Nyeri kepala

59
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem saraf merupakan sistem yang berperan penting dalam proses integrasi tubuh. Sistem ini berperan penting terhadap mekanisme kerja berba sistem tubuh yang lain serta dalam proses koordinasi di antara berbagai sys tersebut. Adanya gangguan pada fisiologis sistem saraf baik dengan peny organicataupun non-organik dapat menimbulkan berbagaikeluhan pada seseorang. Keluhan yang timbul dapat berupa ganggua sensasi, koordinasi, keseimbangan dan lain – lain. Nyeri kepala merupakan keluhan nyeri yang bia ditemukan pada setiap orang. Terdapat beberapa jenis nyeri kepala yang memiliki mekanisme dan fakt pencetus yang berbeda. mumnya nyeri kepala dapat disebabkan akibat adanya suatu penyakit ataupun akibat adanya ganggua fungsional system sara karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui jenis dan mekanisme nyeri ke seorang pasien, sehingga dapat dilakukan tindakan tatalaksana yang akurat sesuai etiologinya. 1.2 Tujuan Pembelajaran "erdasarkan skenario yang diberikan pada modul # ini, kami telah mengidentifikasikan beberapa tujuan pembelajaran kami sebagai berikut. a. $engetahui anatomi serta fisiologi kepala dan %ajah b.$emahami jenis-jenis nyeri kepala dan nyeri %ajah dari definisi sampai dengan penatalaksanaan c. $emahami tentang gangguan tidur &Sleep Disorder ' BAB 2 PEMBAHASAN (

description

Kelainan neuromuskular

Transcript of Nyeri kepala

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSistem saraf merupakan sistem yang berperan penting dalam proses integrasi tubuh. Sistem ini berperan penting terhadap mekanisme kerja berbagai sistem tubuh yang lain serta dalam proses koordinasi di antara berbagai system tersebut.Adanya gangguan pada fisiologis sistem saraf baik dengan penyebab organic ataupun non-organik dapat menimbulkan berbagai keluhan pada seseorang. Keluhan yang timbul dapat berupa ganggua sensasi, koordinasi, keseimbangan dan lain lain. Nyeri kepala merupakan keluhan nyeri yang biasa ditemukan pada setiap orang. Terdapat beberapa jenis nyeri kepala yang memiliki mekanisme dan faktor pencetus yang berbeda. Umumnya nyeri kepala dapat disebabkan akibat adanya suatu penyakit ataupun akibat adanya ganggua fungsional system saraf. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui jenis dan mekanisme nyeri kepala seorang pasien, sehingga dapat dilakukan tindakan tatalaksana yang baik dan akurat sesuai etiologinya.

1.2 Tujuan PembelajaranBerdasarkan skenario yang diberikan pada modul 5 ini, kami telah mengidentifikasikan beberapa tujuan pembelajaran kami sebagai berikut.a. Mengetahui anatomi serta fisiologi kepala dan wajahb. Memahami jenis-jenis nyeri kepala dan nyeri wajah dari definisi sampai dengan penatalaksanaanc. Memahami tentang gangguan tidur (Sleep Disorder)

BAB 2PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang laporan jalannya diskusi kelompok sesuai dengan The Seven Jumps. Step enam dari the seven jumps tidak kami laporkan secara terperinci. Namun, kami telah merangkum step ke enam tersebut dalam sintesis yang merupakan step ke tujuh dari The Seven Jumps.2.1Identifikasi IstilahBerdasarkan skenario level 1 yang disajikan pada modul 5 ini, kami menemukan terminologi asing yang membingungkan pemahaman kami terhadap scenario sebagai berikut.a. Insomnia, Insomnia merupakan gangguan/kelainan pada tidur, berupa kesulitan untuk tidur atau mempertahankan tidurnya walaupun ada kesempatan. Biasanya disebabkan oleh karena psikologis, penyakit.b. AnoreksiaAnoreksia adalah penurunan nafsu makan yang disebabkan oleh gangguan primer (penyakit) atau skunder (psikologis) yang menyebabkan penurunan berat badan c. Nyeri kepalaNyeri kepala dapat didefinisikan sebagai rasa tidak nyaman pada kepala baik setempat atau bisa juga menyeluruh dapat menjalar ke mata, leher, wajah. Nyeri kepala berlokasi di atas garis orbitomeatal.

2.2Identifikasi MasalahSesuai kasus yang disajikan pada skenario, kami dapat mengidentifikasikan beberapa masalah yang timbul dalam kasus tersebut sebagai berikut.1. Mengapa Reina sering terbangun dari tidur dan disertai dengan nafas yang tersengal-sengal serta keringat dingin ?2. Mengapa kepala Reina terasa sakit seperti mau pecah dan berat terasa mengikat ?3. Mengapa kadang-kadang nyerinya sebelah saja ?4. Apa hubungan pekerjaan dengan keluhan-keluhan Reina ?5. Mengapa Reina mengalami anoreksia, mual dan muntah ?6. Mengapa coklat dapat memperberat keluhan Reina? Apakah ada yang dapat memperberat selain coklat ?7. Apakah kondisi tersebut ada hubungannya dengan jenis kelamin ?

2.3Analisa MasalahBerdasarkan masalah masalah yang telah berhasil kami identifikasikan, kami dapat menyimpulkan beberapa pendapat dalam diskusi sebagai hipotesa awal kami sebagai berikut.1. Mengapa Reina sering terbangun dari tidur dan disertai dengan nafas yang tersengal-sengal serta keringat dingin ?Jawab:Hal tersebut terjadi karena Reina mengalami Insomnia, insomnia merupakan gangguan tidur yang berulang. Insomnia yang dialami Reina adalah insomnia sekunder psikoneurotik. Penyebab insomnia adalah Penyakit, psikologis, obat-obatan, makanan. Tersengal-sengal kemungkinan terjadi karena efek terbangun dari tidur atau terkejut menyebabkan peningkatan kerja system saraf simpatis, penungkatan kerja simpatis menyebabkan terjadinya tersengal-sengal dan keringat dingin.

2 Mengapa kepala Reina terasa sakit seperti mau pecah dan berat terasa mengikat?Jawab:Jenis nyeri kepala:a. Sinusb. Klasterc. Tensiond. MigrenBerdasarkan Sumbernya bagaian-bagaian yang peka terhadap nyeri:a. Ekstrakranial : kulit kepala, periosteum, otot-otot (m. frontalis, m. temporalis, m. oksipitalis), pembuluh-pembuluh darah (a. frontalis, a. temporalis superfisialis, a. oksipitalis), saraf-saraf (n. frontalis, n. aurikulotemporalis, n. oksipitalis mayor dan minor)b. Intrakranial : meninges, bagian proksimal atau basal arteri serebri , vena-vena otak di sekitar sinus-sinus, dan saraf-saraf (n. trigeminus, n. fasialis, n. glosofaringeus, n. vagus)Sedangkan bagian-bagian yang tidak peka terhadap nyeri adalah parenkim otak, ependim ventrikel, pleksus koroideus, sebagian besar meninges yang meliputi konveksitas otak, dan tulang kepala.Yang dapat menyebabkan Nyeri kepala: Gangguan parenkim otak Gangguan vaskuler di kepala (vasodilatasi pembuluh) Meningitis (inflamasi dan infeksi) Gangguan tekanan intra cranial Akibat makanan pemicu Stress mengakibatkan penurunan produksi serotonin

3. Mengapa kadang-kadang nyerinya sebelah saja ?Jawab:Nyeri kepala sebelah belum ada sumber yang pasti menjelaskannya, diduga karena penjalaran impulsnya memang sebagaian saja. Tetapi beberapa sumber menyebutkan migren juga terjadi di seluruh kepala atau distribusi nyerinya menyeluruh dan berpindah-pindah.

4. Apa hubungan pekerjaan dengan keluhan-keluhan Reina ?Jawab:Banyaknya masalah pada pekerjaan Reina sangat mempengaruhi kondisi psikologis yang menyebabkan Reina stress. Berdasarkan sumber yang telah dibaca stress merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan nyeri kepala.

5. Mengapa Reina mengalami anoreksia, mual dan muntah ?Jawab:Mual dan muntah merupakan manifestasi klinis dari nyeri kepala jangka panjang dan berulang. Mual dan muntah yang berkepanjangan membuat nafsu makan Reina menuru (anoreksia)

6. Mengapa coklat dapat memperberat keluhan Reina? Apakah ada yang dapat memperberat selain coklat ?Jawab:Hubungan dengan jenis kelamin: wanita lebih rentan terserang migren karena faktor hormonalnya sangat mempengaruhi.

7 Apakah kondisi tersebut ada hubungannya dengan jenis kelamin ?Jawab:Hubungan dengan jenis kelamin: wanita lebih rentan terserang migren karena faktor hormonalnya sangat mempengaruhi.

2.4 Strukturisasi

DIAGNOSA PASTI PENATALAKSANAAN PRIMERSEKUNDERFACIAL & CRANIAL NEURALGIAStresCoklatNYERI KEPALANeuromuskuloskeletalVaskulerKelainan OrganikANAMNESISDIAGNOSA SUSPECT PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSA BANDING PEMERIKSAAN PENUNJANG Sering terbangun dari tidur dengan nafas tersengal-sengal dan keringat dingin, nyeri kepala seperti mau pecah dan berat serta mengikat seluruh kepalanya di pagi hari selama sebulan walaupun tidak setiap hari, insomnia, anoreksia, mual, muntahTanda vital, status mental, gaya berjalan, nervi kranialis, sistem motorik dan sensorik, inspeksi dan palpasi daerah kepala dan leherMigren, Tension Headache, Cluster Headache, tumor otak, infeksi otak (abses)Foto polos kepala, foto vertebra servikal, CT-scan dan MRI, Angiografi Serebral, dll

2.5 Identifikasi Tujuan BelajarBerdasarkan hal yang telah kami pelajari kami menentukan beberapa tujuan dan hal hal lain yang perlu dipelajari lebih lanjut secara mandiri, yaitu sebagai berikut :a. Mengetahui anatomi serta fisiologi kepala dan wajahb. Memahami jenis-jenis nyeri kepala dan nyeri wajah dari definisi sampai dengan penatalaksanaanc. Memahami tentang gangguan tidur (Sleep Disorder)

2.6 Belajar MandiriPada tahap ini masing-masing anggota diskusi kelompok kecil melakukan belajar secara mandiri sesuai dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan sebelumnya untuk mengetahui lebih dalam terhadap materi yang akan dibahas pada diskusi kelompok kecil 2.

2.7 SintesaSetelah melakukan belajar mandiri dan mendiskusikan kembali hasil belajar sesuai dengan tujuan belajar yang telah ditetapkan bersama, kami dapat merumuskan rangkuman hasil diskusi kami tentang berbagai tujuan belajar kami sebagai berikut.

Tujuan Belajar I:Anatomi Regio Cranii dan FaceiA. CRANIUMCranium dibentuk oleh tulang tulang pipih yang jumlahnya ada 22 buah. Tulang tulang ini ada yang berpasangan dan ada pula yang tidak berpasangan. Cranium dapat dibagi menjadi neurocranium dan splanchno-cranium. Neurocranium disebut juga cranium cerebrale.Neurocranium ini dibentuk oleh tulang tulang : 1. os occipitale2. os parietale3. os frontale4. os temporale5. os sphenoidal6. os ethmoidale. Sedangkan splancho-cranium dibentuk oleh : 7. os nasale8. os maxilla9. os lacrimale10. os zygomaticum11. os palatinum12. os vomer13. os concha nasalis inferior14. dan os mandibula.

Gambar 1. cranium tampak depanNeurocranium dapat dibagi lagi menjadi calvarium dan basis cranii. Calvarium disebut juga calvaria. Batas antara calvaria dan basis cranii adalah suatu bidang horizontal yang melalui arcus supercilliaris dan linea nuchae superior. Calvaria dibentuk oleh squama ossis temporalis kiri dan kanan, squama ossis frontalis, os. parietale kiri dan kanan, squama ossis occipitalis. Basis cranii ini dapat dibagi pula menjadi basis cranii interna dan basis cranii externa. Basis cranii interna dapat dibagi menjadi 3 yaitu : Fossa cranii anteriorDibentuk oleh tulang-tulang : partes orbitales ossis frontalis, lamina cribosa ossis ethmoidalis dan ala parva ossis sphenoidalis.Lubang yang terdapat di dalam fossa ini adalah lubang lubang pada lamina cribosa ossis ethmoidalis dan foramen caecum ( lubang yang buntu ) Fossa cranii mediaFossa ini dibentuk oleh ala magna ossis sphenoidalis, corpus ossis spheniodalis, facies anterior pars petrosa ossis temporalis dan squama ossis temporalis.Lubang yang terdapat dalam fossa ini adalah foramen opticum, fissura orbitalis superior, foramen rotundum, foramen spinosum, foramen ovale, foramen lacerum, hiatus canalis facialis, apertura superior canaliculi tympanici dan foramen vesalius. Fossa cranii posteriorDibentuk oleh dorsum sellae, facies posterior pars petrosa dan pars mastoidea ossis temporalis, os occipitale.Lubang yang terdapat dalam fossa ini adalah porus acusticus internus, foramen jugulare pars venosa dan pars nervosa, foramen occipitale magnum, apertura externa aquaductus vestibuli, muara dari canalis condyloideus.Ukuran ukuran cranium bayi : Distantia fronto-occipitalis (12cm) : jarak antara glabella-opsthocranium Distantia mento-occipitalis (13cm) : jarak antara gnathion-opisthocranium Distantia suoccipito-bregmaticus (9cm) : jarak antara bregma-basion Distantia biparietalis (9cm) : jarak terbesr antara ossa dibentuk dengan garis tengah distantia suboccipito-bregmticus.

Tulang-tulang yang membentuk cranium :1. Os occipitaleBagian bagiannya terdiri dari : pars basillaris, pars squamalis, dan pars lateralis. Semunya mengelilingi foramen occiptale magnum.Pars basillaris occipitale adalah bagian dari os occipitale yang terletak ventral dari foramen occipitale magnum dan berhubungan dengan os sphenoidale, hubungan mana membentuk synchondrosis spheno-occipitalis. Facies superior pars basillaris ini licin, concaf, bersama sama dengan dorsum sellae dari os sphenoidale membentuk clivus.Pars lateralis os occipitale, sisi medianya menjadi batas dari foramen occipitale magnum dan sisi lateralnya terletak incisura jugularis yang oleh processus intrajugularis dibagi menjadi : incisura jugularis pars nervosa (sebelah medial) dan inicisura jugularis pars venosa (sebelah lateral). Incisura jugularis os occipitale bersama sama dengan incisura jugularis dari pars petrossa ossis temporalis membentuk foramen jugulare. Pars lateralis pada tepi dorsalnya berbatasan dengan pars mastoidea ossis temporalis membentuk sutura occipito-mastoidea. Pada sudut lateral dari pars lateralis ini terdapat processus jugularis, medial dan dorsal dari processus jugularis ini terdapat sulcus sigmoideus ( bagian dari sulcus transversus ). Medial dari processus jugularis terdapat tonjolan : tuberculum jugulare dan caudal dari tuberculum jugulare ini pada facies caudalis terdapat condylus occipitalis. Antara condylus occipitalis dan tuberculum jugulare terletak canalis nervi hypoglossi. Dorsal dari condylus occipitalis terletak fossa condyloidea dengan adanya canalis condyloideus.Squama occipitalis (= pars squamalis os occipitale), letaknya di sebelah dorsal dari foramen occipitale magnum. Pada permukaan dorsal terdapat tonjolan dan garis garis sebagai berikut : pada facies interna, facies cerebralis, sesuai dengan letak protuberentia occipitalis externa, terletak protuberentia occipitalis interna. Dari protuberentia occipitalis interna ini ke luar sulcus sagitallis superior yang arahnya ke caudal dan sulcus transversus yang arahnya ke lateral.

2. Os sphenoidaleTerletak pada fossa cranii media, antara os occipitale dan os ethmoidale. Dibagi menjadi : corpus sphenoidalis, ala parva ossis sphenoidale, ala magna ossis sphenoidalis dan processus pterygoideus ossis sphenoidale.Corpus sphenoidalis berbentuk kubus, di dalamnya terdapat 2 ruangan yaitu 2 sinus sphenoidalis yang dipisahkan satu sama lain oleh adanya septum, sinuum sphenoidalium. Corpus sphenoidalis mempunyai permukaan permukaan : superior, interna, dorsal, anterior. Pada permukaan superior dari corpus sphenoidalis terdapat bagian yang cekung = sella tursica dengan lekukan kecil di tengah - tengahnya = fossa hypophyseos. Sella tursica sebelah dorsal dibatasi oleh dorsum sellae, daerah lateralnya menjadi processus clinoideus posterior. Permukaan dorsal dari dorsum sellae licin dan bersama-sama dengan pars basillaris os occipitale membentuk clivus (= sloping surface, hellend oppervlak ). Batas ventral sella tursica adalah tuberculum sellae yang ke arah lateral menjadi processus clinoideus medius (tidak ada). Ventral dari tuberculum sellae terletak sulcus chiasmatis yang ke arah lateral menuju ke foramen opticum.Pada permukaan sisi lateral, corpus berbatasan dengan ala magna ossis spheniodalis dan pada pemukaan lateral corpus ini terletak sulcus caroticus. Latero-dorsal dari sulcus caroticus terdapat lingula spheniodalis.Permukaan dorsal dari corpus bergabung dengan pars basillaris os occipitale. Permukaan anterior - superior, corpus berbatasan dengan ala parva ossis sphenoidalis. Pada permukaan anterior - inferior, corpus membentuk bagian yang tipis, dinamakan : concha sphenoidalis, lateral dari cocha ini terdapat lubang = apertura sinus sphenoidalis. Ke arah ventral, concha ini berhadapan dengan labyrinthus ethmoidalis ke arah caudal cocha berhubungan dengan processus orbitalis ossis palatini. Ke arah medial, septum sinuum sphenoidalium dan concha spenoidalis membentuk crista sphenoidalis yang berhubungan dengan lamina perpendicularis ossis ethmoidalis. Crista ini ke arah caudal menjadi rostrum spheniodale yang berhubungan dengan vomer.Ala magna ossis sphenoidalis, ke luar dari sisi lateral dari corpus sphenoidalis berjalan ke arah lateral, cranial dan ventral. Permukaan / dalam ala magna ini terdiri dari : facies cerebralis, facies orbitalis, facies posterior, dan facies caudalis. Pada permukaan luar dari ala magna ini terdapat crista infra - temporalis yang membagi permukaan ini menjadi facies temporalis dan facies infra - temporalis. Pada sudut caudal dan dorsal dari ala magna terdapat tonjolan yang kecil = spina angularis. Lubang lubang yang terdapat pada ala magna ossis sphenoidalis adalah foramen rotundum, foramen spinosum, foramen ovale.Ala parva ossis sphenoidalis, ke luar dari sisi anterior - superior dari corpus, berjalan ke arah lateral dan ujungnya mengelilingi foramen opticum. Facies superior ala parva licin, ikut membentuk fossa cranii anterior, bersama - sama dengan ala magna membentuk fissura orbitalis superior. Pada batas ventral, berbatasan dengan pars orbitalis ossis frontalis. Pada batas dorsal concaaf, licin, membelok ke medial, membentuk processus clinoideus anterior.Processus pterygoideus, ke luar dari corpus pada batas antara corpus dan ala magna ke arah caudal. Terdiri dari 2 bagian : lamina lateralis (lebar dan pendek) dan lamina medialis (sempit dan panjang). Kedua lamina ini berjalan ke caudal, bergabung menjadi satu dan membentuk sudut. Ventral dari tempat penggabungan ini berjalan sulcus pterygo - palatinus, dorsal membentuk fossa pterygoidea. Lamina medialis sebelah caudal berakhir menjadi hamulus pterygoideus, sebelah cranial dan dorsal terletak fossa scaphoidea. Ke arah cranial dan medial, lamina medialis ini memberikan tonjolan = processus vaginalis yang berjalan ke arah corpus. Bagian caudal dari processus vaginalis, dengan processus sphenoideus ossis palatini membentuk canalis pharyngeus. Cranial dari processus pterygoideus terdapat canalis pterygoideus viddi. Di sebelah dorsal canalis viddi bermuara di bawah lingula sphenoidalis dan sebelah vental bermuara pada facies sphenomaxillaris caudal dari foramen rotundum. Pada ujung caudal processus pterygoideus, antara lamina medialis dan lateralis terdapat fissura pterygoidea.

Gambar 9. Os Sphenoidale tampak depan

Gambar 10. Os Sphenoidale tampak belakang

3. Os temporaleAda satu pasang, terletak antara os occipitale dan os sphenoidale, ikut membatasi fossa cranii media. Os temporale dapat dibagi menjadi : pars petrosa, pars tympanica, pars mastoidea, dan squama temporalis.Facies inferior petrosa letaknya horizontal dan permukaan yang tidak merata. Bagian ventral dari facies inferior pars petrosa ini bagian ventral - lateralnya dibentuk oleh pars tympanica dan bagian ventral - medialnya dibentuk oleh angulus anterior, angulus mana yang berbatasan dengan ala magna ossis sphenoidalis. Bagian dorsal dari facies inferior pars petrosa, dibatasi oleh angulus posterior dimana terdapat cekungan = incisura jugularis, yang di tengah tengahnya ada tonjolan = processus intra jugularis, incisura jugularis ini bersama-sama dengan incisura jugularis occipitalis membentuk foramen jugulare. Ventral dari foramen jugulare terletak fossa jugularis dengan adanya lubang kecil pada fossa ini disebut sebagai canaliculus mastoideus. Medial dari fossa jugularis, dekat bagian medial dari incisura jugularis, terdapat cekungan berbentuk corong segitiga, disebut sebagai apertura externa canaliculi cochleae. Ventral dari fossa jugularis ada lubang besar = foramen caroticum externum, ke arah cranial foramen ini masuk ke dalam canalis caroticus dan canalis ini akan berakhir pada foramen caroticum internum. Antara foramen caroticum externum dan fossa jugularis terdapat daerah yang dinamakan dengan fissula petrosa dengan lubang yang disebut sebagai apertura inferior canaliculi. Pada facies inferior pars petrosa bagian lateral terdapat processus styloideus yang arahnya ventrocaudal. Dorsal dari processus styloideus ini terletak foramen stylomastoideus. Basis dari processus styloideus dikelilingi oleh tulang yang tipis = vagina processus styloidei, yang merupakan bagian terbawah pars tympanica.Facies anterior pars petrosa permukaan tidak rata, ikut membentuk fossa cranii media, ke arah lateral bergabung dengan squama temporalis membentuk fissura petrosquamosa. Batas ventral adalah angulus anterior. Pada angulus anterior ini terdapat canalis musculo tuberius, dengan arah ventro - medial. Canalis ini terbagi oleh septum musculotuberii, menjadi 2 : sebelah cranial adalah semicanalis m. Tensoris tympani, sebelah caudal adalah semicanalis tubae auditivae. Lateral dari facies anterior pars petrosa terdapat permukaan yang menonjol, disebut sebagai eminentia arcuata tonjolan mana disebabkan oleh karena jalannya caudalis semicircularis superior di bawah eminentia arcuata. Sedikit lateral dan ventral eminentia arcuata terdapat daerah yana rata dengan tegmen tympani yang menjadi atap dari cavum tympani. Tegmen tympani ini akan meneruskan diri menjadi ke fissura petrosquamosa. Ke arah ventral lagi dari eminentia terdapat 2 lubang saluran lubang dan 2 saluran yang ke luar dari lubang - lubang tersebut. Lubang sebelah medial adalah hiatus canalis facialis yang melanjutkan diri ke sulcus nervi petrosi superficialis majoris. Lubang sebelah lateral adalah apertura superior canaliculi tympanici yang meneruskan diri ke dalam sulcus nervi petrosi superficialis minoris. Pada apex pyramis sebelah ventral terdapat cekungan dengan impersio trigemini. Pada facies anterior pars petrosa ini juga terdapat banyak juga cerebralia dan impresiones digitae.Pars mastoidea os temporale merupakan penebalan dari os temprale sebelah dorsal dan caudal. Batas-batasnya adalah :1. Margo occipitalis berbatasan dengan os occipitale pada sutura occipito-mastiodea2. Margo parietalis berbatasan dengan os parietale pada suturaparieto-mastoideaPars mastoidea facies lateralis agak convex, permukaan tidak rata dan terdapat foramen mastoideum. Tonjolan ke arah caudal dengan processus mastoideus, medial dari processus mastoideus terletak incisura mastoidea dan lebih medial lagi terletak sulcus arteria occipitalis. Pada facies medialis terletak sulcus sigmoideus.Di dalam pars mastoidea terdapat rongga dengan cellulae mastoidea. Pars petrosa os temporale berbentuk pyramida sisi tiga dengan basis ke arah lateral, dan bergabung dengan pars mastoidea. Bagian ini menutup auris interna seluruhnya, bersama-sama dengan squama temporalis dan pars tympanica membentuk auris media. Pars petrosa ini mempunyai 3 permukaan yaitu facies posterior, inferior dan anterior. Puncak pyramis adalah apex pyramis, ke arah media - ventral. Ketiga facies tersebut bertemu dengan angulus anterior, angulus superior dan angulus posterior. Antara apex pyramis dan os sphenoidale terdapat foramen lacerum yang terisi oleh fibrocartilago basalis. Facies posterior pyramidis; kurang lebih tegak lurus, menghadap ke arah fossa cranii posterior dan sebelah cranial dibatasi oleh angulus superior yang di atasnya ditempati oleh sulcus petrosus superior, caudal oleh angulus posterior yang permukaanya tidak rata; facies posterior ini berbatasan dengan tepi lateral pars basilaris dan pars lateralis dari os occipitale. Pada sebelah cranial perbatasan ini terletak sulcus petrosus inferior. Pada pertengahan facies posterior terdapat lubang dengan porus acusticus internus yang masuk ke dalam meatus acusticus internus. Ke arah cranio - lateral dari meatus acusticus ini, dekat pada angulus superior, terletak fossa subarcuata. Ke arah latero - caudal lagi terdapat apertura externa aquaductus vestibuli. Pada meatus acusticus internus terdapat crista transversa yang membagi fundus meatus acusticus internus ini menjadi 2 bagian yaitu bagian cranial dan bagian caudal. Pada bagian yang cranial, mulai dari medial ke lateral, secara berturut-turut ditempati oleh canalis nervi facialis dan area vestibularis superior. Pada bagian caudal, secara berturut turut dari medial ke lateral, ditempati oleh tractus spiralis foraminosis, area vestibularis inferior dan foramen singular.Squama temporalis terdiri dari bagian tulang yang tegak dengan batas sirkuler yaitu : margo sphenoidalis yang bergabung dengan ala magna ossis sphenoidalis membentuk sutura spheno - squamosa. Margi parietalis dengan os parietale membentuk sutura squamalis. Facies lateralis = facies temporalis licin, mempunyai tonjolan ke arah ventral dengan processus zygomaticus yang membentuk arcus zygomaticus dengan processus temporalis ossis zygomaticus dorsal dan caudal dari processus zygomaticus terletak fossa mandibularis dengan facies articularis. Ventral dari fossa mandibularis ini terdapat tonjolan dengan tuberculum articulare. Pada facies temporalis terdapat sulcus arteria temporalis mediae, sedangkan pada facies cerebralis terdapat sulcus arteriosus.

Gambar 11. Os Temporale tampak lateral

Canalis nervi facialisMulai dari meatus acusticus internus pada facies posterior pyramidis, berjalan:1. horizontal ke arah ventro - lateral, kemudian membelok pada geniculum canalis facialis dekat pada facies anterior pyramidis.2. berjalan ke arah dorso - lateral antara fenestra vestibule (caudal) dan prominentia canalis semicircularis lateralis (cranial).3. setelah membelok, berjalan ke arah caudal pada dinding dorsal cavum tympani, ke luar pada foramen stylomastoideum.

Dari geniculum canalis facialis ke ventral kita menuju ke hiatus canalis facialis yang terletak pada facies anterior pyramidis. Terdapat juga saluran yang menghubungkan canalis facialis pars verticalis dengan cavum tympani, yaitu canaliculus chordae tympani. Canaliculus tympanicus, dimulai dari apertura inferior canaliculi tympanici pada fossula petrosa masuk ke dalam cavum tympani pada dinding inferior, kemudian berjalan di dalam sulcus promotorii menuju arah cranial masuk ke dalam apertura superior canaliculi tympanici pada facies anterior pyramidis.Canaliculi carotico - tympanici adalah saluran yang menghubungkan canalis caroticus dari dinding dorsalnya ke dalam cavum tympani pada dinding anteriornya. Biasanya ada 2 canaliculi tersebut:1. Canaliculus mastoideus, saluran pendek yang menghubungkan fossa jugularis dengan canalis facialis.2. Canaliculus chordae tympani, ke luar dari bagian vertical canalis facialis , masuk cavum tympani melalui apertura tympanica canaliculi chordae, ke luar dari cavum tympani melalui fissura petrotympanica Glaseri. Canalis caroticus, mulai dari foramen caroticum externum, berakhir pada foramen caroticum internum. Canalis caroticus ini berjalan ventral dari cavum tympani.Sulcus tubae auditivae, dan semicanalis musculi tensoris tympani berjalan ventral dari cavum tympani.Pars tympanica Membentuk dinding anterior inferior dan dorsal dari meatus acusticus externus dan porus acusticus externus. Pars tympanica ini bersama-sama dengan processus inferior tegminis tympani membentuk fissura petrotympanica Glaseri yang dapat masuk ke dalam cavum tympani. Vagina processus styloidei adalah bagian yang meliputi alar processus styloideus, juga berasal dari pars tympanica.Batas-batas cavum tympani, yaitu:1. cranial : paries tegmentalis2. caudal : paries jugularis3. medial : paries labyrinthicus4. lateral : paries membranaceus5. ventral : paries caroticus6. dorsal : paries mastoideus

Paries tegmentalis dibentuk oleh tegmen tympani. Paries jugularis dibentuk oleh fossa jugularis. Paries labyrinthicus dibentuk oleh 1. promontorium2. fenestra ovalis (vestibuli)3. prominentia canalis facialis 4. septum canalis musculo - tuberii5. fenestra rotunda (cochleae)6. sinus tympani (antara fenestra ovalis dan rotunda)

Paries mastoideus dibentuk:1. aditus ad antrum, lubang masuk ke dalam antrum mastoideum 2. fossa incudis3. eminentia pyramidalis4. apertura tympanica canaliculi chordae

Paries caroticus dibentuk oleh:1. ostium tympanicum tubae auditivae, lubang masuk ke canalis musculo-tubarius2. tulang tipis yang memisahkan cavum tympani dari canalis caroticus yang ditembus oleh canaliculi carotico-tympanici.

Paries membranaceus dibentuk oleh, membrane tympani.Pada facies anterior pyramidis, hiatus canalis nervi facialis terletak medial, meneruskan diri ke sulcus nervi petrosi superficialis majoris.Apertura superior canaliculi tympanici terletak sebelah lateral, meneruskan diri ke sulcus nervi petrosi superficialis minoris.

Gambar 15. Cranium tampak lateral bawah

4. Os frontaleTerdiri dari bagian-bagian:1. squama ossis frontalis2. pars nasalis ossis frontalis3. partes orbitalis ossis frontalis

Squama ossis frontalisConvex ke ventral, berbatasan dengan os parietale pada margo parietalis dan membentuk sutura coronalis. Pada batas inferior terdapat margo supraorbitalis, ke arah lateral menjadi processus zygomaticus, dengan processus frontalis ossis zygomaticus membentuk sutura zygomatico - frontalis. Pada sisi medial dari margo supraorbitalis terdapat incisura frontalis dan pada sisi lateral dari incisura frontalis terdapat foramen supraorbitale, keduanya tidak selalu ada pada tengkorak.Pada facies ventralis permukaannya licin dan terdapat 2 tonjolan kiri - kanan, tuber frontale. Pada facies lateralis terdapat linea temporalis dan facies temporalis. Pada facies ventralis bagian caudal yaitu cranial dari margo supraorbitalis, terdapat penebalan yang melengkung yaitu arcus super - ciliaris. Bagian yang kiri dan kanan akan bertemu pada glabella. Facies dorsal disebut juga facies cerebralis, di sini terdapat juga cerebralis dan impressions digitatae. Di bagian tengahnya berjalan sulcus sagitalis, sulcus ini arah caudal menjadi tebal, disebut crista frontalis yang menjadi batas ventral foramen caecum.

Pars nasalis ossis frontalisMerupakan bagian dari os frontale yang keluar dari sisi caudal squama frontalis pada bagian tengah - tengahnya dan memisahkan kedua partes orbitales. Pada sisi anterior berbatasan dengan os nasale pada sutura naso - frontale dan dengan processus frontalis maxillae pada sutura fronto - maxillaris. Pada sisi posterior terdapat incisura ethmoidalis yang berbatasan dengan lamina cribrosa ossis ethmoidalis pada sutura fronto - ethmoidalis. Dari sisi caudal terdapat tonjolan yang arahnya dorsal yaitu spina frontalis. Bagian ini di sebelah medial bergabung dengan crista Galli dan lamina perpendicularis ossis ethmoidalis dan lateral berjalan kearah dinding medial dari labyrinthus ethmoidalis. Bagian dari spina frontalis yang terletak antara crista Galli & lamina perpendicularis ossis ethmoidalis dan labyrithus ethmoidalis membentuk bagian ventral cavum nasi. Partes orbitales ossis frontalisKeluar dari squama frontalis bagian caudal yang dipisahkan oleh incisura ethmoidalis. Batas antero - medial dibentuk oleh margo supraorbitalis dan batas antero - lateral oleh processus zygomaticus. Batas dorso - medial sedikit bergigi dan merupakan tempat untuk bergabung dengan ala parva ossis sphenoidalis dan bagian dorso - lateral berbatasan dengan ala magna ossis sphenoidalis. Pada facies orbitalis bagian medial terdapat cekungan, yaitu fovea trochlearis sedangkan pada bagian latero - cranialnya terletak fossa glandula lacrimalis.Facies cranialis disebut sebagai facies cerebralis dan padanya terdapat banyak juga cerebralia dan imperssiones digitatae . Pada pertemuan antara partes orbitales dan squama ossis frontalis di dalamnya terdapat rongga di dalam tulang yang disebut sebagai sinus frontalis, sinus ini mempunyai septum sinus frontalium, dan bentuknya sinus seperti pyramida sisi 3, basisnya menghadap ke atas dan apexnya ke bawah untuk bermuara dalam meatus nasi media.

Gambar 16. Os Frontale tampak depan

5.Os parietaleJumlanya ada 2, ikut membentuk calvaria, berbentuk segi empat, pipih, mempunyai facies parietalis yang convex dan facies cerebralis yang concaaf. Batas-batas os parietale adalah :1. Margo occipitalisBergigi besar - besar, bergabung dengan margo lamdoideus ossis occipitale untuk membentuk sutura lamdoidea.2. Margo squamosisAda di sebelah caudal, concaaf, berbatasan dengan margo parietale ossis temporalis pada sutura squamosa.3. Margo frontalisBerada di sebelah ventral, bergigi, berbatasan dengan margo parietalis ossis frontalis pada sutura coronalis.4. Margo sagitalisBerbatasan dengan margo yang sama pada os. parietale yang lain, membentuk sutura sagitalis.

Sudut sudut pada os parietale :a. Angulus frontalis, letaknya anterior superior, berada di tengah - tengah sutura coronalis.b. Angulus occipitalis, letaknya posterior superiorc. Angulus mastoideus, letaknya posterior inferior, dengan batas cranial dari pars pastoideus ossis temporalis angulus mastoideus ini membentuk sutura parietomastoidea.d. Angulus sphenoidalis, letaknya anterior inferior, berbatasan dengan angulus parietalis ala magna ossis sphenoidalis untuk membentuk sutura sphenoparietalis.

Facies parietalis os parietale mempunyai tonjolan keluar dengan tuber parietale. Caudal dari tuber ini berjalan linea temporalis inferior. Cranial dari tuber parietale berjalan linea temporalis superior. Dekat pada margo sagitalis sering kali terjadi foramen parietale.Facies cerebralis os parietale, pada sepanjang margo sagitalis berjalan sulcus sagitalis. Pada angulus mastoideusnya berjalan sebagian dari sulcus transversus. terdapat juga cerebralia dan impressiones digitatae, dekat sulcus sagitalis terdapat foveolae granulares pacchioni. Pada tempat yang bersamaan dengan tuber parietale pada facies parietalis, maka pada facies cerebralis ditempati oleh fossa parietalis.

Gambar 18. Os Parietale tampak lateral

6.Os ethmoidaleTerdiri dari lamina cribosa, lamina perpendicularis dan labyrinthus ethmoidalis.Lamina cribosa terletak antara incisura ethmoidalis ossis frontalis, ikut membentuk fossa cranii anterior, di tengah - tengahnya pada sebelah ventral membentuk tonjolan = crista galli, yang melekat pada pars nasalis dan crista frontalis ossis frontalis. Crista galli ke arah lateral kanan dan kiri menjadi processus alaris yang membatasi foramen caecum. Lamina cribosa facies caudalis menjadi batas cranial dari cavum nasi.Lamina perpendicularis terletak di tengah - tengah, antara labyrinthus ethmoidalis, pada bagian:1. Cranial, melekat pada lamina cribsa ossis ethmoidalis dan spina frontalis ossis frontalis2. Dorsal, melekat pada crista sphenoidalis.3. Caudal, melekat pada vormer4. Ventral, melekat pada pars cartilagines septum nasi

Labyrinthus ethmoidalis adalah bagian lateral dari os ethmoidale dan dihubungkan oleh lamina cribosa pada sisi cranialnya dan medialnya. Di dalam labyrinthus ethmoidalis terdapat banyak tulang - tulang tipis yang membentuk ruangan ruangan dengan cellulae ethmoidales. Cellulae ethmoidales terdiri dari bagian anterior = sinus ethmoidales anterior (ada 2) dan bagian posterior = sinus ethmoidales posterior (ada 2).Cellulae ethmoidales ini dibatasi oleh :a. Ventral : pars nasalis ossis frontalis dan processus frontalis maxillaeb. Dorsal : processus orbitalis ossis palatini, corpus ossis sphenoidali, dan concha sphenoidales.c. Lateral : os lacrimale dan corpus maxillaed. Cranial : pars orbitalis ossis frontalis

Pada perbatasan antara labyrinthus ethmoidalis dengan pars orbitali ossis frontalis terdapat foramen ethmoidale anterius dan posterius. Dinding lateral dari labyrinthus ethmoidalis dibentuk oleh lamina papyracea. Lamina papyracea ini pada sebelah :a. Ventral, berbatasan dengan os lacrimaleb. Caudal, berbatasan denga corpus maxillaec. Dorsal, berbatasan denga processus orbitalis ossis palatine dan corpus ossis sphenoidalisd. Cranial, berbatsan dengan pars orbitalis ossis frontalis.

Dinding medial dari labyrinthus ethmoidalis adalah vertical, kasar dan berlubang-lubang. Batas ventralnya melekat pada permukaan dorsal dari spina frontalis ossis frontalis. Batas dorsalnya melekat pada permukaan ventral dari concha sphenoidalis. Batas caudalnya yang menebal menggantung bebas, membelok ke lateral dan membentuk concha nasalis media, concha nasalis superior dan lebih ke atas lagi membentuk concha nasalis suprema yang dipisahkan dari concha nasalis superior oleh recessus spheno - ethmoidalis. Lateral dari bagian anterior concha nasalis media terletak processus uncinatus.Concha nasalis inferior jumlahnya ada 2, terletak dinding lateral dari cavum nasi. Bagian cranial sebelah ventral melekat pada crista concha maxillae dan pada perbatasan ini membentuk processus lacrimalis. Processus lacrimalis ini bergabung dengan os lacrimale dan gabungan ini bersama - sama dengan sulcus lacrimalis maxillae membentuk canalis nasolacrimalis. Bagian cranial sebelah dorsal, concha nasalis inferior melekat pada crista concha ossis palatini. Ke arah dorsal terdapat processus maxillaries yang arahnya ke laterocaudal, membatasi hiatus maxillaries pada sebelah caudal. Cranial dari processus maxillaries terdapat processus ethmoidalis yang bergabung dengan processus uncinatus dari concha nasalis media ossis ethmoidalis.

Gambar 20. Os Ethmoidale tampak atas Gambar 21. Os Ethmoidale tampak lateral

7.Os LacrimaleJumlahnya ada 2, membatasi dinding medial dari cavum orbitae. Berbatasan dengan :1. Cranial, dengan pars orbitalis ossis frontalis2. Caudal, dengan facies orbitalis corpus maxillae dan processus lacrimalis concha nasalis inferioris3. Ventral, dengan margo lacrimalis processus frontalis maxillae4. Dorsal, dengan lamina papyracea ossis ethmoidalis

Pada facies lateralis os lacrimale berjalan crista lacrimalis posterior dan ventral dari crista ini terdapat sulcus terminalis yang berjalan bersama sama dengan sulcus lacrimalis processus frontalis maxillae membentuk fossa sacci lacrimalis. Pada ujung caudal dari crista lacrimalis posterior terdapat hamulus lacrimalis.

8.Os nasaleJumlahnya ada 2, kiri dan kanan berbatasan di sebelah medial pada sutura inter nasalis, os nasale berbatasan :1. Cranial dengan pars nasalis ossis frontalis pada sutura nasofrontalis2. Lateral dengan processus frontalis maxillae pada sutura nasomaxillaris3. Caudal, melekat pada cartilago nasalis lateralisOs nasale ini ikut membatasi apertura piriformis dan merupakan bagian dari dinding ventral cavum nasi. Pada os nasale terdapat sulcus ethmoidalis pada permukaan dalamnya dan ditembus oleh foramina nasalis.

VOMER Vomer tidak berpasangan, terletak pada bidang mediosagital, membentuk bagian posterior dari septum nasi osseum. Batas cranialnya, pecah jadi 2 dan membentuk alae vomeris yang melekat pada processus vaginalis dari processus pterygoideus ossis sphenoidalis, dan pada processus sphenoidalis pars perpendicularis ossis palatini. Batas posterior licin, tipis, dan bebas. Batas caudalnya tajam, bergigi, berbatasan dengan crista nasalis. Batas ventro cranialnya, berbatasan dengan lamian perpendicularis ossis ethmoidalis dan batas ventralnya, berbatasan dengan pars cartilagines septum nasi.

9. Os MaxillaeMaxilla terdiri dari bagian corpus, processus fontalis, zygomaticus, palatinus dn alveolaris.Corpus maxillae berbentuk kubus, di dalamnya terdapat rongga = sinus maxillaries disebut juga anthrum highmori, lubang masuknya ke dalam sinus maxillaries disebut dengan haitus maxillaries, yang menjadi dasar dari cavum orbitae. Sisi craniomedia; sebelah dorsal dari corpus maxillae bergabung dengan lamina papyracea ossis ethmoidalis. Di sebelah ventral, corpus maxillae bergabung dengan os lacrimale. Bagian cranial corpus maxillae yang berbatasan dengan cavum orbitae adalah margo infraorbitale, caudal dari margo infraorbitale ini terdapat foramen infraorbitale, lebih caudal lagi dari foramen infraorbitale ini terletak fossa canina. Ke arah lateral, corpus maxillae yang menonjol disebut sebagai dengan tuber maxillae dan padanya terdapat lubang lubang kecil = foramen alveolaris akan masuk ke dalam canalis alveolaris. Copus maxillae dan ala magna facies caudalis membatasi fissura orbitalis inferior. Ventra medial, corpus maxillae mempunyai cekunagn = incisura nasalis yang sebagian dari apertura piriformisBatas batas dari hiatus maxille :1. Caudal, processus maxillaries conchae nasalis inferioris2. Cranial, processus ethmoidalis concha nasalis inferioris, yang bergabung dengan processus uncinatus conchae nasalis media3. Dorsal, facies lateralis pars perpendicularis ossis palatini yang bergabung dengan facies nasalis corpus maxillae4. Ventral, processus lacrimalis conchae nasalis inferioris yang bergabung dengan os lacrimale.

Processus frontalis maxillae ke luar dari facies anterior dan facies dan facies nasalis, ke arah cranial berbatasan dengan pars nasalis ossis frontalis. Pada sisi dorsal terletak sulcus lacrimalis. Facies nasalis processus frontalis di sebelah cranial dan crista ethmoidalis yang bergabung dengan concha nasalis media bagian ventral caudal dan sejajar dengan crista ethmoidalis ini berjalan crista conchalis yang bergabung dengan concha nasalis inferior bagian lateral.Processus zygomaticus maxillae bersama sama dengan os zygomaticum membentuk sutura zygmaticum maxillariesProcessus alveolaris maxillae adalah bagian medial dari maxilla yang ditempati oleh dentes. Tepi bawah dari lubang lubang yang ditempati dentes dikelilingi oleh limbus alveolaris. Lubang lubang gigi disebut alveolus dentis, antara alveolus dentis ini terdapat septum interalveolaris, dan bagian yang menggelembung di bagian luar yang disebut sebagai juga alveolaris. Processus alveolaris dibagian ventral bergabung menjadi satu intermaxillaris, ini adalah lanjutan dari sutura palatine mediana. Ke arah cranial dari sutura ini interrmaxillaris terletak crista nasalis, crista ini ke arah ventral menjadi spina nasalis anterior.Processus palatinus maxillae adalah bagian os maxilla yang membentuk palatum dururm. Pada sebelah ventral kedua processus palatinus tersebut bertemu di garis tengah pada sutura palatina mediana, ke arah cranial processus palatinus membentuk crista nasalis dan crista ini merupakan tempat melekatnya vormer. Pada sutura palatina mediana sebelah ventral terdapat foramen incisivum (satu) ke cranial akan meneruskan diri ke canalis incivus, ke kiri maupun ke kanan. Bagian dorsal dari processus palatinus bertemu dengan pars horizontalis ossis palatini pada sutura palatina transversa. Facies caudalis processus palatina mempunyai permukaan yang tidak rata oleh karena adanya sulci palatini dan spinae palatinae.

Gambar 24. Sinus Maxilaris

10.Os palatinumTerdiri dari pars horizontalis dan pars perpendicularis. Os palatinum terletak sebelah dorsal cavum nasi dan salah satu bagiannya menjadi bagian palatum durum, pars horizontalis ossis palatini membentuk bagian dorsal dari palatum durum, bersama - sama dengan bagian dari os maxilla, membentuk sutura palatina transversa. Facies cranialis pars horizontalis ini licin, di tengah - tengah permukaan cranial ini terdapat crista nasalis. Crista nasalis ini menonjol membentuk processus pyramidalis yang melekat pada fissura pterygoidea. Pada facies caudalis pars horizontalis ini terdapat 2 foramina yaitu foramina majus dan foramen palatinum minus. Pars perpendicularis ossis palatini merupakan bagian dari os palatinum yang dimulai dari tepi dorsal pars horizontalis ke arah cranial. Facies medial pars perpendicularis terdapat crista ethmoidalis untuk perlekatannya dengan concha nasalis media.Facies lateralis pars perpendicularis bergabung dengan facies corpus maxillae dan membentuk batas dorsal dari hiatus maxillaris. Ke arah dorsal, facies lateralis ini melekat pada bagian ventral dari facies medialis lamina medialis processus pterygoideus ossis sphenoidalis. Diantara tempat perlekatan tadi terdapat sulcus pterygopalatinus. Bersama sama dengan os maxillae, sulcus ini membentuk fossa pterygopalatina. Dari fossa ini ke arah caudal kita masuk ke dalam canalis. Pterygopalatinus untuk meneruskan diri ke dalam canalis palatinus dan akhirnya keluar melalui foramen palatinum majus / minus. Canalis palatinus tadi berjalan di dalam processus pyramidalis.Pada ujung cranial dari pars perpendicularis ossis palatini terdapat dua processi, processus yang mengarah ke ventral disebut dengan processus orbitalis dan yang mengarah ke dorsal disebut sebagai processus sphenoidalis. Antara processus orbitalis dengan processus sphenoidalis terdapat suatu cekungan yang disebut sebagai incisura sphenopalatina. Incisura sphenopalatina bersama sama dengan corpus sphenoidalis membentuk foramen sphenopalatinum, yang menghubungkan fossa pterygopalatina dengan cavum nasi. Pars perpendicularis ossis palatini ikut membentuk bagian medial dari fissura orbitalis inferior.

Gambar 26. Os Palatinum tampak lateral Gambar 27. Os Palatinum tampak belakang

11.Os ZygomaticumJumlahnya ada 2, kiri dan kanan, terletak lateral dari splanchocranium dan mempunyai 3 permukaan : facies malaris, facies orbitalis, dan facies temporalis.Facies malaris os zygomaticum berada di sis lateral, licin permukaannya, convex, dan mempunyai foramen zygomatico faciale. Foramen norbitalis os zygomaticum berada di sisi medio ventral, concaf, membatasi dinding lateral dan caudal dari orbita. Facies orbitalis ini ikut membentuk margi infraorbitalis bagian lateral dan membentuk batas lateral dari aditus orbitae.Facies orbitalis berbatasan dengan facies orbitalis corporis maxillae pada sutura zygomatico - maxillaris. Sisi medial dari facies orbitalis berbatasan dengan ala magna ossis sphenoidalis pada sutura sphenozygomatica.Pada facies orbitalis os zygomaticum terdapat foramen zygomatico orbitale. Facies temporalis os zygomaticum mengarah ke caudal dan medial, conchaf, membatasi fossa temporalis pada sebelah ventral pada facies temporalis ini terdapat foramen zygomaticotemporale.Facies temporalis berbatasan dengan processus zygomaticus corpus maxillae pada sutura zygomaticomaxillaris. Pada sudut cranial dari facies malaris terdapat processus fronto sphenoidale, processus mana ke ventral berbatasan dengan processus zygomaticus ossis frontalis pada sutura zygomaticofrontalis.Dari sudut dorsal facies malaris ke luar processus temporalis yang bergabung dengan processus zygomaticus ossis temporalis pada sutura zygomatico - temporalis dan kedua processus tersebut membentuk arcus zygomaticus

Gambar 28. Os Zygomaticum tampak lateral

12.Os MandibulaTidak berpasangan, terdiri dari :a. 1 Corpus Mandibulaeb. 2 Rami Mandibulae

Gambar 30. Os Mandibulae tampak lateral atas

a. 1 Corpus MandibulaeCorpus mandibulae terdiri dari 2 bagian yang telah menjadi satu pada bidang mediosagital. Penyatuan ini terjadi pada usia 1 2 tahun. Tempat penyatuan di tandai oleh suatu cekungan. Batas bawah corpus mandibulae menebal, di sebut Basis Mandibulae. Mandibulae dan Cranial di atas basis mandibulae terletak pars Alveolaris Mandibulae. Pada bagian depan terdapat tonjolan tulang yang di sebut Protuberantia Mentalis. Sebelah kanan dan kiri dari Protuberantia Mentalis terdapat Tuberculum Mentale. Agak lateral terdapat Foramen Mentale. Mulai dari Foramen Mentale ke arah cranial berjalan Linea Oblique sampai ke permulaan Ramus Mandibulae.

Gambar 31. Os Mandibulae tampak lateral atasPars Alveolaris adalah tempat dari Dentes, Cranial dari lubang lubang gigi ini di batasi oleh Limbus Alveolaris. Lubang lubang gigi di sebut Alveoli Dentales, jumlahnya ada 6. Alveoli Dentales ini di pisahkan satu sama lain oleh Septa Interalveolaris.

Gambar 32. Os Mandibulae tampak lateral atas

Pada permukaan luar mandibulae, alveoli Dentales menonjol ke luar, di sebut Juga Alveolaris. Pada permukaan dalam, dekat pada bidang mediosagital terdapat 1 atau 2 Spina Mentalis, sebelah caudal dan lateral masing masing terdapat Fossa Digastrica, sebelah cranialnya berjalan Linea Mylohyoidea berbentuk huruf S. Cranial dari Linea Mylohyoidea terdapat Fovea Sublingualis, Caudal dari Linea Mylohyoidea sebelah lateral terletak Fovea Submaxillaris. Mulai dari foramen mandibulae ke arah caudoventral terdapat Sulcus Mylohyoideus.

Gambar 33. Os Mandibulae tampak media

Gambar 34. Os Mandibulae tampak bawah

b. 2 Rami MandibulaeRamus Mandibulae lebar dan pipih, terletak dorsal dari Corpus Mandibulae dan tegak lurus pada corpus tersebut. Ujung cranialnya di bagi 2 oleh adanya Incisura Mandibulae, yaitu Processus Coronoideus (muscularis) di sebelah ventral dan Processus Articularis (concyloideus). Pada sebelah dorsal processus articularis mempunyai tonjolan yang di sebut Capitulum Mandibulae, caudal dari capitulum mengecil di sebut Collum Mandibulae. Pada permukaan medial dari collum mandibulae terdapat Tuberositas Masseterica, pada permukaan dalam dari angulus mandibulae terdapat Tuberositas Pterygoidea. Crista Buccinatoria berjalan sesuai dengan jalannya Linea Oblique, tetapi letaknya pada permukaan medial dari ramus mandibulae adalah licin. Crista berjalan ke arah corpus mandibulae. Permukaan lateral ramus mandibulae adalah licin. Permukaan medial ramus mandibulae di tengah tengahnya terdapat Foramen Mandibulare yang meneruskan diri ke dalam Canalis Mandibulae dan akhirnya keluar pada Foramen Mentale. Sebelah medial foramen mandibulae di batasi oleh tonjolan tulang yang disebut Lingual Mandibulae. Dorsal dari gigi molare 3 terdapat Trigonum Retromandibulare. Celah celah yang berada di antara gigi disebut sebagai Spatium Interdentale.

13.Os HyoidTerdiri dari corpus, cornua majora dan cornua minora. Corpus dari os hyoid pada sisi ventral dan cranialnya convex, sisi dorsal concaf. Cornu majus os hyoid, tipis, terletak sebelah lateral, pipih dan lebih panjang dari corpus os hyoid. Cornu minor os hyoid, kecil, kadang kadang masih berupa tulang rawan, terletak pada perbatasan corpus cornu majoris, arahnya ke cranial, di atas perbatasan corpus cornu majoris.

Gambar 35. Os Hyoid tampak depan atasGambar 36. Os Hyoid tampak lateral miring

B. REGIO FACEI ET CAPITISRoman muka ditentukan terutama oleh tulang-tulang cranium dan tidak boleh dikesampingkan adanya 3 faktor tambahan lain yaitu : Jaringan lemak di bawah kulit Tebalnya kulit dan elastisitas kulitDaerah kepala secara anatomis dibagi menjadi:1. Regio facei2. Regio capitisYang termasuk regio capitis adalah : frontalis, temporalis, parietalis, dan occipitalis. Sedangkan Batas region facei adalah dari titik glabella kearah lateral melalui arcus superciliaris, arcus zygomaticus, meatus acusticus externus, tepi dorsal ramus mandibulae sampai tepi caudal corpus mandibulae. Yang termasuk regio facei adalah :1. Bagian mediala. Orbitalisb. Nasalisc. Oralisd. Mentalis2. Bagian laterala. Infraorbitalisb. Buccalisc. Parotideo-massetericaPersayarafan sensorik untuk kulit region capitis dan facei berasal dari :1. Cabang-cabang N. trigeminus : n. optalmicus, n. maxillaries, n. mandibularis.2. Cabang cabang plexus cervicalis, member cabang n. occipitalis minor dan n. auricularis magnus3. Cabang-cabang r. dorsalis n. segmentalis C2-C3 dan n. occipitalis major.

Arterialisasi regions facei et capitis Yang ternasuk arteria regio facei : 1. A. facialis (a. maxillaris externa)Adalah cabang dari a. carotis externa, setelah berada di dalam region colli, a. facialis mengitari corpus mandibula ventral dari m. masseter berjalan kea rah cranial berakhir menjadi a. angularis yang letaknya pada sudut mata sebelah medial.2. A. temporalis superficialisAdalah cabang terminal dari a. carotis externa, muncul dalam glandula parotis, dorsal dari collum mandibulae. Arteri ini menyilang arcus zygomaticus berjalan kea rah cranial bersama-sama dengan auriculo temporalis, dimana vasa tersebut lebih ventral akhirnya bercabang menjadi r. frontalis dan r. parietalis.3. A. infraorbitalisAdalah cabang dari a. maxillaris interna yang berada didalam fossa pterygopalatina masuk kedalam cavum orbita melalui canalis infraorbitalis dan berakhir pada foramen infraorbitalis, beranastomose dengan cabang a. facialis4. A. mentalisAdalah cabang terminal dari a. alveolaris mandibulare yang terakhir ini adalah cabang dari a. maxillaries internus yng masuk kedalam canalis mandibulare berakhir pada foramen mentale.Yang termasuk arteria region capitis :1. A. supra trochlearis dan a. supra orbitalis2. A. temporalis superficialis 3. A. auricularis posterior4. A. occipitalis yang merupakan cabang dari a. carotis externaOtot-otot region faei dan capitis terbagi menjadi 2, yaitu :1. Facial muscles2. Muscles of masticationFacial musclesOtot-otot tersebut memiliki ciri- ciri : Letaknya sangat superficial, berorigo dengan tulang, kemudia berinsertio pada kulit Mendapat persyarafan dari N. XII Mempunyai banyak variasi dalam pertumbuhan, bentuk dan kekuatan.Mimic muscle dibagi menjadi :a. Otot otot dari scalpYang termasuk otot scalp dalah m. occipital dan m. frontalis. Kedua otot tersebut di tengah tengan dihubungkan oleh jaringan aponeurotic yang kuat yang dinamakan galea aponeurotica.Lapisan yang menutupi region capitis disingkat menjadi scalp, yang terdiri dari :1) Skin : kulit yang berambut2) Close subcutaneous tissue, terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan superficialis jaringan lemak dan lapisan profunda yang terdiri dari jaringan ikat membrane.3) Aponeurose (galea aponeurotica)4) Loose subaponeurotic tissue, didalamnya banyak didapatkan v. emmissariae yang memiliki hubungan dengan cranium.5) Periosteum / pericranium.b. Otot otot intrinsic telingaYang termasuk otot intrinsic telinga antara lain : M. auricularis anterior, M. auricularis superior, M. auricularis posterior.c. Otot-otot mataYang termasuk otot mata adalah m. orbicularis occuli dan m. corrugators supercillid. Otot-otot hidungYang termasuk otot hidung adalah m. procerus, m. compressor naris, m. dilatators naris.e. Otot-otot mulutYang termasuk otot mulut adalah m. orbicularis oris.

Tujuan Belajar II:Nyeri Kepala dan Nyeri Wajah

Nyeri wajah atau nyeri fasialis (nyeri maksilllofasialis) harus dibedakan dengan nyeri kepala. Yang dimaksud nyeri kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas garis orbitomeatal; dan nyeri wajah adalah nyeri yang berlokasi di bawah garis orbitomeatal, serta diatas leher dan di depan telinga. Sedangkan pendapat lain ada yang menganggap wajah itu sebagai bagian depan kepala yang tidak ditutupi rambut kepala. Ada penulis yang memasukkan nyeri daerah wajah ke dalam nyeri kepala, misalnya neuralgia kranialis.PatofisiologiNyeri kepala timbul karena perangsangan terhadap bangunan-bangunan di daerah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Sedangkan nyeri wajah pada umumnya disebabkan oleh perangsangan terhadap serabut-serabutsensibel nervus trigeminus.Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka terhadap nyeri ialah kulit kepala, periosteum, otot-otot (m.frontalis, m.oksipitalis), pembuluh-pembuluh darah (a.frontalis, a.temporalis superfisialis, a. oksipitalis), saraf-saraf (n.frontalis, n.aurikulotemporalis, n.oksipitalis mayor, n.oksipitalis minor). Bangunan-bangunan intracranial yang peka nyeri adalah meninges (terutama sepanjang arteri-arteri meningeal besar dan artteri-arteri besar pada dasar otak, sekitar simnus-sinus venosus, basis kranii, dan di tentorium serebelli), bagian proximall atau basal arteri-arteri serebri, vena-vena otak di sekitar sinus-sinus, dan saraf-saraf (n.trigeminus, n.fasialis, n.glosofaringeus, n.vagus, radiks-radiks servikal 2, 3 dan cabang-cabagngnya. Sedangkan bangunan yang tidak peka nyeri adalah parenkim otak, ependim ventrikel, pleksus koroideus, sebagian besar meninges meliputi konveksitas otak, dan tulang kepala.Bangunan-bangunan ekstrakranial di bagian duapertiga anterior kepala dilayani oleh n.trigeminus, sedangkan di bagian sepertiga posterior dan tengkuk dilayani oleh radiks servikal 2 dan 3. Cabang oftalmikus melayani daerah wajah dari mata sampai dua per tiga bagian depan kepala yang ditutupi rambut kepala. Cabang maksillaris melayani pipi dan daerah antara mulut dan mata. Sedangkan cabang mandibullaris melayani bagian bawah wajah yang meliputi bibir bawah, dagu dan bagian mandibullar lainnya. Cabang maksillaris dan mandibularis n.trigeminus ini juga melayani dua pertiga mukosa mulut dan hidung. Bangunan-bangunan intraktranial yang letaknya supratentorial dilayani oleh n.trigeminus, terutama cabang oftalmikus (cabang pertama), sedangkan yang letaknya infratentorial oleh tiga radiks pertama servikal, n.fasialis, n.glosofaringeus, dan n.vagus.Perangsangan bangunan-bangunan ekstrakranial akan dirasakan pada umumnya sebagai nyeri pada bangunan intracranial akan diproyeksikan ke permukaan dan dirasakan di daerah distribusi saraf yang bersangkutan. Perangsangan banguanan supratentorial akan dirasakan sebagai nyeri di daerah frontal, di dalam atau belakang bola mata, dan daerah temporal bawah. Sedangkan perangsangan bangunan-bangunan infratentorial dan fossa posterior akan dirasakan di daerah retroaurikuler dan oksipitonukhal.Rasa nyeri yang mulai dari hidung, gigi, sinus-sinus, faring dan mata diproyeksikan ke seluruh daerah distribusi n.trigeminus yang bersangkutan, bahkan rasa nyeri dapat menjalar ke daerah yang dilayani oleh cabang-cabang lain bila perangsangan cukup kuat. Terjadinya perluasan rasa nyeri ini karena rangsangan yang tiba juga menjalar ke nucleus-nukleus lain. Serabut-serabut sensorik yang bersal dari 3 radiks pertama servikal. Juga membuat hubungan sinaptik dengan neuron-neuron trigeminus sehiungga rasa nyeri di daerah frontal misalnya dapat dipancarkan ke tengkuk dan sebaliknya.Nyeri dirasakan di tempat lain dari tempat nyeri dibangkitkan dinamakan nyeri acuan (referred pain). Seringkali terdapat nyeri acuan di daerah sensorik cabang mandibullaris denga proses patologik yang merupakan perangsangan terhadap cabang maksillaris dari n.trigeminus. Nyeri acuan dapat berasal dari daerah mata, sinus, dasar tengkorak, gigi-gekigi, dan leher. Nyeri wajah sering dikaburkan oleh adanya pembauran antara daerah persarafan n.trigeminus dan n.glosofaringeius. factor vascular dan muscular akan dapat menambah unsur-unsur nyeri yang lain.PemeriksaanDalam menanggualngi setiap penderita dengan keluhan ini, hendaknya setiap pemeriksa bersedia meluangkan waktunya lebih banyak untuk menanyakan dengan teliti dan sistematis, mendengarkan dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh keluhan penderita, dan memerikasa keadaan fisik dengan teliti. Sambil menganamnesis, akan diperoleh kesan umum mengenal si penderita, misalnya ekspresi muka, cara mengemukakan keluhan, cara bicara, cara berjalan, dan keadaan mental lainnya.Pada anak-anak, hal ini sukar dilakukan karena kurangnya komunikasi. Pada usia lebih dari 4-5 tahun, anak-anak sudah dapat mengutarakan nyerinya. Pada anak yang lebiuh muda, adanya nyeri ini diuga dari tingkah lakunya, misalnya memegang kepala, memukul kepala, atau menarik rambutnya. Pemeriksaan yang lebih teliti harus dilakukan bila anak itu tidak lagi melakukan aktivitasnya, misalnya tidak lagi bermain.MIGRAINEDEFINISIMigraine merupakan ganguan yang bersifat familial dengan karakteristik serangan nyeri kepala yang episodic (berulang-ulang) dengan intensitas, frekuensi dan lamanya yang berbeda-beda. Nyeri kepala biasanya bersifat unilateral, umumnya disertai anoreksia, mual dan muntah. Migraine juga merupakan suatu kelainan yang multikompleks dan memerlukan penelitian dan analisa yang cermat. Gejala-gejala pada beberapa penderita kadang-kadang sukar sekali untuk dikontrol, tetapi dengan pendekatan yang sistematik dan teliti, banyak penderitanya yang dapat ditolong.Jadi yang perlu diperhatikan pada pasien adalah memperhatikan gejala serangan migraine yang kemudian disusul dengan memperbaiki fungsi pasien dengan mengoptimalkan self care dan penggunaan obat lain.

PATOGENESISSampai saat ini belum diketahui dengan pasti faktor penyebab migraine. Dari penyelidikan yang sudah ada, diduga sebagai ganguan neurologis, perubahan sensitivitas system saraf dan aktivasi system trigeminal vaskular1.1. Gangguan neurologisSetiap orang mempunyai ambang migraine yang berbeda-beda, sesuai dengan reaksi neurovaskular terhadap perubahan mendadak dalam lingkungan. Dengan tingkat kerentanan yang berbeda-beda maka akan ada sebuah ketergantungan keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi pada berbagai tingkat saraf.2. Perubahan sensitivitas sistem sarafProyeksi difus locus ceruleus ke korteks sereri dapat mengalami terjadinya oligmia kortikal dan mungkin pula terjadinya spreading depresision.3. Aktivasi trigeminal vaskularMekanisme migraine berwujud sebagai refeks trigeminal vaskular yang tidak stabil dengan cacat segmental pada jalur nyeri. Cacat segmental ini yang memasukkan aferen secara berlebihan yang kemudian akan terjadi dorongan pada kortibular yang berlebihan. Dengan adanya rangsangan aferen pada pembuluh darah, maka menimbulkan nyeri berdenyut.Kemungkinan lain terntang patogenesis migraine didasarkan atas inflamasi neurogenik di dalam jaringan intrakanal. Terdapat beberapa hal yang dapat memperberat keluhan migraine. Berikut ini adalah jenis keadaan yang dapat memperberat keluhan migraine, diantaranya adalah:1. Stress, diburu waktu, marah atau adanya konflik2. Bau asap atau uap, asap rokok, perubahan udara dan cahaya yang menyilaukan3. Menstruarsi, pil KB, pengobatan hormon estrogen4. Kurang tidur atau terlalu lama tidur5. Lapar dan minuman keras6. Latihan fisik yang teralu banyak7. Pemakaian obat-obatan tertentuPREVALENSIPrevalensi migraine ini beranekaragam bervariasi berdasarkan umur dan jenis kelamin. Migraine dapat tejadi dari mulai kanak-kanak sampai dewasa.dari penelitian dengan mengunakan titik terang diungkapkan migraine lebih sering ditemui pada wanita daibandingkan pria yaitu 2:1.Wanita hamil pun tidak luput dari serangan migraine yang biasanya menyeang pada trimester I kehamilan. Migraine biasanya jarang terjadi seteah usia 40 tahun. Resiko mengalami migraine semakin besar pada orang yang mempunyai riwayat keluarga penderita migraine.

PATOFISIOLOGIPada umumnya migraine diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :1. Migraine dengan auraDengan aura (gejala neurologik), tidak jelas penyebabnya (idiopatik), bentuk serangan gejala neurologik berasal dari kors serebri dan batang otak. Manifestasi nyeri kepala biasanya tidak lebih dari 60 menit yaitu sekitar 5-20 menit. Nyeri kepala biasa disertai mual dengan atau tanpa fotofobia yang lansung menyusul pada gejala aura.2. Migraine tanpa auraMigraine ini tanpa aura. Sakit kepalanya hampir sama dengan migraine dengan aura tetapi lebih banyak ketidak jelasan penyebabnya dan banyak menggabungkan ketegangan sakit kepala. Nyerinya dapat digambarkan dan diprediksi dengan denyutan-denyutan pada salah satu bagian sisi kepala Berdenyut-denyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat disertai mual, fotofobia dan fonofobia. Bersifa kronis dengan manifestasi nyeri kepala 4-72 jam.Dari penjumlahan tipe migraine di atas ditemukan beberapa varian migraine yang berbeda yaitu :1. Asephalic migraine, tipe migraine dengan aura tanpa disertai sakit kepala yang berikutnya.2. Basilar migraine, migraine aura dengan dysarthria, vertigo, diplopia dan penurunan kesadaran disertai dengan mati rasa pada kedua sisi.3. Migrainekronis, migraine tanpa aura dengan sakita paling sedkitnya setengah hari.4. Hemiplegic migraine, familial dan terjadi pada sesuatu yang irregular kasus dengan kemungkinan aura dari hemiplegia5. Status migrainosus, serangan miraine lebih dari 72 jam.6. Childhood periodic symptoms, disertai paroxysmal vertigo, nyeri perut yang teratur dan muntah.Beberapa pengalaman migraine disebabkan pula oleh adanya komplikasi, salah satunya adalah infrak migraine, serangan migrainenya sama tetapi deficit neurologiknya tetap ada setelah tiga minggu dan pemeriksaan CT Scan menunjukkan hipodensitas.MANIFESTASI KLINISGambaran klinis yang sering ditemui antara lain :1. Nyeri kepala : bersifat unilateral (pada salah satu sisi), bentuknya berdenyut menandakan adanya rangsangan aferean pada pembuluh darah. 2. Mual : mual adalah gejala yang paling sering dikemukakan oleh penderita, menunjukkan adanya ekstravasasi protein.3. Aura : aura yang timbul biasanya berupa gangguan penglihatan (fotofobia atau fonofobia), bunyi atau bebauan tertentu, menandakan adanya proyeksi difus locus ceruleus ke korteks serebri, adanya gejala produksi monocular pada retina dan produksi bilateral yang tidak normal.4. Rasa kebal / baal 5. Vertigo : pusing, karena gerakan otot yang tidak terkontrol,menandakan adanya gejala neurologic yang berasal dari korteks serebri dan batang otak.6. Rasa lemas waktu berdiri : disebabkan oleh turunnya tekanan darah waktu berdiri (postural hypotension).7. Kontraksi otot-otot : disekitar dahi, pipi, leher, dan bahu, menandakan adanya ganguan mekanisme internal tubuh yang disebut jam biologis (biological clock).DIAGNOSISTidak ada tes laboratorium yang dapat mendukung penegakan diagnosis migraine. Migraine kadangkala sulit untuk didiagnosis karena gejalanya dapat menyerupai gejala sakit kepala lainnya. Pemeriksaan standard yang dilakukan adalah dengan menggunakan kriteria International Headache Society yaitu, seseorang didiagnosis migraine jika mengalami 5 atau lebih serangan sakit kepala tanpa aura (atau 2 serangan dengan aura) yang sembuh dalam 4 sampai 72 jam tanpa pengobatan dan diikuti dengan gejala mual, muntah, atau sensitif terhadap sinar dan suara.

PEMERIKSAANGejala migraine yang timbul perlu diuji dengan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain dan kemungkinan lain yang menyebabkan sakit kepala. Pemeriksaan lanjutan tersebut adalah:1. MRI atau CT Scan, yang dapat digunakan untuk menyingkirkan tumor dan perdarahan otak.2. Punksi Lumbal, dilakukan jika diperkirakan ada meningitis atau perdarahan otak.MEDIKAMENTOSAYang digunakan untuk menghentikan serangan migraine, meliputi :1. Anti-Inflamasi Non Steroid (NSAID), misalnya aspirin, ibuprofen, yang merupakan obat lini pertama untuk mengurangi gejala migraine.2. Triptan (agonis reseptor serotonin). Obat ini diberikan untuk menghentikan serangan migrain akut secara cepat. Triptan juga digunakan untk mencegah migrain haid.3. Ergotamin, misalnya Cafegot, obat ini tidak seefektif triptan dalam mengobati migrain.4. Midrin, merupakan obat yang terdiri dari isometheptana, asetaminofen, dan dikloralfenazon. 5. Analgesic, mengandung butalbital yang sering memuaskan pada terapi6. Opioid analgesics, pada umumnya lapang perantaranya memberikan hasil yang mengecewakan7. Corticosteroids unsur yang membutuhkan waktu singkat untuk mengurangi tingkat nyeri migraine8. Isometheptene, tidak dapat digunakan pada vasoconstrictor.Terapi Preventif Terapi pencegahan migraine digunakan untuk pencegahan migraine diantaranya :1. Pencegahan farmakologi, diantaranya :a. Beta bloker, misalnya propanololb. Penghambat Kanal Kalsium, yang mengurangi jumlah penyempitan pembuluh (konstriksi) darahc. Antidepresan, misalnya amitriptilin, antidepresan trisiklik, yang terbukti efektif untuk mencegah timbulnya migrain.d. Antikonvulsan 2. Pencegahan non-farmakologi, diantaranyaa. Terapi relaksasib. Terapi tingkah lakuc. Tekhnik biofeedbackd. Homeopathye. Acupuncturef. Reflexologyg. Pijath. Pergantian temperatureLain-lain:1. Neuralgia pasca herpetikMempunyai sifat-sifat seranagn nyeri yang menyerupai neuralgiatieminus idiopatik dan mengenai sekitar 10% sesudah menderita herpes zooster. Dan biasanya mengenai cabang pertama N. Trigeminus. Diluar masa serangan, sama sekali tidak ada rasa nyeri. Sebagai faktor pencetus adalah: sentuhan,usapanatau tiupan angin. Hal yang membedakannya dengan neuralia idiopatikadalh di terdapatnya defisit sensorik dan penyebabnya yag suda di ketahui.ad hanya terdapat hipestesia atau anestesia pada daerah berkas herpes. Namun daerah tsb akan tersa nyeri seperti di bakar atau di tusuk-tusuk pada saatserangan nyeri.Terapi sesuai dengan terapi neuralgia trigemnus idiopatikNyeri karena kelainan mata,THT, leher, gigi dan mulut dan terapi dilaksanakan secara kausal.SEFALGIA KLASTERNyeri kepala Klaster (cluster headache) merupakan nyeri kepala vaskuler yan juga dikenal sebagai nyeri kepala Horton, nyeri kepala histamin, sindrom Bing, neuralgia migrenosa atau migren merah karena pada waktu serangan akan tampak merah pada sisi wajah yang nyeri. Nyeri kepala yang dirasakan sesisi dan biasanya hebat seperti ditusuk-tusuk pada separuh kepala;disekitar, di belakang atau di dalambola mata,pipi,lubang hidung,langit-langit,gusi dan menjalar ke fromtal, temporal sampai oksiput. Nyeri kepala ini disertai gejala yang khas yaitu mata sesisi menjadi merah dan berair,konjungtiva bengkak dan merah,hidung tersumbat. Sisi kepala menjadi merah panas dan nyeri tekan. Serangan biasanya mengenai satu sisi kepala,tetapi kdang-kadang berganti-ganti kanan dan kiri atau bilateral.Nyeri kepala ini lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada wanita dengan perbandingan 5:1. Biasanya timbul pada umur 20-40 tahun dan akan berkurang pada umur 60-65 tahun. Serangan terjadi pada waktu-waktu ertentu, biasanya dini hari menjelang pagi dan akan membangun kan penderita dari tidurnya karena nyeri.sersngan berlangsung sekitar 15-5 jam yang terjadi beberapa kali selama 2-6 minggu. Sedangkan sebagagi faktor pencetus adalah makanan atau minuman yang engandung alkohol. Serangan kemudian menghilang selama beberapa bulan sampai 1-2 tahun untuk kemudian timbul lagi secara berkelompok.Penatalaksanaan1. Istirahat total dan mengurangi atau menghidari faktor pencetus2. Abortifa. Oksigen: diberikan 7 liter per-menit selam 10-15 menitb. Ergotamin: lebih di anjurkan sub lingual atau supposturia3. Preventifa. < 30 tahun: metisergid 2 mg tablet dengan dosis 4-8 mg sehari dalam dosis terbagi selama 3-6 bulanb. 30-45 tahun: prednison 5 mg tablet dengan dosis permulaan 300 mg dan perlahan-lahan dinaikkan sampai 600-1200mg sehari dalam dosis terbagi. Zat ini sanagt toksik bila kadarnya dalam darah melebihi 1,2 mg/dlc. Siproheptadin,pizotifen,propanolol,dimetotiazind. Indometazin 25 mg abet75 mg sehari dalm dosis terbagi selama beberapa bulan

TENSION - TYPE HEADACHE

Hampir sebagian besar dalam hidapnya seseorang pernah mengalami nyeri kepala tumpul yang menyertai kelelahan, stress, nonton atau membaca yang lama. Nyeri kepala ini sering memberi respons pengobatan dengan analgesik biasa.Prevalensi nyeri kepala tensionseperti pada migren 75% dengan kronik tension headache adalah wanita dan tidak ada hubungannya dengan genetic. 40%mempunyai riwayat keluarga yang menderita nyeri kepala tension. Kira-kira 15% nya sudah mulai menderita sebelum usia 10 tahun.Sakit kepala ini adalah yang paling umum ditemukan terutama pada pekerja kantoran.Pada sakit kepala jenis ini, pasien akan merasakan kepalanya seperti diikat dengan kain yang sangat erat, ketegangan/sakit pada otot-otot pundak/bahu, leher, kulit kepala dan rahang. Sakit kepala tegang sering dihubungkan dengan stress, depresi, kecemasan, bekerja secara berlebihan, tidur yang kurang, telat makan, peminum alkohol serta pengguna obat-obatan. Gejala sakit kepala bisa timbul dengan dipicu oleh konsumsi cokelat, keju dan penyedap masakan (MSG). Orang yang terbiasa minum kopi akan mengalami sakit kepala bila yang bersangkutan lupa untuk minum kopi.Penyebab lain dari sakit kepala tipe ini adalah posisi kepala yang menetap pada jangka waktu yang lama seperti saat duduk di depan komputer, mikroskop atau mesin ketik. Kesalahan dalam posisi tidur, dan terlalu memaksakan diri untuk melakukan sesuatu.Sakit pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang kemudiang menjalar ke kepala bagian belakang selanjutnya menjalar ke kepala bagian depan. Sakitnya dirasakan pada kedua sisi kepala seperti kepala sedang diikat oleh kain yang sangat ketat.Gambaran klinisNyeri kepala tension biasanya bilateral terasa nyeri tumpul yang menetap dengan intensitas bervariasi sepanjang hari. Pasien seringmengambarkan kepalanya terasa seperti tertekan, berat atau terikat disekeliling kepala. Sekitar 10% tension headache disertai dengan migren sehingga memberikan gejala klinis yang kompleks.Pada kasus yang sedang nyeri kepala timbul biasanya menyertai suatu keadaan stress atau hal yang tidak menyenangkan. Pada keadaan yang kronik nyeri timbul mulai pagi hari dan berlangsung sepanjang hari.Nyeri kepala tension berlangsung mulai dari 30 menit hingga 7 hari, tapi dapat timbul secara episodic 15 kali perbulan. Kronik tension headache didiagnosa bila nyeri berlangsung lebih dari 15 hari perbulan. Depresi dan anxiety sering merupakan manifestasi dari nyeri kepala tension type.PenangananSering pasien dengan kronik tension-type headache mencurigai dirinya menderita tumor otak atau kelainan intrakranial yang serius. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan fisik yang teliti untuk memberikan ketenangan dan kepercayaan pada pasien.Penanganan pasien tension-type headache perlu melibatkan terapi psikis, fisik (terapi relaksasi) dan pemberian obat-obatan.

NYERI WAJAH

Neuralgia Trigeminus idiopatik (Tic Douloureux)

Neuralgia Trigeminus Idipatik merupakan neuralgia dengan nyeri yang paroksismaldan berulang, dirasakan lebih sering di daerah sinsibilitascabang mandibularis (20%), cabang maksilaris (36%),dan sama sekali tidak ada rasa nyeri di luar serangan.PatofisiologiPatofisiologi neuralgia belum jelas dan masih sulit dimengerti, saat ini terdapat2 teori yang dapat diterima, yaitu:1. Teori SentralNeuralgia ini dinggap sebagai suatu keadaan setelah terjadinya pelepasan muatan listrik dari suatu epilepsi fokal.2. Teori PeriferNeuralgia ini terjadi karena kompresi, distorsi atau peregangan nervus trigeminus pada root entry zone oleh artery aberent, malformasi vaskuler, plaksklerotik, dll.Gejala KlinisSerangan nyeri pada wajah yang sifatnya tajam membakar dan menusuk-nusuk. Serangan nyeri terjadi secara tiba-tiba pula, serta terjadi berulang-uang pada distribusi satu atau lebih cabang nervus trigeminus. Tidak ada defisit motorik atau sensorik. Serangan nyeri dapat dicetuskan oleh perangsangan ringan pada daerah picu (trigger zone) didaerah nyeri misalnya sewaktu mengunyah makanan, gosok gigi, menguap, menelan, mencukur kumis atau jenggot, mengusap wajah, dllPenatalaksanaan1. Karbamazepin 100/200 mg tablet dengan dosis 400-1200 mg/hari2. Fenitoin 100 mg kapsul dengan dosis 200-400 mg/hari3. Baklofen 10 mg tablet dengan dosis 15-80 mg/hari4. Amitriptilin 25 mg tablet dengan dosis 3-12 mg/hari5. Pimozid 1-4 mg tablet degan dosis 3-12 mg6. TENS7. Anastesia /Analgetika lokal, misalnya injeksi prokain, prokain-kofein kompleks, lidokain, dll.8. Operatif: Rizotomi Dekompresi Mikrovaskuler

Arteritis Temporalis (Giant Cell Arteriritis)

Arteritis temporalis paling sering diketumkakanpada wanita-wanita tuayang berusia50 tahunke atas. Nyeri yang timbul mendadakini dirasakan berdenyut0denyut di daerah empero-parietal unilateral atau bilateral denga inensitas yang makin meningkat dalam beberapa jam sehingga seluruh kepala terasa nyeri. Arteri temporalis pada pelipis terasa yeri sekali, tidak berdenyut, mengeras, berkelok-kelok tidak teratur, dan tidak teraba ada nodulus-nodulus pada beberapa tempa, bila tidak terdapat terapi, dapat terjadi kebutaan (10-40% dari jumlah kasus) pada sisi lesi yang biasanya berhubungan dengan trombosis a.sentralis retina. Biasanya penderita sudah menderita gangguan keadaan umum untuk beberapa bulan sebelumnya, seperti perasaan lesu, lelah, tidak ada nafsu makan, berat bada menurun, nyeri pada otot-otot proksimal (polimialgia rematika), kurang tidur dan berkeringat malam, subfebris, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan adanya laju endap darah yang meninggi (60-120 mm/jam). Diagnosis pasti ditegakan berdasarkan hasil iopsi arteri yang terkena, dan biasanya biasa dikerjakan 2-3 hari setelah pemberian kortikosteroid.TerapiKortikosteroid dosis tinggi. Dapat diberikan prednison 5 mg tablet degan dosis 45 mg sehari dengan dosis terbagi yang keudian diturnkan secara perlahan-perlahan sampai 5-10 mg sehari 6-24 bulan.

Nyeri Fasialis Atipikal

Nyeri fasialis atipikal juga disebut nyeri fasialis psikogenik harus dibedakan dengan neuralgia trigeminus idiopatik. Nyeri umunya krons, unilateral atau kadang-kadang bilateral, tumpul, kadang seperti ditusuk-tusuk, dibakar atau terasa kram dan tidak paroksismal. Nyeri dirasakanpada pipi, rahang atas, gigi, dan kemudian menyebar kebagian lain kepala, leher, bahu, kadang-kadag terdapat juga hiperlakrimasi, membera dan tidak terdapat trigger zone, defisit motorik atau sensorik, nyeri ini biasanya merupakan manifestasi kecemasankronis atau depresi. Umunya terlihat pada usia lebih muda sering diketemukan lebih banyak pada wanita daripada laki-laki.Terapi1. Obat-obat golongan aalgetika biasa2. Penenang3. Anti-depresan4. Karbamazepin5. Fenitoin6. Anastesi lokal7. PsikoterapiLearning Objectives III:SLEEP DISORDER

GANGGUAN TIDUR NONORGANIKKelompok gangguan ini mencakup :1. DissomniaKondisi psikogenik primer dengan cirri gangguan utama pada jumlah, kualitas atau waktu tidur akibat kausa emosional, yaitu insomnia, hipersomnia dan gangguan jadwal tidur.2. ParasomniaPeristiwa episodik abnormal yang terjadi selama tidur, pada masa anak-anak hal ini ada hubungannya terutama dengan perkembangan anak, sedangkan pada orang dewasa predominan adalah psikogenik, yaitu somnambulisme, terror tidur dan mimpi buruk.

INSOMNIA NONORGANIKInsomnia adalah suatu kondisi tidur yang tidak memuaskan secara kualitas dan atau kuantitas, yang berlangsung untuk satu kurun waktu tertentu.Di antara penderita insomnia, kesulitan masuk tidur adalah keluhan yang paling umum, kemudian diikuti oleh sulit mempertahankan tidur dan bangun terlalu dini. Yang khas, insomnia berkembang pada waktu terjadi peningkatan stress kehidupan dan cenderung lebih umum terdapat pada wanita, orang yang lebih tua dan orang yang secara psikologis terganggu dan orang yang sosioekonominya rendah.Individu dengan insomnia, mengatakan dirinya merasa tegang, cemas, khawatir, atau depresif pada saat tidur, dan merasa seolah-olah pikirannya melayang-layang. Mereka biasanya mengeluh tidak cukup tidur, banyak masalah pribadi, gengguan kesehatan, dan bahkan khawatir menyebabkan kematian. Sering mereka mengatasinya dengan minum obat atau alcohol. Pada waktu pagi hari mereka mengeluh lelah fisik dan mental, pada siang hari mereka secara khas merasa depresif, cemas, tegang, mudah tersinggung, dan ada preokupasi pada diri sendiri.Pedoman DiagnostikBerikut ini adalah gambaran klinis esensial untuk diagnostik pasti : 1. Keluhan sulit masuk tidur, mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang buruk2. Gangguan tidur terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal sebulan3. Adanya preokupasi akan tidak bisa tidur dan kekhawatiran berlebihan perihal akibatnya pada malam dan sepanjang hari4. Tidak puas secara kuantitas dan kualitas dari tidurnya, yang keduanya menyebabkan berbagai gangguan dalam fungsi sosial atau pekerjaan

Insomnia merupakan gejala lazim dari gangguan jiwa lain, seperti gangguan afektif, gangguan neurotik, gangguan organik dan gangguan makan, gangguan penggunaan zat, skizofrenia, dan gangguan tidur lainnya seperti mimpi buruk. Insomnia dapat juga berhubungan dengan gengguan fisik yang disertai nyeri dan kegelisahan, atau dengan penggunaan obat tertentu. Bila insomnia terjadi hanya sebagai satu dari kelompok gejala suatu gangguan jiwa atau kelainan fisik, yaitu tidak mendominasi gambaran klinis, maka diagnosis harus dibatasi hanya pada gangguan fisik atau gangguan jiwa yang mendasarinya.

HIPERSOMNIA NONORGANIKHipersomnia adalah suatu kondisi baik tidur siang berlebihan maupun serangan ngantuk (yang tidak disebabkan oleh tidur yang kurang) atau membutuhkan tenggang waktu yang lebih lama untuk pulih segera setelah bangun tidur.Gambaran klinis berikut ini adalah esensial untuk diagnostik pasti :1. Tidur siang hari yang berlebihan atau serangan kantuk yang hebat pada siang hari, yang bukan disebabkan oleh kurang tidur, dan atau membutuhkan tenggang waktu yang lebih lama untuk mencapai keadaan siaga penuh saat bangun tidur (mabuk tidur).2. Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan atau gangguan yang berulang yang berlangsung relative singkat, yang menyebabkan keadaan yang tak menyenangkan atau menyebabkan gangguanyang nyata pada fungsi sosial atau pekerjaan.3. Tak ada gejala tambahan dari narkolepsi (katapleksi, paralisis nocturnal, halusinasi hipnagogik) atau bukti klinis apneu waktu tidur.4. Tak ada gangguan medis atau neurologis yang mengakibatkan somnolensi pada waktu siang hari.

GANGGUAN JADWAL TIDUR NONORGANIKGangguan jadwal tidur diartikan sebagai kurang seimbangnya antara jadwal tidur dan siaga seseorang dengan jadwal tidur siaga yang diinginkan untuk lingkungannya, dengan akibat keluhan baik insomnia maupun hipersomnia.Gambaran klinis berikut ini adalah esensial untuk diagnostik pasti :1. Pola jadwal tidur individu yang berbeda dengan jadwal tidur yang dianggap normal di masyarakat dan keadaan budaya sekitarnya2. Adanya insomnia pada waktu orang tidur dan hipersomnia pada waktu kebanyakan orang bangun, dan hal ini telah berlangsung selama sekurang-kurangnya 1 bulan atau secara berulang dengan periode yang lebih singkat3. Tidur kurang memuaskan dalam kuantitas, kualitas maupun waktunya, sehingga menyebabkan terganggunya fungsi sosial dan pekerjaan

SOMNAMBULISMESomnambulisme adalah suatu keadaan perubahan dari kesadaran, dimana fenomena tidur dan bangun bercampur pada saat sama.Gambaran klinis berikut ini adalah esensial untuk diagnostik pasti :1. Gambaran utamanya adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya pada sepertiga awal malam, lalu berjalan2. Selama episode itu, individu tersebut pandangannya kosong, muka menatap ke depan, tak responsif pada berbagai rangsangan, tak dapat berkomunikasi dan hanya dengan susah payah dapat dibangunkan dari tidurnya.3. Pada waktu bangun, baik dari satu episode atau pun keesokan harinya, individu tak ingat mengenai episode tersebut4. Dalam waktu beberapa menit setelah bangun dari episode somnambulisme, tidak terjadi gangguan aktivitas mental atau perilaku, walaupun mula-mula mungkin ada periode singkat berupa kebingungan dan disorientasi5. Tak ada bukti terdapatnya gangguan mental organik seperti demensia, atau suatu gangguan fisik seperti epilepsy.

TEROR TIDUR (TEROR MALAM)Teror tidur atau teror malam adalah episode di malam hari yang ditandai oleh rasa tercekam dan panik yang hebat dengan cetusan teriakan, motilitas dan pelepasan otonomik yang hebat.Gambaran klinis berikut ini adalah esensial untuk diagnostik pasti :1. Gejala predominan adalah terjadinya satu atau lebih episode terbangun dari tidur yang diawali dengan teriakan panic, dengan tanda khas adanya anxietas, tubuh bergetar, hiperaktivitas otonomik yang hebat seperti takikardia, napas cepat dilatasi pupil dan berkeringat.2. Episode berulang ini berlangsung selama 1-10 menit dan biasanya terjadi pada sepertiga awal tidur malam3. Secara relative tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain untuk mengatasi peristiwa teror malam itu dan upaya demikian bahkan dapat menyebabkan disorientasi dan gerakan perseveratif untuk beberapa menit4. Bila dapat ingat peristiwanya, hanya minimal (biasanya hanya terbatas pada satu atau dua bayang-bayang mental yang fragmentaris)5. Tak ada tanda suatu gangguan fisik, seperti tumor otak atau epilepsy

MIMPI BURUK (NIGHTMARE)Mimpi buruk adalah pengalaman mimpi yang penuh dengan kecemasan atau ketakutan, yang teringat secara terperinci oleh individu tersebut.Gambaran klinis berikut ini adalah esensial untuk diagnostik pasti :1. Terbangun dari tidur malam, atau tidur siang dengan mimpi yang terperinci, jelas dan menakutkan, biasanya termasuk ancaman terhadap kehidupan, keamanan dan harga diri; terbangun dapat terjadi kapan saja pada saat tidur, tapi biasanya pada fase akhir tidur.2. Saat terbangun dari mimpi menakutkan, pasien siaga penuh dan baik orientasinya3. Pengalaman mimpi itu dan akibat gangguan tidur yang terjadi menyebabkan pasien merasa tidak enak.

BAB 3PENUTUP

Bab III ini berisi tentang kesimpulan dan saran atas pembelajaran yang telah kami lakukan pada modul ini. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok kami secara objektif. Sedangkan saran diberikan sebagai referensi bagi pembaca laporan ini.3.1. KesimpulanBerdasarkan uraian dan beberapa argument kami pada bab sebelumnya disertai dengan dasar teori yang mendukung, maka kami dapat mengambil kesimpulan seiring dengan permasalahan dan tujuan pembelajaran yang telah kami sajikan yaitu bahwa nyeri wajah atau nyeri fasialis (nyeri maksilllofasialis) harus dibedakan dengan nyeri kepala. Yang dimaksud nyeri kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas garis orbitomeatal; dan nyeri wajah adalah nyeri yang berlokasi di bawah garis orbitomeatal, serta diatas leher dan di depan telinga. Sedangkan pendapat lain ada yang menganggap wajah itu sebagai bagian depan kepala yang tidak ditutupi rambut kepala. Ada penulis yang memasukkan nyeri daerah wajah ke dalam nyeri kepala, misalnya neuralgia kranialis. Terdapat beberapa jenis nyeri kepala, jenis nyeri kepala terbanyak yang ditemukan di klinik adalah nyeri kepala migraine, kluster, dan tension.

3.2. SaranMengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi diskusi kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen-dosen yang mengajar baik sebagai tutor maupun dosen yang memberikan materi kuliah, dari rekan-rekan angkatan 2007, dan dari berbagai pihak termasuk kakak tingkat di FK UNMUL ini.

58