Nurwahidah

84
  HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK A e d e s ae gyp t i  Linnaeus SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT DEMAN BERDARAH DENGUE DI KECAMATANSOMBA OPU KABUPATEN GOWA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains (S.Si) Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Alauddin Makassar Oleh: NURWAHIDAH NIM. 60300106036 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2010

Transcript of Nurwahidah

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 1/84

 

HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAANJENTIK NYAMUK Aedes aegypti Linnaeus SEBAGAI VEKTOR

PENYAKIT DEMAN BERDARAH DENGUE

DI KECAMATANSOMBA OPU

KABUPATEN GOWA 

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains (S.Si)Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi

UIN Alauddin Makassar

Oleh:

NURWAHIDAH

NIM. 60300106036

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2010

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 2/84

 

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa

skripsi ini adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa

skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, dibuat atau dibantu orang lain secara

keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal

demi hukum.

Makassar, 31 Agustus 2010

Penulis

Nurwahidah

NIM: 60300106036

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 3/84

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul, “ Karakteristik Tempat Perkembangbiakan Nyamuk  Aedesaegypti Linnaeus dan   Aedes albopictus Skuse di Kecamatan Somba Opu Kabupaten

Gowa” yang disusun oleh  Fitriani, NIM: 60300106014, mahasiswi jurusan Biologi

pada Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan

dipertahankan dalam sidang  Munaqasyah yang diselenggarakan pada hari rabu,

tanggal 4 Agustus 2010 M, bertepatan dengan 23 Sya’ban 1431 H, dinyatakan telah

dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu

Sains dan Teknologi, Jurusan Biologi (dengan beberapa perbaikan).*

Makassar, 04 Agustus 2010 M25 Sya’ban 1431 H

DEWAN PENGUJI

Ketua : Prof. Dr. H. Bahaking Rama, M. S. (…………………….)

Sekretaris : Fatmawati Nur, S.Si., M. Si (…………………….)

Munaqisy I : Dra. Hj. A. Asmawati Azis, M. Si (…………………….)

Munaqisy II : Hj. Rachmawati, S. Si., M. Si (…………………….)

Munaqisy III : Drs. M. Arif Alim M.A (…………………….)

Pembimbing I : Syahribulan, S. Si., M. Si (…………………….)

Pembimbing II : Sitti Saenab S,Pd, M.Pd (…………………….)

Diketahui oleh:

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Alauddin Makassar

Prof. Dr. H. Bahaking Rama ,M. S.

NIP. 19520709 198103100. 1

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 4/84

 

KATA PENGATAR

Puji dan syukur kepada ALLAH SWT atas segala limpahan rahmat-

Nya yang telah memberikan kekuatan dan kesabaran kepada penulis sehingga skripsi

ini dapat dirampungkan sebagaimana adanya. Tugas akhir ini merupakan persyaratan

akademik guna penyelesaian studi pada Jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

Terkhusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak dapat

digambarkan dengan apa pun dan kupersembahkan skripsi ini kepada orang tua

tercinta Ibunda Badariah dan Ayahanda Baharuddin yang tanpa pamrih, penuh

kasih sayang membesarkan dan mendidik penulis. Aku bangga menjadi anak beliau.

Saudara-saudaraku tercinta Almarhumah Nurhikmah, Sabran dan Asrar Bahri 

atas dukungan, motivasi, pengertian, dan perhatian, juga untuk segenap keluarga

besar yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang senantiasa mewarnai

kehidupan keluarga kami.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya tak lepas dari berbagai hambatan dan

kesulitan, namun berkat bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak maka kesulitan

tersebut dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis merasa sangat perlu

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 5/84

berterimakasih kepada Ibu Syahribulan, S.Si, M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu

Hafsan, S. Si, M. Pd. selaku Pembimbing II yang selama ini di tengah kesibukan dan

aktivitasnya beliau masih menyempatkan diri untuk memberikan bimbingan dan

arahan kepada penulis.

Dan izinkanlah saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada :

1.  Bapak  Prof. Dr. H. Azhar Arsyad, M.A, sebagai Rektor Universitas Islam

Negeri Alauddin Makassar selaku penanggung jawab Perguruan Tinggi dimana

penulis menimba ilmu di dalamnya.

2.  Bapak  Prof. Dr. H. Bahaking Rama, M.S selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, seluruh dosen

pengajar tak terkecuali seluruh staf di lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi.

3.  Ibu Fatmawati Nur, S. Si., M. Si. selaku Ketua Jurusan Biologi beserta seluruh

staf.

4.  Ibu Sitti Saenab, S.Pd, M.Pd, Masriani S.Si dan dosen-dosen biologi UIN

Alauddin Yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan.

5.  Bapak Drs. Muh. Arif Alim, M. Ag, Ibu Dra. Hj. Andi Asmawati Azis, M.Si,

ibu Hj. Rachmawati, S.Si, M.Si selaku penguji atas saran dan bantuannya

dalam perbaikan skripsi ini.

6.  Teman-teman tercinta Biologi ’06, khususnya teman seperjuangan ”Fitriani,

Marlina,  Ramlah, Rezeki Fitri, Abdul rain, Irnawati , Budi andriani,

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 6/84

Nurmutmainna, Karneli, Yuliana Jamila, Nismawati, Haeriah, Nona

Syahdan, Sarnidayani, Nurnatri astuti, Rabanai, Buyung, Fingki fitriani,

Novlyanti alja, Abdullah, Ruhmanto, Sahruddin, Arif, St Ekaria, A.St.

Normala sari, M. Jihad, Isnaniah semangat dan terus berjuang.

7.  Teman-teman penelitian (Aedes Group) yang telah memberikan bantuan,

motivasi, kerjasama, hingga semuanya bisa terlewati meskipun banyak 

rintangan, tantangan maupun suka dan duka selama penelitian. 

Meskipun penelitian ini adalah fakta namun bukan berarti hasil akhir

penelitian yang sempurna. Oleh karena itu penulis berbesar hati atas masukan

dan saran positif demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini menjadi

salah satu bahan bacaan yang bermanfaat kelak.

Wassalam.

Makassar, Agustus 2010

Penulis

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 7/84

 

ABSTRAK

Nama : Nurwahidah

Nim : 60300106036

Jurusan : Biologi

Fakultas : Sains dan Teknologi

Telah dilakukan penelitian tentang “ Hubungan Perilaku Masyarakat terhadapKeberadaan Nyamuk    Aedes aegypti Linnaeus sebagai Vektor Penyakit Deman

Berdarah Dengue di Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa”. Penelitiandilaksanakan di kelurahan Samata, Pandang-pandang, Sungguminasa danBatangkaluku pada bulan Januari-Maret 2010. Penelitian bertujuan untuk mengetahui

hubungan faktor perilaku masyarakat dengan keberadaan nyamuk    Aedes aegypti 

Linnaeus sebagai vektor DBD. Survei jentik dilakukan secara acak pada berbagai

tempat penampungan air terhadap 50 rumah/lingkungan, wawancara dilakukanterhadap 50 responden/lingkungan (total responden/KK adalah 200) dengan

menggunakan angket. Diperoleh hasil bahwa Di lingkungan Batang kaluku terdapat

hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap ( p=0,005), diLingkungan Samata terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

perilaku masyarakat ( p=0,016). Di Lingkungan Sungguminasa terdapat hubungan

yang bermakna antara perilaku masyarakat dengan keberadaan jentik ( p=0,042),sikap dengan keberadaan jentik ( p=0,043), pengetahuan dengan keberadaan jentik ( p=0,027). Di Lingkungan Pandang-pandang tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dengan keberadaan jentik  Aedes

aegypti Linnaeus. 

Kata kunci : Aedes, perilaku, vektor.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 8/84

 

ABSTRACT

Name : Nurwahidah

Nim : 60300106036

Major : Biology

Faculty : Science and Tecnology

A Study on “The relationship between Community Behavior to the Existenceof   Aedes aegypti Linnaeus as Dengue Haemorrhage Fever Vector at  Kecamatan

Somba Opu Kabupaten Gowa”. The research is aimed to know the relationshipbetween community behavior with the existence of   Ae. aegypti Linnaeus as dengue

haemorrhage fever vector. The research are took place at Samata, Pandang-pandang,

Sungguminasa and Batangkaluku. Sampling of mosquito larva by using simplerandomize method to 50 house hold/kelurahan (total are 200 household), interview is

done by using questionnaire. The result showed that these is a strong correlation

between the existence of  Ae.aegypti mosquito with the community knowledge but it

is not significant ( p=0,005). mid correlation is found between the existence  Ae.

aegypti mosquito to the community behavior but it is not significant ( p=0,016). The

low correlation is found between the existence of mosquito larva and good behavior

but it is not significant ( p=0,042). The existence of  Ae.aegypti mosquito within the

enough behavior of the community showed strong correlation but it is not significant( p=0,043). The existence of larva within the poor behavior showed strong correlation

( p=0.027). In the Pandang-pandang is not corelation between, knowledge and

relationship between community beharvior existece of  Aedes aegypti Linnaeus.

Key words : Aedes, behavior, vector.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 9/84

 

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN................................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................... iii

KATA PENGANTAR............................................................................................ iv

ABSTRAK............................................................................................................... vii

ABSTRACT............................................................................................................ viii

DAFTAR ISI........................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL.................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A.  Latar Belakang............................................................................................. 1

B.  Rumusan Masalah........................................................................................ 4C.  Tujuan Penelitian......................................................................................... 4

D.  Manfaat Penelitian....................................................................................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 6

A.  Definisi Perilaku.......................................................................................... 6

B.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Perilaku....................... 9

1.  Sikap (attitude)...................................................................................... 102.  Tingkat Pendidikan............................................................................... 14

3.  Tingkat Pengetahuan............................................................................. 14

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 10/84

4.  Praktek atau Tindakan (Practice)........................................................... 18

C.  Vektor Deman Berdarah dengue................................................................. 20

1. 

Virus Dengue......................................................................................... 212.   Aedes aegypti Linnaeus........................................................................ 22

3.  Manusia................................................................................................ 32

D.  Faktor-faktor yang Berkaitan dengan DBD.............................................. 33

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN........................................................ 36

A.  Janis Penelitian.................................................................................... 36

B.  Variabel Penelitian.............................................................................. 36

C.  Definisi Operasional............................................................................ 36

D.  Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian............................................... 37

E. 

Batas Penelitan.................................................................................... 37F.  Alat dan Bahan.................................................................................... 37

G.  Cara Kerja............................................................................................ 38H.  Pengumpulan Data............................................................................... 40

I.  Analisis Data........................................................................................ 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 42

A.  Profil Daerah Penelitian.............................................................................. 42

B.  Hasil............................................................................................................ 43C.  Pembahasan................................................................................................ 53

BAB V PENUTUP............................................................................................... 66

A.  Kesimpulan................................................................................................. 66

B.  Saran........................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 68

RIWAYAT HIDUP

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 11/84

 

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

1.  Nyamuk  Aedes aegypti Linnaeus................................................... 25

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 12/84

 

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1.1 Hubungan antara pengetahuan dan sikap responden di Lingkungan

Batangkaluku........................................................................................ 43

1.2 Hubungan antara pengetahuan dan perilaku responden di Lingkungan

Batangkaluku........................................................................................ 43

1.3 Hubungan antara perilaku dengan sikap responden di Lingkungan

Batangkaluku....................................................................................... 44

1.4 Hubungan antara pengetahuan dengan keberadaan jentik di Lingkungan

Batangkaluku....................................................................................... 44

1.5 Hubungan antara sikap dengan keberadaan jentik di Lingkungan

Batangkaluku........................................................................................ 45

1.6 Hubungan antara perliaku dengan keberadaan jentik di LingkunganBatangkaluku........................................................................................ 45

2.1 Hubungan antara pengetahuan dan sikap responden di Lingkungan

Samata................................................................................................. 46

2.2 Hubungan antara pengetahuan dan perilaku responden di Lingkungan

Samata................................................................................................. 46

2.3 Hubungan antara perilaku dengan sikap responden di Lingkungan

Samata................................................................................................. 46

2.4 Hubungan antara pengetahuan dengan keberadaan jentik di Lingkungan

Samata................................................................................................ 47

2.5 Hubungan antara sikap dengan keberadaan jentik di Lingkungan

Samata................................................................................................ 47

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 13/84

2.6 Hubungan antara perliaku dengan keberadaan jentik di Lingkungan

Samata................................................................................................ 47

3.1 Hubungan antara pengetahuan dan sikap responden di Lingkungan

Sungguminasa..................................................................................... 48

3.2 Hubungan antara pengetahuan dan perilaku responden di Lingkungan

Sungguminasa.................................................................................... 48

3.3 Hubungan antara perilaku dengan sikap responden di Lingkungan

Sungguminasa.................................................................................... 49

3.4 Hubungan antara pengetahuan dengan keberadaan jentik di Lingkungan

Sungguminasa.................................................................................... 49

3.5 Hubungan antara sikap dengan keberadaan jentik di Lingkungan

Sungguminasa.................................................................................... 50

3.6 Hubungan antara perliaku dengan keberadaan jentik di Lingkungan

Sungguminasa.................................................................................... 50

4.1 Hubungan antara pengetahuan dan sikap responden di Lingkungan Pandang-

pandang............................................................................................. 50

4.2 Hubungan antara pengetahuan dan perilaku responden di LingkunganPandang-pandang............................................................................... 51

4.3 Hubungan antara perilaku dengan sikap responden di Lingkungan Pandang-

pandang.............................................................................................. 51

4.4 Hubungan antara pengetahuan dengan keberadaan jentik di Lingkungan

Pandang-pandang............................................................................... 52

4.5 Hubungan antara sikap dengan keberadaan jentik di Lingkungan Pandang-

pandang............................................................................................. 52

4.6 Hubungan antara perliaku dengan keberadaan jentik di Lingkungan Pandang-

pandang.............................................................................................. 52

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 14/84

 

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman

1................................................................................................................ 71

2................................................................................................................ 91

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 15/84

 

BAB I

PENDAHULUAN

 A.   Latar Belakang

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) menyebutkan bahwa tujuan pembangunan

bidang kesehatan menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan

adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Sehingga gambaran masyarakat

Indonesia di masa depan yang ingin dicapai adalah masyarakat, bangsa dan negara

yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dengan perilaku yang sehat

dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu

secara adil dan merata. Salah satu penyakit menular yang sangat berbahaya yaitu

penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit DBD disebabkan oleh virus

dengue famili Flavividae genus Flavivirus yang mempunya 4 serotipe (DEN-1, DEN-

2, DEN-3 dan DEN-4). Di Indonesia yang paling banyak ditemukan adalah DEN-3

yang ganas dan virulen1. 

1 Dinas Kesehatan provinsi Sulawesi Selatan, Profil dan Laporan Tahunan Sub Dinas

Pencegahandan Pemberantasan Penyakit (Makassar: Dinas Kesehatan, 2007), h.7

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 16/84

Infeksi virus dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak 

negara tropis dan subtropis. Menurut data yang diperoleh antara tahun 1975 sampai

tahun 1995, penyakit DBD terdeteksi keberadaanya di 102 negara dari 5 wilayah

WHO, yaitu: 20 negara di Afrika, 42 negara di Amerika, 7 negara di Asia Tenggara, 4

negara di Mediterania Timur, dan 29 negara di Pasifik Barat. Seluruh wilayah tropis

di dunia saat ini telah menjadi hiperendemis DBD dengan keempat serotipe virus

secara bersama- sama di wilayah Amerika, Asia Pasifik, Afrika, Indonesia, Myanmar,

Thailand masuk kategori A yaitu termasuk Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah

siklis terulang pada jangka waktu antara 3 sampai 5 tahun2.

Data terakhir tahun 2009 di seluruh wilayah Indonesia tercatat 137.600 kasus

dengan jumlah kematian 1.170 orang dari kasus DBD di 33 propinsi dengan Case

Fatality Rate (CFR) sebesar 1,4 persen. Dari 33 propinsi di Indonesia, 12 diantaranya

ditetapkan sebagai daerah KLB DBD yaitu: Nanggroe Aceh Darussalam, Banten,

DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan

Selatan, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur3.

Penyebaran penyakit DBD terkait dengan perilaku masyarakat yang sangat

erat hubungannya dengan kebiasaan hidup bersih dan kesadaran keluarga terhadap

bahaya DBD. Perilaku berdasarkan kesehatan pada dasarnya merupakan respon

seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

2 WHO, Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah

 Dengue (Jakarta: EGC, 2004), h. 35

3 Levi silalahi, Deman Berdarah . http: // www. pdat. co. id (23 Desember 2009).

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 17/84

pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Respon atau reaksi manusia baik 

bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan

nyata). Sedangkan stimulus atau rangsangan terdiri dari 4 unsur pokok yaitu: sakit

dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan Tingginya

angka kesakitan penyakit ini sebenarnya disebabkan oleh perilaku kita sendiri. Faktor

lainnya yaitu masih kurangnya pengetahuan, sikap, dan tindakan keluarga untuk 

menjaga kebersihan lingkungan. Lingkungan yang cocok untuk tempat perkembang

biakan dari nyamuk  Aedes aegypti Linnaeus adalah tempat-tempat penampungan air

yang bersih dan tenang seperti drum, tempayan, bak mandi, WC, ember, vas bunga,

dan kaleng-kaleng bekas yang dapat menampung air hujan, juga pakaian yang

bergantungan4.

Ada tiga daerah di Sulsel dinyatakan rawan DBD. Ketiga daerah yang diduga

sumber penyakit endemik adalah Kota Makassar, Wajo, dan Gowa. Dinas Kesehatan

Gowa menetapkan delapan kecamatan di Kabupaten Gowa termasuk wilayah

endemis DBD yaitu Somba opu, Pallangga, Bajeng, Bajeng Barat, Bontomarannu,

Bontonompo, Bontonompo Selatan, dan Barombong. Penetapan ini didasarkan

kondisi lingkungan daerahyang dinilai berpotensi sebagai tempat berkembangbiaknya

nyamuk  Ae. aegypti Linnaeus tersebut5.

4 Suroso T, Pemberantasan Demam Berdarah (Jakarta: Departemen Kesehatan, 2000), h.7.

5 Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa, Laporan Bulanan Bidang Kesehatan Kabupaten Gowa 

(Makassar: Dinas Kesehatan, 2008), h.30.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 18/84

Somba Opu merupakan salah satu wilayah kecamatan yang ditemukan kasus

DBD tertinggi kedua setelah Bajeng. Selama kurung waktu 2003-2009 ditemukan

823 kasus, pada tahun 2003 sebanyak 82 orang, tahun 2004 sebanyak 393 orang,

tahun 2005 sebanyak 170 orang, tahun 2006 sebanyak 88 orang, tahun 2007 sebanyak 

32 orang, tahun 2008 sebanyak 56 orang, dan tahun 2009 sebanyak 89 orang. Hasil

observasi awal yang telah dilakukan di wilayah Kec. Somba Opu menemukan

nyamuk   Ae. aegypti Linnaeus di rumah-rumah penduduk pada berbagai tempat

penampungan air baik yang berada di dalam maupun di luar rumah. Kajian terhadap

perilaku masyarakat dalam hubungannya dengan vektor penyakit DBD di wilayah ini

  juga masih kurang sehingga peneliti tertarik untuk melakukan kajian penelitian

dengan harapan dapat memperoleh informasi mengenai faktor-faktor penyebab

keberadaan nyamuk ini di wilayah Kec. Somba Opu6 

 B.   Rumusan Masalah 

Bagaimana hubungan antara perilaku masyarakat dengan keberadaan vektor

DBD dalam hal ini nyamuk  Ae. aegypti Linnaeus  di wilayah kec. Somba Opu?

C.  Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat dengan keberadaan

nyamuk  Ae. aegypti Linneus sebagai vektor DBD.

6  Ibid.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 19/84

  D. Manfaat Penelitian

1.  Peneliti

Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang penyakit DBD

dan memperoleh gambaran tentang perilaku masyarakat Kec. Somba opu dalam

menanggulangi nyamuk  Ae. aegypti Linnaeus.

2.  Instansi 

Bagi instansi terkait dapat membantu dalam menurunkan jumlah kasus penderita

DBD melalui data dan informasi mengenai perilaku setiap keluarga di wilayah

penelitian, sehingga dinas/instansi terkait dapat mengkaji kembali sejauhmana proses

penanggulangan vektor DBD yang telah dilakukan selama ini.

3.  Masyarakat 

Penelitian diharapkan dapat membantu masyarakat dalam memperoleh gambaran

pengetahuan tentang penyakit DBD melalui pemberian informasi dan vektor

penyebab sehingga masyarakat dapat melakukan deteksi dini dan monitoring

keberadaan jentik di wilayahnya masing-masing.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 20/84

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 A.  Definisi Perilaku

Perilaku dari sudut pandang biologi merupakan suatu kegiatan atau aktivitas

organisme yang bersangkutan, jadi pada hakikatnya perilaku manusia adalah suatu

aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu

mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi,

berpakaian, dll. Bahkan kegiatan internal seperti: berpikir, persepsi, dan emosi juga

merupakan perilaku manusia7

.

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan

yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari

maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling

berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga

kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan

7 Soekidjo notoatmodjo, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar (Jakarta:PT

Rineka Cipta, 2003), h.118. 

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 21/84

perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik 

perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut

8

.

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang

bersangkutan. Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia,

sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri

manusia. Terdapat berbagai macam kebutuhan diantaranya kebutuhan dasar dan

kebutuhan tambahan9.

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada organisme tersebut dipengaruhi

oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa

faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku mahluk hidup

termasuk perilaku manusia. Hereditas atau faktor keturunan merupakan konsepsi

dasar/ modal untuk perkembangan perilaku mahluk hidup tersebut. Sedangkan

lingkungan merupakan kondisi/lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. Suatu

mekanisme pertemuan antara kedua faktor tersebut dalam rangka terbentuknya

perilaku disebut proses belajar10

.

Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati

dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap, sikap hanya suatu

kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara

8 Sirantonius, Defenisi Persepsi dan Perilaku. http://af-accessoriessolution .blogspot.com (3

Februari 2010).

9Abdul Rochman, Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Ibu Rumah Tangga dalam

Pemberantasan Nyamuk (PSN) (Semarang: Universitas Diponegoro, 2004), h.14. 

10 Soekidjo Notoatmodjo. Loc.cit. 

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 22/84

yang menyatakan adanya tanda- tanda untuk menyenangi atau tidak menyenagi objek 

tersebut

11

.

Seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil

hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon). Sedang perilaku

kesehatan pada dasarnya merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta

lingkungan. Respon atau reaksi manusia baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi,

dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan nyata). Sedangkan stimulus atau

rangsangan terdiri dari 4 unsur pokok,yaitu: sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan, dan lingkungan12

.

Dalam Surah Al-Baqarah ayat 222 diterangkan tentang pentingnya kebersihan

yaitu:

                                                                                

                                                                                                                        

Terjemahanya:

”Sesungguhnya Allah mencintai orang yang taubat dan mencintaiorang-orang yang menjaga kebersihan.” 

11  Ibid.

12  Ibid.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 23/84

Orang yang mau bertaubat dan orang yang menjaga kebersihan sangat di

muliakan oleh Allah karena Allah mencintainya. Dan orang-orang yang dicintai Allah

karena memelihara kebersihan akan masuk surga, seperti yang diterangkan dalam

hadist Rasullulah yang Artinya: “Sesungguhnya Allah membangun Islam diatas

kebersihan. Dan tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang memelihara

kebersihan” (HR. Tambraani) 

Hadist Rasulullah menerangkan bahwa orang yang terbiasa dengan perilaku

tidak memelihara kebersihan atau jorok tidak akan masuk surga. Orang yang

berperilaku tidak bersih dapat berarti pula tidak ikut membangun islam, karena

sesungguhnya Allah membangun Islam diatas kebersihan. Kebiasaan membuang

sampah sembarangan tidak mencerminkan peilaku hidup yang Islami.

 B.   Faktor  – faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku

Faktor- faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi

dua, yakni faktor intern dan ekstern. Faktor intern mencakup: pengetahuan,

kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, dan sebagian yang berfungsi untuk mengolah

rangsangan dari luar. Sedang faktor ekstern, meliputi: lingkungan sekitar, baik fisik 

maupun non fisik seperti: iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan, dll. Kosa dan

Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi

oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang

diinginkan, dan kurang berdasarkan pada pengetahuan biologi. Memang

kenyataannya demikian, tiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 24/84

mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan berbeda, meskipun gangguan

kesehatan sama, pada umumnya tindakan yang diambil berdasarkan penilaian

individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut. Penilaian

semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan individu saat mulai

menstimulasi suatu proses sosial psikologis. Proses semacam ini menggambarkan

berbagai tindakan yang dilakukan si penderita mengenai gangguan yang dialami, dan

merupakan bagian integral interaksi sosial pada umumnya13

.

Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera.

Perubahan- perubahan perilaku dalam diri persepsi yang berbeda, meskipun

mengamati terhadap objek yang sama. Motivasi yang sama yang diartikan sebagai

suatu dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan juga dapat terwujud

dalam bentuk perilaku. Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis

yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada

hakikatnya merupakan faktor keturunan (bawaan). Manusia dalam mencapai

kedewasaan semua aspek tersebut diatas akan berkembang sesuai dengan hukum

perkembangan14 

1. Sikap ( attitude) 

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

13 Soekidjo Notoatmodjo. op. cit. h. 123.

14  Ibid.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 25/84

terhadap suatu stimulus/ obyek. Dalam hal ini sikap hidup bersih digambarkan pada

seseorang yang kalau rajin dan senang akan kebersihan dan cepat tanggap dalam

masalah maka akan melaksanakan.  Manifestasi sikap tidak dapat dilihat secara

langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilkau yang tertutup.

Menurut salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif 

tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas15

.

Dalam bagian lain dijelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen

pokok, yaitu: kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek,

kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek, dan

kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama

membentuk sikap yamg utuh, dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan,

berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap juga terdiri dari

berbagai tingkatan yaitu: menerima, merespon, menghargai, bertanggung jawab.

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak 

langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap

suatu objek, secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan

hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden16

.

15 Ibid; h.130.

16 Ibid.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 26/84

Sikap responden yang baik terhadap upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk 

(PSN) dan abatisasi lebih besar daripada sikap responden yang kurang baik terhadap

upaya PSN dan abatisasi yaitu sebesar 89%. Hal ini disebabkan karena responden

dalam menjawab pertanyaan selalu menjawab hal-hal yang baik saja. Sikap

responden untuk menguras tempat penampungan air tidak disertai kesadaran sebagai

tindakan menghilangkan jentik nyamuk   Ae. aegypti Linnaeus  tapi lebih mengarah

kepada kondisi fisik air yang kurang baik. Sikap responden merupakan respon yang

masih tertutup dan tidak tampak dalam keadaan nyata, sehingga meskipun mereka

setuju terhadap upaya PSN dan abatisasi belum tentu mereka berperilaku sesuai

dengan sikapnya. Hal ini dibuktikan dari hasil uji statistik Fisher`s  Exact Test dimana

diperoleh p = 0,113 (p>α), berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap

responden dengan keberadaan jentik nyamuk   Ae. aegypti Linnaeus  di Kelurahan

Wonokusumo

17

.

2 kali akan berperilaku buruk dalam kaitannya dengan pencegahan DBD Dari

hasil uji statistik yang dilakukan untuk melihat hubungan antara sikap dan perilaku

responden kaitannya dengan DBD, diketahui bahwa ternyata ada hubungan yang

signifikan antara tingkat sikap responden dengan perilaku responden (p value 0,005).

17 Ririh Y dan anny V, “ Hubungan Kondisi lingkungan, Kontainer dan Perilaku Masyarakat 

dengan keberdaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Daerah Endemis Deman Berdarah Dengue

Surabaya” (Jurnal Kesehatan Lingkungan I , 2005), h. 179.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 27/84

Dengan OR 1,62 dapat diinterpretasikan bahwa responden yang mempunyai sikap

yang kurang baik mempunyai kemungkinan 1,6

18

.

Penelitian terhadap sikap responden di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar

Selatan menunjukkan tidak ada hubungan antara sikap responden dengan keberadaan

vektor DBD. Tidak adanya hubungan karena sikap responden sebagian besar baik 

terhadap upaya PSN. Sikap responden untuk menguras Tempat Penampungan Air

(TPA) tidak disertai kesadaran sebagai tindakan menghilangkan jentik nyamuk  Ae.

aegypti Linnaeus  tetapi lebih mengarah kepada kondisi fisik air yang kurang baik.

Pada masyarakat yang menggunakan sumber air bersih PDAM dengan harga yang

dirasakan relative mahal ada keengganan untuk melakukan pengurasan TPA karena

akan ada air yang terbuang percuma. Adanya sikap masyarakat yang belum sadar

bahwa setiap anggota keluarga mempunyai resiko yang sama untuk terserang DBD

dan ada anggapan, yang penting bukan keluarga sendiri yang terkena DBD padahal

diketahui nyamuk tidak mengenal status sosial dan atribut lainnya sehingga sikap dan

tindakan yang diambil akan berbeda dalam merespon penanggulangan DBD. Masih

adanya sikap masyarakat yang kurang peduli terhadap penyakit DBD di wilayah kerja

puskesmas I Denpasar Selatan, maka akan berisiko terkena penyakit DBD yang

cenderung menimbulkan wabah Kejadian Luar Biasa (KLB). Upaya penyadaran

sikap adalah upaya penyadaran keyakinan sebagai aspek yang mendasarinya,

sehingga penyadaran bahwa siapa pun mempunyai risiko yang sama untuk terserang

18 Santoso, “ Hubungan Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) Masyarakat Terhadap Vektor 

 DBD di Kota Palembang Provinsi Sumatra Selatan” (Jurnal Ekologi Kesehatan, 2008), h. 5.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 28/84

DBD menjadi penting. Ketika rumah dan lingkungannya sudah bersih, tetapi anggota

keluarga bisa digigit nyamuk ketika sekolah dan seterusnya

19

.

2.  Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan

penyuluhan dan cara pemberantasan yang dilakukan20.

Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam

pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah

yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok, atau

masyarakat. Tingkat pendidikan berpengaruh pada tingkat pengetahuan, pengetahuan

kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah

(intermediate impact) dari pendidikan kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan akan

berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran

dari pendidikan kesehatan21

.

3.  Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan dan sikap adalah merupakan repons seseorang terhadap

stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung, sedangkan tindakan nyata

seseorang sebagai respons seseorang terhadap stimulus merupakan overt   behavior .

19 IN. Gede Suyasa, “ Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat Dengan

Keberdaan Vektor Deman Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Selatan”

(Skripsi sarjana Fakultas Kesehatan, Politeknik Kesehatan Denpasar,2008), h.5.

20 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Op.cit . h.2.

21 Soekidjo notoatmodjo. op. cit.h. 97.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 29/84

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk 

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior), karena dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi

perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

a.  Kesadaran (awarness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau objek.

b. Merasa tertarik (Interest ), dimana orang tersebut merasa tertarik terhadap

stimulus atau objek tersebut, disini sikap subjek mulai timbul.

c.  Menimbang- nimbang (Evaluation) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah terbentuk lebihbaik lagi.

d. Mencoba (Trial), dimana subjek mulai mencoba melakuakan sesuatu sesuai dengan

apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Meniru ( Adoption), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus22

.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti

ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka

perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebalikanya apabila perilaku itu tidak 

didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung lama. Pengetahuan

yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu: tahu, memahami,

22 ibid; h. 121.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 30/84

aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin kita

ketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat- tingkat pengetahuan23

.

Mengenai tingkat pengetahuan responden yang berhubungan dengan

keberadaan jentik nyamuk   Ae. aegypti Linnaeus, menunjukkan tingkat pengetahuan

baik hanya 21 responden (21%) dan tingkat pengetahuan yang kurang baik sebanyak 

79 (79%). responden yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik dan terdapat

  jentik di rumahnya sebanyak 53 responden (91,4%) lebih besar daripada responden

yang mempunyai tingkat pengetahuan baik dan terdapat jentik sebanyak 5 responden

(8,6%). Hal ini didukung pula oleh hasil uji statistik Chi-Square dimana diperoleh p =

0,001 (p<α), berarti terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan

responden dengan keberadaan jentik    Ae. aegypti linnaeus  di Kelurahan

Wonokusumo

24

.

Dari hasil uji statistik yang dilakukan untuk melihat hubungan pengetahuan

dengan sikap responden kaitannya dengan pencegahan DBD, diketahui bahwa ada

hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden dengan sikap responden

kaitannya dengan penyakit DBD (p value 0,000). Dengan OR 3,097 dapat di

interpretasikan bahwa responden yang berpengetahuan rendah mempunyai

kemungkinan 3,097 kali akan mempunyai sikap yang kurang baik berkaitan dengan

23  Ibid; h.128-130

24 Riri Y dan Anny V. op. cit. h.177-178.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 31/84

penyakit DBD. Dari hasil uji statistik yang dilakukan untuk melihat hubungan antara

pengetahuan dan perilaku responden kaitannya dengan DBD, diketahui bahwa

ternyata ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan responden dengan

perilaku responden (p value 0,000). Dengan OR 2,25 dapat diinterpretasikan bahwa

responden yang berpengetahuan rendah mempunyai kemungkinan 2,25 kali akan

berperilaku buruk dalam kaitannya pencegahan DBD25.

Berdasarkan hasil wawancara berbasis kuesioner terhadap pengetahuan

responden di wilayah kerja puskesmas I Denpasar Selatan, dari 90 respon yang

diteliti, diketahui 86 responden (85,6%) dengan tingkat pengetahuan yang baik dan 4

responden (4,4%) dengan tingkat pengetahuan sedang. Hasil pengukuran

menunjukkan bahwa dari 86 responden dengan tingkat pengetahuan yang baik, tidak 

terdapat jentik DBD sebanyak 69 responden (80,2%) dan ada jentik DBD sebanyak 

17 responden (19,8%). Sebanyak 4 responden dengan tingkat pengetahuan yang

sedang, tidak terdapat jentik DBD sebanyak 2 responden (50,0%) dan ada jentik DBD

sebanyak 2 responden (50,0%). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan tidak ada

hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan keberadaan vektor DBD.

Tidak ada hubungan karena sebagian besar berpengetahuan baik tentang penyakit

DBD , hampir semua pertanyaan dijawab dengan benar yang berkaitan dengan

penyakit demam berdarah, misalnya tentang penyebab DBD, gejala DBD, bahaya

DBD dan tindakan bila ada kasus DBD. Hal ini diperkuat oleh pendapat masyarakat

25 Santoso. Loc.cit.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 32/84

bahwa masyarakat telah banyak mendapat informasi tentang penyakit demam

berdarah dari berbagai sumber. Sebagian besar responden mengatakan memperoleh

informasi dari televisi, ada yang mengatakan dari radio, media cetak, brosur dan

penyuluhan petugas kesehatan. Dengan mengetahui pengetahuan yang baik tidak 

berarti dapat memprediksi tindakan yang dilakukan, ketika pengetahuan seseorang

baik/positif tindakan yang diambilnya negatif begitu sebaliknya. Dalam hal

penanggulangan DBD ketika ditanyakan pengetahuannya tentang PSN sangat positif 

atau mendukung tetapi tindakannya tidak sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

Hal ini bisa dilihat masih adanya tindakan masyarakat yang jarang melakukan

kegiatan gotong royong untuk membersihkan lingkungan maupun riol/got yang ada di

sekitar rumah26.

4. Praktek atau Tindakan ( Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overtbehavior)

untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung

atau kondisi yang memungkinkan antara lain: fasilitas, faktor  dukungan dari pihak 

lain. Tingkat-tingkat  praktek yaitu: Persepsi, respon terpimpin, mekanisme, dan

adaptasi. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan

wawancara terhadap kegiatan- kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau

26 IN Gede Suyasa.op. cit. h.4.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 33/84

bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yaitu

dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden

27

.

Tindakan responden dalam penelitian yang dilakukan untuk mengurangi atau

menekan kepadatan jentik nyamuk    Ae. aegypti Linnaeus dengan kategori baik 

sebesar 49 % lebih kecil dibandingkan tindakan responden yang dilakukan untuk 

mengurangi atau menekan kepadatan jentik dengan kategori kurang baik yaitu

sebesar 51 %. Dari hasil yang diperoleh tampak bahwa tindakan responden dengan

kategori kurang baik dan terdapat jentik dirumahnya adalah sebesar 65,5 %

sedangkan tindakan responden dengan kategori baik dan terdapat jentik dirumahnya

yaitu sebesar 34,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan responden sangat

berkaitan erat dengan keberadaan jentik di rumahnya. Hasil uji statistik  Chi-Square

didapatkan p = 0,001 (p< α), berarti ada hubungan yang bermakna antara tindakan

responden dengan keberadaan jentik nyamuk  Ae. aegypti Linneaus

28

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan responden di wilayah kerja

puskesmas I Denpasar Selatan, dari 90 responden yang diteliti, diketahui 46

responden (51,1%) memiliki tindakan yang baik, sebanyak 39 responden (43,3%)

memiliki tindakan yang sedang dan 5 responden (5,6%) dengan tindakan yang buruk 

berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ada hubungan antara tindakan

responden dengan keberadaan vektor DBD dengan nilai koefisien kontingensi sebesar

27 Soekidjo Notoatmodjo. op.cit.h.133.

28 Ririh Y dan Anny V.op.cit . h.180.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 34/84

0,344. Dari hasil penelitian ini ditemukan adanya hubungan antara pelaksanaan PSN

dengan keberadaan jentik DBD. Mengingat vaksin untuk mencegah penyakit DBD

hingga saat ini belum tersedia, maka upaya pemberantasan penyakit DBD harus

dititikberatkan pada PSN penularnya (  Ae. aegypti Linneaus), di samping

kewaspadaan dini terhadap kasus DBD untuk membatasi angka kesakitan dan

kematian. Walaupun penyemprotan dengan menggunakan insektisida dilakukan tetapi

bila jentik nyamuk masih dibiarkan hidup, maka akan tumbuh nyamuk baru yang

selanjutnya dapat menularkan penyakit DBD29

.

C.  Vektor Deman Berdarah Dengue

Penyakit DBD melibatkan 3 organisme yaitu: virus dengue, nyamuk  Aedes 

dan penjamu manusia. Secara alamiah ketiga kelompok organisme tersebut secara

individu atau populasi dipengaruhi oleh sejumlah faktor lingkungan biologik dan

lingkungan fisikologi, Pola perilaku dan status ekologi dari ketiga kelompok 

organisme tadi dalam ruang dan waktu saling berkaitan dan saling membutuhkan,

menyebabkan penyakit DBD berbeda derajat endemisitasnya pada suatu lokasi

kelokasi lain, dan dari tahun ke tahun. Untuk memahami kejadian penyakit yang

ditularkan vektor dan untuk pemberantasan penyakit melalui pemberantasan

vektornya perlu mempelajari penyakit sebagai bagian ekosistem alam yaitu

29 IN Gede Suyasa. Op.cit. h.5.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 35/84

Arthropoda Ekosistem. Subsistem yang terkait dalam ekosistem ini adalah: virus,

nyamuk  Aedes, manusia, lingkungan fisik dan lingkungan biologi

30

.

1.  Virus Dengue 

Virus Dengue termasuk dalam flavivirus group dan famili togaviridae, ada 4

serotype yaitu Dengue-I, Dengue-2, Dengue-3 dan Dengue-4. Virus ini terdapat

dalam darah penderita 1 -2 hari sebelum demam. Virus tersebut berada dalam darah

(Viremia) penderita selama 4 -7 hari. Pada suhu 30 derajat Celcius di dalam tubuh

nyamuk   Ae. aegypti Linnaeus, virus DBD memerlukan waktu 8 -10 hari untuk 

menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsik dari lambung sampai ke kelenjar ludah

nyamuk 31.

Virus Dengue sebagai vektor yang ditularkan dari orang ke orang melalui

gigitan nyamuk  Ae. aegypti Linnaeus  dari subgenus Stegomyia. Ae. aegypti Linneaus

merupakan vektor epidemis yang paling utama, namun spesies lain seperti  Ae.

albopictus, Ae. polynesiensis, anggota dari  Ae. Scutellaris complex, dan  Ae. Finlaya 

niveus juga dianggap sebagai vektor sekunder. Kecuali Ae. aegyti Linneaus semuanya

mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-sendiri yang terbatas. Meskipun

30 Departemen Kesehatan, Pedoman Survei Entomologi Deman Berdarah Dengue (Cet.II;

Jakarta: Bakti Husada, 2002), h.2. 

31  Ibid.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 36/84

mereka merupakan host yang sangat baik untuk virus Dengue, biasanya mereka

merupakan vektor epidemi yang kurang efisien dibanding Ae. aegypti Linneaus

32

.

2.  Aedes aegypti Linneaus

a.  Morfologi

Secara morfologi Ae. aegypti Linnaeus merupakan spesies nyamuk berukuran

kecil, berwarna gelap, yang dengan mudah dapat dikenali dari adanya garis putih

keperakan (lyre) yang khas pada bagian punggungnya, dan adanya gelang/cincin

putih pada pangkal kakiya. Skutum Ae. aegypti Linnaeus berwarna hitam dengan dua

strip putih sejajar di bagian dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung

berwarna putih33.

Nyamuk sering dianggap sebagai makhluk hidup yang biasa dan tidak penting.

Namun, ternyata nyamuk itu sangat berarti untuk diteliti dan dipikirkan sebab di

dalamnya terdapat tanda kebesaran Allah. Inilah sebabnya "Allah tiada segan

membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu Walau semua

makhluk hidup memiliki tanda-tanda ini, beberapa tanda dirujuk Allah secara khusus

dalam Al Quran. Nyamuk adalah salah satunya. Hal ini di sebutkan dalam Q.S Al

Baqarah: 26

32 WHO, 2005.   Dengue/DHF : Situation of Dengue Hemorragic Fever in The South East 

  Asia Region, (On line)(Http://w3.whosea.org/en/ Section10/Section332/ Section 519_2392. htm.

(Diakses tanggal 8 oktober 2005), h. 10.

33 Rueda. L.M, Pictorial Keys For The Identification Of Mosquitoes (Diptera

Culicidae)Associated With Dengue Virus Transmission, Syahribulan. Kunci Identifikasi Nyamuk Ordo

 Diptera Sebagai Pembawa Virus Dengue (New Zeland: Magnolia Press Aukland,2004), h.57.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 37/84

                                                                                                                                                                 

                                                                          

 

Terjemahan:

“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk 

atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, Maka

mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapimereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk 

perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan

Allah[34], dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nyapetunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik ”34

 

b. Habitat

Habitat nyamuk bisanya berupa genangan-genangan air yang tetampung di

suatu wadah yang biasa disebut kontainer dan bukan pada genangan-genangan air

tanah. Pada waktu survei larva/jentik, kontainer ini dibedakan sebagai berikut:

1.  Tempat penampungan air (TPA), yaitu tempat-tempat untuk menampung air

guna keperluan sehari-hari seperti : drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember dan

lain-lain.

2.  Bukan tempat penampungan air (non TPA), yaitu tempat-tempat yang biasa

menampung air tetapi bukan keperluan sehari-hari seperti : tempat minum hewan

34Departemen Agama RI,  Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Yayasan Pentahsis dan

Penerjemah Al-Qur’an, 1990), h. 12-13.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 38/84

piaraan (ayam, burung dll), barang bekas (kaleng, ban, botol, pecahan gelas dll), vas

bunga, perangkap semut, penampungan air dispenser dan sebagainya.

3.  Tempat penampungan air buatan alam (alamiah/natural) seperti : lubang

pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon

pisang, potongan bambu dll.

Kontainer ini pada umumnya ditemukan di dalam rumah, di sekitar rumah dan

tidak jauh dari rumah.

Tempat istitrahat yang paling di senangi   Ae. aegypti adalah vegetasi yang

ditemukan tumbuh disekitar tempat perindukan yang tidak secara langsung terkena

oleh pancaran cahaya matahari. Jika yang menjadi tempat istirahat species ini benda-

benda di dalam rumah, benda tersebut berupa benda tergantung seperti pakaian,

kelambu, gorden atau perabot rumah yang terletak/berada di tempat yang gelap,

berbau dan lembab.

c.  Klasifikasi

Nyamuk masuk kedalam bangsa Diptera. Termaksud didalamnya lalat-lalat

rumah dan banyak lainnya. Jumlah jenis dan subjenis nyamuk ada 3.500 nyamuk.

Termaksuk 42 subgenus semua termaksuk dalam family Culicidae. Sehingga

berdasarkan genus dan familinya nyamuk diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Sub phylum : Invertebrata

Class : Insecta

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 39/84

Ordo : Diptera

Family : Culicidae

Genus : Aedes

Species : Aedes aegypti Linnaeus35 

Gambar 1. Nyamuk  Ae. aegypti Linnaeus36

.

Keterangan:

a.  Probscisb.  Antenna

c.  Foreleg

d.  Winge.  Vein 1A

f.  Hindle

g.  Midlegh.  Abdominal terga

35 Borror, DJ & DM Delong, An Introduction to the study of Insect . (USA Library of 

Congres, Catalog Card, 1954), h.54. 36 Rueda L.M. op.cit. h.28.

a

b

d

c

e

g

h

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 40/84

i.  Femur

Nyamuk   Ae. aegypti Linnaeus adalah vektor utama penyakit DBD di daerah

tropik. Nyamuk ini semula berasal dari Afrika kemudian menyebar melalui sarana

transportasi ke Negara lain di asia dan Amerika. Di Asia  Ae. aegypti Linnaeus

merupakan satu-satunya vektor yang efektif menularkan DBD, karena tempat

perindukkan berada di sekitar rumah dan hidupnya tergantung pada darah manusia.,

  Ae. aegypti Linnaeus masih memiliki kemampuan penularan yang tinggi karena

kebiasaan nyamuk tersebut menghisap darah manusia berulang-ulang baik siang

maupun malam hari. Nyamuk ini juga ditemukan hidup dipemukiman padat, baik 

perkotaan maupun pedesaan37

  Ae. aegypti Linnaeus mempunyai dua subspecies yaitu   Ae. aegypti

queenslandensis dan Ae. aegypti formosus. Subspecies yang pertama hidup bebas di

Afrika sementara subspecies kedua hidup di daerah tropis yang dikenal efektif 

menularkan virus DBD. Subspecies yang kedua lebih berbahaya dibandingkan

subspecies yang pertama38

.

Dengan Allah menciptakan binatang berupa nyamuk apabila kita perhatikan

berapa banyak nikmat atau karunia yang diberikan Allah dengan adanya nyamuk 

tersebut. Berapa banyak dokter-dokter yang ahli dalam penyakit akibat nyamuk,

berapa banyak pabrik-pabrik obat nyamuk atau berapa banyak orang yang

37Sugen Rawuh, Ilmu Kedokteran. http//www.created by crazyprofile.com, 30 januari 2010. 

38 Departemen Kesehatan. Op.cit 

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 41/84

mendapatkan rezki dikarenakan adanya nyamuk. Oleh karena itu Al-qur’an ini

diturunkan Allah memang membawa nikmat bagi manusia. Sebagaimana Allah

menjelaskan dalam surat Al-imran ayat 164:

                                                                                                                                                                      Terjemahan:

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman

ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka

sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan

Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar

dalam kesesatan yang nyata.”39

 

d.  Siklus Hidup

Siklus hidup   Ae. aegypti Linnaeus mengalami perubahan hidup yang

sempurna, yaitu telur, jentik, pupa dan nyamuk dewasa. Bentuk telur, larva dan pupa

hidup dalam lingkungan air. Ae. aegypti Linnaeus mengalami metamorfosis

sempurna yaitu: tahap telur – larva/ jentik  – pupa – dewasa. Jentik mengalami empat

tahapan perkembangan yang disebut instar yang kesluruhannya terjadi di dalam air,

39. Departemen Agama RI,  Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Yayasan Pentahsis dan

Penerjemah Al-Qur’an, 1990).

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 42/84

sedangkan tahapan dewasa adalah serangga terbang yang aktif mencari darah

Karakteristik yang dimiliki  Aedes aegypti Linnaeus pada setiap stadium berikut:

(i)  Stadium telur

Kontak pertama dengan air merupakan rangsangan bagi nyamuk untuk 

bertelur. Telur  Ae. aegypti Linnaeus berukuran 0,80 mm, berbentuk oval, berwarna

hitam atau berwarna gelap seperti sarang tawon. Telur tersebut diletakkan satu demi

satu pada dinding container sedikit di atas permukaan air atau dibawah permukaan air

dalam jarak kira-kira 2,5 cm dan dinding tempat perindukan. Pada telur dikeluarkan

berwarna putih dan selang 30 menit kemudian berangsur-angsur berubah menjadi

hitam pekat. 70 jam kemudian setelah kontak dengan air pada suhu 25oC-30

oC telur

akan menetes menjadi larva. Telur tersebut dapat bertahan pada tempat yang kering

(tanpa air) sampai berbulan-bulan pada suhu 20oC-42

oC, namun bila tempat tersebut

tergenang air atau kelembaban tinggi maka dapat menetes dengan cepat, suhu

lingkungan sangat berpengaruh pada daya tahan telur untuk menetes menjadi larva40

 

(ii) Stadium Jentik 

Pertumbuhan dan perkembangan jentik dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah temperatur, cukup tidaknya bahan makanan, keberadaan binatang

lainnya yang mirip predator. Telur dapat menetes menjadi jentik dan akan mengalami

40Yotopranoto S, Dinamika Populasi Vektor pada Lokasi dengan Kasus Deman Berdarah

 Dengue yang Tinggi di Kotamadya Surabaya (Surabaya: Majalah Kedokteran Tropis Indonesia, 1998),

h. 23

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 43/84

empat tingkatan atau stadium yaitu pergantian kulit ke pergantian kulit selanjutnya

untuk membedakan jentik ini biasanya digunakan stadium I, II, III, IV.

(ii)  Stadium pupa

Pada stadium ini berbentuk pupa   Ae. aegypti Linnaeus jah berbeda dengan

bentuk larvanya. Pupa berbentuk gemuk, bulat serta tajam seperti koma, pupa tidak 

memerlukan makanan, tetapi memerlukan oksigen dan pengambilan oksigen melalui

terompetnya. Biasanya stadium ini berlangsung selama satu sampai lima hari pada

temperatur air. Waktu tersebut tidak semua jantan dan betina pada suhu 27oC-32

oC

rata-rata pupa jantan selama 1,9 hari dan untuk betina berlangsung selama 2,5 hari 41.

(iii)  Stadium dewasa

Nyamuk dewasa sebagai stadium akhir berlangsung di alam bebas untuk 

mengetahui jenis kelamin dapat dilihat pada antenanya dan nyamuk dewasa jantan

mempunyai bulu yang lebat pada antenanya sedangkan pada nyamuk betina

antenanya berbulu jarang42

 

e.  Tempat bertelur

Untuk meletakkan telurnya, nyamuk betina tertarik pada kontainer berair yag

berwarna gelap, terbuka dan terutama yang terletak di tempat-tempat terlidung dari

sinar matahari. Telur diletakkan di dinding kontainer di atas permukaan air. Bila kena

41Sumarmo, Deman Berdarah Dengue di Indonesia, Situasi Sekarang dan Harapan di Masa

 Mendatang, Semilokal Berbagai Aspek Deman Berdarah Dengue dan Penanggulangannya (Jakarta:

UI Press, 1985), h. 56

42Ibid.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 44/84

air maka menetes menjadi larva/jentik, setelah 5-10 hari larva akan menjadi pupa dan

2 hari kemudian pupa akan menetes menjadi nyamuk dewasa. Pada keadaaan

optimum pertumbuhan telur sampai menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu

kira-kira 10 hari (7-14 hari).

Waktu yang diperlukan mematangkan telur mulai pada waktu nyamuk 

mengisap darah sampai telur dikeluarkan biasanya bervariasi antara 3-4 hari. Jangka

waktu siklus tersebut yaitu gonotrofik. Pada umumnya telur diletakkan pada air yang

  jernih dan tidak mengalir yang terdapat disekitar atau didalam rumah pada artificial

breeding places telur diletakkan di dinding kontainer yang tidak jauh dari permukaan,

selain itu nyamuk  Ae. Aegypti suka meletakkan telurnya pada bejana yang sempit.43

 

f.  Jarak terbang

Species  Aedes adalah nyamuk penerbang jarak pendek yang mampu terbang

mencapai jarak kira-kira 50-100 m dari tempat perindukannya. Hal tersebut erat

kaitannya dengan keberadaan manusia dan binatang yang berperan sebagai sumber

makanan dan juga tempat-tempat penampungan air bersih yang diperlukan nyamuk 

ini tempat bertelur, yang terletak disekitar pemukiman penduduk yang padat.

Ditemukannya nyamuk dewasa pada jarak yang mencapai 2 km dari tempat

perindukannya, disebabkan oleh pengaruh angin atau transportasi yang membawa

terbang Aedes aegypti.

43 Sunaryo S, Deman Berdarah Dengue pada Anak (Jakarta: UI Press, 1988) 

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 45/84

Nyamuk   Ae. aegypti juga terbatas oleh ketinggian dan pada umumnya tidak 

ditemukan di atas  100 m tetapi telah dilaporkan bahwa jarak terbang nyamuk  Ae.

aegypti ditemukan pada ketinggian 2121 m di India pada 2200 m di Kolumbia,

dengan temperatur tahunan adalah 17oC dan pada 2400 m di Eritrea.44 

g.  Kesenangan menggigit

  Ae. Aegypti bersifat antropofilik yaitu senang menggigit pada manusia. Ae.

 Aegypti mempunyai kebiasaan melakukan pengisapan darah yang dilakukan pada

siang hari dan disebut spesies pengisap darah siang. Beberapa peneliti yang

mempelajari puncak kegiatan mengisap darah Ae. Aegypti di Jakarta, diantaranya ada

yang menyatakan bahwa nyamuk spesies ini aktif menghisap darah pada siang hari

08.00-13.00 dan sore hari pukul 15.00-17.00 yang berarti bahwa bagi   Ae. Aegypti

terdapat dua puncak pebgisapan darah yang merupakan aktivitas kegiatan darah yang

dilakukan di siang hari.

Pendapat Oda dkk (1983) dan Soeroto dkk (1991) di Jakarta menyimpulkan

bahwa   Ae. Aegypti melakukan pengisapan darah di sepanjang siang hari. Pendapat

yang sama juga dilaporkan oleh para ilmuan di luar Indonesia yang menyatakan

bahwa nyamuk spesies ini aktif mengisap darah sejak matahari terbit sampai

menjelang matahari terbenam

Spesies nyamuk ini bersifat endofilik dan eksofilik, melakukan pengisapan

darah baik di dalam maupun di luar rumah. Sifat lain serangga ini adalah lebih

44 WHO. Deman Berdarah Dengue: Diagnosa, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian (Jakarta:

Penerbit Buku kedokteran EGC, 1998), h.32.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 46/84

eksofilik daripada endofilik, yaitu setelah mengisap darah lebih suka istirahat di luar

rumah daripada di dalam rumah.

  Ae. Aegypti adalah spesies nyamuk yang disebut intermittent feeder,

melakukan pengisapan darah berulang kali sebelum merasa kenyang atau maksimal

mengisap darah. Sifat yang dimiliki inilah yang menjadi sebab mengapa  Ae. Aegypti

pada saat yang bersamaan dapat menginfeksi beberapa orang dalam satu keluarga

sehingga terjadi musibah kejangkitan penyakit DBD lebih dari seorang dalam satu

keluarga.

3.  Manusia 

Manusia dan   Ae. aegypti Linneaus merupakan reservoir dari pada  Dengue

 Hemorrhagi Fever (DHF)45

.

 D.   Faktor-faktor yang terkait dengan DBD

Beberapa faktor yang terkait dalam penularan DBD pada manusia yaitu : 

1. Kepadatan penduduk 

Penduduk yang padat lebih mudah untuk terjadi penularan DBD utamanya

pada daerah perkotaan (urban) karena jarak terbang nyamuk diperkirakan 50 sampai

100 meter. Nyamuk betina dapat terbang sejauh 2 kilometer, tetapi kemampuan

normalnya adalah kira-kira 40 meter.

Pada daerah yang berpenduduk padat disertai distribusi nyamuk yang tinggi,

potensi transmisi virus meningkat dan bertendensi kearah terbentuknya suatu daerah

45  Ibid..

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 47/84

endemis. Pada umumnya wadah menyimpan air sebagai tempat berkembangbiaknya

  Ae. Aegypti dan kepadatan penduduk sangat berkaitan, dan teridentifikasi serta

potensi transmisi virus dengue disuatu daerah secara mudah dapat diperkirakan

dengan menggunakan peta kepaatan penduduk.

2.  Mobilitas penduduk 

Mobilitas penduduk dapat memudahkan penularan, dari sutu tempat ke tempat

lainnya. Penyebaran nyamuk ini mungkin terjadi melalui transportasi darat, laut

maupun udara. Adanya urbanisasi yang cepat dan tidak terkendali menyebabkan

peningkatan kontak dengan vektor dan peningkatan limbah padat. Begitu pula dengan

peningkatan dan makin lancarnya hubungan lalu lintas/trasportasi, kota-kota kecil

atau daerah semi urban dekat kota besar pun saat ini menjadi mudah terserang akibat

penularan penyakit dari suatu sumber di kota besar.

3. 

Kualitas rumah dan wialyah pemukiman

Kualitas pemukiamn yang jelek akan mempengaruhi terutama bila banyak 

benda-benda yang bisa menjadi tempat nyamuk bersarang. Tata guna tanah,

menentukan jarak dari rumah ke rumah. Rumah yang sempit, pencahayaan yang

kurang, lebih disenangi nyamuk. Antara rumah yang jaraknya berdekatan

memungkinkan penularan karena jarak terbang Ae. Aegypti 50-100 meter.

4.  Sikap hidup, pola hidup bersih dan sehat

Sikap hidup, pola hidup bersih dan sehat akan mempengaruhi daya tanggap

dalam melihat masalah sehingga akan mengurangi resiko ketularan penyakit DBD.

Menghindari gigitan nyamuk, misalnya dengan menggunakan kelambu pada waktu

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 48/84

tidur, obat nyamuk dan bahan zat penolak mengubah dan memodifikasi lingkungan

melalui penimbunan dan pengeringan tempat berkembangbiaknya nyamuk atau

menjaga kebersihan lingkungan baik di rumah, sekolah dan tempat-tempat umum

lainnya.

5.  Golongan umur

Golongan umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan penyakit

DBD, golongan umur kurang dari 15 tahun lebih berpeluang terjadi penularan DBD.

6.  Kerentanan terhadap penyakit

Setiap individu mempunyai kerentanan yang berbeda-beda (daya tahan) tidak 

sama dalam menghadapi suatu penyakit. Meningkatnya daya tahan tubuh dengan

berperilaku hidup bersih dan sehat melalui peningkatan gizi yang seimbang, olahraga

dan istirahat yang cukup dapat menangkal masuknya kuman penyakit.

7. 

Tingkat ekonomi (penghasilan)

Tingkat penghasilan juga akan mempengaruhi kunjungan untuk berobat ke

puskesmas atau rumah sakit. Perkiraan biaya perawatan penderita di rumah sakit rata-

rata dua juta rupiah, sehingga pengeluaran sebanyak itu sebenarnya tidak perlu terjadi

apabila DBD dapat dicegah oleh masyarakat dengan melakukan pemberantasan

sarang nyamuk DBD.

8.  Lingkungan

Lingkungan adalah semua faktor luar dari suatu individu atau seseorang yang

dapat berupa lingkungan fisik, biologis dan sosial. Pada beberapa peneliti penyakit

DBD, faktor lingkungan yang berperan terhadap rantai penularan adalah keadaan

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 49/84

ligkungan, fasilitas TPA, sumber air yang digunakan, kepadatan penduduk,

perumahan, perpindahan penduduk. Dengan demikian digambarkan bahwa penyebab

penyakit DBD secara etiologis disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui

gigitan nyamuk    Aedes aegypti sebagai agen penyebab biologis, namun untuk 

mempermudah trasmisi penularan kuman dipengaruhi oleh berbagai faktor

lingkungan.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 50/84

 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

 A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian   Frisher’s Exact Test yaitu

untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi tentang perilaku masyarakat terhadap

keberadaan jentik di lingkungan rumah di Batangkaluku, Samata, Sungguminasa dan

Pandang-pandang Kecamatan Somba opu Kabupaten Gowa.

 B. Variabel Penelitian

Variabel bebas (variabel independen) dalam penelitian ini yaitu Perilaku

masyarakat. Variabel terikat (variabel dependen) yaitu keberadaan vektor nyamuk  

 Ae. Aegypti Linneus. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada

penduduk yang dijadikan sampel dan pengambilan jentik disetiap kontainer rumah

yang dijadikan sampel.

C. Defenisi operasional 

1. Vektor adalah pembawa, inang (Host)

2. Perilaku adalah usaha-usaha yang dilakukan keluarga dalam pencegahan DBD

yaitu dengan melakukan 3M+1T, yaitu menutup, menguras, menimbun, telungkupkan

dan melakukan beberapa hal yang lain seperti menaburkan bubuk abate,

menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang obat nyamuk, menyemprotkan

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 51/84

insektisida, tidak membiarkan pakaian bergantungan, tidak membuang sampah secara

sembarangan dan memelihara ikan pemakan jentik 

3. Pemberantasan Sarang nyamuk (PSN) adalah kegiatan yang dilakukan responden

untuk memberantas sarang nyamuk baik secara fisik, kimia dan biologi.

 D. Ruang lingkup dan batasan penelitian

1. Pengambilan sampel dilakukan di Lingkungan Batangkaluku, Samata,

sungguminasa dan Pandang-pandang Kec. Somba Opu Kab. Gowa pada beberapa

rumah penduduk yang diambil secara acak dan diberikan  kuisioner terhadap

masyarakat serta pengambilan sampel berupa jentik.

2. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2010 di rumah-rumah

penduduk.

E.  Batas Penelitian 

1. Pemeriksaan sampel jentik dilakukan setiap bulan selama tiga bulan.

2. Kuisioner yang dilakukan secara bebas meliputi perwakilan anggota keluarga.

 F. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan yaitu : pipet tetes, mikroskop dynolite, kain kasa dan

ependorf tip.

2. Bahan

Bahan yang digunakan yaitu sampel jentik dan alkohol 70%.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 52/84

 

G. Cara Kerja

1. Penentuan Sampel

Menentukan populasi penelitian ini adalah masyarakat yang ada di lingkungan

Batangkaluku, samata, Sungguminasa dan Pandang-pandamng kecamatan Somba

Opu. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling yaitu dengan

sampel diambil secara random (acak) yang tinggal di kecamatan Somba Opu. Besar

sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah sebanyak 200 orang. Adapun kriteria

responden yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti terdiri dari:

a.  Salah satu anggota keluarga.

b.  Bersedia menjadi responden.

c.  Dapat membaca dan memahami bahasa Indonesia dengan baik.

2.  Penentukan Lokasi

Lokasi penelitian dilakukan di : kelurahan Batangkaluku, Pandang-Pandang,

Sungguminasa dan Samata. Adapun penentuan Kecamatan Somba opu sebagai lokasi

penelitian adalah masih tingginya angka kasus/jumlah penderita DBD dari tahun ke

tahun di Kecamatan Somba opu menurut data yang diperoleh dari Rumah Sakit/Dinas

Kesehatan Kab.Gowa, belum pernah dilakukannya penelitian mengenai gambaran

perilaku masyarakat terhadap usaha pencegahan DBD di Kecamatan Somba opu.

4.  Pertimbangan Etik.

Peneliti menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, maka sebagai

manusia harus dilindungi dengan memperlihatkan prinsip-prinsip dalam

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 53/84

pertimbangan etik yaitu: responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia

bersedia untuk menjadi subjek atau tidak tanpa sanksi apapun, dalam hal ini peneliti

  juga harus memberikan penjelasan dan informasi secara lengkap dan rinci serta

bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada responden, responden juga

harus diperlakukan secara baik sebelum, selama dan sesudah penelitian, serta

responden juga tidak boleh didiskriminasi jika menolak untuk tidak melanjutkan

menjadi subjek penelitian. Responden juga mempunyai hak untuk meminta bahwa

data yang diberikan harus dirahasiakan untuk itu perlu adanya anonimity (tanpa

nama) dan confidentiality (rahasia).

5.  Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan lembaran

kuesioner yang disusun secara terstruktur dan berisikan pertanyaan yang harus

dijawab responden. Instrumen ini terdiri dari dua bagian yaitu data demografi, dan

kuesioner untuk perilaku keluarga terhadap usaha pencegahan penyakit DBD di

lingkungan rumah.

Instrumen data demografi meliputi kode atau inisial, umur, jenis kelamin,

pekerjaan, dan pendidikan. Bagian kedua berupa kuisioner dalam bentuk pertanyaan

tertutup yang berisi 20 pertanyaan. penilaian dengan menggunakan skala Guttmen

yaitu dengan jawaban “ya” (sk or 1) dan “tidak” (skor 0). Total skor diperoleh

terendah 0 dan yang tertinggi 20 semakin tinggi skor maka semakin baik perilaku

keluarga terhadap usaha pencegahan penyakit DBD. Untuk mengetahui perilaku

keluarga dalam usaha pencegahan penyakit DBD dengan menggunakan rumus

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 54/84

statistik. Banyak kelas Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 20 dan 3

kategori kelas untuk menilai perilaku keluarga terhadap usaha pencegahan penyakit

DBD yaitu perilaku baik, perilaku cukup dan perilaku kurang, maka didapatkan

panjang kelas 3. menggunakan P = 3 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas

interval pertama, maka perilaku keluarga terhadap usaha pencegahan penyakit DBD

dikategorikan interval sebagai berikut: 0-6 perilaku kurang, 7-13 perilaku cukup dan

14-20 perilaku baik.

 H. Pengumpulan Data

Data Primer diperoleh dengan cara melakukan pengambilan sampel jentik 

nyamuk di setiap TPA pada masing-masing rumah penduduk saat wawancara.

 I. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa

tahapan, antara lain tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan

identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi

sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada

kuisioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketiga

processing yaitu memasukkan data dari kuisioner kedalam program komputer dengan

menggunakan program SPSS versi 15,0. Tahap keempat adalah melakukan cleaning

yaitu mengecek kembali data yang telah dientri untuk mengetahui ada kesalahan atau

tidak. Untuk mendeskripsikan data demografi, perilaku keluarga terhadap usaha

pencegahan penyakit DBD di lingkungan rumah dilakukan perhitungan frekuensi,

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 55/84

dan prosentase. Hasil penelitian di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

prosentase.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 56/84

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 A.   Profil Daerah Penelitian

Kabupaten Gowa merupakan daerah yang sangat strategis karena terletak 

dibagian selatan pulau sulawesi. Secara geografi Kabupaten Gowa terletak pada

koordinat antara 5o 33’ 6” sampai 5o 34’ 7” Lintang Selatan dan 12o 38’ 6” sampai

12o 33’ 6” Bujur Timur  dengan Luas wilayah administrasi Gowa adalah 1.883,33

Km2

. Jumlah penduduk Kabupaten Gowa mencapai 575 295 jiwa yang terdiri atas

283.291 jiwa laki-laki dan 291.882 jiwa perempuan. Kabupaten Gowa terdiri atas 18

wilayah Kecamatan yang terbagi dua yaitu 9 Kecamatan didataran tinggi dan 9

Kecamatan di dataran rendah dengan 44 Kelurahan dan 123 Desa. Somba Opu

merupakan salah satu Kecamatan didataran rendah yang paling dekat dengan

Makassar dan merupakan ibu kota Gowa. Somba Opu terdiri dari 12 Kelurahan. Di

Somba Opu diambil 4 kelurahan sebagai lokasi penelitian yaitu:

Sebelah barat : Pandang-pandang

Sebelah timur : Batang Kaluku

Sebelah Utara : Samata

Sebelah selatan : Sunggu Minasa.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 57/84

 B.   Hasil 

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabe 1.1 Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Responden di Lingkungan

Batangkaluku.

Pengetahuan Total

Tinggi Rendah Tinggi

Sikap

Baik 

Count 18 21 39

% within

pengetahuan100,0% 65,6% 78,0%

Kurang

baik 

Count 0 11 11

% within

pengetahuan,0% 34,4% 22,0%

Total

Count 18 32 50

% within

pengetahuan100,0% 100,0% 100,0%

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 58/84

Tabel 1.2 Hubungan antara Pengetahuan dan Perilaku Responden di Lingkungan

Batang kaluku.

Pengetahuan Total

Tinggi Rendah Tinggi

Perilaku

Baik Count 18 11 29

% within pengetahuan 100,0% 34,4% 58,0%

Cukup Count 0 18 18

% within pengetahuan ,0% 56,3% 36,0%

Kurang Count 0 3 3

% within pengetahuan ,0% 9,4% 6,0%

TotalCount 18 32 50

% within pengetahuan 100,0% 100,0% 100,0%

Tabel 1.3 Hubungan antara Perilaku dengan Sikap Responden di Lingkungan Batangkaluku.

Sikap Total

Baik Kurang baik Baik 

Perilaku

Baik Count 29 0 29

% within Sikap74,4% ,0% 58,0%

Cukup Count 10 8 18

% within

Sikap25,6% 72,7% 36,0%

Kurang Count 0 3 3% withinSikap

,0% 27,3% 6,0%

Total Count 39 11 50

% withinSikap

100,0% 100,0% 100,0%

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 59/84

Tabel 1.4 Hubungan antara Pengetahuan dengan keberadaan jentik di Lingkungan

Batang kaluku.

Jentik Total

Ada jentik Tidak ada

 jentik Ada jentik 

PengetahuanTinggi 18 0 18

Rendah 032

32

Total 1832

50

Tabel 1.5 Hubungan antara Sikap dengan keberadaan jentik di Lingkungan Batang

kaluku.

Jentik Total

Ada

 jentik 

Tidak 

ada jentik Ada jentik 

Sikap Baik 18 21 39

Kurang baik 0 11 11Total 18 32 50

Tabel 1.6 Hubungan antara Perilaku dengan keberadaan jentik di Lingkungan Batang

kaluku.

Jentik Total

Ada

 jentik 

Tidak 

ada jentik Ada jentik 

PerilakuBaik 18 11 29

Cukup 0 18 18

Kurang 0 3 3

Total 18 32 50

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 60/84

1.  Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden dengan keberadaan

 jentik di Lingkungan Samata

Hasil analisis  Chi-Square Tests mengenai Pengetahuan, sikap dan perilaku

masyarakat dengan keberadaan jentik disajikan pada Tabel berikut:

Tabe 2.1 Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Responden di Lingkunga

Samata.

Pengetahuan Total

Tinggi Rendah Tinggi

Sikap

Baik  Count 14 31 45

% within pengetahuan 100,0% 86,1% 90,0%

Kurang

baik 

Count 0 5 5

% within pengetahuan ,0% 13,9% 10,0%

TotalCount 14 36 50

% within pengetahuan 100,0% 100,0% 100,0%

Tabel 2.2 Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Responden di Lingkungan

Samata

Perilaku Total

Baik Cukup Kurang Baik 

Pengetahuan

Tinggi 14 0 0 14

Rendah 21 13 2 36

Total 35 13 2 50

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 61/84

Tabel 2.3 Hubungan antara Perilaku dengan Sikap Responden di Lingkungan

Samata.

Sikap Total

Baik Kurang

baik Baik 

PerilakuBaik 35 0 35

Cukup 10 3 13

Kurang 0 2 2

Total 45 5 50

Tabel 2.4 Hubungan antara Pengetahuan dengan keberadaan jentik di Lingkungan

Samata.

Jentik Total

Ada

 jentik 

Tidak 

ada jentik Ada jentik 

pengetahuanTinggi 14 0 14

Rendah 1 35 36

Total 15 35 50

Tabel 2.5 Hubungan antara Sikap dengan keberadaan jentik di Lingkungan

Samata

Jentik Total

Ada jentik Tidak 

ada jentik Ada jentik 

SikapBaik 15 30 45

Kurang baik 0 5 5

Total 15 35 50

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 62/84

Tabel 2.6 Hubungan antara Perilaku dengan keberadaan jentik di Lingkungan

Samata.

Jentik Total

Ada jentik Tidak 

ada jentik Ada jentik 

Perilaku

Baik 15 20 35

Cukup 0 13 13

Kurang 0 2 2

Total 15 35 50

2.  Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden dengan keberadaan

 jentik di Lingkungan Samata

Hasil analisis Chi-Square Tests mengenai Pengetahuan, sikap dan perilaku

masyarakat dengan keberadaan jentik disajikan pada Tabel berikut:

Tabe 3.1 Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Responden di LingkunganSunggu minasa.

Pengetahuan Total

Tinggi Rendah Tinggi

Sikap

Baik Count 33 2 35

% within pengetahuan 100,0% 11,8% 70,0%

Kurang

Baik 

Count 0 15 15

% within pengetahuan ,0% 88,2% 30,0%

Total

Count 33 17 50

% within pengetahuan 100,0% 100,0% 100,0%

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 63/84

Tabe 3.2 Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Responden di

Lingkungan Sunggu minasa.

Pengetahuan Total

Tinggi Rendah Tinggi

Perilaku

Baik Count 30 0 30

% within pengetahuan 90,9% ,0% 60,0%

Cukup Count 3 5 8

% within pengetahuan 9,1% 29,4% 16,0%

Kurang Count 0 12 12

% within pengetahuan ,0% 70,6% 24,0%

TotalCount 33 17 50

% within pengetahuan 100,0% 100,0% 100,0%

Tabe 3.3 Hubungan antara Perilaku dengan Sikap Responden di Lingkungan Sungguminasa.

Sikap Total

Baik Kurang

baik Baik 

Perilaku

Baik  Count 30 0 30

% withinSikap

85,7% ,0% 60,0%

Cukup

Count 5 3 8

% within

Sikap14,3% 20,0% 16,0%

Kurang Count 0 12 12

% within

Sikap,0% 80,0% 24,0%

Total Count 35 15 50

% within

Sikap100,0% 100,0% 100,0%

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 64/84

 

Tabel 3.4 Hubungan antara Pengetahuan dengan keberadaan jentik di LingkunganSunggu minasa

Jentik Total

Ada jentik Tidak ada

  jentik Ada jentik 

Pengetahuan Tinggi 8 25 33

Rendah 0 17 17

Total 8 42 50

Tabel 3.5 Hubungan antara Sikap dengan keberadaan jentik di Lingkungan

Sunggu minasa.

Jentik Total

Ada

 jentik Tidak ada jentik Ada jentik 

SikapBaik 8 27 35

Kurang baik 0 15 15

Total 8 42 50

Tabel 3.6 Hubungan antara Perilaku dengan keberadaan jentik di Lingkungan

Sunggu minasa.

Jentik Total

Ada jentik 

Tidak ada

  jentik Ada jentik 

Perilaku Baik 8 22 30

Cukup 0 8 8

Kurang 0 12 12

Total 8 42 50

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 65/84

3.  Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden dengan keberadaan

 jentik di Lingkungan Samata

Hasil analisis Chi-Square Tests mengenai Pengetahuan, sikap dan perilaku

masyarakat dengan keberadaan jentik disajikan pada Tabel berikut:

Tabe 4.1 Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Responden di Lingkungan

Pandang-pandang.

Pengetahuan Total

Tinggi Rendah Tinggi

Sikap

Baik Count 19 11 30% within

pengetahuan100,0% 35,5% 60,0%

Kurang baik 

Count 0 20 20

% within

pengetahuan,0% 64,5% 40,0%

Total

Count 19 31 50

% withinpengetahuan

100,0% 100,0% 100,0%

Tabe 4.2 Hubungan antara Pengetahuan dengan perilaku Responden di Lingkungan

Pandang-pandang

Perilaku Total

Baik Cukup Kurang Baik 

Pengetahuan

Tinggi

Count 19 0 0 19

% withinPerbuatan

59,4% ,0% ,0% 38,0%

Rendah

Count 13 13 5 31

% within

Perbuatan40,6% 100,0% 100,0% 62,0%

Total

Count 32 13 5 50

% within

Perbuatan100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 66/84

Tabe 4.3 Hubungan antara Perilaku dengan Sikap Responden di Lingkungan

Pandang-pandang

Perilaku Total

Baik Cukup Kurang Baik 

Sikap

Baik Count 30 0 0 30

% within Perbuatan 93,8% ,0% ,0% 60,0%

Kurang

baik 

Count 2 13 5 20

% within Perbuatan 6,3% 100,0% 100,0% 40,0%

TotalCount 32 13 5 50

% within Perbuatan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

Tabel 4.4 Hubungan antara Pengetahuan dengan keberadaan jentik di Lingkungan

Pandang-pandang

Jentik Total

Ada

  jentik Tidak ada jentik Ada jentik 

PengetahuanTinggi 14 5 19

Rendah 0 31 31

Total 14 36 50

Tabel 4.5 Hubungan antara Sikap dengan keberadaan jentik di Lingkungan

Pandang-pandang

Jentik Total

Ada jentik Tidak ada jentik Ada jentik 

SikapBaik 14 16 30

Kurang baik 0 20 20

Total 14 36 50

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 67/84

Tabel 4.6 Hubungan antara Pengetahuan dengan keberadaan jentik di Lingkungan

Pandang-pandang

Jentik Total

Ada

 jentik 

Tidak ada

 jentik Ada jentik 

Perilaku

Baik 14 18 32

Cukup 0 13 13

Kurang 0 5 5

Total 14 36 50

C.   Pembahasan

1. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden dengan keberadaan

 jentik di Batang kaluku

Hasil analisis mengenai hubungan antara pengetahuan dengan sikap

masyarakat di Batang kaluku (1.1) dari 50 responden di peroleh data responden yang

memiliki pengetahuan tinggi (18) 100% akan bersikap baik dan responden yang

berpengetahuan rendah (21) 65,6% akan bersikap baik selebihnya responden yang

berpengetahuan rendah (11) 34,4% bersikap kurang baik. Hasil uji statistik  Frisher’s

 Exact Test menunjukkan  p=0,005 ( p<α), berarti ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dengan sikap masyarakat di Batang kaluku.

Hasil analisis mengenai hubungan antara pengetahuan dengan perilaku

masyarakat di Batang kaluku (1.2) dari 50 responden di peroleh data responden yang

memiliki pengetahuan tinggi (18) 100% akan berperilaku baik, responden yang

berpengetahuan rendah (11) 34,4% akan berperilaku baik, responden yang

berpengetahuan rendah (18) 56,3% berperilaku cukup, responden yang

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 68/84

berpengetahuan rendah (3) 9,4% berperilaku kurang baik. Hasil uji statistik  Frisher’s

 Exact Test menunjukkan  p=0,000 ( p<α), berarti tidak ada hubungan yang bermakna

antara pengetahuan dengan perilaku masyarakat di Batang kaluku.

Hasil analisis mengenai hubungan antara perilaku dengan sikap masyarakat di

Batang kaluku (1.3) dari 50 responden di peroleh data responden yang memiliki sikap

baik (29) 74,4% akan berperilaku baik, responden yang sikap baik (10) 25,6% akan

berperilaku cukup, responden yang bersikap kurang baik (8) 72,7% berperilaku

cukup, responden yang bersikap kurang baik (3) 27,3% berperilaku kurang baik.

Hasil uji statistik  Frisher’s Exact Test menunjukkan p=0,000 ( p<α), berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara perilaku dengan sikap masyarakat di Batang kaluku.

Dari tabel 1.4 tampak bahwa responden yang mempunyai tingkat pengetahuan

tinggi dan terdapat jentik di rumahnya sebanyak 18 (100%) sedangkan responden

yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan tidak terdapat jentik di rumahnya

sebanyak (32) 100%. Hal ini didukung pula oleh hasil uji statistik Chi-Square dimana

diperoleh  p= 0,000 ( p<α), berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

tingkat pengetahuan responden dengan keberadaan jentik di Batang kaluku. 

Dari tabel 1.5 tampak bahwa responden yang terdapat jentik, dimana pada

sikap yang baik terdapat jentik sebanyak 18(100%) dan pada sikap yang kurang baik 

dan ada jentik tidak terdapat responden. Sikap responden yang baik terhadap upaya

PSN lebih besar daripada sikap responden yang kurang baik terhadap upaya PSN. Hal

ini dibuktikan dari hasil uji statistik  Frisher’s Exact Test dimana diperoleh  p=0,000

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 69/84

( p<α), berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan

keberadaan jentik di Batang kaluku. 

Dari tabel 1.6 tampak bahwa responden yang terdapat jentik, dimana pada

sikap yang baik terdapat jentik sebanyak 18(100%) dan tidak terdapat responden yang

berperilaku cukup dan kurang memiliki jentik. Hal ini dibuktikan dari hasil uji

statistik  Frisher’s Exact Test  dimana diperoleh p=0,000 ( p<α), berarti tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan keberadaan jentik di Batang

kaluku. 

2. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden dengan keberadaan

 jentik di Samata.

Hasil analisis mengenai hubungan antara pengetahuan dengan sikap

masyarakat di Samata (2.1) dari 50 responden di peroleh data responden yang

memiliki pengetahuan tinggi (14) 100% akan bersikap baik dan responden yang

berpengetahuan rendah (31) 86,1% akan bersikap baik selebihnya responden yang

berpengetahuan rendah (5) 13,9% bersikap kurang baik. Hasil uji statistik  Frisher’s

 Exact Test menunjukkan  p=0,142 ( p>α), berarti tidak ada hubungan yang bermakna

antara pengetahuan dengan sikap masyarakat di Samata.

Hasil analisis mengenai hubungan antara pengetahuan dengan perilaku

masyarakat di Samata (2.2) dari 50 responden di peroleh data responden yang

memiliki pengetahuan tinggi (14) 40% akan berperilaku baik, responden yang

berpengetahuan rendah (21) 60% akan berperilaku baik, responden yang

berpengetahuan rendah (13) 100% berperilaku cukup, responden yang

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 70/84

berpengetahuan rendah (2) 100% berperilaku kurang baik Hasil uji statistik  Frisher’s

 Exact Test menunjukkan p=0,016 ( p>α), berarti ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dengan perilaku masyarakat di Samata.

Hasil analisis mengenai hubungan antara perilaku dengan sikap masyarakat di

Samata (2.3) dari 50 responden di peroleh data responden yang memiliki sikap baik 

(35) 77,7% akan berperilaku baik, responden yang sikap baik (10) 22,2% akan

berperilaku cukup, responden yang bersikap kurang baik (3) 60% berperilaku kurang

baik, dan responden yang bersikap kurang baik (2) 40% berperilaku kurang. Hasil uji

statistik    Frisher’s Exact Test menunjukkan  p=0,000 ( p<α), berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara perilaku dengan sikap masyarakat diSamata..

Dari tabel 2.4 tampak bahwa responden yang mempunyai tingkat pengetahuan

tinggi dan terdapat jentik di rumahnya sebanyak 14 (93,3%) sedangkan responden

yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan terdapat jentik di rumahnya

sebanyak 1 (6,66%). Hal ini didukung pula oleh hasil uji statistik Chi-Square dimana

diperoleh  p=0,000 ( p<α), berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

tingkat pengetahuan responden dengan keberadaan jentik di Samata. 

Dari tabel 2.5 tampak bahwa responden yang terdapat jentik, dimana pada

sikap yang baik terdapat jentik sebanyak 15(100%) dan pada sikap yang kurang baik 

dan ada jentik tidak terdapat responden. Sikap responden yang baik terhadap upaya

PSN lebih besar daripada sikap responden yang kurang baik terhadap upaya PSN. Hal

ini dibuktikan dari hasil uji statistik  Frisher’s Exact Test  dimana diperoleh  p=0,123

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 71/84

( p>α), berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan

keberadaan jentik di Samata. 

Dari tabel 2.6 tampak bahwa responden yang terdapat jentik, dimana pada

perilaku yang baik terdapat jentik sebanyak 15(100%) dan tidak terdapat responden

yang berperilaku cukup dan kurang memiliki jentik. Hal ini dibuktikan dari hasil uji

statistik   Frisher’s Exact Test   dimana diperoleh  p=0,010 ( p<α), berarti terdapat

hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan keberadaan jentik di

Samata. 

3. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden dengan keberadaan

 jentik di Sunggu minasa.

Hasil analisis mengenai hubungan antara pengetahuan dengan sikap

masyarakat di Sunggu minasa (3.1) dari 50 responden di peroleh data responden yang

memiliki pengetahuan tinggi (33) 100% akan bersikap baik dan responden yang

berpengetahuan rendah (2) 11,8% akan bersikap baik selebihnya responden yang

berpengetahuan rendah (15) 88,2% bersikap kurang baik. Hasil uji statistik  Frisher’s

 Exact Test menunjukkan  p=0,000 ( p<α), berarti tidak ada hubungan yang bermakna

antara pengetahuan dengan sikap masyarakat di Sunggu minasa.

Hasil analisis mengenai hubungan antara pengetahuan dengan perilaku

masyarakat di Sunggu minasa (3.2) dari 50 responden di peroleh data responden yang

memiliki pengetahuan tinggi (30) 90,9% akan berperilaku baik, responden yang

berpengetahuan tinggi (3) 9,1% akan berperilaku cukup, responden yang

berpengetahuan rendah (5) 29,4% berperilaku cukup, responden yang berpengetahuan

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 72/84

rendah (12) 70,6% berperilaku kurang. Hasil uji statistik    Frisher’s Exact Test 

menunjukkan  p=0,000 ( p<α), berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dengan perilaku masyarakat di Sunggu minasa.

Hasil analisis mengenai hubungan antara perilaku dengan sikap masyarakat di

Sunggu minasa (3.3) dari 50 responden di peroleh data responden yang memiliki

sikap baik (30) 85,7% akan berperilaku baik, responden yang sikap baik (5) 14,3%

akan berperilaku cukup, responden yang bersikap kurang baik (3) 20,0% berperilaku

cukup. , responden yang bersikap kurang baik (12) 80,0% berperilaku kurang. Hasil

uji statistik   Frisher’s Exact Test menunjukkan  p=0,000 ( p<α), berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara perilaku dengan sikap masyarakat di Sunggu

minasa.

Dari tabel 3.4 tampak bahwa responden yang mempunyai tingkat pengetahuan

tinggi dan terdapat jentik di rumahnya sebanyak 8 (100%) dan tidak ada responden

yang berpengetahuan rendah terdapat jentik Hal ini didukung pula oleh hasil uji

statistik Chi-Square dimana diperoleh p=0,027 ( p<α), berarti terdapat hubungan yang

bermakna antara tingkat pengetahuan responden dengan keberadaan jentik di Sunggu

minasa. 

Dari tabel 3.5 tampak bahwa responden yang terdapat jentik, dimana pada

sikap yang baik terdapat jentik sebanyak 8(100%) dan pada sikap yang kurang baik 

dan ada jentik tidak terdapat responden. Sikap responden yang baik terhadap upaya

PSN lebih besar daripada sikap responden yang kurang baik terhadap upaya PSN. Hal

ini dibuktikan dari hasil uji statistik  Frisher’s Exact Test  dimana diperoleh  p=0,043

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 73/84

( p<α), berarti terdapat hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan

keberadaan jentik di Sunggu minasa. 

Dari tabel 3.6 tampak bahwa responden yang terdapat jentik, dimana pada

perilaku yang baik terdapat jentik sebanyak 8(100%) dan tidak terdapat responden

yang berperilaku cukup dan kurang memiliki jentik. Hal ini dibuktikan dari hasil uji

statistik   Frisher’s Exact Test   dimana diperoleh  p=0,042 ( p<α), berarti terdapat

hubungan yang bermakna antara perilaku responden dengan keberadaan jentik di

Sunggu minasa. 

4. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden dengan keberadaan

 jentik di Pandang-pandang.

Hasil analisis mengenai hubungan antara pengetahuan dengan sikap

masyarakat di Pandang-pandang (4.1) dari 50 responden di peroleh data responden

yang memiliki pengetahuan tinggi (19) 100% akan bersikap baik dan responden yang

berpengetahuan rendah (11) 35,5% akan bersikap baik selebihnya responden yang

berpengetahuan rendah (20) 64,5% bersikap kurang baik. Hasil uji statistik  Frisher’s

 Exact Test menunjukkan  p=0,000 ( p<α), berarti tidak ada hubungan yang bermakna

antara pengetahuan dengan sikap masyarakat di Sunggu minasa.

Hasil analisis mengenai hubungan antara pengetahuan dengan perilaku

masyarakat di Sunggu minasa (4.2) dari 50 responden di peroleh data responden yang

memiliki pengetahuan tinggi (19) 59,4% akan berperilaku baik, responden yang

berpengetahuan rendah (13) 40,6% akan berperilaku baik, responden yang

berpengetahuan rendah (13) 100% berperilaku cukup, responden yang

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 74/84

berpengetahuan rendah (5) 100% berperilaku kurang. Hasil uji statistik  Frisher’ s

 Exact Test menunjukkan  p=0,000 ( p<α), berarti tidak ada hubungan yang bermakna

antara pengetahuan dengan perilaku masyarakat di Pandang-pandang.

Hasil analisis mengenai hubungan antara perilaku dengan sikap masyarakat di

Pandang-pandang (4.3) dari 50 responden di peroleh data responden yang memiliki

sikap baik (30) 93,8% akan berperilaku baik, responden yang bersikap kurang baik 

(2) 6,3% berperilaku baik, responden yang bersikap kurang baik (13) 100,0%

berperilaku cukup dan responden yang bersikap kurang baik (5) 100,0% berperilaku

kurang. Hasil uji statistik  Frisher’s Exact Test menunjukkan  p=0,000 ( p<α), berarti

tidak ada hubungan yang bermakna antara perilaku dengan sikap masyarakat di

Sunggu minasa.

Dari tabel 4.4 tampak bahwa responden yang mempunyai tingkat pengetahuan

tinggi dan terdapat jentik di rumahnya sebanyak 14 (100%) dan tidak ada responden

yang berpengetahuan rendah terdapat jentik Hal ini didukung pula oleh hasil uji

statistik Chi-Square dimana diperoleh p=0,000 ( p<α), berarti tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara tingkat pengetahuan responden dengan keberadaan jentik di

Pandang-pandang. 

Dari tabel 4.5 tampak bahwa responden yang terdapat jentik, dimana pada

sikap yang baik terdapat jentik sebanyak 14(100%) dan tidak terdapat responden yang

bersikap kurang baik terdapat jentik. Sikap responden yang baik terhadap upaya PSN

lebih besar daripada sikap responden yang kurang baik terhadap upaya PSN. Hal ini

dibuktikan dari hasil uji statistik   Frisher’s Exact Test   dimana diperoleh  p=0,000

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 75/84

( p<α), berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan

keberadaan jentik di Pandang-pandang. 

Dari tabel 4.6 tampak bahwa responden yang terdapat jentik, dimana pada

perilaku yang baik terdapat jentik sebanyak 14(100%) dan tidak terdapat responden

yang berperilaku cukup dan kurang memiliki jentik. Hal ini dibuktikan dari hasil uji

statistik  Frisher’s Exact Test  dimana diperoleh p=0,000 ( p>α), berarti tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara perilaku responden dengan keberadaan jentik di

Pandang-pandang.

Hasil uji statistik yang dilakukan oleh Santoso (2008) di Palembang Sumatra

Selatan untuk melihat hubungan pengetahuan dengan sikap responden kaitannya

dengan pencegahan DBD, diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan responden dengan sikap responden kaitannya dengan penyakit DBD (p

value 0,000). Dengan OR 3,097 dapat di interpretasikan bahwa responden yang

berpengetahuan rendah mempunyai kemungkinan 3,097 kali akan mempunyai sikap

yang kurang baik berkaitan dengan penyakit DBD.

Hasil uji statistik yang dilakukan oleh Santoso (2008) di Palembang, Sumatra

Selatan untuk melihat hubungan antara sikap dan perilaku responden kaitannya

dengan DBD di Palembang, diketahui bahwa ternyata ada hubungan yang signifikan

antara tingkat sikap responden dengan perilaku responden (p value 0,005). Dengan

OR 1,62 dapat diinterpretasikan bahwa responden yang mempunyai sikap yang

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 76/84

kurang baik mempunyai kemungkinan 1,62 kali akan berperilaku buruk dalam

kaitannya dengan pencegaan DBD.

Hasil uji statistik yang dilakukan untuk melihat hubungan antara pengetahuan

dan perilaku responden kaitannya dengan DBD oleh Santoso (2008) di Palembang

Sumatra Selatan, diketahui bahwa ternyata ada hubungan yang signifikan antara

tingkat pengetahuan responden dengan perilaku responden (p value 0,000). Dengan

OR 2,25 dapat diinterpretasikan bahwa responden yang berpengetahuan rendah

mempunyai kemungkinan 2,25 kali akan berperilaku buruk dalam kaitannya

pencegahan DBD.

Penelitian Riri dan Anny (2005) di Kelurahan Wonokusumo, Surabaya

memperoleh hasil responden dengan tingkat pengetahuan baik hanya 21 orang (21%)

dan tingkat pengetahuan yang kurang baik sebanyak 79 orang (79%). Responden

yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik dan terdapat jentik di rumahnya

sebanyak 53 responden (91,4%) lebih besar daripada responden yang mempunyai

tingkat pengetahuan baik dan terdapat jentik sebanyak 5 responden (8,6%). Hal ini

didukung pula oleh hasil uji statistik Chi-Square dimana diperoleh p = 0,001 (p<α),

berarti terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan responden

dengan keberadaan jentik  Ae. aegypti linnaeus.

Penelitian Riri dan Anny (2005) di Kelurahan Wonokusumo, Surabaya. Sikap

responden yang baik terhadap upaya (PSN) dan abatisasi lebih besar daripada sikap

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 77/84

responden yang kurang baik terhadap upaya PSN dan abatisasi yaitu sebesar 89%.

Hal ini disebabkan karena responden dalam menjawab pertanyaan selalu menjawab

hal-hal yang baik saja. Sikap responden untuk menguras tempat penampungan air

tidak disertai kesadaran sebagai tindakan menghilangkan jentik nyamuk   Ae. aegypti 

Linnaeus  tapi lebih mengarah kepada kondisi fisik air yang kurang baik. Sikap

responden merupakan respon yang masih tertutup dan tidak tampak dalam keadaan

nyata, sehingga meskipun mereka setuju terhadap upaya PSN dan abatisasi belum

tentu mereka berperilaku sesuai dengan sikapnya. Hal ini dibuktikan dari hasil uji

statistik  Fisher`s   Exact Test dimana diperoleh p = 0,113 (p>α), berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan keberadaan jentik nyamuk 

 Ae. aegypti Linnaeus di Kelurahan Wonokusumo.

Hasil wawancara berbasis kuesioner terhadap pengetahuan responden di

wilayah kerja puskesmas I Denpasar Selatan oleh IN Gede Suyasa (2007) , dari 90

respon yang diteliti, diketahui 86 responden (85,6%) dengan tingkat pengetahuan

yang baik dan 4 responden (4,4%) dengan tingkat pengetahuan sedang. Hasil

pengukuran menunjukkan bahwa dari 86 responden dengan tingkat pengetahuan yang

baik, tidak terdapat jentik DBD sebanyak 69 responden (80,2%) dan ada jentik DBD

sebanyak 17 responden (19,8%). Sebanyak 4 responden dengan tingkat pengetahuan

yang sedang, tidak terdapat jentik DBD sebanyak 2 responden (50,0%) dan ada jentik 

DBD sebanyak 2 responden (50,0%). Bahwa hasil penelitian menunjukkan tidak ada

hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan keberadaan vektor DBD.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 78/84

Tidak ada hubungan karena sebagian besar berpengetahuan baik tentang penyakit

DBD , hampir semua pertanyaan dijawab dengan benar yang berkaitan dengan

penyakit demam berdarah, misalnya tentang penyebab DBD, gejala DBD, bahaya

DBD dan tindakan bila ada kasus DBD. Hal ini diperkuat oleh pendapat masyarakat

bahwa masyarakat telah banyak mendapat informasi tentang penyakit demam

berdarah dari berbagai sumber. Sebagian besar responden mengatakan memperoleh

informasi dari televisi, ada yang mengatakan dari radio, media cetak, brosur dan

penyuluhan petugas kesehatan. Dengan mengetahui pengetahuan yang baik tidak 

berarti dapat memprediksi tindakan yang dilakukan, ketika pengetahuan seseorang

baik/positif tindakan yang diambilnya negatif begitu sebaliknya. Dalam hal

penanggulangan DBD ketika ditanyakan pengetahuannya tentang PSN sangat positif 

atau mendukung tetapi tindakannya tidak sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

Hal ini bisa dilihat masih adanya tindakan masyarakat yang jarang melakukan

kegiatan gotong royong untuk membersihkan lingkungan maupun riol/got yang ada di

sekitar rumah.

Penelitian terhadap sikap responden di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar

Selatan oleh IN Gede Suyasa (2007) menunjukkan tidak ada hubungan antara sikap

responden dengan keberadaan vektor DBD. Tidak adanya hubungan karena sikap

responden sebagian besar baik terhadap upaya PSN. Sikap responden untuk menguras

(TPA) tidak disertai kesadaran sebagai tindakan menghilangkan jentik nyamuk  Ae.

aegypti Linnaeus  tetapi lebih mengarah kepada kondisi fisik air yang kurang baik.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 79/84

Pada masyarakat yang menggunakan sumber air bersih PDAM dengan harga yang

dirasakan relativ mahal ada keengganan untuk melakukan pengurasan TPA karena

akan ada air yang terbuang percuma. Masih adanya sikap masyarakat yang kurang

peduli terhadap penyakit DBD di wilayah kerja puskesmas I Denpasar Selatan, maka

akan berisiko terkena penyakit DBD yang cenderung menimbulkan wabah Kejadian

Luar Biasa (KLB). Upaya penyadaran sikap adalah upaya penyadaran keyakinan

sebagai aspek yang mendasarinya, sehingga penyadaran bahwa siapa pun mempunyai

risiko yang sama untuk terserang DBD menjadi penting. Ketika rumah dan

lingkungannya sudah bersih, tetapi anggota keluarga bisa digigit nyamuk ketika

sekolah dan seterusnya.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 80/84

 

BAB V

PENUTUP

 A.   Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : Hubungan

perilaku masyarakat terhadap keberadaan jentik Nyamuk  Aedes aegypti Linnaeu di

kecamatan Somba opu yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan

dengan sikap ( p=0,005), di lingkungan Batang kaluku. Terdapat hubungan antara

pengetahuan dengan perilaku masyarakat ( p=0,016), dan terdapat pula hubungan

yang bermakna antara sikap dengan keberadaan jentik ( p=0,010), di Lingkungan

Samata. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan keberadaan

  jentik ( p=0,027), antara sikap dengan keberadaan jentik ( p=0,043), antara perilaku

dengan keberadaan jentik ( p=0,042), di Lingkungan Sungguminasa. Tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap dan perilaku dengan

keberadaan jentik, di Lingkungan Pandang-pandang

B.  Saran 

1.  Perilaku masyarakat tentang hidup sehat dan peduli lingkungan perlu disadarkan

kembali dengan mekanisme penyampaian informasi dan pendidikan/penyuluhan

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 81/84

tentang penanggulangan penyakit DBD melalui media televisi, radio, media cetak 

maupun brosur.

2.  Instansi yang terkait sebaiknya rutin memantau keberadaan jentik nyamuk  Ae.

aegypti untuk mencegah penularan penyakit DBD terutama di Kecamatan Somba

Opu.

3.  Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan perilaku masyarakat

terhadap keberadaan nyamuk  Aedes aegypti linnaeus sebagai vektor penyakit Deman Berdarah Dengu  khususnya di Kabupaten Gowa sebagai

upaya monitoring dan pencegahan penularan penyakit DBD. 

4.  Mengintensifkan kembali penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya

menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan dalam rangka mencegah

berjangkitnya penyakit DBD. 

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 82/84

 

DAFTAR PUSTAKA

Borror, DJ & DM Delong.   An Introduction to the study of Insect . USA Library of 

Congres, catalog Card, 1954.

Chandra Budiman.   Metodologi Penelitian Kesehatan, Cet.I; Jakarta: BukuKedokteran EGC, 2008.

Departemen Kesehatan, Pedoman Survei Entomologi Deman Berdarah Dengue,

Cet.II; Jakarta: Bakti Husada, 2002.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya , Jakarta: Yayasan Pentahsis danPenerjemah Al-Qur’an, 1990.

Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa,   Laporan Bulanan Bidang Kesehatan

Kabupaten Gowa, Makassar: Dinas Kesehatan.2008.

Dinas Kesehatan provinsi Sulawesi Selatan, Profil dan Laporan Tahunan Sub Dinas

Pencegahandan Pemberantasan Penyakit, Makassar: Dinas Kesehatan,2007.

Notoatmodjo Soekidjo, lmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar,

Jakarta:PT Rineka Cipta, 2003.

Pujiastuti Sisilia, Deman Berdarah dalam Data. http: // www.depkes. go.id

15 Desember 2009.

Rawuh Sugen,  Ilmu Kedokteran. http//www.created by crazyprofile.com, 30 januari

2010.

Rochman Abdul ,   Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Ibu Rumah Tangga

dalam Pemberantasan Nyamuk (PSN) , Semarang: Universitas Di[onegoro,

2004. 

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 83/84

Rueda. L.M, Pictorial Keys For The Identification Of Mosquitoes (Diptera

Culicidae)Associated With Dengue Virus Transmission, New Zeland:

Magnolia Press Aukland,2004.

Santoso, “  Hubungan Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) Masyarakat Terhadap

Vektor DBD di Kota Palembang Provinsi Sumatra Selatan” Jurnal Ekologi

Kesehatan, 2008.

Silalahi Levi, Deman Berdarah . http: // www. pdat. co. id. 23 Desember 2009.

Sirantonius,   Defenisi Persepsidan Perilaku http://afaccessoriessolution. blogspot

.com. 3 Februari 2010.

Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Cet.VII; Bandung: CV Alfabeta, 2005

Sumarmo, Deman Berdarah Dengue di Indonesia, Situasi Sekarang dan Harapan di  Masa Mendatang, Semilokal Berbagai Aspek Deman Berdarah Dengue dan

Penanggulangannya, Jakarta: UI Press, 1985 

Sunaryo S, Deman Berdarah Dengue pada Anak, Jakarta: UI Press, 1988.

Suroso T, Pemberantasan Demam Berdarah, Jakarta: Departemen Kesehatan, 2000.

Suyasa Gede IN, “ Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat Dengan

Keberdaan Vektor Deman Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja

  Puskesmas I Denpasar Selatan” Skripsi sarjana Fakultas Kesehatan,

Politeknik Kesehatan Denpasar,2007.

WHO,   Dengue/DHF : Situation of Dengue Hemorragic Fever in The East Asia

  Region (On Line) (Http://w3.whose.org/en/Section10/Section332

 /Section519_2392. htm.Diakses tanggal 8 Desember2009. 

WHO, Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam

 Berdarah Dengue, Jakarta: EGC, 2004. 

WHO.   Deman Berdarah Dengue: Diagnosa, Pengobatan, Pencegahan dan

Pengendalian, Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC, 1998.

Yotopranoto S, Dinamika Populasi Vektor pada Lokasi dengan Kasus Deman

  Berdarah Dengue yang Tinggi di Kotamadya Surabaya, Surabaya: Majalah

Kedokteran Tropis Indonesia, 1998.

Y Ririh dan anny V, “  Hubungan Kondisi lingkungan, Kontainer dan Perilaku

  Masyarakat dengan keberdaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Daerah

 Endemis Deman Berdarah Dengue Surabaya” Jurnal Kesehatan Lingkungan I

, 2005.

5/14/2018 Nurwahidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurwahidah 84/84

 

RIWAYAT HIDUP

NURWAHIDAH, lahir di Desa Tombolo Kecamatan

Gantarang keke Kabupaten Bantaeng pada tanggal 09

Desember 1988, merupakan buah hati dari pasangan

Baharuddin dan Badariah

Penulis menempuh pendidikan formal pada tahun 1994-1997 di

SD Negeri 53 Banyorang, kemudian tahun 1997-2000 di SD Inpres

Kampung beru Kabupaten Bantaeng dan melanjutkan pendidikan di SMP

Negeri 1 Tompobulu pada tahun 2000 - 2003. Pada tahun 2003 penulis

melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Bantaeng dan tamat pada tahun

2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas

Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar melalui ujian SPMB dan di

terima di Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi. Selama

menjalani kehidupan dengan status mahasiswi penulis pernah menjabat

sebagai asisten di laboratorium Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Alauddin Makassar.