NUMBER 4
description
Transcript of NUMBER 4
NOMOR 1.UpayaKesehatan di layanan primer di Indonesia dibagimenjadi UKM dan
UKP, jelaskandasarhukumdanperbedaannya?
A. DasarHukum : Permenkes No.75 Tahun 2014
B. UKM :Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok,
dan masyarakat.
C. UKP :Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaana
kibatpenyakit da nmemulihkan kesehatan perseorangan.
2. Manajemen puskesmas
Manajemen Puskemas meliputi 1) perencanaan; 2) pelaksanaan - pengendalian; 3) pengawasan - pertanggungjawaban, yang harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan.
B. Manajemen Program1. PerencanaanPerencanaan adalah proses penyusunan rencana Puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Rencana Puskemas dibedakan atas dua macam yaitu Rencana Usulan Kegiatan (RUK) untuk kegiatan pada setahun mendatang dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) pada tahun berjalan. Perencanaan Puskesmas disusun meliputi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pilihan dan upaya inovatif baik terkait dengan pencapaian target maupun mutu Puskesmas. Istilah RUK dan RPK merupakan istilah umum, adapun istilah/terminologi yang dipergunakan dalam perencanaan disesuaikan dengan pedoman penganggaran di daerah.
Proses perencanaan Puskesmas harus disesuaikan dengan mekanisme perencanaan yang ada baik perencanaan sektoral maupun lintas sektoral melalui Musrenbang di setiap tingkatan administrasi.a. Rencana Usulan Kegiatan (RUK)Rencana Usulan Kegiatan adalah perencanaan kegiatan Puskesmas untuk tahun mendatang, sering disebut dengan istilah H+1. Perencanaan disusun dengan mengacu pencapaian indikator Kecamatan Sehat dalam mewujudkan pencapaian indikator SPM.
b. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)/ Plan of Action (POA)Rencana Pelaksanaan Kegiatan disusun setelah Puskesmas mendapatkan alokasi anggaran. Penyusunan RPK berdasarkan RUK tahun yang lalu dengan dilakukan penyesuaian (adjustment) terhadap target, sasaran dan sumberdaya. RPK disusun dalam bentuk matrik Gantt Chart dan dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping)
NOMOR 2. Pelaksanaan PengendalianPelaksanaan dan pengendalian adalah proses penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian terhadap kinerja penyelenggaraan rencana tahunan Puskesmas, baik rencana tahunan upaya kesehatan wajib maupun rencana tahunan upaya kesehatan pilihan, dalam mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Langkah-langkah pelaksanaan dan pengendalian adalah sebagai berikut :a. Pengorganisasian Untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan Puskesmas perlu dilakukan pengorganisasian. Ada dua macam pengorganisasian yang harus dilakukan. Pertama, pengorganisasian berupa penentuan para penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja. Dengan perkataan lain, dilakukan pembagian tugas seluruh program kerja dan seluruh wilayah kerja kepada seluruh petugas Puskesmas dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya. Penentuan para penanggungjawab ini dilakukan melalui penggalangan tim pada awal tahun kegiatan.
Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara lintas sektoral. Ada dua bentuk penggalangan kerjasama yang dapat dilakukan :1) Penggalangan kerjasama dua pihak yakni antara dua sektor terkait, misalnya antara Puskesmas dengan sektor Sosial/ Kesra pada waktu penyelenggaraan upaya kesehatan usia lanjut (Usila).2) Penggalangan kerjasama banyak pihak yakni antar berbagai sektor terkait, misalnya antara Puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor agama, pada penyelenggaraan upaya kesehatan sekolah (UKS).
Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan :1) Secara langsung yakni antar sektor terkait2) Secara tidak langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan koordinasi kecamatan.
b. Penyelenggaraan Setelah pengorganisasian selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah menyelenggarakan rencana kegiatan Puskesmas, dalam arti para penanggungjawab dan para pelaksana yang telah ditetapkan pada pengorganisasian. Untuk dapat terselenggaranya rencana tersebut perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut :1) Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun terutama yang
menyangkut jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah kerja dan rincian tugas para penanggungjawab dan pelaksana.2) Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disusun. Beban kegiatan Puskesmas harus terbagi habis dan merata kepada seluruh petugas.3) Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Dalam penyelenggaraannya harus memperhatikan :a) Azas Penyelenggaraan PuskesmasPenyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus menerapkan keempat azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu pertanggungjawaban wilayah, pemberdayaan masyarakat, keterpaduan dan rujukan.
b) Standar dan pedoman PuskesmasDalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas harus mengacu pada standar dan pedoman Puskesmas, baik yang bersifat teknis program, manajemen maupun administratif.
c) Kendali mutuPenyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus menerapkan kendali mutu, yaitu kepatuhan terhadap standar dan pedoman pelayanan serta etika profesi.
d) Kendali biayaPenyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus menerapkan kendali biaya yaitu kepatuhan terhadap standar dan pedoman pelayanan serta etika profesi dan terjangkau oleh pemakai jasa pelayanan.
c. Pemantauan Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan pemantauan yang dilakukan secara berkala. Kegiatan pemantauan mencakup hal-hal sebagai berikut :1) Melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai baik secara internal maupun eksternal. a) Telaahan internal yaitu telaahan bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai oleh Puskesmas, dibandingkan dengan rencana dan standar pelayanan. Data yang dipergunakan diambil dari SIMPUS. Kesimpulan dirumuskan dalam bentuk kinerja (cakupan, mutu dan biaya) Puskesmas dan masalah/ hambatan. Telaahan bulanan ini dilakukan dalam forum Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas. b) Telaahan eksternal yaitu telaahan tribulanan terhadap hasil yang dicapai oleh sarana pelayanan kesehatan primer serta sektor lainnya yang terkait di wilayah kerja Puskesmas. Telaahan eksternal ini dilakukan dalam forum Lokakarya Mini Tribulan Puskesmas.
2) Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian kinerja Puskesmas serta masalah dan hambatan yang ditemukan dari hasil telaahan bulanan dan triwulan.
d. Penilaian Kegiatan penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran dengan cara Penilaian Kinerja Puskesmas yang diukur menggunakan indikator kinerja Puskesmas. Kegiatan tersebut mencakup :1) Melakukan penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai, dibandingkan dengan rencana tahunan dan standar pelayanan. Sumber data yang dipergunakan dalam penilaian yaitu sumber data primer dari SIMPUS dan sumber data sekunder yaitu hasil pemantauan bulanan dan tribulanan, serta data lain yang dikumpulkan secara khusus. 2) Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian serta masalah dan hambatan yang ditemukan untuk rencana tahun berikutnya.3) Melaporkan hasil kegiatan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota pada akhir tahun berjalan.
3. Pengawasan pertanggungjawabanPengawasan dan pertanggungjawaban adalah proses memperoleh kepastian atas kesesuaian penyelenggaraan dan pencapaian tujuan Puskesmas terhadap rencana dan peraturan perundang-undangan serta berbagai kewajiban yang berlaku. Untuk terselenggaranya pengawasan dan pertanggungjawaban dilakukan kegiatan :a. PengawasanPengawasan dibedakan menjadi internal dan eksternal. Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan langsung, adapun pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat, dinas kesehatan kabupaten/kota serta berbagai institusi pemerintah terkait. Pengawasan mencakup aspek administratif, keuangan dan teknis pelayanan. Apabila ditemukan adanya penyimpangan baik terhadap rencana, standar, peraturan perundangan maupun berbagai kewajiban yang berlaku perlu dilakukan pembinaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. PertanggungjawabanPada setiap akhir tahun anggaran, Kepala Puskesmas harus membuat laporan pertanggungjawaban tahunan yang mencakup pelaksanaan kegiatan, serta perolehan dan penggunaan berbagai sumberdaya termasuk keuangan dan laporan akuntabilitas (LAKIP). Laporan tersebut disampaikan kepada Dinas kesehatan kabupaten/kota serta pihak terkait lainnya, termasuk masyarakat melalui forum masyarakat. Apabila terjadi penggantian Kepala Puskesmas ataupun penanggungjawab program, maka Kepala Puskesmas dan penanggungjawab program yang lama diwajibkan membuat laporan pertanggungjawaban masa jabatannya.
NOMOR 3. Klinik Pratama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar.
Klinik Utama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau
pelayanan medik dasar dan spesialistik. Sifat pelayanan kesehatan yang diselenggarakan bisa
berupa rawat jalan, one day care, rawat inap dan/atau home care.
Bangunan klinik paling sedikit terdiri atas:
a. ruang pendaftaran/ruang tunggu;
b. ruang konsultasi dokter;
c. ruang administrasi;
d. ruang tindakan;
e. ruang farmasi;
f. kamar mandi/wc;
Prasarana klinik meliputi:
a. instalasi air;
b. instalasi listrik;
c. instalasi sirkulasi udara;
d. sarana pengelolaan limbah;
e. pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
f. ambulans, untuk klinik yang menyelenggarakan rawat inap; dan
g. sarana lainnya sesuai kebutuhan.
Selain itu juga, klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis yang memadai
sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.
Syarat peralatan tersebut adalah:
1. memenuhi standar mutu, keamanan, dan keselamatan.
2. memiliki izin edar.
3. Harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan
dan/atau institusi penguji dan pengkalibrasi yang berwenang.
PIMPINAN KLINIK PRATAMA
(1) Pimpinan Klinik Pratama adalah seorang dokter atau dokter gigi.
(2) Tenaga medis pada Klinik Pratama minimal terdiri dari 2 (dua) orang
dokter dan/atau dokter gigi.
SURAT IZIN PRAKTIK
(1) Setiap tenaga medis yang berpraktik di klinik harus mempunyai Surat Tanda Registrasi
dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik harus mempunyai Surat Izin sebagai
tanda registrasi/Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Kerja (SIK) atau Surat Izin Praktik
Apoteker (SIPA) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
PERIJINAN
(1) Untuk mendirikan dan menyelenggarakan klinik harus mendapat izin dari pemerintah
daerah kabupaten/kota setelah mendapatkan rekomendasi dari dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat.
(2) Dinas kesehatan kabupaten/kota mengeluarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) setelah klinik memenuhi ketentuan persyaratan klinik dalam Peraturan ini.
(3) Permohonan izin klinik diajukan dengan melampirkan:
a. surat rekomendasi dari dinas kesehatan setempat;
b. salinan/fotokopi pendirian badan usaha kecuali untuk kepemilikan perorangan;
c. identitas lengkap pemohon;
d. surat keterangan persetujuan lokasi dari pemerintah daerah setempat;
e. bukti hak kepemilikan atau penggunaan tanah atau izin penggunaan bangunan untuk
penyelenggaraan kegiatan bagi milik pribadi atau surat kontrak minimal selama 5 (lima)
tahun bagi yang menyewa bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan;
f. dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL);
g. profil klinik yang akan didirikan meliputi struktur organisasi kepengurusan, tenaga
kesehatan, sarana dan prasarana, dan peralatan serta pelayanan yang diberikan; dan
h. persyaratan administrasi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
i. Izin klinik diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang dengan
mengajukan permohonan perpanjangan 6 (enam) bulan sebelum habis masa berlaku izinnya.
PELAYANAN RAWAT INAP
(1) Klinik yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap harus
menyediakan:
a. ruang rawat inap yang memenuhi persyaratan;
b. tempat tidur pasien minimal 5 (lima) dan maksimal 10 (sepuluh);
c. tenaga medis dan keperawatan yang sesuai jumlah dan kualifikasinya;
d. tenaga gizi, tenaga analis kesehatan, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan dan/atau
tenaga non kesehatan lain sesuai
kebutuhan;
e. dapur gizi;
f. pelayanan laboratorium Klinik Pratama.
(2) Pelayanan rawat inap hanya dapat dilakukan maksimal selama 5 (lima) hari.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan ( Permenkes ) No. 28 Tahun 2011 salah satu
persyaratan izin mendirikan dan menyelenggarakan klinik harus melampirkan Dokumen
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL); Karena
Klinik merupakan suatu usaha dan/atau kegiatan yang spesifik yang menimbulkan dampak
terhadap lingkungan. Setiap Klinik menghasilkan limbah medis dan non medis baik dalam
bentuk padat maupun cair. Maka Dinas Kesehatan mengadakan Pertemuan antara Pemilik
Sarana Kesehatan Swasta dengan PT. Tenang Jaya Sejahtera untuk melakukan Perajnjian
Kerjasama dalam rangka Pembuangan Limbah Medis.
Berikut ini adalah Syarat dan ketentuan untuk mengurus Ijin Penyelenggaran Klinik Pratama:
1. Surat Permohonan dari Pemilik Sarana atau Pimpinan Badan Usaha untuk Klinik Pratama Rawat Inap (Bermaterai Rp.6.000).
2. Fotocopy KTP Pemilik dan Dokter Penanggung Jawab.3. Fotocopy Akte Pendirian Yayasan / Perusahaan BerBadan Usaha (untuk Klinik Pratama Rawat
Inap).4. Fotocopy Sertifikat Tanah.5. Surat Pernyataan Sewa Bangunan Apabila Menyewa, Masa Sewa minimal 5 Tahun
(Materai Rp.6000).6. Surat Keterangan Domisili Usaha dari Desa / Kelurahan Setempat.7. Surat Pengangkatan Sebagai Penanggung Jawab (Bermaterai Rp.6000).8. Surat Pernyataan Bersedia sebagai Penanggung Jawab (Bermaterai Rp.6000).9. Surat Pernyataan Sebagai Penanggung Jawab Hanya di 1 (Satu) sarana kesehatan saja
(Bermaterai Rp. 6000).10. Surat Pernyataan Bersedia mentaati Peraturan Perundang undangan yang Belaku (Bermaterai
Rp. 6000).11. Fotocopy Surat Kerjasama (MOU) tentang pembuangan Limbah medis padat dengan sarana
kesehatan lain yang mempunyai incenerator.12. Fotocopy Surat Kerjasama MOU Ambulance (untuk Klinik Pratama/utama Rawat Inap)13. Surat Pernyataan Tidak Menggunakan Obat Obatan Sedatif, dan tidak melakukan general
anaesthesi maupun regional anaesthesi (bermaterai Rp. 6000).14. Struktur Organisasi.15. Profil Klinik ( Pratama / utama )16. Daftar Ketenagaan (Medis / Paramedis / Non Medis).17. Forocopy SIP (Surat Ijin Praktek) Masing masing Dokter / Dokter Gigi (untuk perpanjangan ijin
sarana, surat permohonan dari dokter yang akan praktek di klinik (untuk ijin sarana baru), SIP Bidan / Perawat, STRA Apoteker.
18. Fotocopy Ijasah tenaga Medis / Paramedis / Non Medis.19. Daftar Jenis Pelayanan dan tarif pelayanan.20. Daftar Jam Pelayanan.21. Daftar Peralatan dan Daftar Obat.22. Denah Lokasi dan Denah Ruangan (Ukuran Skala Meter).23. Surat Pernyataan Jenis Pelayanan yang dilakukan di Klinik Pratama sesuai peraturan perundang
undangan yang berlaku (Bermaterai Rp.6000).24. Surat Ijin dari atasan alangsung bagi penanggung Jawab dengan status Pegawai Negeri Sipil
(PNS).25. Apabila Perpanjangan ijin : Melampirkan Surat Ijin Penyelenggaraan lama Yang Asli.
NOMOR 4
4. Klinik pratama memiliki manajemen yang dimana terdiri atas proses rangkaian kegiatan
yang dilaksanakan secata sistematik di klinik pratama untuk menghasilkan keluaran yang
efektif dan efisien untuk semua pekerjaan kegiatan sebagai ppk yang bekerja sama dengan
BPJS.
Keperngurusan klinik sedikit berbeda tergantung dari jenis klinik yang akan diselenggarakan maka untuk struktur kepengurusan klinik adalah sebagai berikut:KLINIK PRATAMA(1) Pimpinan Klinik Pratama adalah seorang dokter atau dokter gigi.(2) Tenaga medis pada Klinik Pratama minimal terdiri dari 2 (dua) orang(3) Pimpinan mempunyai tugas pkok dan fungsi memimpin, mengawasi dan mengkoordinir kegiatan klinik Pratama PPK-BPJS yang dapat dilakukan dalam memberikan pelayanan kesehatan.(4) Memimpin pelaksanaan kegiatan di klinik Pratama PPK-BPJS(5) Melaksanakan pengawasan,pengendalian dan evaluasi program/kegiatan klinik Prataa PPK-BPJS(6) Membina petugas klinik Pratama PPK-BPJSdokter dan/atau dokter gigi.(7) Membina petugas klinik PPK-BPJS
NOMOR 5. SPM menurut input dan proses
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
MAN Murid sekolah yang
melaksanakan piket
secara bergantian
setiap harinya
Kurangnya kepatuhan
petugas dilingkungan
sekolah dalam
membersihkan bak
mandi secara rutin
Kurangnya partisipasi
masyarakat sekolah
dalam pelaksanaan
PSN
MONEY Adanya dana
swadaya masyarakat
sekolah untuk
kebersihan
lingkungan
Tidak adanya dana
untuk kegiatan
penyuluhan ke
sekolah
METHOD Dilakukan aturan
denda bagi siswa
yang membuang
Frekuensi penyuluhan
oleh tenaga kesehatan
masih perlu
sampah sembarangan
Adanya jadwal kerja
bakti di lingkungan
sekolah
ditingkatkan.
MATERIAL Toilet dengan bak
mandi khusus guru
yang rutin
dibersihkan
Toilet dengan bak mandi khusus siswa jarang dibersihkan
MACHINE Tersedianya sarana
kebersihan
Kurangnya jumlah
sarana kebersihan
PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN
P1
(Perencanaan)
Adanya peraturan
untuk tidak
membuang sampah
sembarangan
Adanya jadwal kerja
bakti di lingkungan
sekolah
Kegiatan 3M oleh
petugas kebersihan
sekolah
Kegiatan penyuluhan
oleh petugas
kesehatan kurang
rutin.
Tidak adanya petugas
kesehatan yang
melakukan kegiatan
penyuluhan PSN di
sekolah.
P2
(Pelaksanaan)
Seluruh masyarakat
sekolah
membersihkan
lingkungan sekolah.
Masyarakat sekolah
turut serta menjaga
kebersihan sekolah
dengan membuang
sampah pada tempat
yang disediakan
Pelaksanaan 3M oleh
masyarakat sekolah
tidak rutin dilakukan.
Masih adanya
beberapa murid
sekola yang
membuang sampah
sembarangan.
Petugas yang
dikhususkan untuk
melakukan
kebersihan 3M
kurang rutin
melaksanakan
tugasnya
P3
(Penilaian,
Pengawasan,
Pengendalian)
Adanya pengawasan
dari pihak sekolah
untuk melakukan
sidak secara tiba-tiba
untuk menilai
kebersihan sekolah.
Pengawasan kegiatan
PSN disekolah oleh
petugas kesehatan
masih kurang rutin
terjadwal.
Pengawasan
kebersihan
lingkungan sekolah
menyangkut 3M oleh
petugas UKS masih
kurang.
Lingkungan Kontainer-kontainer
tempat menyimpan
air tidak begitu
banyak. Hampir
seluruh pot bunga
terisi tanaman
Pengetahuan
masyarakat sekolah
mengenai PSN
Dana sekolah untuk
mengadakan
penyuluhan PSN
No Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan
Masalah
1. Kurangnya partisipasi masyarakat sekolah dalam
pelaksanaan PSN.
Melibatkan
masyarakat sekolah
dalam kegiatan PSN
dilingkungan sekolah.
2. Tidak adanya dana untuk kegiatan penyuluhan ke
sekolah.
Dana untuk kegiatan
yang menyangkut
kesehatan sekolah
didapatkan dari
sekolah sebagai dana
kesehatan sekolah.
Dana dari denda bila
ada yang membuang
sampah sembarangan.
3. Kurangnya sarana kebersihan. Pihak sekolah
menambah jumlah
keranjang sampah
dilingkungan sekolah
dari dana kesehatan
sekolah.
Sumbangan dari
orang tua murid untuk
menambah sarana
kebersihan (±6 buah).
4. Pelaksanaan 3M oleh masyarakat sekolah tidak rutin
dilakukan.
Dibuat jadwal setiap
minggunya untuk
jumat bersih.
Petugas kesehatan
sekolah memantau
kegiatan jumat bersih
setiap minggunya.
5. Pengawasan kegiatan PSN disekolah oleh petugas
kesehatan masi kurang rutin terjadwal.
Dibentuknya Juru
Pemantau Jentik
(jumantik) cilik di
sekolah dan hasil
pantauan dilaporkan
kepada petugas
kesehatan setiap
minggunya.
Petugas kesehatan
mengevaluasi
kegiatan PSN setiap
minggunya.
NOMOR 6. SMD dan MMD yang dilakukan berlokasi di Dusun Gusaran, Desa Secang,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Dari MMD yang kami buat sudah merupakan
diagnosis komunitas karena sudah mengikuti langkah-langkah diagnosis komunitas,
diantaranya identifikasi masalah, menentukan prioritas masalah, menentukan penyebab
masalah, menentukan penyebab masalah yang paling mungkin, alternatif pemecahan
masalah, penetapan pemecahan masalah terpilih, penentuan rencana penerapan, dan
monitoring serta evaluasi. Dari MMD yang telah dibentuk pada akhirnya menghasilkan
beberapa masalah yaitu:
1. Kepesertaan dalam Asuransi Kesehatan (BPJS, Jamkesmas, Jamkesda)
2. Penggunaan alat kontrasepsi pada pasangan usia subur
3. Kepemilikan sarana pembuangan sampah
4. Konsumsi aneka ragam makanan/menu seimbang
5. Keluarga Kadarzi (keluarga sadar gizi).
6. Tidak ada anggota keluarga yang merokok
7. Kebiasaan sering membuka jendela
8. Tiap hari melakukan kegiatan fisik minimal 30 menit
9. Letak kandang ternak yang terpisah >10m
10. Dinding rumah permanden dan kedap air
11. Langit-langit rumahyang bersih, kuat, dan tinggi minimal 2,75 meter
12. Lantai rumah kedap air
13. Ventilasi di rumah>10% dan terpasang kasa
14. Rumah dengan pencahayaan (pencahayaan alamiah) yang terang
15. Setiap ventilasinya terpasang kassa nyamuk (pencegahan terhadap kemungkinan
resiko penularan penyakit oleh hewan serangga / nyamuk)
Solusi untuk pemecahan dari masalah tersebut yang telah disetujui adalah
1. Penyuluhan tentang aneka ragam makanan dan menu makanan seimbang serta keluarga
sadar gizi
2. Penyuluhan mengenai bahaya merokok bagi tubuh dan orang sekitar
3. Penyuluhan pemilahan dan pengolahan sampah daur ulang
4. Memberikan pengetahuan tentang pemilihan dan cara KB
5. Penyuluhan mengenaipengganti menu seimbang dengan yang makanan sehat yang lebih
terjangkau
6. Mengadakan program senam aerobic bersama rutin tiap minggu yang di pimpin oleh ibu
PKK
Dan untuk dari kerjasama lintas sektoral yang dilakukan berupa:
1. Permohonan bantuan kepada kelurahan untuk pembebasan lahan yang diperuntukan
sebagai TPS warga.
2. Mengkomunikasikan kepada pihak pemerintah setempat untuk men survey kembali
masyarakat yang pantas mendapatkan BPJS PBI
3. Pengajuan permohonan bantuan ke pemerintah setempat mengenai penanggulangan
masalah rumah sehat
4. Pengajuan lahan peternakan ke pemenritah setempat untuk tempat khusus ternak warga
yang dikelola oleh warga
NOMOR 77. Jelaskan tentang SDGs dan usulan agar SDGs tercapai
Jawab:
Pada akhir tahun 2015 ini, program millennium development goals (MDGs) akan
berakhir. Berbagai laporan hasil evaluasi yang berkaitan dengan program MDGs dan
rencana-rencana program berikutnya setelah MDGs berakhirpun sudah dirancang oleh
seluruh Negara yang tergabung dalam program ini.
Walaupun secara umum MDGs telah berhasil, namun ada permasalahan penting yang
dapat mengganggu upaya untuk meningkatkan dan menjaga kinerja tersebut, yaitu masalah
degradasi lingkungan. Ini merupakan kabar buruk untuk dunia. Indonesia merupakan bagian
dari kabar tersebut karena menurut ADB, Indonesia memiliki keragaman hayati didalam
hutan hujannya tetapi gagal mengelola risorsis secara berkelanjutan dan adil. Penduduk terus
bertambah, sementara sumber daya alam yang menopang kehidupan manusia seperti energi,
air, dan pangan justru mengalami kelangkaan. Kelangkaan sumber daya alam diperparah
dengan adanya pemanasan global dan seluruh implikasinya seperti badai, banjir, dan
kekeringan. Jika masalah lingkungan tidak dikendalikan dengan baik, pada waktunya akan
dapat merusak pencapaian MDGs tersebut.8
Pasca MDGs, dunia perlu menemukan suatu model pembanguna baru yang dapat menjawab
tantangan global. Summit 2012 di Rio de Janeiro telah menyepakati suatu model program
baru yaitu Sustainable Development Goals (SDGs). Model pembanguna yang berkelanjutan
ini menjadi suatu pilihan yang tidak bisa dielakkan bagi dunia untuk menerapkannya.
Pembangunan berkelanjutan adalah suatu upaya untuk menghubungkan sejumlah titik isu
global seperti; ketidak adilan, pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, stress lingkungan,
air, energy, dan keamanan pangan. Pengabaian terhadap salah satu komponen akan
menggagalkan kebijakan lainnya.
Ide atau gagasan tentang SDGs pertama kali disampaikan oleh pemerintah Kolombia
dan Guatemala dalam pertemuan tidak resmi di Solo, Indonesia, Juli 2011. Usulan ini terus
bergulir dan menjadi perdebatan di kalangan anggota PBB dalam berbagai pertemuan tidak
resmi untuk menyempurnakan usulan tersebut. Laporan Sekjen PBB yang dipersiapkan oleh
Panel Tingkat Tinggi tentang Keberlanjutan Global juga memberikan dukungan yang
signifikan terhadap SDGs. Di dalam usulannya, kedua negara menyebutkan ada 8 tujuan
pembangunan berkelanjutan, yaitu:
1. Combating Poverty
2. Changing Consumption Patterns
3. Promoting Sustainable Human Settlement Development
4. Biodiversity and Forests
5. Oceans
6. Water Resources
7. Advancing Food Security
8. Energy, including from renewable sources
Karena terdiri dari 8 tujuan maka setiap negara dapat menentukan bagian mana yang
perlu mendapat prioritas agar tercipta keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, sosial dan
perlindungan lingkungan hidup. Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga pilar penting
yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan yang harus dijalankan secara terintegrasi. Pemahaman
tentang pembangunan berkelanjutan tidak diartikan secara sempit sebagai perlindungan
lingkungan tetapi pemahaman tentang keterkaitan antara ekonomi, sosial dan lingkungan
alam.
NOMOR.8
PJK
Strategi Pengendalian penyakit Jantung dan Pembuluh darah Strategi pencegahan
jangka pendek bertujuan mengurangi risiko timbulnya penyakit jantung dan
pembuluh darah baru yang terjadi pada masa dekat(dibawah 10tahun) Keadaan ini
ditujukan bagi populasi yang telah memiliki kemungkinan risiko PJK tinggi dan untuk
itu diperlukan intervensi yang lebih intensif. Perubahan pola hiudp tetap menjadi
elemen terpenting dari penurunan risiko jangka panjang. Tetapi lebih banyak orang
akan memerlukan tambahan terapi obat dalam rangka mengurangi risiko dibanding
dalam pencegahan jangka panjang. Sementara itu strategi jangka panjang bertujuan
mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah selama hidup dengan jalan
mencegah terbentuk dan berkembagnya plak pembuluh darah dan sebab dasar dari
penyakit jantung dan pembuluh darha selama hidup dengan jalan mencegah terbentuk
dan berkembangnya plak pembuluh darah dan sebab dasar dari penyakit jantung dan
pembuluh darah. Pencegahan seumur hidup memprioritaskan perubahan pola hidup
yang menjadi penyebab utama faktor risiko, seperti kegemukan, kurang aktifitas dan
pola makan.
1. Surveilans:
a. Pengembangan jejaring kerja antar institusi penyelanggara surveilans
b. Pelembagaan dan pengembangan kapasitas surveilans penyakit jantung dan
pembuluh darah pada berbagai tingkatan
c. Pembuatan standardisasi penyelanggaraan surveilans faktor risiko, surveilans
penyakit, registry kematian.
d. Advokasi kepada pengambil keputusan di pemerintahan maupun pada
masyarakat yang perduli dalam pengendalian penyakit jantung dan pembuluh
darah.
2. Promosi dan Pencegahan Penyakit
a. Advokasi kepada pengambil keputusan baik dalam pemerintahan maupun
masyarakat yang peduli terhadap pengendalian penyakit jantung dan
pembuluh darah
b. Bina suasana
c. Pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan peran serta masyarakat dalam
berbagai bentuk kegiatan.
3. Manajemen Pelayanan Kesehatan
a. Peningkatan kompetensi pelayanan dalam deteksi dini dan penatalaksanaan
b. Melakukan efisiensi penggunaan teknologi canggih
c. Pengembagan program dan standar pelayanan dalam pengendalian penyakit
jantung dan pembuluh darah
d. Standarisasi pencatatan dan pelaporan dalam pengendalian penyakit jantung
dan pembuluh darah.
Pencegahan PJK
1. Pencegahan primer
Upaya awal pencegahan PJK sebelum seseorang menderita dilakukan dengan pendekatan
komuniti berupa penyuluhan factor-faktor PJK terutama pada kelompok risiko tinggi.
Pencegahan primer ditujukan kepada pencegahan terhadap berkembangnya proses
atherosclerosis secara dini. Sehingga sasarannya adalah kelompok usia muda.
2. Pencegahan sekunder
Upaya mencegah keadaan PJK yang sudah pernah terjadi untuk berulang atau menjadi lebih
berat diperlukan perubahan pola hidup (terhadap factor-faktor yang dapat dikendalikan).
Skrining juga termasuk dalam pencegahan sekunder yang bertujuan agar kejadian PJK dapat
dicegah lebih dan ditangani sejak dini. Menurut Buckley (2009), C-reaktif protein (CRP)
adalah metode terbaik untuk digunakan dalam skrining dan yang paling ketat dipelajari
(Buckley, et all, 2009). Skrining bisa dilakukan dengan memeriksa kadar kolesterol dan
tekanan darah. Pencegahan sekunder juga mencakup kepatuhan berobat bagi mereka yang
sudah menderita PJK. Pencegahan sekunder ini ditujukan untuk mempertahankan nilai
prognostic yang lebih baik dan menurunkan mortalitas.
3. Pencegahan Tersier
Tahap pencegahan ini merupakan upaya mencegah terjadi komplikasi yang lebih berat atau
kematian. Pencegahan dalam tingkatan ini berupa rehabilitasi jantung. Program rehabilitasi
jantung ditujukan kepada penderita PJK, atau pernah mengalami serangan jantung atau pasca
operasi jantung.
8. Pengendalian Stroke
A. Kegiatan Pengendalian stroke meliputi :
Pengendalian Stroke di Masyarakat :
Penemuan dan Pengendalian Faktor Risiko Stroke
Penemuan dan pengendalian dilakukan pada orang sehat, penderita yang sudah terdata
mempunyai faktor resiko atau pada keluarga pendrerita yag pernah stroke. Hal ini
dilakukan dengan : pemeriksaan rutin faktor resiko melalui Posbindu PTM, perubahan
perilaku hidup sehat, promosi dan edukasi dalam pengendalian faktor resiko,
meningkatkan peran serta masyarakat dengan terbentuknya kelompok peduli stroke.
Pengendalian Stroke di Puskesmas :
Pengendalian stroke di Puskesmas meliputi pengendalian faktor resiko, penanganan
stroke akut dan penanganan paska stroke.
a. Pengendalian faktor (deteksi dini faktor resiko) merupakan kegiatan aktif dan pasif
penemuan faktor risiko stroke pada individu sehat di Posbindu PTM maupun
Puskesmas.
b. Penanganan stroke akut (Diagnosis dan tatalaksana)
c. Paska Stroke meliputi pencegahan sekunder di masyarakat.
B. Kegatan Pencegahan Stroke
1) Pencegahan PRIMER adalah upaya pencegahan (yang sangat dianjurkan) sebelum
terkena stroke yaitu dengan mempertahankan tujuh gaya hidup sehat :
Hentikan merokok
Berat badan diturunkan atau dipertahankan sesuai berat ideal
Makan makanan sehat : rendah lemak jenuh dan kolestrol, menambah asupan kaliun
dan mengurangi natrium, buah dan sayuran
Olahraga cukup dan teratur
Kadar lemak (kolesterol) dalam darah kurang dari 200 mg%
Kadar gula darah puasa < 100mg/dL
Tekanan darah dipertahankan 120/80 mmHg
2) Pencegahan SEKUNDER adalah upaya pencegahan pengobatan terhadap penderita
stroke agar stroke tidak berlanjut menjadi kronis. Tindakan yang dilakukan adalah:
Identifikasi faktor resiko dan detieksi dini stroke berulang
Manajemen kecacatan denga menyediakan pendampingan atau keluaraga untuk
restorasi/rehabilitasi.
Pemberian tatalaksana yang disesuaikan indikasi
Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya mengkonsumsi obat
antihipertensi yang sesuai pada penderita hipertensi, mengkonsumsi obat
hipoglikemik pada penderita diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi obat
antidislipidemia pada penderita dislipidemia, berhenti merokok, berhenti
mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan berat badan dan kurang gerak.
3) Pencegahan TERSIER
Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah menderita stroke agar
kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan mengurangi ketergantungan pada orang
lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Pencegahan tersier dapat dilakukan
dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental dan sosial. Rehabilitasi akan diberikan oleh tim yang
terdiri dari dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa, ahli okupasional,
petugas sosial dan peran serta keluarga.
NOMOR 9.
NOMOR 10. Sistem pembiayaan kesehatan di era JKN
Pembiayaan
1. Iuran
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur
oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan
(pasal 16, Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan).
2. Pembayar iuran
bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh Pemerintah.
bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar oleh Pemberi Kerja dan
Pekerja.
bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja iuran
dibayar oleh Peserta yang bersangkutan
Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui Peraturan
Presiden dan di tinjau ulang secara berkala sesuai dengan per kembangan
sosial, ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup yang layak.
3. Pembayaran iuran
Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan
persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal
tertentu (bukan pene rima upah dan PBI).
Setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan
iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut
setiap bu lan kepada BPJS Kesehatan secara berkala (pa ling lambat tanggal 10 setiap
bulan). Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan
pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN dikenakan denda
administratif sebesar 2% (dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak dan
dibayar oleh Pemberi Kerja.
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib
membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10
(sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN dapat
dilakukan diawal.
BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JKN sesuai
dengan Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal terjadi kelebih an atau kekurangan
pembayaran iuran, BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi
Kerja dan/atau Peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak dite rimanya
iuran. Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan dengan
pembayaran Iuran bulan berikutnya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran iuran diatur dengan Peraturan
BPJS Kesehatan.
4. Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan
BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
dengan Kapitasi. Untuk Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS Kesehatan
membayar dengan sistem paket INA CBG’s.
Mengingat kondisi geografis Indonesia, tidak semua Fasilitas Kesehatan dapat
dijangkau dengan mudah. Maka, jika di suatu daerah tidak memungkinkan
pembayaran berdasarkan Kapitasi, BPJS Kesehatan diberi wewe nang untuk
melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih berhasil guna.
Semua Fasilitas Kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama dengan BPJS
Kesehatan wajib melayani pasien dalam keadaan gawat darurat, setelah keadaan
gawat daruratnya teratasi dan pasien dapat dipindahkan, maka fasilitas kesehatan
tersebut wajib merujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan.
BPJS Kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan yang tidak
menjalin kerjasama setelah memberikan pelayanan gawat darurat setara dengan tarif
yang berlaku di wilayah tersebut.
5. Pertanggungjawaban BPJS kesehatan
BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim diterima lengkap. Besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan diten tukan berdasarkan kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Dalam hal tidak ada kesepakatan atas besaran pembayaran, Menteri Kesehatan memutuskan besaran pembayaran atas pro gram JKN yang diberikan. Asosiasi Fasilitas Kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.