obat interaksi

10
Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~  1  INT ERAKSI OBAT DALAM KLINIK Pe tunjuk Kegiatan I. PENDAHULUAN Dalam praktek klinik, seorang dokter akan sering menjumpai peristiwa interaksi obat di m ana aks i dari suatu obat berubah oleh karena pengaruh obat yang lain yang diberikan secara bersamaan atau hampir bersamaan. Kepentingan untuk membahas masalah interaksi obat tidak lepas dari kenyataan kebiasaan dalam praktek pengobatan, di mana umum sekali untuk memberikan obat lebih dari satu secara bersamaan pada seorang penderita. Interaksi obat tidak sselamanya merugikan, tetapi jika kemungkinan terjadi interaksi ini tidak diwaspadai pada waktu memberikan obat pada pasien, maka terjadinya dampak negatif yang merugikan akan lebih besar. Modul ini akan membahas berbagai bentuk dan mekanisme interaksi obat dan dampaknya secara klinik serta bagaimana menghindari kemungkinin-kemungkinan dampak yang merugikan. II. TUJUAN Sesudah kuliah dan diskusi ini,mahasiswa diharapkan: 1. M ema ham i berbagai bentuk interaksi obat, 2. Memahami mekanisme interaksi obat, 3. Me ma ham i dam pak klinik dari intertaksi obat, 4. M am pu m enelaah interaksi dan m elakukan up aya untuk m enghindari terjadinya dam pak yang m erugikan dari i nteraksi opbat. III. PERSIAPAN 1. Mem baca catatan kuliah/diskusi  A-06/CK D mengenai INTERAKSI OBAT DAL AM KLINIK . 2. Melihat satu a tau beberapa contoh resep, terutama resep yan g terdiri dari lebih satu jenis obat (polifarmasi) dan menelaah kemungkinan-kemungkinan adanya interaksi yang penting. Kalau menemui interaksi yang penting, ajukan dalam diskusi kelas. IV. PUSTAKA YANG DIANJURKAN Grahame-Smith DG & Aronson JK 1985oxford textbook of Clinical Pharmacology and Drug Therapi . Pp.15 8-171. Oxford Universi ty P ress, Oxford. ***  A -06/P PETUN JUK KEGIATAN

Transcript of obat interaksi

5/13/2018 obat interaksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/obat-interaksi 1/10

 

Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~   1

 

INTERAKSI OBAT DALAM KLINIKPetunjuk Kegiatan

I. PENDAHULUAN

Dalam praktek klinik, seorang dokter akan sering menjumpai peristiwa interaksi obat di mana aksi dari suatu obatberubah oleh karena pengaruh obat yang lain yang diberikan secara bersamaan atau hampir bersamaan.Kepentingan untuk membahas masalah interaksi obat tidak lepas dari kenyataan kebiasaan dalam praktekpengobatan, di mana umum sekali untuk memberikan obat lebih dari satu secara bersamaan pada seorangpenderita. Interaksi obat tidak sselamanya merugikan, tetapi jika kemungkinan terjadi interaksi ini tidak diwaspadaipada waktu memberikan obat pada pasien, maka terjadinya dampak negatif yang merugikan akan lebih besar.

Modul ini akan membahas berbagai bentuk dan mekanisme i nteraksi obat dan dampaknya secara klinik sertabagaimana menghindari kemungkinin-kemungkinan dampak yang merugikan.

II. TUJUAN

Sesudah kuliah dan diskusi ini,mahasiswa diharapkan:1. Memahami berbagai bentuk interaksi obat,2. Memahami mekanisme interaksi obat,3. Memahami dampak klinik dari intertaksi obat,4. Mampu menelaah interaksi dan melakukan upaya untuk menghindari terjadinya dampak yang

merugikan dari interaksi opbat.

III. PERSIAPAN

1. Membaca catatan kuliah/diskusi A-06/CKD mengenai INTERAKSI OBAT DALAM KLINIK.2. Melihat satu atau beberapa contoh resep, terutama resep yang terdiri dari lebih satu jenis obat

(polifarmasi) dan menelaah kemungkinan-kemungkinan adanya interaksi yang penting. Kalaumenemui interaksi yang penting, ajukan dalam diskusi kelas.

IV. PUSTAKA YANG DIANJURKAN

Grahame-Smith DG & Aronson JK 1985 oxford textbook of Clinical Pharmacology and Drug Therapi . Pp.158-171.Oxford University Press, Oxford.

***

 A-06/PK

PETUNJUK KEGIATAN

5/13/2018 obat interaksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/obat-interaksi 2/10

 

Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~   2

 

INTERAKSI OBAT DALAM KLINIK

I. PENGERTIAN DAN KEJADIAN INTERAKSI

Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang diberikanbersamaan. Kemungkinan terjadinya peristiwa interksi harus selalu dipertimbangkan dalam klinik, manakala dua obatatau lebih diberikan secara bersamaan atau hampior bersamaan. Tidak semua interaksi obat membawa pengaruhyang merugikan, beberapa interaksi justru diambil manfaatnya dalam praktek pengobatan, misalnya saja peristiwainteraksi antara probenesid dengan penisilin, di mana probenesid akan menghambat sekresi penisilin di tubuhiginjal, sehingga akan memperlambat ekskresi penisilin dan mempertahankan penisilin lebih lama dalam tubuh.

Interaksi dapat membawa dampak yang merugikan kalau terjadinya interaksi tersebut sampai tidak dikenalisehingga tidak dapat dilakukan upaya-upaya optimalisasi. Secara ringkas dampak negatif dari interaksi inikemungkinan akan timbul sebagai,- Terjadinya efek samping,- Tidak tercapainya efek terapetik yang diinginkan.

 Angka kejadian (incidence) dari interaksi obat tidak terlalu jarang dalam klinik. Menurut laporan diperkirakan +7% dari kejadian efek samping obat disebabkan karena peristiwa interaksi obat, dan kurang lebih 1/3 dari pasien-pasien yang meninggal karena efek samping obat (+ 4% dari kematian di rumah sakit ) dikarenakan oleh interaksiobat. Peristiwa interaksi ini menjadi pokok yang penting untuk selalu diperhatikan dengan melihat kebiasaanperesapan polifarmasi yang ada dalam p raktek. Sebagai contoh, setiap pasien yang datang ke Puskesmas rata-rataakan medapat obat + 4 jenis pada saat yang bersamaan. Walaupun secara teoritik atau eksperimental kemungkinanterjadinya interaksi sangat beraneka-ragam tetapi tidak semua interaksi tersebut bermakna atau penting dalam klinik. Perubahan ini hanya menyangkut interaksi yang penting secara klinik. Kepentingan klinik ini secara sekali lagidilihat dari dampak yang terjadi apakah mempengaruhi terjadinya efek toksis ataukah menyebabkan kegagalantercapainya efek terapik.

II. OBAT YANG TERLIBAT DALAM PERISTIWA INTERAKSI

Interaksi obast paling tidak melibatkan 2 jenis obat,- Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengatuhi atau diubah oleh obat lain.- Obat presipitan (precipitan drug), yakni obat yang mempengaruhi atau mengubah aksi atau

atau efek obat lain.

II.1. Obat obyek

Obat-obat yang kemungkinan besar menjadi obyek interaksi atau efeknya dipengaruhi oleh obat lain, umumnyaadalah obat-obat yang memenuhi ciri:

a. Obat-obat di mana perubahan sedikit saja terhadap dosis (kadar obat) sudah akanmenyebabkan perubahab besar pada efek klinik yang timbul. Secara farmakologi obat-obat seperti ini seringdikatakan sebagai obat-obat dengan kurva dosis respons yang tajam (curam; steep dose response curve).Perubahan, misalnya dalam hal ini pengurangan kadar sedikit saja sudah dapat mengurangi manfaat klinik(clinical efficacy) dari obat.

b. Obat-obat dengan rasaio toksis terapik yang rendah (low toxic:therapeutic ratio), artinya antara dosis toksik dandosis terapetik tersebut perbandinganya (atau perbedaanya) tidak besar. Kenaikan sedikit saja dosis (kadar)obat sudah menyebabkan terjadinya efek toksis.

Kedua ciri obat obyek di atas, yakni apakah obat yang manfaat kliniknya mudah dikurangi atau efek toksiknyamudah diperbesar oleh obat presipitan, akan saling berkaitan dan tidak berdiri sendiri-sendiri. Obat-obat seperti ini juga sering dikenal dengan obat-obat dengan lingkupterapetik yang sempit (narrow therapeutic range).

 

 A-06/CKD

CATATAN KULIAH

5/13/2018 obat interaksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/obat-interaksi 3/10

 

Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~   3

Obat-obat yang memenuhi ciri-ciri di atas dan sering menjadi obyek interaksi dalam klinik meliputi,- antikoagulansia: warfarin,- antikonvulsansia (antikejang): antiepilepsi,- hipoglikemika: antidiabetika oral seperti tolbutamid, klorpropamid dll,- anti-aritmia: lidokain,prokainamid dll,- glikosida jantung: digoksin,- antihipertensi,- kontrasepsi oral steroid,- antibiotika aminoglikosida,- obat-obat sitotoksik,- obat-obat susunan saraf pusat, dan lain-lain.

II.2. Obat presipi tan

Obat-obat presipitanadalah obat yang dapat mengubah aksi/efek obat lain. Untuk dapat mempengaruhi aksi/efekobat lain, maka obat presipitan umumnya adalah obat-obat dengan ciri sebagai berikut:a. Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, oleh karena dengan demikian akan menggusur ikatan-ikatan yang

protein obat lain yang lebih lemah. Obat-obat yang tergusur ini (displaced) kemudian kadar bebasnya dalamdarah akan meningkat dengan segala konsekuensinya, terutama meningkatnya efek toksik. Obat-obat yangmasuk di sini misalnya aspirin, fenilbutazon, sulfa dan lain lain.

b. Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang (inducer)enzim-enzim yangmemetabolisir obat dalam hati. Obat-obat yang punya sifat sebagai perangsang enzim (enzyme inducer)misalnya rifampisin, karbamasepin, fenitoin, fenobarbital dan lain-lain akan mempercepat eliminasi(metabolisme) obat-obat yang lain sehingga kadar dalam darah lebih cepat hilang. Sedangkan obat-obat yangdapat menghambat metabolisme (enzyme inhibator) termasuk kloramfenikol, fenilbutason, alopurinol, simetidindan lain-lain,akan meningkatkan kadar obat obyek sehingga terjadi efek toksik.

c. Obat-obat yang dapat mempengaruhi /merubah fungsi ginjal sehingga eliminasi obat-obat lain dapat dimodifikasi.Misalnya probenesid, obat-obat golongan diuretika dan lain-lain.

Ciri-ciri obat presipitantersebut adalah kalau kita melihat dari segi interaksi farmakokinetika, yakni terutama padaproses distribusi (ikatan protein), metabolisme dan ekskresi renal. Masih banyak obat-obat lain diluar ketiga ciri initadi yang dapat bertindask sebagai obat presipitan dengan mekanisme yang berbeda-beda.

III. PEMBAGIAN DAN MEKANISME INTERAKSI

Interaksi obat berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 3 golongan besar,1. Interaksi farmasetik,2. Interaksi famakokinetik,3. Interaksi farmakodinamik.

III.1. Interaksi farmasetik

Interaksi ini merupakan interaksi fisiko-kimiawi di mana terjadi reaksi fisiko-kimiawi antara obat-obat sehinggamengubah (menghilangkan) aktifitas farmakologik obat. Yang sering terjadi misalnya reaksi antara obat-obat yangdicampur dalam cairan secara bersamaan, misalya dalam infus atau suntikan . Campuran penisilin (atau antibiotikabeta-laktam yang lain) dengan aminoglikosida dalam satu larutan tidak dianjurkan. Walaupun obat-obat inipemakaian kliniknya sering bersamaan, jangan dicampur dalam satu suntikan. Beberapa tindakan hati-hati(precaution) untuk menghindari interaksi farmasetik ini mencakup,

• Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali kalau yakin betul bahwa tidak ada interaksi antar masing-masing obat.

• Dianjurkan sedapat mungkin juga menghindari pemberian obat bersama-sama lewat infus.

• Selalu perhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya (manufacturer leaflet), untuk melihat peringatan-peringatan pada pencampuran dan cara pemberian obat (terutama untuk obat-obat parenteral misalnyainjeksiinfus dan lain-lain)

5/13/2018 obat interaksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/obat-interaksi 4/10

 

Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~   4

• Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus, intravenosa atau yang lain, perhatikan bahwa tidak adaperubahan warna, kekeruhan, presipitasi dan lain-lain dari larutan.

• Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja. Jangan menimbun terlalu lama larutan yang sudah dicampur,kecuali untuk obat-obat yang memang sudah tersedia dalam bentuk larutan seperti metronidazol , lidakoin danlain-lain.

Botol ifus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, obat-obat yang sudah dimasukkan, termasuk dosisdan dan waktunya.

• Jika harus memberi per infus dua macam obat, berikan lewat 2 jalur infus, kecuali kalau yakin tidak adainteraksi. Jangan ragu-ragu konsul apoteker rumah sakit.

III.2. Interaksi farmakokinetikInterkasi farmakokinetik terjadi bila obat presipitan mempengaruhi atau mengubah proses absorpsi, distribusi (ikatanprotein), metabolisme, dan ekskresi dari obat-obat obyek. Sehingga mekanisme interaksi inipun dapat dibedakansesuai dengan proses-proses biologik (kinetik) tersebut.

III.2.1. Interaksi dalam proses absorpsi 

Interaksi dalam proses absorpsi dapat terjadidengan berbagai cara misalnya,− Perubahan (penurunan) motilitas gastrointestinal oleh karena obat-obat seperti morfin atau senyawa-senyawa

antikolinergik dapat mengubah absorpsi obat-obat lain.

− Kelasi yakni pengikatan molekul obat-obat tertentu oleh senyawa logam sehingga absorpsi akan dikurangi, olehkarena terbentuk senyawa kompleks yang tidak diabsorpsi. Misalnya kelasi antara tetrasiklin dengan senyawa-senyawa logam berat akan menurunkan absorpsi tetrasiklin.

− Makanan juga dapat mengubah absorpsi obat-obat tertentu, misalnya: umumnya antibiotika akan menurunabsorpsinya bila diberikan bersama dengan makanan

Contoh-contoh interaksi dalam proses absorpsi ditampilkan pada tabel 1.

5/13/2018 obat interaksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/obat-interaksi 5/10

 

Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~   5

Tabel 1. Contoh interaksi obat dalam proses absorpsi

Obat obyek Obat presipitan Mekanisme yang terjadi Perubahan efek

Tetrasiklin Ca++, Mg++ 

 Asl+++

, Fe+++

 

Kelasi Penurunan absorpsi tetrasiklin

Tetrasiklin NaHCO3 (bikarbonat) Perubahan pH Penurunan absorpsi tetrasiklinDigoksin Metoklopramid Perubahan motilitas usus Penurunan absorpsi digoksin  Antibiotika Makanan Perubahan pH, motilitas

dllPenurunan absorpsi antibiotika

III.2.2. Interaksi distribusi  

Interaksi dalam proses distribusi terjadi terutama bila obat-obat dengan ikatan protein yang lebih kuat menggusur obat-obat lain dengan ikatan protein yang lebih lemah dari tempat ikatannya pada protein plasma. Akibatnya maka

kadar obat bebas yang tergusur ini akan lebih tinggi pada darah dengan segala konsekuensinya, terutama terjadinyapeningkatan efek toksik. Sebagai contoh, misalnya meningkatnya efek toksik dari antikoagulan warfarin atau obat-obat hipoglikemik (tolbutamid, kolrpropamid) karena pemberian bersamaan dengan fenilbutason, sulfa ata u aspirin.Hampir sama dengan interaksi ini adalah dampak pemakaian obat-obat dengan ikatan protein yang tinggi padakeadaan malnutrisi (hipoproteinemia). Karena kadar protein rendah, maka obat-obat dengan ikatan protein yangtinggi akan lebih banyak dalam keadaan bebas karena kekurangan protein untuk mengikat obat sehingga dengandosis yang sama akan memberikan kadar obat bebas yang lebih tinggi dengan akibat meningkatnya efek toksik.

Disamping itu interaksi dalam proses distribusi dapat terjadi bila terjadi perubahan kemampuan transport atau uptakeseluler suatu obat oleh karena obat-obat lain. Misalnya obat-obat antidepresan trisiklik atau fenotiasin akanmenghambat transport aktif ke akhiran saraf simpatis dari obat-obat antihipertensif (guanetidin, debrisokuin),sehingga mengurangi/menghilangkan efek antihipertensi.

Contoh-contoh interaksi dalam proses distribusi dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2. Contoh interaksi obat dalam proses distribusi

Obat obyek Presipitan Mekanisme Efek yang terjadi

Tobutamid danobat-obathipoglikemik

- Salisilat- Fenilbutason- Sulfa

Penggusuran ikatan protein Hipoglikemia

Bilirubin Sulfa Penggusuran ikatan protein Kern icterusWarfarin Salisilat Penggusuran ikatan protein (adamekanisme dinamik lain)

Perdarahan

III.2.3. Interaksi dalam proses metabolisme  

Interaksi dalam proses metabolisme dapat terjadi dengan dua kemungkinan,v Pemacuan enzim (enzyme induction )

Suatu obat (presipitan) dapat memacu metabolisme obat lain (obat obyek) sehingga mempercepat eliminasiobat tersebut. Kenaikan kecepatan eliminasi (pembuangan atau inaktivasi) akan diikuti dengan menurunnyakadar obat dalam darah dengan segala konsekuensinya. Obat-obat yang dapat memacu enzim metabolismeobat disebut sebagai enzyme inducer . Dikenal beberapa obat yang mempunyai sifat pemacu enzim ini yakni:

5/13/2018 obat interaksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/obat-interaksi 6/10

 

Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~   6

− Rifampisin,

−  Antiepileptika: fenitoin, karbamasepin, fenobarbital.Dari berbagai reaksi metabolisme obat, maka reaksi oksidasi fase I yang dikatalisir oleh enzim sitokrom P-450dalam mikrosom hepar yang paling banyak dan paling mudah dipicu.

v Penghambatan enzim (enzyme inhibitor). Metabolisme suatu obat juga dapat dihambat oleh obat lain. Obat-obat

yang punya kemampuan untuk menghambat enzim yang memetabolisir obat lain dikenal sebagai penghambatenzim (enzyme inhibitor). Akibat dari penghambatan metabolisme obat ini adalah meningkatnya kadar obatdalam darah dengans egala konsekuensinya, oleh karena terhambatnya proses eliminasi obat. Obat-obat yangdikenal dapat menghambat aktifitas enzim metabolisme obat adalah:

- kloramfenikol- isoniazid- simetidin- propanolol- eritromisin- fenilbutason- alopurinol, dll.

Tergantung dari jenis obat obyek yang mengalami interaksi, yakni terutama obat dengan lingkup terapi yang sempit,maka interaksi metabolisme dapat membawa dampak merugikan. Umumnya secara ringkas dapat dikatakan bahwa,- Pemacuan enzim akan berakibat kegagalan terapi, karena kadar optimal tidak tercapai.- Penghambatan enzim akan berakibat mengingkatnya kadar obat melampaui ambang toksik.

Contoh-contoh interaksi dalam metabolisme baik berupa pemacuan enzim atau penghambatan enzim ditampilkanpada tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Contoh-contoh interaksi karena pemacuan enzim

Obat obyek Obat presipitan Akibat klinik

 Antikoagulan warfarinTolbutamidKontrasepsi oral steroidFenitoinDoksisiklinKortikosteroid

Penurunan efek antikoagulanPenurunan efek antidiabetikKegagalan kontrasepsi\Penurunan/kegagalan terapi antiepilepsiPenurunan kadar obatPenurunan kadar obat

 

Rifampisin

FenitoinFenobarbital

Karbamasepin

5/13/2018 obat interaksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/obat-interaksi 7/10

 

Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~   7

Tabel 4. Contoh-contoh interaksi karena penghambatan enzim

Obat obyek Obat presipitan Akibat klinik

Fenitoin

 Antikoagulan warfarinTolbutamid & klorpropamid

Teofilin

Isoniazid (INH)

Fenilbutason, kloramfenikol AlopurinolFenilbutasonKloramfenikolIsoniazid, propanololSimetidin, eritromisin (?)

Efek toksik meningkat

PerdarahanHipoglikemia

Efek toksik meningkat

III.2.4. Interaksi dalam proses ekskresi

Interaksi obat atau metabolitnya melalui organ ekskresi terutama ginjal dapat dipengaruhi oleh obat-obat lain. Yangpaling d ikenal adalah interaksi antara probenesid dengan penisilin melalui kompetisi sekresi tubuli sehinggan prosessekresi penisilin terhambat, maka kadaar penisilin dapat dipertahankan dalam tubuh. Interaksi probenisid danpenisilin adalah contoh interaksi yang menguntungkan secara terapetik. Klinidin juga menghambat sekresi aktif digoksin dengan akibat peningkatan kadar digoksin dalam darah, kira-kira sampai 2 kali, sehingga terjadipeningkatan kejadian efek toksik digoksin. Salisilat menghambat sekresi aktif metotreksat. Obat-obat diuretikamenyebabkan retensi lithium karena hambatan pada proses ekskresinya. Furosemid juga dapat meningkatkan efektoksik ginjal dari aminoglikosida,kemungkinan oleh karena perubahan ekskresi aminoglkosida. Contoh interaksidalam proses ekskresi ditampilakn dalam Tabel 5.

Tabel 5. Interaksi obat pada proses ekskresi

Obat obyek Obat presipitan Akibat klinik

PenisilinMetotreksatDigoksinSlaisilatIndometasinLithium Aminoglikosida

ProbenesidSalisilatKinidinProbenisidProbenisidTiazidaFurosemid

Kenaikan kadar penisilinMeningkatnya efek toksik metotreksatToksisitas digoksinToksisitas salisilatToskisitas salisilatToksisitas lithiumNefrotoksisitas aminoglikosida

III.3. Interaksi farmakodinamik

Interaksi farmakodinamik berbeda dengan interaksi farmakokinetik. Pada interaksi farmakokinetik terjadi perubahankadar obat obyek oleh karena perubahan pada proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat. Padainteraksi farmakodinamik tidak terjadi perubahan kadar obat obyek dalam darah. Tetapi yang terjadi adalahperubahan efek obat obyek yang disebabkan oleh obat presipitan karena pengaruhnya pada tempat kerja obat.Interaksi farmakodinamik dapat dibedakan menjadi,

\ Interaksi langsung (direct interaction)

\ Interaksi tidak langsung (indirect interaction)

III.3.1. Interaksi langsung

Interaksi langsung terjadi apabila dua obat atau lebih bekerja pada tempat atau reseptor yang sama, atau bekerjapada tempat yang berbeda tetapi dengan hasil efek akhir yang sama atau hampir sama. Interaksi dua obat pada

5/13/2018 obat interaksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/obat-interaksi 8/10

 

Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~   8

tempat yang sama dapat tampil sebagai antagonisme atau sinergisme. Interaksi langsung ini dapat terbagi lebihlanjut sebagai berikut.a. Antagonisme pada tempat yang sama

  Antagonisme adalah keadaan dimana efek dua obat pada tempat yang sama saling berlawanan ataumenetralkan. Banyak contoh interaksi seperti ini, misalnya:

- Pembalikan (penetralan) efek opiat oleh obat nalokson.- Pengobatan aritma yang disebabkan intoksikasi antidepresan triklisik dengan obat fisotigmin.- Pengobatan keracunan pestisida organofosfat dengan sulfas atropin untuk menetralisir efek-efek kolinergik

yang terjadi.

b. Sinergisme pada tempat yang samaSinergisme adalah interkasi di mana efek dua obat yang bekerja pada tempat yang sama saling memperkuat.Walaupun banyak contoh interaksi yang merugikan dengan mekanisme ini tetapi banyak pula interaksi yangmenguntungkan secara terapetik. Contoh-contoh interaksi ini, misalnya:- Efek obat pelemas otot depolarisasi(depolarizing muscle relaxants) akan diperkuat/ diperberat oleh

antibiotika aminoglikosida, kolistin dan polimiksin karena keduanya bekerja pada tempat yang sama yaknipada motor end plate otot seran lintang.

- Kombinasi obat beta-blocker dan Ca++

-channel blocker seperti verapamil dapat menyebabkanaritmia/asistole. Keduanya bekerja pada jaringan konduksi otot jantung yang sama.

c. Sinergisme pada tempat yang berbeda dari efek yang sama atau hampir sama.Obat-obat dengan efek akhir yang sama atau hampir sama, walaupun tempat kerja ata reseptornya berlainan,kalau diberikan bersamaan akan memberikan efek yang saling memperkuat. Misalnya,- Alkohol dan obat-obat yang berpengaruh terhadap susunan saraf pusat,- Antara berbagai obat yang punya efek yang sama terhadap susunan saraf pusat, misalnya depresi susunan

saraf pusat.- Kombinasi antibiotika, misalnya penisilin dan aminoglikosida- Kombinasi beberapa obat antihipertensi

III.3.2. Interaksi tidak langsung

Interkasi tidak langsung terjadi bila obat presipitan punya efek yang berbeda dengan obat obyek, tetapi efek obatpresipitan tersebut akhirnya dapat mengubah efek obat obyek. Beberapa contoh antara lain,- Interaksi antara obat-obat yang mengganggu agregasi trombosit (salisilat, fenilbutason, ibuprofen, dipiridamol,

asam mefenamat, dll.) dengan obat-obat antikoagolan seperti warfarin sehingga kemungkinan perdarahan lebihbesar oleh karena gangguan proses hemostasis.

- Obat-obat yang menyebabkan perlukaan gastrointestinal seperti aspirin, fenilbutason, indometasin, dan obat-obat antiinflamasi non-steroid yang lain, bila diberikan pada pasien-pasien yang sedang mendapatkanantikoagulansia seperti warfarin, maka dapat terjadi perdarahan yang masif dari perlukaan tadi.

- Obat-obat yang menurunkan kadar kalium akan menyebabkan peningkatan efek toksik glikosida jantungdigoksin. Efek toksik glikosida jantung ini lebih besar pada keadaan hipokalemia. Tetapi sebaliknya hipokalemia

akan mengurangi efek klinik obat-obat antiaritmia seperti lidokain, prokainamid, kinidin, dan fenitoin. Obatpresipitan yang mengurangi kadar kalium terutama adalah diuretika.

- Efek diuresis obat-obat diuretika tertentu seperti furosemid akan berkurang bila diberikan bersama dengan obat-obat antiinflamasi non-steroid seperti aspirin, fenilbutason, ibuprofen, indometasin, dll. Kemungkinan olehkarena penghambatan simtesis prostaglandin oleh obat-obat presipitan tersebut, yang sebenarnya diperlukanuntuk menimbulkan efek diuretika furosemid

Obat obyek Obat presipitan Akibat klinik

Interaksi langsung

Obat-obat pelemas ototdepolarisasiObat-obat susunan saraf pusatVerapamil

 Aminoglikosida kolistin, polimiksin,kinin, kinidinObat-obat susunan saraf pusatBeta-blocker 

Meningkatkan efek relaksasi otot sampaikelumpuhanPotensiasi efek Aritmia dan asistole

5/13/2018 obat interaksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/obat-interaksi 9/10

 

Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~   9

OpiatWarfarin antikoagulan

NaloksonSteroid anabolik, klofibrat,kortikosteroid, estrogen, tetrasiklin

Pemulihan/pembalikan efek opiatMeningkatkan efek antikoagulasi

Interaksi tidak langsung

 Antikoagulan AntikoagulanGlikosida jantung

 Antiaritmia

Glikosida jantung

Diuretika

Vasodilator 

 Antiagregasi trombositObat-obat ulserogenikObat-obat penyebab hipokalemiaObat-obat penyebab hipokalemiaObat-obat penyebab hipokalsemia(Vit D, garam Ca)Obat-obat antiinflamasi non-steroidBeta-blocker 

Gangguan hemostasis dan perdarahanPerdarahan meningkatToksisitas glikosida

Penurunan efek

Toksisitas glikosida

Penurunan efek diuresis

Peningkatan efek klinik antihipertensi danantiangina

IV. DAMPAK KLINIK INTERAKSI OBAT

Secara teoritis banyak sekali interaksi yang mungkin terjadi dengan mekanisme yang telah diuraikan di muka.Namun demikian, tidak semuanya memberikan dampak klinik yang penting. Dampak klinik akan sangat tergantungpada ciri-ciri obat obyek (lihat II.1.), yakni:- Profil hubungan dosis (kadar) dengan respons dari obat obyek. Untuk obat-obat dengan kurva kadar vs. respons

yang curam (steep dose-response curve), di mana perubahan sedikit kadar atau jumlah obat akan berpengaruhbesar terhadap efek obat, maka setiap perubahan kadar karena interaksi obat akan memberikan perubahan

efek yang sangat berarti.- Obat-obat dengan resiko toksik: terapetik yang rendah (low toxic:therapeutic ratio), atau sering dikenal juga

sebagai obat dengan lingkup terapi sempit.

Di samping kedua hal di atas, makna klinik interaksi obat juga akan sangat tergantung kepada jenis dari efek yangterjadi, terutama untuk interaksi farmakodinamik, yakni apabila efek obat obyek yang mengalami perubahan tersebutmerupakan efek farmakologik utama/penting terhadap timbulnya efek terapetik maupun efek toksik dari obat.Misalnya perubahan sedikit saja dari efek antikoagulasi, bisa terjadi perdarahan atau kegagalan antikoagulasi.

Secara ringkas, makna klinik yang bisa terjadi ada 2 macam, yakni:- Meningkatnya efek toksik baik disertai dengan meningkatnya kadar obat obyek atau tidak.- Kegagalan efek terapetik.

Perlu dicatat bahwa mekanisme interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik tidak selamanya berdiri sendiri-sendiri. Adakalanya interaksi tersebut terjadi karena kedua mekanisme tersebut, sehingga untuk ini yang penting adalahmengevaluasi/mengobservasi efek yang terjadi. Sebagai contoh interaksi antara aspirin dengan obat-obathipoglikemik atau dengan antikoagulan warfarin. Disamping interaksi kinetik pada ikatan protein, juga ada interaksidinamik yang memperberat efek yang terjadi.

UPAYA MENGHINDARI DAMPAK NEGATIF

Tindakan berhati -hati atau kewaspadaan diperlukan untuk menghindari dampak negatif dari interaksi obat. Untuk itupegangan umum beriktu mungkin bermanfaat,1. Hindari semaksimal mungkin pemakaian obat gabungan (polifarmasi), kecuali jika memang kondisi penyakit

yang diobati memerlukan gabungan obat dan pengobatan gabungan tersebut sudah diterima dan terbukti secarailmiah manfaatnya. Misalnya:

  – pengobatan tuberkulosis,

5/13/2018 obat interaksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/obat-interaksi 10/10

 

Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~   10

  – pengobatan infeksi berat seperti sepsis, dan lain-lain.2. Jika memang harus memberikan obat gabungan (lebih dari satu) bersamaan, yakinkan bahwa tidak ada

interaksi yang merugikan, baik secara kinetik atau dinamik3. Kenalilah sebanyak mungkin kemungkinan interaksi yang timbul pada obat-obat yang sering diberikan

bersamaan dalam praktek polifarmasi.4. Jika ada interaksi, tindakan-tindakan apa yang perlu dilakukan? Apakah perlu pengurangan dosis obat obyek?

 Atau dapatkah obat obyek atau obat presipitan diganti?5. Evaluasi efek sesudah pemberian obat-obat secara bersamaan untuk menilai ada tidaknya efek samping/toksik

dari salah satu atau kedua obat.6. Ikutilah sedini mungkin pemakaian obat secara bersamaan bila ternyata ada efek samping atau efek toksik yang

timbul.

Beberapa interaksi yang pernah dilaporkan mempunyai anti klinik, ditampilkan juga pada daftar terlampir. (lihat tabel7).

KEPUSTAKAAN

Grahame-Smith DG & Aronson JK 1985 Oxford Textbook of Clinical Pharmacology and Drug Therapy . OxfordUniversity Press, OxfordSantoso B 1986 Makna klinik interaksi obat. Medika 12 (1):94-98Stockley I 1981 Drug Interactions and Their Mechanisms , 3rd reprint. Cambridge University Press, Cambridge.Michaels RM & Brown GR (ed) 1985. Drug Consultants 1985-1986. John Wile & Sons, New York. Pp 332-339

***