NUMBER 4

34
NOMOR 1.UpayaKesehatan di layanan primer di Indonesia dibagimenjadi UKM dan UKP, jelaskandasarhukumdanperbedaannya? A. DasarHukum : Permenkes No.75 Tahun 2014 B. UKM :Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. C. UKP :Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaana kibatpenyakit da nmemulihkan kesehatan perseorangan. 2. Manajemen puskesmas Manajemen Puskemas meliputi 1) perencanaan; 2) pelaksanaan - pengendalian; 3) pengawasan - pertanggungjawaban, yang harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan. B. Manajemen Program 1. Perencanaan Perencanaan adalah proses penyusunan rencana Puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Rencana Puskemas dibedakan atas dua macam yaitu Rencana Usulan Kegiatan (RUK) untuk kegiatan pada setahun mendatang dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) pada tahun berjalan. Perencanaan Puskesmas disusun meliputi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pilihan

description

kjh

Transcript of NUMBER 4

Page 1: NUMBER 4

NOMOR 1.UpayaKesehatan di layanan primer di Indonesia dibagimenjadi UKM dan

UKP, jelaskandasarhukumdanperbedaannya?

A. DasarHukum : Permenkes No.75 Tahun 2014

B. UKM :Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap

kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan

menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok,

dan masyarakat.

C. UKP :Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu

kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk

peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaana

kibatpenyakit da nmemulihkan kesehatan perseorangan.

2. Manajemen puskesmas

Manajemen Puskemas meliputi 1) perencanaan; 2) pelaksanaan - pengendalian; 3) pengawasan - pertanggungjawaban, yang harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan.

B.    Manajemen Program1.    PerencanaanPerencanaan adalah proses penyusunan rencana Puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Rencana Puskemas dibedakan atas dua macam yaitu Rencana Usulan Kegiatan (RUK) untuk kegiatan pada setahun mendatang dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) pada tahun berjalan. Perencanaan Puskesmas disusun meliputi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pilihan dan upaya inovatif baik terkait dengan pencapaian target maupun mutu Puskesmas. Istilah RUK dan RPK merupakan istilah umum, adapun istilah/terminologi yang dipergunakan dalam perencanaan disesuaikan dengan pedoman penganggaran di daerah.

Proses perencanaan Puskesmas harus disesuaikan dengan mekanisme perencanaan yang ada baik perencanaan sektoral maupun lintas sektoral melalui Musrenbang di setiap tingkatan administrasi.a.    Rencana Usulan Kegiatan (RUK)Rencana Usulan Kegiatan adalah perencanaan kegiatan Puskesmas untuk tahun mendatang, sering disebut dengan istilah H+1. Perencanaan disusun dengan mengacu pencapaian indikator Kecamatan Sehat dalam mewujudkan pencapaian indikator SPM.

Page 2: NUMBER 4

b.    Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)/ Plan of Action (POA)Rencana Pelaksanaan Kegiatan disusun setelah Puskesmas mendapatkan alokasi anggaran. Penyusunan RPK berdasarkan RUK tahun yang lalu dengan dilakukan penyesuaian (adjustment) terhadap target, sasaran dan sumberdaya. RPK disusun dalam bentuk matrik Gantt Chart dan dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping)

NOMOR 2.    Pelaksanaan PengendalianPelaksanaan dan pengendalian adalah proses penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian terhadap kinerja penyelenggaraan rencana tahunan Puskesmas, baik rencana tahunan upaya kesehatan wajib maupun rencana tahunan upaya kesehatan pilihan, dalam mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Langkah-langkah pelaksanaan dan pengendalian adalah sebagai berikut :a.       Pengorganisasian Untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan Puskesmas perlu dilakukan pengorganisasian. Ada dua macam pengorganisasian yang harus dilakukan. Pertama, pengorganisasian berupa penentuan para penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja. Dengan perkataan lain, dilakukan pembagian  tugas seluruh program kerja dan seluruh wilayah kerja kepada seluruh petugas Puskesmas dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya. Penentuan para penanggungjawab ini dilakukan melalui penggalangan tim pada awal tahun kegiatan.

Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara lintas sektoral. Ada dua bentuk penggalangan kerjasama yang dapat dilakukan :1)    Penggalangan kerjasama dua pihak yakni antara dua sektor terkait, misalnya antara Puskesmas dengan sektor Sosial/ Kesra pada waktu penyelenggaraan upaya kesehatan usia lanjut (Usila).2)    Penggalangan kerjasama banyak pihak yakni antar berbagai sektor terkait, misalnya antara Puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor agama, pada penyelenggaraan upaya kesehatan sekolah (UKS).

Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan :1)    Secara langsung yakni antar sektor terkait2)    Secara tidak langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan koordinasi kecamatan.

b.       Penyelenggaraan Setelah pengorganisasian selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah menyelenggarakan rencana kegiatan Puskesmas, dalam arti para penanggungjawab dan para pelaksana yang telah ditetapkan pada pengorganisasian. Untuk dapat terselenggaranya rencana tersebut perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut :1)    Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun terutama yang

Page 3: NUMBER 4

menyangkut jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah kerja dan rincian tugas para penanggungjawab dan pelaksana.2)    Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disusun. Beban kegiatan Puskesmas harus terbagi habis dan merata kepada seluruh petugas.3)    Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Dalam penyelenggaraannya harus memperhatikan :a)    Azas Penyelenggaraan PuskesmasPenyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus menerapkan keempat azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu pertanggungjawaban wilayah, pemberdayaan masyarakat, keterpaduan dan rujukan.

b)    Standar dan pedoman PuskesmasDalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas harus mengacu pada standar dan pedoman Puskesmas, baik yang bersifat teknis program, manajemen maupun administratif.

c)    Kendali mutuPenyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus menerapkan kendali mutu, yaitu kepatuhan terhadap standar dan pedoman pelayanan serta etika profesi.

d)    Kendali biayaPenyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus menerapkan kendali biaya yaitu kepatuhan terhadap standar dan pedoman pelayanan serta etika profesi dan terjangkau oleh pemakai jasa pelayanan.

c.       Pemantauan Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan pemantauan yang dilakukan secara berkala. Kegiatan pemantauan mencakup hal-hal sebagai berikut :1)    Melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai baik secara internal maupun eksternal. a)    Telaahan internal yaitu telaahan bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai oleh Puskesmas, dibandingkan dengan rencana dan standar pelayanan. Data yang dipergunakan diambil dari SIMPUS. Kesimpulan dirumuskan dalam bentuk kinerja (cakupan, mutu dan biaya) Puskesmas dan masalah/ hambatan. Telaahan bulanan ini dilakukan dalam forum Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas. b)    Telaahan eksternal yaitu telaahan tribulanan terhadap hasil yang dicapai oleh sarana pelayanan kesehatan primer serta sektor lainnya yang terkait di wilayah kerja Puskesmas. Telaahan eksternal ini dilakukan dalam forum Lokakarya Mini Tribulan Puskesmas.

2)    Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian kinerja Puskesmas serta masalah dan hambatan yang ditemukan dari hasil telaahan bulanan dan triwulan.

Page 4: NUMBER 4

d.       Penilaian Kegiatan penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran dengan cara Penilaian Kinerja Puskesmas yang diukur menggunakan indikator kinerja Puskesmas. Kegiatan tersebut mencakup :1)    Melakukan penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai, dibandingkan dengan rencana tahunan dan standar pelayanan. Sumber data yang dipergunakan dalam penilaian yaitu sumber data primer dari SIMPUS dan sumber data sekunder yaitu hasil pemantauan bulanan dan tribulanan, serta data lain yang dikumpulkan secara khusus. 2)    Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian serta masalah dan hambatan yang ditemukan untuk rencana tahun berikutnya.3)    Melaporkan hasil kegiatan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota pada akhir tahun berjalan.

3.    Pengawasan pertanggungjawabanPengawasan dan pertanggungjawaban adalah proses memperoleh kepastian atas kesesuaian penyelenggaraan dan pencapaian tujuan Puskesmas terhadap rencana dan peraturan perundang-undangan serta berbagai kewajiban yang berlaku. Untuk terselenggaranya pengawasan dan pertanggungjawaban dilakukan kegiatan :a.    PengawasanPengawasan dibedakan menjadi internal dan eksternal. Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan langsung, adapun pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat, dinas kesehatan kabupaten/kota serta berbagai institusi pemerintah terkait. Pengawasan mencakup aspek administratif, keuangan dan teknis pelayanan. Apabila ditemukan adanya penyimpangan baik terhadap rencana, standar, peraturan perundangan maupun berbagai kewajiban yang berlaku perlu dilakukan pembinaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b.    PertanggungjawabanPada setiap akhir tahun anggaran, Kepala Puskesmas harus membuat laporan pertanggungjawaban tahunan yang mencakup pelaksanaan kegiatan, serta perolehan dan penggunaan berbagai sumberdaya termasuk keuangan dan laporan akuntabilitas (LAKIP). Laporan tersebut disampaikan kepada Dinas kesehatan kabupaten/kota serta pihak terkait lainnya, termasuk masyarakat melalui forum masyarakat. Apabila terjadi penggantian Kepala Puskesmas ataupun penanggungjawab program, maka Kepala Puskesmas dan penanggungjawab program yang lama diwajibkan membuat laporan pertanggungjawaban masa jabatannya.

Page 5: NUMBER 4

NOMOR 3. Klinik Pratama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar.

Klinik Utama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau

pelayanan medik dasar dan spesialistik. Sifat pelayanan kesehatan yang diselenggarakan bisa

berupa  rawat jalan, one day care, rawat inap dan/atau home care.

Bangunan klinik paling sedikit terdiri atas:

a. ruang pendaftaran/ruang tunggu;

b. ruang konsultasi dokter;

c. ruang administrasi;

d. ruang tindakan;

e. ruang farmasi;

f. kamar mandi/wc;

Prasarana klinik meliputi:

a. instalasi air;

b. instalasi listrik;

c. instalasi sirkulasi udara;

d. sarana pengelolaan limbah;

e. pencegahan dan penanggulangan kebakaran;

f. ambulans, untuk klinik yang menyelenggarakan rawat inap; dan

g. sarana lainnya sesuai kebutuhan.

Selain itu juga, klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis yang memadai

sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.

Syarat peralatan tersebut adalah:

1. memenuhi standar mutu, keamanan, dan keselamatan.

2. memiliki izin edar.

3. Harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan

dan/atau institusi penguji dan pengkalibrasi yang berwenang.

PIMPINAN KLINIK PRATAMA

(1) Pimpinan Klinik Pratama adalah seorang dokter atau dokter gigi.

Page 6: NUMBER 4

(2) Tenaga medis pada Klinik Pratama minimal terdiri dari 2 (dua) orang

dokter dan/atau dokter gigi.

SURAT IZIN PRAKTIK

(1) Setiap tenaga medis yang berpraktik di klinik harus mempunyai Surat Tanda Registrasi

dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik harus mempunyai  Surat Izin sebagai

tanda registrasi/Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Kerja (SIK) atau Surat Izin Praktik

Apoteker (SIPA) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

PERIJINAN

(1) Untuk mendirikan dan menyelenggarakan klinik harus mendapat izin dari pemerintah

daerah kabupaten/kota setelah mendapatkan rekomendasi dari dinas kesehatan

kabupaten/kota setempat.

(2) Dinas kesehatan kabupaten/kota mengeluarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) setelah klinik memenuhi ketentuan persyaratan klinik dalam Peraturan ini.

(3) Permohonan izin klinik diajukan dengan melampirkan:

a. surat rekomendasi dari dinas kesehatan setempat;

b. salinan/fotokopi pendirian badan usaha kecuali untuk kepemilikan perorangan;

c. identitas lengkap pemohon;

d. surat keterangan persetujuan lokasi dari pemerintah daerah setempat;

e. bukti hak kepemilikan atau penggunaan tanah atau izin penggunaan bangunan untuk

penyelenggaraan kegiatan bagi milik pribadi atau surat kontrak minimal selama 5 (lima)

tahun bagi yang menyewa bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan;

f. dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan

(UPL);

g. profil klinik yang akan didirikan meliputi struktur organisasi kepengurusan, tenaga

kesehatan, sarana dan prasarana, dan peralatan serta pelayanan yang diberikan; dan

h. persyaratan administrasi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

i. Izin klinik diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang dengan

mengajukan permohonan perpanjangan 6 (enam) bulan sebelum habis masa berlaku izinnya.

Page 7: NUMBER 4

PELAYANAN RAWAT INAP

(1) Klinik yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap harus

menyediakan:

a. ruang rawat inap yang memenuhi persyaratan;

b. tempat tidur pasien minimal 5 (lima) dan maksimal 10 (sepuluh);

c. tenaga medis dan keperawatan yang sesuai jumlah dan kualifikasinya;

d. tenaga gizi, tenaga analis kesehatan, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan dan/atau

tenaga non kesehatan lain sesuai

kebutuhan;

e. dapur gizi;

f. pelayanan laboratorium Klinik Pratama.

(2) Pelayanan rawat inap hanya dapat dilakukan maksimal selama 5 (lima) hari.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan ( Permenkes ) No. 28 Tahun 2011 salah satu

persyaratan izin mendirikan dan menyelenggarakan klinik harus melampirkan Dokumen

Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL); Karena

Klinik merupakan suatu usaha dan/atau kegiatan yang spesifik yang menimbulkan dampak

terhadap lingkungan. Setiap Klinik menghasilkan limbah medis dan non medis baik dalam

bentuk padat maupun cair. Maka Dinas Kesehatan mengadakan Pertemuan antara Pemilik

Sarana Kesehatan Swasta dengan PT. Tenang Jaya Sejahtera untuk melakukan Perajnjian

Kerjasama dalam rangka Pembuangan Limbah Medis.  

Page 8: NUMBER 4

Berikut ini adalah Syarat dan ketentuan untuk mengurus Ijin Penyelenggaran Klinik Pratama:

Page 9: NUMBER 4

1. Surat Permohonan dari Pemilik Sarana atau Pimpinan Badan Usaha untuk Klinik Pratama Rawat Inap (Bermaterai Rp.6.000).

2. Fotocopy KTP Pemilik dan Dokter Penanggung Jawab.3. Fotocopy Akte Pendirian Yayasan / Perusahaan BerBadan Usaha (untuk Klinik Pratama Rawat

Inap).4. Fotocopy Sertifikat Tanah.5. Surat Pernyataan Sewa Bangunan Apabila Menyewa, Masa Sewa minimal 5 Tahun

(Materai Rp.6000).6. Surat Keterangan Domisili Usaha dari Desa / Kelurahan Setempat.7. Surat Pengangkatan Sebagai Penanggung Jawab (Bermaterai Rp.6000).8. Surat Pernyataan Bersedia sebagai Penanggung Jawab (Bermaterai Rp.6000).9. Surat Pernyataan Sebagai Penanggung Jawab Hanya di 1 (Satu) sarana kesehatan saja

(Bermaterai Rp. 6000).10. Surat Pernyataan Bersedia mentaati Peraturan Perundang undangan yang Belaku (Bermaterai

Rp. 6000).11. Fotocopy Surat Kerjasama (MOU) tentang pembuangan Limbah medis padat dengan sarana

kesehatan lain yang mempunyai incenerator.12. Fotocopy Surat Kerjasama MOU Ambulance (untuk Klinik Pratama/utama Rawat Inap)13. Surat Pernyataan Tidak Menggunakan Obat Obatan Sedatif, dan tidak melakukan general

anaesthesi maupun regional anaesthesi (bermaterai Rp. 6000).14. Struktur Organisasi.15. Profil Klinik ( Pratama / utama )16. Daftar Ketenagaan (Medis / Paramedis / Non Medis).17. Forocopy SIP (Surat Ijin Praktek) Masing masing Dokter / Dokter Gigi (untuk perpanjangan ijin

sarana, surat permohonan dari dokter yang akan praktek di klinik (untuk ijin sarana baru), SIP Bidan / Perawat, STRA Apoteker.

18. Fotocopy Ijasah tenaga Medis / Paramedis / Non Medis.19. Daftar Jenis Pelayanan dan tarif pelayanan.20. Daftar Jam Pelayanan.21. Daftar Peralatan dan Daftar Obat.22. Denah Lokasi dan Denah Ruangan (Ukuran Skala Meter).23. Surat Pernyataan Jenis Pelayanan yang dilakukan di Klinik Pratama sesuai peraturan perundang

undangan yang berlaku (Bermaterai Rp.6000).24. Surat Ijin dari atasan alangsung bagi penanggung Jawab dengan status Pegawai Negeri Sipil

(PNS).25. Apabila Perpanjangan ijin : Melampirkan Surat Ijin Penyelenggaraan lama Yang Asli.

 

 NOMOR 4

4. Klinik pratama memiliki manajemen yang dimana terdiri atas proses rangkaian kegiatan

yang dilaksanakan secata sistematik di klinik pratama untuk menghasilkan keluaran yang

Page 10: NUMBER 4

efektif dan efisien untuk semua pekerjaan kegiatan sebagai ppk yang bekerja sama dengan

BPJS.

Keperngurusan klinik sedikit berbeda tergantung dari jenis klinik yang akan diselenggarakan maka untuk struktur kepengurusan klinik adalah sebagai berikut:KLINIK PRATAMA(1) Pimpinan Klinik Pratama adalah seorang dokter atau dokter gigi.(2) Tenaga medis pada Klinik Pratama minimal terdiri dari 2 (dua) orang(3) Pimpinan mempunyai tugas pkok dan fungsi memimpin, mengawasi dan mengkoordinir kegiatan klinik Pratama PPK-BPJS yang dapat dilakukan dalam memberikan pelayanan kesehatan.(4) Memimpin pelaksanaan kegiatan di klinik Pratama PPK-BPJS(5) Melaksanakan pengawasan,pengendalian dan evaluasi program/kegiatan klinik Prataa PPK-BPJS(6) Membina petugas klinik Pratama PPK-BPJSdokter dan/atau dokter gigi.(7) Membina petugas klinik PPK-BPJS

NOMOR 5. SPM menurut input dan proses

INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN

MAN Murid sekolah yang

melaksanakan piket

secara bergantian

setiap harinya

Kurangnya kepatuhan

petugas dilingkungan

sekolah dalam

membersihkan bak

mandi secara rutin

Kurangnya partisipasi

masyarakat sekolah

dalam pelaksanaan

PSN

MONEY Adanya dana

swadaya masyarakat

sekolah untuk

kebersihan

lingkungan

Tidak adanya dana

untuk kegiatan

penyuluhan ke

sekolah

METHOD Dilakukan aturan

denda bagi siswa

yang membuang

Frekuensi penyuluhan

oleh tenaga kesehatan

masih perlu

Page 11: NUMBER 4

sampah sembarangan

Adanya jadwal kerja

bakti di lingkungan

sekolah

ditingkatkan.

MATERIAL Toilet dengan bak

mandi khusus guru

yang rutin

dibersihkan

Toilet dengan bak mandi khusus siswa jarang dibersihkan

MACHINE Tersedianya sarana

kebersihan

Kurangnya jumlah

sarana kebersihan

PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN

P1

(Perencanaan)

Adanya peraturan

untuk tidak

membuang sampah

sembarangan

Adanya jadwal kerja

bakti di lingkungan

sekolah

Kegiatan 3M oleh

petugas kebersihan

sekolah

Kegiatan penyuluhan

oleh petugas

kesehatan kurang

rutin.

Tidak adanya petugas

kesehatan yang

melakukan kegiatan

penyuluhan PSN di

sekolah.

P2

(Pelaksanaan)

Seluruh masyarakat

sekolah

membersihkan

lingkungan sekolah.

Masyarakat sekolah

turut serta menjaga

kebersihan sekolah

dengan membuang

sampah pada tempat

yang disediakan

Pelaksanaan 3M oleh

masyarakat sekolah

tidak rutin dilakukan.

Masih adanya

beberapa murid

sekola yang

membuang sampah

sembarangan.

Petugas yang

dikhususkan untuk

melakukan

Page 12: NUMBER 4

kebersihan 3M

kurang rutin

melaksanakan

tugasnya

P3

(Penilaian,

Pengawasan,

Pengendalian)

Adanya pengawasan

dari pihak sekolah

untuk melakukan

sidak secara tiba-tiba

untuk menilai

kebersihan sekolah.

Pengawasan kegiatan

PSN disekolah oleh

petugas kesehatan

masih kurang rutin

terjadwal.

Pengawasan

kebersihan

lingkungan sekolah

menyangkut 3M oleh

petugas UKS masih

kurang.

Lingkungan Kontainer-kontainer

tempat menyimpan

air tidak begitu

banyak. Hampir

seluruh pot bunga

terisi tanaman

Pengetahuan

masyarakat sekolah

mengenai PSN

Dana sekolah untuk

mengadakan

penyuluhan PSN

No Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan

Masalah

Page 13: NUMBER 4

1. Kurangnya partisipasi masyarakat sekolah dalam

pelaksanaan PSN.

Melibatkan

masyarakat sekolah

dalam kegiatan PSN

dilingkungan sekolah.

2. Tidak adanya dana untuk kegiatan penyuluhan ke

sekolah.

Dana untuk kegiatan

yang menyangkut

kesehatan sekolah

didapatkan dari

sekolah sebagai dana

kesehatan sekolah.

Dana dari denda bila

ada yang membuang

sampah sembarangan.

3. Kurangnya sarana kebersihan. Pihak sekolah

menambah jumlah

keranjang sampah

dilingkungan sekolah

dari dana kesehatan

sekolah.

Sumbangan dari

orang tua murid untuk

menambah sarana

kebersihan (±6 buah).

4. Pelaksanaan 3M oleh masyarakat sekolah tidak rutin

dilakukan.

Dibuat jadwal setiap

minggunya untuk

jumat bersih.

Petugas kesehatan

sekolah memantau

kegiatan jumat bersih

setiap minggunya.

5. Pengawasan kegiatan PSN disekolah oleh petugas

kesehatan masi kurang rutin terjadwal.

Dibentuknya Juru

Pemantau Jentik

(jumantik) cilik di

sekolah dan hasil

Page 14: NUMBER 4

pantauan dilaporkan

kepada petugas

kesehatan setiap

minggunya.

Petugas kesehatan

mengevaluasi

kegiatan PSN setiap

minggunya.

NOMOR 6. SMD dan MMD yang dilakukan berlokasi di Dusun Gusaran, Desa Secang,

Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Dari MMD yang kami buat sudah merupakan

diagnosis komunitas karena sudah mengikuti langkah-langkah diagnosis komunitas,

diantaranya identifikasi masalah, menentukan prioritas masalah, menentukan penyebab

masalah, menentukan penyebab masalah yang paling mungkin, alternatif pemecahan

masalah, penetapan pemecahan masalah terpilih, penentuan rencana penerapan, dan

monitoring serta evaluasi. Dari MMD yang telah dibentuk pada akhirnya menghasilkan

beberapa masalah yaitu:

1. Kepesertaan dalam Asuransi Kesehatan (BPJS, Jamkesmas, Jamkesda)

2. Penggunaan alat kontrasepsi pada pasangan usia subur

3. Kepemilikan sarana pembuangan sampah

4. Konsumsi aneka ragam makanan/menu seimbang

5. Keluarga Kadarzi (keluarga sadar gizi).

6. Tidak ada anggota keluarga yang merokok

7. Kebiasaan sering membuka jendela

8. Tiap hari melakukan kegiatan fisik minimal 30 menit

9. Letak kandang ternak yang terpisah >10m

10. Dinding rumah permanden dan kedap air

11. Langit-langit rumahyang bersih, kuat, dan tinggi minimal 2,75 meter

12. Lantai rumah kedap air

13. Ventilasi di rumah>10% dan terpasang kasa

14. Rumah dengan pencahayaan (pencahayaan alamiah) yang terang

Page 15: NUMBER 4

15. Setiap ventilasinya terpasang kassa nyamuk (pencegahan terhadap kemungkinan

resiko penularan penyakit oleh hewan serangga / nyamuk)

Solusi untuk pemecahan dari masalah tersebut yang telah disetujui adalah

1. Penyuluhan tentang aneka ragam makanan dan menu makanan seimbang serta keluarga

sadar gizi

2. Penyuluhan mengenai bahaya merokok bagi tubuh dan orang sekitar

3. Penyuluhan pemilahan dan pengolahan sampah daur ulang

4. Memberikan pengetahuan tentang pemilihan dan cara KB

5. Penyuluhan mengenaipengganti menu seimbang dengan yang makanan sehat yang lebih

terjangkau

6. Mengadakan program senam aerobic bersama rutin tiap minggu yang di pimpin oleh ibu

PKK

Dan untuk dari kerjasama lintas sektoral yang dilakukan berupa:

1. Permohonan bantuan kepada kelurahan untuk pembebasan lahan yang diperuntukan

sebagai TPS warga.

2. Mengkomunikasikan kepada pihak pemerintah setempat untuk men survey kembali

masyarakat yang pantas mendapatkan BPJS PBI

3. Pengajuan permohonan bantuan ke pemerintah setempat mengenai penanggulangan

masalah rumah sehat

4. Pengajuan lahan peternakan ke pemenritah setempat untuk tempat khusus ternak warga

yang dikelola oleh warga

NOMOR 77. Jelaskan tentang SDGs dan usulan agar SDGs tercapai

Jawab:

Page 16: NUMBER 4

Pada akhir tahun 2015 ini, program millennium development goals (MDGs) akan

berakhir. Berbagai laporan hasil evaluasi yang berkaitan dengan program MDGs dan

rencana-rencana program berikutnya setelah MDGs berakhirpun sudah dirancang oleh

seluruh Negara yang tergabung dalam program ini.

Walaupun secara umum MDGs telah berhasil, namun ada permasalahan penting yang

dapat mengganggu upaya untuk meningkatkan dan menjaga kinerja tersebut, yaitu masalah

degradasi lingkungan. Ini merupakan kabar buruk untuk dunia. Indonesia merupakan bagian

dari kabar tersebut karena menurut ADB, Indonesia memiliki keragaman hayati didalam

hutan hujannya tetapi gagal mengelola risorsis secara berkelanjutan dan adil. Penduduk terus

bertambah, sementara sumber daya alam yang menopang kehidupan manusia seperti energi,

air, dan pangan justru mengalami kelangkaan. Kelangkaan sumber daya alam diperparah

dengan adanya pemanasan global dan seluruh implikasinya seperti badai, banjir, dan

kekeringan. Jika masalah lingkungan tidak dikendalikan dengan baik, pada waktunya akan

dapat merusak pencapaian MDGs tersebut.8

Pasca MDGs, dunia perlu menemukan suatu model pembanguna baru yang dapat menjawab

tantangan global. Summit 2012 di Rio de Janeiro telah menyepakati suatu model program

baru yaitu Sustainable Development Goals (SDGs). Model pembanguna yang berkelanjutan

ini menjadi suatu pilihan yang tidak bisa dielakkan bagi dunia untuk menerapkannya.

Pembangunan berkelanjutan adalah suatu upaya untuk menghubungkan sejumlah titik isu

global seperti; ketidak adilan, pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, stress lingkungan,

air, energy, dan keamanan pangan. Pengabaian terhadap salah satu komponen akan

menggagalkan kebijakan lainnya.

Ide atau gagasan tentang SDGs pertama kali disampaikan oleh pemerintah Kolombia

dan Guatemala dalam pertemuan tidak resmi di Solo, Indonesia, Juli 2011. Usulan ini terus

bergulir dan menjadi perdebatan di kalangan anggota PBB dalam berbagai pertemuan tidak

resmi untuk menyempurnakan usulan tersebut. Laporan Sekjen PBB yang dipersiapkan oleh

Panel Tingkat Tinggi tentang Keberlanjutan Global juga memberikan dukungan yang

signifikan terhadap SDGs. Di dalam usulannya, kedua negara menyebutkan ada 8 tujuan

pembangunan berkelanjutan, yaitu:

1. Combating Poverty

2. Changing Consumption Patterns

3. Promoting Sustainable Human Settlement Development

Page 17: NUMBER 4

4. Biodiversity and Forests

5. Oceans

6. Water Resources

7. Advancing Food Security

8. Energy, including from renewable sources

Karena terdiri dari 8 tujuan maka setiap negara dapat menentukan bagian mana yang

perlu mendapat prioritas agar tercipta keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, sosial dan

perlindungan lingkungan hidup. Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga pilar penting

yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan yang harus dijalankan secara terintegrasi. Pemahaman

tentang pembangunan berkelanjutan tidak diartikan secara sempit sebagai perlindungan

lingkungan tetapi pemahaman tentang keterkaitan antara ekonomi, sosial dan lingkungan

alam.

NOMOR.8

PJK

Strategi Pengendalian penyakit Jantung dan Pembuluh darah Strategi pencegahan

jangka pendek bertujuan mengurangi risiko timbulnya penyakit jantung dan

pembuluh darah baru yang terjadi pada masa dekat(dibawah 10tahun) Keadaan ini

ditujukan bagi populasi yang telah memiliki kemungkinan risiko PJK tinggi dan untuk

itu diperlukan intervensi yang lebih intensif. Perubahan pola hiudp tetap menjadi

elemen terpenting dari penurunan risiko jangka panjang. Tetapi lebih banyak orang

akan memerlukan tambahan terapi obat dalam rangka mengurangi risiko dibanding

dalam pencegahan jangka panjang. Sementara itu strategi jangka panjang bertujuan

mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah selama hidup dengan jalan

mencegah terbentuk dan berkembagnya plak pembuluh darah dan sebab dasar dari

penyakit jantung dan pembuluh darha selama hidup dengan jalan mencegah terbentuk

dan berkembangnya plak pembuluh darah dan sebab dasar dari penyakit jantung dan

pembuluh darah. Pencegahan seumur hidup memprioritaskan perubahan pola hidup

yang menjadi penyebab utama faktor risiko, seperti kegemukan, kurang aktifitas dan

pola makan.

Page 18: NUMBER 4

1. Surveilans:

a. Pengembangan jejaring kerja antar institusi penyelanggara surveilans

b. Pelembagaan dan pengembangan kapasitas surveilans penyakit jantung dan

pembuluh darah pada berbagai tingkatan

c. Pembuatan standardisasi penyelanggaraan surveilans faktor risiko, surveilans

penyakit, registry kematian.

d. Advokasi kepada pengambil keputusan di pemerintahan maupun pada

masyarakat yang perduli dalam pengendalian penyakit jantung dan pembuluh

darah.

2. Promosi dan Pencegahan Penyakit

a. Advokasi kepada pengambil keputusan baik dalam pemerintahan maupun

masyarakat yang peduli terhadap pengendalian penyakit jantung dan

pembuluh darah

b. Bina suasana

c. Pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan peran serta masyarakat dalam

berbagai bentuk kegiatan.

3. Manajemen Pelayanan Kesehatan

Page 19: NUMBER 4

a. Peningkatan kompetensi pelayanan dalam deteksi dini dan penatalaksanaan

b. Melakukan efisiensi penggunaan teknologi canggih

c. Pengembagan program dan standar pelayanan dalam pengendalian penyakit

jantung dan pembuluh darah

d. Standarisasi pencatatan dan pelaporan dalam pengendalian penyakit jantung

dan pembuluh darah.

Pencegahan PJK

1. Pencegahan primer

Upaya awal pencegahan PJK sebelum seseorang menderita dilakukan dengan pendekatan

komuniti berupa penyuluhan factor-faktor PJK terutama pada kelompok risiko tinggi.

Pencegahan primer ditujukan kepada pencegahan terhadap berkembangnya proses

atherosclerosis secara dini. Sehingga sasarannya adalah kelompok usia muda.

2. Pencegahan sekunder

Upaya mencegah keadaan PJK yang sudah pernah terjadi untuk berulang atau menjadi lebih

berat diperlukan perubahan pola hidup (terhadap factor-faktor yang dapat dikendalikan).

Skrining juga termasuk dalam pencegahan sekunder yang bertujuan  agar kejadian PJK dapat

dicegah lebih dan ditangani sejak dini. Menurut Buckley (2009), C-reaktif protein (CRP)

adalah metode terbaik untuk digunakan dalam skrining dan yang paling ketat dipelajari

(Buckley, et all, 2009). Skrining bisa dilakukan dengan memeriksa kadar kolesterol dan

tekanan darah. Pencegahan sekunder juga mencakup kepatuhan berobat bagi mereka yang

sudah menderita PJK. Pencegahan sekunder ini ditujukan untuk mempertahankan nilai

prognostic yang lebih baik dan menurunkan mortalitas.

3. Pencegahan Tersier

Tahap pencegahan ini merupakan upaya mencegah terjadi komplikasi yang lebih berat atau

kematian. Pencegahan dalam tingkatan ini berupa rehabilitasi jantung. Program rehabilitasi

jantung ditujukan kepada penderita PJK, atau pernah mengalami serangan jantung atau pasca

operasi jantung.

8. Pengendalian Stroke

Page 20: NUMBER 4

A. Kegiatan Pengendalian stroke meliputi :

Pengendalian Stroke di Masyarakat :

Penemuan dan Pengendalian Faktor Risiko Stroke

Penemuan dan pengendalian dilakukan pada orang sehat, penderita yang sudah terdata

mempunyai faktor resiko atau pada keluarga pendrerita yag pernah stroke. Hal ini

dilakukan dengan : pemeriksaan rutin faktor resiko melalui Posbindu PTM, perubahan

perilaku hidup sehat, promosi dan edukasi dalam pengendalian faktor resiko,

meningkatkan peran serta masyarakat dengan terbentuknya kelompok peduli stroke.

Pengendalian Stroke di Puskesmas :

Pengendalian stroke di Puskesmas meliputi pengendalian faktor resiko, penanganan

stroke akut dan penanganan paska stroke.

a. Pengendalian faktor (deteksi dini faktor resiko) merupakan kegiatan aktif dan pasif

penemuan faktor risiko stroke pada individu sehat di Posbindu PTM maupun

Puskesmas.

b. Penanganan stroke akut (Diagnosis dan tatalaksana)

c. Paska Stroke meliputi pencegahan sekunder di masyarakat.

B. Kegatan Pencegahan Stroke

1) Pencegahan PRIMER adalah upaya pencegahan (yang sangat dianjurkan) sebelum

terkena stroke yaitu dengan mempertahankan tujuh gaya hidup sehat :

Hentikan merokok

Berat badan diturunkan atau dipertahankan sesuai berat ideal

Makan makanan sehat : rendah lemak jenuh dan kolestrol, menambah asupan kaliun

dan mengurangi natrium, buah dan sayuran

Olahraga cukup dan teratur

Kadar lemak (kolesterol) dalam darah kurang dari 200 mg%

Kadar gula darah puasa < 100mg/dL

Tekanan darah dipertahankan 120/80 mmHg

Page 21: NUMBER 4

2) Pencegahan SEKUNDER adalah upaya pencegahan pengobatan terhadap penderita

stroke agar stroke tidak berlanjut menjadi kronis. Tindakan yang dilakukan adalah:

Identifikasi faktor resiko dan detieksi dini stroke berulang

Manajemen kecacatan denga menyediakan pendampingan atau keluaraga untuk

restorasi/rehabilitasi.

Pemberian tatalaksana yang disesuaikan indikasi

Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya mengkonsumsi obat

antihipertensi yang sesuai pada penderita hipertensi, mengkonsumsi obat

hipoglikemik pada penderita diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi obat

antidislipidemia pada penderita dislipidemia, berhenti merokok, berhenti

mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan berat badan dan kurang gerak.

3) Pencegahan TERSIER

Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah menderita stroke agar

kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan mengurangi ketergantungan pada orang

lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Pencegahan tersier dapat dilakukan

dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental dan sosial. Rehabilitasi akan diberikan oleh tim yang

terdiri dari dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa, ahli okupasional,

petugas sosial dan peran serta keluarga.

NOMOR 9.

NOMOR 10. Sistem pembiayaan kesehatan di era JKN

Pembiayaan

1. Iuran

Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur

oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan

(pasal 16, Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan).

2. Pembayar iuran

bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh Pemerintah.

Page 22: NUMBER 4

bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar oleh Pemberi Kerja dan

Pekerja.

bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja iuran

dibayar oleh Peserta yang bersangkutan

Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui Peraturan

Presiden dan di tinjau ulang secara berkala sesuai dengan per kembangan

sosial, ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup yang layak.

3. Pembayaran iuran

Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan

persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal

tertentu (bukan pene rima upah dan PBI).

Setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan

iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut

setiap bu lan kepada BPJS Kesehatan secara berkala (pa ling lambat tanggal 10 setiap

bulan). Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan

pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN dikenakan denda

administratif sebesar 2% (dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak dan

dibayar oleh Pemberi Kerja.

Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib

membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10

(sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN dapat

dilakukan diawal.

BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JKN sesuai

dengan Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal terjadi kelebih an atau kekurangan

pembayaran iuran, BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi

Kerja dan/atau Peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak dite rimanya

iuran. Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan dengan

pembayaran Iuran bulan berikutnya.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran iuran diatur dengan Peraturan

BPJS Kesehatan.

4. Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan

BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama

dengan Kapitasi. Untuk Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS Kesehatan

membayar dengan sistem paket INA CBG’s.

Page 23: NUMBER 4

Mengingat kondisi geografis Indonesia, tidak semua Fasilitas Kesehatan dapat

dijangkau dengan mudah. Maka, jika di suatu daerah tidak memungkinkan

pembayaran berdasarkan Kapitasi, BPJS Kesehatan diberi wewe nang untuk

melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih berhasil guna.

Semua Fasilitas Kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama dengan BPJS

Kesehatan wajib melayani pasien dalam keadaan gawat darurat, setelah keadaan

gawat daruratnya teratasi dan pasien dapat dipindahkan, maka fasilitas kesehatan

tersebut wajib merujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan.

BPJS Kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan yang tidak

menjalin kerjasama setelah memberikan pelayanan gawat darurat setara dengan tarif

yang berlaku di wilayah tersebut.

5. Pertanggungjawaban BPJS kesehatan

BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim diterima lengkap. Besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan diten tukan berdasarkan kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Dalam hal tidak ada kesepakatan atas besaran pembayaran, Menteri Kesehatan memutuskan besaran pembayaran atas pro gram JKN yang diberikan. Asosiasi Fasilitas Kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.