obat

download obat

of 21

description

Alkes dan pelayanan obay

Transcript of obat

1

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam undang-undang kesehatan no. 23 tahun 1992 dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional. Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudakan hal tersebut yaitu membentuk pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS).

Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah kerja tertentu.

Salah satu program dasar dari puskesmas adalah pengobatan. Pengobatan yang bermutu dan berkualitas sesuai standart dapat berjalan dengan baik dan lancar jika ketersediaaan serta manajemen obat dan alat kesehatan sesuai standar dan memenuhi aturan yang ada. Pengelolaan (manajemen) obat merupakan suatu rangkaian kegiatan dari puskesmas yang menyangkut aspek perencanaan, permintaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian penggunaan, dan pencatatan dan pelaporan obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan farmasi dan alat kesehatan, dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana, dan perangkat lunak (metoda dan tata laksana) dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan diberbagai tingkat unit kerjaMenurut Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005 dikatakan bahwa obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi.

Manajemen pengadaaan obat dan alat kesehatan adalah salah satu unit yang paling penting dalam sebuah institusi pelayanan kesehatan. Jika tidak terdapat manajemen yang baik mengenai obat dan alat kesehatan maka seringnya dokter akan memberikan obat-obatan yang terlalu banyak, menggunakan obat yang lebih mahal di mana seharusnya bisa digunakan obat yang lebih murah, mengobati pasiennya sebelum diagnosa ditegakkan, dan bisa saja melebihi dosis yang dianjurkan serta mungkin dapat menggunakan alat kesehatan yang tidak layak pakai.

Obat harus digunakan oleh orang yang mempunyai keahlian, pengetahuan dan akurasi karena jika tidak, obat-obat tersebut menjadi sebuah bahan yang berbahaya bagi konsumennya. Tujuan dari manajemen obat adalah agar obat dapat digunakan secara bijaksana dan mencegah penggunaan yang berlebihan dari yang dibutuhkan oleh pasien. Di bawah ini adalah beberapa alasan mengapa diperlukan manajemen obat yang baik:

a. Obat merupakan bagian penting dari pelayanan kesehatan terhadap pasien. Konsekuensinya, ketersediaannya atau ketidakadaanya akan berkontribusi pada efek baik positif maupun negatif pada kesehatan.

b. Pengaturan obat yang buruk, terlebih dalam lembaga pelayanan kesehatan masyarakat negara berkembang adalah masalah yang sangat penting. Diperlukan perbaikan manajemen, agar institusi dapat menghemat biaya dan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

Permasalahan obat bukan hanya tanggung jawab petugas farmasi saja. Oleh karena alasan-alasan tersebut diatas, maka seorang manajer harus mampu dalam manajemen obat di sebuah institusi. Manajemen obat ini sama seperti manajemen yang lain yaitu melibatkan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengendalian (controlling).

1.2 Tujuan

a) Mengetahui struktur organisasi obat dan alkes, serta pembagian tugas tiap-tiap bagian di puskesmas Sukorame.b) Mengetahui perencanaan kebutuhan obat dan alat kesehatan di puskesmas Sukoramec) Mengetahui tentang pengadaan obat dan alat kesehatan di puskesmas Sukoramed) Mengetahui tentang penyimpanan obat dan alat kesehatan di puskesmas Sukoramee) Mengetahui tentang pemantauan obat dan alat kesehatan di puskesmas Sukoramef) Mengetahui tentang mekanisme pemeliharaan dan perbaikan alat kesehatan di puskesmas Sukorameg) Mengetahui tentang form-form yang dipergunakan di apotik puskesmas Sukorame.

1.3 Manfaat

a) Bagi Dokter Muda

Memperluas wawasan Dokter Muda mengenai manajemen obat dan alat kesehatan dan mampu menjalankan pelayanan kesehatan untuk masyarakat dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia dan mengikut sertakan peran serta masyarakat setempat.

b) Bagi Puskesmas Sukorame. Terbantu dalam pengadaan data penelitian komunitas di sekitar wilayah kerja Puskesmas Sukorame.

BAB II

MANAJEMEN OBAT DAN ALAT KESEHATAN2.1Struktur Organisasi Manajemen Obat dan Alat Kesehatan Serta Pembagian Tugas Tiap-Tiap Bagian

Pada Puskesmas Sukorame, tidak terdapat struktur organisasi untuk bagian farmasi di puskesmas Sukorame.Dalam hal ini struktur organisasi dan pembagian tugas untuk tim obat dan alat kesehatan di puskesmas Sukorame masih kurang terstruktur dengan baik, karena dalam pelaksanaan tugas, manajemen obat tersebut dipegang oleh 1 orang.Bagan 2.1. Struktur Organisasi Manajemen Obat di Puskesmas Sukorame

Pendistribusian obat adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata dan teratur dari gudang puskesmas untuk memenuhi kebutuhan sub unit di lingkungan puskesmas maupun unit pelayanan kesehatan lainnya antara lain sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas (kamar obat, laboratorium), Puskesmas Pembantu. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sub unit di lingkungan maupun sub unit pelayanan kesehatan lainnya yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis, jumlah, dan waktu yang tepat. Berikut adalah alur distribusi obat dan alat kesehatan di Puskesmas Sukorame.

Bagan 2.2. Alur Distribusi Obat di Puskesmas Sukorame

Keterangan :

: Pengiriman obat

: Pengiriman laporan

Obat yang telah diterima dari DINKES (GFK) masuk ke gudang obat puskesmas induk. Setelah diperiksa oleh penanggungjawab obat Puskesmas lalu obat-obatan didistribusikan ke kamar obat, unit-unit seperti poli, KIA, laboratorium, kesehatan lingkungan dan pustu-pustu. Apabila stok obat dan alat kesehatan di unit-unit habis, maka unit-unit tersebut berhak mengadakan permintaan obat dan alat kesehatan ke gudang obat. Sedangkan di poli, pasien hanya di beri resep yang di tebus ke kamar obat. Untuk PUSTU obat-obat yang telah keluar direkap untuk laporan pengeluaran obat menggunakan LPLPO. Bila stok obat habis, bagian tersebut berhak mengadakan permintaan obat dan alat kesehatan ke gudang obat menggunakan yang sama, setiap bulan, atau pada keadaan tertentu yang memerlukan suplai obat lebih pustu bila melakukan permintaan diluar waktu tersebut.2.2Perencanaan Kebutuhan Obat dan Alat Kesehatan

Perencanaan obat di Puskesmas dimaksudkan agar ketersediaan obat di unit pelayanan dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan dana yang tersedia secara efektif dan efisien, sehingga dapat dihindari tumpang tindih penggunaan anggaran perencanaan obat dan mengurangi kemungkinan menumpuknya suatu jenis obat tertentu.

Perencanaan obat dilakukan dengan menghitung kebutuhan obat selama 1 tahun dengan buffer 50%, namun permintaan obat dilakukan setiap 1 bulan.

Dasar yang digunakan untuk merencanakan pengadaan obat dan alat kesehatan di Puskesmas Sukorame:

Daftar penyakit terbanyak di Puskesmas Sukorame yang disusun setiap bulan.

Statistik jumlah pasien yang datang atau kontrol ke puskesmas untuk penyakit masing masing.

Stok obat yang tersedia di puskesmas. Jika salah satu obat masih ada sisa bulan kemarin, maka pengadaan obat tersebut tetap direncanakan dengan jumlah obat yang disesuaikan.2.3Pengadaan Obat dan Alat Kesehatan

Pengadaan atau permintaan obat di Puskesmas Sukorame dilakukan untuk memperoleh jenis dan jumlah obat, obat dengan mutu yang tinggi, menjamin tersedianya obat dengan cepat dan tepat waktu. Oleh karena itu pengadaan atau permintaan obat harus memperhatikan dan mempertimbangkan bahwa obat yang diminta atau diadakan sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang telah direncanakan.Pengadaan atau permintaan obat di puskesmas, baik yang melalui Dinas Kesehatan Kota / GFK maupun SWADANA dilakukan dengan mengajukan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). LPLPO untuk obat DINKES ini dibuat tiap 1 bulan sekali atau bila ada KLB atau obat habis bisa meminta sewaktu-waktu ke GFK (DINKES). Pengadaan obat SWADANA dilakukan sewaktu-waktu jika suplay tidak memenuhi untuk obat-obat life saving atau yang urgent dibutuhkan untuk pelayanan. Tidak ada tim pengadaan khusus dari staf farmasi yang ditunjuk. Pengadaan hanya dipegang oleh satu orang pengelola obat dengan persetujuan oleh kepala puskesmas dan mempertimbangkan urgensinya.

Bagan 2.3. Alur Distribusi Pengadaan Obat Di Puskesmas Sukorame

Pengadaan alat kesehatan di Puskesmas Sukorame tidak rutin setiap bulannya. Pengadan alat kesehatan dilakukan apabila alat kesehatan di Puskesmas Sukorame sudah dirasakan perlu untuk ditambahkan. Biasanya pengadaan alat kesehatan di Puskesmas Sukorame dilakukan setiap dua kali dalan setahun atau dilakukan sewaktu-waktu, sedangkan dari DINKES pengadaan dilakukan setiap tahun sekali. Bila ruangan-ruangan di Puskesmas Induk memerlukan alat kesehatan yang diperlukan, akan lapor ke bagian inventaris atau pemegang alat kesehatan, dan akan dilanjutkan ke kepala Puskesmas.Bagan 2.4. Alur Distribusi Pengadaan Alat Kesehatan Di Puskesmas Sukorame

2.4 Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan

Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Penyimpanan obat ditujukan untuk memelihara mutu obat sedemikian rupa sehingga obat yang diberikan kepada pasien sesuai dengan yang diharapkan.Setelah obat diterima dari DINKES / GFK dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan dokumen pengiriman obat dari DINKES, maka setiap jenis obat harus segera dicatat dalam kartu persediaan obat di puskesmas (kartu stok). Selanjutnya semua obat tersebut dilakukan kegiatan penyimpanan obat yaitu disimpan di ruangan khusus (gudang obat), yang disusun di rak berdasarkan bentuk sediaan, kelas terapi dan tanggal kadarluarsa dan disusun secara alfebatis.Penyimpanan berbeda-beda, tergantung tempat. Obat di gudang obat disimpan di rak, obat bentuk sirup dalam botol diletakkan di lantai yang beralaskan kayu. Obat di ruang perawatan disimpan di lemari kaca, sedangkan obat di apotik disimpan di rak atau lemari kayu. Obat-obatan psikotropika disimpan di lemari kayu yang terkunci. Gudang dan apotik selalu terkunci

Gambar 2.4.1 Gudang Penyimpanan Obat

Gambar 2.4.1 Lemari Kaca Tempat Penyimpanan Obat

Gambar 2.4.2 Tempat penyimpanan Obat Psikotropika yang disimpan di lemari khusus

Pada saat obat sampai digudang, obat dipisahkan dari semua obat yang berbahaya dari obat lainnya yang ada di dalam gudang dan disimpan di tempat khusus yang terkunci baik. Obat-obat tersebut di tempatkan di lemari atau rak yang mudah di jangkau dan beri tanda khusus, agar dapat dipantau keadaan stoknya, sehingga menghindari kemungkinan terjadinya kekosongan obat. Untuk penyusunan obat di Puskesmas Sukorame, masih terdapat beberapa kekurangan yaitu dalam hal kerapian, sehingga kadang menyulitkan petugas dalam mencari obat yang dicari.

Obat DINKES dan obat SWADANA yang terdapat di kamar obat/apotik disusun di almari kaca dan untuk membedakannya puskesmas menyediakan rak terpisah. Khusus untuk obat-obatan psikotropika disimpan di sebuah lemari kayu dengan kunci tersendiri, sedangkan obat lain yang perlu suhu dingin diletakkan dalam lemari pendingin. Untuk penyimpanan obat di Puskesmas Sukorame sudah sesuai standart, penataan sudah tertata rapi dan suhu lemari es diatur sesuai standart.

Khusus untuk vaksin harus disimpan di lemari es. Vaksin disimpan di dalam lemari es untuk menjaga agar vaksin tetap efektif. Puskesmas Sukorame memiliki 1 lemari es.

Gambar 2.4.3 Lemari pendingin penyimpanan vaksin

Gambar 2.4.5 suhu lemari pendingin penyimpanan vaksinBeberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penyimpanan yang dapat mempengaruhi efektivitas obat: Menutup obat dengan baik agar tidak terjadi kerusakan obat karena kelembapan. Tidak terkena sinar matahari langsung, karena kebanyakan larutan injeksi mudah rusak jika terkena sinar matahari. Disimpan dalam suhu kamar, obat-obat tertentu dapat rusak karena pengaruh panas. Misalnya : salep, supposutoria. Obat tertentu yang membutuhkan suhu dingin diletakkan dalam lemari pendingin. Tidak menumpuk dus obat terlalu tinggi dan tidak meletakkan dus berdekatan dengan benda-benda tajam karena dapat merusak fisik obat. Menutup wadah obat dengan rapat karena apabila wadah terbuka, obat mudah tercemar oleh bakteri atau fungi. Sediaan yang terkontaminasi dapat menimbulkan kematian bagi yang menggunakannya. Menjaga kebersihan ruangan karena ruangan yang kotor dapat mengundang tikus yang dapat merusak obat. Selain itu etiket menjadi kotor sehingga tidak bisa di baca.

Di gudang obat dan apotek Puskesmas Sukorame, masih ada beberapa syarat penyimpanan obat yang belum terpenuhi diantaranya:

Ruangan penyimpanan lembab Kurang menjaga kebersihan ruangan ditunjukkan dengan banyaknya kardus kosong/sampah bekas bungkus obat yang menumpuk di lantai.2.5Pemantauan Obat dan Alat Kesehatan

Pemantauan obat meliputi pencatatan dan pelaporan data obat dan data kesakitan. Hal ini bertujuan agar menjamin tersedianya informasi untuk pengendalian persediaan, perencanaan, pengadaan, perencanaan distribusi baik di puskesmas maupun di DINKES/GFK, sehingga dapat dipenuhi jumlah, jenis dan ketepatan waktu penyediaan obat di Puskesmas serta unit pelayanan kesehatan lainnya untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Untuk melakukan pencatatan dan pelaporan data puskesmas menyediakan buku khusus untuk mencatat keluar masuk obat dan alat kesehatan. Untuk obat-obatan disimpan terlebih dahulu di gudang obat (kecuali obat untuk imunisasi disimpan di lemari pendingin di ruangan imunisasi), sedangkan untuk alat kesehatan disimpan sementara di puskesmas kemudian didistribusikan langsung pada tiap-tiap unit yang memerlukan.

Mekanisme keluar masuknya obat berdasarkan prinsip Frist Expired-First Out yaitu berdasarkan tanggal kadaluwarsa. Obat yang baru datang, disimpan dalam gudang dan diletakkan berdasarkan tanggal kadaluwarsanya. Untuk mencocokkan dengan buku keluar masuk, maka masing-masing obat diberikan kartu stok. Pencatatan obat pada kartu stok dilakukan setiap kali ada obat yang masuk maupun keluar di gudang obat yang memuat data jumlah, asal/tujuan keluar obat, tanggal kadaluarsa, tanggal transaksi keluar/masuk obat dan paraf petugas yang melaksanakan. Untuk obat-obat yang telah kadaluwarsa dicatat dalam bentuk berita acara yang kemudian dikembalikan ke gudang farmasi untuk dilakukan pemusnahan.

Di Puskesmas Sukorame, pemantauan obat dilakukan oleh 1 orang dan alat kesehatan juga dilakukan oleh 1 orang dengan pengelola manajemen obat dan alat kesehatan. Pemantauan obat dilakukan sebulan sekali, sedangkan alat kesehatan dilakukan setahun sekali. Pemantauan (khususnya obat) mencakup laporan dari masing-masing unit kerja (polindes, pustu, apotik). Kemudian pada masing-masing periode pelaporan diserahkan kepada kepala puskesmas sebagai penanggung jawab untuk dilaporkan ke DINKES Kota.Bagan 2.5 Alur Pemantauan Obat di Puskesmas Sukorame

2.6Mekanisme Pemeliharaan dan Perbaikan Alat Kesehatan

Tanggung jawab pemeliharaan alat kesehatan dilakukan oleh masing-masing ruangan (PU, KIA, laboratorium, poli gigi). Bila ada kerusakan pada alat kesehatan, laporan ditujukan pada kepala puskesmas, kemudian dilaporkan kepada inventaris alat kesehatan. Lalu, untuk perbaikannya tergantung dari tingkat kerusakan alat kesehatan tersebut. Bila ringan dan memungkinkan, alat kesehatan tersebut diperbaiki oleh petugas alat kesehatan, namun bila kerusakan cukup berat dan membutuhkan anggaran yang besar maka dilaporkan kepada kepala puskesmas.Sistem pemeliharaan alat kesehatan di Puskesmas Sukorame bersifat aktif atau pasif. Aktif pada pemeliharaan oleh masing-masing unit kerja atau unit kesehatan lainnya di luar puskesmas (polindes, pustu), biasanya kerusakan bersifat ringan. Sedangkan pasif dilakukan pada saat terdapat pelaporan kerusakan dari masing-masing unit kerja dan unit kesehatan lainnya (pustu, polindes) kepada kepala Puskesmas dan biasaya kerusakannya berat. Pelaporan alat kesehatan diberikan kepada kepala puskesmas sebagai penanggungjawab alat kesehatan.

2.7Form-Form yang Dipergunakan

Form yang digunakan di Puskesmas Sukorame terdiri dari :

a) Kartu stok gudang obat puskesmasKartu stok adalah kartu yang dipergunakan untuk mencatat mutasi obat (penerimaan dan pengeluaran) dan harus berada di gudang obat puskesmas. Fungsinya dari kartu stok gudang puskesmas adalah :

Untuk mencatat mutasi obat (penerimaan dan pengeluaran).

Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan pemakaian obat dengan format Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO/LB2) dan sebagai data pembanding terhadap keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanan.

Form ini mencatat tanggal transaksi, pihak pemberi (gudang farmasi obat) atau penerima obat (Polindes/Pustu/Apotik), jumlah obat yang diterima dari pihak pemberi dan jumlah obat yang dikeluarkan untuk pihak penerima obat, sisa stok obat pada gudang puskesmas, tanggal kadaluarsa dan paraf petugas pelaksana. Informasi dan manfaat kartu stok :

Informasi

Jumlah obat yang tersedia (sisa stok)

Jumlah obat yang diterima selama 1 bulan/1 periode

Jumlah obat yang keluar selama 1 bulan/1 periode

Jangka waktu/lama kekosongan obat

Neraca pemasukan dan pengeluaran obat

Manfaat

Untuk pengisian LPLPO/LB2

Menentukan jenis dan jumlah permintaan obat

Mengawasi neraca pemasukan dan pengeluaran obat.

Di Puskesmas Sukorame, Kartu Stok gudang obat puskesmas sudah digunakan sesuai dengan fungsinya dan sudah dicatat dengan baik oleh petugas farmasi.

Gambar 2.7.1 Kartu Stok Gudang Obat Puskesmasb. Kartu StellingKartu ini digunakan hanya untuk mencatat tanggal dan jumlah obat yang keluar atau masuk serta sisa obat. Mengontrol penggunaan dan pendistribusian obat. Memantau keseimbangan antara stock obat yang tersisa dengan obat yang keluarDi Puskesmas Sukorame, Kartu stelling obat puskesmas sudah digunakan sesuai dengan fungsinya dan sudah dicatat dengan baik oleh petugas apotek.

Gambar 2.7.2 Kartu Stelling

c. Laporan penggunaan psikotropika

Digunakan khusus untuk mencatat pihak pemberi atau penerima obat golongan psikotopika, jumlah obat golongan psikotropika yang diterima dari pihak pemberi dan jumlah obat golongan psikotropika yang dikeluarkan untuk pihak penerima obat, serta stok awal dan akhir obat golongan psikotropika yang ada di gudang puskesmas. Pencatatan pada form ini dilakukan tiap bulan oleh kepala gudang obat.

d. Laporan penggunaan narkotika

Digunakan khusus untuk mencatat pihak pemberi atau penerima obat golongan narkotika, jumlah obat golongan narkotika yang diterima dari pihak pemberi dan jumlah obat golongan narkotika yang dikeluarkan untuk pihak penerima obat, serta stok awal dan akhir obat golongan narkotika yang ada di gudang puskesmas. Pencatatan pada form ini dilakukan setiap bulan oleh kepala gudang obat.

e. Laporan pemakaian dan lembar permintaan obat dinas kesehatan

Digunakan untuk mencatat jumlah penerimaan, pemakaian, stok awal dan sisa stok obat dan alat kesehatan habis pakai yang ada di puskesmas, tujuan pemberian obat (PKD/ASKES/APBD/lain-lain). Pencatatannya dilakukan setiap bulan oleh kepala gudang obat. Mengetahui penggunaan serta stock obat dan alat kesehatan. Sebagai sarana pengadaan obat. Mengusulkan permintaan obat ke gudang farmasi kota.

Untuk membantu pencatatan obat yang keluar dilakukan pencatatan dan penyimpanan resep setiap harinya. Berikut ini alur pencatatan dan penyimpanan resep di Puskesmas Sukorame.

Bagan 2.6 Alur Pencatatan dan Penyimpanan Resep

Gambar 2.7.3 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

f. Laporan inventaris peralatan kesehatan puskesmas

Digunakan untuk mencatat jumlah alat kesehatan pada masing-masing unit (ruangan-ruangan di puskesmas, pustu, polindes), keadaan alat kesehatan, kebutuhan, pengadaan sendiri, permintaan serta penerimaan alkes. Pencatatan pada form ini dilakukan setiap tahun.

BAB III

PEMBAHASAN

Pada puskesmas Sukorame, untuk pembagian tugas tim obat dan alat kesehatan di puskesmas masih kurang terstruktur dengan baik. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan tugas, manajemen obat serta manajemen alat kesehatan tersebut masing-masing hanya dipegang oleh 1 orang. Tidak ada tim khusus yang menangani manajemen obat dan alat kesehatan yaitu tidak terbentuk tim pengadaan, tim pemeriksa, bendahara barang, dengan kepala puskesmas sebagai penanggungjawab.

Pengadaan obat di Puskesmas Sukorame berasal dari 2 macam yaitu obat yang berasal dari pemerintah (DINKES) dan obat yang diadakan sendiri oleh Puskesmas (SWADANA). Pendistribusian obat ke kamar obat dan unit-unit puskesmas sudah terstruktur dengan baik.

Manajemen obat di puskesmas Sukorame telah menerapkan manajemen Preventif, yaitu:1. Planning Perencanaan obat selalu didasarkan pada penyakit terbanyak yang disusun setiap bulan. Sehingga dapat meminimalkan jumlah obat-obatan yang tidak terpakai (kadaluarsa). Untuk penyakit-penyakit yang jarang dijumpai, perencanaan obat tetap dilakukan dengan pertimbangan angka kejadian tiap bulannya.

Perencanaan juga mempertimbangkan sisa obat bulan lalu. Hal ini juga untuk mencegah jumlah obat yang berlebihan.

Setiap pemesanan obat selalu dilebihkan 50% dari kebutuhan. Hal ini bertujuan menghindari kehabisan obat di tengah bulan, padahal obat tersebut masih dibutuhkan.

Dalam hal terjadinya KLB atau wabah, pengadaan obat dilaksanakan dengan mekanisme tertentu. Penanggung jawab dalam hal ini adalah penanggung jawab obat dan alat habis pakai. Surat permintaan obat dikirimkan ke dinkes kota bersamaan dengan laporan terjadinya KLB.2. Organizing Permintaan obat diajukan oleh kepala puskesmas kepada kepala dinas kesehatan kota dengan menggunakan format LPLPO, dipesan tiap 1 bulan, sedangkan permintaan dari subunit ke kepala puskesmas (gudang obat puskesmas) dilakukan secara periodik yaitu dipesan tiap 1 bulan menggunakan LPLPO Sub unit (kamar obat, UGD/rawat inap, KIA/Kaber/KB, BP, poli gigi, dan pustu/polindes serta posyandu. Alur pemesanan yang sistematis ini mempermudah pekerjaan mendaftar kebutuhan obat, sehingga ketersediaan obat lebih dapat dijamin.

Sistem pelaporan pemakaian obat dilakukan setiap bulan dari sub unit kepada puskesmas dan dari puskesmas kepada dinas kesehatan kota sehingga pemanfaatan obat-obatan tersebut dapat selalu dipantau.

Obat-obatan dan alat kesehatan yang sangat dibutuhkan tidak tersedia di gudang obat kota diusahakan oleh Puskesmas sendiri dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan pada pasien sebaik-baiknya.

3. Actuating Pendistribusian obat dan alkes kepada subunit pelayanan disesuaikan dengan jumlah permintaan atau stok di Gudang Obat Puskesmas.

Masalah yang mungkin ditemukan pada pelaksanaan yaitu mungkin kurangnya tenaga pekerja di farmasi sehingga dalam pelaksanaan sehari-hari sering kewalahan mengingat besarnya volume pelayanan di puskesmas Sukorame.

Dalam hal distribusi pelayanan perorangan sering terjadi masalah pada pembagian obat dikarenakan pasien yang kurang patuh terhadap nomer urut yaitu walaupun sudah dibagi berdasarkan urutan sewaktu dipanggil pasien asal maju sehingga bisa terjadi salah pemberian obat.

4. Controlling Setiap penerimaan, pemakaian dan persediaan obat maupun alkes dicatat dan dilaporkan dalam buku khusus di tiap sub unit pelayanan yang selanjutnya setiap bulan diserahkan petugas gudang obat. Dengan demikian arus barang obat dan alkes dapat terpantau dengan baik.

Adanya perhatian khusus untuk obat-obat psikotropika, pemakaiannya dicatat secara khusus dalam laporan penggunaan psikotropika. Hal ini berguna untuk mencegah penyalahgunaan obat-obatan psikotropika.

Sistem pemeliharaan alat kesehatan di Puskesmas Sukorame bersifat aktif atau pasif. Aktif pada pemeliharaan oleh masing-masing unit kerja atau unit kesehatan lainnya di luar puskesmas (polindes, pustu), biasanya kerusakan bersifat ringan. Sedangkan pasif dilakukan pada saat terdapat pelaporan kerusakan dari masing-masing unit kerja dan unit kesehatan lainnya (pustu, polindes) kepada kepala Puskesmas dan biasaya kerusakannya berat.

Sistem manajemen obat yang dilaksanakan di puskesmas Sukorame cukup dapat menjamin kualitas dan keamanan obat serta kesediaan obat. Rak-rak obat diletakkan di tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung. Penyimpanan berbeda-beda, tergantung tempat. Obat di gudang obat disimpan di rak, obat bentuk sirup dalam botol diletakkan di lantai yang beralaskan kayu. Obat di ruang perawatan disimpan di lemari kaca, sedangkan obat di apotik disimpan di rak atau lemari kayu. Obat-obatan psikotropika dan narkotika disimpan di lemari kayu yang terkunci. Keluar masuknya obat juga dicatat pada kartu stok dan buku pencatatan khusus yang dilakukan oleh petugas khusus. Keamanan obat dikontrol seorang penanggung jawab dalam ruangan. Gudang dan apotik di luar jam kerja akan dikunci.BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN4.1 Kesimpulan

a) Pengadaan obat di Puskesmas Sukorame berasal dari 2 macam yaitu obat yang berasal dari pemerintah (DINKES) dan obat yang diadakan sendiri oleh Puskesmas (SWADANA).b) Masih terdapat beberapa syarat penyimpanan obat di Puskesmas Sukorame belum sesuai standart antara lain : ruangan masih lembab, kurang menjaga kebersihan ruangan ditunjukkan dengan banyaknya kardus kosong atau sampah bekas bungkus obat yang menumpuk di lantai. Begitu pula penyimpanan alat kesehatan yang tidak tersusun rapi.c) Di Puskesmas Sukorame, tidak terdapat tim khusus yang menangani manajemen obat dan alat kesehatan yaitu tim pengadaan, tim pemeriksa, bendahara barang, dengan kepala puskesmas sebagai penanggung jawab. 4.2 Saran

a) Hal-hal yang kurang memenuhi syarat dalam proses penyimpanan obat sebaiknya segera diperbaiki, antara lain : Mengatur jarak lemari dengan lantai setinggi 10-15 cm dari lantai sebelum meletakkan obat Menyediakan ruangan yang lebih besar untuk gudang obat karena banyaknya jumlah obat Selalu menjaga kebersihan ruangan obat. Gudang alat kesehatan juga sebaiknya disusun secara rapi agar alat kesehatan tidak mudah rusak.

b) Memisahkan dan membagi tugas manajemen obat dalam hal pengadaan, pemeriksaan, bendahara, perencanaan, pelaporan, dan pemantauan secara terorganisasi baik.c) Sebaiknya diadakan penambahan petugas ( sehingga pendataan dan pelaporan menjadi informatif, terpercaya, dan menghindari penyalahgunaan.Apoteker Penanggung Jawab

Gudang Farmasi Puskesmas

AA

Apoteker

Penanggung Jawab Obat Pustu Mojoroto

Penanggung Jawab Obat Pustu Bujel

Penanggung Jawab Obat Pustu BandarLor

Penanggung Jawab Obat Pustu Pojok

Kepala Puskesmas

Kepala Puskesmas

Pelaporan dan pengajian permintaan obat menggunakan LPLPO

GFK KOTA KEDIRI

GUDANG OBAT PUSKESMAS

Simpan sesuai bentuk sediaan, kelas terapi, dan abjad tulis di kertas stok, hati tanggal kadarluarsa besar.

PUSKESMAS PEMBANTU

APOTIK PUSKESMAS

R. PENGOBATAN R.KIA/KB

LAB

Pemberian/pelaporan berdasarkan LPLPO unit pelayanan

GFK KOTA KEDIRI

GUDANG OBAT PUSKESMAS

PUSKESMAS PEMBANTU

APOTIK PUSKESMAS

POSYANDU LANSIA

GIZI

KIA

PU

GIGI

Inventaris Alat Kesehatan

DINKES

PUSTU

POSYANDU

KEPALA PUSKESMAS

APOTEK PUSKESMAS INDUK

GIGI

PU

KIA

GIZI

POSYANDU LANSIA

PUSKESMAS PEMBANTU

APOTIK PUSKESMAS

GUDANG OBAT PUSKESMAS

GFK KOTA KEDIRI

Mengelompokkan resep berdasarkan kelompok pembiayaan

Memasukkan resep ke lidian

Memasukkan resep ke lidian

Memasukkan data jumlah pasien berdasar pembiayaannya,memasukkan data jumlah R/, jumlah R/ generik dan non Generik, serta merekap resep narkotik dan atau psikotropika

Bendel resep, beri tanggal pada bendelnya, pisahkan resep narkotik/psikotropik

Simpan bendel berdasarkan urutan tanggal resep

124