Ns.docx
-
Upload
tazkiatunnafs -
Category
Documents
-
view
32 -
download
0
description
Transcript of Ns.docx
Sabtu, 08 Desember 2012
Askep Ca MammaeLaporan Pendahuluan
A Latar BelakangPerkembangan Kanker telah dikenal oleh para pemikir sebelumnya dimana Hipokrates
memberi nama kanker berasal dari bahasa latin yaitu “cancri atau kepiting” karena penyebarannya kesemua arah seperti kaki kepiting dan pada fase lanjut memberikan riwayat tidak dapat disembuhkan. Terminologi secara umum dipakai sekarang adalah tumor maligna atau neoplasma dimana neoplasma sendiri berasal dari bahasa yunani yang berarti pertumbuhan baru atau pembentukan baru. Sel normal dalam proses pembelahan sel dan membagi diri dalam proses yang teratur dengan tujuan yang khas dari perkembangan sel untuk mengganti sel yang rusak atau cedera sedangkan kalau sel itu membentuk jaringan baru disebut tumor atau neoplasma.(long, 1996)
Neoplasma pada masa abnormal terdiri dari sel-sel yang mengalami proliferasi (proses bertambah banyak) bersifat otonom dan tak terkoordinasi, tidak adaptif meskipun rangsang dihilangkan terus tumbuh serta dibedakan atas jinak (benigna) yang sering disebut dengan tumor dan ganas (maligna) yang sering disebut kanker. Sifat neoplasma jinak (tumor) peristiwa lokal/setempat, proliferasi bersifat kohesif, pertumbuhan bersifat sebtrifugal dengan batas nyata, bergerak keluar, menyebabkan desakan jaringan sekitar, tidak menyebar jauh, laju pertumbuhan lambat dan ukuran tetap stabil selama berbulan-bulan/bertahun-tahun sedangkan sifat neoplasma ganas (Kanker) bertumbuh lebih cepat, progresif, tidak kohesif, penyebaran tidak teratur, tidak berkapsul, sukar dipisahkan dengan jaringan sekitar dan menyerbu kedaerah sekitar (infiltrasi), mencari jalan secara destruktif dimana sel neoplasma melepaskan diri dari tumor primer menuju sirkulasi mengakibatkan emboli sel sehingga tersangkut, keluar pembuluh darah berproliferasi menjadi tumor sekunder bersifat metastasis atau pengalihan penyakit dari bagian / alat tubuh satu kealat atau bagian tubuh lainnya yang tidak saling berhubungan yang biasanya bersifat lebih ganas dimana produksi sel-sel yang tidak normal dan tidak mengikuti jaringan yang normal.Salah satu neoplasma ganas yang sering terjadi pada beberapa kasus adalah carcinoma mammae dan jaringan sekitarnya
Sehingga peran perawat dalam memberi asuhan keperwatan kepada pasien sangat besar dan sangat berpengaruh dimana perawat harus memiliki pengetahuan untuk pencegahan, pengawasan, dan pengobatan khususnya mengenai carcinoma mammae atau kanker mammae yang meliputi :
B Tujuan Askep Ca Mammae§ Tujuan Umum
1. Menurunkan angka kematian kanker payudara2. Meningkatkan kulalitas hidup penderita kanker payudara3. Mengurangi permasalahan psiko-sosial penderita kankerpayudara.
§ Tujuan Khusus
1. Mempersiapkan mental penderita preoperatif2. Mengurangi perasaan nyeri pre d an post operatif3. Mengurangi bau busuk ulkus yang tidak mengenakan
4. Melatih pergerakkan sendi bahu supaya tidak mengalami kontraktur5. Menghindari pembengkakan lengan6. Mencegah infeksi luka operasi
C. Konsep Dasar Carsinoma MammaePengertian Carsinoma Mammae adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel pada jaringan mammae yang tidak normal/abnormal yang terbatas yang bertumbuh perlahan karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan mamae yang banyak mengandung banyak pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan segera bermetastase.Penyakit kanker payudara/mammae adalah penyakit keganasan yang berasal dari struktur parenchim payudara. Paling banyak berasal dari efitel duktus laktiferus (70 %), efitel lobulus (10%) sisanya sebagian kecil mengenai jaringan otot dan kulit payudara, kanker payudara/mammae tumbuh lokal ditempat semula, lalu selang beberapa waktu menyebar melalui saluran limfe (penyebaran sisitemik) keorgan vital lain seperti paru-paru, tulang, hati, otak dan kulit.
EtiologiKarsinoma mammae secara pasti tidak diketahui penyebabnya tapi pencetus yang sering disebabkan olah estorogen yang lebih dikenal sebagai estorogen dependent mengandung eseptor yang mengikat estradiol, suatu tife esterogen yang pertumbuhnya diangsang oleh esterogen, karena reseptor ini tidak muncul pada jaringan payudara yang normal
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala paling dini adalah berupa tumbuhnya benjolan pada daerah mamae,Klasifikasi TNM Kanker Payudara/mammae
Tahapan ukuran tumor Keterlibatan nodul MetatasisI kurang dari 2 cm Tidak aa NO Tidak ada (MO)II Kurang dari 5 cm (T1 dan T2)
Axillary nodes dapat berpindah (N1)
Tidak ada (MO)
III lebih dari 5 cm dengan invai kulit atau melebar pada dinding dada
Axillary nodes tetap atu dpat berpindah (N dan N2)
Tidak ada (MO)
IV setiap ukuran Setiap nodes Ya (M1)
PrognosaPrognosa kanker payudara dlam hal pencapaiansurvival yang tinggi dan perbaikan kualitas idup dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor prognostik primer antara lain :
1. Status kelenjar getah ening (lympa node status) : jum;ah kelenjar getah bening invasi kapsul
2. Diameter tumor (tumor size) : diametr tumor mempunyai korelasi dengan penyebarannya kelenjar getah bening
3. Hormon reseptor (HR) status : esterogen reseptor (ER), progesteron reseptor (PR)
4. Histopathology status : nuclear rade, histologic grade
5. S-phase: indeks profilasi sell
6. DNA ploidy : ondeks diploid dan undiploid cell
7. HER-2 /new reseptor(C-er B-2 reseptor
8. P53
9. Epiermal growth faktor reseptor (EGFR)
10. Cathepsin D
11. Angiognesis
12. Umur
13. Staadium panyakit
Patologi
Ket :o Apoptosis : program sel dimatikan kalau abnormalo Protoencogen : mengatur proses pertumbuhano Tumor supresor gen : yang mengatur pertumbuhano BCL2 & MDM 2 : meregulasi protein yang dihasilkan oleh gen
suppresoro NER : Nucleotine eksesion refair : gen perbaikkano P53 : protein yang mengatur expresi P21o P21 : protein yang menekan CDK4,6o CDK : Cyclin dependent protein kinase : yang berperan dalam
pembelahan sel
Patofisiologi Kanker mammae merupakan penyebab utama kematian pada wanita karena kanker (Maternity
Nursing, 1997: 254). Penyebab pasti belum diketahui, namun ada beberapa teori yang menjelaskan bagaimana terjadinya keganasan pada mammae, yaitu:
Mekanisme hormonal, dimana perubahan keseimbangan hormone estrogen dan progesterone yang dihasilkan oleh ovarium mempengaruhi factor pertumbuhan sel mammae (Smeltzer & Bare, 2002: 1589). Dimana salah satu fungsi estrogen adalah merangasang pertumbuhan sel mammae .Suatu penelitian menyatakan bahwa wanita yang diangkat ovariumnya pada usia muda lebih jarang ditemukan menderita karcinoma mammae, tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa hormone estrogenlah yang, menyebabkan kanker mammae pada manusia. Namun menarche dini dan menopause lambat ternyata disertai peninmgkatan resiko Kanker mammae dan resiko kanker mammae lebih tinggi pada wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih dari 30 tahun.
Virus, Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.
Genetik- Kanker mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage genetic” autosomal dominan.- Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom 17 mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan.- mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta mutasi gen supresor tumor p 53 (Murray, 2002).
Defisiensi imunDefesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas antitumor .Gangguan proliferasi tersebut akan menyebabkan timbulnya sel kanker pada jaringa epithelial dan paling sering pada system duktal. Mula-mula terjadi hyperplasia sel dengan perkembangan sel atipikal. Sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in shtu dan menginvasi stroma. Kanker butuh waktu 7 tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah sel tunggal menjadi massa yang cukup besar untuk bias diraba. Invasi sel kanker yang mengenai jaringan yang peka terhadap sensasi nyeri akan menimbulkan rasa nyeri, seperti periosteum dan pelksus saraf. Benjolan yang tumbuh dapat pecah dan terjadi ulserasi pada kanker lanjut.Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar melalui saluran limfe dan melalui aliran darah. Dari saluran limfe akan sampai di kelenjer limfe menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjer limfe regional. Disamping itu juga bisa menyebabkan edema limfatik dan kulit bercawak (peau d’ orange). Penyebaran yang terjadi secara hematogen akan menyebabkan timbulnya metastasis pada jaringan paru, pleura, otak tulang (terutama tulang tengkorak, vertebredan panggul)Pada tahap terminal lanjut penderita umumnya menderita kehilangan progersif lemak tubuh dan badannya menjadi kurus disertai kelemahan yang sangat, anoreksia dan anemia. Simdrom yang melemahkan ini dinyatakan sebagai kakeksi kanker.
D. Penatalaksanaan Ca Mammae/kanker payudara
1. PembedahanTerapi bedah bertujuan kuratif dan paliatifJenis terapi : lokal /lokoregionalJenis terapi : terapi utama /terapi tambahanPrinsif terapi kuratif bedahPengangkatan sel kanker secara kuratif dapat dilakukan dengan cara :
· Modified radikal mastektomi· Breast conversing treatment (BCT) ± rekontruksi payudara· Tumorrektomi /lumpektomi /kuadran tektomi /parsial mastektomi ± diseksi axsila
Pengobatan bedah kuratif dilakukan pada kanker payudara dini (stadium 0, I, dan II), dan pegobatan paliatif bedah adalah dengan mengangkat kanker payudara secara makroskopis dan masih meninggalkan sel kanker secara mikroskopis dan biasanya dilakukan pada stadium II dan IV dan juga untk mengurangi keluhan-keluhan penderita baik perdarahan, patah tulang dan pengobatan ulkus
Tife-tife pembedahan untuk membuang ca mammae· Lympectomi :
Pembuangan sederhana benjolan tumor· Mastektomi parsial :
pembuangan tumor dan 2,5 – 7,5 cm (1 sampai3 inci) jaringan sekitarnya ubcutaneoou s· Mastektomy :
pembuangan seluruh jaringan yang mendasari tumor payudara , meninggalkan /membiarkan kulit, areola dan memasukkan putting intact)
· mastectomy sederhana :menghilangkan seluruh payudara tapi tidak dengan nodus axillary
· modifikasi mastektomy radikal :menghilangkan seluruh payudara (dengan atau tanpa pectoralis minor) menghilangkan beberapa axilla lympa nodes
· mastectoy radikal :menghilangkan seluruh payudara, acillary lympa nodes, pectolaris muscle (besar atau kecil, dan lemak dan fasia yang berdekatan dengan pembedahan
2. RadioterapiPegobatan radioterapi adalah untu penobatanlokal /lokoregional yang sifatnya bisa kuratif ataupaliatif. Radioterapi dapat merupakan terapi utama , misalnya pada operasi BCT dan kanker payudara stadium lanjut III. Sebagai terapi tambahan/adjuvan biasanya diberikan bersama dengan terapi bedah dan kemoterapi pada kanker stadium I, II dan IIIA . Pengobatan kemoterapi umumnya diberikan dalam regimen poliferasi lebih baik dibanding pemberian pengobatan monofaramasi / monoterapi
3. Hormon terapiPengobatan hormon terapi untuk pengobatan sistemik untuk meningkatkan survival, yaitu dengan pemberian anti esterogen, pemberian hormon aromatase inhibitor, antiGn RH, ovorektomi. Pemberian hormon ini sebagai adjuvan stadium I, II, III, IV terutama pada pasiien yangreceptor hormon positif, hormon terpi dapat juga digunakan sebagai terapi p[ravelensi kanker payudara.
4. Terapi Paliatif dan painTerapi paliatif untuk dapat dikerjakan sesuai dengan keluhan pasien, untuk tujuan perbaikan kualitas hhdup. Dapat bersifat medikamentosa, paliatif (pemberian obat-obat paliatif) dan non medicamentosa (radiasi paliatif dan pembedahan paliatif)
5. Immunoterapi dan ioterapiSampai saat ini penggunaan immunoterapi seperti pemberian interferon, modified molekuler, biologi agent, masih bersifat terbatas sebagai terapi adjuvan untuk mendukung keberhasilan pengobatan-pengobatan lainnya.Pengobatan bioterapi dengan rekayasa genetika u ntuk mengoreksi mutasi genetik untuk mengoreksi mutasi genetik masih dalam penelitian.
6. Rehabilitasi fisik dan psikisPenderita kanker payudara sebaiknya setelah mendapat pengobatan konvensiobnal seperti pembedahan, penyinaran, kemoterapi sebaiknya dilakukan rehabolitasi fisik untuk mencegah timbulnya komplikasi akiabt treatment tersebut. Rehabilitasi psikis juga diperlukan untuk mendorong semangat hidup yang lebh baik.
7. KemoterapiPengobatan kemoterapi adalah pengobatan sisitemik yang mengguanakan obat-obat sitostatika melalui aliran sisitemik, sebagai terapi utama pada kanker stadium lanjut (stadium IIIB dan IV) dan sebagai terapi tambahan Pada kasus karsinoma mammae dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan pengangkatan mammae (Mastektomi). Pengangatan tergantung sejauh mana pertumbuhan dan penyebaranya dipilih berdasar stadiumnya.dan chemoterapy
Asuhan Keperawatan klien pra dan pasca bedah Payudara, meliputi :Persiapan dan perawatan sebelum dan sesudah operasi
1 Sebelum dilakukan pembedahan, penderita disiapkan secara optimal antara lain :a. Persiapan psikologis,
Persiapan psikologis bertujuan untuk membantu klien mempersiapkandiri dalam memhadapi operasi, perawta diharapkan mengetahui informasi dokter kepada pasien maupun keluarga, tentang macam tindakan yang akn dilakukan manfaatdan akibat yang mungkin muncul dan terjadi serta memberikan penjelasan tentang prosedur-prosedur yang akan dilakukan sebelum operasi.
b. psikososial,persiapan psikososial di tujukan menghindari adanya gangguan hubungan sosisal dan interpersonal dan peran dimasyarakat, akiabt perubahan kondisi kesehatan dimana klien seolah-olah klien tidak mampu menerima simpati dariorang lain, meraik diri dari pergaulan dan merasa canggung dan bersoislaisasi dengan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
c. persiapan fisik yang baik,seperti :Ü perawatan ulkus pada kanker payudara
adanya bau yangtidak sedap yang dapat mengganngu lingkungan sekitaranya, kaena ituperlu adanya perawatan yang intensif sebelu operasi, bau ini terjadi karena adanya jaringan n ekrotik yangdisertaidengan infeksi sekunde, untuk mengaurangi bau tersebut dapat dilakukan nekrotomi dan pencucian luka, bisa dengan BWC 3 %, betadine 10%, dan antiseptik lainnya, dan jangan lupa mengerjakan kultur pus dan sensitifitas tes bakterinya.untuk mengatasi kesulitan-kesulitan atau komplikasi yang timbul kerena intervensi anesthesii maupun trauma pembedahannya.
Ü Mengontrol data-data laboratorium, seperti pemeriksaan darah, fungsi lever, fungsi normal, faal hemostasis, gula darah, , urine.
Ü Menontrol kelengkapan data-data radiologi, seperti fhoto thorak, USG mamma, Mammografi, bone scan.
Ü Pengosongan saluran pencernaan 6-8 jam dipuasakan kemudian 3-4 jam dilakukan lavemen,Ü Pencukuran rambut ketiak dilakukan 2 jam sebelum operasiÜ Mandi bersih dan keramas.
2. Perawatan sesudah operasi
Mastektomi adalah suatu tindakan pengangkatan tumor beserta payudara dan kelenjar axilla.a. Fase pasca anesthesi
Setelah dilakukan mastektomi, penderita dipindah keruang pemulihan disertai dengan oleh ahli anesthesidan staf profesional lainnya.
b. Mempertahankan ventilasi pulmoner
Menghindari terjadiya obstruksi pada periode anestesi pada saluran pernafasan, diakibatkan penyumbatan oleh lidahyangjatuh, kebelakang dan tumpukan sekret, lendir yang terkumpul dalam faring trakea atau bronkhial ini dapat dicegah dengan posisi yang tepat dengan posisi miring/setengah telungkup dengan kepala ditengadahkan bila klien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak atau lendir, harus dilakukan penghisapan dengan suction.
c. Mempertahankan sirkulasi
Pada saat klien sadar, baik dan stabil, maka posisi tidur diatur ”semi fowler” untuk mengurangi oozing venous (keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah halus) lengan diangkat untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya udema, semua masalah ini gangguan rasa nyaman (nyeri) akibat dari sayatan luka operasi merupakan hal yang pailing sering terjadi
d. Masalah psikologis
Payudara merupakan alat vital seseorang ibu dan wanita, kelainan atau kehilangan akibat operasi payudara sangat terasa oleh pasien,haknya seperti dirampas sebagai wanita normal, ada rasa kehilangan tentang hubungannya dengan ssuami, dan hilangnya daya tarik serta serta pengaruh terhadap anak dari segi menyusui.
e. Mobilisasi fisik
Pada pasien pasca mastektomi perlu adanya latihan-latihan untuk mencegah atropi otot-otot kekakuan dan kontraktur sendi bahu, untuk mencegah kelainan bentuk (diformity) lainnya, maka latihan harus seimbang dengan menggunakan secara bersamaan.Latihan awal bagi pasien pasca mastektomi :
Ü Pada hari pembedahan, melenturkan dan meluaskan gerakkan jari-jari membalik-balikan lenganÜ Hari pertema pasca operasi harus sudah dimulai fisioterafi pasif dan aktif
Seperti :o Fisioterapi aktif : melatih gerakkan-gerakkan sendi bahu reduksi, rotasi ssendi bahu jika
fisioteraifiditerapkan sedii mungkin tidak akan terjadi kontraktur sendi bahu dikemudian hari, dan juga dnegan fisioterafi dini, aliran drain lebih aktif dan lancar.
o Selanjutnya pasien dapat mengosokkan gigi dan menyisir rambut, pasien haurs mengetahui gerakkan apa yang dilakukan dalam setiap latihan, misalnya dapat ,mengangkat lengan keatas, kesamping, dan kedepan, dapat menyisir rambut sendiri dan dapat memakai rambut sendiri, dengan lengan yang sakit, latihan harus kontiyu dan istirahat bila merasa sakit
3. Perawatan post mastektomia. Pemasangan plester /hipafik
Dalam hal ini pemasangan plester pada operasi mastektomi hendaknya diperhatikan arah tarikan-tarikan kulit (langer ‘line) agar tidak melawan gerakkan-gerakkan alamiah, sehingga pasien dengan rileks menggerakkan sendi bahu tanpa hambatan dan tidak nyeri untuk itu perlu diperhatikan cara meletakkan kasa pada luka operasi dan cara melakukan fiksasi plester pada dinding dada.
§ Plester medial melewati garis midsternal§ Plester posterior melewati garis axillaris line/garis ketiak§ Plester posterior(belakang) melewati garis axillaris psoterior§ Plester superior tidak melewati clavicula§ Plester iferior harus melewati lubang drain§ Untuk dibawah klavicula ujug hifavik dipotong miring seperti memotong baju dan dipasang miring
dibawah ketiak sehingga tidak mengangu grakkan tangan.
b. Perawatan pada luka eksisi tumor
Bila dikerjakan tumorektomi,pakai hipafik ukuran 10 cm yang dibuat seperti BH sehingga menyangga payudara
c. Pemakaian drain redonm harus tetap vakum dan diukur jumlah cairan yang tertampung dalam botol drain tiap pagi, bila drain buntu, misalnya terjadi bekuan darah, bilain drain dengan PZ 5-10 cc supaya tetap lancar. Pada mastektomi radikal atau radikal modifikasi, drain umumnya dicabut setelah jumlah cairan dalam 24 jam tidak melebihi 20-30 cc, pada eksisi tumor mamma tidak melebihi 5 cc
d. Klien yang dikerjakan transplantasi kulit kalau kasa penutup luka basah dengan darah atau serum harus segera diganti, tetapi bola penutup (thiersch) tidak boleh dibuka. Thiersch umumnya dibuka pada hari ke-7 pasc bedah untuk melihat apakah hidup atau mati
§ Kalau hidup, tutup lagi dengan sofratule dan kasa steril§ Kalau tidak hidup,luka dapat dikompres dengan larutasn boor atau larutan garam fisiologis dan
buang jaringan yang nekrotik.§ Demikian pula halnya kasa penutup donor dan dibuka hari ke 14, keculai kalau ada tanda-tanda
infeksi
e. Pemberian injeksi dan pengambilan darah
Pada klien yang dilakukan mastektomi radikal modifikasi sebagian besar kelenjar dari saluran getah bening axilla dieksisi, yang memudahkan terjadinya oedema lengan. Untuk mencegahnyajangan melkukan injekdi, mamasang infus, mengabil darah, dsb pada sisi yang sakit. Penderita harus menjaga lengn dan tangannya dengan baik supaya jangan sampai terjadi luka atau injeksi yangakan menambah kerusakansluran limfe diketiak yang sudah minimal, karena kalau terjadi oedema lengan sangat sukar mengoreksinya dan mungkin memerlukan operasi trasposisi omentum untuk mengatasinya.
f. Pengukuran tensi
Pemgukuran tensi jaringan pada lengan homolateral dan diseksi axilla karena memudahkan terjadinya oedema lengan.
E. Dasar data pengkajian keperawatanData pre dan post operasi tergantung pada tipe khusus atau lokasi proses kanker dan komplikasi yang ada.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGANCA MAMMAE
Pengkajian1. Biodata
Ca mammae terjadi terutama pada usia lanjut (diatas 50 th), tetapi 80 % terjadi pada usia 35 tahun sampai 65 tahun cendrung meningkat 6 kali lipatJenis kelamin : laki-laki dibanding 1 :100
2. Keluhan utama Data SubjektifKlien mengeluh adanya benjolan atau ulkus padapayudara an kadang-kadang timbul nyeri, serta perasaan takut atau cemas.
Data ObjektifPada payudara terdapat adanya borok atau nodul-nodul yang mengeras serta bau tidak enak yang menyengatKlien tampak enggan bergaul dan berintegrasi dengan pasien lainKlien terlihat sedih dan sering melamunObservasi gejala memegang payudara dan wajah tampak menyeringai
3. Riwayat penyakit Sekarang : Klien mengeluh adanya benjolan atau ulkus pada payudara dan kadang-
kadang timbul nyeri, serta perasaan takut atau cemas.Pada payudara terdapat adanya borok atau nodul-nodul yang mengeras serta bau tidak enak yang menyengat Klien tampak enggan bergaul dan berintegrasi dengan pasien lainKlien terlihat sedih dan sering melamun, Observasi gejala memegang payudara dan wajah tampak menyeringai
Dahulu: adanya siklus perubahan hormonal yang lama dan tidak ada heti-hentinya, menarche awal, menopuse terlambat dan tidak ada kehamilan,(long,1996), adanya riwayat kanker sebelumnya, riwayat kehamilan (nullipara, multipara), penggunaan obat-obatan hormonal kontrapsepsi, riwayat menstruasi (early menarce, late menopouse). Adanya papaaran radiasi riwayat peminum alkohol
Keluarga: Ibu dan anak prempuan khususnya dengan kanker premenopuse atau kanker payudara bilateral, adanya anggota keluarga yang menderita ca mammae
4. Pemeriksaan Ca Mammae/kanker payudara meliputi :o Pemeriksaan skrening
Tujuan untuk menemukan kanker payudara dini pada penderita asimptomatis (tanpa keluhan) dengan tujuan menurunkan anka kamtian standar pemeriksaan skrining payudara dapat dilakukan denganMammografi : tebukti lebih akurat mendeteksi kanker payudara berdiameter kurang dari 0,5 cm dengan acuration rate : ± 80-90 %
o Pemeriksaan DiagnostikMeliputi :
1. Anamnesa cermat mengenai waktu timbulnya tuor dan ada tidaknya faktor resiko2. Ifeksi tanda-tanda kecurigaan kanker payudara3. Palpasi, tanda-tanda kanker payudara.
o Pemeriksaan ImagingTerdiri dari :
1. Mammografi
2. USG3. MRI
o Pemeriksaan MikroskopikPemeriksaan mikroskopik terdiri dari :
1. Pemeriksaan biopsi terbuka (open Biopsy) : insisional biopsi dan eksisional biopsi2. Pemeriksaan biopsi tertutup (minimal invasif biopsy) : needle aspiration biopsy, trucut biopsy
Needle aspiraton biopsy merupakan piliha utama untuk pemeriksaan diagnostik tumor payudara yang palpable mass, accuration rate ± 95 %
o Pemeriksaan tambahan1. Pemeriksaan torak fhoto2. Pemeriksaaan bone scaning /bone survey3. Pemeriksaan USG Abdomen /Bone siurvey4. Pemeriksaan USG abdomen/CT scan abdomen5. Pemeriksaan tumor marker6. Pemeriksaan darah/fungsiliver dan tulang7. Pemeriksaan head CT-scan
KOMPLIKASI KEMOTHERAPI§ Efek samping :- nausea, vomiting- alopecia- rasa (pengecap) menurun- mucositis§ toksik- hematologik : depresi sumsum tulang, anemia- ginjal, hepar
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Sistem Integumen1. Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus2. Inspeksi kemerahan & gatal, eritema3. Perhatikan pigmentasi kulit4. Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah
B. Sistem Gastrointestinalis1. Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian kemotherapi2. Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit3. Kaji diare & konstipasi4. Kaji anoreksia5. Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan
C. Sistem Hematopoetik1. Kaji Netropenia§ Kaji tanda infeksi§ Auskultasi paru§ Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe§ Kaji suhu
2. Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 – menengah, < 20.000/m3 – berat3. Kaji Anemia§ Warna kulit, capilarry refill§ Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo
D. Sistem Respiratorik & Kardiovaskular1. Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif – terutama bleomisin2. Kaji tanda CHF3. Lakukan pemeriksaan EKG
E. Sistem Neuromuskular1. Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik2. Perhatikan adanya parestesia3. Evaluasi refleks4. Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki5. Kaji gangguan pendengaran6. Diskusikan ADL
F. Sistem genitourinari1. Kaji frekwensi BAK2. Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine3. Kaji : hematuria, oliguria, anuria4. Monitor BUN, kreatinin
DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan netropenia2. Resiko perlukaan berhubungan dengan trombositopenia3. Lemah berhubungan dengan anemia4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek samping5. Perubahan selaput mukosa berhubungan dengan stomatitis6. Perubahan gambaran diri berhubungan dengan alopecia
INTERVENSI KEPERAWATAN1. Mencegah infeksi2. Mencegah perdarahan3. Mengurangi kelelahan4. Meningkatkan nutrisi5. Mengurangi stomatitis6. Meningkatkan koping pada perubahan gambaran diri
THERAPI RADIASITerapi radiasi menggunakan energi tinggi & getaran ion. Dapat menimbulkan kerusakan molekul sel dan perubahan biokimia : mematikan sel kanker
Jenis therapi radiasi :§ Teletherapi : cobalt, lineacc§ Brakhitherapi : dosis tinggi lebih terlokalisasi§ Intra operative radioterapi, hipertermia
Pertimbangan klinis :
§ Indikasi : digunakan tersendiri atau kombinasi§ Perencanaan pengobatan
Komplikasi :Komplikasi tergantung dari lokasi, jenis radiasi, dosis, status kesehatan klien
1. Efek samping akut 1 – 6 bulan- eritema- lemah & lunglai- nausea, muntah, diare- oral : kering, mucositis, xerostomia- dispnoe, pnemonia- sistitis2. Efek samping kronis > dari 6 bulan- Kulit : fibrosis, kehitaman permanen atropi- Gastro intestinal : fibrosis, obstruksi, ulkus, striktur- Oral : xerostomia, pengecapan menurun, caries gigi- Paru : fibrosis- Ginjal : nefritis, fibrosis- Kanker lain 5 – 7% leukemia
Pengkajian1. Sistem terkait2. Emosi/psikologis klien
Intervensi Keperawatan1. Mempertahankan perawatan kulit secara optimal- informasikan tentang reaksi kulit- jangan menggunakan lotion, minyak kosmetik pada lokasi therapi hanya tepung maizena- hindari, penekanan, penggosokan, garuk2. Memastikan terlindungi dari efek radiasi
F. Prioritas keperawatan pre dan post operasiPREOPERASI 1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pra dan pascaoperasi dan takut akan kecacatan.
Batasan Karakteristik : Mengungkapkan keluhan khusus, merasa tidak mampu, meminta informasi, mengungkapkan kurang mengerti dan gelisah, menolak operasi.
Goal : Cemas berkurang atau hilang. Kriteria Hasil : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, melaporkan
berkurangnya cemas dan takut, mengungkapkan mengerti tentang pre dan post operasi, secara verbal mengemukakan menyadari terhadap apa yang diinginkannya yaitu menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya.
Rencana Tindakan :1. Jelaskan apa yang terjadi selama periode praoperasi dan pascaoperasi, termasuk tes laboratorium
praoperasi, persiapan kulit, alasan status puasa,obat-obatan praoperasi,obat-obatan posoperasi, tinggal di ruang pemulihan, dan program paskaoprasi. Informasikan pada klien obat nyeri tersedia bila diperlukan untuk mengontrol nyeri.Rasional pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerjasama pasien.
2. Jika mastektomi akan dilakukan, konsultasikan dulu dengan pasien dan dokter untuk mendapatkan kunjungan dari tim medis yang bersangkutan. Atur waktu untuk berdiskusi dengan terapi tentang alternatif metoda-metoda untuk rehabilitasi suara.Rasional mengetahui apa yang diharapkan dan melihat hasil yang sukses membantu menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien berpikir realistik.
3. Izinkan pasien untuk mengetahui keadaan pascaoperasi : satu atau dua hari akan dirawat di UPI sebelum kembali ke ruangan semula,. Rasional pengetahuan tentang apa yang diharapkan dari intervensi bedah membantu menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien untuk memikirkan tujuan yang realistik.
4. Jika akan dilakukan matektomi, ajarkan pasien dan latih cara-cara latihan sebagai berikut :Latihan awal bagi pasien pasca mastektomi :
Ü Pada hari pembedahan, melenturkan dan meluaskan gerakkan jari-jari membalik-balikan lenganÜ Hari pertema pasca operasi harus sudah dimulai fisioterafi pasif dan aktif
Seperti :o Fisioterapi aktif : melatih gerakkan-gerakkan sendi bahu reduksi, rotasi ssendi bahu jika
fisioteraifiditerapkan sedii mungkin tidak akan terj`di kontraktur sendi bahu dikemudian hari, dan juga dnegan fisioterafi dini, aliran drain lebih aktif dan lancar.
o Selanjutnya pasien dapat mengosokkan gigi dan menyisir rambut, pasien haurs mengetahui gerakkan apa yang dilakukan dalam setiap latihan, misalnya dapat ,mengangkat lengan keatas, kesamping, dan kedepan, dapat menyisir rambut sendiri dan dapat memakai rambut sendiri, dengan lengan yang sakit, latihan harus kontiyu dan istirahat bila merasa sakit
2. Menolak operasi berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pre dan pascaoperasi, kecemasan, ketakutan akan kecacatan dan ancaman kematian. Karakteristik data : kurang kerjasama dan menolak untuk dioperasi,menanyakan informasi tentang persiapan pre dan prosedur posoperasi.Goal : Klien akan bersedia dioperasi.Kriteria hasil : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, mengatakan mengerti pre dan posoperasi, mengatakan berkurangnya kecemasan, klien dioperasi.Rencana tindakan :
1. Kaji faktor-faktor yang menyebabkan klien menolak untuk dioperasi.2. Anjurkan keluarga untuk memberikan suport seperti dukungan spiritual.3. Direncanakan tindakan sesuai diagnosa keperawatan no.1.
POSt OPERASI1. Mempertahankan jalan napas tetap terbuka, ventilasi adekuat.2. Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternatif.3. Memperbaiki atau mempertahankan integritas kulit.4. Membuat atau mempertahankan nutrisi adekuat.5. Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu.6. Memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan pengobatan.
Tujuan Pemulangan1. Ventilasi atau oksigenasi adekuat untuk kebutuhan individu.2. Komunikasi dengan efektif.3. Komplikasi tercegah atau minimal.4. Memulai untuk mengatasi gambaran diri.5. Proses penyakit atau prognosis dan program terapi dapat dipahami.
Diagnosa Keperawatan1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan efek dari anestesi, gangguan
kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.Batasan karakteristik : sulit bernapas, perubahan pada frekwensi atau kedalaman pernapasan,penggunaan otot aksesori pernapasan, bunyi napas tidak normal,sianosis.Goal : Klien akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.Kriteria hasil : bunyi napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak sianosis,frekwensi napas normal.Rencana tindakan :Mandiri
1) Awasi frekwensi atau kedalaman pernapasan.Auskultasi bunyi napas. Selidiki kegelisahan, dispnea, dan sianosis. Rasional perubahan pada pernapasan, adanya ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.
2) Tinggikan kepala 30-45 derajat. Rasional memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan ekspansi paru.
3) Dorong menelan bila pasien mampu. Rasional mencegah pengumpulan sekret oral menurunkan resiko aspirasi. Catatan : menelan terganggu bila epiglotis diangkat atau edema paskaoperasi bermakna dan nyeri terjadi.
4) Dorong batuk efektif dan napas dalam. Rasional memobilisasi sekret untuk membersihkan jalan napas dan membantu mencegah komplikasi pernapasan.
5) Hisap selang laringektomi atau trakeotomi, oral dan rongga nasal. Catat jumlah, warna dan konsistensi sekret. Rasional mencegah sekresi menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan terganggu dan pasien tidak dapat meniup lewat hidung.
6) Observasi jaringan sekitar selang terhadap adanya perdarahan. Ubah posisi pasien untuk memeriksa adanya pengumpulan darah dibelakang leher atau balutan posterior.Rasional sedikit jumlah perembesan mungkin terjadi. Namun perdarahan terus-menerus atau timbulnya perdarahan tiba-tiba yang tidak terkontrol dan menunjukkan sulit bernapas secara tiba-tiba.
7) Ganti selang atau kanul sesuai indikasi. Rasional mencegah akumulasi sekret dan perlengketan mukosa tebal dari obstruksi jalan napas. Catatan : ini penyebab umum distres pernapasan atau henti napas pada paskaoperasi.
Kolaborasi
8) Berikan humidifikasi tambahan, contoh tekanan udara atau oksigen dan peningkatan masukan cairan.Rasional fisiologi normal ( hidung) berarti menyaring atau melembabkan udara yang lewat.Tambahan kelembaban menurunkan mengerasnya mukosa dan memudahkan batuk atau penghisapan sekret melalui stoma.
9) Awasi seri GDA atau nadi oksimetri, foto dada. Rasional pengumpulan sekret atau adanya ateletaksis dapat menimbulkan pneumonia yang memerlukan tindakan terapi lebih agresif.
2. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan bedah pengangkatan, radiasi atau agen kemoterapi, gangguan sirkulasi atau suplai darah,pembentukan udema dan pengumpulan atau drainase terus-menerus.Karakteristik data : kerusakan permukaan kulit atau jaringan, kerusakan lapisan kulit atau jaringan.Goal : Menunjukkan waktu penyembuhan yang tepat tanpa komplikasi.Kriteria hasil : integritas jaringan dan kulit sembuh tanpa komplikasiRencana tindakan :
1) Kaji warna kulit, suhu dan pengisian kapiler pada area operasi dan tandur kulit.Rasional kulit harus berwarna merah muda atau mirip dengan warna kulit sekitarnya. Sianosis dan pengisian lambat dapat menunjukkan kongesti vena, yang dapat menimbulkan iskemia atau nekrosis jaringan.
2) Pertahankan kepala tempat tidur 30-45 derajat. Awasi edema wajah ( biasanya meningkat pada hari ketiga-kelima pascaoperasi ).Rasional meminimalkan kongesti jaringan paskaoperasi dan edema sehubungan dengan eksisi saluran limfe.
3) Pertahankan posisi somifowler pada punggung atau sisi yang tidak sakit dengan lengan tinggi dan disokong dengan bantal Rasional memabantu drainase dengan bantuan gravitasi
4) Awasi drainase berdarah dari sisi operasi, jahitan dan drein.Rasional drainase berdarah biasanya tetap sedikit setelah 24 jam pertama. Perdarahan terus-menerus menunjukkan masalah yang memerlukan perhatian medik.
5) Catat atau laporkan adanya drainase seperti susu. Rasional drainase seperti susu menunjukkan kebocoran duktus limfe torakal ( dapat menyebabkan kekurangan cairan tubuh dan elektrolit ).Kebocoran ini dapat sembuh spontan atau memerlukan penutupan bedah.
6) Ganti balutan sesuai indikasi bila digunakan. Rasional balutan basah meningkatkan resiko kerusakan jaringan atau infeksi. Catatan : balutan tekan tidak digunakan diatas lembaran kulit karena suplai darah mudah dipengaruhi.
7) Bersihkan insisi dengan cairan garam faal steril dan peroksida ( campuran 1 : 1 ) setelah balutan diangkat. Rasional mencegah pembetukan kerak , yang dapat menjebak drainase purulen, merusak tepi kulit, dan meningkatkan ukuran luka. Peroksida tidak banyak digunakan karena dapat membakar tepi dan menggangu penyembuhan.
8) Jangan melakukan pengukuran TDm menginjeksikan obat atau memasukkan IV pada lengan yang sakit. Rasional, meningkatkan pontensial konstriksi infewksi, dan limfadema pada sisi yang sakit
9) Kosongkan drain luka secara periodik catat jumlah dan karakteristik drainaseRasional, akumulasi cairan drainase (cont, limfe, darah meningkatkan penyembuhan dan menurunkan kerentanan terhadap infeksi, alat penghisap (contoh, hemovac, jacsonfart) sering dimasukkan selama masa pembedahan untuk mempetahankan tekanan negatif pad aluka, selang bisanya diangkat sekitar hari ketiga atau bila drainase berhenti.
Kolaborasi10) Berikan antibiotik oral, topikal dan IV sesuai indikasi. Rasional mencegah atau mengontrol
infeksi.
3. Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan dehidrasi, kebersihan oral tidak adekuat, kanker oral, penurunan produksi saliva sekunder terhadap radiasi atau prosedur pembedahan dan defisit nutrisi.Karakteristik data : Xerostomia ( mulut kering ), ketidaknyamanan mulut, saliva kental atau banyak, penurunan produksi saliva, lidah kering,pecah dan kotor,bibir inflamasi, tidak ada gigi.Goal : menunjukkan membran mukosa oral baik atau integritas membran mukosa baik.Kriteria Hasil : mulut lembab atau tidak kering, mulut terasa segar, lidah normal, bersih dan tidak pecah, tidak ada tanda inflamasi pada bibir.Rencana tindakan :Mandiri
1) Inspeksi rongga oral dan perhatikan perubahan pada saliva.Rasional kerusakan pada kelenjar saliva dapat menurunkan produksi saliva, mengakibatkan mulut kering. Penumpukan dan pengaliran saliva dapat terjadi karena penurunan kemampuan menelan atau nyeri tenggorok dan mulut.
2) Perhatikan perubahan pada lidah, bibir, geligi dan gusi serta membran mukosa. Rasional pembedahan meliputi reseksi parsial dari lidah, platum lunak, dan faring. Pasien akan mengalami penurunan sensasi dan gerakan lidah, dengan kesulitan menelan dan peningkatan resiko aspirasi sekresi, serta potensial hemoragi. Pembedahan dapat mengankat bagian bibir mengakibatkan pengaliran saliva tidak terkontrol. Geligi mungkin tidak utuh ( pembedahan ) atau mungkin kondisinya buruk karena malnutrisi dan terapi kimia. Gusi juga dapat terinflamasi karena higiene yang buruk, riwayat lama dari merokok atau mengunyah tembakau atau terapi kimia. Membran mukosa mungkin sangat kering, ulserasi,eritema,dan edema.
3) Hisapan rongga oral secara perlahan atau sering. Biarkan pasien melakukan pengisapan sendiri bila mungkin atau menggunakan kasa untuk mengalirkan sekresi. Rasional saliva mengandung enzim pencernaan yang mungkin bersifat erosif pada jaringan yang terpajan. Karena pengalirannya konstan, pasien dapat meningkatkan kenyamanan sendiri dan meningkatkan higiene oral.
4) Tunjukkan pasien bagaimana menyikat bagian dalam mulut, platum, lidah dan geligi dengan sering. Rasional menurunkan bakteri dan resiko infeksi, meningkatkan penyembuhan jaringan dan kenyamanan.
5) Berikan pelumas pada bibir; berikan irigasi oral sesuai indikasi. Rasional mengatasi efek kekeringan dari tindakan terapeutik; menghilangkan sifat erosif dari sekresi.
4. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan,adanya selang nasogastrik atau orogastrik.
Karakteristik data : Ketidaknyamanan pada area bedah atau nyeri karena insisi bedah, perilaku distraksi, gelisah, perilaku berhati-hati.Goal : Nyeri klien akan berkurang atau hilang.Kriteria hasil : klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan ekpresi wajah ceria.Rencana tindakan :
1) Kaji keluahan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas nyeri (o-10). Perhatikan petunjuk verbal dan nor verbal. Rasional membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan
kebutuhan untuk efektif analgesik. Jumlah jaringan, otot, dan sisitem limfatik diangkat dapat dapat mempengaruhi jumlah nyeri yang dialami. Kerusakan saraf pada regio aksilaris yang menyebabkan kebas pada lengan atas dan regio skapula yang dapat ditoleransi daripada nyeri pembedahan catatan : nyeri pada dinding dapat terjadidari tegangan otot, dipengaruhi oleh panas atau dingin ekstrem, dan berlanjut selama beberapa bulan.
2) Diskusikan masih adanya sensasipayudara normal. Rasional memberikan kenyakinan bahwa sensasi bukan imajinasi dan penghilangan dapat dilakukan
3) Batu pasien menemukan posisi yang nyaman. Rasional. Peninggian lengan, ukuran baju, dan adanya drain mempengaruhi kemampuan pasien utuk rilwks dan tidur/istirahat secara efektif.
4) Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri. Evaluasi efek analgesik. Rasional alat menentukan adanya nyeri dan keefektifan obat.
5) Anjurkan penggunaan perilaku manajemen stres, contoh teknik relaksasi, bimbingan imajinasi. Rasional meningkatkan rasa sehat, dapat menurunkan kebutuhan analgesik dan meningkatkan penyembuhan.
6) Kolaborasi dengan pemberian analgesik, contoh codein, ASA, dan Darvon sesuai indikasi. Rasional derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak psikologi pembedahan sesuai dengan kondisi tubuh.Diharapkan dapat menurunkan atau menghilangkan nyeri.
5. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan payudara, perubahan anatomi tubuh.Karakteristik data :perasaan negatif tentang citra diri, perubahan dalam keterlibatan sosial, ansietas, depresi, kurang kontak mata.Goal : Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif pada diri sendiri.Kriteria hasil : menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai bukti dengan partisipasi aktivitas perawatan diri dan interaksi positip dengan orang lain.Berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang telah terjadi.Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup. Berpartisipasi dalam tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi.Rencana tindakan :
1) Diskusikan arti kehilangan atau perubahan dengan pasien, identifikasi persepsi situasi atau harapan yang akan datang.Rasional alat dalam mengidentifikasi atau mengartikan masalah untuk memfokuskan perhatian dan intervensi secara konstruktif.
2) Catat bahasa tubuh non verbal, perilaku negatif atau bicara sendiri. Kaji pengrusakan diri atau perilaku bunuh diri. Rasional dapat menunjukkan depresi atau keputusasaan, kebutuhan untuk pengkajian lanjut atau intervensi lebih intensif.
3) Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi, marah. Rasional pasien dapat mengalami depresi cepat setelah pembedahan atau reaksi syok dan menyangkal. Penerimaan perubahan tidak dapat dipaksakan dan proses kehilangan membutuhkan waktu untuk membaik.
4) Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positip yang akan membaik. Rasional penolakan dapat mengakibatkan penurunan harga diri dan mempengaruhi penerimaan gambaran diri yang baru.
5) Kolaboratif dengan merujuk pasien atau orang terdekat ke sumber pendukung, contoh ahli terapi psikologis, pekerja sosial, konseling keluarga. Rasional pendekatan menyeluruh diperlukan untuk membantu pasien menghadapi rehabilitasi dan kesehatan. Keluarga memerlukan bantuan dalam pemahaman proses yang pasien lalui dan membantu mereka dalam emosi mereka.
Tujuannya adalah memampukan mereka untuk melawan kecendrungan untuk menolak dari atau isolasi pasien dari kontak sosial.
6. Ganguan mobilisasi fisik berhubungan dengan penurunan massa otot/ kekuatan otot akiabt luka bekas operasiKarakteristik data : perasaannyeri pada saatr aktifitas, menolak untuk bergerak, membatasi rentang gerak.Goal : mobilisasi fisik dapat terpenuhi dan berpartisifasi aktif dalam terapi.Kriteria hasil : menunukkan tehnik yang memampukan melakukan aktivitas, Peningkatan kekuatan bagian dalam tubuh yang sakit.Intervensi :
1) Tinggikan lengan yang sakit sesuaiindikasi mulai melakukan rentang gerak psif (con : pleksi/ekstensi siku, pronasi/supinasi pergelangan, menekuk/ekstensi jari) sesegera mungkin. Rasional. Meningkatkan aliran limfe vena, mengurngi kemungkinan limfadema. Latihan pasca oerasi dini biasanya muaipada 24 jam pertama untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada keterbatasan gerak/mobilisasi.
2) Biarkan pasien untuk menggunakan lengan utuk kebersihan diri, contoh makan, menyisir rambut, mencucui muka, Rasionalpeningkatan sirkulasi, membantu meminimalkan edema dan mempertahankan kekuaatan dan fungsi lengn da tangan, aktivitas ini menggunakan lengan tanpa abduksi yang dapat menekan jahitan pada periode pasca operasi.
3) Bantu dalam perawatan diri sesuai dengan keperlan. Rasional . menghemat energi mencegah kelelahan.
4) Tingkatkan latihan ssesuai indikasi, contoh ekstensi aktif lengandan rotasi bahu saat berbaring sitempat tidur, mengpakkan pendulum, memutar tali, mengangkat lengan untuk menyentuh ujung jari dibelakang kepala. Rasional mencegah kekakuan sendi, meningkatkan sirkulasi dan mempertahankan tonus otot bahu dengan lengan.
5) Lanjttkan pada tangan (jari berjalan didinding) menjepit tangan dibelakang kepala, dan latihan abduksi penuh sesgera mungkin pasien dapat melakukan Rasional karenakelompok latihan ini dapat menyebabkan tegangan berlebihan pada insisi, sampai terjadi proses penyembuhan lebih lanjut, latihan dihentikan.
6) Evaluasi adanya /derajat latihan sehubungan dengan nyeri dan perubahan mobilisasi sendi, mengukur lengan atas dan lengan bawah bila terjadi udema.rasional. mengawasi kemujuan/perbaikkan koplikasi dapat memerlukan penundaan untuk meningkatkan adanya latihan dan menunggu sampai penyembuhan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dunna, D.I. Et al. 1995. Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach 2 nd Edition : WB Sauders.
Long, C. Barbara (1996). Essential Of Medical – Surgical Nursing A Nursing Process Approcach. C.V Mosbx Company St Louis, USA.
PPNI pertemuaan ilmiah perawat bedah Indonesia (2000) “ Pendekatan asuhan keperawtan secara parifurna dalam penanganan kasus bedah” Surabaya
Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.Diposkan oleh laloe Rezan di 21.16 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:Poskan KomentarLink ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Ns.Rezan
laloe Rezan
curiculum vitae
Nama ; Lalu Rezan Saleh S.Kep.,Ners
alamat ; mangkung, kec.praya barat. kab. lombok tengah.NTB
SD 2 mangkung
SMP 2 praya barat SMA 1 ibrahimy Sukorejo Situbondo
PT.Unipdu jombang
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2012 (9)o ▼ Desember (9) askep appendiktomi
ASKEP EFUSI PLEURA ASKEP KISTA OVARI Askep RHD (Rematik heart diseases) Askep Hepatoma Penyakit Jantung Infeksi Konsep Hipertensi Askep Ca Mammae
Basic Live Suport
Daily Calendar
Digital clock
Google+ Badge Total Tayangan Laman
Pengikut
Ns.Rezan. Template Awesome Inc.. Gambar template oleh simonox. Diberdayakan
oleh Blogger.
LAPORAN PENDAHULUAN MASTEKTOMI
A. LANDASAN TEORITIS MASTEKTOMI
Modified Radical Mastectomy adalah suatu tindakan pembedahan onkologis
pada keganasan payudara yaitu dengan mengangkat seluruh jaringan payudara yang
terdiri dari seluruh stroma dan parenkhim payudara, areola dan puting susu serta kulit
diatas tumornya disertai diseksi kelenjar getah bening aksila ipsilateral level I, II/III
secara en bloc TANPA mengangkat m.pektoralis major dan minor.
Tipe mastektomi dan penanganan kanker payudara bergantung pada beberapa factor
meliputi :
o Usia
o Kesehatan secara menyeluruh
o Status menopause
o Dimensi tumor
o Tahapan tumor dan seberapa luas penyebarannya
o Stadium tumor dan keganasannya
o Status reseptor homon tumor
o Penyebaran tumor telah mencapai simpul limfe atau belum
Tipe pembedahan secara umum dikelompokkan kedalam tiga kategori : mastektomi
radikal, mastektomi total dan prosedur yang lebih terbatas ( contoh segmental,
lumpektomi ).
1. Mastektomi preventif ( preventife mastectomy) disebut juga prophylactic
mastectomy.operasi ini dapat berupa total mastektomi dengan mengangkat seluruh
payudara dan putting atau berupa subcutaneous mastectomy dimana seluruh payudara
diangkat namun putting tetap dipertahankan .
2. Mastektomi total ( sederhana ) mengangkat semua jaringan payudara tetapi semua
atau kebanyakan nodus limfe dan otot dada tetap utuh.
3. Mastektomi radikal modifikasi mengangkat seluruh payudara , beberapa atau semua
nodus limfe dan kadang-kadang otot pektoralis minor.otot dada mayor masih
utuh.Mastektomi radikal ( halsted ) adalah prosedur yang jarang dilakukan yaitu
pengangkatan seluruh payudara, kulit, otot pektoralis mayor dan minor, nodus limfe
ketiak dan kadang-kadang nodus limfe mamari internal atau supra klavikular.
4. Prosedur membatasi ( contoh : lumpektomi ) mungkin dilakukan pada pasien rawat
jalan yang hanya berupa tumor dan beberapa jaringan sekitarnya diangkat. Lumpektomi
dianggap tumor non-metastatik bila kurang dari 5 cm ukurannya yang tidak melibatkan
putting.prosedur meliputi dignostik ( menentukan tipe sel ) dan atau pengobatan bila
dikombinasi dengan terapi radiasi.
Berdasarkan tujuan terapi pembedahan, mastektomi dibedakan menjadi dua
macam yaitu tujuan kuratif dan tujuan paliatif. Prinsip terapi bedah kuratif adalah
pengangkatan seluruh sel kanker tanpa meninggalkan sel kanker secara mikroskopik.
Terapi bedah kuratif ini dilakukan pada kanker payudara stadium dini(stadium 0, I dan
II).
Sedangkan tujuan terapi bedah palliatif adalah untuk mengangat kanker
payudara secara makroskopik dan masih meninggalkan sel kanker secara mikroskopik.
Pengobatan bedah palliatif ini pada umumnya dilakukan untuk mengurangi keluhan-
keluhan penderita seperti perdarahan, patah tulang dan pengobatan ulkus, dilakukan
pada kanker payudara stadium lanjut,yaitu stadium III dan IV.
Prosedur pengangkatan sel kanker dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Mastektomi radikal, yaitu Mengangkat seluruh payudara, kulit, otot mayor dan minor,
nodus limfe aksila dan jaringan lemak disekitarnya.
2. Mastektomi radikal modifikasi, seperti mastektomi radikal tetapi otot pektoralis mayor
dipertahankan.
3. Mastektomi sederhana, Mengangkat payudara dengan mempertahankan otot-otot yang
menyokong.
4. Mastektomi parsial, Mengangkat lesi dan jaringan disekitarnya termasuk nodus limfe.
5. Lumpektomi, Mengangkat lesi dan 3 sampai 5 cm jaringan ditepinya, jaringan payudara
dan kulitnya dipertahankan.
Beberapa tipe mastektomi yang ada pada saat ini
1. Mastektomi Preventif (Preventive Mastectomy)
Mastektomi preventif disebut juga prophylactic mastectomy. Operasi ini dapat
berupa total mastektomi dengan mengangkat seluruh payudara dan puting. Atau
berupa subcutaneous mastectomy, dimana seluruh payudara diangkat namun puting
tetap dipertahankan. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kekambuhan kanker
payudara dapat dikurangi hingga 90% atau lebih setelah mastektomi preventif pada
wanita dengan risiko tinggi.
MASTEKTOMI
Gambar payudara seorang wanita 25 tahun. menjalani prophylacyic mastectomy dan
telah mengalami rekonstruksi dengan menutup lubang bekas operasi dengan dengan
jaringan yang diambil dari perutnya.
2. Mastektomi Sederhana atau Total (Simple or Total Mastectomy)
Mastektomi dengan mengangkat payudara berikut kulit dan putingnya, namun
simpul limfe masih dipertahankan. Pada beberapa kasus, sentinel node biopsy terpisah
dilakukan untuk membuang satu sampai tiga simpul limfe pertama.
MASTEKTOMI
Total mastectomy
3. Mastektomi Radikal Termodifikasi (Modified Radical Mastectomy)
Terdapat prosedur yang disebut modified radical mastectomy (MRM)-mastektomi
radikal termodifikasi. MRM memberikan trauma yang lebih ringan daripada mastektomi
radikal, dan ssat ini banyak dilakukan di Amerika. Dengan MRM, seluruh payudara
akan diangkat beserta simpul limfe di bawah ketiak, tetapi otot pectoral (mayor dan
minor) – otot penggantung payudara – masih tetap dipertahankan. Kulit dada dapat
diangkat dapat pula dipertahankan, Prosedur ini akan diikuti dengan rekonstruksi
payudara yang akan dilakukan oleh dokter bedah plastik.
MASTEKTOMI
Modified Radical Mastectomy
4. Mastektomi Radikal (Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal merupakan pengangkatan payudara ‘komplit’, termasuk puting.
Dokter juga akan mengangkat seluruh kulit payudara, otot dibawah payudara, serta
simpul limfe (getah bening). Karena mastektomi radikal ini tidak lebih efektif namun
merupakan bentuk mastektomi yang lebih ‘ekstrim’ , saat ini jarang dilakukan.
MASTEKTOMI
4. Mastektomi Parsial atau Segmental (Partial or Segmental Mastectomy)
Dokter dapat melakukan mastektomi parsial kepada wanita dengan kanker
payudara stadium I dan II. Mastektomi parsial merupakan breast-conserving therapy-
terapi penyelamatan payudara yang akan mengangkat bagian payudara dimana tumor
bersarang. Prosedur ini biasanya akan diikuti dengan terapi radiasi untuk mematikan
sel kanker pada jaringan payudara yang tersisa. Sinar X berkekuatan penuh akan
ditembakkan pada beberapa bagian jaringan payudara. Radiasi akan membunuh
kanker dan mencegahnya menyebar ke bagian tubuh yang lain.
MASTEKTOMI
Partial Mastectomy
5. Quandrantectomy
Tipe lain dari mastektomi parsial disebut quadrantectomy. Pada prosedur ini,
dokter akan mengangkat tumor dan lebih banyak jaringan payudara dibandingkan
dengan lumpektomi.
MASTEKTOMI
Quandrantectomy
Mastektomi tipe ini akan mengangkat seperempat bagian payudara, termasuk kulit dan
jaringan konektif (breast fascia). Cairan berwarna biru disuntikkan untuk
mengidentifikasi simpul limfe yang mengandung sel kanker.
6. Lumpectomy atau sayatan lebar,
Merupakan pembedahan untuk mengangkat tumor payudara dan sedikit jaringan
normal di sekitarnya. Lumpektomi (lumpectomy) hanya mengangkat tumor dan sedikit
area bebas kanker di jaringan payudara di sekitar tumor. Jika sel kanker ditemukan di
kemudian hari, dokter akan mengangkat lebih banyak jaringan. Prosedur ini disebuat
re-excision (terjemahan : pengirisan/penyayatan kembali).
MASTEKTOMI
Lumpectomy
7. Excisional Biopsy
Biopsi dengan sayatan juga mengangkat tumor payudara dan sedikit jaringan
normal di sekitarnya. Kadang, pembedahan lanjutan tidak diperlukan jika biopsy dengan
sayatan ini berhasil mengangkat seluruh tumor.
MASTEKTOMI
Excisional Biopsy
B. INDIKASI OPERASI MASTEKTOMI
Kanker payudara stadium dini (I,II)
Kanker payudara stadium lanjut lokal dengan persyaratan tertentu
Keganasan jaringan lunak pada payudara.
C. KONTRA INDIKASI OPERASI MASTEKTOMI
Tumor melekat dinding dada
Edema lengan
Nodul satelit yang luas
Mastitis inflamatoar
D. PERSIAPAN PERIOPERATIF MASTEKTOMI
1. Fase Preoperatif Mastektomi
Fase preoperatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi dan diakhiri
ketika pasien dikirim ke kamar operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu
tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien. Wawancara praoperatif
dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang diberikan dalam pembedahan
a. Pengkajian :
Identitas pasien
Tanda-tanad vital
Riwayat penyakit : alergi, penyakit paru (asma, PPOM, TB paru), penggunaan narkoba,
alkoholisme, menggunakan obat seperti kortikosteroid dan obat jantung
Riwayat kesehatan keluarga : DM. Hipertensi
Status nutrisi : BB, puasa, tinggi badan
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Ada tidaknya gigi palsu, pemakaian lensa kontak, atau cat kuku dan implan prosthesis
lainnya
Pencukuran daerha operasi
Kolaborasi dengan dokter anestesi tentang pemberian jenis anestesi dan pemakaian
obat anestesi yang akan dilakukan
Pemeriksaan penunjung : rontgen, EKG, pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, faal
hepar, faa ginjal, masa pembekuan darah), biopsi, pemeriksaan gula darah
Informed consent
Penentuan status ASA
Diagnosa keperawatan pre operasi Mastektomi
Cemas berhubungan dengan krisis situasional
Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi
Rencana Keperawatan pre operatif Mastektomi : DIAGNOSA KEP. NOC NIC
Cemas berhubungan
dengan perubahan
status kesehatan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selama..... pasienmenunjukan anxiety
control dengan kriteria hasil:
· pasien kooperatif
· Mampu mengidentifikasikan cemas
dengan bahasa tubuh yang tenang· Vital sign dbn
Anxiety reduction :
· Tenangkan pasien
· Jelaskan seluruh
prosedurt tindakan
kepada pasien dan
perasaan yang mungkin
muncul pada saat
melakukan tindakan
· Berusaha memahami
keadaan pasien
· Berikan informasi tentang
diagnosa, prognosis dan
tindakan
· Mendampingi pasien
untuk mengurangi
kecemasan dan
meningkatkan
kenyamanan
· Dorong pasien untuk
zmenyampaikan tentang
isi perasaannya
· Kaji tingkat kecemasan
· Dengarkan dengan
penuh perhatian
· Ciptakan hubungan
saling percaya
· Bantu pasien
menjelaskan keadaan
yang bisa menimbulkan
kecemasan
· Bantu pasien untuk
mengungkapkan hal hal
yang membuat cemas
· Ajarkan pasien teknik
relaksasi
· Berikan obat obat yang
mengurangi cemas
Kurang pengetahuan
tentang penyakit,
perawatan,pengobatankurang paparan terhadap informasi
Setelah dilakukanasuhan
keperawatan selama......,
pengetahuan klien meningkat dengan
kriteria hasil
Klien mampu menjelaskan kembali
apa yang dijelaskan
Klien kooperative saat dilakukan
tindakan
Teaching : Dissease
Process
- Kaji tingkat pengetahuan
klien dan keluarga tentang
proses penyakit
-Jelaskan tentang
patofisiologi penyakit,
tanda dan gejala serta
penyebabnya
-Sediakan informasi tentang
kondisi klien
-Berikan informasi tentang
perkembangan klien
-Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang
dan atau kontrol proses
penyakit
-Jelaskan alasan
dilaksanakannya tindakan
atau terapi
-Gambarkan komplikasi
yang mungkin terjadi
-Anjurkan klien untuk
mencegah efek samping
dari penyakit
-Gali sumber-sumber atau
dukungan yang ada-Anjurkan klien untuk
melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas kesehatan
Nyeri akut b.d agen injuri biologi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x pertemuan
nyeri klien berkurang dengan kriteria
hasil:
Nyeri terkontrol
Klien menggunakan teknik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri Tanda vital dalam rentang normal
Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi
Monitor vital sign
Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri
Ajarkan teknikrelaksasi nafas dalam
untuk mengurangi nyeri
2. Fase Intraoperatif Mastektomi
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.
Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4 hal, yaitu :
a. Safety Management (Pengaturan posisi pasien)
Faktor penting yang harus diperhatikan ketika mengatur posisi di ruang operasi
adalah: daerah operasi, usia, berat badan pasien, tipe anastesidan nyeri. Posisi yang
diberikan tidak boleh mengganggu sirkulasi, respirasi, tidak melakukan penekanan yang
berlebihan pada kulit dan tidak menutupi daerah atau medan operasi.
- Kesejajaran fungsional maksudnya adalah memberikan posisi yang tepat selama
operasi. Operasi yang berbeda akan membutuhkan posisi yang berbeda pula supine
- Pemajanan area pembedahan maksudnya adalah daerah mana yang akan dilakukan
tindakan pembedahan. Dengan pengetahuan tentang hal ini perawat dapat
mempersiapkan daerah operasi dengan teknik drapping
- Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
dengan tujuan untuk mempermudah proses pembedahan juga sebagai bentuk jaminan
keselamatan pasien dengan memberikan posisi fisiologis dan mencegah terjadinya
injury.
- Memasang alat grounding ke pasien
- Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien untuk menenagkan pasien
selama operasi sehingga pasien kooperatif.
- Memastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan telah siap seperti : cairan infus,
oksigen, jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat.
b. Monitoring Fisiologis
- Melakukan balance cairan
- Memantau kondisi cardiopulmonal meliputi fungsi pernafasan, nadi, tekanan
darah, frekuensi denyut jantung, saturasi oksigen, perdarahan dll.
- Pemantauan terhadap perubahan vital sign
c. Monitoring Psikologis
- Memberikan dukungan emosional pada pasien
- Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi
- Mengkaji status emosional klien
- Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan (jika ada perubahan)
d. Pengaturan dan koordinasi Nursing Care
- Memanage keamanan fisik pasien
- Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis
Obat-obat anestesi :
1. Obat-obat premedikasi
SA 0,001-0,002 mg/KgBB
Midazolam 0,1-0,2 mg/KgBB
Fentanyl 1-2 mcg/KgBB
Pethidin 1 mg/KgBB
2. Obat antiemetik
Ondansetron 4mg/2mL
Sotatic 10mg/2 mL
3. Obat induksi
Propofol 1,5-2,5 mg/Kg/BB
4. Obat musculorelaksan
Recorium bromide 0,5-1 mg/Kg/BB
Sucynil Colin 1 mg/KgBB
Roculax 0,5-1 mg/KgBB
5. Obat emergency
Adrenalin injeksi
Epidrin injeksi
Dexamethason injeksi
Aminophilin injeksi
6. Obat analgetik
Ketorolac 30 mg/ 1 mL
Torasix 30mg/1 mL
7. Oat antidotum
Prostigmin dan narkan
8. Cairan yang diperlukan
Kristaloid seperto ringer laktat, aquadest 25 CC untuk larutan obat, assering
Koloid seperti fimahest atau gelofusion
MASTEKTOMI
Prosedur Operasi Mastektomi
Secara singkat tekhnik operasi dari mastektomi radikal modifikasi dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Penderita dalam general anaesthesia, lengan ipsilateral dengan yang dioperasi
diposisikan abduksi 900, pundak ipsilateral dengan yang dioperasi diganjal bantal tipis.
2. Desinfeksi lapangan operasi, bagian atas sampai dengan pertengahan leher, bagian
bawah sampai dengan umbilikus, bagian medial sampai pertengahan mammma
kontralateral, bagian lateral sampai dengan tepi lateral skapula. Lengan atas
didesinfeksi melingkar sampai dengan siku kemudian dibungkus dengan doek steril
dilanjutkan dengan mempersempit lapangan operasi dengan doek steril
3. Bila didapatkan ulkus pada tumor payudara, maka ulkus harus ditutup dengan kasa
steril tebal ( buick gaas) dan dijahit melingkar.
4. Dilakukan insisi (macam –macam insisi adalah Stewart, Orr, Willy Meyer, Halsted, insisi
S) dimana garis insisi paling tidak berjarak 2 cm dari tepi tumor, kemudian dibuat flap.
5. Flap atas sampai dibawah klavikula, flap medial sampai parasternal ipsilateral, flap
bawah sampai inframammary fold, flap lateral sampai tepi anterior m. Latissimus dorsi
dan mengidentifikasi vasa dan. N. Thoracalis dorsalis
6. Mastektomi dimulai dari bagian medial menuju lateral sambil merawat perdarahan,
terutama cabang pembuluh darah interkostal di daerah parasternal. Pada saat sampai
pada tepi lateral m.pektoralis mayor dengan bantuan haak jaringan maamma
dilepaskan dari m. Pektoralis minor dan serratus anterior (mastektomi simpel). Pada
mastektomi radikal otot pektoralis sudah mulai
7. Diseksi aksila dimulai dengan mencari adanya pembesaran KGB aksila Level I (lateral
m. pektoralis minor), Level II (di belakang m. Pektoralis minor) dan level III ( medial m.
pektoralis minor). Diseksi jangan lebih tinggi pada daerah vasa aksilaris, karena dapat
mengakibatkan edema lengan. Vena-vena yang menuju ke jaringan mamma diligasi.
Selanjutnya mengidentifikasi vasa dan n. Thoracalis longus, dan thoracalis dorsalis,
interkostobrachialis. KGB internerural selanjutnya didiseksi dan akhirnya jaringan
mamma dan KGB aksila terlepas sebagai satu kesatuan (en bloc)
8. Lapangan operasi dicuci dengan larutan sublimat dan Nacl 0,9%.
9. Semua alat-alat yang dipakai saat operasi diganti dengan set baru, begitu juga dengan
handschoen operator, asisten dan instrumen serta doek sterilnya.
10. Evaluasi ulang sumber perdarahan
11. Dipasang 2 buah drain, drain yang besar ( redon no. 14) diletakkan dibawah vasa
aksilaris, sedang drain yang lebih kecil ( no.12) diarahkan ke medial.
12. Luka operasi ditutup lapais demi lapis
Komplikasi operasi Mastektomi
Dini :
- pendarahan,
DIAGNOSA KEP. NOC NIC
Pola nafas tidak
efektif
berhubungan
dengan penurunan
tekanan inspirasi
dan ekspirasi
karena pemberian
agent anastesi.
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selama..... pasienmenunjuk
an respiration
control dengan kriteria hasil:
· Jalan nafas adequat
· Suara nafas vesikuler· Saturasi O2 dbn
Airway and breathing management :
· Monitor ventilasi (jalan dan suara nafas)
· Lakukan management ventilasi dengan head tilt
chin leaf / jaw trust positioning
· Pasang alat bantu nafas : mouth
airway/orofaringeal tube, ET, LMA
· Monitor keakuratan fungsi ET, LMA
· Lakukan assisted respiration· Monitor vital sign dan saturasi O2 secara periodik
Resiko infeksi
berhubungan
dengan
pembedahan,
prosedur invasif
dan truma jaringan.
Setelah dilakukanasuhan
keperawatan selama......,
menunjukkan infection
protection, enviroment, host
and agent control dengan
kriteria hasil
· Terkendalinya nfection
control
· Luka dan keadaan sekitar
bersih
Infection control management
· Kendalikan prosedur masuk kamar operasi
untuk pasien maupun petugas
· Batasi jumlah personil di kamar operasi
· Kendalikan sterilitas ruangan dan peralatan
yang dipakai
· Lakukan cuci tangan bedah, pemakaian jas
operasi, pemakaian sarung tangan dan duk
operasi sesuai prosedur.
· Terapkan prosedur septik aseptik.
· Lakukan penutupan luka sesuai prosedur
· Kolaborasi pemberian antibiotik· Environment kontrol
Resiko cidera
berhubungan
dengan anastesi
dan pembedahan.
Setelah dilakukanasuhan
keperawatan
selama......menunjukkan
injury neuromuscular
protection dengan kriteria
hasil :
· Tidak terjadi luka baru
diluar organ target· Instrument terhitung
lengkap sebelum dan sesudah operasi.
Injury control management
· Anatomis dan imobil position
· Pasang groundit kouter dengan benar
· Melakukan tindakan anastesi sesuai dengan
prosedur
· Memasang alat bantu pernafasan sesuai dengan
prosedur
· Hindari manipulasi jaringan berlebihan
· Penggunaan instrument yang tepat dan benar· Perhitungan jumlah instrument sebelum dan
sesudah operasi yang
- lesi n. Thoracalis longus wing scapula
- Lesi n. Thoracalis dorsalis.
Lambat : - infeksi
- nekrosis flap
- wound dehiscence
- seroma
- edema lengan
- kontrakturkekakuan sendi bahu
Mortalitas
hampir tidak ada
Diagnosa Keperawatan intra operatis yang sering muncul Mastektomi :
- Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan tekanan inspirasi danekspirasi
karena pemberian agent anastesi.
- Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, prosedur invasif dan truma jaringan.
- Resiko cidera berhubungan dengan anastesi dan pembedahan.
Rencana Keperawatan intra operatif Mastektomi :
MASTEKTOMI
3. Fase Post operastif Mastektomi
a. Fase pasca anesthesia.
Setelah dilakukan mastektomi, penderita dipindah ke ruang pemulihan disertai dengan
oleh ahli anesthesia dan staf profesional lainnya.
1) Mempertahankan ventilasi pulmoner.
Menghindari terjadiya obstruksi pada periode anestesi pada saluran pernafasan,
diakibatkan penyumbatan oleh lidah yang jatuh, kebelakang dan tumpukan sekret,
lendir yang terkumpul dalam faring trakea atau bronkhial ini dapat dicegah dengan
posisi yang tepat dengan posisi miring/setengah telungkup dengan kepala
ditengadahkan bila klien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak atau lendir, harus
dilakukan penghisapan dengan suction.
2) Mempertahankan sirkulasi
Pada saat klien sadar, baik dan stabil, maka posisi tidur diatur ”semi fowler” untuk
mengurangi oozing venous (keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah halus)
lengan diangkat untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya udema, semua
masalah ini gangguan rasa nyaman (nyeri) akibat dari sayatan luka operasi merupakan
hal yang pailing sering terjadi
3) Masalah psikologis.
Payudara merupakan alat vital seseorang ibu dan wanita, kelainan atau kehilangan
akibat operasi payudara sangat terasa oleh pasien,haknya seperti dirampas sebagai
wanita normal, ada rasa kehilangan tentang hubungannya dengan ssuami, dan
hilangnya daya tarik serta serta pengaruh terhadap anak dari segi menyusui.
4) Mobilisasi fisik.
Pada pasien pasca mastektomi perlu adanya latihan-latihan untuk mencegah atropi
otot-otot kekakuan dan kontraktur sendi bahu, untuk mencegah kelainan bentuk
(diformity) lainnya, maka latihan harus seimbang dengan menggunakan secara
bersamaan.
b. Perawatan post mastektomi
1) Pemasangan plester /hipafik
Dalam hal ini pemasangan plester pada operasi mastektomi hendaknya diperhatikan
arah tarikan-tarikan kulit (langer line) agar tidak melawan gerakkan-gerakkan alamiah,
sehingga pasien dengan rileks menggerakkan sendi bahu tanpa hambatan dan tidak
nyeri untuk itu perlu diperhatikan cara meletakkan kasa pada luka operasi dan cara
melakukan fiksasi plester pada dinding dada.
Plester medial melewati garis midsternal
Plester posterior melewati garis axillaris line/garis ketiak
Plester posterior(belakang) melewati garis axillaris posterior.
Plester superior tidak melewati clavicula
Plester inferior harus melewati lubang drain
Untuk dibawah klavicula ujug hifavik dipotong miring seperti memotong baju dan
dipasang miring dibawah ketiak sehingga tidak mengangu grakkan tangan.
2) Perawatan pada luka eksisi tumor.
Bila dikerjakan tumorektomi,pakai hipafik ukuran 10 cm yang dibuat seperti BH
sehingga menyangga payudara .
3) Klien yang dikerjakan transplantasi kulit kalau kasa penutup luka basah dengan darah
atau serum harus segera diganti, tetapi bola penutup (thiersch) tidak boleh dibuka.
4) Pemberian injeksi dan pengambilan darah.
5) Pengukuran tensi
Diagnosa keperawatan post operasi yang sering muncul Mastektomi : :
- Resiko aspirasi berhubungan dengan status kesadaran, reflek menelan belum optimal
karena pemakaian obat anastesi
- Resiko cidera berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien
Rencana intervensi keperawatan post operasi Mastektomi : DIAGNOSA KEP. NOC NIC
Resiko aspirasi berhubungan dengan status kesadaran, reflek menelan belum optimal karena pemakaian obat anastesi
Setelah dilakukanasuhan
keperawatan selama......,
menunjukkan control
dengan kriteria hasil
· Airway terkontrol dan
adequat
· Reflek menelan efektif
Aspiration Precaution :
· Monitor tingkat kesadaran dan reflek
menelan
· Monitor status airway dan bebaskan airway
· Lakukan suctioning jika perlu
· Posisikan supinasi atau posisi SIM pada
operasi jalan nafas
Resiko cidera berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien
Setelah dilakukanasuhan
keperawatan selama......,
menunjukkan risk control
dengan kriteria hasil
· Pasien terbebas dari cidera· Pasien komunikatif dan
kooperatif
Environment Management :
· Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
· Posisikan tidur sesuai instruksi medis /
anastesi
· Memasang side trail tempat tidur
· Hindari dari perabot yang berbahaya
· Kaji tingkat kesadaran
· Dampingi selama pasien belum sadar penuh
· Lindungi arah gerakan dan jangan lawan
gerakan pasien
· Rangsang kesadaran pasien ke Compos
Mentis· Alat invasif terkontrol
DAFTAR PUSTAKA
Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification (NIC). St.
Louis :Mosby Year-Book.
Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby Year-
Book
Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi
10.Jakarta:EGC
Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4.
Jakarta. EGC
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat. R (1997), Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta
Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,
NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd
ASKEP MASTEKTOMIMASTEKTOMI
Mastektomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat
payudara.di masa lalu, mastektomi radikal dengan pengangkatan seluruh
payudara merupakan penanganan standar kanker payudara.namun
kemajuan medis selama 20 tahun terakhir ini telah memberi lebih banyak
pilihan bagi wanita penderita kanker payudara. Salah satu pilihan tersebut
bernama breast-conservingtherapy ( BCT) atau terapi penyelamatan
payudara. Pilihan ini akan membawa wanita untuk dapat memilih prosedur
yang lebih mengarah pada pencapaian efektifitas penanganan.]
Pilihan pengobatan untuk kanker payudara tergantung pada tipe,
ukuran, dan lokasi tumor, juga karakteristik klinis ( derajat ). Terapi dapat
termasuk intervensi bedah dengan/tanpa radiasi, kemoterapi dan terapi
hormone.penggunaan transplantasi sum-sum tulang masih dalam penelitian.
Tipe mastektomi dan penanganan kanker payudara bergantung pada
beberapa factor meliputi :
Usia
Kesehatan secara menyeluruh
Status menopause
Dimensi tumor
Tahapan tumor dan seberapa luas penyebarannya
Stadium tumor dan keganasannya
Status reseptor homon tumor
Penyebaran tumor telah mencapai simpul limfe atau belum
Tipe pembedahan secara umum dikelompokkan kedalam tiga
kategori : mastektomi radikal, mastektomi total dan prosedur yang lebih
terbatas ( contoh segmental, lumpektomi ).
1. Mastektomi preventif ( preventife mastectomy) disebut juga prophylactic
mastectomy.operasi ini dapat berupa total mastektomi dengan mengangkat
seluruh payudara dan putting atau berupa subcutaneous mastectomy
dimana seluruh payudara diangkat namun putting tetap dipertahankan .
2. Mastektomi total ( sederhana ) mengangkat semua jaringan payudara tetapi
semua atau kebanyakan nodus limfe dan otot dada tetap utuh.
3. Mastektomi radikal modifikasi mengangkat seluruh payudara , beberapa
atau semua nodus limfe dan kadang-kadang otot pektoralis minor.otot dada
mayor masih utuh.Mastektomi radikal ( halsted ) adalah prosedur yang
jarang dilakukan yaitu pengangkatan seluruh payudara, kulit, otot pektoralis
mayor dan minor, nodus limfe ketiak dan kadang-kadang nodus limfe
mamari internal atau supra klavikular.
4. Prosedur membatasi ( contoh : lumpektomi ) mungkin dilakukan pada pasien
rawat jalan yang hanya berupa tumor dan beberapa jaringan sekitarnya
diangkat. Lumpektomi dianggap tumor non-metastatik bila kurang dari 5 cm
ukurannya yang tidak melibatkan putting.prosedur meliputi dignostik
( menentukan tipe sel ) dan atau pengobatan bila dikombinasi dengan terapi
radiasi.
PERAWATAN PERIOPERATIF MASTEKTOMI
Pengkajian
Riwayat kesehatan mencakup suatu pengkajian tentang reaksi pasien
terhadap diagnosis dan kemampuannya untuk mengatasi situasi tersebut.
Pertanyaan yang berhubungan mencakup yang berikut :
Bagaimana pasien berespon terhadap diagnosis ?
Mekanisme koping apa yang pasien temukan paling membantu ?
Dukungan psikologis atau emosional apa yang ia gunakan ?
Apakah ada pasangan, anggota keluarga atau teman untuk membantunya
dalam membuat pilihan pengobatan ?
Bagian informasi mana yang paling penting yang pasien butuhkan ?
Apakah pasien mengalami ketidaknyamanan ?
PRA-OPERASI
Diagnose keperawatan pra operasi
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnose keperawatan yang sering
muncul sebagai berikut :
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian, ancaman konsep diri ,
perubahan gambaran diri , perubahan status kesehatan ditandai dengan :
Peningkatan tegangan ,ketakutan ,perasaan tak berdaya
Penurunan keyakinan diri
Focus pada diri sendiri, gelisah, rangsangan simpatis
Mengekspresikan masalah sehubungan dengan perubahan hidup potensial/
actual
Rencana tindakan / intervensi keperawatan
1. Yakinkan informasi pasien tentang diagnosis, harapan intervensi
pembedahan, dan terapi yang akan datang. Perhatikan adanya penolakan
atau ansietas ekstrem.
R/ memberikan dasar pengetahuan perawat untuk menguatkan kebutuhan
informasi dan membantu untuk mengidentifikasi pasien dengan ansietas
tinggi , dan kebutuhan perhatian khusus.
2. Jelaskan tujuan dan persiapan untuk tes diagnostic
R/ pemahaman jelas akan prosedur dan apa yang terjadi meningkatkan
perasaan control dan mengurangi ansietas.
3. Berikan lingkungan perhatian, keterbukaan, dan penerimaan juga privasi
untuk pasien/ orang terdekat.anjurkan bahwa orang terdekat ada kapanpun
diinginkan.
R/ waktu dan privasi diperlukan untuk memberikan dukungan, diskusi perasaan
tentang antisipasi kehilangan dan masalah lain.
4. Dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk mengekspresikan takut.
Beritahu pasien bahwa stress sehubungan dengan kanker payudara dapat
menetap selama beberapa bulan dan perlu mencari bantuan/ dukungan
R/ memberi kesempatan untuk mengidentifikasi dan memperjelas kesalahan
konsep dan menawarkan dukungan emosi
5. Kaji tersedianya dukungan pada pasien. Berikan informasi tentang sumber
komunitas bila ada. Dorong/ berikan kunjungan seorang wanita yang telah
sembuh dari mastektomi
R/ menjadi sumber yang membantu bila pasien siap. Kelompok sebaya yang
mengalami pengalaman serupa bertindak sebagai model peran dan
memberikan keyakinan terhadap pernyataan, harapan untuk sembuh/ masa
depan normal.
6. Diskusikan/ jelaskan peran rehabilitasi setalah pembedahan
R/ rehabilitasi adalah komponen terapi penting untuk memenuhi kebutuhan
fisik, sosial, emosional, dan vokasional sehingga pasien dapat mencapai
tingkat fisik dan fungsi emosi sebaik mungkin.
PASCA OPERASI
Diagnose keperawatan pasca operasi
1. Kerusakan integrasi kulit/ jaringan berhubungan dengan pengangkatan
bedah kulit/ jaringan ,perubahan sirkulasi, adanya edema,
drainase ,perubahan pada elastisitas kulit, sensasi, dekstrusi jaringan
( radiasi ) ditandai dengan adanya :
Kerusakan permukaan kulit
kerusakan lapisan kulit/ jaringan subkutan
2. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan ,trauma jaringan ,
interupsi saraf, diseksi otot. Ditandai dengan :
Keluhan kekakuan
Kebas pada area dada
Nyeri bahu/ lengan
Perubahan tonus otot
Focus pada diri sendiri
Distraksi/ melindungi bagian yang nyeri
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan biofisikal :
prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh, psikososial , masalah
tentang ketertarikan seksual ditandai dengan :
Perubahan actual pada struktur/ kontur tubuh
Menyatakan ketakutan penolakan oleh orang lain
Perubahan dalam lingkungan sosial
Perasaan negative terhadap tubuh
Selalu memikirkan tentang perubahan atau kehilangan
Tidak mau melihat tubuh
Tidak berpartisipasi dalam terapi
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular ,
nyeri / ketidaknyamanan , pembentukan edema ditandai dengan :
Menolak untuk bergerak
Membatasi rentang gerak
Penurunan massa otot / kekuatan
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis ,dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan/ mengingat, salah interpretasi/
informasi ditandai dengan :
Pertanyaan/ permintaan informasi
Pernyataan salah konsepsi
Tidak akurat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah
Tindakan / intervensi keperawatan
NDx. 1
1. Kaji balutan /luka untuk karakteristik drainase. Awasi jumlah edema ,
kemerahan dan nyeri pada insisi dan lengan
R/ penggunaan balutan tergantung luasnya pembedahan dan tipe penutupan
luka.drainase terjadi karena trauma prosedur dan manipulasi banyak
pembuluh darah dan limpatik pada area tersebut. Pengenalan dini adanya
infeksi dapat memampukan pengobatan dengan cepat
2. Tempatkan pada posisi semi fowler pada punggung atau sisi yang tak sakit
dengan lengan tinggi dan disokong dengan bantal
R/ membantu drainase cairan dengan gravitasi
3. Jangan melakukan pengukuran tekanan darah, menginjeksikan obat atau
memasukkan IV pada lengan yang sakit
R/ meningkatkan potensial kontriksi, infeksi dan limfedema pada sisi yang
sakit
4. Inspeksi donor/ sisi tandur ( bila dilakukan ) terhadap warna .pembentukan
lepuh. Perhatikan drainase dari sisi donor
R/ warna dipengaruhi adanya suplai sirkulasi .pembentukan lepuh memberikan
tempat pertumbuhan bakteri/ infeksi
5. Kosongkan drain luka secara periodic.cata jumlah dan karakteristik drainase
R/ akumulasi cairan drainase meningkatkan penyembuhan dan menurunkan
kerentanan terhadap infeksi
6. Dorong untuk menggunakan pakaian yang tidak sempit / ketat .beritahu
pasien untuk tidak menggunakan jam tangan atau perhiasan lain pada
tangan yang sakit
R/ menurunkan tekanan pada jaringan yang terkena ,yang dapat
memperbaiki sirkulasi/ penyembuhan
NDx.2
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas ( skala 0-10 ).
Perhatikan petunjuk verbal dan non- verbal
R/ membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan kebutuhan
untuk/ keefektifan analgesic. Jumlah jaringan, otot, dan system limfatik
diangkat dapat mempengaruhi jumlah nyeri yang dialami
2. Diskusikan sensasi masih adanya payudara normal
R/ memberikan keyakinan bahwa sensasi bukan imajinasi dan penghilangannya
dapat dilakukan
3. Bantu pasien menemukan posisi nyaman
R/ peninggian lengan, ukuran baju dan adanya drain mempengaruhi
kemampuan pasien untuk rileks dan istirahat secara efektif
4. Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas terapeutik. Dorong
ambulasi dini dan penggunaan tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi,
sentuhan terapeutik
R/ meningkatkan relaksasi, membantu untuk memfokuskan perhatian, dapat
meningkatkan kemampuan koping
5. Tekan/ sokong dada saat latihan batuk/ napas dalam
R/ memudahkan partisipasi pada aktivitas tanpa timbul ketidaknyamanan
6. Berikan obat nyeri yang tepat pada jadwal yang teratur sebelum nyeri berat
dan sebelum aktivitas dijadwalkan
R/ mempertahankan tingkat kenyamanan dan memungkinkan pasien untuk
latihan lengan dan untuk ambulasi tanpa nyeri yang menyertai upaya
tersebut
NDx.3
1. Dorong pertanyaan tentang situasi saat ini dan harapan yang akan
datang.berikan dukungan emosional bila balutan bedah diangkat
R/ kehilangan payudara menyebabkan reaksi, termasuk perasaan perubahan
gambaran diri, takut jaringan parut, dan takut reaksi pasien terhadap
perubahan tubuh
2. Identifikasi masalah peran sebagai wanita, istri, ibu, wanita karir, dsb
R/ dapat menyatakan bagaimana pandangan diri pasien telah berubah
3. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan missal; marah,
bermusuhan dan berduka.
R/ kehilangan bagian tubuh, hilangnya bagian tubuh, dan menerima kehilangan
hasrat seksual menambah proses kehilangan yang membutuhkan
penerimaan sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa depan.
4. Diskusikan tanda/ gejala depresi dengan pasien/ orang terdekat
R/ reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan ini dikenali dan di
ukur
5. Berikan penguatan positif untuk peningkatan / perbaikan dan partisipasi
perawatan diri / program pengobatan.
R/ mendorong kelanjutan prilaku sehat
6. Kaji ulang kemungkinan untuk bedah rekonstruksi dan atau pemakaian
prostetik
R/ bila mungkin, rekonstruksi memberikan sedikit penampilan tak lengkap,
variasi pada lipatan kulit dapat dilakukan untuk memudahkan proses
rekonstruksi selanjutnya.
7. Yakinkan perasaan/ masalah pasangan sehubungan dengan aspek seksual
dan memberikan informasi dan dukungan
R/ respon negative yang diarahkan pada –pasien dapat secara actual
menyatakan masalah pasangan tentang rasa sedih pasien ,takut kanker/
kematian
8. Diskusikan dan rujukan ke kelompok pendukung ( bila ada ) untuk orang
terdekat
R/ memberikan tempat untuk pertukaran masalah dan perasaan dengan orang
lain yang mengalami pengalaman yang sama dan mengidentifikasi cara
orang terdekat dapat memudahkan penyembuhan pasien
9. Berikan prosthesis sementara yang halus bila diindikasikan
R/ prosthesis nilon dan dakron dapat dipakai pada bra sampai insisi sembuh
bila bedah rekonstruksi tidak dilakukan pada waktu mastektomi.ini
meningkatkan penerimaan sosial dan memungkinkan pasien untuk merasa
nyaman tentang gambaran tubuh pada waktu pulang
NDx.4
1. Tinggikan lengan yang sakit sesuai indikasi.
R/ meningkatkann aliran balik vena mengurangi kemungkinan limfedema.
2. Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
R/ menghemat energy pasien dan mencegah kelelahan
3. Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur
R/ pasien akan merasa tidak seimbang dan dapat memerlukan bantuan sampai
terbiasa terhadap perubahan
4. Tingkatkan latihan sesuai indikasi
R/ mencegah kekakuan sendi, meningkatkan sirkulasi dan mempertahankan
tonus otot bahu dan lengan
5. Diskusikan tipe latihan yang dilakukan dirumah untuk meningkatkan
kekuatan dan meningkatkan sirkulasi pada lengan yang sakit
R/ program latihan membutuhkan kesinambungan untuk meningkatkan fungsi
optimal sisi yang sakit
NDx.5
1. Kaji proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang akan datang
R/ memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi
2. Tunjukkan penggunaan kompres intermitten sesuai kebutuhan
R/ alat bantu pneumatic kadang-kadang membantu dalam penanganan
limfedema dengan meningkatkan sirkulasi dan aliran balik vena
3. Anjurkan pijatan lembut pada insisi yang sembuhdengan minyak
R/ merangsang sirkulasi meningkatkan elastisitas kulit dan menurunkan
ketidaknyamanan
4. Dorong pemeriksaan diri teratur pada payudara yang masihn ada
R/ mengidentifikasi perubahan jaringan payudara yang mengindikasikan
adanya / berulangnya tumor baru
5. Tekankan pentingnya evaluasi medic secara teratur
R/ pengobatan lain mungkin diperlukan sebagai terapi
tambahan .berulangnya keganasan tumor payudara juga dapat diidentifikasi
dan ditangani oleh onkologis
Diposkan oleh Kanrado's di 17.31Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
A. Konsep Teori Tentang Penyakit
1. Pengertian
Suatu keadaan di mana sel kehilangan kemampuannya dalam
mengendalikan kecepatan pembelahan dan
pertumbuhannya. Normalnya, sel yang mati sama dengan jumlah
sel yang tumbuh. Apabila sel tersebut sudah mengalami
malignansi/ keganasan atau bersifat kanker maka sel tersebut terus
menerus membelah tanpa memperhatikan kebutuhan, sehingga
membentuk tumor atau berkembang “tumbuh baru” tetapi tidak
semua yang tumbuh baru itu bersifat karsinogen.(Daniele gale
1996).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada
payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel
ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu
tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar
(metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi
pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang
belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-
paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40)
Karsinoma mammae adalah karsinoma yang berasal dari
parenkim, stroma, areola dan papilla mamma. (Lab. UPF Bedah
RSDS, 1984)
2. Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada
pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
a. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena pertumbuhan
lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada
sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
b. Masa reproduksi yang relatif panjang.
c. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.
d. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)
e. Wanita yang belum mempunyai anak
Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang sudah
punya anak.
f. Kehamilan dan menyusui
Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.
g. Wanita gemuk
Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
h. Preparat hormon estrogen
Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
i. Faktor genetik
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita yang ibunya
atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. (Erik T, 2005, hal : 43-46).
3. Tanda dan Gejala
Pada tahap awal kanker payudara, biasanya tidak merasakan sakit atau tidak ada tanda-tandanya
sama sekali. Namun, ketika tumor semakin membesar, gejala-gejala di bawah ini mungkin
muncul (Anita, 2007).
a. Benjolan yang tidak hilang atau permanen dan menggumpal, biasanya tidak sakit dan terasa
keras bila disentuh atau penebalan pada kulit payudara atau di sekitar ketiak.
b. Perubahan ukuran dan bentuk payudara.
c. Kerutan pada kulit payudara.
d. Keluar cairan tidak normal dari puting susu yang berupa nanah, darah, cairan encer atau keluar
air susu pada ibu tidak hamil atau tidak sedang menyusui.
e. Pembengkakan atau adanya tarikan pada puting susu.
4. Patofisiologi
Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung pada jaringan
payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia permulaannya. Penyakit payudara
ganas sebelum menopause berbeda dari penyakit payudara ganas sesudah masa menopause
(postmenopause). Respon dan prognosis penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit
berbahaya lainnya.
Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung reseptor yang
mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen.
Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara normal atau dalam jaringan dengan dysplasia.
Kehadiran tumor “Estrogen Receptor Assay (ERA)” pada jaringan lebih tinggi dari kanker-
kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan respon terhadap hormone
treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002,
hal : 1589)
5. Komplikasi
Komplikasi utama adalah metastase jaringan sekitarnya yang
melalui kelenjar limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain.
Tempat yang sering terjadi metastase adalah paruparu, pleura,
tulang dan hati.
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Michael D, dkk (2005), hal : 15-66 pemeriksaan penunjang untuk kanker payudara
meliputi :
a. Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara, hal ini
mendeteksi secara dini tumor atau kanker.
b. Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit dengan kista.
c. CT. Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
d. Sistologi biopsi aspirasi jarum halus
e. Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada
peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
7. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer, dkk (2002), hal : 1596 – 1600 penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk
penderita kanker payudara meliputi :
a. Pembedahan
1) Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari lumpektomi sampai
pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena).
2) Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral
otocpectoralis minor.
3) Mastektomi radikal yang dimodifikasi Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan
aksial
a) Mastektomi radikal Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi
aksial.
b) Mastektomi radikal yang diperluas Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar
limfe mamaria interna.
b. Non pembedahan
1) Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada
metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.
2) Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
3) Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi
adrenalektomi hipofisektomi.
B. Konsep Teori Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan suatu cara berpikir dan bertindak yang spesial (khusus)
dalam melakukan asuhan keperawatan. Dalam proses keperawatan, terdapat beberapa tindakan
yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain yaitu: assessment (pengkajian), diagnosis
(penentuan diagnosa), perencanaan hasil (planning: outcome), perencaan intervensi (planning:
intervention), pelaksanaan (implementation) dan evaluasi (evluation) (Wilkinson, 2007)
1. Pengkajian
Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan data subyektif
dari klien. Adapun data yang terkumpul mencakup klien, keluarga, masyarakat, lingkunagan,
atau kebudayaan. (mc. Forland & Mc. Farlane, 1997).
Pengkajian adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara sistematis,
meliputi fisik, psikologi, sosiokultural, spiritual, kognitif, kemampuan fungsional, perkembangan
ekonomi dan gaya hidup. Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara,
pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnostik, serta review
catatan sebelumnya.(Dongoes, 2000)
Menurut Rothrock (2000) pengkajian merupakan fase pertama dalam keperawatan yang
meliputi pengumpulan data dan organizing data. Pengumpulan data adalah alat utama pengkajian
awal pasien dan merupakan proses yang kontinyu untuk memperoleh informasi yang diperlukan
untuk memberikan asuhan keperawatan. Informasi aktual atau potensial dapat datang secara
langsung dari pasien, keluarga atau teman, rekam medik, atau tenaga kesehatan lain. Datanya
subyektif (apa yang dinyatakan klien), atau data obyektif apa yang dilihat, dicium, didengar, atau
disentuh oleh perawat.
Data diperoleh dengan wawancara, pemeriksaan fisik, atau dengan membaca laporan
(hasil rontgen, pemeriksaan laboratorium, catatan perkembangan atau konsultasi). Organisasi
data adalah pengorganisasian dan pengolahan informasi penting untuk membantu pengambilan
keputusan yang efesien.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan selama pengkajian antara lain :
1) Memahami secara keseluruhan situasi yang sedang dihadapi oleh klien dengan cara
memperhatikan kondisi fisik, psikologi, emosi, sosiokultural dan spiritual yang bisa
mempengaruhi status kesehatannya.
2) Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan masa lalu, saat ini bahkan sesuatu
yang berpotensi menjadi masalah bagi klien guna membuat suatu database yang lengkap. Data
yang terkumpul berasal dari perawat – klien selama berinteraksi dan sumber yang lain. (Gordon,
1987 ; 1994)
3) Memahami bahwa klien adalah sumber informasi primer.
4) Sumber informasi sekunder meliputi anggota keluarga, orang yang berperan penting dan catatan
kesehatan klien.
Metode pengumpulan data meliputi :
1) Melakukan wawancara (anamnesa)
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Pemeriksaan fisik
4) Mengumpulkan data penunjang hasil laboratorium dan diagnostik lain serta catatan kesehatan
(rekam medik).
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah analisa data yang telah dikumpulkan untuk
mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap
masalah aktual dan resiko tinggi.(Dongoes, 2000)
The North American Nursing Diagnosis Association(NANDA, 1992) mendefinisikan
diagnosa keperawatan semacam keputusan klinik yang mencakup klien, keluarga, dan respon
komunitas terhadap sesuatu yang berpotensi sebagai masalah kesehatan dalam kehidupannya.
Dalam membuat diagnosa keperawatan dibutuhkan ketrampilan klinik yang baik,
mencakup proses diagnosa keperawatan dan perumusan dalam pembuatan pernyataan
keperawatan. Tipe diagnosa nanda ada tiga yaitu :
1) diagnosa keperawatan aktual adalah proses respon manusia saat ini terhadap kondisi kesehatan
atau proses kehidupan yang didukung oleh sekelompok batasan karakteristik (tanda dan gejala)
dan termasuk faktor yang berhubungan (etiologi) yang mempunyai konstribusi terhadap
perkembangan atau pemeliharaan kesehatan.
2) Diagnosa keperawatan resiko adalah menunjukkan respon manusia yang dapat timbul pada
seseorang atau kelompok yang rentan dan ditunjang dengan faktor resiko yang memberi
konstribusi pada peningkatan kesehatan.
3) Diagnosa keperawatan kesejahteraan, adalah menguraikan respon manusia terhadap tingkat
kesehatan pada individu atau kelompok yang mempunyai potensi peningkatan derajat kesehatan
lebih tinggi.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah proses dua bagian yaitu :
Pertama : identifikasi tujuan dan hasil yang diinginkan dari pasien untuk memperbaiki masalah
kesehatan atau kebutuhan yang telah dikaji, hasil yang diharapkan harus spesifik, realistik, dapat
diukur, menunjukkan kerangka waktu yang pasti, mempertimbangkan keinginan dan sumber
pasien.
Kedua : Pemilihan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam mencapai
hasil yang diharapkan. (Dongoes, 2000)
a. NOC (Nursing Outcomes Classification)
NOC adalah ‘istilah’ standar untuk menggambarkan outcomes pasien.
Pengertian NOC: An outcome is “an individual, family or community state, behavior, or perception, that
is measured along a continuum in response to nursing intervention” (Moorhead, Johnson &
Maas, 2004, p. 25)
NOC (2004) terdiri dari 330 outcomes yang terbagi dalam tujuh domains (Moorhead, Johnson &
Maas, 2004):
1) Functional health
2) physiological health
3) psychosocial health
4) health knowledge and behavior
5) family health
6) perceived health
7) community health
Component of NOC (Moorhead, Johnson & Maas, 2004)
1) Label: the broadly state
2) A definition: concrete, observable, behaviors and states that can be used to evaluate patient
status
3) List of indicators
4) Measurement scale: a five-point measurement scale is used to evaluate patient staus on each
indicator
Cara menggunakan NOC adalah dengan membandingkan nilai status dari
setiap indicator sebelum dan setelah dilakukan intervensi
Contoh penulisan NOC:
Aggression self control
140110 Identify when angry (5: consistently demonstrated)
Penulisan secara tradisional
Kontrol diri terhadap agresi, ditandai dengan kemampuan mengidentifikasi kapan saat marah
(ditunjukkan secara konsisten)
b. NIC (Nursing Intervention Classification)
NIC merupakan klasifikasi intervensi keperawatan yang dibuat untuk menyeragamkan bahasa
intervensi yang dilakukan oleh perawat.
NIC edisi ke empat terdiri dari 514 intervention dan edisi ke lima (2008) terdiri dari 542 aktifitas
(mempunyai sekitar 12000 aktifitas) (Bulechek, Butcher, & Dochterman, 2008)
Domain of NIC (Bulechek, Butcher, & Dochterman, 2008)
1) Basic physiological
2) Complex physiological
3) Behavior
4) Safety
5) Family
6) Health system
7) Community
Komponen NIC, setiap NIC terdiri dari
1) Label
2) Definisi
3) Aktifitas
Cara menggunakan NIC adalah dengan memilih aktifitas yang tepat untuk mencapai outcome
yang diharapkan.
4. Implementasi
Menurut Dongoes (2000), Implementasi adalah melakukan tindakan dan mendokumentasikan
proses keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan.
Menurut (Wilkinson, 2007) Hal-hal yang dilakukan dalam implementasi yang bisa dilakukan
oleh perawat terdiri dari:
1) Do (melakukan), implementasi pelaksanaan kegiatan dibagi dalam beberapa kriteria yaitu:
a) Dependent interventions: dilaksanakan dengan mengikuti order dari pemberi perawatan
kesehatan lain
b) Collaborative (interdependent): interventions yang dilaksanakan dengan professional kesehatan
yang lain
c) Independent (autonomous) intervention: intervensi dilakukan dengan melakukan nursing
orders dan sering juga sering juga digabungkan dengan order dari medis
2) Delegate (mendelegasikan): pelaksanaan order bisa didelegasikan hanya saja ada beberapa
tanggung jawab yang perlu dicermati oleh pemberi delegasi yaitu apakah tugas tersebut tepat
untuk didelegasikan, apakah komunikasi tepat dilakukan dan apakah ada supervisi atau
pengecekan kerja
3) Record (mencatat), pencatatan bisa dilakukan dengan berbagai format tergantung pilihan dari
setiap institusi
5. Evaluasi
Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat
menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal (Alfaro-
LeFevre, 1994).
Kegiatan dalam fase evaluasi meliput evaluasi patient outcomes dan nursing process.
Evaluasi patient outcomes dilakukan dengan mereview indicator outcome. Evaluasi nursing
proses dilakukan dengan mereview fase assessment, diagnosis, planning: outcome, nursing order
dan implementation (Wilkinson, 2007)
Menurut Dongoes (2000), Evaluasi merupakan penentu kemajuan pasien terhadap
pencapaian hasil yang diharapkan dan respon terhadap keefektifan intervensi keperawatan.
Kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan kelima tahapan tersebut adalah saling
berhubungan dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Tahap-tahap ini secara bersama-sama membentuk
lingkaran pemikiran dan tindakan yang kontinyu.
C. Konsep Teori Tentang Asuhan Keperawatan Pada Kanker Payudara
1. Pengkajian
1) Data biografi /biodata
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain :
nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan
alamat.
2) Riwayat keluhan utama.
Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan
payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras,
bengkak, nyeri.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama .
4) Pengkajian fisik meliputi :
Keadaan umum
Tingkah laku
BB dan TB
Pengkajian head to toe
5) Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit
meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan
kreatinin.
Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin
meningkat.
6) Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma
mammae adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi,
diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon.
7) Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi :
a) Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan
pantangan, makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji
riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.
b) Eliminasi
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan
sesudah masuk RS.
c) Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah
sakit.
d) Personal hygiene
a. Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari
b. Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu
c. Dikaji sebelum dan pada saat di RS
8) Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spritual :
a) Status psikologis
Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien berharap
cepat sembuh, merasa asing tinggal di RS, merasa rendah diri,
mekanisme koping yang negatif.
b) Status social
Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi dengan
masyarakat lain.
c) Kegiatan keagamaan
Klien mengatakan kegiatan shalat 5 waktu berkurang.
9) Klasifikasi Data
Data pengkajian :
a) Data subyektif
Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga, mencakup
hal-hal sebagai berikut : klien mengatakan nyeri pada payudara,
sesak dan batuk, nafsu makan menurun, kebutuhan sehari-hari
dilayani di tempat tidur, harapan klien cepat sembuh, lemah,
riwayat menikah, riwayat keluarga.
b) Data obyektif
Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau
penunjang meliputi : asimetris payudara kiri dan kanan, nyeri tekan
pada payudara, hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.
10) Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan
pengembangan daya pikir yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan
yang sama dengan masalah yang didapat pada klien.
2. Diagnosa
1) Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.
3) Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
4) Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
5) Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
6) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya
berhubungan dengan kurangnya informasi.
7) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat.
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah pengembangan dari pencatatan
perencanaan perawatan untuk memenuhi kebutuhan klien yang
telah diketahui.
Pada perencanaan meliputi tujuan dengan kriteria hasil, intervensi,
rasional, implementasi dan evaluasi.
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya
penekanan massa tumor
Ditandai dengan :
DS : Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri
menjalar ke kanan.
DO : Klien nampak meringis, Klien nampak sesak, Nampak luka di
verban pada payudara sebelah kiri
Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria Hasil :
a) Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
b) Nyeri tekan tidak ada
c) Ekspresi wajah tenang
d) Luka sembuh dengan baik
Intervensi :
a) Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan
penyebaran.
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri
yang dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan
untuk intervensi selanjutnya.
b) Beri posisi yang menyenangkan. Rasional : Dapat mempengaruhi
kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara efektif dan dapat
mengurangi nyeri.
c) Anjurkan teknik relaksasi napas dalam. Rasional : Relaksasi napas
dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi O2
ke seluruh jaringan.
d) Ukur tanda-tanda vital Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital
dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri.
e) Penatalaksanaan pemberian analgetik Rasional : Analgetik dapat
memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri tidak
dipersepsikan.
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi
lengan/bahu.
Ditandai dengan :
DS : Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan., Klien mengeluh
badan terasa lemah. Klien tidak mau banyak bergerak.
DO : Klien tampak takut bergerak.
Tujuan : Klien dapat beraktivitas
Kriteria Hasil :
a) Klien dapat beraktivitas sehari – hari.
b) Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.
Intervensi :
3) Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
Ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan takut ditolak oleh orang lain. Ekspresi
wajah tampak murung. Tidak mau melihat tubuhnya.
DO : Klien tampak takut melihat anggota tubuhnya.
Tujuan : Kecemasan dapat berkurang.
Kriteria Hasil :
a) Klien tampak tenang
b) Mau berpartisipasi dalam program terapi
Intervensi :
a) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya. Rasional :
Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan,
sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa depannya.
b) Diskusikan tanda dan gejala depresi. Rasional : Reaksi umum
terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat dikenali dan diukur.
c) Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau
pemakaian prostetik. Rasional : Rekonstruksi memberikan sedikit
penampilan yang lengkap, mendekati normal.
4) Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
Ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya
DO : Klien jarang bicara dengan pasien lain, Klien nampak murung.
Tujuan : Klien dapat menerima keadaan dirinya.
Kriteria Hasil :
a) Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.
b) Klien dapat menerima efek pembedahan.
Intervensi :
a) Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien
terhadap penyakitnya. Rasional : membantu dalam memastikan
masalah untuk memulai proses pemecahan masalah
b) Tinjau ulang efek pembedahan Rasional : bimbingan antisipasi
dapat membantu pasien memulai proses adaptasi.
c) Berikan dukungan emosi klien. Rasional : klien bisa menerima
keadaan dirinya.
d) Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.
Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang
memperhatikannya.
5) Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
Ditandai dengan :
DS : Klien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi.
DO : Adanya balutan pada luka operasi, Terpasang drainase, Warna
drainase merah muda
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil :
a) Tidak ada tanda – tanda infeksi.
b) Luka dapat sembuh dengan sempurna.
Intervensi :
a) Kaji adanya tanda – tanda infeksi. Rasional : Untuk mengetahui
secara dini adanya tanda – tanda infeksi sehingga dapat segera
diberikan tindakan yang tepat.
b) Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur
tindakan. Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman
penyebab infeksi.
c) Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik. Rasional :
Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi.
d) Penatalaksanaan pemberian antibiotik. Rasional : Menghambat
perkembangan kuman sehingga tidak terjadi proses infeksi.
6) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta
pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Ditandai dengan :
DS : Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.
DO : Ekspresi wajah murung/bingung.
Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
a) Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya.
b) Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan
pengobatannya.
Intervensi :
a) Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan
harapan yang akan datang. Rasional : Memberikan pengetahuan
dasar, dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan
informasi, dan dapat berpartisipasi dalam program terapi.
b) Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan
dan pemasukan cairan yang adekuat. Rasional : Memberikan
nutrisi yang optimal dan mempertahankan volume sirkulasi untuk
mengingatkan regenerasi jaringan atau proses penyembuhan.
c) Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang
berat. Rasional : Mencegah membatasi kelelahan, meningkatkan
penyembuhan, dan meningkatkan perasaan sehat.
d) Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur pada payudara
yang masih ada. Anjurkan untuk Mammografi. Rasional :
Mengidentifikasi perubahan jaringan payudara yang
mengindikasikan terjadinya / berulangnya tumor baru.
7) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat
Ditandai dengan :
DS : Klien mengeluh nafsu makan menurun, Klien mengeluh lemah.
DO :Setengah porsi makan tidak dihabiskan, Klien nampak lemah,
Nampak terpasang cairan infus 32 tetes/menit, Hb 10,7 gr %.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
a) Nafsu makan meningkat
b) Klien tidak lemah
c) Hb normal (12 – 14 gr/dl)
Intervensi :
a) Kaji pola makan klien Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan
nutrisi klien dan merupakan asupan dalam tindakan selanjutnya.
b) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : dapat mengurangi rasa kebosanan dan memenuhi
kebutuhan nutrisi sedikit demi sedikit.
c) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi. Rasional
: agar menambah nafsu makan pada waktu makan.
d) Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau.
Rasional : sayuran yang berwarna hijau banyak mengandung zat
besi penambah tenaga.
e) Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien Rasional :
partisipasi keluarga dpat meningkatkan asupan nutrisi untuk
kebutuhan energi.
4. Implementasi
Merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang
harus diperhatikan ketika melakukan implementasi keperawatan adalah intervensi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal,
intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan efisien pada situasi yang tepat,
keamanan fisik dan psikollogi dilindungi dan didokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan
pelaporan (La Ode Jumadi Gaffar, Skp. ”Pengantar Keperawatan Profesional” : 65-66)
5. Evaluasi
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang
diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian
mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan perawat
mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.
D. Pathways Kanker PayudaraWanita yang belum punya anakMenarche usia muda kurang darPreparat hormon estrogenMasa reproduksi panjangFaktor genetik
ErTerpapar hormon estrogen lamaRiwayat kanker pada keluargaPenggunaan preparat lebih dari 5 tahunInfeksi virusBerfungsinya onkogenGangg. Mekanisme pengendalianMutasi gen pengendalian pertumbuhan tumor supresorPerubahan parenkhim sel payudara / mammaeGgn. harga diri
Jinak (epidermoid, sel besar adeno carsinoma) kohesif, pertumbuhan cepatGanas, kanker (sel kecil/ OAT cell) kurang kohesif, pertumbuhan lambatKurang pengetahuancemasPenekanan reseptor pada parenkhim payudara, prostaglanin, serotonin, bradikininKompetisi pemakaian nutrisi, rangsangan organ viseralMetastase hematogen/ lanRespon neuroendokrinMultiorgan failure sepsis
Peningkatan suhu tubuhmaladaptasi
Syok sepsisnyeri
Morbiditas & mortalitasResiko infeksiGangguan nutrisiKelemahan/ intoleranGgn. Mobilitas fisik
Gambar 1: Pathways keperawatan dengan kanker payudaramodifikasi (Erik T, 2005, hal : 43-46, Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. Identitas diri klien
Nama pasien : Ny “S”
Umur : 41 Th
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : sengerang, soplasari
No. RM : 273723
Diagnosa medis : Ca mammae
Tgl masuk RS : 18 Mei 2011
Tgl Pengkajian : 23 Mei 2011
II. Keluhan utama
Ibu mengatakan perutnya kembung, mual, tidak mau makan, sejak tadi pagi, payudara sebelah
kiri membesar, dan terasa sakit.
III. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan kondisi lemah, tidak mau makan sejak tadi pagi, pusing, mual, payudara
sebelah membesar dan terasa sakit.
IV. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tekanan darah : 140/80 mmHg Nadi : 84x/ menit
Suhu : 370C respirasi : 26x/menit
V. Pengkajian tiga belas Domain Nanda
1. Health promotion
DS : Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah masuk rumah sakit, klien mengatakan belum
paham tentang penyakitnya dan bertanya kenapa nyeri dan cepat membesar
DO : Keadaan umum sedang, kesadaran komposmentis, klien tampak meringis, terpasang infus.
2. Nutrisi
DS : Klien mengatakan setiap hari makan nasi, sayur dan lauk dengan minum air putih, terakhir
makanan yang dimakan adalah makanan yang diberikan dari Rumah Sakit, pasien mengaku
nafsu makannya kurang baik dan terasa mual, biasanya pasien makan tiga kali dalam sehari dan
minum tujuh gelas.
DO : Klien badannya agak kurus, warna kulit sawo matang, gerakan ekstremitas atas dan bawah
cepat kembali, kondisi kulit lembab, rambut tumbuh merata.
3. Eliminasi
DS : klien mengatakan BAB terakhir kemarin sore, dan saat BAB terasa sakit, tetapi setelah
diberikan obat bisa lebih baik dan terakhir BAK tadi pagi.
DO : Urine berwarna kuning jernih, tidak terpasang DC
4. Aktivitas/ Istirahat
DS : Pasien mengatakan tidur malam mulai pukul 19.30 WIB – 05.00 WIB. Pasien mengatakan tidak
bisa beraktivitas seperti biasa karena sakit dan terpasang infus.
DO : Tingkat ketergantungan klien pada level 3 (Di bantu orang lain). Nadi teraba teratur 84x/menit,
nafas terdengar pendek apabila sakit bertambah.
5. Persepsi/ kognisi
DS : Klien mengatakan tidak ada masalah dengan panca indra, pasien mengatakan bahwa saat ini
sedang sakit dan harus kuat menghadapi sakit yang dideritanya.
DO : Orientasi (waktu, tempat dan orang) baik, panca indra baik, kesadaran composmentis,
menggunakan bahasa jawa dan bahasa indonesia, kalimat mudah dimengerti.
6. Persepsi diri
DS : Klien mengatakan penyakit yang dideritanya sangat berpengaruh terhadap hidupnya dan
terancam kehilangan anggota tubuh sehingga tidak bisa beraktifitas sehari-hari secara maksimal,
klien mengatakan juga merasa malu dan rendah diridengan keadaannya.
DO : Ada kontak mata, klien gelisah dan tampak cemas sekali mengeluarkan air mata.
7. Peranan hubungan
DS : Klien mengatakan dirumah sebagai ibu rumah tangga, klien sering mengikuti acara keagamaan
dan juga bila waktu luang klien ngobrol-ngobrol dengan tetangga sekitarnya.
DO : Hubungan keluarga dan klien tampak baik, tampak selaluklien didampingi oleh keluarga dan
anak-anaknya.
8. Seksualitas
DS : Klien mengatakan menstruasi setiap sebulan sekali, pasien tidak pernah mengalami masalah
serius dengan menstruasinya. Klien biasa menggunakan alat kontasepsi oral (pil).
DO : -
9. Toleransi koping
DS : klien mengatakan sangat cemas dengan keadaan dirinya sekarang. Klien merasa dirinya tidak
berharga dan hanya menyusahkan keluarga klien, klen mengatakan keluarga sangat mendukung
kesembuhannya.
DO : kontak mata kurang, saat diajak bicara tampak gelisah dan bingung, sedih tampak pasrah, dan
sekali pasien tampak berdoa.
10. Prinsif hidup
DS : Pasien mengatakan agamanya islam, klien mengatakan sakit sekarang adalah cobaan agar bisa
berbenah diri, pasien akan berusaha semaksimal mungkin melawan cobaan yang deberikannya.
DO : Kontak mata kurang, terlihat pasien pasrah dan berdoa.
11. Keselamatan
DS : Klien mengatakan tidak mempunyai alergi makanan atau obat.
DO : Suhu : 370C, terpasang infus RL 20 tpm, dan sekali D5% 16 tpm.
12. Kenyamanan
DS : Klien mengatakan merasa ada yang mengganjal pada payudaranya bagian kiri, terasa nyeri,
nyeri sering muncul dengan lama 5-8 menit. Pasien mengatakan skala nyeri 4, merasa mual,
nyeri tetap terasa seperti tertusuk tusuk.
DO : tampak gelisah, kurang konsentrasi tampak meringis dan nampak nafas pendek terengah-engah,
kadang-kadang mual.
13. Pertumbuhan/ perkembangan
DS : -
DO : -
VI. Riwayat penanganan
A. Penanganan yang diberikan di Instalasi rawat Darurat (IRD)
DS : Tidak ada nafsu makan, perut kembung, nyeri pada payudara kiri.
DO : Ku sedang, kesadaran komposmentis, GCS E4 V3 M4, Suhu 380C, tekanan darah 140/80
mmHg, terapi : injeksi dolac 1 ampul, ranitidin 1 ampul, infus D5%
B. Penanganan yang diberikan dibangsal
Terapi : Injeksi ranitidin 2x1 ampul, ceftriaxone 2x1gr, dolac 2x1 ampul, infus RL 20 tpm, D5%
16 tpm, rencana operasi tunggu hasil
Hasil Pemeriksaan Laboraturium
Tanggal : 18 Mei 2011
Tabel 1. Hasil pemeriksaan laboratorium pada Ny. “S” dengan kanker payudara.
Jenis pemeriksaan Hasil Angka normal
GDS 69,2 mg% 60 – 120 mg%
HematologiBT 2 -
CT 4 -
GinjalUrine 13,8 mg% 10 – 50mg%
Creatinin 0,6 mg% 0,7 – 1,1mg%
Tanggal :23 Mei 2011
Tabel 2. Hasil pemeriksaan laboratorium pada Ny. “S” dengan kanker payudara
Jenis pemeriksaan Hasil Angka normal
HB 13,4 gr% 12 – 18 gr%
Leukosit 9800 /m3 4300 – 11.400/m3
KGD/BBS 28/50 -
Eos Bas Stab Seg Lim Mon
p
0 0 2 58 38 2
Hemogram
Kimia darahSGOT 16 µ/I 5 – 37 µ/I
SGPT 51 µ/I 5 – 41 µ/I
Ginjal
Urea 20,6 mg/dl 10 – 50 mg/dl
Creatinin 0,7 mg/dl 0,7 – 1,1 mg/dl
Glukosa 105,6 mg/dl 60 – 120 mg/dl
Infeksi Ca : tampak benjolan sebesar bola tenis, berbenjol-benjol 20x10x10 cm, papila retraksi
Palpasi Ca : NT (+) (-)\(-) (-)/(-)
VII.ANALISA DATA
Tabel 3. Analisa Data pada Ny. “S” dengan Kanker Payudara
No Data Etologi Masalah
1.
DS : Pasien mengatakan nyeri pada payudara sebelah kiri, nyeri berasa antara 5-8 menit, seperti tertusuk-tusuk, nyeri tetap.
DO : Massa berdiameter 20x10x10 Cm keluar keringan dingin, nyeri level 5, nadi 86x/menit, respirasi 24x/menit, tekanan darah 140/80 mmhg
Agen injuri : kimia ( proses tumor).
Nyeri akut
2.
DS : Pasien mengatakan sangat khawatir tentang penyakitnya dan takut apabila terjadi sampai yang membahayakan.
DO : Pasien tampak cemas, bingung, menunduk sambul menangis.
Status kesehatan Cemas
3.
: Pasien mengatakan malu dengan keadaan dirinya, mrasa tidak berguna karena keadaanya dan perubahan pada dirinya.
DO : Bingung, tampak cemas dan tampak malu.
Kerusakan fungsional Harga diri rendah
B. Prioritas masalah
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri, kimia (proses tumor) ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada payudara sebelah kiri, nyeri terasa antara 5-8 menit. Nyeri seperti
ditusuk-tusuk dan daerahnya tetap.massa berdiameter 20x10x10 mmHg
2. Cemas berhubungan dengan status kesehatan ditandai dengan pasien mengatakan snagat
khawatir tentang penyakitnya dan takut apabila terjadi yang membahayakan. Pasien tampak
cemas, bingung dan menangis.
3. Harga diri rendah kronis, berhubungan dengan kerusakan fungsional ditandai dengan pasien
mengatakan malu dengan keadaan dirinya, merasa tidak berguna karena keadaannya dan
perubahan pada dirinya, bingung tampak cemas, tampak malu.
C. PERENCANAAN
Nama pasien : Ny “S” Ruang :14
Dx : Ca Mammae No. Rm : 273723
Alamat : sengerong, septosari
Tabel 4. Perencanaan Keperawatan pada Ny. “S” dengan Kanker Payudara
No Hari/ Tgl/ JamDiagnosa
keperawatanNOC NIC
1 2 3 4 5
1. Senin, 23 Mei 2011
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri kimia (Proses tumor).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien menunjukkan
1) Melaporkan nyeri sudah terkontrol2) Menggunakan analgetik sesuai
dengan kebutuhan (4)3) Menggunakan metode non
analgetik untuk mengurangi nyeri (4)
4) Melaporkan nyeri sudah terkontrol5) Mengenali gejala-gejala nyeri (4)
1) Menejemen nyeri2) Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan3) Ajarkan tentang teknik non
farmakologi4) Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri5) Tingkatkan istirahat6) Kurangi faktor prespitasi.
1 2 3 4 5
Cemas berhubungan dengan status kesehatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien menunjukkan:
1) Monitor intensitas kecemasan (4)
2) Menggunakan strategi koping efektif (4)
3) Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan (4)
4) Mempertahankan penampilan peran (4)
5) Menggunakan sport sosial yang memungkinkan (4)
Pengurangan cemas1) Gunakan pendekatan yang
menenangkan2) Pahami perspektif pasien
terhadap situasi setres3) Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan mengurangi takut
4) Identifikasi tingkat kecemasan
5) Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Harga diri rendah berhubungan dengan kerusakan fungsional
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien menunjukkan
1) Body image (4)2) Sensory function (3)3) Memelihara kontak dengan
sumber komunitas yang tepat (4)
4) Mengenal kejadian (4)5) Kemampuan untuk
memvalidasi diri6) Penilaian diri yang akurat
Berbicara dengan pasien dengan lambat dan suara yang jelas
1) Memberikan reinforcementpositif kepada pasien
2) Instruksikan keluarga untuk mensport pasien
3) Memberikan arti hidup dan berguna bagi pasien.
D. CATATAN PERKEMBANGAN
Catatan Perkembangan hari I
Tabel 5. Catatan Perkembangan hari I pada Ny. “S” dengan Kanker Payudara.
NoHari/ Tgl/
jam
Diagnosa
keperawatanImplementasi Evaluasi
1.
Rabu, 25 Mei 201107.30 WIB
Nyeri akut berhubungan dengan injuri kimia (proses tumor)
08.30 WIB : memberikan analgetik09.00 WIB : mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam11.00 WIB : melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
S : Pasien mengatakan nyeri mulai berkurang
O : KU baik, analgetik, dulcolax 1 ampil, infus RL 20 tpm, TD 120/80 mmHg, Nadi 82x/menit, respirasi 22menit.
A : Maslah teratasi sebagian dengan kriteria hasil mempu mengenal nyeri (4)
P : lanjutkan intervensi1) Kolaborasi terapi2) Teknik nafas dalam
Cemas berhubungan dengan status kesehatan
08.20 WIB : Menganjurkan keluarga agar selalu mendampingi pasien11.30 WIB : Memotivasi pasien agar yakin dengan tindakan medis yang diberikan12.00 WIB :Menanyakan penyebab kecemasan pasien
S : Pasien mengaku cemas dan takut keadaan dirinya memburuk
O : Klien tampak gelisah, KU sedang, bingung, kurang konsentrasi.
A : masalah belum teratasiP : Lanjutkan intervensi
1) Menggunakan strategi koping affektif
2) Mempertahankan penampilan peran.Harga diri rendah berhubungan dengan kerusakan fungsional
08.30 WIB : memberikan dukungan bahwa klien sangat berarti bagi keluarga10.00 WIB :Menginstruksikan keluarga agar mensport klien
S : Pasien mengatakn bahwa dirinya sudah tidak ada gunanya
O : Bingung kurang konsentrasi , cemasA : Masalah belum teratasiP : lanjutkan intervensi1) Body image2) Penilaian diri yang akurat
Catatan Perkembangan Hari Ke II
Tabel 6. Catatan Perkembangan hari ke-II pada Ny. “S” dengan Kanker Payudara.
No Hari/ Tgl/
jam
Diagnosa
keperawatan
Implementasi Evaluasi
1. Kamis, 26 Mei 201101.00 WIB
Nyeri akut berhubungan dengan injuri kimia (proses tumor)
08.30 WIB : memberikan terapi nyeri10.00 WIB : mengevaluasi teknik relaksasi nafas dalam11.00 WIB : mengurangi faktor penyebab nyeri
S : pasien mengatakan nyeri mulai berkurang
O : KU sedang, tampak senang kesadaran komposmentis.
A : Masalah teratasi sebagianP : lanjutkan intervensi
Cemas berhubungan dengan status kesehatan
08.30 WIB : motivasi pasien agar tidak cemas10.00 WIB : mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam12,00 WIB : mendampingi klien dan memotivasi
S : pasien mengatakan cemas sudah mulai bisa dikurangi
O : Pasien tampak bisa berkonsentrasi, gelisah berkurang, nadi 82x/menit.
A : masalah teratasi sebagianP : motivasi klien, kesehatan klien dan
keluarga Lanjutkan intervensi .
Harga diri rendah berhubungan dengan kerusakan fungsional
08.30 WIB : Motivasi klien agartidak takut09.30 WIB : ajarkan pada keluarga10.00 Wib evaluasi klien dengan keluarga bahwa klien sangat berarti
S : Klien mengatakan dirinya tidak berharga
O : KU sedang, kesadaran composmentis, tampak gelisah , Nadi 82x/menit
masalah belum teratasiP : lanjutkan intervensi.
Catatan Perkembangan Hari Ke III
Tabel 7. Catatan Perkembangan hari ke-III pada Ny. “S” dengan Kanker Payudara.
NoHari/ Tgl/
jamDiagnosa
KeperawatanImplementasi Evaluasi
1.
Kamis, 26 Mei 2011 08.00 WIB
Nyeri akut berhubungan dengan injuri kimia (proses tumor)
08.30 WIB : memberikan terapi analgetik09.00 WIB : mengevaluasi teknik relaksasi nafas dalam 10.30 WIB : mengurangi kebisingan agar nyeri berkurang11.40 WIB : melakukan
S : Pasien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang
O : KU baik, analgetik dulcolax 1 ampul, infus Rl 20 tpm, TD 110/80 mmHg Nadi 80x/menit respirasi 22x/menit.
A : Masalah teratasi sebagian
pemeriksaan tanda-tanda vitalP : lanjutkan intervensi
Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
08.20 WIB : mengurangi faktor penyebab cemas09.00 WIB : mengajarkan teknik relaksasi nafas panjang11.00 WIB : memotivasi klien dan keluarga
S : Pasien mengatakan sudah mulai bisa tenang
O : KU sedang gelisah berkurang, respirasi 24x/menit, nadi 84x/menit
A : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensi
Harga diri rendah berhubungan dengan kerusakan fungsional
08.40 WIB : Memotivasi klien bahwaklien sangat berarti.10.00 WIB : memberikan penkes kepada keluarga agar memberikan semangat kepada klien13.00 WIB :Mengevaluasi keluarga agar mensport klien
S : klien mengatakan hidupnya sekarang sudah mulai berarti
O : KU sedang banyak kontak mata dan konsentrasi
A : masalah teratasi sebagianP : lanjutkan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan keperawatan pada Ny. “S” dengan Kanker Payudara dilaksanakan selama tiga
hari. Kasus ini diperoleh melalui tahap proses kepeawatan yang melalui lima tahap yaitu
Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi. Dimana proses
keperawatan merupakan metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan
mendiagnosa status kesehatan klien, menentukan intervensi, melaksanakan dan melakukan
evaluasi hasil asuhan keperawatan.
Pembahasan dilakukan untuk melakukan analisa secara ilmiah terhadapa asuhan
keperawatan yang dilaksanakan, serta menentukan kesenjangan antara teori dan fakta yang ada
sehingga tercermin suatu analisa antara pengalaman belajar dan teori yang ada dengan aplikasi
yang nyata pada saat studi kasus.
A. Pembahasan Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 23 Mei 2011 jam 09.30 WIB di Bangsal
Cempaka RSUD Wonosari. Data diperoleh penulis setelah melakukan wawancara dengan pasien
secara langsung dan melakukan wawancara tambahan kepada anak pasien, data yang lainnya
diperoleh dari status pasien dan perawat yang dinas di bangsal Cempaka. Data yang sifatnya
obyektif ditemukan penulis melalui observasi dan pemeriksaan langsung dengan
pasien. Terdapat data pasien mengatakan Saya sebelumnya belum pernah mengalami sakit
seperti ini dan bila ditekan terasa sakit pada payudara sebelah kiri dan payudara cepat membesar.
Rasa takut pun timbul.
1. Domain 1: Health Promotion
Pada domain ini di jelaskan dari riwayat penyakit. Pasien belum pernah mengalami sakit seperti
ini sebelumnya, dengan umurnya sekarang klien termasuk belum terlalu tua, pasien sudah sedikit
mengerti dengan penyakit yang di deritanya sekarang. Sehinga dalam pengkanjian domain ini
tidak ditemukan kesenjangan data.
2. Domain 2 : Nutrition
Dalam domain ini dikatakan bahwa pasien tidak ada masalah dalam nutrisinya.dilihat dari
keseharian pasien makan 3x sehari. Sehingga intake yang masuk cukup dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien. Walaupun pasien tidak menggunakan suplemen makanan dalam
memenuhi kebutuhan nutrisinya, nafsu makannya pun tidak mengalami perubahan. Sehingga
dalam pengkajian domain ini tidak di temukan kesenjangan data.
3. Domain 3: Eleminasi
Dalam domain ini dikatakan bahwa, pasien tidak mengalami kesulitan dalam BAB ataupun
BAK. Yang ditandai dengan pasien tidak menggunakan alat bantu untuk melakukan eleminasi.
Sehingga dalam pengkajian domain ini tidak ditemukan kesenjangan data.
4. Domain 4: Aktivity/Rest
Dalam domain ini, di temukan data yang menunjukan bahwa, dalam kemampuan untuk makan,
mandi, bepakaian, berhias, BAB dan BAK dilakukan dengan bantuan dari keluarga. Dalam
pemenuhan istirahat tidur, klien biasanya tidur 7 – 8 jam sehari. Pasien jarang bisa tidur kalau
siang hari tapi malam hari pasien bisa tidur dengan baik.
5. Domain 5: Perception cognition
Di domain ini menunjukan bahwa dalam dalam hal pengecapan, pendengaran, dan penglihatan
masih baik, tidak ada masalah dalam hal ini. Namun tedapat rasa nyeri yang timbul dari
payudara, yang terletak dari sebelah kiri. yang menunjukan derajat nyerinya 4. Sehingga dalam
pengkajian domain ini, tidak di temukan kesenjangan data.
6. Doamin 6 : Self-Perceotion
Dalam doamain ini, ditemukan data yang menunjukaan bahwa, pasien menyadari dirinya sakit,
dan butuh dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekatnya, seperti suami dan anaknya.
Namun rasa cemas pasien pun timbul karena mengingat keadaannya seperti sekarang. Selain itu
pasien juga merasa sakitnya sangat berpengaruh terhadap hidupnya dan terancam kehilangan
anggota tubuhnya, malu juga akan dirasakan pasien dengan keadaan yang dialami. Yang ditandai
dengan tampak gelisah, kontak mata kurang, murung, minder dan menangis. Sehingga dalam
domain ini ditemukan kesenjangan data yaitu harga diri rendah berhubungan dengan kerusakan
fungsional.
7. Domain 7: Peran dan Hubungan
Dalam domain ini menunjukan adanya peran dan hubungan yang cukup baik antara pasien
dengan keluarga dan Pasien-pasien yang lainnya.dan pasien pun merasa puas dengan peranya
sebagai seorang istri dan seorang ibu. dari hasil pengkajian diatas menunjukan tidak adanya
kesenjangan data
8. Domain 8 : Seksualitas
Dalam domain ini menunjukan, pasien tidak ada kecemasan terhadap sex. pasien menggunakan
KB Pil sebagai alat kontrasepsinya. Pasien sudah mempunyai anak 2. pasien merupakan seorang
istri dan seorang ibu, sehingga dalam pengkajian dalam domain ini tidak ditemukan kesenjangan
data.
9. Domain 9 : Coping/stress tolerance
Dalam pengkajian yang telah dilakukan dalam domain ini, dimana pasien menunjukan rasa takut
dengan keadaannya dan merasa dirinya tidak berarti. sehingga dalam domain ini menunjukan
adanya data senjang yaitu cemas berhubungan dengan status kesehatan.
10. Domain 10 : Prinsip Hidup
Di dalam domain ini menunjukan bahwa, pasien menganut agama islam, dan pasien yakin,
Tuhan pasti akan memberi jalan terbaik pada dirinya. Dan pasien akan berusaha melawan
cobaan tersebut. Sehingga dalam domain ini tidak ditemukannya kesenjangan data.
11. Domain 11: Safety/Protektion
Dalam domain ini tidak ditemukannya kesenjangan data, hal ini menunjukan pasien tidak adanya
luka, lecet, dan tidak adanya tanda gejala infeksi pada infus.
12. Domain 12: Kenyaman
Dalam domain ini menunjukan, adanya ketidaknyamanan pada pasien, diman pasien merasa
sakit pada payudara di sebelah kiri, dengan skala 4.nyeri tetap. Yang di tandai dengan wajah
pasien terlihat meringis menahan sakit, gelisah, dan kurang konsentrasi. Sehingga dalam domain
ini menunjukan adanya kesenjangan data yaitu nyeri akut berhubungnan dengan agen injuri
kimia.
13. Domain 13: pertumbuhan dan Perkembangan
Dalam domain ini tidak dilakukan pengkajian
Dengan melakukan pengkajian penulis menyimpulkan adanya faktor pendukung dan
penghambat,antara lain :
1. Faktor Pendukung
a. Pasien dan keluarga koperatif dan bersedia menjawab semua pertanyaan penulis
b. Adanya rekam medis atau status klien yang membantu penulis dalam melengkapi data.
2. Faktor penghambat
a. Penulis kesulitan dalam memahami teori NANDA.
B. Pembahasan Diagnosa Keperawatan
Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan analisa untuk menemukan masalah klien, dan
selanjutnya merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. “S“ dan didapatkan tiga diagnosa
keperawatan. Pembahasan perbandingan antara diagnosa keperawatan dalam dengan kasus pada
Ny.”S” adalah sebagai berikut.
Diagnosa yang muncul pada Ny “S” yang sesuai teori adalah :
4. Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri pada payudara sebelah kiri, nyeri terasa antara 5-8 menit. Nyeri seperti
ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 4.
5. Cemas
Pasien mengatakan sangat khawatir tentang penyakitnya dan takut apabila terjadi yang
membahayakan. Pasien tampak cemas, bingung dan menangis.
6. Harga diri rendah kronis,
pasien mengatakan malu dengan keadaan dirinya, merasa tidak berguna karena keadaannya dan
perubahan pada dirinya, tampak bingung tampak cemas, tampak malu.
C. Pembahasan Perencanaan Keperawatan
Tahap perencanaan asuhan keperawatan meliputi penentuan prioritas masalah,
menentukan tujuan dan menentukan rencana tindakan keperawatan. Penulis menggunakan
kebutuhan dasar manusia menurut Hierarki Maslow dan masalah yang mengancam kehidupan
atau keselamatan.
Perencanaan diagnosa keperawatan yang di susun penulis pada pasien Ny “S” sesuai dengan
NANDA (2005-2006). Prioritas yang akan dicapai adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri, kimia (proses tumor), penulis merencanakan 3x24
jam, tingkat nyeri dapat diturunkan atau di hilangkan, dengan indikator yang di
capai :melaporkan bahwa nyeri sudah berkurang, Melaporkan nyeri sudah terkontrol,
menggunakan analgetik sesuai dengan kebutuhan, menggunakan metode non analgetik untuk
mengurangi nyeri, melaporkan nyeri sudah terkontrol, mengenali gejala-gejala nyeri. Didalam
perencanaan penulis sudah merencanakan tindakan yang akan diambil antara lain : Manejemen
nyeri,, observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan, ajarkan tentang teknik non
farmakologi, berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, tingkatkan istirahat.
2. Cemas berhubungan dengan status kesehatan penulis merencanakan 3x24 jam, tingkat nyeri
dapat diturunkan atau di hilangkan, dengan indikator yang di capai : Monitor intensitas
kecemasan, menggunakan strategi koping efektif, menggunakan teknik relaksasi untuk
menurunkan kecemasan, mempertahankan penampilan peran, menggunakan sport sosial yang
memungkinkan. Didalam perencanaan penulis sudah merencanakan tindakan yang akan diambil
antara lain : Pengurangan cemas, Gunakan pendekatan yang menenangkan, Pahami perspektif
pasien terhadap situasi setres, Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
takut, Identifikasi tingkat kecemasan. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
3. Harga diri rendah kronis, berhubungan dengan kerusakan fungsional 3x24 jam, tingkat nyeri
dapat diturunkan atau di hilangkan, dengan indikator yang di capai : Body image, Sensory
function, Memelihara kontak dengan sumber komunitas yang tepat, Mengenal kejadian,
Kemampuan untuk memvalidasi diri, Penilaian diri yang akurat Didalam perencanaan penulis
sudah merencanakan tindakan yang akan diambil antara lain : Berbicara dengan pasien dengan
lambat dan suara yang jelas, Memberikan reinforcement positif kepada pasien, Instruksikan
keluarga untuk mensuport pasien , Memberikan arti hidup dan berguna bagi pasien.
D. Pembahasan Implementasi
Asuhan keperawatan pada Ny “S” dilakukan selama 3x24 jam mulai tanggal 23 Mei sampai 26
Mei 2011 di Bangsal Cempaka RSUD Wonosari.
Pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada dasarnya telah sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah di buat pada setiap diagnosa keperawatan dan secara garis besar
pelaksanaannya sudah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab. Penambahan dan
pengurangan tindakan yang dilaksankan penulis menyesuaikan dengan kondisi pasien. Penulis
juga melibatkan keluarga di dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan
harapan keluarga dapat merawat pasien secara mandiri.
Adapun pembahasan Implementasi adalah sebagai berikut :
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri kimia. penulis melakukan implementasi seperti
mengkaji lokasi nyeri, karakteristik nyeri dan kualitas, mengajarkan tehnik non farmakologi
seperti menarik nafas dalam, menganjurkan meningkatakan istirahat. Semua rencana
keperawatan dalam teori dilaksanakan oleh penulis.
2. Cemas berhubungan dengan status kesehatan penulis melakukan implementasi seperti menemani
pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut, mengidentifikasi tingkat kecemasan.
menginstruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi, memahami perspektif pasien terhadap
situasi setres
3. Harga diri rendah kronis, berhubungan dengan kerusakan fungsional penulis melakukan
implementasi seperti Memberikan reinforcement positif kepada pasien, menginstruksikan
keluarga untuk mensuport pasien , Memberikan arti hidup dan berguna bagi pasien.
E. EVALUASI
Dalam hal ini penulis menggunakan evaluasi prosses dan evaluasi hasil, dimana evaluasi proses
mengacu pada setiap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien, sedangkan
evaluasi hasil mengacu pada tujuan dan indikator yang telah ditetapakn dalam perencanaan yang
dapat memperhatikan keberhasilan dari keperawaratan yang telah di laksanakan.
Hasil evaluasi dan penatalaksanaan asuhan keperawatan pada Ny “S” dengan Kanker
Payudara selama 3x24 jam dari tanggal 23 Mei sampai 26 Mei 2011 adalah sebagai berikut :
Masalah teratasi sebagian :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri kimia.
Masalah ini teratassi sebagian karena setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
pasien mengatakan rasa nyeri sudah mulai berkurang setelah melakukan tehnik relaksasi.
2. Cemas berhubungan dengan status kesehatan.
Masalah ini teratassi sebagian karena setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
pasien mengatakan sudah bisa merasa tenang setelah mendapatkan motivasi dari keluarga.
3. Harga diri rendah kronis, berhubungan dengan kerusakan fungsional.
Masalah ini teratassi sebagian karena setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
pasien mengatakan hidupnya sekarang sudah mulai berarti setelah mendapatkan support dari
keluarga dan petugas kesehatan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny “S” dengan Kanker Payudara selama 3
hari dari tanggal 23 Mei sampai 26 Mei 2011, penulis mendapatkan pengalaman yang nyata
tentang perawatan pasien dengan Kanker Payudara di Bangsal Cempaka RSUD Wonosari.
Pengkajian yang dilakukan meliputi pengkajian biologis, psikologis, sosial, spiritual.
Dalam melakukan pengkajian penulis tidak mengalami hambatan yang berarti karena pasien dan
keluarganya kooperatif sehingga pasien mau mengungkapkan masalah yang dihadapi saat itu.
Diagnosa ynag muncul pada asuhan keperawatan ini adalah Nyeri akut behubungan dengan agen
injuri kimia; Cemas behubungan dengan statusn kesehatan; Harga Diri Rendah Kronis
berhubungan dengan kerusakan fungsional. Penulisan rencana keperawatan masing- masing
diagnosa berdasrakan teori dan sesuai dengan kondisi pasein.
Pelaksanaan keperawawatan pada Ny “S” dengan Kanker Payudara. Evaluasi dari asuhan
keperawatan ini, dari 3 diagnosa yang muncul 3 diagnosa teratasi sebagian.