obesitas makalah 1
-
Upload
lutfi-hariz -
Category
Documents
-
view
298 -
download
3
Transcript of obesitas makalah 1
5/10/2018 obesitas makalah 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/obesitas-makalah-1 1/8
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara
berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang,
hubungan dengan penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih(Soekirman, 2000).
Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan,
Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang
pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya
kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah gizi
lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai
dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi (Azrul,2004).
Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu mengakibatkan perubahan gaya
hidup dan pola makan. Perubahan pola makan ini dipercepat dengan maraknya arus budaya
makanan asing yang disebabkan olehkemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi.
Disamping itu perbaikan ekonomi menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik masyarakattertentu. Perubahan pola makan dan aktifitas fisik ini berakibat semakin banyaknya penduduk
dengan golongan tertentu mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas
(Almatsier,2009).
Prevalensi overweight dan obesitas terus meningkat dengan cepat, khususnya diantara anak-
anak dan remaja pada sebagian negara di dunia. Overweight dan obesitas khususnya jika
disertai dengan lingkaran perut yang besar, turut memberikan kontribusi yang signifikan pada
permasalahan kesehatan, penurunan kualitas hidup dan peningkatan biaya kesehatan (Gibney
dkk,2008).
Hasil pemantauan oleh Direktorat BGM Depkes pada tahun1996/1997 menunjukkan
prevalensi obesitas pada laki-laki adalah sebesar 2,5% dan pada perempuan 5,9% dengan
rata-rata 4,7%. Dampak masalah gizi lebih pada orang dewasa tampak dengan semakin
meningkatnya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, dan
penyakit hati (Almatsier,2009).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Gizi Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu
atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa,2007).Menurut Suhardjo (1983), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian,
penyerapan, dan penggunaan makanan. Makanan yang memenuhi gizi tubuh, umumnya
membawa ke status gizi memuaskan. Sebainya jika kekurangan gizi atau kelebihan zat gizi
esensial dalam makanan untuk jangka waktu yang lama disebut gizi salah. Manifestasi gizi
salah dapat berupa gizi kurang dan gizi lebih (Supariasa,2007).
Status gizi optimal adalah keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan zat gizi
yang digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Keadaan tubuh dikatakan pada tingkat gizi
optimal, jika jaringan tubuh penuh oleh semua zat gizi, maka disebut status gizi optimal.
Kondisi ini memungkinkan tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang
tinggi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan
tubuh maka akan terjadi kesalahan gizi yang mencakup kelebihan dan kekurangan gizi(Supariasa,2007).
5/10/2018 obesitas makalah 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/obesitas-makalah-1 2/8
B. Pengertian Gizi Lebih
Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran
energi. Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat
badan, berat badan lebih (overweight) dan obesitas. Makanan dengan kepadatan energi yang
tinggi (banyak mengandung lemak atau gula yang ditambahkan dan kurang mengandungserat) turut menyebabkan sebagian besar keseimbangan energi yang positif ini. selanjutnya
penurunan pengeluaran energi akan meningkatkan keseimbangan energi yang positif (Gibney
et al,2008).
Faktor penyebab:
1. Efek toksis yang membahayakan
2. Kelebihan energy
3. Kurang gerak
4. Kemajuan ekonomi
5. Kurang pengetahuan akan gizi seimbang
6. Aktivitas fisik golongan masyarakat rendah
7. Tekanan hidup/ stressAkibat Kelebihan Gizi :
1. Obesitas/ kegemukan. Energy disimpan dalam bentuk lemak.
2. Penyakit degenerative: hipertensi, diabetes, jantung koroner hepatitis, empedu.
3. Usia harapan hidup semakin menurun.
C. Obesitas dan Overweight Obesitas dan overweight adalah dua kata yang mempunyai arti yang berbeda dalam segi gizi
klinis, meskipun keduanya selalu disamaratakan dan disejajarkan penggunaanya.
1. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan yang berasal dari lemak. Bila berat badan lebih dari
120% berat badan standar. Seorang bayi atau anak yang kegemukan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk tetap kegemukan pada masa pubertas dan dewasa. Penimbunan lemak yang
berlebihan pada kegemukan disebabkan oleh konsumsi energi yang melebihi kebutuhan
termasuk kebutuhan energi untuk pertumbuhan. Penyebab gangguan keseimbangan energi
antara lain adalah faktor keturunan, konsumsi energi, dan pengeluaran energi.
a. Faktor Keturunan
Angka-angka yang menunjukkan bahwa faktor keturunan berpengaruh terhadap gangguan
keseimbangan energi adalah sebagai berikut:
1) Bila bapak dan ibu tidak gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 9%.
2) Bila bapak atau ibu gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 41-50%.
3) Bila bapak dan ibu gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 66-80% (RumahSakit Dr.Cipto Mangunkusumi,2003)
Kadang-kadang sukar untuk membedakan pengaruh faktor keturunan dengan faktor
lingkungan, karena anak-anak yang berasal dari orang tua gemuk ternyata cenderung meniru
kebiasaan makan dan gerak yang salah dari orang tuanya (Rumah Sakit Dr.Cipto
Mangunkusumo, 2003)
b. Konsumsi Energi
Konsumsi energi yang berlebihan, terutama yang berasal dari karbohidrat, bisa menyebabkan
kegemukan. Kebutuhan energi yang bersifat individual perlu mendapat perhatian. Frekuensi
dan porsi makanan ternyata berpengaruh terhadap keseimbangan energi. Makan sering secara
teratur dalam porsi kecil tidak mudah menyebabkan kegemukan dibandingkan dengan makan
dalam jumlah banyak secara tidak teratur atau melewati waktu makan.c. Pengeluaran Energi
5/10/2018 obesitas makalah 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/obesitas-makalah-1 3/8
Pengeluaran energi yang menurun berpengaruh terhadap terjadinya kegemukan pada anak-
anak. Obesitas terjadi pada anak-anak yang menderita penyakit yang menyebabkan aktivitas
menurun.
Cara yang digunakan untuk mengukur obesitas adalah Indeks Massa Tubuh dan Lingkar
Perut. Obesitas yang diukur dengan Indeks Massa Tubuh dapat dibagi menjadi obesitas
perifer dan obesitas sentral atau abdominal berdasarkan lingkar perut. Bagi orang Asia,lingkar perut pada laki-laki harus kurang dari 90cm sementara pada wanita kurang dari 80cm.
Jadi, IMT yang melebihi 23 dengan lingkar perut lebih dari 90cm pada laki-laki dan 80 cm
pada wanita dapat digolongkan kedalam obesitas abdominal.
Etiologi obesitas sesungguhnya dapat dibagi dua, yaitu :
a. Penyebab internal yang bisa berupa permasalahan metabolisme (hormonal) atau
pencernaan (enzimatik).
b. Permasalahan eksternal yang berupa ketidakseimbangan antara diet dan exercise sebagai
akibat dari perubahan gaya hidup serta modernisasi, termasuk pelbagai problem psikologis
dan aktualisasi diri (Hartanto,2006).
2. Overweight
Overweight lebih mengacu pada kelebihan berat badan dibandingkan dengan standar normal.Bila berat badan 110-120% berat badan standar. Berat badan overweight bisa berasal dari
otot, tulang, organ- organ vital, dan sebagainya. Contoh dari kasus Overweight adalah para
binaragawan, mereka mungkin berat badanya lebih daripada orang normal yang sama
umurnya dengan mereka namun meski mereka lebih berat, tidak bisa dikatakan sebagai obese
karena kelebihan berat badanya berasal dari otot.
D. Prinsip Diit Gizi Lebih Prinsip diit untuk penderita gizi lebih adalah mengusahakan konsumdi energi yang lebih
rendah daripada keluaran (output). Pendekatan harus dilakukan melalui pengurangan
konsumsi makanan dan peningkatan aktivitas fisik. Aktivitas fisik secara teratur tiap hari
sebagai bagian dari kehidupan normal lebih berhasil guna daripada aktivitas berat yang
dilakukan sebentar secara teratur.
Untuk memenuhi tujuan pemberian diit pada penderita gizi lebih, perlu diperhatikan syarat-
syarat berikut:
1. Rendah energi dan seimbang. Kandungan energi makanan disesuaikan dengan kebutuhan
individual yang bergantung pada umur, tingkat kegemukan, dan aktivitas. Pengurangan
energi terutama dari pengurangan konsumsi hidrat arang.
2. Protein normal atau sedikit di atas normal.
3. Cukup mineral dan vitamin.
4. Kadar serat tinggi.
5. Pemberian makanan paling kurang dibagi menjadi 3 X sehari.6. Dalam batas konsumsi energi yang diperbolehkan, diberikan pilihan makanan sebanyak
mungkin. Diit ketat tidak dianjurkan.
7. Pelaksanaan diit disertai dengan penyuluhan gizi kepada anak dan orang tua.
E. Ketentuan Diit untuk Berbagai Golongan Umur 1. Bayi ≤ 1 Tahun
Sebagian besar bayi gemuk akan kehilangan kelebihan berat badannya secara spontan. Oleh
karena itu, tidak diperlukan diit ketat. Berikan penyuluhan tentang prinsip makanan yang
sesuai untuk normal. Tujuannya bukan untuk menurunkan berat badan, tetapi mencegah
penambahan berat badan berlebihan.
2. Anak Prasekolah (1-6 Tahun)Pada anak berumur 1-2 tahun, tujuan diit adalah mencegah penambahan berat badan. Karena
5/10/2018 obesitas makalah 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/obesitas-makalah-1 4/8
anak pada usia ini cepat bertambah tinggi, maka dengan mengusahakan berat badannya tetap
melalui pembatasan diit secara moderat, dalam waktu 6 sampai dengan 12 bulan ia akan
keluar dari kegemukannya. Diit yang mengandung 600-800 kkal pada umumnya dianggap
cukup untuk mengatasi kegemukan pada golongan anak prasekolah ini.
3. Anak Berusia ≥ 7 Tahun
Kandunga energi makanan diturunkan secara berangsur sesuai dengan kebiasaan makan,hingga 500-1000 kkal di bawah kebutuhan normal. Pada kegemukan biasa, kandungan energi
makanan yang diberikan sama dengan kebutuhan untuk metabolisme basal menurut umur,
jenis kelamin, dan berat badan sesungguhnya. Pada obesitas, dasar perhitungan energi adalah
berat adan ideal. Di bawah pengawasan yang baik, diit yang mengandung 800-1000 kkal
sehari akan mengakibatkan penurunan berat badan yang diharapkan .
F. Bahan Makanan yang Baik Diberikan Semua bahan makanan boleh diberikan dalam jumlah yang telah ditentukan. Untuk
memberikan rasa kenyang, sayuran dan buah dapat diberikan dalam jumlah lebih banyak.
G. Bahan Makanan yang Terutama harus Dibatasi Makanan yang mengandung energi tinggi, yaitu makanan yang manis seperti gula, sirup, jam,
selai, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, minuman botol ringan, es
krim, kue-kue manis, cake, tarcis dan sebagainya ; serta makanan yang berlemak seperti
goreng-gorengan, makanan yang dimasak dengan kelapa atau santan, daging berlemak, dan
kacang tanah.
H. Penanggulangan Masalah Gizi Lebih Masalah gizi lebih disebabkan oleh kebanyakan masukan energi dibandingkan dengan
keluaran energi. Penanggulangannya antara lain:
1. Menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui pengurangan makan dan
penambahan latihan fisik atau olahraga serta menghindari tekanan hidup/stress.
2. Membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi alkohol.
3. Penyuluhan ke masyarakat luas.
4. Peningkatan teknologi pengolahan makanan tradisional Indonesia siap santap, sehingga
makanan tradisional yang lebih sehat ini disajikan dengan cara-cara dan kemasan yang dapat
menyaingi cara penyajian dan kemasan makanan Barat (Almatsier,2009).
BAB III STUDI KASUS
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Sentral pada Wanita Dewasa (30-50 tahun)
Di Kecamatan Lubuk Sikaping Tahun 2008.
Masalah gizi di Indonesia saat ini dikenal dengan masalah gizi ganda (“double burden”).
Maksudnya disuatu sisi masalh gizi kurang masih banyak disisi lain masalah gizi terus
meningkat. Hal ini terjadi pada setiap kelompok umur mulai di perkotaan sampai pedesaan.
Masalah gizi kurang terutama banyak terjadi pada usia di bawah lima tahun. Sedangkan
masalah gizi lebih (overweight dan obesitas) meningkat pada usia 30 tahun ke atas dengan
prevalensi >5%. Masalah obesitas pada usia >30 tahun ini meningkat dari tahun 1999 ke
tahun 2001. Di wilayah pedesaan (Jabar, Banten, Jateng, Jatim, Lampung, Sumbar, Lombok,Sulsel) maslah yang sama sudah mulai tampak, hanya prevalensi lebih rendah dari wilayah
5/10/2018 obesitas makalah 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/obesitas-makalah-1 5/8
kumuh perkotaan. Konsekuensi dari gizi lebih atau obesitas adalah meningkatnya risiko
kematian akibat dari penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif sekarang menempati urutan
pertama penyebab kematian di Indonesia. Himpunan faktor resiko penyakit degeneratif yang
berada secara bersama-sama akan meningkatkan resiko kematian. Himpunan faktor resiko ini
terdiri dari obesitas, hipertensi, hiperlipidemia, dislipidemia yang dikenal dengan sindrom
metabolik. Jumlah penderita sindroma metabolik sejalan dengan peningkatan penderitaobesitas.
Obesitas adalah keadaan ditemukannya kelebihan lemak dalam tubuh. Penimbunan lemak
dapat terjadi di daerah perut (obesitas sentral) dan diseluruh tubuh (obesitas general).
Obesitas sentral diketahui dengan pengukuran lingkar pinggang. Menurut WHO batasan
ligkar pinggang untuk obesitas sentral untuk negara Asia termasuk Indonesia adalah pria
e’’90cm dan wanita e’’80cm.
Konsekuensi obesitas adalah meningkatkan resiko kematian akibat penyakit degeneratif.
Beberapa penelitian di negara maju menunjukkan bahwa mereka yang mengalami obesitas
sentral mempunyai resiko 3X untuk mengalami penyakit jantung dari mereka yang normal.
Pada tiga tahun terakhir (2005-2007) penyakit degeneratif juga merupakan penyebab
kematian utama di RSUD Lb. Sikaping Kabupaten Pasaman. Pada tanggal 27 Februaru 2008DPC Persagi Pasaman melaksanakan seminar pencegahan penyakit degeneratif. Dalam acara
tersebut dilaksanakan pengukuran IMT peserta. Dari data tersebut didapatkan 48% wanita
(30-50 tahun) mengalami obesitas. Sedangkan pada penelitian pendahuluan sebelumnya
peneliti melakukan pengukuran lingkar pinggang terhadap 85 orang PNS wanita di
kecamatan Lubuk Sikaping (30-50 tahun) didapatkan 52% diantaranya mengalami obesitas.
Prevalensi obesitas berkaitan dengan interaksi faktor lingkungan seperti asupan energi,
aktifitas fisik, faktor genetik serta umur.
Penelitian dilakuakan di Kota Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera Barat
pada Bulan April sampai dengan Mei 2008. Populasi study adalah wanita dewasa umur 30-50
tahun yang tinggal di Nagari Pauh dan Durian tinggi. Pemilihan 2 Nagari ini dilakukan secara
acak dari 6 nagari yang ada di kecamatan Lubuk Sikaping. Dengan menggunakan rumus
proporsi didapatkan jumlah sampel sebesar 173 orang. Pengumpulan data dilakukan denga
metode wawancara dengan alat bantu kuesioner. Untuk pengukuran konsumsi dilakukan
metode Food Recall 2X24 jam sedangkan untuk mengukur aktifitas fisik menggunakan
kuesioner Baecke.
BAB IV PEMBAHASAN
Dari penelitian ini prevalensi obesitas sentral pada responden sebesar 49,7% diamana 55,8%
terjadi pada kelompok umur 40-50 tahun. Didapatkan bahwa 51,4% responden dengan
asupan energi tinggi dari kebutuhan yang dianjurkan, sedangkan untuk asupan energi rata-
rata responden mengkonsumsi karbohidrat melebihi batas yang dianjurkan yaitu 50%-60%.
Terdapat 57,8% responden yang mempunyai salah satu atau kedua orang tua dengan obesitas
sentral dan sebagian besar responden (68,7%) termasuk kategori kurang aktif. Pada penelitian
ini ditemukan hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan kejadian obesitas
sentral. Proporsi responden dengan asupan energi tinggi lebih banyak mengalami obesitas
sentral (67,4%) dibandingkan dengan proporsi responden dengan asupan energi cukup(11,1%).
5/10/2018 obesitas makalah 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/obesitas-makalah-1 6/8
Berdasarkan penelitian ini ditemukan sebagian besar (59,9%) responden dengan asupan
karbohidrat yang tinggi mengalami obesitas sentral. Hal ini sesuia dengan teori yang
menyatakan bahwa bila seseorang kelebihan mengkonsumsi karbohidrat daripada yang
dibutuhkan maka terjadi perubahan mekanisme metabolisme.
Berdasarkan penelitian ini ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara asupan lemak
dengan obesitas sentral, sebagian besar (59,9%) responden dengan asupan lemak tinggimengalami obesitas sentral. Sumber lemak yang tinggi dikonsumsi responden adalah sumber
lemak nabati. Menurut Jequer (1994) yang dikutip dari Mourbas kelebihan konsumsi lemak
akan meningkatkan berat badan. Penelitian ini menemukan hubungan yang bermakna antara
aktifitas fisik responden dengan obesitas sentral. Sebagian besar (59,7%) responden dengan
aktivitas fisik rendah mengalami obesitas sentral. Rissanen (1991) dalam Mourbas juga
mengatakan bahwa resiko relatif penambahan berat badan sebanyak 5kg atau lebih selama 5
tahun sebesar 1,6 kali pada kelompok wanita kurang aktif.
Dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara resiko umur dengan
obesitas sentral. Hal ini disebabkan karena perbedaan antara kelompok umur prevalensi
obesitas terlihat nyata antara kelompok umur <25 tahun dengan diatas 25 tahun. Hal ini erat
juga hubungannya dengan proses kehamilan menyebabkan peningkatan cadangan lemak yangcukup banyak. Sedangkan dalam penelitian ini responden termasuk kelompok umur beresiko
dan sudah menikah sehingga sama-sama beresiko secara umur dengan obesitas sentral dan
tidak terlihat perbedaanya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas adalah pola makan, karakteristik individu,
hereditas, psikologi, aktivitas fisik dan gaya hidup. Dari hasil yang diperoleh dari penelitian
tersebut yang paling berhubungan dengan kejadian obesitas sentral adalah pola makan yaitu
asupan karbohidrat yang berlebihan.
1. Pola Makan
Konsumsi makanan yang berlebihan terutama mengandung karbohidrat dan lemak akan
menyebabkan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang dengan kebutuhan
energi. Kelebihan energi ini di dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk jaringan lemak yang
lama kelamaan akan mengakibatkan obesitas. Di tambah kebiasaan yang tidak benar sehingga
memacu seseorang dapat menjadi gemuk. Kebiasaan ini antara lain sering mengkonsumsimakanan kecil yang penuh kalori atau sering di beri istilah “ngemil”.
2. Karakteristik individu
Karakteristik individu secara tidak langsung mempengaruhi terjadinya obesitas yaitu umur,
jenis kelamin, faktor sosial bidaya, tingkat pendidikan dan pengetahuan, pekerjaan dan
tingkat pendapat.
a. Umur
Presentasi lemak tubuh meningkat dengan meningkatnya umur, biasanya mulai umur 20-30
tahun (Harjadi, 1986). Bila dibiarkan usia 45-60 tahun sering menjadi usia kritis, karena padausia ini penyakit-penyakit seperti jantung, Diabetes Melitus dan lainnya mulai menggerogoti
tubuh terutama pada orang-orang yang obesitas (Wirakusumah, 1994).
b. Faktor sosial Budaya
Kebudayaan suatu keluarga, kelompok masyarakat, negara atau bangsa mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap apa dan bagaimana penduduk makan atau dengan kata lain pola
kebudayaan mempengaruhi orang dalam memilih pangan. Hal ini terlihat dari adanya
beberapa jenis makanan tertentu yang mempunyai nilai lebih dalam masyarakat dan bila
seseorang mengkonsumsi makanan tesebut maka akan meningkatkan prestisenya dalam
masyarakat. Dimana terkadang makanan tersebut kurang mengandung nilai gizi atau
mungkin mengandung nilai gizi yang cenderung berlebihan yaitu protein dan lemak yang
tinggi yang akan mempengaruhi terjadinya obesitas (Irawati, 2000).
5/10/2018 obesitas makalah 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/obesitas-makalah-1 7/8
c. Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang juga dapat mempengaruhi kualitas dan
kuantitas makanan karena tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan dan
informasi yang dimiliki tentang gizi khususnya konsumsi makanan yang lebih baik. sering
masalah gizi timbul disebabkan karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi tentang gizi
yang memadai (Berg, 1997).
d. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang tidak langsung dapat menyebebkan obesitas
terutama pekerjaan yang tidak memerlukan aktivitas fisik yang berat. Aktivitas fisik
diperlukan untuk membakar energi di dalam lemak tubuh. Apabila pemasukan energi
berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik akan memudahkan seseorang menjadi
gemuk (Mursito, 2003).
e. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan sangat berpengaruh terhadap konsumsi energi. Seseorang yang
mempunyai pendapatan perbulan yang tinggi akan mempunyai daya beli yang tinggi pula
sehingga memberikan peluang yang lebih besar untuk memilih berbagai jenis makanan.3. Hereditas (Faktor Keturunan)
Faktor ketuunan adalah faktor bwaan yang berasal dari orang tua. Pengaruh faktor tersebut
sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab obesitas. Meski demikian ada beberapa
bukti yang menunjukan bahwa faktor keturunan merupakan faktor penguat terjadinya
obesitas. Orang mempunyai bawaan gemuk, secara alami ia akan menjdi gemuk dan orang
yang mempunyai bawaan kurus maka secara alami ia akan menjadi kurus. Keadaan ini tidak
akan berubah bila tiak ada upaya yang kontinue yaitu mengubah kebiasaan makan yang
menyebabkan obesitas dan meningkatkan aktivitas fisik (Wirakusumah, 1994).
4. Psikologis
Gangguan psikologis merupakan salah satu penyebab obesitas pada orang dewasa yang
mengalami gangguan psikologis, misalnya orang dewasa yang sedang bersedih hati dan
memisahkan diri dari lingkungannya atau mengalami masalah, timbul rasa lapar dan nafsu
makan yang berlebihan sebagai kompensasi terhadap problemanya dan hormon akan
disekresi sebagai tanggapan dari keadaan psikologis, sehingga terjadi peningkatan
metabolisme energi untuk dipecah dan digunakan untuk aktivitas.
BAB V
PENUTUP
Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran
energi. Gizi lebih dibagi menjadi dua golongan yaitu overweight dan obesitas. Obesitas
adalah kelebihan berat badan yang berasal dari lemak sedangkan overweight lebih mengacu
pada kelebihan berat badan dibandingkan dengan standar normal. Prevalensi obesitas
berkaitan dengan interaksi faktor lingkungan seperti asupan energi, aktifitas fisik, faktor
genetik serta umur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas adalah pola makan, karakteristik individu,
hereditas, psikologi, aktivitas fisik dan gaya hidup. Dari hasil yang diperoleh dari penelitian
tersebut yang paling berhubungan dengan kejadian obesitas sentral adalah pola makan yaitu
asupan karbohidrat yang berlebihan.
Penelitian terhadap wanita dewasa umur 30-50 tahun yang tinggal di Nagari Pauh dan Durian
5/10/2018 obesitas makalah 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/obesitas-makalah-1 8/8
tinggi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa yang paling berhubungan dengan
kejadian obesitas sentral adalah asupan karbohidrat.
DAFTAR PUSTAKA
Azrul, A.2004. Tubuh Sehat Ideal Dari Segi Kesehatan . Disampaikan pada Seminar
Kesehatan Obesitas, Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI,Sabtu, 15 Februari,
2004 di Kampus UI Depok.
Almatsier, S.2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta ; Gramedia.
Gibney,Michael J et al.2008.Gizi Kesehatan Masyarakat.Jakarta;EGC
Hartono,Andry.2006.Terapi Gzi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta;EGC
Mursito,B. 2003. Ramuan Tradisional untuk Pelangsing Tubuh. Jakarta ; Swadaya.
Trisna,Ida.2009.Faktor-faktor yang Berpengaruh dengan Obesitas Sentral pada Wanita
Dewasa (30-50 thaun) di Kecamatan Lubuk Sikaping Tahun
2008.http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/32096871.pdf Diakses tanggal 22 Maret 2011
Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia.2003.Penuntun
Diit Anak.Jakarta;PT Gramedia Pustaka Utama
Soekirman, 2000. Menghadapi Masalah Gizi Ganda Dalam Pembangunan Jangka Panjang
Kedua. Agenda Repelita VI dalam Risalah Widya Karya Pangan dan Gizi V. Jakarta ; LIPI
Supariasa.2007.Penilaian Status Gizi.Jakarta;EGC
Wirakusumah, E.1994. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. Jakarta ;
Gramedia.