oilpalm_kajianpeluanginvestasi

19
  Komoditi Kelapa Sawit IV - 1 4.1. Kajian Pasar Komoditi Kelapa Sawit  4.1.1. Kebutuhan, Pemenuhan dan Peluang Pasar Global Dari berbagai perkembangan dan kajian yang ada, terlihat bahwa ke depan persaingan dalam usaha perkebunan kelapa sawit bukan saja terjadi antar sesama negara produsen melainkan juga persaingan dengan jenis minyak nabati lainnya. Hal ini jelas terlihat dari gambaran tentang pangsa konsumsi dan produksi minyak nabati terlihat pada Tabel 4.1. berikut: Tabel 4.1. Pangsa Produksi dan Konsumsi Minyak Nabati Dunia o Uraian 1993-1997 1998-2002 2003-2007 2008-2012 I. Total Produksi/(ton) 70.778.000 83.680.000 95.624.000 108.512.000 1 M. sawit 15.500.382 20.752.640 25.340.360 29.949.312 2 M. Kedelai 17.765.278 19.915.840 22.376.016 25.174.784 3 M. kanola 10.121.254 11.966.240 12.526.744 15.517.216 4 M. bunga matahari 8.351.804 9.790.560 12.526.744 12.044.832 5 M. lainnya 19.039.282 21.254.720 22.854.136 25.825.856 II. Total Konsumsi/(ton) 90.501.000 104.281.000 118.061.000 132.234.000 1 M. sawit 15.385.170 20.021.952 25.973.420 29.752.650 2 M. Kedelai 17.828.697 20.126.233 22.313.529 25.124.460 3 M. kanola 10.045.611 11.783.753 13.577.015 15.471.378 4 M. bunga matahari 8.326.092 9.593.852 10.861.612 12.033.294 5 M. lainnya 38.915.430 42.755.210 45.335.424 49.852.218 Sumber : diolah dari Oil World  Jika ditinjau untuk masing-masing komoditi, diperoleh gambaran bahwa pertumbuhan produksi untuk minyak kelapa sawit pada periode 2003-2007 mengalami kenaikan menjadi 25.340.360 ton ( 26,5 %) dari total produksi jenis minyak nabati. Perkembangan persentase produksi minyak nabati dunia dapat dilihat pada Gambar 4.1.  Begitu juga dengan konsumsi, diperoleh gambaran bahwa pertumbuhan konsumsi yang cukup tinggi terjadi terutama pada tiga jenis min yak nabati yaitu minyak kedelai, minyak kelapa sawit dan minyak kanola. Namun demikian mulai periode 2003-2007 pangsa konsumsi minyak kelapa sawit mengungguli pangsa konsumsi minyak kedelai. Kondisi tersebut diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga tahun 2020.

Transcript of oilpalm_kajianpeluanginvestasi

5/17/2018 oilpalm_kajianpeluanginvestasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/oilpalmkajianpeluanginvestasi 1/18

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 1

4.1. Kajian Pasar Komoditi Kelapa Sawit 

4.1.1. Kebutuhan, Pemenuhan dan Peluang Pasar Global

Dari berbagai perkembangan dan kajian yang ada, terlihat bahwa ke depan persaingan dalam usaha

perkebunan kelapa sawit bukan saja terjadi antar sesama negara produsen melainkan juga persaingandengan jenis minyak nabati lainnya. Hal ini jelas terlihat dari gambaran tentang pangsa konsumsi

dan produksi minyak nabati terlihat pada Tabel 4.1. berikut:

 Tabel 4.1. Pangsa Produksi dan Konsumsi Minyak Nabati Dunia

o Uraian 1993-1997 1998-2002 2003-2007 2008-2012I. Total Produksi/(ton) 70.778.000 83.680.000 95.624.000 108.512.0001 M. sawit 15.500.382 20.752.640 25.340.360 29.949.3122 M. Kedelai 17.765.278 19.915.840 22.376.016 25.174.7843 M. kanola 10.121.254 11.966.240 12.526.744 15.517.2164 M. bunga matahari 8.351.804 9.790.560 12.526.744 12.044.8325 M. lainnya 19.039.282 21.254.720 22.854.136 25.825.856

II. Total Konsumsi/(ton) 90.501.000 104.281.000 118.061.000 132.234.0001 M. sawit 15.385.170 20.021.952 25.973.420 29.752.6502 M. Kedelai 17.828.697 20.126.233 22.313.529 25.124.460

3 M. kanola 10.045.611 11.783.753 13.577.015 15.471.3784 M. bunga matahari 8.326.092 9.593.852 10.861.612 12.033.2945 M. lainnya 38.915.430 42.755.210 45.335.424 49.852.218

Sumber : diolah dari Oil World 

 Jika ditinjau untuk masing-masing komoditi, diperoleh gambaran bahwa pertumbuhan produksi

untuk minyak kelapa sawit pada periode 2003-2007 mengalami kenaikan menjadi 25.340.360 ton  

( 26,5 %) dari total produksi jenis minyak nabati. Perkembangan persentase produksi minyak nabati

dunia dapat dilihat pada Gambar 4.1. Begitu juga dengan konsumsi, diperoleh gambaran bahwapertumbuhan konsumsi yang cukup tinggi terjadi terutama pada tiga jenis minyak nabati yaitu

minyak kedelai, minyak kelapa sawit dan minyak kanola. Namun demikian mulai periode 2003-2007

pangsa konsumsi minyak kelapa sawit mengungguli pangsa konsumsi minyak kedelai. Kondisi

tersebut diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga tahun 2020.

5/17/2018 oilpalm_kajianpeluanginvestasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/oilpalmkajianpeluanginvestasi 2/18

Peta Komoditi Utama Sektor Primer danPengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 2

Gambar 4.1. Grafik Perkembangan Persentase Produksi Minyak Nabati Dunia

Gambar 4.2. Grafik Perkembangan Persentase Konsumsi Minyak Nabati Dunia

Dari olahan data berdasarkan sumber oil world masih menunjukkan kekurangan akan kebutuhan

produksi minyak goreng sawit hal ini dapat diketahui dari data produksi dan rencana produksi

minyak sawit dunia tahun 2003-2007 sebesar 25.340.360 ton (tingkat produksi mencapai 26,5% dari

95.624.000 ton produksi minyak nabati di dunia), sedangkan data konsumsi dan rencana konsumsi

tahun 2003-2007 sebesar 25.973.420 ton (tingkat konsumsi mencapai 22% dari 118.061.000 ton

konsumsi minyak nabati di dunia). Dari data tersebut diatas masih terdapat kekurangan minyak 

goreng sawit sebesar 633.060 ton minyak goreng sawit atau setara dengan 844.060 ton CPO atau

setara dengan ketersediaan 3.699.913,04 ton TBS per tahunnya.

P e rk e mba ng a n P roduk s i M iny a k N a ba t i D unia

0

5000000

10000000

15000000

20000000

25000000

30000000

35000000

1993-199 7 1998-20 02 2 003-200 7 2008-2 012

R e n t a n g T a h u n

   J  u  m   l  a   h   P  r  o   d  u   k  s   i   (   t  o  n   )

Min y ak S aw it M in y ak K ed ela i Min y ak K an ola M in y ak B un ga Ma ta ha ri Min y ak L ain ny a

 

Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia

0

10000000

20000000

30000000

40000000

50000000

60000000

1993-1997 1998-2002 2003-2007 2008-2012

Rentang Tahun

   J  u  m   l  a   h   K  o  n  s  u  m  s   i   (   t  o  n   )

Min ya k Sa w it Min ya k Ke de la i Min y ak Ka no la Min y ak Bu ng a Ma ta ha ri Min ya k La in ny a

 

5/17/2018 oilpalm_kajianpeluanginvestasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/oilpalmkajianpeluanginvestasi 3/18

Peta Komoditi Utama Sektor Primer danPengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 3

Ekspor CPO Indonesia pada dekade terakhir meningkat dengan laju antara 7 – 8 % per tahun. Di

samping dipengaruhi oleh harga di pasar internasional dan tingkat produksi, kinerja ekspor CPO

Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, khususnya tingkat pajak ekspor.

Dengan asumsi tingkat pajak ekspor adalah masih di bawah 5 %, maka ekspor CPO Indonesia

diperkirakan akan tumbuh dengan laju 4 – 8 % per tahun pada periode 2000 - 2010 ( Gambar 4.3. ).

Pada periode 2000 - 2005, ekspor akan tumbuh dengan laju 5 % - 8 % per tahun sehingga volume

ekspor pada periode tersebut sekitar 5,4 juta ton. Pada periode 2005 - 2010, volume ekspor

meningkat dengan laju 4 % - 5 % per tahun yang membuat volume ekspor menjadi 6,79 juta ton

pada tahun 2010.

Gambar 4.3. Proyeksi ekspor CPO Indonesia, 2000 - 2010

Berdasarkan sumber data ekspor Badan Pusat Statistik Nasional (BPSN) Tahun 2003

kecenderungan ekspor CPO Nasional meningkat antara lain ke India dengan volume ekspor

1.402.783.354 kg, dengan nilai ekspor US$ 523.183.022, ke Belanda dengan volume ekspor

377.424.630 kg dengan nilai ekspor US$ 129.468.217 dan ke Malaysia volume ekspor

320.528.032 kg dengan nilai ekspor US$ 124.869.906.

Sebagai salah satu produsen utama minyak sawit dunia, Indonesia memiliki potensi yang cukup

besar untuk terus berperan dalam pasar dunia. Pada dekade 1980-an ekspor minyak sawit (CPO)

Indonesia hanya ke Eropa Barat, tetapi beberapa tahun terakhir permintaan dari negara-negara lain

seperti China, India, Pakistan, Myanmar, Kenya, Tansania, dan Afrika Selatan terus meningkat. Pada

 Tabel 4.2. menunjukkan perkembangan ekspor sawit di Indonesia di beberapa mancanegara.

5/17/2018 oilpalm_kajianpeluanginvestasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/oilpalmkajianpeluanginvestasi 4/18

Peta Komoditi Utama Sektor Primer danPengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 4

 Tabel 4.2. Perkembangan Ekspor Minyak sawit (CPO) Indonesiake Mancanegara Periode 1997 - 2000

 Tahun (ton) Tujuan

1997 1998 1999 2000India 469.559 342.218 1.028.436 1.639.068

Netherlands 779.225 329.462 650.097 539.559China 401.6 143.519 333.107 438.084Malaysia 260.218 256.489 245.851 56.911Singapore 41.974 25.061 92.035 273.322Others 1.015.008 382.529 949.46 1.109.043 Total 2.967.589 1.479.278 3.298.986 4.110.027

Sumber : BPS dan GAPKI dalam Kompas, 2001

 Tabel 4.3. menunjukkan perkembangan ekspor CPO dan PKO secara umum di Indonesia dari

tahun 2001 - 2003. Grafik trend ekspor minyak sawit ke beberapa negara disajikan pada

Gambar 4.4.

 Tabel 4.3. Perkembangan Volume Ekspor dan Nilai Ekspor CPO dan Jenis CPO Lainnya Tahun 2001 – 2003

2001 2002 2003Komoditi  Vol. (kg) Value

(US$) Vol. (kg) Value (US$) Vol. (kg) Value (US$)

CrudePalm Oil(CPO)

1.849.142.144 406.409.025 2.804.792.251 891.998.644 2.892.130.288 1.062.214.890

CPOlainnya

3.054.075.591 674.497.474 3.528.915.705 1.200.405.261 3.494.279.247 1.392.410.646

Sumber : Badan Pusat Statistik Nasional 

Gambar 4.4. Grafik Perkembangan Ekspor CPO

Fig 2.5 : CPO Export Development Graphic

2.967.589

1.479.278

3.298.9864.110.027

4.903.2186.386.410

6.333.708

0

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

7.000.000

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003

Year

   V  o   l  u  m  e   C   P   O

   (   T  o  n   )

 Tahun

5/17/2018 oilpalm_kajianpeluanginvestasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/oilpalmkajianpeluanginvestasi 5/18

Peta Komoditi Utama Sektor Primer danPengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 5

4.1.2  Kebutuhan, Pemenuhan dan Peluang Pasar Nasional

Perkembangan industri minyak goreng sawit pada dasawarsa terakhir mengalami peningkatan

sejalan dengan beralihnya pola konsumsi masyarakat dari minyak goreng kelapa ke minyak goreng 

kelapa sawit. Konsumsi per kapita minyak goreng Indonesia mencapai 16,5 kg per tahun dimana

konsumsi per kapita khusus untuk minyak goreng sawit sebesar 12,7 kg per tahun. Berdasarkan

perkembangan berbagai variabel terkait seperti peningkatan konsumsi minyak goreng untuk 

keperluan rumah tangga maupun industri diperkirakan total konsumsi minyak goreng dalam negeri

tahun 2005 mencapai 6 juta ton dimana 83,3 % terdiri dari minyak goreng sawit.

Untuk data nasional pada tahun 2003 diketahui produksi minyak goreng sawit di Indonesia sebesar

7.425.000 ton (setara dengan kebutuhan CPO sebesar 9.900.000 ton atau setara dengan ketersediaan

 TBS sebesar 43.043.478,26 ton). Dimana pada tahun yang sama Indonesia mengekspor minyak 

goreng sawit sebesar 4.800.000 ton dan kebutuhan konsumsi nasional sebesar 3.964.900 ton. Dari

hasil analisa diatas diketahui bahwa Indonesia masih kekurangan minyak goreng untuk kebutuhan

nasional sebesar 1.339.000 ton (setara dengan kebutuhan CPO sebesar 1.786.533,33 ton atau setara

dengan ketersediaan TBS sebesar 7.767.536,23 ton). Hal ini menunjukkan bahwa peluang untuk 

pengolahan minyak goreng sawit maupun pengolahan CPO dan budidaya kelapa sawit masih

memiliki peluang besar untuk dikembangkan di Indonesia (Sumber: Denom Bangun, Ketua Gapki

dan BIRO). Sementara dari data ekspor dapat diketahui bahwa kuota impor China untuk minyak 

goreng sawit mencapai 2,6 juta ton pada tahun 2004 dan Indonesia baru menyanggupi 0,7 juta ton

untuk CPO dan 0,2 juta ton untuk minyak goreng sawit dan Cina masih membuka importir untuk 

mengimpor minyak goreng sawit sebesar 0,5 juta ton. Dan untuk India pada tahun 2004 kuotaimpor minyak goreng sawit mencapai 2,5 juta ton. (Sumber: Denom Bangun Ketua GAPKI,

Kompas 15/3/04).

4.1.3. Struktur Pasar Komoditi Kelapa Sawit Global dan Nasional

Secara historis pertumbuhan produksi minyak sawit dunia selama dua dasawarsa terakhir ini

mengalami kenaikan sekitar 7,3 % pertahun. Perkembangan minyak sawit dunia ini sangat

dipengaruhi oleh produksi minyak sawit Negara Malaysia dan Indonesia yang memberikan

kontribusi sebesar 80 % dari produksi dunia. Berdasarkan data oil word diperkirakan produksi CPO

lima tahun ke depan akan meningkat tapi lebih kecil dibandingkan dengan konsumsi masyarakat

dunia. Sehingga kondisi seperti ini akan membawa kondisi investasi menjadi baik. Tingkat produksi

CPO dunia masih dikuasi oleh Malaysia dengan pengusaan 50 % market dunia, sedangkan

Indonesia berada pada tingkat kedua dengan 30 % penguasaan market dunia.

5/17/2018 oilpalm_kajianpeluanginvestasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/oilpalmkajianpeluanginvestasi 6/18

Peta Komoditi Utama Sektor Primer danPengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 6

Saat ini Indonesia dan Malaysia merupakan produsen utama CPO dunia dengan menguasai lebih

dari 80 % pangsa pasar. Negara-negara produsen lainnya, seperti Nigeria, Kolombia, Thailand,

Papua Nugini, dan bahkan Pantai Gading, boleh dibilang hanya menjadi pelengkap. Malaysia

menempati peringkat teratas dengan volume produksi pada 2003 mencapai 13,35 juta ton.

Sementara Indonesia masih 9,75 juta ton. Menurut ramalan Oil World, volume produksi CPO

Indonesia pada 2010 bakal mencapai 12 juta ton. Namun, agaknya ramalan itu bakal

meleset. Sebab, pada 2004 saja volume produksi CPO Indonesia sudah mencapai 11,5 juta ton.

Itu sebabnya banyak kalangan optimistis volume produksi CPO Indonesia bakal segera

mengalahkan Malaysia, terlebih jika melihat luas lahan di Malaysia yang kian terbatas, sementara di

Indonesia masih begitu luas.

Produksi minyak sawit (CPO) di dalam negeri diserap oleh industri pangan terutama industri

minyak goreng dan industri non pangan seperti industri kosmetik dan farmasi. Namun, potensi

pasar paling besar adalah industri minyak goreng. Potensi tersebut terlihat dari semakin

bertambahnya jumlah penduduk yang berimplikasi pada pertambahan kebutuhan pangan terutama

minyak goreng. Sampai tahun 1997 produksi minyak goreng Indonesia baru mencapai 3,1 juta ton

dengan kontribusi minyak goreng sawit 2,3 juta ton (74 %). Kebutuhan untuk memproduksi minyak 

goreng sawit sebesar itu memerlukan 3,3 juta ton minyak sawit.

Dilihat dari pengusahaannya, perkebunan kelapa sawit di Indonesia ada tiga, yaitu perkebunan

rakyat, perkebunan besar negara, dan perkebunan swasta. Dari ketiga jenis perkebunan tersebut

memiliki pola pemasaran produk kelapa sawit yang berbeda.

♦  Pola pemasaran perkebunan rakyat

Perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh rakyat memiliki luas lahan yang terbatas yaitu

berkisar 1-10 hektar. Dengan luas lahan tersebut, tentunya menghasilkan produksi TBS yang 

terbatas, untuk mengatasi hal ini maka petani harus menjual TBS melalui pedagang tingkat desa

yang dekat dengan lokasi kebun atau melalui KUD, kemudian berlanjut ke pedagang besar

hingga ke prosesor/industri pengolah. Berikut pola pemasaran pada perkebunan rakyat

Gambar 4.5.

♦  Pola Pemasaran Perkebunan Besar Negara dan Swasta

Pemasaran produk kelapa sawit pada perkebunan besar negara (PBN) dilakukan secara bersamamelalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB), sedangkan untuk perkebunan besar swasta (PBS),

pemasaran produk kelapa sawit dilakukan oleh masing-masing perusahaan. Pada umumnya

perusahaan besar baik negara maupun swasta menjual produk kelapa sawit dalam bentuk olahan

yaitu minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO). Penjualan langsung kepada

eksportir ataupun ke pedagang/industri dalam negeri.

5/17/2018 oilpalm_kajianpeluanginvestasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/oilpalmkajianpeluanginvestasi 7/18

Peta Komoditi Utama Sektor Primer danPengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 7

Sumber : Seri Agribisnis, Kelapa Sawit, penerbit Penebar Swadaya,2004.

Gambar 4.5. Pola Pemasaran Kelapa Sawit di Indonesia

4.1.4  Perusahaan - Perusahaan Pengembang Komoditi Kelapa Sawit

Pada sub sektor komoditi kelapa sawit, terdapat perusahaan-perusahaan pengembang yang tersebar

di seluruh Provinsi di Indonesia. Dari Provinsi yang memiliki perusahaan pengembang kelapa sawit,

jumlah terbanyak terdapat di Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah 82 perusahaan, berikutnya

adalah Provinsi Riau dengan 36 perusahaan dan Provinsi Kalimantan Barat dengan 10 perusahaan.

Untuk lebih jelasnya, jumlah perusahaan di tiap Provinsi dapat dilihat pada Tabel 4.4.

 Tabel 4.4. Jumlah Perusahaan Pengembang Kelapa Sawit di Tiap Provinsi

No. Provinsi Jumlah1 NAD 42 Sumatera Utara 823 Sumatera Barat 54 Riau 365 Jambi 66 Sumatera Selatan 77 Bengkulu 48 Lampung 2

Pola 1

Farmer   Villager Seller Sub-District Seller

ProcessPedagang Dalam Negeri/ Eksportir  

Pola 2

Farmer KUD/Auction

ProcessorPedagang Dalam Negeri/Eksportir

Pola 3

Farmer  Processor Pedagang dalam negeri/ Eksportir 

5/17/2018 oilpalm_kajianpeluanginvestasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/oilpalmkajianpeluanginvestasi 8/18

Peta Komoditi Utama Sektor Primer danPengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 8

 Tabel 4.4. Jumlah Perusahaan Pengembang Kelapa Sawit di TiapProvinsi (lanjutan)

No. Provinsi Jumlah

9 Bangka Belitung 210 Banten 111 DKI Jakarata 112 Jawa Barat 213 Jawa Tengah 114 Jawa Timur 115 Kalimanatan Barat 1016 Kalimanatn Timur 317 Kalimantan Selatan 518 Sulawesi Selatan 219 Sulawesi Tengah 120 Irian Jaya 1

Sumber : Direktori Indutri Pengolahan, BPS, 2004

Berikut ini merupakan perusahaan pengembang kelapa sawit terbesar di tiap pulau berdasarkan

tenaga kerja:

 Tabel 4.5. Perusahaan Pengembang Kelapa Sawit Terbesar di Tiap Pulau 

No. Perusahaan Jenis

Produksi Alamat

 Jumlah Tenaga

KerjaSumatera

1 PT. Cerenti Subur CPOKebun Pulau Panjang Hilir, Cerenti, KuantanSingingi, Riau

6655

2PT. Tunggal MitraPlantation

CPO Jl. Riau Ujung no.256 Pujud, Rokan Hilir, Riau 2413

3 PT. Eluan Mahkota CPOKebun Kota Tengah I, Kepenuhan, RokanHulu, Riau

2034

Kalimantan

1PTPN XIII PMS G.Meliau

Minyak sawitDs Meliau Hilir, Meliau, Sanggau, KalimantanBarat

271

2 PT. Multi Prima Entakai Minyak sawit Ds. Inggis, Mukok, Sanggau, Kalimantan Barat 257

3 PTPN XIII PMS Long Pinang  Minyak sawit Long Pinang Ds, Bekoso Pasir Belengkong,Pasir, Kalimantan Timur 227

 Jawa

1 PT. Condong Garut Minyak sawitKp. Cimari Ds Cigadog, Cikelet, Garut, JawaBarat

1420

2 PT. Inti Boga Sejahtera Minyak sawit Jl. Jembatan Tiga Blok F-G Jakarta Utara,Penjaringan, Jakarta Utara 14440, DKI Jakarta

1297

3PTPN VIII Kebun Kerta Jaya

Minyak sawitDs Leuwi Ipuh Banjarsari, Banjarsari, Lebak,Banten

346

Sulawesi

1PT. Tamaco GrahaKrida

CPODesa Ungkaya, Bungku Barat, Morowali,Bungku Tengah, Morowali 94666 Sulawesi Tengah

181

2PT. Unggul Widya Tehnologi Lestari

Minyak sawitBulili Desa Baras, Pasangkayu, Mamuju 91571Sulawesi Selatan

162

3 PT. Surya Raya Lestari CPO Sarudu Pasangkayu, Mamuju, Sulawesi Selatan 110Irian

1PTP Nusantara II(Persero) CPO

PKS Prafi PO.BOX 178 Manokwari 98414 Irian Jaya Barat 178

Sumber : Direktori Indutri Pengolahan, BPS, 2004

Untuk lebih detailnya, daftar perusahaan pengembang kelapa sawit yang memiliki jumlah tenaga

kerja di atas 100 orang, dapat dilihat di Lampiran 1.

5/17/2018 oilpalm_kajianpeluanginvestasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/oilpalmkajianpeluanginvestasi 9/18

Peta Komoditi Utama Sektor Primer danPengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 9

4.1.5.  Perusahaan Pengekspor Komoditi Kelapa Sawit

Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam usaha kelapa sawit dan turunannya yang terdaftar di

Badan Pengembangan Ekspor Nasoinal dapat dilihat pada Tabel 4.6..

 Tabel 4.6. Perusahaan Pengekspor Kelapa Sawit

Nama Perusahaan Jenis Produksi LokasiPT. Agro Jaya Perdana Crude palm oil Sumatera UtaraPT. Bintang Tenera RBD palm oil Sumatera UtaraPT. Ivomas Tunggal Perkasa Crude palm oil Sumatera Utara

KPB Perkebunan Nusantara Crude palm oil, crude palm stearin,palm kernel

Sumatera Utara

PT. Pamina Adolina RBD palm oil Sumatera UtaraPT. Inti Benua Perkasatama Palm oil RiauKrishna Paksi Indah Palm oil RiauPT. Alam Tirta Sari Crude palm oil, palm kernel Lampung PT. Perkebunan Nusantara VII Palm oil Lampung PT. Cahaya Kalbar Tbk Palm oil D.K.I. JakartaPT. Indonesian Marine Palm oil mill D.K.I. Jakarta

PT. Jayakarta Nusatama Palm oil D.K.I. JakartaPacific Inter-Link SDN. BHD. Group Palm oil D.K.I. JakartaPT. Sari Agrotama Persada Palm oil derivatives D.K.I. JakartaPT. Asianagro Agungjaya RBD palm oil, RBD palm olein, Jawa BaratPT. Smart Tbk Palm oil Jawa TimurUP Nadu Palm oil Sulawesi Utara

Sumber : Badan Pengembangan Ekspor Nasoinal, 2005 

4.1.6.  Harga Komoditi Kelapa Sawit

Pada awal tahun 2002 harga rata - rata tandan buah segar (TBS) mencapai Rp 600 per kilogram.

Pada akhir tahun 2002 sampai awal tahun 2003 harga TBS di tingkat petani mencapai lebih Rp 700

per kilogram. Maningkatnya harga TBS itu dipengaruhi oleh membaiknya harga CPO di bursa

minyak nabati dunia di Rotterdam, Belanda. Pada awal tahun 2003 harga minyak sawit dunia

mengalami fluktuasi harga akibat krisis di Timur Tengah, namun harga komoditas kelapa sawit di

pasar dunia terus berada di atas 420 dollar AS per metrik ton.

Harga di pasar dunia dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak kedelai di pasar Chicago, serta

merosotnya nilai tukar dollar AS terhadap rupiah. Selain itu, kinerja pengembangan kelapa sawit

nasional semakin baik. Pada tahun 2003 diperkirakan jumlah volume produksi meningkat kurang 

lebih mencapai 10 persen. Dari tiap metrik ton CPO yang berharga 440 dollar AS per metrik ton,

pengusaha sawit nasional dapat memperoleh keuntungan sekitar Rp 143 per kilogram. Keuntungan

yang didapat dalam industri sawit umumnya dari penjualan minyak inti sawit atau disebut dengan

kernel palm oil yang merupakan turunan dari CPO. Dari tiap kilogram minyak inti sawit dapat

diperoleh laba sebesar Rp 1.550. Rata-rata untuk tiap 20 ton minyak sawit jika diolah bisa

menghasilkan sekitar 5 ton minyak inti sawit. Pada saat harga minyak sawit mentah di bursa

Rotterdam mencapai angka di atas 400 dollar AS, TBS di tingkat petani dapat dibeli dengan harga

5/17/2018 oilpalm_kajianpeluanginvestasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/oilpalmkajianpeluanginvestasi 10/18

Peta Komoditi Utama Sektor Primer danPengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 10

di atas Rp 500 per kilogram. Ketika harga jual CPO di pasar dunia mencapai tingkat 440 dollar AS

per metrik ton, TBS di tingkat petani dapat dibeli dengan harga Rp 700 per kilogram.

Berdasarkan surat Dirjen Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan Diah Maulida No

887/DAGLU/10/2005 tanggal 12 Oktober 2005, harga patokan ekspor kelapa sawit dan biji kelapa

sawit tetap US$ 35 per metrik ton, CPO sebesar US$ 160 per metrik ton, refined bleached

deodorized palm oil (RBD PO) US$ 175 per metrik ton, crude olein (CRD Olein) sebesar US$165

per metrik ton, dan refined bleached deodorized palm olein (RBD Palm Olein) sebesar US$190 per

metrik ton.

4.2. Kelayakan Keuangan Investasi Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit danIndustrinya

Peluang Investasi Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit

Dari segi daya saing, minyak kelapa sawit ternyata cukup kompetitif dibanding minyak nabati

lainnya, karena produktivitas per hektar cukup tinggi, merupakan tanaman tahunan yang cukup

handal terhadap berbagai perubahan agroklimat dan ditinjau aspek gizi minyak kelapa sawit tidak 

terbukti sebagai penyebab meningkatnya kadar kolesterol, bahkan mengandung beta karoten sebagai

pro-vitamin A. Berdasarkan studi oleh Asian Development Bank (ADB), 1993 Indonesia memiliki

tingkat daya saing yang lebih tinggi dibanding Malaysia dan PNG dalam memproduksi minyak sawit

(CPO).

Perkembangan yang signifikan penggunaan bahan bakar bio pada akhir-akhir ini, menjadikan

perkelapasawitan sebagai salah satu sumber minyak nabati untuk menghasilkan bahan bakar bio

tersebut, menjadi lebih prospektif. Laporan terakhir penggunaan bahan bakar bio diesel di Eropa,

 Amerika dan Canada telah mencapai jutaan ton dan kecederunganya akan terus meningkat.

Kecenderungan peningkatan ini dimungkinkan karena semakin besarnya tuntutan terhadap

eliminasi efek rumah kaca (  green house effect  ) di berbagai belahan dunia. Disamping itu, disadari bahwa

sumber-sumber bahan bakar yang tidak terbarukan (fosil alam) semakin menipis dan mengharuskan

dikembangkannya bahan bakar dari sumber-sumber yang terbarukan, dan CPO sebagai salah satu

produk minyak nabati berpotensi besar sebagai bahan baku bio diesel.

Perkembangan juga menunjukkan bahwa dari CPO dapat diderivasi produk-produk penting seperti

sumber beta karoten dan vitamin E serta banyak produk-produk lanjutan lainnya. Hal ini semua

menggambarkan bahwa prospek perkelapasawitan Indonesia cukup menjanjikan dan tentu saja

5/17/2018 oilpalm_kajianpeluanginvestasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/oilpalmkajianpeluanginvestasi 11/18

Peta Komoditi Utama Sektor Primer danPengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 11

upaya lebih lanjut untuk meningkatkan konsumsi/permintaan CPO perlu intensifkan baik secara

nasional dan internasional.

Peluang Investasi dari Peremajaan

Karena perkebunan kelapa sawit mulai berkembang pesat sejak tahun 1970-an, maka pada mulai

awal dekade ini akan banyak tanaman yang potensial sudah perlu diremajakan. Dalam hal ini,

tanaman yang potensial untuk diremajakan adalah tanaman yang sudah umurnya lebih dari 25 tahun.

Dengan pendekatan ini, maka potensi peremajaan pada tahun 2003 - 2010 adalah seperti disajikan

pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Potensi Areal untuk Peremajaan 

Secara umum, potensi peremajaan adalah berkisar antara 20000 - 50000 ha per tahun. Pada tahun2003 - 2004, potensi areal untuk peremajaan adalah sekitar 20 ribu ha per tahun. Pada tahun 2005,

potensi areal peremajaan meningkat menjadi sekitar 30 ribu ha. Potensi areal peremajaan meningkat

cukup pesat pada tahun 2009 dan 2010 yang masing-masing mencapai sekitar 50 ribu dan

37 ribu ha.

Peluang investasi sebenarnya masih cukup terbuka dengan deskripsi sebagai berikut :

•  Pasar CPO di pasar internasional masih, peluang pasar dari sisi konsumsi diperkirakan masih

tumbuh sekitar 3,5 % - 4,5 % per tahun, sedangkan dari segi perdagangan sekitar 3,8 % per

tahun,

•  Penggunaan minyak sawit oleh konsumen internasional cenderung meningkat lebih cepat

dibandingkan dengan penggunaan minyak nabati dan lemak lainnya,

•  Di pasar dunia, harga minyak sawit lebih rendah dibandingkan dengan harga minyak nabati

lainnya, hal ini akan memudahkan minyak sawit merebut pasar internasional,

5/17/2018 oilpalm_kajianpeluanginvestasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/oilpalmkajianpeluanginvestasi 12/18

Peta Komoditi Utama Sektor Primer danPengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 12

•  Sebagai tanaman tahunan, kelapa sawit lebih mudah beradaptasi dengan lingkungannya

dibandingkan dengan tanaman semusim (bunga matahari, kedelai, dan lain-lain),

•  Sampai dengan tahun 2010, peluang pasar untuk CPO Indonesia dari sisi konsumsi domestik 

diperkirakan tumbuh antara 4 % - 6 % per tahun, sedangkan dari sisi ekspor adalah sekitar

5 % - 8 % per tahun,

•  Dengan peluang pasar tersebut, peluang investasi dari sisi perluasan areal diperkirakan berkisar

antara 74.000 – 117.000 ha per tahun, dengan kebutuhan dana investasi berkisar antara

1,1 – 1,7 triliun per tahun. Kebutuhan benih untuk mendukung hal tersebut berkisar antara

14,8 – 23,5 juta benih per tahun,

•  Dari sisi peremajaan, peluang invetasi adalah berkisar antara 20.000 – 50.000 ha per tahun

dengan kebutuhan investasi berkisar antara Rp 300 – Rp 75 miliar per tahun. Benih yang 

dibutuhkan berkisar antara 4 - 10 juta benih per tahun.

Perkiraan Modal Investasi

Perhitungan kelaikan suatu usaha atau proyek, pertama-tama dihitung proyeksi investasi yang akan

ditanam dalam suatu usaha, penentuan proyeksi harus memperhitungkan modal tetap, seperti

kantor, pabrik, tanah, peralatan maupun kendaraan dan sarana usaha. Biaya investasi dalam

membelanjakan untuk pengadaan sarana dan pra sarana produksi, adalah proyek investasi atau

modal harta tetap. Proyeksi investasi harta tetap atau modal tetap untuk pengolahan kelapa sawit

menjadi minyak sawit mentah (CPO) dan inti sawit (PKO) dapat dilihat pada Tabel 4.7. berikut.

 Tabel 4.7. Proyeksi Investasi Sebagai Harta atau Modal Tetap Rincian BiayaPengembangan Perkebunan Kelapa Sawit dan Industrinya per Tahun

 Tahun No Jenis Biaya (Cost ) Satuan   Volume Harga (Rp) Jumlah (Rp)

Ke- 0 A Investasi Awal/InitialInvestment

1 Pembelian Lahan/Land Buying  ha 1000 15.000.000 15.000.000.000

2 Bangunan Kantor/Office Building  m2 200 300.000 60.000.000

3 Bangunan Pabrik/Factory Building  m2 3000 300.000 900.000.000

4 Bangunan Utility/Utility 

Building  m2 2000 300.000 600.000.0005 Mesin Pabrik/Factory  Machinery  unit 37.952.680.000- bunch reception unit 1 920.000.000 920.000.000

- storilizing station unit 1 2.893.400.000 2.893.400.000

- thrshing station unit 1 854.680.000 854.680.000

- empty bunch incinerationunit 1 73.600.000 73.600.000

5/17/2018 oilpalm_kajianpeluanginvestasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/oilpalmkajianpeluanginvestasi 13/18

Peta Komoditi Utama Sektor Primer danPengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 13

 Tabel 4.7. Proyeksi Investasi Sebagai Harta atau Modal Tetap Rincian BiayaPengembangan Perkebunan Kelapa Sawit dan Industrinya per Tahun (lanjutan)

 Tahun No Jenis Biaya (Cost ) Satuan   Volume Harga (Rp) Jumlah (Rp)

- pressing station unit 1 3.735.200.000 3.735.200.000

- clarification station unit 1 5.454.680.000 5.454.680.000- depericarping station unit 1 110.400.000 110.400.000

- kernel recovery station unit 1 1.554.800.000 1.554.800.000

- boiler house unit 1 8.749.200.000 8.749.200.000

- power house unit 1 4.250.400.000 4.250.400.000

- pemasangan listrik/electricity generator  unit 1 2.000.000.000 2.000.000.000

- pembelian danpemasangan pipa (buy andinstallation Pipe) unit 1 1.738.800.000 1.738.800.000

- peralatan pabrik lainnya( tools factory  ) unit 1 2.385.560.000 2.385.560.000- water supply unit 1 2.585.200.000 2.585.200.000

- effluent treatment unit 1 646.760.000 646.760.0006 Kendaraan/Vehicles 1.150.000.000

- jeep unit 2 50.000.000 100.000.000

- sepeda motor/bicycle unit 5 10.000.000 50.000.000

- flat back truck unit 1 150.000.000 150.000.000

- tripping truck unit 2 150.000.000 300.000.000

- minibus unit 2 75.000.000 150.000.000

- road tanker unit 2 200.000.000 400.000.000

7 Alat Berat/Heavy Machinery 2.100.000.000- Motor Grader unit 2

700.000.0001.400.000.000

- Road Roller unit 2

350.000.000

700.000.000

Sub Total Investasi Tahun ke-0  57.762.680.000

Untuk skala 1.000 ha menghasilkan 42.000 ton CPO dan 6.500 ton PKO per tahun 

Dari total modal yang diperlukan dalam memulai usaha pengolahan Kelapa Sawit ini seperti yang 

tercantum pada  Tabel 4.7., diasumsikan sharing pembiayaan sendiri 75 %, dan kredit bank 25 %

dengan suku bunga diasumsikan 10 %. Sesuai dengan ketentuan kredit investasi dalam Bank 

BRI@2002 online, maka jangka waktu maksimum pengembalian kredit adalah 5 tahun.

Perkiraan Biaya Produksi/Biaya Operasional

Maksud dari biaya produksi/biaya operasional adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaaan dalam proyek perkebunan Kelapa Sawit, dan biaya ini harus dikeluarkan secara rutin.

Biaya dalam suatu proyek atau usaha pengolahan Kelapa Sawit digolongkan menjadi:

1.  Biaya tetap, yaitu biaya yang terkait dengan proyek (proses produksi), dan besar kecilnya tidak 

berpengaruh pada hasil produksi. Biaya yang dapat digolongkan ke dalam biaya tetap pada

proyek ini adalah depresi alat dan depresi bibit.

5/17/2018 oilpalm_kajianpeluanginvestasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/oilpalmkajianpeluanginvestasi 14/18

Peta Komoditi Utama Sektor Primer danPengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 14

2.  Biaya variabel (biaya tidak tetap), yaitu biaya yang langsung terkait dengan proses produksi, dan

besar kecilnya berpengaruh langsung pada hasil produksi. Yang termasuk ke dalam golongan

biaya variabel dalam proyek ini adalah upah tenaga kerja, ongkos produksi.

Perkiraan keseluruhan biaya dalam proyek perkebunan ini dibuat dengan beberapa asumsi sebagai

berikut :

  Luas lahan perkebunan yang diusahakan untuk mendukung proyek minimal adalah 6.000 ha.

  Kapasitas produksi CPO adalah 7 ton CPO/jam atau setara 42.000 ton CPO pertahun dan

6.500 ton PKO pertahun (inti sawit).

  Lokasi proyek tersedia air, listrik, dan telepon.

  Lokasi pabrik pengolahan berada di sekitar perkebunan Kelapa Sawit (satu jenis usaha yang 

berkelanjutan).

  Proses produksi berlangsung 20 jam/hari selama 300 hari dalam setahun. Kegiatan produksi

dilakukan dalam 3 shift (pembagian kerja).

  Produksi TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit berasal dari perkebunan di sekitar lokasi

pabrik.

  Umur proyek 25 tahun. (25 kali musim tanam).

  Minyak sawit (CPO) dan inti sawit (PKO) mulai berproduksi pada tahun ke - 1.

  Penjualan produk dalam bentuk minyak sawit mentah ( crude palm oil  ) dan inti sawit (  palm kernel 

oil  ).

  Harga jual produk di tempat adalah Rp 1.500.000 per ton untuk CPO dan Rp. 2.000.000/ton

untuk PKO.

   Tenaga kerja kebun/THL diperhitungkan dalam satuan HOK dimana 1 HOK sama dengan

8 jam per hari kerja satu hari orang kerja biayanya Rp. 15.895,53,- untuk buruh dan Rp. 25.000,-

per hari untuk mandor.

  Biaya penyusutan peralatan/bangunan/bahan baku disesuaikan dengan umur ekonomis

masing-masing, yaitu bangunan 25 tahun dan peralatan 25 tahun.

  Nilai inflasi untuk benefit adalah peralatan, upah (direktur, pegawai, staf, dan THL) 5 % setiap

tahun.

  Nilai inflasi untuk pendapatan sebesar 2 %.

Perkiraan Pendapatan dan Laba - Rugi

Pada proyek perkebunan Kelapa Sawit ini diperlukan adanya laporan rugi–laba selama proyek 

berlangsung. Laporan rugi–laba pada proyek ini adalah berupa ringkasan dari biaya ( cost) dan

pendapatan ( benefit  )  perusahaan dalam jangka waktu 1 tahun selama 25 tahun. Laporan rugi/laba

bertujuan untuk menggambarkan hasil usaha selama 1 periode. Perusahaan dinyatakan memperoleh

5/17/2018 oilpalm_kajianpeluanginvestasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/oilpalmkajianpeluanginvestasi 15/18

Peta Komoditi Utama Sektor Primer danPengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 15

keuntungan (laba) apabila pendapatan yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, dan

sebaliknya perusahaan dikatakan rugi apabila biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pendapatan

yang diperoleh. Penyajian laporan rugi/laba dibuat dalam bentuk  single step atau bentuk langsung,

namun dengan membedakan biaya menjadi biaya tetap dan biaya variabel.

Hasil laporan rugi/laba tersebut menggambarkan bahwa mulai awal proyek perusahaan

mendapatkan kerugian. Hal ini disebabkan modal operasional dan investasi lebih tinggi karena

kelapa sawit belum produksi. Pada panen pertama ini, perusahaan belum memperoleh keuntungan

bersih karena belum ada produksi. Untuk panen tahun ketiga sampai pada akhir proyek, laba

(keuntungan) bersih yang diperoleh terus meningkat karena pendapatan yang diperoleh juga

meningkat sejalan dengan peningkatan produksi, sehingga dapat menutupi kerugian yang terjadi

sebelumnya. Keuntungan bersih (laba bersih) tertinggi diperoleh pada tahun ke - 13 proyek, yaitu

sebesar Rp. 30.113.364.860,71

Proyek perkebunan Kelapa Sawit ini diasumsikan melakukan pinjaman kredit investasi, oleh karena

itu diperhitungkan juga bunga modal yang dibayar sebesar 10 % selama 5 tahun (jangka waktu

maksimal kredit). Selain itu juga diperhitungkan nilai pajak (PPN + PPh) sebesar 15 %. 

Perhitungan Kelayakan Keuangan (ROI, IRR, NPV, PP, BEP, PR)

Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengukur kelayakan finansial, antara lain pada

 Tabel 4.8. sebagai berikut :

 Tabel 4.8. Kelayakan Keuangan Investasi Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit

ProvinsiKeterangan Investasi

Sumatera Selatan Riau

Return on Investment (ROI) 1859,36 % 518,07 %

Internal Rate of Return (IRR) 27,74 % 26,66 %

Net Present Value (NPV) 10% Rp. 556.979.705.384,78 Rp. 299.142.278.418,71

Payback Period (PP) 5 tahun 8 tahun

BEP Rupiah Rp. 137.515.546.550,45 Rp. 362.623.861.526,67

BEP Unit 343.183,39 kg 2.741.030 kg 

BEP Price Rp. 112.492,27 Rp. 4.141.660,01

Net B/C 8,28 4,24

Gross B/C 4,53 1,27

Profitability Ratio (PR) 18,59 5,18

Keterangan : Sub Total Investasi Tahun ke-0 adalah Rp. 57.762.680.000

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelayakan keuangan investasi komoditi kelapa sawit berbeda

pada daerah yang berbeda. Perbedaan terdapat pada beberapa hal, seperti harga tanah, harga jual,

biaya produksi dan upah tenaga kerja.

5/17/2018 oilpalm_kajianpeluanginvestasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/oilpalmkajianpeluanginvestasi 16/18

Peta Komoditi Utama Sektor Primer danPengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 16

4.3. Aspek Sosial dan Lingkungan Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit

Pembangunan kebun kelapa sawit baru terdiri dari berbagai kegiatan, antara lain pembukaan lahan,

penyiapan lahan, dan pembangunan infrastruktur, akan berdampak terhadap sifat fisik dan kimia,

terutama terhadap kesuburan tanah. Pembukaan lahan akan menyebabkan tercucinya hara tanah,

penurunan pH tanah dan peningkatan terhadap kadar kejenuhan basa. Untuk mengatasi dampak 

negatif tersebut, perlu dilakukan penanaman cover crops dan pemupukan terhadap tanah yang dapat

memperpendek dampak tersebut dan berubah menjadi dampak positif.

Pembukaan hutan sekunder dan penyiapan lahan tanam akan memberikan dampak yang nyata

terhadap lingkungan biota. Struktur dan komposisi komunitas tumbuhan akan berubah secara total.

 Vegetasi hutan sekunder yang sebelumnya terdiri dari berbagai jenis, umur dan memiliki struktur

dan fungsi sesuai dengan keseimbangan ekosistem hutan, dalam jangka pendek akan guncang.

Dampak negatif ini akan berubah dalam waktu singkat dengan adanya pemeliharaan tanaman kelapa

sawit yang intensif dan memberikan keseimbangan baru bagi ekosistem wilayah.

Dampak penting lainnya akibat dari pembukaan lahan adalah berubahnya ekosistem tertutup

menjadi ekosistem terbuka. Siklus hidup organisme penganggu akan terputus, dan kalaupun mampu

bertahan hidup, akan memakan makanan apa adanya, atau bahkan akan menyerang tanaman kelapa

sawit di kebun plasma. Organisme penganggu pada umumnya adalah satwa liar yang suka akan

habitat terbuka. Dengan demikian, pembukaan lahan diperkirakan justru akan meningkatkan baik 

jenis maupun populasi dari organisame penganggu. Oleh karena itu dampak negatif ini penting dan

harus diwaspadai serta diantisipasi dengan metode pengendalian hama terpadu yang tepat, baik itusecara mekanis, biologis, maupun kimiawi.

Pembangunan pengolahan kelapa sawit dalam skala besar akan mampu menyerap tenaga kerja yang 

cukup banyak, mulai dari tahap persiapan lahan, pembangunan pabrik sampai proses produksi dan

pemasaran. Dengan demikian, aktivitas pembangunan industri manufaktur kalapa sawit untuk 

mengahasilkan minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) ini akan memberikan

dampak positif terhadap penduduk di sekitar lokasi proyek maupun transmigran yang datang untuk 

ikut dalam proyek tersebut. Selain itu, pengembangan proyek ini akan dapat meningkatkan

pendapatan petani, di mana nantinya akan dapat meningkatkan kesejahteraan petani bersangkutan.

Sejalan dengan meningkatnya pendapatan petani, jika pembangunan proyek ini disertai dengan

pengembangan sarana pendidikan dan sarana kesehatan, akan membantu peningkatan pendidikan

dan kesehatan masyarakat setempat. Termanfaatkannya lahan ”tidur” menjadi areal produktif untuk 

industri dan perkebunan yang diiringi dengan berkembangnya pemukiman dan pusat

5/17/2018 oilpalm_kajianpeluanginvestasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/oilpalmkajianpeluanginvestasi 17/18

Peta Komoditi Utama Sektor Primer danPengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 17

perekonomian, serta semakin lancarnya aksesibilitas akan berdampak positif terhadap

pengembangan wilayah dan tata ruang.

Dampak negatif yang mungkin timbul dari industri pengolahan kelapa sawit ini adalah terdapatnya

limbah sawit dalam jumlah besar sebagai sisa dari proses produksi. Sehingga hal ini harus menjadi

hal yang perlu diperhitungkan sebelum melakukan usaha pengolahan minyak sawit (CPO). Pada

tahap pelaksanaan pembangunan infrastruktur dan kebun plasma dan kebun inti, pasti terjadi

dampak terhadap kesehatan lingkungan (sanitasi) maupun kesehatan masyarakat. Guna mengelola

dampak yang mungkin timbul, perlu dilakukan penyuluhan kepada penduduk mengenai sanitasi

lingkungan dan kesehatan.

Beberapa hal yang sangat penting diperhatikan dalam pengembangan investasi perkebunan kelapa

sawit ini adalah kesediaan dari pihak perkebunan inti untuk memberikan dan penyediaan fasilitas

umum yang memadai. Beberapa fasilitas penting antara lain adalah sarana dan prasarana pengobatan

tenaga medis dan para medis, prasarana pendidikan dan tempat ibadah yang memadai. Selain itu

perlu upaya untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang sehat dan harmonis, sehingga dapat

mendorong produktivitas kerja, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas kebun dan

kesejahteraan masyarakat.

5/17/2018 oilpalm_kajianpeluanginvestasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/oilpalmkajianpeluanginvestasi 18/18

Peta Komoditi Utama Sektor Primer danPengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 18

............................ 1

4.1. Kajian Pasar Komoditi Kelapa Sawit .............................................................. 14.1.1. Kebutuhan, Pemenuhan dan Peluang Pasar Global .................................. 14.1.2  Kebutuhan, Pemenuhan dan Peluang Pasar Nasional ............................... 54.1.3. Struktur Pasar Komoditi Kelapa Sawit Global dan Nasional .................... 54.1.4  Perusahaan - Perusahaan Pengembang Komoditi Kelapa Sawit................. 74.1.5.  Perusahaan Pengekspor Komoditi Kelapa Sawit................................... 94.1.6.  Harga Komoditi Kelapa Sawit ............................................................. 9

4.2. Kelayakan Keuangan Investasi Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit dan

Industrinya ...........................................................................................................104.3. Aspek Sosial dan Lingkungan Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit .....16

Tabel 4.1. Pangsa Produksi dan Konsumsi Minyak Nabati Dunia ........................... 1 Tabel 4.2. Perkembangan Ekspor Minyak sawit (CPO) Indonesia ke Mancanegara

Periode 1997 - 2000 ...................................................................................................... 4Tabel 4.3. Perkembangan Volume Ekspor dan Nilai Ekspor CPO dan Jenis CPOLainnya Tahun 2001 – 2003 ..................................................................................... 4

 Tabel 4.4. Jumlah Perusahaan Pengembang Kelapa Sawit di Tiap Provinsi ............ 7

 Tabel 4.5. Perusahaan Pengembang Kelapa Sawit Terbesar di Tiap Pulau............. 8Tabel 4.6. Perusahaan Pengekspor Kelapa Sawit .................................................... 9

 Tabel 4.7. Proyeksi Investasi Sebagai Harta atau Modal Tetap Rincian Biaya

Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit dan Industrinya per Tahun ...................12

 Tabel 4.8. Kelayakan Keuangan Investasi Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit....................................................................................................................................15

Gambar 4.1. Grafik Perkembangan Persentase Produksi Minyak Nabati Dunia ... 2

Gambar 4.2. Grafik Perkembangan Persentase Konsumsi Minyak Nabati Dunia.... 2Gambar 4.3. Proyeksi ekspor CPO Indonesia, 2000 - 2010 ...................................... 3

Gambar 4.4. Grafik Perkembangan Ekspor CPO .................................................... 4

Gambar 4.5. Pola Pemasaran Kelapa Sawit di Indonesia........................................... 7

Gambar 4.6. Potensi Areal untuk Peremajaan...........................................................11