obesitas makalah 1

8
 BAB I PENDAHULUAN Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang, hubungan denga n penyakit infeksi dan negara maju cenderung denga n masalah gizi lebih (Soekirman, 2000). Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghada pi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahua n masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah gizi lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahua n tentang gizi (Azrul,2004). Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu mengakibatkan perubahan gaya hidup dan pola makan. Perubahan pola makan ini dipercepat dengan marakny a arus budaya makanan asing yang disebabkan olehkemajuan teknologi informasi dan glo balisasi ekonomi. Disamping itu perbaikan ekonomi menyebab kan berkurangnya aktifitas fisik masyarakat tertentu. Perubahan pola makan dan aktifitas fisik ini berakibat semakin banyaknya pendudu k dengan golongan tertentu mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas (Almatsier,2009). Prevalensi overweight dan obesitas terus meningkat dengan cepat, khususnya diantara anak- anak dan remaja pada sebagian negara di dunia. Overweight dan obesitas khususnya jika disertai dengan lingkaran perut yang besar, turut memberikan kontribusi yang signifikan pada permasalahan keseha tan, penurunan kualitas hidup dan peningkatan biaya kesehatan (Gibney dkk,2008). Hasil pemantauan oleh Direktorat BGM Depkes pada tahun1996/1997 menunjukkan prevalensi obesitas pada laki-laki adalah sebesar 2,5% dan pada perempuan 5,9% dengan rata-rata 4,7%. Dampak masalah gizi lebih pada orang dewasa tampak dengan semakin meningkatnya penyak it degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit hati (Almatsier,2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi  Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel t ertentu (Supariasa,2007). Menurut Suhardjo (1983), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan. Makanan yang memenuhi gizi tubuh, umumnya membawa ke status gizi memuaskan. Sebainya jika kekurangan gizi atau kelebihan zat gizi esensial dalam makanan untuk jangka waktu yang lama disebut gizi salah. Manifestasi gizi salah dapat berupa gizi kurang dan gizi lebih (Supariasa,2007). Status gizi optimal adalah keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan zat gizi yang digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Keadaan tubuh dikatakan pada tingkat gizi optimal, jika jaringan tubuh penuh oleh semua zat gizi, maka disebut status gizi optimal. Kondisi ini memungkinkan tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang tinggi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan gizi yang mencakup kelebihan dan kekurangan gizi (Supariasa,2007).

Transcript of obesitas makalah 1

5/10/2018 obesitas makalah 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/obesitas-makalah-1 1/8

BAB I

PENDAHULUAN 

Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara

berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang,

hubungan dengan penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih(Soekirman, 2000).

Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan,

Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang

pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya

kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah gizi

lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai

dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi (Azrul,2004).

Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu mengakibatkan perubahan gaya

hidup dan pola makan. Perubahan pola makan ini dipercepat dengan maraknya arus budaya

makanan asing yang disebabkan olehkemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi.

Disamping itu perbaikan ekonomi menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik masyarakattertentu. Perubahan pola makan dan aktifitas fisik ini berakibat semakin banyaknya penduduk 

dengan golongan tertentu mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas

(Almatsier,2009).

Prevalensi overweight dan obesitas terus meningkat dengan cepat, khususnya diantara anak-

anak dan remaja pada sebagian negara di dunia. Overweight dan obesitas khususnya jika

disertai dengan lingkaran perut yang besar, turut memberikan kontribusi yang signifikan pada

permasalahan kesehatan, penurunan kualitas hidup dan peningkatan biaya kesehatan (Gibney

dkk,2008).

Hasil pemantauan oleh Direktorat BGM Depkes pada tahun1996/1997 menunjukkan

prevalensi obesitas pada laki-laki adalah sebesar 2,5% dan pada perempuan 5,9% dengan

rata-rata 4,7%. Dampak masalah gizi lebih pada orang dewasa tampak dengan semakin

meningkatnya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, dan

penyakit hati (Almatsier,2009).

BAB II 

TINJAUAN PUSTAKA 

A. Status Gizi Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu

atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa,2007).Menurut Suhardjo (1983), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian,

penyerapan, dan penggunaan makanan. Makanan yang memenuhi gizi tubuh, umumnya

membawa ke status gizi memuaskan. Sebainya jika kekurangan gizi atau kelebihan zat gizi

esensial dalam makanan untuk jangka waktu yang lama disebut gizi salah. Manifestasi gizi

salah dapat berupa gizi kurang dan gizi lebih (Supariasa,2007).

Status gizi optimal adalah keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan zat gizi

yang digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Keadaan tubuh dikatakan pada tingkat gizi

optimal, jika jaringan tubuh penuh oleh semua zat gizi, maka disebut status gizi optimal.

Kondisi ini memungkinkan tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang

tinggi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan

tubuh maka akan terjadi kesalahan gizi yang mencakup kelebihan dan kekurangan gizi(Supariasa,2007).

5/10/2018 obesitas makalah 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/obesitas-makalah-1 2/8

 

B. Pengertian Gizi Lebih

Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran

energi. Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat

badan, berat badan lebih (overweight) dan obesitas. Makanan dengan kepadatan energi yang

tinggi (banyak mengandung lemak atau gula yang ditambahkan dan kurang mengandungserat) turut menyebabkan sebagian besar keseimbangan energi yang positif ini. selanjutnya

penurunan pengeluaran energi akan meningkatkan keseimbangan energi yang positif (Gibney

et al,2008).

Faktor penyebab:

1. Efek toksis yang membahayakan

2. Kelebihan energy

3. Kurang gerak 

4. Kemajuan ekonomi

5. Kurang pengetahuan akan gizi seimbang

6. Aktivitas fisik golongan masyarakat rendah

7. Tekanan hidup/ stressAkibat Kelebihan Gizi :

1. Obesitas/ kegemukan. Energy disimpan dalam bentuk lemak.

2. Penyakit degenerative: hipertensi, diabetes, jantung koroner hepatitis, empedu.

3. Usia harapan hidup semakin menurun.

C. Obesitas dan Overweight Obesitas dan overweight adalah dua kata yang mempunyai arti yang berbeda dalam segi gizi

klinis, meskipun keduanya selalu disamaratakan dan disejajarkan penggunaanya.

1. Obesitas

Obesitas adalah kelebihan berat badan yang berasal dari lemak. Bila berat badan lebih dari

120% berat badan standar. Seorang bayi atau anak yang kegemukan memiliki kemungkinan

lebih besar untuk tetap kegemukan pada masa pubertas dan dewasa. Penimbunan lemak yang

berlebihan pada kegemukan disebabkan oleh konsumsi energi yang melebihi kebutuhan

termasuk kebutuhan energi untuk pertumbuhan. Penyebab gangguan keseimbangan energi

antara lain adalah faktor keturunan, konsumsi energi, dan pengeluaran energi.

a. Faktor Keturunan

Angka-angka yang menunjukkan bahwa faktor keturunan berpengaruh terhadap gangguan

keseimbangan energi adalah sebagai berikut:

1) Bila bapak dan ibu tidak gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 9%.

2) Bila bapak atau ibu gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 41-50%.

3) Bila bapak dan ibu gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 66-80% (RumahSakit Dr.Cipto Mangunkusumi,2003)

Kadang-kadang sukar untuk membedakan pengaruh faktor keturunan dengan faktor

lingkungan, karena anak-anak yang berasal dari orang tua gemuk ternyata cenderung meniru

kebiasaan makan dan gerak yang salah dari orang tuanya (Rumah Sakit Dr.Cipto

Mangunkusumo, 2003)

b. Konsumsi Energi

Konsumsi energi yang berlebihan, terutama yang berasal dari karbohidrat, bisa menyebabkan

kegemukan. Kebutuhan energi yang bersifat individual perlu mendapat perhatian. Frekuensi

dan porsi makanan ternyata berpengaruh terhadap keseimbangan energi. Makan sering secara

teratur dalam porsi kecil tidak mudah menyebabkan kegemukan dibandingkan dengan makan

dalam jumlah banyak secara tidak teratur atau melewati waktu makan.c. Pengeluaran Energi

5/10/2018 obesitas makalah 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/obesitas-makalah-1 3/8

Pengeluaran energi yang menurun berpengaruh terhadap terjadinya kegemukan pada anak-

anak. Obesitas terjadi pada anak-anak yang menderita penyakit yang menyebabkan aktivitas

menurun.

Cara yang digunakan untuk mengukur obesitas adalah Indeks Massa Tubuh dan Lingkar

Perut. Obesitas yang diukur dengan Indeks Massa Tubuh dapat dibagi menjadi obesitas

perifer dan obesitas sentral atau abdominal berdasarkan lingkar perut. Bagi orang Asia,lingkar perut pada laki-laki harus kurang dari 90cm sementara pada wanita kurang dari 80cm.

Jadi, IMT yang melebihi 23 dengan lingkar perut lebih dari 90cm pada laki-laki dan 80 cm

pada wanita dapat digolongkan kedalam obesitas abdominal.

Etiologi obesitas sesungguhnya dapat dibagi dua, yaitu :

a. Penyebab internal yang bisa berupa permasalahan metabolisme (hormonal) atau

pencernaan (enzimatik).

b. Permasalahan eksternal yang berupa ketidakseimbangan antara diet dan exercise sebagai

akibat dari perubahan gaya hidup serta modernisasi, termasuk pelbagai problem psikologis

dan aktualisasi diri (Hartanto,2006).

2. Overweight

Overweight lebih mengacu pada kelebihan berat badan dibandingkan dengan standar normal.Bila berat badan 110-120% berat badan standar. Berat badan overweight bisa berasal dari

otot, tulang, organ- organ vital, dan sebagainya. Contoh dari kasus Overweight adalah para

binaragawan, mereka mungkin berat badanya lebih daripada orang normal yang sama

umurnya dengan mereka namun meski mereka lebih berat, tidak bisa dikatakan sebagai obese

karena kelebihan berat badanya berasal dari otot.

D. Prinsip Diit Gizi Lebih Prinsip diit untuk penderita gizi lebih adalah mengusahakan konsumdi energi yang lebih

rendah daripada keluaran (output). Pendekatan harus dilakukan melalui pengurangan

konsumsi makanan dan peningkatan aktivitas fisik. Aktivitas fisik secara teratur tiap hari

sebagai bagian dari kehidupan normal lebih berhasil guna daripada aktivitas berat yang

dilakukan sebentar secara teratur.

Untuk memenuhi tujuan pemberian diit pada penderita gizi lebih, perlu diperhatikan syarat-

syarat berikut:

1. Rendah energi dan seimbang. Kandungan energi makanan disesuaikan dengan kebutuhan

individual yang bergantung pada umur, tingkat kegemukan, dan aktivitas. Pengurangan

energi terutama dari pengurangan konsumsi hidrat arang.

2. Protein normal atau sedikit di atas normal.

3. Cukup mineral dan vitamin.

4. Kadar serat tinggi.

5. Pemberian makanan paling kurang dibagi menjadi 3 X sehari.6. Dalam batas konsumsi energi yang diperbolehkan, diberikan pilihan makanan sebanyak 

mungkin. Diit ketat tidak dianjurkan.

7. Pelaksanaan diit disertai dengan penyuluhan gizi kepada anak dan orang tua.

E. Ketentuan Diit untuk Berbagai Golongan Umur 1. Bayi ≤ 1 Tahun 

Sebagian besar bayi gemuk akan kehilangan kelebihan berat badannya secara spontan. Oleh

karena itu, tidak diperlukan diit ketat. Berikan penyuluhan tentang prinsip makanan yang

sesuai untuk normal. Tujuannya bukan untuk menurunkan berat badan, tetapi mencegah

penambahan berat badan berlebihan.

2. Anak Prasekolah (1-6 Tahun)Pada anak berumur 1-2 tahun, tujuan diit adalah mencegah penambahan berat badan. Karena

5/10/2018 obesitas makalah 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/obesitas-makalah-1 4/8

anak pada usia ini cepat bertambah tinggi, maka dengan mengusahakan berat badannya tetap

melalui pembatasan diit secara moderat, dalam waktu 6 sampai dengan 12 bulan ia akan

keluar dari kegemukannya. Diit yang mengandung 600-800 kkal pada umumnya dianggap

cukup untuk mengatasi kegemukan pada golongan anak prasekolah ini.

3. Anak Berusia ≥ 7 Tahun 

Kandunga energi makanan diturunkan secara berangsur sesuai dengan kebiasaan makan,hingga 500-1000 kkal di bawah kebutuhan normal. Pada kegemukan biasa, kandungan energi

makanan yang diberikan sama dengan kebutuhan untuk metabolisme basal menurut umur,

 jenis kelamin, dan berat badan sesungguhnya. Pada obesitas, dasar perhitungan energi adalah

berat adan ideal. Di bawah pengawasan yang baik, diit yang mengandung 800-1000 kkal

sehari akan mengakibatkan penurunan berat badan yang diharapkan .

F. Bahan Makanan yang Baik Diberikan Semua bahan makanan boleh diberikan dalam jumlah yang telah ditentukan. Untuk 

memberikan rasa kenyang, sayuran dan buah dapat diberikan dalam jumlah lebih banyak.

G. Bahan Makanan yang Terutama harus Dibatasi Makanan yang mengandung energi tinggi, yaitu makanan yang manis seperti gula, sirup, jam,

selai, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, minuman botol ringan, es

krim, kue-kue manis, cake, tarcis dan sebagainya ; serta makanan yang berlemak seperti

goreng-gorengan, makanan yang dimasak dengan kelapa atau santan, daging berlemak, dan

kacang tanah.

H. Penanggulangan Masalah Gizi Lebih Masalah gizi lebih disebabkan oleh kebanyakan masukan energi dibandingkan dengan

keluaran energi. Penanggulangannya antara lain:

1. Menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui pengurangan makan dan

penambahan latihan fisik atau olahraga serta menghindari tekanan hidup/stress.

2. Membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi alkohol.

3. Penyuluhan ke masyarakat luas.

4. Peningkatan teknologi pengolahan makanan tradisional Indonesia siap santap, sehingga

makanan tradisional yang lebih sehat ini disajikan dengan cara-cara dan kemasan yang dapat

menyaingi cara penyajian dan kemasan makanan Barat (Almatsier,2009).

BAB III STUDI KASUS 

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Sentral pada Wanita Dewasa (30-50 tahun)

Di Kecamatan Lubuk Sikaping Tahun 2008.

Masalah gizi di Indonesia saat ini dikenal dengan masalah gizi ganda (“double burden”).

Maksudnya disuatu sisi masalh gizi kurang masih banyak disisi lain masalah gizi terus

meningkat. Hal ini terjadi pada setiap kelompok umur mulai di perkotaan sampai pedesaan.

Masalah gizi kurang terutama banyak terjadi pada usia di bawah lima tahun. Sedangkan

masalah gizi lebih (overweight dan obesitas) meningkat pada usia 30 tahun ke atas dengan

prevalensi >5%. Masalah obesitas pada usia >30 tahun ini meningkat dari tahun 1999 ke

tahun 2001. Di wilayah pedesaan (Jabar, Banten, Jateng, Jatim, Lampung, Sumbar, Lombok,Sulsel) maslah yang sama sudah mulai tampak, hanya prevalensi lebih rendah dari wilayah

5/10/2018 obesitas makalah 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/obesitas-makalah-1 5/8

kumuh perkotaan. Konsekuensi dari gizi lebih atau obesitas adalah meningkatnya risiko

kematian akibat dari penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif sekarang menempati urutan

pertama penyebab kematian di Indonesia. Himpunan faktor resiko penyakit degeneratif yang

berada secara bersama-sama akan meningkatkan resiko kematian. Himpunan faktor resiko ini

terdiri dari obesitas, hipertensi, hiperlipidemia, dislipidemia yang dikenal dengan sindrom

metabolik. Jumlah penderita sindroma metabolik sejalan dengan peningkatan penderitaobesitas.

Obesitas adalah keadaan ditemukannya kelebihan lemak dalam tubuh. Penimbunan lemak 

dapat terjadi di daerah perut (obesitas sentral) dan diseluruh tubuh (obesitas general).

Obesitas sentral diketahui dengan pengukuran lingkar pinggang. Menurut WHO batasan

ligkar pinggang untuk obesitas sentral untuk negara Asia termasuk Indonesia adalah pria

e’’90cm dan wanita e’’80cm.

Konsekuensi obesitas adalah meningkatkan resiko kematian akibat penyakit degeneratif.

Beberapa penelitian di negara maju menunjukkan bahwa mereka yang mengalami obesitas

sentral mempunyai resiko 3X untuk mengalami penyakit jantung dari mereka yang normal.

Pada tiga tahun terakhir (2005-2007) penyakit degeneratif juga merupakan penyebab

kematian utama di RSUD Lb. Sikaping Kabupaten Pasaman. Pada tanggal 27 Februaru 2008DPC Persagi Pasaman melaksanakan seminar pencegahan penyakit degeneratif. Dalam acara

tersebut dilaksanakan pengukuran IMT peserta. Dari data tersebut didapatkan 48% wanita

(30-50 tahun) mengalami obesitas. Sedangkan pada penelitian pendahuluan sebelumnya

peneliti melakukan pengukuran lingkar pinggang terhadap 85 orang PNS wanita di

kecamatan Lubuk Sikaping (30-50 tahun) didapatkan 52% diantaranya mengalami obesitas.

Prevalensi obesitas berkaitan dengan interaksi faktor lingkungan seperti asupan energi,

aktifitas fisik, faktor genetik serta umur.

Penelitian dilakuakan di Kota Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera Barat

pada Bulan April sampai dengan Mei 2008. Populasi study adalah wanita dewasa umur 30-50

tahun yang tinggal di Nagari Pauh dan Durian tinggi. Pemilihan 2 Nagari ini dilakukan secara

acak dari 6 nagari yang ada di kecamatan Lubuk Sikaping. Dengan menggunakan rumus

proporsi didapatkan jumlah sampel sebesar 173 orang. Pengumpulan data dilakukan denga

metode wawancara dengan alat bantu kuesioner. Untuk pengukuran konsumsi dilakukan

metode Food Recall 2X24 jam sedangkan untuk mengukur aktifitas fisik menggunakan

kuesioner Baecke.

BAB IV PEMBAHASAN 

Dari penelitian ini prevalensi obesitas sentral pada responden sebesar 49,7% diamana 55,8%

terjadi pada kelompok umur 40-50 tahun. Didapatkan bahwa 51,4% responden dengan

asupan energi tinggi dari kebutuhan yang dianjurkan, sedangkan untuk asupan energi rata-

rata responden mengkonsumsi karbohidrat melebihi batas yang dianjurkan yaitu 50%-60%.

Terdapat 57,8% responden yang mempunyai salah satu atau kedua orang tua dengan obesitas

sentral dan sebagian besar responden (68,7%) termasuk kategori kurang aktif. Pada penelitian

ini ditemukan hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan kejadian obesitas

sentral. Proporsi responden dengan asupan energi tinggi lebih banyak mengalami obesitas

sentral (67,4%) dibandingkan dengan proporsi responden dengan asupan energi cukup(11,1%).

5/10/2018 obesitas makalah 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/obesitas-makalah-1 6/8

Berdasarkan penelitian ini ditemukan sebagian besar (59,9%) responden dengan asupan

karbohidrat yang tinggi mengalami obesitas sentral. Hal ini sesuia dengan teori yang

menyatakan bahwa bila seseorang kelebihan mengkonsumsi karbohidrat daripada yang

dibutuhkan maka terjadi perubahan mekanisme metabolisme.

Berdasarkan penelitian ini ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara asupan lemak 

dengan obesitas sentral, sebagian besar (59,9%) responden dengan asupan lemak tinggimengalami obesitas sentral. Sumber lemak yang tinggi dikonsumsi responden adalah sumber

lemak nabati. Menurut Jequer (1994) yang dikutip dari Mourbas kelebihan konsumsi lemak 

akan meningkatkan berat badan. Penelitian ini menemukan hubungan yang bermakna antara

aktifitas fisik responden dengan obesitas sentral. Sebagian besar (59,7%) responden dengan

aktivitas fisik rendah mengalami obesitas sentral. Rissanen (1991) dalam Mourbas juga

mengatakan bahwa resiko relatif penambahan berat badan sebanyak 5kg atau lebih selama 5

tahun sebesar 1,6 kali pada kelompok wanita kurang aktif.

Dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara resiko umur dengan

obesitas sentral. Hal ini disebabkan karena perbedaan antara kelompok umur prevalensi

obesitas terlihat nyata antara kelompok umur <25 tahun dengan diatas 25 tahun. Hal ini erat

 juga hubungannya dengan proses kehamilan menyebabkan peningkatan cadangan lemak yangcukup banyak. Sedangkan dalam penelitian ini responden termasuk kelompok umur beresiko

dan sudah menikah sehingga sama-sama beresiko secara umur dengan obesitas sentral dan

tidak terlihat perbedaanya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas adalah pola makan, karakteristik individu,

hereditas, psikologi, aktivitas fisik dan gaya hidup. Dari hasil yang diperoleh dari penelitian

tersebut yang paling berhubungan dengan kejadian obesitas sentral adalah pola makan yaitu

asupan karbohidrat yang berlebihan.

1. Pola Makan

Konsumsi makanan yang berlebihan terutama mengandung karbohidrat dan lemak akan

menyebabkan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang dengan kebutuhan

energi. Kelebihan energi ini di dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk jaringan lemak yang

lama kelamaan akan mengakibatkan obesitas. Di tambah kebiasaan yang tidak benar sehingga

memacu seseorang dapat menjadi gemuk. Kebiasaan ini antara lain sering mengkonsumsimakanan kecil yang penuh kalori atau sering di beri istilah “ngemil”. 

2. Karakteristik individu

Karakteristik individu secara tidak langsung mempengaruhi terjadinya obesitas yaitu umur,

 jenis kelamin, faktor sosial bidaya, tingkat pendidikan dan pengetahuan, pekerjaan dan

tingkat pendapat.

a. Umur

Presentasi lemak tubuh meningkat dengan meningkatnya umur, biasanya mulai umur 20-30

tahun (Harjadi, 1986). Bila dibiarkan usia 45-60 tahun sering menjadi usia kritis, karena padausia ini penyakit-penyakit seperti jantung, Diabetes Melitus dan lainnya mulai menggerogoti

tubuh terutama pada orang-orang yang obesitas (Wirakusumah, 1994).

b. Faktor sosial Budaya

Kebudayaan suatu keluarga, kelompok masyarakat, negara atau bangsa mempunyai pengaruh

yang kuat terhadap apa dan bagaimana penduduk makan atau dengan kata lain pola

kebudayaan mempengaruhi orang dalam memilih pangan. Hal ini terlihat dari adanya

beberapa jenis makanan tertentu yang mempunyai nilai lebih dalam masyarakat dan bila

seseorang mengkonsumsi makanan tesebut maka akan meningkatkan prestisenya dalam

masyarakat. Dimana terkadang makanan tersebut kurang mengandung nilai gizi atau

mungkin mengandung nilai gizi yang cenderung berlebihan yaitu protein dan lemak yang

tinggi yang akan mempengaruhi terjadinya obesitas (Irawati, 2000).

5/10/2018 obesitas makalah 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/obesitas-makalah-1 7/8

c. Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang juga dapat mempengaruhi kualitas dan

kuantitas makanan karena tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan dan

informasi yang dimiliki tentang gizi khususnya konsumsi makanan yang lebih baik. sering

masalah gizi timbul disebabkan karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi tentang gizi

yang memadai (Berg, 1997).

d. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang tidak langsung dapat menyebebkan obesitas

terutama pekerjaan yang tidak memerlukan aktivitas fisik yang berat. Aktivitas fisik 

diperlukan untuk membakar energi di dalam lemak tubuh. Apabila pemasukan energi

berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik akan memudahkan seseorang menjadi

gemuk (Mursito, 2003).

e. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan sangat berpengaruh terhadap konsumsi energi. Seseorang yang

mempunyai pendapatan perbulan yang tinggi akan mempunyai daya beli yang tinggi pula

sehingga memberikan peluang yang lebih besar untuk memilih berbagai jenis makanan.3. Hereditas (Faktor Keturunan)

Faktor ketuunan adalah faktor bwaan yang berasal dari orang tua. Pengaruh faktor tersebut

sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab obesitas. Meski demikian ada beberapa

bukti yang menunjukan bahwa faktor keturunan merupakan faktor penguat terjadinya

obesitas. Orang mempunyai bawaan gemuk, secara alami ia akan menjdi gemuk dan orang

yang mempunyai bawaan kurus maka secara alami ia akan menjadi kurus. Keadaan ini tidak 

akan berubah bila tiak ada upaya yang kontinue yaitu mengubah kebiasaan makan yang

menyebabkan obesitas dan meningkatkan aktivitas fisik (Wirakusumah, 1994).

4. Psikologis

Gangguan psikologis merupakan salah satu penyebab obesitas pada orang dewasa yang

mengalami gangguan psikologis, misalnya orang dewasa yang sedang bersedih hati dan

memisahkan diri dari lingkungannya atau mengalami masalah, timbul rasa lapar dan nafsu

makan yang berlebihan sebagai kompensasi terhadap problemanya dan hormon akan

disekresi sebagai tanggapan dari keadaan psikologis, sehingga terjadi peningkatan

metabolisme energi untuk dipecah dan digunakan untuk aktivitas.

BAB V 

PENUTUP 

Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran

energi. Gizi lebih dibagi menjadi dua golongan yaitu overweight dan obesitas. Obesitas

adalah kelebihan berat badan yang berasal dari lemak sedangkan overweight lebih mengacu

pada kelebihan berat badan dibandingkan dengan standar normal. Prevalensi obesitas

berkaitan dengan interaksi faktor lingkungan seperti asupan energi, aktifitas fisik, faktor

genetik serta umur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas adalah pola makan, karakteristik individu,

hereditas, psikologi, aktivitas fisik dan gaya hidup. Dari hasil yang diperoleh dari penelitian

tersebut yang paling berhubungan dengan kejadian obesitas sentral adalah pola makan yaitu

asupan karbohidrat yang berlebihan.

Penelitian terhadap wanita dewasa umur 30-50 tahun yang tinggal di Nagari Pauh dan Durian

5/10/2018 obesitas makalah 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/obesitas-makalah-1 8/8

tinggi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa yang paling berhubungan dengan

kejadian obesitas sentral adalah asupan karbohidrat.

DAFTAR PUSTAKA 

Azrul, A.2004. Tubuh Sehat Ideal Dari Segi Kesehatan . Disampaikan pada Seminar

Kesehatan Obesitas, Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI,Sabtu, 15 Februari,

2004 di Kampus UI Depok.

Almatsier, S.2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta ; Gramedia.

Gibney,Michael J et al.2008.Gizi Kesehatan Masyarakat.Jakarta;EGC

Hartono,Andry.2006.Terapi Gzi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta;EGC

Mursito,B. 2003. Ramuan Tradisional untuk Pelangsing Tubuh. Jakarta ; Swadaya.

Trisna,Ida.2009.Faktor-faktor yang Berpengaruh dengan Obesitas Sentral pada Wanita

Dewasa (30-50 thaun) di Kecamatan Lubuk Sikaping Tahun

2008.http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/32096871.pdf Diakses tanggal 22 Maret 2011

Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia.2003.Penuntun

Diit Anak.Jakarta;PT Gramedia Pustaka Utama

Soekirman, 2000. Menghadapi Masalah Gizi Ganda Dalam Pembangunan Jangka Panjang

Kedua. Agenda Repelita VI dalam Risalah Widya Karya Pangan dan Gizi V. Jakarta ; LIPI

Supariasa.2007.Penilaian Status Gizi.Jakarta;EGC

Wirakusumah, E.1994. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. Jakarta ;

Gramedia.