NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

38
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN COMPREHENSIVE INVESTMENT AGREEMENT (PERSETUJUAN PENANAMAN MODAL MENYELURUH ASEAN) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa di Cha-am, Thailand, pada tanggal 26 Februari 2009 Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani ASEAN Comprehensive Investment Agreement (Persetujuan Penanaman Modal Menyeluruh ASEAN), sebagai hasil perundingan antara Delegasi-delegasi Pemerintah Negara Anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu mengesahkan Persetujuan tersebut dengan Peraturan Presiden; Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN ASEAN COMPREHENSIVE INVESTMENT AGREEMENT (PERSETUJUAN PENANAMAN MODAL MENYELURUH ASEAN). Pasal 1 Mengesahkan ASEAN Comprehensive Investment Agreement (Persetujuan Penanaman Modal Menyeluruh ASEAN), yang telah ditandatangani di Cha-am, Thailand, pada tanggal 26 Februari 2009, yang naskah aslinya dalam Bahasa Inggris dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini. Pasal 2

Transcript of NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

Page 1: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 49 TAHUN 2011

TENTANGPENGESAHAN ASEAN COMPREHENSIVE INVESTMENT AGREEMENT

(PERSETUJUAN PENANAMAN MODAL MENYELURUH ASEAN)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:a. bahwa di Cha-am, Thailand, pada tanggal 26 Februari 2009 Pemerintah

Republik Indonesia telah menandatangani ASEAN ComprehensiveInvestment Agreement (Persetujuan Penanaman Modal MenyeluruhASEAN), sebagai hasil perundingan antara Delegasi-delegasi PemerintahNegara Anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a,perlu mengesahkan Persetujuan tersebut dengan Peraturan Presiden;

Mengingat:1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN ASEANCOMPREHENSIVE INVESTMENT AGREEMENT (PERSETUJUANPENANAMAN MODAL MENYELURUH ASEAN).

Pasal 1

Mengesahkan ASEAN Comprehensive Investment Agreement (PersetujuanPenanaman Modal Menyeluruh ASEAN), yang telah ditandatangani di Cha-am,Thailand, pada tanggal 26 Februari 2009, yang naskah aslinya dalam BahasaInggris dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia sebagaimana terlampir danmerupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.

Pasal 2

Page 2: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

Apabila terjadi perbedaan penafsiran antara naskah terjemahan Persetujuandalam Bahasa Indonesia dengan naskah aslinya dalam Bahasa Inggrissebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, yang berlaku adalah naskah aslinyadalam Bahasa Inggris.

Pasal 3

Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku:a. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1988 tentang Pengesahan an

Agreement among the Governments of Brunei Darussalam, the Republicof Indonesia, Malaysia, the Republic of the Philippines, the Republic ofSingapore, and the Kingdom of Thailand for the Promotion and Protectionof Investments (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor15);

b. Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 1999 tentang PengesahanFramework Agreement on the ASEAN Investment Area (Kerangka KerjaPerjanjian Kawasan Investasi ASEAN) (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 40);

c. Keputusan Presiden Nomor 167 Tahun 1999 tentang PengesahanProtocol to Amend the Agreement among the Governments of BruneiDarussalam, the Republic of Indonesia, Malaysia, the Republic of thePhilippines, the Republic of Singapore, and the Kingdom of Thailand forthe Promotion and Protection of Investments(Protokol Perubahanterhadap Perjanjian antara Pemerintah-pemerintah Brunei Darussalam,Republik Indonesia, Malaysia, Republik Philipina, Republik Singapura,dan Kerajaan Thailand untuk Peningkatan dan Perlindungan Investasi)(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 216); dan

d. Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 2002 tentang Pengesahan Protocolto Amend the Framework Agreement on the ASEAN Investment Area(Protokol Perubahan Persetujuan Kerangka Kerja Kawasan InvestasiASEAN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 122),

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 4

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanPresiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 8 Agustus 2011

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Page 3: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakartapada tanggal 8 Agustus 2011

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASIMANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

PATRIALIS AKBAR

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2011

PERSETUJUAN PENANAMAN MODAL MENYELURUH ASEAN

Pemerintah-pemerintah Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, RepublikIndonesia, Republik Demokrasi Rakyat Laos, Malaysia, Uni Myanmar, RepublikFilipina, Republik Singapura, Kerajaan Thailand, dan Republik Sosialis Vietnam,Negara-negara Anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara(“ASEAN”) selanjutnya secara bersama-sama disebut “Negara-negara Anggota”atau secara sendiri-sendiri “Negara Anggota”.

MENGINGAT keputusan-keputusan pada Pertemuan Para Menteri EkonomiASEAN (“AEM”) ke-39 yang diselenggarakan di Kota Makati, Filipina, padatanggal 23 Agustus 2007 untuk merevisi Persetujuan Kerangka Kerja tentangKawasan Penanaman Modal ASEAN yang ditandatangani di Kota Makati,Filipina, pada tanggal 7 Oktober 1998 (“Persetujuan AIA”), sebagaimana yangtelah diubah, menjadi suatu perjanjian penanaman modal menyeluruh yangberwawasan ke depan, dengan bentuk-bentuk dan ketentuan-ketentuan yangtelah diperbaiki, sebanding dengan kebiasaan-kebiasaan internasional terbaikdalam rangka meningkatkan penanaman modal diantara negara-negara ASEANserta untuk meningkatkan daya saing negara-negara ASEAN dalam menarikaliran masuk penanaman modal ke dalam ASEAN.

MENYADARI perbedaan tingkatan pembangunan di dalam Negara-negaraASEAN, terutama di Negara-negara Anggota terbelakang yang membutuhkanfleksibilitas, termasuk perlakuan khusus dan membedakan, untuk mencapaimasa depan ASEAN yang lebih terpadu dan saling tergantung.

MENEGASKAN KEMBALI perlunya langkah ke depan dari Persetujuan AIA danPersetujuan ASEAN untuk Peningkatan dan Perlindungan Penanaman Modalyang ditandatangani di Manila, Filipina, pada tanggal 15 Desember 1987(“ASEAN IGA”), sebagaimana telah diubah, dalam rangka meningkatkan lebihlanjut integrasi regional untuk mewujudkan visi Masyarakat Ekonomi ASEAN(“AEC”);

Page 4: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

MEYAKINI bahwa aliran masuk penanaman modal baru dan penanaman modalkembali yang berkelanjutan akan meningkatkan dan memastikan pembangunanperekonomian yang dinamis di negara-negara ASEAN.

MENGAKUI bahwa lingkungan penanaman modal yang kondusif akanmeningkatkan arus modal, barang dan jasa, teknologi dan sumber daya manusiasecara lebih bebas, serta pembangunan ekonomi dan sosial secara keseluruhandi ASEAN; dan

MENEKADKAN untuk meningkatkan lebih lanjut kerja sama ekonomi antara danantar Negara-negara Anggota;

TELAH MENYETUJUI HAL-HAL sebagai berikut:

BAGIAN APasal 1Tujuan

Tujuan dari Persetujuan ini adalah untuk menciptakan suatu rezim penanamanmodal yang bebas dan terbuka di ASEAN dalam rangka mencapai tujuan akhirdari integrasi ekonomi dalam AEC sesuai dengan Cetak Biru AEC, melalui hal-hal sebagai berikut:(a) liberalisasi progresif atas rezim-rezim penanaman modal di Negara-

negara Anggota;(b) ketentuan peningkatan perlindungan yang lebih baik kepada para

penanam modal dari semua Negara Anggota dan penanaman modalnya;(c) peningkatan transparansi dan prediktabilitas aturan-aturan, peraturan-

peraturan, dan prosedur penanaman modal yang kondusif untukmeningkatkan penanaman modal di Negara-negara Anggota;

(d) promosi bersama dari kawasan sebagai suatu kawasan penanamanmodal terpadu; dan

(e) kerja sama untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan untukpenanaman modal yang dilakukan oleh para penanam modal dari suatuNegara Anggota di wilayah Negara-negara Anggota lainnya.

Pasal 2Prinsip-prinsip Pedoman

Persetujuan ini wajib menciptakan suatu lingkungan penanaman modal yangliberal, fasilitatif,transparan, dan berdaya saing di ASEAN dengan berpedoman pada prinsip-prinsip berikut ini:(a) memberikan liberalisasi penanaman modal, perlindungan, promosi dan

fasilitasi penanaman modal;(b) liberalisasi penanaman modal secara progresif dalam rangka menciptakan

lingkungan penanaman modal yang bebas dan terbuka di kawasan ini;

Page 5: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

(c) memberikan manfaat bagi para penanam modal dan penanamanmodalnya yang berbasis di ASEAN;

(d) menjamin dan memberikan perlakuan preferensial antar Negara-negaraAnggota;

(e) tidak ada langkah mundur terhadap komitmen-komitmen yang dibuatberdasarkan Persetujuan AIA dan ASEAN IGA;

(f) memberikan perlakuan khusus dan membedakan serta fleksibilitas-fleksibilitas lainnya kepada Negara-negara Anggota, bergantung padatingkat pembangunan dan sensitivitas sektoralnya;

(g) perlakuan timbal balik dalam penikmatan konsesi diantara Negara-negaraAnggota, apabila sesuai; dan

(h) mengakomodasi perluasan lingkup Persetujuan ini untuk mencakupsektor-sektor lainnya di masa mendatang.

Pasal 3Lingkup Penerapan

1. Persetujuan ini wajib berlaku terhadap kebijakan-kebijakan yang diambilatau diterapkan oleh suatu Negara Anggota terkait dengan:(a) para penanam modal dari setiap Negara Anggota lainnya; dan(b) penanaman modal, di wilayahnya, para penanam modal dari setiap

Negara Anggota lainnya.2. Persetujuan ini wajib berlaku terhadap penanaman modal yang telah ada

pada tanggal mulai berlakunya Persetujuan ini, serta untuk penanamanmodal yang dibuat sesudah berlakunya Persetujuan ini.

3. Untuk maksud liberalisasi dan tunduk pada Pasal 9 (Persyaratan-persyaratan), Persetujuan ini wajib berlaku untuk sektor-sektor berikut ini:(a) fabrikasi;(b) pertanian;(c) perikanan;(d) kehutanan;(e) pertambangan dan penggalian;(f) jasa-jasa yang terkait dengan sektor-sektor fabrikasi, pertanian,

perikanan, kehutanan, pertambangan dan penggalian; dan(g) setiap sektor lainnya, sebagaimana dapat disepakati oleh semua

Negara Anggota.4. Persetujuan ini wajib tidak berlaku untuk:

(a) setiap kebijakan perpajakan, kecuali Pasal 13 (Transfer) dan Pasal14 (Pengambilalihan dan Kompensasi);

(b) subsidi atau hibah yang diberikan oleh suatu Negara Anggota;(c) pengadaan barang oleh pemerintah;(d) jasa-jasa yang dipasok dalam pelaksanaan kewenangan

pemerintah oleh badan atau otoritas yang berwenang dari suatuNegara Anggota. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, jasa yangdipasok dalam pelaksanaan kewenangan pemerintahan adalahsetiap jasa yang dipasok bukan berdasarkan komersil tidak juga

Page 6: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

dalam rangka persaingan dengan satu atau lebih pemasok jasa;dan

(e) kebijakan-kebijakan yang diterapkan atau dipertahankan oleh suatuNegara Anggota yang mempengaruhi perdagangan jasaberdasarkan Persetujuan Kerangka Kerja ASEAN di bidang Jasa,yang ditandatangani di Bangkok, Thailand, pada tanggal 15Desember 1995 (“AFAS”).

5. Meskipun telah diatur pada sub-ayat 4 (e), untuk maksud perlindunganpenanaman modal berkenaan dengan moda kehadiran komersial daripemasokan jasa, Pasal 11 (Perlakuan terhadap Penanaman Modal),Pasal 12 (Kompensasi pada Kasus Kerusuhan), Pasal 13 (Transfer),Pasal 14 (Pengambilalihan dan Kompensasi) dan Pasal 15 (Subrogasi)serta Bagian B (Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal antaraPenanam Modal dan Negara Anggota), wajib berlaku secara mutatismutandis, untuk setiap kebijakan yang mempengaruhi pemasokan jasaoleh pemasok jasa dari suatu Negara Anggota melalui kehadirankomersial di wilayah Negara Anggota lainnya, tetapi hanya sepanjangyang terkait dengan penanaman modal dan kewajiban berdasarkanPersetujuan ini, tanpa memperhatikan apakah sektor jasa dimaksudterjadwal dalam jadwal komitmen Negara-negara Anggota yang dibuatberdasarkan AFAS atau tidak.Tidak satupun dalam persetujuan ini wajib mempengaruhi hak dankewajiban setiap Negara Anggota berdasarkan setiap konvensiperpajakan. Dalam hal terjadi ketidakkonsistenan antara persetujuan inidan konvensi dimaksud, konvensi dimaksud yang wajib berlaku sepanjangketidakkonsistenannya.

Pasal 4Definisi

Untuk maksud Persetujuan ini:(a) “penanaman modal yang dilindungi”, berdasarkan suatu Negara Anggota,

adalah penanaman modal yang dilakukan di wilayah Negara Anggotatersebut oleh penanam modal dari Negara Anggota lainnya, baik yangsudah ada sejak mulai berlakunya Persetujuan ini, atau didirikan, disetujuiatau diperluas kemudian, dan telah diakui berdasarkan hukum danperaturan perundang-undangan serta kebijakan-kebijakan nasionalNegara Anggota tersebut, dan apabila sesuai, secara khusus disetujuisecara tertulis oleh otoritas yang berwenang dari suatu Negara Anggota.

(b) “mata uang yang dapat digunakan secara bebas” adalah mata uangyang ditetapkan oleh Dana Moneter Internasional (“IMF”) berdasarkanPasal-Pasal dari Persetujuannya dan setiap perubahan-perubahannyakemudian;

(c) “penanaman modal” adalah setiap jenis aset, yang dimiliki ataudikendalikan, oleh penanam modal, termasuk tetapi tidak terbatas pada:

Page 7: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

(i) benda bergerak dan benda tidak bergerak serta hak-hakkebendaan lainnya seperti hipotik, hak gadai atau jaminan gadai;

(ii) saham-saham, stocks, surat-surat obligasi dan surat-surat utangperusahaan dan setiap bentuk keikutsertaan dalam suatu badanhukum dan hak-hak atau bunga yang diperoleh daripadanya;

(iii) hak kekayaan intelektual yang diberikan sesuai dengan peraturanperundang-undangan dari masing-masing Negara Anggota;

(iv) klaim atas uang atau atas setiap pelaksanaan kontrak yang terkaitdengan suatu usaha dan1. Untuk maksud perlindungan, tata cara terkait dengan

persetujuan tertulis khusus wajib memenuhi seperti diaturdalam Lampiran 1 (Persetujuan Tertulis).

2. Apabila suatu aset tidak memenuhi karakteristik dari suatupenanaman modal, maka aset tersebut tidak dapat dianggapsebagai suatu penanaman modal apapun bentuknya.Karakteristik dari suatu penanaman modal meliputikomitmen modal, harapan keuntungan atau laba, atauasumsi risiko. memiliki nilai keuangan;

(v) hak-hak berdasarkan kontrak, termasuk kontrak terima jadi(turnkey), kontrak pembangunan, kontrak pengelolaan, kontrakproduksi atau kontrak bagi hasil; dan

(vi) konsesi usaha yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan ekonomi dan memiliki nilai keuangan yang diberikanberdasarkan hukum atau berdasarkan suatu kontrak, termasuksetiap konsesi untuk mencari, mengolah, mengambil ataumengusahakan sumber daya alam. Istilah “penanaman modal” jugamencakup jumlah yang dihasilkan dari penanaman modal,terutama laba, bunga, keuntungan modal, dividen, royalti danbiaya. Setiap perubahan bentuk dimana aset yang ditanamkan atauditanamkan kembali wajib tidak mempengaruhi penggolongannyasebagai penanaman modal;

(d) “penanam modal” adalah orang perseorangan dari suatu NegaraAnggota atau suatu badan hukum dari suatu Negara Anggota yangsedang melakukan atau telah melakukan suatu penanaman modal diwilayah setiap Negara Anggota lainnya;

(e) “badan hukum” adalah setiap entitas hukum yang didirikan secara sahatau sebaliknya diselenggarakan berdasarkan hukum yang berlaku darisuatu Negara Anggota, baik bertujuan untuk memperoleh laba maupunsebaliknya, dan baik yang dimiliki oleh swasta atau dimiliki olehpemerintah, termasuk setiap enterprise, korporasi, trust, kemitraan, usahapatungan, kepemilikan tunggal, asosiasi, atau organisasi;

(f) “kebijakan” adalah setiap kebijakan dari suatu Negara Anggota, baikyang berbentuk hukum, peraturan, aturan, prosedur, keputusan, dantindakan-tindakan atau kebiasaan administratif, yang telah diterima ataudipertahankan oleh:

Page 8: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

(i) pemerintah atau lembaga berwenang di tingkat pusat, provinsi ataukabupaten/kota; atau

(ii) badan-badan nonpemerintah dalam pelaksanaan kekuasaan yangdidelegasikan oleh pemerintah atau lembaga berwenang di tingkatpusat, provinsi atau kabupaten/kota;

(g) “orang perseorangan” adalah setiap orang perseorangan yang memilikikebangsaan atau kewarganegaraan dari, atau hak tinggal tetap di NegaraAnggota sesuai dengan hukum, peraturan, dan kebijakan nasionalnya ;

(h) “Negara Anggota ASEAN Baru” adalah Kerajaan Kamboja, RepublikDemokratik Rakyat Laos, Uni Myanmar, dan Republik Sosialis Vietnam;Untuk kepastian yang lebih baik, penanaman modal tidak berarti klaimatas uang yang timbul semata-mata dari:(a) kontrak komersial untuk penjualan barang atau jasa; atau(b) perpanjangan pemberian kredit sehubungan dengan kontrak

komersial tersebut.(i) “WTO” adalah Organisasi Perdagangan Dunia; dan

(j) “Persetujuan WTO” adalah Persetujuan Marrakesh mengenaiPembentukan Organisasi Perdagangan Dunia, yang dibuat di Marrakesh,Maroko, pada tanggal 15 April 1994, sebagaimana mungkin telah diubah.

Pasal 5Perlakuan Nasional

1. Masing-masing Negara Anggota wajib memberikan kepada para penanammodal dari setiap Negara Anggota lainnya perlakuan yang tidak kurangmenguntungkan daripada yang diberikan,, dalam keadaan yang serupa,seperti yang diberikan kepada para penanam modalnya sendiri berkenaandengan perijinan, pendirian, pengambilalihan, perluasan, pengelolaan,pelaksanaan, pengoperasian dan penjualan atau pelepasan penanamanmodal lainnya di wilayahnya.

2. Masing-masing Negara Anggota wajib memberikan kepada penanamanmodal dari para penanam modal setiap Negara Anggota lainnyaperlakuan yang tidak kurang menguntungkan daripada yang diberikan,dalam keadaan serupa, bagi penanaman modal di wilayah parapenanaman modalnya sendiri berkenaan dengan perijinan, pendirian,pengambilalihan, perluasan, pengelolaan, pelaksanaan, pengoperasiandan penjualan atau pelepasan penanaman modal lainnya.

Pasal 6Perlakuan yang Sama

1. Masing-masing Negara Anggota wajib memberikan kepada para penanammodal dari setiap Negara Anggota lainnya perlakuan yang tidak kurangmenguntungkan daripada yang diberikan, dalam keadaan yang serupa,kepada para penanam modal dari setiap Negara Anggota lainnya atausuatu Negara bukan Anggota berkenaan dengan perijinan, pendirian,

Page 9: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

pengambilalihan, perluasan, pengelolaan, pelaksanaan, pengoperasiandan penjualan atau pelepasan penanaman modal lainnya.Untuk kepastian yang lebih baik:(a) Pasal ini wajib tidak berlaku untuk prosedur penyelesaian sengketa

antara penanam modal-Negara yang berlaku dalam perjanjian-perjanjian lainnya di mana Negara pihak merupakan pihak didalamnya; dan

(b) terkait dengan penanaman modal yang termasuk di dalam lingkupPersetujuan ini, setiap perlakuan preferensial yang diberikan olehsuatu Negara Anggota kepada penanam modal dari setiap pihaklainnya wajib diperluas berdasarkan prinsip perlakuan yang samabagi seluruh Negara Anggota.

2. Masing-masing Negara Anggota wajib memberikan kepada penanamanmodal yang dilakukan oleh para penanam modal dari Negara Anggotalainnya perlakuan tidak kurang menguntungkan dengan yang diberikanoleh Negara Anggota tersebut, dalam keadaan yang serupa, terhadappenanaman modal yang dilakukan di wilayahnya oleh para penanammodal Negara Anggota lain atau suatu Negara bukan Anggota berkenaandengan perijinan, pendirian, pengambilalihan, perluasan, pengelolaan,pelaksanaan, pengoperasian dan penjualan atau pelepasan penanamanmodal lainnya.

3. Ayat 1 dan 2 wajib tidak diartikan sedemikian rupa sehingga mewajibkansuatu Negara Anggota untuk memperluas kepada para penanam modalatau penanaman modal dari Negara-negara Anggota lainnya manfaatdari setiap perlakuan, preferensi atau keutamaan yang dihasilkan dari:(a) setiap pengaturan sub-regional antara dan antar yang dibuat

diantara Negara-negara Anggota;atau(b) setiap perjanjian yang telah ada sebagaimana yang telah

diberitahukan oleh Negara-negara Anggota kepada Dewan AIAsesuai dengan Pasal 8 ayat 3 Persetujuan AIA.

Pasal 7Larangan terhadap Persyaratan Pelaksanaan

1. Ketentuan-ketentuan dari Persetujuan mengenai Kebijakan-kebijakanPenanaman Modal yang terkait dengan Perdagangan dalam Lampiran 1Adari Persetujuan WTO (“TRIMS”), yang tidak disebut secara spesifikdalam atau dimodifikasi dalam Persetujuan ini, wajib berlaku, secaramutatis mutandis, terhadap Persetujuan ini.

2. Negara-negara Anggota wajib melaksanakan penilaian bersama terhadappersyaratan pelaksanaan tidak lebih dari 2 tahun sejak tanggal mulaiberlakunya Persetujuan ini. Tujuan dari penilaian dimaksud wajib meliputipeninjauan kembali persyaratan pelaksanaan yang telah ada danmempertimbangkan kebutuhan untuk komitmen-komitmen tambahanberdasarkan Pasal ini. Untuk kepastian yang lebih baik, pengaturan-pengaturan sub-regional antara dan diantara Negara-negara Anggota

Page 10: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

wajib meliputi tetapi tidak terbatas pada Greater Mekong Sub-region atau“GMS”, ASEAN Mekong Basin Development Cooperation atau “AMBDC”,Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle atau “IMT-GT”, Indonesia-Malaysia-Singapura Growth Triangle “IMS-GT”, Brunei-Indonesia-Malaysia-Filipina East ASEAN Growth Area atau “BIMP-EAGA”. Subayatini merujuk pada Traktat Persahabatan dan Hubungan Ekonomi antaraKerajaan Thailand dan Amerika Serikat yang ditandatangani di Bangkok,Thailand tanggal 29 Mei 1966.

3. Negara-negara ASEAN yang bukan Anggota WTO wajib mematuhiketentuan-ketentuan WTO sesuai dengan komitmen aksesinya terhadapWTO.

Pasal 8Manajemen Senior dan Dewan Direksi

1. Suatu Negara Anggota wajib tidak mensyaratkan bahwa suatu badanhukum dari Negara Anggota tersebut untuk menunjuk posisi pengelolasenior, orang perseorangan dari setiap kewarganegaraan tertentu.

2. Suatu Negara Anggota dapat mensyaratkan bahwa mayoritas dari dewandireksi dari suatu badan hukum di Negara Anggota tersebut, merupakankewarganegaraan tertentu, atau penduduk di wilayah Negara Anggotatersebut, dengan syarat bahwa persyaratan ini tidak menghalangi secaramaterial kemampuan penanam modal untuk melaksanakan pengendalianatas penanaman modalnya.

Pasal 9Pensyaratan

1. Pasal 5 (Perlakuan Nasional) dan Pasal 8 (Manajemen Senior dan DewanDireksi) wajib tidak berlaku terhadap:(a) setiap kebijakan yang ada, yang dipertahankan oleh suatu Negara

Anggota pada:(i) pemerintah tingkat pusat, sebagaimana ditentukan oleh

Negara Anggota tersebut dalam daftar pensyaratannyadalam Jadwal sebagaimana dirujuk pada ayat 2;

(ii) pemerintah tingkat provinsi, sebagaimana ditentukan olehNegara Anggota tersebut dalam daftar pensyaratannyadalam Jadwal sebagaimana dirujuk pada ayat 2; dan

(iii) pemerintah tingkat kabupaten/kota;(b) kelanjutan atau pembaharuan segera dari setiap pensyaratan

sebagimana dirujuk pada subayat (a).2. Masing-masing Negara Anggota wajib menyerahkan daftar

pensyaratannya kepada Sekretariat ASEAN untuk mendapatkanpengesahan oleh Dewan AIA dalam waktu 6 bulan setelahpenandatanganan Persetujuan ini. Daftar ini wajib merupakan bagian dariJadwal pada Persetujuan ini.

Page 11: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

3. Setiap perubahan atau modifikasi terhadap setiap pensyaratansebagaimana tercantum dalam Jadwal yang dirujuk pada ayat 2 wajibsesuai dengan Pasal 10 (Modifikasi Komitmen). \

4. Masing-masing Negara Anggota wajib mengurangi atau menghapuskanpensyaratan-pensyaratan sebagimana diuraikan dalam Jadwal dimaksudsesuai dengan tiga tahapan Jadwal Strategis Cetak Biru AEC dan Pasal46 (Perubahan).

5. Pasal 5 (Perlakuan Nasional) dan Pasal 6 (Perlakuan yang Sama) wajibtidak berlaku untuk setiap kebijakan yang dicakup dengan suatupengecualian untuk atau penyimpangan dari, kewajiban-kewajibanberdasarkan Pasal 3 dan 4 dari Persetujuan mengenai Aspek-aspek HakKekayaan Intelektual terkait dengan Perdagangan dalam Lampiran 1Cdari Persetujuan WTO, sebagaimana mungkin telah diubah (“PersetujuanTRIPS”), sebagaimana diatur secara spesifik dalam Pasal-Pasal tersebutdari Pasal 5 dari Persetujuan TRIPS.

Pasal 10Modifikasi Komitmen

1. Selama jangka waktu 12 bulan setelah tanggal penyampaian masing-masing daftar pensyaratan Negara Anggota, suatu Negara Anggota dapatmenerapkan setiap kebijakan atau memodifikasi setiap pensyaratannyayang dibuatnya dalam Jadwal berdasarkan Pasal 9 (Pensyaratan) untukpemberlakuan yang menjanjikan bagi para penanam modal dari setiapNegara Anggota lainnya dan penanaman modalnya, dengan syarat bahwakebijakan-kebijakan atau modifikasi dimaksud wajib tidak berdampaksebaliknya bagi setiap penanam modal dan penanaman modal yang telahada.

2. Setelah berakhirnya jangka waktu sebagaimana dirujuk pada ayat 1,suatu Negara Anggota dapat melalui perundingan dan kesepakatandengan setiap Negara Anggota lainnya yang telah membuat komitmen-komitmen berdasarkan Persetujuan ini, menerapkan setiap kebijakan ataumemodifikasi atau menarik komitmen-komitmen dan pensyaratan-pensyaratan dimaksud, dengan syarat bahwa kebijakan, modifikasi ataupenarikan dimaksud wajib tidak berdampak sebaliknya bagi setiappenanam modal atau penanaman modal yang telah ada.

3. Dalam setiap perundingan dan perjanjian yang dimaksud pada ayat 2,yang dapat memuat ketentuan-ketentuan untuk penyesuaian kompensasiberkenaan dengan sektor-sektor lainnya, Negara-negara Anggota yangterkait wajib mempertahankan suatu tingkat umum timbal balik dankomitmen-komitmen saling menguntungkan serta pensyaratan-pensyaratan yang tidak kurang menguntungkan bagi para penanammodal dan penanaman modal daripada yang diberikan dalam Persetujuanini sebelum perundingan-perundingan dan perjanjian-perjanjian dimaksud.

4. Meskipun telah diatur pada ayat 1 dan 2, suatu Negara Anggota wajibtidak,, berdasarkan setiap kebijakan yang diterapkan sesuai dengan Pasal

Page 12: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

ini setelah mulai berlakunya Persetujuan ini, mensyaratkan penanammodal dari setiap Negara Anggota lainnya dengan alasankewarganegaraan penanam modal dimaksud, untuk menjual atausebaliknya melepas suatu penanaman modal yang telah ada pada saatkebijakan tersebut berlaku efektif, kecuali diuraikan sebaliknya dalampersetujuan awal oleh lembaga-lembaga berwenang yang relevan.

Pasal 11Perlakuan terhadap Penanaman Modal

1. Masing-masing Negara Anggota wajib memberikan perlakuan yang adildan seimbang dan perlindungan dan keamanan sepenuhnya bagipenanaman modal yang dilindungi dari para penanam modal setiapNegara Anggota lainnya..penanaman modal yang dilindungi

2. Untuk kepastian yang lebih baik:(a) perlakuan yang adil dan seimbang, mensyaratkan masing-masing

Negara Anggota untuk tidak menolak keadilan dalam setiap proseshukum atau administratif sesuai dengan prinsip proses yangberlaku; dan

(b) perlindungan dan keamanan sepenuhnya mensyaratkan masing-masing Negara Anggota untuk mengambil tindakan-tindakandimaksud sebagaimana mungkin diperlukan untuk

Untuk menghindari keraguan, Negara-negara Anggota wajib tidakmenerima setiap kebijakan atau memodifikasi setiap pensyaratannyaberdasarkan Jadwal selama jangka waktu 6 bulan setelah berakhirnyajangka waktu sebagaimana diuraikan pada ayat 1. memastikanperlindungan dan keamanan sepenuhnya bagi penanaman modal yangdilindungi.

3. Suatu penetapan bahwa telah terjadi pelanggaran ketentuan lainnya dariPersetujuan ini, atau suatu perjanjian internasional yang terpisah, tidakdapat ditafsirkan sebagai suatu pelanggaran terhadap Pasal ini.

Pasal 12Kompensasi dalam Kasus Kerusuhan

Masing-masing Negara Anggota wajib memberikan kepada para penanam modaldari setiap Negara Anggota lainnya, terkait dengan penanaman modal yangdilindungi, yang mengalami kerugian di wilayahnya karena konflik bersenjataatau kerusuhan sipil atau negara dalam keadaan darurat, perlakuannondiskriminasi terkait dengan restitusi, kompensasi atau pertimbangan bernilailainnya.

Pasal 13Transfer

Page 13: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

1. Masing-masing Negara Anggota wajib mengijinkan semua transfer terkaitdengan suatu penanaman modal yang dilindungi yang akan dilakukansecara bebas dan tanpa penundaan, ke dalam atau ke luar wilayahnya.Tranfer-transfer tersebut meliputi:(a) kontribusi terhadap modal, termasuk kontribusi awal;(b) laba, keuntungan modal, dividen, royalti, biaya perijinan, biaya

bantuan teknis dan biaya teknis dan pengelolaan, bunga danpendapatan terkini lainnya yang berasal dari setiap penanamanmodal yang dilindungi;

(c) hasil dari penjualan atau likuidasi penanaman modal yangdilindungikeseluruhan atau sebagian setiap penanaman modalyang dilindungi;

(d) pembayaran-pembayaran yang dilakukan berdasarkan suatukontrak, termasuk perjanjian pinjaman;

(e) pembayaran-pembayaran yang sesuai dengan Pasal 12(Kompensasi dalam Kasus Kerusuhan) dan Pasal 14(Pengambilalihan dan Kompensasi);

(f) pembayaran-pembayaran yang timbul dari penyelesaian suatusengketa dengan setiap cara, termasuk pengadilan, arbitrase ataukesepakatan para Negara Anggota yang sedang bersengketa; dan

(g) penghasilan dan pendapatan lainnya dari personel yangdipekerjakan dan diijinkan untuk bekerja sehubungan denganpenanaman modal yang dilindungi di wilayahnya.

2. Masing-masing Negara Anggota wajib mengijinkan transfer yang terkaitdengan suatu penanaman modal yang dilindungi yang akan dilakukandalam mata uang yang dapat digunakan secara bebas pada nilai tukarpasar yang sedang berlaku pada saat transfer dimaksud.

3. Meskipun telah diatur pada ayat 1 dan 2, suatu Negara Anggota dapatmencegah atau menunda suatu transfer melalui penerapan yangseimbang, nondiskriminasi dan itikad baik, dari peraturan perundang-undangannya yang terkait dengan:(a) kepailitan, kebangkrutan, atau perlindungan terhadap hak-hak para

kreditor;(b) penerbitan, perdagangan atau penanganan surat berharga, efek

berjangka, opsi-opsi, atau turunan-turunannya;(c) kejahatan atau pelanggaran dan pemulihan terhadap proses

kejahatan dimaksud;(d) laporan keuangan atau penyimpanan catatan tentang transfer-

transfer apabila diperlukan untuk membantu aparat penegakhukum atau lembaga-lembaga yang berwenang mengaturkeuangan;

(e) memastikan kepatuhan terhadap perintah-perintah atau putusan-putusan dalam proses hukum atau administratif;

(f) perpajakan;(g) jaminan sosial, pensiun PNS, atau skema tabungan wajib;(h) hak-hak pesangon karyawan; dan

Page 14: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

(i) pensyaratan untuk mendaftar dan memenuhi formalitas lainnyayang dibebankan oleh Bank Sentral dan lembaga-lembagaberwenang relevan lainnya dari suatu Negara Anggota.

4. Tidak ada satupun dalam Persetujuan ini wajib mempengaruhi hak dankewajiban Negara-negara Anggota sebagai anggota IMF, berdasarkanPasal-Pasal Persetujuan IMF, termasuk penggunaan tindakan-tindakanpertukaran yang sesuai dengan Pasal-Pasal Persetujuan IMF, dengansyarat bahwa suatu Negara Anggota wajib tidak membebankanpembatasan, pada setiap transaksi modal yang tidak konsisten dengankomitmen-komitmen spesifik berdasarkan Persetujuan ini berkenaandengan transaksi-transaksi dimaksud, kecuali:(a) atas permintaan dari IMF;(b) berdasarkan Pasal 16 (Kebijakan untuk Mengamankan Neraca

Pembayaran); atau(c) apabila, dalam keadaan pengecualian, perpindahan modal

menyebabkan, atau mengancam menyebabkan, gangguan seriusterhadap perekonomian atau keuangan pada Negara Anggota yangbersangkutan.

5. Kebijakan-kebijakan dimaksud sesuai dengan subayat 4 (c):(a) wajib konsisten dengan Pasal-Pasal Persetujuan IMF;(b) wajib tidak melebihi kebijakan yang diperlukan untuk mengatasi

keadaan-keadaan yang diuraikan dalam subayat 4(c);(c) wajib bersifat sementara dan wajib dihapuskan sesegera mungkin

keadaan-keadaan yang tidak lagi membenarkan penggunaan ataukelangsungannya;

(d) wajib dengan segera diberitahukan kepada Negara-negaraAnggota lainnya;

(e) wajib diterapkan sedemikian rupa sehingga setiap Negara Anggotalainnya yang diperlakukan tidak lebih menguntungkan daripadasetiap Negara Anggota lainnya atau negara yang bukan Anggota;

(f) wajib diterapkan berdasarkan suatu prinsip Perlakuan Nasional;dan

(g) wajib menghindari kerugian yang tidak perlu bagi para penanammodal dan penanaman modal yang dilindungi, serta kepentingankomersial, ekonomi dan keuangan dari Negara-negara Anggotalainnya.

Pasal 14Pengambilalihan dan Kompensasi

1. Suatu Negara Anggota wajib tidak mengambilalih atau menasionalisasisuatu penanaman modal yang dilindungi baik secara langsung maupundengan kebijakan-kebijakan yang setara dengan pengambilalihan ataunasionalisasi (“pengambilalihan”), kecuali:(a) untuk kepentingan umum;

Page 15: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

Untuk kepastian yang lebih baik, setiap kebijakan yang dilakukanuntuk memastikan stabilitas nilai tukar, termasuk untuk mencegahaliran modal spekulatif, wajib tidak diterima atau dipertahankanuntuk maksud melindungi suatu sektor tertentu. Pasal ini wajibdibaca dengan Lampiran 2 (Pengambilalihan dan Kompensasi).

Untuk menghindari keraguan, setiap kebijakan pengambilalihanyang terkait dengan tanah wajib ditetapkan dalam masing-masingperaturan perundang-undangan dalam negeri Negara Anggota dansetiap perubahan daripadanya, serta wajib untuk maksud-maksuddan berdasarkan pembayaran kompensasi sesuai denganperaturan perundang-undangan dimaksud.

(b) dengan cara yang nondiskriminasi;(c) berdasarkan pembayaran kompensasi yang segera, memadai, dan

efektif; dan(d) sesuai dengan proses hukum yang berlaku.

2. Kompensasi sebagaimana dirujuk pada subayat 1(c) wajib:(a) dibayar tanpa penundaan;(b) setara dengan nilai pasar yang adil dari penanaman modal yang

dialihkan segera sebelum atau pada saat ketika pengambilalihandiumumkan kepada publik, atau ketika pengambilalihan dilakukanyang mana yang dapat diterapkan.

(c) tidak mencerminkan setiap perubahan nilai karena pengambilalihanyang diinginkan telah diketahui lebih awal; dan

(d) dapat diwujudkan sepenuhnya dan dapat ditransfer secara bebassesuai dengan Pasal 13 (Transfer) antara wilayah-wilayah NegaraAnggota.

3. Dalam hal terjadi penundaan, kompensasi dimaksud wajib meliputi suatubunga yang pantas sesuai dengan peraturan perundang-undanganNegara Anggota yang melakukan pengambilalihan dimaksud.Kompensasi tersebut, termasuk setiap bunga yang terhutang, wajib dapatdibayar baik dalam mata uang dimana penanaman modal dimaksuddilakukan pertama kali atau apabila diminta oleh penanam modal tersebut,dalam mata uang yang dapat digunakan secara bebas.

4. Apabila suatu penanam modal meminta pembayaran dalam suatu matauang yang dapat digunakan secara bebas, kompensasi sebagaimanadirujuk pada subayat 1(c), termasuk setiap bunga yang terhutang, wajibdipertukarkan ke dalam mata uang pembayaran sesuai dengan nilai tukarpasar yang berlaku pada tanggal pembayaran tersebut.

5. Pasal ini wajib tidak berlaku untuk penerbitan perijinan-perijinan yangdiberikan terkait dengan hak kekayaan intelektual sesuai denganPersetujuan TRIPS.

Pasal 15Subrogasi

Page 16: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

Negara-negara Anggota memahami bahwa mungkin proses hukum danadministratif yang perlu dipenuhi sebelum pembayaran dapat dilakukan.

1. Apabila suatu Negara Anggota atau suatu badan dari suatu NegaraAnggota melakukan pembayaran kepada penanam modal dari NegaraAnggota tersebut berdasarkan suatu jaminan, kontrak asuransi ataubentuk ganti rugi lainnya yang telah diberikan berdasarkan risikononkomersial berkenaan dengan suatu penanaman modal, NegaraAnggota lainnya wajib mengakui subrogasi tersebut atau transfer setiaphak atau hak milik berkenaan dengan penanaman modal tersebut. Hakatau klaim yang disubrogasikan atau ditransfer wajib tidak lebih besardaripada hak atau klaim asal dari penanam modal tersebut. Namundemikian, hal ini tidak menyiratkan pengakuan dari Negara Anggotatersebut terhadap putusan dari setiap kasus atau jumlah klaim yang timbuldaripadanya.

2. Apabila suatu Negara Anggota atau suatu badan dari suatu NegaraAnggota telah melakukan pembayaran kepada penanam modal dariNegara Anggota tersebut dan telah mengambil alih semua hak dan klaimpenanam modal tersebut, penanam modal tidak dapat, kecuali diberikankewewenangan untuk bertindak atas nama Negara Anggota atau badandari Negara Anggota yang melakukan pembayaran, mengajukan hak danklaim terhadap Negara Anggota lainnya tersebut.

3. Dalam pelaksanaan hak-hak atau klaim-klaim yang disubrogasikan, suatuNegara anggota atau badan dari Negara Anggota yang mengajukan hak-hak atau klaim-klaim tersebut wajib mengungkapkan lingkup pengaturanklaim dengan para penanam modalnya kepada Negara Anggota yangrelevan dimaksud.

Pasal 16Kebijakan untuk Mengamankan Neraca Pembayaran

1. Dalam hal terjadi kesulitan neraca pembayaran dan keuangan eksternalyang serius atau ancaman terhadapnya, suatu Negara Anggota dapatmenerima atau mempertahankan pembatasan pembayaran atau transferyang terkait dengan penanaman modal. Diakui bahwa tekanan-tekanantertentu pada neraca pembayaran dari suatu Negara Anggota dalamproses pembangunan ekonomi dapat memerlukan penggunaanpembatasan untuk memastikan, antara lain, terjaganya tingkat cadangankeuangan yang memadai untuk pelaksanaan program pembangunanekonominya.

2. Pembatasan sebagaimana dirujuk pada ayat 1 wajib:(a) konsisten dengan Pasal-Pasal Persetujuan IMF.(b) menghindari kerugian yang tidak perlu terhadap kepentingan-

kepentingan komersial, ekonomi, dan keuangan dari NegaraAnggota lainnya;

Page 17: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

(c) tidak melebihi dari yang diperlukan untuk menangani keadaan-keadaan sebagaimana diuraikan pada ayat 1;

(d) bersifat sementara dan akan dihapuskan secara bertahap seiringdengan membaiknya situasi sebagaimana diuraikan pada ayat 1;

(e) diterapkan sedemikian rupa sehingga salah satu dari NegaraAnggota lainnya dimaksud diperlakukan tidak kurangmenguntungkan daripada yang diberikan kepada setiap NegaraAnggota lainnya atau negara bukan Anggota.

3. Setiap pembatasan yang diterapkan atau dipertahankan berdasarkan ayat1, atau setiap perubahannya, wajib dengan segera diberitahukan kepadaNegara-negara Anggota lainnya.

4. Sepanjang pembatasan tersebut tidak mengulang proses berdasarkandalam kerangka WTO, IMF, atau proses serupa lainnya, Negara Anggotayang menerapkan setiap pembatasan berdasarkan ayat 1 wajib memulaikonsultasi dengan setiap Negara Anggota lainnya yang memintakonsultasi dimaksud dalam rangka untuk meninjau kembali pembatasanyang diterapkannya.

Pasal 17Pengecualian Umum

1. Dengan tunduk pada persyaratan bahwa kebijakan tersebut tidakdilaksanakan dengan cara yang sewenang-wenang atau dengan caradiskriminatif yang tidak dapat dibenarkan diantara Negara-negaraAnggota atau para penanam modal mereka apabila terjadi keadaan-keadaan serupa, atau merupakan suatu pembatasan terselubungterhadap para penanam modal dari Negara Anggota lain dan penanamanmodal mereka, tidak satupun dalam Persetujuan ini wajib diartikan untukmenghalangi penerapan atau penegakan oleh setiap Negara Anggotaterhadap kebijakan-kebijakan:(a) yang diperlukan untuk melindungi moral masyarakat atau untuk

menjaga ketertiban umum;(b) yang diperlukan untuk melindungi kehidupan atau kesehatan

manusia, hewan, atau tumbuh-tumbuhan;Pengecualian tentang ketertiban umum dapat diminta oleh suatuNegara Anggota hanya apabila terdapat suatu ancaman nyata dancukup serius terhadap kepentingan masyarakat yang mendasar.

(c) yang diperlukan untuk menjamin kepatuhan terhadap peraturanperundang-undangan yang tidak konsisten dengan Persetujuan ini,termasuk yang berkaitan dengan:(i) pencegahan praktik-praktik penipuan dan kecurangan untuk

mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan karena terjadinyawanprestasi terhadap suatu kontrak;

(ii) perlindungan terhadap privasi individu yang berkaitandengan pengolahan dan penyebarluasan data pribadi dan

Page 18: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

perlindungan terhadap kerahasiaan catatan-catatan danrekening-rekening individu;

(iii) keselamatan;(d) yang ditujukan untuk memastikan pengenaan atau pemungutan

pajak langsung yang adil atau efektif berkenaan denganpenanaman modal atau penanam modal dari setiap NegaraAnggota;

(e) yang dibebankan untuk perlindungan kekayaan-kekayaan negarayang memiliki nilai seni, sejarah atau arkeologis;

(f) yang berkaitan dengan pelestarian sumber daya alam yang tidakdapat diperbaharui, apabila kebijakan-kebijakan dimaksuddiberlakukan seiring dengan pembatasan-pembatasan terhadapproduksi atau konsumsi dalam negeri.

2. Sepanjang menyangkut kebijakan-kebijakan yang mempengaruhipemberian jasa-jasa keuangan, ayat 2 (Peraturan Dalam Negeri) dariLampiran tentang Jasa-jasa Keuangan dari Persetujuan Umum tentangPerdagangan di Bidang Jasa dalam Lampiran 1B dari Persetujuan WTO(“Persetujuan Umum tentang Perdagangan di Bidang Jasa atau GATS”)wajib dimasukkan kedalam dan merupakan bagian yang tidak terpisahkandari Persetujuan ini, secara mutatis mutandis.

Pasal 18Pengecualian Keamanan

Tidak satupun dalam Persetujuan ini wajib diartikan:(a) mensyaratkan setiap Negara Anggota untuk memberikan setiap informasi,

yang pengungkapkannya dinilai bertentangan dengan kepentingan-kepentingan keamanan utamanya; atauUntuk maksud subayat ini, catatan kaki nomor 6 Pasal 14 PersetujuanUmum tentang Perdagangan di Bidang Jasa dalam Lampiran 1B padaPersetujuan WTO (GATS) dimasukkan kedalam dan merupakan bagianyang tidak terpisahkan dari Persetujuan ini, secara mutatis mutandis.

(b) mencegah setiap Negara Anggota untuk melakukan setiap tindakan yangdianggap perlu untuk perlindungan kepentingan-kepentingan keamananutamanya, termasuk tetapi tidak terbatas pada:(i) tindakan yang terkait dengan bahan nuklir yang dapat difisikan atau

difusikan atau bahan-bahan turunannya;(ii) tindakan yang terkait dengan lalu lintas senjata, amunisi, dan

peralatan perang dan lalu lintas barang dan bahan-bahan lainnyayang diangkut secara langsung atau tak langsung dengan maksuduntuk memasok pendirian suatu markas militer;

(iii) tindakan yang diambil pada waktu perang atau keadaan daruratlainnya terkait dengan hubungan dalam negeri atau internasional;

(iv) tindakan yang diambil sedemikian rupa untuk melindungi prasaranapublik yang sangat penting, termasuk prasarana komunikasi, listrikdan air, dari upaya-upaya sengaja yang dimaksudkan untuk

Page 19: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

melumpuhkan atau menurunkan kemampuan prasarana dimaksud;atau

(c) mencegah setiap Negara Anggota dalam melakukan setiap tindakansesuai dengan kewajibannya berdasarkan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional.

Pasal 19Penolakan Manfaat

1. Suatu Negara Anggota dapat menolak manfaat-manfaat dari Persetujuanini kepada:(a) penanam modal dari Negara Anggota lainnya yang merupakan

badan hukum dari Negara Anggota lainnya tersebut dan padapenanaman modal dari penanam modal dimaksud apabilapenanam modal dari Negara yang bukan Negara Anggota memilikiatau mengendalikan badan hukum dan badan hukum tersebut tidakmemiliki operasi usaha yang substantif di wilayah Negara Anggotalainnya tersebut;

(b) penanam modal dari Negara Anggota lainnya yang merupakanbadan hukum dari Negara Anggota lainnya tersebut dan padapenanaman modal dari penanam modal dimaksud apabilapenanam modal dari Negara Anggota yang menolak memiliki ataumengendalikan badan hukum dan badan hukum dimaksud tidakmemiliki operasi usaha yang substantif di wilayah Negara Anggotalainnya tersebut; dan

(c) penanam modal dari Negara Anggota lainnya yang merupakanbadan hukum dari Negara Anggota lainnya tersebut dan padapenanaman modal dari penanam modal dimaksud apabilapenanam modal dari suatu Negara bukan Anggota memiliki ataumengendalikan badan hukum, dan Negara Anggota yang menolaktidak memiliki hubungan diplomatik dengan Negara bukan Anggotadimaksud.

2. Setelah adanya pemberitahuan kepada Negara Anggota dari penanammodal dimaksud, dan tanpa mengurangi arti dari ayat 1, suatu NegaraAnggota dapat menolak manfaat-manfaat dari Persetujuan ini kepadapenanam modal dari Negara Anggota lainnya dan pada penanamanmodal dari penanam modal tersebut, apabila diartikan bahwa penanammodal tersebut telah melakukan penanaman modal yang melanggarhukum dalam negeri dari Negara Anggota yang menolak denganmembuktikan kepemilikannya di bidang-bidang penanaman modal yangdiperuntukkan untuk orang perseorangan dan badan hukum dari NegaraAnggota yang menolak tersebut.

3. Suatu Badan hukum adalah:(a) yang “dimiliki” oleh penanam modal sesuai dengan hukum,

peraturan, dan kebijakan dalam negeri masing-masing NegaraAnggota;

Page 20: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

(b) yang “dikendalikan” oleh penanam modal apabila penanam modaltersebut telah memiliki kuasa untuk menentukan mayoritas paradireksinya atau sebaliknya yang menangani secara langsungsecara sah.

Pasal 20Formalitas Khusus dan Pengungkapan Informasi

1. Tidak satupun dalam Pasal 5 (Perlakuan Nasional) atau Pasal 6(Perlakuan yang Sama) wajib diartikan untuk mencegah suatu NegaraAnggota menerapkan atau mempertahankan kebijakan yang menerapkanformalitas-formalitas khusus terkait dengan penanaman modal, termasuksuatu persyaratan bahwa penanaman modal yang diasumsikanberdasarkan hukum menurut peraturan perundang-undangan dari NegaraAnggota dimaksud dan mematuhi persyaratan pendaftaran, dengan syaratbahwa formalitas-formalitas tersebut secara substansi tidak menghalangihak yang diberikan oleh suatu Negara Anggota kepada para penanammodal dari Negara Anggota lainnya dan penanaman modal sesuai denganPersetujuan ini.

2. Meskipun telah diatur pada Pasal 5 (Perlakuan Nasional) atau Pasal 6(Perlakuan yang Sama), suatu Negara Anggota dapat meminta penanammodal dari Negara Anggota lainnya, atau penanaman modal yangdilindungi, untuk memberikan informasi berkenaan dengan penanamanmodal tersebut semata-mata untuk keperluan informasi atau statistik.Negara Anggota tersebut wajib melindungi setiap informasi rahasia darisetiap pengungkapan yang akan mengurangi keabsahan kepentingankomersial atau badan hukum tertentu, baik yang publik maupun swastaatau daya saing dari penanam modal tersebut atau penanaman modalyang dilindungi. Tidak satupun pada ayat ini wajib diartikan untukmenghalangi suatu Negara Anggota dari sebaliknya untuk menerima ataumengungkapkan informasi yang terkait dengan keseimbangan dan itikadbaik dari penerapan hukumnya.

Pasal 21Transparansi

1. Dalam rangka mencapai tujuan-tujuan dalam Persetujuan ini, masing-masing Negara Anggota wajib:(a) dengan segera dan sekurang-kurangnya setiap tahun

memberitahukan kepada Dewan AIA mengenai perjanjian-perjanjian atau pengaturan-pengaturan yang terkait denganpenanaman modal yang telah diberlakukan dan dimana perlakuanpreferensial dimaksud telah diberikan;

(b) dengan segera dan sekurang-kurangnya setiap tahunmemberitahukan kepada Dewan AIA tentang pengenalan hukumbaru atau perubahan yang dilakukan terhadap hukum, peraturan,atau pedoman administratif yang ada, yang berpengaruh secara

Page 21: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

signifikan terhadap penanaman modal atau komitmen-komitmensuatu Negara Anggota berdasarkan Persetujuan ini;

(c) mempublikasikan semua hukum, peraturan, dan pedomanadministratif yang berlaku secara umum yang sesuai dengan, ataumempengaruhi penanaman modal di wilayah Negara Anggotatersebut; dan

(d) mendirikan atau menunjuk suatu badan pengaduan apabila, ataspermintaan dari setiap orang perseorangan, badan hukum atausetiap Negara Anggota lainnya, semua informasi terkait dengankebijakan-kebijakan yang diminta untuk dipublikasikan ataudisediakan berdasarkan subayat (b) dan (c) dapat diperolehdengan segera.

2. Tidak satupun ketentuan dalam Persetujuan ini wajib meminta suatuNegara Anggota untuk memberikan atau mengijinkan akses terhadapsetiap informasi rahasia, termasuk informasi berkenaan dengan penanammodal atau penanaman modal tertentu, pengungkapan yang akanmenghalangi penegakan hukum, atau sebaliknya bertentangan dengankepentingan umum, atau yang akan mengurangi keabsahan kepentingankomersial dari suatu badan hukum tertentu, baik publik maupun swasta.

Pasal 22Izin Masuk, Tinggal Sementara dan Bekerja bagi Penanam modal dan

Personil Kunci

Berdasarkan hukum, peraturan, dan kebijakan nasional tentang imigrasi danperburuhan yang terkait dengan izin masuk, tinggal sementara, izin untukbekerja, dan konsisten dengan komitmen-komitmennya dalam AFAS, masing-masing Negara Anggota wajib memberikan izin masuk, tinggal sementara danizin untuk bekerja bagi para penanam modal, eksekutif, manajer, dan anggotadewan direksi dari suatu badan hukum dari setiap Negara Anggota lainnya,dengan maksud untuk mendirikan, mengembangkan, mengelola, ataumenyarankan pengoperasian, di wilayah Negara Anggota dimaksud terhadappenanaman modal yang mereka, atau suatu badan hukum dari Negara-negaraAnggota lainnya mempekerjakan para eksekutif, manajer, dan anggota dewandireksinya, yang telah berkomitmen atau dalam proses berkomitmen untuksejumlah modal yang substansial atau sejumlah sumber-sumber lainnya.

Pasal 23Perlakuan Istimewa dan Membedakan bagi Negara-Negara Anggota ASEAN

Baru

Dalam rangka meningkatkan manfaat-manfaat dari Persetujuan ini bagi Negara-negara Anggota ASEAN Baru, dan sesuai dengan tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip sebagaimana tercantum dalam Pembukaan dan Pasal 1 (Tujuan) danPasal 2 (Prinsip-prinsip Pedoman), Negara-negara Anggota mengakui

Page 22: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

pentingnya memberikan perlakuan istimewa dan membedakan bagi Negara-negara Anggota ASEAN Baru, melalui:(a) bantuan teknis untuk memperkuat kapasitasnya terkait dengan kebijakan

dan peningkatan penanaman modal, termasuk di bidang-bidang sepertipengembangan sumber daya manusia;

(b) komitmen-komitmen di bidang-bidang yang menjadi kepentingan bagiNegara-negara Anggota ASEAN Baru; dan

(c) mengakui bahwa komitmen-komitmen dari masing-masing NegaraAnggota ASEAN Baru dapat dilakukan sesuai dengan tahappembangunannya masing-masing.

Pasal 24Peningkatan Penanaman Modal

Negara-negara Anggota wajib bekerja sama dalam meningkatkan kesadaranASEAN sebagai suatu kawasan penanaman modal terpadu dalam rangkameningkatkan penanaman modal asing ke dalam ASEAN dan penanaman modalintra ASEAN melalui, antara lain:(a) mendorong pertumbuhan dan pengembanganan Usaha Kecil dan

Menengah serta enterprise multinasional di ASEAN;(b) meningkatkan industri pelengkap dan jaringan produksi diantara

enterprise multinasional di ASEAN;(c) menyelenggarakan misi-misi penanaman modal yang memfokuskan pada

pengembangan klaster-klaster regional dan jaringan-jaringan produksi;(d) menyelenggarakan dan mendukung penyelenggaraan berbagai

penjelasan singkat dan seminar-seminar mengenai peluang-peluangpenanaman modal dan mengenai hukum, peraturan, dan kebijakanpenanaman modal; dan

(e) melaksanakan pertukaran isu-isu lainnya yang menjadi perhatian bersamaterkait dengan peningkatan penanaman modal.

Pasal 25Fasilitasi Penanaman Modal

Negara-negara Anggota wajib berusaha untuk bekerja sama dalam memfasilitasipenanaman modal kedalam dan diantara ASEAN melalui, antara lain:(a) menciptakan lingkungan yang diperlukan bagi semua bentuk penanaman

modal;(b) merampingkan dan menyederhanakan prosedur-prosedur untuk

pengajuan dan penyetujuan penanaman modal;(c) meningkatkan penyebarluasan informasi penanaman modal, termasuk

aturan, peraturan, kebijakan dan prosedur penanaman modal;(d) mendirikan pusat penanaman modal satu atap;(e) memperkuat basis data mengenai semua bentuk penanaman modal bagi

perumusan kebijakan untuk memperbaiki lingkungan penanaman modalASEAN;

Page 23: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

(f) melakukan konsultasi dengan masyarakat usaha terkait dengan hal-halpenanaman modal; dan

(g) menyediakan jasa konsultasi bagi masyarakat usaha dari Negara-negaraAnggota lainnya.

Pasal 26Meningkatkan Integrasi ASEAN

Negara-negara Anggota mengakui pentingnya mempercepat integrasi ekonomiASEAN melalui berbagai prakarsa, termasuk Prakarsa untuk Integrasi ASEAN,Integrasi Sektor-Sektor Prioritas, dan AEC, yang semuanya mencakup kerjasama di bidang penanaman modal. Dalam rangka untuk mendorong integrasiekonomi ASEAN, Negara-negara Anggota wajib berusaha untuk, antara lain:(a) menyelaraskan, apabila mungkin, kebijakan-kebijakan penanaman modal

dan tindakan-tindakan untuk mencapai industri pelengkap;(b) membangun dan memperkuat kapasitas Negara-negara Anggota,

termasuk pengembangan sumber daya manusia, dalam merumuskan danmemperbaiki kebijakan penanaman modal untuk menarik penanamanmodal;

(c) berbagi infomasi mengenai kebijakan-kebijakan dan kebiasaan-kebiasaanterbaik di bidang penanaman modal, termasuk kegiatan-kegiatan danindustri-industri yang dipromosikan; dan

(d) mendukung upaya-upaya peningkatan penanaman modal diantaraNegara-negara Anggota untuk kemanfaatan bersama.

Pasal 27Penyelesaian Sengketa antara atau antar Negara Anggota

Protokol ASEAN mengenai Mekanisme Penyelesaian Sengketa yangDitingkatkan ditandatangani di Vientiane, Laos, pada tanggal 29 November 2004,sebagaimana telah diubah, wajib berlaku untuk penyelesaian sengketaberkenaan dengan penafsiran atau penerapan Persetujuan ini.

BAGIAN BPenyelesaian Sengketa antara Penanam Modal dan suatu Negara Anggota

Pasal 28Definisi

Untuk maksud Bagian ini:

(a) “Lembaga Berwenang yang Menunjuk” adalah:(i) dalam hal arbitrase berdasarkan Pasal 33 subayat (1) (b) atau (c),

Sekretaris Jenderal ICSID;(ii) dalam hal arbitrase berdasarkan Pasal 33 subayat (1) (d),

Sekretaris Jenderal Pengadilan Arbitrase Tetap; atau

Page 24: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

(iii) dalam hal arbitrase berdasarkan Pasal 33 subayat (1) (e) dan (f),Sekretaris Jenderal, atau seseorang yang menduduki jabatan yangsetara dari pusat atau lembaga arbitrase dimaksud;

(b) “penanam modal yang bersengketa” adalah penanam modal dari suatuNegara Anggota yang mengajukan klaim atas namanya sendiriberdasarkan Bagian ini, dan apabila relevan, termasuk penanam modaldari suatu Negara Anggota yang mengajukan klaim atas nama suatubadan hukum dari Negara Anggota lainnya dimana penanam modalmemiliki atau mengendalikan;

(c) “Negara Anggota yang bersengketa” adalah suatu Negara Anggotayang terhadapnya diajukan suatu klaim yang diajukan berdasarkanBagian ini;

(d) “para pihak yang bersengketa” adalah penanam modal yangbersengketa dan suatu Negara Anggota yang bersengketa;

(e) “ICSID” adalah Pusat Internasional untuk Penyelesaian SengketaPenanaman Modal;

(f) “Aturan-Aturan Fasilitas Tambahan ICSID” adalah Aturan-Aturan yangMengatur Fasilitas Tambahan untuk Proses Administrasi oleh SekretariatPusat Internasional untuk Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal;

(g) “Konvensi ICSID” adalah Konvensi mengenai Penyelesaian SengketaPenanaman Modal antara Negara-negara dan Warga Negara dariNegara-negara lainnya, dibuat di Washington, D.C, Amerika Serikat,tanggal 18 Maret 1965;

(h) “Konvensi New York” adalah Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsamengenai Pengakuan dan Penegakan Putusan Arbitrase Luar Negeri,dibuat di New York, Amerika Serikat, tanggal 10 Juni 1958;

(i) “Negara Anggota yang Tidak Bersengketa” adalah Negara Anggota daripenanam modal yang sedang bersengketa; dan

(j) “Aturan-Aturan Arbitrase UNCITRAL” adalah aturan-aturan arbitrasedari Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Hukum PerdaganganInternasional, yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tanggal 15 Desember 1976.

Pasal 29Lingkup Cakupan

1. Bagian ini wajib berlaku untuk sengketa penanaman modal antara suatuNegara Anggota dan penanam modal dari Negara Anggota lainnya yangtelah menyebabkan kehilangan atau kerugian berdasarkan dugaanpelanggaran terhadap setiap hak yang diberikan berdasarkan Persetujuanini berkenaan dengan penanaman modal dari penanam modal tersebut.

2. Orang perseorangan yang memiliki kebangsaan atau kewarganegaraandari suatu Negara Anggota wajib tidak dapat mengajukan suatu klaimterhadap Negara Anggota tersebut berdasarkan Bagian ini.

Page 25: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

3. Bagian ini wajib tidak berlaku untuk klaim-klaim yang timbul dari peristiwa-peristiwa yang terjadi, atau klaim-klaim yang telah diajukan sebelum mulaiberlakunya Persetujuan ini.

4. Tidak satupun ketentuan dalam Bagian ini yang dapat ditafsirkansedemikian rupa sehingga mencegah suatu penanam modal yangbersengketa untuk mencari penyelesaian administrasi atau hukum yangberlaku didalam Negara dari suatu Negara Anggota yang bersengketa.

Pasal 30Konsiliasi

1. Para pihak yang bersengketa dapat setiap saat menyepakati untukberkonsiliasi, yang dapat dimulai setiap saat dan diakhiri setiap saat ataspermintaan penanam modal yang bersengketa.

2. Apabila para pihak yang bersengketa sepakat, prosedur-prosedur untukkonsiliasi dapat dilanjutkan sementara prosedur-prosedur sebagaimanadiatur dalam Pasal 33 (Penyampaian Klaim) masih berlangsung.

3. Proses-proses hukum yang melibatkan konsiliasi dan posisi-posisi yangdiambil oleh para pihak yang bersengketa selama proses tersebut wajibtidak mengurangi hak salah satu dari pihak yang bersengketa untukproses hukum selanjutnya berdasarkan Bagian ini.

Pasal 31Konsultasi

1. Dalam hal terjadi suatu sengketa penanaman modal, para pihak yangbersengketa wajib terlebih dahulu berupaya menyelesaikan sengketadimaksud melalui konsultasi dan perundingan, yang dapat memasukanpenggunaan prosedur-prosedur tidak mengikat yang melibatkan pihakketiga. Konsultasi dimaksud wajib diawali suatu permintaan tertulis untukkonsultasi yang disampaikan oleh penanam modal yang bersengketakepada Negara Anggota yang bersengketa.

2. Konsultasi wajib dimulai dalam waktu 30 hari sejak Negara Anggota yangbersengketa menerimapermohonan konsultasi, kecuali para pihak yangbersengketa menyepakati sebaliknya.

3. Dengan tujuan untuk menyelesaikan suatu sengketa penanaman modalmelalui konsultasi, penanam modal yang bersengketa wajib melakukansemua upaya yang wajar kepada Negara Anggota yang bersengketa,sebelum dimulainya konsultasi, dengan memberikan informasi berkenaandengan dasar hukum dan fakta-fakta untuk sengketa penanaman modaldimaksud.

Pasal 32Klaim oleh Penanam modal dari suatu Negara Anggota

Page 26: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

Apabila suatu sengketa penanaman modal belum dapat diselesaikan dalamwaktu 180 hari sejak penerimaan permohonan konsultasi oleh suatu NegaraAnggota yang bersengketa, penanam modal yang bersengketa dimaksud,berdasarkan bagian ini, dapat mengajukan untuk proses arbitrase terhadapsuatu klaim:(a) dimana Negara Anggota yang bersengketa dimaksud telah melanggar

suatu kewajiban yang timbul berdasarkan Pasal 5 (Perlakuan Nasional),Pasal 6 (Perlakuan yang Sama), Pasal 8 (Pengelola Senior dan DewanDireksi), Pasal 11 (Perlakuan Penanaman Modal), Pasal 12 (Kompensasidalam Kasus Kerusuhan), Pasal 13 (Transfer), dan Pasal 14(Pengambilalihan dan Kompensasi) terkait dengan pengelolaan,pelaksanaan, pengoperasian atau penjualan atau pelepasan lain terhadapsuatu penanaman modal yang dilindungi; dan

(b) bahwa penanam modal yang bersengketa dimaksud, terkait denganpenanaman modal yang dilindunginya, telah menyebabkan kehilanganatau kerugian karena alasan-alasan atau yang timbul karena pelanggarandimaksud.

Pasal 33Penyampaian Klaim

1. Penanam modal yang bersengketa dapat menyampaikan suatu klaimsebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 (Klaim oleh Penanam modal dariSuatu Negara Anggota) berdasarkan pilihan dari penanam modal yangbersengketa:(a) kepada pengadilan atau mahkamah administrasi di Negara

Anggota yang bersengketa, dengan syarat bahwa pengadilan ataumahkamah dimaksud memiliki yurisdiksi atas klaim-klaim tersebut;atau

(b) berdasarkan Konvensi ICSID dan Aturan-Aturan ICSID mengenaiProsedur untuk Proses Arbitrase, dengan syarat bahwa baikNegara Anggota yang bersengketa dan Negara Anggota yang tidakbersengketa merupakan pihak pada Konvensi ICSID; atau

(c) berdasarkan Aturan Fasilitas Tambahan ICSID, dengan syaratbahwa baik Negara Anggota yang bersengketa atau NegaraAnggota yang tidak bersengketa merupakan pihak pada KonvensiICSID dimaksud; atau

(d) berdasarkan Aturan Arbitrase UNCITRAL; atau(e) kepada Pusat Regional untuk Arbitrase di Kuala Lumpur atau pusat

regional untuk proses arbitrase lainnya di ASEAN; atau(f) apabila para pihak yang bersengketa menyepakati, kepada setiap

lembaga arbitrase lainnya, Untuk Filipina, penyampaian suatu klaimkepada ICSID dan Aturan-Aturan ICSID mengenai Prosedur untukProses Arbitrase wajib berdasarkan suatu kesepakatan tertulisantara para pihak bersengketa ketika suatu sengketa penanamanmodal terjadi. dengan syarat bahwa pemilihan kepada setiap

Page 27: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

aturan atau forum arbitrase berdasarkan subayat (a) sampai (f)wajib tidak mencakup pemilihan aturan atau forum arbitraselainnya.

2. Suatu klaim wajib dianggap telah disampaikan untuk proses arbitraseberdasarkan Bagian ini pada saat pemberitahuan dari pihak yangbersengketa atau permohonan untuk proses arbitrase (“pemberitahuantentang arbitrase”) diterima berdasarkan aturan-aturan arbitrase yangberlaku.

3. Aturan-aturan arbitrase yang berlaku berdasarkan ayat 1, yang berlakupada tanggal klaim atau klaim-klaim dimaksud telah disampaikan untukproses arbitrase berdasarkan Bagian ini, wajib mengatur proses arbitrasekecuali sepanjang telah dimodifikasi oleh Persetujuan ini.

4. Terkait dengan suatu sengketa tentang penanaman modal spesifik ataupenggolongan sengketa, aturan-aturan arbitrase yang berlaku dapatdiabaikan, diubah atau dimodifikasi berdasarkan kesepakatan tertulisantara para pihak yang bersengketa. Aturan-aturan dimaksud wajibbersifat mengikat pada mahkamah atau mahkamah-mahkamah yangrelevan yang dibentuk berdasarkan Bagian ini, dan pada masing-masingarbitrator yang bertugas pada mahkamah dimaksud.

5. Penanam modal yang bersengketa wajib menyediakan pemberitahuantentang arbitrase:(a) nama arbitrator yang ditunjuk oleh penanam modal yang

bersengketa; atau(b) kesepakatan tertulis dari penanam modal yang bersengketa untuk

Lembaga Berwenang Penunjuk yang menunjuk arbitrator tersebut.

Pasal 34Ketentuan dan Pembatasan Penyampaian Klaim

1. Sengketa wajib disampaikan untuk proses arbitrase berdasarkan Pasal 33subayat (1) (b) hingga (f) sesuai dengan Bagian ini, dan wajibberdasarkan ketentuan-ketentuan:(a) penyampaian sengketa penanaman modal untuk proses arbitrase

dimaksud dilakukan dalam waktu 3 tahun setelah penanam modalyang bersengketa menyadari atau saharusnya secara wajar telahmenyadari, terjadi suatu pelanggaran terhadap suatu kewajibanberdasarkan Persetujuan ini yang menyebabkan kehilangan ataukerugian bagi penanam modal yang bersengketa atau suatupenanaman modal yang dilindungi; dan

(b) penanam modal yang bersengketa yang menyediakanpemberitahuan tertulis, yang wajib disampaikan sekurang-kurangnya 90 hari sebelum klaim tersebut disampaikan, kepadaNegara Anggota yang bersengketa mengenai keinginannya untukmenyampaikan sengketa penanaman modal tersebut untuk prosesarbitrase tersebut dan secara singkat menyimpulkan adanyadugaan pelanggaran dari Negara Anggota yang bersengketa

Page 28: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

berdasarkan Persetujuan ini (termasuk ketentuan-ketentuan yangdiduga telah dilanggar) serta kehilangan atau kerusakan yangdiduga disebabkan oleh penanam modal yang bersengketa atausuatu penanaman modal yang dilindungi; dan

(c) pemberitahuan tentang arbitrase berdasarkan Pasal 33 (2) yangdisertai dengan pelepasan secara tertulis oleh penanam modalyang bersengketa terhadap hak penanam modal yang bersengketauntuk mengawali atau melanjutkan setiap proses hukum dihadapanpengadilan atau mahkamah administratif di Negara Anggota yangbersengketa, atau prosedur-prosedur penyelesaian sengketalainnya, terhadap setiap proses hukum berkenaan dengan setiapkebijakan yang diduga melanggar sebagaimana dirujuk dalamPasal 32 (Klaim oleh Penanam modal dari Suatu Negara Anggota).

2. Meskipun telah diatur pada subayat 1(c), penanam modal yangbersengketa wajib tidak dihalangi untuk mengawali atau melanjutkansuatu tindakan yang berupaya terhadap langkah-langkah sementara untukperlindungan dengan maksud semata-mata untuk menjaga hak dankepentingan penanam modal yang bersengketa dan tidak melibatkanpembayaran terhadap kerusakan atau penyelesaian substansi hal-halyang menjadi sengketa, di hadapan pengadilan atau mahkamahadministratif di Negara Anggota yang bersengketa.

3. Suatu Negara Anggota wajib tidak memberikan perlindungan diplomatik,atau mengajukan suatu klaim internasional berkenaan dengan sengketadimana salah satu dari penanam modalnya dan Negara Anggota lainnyatelah sepakat untuk menyampaikan atau telah menyampaikan untukproses arbitrase berdasarkan Bagian ini, kecuali Negara Anggota lainnyadimaksud telah gagal mematuhi dan memenuhi putusan sebagaimanadiambil dalam sengketa dimaksud. Perlindungan diplomatik, untukmaksud ayat ini, wajib tidak memasukan pertukaran diplomatik informalsemata-mata untuk maksud memfasilitasi penyelesaian sengketa.

4. Suatu Negara Anggota yang bersengketa wajib tidak menyatakan,sebagai suatu pembelaan, gugatan balik, hak kompensasi atausebaliknya, dimana penanam modal yang bersengketa yang terkaitdengan penanaman modal yang dilindungi tersebut telah menerima atauakan menerima, sesuai dengan kontrak asuransi atau penjaminan,pengganti kerugian atau kompensasi lain baik keseluruhanmaupunsebagian dari dugaan kerugian.

Pasal 35Pemilihan Para Arbiter

1. Kecuali apabila para pihak yang bersengketa menyetujui yang lain,majelis terdiri dari tiga orang arbiter:(a) satu arbiter yang ditunjuk oleh masing-masing pihak yang

bersengketa; dan

Page 29: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

(b) arbiter ketiga, yang akan menjadi ketua majelis arbitrase, ditunjukatas kesepakatan para pihak yang bersengketa. Arbiter ketigawajib merupakan seorang warga negara dari suatu negara yangbukan Negara Anggota yang mempunyai hubungan diplomatikdengan Negara Anggota yang bersengketa dan Negara Anggotayang tidak bersengketa, dan wajib tidak mempunyai tempat tinggalyang tetap di Negara Anggota yang bersengketa atau di NegaraAnggota yang tidak bersengketa.

2. Setiap orang yang ditunjuk sebagai arbiter wajib memiliki keahlian ataupengalaman di bidang hukum publik internasional, perdaganganinternasional atau aturan-aturan penanaman modal internasional.Seorang arbiter wajib dipilih hanya atas dasar obyektifitas, keandalan,pertimbangan yang baik dan independensi dan wajib bertindak menurutdasar yang sama selama berjalannya proses-proses hukum arbitrase.

3. Dengan tunduk pada Pasal 36 (Pelaksanaan Arbitrase), apabila majelistidak dibentuk dalam jangka waktu 75 hari sejak tanggal diajukannyasuatu permohonan kepada arbitrase berdasarkan Bagian ini, LembagaBerwenang yang Menunjuk, atas permintaan salah satu pihak yangbersengketa, wajib menunjuk, menurut kebijakannya, arbiter atau paraarbiter yang belum ditunjuk.

4. Majelis wajib mengambil putusan-putusannya berdasarkan suaraterbanyak dan putusan-putusannya bersifat mengikat.

5. Para pihak dalam sengketa tersebut wajib menanggung biaya darimasing-masing arbiternya yang menjadi anggota dalam majelis danmenanggung bersama secara seimbang biaya ketua majelis arbitraseserta biaya-biaya terkait lainnya. Untuk semua hal lainnya, majelis wajibmenentukan prosedur-prosedurnya sendiri.

6. Para pihak yang bersengketa dapat menentukan aturan-aturan yangterkait dengan berbagai pengeluaran yang dikeluarkan oleh majelis,termasuk remunerasi bagi para arbiter.

7. Apabila seorang arbiter yang ditunjuk sebagaimana diatur dalam Pasal inimengundurkan diri atau tidak dapat melakukan tugasnya, seorangpengganti wajib ditunjuk dengan cara yang sama sebagaimana ditentukanuntuk penunjukan arbiter awal dan pengganti tersebut wajib memilikisegala kuasa dan kewajiban dari arbiter awal.

Pasal 36Pelaksanaan Arbitrase

1. Apabila masalah-masalah yang berkaitan dengan yurisdiksi atau dapattidaknya diterima diajukan sebagai keberatan-keberatan awal, majeliswajib memutuskan masalah tersebut sebelum masuk kepada pokokperkara.

2. Suatu Negara Anggota yang bersengketa dapat, selambat-lambatnya 30hari setelah pembentukan majelis, mengajukan suatu keberatan bahwasuatu klaim secara nyata tidak berdasar. Suatu Negara Anggota yang

Page 30: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

bersengketa juga dapat mengajukan keberatan bahwa suatu klaimsebaliknya berada di luar yurisdiksi atau kewenangan majelis. NegaraAnggota yang bersengketa tersebut wajib menyebutkan setepat mungkindasar dari keberatan tersebut.

3. Majelis wajib menangani setiap keberatan tersebut sebagai suatumasalah pendahuluan yang terpisah dari pokok perkara klaim tersebut.Para pihak yang bersengketa wajib diberikan kesempatan yang wajaruntuk menyampaikan pandangan-pandangan dan pengamatan-pengamatannya kepada majelis. Apabila majelis memutuskan bahwaklaim tersebut secara nyata tidak berdasar, atau sebaliknya berada di luaryurisdiksi atau kewenangan majelis, majelis wajib memberikan putusanyang menyatakan hal tersebut.

4. Majelis dapat, apabila diperlukan, memutuskan bahwa pihak yangmenang menerima berbagai pengeluaran dan biaya yang wajar yangtimbul dalam mengajukan atau melawan keberatan tersebut. Dalammenentukan apakah putusan tersebut diperlukan, majelis wajibmempertimbangkan apakah klaim atau keberatan tersebut tidak beralasanatau secara nyata tidak berdasar, dan wajib memberikan kesempatanyang wajar kepada para pihak yang bersengketa untuk memberikantanggapannya.

5. Kecuali para pihak yang bersengketa menyepakati yang lain, majelis wajibmenentukan tempat arbitrase sesuai dengan aturan-aturan arbitrase yangberlaku, dengan ketentuan bahwa tempat tersebut wajib berada di wilayahsuatu Negara yang merupakan salah satu pihak dalam Konvensi NewYork.

6. Apabila suatu sengketa tentang penanaman modal terkait dengankebijakan yang mungkin merupakan suatu kebijakan perpajakan, NegaraAnggota yang bersengketa dan Negara Anggota yang tidak bersengketa,termasuk perwakilan administrasi perpajakannya wajib melakukankonsultasi untuk menentukan apakah kebijakan yang dipersoalkantersebut merupakan suatu kebijakan perpajakan.

7. Apabila penanam modal yang bersengketa menggugat bahwa NegaraAnggota yang bersengketa telah melanggar Pasal 14 (Pengambilalihandan Kompensasi) dengan menerapkan atau memberlakukan suatukebijakan perpajakan, Negara Anggota yang bersengketa dan NegaraAnggota yang tidak bersengketa wajib, atas permintaan dari NegaraAnggota yang bersengketa, melakukan konsultasi untuk menentukanapakah kebijakan perpajakan yang dipersoalkan memiliki akibat yangsetara dengan pengambilalihan atau nasionalisasi.

8. Setiap majelis yang mungkin dibentuk berdasarkan Bagian ini wajibmemberikan pertimbangan yang serius terhadap keputusan kedua NegaraAnggota berdasarkan ayat 6 dan 7.

9. Apabila kedua Negara Anggota gagal memulai konsultasi sebagaimanadirujuk pada ayat 6 dan 7 atau membuat keputusan-keputusan bersamatersebut, dalam jangka waktu 180 hari sejak tanggal diterimanyapermohonan konsultasi sebagaimana dirujuk dalam Pasal 31 (Konsultasi),

Page 31: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

penanam modal yang bersengketa tidak boleh dicegah untuk mengajukanpermohonannya ke arbitrase sesuai dengan Bagian ini.

Pasal 37Konsolidasi

Apabila terdapat dua klaim atau lebih yang diajukan secara terpisah ke arbitraseberdasarkan Pasal 32 (Klaim oleh Penanam modal dari Suatu Negara Anggota)dan klaim-klaim tersebut mempunyai masalah hukum atau fakta yang serupadan timbul karena peristiwa-peristiwa atau keadaan-keadaan yang sama atauserupa, semua pihak yang bersengketa dapat menyepakati untukmenggabungkan klaim-klaim tersebut dengan cara yang sesuai menurut mereka.

Pasal 38Laporan Ahli

Tanpa mengurangi arti penunjukan berbagai ahli lainnya apabila diijinkan olehaturan-aturan arbitrase yang berlaku, majelis, atas permintaan para pihak yangbersengketa, dapat menunjuk seorang ahli atau lebih untuk menyampaikanlaporan kepada majelis secara tertulis tentang setiap masalah faktual yangterkait dengan permasalahan lingkungan hidup, kesehatan publik, keselamatanatau permasalahan ilmiah lainnya yang dikemukakan oleh satu pihak yangbersengketa dalam suatu proses arbitrase, dengan tunduk pada persyaratan danketentuan sebagaimana disepakati oleh para pihak yang bersengketa.

Pasal 39Transparansi Proses Arbitrase

1. Dengan tunduk pada ayat 2 dan 3, Negara Anggota yang bersengketadapat menyediakan untuk umum semua putusan akhir dan keputusanyang dibuat oleh majelis.

2. Salah satu dari para pihak yang bersengketa yang berniat untukmenggunakan informasi yang ditetapkan sebagai informasi rahasia dalamsuatu persidangan wajib menyampaikan niatnya tersebut kepada majelis.Majelis akan melakukan pengaturan yang sesuai untuk melindungiinformasi tersebut dari pengungkapan.

3. Setiap informasi yang secara khusus ditetapkan sebagai informasi rahasiayang diserahkan kepada majelis atau para pihak yang bersengketa wajibdilindungi dari pengungkapan kepada publik.

4. Salah satu pihak yang bersengketa dapat mengungkapkan informasirahasia tersebut kepada orang-orang yang secara langsung terkaitdengan proses-proses hukum arbitrase tersebut apabila dianggap perluuntuk penyusunan kasusnya, namun pihak yang bersangkutan wajibmeminta agar informasi rahasia tersebut dijaga kerahasianya.

5. Majelis wajib tidak meminta salah satu Negara Anggota untukmemberikan atau mengizinkan akses terhadap informasi yang

Page 32: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

pengungkapannya akan menghalangi penegakan hukum ataubertentangan dengan undang-undang tentang perlindungan kerahasiaandari Negara Anggota yang bersangkutan, rahasia pribadi, atau urusankeuangan dan rekening pribadi para nasabah dari lembaga-lembagakeuangan, atau yang dianggap oleh Negara Anggota tersebutbertentangan dengan keamanan utamanya.

6. Negara Anggota yang tidak bersengketa berhak, atas biayanya sendiri,menerima dari Negara Anggota yang bersengketa sebuah salinanpemberitahuan tentang arbitrase, selambat-lambatnya 30 hari setelahtanggal diserahkannya dokumen tersebut kepada Negara Anggota yangbersengketa. Negara Anggota yang bersengketa wajib memberitahukankepada semua Negara Anggota tentang diterimanya pemberitahuantentang arbitrase tersebut dalam jangka waktu 30 hari setelah penerimaantersebut.

Pasal 40Hukum Yang Berlaku

1. Dengan tunduk pada ayat 2 dan 3, apabila suatu klaim diajukanberdasarkan Pasal 33 (Penyampain Klaim), majelis wajib memutuskanmasalah-masalah yang dipersengketakan sesuai dengan Persetujuan ini,setiap Persetujuan lain yang berlaku diantara Negara-negara Anggota,dan aturan-aturan hukum internasional yang berlaku dan apabila sesuai,setiap undang-undang dalam negeri yang terkait yang berlaku di NegaraAnggota yang bersengketa.

2. Majelis wajib, atas dasar pertimbangannya sendiri atau atas permintaandari salah satu pihak yang bersengketa, meminta penafsiran bersamaatas setiap ketentuan dalam Persetujuan ini yang menjadi masalah dalamsuatu sengketa. Negara-negara Anggota wajib mengajukan setiapkeputusan bersama secara tertulis yang menyatakan penafsiran merekakepada majelis dalam jangka waktu 60 hari setelah disampaikannyapermintaan tersebut. Tanpa mengurangi arti ketentuan dalam ayat 3,apabila Negara Anggota tidak dapat mengeluarkan keputusan tersebutdalam jangka waktu 60 hari, setiap penafsiran yang diajukan oleh suatuNegara Anggota wajib diteruskan kepada para pihak yang bersengketadan kepada majelis, yang akan memutuskan perkara tersebut atas dasarpertimbangannya sendiri.

3. Suatu keputusan bersama dari Negara-negara Anggota, yangmenyatakan penafsiran mereka tentang suatu ketentuan dalamPersetujuan ini mengikat bagi suatu majelis, dan setiap keputusan atauputusan yang dikeluarkan oleh suatu majelis wajib konsisten dengankeputusan bersama tersebut.

Pasal 41Putusan Akhir

Page 33: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

1. Para pihak yang bersengketa dapat menyepakati suatu penyelesaiansengketa sewaktu-waktu sebelum majelis mengeluarkan putusanakhirnya.

2. Apabila suatu majelis membuat putusan akhir terhadap salah satu daripihak yang bersengketa, majelis hanya dapat memutuskan, secaraterpisah atau bersama-sama:(a) ganti rugi keuangan dan setiap bunga yang berlaku; dan(b) pengembalian kekayaan, dimana putusan tersebut wajib

menentukan bahwa Negara Anggota yang bersengketa dapatmembayar ganti rugi keuangan dan bunga yang berlaku sebagaiganti pengembalian kekayaan tersebut.

3. Majelis juga dapat memutuskan berbagai biaya dan biaya pengacarasesuai dengan Persetujuan ini dan aturan-aturan arbitrase yang berlaku.

4. Majelis tidak boleh memutuskan kerugian yang bersifat menghukum.5. Suatu putusan yang dibuat oleh majelis tidak mempunyai kekuatan hukum

yang mengikat, kecuali diantara para pihak yang bersengketa dan terkaitdengan kasus tersebut.

6. Dengan tunduk pada ayat 7 dan prosedur peninjauan kembali yangberlaku terhadap suatu putusan sementara, pihak yang bersengketawajib, tanpa penundaan, tunduk pada dan mematuhi suatu putusan akhir.

7. Pihak yang bersengketa tidak boleh menuntut pelaksanaan dari suatuputusan akhir sampai Para pihak memahami bahwa mungkin terdapatproses-proses hukum dan administrasi dalam negeri yang perludiperhatikan sebelum suatu putusan akhir dapat dipatuhi.(a) terkait dengan putusan akhir berdasarkan Konvensi ICSID:

(i) setelah berlalunya jangka waktu selama 120 hari sejaktanggal ditetapkannya putusan akhir tersebut dan tidak adapihak yang bersengketa yang meminta pengubahan ataupembatalan terhadap putusan akhir tersebut; atau

(ii) proses-proses hukum pengubahan atau pembatalan telahselesai;

(b) dalam hal putusan akhir berdasarkan Aturan-aturan KelengkapanTambahan ICSID, Aturan-aturan Arbitrase UNCITRAL, atau aturan-aturan yang dipilih berdasarkan Pasal 33 subayat (1) (e):(i) setelah berlalunya jangka waktu selama 90 hari sejak

tanggal ditetapkannya putusan akhir tersebut dan tidak adapihak bersengketa yang telah memulai suatu proses hukumuntuk mengubah, mengesampingkan, atau membatalkanputusan akhir tersebut; atau

(ii) suatu pengadilan telah membatalkan atau mengabulkansuatu permohonan untuk mengubah, mengesampingkan,atau membatalkan putusan akhir tersebut dan tidak adabanding lebih lanjut.

8. Suatu klaim yang diajukan untuk proses arbitrase berdasarkan Bagian iniakan dianggap timbul karena adanya hubungan atau transaksi komersiluntuk tujuan-tujuan Pasal 1 Konvensi New York.

Page 34: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

9. Setiap Negara Anggota wajib mengatur tentang pelaksanaan putusanakhir di wilayahnya.

BAGIAN CPasal 42

Pengaturan Kelembagaan

1. Dewan AIA, sebagaimana yang dibentuk oleh AEM berdasarkanPersetujuan AIA, bertanggung jawab atas pelaksanaan Persetujuan ini.

2. Komite Koordinasi Penanaman Modal ASEAN (”ASEAN CoordinatingCommittee atau CCI”) sebagaimana yang dibentuk oleh Dewan AIA danterdiri dari para pejabat senior yang bertanggung jawab di bidangpenanaman modal dan para pejabat senior lainnya dari instansi-instansipemerintah yang terkait, wajib membantu Dewan AIA dalammelaksanakan fungsi-fungsinya. CCI wajib melapor kepada Dewan AIAmelalui Rapat Para Pejabat Ekonomi Senior (Senior Economic OfficialsMeeting atau ”SEOM”). Sekretariat ASEAN menjadi sekretariat untukDewan AIA dan CCI.

3. Dewan AIA memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:(a) memberikan pedoman kebijakan tentang berbagai hal yang terkait

dengan penanaman modal global dan regional tentang promosi,fasilitasi, perlindungan, serta liberalisasi;

(b) mengawasi, mengkoordinasikan dan meninjau ulang pelaksanaanPersetujuan ini;

(c) memberikan informasi terkini kepada AEM tentang pelaksanaandan pengoperasian Persetujuan ini;

(d) mempertimbangkan dan merekomendasikan kepada AEM setiapperubahan atas Persetujuan ini;

(e) memfasilitasi penghindaran dan penyelesaian berbagai sengketayang timbul karena Persetujuan ini;

(f) mengawasi dan mengkoordinasi pekerjaan CCI;(g) mengambil setiap keputusan yang diperlukan; dan(h) melaksanakan fungsi-fungsi lainnya sebagaimana yang mungkin

disetujui oleh AEM.

Pasal 43Konsultasi oleh Negara Anggota

Negara Anggota sepakat untuk saling berkonsultasi atas permintaan setiapNegara Anggota tentang setiap hal yang terkait dengan penanaman modal yangtercakup dalam Persetujuan ini, atau dengan cara lain mempengaruhipelaksanaan Persetujuan ini.

Pasal 44Hubungan dengan Persetujuan Lainnya

Page 35: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

Tidak ada ketentuan dalam Persetujuan ini yang menyimpang dari hak-hak dankewajiban-kewajiban yang ada dari suatu Negara Anggota berdasarkanPersetujuan-Persetujuan internasional lainnya dimana Negara Anggota tersebutmerupakan salah satu pihak.

Pasal 45Lampiran, Jadwal dan Instrumen di Masa Mendatang

Persetujuan ini terdiri atas Lampiran-lampiran, Jadwal dan isi yang terkandung didalamnya, yang merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dariPersetujuan ini, dan semua instrumen hukum di masa mendatang yangdisepakati sesuai dengan Persetujuan ini.

Pasal 46Perubahan

Ketentuan-ketentuan dalam Persetujuan ini dapat dimodifikasi melaluiperubahan-perubahan yang disepakati bersama secara tertulis oleh Negara-negara Anggota.

Pasal 47Pengaturan Peralihan Terkait dengan ASEAN IGA dan Persetujuan AIA

1. Setelah Persetujuan ini mulai berlaku, ASEAN IGA dan Persetujuan AIAakan diakhiri.

2. Menyimpang dari pengakhiran Persetujuan AIA, Daftar PengecualianSementara dan Daftar Sensitif dalam Persetujuan AIA wajib berlaku atasketentuan-ketentuan liberalisasi ACIA, mutatis mutandis, sampai denganberlakunya Daftar Pensyaratan dari ACIA.

3. Terkait dengan penanaman modal yang berada dalam lingkupPersetujuan ini serta berdasarkan ASEAN IGA, atau dalam lingkupPersetujuan ini dan Persetujuan AIA, para penanam modal yangmelakukan penanaman modal tersebut dapat memilih untukmemberlakukan ketentuan-ketentuan, tetapi hanya secara keseluruhan,dalam Persetujuan ini atau ASEAN IGA atau Persetujuan AIA,sebagaimana yang terjadi, selama jangka waktu 3 tahun setelah tanggalpengakhiran ASEAN IGA dan Persetujuan AIA.

Pasal 48Mulai Berlakunya Persetujuan

1. Persetujuan ini mulai berlaku setelah semua Negara Anggota telahmemberitahukan atau, apabila perlu, menyerahkan instrumen-instrumenratifikasi kepada Sekretaris Jenderal ASEAN, yang tidak boleh lebih dari180 hari setelah penandatanganan Persetujuan ini.

Page 36: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

2. Sekretaris Jenderal ASEAN wajib segera memberitahukan kepada semuaNegara Anggota tentang pemberitahuan-pemberitahuan atau penyerahansetiap instrumen ratifikasi yang dimaksud dalam ayat 1.

Pasal 49Penyimpanan

Persetujuan ini akan disimpan oleh Sekretaris Jenderal ASEAN, yang wajibsegera memberikan sebuah salinan yang sah kepada masing-masing NegaraAnggota.

DEMIKIANLAH, para pihak yang bertanda tangan di bawah ini, yang telah diberiwewenang yang sah oleh Pemerintahnya masing-masing, telah menandatanganiPersetujuan Penanaman Modal Menyeluruh ASEAN ini.

DIBUAT di Cha-am, Thailand, pada tanggal 26 Februari tahun Dua RibuSembilan pada sebuah salinan asli dalam Bahasa Inggris.Untuk Brunei Darussalam:

Ttd.LIM JOCK SENG

Wakil Menteri Luar Negeri dan PerdaganganUntuk Kerajaan Kamboja:

Ttd.CHAM PRASIDH

Menteri Senior dan Menteri PerdaganganUntuk Republik Indonesia:

Ttd.MARI ELKA PANGESTU

Menteri PerdaganganUntuk Republik Demokrasi Rakyat Laos:

Ttd.NAM VIYAKETH

Menteri Perindustrian dan PerdaganganUntuk Malaysia:

Ttd.TAN SRI MUHYIDDIN YASSIN

Menteri Perdagangan Internasional dan PerindustrianUntuk Uni Myanmar:

Ttd.U SOE THA

Page 37: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

Menteri Perencanaan Nasional dan Pembangunan EkonomiUntuk Republik Filipina:

Ttd.PETER B. FAVILA

Menteri Perdagangan dan PerindustrianUntuk Republik Singapura:

Ttd.LIM HNG KIANG

Menteri Perdagangan dan PerindustrianUntuk Kerajaan Thailand:

Ttd.PORNTIVA NAKASAI

Menteri PerdaganganUntuk Republik Sosialis Vietnam

Ttd.VU HUY HOANG

Menteri Perindustrian dan Perdagangan

LAMPIRAN 1Persetujuan Tertulis

Apabila diperlukan persetujuan tertulis khusus untuk penanaman modal yangdilindungi berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan-kebijakandalam negeri dari suatu Negara Anggota, Negara Anggota tersebut wajib:(a) memberitahukan kepada semua Negara Anggota lainnya melalui

Sekretariat ASEAN tentang rincian kontak dari instansi yang berwenangdari Negara Anggota tersebut yang bertanggung jawab untuk memberikanpersetujuan tersebut;

(b) apabila terdapat permohonan yang tidak lengkap, mengidentifikasikan danmemberitahukan kepada pemohon secara tertulis dalam jangka waktu 1bulan sejak tanggal diterimanya permohonan tersebut tentang semuainformasi tambahan yang diperlukan;

(c) memberitahukan kepada pemohon secara tertulis bahwa penanamanmodal yang bersangkutan telah secara khusus disetujui atau ditolakdalam jangka waktu 4 bulan sejak tanggal diterimanya permohonan yanglengkap oleh instansi yang berwenang; dan

(d) apabila sebuah permohonan ditolak, memberitahukan kepada pemohonsecara tertulis tentang alasan-alasan dari penolakan tersebut. Pemohonwajib diberikan kesempatan untuk mengajukan, atas kebijakan pemohontersebut, suatu permohonan baru.

LAMPIRAN 2Pengambilalihan dan Kompensasi

Page 38: NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN ASEAN …

1. Suatu tindakan atau serangkaian tindakan yang dilakukan oleh suatuNegara Anggota bukan merupakan pengambilalihan, kecuali apabilatindakan tersebut mengganggu hak kekayaan berwujud atau tak berwujudatau nilai tambah kekayaan dalam suatu penanaman modal yangdilindungi.

2. Pasal 14 ayat (1) membahas dua situasi:(a) situasi pertama adalah apabila nasionalisasi dilakukan terhadap

suatu penanaman modal atau dengan cara lain dilakukanpengambilalihan langsung melalui pengalihan hak secara resmiatau penyitaan seketika; dan

(b) situasi kedua adalah apabila suatu tindakan atau serangkaiantindakan yang berkaitan yang dilakukan oleh suatu NegaraAnggota mempunyai akibat yang setara dengan pengambilalihanlangsung tanpa pengalihan hak secara resmi atau penyitaanseketika.

3. Penentuan apakah suatu tindakan atau serangkaian tindakan yangdilakukan oleh suatu Negara Anggota, dalam suatu situasi fakta yangkhusus, merupakan pengambilalihan dengan jenis sebagaimanadimaksud dalam subayat 2(b), mewajibkan dilakukannya suatupenyelidikan secara kasus per kasus dan berdasarkan fakta yangmempertimbangkan berbagai faktor, antara lain:(a) dampak ekonomis dari tindakan pemerintah, meskipun fakta bahwa

suatu tindakan atau serangkaian tindakan yang dilakukan olehsuatu Negara Anggota berdampak buruk terhadap nilai ekonomisdari suatu penanaman modal, secara terpisah, tidak membuktikanterjadinya pengambilalihan tersebut;

(b) apakah tindakan pemerintah tersebut melanggar komitmen tertulisyang bersifat mengikat yang diberikan sebelumnya oleh pemerintahyang bersangkutan kepada penanam modal yang bersangkutan,baik berdasarkan kontrak, izin atau dokumen hukum lainnya; dan

(c) sifat dari tindakan pemerintah tersebut, termasuk tujuannya danapakah tindakan tersebut tidak sesuai dengan kepentingan umumsebagaimana dirujuk dalam Pasal 14 ayat (1).

4. Berbagai kebijakan yang bersifat nondiskriminasi dari suatu NegaraAnggota yang dirancang dan diterapkan untuk melindungi tujuan-tujuankesejahteraan masyarakat yang sah, seperti kesehatan masyarakat,keselamatan dan lingkungan hidup, bukan merupakan suatupengambilalihan dari jenis yang dirujuk pada subayat 2(b).

Catatan: Lampiran dalam bahasa inggris tidak disertakan.