MPN (Most Probable Number)

download MPN (Most Probable Number)

of 34

Transcript of MPN (Most Probable Number)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan sumberdaya air secara konsisten peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Oleh karena itu pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia (Sunaryo, dkk, 2005). Salah satu faktor penting penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk kebutuhan air minum. Air bersih merupakan air yang harus bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit dan bahan-bahan kimia yang dapat merugikan kesehatan manusia maupun makhluk hidup lainnya. Air merupakan zat kehidupan, di mana tidak ada satupun makhluk hidup di bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65-75% dari berat manusia terdiri dari air. Menurut ilmu kesehatan setiap orang memerlukan air minum sebanyak 2,5 - 3 liter setiap hari termasuk air yang berada dalam makanan. Manusia bisa bertahan hidup 2 - 3 minggu tanpa makan, tetapi hanya 2 - 3 hari tanpa minum (Suripin, 2002). Sebagian besar penduduk di Indonesia masih menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Namun untuk mendapatkan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan tidaklah mudah. Hal ini disebabkan adanya bakteri dan unsur-unsur atau kandungan dalam air tersebut yang harus dijernihkan/dimurnikan agar bersih dan layak untuk dijadikan sebagai air bersih untuk sumber air baku dan lainnya. Dengan bertambahnya aktivitas dan jumlah penduduk, maka jumlah air bersih yang diperlukan manusia akan semakin meningkat. Secara global kuantitas sumber daya tanah dan air relatif tetap, sedangkan kualitasnya makin hari makin menurun. Saat ini pencemaran lingkungan begitu mengkhawatirkan. Kondisi lingkungan yang semakin buruk, sedikit banyak juga memberi dampak negatif bagi kualitas air bagi konsumsi manusia. Penanganan sampah yang tidak memadai, penempatan dan pengelolaan septic tank yang tidak memenuhi persyaratan menjadi penyebab utama timbulnya cemaran mikroorganisme berbahaya pada air, terutama bakteri E. Coli dan Coliform. Air yang tercemar E.Coli dan Coliform apabila1

terkonsumsi oleh manusia dapat mengakibatkan penyakit pada saluran pencernaan, seperti diare. Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan analisa cemaran E. Coli dan Coliform terhadap air yang digunakan sebagai air minum maupun air yang digunakan sebagai bahan pelarut bagi produk pangan maupun produk farmasi. Air permukaan relatif telah terkontaminasi oleh bakteri Coliform, khususnya pada daerah perkotaan. Kualitas air dapat dilihat dari indikator mikrobiologi, fisik dan kimia di dalamnya. Kehadiran bakteri Coliform merupakan indikator biologi adanya kontaminasi sampah atau feses terhadap sumber air. Kualitas mikrobiologi air dapat ditentukan berdasarkan nilai MPN Coliform, nilai MPN Coliform fekal dan jumlah koloni Escherichia coli. Kontaminasi Coliform dapat menyebabkan penyakit infeksi saluran pencernaan seperti diare dan gangguang pencernaan lain. Indikator kualitas fisik (kekeruhan, warna, rasa dan aroma/bau air) dan indikator kualitas kimia (pH, kesadahan, nilai BOD dan COD) air merupakan indikator kualitas air yang tidak secara langsung berhubungan dengan kesehatan. Kendati demikian, kualitas fisik dan kimia berhubungan dengan penentuan kelayakan air untuk dikonsumsi, sedangkan kontaminasi logam berat seperti Pb (timbal) dalam kondisi minimum berdampak buruk bagi kesehatan. Untuk mengetahui jumlah sel bakteri golongan coliform yang terdapat dalam sampel air, dilakukan Metode Jumlah Perkiraan terdekat atau Most Probable Number (MPN). Penggunaan media selektif dan diferensial sangat membantu mempercepat usaha pemeriksaan air guna mendeteksi organism coliform. Uji ini dilakukan dengan cara menginokulasi tabung-tabung berisi kaldu laktose dengan contoh air. Bila air yang diperiksa mempunyai kualitas mikrobiologis yang baik maka tidak akan terbentuk asam ataupun gas di dalam kaldu laktose (Pelczar.et al.,1988). Pengujian-pengujian ini digunakan untuk mendeteksi keberadaan bakteri golongan coliform yang merupakan indikator terkontaminasinya lingkungan perairan oleh fecal (feces hewan mamalia). 1.1 Rumusan Masalah1. Bagaimanakah cara pengambilan sampel dalam melakukan uji MPN pada

sampel air?2. Bagaimanakah teknik perhitungan nilai MPN pada sampel air?

2

3. Bagaimanakah hasil uji MPN air yang diperiksa?

1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Tujuan umum yang ingin dicapai dari pelaksanaan praktikum permeriksaan MPN air ini adalah untuk mengetahui kualitas air apakah memenuhi persyaratan kesehatan atau tidak. 1.2.2 Tujuan Khusus pemeriksaan MPN pada sampel air.2. Untuk mengetahui teknik perhitungan nilai MPN pada sampel air. 1. Untuk mengetahui cara pengambilan sampel air yang akan digunakan untuk

3. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan MPN air yang diperiksa. 1.3 Manfaat 1.3.1 Manfaat Teoritisa)

Manfaat secara teoritis adalah laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan terkait dengan kultur mikrobiologi dalam pemeriksaan MPN air serta dapat menambah referensi keilmuan di bidang mikrobiologi khususnya di bidang uji MPN pada air.

1.3.2

Manfaat Praktis Manfaat yang ingin diperoleh dari pelaksanaan pratikum yang mengenai adalah praktikan dapat memperoleh pengetahuan dan

pemeriksaan MPN air

keterampilan dalam melakukan pengambilan sampel air dan melakukan pemeriksaan MPN air dengan cara yang benar.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air

3

Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena air merupakan suatu larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya. Dengan demikian, air di dalam mengandung zat-zat terlarut. Zat-zat ini sering disebut pencemar yang terdapat dalam air (Linsley, 1991). 2.1.1. Sifat Air Sifat air yang penting dapat digolongkan ke dalam sifat fisis, kimiawi, dan biologis. Sifat fisis dari air yaitu didapatkan dalam ketiga wujudnya, yakni, bentuk padat sebagai es, bentuk cair sebagai air, dan bentuk gas sebagai uap air. Bentuk mana yang akan didapatkan, tergantung keadaan cuaca yang ada setempat. Sifat kimia dari air yaitu mempunyai pH=7 dan oksigen terlarut (=DO) jenuh pada 9 mg/L. Air merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis zat dapat larut di dalam air. Air juga merupakan cairan biologis, yakni didapat di dalam tubuh semua organisme. Sifat biologis dari air yaitu di dalam perairan selalu didapat kehidupan, fauna dan flora. Benda hidup ini berpengaruh timbal balik terhadap kualitas air (Slamet, 2002). 2.1.2. Sumber Air Sebagian besar (71%) dari permukaan bumi tertutup oleh air. Sekalipun air jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan bersikulasi akibat pengaruh cuaca, sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus hidrologis. Dari siklus hidrologis ini dapat dilihat adanya berbagai sumber air tawar yang dapat pula diperkirakan kualitas dan kuantitasnya secara sepintas. Sumber-sumber air tersebut adalah : (i) (ii) (iii) air permukaan yang merupakan air sungai dan danau. air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air tanah dalam. air angkasa, yaitu air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan dan salju (Situmorang, 2007).4

2.1.3. Kualitas Air Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. 1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu. 2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. 3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. 4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan PLTA. Pada hakikatnya, pemantauan kualitas air pada perairan umum memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter fisika, kimia, dan biologi. 2. Membandingkan nilai kualitas air tersebut dengan baku mutu sesuai dengan peruntukannya menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.20 tahun 1990. 3. Menilai kelayakan suatu sumber daya air untuk kepentingan tertentu (Effendi, 2003). 2.1.4. Pencemaran Air Pencemaran air didefenisikan sebagai perubahan langsung atau tidak langsung terhadap keadaan air yang berbahaya atau berpotensi menyebabkan penyakit atau gangguan bagi kehidupan makhluk hidup. Perubahan langsung dan tidak langsung ini dapat berupa perubahan fisik, kimia, termal, biologi, atau radioaktif. Kualitas air merupakan salah satu faktor dalam menentukan kesejahteraan manusia. Kehadiran bahan pencemar di dalam air dalam jumlah tidak normal mengakibatkan air dinyatakan sebagai terpolusi. Beberapa indikator terhadap pencemaran air dapat diamati dengan melihat perubahan keadaan air dari keadaan yang normal, diantaranya: (1) adanya perubahan suhu air.5

(2) adanya perubahan tingkat keasaman, basa dan garam(salinitas ) air. (3) adanya perubahan warna, bau dan rasa pada air. (4) terbentuknya endapan, koloid dari bahan terlarut. (5) terdapat mikroorganisme di dalam air (Situmorang, 2007). 2.1.5 Dampak Pencemaran Air Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum,meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dandanau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb.Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat dari kegiatan pertanian telahmenyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali yang disebut eutrofikasi(eutrofication). Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan oksigen yang seharusnyadigunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanamanair tersebut mati, dekomposisinya menyedot lebih banyak oksigen. Akibatnya ikan akanmati dan aktivitas bakteri akan menurun.Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori (KLH, 2004)- dampak terhadap kehidupan biota air - dampak terhadap kualitas air tanahdampak terhadap kesehatan- dampak terhadap estetika lingkungan a. Dampak terhadap kehidupan biota air Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itukematian dapat pula disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air.Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yangseharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah menjadi sulit terurai.Panas dari industri juaga akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan dahulu. b. Dampak terhadap kualitas air tanah Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform , terjadi dalam skala yang luas.6

c. Dampak terhadap kesehatan Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen air sebagai sarang insekta penyebar penyakit jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat membersihkan diri air sebagai media untuk hidup vector penyakitAda beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases, atau penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat di daerah-daerah.Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalamsumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain, bakteri, protozoa dan metazoa. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agennya antara lain :

Virus

:Rotavirus menyebabkan Hepatitis A,

Diare pada anak ,Virus Hepatitis A menyebabkan Polio

menyebabkan

Virus Poliomyelitis

(myelitis anterior acuta). Bakteri : Vibrio cholerae menyebabkan Cholera, Diare/Dysenterie, Enteropatogenik, Escherichia Coli Salmonella typhi menyebabkan

menyebabkan Typhus abdominalis, Salmonella paratyphi menyebabkan Paratyphus, Shigella dysenteriae menyebabkan Dysenterie.

Protozoa Giardiasis.

:

Entamuba histolytica

menyebabkan

Dysentrie amoeba,

Balantidiacoli menyebabkan Balantidiasis, Giarda lamblia menyebabkan

Metazoa : Ascaris lumbricoides menyebabkan Ascariasis, Clonorchis sinensis menyebabkan Clonorchiasis, Diphyllobothrium latum menyebabkan 2004). Diphylobothriasis, Taenia saginata/solium menyebabkan

Taeniasis, Schistosoma menyebabkan Schistosomiasis (Sumber : KLH, d. Dampak terhadap estetika lingkungan Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang ke lingkungan perairan,maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yangmenyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalahlimbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika.7

Selain bau, limbah tersebut juga menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin. Sedangkan limbah detergen atau sabunakan menyebabkan penumpukan busa yang sangat banyak. Inipun dapat mengurangi estetika. 2.1.6 Parameter Air Layak Dikonsumsi Standar air minum, menurut standar WHO semua sampel tidak boleh mengandung E. coli dan sebaiknya juga bebas dari bakteri Coliform. Standar WHO: Dalam setiap tahun, 95% dari sampel-sampel tidak boleh mengandung Coliform dalam 100 ml, Tidak ada sampel yang mengandung E. coli dalam 100 ml, Tidak ada sampel yang mengandung Coliform lebih dari 10 dalam 100 ml, Tidak boleh ada Coliform dalam 100 ml dan dua sampel yang berurutan. E. coli digunakan sebagai indikator pemeriksaan kualitas bakteriologis secara universal dalam analisis dengan alasan: a) Secara normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia (sebagai flora normal) atau hewan mamalia, atau bahan yang telah terkontaminasi dengan tinja manusia atau hewan, jarang sekali ditemukan dalam air dengan kualitas kebersihan yang tinggi b) Mudah diperiksa di laboratorium dan sensitivitasnya tinggi jika pemeriksaan dilakukan dengan benar c) Bila dalam air tersebut ditemukan E. coli, maka air tersebut dianggap berbahaya bagi penggunaan domestik d) Ada kemungkinan bakteri enterik patogen yang lain dapat ditemukan bersama-sama dengan E. coli dalam air tersebut Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Parameter kualitas air bersih yang ditetapkan dalam PERMENKES 416/1990 terdiri atas parameter fisik, parameter kimiawi, parameter mikrobiologis.8

1.

Parameter Fisik Parameter fisik yang harus dipenuhi pada air minum yaitu harus jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Sementara suhunya sebaiknya sejuk dan tidak panas. Selain itu, air minum tidak menimbulkan endapan. Jika air yang kita konsumsi menyimpang dari hal ini, maka sangat mungkin air telah tercemar.

2.

Parameter Kimia Dari aspek kimiawi, bahan air minum tidak boleh mengandung partikel terlarut dalam jumlah tinggi serta logam berat (misalnya Hg, Ni, Pb, Zn,dan Ag) ataupun zat beracun seperti senyawa hidrokarbon dan detergen. Ion logam berat dapat mendenaturasi protein, disamping itu logam berat dapat bereaksi dengan gugus fungsi lainnya dalam biomolekul. Karena sebagian akan tertimbun di berbagai organ terutama saluran cerna, hati dan ginjal, maka organ-organ inilah yang terutama dirusak

3.

Parameter Mikrobiologis Bakteri patogen yang tercantum dalam Kepmenkes yaitu Escherichia colli, Clostridium perfringens, Salmonella. Bakteri patogen tersebut dapat membentuk toksin (racun) setelah periode laten yang singkat yaitu beberapa jam. Keberadaan bakteri coliform (E.coli tergolong jenis bakteri ini) yang banyak ditemui di kotoran manusia dan hewan menunjukkan kualitas sanitasi yang rendah dalam proses pengadaan air. Makin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, makin tinggi pula risiko kehadiran bakteri patogen, seperti bakteri Shigella (penyebab muntaber), S. typhii (penyebab typhus), kolera, dan disentri. Salah satu faktor yang sangat penting dan menentukan bahwa air yang layak

konsumsi adalah kandungan TDS (Total Dissolved Solids) atau kandungan unsur mineral dalam air. Contoh unsur mineral dalam air adalah: zat kapur, besi, timah, magnesium, tembaga, sodium, chloride, dan chlorine. Air yang mengandung mineral tinggi sangat tidak baik untuk kesehatan. Mineral dalam air tidak hilang dengan cara direbus. Mineral yang baik bagi tubuh manusia adalah mineral organik yang berasal dari sayur, buah, daging, telor, atau susu. Mineral di dalam air disebut

9

mineral nonorganik atau mineral dari benda mati yang tidak bisa diuraikan oleh tubuh. Bila terlalu banyak mineral nonorganik di dalam tubuh dan tidak dikeluarkan, maka seiring berjalannya waktu akan mengendap di dalam tubuh yang berakibat tersumbatnya bagian tubuh. Misal bila mengendap di mata mengakibatkan katarak, pada ginjal/empedu mengakibatkan batu ginjal/batu empedu, pada pembuluh darah mengakibatkan pengerasan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, stroke, pada otak mengakibatkan Parkinson, pada persendian tulang mengakibatkan pengapuran, dll. Menurut standar WHO, air minum yang layak dikonsumsi memiliki kadar TDS 979

4.2.3

Interpretasi Hasil dan Keadaan Higienitas Air Pada pratikum kali ini sampel air yang di periksa merupakan sampel air

yang termasuk dalam sumber air bersih, nilai MPN yang didapatkan dari hasil perhitungan adalah sebagai berikut:1. Nilai MPN pada sampel air kran 1 (asrama) adalah 5/100 ml 2. Nilai MPN pada sampel air Kran 2 (kantin) adalah 15/100ml.

Berdasarkan Permenkes No 416 / Menkes / Per / IX / 1990 tentang syaratsyarat dan pengawasan kualitas air menyebutkan bahwa syarat-syarat mikrobiologis untuk air minum adalah MPN Koliform/100 cc sampel = 0. Sedangkan untuk air bersih = 10 ( untuk air perpipaan ) dan 50 ( untuk air bukan perpipaan ). Jadi dari hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel air kran 1 masih memenuhi standar kualitas air bersih. Sedangkan, pada sampel air kran 2 tidak memenuhi standar kualitas air bersih. Jika ditinjau dari lokasi pengambilan sampelnya, air kran 1 dan 2 memiliki sumber perpipaan yang sama. Sehingga nilai MPN pada sampel air kran 2 yang tidak memenuhi syarat kemungkinan disebabkan oleh metode pengambilan sampel yang tidak sesuai.30

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Dari hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Teknik pengambilan sampel air :

31

Kran yang akan diambil airnya terlebih dahulu dibersihkan dengan kapas alkohol 70 % untuk menghindari kontaminan dari setiap benda yang menempel yang mungkin dapat mengganggu seperti debu atau kotoran, kemudian kran dibuka sehingga air mengalir secara maksimal dan biarkan air mengalir selama 1-2 menit. Selanjutnya mulut kran juga disterilkan dengan api bunsen. Kemudian air kran ditampung dengan botol hingga bagian botol (dengan menyisakan udara di atasnya). Setelah penampungan selesai, botol harus ditutup rapat dan diberi label yang berisi: tempat, tanggal, jam pengambilan, dan petugas pengambil. Sampel yang sudah terkumpul segera dibawa ke laboratorium. 2. Metode perhitungan MPN yang digunakan dalam praktikum adalah metode 5:1:1 yaitu penggunaan 5 tabung yang berisi 10 ml sampel, 1 tabung berisi 1 ml sampel, dan 1 tabung berisi 1 ml sampel pada media pembiakan yang sesuai. Ada 3 tahap untuk melakukan perhitungan nilai MPN, yaitu uji penduga (presumptive test), uji konfirmatif (confirmed test) dan uji pelengkap, namun pada praktikum kali ini hanya dilakukan 2 tahap yaitu uji penduga (presumptive test) dan uji konfirmatif (confirmed test).3. Pada pratikum kali ini sampel air yang di periksa merupakan sampel air yang

termasuk dalam sumber air bersih, nilai MPN yang didapatkan dari hasil perhitungan adalah sebagai berikut:1. Nilai MPN pada sampel air kran 1 (asrama) adalah 5/100 ml

2. Nilai MPN pada sampel air Kran 2 (kantin) adalah 15/100ml. Hasil ini menunjukkan bahwa sampel air kran 1 masih memenuhi standar kualitas air bersih. Sedangkan, pada sampel air kran 2 tidak memenuhi standar kualitas air bersih. Jika ditinjau dari lokasi pengambilan sampelnya, air kran 1 dan 2 memiliki sumber perpipaan yang sama. Sehingga nilai MPN pada sampel air kran 2 yang tidak memenuhi syarat kemungkinan disebabkan oleh metode pengambilan sampel yang tidak sesuai.

5.2 Saran32

Dasarankan kepada praktikan agar memahami teknik pengambilan sampel yang benar dan aseptis sehingga diperoleh sampel yang representative dan dapat dihasilkan hasil analisa yang dapat dipertanggungjawabkan.

LEMBAR PENGESAHAN Denpasar, 23 April 2012 Pembimbing33

Praktikan

(

)

(Madya Mas Cista Hwardani )

Penanggung Jawab Mata Kuliah

(I Made Birnawan, S.Si)

34