NOVEMBER 2016 - bi.go.id · Grafik 1.26 Perkembangan APBD Provinsi Maluku Utara 16 2 Grafik 2.1...
Transcript of NOVEMBER 2016 - bi.go.id · Grafik 1.26 Perkembangan APBD Provinsi Maluku Utara 16 2 Grafik 2.1...
NOVEMBER
2016
KATA PENGANTAR
Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah.
Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di
daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan
sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.
Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara berperan memberikan masukan
dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok
bahasannya terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja
Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini
diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan
kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi
bagi penentu kebijakan di daerah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa
kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan
kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini
menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.
Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami
sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.
Ternate, 21 November 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI MALUKU UTARA
Dwi Tugas Waluyanto Kepala Perwakilan
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR iv DAFTAR GRAFIK v INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA ix RINGKASAN UMUM xi BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 1 1.1 Kondisi Umum 2 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 3 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 10 BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 17 2.1 Struktur APBD 18 2.2 Realisasi Pendapatan APBD 19 2.3 Realisasi Belanja APBD 22 2.4 Rekening Pemerintah 24 BAB III INFLASI DAERAH 27 3.1 Perkembangan Inflasi Tw III-2016 28 3.2 Tracking Perkembangan Inflasi Triwulan Berjalan 33 3.3 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara 35 BAB IV ANALISIS STABILITAS KEUANGAN DAERAH 39 4.1 Asesmen Sektor Rumah Tangga 40 4.2 Asesmen Sektor Korporasi 45 4.3 Asesmen Institusi Keuangan (Perbankan) 48 4.4 Pengembangan Akses Keuangan 55 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 57 5.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 58 5.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai 59 BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 63 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan 64 6.2 Nilai Tukar Petani (NTP) 65 6.3 Tingkat Kesejahteraan 66 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN 69 7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 70 7.2 Outlook Inflasi Daerah 73
iv
DAFTAR TABEL
1 Tabel 1.1 Pertumbuhan dan Andil PDRB Sisi Penggunaan 3 2 Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Tahun 2016
– data per 30 September 2016
20 Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I-2016 –
data per 30 September 2016
24 3 Tabel 3.1 Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas 28 Tabel 3.2 Rekomendasi Rakorwil TPID se-KTI 37
4 Tabel 4.1 Alokasi Pendapatan Masyarakat per Kategori berdasarkan Penggunaan 44 Tabel 4.2 Jumlah Rekening Perbankan Masyarakat berdasarkan Kelompok Nilai 44 Tabel 4.3 Kondisi Likuiditas Korporasi 46 5 Tabel 5.1 Kegiatan Kas Keliling Triwulan II-2016 59 Tabel 5.2 Perkembangan Cek BG Kosong 61 6 Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara Februari (ribu jiwa) 64 Tabel 6.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Wilayah Sulampua 66 Tabel 6.3 Perkembangan Kemiskinan Maluku Utara 67
DAFTAR GAMBAR
3 Gambar 3.1 Peta Lokasi TPID di Maluku Utara 36
DAFTAR GRAFIK
1 Grafik 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan pada Triwulan III-2016 4 Grafik 1.2 Perkembangan Pendapatan Rumah Tangga 4 Grafik 1.3 Perkembangan Kredit Konsumsi Lokasi Proyek 4 Grafik 1.4 Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan
Lama 5
Grafik 1.5 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen 5 Grafik 1.6 Perkembangan Konsumsi Semen 6 Grafik 1.7 Perkembangan PMA di Maluku Utara 7 Grafik 1.8 Perkembangan PMDN di Maluku Utara 7 Grafik 1.9 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Maluku
Utara 7
Grafik 1.10 Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri 8 Grafik 1.11 Perkembangan Nilai Ekspor Luar Negeri 8 Grafik 1.12 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri 9 Grafik 1.13 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri 9 Grafik 1.14 Perkembangan Ekspor Antar Provinsi Maluku Utara 9 Grafik 1.15 Perkembangan Impor Antar Provinsi Maluku Utara 9 Grafik 1.16 Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran Triwulan III-
2016
10 Grafik 1.17 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran 11 Grafik 1.18 Struktur PDRB Sisi Penawaran 11 Grafik 1.19 Jumlah Tangkapan Ikan 13 Grafik 1.20 Perkembangan Harga Kopra Dunia 13 Grafik 1.21 Alokasi Pendapatan RT untuk Konsumsi 14 Grafik 1.22 Pengeluaran Konsumen untuk Belanja Bahan Makanan 14 Grafik 1.23 Saldo Bersih Realisasi Kinerja Pelaku Usaha Sektor Industri
Pengolahan 15
Grafik 1.24 Perkembangan Pembangunan Smelter di Maluku Utara 15 Grafik 1.25 Perkembangan Harga Komoditas Nikel Dunia 16 Grafik 1.26 Perkembangan APBD Provinsi Maluku Utara 16 2 Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2015 dan 2016 18 Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2015 dan 2016 19 Grafik 2.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Tiap Triwulan 20 Grafik 2.4 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Tahun 2015 dan
Tahun 2016
21 Grafik 2.5 Perkembangan Realisasi Pendapatan Tiap Triwulan 22 Grafik 2.6 Perbandingan Sisi Realisasi APBD Tahun 2015 dan Tahun 2016 23 Grafik 2.7 Perkembangan DPK Pemda di Perbankan Maluku Utara (dalam
miliar rupiah)
25 3 Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate & Nasional 28 Grafik 3.2 Disagregasi Inflasi Maluku Utara 29 Grafik 3.3 Perkembangan Inflasi Bensin 30 Grafik 3.4 Perkembangan Inflasi Angkutan Laut dan Udara 31 Grafik 3.5 Perkembangan Biaya Perguruan Tinggi 32 Grafik 3.6 Perkembangan Harga Seragam Sekolah Anak 32
vi
Grafik 3.7 Perkembangan Bawang Merah 33 Grafik 3.8 Perkembangan Bawang Putih 33 Grafik 3.9 Perkembangan Inflasi Terkini Ternate 34 Grafik 3.10 Perkembangan Harga Bahan Bakar Rumah Tangga 35 Grafik 3.11 Perkembangan Harga Cakalang/Sisik dan Cakalang Asap 35 Grafik 3.12 Perkembangan Inflasi Sekolah Dasar 33 4 Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga pada PDRB Maluku Utara 40
Grafik 4.2 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga pada PDRB Maluku Utara 41 Grafik 4.3 Perkiraan Perkembangan Perubahan Harga dan Proyeksi Inflasi di
Maluku Utara
41 Grafik 4.4 Ekspektasi Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi 6 Bulan Mendatang 41 Grafik 4.5 Perkiraan Perkembangan Perubahan Harga dan Proyeksi Inflasi di
Maluku Utara
42 Grafik 4.6 Perkiraan Perkembangan Perubahan Harga berdasarkan Komoditi 42 Grafik 4.7 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga di Maluku Utara 43 Grafik 4.8 Pangsa DPK Perseorangan dan Bukan Perseorangan di Maluku
Utara
43 Grafik 4.9 Komposisi DPK Perseorangan di Maluku Utara 43
Grafik 4.10 Pangsa Kredit Perseorangan Berdasarkan Jenis Penggunaan 45
Grafik 4.11 Perkembangan Dunia Usaha per Sektor Ekonomi 46
Grafik 4.12 Perkembangan Kredit Korporasi Berdasarkan Jenis Penggunaan 47
Grafik 4.13 NPL Kredit Korporasi 48
Grafik 4.14 NPL Kredit Korporasi per Kategori Debitur 48
Grafik 4.15 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah) 49
Grafik 4.16 Perkembangan DPK (miliar rupiah) 50
Grafik 4.17 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah) 51
Grafik 4.18 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 51
Grafik 4.19 Perkembangan NPL Perbankan di Malut 52
Grafik 4.20 Perkembangan Perbankan Syariah 53
Grafik 4.21 Perkembangan BPR/BPRS (juta rupiah) 54
5
Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut
58
Grafik 5.2 Perkembangan Kliring Maluku Utara 60
Grafik 5.3 Perkembangan Jumlah Agen LKD di Maluku Utara 61
6
Grafik 6.1 Perkembangan Likert Scale Penggunaan Tenaga Kerja di Maluku Utara
64
Grafik 6.2 Perkembangan NTP Maluku Utara 65 Grafik 6.3 NTP Tiap Subsektor di Maluku Utara 66 7 Grafik 7.1 Perkembangan PDRB Malut dan Proyeksinya 70
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN
PROVINSI MALUKU UTARA
A. Inflasi dan PDRB
124.73 6.60 128.50 5.07 127.64 5.45 128.46 3.87 129.78 4.05
5187.67 6.77 5216.852 6.05 5,174.40 5.14 5,338.10 5.67 5,476.20 5.56
1201.63 2.24 1161.34 0.48 1,190.40 1.09 1,233.90 2.97 1,266.00 5.36
514.94 7.93 493.01 1.09 489.10 -4.27 484.10 -9.84 519.80 0.94
271.62 2.69 273.75 0.31 301.80 9.87 304.90 10.63 334.20 23.04
4.22 2.86 5.13 11.58 5.20 28.07 5.60 28.49 5.20 23.30
4.69 6.65 4.86 8.14 4.80 7.96 5.00 9.32 4.90 4.42
342.67 14.45 356.52 13.14 348.00 12.72 353.20 9.70 357.30 4.27
935.35 8.07 926.65 5.53 944.40 6.29 971.00 6.86 1,003.30 7.26
292.17 6.67 293.00 6.58 297.00 7.73 308.50 7.67 321.50 10.04
21.84 2.54 23.33 8.02 24.60 16.71 24.20 11.48 24.90 14.01
224.31 6.76 227.84 8.75 236.10 9.26 235.40 7.43 245.90 9.62
150.30 14.64 158.11 4.23 161.30 10.26 167.70 19.83 166.80 10.98
6.03 5.87 6.29 10.27 6.30 9.08 6.40 9.67 6.50 7.71
17.29 4.18 17.86 8.89 18.00 8.27 18.20 8.22 18.80 8.71
862.16 8.42 923.87 12.94 812.90 6.90 876.40 10.63 844.70 -2.03
183.05 7.93 187.16 12.20 179.40 8.36 182.20 6.58 191.10 4.40
112.88 6.79 114.79 7.48 110.60 5.26 116.50 8.84 119.20 5.60
42.52 8.47 43.37 10.93 44.60 11.46 45.10 10.43 46.20 8.66
4.10 216.05 2.93 -5.49 6.90 436.98 0.00 -100.00 13.26 223.53
8.23 228.12 5.58 -14.39 11.25 329.00 0.00 -100.00 19.16 132.75
3.04 (33.19) 27.80 334.61 70.23 237.45 64.58 542.68 72.13 2270.61
16.65 333.59 43.16 661.20 111.90 688.58 56.23 2366.23 165.56 894.35
x
B.Perbankan
C.Sistem Pembayaran
7,728.8 13.94 8,120.1 13.61 8,078.5 13.70 8,252.5 10.92 8,224.1 6.41
6,522.3 17.06 6,229.5 19.41 6,501.5 13.20 6,511.8 4.42 6,248.3 (4.20)
3,371.8 14.04 3,742.3 14.44 3,425.4 14.13 3,571.0 16.20 3,532.0 4.75
1,710.1 11.88 1,222.8 45.72 1,671.9 12.55 1,555.7 (15.30) 1,383.7 (19.09)
1,440.4 32.56 1,264.4 14.17 1,404.1 11.76 1,385.1 4.41 1,332.7 (7.48)
5,524.2 11.88 5,685.8 12.22 5,833.1 12.11 6,095.0 12.29 6,197.5 12.19
1,453.2 10.83 1,473.2 10.88 1,493.4 8.97 1,614.8 10.81 1,652.1 13.69
3,605.1 14.43 3,738.0 14.21 3,867.2 14.77 4,003.2 14.32 4,074.4 13.02
465.9 (2.10) 474.6 2.02 472.5 2.09 476.9 1.69 471.0 1.11
84.70 (4.43) 91.27 (6.03) 89.72 (0.96) 93.60 7.54 99.19 17.11
1,563.9 12.49 1,614.5 15.41 1,599.6 12.03 1,714.2 12.80 1,744.4 11.54
372.0 23.79 417.7 21.08 463.1 30.27 496.8 34.04 494.3 32.86
798.1 7.21 793.8 8.85 788.7 8.29 826.2 8.38 847.2 6.16
393.8 14.05 403.0 24.13 347.8 1.11 391.2 1.15 402.9 2.31
2.07 (29.35) 1.83 (20.09) 1.91 (24.51) 1.86 (20.34) 1.97 (4.83)
21.63 124.6 (31.00) 351.8 5.96 187.1 15.66 486.6 25.38
64.78 842.4 23.49 160.9 (23.30) 895.7 74.55 456.5 (45.11)
(6.07) 5,132 (6.18) 5,190 1.15 5,160 0.58 4,676 (0.89)
(13.57) 265.2 (0.22) 260.5 13.07 246.1 3.99 244.5 3.05
(31.71) 31 (16.22) 23 (25.81) 36 33.33 32 14.29
xi
Ringkasan Umum
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan III-2016 tumbuh sebesar 5,56%
(yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
yang sebesar 5,67% (yoy). Dari sisi penggunaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi
pada triwulan III-2016 dipicu oleh melambatnya konsumsi rumah tangga, perlambatan
PMTB, dan terkoreksinya konsumsi pemerintah. Meskipun dari komponen ekspor luar
negeri menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan, namun belum mampu
mengimbangi perlambatan pada komponen lain. Sementara itu dari sisi penawaran,
perlambatan pertumbuhan terutama dipengaruhi oleh sektor administrasi pemerintahan
dan sektor konstruksi. Sektor yang biasanya menjadi penyumbang andil terbesar ini,
pada triwulan III-2016 justru menjadi penghambat pertumbuhan, sebab terkontraksi
sebesar 0,17%. Sektor konstruksi juga tercatat tumbuh melambat, disebabkan oleh
terbatasnya ruang fiskal pemerintah daerah sebab APBD yang difokuskan untuk
melakukan pembayaran kewajiban pada pihak ketiga.
Perlambatan pertumbuhan diperkirakan tidak akan berlanjut pada triwulan
berjalan. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2016 diperkirakan meningkat dari
triwulan III-2016. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih
menjadi sumber utama akselerasi pertumbuhan ekonomi Maluku Utara. Akselerasi juga
diperkirakan terjadi pada komponen konsumsi pemerintah, dimana pemeritah provinsi
telah memperoleh tambahan dana untuk pembangunan infrastruktur yang berasal dari
utang. Dari sisi penawaran, akselerasi bersumber dari sektor perdagangan dan sektor
konstruksi sebagai efek positif dari meningkatnya konsumsi pemerintah dan investasi
pada triwulan berjalan. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada
triwulan IV-2016 diestimasikan sebesar 5,72% (yoy) dengan kecenderungan bias ke
bawah.
xii
Keuangan Pemerintah
Pada triwulan III-2016, realisasi pendapatan pemerintah tumbuh
negatif 1,38% (yoy) dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Hal ini didorong oleh nilai realisasi PAD yang mengalami penurunan.
Sementara itu, penurunan pendapatan juga berdampak pada penurunan
realisasi belanja APBD triwulan III 2016 yang tumbuh melambat dibandingkan
triwulan II-2016 dari 30,34% (yoy) menjadi 4,19% (yoy). Selain itu, pergantian kepala
SKPD juga turut memberikan andil perlambatan realisasi belanja.
Inflasi Daerah
Seiring dengan perayaan hari raya Idul Fitri dan mulai masuknya tahun ajaran
baru sekolah, konsumsi masyarakat terhadap bahan makanan, barang-barang kebutuhan
sekolah meningkat, dan pengeluaran untuk iuran sekolah juga meningkat. Hal tersebut
mendorong peningkatan harga secara umum di triwulan III-2016. Inflasi Kota Ternate
pada triwulan III-2016 tercatat sebesar 4,05% (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan
inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,87% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III-2016 diestimasikan tidak
berlanjut pada triwulan IV-2016. Meski memasuki pola historis akhir tahun, tekanan
inflasi pada triwulan berjalan diperkirakan masih terjaga, hal ini diperkuat dengan
kecukupan pasokan pangan untuk memenuhi permintaan masyarakat pada periode natal
dan tahun baru.Dengan demikian, inflasi hingga akhir 2016 diperkirakan berada pada
kisaran 2,95% ±1% (yoy) lebih rendah dari tahun 2015.
Analisis Stabilitas Keuangan Daerah
Secara umum, di tengah melambatnya perekonomian Maluku Utara
ketahanan sektor rumah tangga masih masih terjaga. Ada kecenderungan
peningkatan kondisi penghasilan pada triwulan III-2016. Dari sisi risiko kredit, potensi
kerentanan pada sektor rumah tangga sangat rendah. NPL pada sektor tersebut
tercatat hanya sebesar 0,52% lebih rendah dibandingkan triwulan II-2016 sebesar
0,57%.
Dari sisi korporasi, walaupun masih dalam batas aman, terdapat indikasi adanya
peningkatan kerentanan dari sisi rentabilitas dan likuiditas sebagai dampak dari
perlambatan ekonomi. NPL sektor korporasi tercatat meningkat dari 4,34% menjadi
4,74%.
xiii
Prospek Perekonomian
Perekonomian Malut pada triwulan I-2017 diperkirakan tumbuh lebih tinggi
dari triwulan IV-2016 dan berada pada kisaran 5,31% (yoy) – 5,81% (yoy) dengan
kecenderungan bias ke bawah. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga akan
menjadi penggerak utama ekonomi Provinsi Maluku Utara pada triwulan mendatang.
Sementara itu, perbaikan produksi sektor pertanian (termasuk perikanan) dan
meningkatnya produksi nikel seiring dengan rencana relaksasi UU Minerba pada triwulan
I-2017 mendatang diperkirakan akan berdampak pada meningkatnya ekspor baik antar
daerah maupun luar negeri. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi dipicu dari
membaiknya kinerja sektor utama khususnya sektor perdagangan besar dan eceran dan
sektor konstruksi.
Tekanan inflasi kota Ternate pada triwulan I-2017 diperkirakan akan mengalami
peningkatan dibanding inflasi pada triwulan berjalan. Peningkatan konsumsi rumah
tangga sebagai dampak dari meningkatnya UMP tahun 2017 sebesar 17,49%
diperkirakan akan menjadi salah satu sumber risiko utama. Risiko peningkatan tekanan
inflasi juga diperkirakan muncul dari rencana penyesuaian harga BBM, tarif listrik, dan
kenaikan cukai rokok pada awal tahun 2017 mendatang. Dengan memperhatikan
risiko-risiko tersebut, inflasi pada triwulan I-2017 diperkirakan berada pada kisaran
5,09% ± 1%. (yoy)
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kesejahteraan masyarakat Provinsi Maluku Utara terindikasi meningkat.
Dari sisi ketenagakerjaan, terjadi penurunan jumlah pengangguran dibandingkan dengan
tahun sebelumnya dari 31 ribu jiwa menjadi 21 ribu jiwa. Namun demikian, adanya
penurunan performa keuangan pemerintah yang berpengaruh pada sektor lainnya
diperkirakan berdampak pada penurunan ekspektasi dan tingkat kesejahteraan
masyarakat hingga akhir tahun 2016.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Dari sisi sistem pembayaran tunai, aliran uang kartal pada triwulan III-2016
di Maluku Utara menunjukkan net inflow. Pada triwulan III-2016, aliran uang masuk
(inflow) tercatat sebesar Rp486,62 miliar, sementara aliran uang keluar (outflow) sebesar
Rp456,47 miliar sehingga menghasilkan net inflow sebesar Rp30,16 miliar. Penurunan
transaksi masyarakat terjadi seiring perlambatan ekonomi yang terjadi pada triwulan III-
2016. Sementara itu dari fasilitas kliring pada triwulan III -2016 tercatat sebesar
Rp244,49 miliar.
.
xiv
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan III-2016 tumbuh
sebesar 5,56% (yoy), melambat dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 5,67%
(yoy). Perlambatan pertumbuhan Maluku Utara dari sisi
permintaan terutama dipengaruhi oleh terkontraksinya
konsumsi pemerintah dan melemahnya konsumsi masyarakat.
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan berjalan
diperkirakan masih akan tumbuh meski dalam rentang yang
terbatas. Fluktuasi harga komoditas, belaja pemerintah yang
juga masih terbatas, serta konsumsi rumah tangga yang
terbatas diperkirakan akan menjadi faktor utama yang
mempengaruhi pertumbuhan pada triwulan IV-2016
Pertumbuhan yoy
Tw III-2016
Pertumbuhan qtq
Tw III-2016
5,56%
2,59%
“Perekonomian Maluku Utara Tumbuh
Melambat”
“Masjid Al Munawwar, Ternate” Courtesy :Tim Liputan PSBI Maluku Utara
1 PERTUMBUHAN EKONOMI
2
PERTUMBUHAN EKONOMI EKONOMI
1.1 Kondisi Umum
Ekonomi Maluku Utara pada triwulan III-2016 melambat dibandingkan triwulan II-2016.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2016 tercatat sebesar 5,56% (yoy) lebih rendah dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,67% (yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan
pertumbuhan ekonomi triwulan III-2016 bersumber dari konsumsi rumah tangga dan PMTB
yang melambat pada triwulan tersebut. Di samping itu, terbatasnya ruang fiskal pemerintah
daerah sebagai dampak dari kewajiban pembayaran kepada pihak ketiga yang sempat tertunda
dari beberapa triwulan sebelumnya dan adanya penundaan DAU, menyebabkan pertumbuhan
konsumsi pemerintah terkoreksi cukup dalam.
Dari sisi penawaran, sektor yang menjadi penahan utama pertumbuhan yakni sektor
konstruksi dan sektor administrasi pemerintahan. Tertundanya proyek-proyek infrastruktur
pemerintah sebagai dampak dari defisit anggaran menyebabkan perlambatan pada sektor
konstruksi. Penyerapan PAD yang masih jauh dari target dan dana bagi hasil dari perusahaan-
perusahaan tambang juga turut menekan pertumbuhan sektor administrasi pemerintahan,
hingga terkoreksi sebesar 2,02% (yoy).
Perlambatan pertumbuhan diperkirakan tidak akan berlanjut pada triwulan berjalan.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2016 diperkirakan meningkat dari triwulan III-2016.
Adapun pertumbuhan tersebut diestimasikan sebesar 5,72% (yoy) dengan kecenderungan bias
ke bawah. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih menjadi sumber
utama akselerasi pertumbuhan ekonomi Maluku Utara. Akselerasi juga diperkirakan terjadi
pada komponen konsumsi pemerintah, dimana pemeritah provinsi telah memperoleh tambahan
dana untuk pembangunan infrastruktur yang berasal dari utang. Tambahan tersebut selain
digunakan untuk melunasi kewajiban pada pihak ketiga juga akan digunakan untuk melakukan
penyelesaian proyek yang berlangsung selama triwulan berjalan. Dari sisi penawaran,
akselerasi bersumber dari sektor perdagangan dan sektor konstruksi sebagai efek positif dari
meningkatnya konsumsi pemerintah dan investasi pada triwulan berjalan.
Ditengah optimisme pertumbuhan, sampai dengan triwulan IV-2016, Maluku Utara
masih akan menghadapi beberapa risiko yang dapat menghambat pertumbuhan ekonominya.
Perbaikan perekonomian dunia yang berlangsung lambat, serta masih terbatasnya ruang fiskal
pemerintah diperkirakan akan menjadi penahan pertumbuhan perekonomian nasional pada
3
PERTUMBUHAN EKONOMI EKONOMI
Tw II 2016 Tw III 2016 Tw II 2016 Tw III 2016
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6,40 6,16 3,73 3,61
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 8,57 6,29 0,10 0,08
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 11,67 -0,17 3,79 -0,05
Pembentukan Modal Tetap Bruto 11,22 9,35 3,17 2,60
Perubahan Inventori 159,25 -92,14 3,98 0,25
Ekspor Luar Negeri -72,97 274,43 -0,13 7,22
Impor Luar Negeri 447,68 1513,80 52,38 213,36
Net Ekspor Antar Daerah -32,34 -42,53 3,59 2,85
P D R B 5,67 5,56
KomponenPertumbuhan (%) Andil (%)
umumnya, yang lantas berdampak terhadap perekonomian Maluku Utara. Berdasarkan
perkembangan ekonomi tersebut diatas, maka perekonomian Maluku Utara pada tahun 2016
diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,03% - 5,53% (yoy) dengan kecenderungan bias ke atas.
1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan
Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2016
dipengaruhi oleh melambatnya konsumsi rumah tangga, perlambatan PMTB, terkoreksinya
konsumsi pemerintah, dan tingginya pertumbuhan komponen impor luar negeri. Meskipun dari
komponen ekspor luar negeri menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan, namun belum
mampu mengimbangi perlambatan pada komponen lain. Selain itu, melambatnya
perekonomian secara nasional, menekan daya beli masyarakat, sehingga konsumsi rumah
tangga tercatat tumbuh melambat. Penundaan pencairan DAU juga mengoreksi pertumbuhan
konsumsi pemerintah.
Tabel 1.1 Pertumbuhan dan Andil PDRB Sisi Penggunaan
Berdasarkan perkembangan tersebut, struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi
permintaan pada triwulan III-2016 masih didominasi oleh konsumsi, khususnya konsumsi rumah
tangga yang memiliki pangsa sebesar 58,51%. Pangsa terbesar kedua berasal dari konsumsi
pemerintah yakni sebesar 30,89% dari keseluruhan PDRB Maluku Utara, terkoreksi dari
triwulan sebelumnya yang mencapai 32,49%. Sementara itu pangsa komponen investasi
(PMTB) adalah sebesar 27,84% lebih rendah dari pangsanya pada triwulan II-2016 yang
mencapai 28,23%. Selanjutnya, kinerja ekspor Maluku Utara yang mengalami perbaikan pasca
beroperasinya smelter nikel di Pulau Gebe, mendorong peningkatan pangsa ekspor luar negeri
Maluku Utara menjadi sebesar 2,63% dari sebelumnya yang hanya sebesar 0,17%. Sementara,
4
PERTUMBUHAN EKONOMI EKONOMI
pangsa impor luar negeri yang didominasi oleh impor bahan baku pengolahan smelter, juga
terus menunjukkan peningkatan pangsa dari 11,70% pada triwulan sebelumnya, menjadi
14,09% pada triwulan III-2016. Lebih jauh lagi, masih tingginya ketergantungan Maluku Utara
terhadap pasokan dari luar provinsi menyebabkan terjadinya net impor antar daerah yang
tercatat sebesar 6,71%, yang menjadi pangsa negatif bagi struktur perekonomian Maluku Utara.
Grafik 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan pada Triwulan III-2016
1.2.1 Konsumsi Masyarakat dan LNPRT
Konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2016 mengalami perlambatan, dari 6,60%
(yoy) pada triwulan II-2016 menjadi 6,16% (yoy) pada triwulan III-2016. Sementara itu,
konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) pada triwulan III-2016
tumbuh 6,29% (yoy), mengalami perlambatan dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
8,57% (yoy). Dengan demikian, konsumsi masyarakat memberikan andil sebesar 3,68% pada
pertumbuhan ekonomi Maluku Utara.
Sumber : BPS Prov insi Maluku Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 1.2 Perkembangan Pendapatan Rumah
Tangga
Sumber : LBU, diolah Grafik 1.3 Perkembangan Kredit Konsumsi
Lokasi Proyek
5
PERTUMBUHAN EKONOMI EKONOMI
Konsumsi rumah tangga yang melambat dari triwulan III-2016 dipengaruhi oleh
menurunnya indeks pendapatan rumah tangga. Pasca pencairan gaji ke-13 dan ke-14 pada
triwulan sebelumnya dan puncak masa panen, kini masyarakat cenderung menghadapi paceklik
yang menekan pendapatan mereka. Pendapatan rumah tangga terkoreksi dari 110,78 pada
triwulan sebelumnya, menjadi 107,15 pada triwulan III-2016. Perlambatan konsumsi rumah
tangga juga terkonfirmasi dengan menurunnya indeks konsumsi barang tahan lama dan
menurunnya tingkat konsumsi beberapa komoditas makanan dan bukan makanan.
Sumber : Survei Konsumen BI dan BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.4 Perkembangan Indeks Ketepatan
Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
Sumber : Survei Konsumen BI, diolah
Grafik 1.5 Perkembangan Indeks Keyakinan
Konsumen
Pada triwulan sebelumnya, tingkat konsumsi masyarakat terpantau cukup tinggi sebagai
dampak dari syukuran keberangkatan dan kepulangan haji, serta perayaan Idul Adha, namun
demikian akselerasi konsumsi masyarakat tersebut tidak berlanjut hingga triwulan III -2016.
Pada triwulan IV-2016, diperkirakan konsumsi masyarakat masih akan terbatas, perbaikan
ekonomi yang berjalan lambat, dan tidak adanya tambahan insentif pendapatan, menempatkan
indeks penghasilan masyarakat pada 6 mendatang lebih rendah dari kondisi saat ini, dari 148
menjadi 138. Selain itu, indeks pengeluaran 3 bulan mendatang juga diperkirakan lebih rendah
dari kondisi saat ini, menurun dari 169 menjadi 163. Namun demikian, meskipun mengalami
tren penurunan, berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia, ekspektasi dan keyakinan
konsumen masih dalam rentang optimistis.
6
PERTUMBUHAN EKONOMI EKONOMI
1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan III-2016
tercatat sebesar 9,35% (yoy) melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 11,22% (yoy).
Investasi di Maluku Utara utamanya didorong oleh pengembangan smelter dan pembangunan
cold storage. Perlambatan pertumbuhan ekonomi secara nasional turut menekan pertumbuhan
investasi di Maluku Utara, PMA dan PMDN juga terpantau melambat pertumbuhannya.
Berdasarkan data BKPM, pada triwulan III-2016, investasi dalam negeri yang berlokasi proyek
di Maluku Utara tercatat sebanyak 1 investasi dengan nilai sebesar Rp3,28 miliar atau
terkoreksi semakin dalam sebesar 83,96% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang
terkoreksi sebesar 61,93%. Sementara untuk PMA, tercatat terdapat 16 investasi dengan nilai
$181,95 miliar USD atau tumbuh 105,13% melambat dari periode yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 128%.
Pertumbuhan pengadaan semen, yang biasanya menjadi indikator laju pertumbuhan
investasi di Maluku Utara juga terpantau mengalami perlambatan, menurun dari 74,87% pada
triwulan II-2016 menjadi 14,90% pada triwulan III-2016. Upaya promosi investasi dan
optimalisasi PTSP guna meningkatkan indeks kemudahan berusaha di Maluku Utara harus
terus ditingkatkan. Dimana berdasarkan penelitian dari Lee Kuan Yew School of Public Policy,
peringkat daya saing Maluku Utara berada pada peringkat 32 dari 33 provinsi.
Grafik 1.6 Perkembangan Konsumsi Semen
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
7
PERTUMBUHAN EKONOMI EKONOMI
Grafik 1.7 Perkembangan PMDN di Maluku Utara Grafik 1.8 Perkembangan PMA di Maluku Utara
Di tengah perlambatan ekonomi yang tengah berlangsung, pada triwulan IV-2016
rencananya akan dilaksanakan ground breaking pembangunan pabrik pengemasan semen
milik PT Semen Tonasa, pembangunan pabrik tersebut diperkirakan akan meningkatkan
penanaman modal dalam negeri dengan nilai lebih dari Rp66 miliar dan menyerap lebih dari
250 orang tenaga kerja untuk proses pembangunan.
1.2.3 Pengeluaran Pemerintah
Penundaan alokasi DAU yang diterapkan pada Pemerintah Kabupaten Halmahera
Tengah, pembayaran kewajiban kepada pihak ketiga yang tertunda oleh Pemerintah Provinsi
Maluku Utara, serta minimnya penerimaan PAD memberikan dampak pada pertumbuhan
konsumsi pemerintah yang melambat pada triwulan III-2016. Secara tahunan, konsumsi
pemerintah pada triwulan III-2016 menjadi sebesar 0,17% (yoy) terkoreksi cukup dalam
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,67% (yoy). Belanja pemerintah
yang cukup gencar pada triwulan I dan II 2016 menyebabkan realisasi belanja pada triwulan III-
2016 menyusut dibanding periode-periode sebelumnya. Namun demikian, belanja yang gencar
tersebut tidak diimbangi dengan aksi pengumpulan pendapatan yang lebih gencar lagi
menyebabkan APBD Pemerintah Provinsi pada triwulan III-2016 tercatat defisit.
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah
Grafik 1.9 Perkembangan Realisasi Pendapatan dan Belanja
Pemerintah Provinsi Maluku Utara per Triwulan
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah
8
PERTUMBUHAN EKONOMI EKONOMI
Melambatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah diperkirakan terus berlanjut pada
triwulan berjalan. Di samping permasalahan keterbatasan anggaran, telah berakhirnya program
dan proyek besar daerah maupun nasional seperti pembangunan infrastruktur dan pilkada 2015
lalu, menyebabkan tidak lagi terdapat pendorong konsumsi pemerintah yang masif nilainya.
Strategi pemerintah pusat untuk melakukan penghematan dengan memotong anggaran
pemerintah diperkirakan turut menyebabkan perlambatan ini.
1.2.4 Kegiatan Ekspor – Impor
Pada triwulan III-2016, komponen ekspor luar negeri dalam PDRB tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 274,43% (yoy), meningkat signifikan dibanding triwulan sebelumnya yang
terkontraksi sebesar 72,97% (yoy). Produksi smelter PT Fajar Bhakti di Pulau Gebe yang terus
berlangsung, mendorong peningkatan ekspor luar negeri Maluku Utara, berdasarkan data BPS,
Provinsi Maluku Utara tercatat melakukan ekspor dengan nilai sebesar $13,26 juta USD.
Di lain sisi, dipengaruhi oleh masih gencarnya pembangunan smelter, pembangkit listrik,
cold storage, serta peningkatan kapasitas produksi beberapa pelaku usaha, pada triwulan III-
2016 impor luar negeri tercatat tumbuh sebesar 1513,8% (yoy) meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 447,7% (yoy). Berdasarkan data BPS Provinsi
Maluku Utara, komoditas impor luar negeri masih didominasi oleh mesin, perangkat listrik,
semen, dan barang dari besi atau baja. Impor luar negeri tersebut terutama akan digunakan
untuk pembangunan smelter dan pembangkit listrik.
Grafik 1.10 Perkembangan Volume Ekspor Luar
Negeri
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.11 Perkembangan Nilai Ekspor Luar Negeri
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
9
PERTUMBUHAN EKONOMI EKONOMI
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.12 Perkembangan Volume Impor Luar
Negeri
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.13 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri
Ditilik dari sisi perdagangan antar daerah, seiring dengan meningkatnya produksi sektor
pertanian dan sektor industri pengolahan, pertumbuhan ekspor antar daerah cenderung
mengalami peningkatan. Sementara peningkatan produktivitas tanaman pangan lokal dan
adanya intensifikasi pertanian, mampu menekan impor antar provinsi, sehingga pada tiga
triwulan terakhir impor antar provinsi tercatat mengalami tren penurunan pertumbuhan. Namun
demikian, secara keseluruhan Maluku Utara masih tercatat mengalami net impor antar daerah.
Net impor tercatat semakin terkoreksi pertumbuhannya dari 32,34% (yoy) pada triwulan
sebelumnya, menjadi 42,53% (yoy) pada triwulan III-2016 karena ekspor antar daerah yang
terus membaik.
Grafik 1.14 Perkembangan Ekspor Antar Provinsi Maluku Utara
Grafik 1.15 Perkembangan Impor Antar Provinsi Maluku Utara
Dengan demikian, neraca perdagangan Maluku Utara secara keseluruhan (antar daerah
dan luar negeri) pada triwulan III-2016 mengalami net impor sebesar Rp972 miliar. Secara
tahunan, net impor mengalami perlambatan dari sebelumnya tumbuh sebesar 35,09% (yoy)
Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah
10
PERTUMBUHAN EKONOMI EKONOMI
menjadi 22,60 % (yoy). Perlambatan net impor ini menjadi salah satu penahan pertumbuhan
ekonomi pada triwulan III-2016.
Pada triwulan berjalan, net impor diperkirakan tumbuh semakin tinggi. Meningkatnya
konsumsi masyarakat selama triwulan IV-2016, dimana akan berlangsung beberapa perayaan
keagamaan dan libur panjang sekolah, diperkirakan akan mendorong peningkatan permintaan
pasokan dari luar daerah sehingga impor antar daerah diperkirakan meningkat signifikan.
Bersamaan dengan itu, berakhirnya puncak panen tanaman pangan dan hortikultura serta
penurunan produksi komoditas tambang unggulan diperkirakan menghambat pertumbuhan
ekspor antar daerah dan mendorong peningkatan impor antar daerah.
1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran
Pada triwulan III-2016, perlambatan pertumbuhan perekonomian Maluku Utara, dari sisi
penawaran, terutama dipengaruhi oleh sektor administrasi pemerintahan dan sektor konstruksi.
Sektor yang biasanya menjadi penyumbang andil terbesar ini, pada triwulan III-2016 justru
menjadi penghambat pertumbuhan, sebab terkontraksi sebesar 0,17%. Sektor konstruksi juga
tercatat tumbuh melambat, disebabkan oleh terbatasnya ruang fiskal pemerintah daerah sebab
APBD yang difokuskan untuk melakukan pembayaran kewajiban pada pihak ketiga. Di lain sisi,
sektor pertanian, sektor perdagangan besar dan eceran, serta sektor industri pengolahan masih
tumbuh positif dengan andil pertumbuhan sebesar 1,35%, 1,29%, dan 1,28% secara berurutan.
Sektor transportasi dan pergudangan, serta sektor informasi dan komunikasi juga memberikan
andil cukup besar, yakni masing-masing 0,62% dan 0,36%.
Grafik 1.16 Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran Triwulan III-2016
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
11
PERTUMBUHAN EKONOMI EKONOMI
Grafik 1.17 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran
Secara sektoral, pertumbuhan sektor administrasi pemerintahan terkoreksi sebesar
2,02% (yoy) pada triwulan III-2016, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang masih tumbuh
positif sebesar 10,63% (yoy). Selain itu, sektor konstruksi tercatat juga tumbuh melambat dari
9,70% (yoy) pada triwulan II-2016, menjadi 4,26% (yoy) pada triwulan III-2016. Perlambatan
kedua sektor tersebut utamanya dipengaruhi oleh akselerasi kinerja pemerintah daerah yang
terhambat, PAD yang masih jauh dari target dan terjadinya defisit anggaran sebagai dampak
dari kewajiban pembayaran kepada pihak ketiga yang sempat tertunda beberapa waktu.
Namun demikian, sektor-sektor lain tercatat masih tumbuh positif. Dibandingkan triwulan
sebelumnya sektor industri pengolahan menunjukkan peningkatan pertumbuhan dari sebesar
10,61% (yoy) pada triwulan II-2016, menjadi 23,04% (yoy). Kemudian diikuti oleh sektor
pertambangan yang tumbuh sebesar 0,95% (yoy) pada triwulan III-2016, meningkat triwulan
sebelumnya yang terkoreksi 9,85% (yoy). Peningkatan tersebut utamanya didorong oleh
peningkatan produksi perusahaan tambang dan pengolahan di smelter untuk kemudian
diekspor. Seiring peningkatan promosi pariwisata Maluku Utara dan penetapan Morotai sebagai
10 Destinasi Pariwisata Prioritas, pertumbuhan sektor transportasi dan sektor akomodasi dan
makanan minuman di Maluku Utara seiring waktu terus meningkat. Di tengah fluktuasi harga
komoditas dan guna mengurangi ketergantungan pada sektor ekstraksi, sektor pariwisata dapat
menjadi salah satu alternatif sumber pertumbuhan baru di Maluku Utara. Namun demikian,
perbaikan infrastruktur dasar, penyediaan sarana dan prasarana pendukung, serta kemudahan
akses transportasi perlu segera dibangun untuk meningkatkan daya saing objek-objek
pariwisata di Maluku Utara.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
12
PERTUMBUHAN EKONOMI EKONOMI
Di tengah pembangunan ekonomi yang terus berlangsung di Maluku Utara yang disertai
berbagai fluktuasi pertumbuhan sektoral, secara umum struktur perekonomian Maluku Utara
pada triwulan III-2016 tidak banyak mengalami perubahan. Sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan masih mendominasi dengan pangsa sebesar 25,21% dari total PDRB. Disusul oleh
sektor perdagangan besar dan eceran dengan pangsa sebesar 17,81% dari total PDRB.
Sementara itu, sektor administrasi pemerintah yang meskipun pada triwulan III-2016 mengalami
kontraksi cukup dalam, masih memiliki pangsa sebesar 15,66%. Sedangkan sektor
pertambangan yang selama ini terus mengalami kontraksi, pada triwulan III-2016 menunjukkan
pertumbuhan yang positif dan mengambil sebagian pangsa sektor administrasi pemerintahan,
sehingga sektor pertambangan kini memiliki pangsa sebesar 8,64%, lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yang hanya 7,96%. Sementara akumulasi dari sektor-sektor lainnya pangsanya
hanya sebesar 32,68% dengan struktur yang juga tidak banyak bergeser.
1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Pada triwulan III-2016, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh sebesar
5,36% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 2,97% (yoy).
Akselerasi ini terutama didorong oleh meningkatnya pasokan ikan dan puncak panen tanaman
hortikultura, khususnya aneka cabai dan bawang yang berlangsung selama bulan September-
Oktober. Meski sempat terganggu oleh fenomena La Nina, namun demikian hasil panen ikan
dan hortikultura masih memberikan hasil yang sangat baik. Penjadwalan masa tanam yang
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.18 Struktur PDRB Sisi Penawaran
13
PERTUMBUHAN EKONOMI EKONOMI
dilaksanakan oleh pemerintah daerah nampaknya semakin menunjukkan hasil yang positif.
Penjadwalan masa tanam tersebut menyebabkan masa panen yang tidak bersamaan di setiap
daerahnya, sehingga petani dari masing-masing daerah dapat menikmati harga yang optimal
dan masyarakat mendapat pasokan dan harga yang lebih stabil. Dari subsektor perkebunan
produksi kelapa juga diperkirakan tetap meningkat seiring harga kopra yang terus menunjukan
tren positif.
Tinggi gelombang yang relatif stabil serta kembali normalnya suhu air laut pasca El Nino
2015 menjadi faktor pendorong laju pertumbuhan subsektor perikanan. Sehingga subsektor ini
memberikan sumbangan yang cukup besar pada pertumbuhan sektor pertanian. Berdasarkan
data PPN Ternate, hasil tangkapan ikan selama triwulan III-2016 yang mulai membaik pasca
terkontraksi cukup dalam pertumbuhannya. Pada triwulan III-2016 tercatat hasil tangkapan ikan
sebanyak 1829 ton atau terkontraksi 15,62%, jauh membaik dari triwulan sebelumnya yang
kontraksinya mencapai 22,81%.
Pada triwulan berjalan, akselerasi pada sektor pertanian diperkirakan tidak berlanjut.
Seiring berakhirnya puncak panen tanaman pangan dan aneka tanaman hortikultura,
pertumbuhan sektor ini diperkirakan melambat pada triwulan IV-2016. Hal ini juga diperkuat dari
hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha di mana saldo bersih ekspektasi kinerja sektor pertanian
pada triwulan IV-2016 diperkirakan tetap sebesar 2,62%.
1.3.2 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh
sebesar 7,26% (yoy) pada triwulan III-2016, lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya
Grafik 1.19 Jumlah Tangkapan Ikan Grafik 1.20 Perkembangan Harga Kopra Dunia
Sumber: PPN Ternate, diolah Sumber: Index Mundi, diolah
14
PERTUMBUHAN EKONOMI EKONOMI
yang hanya mencapai 6,85% (yoy). Adanya perayaan Idul Adha dan pisah sambut jamaah haji
mendorong peningkatan di sektor ini. Di samping itu, adanya peningkatan produksi komoditas
ekspor dari sektor perkebunan telah memacu aktivitas perdagangan untuk keperluan ekspor
sehingga meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
160,27
175,76
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2014 2015 2016
Pada triwulan III-2016, kecenderungan belanja masyarakat terindikasi meningkat,
utamanya untuk pembelian bahan makanan. Banyaknya hajatan dalam berbagai acara
keagamaan mendorong peningkatan tersebut. Hasil survei konsumen menunjukan bahwa rata-
rata 61,85% pendapatan masyarakat pada triwulan III-2106 digunakan untuk keperluan
konsumsi, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang alokasinya hanya sebesar 52,45%.
Sementara, peningkatan indeks pengeluaran masyarakat untuk belanja bahan makanan juga
tercatat meningkat cukup signifikan dari 160,27 pada triwulan sebelumnya, menjadi 175,76
pada triwulan III-2016.
Sektor perdagangan besar dan eceran, menjadi salah satu sektor yang terus
berkembang di Maluku Utara. Peningkatan pendapatan masyarakat secara umum dan semakin
meningkatnya masyarakat berpendapatan menengah mendorong tumbuhnya pusat-pusat
perbelanjaan baru dan memicu peningkatan penjualan para pelaku usaha di sektor ini. Selain
itu, produktivitas perkebunan rakyat yang menghasilkan kelapa, cengkih, dan pala juga masih
terjaga dengan baik, sehingga perdagangan antar wilayah tumbuh dengan baik. Terlebih lagi
pada triwulan III-2016 ini, pemerintah daerah di Maluku Utara juga menjalin kerjasama dengan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mendorong akselerasi perdagangan antar kedua
wilayah tersebut.
Akselerasi sektor perdagangan akan sedikit melambat pada triwulan IV-2016, seiring
dengan konsumsi rumah tangga yang diperkirakan masih akan menurun. Hasil survei
Grafik 1.21 Alokasi Pendapatan RT untuk
Konsumsi
Grafik 1.22 Pengeluaran Konsumen untuk
Belanja Bahan Makanan
Sumber: SK Bank Indonesia, diolah Sumber: SK Bank Indonesia, diolah
15
PERTUMBUHAN EKONOMI EKONOMI
konsumen menunjukan pergerakan yang serupa yakni indeks ekspektasi pengeluaran 3 bulan
mendatang tercatat sedikit menurun dari 159 menjadi 155,6.
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan pada triwulan III-2016 tumbuh signifikan sebesar 23,04%
(yoy), jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,61% (yoy).
Peningkatan tersebut seiring dengan kenaikan harga kopra, panen raya komoditas tanaman
pangan, serta peningkatan produksi pabrik smelter nikel di Pulau Gebe. Hasil SKDU juga
menunjukan hasil yang searah. Saldo bersih kinerja usaha sektor industri pengolahan masih
tumbuh sebesar 7,05%
7,05% 7,05%
-10,00%
-8,00%
-6,00%
-4,00%
-2,00%
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016
Pada triwulan berjalan, sektor industri pengolahan diperkirakan akan mengalami
perlambatan. Berdasarkan data Dinas ESDM Provinsi Maluku Utara, setiap kebutuhan nikel
untuk diolah di smelter Maluku Utara, setidaknya sebanyak 2,59 juta ton per tahun. Produksi
bijih nikel yang sedikit mengalami hambatan diperkirakan akan menekan produksi smelter
nickel pig iron di Pulau Gebe. Selain itu, semakin tingginya intensitas hujan pada triwulan IV-
2016 diperkirakan akan menghambat pengolahan kopra dan pengeringan cengkih, pala, dan
fuli.
Menilik progress pembangunan smelter di Maluku Utara yang total mencapai 9
perusahaan yang telah mengantongi izin. Diperkirakan multiplier effect dari operasionalisasi
smelter tersebut baru akan dapat semakin dirasakan pada tahun 2017 dan setelahnya. Hal
tersebut mempertimbangkan pula rencana beroperasinya smelter PT Mega Surya Pertiwi
selambatnya pada triwulan II-2017 mendatang. Smelter tersebut rencananya akan memiliki
kapasitas produksi sebesar 180.000-200.000 metric ton per tahun.
Grafik 1.23 Saldo Bersih Realisasi Kinerja Pelaku Usaha Sektor Industri Pengolahan
Grafik 1.24 Perkembangan Pembangunan Smelter di Maluku Utara
Sumber: SKDU Bank Indonesia, diolah Sumber: Dinas ESDM Prov. Maluku Utara, diolah
16
PERTUMBUHAN EKONOMI EKONOMI
1.3.4 Sektor Pertambangan dan Sektor Lainnya
Sektor pertambangan pada triwulan III-2016 mulai tumbuh sebesar 0,95% pasca
mengalami kontraksi selama dua triwulan terakhir. Pertumbuhan didorong utamanya oleh
peningkatan produksi nikel salah satu perusahaan tambang terbesar di Maluku Utara sebagai
respon dari membaiknya harga nikel global dan penyerapan nikel dalam negeri yang cukup
tinggi. Selain komoditas nikel, peningkatan hasil tambang juga terjadi pada komoditas emas
setelah beroperasinya kembali PT NHM secara normal, pasca runtuhnya salah satu
terowongannya pada paruh pertama 2016 lalu. Perkembangan harga komoditas dunia,
utamanya nikel mendorong optimalisasi produksi perusahaan tambang di Maluku Utara. Di
samping itu, rencana relaksasi UU Minerba pada awal tahun 2017 mendatang juga
mendatangkan angin segar bagi perusahaan tambang yang belum memiliki smelter. Pasca
penerapan UU Minerba, ekspor Maluku Utara memang terkontraksi cukup dalam. Namun pada
triwulan III-2016 peningkatan ekspor cukup signifikan, utamanya didorong oleh komoditas
olahan nikel dari smelter PT Fajar Bhakti.
0
5000
10000
15000
20000
25000
Jan-1
2
Mar-
12
Mei-
12
Jul-
12
Sep-1
2
No
p-1
2
Jan-1
3
Mar-
13
Mei-
13
Jul-
13
Sep-1
3
No
p-1
3
Jan-1
4
Mar-
14
Mei-
14
Jul-
14
Sep-1
4
No
p-1
4
Jan-1
5
Mar-
15
Mei-
15
Jul-
15
Sep-1
5
No
p-1
5
Jan-1
6
Mar-
16
Mei-
16
Jul-
16
Sep-1
6
Di lain sisi, sektor administrasi pemerintahan justru terkontraksi cukup dalam. Realisasi
PAD yang masih jauh dari target dan adanya beban pembayaran kepada pihak ketiga yang
tertunda, menyebabkan APBD berada pada kondisi negatif, utamanya pada APBD Provinsi.
Selain itu, tidak adanya pendorong lonjakan belanja pemerintah, seperti pilkada yang
berlangsung pada 2015 lalu dan adanya penundaan DAU di beberapa kabupaten
menyebabkan pertumbuhan sektor ini terkontraksi.
Grafik 1.25 Perkembangan Harga Komoditas Nikel Dunia
Sumber: Index Mundi, diolah
Grafik 1.26 Perkembangan APBD Provinsi Maluku Utara
Sumber: Biro Keuangan Prov. Maluku Utara, diolah
17
Pada triwulan III-2016, realisasi pendapatan pemerintah
tumbuh negatif 1,38% (yoy) dibanding periode yang sama pada
tahun sebelumnya. Hal ini didorong oleh nilai realisasi PAD
yang mengalami penurunan.
Sementara itu, penurunan pendapatan juga berdampak pada
penurunan realisasi belanja APBD triwulan III 2016 yang
tumbuh melambat dibandingkan triwulan II-2016 dari 30,34%
(yoy) menjadi 4,19% (yoy). Selain itu, pergantian kepala SKPD
juga turut memberikan andil perlambatan realisasi belanja.
2 KEUANGAN PEMERINTAH
Realisasi Pendapatan
Tw III-2016
Realisasi Belanja
Tw III-2016
Rp419,86
miliar “Kinerja realisasi belanja pemerintah pada
triwulan III-2016 tumbuh melambat”
“Festival Teluk Jailolo” Courtesy : wisataindonesia.co.id
Rp490,71
miliar
18
KEUANGAN PEMERINTAH
2.1 Struktur APBD
Anggaran pendapatan Pemprov Maluku Utara dalam APBD 2016 adalah sebesar
Rp2,24 triliun atau meningkat 22,61% dari anggaran pendapatan pada APBD 2015. Sementara
itu, anggaran belanja pada APBD 2016 tercatat sebesar Rp2,34 triliun atau meningkat 28,34%
dari anggaran belanja tahun sebelumnya.
Pada anggaran pendapatan, kenaikan anggaran terutama bersumber dari pendapatan
transfer sebesar 20,80% (yoy). Pendapatan transfer adalah pendapatan yang didapatkan dari
pemerintah pusat sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Secara struktur
pendapatan transfer ini masih menjadi sumber pendapatan terbesar pemerintah Maluku Utara
yaitu sebesar 81,35% pada APBD 2016, dikarenakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) belum
dapat menjadi tonggak utama keuangan daerah mengingat belum optimalnya penyerapan
pajak, masih rendahnya pendapatan perusahaan daerah, serta dampak penerapan UU Minerba
pada sektor pertambangan nikel di Maluku Utara. Namun demikian, rencana perolehan PAD
Maluku Utara meningkat 13,81% (yoy) dibandingkan pada anggaran tahun sebelumnya.
Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2015 dan 2016
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
19
KEUANGAN PEMERINTAH
Kenaikan juga terjadi pada anggaran belanja seiring adanya kenaikan pada anggaran
pendapatan. Kenaikan terbesar terdapat pada belanja modal yaitu sebesar 49,96% (yoy).
Kenaikan pada nominal belanja modal tersebut menjadi harapan meningkatnya pembangunan
sarana publik/infrastruktur pada tahun berjalan. Secara struktural, pangsa dari anggaran belanja
tidak mengalami banyak perubahan. belanja operasional masih mendominasi struktur belanja
dengan pangsa sebesar 66,25%.
Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2015 dan 2016
2.2 Realisasi Pendapatan APBD
Jumlah total realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara pada
triwulan III-2016 sebesar Rp428,05 miliar. Terkontraksi lebih dalam sebesar 7,25% (yoy)
setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi 1,38% (yoy). Dari komponen pembentuknya,
Dana Perimbangan yang memiliki sumbangan paling besar terkontraksi sebesar 2,21% (yoy)
setelah tumbuh 6,61% (yoy) pada triwulan II-2016. Pendapatan Asli Daerah dan Lain-lain
Pendapatan yang sah masing-masing terkontraksi 69,89% (yoy) dan 88,38% (yoy).
Berdasarkan komponen pembentuknya, realisasi tertinggi pendapatan Pemerintah
Provinsi Maluku Utara berasal dari Dana Perimbangan yang menyumbang sebanyak 98,79%,
dari total pendapatan. Masih terbatasnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Maluku
Utara, menyebabkan struktur APBD Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Kota di
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
20
KEUANGAN PEMERINTAH
Maluku Utara, khusunya di sisi pendapatan, masih didominasi oleh dana perimbangan dari
Pemerintah Pusat.
Grafik 2.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Tiap Triwulan
Seluruh komponen pendapatan daerah mengalami kontraksi yang lebih dalam
dibandingkan triwulan sebelumnya. Belum adanya realisasi pendapatan asli daerah serta
adanya pembatasan dana perimbangan dari Pemerintah Pusat menjadi salah satu faktor
penahan realisasi pendapatan daerah pada triwulan III-2016.
Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Tahun 2016
Hingga akhir triwulan III-2016, realisasi pendapatan mencapai Rp1.390,75 miliar atau
62,05% dari total target anggaran pendapatan 2016 yang sebesar Rp2.241,17 miliar. Secara
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
21
KEUANGAN PEMERINTAH
persentase realisasi, besaran pada triwulan III-2016 ini lebih rendah dari realisasi pendapatan
pada periode yang sama di tahun 2015 yang sebesar Rp1.298,56 miliar atau 71,04%.
Akumulasi realisasi PAD hingga akhir triwulan III-2016 baru mencapai 14,25%,
pencapaian tersebut jauh lebih rendah dari realisasi periode yang sama di tahun 2015 yang
sebesar 40,32%. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dibandingkan tahun
2015, pendapatan pajak daerah yang berasal dari PKB, BBNKB, Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor, Pajak Air Tanah, dan Pajak Rokok juga menurun dikarenakan
berkurangnya penghasilan yang didapatkan dari pelaku usaha serta belanja masyarakat yang
melemah dibandingkan tahun sebelumnya. Tidak adanya realisasi pendapatan juga terjadi pada
komponen Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan. Hal ini
ditengarai karena keadaan perusahaan tambang nikel yang masih beroperasi terbatas sembari
menunggu selesainya pembangunan smelter.
Di sisi lain, realisasi komponen pendapatan transfer menunjukkan kinerja yang lebih
baik. Komponen pendapatan yang menguasai 81,35% dari keseluruhan anggaran pendapatan
ini, mencatatkan realisasi sebesar 73,33%, sedikit lebih rendah dari pencapaian pada periode
yang sama di tahun 2015 sebesar 76,73%. Secara nominal realisasi pendapatan transfer
meningkat 15,44% (yoy). Penundaan DAU tidak terlalu berdampak bagi Pemerintah Provinsi.
Grafik 2.4 Perbandingan Akumulasi Sisi Pendapatan Realisasi APBD Tahun 2015 dan Tahun 2016
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
22
KEUANGAN PEMERINTAH
2.3 Realisasi Belanja APBD
Total realisasi belanja daerah pada triwulan III-2016 mencapai Rp490,71 miliar atau
tumbuh sebesar 4,19% (yoy), tumbuh melambat dibandingkan triwulan II-2016 yang tumbuh
sebesar 30,34% (yoy). Perlambatan ini sejalan dengan konsumsi pemerintah di PDRB yang
mengalami kontraksi sebesar 0,17% (yoy). Perlambatan ini terutama disumbang oleh
komponen Belanja Modal yang menurun signifikan dari 233,54% (yoy) pada triwulan II-2016
menjadi 2,73% (yoy) pada triwulan III-2016. Penurunan pendapatan berdampak membuat
keterbatasan ruang fiskal pada Pemerintah serta adanya pergantian kepala SKPD strategis.
Grafik 2.5 Perkembangan Realisasi Belanja Tiap Triwulan
Berbeda dengan pola biasanya, realisasi belanja pemerintah yang seharusnya terus
meningkat pada triwulan III-2016 menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan II-2016.
Penurunan jumlah realisasi belanja dibandingkan triwulan II-2016 terjadi baik pada belanja
operasi maupun belanja modal.
Secara kumulatif, realisasi belanja Pemerintah hingga akhir triwulan III-2016 mencapai
Rp1.367,03 miliar atau 58,38% dari total anggaran belanja sebesar Rp2.341,52 miliar.
Tingginya realisasi secara akumulatif meski realisasi belanja pada triwulan III-2016 melambat
dikarenakan ditetapkannya APBD lebih awal dibandingkan tahun 2015 sehingga realisasi
belanja modal dapat dilakukan lebih awal.
Belanja Modal hingga akhir triwulan III-2016 mencatatkan nilai realisasi yang lebih tinggi,
yakni sebesar Rp368,32 miliar. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan jumlah realisasi
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
23
KEUANGAN PEMERINTAH
sebesar Rp170,32 miliar pada periode yang sama di tahun 2015. Sebagian besar realisasi
belanja modal terjadi pada triwulan II-2016.
Pada komponen Belanja Operasi, sumbangan realisasi khususnya bersumber dari
Belanja Barang yang telah terealisasi sebesar Rp352,24 miliar atau 25,77% dari total realisasi
belanja, dan Belanja Pegawai yang terealisasi sebesar Rp330,10 miliar atau 24,15% dari total
realisasi belanja.
Grafik 2.6 Perbandingan Sisi Realisasi APBD Tahun 2015 dan Tahun 2016
Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan III-2016
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
24
KEUANGAN PEMERINTAH
2.4 Rekening Pemerintah
Terjadinya kontraksi realisasi pendapatan dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga
Pemerintah mengalami keterbatasan fiskal memberikan dampak yang cukup signifikan
terhadap perekonomian di Maluku Utara, terutama pada sektor konstruksi yang kebanyakan
mengerjakan proyek infrastruktur dari Pemda. Perlambatan pada sektor konstruksi sejalan
dengan terjadinya kontraksi pengeluaran konsumsi pemerintah di PDRB dimana belanja modal
merupakan salah satu komponennya.
Kendati realisasi pendapatan dari awal tahun hingga akhir triwulan III-2016 cukup tinggi,
realisasi pendapatan yang terjadi pada triwulan III-2016 terkontraksi sebesar 7,25% (yoy)
dibandingkan periode yang sama di tahun 2015. Di sisi lain, realisasi belanja pada triwulan III-
2016 tumbuh sebesar 4,19% (yoy) dari Rp470,99 miliar di tahun 2015 menjadi Rp490,71 miliar
di triwulan laporan.
Secara triwulanan, terjadi defisit anggaran sebesar Rp62,67 miliar sehingga menggerus
kelebihan surplus realisasi akumulatif dari Rp86,39 miliar pada triwulan II-2016 menjadi
Rp23,72 miliar di triwulan III-2016. Masih lesunya sektor pertambangan dan pendapatan
Pemerintah Pusat yang tidak mencapai target ditengarai menjadi penyebab rendahnya realisasi
pendapatan pada triwulan laporan.
Adanya ketimpangan antara realisasi pendapatan dan realisasi belanja ini membuat
Pemerintah Provinsi Maluku Utara menggunakan dana yang disimpan di bank lebih cepat
dibandingkan siklus normalnya. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya kontraksi sebesar 24,66%
(yoy) dana simpanan pemerintah di perbankan.
Dana pemerintah daerah yang tersimpan dalam bentuk giro tercatat tumbuh 16,81%
(yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 7,58% (yoy). Sementara itu, simpanan
likuid lainnya yakni tabungan tercatat terkontraksi sebesar 53,56% (yoy) dan simpanan dalam
bentuk deposito terkontraksi sebesar 86,98% (yoy).
25
KEUANGAN PEMERINTAH
Grafik 2.7 Perkembangan DPK Pemda di Perbankan Maluku Utara (dalam miliar rupiah)
Sumber : Data Perbankan
26
KEUANGAN PEMERINTAH
Seiring dengan perayaan hari raya Idul Fitri dan mulai
masuknya tahun ajaran baru sekolah, konsumsi masyarakat
terhadap bahan makanan, barang-barang kebutuhan sekolah
meningkat, dan pengeluaran untuk iuran sekolah juga
meningkat. Hal tersebut mendorong peningkatan harga secara
umum di triwulan III-2016. Namun demikian, meski memasuki
pola historis akhir tahun, tekanan inflasi pada triwulan berjalan
diperkirakan masih terjaga, hal ini diperkuat dengan kecukupan
pasokan pangan untuk memenuhi permintaan masyarakat
pada periode natal dan tahun baru.
3 INFLASI
Inflasi yoy
Tw III
Inflasi qtq
Tw III
4,05%
%
1,03%
“Tekanan Inflasi pada triwulan III-2016 mengalami
peningkatan”
28
INFLASI
3.1 Perkembangan Inflasi Tw III-2016
Inflasi Maluku Utara yang diwakili oleh inflasi kota Ternate mengalami pada triwulan III-
2016. Inflasi pada triwulan III-2016 tercatat sebesar 4,05% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,87% (yoy). Pencapaian inflasi ini masih
lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang mencatatkan angka 3,07% (yoy). Namun
demikian, kondisi tekanan inflasi sampai dengan triwulan III-2016 ini hanya mencapai 1,53%
(ytd), lebih baik dibandingkan kondisi yang sama pada tahun sebelumnya di mana pada periode
tersebut inflasi kota Ternate sudah mencapai 1,99% (ytd).
Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate & Nasional
Tabel 3.1 Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas
Secara bulanan, pada triwulan III-2016, Kota Ternate mengalami dua inflasi dan satu
deflasi. Pada bulan Juli 2016, Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 1,04% (mtm), kemudian
I II III IV I II III IV I II IIIBahan Makanan 3,66 10,16 4,06 6,75 9,00 7,62 5,75 11,72 4,13 3,56 4,38 0,91
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 5,68 8,07 12,31 12,45 8,73 6,92 4,10 4,69 6,00 7,54 8,25 1,14
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 10,20 9,36 3,07 7,34 5,53 4,89 4,62 2,80 6,20 5,23 4,39 1,59
Sandang 10,03 12,93 17,41 -5,87 20,1 22,40 15,24 12,63 6,94 4,20 3,85 0,22
Kesehatan 11,19 11,44 10,17 18,34 10,51 10,62 7,38 1,30 1,71 1,61 2,26 0,08
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 10,98 11,36 7,2 -21,72 5,85 5,42 5,29 4,00 4,49 4,34 3,55 0,16
Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 14,38 9,73 1,71 18,60 7,52 14,20 12,32 -2,90 5,59 -1,86 -0,36 (0,06)
Inflasi Tahunan (yoy ) 8,80 9,75 5,40 9,34 7,92 8,22 6,60 4,52 5,45 3,87 4,05 4,05
Kelompok Barang dan Jasa 2014 2015 Andil2016
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
29
INFLASI
pada bulan Agustus 2016 terjadi deflasi sebesar -0.10% (mtm). Terakhir, pada Juni 2016, Kota
Ternate kembali mengalami inflasi sebesar 0,09% (mtm).
Peningkatan tekanan inflasi tahunan pada triwulan III-2016 terutama dipengaruhi oleh
kelompok pendidikan dan transpor yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 2,52% (yoy)
dan 2,49% (yoy) karena perjalanan pulang kampung jelang dan pasca hari raya Idul Fitri serta
masuknya tahun ajaran baru sekolah pada bulan Juli 2016 lalu. Kelompok komoditas lainnya
juga tercatat mengalami peningkatan inflasi. Meskipun pada bulan Agustus kelompok bahan
makanan, perumahan, dan transpor sempat mengalami deflasi, namun secara umum selama
triwulan III-2016 terjadi peningkatan inflasi dibanding triwulan sebelumnya. Kenaikan harga
bahan makanan seperti ikan-ikanan, aneka cabai, bawang merah yang tidak terjadi selama
bulan Ramadhan Juni lalu, justru terjadi jelang dan pasca Idul Fitri di bulan Juli dan Agustus.
Pada bulan September, peningkatan inflasi utamanya bersumber dari pembayaran biaya
sekolah dan perguruan tinggi, serta pembelian seragam.
Grafik 3.2 Disagregasi Inflasi Maluku Utara
Berdasarkan disagregasinya, peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III-2016
dipengaruhi oleh peningkatan pada kelompok inflasi inti dan volatile food, dengan inflasi
masing-masing sebesar 5,81% (yoy) dan 5,69% (yoy). Pada kelompok administered prices
justru terpantau mengalami deflasi pada Agustus dan September 2016. Pengeluaran untuk
kebutuhan sekolah menjadi pendorong utama peningkatan inflasi inti, sementara inflasi volatile
food yang biasanya secara konsisten memberikan sumbangan terhadap peningkatan inflasi
justru terpantau relatif terjaga, bahkan sempat mengalami deflasi pada bulan Agustus 2016.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
30
INFLASI
Lancarnya pasokan komoditas pangan strategis yang mampu mengimbangi kenaikan
permintaan dari masyarakat menyebabkan inflasi relatif terjaga.
Kelompok administered prices pada triwulan III-2016 tercatat mengalami deflasi 0,59%
(yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 2,06% (yoy). Pada kelompok
ini penurunan terutama disebabkan oleh penurunan harga berbagai jenis BBM pada triwulan
sebelumnya. Harga bensin dan solar yang masih dalam tren penurunan memberikan andil yang
cukup besar pada deflasi pada kelompok inflasi administered prices, meski penetapan
penurunan harganya telah berlangsung pada April 2016 lalu.
Grafik 3.3 Perkembangan Inflasi Bensin
Penurunan harga BBM juga turut mempengaruhi inflasi pada tarif angkutan laut dan
angkutan udara. Provinsi Maluku Utara yang berupa kepulauan dan terpisahkan oleh laut
memang sangat mengandalkan sarana transportasi laut dan udara untuk mencapai wilayah-
wilayahnya. Belum tersedianya SPBU khusus untuk kapal, belum diterapkannya standarisasi
tarif angkutan laut, dan tingginya pengaruh cuaca menyebabkan gejolak tarif angkutan laut
sering berfluktuasi. Namun dengan adanya penurunan harga BBM tersebut, cukup signifikan
memberikan dampak terhadap penurunan tarif angkutan laut. Sementara untuk angkutan udara
sendiri, tren deflasi tarif berakhir pada triwulan III-2016 seiring dengan tingginya permintaan
jelang hari raya Idul Fitri. Namun, pada triwulan berjalan diperkirakan tarif angkutan udara akan
kembali lagi ke harga normalnya dan akan menjadi penyumbang deflasi.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
31
INFLASI
Grafik 3.4 Perkembangan Inflasi Angkutan Laut dan Udara
Pada kelompok inflasi inti, tekanan inflasi meningkat dari 5,03% (yoy) menjadi 5,81%
(yoy). Meningkatnya tekanan inflasi inti terutama dipengaruhi oleh lonjakan permintaan jelang
hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, utamanya untuk komoditas sandang dan sarana penunjang
transpor. Budaya masyarakat Maluku Utara untuk berpakaian baru dan saling berkunjung pada
saat perayaan Idul Fitri dan Idul Adha mendorong lonjakan permintaan terhadap komoditas
terkait. Sementara untuk komoditas bahan makanan dan makanan jadi pada inflasi inti, relatif
masih terjaga pasokannya, sebagai dampak dari upaya pemerintah daerah untuk menjaga
pasokan.
Selain itu, dengan masuknya masa ajaran baru sekolah, biaya perguruan tinggi dan
seragam sekolah anak menjadi pendorong peningkatan inflasi pada triwulan III-2016. Biaya
perguruan tinggi tercatat mengalami inflasi sebesar 1,61% (yoy) pada triwulan III-2016, lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 0,24% (yoy). Sedangkan untuk seragam
sekolah anak pada triwulan III-2016 mengalami inflasi sebesar 13,53% (yoy), meningkat
dibanding beberapa triwulan sebelumnya, yang bahkan sejak Desember 2015 lalu tidak
mengalami perubahan harga.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
32
INFLASI
Sementara itu, tekanan inflasi kelompok volatile food pada triwulan III-2016 juga
menunjukkan peningkatan dari 0,92% (yoy) menjadi 5,69% (yoy). Selama triwulan III-2016
peningkatan tekanan inflasi terutama terjadi pada beberapa komoditas favorit masyarakat
Maluku Utara seperti cabai merah, bawang merah, bawang putih, kangkung, ikan selar/tude,
ikan kembung dan ikan lolosi.
Tekanan inflasi meningkat paling besar pada subkelompok ikan segar, sayur-sayuran,
dan bumbu-bumbuan. Subkelompok ikan segar inflasinya meningkat dari 1,93% (yoy) menjadi
6,37% (yoy) pada triwulan III-2016. Sementara, subkelompok sayur-sayuran meningkat cukup
signifikan dari 8,51% (yoy) menjadi 14,24% (yoy). Selanjutnya, untuk subkelompok bumbu-
bumbuan meningkat paling signifikan, dari 11,05% (yoy) pada triwulan II-2016 menjadi 27,22%
(yoy) pada triwulan III-2016. Puncak panen komoditas bawang merah dan cabai merah di
Maluku Utara yang telah berlangsung pada bulan Mei dan Juni 2016, menyebabkan
peningkatan harga pada triwulan III-2016 menjadi cukup signifikan. Inflasi bawang merah
meningkat dari 12,74% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 113,83% (yoy) pada triwulan
III-2016. Kemudian, bawang putih meningkat inflasinya dari 25,12% (yoy) menjadi 54,08% (yoy)
pada triwulan III-2016.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 3.5 Perkembangan Biaya Perguruan
Tinggi
Grafik 3.6 Perkembangan Harga Seragam
Sekolah Anak
33
INFLASI
3.2 Tracking Perkembangan Inflasi Triwulan Berjalan
dan Inflasi Tahun 2016
Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III-2016 diestimasikan tidak berlanjut pada
triwulan IV-2016. Pada bulan Oktober 2016 Kota Ternate mengalami deflasi sebesar 0,21%
(mtm) menurun dibandingkan bulan September 2016 yang mengalami inflasi sebesar 0,09%
(mtm). Secara tahunan, inflasi Maluku Utara tercatat sebesar 2,89% (yoy) jauh lebih rendah
dibanding bulan September 2016 sebesar 4,05% (yoy). Dengan inflasi tersebut, secara
akumulatif hingga bulan Oktober 2016 inflasi Maluku Utara menjadi 1,31% (ytd).
Menurunnya tekanan inflasi pada bulan Oktober 2016 terutama disebabkan oleh deflasi
pada kelompok bahan makanan, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, serta
pada kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan. Hal tersebut sejalan dengan Survei
Pemantauan Harga yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia, dimana pada bulan Oktober 2016,
komoditas bahan makanan seperti daging ayam ras, cabai merah, cabai rawit, dan telur ayam
ras mengalami deflasi dan kelompok perumahan, seperti besi beton dan batu bata yang tercatat
mengalami deflasi.
Kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi sebesar 1,01% (mtm) atau
menyumbang andil sebesar 0,21% pada inflasi Oktober. Kemudian, kelompok perumahan, air,
listrik, gas, dan bahan bakar mengalami deflasi sebesar 0,13% (mtm), menyumbang andil
sebesar 0,05% pada keseluruhan inflasi. Sementara, untuk kelompok transpor, komunikasi, dan
jasa keuangan tercatat mengalami deflasi sebesar 0,39% (mtm), atau menyumbang andil
sebesar 0,06% pada total inflasi Oktober.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 3.7 Perkembangan Harga Bawang Merah Grafik 3.8 Perkembangan Harga Bawang Putih
34
INFLASI
Berdasarkan disagregasinya, kelompok inflasi inti, inflasi administered prices, dan inflasi
volatile food tercatat menurun dibanding bulan sebelumnya. Inflasi inti menurun dari 5,81%
(yoy) menjadi 5,56% (yoy), sementara inflasi administered prices justru mengalami deflasi
sebesar 0,58% (yoy), kemudian inflasi volatile food tercatat mengalami inflasi sebesar 2,50%
(yoy), menurun dari bulan sebelumnya. Turunnya tekanan juga terjadi pada inflasi inti pada
bulan Oktober 2016, terutama dipengaruhi oleh penyesuaian harga ke harga normal utamanya
untuk komoditas sandang dan komoditas bahan makanan pasca peningkatan di triwulan III-
2016 akibat dari perayaan Idul Adha dan tahun ajaran baru sekolah.
Grafik 3.9 Perkembangan Inflasi Terkini Ternate
Inflasi administered price pada bulan Oktober juga tercatat mengalami penurunan dari
deflasi 0,59% (yoy) menjadi deflasi 0,58% (yoy). Kondisi ini dipengaruhi oleh komoditas bahan
bakar rumah tangga, bensin, dan solar. Pasokan BBM ke Ternate oleh Pertamina yang relatif
terjaga dan efek lanjutan dari penurunan harga BBM pada April lalu masih memberikan dampak
hingga awal triwulan IV-2016 ini.
35
INFLASI
Tekanan inflasi diperkirakan semakin menurun pada akhir triwulan berjalan. Pola
musiman hari raya, tahun ajaran baru, dan rombongan haji sudah terlewati. Meski memasuki
pola historis akhir tahun, tekanan inflasi diperkirakan masih terjaga, hal ini diperkuat dengan
kecukupan pasokan pangan untuk memenuhi permintaan masyarakat pada periode natal dan
tahun baru. Stok beras di Bulog Sub Divre Ternate sendiri hingga bulan Oktober tercatat masih
sebesar 5,17 ribu ton atau cukup untuk memenuhi kebutuhan beras selama 4,3 bulan
mendatang.
Sampai dengan akhir tahun, potensi peningkatan tekanan inflasi diperkirakan berasal
dari peningkatan ekspektasi masyarakat terkait isu rencana kenaikan tarif listrik, kenaikan harga
angkutan laut dan udara, serta adanya potensi gangguan cuaca akibat dampak dari
berlangsungnya La Nina juga perlu diwaspadai mengingat dapat menghambat aktivitas nelayan
dan pasokan pangan dari daerah lain khususnya di akhir tahun. Namun demikian, dengan
pasokan pangan yang terus terjaga selama tahun 2016, serta dibarengi dengan terjadinya
deflasi pada bulan Februari, Agustus, dan Oktober, inflasi hingga akhir 2016 diperkirakan
berada pada kisaran 2,95% ±1% (yoy) lebih rendah dari tahun 2015.
3.3 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara
Hingga bulan November 2016, sudah terbentuk 1 tambahan TPID baru di Provinsi
Maluku Utara yakni TPID Kabupaten Pulau Morotai. Dengan demikian, saat ini di Maluku Utara
sudah terdapat 1 TPID di level provinsi dan 5 TPID di level Kabupaten/Kota, yakni TPID Kota
Ternate, Kabupaten Halmahera Timur, Kota Tidore Kepulauan, Kabupaten Halmahera Barat,
dan Kabupaten Pulau Morotai. Penambahan TPID baru ini adalah bukti berjalannya road map
jangka panjang TPID Provinsi Maluku Utara, yakni mendirikan TPID di seluruh Kabupaten/Kota
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 3.10 Perkembangan Harga Bahan Bakar Rumah Tangga
Grafik 3.11 Perkembangan Harga Cakalang/Sisik dan Cakalang Asap
36
INFLASI
di Maluku Utara. Sinergi kebijakan khususnya terkait manajemen pasokan pangan strategis
diharapkan lebih mudah terlaksana dengan semakin banyaknya TPID di provinsi Maluku Utara.
Gambar 3.1 Peta Lokasi TPID di Maluku Utara
Selama triwulan III-2016 sampai dengan November 2016, program TPID yang
dilaksanakan TPID Provinsi Maluku Utara dan TPID Kota Ternate berfokus pada pengendalian
inflasi selama Idul Fitri, Idul Adha, dan pisah sambut jamaah haji. Terkait pengendalian inflasi
selama Idul Fitri dan Idul Adha, TPID telah melakukan kegiatan pasar murah serta sidak stok di
berbagai pasar tradisional di Maluku Utara. Dalam rangka menjaga ekspektasi masyarakat
terhadap harga, Walikota Ternate juga telah menyampaikan kepada publik bahwa stok pangan
jelang hari raya Idul Fitri dan Idul Adha dalam kondisi mencukupi. Pada kesempatan yang sama
beliau juga telah menyampaikan agar masyarakat tidak berbelanja secara berlebihan sehingga
tidak mendorong terjadinya lonjakan harga. Kerjasama dengan media massa dan pemuka
agama juga digencarkan, himbauan-himbauan untuk tidak melakukan aksi konsumsi berlebihan
terus disampaikan.
Pada bulan Oktober 2016 dilaksanakan Rapat Koordinasi Wilayah TPID se-Kawasan
Timur Indonesia. Pada kegiatan tersebut disepakati beberapa rekomendasi bagi pemerintah
pusat oleh pengurus TPID se-Kawasan Timur Indonesia, antara lain:
37
INFLASI
Tabel 3.2 Rekomendasi Rakorwil TPID se-KTI
TPID Provinsi Maluku Utara dan TPID Kota Ternate terus mengawal hasil kesepakatan
rakorwil di Ternate tersebut, dan membawa hasil kesepakatan tersebut ke tingkat yang lebih
tinggi, yakni pada Rapat Koordinasi Pusat-Daerah TPID yang berlangsung di Jakarta. Hasil-
hasil rekomendasi tersebut disampaikan kepada tim Pokjanas TPI, yang antara lain
beranggotakan Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Dalam Negeri, dan Bank
Indonesia.
Selain itu, di internal Provinsi Maluku Utara sendiri, pasca penandatanganan MoU tiga
daerah untuk penguatan pasar dan pasokan bahan pangan, TPID masing-masing
kabupaten/kota tersebut menyusun langkah aksi. Langkah aksi yang telah diawali antara lain,
penyediaan sarana pengangkutan komoditas dari sentra di Kota Tidore Kepulauan menuju
pasar di Soasio dan Ternate. Serta penyediaan lahan pertanian jagung, sayur mayur dan
hortikultura di Desa Ibu, Kabupaten Halmahera Barat. Melalui peningkatan produksi pertanian
dan penyediaan sarana pengangkutan tersebut, diharapkan pasokan di pasar lebih terkendali
dan dengan harga yang lebih stabil.
No. Rekomendasi Rakorwil TPID se-KTI
1Perlu adanya pedoman operasi pasar yang menegaskan tidak hanya dilaksanakan pada periode-periode
tertentu (hari raya, dll) tapi juga dengan mempertimbangkan data ekspektasi inflasi
2BPS agar dapat menambah jumlah kota sampel perhitungan inflasi agar lebih dapat memberikan gambaran
nyata di lapangan
3Memperkuat koordinasi dengan aparat penegak hukum baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota
dalam rangka mejaga stabilitas harga (mengantisipasi penimbun, pungli, dsb)
4Perlu adanya dukungan anggaran dari Pemerintah Pusat melalui aturan batas minimal APBD yang
diperuntukkan bagi upaya stabilitas harga
5 Memasukkan usulan pemanfaatan Dana Insentif Desa (DID) untuk kegiatan stabilitasi harga
6Meningkatkan penguasaan komoditas yang telah diatur oleh Bulog, sehingga peran Bulog sebagai stock
buffer sekaligus pengendali harga dapat lebih ditingkatkan
7Penambahan kapasitas armada tol laut dan penambahan pelabuhan feeder untuk meningkatkan efektivitas
jalur tol laut yang sudah tersedia
8Penetapan batas atas dan bawah bagi tarif angkutan yang tidak terlalu lebar range -nya dan pemberian
sanksi yang tegas bagi maskapai yang melanggar aturan ini
9Diperlukannya instruksi dari setiap Kementerian/Lembaga yang tergabung dalam TPI Nasional yang dapat
diselaraskan dengan roadmap TPID secara nasional/wilayah
10
Dukungan dari Kementerian/Lembaga terkait untuk memasukkan kegiatan stabilitasi harga sebagai bagian
kegiatan pengendalian inflasi dan/atau tidak menutup kemungkinan untuk membentuk
Kementerian/Lembaga khusus yang menangani inflasi
38
INFLASI
39
Secara umum, meskipun konsumsi rumah tangga tumbuh
melambat ketahanan sektor rumah tangga masih terjaga.
Risiko kredit dari sektor rumah tangga tercatat pada level
yang sangat rendah.
Sementara itu, walaupun tumbuh melambat stabilitas
keuangan sektor korporasi masih terjaga. Risiko kredit
sektor korporasi walaupun meningkat masih di bawah 5%.
Namun demikian, pembinaan pada UMKM dari sisi
keuangan dan pengembangan usaha perlu dilakukan
karena NPL UMKM Maluku Utara berada di atas 5%
4 ANALISIS STABILITAS KEUANGAN
DAERAH
NPL Sektor
Rumah Tangga
NPL Korporasi
0,52% %
4,74%
“Pantai Sulamadaha, Ternate” Courtesy : jalan2.com
“Stabilitas Keuangan Daerah Terjaga”
40
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
4.1. Asesmen Sektor Rumah Tangga
4.1.1. Kondisi Terkini dan Sumber Kerentanan Sektor Rumah Tangga
Perekonomian Maluku Utara pada sisi pengeluaran, secara konsisten didominasi oleh
Konsumsi Rumah Tangga, dengan pangsa lebih dari 55% selama setidaknya satu dekade
terakhir. Permintaan domestik menjadi penggerak utama perekonomian Maluku Utara, meski
secara perlahan mulai berkurang pangsanya seiring peningkatan pangsa dari investasi swasta
dan konsumsi pemerintah.Pangsa konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2016 tercatat
sebesar 58,51%, meningkat tipis dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
58,92%.
Namun demikian, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh melambat
pada triwulan III-2016 yakni sebesar 6,16% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 6,40% (yoy). Bulan puasa yang kali ini hampir seluruhnya
jatuh pada triwulan II-2016 serta keterlambatan pembayaran Tunjangan Tambahan
Penghasilan (TTP) PNS Pemerintah Provinsi Maluku Utara selama triwulan III-2016 menjadi
pemicu perlambatan ini..
Grafik 4.1. Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga pada PDRB Maluku Utara
Melambatnya konsumsi rumah tangga tersebut sejalan dengan turunnya optimisme
masyarakat terhadap kondisi perekonomian saat ini dibanding enam bulan yang lalu dan enam
58.12 58.2158.51
4.40
6.40
6.16
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
50.0
52.0
54.0
56.0
58.0
60.0
62.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015 2016
% (yoy)Pangsa thdPDRB (%)
Pangsa g_Konsumsi RT (rhs)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
41
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
bulan mendatang, yang tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia. Indeks
Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat turun dari 118 menjadi 115, sementara itu Indeks
Ekspektasi Konsumen turun dari 132 menjadi 124.
Grafik 4.2. Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga pada PDRB Maluku Utara
Melambatnya perekonomian khususnya pada semester I-2016 dan keterlambatan
pembayaran tunjangan PNS pemerintah provinsi Maluku Utara, memicu ketidakyakinan
masyarakat pada kondisi ekonomi saat ini. Hal tersebut menyebabkan sebagian rumah tangga
menunda keinginannya untuk mengkonsumsi barang-barang tahan lama seperti elektronik,
kendaraan, dan furniture. Hasil SK juga menunjukan adanya penurunan indeks konsumsi
barang tahan lama dari 99 menjadi 95.
Grafik 4.3. Perkiraan Perkembangan Perubahan Harga dan Proyeksi Inflasi di Maluku Utara
Grafik 4.4. Ekspektasi Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi 6 Bulan Mendatang
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
118115
104 106
132124
60
80
100
120
140
160
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2014 2015 2016
IKK (KEYAKINAN KONSUMEN) IKE (KONDISI EKONOMI SAAT INI)
IEK (EKSPEKTASI KONSUMEN)
0
20
40
60
80
100
120
140
Penghasilan Saat Ini Ketersediaan LapanganKerja
Pembelian Barang TahanLama
2015 Tw III 2016 Tw II 2016 Tw III
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Ekspektasi PenghasilanKonsumen
Ekspektasi KetersediaanLapangan Kerja
Ekspektasi KegiatanUsaha
2015 Tw II 2016 Tw I 2016 Tw II
Op
tim
is
Pe
sim
is
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
42
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
Dari sisi harga, tekanan terhadap kerentanan keuangan rumah tangga sangat rendah
seiring dengan tingkat inflasi yang terjaga di level rendah. Secara umum, masyarakat menilai
kenaikan harga sepanjang triwulan III-2016 tidak setinggi triwulan sebelumnya. Indeks
perubahan harga tercatat turun dari 170 menjadi 160. Sementara itu, belum adanya rencana
pemerintah untuk menaikan harga BBM serta kontinyuitas pasokan yang lebih baik sepanjang
tahun 2016 menyebabkan indeks ekpektasi perubahan harga juga mengalami penurunan dari
169 menjadi 163.
Grafik 4.5. Perkiraan Perkembangan Perubahan Harga dan Proyeksi Inflasi di Maluku Utara
Grafik 4.6. Perkiraan Perkembangan Perubahan Harga berdasarkan Komoditi
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
4.1.2. Kinerja Keuangan dan Intermediasi Perbankan pada Sektor Rumah
Tangga
Dari sisi penghasilan, masyarakat Maluku Utara terindikasi memiliki pendapatan yang
labih baik. Indeks penghasilan saat ini tercatat terus mengalami peningkatan dalam 3 triwulan
terakhir dari 114, menjadi 128, dan 131 pada akhir triwulan III-2016. Peningkatan UMP 2016
yang cukup signifikan serta inflasi yang terjaga di level yang rendah menjadi faktor pendorong
penghasilan masyarakat Maluku Utara.
Namun demikian, alokasi penghasilan masyarakat untuk konsumsi pada triwulan III-
2016 meningkat dari 52,45% menjadi 61,85%. Konsumsi terutama dilakukan untuk komoditas
non durable good dan komoditas lainnya yang bersifat jasa seperti pendidikan, kesehatan, serta
jasa transportasi khususnya dengan angkutan udara.
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
60
80
100
120
140
160
180
200
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2015 2016
inflasi yoy, %Indeks
Perubahan harga secara umum 3 bulan mendatang Inflasi (rhs)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Bahanmakanan
Makananjadi
Perumahan& BB
Sandang Kesehatan TransKom Pendidikan
2016 Tw II 2016 Tw III 2016 Tw IV
43
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
Grafik 4.7. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga di Maluku Utara
Dengan demikian, alokasi penghasilan yang digunakan untuk menabung mengalami
penurunan dari 28,06% menjadi 20,6%. Hal ini juga terkonfirmasi dari kondisi DPK
perseorangan yang tumbuh melambat dari 13,21% (yoy) menjadi 2,72% (yoy). Pangsa
penghimpunan dana pihak ketiga perseorangan juga turun dari 90,12% pada triwulan III-2015
menjadi 78,45% pada triwulan III-2016. Dari sisi komposisi simpanan masyarakat, tabungan
masih mendominasi komposisi DPK nasabah perseorangan.
Grafik 4.8. Pangsa DPK Perseorangan dan Bukan Perseorangan di Maluku Utara
Grafik 4.9. Komposisi DPK Perseorangan di Maluku Utara
Sumber: LBU, diolah Sumber: LBU, diolah
Berdasarkan kategori pendapatan, masyarakat dengan pendapatan rendah (≤ 3 juta)
mengalokasikan pendapatannya untuk konsumsi lebih tinggi daripada rata-rata seluruh kategori
(60,26%). Sementara itu, masyarakat dengan pendapatan menengah dan tinggi (≥ 3 juta)
memiliki kemampuan dan kesadaran yang lebih tinggi dalam pembayaran cicilan hutang dan
menabung. Alokasi penghasilan untuk menabung tertinggi ada pada masyarakat dengan
kategori pendapatan > 5 juta yakni rata-rata 30% dari pendapatannya.
54.51 52.4561.85
11.12 19.4917.61
34.37 28.0620.54
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Tw I Tw II Tw III
2016 2016 2016
Konsumsi Cicilan pinjaman Tabungan
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
44
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
Sementara itu alokasi penghasilan untuk membayar cicilan tertinggi berada pada
masyarakat pada kategori pendapatan Rp3-4 juta. Namun demikian, secara umum alokasi
penghasilan masyarakat untuk cicilan juga turun dari 19,49% menjadi 17,61%. Hal ini terutama
disebabkan oleh berkurangnya masyarakat yang mengajukan kredit baru dalam rangka
membiayai konsumsinya. Terjaganya harga di level yang rendah serta suku bunga tabungan
dan deposito yang terus mengalami penurunan, menyebabkan preferensi masyarakat untuk
menggunakan dananya sendiri dalam melakukan konsumsi.
Tabel 4.1. Alokasi Pendapatan Masyarakat per Kategori berdasarkan Penggunaan
Di lain sisi, walaupun nilai DPK Perseorangan tumbuh melambat, namun pertumbuhan
jumlah rekening masyarakat di perbankan tercatat menunjukkan adanya peningkatan, menjadi
13,64% (yoy) pada triwulan II-2016 menjadi 15,95% (yoy). Pertumbuhan jumlah rekening yang
mengalami peningkatan berasal dari kelompok nilai < Rp10 juta dan > Rp500 juta – Rp1 Miliar.
Sementara itu, jumlah rekening dari kelompok nilai lainnya cenderung tumbuh melambat atau
mengalami penurunan.
Tabel 4.2. Jumlah Rekening Perbankan Masyarakat berdasarkan Kelompok Nilai
Sementara, kinerja penyaluran kredit perseorangan pada triwulan III-2016 menunjukkan
pertumbuhan yang sedikit melambat, dari 12,85% (yoy) pada triwulan II-2016 menjadi 11,62%
Rp 1 - 2 juta Rp 2 - 3 jutaRp 3 - 4 jutaRp 4 - 5 jutaDi atas Rp 5 juta Rata-rata
Konsumsi 62.18 62.83 57.14 61.67 57.50 60.26
Cicilan pinjaman 18.52 14.29 25.71 13.33 12.50 16.87
Tabungan 19.30 22.89 17.14 25.00 30.00 22.87
PenggunaanPendapatan
<1
0 J
T
>1
0 J
T -
10
0 J
T
>1
00
JT -
50
0JT
>5
00
JT -
1 M
>1
M -
2 M
>2
M -
5M
>5
M -
10
M
>1
0M
-1
5M
>1
5M
- 2
0M
>2
0M
Rek. 535,947 475,433 50,785 5,237 529 276 136 10 12 0 10
∆ % 3.20 2.17 8.22 16.30 -0.94 -9.21 72.15 -37.50 500.00 - 233.33
Rek. 591,405 524,268 56,959 7,271 597 305 139 9 0 2 7
∆ % 13.64 12.60 20.42 56.80 15.70 20.08 -2.11 12.50 -100.00 - 16.67
Rek. 621,431 555,292 54,597 7,341 628 314 103 17 3 0 2
∆ % 15.95 16.80 7.51 40.18 18.71 13.77 -24.26 70.00 -75.00 - -80.00
2016
II
III
Maluku Utara Jumlah
Kelompok Nilai
2015 III
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
Sumber: LBU, diolah
45
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
(yoy). Dengan demikian, pangsa penyaluran kredit perseorangan juga sedikit menurun
dibandingkan dari 93,76% pada triwulan II-2016 menjadi 93,43% pada triwulan III-2016.
Berdasarkan jenis penggunaan, kredit perseorangan untuk keperluan konsumsi memiliki
pangsa 70,11%, sementara untuk modal kerja sebesar 22,62% dan untuk investasi sebesar
7,27%. Kredit konsumsi perseorangan tersebut, sebagian besar digunakan untuk keperluan
multiguna dengan pangsa 48,82%, sementara untuk keperluan KPR hanya sebesar 12,30%,
KKB sebesar 0,56%, dan pembelian peralatan rumah tangga sebesar 0,62%.
Grafik 4.10. Pangsa Kredit Perseorangan Berdasarkan Jenis Penggunaan
Dari sisi risiko kredit, NPL sektor rumah tangga tercatat di level yang sangat rendah
yakni hanya sebesar 0,52% atau lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 0,57%.
Penurunan NPL terjadi hampir pada semua jenis kredit yang digunakan sektor rumah tangga
mulai dari kredit multiguna, kredit untuk kendaraan bermotor, dan kredit untuk pembelian
barang elektronik dan furniture. Adapun kenaikan risiko kredit pada sektor rumah tangga
terindikasi hanya terjadi pada kredit untuk KPR di mana NPLnya meningkat dari 1,31% menjadi
1,37%.
4.2. Asesmen Sektor Korporasi
4.2.1. Kondisi Terkini dan Sumber Kerentanan Sektor Korporasi
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan III-2016 tumbuh melambat. Secara sektoral
perlambatan terutama terjadi pada sektor konstruksi dan administrasi pemerintah. Terbatasnya
ruang fiskal pemerintah provinsi akibat tidak tercapainya target pendapatan berakibat pada
terhambatnya beberapa proyek infrastruktur serta pembayaran tunjangan PNS. Namun
46
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
demikian, pertumbuhan sektor utama yakni pertanian, perdagangan, pertambangan, dan
industri pengolahan
Sementara, berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia, pada
triwulan III-2016 korporasi di Maluku Utara kinerjanya meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya, dengan saldo bersih tertimbang 9,35% sementara triwulan sebelumnya hanya
sebesar 3,85%. Peningkatan utamanya didorong oleh Sektor pertanian dengan saldo bersih
tertimbang meningkat dari -12,58% menjadi 2,62%.
Grafik. 4.11. Perkembangan Dunia Usaha per Sektor Ekonomi
Pertumbuhan dunia usaha tersebut juga dibarengi dengan pertumbuhan
ketenagakerjaan di sektor-sektor terkait. Secara total, jumlah tenaga kerja korporasi di Maluku
Utara per Agustus 2016 meningkat 4,36% (yoy). Peningkatan ketenagakerjaan
mengindikasikan minimnya risiko pada sektor korporasi Maluku Utara.
Namun demikian, berdasarkan kondisi keuangannya, pada periode triwulan III 2016 para
pelaku usaha menyatakan bahwa kondisinya tidak sebaik triwulan sebelumnya. Berdasarkan
likuiditas dan rentabilitasnya, kondisi keuangan perusahaan tidak sebaik triwulan II-2016.
Tabel 4.3 Kondisi Likuiditas Korporasi
3.85%
9.35%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
2016 Tw 2 2016 Tw 3
Baik Cukup BurukSaldo Bersih
(%Baik-%Buruk)Baik Cukup Buruk
Saldo Bersih
(%Baik-%Buruk)
Akses Kredit 0.00% 100.00% 0.00% 0.00% 0.00% 100.00% 0.00% 0.00%
Kondisi keuangan perusahaan
berdasarkan likuiditas62.00% 36.00% 2.00% 60.00% 52.00% 44.00% 4.00% 48.00%
Kondisi keuangan perusahaan
berdasarkan rentabilitas58.00% 40.00% 2.00% 56.00% 54.00% 44.00% 2.00% 52.00%
Q 2 2016
Kondisi KeuanganQ 3 2016
Sumber: SKDU Bank Indonesia, diolah
Sumber: SKDU Bank Indonesia, diolah
47
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
4.2.2. Penyaluran Kredit pada Sektor Korporasi
Kredit pada sektor korporasi hanya memiliki pangsa sebesar 35,31% atau dengan nilai
nominal Rp2,12 triliun. Penyaluran kredit korporasi pada triwulan III-2016 menunjukkan adanya
pertumbuhan yang baik, yakni sebesar 10,80% (yoy) sedikit lebih rendah dari triwulan
sebelumnya 11,44% (yoy).
Berdasarkan jenis penggunaan, kredit modal kerja menguasai pangsa sektor korporasi
dengan share 77,81%, sementara kredit investasi memiliki pangsa sebesar 22,19%. Penyaluran
kredit modal kerja pada sektor korporasi di Maluku Utara mengalami peningkatan, pada triwulan
III-2016 pertumbuhannya mencapai 15,14% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang sebesar 12,28% (yoy). Sementara, kredit investasi pertumbuhannya sedikit melambat
menjadi ,39 (yoy) pada triwulan III-2016 dari 2,08% (yoy) di triwulan sebelumnya.
Grafik 4.12. Perkembangan Kredit Korporasi Berdasarkan Jenis Penggunaan
Kredit korporasi didominasi oleh penyaluran pada Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran, dengan pangsa 70,68%, disusul oleh Sektor Konstruksi dengan pangsa 10,74%, dan
sisanya terbagi rata di seluruh sektor. Pada kedua sektor utama tersebut, pertumbuhan
penyaluran kredit pada triwulan III-2016 menunjukkan adanya peningkatan. Seiring dengan
perbaikan pada kinerja perekonomian Maluku Utara. Kredit korporasi sektor perdagangan
tumbuh 13,33% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya 9,57% (yoy).
Sementara, pada sektor konstruksi, penyaluran kredit korporasi tumbuh 3,68% (yoy) meningkat
dari triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 3,37% (yoy).
Melambatnya kinerja sektor konstruksi di tengah tingginya penyaluran kredit korporasi
ke sektor tersebut, berdampak pada meningkatnya risiko kredit dari sektor korporasi. NPL
sektor korporasi tercatat sebesar 4,74% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
77.81%
22.19%
0.00%
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
15.14%
1.39%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016
Modal Kerja Investasi
48
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
tercatat sebesar 4,34%. NPL sektor konstruksi tercatat mencapai 8,79%. Tingginya NPL pada
sektor ini salah satunya dipengaruhi oleh penundaan pembayaran beberapa proyek
infrastruktur akibat keterbatasan anggaran pemda.
Berdasarkan kategori debiturnya, kredit korporasi didominasi oleh debitur UMKM
dengan pangsa sebesar 82,16%, meningkat dari triwulan sebelumnya yang hanya sebesar
81,95%. Kredit korporasi pada debitur UMKM juga terus meningkat secara nominal, yakni
Rp1,74 triliun pada triwulan III-2016, meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar Rp1,71
triliun. Pertumbuhan kredit korporasi UMKM juga tumbuh positif, 12,82% (yoy) melambat dari
triwulan sebelumnya yang sebesar 14,37% (yoy).
Terbatasnya kemampuan likuiditas korporasi UMKM, menyebabkan golongan ini rentan
terhadap perubahan kondisi ekonomi. Seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi,
risiko kredit korporasi dengan skala UMKM terindikasi meningkat. NPL korporasi UMKM pada
triwulan III-2016 tercatat 5,34% lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
4,92%. Peningkatan NPL terutama terjadi pada debitur UMKM dari sektor perdagangan eceran
bahan makanan dan hasil perkebunan.
Grafik 4.13. NPL Kredit Korporasi Grafik 4.14. NPL Kredit Korporasi per Kategori
Debitur
Sumber: LBU, diolah Sumber: LBU, diolah
4.3. Asesmen Institusi Keuangan (Perbankan)
4.3.1. Perkembangan Kinerja Perbankan
Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan III-2016 tercatat sebesar
Rp8,22 triliun. Secara tahunan, aset perbankan Malut tumbuh sebesar 6,41% (yoy) melambat
dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,92% (yoy).
5.62%
4.34%4.74%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016
4.92% 5.34%
1.70% 1.99%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016
UMKM Bukan UMKM
49
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
Secara umum, perlambatan pertumbuhan aktiva perbankan di Malut utamanya
disumbang oleh pertumbuhan aktiva bank persero dan bank swasta nasional yang melambat
selama triwulan III-2016, seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Maluku Utara. Hal
tersebut tercermin dari terkontraksinya pertumbuhan DPK cukup dalam dari sebelumnya
tumbuh positif sebesar 4,42% (yoy) pada triwulan II-2016 menjadi kontraksi sebesar 4,20%
(yoy) pada triwulan III-2016. Namun demikian, ditengah berbagai perlambatan tersebut
stabilitas keuangan daerah tetap terjaga.
Grafik 4.15. Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah)
Sementara itu, berdasarkan jenis operasinya, aset perbankan konvensional pada
triwulan III-2016 tercatat hanya tumbuh 5,79% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang
tumbuh 11,23% (yoy). Di lain sisi, seiring dengan tingginya intensitas berbagai institusi dalam
mempromosikan ekonomi syariah, volume usaha perbankan syariah tercatat tumbuh 17,89%
(yoy) atau lebih tinggi dari dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 5,10% (yoy).
4.3.2. Intermediasi Perbankan
Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan yang beroperasi di Maluku Utara
pada posisi akhir triwulan III-2016 tercatat sebesar Rp 6,25 triliun, lebih rendah dari triwulan
sebelumnya yang sebesar Rp 6,50 triliun. Secara tahunan, pertumbuhan DPK mengalami
penyusutan sebesar 4,20% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masih tumbuh positif
sebesar 4,42% (yoy).
Jumlah simpanan tabungan pada akhir triwulan III-2016 mencapai Rp3,53 triliun, atau
turun 1,09% (qtq). Secara tahunan, tabungan tumbuh melambat dari 16,20% (yoy) menjadi
4,75% (yoy). Melambatnya pertumbuhan tabungan salah satunya dipengaruhi oleh
13.61%
10.92%
6.41%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
6,400
6,600
6,800
7,000
7,200
7,400
7,600
7,800
8,000
8,200
8,400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2015 2016
Bill
ion
s
AKTIVA yoy
Sumber : LBU, diolah
50
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
meningkatnya preferensi masyarakat dalam menggunakan dana milik sendiri untuk melakukan
kegiatan konsumsi akibat meningkatnya ketidakpastian kondisi perekonomian pada periode
mendatang.
Sementara itu, simpanan giro pada akhir triwulan III-2016 terkontraksi cukup dalam
menjadi Rp1,38 triliun. Secara tahunan giro menyusut sebesar 19,09% (yoy) atau lebih dalam
dibanding dibanding penyusutan pada triwulan sebelumnya sebesar 15,30% (yoy). Perlambatan
simpanan giro ini dipengaruhi oleh menurunnya giro sektor pemerintah. Tidak tercapainya
target pendapatan pemerintah, mendorong penggunaan giro pemerintah di perbankan untuk
membiayai belanja pada triwulan III-2016.
Simpanan deposito juga tercatat mengalami penyusutan seiring meningkatnya
pencairan deposito pemerintah dan deposito milik orang pribadi. Pada akhir triwulan III-2016,
jumlah simpanan dalam bentuk deposito tercatat sebesar Rp1,33 triliun. Secara tahunan
deposito menyusut sebesar 7,48% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masih tumbuh
4,41% (yoy)
Grafik 4.16. Perkembangan DPK (miliar rupiah)
Dari sisi penyaluran kredit, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku
Utara pada triwulan III-2016 tercatat sebesar Rp6,19 triliun. Secara tahunan, penyaluran kredit
tumbuh 12,19% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,29% (yoy).
Kredit modal kerja tercatat tumbuh 13,69% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya
yang tumbuh 10,81% (yoy). Pertumbuhan tersebut terutama terjadi pada sektor perdagangan
dan sektor konstruksi seiring meningkatnya aktivitas perekonomian pada kedua sektor tersebut.
19.41%
4.42%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2015 2016
Rp
Mili
ar
Giro Tabungan Deposito gDPK_yoy-RHS
Sumber : LBU, diolah
51
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
Sementara itu, kredit investasi tercatat tumbuh 1,11% (yoy), lebih rendah dari
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,69% (yoy). Ketidakpastian
perekonomian global ditanggapi dengan turunnya ekspektasi pelaku usaha terhadap kinerja
usahanya di periode mendatang sebagaimana terekam dalam hasil SKDU. Hal ini
menyebabkan para pelaku usaha cenderung memilih untuk tidak mengajukan kredit investasi
baru.
Grafik 4.17. Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah)
Sementara, kredit konsumsi tercatat tumbuh 13,02%, melambat dari pertumbuhan pada
triwulan sebelumnya yang mencapai 14,32% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit konsumsi
utamanya disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan KPR dari 14,32% (yoy) menjadi 12,11%
(yoy) dan pertumbuhan KKB terkontraksi sebesar 7,49% (yoy)
Dengan perkembangan penghimpunan dana dan penyaluran kredit tersebut, peran
intermediasi perbankan di Maluku Utara yang diukur melalui tingkat LDR (Loans to Deposit
Ratio) masih berada di level yang tinggi yakni 99,19%, meningkat dari triwulan sebelumnya
yang sebesar 93,60%.
Sumber : LBU, diolah
52
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
Grafik 4.18. Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara
Berdasarkan perkembangan intermediasi perbankan dan rendahnya risiko kredit yang
dicerminkan dengan perkembangan Non Performing Loan (NPL) pada triwulan III-2016, secara
umum, ketahanan sektor lembaga keuangan yang diwakili perbankan masih berada dalam
kondisi yang cukup baik. NPL masih berada di dalam batas aman, jauh di bawah ambang batas
yang sebesar 5%. Pada triwulan III-2016 NPL perbankan Maluku Utara tercatat hanya sebesar
1,97%, sedikit lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 1,86%. Peningkatan NPL terutama
terjadi pada kredit yang disalurkan ke sektor korporasi seiring melambatnya pertumbuhan
ekonomi pada triwulan III-2016
Grafik 4.19. Perkembangan NPL Perbankan di Malut
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2015 2016
DPK (Milyar Rp) Kredit (Milyar Rp) LDR-RHS
0.0%
0.5%
1.0%
1.5%
2.0%
2.5%
3.0%
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2015 2016
Kredit (Milyar Rp) NPL's-RHS
Sumber : LBU, diolah
53
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
4.3.3. Perbankan Syariah
Perbankan syariah secara umum memiliki pangsa aset sebesar 4,72% dari total
seluruh perbankan di Maluku Utara. Aset perbankan syariah Maluku Utara pada triwulan III-
2016 tercatat sebesar Rp467 miliar. Secara tahunan, volume usaha perbankan syariah pada
triwulan III-2016 tumbuh 17,89% (yoy), jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh
5,10% (yoy).
Peningkatan volume usaha perbankan syariah di Maluku Utara didukung oleh
meningkatnya pertumbuhan DPK dari 8,82% (yoy) menjadi 20,28% (yoy). Peningkatan
terutama terjadi pada simpanan jenis giro yang tumbuh meningkat dari sebelumnya kontraksi
sebesar 26,78% (yoy) menjadi tumbuh positif sebesar 263,43% (yoy) seiring kebijakan
beberapa pemerintah daerah yang memindahkan rekening utamanya ke perbankan syariah.
Sementara itu berkurangnya rate bagi hasil serta meningkatnya konsumsi masyarakat
menyebabkan simpanan dalam bentuk tabungan syariah dan deposito syariah mengalami
perlambatan dan penyusutan. Tabungan syariah tercatat tumbuh 11,96% (yoy) setelah pada
triwulan sebelumnya tumbuh 20,76% (yoy). Sementara itu deposito syariah mengalami
kontraksi sebesar 13,30% (yoy)
Sementara itu, pembiayaan perbankan syariah pada triwulan laporan mulai
menunjukan perbaikan kinerja. Penyaluran pembiayaan oleh bank syariah di Maluku Utara
pada triwulan III-2016 tercatat sebesar Rp195,72 miliar, tumbuh sebesar 3,29% (yoy), setelah
pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 4,40% (yoy). Perbaikan kinerja
terutama dialami oleh pembiayaan untuk modal kerja yang tercatat tumbuh meningkat dari
6,55% (yoy) menjadi 19,53% (yoy) seiring dengan kinerja sektor perdagangan yang terus
meningkat selama tahun 2016. Sementara itu, kontraksi masih dialamai pembiayaan konsumtif
dan investasi walaupun tidak sedalam periode sebelumnya. Pembiayaan konsumtif tercatat
mengalami penyusutan sebesar 2,51% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya menyusut
sebesar 4,48% (yoy). Sementara itu pembiayan investasi menyusut 0,65% (yoy) setelah
sebelumnya menyusut 17,38% (yoy).
Dengan perkembangan tersebut, pada triwulan III-2016, FDR perbankan syariah
Maluku Utara tercatat sebesar 46,11% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang
sebesar 53,33%. Dari sisi risiko pembiayaan, non performing financing (NPF) mengalami
penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya dari 3,97% menjadi 2,35%.
54
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
Grafik 4.20. Perkembangan Perbankan Syariah
4.3.4. Bank Perkreditan Rakyat
Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
di Maluku Utara pada triwulan III-2016 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Aset
BPR/S meningkat secara nominal menjadi Rp106,95 miliar, tumbuh dari 52,39 (yoy) pada
triwulan lalu, menjadi 86,81% (yoy) pada triwulan III-2016. Adanya penambahan modal oleh
pemda pada salah satu BPR/S menjadi pendorong utama peningkatan ini
DPK pada triwulan III-2016 tercatat sebesar Rp68,27 miliar atau tumbuh signifikan
143,61% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh 79,61% (yoy). Adanya
program Pemerintah Kota Ternate untuk membayarkan gaji PNSnya melalui salah satu BPR/S
menyebabkan adanya peningkatan DPK BPR/S secara signifikan. Di samping itu,
meningkatnya aktifitas promosi dari BPR/S di Maluku Utara juga turut mendorong pertumbuhan
ini.
Dari sisi penyaluran dana, pada triwulan III-2016 BPR/BPRS di Maluku Utara berhasil
mencatatkan kredit/pembiayaan sebesar Rp52,27 miliar atau tumbuh 24,52% (yoy), lebih tinggi
dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 22,03% (yoy). Meningkatnya jumlah kredit pegawai
khususnya dari pemerintah kota Ternate menjadi salah satu faktor pendorong kinerja
penyaluran dana BPR/S pada triwulan III-2016.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
500,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2015 2016
Pembiayaan (Juta) DPK (Juta) FDR
Sumber : LBU, diolah
55
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
Grafik 4.21 Perkembangan BPR/BPRS (juta rupiah)
4.4. Pengembangan Akses Keuangan
Kredit UMKM yang disalurkan perbankan Malut pada triwulan III-2016 tercatat Rp1,74
triliun. Jumlah tersebut tumbuh sebesar 11,54% (yoy) melambat dari triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 12,80% (yoy). Pelemahan harga komoditas perkebunan dan perikanan
berdampak pada turunnya kinerja UMKM yang memiliki usaha pada sektor ini sehingga mereka
tidak berminat mengajukan kredit baru. Jumlah debitur UMKM pada triwulan III-2016 tercatat
sebesar 24.343 rekening, melambat 10,21% (yoy) setelah sebelumnya tumbuh 12,10% (yoy).
Penyaluran kredit UMKM meningkat pertumbuhannya, sejalan dengan melambatnya
kinerja ekonomi Malut, peningkatan penyaluran kredit UMKM terjadi baik pada kredit modal
kerja maupun kredit investasi. Kredit modal kerja yang disalurkan kepada debitur UMKM pada
triwulan III-2016 tumbuh sebesar 15,74% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 16,30% (yoy). Sementara itu, kredit investasi UMKM tumbuh sebesar 1,30%
(yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 3,39% (yoy).
Dari sisi kualitas kredit, NPL debitur UMKM pada triwulan III-2016 tercatat sebesar
5,34%, sedikit mengalami penurunan kualitas dari triwulan sebelumnya 4,92%. Peningkatan
NPL tercatat terjadi pada sektor transportasi seiring kinerja subsektor perkebunan dan
pertambangan yang tidak optimal selama semester I-2016 sehingga sektor penunjang seperti
sektor transportasi juga ikut lesu.
Sumber : LBU, diolah
56
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
Masih tingginya NPL kredit untuk debitur UMKM menjadi indikasi bahwa masih
diperlukan adanya program-program pendampingan UMKM, utamanya yang mengolah
komoditas unggulan daerah. Selain mengoptimalisasi penyaluran KUR yang notabene
mensyaratkan bunga bersubsidi, sehingga akan lebih meringankan UMKM.
Upaya-upaya pelatihan pencatatan keuangan dan penguatan kelembagaan,
diharapkan akan dapat membantu UMKM mengelola usahanya. Khusus untuk pencatatan
keuangan, pada triwulan I-2016 ini Bank Indonesia telah menyediakan aplikasi pencatatan
transaksi keuangan bagi gawai berbasis android. Aplikasi yang sederhana namun cukup
komprehensif tersebut, diharapkan akan membantu UMKM agar dapat lebih baik dalam
mengelola keuangannya.
Secara lokal, KPW BI Maluku Utara juga terus membina UMKM di berbagai wilayah di
Provinsi Maluku Utara melalui berbagai progam bantuan teknis baik klaster maupun non klaster.
Saat ini KPw BI Maluku Utara memiliki 7 klaster aktif dan 1 desa binaan yang tersebar di
beberapa kabupaten kota. Di samping itu, untuk memperluas akses keuangan kepada
masyarakat secara rutin KPW BI Maluku Utara bekerja sama dengan perbankan membuat
program edukasi keuangan dan pengembangan Layanan Keuangan Digital. Secara khusus
KPw BI Maluku Utara juga memiliki program pengembangan UMKM baru yang disebut
Wirausaha Bank Indonesia Maluku Utara. Saat ini program tersebut sudah memiliki 2 angkatan
di mana para pesertanya telah mendapatkan ases ke perbankan.
57
Secara umum, transaksi keuangan di Maluku Utara pada
triwulan laporan menunjukkan penurunan. Hal ini sejalan
dengan melambatnya perekonomian di Maluku Utara
sehingga perputaran uang di masyarakat berkurang
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sementara, transaksi keuangan non tunai masih dalam
tren perlambatan seiring dengan berkurangnya kegiatan
di perbankan.
5 PERKEMBANGAN SISTEM
PEMBAYARAN
Net Inflow
Tw III-2016
Nominal Transaksi
Kliring Tw III-2016
Rp30,16
miliar
Rp244,49
miliar
“Pantai Sulamadaha, Ternate” Courtesy : jalan2.com
“Transaksi meningkat seiring kebutuhan
masyarakat ”
58
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
5.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
Aliran uang kartal pada triwulan III-2016 di Maluku Utara menunjukkan net inflow (uang
yang masuk lebih besar daripada jumlah uang yang keluar dari khasanah Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara). Pada triwulan III-2016, aliran uang masuk (inflow)
tercatat sebesar Rp486,62 miliar, sementara aliran uang keluar (outflow) sebesar Rp456,47
miliar sehingga menghasilkan net inflow sebesar Rp30,16 miliar.
Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut
Seiring dengan penurunan aktivitas karena melambatnya pertumbuhan ekonomi pada
triwulan III-2016 serta lebaran yang jatuh pada awal Juli, terjadi net inflow karena adanya
pergeseran pola traksaksi. Hal tersebut menunjukkan perbedaan dibandingkan pola historisnya
yang menunjukkan net outflow pada tiga tahun ke belakang. Pada triwulan III-2016 jumlah uang
masuk (inflow) meningkat 23,58% (yoy), setelah sebelumnya tumbuh sebesar 15,66% (yoy).
Jumlah uang keluar (outflow) terkontraksi signifikan sebesar 45,11% (yoy) setelah pada triwulan
sebelumnya tumbuh 74,55% (yoy).
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang Rupiah dalam kondisi yang masih
relatif baru dan layak edar serta menjangkau masyarakat yang jauh dari wilayah perkotaan,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara (KPw BI Provinsi Malut) menyediakan
layanan kas titipan bekerjasama dengan perbankan di Halmahera Utara. Pada tahun 2017,
Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara
59
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
KPw BI Provinsi Malut akan membuka Pelayanan kas titipan di Halmahera Selatan,
bekerjasama dengan perbankan setempat.
Selain itu, KPw BI Provinsi Malut juga melakukan kegiatan kas keliling secara rutin ke
berbagai kabupaten/kota di wilayah Provinsi Maluku Utara. Selama triwulan III-2016 Unit
Operasional Kas KPw BI Provinsi Malut telah melaksanakan 6 kali kas keliling ke luar Kota
Ternate dan 21 kali kas keliling dalam kota.
Tabel 5.1 Kegiatan Kas Keliling Triwulan III-2016
Pada triwulan III-2016, ditemukan uang palsu sebanyak 18 lembar di wilayah kerja
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, jumlah ini meningkat dari temuan
triwulan sebelumnya dimana terdapat temuan sebanyak 17 lembar.
Dalam rangka melindungi masyarakat dari tindak kriminial pemalsuan uang, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Maluku Utara secara periodik melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian
uang rupiah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keaslian uang rupiah dan
meminimalisir temuan uang palsu. Sosialisasi dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan seperti
pasar (baik modern maupun tradisional), pusat pendidikan seperti universitas dan sekolah atau
kepada Pemerintah Daerah. Selain kegiatan sosialisasi secara langsung, Bank Indonesia juga
melakukan publikasi tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui media massa baik cetak
maupun elektronik.
5.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Nontunai
Perkembangan transaksi pembayaran nontunai di Maluku Utara yang tercermin dari
transaksi pada layanan kliring perbankan menunjukkan perlambatan seiring dengan
perlambatan pertumbuhan ekonomi dan belum dibayarkannya tunjangan kinerja sejak bulan
Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara
60
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Juli. Secara tahunan, transaksi kliring tumbuh melambat sebesar 3,99% (yoy). Sementara itu,
layanan keuangan digital kepada masyarakat di Maluku Utara semakin gencar seiring dengan
kebutuhan masyarakat akan akses keuangan digital yang kian tinggi.
5.2.1 Perkembangan Kegiatan Kliring
Transaksi nontunai melalui fasilitas kliring pada triwulan III-2016 tercatat sebesar
Rp244,49 miliar, tumbuh melambat 3,05% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh
sebesar 3,99% (yoy).
Melambatnya pertumbuhan transaksi melalui kliring di Maluku Utara ditengarai karena
menurunnya kegiatan ekonomi masyarakat sebagai dampak dari perlambatan ekonomi
sehingga perpindahan dana melalui kliring ikut berkurang. Selain itu, sektor usaha yang
melambat sebagai salah satu dampak performa APBD yang kurang baik juga berkontribusi
pada pengurangan transaksi melalui kliring.
Grafik 5.2 Perkembangan Kliring Maluku Utara
Sementara itu, rasio cek dan bilyet giro (BG) kosong masih terjaga di level yang sangat
rendah. Pada triwulan laporan, jumlah cek dan bilyet giro kosong tercatat sebesar 32 lembar
atau turun 11,11% (qtq). Adapun rasio nilai cek BG kosong terhadap cek BG yang diserahkan
pada triwulan III-2016 adalah sebesar 0,66%, meningkat dari rasio triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 0,60%
Sumber: ULNKP2SP KPw BI Maluku Utara
61
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 5.2 Perkembangan Cek BG Kosong
5.2.2 Perkembangan Keuangan Digital
Pada triwulan III-2016, jumlah agen Layanan Keuangan Digital (LKD) tercatat
sebanyak 411 agen yang tersebar di seluruh Provinsi Maluku Utara. Jumlah ini tumbuh
signifikan dibandingkan periode yang sama di tahun 2015, yakni 284,12% (yoy). Dengan
semakin banyaknya agen LKD di Maluku Utara, diharapkan masyarakat Maluku Utara mampu
menggunakan layanan keuangan digital dalam transaksi keuangan yang dilakukan sehari-hari
sehingga mewujudkan Less Cash Society.
Grafik 5.3 Perkembangan Jumlah Agen LKD di Maluku Utara
Sumber: ULNKP2SP KPw BI Maluku Utara
62
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
63
Kesejahteraan masyarakat Provinsi Maluku Utara terindikasi
meningkat. Dari sisi ketenagakerjaan, terjadi penurunan
jumlah pengangguran dibandingkan dengan tahun
sebelumnya dari 31 ribu jiwa menjadi 21 ribu jiwa.
Namun demikian, adanya penurunan performa keuangan
pemerintah yang berpengaruh pada sektor lainnya
diperkirakan berdampak pada penurunan ekspektasi dan
tingkat kesejahteraan masyarakat hingga akhir tahun 2016.
hteraan petani terindikasi mengalami penurunan.
6
Peningkatan
angkatan kerja yang
bekerja (yoy)
NTP
4,34%
103,68%
“Kesejahteraan masyarakat Maluku Utara terindikasi
meningkat”
“Masjid Al Munawar, Ternate” Courtesy : iloveindonesian.files.wordpress.com
KESEJAHTERAAN
KETENAGAKERJAAN &
64
KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN
6.1 Perkembangan Kesejahteraan
Melambatnya pertumbuhan ekonomi di triwulan III-2016 belum mempengaruhi
perkembangan ketenagakerjaan di Maluku Utara. Hal ini tercermin dari data BPS yang
menunjukkan pertumbuhan jumlah angkatan kerja yang bekerja sebesar 4,34% (yoy) serta
turunnya jumlah pengangguran sebesar 32,39% (yoy) dari 31 ribu jiwa pada tahun 2015
menjadi 21 ribu jiwa per Agustus 2016.
Dari sisi pelaku usaha, terjadi peningkatan penggunaan tenaga kerja yang tercermin
dari pencapaian SBT realisasi penggunaan tenaga kerja yang tercatat positif sebesar 2,84%.
Bertambahnya tenaga kerja terjadi pada sektor industri pengolahan dam sektor transportasi.
Dari hasil liaison, tenaga kerja, penambahan tenaga kerja pada pelaku usaha diwakili oleh
pencapaian likert scale yang tercatat sebesar 0,43.
Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara Agustus (ribu jiwa)
Grafik 6.1 Perkembangan Likert Scale Penggunaan Tenaga Kerja di Maluku Utara
2013 2014 2015 2016
735 753.8 773.18 792.5
473 481.5 513.6 524.5
Bekerja 155 456 482.54 503.5
Pengangguran 18 25.5 31.06 21
262 272.3 259.58 268
64.40% 63.90% 66.43% 66.19%
3.80% 5.30% 6.05% 4.01%TPT
Agustus
Penduduk 15 Tahun Keatas
Bukan Angkatan Kerja
Indikator
Angkatan Kerja
TPAK
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber : Liaison KPwBI Provinsi Maluku Utara, diolah
65
KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN
6.2 Nilai Tukar Petani (NTP)
Pada akhir triwulan III-2016, Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara tercatat sebesar
103,68, tumbuh sebesar 2,65% (yoy) setelah pada triwulan II-2016 tumbuh 2,65% (yoy).
Menurunnya NTP pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya dikarenakan
peningkatan biaya lebih tinggi dibandingkan harga jual hasil produksi. Kondisi ini selaras
dengan inflasi triwulanan yang juga mengalami peningkatan dari inflasi 3,87% (yoy) menjadi
inflasi 4,05% (yoy).
Grafik 6.2 Perkembangan NTP Maluku Utara
Pada triwulan ini, NTP Maluku Utara masih memiliki nilai lebih tinggi daripada NTP
Nasional. NTP tersebut berada pada peringkat keempat di wilayah Sulampua (Sulawesi,
Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat). Pada Triwulan III-2016, dari sepuluh
provinsi di wilayah Sulampua, tujuh provinsi mengalami peningkatan kesejahteraan petani yang
ditandai dengan NTP di atas 100. Sedangkan tiga provinsi lain yaitu Sulawesi Tengah, Papua,
dan Sulawesi Utara terindikasi mengalami penurunan kesejahteraan petani dengan NTP yang
lebih kecil dari 100.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
66
KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN
Tabel 6.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Wilayah Sulampua
Menurunnya NTP Maluku Utara terjadi pada dua sektor pertanian. Menurunnya NTP
ini disebabkan oleh kenaikan harga produk penunjang produksi pertanian. Di lain sisi, panen
komoditas tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan rakyat pada triwulan laporan
mendorong rendahnya pertumbuhan harga jual produksi pertanian.
Grafik 6.3 NTP per Subsektor di Maluku Utara
6.3 Tingkat Kesejahteraan
Seiring dengan terjaganya level inflasi, kesejahteraan masyarakat Maluku Utara
pada triwulan III-2016 terindikasi meningkat. Hasil survei konsumen mencatatkan indeks
penghasilan masyarakat meningkat dari 128 menjadi 131. Selain itu, dengan telah
Peringkat Provinsi NTP
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
67
KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN
ditetapkannya UMP tahun 2017 yang meningkat dari Rp1.681.000 menjadi Rp1.975.000 atau
meningkat sebesar 17,49% mendorong peningkatan persepsi kesejahteraan masyarakat.
Tabel 6.3 Perkembangan Upah Minimum Provinsi Maluku Utara
Ketidakpastian perekonomian global dan performa realisasi keuangan Pemerintah yang
memberikan dampak negatif pada beberapa sektor sedikit berpengaruh pada ekspektasi
masyarakat terhadap kondisi kesejahteraannya pada triwulan IV-2016 hingga enam bulan ke
depan. Hal ini tercermin pada penurunan indeks ekspektasi konsumen dari 132 menjadi 124.
Nilai Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Provinsi Maluku Utara pada Triwulan III-2016
mengonfirmasi adanya persepsi penurunan kesejahteraan masyarakat. Nilai ITK pada triwulan
laporan menurun menjadi 100,87 dari nilai 109,30 pada triwulan sebelumnya. Meski menurun,
indeks masih berada di atas 100 yang menunjukkan optimisme masyarakat akan keadaan
ekonomi ke depan.
68
KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN
69
Perekonomian Malut pada triwulan I-2017 diperkirakan tumbuh
lebih tinggi dari triwulan IV-2016 dan berada pada kisaran
5,31% (yoy) – 5,81% (yoy) dengan kecenderungan bias ke
bawah.
Dengan mempertimbangkan kondisi terkini serta risiko lonjakan
inflasi pada periode mendatang, inflasi pada triwulan I-2017
diproyeksikan pada kisaran 5,09% ± 1% (yoy).
7 PROSPEK PEREKONOMIAN
Proyeksi
Ekonomi
Tw I- 2017
Proyeksi Inflasi
Tw I-2017
5,31%
-
5,81%
5,09%
±
1%
“Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan
terakselerasi, namun dengan tekanan inflasi
yang meningkat”
70
PROSPEK PEREKONOMIAN >>
7.1 Prospek Pertumbuhan ekonomi
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan I-2017 diperkirakan tumbuh meningkat
dari triwulan berjalan dan berada pada kisaran 5,31% - 5,81% (yoy) dengan
kecenderungan bias ke bawah. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga akan menjadi
penggerak utama ekonomi Provinsi Maluku Utara pada triwulan mendatang. Sementara itu,
perbaikan produksi sektor pertanian (termasuk perikanan) dan meningkatnya produksi nikel
yang disertai dengan rencana relaksasi UU Minerba pada triwulan I-2017 mendatang
diperkirakan akan berdampak pada meningkatnya ekspor baik antar daerah maupun luar
negeri.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi dipicu dari membaiknya kinerja sektor
utama khususnya sektor perdagangan besar dan eceran dan sektor konstruksi. Selanjutnya, di
tengah melambatnya perekonomian global dan nasional, para pelaku usaha di Maluku Utara
masih sangat optimis terhadap perkembangan usahanya pada tahun 2017 mendatang. Hal
tersebut dikonfimasi dari hasil liaison kepada para pelaku usaha sektor utama di Maluku Utara
dengan nilai likert scale >1.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara dan Bank Indonesia, diolah
Grafik 7.1 Perkembangan PDRB Malut dan Proyeksinya
71
PROSPEK PEREKONOMIAN >>
Siklus La Nina yang masih akan berlangsung hingga akhir triwulan I-2017 mendatang,
diperkirakan akan sedikit menekan hasil produksi pertanian dan perikanan, namun dalam
koridor yang terbatas. Secara umum diperkirakan hasil produksi pertanian dan perikanan akan
masih meningkat. Selain itu, rencana relaksasi UU Minerba diperkirakan akan memberikan
ruang lebih luas bagi peningkatan ekspor Maluku Utara, utamanya dari komoditas nikel. Namun
demikian, seiring pembangunan smelter yang terus berlangsung apabila relaksasi UU Minerba
batal diimplementasikan, Maluku Utara masih akan mendapat stimulus pertumbuhan dari sektor
industri pengolahan.
Pelaksanaan Pilkada serentak di Kabupaten Pulau Morotai dan Kabupaten Halmahera
Tengah juga diperkirakan akan menjadi pendongkrak konsumsi pemerintah, namun masih akan
dibayangi adanya pembayaran utang oleh Pemerintah Provinsi Maluku Utara kepada PT SMI
yang akan mengambil pangsa lebih dari tiga persen anggaran belanja pemprov. Dengan
memperhatikan perkembangan terkini dan faktor-faktor risiko, diperkirakan perekonomian
Maluku Utara pada tahun 2017 akan tumbuh pada kisaran 5,56% - 6,06% (yoy).
7.1.1 Sisi Permintaan
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2017 terutama didorong oleh
terjaganya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada level yang tinggi. Pertumbuhan
konsumsi rumah tangga diperkirakan terjaga pada kisaran 6% (yoy) seiring dengan adanya
peningkatan UMP sebesar 17,49%, jauh lebih tinggi dari peningkatan tahun sebelumnya yang
hanya sebesar 6,59%. Kondisi ini juga didukung dengan kecenderungan harga komoditas nikel,
cengkih, fuli, dan pala yang diperkirakan terus membaik pada tahun 2017 mendatang sehingga
berdampak positif pada pendapatan masyarakat Maluku Utara. Pasokan nikel dunia yang terus
menurun akibat pengurangan produksi yang dilakukan negara produsen nikel menjadi faktor
pendorong harga nikel hingga awal tahun 2017. Terlebih lagi Filipina, yang saat ini menjadi
produsen utama nikel, pada tahun 2017 berencana akan menerapkan aturan pelarangan
ekspor mineral mentah seperti yang dilakukan oleh Indonesia.
Sementara itu, kegiatan ekspor baik luar negeri maupun antar daerah diprediksi
mengalami peningkatan sebagai efek lanjutan dari mulai beroperasinya smelter di Pulau Gebe
dan smelter Pulau Obi yang ditargetkan akan beroperasi pada Februari 2017 mendatang.
Peristiwa pengrusakan fasilitas smelter di Pulau Gebe yang sempat menghentikan produksi PT
Fajar Bhakti Lintas Nusantara (PT FBLN) selama beberapa hari pada pertengahan November
72
PROSPEK PEREKONOMIAN >>
2016 lalu, diharapkan tidak berlangsung lama dan tidak mengurangi kapasitas produksi nickel
pig iron PT FBLN.
Lebih jauh lagi, penguatan kerjasama antara Maluku Utara dengan Jawa Timur semakin
menguatkan kepastian pasar bagi produk hasil bumi Maluku Utara, utamanya cengkih, fuli, dan
pala. Harga komoditas hortikultura utamanya aneka cabai dan bawang merah, yang masih
berada pada level optimalnya, diperkirakan akan turut meningkatkan daya beli masyarakat.
Faktor penghambat pertumbuhan terutama berasal dari komponen investasi (PMTB).
Rendahnya investasi baru pada periode mendatang akibat telah terselesaikannya proyek-
proyek besar pada akhir tahun 2016 diperkirakan akan mengurangi pertumbuhan komponen
investasi. Terbatasnya ruang gerak fiskal juga diperkirakan akan berdampak pada
berkurangnya proyek-proyek infrastruktur besar di Maluku Utara. Meskipun pada tahun 2017
mendatang akan dilaksanakan pilkada serentak di dua kabupaten di Maluku Utara, namun
disetujuinya utang pemprov kepada PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) diperkirakan akan
membayangi pertumbuhan komponen konsumsi pemerintah. Lebih jauh lagi, target peningkatan
realisasi PAD yang bersumber dari bagi hasil perusahaan tambang disangsikan akan dapat
dicairkan sepenuhnya pada tahun 2017 mendatang.
7.1.2 Sisi Penawaran
Ditilik dari sisi penawaran, meningkatnya pertumbuhan pada triwulan I-2017 didorong
oleh terjaganya kinerja sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor administrasi
pemerintahan, sektor perdagangan dan sektor konstruksi. Di lain sisi, sektor industri
pengolahan, penyediaan makanan dan minuman, serta sektor jasa keuangan diestimasikan
tumbuh melambat pada tahun 2017 mendatang.
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, pertumbuhannya diproyeksikan akan lebih
tinggi dari tahun 2016. Meskipun siklus La Nina diperkirakan masih akan berlangsung hingga
akhir triwulan I-2016, diperkirakan dampak terhadap produksi pertanian dan perikanan di
Maluku Utara tidak akan terlalu signifikan. Mengingat ekstensifikasi program klaster dan
pembudidayaan ikan oleh pemerintah daerah semakin masif digalakkan. Berdasarkan hasil
liaison ke pelaku usaha sektor perikanan, rata-rata likert scale ekspektasi produksi tahun 2017
bernilai positif >1. Sementara itu, suhu permukaan air laut yang kembali normal diperkirakan
meningkatkan hasil tangkapan ikan selama tahun 2017 mendatang.
73
PROSPEK PEREKONOMIAN >>
Meningkatnya produksi sektor pertanian serta terjaganya konsumsi masyarakat
diperkirakan mampu menjaga pertumbuhan sektor perdagangan untuk tumbuh mendekati level
8% pada triwulan I-2017. Kerjasama dagang antara Maluku Utara dan Jawa Timur juga
memberikan kepastian pasar pada produk-produk Maluku Utara, utamanya hasil perkebunan
dan perikanan. Selain itu, pembukaan beberapa jalur transportasi laut dan udara baru diprediksi
juga berdampak positif pada aktivitas perdagangan di Maluku Utara.
Sementara itu, sektor pertambangan mulai mengalami peningkatan namun masih dalam
rentang yang terbatas. Dengan membaiknya harga nikel, perusahaan pertambangan nikel yang
masih beroperasi diperkirakan akan memperbaiki level produksinya setelah sebelumnya
dipangkas akibat turunnya harga nikel selama pertengahan tahun 2016. Beroperasinya smelter-
smelter baru juga menjadi peluang perluasan pasar bagi para penambang nikel sehingga turut
menjadi faktor pendorong untuk meningkatkan level produksi.
Perlambatan diperkirakan terjadi pada sektor industri pengolahan dan sektor jasa
keuangan dan asuransi. Permintaan global terhadap kopra yang menurun yang telah
berlangsung beberapa waktu ini, diperkirakan akan memberikan dampak pada pertumbuhan
industri pengolahan Maluku Utara. Tren global yang mulai bergeser pada permintaan air kelapa
dan kelapa segar, menyebabkan produsen lebih memilih untuk memanen kelapa mereka lebih
awal. Berdasarkan data World Bank permintaan kopra pada tahun 2016 menurun sebesar 0,6%
dibanding tahun sebelumnya. Sementara peningkatan permintaan kelapa segar dan air kelapa
peningkatannya lebih besar dari 50% dibanding tahun 2015 lalu. Harga kopra hingga triwulan
IV-2016 terpantau masih berada pada tren penurunan, oleh sebab itu para pengolah kopra di
Maluku Utara juga masih membatasi produksinya sembari menanti membaiknya harga kopra.
Sementara itu pertumbuhan kredit selama tahun 2016 yang cenderung melambat serta
rendahnya pertumbuhan simpanan dalam bentuk giro diperkirakan masih akan menjadi
penghambat kinerja sektor keuangan pada tahun 2017.
7.2 Outlook Inflasi Daerah
Tekanan inflasi kota Ternate pada triwulan I-2017 diperkirakan akan mengalami
peningkatan dibanding inflasi pada tahun berjalan. Peningkatan konsumsi rumah tangga
sebagai dampak dari meningkatnya UMP tahun 2017 sebesar 17,49% diperkirakan akan
menjadi salah satu sumber risiko utama. Diperkirakan jelang awal tahun 2017 mendatang
pemerintah juga akan melakukan evaluasi terhadap harga BBM yang sejak April lalu belum
berubah. Tren peningkatan harga minyak dunia yang terus berlangsung, diperkirakan akan
74
PROSPEK PEREKONOMIAN >>
mendorong penyesuaian harga BBM di Indonesia. Disamping itu, basis inflasi yang cukup
rendah pada tahun 2016 menjadi risiko munculnya base effect inflasi pada tahun mendatang.
Peningkatan pendapatan masyarakat yang cukup signifikan, apabila dilihat dari
peningkatan UMP, diperkirakan akan meningkatkan konsumsi masyarakat, utamanya untuk
barang kebutuhan sekunder dan tersier. Selain itu, efek lonjakan konsumsi akibat pilkada
kabupaten/kota diperkirakan akan cukup signifikan mendorong peningkatan inflasi pada triwulan
I-2017 mendatang. Sementara, untuk kebutuhan konsumsi rutin harian, diperkirakan pasokan
bahan makanan di Maluku Utara relatif akan lebih stabil pada triwulan I-2017 mendatang.
Gencarnya program pemerintah melakukan ekstensifikasi dan budidaya tanaman pangan dan
tanaman hortikultura penyebab inflasi seperti padi, aneka cabai, dan aneka bawang berdampak
positif pada stabilitas pasokan di Ternate. Dengan meningkatnya produksi komoditas tersebut
ketergantungan kota Ternate pada pasokan dari luar provinsi juga berkurang.
Peningkatan harga komoditas akibat penyesuaian harga BBM pada awal tahun 2017
mendatang diperkirakan akan memberikan dampak lanjutan pada peningkatan harga bahan
pokok dan sarana transportasi masyarakat. Mengingat bobotnya yang cukup besar,
diperkirakan apabila terjadi penyesuaian harga BBM tersebut, akan menyumbang peningkatan
inflasi yang cukup signifikan.
Hingga akhir 2017, risiko peningkatan tekanan inflasi diperkirakan muncul terutama dari
inflasi inti dan inflasi administered price. Dari inflasi inti, tekanan berasal dari komoditas
pendidikan yang menyesuaikan tarif sumbangan pendidikan untuk berbagai level pendidikan
mulai dari TK sampai dengan SLTA. Beberapa komoditas manufaktur juga berpotensi
mengalami peningkatan harga seiring penyesuaian harga yang diperkirakan masih akan
berlangsung, meski nilai tukar rupiah pada beberapa triwulan terakhir sudah mulai berada pada
nilai optimalnya. Meningkatnya pendapatan masyarakat sebagai efek dari peningkatan UMP
serta perbaikan kinerja sektor utama berpotensi meningkatkan harga komoditas bahan
bangunan. Sementara itu, dari sisi inflasi administered price, peningkatan tekanan inflasi dipicu
oleh rencana penyesuaian harga BBM, yang kemudian biasanya diikuti dengan kenaikan tarif
dasar listrik. Tekanan juga meningkat akibat ekspektasi masyarakat akan harga rokok sebagai
reaksi atas isu rencana pemerintah menaikan harga. Dengan memperhatikan risiko-risiko
tersebut, inflasi pada triwulan I-2017 diperkirakan berada pada kisaran 5,09% ± 1%. (yoy).
Sementara dengan memperhatikan potensi risiko sepanjang tahun 2017, diperkirakan inflasi
tahun 2017 diperkirakan berada pada kisaran 4,83% ± 1% (yoy).