non tes

65
mber 17, 2011 mihwanuddin Tinggalkan Komentar Go to comments INTRUMEN PENILAIAN NON TES MAKALAH Di Sampaikan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah “Pengembangan Pemikiran PAI” Oleh: M. KHOZIN M. AL-GHANIJ MUKARROM M. ROMDONI Dosen Pengampu :GUSNI SATRIAWATI Kelas :TARBIYAH PAI “D” SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO 2009 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik melalui bentuk tes uraian maupun tes objektif, tetapi juga dapat dinalia dengan alat non tes atau bukan tes. Alat –alat bukan tes yang sering digunakan antara lain ialah kuesioner dan

Transcript of non tes

mber 17, 2011 mihwanuddin Tinggalkan Komentar Go to comments

INTRUMEN PENILAIAN NON TES

MAKALAH

Di Sampaikan Untuk Memenuhi

 Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah

“Pengembangan Pemikiran PAI”

Oleh:

M. KHOZIN

M. AL-GHANIJ

MUKARROM

M. ROMDONI

Dosen Pengampu :GUSNI SATRIAWATI

Kelas :TARBIYAH PAI “D”

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

PONOROGO

2009

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik melalui bentuk tes uraian maupun tes objektif, tetapi juga dapat dinalia dengan alat non tes atau bukan tes. Alat –alat bukan tes yang sering digunakan antara lain ialah kuesioner dan wawancara, unjuk kerja, skala (penilaian, sikap, minat), observasi atau pengamatan, study kasus, dan sosiometri.

Penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan menggunakan alat melalui tes dalam meniali hasil dan proses belajar. Para guru pada umumnya lebih banyak menggunakan tes daripada non tes, mengingat alatnya mudah

dibuat, penggunaannya lebih praktis, dan yang dinalai terbatas pada aspek kognitif berdasarkan hasil yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.

1. Rumusan Masalah

1. Bagaimana intrumen penilaian non tes berupa wawancara?2. Bagaimana intrumen penilaian non tes berupa observasi?3. Bagaimana intrumen penilaian non tes berupa angket/kuesioner?4. Bagaimana intrumen penilaian non tes berupa unjuk kerja?

BAB II

 PEMBAHASAN

1. WAWANCARA

Wawancara adalah teknik untuk mandapatkan data dengan cara berhubungan dengan peserta didik (face to face relation). Wawancara  juga bisa dilengkapi dengan alat berupa tepe recorder, sehingga jawaban atas pertanyaan yang diajukan dapat dicatat dengan lebih lengkap.

Sebelum melaksankan wawancara perlu dirancang pedoman-pedoman wawancara. Pedoman-pedoman tersebut disusun dengan mnempuh langkah-langkah sebagai berikut:[1]

1. Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara.2. Setelah mengetahui tujuannya, tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dari wawancara

tersebut.3. Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni bentuk bersetruktur ataukah

bentuk terbuka4. Buatlah pertanyaan wawancara sesuai dengan bentuk wawancara.

Hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara:

1. Menjaga hubuangan yang baik, rahasia peserta didik harus dijaga dengan baik2. Batasi waktu dalam wawancara3. mencatat semua hasil wawancara

Contoh :

Tujuan             :Memperoleh informasi mengenai cara belajar siswa dirumah

            Bentuk                        :Bebas

            Responden      :Siswa yang memperoleh prestasi yang tinggi

            Nama siswa     :……………….

            Kelas               :……………….

            Jenis kelamin   :……………….

Pertanyaan Jawaban siswa Komentar dan kesimpulan hasil

wawancara1. Kapan dan berapa lama

anda belajar dirumah?2. Bagaimana anda

mempersiapkan diri untuk balajar secara efektif?

3. Seandainya anda mengalami kesulitan dalam mempelajarinya, usaha apa yang anda lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut?

2. OBSERVASI

Pengamatan adalah proses penilaian dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap tingkah laku pesserta didik di dalam kelas maupun diluar kelas. Sebagai alat  evaluasi pengamatan dipakai untuk: (a). Menilai minat, sikap dan nilai-nilai yang terkandung dalam diri peserta didik. (b). Melihat proses kegiatan pembelajaran baik individu maupun kelompok.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam membuat pedoman observasi langsung adalah sebagai berikut:[2]

1. terlebih dulu lakukan observasi langsung terhadap suatu proses tingkah laku.2. setelah diketahui, penilai menentukan segi-segi mana dari perilaku tersebut yang akan

diamati sehubungan dengan keperluannya.3. tentukan bentuk observasi tersebut.

Contoh

Mata pelajaran             PKN

Kelas/Semester            :IV/Genap

Indikator                     :Mengindahkan kepentingan orang lain

No Perilaku yang diamati Hasil pengamatan1 2 3 4 5

1 Mengganggu teman di kelas2 Kataatan peserta didik terhadap peraturan sekolah3 Menunaikan tugas kelompok

Keterangan

1 = tidak pernah

2 = jarang

3 = kadang-kadang

4 = sering

5 = selalu

3. ANGKET

Adalah alat pengumpulan data secara tertulis yang berisi daftar pertanyaan atau pernyataan yang disusun secara khusus dan digunakan untuk menggali dan menghimpun keterangan dan atau informasi sebagaimana dibutuhkan dan cocok untuk dianalisis.[3] Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun angket: Pertama, pertanyaan hendaknya pendek dan jelas. Kedua, mengandung satu jawaban. Ketiga, pertanyaan tidak boleh menyinggung peserta didik.

Contoh angket dalam bentuk puilihan ganda untuk mengetahui hasil belajar ranah afektif

1. dalam melaksankan ibadah sholat sekarang ini, saya merasa: 1. masih sulit untuk memusatkan diri2. dapat berkonsentrasi tetapi mudah sekali pudar3. tidak begitu sulit untuk berlkonsentrasi4. mudah untuk melakukan pemusatan perhatian5. senang karena dapat berdialog dengan Allah

contoh angket dalam bentuk likert dalam rangka mengungkap hasil belajar ranah afektif

1. hidup manusia di dunia ini selalu diwarnai  oleh silih bergantinya suasana sedih dan gembira. Suasana sedih dan gembira itu sebenarnya merupakan ujian dari Allah bagi umatNya. Terhadap pernyataan tersebut, saya:

1. sangat setuju2. setuju3. ragu-ragu4. tidak setuju5. sangat tidak setuju

4. UNJUK KERJA

Penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu[4].

Karakteristik dasar penilaian unjuk kerja adalah:

1. Peserta didik diminta untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam suatu aktivitas

2. Produk dari performance assessment lebih penting dari pada perbuatannya

Contoh: Gerakan shalat

Sikap awal gerakan ini adalah berdiri tegak menghadap ke kiblat. Gerakan selanjutnya adalah:

1. gerakan takbiratul ihrom2. gerakan ruku’3. gerakan i’tidal4. gerakan sujud5. gerakan duduk diantara dua sujud6. gerakan salam

BAB III

PENUTUP

Wawancara adalah teknik untuk mandapatkan data dengan cara berhubungan dengan peserta didik (face to face relation). Wawancara  juga bisa dilengkapi dengan alat berupa tepe recorder, sehingga jawaban atas pertanyaan yang diajukan dapat dicatat dengan lebih lengkap.

Pengamatan adalah proses penilaian dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap tingkah laku pesserta didik di dalam kelas maupun diluar kelas

Angket adalah alat pengumpulan data secara tertulis yang berisi daftar pertanyaan atau pernyataan yang disusun secara khusus dan digunakan untuk menggali dan menghimpun keterangan dan atau informasi sebagaimana dibutuhkan dan cocok untuk dianalisis

Unjuk kerja Penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.

REFERENSI

Fuadi, Athok Sistem Pengembangan Evaluasi. (Ponorogo Press, 2006).

Sudjana, Djudju Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung, PT Remaja Rosdakarya Offset: 2006

Sudjana, Nana Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung, PT Remaja Rosdakarya :1989

 

[1] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung, PT Remaja Rosdakarya :1989).hal.69.

[2] Ibid.hal.5.

[3] Djudju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. (Bandung, PT Remaja Rosdakarya Offset: 2006).177.

[4] Athok Fuadi, Sistem Pengembangan Evaluasi. (Ponorogo Press, 2006).

Makalah Evaluasi Pendidikan NON TES

BAB I

PENDAHULUAN

            A.    Latar Belakang

Evaluasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan

tingkah lakunya. Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik melalui bentuk

tes uraian maupun tes objektif,

Kegiatan mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting dalam dunia

pendidikan. Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut merupakan suatu siklus yang

dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana pencapaian pendidikan telah terlaksana. Contohnya

dalam evaluasi  penilaian hasil belajar siswa, kegiatan pengukuran dan penilaian merupakan

langkah awal dalam proses evaluasi tersebut. Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya

dituangkan dalam berbagai bentuk tes dan hal ini yang paling banyak digunakan. Namun, tes

bukanlah satu-satunya alat dalam proses pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan sebab

masih ada teknik lain yakni teknik “NON TES”.

Teknik non tes biasanya dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan secara

sistematis, menyebarkan angket, ataupun menilai/mengamati dokumen-dokumen yang ada

(Sudijono,2009). Pada evaluasi penilaian hasil belajar, teknik ini biasanya digunakan untuk

mengukur pada ranah afektif dan psikomotorik, sedangkan teknik tes digunakan untuk mengukur

pada ranah kognitif. Berikut ini akan dijelaskan tentang resume pengertian, bentuk-bentuk non-

tes, dan beberapa contoh dalam pelaksanaan teknik non tes.

Teknik non tes jarang dilakukan mengingat waktu yang diperlukan juga banyak dan juga

persiapan yang lebih daripada evaluasi menggunakan tes. Namun kepentingan yang ada

membuta teknik evaluasi non tes ini juga penting

           B.     Tujuan Makalah

1.      Untuk mengetahui pengertian teknik evaluasi non tes.

2.      Untuk mengetahui jenis-jenis evaluasi non tes.

           C.    Manfaat Makalah

1.      Untuk memberikan pengetahuan tentang pengertian teknik evaluasi non tes.

2.      Untuk memberikan pengetahuan tentang jenis-jenis evaluasi non tes.

BAB II

PEMBAHASAN

            A.    Pengertian

Teknik penilaian non tes jika dilihat dari kata yang menyusunya, maka non tes dapat kita

artikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga teknik ini

dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji peserta didik. Non tes biasanya

dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang

berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang

diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan

yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati

dengan Panca indera (Widiyoko, 2009)

           B.     Jenis-jenis teknik non tes

Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai keperibadian anak secara menyeluruh

meliputi:

1.      Pengamatan (observation)

Menurut Sudijono (2009) observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan

(data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.

a.       Tujuan utama observasi antara lain :

1)      Mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa

maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan

2)      Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara peserta

didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social

skill)

3)      Menilai tingkah laku individu atau proses yang tejadi dalam situasi sebenarnya maupun situasi

yang sengaja dibuat.

Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil

belajar peserta didik pada waktu belajar belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain.

Selain itu, observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar,

suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta  didik, hubungan guru

dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya

b.      Karakteristik Observasi

1) Mempunyai arah dan tujuan yang jelas.

2) Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional.

3) Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi.

4) Praktis penggunaannya.

c.       Pembagian Observasi

Jika kita melihat dari dari kerangka kerjanya, observasi dapat dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu:

1)         Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih

dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan

luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.

2)         Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver tidak     dibatasi oleh

suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu

sendiri.

Apabila dilihat dari teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu:

1)   Observasi langsung, observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki.

2)   Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun

alat tertentu.

3)  Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau

melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.

d.      kelebihan Dan Kekurangan Observasi

Menurut Arifin (2009) Kelebihan dan kekurangan observasi antara lain:

Kelebihan

1)      Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena.

2)      Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan

suatu kegiatan.

3)      Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan observasi.

4)      Tidak terikat dengan laporan pribadi.

Kekurangan

1)      Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang

menyenangkan dari observer ataupun observasi itu sendiri.

2)      Biasanya masalah pribadi sulit diamati.

3)      Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.

e.       Pedoman penyusunan observasi

Adapaun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi menurut Arifin (2009) adalah sebagai

berikut:

1. Merumuskan tujuan observasi

2. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi

3. Menyusun pedoman observasi

4. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan proses belajar peserta didik

dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam pembelajaran

5. Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi

6. Merefisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba

7. Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung

8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi

                             Berikut ini contoh format observasi

Nama Sekolah     : ………………

Mata Pelajaran     : ………………

Bahan Kajian       : ………………

Nama Guru  : …………..

Hari/tanggal : ……………

Pukul    : …………………

A.          Tujuan

         Tujuan penggunaan instrument ini adalah untuk mengukut kemampuan guru mengelola

pembelajaran askeb I (kehamilan) di kelas dengan model konstad

B.           Petunjuk

1)         Objek penilaian adalah kemampuan guru mengelola pembelajaran di kelas

2)         Bapak/ibu dapat memberikan penilaian, dengan cara member tanda cek (√) pada lajur yang

tersedia

3)         Makna angka penilaian adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup baik); 4 (baik)

No Aspek yang diamati/penilaianSkala Penilaian

1 2 3 4I. Fase Persiapan Mental

a.       Menyampaikan secara lisan hasil belajar dan indikator ketercapaian hasil belajar dan jika perlu member penjelasan

b.      Memotivasi mahasiswa dengan cara member informasi tentang pentingnya mengenal manfaat bahan kajian untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lainnya maupun kehidupan sehari-hari

c.       Memberitahukan beberapa pokok materi yang perlu dipahami mahasiswa yaitu pengetahuan prasyarat yang diaktifkan dan bagaimana mahasiswa dapat menggunakan pemahaman itu untuk mencapai hasil belajar

II. Fase Advance Organizera.       Mengaktifkan pengetahuan prasyarat mahasiswa

dengan cara :1.      Mempersilahkan mahasiswa membaca bagian

tertentu buku mahasiswa2.      Melakukan komunikasi interaktif dengan

mahasiswa. Materi inti dalam komunikasi interaktif ini termuat dalam lembar Advance Organizer (LAO)

b.      Mengaktifkan pola berpikir mahasiswa agar lebih terfokus pada bagaimana mengonstruksikan pengetahuan baru.

III. Fase Konstruksi Pengetahuan Barua.       Penyampaian masalah dalam wujud tertulis

kepada mahasiswa dengan cara :1.      Menyerahkan LKS dan memberi penjelasan

tentang bekerja dengan LKS tersebut2.      Mempersilahkan mahasiswa membuka buku

mahasiswa pada bagian tertentub.      Memberi kesempatan pada mahasiswa utnuk

menyelidiki masalah dengan cara mempersilahkan mahasiswa membaca LKS yang sudah diberikan. Dosen memantau mahasiswa yang sedang menyelidiki masalah

c.       Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memecahkan masalah dengan mengisi LKS, selanjutnya dosen berkeliling kelas memantau aktifitas mahasiswa dan jika perlu member masukan kepada mahasiswa secara individu. Dalam hal ini dosen tidak memberikan jawaban kepada mahasiswa tetapi dosen mengiuti jawaban mahasiswa.

d.      Dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan klarifikasi ide dengan cara:

1.      Mempersilahkan mahasiswa duduk dengan formasi kelompok

2.      Mempersilahkan mahasiswa berdisukusi dalan kelompoknya tentang hasil yang dicapai dalam mengisi LKS. Mengikuti diskusi mahasiswa dan member masukan berdasarkan jawaban mahasiswa

3.      Mempersilahkan wakil dua kelompok yang dipilih secara acak untuk mempresentasikan hasil disukusi

IV Fase Penguatan Kognitif BaruMenguji gagasan baru yang dikonstruksikan mahasiswa dengan cara :

a.       Memersilahkan mahasiswa mengerjakan soal tantangan yang sudah ditentukan dalam RP dan memantau pekerjaan mahasiswa

b.      Membahas bersama mahasiswa soal yang tidak dapat dipecahkan oleh kebayakan mahasiswa

c.       Melakukan penarikan kesimpulan menyeluruh tentang pelajaran pada tatap muka ini

V Pengelolaan WaktuVI Pengamatan suasana kelas :

a.       Siswa antusiasb.      Guru antusias

……………….,…………………………

                                                          Pengamat/ Penilai  

                                                              …………………………………..  

2.      Wawancara (interview)

a.       Pengertian

Menurut Sudijono (2009) wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan

yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan

dengan arah tujuan yang terlah ditentukan. Sedangkan menurut Bahri (2008) Wawancara adalah

komunikasi langsung antara yang mewancarai dan yang diwancarai.

Dari pengertian tersebut kita dapat simpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik

pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber. Komunikasi tersebut

dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung

(menggunakan alat komunikasi).

b.      Pembagian wawancara

Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam evaluasi, yaitu:

1)      Wawancara terpimpin (guided interview)

Yaitu biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau

wawancara sistematis (systematic interview), dimana wawancara ini selalu dilakukan oleh

evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu

dalam bentuk panduan wawancara (interview guide). Jadi, dalam hal ini responden pada waktu

menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan.

2)      Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview), biasanya juga dikenal dengan istilah

wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis (nonsystematic

interview) atau wawancara bebas, diamana responden mempunyai kebebasan untuk

mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh

evaluator. Dalam wawancara bebas, pewancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-

pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu,

mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganilis dan menarik

kesimpulan hasil wawancara bebas ini evaluator akan dihadapkan kesulitan-kesulitan, terutama

apabila jawaban mereka beraneka ragam. Mengingat bahwa daya ingat manusia itu dibatasi

ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil wawancara itu dicatat seketika.

c.       Hal-hal yang perlu diperhatikan

Dalam melaksanakan wawancara, ada beberapa hal yang harus diperhatikan evaluator

dalam pelaksanaan wawancara antara lain ; evaluator harus mendengar, mengamati, menyelidiki,

menanggapi, dan mencatat apa yang sumber berikan. Sehingga informasi yang disampaikan oleh

narasumber tidak hilang dan informasi yang dibutuhkan dapat ditangkap dengan baik. Selain itu

evaluator harus meredam egonya dan melakukan pengendalian tersembunyi. Kadang kala

banyak evaluator yang tidak dapat meredam egonya sehingga unsur subyektivitas muncul pada

saat menganalisis hasil wawancara yang telah dilaksanakan.

d.      Tujuan wawancara

Menurut Zainal (2009) ada 3 tujuan dalam melaksanakan wawancara yakni :

1) Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi

tertentu.

2) Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.

3) Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.

e.       Kelebihan Dan Kekurangan

Berbeda dengan observasi, wawancara memiliki kelebihan antara lain ;

1)      dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu

2)      mengetahui perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat

pertanyaan diajukan dan dijawab oleh sumber

3)      Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga sumber dapat memahami maksud

penelitian secara baik, sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan baik pula

4)      Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang telah ditetapkan

5)      Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.

Namun, wawancara juga memiliki kelemahan antara lain :

1)      memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya

2)      dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan

jawaban, masih bisa terjadi keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian

pewawancara.

Contoh pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilaksanakan pada saat wawancara:

Pertanyaan-pertanyaan :

1)      Apakah mahasiswa mengalami kesulitan memahami petunjtuk baik arahan dari dosen atau petunjuk dari dalam LKS?…………………………………………………………………………….

2)      Pada saat mengalami kesulitan apakah mahasiswa berusaha betanya kepada teman lain atau kepada dosen?……………………………………………………………………………

3)      Apakah bimbingan guru selalu dibutuhkan mahasiswa agar dapat memahami materi pelajaran?……………………………………………………………………………

4)      Apakah mahasiswa mempunyai buku paket atau referensi yang berhubungan dengan materi yang sedang dibahas?……………………………………………………………………………

5)      Apakah mahasiswa selalu mengerjakan tugas-tugas dari dosen?……………………………………………………………………………

6)      Apakah materi pelajaran dirasakan mahasiswa tidak ada manfaatnya dalam kehidupannya kelak?……………………………………………………………………………

7)       Apakah mahasiswa di luar jam ataupun di rumah berusaha belajar dengan teman yang lain?……………………………………………………………………………

8)      Apakah menurut mahasiswa lingkunga di sekolah (di dalam dan di luar kelas) kondusif untuk belajar?……………………………………………………………………………

9)      Apakah orang tua mahasiswa di rumah menyuruh untuk belajar?……………………………………………………………………………

10)  Apakah mahasiswa mempunyai keinginan untuk keluar dari kesulitan yang dihadapinya?……………………………………………………………………………

3.      Kuesioner

a.       Pengertian

Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang

akan diukur (responden). Adapun tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses

pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik

sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Hal ini

juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang menyatakan kuisioner adalah suatu

rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk

mendapatkan data.

Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang berkenaan

dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya: cara

belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya. Angket pada umumnya

dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam

bentuk pilihan ganda atau skala sikap.

b.      Tujuan kuesioner/ angket

Adapun beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah :

1) Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari siswa tentang pembelajaran matematika.

2) Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu.

3) Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar.

4) Membantu anak yang lemah dalam belajar.

5) Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika.

c.       Jenis kuesioner

Jenis-jenis kuesioner (menurut Yusuf , dalam Artiatiu, 2010)

1.       Kuesioner dari segi isi dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu:

1)      Pertanyaan fakta adalah pertanyaan yang menanyakan tentang fakta antara lain seperti jumlah

sekolah, jumlah jam belajar, dll.

2)      Pertanyaan perilaku adalah apabila guru menginginkan tingkah laku seseorang siswa dalam

kegiatan di sekolah atau dalam proses belajar mengajar.

3)      Pertanyaan informasi adalah apabila melalui instrument itu guru ingin mengungkapkan berbagai

informasi atau menggunakan fakta.

4)      Pertanyaan pendapat dan sikap adalah kuesioner yang berkaitan dengan perasaan, kepercayaan

predisposisi, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan objek yang dinilai.

2.      Kuesioner dari jenisnya dapat dibedakan atas 3 yaitu :

1)      Tertutup, kuesioner yang alternative jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu. Responden

hanya memilih diantara alternative yang telah disediakan.

2)      Terbuka, kuesioner ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya

tentang sesuatu yang ditanyakan sesuai dengan pandangan dan kemampuannya. Alternative

jawaban tidak disediakan. Mereka menciptakan sendiri jawabannya dan menyusun kalimat

dalam bahasa sendiri

3)      Tertutup dan terbuka, kuesioner ini merupakan gabungan dari kedua bentuk yang telah

dibicarakan. Yang berarti bahwa dalam bentuk ini, disamping disediakan alternative,  diberi 

juga  kesempatan  keoada  siswa/mahasiswa  untuk mengemukakan alternative jawabannya

sendiri, apabila alternative yang disediakan tidak sesuai dengan keadaan yang bersangkutan.

3.    Kuesioner dari segi yang menjawab dapat dibedakan atas 2, yaitu :

1)   Kuesioner langsung, yaitu kuesioner yang langsung dijawab/diisi oleh individu yang akan

diminta keterangannya.

2)   Kuesioner tidak langsung, yaitu kuesioner yang diisi oleh orang lain, (orang yang tidak diminta

keterangannya).

d.      Kelebihan dan kekurangan

Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument evaluasi,

diantaranya yaitu:

1) Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya

membutuhkan waktu yang sigkat.

2) Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama

3) Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan

Sedangkan kelemahan angket, antara lain:

1) Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang

kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali

2) Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin

dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas

menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.

3) Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak

yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali

angketnya.

4.      Riwayat Hidup

Ini adalah salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data pribadi seseorang

sebagaibahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek evaluasi

akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang

dinilai.

Evaluasi cara ini mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta

didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara

melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut

informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan kapan dan dimana peserta didik

dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga dan sebagainya. Selain itu juga

dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat

tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang lingkungan non-sosial, seperti

kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya (Sudijono : 2009).

Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan

tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik

dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta

5.      Studi kasus

a.          Pengertian

Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus untuk

melihat perkembangannya (Djamarah : 2000). Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat

lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab tiga

percayaan inti dalam studi kasus, yaitu:

1)      Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?

2)      Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?

3)      Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?

Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi ini

menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta didik sebagai

suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut.

Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai

sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang

digunakan adalah  depth-interview  , yaitu melakukan wawancara secara mendalam, jenis data

yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan

kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya.

b.      Kelebihan dan kekurangan

Seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai kelebihan dan

kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara mendalam dan

komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui  selengkap-lengkapnya. Sedangkan

kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan

BAB III

PENUTUP

                A.          Kesimpulan

Dari uraian diatas dapatlah kita simpulkan bahwa dalam melaksanakan evaluasi dalam

dunia  pendidikan kita tidak hanya semata dapat menggunakan instrument tes. Namun, kita bisa

menggunakan instrument tes dalam kegiatan pengukuran dan penilaian. Teknik-teknik non-tes

juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebihlebih evaluasi

yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti presepsinya terhadap mata

pelajaran tertentu, prsepsi terhadap guru, bakat dan minat, dan sebagainya. Yang semua itu tidak

mungkin dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat pengikutnya.Bentuk-bentuk

instrumren evaluasi non-tes  seperti wawancara (interview), pengamatan (observation), angket

(questionere), studi kasus, dan pemeriksaan dokumen  (documentary

           B.     Saran

Diharapkan para pendidik dan calon pendidik memahami bahwa evaluasi non tes juga

sangat penting     disamping evaluasi tes. Karena dapat dinilai sikap, afektif dan psikomotorik

dari mahasiswa sehingga dapat dijadikan panduan untuk meningkatkan kualitas kependidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arifin,Zaenal (2009),  Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur,  Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Arniatiu (2010). Evaluasi Pembelajaran. Makalah Perkuliahan. Padang : Non-Publikasi.

Bahri Djamarah, Saiful (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta

Bahri Djamarah, Saiful (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT.

Rineka Cipta,

Daryanto (2008), Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sudijono,Anas (2009) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Fuadi, Athok. Sistem Pengembangan Evaluasi. (Ponorogo Press, 2006).

Nana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda

Karya

Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara 

Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung, PT Remaja Rosdakarya :1

Widoyoko,S. Eko Putra (2009) Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis  Bagi

Pendidik dan Calon Didik, Yogyakarta: Pustaka Belajar

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/makalah-evaluasi-pendidikan-non-tes.html#ixzz2Dni3zBeJ

Otobiografi Dalam Pemahaman Individu Tehnik NonTes

Diposkan oleh Gibraltar blog Jumat, 24 Februari 2012

AUTOBIOGRAFI DALAM PEMAHAMAN INDIVIDU

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELINGJURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGANFAKULTAS ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2012

OTOBIOGRAFI DALAM PEMAHAMAN INDIVIDUOleh : Kelompok kerja 4

PENGANTARBiografi dan Autobiografi adalah alat pengumpul data dalam rangka program bimbingan di sekolah untuk mengetahui bagaimana perkembangan hidup murid tertentu secara menyeluruh dan garis besarnya ( Depdikbud, 1975 ). Autobiografi merupakan karangan yang ditulis oleh murid sendiri tentang riwayat hidupnya sampai saat sekarang (WS. Winkel, 1985). Berdasarkan dua pendapat tersebut autobiografi dapat kita artikan sebagai karangan riwayat hidup seseorang yang ditulis sendiri. Sedangkan kedudukannya dalam proses pemahaman individu adalah sebagai alat pengumpul data dalam rangka program bimbingan di sekolah. Tujuannya adalah untuk mengetahui perkembangan hidup murid secara menyeluruh.Setiap individu mempuyai perbedaan-perbedaan, mempuyai ciri khas sendiri, mempuyai minat dan selera sendiri-sendiri. Mereka perlu dipahami secara tepat. Untuk memahami siswa diperlukan alat ukur tes dan alat ukur non tes (Ruslan Abdul Gani, 1986, dalam buku Testing Psikologis Sebagai Teknik Memahami Individu halaman 3). Dengan Autobiografi, seorang konselor dapat mengetahui seluruh aspek kepribadian siswa dan informasi tentang diri siswa, sehingga dapat memudahkan konselor dalam memberikan bimbingan untuk siswa.Dalam autobiografi diceritakan berbagai kejadian penting di masa yang lalu, terungkapkan juga pikiran dan perasaan subyektif tentang kejadian yang disebutkan. Deskripsi kualitatif ini menolong konselor dalam memahami kehidupan batin siswa dan menbantu siswa untuk lebih menyadari garis besar riwayat perkembangannya sampai sekarang. Salah satu dari beberapa alat ukur non tes yang ada, salah satunya adalah Autobiografi.

PEMBAHASAN1. DefinisiAutobiografi merupakan karangan yang ditulis oleh murid sendiri tentang riwayat hidupnya sampai saat sekarang (WS. Winkel, 1985). Biografi dan Autobiografi adalah alat pengumpul data dalam rangka program bimbingan di sekolah untuk mengetahui bagaimana perkembangan hidup murid tertentu secara menyeluruh dan garis besarnya ( Depdikbud, 1975). Autobiografi adalah tulisan mengenai gambaran tentang kejadian-kejadian yang dialami oleh seseorang dalam hidupnya yang mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadinya yang ditulis oleh individu itu sendiri (Anonim). Jadi, Autobiografi merupakan biografi yang ditulis sendiri oleh yang bersangkutan.2. Tujuan dan Manfaat2.1 TujuanTujuan dari autobiografi adalah sebagai alat pengumpul data untuk mengetahui bagaimana perkembangan hidup individu tertentu secara menyeluruh. 2.2 ManfaatManfaat dari menulis suatu autobiografi tergantung dari kerelaan siswa untuk membuka diri; dari kemampuan individu untuk merefleksi diri; dari kemampuan individu untuk mengungkapkan pengalaman hidupnya secara tertulis; serta dari kemampuan petugas bimbingan untuk menginterpretasikannya secara bijaksana dan seimbang. Manfaat autobiografi tersebut bagi orang lain adalah:1. Memperoleh gambaran mengenai kejadian-kejadian penting dalam kehidupan individu.2. Mengetahui reaksi-reaksi pribadi atau sikap pribadi terhadap kejadian-kejadian penting yang dihadapi individu dalam kehidupannya.3. Memperoleh data mengenai individu / pribadi murid dan lingkungan hidupnya.

3. Macam-macam Autobiografi Berdasarkan Bentuk3.1. Autobiografi terstrukturAutbiografi terstruktur biasanyanya terbatas pada topik-topik tertentu.  Autobiografi terstruktur menguraikan aneka topik yang luas dalam urutan tertentu atau hanya menanggapi singkat topik yang ditunjuk. 3.2. Autobiografi tidak terstrukturAutobiografi tidak terstruktur biasanya disebut komprehensif. Autobiografi ridak terstruktur biasanya menyajikan riwayat hidup tanpa berpegang pada suatu kerangka yang diikuti secara ketat, dengan memasukkan segala sesuatu yang dianggap penting.

4. Data – data yang Diperoleh     1. Keterangan tentang diri:    a. Nama lengkap, nama panggilan    b. Tempat, tanggal lahir.    c. Alamat asal.    d. Tempat tinggal sekarang.e. Cita-citaf.  Pengalaman yang paling mengesankang. Riwayat pendidikan

        g.1. Tuliskan sekolah yang pernah anda masuki, namanya, dimana, kapan masuk dan keluarnya.        g.2. Pernahkan anda tinggal kelas, di kelas berapa, di sekolah apa dan mengapa.        g.3. Sebutkan mata pelajaran yang anda sukai dan yang kurang anda sukai pada masing-masing sekolah yang anda masuki.        g.4. Sebutkan kegiatan ekstra kurikuler yang anda sukai pada masing-masing   sekolah.        g.5. Sebutkan dan jelaskan pengalaman yang paling berkesan bagi anda di    setiap sekolah.        g.6. Apakah rencana anda setelah tamat dari sekolah.3. Saya dan keluarga.    b. Apakah anda hidup dengan keluarga ? Jika tidak, mengapa ?    c. Nama, umur dan pekerjaan orang tua.    d. Nama, umur dan pekerjaan saudara-saudara anda.    e. Kebiasaan, bakat, minat dari keluarga anda.    f. Bahasa yang biasa dipergunakan.    g. Terangkan hal-hal yang masih diingat sebelum masuk Sekolah Dasarh. Keadaan orang tua4. Riwayat kesehatana. Penglihatan dan pendengaranb. Penyakit yang paling berat yang anda derita dalam hidup, dimana, kapan, mengapa dan berobat kepada siapa.c. Pernahkan anda ditimpa kecelakaan, jenis apa, kapan, dan apa akibatnya.5. Kegiatan yang digunakan untuk mengisi waktu luanga. Apakah hobi anda ?b. Apakah anda seorang kolektor ? Jika ya, jelaskan kegiatan anda yang     berhubungan dengan hal itu.c. Apakah anda berpartisipasi dalam kegiatan olah raga atau organisasi ?d. Sebutkan dan jelaskan bacaan dan film yang anda senangi.6.    Hubungan dengan teman-teman

5. Instrumen5.1.       BukuBuku adalah alat atau media yang dapat digunakan untuk menulis Autobiografi.Dengan menggunakan buku, penulis dapat menuangkan segala bentuk pengalaman pribadi atau hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya.5.2.       InternetSelain buku, sekarang banyak orang merambah ke dunia intermet untuk menulis autobiografinya. Biasanya mereka menulis di blog, dengan demikian setiap orang dapat mengakses tentang autobiografi penulis hanya dengan membuka alamat webnya.

6. Teknik/Langkah-langkah    6.1 Perencanaan        6.1.1. Mencari database yang dibutuhkan tentang individu yang akan        dipelajari    6.2. Pelaksanaan        6.2.1. Mempelajari dan memahami hal-hal yang menonjol dalam            autobiografi

        6.2.2. Memperhatikan Setiap kejadian penting yang ditulis dalam            autobiografi    6.3. Evaluasi        6.3.1. Membuat laporan hasil analisis database    6.4. Analisis Hasil Evaluasi    Melakukan analisis terhadap laporan hasil pengamatan. Setelah melakukan analisis data, kita berikan tindak lanjut terhadap seberapa besar perkembangan tiap individu yang kita amati.    6.5. Tindak Lanjut    Memberikan bimbingan kepada individu yang mengalami hambatan. Bantuan yang diberikan disesuaikan dengan data autobiografi yang telah dipelajari dan dievaluasi. Sedangkan untuk individu yang tidk mengalami hambatan yang serius dalam perkembangan tetap diberikan layanan bimbingan. Bimbingan yang diberikan sesuai dengan minat, bakat dan kecenderungan pribadi sesuai data yang telah dipelajari dan dievaluasi.6.6. Laporan        6.6.1. Laporan Tertulis                6.6.2. Laporan Dokumentasi Fisik

7. Hal yang perlu Diperhatikana.    Harus ada kepastian bahwa penulisan autobiografi akan membantu siswa mengatasi  masalah yang dihadapi. Kalau ada indikasi bahwa siswa akan bertambah bingung kalau disuruh menulis autobiografinya lebih baik tidak usah menulis. Konselor dapat menanyakan pengalaman-pengalaman di masa lalu sejauh perlu ditanyakan.b.    Konseli tidak boleh dipaksa untuk menulis untuk menulis autobiografi. Penulisan autobiografi hanya dapat diusulkan.c.    Konselor harus menilai dulu, apakah siswa memang mampu untuk mengungkapkan semua secara tertulis dan sudah cukup matang dalam refleksi diri.d.    Konselor perlu menekankan bahwa segi teknik pembahasan tidak akan diperhatikan; spontanitas dalam ekspresi dan keterbukaanlah yang diharapkan, bukan kesempurnaan dalam teknik penulisan.e.    Pada umumnya lebih baik konselor memberikan beberapa petunjuk tentang topik-topik yang harus diungkapkan, dengan menperhatikan masalah yang sedang dicari penyelesaiannya. Dengan demikian karangan akan berbentuk terstruktur dan relevan isinya bagi informasi yang dibutuhkan.f.    Kerahasiaan autobiografi harus dijamin sepenuhnya. Untuk itu konseli dapat ditawari menerima kembali karangannya setelah dipelajari oleh konselor.g.    Dalam mengadakan interpretasi konselor akan mencari jawaban atas serentetan pertanyaan.h.    Seandainya konseli tidak menerima usul untuk menulis autobiografi atau dipandang kurang mampu menyusunnya, konseli dapat ditanyai apakah dia mempunyai suatu buku harian yang diisi secara berkala. Kalau demikian, konselor dapat minta ijin untuk melihatnya karena didalamnya mungkin terdapat informasi yang bermanfaat.i.    Kadang-kadang sepucuk surat yang berisi ungkapan permasalahan bersama latarbelakangnya, sedikit banyak dapat menggantikan autobiografi. Ada siswa yang baru dapat berbicara secara leluasa, setelah masalahnya diuraikan secara tertulis terlebih dahulu.

PUSTAKAW.S Winkel & M.M. Sri Hastuti.2004.Bimbingan dan Konseling di Institusi    Pendidikan.Yogyakarta:Media Abadi.

Anonim.2010.Autobiografi dan Biografi. Diakses dari alamat blog    http://vrastoadjie.blogspot.com/2010/09/autobiografi-dan-biografi.html pada           tanggal 20    Februari 2012.Konselor.2010.Metode Biografis (Bahan Kuliah Pemahaman Individu Teknik      Nontes). Diakses dari    alamat blog http://susilorahardjo.blogspot.com/2010/10/metode-biografis.html pada    tanggal 20 Februari 2012.Anonim.2009. diakses dari alamat internet bk2009.files.wordpress.com/2010/06/ppt-oto.pptx pada    21 Februari 2012.

Education

Pendidikan Bagi Kita Semua

Rabu, 22 September 2010

Instrumen Penilaian Non Tes

PENDAHULUAN

Pengajaran merupakan upaya guru secara konkret dilakukan untuk menyampaikan bahan kurikulum agar dapat diserap oleh murid. Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri dari berbagai komponen berupa tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian. Dalam hubungan itu, tujuan menempati posisi kunci. Bahan adalah isi pengajaran yang apabila dipelajari siswa diharapkan tujuan akan tercapai. Metode dan alat berperan sebagai alat pembantu untuk memudahkan guru dalam mengajar dan murid dalam belajar. Sedangkan penilain dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah murid telah mengalami proses pembelajaran yang ditujukan oleh perubahan perilakunya.Hasil belajar dari proses belajar tidak hanya dinilai oleh test, tetapi juga harus dinilai oleh alat-alat non test atau bukan test. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan sifat-sifat kepribadian murid yang berhubungan dengan kegitan belajar. Sasaran test ini adalah perbuatan, ucapan, kegiatan, pengalaman,tingkah laku, riwayat hidup, dan lain-lain. Menurut Hasyim (1997;9) ”penilaian non test adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswa-siswa secara langsung dengan tugas-tugas yang riil”.Adapun menurut Sudjana (1986;67), kelebihan non test dari test adalah sifatnya lebih komprehensif, artinya dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek efektif dan psikomotorik, yang dinilai saat proses pelajaran berlangsung.Disini pemakalah akan membahas secara lebih lanjut tentang pengembangan instrumen non tes.

PEMBAHASAN

A. Hakikat Penilaian Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dalam KTSP adalah penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan/atau pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar

(KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL).Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik.

B. Pengertian Penilaian Non TestBelajar dan mengajar mengandung 3 unsur yaitu perencanaan pengajaraan kegiatan belajar mengajar dan penilaian . Pada dasarnya penilaian atau evaluasi bukan halyang baru dalam proses pencapaian tujun pengajaran, karena penilaian merupakan tuntutan logis dari hakikat belajar mengajar. Hal ini disebabkan karena dari seluruh rangkaian belajar mengajar, penilaian menentukan dan mengukur seberapa besar pelajaran yang sudah dikuasai oleh anak didik, dan apakah kegiatan pengajaran yang telah dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan (Hasan dan Zainul, 1992). Ditinjau dari segi bahasa, sebagaimana dikutip dari buku Kamus lengkap Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa penilaian diartikan sebagai proses menggunakn nilai suatu objek untuk dapat menentukan suatu nilai atau hanya suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria (Poerwaderminta, 1984: 671). Sedangkan menurut Sudjana (1989: 3), “Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepda objek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu”. Adapun menurut Hasyim (1997: 103), “Penilaian meliputi seluruh proses dan alat yang digunakan oleh guru untuk mengambil keputusan mengenai perkembangan atau penilaian hasil belajar siswanya”.Dari beberapa pendapat di atas, maka penilaian diartikan sebuah istilah umum yang menunjukkan sebuah rentang segala prosedur yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai belajar siswa (pengamatan, penilaian, penampilan atau proyek test tertulis) dan pembentukan nilai dan pertimbangan mengenai kemajuan belajar sisiwa.Mengingat penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar yang digunakan baik siswa maupun guru dan pencapaian tujuan-tujuan pengajaran, maka dalam penilaian yang dilihat sejauh mana keefektifan dalam efisiensinya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akaibat dari proses. Pada umumnya alat penilaian dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu test dan non test. Kedua jenis ini dapat digunakan untuk menilai sasaran penilaian. Menurut Sudjana (1989:6) “Pengertian test sebagai alat penilaian adalah pernyataan-pernyataan yang diberikan pada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (test lisan) dan dalam bentuk tertulis (test tertulis) atau dalam bentuk perbuatan (test tindakan)”.

Pada umumnya penilaian non test adalah penilaian pengamatan perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera.Adapun menurut Hasyim (1997: 8) ”Penilaian non test adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswa secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam proses pembelajaran. Contoh penilaian non test banyak terdapat pada keterampilan menulis untuk bahasa, percobaan laboratorium sains, bongkar pasang mesin, teknik dan sebagainya”. Disamping penilaian non test merupakan suatu kesatuan dengan penilaian test lainya, karena test pada dasarnya menilai apa yang diketahui, dipahami, diaplikasikan atau yang dapat dilakukan oleh pesrta didik dalam tingkatan proses mental yang lebih tinggi. Meskipun itu dapat didemonstaasi dalam tingkah lakunya. Karena itu dibutuhkan beberapa penilaian non test yang merupakan bagian keseluruhan dari penilaian hasil belajar peserta didik. Dan penilaian non test ini pula merupakan penilaian etentik yang menilai keterampilan dan pemahaman dengan menilain secara langsung performasi murid dengan setting yang alami.Meskipun bentuk-bentuk test formal sangat lazim digunakan sampai pada test yang digunakan, tetap saja ditemukan berbagai kelemahan didalam sistemnya. Kelemahan tersebut antara lain penilain yang hanya berfokus pada aspek kognitif dengan materi dan keterampilan yang sangat terbatas, tidak memerlukan nalar dan keterampilan pemecahan masalah,serta tidak menilai menerapkjan secara langsung dalam dunia nyata untuk mengatasinya, diperlukan jenispenilaian lain yaitu non test.C. Fungsi Penilaian Non Test.Inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai pada objek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu. Mengimplementasikan adanya suatu perbandungan antara criteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa, yaitu adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, efektif dan psikomotorik. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Sejauh mana keaktifan dan efensiensinya dalam perubahan tingkah laku siswa.Sejalan dengan pengertian tentang penilaian non test yang dikemukakan oleh Hasyim (1997:6), penilaian non test berfungsi antara lain sebagai berikut:1. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaiain dapat mengacu pada rumusan-rumusan instruksional.2. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan siswa, strategi mengajar guru, dan lain-lain.3. Dalam menyusun laporan pengajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nila-nilaii prestasi yang didapatinya.4. Dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.5. Dapat memberikan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak sekolah pada pihak pihak yang lain, karena diperoleh langsung dari proses belajar baik di kelas, laboratorium, lapangan, dan lain-lain.

D. Teknik Non – TestTeknik non-tes merupakan prosedur mengumpulkan data untuk memahami pribadi siswa pada umumnya bersifat kualitatif.Alat penilaian dapat berarti teknik evaluasi. Tehnik evaluasi nontes berarti melaksanakan penilain dengan tidak mengunakan tes. Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.Alat penilaian yang non-test, yang biasanya menyertai atau inheren dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat banyak macamnya. Di antaranya bisa disebutkan adalah observasi (baik dengan cara langsung, tak langsung, maupun partisipasi), wawancara (terstruktur atau bebas), angket (tertutup atau terbuka), sosiometri, checklist, concept map, portfolio, student journal, pertanyaan-pertanyaan, dan sebagainya.Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak dapat diukur dengan alat tes. Sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek efektif psikomotor.Beberapa macam teknik non-tes diantaranya yaitu:1. Observasi (pengamatan)Yaitu teknik atau cara mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah laku). Yang paling berperan disini adalah panca indra atau pengindraan terutama indra penglihatan. Selain itu observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.Adapun ciri-ciri observasi sebagai berikut: dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu direncanakan secara sistematis hasilnya dicatat dan diolah sesuai tujuan perlu diperiksa ketelitiannya.

a. Pembagian ObservasiMenurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:1) Observasi partisipatif dan nonpartisipatifObservasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.2) Observasi sistematis dan observasi nonsitematis Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati. Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati.

Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga.Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.3) Observasi EksperimentalObservasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:a. Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.b. Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.c. Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data.b. Sifat Observasi Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:1. Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran2. Direncanakan secara sistematis 3. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan4. Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya.c. Kelebihan dan Kelemahan ObservasiObservasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:1. Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.2. Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting3. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket4. Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.

Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:1. Observer tiidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.2. Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.3. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya.Langkah-langkah menyusun observasi :

1. Merumuskan tujuan2. Merumuskan kegiatan3. Menyusun langkah-langkah4. Menyusun kisi-kisi5. Menyusun panduan observasi6. Menyusun alat penilaian

2. Wawancara (Interview)Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja.Wawancara adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to pace relition) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal : 1. Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai2. Keterampilan pewawancaraKeterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan wawancara.3. Pedoman wawancara Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.Langkah-langkah penyusunan wawancara :1. Perumusan tujuan2. Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai3. Penyusunan kisi-kisi4. Penyusunan pedoman wawancara5. Lembaran penilaianKelebihan dan kelemahan wawancaraKelebihan wawancara yaitu :1. Wawancara dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi4. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek.5. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan observasi dan angket.

Sedangkan Kelemahan wawancara:1. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang diwawancarai.2. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan wawancara3. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara 4. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:a. Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis (Systematic Interview) yaitu interview yang dilkukan oleh subyek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disiapkan oleh penanya. Pertanyaan itu kadang-kadang bersifat sebagai yang memimpin, mengarahkan, dan penjawab sudah dipimpin oleh sebuah daftar cocok, sehingga dalam menulis jawaban ia tinggal membubuhkan tanda cocok di tempat yang sesuai keadaan responden.b. Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancata sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic Interview), atau wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subyek evaluasi.3. AngketAngket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden.Beberapa petunjuk untuk menyusun angket: gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti lengkap susun kalimat sederhana tapi jelas hindari kata-kata yang sulit dipahami pertanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab hindarkan kata-kata yang negatif dan menyinggung perasaan responden.Tentang macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi :a) Ditinjau dari segi siapa yang menjawab:(1) Kuesioner langsungKuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang drinya.(2) Kuesioner tidak langsungAdalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang diminta keterangannya. Kuisioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainyab) Ditinjau dari segi cara menjawabnya:(1) Kuesioner tertutupAdalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawabam lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.(2) Kuesioner terbuka

Adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapat. Kuesioner terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Keterangan tentang alamat pengisi, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang.

Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat anak, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.Kelebihan angket antara lain:1. Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.2. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama3. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkanSedangkan kelemahan angket, antara lain:1. Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali.2. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.3. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.Langkah-langkah menyusun angket :1. Merumuskan tujuan2. Merumuskan kegiatan3. Menyusun langkah-langkah4. Menyusun kisi-kisi5. Menyusun panduan angket6. Menyusun alat penilaian

4. Catatan anekdotYaitu catatan otentik hasil observasi yang menggambarkan tingkah laku murid atau kejadian dalam situasi khusus, bisa menyangkut individu juga kelompok. Dengan menggunakan catatan anekdot guru dapat:a. Memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan anak.b. Memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari gejala tingkah laku murid.c. Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan murid.

Catatan anekdot yang baik memiliki syarat-syarat sebagai berikut:a. ObjektifUntuk mempertahankan objektivitas dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: Catatan dibuat sendiri oleh guru. Pencatatan dilakukan segera setelah suatu kegiatan terjadi.

Deskripsi dari suatu peristiwa dipisahkan dari tafsiran pencatatan sendiri.b. DeskriptifCatatan suatu peristiwa mengenai murid hendaknya lengkap disertai latar belakang, percakapan dicatat secara langsung, dan kejadian-kejadian dicatat secara tersusun sesuai dengan kejadiannya.c. Situasi yang dicatat adalah situasi yang relevan dengan tujuan dan masalah yang sedang menjadi perhatian guru sesuai keadaan murid.

5. AutobiografiYaitu sebuah karangan pribadi seseorang (siswa) yang murni hasil dirinya sendiri tanpa dimasuki pikiran dari orang lain, ini lebih menjurus tentang pengalaman hidup, cita-cita dan lain sebgainya.Autobiografi bagi guru bertujuan untuk mengetahui keadaan murid yang berhubungan dengan minat, cita-cita, sikap terhadap keluarga, guru atau sekolah dan pengalaman hidupnya.Autobiografi ini dalam pembuatannya dibagi kedalam dua jenis, yaitu karangan terstruktur dan tidak terstruktur.1. TerstrukturKarangan pribadi ini disusun berdasarkan tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya, seperti: cita-citaku, keluargaku, teman-temanku, masa kecilku dan sebagainya.2. Tidak terstrukturDi sini murid diminta membuat karangan pribadi secara bebas, dan tidak ditentukan kerangka karangan terlebih dahulu.6. SosiometriTeknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi dengan menghubungkan atau interasksi sosial diantara murid. Dengan sosiometri guru dapat mengetahui tentang: murid yang populer (banyak disenangi teman). murid yang terisolir (tidak dipilih/disukai teman). klik (kelompok kecil, 2-3 orang murid).Sosiometri juga dapat digunakan untuk: memperbaiki hubungan insani diantara anggota-anggota kelompok tertentu. menentukan kelompok kerja meneliti kemampuan memimpin seorang individu dalam kelompok tertentu untuk suatu kegiatan tertentu.7. Skala penilaian/ rating skalaSkala penilaian digunakan untuk mengetahui keterangan tentang proses pembelajaran, misalnya: sikap peserta didik dalam mengikuti pelajaran matematika.8. Daftar cocokMaksudnya adalah suatu tes yang berbentuk daftar pertanyaan yang akan dijawab dengan membubuhkan tanda cocok ( √ ) pada kolom yang telah disediakan.

9. Riwayat hidupIni adalah salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data pribadi seseorang sebagai bahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek evaluasi akan dpat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang dinilai.

E. Pengembangan Instrumen Penilaian Pengembangan Instrumen Penilaian yang dikembangkan perlu memperhatikan hal-hal berikut : berhubungan dengan kondisi pembelajaran di kelas dan/atau di luar kelas. relevan dengan proses pembelajaran, materi, kompetensi dan kegiatan pembelajaran. menuntut kemampuan berpikir berjenjang, berkesinambungan, dan bermakna dengan mengacu pada aspek berpikir Taksonomi Bloom mengembangkan kemampuan berpikir kritis seperti: mendeskripsikan, menganalisis, menarik kesimpulan, menilai, melakukan penelitian, memecahkan masalah, dsb. mengukur berbagai kemampuan yang sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik. mengikuti kaidah penulisan soal.F. Langkah-Langkah Dalam Pengembangan Instrumen Non TesLangkah-langkah dalam pengembangan instrumen non tes (dilihat dari afektif dan psikomotor):1. Menentukan spesifikasi instrumen2. Menulis instrumen3. Menentukan skala pengukuran4. Menentukan penskoran5. Menelaah instrument6. Melakukan uji coba7. Menganalisis hasil uji coba8. Melaksanakan pengukuran9. Menafsirkan hasil pengukuranPENUTUPPada umumnya penilaian non test adalah penilaian pengamatan perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera.Pengembangan Instrumen Penilaian yang dikembangkan perlu memperhatikan hal-hal berikut : berhubungan dengan kondisi pembelajaran di kelas dan/atau di luar kelas. relevan dengan proses pembelajaran, materi, kompetensi dan kegiatan pembelajaran. menuntut kemampuan berpikir berjenjang, berkesinambungan, dan bermakna dengan mengacu pada aspek berpikir Taksonomi Bloom mengembangkan kemampuan berpikir kritis seperti: mendeskripsikan, menganalisis, menarik kesimpulan, menilai, melakukan penelitian, memecahkan masalah, dsb. mengukur berbagai kemampuan yang sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik. mengikuti kaidah penulisan soal.Langkah-langkah dalam pengembangan instrumen non tes (dilihat dari afektif dan psikomotor): Menentukan spesifikasi instrumen Menulis instrumen Menentukan skala pengukuran

Menentukan penskoran Menelaah instrument Melakukan uji coba Menganalisis hasil uji coba Melaksanakan pengukuran Menafsirkan hasil pengukuran

Diposkan oleh Andi "Ghothenx" El-Faraby di 10:54:00 PM

TEKNIK EVALUASI DATA NON TES

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah “Teknik Evaluasi Pendidikan”

Di susun oleh:

Nur rina mufida

M. Syamsul Huda

Nana wijayanti

 

 

Dosen pengampu:

Gusni Satriawati

 

 

 

Jurusan Tarbiyah

Program Studi Pendidikan Agama Islam

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAMNEGERI

(STAIN) PONOROGO

2009

BAB I

PENDAHULUAN

 

Kegiatan mengukur atau melakukan pengukuran adalah merupakan kegiatan yang paling umum dilakukan dan merupakan tindakan yang mengawali kegiatan evaluasi dalam penilaian hasil belajar.

Tehnik evaluasi disebut juga instrumen atau alat pengumpul data[1] hasil belajar, tidak hanya tertuang dalam bentuk tes dengan berbagai bentuk atau variasinya, akan tetapi masih ada teknik lainya yang bisa digunakan, yaitu teknik non tes.

Teknik non tes pada umumnya memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap (affective domain) dan ranah ketrampilan (Psychomotoric domain), sedangkan teknik tes lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berfikirnya (cognitif domain).[2]

Dengan tenik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observasi), melakukan wawancara (interview), menyebar angket (quistionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis),[3] dan juga dapat dilakukan dengan teknik skala nilai, teknik evaluasi partisipatif, studi kasus dan sosiometri.

Dalam makalah ini kami akan membahas terkait dengan teknik evaluasi atau instrumen pengumpulan data dengan bentuk teknik analisis dokumentasi,  studi kasus, dan sosiometri, teknik evalusi partisipasif.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

1.      Analisis dokumentasi (pemeriksaan dokumen)

Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan melakukan pemeriksaan dokumen-dokumen, misalnya dokumen yang memuat informasi mengenai daftar pribadi (personality infentory); seperti kapan peserta didik dilahirkan, agama yang dianut dan lain-lain, dan juga mengenai riwayat hidup (auto biografi) seperti: apakah ia pernah tinggal kelas, apakah ia pernah meraih atau mendapatkan penghargaan dan masih banyak lagi yang lainya.

Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh melalui sebuah dokumen berbentuk formulir atau blanko isian yang harus diisi pada saat peserta didik untuk pertama kali diterima sebagai siswa di sekolah yang bersangkutan.

Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik orang tua dan lingkunganya pada saat tertentu akan sangat dibutuhkan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya.[4]

Melalui analisis dokumen data pribadi dapat memberikan sumber keterangan untuk mengadakan penilaian tentang data pribadi siswa, memberikan bimbingan belajar secara optimal dan mengarahkan pilihan karir jabatan dimasa mendatang.[5]

2.      Studi kasus.

Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang mengalami suatu kasus tertentu. Kelebihan studi kasus dan studi lainya adalah bahwa subjek dapat dipelajari secara mendalam dan menyeluruh. Namun, kelemahanya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subjektif, artinya hanya untuk individu yang bersangkutan dan belum tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain. Pada umunya permasalahanya berkenaan dengan kegagalan belajar, tidak dapat menyesuaikan diri, gangguan emosional, frustasi dan sering membolos serta kelainan-kelainan perilaku siswa.[6]

Beberapa petunjuk untuk melaksanakan studi kasus dalam bidang pendidikan khusunya disekolah:

1. Menemukan siswa sebagai kasus, artinya menetapkan siapa-siapa diantara siswa yang mempunyai masalah khusus untuk dijadikan kasus.

2. Menetapkan jenis masalah apa yang dihadapai siswa dan perlu mendapat bantuan pemecahan oleh guru dalam langkah ini guru sebaiknya mewawancarai siswa untuk menentukan jenis masalah yang dihadapi siswa tersebut.

3. Mencari bukti-bukti lain untuk lebih meyakinkan kebenaran masalah yang dihadapi siswa tersebut melalui analisis hasil belajar yang dicapainya, mengamati perilakunya, bertanya kepada teman sekelasnya, kalau perlu minta penjelasan dari orang tuanya.

4. Mencari sebab-sebab timbulnya masalah dari berbagai aspek yang berkenaan dengan siswa itu sendiri.

5. Menganalisis sebab-sebab tersebut dan menghubungkanya dengan tingkah laku siswa agar diperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai latar belakang siswa.

6. Dengan informasi yang telah lengkap tentang faktor penyebab tersebut, guru dapat menentukan sebuah alternatif pemecahanya. Setiap informasi dikaji lebih lanjut untuk menetapkan alternatif mana yang paling baik untuk dapat mengatasi masalah siswa.

7. Alternatif yang telah teruji sebagai upaya pemecahan masalah dibicarakan dengan siswa untuk secara bertahap diterapkan, baik oleh siswa itu sendiri ataupun oleh guru.

8. Terus mengadakan pengamatan dan pemantauan terhadap tingkah laku siswa tersebut untuk melihat perubahan-perubahanya, jika belum menunjukan perubahan, perlakuan guru harus lebih ditingkatkan lagi dengan menggunakan alternatif  lain yang telah ditemukan sebelumnya.

Studi lain yang hampir sama adalah studi perkembangan. Studi perkembangan mempelajari karakteristik individu dan bagaimana karakteristik itu  berubah dalam pertumbuhanya. Karakteristik individu mencakup segi-segi intelektual, emosional, sosial dan kepribadian individu. Studi ini dapat dilakukan pada sekelompok individu pada usia tertentu atau dapat juga dilakukan pada seorang  individu dilakukan dalam jangka waktu yang panjang, oleh karena itu kelemahan utama oleh studi ini adalah waktunya yang terlalu lama, sehingga menuntut biaya, tenaga, dan sumber-suber lain yang cukup banyak.

Penanganan suatu kasus hendaknya dilakukan oleh guru bekerja sama dengan orang tuanya. Dalam hal ini peranan wali kelas: guru pembimbing, guru bidang studi sangat diperlukan. Perhatian terhadap siswa yang menjadi kasus harus ditingkatkan melalui berbagai cara, satu diantaranya mendekatkan diri terhadap siswa tersebut sehingga ia merasa diperhatikan. Lebih jauh lagi guru, pembimbing, wali kelas menggali informasi dari siswa yang bersangkutan sebab-sebab terjadinya kasus sebagai bahan untuk mencari pemecahanya. 

3.      Sosimetri.

Salah satu cara untuk megetahui kemampuan siswa dalam menyesuaikan dirinya terutama hubungan sosial siswa dengan teman sekelasnya, adalah teknik sosiometri. Dengan teknik sosiometri dapat diketahui posisi seorang siswa dalam hubungan sosialnya dengan siswa lain.[7]

Sosiometri dapat dilakukan dengan cara menugaskan kepada semua siswa dikelas tersebut untuk memilih satu  atau dua temanya  yang paling dekat atau paling akrab. Usahakan dalam memilih kesempatan tersebut agar tidak ada siswa yang berusaha melakukan kompromi untuk saling memilih supaya pilihan tersebut bersifat netral, tidak diatur sebelumnya. Tulislah nama pilihan tersebut pada kertas kecil, kemudian digulung dan dikumpulkan oleh guru, setelah seluruhnya terkumpul guru mengolahnya dengan dua cara. Cara pertama melukiskan  alur-alur pilihan dari setiap siswa dalam bentuk diagram sehingga terlihat hubungan antar siswa berdasarkan pilihanya, dengan hasil pilihan tersebut dinamakan sosiogram.

Dengan demikian, hasil dari sosiometri dapat dijadikan bahan bagi guru dalam mempelajari para siswanya terutama dalam menganalisis sebab-sebab seorang siswa termasuk kedalam siswa yang disenangi, atau sebaliknya menjadi yang terisolasi. Dengan perkataan lain sosiometri dapat

digunakan sebagai salah satu alat dalam menemukan kasus-kasus siswa disekolah dilihat dari hubungan sosialnya, dan dijadikan alat untuk melengkapi data mengenai perkembangan siswa.

4.      Teknik evaluasi partisipatif

Teknik-teknik evaluasi partisipatif disini maksudnya adalah bahwa evaluator melibatkan langsung subjek yang di evaluasi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian evaluasi.[8]

Teknik-teknik tersebut diantaranya:

1. Teknik respon terperinci ( itemized responsee).

Teknik ini pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang mencakup materi atau bahan pelajaran, proses pembelajaran, keluaran atau dampak pembelajaran. Pengembangan teknik ini menuntut keterlibatan subjek-subjek yang dievaluasi secara sungguh-sungguh. Efektifitas teknik dipengaruhi oleh sejauh mana pengalaman dan kepentingan pihak yang dievaluasi erat hubunganya dengan unsur-unsur program yang sedang dikaji.

Dalam menggunakan teknik respon terperinci evaluator membuat dua kolom dan lajur pada sehelai kertas lebar atau papan tulis. Pada kolom sebelah kiri ditulis sebuah pernyataan yang berbunyi: “hal-hal yang telah dianggap baik tentang materi atau proses pembelajaran yang baru dilakukan. Pada kolom kiri ditulis “hal-hal yang masih perlu dikembangkan dalam materi astau proses pembelajaran yang baru dilakukan.

Untuk mengisi kedua kolom tersebut diatas para subjek yang dievaluasi diminta mengajukan pendapat untuk mengisi kolom sebelah kiri sampai selesai, kemudian dilanjutkan yang sebelah kanan. Dan setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menjawabnya.

Setelah semua kolom terisi, selanjutnya dapat ditanyakan kepada semua subjek tentang jawaban mana yang dianggap prioritas berdasarkan ranking yang disusun sesuai pendapat para subjek.

Keunggulan teknik jawaban terinci adalah (1) subjek yang kurang berani bicara “dipaksa” oleh situasi untuk mengemukakan pendapat, (2) subjek mengemukakan pendapat secara terbuka, bebas dan tidak khawatir dikritik atau di cemooh orang lain, (3) subjek membiasakan diri untuk memperhatikan dan menghargai pendapat orang lain serta menghubungkan jalan pikiranya dengan jalan pemikiran orang lain, dan (4) subjek dapat memahami jawaban yang berbeda-beda terhadap pertanyaan sehingga mereka memperoleh berbagai informasi, dan (5) jawaban disampaikan oleh subjek secara singkat, sederhana, padat, dan jelas.

Adapun kelemahanya adalah (1) subjek yang kurang terbiasa mengemukakan pendapat mungkin memberikan jawaban yanhg kabur, terlalu umum, dan berputar-putar (2) subjek akan cenderung menyamakan pendapatnya terhadap jawaban orang lain, (3) mungkin ada jawaban yang dicemoohkan orang lain, (4) memerlukan alat bantu seperti kertas lebar, papan tulis, dan (5) kemungkinan waktu yang digunakan lebih lama dari yang ditetapkan.

1. Teknik cawan iklan (fish-bowl technique).

Teknik cawan iklan adalah teknik yang digunakan dalam evaluasi dengan mengamati kegiatan diskusi yang sedang berlangsung. Subjek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok lingkaran dalam misalnya terdiri dari 7 orang dan kelompok lingakaran luar misalnya terdiri dari 13 orang.

Tempat duduk lingakaran dalam bertugas melakukan diskusi tentang berbagai topik topik, yang dipimpin oleh ketua kelompok. Kemudian tempat duduk lingkaran luar disusun melingkar diluar kelompok lingkaran dalam. Tugasnya adalah mengamati diskusi yang dilakukan subjek pada lingkaran dalam.  Apabila ada subjek dari kelompok lingkaran luar ingin bicara dilingkaran dalam maka bersangkutan harus bertukar tempat dengan seoarang yang berada dilingkaran dalam dengan cara memberi isyarat, misalnya menyentuh bahu temanya.

Teknik cawan iklan ini dapat menumbuhkan kegiatan evaluasi yang gembira, aktif, saling belajar, dan mengharuskan peserta terlibat dalam diskusi, mendengarkan dan mengamati.

Keunggulan penggunaan teknik cawan iklan adalah (1) kegiatan evaluasi dilakukan dalam suasana gembira dan penyampaian pendapat dikemukakan secara terbuka, (2) pertanyaan terarah pada materi yang dievaluasi, (3) pertanyaan telah disiapkan sebelumnya, (5) pendapat atau jawaban akan lebih lengkap karena peserta pada kedua lingkaran dapat saling beganti peran, (5) isi pembicaraan dicatat oleh pencatat dan dilaporkan oleh ketua kelompok diskusi, dan (6) penggunaan teknik dapat dilengkapi dengan alat perekam.

Kelemahan teknik cawan iklan adalah (1) jawaban atau pendapat mungkin menyimpang dari materi yang dievaluasi, (2) peserta yang senang berbicara dapat mendominasi pembicaraan, (3) membutuhkan ketrampilan dalam mengemukakan pendapat yang singkat dan tepat, (4) waktu pelaksanaan mugkin bertambah dari waktu yang ditetapkan, dan (5) pengamat yng kurang berani mengemukakan pendapat enggan untuk bertukar tempat dengan peserta diskusi.

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

 

1. Teknik non tes pada umumnya memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap (affective domain) dan ranah ketrampilan (Psychomotoric domain).

2. Teknik non tes dapat dilakukan dengan pengamatan secara sistematis,  melakukan wawancara, menyebar angket, dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen, dan juga dapat dilakukan dengan teknik skala nilai, teknik evaluasi partisipatif, studi kasus dan sosiometri.

3. Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang mengalami suatu kasus tertentu.

4. Sosiometri dapat dilakukan dengan cara menugaskan kepada semua siswa dikelas tersebut untuk memilih satu  atau dua temanya  yang paling dekat atau paling akrab.

5. Teknik evaluasi partisipati terdiri dari dua bagian yaitu:

1. teknik respon terperinci.2. Teknik cawan iklan.

 

 

 

 

 

 

 

REFERENSI

 

Sudjana Djuju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah; untuk Pendidikan Non Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)

Sudiyono Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta) Fuadi Athok, System Pengembangan Evaluasi (Poorogo Press,2006) Sudjana Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1995)

 

[1] Djuju sujana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah; untuk Pendidikan Non Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), 173

[2] Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta :15)

[3] Ibid

[4] Ibid: 90

[5] Athok Fuadi, System Pengembangan Evaluasi (Poorogo Press,2006),13

[6] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995) 94-95

[7] Ibid: 99

[8] Djuju sujana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah; untuk Pendidikan Non Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), 202