Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

60
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/12/PBI/2009 SEBAGAIMANA DIUBAH DENGAN PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 8 /PBI/2014 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketentuan uang elektronik perlu diselaraskan dengan ketentuan transfer dana; b. bahwa untuk mendukung pertumbuhan industri uang elektronik yang sehat perlu adanya peningkatan keamanan teknologi dan efisiensi penyelenggaraan uang elektronik; c. bahwa dalam rangka mendukung keuangan inklusif diperlukan perluasan akses kepada masyarakat untuk memperoleh layanan jasa sistem pembayaran dan keuangan dengan meningkatkan penggunaan uang elektronik sebagai salah satu instrumen dalam layanan keuangan digital; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu melakukan perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money);

Transcript of Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Page 1: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

PERATURAN BANK INDONESIA

NOMOR: 11/12/PBI/2009

SEBAGAIMANA DIUBAH DENGAN

PERATURAN BANK INDONESIA

NOMOR 16/ 8 /PBI/2014

TENTANG

UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa ketentuan uang elektronik perlu diselaraskan

dengan ketentuan transfer dana;

b. bahwa untuk mendukung pertumbuhan industri uang

elektronik yang sehat perlu adanya peningkatan

keamanan teknologi dan efisiensi penyelenggaraan

uang elektronik;

c. bahwa dalam rangka mendukung keuangan inklusif

diperlukan perluasan akses kepada masyarakat untuk

memperoleh layanan jasa sistem pembayaran dan

keuangan dengan meningkatkan penggunaan uang

elektronik sebagai salah satu instrumen dalam layanan

keuangan digital;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu

melakukan perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik

(Electronic Money);

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 10Tahun 1998

Page 2: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3843) sebagaimana telah diubah

beberapa kali terakhir dengan UndangUndang Nomor 6

Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008

tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor

23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4962);

3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4867);

4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer

Dana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2011 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5204);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN

ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR

11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK

(ELECTRONIC MONEY).

Page 3: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:

1. Bank adalah bank sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan, dan bank syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan syariah.

2. Lembaga Selain Bank adalah badan usaha berbadan hukum Indonesia bukan Bank.

3. Uang Elektronik (Electronic Money) adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

a. diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit;

b. nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip;

c. digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang elektronik tersebut; dan

d. nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undangundang yang mengatur mengenai perbankan.

4. Nilai Uang Elektronik adalah nilai uang yang disimpan secara elektronik pada suatu media server atau chip yang dapat dipindahkan untuk kepentingan transaksi pembayaran dan/atau transfer dana.

5. Prinsipal adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang bertanggungjawab atas pengelolaan sistem dan/atau jaringan antar anggotanya yang berperan sebagai penerbit dan/atau acquirer, dalam transaksi Uang Elektronik yang kerja sama dengan anggotanya didasarkan atas suatu perjanjian tertulis.

6. Penerbit adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang menerbitkan Uang Elektronik.

7. Acquirer adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang:

a. melakukan kerja sama dengan pedagang sehingga pedagang mampu memproses transaksi dari Uang Elektronik yang diterbitkan oleh pihak selain acquirer yang bersangkutan; dan

Page 4: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

b. bertanggungjawab atas penyelesaian pembayaran kepada pedagang.

8. Pemegang adalah pihak yang menggunakan Uang Elektronik.

9. Pedagang (merchant) adalah penjual barang dan/atau jasa yang menerima transaksi pembayaran dari Pemegang.

10. Pengisian Ulang (top up) adalah penambahan Nilai Uang Elektronik pada Uang Elektronik.

11. Dana Float adalah seluruh Nilai Uang Elektronik yang diterima Penerbit atas hasil penerbitan Uang Elektronik dan/atau Pengisian Ulang (top up) yang masih merupakan kewajiban Penerbit kepada Pemegang dan Pedagang.

12. Tarik Tunai adalah fasilitas penarikan tunai atas Nilai Uang Elektronik yang dapat dilakukan setiap saat oleh Pemegang.

13. Penyelenggara Kliring adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan perhitungan hak dan kewajiban keuangan masing-masing Penerbit dan/atau Acquirer dalam rangka transaksi Uang Elektronik.

14. Penyelenggara Penyelesaian Akhir adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan dan bertanggungjawab terhadap penyelesaian akhir atas hak dan kewajiban keuangan masingmasing Penerbit dan/atau Acquirer dalam rangka transaksi Uang Elektronik berdasarkan hasil perhitungan dari Penyelenggara Kliring.

15. Layanan Keuangan Digital yang selanjutnya disingkat LKD adalah kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dan keuangan yangdilakukan melalui kerja sama dengan pihak ketiga serta menggunakan sarana dan perangkat teknologi berbasis mobile maupun berbasis web dalam rangka keuangan inklusif.

16. Agen LKD adalah pihak ketiga yang bekerjasama dengan Penerbit dan bertindak untuk dan atas nama Penerbit dalam memberikan LKD.

Pasal 1A

1. Berdasarkan pencatatan data identitas Pemegang, Uang Elektronik dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:

a. Uang Elektronik yang data identitas Pemegangnya terdaftar dan tercatat pada Penerbit (registered); dan

b. Uang Elektronik yang data identitas Pemegangnya tidak terdaftar dan tidak tercatat pada Penerbit (unregistered).

2. Fasilitas yang dapat diberikan oleh Penerbit jenis Uang Elektronik registered sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa:

a. registrasi Pemegang;

Page 5: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

b. Pengisian Ulang (top up);

c. pembayaran transaksi;

d. pembayaran tagihan;

e. transfer dana;

f. Tarik Tunai;

g. penyaluran program bantuan pemerintah kepada masyarakat;

dan/atau

h. fasilitas lain berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.

3. Fasilitas yang dapat diberikan oleh Penerbit jenis Uang Elektronik

unregistered sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,

berupa:

a. Pengisian Ulang (top up);

b. pembayaran transaksi;

c. pembayaran tagihan;

d. fasilitas lain berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.

BAB II

PRINSIPAL, PENERBIT, ACQUIRER, PENYELENGGARA KLIRINGDAN/ATAU PENYELENGGARA PENYELESAIAN AKHIR

Bagian Kesatu

Perizinan

Paragraf 1

Prinsipal

Pasal 2

(1). Kegiatan sebagai Prinsipal dapat dilakukan oleh Bank atau Lembaga Selain Bank.

(2). Bank dan Lembaga Selain Bank yang akan bertindak sebagai Prinsipal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memperoleh izin dari Bank Indonesia.

(3). Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara untuk memperoleh izin sebagai Prinsipal diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 3

Page 6: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

(1) Dalam melaksanakan kegiatannya, Prinsipal wajib:

a. menetapkan prosedur dan persyaratan yang obyektif dan transparan; dan

b. melakukan pengawasan terhadap keamanan dan keandalan sistem dan/atau jaringan, kepada seluruh Penerbit dan/atau Acquirer yang menjadi anggota Prinsipal yang bersangkutan.

(2) Pengawasan terhadap keamanan dan keandalan sistem dan/atau jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, harus dilakukan juga oleh Prinsipal terhadap pihak lain yang bekerjasama dengan Penerbit dan/atau Acquirer.

Pasal 4

(1).Prinsipal wajib menghentikan kerjasama dengan Penerbit dan/atau Acquirer jika Bank Indonesia mengenakan sanksi pencabutan atas izin yang telah diberikan kepada Penerbit dan/atau Acquirer sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini.

(2).Penghentian kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaksanakan oleh Prinsipal paling lambat pada hari kerja berikutnya sejak tanggal diterimanya pemberitahuan tertulis dari Bank Indonesia mengenai pencabutan atas izin yang telah diberikan kepada Penerbit dan/atau Acquirer.

(3).Pelaksanaan penghentian kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib diberitahukan secara tertulis oleh Prinsipal dan diterima oleh Bank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal pelaksanaan penghentian kerjasama.

Paragraf 2

Penerbit

Pasal 5

(1) Kegiatan sebagai Penerbit dapat dilakukan oleh Bank atau Lembaga Selain Bank.

(2) Bank yang akan bertindak sebagai Penerbit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memperoleh izin sebagai Penerbit dari Bank Indonesia.

(3) Lembaga Selain Bank yang akan bertindak sebagai Penerbit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memperoleh izin sebagai Penerbit dari Bank Indonesia jika:

a. Dana Float yang dikelola telah mencapai nilai tertentu; atau

b. Dana Float direncanakan akan mencapai nilai tertentu.

(3). Dalam hal Lembaga Selain Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (3) akan menyediakan fasilitas transfer dana melalui Uang Elektronik yang diterbitkan maka Lembaga Selain Bank

Page 7: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

tersebut wajib memenuhi persyaratan sebagai Penerbit Uang Elektronik yang memiliki fasilitas transfer dana.

(4). Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara untuk memperoleh izin sebagai Penerbit sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), termasuk ketentuan mengenai nilai Dana Float sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Paragraf 3

Acquirer

Pasal 6

(1).Kegiatan sebagai Acquirer dapat dilakukan oleh Bank atau Lembaga Selain Bank.

(2).Bank dan Lembaga Selain Bank yang akan melakukan kegiatan sebagai Acquirer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memperoleh izin dari Bank Indonesia.

(3). Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara untuk memperoleh izin sebagai Acquirer sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 7

(1).Acquirer wajib melakukan edukasi dan pembinaan terhadap Pedagang yang bekerjasama dengan Acquirer.

(2).Acquirer wajib menghentikan kerjasama dengan Pedagang yang melakukan tindakan yang merugikan.

(3).Acquirer dapat melakukan tukar-menukar informasi atau data dengan Acquirer lainnya tentang Pedagang yang melakukan tindakan yang merugikan dan dapat mengusulkan pencantuman nama Pedagang tersebut dalam suatu daftar hitam Pedagang (merchant black list).

(4).Ketentuan lebih lanjut mengenai klausul minimum yang harus dicantumkan dalam perjanjian kerjasama antara Acquirer dan Pedagang diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Paragraf 4

Penyelenggaraan Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir

Pasal 8

(1) Bank atau Lembaga Selain Bank yang akan melakukan kegiatan sebagai Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir wajib memperoleh izin dari Bank Indonesia.

(2) Dalam hal Bank atau Lembaga Selain Bank akan bertindak sebagai Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir, maka kewajiban memperoleh izin dari Bank

Page 8: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk masing-masing kegiatan tersebut.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara untuk memperoleh izin sebagai Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Bagian Kedua

Kegiatan Sebagai Prinsipal, Penerbit, Acuirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir

Pasal 9

(1) Bank atau Lembaga Selain Bank yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir wajib melaksanakan kegiatannya dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

(2) Bank atau Lembaga Selain Bank wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Bank Indonesia, apabila dalam jangka waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank atau Lembaga Selain Bank tersebut telah atau belum dapat melaksanakan kegiatannya.

(3) Penetapan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tata cara penyampaian pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 9A

(1).Izin sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir yang diberikan oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 berlaku untuk jangka waktu selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang oleh Bank Indonesia.

(2).Selama berlakunya jangka waktu izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia melakukan evaluasi atas izin penyelenggaraan Uang Elektronik yang telah diberikan dengan mempertimbangkan paling kurang:

a. tingkat optimalisasi dan perkembangan kegiatan penyelenggaraan Uang Elektronik;

b. tingkat kepatuhan Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir terhadap ketentuan yang berlaku; dan/atau

c. aspek perlindungan konsumen.

Page 9: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

(3).Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi dasar pertimbangan bagi Bank Indonesia untuk menetapkan kebijakan terkait izin yang telah diberikan.

(4).Kebijakan terhadap izin yang diberikan oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa:

a. pencabutan izin;

b. mempersingkat masa berlaku izin; dan/atau

c. membatasi kegiatan penyelenggaraan Uang Elektronik.

(5).Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara perpanjangan izin, serta tata cara evaluasi perizinan penyelenggaraan Uang Elektronik diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 9B

(1).Bank Indonesia berwenang menetapkan kebijakan pembatasan pemberian izin sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir.

(2).Dalam rangka kebijakan pembatasan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia berwenang menutup dan membuka kembali pemberian izin sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir.

(3).Kebijakan pembatasan dan pembukaan kembali pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada pertimbangan antara lain menjaga efisiensi nasional, mendukung kebijakan nasional, menjaga kepentingan publik, menjaga pertumbuhan industri, dan menjaga persaingan usaha yang sehat.

Bagian Ketiga

Bentuk Badan Hukum dan Kerjasama

Pasal 10

Lembaga Selain Bank yang akan melakukan kegiatan sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir yang beroperasi di wilayah Republik Indonesia harus berbadan hukum Indonesia dalam bentuk perseroan terbatas.

Pasal 11

(1) Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia hanya dapat bekerjasama dengan Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau

Page 10: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Penyelenggara Penyelesaian Akhir yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia.

(2) Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir dapat bekerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan kegiatan Uang Elektronik.

(3) Terhadap kerja sama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang dilakukan dalam rangka penyediaan layanan umum, dilarang dilakukan secara eksklusif.

Pasal 11A

(1) Kerja sama Penerbit dengan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) dapat dilakukan dalam rangka:

a. penyediaan fasilitas dalam Uang Elektronik berupa:

1. fasilitator registrasi Pemegang;

2. Pengisian Ulang (top up);

3. pembayaran tagihan;

4. Tarik Tunai;

5. penyaluran program bantuan pemerintah kepada masyarakat; dan

6. fasilitas lain berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.

b. penyediaan sarana dan infrastruktur pendukung penyelenggaraan Uang Elektronik.

(2) Pihak lain yang bekerjasama dengan Penerbit dalam rangka penyediaan fasilitas Uang Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa:

a. penyelenggara transfer dana; atau

b. badan usaha berbadan hukum Indonesia.

(3) Penyelenggara transfer dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a wajib memenuhi persyaratan paling kurang sebagai berikut:

a. telah memperoleh izin dari Bank Indonesia;

b. menempatkan deposit pada Penerbit dengan jumlah sesuai yang ditetapkan Penerbit; dan

c. lulus proses uji tuntas (due diligence) oleh Penerbit.

(4) Badan usaha berbadan hukum Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b wajib memenuhi persyaratan paling kurang sebagai berikut:

a. memiliki kemampuan, reputasi, dan integritas di wilayah operasionalnya;

Page 11: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

b. telah melaksanakan kegiatan usaha paling kurang selama 2 (dua) tahun;

d. menempatkan deposit pada Penerbit dengan jumlah sesuai yang ditetapkan Penerbit; dan

e. lulus proses uji tuntas (due diligence) oleh Penerbit.

(5) Penerbit wajib memastikan pemenuhan persyaratan pihak lain yang bekerjasama dengan Penerbit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4).

(6) Pelaksanaan kerja sama Penerbit dengan pihak lain wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme kerja sama Penerbit dengan pihak lain dan tata cara penyampaian laporan kepada Bank Indonesia diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 11B

Dalam hal Penerbit bekerjasama dengan pihak lain untuk melakukan registrasi Pemegang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11A ayat (1) huruf a angka 1, berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. persetujuan registrasi Pemegang tetap menjadi wewenang dan tanggung jawab Penerbit; dan

b. Penerbit dan pihak lain yang bekerjasama dengan Penerbit harus menerapkan prinsip-prinsip anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme, serta perlindungan konsumen sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 12

(1) Dalam hal Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir bekerjasama dengan pihak lain, maka Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir wajib:

a. melaporkan rencana dan realisasi kerjasama dengan pihak lain kepada Bank Indonesia;

b. memiliki bukti mengenai keandalan dan keamanan sistem yang digunakan oleh pihak lain dalam penyelenggaraan Uang Elektronik yang antara lain dibuktikan dengan adanya:

1. hasil audit teknologi informasi dari auditor independen; dan

2. hasil sertifikasi yang dilakukan oleh Prinsipal, jika dipersyaratkan oleh Prinsipal.

c. mensyaratkan kepada pihak lain dalam penyelenggaraan Uang Elektronik untuk menjaga kerahasiaan data.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan rencana dan realisasi kerjasama Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara

Page 12: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir dengan pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 12A

(1) Penerbit dapat mengenakan biaya layanan fasilitas Uang Elektronik kepada Pemegang.

(2) Biaya layanan yang dapat dikenakan oleh Penerbit kepada Pemegang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. biaya penggantian media Uang Elektronik untuk penggunaan pertama kali atau penggantian media Uang Elektronik yang rusak atau hilang;

b. biaya Pengisian Ulang (top up) melalui pihak lain yang bekerjasama dengan Penerbit atau menggunakan delivery channel pihak lain;

b. biaya Tarik Tunai melalui pihak lain yang bekerjasama dengan Penerbit atau menggunakan delivery channel pihak lain; dan/atau

c. biaya administrasi untuk Uang Elektronik yang tidak digunakan dalam jangka waktu tertentu.

(3) Dalam hal Penerbit akan mengenakan biaya layanan kepada Pemegang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Penerbit wajib menginformasikan secara jelas dan transparan kepada Pemegang.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme pengenaan biaya layanan dan besarnya biaya layanan maksimum yang dapat dikenakan oleh Penerbit kepada Pemegang diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 13

(1) Penerbit dilarang menerbitkan Uang Elektronik dengan Nilai Uang Elektronik yang lebih besar atau lebih kecil daripada nilai uang yang disetorkan kepada Penerbit.

(2) Dalam hal Penerbit melakukan pengelolaan Nilai Uang Elektronik dan pengelolaan nilai yang setara dengan nilai uang, berlaku ketentuan:

a. pencatatan dan/atau pengelolaan Nilai Uang Elektronik harus dipisahkan dari pencatatan dan/atau pengelolaan nilai yang setara dengan nilai uang lainnya; dan

b. nilai yang setara dengan nilai uang tidak dapat dikonversikan menjadi Nilai Uang Elektronik.

Pasal 13A

(1) Nilai uang yang disetorkan ke dalam Uang Elektronik harus dapat digunakan atau ditransaksikan seluruhnya sampai bersaldo nihil.

Page 13: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

(2) Penerbit Uang Elektronik dilarang:

a. menetapkan minimum Nilai Uang Elektronik sebagai:

1. persyaratan penggunaan Uang Elektronik; dan/atau

2. persyaratan pengakhiran penggunaan Uang Elektronik (redeem);

b. menahan atau memblokir Nilai Uang Elektronik secara sepihak; dan/atau

c. mengenakan biaya pengakhiran penggunaan Uang Elektronik (redeem).

Pasal 14

(1) Bank Indonesia menetapkan batas paling banyak Nilai Uang Elektronik yang disimpan pada media elektronik dan batas paling banyak total nilai transaksi Uang Elektronik dalam periode tertentu.

(2) Penerbit wajib mematuhi batas paling banyak sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai batas paling banyak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 15

Dalam hal media Uang Elektronik mempunyai masa berlaku (expiry date) maka Penerbit dilarang untuk menghapus atau menghilangkan Nilai Uang Elektronik ketika masa berlaku media Uang Elektronik tersebut berakhir.

Pasal 16

(1) Uang Elektronik yang dapat menyediakan fasilitas transfer dana adalah Uang Elektronik registered dan diproses secara online.

(2) Penerbit yang menyediakan fasilitas transfer dana melalui Uang Elektronik wajib menyediakan fasilitas Tarik Tunai.

(3) Dalam rangka penyediaan fasilitas Tarik Tunai sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Penerbit dapat bekerjasama dengan tempat penguangan tunai sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai transfer dana.

(4) Pelaksanaan kegiatan transfer dana melalui Uang Elektronik selain tunduk pada Peraturan Bank Indonesia ini wajib pula tunduk pada peraturan perundang-undangan terkait yang berlaku.

Pasal 17

(1) Penerbit wajib mencatat identitas Pedagang yang bekerjasama dengan Penerbit dan mengadministrasikan seluruh dokumen yang terkait dengan Pedagang.

Page 14: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

(2) Penerbit wajib menerapkan manajemen risiko operasional dan risiko keuangan.

(3) Dalam rangka penerapan manajemen risiko keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Penerbit wajib:

a. menempatkan Dana Float dalam bentuk aset yang aman dan likuid;

b. menggunakan Dana Float sebagaimana dimaksud pada huruf a hanya untuk memenuhi kewajiban kepada Pemegang dan Pedagang; dan

c. memenuhi kewajiban kepada Pemegang dan Pedagang secara tepat waktu.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan manajemen risiko operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan penempatan Dana Float sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 18

(1) Penerbit wajib memberikan informasi secara tertulis kepada Pemegang mengenai produk Uang Elektronik yang diterbitkannya.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian informasi secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 19

(1) Dalam hal Penerbit telah memperoleh izin dari Bank Indonesia dan akan menerbitkan Uang Elektronik dengan jenis atau nama yang berbeda dan/atau penambahan fasilitas baru, maka penerbitannya harus dilaporkan secara tertulis oleh Penerbit kepada Bank Indonesia.

(2) Laporan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan informasi yang paling kurang meliputi:

a. rencana bisnis; dan

b. penjelasan karakteristik tentang jenis atau nama yang berbeda dan/atau penambahan fasilitas baru Uang Elektronik.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian laporan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Bagian Kedua

Penggunaan Uang Rupiah

Pasal 20

(1) Uang Elektronik yang diterbitkan wajib menggunakan uang rupiah.

Page 15: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

(2) Uang Elektronik yang digunakan di wilayah Negara Republik Indonesia wajib menggunakan uang rupiah.

BAB IV

PERALIHAN IZIN PENYELENGGARAAN KEGIATAN UANG

ELEKTRONIK

Pasal 21

(1) Peralihan izin penyelenggaraan kegiatan sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir kepada pihak lain hanya dapat dilakukan oleh Bank atau Lembaga Selain Bank dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemisahan.

(2) Peralihan izin penyelenggaraan kegiatan sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari Bank Indonesia.

(3) Dalam hal terjadi pengambilalihan, Bank atau Lembaga Selain Bank yang telah memperoleh izin penyelenggaraan kegiatan sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir wajib melaporkan secara tertulis kepada Bank Indonesia.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan penyampaian laporan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

BAB V

PENGAWASAN

Pasal 22

(1) Bank Indonesia melakukan pengawasan terhadap Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir.

(2) Dalam rangka pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia mengadakan pertemuan konsultasi (consultative meeting) dengan Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir.

(3) Dalam rangka pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir wajib:

a. menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia secara tertulis dan/atau on-line mengenai kegiatan Uang Elektronik;

Page 16: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

b. memberikan keterangan dan/atau data yang terkait dengan penyelenggaraan Uang Elektronik sesuai dengan permintaan Bank Indonesia;

c. memberikan kesempatan kepada Bank Indonesia untuk melakukan pemeriksaaan (on site visit) guna memperoleh informasi yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan Uang Elektronik;

(4) Bank Indonesia dapat meminta kepada pihak lain yang bekerjasama dengan Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1), untuk menyampaikan laporan tertulis mengenai informasi tertentu.

(5) Berdasarkan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bank Indonesia dapat melakukan pembinaan dan/atau mengenakan sanksi administratif.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian dan jenis laporan yang disampaikan secara tertulis dan/atau on-line sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 23

Bank Indonesia dapat menugaskan pihak lain untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan (on site visit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3) huruf c.

BAB VI

PENINGKATAN KEAMANAN TEKNOLOGI

Pasal 24

(1) Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir wajib:

a. menggunakan sistem yang aman dan andal;

b. memelihara, meningkatkan keamanan teknologi Uang Elektronik, dan/atau mengganti infrastruktur dan sistem Uang Elektronik dengan yang lebih aman;

c. memiliki kebijakan dan prosedur tertulis (standard operating procedure) penyelenggaraan kegiatan Uang Elektronik; dan

d. menjaga keamanan dan kerahasiaan data.

(2) Dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir wajib melaksanakan audit teknologi informasi secara berkala dan melaporkan hasil audit teknologi informasi tersebut kepada Bank Indonesia.

Page 17: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai keamanan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksanaan audit dan tata cara pelaporan hasil audit teknologi informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 24A

(1)Bank Indonesia berwenang meminta laporan kepada:

a. penyelenggara Uang Elektronik yang belum memperoleh izin Bank Indonesia; dan

b. penyelenggara alat pembayaran non tunai yang berupa stored value.

(2)Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

BAB VIA

PENYELENGGARAAN LAYANAN KEUANGAN DIGITAL

Bagian Kesatu

Penyelenggaraan

Pasal 24B

(1)Penerbit dapat menyelenggarakan LKD.

(2)Penyelenggaraan LKD oleh Penerbit dilakukan melalui kerja sama dengan Agen LKD.

Pasal 24C

Agen LKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24B ayat (2) dapat berupa:

a. penyelenggara transfer dana atau badan usaha berbadan hukum Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11A ayat (2); dan/atau

b. individu.

Bagian Kedua

Persyaratan Penyelenggara LKD melalui Agen LKD Individu

Pasal 24D

(1) Penyelenggaraan LKD melalui Agen LKD individu hanya dapat dilakukan oleh Penerbit berupa Bank.

(2) Penerbit berupa Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. berbadan hukum Indonesia;

Page 18: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

b. kategori Bank Umum berdasarkan Kegiatan Usaha (BUKU) 4 sesuai penilaian periode terakhir oleh otoritas pengawasan Bank;

c. telah menjadi Penerbit paling singkat selama 2 (dua) tahun; dan

d. memenuhi persyaratan operasional yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

(3) Penerbit berupa Bank yang akan menyelenggarakan LKD melalui Agen LKD individu wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia rencana penyelenggaraan kegiatan LKD melalui Agen LKD individu.

(4) Bank Indonesia memberikan penegasan terhadap rencana penyelenggaraan kegiatan LKD melalui Agen LKD individu yang disampaikan oleh Penerbit berupa Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(5) Penegasan dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberikan setelah mendapat pertimbangan dari otoritas pengawasan Bank.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, penyampaian rencana penyelenggaraan LKD melalui Agen LKD individu, dan penegasan Bank Indonesia diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Bagian Ketiga

Agen LKD Individu

Pasal 24E

(1) Agen LKD individu harus memenuhi persyaratan paling kurang sebagai berikut:

a. memiliki kemampuan, reputasi, dan integritas di wilayah operasionalnya;

b. memiliki usaha yang sedang berjalan dengan lokasi usaha tetap paling singkat 2 (dua) tahun;

c. lulus proses uji tuntas (due diligence) oleh Penerbit berupa Bank; dan

d. menempatkan deposit dengan jumlah sesuai yang ditetapkan Penerbit berupa Bank.

(2) Uang Elektronik yang dapat digunakan dalam penyelenggaraan LKD melalui Agen LKD individu adalah Uang Elektronik registered dan diproses secara online.

(3) Layanan yang dapat dilakukan oleh Agen LKD individu meliputi:

a. fasilitator registrasi Pemegang;

b. Pengisian Ulang (top up);

Page 19: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

c. pembayaran tagihan;

d. Tarik Tunai;

e. penyaluran program bantuan pemerintah kepada masyarakat; dan

f. fasilitas lain berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan Agen LKD individu dan layanan yang dapat dilakukan oleh Agen LKD individu diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Bagian Keempat

Kewajiban dan Tanggung Jawab Penyelenggara LKD

Pasal 24F

(1) Penerbit yang akan menyelenggarakan LKD melalui Agen LKD harus menyampaikan kepada Bank Indonesia rencana penyelenggaraan kegiatan LKD melalui Agen LKD.

(2) Penerbit wajib bertanggungjawab atas seluruh kegiatan yang dilakukan oleh Agen LKD.

(3) Penerbit wajib memastikan pemenuhan persyaratan Agen LKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11A ayat (3), Pasal 11A ayat (4), dan Pasal 24E ayat (1).

Pasal 24G

(1) Penerbit yang bekerjasama dengan Agen LKD wajib menyampaikan laporan mengenai kegiatan LKD kepada Bank Indonesia secara berkala.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

BAB VII

LAIN-LAIN

Pasal 25

Penyelenggaraan kegiatan Uang Elektronik oleh Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah tunduk kepada Peraturan Bank Indonesia ini dengan tetap mengacu pada prinsip syariah yang berlaku.

Pasal 25A

Bank atau Lembaga Selain Bank yang mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia untuk memperoleh izin sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir harus terlebih dahulu memperoleh:

a. izin atau persetujuan dari otoritas pengawas Bank bagi Bank; atau

Page 20: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

b. rekomendasi tertulis dari otoritas pengawas Lembaga Selain Bank bagi Lembaga Selain Bank.

Pasal 26

(1) Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dapat menyelenggarakan kegiatan Uang Elektronik sepanjang tidak dilarang dalam peraturan yang mengatur mengenai Bank Perkreditan Rakyat atau Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

(2) Dalam hal Bank Perkreditan Rakyat atau Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan kegiatan Uang Elektronik maka seluruh ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini berlaku untuk Bank Perkreditan Rakyat atau Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Pasal 27

(1) Prinsipal, Penerbit, dan/atau Acquirer harus menyediakan sistem yang dapat dikoneksikan dengan sistem Uang Elektronik yang lain.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai keharusan penyediaan sistem yang dapat dikoneksikan dengan sistem Uang Elektronik yang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 28

(1) Dalam hal terdapat perubahan atas nama, alamat, dan/atau informasi pada dokumen tertentu, Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir Uang Elektronik harus melaporkan secara tertulis kepada Bank Indonesia.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan perubahan atas nama, alamat dan/atau informasi pada dokumen tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 29

Setiap laporan, keterangan dan/atau data yang disampaikan oleh Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir wajib disampaikan secara lengkap, benar dan akurat.

Pasal 30

(1) Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, Penyelenggara Penyelesaian Akhir dan pihak lain yang terkait dengan penyelenggaraan Uang Elektronik dapat menyepakati pembentukan suatu forum atau institusi yang bertujuan untuk mengatur sendiri hal-hal yang bersifat teknis dan mikro, dengan

Page 21: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

melaporkan secara tertulis keberadaan forum atau institusi tersebut kepada Bank Indonesia.

(2) Aturan-aturan yang dikeluarkan oleh forum atau institusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib terlebih dahulu dikonsultasikan kepada Bank Indonesia dan tidak boleh bertentangan dengan aturan dan kebijakan Bank Indonesia.

(3) Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, Penyelenggara Penyelesaian Akhir dan pihak lain yang menjadi anggota dalam forum atau institusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengikuti dan tunduk dengan aturan yang telah dikeluarkan dan menjadi kesepakatan forum atau institusi tersebut.

Pasal 31

Bank Indonesia mencantumkan daftar nama Bank dan Lembaga Selain Bank yang telah memperoleh izin dan telah efektif melakukan kegiatan sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir dalam website Bank Indonesia.

BAB VIII

SANKSI

Pasal 32

Bank atau Lembaga Selain Bank yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), Pasal 5 ayat (2), Pasal 5 ayat (3), Pasal 6 ayat (2), Pasal 8 ayat (1), dan/atau Pasal 48, dikenakan sanksi administratif berupa:

a. penghentian kegiatan Uang Elektronik, bagi Bank; atau

b. penghentian kegiatan Uang Elektronik oleh instansi yang berwenang berdasarkan permintaan Bank Indonesia, bagi Lembaga Selain Bank.

Pasal 33

(1) Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir yang melanggar ketentuan Pasal 3, Pasal 4, Pasal 7, Pasal 9, Pasal 11, Pasal 11A, Pasal 11B, Pasal 12, Pasal 12A ayat (3), Pasal 13, Pasal 13A, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 24, Pasal 24D, Pasal 24F, Pasal 24G, Pasal 29, dan/atau Pasal 50 dikenakan sanksi administratif berupa:

a. teguran;

b. denda;

c. penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan Uang Elektronik; dan/atau

Page 22: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

d. pencabutan izin penyelenggaraan Uang Elektronik.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi dan besarnya denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 39

Pelanggaran atas ketentuan Pasal 20 ayat (2), dikenakan sanksi berdasarkan Pasal 65 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009.

Pasal 47

(1) Selain dalam rangka penerapan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Bank Indonesia berwenang:

a. meminta Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir untuk melakukan dan/atau tidak melakukan kegiatan tertentu;

b. menghentikan sementara sebagian atau seluruh kegiatan Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir;

c. membatalkan izin yang telah diberikan sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir; atau

d. mencabut izin Uang Elektronik yang telah diberikan sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir.

(2) Pelaksanaan kewenangan Bank Indonesia untuk melaksanakan hal-hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada kondisi antara lain:

a. hasil pengawasan Bank Indonesia yang menunjukkan bahwa Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir tidak dapat menyelenggarakan Uang Elektronik dengan baik;

b. hasil evaluasi atas izin penyelenggaraan Uang Elektronik yang telah diberikan kepada Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9A;

c. terdapat permintaan pihak yang berwajib kepada Bank Indonesia untuk menghentikan sementara kegiatan Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir, dalam rangka mendukung proses hukum yang berlaku;

Page 23: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

d. terdapat rekomendasi dari otoritas pengawas yang berwenang kepada Bank Indonesia untuk menghentikan sementara kegiatan Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir;

e. otoritas pengawas yang berwenang telah mencabut izin usaha dan/atau menghentikan kegiatan usaha Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan kegiatan sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir; atau

f. adanya permohonan pembatalan dan/atau pencabutan izin yang diajukan sendiri oleh Bank atau Lembaga Selain Bank yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia.

(3) Dalam rangka memastikan kebenaran laporan yang disampaikan dan memastikan pemenuhan ketentuan penyelenggaraan Uang Elektronik oleh Penerbit yang menyelenggarakan kegiatan LKD, Bank Indonesia dapat meminta laporan, keterangan, dan/atau data, termasuk melakukan pemeriksaan langsung (on site visit) terhadap Agen LKD.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan kewenangan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 48

Bank atau Lembaga Selain Bank yang telah melakukan kegiatan sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir sebelum diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia ini dan belum memperoleh izin atau penegasan dari Bank Indonesia, wajib memperoleh izin dari Bank Indonesia sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Pasal 49

Bank atau Lembaga Selain Bank yang telah melakukan kegiatan sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir sebelum diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia ini dan telah memperoleh izin atau penegasan dari Bank Indonesia, wajib melaporkan kegiatannya kepada Bank Indonesia dan melengkapi persyaratan sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini.

Pasal 50

Lembaga Selain Bank yang telah melakukan kegiatan sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau

Page 24: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Penyelenggara Penyelesaian Akhir di wilayah Republik Indonesia sebelum diberlakukannya ketentuan ini dan belum berbadan hukum Indonesia yang berbentuk perseroan terbatas maka wajib telah berbadan hukum Indonesia yang berbentuk perseroan terbatas dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 51

Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Pasal II PBI No. 16/8/PBI/2014 (Perubahan)

1. Permohonan izin sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir yang diajukan sebelum berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini tunduk pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money) dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/11/DASP tanggal 13 April 2009 perihal Uang Elektronik (Electronic Money).

2. Izin sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir yang telah diberikan sebelum berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini, tetap berlaku dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini.

3. Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir yang telah bekerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyediaan layanan umum yang dilakukan secara eksklusif sebelum berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian kerja sama tersebut.

4. Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Bank Indonesia ini diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

5. Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Page 25: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN BANK INDONESIA

NOMOR 16/ 8 /PBI/2014 juncto PERATURAN BANK INDONESIA

NOMOR: 11/12/PBI/2009

TENTANG

UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY)

1. UMUM

Seiring perkembangan penyelenggaraan Uang Elektronik

(Electronic Money) terdapat peningkatan kebutuhan layanan

transfer dana melalui Uang Elektronik. Terkait dengan layanan

transfer dana tersebut, ketentuan mengenai penyelenggaraan Uang

Elektronik perlu diselaraskan dengan ketentuan transfer dana.

Penyelarasan dilakukan terhadap penggunaan pihak lain dalam

rangka penyediaan fasilitas Tarik Tunai. Dalam ketentuan transfer

dana, pihak lain tersebut dikenal sebagai tempat penguangan tunai

dan tidak dipersyaratkan memperoleh izin sebagai penyelenggara

transfer dana terlebih dahulu. Pengaturan tempat penguangan tunai

tersebut dapat diterapkan terhadap pengaturan pihak lain yang

bekerjasama dengan Penerbit Uang Elektronik dalam rangka

penyediaan fasilitas Tarik Tunai.

Dalam upaya meningkatkan penggunaan Uang Elektronik yang

aman dan efisien, serta memberikan kejelasan terhadap

penyelenggaraan Uang Elektronik diperlukan penguatan dan

penegasan pengaturan terhadap unsur-unsur Uang Elektronik,

peningkatan keamanan teknologi, pengenaan biaya dalam

penggunaan Uang Elektronik, fasilitas transfer dana melalui Uang

Elektronik, penguangan sebagian atau seluruh nilai Uang Elektronik,

dan larangan melakukan kerja sama yang bersifat eksklusif antara

Penerbit Uang Elektronik dengan pihak penyedia layanan umum.

Melalui penguatan dan penegasan pengaturan tersebut diharapkan

dapat mendukung dan mencapai pertumbuhan industri Uang

Elektronik yang sehat dan lebih kompetitif.

Page 26: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Selain itu Bank Indonesia memandang perlu adanya kebijakan untuk

memperluas jangkauan layanan Uang Elektronik hingga ke daerah terpencil

untuk mendukung Strategi Nasional Keuangan Inklusif. Kebijakan dimaksud

diwujudkan melalui penggunaan sarana teknologi dan unit ekonomi

setempat untuk membantu penyelenggara Uang Elektronik melebarkan

jangkauan layanannya melalui Layanan Keuangan Digital (LKD), yang pada

praktek di berbagai negara selain menggunakan tabungan murah (basic

saving account) juga menggunakan Uang Elektronik. Atas dasar itu dalam

Peraturan Bank Indonesia ini diatur mengenai LKD khususnya yang

dilakukan melalui Agen LKD individu yang meliputi:

a. persyaratan penyelenggaraan LKD melalui Agen LKD individu;

b. layanan yang dapat dilakukan oleh Agen LKD individu; dan

c. kewajiban serta tanggung jawab dalam penyelenggaraan LKD

melalui Agen LKD individu.

Pemanfaatan Uang Elektronik dalam LKD mendukung peningkatan

keuangan inklusif (financial inclusion) yang berdampak positif pada

perkembangan ekonomi nasional karena meningkatkan kesejahteraan

individu atau rumah tangga, mengurangi tingkat kemiskinan, pemerataan

pendapatan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi mulai dari tingkat

lokal. Pada gilirannya, hal ini juga berdampak positif pada stabilitas sistem

pembayaran dan stabilitas sistem keuangan.

Terkait dengan proses perizinan penyelenggaraan Uang Elektronik,

perlu diatur tentang pembatasan pemberian izin oleh Bank Indonesia dari

sisi masa berlaku izin maupun kewenangan Bank Indonesia untuk tidak

memberikan izin pada pemohon antara lain atas dasar pertimbangan

efisiensi nasional, menjaga kepentingan publik, menjaga pertumbuhan,

serta kesehatan industri.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Peraturan

Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elektronik (Electronic

Money) perlu dilakukan perubahan sebagaimana yang tercantum dalam

Peraturan Bank Indonesia ini.

Page 27: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup Jelas

Pasal 1A

Ayat (1)

Data identitas Pemegang “terdaftar” dan “tercatat” pada

Penerbit agar identitas Pemegang dapat ditatausahakan dalam

media penyimpanan data Penerbit dan format data transaksi

sehingga Penerbit dapat memantau profil dan aktivitas transaksi

Pemegang.

Ayat (2)

Huruf a

Fasilitas registrasi Pemegang merupakan fasilitas yang

dapat digunakan Penerbit dan Pemegang untuk melakukan

pencatatan data identitas calon Pemegang Uang Elektronik

registered dalam rangka pemenuhan aspek know your

customers sebelum menggunakan Uang Elektronik.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Pembayaran transaksi merupakan fasilitas dalam Uang

Elektronik yang dapat digunakan oleh Pemegang untuk

melakukan pembayaran atas transaksi pembelian barang

dan/atau jasa dari Pedagang (merchant).

Huruf d

Pembayaran tagihan merupakan fasilitas dalam Uang

Elektronik yang dapat digunakan oleh Pemegang untuk

melakukan pembayaran atas tagihan-tagihan yang bersifat

rutin atau berkala, seperti tagihan listrik, tagihan air,

tagihan telepon, dan/atau tagihan lainnya.

Huruf e

Fasilitas transfer dana pada Uang Elektronik registered

terdiri atas:

1. Person to Person Transfer yang meliputi:

Page 28: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

a. Uang Elektronik registered ke Uang Elektronik

unregistered yang diperlakukan sebagai Pengisian

Ulang (top up); dan/atau

b. antar Uang Elektronik registered.

2. Account to Person Transfer (top up) Transfer dari

rekening ke Uang Elektronik yang diperlakukan sebagai

Pengisian Ulang (top up).

3. Person to Account Transfer Transfer dari Uang

Elektronik ke rekening simpanan.

Huruf f

Fasilitas Tarik Tunai dilakukan terhadap sebagian atau

seluruh Nilai Uang Elektronik.

Huruf g

Penyaluran program bantuan pemerintah kepada

masyarakat seperti bantuan sosial kepada masyarakat

sangat miskin, bantuan pembiayaan pendidikan, dan

bantuan pembiayaan kesehatan.

Huruf h

Fasilitas lain berdasarkan persetujuan Bank Indonesia

merupakan fasilitas yang dapat diberikan oleh Penerbit

setelah memperoleh persetujuan Bank Indonesia.

Ayat (3)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Fasilitas lain berdasarkan persetujuan Bank Indonesia

merupakan fasilitas yang dapat diberikan oleh Penerbit

setelah memperoleh persetujuan Bank Indonesia.

Pasal 2

Ayat (1)

Pada prinsipnya baik Bank maupun Lembaga Selain Bank

mempunyai kesempatan yang sama untuk bertindak sebagai

Page 29: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Prinsipal, seperti mempunyai tanggung jawab yang sama dalam

pemenuhan keandalan sistem dan penetapan prosedur serta

persyaratan yang fair atau obyektif jika jaringannya digunakan

oleh Penerbit lain.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 3

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “obyektif” adalah sesuai dengan

persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh Prinsipal dan

menerapkan perlakuan yang setara (equal treatment) kepada

seluruh Penerbit dan/atau Acquirer.

Yang dimaksud dengan “transparan” adalah harus tersedia

informasi yang memadai kepada Penerbit dan/atau Acquirer

terhadap proses penyusunan, pelaksanaan prosedur dan

persyaratan yang ditetapkan oleh Prinsipal.

Pengawasan yang dilakukan Prinsipal terhadap keamanan dan

keandalan jaringan yang digunakan oleh Penerbit dan/atau

Acquirer dilakukan secara efektif baik melalui pemantauan secara

on-line atau dengan pemeriksaan di lokasi Penerbit dan/atau

Acquirer. Pelaksanaan pemeriksaan tersebut dapat dilakukan

secara rutin atau insidental tanpa harus menunggu adanya suatu

kejadian atau jika Penerbit dan/atau Acquirer akan melakukan

kerjasama dengan pihak lain.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “pihak lain yang bekerjasama dengan

Penerbit dan/atau Acquirer” pada ayat ini adalah pihak selain

Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau

Penyelenggara Penyelesaian Akhir, seperti perusahaan

personalisasi dan/atau perusahaan yang menyediakan sarana

pemrosesan transaksi Uang Elektronik.

Page 30: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Pasal 4

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Pemberitahuan tertulis kepada Bank Indonesia paling lambat

10 (sepuluh) hari kerja dapat dibuktikan dengan stempel tanggal

dari perusahaan jasa pengiriman dokumen atau stempel tanggal

terima dari Bank Indonesia.

Pasal 5

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Yang dimaksud dengan “Dana Float yang direncanakan

akan mencapai nilai tertentu” adalah apabila Lembaga

Selain Bank merencanakan akan mengelola atau

meningkatkan nilai Dana Float hingga mencapai nilai

tertentu walaupun pada saat mengajukan permohonan izin

nilai Dana Float belum mencapai nilai tertentu tersebut.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Ayat (1)

Cukup jelas.

Page 31: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Ayat (2)

Termasuk dalam pengertian ”tindakan yang merugikan” adalah

tindakan Pedagang yang merugikan Prinsipal, Penerbit, Acquirer

dan/atau Pemegang, antara lain Pedagang diketahui telah

melakukan kerjasama dengan pelaku kejahatan (fraudster).

Ayat (3)

Kegiatan tukar-menukar informasi antar Acquirer tentang nama

dan data Pedagang dapat ditindaklanjuti dengan mengusulkan

nama Pedagang dalam suatu daftar hitam Pedagang (merchant

black list). Daftar hitam Pedagang dikelola oleh Acquirer atau

asosiasi Acquirer.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Bank atau Lembaga Selain Bank dinyatakan telah dapat

melaksanakan kegiatannya sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer,

Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian

Akhir jika jaringan atau sistemnya telah dapat dioperasikan dan

produknya telah dapat digunakan oleh masyarakat luas sebagai

Uang Elektronik.

Pemberitahuan tertulis mengenai belum dapat dilaksanakannya

kegiatan sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara

Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir harus disertai

dengan bukti-bukti pendukung yang memperkuat penjelasan

mengenai alasan dan kendala-kendala yang menyebabkan belum

dapat dilaksanakannya kegiatan sebagai Prinsipal, Penerbit,

Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara

Penyelesaian Akhir.

Page 32: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 9A

Cukup jelas.

Pasal 9B

Ayat (1)

Penetapan pembatasan antara lain meliputi pembatasan

terhadap permohonan izin baru sebagai Prinsipal, Penerbit,

Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara

Penyelesaian Akhir, atau pembatasan wilayah operasional

tertentu.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Pertimbangan menjaga efisiensi nasional dimaksudkan agar

tercipta efisiensi di tingkat industri Uang Elektronik yang pada

gilirannya akan menurunkan biaya penggunaan Uang Elektronik

oleh masyarakat.

Mendukung kebijakan nasional dimaksudkan agar pertumbuhan

industri Uang Elektronik tidak menjadi penghambat bagi

kebijakan nasional yang ditetapkan oleh pemerintah, Bank

Indonesia, dan/atau otoritas terkait.

Menjaga kepentingan publik dimaksudkan agar industri Uang

Elektronik senantiasa memenuhi kebutuhan masyarakat secara

luas dengan akses dan kualitas yang sama, serta biaya yang

terjangkau.

Menjaga pertumbuhan industri dimaksudkan agar industri dapat

tumbuh secara optimal melalui peningkatan nilai dan volume

transaksi Uang Elektronik yang telah ada di masyarakat.

Menjaga persaingan usaha yang sehat dimaksudkan agar

penyelenggaraan Uang Elektronik dapat dilakukan secara jujur,

tidak melawan hukum, atau tidak menghambat persaingan

usaha.

Pasal 10

Cukup jelas.

Page 33: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Pasal 11

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan pihak lain adalah pihakpihak yang

mendukung penyelenggaraan kegiatan Prinsipal, Penerbit,

Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara

Penyelesaian Akhir.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan penyediaan layanan umum adalah

penyediaan layanan yang diperuntukkan kepada masyarakat

seperti transportasi, listrik, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain.

Suatu kerja sama bersifat eksklusif apabila kerja sama tersebut

memenuhi unsur-unsur antara lain hanya dilakukan antara

penyedia layanan umum dengan satu atau beberapa Prinsipal,

Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau

Penyelenggara Penyelesaian Akhir sehingga menghambat

masuknya Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring,

dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir yang lain, dan

aktivitas pembayaran layanan umum oleh masyarakat

tergantung pada produk Uang Elektronik tertentu.

Pasal 11A

Ayat (1)

Huruf a

Angka 1

Kegiatan sebagai fasilitator registrasi Pemegang

Uang Elektronik meliputi kegiatan pemasaran

produk Uang Elektronik dan pencatatan data

identitas calon Pemegang Uang Elektronik

registered.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Pembayaran tagihan merupakan fasilitas dalam

Uang Elektronik yang dapat digunakan oleh

Pemegang untuk melakukan pembayaran atas

Page 34: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

tagihan tagihan yang bersifat rutin atau berkala,

seperti tagihan listrik, tagihan air, tagihan telepon,

dan/atau tagihan lainnya.

Angka 4

Fasilitas Tarik Tunai dilakukan terhadap sebagian

atau seluruh Nilai Uang Elektronik.

Angka 5

Penyaluran program bantuan pemerintah kepada

masyarakat seperti bantuan sosial kepada

masyarakat sangat miskin, bantuan pembiayaan

pendidikan, dan bantuan pembiayaan kesehatan.

Angka 6

Fasilitas lain berdasarkan persetujuan Bank

Indonesia merupakan fasilitas yang dapat diberikan

oleh Penerbit setelah memperoleh persetujuan dari

Bank Indonesia.

Huruf b

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Huruf a

Dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu mematuhi

ketentuan yang berlaku dan tidak pernah melakukan

pelanggaran hukum.

Huruf b

Dalam menjalankan kegiatan usahanya senantiasa

mengalami pertumbuhan usaha yang positif yang antara

lain dibuktikan dengan laporan keuangan selama 2 (dua)

tahun terakhir.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Page 35: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Pasal 11B

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Pasal 12

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “pihak lain” pada ayat ini adalah pihak

selain Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring,

dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir, seperti perusahaan

yang menyediakan sarana pemrosesan transaksi Uang Elektronik.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 12A

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Biaya penggantian media Uang Elektronik merupakan

biaya penggantian untuk Uang Elektronik berbasis chip.

Huruf b

Biaya Pengisian Ulang (top up) melalui delivery channel

merupakan biaya Pengisian Ulang (top up) yang dilakukan

menggunakan ATM dan/atau EDC yang bersifat not on us.

Huruf c

Biaya Tarik Tunai melalui delivery channel merupakan

biaya Tarik Tunai yang dilakukan menggunakan ATM

dan/atau EDC yang bersifat not on us.

Huruf d

Page 36: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Biaya administrasi untuk Uang Elektronik yang tidak

digunakan dalam jangka waktu tertentu merupakan

penggantian biaya penatausahaan saldo Nilai Uang

Elektronik

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Mekanisme pengenaan biaya layanan dan maksimum biaya

layanan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia menjadi acuan bagi

Penerbit dalam mengenakan biaya kepada Pemegang.

Pasal 13

Ayat (1)

Termasuk dalam pengertian nilai uang yang disetorkan untuk

menerbitkan Uang Elektronik pertama kali adalah nilai uang

setelah dikurangi biaya-biaya apabila ada, misalnya biaya

penggantian media untuk penggunaan pertama kali.

Ayat (2)

Nilai yang setara dengan nilai uang antara lain nilai pulsa, bonus,

point reward yang dikelola oleh Penerbit.

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Pasal 13A

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Angka 1

Larangan bagi Penerbit menetapkan minimum Nilai

Uang Elektronik sebagai persyaratan penggunaan

Uang Elektronik, misalnya untuk menggunakan Uang

Elektronik, Penerbit mewajibkan Pemegang untuk

melakukan penyetoran dana pertama kali atau

melakukan Pengisian Ulang (top up) sebesar nilai

tertentu. Jika penyetoran dana pertama kali atau

Page 37: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Pengisian Ulang (top up) tidak mencapai nilai

tertentu, Pemegang tidak dapat menggunakan Uang

Elektronik tersebut.

Angka 2

Larangan bagi Penerbit menetapkan minimum Nilai

Uang Elektronik sebagai persyaratan pengakhiran

penggunaan Uang Elektronik (redeem), misalnya

Penerbit mewajibkan Pemegang untuk menyisakan

saldo tertentu dari Nilai Uang Elektronik jika akan

melakukan pengakhiran penggunaan Uang

Elektronik.

Huruf b

Menahan atau memblokir Nilai Uang Elektronik, misalnya

suatu Uang Elektronik tidak dapat dipergunakan pada saat

saldonya telah mencapai nilai tertentu yang ditetapkan

oleh Penerbit sebagai batas minimal penggunaan Uang

Elektronik.

Huruf c

Cukup jelas.

Pasal 14

Ayat (1)

Pembatasan Nilai Uang Elektronik dan total nilai transaksi

dimaksudkan karena Uang Elektronik pada prinsipnya digunakan

untuk pembayaran yang bersifat ritel dan untuk mencegah

penyalahgunaan Uang Elektronik seperti untuk tindak pidana

pencucian uang dan pendanaan terorisme.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Ayat (3)

Cukup Jelas.

Pasal 15

Karena masalah teknis, media penyimpan Uang Elektronik mempunyai

keterbatasan usia teknis yang harus diperbaharui dengan penggantian

media penyimpan Uang Elektronik tersebut. Mengingat dalam

penggantian media penyimpan tersebut terdapat kemungkinan masih

tersimpan Nilai Uang Elektronik dari Pemegang maka penggantiannya

Page 38: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

tidak boleh menghapus atau menghilangkan Nilai Uang Elektronik yang

masih tersisa dan merupakan kewajiban Penerbit atau masih

merupakan milik Pemegang.

Pasal 16

Ayat (1)

Penyediaan fasilitas transfer dana melalui Uang Elektronik

registered dimaksudkan agar data identitas Pemegang terdaftar

dan tercatat untuk memenuhi prinsip anti pencucian uang dan

pencegahan pendanaan terorisme, serta memudahkan

pelaksanaan kegiatan transfer dana. Data identitas yang wajib

dicatat paling kurang mencakup nama, alamat, tanggal lahir, dan

data lainnya sebagaimana tercantum pada bukti identitas

Pemegang.

Yang dimaksud dengan “diproses secara online” adalah proses

transaksi yang terkoneksi secara langsung dengan sentral sistem

komputer untuk melakukan otorisasi dan validasi sebelum

dimulainya proses transaksi.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Peraturan perundang-undangan terkait yang berlaku antara lain

ketentuan yang mengatur mengenai transfer dana, anti

pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme, serta

perlindungan konsumen.

Pasal 17

Ayat (1)

Kewajiban mencatat identitas Pedagang dimaksudkan agar

Penerbit mempunyai data untuk kepentingan pembayaran

maupun pemenuhan klaim kepada Pedagang setelah

dilakukannya transaksi antara Pedagang dan Pemegang.

Pencatatan identitas Pedagang sekurang-kurangnya meliputi

informasi mengenai nama, alamat, bentuk badan usaha, dan

bidang usaha dari Pedagang serta informasi nomor rekening

Pedagang untuk menampung kepentingan pembayaran.

Page 39: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Kepentingan pencatatan identitas Pedagang tersebut terkait pula

dengan kegiatan Penerbit dan penggunaan sistem Penerbit jika

Penerbit melakukan kerjasama dengan Pedagang seperti untuk

kegiatan Pengisian Ulang Uang Elektronik, kegiatan Tarik Tunai

dalam rangka mengakhiri penggunaan Uang Elektronik (redeem),

dan kegiatan Tarik Tunai dalam rangka transfer dana.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Kewajiban kepada Pemegang antara lain berupa

pengembalian seluruh Nilai Uang Elektronik yang tersisa

pada Uang Elektronik pada saat Pemegang mengakhiri

penggunaan Uang Elektronik (redeem), penarikan tunai

dan kewajiban kepada Pedagang atas transaksi

pembayaran dari Pemegang kepada Pedagang.

Huruf c

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 18

Ayat (1)

Kewajiban memberikan informasi secara tertulis pada ayat ini

dimaksudkan agar Penerbit menerapkan prinsip transparansi

produk dan melakukan edukasi kepada Pemegang.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 19

Ayat (1)

Yang dimaksud Uang Elektronik dengan jenis atau nama yang

berbeda dalam ketentuan ini antara lain penerbitan Uang

Elektronik dengan menggunakan media yang berbeda dengan

yang diterbitkan sebelumnya termasuk jika terdapat perubahan

nama produk.

Page 40: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Ayat (2)

Penjelasan karakteristik produk baru Uang Elektronik antara lain

meliputi alur transaksi, upaya peningkatan keamanan sistem, dan

perbedaan produk baru dengan produk sebelumnya.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 20

Ayat (1)

Yang dimaksud menggunakan uang rupiah adalah satuan uang

rupiah sebagaimana yang telah digunakan dalam transaksi

pembayaran dengan alat pembayaran non tunai.

Ayat (2)

Penggunaan satuan uang rupiah dalam Nilai Uang Elektronik

sejalan dengan amanat Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor

23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah

diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009.

Selain itu kewajiban penggunaan satuan uang rupiah didasarkan

pada pertimbangan bahwa Nilai Uang Elektronik harus dapat

dikonversi secara penuh (fully convertible) sehingga nilai satu

rupiah pada Nilai Uang Elektronik harus sama dengan satu rupiah

pada uang tunai.

Penggunaan Uang Elektronik di wilayah Republik Indonesia

dengan uang rupiah antara lain dapat ditunjukkan dengan

adanya bukti transaksi dalam uang rupiah, seperti yang

tercantum dalam sales draft atau bukti transaksi lainnya.

Pasal 21

Ayat (1)

Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh

satu Bank atau Lembaga Selain Bank atau lebih untuk

menggabungkan diri dengan Bank atau Lembaga Selain Bank lain

yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Bank

atau Lembaga Selain Bank yang menggabungkan diri beralih

karena hukum kepada Bank atau Lembaga Selain Bank yang

menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum

Bank atau Lembaga Selain Bank yang menggabungkan diri

berakhir karena hukum.

Page 41: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua

Bank atau Lembaga Selain Bank atau lebih untuk meleburkan diri

dengan cara mendirikan Bank atau Lembaga Selain Bank baru

yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari Bank

atau Lembaga Selain Bank yang meleburkan diri dan status

badan hukum Bank atau Lembaga Selain Bank yang meleburkan

diri berakhir karena hukum.

Pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh Bank

atau Lembaga Selain Bank untuk memisahkan usaha yang

mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva Bank atau Lembaga

Selain Bank beralih karena hukum kepada dua atau lebih Bank

atau Lembaga Selain Bank atau sebagian aktiva dan pasiva Bank

atau Lembaga Selain Bank beralih karena hukum kepada satu

atau lebih Bank atau Lembaga Selain Bank.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh

badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambilalih

saham Bank atau Lembaga Selain Bank yang mengakibatkan

beralihnya pengendalian atas Bank atau Lembaga Selain Bank

tersebut.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 22

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Page 42: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Dalam memberikan kesempatan kepada Bank Indonesia

untuk memperoleh informasi termasuk memberikan akses

pada sistem teknologi informasi.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 23

Yang dimaksud dengan ”pihak lain” dalam pasal ini adalah pihakpihak

yang oleh Bank Indonesia dinilai memiliki kemampuan untuk

melaksanakan pengawasan, antara lain Akuntan Publik dan Konsultan

Teknologi Informasi. Pengawasan oleh pihak lain dapat dilakukan

sendiri atau bersama-sama dengan pengawas dari Bank Indonesia.

Pasal 24

Ayat (1)

Keamanan teknologi Uang Elektronik meliputi keamanan dalam

proses penerbitan Uang Elektronik, pengelolaan data, keamanan

pada Uang Elektronik, dan keamanan pada seluruh sistem yang

digunakan untuk memproses transaksi Uang Elektronik.

Yang dimaksud dengan “aman” adalah sistem Uang Elektronik

yang digunakan terlindungi secara fisik dan non fisik.

Yang dimaksud dengan “andal” adalah sistem Uang Elektronik

yang digunakan memiliki kemampuan yang sesuai dengan

kebutuhan penggunaannya.

Penggantian infrastruktur serta sistem Uang Elektronik dilakukan

sebagai upaya dalam rangka meningkatkan atau mengamankan

sistem dan/atau teknologi dalam hal terjadi penurunan kualitas

antara lain:

a. sistem dan/atau teknologinya dapat ditembus oleh

fraudster;

b. menurut penilaian Bank Indonesia dan/atau otoritas lain

yang terkait, terdapat penurunan keamanan atau kelemahan

sistem dan/atau teknologi Uang Elektronik; dan/atau

Page 43: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

c. terdapat hasil kajian dari Prinsipal, Penerbit, Acquirer,

Penyelenggara Kliring, Penyelenggara Penyelesaian Akhir,

dan/atau pihak lain mengenai kelemahan sistem dan/atau

teknologi Uang Elektronik.

Ayat (2)

Pelaksanaan audit untuk teknologi informasi dapat dilakukan oleh

auditor independen.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 24A

Ayat (1)

Huruf a

Penyelenggaraan Uang Elektronik yang belum memperoleh

izin Bank Indonesia yaitu penyelenggaraan Uang Elektronik

yang Dana Float-nya belum mencapai dan/atau tidak

direncanakan mencapai nilai tertentu.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “alat pembayaran non tunai yang

berupa stored value” yaitu alat pembayaran non tunai

yang dananya tersimpan dalam satu media namun tidak

memenuhi sebagian atau seluruh unsurunsur Uang

Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank

Indonesia ini termasuk stored value yang hanya

digunakan di Penerbit.

Ayat (2)

Ketentuan yang akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank

Indonesia antara lain mengenai jenis data dan informasi yang

disampaikan serta tata cara penyampaian laporan.

Pasal 24B

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Page 44: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Pasal 24C

Huruf a

Penyelenggara transfer dana adalah sebagaimana dimaksud

dalam peraturan perundang-undangan mengenai transfer dana.

Badan usaha berbadan hukum Indonesia antara lain retailer,

koperasi, pegadaian, kantor pos, dan Bank Perkreditan Rakyat.

Huruf b

Individu dapat berupa perseorangan dan/atau badan usaha tidak

berbadan hukum yang memiliki usaha antara lain toko kelontong,

pedagang eceran, dan penjual pulsa.

Pasal 24D

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Kategori Bank Umum berdasarkan Kegiatan Usaha (BUKU)

4 adalah sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai

kegiatan usaha dan jaringan kantor berdasarkan modal inti

bank.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Ayat (3)

Penyampaian laporan rencana penyelenggaraan kegiatan LKD

melalui Agen LKD individu oleh Penerbit dilakukan pada awal

penyelenggaraan kegiatan LKD.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Page 45: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Cukup jelas.

Pasal 24E

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “diproses secara online” adalah proses

transaksi yang terkoneksi secara langsung dengan sentral sistem

komputer untuk melakukan otorisasi dan validasi sebelum

dimulainya proses transaksi. Proses online dilakukan agar

penyelesaian transaksi LKD dapat dilakukan secara real time

dan tersedia notifikasi status transaksi segera setelah terjadi

transaksi keuangan.

Ayat (3)

Huruf a

Kegiatan sebagai fasilitator registrasi Pemegang Uang

Elektronik meliputi kegiatan pemasaran produk Uang

Elektronik dan pencatatan data identitas calon Pemegang

Uang Elektronik registered.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Pembayaran tagihan merupakan fasilitas dalam Uang

Elektronik yang dapat digunakan oleh Pemegang untuk

melakukan pembayaran atas tagihan-tagihan yang bersifat

rutin atau berkala, seperti tagihan listrik, tagihan air,

tagihan telepon, dan/atau tagihan lainnya.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Penyaluran program bantuan pemerintah kepada

masyarakat seperti bantuan sosial kepada masyarakat

sangat miskin, bantuan pembiayaan pendidikan, dan

bantuan pembiayaan kesehatan.

Huruf f

Page 46: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Fasilitas lain berdasarkan persetujuan Bank Indonesia

merupakan fasilitas yang dapat diberikan oleh Agen LKD

individu setelah memperoleh persetujuan Bank Indonesia,

antara lain fasilitator pengumpulan data financial

identity number dan fasilitator edukasi kepada

masyarakat terkait program keuangan inklusif.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 24F

Ayat (1)

Penyampaian laporan rencana penyelenggaraan kegiatan LKD

melalui Agen LKD oleh Penerbit dilakukan pada awal

penyelenggaraan kegiatan LKD.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 24G

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 25A

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Ayat (1)

Keharusan penyediaan sistem yang dapat dikoneksikan dengan

sistem Uang Elektronik yang lain antara lain dimaksudkan untuk

meningkatkan efisiensi dalam kegiatan Uang Elektronik.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 28

Ayat (1)

Page 47: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Perubahan informasi pada dokumen tertentu yang harus

dilaporkan antara lain meliputi susunan pengurus atau pemilik

dari badan usaha yang bersangkutan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Ayat (1)

Pengaturan sendiri oleh forum atau institusi (Self-Regulation

Organization/SRO) dimaksudkan untuk melengkapi atas aturan

yang bersifat makro dan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank

Indonesia.

Ayat (2)

Untuk mencegah agar aturan yang dikeluarkan tidak

bertentangan dengan aturan dan kebijakan Bank Indonesia, maka

materi aturan yang akan dikeluarkan oleh forum atau institusi

tersebut dikonsultasikan kepada Bank Indonesia.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 31

Pencantuman daftar nama Bank atau Lembaga Selain Bank dalam

website Bank Indonesia dimaksudkan agar masyarakat luas mengetahui

Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau

Penyelenggara Penyelesaian Akhir yang telah memperoleh izin dari

Bank Indonesia dalam penyelenggaraan Uang Elektronik.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Page 48: Nomor 16 8 Pbi2014 Juncto Peraturan Bank Indonesia

Yang dimaksud dengan “penghentian sementara sebagian

atau seluruh kegiatan Uang Elektronik” termasuk

didalamnya penghentian sebagian atau seluruh kegiatan

penyelenggaraan LKD, perintah penghentian kerja sama

dengan Agen LKD individu yang tidak memenuhi syarat,

melanggar ketentuan, dan lainnya.

Huruf d

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 47

Cukup jelas.