nilai sebuah kepedulian

5
ARTI DARI SEBUAH KEPEDULIAN Di pagi hari jalanan depan pasar cukup padat kendaraan lalu- lalang, seorang ibu tua dengan bawaan bakulan di kepala telah lama menunggu kendaraan sepi untuk menyeberang, tiba-tiba seorang pemuda dengan tampang acak-acakan, celana bolong, telinga tersemat anting dan rambut pirang acak-acakan persis seorang berandal menyeberang ke tempat ibu tua tadi dan membimbingnya menyeberangi jalan, sesampainya di sisi jalan yang lain ibu tersebut mengucapkan terimakasih dan menawarkan pemuda tersebut untuk minum, tampaknya dia menjual cendol bakulan, namun pemuda tersebut menolak dengan cueknya meninggalkan ibu tersebut. Pada hari yang lain, pengendara sepeda motor menabrak sebuah mobil yang ngerem mendadak menyebabkan dia terkapar di aspal dan tak sadarkan diri dengan darah mengucur dari kepalanya, sontak kejadian tersebut mengundang perhatian banyak orang di sekitar dan ramai-ramai membantu si pengendara dengan menghentikan sebuah mobil bak terbuka lalu membawanya ke puskesmas terdekat dan yang lainnya menahan si pengemudi mobil untuk menyelesaikan perkara kecelakaan tersebut. Bahkan tidak jarang juga di kampung ketika ada orang sakit yang membutuhkan pertolongan secepatnya, tetangga dengan sigap memanggilkan perawat atau petugas kesehatan yang ada di kampung untuk memeriksa si sakit, atau ketika harus di bawa ke rumah sakit, tetangga membantu menyiapkan mobil dan ikut turut mengantar ke rumah sakit, atau juga ketika ada yang mendapat musibah, anggota keluarga meninggal dunia semua warga turut merapat ke rumah duka untuk berbela sungkawa dan menyiapkan perlengkapan untuk pelaksanaan pemakaman. Kesemuanya itu merupakan bentuk kepedulian antar sesama yang lahir dari sebuah kebiasaan atau situasional yang menggerakkan hati kita untuk peduli dan membantu orang lain, keadaan seperti itu sering kita temukan dan kita dapat ambil bagian untuk

description

opini- bentuk pengembangan kepedulian terhadap pengembangan kreatifitas pemuda

Transcript of nilai sebuah kepedulian

ARTI DARI SEBUAH KEPEDULIANDi pagi hari jalanan depan pasar cukup padat kendaraan lalu-lalang, seorang ibu tua dengan bawaan bakulan di kepala telah lama menunggu kendaraan sepi untuk menyeberang, tiba-tiba seorang pemuda dengan tampang acak-acakan, celana bolong, telinga tersemat anting dan rambut pirang acak-acakan persis seorang berandal menyeberang ke tempat ibu tua tadi dan membimbingnya menyeberangi jalan, sesampainya di sisi jalan yang lain ibu tersebut mengucapkan terimakasih dan menawarkan pemuda tersebut untuk minum, tampaknya dia menjual cendol bakulan, namun pemuda tersebut menolak dengan cueknya meninggalkan ibu tersebut.Pada hari yang lain, pengendara sepeda motor menabrak sebuah mobil yang ngerem mendadak menyebabkan dia terkapar di aspal dan tak sadarkan diri dengan darah mengucur dari kepalanya, sontak kejadian tersebut mengundang perhatian banyak orang di sekitar dan ramai-ramai membantu si pengendara dengan menghentikan sebuah mobil bak terbuka lalu membawanya ke puskesmas terdekat dan yang lainnya menahan si pengemudi mobil untuk menyelesaikan perkara kecelakaan tersebut.Bahkan tidak jarang juga di kampung ketika ada orang sakit yang membutuhkan pertolongan secepatnya, tetangga dengan sigap memanggilkan perawat atau petugas kesehatan yang ada di kampung untuk memeriksa si sakit, atau ketika harus di bawa ke rumah sakit, tetangga membantu menyiapkan mobil dan ikut turut mengantar ke rumah sakit, atau juga ketika ada yang mendapat musibah, anggota keluarga meninggal dunia semua warga turut merapat ke rumah duka untuk berbela sungkawa dan menyiapkan perlengkapan untuk pelaksanaan pemakaman.Kesemuanya itu merupakan bentuk kepedulian antar sesama yang lahir dari sebuah kebiasaan atau situasional yang menggerakkan hati kita untuk peduli dan membantu orang lain, keadaan seperti itu sering kita temukan dan kita dapat ambil bagian untuk terlibat di dalamnya. kepedulian seperti ini muncul karena kondisi atau keadaan yang secara tidak terencana untuk kita lakukan namun mengikuti situasi untuk tergeraknya rasa peduli tersebut, atau meminjam istilah Abraham Maslow (1986) yang dinamakan humanisme dalam bentuk hirarki kebutuhan dan aktualisasi diri, dimana salah satu kebutuhan secara psikologis dalam diri kita yaitu mampu mendapatkan pemenuhan atas kegelisahan ketika ada rangsangan dari luar yang menggerakkan kita untuk bertindak/peduli terhadap orang lain yang sedang membutuhkan.Kepedulian kondisional seperti ini kiranya sebagai pembelajaran, bahan renungan dalam diri kita, kenapa kita peduli terhadap orang lain ketika dalam keadaan seperti itu, kenapa hanya muncul ketika orang lain sudah terdesak, kenapa kita hanya bisa ambil bagian untuk peduli ketika sudah terjadi menimpa orang lain. lalu kenapa tidak kita aplikasikan bentuk-bentuk kepedulian tersebut tidak mesti dengan keadaan seperti narasi di atas akan tetapi secara kontinuitas kepedulian dalam diri kita seharusnya kita jadikan intervensi dalam penuangan ide-ide kreatif demi terwujudnya sebuah perubahan ke arah yang lebih baik dan sebagai wujud nyata adanya kepedulian kita terhadap sesama dalam bentuk pengabdian dan pembinaan mental dan spiritual masyarakat.Kepedulian hendaknya dijadikan intervensi berkelanjutan untuk melahirkan pemikiran-pemikiran progresif, seperti halnya seorang guru peduli akan penguasaan intelektualitas siswanya, bukan hanya sekedar tunai tugas, seorang petugas kesehatan di kampung peduli dan sigap ketika ada warga yang sedang membutuhkan pertolongan, seorang kepala madrasah peduli akan kelanjutan madrasahnya demi terwujudnya pendidikan yang lebih baik, seorang marbot masjid peduli bagaimana memakmurkan masjid supaya ramai berjamaah, seorang pemuda peduli dengan generasi-generasi muda yang ada di sekitar lingkungannya melalui pembimbingan spiritual dan pendidikan membaca Al Quran di Mushalla, bentuk kepedulian seperti inilah yang dapat kita jadikan dasar untuk membina sebuah kemandirian di tengah masyarakat sehingga terwujudnya peningkatan kualitas masyarakat di berbagai bidang.Begitu juga halnya dengan pembentukan sebuah organisasi, komunitas, atau kelompok-kelompok massa, awalnya berangkat dari sebuah kepedulian untuk mengatasi kegelisahan yang dihadapi masyarakat menuju perubahan yang lebih baik. sebut saja PS. Lank, digagas untuk menampung talenta-talenta generasi muda dalam bidang olahraga supaya lebih terarah dan mampu bersaing dengan menjadikan klub sepakbola tersebut sebagai ajang silaturahmi dan menyatukan persepsi generasi muda khususnya dalam bidang sepakbola, sekarang PS. Lank sudah mengepakkan sayap dengan terus ambil bagian ketika ada event-event sosial atau keagamaan yang diadakan sebagai bentuk kepedulian demi terwujudnya mental sosial di tengah masyarakat. Demikian halnya dengan Koperasi yang dibentuk di kampung kita, berangkat dari rasa peduli untuk membangun kekuatan ekonomi masyarakat dengan mengusung program-program ekonomi kreatif yang sempat berjalan dengan baik (kerajinan tikar pandan, simpan pinjam untuk anggota) dengan meletakkan dasar asas pembangunan untuk madrasah, kesemuanya itu merupakan wujud kepedulian dengan niatan mulia untuk perubahan yang lebih baik.Selanjutnya KOMPAK (Komunitas Pemuda Kreatif) yang merupakan inisiatif untuk menampung ide, kreatifitas dan gerak pemuda untuk menunjukkan eksistensi di tengah masyarakat, juga berawal dari kegelisahan, keprihatinan akan kondisi pemuda saat ini, serta dengan harapan menjadi trendsetter di tengah masyarakat sebagai pelopor adanya perubahan dengan tetap berpegang pada asas sosial, pendidikan dan dakwah. KOMPAK dengan cita-cita besar mencoba bergerak dengan kepedulian untuk membangun kekuatan ekonomi pemuda dengan merancang beberapa program usaha sederhana untuk merintis modal. namun pesimistis karena kita terlalu lama tersugesti dengan anggapan sulit untuk memulai, semuanya butuh modal besar dan itupun tidak kita miliki saat ini, pergerakan terhenti, seiring waktu satu per satu anggota kompak terhenyak dengan kesibukan pribadi masing-masing, satu per satu direkrut sebagai penjaga (red : karyawan) untuk kepentingan pribadi orang lain, satu per satu meninggalkan kampung halaman di bawah bayang-bayang kesejahteraan rantauan, dan seolah cita-cita besar tersebut tertelan waktu dan menunggu gerak langkah orang yang peduli.KOMPAK kini sedang kebingungan, menyisakan segelintir orang yang hanya punya ambisi tetapi tidak ada langkah dari kerja tim, KOMPAK sedang menunggu, menunggu hidayah untuk bergerak, yang pasti tidak akan didapatkan jika kita hanya berharap tanpa langkah. KOMPAK masih belum memiliki kepedulian jika egoistis masih saja dipertahankan. KOMPAK hanyalah sebuah nama, yang tidak mampu mengamalkan amanat sila ke-6 pancasila yang dileluconkan "Kreatif Sampai Mati", kita dituntut untuk kreatif tetapi ruang gerak terbatas dan tak mau ambil pusing. KOMPAK hanya punya ide, ambisi, angan, harapan besar, namun tersesat dan kebingungan langkah untuk bergerak, KOMPAK kini sedang mendengkur, mengenang semangat hangat-hangat tahi ayam di awal muncul, KOMPAK kini sedang resah, mencemaskan Dana Penguasa yang sungguh fatamorgana dan hanya celoteh belaka, KOMPAK kini sadar, bahwa perubahan tidak semulus lidah mengucap retorika yang hanya sebagai wacana (penulis juga termasuk).KOMPAK setidaknya masih memiliki semangat, walaupun sedikit akan tetapi terus dipupuk, semangat kepedulian tidak harus menghasilkan profit (keuntungan), namun semangat berbagi dapat tertularkan kepada orang lain. kepedulian hendaknya melahirkan perubahan, dan itulah yang akan kita garap dengan keringanan langkah dan gerak kawan-kawan. sebuah langkah untuk perubahan tidak harus dengan uang, modal besar yang tidak kita miliki saat ini, namun selangkah demi selangkah mari kita gagas, seperti mensukseskan majlis ilmu pengkajian kitab di panti asuhan, pengadaan kelompok diskusi entah dalam bentuk english study club atau diskusi kopi duduk, maupun kelompok usaha yang sekiranya bisa kita jalankan dengan modal seadanya. hal sederhana namun sulit untuk dimulai, lagi-lagi kita tersugesti dengan pesimistis beratnya memulai yang jarang bisa kita tepis malah cenderung mengaminkan.Semoga semangat kepedulian dan berbagi itu masih terpatri dalam diri kita sehingga menemukan jalan untuk disalurkan dengan gerak langkah untuk membangun sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. ambisi memang kita butuhkan, namun apalah arti sebuah ambisi jika tidak didukung dengan komitmen dan tanggung jawab dari kita. seperti yang diungkapkan steve jobs revolusioner apple inc. "mereka yang cukup gila berpikir bisa merubah dunia, adalah mereka yang melakukannya", tidak cukup hanya dengan berpikir, berangan-angan, namun tindakan nyata juga diperlukan sehingga tidak ada lagi istilah "Talk more do less" akan tetapi "Talk more do more".Wallahu alam (Lengkok, 26-03-15)