingga sisi lain
yang mungkin penting dari suatu berita tidak mendapatkan liputan
yang memadai.33
e. Menampilkan aktor tertentu dan menyembunyikan aktor lain.
Wartawan hanya memfokuskan berita pada aktor tertentu dan
30
Ibid, h. 15. 31
Ibid, h. 15. 32
Ibid, h. 16. 33
Ibid, h. 16.
29
menyebabkan aktor lain yang mungkin relevan dan penting dalam
pemberitaan menjadi tersembunyi.34
f. Mobilisasi massa yang berkaitan dengan opini publik yang dibentuk
oleh wartawan, bagaimana isu dikemas, bagaimana peristiwa dipahami
dan bagaimana kejadian dimaknai.35
g. Menggiring khalayak pada ingatan tertentu. Menurut W. Lance Bennet
dan Regina G. Lawrence berkaitan dengan news icon, yakni simbol
dan citra yang timbul dari peristiwa yang diberitakan oleh media dan
tertanam kuat dalam benak publik.36
3. Model Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
Model framing yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki adalah
salah satu model yang paling populer dan banyak dipakai. Menurut Pan
dan Kosicki seperti yang dikutip oleh Eriyanto (2002:252-253), ada dua
konsepsi dari framing yang saling berkaitan. Pertama, dalam konsepsi
psikologi. Framing dalam konsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana
seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan
struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah
informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu. Framing disini dilihat
sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik/khusus dan
menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih
menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi dari
suatu isu/peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi
pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas. Kedua, konsepsi
34
Ibid, h. 16. 35
Ibid, h. 16. 36
Ibid, h. 16.
30
sosiologis. Frame dipahami sebagai proses bagaimana seseorang
mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman
sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya. Frame di sini
berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami, dan
dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu.37
Pan dan Kosicki membuat suatu model yang mengintegrasikan
secara bersama-sama konsep psikologis yang semata melihat frame semata
sebagai persoalan internal pikiran dengan konsepsi sosiologis yang lebih
tertarik melihat frame dari sisi bagaimana lingkungan sosial dikonstruksi
seseorang. Bagi Pan dan Kosicki, framing pada dasarnya melibatkan
kedua konsepsi tersebut. Dalam media, framing dipahami sebagai
perangkat kognisi yang digunakan dalam informasi untuk membuat kode,
menafsirkan, dan menyimpannya untuk dikomunikasikan dengan
khalayak, yang semuanya dihubungkan dengan konvensi, rutinitas, dan
praktik kerja profesional wartawan. Framing lalu dimaknai sebagai suatu
strategi atau cara wartawan dalam mengonstruksi dan memproses
peristiwa untuk disajikan kepada khalayak.38
Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang
berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang
dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita ke dalam
teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana
seseorang memaknai suatu peristiwa dapat dilihat dari perangkat tanda
yang dimunculkan dalam teks. Pan dan Kosicki seperti yang dikutip oleh
37
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 252-253. 38
Ibid, h. 253.
31
Alex Sobur (2009:175), melalui tulisan mereka “Framing Analysis:
Approach to News Discourse“ mengoperasionalkan empat dimensi
struktural teks berita sebagai perangkat framing, yaitu sintaksis, skrip,
tematik, dan retoris.39
a. Struktur Sintaksis
Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun
peristiwa (pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa) ke
dalam bentuk susunan umum berita. Struktur ini dapat diamati dari
bagan berita (lead yang dipakai, latar, headline, kutipan yang diambil,
dan sebagainya). Intinya ia mengamati bagaimana wartawan
memahami peristiwa yang dapat dilihat dari cara ia menyusun fakta ke
dalam bentuk umum berita.40
b. Struktur Skrip
Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan
atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini
melihat bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai
oleh wartawan dalam mengemas peristiwa ke dalam bentuk berita.41
c. Struktur Tematik
Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan
mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi,
39
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, h. 175. 40
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 255. 41
Ibid, h. 255.
32
kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara
keseluruhan.42
d. Struktur Retoris
Retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan
arti tertentu ke dalam berita. Struktur ini akan melihat bagaimana
wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang
dipakai. Hal tersebut bukan hanya mendukung tulisan, melainkan juga
menekankan arti tertentu kepada pembaca.43
C. Berita
1. Pengertian Berita
Istilah berita berasal dari bahasa Sanksekerta, yakni vrit yang
kemudian masuk ke dalam bahasa Inggris menjadi write, yang arti
sebenarnya adalah “ada“ atau “terjadi“. Sebagian ada yang menyebutnya
vritta, yang artinya “kejadian“ atau “yang telah terjadi“. Vritta masuk ke
dalam bahasa Indonesia menjadi “berita“ atau “warta“.44
William S. Moulsby dalam Getting The News, seperti yang dikutip
oleh Haris Sumadiria (2005:64) menegaskan, berita bisa didefinisikan
sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta
yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik
perhatian khalayak.45
42
Ibid, h.255. 43
Ibid, h. 256. 44
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),
h.46. 45
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2005), h.64.
33
Mitchel V. Charnley dalam buku Reporting, seperti yang dikutip
oleh Gunadi (1998:17) mendefinisikan berita sebagai laporan tercepat
mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau
penting, atau kedua-duanya untuk sejumlah besar penduduk.46
Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta merupakan berita.
Berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi di dunia, tetapi hanya
sebagian kecil saja yang dilaporkan. Berita adalah hasil akhir dari proses
kompleks dengan menyortir (memilah-milah) dan menentukan peristiwa
dengan tema-tema tertentu dalam suatu kategori tertentu.47
Pada dasarnya, berita merupakan laporan dari peristiwa. Peristiwa di
sini adalah realitas atau fakta yang diliput oleh wartawan dan pada
gilirannya akan dilaporkan secara terbuka melalui media massa. Dengan
demikian, dapat pula dikatakan secara sederhana, bahwa dalam suatu
proses jurnalisme, upaya menceritakan kembali suasana atau keadaan,
orang, dan benda, bahkan pendapat yang terdapat dalam sebuah peristiwa
merupakan upaya untuk merekonstruksikan realitas. Karena sifat dan
faktanya bahwa tugas redaksional media massa, seperti wartawan, editor,
redaktur pelaksana, dan juga pemimpin redaksi adalah menceritakan
peristiwa-peristiwa, maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa
seluruh isi surat kabar merupakan realitas yang telah dikonstruksikan
(constructed reality). Laporan-laporan jurnalistik yang ada di media pada
46
Y.S. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, h. 17. 47
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 102.
34
dasarnya tidak lebih dari hasil penyusunan realitas-realitas dalam bentuk
“cerita“.48
2. Nilai Berita
Nilai berita (news value) merupakan standar yang menjadi panduan
bagi wartawan untuk menentukan realitas seperti apa yang layak
diberitakan dan realitas seperti apa pula yang tidak layak untuk
diberitakan. Semakin banyak nilai berita, semakin besar pula kemungkinan
dari realitas tersebut untuk diberitakan. Namun sebaliknya, semakin
sedikit nilai berita, semakin kecil pula kemungkinan dari realitas tersebut
untuk turut diberitakan.49
Setiap hari ada jutaan peristiwa, jutaan peristiwa tersebut potensial
untuk membentuk berita. Ada sebuah pertanyaan, kenapa hanya peristiwa
yang diberitakan? Dan kenapa dari sisi tertentu saja ditulis oleh wartawan?
Semua proses itu ditentukan oleh apa yang disebut sebagai nilai berita.
Secara umum, nilai berita dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 3
Nilai Berita50
Prominance
Nilai berita diukur dari kebesaran
peristiwanya atau arti pentingnya.
Peristiwa yang diberitakan adalah
peristiwa yang dipandang penting.
48
Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Gitanyali, 2004) h. 168. 49
Ibid, h. 175. 50
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 106-107.
35
Human Interest
Peristiwa lebih memungkinkan disebut
berita kalau peristiwa itu lebih banyak
mengandung unsur haru, sedih, dan
menguras emosi khalayak.
Conflict
Peristiwa yang mengandung konflik
lebih potensial disebut berita
dibandingkan dengan peristiwa yang
biasa-biasa saja.
Unusual
Berita mengandung peristiwa yang
tidak biasa atau peristiwa yang jarang
terjadi.
Proximity
Peristiwa yang dekat lebih layak
diberitakan dibandingkan dengan
peristiwa yang jauh.
3. Kategori Berita
Pengkategorisasian berita menjadi landasan atau pijakan bagi
wartawan untuk menentukan bagaimana sebuah realitas diklasifikasikan
dan bagaimana peristiwa didefinisikan, dipahami, bahkan direkonstruksi.51
Secara umum, menurut Tuchman seperti yang dikutip oleh Eriyanto
(2002:108-109), wartawan memakai lima kategori berita. Kategori
tersebut dipakai untuk membedakan jenis isi berita dan subjek peristiwa
yang menjadi berita. Kelima kategori tersebut dapat dilihat pada tabel 2 di
bawah ini:
51
Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi, h. 176.
36
Tabel 4
Kategori Berita52
Hard News
Berita mengenai peristiwa yang
terjadi saat itu. Kategori berita ini
sangat dibatasi oleh waktu dan
aktualitas. Semakin cepat
diberitakan semakin baik. Bahkan
ukuran keberhasilan dari kategori
berita ini adalah dari sudut
kecepatan pemberitaannya.
Soft News
Kategori berita ini biasanya
menyangkut hal-hal yang
berhubungan dengan kisah
manusiawi (human interest). Pada
kategori berita ini tidak dibatasi oleh
waktu. Ia bisa diberitakan kapan
saja.
Spot News
Sub klasifikasi dari hard news.
Dalam spot news, peristiwa yang
diliput tidak direncanakan terlebih
dahulu (bersifat spontan).
Developing News
Sub klasifikasi dari hard news.
Hampir menyerupai spot news,
52
Ibid, h. 25-26.
37
tetapi dalam developing news
dimasukkan elemen lain, seperti
peristiwa yang diberitakan adalah
bagian dari rangkaian yang akan
diteruskan keesokan harinya atau
dalam berita selanjutnya.
Continuing News
Sub klasifikasi lain dari hard news.
Dalam continuing news, peristiwa-
peristiwa bisa diprediksi dan
direncanakan.
D. Surat Kabar
1. Pengertian Surat Kabar
Surat kabar bisa dikatakan sebagai media massa tertua sebelum
ditemukan film, radio, dan televisi. Surat kabar memiliki keterbatasan
karena hanya bisa dinikmati oleh mereka yang “melek huruf”, serta lebih
banyak disenangi oleh orang tua daripada kaum remaja dan anak-anak.
Salah satu kelebihan surat kabar ialah mampu memberi informasi yang
lengkap, bisa dibawa kemana-mana, dan terdokumentasi sehingga mudah
diperoleh bila diperlukan.53
Menurut Susanto, surat kabar adalah pemberitaan tentang keadaan
dan perkembangan yang memungkinkan orang untuk memperoleh
gambaran tentang pendapat umum, sekaligus dalam pemberitaannya, surat
53
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008),
h.127.
38
kabar mencerminkan aliran-aliran psikologi dan pendapat umum setiap
harinya.54
Surat kabar mengandung arti lembaran tercetak yang memuat
laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik,
bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan di mana
saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca.55
2. Karakteristik Surat Kabar
Untuk dapat memanfaatkan media massa secara maksimal demi
tercapainya tujuan komunikasi, maka seorang komunikator harus
memahami kelebihan dan kekurangan media tersebut. Dengan kata lain,
komunikator harus mengetahui secara tepat karakteristik media massa
yang akan digunakannya. Karakteristik surat kabar sebagai media massa
mencakup antara lain:56
a. Publisitas
Publisitas atau publicity adalah penyebaran pada publik atau
khalayak. Salah satu karakteristik komunikasi massa adalah pesan
dapat diterima oleh sebanyak-banyaknya khalayak yang tersebar di
berbagai tempat, karena pesan tersebut penting untuk diketahui umum
atau menarik bagi khalayak pada umumnya. Dengan demikian, semua
aktivitas manusia yang menyangkut kepentingan umum dan atau
54
Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktik, (Bandung: Bina Cipta, 1998), cet
ke-3, h. 28. 55
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 1993), h. 241. 56
Elvinaro Ardianto, dkk, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, h. 112-114.
39
menarik untuk umum adalah layak untuk disebarluaskan. Pesan-pesan
melalui surat kabar harus memenuhi kriteria tersebut.57
b. Periodesitas
Periodesitas menunjuk pada keteraturan terbitnya, bisa harian,
mingguan, atau dwi mingguan. Sifat periodesitas sangat penting
dimiliki media massa, khususnya surat kabar. Kebutuhan manusia akan
informasi sama halnya dengan kebutuhan manusia akan makan,
minum, dan pakaian. Setiap hari manusia selalu membutuhkan
informasi. Bagi penerbit surat kabar, selama ada dana dan tenaga yang
terampil, tidaklah sulit untuk menerbitkan surat kabar secara periodik.
Di sekeliling kita banyak sekali fakta serta peristiwa yang dapat
dijadikan berita dalam surat kabar. Selama ada kehidupan, selama itu
pula surat kabar terbit.58
c. Universalitas
Universalitas menunjuk pada kesemestaan isinya, yang beraneka
ragam dan dari seluruh dunia. Dengan demikian, isi surat kabar
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, seperti masalah sosial,
ekonomi, budaya, agama, pendidikan, keamanan, dan lain-lain. Selain
itu, lingkup kegiatannya bersifat lokal, regional, nasional, bahkan
internasional. Jadi, apabila ada penerbitan (sekalipun bentuknya seperti
surat kabar) yang hanya memuat satu aspek saja, maka penerbitan
tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai surat kabar.59
57
Ibid, h. 112. 58
Ibid, h. 112. 59
Ibid, h. 113.
40
d. Aktualitas
Aktualitas, menurut kata asalnya, berarti “kini” dan “keadaan
sebenarnya”. Kedua istilah tersebut erat kaitannya dengan berita,
karena definisi berita adalah laporan tercepat mengenai fakta-fakta
atau opini yang penting atau menarik minat, atau kedua-duanya bagi
sejumlah besar orang. Laporan tercepat menunjuk pada “kekinian”
atau terbaru dan masih hangat. Fakta dan peristiwa penting atau
menarik tiap hari berganti dan perlu untuk dilaporkan, karena khalayak
pun memerlukan informasi yang paling baru. Hal ini dilakukan oleh
surat kabar, karena surat kabar sebagian besar memuat berbagai jenis
berita.60
e. Terdokumentasikan
Dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita
atau artikel, dapat dipastikan ada beberapa di antaranya yang oleh
pihak-pihak tertentu dianggap penting untuk diarsipkan.61
3. Sifat Surat Kabar
Ditinjau dari ilmu komunikasi, sifat surat kabar terbagi atas lima,
yaitu:
a. Terekam
Berita-berita yang dimuat dalam surat kabar tersusun dalam
alinea, kalimat, dan kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf, yang
dicetak pada kertas. Dengan demikian, setiap peristiwa atau hal yang
diberitakan terekam sedemikian rupa sehingga dapat dibaca setiap saat
60
Ibid, h. 113. 61
Ibid, h. 114.
41
dan dapat dikaji ulang, bisa dijadikan dokumentasi dan bisa dipakai
sebagai bukti untuk keperluan tertentu.62
b. Menimbulkan perangkat mental secara aktif
Karena berita surat kabar yang dikomunikasikan kepada
khalayak menggunakan bahasa dengan huruf yang tercetak “mati” di
atas kertas, maka untuk dapat mengerti maknanya pembaca harus
menggunakan perangkat mentalnya secara aktif.63
c. Pesan menyangkut kebutuhan komunikan
Pesan atau berita yang disampaikan kepada komunikan
(khalayak) menyangkut teknik transmisinya (penyampaian), agar tepat
sasaran dan mencapai tujuannya.64
d. Efek sesuai dengan tujuan
Efek yang diharapkan dari pembaca surat kabar tergantung dari
tujuan yang hendak dicapai oleh wartawan surat kabar yang berposisi
sebagai komunikator.65
e. Wartawan sebagai komunikator
Salah satu komponen penting dari surat kabar adalah wartawan.
Wartawan merupakan sosok yang sangat sentral, karena berhasil atau
tidaknya misi surat kabar tergantung pada kemampuan dan
keterampilan wartawannya.66
62
Siti Karlina, dkk, Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), cet. ke-6,
h.155. 63
Ibid, h. 156. 64
Ibid, h. 156. 65
Ibid, h. 156. 66
Ibid, h. 157.
42
E. Pemilukada
1. Pengertian Pemilukada
Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau
Pemilukada adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan
wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pemilukada meliputi:
a. Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur
b. Pemilu Bupati dan Wakil Bupati
c. Pemilu Walikota dan Wakil Walikota.67
Dalam pasal 56 ayat 1 dan 2 Undang-undang No. 12 Tahun 2008
tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa:
(1) Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan
calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
(2) Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diusulkan oleh
partai politik, gabungan partai politik, atau perseorangan yang
didukung oleh sejumlah orang yang memenuhi persyaratan
sebagaimana ketentuan dalam Undang-undang ini.68
2. Asas Pemilukada
Seperti telah disebutkan sebelumnya, asas pemilukada terdiri dari:
a. Langsung. Pemilih mempunyai hak untuk secara langsung
memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa
67
http://www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_12_Tahun_2008.pdf, diakses pada tanggal 25
Desember 2011. 68
Ibid.
43
perantara dalam memilih wakil-wakil yang akan duduk di
pemerintahan daerah.69
b. Umum. Pemilukada diikuti oleh setiap orang yang sudah memenuhi
syarat.70
c. Bebas. Dalam memberikan suaranya, si pemilih tidak mendapat
tekanan dari pihak manapun yang memungkinkan dia memberikan
suara yang tidak sesuai dengan hati nuraninya. Dia benar-benar bebas
dalam menentukan pilihannya.71
d. Rahasia. Kerahasiaan pemilih atas calon kepala daerah dan wakil
kepala daerah peserta pemilukada yang dipilihnya tidak akan
diketahui oleh siapapun, termasuk panitia pemungutan suara. Sehingga
pemilih bebas dari ketakutan atau ancaman dari pihak manapun dalam
memberikan suaranya.72
e. Jujur. Tidak boleh terjadi kecurangan-kecurangan dalam pemilukada,
baik yang dilakukan oleh pihak penyelenggara maupun peserta
pemilukada.73
f. Adil. Setiap pemilih dan peserta pemilukada mendapatkan perlakuan
yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun.74
3. Mekanisme Pemilukada
Secara prosedural, pemilihan kepala daerah dilakukan oleh Dewan
Permusyawaratan Rakyat Daerah (DPRD), mulai dari tahap pencalonan
69
Ibid. 70
Ibid. 71
Ibid. 72
Ibid. 73
Ibid. 74
Ibid.
44
sampai dengan penetapan. Proses pemilihan kepala daerah dilakukan
melalui mekanisme pemungutan suara secara langsung dengan ketentuan
one man one vote (setiap anggota DPRD dapat memberikan suara pada
satu pasang calon kepala daerah dan wakil kepala daerah). Pemerintah
Pusat, dalam hal ini Presiden, hanya berperan dalam pengesahan kepala
daerah dan wakil kepala daerah yang telah ditetapkan oleh DPRD. Secara
substansial, mekanisme semacam ini memberikan kewenangan politik
yang lebih besar bagi masyarakat di daerah untuk menentukan siapa yang
akan menjadi kepala daerahnya.75
Ketentuan penetapan kepala daerah dan wakil kepala daerah
tercantum dalam pasal 42 ayat 1 UU No. 12 Tahun 2008, yang berbunyi
sebagai berikut:
(1) DPRD mempunyai tugas dan wewenang mengusulkan pengangkatan
dan pemberhentian kepala daerah/wakil kepala daerah kepada Presiden
melalui Menteri Dalam Negeri bagi DPRD Provinsi dan kepada
Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPRD
Kabupaten/Kota.76
75
Dede Mariana dan Caroline Paskarina, Demokrasi dan Politik Desentralisasi,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 27. 76
http://www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_12_Tahun_2008.pdf, diakses pada 25 Desember
2011.
45
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Surat Kabar Radar Banten
1. Sejarah dan Perkembangan Radar Banten
Harian Radar Banten terbit pertama kali pada tanggal 2 Juni 2000
dengan nama Harian Banten yang dikelola oleh PT. Wahana Semesta
Banten dan berada di bawah naungan Jawa Pos Group. Munculnya koran
lokal seperti Radar Banten adalah keniscayaan sejarah, seiring dibukanya
kran kebebasan pers di Indonesia pasca runtuhnya rezim Orde Baru, yang
ditandai dengan disahkannya Undang-undang (UU) Pokok Pers No.40
Tahun 1999. Fenomena munculnya koran lokal ini juga dilandasi oleh
semangat Otonomi Daerah sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah.1
Tak bisa dipungkiri, jika kekuatan media lokal terletak pada sisi
proximity (kedekatan). Karena tujuan awal dari berdirinya sebuah media
lokal di suatu daerah adalah untuk mengakomodir berita-berita serta isu-
isu yang berkembang di daerah tersebut. Apalagi, sebuah berita akan lebih
bernilai jika peristiwa yang diberitakan dekat atau berada di sekitar
masyarakat daerah itu. Selain itu, keberadaan media lokal sedikit banyak
juga berpengaruh terhadap „roda pemerintahan‟ di suatu daerah. Karena,
1Company Profile Radar Banten.
46
media lokal kerap digunakan sebagai referensi bagi pemerintah daerah
untuk mengambil langkah-langkah sebelum mengambil kebijakan.2
Begitupun Harian Banten, tampil sebagai satu-satunya koran yang
terbit di Kota Serang (cikal bakal ibukota Provinsi Banten kala itu), pada
masa-masa awal terbitnya banyak mengangkat berita-berita seputar
perjuangan pembentukan Provinsi Banten. Berbagai peristiwa penting
perjuangan masyarakat Banten hingga terealisasinya provinsi ke-30 ini
berhasil direkam oleh para wartawan Harian Banten dan menjadi liputan-
liputan menarik serta ditunggu masyarakat. Maka, tak heran bila nama
Harian Banten langsung melekat di hati masyarakat Banten, sehingga
kemudian manajemen mengambil motto Harian Banten sebagai “Koran
Kebanggaan Warga Banten”.3
Untuk mempercepat penerimaan masyarakat, pada masa-masa awal
terbitnya, Harian Banten banyak menyebar spanduk promosi yang bernada
propagandis dan provokatif yang dikemas dalam bahasa setempat. Untuk
wilayah Kota Serang dan Cilegon yang notabene masyarakatnya berbahasa
Jawa-Banten, ditampilkan spanduk yang berbunyi “Aje Ngaku Wong
Banten Lamun Ore Mace Harian Banten”. Di wilayah Kabupaten
Pendeglang dan Lebak yang notabene masyarakatnya berbahasa Sunda,
tampil dengan spanduk yang berbunyi “Ulah Ngaku Urang Banten Lamun
Teu Maca Harian Banten”. Sedangkan di wilayah Tangerang yang
2Diolah dari hasil wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Radar Banten, Serang, 14
Maret 2012. 3Company Profile Radar Banten.
47
masyarakatnya heterogen tampil dengan spanduk “Jangan Ngaku Orang
Banten Kalau Tidak Membaca Harian Banten.”4
Selain fokus menyampaikan peristiwa-peristiwa penting di wilayah
Banten, Harian Banten juga mengakomodasi berita-berita serta isu-isu
nasional di samping berita-berita daerah. Porsi berita nasionalnya pun
tidak sedikit, yaitu mencapai angka 40 persen. Sedangkan 60 persen
sisanya berisi berita-berita daerah. Tak ayal, jika Harian Banten bisa
dikatakan sebagai „koran nasional yang terbit di daerah‟.5
Seiring dengan tumbuh pesatnya perkembangan perusahaan dan
pergantian struktur di manajemen, terhitung sejak 1 November 2004,
Harian Banten dengan semboyan “Kebanggaan Warga Banten” resmi
berubah menjadi Radar Banten dengan semboyan baru pula, yaitu
“Aspirasi, Suara Hati dan Kebanggaan Banten”. Perubahan ini dilandasi
oleh beberapa pertimbangan, antara lain:
a. Sebagai strategi manajemen untuk mereposisi Harian Banten di
masyarakat.
b. Mengikuti tradisi nama, di mana koran „anak-anak‟ perusahaan Jawa
Pos Group umumnya diawali dengan nama Radar.
c. Dari segi bisnis, nama Radar lebih „menjual daripada nama Harian,
terutama di mata biro iklan.6
Perubahan dari Harian Banten menjadi Radar Banten terbukti
membawa angin segar. Radar Banten tampil sebagai market leader dengan
4Ibid.
5Diolah dari hasil wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Radar Banten, Serang, 14
Maret 2012. 6Company Profile Radar Banten.
48
oplah yang kini mencapai 40 ribu eksemplar setiap harinya. Begitu juga
pendapatan iklannya, yang rata-rata per bulan mencapai angka di atas Rp
400 juta. Bahkan pada periode pasca perubahan nama, Radar Banten
sempat membukukan angka pendapatan iklan hingga Rp 600 juta dalam
satu bulan. Untuk ukuran koran lokal, pendapatan iklan sebanyak itu
merupakan angka yang cukup fantastis. Kebijakan lain yang ditempuh
oleh manajemen adalah perubahan perwajahan koran dan mempertegas
pemberlakuan larangan bagi para wartawan untuk menerima uang atau
barang berharga lainnya dari narasumber.7
Basis utama Radar Banten terletak di dua wilayah, yaitu Serang dan
Cilegon. Dua wilayah tersebut menjadi wilayah fokus penyebaran koran
sekaligus memiliki signifikasi pembaca yang luar biasa. Tak heran, jika
lebih dari separuh atau tepatnya 61 persen oplah Radar Banten berasal dari
dua wilayah tersebut. Selain di Serang dan Cilegon, Radar Banten juga
menemui pembacanya yang berada di wilayah lain, seperti Pandeglang,
Lebak, dan Tangerang yang notabene merupakan daerah yang berada di
lingkup Provinsi Banten.8
2. Visi dan Misi Radar Banten
a. Visi Radar Banten
Radar Banten dalam operasional aktivitasnya didasarkan pada
visi berikut:
7Ibid.
8Diolah dari hasil wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Radar Banten, Serang, 14
Maret 2012.
49
1) Visi Sosial
Tampil menjadi koran lokal yang memiliki kepekaan dan
tanggung jawab sosial kemasyarakatan, serta mendorong dinamisasi
dan percepatan pembangunan di Provinsi Banten.9
2.) Visi Bisnis
Radar Banten tampil sebagai koran yang probisnis. Radar
Banten harus menjadi media paling efektif bagi para pebisnis di
Banten maupun luar Banten dalam mengenalkan produk-produknya di
masyarakat. Dengan visi ini pula, Radar Banten mendorong
terwujudnya masyarakat yang berjiwa entrepreneur (wirausaha).10
b. Misi Radar Banten
Radar Banten dilahirkan untuk berkiprah dan berperan serta
dalam pembangunan bangsa dan negara, khususnya di Provinsi
Banten. Untuk menjalankan perannya itu, Radar Banten memiliki misi
“Aspirasi, Suara Hati dan Kebanggaan Banten”, dengan penjabaran
sebagai berikut:
1) Aspirasi. Sebagai penyebar informasi, Radar Banten harus tampil
menjadi koran terpercaya dan berguna bagi masyarakat, menjadi
media penghubung yang baik bagi semua pihak, baik pemerintah
dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, serta pihak-
pihak lain.
2) Suara Hati. Segala isi pemberitaan Radar Banten harus
mencerminkan suara hati masyarakat Banten. Karena itu, wartawan
9Company Profile Radar Banten.
10Ibid.
50
dan karyawannya dituntut memiliki kepekaan yang tinggi terhadap
kondisi sosial masyarakat dan harus merasa sebagai bagian dari
masyarakat Banten.
3) Kebanggaan Banten. Radar Banten sebagai salah satu koran lokal
di Banten harus tampil menjadi koran kebanggaan warga Banten,
dengan penyajian beritanya yang akurat, tepat, dan terpercaya,
serta menaati kode etik jurnalistik dan sesuai dengan UU No.40
Tahun 1999 tentang Pers.11
3. Sirkulasi dan Segmentasi Pembaca
Perkembangan oplah Radar Banten dari hari ke hari mengalami
peningkatan. Berdasarkan data dari bagian pemasaran, saat ini oplah
Radar Banten berada dalam kisaran angka 40 ribu eksemplar per hari
dengan sirkulasi dan segmentasi pembaca sebagai berikut:
Gambar 1
Sirkulasi Radar Banten
Berdasarkan gambar di atas, sirkulasi atau penyebaran surat kabar
Radar Banten terkonsentrasi di dua wilayah, yaitu Kabupaten Serang dan
11
Ibid.
51
Kota Cilegon. Selain karena dua wilayah tersebut merupakan basis utama
Radar Banten, Kabupaten Serang dan Kota Cilegon juga memiliki
signifikasi pembaca yang luar biasa. Penyebaran di Kabupaten Serang
mencapai angka 31 persen dan di Kota Cilegon sebanyak 30 persen.
Sementara itu, sirkulasi di wilayah Kabupaten Pandeglang sebanyak 12
persen, disusul oleh Kota Tangerang dengan 10 persen, Kabupaten
Tangerang dengan sembilan persen, dan Kabupaten Lebak dengan delapan
persen.12
Gambar 2
Segmentasi Pembaca Radar Banten Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa mayoritas pembaca Radar
Banten berjenis kelamin pria. Setiap hari sebanyak 78 persen kaum pria
membaca Radar Banten dan sisanya, yaitu 22 persen berasal dari kaum
wanita.13
12
Diolah dari Company Profile Radar Banten. 13
Ibid.
52
Gambar 3
Segmentasi Pembaca Radar Banten Berdasarkan Usia Pembaca
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa dari segi usia, sebanyak
23 persen pembaca Radar Banten berusia antara 20-24 tahun. Lalu,
sebanyak 19 persen berusia antara 30-34 tahun, sebanyak 18 persen
berusia antara 35-39 tahun, sebanyak 17 persen berusia antara 25-29
tahun, dan sebanyak sembilan persen berusia antara 40-49 tahun.
Sedangkan pembaca yang berusia antara 15-19 tahun dan di atas 50 tahun
masing masing berjumlah sama, yaitu tujuh persen.14
Gambar 4
Segmentasi Pembaca Radar Banten Berdasarkan Pendidikan Pembaca
14
Ibid.
53
Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa dari segi pendidikan, sebanyak
43 persen pembaca Radar Banten merupakan lulusan Sekolah Menengah
Atas (SMA). Sementara itu, sebanyak 18 persen berasal dari kalangan
akademisi, 17 persen dari tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan
14 persen dari lulusan Universitas. Sedangkan sisanya, yaitu sebanyak
delapan persen berasal dari pendidikan lain.15
Gambar 5
Segmentasi Pembaca Radar Banten Berdasarkan Pekerjaan Pembaca
Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa dari segi pekerjaan,
sebanyak 35 persen pembaca Radar Banten merupakan usahawan atau
wiraswasta. Lalu, sebanyak 33 persen berasal dari kalangan profesional,
11 persen dari kalangan karyawan, sembilan persen dari kalangan pelajar,
dan lima persen dari ibu rumah tangga. Sedangkan sisanya, yaitu tujuh
persen berasal dari pekerjaan lain.16
15
Ibid. 16
Ibid.
54
Gambar 6
Segmentasi Pembaca Radar Banten Berdasarkan Penghasilan Pembaca
Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa dari segi penghasilan, sebanyak
24 persen pembaca Radar Banten berpenghasilan antara Rp 700.000-
1.000.000. Lalu, sebanyak 21 persen berpenghasilan di atas Rp 1.500.000,
20 persen berpenghasilan antara Rp 1.000.000-1.500.000, dan 14 persen
berpenghasilan antara Rp 200.000-350.000. Sedangkan pembaca yang
berpenghasilan antara Rp 500.000-750.000 dan Rp 350.000-500.000
masing-masing sebanyak 11 dan 10 persen.17
4. Struktur Redaksional
a. Komisaris : Lukman Setiawan
b. Direktur : Priyo Susilo
c. Pemimpin Perusahaan : Diana Yuliantini
d. Pemimpin Redaksi : Mashudi
e. Redaktur Pelaksana : Ahmad Lutfi
f. Koordinator Liputan : Arbi Syahrostani
g. Reporter Serang : Nur Amrin, Saiful Rachman, Hilal Fauzi,
Ibnu Marhas, Ade Jahran, Rohilah, Rostina,
17
Ibid.
55
Karnoto, Mastur, Eka Satialaksmana.
h. Reporter Cilegon : Aditya Ramadhan, Sigit Angki Nugraha.
i. Reporter Lebak : Hudaya, Abdul Aziz.
j. Reporter Tangerang : Indra Setiawan, M. Rizki.
k. Reporter Pandeglang : Chandra Dewi
l. Fotografer : Yan Cikal
m. Sekretaris Redaksi : Merizka Achmad
n. Pracetak : Irvan Sofyan, Liyandi Setiawan, Ridwan,
Fuadi Widianto, Ricky Mahendra.
o. Pemasaran/Sirkulasi : Rahmat Hidayat, Yanti.
p. Iklan : Iskandar, Away, Erni N, Any Kusumawati,
Rachmy Feriany, Suciati Agustina.
q. Penerbit : PT Wahana Semesta Banten
r. Alamat Redaksi : Gedung Graha Pena Radar Banten, Jalan
Kolonel Tb. Suwandi (Lingkar Selatan),
Lontar Baru, Kota Serang.
s. Telepon/Fax : 0254-214771/0254-201340
t. Email : [email protected]
B. Profil Surat Kabar Tangsel Pos
1. Sejarah dan Perkembangan Tangsel Pos
Tangsel Pos lahir pada 1 Desember 2008, tidak lama setelah lahirnya
Kota Tangerang Selatan (Tangsel) pada 26 November 2008. Surat kabar
ini didirikan oleh H. Margiono, pelaku bisnis media massa yang berhasil
membesarkan surat kabar Rakyat Merdeka sebagai surat kabar politik
56
nomor satu (The Political News Leader) di Indonesia di bawah naungan
Jawa Pos Group. Kelahiran Tangsel Pos didasari oleh semangat untuk
memajukan „kota baru‟ yang berpenduduk sekitar 1,3 juta jiwa tersebut.
Melalui Tangsel Pos, diharapkan kota dengan motto “Cerdas, Modern, dan
Religius” itu terus berkembang menjadi kota teladan bagi kota-kota lain,
sesuai dengan cita-cita awal masyarakat Tangsel saat membentuk kota ini.
Tangsel Pos hadir dalam upaya memberikan informasi yang lengkap,
akurat, dan memberikan warna berbeda kepada masyarakat Tangsel.18
Tahun pertama terbit, Tangsel Pos hadir dengan 12 halaman. Namun,
memasuki tahun kedua hingga saat ini Tangsel Pos memiliki jumlah
halaman yang lebih banyak, yakni 16 halaman. Penambahan jumlah
halaman tersebut merupakan bukti semangat Tangsel Pos untuk
memberikan yang terbaik di Kota Tangsel. Selain itu, Tangsel Pos juga
berkomitmen untuk menjadi koran nomor satu dan menjadi referensi
terdepan bagi masyarakat Kota Tangsel.19
Kota Tangsel sendiri terdiri dari tujuh kecamatan, yakni Serpong,
Serpong Utara, Pondok Aren, Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, dan Setu.
Seluruh kawasan di tujuh kecamatan itu terus berkembang pesat menjadi
kawasan pemukiman modern serta jasa dan perdagangan. Ciputat dan
Pamulang merupakan dua kawasan yang perekonomiannya makin
menggeliat. Properti baru di berbagai kelas terus dibangun untuk
18
Company Profile Tangsel Pos. 19
Diolah dari hasil wawancara pribadi dengan Pemimpin Redaksi Tangsel Pos, Serpong, 26
April 2012.
57
memenuhi kebutuhan hunian warga, baik dari Tangsel, wilayah Tangerang
maupun Jakarta dan sekitarnya.20
Kota Tangsel juga memiliki potensi besar dalam menyumbangkan
pendapatan daerah. Sebagai kawasan pemukiman modern, bisnis
perdagangan dan jasa, perekonomian Kota Tangsel terus terdongkrak
dengan baik. Investor-investor dalam dan luar negeri sudah
mempersiapkan diri masuk ke wilayah Kota Tangsel. Perkantoran modern
yang asri nan hijau menjadi daya tarik bagi pemilik modal untuk
menginvestasikan budgetnya di Kota Tangsel. Wilayah-wilayah seperti
BSD City, Alam Sutera, Summarecon Serpong, dan Bintaro Jaya
merupakan basis kota modern di Kota Tangsel. Di sana semua fasilitas
tersedia lengkap, mulai dari sekolah internasional, rumah sakit bertaraf
internasional, trade centre, mall, hotel berbintang, restoran, dan lain-lain.21
Sudah tiga tahun Tangsel Pos hadir di tengah pembaca. Kurun waktu
tersebut tidaklah sebentar dengan sekelumit perjuangan panjang agar tetap
survive dan acceptable. Sejak pertama kali terbit hingga saat ini, Tangsel
Pos telah mengalami berbagai perubahan, baik dari segi konten dan
perwajahan serta gugus tugas dalam newsroom yang ada. Tangsel Pos
memantapkan diri sebagai koran yang terkonsenterasi di wilayah basis
utamanya, yakni Kota Tangsel dan wilayah penyangganya, yaitu
Kabupaten dan Kota Tangerang (Tangerang Raya). Tangsel Pos memiliki
benchmark lebih jelas dengan mencakup konten untuk semua kalangan
pembaca dan dikemas secara elegan dan dinamis sesuai perwajahan yang
20
Company Profile Tangsel Pos. 21
Ibid.
58
berdesain modern. Tangsel Pos sebagai variant local newspaper dari Jawa
Pos Group selalu mempertahankan acuan karakteristik yang disesuaikan
dalam lokalitas dan proximity (kedekatan) pembaca di Kota Tangsel dan
Tangerang Raya.22
Sebagai media lokal, proximity dijadikan tolak ukur dan kekuatan
Tangsel Pos untuk menjalin kedekatan dengan para pembaca. Karena
kekuatan media lokal terletak pada banyaknya informasi yang tidak dimuat
pada koran nasional, dalam hal ini informasi tentang berita-berita daerah.
Porsi berita lokal pada koran Tangsel Pos mencapai angka 75 persen,
sedangkan 25 persen sisanya berisi berita-berita nasional. Maka, tidak
aneh jika konten berita yang ada di koran Tangsel Pos di dominasi oleh
peristiwa-peristiwa yang terjadi di wilayah Kota Tangsel dan Tangerang
Raya.23
2. Visi dan Misi Tangsel Pos
a. Visi Tangsel Pos
Visi Tangsel Pos adalah „menjadi surat kabar nomor satu dan
terbesar di Tangerang Selatan‟. Surat kabar ini tumbuh berkembang
seiring kemajuan Kota Tangsel dan menjadi referensi terdepan bagi
masyarakat modern. Tangsel Pos berkomitmen untuk membuat surat
kabar berkualitas tinggi serta fokus dalam meningkatkan minat baca
masyarakat.24
22
Ibid. 23
Diolah dari hasil wawancara pribadi dengan Pemimpin Redaksi Tangsel Pos, Serpong, 26
April 2012. 24
Company Profile Tangsel Pos.
59
b. Misi Tangsel Pos
1) Tampil sebagai surat kabar terdepan masyarakat Kota Tangsel.
2) Dapat memupuk rasa tanggung jawab dan memiliki Tangsel Pos di
hati warga Tangsel.
3) Sebagai wadah komunitas warga sekaligus panduan bagi mereka.
4) Sarana promosi yang baik dan tepat bagi semua produsen.25
3. Sirkulasi dan Segmentasi Pembaca
Oplah Tangsel Pos telah mencapai 25.000 eksemplar setiap harinya.
Tangsel Pos menemui pembacanya setiap pagi dengan rincian peredaran
sebagai berikut:
Gambar 7
Sirkulasi Tangsel Pos
Berdasarkan gambar di atas, sirkulasi atau penyebaran surat kabar
Tangsel Pos terkonsentrasi di wilayah Kota Tangerang Selatan.
Penyebaran di wilayah tersebut mencapai angka 55 persen. Maklum saja,
karena basis utama Tangsel Pos berada di Kota Tangerang Selatan. Tak
heran jika lebih dari separuh oplah Tangsel Pos berasal dari Kota
25
Ibid.
60
Tangerang Selatan. Sementara itu, sirkulasi di Kota Tangerang sebanyak
25 persen dan di Kabupaten Tangerang sebanyak 20 persen. Sedangkan
penyebaran di wilayah Banten (Serang, Cilegon, Pandeglang, dan Lebak)
hanya menyentuh angka lima persen.26
Gambar 8
Segmentasi Pembaca Tangsel Pos Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa mayoritas pembaca Tangsel Pos
berjenis kelamin pria. Setiap hari sebanyak 65 persen kaum pria membaca
Tangsel Pos dan sisanya, yaitu 35 persen berasal dari kaum wanita.27
Gambar 9
Segmentasi Pembaca Tangsel Pos Berdasarkan Usia Pembaca
26
Diolah dari Company Profile Tangsel Pos. 27
Ibid.
61
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa dari segi usia, sebanyak
30 persen pembaca Tangsel Pos berusia antara 40-49 tahun. Lalu,
sebanyak 27 persen berusia antara 30-39 tahun dan sebanyak 16 persen
berusia antara 20-29 tahun. Sedangkan pembaca yang berusia antara 16-19
tahun dan di atas 50 tahun masing masing berjumlah 15 dan 12 persen.28
Gambar 10
Segmentasi Pembaca Tangsel Pos Berdasarkan Pendidikan Pembaca
Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa dari segi pendidikan, sebanyak
40 persen pembaca Tangsel Pos merupakan tamatan Sekolah Menengah
Atas (SMA). Sementara itu, sebanyak 30 persen berasal dari lulusan
diploma, 25 persen dari lulusan universitas, dan lima persen dari Sekolah
Menengah Pertama (SMP).29
28
Ibid. 29
Ibid.
62
Gambar 11
Segmentasi Pembaca Tangsel Pos Berdasarkan Pekerjaan Pembaca
Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa dari segi pekerjaan,
sebanyak 35 persen pembaca Tangsel Pos merupakan pegawai swasta dan
wiraswasta. Lalu, sebanyak 27 persen berasal dari pegawai negeri, 23
persen dari kalangan pelajar, dan 15 persen dari ibu rumah tangga.30
Gambar 12
Segmentasi Pembaca Tangsel Pos Berdasarkan Penghasilan Pembaca
Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa dari segi penghasilan, sebanyak
35 persen pembaca Tangsel Pos berpenghasilan antara Rp 2.000.000-
3.000.000. Lalu, sebanyak 30 persen berpenghasilan di atas Rp 3.000.000,
30
Ibid.
63
20 persen berpenghasilan antara Rp 1.000.000-2.000.000, dan 15 persen
berpenghasilan di bawah Rp 1.000.000.31
4. Struktur Redaksional
a. Komisaris : Budi Rahman Hakim, Ratna Susilowati
b. Direktur : Hari Prastowo
c. General Manager : Atho Al Rahman
d. Pemimpin Redaksi : Khomsurizal
e. Redaktur Pelaksana : M. Istijar Nusantara
f. Koordinator Liputan : Iwan Triana Riawan
g. Redaktur : Ari Suhendra, Yan Dwita Hermansyah,
Samsudin, Budi Sabarudin, D. Awaludin.
h. Reporter : Bambang Reginanto, Eko Budi Prasetyo,
Fitra Rangkuiti, Irma Permata Sari, Sholeh,
Yuliawati.
i. Fotografer : Irawan, Budi
j. Sekretaris Redaksi : Deavy Febriani
k. Pracetak : Supriyadi, Rizki, Agung Darmawan, Siti
Hardiyanti, Tomi Burhanudin, Andri.
l. Keuangan : Melani
m. Pemasaran/Iklan : St Choirunnisa, Ratih Yopita.
n. Pengembangan Usaha : Bintang Terang, Andre Sumanegara.
o. Penerbit : PT Serpong Media Utama
p. Alamat Redaksi : Griya Pena, Ville C/32 Nomor 12, Ruko
31
Ibid.
64
Golden Road, ITC BSD, Jalan Serpong,
Kota Tangerang Selatan.
q. Telepon/Fax : 021-5383852
r. Email : [email protected]
65
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Temuan dan Analisis Data Berita Pemilukada Banten 2011 Pada Surat
Kabar Radar Banten dan Tangsel Pos
Kampanye terbuka pada perhelatan Pemilihan Umum Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada) Provinsi Banten 2011 secara resmi
berlangsung selama dua pekan.Masa kampanye tersebut dimulai sejak Rabu, 5
Oktober 2011 dan berakhir Selasa, 18 0ktober 2011. Ketiga pasangan Calon
Gubernur dan Calon Wakil Gubernur (Cagub-Cawagub) yang bertarung pada
ajang Pemilukada Banten 2011, yakni Ratu Atut Chosiyah-Rano Karno,
Wahidin Halim-Irna Narulita, dan Jazuli Juwaini-Makmun Muzakki benar-
benar memanfaatkan momen tersebut secara maksimal. Melalui tim
kampanyenya, masing-masing pasangan berusaha untuk menarik perhatian
publik dengan mencari simpati agar mendapatkan dukungan untuk menjadi
Gubernur dan Wakil Gubernur Banten periode 2012-2017.
Sejumlah massa pendukung dari ketiga kubu pasangan tersebut tentunya
ikut menyemarakkan kampanye Pemilukada Banten 2011 dengan meriah.
Mereka sangat antusias mengikuti jalannya kegiatan kampanye. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah massa pendukung yang mencapai puluhan ribu bahkan
ratusan ribu orang dalam setiap kegiatan kampanye. Wajar saja, karena ini
merupakan momen penting yang akan menentukan nasib warga Banten untuk
lima tahun ke depan, khususnya dalam pencoblosan yang dilakukan pada
Sabtu, 22 Oktober 2011.
66
Pada bab ini, penulis akan menganalisis teks berita kampanye pasangan
Ratu Atut Chosiyah dan Rano Karno yang disajikan oleh surat kabar Radar
Banten dan Tangsel Pos pada edisi Kamis, 13 Oktober 2011 dan edisi Rabu,
19 Oktober 2011. Alasan penulis mengambil dua edisi tersebut adalah karena
pada edisi 13 dan 19 Oktober 2011 Radar Banten dan Tangsel Pos mengambil
isu yang yang sama, namun dengan perspektif dan kemasan berita yang
berbeda. Dalam menganalisis berita-berita tersebut, penulis menggunakan
teori framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Model framing Pan dan
Kosicki mengoperasionalkan empat dimensi struktural teks berita sebagai
perangkat framing, yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.
Sebagai media yang berbasis di Provinsi Banten, surat kabar Radar
Banten dan Tangsel Pos tentunya sama-sama memberitakan penyelenggaraan
kampanye pasangan Atut-Rano pada ajang Pemilukada Banten 2011, namun
dengan sudut pandang yang berbeda. Kita akan melihat bagaimana peristiwa
yang sama, ditulis sesuai dengan pandangan atau frame dari masing-masing
surat kabar lokal tersebut.
1. Frame Radar Banten
a. Analisis Berita 1 (Edisi 13 Oktober 2011)
Tabel 5
Analisis Sintaksis Berita 1
Struktur Unit Teks Keterangan
Sintaksis Headline Atut: Jangan Termakan
Hasutan
Judul
Lead LEBAK - Ratu Atut Chosiyah,
calon gubernur nomor urut 1,
dalam kampanye di Lapangan
Malingping, Kabupaten Lebak,
Rabu (12/10), kembali
Lead
67
mengingatkan agar masyarakat
jangan termakan hasutan yang
menjelek-jelekkan dirinya.
Latar Atut mengingatkan masyarakat
agar tidak termakan hasutan
yang menjelek-jelekan dirinya.
Lead
Kutipan “Saya sudah menemukan ada
upaya politik negatif dari
lawan-lawan politik dengan
menyebarkan isu dan selebaran
yang isinya menjelekkan nama
baik,” kata Atut di hadapan
lautan manusia yang
membanjiri Lapangan
Malingping.
“Saya yakin dan sudah melihat
secara langsung ke lapangan
bahwa masyarakat telah
merasakan kemajuan-kemajuan
yang dicapai melalui program
pembangunan yang dilakukan
selama lima tahun terakhir
kepemimpinan saya. Saya ingin
masyarakat Banten semakin
sejahtera,” katanya.
“Ibu Atut telah terbukti berbuat
banyak dan melakukan yang
terbaik bagi masyarakat
Banten. Mari kita beri
kesempatan sekali lagi pada Ibu
Ratu Atut untuk meneruskan
pembangunan,” kata Ali
Muhadi dari Partai Hanura.
Lead
Paragraf 1
Paragraf 7
Pernyataan Ia menyebutkan, Banten kini
telah menjadi target para
investor mancanegara untuk
menanamkan modal usaha.
Ia menjanjikan, dengan
kehadirannya sebagai wakil
gubernur dapat lebih
mempercepat laju
pembangunan di wilayah
Banten.
Paragraf 4
Paragraf 5
68
Sementara anggota DPR RI
dari Partai Golkar, Hikmat
Tomet, menyampaikan terima
kasih kepada seluruh
masyarakat atas dukungan yang
telah diberikan selama ini dan
akan diberikan pada
Pemilukada Banten pada 22
Oktober mendatang.
Paragraf 8
Penutup Koordinator Bidang
Kehumasan tim pemenangan
Jazulli-Zakki, Arif Kirdiat,
mengatakan, pasangan Jazulli-
Zakki tidak akan memanfaatkan
agenda kampanye terbuka.
Namun akan melakukan
sosialisasi dengan metode
direct selling atau program
memperkenalkan pasangan
nomor urut 3 itu kepada
masyarakat. Kali ini, yang
dituju bukan lagi pasar-pasar
yang berada di Banten,
melainkan terminal, stasiun,
pelabuhan, dan termasuk
bandara.
Paragraf 16
Dilihat dari struktur sintaksis, surat kabar Radar Banten menurunkan
berita mengenai kampanye Ratu Atut Chosiyah dengan judul “Atut:
Jangan Termakan Hasutan”. Radar Banten menempatkan berita ini pada
halaman depan (headline). Ini menunjukkan bahwa berita ini sangat
penting untuk diketahui pembaca. Pada lead berita, Radar Banten
memakai lead who, yakni lead yang menekankan orang yang ditempatkan
di awal kalimat.1 Inti berita dijelaskan dengan mengutip pernyataan dari
Atut. Selain dari Atut, berita ini juga mengutip sumber pernyataan dari
Rano Karno, Ali Muhadi, Hikmat Tomet, Lukman Hakim, dan Arif
Kirdiat.
1Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 99.
69
Dalam teks berita, Radar Banten mewawancarai dua orang pengamat
politik, yaitu Lili Romli dan Abdul Hamid. Keduanya berpandangan
dengan adanya isu kampanye negatif, masyarakat akan menjadi lebih
selektif dalam memilih calon gubernur dan calon wakil gubernur. Ini dapat
dilihat dari kutipan berikut:
Di tempat berbeda, pengamat politik dari Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr. Lili Romli mengatakan, bila
yang disampaikan untuk menyerang calon adalah fakta, tidak
bisa disebut sebagai kampanye negatif (negative campaign).
“Saling serang tentang kelemahan kandidat sudah menjadi hal
yang biasa. Adanya saling serang ini menjadi informasi penting
bagi publik sehingga publik tahu tentang track record masing-
masing calon,” kata Lili yang dihubungi melalui telepon
genggam.2
Sementara pengamat politik dari Untirta, Abdul Hamid
mengatakan, kampanye negatif bisa berdampak positif.
“Dampaknya masyarakat akan mencari lebih tahu tentang
calon,” tandasnya.3
Dapat dikatakan, dengan mewawancarai kedua narasumber tersebut,
secara tidak langsung Radar Banten ingin menjelaskan kepada pembaca
bahwa pernyataan dari Lili Romli dan Abdul Hamid cukup relevan untuk
menilai isu kampanye negatif yang menyerang Ratu Atut Chosiyah. Berita
ini ditutup dengan pernyataan dari Koordinator Bidang Kehumasan tim
pemenangan pasangan Jazuli-Zakki, Arif Kirdiat. Pernyataan dari Arif
Kirdiat tersebut sengaja diletakkan Radar Banten pada bagian akhir untuk
melengkapi atau menambahkan bagian awal yang lebih penting.
2“Atut: Jangan Termakan Hasutan,” Radar Banten, 13 Oktober 2011, h. 1 dan 11.
3Ibid.
70
Tabel 6
Analisis Skrip Berita 1
Struktur Unit Teks
Skrip What Atut Chosiyah mengingatkan masyarakat agar
tidak termakan hasutan yang menjelek-jelekan
dirinya.
Who Ratu Atut Chosiyah.
When Rabu, 12 Oktober 2011.
Where Lapangan Malingping, Kabupaten Lebak.
Why Atut menemukan ada upaya politik negatif dari
lawan-lawan politiknya dengan menyebarkan
isu dan selebaran yang isinya menjelekkan
nama baik.
How Menurut Atut, sebagai daerah agraris dan
agamis, tidak ada tempat bagi upaya berpolitik
dengan cara-cara menghasut, memfitnah, dan
cara buruk lainnya.
Dari struktur skrip, kelengkapan unsur 5W+1H dijelaskan oleh surat
kabar Radar Banten dengan mengisahkan berita ini sebagai berita
kampanye Ratu Atut Chosiyah yang berlangsung pada Rabu, 12 Oktober
2011 di Lapangan Malingping, Kabupaten Lebak. Dalam kampanye
tersebut, Atut mengingatkan masyarakat agar tidak termakan hasutan yang
menjelek-jelekan dirinya. Atut juga berpandangan bahwa tidak ada tempat
bagi upaya berpo;itik dengan cara yang buruk.
Tabel 7
Analisis Tematik Berita 1
Struktur Unit Teks Keterangan
Tematik Detail Dikatakan, sebagai daerah
agraris dan agamis, tidak ada
tempat bagi upaya berpolitik
dengan cara-cara menghasut,
memfitnah, dan cara buruk
lainnya.
Paragraf 2
71
Berdasarkan pengalaman
memimpin Banten sejak tahun
2000, Atut meyakinkan bahwa
dirinya bersama seluruh
komponen pembangunan
mampu membawa Banten
menjadi daerah yang dapat
dibanggakan di tingkat nasional
bahkan internasional.
Paragraf 3
Koherensi
Penjelas
Dalam orasinya, Atut yakin
bahwa masyarakat Lebak
pandai menilai bahwa isu dan
isi selebaran yang disebarkan
adalah suatu kebohongan.
Ia menyebutkan, Banten kini
telah menjadi target para
investor mancanegara untuk
menanamkan modal usaha.
Paragraf 1
Paragraf 4
Koherensi
Sebab-
Akibat
Namun demikian, sambung
Atut, masih banyak lagi yang
harus ditingkatkan dan
dikembangkan di wilayah
Lebak untuk kesejahteraan
masyarakat.
Oleh sebab itu, Atut meminta
masyarakat untuk bersatu dan
menjalin persatuan agar dapat
terus tercipta suasana yang
kondusif, aman, dan damai.
Paragraf 4
Paragraf 5
Koherensi
Pembeda
- -
Dilihat dari struktur tematik, surat kabar Radar Banten menyusun
berita ini ke dalam 16 paragraf. Ada lima tema dalam teks berita, namun
tidak semuanya menunjuk pada tema utama, yaitu isu kampanye negatif
yang menyerang Ratu Atut Chosiyah. Pertama, pernyataan Atut yang
mengingatkan agar masyarakat jangan termakan hasutan yang menjelek-
jelekkan dirinya. Tema ini dapat dilihat dari kutipan Atut yang diuraikan
72
dengan detail yang panjang. Radar Banten menempatkan tema ini pada
lead, paragraf ke-1 dan paragraf ke-2.
Tema kedua, dukungan terhadap Atut untuk melanjutkan
pembangunan di Banten. Tema ini dalam teks didukung oleh kutipan Rano
Karno, Ali Muhadi, dan Hikmat Tomet yang terdapat pada paragraf ke-6
hingga paragraf ke-8. Tema ketiga, pandangan pengamat politik mengenai
kampanye negatif. Tema ini dalam teks dapat diamati dari kutipan Lili
Romli dan Abdul Hamid. Pendapat Lili Romli mengenai kampanye negatif
ditulis dengan detail yang panjang. Sementara itu, pendapat Abdul Hamid
hanya diuraikan secara singkat. Pendapat dari kedua narasumber tersebut
ditempatkan mulai dari paragraf ke-9 sampai dengan paragraf ke-12.
Tema keempat, unjuk rasa yang dilakukan oleh Gerakan Aliansi
Mahasiswa Peduli Pemilu Raya (Gamppar) di depan kantor KPU Provinsi
Banten. Dalam teks berita, tema ini dapat diamati dari pendapat Eko dan
Lukman Hakim. Tema ini tidak menunjuk pada tema utama.Bagian ini
berfungsi sebagai pelengkap yang ditempatkan pada paragraf ke-13 dan
paragraf ke-14.
Tema kelima, sosialisasi pasangan Jazuli Juwaini-Makmun Muzakki
oleh Tim Opera Fans Jazuli (OFJ).Tema ini dalam teks dapat dilihat dari
pernyataan Arif Kirdiat. Seperti tema keempat, tema ini merupakan
pelengkap yang diletakkan di bagian akhir berita yang ditempatkan pada
paragraf ke-15 dan ke-16.
Sementara itu, Radar Banten meletakkan koherensi penjelas pada
paragraf ke-1 dan paragraf ke-4 yang ditandai dengan adanya penggunaan
73
kata dan, yang, untuk. Kemudian, koherensi sebab-akibat ditempatkan
pada paragraf ke-3 dan paragraf ke-4 dengan menggunakan kata namun
dan oleh sebab itu. Sedangkan koherensi pembeda tidak terlihat dalam
teks berita ini.
Tabel 8
Analisis Retoris Berita 1
Struktur Unit Teks
Retoris Leksikon Termakan hasutan, lautan manusia, isu miring,
konflik horizontal.
Bold Kampanye negatif, KPU didemo.
Italic Track record, direct selling.
Underline -
Kapital DPR, RI, LIPI, KPU OFJ.
Foto Ratu Atut Chosiyah menyampaikan orasi saat
kampanye terbuka di Lapangan Malingping,
Kabupaten Lebak.
Dalam struktur retoris, surat kabar Radar Banten menggunakan kata-
kata seperti termakan hasutan, lautan manusia, isu miring, dan
sebagainya untuk mendeskripsikan peristiwa. Pilihan kata tersebut
digunakan oleh Radar Banten untuk menekankan arti atau makna yang
ingin ditonjolkan pada sisi tertentu dari sebuah peristiwa. Seperti yang
dijelaskan oleh Redaktur Pelaksana Radar Banten berikut ini:
“Pemilihan kata-kata atau gaya bahasa merupakan hal yang
penting dalam pembuatan berita. Hal tersebut berkaitan dengan
bahasa jurnalistik yang memiliki karakter atau ciri khas.Dalam
bahasa jurnalistik, kata-kata yang digunakan adalah kata-kata
yang familiar dan tidak kaku. Pemilihan kata-kata juga bisa
memberikan makna tertentu terhadap sebuah peristiwa.”4
Pada berita ini, ada dua kalimat yang hurufnya dicetak tebal (bold),
yaitu kampanye negatif dan KPU didemo. Kedua kalimat tersebut
4Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Radar Banten, Serang, 7 Agustus 2012.
74
sengaja dicetak berbeda karena keduanya merupakan subjudul berita.
Lalu, dalam berita ini ditemukan pula kata-kata yang dicetak miring
(italic), yaitu track record dan direct selling. Kedua kata tersebut sengaja
dicetak miring karena merupakan kata atau istilah asing. Sedangkan unsur
underline atau kata-kata yang digaris bawahi tidak terlihat pada teks berita
ini.
Sementara itu, penggunaan huruf kapital terdapat pada kata-kata
DPR, RI, LIPI, KPU, dan OFJ. Berita kampanye ini dilengkapi pula
dengan foto Ratu Atut Chosiyah saat menyampaikan orasi di depan massa
pendukungnya.
b. Analisis Berita 2 (Edisi 19 Oktober 2011)
Tabel 9
Analisis Sintaksis Berita 2
Struktur Unit Teks Keterangan
Sintaksis Headline Atut Kerja Keras Garap
Dukungan
Judul
Lead TANGERANG – Masa
kampanye Pilgub 2011
berakhir, Selasa (18/10), yang
ditutup oleh kampanye
pasangan calon gubernur/wakil
gubernur Ratu Atut Chosiyah-
Rano Karno di Lapangan
Ahmad Yani, Kota Tangerang.
Lead
Latar Pasangan cagub-cawagub, Ratu
Atut Chosiyah-Rano Karno
menutup kampanye terakhir
Pilgub Banten 2011 di
Lapangan Ahmad Yani, Kota
Tangerang.
Ratu Atut Chosiyah optimis
bisa memenangi Pilgub Banten.
Lead
Paragraf 1
75
Penertiban atribut kampanye
oleh Panwaslukada pada masa
tenang.
Paragraf 5
Kutipan “Insya Allah kami akan
menang di semua kabupaten
dan kota se-Banten. Itu karena
tim kami sudah bekerja keras
dalam menggarap dukungan,”
ucap Atut kepada wartawan
seusai berkampanye di
Lapangan Ahmad Yani, Kota
Tangerang, Selasa (18/10).
“Pokoknya target kami menang
di semua kabupaten/kota,”
ujarnya.
“Sangat yakin, saya dan Rano
bisa menang di Kota
Tangerang. Buktinya kampanye
ini sangat ramai,” ujarnya.
Paragraf 1
Paragraf 2
Paragraf 3
Pernyataan Kata Atut, meskipun menjadi
basis massa pendukung
Wahidin Halim (WH), dirinya
bersama Rano bisa meraih
kemenangan.
Ketua Panwaslukada Kota
Serang, Sys Dhananto
mengatakan, sudah
melayangkan surat
pemberitahuan masa tenang
kepada Kantor Satpol PP Kota
Serang dan seluruh tim
kampanye.
Sementara itu, anggota
Panwaslukada Lebak Ali
Syaiful Ramdani yang
dikonfirmasi terkait
pembersihan atribut
menegaskan, pihaknya telah
melakukan koordinasi untuk
melakukan penertiban.
Paragraf 3
Paragraf 5
Paragraf 10
Penutup Namun, Majid enggan
menyebutkan hasil pemetaan
Polda Banten mengenai daerah
rawan atau tahapan Pilgub yang
Paragraf 20
76
berpotensi konflik horisontal
antarpendukung.
Dilihat dari struktur sintaksis, surat kabar Radar Banten memuat
berita mengenai kampanye terakhir Ratu Atut Chosiyah dengan judul
“Atut Kerja Keras Garap Dukungan”. Radar Banten menempatkan berita
ini pada halaman depan (headline). Berita ini menggunakan lead formal,
yaitu lead yang mengandung semua unsur berita (5W+1H).5 Selain itu,
Radar Banten mengutip sumber pernyataan dari Ratu Atut Chosiyah,
Jazuli Juwaini, dan Abdul Majid.
Dalam teks berita, Radar Banten mewawancarai empat orang
anggota Panwaslukada Banten, yaitu Sys Dhananto, Samsul Rizal, Sabihis,
dan Ali Syaiful Ramdani serta Kepala Satpol PP Kota Serang, Maskurdi.
Radar Banten meminta konfirmasi dari kelima orang tersebut terkait
penertiban atribut kampanye pada masa tenang.
Berita ini ditutup oleh informasi tentang persiapan Polda Banten
dalam mengamankan Pilgub yang ada pada subjudul “Siapkan Pasukan
Pemukul”. Meskipun tidak terkait dengan berita utama, namun karena
temanya sama-sama mengenai Pilgub Banten, maka informasi tersebut
digabungkan. Seperti yang diungkapkan oleh Redaktur Pelaksana Radar
Banten berikut ini:
“Subjudul dipakai untuk memberitakan beberapa peristiwa
penting yang terjadi di hari yang sama dan dengan tema yang
sama pula. Karena tema subjudul tersebut sama dengan judul
berita, maka kita jadikan satu berita. Jika dipisahkan menjadi
beberapa halaman, akan menjadi tidak efektif.”6
5Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h. 97.
6Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Radar Banten, Serang, 7 Agustus 2012.
77
Tabel 10
Analisis Skrip Berita 2
Struktur Unit Teks
Skrip What Atut Kerja Keras Garap Dukungan..
Who Ratu Atut Chosiyah.
When Selasa, 18 Oktober 2011.
Where Lapangan Ahmad Yani, Kota Tangerang.
Why Atut optimis bisa memenangi Pilgub Banten.
How Atut yakin bahwa dirinya bersama Rano akan
menang mutlak di Kota Tangerang. Itu karena
Atut bersama tim kampanyenya sudah bekerja
keras dalam menggarap dukungan.
Dari struktur skrip, kelengkapan unsur 5W+1H dijelaskan oleh surat
kabar Radar Banten dengan mengisahkan berita ini sebagai berita
kampanye terakhir Ratu Atut Chosiyah yang berlangsung pada Selasa, 18
Oktober 2011 di Lapangan Ahmad Yani, Kota Tangerang. Dalam
kampanye tersebut, Atut mengungkapkan rasa optimisnya bisa memenangi
Pilgub Banten. Atut yakin bahwa dirinya bersama Rano akan menang
mutlak di Kota Tangerang. Itu karena Atut bersama tim kampanyenya
sudah bekerja keras dalam menggarap dukungan.
Tabel 11
Analisis Tematik Berita 2
Struktur Unit Teks Keterangan
Tematik Detail Pantuan Radar Banten, sejak
pagi hari massa pendukung
Atut-Rano sudah mendatangi
Lapangan Ahmad Yani.
Berdasarkan UU Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah, apabila saat masa
tenang ditemukan kegiatan
kampanye maka dikategorikan
kampanye di luar jadwal.
Paragraf 4
Paragraf 6
78
Koherensi
Penjelas
Ketua Panwaslukada Kota
Cilegon, Samsul Rizal mengaku
telah melakukan rapat
koordinasi dengan
Panwaslukada tingkat
kecamatan.
Sabihis mengatakan, akan
memberikan sanksi tegas
kepada pasangan calon yang
tidak mengindahkan batas
waktu untuk membersihkan
atribut kampanye.
Paragraf 8
Paragraf 9
Koherensi
Sebab-
Akibat
Semua kandidat menjawab
normatif karena mereka
umumnya menjawab akan
menghargai proses hukum.
Namun, Majid enggan
menyebutkan hasil pemetaan
Polda Banten mengenai daerah
rawan atau tahapan Pilgub yang
berpotensi konflik horisontal
antar pendukung.
Paragraf 16
Paragraf 20
Koherensi
Pembeda
- -
Dilihat dari struktur tematik, surat kabar Radar Banten menyusun
berita ini ke dalam 20 paragraf. Ada empat tema dalam teks berita ini.
Pertama, Atut optimis bisa memenangi Pilgub Banten. Tema ini dapat
dilihat dari kutipan Atut yang diuraikan dengan detail yang panjang. Radar
Banten menempatkan tema ini pada paragraf ke-1 hingga paragraf ke-3.
Tema kedua, penertiban atribut kampanye oleh Panwaslukada pada
masa tenang. Tema ini dalam teks didukung oleh kutipan Sys Dhananto,
Maskurdi, Samsul Rizal, Sabihis, dan Ali Syaiful Ramdani yang terdapat
mulai dari paragraf ke-5 sampai dengan paragraf ke-10. Dalam teks berita
diuraikan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang
79
menjadi landasan yuridis pelarangan kegiatan kampanye pada masa
tenang.
Tema ketiga, debat pasangan cagub-cawagub yang berlangsung di
Metro TV. Tema ini dapat dilihat mulai dari paragraf ke-11 hingga
paragraf ke-16. Dalam teks berita, Radar Banten menceritakan jalannya
debat dengan cukup detail dengan menempatkan beberapa pertanyaan dan
pernyataan dari masing-masing kandidat. Ini dapat dilihat dari kutipan
berikut:
Debat semakin ramai saat masing-masing kandidat diminta
mengajukan pertanyaan kepada pasangan calon lain. Wahidin
Halim, misalnya mempertanyakan program pasangan Jazuli
Juwaini-Makmun Muzakki yang ingin memberikan bantuan Rp
1 miliar kepada masing-masing desa/kelurahan. Kata Wahidin,
bagaimana merasionalisasikan bantuan itu sementara APBD
Banten terbatas.7
Mendapat pertanyaan itu, Jazuli mengatakan, akan menaikkan
APBD Banten menjadi 6 triliun. Menurutnya, program bantuan
Rp 1 miliar kepada desa/kelurahan dapat direalisasikan.8
Tema keempat, persiapan Polda Banten dalam mengamankan Pilgub.
Dalam teks berita, tema ini dapat diamati dari kutipan Abdul Majid. Tema
ini ditempatkan pada bagian akhir berita, yaitu mulai dari paragraf ke-17
sampai dengan paragraf ke-20.
Sementara itu, Radar Banten meletakkan koherensi penjelas pada
paragraf ke-8 dan paragraf ke-9 yang ditandai dengan adanya penggunaan
kata dengan, yang, untuk. Kemudian, koherensi sebab-akibat
ditempatkan pada paragraf ke-16 dan paragraf ke-20 dengan menggunakan
7“Atut Kerja Keras Garap Dukungan,” Radar Banten, 19 Oktober 2011, h. 1 dan 11.
8Ibid.
80
kata karena dan namun. Sedangkan koherensi pembeda tidak terlihat
dalam teks berita ini.
Tabel 12
Analisis Retoris Berita 2
Struktur Unit Teks
Retoris Leksikon Disuguhi, mengindahkan, seru,
merasionalisasikan, direalisasikan, normatif,
konflik horisontal, pasang mata dan telinga.
Bold Masa tenang, debat, siapkan pasukan pemukul.
Italic Radar Banten, host.
Underline -
Kapital WH, PP, UU, TV, APBD, DPRD, PID.
Foto Ratu Atut Chosiyah dan Rano Karno menutup
masa kampanye di Lapangan Ahmad Yani,
Kota Tangerang.
Dalam struktur retoris, surat kabar Radar Banten menggunakan kata-
kata seperti disuguhi, mengindahkan, seru, dan sebagainya untuk
mendeskripsikan berita. Selain itu, pada berita ini ada tiga kalimat yang
hurufnya dicetak tebal (bold), yaitu masa tenang, debat, dan siapkan
pasukan pemukul. Ketiga kalimat tersebut sengaja dicetak berbeda
karena ketiganya merupakan subjudul berita. Lalu, dalam berita ini
ditemukan pula kata-kata yang dicetak miring (italic), yaitu Radar Banten
dan host. Sedangkan unsur underline atau kata-kata yang digaris bawahi
tidak terlihat pada teks berita ini.
Sementara itu, penggunaan huruf kapital terdapat pada kata-kata
WH, PP, UU, TV, APBD, DPRD dan PID. Berita kampanye ini
dilengkapi pula dengan foto pasangan calon gubernur/wakil gubernur
Banten, Ratu Atut Chosiyah-Rano Karno, saat menutup masa kampanye di
Lapangan Ahmad Yani, Kota Tangerang.
81
2. Frame Tangsel Pos
a. Analisis Berita 3 (Edisi 13 Oktober 2011)
Tabel 13
Analisis Sintaksis Berita 3
Struktur Unit Teks Keterangan
Sintaksis Headline Dari Ira Swara Sampai Radja
Bergoyang, Kota Malingping
Jadi Lautan Massa.
Judul
Lead Kota Malingping seharian
kemarin menjadi lautan
manusia, ketika pasangan calon
gubernur dan wakil gubernur
nomor urut 1, Ratu Atut
Chosiyah-Rano Karno,
melakukan kampanye untuk
Pilkada Banten 2011, di
Lapangan Malingping,
Kabupaten Lebak, Rabu
(12/10).
Lead
Latar Kota Malingping menjadi
lautan manusia ketika pasangan
Atut-Rano melakukan
kampanye.
Pergerakan massa disekitar
lokasi kampanye.
Keuntungan yang didapat para
pedagang di lokasi kampanye.
Lead
Paragraf 1
Paragraf 6
Kutipan “Dulu kalau ke Malingping bisa
empat jam, sekarang paling-
paling cuma dua jam. Ini juga
merupakan hasil pembangunan
dalam kepemimpinan Ibu Ratu
(Atut Chosiyah),” tandas
Wawan.
“Es krim dagangan saya sudah
hampir habis, padahal sekarang
baru jam 2 dan saya bawa 500
buah,” katanya.
“Kampanye Ibu Atut membawa
berkah,” tandasnya.
Paragraf 3
Paragraf 6
Paragraf 7
82
Pernyataan Sementara vokalis band Radja,
Ian Kasela meminta kepada
massa pendukung dan
simpatisan Atut-Rano untuk
jujur dan tidak ingkar pada 22
Oktober 2011 akan datang,
untuk mencoblos nomor urut 1,
yaitu pasangan Hj. Ratu Atut
Chosiyah-H. Rano Karno.
Tarsa penjual es krim
mengatakan, dirinya sengaja
datang dari Saketi untuk
berjualan.
Salah seorang pedagang
siomay, Bang Ogun, mengakui
massa kampanye Atut-Rano
lebih banyak dibandingkan
pasangan cagub-cawagub yang
lain.
Paragraf 5
Paragraf 6
Paragraf 7
Penutup Tak cuma Tarsa, ratusan
pedagang lainnya yang menjual
bakso, ketoprak, siomay, es teh,
dan sebagainya juga mendulang
banyak rejeki selama kampanye
Atut-Rano berlangsung. Salah
seorang pedagang siomay,
Bang Ogun, mengakui massa
kampanye Atut-Rano lebih
banyak dibandingkan pasangan
cagub-cawagub yang lain.
“Kampanye Ibu Atut membawa
berkah,” tandasnya.
Paragraf 7
Dilihat dari struktur sintaksis, surat kabar Tangsel Pos menurunkan
berita mengenai kampanye Ratu Atut Chosiyah dengan judul “Dari Ira
Swara Sampai Radja Bergoyang, Kota Malingping Jadi Lautan Massa”.
Judul berita tersebut menunjukkan pandangan Tangsel Pos dalam
memaknai peristiwa, dalam hal ini kegiatan kampanye. Keramaian dan
kemeriahan kampanye Ratu Atut Chosiyah dapat terlihat dari judul berita.
Seperti yang dijelaskan oleh wartawan Tangsel Pos berikut ini:
83
“Sebenarnya ada kesalahan teknis terkait judul berita.
Seharusnya judul berita ini adalah „Kota Malingping Jadi
Lautan Massa‟. Sedangkan kalimat „Dari Ira Swara Sampai
Radja Bergoyang‟ seharusnya menjadi subjudul berita. Judul
tersebut digunakan untuk menggambarkan suasana kampanye
yang ramai dan meriah dengan adanya Ira Swara dan Radja.”9
Tangsel Pos menempatkan berita ini pada halaman khusus “Pilgub
Banten”. Pada lead berita, Tangsel Pos menjelaskan Kota Malingping
menjadi lautan manusia ketika pasangan cagub-cawagub nomor urut 1,
Atut-Rano melakukan kampanye untuk Pilkada Banten 2011. Berita ini
mengutip sumber pernyataan dari Wawan, Ian Kasela, Tarsa, dan Bang
Ogun.
Dalam teks berita, Tangsel Pos mewawancarai tiga orang yang hadir
dalam kampanye, yaitu Wawan, Tarsa, dan Bang Ogun. Ketiganya
memberikan pendapat yang positif terhadap kinerja dan kampanye Ratu
Atut Chosiyah. Berita ini ditutup oleh pernyataan dari Bang Ogun yang
mengakui massa kampanye pasangan Atut-Rano lebih banyak
dibandingkan pasangan lainnya.
Tabel 14
Analisis Skrip Berita 3
Struktur Unit Teks
Skrip What Kota Malingping jadi lautan massa.
Who -
When Rabu, 12 Oktober 2011.
Where Lapangan Malingping, Kabupaten Lebak.
Why Kampanye Atut membuat Kota Malingping
dibanjiri manusia.
How Kampanye berlangsung meriah dengan
hadirnya deretan artis top, mulai dari Ira
Swara, Andi/Rif, Radja, dan Pasha Ungu.
9Wawancara pribadi dengan Redaktur Politik Tangsel Pos, Serpong, 13 September 2012.
84
Dari struktur skrip, kelengkapan unsur 5W+1H dijelaskan oleh
Tangsel Pos dengan menceritakan berita ini sebagai berita kampanye Ratu
Atut Chosiyah yang berlangsung pada Rabu, 12 Oktober 2011 di
Lapangan Malingping, Kabupaten Lebak. Puluhan ribu massa pendukung
dan simpatisan pasangan Atut-Rano ikut menyemarakkan kampanye
tersebut. Tak pelak, saat itu Kota Malingping menjadi lautan manusia.
Kampanye berlangsung meriah dengan hadirnya deretan artis top, mulai
dari Ira Swara, Andi/Rif, Radja, dan Pasha Ungu.
Tabel 15
Analisis Tematik Berita 3
Struktur Unit Teks Keterangan
Tematik Detail Tak pelak, lapangan yang
terletak tepat di depan Masjid
Besar Baiturrachim itu penuh
sesak oleh massa pendukung
dan simpatisan Atut-Rano.
Ira Swara yang tampil dengan
gaun warna krem ketika
melantunkan dua lagu,
bergoyang bersama massa.
Paragraf 1
Paragraf 4
Koherensi
Penjelas
Puluhan ribu orang dengan
membawa kendaraan roda dua
maupun empat, bergerak
menuju Lapangan Malingping.
Begitu besarnya animo
masyarakat, selain ingin
menghadiri kampanye juga
untuk melihat secara langsung
artis-artis populer ibukota yang
tampil dalam kampanye.
Paragraf 1
Paragraf 2
Koherensi
Sebab-
Akibat
-
-
Koherensi
Pembeda
Sedangkan seluruh jalan
menuju Malingping mengalami
kemacetan total.
Paragraf 1
85
Salah seorang pedagang
siomay, Bang Ogun, mengakui
massa kampanye Atut-Rano
lebih banyak dibandingkan
pasangan cagub-cawagub yang
lain.
Paragraf 7
Dilihat dari struktur tematik, surat kabar Tangsel Pos menyusun
berita ini ke dalam tujuh paragraf. Ada tiga tema dalam teks berita ini.
Pertama, pergerakan massa pendukung dan simpatisan pasangan Atut-
Rano menuju lokasi kampanye. Tangsel Pos menempatkan tema ini pada
paragraf ke-1 dan paragraf ke-2.
Kedua, kemeriahan kampanye yang menampilkan deretan artis top,
seperti Ira Swara, Radja, dan lain-lain. Tema ini dapat dilihat pada
paragraf ke-4 dan paragraf ke-5. Pada tema ini, Tangsel Pos begitu detail
menceritakan artis-artis yang memeriahkan kampanye dalam teks berita.
Ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
Ira Swara yang tampil dengan gaun warna krem ketika
melantunkan dua lagu, bergoyang bersama massa. Begitu pula
Andy /Rif bersama puluhan ribu massa menyanyi bersama
ketika mendendangkan lagu “Aku Jadi Raja”.10
Ketiga, para pedagang makanan dan minuman yang memanfaatkan
momen kampanye untuk mendulang rejeki. Dalam teks berita, tema ini
didukung oleh kutipan Tarsa dan Bang Ogun. Tema ini dapat diamati pada
paragraf ke-6 dan paragraf ke-7.
Sementara itu, Tangsel Pos meletakkan koherensi penjelas pada
paragraf ke-1 dan paragraf ke-2 yang ditandai dengan adanya penggunaan
10
“Dari Ira Swara Sampai Raja Bergoyang, Kota Malingping Jadi Lautan Massa,” Tangsel
Pos, 13 Oktober 2011, h. 8.
86
kata dengan, untuk, yang. Kemudian, koherensi pembeda ditempatkan
pada paragraf ke-1 dan paragraf ke-7 dengan menggunakan kata
sedangkan dan dibandingkan. Sedangkan koherensi sebab-akibat tidak
terlihat dalam teks berita ini.
Tabel 16
Analisis Retoris Berita 3
Struktur Unit Teks
Retoris Leksikon lautan manusia, animo, sederet, melantunkan,
mendendangkan, simpatisan, membanjirnya
manusia.
Bold -
Italic -
Underline -
Kapital -
Foto Ira Swara saat menghibur masyarakat
Malingping. Terlihat pula pasangan Atut-Rano
sedang duduk menikmati hiburan yang
ditampilkan.
Dalam struktur retoris, surat kabar Tangsel Pos menggunakan kata-
kata seperti lautan manusia, animo, sederet, dan sebagainya untuk
menggambarkan suasana kampanye. Pada berita ini, tidak ada kata atau
kalimat yang hurufnya dicetak tebal (bold), dicetak miring (italic), digaris
bawahi (underline). Penggunaan huruf kapital pun tidak terlihat dalam teks
berita.Namun, Tangsel Pos melengkapi berita ini dengan foto Ira Swara
saat menghibur masyarakat Malingping. Pada foto tersebut terlihat pula
pasangan Atut-Rano sedang duduk menikmati hiburan yang ditampilkan.
87
b. Analisis Berita 4 (Edisi 19 Oktober 2011)
Tabel 17
Analisis Sintaksis Berita 4
Struktur Unit Teks Keterangan
Sintaksis Headline Atut-Rano Tutup Kampanye
Terakhir
Judul
Lead TANGERANG, TAPOS. Masa
kampanye terbuka calon
Gubernur dan Wakil Gubernur
Banten, secara resmi berakhir
pada Selasa (18/10) dengan
ditutup kampanye pasangan
nomor urut 1, Ratu Atut
Chosiyah-Rano Karno di
Lapangan Ahmad Yani, Kota
Tangerang.
Lead
Latar Pasangan Ratu Atut Chosiyah-
Rano Karno menutup
kampanye terakhir Pilgub
Banten.
Kampanye terakhir pasangan
Wahidin-Irna dan Jazuli-Zakki.
Massa Atut-Rano Kuasai Kota
Tangerang.
Lead
Paragraf 2
dan 3
Paragraf 4
Kutipan “Ingat jangan ada dusta yaa..di
antara kita pada 22 Oktober
nanti. Tetapkan hati kalian dan
pastikan kalian mencoblos
nomor 1, yaitu pasangan Ratu
Atut dan Rano Karno. Sekali
lagi saya tegaskan jangan ada
dusta di antara kita,” kata Dewi
Yull usai bernyanyi dan
disambut dengan tepuk tangan
ribuan massa.
“Saya cukup terkejut melihat
besarnya massa Atut-Rano,”
kata pengunjung, Pak Iman.
Paragraf 8
Paragraf 9
Pernyataan - -
Penutup Kota Tangerang merupakan
wilayah yang bisa disebut
sebagai “kandang” Wahidin
Paragraf 9
88
Halim (WH), di mana ia
menjabat sebagai Walikota.
Tak sedikit yang terkejut
dengan jumlah massa yang
hadir dalam kampanye. “Saya
cukup terkejut melihat besarnya
massa Atut-Rano,” kata
pengunjung, Pak Iman (41).
Dilihat dari struktur sintaksis, surat kabar Tangsel Pos memuat berita
mengenai kampanye terakhir Ratu Atut Chosiyah dengan judul “Atut-
Rano Tutup Kampanye Terakhir”. Pada lead berita, Tangsel Pos
menjelaskan masa kampanye terbuka Cagub-Cawagub Banten secara
resmi berakhir pada Selasa, 18 Oktober 2011 yang ditutup oleh kampanye
pasangan Ratu Atut Chosiyah-Rano Karno di Lapangan Ahmad Yani,
Kota Tangerang. Pada berita ini, Tangsel Pos mengambil kutipan dari
Dewi Yull dan Pak Iman.
Dalam teks berita, Tangsel Pos hanya mewawancarai satu orang,
yakni Pak Iman. Ia merasa terkejut melihat kemeriahan kampanye
pasangan Atut-Rano di Kota Tangerang. Kutipan dari Pak Iman sekaligus
menjadi penutup yang ditempatkan pada bagian akhir berita.
Tabel 18
Analisis Skrip Berita 4
Struktur Unit Teks
Skrip What Atut-Rano Tutup Kampanye terakhir.
Who Ratu Atut Chosiyah dan Rano Karno.
When Selasa, 18 Oktober 2011.
Where Lapangan Ahmad Yani, Kota Tangerang.
Why Kampanye terakhir pasangan Atut-Rano yang
didukung sejumlah partai besar terlihat meriah.
How Massa pendukung Atut-Rano menguasai Kota
Tangerang yang merupakan “kandang”
pasangan Wahidin Halim-Irna Narulita.
89
Dari struktur skrip, kelengkapan unsur 5W+1H dijelaskan oleh surat
kabar Tangsel Pos dengan menceritakan berita ini sebagai berita
kampanye terakhir pasangan Ratu Atut Chosiyah-Rano Karno yang
berlangsung pada Selasa, 18 Oktober 2011 di Lapangan Ahmad Yani,
Kota Tangerang. Selain itu, Tangsel Pos juga menjelaskan bahwa massa
pendukung Atut-Rano menguasai Kota Tangerang yang merupakan
“kandang” pasangan Wahidin Halim-Irna Narulita.
Tabel 19
Analisis Tematik Berita 4
Struktur Unit Teks Keterangan
Tematik Detail Puluhan ribu massa pendukung
dan simpatisan pasangan Ratu
Atut Chosiyah-Rano Karno
yang tergabung dalam koalisi
“Banten Bersatu Teruskan
Pembangunan” memperlihatkan
kekuatannya dengan menguasai
Kota Tangerang yang
merupakan “kandang” pasangan
Wahidin Halim-Irna Narulita.
Mereka berdatangan secara
bergerombol, baik berjalan
kaki, bersepeda ontel maupun
menggunakan berbagai
kendaraan bermotor.
Paragraf 4
Paragraf 6
Koherensi
Penjelas
Secara umum, kampanye
terbuka Pilkada Gubernur
Banten berlangsung dengan
aman, tertib, dan damai seperti
yang didambakan seluruh
elemen masyarakat Banten.
Lead
Koherensi
Sebab-
Akibat
Karena pada hari terakhir
kampanye kemarin, mereka
menggunakan helikopter yang
dimanfaatkan untuk menyapa
para simpatisannya serta
membagikan stiker atau
selebaran bergambar.
Paragraf 3
90
Koherensi
Pembeda - -
Dari struktur tematik, surat kabar Tangsel Pos menyusun berita ini
ke dalam sembilan paragraf. Ada empat tema dalam teks berita ini.
Pertama, pasanganAtut-Rano menutup masa kampanye Pilgub
Banten..Tema ini dapat diamati pada lead berita dan paragraf ke-1. Kedua,
gambaran singkat kampanye terakhir dua pasangan cagub-cawagub
lainnya, yaitu Wahidin Halim-Irna Narulita dan Jazuli Juwaini-Makmun
Muzakki. Tangsel Pos menempatkan tema ini pada paragraf ke-2 dan
paragraf ke-3.
Ketiga, massa pendukung pasangan Atut-Rano menguasai Kota
Tangerang yang merupakan “kandang” pasangan Wahidin Halim-Irna
Narulita. Tema ini dapat dilihat pada paragraf ke-4 dan paragraf ke-9.
Penggunaan kata “kandang” dalam teks berita ternyata memiliki makna
tersendiri. Ada hal penting yang ingin disampaikan Tangsel Pos kepada
pembaca dibalik kata “kandang”. Seperti yang diungkapkan oleh
Wartawan Tangsel Pos berikut ini:
“Kata „kandang‟ merupakan kiasan yang dipakai untuk
menarik minat pembaca. Seperti kita ketahui, Kota Tangerang
merupakan „wilayah kekuasaan‟ Wahidin Halim, di mana ia
menjabat sebagai Walikota. Namun, ternyata Atut mampu
melakukan kampanye yang lebih meriah di Kota Tangerang.
Selain itu, jumlah massa pendukung yang menghadiri
kampanye Atut pun lebih banyak dibandingkan massa
pendukung Wahidin.”11
11
Wawancara pribadi dengan Redaktur Politik Tangsel Pos, Serpong, 13 September 2012.
91
Keempat, suasana kampanye pasangan Atut-Rano di Kota
Tangerang. Dalam teks berita, tema ini didukung oleh kutipan Dewi Yull.
Tema ini dapat dilihat mulai dari paragraf ke-5 sampai dengan paragraf ke-
8. Pada tema ini, Tangsel Pos begitu detail menggambarkan suasana
kampanye dalam teks berita. Ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
Sejak pagi hari massa mengalir dari seluruh penjuru, bergerak
menuju Lapangan Ahmad Yani.12
Massa berdatangan dari berbagai daerah pemilihan Kota
Tangerang, KabupatenTangerang maupun Tangerang Selatan.13
Dewi sempat mengajak calon wakil gubernur H. Rano Karno
bersama-sama menyanyikan lagu “Jangan Ada Dusta di Antara
Kita”.14
Sementara itu, Tangsel Pos meletakkan koherensi penjelas pada lead
berita yang ditandai dengan adanya penggunaan kata dengan, dan, yang.
Kemudian, koherensi sebab-akibat ditempatkan pada paragraf ke-3 dengan
menggunakan kata karena. Sedangkan koherensi pembeda tidak terlihat
dalam teks berita ini.
Tabel 20
Analisis Retoris Berita 4
Struktur Unit Teks
Retoris Leksikon Didambakan, naik daun, membakar semangat,
menyihir, menghipnotis, kandang, membanjiri.
Bold Massa Atut-Rano “Kuasai” Kota Tangerang.
Italic -
Underline -
Kapital DPP, DPR, PKS, KDI.
Foto Suasana kampanye terakhir ketiga pasangan
Cagub-Cawagub yang bertarung pada ajang
Pilgub Banten 2011.
12
“Atut-Rano Tutup Kampanye Terakhir,” Tangsel Pos, 19 Oktober 2011, h. 8. 13
Ibid. 14
Ibid.
92
Dalam struktur retoris, surat kabar Tangsel Pos menggunakan kata-
kata seperti didambakan, naik daun, membakar semangat, dan lain-lain
untuk mendeskripsikan berita. Pada berita ini, ada satu kalimat yang
hurufnya dicetak tebal (bold), yaitu Massa Atut-Rano “Kuasai” Kota
Tangerang. Kalimat tersebut sengaja dicetak berbeda karena merupakan
subjudul berita. Pada berita ini, tidak ada kata atau kalimat yang hurufnya
dicetak miring (italic) dan digaris bawahi (underline).
Sementara itu, penggunaan huruf kapital terdapat pada kata-kata
DPP, DPR, PKS, dan KDI. Berita ini dilengkapi pula dengan foto suasana
kampanye terakhir ketiga pasangan cagub-cawagub yang bertarung pada
ajang Pilgub Banten 2011.
B. Perbandingan Frame
1. Berita Edisi 13 Oktober 2011
Tabel 21
Perbandingan Sintaksis Berita Edisi 13 Oktober 2011
Elemen Radar Banten Tangsel Pos
Frame Atut: Jangan Termakan
Hasutan
Dari Ira Swara Sampai
Radja Bergoyang, Kota
Malingping Jadi Lautan
Massa
Sintaksis Radar Banten menjelaskan
maksud dari statement Atut yang
mengingatkan agar masyarakat
tidak termakan hasutan yang
menjelek-jelekkan dirinya. Radar
Banten mewawancarai dua orang
pengamat politik yang
berpandangan sama. Namun,
pendapat keduanya mendapatkan
porsi yang berbeda.
Tangsel Pos menuliskan
Kota Malingping menjadi
lautan manusia ketika Atut
melakukan kampanye.
Kemeriahan kampanye
Atut dijelaskan melalui
wawancara dengan
beberapa narasumber yang
terlibat langsung dalam
kampanye.
93
Surat kabar Radar Banten memfokuskan isi berita pada statement yang
dikeluarkan Ratu Atut Chosiyah terkait isu kampanye negatif yang menyerang
dirinya. Dalam teks berita, Radar Banten juga menuliskan pendapat dari dua
pengamat politik, yakni Lili Romli dan Abdul Hamid mengenai dampak
kampanye negatif. Pandangan Lili Romli diuraikan dengan detail yang
panjang, sedangkan pendapat dari Abdul Hamid hanya dimuat dalam skala
kecil. Teks berita Radar Banten memang memaparkan pendapat pengamat
politik yang melihat dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari adanya
isu kampanye negatif. Tapi, penempatan hal itu hanya berfungsi sebagai
pelengkap berita.
Di sisi lain, surat kabar Tangsel Pos tidak memilih isu kampanye negatif
sebagai fokus pemberitaan. Jika Radar Banten mengutip banyak pernyataan
dari Atut, Tangsel Pos justru mengutip pernyataan dari massa yang
menghadiri kampanye. Ada tiga kutipan yang dimuat Tangsel Pos di dalam
teks berita. Satu kutipan mendeskripsikan citra positif Atut dan dua kutipan
lainnya menggambarkan kemeriahan kampanye Atut di Kota Malingping.
Tabel 22
Perbandingan Skrip Berita Edisi 13 Oktober 2011
Elemen Radar Banten Tangsel Pos
Skrip Penekanan pada aspek isu
kampanye negatif yang
menyerang Atut. Radar Banten
memaparkan kutipan dari Atut
untuk menegaskan hal itu.
Sementara itu, suasana
kampanye tidak diceritakan.
Penjelasan lengkap
mengenai kampanye Atut,
mulai dari keramaian di
sekitar lokasi kampanye
sampai artis-artis yang
memeriahkan kampanye.
Sedangkan kutipan dari
orasi yang disampaikan
Atut tidak dituliskan.
94
Surat kabar Radar Banten menekankan aspek isu kampanye negatif
dengan menempatkan banyak kutipan dari Atut. Selain itu, Radar Banten juga
memuat pernyataan dari Atut mengenai kemajuan-kemajuan yang telah
dirasakan masyarakat Banten melalui program pembangunan yang telah
dilakukannya. Dengan menampilkan fakta demikian, frame yang muncul di
benak khalayak adalah adanya serangan dari lawan-lawan politik Atut yang
ingin menjatuhkan nama baik Atut.
Sementara itu, surat kabar Tangsel Pos mendeskripsikan kegiatan
kampanye yang digelar Atut dengan menceritakan keramaian di lokasi
kampanye. Puluhan ribu massa pendukung dan simpatisan pasangan Atut-
Rano yang mengikuti jalannya kampanye serta hadirnya deretan artis top yang
menyemarakkan kampanye diuraikan dengan detail yang panjang.
Tabel 23
Perbandingan Tematik Berita Edisi 13 Oktober 2011
Elemen Radar Banten Tangsel Pos
Tematik (1) Pernyataan Atut yang
mengingatkan agar
masyarakat jangan termakan
hasutan yang menjelek-
jelekkan dirinya.
(2) Dukungan terhadap Atut
untuk melanjutkan
pembangunan di Banten.
(3) Pandangan dua pengamat
politik, yakni Lili Romli dan
Abdul Hamid, mengenai
kampanye negatif.
(4) Unjuk rasa yang dilakukan
Gerakan Aliansi Mahasiswa
Peduli Pemilu Raya
(Gamppar).
(5) Sosialisasi pasangan Jazuli
Juwaini-Makmun Muzakki
oleh Tim Opera Fans Jazuli.
(1) Pergerakan massa
pendukung dan
simpatisan pasangan
Atut-Rano menuju
lokasi kampanye.
(2) Kemeriahan kampanye
yang menampilkan
deretan artis top, seperti
Ira Swara, Radja, dan
lain-lain.
(3) Para pedagang
makanan dan minuman
yang memanfaatkan
momen kampanye
untuk mendulang
rejeki.
95
Surat kabar Radar Banten membagi berita ini ke dalam lima tema. Tema
pertama, kedua, dan ketiga menunjuk pada inti pemberitaan, yakni isu
kampanye negatif yang menyerang Atut. Ketiga tema tersebut diisi oleh
argumen-argumen dari Atut dan Lili Romli yang diuraikan secara eksplisit,
serta argumen lain yang hanya dipaparkan secara implisit. Sedangkan dua
tema lainnya berfungsi sebagai pelengkap berita, karena tidak menunjuk pada
inti pemberitaan.
Di lain pihak, surat kabar Tangsel Pos menyusun berita ini ke dalam tiga
tema dan semuanya mengacu pada inti berita, yakni kemeriahan kampanye
yang digelar Atut di Kota Malingping. Tangsel Pos lebih mem-blow up sisi
kemeriahan kampanye Atut yang menghadirkan sederet artis top. Sangat jelas,
frame yang dibentuk Tangsel Pos bertujuan untuk memberikan gambaran
kepada publik mengenai kemeriahan kampanye Atut. Hal ini diperkuat
dengan penjelasan lengkap keadaan di sekitar lokasi kampanye, artis-artis
yang memeriahkan kampanye, dan para pedagang yang memanfaatkan momen
kampanye untuk mendulang rejeki. Di sini, Tangsel Pos benar-benar
memusatkan perhatian pada jalannya kegiatan kampanye.
Tabel 24
Perbandingan Retoris Berita Edisi 13 Oktober 2011
Elemen Radar Banten Tangsel Pos
Retoris Pemberian label otoritas
keilmuan (LIPI dan Untirta) dari
dua pengamat politik yang
diwawancarai dan penempatan
foto untuk menggambarkan
suasana kampanye.
Pemakaian kata-kata
tertentu dan penempatan
foto untuk
mendeskripsikan
kemeriahan kampanye.
96
Surat kabar Radar Banten memakai label otoritas keilmuan untuk
memberikan penekanan terhadap hal-hal tertentu. Lili Romli dilabeli dengan
“pengamat politik dari LIPI” dan Abdul Hamid diberi label “pengamat politik
dari Untirta”. Pemberian label otoritas keilmuan berfungsi untuk menekankan
bahwa pendapat mereka sahih dan dapat dipertanggungjawabkan, sekaligus
untuk menegaskan kepada pembaca bahwa mereka layak berbicara mengenai
masalah politik. Radar Banten juga memuat foto Atut yang tengah melakukan
orasi sebagai pelengkap berita.
Di sisi lain, surat kabar Tangsel Pos memberikan penekanan lewat
pemakaian atau pemilihan kata-kata tertentu (leksikon). Kata-kata seperti
lautan manusia, animo masyarakat, sederet artis top, dan lain-lain digunakan
untuk memberikan gambaran kepada khalayak tentang kemeriahan kampanye
Atut. Seperti halnya Radar Banten, Tangsel Pos pun menempatkan foto yang
menunjukkan suasana kampanye sebagai pelengkap berita.
2. Berita Edisi 19 Oktober 2011
Tabel 25
Perbandingan Sintaksis Berita Edisi 19 Oktober 2011
Elemen Radar Banten Tangsel Pos
Frame Atut Kerja Keras Garap
Dukungan
Atut-Rano Tutup
Kampanye Terakhir
Sintaksis Radar Banten menuliskan
pasangan Atut-Rano menutup
masa kampanye Pilgub Banten.
Radar Banten juga
mewawancarai empat orang
anggota Panwaslukada Provinsi
Banten. Pendapat keempatnya
mendapatkan porsi yang sama
dalam teks berita.
Tangsel Pos menuliskan
pasangan Atut-Rano
menutup masa kampanye
Pilgub Banten. Tangsel
Pos mewawancarai satu
orang yang menghadiri
kampanye yang digelar
pasangan Atut-Rano.
97
Surat kabar Radar Banten menjelaskan tentang pasangan Atut-Rano
yang menutup masa kampanye Pilgub Banten. Dalam teks berita, Radar
Banten juga menempatkan pernyataan dari empat orang anggota
Panwaslukada Provinsi Banten. Pandangan dari keempatnya membahas
masalah yang sama, yaitu penertiban atribut kampanye pada masa tenang.
Penempatan statement dari mereka berfungsi sebagai pelengkap berita, karena
hal tersebut tidak menunjuk pada inti pemberitaan.
Sama halnya seperti Radar Banten, surat kabar Tangsel Pos juga
mendeskripsikan kampanye terakhir Pilgub Banten yang ditutup oleh
pasangan Atut-Rano. Namun, Tangsel Pos tidak menempatkan banyak
pernyataan dan hanya mengutip statement dengan detail yang kecil dari dua
orang yang terlibat dalam kegiatan kampanye.
Tabel 26
Perbandingan Skrip Berita Edisi 19 Oktober 2011
Elemen Radar Banten Tangsel Pos
Skrip Pemaparan kutipan dari Atut
yang mengungkapkan optimisme
Atut dalam memenangkan
Pilgub Banten. Sementara itu,
suasana kampanye diuraikan
dengan detail yang kecil.
Penjelasan mengenai
kampanye terakhir tiga
pasangan Cagub-Cawagub
yang bertarung pada ajang
Pilgub Banten. Kemeriahan
kampanye diceritakan
dengan detail yang
panjang.
Optimisme Atut dalam memenangi Pilgub Banten dipaparkan oleh surat
kabar Radar Banten dengan menempatkan banyak kutipan dari Atut. Dalam
teks berita, Radar Banten mengedepankan statement dari Atut untuk
menekankan kepada pembaca bahwa Atut sangat yakin menang atas rival-
98
rivalnya di perhelatan Pilgub Banten. Selain itu, Radar Banten juga sedikit
menguraikan tentang kampanye terakhir yang digelar Atut.
Sementara itu, surat kabar Tangsel Pos menjelaskan kampanye terakhir
tiga pasangan yang bertarung di ajang Pilgub Banten. Tangsel Pos tidak
menempatkan argumen yang dilontarkan Atut dan justru menceritakan
suasana kampanye dengan detail yang panjang. Ini menunjukkan bahwa
Tangsel Pos ingin menekankan jika kampanye terakhir Atut cukup penting
dan menarik untuk diketahui.
Tabel 27
Perbandingan Tematik Berita Edisi 19 Oktober 2011
Elemen Radar Banten Tangsel Pos
Tematik (1) Atut optimis bisa memenangi
Pilgub Banten.
(2) Penertiban atribut kampanye
oleh Panwaslukada pada
masa tenang.
(3) Debat pasangan Cagub-
Cawagub yang berlangsung
di Metro TV.
(4) Persiapan Polda Banten
dalam mengamankan Pilgub.
(1) Atut-Rano menutup
masa kampanye Pilgub
Banten.
(2) Gambaran singkat
kampanye terakhir
pasangan Wahidin
Halim-Irna Narulita
dan Jazuli Juwaini-
Makmun Muzakki.
(3) Massa pendukung
pasangan Atut-Rano
menguasai Kota
Tangerang.
(4) Suasana kampanye
terakhir pasangan Atut-
Rano di Kota
Tangerang.
Surat kabar Radar Banten menyusun berita ini ke dalam empat tema, di
mana keempatnya tidak saling berhubungan, meskipun secara garis besar
membahas masalah Pilgub Banten. Hanya tema pertama dan kedua yang
menunjuk pada inti pemberitaan. Sedangkan dua tema lainnya berfungsi
sebagai informasi tambahan atau pelengkap. Namun, tema ketiga membuat
99
konten berita ini menarik, karena Radar Banten menceritakan debat yang
dilakukan oleh ketiga pasangan Cagub-Cawagub. Pada tema tersebut,
pernyataan ketiga Cagub mendapatkan porsi yang sama dalam teks berita.
Di sisi lain, surat kabar Tangsel Pos membagi isi berita ke dalam empat
tema dan semuanya mengacu pada inti pemberitaan. Namun, Tangsel Pos
memilih untuk fokus memaparkan sisi kemeriahan kampanye dan statement
dari Atut sama sekali tidak terlihat dalam teks berita. Tangsel Pos justru
sedikit “menyentil” salah satu pasangan Cagub-Cawagub dengan menuliskan
kalimat “pasangan Atut-Rano memperlihatkan kekuatannya dengan
menguasai Kota Tangerang yang merupakan „kandang‟ pasangan Wahidin
Halim-Irna Narulita.”
Tabel 28
Perbandingan Retoris Berita Edisi 19 Oktober 2011
Elemen Radar Banten Tangsel Pos
Retoris Pemakaian klaim yuridis (UU
Nomor 32 Tahun 2004) dan
pemilihan kata untuk
mendukung gagasan/pendapat,
serta penempatan foto untuk
melengkapi berita.
Penekanan kata untuk
menegaskan fakta dan
penempatan foto tiga
pasangan cagub-cawagub
secara seimbang.
Surat kabar Radar Banten menggunakan klaim yuridis untuk
menegaskan statement tertentu agar tampak memiliki dasar hukum yang kuat.
Klaim yuridis yang dipakai adalah UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah yang berkaitan dengan penertiban atribut kampanye pada
masa tenang. Radar Banten juga memberi penekanan dengan pemilihan
leksikon seperti basis massa, konflik horisontal, dan sebagainya.
100
Sementara itu, surat kabar Tangsel Pos memakai kata “kandang” untuk
menekankan kepada pembaca bahwa Atut tetap tangguh meskipun menggelar
kampanye di Kota Tangerang, yakni daerah di mana Wahidin Halim menjabat
sebagai Walikota. Sebagai pelengkap berita, Tangsel Pos menempatkan foto
kampanye terakhir ketiga pasangan Cagub-Cawagub Banten.
C. Keberpihakan Frame
a. Frame Radar Banten
Pada berita edisi Kamis, 13 Oktober 2011, keberpihakan surat kabar
Radar Banten dapat dilihat dari fokus pemberitaan, yakni isu kampanye
negatif yang menyerang Ratu Atut Chosiyah yang dijelaskan pada tiga
paragraf awal. Penyusunan fakta-fakta yang diambil Radar Banten
memunculkan frame mengenai adanya serangan dari lawan-lawan politik
Atut yang ingin menjatuhkan nama baik Atut. Frame semacam ini
menunjukkan bahwa Radar Banten tampaknya berpihak pada kubu Atut
yang menilai bahwa isu kampanye negatif tersebut adalah suatu
kebohongan. Hal ini diperkuat oleh argumen dari Atut, Rano Karno dan
Ali Muhadi. Ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
“Saya yakin dan sudah melihat secara langsung ke lapangan
bahwa masyarakat telah merasakan kemajuan-kemajuan yang
dicapai melalui program pembangunan yang dilakukan selama
lima tahun terakhir kepemimpinan saya. Saya ingin masyarakat
Banten semakin sejahtera,” katanya.15
“Masyarakat Lebak sudah mengalami kemajuan di segala
bidang,” tandasnya.16
Saya tegaskan sekali lagi, yang namanya isu tidak bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya alias bohong. Oleh
15
“Atut: Jangan Termakan Hasutan,” Radar Banten, 13 Oktober 2011, h. 1 dan 11. 16
Ibid.
101
sebab itu, abaikan saja semua isu dan tetap memberikan
dukungan kepada Ibu (Ratu Atut),” katanya.17
“Ibu Atut telah terbukti berbuat banyak dan melakukan yang
terbaik bagi masyarakat Banten. Mari kita beri kesempatan
sekali lagi pada Ibu Ratu Atut untuk meneruskan
pembangunan,” kata Ali Muhadi dari partai Hanura.18
Surat kabar Radar Banten mencoba sedikit mengaburkan
keberpihakannya kepada Ratu Atut Chosiyah dengan menempatkan
subjudul kampanye negatif setelah berita utama. Subjudul tersebut berisi
pandangan dari dua pengamat politik, yakni Lili Romli dan Abdul Hamid
mengenai dampak yang ditimbulkan dari kampanye negatif. Seperti pada
kutipan berikut ini:
Di tempat berbeda, pengamat politik dari Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr. Lili Romli mengatakan, bila
yang disampaikan untuk menyerang calon adalah fakta, tidak
bisa disebut sebagai kampanye negatif (negative campaign).
“Saling serang tentang kelemahan kandidat sudah menjadi hal
yang biasa. Adanya saling serang ini menjadi informasi penting
bagi publik sehingga publik tahu tentang track record masing-
masing calon,” kata Lili yang dihubungi melalui telepon
genggam.19
Sementara pengamat politik dari Untirta, Abdul Hamid
mengatakan, kampanye negatif bisa berdampak positif.
“Dampaknya masyarakat akan mencari lebih tahu tentang
calon,” tandasnya.20
Radar Banten mencoba “mengalihkan perhatian” pembaca dengan
menguraikan pendapat dari Lili Romli dan Abdul Hamid agar pembaca
menganggap bahwa Radar Banten bersikap netral dalam memandang isu
17
Ibid. 18
Ibid. 19
Ibid. 20
Ibid.
102
kampanye negatif yang menyerang Atut. Namun, pendapat keduanya
terkesan netral dan tidak berpihak terhadap salah satu kandidat pasangan
cagub-cawagub. Sehingga, keberpihakan Radar Banten yang cenderung
pro Atut masih dapat terlihat.
Sementara dalam pemberitaan edisi Rabu, 19 Oktober 2011,
keberpihakan surat kabar Radar Banten terhadap Atut dapat dilihat dari
pengulangan kata “menang” di tiga paragraf awal teks berita. Seperti pada
kutipan berikut ini:
Dia optimistis bisa memenangi Pilgub Banten. Kata Atut,
bersama pasangannya, Rano Karno, akan menang mutlak di
Kota Tangerang. “Insya Allah, kami akan menang di semua
kabupaten dan kota se-Banten. Itu karena tim kami sudah
bekerja keras dalam menggarap dukungan,” ucap Atut kepada
wartawan seusai berkampanye di Lapangan Ahmad Yani, Kota
Tangerang, Selasa (18/10).21
“Pokoknya target kami menang di semua kabupaten/kota,”
ujarnya.22
Kata Atut, meskipun menjadi basis massa pendukung Wahidin
Halim (WH), dirinya bersama Rano Karno bisa meraih
kemenangan. “Sangat yakin, saya dan Rano bisa menang di
Kota Tangerang, Buktinya, kampanye ini sangat ramai,”
ujarnya.23
Penulis beranggapan jika kata “menang” yang diulang sebanyak
enam kali merupakan cara Radar Banten mengisahkan atau menceritakan
fakta yang ada kepada pembaca agar tertarik dengan berita yang ditulis.
Namun, kecenderungan tersebut merefleksikan bahwa Radar Banten
bersikap pro terhadap Atut dalam memberitakan kegiatan kampanye yang
21
“Atut Kerja Keras Garap Dukungan,” Radar Banten, 19 Oktober 2011, h. 1 dan 11. 22
Ibid. 23
Ibid.
103
dilakukan Atut di Kota Tangerang. Apalagi, pada kutipan terakhir,
sebagaimana yang tertulis di atas, Radar Banten menuliskan jika Atut
optimis bisa menang di Kota Tangerang yang notabene merupakan basis
massa Wahidin. Pemilihan fakta tersebut menggambarkan bahwa Radar
Banten bersikap tidak netral dan cenderung berpihak pada kubu Atut.
Selain itu, keberpihakan Radar Banten terhadap Atut juga dapat
diketahui dari hasil wawancara yang telah dilakukan penulis. Ini dapat
dilihat dari kutipan wawancara dengan Redaktur Pelaksana Radar Banten
berikut ini:
“Secara keseluruhan, ketiga pasangan Cagub-Cawagub
tentunya memiliki segmentasi massa pendukung yang berbeda-
beda. Jika dilihat dari jumlah masa pendukung, incumbent
lebih unggul dari pasangan yang lain. Apalagi, incumbent
didukung oleh partai-partai besar yang memiliki jaringan
kuat.”24
“Kita bersikap netral dan tidak pro/mendukung pasangan
tertentu. Sebenarnya, kita sudah membuka pintu untuk setiap
pasangan yang ingin berkampanye lewat media cetak. Namun,
tidak semua pasangan memanfaatkannya. Hal tersebut mungkin
dikarenakan dana yang terbatas, kurangnya jaringan, atau
bahkan memiliki strategi kampanye tersendiri.”25
Redaktur Pelaksana Radar Banten mengakui jika pihaknya
melakukan kerjasama dengan salah satu pasangan cagub-cawagub yang
bertarung pada ajang Pemilukada Banten 2011. Hal itu dapat dilihat dari
statement yang diberikan Redaktur Pelaksana Radar Banten kepada
penulis. Beliau mengungkapkan bahwa sebenarnya Radar Banten sudah
membuka pintu bagi setiap pasangan yang ingin berkampanye lewat media
24
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Radar Banten, Serang, 7 Agustus 2012. 25
Ibid.
104
cetak. Meskipun tidak menyebutkan nama pasangan yang telah menjalin
kesepakatan dengan pihaknya, penulis beranggapan jika pasangan yang
telah bekerjasama dengan Radar Banten adalah Atut-Rano.
Penulis berpendapat demikian, karena Redaktur Pelaksana Radar
Banten sempat memberikan pandangannya mengenai tiga pasangan yang
maju sebagai Cagub-Cawagub Banten. Beliau mengatakan bahwa Atut
yang berstatus sebagai incumbent didukung oleh partai-partai besar yang
memiliki jaringan kuat. Sedangkan dalam pernyataan keduanya,
Redaktur Pelaksana Radar Banten menjelaskan jika tidak semua pasangan
memanfaatkan bentuk kerjasama yang telah ditawarkan pihaknya. Hal
tersebut mungkin dikarenakan dana yang terbatas, kurangnya jaringan,
atau bahkan memiliki strategi kampanye tersendiri.
Penulis menganggap jika kalimat jaringan kuat dan kurangnya
jaringan berhubungan erat dengan salah satu pasangan cagub-cawagub
yang telah melakukan kerjasama dengan Radar Banten. Karena, Redaktur
Pelaksana Radar Banten mengatakan bahwa Atut mempunyai jaringan
yang kuat dan beliau juga menyatakan bahwa salah satu pasangan telah
menjalin kesepakatan dengan pihaknya, maka penulis berpendapat jika
pasangan yang dimaksud oleh Radar Banten adalah Atut-Rano.
Berdasarkan analisis yang telah penulis uraikan, maka wajar saja jika
kegiatan kampanye pasangan Atut-Rano cenderung diberitakan “baik”
oleh Radar Banten. Pemberitaan kampanye Atut-Rano dibingkai
sedemikian rupa oleh Radar Banten agar khalayak menaruh perhatian
105
lebih dan terpengaruh oleh apa yang telah dituliskan oleh media cetak
lokal terbesar di Provinsi Banten itu.
b. Frame Tangsel Pos
Pada berita edisi Kamis, 13 Oktober 2011, keberpihakan surat kabar
Tangsel Pos dapat dilihat dari kutipan yang diambil berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan wartawan di lokasi kampanye. Disini, Tangsel
Pos tidak mengambil kutipan dari Atut, melainkan dari massa yang
menghadiri kampanye. Penulis menganggap, ada dua kutipan yang
menggambarkan citra positif dari Atut. Seperti pada kutipan berikut ini:
“Dulu kalau ke Malingping bisa empat jam, sekarang paling-
paling cuma dua jam. Ini juga merupakan hasil pembangunan
dalam kepemimpinan Ibu Ratu (Atut Chosiyah),” tandas
Wawan.26
Salah seorang pedagang siomay, Bang Ogun, mengakui massa
kampanye Atut-Rano lebih banyak dibandingkan
pasangan cagub-cawagub yang lain. “Kampanye Ibu Atut
membawa berkah,” tandasnya.27
Kutipan di atas jelas memperlihatkan keberpihakan Tangsel Pos
terhadap Atut, di mana kedua pendapat tersebut cenderung bersifat pro
Atut. Pernyataan dari kedua narasumber juga dapat menggambarkan
strategi Tangsel Pos dalam memilih dan menekankan fakta yang terjadi di
lapangan. Fakta-fakta yang dinilai “menyanjung” Atut disaring, kemudian
ditempatkan ke dalam teks berita secara keseluruhan.
Sedangkan dalam pemberitaan edisi Rabu, 19 Oktober 2011,
keberpihakan surat kabar Tangsel Pos dalam memaknai suatu peristiwa
26
“Dari Ira Swara Sampai Raja Bergoyang, Kota Malingping Jadi Lautan Massa,” Tangsel
Pos, 13 Oktober 2011, h. 8. 27
Ibid.
106
dapat dilihat dari subjudul berita Massa Atut-Rano “Kuasai” Kota
Tangerang. Pada paragraf pertama yang terdapat di dalam subjudul berita
tersebut, keberpihakan Tangsel Pos terhadap pasangan Atut-Rano terlihat
jelas. Ini dapat diamati dari pemaparan berikut ini:
Puluhan ribu massa pendukung dan simpatisan pasangan Ratu
Atut Chosiyah-Rano Karno yang tergabung dalam koalisi
“Banten Bersatu Teruskan Pembangunan”, memperlihatkan
kekuatannya dengan menguasai Kota Tangerang, yang
merupakan “kandang” pasangan Wahidin Halim-Irna
Narulita.28
Penulis menganggap jika kalimat di atas, terutama yang dicetak
tebal, jelas merefleksikan pandangan Tangsel Pos yang berpihak pada
kubu Atut. Ditambah lagi, penggunaan kata “kandang” yang seolah-olah
mengecilkan pasangan Wahidin-Irna. Pemaparan kalimat tersebut
memiliki arti jika pasangan Atut-Rano tampak superior, meskipun
melakukan kampanye di wilayah kekuasan Wahidin. Pesan yang ingin
disampaikan Tangsel Pos kepada khalayak adalah Atut mampu menggelar
kampanye yang jauh lebih meriah dibandingkan dengan salah satu
rivalnya itu. Sebagian besar warga Banten tahu jika Kota Tangerang
merupakan basis utama massa pendukung Wahidin, karena status beliau
yang merupakan Walikota Tangerang. Namun, Tangsel Pos justru
menonjolkan sisi tertentu dengan menggunakan kata “kandang”. Di sini
terlihat bahwa Tangsel Pos menginginkan pembaca menaruh perhatian
lebih pada bagian tersebut.
28
“Atut-Rano Tutup Kampanye Terakhir,” Tangsel Pos, 19 Oktober 2011, h. 8.
107
Selain itu, keberpihakan Tangsel Pos terhadap Atut diperkuat oleh
hasil wawancara yang telah dilakukan penulis. Ini dapat dilihat dari
kutipan wawancara dengan wartawan Tangsel Pos berikut ini:
Kami memang sengaja tidak menempatkan kutipan atau
statement dari pasangan Atut-Rano. Kami menganggap bahwa
statement terlalu riskan untuk dimuat dalam pemberitaan.
Apalagi, kami sudah melakukan kerjasama dengan
pasangan Atut-Rano. Kami khawatir jika statement yang ada
bisa dijadikan barang bukti oleh lawan-lawan politik Atut jika
suatu hari nanti janji-janji yang pernah dikatakan Atut saat
kampanye tidak ditepati atau direalisasikan.29
Kutipan wawancara di atas semakin memperlihatkan pandangan
Tangsel Pos yang cenderung pro terhadap Atut. Sama halnya seperti surat
kabar Radar Banten, Tangsel Pos pun melakukan kerjasama dengan
pasangan Atut-Rano. Hal ini dapat diketahui dari pengakuan wartawan
Tangsel Pos yang mengatakan jika pihaknya telah menjalin kesepakatan
dengan pasangan Atut-Rano.
D. Interpretasi Penelitian
Setelah melakukan analisis pada teks berita, penulis berpandangan
bahwa surat kabar Radar Banten dan Tangsel Pos memiliki perbedaan yang
dari sisi pembingkaian (frame) berita. Dalam memaknai peristiwa, kedua surat
kabar tersebut mempunyai perspektif dan tingkat penonjolan (salience) isu
yang berbeda. Namun, dari sisi keberpihakan pemberitaan, Radar Banten dan
Tangsel Pos memiliki persamaan, yakni bersikap pro terhadap pasangan Ratu
Atut Chosiyah dan Rano Karno.
29
Wawancara pribadi dengan Redaktur Politik Tangsel Pos, Serpong, 13 September 2012.
108
Surat kabar Radar Banten menempatkan sosok Atut sebagai aktor utama
dalam pemberitaan. Pada teks berita, Atut berperan sebagai pusat informasi
yang berfungsi untuk membentuk frame berita secara keseluruhan. Atut
dianggap sebagai faktor terpenting dan dapat menarik minat pembaca.
Berbagai aspek yang berhubungan dengan Atut diuraikan dan mendapat porsi
lebih banyak di dalam teks berita. Sedangkan keberpihakan Radar Banten
terlihat dari penggambaran citra positif Atut dan pemilihan fakta tertentu yang
dimuat ke dalam pemberitaan. Tujuan Radar Banten membentuk frame seperti
ini adalah agar khalayak menganggap penting berita tersebut dan terpengaruh
oleh apa yang telah dituliskan.
Di sisi lain, surat kabar Tangsel Pos menjadikan kegiatan kampanye
yang digelar Atut sebagai fokus pemberitaan. Jika Radar Banten
menempatkan sosok Atut sebagai inti berita, maka Tangsel Pos lebih
menonjolkan aspek kemeriahan kampanye Atut. Frame seperti ini
mendeskripsikan bahwa suasana kampanye lebih penting untuk diketahui oleh
publik daripada statement-statement dan dilontarkan Atut saat berorasi.
Strategi yang dipakai Tangsel Pos dalam membingkai peristiwa terlihat dari
pemberian makna dan penyeleksian fakta-fakta tertentu. Kemudian, peristiwa
yang telah dikonstruksi tersebut dipaparkan ke dalam teks berita untuk
disampaikan kepada pembaca agar mereka menganggap penting informasi
yang telah disajikan. Sama halnya seperti Radar Banten, pemberitaan Tangsel
Pos pun memihak pada kubu Atut. Keberpihakan ini dapat dilihat dari
pemakaian kata-kata dan penonjolan fakta tertentu.
109
Berkaitan dengan konsep agenda media dalam teori agenda setting yang
telah penulis paparkan pada bab sebelumnya, visibilitas berita kampanye
pasangan Atut-Rano pada surat kabar Radar Banten dan Tangsel Pos cukup
tinggi. Selama penyelenggaraan kampanye terbuka untuk Pemilukada Banten
2011 yang berlangsung dalam kurun dua pekan (5-18 Oktober 2011), Radar
Banten memuat enam berita mengenai kampanye pasangan Atut-Rano.
Sedangkan dua pasangan lainnya, yakni Wahidin Halim-Irna Narulita dan
Jazulli Juwaini-Makmun Muzakki, hanya mendapatkan “jatah” masing-
masing empat berita. Selain itu, Radar Banten juga menonjolkan berita
kampanye pasangan Atut-Rano dengan cara menempatkan berita kampanye
pasangan nomor urut 1 itu di halaman depan (headline). Di sisi lain, surat
kabar Tangsel Pos memuat tujuh berita mengenai kampanye pasangan Atut-
Rano yang selalu ditempatkan pada rubrik khusus “Pilgub Banten”.
Kemudian, kegiatan kampanye pasangan Wahidin-Irna diberitakan sebanyak
empat kali dan berita kampanye pasangan Jazulli-Zakki hanya dimuat tiga kali
oleh Tangsel Pos selama masa kampanye terbuka Pemilukada Banten 2011.
Sementara itu, penulis menganggap jika tingkat audience salience yang
terkandung dalam berita kampanye pasangan Atut-Rano pada surat kabar
Radar Banten dan Tangsel Pos sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan
khalayak akan informasi dan membentuk persepsi mereka mengenai
pentingnya pemberitaan kampanye yang digelar Atut-Rano selama masa
kampanye terbuka. Valensi pemberitaan kampanye Atut-Rano disampaikan
oleh Radar Banten dan Tangsel Pos dengan teknik pengemasan berita yang
menggambarkan citra positif Atut. Kegiatan kampanye Atut-Rano diberitakan
110
dengan cara yang menyenangkan dan sama sekali tidak memaparkan sisi
negatif yang ditimbulkan dari kampanye pasangan Atut-Rano.
Dari sisi konsep agenda publik, surat kabar Radar Banten dan Tangsel
Pos menempatkan personal salience pada sosok Atut dengan cara menuliskan
statement dari Atut, keberhasilan Atut dalam membangun Banten, dan
kemeriahan kampanye yang digelar Atut. Hal itu dimaksudkan untuk
menggiring perhatian khalayak, khususnya masyarakat Banten agar tingkat
familiarity dan favorability mereka terbentuk dan menganggap penting berita
kampanye pasangan Atut-Rano yang disampaikan oleh kedua surat kabar
tersebut. Sedangkan konsep agenda kebijakan dalam berita kampanye
Pemilukada Banten 2011 pada Radar Banten dan Tangsel Pos terlihat dari
bentuk dukungan (support) yang diberikan kepada pasangan Atut-Rano.
Dukungan yang diberikan bertujuan untuk mempengaruhi persepsi khalayak
tentang pentingnya mengetahui berita kampanye Atut-Rano dan meyakinkan
mereka agar memberikan suaranya untuk pemenangan pasangan tersebut pada
ajang Pemilukada Banten 2011.
111
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis terhadap
pemberitaan kampanye pemenangan pasangan Calon Gubernur dan Calon
Wakil Gubernur Banten periode 2011-2016, yakni Ratu Atut Chosiyah dan
Rano Karno dalam surat kabar Radar Banten dan Tangsel Pos, maka penulis
dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Frame yang dibentuk surat kabar Radar Banten dipenuhi oleh banyak
pernyataan dari narasumber yang bertujuan untuk menonjolkan citra
positif Atut. Di sisi lain, surat kabar Tangsel Pos tidak menempatkan
statement dari Atut ke dalam teks berita dan hanya mendeskripsikan
suasana kampanye yang digelar pasangan Atut-Rano sebagai fokus
pemberitaan.
2. Dalam membingkai berita, surat kabar Radar Banten memosisikan
pasangan Atut-Rano sebagai “pemeran utama” dengan menyiapkan ruang
yang cukup untuk mengampanyekan pasangan tersebut melalui berita yang
disampaikan. Sementara itu, surat kabar Tangsel Pos menitikberatkan pada
penekanan fakta tertentu, yakni menonjolkan kemeriahan kampanye.
3. Surat kabar Radar Banten dan Tangsel Pos merupakan media cetak yang
melakukan pemihakan pada salah satu kandidat, yaitu pasangan Ratu Atut
Chosiyah dan Rano Karno. Radar Banten dan Tangsel Pos memiliki
persamaan dalam pemberitaan, yakni bersikap pro dan berperan sebagai
112
media pemenang kubu Atut-Rano. Persamaan selanjutnya adalah berita
kampanye Pemilukada Banten 2011 pada Radar Banten dan Tangsel Pos
menggunakan jenis kampanye kandidat (candidate-oriented campaigns)
dengan cara menonjolkan salah satu pasangan saja, yaitu pasangan Atut-
Rano. Namun, Radar Banten dan Tangsel Pos memiliki strategi yang
berbeda dalam teknik pengemasan berita kampanye pemenangan pasangan
Atut-Rano. Pemihakan Radar Banten terlihat dari pengulangan aspek dan
pemilihan fakta-fakta yang merefleksikan keberhasilan Atut dalam
membangun Banten. Sedangkan keberpihakan Tangsel Pos dapat dilihat
dari penggunaan kata-kata yang menggambarkan kekuatan Atut.
B. Saran
1. Penulis berharap agar surat kabar Radar Banten dapat meningkatkan
kualitas pemberitaan dengan memerhatikan unsur tematik dalam
membingkai peristiwa. Radar Banten terlalu banyak menempatkan
subjudul dalam sebuah berita dan sebaiknya hal tersebut bisa lebih
diperhatikan agar pembaca merasa nyaman dalam menikmati berita yang
disampaikan. Selain itu, Radar Banten juga harus dapat bersikap netral
dalam memandang sebuah peristiwa. Karena, Radar Banten merupakan
surat kabar lokal yang berpengaruh dan memiliki pembaca yang dominan
di Provinsi Banten, serta kerap dijadikan referensi oleh masyarakat Banten
untuk mengetahui perkembangan informasi seputar peristiwa yang terjadi
di wilayah Banten.
2. Dalam mengonstruksi berita, surat kabar Tangsel Pos harus lebih
memerhatikan unsur sintaksis, terutama penempatan pernyataan dan
113
kutipan dalam sebuah berita. Pernyataan dan kutipan merupakan salah satu
aspek terpenting dan wajib dicantumkan dalam pemberitaan. Selain
sebagai data pelengkap, kedua aspek tersebut adalah poin penting dalam
sebuah berita, apalagi berita yang termasuk dalam kategori hard news.
Tangsel Pos pun harus menghindari keberpihakan dan mampu bersikap
netral dalam memberitakan suatu peristiwa, meskipun penulis memahami
jika kehidupan media massa tidak bisa dilepaskan dari sisi komersialisasi
atau bisnis.
3. Penelitian ini hanya terbatas pada analisis teks media saja, tanpa meneliti
faktor lain terkait hal-hal yang memengaruhi agenda pemberitaan media.
Karena alasan tersebut, penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat
dikembangkan lebih lanjut dengan melakukan analisis pada seluruh
komponen framing, bukan hanya pada teks beritanya saja. Hal ini
bertujuan untuk menemukan temuan-temuan baru terkait penggunaan
subjek dan objek penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ardianto, Elvinaro. dkk. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Cetakan ke-3.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007.
Birowo, M. Antonius. Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Gintanyali. 2004.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2008.
Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 2003.
Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.
Yogyakarta: LKis, 2002.
Gunadi, Y.S. Himpunan Istilah Komunikasi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, 1998.
Karlina, Siti, dkk. Komunikasi Massa. Cetakan ke-6. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2007.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis
Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi,
Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.
Mariana, Dede dan Paskarina, Caroline. Demokrasi dan Politik Desentralisasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.
Morissan, dkk. Teori Komunikasi Massa. Bogor: PT. Ghalia Indonesia, 2010.
Mulyana, Deddy. Nuansa-nuansa Komunikasi: Meneropong Politik dan Budaya
Komunikasi Masyarakat Kontemporer. Cetakan ke-3. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005.
Nimmo, Dan. Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek. Cetakan ke-4. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007.
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: LKiS, 2007.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Cetakan ke-5. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009.
Sumadiria, Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2005.
Susanto, Astrid S. Komunikasi dalam Teori dan Praktik. Bandung: Bina Cipta,
1998.
Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005.
Venus, Antar. Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam
Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Cetakan ke-3. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2009.
Website
http://www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_12_Tahun_2008.pdf
Heryanto, Gun Gun. “Marketing Politik di Media Massa dalam Pemilu 2009,”
artikel diakses pada 28 Mei 2013 dari
http://www.scribd.com/doc/22540557/Marketing-Politik-Di-Media-Massa-
Gun
Juliana, Indra. “Analisis Framing Pemberitaan Kasus M. Nazaruddin Pada Harian
Pagi Tribun Jabar.” Artikel diakses pada 6 Mei 2012 dari
http://www.scribd.com/doc/82845272/21/Teori-Agenda-Setting
Karthubij, Susanto. “Agenda Setting, Framing, dan Priming.,” Artikel diakses
pada 13 Mei 2012 dari http://www.paksanto.com
Prastowo, Andi. “Pengertian Teknik Wawancara, Observasi, dan Pengamatan,”
artikel diakses pada 28 Mei 2013 dari http://dunia-
penelitian.blogspot.com/2011/10/pengertian-teknik-wawancara-
observasi.html
Skripsi
Fauzi, Ahmad. “Analisis Framing Pemberitaan Kampanye Pilkada DKI Jakarta
pada Harian Kompas dan Republika.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah
dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2008.
Fatimatuzzahro. “Analisis Framing Berita Kriminal Koran Harian Umum
Republika.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
Wawancara
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Radar Banten. Serang, 14 Maret
dan 7 Agustus 2012.
Wawancara pribadi dengan Reporter Radar Banten. Serang, 8 Agustus 2012.
Wawancara pribadi dengan Pemimpin Redaksi Tangsel Pos. Serpong, 26 April
dan 17 September 2012.
Wawancara pribadi dengan Redaktur Politik Tangsel Pos. Serpong, 13 September
2012.
Sumber Lain
Company Profile Radar Banten.
Company Profile Tangsel Pos.
COMPANY PROFILE RADAR BANTEN
Sejarah dan Perkembangan
Harian Radar Banten (selanjutnya disebut Radar Banten) merupakan satu dari
tiga harian lokal yang terbit di Provinsi Banten. Terbit pertama kali pada tanggal 2
Juni 2000 dengan nama Harian Banten yang dikelola oleh PT Wahana Semesta
Banten dan berada di bawah naungan Jawa Pos Group.
Munculnya koran lokal seperti Radar Banten, adalah sebuah keniscayaan sejarah,
seiring dibukanya kran kebebasan pers di Indonesia pasca runtuhnya Rezim Orde
Baru, yang ditandai dengan disahkannya UU Pokok Pers No. 40 Tahun 1999.
Fenomena munculnya koran-koran lokal, ini juga dilandasi oleh semangat Otonomi
Daerah sesuai dengan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan
daerah.
Karena itu, pasca kebebasan pers ini, tak heran koran-koran lokal pun
bermunculan di hampir seantero negeri, terutama dipelopori oleh industri-industri
media yang telah eksis dan establish di dunia persuratkabaran tanah air. Sebut saja
dengan Jawa Pos. Koran terbesar di Jawa Timur ini menjadi “raja” media dengan
menerbitkan puluhan koran lokal di berbagai daerah di Indonesia.
Kemunculan Harian Banten di provinsi ke-30 ini bersamaan dengan semangat yang
menggelora dari masyarakat Banten untuk memisahkan diri dari Provinsi Jawa Barat
dan menjadi provinsi sendiri. Apalagi, saat itu Harian Banten tampil sebagai satu-
satunya koran yang terbit di Kota Serang (cikal bakal ibukota Provinsi Banten kala
itu). Sedangkan satu koran lagi, Radar Tangerang (juga berada di bawah manajemen
Jawa Pos Group), sekalipun berada di wilayah Banten, namun terbit, komposisi
berita dan peredarannya lebih terkonsentrasi di kawasan Tangerang.
Karena itu, menjadi sebuah keniscayaan jika Harian Banten pada masa-masa
awal terbitnya banyak mengangkat berita-berita seputar perjuangan pembentukan
Provinsi Banten. Berbagai peristiwa penting perjuangan masyarakat Banten hingga
terealisasinya provinsi ke-30 ini berhasil direkam oleh para wartawan Harian Banten
dan menjadi liputan-liputan menarik serta ditunggu masyarakat. Maka, tak heran bila
nama Harian Banten langsung melekat di hati masyarakat Banten, sehingga
kemudian manajemen mengambil motto Harian Banten sebagai “Koran Kebanggaan
Warga Banten”.
Untuk mempercepat penerimaan masyarakat, pada masa-masa awal
terbitnya, Harian Banten banyak menyebar spanduk promosi yang bernada
propagandis dan provokatif yang dikemas dalam bahasa setempat. Untuk wilayah
Serang dan Kota Cilegon yang notabene masyarakatnya berbahasa Jawa-Banten,
ditampilkan spanduk yang berbunyi “Aje Ngaku Wong Banten Lamun Ore Mace
Harian Banten”. sedangkan di wilayah Kabupaten Pandeglang dan Lebak yang
notabene masyarakatnya berbahasa Sunda, tampill dengan spanduk berbunyi “Ulah
Ngaku Urang Banten Lamun Teu Maca Harian Banten”. Sedangkan di wilayah
Tangerang yang masyarakatnya heterogen tampil dengan spanduk “Jangan Ngaku
Orang Banten Kalau Tidak Membaca Harian Banten.”
Kemunculan spanduk-spanduk tersebut, tentu saja mendapat beragam reaksi
dari masyarakat. Mulai yang memberikan pujian hingga yang mempertanyakannya
karena bahasanya dianggap terlalu vulgar. Bahkan, seorang tokoh agama di Kota
Serang sempat menelepon redaksi Harian Banten. Ia mempertanyakan mengapa
Harian Banten membuat spanduk demikian. Kata dia, sebagai masyarakat yang
berkultur religius, yang dibaca pertama kali adalah al-Qur‟an bukan koran. Jadi,
mestinya kalimatnya diganti menjadi “Aje Ngaku Wong Banten Lamun Ore Mace Al-
Qur’an”. Reaksi masyarakat atas kemunculan spanduk-spanduk tersebut, terbukti
mempercepat penetrasi Harian Banten, dengan oplah pada masa-masa awal
terbitnya mencapai angka 5.000 eksemplar.
Pada Mei 2003 Harian Banten berpindah kantor dari yang semula di Jalan
Ahmad Yani No. 104 Serang, ke Jalan Letnan Jidun No. 7 Kapendean, Serang dan
seiring dengan tumbuh pesatnya perkembangan perusahaan sekarang Radar
Banten sudah memiliki gedung sendiri yang bernama Graha Pena Radar Banten
yang beralamat di Jl. Kolonel Tb. Suwandi Lingkar Selatan Kota Serang. Sementara
itu, seiring dengan pergantian struktur di manajemen, terhitung sejak 1 November
2004, Harian Banten dengan semboyan “Kebanggaan Warga Banten” resmi berubah
menjadi Radar Banten dengan semboyan baru pula, “Aspirasi, Suara Hati dan
Kebanggaan Banten”. Perubahan ini dilandasi oleh pertimbangan, antara lain:
1. Sebagai strategi manajemen untuk mereposisi Harian Banten di masyarakat.
2. Mengkuti tradisi nama, di mana koran anak-anak perusahaan Jawa Pos Group
umumnya diawali dengan nama Radar.
3. Dari segi bisnis, nama Radar lebih „menjual‟ ketimbang nama Harian terutama di
mata para biro iklan di Jakarta.
Perubahan dari Harian Banten menjadi Radar Banten terbukti membawa
angin segar. Radar Banten tampil sebagai market leader dengan oplah yang kini
mencapai 40 ribu eksemplar setiap harinya (data terakhir Bagian Pemasaran). Begitu
juga pendapatan iklannya, yang rata-rata per bulan mencapai angka di atas Rp 500
juta. Bahkan, pada periode pasca perubahan nama, Radar Banten sempat
membukukan angka pendapatan iklan lebih dari Rp700 juta dalam satu bulan (data
Bagian Iklan). Untuk ukuran koran lokal, pendapatan iklan sebanyak itu merupakan
angka cukup fantastis. Kebijakan lain yang ditempuh oleh manajemen adalah
perubahan perwajahan koran dan mempertegas pemberlakuan larangan bagi para
wartawan untuk menerima uang atau barang berharga lainnya dari narasumber
(dimuat di halaman depan Radar Banten).
Visi Radar Banten
Radar Banten dalam operasional aktivitasnya didasarkan pada visi berikut:
Visi Sosial.
Tampil menjadi koran lokal yang memiliki kepekaan dan tanggung jawab
sosial-kemasyarakatan, serta mendorong dinamisasi dan percepatan pembangunan
di Provinsi Banten.
Visi Bisnis.
Radar Banten sebagai koran yang probisnis. Radar Banten harus menjadi
media paling efektif bagi para pebisnis di Banten maupun luar Banten dalam
mengenalkan produk-produknya di masyarakat. Dengan visi ini pula Radar Banten
mendorong terwujudnya masyarakat yang berjiwa entrepreneur (wirausaha).
Misi Radar Banten
Radar Banten dilahirkan untuk berkiprah dan berperanserta dalam
pembangunan bangsa dan negara, khususnya di Provinsi Banten. Untuk
menjalankan perannya itu, Radar Banten memiliki misi Aspirasi, Suara Hati dan
Kebanggaan Banten, dengan penjabaran sebagai berikuti:
1. Aspirasi. Sebagai penyebar informasi, Radar Banten harus tampil menjadi
koran terpercaya dan berguna bagi masyarakat, menjadi media penghubung
yang baik bagi semua pihak, baik pemerintah dengan masyarakat, masyarakat
dengan masyarakat, serta pihak-pihak lain.
2. Suara Hati. Segala isi pemberitaan Radar Banten, harus mencerminkan
suara hati masyarakat Banten. Karena itu, wartawan dan karyawannya dituntut
memiliki kepekaan yang tinggi terhadap kondisi sosial masyarakat, dan harus
merasa sebagai bagian dari masyarakat Banten.
3. Kebanggaan Banten. Radar Banten sebagai salah satu koran lokal di Banten
harus tampil menjadi koran kebanggaan warga Banten, dengan penyajian
beritanya yang akurat, tepat, dan terpercaya, serta menaati kode etik jurnalistik
dan sesuai dengan Undang-undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers.
Persebaran Wilayah & Segmentasi Pembaca
Perkembangan oplah koran dari hari ke hari mengalami kenaikan, dan
berdasarkan data dari Bagian Pemasaran, saat ini oplah Radar Banten berada dalam
kisaran angka 40 ribu eksemplar, dengan persebaran wilayah dan segmentasi
pembaca sebagai berikut:
- Persebaran Wilayah:
1. Kota Cilegon 30%
2. Kota Tangerang 10%
3. Kabupaten Serang 31%
4. Kabupaten Pandeglang 12%
5. Kabupaten Lebak 8%
6. Kabupaten Tangerang 9%
- Segmentasi Pembaca:
1. Jenis Kelamin: Pria 78%
Wanita 22%
2. Usia Pembaca: 15-19 tahun 7%
20-24 tahun 23%
25-29 tahun 17%
30-34 tahun 19%
35-39 tahun 18%
40-49 tahun 9%
di atas 50 tahun 7%
3. Pendidikan Pembaca: Universitas 14%
Akademisi 18%
Tamatan SLTA 43%
Tamatan SLTP 17%
Lain-lain 8%
4. Pekerjaan Pembaca: Pelajar/mahasiswa 9%
Professional 33%
Karyawan biasa 11%
Usahawan 35%
Ibu Rumah Tangga 5%
Lain-lain 7%
- Pembelanjaan/Pengeluaran Per Bulan Pembaca
Rp 1.500.000,- - ke atas 20%
Rp 1.000.000,- - Rp 1.500.000,- 19%
Rp 700.000,- -Rp 1.000.000,- 23%
Rp 500.000,- - Rp 700.000,- 11%
Rp 350.000,- - Rp 500.000,- 10%
Rp 200.000,- - Rp 350.000,- 13%
Di bawah - Rp 200.000,- 4%
Format & Bentuk Fisik
Sejak awal terbit pada 2 Juni 2000, Harian Banten (selanjutnya disebut Radar
Banten) tampil dengan ukuran tujuh kolom (Junior Broadsheet, 35 x 58 Cm),
mengikuti induknya, Jawa Pos. Dalam dunia persuratkabaran, ukuran tujuh kolom ini
disebut American Style, karena berkiblat pada bentuk koran yang terbit di Amerika
Serikat.
Filosofinya adalah bahwa saat ini dunia semakin ramai dan padat. Karena itu,
dibutuhkan koran dengan format yang lebih kecil dan mudah dibawa maupun dibaca
di mana pun dan kapan pun. Trend, tersebut agaknya memang terjadi di Amerika
Serikat dan beberapa negara lainnya. Koran menjadi mudah dibawa ke mana pun
dan tidak mengganggu orang lain sewaktu dibaca. Belakangan perubahan format
koran ini juga diikuti oleh Kompas dan hampir seluruh koran lainnya. Bahkan, Koran
Tempo kini tampil dengan format yang lebih kecil lagi (format tabloid).
Radar Banten juga tampil sebagai koran berwarna (sebanyak empat halaman,
yakni halaman 1,12,13, dan 24), dengan berita-berita tuntas dalam satu halaman,
kecuali halaman satu (halaman utama) yang bersambung ke halaman 11.
Penggunaan sistem berita tuntas ini dimaksudkan untuk mempermudah pembaca,
sehingga tidak harus membolak-balik halaman guna mencari sambungan. Pemuatan
berita disesuaikan dengan garis lipatan koran, sehingga saat dibaca dengan posisi
melipat pun, pembaca tidak kesulitan membacanya.
Bentuk fisik lain yang menjadi ciri khas Radar Banten adalah
menyeimbangkan pemuatan berita dengan foto berita pada masing-masing halaman.
Dalam satu halaman, rata-rata foto yang termuat mencapai tiga buah. Hal ini
dimaksudkan agar pembaca tidak jenuh dengan tampilan Radar Banten, sekaligus
mengikuti perkembangan jurnalistik yang amat dinamis. Dalam dunia jurnaslitik
dikenal bahwa foto adalah juga bentuk lain dari berita.
Setiap hari Senin, Rabu, Kamis Radar Banten terbit dengan 24 halaman,
kecuali edisi Selasa dan Sabtu sebanyak 20 halaman serta Minggu sebanyak 16
halaman. Sedangkan kebijaksanaan penyajian halaman, kecuali halaman satu,
berbeda-beda sesuai dengan pokok permasalahan yang telah digariskan oleh
redaksi.
Sementara itu, berita-berita yang tersaji dalam Radar Banten tidak semuanya
merupakan hasil kerja lapangan wartawannya. Khususnya berita-berita dan foto
nasional, olahraga dan internasional, banyak memanfaatkan jasa pelayanan kantor
berita serta jaringan Jawa Pos News Network atau yang lebih dikenal dengan istilah
JPNN, serta kantor berita luar negeri seperti AFP dan Reuteurs.