obat antipsikosis.doc

57
BAB I PENDAHULUAN Terapi obat dan terapi organik terhadap gangguan mental dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk memodifikasi atau mengkoreksi perilaku, pikiran, atau mood yang patologis dengan zat kimia atau cara fisik lainnya. Hubungan antara keadaan fisik dan otak (manifestasi fungsionalnya : perilaku, pikiran, dan alam perasaan) adalah sangat kompleks, tidak dimengerti seluruhnya dan di perbatasan pengetahuan biologi.tetapi berbagai parameter perilaku normal dan abnormal seperti persepsi, afek dan kognisi mungkin dipengaruhi oleh perubahan fisik dalam sistem saraf pusat (contoh : penyakit serebrovaskular, epilepsi, obat yang legal dan obat terlarang). Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada sistem saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup pasien. Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya : antipsikosis, antidepresi,anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia, anti-panik, dan anti-obsesif konpulsif. Pembagian lainnya dari obat psikotropik antara lain transqulizer, neuroleptic, antidepressant dan psikomimetika. 1

Transcript of obat antipsikosis.doc

Page 1: obat antipsikosis.doc

BAB I

PENDAHULUAN

Terapi obat dan terapi organik terhadap gangguan mental dapat didefinisikan sebagai

suatu usaha untuk memodifikasi atau mengkoreksi perilaku, pikiran, atau mood yang patologis

dengan zat kimia atau cara fisik lainnya. Hubungan antara keadaan fisik dan otak (manifestasi

fungsionalnya : perilaku, pikiran, dan alam perasaan) adalah sangat kompleks, tidak dimengerti

seluruhnya dan di perbatasan pengetahuan biologi.tetapi berbagai parameter perilaku normal dan

abnormal seperti persepsi, afek dan kognisi mungkin dipengaruhi oleh perubahan fisik dalam

sistem saraf pusat (contoh : penyakit serebrovaskular, epilepsi, obat yang legal dan obat

terlarang).

Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada sistem

saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan

untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup pasien. Obat

psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya : antipsikosis, antidepresi,anti-mania,

anti-ansietas, anti-insomnia, anti-panik, dan anti-obsesif konpulsif. Pembagian lainnya dari obat

psikotropik antara lain transqulizer, neuroleptic, antidepressant dan psikomimetika.

Antipsikotika adalah obat-obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis tertentu tanpa

mempengaruhi fungsi-fungsi umum (berpikir dan kelakuan normal). Antipsikotika dapat

meredam agresi maupun emosi serta dapat pula menghilangkan atau mengurangi gangguan jiwa,

seperti impian dan pikiran khayal serta menormalkan perilaku tidak normal. Oleh karena itu

umumnya antipsikotika digunakan pada psikosis (penyakit jiwa yang hebat yang sulit sembuh

pada pasien) misalnya seperti pada penyakit skizoprenia dan psikosis mania-depresif. Obat-

obatan antispikosis yang dapat meredakan gejala-gejala skizoprenia adalah chlorpromazine dan

fluphenazine decanoate. Antipsikotika juga dikenal dengan sebutan neuroleptika atau major

tranquilizer.

Obat antipsikosis sangat efektif untuk menghilangkan halusinasi dan konfusi dari satu

episode skizofrenia akut serta membantu pemulihan proses berpikir yang rasional. Obat ini tidak

1

Page 2: obat antipsikosis.doc

menyembuhkan skizofrenia, akan tetapi membantu pasien agar berfungsi diluar rumah sakit.

Antipsikosis dapat mempersingkat masa perawatan pasien dan mencegah kekambuhan.

Walaupun demikian obat ini memiliki efek samping terhadap mulut menjadi kering, konsentrasi

berkurang, pandangan kabur hingga gejala neurologis.

2

Page 3: obat antipsikosis.doc

BAB II

OBAT ANTIPSIKOTIK

I. Sejarah Obat Psikotik

Obat anti-psikotik pertama atipikal, clozapine, ditemukan pada 1950-an,

dandiperkenalkan ke dalam praktek klinis pada 1970-an. Clozapine disukai karena

keprihatinanatas obat yang dapat menginduksi agranulocytosis. Penelitian menunjukkan

efektivitas dalam pengobatan skizofrenia. Meskipun efektivitas clozapine untuk pengobatan

terhadapskizofrenia, agen dengan profil efek samping yang lebih menguntungkan yang dicari

untuk digunakan secara luas.Selama tahun 1990-an, olanzapine, risperidone dan quetiapine

diperkenalkan, denganziprasidone dan aripiprazole berikut di awal 2000-an. The paliperidone

anti-psikotik atipikal,terbaru, telah disetujui oleh FDA pada akhir tahun 2006. Anti-psikotik

atipikal sekarang dianggap sebagai pengobatan garis pertama untuk skizofreniadan secara

bertahap menggantikan antipsikotik tipikal. Di masa lalusebagian besar peneliti sepakat bahwa

karakteristik mendefinisikan suatuantipsikotik atipikal adalah kecenderungan efek Samping

ekstrapiramidal(EPS) (Farah A. 2005) dan tidak adanya elevasi prolaktin berkelanjutan.(Seeman

P.February 2002) Terminologi tersebut dapat tepat. Yang dimaksud dengan"atypicality"

didasarkan atas tidak adanya efek samping ekstrapiramidal,tapi sekarang ada pemahaman yang

jelas bahwa masih antipsikotik atipikal dapat menyebabkan efek tersebut (meskipun pada tingkat

yanglebih rendah daripada antipsikotik tipikal) (Seeman P.2002) Tidak ada garispemisah yang

jelas antara antipsikotik atipikal yang khas dan oleh karenaitu berdasarkan kategorisasi cara kerja

obat kurang tepat. (SeemanP.February 2002).

Penelitian yang lebih baru mempertanyakan gagasan anti-psikotikgenerasi kedua lebih

unggul daripada generasi pertama. Menggunakanbeberapa parameter untuk menilai kualitas

hidup, peneliti ManchesterUniversity menemukan bahwa tipikal anti-psikotik tidak lebih

burukdaripada antipsikotik atipikal.(Jones PB, Barnes TR, Davies L, et al.2006)Karena setiap

obat-obatan (baik generasi pertama atau kedua) memilikiprofil sendiri efek yang diinginkan dan

merugikan,neuropsychopharmacologist mungkin merekomendasikan salah satu yanglebih tua

("khas "atau generasi pertama) atau yang lebih baru(" atipikal"atau generasi kedua) antipsikotik

3

Page 4: obat antipsikosis.doc

sendiri atau dalam kombinasi denganobat lain, berdasarkan profil gejala, pola respon, dan efek

yang merugikanpada masing-masing pasien.(D.P. 2003).

Setiap obat memiliki waktu paruh yang berbeda. Obat antipsikotik atipikal yang bekerja

pada reseptor D2 mempunyai waktu paruh 24 jam, sementara antipsikotik tipikal

berlangsunglebih dari 24 jam (Seeman P (February 2002).). Hal ini mungkin menjelaskan

mengapakekambuhan psikosis terjadi lebih cepat dengan antipsikotik atipikal dibandingkan

denganantipsikotik tipikal,karena obat ini diekskresi lebih cepat dan tidak lagi bekerja di otak

(Seeman P (February 2002).). Ketergantungan fisik dengan obat ini sangat jarang, karena

itugejala withdrawal jarang terjadi. (Höschl, C. 2006). Terkadang jika AAP tiba-tiba

berhentidapat terjadi gejala psikotik, gangguan gerak dan kesulitan dalam tidur (Höschl, C.

2006).Ada kemungkinan bahwa withdrawal jarang terjadi karena AAP disimpan di jaringan

lemak dalam tubuh dan direalese perlahan-lahan.

II. Definisi Obat Antipsikotik

Antipsikotik merupakan salah satu obat golonagn psikotropik. Obat psikotropik adalah

obat yang mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman (WHO,1966). Obat

antipsikotik dapat juga disebut sebagai Neuroleptics, major transquilizer, ataractics,

antipsychotic, antipsychotic drugs, neuroleptika. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi,

delusi, dan perubahan pola fikir yang terjadi pada skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba

beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan abat atau kombinasi obat antipsikotik yang

benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan

merupakan terapi obata-obatan pertama yang efektif untuk mengobatai skizofrenia.

Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama

pada dosis ekuivalen, perbedaan utama efek sekunder (efek samping : sedasi, otonomik,

ekstrapiramidal). Pemilihan jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominana

dan efek samping obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis ekuivalennya. Pembagian obat

antipsikotik berdasarkan afinitas terhadap reseptor dopamin tipe 2 (D2) dan efek samping yang

ditimbulkannya, obat ini dibagi ke dalam dua kelompok yakni antipsikotik generasi pertama

(tipikal) dan antipsikotik generasi kedua (atipikal).

4

Page 5: obat antipsikosis.doc

Antipsikotik generasi pertama (tipikal)

a. High Potency

- Haloperidol

- Flupenazin

- Pimozid

b. Low potency

- Klorpromazin (CBZ/Largactil)

- Proclorperazin

- Tioridazin

Antipsikotik Generasi kedua (Atipikal)

- Aripiprazol

- Clozapine

- Olanzapin

- Paliperidon

- Risperidon

- Ziprasidon

- Quatiapine

III. Mekanisme kerja obat antipsikotik

Antipsikotik generasi pertama (APG 1) mempunyai cara kerja dengan memblok reseptor

D2, khususnya di mesolimbik dopamine pathway, oleh karena itu sering juga disebut dengan

Antagonis Reseptor Dopamin (ARD) atau antipsikotik konvensional atau antipsikotik tipikal.

Kerja dari APG 1 menurunkan hiperaktifitas dopamine di jalur mesolimbik sehingga

menyebabkan gejala positif menurun tetapi ternyata APG 1 tidak hanya memblok reseptor D2 di

mesolimbik tetapi juga di tempat lain seperti di jalur mesokortikal, nigrostriatal, dan

tuberoinfundibular.

Apabila APG 1 memblok reseptor D2 di jalur mesokortikal dapat memperberat gejala

negatif dan gejala kognitif disebabkan penurunan dopamine di jalur tersebut. Blokade reseptor

D2 di nigrostriatal dapat menyebabkan timbulnya gangguan dalam mobilitas seperti pada

parkinson, bila pemakaian secara kronik dapat menyebabkan gangguan pergerakan hiperkinetik

5

Page 6: obat antipsikosis.doc

(tardive dyskinesia). Blokade reseptor d2 di tuberoinfundibular oleh APG 1 menyebabkan

peningkatan kadar prolaktin sehingga dapat terjadi disfungsi seksual dan peningkatan berat

badan. APG 1 selain menyebabkan terjadinya blokade reseptor D2 pada keempat jalur dopamine,

juga menyebabkan terjadinya blokade reseptor kolinergik muskarinik sehingga timbul efek

samping antikolinergik berupa mulut kering, pandangan kabur, konstipasi dan kognitif tumpul.

APG 1 juga memblok reseptor histamine (H1) sehingga timbul efek samping mengantuk dan

peningkatan berat badan. APG 1 juga memblok reseptor α1 adrenergik sehingga dapat

menimbulkan efek samping pada kardiovaskuler berupa hipotensi orthostatic, mengantu, pusing,

dan tekanan darah menurun.

Antipsikotik generasi kedua (APG II) sering disebut sebagai serotonin Dopamin

Antagonis (SDA) atau antipsikotik atipikal. APG II mempunyai mekanisme kerja melalui

interaksi antara serotonin dan dopamine pada keempat jalur dopamine di otak. Hal ini yang

memnyebabkan efek samping extrapiramidal system lebih rendah dan sangat efektif untuk

mengatasi gejala negative. Perbedaan antara APG I dan APG II adalah APG I hanya memblok

reseptor D2 sedangkan APG II memblok secara bersamaan reseptor serotonin (5HT2a) dan

reseptor dopamine (D2).

APG II bekerja secara stimultan pada keempat jalur dopamine yaitu:

- Mesolimbik : APG II menyebabkan antagonis 5HT2a gagal untuk mengalahkan

antagonis D2 dijalur ini sehingga blockade reseptor D2 menang. Hal ini yang

menyebabkan APG II dapat memperbaiki simptom positif skizofrenia. Pada keadaan

normalserotonin akan menghambat pelepasan dopamine.

- Mesokortikal: APG II lebih banyak berpengaruh dalam memblok reseptor 5HT2A

dengan demikian meningkatkan pelepasan dopamine dandopamine yang dilepas

menang daripada yang dihambat. Halini menyebabkan berkurangnya gejala negatif.

- Nigrostriatal: pelepasan dopamine melebihi dari blokade reseptor dopaminesehingga

mengurangi extrapyramidal simptom

- Tuberoinfundibular: pemberian APG II dalam dosis terapi akan menghambatreseptor

5HT2A menyebabkan pelepasan dopamine meningkatsehingga pelepasan prolaktin

menurun s ehingga tidak terjadihiperprolaktinemia.

6

Page 7: obat antipsikosis.doc

APG II tidak hanya bekerja pada antagonis reseptor 5HT2A dan D2tetapi juga

beberapa subtipe antara lain reseptor 5HT1A, 5HT1D, 5HT2c, 5HT3, 5HT6, 5HT7 dan

D1, D3, D4 juga antimuskarinik (M1), antihistamin (AH1), α1, dan α2. Hal ini

mengakibatkan APG II juga dapat memperbaiki mood dan menurunkan suicide, tidak

hanya pada skizofrenia tetapi juga pada bipolar I dan II.

Dopamin

Dopamin memiliki banyak fungsi di otak, termasuk peran penting dalam perilaku

dan kognisi, gerakan sukarela, motivasi dan penghargaan, penghambatan produksi

prolaktin (yang terlibat dalam laktasi), tidur, mood, perhatian, dan belajar. Neuron

dopaminergik (yaitu, neuron yang utama adalah dopamin neurotransmitter) yang hadir

terutama di daerah tegmental ventral (VTA) dari otak tengah, substantia nigra pars

compacta, dan inti arkuatadari hipotalamus. Neuron dopaminergik membentuk sistem

neurotransmitter yang berasal substantia nigra parscompacta, daerah tegmental ventral

(VTA), dan hipotalamus. Hipofungsi di jaras mesokorteks dan hiperfungsi di mesolimbik

diduga berperanan dalam terjadinya simtom skizofrenia. Akson ini proyek ke daerah-

daerah besar dari otak melalui empat jalur utama:

Mesocortical jalur menghubungkan daerah tegmental ventral lobus frontal korteks

pre-frontal. Neuron dengan somas di wilayah proyek akson ventral tegmental

kekorteks pre-frontal.

Mesolimbic jalur membawa dopamin dari daerah tegmental ventral ke

nucleusaccumbens melalui amigdala dan hipokampus. Para somas dari

neuronmemproyeksikan berada di daerah tegmental ventral.

Nigrostriatal jalur berjalan dari nigra substantia untuk neostriatum tersebut.

Somasdalam proyek substantia nigra akson ke dalam nukleus dan putamen

berekor. jalur initerlibat dalam loop motor ganglia basal.

Tuberoinfundibular jalur dari hipotalamus ke kelenjar pituitari.

7

Page 8: obat antipsikosis.doc

Fungsi Dopamin

Melalui reseptor dopamin, D1-5, dopamin mengurangi pengaruh dari jalur tidak

langsung, dan meningkatkan tindakan jalur langsung dalam ganglia basal. Kurangnya

dopamin biosintesis dalam neuron dopaminergik dapat menyebabkan penyakit Parkinson,

di mana seseorang kehilangan kemampuan untuk mengeksekusi halus, gerakan terkontrol.

Kognisi dan korteks frontal. Di lobus frontal, dopamin mengontrol arus informasi dari

daerah lain di otak.Dopamin gangguan di wilayah otak dapat menyebabkan penurunan

fungsi neurokognitif, terutama memori, perhatian, dan pemecahan masalah. Mengurangi

konsentrasi dopamin di prefrontal cortex diperkirakan untuk memberikan kontribusi

terhadap gangguan perhatian defisit. Telah ditemukan bahwa reseptor D1 sertareseptor D4

bertanggung jawab atas efek kognitif-meningkatkan dopamin. Padasebaliknya,

bagaimanapun, obat anti-psikotik bertindak sebagai antagonis dopamindan digunakan

dalam pengobatan gejala positif skizofrenia, meskipun, yang lebih tuadisebut "biasa"

antipsikotik yang paling sering bertindak pada reseptor D2, sedangkanobat atipikal juga

bertindak pada reseptor D1, D3 dan D4.Pengaturan sekresi prolaktin. Dopamin adalah

inhibitor neuroendokrin utama dari sekresi prolaktin dari kelenjar hipofisis anterior.

Dopamine dihasilkan oleh neuron dalam nukleus arkuat ahipotalamus adalah dikeluarkan

ke dalam pembuluh darah hypothalamo-hypophysialdari median eminence, yang memasok

kelenjar pituitary. Sel-sel lactotrope yang menghasilkan prolaktin, dalam ketiadaan

dopamin, prolaktin mensekresi terus-menerus; dopamin menghambat sekresi ini. Dengan

demikian, dalam konteks mengatur sekresi prolaktin, dopamine kadang-kadang disebu

prolaktin-faktor penghambat (PIF),-menghambat hormon prolaktin (PIH), atau

prolactostatin.

o Motivasi dan kesenangan

Dopamin ini umumnya terkait dengan sistem kesenangan otak, memberikan

perasaankenikmatan dan penguatan untuk memotivasi seseorang secara proaktif untuk

melakukan kegiatan tertentu. Dopamin dilepaskan (terutama di daerah sepertiaccumbens

inti dan korteks prefrontal) secara alami pengalaman berharga seperti makanan, seks, obat-

8

Page 9: obat antipsikosis.doc

obatan, dan netral rangsangan yang menjadi terkait dengan mereka. Studi terbaru

menunjukkan bahwa agresi juga dapat merangsang pelepasan dopamin dengan cara ini.

Teori ini sering dibahas dalam hal obat-obatan sepertikokain, nikotin, dan amfetamin, yang

secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan peningkatan dopamin di jalur imbalan

mesolimbic otak, dan dalam kaitannya dengan teori neurobiologis dari kecanduan kimia.

Serotonin

Serotonin memiliki efek pada nafsu makan, tidur dan metabolisme umum. Dalam

darah, situs penyimpanan utama adalah trombosit, yang mengumpulkan serotonin dari

plasma. Pendarahan menyebabkan pelepasan serotonin, yang menyempitkan pembuluh

darah.Iritasi hadir dalam makanan memicu sel enterochromaffin untuk merilis serotonin

untuk meningkatkan gerakan peristaltik untuk pengosongan usus. Kebocoran serotonin usus

kedalam aliran darah pada tingkat yang lebih cepat dari trombosit dapat menyerapnya

meningkatkan serotonin bebas dalam darah, yang mengaktifkan 5HT3 reseptor di

zonamemicu chemoreceptor yang merangsang muntah.Pada manusia sejak tingkat HT1A

aktivasi reseptor-5 di negatif menunjukkan hubungan otak dengan agresi, dan mutasi pada

gen yang kode untuk HT2A reseptor-5 mungkin dua kali lipatrisiko bunuh diri bagi mereka

dengan genotipe itu.Serotonergik isyarat memainkan peran penting dalam modulasi manusia,

marah mood danagresi. Individu dari C.elegans''''menghadapi stres (misalnya lingkungan

dengan makanan)kembali perilaku normal jika diberi obat serotonin meningkat. Obat yang

sama memiliki efek yang sama pada manusia, tindakan serotonin pada cacing kawin dan

bertelur menyerupai efek pada seksualitas manusia.

Serotonin juga dapat bertindak sebagai faktor pertumbuhan langsung. kerusakan

hatimeningkatkan ekspresi seluler dari 5-HT2A dan reseptor 5-HT2B. Serotonin hadir

dalamdarah kemudian merangsang pertumbuhan sel untuk memperbaiki kerusakan

hati.5HT2B juga mengaktifkan reseptor osteoblas, yang membangun tulang Namun,

serotonin juga mengaktifkan osteoklas, tulang yang menurunkan.Serotonin selain

membangkitkan aktivasi endotel oksida nitrat sintase dan merangsang melalui reseptor 5-

HT1B bermeditasi mekanisme fosforilasi p44/p42 mitogen-diaktifkanaktivasi protein kinase

9

Page 10: obat antipsikosis.doc

dalam bovine kultur sel endotel aorta. Serotonin mempunyai kegiatanyang luas di otak, dan

variasi genetik pada reseptor serotonin dan transporter serotonin, yang memudahkan

pengambilan kembali serotonin ke presynapses, telah terlibat dalam penyakitsaraf. Obat

menargetkan serotonin-induced jalur yang digunakan dalam pengobatan gangguan kejiwaan

banyak.

Interaksi serotonin dengan Dopamin

Skizofrenia bukan disebabkan oleh hanya hiperdominergik tetapi oleh interaksi antara

beberapa meurotransmiter, misalnya antara sistem monoamin secara umum atau oleh interaksi

antara sistem DA dengan 5-HT secara khusus. Sangat sulit membicarakan dopamin tanpa

menjelaskan hubungannya dengan 5-HT. kedua meurotransmiter tersebut saling terintegrasi baik

secara anatomi maupun secara fungsional. Serotonin memiliki kemampuan memodulasi inhibisi

dopamin.

Secara konsisten ditemukan hubungan yang sangat kuat antara metabolit DA 5-HT yaitu

HVA dengan 5-hydroxyindolacetic acid (5HIAA). Metabolit 5-HIAA dapat mengontrol HVA.

Blokade 5-HT dapat mengurangi efek samping ekstrapiramidal. Jadi, penambahan antagonis 5-

HT2 terhadcap obat yang memblokade reseptor D2 dapat mengurangi efek samping

ekstrapiramidal.

Terdapat pula hubungan antara sistem 5-HT, dengan DA. Misalnya, antagonis 5-Ht 3

tidak mempengaruhi aktivitas DA tetapi ia memperbaiki peningkatan pelepasan DA yang

disebabkan oleh stresor biologi dan perilaku. Bila antagonis 5-HT3 dapat mencegah peningkatan

aktivitas DA yang diindukasi oleh stresor, zat tersebut dapat berguna untuk mencegah

kekambuhan skizofrenia.

IV. Perumusan dan Pelaksanaan Rencana Perawatan

Karena skizofrenia adalah penyakit kronis yang mempengaruhi hampir semua aspek

kehidupan dari orang yang terkena dampak, perencanaan pengobatan memiliki tiga tujuan: 1)

mengurangi atau menghilangkan gejala, 2) memaksimalkan kualitas hidup dan fungsi adaptif,

dan 3) mempromosikan dan mempertahankan pemulihan dari melemahkan efek penyakit

10

Page 11: obat antipsikosis.doc

semaksimal mungkin. Diagnosis yang akurat memiliki implikasi besar untuk perencanaan

perawatan jangka pendek dan jangka panjang, dan itu sangat penting untuk dicatat bahwa

diagnosis adalah proses, bukan peristiwa satu kali. Sebagai informasi baru telah tersedia

tentang pasien dan gejala nya, diagnosis pasien harus dievaluasi ulang, dan, jika perlu,

rencana pengobatan berubah.

Setelah diagnosis telah ditetapkan, penting untuk mengidentifikasi target pengobatan

masing-masing, memiliki ukuran hasil yang mengukur efek dari pengobatan, dan memiliki

harapan yang realistis tentang tingkat perbaikan yang merupakan pengobatan yang berhasil.

Sasaran pengobatan, dan karenanya penilaian, mungkin termasuk gejala positif dan negatif,

depresi, keinginan bunuh diri dan perilaku, gangguan penggunaan zat, komorbiditas medis,

gangguan stres pasca trauma (PTSD), dan berbagai masalah penyesuaian potensi masyarakat,

termasuk tunawisma, sosial isolasi, bekerja, penipuan, dan keterlibatan dalam sistem

peradilan pidana.

Setelah penilaian awal dari diagnosis pasien dan keadaan klinis dan psikososial,

rencana perawatan harus dirumuskan dan dilaksanakan. Formulasi ini melibatkan pemilihan

modalitas pengobatan, jenis spesifik (s) dari pengobatan, dan pengaturan perawatan.

Reevaluasi secara periodik terhadap diagnosis dan rencana perawatan adalah penting untuk

praktek klinis yang baik dan harus berulang dan berkembang selama hubungan pasien

dengan dokter.

V. Membangun Aliansi Terapi

Sebuah aliansi terapi suportif memungkinkan psikiater untuk mendapatkan informasi

penting tentang pasien dan memungkinkan pasien untuk mengembangkan kepercayaan di

psikiater dan keinginan untuk bekerja sama dengan pengobatan. Mengidentifikasi tujuan

pasien dan aspirasi dan berkaitan ini hasil pengobatan untuk menumbuhkan hubungan

terapeutik serta kepatuhan terhadap pengobatan. Dokter juga dapat mengidentifikasi

hambatan praktis untuk kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan, seperti

gangguan kognitif atau disorganisasi dan sumber daya sosial yang tidak memadai.

Keterlibatan keluarga dan orang lain dukungan yang signifikan, dengan izin pasien,

11

Page 12: obat antipsikosis.doc

dianjurkan untuk lebih memperkuat upaya terapi. Keadaan sosial pasien dapat memiliki efek

mendalam pada kepatuhan dan respon terhadap pengobatan. Situasi hidup, keterlibatan

keluarga, sumber dan jumlah pendapatan, status hukum, dan hubungan dengan orang lain

yang signifikan (termasuk anak-anak) adalah semua bidang yang dapat dieksplorasi secara

berkala oleh dokter perawatan kesehatan mental. Psikiater dapat bekerja dengan anggota tim,

pasien, dan keluarga untuk memastikan bahwa layanan tersebut dikoordinasikan dan rujukan

untuk layanan tambahan yang dibuat saat yang tepat. Kebutuhan keluarga dapat diatasi dan

aliansi dengan anggota keluarga dapat difasilitasi dengan menyediakan keluarga dengan

informasi tentang sumber daya masyarakat dan tentang organisasi pasien dan keluarga seperti

Aliansi Nasional untuk (Nami) Mental.

Banyak pasien dengan skizofrenia membutuhkan, dan harus menerima, berbagai

perawatan, sering dari beberapa dokter. Oleh karena itu kewajiban bagi dokter untuk

mengkoordinasikan pekerjaan mereka dan memprioritaskan upaya mereka. Karena sejarah

yang akurat tentang perawatan masa lalu dan saat ini dan tanggapan kepada mereka adalah

bahan utama untuk rencana perawatan, dokumentasi yang sangat baik adalah yang

terpenting. Terutama penting, misalnya, adalah informasi tentang upaya pengobatan

sebelumnya dan respon klin€is.

VI. Tahap Akut Pengobatan

Tujuan pengobatan selama fase akut pengobatan, ditentukan oleh episode psikotik

akut, adalah untuk mencegah kerusakan, mengontrol perilaku terganggu, mengurangi

keparahan psikosis dan gejala terkait (misalnya, agitasi, agresi, gejala negatif, gejala afektif),

menentukan dan mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya episode akut, efek

cepat kembali ke level terbaik dari fungsi, mengembangkan aliansi dengan pasien dan

keluarga, merumuskan pendek dan jangka panjang rencana pengobatan, dan menghubungkan

pasien dengan tepat aftercare di masyarakat. Upaya untuk terlibat dan berkolaborasi dengan

anggota keluarga dan pengasuh alam lainnya sering berhasil selama krisis episode psikotik

akut, apakah itu episode pertama atau kambuh, dan sangat dianjurkan. Anggota keluarga

sering di bawah tekanan yang signifikan selama ini. Juga, anggota keluarga dan pengasuh

12

Page 13: obat antipsikosis.doc

lainnya sering dibutuhkan untuk memberikan dukungan kepada pasien saat dia sudah mulai

pulih dari episode akut.

Disarankan bahwa setiap pasien memiliki menyeluruh evaluasi awal sebagai status

klinis nya memungkinkan, termasuk lengkap sejarah medis dan kejiwaan umum dan

pemeriksaan status fisik dan mental. Wawancara anggota keluarga atau orang lain

pengetahuan tentang pasien dapat dilakukan secara rutin, kecuali pasien menolak untuk

memberikan izin, terutama karena banyak pasien tidak dapat memberikan sejarah yang dapat

diandalkan di wawancara pertama. Kontributor yang paling umum untuk kambuh gejala

adalah obat antipsikotik ketidakpatuhan, penggunaan narkoba, dan peristiwa kehidupan yang

penuh stres, meskipun kambuh yang tidak biasa sebagai hasil dari perjalanan alami penyakit

meskipun pengobatan dilanjutkan. Jika ketidakpatuhan diduga, disarankan bahwa alasan

untuk itu dievaluasi dan dipertimbangkan dalam rencana pengobatan.

Intervensi psikososial pada fase akut ditujukan untuk mengurangi hubungan

overstimulating atau stres, lingkungan, atau peristiwa kehidupan dan mempromosikan

relaksasi atau gairah dikurangi melalui sederhana, jelas, komunikasi yang koheren dan

harapan; lingkungan yang terstruktur dan dapat diprediksi; persyaratan kinerja rendah dan

toleran, tidak banyak menuntut, mendukung hubungan dengan psikiater dan anggota lain dari

tim perawatan. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang sifat dan

manajemen penyakit yang sesuai dengan kemampuan pasien untuk mengasimilasi informasi

dianjurkan. Pasien dapat didorong untuk berkolaborasi dengan psikiater dalam memilih dan

menyesuaikan pengobatan dan perawatan lain yang disediakan.

Fase akut juga merupakan waktu terbaik bagi psikiater untuk memulai hubungan

dengan anggota keluarga, yang cenderung sangat peduli tentang gangguan pasien, cacat, dan

prognosis selama fase akut dan selama rawat inap. Pertemuan pendidikan, "lokakarya

bertahan hidup" yang mengajarkan keluarga bagaimana untuk mengatasi skizofrenia, dan

rujukan ke cabang lokal dari organisasi pasien dan keluarga seperti Nami dapat membantu

dan direkomendasikan. Anggota keluarga mungkin mengalami stres yang cukup besar,

terutama jika pasien telah menunjukkan perilaku berbahaya atau tidak stabil.

13

Page 14: obat antipsikosis.doc

VII. Stabilisasi Tahap

Selama fase stabilisasi, tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi stres pada pasien

dan memberikan dukungan untuk meminimalkan kemungkinan kambuh, meningkatkan

adaptasi pasien terhadap kehidupan di masyarakat, memfasilitasi pengurangan berkelanjutan

dalam gejala dan konsolidasi remisi, dan mempromosikan proses pemulihan. Jika pasien

telah meningkat dengan rejimen obat tertentu, kelanjutan dari yang rejimen dan pemantauan

yang direkomendasikan untuk minimal 6 bulan. Prematur penurunan dosis atau penghentian

pengobatan selama fase ini dapat menyebabkan kambuhnya gejala dan kambuh mungkin. Hal

ini juga penting untuk menilai efek samping berlanjut yang mungkin telah ada dalam fasa

akut dan untuk menyesuaikan farmakoterapi sesuai untuk meminimalkan efek samping yang

lain dapat menyebabkan ketidakpatuhan obat dan kambuh.

Intervensi psikososial tetap mendukung tetapi mungkin kurang terstruktur dan direktif

dari pada fase akut. Pendidikan tentang jalannya dan hasil dari penyakit dan mengenai faktor

yang mempengaruhi jalannya dan hasil, termasuk kepatuhan pengobatan, dapat dimulai pada

tahap ini untuk pasien dan melanjutkan untuk anggota keluarga.

Adalah penting bahwa tidak ada kesenjangan dalam pelayanan publik, karena pasien

sangat rentan untuk kambuh setelah episode akut dan membutuhkan dukungan dalam

melanjutkan kehidupan normal mereka dan kegiatan dalam masyarakat. Untuk pasien

dirawat di rumah sakit, sering bermanfaat untuk mengatur janji dengan psikiater dan rawat

jalan, untuk pasien yang akan berada di tempat tinggal masyarakat, untuk mengatur

kunjungan sebelum pulang. Penyesuaian untuk hidup di masyarakat untuk pasien dapat

difasilitasi melalui penetapan tujuan yang realistis tanpa tekanan untuk tampil di tingkat

tinggi kejuruan dan sosial, karena harapan terlalu ambisius bisa stres dan dapat meningkatkan

risiko kambuh. Meskipun sangat penting untuk tidak menempatkan tuntutan dini pada pasien

mengenai keterlibatan dalam kegiatan berbasis masyarakat dan pelayanan rehabilitasi, adalah

sama penting untuk mempertahankan tingkat momentum yang bertujuan untuk meningkatkan

fungsi masyarakat untuk menanamkan rasa harapan dan kemajuan bagi pasien dan keluarga.

14

Page 15: obat antipsikosis.doc

VIII. Tahap Stabil

Tujuan pengobatan selama fase stabil adalah untuk memastikan bahwa remisi gejala

atau kontrol dipertahankan, bahwa pasien menjaga atau meningkatkan tingkat nya fungsi dan

kualitas hidup, yang meningkatkan gejala atau kambuh secara efektif diobati, dan

pemantauan yang untuk efek perlakuan buruk terus berlanjut. Pemantauan berkala untuk efek

samping dianjurkan. Jika pasien setuju, akan sangat membantu untuk mempertahankan

hubungan yang kuat dengan orang-orang yang berinteraksi dengan pasien sering dan karena

itu akan sangat mungkin untuk melihat adanya kebangkitan gejala dan terjadinya tekanan

hidup dan peristiwa yang dapat meningkatkan risiko kambuh atau menghambat terus

pemulihan fungsional. Untuk kebanyakan orang dengan skizofrenia dalam tahap stabil,

intervensi psikososial dianjurkan sebagai pengobatan adjunctive berguna untuk pengobatan

farmakologi dan dapat meningkatkan hasil.

Obat antipsikotik secara substansial mengurangi risiko kambuh dalam fase stabil

penyakit dan sangat dianjurkan. Menentukan dosis obat antipsikotik selama fase stabil adalah

rumit oleh fakta bahwa tidak ada strategi yang handal tersedia untuk mengidentifikasi dosis

efektif minimum untuk mencegah kambuh. Untuk sebagian besar pasien yang diobati dengan

antipsikotik generasi pertama, dosis yang dianjurkan adalah sekitar "ambang ekstrapiramidal

(EPS) gejala" (yaitu, dosis yang akan menimbulkan efek samping ekstrapiramidal dengan

kekakuan minim terdeteksi pada pemeriksaan fisik), karena penelitian menunjukkan bahwa

dosis yang lebih tinggi biasanya tidak lebih mujarab dan meningkatkan risiko efek samping

subyektif tertahankan. Dosis yang lebih rendah dari generasi pertama obat antipsikotik

mungkin berhubungan dengan peningkatan kepatuhan dan negara subjektif lebih baik dan

berfungsi mungkin akhirnya lebih baik. Generasi kedua antipsikotik umum dapat diberikan

pada dosis terapi yang belum jauh di bawah "ambang gejala ekstrapiramidal." Keuntungan

dari penurunan dosis antipsikotik untuk meminimalkan efek samping dapat dipertimbangkan

terhadap kerugian dari risiko yang agak lebih besar dari kambuh dan lebih sering eksaserbasi

gejala skizofrenia. Secara umum, itu lebih penting untuk mencegah kambuh dan menjaga

stabilitas pasien.

Obat-obat antipsikotik yang tersedia terkait dengan risiko diferensial dari berbagai

efek samping, termasuk saraf, metabolik, endokrin seksual,, penenang, dan efek samping

15

Page 16: obat antipsikosis.doc

kardiovaskular. Pemantauan efek samping berdasarkan profil efek samping dari antipsikotik

yang ditentukan dibenarkan. Selama fase stabil pengobatan, penting untuk secara rutin

memantau semua pasien yang diobati dengan antipsikotik untuk efek samping

ekstrapiramidal dan pengembangan tardive dyskinesia. Karena risiko kenaikan berat badan

yang terkait dengan antipsikotik banyak, pengukuran berkala berat badan dan indeks massa

tubuh (IMT) direkomendasikan. Monitoring rutin untuk obesitas masalah kesehatan terkait

(misalnya, tekanan darah tinggi, kelainan lipid, dan gejala klinis diabetes) dan pertimbangan

intervensi yang tepat dianjurkan terutama bagi pasien dengan indeks massa tubuh dalam

rentang kelebihan berat badan dan obesitas. Dokter dapat mempertimbangkan melakukan

pengawasan glukosa puasa atau tingkat hemoglobin A1C untuk mendeteksi diabetes yang

muncul, karena pasien sering memiliki faktor risiko untuk diabetes, terutama penderita

obesitas.

Pengobatan antipsikotik sering mengakibatkan peningkatan yang substansial atau

bahkan remisi gejala positif. Namun, kebanyakan pasien tetap fungsional terganggu karena

gejala negatif, defisit kognitif, dan fungsi sosial yang terbatas. Hal ini penting untuk

mengevaluasi apakah gejala negatif residu sebenarnya sekunder untuk sindrom parkinsonian

atau depresi berat yang tidak diobati, karena intervensi yang tersedia untuk mengatasi

penyebab gejala negatif.

Kebanyakan pasien yang mengembangkan skizofrenia dan gangguan psikotik terkait

beresiko sangat tinggi kambuh karena tidak adanya pengobatan antipsikotik. Sayangnya,

tidak ada indikator yang dapat diandalkan untuk membedakan minoritas yang tidak akan,

dari mayoritas yang akan kambuh dengan penghentian obat. Penting untuk mendiskusikan

dengan pasien risiko kambuh versus risiko jangka panjang potensi pengobatan pemeliharaan

dengan antipsikotik yang ditentukan. Jika keputusan dibuat untuk menghentikan obat

antipsikotik, tindakan pencegahan tambahan untuk meminimalkan risiko kambuh psikotik

dibenarkan. Mendidik pasien dan anggota keluarga tentang tanda-tanda awal kambuh,

menasihati mereka untuk mengembangkan rencana aksi harus tanda-tanda ini muncul, dan

mendorong pasien untuk menghadiri kunjungan rawat jalan secara teratur dijamin.

Pemeliharaan obat antipsikotik tak tentu direkomendasikan untuk pasien yang memiliki

episode sebelumnya ganda atau dua episode dalam waktu 5 tahun. Pada pasien untuk siapa

16

Page 17: obat antipsikosis.doc

obat antipsikotik telah diresepkan, pemantauan tanda-tanda dan gejala kambuh yang akan

datang atau yang sebenarnya dianjurkan.

Obat ajuvan umumnya diresepkan untuk kondisi komorbiditas pasien pada fase stabil.

Komorbiditas depresi berat dan gangguan obsesif-kompulsif dapat menanggapi obat

antidepresan. Stabilisator suasana hati juga dapat mengatasi lability suasana hati menonjol.

Benzodiazepin dapat membantu untuk mengelola kecemasan dan insomnia selama fase stabil

pengobatan.

Dalam menilai resistensi pengobatan atau respon parsial, penting untuk hati-hati

mengevaluasi apakah pasien telah memiliki percobaan yang memadai obat antipsikotik,

termasuk apakah dosis tersebut cukup dan apakah pasien telah mengambil obat yang

diresepkan. Sebuah percobaan awal 4-6 minggu umumnya diperlukan untuk menentukan

apakah pasien akan memiliki respons gejala, dan gejala dapat terus meningkatkan lebih dari 6

bulan atau bahkan lebih lama periode pengobatan antipsikotik. Mengingat keberhasilan

unggul clozapine, sebuah percobaan clozapine harus dipertimbangkan untuk pasien yang

tidak respon atau respon parsial dan tidak optimal untuk dua percobaan obat antipsikotik

(termasuk setidaknya satu generasi kedua agen) atau untuk pasien dengan keinginan bunuh

diri terus-menerus atau perilaku yang belum menanggapi pengobatan lain.

Sejumlah pengobatan psikososial telah menunjukkan efektivitas selama fase stabil.

Mereka termasuk intervensi keluarga, pekerjaan didukung, pengobatan masyarakat tegas,

pelatihan keterampilan, dan kognitif perilaku psikoterapi berorientasi. Dengan cara yang

sama bahwa manajemen psychopharmacological harus secara individual disesuaikan dengan

kebutuhan dan preferensi pasien, demikian juga seharusnya pemilihan perawatan psikososial.

Pemilihan pengobatan psikososial yang tepat dipandu oleh keadaan kebutuhan pasien

individu dan konteks sosial.

Intervensi yang mendidik anggota keluarga tentang skizofrenia yang diperlukan untuk

memberikan dukungan dan menawarkan pelatihan dalam pemecahan masalah yang efektif

dan komunikasi, mengurangi gejala kambuh, dan berkontribusi pada fungsi pasien membaik

dan kesejahteraan keluarga. Program untuk Pengobatan Masyarakat asertif (PACT) adalah

model spesifik dari perawatan berbasis masyarakat yang diperlukan untuk mengobati pasien

17

Page 18: obat antipsikosis.doc

yang berisiko tinggi untuk diterima kembali rumah sakit dan yang tidak dapat dipertahankan

dengan pengobatan masyarakat lebih biasa berbasis. Orang dengan skizofrenia yang

memiliki gejala psikotik sisa saat menerima farmakoterapi yang memadai juga dapat

ditawarkan psikoterapi kognitif perilaku berorientasi.

Kerja yang didukung adalah sebuah pendekatan untuk meningkatkan fungsi kejuruan

antara orang-orang dengan berbagai jenis cacat, termasuk skizofrenia, dan harus tersedia.

Bukti program berbasis pekerjaan dengan dukungan yang telah terbukti efektif mencakup

unsur-unsur kunci dari layanan terfokus pada pekerjaan yang kompetitif, kelayakan

berdasarkan pilihan konsumen, pencarian yang cepat kerja, integrasi rehabilitasi dan

perawatan kesehatan mental, perhatian terhadap preferensi konsumen, dan waktu terbatas dan

individual dukungan.

Pelatihan ketrampilan sosial dapat membantu dalam mengatasi gangguan fungsional

dengan keterampilan sosial atau kegiatan sehari-hari hidup. Elemen-elemen kunci ini

meliputi instruksi berbasis perilaku, pemodelan, umpan balik korektif, dan penguatan sosial

kontingen.

Program pengobatan perlu mengkombinasikan obat dengan berbagai layanan

psikososial untuk mengurangi kebutuhan untuk krisis berorientasi rawat inap dan kunjungan

gawat darurat dan memungkinkan pemulihan yang lebih besar.

IX. Pemilihan obat

Di antara obat yang sesuai terhadap diagnosis tertentu, obat spesifik harus dipilih

menurut riwayat respons obat pasien (kepatuhan, respons terapeutik, dan yang merugikan).Pada

dasarnya semua obat anti-psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yangsama pada dosis

ekivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder (efek samping). Pemilihan jenis obat anti

psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian

obat disesuaikan dengan dosis ekivalen. Misalnya pada contoh sebagai berikut : Chlorpromazine

dan Thioridazine yang efek samping sedatif kuat terutama digunakan terhadap Sindrom Psikosis

dengan gejala dominan: gaduh gelisah, hiperaktif, sulittidur, kekacauan pikiran, perasaan dan

18

Page 19: obat antipsikosis.doc

perilaku, dll. sedangkan Trifluoperazine,Fluphenazine, dan Haloperidol yang efek samping

sedative lemah digunakan terhadap Sindrom Psikosis dengan gejala dominan; apatis, menarik

diri, perasaan tumpul, kehilangan minat daninisiatif, hipoaktif, waham, halusinasi, dll. Apabila

obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang sudah optimal

setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat psikosis lain(sebaiknya dari

golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya dimana profil efek samping belum tentu

sama.

Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat antipsikosis

tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek sampingnya,dapat dipilih

kembali untuk pemakaian sekarang.

Tetapi obat yang terakhir ini paling mudah menyebabkan timbulnya gejala ekstrapiramidal,

pada pasien yang rentan terhadap efek samping tersebut perlu digantikandengan Thioridazine

(dosis ekivalen) dimana efek samping ekstrapiramidalnya sangat ringan.Untuk pasien yang

sampai timbul " tardive dyskinesia" obat antipsikosis yang tanpa efek samping ekstrapiramidal

adalah obat generasi baru/atipikal.

X. Pengaturan Dosis

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :

Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu.

Onset efek sekunder (efek samping): sekitar 2-6 jam.

Waktu paruh : 12-24 jam (pemberian 1-2 x perhari).

Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek samping (dosis

pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitumengganggu kualitas hidup

pasien.

Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai

mencapai dosis efektif (mulai timbul peredaran sindrom psikosis) dievaluasi setiap2 minggu dan

timbul bila perlu dinaikkan dosis optimal diturunkan setiap 2 minggu dosis maintenance

dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2hari/minggu)

19

Page 20: obat antipsikosis.doc

tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu stop).

Neuroleptika dengan dosis terapeutik tinggi seperti chlorpromazine, thioridazine,

perazine) lebih baik digunakan untuk : Hiperaktivitas motorik, kegelisahan, kegaduhan,agitasi

(agresif). Neuroleptika dengan dosis terapeutik rendah seperti flufenazin, trifluoperazin,

perfenazin, haloperidol, pimozid lebih manjur untuk : Skizofrenia seperti autisme, gangguan

proses pikir, gangguan afek dan emosi. Antipsikotik spektrum luas; untuk psikotik akut termasuk

: Levomepromazine,Klorprotixen, Tioridazin, Klorpromazin.Antipsikotik jangka panjang

digunakan untuk psikotik kronik termasuk : Haloperidol,Trifluoperazin, Flufenazin.

XI. Antipsikotik tipikal

Antipsikotik tipikal memiliki keuntungan jarang menyebabkan terjadinya Sindrom

Neuroleptik Malignan (SNM) dan cepat menurunkan simptom positif. Namun antipsikotik

tipikal juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

1. Mudah terjadi extrapyramidal syndrome dan tardive dyskinesia

2. Memperburuk simptom negative dan kognitif

3. Meningkatkan kadar prolaktin4.Sering menyebabkan kekambuhan

o Pembagian antipsikotik tipikal Berdasarkan Potensi:

a. Potensi Tinggi

Potensi tinggi bila dosisi APG 1 yang digunakan kurang atau samadengan 10 mg.

APG 1 potensi tinggi diantaranya haloperidol, fluphenazine,dan trifluoperazine, dan

thiothixene.Potensi antidopaminergik tinggi, kemungkinan efek samping tinggiseperti

distonia, akatisia, dan parkinsonisme. Pengaruhnya terhadap tekanandarah rendah.

b. Potensi sedang

Potensi sedang bila dosis APG 1 yang digunakan antara 10 – 50 mg. APG 1 potensi

sedang diantaranya adalah perphenazine, loxapine danmolindone. Digunakan untuk

penderita yang sulit terhadap toleransi efek samping APG 1 potensi tingi dan potens

rendah.

20

Page 21: obat antipsikosis.doc

c. Potensi Rendah

Potensi rendah bila dosis APG 1 yang digunakan lebih dari 50 mg. APG 1 potensi

rendah diantaranya adalah chlorpromazine, thioridazine danmesoridazine.

Mempunyai efek samping sedasi, hipotensi orthostatic, lethargi dansimptom

antikolinergik meningkat. Simptom antikolinergik berupa mulutkering, retensi urine,

pandangan kabur, dan konstipasi.

B. Berdasarkan Rumus Kimia:

Phenothiazine :

o Rantai aliphatic: Chlorpromazine, levomepromazine

o Rantai piperazine: perphenazine, trifluoperazine, fluphenazine

o Rantai piperidine : thioridazine

Non Phenothiazine

o Butyrophenone : haloperidol

o Diphenylbutyl-piperidine : pimozide

o Benzamide : sulpiride

o Dibenzodiazepine : clozapine

o Benzisoxazole : risperidone

Beberapa obat antipsikotik tipikal.

a. Chlorpromazin

Farmakodinamik :

Susunan Saraf Pusat:

1. Chlorpromazine (CPZ) menimbulkan efek :

o Sedasi dan sikap acuh terhadap lingkungan. Pemakaian yang lama

dapatmenimbulkan efek sedasi.

o Antipsikosis.

21

Page 22: obat antipsikosis.doc

o Berkurangnya kepandaian pekerjaan tangan yang memerlukan kecekatan dan

daya pemikiran yang berulang.

o Gangguan aktivitas motorik.

o Gejala Parkinsonisme (karena mempengaruhi ganglia basalis) efek

ekstrapiramidal.

o Menurunnya ambang kejang. Sehingga penggunaannya pada pasien epilepsi

harushati-hati. (Derivat piperazin dapat diberikan secara aman pada pasien

epilepsi dengandosis bertahap dan bersama antikonvulsan.

− Otot Rangka :

o CPZ menimbulkan relaksasi otot skelet yang dalam keadaan spastik.

− Endokrin :

o Menghambat ovulasi dan menstruasi.

− Kardiovaskular :

o Dapat menyebabkan hipotensi ortostatik.

Farmakokinetik

Semua fenotiazin diabsorpsi dengan baik bila diberikan peroral maupun

parenteral. Penyebaran luas ke semua jaringan dengan kadar tertinggi di paru-paru, hati,

kelenjar suprarenal dan limpa. Setelah pemeberian CPZ dosis besar, maka masih ditemukan

ekskresiCPZ atau metabolitnya selama 6-12 bulan.

Efek Samping

Batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup aman. Efek samping

s amp ing  berupa gejala idiosinkrasinya mungkin timbul, seperti ikterus, dermatitis, leukopenia.

Semuaderivat fenotiazin menyebabkan gejala ekstrapiramidal.

b. Haloperidol

22

Page 23: obat antipsikosis.doc

Haloperidol adalah obat antipsikosis yang kuat dengan nama dangan :

haloperidoldecanoas haloperidol 50 mg/ml. Haloperidol adalah obat yang

dikategorikan ke dalamagen antipsikotik, antidiskinetik, dan antiemetik. Obat ini digunakan

sebagai terapi rumatanuntuk psikotik akut dan kronik, seperti skizo frenia, gangguan

manik, dan psikosis yangdiinduksi obat misalnya psikosis karena steroid. Haloperidol juga

berguna pada penanganan pasien agresif dan teragitasi. Selain itu, bat ini dapat digunakan pada

pasien sindrom Mental organik dan retardasi mental. Pada anak haloperidol sering digunakan

untuk mengatasi gangguan perilaku yang berat. Dosis inisial 50-100 mg. Haloperidol sering

menimbulkan gejala ekstrapiramidal/sindroma parkinson; dimanagejalanya berupa :

− wajah seperti topeng (kekakuan)

− Tremor

− Suara seperti pelo (susah didengar)

− Hipersalivasi

− Jalan seperti robot.

Tindakan untuk mengurangi gejala ekstrapiramidal adalah tablet trihexyphenidyl (artane) 3-

4 x 2 mg/hr, sulfas atropin 0,50-0,75, mg (IM). Haloperidol selainantipsikotik dapat

digunakan sebagai antianxietas dengan dosis rendah dimana 100 CPZ setara dengan 1,5

- 2,5 mg haloperidol.

Rapid Neuroleptization

Haloperidol 5-10 mg (im) dapat diulangi setiap 30 menit, dosis maksimum adalah 100

mg dalam 24 jam. Biasanya dalam 6 jam sudah dapat mengatasi gejala-gejal akut dari sindrom

psikosis.

Kontra indikasi

- penyakit hati

- hematologi

- epilepsi,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,…………………///////////

- kelainan jantung

- febris yang tinggi

- penyakit SSP (parkinson, tumor otak)

23

Page 24: obat antipsikosis.doc

- ketergantungan alkohol

- kesadaran makin memburuk

c. Fluphenazine decanoate

Fluphenazine mempunyai 3 bentuk :

1. HCL = oral

2. Enantat (injeksi) →long acting

3.Dekanoat (long acting)

Klinikal Farmakologi

Efek dasar fluphenazine decanoate tidak berbeda dari kelompok hidrokloridafluphenazine

lainnya, kecuali durasi kerjanya. Esterifikasi dari fluphenazine memperpanjangefek kerja obat

tanpa mengurangi efek dari penggunaan obat. Decanoate Fluphenazinememiliki aktivitas di

semua tingkat sistem saraf pusat maupun pada sistem multiple organ.Mekanisme terapeutiknya

masih belum dapat diketahui.Fluphenazine berbeda dari turunan fenotiazin lain dalam beberapa

hal,obat ini lebihkuat dalam bentuk miligram,dan kurang potensiasi pada sistem saraf pusat

depresan dananestesi dibandingkan beberapa fenotiazin lainnya dan efek sedatifnya juga kurang,

dan efek samping hipotensi lebih ringan dibandingkan beberapa golongan fenotizin yang

terlebihdahulu.

Indikasi dan Penggunaannya

Injeksi Fluphenazine decanoate merupakan obat antipsikotik long-acting parenteralyang

digunakan untuk pasien yang memerlukan terapi neuroleptik parenteral jangka panjang

(misalnya pada skizofrenia kronis). Fluphenazine injeksi decanoate belum terbukti efektif dalam

pengelolaan komplikasi perilaku pada pasien retardasi mental.

Kontraindikasi

24

Page 25: obat antipsikosis.doc

Fenotiazin kontraindikasi untuk pasien dengan suspek kerusakan otak

subkortikal.Senyawa fenotiazin tidak boleh digunakan dalam dosis besar hipnotik.

Fluphenazinedecanoate injeksi merupakan kontraindikasi pada keadaan koma atau pada keadaan

depresi berat . Adanya kelainan darah atau kerusakan hati menghalangi penggunaan

decanoatefluphenazine. Fluphenazine decanoate tidak dapat digunakan pada anak di bawah usia

12tahun. Fluphenazine injeksi decanoate merupakan kontraindikasi pada pasien yang

telahmenunjukkan hipersensitivitas terhadap fluphenazine; lintas kepekaan terhadap

fenotiazinderivatif mungkin terjadi.

Dosis dan Tatalaksana

Fluphenazine decanoate injeksi dapat diberikan secara intramuskuler atau subkutan.Harus

digunakan syringe yang kering. Penggunaan jarum suntik basah dapat menyebabkanlarutan

menjadi keruh.Untuk awal terapi dengan fluphenazine decanoate rejimen berikut

disarankan:Pada kebanyakan pasien, dapat diberikan dengan dosis initial 12,5-25 mg (0,5-1mL) .

Onset aksi yang umumnya muncul antara 24 dan 72 jam setelah penyuntikan dan efek obat pada

gejala psikotik menjadi signifikan dalam waktu 48 sampai 96 jam. suntikan berikutnya dan

interval dosis ditetapkan sesuai dengan respon pasien. Ketika diberikansebagai terapi

pemeliharaan, injeksi tunggal mungkin efektif dalam mengontrol gejalaskizofrenia hingga empat

minggu atau lebih. Respon terhadap dosis tunggal dapat bertahanselama enam minggu pada

beberapa pasien pada terapi pemeliharaan.. Ketika gejala akut telah mereda, dapat diberikan

fluphenazine decanoate 25 mg (1mL); dosis berikutnya disesuaikan seperlunya. Dosis tidak

boleh melebihi 100 mg. Jika dosis (misalnya pada skizofrenia kronis). Fluphenazine injeksi

decanoate belum terbukti efektif dalam pengelolaan komplikasi perilaku pada pasien retardasi

mental.

Kontraindikasi

Fenotiazin kontraindikasi untuk pasien dengan suspek kerusakan otak

subkortikal.Senyawa fenotiazin tidak boleh digunakan dalam dosis besar hipnotik.

Fluphenazinedecanoate injeksi merupakan kontraindikasi pada keadaan koma atau pada keadaan

depresi berat . Adanya kelainan darah atau kerusakan hati menghalangi penggunaan

25

Page 26: obat antipsikosis.doc

decanoatefluphenazine. Fluphenazine decanoate tidak dapat digunakan pada anak di bawah usia

12tahun. Fluphenazine injeksi decanoate merupakan kontraindikasi pada pasien yang

telahmenunjukkan hipersensitivitas terhadap fluphenazine; lintas kepekaan terhadap

fenotiazinderivatif mungkin terjadi.

Dosis dan Tatalaksana

Fluphenazine decanoate injeksi dapat diberikan secara intramuskuler atau subkutan.Harus

digunakan syringe yang kering. Penggunaan jarum suntik basah dapat menyebabkanlarutan

menjadi keruh.Untuk awal terapi dengan fluphenazine decanoate rejimen berikut

disarankan:Pada kebanyakan pasien, dapat diberikan dengan dosis initial 12,5-25 mg (0,5-1mL) .

Onset aksi yang umumnya muncul antara 24 dan 72 jam setelah penyuntikan dan efek obat pada

gejala psikotik menjadi signifikan dalam waktu 48 sampai 96 jam. suntikan berikutnya dan

interval dosis ditetapkan sesuai dengan respon pasien. Ketika diberikansebagai terapi

pemeliharaan, injeksi tunggal mungkin efektif dalam mengontrol gejalaskizofrenia hingga empat

minggu atau lebih. Respon terhadap dosis tunggal dapat bertahanselama enam minggu pada

beberapa pasien pada terapi pemeliharaan.. Ketika gejala akut telah mereda, dapat diberikan

fluphenazine decanoate 25 mg (1mL); dosis berikutnya disesuaikan seperlunya. Dosis tidak

boleh melebihi 100 mg. Jika dosis yang lebih besar dari 50 mg yang dianggap perlu, dosis

berikutnya dan dosis berhasil harusditingkatkan hati-hati dengan penambahan sebesar 12,5 mg.

d. Obat anti psikotik long acting

Obat anti psikosis long acting yang sering digunakan adalah :

- Haloperidol decanoat 50 mg/cc

- Fluphenazine Decanoate/ Enanthate 25 mg/cc

Obat long acting

diberikan secara intramuskular (IM) untuk 2 sampai 4 minggu. Obatini sangat berguna

untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yangtidak efektif terhadap

medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama baru

26

Page 27: obat antipsikosis.doc

ditingkatkan menjadi 1 cc setap bulan.Sebaiknya sebelum penggunaan parenteral sebaiknya

diberikan per oral dahulu beberapaminggu untuk melihat apakah terdapat efek hipersensitivitas.

Pemberian anti psikosis "long acting " hanya untuk terapi stabilitas dan pemeliharaan

(maintenance therapy/rumatan)terhadap kasus skizofrenia. Sebanyak 15-25% kasus

menunjukkan toleransi yang baik terhadap efek samping ekstrapiramidal.

V. Antipsikotik atipikal

APG II dalam klinis praktis, memiliki empat keuntungan yaitu :

1. APG II menyebabkan extrapyramidal symptom jauh lebih kecil disbanding APG

I,umumnya pada dosis terapi jarang terjadi extrapyramidal symptom.

2. APG II dapat mengurangi symptom negative dari skizofrenia dan tidak memperburuk

gejala negative seperti yang terjadi pada pemberian APG I

3. APG II menurunkan symptom afektif dari skizofrenia dan sering digunakan untuk

pengobatan depresi dan gangguan bipolar yang resisten.

4. APG II menurunkan symptom kognitif pada pasien skizofrenia dan penyakitAlzheimer.

Akibat interaksi dengan banyak reseptor lainnya maka APG II dapat menyebabkanterjadinya

beberapa efek samping misalnya peningkatan berat badan, sedasi, kejang atauagranulositosis.

Pembagian antipsikotik atipikal

Antipsikotik Generasi Kedua (APG II) yang digunakan sebagai :

•First line: risperidon, olanzapine, quetiapine, ziprasidone, aripiprazole

•Second line: clozapine

Indikasi pengobatan dari obat antipsikotik atipikal antara lain :

• Sindrom psikosis

• Sindrom psikosis fungsional, misalnya : skizofrenia, psikosis paranoid

27

Page 28: obat antipsikosis.doc

• Sindrom psikosis organik, misalnya : demensia, intoksikasi alkohol

• Indikasi spesifik, misalnya : efektif untuk menurunkan gejala negatif skizofrenia

danterapi pasien skizofrenia yang tidak berespons dengan obat antipsikotik

konvensional.

Beberapa obat antipsikotik atipikal

a. Clozapine

Clozapine adalah obat antipsikotik dari jenis yang baru. Jarang disertai dengan efek

samping yang mirip parkinsonisme dibandingkan antipsikotik konvensional. Bekerja

terutama dengan aktivitas antagonisnya pada reseptor dopamin tipe 2 (D2). Clozapine

efektif terhadap gejala negatif skizofrenia dibandingkan antipsikotik konvensional.

Clozapine disertai agranulositosis pada kira-kira 1 sampai 2 persen dari semua pasien.

Memerlukan monitoring hematologis setiap minggu pada pasien yang diobati

denganclozapine. Clozapine cepat diabsorpsi dari saluran gastrointestinal (GI). Kadar

puncak dalam plasma dicapai dalam 1 - 4 jam (rata-rata 2 jam). Clozapine dimetabolisme

secara lengkap,dengan waktu paruh antara 10 dan 16 jam (rata-rata 12 jam). Kadar stabil

dicapai dalamtiga sampai empat hari dengan dosis dua kali sehari. Metabolit diekskresi

dalam urin danfeses. Clozapine memiliki potensi yang jauh lebih tinggi sebagai antagonis

pada resptor D1, serotonin tipe 2 (5-HT), dan noradrenergik alfa (khususnya α1). Selain

itu clozapinememiliki aktivitas antagonis pada reseptor muskarinik dan histamin tipe 1

(H1) danmemiliki afinitas yang tinggi untuk reseptor dopamin tipe 4 (D4).

Indikasi Terapeutik

Indikasi satu-satunya yang diusulkan oleh FDA untuk clozapine adalah sebagai

terapiuntuk skizofrenia resisten, tardive dyskinesia parah atau kepekaan khusus terhadap efek

samping ekstrapiramidal dari obat antipsikotik standar. Berbeda dengan antipsikotik

konvensional clozapine dapat mengobati pergerakan, gangguan skizoafektif, gangguan bipolar I

yang parah, kepribadian ambang dan pasien dengan penyakit parkinson.

28

Page 29: obat antipsikosis.doc

Efek samping

Ciri clozapine yang membedakannya dari antipsikotik standar adalah tidak adanya efek

merugikan ekstrapiramidal, tidak mempengaruhi sekresi prolaktin dan tidak

menyebabkangalaktorea. Dua efek merugikan yang paling serius dari clozapine adalah :

- Agranulositosis

Dengan monitoring klinis yang cermat terhadap kondisi hematologis pasien yangdiobati

dengan clozapine akhirnya dapat mencegah kematian dengan mengenali secaraawal gangguan

hematologis dan menghentikan pemakaian clozapine. paling sering terjadidalam enam bulan

pertama. Peningkatan usia dan jenis kelamin wanita merupakan faktor risiko tambahan untuk

perkembangan agranulositosis akibat clozapine.

- Kejang

Terapi phenobarbital (luminal) dapat diberikan untuk mengatasi kejang dan

clozapinedapat dimulai kembali pada kira-kira 50 persen dosis sebelumnya. Selanjutnya

dinaikkankembali secara bertahap. Carbamazepine (Tegretol) tidak boleh digunakan

dalamkombinasi dengan clozapine karena hubungannya dengan agranulositosis.Efek samping

lainnya adalah :

-Efek Kardiovaskular

Takikardia, hipotensi, dan elektroensefalogram (EEG) berhubungan dengan

terapiclozapine menunjukkan terjadinya takikardia, karena inhibisi vagal. Keadaan ini

dapatdiobati dengan antagonis adrenergik yang bekerja perifer. Efek hipotensif clozapine cukup

parah, sehingga menyebabkan episode sinkop, bilamana dosis awal melebihi 75 mg sehari.

-Sedasi, kelemahan, penambahan berat badan, berbagai gejala GI (paling sering

adalahkonstipasi), efek antikolinergik, dan demam. Sedasi paling sering terjadi pada awal

terapidan efek sedasi siang hari dapat diturunkan dengan memberikan sebagian besar

dosisclozapine pada malam hari. Obat ini dapat diekskresikan dalam air susu, sehingga tidak

boleh digunakan oleh ibu yang menyusui.

29

Page 30: obat antipsikosis.doc

Interaksi Obat

Clozapine tidak boleh digunakan dengan salah satu obat lain yang disertai dengan perkembangan

agranulositosis atau supresi sumsum tulang. Obat-obatan tersebut adalah carbamazepine,

propylthiouracil, sulfonamide dan captopril (Capoten).

b. Risperidone

merupakan antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas tinggiterhadap reseptor

serotonergik 5-HT2 dan dopaminergik D2. Risperidone berikatan denganreseptor α1-adrenergik.

Risperione tidak memiliki afinitas terhadap reseptor kolinergik. Meskipun risperidone

merupakan antagonis D2 kuat, dimana dapat memperbaikigejala positif skizofrenia, hal tersebut

menyebabkan berkurangnya depresi aktivitas motorik dan induksi katalepsi dibanding

neuroleptik klasik. Antagonisme serotonin dan dopaminsentral yang seimbang dapat mengurangi

kecenderungan timbulnya efek sampingekstrapiramidal, dia memperluas aktivitas terapeutik

terhadap gejala negatif dan afektif dariskizofrenia.

Efek pada organ dan sistem spesifik

Risperidone tidak mempunyai efek merugikan dari segi neurologis dan efek merugikan

lainnya lebih sedikit dibandingkan obat lain dalam kelas ini.

Indikasi terapeutik

Indikasi terapeutik risperidone hampir sama dengan clozapine yaitu untuk

terapiskizofrenia yang resisten terhadap terapi dengan antipsikotik konvensional.

Efek samping

Efek samping seperti sedasi, otonomik dan ekstrapiramidal pada risperidone lebihringan

dibanding dengan obat antipsikotik konvensional lainnya.

Dosis

30

Page 31: obat antipsikosis.doc

Hari ke-1 : 2 mg/hari, 1-2 x sehariHari ke-2 : 4 mg/hari, 1-2 x sehari(titrasi lebih rendah

dilakukan pada beberapa pasien)Hari ke-3 : 6 mg/hari, 1-2 x sehariDosis umum 4-8 mg per hari.

Dosis di atas 10 mg/hari tidak lebih efektif dari dosis yanglebih rendah dan bahkan mungkin

dapat meningkatkan gejala ekstrapiramidal. Dosis di atas10 mg/hari dapat digunakan hanya pada

pasien tertentu dimana manfaat yang diperoleh lebih besar dibanding dengan risikonya. Dosis di

atas 16 mg/hari belum dievaluasi keamanannyasehingga tidak boleh digunakan.

Interaksi Obat

• Hati-hati pada penggunaan kombinasi dengan obat-obat yang bekerja pada SSP danalkohol.

• Risperidone mempunyai efek antagonis dengan levodopa atau agonis dopaminlainnya.

• Karbamazepin dapat menurunkan kadar plasma risperidone

• Clozapine dapat menurunkan bersihan risperidone.

• Fluoksetin dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari fraksi antipsikotik (risperidone dan 9-

hydroxy-risperidone) dengan meningkatkan konsentrasirisperidone.

c. Olanzapine

Farmakokinetik

Olanzapine mencapai level puncak di dalam plasma dalam waktu 6 jam dan waktu

paruhnya kira-kira 30 jam.

Indikasi Terapeutik

Pengobatan skizofrenia yang resisten dan dapat digunakan untuk mengurangi

gejalanegatif dan agitasi.

Efek Samping

Efek samping antikolinergik seperti konstipasi dan mulut kering meningkat berhubungan

erat dengan dosis yang digunakan. Tidak menyebabkanleukopeni/agranulositosis seperti pada

clozapine. Olanzapin menunjukkan peningkatanhepatik transaminase (ALT, AST, GGT) dosis

dependen dan menunjukkan gejalaekstrapiramidal.

31

Page 32: obat antipsikosis.doc

d. Quetiapine

Farmakokinetik

Quetiapine secara cepat diabsorbsi sesudah diminum, mencapai konsentrasi puncak di

plasma dalam waktu 1,5 jam, dimetabolisme oleh hepar. Dengan waktu paruh 6 jam

yangterdapat di dalam batas dosis klinik yang dianjurkan.

Efek Samping

- Hipertensi Quetiapine mungkin dapat menyebabkan hipertensi ortostatik dengan

gejala-gejalakedinginan, takikardi dan pada beberapa pasien terjadi sinkop,

khususnya selama periode pemberian dosis inisial.

- Katarak

- Liver secara asimtomatik, transien dan reversibel meningkatkan serum transaminase

(terutama ALT).

Indikasi:

- Gejala positif pada skizofrenia

- Gejalan negatif pada skizofrenia

- Gangguan kognitif pada skizofrenia

- Gangguan mood pada skizofrenia

- Perilaku agresif pada skizofrenia

e. Aripirprazole

Sediaan obat

Nama generik : Aripiprazole

Nama dagang : abilify (otsuka)

Sediaan : tab 10-15 mg

Dosis anjuran : 10-15 mg/hari

32

Page 33: obat antipsikosis.doc

Indikasi skizofrenia (ini masih dalam penelitian lebih lanjut)

Efek samping

- Gangguan ekstrapiramidal

- Penambahan berat badan

- Peningkatan QT interval

- Peningkatan kolesterol, glukosa, dan prolaktin (minimal)

Efek samping Antipsikotik :

1. Gejala ekstrapiramidal

Gejala ekstra piramidal timbul akibat blokade reseptor dopamine 2 di basal ganglia

(putamen, nukleus kaudatus, substansia nigra, nukleus subthalamikus, dan globus

palidus). Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan mekanisme dopaminergik dan kolinergik

sehingga sistem ekstrapiramidal terganggu. Paling sering disebabkan antipsikotik tipikal

potensi tinggi. Gejala ini dibagi dalam beberapa kategori, yaitu:

a. Reaksi Distonia Akut (ADR)

Terjadi spasme atau kontaksi involunter akut dari satu atau lebih

kelompok otot skelet. Kelompok otot yang paling sering terlibat adalah

otot wajah, leher, lidah, atau otot ekstraokuler, bermanifestasi sebagai

tortikolis, disastria bicara, krisis okulogirik dan sikap badan yang tidak

biasa. Reaksi distonia akut sering kali terjadi dalam satu atau dua hari

setelah pengobatan antipsikotik dimulai, tetapi dapat terjadi kapan saja.

Keadaan ini terjadi pada kira-kira 10% pasien, lebih lazim pada pria

muda, dan lebih sering dengan neuroleptik dosis tinggi yang berpotensi

tinggi, seperti haloperidol dan flufenazine. Reaksi distonia akut dapat

menjadi penyebab utama dari ketidakpatuhan pemakaian obat.

b. Akatisia

Akatisia merupakan gejala ekstrapiramidal yang paling sering terjadi

akibat antipsikotik. Kemungkinan terjadi pada sebagian besar pasien

terutama pada populasi pasien lebih muda. Terdiri dari perasaan dalam

33

Page 34: obat antipsikosis.doc

yang gelisah, gugup, keinginan untuk tetap bergerak dan sulit tidur.

Akatisia dapat menyebabkan eksaserbasi gejala psikotik akibat perasaan

tidak nyaman yang ekstrim. Hal ini menjadi salah satu penyebab

ketidakpatuhan pengobatan.

c. Sindrom Parkinson

Merupakan gejala ekstrapiramidal yang dapat dimulai berjam-jam

setelah dosis pertama antipsikotik atau dimulai secara berangsur0angsur

setelah pengobatan bertahun-tahun. Manifestasinya meliputi gaya

berjalan membungkuk, hilangnya ayunan lengan, akinesia, tremor dan

rigiditas. Akinesia menyebabkan penurunan spontanitas, apatis, dan

kesukaran untuk memulai aktifitas normal. Terkadang gejala ini

dikelirukan dengan gejala negatif skizofrenia.

d. Tardive Diskinesia

Manifestasi gejala ini berupa gerakan dalam bentuk koreoatetoid

abnormal, gerakan otot abnormal, involunter, mioklonus, balistik, atau

seperti tik. Ini merupakan efek yang tidak dikehendaki dari obat

antipsikotik. Hal ini disebabkan defisiensi kolinergik yang relatif akibat

supersensitif reseptor dopamine di putamen kaudatus. Prevalensi tardive

diskinesia diperkirakan terjadi 20-40% pada pasien yang berobat lama.

Sebagian kasus sangat ringan danhanya sekitar 5% pasien

memperlihatkan gerakan berat nyata. Faktor predisposisi meliputiumur

lanjut, jenis kelamin wanita, dan pengobatan berdosis tinggi atau jangka

panjang.

2. Neuroleptic Malignant

Neuroleptic malignant adalah suatu sindrom yang terjadi akibat komplikasi s erius dari

penggunaan obat antipsikotik. Sindrom ini merupakan reaksi idiosinkratik yang tidak tergantung

pada kadar awal obat dalam darah. Sindrom tersebut dapat terjadi pada dosistunggal antipsikotik

(phenotiazine, thioxanthen e, atau neuroleptikal atipikal). Biasanya berkembang dalam 4 minggu

pertama setelah dimulainya pengobatan . SNM sebagian besar berkembang dalam 24-72 jam

34

Page 35: obat antipsikosis.doc

setelah pemberian antipsikotik atau perubahan dosis (biasanyakarena peningkatan). Sindroma

neuroleptik maligna dapat menunjukkan gambaran klinis yangluas dari ringan sampai dengan

berat. Gejala disregulasi otonom mencakup demam,diaphoresis, tachipnea, takikardi dan tekanan

darah meningkat atau labil. Gejala ekstrapiramidalmeliputi rigiditas, disfagia, tremor pada waktu

tidur, distonia dan diskinesia. Tremor danaktivitas motorik berlebihan dapat mencerminkan

agitasi psikomotorik. Konfusi, koma,mutisme, inkotinensia dan delirium mencerminkan

terjadinya perubahan tingkat kesadaran.

3. Peningkatan berat badan

Paling sering karena pengobatan antipsikotik atipikal. Nafsu makan yang meningkat

eratkaitannya dengan blokade reseptoralpha1- adrenergic dan His t aminergi c.

4. Peningkatan prolactin

Blokade reseptor dopamine 2 di hipotalamus menyebabkan berkurangnya pembentukan

prolactin release factor. Akibatnya, faktor inhibitor prolaktin ke hipofisis berkurang sehingga

terjadi peningkatan kadar prolaktin. Pada perempuan didapati sekresi payudara, sedangkan pada

pria didapati ginekomasti.

5. Efek blokade reseptor kolinergik

f. Pandangan kabur

g. Mulut kering (kecuali klozapin yang meningkatkan salvasi)

h. Penurunan kontraksismooth muscle sehingga terjadi konstipasi dan retensi urin.

6. Efek blokade reseptor adrenergik: hipotensi ortostatik

G. Masalah Lainnya Pengobatan Spesifik

1. Pertama episode

Hal ini penting untuk mengobati skizofrenia di episode awal sesegera mungkin. Ketika

seorang pasien menyajikan dengan psikosis episode pertama, observasi dan dokumentasi dekat

tanda dan gejala dari waktu ke waktu adalah penting karena episode pertama psikosis dapat

35

Page 36: obat antipsikosis.doc

polimorfik dan berkembang menjadi berbagai gangguan tertentu (misalnya, schizophreniform

gangguan, gangguan bipolar, schizoaffective gangguan). Selanjutnya, pada orang yang

memenuhi kriteria untuk menjadi prodromally gejala dan beresiko untuk psikosis dalam waktu

dekat, penilaian yang cermat dan pemantauan sering dianjurkan sampai gejala mengirimkan

secara spontan, berkembang menjadi skizofrenia, atau berkembang menjadi gangguan mental

lain didiagnosis dan diobati. Mayoritas episode pertama pasien responsif terhadap pengobatan,

dengan lebih dari 70% mencapai remisi dari tanda-tanda dan gejala psikotik dalam waktu 3-4

bulan dan 83% mencapai remisi stabil pada akhir 1 tahun. Pasien episode pertama umumnya

lebih sensitif terhadap efek terapi dan efek samping obat-obatan dan sering membutuhkan dosis

yang lebih rendah dibandingkan pasien dengan skizofrenia kronis. Meminimalkan risiko kambuh

pada pasien disetorkan merupakan prioritas tinggi, mengingat biaya klinis, sosial, dan kejuruan

potensi kambuh. Anggota keluarga sangat membutuhkan pendidikan dan dukungan pada saat

episode pertama pasien.

2. Gejala negatif

Pengobatan gejala negatif dimulai dengan menilai pasien untuk sindrom yang dapat

menyebabkan munculnya gejala negatif sekunder. Perlakuan seperti gejala negatif sekunder

terdiri dari mengobati penyebab mereka (misalnya, antipsikotik untuk gejala positif primer,

antidepresan untuk depresi, anxiolytics untuk gangguan kecemasan, atau agen antiparkinson atau

antipsikotik pengurangan dosis untuk efek samping ekstrapiramidal). Jika gejala negatif terus

berlangsung, mereka diduga gejala negatif utama dari negara defisit. Tidak ada perawatan

dengan kemanjuran yang telah terbukti untuk gejala negatif primer.

3. Zat gangguan penggunaan

Hampir setengah dari pasien dengan skizofrenia memiliki gangguan penggunaan zat

komorbiditas, termasuk penyalahgunaan nikotin / ketergantungan, yang itu sendiri melebihi 50%

pada prevalensi di kelompok ini.

36

Page 37: obat antipsikosis.doc

BAB III

KESIMPULAN

Antipsikotika adalah obat obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis tertentu

tanpamempengaruhi fungsi-fungsi umum (berpikir dan kelakuan normal). Antipsikotika

dapatmeredam agresi maupun emosi serta dapat pula menghilangkan atau mengurangi gangguan

jiwa, seperti impian dan pikiran khayal serta menormalkan perilaku tidak normal. Obat anti

psikotik sangat efektif untuk menghilangkan halusinasi dan konfusi darisatu episode skizofrenia

akut serta membantu pemulihan proses berpikir yang rasional. Obat ini tidak menyembuhkan

schizophrenia, akan tetapi membantu pasien agar dapat berfungsi diluar rumah sakit. Anti

psikotik dapat mempersingkat masa perawatan pasien dan mencegah kekambuhan.

Terdapat dua jenis obat antipsikotik yaitu generasi pertama (tipikal/APG I) dan generasi

kedua (atipikal/APG II). APG I hanya memblok reseptor D2 sedangkan APG IImemblok secara

bersamaan reseptor serotonin (5HT2A) dan reseptor dopamine (D2). APG IImenyebabkan efek

ekstrapiramidal yang lebih kecil, mengurangi gejala negative dan gejalakognitif pada skizofrenia,

dan dapat untuk memperbaiki mood dan menurunkan suicide pada penderita skizofrenia serta

gangguan bipolar I dan II.

Efek samping dari pemberian obat antipsikotik dapat terjadi pada sistem otonom,saraf

dan hematologi. Dapat juga menyebabkan ikterus, berat badan yang bertambah karenaretensi air,

sindrom neuroleptik maligna dan yang irreversibel yaitu Tardive dyskinesia :gerakan involunter

berulang pada lidah, wajah, anggota gerak yang hilang pada waktu tidur.Selain itu obat

antipsikotik juga dapat menurunkan ambang kejang pada penderita epilepsi.

37