Nutrisi Cairan Mekanisme Hipovonemia
-
Upload
afriza-hanief-fatkhuri -
Category
Documents
-
view
52 -
download
0
Transcript of Nutrisi Cairan Mekanisme Hipovonemia
5/14/2018 Nutrisi Cairan Mekanisme Hipovonemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/nutrisi-cairan-mekanisme-hipovonemia 1/4
Pengertian hipovonemia
Kekurangan volume cairan terjadi jika air dan elektro hilang pada proporsi
yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga rasio
elektrolit serum terhadap air tetap sama (Brunner dan Suddarth, 2002)
1. Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstrakurikuler (CES)
2. Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstra seluler (CES)
3. Hipovolemia adalah kekurangan cairan didalam bagian bagian
ekstraseluler (CES)
Mekanisme Hipovolemia
Pada keadaan hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak
segera kembali dalam beberapa menit. Adalah penting untuk mengenali
tanda-tanda syok, yaitu:
1. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian
kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
2. Takhikardia: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respons
homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran
darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan.
3. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh
darah sistemik dan curah jantung, vasokonstriksi perifer adalah faktor yang
esensial dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah
otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak di bawah 70
mmHg.
4. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik.
Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam.
Pada penderita yang mengalami hipovolemia selama beberapa saat, dia
akan menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi seperti:
(1)Turunnya turgor jaringan;
(2)Mengentalnya sekresi oral dan trakhea, bibir dan lidah menjadi
kering; serta
(3)Bola mata cekung.
5/14/2018 Nutrisi Cairan Mekanisme Hipovonemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/nutrisi-cairan-mekanisme-hipovonemia 2/4
Akumulasi asam laktat pada penderita dengan tingkat cukup berat,
disebabkan oleh metabolisme anaerob. Asidosis laktat tampak sebagai
asidosis metabolik dengan celah ion yang tinggi. Selain berhubungan
dengan syok, asidosis laktat juga berhubungan dengan kegagalan jantung
(decompensatio cordis), hipoksia, hipotensi, uremia, ketoasidosis diabetika
(hiperglikemi, asidosis metabolik, ketonuria), dan pada dehidrasi berat.
Tempat metabolisme laktat terutama adalah di hati dan sebagian di ginjal.
Pada insufisiensi hepar, glukoneogenesis hepatik terhambat dan hepar
gagal melakukan metabolisme laktat. Pemberian HCO3 (bikarbonat) pada
asidosis ditangguhkan sebelum pH darah turun menjadi 7,2. Apabila pH
7,0–7,15 dapat digunakan 50 ml NaHCO3 8,4% selama satu jam.
Sementara, untuk pH < 7,0 digunakan rumus 2/2 x berat badan x kelebihanbasa.Pemeriksaan Laboratorium – HematologiPemeriksaan laboratorium
sangat bermanfaat untuk menentukan kadar hemoglobin dan nilai
hematokrit. Akan tetapi, resusitasi cairan tidak boleh ditunda menunggu
hasil pemeriksaan. Hematokrit pasien dengan syok hipovolemik mungkin
rendah, normal, atau tinggi, tergantung pada penyebab syok.Jika pasien
mengalami perdarahan lambat atau resusitasi cairan telah diberikan, nilai
hematokrit akan rendah. Jika hipovolemia karena kehilangan volume cairan
tubuh tanpa hilangnya sel darah merah seperti pada emesis, diare, luka
bakar, fistula, hingga mengakibatkan cairan intravaskuler menjadi pekat(konsentarted) dan kental, maka pada keadaan ini nilai hematokrit menjadi
tinggi.Diagnosa DifferensialSyok hipovolemik menghasilkan mekanisme
kompensasi yang terjadi pada hampir semua organ tubuh. Hipovolemia
adalah penyebab utama syok pada trauma cedera. Syok hipovolemik perlu
dibedakan dengan syok hipoglikemik karena penyuntikan insulin
berlebihan. Hal ini tidak jarang terjadi pada pasien yang dirawat di Unit
Gawat Darurat.Akan terlihat gejala-gejala seperti kulit dingin, berkeriput,
oligurik, dan takhikardia. Jika pada anamnesa dinyatakan pasien
sebelumnya mendapat insulin, kecurigaan hipoglikemik sebaiknyadipertimbangkan. Untuk membuktikan hal ini, setelah darah diambil untuk
pemeriksaan laboratorium (gula darah sewaktu), dicoba pemberian 50 ml
glukosa 50% intravena atau 40 ml larutan dextrose 40%
intravena.Resusitasi CairanManajemen cairan adalah penting dan
kekeliruan manajemen dapat berakibat fatal. Untuk mempertahankan
keseimbangan cairan maka input cairan harus sama untuk mengganti
cairan yang hilang. Cairan itu termasuk air dan elektrolit. Tujuan terapi
cairan bukan untuk kesempurnaan keseimbangan cairan, tetapi
penyelamatan jiwa dengan menurunkan angka mortalitas.Perdarahan yang
banyak (syok hemoragik) akan menyebabkan gangguan pada fungsi
5/14/2018 Nutrisi Cairan Mekanisme Hipovonemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/nutrisi-cairan-mekanisme-hipovonemia 3/4
kardiovaskuler. Syok hipovolemik karena perdarahan merupakan akibat
lanjut. Pada keadaan demikian, memperbaiki keadaan umum dengan
mengatasi syok yang terjadi dapat dilakukan dengan pemberian cairan
elektrolit, plasma, atau darah.Untuk perbaikan sirkulasi, langkah utamanya
adalah mengupayakan aliran vena yang memadai. Mulailah denganmemberikan infus Saline atau Ringer Laktat isotonis. Sebelumnya, ambil
darah ± 20 ml untuk pemeriksaan laboratorium rutin, golongan darah, dan
bila perlu Cross test. Perdarahan berat adalah kasus gawat darurat yang
membahayakan jiwa. Jika hemoglobin rendah maka cairan pengganti yang
terbaik adalah tranfusi darah.Resusitasi cairan yang cepat merupakan
landasan untuk terapi syok hipovolemik. Sumber kehilangan darah atau
cairan harus segera diketahui agar dapat segera dilakukan tindakan. Cairan
infus harus diberikan dengan kecepatan yang cukup untuk segera
mengatasi defisit atau kehilangan cairan akibat syok. Penyebab yang
umum dari hipovolemia adalah perdarahan, kehilangan plasma atau cairan
tubuh lainnya seperti luka bakar, peritonitis, gastroenteritis yang lama atau
emesis, dan pankreatitis akuta.Pemilihan Cairan IntravenaPemilihan cairan
sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien, konsentrasi elektrolit, dan
kelainan metabolik yang ada. Berbagai larutan parenteral telah
dikembangkan menurut kebutuhan fisiologis berbagai kondisi medis. Terapi
cairan intravena atau infus merupakan salah satu aspek terpenting yang
menentukan dalam penanganan dan perawatan pasien.Terapi awal pasien
hipotensif adalah cairan resusitasi dengan memakai 2 liter larutan isotonis
Ringer Laktat. Namun, Ringer Laktat tidak selalu merupakan cairan terbaik
untuk resusitasi. Resusitasi cairan yang adekuat dapat menormalisasikan
tekanan darah pada pasien kombustio 18–24 jam sesudah cedera luka
bakar.Larutan parenteral pada syok hipovolemik diklasifikasi berupa cairan
kristaloid, koloid, dan darah. Cairan kristaloid cukup baik untuk terapi syok
hipovolemik. Keuntungan cairan kristaloid antara lain mudah tersedia,
murah, mudah dipakai, tidak menyebabkan reaksi alergi, dan sedikit efek
samping. Kelebihan cairan kristaloid pada pemberian dapat berlanjut
dengan edema seluruh tubuh sehingga pemakaian berlebih perlu
dicegah.Larutan NaCl isotonis dianjurkan untuk penanganan awal syokhipovolemik dengan hiponatremik, hipokhloremia atau alkalosis metabolik.
Larutan RL adalah larutan isotonis yang paling mirip dengan cairan
ekstraseluler. RL dapat diberikan dengan aman dalam jumlah besar kepada
pasien dengan kondisi seperti hipovolemia dengan asidosis metabolik,
kombustio, dan sindroma syok. NaCl 0,45% dalam larutan Dextrose 5%
digunakan sebagai cairan sementara untuk mengganti kehilangan cairan
insensibel.Ringer asetat memiliki profil serupa dengan Ringer Laktat.
Tempat metabolisme laktat terutama adalah hati dan sebagian kecil pada
ginjal, sedangkan asetat dimetabolisme pada hampir seluruh jaringantubuh dengan otot sebagai tempat terpenting. Penggunaan Ringer Asetat
5/14/2018 Nutrisi Cairan Mekanisme Hipovonemia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/nutrisi-cairan-mekanisme-hipovonemia 4/4
sebagai cairan resusitasi patut diberikan pada pasien dengan gangguan
fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.Secara sederhana, tujuan dari
terapi cairan dibagi atas resusitasi untuk mengganti kehilangan cairan akutdan rumatan untuk mengganti kebutuhan harian
Daftar Pustaka1. Darmawan, Iyan, MD, Cairan Alternatif untuk Resusitasi Cairan: Ringer Asetat, Medical
Departement PT Otsuka Indonesia, Simposium Alternatif Baru Dalam Terapi Resusitasi Cairan.2. FH Feng, KM
Fock, Peng, Penuntun Pengobatan Darurat, Yayasan Essentia Medica - Andi Yogyakarta, Edisi Yogya 1996 hal
5–163. Hardjono, IS, Biomedik Asam Laktat, Bagian Biokimia FK Undip Semarang, Majalah Medika No. 6 Tahun
XXV Juni 1999 hal 379-3844. Pudjiadi, Tatalaksana Syok Dengue pada Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak,
FKUI, Simposium Alternatif Baru Dalam Terapi Resusitasi Cairan, Agustus 1999.5. Sunatrio, S, Larutan Ringer
Asetat dalam Praktik Klinis, Simposium Alternatif Baru Dalam Terapi Resusitasi Cairan, Bagian Anestesiologi
FKUI/RSCM, Jakarta, 14 Agustus 1999.6. Thaib, Roesli, Syok Hipovolemik dan Terapi Cairan, Kumpulan NaskahTemu NAsional dokter PTT, FKUI, Simposisum h 17-327. Wirjoatmodjo, M, Rehidrasi - Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
I Edisi Kedua, ED Soeparman, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987 hal 8–12