Nurse Aya

47
Nurse Aya Senin, 22 April 2013 ASKEP HARGA DIRI RENDAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No. 23 Tahun 1992, Pasal 1). Departemen Kesehatan (DEPKES) memberikan perhatian besar untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa Indonesia dengan visi dan misi Indonesia Sehat 2010. (http//www.pikiran rakyat.com) Jumlah penduduk gangguan jiwa di Jawa Barat diperkirakan lebih dari 30% dari jumlah penduduk dewasa. Jumlah tersebut bakal semakin bertambah dengan kesulitan ekonomi yang disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Keadaan tersebut diperparah dengan beberapa kejadian yang menimpa Indonesia seperti bencana alam, diantaranya tsunami di Aceh dan Pangandaran, Lumpur panas sidoarjo, serta gempa di Yogyakarta. Selain itu adanya gejolak politik lokal diberbagai daerah dan meningkatnya tingkat persaingan antar individu merupakan salah satu pemicu terjadinya gangguan mental.

description

vv

Transcript of Nurse Aya

Page 1: Nurse Aya

Nurse Aya

Senin, 22 April 2013

ASKEP HARGA DIRI RENDAH

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa sosial yang memungkinkan setiap

orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No. 23 Tahun 1992, Pasal 1). Departemen

Kesehatan (DEPKES) memberikan perhatian besar untuk meningkatkan derajat kesehatan

bangsa Indonesia dengan visi dan misi Indonesia Sehat 2010. (http//www.pikiran rakyat.com)

Jumlah penduduk gangguan jiwa di Jawa Barat diperkirakan lebih dari 30% dari jumlah

penduduk dewasa. Jumlah tersebut bakal semakin bertambah dengan kesulitan ekonomi yang

disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Keadaan tersebut diperparah dengan

beberapa kejadian yang menimpa Indonesia seperti bencana alam, diantaranya tsunami di Aceh

dan Pangandaran, Lumpur panas sidoarjo, serta gempa di Yogyakarta. Selain itu adanya gejolak

politik lokal diberbagai daerah dan meningkatnya tingkat persaingan antar individu merupakan

salah satu pemicu terjadinya gangguan mental.

Penyebab gangguan jiwa yang diderita terjadi karena frustasi, napza (narkotika,

psikotropika, dan zat adiktif lainnya), masalah keluarga, pekerjaan, organik dan ekonomi.

Namun jika dilihat dari persentase, penyebab tertinggi yaitu karena frustasi.

Stigma penderita gangguan jiwa sat ini masih tinggi, tetapi masih sedikit yang sadar untuk

meminta bantuan psikiater. Akibatnya banyak penderita gangguan jiwa yang sudah sembuh dan

dipulangkan ke rumahnya, balik lagi ke rumah sakit. Para pasien itu memilih untuk tinggal lagi

di rumah sakit karena mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di rumahnya. Keluarga

mereka merasa malu karena ada anggota keluarganya yang tidak waras. Akibatnya tidak sedikit

yang memilih kabur.

B.     Tujuan penulisan

Page 2: Nurse Aya

Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan asuhan

keperawatan pada klien dengan masalah gangguan konsep diri : harga diri rendah

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.    DEFINISI

Harga diri (self esteem) adalah penilaian tentang individu dengan menganalisa kesesuaian

prilaku dengan ideal diri

Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri atau kemampuan

diri yang negatif,yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.individu yang

mempunyai harga diri rendah cenderung untuk menilainya negatif dan merasa dirinya lebih

rendah dari orang lain. (Stuart dan sundeen,1991).

Gangguan harga diri adalah evaluasi diri yang negatif perasaan tentang diri, kemampuan diri

yang dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung. (Townsend, Mary C, 1998)

Page 3: Nurse Aya

Gangguan harga diri adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami

evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau diri. (Carpenito, Lynda Juall-Moyet, 2007)

Harga diri rendah adalah keadaan ketika individu mengalami evaluasi diri negatif mengenai

diri atau kemampuan diri. (Lynda Juall Carpenito-Moyet, 2007)

Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan merasa rendah diri

yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.

B.  RENTANG RESPON

Responadaptif

 

Respon maladaptif

 

Depersonalisasi

Page 4: Nurse Aya

positif

 

Kerancuan identitas

 

Harga diri rendah

 

Konsep diri positif

Page 5: Nurse Aya

 

Aktuallisasi diri

 

(suliswati dkk,2005:91)

a.    Aktuaisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang

pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.

b.    Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi

diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.

c.    Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih

rendah dari orang lain.

d.   Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-

kanak kedalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.

e.    Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang

berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang

lain.

C.       FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor- faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi :

1.      Faktor predisposisi gangguan citra tubuh

a.       Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)

Page 6: Nurse Aya

b.      Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan perkembangan atau

penyakit)

c.       Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh

d.      Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterpi, transplantasi

2.      Faktor predisposisi gangguan harga diri

a.       Penolakan dari orang lain

b.      Kurang penghargaan

c.       Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut dan

tidak konsisten

d.      Persaingan antar saudara

e.       Kesalahan dan kegagalan yang berulang

f.       Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan

3.      Faktor predisposisi gangguan peran

a.       Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan keadaan

sehat sakit

b.      Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara terus

menerus yang tidak terpenuhi

c.       Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran yang spesifik

dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai

d.      Peran yang terlalu banyak

4.      Faktor predisposisi gangguan identitas diri

a.       Ketidak percayaan orang tua pada anak

b.      Tekanan dari teman sebaya

c.       Perubahan dari struktur sosial

D.    FAKTOR PRESIPITASI

Faktor pencetus terjadinya gangguan konsep diri bisa timbul dari sumber internal maupun

eksternal klien, yaitu :

a.       Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang

mengancam kehidupannya.

b.      Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu

mengalaminya sebagai frustasi, ada tiga jenis transisi peran :

Page 7: Nurse Aya

c.       Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan pertumbuhan.

Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan

norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan penyesuaian diri.

d.      Transisi peran situasi terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya anggota keluarga melalui

kelahiran atau kematian.

e.       Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit.

Transisi ini mungkin dicetuskan oleh : Kehilangan bagian tubuh. Perubahan bentuk, ukuran,

panampilan, dan fungsi tubuh. Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal.

Prosedur medis keperawatan.

E.     POHON MASALAH

Isolasi sosial : menarik diri

 

Gangguan konsep diri:

Harga diri rendah

Gangguan citra tubuhF.      TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan harga diri rendah meliputi

1.      Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit.

Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar matahari.

2.      Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi bila saya segera ke rumah

sakit.

3.      Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa menulis, tulisan saya jelek, saya orang bodoh

dan tidak tahu apa-apa.

4.      Gangguan berhubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu dengan orang lain

dan lebih suka sendiri.

5.      Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif

tindakan.

Page 8: Nurse Aya

6.      Menciderai. Akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin

mengakhiri kehidupan.

7.      SUMBER KOPING

a.       Aktivitas olahraga dan aktivitas lain di luar rumah

b.      Hobi dan kerajinan tangan

c.       Seni yang ekpresif

d.      Kesehatan dan kerawatan diri

e.       Pekerjaan, vokasi, atau posisi

f.       Bakat tertentu

g.      Kecerdasan

h.      Imaginasi dan kreativitas

i.        Hubungan interpersonal

G.      MEKANISME KOPING

1.      Jangka pendek

a.       Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis dentitas ( misal : konser musik,

bekerja keras, menonton televisi secara obsesif )

b.      Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara ( misal : ikut serta dalam

aktivitas social, agama, klub politik, kelompok, atau geng )

c.       Aktivitas sementara menguatkan perasan diri ( misal : olah raga yang kompetitif, pencapaian

akademik, kontes untuk mendapatkan poipularitas )

d.      Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang

berarti dalam kehidupan individu (misal : penyalahgunaan obat ).

2.      Jangka panjang

a.       Punutupan identitas ; adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi

individu tanpa memperlihatkan keinginan, aspirasi, dan potensi diri individu tersebut.

b.      Identitas negatif ; asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan harapan

masyarakat.

c.       Mekanisme pertahanan ego:

Page 9: Nurse Aya

1.      Penggunaan fantasi

2.      Disosiasi

3.      Isolasi

4.      Projeksi

5.      Pergeseran ( displasement )

6.      Peretakan ( splitting )

7.      Berbalik marah pada diri sendiri

8.      Amuk

H.    PERILAKU

1.      Mengkritik diri sendiri

2.      Penurunan produktivitas

3.      Destruktif yang diarahkan pada orang lain

4.      Gangguan dalam berhubungan

5.      Rasa penting yang berlebihan

6.      Perasaan tidak mampu

7.      Rasa bersalah

8.      Mudah tersinggung atau marah berlebihan

9.      Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri

10.  Ketegangan peran yang dirasakan

11.  Pandangan hidup pesimis

12.  Penolakan tewrhadap kemampuan personal

13.  Destruktif terhadap diri sendiri

14.  Pengurangan diri

15.  Menarik diri secara social

16.  Penyalahgunaan zat

17.  Menarik diri dari realitas

18.  Khawatir

( Stuart, Gail Wiscarz, 2007)

C.    Konsep Psikofarmaka

1)      Chlorpromazine ( CPZ ) : 3 x100 mg

a)      Indikasi

Page 10: Nurse Aya

Untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas,

kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam

fungsi-fungsi mental : waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak

terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, hubungan

sosial dam melakukan kegiatan rutin.

b)      Cara kerja

Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak khususnya sistem ekstra

piramidal.

c)      Kontra indikasi

Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris, ketergantungan obat,

penyakit SSP, gangguan kesadaran yang disebabkan CNS Depresi.

d)     Efek samping

(1)   Sedasi

(2)   Gangguan otonomik (hypotensi, antikolinergik / parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam

miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan

irama jantung).

(3)   Gangguan ekstra piramidal ( distonia akut, akatshia, sindrom parkinsontremor, bradikinesia

rigiditas ).

(4)   Gangguan endokrin ( amenorhoe, ginekomasti ).

(5)   Metabolik ( Jaundice )

(6)   Hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka pan

(7)    

2)      Halloperidol ( HP ) : 3 x 5 mg

a)      Indikasi

Penatalasanaan psikosis kronik dan akut, gejala demensia pada lansia, pengendalian

hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada anak-anak.

b)      Cara kerja

Halloperidol merupakan derifat butirofenon yang bekerja sebagai antipsikosis kuat dan

efektif untuk fase mania, penyebab maniak depresif, skizofrenia dan sindrom paranoid. Di

samping itu halloperidol juga mempunyai daya anti emetik yaitu dengan menghambat sistem

Page 11: Nurse Aya

dopamine dan hipotalamus. Pada pemberian oral halloperidol diserap kurang lebih 60–70%,

kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan menetap 2-4 jam. Halloperidol

ditimbun dalam hati dan ekskresi berlangsung lambat, sebagian besar diekskresikan bersama

urine dan sebagian kecil melalui empedu.

c)      Kontra indikasi

Parkinsonisme, depresi endogen tanpa agitasi, penderita yang hipersensitif terhadap

halloperidol, dan keadaan koma.

d)     Efek samping

Pemberian dosis tinggi terutama pada usia muda dapat terjadi reaksi ekstapiramidal

seperti hipertonia otot atau gemetar. Kadang-kadang terjadi gangguan percernaan dan perubahan

hematologik ringan, akatsia, dystosia, takikardi, hipertensi, EKG berubah, hipotensi ortostatik,

gangguan fungsi hati, reaksi alergi, pusing, mengantuk, depresi, oedem, retensio urine,

hiperpireksia, gangguan akomodasi.

3)      Trihexypenidil ( THP ) : 3 x 2 mg

a)      Indikasi

Semua bentuk parkinson (terapi penunjang), gejala ekstra piramidal berkaitan dengan obat-

obatan antipsikotik.

b)      Cara kerja

Kerja obat-obat ini ditujukan untuk pemulihan keseimbangan kedua neurotransmiter mayor

secara alamiah yang terdapat di susunan saraf pusat asetilkolin dan dopamin, ketidakseimbangan

defisiensi dopamin dan kelebihan asetilkolamin dalam korpus striatum. Reseptor asetilkolin

disekat pada sinaps untuk mengurangi efek kolinergik berlebih.

c)      Kontra indikasi

Hipersensitivitas terhadap obat ini atau antikolonergik lain, glaukoma, ulkus peptik

stenosis, hipertrofi prostat atau obstruksi leher kandung kemih, anak di bawah 3 tahun, kolitis

ulseratif.

d)     Efek samping

Pada susunan saraf pusat seperti mengantuk, pusing, penglihatan kabur, disorientasi,

konfusi, hilang memori, kegugupan, delirium, kelemahan, amnesia, sakit kepala. Pada

Page 12: Nurse Aya

kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, hipertensi, takikardi, palpitasi. Pada kulit seperti ruam

kulit, urtikaria, dermatitis lain. Pada gastrointestinal seperti mulut kering, mual, muntah, distres

epigastrik, konstipasi, dilatasi kolon, ileus paralitik, parotitis supuratif. Pada perkemihan seperti

retensi urine, hestitansi urine, disuria, kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksi. Pada

psikologis seperti depresi, delusu, halusinasi, dan paranoid.

BAB III

TINJAUAN TEORI

A.   Pengkajian

Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari

pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan

melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi Ana, 1998 : 3 )

Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :

1.     Identitas klien

Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama panggilan,

nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan

Page 13: Nurse Aya

dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data

yang didapat.

2.     Alasan masuk

Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit, apakah sudah

tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini.

3.     Faktor predisposisi

Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan

sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan

dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal. Menanyakan kepada klien

dan keluarga apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang

pengalaman yang tidak menyenangkan.

4.     Pemeriksaan fisik

Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada keluhan fisik

yang dirasakan klien.

5.     Psikososial

a.     Genogram

Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan

keputusan dan pola asuh

b.     Konsep diri

c.      Gambaran diri

Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap

bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.

d.     Identitas diri

Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya,

kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis

kelaminnya dan posisinya.

e.      Fungsi peran

Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat, kemampuan klien

dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat,

bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut.

Page 14: Nurse Aya

f.       Ideal diri

Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan

atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana

jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.

g.     Harga diri

Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien dalam

berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi peran tidak

sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penilaian klien terhadap pandangan / penghargaan

orang lain.

h.     Hubungan sosial

Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang biasa dilakukan bila

ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran

serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain,

minat dalam berinteraksi dengan orang lain.

i.       Spiritual

Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan dalam menjalankan

keyakinan.

j.       Status mental

1.     Penampilan

Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada yang tidak rapih,

penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan klien

dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan baik / berpakaian terhadap status

psikologis klien.

2.     Pembicaraan

Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering terhenti / bloking,

apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan.

3.     Aktivitas motorik

a.    Lesu, tegang, gelisah.

Page 15: Nurse Aya

b.   Agitasi : gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan

c.    Tik : gerakan-gerakan kecil otot muka yang tidak terkontrol

d.   Grimasem : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak terkontrol klien

e.    Tremor : jari-jari yang bergetar ketika klien menjulurkan tangan dan merentangkan jari-jari

f.     Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang-ulang

4.     Alam perasaan

a.     Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan

b.     Ketakutan : objek yang ditakuti sudah jelas

c.      Khawatir : objeknya belum jelas

5.     Afek

a.     Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau

menyedihkan.

b.     Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat

c.      Labil : emosi klien cepat berubah-ubah

d.     Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus

6.     Interaksi selama wawancara

a.     Kooperatif : berespon dengan baik terhadap pewawancara

b.     Tidak kooperatif : tidak dapat menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan

c.      Mudah tersinggung

d.     Bermusuhan : kata-kata atau pandangan yang tidak bersahabat atau tidak ramah

e.      Kontak kurang : tidak mau menatap lawan bicara

f.       Curiga : menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada pewawancara atau orang lain.

g.     Persepsi

Jenis-jenis halusinasi dan isi halusinasi, frekuensi gejala yang tampak pada saat klien

berhalusinasi.

7.     Proses pikir

a.     Sirkumtansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan

Page 16: Nurse Aya

b.     Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan

c.      Kehilangan asosiasi : pembicaraan tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalimat

lainnya

d.     Flight of ideas : pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik yang lainnya.

e.      Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali

f.       Perseferasi : kata-kata yang diulang berkali-kali

g.     Perbigerasi : kalimat yang diulang berkali-kali

8.     Isi fikir

a.     Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya.

b.     Phobia : ketakutan yang patologis / tidak logis terhadap objek / situasi tertentu.

c.      Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ tubuh yang sebenarnya tidak ada.

d.     Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

e.      Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi dilingkungan yang bermakna

yang terkait pada dirinya.

f.       Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang mustahil atau

diluar kemampuannya.

g.     Waham :

1.     Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan berulang-ulang

tetapi tidak sesuai dengan kenyataan

2.     Somatik : keyakinan klien terhadap tubuhnya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai

dengan keyakinan

3.     Kebesaran : keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuannya dan diucapkan berulang-

ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan

4.     Curiga : keyakinan klien bahwa ada seseorang yang berusaha merugikan, mencederai dirinya,

diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan

5.     Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada didunia / meninggal yang dinyatakan

secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan

6.     Waham yang bizar

Page 17: Nurse Aya

a.     Sisip pikir : klien yakin ad aide pikiran orang lain yang disisipkan didalam pikirannya,

disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan

b.     Siar pikir : klien yakin ada orang lain yang mengetahui apa yang klien pikirkan walaupun klien

tidak pernah menceritakannya kepada orang, disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai

kenyataan

c.      Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, disampaikan secara

berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.

6.  Tingkat kesadaran

a.     Bingung : tampak bingung dan kacau ( perilaku yang tidak mengarah pada tujuan).

b.     Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar atau tidak sadar

c.      Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh klien

dalam sikap yang canggung dan dipertahankan klien tapi klien mengerti semua yang terjadi

dilingkungannya

d.     Orientasi : waktu, tempat dan orang

e.      Jelaskan apa yang dikatakan klien saat wawancara

f.       Memori

1.     Gangguan mengingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian lebih dari 1 bulan.

2.     Gangguan mengingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian dalam minggu terakhir.

3.     Gangguan mengingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

4.     Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan cerita yang tidak

benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.

5.     Tingkat konsentrasi

a.     Mudah beralih : perhatian mudah berganti dari satu objek ke objek lainnya.

b.     Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang karena tidak

menangkap apa yang ditanyakan atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan.

c.      Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan atau pengurangan pada benda-

benda yang nyata

d.     Daya tilik diri

Page 18: Nurse Aya

1.     Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan

emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan / klien menyangkal keadaan

penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya

2.     Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang lain atau lingkungan yang

menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah sekarang

3.     Kebutuhan persiapan pulang

a.     Makan

Tanyakan frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara makan, observasi kemampuan klien

menyiapkan dan membersihkan alat makan.

b.     Buang Air Besar dan Buang Air Kecil

Observasi kemampuan klien untuk Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), pergi

menggunakan WC atau membersihkan WC.

c.      Mandi

Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku,

observasi kebersihan tubuh dan bau badan klien.

d.     Berpakaian

Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan pakaian, observasi

penampilan dandanan klien.

e.      Istirahat dan tidur

Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau malam, persiapan sebelum tidur dan

aktivitas sesudah tidur.

f.       Penggunaan obat

Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian.

g.     Pemeliharaan kesehatan

Tanyakan kepada klien tentang bagaimana, kapan perawatan lanjut, siapa saja sistem pendukung

yang dimiliki.

h.     Aktivitas di dalam rumah

Tanyakan kemampuan klien dalam mengolah dan menyajikan makanan, merapikan rumah,

mencuci pakaian sendiri, mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.

Page 19: Nurse Aya

i.       Aktivitas di luar rumah

Tanyakan kemampuan klien dalam belanja untuk keperluan sehari-hari, aktivitas lain yang

dilakukan di luar rumah.

j.       Pola dan mekanisme koping

Data didapat melalui wawancara dengan klien atau keluarganya.

4.        Aspek medis

Tulis diagnosa medis yang telah diterapkan oleh Dokter, tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik

obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.

5.        Masalah Keperawatan

Dari pengkajian dapat disimpulkan masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu :

1.      Isolasi sosial : menarik diri

2.      Gangguan konsep diri : harga diri rendah situasional

3.      Gangguan citra tubuh

6.        Pohon masalah

Bagan 1

Pohon masalah

Page 20: Nurse Aya

Isolasi sosial : menarik diri

 

Gangguan konsep diri :

Harga diri rendah

 

Gangguan citra tubuh

  

Page 21: Nurse Aya

(Keliat, Budi Anna. 2002)

                  i.      Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan masalah keperawatan pasien yang mencakup

baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stressor yang menunjang. (Stuart & Sundeen,

1998 : 41)

Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan

spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. (Marilyn E. Doenges,

1999 : 8 )

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan adalah suatu cara

mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap

masalah aktual dan resiko tinggi mencakup respon adaptif maupun maladaptif serta stresor yang

menunjang.

Diagnosa keperawatan yang mungkin untuk masalah gangguan konsep diri : harga diri

rendah adalah :

a.       Gangguan konsep diri : harga diri rendah

1)      Definisi

Suatu kondisi dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasan

negatif mengenai dirinya dalam berespon.

2)      Batasan karakteristik

Page 22: Nurse Aya

a)      Mayor

(1)   Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif dalam berespon terhadap kejadian

kehidupan pada seorang individu dengan evaluasi diri positif sebelumnya.

(2)   Pengungkapan perasaan negatif, mengenai diri ( ketidak berdayaan, kegunaan )

b)      Minor

(1)           Pengungkapan diri yang negatif

(2)           Ekpresi malu

(3)   Evaluasi diri sebagai tidak mampu menangani situasi-situasi / kejadian

(4)           Kesukaran mengambil keputusan Gelisah

(5)           Pengabaian diri

(6)           Isolasi sosial

(Carpenito. L.J, 1998 : 353 )

b.      Isolasi sosial : menarik diri

1)      Definisi

Harga diri rendah situasional : suatu keadaan dimana seseorang memiliki perasaan-

perasaan yang negatif tentang dirinya dalam berespon terhadap peristiwa ( kehilangan,

perubahan ).

2)      Batasan karakteristik

a)      Mayor

Kejadian yang berulang atau berkala dari penilaian diri yang negatif dalam berespon

terhadap peristiwa yang pernah dilihat secara positif menyatakan perasaan negatif tentang

dirinya (putus asa, tidak berguna).

b)      Minor

Page 23: Nurse Aya

(1)   Pernyataan negatif atas dirinya

(2)   Mengekspresikan rasa malu, bersalah.

(3)   Penilaian diri tidak mampu mengatasi peristiwa / situasi

(4)   Kesulitan membuat keputusan

(5)   Mengabaikan diri (tidak peduli pada diri sendiri)

(6)   Mengisolasi diri

( Carpenito .L.J, 1998 : 853)

c.       Gangguan citra tubuh

1)      Definisi

Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko untuk menglami gangguan dalam

cara penerapan citra diri seseorang.

2)      Batasan karakteristik

a)      Mayor

Respon negatif verbal atau nonverbal terhadap perubahan aktual atau dalam struktur dan /

atau fungsi (misal malu, keadaan yang memalukan, bersalah, reaksi mendadak)

b)      Minor

(1)       Tidak terlihat pada bagian tubuh

(2)       Tidak menyentuh bgian tubuh

(3)       Bersembunyi atau memanjakan bagian tubuhsecara berlebihan

(4)       Perubahan dalam keterlibatan sosial

Page 24: Nurse Aya

(5)       Perasaan terhadap bagian tubuh, perasaan ketidak berdayaan, keputusasaan, tidak ada kekuatan,

kerentanan

(6)       Larut dalam perubahan atau kehilangan

(7)       Penolakan untuk membuktikan perubahan aktual

(8)       Depersonalisasi bagian tubuh atau kehilangan

(9)       Tingkah laku merusak diri (misal mutilasi, usahah bunuh diri, makan berlebihan, kurang makan)

( Carpenito. L.J, 2001:348)

Page 25: Nurse Aya

 

3.      Rencana Tindakan Keperawatan

No DX

Diagnosa keperawatan

PerencanaanTujuan Kriteria evaluasi Intervensi

1. I

Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan (b.d) harga diri rendah

TUM :

Klien dapat berhubungan

dengan orang lain secara

optimal

TUK 1 :

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Setelah ... kali pertemuan / lebih

hubungan saling percaya dapat dibina :

a.       Ekspresi wajah yang bersahabat

b.      Hubungan terapeutik dapat terealisasi

dengan menunjukan rasa senang

c.       Ada kontak mata

d.      klien mau berjabat tangan

e.       Klien mau menjawab salam

f.       Klien mau mengungkapkan

perasaannya.

g.      Klien mau bercerita mengenai masalah yang dihadapinya.

a.       Beri salam atau panggil nama sebutkan nama

perawat sambil berjabat tangan

b.      Jelaskan maksud hubungan interaksi

c.       Jelaskan kontrak yang harus dibuat

d.      Beri rasa aman dan sikap empati

e.       Lakukan kontak singkat tapi sering

TUK 2 :

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Setelah ... kali pertemuan, klien dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, keluarga dan kemampuan yang dimiliki klien

a.       Diskusikan kemampuan dan aspek positif

yang dimiliki klien

b.      Hindari memberi penilaian negatif, utamakan memberi pujian yang realistis

TUK 3 :

Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

Setelah ... kali pertemuan, klien menilai kemampuan yang digunakan minimal 3 kemampuan / kegiatan.

a.       Diskusikan dengan klien kemampuan yang

Page 26: Nurse Aya

digunakan

b.      Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan.

TUK 4 :

Klien dapat menetapkan (merencanakan) kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Setelah ... kali pertemuan, klien membuat rencana kegiatan

a.       Rencana bersama klien aktivitas yang dapat

dilakukan setiap hari sesuai kemampuan

b.      Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi

c.       Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan sesuai kemampuan

TUK 5 :

Klien dapat melaku-kan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya

Setelah 1 kali pertemuan, klien melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya

a.       Beri kesempatan untuk melakukan kegiatan

sesuai rencana

b.      Beri pujian atas keberhasilan klien

melakukan tindakan

c.       Diskusikan kemampuan pelaksanaan kegiatan di rumah

TUK 6

Klien dapat memanfaatkan

sistem pendukung yang

ada.

Setelah dua kali interaksi klien

memanfaatkan sistem pendukung yang

ada di keluarga

a.       Beri pendidikan kesehatan pada keluarga

tantang cara merawat lien dengan harga diri

rendah

b.      Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rumah

2 II

Kurang motivasi perawatan diri b.d defisit perawtan diri

TUM :

Klien dapat mearawat

dirinya sendiri

TUK 1 :

Klien dapat membina

Setelah ... kali interaksi klien

menunjukkan tanda-tanda percaya

kepada perawat :

a.    Ekspresi wajah bersahabat

Bina hubungan saling percaya dengan

menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :

a.     Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun

non verbal

Page 27: Nurse Aya

hubungan saling percaya. b.    Ada kontak mata

c.    Mau menyebutkan nama

d.   Mau menjawab salam

e.   Mau duduk berdampingan dengan

perawat

f.   Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi

b.    Perkenalkan nama, nama panggilan dan

tujuan perawat berkenalan

c.     Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan

yang disukai klien

d.    Buat kontrak yang jelas

e.     Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji

setiap kali interaksi

f.     Tunjukkan sikap empati dan menerima apa

adanya

g.     Beri perhatian kepada klien dan perhatikan

kebutuhan dasar klien

h.    Tanyakan perasaan klien dan masalah yang

dihadapi klien

i.      Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien

TUK 2 :

Klien mengetahui

pentingnya perawatan diri

Dalam tiga kali pertemuan klien dapat menyebutkan:

a.    Penyebab tidak merawat dirib.    Manfaat menjaga pearawatan diric.    Tanda-tanda bersih dan rapihd.   Gangguan yang dialami jika perawatan

diri tidak diperhatikan

Diskusikan dengan klien: a.   Penyebab klien tidak merawat dirib.  Manfaat menjaga pearawatan diri untuk

keadaan fisik, mental, dan sosialc.   Tanda-tanda perawatan diri yang baikd.  Penyait atau gangguan keseahatan yang

dialami oleh klien jika perawatan diri tidak adekuat

3. Klien mengetahui cara-cara melakukan perawatan diri

a.       Dalam tiga kali pertemuan klien

menyebutkan frekuensi menjaga

perawatan diri:

a.       Diskusiakan frekuensi menjaga perawatan

diri selama ini:

1)      Mandi

Page 28: Nurse Aya

        Frekunsi mandi

        Frekunsi gosok gigi

        Frekunsi keramas

        Frekunsi ganti pakaian

        Frekunsi berhias

        Frekunsi gunting kuku

b.      Dalam tiga kali interaksi klien

menjelaskancara menjaga kebersihan

diri:

1)      Cara mandi

2)      Cara gosok gigi

3)      Cara keramas

4)      Cara ganti pakaian

5)      Cara berhias

6)      Cara gunting kuku

2)      Gosok gigi

3)      Keramas

4)      Ganti pakaian

5)      Berhias

6)      Gunting kuku

b.      Diskusiakan cara praktek perawatan diri yang

baik dan benar:

1)      Mandi

2)      Gosok gigi

3)      Keramas

4)      Ganti pakaian

5)      Berhias

6)      Gunting kuku

c.       Berikan pujian untuk setiap respon klien yang positif

4.      Klien dapat melaksanakan perawatan dengan bantuan perawat

Dalam dua kali interaksai klien

mempraktekn keperawatan diri dengan

dibantu oleh perawat

a.   Mandi

b.  Gosok gigi

c.   Keramas

d.  Ganti pakaian

e.   Berhias

f.   Gunting kuku

a.     Bantu lien saat perawatan diri:

1)      Mandi

2)      Gosok gigi

3)      Keramas

4)      Ganti pakaian

5)      Berhias

6)      Gunting kuku

b.     Beri pujian setelah klien melaksanakan perawatan diri

Page 29: Nurse Aya

5.      Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri

Dalam tiga kali interaksi klien

melaksanakan praktek perawatan diri

yang mandiri:

a.   Mandi dua kali sehari

b.  Gosok gigi setelah makan

c.   Keramas dua kali seminggu

d.  Ganti pakaian satu kali sehari

e.   Berhias sehabis mandi

f.   Gunting kuku setelah mulai panjang

a.       Pantau klien dalam melaksanakan perawatan

diri:

1)      Mandi

2)      Gosok gigi

3)      Keramas

4)      Ganti pakaian

5)      Berhias

6)      Gunting kuku

b.      Beri pujian setelah klien melaksanakan perawatan diri secara mandiri.

6.      Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan perawatan diri

a.       Dalam tiga kali interaksi kelurga

menjelasakan cara membantu klien

dalam memenuhi kebutuhan perawatan

diri

b.    Dalam dua kali interaksi keluarga

menyiapkan sarana perawatan diri

klien: sabun mandi, shampo, pasta gigi,

sikat gigi, handuk, pakaian bersih,

sandal dan alat berhias.

c.     Keluarga mempraktekan perawatan diri pada klien

a.       Diskusikan dengan keluarga:

1)      Penyebab klien tidak meaksanakan

perawatan diri

2)  Tindakan yang btelah dilakukan klien selama

dirumah sakit dalam menjaga perawatan diri

dan kemajuan yang telah dialami klien

3)  Dukungan yang bisa diberikan oleh keluarga

untuk meningkatkan kemampuan klien dalam

perawatan diri

b.      Diskusikan dengan keuarga tentang:

1)      Sarana yang dipelukn klien untuk menjaga

perawatan diri klien

2)       Anjurkan kepada keluarga menyiapkan

sarana tersebut

Page 30: Nurse Aya

c.       Diskusikan dengan keluarga hal-hal yang

perlu dilakukan keluarga dalam perawatan

diri:

1)      Anjurkan keluarga untuk mempraktekan

perawatan diri (mandi, gosok gigi, keramas,

ganti baju, dan gunting kuku)

2)      Ingatkan klien waktu mandi, gosok gigi,

keramas, ganti baju, dan gunting kuku

3)      Bantu jika klien mengalami hambatan dalam

perawatan diri

4)      Berikan pujian atas keberhasilan klien Tim Keperawatan (2006) Standar Rencana Keperawatan RSMM Bogor, Bogor : Direktorat

Jenderal Pelayanan Medik, Depkes RI.

Page 31: Nurse Aya

4.  Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan oleh perawat dan klien. Petunjuk dalam implementasi :

a.       Intervensi dilakukan sesuai dengan rencana.

b.      Keterampilam interpersonal, intelektual, tekhnikal dilakukan dengan cermat dan efisien dalam

situasi yang tepat.

c.       Dokumentasi intrvensi dan respon klien.

(Keliat, Budi Anna. 1998 : 15)

Dalam pelaksanaan implementasi, penulis menggunakan langkah-langkah komunikasi terapeutik yang terdiri dari :

1)      Fase Pra Interaksi

Pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien, perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggung jawabkan.

2)      Fase Perkenalan

Pada fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien, hal-hal yang perlu dikaji adalah alasan klien meminta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya rasa percaya antara perawat dengan klien.

3)      Fase Orientasi

a)      Memberi salam terapeutik

b)      Mengevaluasi dan memvalidasi data subjektif dan objektif yang mendukung diagnosa

keperawatan.

c)      Membuat kontrak untuk sebuah topik disertai waktu dan tempat dan serta mengingatkan kontrak

sebelumnya.

4)      Fase Kerja

Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang terkait dengan pelaksanaan perencanaan yang sudah ditentukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pada fase ini

Page 32: Nurse Aya

perawat mengeksplorasi stressor yang tepat mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, fikiran, perasaan dan perbuatan klien.

5)      Fase Terminasi

Fase terminasi merupakan fase yang amat sulit dan penting dari hubungan intim terapeutik yang sudah terbina dan berada dalam tingkat optimal. Fase terminasi terbagi menjadi :

a)      Terminasi sementara

Adalah terminasi akhir dari tiap pertemuan antara perawat dengan klien.

b)      Terminasi Akhir

(1)   Mengevaluasi respon klien setelah tindakan keperawatan.

(2)   Merencanakan tindak lanjut.

(3)   Mengeksplorasi perasaan klien.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari perencanaan tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui hubungan yang erat.Evaluasi dibagi menjadi dua macam yaitu :

a.       Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk menilai hasil tindakan yang

telah dilakukan.

b.      Sumatif yaitu evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang dilakukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir :

S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

O : Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.

A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan masalah

tetap atau muncul masalah baru atau data yang kontradiktif dengan masalah yang ada.

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkakn hasil analisa pada respon klien.

Rencana tindak lanjut berupa :1)      Rencana teruskan, bila masalah tidak berubah.

Page 33: Nurse Aya

2)      Rencana dimodifikasi, jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil tidak

memuaskan.

3)      Rencana dibatalkan, jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang

ada serta diagnosa lama dibatalkkan.

4)      Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan diperlukan adalah memelihara dan

mempertahankan kondisi baru.

Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubhan yang positif.

Klien dan keluarga juga dimotifasi untuk melakukan self-reinforsement.

Hasil yang diharapkan saat merawat klien dengan respon konsep diri mal adatif adalah

klien akan mencapai tingkat aktualitas diri yang maksimal untuk menyadari potensi dirinya.

Evaluasi keberhasilan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah :

Pada akhir keperawatan diharapkan :

a)      Klien mampu :

1)      Klien dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, Keluarga dan kemampuan yang dimiliki

klien.

2)      Klien menilai kemampuan yang digunakan.

3)      Klien membuat rencana kegiatan

4)      Klien membuat rencana kegiatan

5)      Klien melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya

6)      Klien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga

7)      Melakukan kegiatan hidup sehari – hari sesuai jadwal yang dibuat klien.

8)      Meminta bantuan keluarga

9)      Melakukan follow up secara teratur

Page 34: Nurse Aya

b)      Keluarga mampu :

1)      Mengidentifikasi terjadinya gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis

2)      Merawat klien di rumah dan mendukung kegiatan klien.

3)      Menolong klien menggunakan obat dan follow up.

Diposkan oleh Nurse aya di 23.59 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Google+ Followers

Chiaya S.Kep., ners

▼   2013 (24) o ►   Mei (7) o ▼   April (17)

askep difteri EKLAMSI POST PARTUM ASKEP ANTE NATAL CARE BBL RENDAH ASKEP TYPOID ASKEP DIARE ASKEP HARGA DIRI RENDAH ASKEP KEHAMILAN EKTOPIK ASKEP ABORTUS ASKEP DIFTERI PADA ANAK PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK SMS STRATEGI SP Strategi pelakasanaan (SP) ASKEP PSORIASIS

Identitas

Page 35: Nurse Aya

Nurse aya Lihat profil lengkapku

Template Simple. Gambar template oleh luoman. Diberdayakan oleh Blogger.