O&AT PErlAuMff. SKRIPSI - UNAIR REPOSITORYrepository.unair.ac.id/10089/2/FF 444-91 Tan u.pdf ·...
Transcript of O&AT PErlAuMff. SKRIPSI - UNAIR REPOSITORYrepository.unair.ac.id/10089/2/FF 444-91 Tan u.pdf ·...
O & A T PErlAuMff.
SKRIPSI
HONGGO KUSUMA TANTRI
UJI PENGARUH PROPILENGLIKOL DAN ETILENGLIKOl TERHADAP PROFll PENETRASI KETOKONAZOL
PERKUTAN DALAM BASIS GEL CARBOPOLSECARA IN VITRO
M A L I K .P E R F U S IA K A A N
U N IV E R S1TAS A JR L A N G G A ’
S U R A B A Y A
ff- ^ / j t
T < w
(a
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA S U R A B A Y A
1991
UJI PENGARUH PROPILENGLIKOL DAN ETILENGLIKOL TERHADAP
PROFIL PENETRASI KETOKONAZOL PERKUTAN DALAM
BASIS GEL CARBOPOL SECARA IN VITRO
SKRIPSI
DIBUAT UNTUK MEHENUHI SYARAT MENCAPAI GELAR
SARJANA FARHASI PADA FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
1991
Oleh
HONGGO KUSUMA TAHTRI
058610824
Disetujui oleh penbinbing
DR. WIDJI SQERATRI
Penbinbing utana
KATA PENGANTAR
Saya ucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa atas segala rahmat dan kemurahanNya sehingga penyu-
sunan skripsi ini dapat diselesaikan pada waktunya untuk
metnenuhi syarat mencapai gelar sarjana Farmasi pada Fakul-
tas Farmasi Universitas Airlangga.
Banyak bantuan serta petunjuk-petunjuk yang sangat
berharga yang diberikan oleh berbagai pihak selama penyu-
sunan skrisi ini.
Perkenankanlah dalam kesempatan ini saya menyampaikan -
terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu DR. Widji
Soeratri dan Bapak Drs. Moegihardjo selaku dosen pembim-
bing yang sudah bersedia meluangkan waktunya untiik member-
ikan petunjuk dan pengarahan-pengarahan yang sangat ber
harga .
Rasa terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya
sampaikan kepada seluruh staf Laboratorium Preskripsi-
Formulasi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Bapak
dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya melalui kegia-
tan kuliah dan praktika, PT Surya Derniato Medica Lab,
PT Roi Surya Prima Farina serta teman-teman yang telah
memberikan d o r o n g a n s e m a n g a t bantuan selama proses pengum-
pulan data dan penyusunan skrisi.
Akhirnya saya sampaikan ucapan terima kasih kepada
panitia skripsi yang telah memeriksa skripsi ini. Kepada
almamater Fakultas Farmasi Universitas Airlangga skripsi
ini dipersembahkan dengan harapan dapat berguna bagi
penelitian-penelitian selanjutnya.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................... ii
DAFTAR ISI...............................................iv
DAFTAR TABEL........................................... vii
DAFTAR GAMBAR........................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN..................... ................... xi
RINGKASAN...............................................xii
BAB :
I. PENDAHULUAN. ..................................1
II. TINJAUAN PUSTAKA........................... 4
1. Kulit..................................... 4
1.1. Anatomi dan fisiologi kulit....... 4
1.2. Penetrasi perkutan................. 7
1.2.1. Jalur penetrasi perkutan.... 8
1.2.2. Faktor-faktor yang mem-
pengaruhi penetrasi per
kutan .............. ......... 9
2. Metode u j i penetrasi perkutan..........11
2.1. Metode in vivo.....................11
2.2. Metode in vitro....................12
3. Sediaan gel..............................13
4. Ketokona2 ol..............................17
4.1. Sifat fisika-kimia................ 17
4.2. Farmakologi........................ 17
5. Propilenglikol............. ............ 19
8. Etilenglikol............................ 20
iv
III. ALAT, BAHAN DAN METODE PENELITIAN........ 21
1. Alat-alat................................ 22
2. Bahan-bahan..............................22
3. Tahapan kerja............................22
3.1. Uji .kualitatif ketokonazol....... 23
3.2. Pembuatan gel ketokonazol........ 23
3.3. Karakteristik sediaan............. 24
3.3.1. Penampilan................. 24
3.3.2. Pengukuran pH sediaan..... 24
3.3.3. Pengukuran viskositas
sediaan.....................24
3.3.3. Homogenitas sediaan....... 25
3.4. Penetapan penetrasi perkutan..... 28
3.5. Penentuan kadar ketokonazol
dalam cuplikan.....................29
3.6. Pengukuran kelarutan ketoko
nazol ............................... 30
IV. HASIL PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA...... 31
1. Uji kualitatif ......................... 31
2. Karakterisasi sediaan gel ketoko
nazol yang meliputi penampilan,
pH sediaan, viskositas dan kadar
sediaan.................................. 34
v
3. Homogenitas kadar ketokonazol
dalam gel................................ 35
3.1. Penentuan panjang gelombang
terpilih............................ 35
3.2. Pembuatan kurva baku.............. 37
3.3. Pengukuran kadar ketokonazol
dalam gel...........................39
4. Pengukuran laju penetrasi.............. 40
5. Uj i kelarutan............................55
V. PEMBAHASAN.................................. 56
VI. KESIMPULAN.................................. 61
VII. SARAN........................................ 62
VIII. DAFTAR PUSTAKA.............................. 63
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
1 GEL KETOKONAZOL................................. 23
2 PEMBUATAN LARUTAN BAKU KERJA KETOKONAZOL..... 26
3 KARAKTERISASI SEDIAAN GEL KETOKONAZOL.........34
4 NILAI SERAPAN LARUTAN KETOKONAZOL DALAM
PELARUT METANOL DAN NaCl 0,9 % (1:1)
UNTUK PENENTUAN PANJANG GELOMBANG TERPILIH... 35
5 NILAI SERAPAN LARUTAN KETOKONAZOL DALAM
PELARUT METANOL DAN NaCl 0,9 % (1:1)
UNTUK PEMBUATAN KURVA BAKU PADA PANJANG
GELOMBANG 220 n m ................................ 37
6 PENGUKURAN KADAR KETOKONAZOL DALAM SE
DIAAN DARI BERBAGAI FORMULA....................39
7 DATA PENGAMATAN PENETRASI PERKUTAN GEL
TANPA PELEMBAB (FORMULA A) PADA PANJANG
GELOMBANG 220 nm................................ 41
8 DATA PENGAMATAN PENETRASI PERKUTAN GEL
DENGAN PELEMBAB PROPILENGLIKOL 17,5 %
(FORMULA B) PADA PANJANG GELOMBANG 220 nm.... 45
9 DATA PENGAMATAN PENETRASI PERKUTAN GEL
DENGAN PELEMBAB ETILENGLIKOL 17,5 %
(FORMULA C) PADA PANJANG GELOMBANG 220 nm--- 49
vii
10 DATA PENGAMATAN RATA-RATA PENETRASI PER
KUTAN GEL TANPA PELEMBAB, PELEMBAB PROPI
LENGLIKOL 17,5 % DAN ETILENGLIKOL 17,5 %
PADA PANJANG GELOMBANG 220 nm..................53
11 PENGUKURAN KADAR KETOKONAZOL JENUH DALAM
SISTEM PELARUT DARI BERBAGAI FORMULA..........55
vi i i
GAMBAR
1 ANATOMI KULIT.................................... 5
2 JALUR PENETRASI PERKUTAN........................ 8
3 RANGKAIAN ALAT UJI PENETRASI PERKUTAN.........28
4 TERMOGRAM DSC DARI KETOKONAZOL................ 32
5 SPEKTROGRAM INFRA MERAH KETOKONAZOL...........33
6 KURVA NILAI SERAPAN TERHADAP PANJANG
GELOMBANG LARUTAN KETOKONAZOL DALAM
PELARUT METANOL DAN NaCl 0,9 % (1:1)..........36
7 KURVA NILAI SERAPAN VERSUS KONSENTRASI
LARUTAN KETOKONAZOL PADA PANJANG
GELOMBANG 220 n m ................................ 38
8 KURVA LAJU PENETRASI KETOKONAZOL DARI
GEL TANPA BAHAN PELEMBAB DALAM LARUTAN
NaCl 0,9 % TERHADAP WAKTU (REPLIKASI I)...... 42
9 KURVA LAJU PENETRASI KETOKONAZOL DARI
GEL TANPA BAHAN PELEMBAB DALAM LARUTAN
NaCl 0,9 X TERHADAP WAKTU (REPLIKASI II)..... 43
10 KURVA LAJU PENETRASI KETOKONAZOL DARI
GEL TANPA BAHAN PELEMBAB DALAM LARUTAN
NaCl 0,9 X TERHADAP WAKTU (REPLIKASI III).... 44
11 KURVA LAJU PENETRASI KETOKONAZOL DARI
GEL DENGAN PELEMBAB PROPILENGLIKOL 17,5 %
DALAM LARUTAN NaCl 0,9 X TERHADAP WAKTU
(REPLIKASI I)................................... 46
DAFTAR GAMBAR
ix
12 KURVA LAJU PENETRASI KETOKONAZOL DARI
GEL DENGAN PELEMBAB PROPILENGLIKOL 17,5 %
DALAM LARUTAN NaCl 0,9 % TERHADAP WAKTU
(REPLIKASI II).................................. 47
13 KURVA LAJU PENETRASI KETOKONAZOL DARI
GEL DENGAN PELEMBAB PROPILENGLIKOL 17,5 %
DALAM LARUTAN NaCl 0,9 % TERHADAP WAKTU
(REPLIKASI III )................................. 48
14 KURVA LAJU PENETRASI KETOKONAZOL DARI
GEL DENGAN PELEMBAB ETILENGLIKOL 17., 5%
DALAM LARUTAN NaCl 0,9 % TERHADAP WAKTU
(REPLIKASI I)................................... 50
15 KURVA LAJU PENETRASI KETOKONAZOL DARI
GEL DENGAN PELEMBAB ETILENGLIKOL 17,5%
DALAM LARUTAN NaCl 0,9 % TERHADAP WAKTU
(REPLIKASI II).................................. 51
16 KURVA LAJU PENETRASI KETOKONAZOL DARI
GEL DENGAN PELEMBAB ETILENGLIKOL 17,5%
DALAM LARUTAN NaCl 0,9 % TERHADAP WAKTU
(REPLIKASI III)................................. 52
17 KURVA KONSENTRASI RATA-RATA KETOKONAZOL
DALAM LARUTAN FISIOLOGIS TERHADAP WAKTU...... 54
x
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Halaman
1 DATA PENGAMATAN PENETRASI PERKUTAN GEL
TANPA PELEMBAB .( FORMULA A ) PADA PAN
JANG GELOMBANG 220 nm......................... 66
2 DATA PENGAMATAN PENETRASI PERKUTAN GEL
DENGAN PELEMBAB PROPILENGLIKOL 17, %
( FORMULA B ) PADA PANJANG GELOMBANG
220 nm.......................................... 67
3 DATA PENGAMATAN PENETRASI PERKUTAN GEL
DENGAN PELEMBAB EETILENGLIKOL 17, X
( FORMULA C ) PADA PANJANG GELOMBANG
220 nm.......................................... 68
4 CONTOH PERHITUNGAN PENETRASI PERKUTAN
GEL KETOKONAZOL................................ 69
5 PERHITUNGAN STATISTIK......................... 73
6 TABEL F .95.................................... 77
7 TABEL K ( > 1 % ) ................................. 78
8 HARGA KOEFISIEN KORELASI PADA DERJAT
KEPERCAYAAN 1 % DAN 5 % ....................... 79
9 SERTIFIKAT ANALISA KETOKONAZOL............... 80
xi
RINGKASAN
Dalam memformulasikan suatu sediaan, selalu diingin-
kan hasil berupa sediaan farmasi yang bermutu, yaitu
mempunyai efek terapeutik yang diinginkan dengan efek
samping yang minimal.
Ketokonazol adalah obat anti jamur yang dapat dipakai
secara oral maupun topikal. Namun pada pemakaian secara
oral dapat menimbulkan efek samping hepatotoksik yang
tidak diinginkan, sehingga untuk pemakaian jangka panjang
perlu dihindari.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah
membuat sediaan topikal dari sehingga permasalahan di atas
dapat diatasi. Keuntungan lainnya pemakaian topikal adalah
dapat langsung dioleskan pada tempat yang sakit dan kontak
dengan kulit berlangsung lama.
Dalam sediaan topikal sering ditambahkan pelembab
untuk mempertahankan kelembaban sediaan dan mencegah
terjadinya lapisan film yang terbentuk setelah terjadi
penguapan air dari sediaan. Ternyata pelembab yang ditam
bahkan dalam sediaan dapat mempengaruhi sifat fisika kimia
obat dan keadaan kulit.
hi JL L I K. !B AR I Pi £FwJ' J ^ ^
-UNIVfcKSii/iii A/..HANGGAPENDAHULUAN * S U R A 0 A V & __ '
Agar tujuan terapi berhasil dengan baik, selalu
diusahakan agar bahan berkhasiat dari sediaan dapat menca-
pai reseptor dan memberikan efek farmakologi yang diingin-
kan. Selain itu dalam membuat suatu formula diusahakan
pula agar sediaan dapat memenuhi kriteria stabil, nysman,
dan mempunyai efek samping yang minimal. Apabila obat
dapat mencapai sistem sistemik melalui kulit, maka efek
samping pengobatan yang diberikan secara oral dapat diku-
rangi dengan pemakaian sediaan secara topikal. Keuntungan
lainnya pemakaian sediaan topikal adalah dapat langsung
dioleskan pada tempat yang sakit, kontak dengan kulit atau
tempat yang sakit berlangsung lama dan penggunaannya
mudah.
Agar sediaan topikal dapat memberikan efek farmakolo
gi, bahan aktif dalam sediaan harus mengalami penetrasi
menembus kulit dan mencapai reseptor. Pada pemakian topi
kal, penetrasi obat melalui kulit dipengaruhi oleh banyak
hal antara lain: kondisi kulit karena adanya luka mekanik
atau luka kimia oleh asam atau basa kelarutan dan konsen-
trasi obat, viskositas sediaan dan kelembaban kulit (1).
Kelembaban kulit yang tinggi akan mempermudah penetrasi
bahan obat melalui kulit. Kelembaban tersebut antara lain
1
2
diperoleh dari sediaan yaitu dengan penambahan bahan
pelembab atau humektan misalnya: glicerol, sorbitol,
propilenglikol, dan etilenglikol. Adanya bahan tersebut
menyebabkan lapisan stratum korneum mengembang dan mening-
katkan permeabilitas bahan obat (1). Selain itu adanya
bahan pelembab dapat meningkatkan kelarutan bahan obat
yang sukar larut sehingga dengan demikian meningkatkan
pula penetrasi.
Pada umumnya pelembab digunakan sebagai bahan tamba-
han dalam krim dan gel untuk mempertahankan kelembaban
sediaan dan mencegah terjadinya lapisan film yang terben-
tuk setelah terjadi penguapan air dari sediaan.
Salah satu bentuk sediaan topikal yang kini sering
dipakai adalah bentuk gel karena berwarna jernih dan
memberikan rasa sejuk. Sediaan gel mudah dicuci dan hanya
meninggalkan residu yang sedikit. Macam-macam bahan yang
digunakan sebagai basis gel adalah etil sellulosa, algi-
nat, bentonit dan carbopol. Keuntungan pemakaian carbopol
dibandingkan dengan bahan lain adalah sifatnya yang mudah
didispersikan dalam air, dengan konsentrasi kecil mempun
yai kekentalan yang baik dan mempunyai kestabilan yang
baik.
Salah satu bahan aktif yang umumnya dibuat dalam
bentuk sediaan topikal adalah obat jamur. Macam-macam
bahan anti jaraur yang sering digunakan adalah: Flusito-
sine, griseofulvin dan turunan imidazole misalnya: keto
konazol .
3
Tertarik permasalahan di atas, maka dalam tugas akhir
ini ingin diteliti pengaruh pelembab terhadap profil
penetrasi ketokonazol perkutan dalam basis gel carbopol.
Ketokonazol dalam peneliti'an ini digunakan sebagai model
percobaan adalah dengan pertimbangan antara lain sifatnya
sukar larut dalam air dan penggunannya sebagai obat topi
kal .
Ketokonazol apabila diberikan secara oral akan larut
dalam asam lambung sehingga diabsorbsi dengan baik, tetapi
dapat menimbulkan efek samping hepatotoksik. Selain itu
ketokonazol dapat berinteraksi dengan beberapa macam obat
apabila diberikan secara bersama-sama, misalnya pada
penderita tukak lambung dengan pengobatan antacid atau
H2 antagonis akan mengurangi bioavailabilitas dari keto
konazol (2, 3).
Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh bahan pelembab propilenglikol dan etilenglikol
terhadap penetrasi ketokonazol melalui kulit secara in
vitro, sehingga pemilihan bahan pelembab dapat mempunyai
daya guna meningkatan penetrasi.
BAB XI TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. Kulit
Kulit adalah lapisan penutup yang berkesinara-
bungan disepanjang permukaan tubuh, sedangkan
permukaaan mukosa, konjungtiva dan kornea mata
tidak dianggap sebagai bagian kulit (4). Berat
kulit rata rata pada orang dewasa lebih kurang
delapan pound dan kulit menutupi permukaan tubuh
seluas 20.000 cm2 (5 ). Fungsi kulit adalah sebagai
pelindung tubuh terhadap bahan kimia, suhu dan
mengatur temperatur tubuh.
II. 1.1. Anatoni dan fisiologi kulit.
Secara anatomi kulit dibagi menjadi tiga
jaringan penyusun yaitu: epidermis, dermis dan
lapisan lemak subkutan (2).
Macam-raacain jaringan penyusun kulit adalah:
pembuluh darah, pembuluh lirafe, kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, ujung syaraf perasa, jaringan
ikat, otot otot lunak dan lemak (6).
Epidermis merupakan bagian terluar dari kulit
mempunyai ketebalan yang bervariasi antara 0,16
mm pada kelopak mata sampai 0,8 mm pada telapak
tangan dan kaki (6).
4
5
Berdasarkan histologinya epidermis dibedakan
menjadi 5 lapisan, mulai dari yang paling luar
adalah sebagai berikut:
1. Stratum korneum atau lapisan tanduk
2. Stratum lucidum atau lapisan bening
3. Stratum granulosum atau lapisan butir
4. Stratum spinosum atau lapisan taju
5. Stratum germinativum atau lapisan benih
stratum korneum stratum lucidum —
rambut
stratum i ' . ?vena x
granulosum
a r t e r l wKelenjar \^|' J _ , _ sebaseus vNkelenjarker in^at 'Kerxngat . - v&Afvy
vena
ep idermis
dermis
jaringansubkutan
Gambar 1: Anatomi kulit (6)
Epidermis ini berfungsi sebagai sawar pelin-
dung untuk melawan bakteri, zat kiinia, alergen
dan sebagainya.
Stratum korneum terdiri dari lapisan datar,
berlapis tipis dan penuh dengan sel-sel keratin
yang sudah mati. Komposisi stratum korneum ini
adalah 85 % protein ( terdiri dari 15 % bahan
6
larut air, 65 % keratin dan sitoplasma dan 5 %
protein membran), lipid 7-9 % dan bahan-bahan
lain 6-8 % (1). Sel keratin ini mempunyai sifat
yang hidrofilik dan mengembang bila dicelupkan
dalam air. Lapisan ini mempunyai ketebalan berva-
riasi antara 0,02 mm sampai 0,8 mm tergantung
pada lokasinya (4). Lapisan ini terletak paling
luar.
Lapisan di bawah stratum korneum adalah
stratum lucidum. Lapisan ini terlihat jelas pada
irisan melintang kulit tangan dan kaki dan mem
punyai ketebalan yang cukup dan sel-selnya tidak
berinti dan fungsinya dalam proses keratinisasi
belum jelas (4).
Stratum granulosum terdiri dari sel-sel yang
datar, sel-sel granular yang kasar, menonjol
dalam lapisan germinal sebagai sel yang berinti
dan berbentuk kolom (6). Lapisan ini secara aktif
ikut mengambil bagian dalam proses keratinisasi.
Stratum spinosum merupakan lapisan sel yang
berduri dan merupakan tingkat differensiasi
pertama lapisan epidermal yang tampak secara
morfologis.
Lapisan paling dalam epidermis disebut stra
tum germinativum, merupakan sel yang hidup dan
reproduktif dan dapat mengadakan pembelahan
mitosis, sel-sel anak secara bertahap bergeser ke
permukaan kulit, yang pada differensiasi pertama
7
akan membentuk stratum spinosum (1).
Lapisan sebelah dalam disebut dermis atau
korium terdiri dari jaringan fibrus yang rapat,
dan terdapat bersama sama dengan pembuluh darah
dan pembuluh limfe, kelenjar sebaseus, kelenjar
keringat, serabut syaraf dan otot (1).
Di bawah dermis terdapat jaringan subkutan
yang berfungsi sebagai penyekat panas (7).. Lapi
san ini terdiri dari jaringan penyambung yang
menghubungkan kulit secara longgar dengan organ
organ yang berdekatan.
II. 1.2. Penetrasi perkutan
Pada pengobatan secara topikal, bahan obat
kontak dengan permukaan kulit. Sebelum bahan
tersebut dapat masuk dalam tubuh, obat harus
dapat melewati stratum korneutn dan mengalami
penetrasi melewati lapisan epidermis lainnya,
dermis dan masuk ke dalam pembuluh darah dan
saluran limfe. Dengan demikian apabila obat
dimaksudkan untuk diabsorbsi, maka obat harus
dapat melewati berbagai macam lapisan jaringan
kulit.
Kulit yang sehat merupakan sawar utama
terhadap benda dan zat asing, dalam hal ini
penetrasi masuknya zat 2 at asing (1).
8
II. 1.2.1.Jalur penetrasi
Obat menembus kulit yang utuh melalui jalur
jalur sebagai berikut (6,8):
1. Diantara sel-sel stratum korneum.
2. Menembus sel stratum korneum.
3. Melalui kelenjar sebaseus.
4. Melalui kelenjar keringat.
5. Melalui dinding folikel rambut.
Gambar 2: Jalur penetrasi perkutan (5)
9
II. 1.2.2. Faktor-faktor yang menpengaruhi penetrasi
perkutan
Faktor-faktor yang merapengaruhi penetrasi
perkutan antara lain adalah:
a. Faktor fisiologis kulit (7, 9).
- Kondisi kulit
Adanya luka (misalnya kulit yang menge-
lupas), luka karena zat kimia dan keadaan
kulit yang sakit atau kulit yang tak sempurna
akan mengubah kepekaan kulit terhadap pene
trasi obat.
- Umur kulit
Permeabilitas kulit menurun dengan
bertambahnya umur kulit secara histologi.
- Spesies
Walaupun ada persamaan antara kulit
manusia dengan kulit binatang, terdapat
variasi sifat fisik pe'*raukaan kulit antar
spesies, sehingga diperlukan pemilihan kulit
hewan percobaan yang cermat.
- Lokasi kulit
Pada percobaan pada individu yang sama
dengan lokasi kulit yang berbeda akan menye-
babkan perbedaan permeabilitas. Dan pada
percobaan penetrasi pada tempat yang sama
10
dengan subyek yang berbeda memberikan hasil
yang bervariasi.- Aliran darah
Apabila terjadi peningkatan aliran darah
melalui dermal, akan meningkatkan kliren
penetran.
- Hidrasi
Hidrasi stratum korneum meningkatkan
kecepatan penetrasi melalui kulit.
- Temperatur
Ketahanan kulit akan menurun terhadap
penetrasi dengan meningkatnya suhu kulit atau
absorbsi meningkat dengan meningkatnya suhu.
b. Faktor fisika kimia obat (1, 8, 9).
- Konsentrasi obat yang diberikan sesuai dengan
hukum Fick yang menyatakan:
dM < Cd - Cr >DSK
dt h
dimana
dMLaju difusi
dt
D koefisien difusi
S luas membran
K koefisien partisi
gradien konsentrasi
h tebal tnembran
11
- Kelarutan obat
Kecepatan penetrasi merupakan fungsi
kelarutan obat. Kecepatan penetrasi tergan-
tung pada kemudahan molekul obat berdifusi ke
dalam stratum korneum, dimana mudah atau
tidaknya berdifusi ini tergantung pada kelar
utan obat.
- Berat molekul obat
Semakin besar berat molekul obat, ab-
sorbsinya semakin sulit.
c. Basis sediaan (7,10,11,12)
Basis sediaan dapat mempengaruhi
penetrasi obat ke dalam kulit. Basis sediaan
dapat mempengaruhi penetrasi bahan obat dapat
mempengaruhi kelarutan bahan obat. Penelitian
membuktikan bahwa sediaan obat dapat mening
katkan atau menghambat absorbsi perkutan dari
berbagai obat.
II. 2. Metode uji penetrasi perkutanII. 2.1. Metode in vivo (7,13)
Penelitian dengan metode in vivo dilakukan
pada hewan percobaan atau pada manusia, antara
lain mengamati perubahan jaringan kulit akibat
pemakaian suatu bahan pada permukaan kulit,
aktivitas biologis obat apabila dapat menembus
^ 1 p E i l 2 '’UNiVEXSi iVi.S -J
12 j S U R A B A Y _J
kulit, atau menganalisa jaringan dan cairan
tubuh. Peralatan yang sering digunakan dalam
metrode in vivo adalah bahan berlabel radioaktif,
kromatografi gas dan reaksi warna spesifik.
II. 2.2. Metode in vitro (7, 13)
Metode ini paling sering digunakan karena
lebih yang bersifat sebagai penentu kecepatan.
Macam membran yang digunakan dalam metode in
vitro:
a. Membran kulit alami
Pada penelitian penetrasi obat melalui
kulit secara in vitro, membran yang paling
sesuai adalah kulit manusia yang dapat dipero-
leh dengan jalan operasi atau dari jenazah.
Membran kulit yang lain yang dapat digu
nakan untuk uji in vitro adalah kulit bina-
tang. Binatang yang sering digunakan untuk
penelitian ini adalah tikus, kelinci, babi dan
anjing. Tetapi hewan-hewan ini mempunyai
kekurangan yang menyolok yaitu variasi keteba
lan stratum korneum, jumlah kerapatan kelenjar
keringat maupun folikel rambut. Yang paling
cocok yang menyerupai absorbsi perkutan pada
kulit manusia adalah kulit babi.
13
b. Membran kulit sintesis
Karena sulitnya untuk mendapatkan kulit manu
sia serta bervariasinya kulit hewan percobaan,
maka untuk.uji in vitro ini sering digunakan
membran sintesis. Membran yang paling sering
digunakan adalah membran sellulose asetat.
II. 3. Sediaan gel ( 14,15,16 )
Gel didefinisikan sebagai suatu sediaan dasar
berupa lembekan sistem dispersi, terdiri dari
partikel anorganik submikroskopik atau organik
makro molekul yang tersuspensi atau terbungkus dan
terbacara dalam cairan. Jika gel terdiri dari mole
kul yang seragam dan tersebar ke seluruh cairan
sampai tidak terlihat batas yang jelas antara
molekul yang terdispersi dengan cairan, gel ini
disebut gel satu fasa, sedangkan gel fasa rangkap
atau sering disebut dengan lumeran , terdiri dari
gurapalan partikel kecil.
Gel yang bercorak transparan atau translusen
lazim disebut jelli. Namun demikian pengertian gel
dan jelli masih belura disepakati oleh para ahli dan
produsen terutama dibidang kosmetika. Dari pustaka
kosmetika, gel lebih condong digunakan untuk keken-
talan yang dibuat dari zat gel anorganik seperti
kalamin, bentonit dan veegum, sedangkan jelli
14
dimaksudkan untuk kentalan yang dibuat dari zat gel
organik seperti gom, turunan karboksilat, turunan
sellulosa dan surfaktan tertentu.
Bahan-bahan lain yang sering ditambahkan pada
gel adalah pelembab dan pengawet. Pelembab ini
untuk maksud memperlicin, sebagai emolien, dan
untuk mencegah terjadinya kerak sisa gel setelah
komponen lain menguap. Zat pengawet untuk mencegah
pertumbuhan jazad renik, karena gel adalah tempat
yang baik untuk pertumbuhan jasad renik.
Basis gel dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
basis gel yang dibuat dari bahan pembentuk gel yang
tidak larut dalam air dan basis gel dari bahan
pembentuk gel yang larut dalam air.
A. Basis gel yang mengandung bahan pembentuk gel
yang tidak larut dalam air (14)
Biasanya mengandung parafin cair, polioksi
etilen atau minyak lemak. Keuntungan basis ini
memungkinkan penambahan minyak dari berbagai jenis
dan viskositas. Kerugiannya adalah sulit dihilang-
kan dari permukaan kulit. Formula ini dapat mengan
dung parafin cair dan minyak lemak atau mengandung
parafin cair dan polioksietilen gliserida lemak.
15
B. Basis gel yang mengandung bahan pelembab gel yang
larut dalam air (17).
Biasanya mengandung glicerol, propilenglikol,
air dengan bahan pembentuk gel dari bahan organik
maupun anorganik. Bahan organik untuk pembentuk gel
misalnya natrium alginat, carbopol, gelatin dan
karboksi metil sellulosa.
Contoh formula:
R/ Natrium karboksi metil sellulosa 5,0
Glycerol 15,0
Nipagin 0,1
Air ad 100,0
R/ Natrium alginat 7,0
Glycerol 7,0
Nipagin 0,2
Air ad 100,0
R/ Carbopol 0,75
Trietranolamin 0,75
Nipagin 0,1
Propilenglikol 17,5
Air ad 100,0
16
Biasanya gel hidrofilik mengandung air sehingga
bila digunakan pada kulit menyebabkan hidrasi pada
stratum korneum dan meningkatkan pula permeabilitas
kulit terhadap penetrasi bahan obat. Keuntungan
lain basis gel hidrofilik adalah sifatnya mudah
dicuci dengan air, terlihat berlemak dan membentuk
suatu lapisan tipis pada permukaan kulit.
17
II. 4. Retokonazol ( 2, 3, 18 )
II. 4.1. Sifat fisika-kinia
(cis-l-acetyl-4-(4-((2-(2,4-dichloropheny1)-2(1H-
imidazole-l-ylmethyl)-l,3 d ioxolan-4-yl)methoxy)
phenyl) piperazin).
Rumus molekul: 026^28^12^404
Berat molekul: 531,4
Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air, larut
dalam 2 bagian kloroform, larut dalam
2 bagian kloroform, larut dalam 9 ba
gian metanol, sangat sedikit larut da-
lara eter
Titik leleh: 148°-152° C (19)
146° C (20)
II. 4.2. Farnakologi
Mekanisme kerja ketokonazol sebagai anti
jamur mirip dengan derivat imidazole lainnya
yaitu melalui beberapa cara antara lain mengham-
bat biosintesa lipid dari jamur sehingga mengubah
komposisi membran, mengakibatkan permeabilitas
18
membran berubah dan akhirnya menyebabkan kematian
sel. Cara lainnya adalah dengan menghambat
pengambilan bahan untuk sintesa DNA/RNA dan
menumpuk hasil metabolisms normal yaitu hidrogen
peroksida (18). Pada penggunaan ketokonazol
peroral 400 mg (21), diperoleh kadar puncak rata-
rata 13,0 mcg/ml pada jam ke 2.
II. 5. Propilenglikol (22)
19
Berat molekul: 76,09
Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna,
kental, tidak berbau, rasa agak
manis, higroskopis.
Kelarutan :Dapat campur dengan air, dengan
etanol dan kloroform, larut dalam 6
bagian eter, tidak dapat campur
dengan eter minyak tanah dan minyak
lemak.
Sifat pelembab :Karena sifatnya yang higrosko
pis maka propilenglikol dapat
menarik uap air dari udara dan
mempertahankan kadar air dalam
sediaan.
Etilenglikol (22)
Rumus bangun
Rumus molekul
Berat molekul
Kelarutan
Sifat pelembab
CH20H-CH20H
etane 1,2-diol
: C2H6°2
: Cairan tak berwarna, tidak ber-
bau, higroskopis dan seperti
sirup.
: Dapat campur dengan air, alkohol
dan aceton
: Karena sifatnya yang higroskopis
raaka etilenglikol dapat menarik
uap air dari udara dan memperta-
hankan kadar air dalam sediaan.
ALAT, BAHAN DAN METODE PENELITIANBAB III
III. 1. Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Rangkaian alat untuk uj i penetrasi perkutan
(23)
2. Double Beam Spectrofotometer UV 140-02 merk
Shimadzu
3. Membran dari kulit babi
4. Stirer
5. Alat-alat gelas
6. Rion Viscotester VT-04
III. 2. Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian
ini bila tidak disebutkan lain merupakan bahan
dengan kemurnian “Pharmaceutical Grade". Bahan-
bahan tersebut adalah:
1. Carbopol 940 (dari Surya Dermato Medica Lab)
2. Trietanolamin (dari Surya Dermato Medica Lab)
3. Propilenglikol (dari Surya Dermato Medica Lab)
4. Etilenglikol (Wako Pure Chemical Industries Ltd)
5. Ketokonazol (dari Roi Surya Prima Farma)
21
22
III.
III.
III.
6. Nipagin (dari Surya Dermato Medica Lab)
7. Natrium klorida p.a. (E. Merck)
8. Metanol p.a. (E. Merck)
. Tahapan kerja
. 1. Uji kualitatif ketokonazol
A. Kemurnian ketokonazol diperiksa berdasarkan
titik leburnya dengan alat Differential
Scanning Calorimetry (DSC)
B. Spektrum serapan infra merah dari ketokona-
zole yang dibuat pelet dengan kalium bromida
diamati. Hasil yang diperoleh dibandingkan
dengan literatur.
.2. Peubuatan gel ketokonazol
Sediaan gel ketokonazol dibuat dengan kadar
2 % dengan penambahan pelembab propilenglikol,
etilenglikol maupun tanpa pelembab. Secara
keseluruhan penbuatan sediaan dapat dilihat pada
tabel 1.
23
T a b e l 1. G e l k e t o k o n a z o l
Cara pembuatan
1. Taburkan carbopol pada air sehingga dipero-
leh larutan 3 %
2. Nipagin + air suling, kemudian dipanaskan
sambil diaduk sampai larut
3. Ketokonazo1 + propilenglikol/etilenglikol
diaduk sampai homogen
4. (1) + (2) + (3) diaduk sampai homogen.
5. Trietanolamin + air suling sehingga menjadi
larutan 10 %
6. Tambahkan (5) pada (4) sedikit demi sedikit
sambil diaduk pelan-pelan agar tidak terjadi
gelembung udara
"UNiV£i<Sf.iAjS /; S U R A V A
24
III. 3
III. 3
III. 3
III. 3.
7. (6) + air suling sampai berat yang diingin
kan
8. Simpan dalam wadah tertutup rapat
3. Karakteristik sediaan
Karakterisasi yang dilakukan meliputi:
3.1. Penanpilan
- Bentuk
- Warna
- Bau
3.2. Pengukuran pH sediaan (24)
Pengukuran pH masing-masing sediaan dilakukan
dengan pH meter
Caranya: 5 gram sediaan + 45 ml air suling be-
bas CO2
3.3. Pengukuran viskositas sediaan
Caranya: Masing-masing sediaan diukur viskosi-
tasnya dengan viskotester pada suhu 32° C
25
III. 3.3.4. Honogenitas sediaan (20, 24)
Dalam hal ini homogenitas sediaan dilakukan
dengan menentukan kadar setiap bagian sedia
an (cuplikan)
a. Pengambilan cuplikan
Cuplikan diambil dari 6 tempat
yang berbeda seperti gambar di
sebelah ini ± 100 mg
b. Pembuatan larutan baku induk ketokonazol 100
mcg/ml.
Ditimbang teliti ketokonazol 100 mg, kemudi-
an dilarutkan dalam metanol sehingga mencapai
volume 1000 mcg/ml
c. Pembuatan larutan baku kerja ketokonazol
Dibuat larutan baku kerja ketokonazol
dengan mengencerkan larutan baku induk keto
konazol dengan metanol dan NaCl 0,9 % (1:1)
hingga diperoleh larutan baku kerja dengan
kadar 0,2 ; 0,5 ; 1 ; 2 ; 3 ; 5 ; 8 ; 10 ; 15
mcg/ml (lihat tabel 2). Larutan baku kerja ini
digunakan untuk menentukan panjang gelombang
terpilih, pembuatan kurva baku, menghitung
kadar ketokonazol dalam sediaan dan kadar
ketokonazol sesudah penetrasi.
o o oo
o o
d. Penentuan panjang gelombang terpilih ditentu-
kan dengan menggunakan larutan baku kerja
ketokonazol 5 ; 10 ; 15 mcg/ml. Nilai serapan
tiap kadar diamati pada rentang pan.jang gelotn-
bang 215-235 nm, kemudian dibuat kurva serapan
versus panjang gelombang.
Tabel 2. Pembuatan larutan baku kerja ketokonazol
Kadar
larutan
Cmeg/ml>
Volume baku
induk yang
d iamb i1
Volume larutan
NaCl 0,9 */. yang
ditambahkan
Pengencer an dengan
larutan metanol-
NaCl 0,9 ’/. hingga
0,2 0,5 ml 0,5 ml 250 ml
0,5 0,5 ml 0,5 ml 100 ml
1,0 0,5 ml 0, 5 ml 50 ml
2,0 1,0 ml 1,0 ml 50 ml
CO o 3,0 ml 3,0 ml 100 ml
5,0 5,0 ml 5,0 ml 100 ml
CO o 2,0 ml 2,0 ml 25 ml
10,0 5,0 ml 5, 0 ml 50 ml
15,0 15,0 ml 15, 0 ml 100 ml
27
e. Pembuatan kurva baku
Dibuat dengan mengamati nilai serapan
larutan baku kerja dengan kadar 0,2 ; 0,5 ;
1 ; 2 ; 3 ; 5 ; 8 ; 10 ; 15 mcg/ml pada pan
jang gelombang maksimum, kemudian dibuat kurva
serapan versus kadar larutan baku kerja keto-
konazo1.
Larutan blanko dibuat dengan mencampur
metanol dan NaCl 0,9 X (1:1).
f. Penetapan kadar sediaan
Sediaan gel ketokonazol dilarutkan dengan
metanol hingga 25 ml, kemudian disaring dengan
dengan merabran filter 0,45 raikron. Filtrat
hasil saringan penyaringan diambil 1,0 ml +
1,0 ml NaCl 0,9 % kemudian ditambah dengan
larutan metanol-NaCl 0,9 % (1:1) hingga vo-
lumenya 10,0 ml. Kocok homogen dan amati
serapannya.
Pengukuran serapan dilakukan pada panjang
gelombang terpilih. Kadar ketokonazol dari
cuplikan dihitung dengan raenggunakan kurva
baku.
Larutan blanko dibuat dengan menggunakan
basis gel tanpa bahan obat dengan perlakuan
sama seperti di atas.
28
III. 3.4. Penetapan penetrasi perkutan
a. Penyiapan perangkat uj i penetrasi perkutan
seperti rangkaian gambar 3.
Keterangan gambar:G A = sediaan seberat 2 gramF
B = membran kulit babi
A C = kawat kasa 40 mesh D D = film berbentuk cincinB E = penyangga dari teflonE' F = tabung gelasV
H G = termometer J H = beker gelas berisi la
rutan NaCl 0,9 X
I = pengaduk magnetik
J = penangas air
Suhu larutan cuplikan
37 0 C
Gambar 3. Rangkaian alat uji penetrasi perkutan (22)
b. Beker gelas 500 ml diisi dengan larutan NaCl
0,9 % sebanyak 400 ml, penangas air dinyala-
kan, dan diatur suhunya 37° C dan diaduk
dengan kecepatan 200 rpm.
c. Membran, kasa kawat, film dipasang pada
penyangga, sediaan diletakkan diatas membran,
kemudian tabung dipasang pada penyangga.
29
d. Tabung dicelupkan ke dalam larutan beker
gelas sampai penyangga berada 6 cm dari mulut
beker.
III. 3.5. Penentuan kadar ketokonazol dalan cuplikan
Cuplikan diambil dari wadah sebanyak 5 ml
pada waktu 0,5; 1 ; 1 , 5 ; 2 ; 3 ; 4 ; 5 ; 6 ; 7
; 8 jam.
Cara pengukuran serapan:
3,0 ml cuplikan + 3,0 ml metanol, dicampur
homogen, kemudian diamati serapannya.
Blanko dibuat dengan mencampur larutan cuplikan
tanpa bahan obat sebanyak 3,0 ml dengan metanol
sebanyak 3,0 ml.
Pengukuran serapan dilakukan pada panjang
gelombang terpilih. Kadar ketokonazol dalam
cuplikan dihitung dengan menggunakan kurva baku
dan dikoreksi dengan faktor pengenceran dari
Wurster (25). Kemudian dibuat kurva kadar keto
konazol dalam cuplikan versus waktu.
30
III. 3.6. Pengukuran kelarutan ketokonazol
Dibuat larutan dengan komposisi air, propi
lenglikol 17,5.X dan etilenglikol 17,5 5£. Kemu-
dian dalam larutan ini dimasukkan ketokonazol
berlebih dan diaduk pada suhu 37° C hingga
mencapai kejenuhan.
Cara pengukuran:
1.0 ml sampel (dalam keadaan jenuh) yang sudah
disaring dengan membran filter 0,45 mikron +
1.0 ml metanol, diencerkan dengan campuran
metanol-NaCl 0,9 % dalam perbandingan sama
sampai volume 10 ml dalam labu ukur. Kemudian
diukur serapannya di spektrofotoaeter pada
panjang gelombang terpilih.
Blanko: 1,0 ml media uji kelarutan + 1,0 ml
fietanol diencerkan dengan netanol-NaCl
0,9 % perbandingan sama, sampai 10 ml.
(diberlakukan sama dengan sampel)
HASIL DAN PENGOLAHAN DATABAB IV
IV. 1. Uji kualitatif
Hasil uji kualitatif terhadap ketokonazol
secara analisis termal (DSC) diperoleh hasil titik
lebur ketokonazol adalah 150,4° C. Pustaka (19)
menyebutkan titik lebur ketokonazol antara 148°-
152° C. Hasil pengamatan pengukuran titik lebur
dapat dilihat pada termogram (DSC) gambar 4.
Pengukuran secara spektrofotometri infra merah
dapat dilihat pada gambar 5.
31
.32
Gambar 4. Termograra DSC dari ketokonazol
a. Suhu b. Entalpi
tansmis
i
Gambar 5. Spektrogram infra merah ketokonazol
a. Hasil percobaan
b. Pustaka (20)
34
IV. 2. Karakterisasi sediaan gel ketokonazol
Karakterisasi sediaan gel ketokonazol yang meli-
puti penampilan, pH sediaan, viskositas dan kadar
sediaan secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Karakterisasi sediaan gel ketokonazol.
K a r a k t e rGel d en g a n f o r m u l a *
A B C
Penamp i 1 an - Ben*uk s e t e n g a h s e t e n g a h s e t e n g a h
padat p a d a t pa d a t- iJarna p u t i h p u t i h p u t i h- Bau - - -
pH s e d i a a n 7 , 1 7 r 1 7 , 2V i s k o s i t a s 270 p o i s e 285 p o i s e 2 7 5 p o i s eKadar s e d i a a n 2, 10 */. 2 , 1 5 ■/. 2 , 17 7.
* Formula A: gel tanpa bahan pelembab
Formula B: gel mengandung pelembab propilenglikol
17.5 %
Formula C; gel mengandung pelembab etilenglikol
17.5 %
IV. 3. Honogenitas kadar ketokonazol dalan gel IV. 3.1. Penentuan panjang gelonbang terpilih
Panjang gelombang terpilih ditentukan dengan
menggunakan larutan baku kerja ketokonazol dengan
kadar 5 ; 10 ; 15 mcg/ml memberikan nilai serapan
seperti tertera pada tabel 4.
Tabel 4. Nilai serapan larutan ketokonazol dalam
pelarut metanol dan NaCl 0,9 % (1:1)
untuk penentuan panjang gelombang terpilih
35
p a n j a n q
qel. cm bano
( n m)
Ra d a r ( m cq / >ri 1 )
4 , 9d'.> V , g 60 1 4 , 9 4 0
215 0 , 1 9 5 0 , 3 9 0 0 , 567
216 0 , 1 9 0 0 , 3 8 3 0 , 560
217 0 , 1 8 6 0 , 3 7 8 0 , 550
218 0 , lfeb - 0 , 3 7 5 0 , 542
219 0 , 183 0 , 3 72 0 , 5 4 0
220 0 , 181 0 , 369 0 , 538
221 0 , 1 8 1 0 , 3 6 7 0 , 532nnn 0 , 1 8 0 0 , 3 6 5 0 , 5 2 8
'.*£ 2 O 0 , 1 7 9 0 , 3 6 1 0 , 5 2 1
224 0, 175 0 , 3 5 6 0 , 515
225 0 , 1 7 2 0 , 3 4 8 0 , 505
230 0 , 1 4 6 0 , 2 9 5 0 , 4 2 3
235 0 , 1 21 0 , 2 4 6 0 , 3 5 2
S«
«p
aB
36
Pembuatan kurva nilai serapan versus panjang
gelombang dapat dilihat pada gambar 6.
Hu&mt plortiK (mm )0 4.990 ♦ 9.960 a c f f e l * 14.94 mcjml
Gambar 6. Kurva nilai serapan terhadap panjang
gelombang larutan ketokonazol dalam
pelarut metanol-NaCl 0,9 % (1:1)
37
IV. 3.2. Pembuatan kurva baku
Kurva baku dibuat dari larutan ketokonazol
dengan kadar 0,2; 0,5; 1 ; 2 ; 3 ; 5 ; 8 ; 10;
15 mcg/ml pada panjang gelombang 220 nm.
Tabel 5. Nilai serapan larutan ketokonazol dalam
pelarut metanol dan NaCl 0,9 % (1:1)
untuk pembuatan kurva baku pada panjang
gelombang 220 nm
Kadar
<m c g / m l )
Ser apan
S e r a p a n
r a t a - r a t aI I I
0, 199 0 , 0 0 6 3 0 , 0 0 1 9 0 , 0 0 4 1
0 , 4 9 8
00oo
0 , 0 1 5 5 0 , 0 1 6 8
0 , 996 0 , 0 3 3 0 0 , 0 3 2 2 0 , 0 3 2 6
1 , 9 9 2 0 , 0 6 7 2 0 , 0 6 9 1 0 , 0 6 8 2
2 , 9 8 8 0 , 1 2 5 0 0 , 1 0 1 0 0 , 1 1 3 0
4 , 9 8 0 0 , 1 8 1 0 0 , 1 8 2 0 0 , 1 8 1 5
7 , 9 6 8 0 , 3 2 0 0 0 , 3 0 4 0 0 , 3 1 2 0
9 , 9 6 0 0 , 3 6 9 0 0 , 3 8 0 0 0 , 3 7 4 5
1 4 , 9 4 0 0 , 5 3 8 0 0 , 5 8 7 0 0 , 5 6 2 5
Per samaan g a r i s Y = 0 , 0 3 8 1 X - 0 , 0 0 3 6
38
M 1 L I fcLP E R P U S1A K A A N
"U N IV fcR SlTA S A I R L A N G G a "
S U R A B A Y A
Mir ( mcffal)
Gambar 7. Kurva nilai serapan versus konsentrasi
larutan ketokonazol pada panjang gelom
bang 220 nm
39
IV. 3.3. Pengukuran kadar ketokonazol dalan gel
Hasil pengukuran kadar ketokonazol dalam
sediaan gel yang diambil secara acak untuk uji
homogenitas dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Pengukuran kadar ketokonazol dalam
sediaan dari berbagai formula
Cupli kan| Kadar ketokanazol (7.) dari formula
A B C
1 104,69 106,21 109,80'n 105,74 109,66 109,523 104,61 107,77 109,924 102,80 103,84 106,015 105,30 10 6 , 3 8 107,446 107,32 105,97 107,84
Rata-rata 105,08 107,47 108,42
± SD ± 1,49 ± 1,54 ± 1,58
40
IV. 4. Pengukuran laju penetrasi
Hasil pengukuran cuplikan yang diambil dari
percobaan dapat dilihat pada masing-masing tabel
dan gambar.
Tabel 7 dan gambar 8, 9, 10 untuk gel tanpa pelem
bab (formula A).
Tabel 8 dan gambar 11, 12 , 13 untuk gel dengan
pelembab propilenglikol (formula B).
Tabel 9 dan gambar 14, 15, 16 untuk gel dengan
pelembab etilenglikol (formula C).
41
Tabel 7. Data pengamatan penetrasi perkutan gel
tanpa pelembab ( formula A) pada panjang
gelombang 220 nm
n . repl i- N. kasi
Jamke- N.
Kadar Cmcg/ml)Kadar
rata-rata (meg/ml
I II III
0 , 5 0 , 4 3 5 6 0 , 4 9 8 6 0 , 3 8 8 4 0 , 4 4 0 3
1 , 0 0 , 4 4 1 0 0 , 7 2 0 2 0 , 4 5 6 3 0 , 5 3 9 2
1 , 5 0 , 5 8 3 1 0 , 7 7 1 2 0 , 5 0 3 3 0 , 6 1 3 4
2 , 0 0 , 6 3 7 4 0 , 7 3 6 2 0 , 8 2 5 1 0 , 7 5 2 3
3 , 0 0 , 7 3 4 4 0 , 8 6 8 3 0 , 8 8 2 4 0 , 8 2 8 6
4 , 0 0 , 9 0 0 8 0 , 3 1 0 3 1 , 1 1 3 7 0 , 3 7 5 1
5 , 0 1 , 3 5 2 5 0 , 3 4 2 7 1 , 7 2 5 5 1 , 3 4 0 2
6 , 0 2 , 2 3 5 0 1 , 4 5 2 4 1 , 8 7 7 7 1 , 8 5 5 0
7 , 0 2 , 3 7 7 8 1 , 7 4 2 7 1 , 8 5 8 2 1 , 9 3 2 3
8 , 0 2 , 4 0 6 4 2 , 2 3 5 3 2 , 5 1 0 3 2 , 3 8 4 2
K*4
*r
(ucg
/uo
l)
42
Itkli (Jam)
Gambar 8. Kurva laju penetrasi ketokonazol dari gel
tanpa bahan pelembab dalam larutan NaCl
0,9 % terhadap waktu < replikasi I )
0
Gambar 9
2 4 ( 8V rtU (Jta)
Kurva laju penetrasi ketokonazol dari gel
tanpa bahan pelembab dalam larutan NaCl
0,9 % terhadap waktu ( replikasi II)
44
Tikli (jui)
Gambar 10. Kurva laju penetrasi ketokonazol dari gel
tanpa bahan pelembab dalam larutan NaCl
0,9 % terhadap waktu ( replikasi III )
45
Tabel 8. Data pengamatan penetrasi perkutan gel
dengan pelembab propilenglikol 17,5 %
( formula B > pada panjang gelombang 220
nm
r e p l i - k a s i
Jamke-
Ka d a r ( m c g / m l)Kadar
r a t a - r a t a(meg/ml ')
I I I I I I
0 , 5 0 , 5 5 6 4 0 , 8 8 1 8 0 , 4 0 4 2 0 , 6 1 4 1
1 , 0 0 , 7 2 1 0 1 , 2 0 7 8 0 , 7 7 1 5 0 , 9 0 0 1
1 , 5 1, 1813 1 , 4 7 4 8 0 , 9 9 1 0 1 , 2 1 5 7
2 , 0 1 , 0 1 7 2 1 , 6 3 4 7 1 , 5 3 8 6 1 , 3 9 6 8
3 , 0 1 , 9 7 4 6 2 , 3 0 0 2 2 , 4 3 9 5 2 , 2 3 8 1
4 . 0 2 , 8 4 9 1 2 , 7 1 6 5 4 , 0 1 2 7 3 , 1 9 2 8
5 , 0 3 , 0 7 2 9 3 . 0 9 5 9 4 , 1 4 5 9 3 , 4 3 8 2
6 , 0 3 , 3 9 3 6 3 , 5 2 6 7 4 , 3 2 7 3 3 , 7 5 0 9
7 , 0 4 , 0 4 3 2 4 , 4 3 4 9 4 , 9 3 0 4 4 , 4 6 9 5
00 o 4 , 6 6 8 9 4 , 9 0 7 8 4 , 7 7 9 2 4 , 7 8 5 3
|C*4
*r
(uc
|/u
l)
46
M U (jam)
Gambar 11. Kurva laju penetrasi ketokonazol dari gel
dengan pelembab propilenglikol 17,5 %
dalam larutan NaCl 0,9 % terhadap waktu
( replikasi I )
K*4*r
(ucf/Bol)
47
Vkfctm (Jim)
Gambar 12. Kurva laju penetrasi ketokonazol dari gel
dengan pelembab propilenglikol 17,5 %
dalam larutan NaCl 0,9 % terhadap waktu
( replikasi II )
K*4
*r (m
cg/m
l)
48
VhkU (>u»)
Gambar 13. Kurva laju penetrasi ketokonazol dari gel
dengan pelembab propilenglikol 17,5 %
dalam larutan NaCl 0,9 % terhadap waktu
( replikasi III )
49
Tabel 9. Data pengamatan penetrasi perkutan gel
dengan pelembab etilenglikol 17,5 %
( formula C )' pada panjang gelombang 220
nm
N. r e p 1 i - k a s i
Jam n.k e -
K adar ( m c g / m l )K a d a r
r a t a - r a t aC mc g / ml )
I I I 111
0 , 5 0 , 5 8 2 6 0 , 5 0 9 2 0 , 8 2 4 2 0 , 6 3 8 7
1 , 0 1 , 4 8 2 3 1 , 2 4 5 2 1 , 4 5 3 9 1 F39 38
1 , 5 1 , 7 5 2 7 1, 1611 1, 5821 1 , 4 9 8 6
2 , 0 1 , 96B5 1 , 6 4 2 3 1 , 8 2 7 4 1 , 8 1 2 7
to o 2 , 1 6 5 7 2 , 3 2 9 2 1 , 8 4 4 2 2 , 1 1 3 0
4 , 0 2 , 2 2 3 5 2 , 7 3 5 6 2 , 1 1 3 2 2 , 3 5 7 4
5 , 0 2 , 2 9 2 1 2 , 8 1 0 7 2 , 3 9 0 5 2 , 4 9 7 8
6 , 0 2 , 4 5 5 6 2 , 8 7 5 8 lii, 6603 2 , 6 6 3 9
7 , 0 2 , 9 6 7 4 3 , 0 2 5 2 2 , 8 5 9 7 2 , 9 5 0 8
8 , 0 2 , 9 2 3 4 3 . 1 3 9 5 2 , 8 6 7 0 2 , 9 7 6 6
(mc
c/n
j)
50
1U U (jam)
Gambar 14. Kurva laju penetrasi ketokonazol dari gel
dengan pelembab etilenglikol 17,5 % dalam
larutan NaCl 0,9 % terhadap waktu (
replikasi I )
K*4
*r
(mcf
/ml)
51
l U t i (Jm>
Gambar 15. Kurva laju penetrasi ketokonazol dari gel
dengan pelembab etilenglikol 17,5 % dalam
larutan NaCl 0,9 % terhadap waktu (
replikasi II )
(ac
g/m
l)
52
YftkU (>»)
Gambar 16. Kurva laju penetrasi ketokonazol dari gel
dengan pelembab etilenglikol 17,5 % dalam
larutan NaCl 0,9 % terhadap waktu (
replikasi III )
Tabel 10. Data pengamatan rata-rata penetrasi perku
tan gel tanpa pelembab, pelembab propilen-
glikol 17,5 % dan etilenglikol 17,5 % pada
panjang gelombang 220 nm
53
J 3. iTike-
K a cl a r r a t a-rata (in c: q / m 1 ) d a r .i f o r rnu I a
A B c
0, 5 0„4409 0 , 6.141 0,63871,0 0,5392 0,9001 1,39381,5 0,6194 1,2157 1,49862,0 0,7529 1,3968 1,81273,0 0,8286 2,2381 2,11304,0 0,9751 3,1928 2,35745,0 1,3402 3,4382 2,, 49786,0 1,8850 3,7509 2,66397,0 1,9929 4,4695 2,9508
CD o 2,3842 4,7853 2,9766
Formula A : Gel tanpa pelembab
Formula B : Gel mengandung pelembab propilenglikol
17.5 %
Formula C : Gel mengandung pelembab etilenglikol
17.5 %
M 1 L I KP E R P U S T A K A A N
"U N IV E R SIT A S A IR L A N G G A "
' S U R A B A Y A
54
IhkU (jn)
f —
: Gel tanpa pelembab
: Gel mengandung pelembab propilenglikol
17.5 % '
: Gel mengandung pelembab etilenglikol17.5 X
Gambar 17. Kurva konsentrasi rata-rata ketokonazol
dalam larutan fisiologi terhadap waktu
55
II. 5. Uji kelarutan
Tabel 11. Pengukuran kadar ketokonazol jenuh dalam
sistem pelarut dari berbagai formula
Sistempelarut
pH i(meg/ml)
II(meg/mi )
Rata-rata ± SD
(meg/ml)
air 6,95 10,7927 10,6377 10n7402 ± 0,0742
propilen- g 1 i k o 1
6,85 34,5407 35,5906 35,0657 ± 0,7424
eti len- glikol
6,85 23,2546 20,8942 22,0735 ± 1,6703
I
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini ditujukan untuk melihat pengaruh
pelembab pada penetrasi perkutan ketokonazol. Pelembab
sering digunakan dalam industri untuk memformulasikan
suatu sediaan sedangkan ketokonazol digunakan sebagai
model percobaan karena penggunaannya sebagai bahan obat
topikal dengan kelarutan dalam air yang rendah.
Sebagai tahap awal dalam penelitian ini, dilakukan
pemeriksaan kualitatif terhadap ketokonazol dengan menggu-
nakan analisis termal (DSC) dan analisis infra merah.
Hasil pemeriksaan suhu lebur dan puncak-puncak spesifik
dari infra merah dapat dilihat pada gambar 4 dan gambar 5.
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ketokona
zol yang digunakan memenuhi persyaratan sesuai dengan USP
dan Clarke'S Isolation and Identification of Drugs <19,
20) .
Untuk pemeriksaan kuantitatif ketokonazol , dapat
dilakukan dengan cara menentukan kadarnya dengan titrasi
bebas air, tetapi karena tidak didapatkannya ketokonazol
baku, maka pemeriksaan kuantitatif tidak dapat dilakukan
sehingga kadarnya dianggap sesuai dengan sertifikat.
Setelah diketahui bahwa ketokonazol yang digunakan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam pustaka, maka
tahap selanjutnya adalah pembuatan gel ketokonazol 2 %
dalam sediaan formula A, B, C (halaman 23). Hasil spesi-
56
57
fikasi sediaan yang diperoleh adalah bentuk setengah
padat, berwarna putih dan tidak berbau. pH sediaan berki-
sar antara 7,1 - 7,2 sedangkan viskositasnya berkisar
antara 270 - 285 poise. Dari data di atas diharapkan
perbedaan pH dan viskositas relatif tidak berpengaruh
terhadap penetrasi bahan aktif ketokonazol dalam kulit.
Sebelum dilakukan pengukuran kadar ketokonazol dalam
sediaan, terlebih dulu ditentukan panjang gelombang maksi-
mum. Pada penentuan panjang gelombang terhadap baku kerja
dengan konsentrasi 4,98 ; 9,96 ; 14,94 mcg/ml tidak dite-
mukan puncak serapan, tetapi hanya berupa rentang panjang
gelombang dengan serapan yang sama. Berdasarkan pustaka
(20), karena tidak ditemukan puncak serapan yang maksimum,
maka digunakan daerah panjang gelombang dengan serapan
yang sama sehingga untuk penetapan kadar ketokonazol
dipilih panjang gelombang 222 nm.
Pada pembuatan kurva baku diperoleh persamaan garis
regresi Y = 0,0381 X - 0,0036 dengan harga koefisien
korelasi (r) = 0,9996 yang lebih besar dari r tabel (°£ =
0,05, df = 7) = 0,666. Dari data di atas dapat disimpulkan
bahwa ada korelasi linier antara serapan dan kadar. Data
yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 5 dan gambar 6.
Konsentrasi dari baku kerja ketokonazol pada pemakaian
oral (21).
Untuk pengukuran kadar ketokonazol dalam sediaan,
diambil cuplikan dari sediaan secara acak dari 6 tempat
yang berbeda dan diukur serapannya. Persyaratan yang
ditentukan agar sediaan laik edar adalah kadar tidak
kurang dari 90 X dan tidak boleh lebih dari 110 %. Data
yang diperoleh menunjukan kadar ketokonazol minimum
102,80% dan maksimum 109,92 % sehingga dapat disimpulkan
bahwa sediaan yang dibuat raemenuhi persyaratan laik edar
yang ditentukan. Hasil pemeriksaan kadar sediaan dapat
dilihat pada tabel 6.
Tebal kulit yang digunakan selama percobaan dipilih
antara 1,5 - 2 mm agar menyerupai ketebalan rata-rata
kulit manusia. Membran ini sebelum digunakan dibersihkan
dulu lemaknya dan direndam dalam larutan NaCl 0,9 % selama
30 menit agar jaringan kulit menjadi isotonis. Larutan
cuplikan yang dipakai adalah larutan NaCl 0,9 % sehingga
menyerupai cairan fisiologis tubuh.
Hasil uji laju penetrasi perkutan menunjukan bahwa
• sediaan yang mengandung pelembab lebih besar dibandingkan
dengan sediaan tanpa pelembab. Hal ini disebabkan karena
ketokonazol lebih larut dalam sediaan yang mengandung
pelembab. Semakin besar kelarutan ketokonazol dalam se
diaan, semakin besar pula laju penetrasi bahan obat menem-
bus membran. Dari uji kelarutan ketokonazol (tabel 11)
dalam air, propilenglikol 17,5 % dan etilenglikol 17,5 X
dapat dilihat bahwa ketokonazol paling larut dalam propi
lenglikol 17,5 %, kemudian etilenglikol 17,5 % dan yang
paling kecil adalah dalam pelarut air.
Dari 3 kali percobaan laju penetrasi yang dilakukan
ternyata pelembab propilenglikol 17,5 Z mempunyai harga
AUC yang paling besar yaitu 19,6653 ; 21,5366 ; 24,4828
(tabel 8 dan gambar 11, 12, 13). Pelembab etilenglikol
58-
59
17,5 % mempunyai harga AUC sebesar 16,9513 ; 18,0360 ;
16,6022 (tabel 9 dan gambar 14, 15, 16), sedangkan sediaan
tanpa pelembab mempunyai harga AUC yang paling kecil yaitu
10,0117, ; 8,6280 ; 10,0061 (tabel 7 dan gambar 8, 9, 10).
Untuk mengetahui apakah perbedaan laju penetrasi
antar sediaan berbeda bermakna, maka perlu dilakukan u j i
statistik. Uj i statistik yang digunakan adalah anava pro
CRD. Dari perhitungan statistik diperoleh harga F hitung =
49,2717 yang lebih besar dari F tabel (0,95) = 5,14,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang ber
makna laju penetrasi antara formula A, B, C. Untuk menge
tahui besar perbedaan tersebut, maka dilanjutkan dengan
uji HSD dari Tukey. Dari perhitungan didapatkan harga HSD
= 5,6196. Dengan menghitung selisih rata-rata area di
bawah kurva dari tiap formula, terlihat bahwa sediaan yang
mengandung pelembab propilenglikol maupun etilenglikol
mempunyai selisih lebih besar daripada harga HSD bila
dibandingkan dengan sediaan tanpa pelembab. Dengan demiki-
an dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna antar
sediaan yang mengandung pelembab dengan sediaan yang tidak
mengandung pelembab. Sediaan yang mengandung pelembab
propilenglikol mempunyai selisih yang lebih kecil dari HSD
terhadap pelembab etilenglikol. Dari hasil di atas dapat
dikatakan bahwa ada perbedaan laju penetrasi sediaan yang
mengandung pelembab propilenglikol terhadap etilenglikol
tidak mempunyai perbedaan yang bermakna. Perhitungan
statistik dapat dilihat pada lampiran 5.
Adanya pelembab propilenglikol dan etilenglikol
ternyata dapat meningkatkan kelarutan bahan obat dan laju
penetrasi. Hal ini disebabkan karena pelembab mempunyai
gugus glikol yang bersifat sedikit asam dan mempunyai
konstanta dielektrik yang lebih kecil daripada air. Menu-
rut pustaka (26) perbedaan kelarutan bahan obat dalam
propilenglikol dan etilenglikol disebabkan karena perbe
daan konstanta dielektrik dan sifat sistem campuran itu
sendiri. Semakin besar kelarutan bahan obat dalam sediaan
akan meningkatkan gradien konsentrasi untuk melewati
membran. Selain itu adanya pelembab dalam sediaan dapat
mengurangi rintangan difusi dalam membran dan meningkatkan
aktivitas termodinamika (10, 13).
61
BAB VI KESIMPULAN
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada peningkatan profil penetrasi ketokonazol perkutan
karena penambahan pelembab dalam sediaan
2. Laju penetrasi ketokonazol berturut-turut dari yang
paling besar adalah: sediaan yang mengandung pelembab
propilenglikol 17,5 % kemudian etilenglikol 17,5 % dan
yang paling kecil adalah tanpa pelembab.
62
BAB VII
SARAH
Dari data .yang diperoleh disarankan agar dilakukan peneli
tian lebih lanjut tentang :
1. Konsentrasi propilenglikol dan etilenglikol yang opti
raal sehingga penetrasi ketokonazol perkutan maksimal.
2. Pelembab lain yang sejenis misalnya gliserol dan sorbi
tol
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Sprowl Jr J.B., 1970, Prescription Pharmacy, second ed,
J.B. Lippincott Company, Philadelphia, Toronto, pp 231-
239
2. Kemp R, 1987. Medical Progress p 43-54
3. Martindale, 1989. The Extra Pharmacopoeia, 29 ed,
Pharmaceutical Press, London, p 426-429
4. Harry RG, 1973, Harry's Cosmeticoiogy. 6 th ecj f Leonard
Hill Books, London, p 589-598
5. Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL, eds, 1986, The
Theory and Practice of Industrial Pharmacy, third ed,
Philadelphia, Lea and Febiger pp 534-539
6. Zopf LC, Blaug SM, 1974, American Pharmacy. 7 ed,
College of Pharmacy, Universitas of Iowa p 236-243
7. Idson B, 1975, Percutaneous Absorption. J Pharm Sci vol
64 p 901-924
8. Martin A, Swarbrick J, Cammarata A, 1986., Phisvcal
Pharmacy. 3 rc* ed Lea and Febiger, Philadelphia p 400-
403
9. Nugent FJ, Wood JA, 1980, Methods for study of percuta
neous absorption, Can J Pharm Sci. vol 1, p 1-7
10. Di Colo G, Carelli V, Giannacci B, Serafini MF, 1980,
Vehicle Effect in Percutaneous Absorption: In vitro
study of influence of solvent Power and Microscopic
Viscosity of Vehicle on Benzocain Release from Suspen-
tion Hidrogels. J Pharm Sci vol 69 p 387-391
63
64
11. Wurster, Dale E, Kramer SF, 1961, Investigation of some
Factor Influencing Percutaneous Absorption, J Pharm Sni
vol 50 p 288-293
12. Roberts MS, Anderson RA, 1975, The Percutaneous Absorp
tion of Phenolic Compound: The Effect of Vehicle on the
Penetration of Phenol. J Pharm Pharm vol 27 p 599-605
13. Barry B W , 1983, Dermatological Formulation. Percutane
ous Absorption 1 st ed. Marcel Dekker, Inc, New York p
145-186, 234-255
14. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985, Fnrtnn-
larium Kosmetika Indonesia pp 34-36
15. Ansel HC, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. 4 th
ed, Universitas Indonesia, p 390-393, 599-600
16. Cooper and Gunn's 1975, Dispensing for Pharmaceutical
Student. 12 ed. Pitman Medical, p 214-219
17. Martin EW, 1966, Husa's Pharmaceut ical Dispensing. 8 th
ed, Mack Publishing Co, Easton, Pennsylvania p 207-211
18. Hume AL, Kerkering TM, 1983, New Drug Evaluation, Drug
Intel1 Clin Pharm p 169-174
19. United State Pharmacopoeia. XXII rev, United States
Pharmacopoeial Convention, Inc, Rockville, p 747-748
20. Moffat AC, Jackson JV, Moss MS, Widdop B, 1986,
Clarke's Isolation and Identification of Drug, 2 nd ed,
The Pharmaceutical Press p 227, 696-697.
21. Hendra Utama dan kawan-kawan, 1990, Bioavailabilitas
Komparatif Dua Sediaan Tablet Ketokonazol, Medlca. no 7
hal 526-532.
22. The Merck Index. An Encyclopedia of Chemicals, Drugs,
and Biologicals, 10 th ed, Merck and Co., Inc, USA,
1983, p 550, 762, 1130
23. Zuber M, Chemtob C, Chaumeil J.C., 1979 Disponibilite a
Partir des Formes Dermiques, Sci Teoh Pharm vol 8 no 1,
P 49
24. Senzel AJ, 1977, New Burger.s manual of Cosmetic analy
sis 2 nc* ed, Association of Official Analytical Chem
ists Inc p 27, 32.
25. Wurster D.E. and Taylor P.W., 1965, Dissolution Kine
tics of Certain Crystalline Forms of Prednisolone, si
Pharm. Sci. vol 54 p 673.
26. Gorman W.G. and Hall G.D., 1964, Dielectric Constant
Correlations with Solubility and Solubility Parameters,
J Pharm Scif vol 53, p 1019.
27. Daniel WW, 1978, Biostatistic a Foundation for analysis
in health Scinces 2 ed New York Chichester Brisbane,
Toronto: Toronto: John Wiley & Sons p 203-221
28. Ritchel WA, 1976, Handbook of Basic__Pharmacokinetics.
Drug Intelligence Publication, Inc. Hamilton p 315
Data
peng
amat
an
pene
tras
i pe
rkut
an
ge.l
tanp
a pe
lemb
ab
( fo
rmul
a A
) pada
panj
ang
gelo
mban
g
66
£C
NC'-4
Lamp
iran
2
Data
peng
amat
an
pene
tras
i pe
rkut
an
qei
denq
an
pele
mbab
propi
1 e?nq 1 .ikal
17 , '
57. (
formula
D )
pada
67
cCoN
U-CHjneoQlo»C<Cn3•ncnja
Lamp
iran
3
Data
peng
amat
an
pene
tras
i.pe
rkut
an
gel
deng
an
pele
mbab
et
ilen
glik
ol
17,5
“/« (
form
ula
c >
pada
M I L I KP E R P U ST A iC A AN
- U N 1V E R S1TAS A lR L A N G G A "
S U R A B A Y A
EC
K-\CMO'c"ur*i£0Si0!O't6-r*f
«SQ.
j j r—H - CO CO -0 rv 53" CD O' CD <1*5 £ N, f-'l CO N N N. K< c, O
Hi L \ ?•'*! O' O' •H T—i LQ 'O !?J N*0 CJi <1 \0 *? CO l K* ■=t 'O O' a -ni f!j 1 ! V
jel J jhjL
e H C4 Cn r-.j C'-J IN C'-J
e-sO'U
03T3
0" —j N" N N ij J N. 0sf r.i K Ni r~i O t’"Sj fh NT\l ii'j cn r.j T-* ' g*s LO snCO «? in CD IU rO <1 CO 03
0 ■H r-.j ?v< C'J N C-J
IN C'-J tH >•**) C'J N m M in!> in *p4 r-.i i> in i"**, li"j in fh
=t r.i •H r-.i N’tin N •4D K-"; ?% Ui CD t"**i •H
r. r, r, r- r. r. F. **, f. r.■H i-l 01 r* f’.J C'-J ►••'1 K*
N LO in r-> >nIN N N m m N't N tn Nm m in nH >n O' in sJI N
N !> •H r-.j =t 0" O '
0 H •H f-.j r-.i . C--J C'J
CASaniLCDCO
iH O r\ r-j fN N. K> T j f-ir-.i K> ^0 I**-, 11 rfs ' t N Nw C-J f-7 r.» r-‘j ' t ,=
0 0 i t Sv O O ,• 1
0 0 rs K ‘ mO O 0 hs If- <! il) ’w> Nr-t ;•■) f--i ■ «3- in inO 0 O 0 O 'U O 0i
0 0 0 0 0 0 Q 0. O O .
m m iO 0 r ‘i S>. K r"! >nN. i> vlj N. !> m'w' t-i C'-J K* r'J r-'j
0 0* 0 0 0 0 0 0 , 0
s= I n3 Gi O -I"
10 O SJ‘ir.
r—f n n =t in. 'O n
0
CO
69
Lanpiran 4Contoh perhitungan penetrasi perkutan gel ketokonazol
Contoh perhitungan penetrasi perkutan gel ketokonazol
tanpa pelembab ( formula A ) replikasi I, sebagai berikut:
1. Perhitungan kadar terukur.
a. Hasil pengamatan nilai serapan sediaan dari jam ke
0,5 - 8 jam ( lampiran I )
Jamke- Serapan
0, 5 0,004 71 s 0 0,00471, 5 0 ,00732 0 0,00823,0 0,00994 j, 0 0,01295,0 0,02136,0 0,03787,0 0,04008,0 0,0400
70'
b. Kadar sediaan kemudian dihitung menggunakan persa-
maan kurva baku Y = 0,0381 X - 0,0036 ( halaman-37 )
J cSfTike~ Serapan Kadar terukur
O , '5 0,004 7 0,2173i 0 0 , 0 0 4 7 0,21781,5 0,0073 0,23612,0 0,0082 0,30973,0 0,0099 0,35434,0 0,0129 0,43315,0 0,0213 0,65356,0 0,03 73 1„03667,0 0,0400 1,14448 ,0 0,0400 1,1444
c. Kadar ketokonazol dalam larutan NaCl 0,9 % dihitung
dengan rumus:
Kadar ketokonazol dalam NaCl 0,9 X - kadar ketokona
zol terukur kali 2
71
J clfTlk e? - Kadar terukur
Kadar ketokonazol dalam NaCl 0,9 7.
0, 5 0,2178 0,43561,0 0,2173 0,43561 ^ 0,2861 0,57222 , 0 0,3097 0,61943 , 0 0,3543 O , 7 U 8 64 0 0,4331 0 „ 36625 0 0,6535 1 ,30706 0 1,0866 2,17327 0 1,1444 2,28383 , 0 1, .1444 2,28S8
2. Kadar ketokonazol dalam larutan NaCl 0,9 % kemudian
dikoreksi dengan menggunakan faktor pengenceran dari
Wurster (25)
Kadar ketokonazol dikoreksi dengan rumus:
5 n-1Cn = terukur + -----^ terukur)400 n=l
72
Jamke-
Kadar ketokonazol dalam NaCl 0,9 7.
Koreksi dari Wurster
Kadar ketokonazol sesudah dikoreksi
0 H 5 0,4356 0 0,43561 ,0 0,4356 0,0054 0,4410l , 5 0,5722 0,0109 0,58312 ,0 0,6194 0,0180 0,63743,, 0 0,7086 0,025B 0,73444,0 0,8662 0,0346 0,9008lf<, 0 1 j, 3070 0,04 5 5 1,35256 , 0 2,1732 0,0618 2,23507,0 2,2888 0,0890 2,37788 , 0 2,2888 0,1176 2„4064
•73
LAMPIRAN 5
Perhitungan statistik untuk menganalisa adanya perbedaan
profil penetrasi antar formula A, B dan C.
A. Henghitung luas area di bawah kurva profil penetrasi
ketokonazol.
Cara menghitung luas area di bawah kurva dilakukan
dengan menggunakan rumus trapesium :
C + Cr AUC l - = (tn -)»- J n- l 2
B. Analisa statistik terhadap luas di bawah kurva dari
masing-masing formula dilakukan secara anava
PercobaanLuas area di bawah kurva dari
sediaan denqan formula (mcg/ml) Jumlah
A B C
1 10,0117 19,6653 16,9513
O S ,6280 21,5366 18,0360
3 10,0061 24,2828 26,6022
Ti 28,6458 65,6847 51,5895 145,9200
Rata-rata 9 ? 5486 21,8949 17,1965 48,6400
74
Ho : tidak ada perbedaan profil penetrasi perkutan
ketokonazol antar formula.
Ha : ada perbedaan profil penetrasi perkutan ketokona
zol antar formula.
SS total = x2 - -(Zx)N= 10,01172 + 8,6280Z + 10,0061* + 19,6653:
21,5366* + 24,4828z + 16,9513Z + 18,0360: 16,6002* - (145,82001
= 2613,0321 - 2365,8496
= 247,1823
Z V (Ti)SSE = x > --- —Z= 2613,0321 * — 6458a + 65,6847* + 51,5895*
= 2613,0321 - (273,5273 + 1438,1599 + 887,1588)
= 14,1861
SST = SS total - SSE
- 247,1823 - 14,1861
= 232,9962
75
MSE = SSEN-k
14,1861 9 - 3
2,3644
MST = SSTk-1
232,99623 - 1
116,4981
MSTMSE
116,49812,3644
= 49,2717
F tabel ( P = 0,05 ) = 5,14
F hitung > F tabel ---- » Jadi ada perbedaan profil
penetrasi perkutan yang bermakna antar formula A, B,
dan C pada P = 0,05.
C. Analisa dengan HSD
h s d = q . . y - H H -^ a , k , N - k y n
a = 0,05 1
k = 3
N-k = 6
q = 6,33
76
HSD = 6,33 J 2,3644_
= 5,6196
Selisih rata-rata luas area di bawah kurva dari
formula A, B dan C
A B C
A -- 11 ,8737 7,3228
B - 4,5559
C -
77
Lampiran 6
Tabel F .95 (25)
DenominatorDegrees of Num«r»tor Decrees of Freedomeedom 1 2 3 4 5 6 7 t 9
1 <61.4 199.5 215.7 224.6 230.2 234.0 236.8 238.9 240.52 18.51 19.00 19.16 19.25 19.30 19.33 19.35 19.37 19.333 10 1) 9.55 9.23 9.12 9.01 8.94 8.89 *.85 8.314 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26 6.16 6.09 6.04 6.CO
5 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05 4.95 4.38 4.32 4.776 5.99 5.14 4.76 4.53 • 4.39 4.23 4.21 4.15 4.107 5.59 4.74 4.35 4.12 3.97 3.37 3.79 3.73 3.638 5.32 4.46 4.07 3.34 3.69 3.58 3.50 3.44 3.399 5.12 4.26 3.S& 3.63 3.48 3.37 3.29 3.23 3.18
10 4.96 4.10 3.71 3.48 3.33 3.22 3.14 3.07 3.02II 4.34 3.98 3.59 3.36 3.20 3.09 3.0i 2.95 1 9 012 4.75 3.39 3.49 3.26 3.11 3.00 2.91 2.35 2.3013 4.67 3.31 3.41 • 3.13 3.03 2.92 2.13 2.77 2.71u 4.60 3.74 3.34 ; 3.11 2.96 2.35 2.76 2.70 2.65
15 4.54 3.63 3.29 3 06 2.90 2.79 2.71 2.64 2.5916 4.49 3.63 3.24 3.01 2.85 2.74 2.66 2.59 2.5417 4.45 3.59 3.20 2.96 2.31 2.70 2.61 2.55 2.4913 4.41 3.55 3.16 2.93 2.77 2.66 2.58 2.51 2.4619 4.18 3.52 3.13 2.90 2.74 2.63 2.54 2.48 2.42
20 4.35 3.49 3.10 2.37 2.71 2.60 2.51 2.45 2.3921 4.32 3.47 3.07 2.34 2.68 2.57 2.49 2.42 ' 2.3722 4.30 3.44 3.05 2.32 2.66 2.55 2.46 2.40 2.342) 4.28 3.42 3.03 2.30 2.64 2.53 2.44 2 J 7 2.3224 4.26 3.40 3.01 2.78 2.62 2.51 2.42 2.36 2.30
25 4.24 3.39 2.99 2.76 2.60 2.49 2.40 2.34 2.2326 4.23 3.37 2.93 2.74 2.59 2.47 2.39 2.32 2.2727 4.21 ' 3.35 2.96 2.73 2.57 2.46 2.37 2.31 2.2528 4.20 3.34 2.9J 2.71 2.56 2.43 2.36 2.29 2-2429 4.18 3.33 2.93 2.70 2.55 2.43 2.35 2.23 2.22
30 4.17 3.32 2.92 2.69 2.53 2.42 2.J3 2.27 2.2140 4.03 3.23 2.34 2.61 2.45 2.34 2.25 2.18 2.1260 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.25 2.17 2.10 2.04
120 3.92 3.07 2-68 2.45 2.29 2.17 2.09 2.02 1.9600 3.34 3.00 2.60 2.37 2.21 2.10 2-01 1.94 1.88
78
Lampiran 7
Tabel K (> 1 %) (25)
Upper 1% Points
Errordf 2 3 4 5 6 7 8 9 - 10’
1 90.03 135.0 164.3 135.6 202.2 215.3 227.2 237.0 245.6i 14.04 19.02 22. ’9 24.72 26.63 23.20 _29.53 30.63 31.693 8.26 10.62 12.17 13.33 14.24 15.00 15.64 16.20 16.694 6.51 8.12 9.17 9.96 10.53 11.10 11.55 11.93 12.275 5.70 6.93 7.30 3.42- 3.91 9.32 9.67 9.97 10.24
6 5.2-J 6.33 7.03 7.56 7.97 8.32 3.6! 8.37 9.107 4.95 5.92 6.54 7.01 7.3? 7.6S 7.94 3.17 3.37
8 4.75 5.64 6.20 6.62 6.96 7.24 7.47 7.63 7.36
9 4.60 5.43 5.96 6.35 6.6o 6.91 7.15 7J3 7.4910 4.4$ 5.27 5;77 6.14 6.43 6.67 6.87 7.05 7.21
11 4.39 5.15 5.62 5.97 6.25 6.43 6.67 6.84 6.99i : 4.32 5.05 5.50 5.84 6.10 6.32 6.51 6.67 6.3113 4.26 4.96 5.40 5.73 5;93 6.19 6.37 '6.53 6.6"14 4.21 4.S9 5.32 5.63 5.58 6.03 6.26 6.41 6.54
15 4.17 4.34 5.25 5.56 5.SO 5.99 6.16 6.31 6.44
16 4.13 4.79 5.19 5.49 5.72 5.92 6.03 6.22 6.3517 4.10 4.74 5.14 5.43 5.66 5.35 6.01 6.15 6.27
13 4.07 4.70 5.09 5.3S 5.60 5.79 5.94 6.0S 6.2019 4.05 4.67 5.05 5.33 5.55 5.73 5.S9 6.02 6.N20 4.02 4.64 5.02 5.29 5.51 5.69 5.34 5.97 6.09
24 3.96 4.55 4.91 5.17 5.37 5.54 5.69 5.31 5.9230 3.39 4.45 4.30 5.05 5.24 5.40 5.54 5.6S 5.7640 3.32 4,J7 4.70 4.9J 5.11 5.26 5.39 5.50 5.6060 3.76 4.23 4.59 4.32 4.99 5.13 5.25 5.36 5.45
i :o 3.70 4.20 4.50 4.71 4.37 5.01 5.12 5.21 5.30r 3.W 4.12 4.40 4.60 4.76 4.33 4.99 5.0S 5.16
79
Lampiran 8
Harga koefisien korelasi
pada dera.jat kepercayaan 1 % dan 5 % (26)
Deraj at Kepercayaankebebasan 5 ’i 1 *
1 0,997 1 ,0002 0,950 0,9903 0.878 0,9594 0,811 0,9175 0,754 0,0746 0,707 0, 8347 0,666 0,7988 0,632 0,7659 • 0,602 0,73510 0,576 0,7001 1 0,553 0,68412 0,532 0,66 113 0,514 0,641H 0, 497 0,62315 0, 482 0,60616 0,468 0,59017 0,456 0, 57518 . 0,444 0,56119 0,433 0,54920 0, 423 0/53721 0,413 0,52622 0,404 0,51523 0,396 0,505
Derajat ' Kepercayaan kebebasan 5 I
24 0,388 1 0,49625 0,381 0,48726 • 0,374 0,47827 0,367 0, 47028 0,361 0, 46329 0,355 0,45630 •0,349 0, 44935 0,325 0,41840 0, 304 0,39340 0,288 0, 37250 0,273 0, 35460 0, 250 0, 32570 • • 0,232 0, 30200 0,217. 0,28390 0, 205 0,267100 0, 195 0, 2541 25 0, 174 . 0,228150 0, 159 0, 208200 0, i 38 0, 181300 0,113 0, 1 48400 0,098 0, 128500 0,088 0,1151000 0,062 0,081
W'r**
k<UK
« P.OiJitt
wwn
«• fw
*. COfvlW
(us:
11 ftA
wl/qn
/t a.,, <<
80
Lampiran 9
Sertifikat analisa ketokonazolWilhelmWe\zi£ft 'ki Cll
PhtfT.s Fine Chc/nk*hH H
Procter. KSTCCONA*:-! US?Eii?.1'. Ns.: o5/c$o5 entity: 1 ^ .'s:
- Invoice N'c-. v::‘; - f . /= : /3 c?3 -5 c? dated -15 . : = . a?
5rr.sir&itf Formula:
.?.. .. WX"*'.- •••/ I
C^*U-Cl~N.O,' «r3 cZ * *» *»
write-cr*sr. n i c rscry ata! ciourles8car.fariss 1 I?. ■*■ W )
^ ^ i* r * < v < • • v 1 ~
Cuticai
Jrtar-s -
l3 sa on Drying:
K t t t a a on IgRj'ito:
W i i i ; C o nianfc
C t e l - e t ;
Sulphattt:
Heavy Mitail;
P*is*c Jmpuritin:
-etvesn • *~ a": t ’1° ( 2o°C,o.d-b. ^
C.1 %o*s3T S
l e s s than 2o ppra
ecafjrns ( T.L.C
A«say: 59,65 *
Date; 1