Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak...

29
2006 PEMERINTAH KABUPATEN BIMA Bagian Hukum Setda Bima [PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 12 TAHUN 2006] Pelayanan Bidang Peternakan

Transcript of Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak...

Page 1: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

2006

PEMERINTAH

KABUPATEN BIMA

Bagian Hukum Setda

Bima

[PERATURAN DAERAH

KABUPATEN BIMA NOMOR 12

TAHUN 2006] Pelayanan Bidang Peternakan

Page 2: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

2

PEMERINTAH KABUPATEN BIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA

NOMOR 12 TAHUN 2006

T E N T A N G

PELAYANAN DI BIDANG PETERNAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BIMA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dengan

kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab di pandang

perlu adanya suatu pengaturan yang memadai, jelas dan transparan

mengenai aktifitas masyarakat, khususnya pelayanan dibidang

peternakan;

b. bahwa pelayanan di bidang peternakan di Kabupaten Bima perlu

dikembangkan dalam rangka memacu dan memotivasi masyarakat

untuk melakukan kegiatan peternakan atau kegiatan-kegiatan lainnya

yang terkait dengan kegiatan peternakan;

c. bahwa untuk memperlancar dan mendorong kegiatan pelayanan di

bidang peternakan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di

atas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pelayanan di Bidang

Peternakan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-

daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa

Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun

1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1655);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-undang Pokok

Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 2043);

3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan

Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun

1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824);

4. Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

5. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 Tentang Karantina Hewan, Ikan

dan Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3482);

6. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran (Lembaran

Negara Tahun 1992 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara nomor

3493);

7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Negara Yang Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara

Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

8. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan

Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,

Page 3: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

3

Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 92, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4310 );

9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004

Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4437);

11. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4438);

12. Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan

Masyarakat Veteriner (Lembaran Negara RI Tahun 1983 Nomor 28,

Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3253);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi

Kegiatan Instansi Vertikal Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1988

Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373);

14. Peraturan Pemerintah RI Nomor 78 Tahun 1992 tentang Obat Hewan

(Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 29, Tambahan Lembaran

Negara RI Nomor 3509);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang Angkutan di

Perairan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 187, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3907);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenanangan Propinsi sebagai Daerah Otonom

(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 54, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3952);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 34, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4432);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan

(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 127, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4149);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4593);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);

21. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 12 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Kabupaten Bima (Lembaran Daerah Kabupaten Bima

Nomor 1 )

22. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 13 Tahun 2000 tentang

Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bima

(Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 1);

23. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 6 Tahun 2005 tentang

Pokok-pokok Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan

Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2005 Nomor 10, Tambahan

Lembaran Daerah Nomor 2 );

24. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 5 Tahun 2006 tentang

Perubahan Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 8 Tahun 2005

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Page 4: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

4

Kabupaten Bima Tahun 2006-2010 (Lembaran Daerah Tahun 2006

Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 6);

Dengan Persetujuan Bersama,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BIMA

dan

BUPATI BIMA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PELAYANAN DI BIDANG PETERNAKAN

B A B I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Bima;

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-

luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

4. Kepala Daerah adalah Bupati Bima;

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disebut DPRD

adalah Lembaga Perwakilan Daerah Kabupaten Bima;

6. Dinas Peternakan adalah Dinas Peternakan Kabupaten Bima;

7. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Bima;

8. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Bima;

9. Peternakan adalah pengusahaan ternak;

10. Pelayanan dibidang peternakan adalah pelayanan yang dilakukan

oleh pejabat yang berwenang atau yang ditunjuk meliputi pelayanan

kegiatan peternakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat

veteriner;

11. Ternak adalah Hewan peliharaan yang kehidupannya yakni

mengenai tempat perkembang biakannya serta manfaatnya diatur

dan diawasi oleh manusia serta dipelihara khusus sebagai penghasil

bahan-bahan dan jasa-jasa yang berguna bagi kepentingan hidup

manusia;

12. Hewan adalah semua binatang yang hidup didarat, baik yang

dipelihara maupun yang hidup secara liar;

13. Kesejahteraan Hewan ialah usaha manusia memelihara hewan, yang

meliputi pemeliharaan lestari hidupnya hewan dengan pemeliharaan

dan perlindugan yang wajar;

14. Unggas adalah setiap jenis burung yang dimanfaatkan untuk pangan

termasuk ayam, itik / bebek, burung dara, kalkun, angsa, burung

puyuh dan belibis;

Page 5: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

5

15. Budi Daya adalah kegiatan untuk memproduksi hasil-hasil ternak dan

hasil ikutannya;

16. Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio)

yang dihasilkan melalui seleksi dan mempunyai mutu genetik lebih

baik dari rata-rata mutu ternak;

17. Perusahaan peternakan adalah suatu usaha yang dijalankan secara

teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka

waktu tertentu untuk tujuan komersial yang meliputi kegiatan

menghasilkan ternak (ternak bibit/ternak potong), telur, susu serta

usaha menggemukan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan,

mengedarkan dan memasarkannya yang untuk jenis ternak melebihi

dari jumlah yang ditetapkan untuk tiap jenis ternak pada peternakan

rakyat;

18. Peternakan Rakyat adalah peternakan yang dilakukan oleh rakyat

sebagai usaha sampingan yang jumlah maksimum kegiatannya

untuk tiap jenis ternak ditetapkan dalam peraturan daerah ini;

19. Hewan kesayangan adalah hewan peliharaan selain ternak yang

dipelihara khusus untuk keperluan hobi atau kegemaran atau

keamanan serta bernilai seni;

20. Ransum ternak adalah campuran bahan-bahan baku pakan ternak,

yang disusun secara khusus untuk dapat dipergunakan sesuai

dengan jenis ternak;

21. Pembibitan adalah kegiatan untuk menghasilkan bibit ternak;

22. Pendaftaran Ternak adalah Kegiatan yang berupa Pencatatan

Kepemilikan dan ciri-ciri ternak yang dimiliki oleh orang pribadi atau

badan;

23. Pengkartuan Ternak adalah Pendaftaran Ternak dalam Kartu Ternak

sebagai bukti kepemilikan ternak oleh orang pribadi atau badan;

24. Jual Beli Ternak adalah Proses transaksi antara pemilik ternak dengan

pembeli sehingga terjadi kesepakatan jual beli ternak atau mutasi

ternak;

25. Pasar Hewan adalah Tempat berlangsungnya kegiatan perdagangan

ternak;

26. Pemotongan Ternak adalah kegiatan-kegiatan untuk menghasilkan

daging yang terdiri dari pemeriksaan pante morten, penyembelihan,

penyelesaian penyembelihan dan pemeriksaan post mortem;

a. Rumah Potong Hewan / Rumah Potong Unggas adalah suatu

bangunan atau kompleks bangunan dengan desain tertentu yang

digunakan sebagai tempat memotong ternak/unggas sebelum

dipotong;

b. Dokter Hewan adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan

keahlian khusus serta berizasah di bidang kedokteran;

c. Pemeriksaan Ante Mortem adalah pemeriksaan / pengujian

kesehatan ternak sebelum dipotong;

d. Pemeriksaan Post Mortem adalah pemeriksaan / pengujian

kesehatan ternak sesudah dipotong;

e. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah

pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan

oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau

badan;

f. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan

pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau

kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi

atau badan;

Page 6: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

6

g. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah

dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan

yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian

dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang,

penggunaan SDA, barang, prasarana, sarana atau fasilitas

tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga

kelestarian lingkungan;

h. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut

peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk

melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau

pemotong Retribusi tertentu;

i. Penyidikan Tindak Pidana dibidang Perpajakan Daerah dan

Retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh

Penyidik PNS, yang selanjutnya disebut penyidik, untuk mencari

serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat

terang tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi

yang terjadi serta menemukan tersangkanya;

j. Daging adalah bagian-bagian ternak potong yang disembelih

termasuk isi rongga perut dan dada yang lazim dimakan

manusia;

k. Susu adalah produk ternak perah yang meliputi susu segar, susu

murni, susu pasteurisasi dan susu sterilisasi;

l. Telur adalah telur unggas;

m. Petugas yang berwenang adalah pejabat pada Dinas yang diberi

kewenangan dan mempunyai tugas pokok dan fungsi dibidang

peternakan;

n. Zoonosis ialah jenis penyakit yang dapat menular dari hewan ke

manusia;

o. DOD (Day Old Duck) Itik umur sehari, DOC (Day Old Chicken) Ayam

Umur sehari;

p. Pejabat yang ditunjuk adalah pejabat yang diberikan

kewenangan oleh Bupati dalam urusan peternakan.

B A B II

KEGIATAN PETERNAKAN

Pasal 2

(1) Kegiatan Peternakan meliputi kegiatan :

a. Pendaftaran dan Pengkartuan Ternak;

b. Usaha Pembibitan ternak;

c. Usaha Pakan Ternak;

d. Usaha Pemeliharaan Kesehatan Ternak;

e. Kesehatan Masyarakat Veteriner;

f. Usaha Pemotongan Hewan/Ternak;

g. Pengawasan Peredaran dan penggunaan obat hewan.

(2) Kegiatan peternakan sebagaimana dimaksud ayat (1)

diselenggarakan untuk jenis hewan atau ternak sebagai berikut :

a. Ternak Besar yakni Sapi, Kerbau dan Kuda;

Page 7: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

7

b. Ternak Kecil yakni Kambing dan Domba;

c. Unggas yakni Ayam Ras, Ayam Buras, Itik, Angsa dan atau Entok,

Kalkun, Burung Puyuh, Burung Dara;

d. Aneka ternak yakni Kelinci dan Rusa;

(3) Kegiatan peternakan Rusa sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf d

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang –

Undangan yang berlaku.

Bagian Pertama

Pendaftaran dan Pengkartuan Ternak

Pasal 3

(1) Setiap orang atau badan yang memiliki Ternak Besar dan Ternak Kecil,

wajib memiliki kartu ternak sesuai jumlah ternak yang dimilikinya;

(2) Untuk mendapatkan atau memiliki kartu ternak sebagaimana

dimaksud ayat (1), akan dilaksanakan pendaftaran dan pengkartuan

ternak setiap tahun;

(3) Pelaksanaan pendaftaran dan pengkartuan ternak sebagaimana

dimaksud ayat (2) dilakukan oleh Bupati atau Pejabat lain yang diberi

wewenang;

(4) Tata cara dan prosedur Pelaksanaan pendaftaran dan pengkartuan

ternak sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan lebih lanjut dengan

Peraturan Bupati.

Bagian Kedua

Pembibitan Ternak

Pasal 4

(1) Setiap orang atau badan yang menyelenggarakan Pembibitan Ternak

untuk diperdagangkan harus memiliki ijin usaha;

(2) Tata cara dan prosedur pemberian ijin usaha sebagaimana dimaksud

ayat (1) ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati;

Pasal 5

(1) Pemasukan dan Pengeluaran bibit ternak dari dan ke daerah

Kabupaten Bima berada dibawah pengawasan petugas pengawas

bibit ternak yang berwenang;

(2) Tata cara dan Prosedur Pengawasan peredaran bibit ternak

sebagaimana dimaksud ayat (1), ditetapkan lebih lanjut dengan

Peraturan Bupati;

(3) Petugas pengawas mutu bibit ternak sebagaimana dimaksud ayat (1),

berhak melarang atau menghentikan peredaran bibit ternak yang

tidak sesuai standar yang berlaku.

Pasal 6

(1) Setiap orang atau badan yang memperoleh ijin usaha sebagaimana

dimaksud pasal 4 ayat (2), wajib menyampaikan laporan mengenai

kegiatan usahanya kepada Bupati atau pejabat lain yang diberi

wewenang;

Page 8: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

8

(2) Pedoman dan tata cara penyampaian laporan sebagaimana

dimaksud ayat (1) ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati

Bagian Ketiga

Pakan Ternak

Pasal 7

(1) Pengusaha Pakan Ternak yang telah bersertifikat wajib menyerahkan

sampel hasil produksinya sebanyak 1.000 gram per jenis ransum

makanan ternak kepada Petugas Pengawas mutu pakan yang

berwenang untuk diadakan Pengujian / Pemeriksaan ulang;

(2) Pengujian mutu / pemeriksaan ulang Ransum Makanan Ternak

sebagaimana dimaksud ayat (1), biayanya dibebankan kepada

Pengusaha yang bersangkutan;

(3) Tata Cara Pengujian mutu / pemeriksaan ulang Ransum Makanan

Ternak ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 8

(1) Dalam hal peredaran maupun Pemakaian Ransum Makanan Ternak di

Daerah berada dibawah pengawasan Petugas Pengawas Mutu

Pakan yang berwenang;

(2) Tata cara Pengawasan Peredaran maupun Pemakaian Ransum

Makanan Ternak sebagaimana dimaksud ayat (1), ditetapkan lebih

lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 9

(1) Petugas Pengawas Mutu Pakan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal

10, berhak melarang suatu Ransum Makanan Ternak beredar di

daerah apabila :

1. Ransum yang diedarkan ternyata belum memperoleh sertifikat;

2. Tidak disertai etiket/label yang memenuhi syarat-syarat sesuai

ketentuan yang berlaku;

3. Ransum tersebut ternyata dipalsukan;

4. Ransum yang mengandung zat-zat yang beracun dan/atau busuk.

(2) Ransum Makanan Ternak yang dipalsukan sebagaimana dimaksud

huruf c ayat (1) didasarkan pada ketentuan sebagai berikut :

a. Terdapat pengurangan sebagian atau keseluruhan dari bahan-

bahan makanan yang berguna atau digantikan dengan bahan-

bahan makanan yang kurang atau tidak bermanfaat;

b. Terdapat penambahan bahan-bahan makanan yang tinggi kadar

serat kasarnya, misalnya kulit gabah, yang dapat menyebabkan

penurunan produksi pada ternak;

c. Komposisi zat-zat makanan.

(3) Ransum Makanan Ternak yang ternyata dipalsukan dan telah dilarang

beredar sebagaimana dimaksud pada huruf c ayat (1), hanya dapat

dibebaskan kembali apabila komposisinya diperbaiki dan telah

memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.

Pasal 10

(1) Ransum Makanan Ternak yang dilarang beredar sebagaimana

dimaksud Pasal 9 ayat (1) huruf d, harus dimusnahkan sendiri oleh

pemilik di bawah pengawasan petugas;

Page 9: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

9

(2) Ransum Makanan Ternak yang dinyatakan busuk sebagaimana

dimaksud ayat (1) huruf d pasal 9, apabila berbau tengik, kutuan serta

batas waktu penyimpanan melebihi 3 (tiga) bulan sejak saat

pencampurannya dan tidak menggunakan bahan pengawet harus

ditarik dari peredaran oleh perusahaan yang bersangkutan dan

dimusnahkan dibawah pengawasan petugas yang berwenang;

Pasal 11

Kandungan setiap jenis Ransum Makanan Ternak ditentukan komposisi

sebagai berikut :

1. Kadar air;

2. Protein Kasar

3. Lemak Kasar

4. Abu

5. Calcium

6. Posphor

Pasal 12

(1) Perusahaan Pakan Ternak yang telah memiliki Ijin Usaha, wajib

menyampaikan Laporan mengenai kegiatan usahanya kepada

Kepala Daerah;

(2) Pedoman dan Tata Cara penyampaian Laporan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan

Bupati.

B A B III

KESEJAHTERAAN HEWAN

Pasal 13

(1) Setiap Pemilik Hewan berkewajiban menyelenggarakan Pemeliharaan

hewan yang layak bagi kesejahteraan hewan;

(2) Pemeliharaan hewan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Menyediakan tempat dan kandang atau kurungan yang memadai;

2. Memberikan pakan yang cukup;

3. Memelihara kesehatan hewannya termasuk pemberian vaksin;

4. Perlakuan khusus menurut jenis hewannya berdasarkan ketentuan

yang berlaku;

5. Memperlakukan hewan peliharaannya sesuai kodratnya;

6. Tidak diliarkan di tempat umum.

B A B I V

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

PENYAKIT HEWAN

Pasal 14

(1) Setiap orang atau Badan harus mencegah timbul dan menjalarnya

penyakit hewan yang dibawa oleh hewan serta melaporkan adanya

dugaan atau adanya kasus penyakit hewan kepada Pejabat/Instansi

yang berwenang;

(2) Keharusan melapor sebagaimana dimaksud ayat (1), merupakan

kewajiban bagi Pemilik Hewan Peliharaan, Pemilik Hewan Kesayangan,

Petugas Kecamatan, Petugas Desa/Kelurahan, dan Petugas yang

berwenang atau Ahli yang karena tugasnya ada hubungannya

dengan pengobatan penyakit hewan;

Page 10: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

10

(3) Tata Cara Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini,

ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 15

(1) Jenis Penyakit Hewan Menular yang harus dicegah timbul dan

menjalarnya adalah:

a. Radang Limpa (Anthrax), yang menyerang semua hewan;

b. Septichaemia Epizootica (SE)/Ngorok pada sapi dan kerbau;

c. Surra, yang menyerang hewan memamah biak dan kuda;

d. Sampar dan Dada menular;

e. Tuberculosis (TBC), yang menyerang sapi;

f. Theileriosis, yang menyerang hewan memamah biak ;

g. Trichomoniasis, yang menyerang hewan memamah biak;

h. Beberasan (Barrasan, Cysticarcisis), yang menyerang hewan

memamah biak ;

i. Berak darah (Coccidiosis), yang menyerang hewan memamah

biak;

j. Cacing alat pencernaan, yang menyerang hewan memamah

biak ;

k. Dakangan, yang menyerang kambing ;

l. Ingusan, yang menyerang hewan memamah biak;

m. Kaskado (Stephanofilariasis), yang menyerang hewan memamah

biak;

n. Kudis menular (Scabbies), yang menyerang hewan memamah

biak;

o. Kurap (Ringworm), yang menyerang Sapi;

p. Radang mata (Pink eye), yang menyerang Sapi, Kuda, Kambing,

dan Domba;

q. Selakarang, yang menyerang hewan berkuku satu;

r. Hog Cholera;

s. Salmonelloosis, yang menyerang semua hewan;

t. Alvian Encephelomyelitis, yang menyerang Unggas;

u. Berak Kapur, yang menyerang Unggas;

v. Cacar Ayam, yang menyerang Unggas;

w. CRD (Chronic Respiratory Disease), yang menyerang Unggas;

x. Chlamidiosis, yang menyerang Unggas;

y. Gumboro, yang menyerang Unggas;

z. Infectious Brochitis (IB), yang menyerang Unggas;

aa. Infectious Laryngotrachoitis (ILT), yang menyerang Unggas;

bb. Kolera Ayam, yang menyerang Unggas;

cc. Koriza (Snot Infections Coryza), yang menyerang Unggas;

dd. Lymphoid Leucosis (LL), yang menyerang Unggas;

ee. Marek (Marek Disease), yang menyerang Unggas;

ff. Tetello (Newcastle Disease), yang menyerang Unggas;

gg. Flu burung (Avian Influenza), yang menyerang unggas;

hh. Keguguran (Brucellosis) yang menyerang ternak sapi, kerbau,

kuda dan kambing.

Page 11: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

11

(2) Jenis Penyakit hewan menular lainnya, selain yang diatur sebagaimana

dimaksud ayat (1) akan di tetapkan lebih lanjut sesuai ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 16

(1) Pengesahan Diagnosa, Pencegahan, Pemberantasan dan

Pengobatan penyakit hewan menular dilakukan oleh Dokter Hewan

atau Petugas dari Instansi yang berwenang;

(2) Apabila Dokter Hewan atau Petugas yang berwenang sebagaimana

dimaksud ayat (1) berpendapat bahwa, Diagnosa Penyakit Hewan

menular memerlukan penelitian lebih lanjut, maka pemeriksaan di

lakukan pada laboratorium kesehatan hewan atau pada lembaga lain

sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 17

(1) Sebelum hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal 16

diperoleh, Camat atau Kades/Lurah yang bersangkutan untuk

sementara dapat memerintahkan menutup Kandang atau Halaman

dan/atau Wilayah tempat ditemukannya hewan yang diduga

menderita penyakit menular;

(2) Perintah Penutupan kandang atau halaman atau wilayah

sebagaimana dimaksud ayat (1), harus segera di sampaikan secara

lisan atau tertulis kepada yang bersangkutan dan diberitahukan

kepada Instansi yang berwenang.

(3) Segala kerugian akibat penutupan sementara usaha tersebut maka

pemilik ternak tidak berhak menuntut ganti rugi kepada pemerintah.

Pasal 18

(1) Pemilik Hewan atau Peternak atau kuasanya atas perintah Camat atau

Kepala Desa/Lurah yang bersangkutan sesuai dengan petunjuk Dokter

Hewan atau Petugas yang berwenang, wajib mengambil tindakan

agar supaya hewan yang sakit atau diduga sakit tidak meninggalkan

tempatnya dan tetap terasing dari hewan lainnya;

(2) Pemilik Hewan atau Peternak atau Kuasanya sebagaimana di maksud

ayat (1), juga wajib melaporkan setiap kematian hewan kepada

Camat atau Kepala Desa/Lurah atau Instansi yang berwenang lainnya

dalam waktu 1 (satu) Kali 24 (dua puluh empat) jam.

Pasal 19

(1) Hasil pemeriksaan ternyata ditemukan adanya penyakit hewan

menular, Kepala Daerah sesuai saran Dokter Hewan atau Petugas yang

berwenang, menetapkan nama dan luas area terjangkit suatu penyakit

hewan menular;

(2) Apabila penyakit hewan menular sebagaimana dimaksud ayat (1)

sudah berlalu, Bupati berdasarkan saran Dokter Hewan atau Petugas

yang berwenang mencabut kembali Penetapan tersebut;

(3) Penetapan dan Pencabutan sebagaimana di maksud ayat (1) dan

ayat (2), harus disosialisasikan.

Pasal 20

(1) Hasil Pemeriksaan Dokter Hewan atau Petugas yang berwenang

sebagaimana dimaksud Pasal 19 ayat (1), ternyata tidak ditemukan

Page 12: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

12

penyakit Hewan menular, maka perintah yang dikeluarkan Camat atau

Kepala Desa/Lurah harus segera dicabut kembali;

(2) Pencabutan perintah yang dikeluarkan sebagaimana dimaksud ayat

(1), disampaikan kepada pemilik Hewan dan diberitahukan kepada

Instansi yang berwenang.

Pasal 21

(1) Tindakan untuk pencegahan meluasnya penyakit hewan menular, dari

hewan yang sakit atau mati karena penyakit menular, maka Dokter

Hewan atau Petugas yang berwenang dapat :

a. Mendesinfeksi atau memusnahkan kandang-kandang tempat

hewan sakit dan segala peralatannya serta semua benda yang

pernah digunakan untuk keperluan atau bersentuhan dengan

hewan tersebut;

b. Mendesinfeksi semua orang atau benda yang :

1. Pernah bersentuhan dengan Hewan yang sakit;

2. Pernah membantu mendesinfeksi kandang;

3. Pernah membantu membunuh, mengubur atau membakar

Hewan yang mati atau yang dibunuh;

4. Hendak meninggalkan kandang atau tempat tertular;

c. Mengobati Hewan sakit dan tersangka sakit untuk mencegah serta

mengadakan vaksinasi bagi yang sehat ;

d. Mengadakan pengujian dan pengambilan spesimen

e. Memerintahkan kepada Pemilik Hewan atau kuasanya untuk :

1. Memelihara kebersihan kandang dan kurungan hewan sesuai

dengan petunjuknya;

2 Memberi tanda pengenal pada Hewan sakit atau tersangka

sakit, mencatat tiap kelahiran, kematian, kejadian sakit dan

lainnya serta melaporkannya dalam waktu 24 jam.

(2) Hewan yang akan dimasukan atau dikeluarkan dari atau ke Daerah,

wajib dibebaskan dari penyakit menular baik yang terdapat di daerah

asal maupun yang terdapat di daerah penerima dengan vaksin, obat

dan penghapusan vector penyakit serta pengujian Laboraturium.

Pasal 22

(1) Dalam hal pencegahan dan pemberantasan Penyakit Hewan menular

khusus yang bersifat Zoonosis terutama Rabies di Daerah, harus

dilaksanakan berdasarkan ketentuan khusus yang dikeluarkan oleh

Pemerintah;

(2) Jenis Penyakit Hewan menular yang bersifat Zoonosis lainnya yang harus

dicegah dan diberantas di wilayah daerah adalah Radang limpa

(Anthrax), Tuberculosis (TBC), Brucellosis dan Avian Influenza (Flu burung)

Pasal 23

Dalam rangka mempertahankan wilayah bebas Rabies di Daerah, maka

harus dilaksanakan tindakan sebagai berikut :

a. Mengeliminasi vector Rabies (Anjing, Kucing, Kera) yang diliarkan;

b. Memusnahkan Anjing, Kucing, Kera atau hewan sebangsanya yang

masuk tanpa ijin ke Wilayah daerah;

c. Mengawasi dengan ketat lalu lintas Anjing, Kucing, Kera dan Hewan

sebangsanya;

d. Tidak memberi ijin untuk memasukkan atau menurunkan Anjing,

Kucing, Kera dan hewan sebangsanya di Wilayah Daerah;

Page 13: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

13

e. Tindakan sebagaimana dimaksud ayat (1), dilaksanakan oleh Instansi

terkait;

f. Bagi Pemelihara Anjing, Kucing, Kera dan hewan kesayangan

sebangsanya diwajibkan memelihara dengan baik dan benar

dengan cara dikandangkan atau diikat dengan rantai yang

panjangnya maksimal 2 (dua) meter.

B A B VI

PELAYANAN KESEHATAN HEWAN

Pasal 24

(1) Setiap orang atau badan yang menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan

Hewan / Praktek Dokter Hewan di Daerah harus memiliki Ijin Praktek dari

Bupati;

(2) Setiap orang atau Badan yang telah memperoleh ijin praktek di daerah

sebagaimana tersebut pada ayat 1, wajib menyampaikan laporan

kegiatannya secara berkala kepada Instansi terkait;

(3) Tata cara dan Prosedur pemberian Ijin praktek sebagaimana dimaksud

ayat (1), ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati;

B A B VII

OBAT HEWAN

Pasal 25

Pemakaian obat hewan didaerah dengan memperhatikan bahaya yang

ditimbulkan dalam pemakaiannya maka

a. Pemakaian obat keras harus dilakukan oleh Dokter Hewan atau orang lain

dengan petunjuk dari dan dibawah pengawasan Dokter Hewan;

b. Pemakaian obat bebas atau obat bebas terbatas dilakukan oleh setiap

orang dengan mengikuti petunjuk pemakaian sesuai peraturan yang

berlaku.

Pasal 26

(1) Setiap orang atau badan yang menyelenggarakan pembuatan dan/atau

penyediaan dan/atau peredaran obat hewan didaerah harus memiliki ijin

usaha;

(2) Persyaratan dan tata cara pemberian ijin usaha sebagaimana dimaksud

ayat (1), ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati;

Pasal 27

Semua jenis Obat Hewan yang beredar didaerah harus bersertifikat.

Pasal 28

(1) Pembuatan, penyediaan, peredaran dan pemakaian obat hewan

didaerah, berada dibawah pengawasan dan pemeriksaan petugas

pengawas obat hewan yang berwenang

(2) Apabila dalam pengawasan di temukan penyimpangan, petugas

pengawas obat hewan dapat memerintahkan untuk :

1. Menghentikan sementara kegiatan pembuatan obat hewan;

Page 14: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

14

2. Melarang Peredaran Obat Hewan;

3. Menarik Obat Hewan dari Peredaran;

4. Menghentikan Pemakaian Obat Hewan yang tidak sesuai dengan

ketentuan.

Pasal 29

(1) Perusahaan Pembuat dan/atau Penyedia dan/atau Pengedar Obat Hewan

yang telah memiliki Ijin usaha, wajib menyampaikan laporan kegiatan

usahanya kepada Bupati;

(2) Pedoman Penyusunan dan Penyampaian Laporan sebagaimana

dimaksud ayat (1), di tetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

B A B VIII

KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER

Bagian Pertama

Pemotongan Hewan

Pasal 30

(1) Pemotongan hewan yang dapat diselenggarakan di Daerah adalah:

a. Pemotongan Usaha;

b. Pemotongan Darurat.

(2) Pemotongan Hewan sebagaimana dimaksud ayat (1), dibedakan

pelaksanaannya menurut jenis ternaknya yakni:

a. Pemotongan Sapi, kerbau, kuda, kambing dan Domba;

b. Pemotongan Unggas.

(3) Pelaksanaan Pemotongan Hewan/Unggas untuk usaha, harus di kerjakan di

Rumah Pemotongan Hewan/Unggas di bawah pengawasan petugas yang

berwenang dengan syarat-syarat sebagai berikut:

a. Pemilik Hewan harus memiliki Ijin Usaha pemotongan hewan/unggas;

b. Penyembelihan dilakukan di rumah pemotongan hewan/unggas;

c. Hewan kecuali unggas sudah diistirahatkan paling sedikit 12 jam

sebelum penyembelihan;

d. Telah dilakukan pemeriksaan Antemortem oleh petugas pemeriksaan

yang berwenang paling lama 24 jam sebelum penyembelihan;

e. Disertai surat pemilikan hewan;

f. Pelaksanaan pemotongan hewan/unggas dilakukan dibawah

pengawasan dan menurut petunjuk petugas yang berwenang;

g. Ternak tidak dalam keadaan bunting;

h. Penyembelihannya dilakukan oleh penyembelih beragama Islam

menurut tata cara agama Islam sesuai dengan Fatwa MUI antara lain:

� Sebelumnya membaca basmallah;

� Memutus Jalan nafas (hulqum);

� Memutus jalan makanan (ma’l);

� Memutus dua urat nadi (wadajain);

� Memutus urat syaraf.

(4) Proses pemotongan hewan/unggas dimulai dari hewan kecuali unggas

diistirahatkan di kandang penampungan, selanjutnya dilakukan

pemeriksaan antemortem, penyembelihan dan penyelesaian

Page 15: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

15

penyembelihan, pemeriksaan post mortem sampai keluarnya

karkas/daging dari rumah pemotongan hewan/unggas;

(5) Dalam hal pelaksanaan bagi pemotongan ternak untuk keperluan Agama

atau Adat dapat dilakukan di luar Rumah Pemotongan Hewan/ Unggas;

(6) Pemotongan ternak secara darurat kecuali unggas, hanya dapat dilakukan

dalam hal hewan yang bersangkutan apabila :

a. Menderita kecelakaan yang dapat membahayakan jiwanya;

b. Berada dalam keadaan bahaya karena menderita sesuatu penyakit;

c. Membahayakan keselamatan manusia dan/atau barang.

(7) Pelaksanaan pemotongan hewan darurat yang dilakukan dirumah potong

hewan dengan persyaratan sama dengan persyaratan pemotongan

hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kecuali huruf c dan huruf d;

(8) Pelaksanaan pemotongan hewan yang darurat dilakukan diluar rumah

potong hewan, maka setelah penyembelihan hewan harus dibawa

kerumah pemotongan hewan atau ke petugas yang berwenang untuk

pemeriksaan post mortem.

Pasal 31

(1) Setiap orang atau badan yang menyelenggarakan pemotongan

hewan/unggas untuk keperluan usaha, harus memiliki ijin usaha;

(2) Ijin usaha sebagaimana dimaksud ayat (1), diberikan oleh Bupati dengan

memperhatikan jenis ternak dan jenis kegiatannya yakni :

a. Usaha pemotongan hewan/unggas kategori I, yaitu usaha pemotongan

hewan/unggas yang berupa kegiatan yang melaksanakan

pemotongan hewan/unggas milik sendiri dirumah pemotongan

hewan/unggas milik sendiri;

b. Usaha pemotongan hewan/unggas kategori II, yaitu usaha

pemotongan hewan/unggas yang berupa kegiatan menjual jasa

pemotongan hewan/unggas atau melaksanakan pemotongan

hewan/unggas milik orang lain;

c. Usaha pemotongan hewan/unggas kategori III, yaitu usaha

pemotongan hewan/unggas berupa kegiatan melaksanakan

pemotongan hewan/unggas milik pihak lain.

(3) Prosedur dan tata cara pengurusan ijin pemotongan hewan / unggas

sebagaimana ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan lebih lanjut dengan

Peraturan Bupati.

Bagian Kedua

Rumah Potong Hewan / Unggas

Pasal 32

1. Rumah potong hewan/unggas yang dapat didirikan didaerah adalah :

a. Rumah potong hewan/unggas yang digunakan untuk memotong

hewan/unggas guna memenuhi kebutuhan daging lokal di Daerah;

b. Rumah potong hewan/unggas yang digunakan untuk memotong

hewan/unggas guna memenuhi kebutuhan daging antar

kabupaten/kota dalam propinsi;

c. Rumah potong hewan/unggas yang digunakan guna memenuhi

kebutuhan daging antar propinsi;

d. Rumah potong hewan/unggas yang digunakan untuk memotong

hewan/unggas guna memenuhi kebutuhan daging eksport.

Page 16: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

16

2. Syarat-syarat desain rumah potong hewan/unggas sebagaimana

dimaksud ayat (1) dilakukan sesuai ketentuan Peraturan Perundang-

Undangan.

Pasal 33

(1) Setiap orang atau badan yang mengusahakan rumah potong

hewan/unggas didaerah sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal 39, harus

memiliki ijin usaha;

(2) Tata cara dan prosedur pemberian ijin usaha sebagaimana dimaksud

ayat (1) ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 34

(1) Pengelola rumah potong hewan/unggas milik perorangan atau badan,

wajib menyampaikan laporan mengenai kegiatan usahanya kepada

Kepala Daerah;

(2) Pedoman Penyusunan dan Tata cara Penyampaian Laporan

sebagaimana dimaksud ayat (1), ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan

Bupati

Bagian Ketiga

Pemeriksaan Ante Mortem

Pasal 35

(1) Pelaksanaan Pemeriksaan Ante mortem dilaksanakan oleh petugas yang

berwenang;

(2) Petugas sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat memutuskan bahwa

hewan/unggas tersebut :

a. Diijinkan untuk disembelih tanpa syarat, apabila ternyata hewan/unggas

tersebut sehat;

b. Diijinkan untuk disembelih dengan syarat, apabila ternyata

hewan/unggas menderita atau menunjukan gejala penyakit tertentu;

c. Ditunda untuk disembelih, apabila hewan/unggas tersebut sedang sakit

yang belum dapat ditentukan jenis penyakitnya;

d. Ditolak untuk disembelih, apabila hewan/unggas menderita atau

menunjukan gejala penyakit tertentu.

(3) Penyakit tertentu sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b dan d,

ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati;

(4) Hewan/Unggas yang telah dilakukan pemeriksaan ante mortem harus

dipisahkan di tempat yang telah disediakan untuk itu di rumah

pemotongan hewan/unggas.

Bagian Keempat

Penyelesaian Penyembelihan dan

Pemeriksaan Post Mortem

Pasal 36

(1) Ternak yang disembelih tidak bergerak dan darahnya berhenti mengalir

dan telah dilakukan penyelesaian penyembelihan, selanjutnya harus

segera dilakukan pemeriksaan Post Mortem;

Page 17: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

17

(2) Pemeriksaan Post Mortem sebagaimana dimaksud ayat (1) harus

dilaksanakan oleh petugas yang berwenang di ruangan dalam Rumah

Potong Hewan/unggas yang terang dan khusus;

(3) Komponen-komponen yang diperoleh sebagaimana yang dimaksud ayat

(2) adalah daging dan bagian-bagian hewan/unggas secara utuh dengan

menggunakan pisau tajam dan alat-alat lain yang bersih serta tidak

berkarat yang kemudian harus dibersihkan dan disucihamakan setelah

dipergunakan.

Pasal 37

(1) Pelaksanaan Pemeriksaan Post Mortem, dimulai dengan pemeriksaan

sederhana dan apabila diperlukan dilakukan pemeriksaan mendalam;

(2) Pemeriksaan Post Mortem sebagaimana dimaksud ayat (1) harus

dilaksanakan sesuai standar dan ketentuan yang berlaku.

Pasal 38

Petugas sebagaimana dimaksud Pasal 36 ayat (2) berwenang mengiris dan

membuang seperlunya bagian-bagian yang tidak layak untuk dikonsumsi,

mengambil bagian-bagian daging untuk keperluan pemeriksaan mendalam,

menahan daging sepanjang diperlukan dalam rangka pemeriksaan

mendalam serta memerintahkan pemusnahan daging yang dilarang

diedarkan dan dikonsumsi.

Pasal 39

(1) Petugas yang melakukan pemeriksaan Post Mortem, dapat menyatakan

bahwa daging yang bersangkutan:

a. Dapat diedarkan untuk dikonsumsi, apabila daging sehat dan aman

bagi konsumen karena tidak menderita suatu penyakit;

b. Dapat diedarkan untuk dikonsumsi dengan syarat sebelum peredaran,

apabila menderita penyakit tertentu dan ada bagian tidak layak

dikonsumsi harus dibuang;

c. Dapat diedarkan untuk dikonsumsi dengan syarat selama peredaran,

mendapat perlakuan tertentu sesuai ketentuan yang dikeluarkan

Pemerintah;

d. Dilarang diedarkan dan dikonsumsi, karena berbahaya akibat penyakit

tertentu atau mengandung residu.

(2) Penyakit tertentu sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b, huruf c dan d,

ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

Pasal 40

(1) Hasil pemeriksaan Post Mortem oleh petugas sebagaimana dimaksud

Pasal 39 ayat (1) huruf a dapat dinyatakan dengan cara sebagai berikut:

a. Pada daging ternak potong selain unggas dengan memberi

tanda/stempel pada daging yang bersangkutan dengan

menggunakan zat warna yang tidak membahayakan kesehatan

manusia;

b. Pada daging unggas dengan cara memberi label atau tanda pada

kemasan daging unggas dan atau bagian-bagian unggas yang

bersangkutan.

(2) Pemberian tanda /stempel pada daging sebagaimana dimaksud ayat (1)

huruf a dan huruf b, dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku;

Bagian Kelima

Peredaran, Pemeriksaan Ulang

Page 18: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

18

dan Penjualan Daging

Pasal 41

Daging yang dilarang diedarkan dan dikonsumsi harus di tempatkan di tempat

yang khusus dan dimusnahkan dengan petunjuk petugas yang berwenang.

Pasal 42

(1) Setiap Daging yang masuk dari, dan ke dalam daerah oleh perorangan

atau badan sebelum diedarkan atau dikonsumsi, harus diperiksa ulang

oleh petugas yang berwenang;

(2) Pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan dengan

ketentuan sebagai berikut :

a. Daging yang dibawa, harus diturunkan di tempat yang ditetapkan oleh

Bupati;

b. Dilakukan pemeriksaan terhadap daging oleh petugas yang

berwenang, sebagaimana pemeriksaan Post Mortem sederhana dan

apabila diperlukan dilakukan pemeriksaan mendalam;

c. Dari hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf b, maka

berlaku ketentuan pasal 38 dan pasal 39.

Pasal 43

(1) Setiap Daging hasil pemotongan ternak di Rumah Potong Hewan/Unggas

yang dibawa keluar Daerah, Petugas yang berwenang memberi surat

keterangan kesehatan dan asal daging kepada pemilik daging sesuai

ketentuan yang berlaku;

(2) Pemberian surat keterangan dan asal Daging, sebagaimana dimaksud

ayat (1) dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Pemilik Daging harus memiliki surat Ijin Usaha Pemotongan Hewan

RPH/RPU yang dagingnya untuk keperluan antar Propinsi dan antar

Kabupaten/Kota dalam Propinsi;

b. Daging yang akan dibawa keluar Daerah, merupakan hasil

pemotongan ternak di rumah pemotongan hewan/unggas yang sesuai

dengan kelasnya.

Pasal 44

(1) Daging yang dibawa dari dan ke luar Daerah, harus diangkut dengan

kendaraan khusus pengangkut Daging yang dilengkapi dengan ruang

Daging;

(2) Syarat-syarat desain Ruang Daging sebagaimana dimaksud ayat (1)

ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 45

Daging yang diperdagangkan di Daerah, tidak boleh ditambah bahan atau

Zat yang dapat mengubah warna asli daging yang bersangkutan.

Pasal 46

(1) Penjualan Daging di pasar-pasar Umum dalam Daerah, harus dilakukan

pada tempat Penjualan Daging yang tersedia di pasar yang bersangkutan

dan terpisah dari penjualan komoditas lain;

(2) Syarat-syarat tempat penjualan daging sebagaimana dimaksud ayat (1)

ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Page 19: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

19

Pasal 47

(1) Daging beku atau Daging dingin yang ditawarkan untuk dijual di Toko

Daging atau Pasar Swalayan di Daerah, harus disediakan tempat khusus

untuk itu;

(2) Syarat-syarat tempat khusus daging beku atau daging dingin

sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan

Bupati.

Pasal 48

(1) Setiap orang yang bekerja di Rumah Potong Hewan/Unggas dalam Daerah

selain Petugas yang berwenang harus mendapat Ijin Masuk Rumah Potong

Hewan/Unggas dari Kepala Instansi yang berwenang;

(2) Tata cara dan prosedur Pemberian Ijin Masuk Rumah Potong Hewan

sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan

Bupati.

Bagian Keenam

Peredaran dan Pemeriksaan Susu

Pasal 49

(1) Setiap Orang atau Badan yang membawa masuk atau menyimpan Susu

Murni dengan maksud untuk diperdagangkan di Daerah, harus memiliki Ijin

Usaha;

(2) Tata cara dan prosedur pemberian Ijin Usaha sebagaimana dimaksud

ayat (1) ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati;

Pasal 50

(1) Setiap Susu Murni yang diperdagangkan di Daerah berada dibawah

Pengawasan petugas yang berwenang;

(2) Pengawasan Sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan dengan

ketentuan sebagai berikut :

a. Dilakukan di Kendaraan Angkutan, Tempat Penyimpanan/

Pengolahan atau Tempat Penjualan Milik Pengusaha atau Agen atau

Penjual/ pengecer Susu Murni yang bersangkutan;

b. Pemeriksaan Susu Murni dilakukan secara sederhana maupun

mendalam dengan cara mengambil sampel dengan

memperhatikan ketentuan yang berlaku tentang syarat kwalitas Susu

Murni yang beredar;

c. Setiap satu sampel Susu Murni yang diperiksa kwallitasnya dapat

mewakili 200 liter Susu Murni yang diperjual-belikan;

d. Apabila dari hasil pemeriksaan sederhana ternyata bahwa:

1. Susu tersebut baik atau sehat, maka penjualannya dapat

diteruskan;

2. Susu tersebut jelek atau tidak sehat atau dipalsukan maka

penjualnya harus dihentikan dan susu yang dijual harus

dimusnahkan/dibuang.

Pasal 51

Petugas sebagaimana dimaksud Pasal 50 ayat (1) mempunyai wewenang

sebagai berikut :

a. Sewaktu-waktu dapat memasuki tempat penyimpanan/ penampungan/

pengumpulan atau tempat penjualan Susu;

b. Melakukan tindakan pengambilan contoh/sampel Susu;

Page 20: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

20

c. Sewaktu-waktu dapat menghentikan Penjual atau Loper Susu Murni dan

Kendaraan Pengangkut Susu Murni;

d. Melakukan Penahanan, Penyitaan, Pemusnahan terhadap Susu yang

tidak memenuhi syarat, Susu yang dipalsukan dan susu yang beredar

tanpa Ijin.

Pasal 52

Pemilik/pengusaha atau agen atau penjual/pengecer susu murni

sebagaimana dimaksud Pasal 50 ayat (2) huruf b wajib memberikan sampel

susu kepada petugas pemeriksa dalam rangka pemeriksaan susu sederhana

maupun mendalam sebanyak 500 ml.

Pasal 53

(1) Pemeriksaan susu murni secara mendalam dilakukan dilaboraturium susu

milik Pemerintah Daerah dengan melakukan Pengujian terhadap keadaan

susu serta terhadap komposisi susu dan terhadap kemungkinan adanya

pemalsuan susu;

(2) Pengujian terhadap keadaan susu dan terhadap komposisi susu serta

terhadap kemungkinan adanya pemalsuan susu, dilaksanakan dengan

metode menurut ketentuan yang berlaku;

Pasal 54

(1) Syarat kualitas susu murni yang beredar di Daerah, ditetapkan oleh Bupati.

(2) Peralatan yang dipergunakan untuk mewadahi, menampung, dan

mengangkut susu murni di Daerah, harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut: a. Kedap Air;

b. Terbuat dari bahan-bahan yang tidak berkarat;

c. Tidak mengelupas bagian-bagiannya, tidak bereaksi dengan susu murni dan tidak merubah warna,bau dan rasa susu;

d. Mudah dibersihkan dan dihapus hamakan;

e. Tempat penampungan dan penjualan susu murni harus memakai tempat khusus (milk can), bukan ember/jerigen plastik.

Pasal 55

(1) Setiap orang yang berkaitan dengan penanganan susu murni di Daerah,

harus berbadan sehat dan bebas dari penyakit yang menular yang

dinyatakan dengan surat keterangan dokter;

(2) Khusus loper/pengantar susu murni dari agen atau penjual kelangganan di

Daerah, harus memakai kartu pengenal yang dikeluarkan oleh pemerintah

daerah;

(3) Tata cara dan prosedur pemberian kartu pengenal Loper/Pengantar Susu

Murni sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan lebih lanjut dengan

Peraturan Bupati.

Pasal 56

(1) Setiap orang atau Badan yang memiliki ijin usaha penjualan Susu di

Daerah, wajib menyampaikan Laporan kegiatan usahanya kepada Bupati;

(2) Pedoman penyusunan tata cara penyampaian laporan sebagaimana

dimaksud ayat (1) ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian Ketujuh

Limbah Peternakan

Page 21: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

21

Pasal 57

Setiap perusahaan peternakan, pengelola Rumah Potong Hewan/ Unggas, pengelola usaha dibidang peternakan lainnya yang menghasilkan limbah Peternakan, wajib melakukan penanganan Limbah Peternakannya sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Peraturan perundang-undangan.

BAB X

R E T R I B U S I

Pasal 58

(1) Setiap pelayanan tertentu di bidang peternakan yang dilakukan

pemerintah daerah, dipungut Retribusi;

(2) Pelayanan tertentu sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi :

a. Pelayanan Ijin usaha peternakan;

b. Sertifikasi ransum makanan Ternak;

c. Pemeriksaan Kesehatan Hewan bagi hewan yang dibawa masuk ke atau keluar dari wilayah Daerah;

d. Pelayanan Pemakaian Pasar Hewan dan Kandang Penampungan Ternak di RPH milik Pemerintah Daerah;

e. Pelayanan Ijin Praktek Dokter Hewan;

f. Pelayanan Ijin Rumah potong Hewan/Unggas

g. Pelayanan Pos Kesehatan Hewan dan Laboratorium Kesehatan Hewan Milik Pemerintah Daerah;

h. Pelayanan Ijin usaha Pemotongan Hewan/Unggas;

i. Pelayan Pemotongan Hewan/Unggas;

j. Pemeriksaan Ulang Kesehatan Daging yang dibawa masuk untuk diperdagangkan di wilayah Daerah;

k. Pemeriksaan Mutu Susu yang beredar di Daerah;

l. Pelayanan Pendaftaran dan Pengkartuan Ternak.

(3) Setiap Orang atau Badan yang menerima Pelayanan tertentu di bidang

Peternakan sebagaimana dimaksud ayat (2) merupakan subjek Retribusi.

Pasal 59

(1) Besarnya tarif Retribusi Untuk setiap jenis Pelayanan tertentu sebagaimana

dimaksud pasal 67, ditetapkan sebagai berikut :

a. Pelayanan Ijin Budi Daya ternak :

- Baru atau perpanjangan (waktu 5 tahun)

a. Ternak Besar Rp . 400.000.-

b. Ternak Kecil Rp. 200.000,-

c. Ternak Unggas Rp. 50.000,-

- Registrasi Per tahun

a. Ternak Besar Rp. 100.000.-

b. Ternak Kecil Rp. 75.000,-

c. Ternak Unggas Rp. 50.000,-

b. Pemeriksaan Mutu Bibit Ternak:

- Per ekor DOC, DOD Rp. 50,-

c. Pemeriksaan Mutu Ransum Makanan Ternak

- Per jenis Ransum Makanan Ternak Rp. 500.000,- (Waktu Tidak Dibatasi)

- Registrasi pertahun Rp. 50.000,-

Page 22: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

22

d. Pelayanan Pemakaian Pasar Hewan dan kandang penampungan ternak di RPH milik Pemerintah Daerah:

- Perekor Sapi/Kerbau, Perhari Rp. 1.000,-

- Perekor Kambing/Domba, perhari Rp. 500,-

e. Pelayanan Ijin Praktek Dokter Hewan:

1. Baru atau Perpanjangan

(waktu 5 Tahun) Rp. 500.000,-

2. Registrasi Pertahun Rp. 100.000,-

f. Pelayanan Ijin Rumah Potong Hewan/Unggas dan tempat kandang Penampungan Ternak:

1. Rumah Potong Hewan

a) Untuk keperluan antar Propinsi:

1. Baru atau perpanjangan

(waktu 5 tahun) Rp. 1.500.000,-

2. Registrasi pertahun Rp. 150.000,-

b) Untuk keperluan antar Kabupaten/Kota dan untuk Kabupaten :

1. Baru atau perpanjangan Rp. 1.000.000,-

(waktu 5 tahun)

2. Registrasi pertahun Rp. 100.000,-

2. Tempat / Kandang Penampungan Ternak:

1. Baru atau perpanjangan (waktu 5 Tahun) Rp. 1.000.000,-

2. Registrasi pertahun Rp. 100.000,

g. Pelayanan Pos Kesehatan Hewan dan laboraturium Kesehatan Hewan milik pemerintah;

1) Pemeriksaan dan Pengobatan Hewan Peliharaan:

- Perekor Sapi/ kerbau/ kuda Rp. 2.500,-

- Perekor kambing/ domba Rp. 1.500,-

- Perekor Unggas Rp. 50,-

- Perekor hewan kesayangan Rp. 2.500,-

- Perekor Aneka Ternak lainnya Rp. 100,-

2) Pelayanan Vaksinasi Ternak

- Vaksinasi ternak besar Rp. 1.000,-

(sapi, kerbau, kuda)

- Vaksinasi ternak kecil Rp. 500,-

(Kambing, domba)

h. Pelayanan Pemotongan Hewan/ Unggas:

1) Rumah Potong Hewan/Unggas milik Pemerintah Daerah:

- Perekor Sapi/ Kerbau Jantan Rp. 10.000,-

- Perekor Sapi/Kerbau Betina Rp. 25.000,-

- Perekor Kuda Rp. 10.000,-

- Perekor Kambing/Domba Rp. 5.000,-

- Perekor Ayam Rp. 100,-

2) Rumah Potong Hewan/ Unggas milik Swasta:

- Perekor Sapi/ Kerbau Jantan Rp. 15.000,-

- Perekor Sapi /Kerbau Betina Rp. 25.000,-

- Perekor kuda Rp. 10.000,-

- Perekor Kambing/ Domba Rp. 5.000,-

Page 23: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

23

- Per ekor unggas Rp 100,-

i. Pemeriksaan Mutu Susu yang diperdagangkan di Wilayah Daerah:

Persampel yang diambil mewakili 200 liter Susu dari Agen/ Perusahaan

Susu dalam

1 (satu) minggu Rp. 100.000,-

j. Pelayanan Ijin Usaha dibidang Peternakan lainnya:

1) Poultry Shop :

a. Baru atau Perpanjangan

(Waktu 5 tahun) Rp. 1.000.000,-

b. Registrasi Pertahun Rp. 100.000,-

2) Pet Shop :

a. Baru atau Perpanjangan

(Waktu 5 Tahun) Rp. 500.000,-

b. Registrasi Pertahun Rp. 50.000,-

(2) Besarnya Tarif Retribusi untuk jenis pelayanan usaha dibidang Peternakan

tertentu sebagaimana dimaksud pada pasal 58 ayat (2) huruf l di atas

ditetapkan :

(1) Kartu Pendaftaran Peternakan Rakyat:

- Per kartu Pertahun untuk Ternak Besar (Sapi, Kerbau, Kuda) Rp. 2.000,-

- Per kartu Pertahun untuk Ternak Kecil (Kambing, Domba) Rp. 1.000,-

- Per kartu Pertahun untuk Kuda Pacu Rp. 10.000,-

(2) Mutasi Jual Beli Ternak: - Ternak Besar (Sapi, kerbau dan kuda) Rp. 10.000,-

- Ternak Kecil (Kambing dan Domba) Rp. 2.500,-

- Ternak Kuda Pacu Rp. 20.000,-

(3) Kartu Pengenal Pekerja Pengusaha Pemotongan Hewan/ Unggas atau Ijin Masuk Rumah Pemotongan Hewan/ Unggas: - Per kartu setiap orang Rp. 2.500,-

Pasal 60

Seluruh Pungutan Retribusi Pelayanan tertentu dibidang Peternakan merupakan penerimaan Daerah yang harus disetorkan ke Kas Daerah sesuai ketentuan yang berlaku.

B A B XI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 61

(1) Barang siapa yang melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (3), Pasal 3 ayat (1), Pasal 4 ayat (1), Pasal 7 ayat (1), Pasal 10, Pasal 12 ayat (1), Pasal 13 ayat (1), Pasal 14 ayat (1), Pasal 23 ayat (3), Pasal 24 ayat (1), Pasal 26 ayat (1), Pasal 29 ayat (1), Pasal 30 ayat (3), Pasal 31 ayat (1), Pasal 33 ayat (1), Pasal 42 ayat (1), Pasal 44 ayat (1), Pasal 46 ayat (1), pasal 49 ayat (1), Pasal 52, pasal 55 ayat (1), Pasal 56 ayat (1), dan Pasal 57 diancam pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan kurungan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta Rupiah);

(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran.

B A B XII

PENYIDIKAN

Pasal 62

Page 24: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

24

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak Pidana.

(2) Wewenang Penyidik Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau Laporan berkenaan dengan tindak Pidana di bidang pelayanan Peternakan.

b. Meneliti, mencari, mengumpulkan keterangan mengenei Orang Pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak Pidana di Pelayanan Peternakan.

c. Meminta keterangan dan Bahan bukti dari Orang Pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak Pidana di bidang pelayanan peternakan.

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang pelayanan peternakan.

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut.

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidakan di bidang pelayanan peternakan.

g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa Identitas Orang Dokumen yang sedang dibawa sebagaimana dimaksud pada Huruf e.

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang pelayanan peternakan.

i. Memanggil Orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.

j. Menghentikan penyidikan.

k. Melakukan tindakan lain yang perlu kelancaran penyidikan tindak Pidana dalam bidang pelayanan Peternakan menurut hokum yang dapat dipertanggung jawabkan.

B A B XIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 63

Hal-hal yang belum diatur dalam perda ini sepanjang mengenai teknis

pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan dan Keputusan Bupati.

B A B XIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 64

Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan secara langsung dengan pelayanan di bidang peternakan wajib mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya pada Peraturan Daerah ini.

Pasal 65

Semua Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan pelayanan di Bidang Peternakan sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap berlaku.

Pasal 66

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bima.

Page 25: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

25

Disahkan di Raba-Bima

pada tanggal 20 Desember 2006

BUPATI BIMA,

FERRY ZULKARNAIN

Diundangkan di Rba-Bima

pada tanggal, 22 Agustus 2007

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BIMA

H.A.MUCHLIS H.MA

NIP. 080 045 392

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BIMA TAHUN 2006 NOMOR : 07

Page 26: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

26

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA

NOMOR 12 TAHUN 2006

TENTANG

PELAYANAN DI BIDANG PETERNAKAN

I. UMUM

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, Pemerintah Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus

sendiri utusan pemerintah menurut atas otonomi dan tugas pembantuan.

Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,

pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Di samping itu melalui otonomi

luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan

memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan

kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam system Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam ketentuan Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah menegaskan bahwa urusan pemerintah

Kabupaten/Kota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintah yang secara

nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai

dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Di

samping itu dalam penjelasannya dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan “

urusan pemerintah yang secara nyata ada “ dalam ketentuan ini sesuai dengan

kondisi, kekhasan, dan potensi yang dimiliki antara lain pertambangan,

perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan dan pariwisata.

Kabupaten Bima merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi di

bidang pertanian khususnya pada sektor peternakan. Dengan dimilikinya potensi

dimaksud, maka Pemerintah Kabupaten Bima harus mampu memfasilitasi setiap

akivitas yang berkaitan dengan pelayanan peternakan.

Pelayanan di bidang peternakan di Kabupaten Bima perlu dikembangkan

dalam rangka memacu dan memotivasi masyarakat untuk melakukan kegiatan

peternakan atau kegiatan-kegiatan lainnya yang terkait dengan kegiatan

peternakan.

Mengingat akan pentingnya peranan pemerintah daerah dalam

pelayanan di bidang peternakan dan sebagai bentuk partisipasi masyarakat

dalam membangun daerah, maka masyarakat perlu didorong untuk mau ikut

berpartisipasi untuk membayar retribusi.

Sebagai landasan hukum pemungutannya, maka perlu diatur dan

ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

II PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 : Cukup Jelas

Pasal 2 : Cukup Jelas

Pasal 3 : Cukup Jelas

Pasal 4 : Cukup Jelas

Page 27: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

27

Pasal 5 : Cukup Jelas

Pasal 6 : Cukup Jelas

Pasal 7 : Cukup Jelas

Pasal 8 : Cukup Jelas

Pasal 9 :

Ayat (1) : Yang dimaksud “Ransum: dalam ketentuan ini adalah ransom

yang secara laborarik mengandung unsure-unsur racun dan

dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan bahkan

mematikan apabila dikonsumsi seperti : Tannin, alfatoxsin,

salmonella.

Ayat (2) : Cukup Jelas

Ayat (3) : Yang dimaksud “dipalsukan: dalam ketentuan ini adalah

semua jenis ransum yang telah dilakukan pemeriksaan secara

laborarik melkalui analisa proximate tidak dan atau kurang

mengandung unsure bahan penyusun formulasi yang sesuai

dengan standar yang telah ditentukan.

Pasal 10 : Cukup Jelas

Pasal 11 : Cukup jelas

Pasal 10 : Cukup Jelas

Pasal 11 : Cukup jelas

Pasal 10 : Cukup Jelas

Pasal 11 : Cukup jelas

Pasal 12 : Cukup Jelas

Pasal 13 : Cukup jelas

Pasal 14 : Cukup Jelas

Pasal 15 : Cukup jelas

Pasal 16 : Cukup Jelas

Pasal 17 : Cukup jelas

Pasal 18 : Cukup Jelas

Pasal 19 : Cukup jelas

Pasal 20 : Cukup Jelas

Pasal 21 :

Ayat (1)

Huruf a : Yang dimaksud “ mendisinfeksi” dalam ketentuan ini adalah

memberikan atau menyemprotkan bahan-bahan kimia seperti

Carbol, Creolin, formalin 10 %, Kalium permanganate (KmnO4)

pada kandang/lingkungan kandang/ternak dengan tujuan

memutuskan siklus perkembangbiakan kuman penyakit yang

dapat membehayakan ternak.

Ayat (2) : Cukup Jelas

Pasal 22 : Cukup Jelas

Pasal 23 : Cukup jelas

Pasal 24 : Cukup Jelas

Pasal 25 : Cukup jelas

Page 28: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

28

Pasal 26 : Cukup Jelas

Pasal 27 : Cukup jelas

Pasal 28 : Cukup Jelas

Pasal 29 : Cukup jelas

Pasal 30 : Cukup Jelas

Pasal 31 : Cukup jelas

Pasal 32 : Cukup Jelas

Pasal 33 : Cukup jelas

Pasal 34 : Cukup Jelas

Pasal 35 : Cukup jelas

Pasal 36 : Cukup Jelas

Pasal 37 :

Ayat (1) : Yang dimaksud “ pemeriksaan sederhana” dalam ketentuan ini

meliputi pemeriksaan secara langsung terhadap perubahan

organ-organ tubuh baik secara anatomis maupun morfologis

untuk memastikan ada tidaknya penyakit pada ternak tersebut

Yang dimaksud “ pemeriksaan mendalam” meliputi

pemeriksaan laboratorik untuk mendeteksi dan/atau

mengamati jenis penyakit yang diderita oleh ternak dengan

cara mengambil beberapa organ tubuh ternak sebagai

specimen yang akan diperiksa.

Pasal 38 : Cukup Jelas

Pasal 39 : Cukup jelas

Pasal 40 : Cukup Jelas

Pasal 41 : Cukup jelas

Pasal 42 : Cukup Jelas

Pasal 43 : Cukup jelas

Pasal 44 : Cukup Jelas

Pasal 45 : Cukup jelas

Pasal 46 : Cukup Jelas

Pasal 47 : Cukup jelas

Pasal 48 : Cukup Jelas

Pasal 49 : Cukup jelas

Pasal 50 : Cukup Jelas

Pasal 51 : Cukup jelas

Pasal 52 : Cukup Jelas

Pasal 53 : Cukup Jelas

Pasal 54 : Cukup jelas

Pasal 55 : Cukup Jelas

Pasal 56 : Cukup jelas

Pasal 57 : Cukup Jelas

Pasal 58 : Cukup jelas

Pasal 59 : Cukup Jelas

Pasal 60 : Cukup jelas

Page 29: Nomor 12 Tahun 2006 - · PDF filetermasuk ayam, itik / bebek, burung dara, ... Bibit ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) ... wajib menyampaikan laporan mengenai

29

Pasal 61 : Cukup Jelas

Pasal 62 : Cukup Jelas

Pasal 63 : Cukup jelas

Pasal 64 : Cukup Jelas

Pasal 65 : Cukup jelas

Pasal 66 : Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH TAHUN 2006 NOMOR : 18