NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11....

196
NILAI RELIGIOUS CULTURE DI LEMBAGA PENDIDIKAN Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Transcript of NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11....

Page 1: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

i

NILAIRELIGIOUS CULTUREDI LEMBAGA PENDIDIKAN

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Page 2: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

ii

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Perpustakaan Nasional RI: Katalog dalam Terbitan (KDT)

NILAI RELIGIOUS CULTURE DI LEMBAGA PENDIDIKANDr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

All right reservedHak cipta dilindungi oleh undang-undangDilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi bukuini dengan cara apapun, tanpa izin tertulis dari penerbit

x + 186 Halaman; 14.5 x 21 cmCetakan I: Januari 2016ISBN: ...-...-.....-..-..

Editor : Muhammad Tang SCover : Agung IstiadiLayout : Iqbal Novian

Diterbitkan pertama kali oleh:ASWAJA PRESSINDOAnggota IKAPI No. 071/DIY/2011Jl. Plosokuning V/73, Minomartani,Sleman, YogyakartaTelp. (0274)4462377E-mail : [email protected] : www.aswajapressindo.co.id

Page 3: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

iii

PENGANTAR TOKOH

Lembaga pendidikan seperti sekolah, harusdipandang sebagai tempat beribadah, sehingga segalaaktivitas yang dilakukan di dalamnya diniatkan ibadahdan berfungsi sebagai wahana ibadah sosial. Fungsisekolah sebagai tempat beribadah atau beramal shaleh,berarti segala yang berhubungan dengan manajemensekolah, tentunya tidak lepas dari keterkaitan dengan sinarreligious.

Sekolah yang diisi oleh tim kerja dari berbagai agama,kepercayaan dan suku, seyogianya dapat mengimplemen-tasikan religious culture secara universal, melaluipembiasaan-pembiasan, baik secara individu maupunsistem kerja yang disepakati.

Upaya mengimplementasikan religious culture disekolah, memang sudah menjadi keharusan bagi setiapindividu, maupun manajemen untuk mengaktualisasikanpendidikan religi dan sikap religius dalam setiap aktivitaspelaksanaan pendidikan di sekolah. Hal ini untukmengkounter tidak adanya pendidikan religi di beberapa

Prof. Dr. H. Kamrani Buseri, MA.Guru Besar Ilmu Pendidikan Islam

Page 4: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

iv

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

negara dan hanya memberikan pendidikan tentang religiyang lebih kepada pengetahuan bukan pembentukankehidupan religius, maka akibatnya religi pun tidakterealisasikan dalam perilaku sehari-hari.

Kewajiban bagi manajemen sekolah mengimplemen-tasikan religious culture di sekolah, sudah mendapatkankeuntungan dari adanya perangkat–perangkat sekolahyang terstruktur dan hirarkis. Hal ini memudahkan bagipengelola sekolah untuk mengaplikasikan berbagaikebijakan dan kegiatan positif yang mendukung. Kekuatanpengelola ada pada faktor yuridis formal, dan aplikasiyuridis formal itu ada pada faktor pengaruh yangmengitari posisi strategis pengelola sekolah.

Sebenarnya tidak ada alasan bagi pengelola untuktidak mengondisikan “kekuatan dan pengaruh itu” padapola kelaziman kebijakan dan kegiatan. Hanya sajakebanyakan penyelenggara pendidikan tidak/kurangmemahami, bahwa manajemen suatu lembaga pendidikanterdapat unsur-unsur yang mempengaruhinya, termasukreligious culture, sehingga manajemen tidak memperolehhasil yang maksimal, sekolah sulit untuk berkembanglebih maju dari seharusnya, tetapi berjalan mengikutikemajuan secara apa adanya.

Manajemen sekolah yang berorientasi pada religiousculture, akan menyatukan berbagai unsur vital kehidupanyang terkadang terpisahkan dari kinerja. Unsur-unsuryang disatukan itu adalah aksi (what people do), identitas(who they are) serta nilai dan keyakinan (what they most valueand bilief). Penyatuan unsur-unsur vital tersebut diyakinidapat menjadi sarana mengaktualisasikan nilai-nilaikebaikan yang bernilai religious, termasuk sesuatu kebaikanyang bersifat materi pun tidak lagi kosong dari nilai reli-gious.

Page 5: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

v

Paling tidak ada dua sasaran yang dicapai melaluimanajemen kinerja yang berbasis religious culture disekolah: pertama, pembangunan diri individu yang integral;kedua, penguatan sekolah sebagai lembaga pendidikan.Semakin diyakini keterlibatan diri yang menyeluruh disekolah, maka membawa dampak besar terhadap kinerjaindividu, yang pada akhirnya berdampak pada kinerjabersama dalam sebuah pengelolaan pendidikan.

Sinergi di atas, pengaruhnya akan terasa terhadapkemajuan sekolah secara keseluruhan, karena akanterbentuk religious culture sekolah yang dapat mempercepatperkembangan manajemen kinerja yang religious baikindividu-individu maupun kolektif, kepada tujuanbersama yang lebih luas dan jangka panjang, sertadiharapkan pengembangan diri maupun penguatanlembaga pendidikan berjalan secara paralel. Sebuahkewajaran bagi manajemen sekolah, mengondisikan sektorintra sekolah dan ekstra sekolah untuk berpartisipasi danbekerja sama yang harmonis bagi kemajuan pendidikan.

Sebuah buku yang dikarang oleh Dr. Hj. Muslimah,M.Pd.I dengan judul “Nilai Religious Culture di LembagaPendidikan” memberikan inspirasi dan khazanah bagitenaga pendidik dan tenaga kependidikan lebih-lebih lagipara manajemen lembaga pendidikan untuk menstimuluskinerja mereka bagi pencapaian tujuan pendidikan yangsudah terumuskan dengan sangat baik sebagaimanatertuang dalam tujuan pendidikan nasional. Buku ini jugabermanfaat bagi ilmuwan untuk bahan kajian bagimemajukan pendidikan, karena sesungguhnya religiousculture memberikan pengaruh yang sangat signifikanterhadap manajemen kinerja di lembaga pendidikan.Wallahu’alamu bi al-shawab.

Page 6: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

vi

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Page 7: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt., yang telahmemberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehinggabuku yang berjudul “Nilai Religious Culture di LembagaPendidikan” ini dapat diselesaikan, walaupun masihterdapat kekurangannya. Salawat serta salam semoga tetapdilimpahkan kepada Rasulullah saw. beserta keluarga,para sahabat, dan mudahan kita termasuk umat beliauyang istiqamah mengikuti ajarannya. Amin.

Buku ini diangkat dari sebuah tesis penulis “PengaruhNilai Religious Culture Terhadap Manajemen Kinerja diSMP Negeri 2 Arut Selatan”, yang penulis sesuaikandengan format penulisan buku, menambah kalimat yangperlu dan mengabaikan bagian kecil isi untuk disesuaikandengan judul buku.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapanterima kasih kepada yang terhormat Prof. Dr. H. Kamrani

Page 8: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

viii

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Buseri, MA., dan Dr. Ahmad Salabi, M.Pd., selakuPembimbing I dan II pada saat proses penyelesaianpenelitian___banyak memberikan bimbingan dan arahanyang sangat membantu, serta kepada pihak lain yang tidakbisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah swt.membalas dengan kebaikan yang berlipat. Amin

Buku ini berisi teori dan praktik berkenaan denganreligious culture hubungannya dengan manajmen kinerja dilembaga pendidikan, yang penulis format dalam beberapabab dan subbab, sehingga memudahkan bagi pembacauntuk memahaminya. Meskipun isi dalam pembahasanpengaruh religious culture dalam manajemen kinerja disekolah bersifat kasuistik___tetapi penerapannya disekolah lain berlaku secara umum, sehingga sisi positfdari religious culture yang diterapkan dalam manajemenkinerja pada suatu lembaga pendidikan, bisa diterapkanbagi yang memiliki karakteristik yang sama, dan sebagaipenambahan wawasan jika memiliki karakteristik berbeda.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yangberkepentingan mengembangkan dan meningkatankualitas pendidikan. Amin Ya Rabbal ‘alamin.

Banjarmasin, 7 Desember 2015Penulis,

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Page 9: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

ix

D A F T A R I S I

HALAMAN SAMPUL ..................................................... iPENGANTAR TOKOH .................................................. iiiPENGANTAR PENULIS ................................................ viiDAFTAR ISI ...................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ......................................... 1BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................... 11

A. Tinjauan Tentang Religious Culture ...... 11B. Tinjauan Tentang Manajemen

Kinerja ...................................................... 26C. Kepemimpinan dalam Keragaman

Budaya: Upaya PimpinanMemanfaatkan Religious Culture ........... 37

D. Pengaruh Religious Culture terhadapManajemen Kineja di LembagaPendidikan .............................................. 44

E. Isi Religious Culture di Sekolah ............. 49

Page 10: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

x

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA PENDIDIKAN ..... 57A. Sejarah Singkat SMP Negeri 2 Arut

Selatan ...................................................... 57B. Profil SMP Negeri 2 Arut Selatan ........ 62

BAB IV PERKEMBANGAN RELIGIOUSCULTURE DI SEKOLAH ............................. 79

BAB V BENTUK-BENTUK RELIGIOUSCULTURE DI SEKOLAH ............................. 87A. Pengaruh Religious Culture Terhadap

Manajemen Kinerja dari Simbol-Simbol yang Dihargai (Artefact) ........... 87

B. Pengaruh Religious Culture TerhadapManajemen Kinerja dari Nilai-Nilaiyang Didukung (Espaussed Values) ...... 123

C. Pengaruh Religious Culture TerhadapManajemen Kinerja dari Asumsi yangMendasari (Basic Assumption) ............... 158

BAB VI PENUTUP ...................................................... 175A. Simpulan ................................................. 175B. Saran-Saran .............................................. 176

DAFTAR PUSTAKA ........................................................ 177RIWAYAT PENULIS ....................................................... 185

Page 11: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

1

BAB IPENDAHULUAN

Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda apabiladibandingkan dengan negara-negara lain, tercermin darikeadaan wilayah Indonesia. “Terdiri atas kurang lebih17.677 buah pulau yang ditempati sebagai pemukimanpenduduk, dihuni oleh lebih dari 450 suku”.1 “Terbesarmemeluk agama Islam, agama lain yang dianut adalahKristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha sertalainnya. Jumlah penduduk tersebut menghuni 6.000pulau”.2 Artinya secara faktual penduduk Indonesia telahmendasarkan dirinya pada nilai-nilai agama yang menjadikeyakinan masing-masing, terlepas dari mayoritas danminoritas penganutnya.

Realitas tersebut dapat dijadikan suatu pandanganbahwa masyarakat Indonesia telah mendasarkan ke-

1 Data Badan Koordinasi Survei Pemetaan Nasional (Bakosurtanal),2010.

2 Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Kepemimpinandalam Keragaman Budaya, Tidak diterbitkan, (Jakarta: Modul DiklatpimTingkat III, 2008), h. 1.

Page 12: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

2

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

hidupannya pada nilai agama masing-masing, dan mutlakharus dipahami sebagai karagaman keyakinan yangberbeda. Urgensi dari nilai-nilai tersebut dapat dijadikansebagai perbendaharaan bangsa, yang dapat dikelolauntuk menjadi suatu kekuatan bangsa itu sendiri. Secaraorganisatoris pengelolaan nilai-nilai tersebut, tidak sajamenjadi tugas pemerintah, tetapi merupakan bagian yangtidak terpisahkan bagi lembaga yang melibatkan orangyang tergabung di dalamnya, termasuk lembaga-lembagapemerintah dan lembaga-lembaga yang dikelola olehmasyarakat.

Keragaman agama dalam konteks nilai perlu ditanam-kan terhadap semua penganut agama agar menjadi kekuat-an bangsa, termasuk di dalam kekuatan suatu institusi,sebab nilai juga untuk kesejahteraan dan keselamatanmanusia.3 Penanaman nilai-nilai iman dalam konotasiagama dengan segala aplikasinya, harus menjadi bagiandari sistem kemanajemenan dalam suatu lembaga atauinstitusi itu sendiri, sabab nilai-nilai tersebut merupakansumber moral yang mampu menghantarkan manusiaberakhlak mulia, dengan tujuan akhir untuk keselamatandan kesejahteraan.

Agama harus dilihat dalam perspektif kehidupanspiritual, dapat dikembangkan dengan “pembiasaan”melalui pengamalan ibadah-ibadah yang teratur, mem-biasakan perilaku sopan dan santun, membudayakanakhlakul karimah dan mengembangkan kepekaan sosial.Pembiasaan-pembiasaan yang berdasarkan nilai-nilaiagama, yang dikenal sebagai religiusitas culture (budayakeberagamaan) bagi seseorang, akan bermakna dan dapat

3 Mujamil Qomar, Epistimologi Pendidikan Islam dari Metode Rasionalhingga Metode Kritik, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 162.

Page 13: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

3

mempengaruhi dalam berbagai aktivitas bidang kehidup-an termasuk aktivitas sistem manajeman dalam suatulembaga. Percakapan di lingkungan muslim sering munculkata insya Allah, yang memiliki arti jika Allah menghendaki/mengijinkan. Menunjukkan penghargaan atas kekuasaanTuhan yang amat tinggi, dan sebaliknya dalam melakukanpekerjaan. Oleh karena itu, dalam berbagai aktivitas seringmenggunakan istilah di atas agar semuanya dapat berjalansesuai dengan kehendak-Nya.4

Implementasi nilai-nilai agama dalam kehidupanmanusia, pada dasarnya adalah sebuah upaya mengem-balikan manusia pada konteks sunnatullah, yang meng-hendaki pengabdian total atas berbagai macam aturan yangditetapkan Allah swt. sebagaimana firman-Nya,

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supayamereka mengabdi kepada-Ku”. (QS. Azd-Zdariyat: 56)

Hubungannya dengan pengabdian kepada Allah swt.,dapat disaksikan dari tumbuhnya kesadaran beragama didunia kerja termasuk di dunia pendidikan. Para pegawaimulai mencari suasana religious di kehidupan kerja danberusaha mengungkapkannya dalam berbagai bentukmoralitas kerja, seperti: tanggung jawab yang lebih luaskepada komunitas, kejujuran, perlunya mendengar suarahati dalam keputusan-keputusan, kepemimpinan yangmelayani, kearifan dan cinta dalam relasi dengan manusia,atau bahkan tata kelola yang berketuhanan (God Governance).

4 Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Kepemimpinan...h. 12-13.

Pendahuluan

Page 14: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

4

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Kesadaran akan pengamalan nilai-nilai agama dalamsuatu pembiasaan justru semakin dibutuhkan untukmendorong trasnformasi pekerjaan yang memperkuatmekanisme respons terhadap berbagai tantangan yangsemakin kompleks. Bahkan beberapa perusahaan yangmenjabarkan kesadaran religious ke dalam praktik-praktikbisnis mereka, ternyata menunjukkan kinerja bisnis yanglebih bagus.5

Sekolah sebagai lambaga pendidikan, simbol-simbolreligious culture dijadikan slogan, seperti “kebersihan bagiandari iman”, “malu datang terlambat”, dan lain-lain. Se-baliknya dalam pembinaan mentalitas pengelola lembagapendidikan, tentunya dijadikan sebagai filosufis moralisdengan segala indoktrin kenormatifannya, yang di-harapkan mampu menjadi dinamika kejiwaan pengelolalembaga pendidikan, dalam menjalankan tugas danfungsinya masing-masing, misalnya “setiap amanat akandipertanggungjawabkan di akhirat”, “mata Tuhan ada dimana–mana” dan lain sebagainya. Pernyataan dari kalimattersebut dapat saja dijadikan indikator tentang adanya re-ligious culture dari sistem manajemen kinerja di sekolah.

Harus disadari bahwa tidaklah mudah untuk mem-praktikkan simbol-simbol religious tersebut, sebab sekolahadalah lembaga pendidikan yang melibatkan banyakorang, minimal ada tiga unsur yang terlibat, yaitu:pengelola, guru dan siswa atau tenaga kependidikan, pen-didik, dan siswa. Artinya sekolah adalah lembaga pen-didikan yang bersifat organisasional, adanya hubungankerja yang terpola antara orang-orang dengan aktivitas–aktivitas ketergantungan, yang diarahkan pada suatu

5 Sanerya Hendrawan, Spiritual Managemen, (Bandung: Mizan, 2009),h. 9-10.

Page 15: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

5

tujuan tertentu, di mana setiap unsur dari kelembagaanitu saling tergantung dan menentukan semua unsurlainnya. Perubahan salah satu unsur akan mempengaruhiunsur lainnya, dan akhirnya mempengaruhi kondisi sistemkeseluruhan.

Sebagaimana pendapat Made Pidarta, bahwa manajerlembaga pendidikan harus profesional dalam bidangnya,sebab manajemen pendidikan tidak sama denganmanajemen bisnis atau pemerintahan. Manajemenpendidikan perlu banyak strategi, pendekatan, metode dankiat sebab bermuara pada keberhasilan perkembangansemua peserta didik.6

Manajemen kinerja adalah manajemen tentangmenciptakan hubungan dan memastikan komunikasi yangefektif. Manajemen kinerja memfokuskan pada apa yangdiperlakukan oleh organisasi, manajer, dan pekerja untukberhasil. Manajemen kinerja adalah bagaimana kinerjadikelola untuk memperoleh sukses.7 Manajemen kinerjadi sekolah diuntungkan dengan adanya perangkat-perangkat sekolah yang terstruktur secara organisasidengan dimensi hirarki. Perangkat tertinggi di sekolahadalah kepala sekolah, dibantu oleh wakil kepala sekolah,guru dan tata usaha, serta pegawai sekolah.

Sehubungan dengan pendapat di atas, tentupenanaman nilai-nilai agama agar menjadi kebiasaan ataubudaya, harus dijadikan salah satu dari strategi pendekatandan metode dalam mengelola sekolah. Penanaman nilai-nilai agama sebagai suatu budaya agama, tidak hanyadipahami sebagai ukuran halal haram, surga dan neraka yang

6 Made Pidarta, Landas Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan BercorakIndonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. Xii.

7 Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), h. 7.

Pendahuluan

Page 16: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

6

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

lepas dari keuniversalan atau pemahaman yang kaffahterhadap agama itu sendiri. Pemahaman yang tidak uni-versal atau tidak kaffah terhadap agama, dapat meng-akibatkan pengelola lembaga pendidikan kehilanganfungsi dan peran sebagai manajerial edukatif, padaakhirnya akan menjadi distorsi, oleh karenanya religiousculture di lembaga pendidikan, harus menjadi suatukenyataan, agar semuanya sadar bahwa pekerjaannyaadalah ibadah “pembudayaan agama tidak bersifatekslusif, tetapi benar-benar artikulatif, dengan efek yangmuncul sebagai hasil yang sama sekali di luar tujuan yangdiekspresikan”.8 Kesadaran akan pentingnya religious cul-ture menghidupkan kekuatan dari dalam diri yang sejalandengan program itu. Motivasi pengabdian, pelayanan,kejujuran, amanah dan kinerja merupakan bentuk yangmenyertai kesadaran religious culture, ketika ini bisadipraktikkan dalam manajemen, menurut Zohar dan Marceldalam buku mereka yang berjudul”spiritual capital” makamendapatkan hasil yang ideal, berarti termasuk hasil idealdari manajemen kinerja.

Sebagaimana Sekolah Menemgah Pertama Negeri 2Arut Selatan, yang selanjutnya disebut SMP Negeri 2 ArutSelatan adalah sekolah yang dalam pelaksanaanmanajemennya bekerja berdasarkan pembagian tugas,sehingga sistem kerja sudah masing-masing memahamitanpa melalui komando. Mereka menghargai kejujuran,memberikan pelayanan, bertanggung jawab, dankomitmen atas perumusan tujuan sekolah. Sisi lain yangtidak kalah pentingnya, mereka menghargai simbol-simbol

8 Wina Sanjaya, Kurikulum Pembelajaran, Teori dan Praktik PengembanganKurikulum Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grouf,2009), h. 26.

Page 17: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

7

religious, dan menghargai sesuatu yang mereka anggapbernilai, menjunjung tinggi toleransi beragama yang ter-lihat; pertama, penyediaan ruang khusus belajar pendidikanagama untuk masing-masing agama; kedua, melengkapiguru agama sesuai latar belakang agama; ketiga, meng-adakan kegiatan do’a bersama masing-masing agamasecara rutin; keempat, mengikutsertakan guru dan tata usahayang berbeda agama dalam kegiatan hari besar keagamaanpada batas toleransi yang lazim; kelima, penyamaan materipelajaran agama seperti pelajaran lain dalam hal uji praktikdan penyediaan alat peraga pendidikan agama; keenam,mengalokasikan dana sekolah untuk kegiatan keagamaan;ketujuh, memberikan kebebasan kepada warga sekolahuntuk mendirikan salat pada saat di sekolah; kedelapan,saling hormat dan menyayangi; kesembilan, berdo’a setiapmemulai dan mengakhiri pelajaran; kesepuluh, memberikankebebasan kepada siswa dan guru untuk menutup aurat.

SMP Negeri 2 Arut Selatan mempunyai siswa, kelasdan guru terbanyak untuk sekolah tingkat menengahpertama yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat.Tenaga pendidik, pendidik, dan siswa SMP Negeri 2 ArutSelatan terdiri dari beragam agama, dibuktikan ketikamengikuti UAN/UAS pendidikan agama, hanya SMPNegeri 2 Arut Selatan yang pesertanya mengikuti ujianPendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama KristenProtestan, Pendidikan Agama Kristen Katolik, PendidikanAgama Hindu dan Pendidikan Agama Budha, mayoritasmereka beragama Islam.

Guru SMP Negeri 2 Arut Selatan hampir semua yangmuslimah menutup aurat, demikian juga dengan parasiswanya yang semakin tahun bertambah jumlah siswayang berjilbab. Aktivitas guru-guru dalam kegiatankeagamaan, seperti mengikuti pengajian di luar sekolah,

Pendahuluan

Page 18: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

8

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

dan pengajian rutin bagi siswa di luar jam belajar sekolah.Sementara itu, upaya untuk memberantas buta baca al-Quran di SMP Negeri 2 Arut Selatan, mengadakan pro-gram pemberantasan buta baca al-Quran, targetnya siswayang belum bisa membaca al-Quran, dengan strategisetoran siswa yang beragama Islam di isi pada buku“Pantauan Prestasi Pendidikan Agama Islam” bekerja samaantara guru ngaji, orang tua dan guru Pendidikan AgamaIslam. Begitu juga dengan yang nonmuslim diwajibkanmengikuti ibadah di tempat ibadah mereka. Aktivitas gurudan pegawai lainnya adalah olah raga bersama di sore haridan pengajian-pengajian di lingkungan masing-masing,kreatifitas lomba dalam memperingati hari besar ke-agamaan, dan amaliah tahunan bagi yang muslim sepertipenyelenggaraan zakat, infaq, dan sadaqah, penyembelih-an hewan qurban, memasukkan materi PengembanganDiri (PD) keagamaan, yang dilaksanakan pada setiap hariJumat. Sisi lain yang tidak kalah pentingnya adalahberkembangnya budaya salam dan senyum di kalanganguru, siswa, maupun antara siswa dengan para guru dantenaga kependidikan lainnya.

Dari uraian di atas mengindikasikan adanya penerap-an religious culture di sekolah, menjadikan penulis sangattertarik untuk mengangkat masalah religious culture danpengaruhnya terhadap manajemen kinerja, dalam suatupenelitian dengan judul: “Pengaruh Religious CultureTerhadap Manajemen Kinerja di SMP Negeri 2 ArutSelatan”

Penulis mengangkat nilai religious culture, karena nilaiini yang nyata ada dan dirasakan oleh lembaga pendidikanseperti sekolah, karena terdapat multi agama, suku,budaya dan lainnya. Menyoroti pengaruhnya dalammanajemen kinerja, karena manajemen kinerja merupakan

Page 19: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

9

proses yang mengandung fungsi-fungsi yang harusdijalankan dalam mengelola pendidikan di sekolah,sehingga pendidikan itu dapat berjalan secara efektif danefisien.

Beberapa hal yang menjadi alasan mengapa lokasiyang dipilih dalam penelitian ini di SMP Negeri 2 ArutSelatan: pertama, SMP Negeri 2 Arut Selatan adalah sekolahyang paling banyak jumlah siswa, guru dan ruang belajardibanding dengan SMP lainnya di daerah KotawaringinBarat, sehingga sekolah tersebut harus berbasis kebutuhanmasyarakat; kedua, tenaga kependidikan, pendidik dansiswa di SMP Negeri 2 Arut Selatan terdiri dari berbagaimacam agama, tetapi bersatu mencapai tujuan edukatif;ketiga, SMP Negeri 2 Arut Selatan keberadaannya sudahkurang lebih sembilan belas tahun, termasuk usia yangcukup lama dan berpengalaman untuk mengembangkansebuah sekolah, pengalaman sesuatu yang bersifat empirikyang dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam perspektifmanajemen kinerja edukatif; keempat, di SMP Negeri 2 ArutSelatan belum pernah diadakan penelitian tentang masalahyang sama atau serupa dari apa yang penulis teliti.

Seharusnya religious culture di sekolah menjadi bagianyang integral dari sekolah tersebut, karena heterogenitasmanusia yang ada di sekolah semuanya beragama. Untukmengetahui kepastian religious culture mempengaruhimanajemen kinerja, tentunya dapat diketahui melaluitulisan ini, yang membahas mengenai: religious cultureyang berkembang; hubungan antara berbagai bentuk reli-gious culture dengan manajemen kinerja; dan, mengenaiusaha kepala sekolah memanfaatkan religious cultureterhadap manajemen kinerja di SMP Negeri 2 Arut Selatan.

Pendahuluan

Page 20: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

10

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Page 21: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

11

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Religius Culture1. Culture

Istilah culture sering diterjemahkan menjadi budaya/kebudayaan, atau peradaban. Budaya adalah bentuk jamakdari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa, dan rasa.Kata culture juga diterjemahkan sebagai “kultur” dalambahasa Indonesia, berasal dari dua istilah yaitu budi dandaya. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasaSansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamakdari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yangberkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasaInggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kataLatin colere, yang berarti mengerjakan tanah, mengelola,dan memelihara ladang. Pengertian ini berkembang dalamarti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitasmanusia untuk mengubah dan mengolah alam.

Pengertian culture yang semula berbau agraris iniselanjutnya diterapkan dalam hal-hal yang bersifat rohaniseperti yang diungkapkan Langeveld, mengartikan bahwa

Page 22: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

12

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

culture sebagai way of life, yaitu cara pandang tertentu yangmemancarkan identitas tertentu pula. Seirama juga denganpendapat yang mengartikan budaya sebagai upaya-upayamanusia yang didasarkan atas budi yang luhur yangmelahirkan konsep-konsep bagaimana harusnya hidup(way of life) sehingga melahirkan adat istiadat, hukum, adab,sopan santun, seni dan sebagainya, sebagai pedomanuntuk hidup bermasyarakat.9

Definisi yang lebih khusus dikonsepkan sebagai“suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkanmelalui kehidupan sosial, seni, ragam, kelembagaan dansegala hasil kerja serta pemikiran manusia dari suatukelompok manusia”.10 “Sesuai dengan kekhasan etnik,profesi dan kedaerahan”.11 Menurut pendapat ini berartibudaya orang Jawa seperti orang Jawa; budaya orangKalimantan seperti orang Kalimantan, begitu juga denganbudaya perusahaan dikelola sebagaimana manajemenperusahaan; budaya pendidikan dikelola sebagaimanamanajemen pendidikan.

Berikut pengertian culture (budaya atau kebudayaan)dari beberapa ahli:a. Edgar Schein, budaya adalah suatu pola asumsi dasar

yang ditemukan dan dikembangkan oleh suatukelompok tertentu, karena mempelajari dan menguasaimasalah adaptasi eksternal dan integrasi internal, yangtelah bekerja dengan cukup baik untuk dipertimbang-

9 Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Kepemimpinan...h. 14-15.

10 Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Kepemimpinan...h. 11.

11 Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar, (Jakarta: BumiAksara, 2003), h. 148.

Page 23: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

13

kan secara layak dan karena itu diajarkan pada anggotabaru sebagai cara yang dipersepsikan, berfikir dandirasakan dengan benar dalam hubungan denganmasalah tersebut.12

b. Soerjono Soekanto mendefinisikan budaya sebagaisebuah sistem nilai yang dianut seseorang pendukungbudaya tersebut yang mencakup konsepsi abstraktentang baik dan buruk, atau secara institusi nilai yangdianut oleh suatu organisasi yang diadopsi dari organi-sasi lain baik melalui reinventing maupun re-orga-nizing.13

Dari pendapat para ahli di atas, menggambarkanbahwa culture (budaya atau kebudayaan) menyangkutkeseluruhan aspek kehidupan manusia, baik material(dibangun dari benda-benda yang dibuat oleh manusia)maupun nonmaterial (pola-pola perilaku, norma, nilai-nilai dan hubungan sosial dari sekelompok manusia).Budaya merupakan pola kegiatan manusia, yang secarasistematis diturunkan dari generasi ke generasi, melaluiberbagai proses pembelajaran, untuk menciptakan carahidup tertentu yang paling cocok dengan lingkungannya.Mereka memberikan pengertian budaya dengan carasangat beragam, karena masing-masing memberikantekanan pada sudut pandang masing-masing.

Dengan demikian maka istilah “culture” ini me-ngandung banyak arti dan maknanya kerap berganti dariwaktu kewaktu. Pada satu level___kultur mengacu padakarakteristik perilaku yang unik atau khas bagi manusia.

12 Wibisono, Budaya Organisasi, Sebuah Kebutuhan untuk MeningkatkanKinerja Jangka Panjang, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.15.

13 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Grafindo, 2003),h.174.

Tinjauan Pustaka

Page 24: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

14

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Istilah ini juga mengandung gagasan bahwa perilakuadalah sesuatu yang dipelajari dan diajarkan, bukan lahirsecara instingtif. Level lain___kultur adalah karakter darikemampuan manusia untuk menciptakan perilaku. Dalamlevel lain lagi ada pandangan bahwa perilaku itu terkaiterat dengan relasi sosial dan karakteristik sosial lainnya.14

Dewasa ini budaya diartikan sebagai manifestasikehidupan setiap orang dan setiap kelompok orang-orang.Bahkan kini budaya lebih dipandang sebagai sesuatu yangsangat dinamis, bukan kaku dan statis. Budaya tidakdiartikan sebagai suatu kata benda, kini lebih dimaknaisebagai sebuah kata kerja yang dihubungkan dengankegiatan manusia.

Secara garis besar kebudayaan dapat dibagi menjadidua kelompok, yaitu: kebudayaan sebagai sistempengetahuan dan kebudayaan sebagai sistem maknaterhadap simbol-simbol. Konsep kebudayaan sebagaisistem makna terhadap simbol-simbol, dikemukakanantara lain oleh Geertz, mengartikan kebudayaan sebagai“jaringan-jaringan makna yang diciptakan oleh manusiaitu sendiri, dan analisis terhadap makna ini bukanlahmerupakan ilmu eksperimental, melainkan sebuah ilmuinterpretatif untuk mencari makna.15

Pendapat di atas lebih cenderung melihat kebudayaansebagai suatu sistem pengetahuan manusia yangdipelajari, yaitu pengetahuan kebudayaan yang dimilikioleh setiap individu sebagai makhluk sosial. Berpedomankepada pengetahuan kebudayaan yang dimilikinya,

14 William Outhwaite (ed), Kamus Lengkap Pemikiran Sosial Modern,(Jakarta: Kencana, 2008), Edisi Kedua, Cet.1, h. 28.

15 Wahyu, MS, Perubahan Sosial dan Pembangunan, (Jakarta: PT. HeccaMitraUtama, 2005), h. 19.

Page 25: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

15

manusia melakukan interpretasi terhadap sesuatu objek,dan dengan mengacu kepada pengetahuan itu pula,manusia bertindak terhadap objek tersebut sesuai dengankebutuhannya.

Ada beberapa istilah lain dari istilah budaya sepertibudaya organisasi (organization culture) atau budaya kerja(work culture) ataupun biasa lebih dikenal lebih spesifiklagi dengan istilah budaya perusahaan (corporate culture),sedangkan dalam dunia pendidikan dikenal denganistilah kultur pembelajaran sekolah (school learning culture)atau kultur akademis (academic culture) juga budayakeberagamaan (religious culture).

Selanjutnya, Koentjaraningrat menyatakan bahwakebudayaan memiliki tiga wujud yaitu: pertama, wujudkebudayaan sebagai suatu kompleksitas dan ide-ide,gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagai-nya; kedua, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitasaktivitas kelakuan berpola dan manusia dalam masyarakat;ketiga, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasilkarangan manusia.16

Pendapat-pendapat pakar tentang kebudayaan padaumumnya bersumber pada pandangan Edgar Schien yangmengemukakan budaya adalah suatu pola asumsi dasaryang ditemukan dan dikembangkan oleh suatu kelompoktertentu karena mempelajari dan menguasai masalahadaptasi eksternal dan integrasi internal, yang telah bekerjadengan cukup baik untuk dipertimbangkan secara layakdan karena itu diajarkan pada anggota baru sebagai cara

16 Faisal Badroen, Suhendra, dkk, Etika Dalam Bisnis Islam. (Jakarta:Prenada Media Grouf, 2006), h. 180.

Tinjauan Pustaka

Page 26: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

16

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

yang dipersepsikan, berfikir dan dirasakan dengan benardalam hubungan dengan masalah tersebut.17

2. ReligiousKata “religi” berasal dari bahasa Latin “religio” yaitu

dari akar kata religare yang berarti mengikat, disamakandengan religious (Inggris) dan religie (Belanda). Istilah yanglambat laun akhirnya digunakan untuk menyampaikanbanyak sekali pengertian yang berbeda-beda, bahkan olehseorang penulis yang sama tanpa ketepatan dan keketatanmaknanya,

“bagaimanapun artinya secara murni, yang terus bertahansekurang–kurangnya hingga saat kehidupan Romawi di bidangreligious dan lainnya dilanda pengaruh dahsyat dan transformatifdari Yunani, jauh lebih terbatas dan sempit dari pada arti yangdikandungnya kemudian”.18

Ketika menyebut atau menulis kata religi atau reli-gious, maka para ahli mengarahkan pada maksud agamaatau keagamaan sebagaimana dalam beberapa kamusberikut: “religi atau kepercayaan kepada Tuhan: ke-percayaan akan adanya kekuatan adikodrati di ataskepercayaan (animisme, dinamisme). Religiusitas ataupengabdian terhadap agama, religious berarti bersifat religi;bersifat keagamaan”.19

17 Wibowo, Budaya Oganisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk MeningkatkanKinerja Jangka Panjang, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), h.15.

18 Wilfred Cantwell Smith, The and End of Religion, terj. LandungSimatupang dengan judul, Memburu makna agama, (Bandung: PTMizan Pustaka, 2004), h. 33.

19 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Edisi Ketiga’ h. 993-944.

Page 27: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

17

Menurut kamus tersebut religiusitas berarti samadengan kehidupan keagamaan. Religiusitas kehidupankeagamaan atau religiusitas pada dasarnya bukanlahmonopoli suatu kelompok tertentu dalam masyarakat,maka pengertian bisa sangat luas. Sebagaimana dikatakanbahwa kalau religiusitas didefinisikan secara luas sehinggameliputi pula sikap-sikap hidup yang merupakan padananreligiusitas, termasuk religiusitas yang dipandang semudan palsu, maka sikap hidup serupa itu praktis dimilikioleh setiap orang.20 Sementara itu, istilah religiusitas lebihmengarah pada kualitas penghayatan dan sikap hidupseseorang berdasarkan nilai-nilai keagamaan yangdiyakininya.21

Lebih mendalam ditulis dalam kamus sosial bahwareligion (agama), istilah “agama” mengacu pada disposisidan tindakan institusional yang berhubungan dengan hal-hal yang sakral, dimensi kehidupan yang dirasakan lebihmendalam, lebih kuat dan lebih signifikan dari padakehidupan sehari-hari atau keduniaan.22 Pengertian inimenunjukkan bahwa agama mengekspresikan perhatianterhadap soal atau masalah yang dianggap penting danmendasar seperti makna kehidupan, penderitaan, ke-jahatan, kematian, dan harapan akan masa depan yanglebih baik termasuk juga keselamatan, kedamaian, dankehidupan setelah mati.

Dalam studi keagamaan sering juga dibedakan antarakata religion dan religiousity. Kata religion yang biasa

20 Taufiq M.Ilham, Ensiklopedi Nurchalis Madjid, (Jakarta: Mizan, 2006).h. 2877.

21 Komarudin Hidayat, Tragedi Raja Midas, Moralitas Agama dan KrisisModernisme, (Jakarta: Paramadina, 1998), h. 62.

22 William Outhwaite (ed), Kamus Lengkap... h. 731.

Tinjauan Pustaka

Page 28: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

18

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

dialihbahasakan menjadi “agama”, pada mulanya lebihberkonotasi sebagai kata kerja, yang mencerminkan sikapkeberagamaan atau kesalehan hidup berdasarkan nilai-nilai ketuhanan. Perkembangan selanjutnya makna agamalalu bergeser menjadi semacam “kata benda” yaitu him-punan doktrin, ajaran serta hukum-hukum yang telahbaku, yang diyakini sebagai kondisifikasi perintah Tuhanuntuk manusia.23

Beberapa arti literatur tersebut, terdapat tiga hal men-jadi jelas dari pengertian religious ini. Pertama, meng-hidupkan/ghirah. Tanpa religious, organisme mati secarajasadilah ataupun kejiwaan; kedua, memiliki status suci(sacred), jadi statusnya lebih tinggi dari pada yang materil(profane); ketiga, terkait dengan Tuhan sebagai causa primakehidupan.

Siapa pun ahli yang membicarakannya, akan meng-hubungkan dengan agama atau keagamaan secara umum,termasuk orang nonmuslim yang menunjukkan bahwayang dimaksud adalah Islam, sebagaimana WilfredCantwell Smith, yang menuliskan dalam bukunya tentangarti dari salah satu ayat al-Quran”Hari ini telah Akusempurnakan religimu bagimu dan Aku lengkapkan nikmat-Kupadamu, dan telah Ku pilihkan bagimu, Islam sebagai religimu”selain itu___tertulis pula “Sesungguhnya religi di mata Tuhanialah Islam”.24

Ketika ilmuwan Islam yang membicarakannya secarakhusus, maka kata religi atau religious dihubungkandengan agama Islam, seperti Nurcholis Madjid dalamEnsiklopedinya menuliskan kata religio, yang dimaksud

23 Komarudin Hidayat, Tragedi Raja Midas... h. 61.24 Wilfred Cantwell Smith, The and End of Religion... h. 136.

Page 29: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

19

adalah keagamaan (dalam hal ini adalah Islam).25 Begitujuga dengan pendapat Dadang Kahmad mengartikan katareligi dengan “ad-din” yang berarti “agama (Islam)”.26

Dalam bahasa Indonesia agama berasal dari bahasaSansekerta yang artinya tidak kacau, diambil dari dua sukukata a berarti tidak dan gama berarti kacau. Secara lengkap-nya agama adalah peraturan yang mengatur manusia agartidak kacau. “Keberagamaan berasal dari kata agama.Agama adalah ajaran sistem yang mengatur tata keimanan(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan YME sertatata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusiaserta lingkungannya”.27

3. Agama Sebagai Ruang Lingkup Pendekatan &Totality Religious CulturePencarian makna agama sebagai nilai total religious,

bukan suatu persoalan yang mudah, apalagi membuatdefinisi yang dapat menampung semua persoalan esensialyang terkandung dalam agama. Agama dalam beberapapemikiran yang berkembang, sering dilihat dari segifenomena yang ditampilkan para pelaku atau penganutagama, metodenya lebih cenderung memandang sesuatuyang realitas sebagai suatu yang tampak termasuk agama,tampak melalui tingkah lakunya.

Pendekatan terhadap agama dilakukan oleh para ahlipsikologi dengan melihat hubungan atau dorongan antaraapa yang ada dalam diri individu dengan lingkungan diluar dirinya. Misalnya Freud, memandang bahwa agama

25 Taufiq M.Ilham, Ensiklopedi... h. 2873.26 Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama, (Bandung: CC. Pustaka

Setia, 2000), h. 21.27 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar... h. 421.

Tinjauan Pustaka

Page 30: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

20

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

berasal dari ketidakmampuan (helpness) manusia meng-hadapi kekuatan alam di luar diri dan juga kekuataninsting dari dalam diri. Munculnya agama pada tingkatperkembangan manusia pertama, di saat manusia belummampu menggunakan akal untuk mengurusi kekuatanyang ada di luar dan di dalam diri dan harus menghadapiatau mengatur dengan bantuan kekuatan lain yang efektif.Freud melihat agama sebagai fenomena manusia primitifatau paling tidak dalam tarap perkembangan masa anak-anak.

Berbeda dengan Carl Gustav Jung (murid Frud) bahwahakekat dari pengalaman keagamaan adalah ketundukanpada kekuatan yang lebih tinggi dari pada kekuatan kitasendiri. Agama menahan dan mengontrol subyek manusiayang selalu atau lebih sering menjadi korban dari pencipta.Pengalaman keagamaan merupakan ketaksadaran yangdisebabkan oleh kekuatan di luar diri sebagai ke-taksadaran agamis, jadi merupakan fenomena yang lahirdari ketidaksadaran.

Agama bagi manusia mempunyai peran dan fungsitertentu dalam memenuhi hajat hidup. Ada dua macamfungsi agama, yakni fungsi maknawi dan fungsi identitas.Max Weber memandang fungsi maknawi sebagai dasar bagisemua agama. Segala ketidakadilan dan penderitaandipandang sebagai sesuatu yang penuh makna. Agamasebagai refleksi cara beragama tidak hanya terbatas padakepercayaan, tetapi terwujud dalam tindakan sebagaiungkapan cara beragama, sebagaimana pendapat bahwadimensi religious yaitu: a) emosi keagamaan, yaitu aspekagama yang paling mendasar, yang menyebabkanmanusia menjadi religious atau tidak religious; b) sistemkepercayaan, yang mengandung satu set keyakinantentang adanya wujud dan sifat Tuhan, keberadaan alam

Page 31: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

21

ghaib, dan kehidupan abadi setelah kematian; c) sistemupacara keagamaan yang dilakukan oleh para penganut,bertujuan mencari hubungan yang baik antara manusiadengan Tuhan, dewa atau makhluk halus yang mendiamialam ghaib; dan, d) umat atau kelompok keagamaan, yaitukesatuan-kesatuan sosial yang menganut sistem ke-percayaan dan yang melakukan upacara keagamaan.28

Agama sebagai jalan hidup manusia (way of life)berfungsi untuk menjaga integritas manusia dengan Tuhandan hubungan dengan sesama manusia dan alam yangmengitarinya. Agama yang dianut manusia___dikelompok-kan menjadi dua: pertama, agama kebudayaan (cultural re-ligions) atau juga disebut agama tabi’i atau agama ardi,yaitu agama yang berasal bukan dari Tuhan dengan jalandiwahyukan, tetapi merupakan hasil proses antropologisyang terbentuk dari adat istiadat dan selanjutnya me-lembaga dalam bentuk agama formal; kedua, agamasamawi atau agama wahyu (revealed religions) yaitu agamayang diwahyukan dari Tuhan melalui malaikat-Nyakepada utusan-Nya yang dipilih dari manusia, yangdisebut juga “dienul haq” (Q.S. 43: 27, 33), full fledged yaituagama yang mempunyai Nabi dan Rasul, mempunyaikitab suci dan mempunyai umat.29

Kendati pun benar pernyataan bahwa hal-hal fisik danmaterial merupakan sumber tumbuhnya keinginan batin,namun banyak pula keinginan yang tumbuh dari alamdibalik alam material ini. Buktinya banyak perbuatanmanusia yang tidak sesuai dengan perhitungan-per-hitungan material, pada setiap keadaan dan perbuatan

28 Emile Durkheim, Pokok-Pokok Antropologi Sosial: Model PenelitianAgama dan Dinamika Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002), h. 123.

29 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar... h. 31.

Tinjauan Pustaka

Page 32: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

22

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

keagamaan, kita selalu dapat melihat berbagai bentuk sifat,seperti; ketulusan, keikhlasan, kerinduan, kecintaan danpengorbanan.

Agama sebagai fitrah manusia melahirkan keyakinan,bahwa agama adalah satu-satunya cara pemenuhan semuakebutuhan manusia. Pendapat ini menegaskan bahwaagama merupakan totality religious culture. Posisi inisemakin tampak dan tidak mungkin dapat digantikandengan yang lain. Semula orang mempercayai denganilmu pengetahuan dan teknologi kebutuhan akan agamasemakin mengecil bahkan hilang sama sekali, tetapikenyataan yang ditampilkan sekarang ini menampakkansemakin jelas, bahwa semakin maju ilmu pengetahuan danteknologi dicapai manusia, kebutuhan akan agamasemakin mendesak, berkenaan dengan kebahagiaansebagai suatu yang abtrak yang ingin dicapai manusia.

4. Religious Culture di Lembaga PendidikanReligious culture merupakan seperangkat keyakinan

dan simbol (dan nilai yang diambil darinya) yangberhubungan dengan perbedaan antar realitas empirisdengan realitas transenden dan supra-emperis: soal-soaltransendental berada di wilayah emperis.30 Religious cul-ture yang berorientasi di lembaga pendidikan sepertisekolah tidak bisa dilepaskan dari segala aktivitas yangada di sekolah. Terjadi interaksi yang intens antar wargasekolah, yaitu kepala sekolah, dewan guru, tata usaha dansesama siswa. Interaksi ini terjadi hubungan salingmempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Pengaruhini bisa berupa pengaruh yang positif dan pengaruh yangnegatif. Sebagai lembaga pendidikan, di sekolah juga

30 William Outhwaite (ed), Kamus Lengkap... h. 732.

Page 33: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

23

terjadi transfer budaya termasuk budaya keberagamaanatau religious culture yang dibentuk melalui kegiatan danaktivitas di sekolah. Dengan demikian, strategi dalammenciptakan budaya yang agamis kehidupan wargasekolah, merupakan kewajiban semua pihak yang terlibatdalam sekolah tersebut.

Depdiknas memberikan pedoman menciptakan reli-gious culture dengan cara:a. Berdoa sebelum memulai belajar di pagi hari dan ketika

pelalajaran akan diakhiri di siang/sore harib. Melaksanakan ibadah bersama di sekolah sesuai

dengan agama masing-masing dan tidak mengganggupemeluk agama lain

c. Melaksanakan dan mengikuti kegiatan yang dilaksana-kan bersama di sekolah sesuai dengan tuntunan agamamasing-masing (antara lain memperingati hari besarkeagamaan, membantu fakir miskin, anak yatim, dsb)

d. Mendoakan dan menjenguk kepala sekolah, guru,pegawai sekolah, teman atau keluarga yang sakit atauditimpa kesusahan

e. Mengingatkan yang lalai melaksanakan ibadah secaraarif dan bijaksana

f. Menegur dan mencegah bagi yang melanggar hukumagama atau tatakrama dan tata tertib sekolah

g. Mengucapkan salam antar sesama teman, dengankepala sekolah dan guru serta dengan karyawansekolah lainnya apabila baru bertemu pada pagi hariatau mau berpisah pada siang/sore hari, sesuai dengankebiasaan setempat

Tinjauan Pustaka

Page 34: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

24

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

h. Membiasakan siswa dan warga sekolah membuangsampah pada tempatnya.31

Perilaku keberagamaan di sekolah merupakanfenomena dan realitas budaya, artinya yang menjadisubyek adalah manusia. Meskipun dikatakan bahwaagama itu datangnya dari Tuhan, tetapi makna danaktualisasi agama baru akan terwujud ketika agama itudipahami, dihayati, dan dipraktikkan oleh pemeluknyadalam realitas budaya termasuk di sekolah, jadi begituagama diwahyukan kepada manusia, maka ia sudahterlibat dalam proses kompromi dan tawar-menawardengan norma-norma budaya yang melembaga dalamkehidupan manusia”.32 Agama yang dapat di usahakandalam budaya sekolah adalah “school culture is the set ofnorms, values and belief, ritual and ceremonies and stories thatmake up the persona of the school.”33 Pendapat ini secara jelasdipahami bahwa budaya sekolah tidak hanya memilikinilai-nilai, kepercayaan, tradisi, norma-norma dan mitos-mitos, tetapi juga ritual-ritual, seremonial pada suasanayang merupakan kondisi atau keadaan yang menopangterimplementasinya ajaran agama secara universal disekolah.

Religious culture diharapkan aktif ambil bagian dalammemecahkan masalah sosial serta kemajuan sekolah, makayang pertama kali perlu dibenahi adalah situasi internalpersonal itu sendiri, antara lain bagaimana mengembang-

31 Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan dari Paradigma Pengembangan,Manajemen Kelembagaan, Kurikulum Hingga Strategi Pembelajaran,(Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2009), h. 323.

32 Komarudin Hidayat, Tragedi Raja Midas... h. 4.33 Kent D. Peterson. Positive or Negative, In Jurnal of Staff Development.

(National Staff Development Council: 2003), Vol. 23, p. 67.

Page 35: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

25

kan paham keagamaan yang dinamis, tulus melayani,penuh cinta kasih pada orang lain, dan merasakan bahwasegala aktivitas yang dilakukan adalah karena atas namaTuhan atau karena pelaksanaan nilai-nilai agama. Sekolahmerupakan lembaga yang menangani pendidikan, ber-tugas mengembangkan dan menumbuhkan kemampuan-kemampuan rohani manusia, menumbuhkan dayapenilaian yang benar, meneruskan warisan religious culturemanusia, dan menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai,di samping tugas pokoknya mempersiapkan anak didik(peserta didik) untuk menjadi manusia yang sesungguh-nya.

Religious culture di tingkat SMP biasanya dilaksanakandengan bentuk-bentuk kegiatan, bahkan di sekolah umumada yang menjadikannya sebagai rutinitas dan mengelola-nya menjadi penentu nilai akhir, ada juga yangmenjadikannya sebagai kegiatan ekstra kurikuler, kegiatanOrganisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) atau Kerohanian Is-lam (ROHIS), seperti:a. Guru menyambut kedatangan siswa dengan salam dan

berjabat tangan dengan siswa perempuan bagi guruperempuan, sebaliknya dengan siswa laki-laki bagiguru laki-laki

b. Berdoa sebelum dan sesudah beraktivitasc. Membaca atau menelaah kitab suci pada hari-hari/saat

tertentud. Kajian keagamaan secara rutin/terjadual/saat moment

tertentue. Salat, zikir, kebaktian atau melaksanakan ritual agama

sesuai ajaran agama masing-masingf. Peringatan hari besar keagamaan

Tinjauan Pustaka

Page 36: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

26

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

g. Ekspresi seni dan kreativitas serta lomba-lombah. Malam Bina Intelektual Taqwa (MABIT)i. Majalah Dinding (Mading)j. Kesalehan sosial, Zakat Infaq Sadaqah (ZIS), pe-

nyembelihan hewan qurban, dan lain-lain.34

B. Tinjauan Tentang Manajemen Kinerja1. Manajemen

Ada tiga pengertian dalam istilah manajemen, pertama;manajemen sebagai suatu sistem; kedua, manajemensebagai suatu proses; ketiga, manajemen sebagai suatufungsi. “Manajemen sebagai suatu sistem adalah suatukerangka kerja yang terdiri dari berbagai komponen yangsecara keseluruhan saling berkaitan, yang diorganisasikansedemikian rupa dalam rangka mencapai tujuanorganisasi. Manajemen sebagai proses adalah serangkaiantahapan kegiatan yang diarahkan pada pencapaian suatutujuan, dengan memanfaatkan semaksimal mungkinsumber daya yang ada. Manajemen sebagai suatu fungsiadalah kegiatan-kegiatan tertentu yang dapat dilakukansendiri-sendiri tanpa menunggu selesainya kegiatan yanglain, sekalipun kegiatan yang satu dan yang lainnya salingberkaitan dalam rangka mencapai tujuan organisasi”.35

Dua pengertian di atas menitik beratkan pada usahamemanfaatkan orang lain dalam mencapai tujuan.

Pengertian ini jika diterapkan pada usaha pendidikanmaka sudah termuat hal-hal yang menjadi objek

34 Departeman Agama Republik Indonesia, Budaya Agama di Sekolah,‘Aini: Media Komunikasi Guru-Guru PAI smp, Edisi II, (Direktur JeneralPendidikan Islam, 2008), h. 4-7.

35 Suwarno Handayaningrat, Pengantar Studi Administrasi danMmanajemen (Jakarta: Haji Mas Agung, 1980), h. 18.

Page 37: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

27

pengelolaan atau pengaturan. Lebih tepatnya Suharsimimendefinisikan pengertian manajemen pendidikan adalahrangkaian segala kegiatan, yang menunjukkan kepadausaha kerja sama dua orang atau lebih, untuk mencapaitujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Menerapkandefinisi tersebut pada usaha pendidikan yang terjadi da-lam sebuah organisasi sekolah, maka definisi selengkap-nya adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan, yangberupa proses pengelolaan usaha kerja sama sekelompokmanusia, yang tergabung dalam organisasi sekolah, untukmencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, agarefektif dan efesien.36

Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Kurikulum, baikuntuk Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama maupunSekolah Menengah Atas, manajemen ialah segala usahabersama untuk mendayagunakan semua sumber-sumber(personil maupun materil) secara efektif dan efesien gunamenunjang tercapainya tujuan pendidikan.37 Menurutdefinisi ini secara eksplisit disebutkan bahwa manajemensebagaimana yang digunakan secara resmi oleh Depar-temen Pendidikan Nasional, diarahkan kepada tujuanpendidikan. Cara kerja manajemen yang efektif dan efisienmembuat manajerial lebih mudah melakukan apa yangseharusnya sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen.

Menurut pendapat para ahli manajemen, ada tigafungsi yang selalu ada dan sama, yaitu: perencanaan (plan-ning), pengorganisasian (organizing) dan pengawasan(controling). Fungsi yang lain terdapat perbedaan dalammenyebutnya. Tanpa adanya fungsi-fungsi tersebut

36 Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan,(Yogyakarta: Aditia Media, 2008), h. 4.

37 Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan... h. 3.

Tinjauan Pustaka

Page 38: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

28

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

kegiatan yang dilaksanakan tidak akan efektif dan efesien.Formulasi manajemen kinerja yang digunakan dalammanajerial penelitian ini yaitu: perencanaan, peng-organisasian, penggerakan dan pengawasan.

a. PerencanaanSarwoto mengartikan perencanaan sebagai suatu

persiapan yang teratur dari setiap usaha yang dilakukanuntuk mewujudkan atau mencapai tujuan yang telahditentukan. Perencanaan yang baik, dan sebaiknya me-ngandung unsur-unsur, yaitu: tujuan, policy (kebijak-sanaan), progress (kemajuan) dan program. Perencanaantingkat atas (top level), tingkat menengah (middle level) dantingkat bawah (bottom level).38

Wahjosumidjo dalam bukunya Kepemimpinan KepalaSekolah, bahwa dalam perencanaan kepala sekolah harusbenar-benar memikirkan dan merumuskan suatu programtujuan dan tindakan yang harus dilakukan, sebab iamemegang perencanaan di tingkat atas, karena dialah yangberposisi pada top management level di sekolah yangdipimpinnya, untuk itu perencanaan pendidikan yang iaberikan bersifat memimpin, memberi petunjuk, arah garisdalam segala hal, baik mengenai tujuan maupun caramelaksanakan atau mencapai tujuan tersebut.39

b. PengorganisasianPengorganisasian (organizing) dapat diartikan sebagai

keseluruhan dan proses pengelompokan orang-orang,

38 Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia In-donesia, 1986), h. 68-69.

39 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala sekolah, (Jakarta: PT.Rajagrafindo, Persada, 2003), h. 94.

Page 39: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

29

alat-alat, tugas dan tanggung jawab atau wewenangsedemikian rupa, sehingga tercipta suatu organisasi yangdapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangkamencapai tujuan yang telah ditentukan. Proses peng-organisasian mencakup perumusan tujuan, penetapantugas pokok, perincian kegiatan, pengelompokan kegiatandalam fungsi-fungsi, departemen, penetapan otoritasorganisasi, staffing dan facilitating.40

Manajerial sekolah harus mampu menghimpun danmengkoordinasikan sumber daya manusia dan sumberdaya material sekolah, sebab keberhasilan sekolah ter-gantung kecakapan dalam mengatur dan mendaya-gunakan sumber daya yang ada.

c. Penggerakkan (actuating)Actuating adalah bagian penting dari proses

manajemen, yang dititikberatkan pada menggerakkanorang-orang. Actuating adalah inti dari manajemen, karenabanyak hubungannya dengan manusia, maka actuatingmerupakan seni, dan berhasil tidaknya penerapannya,banyak tergantung pada pemberian motivasi kepada paraanggota. Manajerial sekolah dituntut untuk mampumenggerakkan dan memotivasi para guru/staf di sekolahyang menjadi kewenangannya untuk aktif bergerakmelaksanakan tugas-tugas. Kepala sekolah melaluikewenangannya dapat memberikan motivasi, baik berupapujian, penghargaan bahkan insentif bila sukses dalammenjalankan tugasnya, atau memberikan sangsi (hukum-an) terhadap guru/staf yang tidak menjalankan tugasnyadengan baik.

40 Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi... h. 75-76.

Tinjauan Pustaka

Page 40: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

30

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

d. Pengawasan (controlling)Pengawasan adalah suatu proses di mana pimpinan

ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaanyang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana,perintah, tujuan dan kebijaksanaan yang telah ditentukan.Pengawasan untuk mencegah atau memperbaiki ke-salahan, penyimpangan, ketidaksesuaian, penyeleweng-an dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas danwewenang yang telah ditentukan. Maksud pengawasanbukan mencari kesalahan, tetapi mencari kebenaranterhadap hasil pekerjaan.

Handayaningrat dan Soewarno dalam bukunyaPengantar Studi Administrasi dan Manajemen Kepala Sekolahmenyebutkan, bagi kepala sekolah dapat dilaksanakansecara langsung dari dalam sekolah itu sendiri (internalcontrol). Ia bertindak atas nama pimpinan organisasisekolah, ia bertugas mengumpulkan data informasi yangdiperlukan, lalu menilai kemajuan dan kemundurandalam pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan olehbawahannya, atau mengoreksi kebijakannya sendiri yangdianggap memerlukan perbaikan.41

2. KinerjaKinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia

dari kata dasar “kerja” yang menerjemahkan kata daribahasa asing “prestasi”. Bisa juga berarti hasil kerja.Kinerja sering diartikan performance, hasil kerja atauprestasi kerja. Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukanhanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi jugabagaimana proses kerja berlangsung. Kinerja adalah

41 Suwarno Handayaningrat, Pengantar Studi Administrasi... h. 143.

Page 41: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

31

tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai daripekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yangdikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerjamerupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungankuat dengan tujuan. Berikut adalah beberapa pendapatpara ahli tentang kinerja:a. Wibowo dalam bukunya Manajemen Kinerja berpendapat

bahwa kinerja adalah implementasi dari rencana yangtelah disusun. Implementasi kinerja dilakukan olehsumber daya manusia yang memiliki kemampuan,kompetensi, motivasi dan kepentingan. Bagaimanaorganisasi menghargai dan memperlakukan sumberdaya manusia akan mempengaruhi sikap danperilakunya dalam menjalankan kinerja manajemen”.42

b. Suyadi P. S, kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerjayang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompokorang dalam suatu organisasi, sesuai denganwewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalamrangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkut-an secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuaidengan moral dan etika.43

c. Rue dan Byars, dalam pelaksanaan pekerjaan___kinerjadapat diartikan (performance) yaitu sebagai pencapaianhasil atau the degree of accomplishment, artinya kinerjamerupakan tingkat pencapaian organisasi dengan katalain bahwa kinerja merupakan suatu tingkatan

42 Wibowo, Manajemen Kinerja... h. 4.43 Husein Umar, Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan

Paradigma Positivistik dan Berbasis Pemecahan Masalah, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2008), h. 209.

Tinjauan Pustaka

Page 42: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

32

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

sejauhmana proses kegiatan organisasi itu dilakukandalam memberikan hasil atau pencapaian tujuan”.44

Beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpul-kan bahwa kinerja adalah tentang melakukan pekerjaandan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerjatentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara menger-jakannya. Kinerja tidak hanya terbatas pada hasil kerja saja,tetapi termasuk juga bagaimana proses pekerjaan ituberlangsung.

3. Manajemen KinerjaTerdapat perbedaan para ahli tentang pengertian

manajemen kinerja, hal ini dikarenakan dari sudut manamereka memandang. Berikut pendapat para ahli mengenaimanajemen kinerja:a. Bacal, memandang manajemen kinerja sebagai proses

komunikasi yang dilakukan secara terus menerusdalam kemitraan antara karyawan dengan atasanlangsungnya. Proses komunikasi ini meliputi kegiatanmembangun harapan yang jelas serta pemahamanmengenai pekerjaan yang akan dilakukan”.45

b. Amstrong, lebih melihat manajemen kinerja sebagaisarana untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dariorganisasi, tim, individu dengan cara memahami danmengelola kinerja dalam suatu kerangka tujuan

44 Yeremias T. Keban, Indikator Kinerja Pemerintah Daerah: PendekatanManajemen dan Kebijakan, disajikan pada seminar sehari KinerjaOrganisasi Publik, Makalah tidak diterbitkan, (Yogyakarta: FisipolUGM).

45 Robert Bacal, Performance Manajement, (New York: McGraw-Hill Com-panies, 1999), p. 4.

Page 43: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

33

standar, dan persyaratan-persyaratan atribut yangdisepakati.46

Sebelumnya Amstrong dan Baron pernah berpandang-an bahwa manajemen kinerja adalah pendekatan strategisdan terpadu untuk menyampaikan sukses berkelanjutanpada organisasi dengan memperbaiki kinerja karyawanyang bekerja di dalamnya dan dengan mengembangkankapabilitas tim dan kontributor individu.47

Sementara itu, Wibisono juga mengutip pendapatSchwartz dan Costello, yaitu:a. Schwartz, memandang manajemen kinerja sebagai gaya

manajemen yang dasarnya adalah komunikasi terbukaantara manajer dan karyawan yang menyangkutpenetapan tujuan, memberikan umpan balik baik darimanajer kepada karyawan maupun sebaliknya, darikaryawan kepada menejer, demikian pula penilaiankinerja.

b. Costello, menyatakan bahwa manajemen kinerjamerupakan dasar dan kekuatan pendorong, yangberada di belakang semua keputusan organisasi, usahakerja dan alokasi sumber daya.48

Manajemen kinerja yang diungkapkan Schwartz diatas, melihat manajemen kinerja hanya sebagai salah satugaya manajemen, namun dari sisi substansinya miripdengan pandangan Bacal sebagai suatu proses komunikasi.Hubungannya dengan penelitian ini, yaitu manajemen

46 Michael Amstrong, Performance Manejemen, Diterjemahkan oleh ToniSetiawan dengan judul: Manajemen Kinerja, (Yogyakarta: Tugu, 2004),h. 29.

47 Wibowo, Manajemen Kinerja... h. 8.48 Wibowo, Manajemen Kinerja... h. 9.

Tinjauan Pustaka

Page 44: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

34

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

kinerja di sekolah, penulis lebih memilih manajemenkinerja yang diungkapkan oleh Flatcher, yang menyatakanmanajemen kinerja berkaitan dengan pendekatan men-ciptakan visi bersama tentang maksud dan tujuan organi-sasi, membantu karyawan memahami, dan mengenalbagiannya dalam memberikan kontribusi, dan dalammelakukannya, mengelola, dan meningkatkan kinerja baikindividu maupun organisasi.

Memperhatikan pendapat para pakar di atas dapatdirumuskan bahwa pada dasarnya manajemen kinerjamerupakan gaya manajemen dalam mengelola sumberdaya yang berorientasi pada kinerja yang melakukan pro-ses komunikasi secara terbuka, dan berkelanjutan denganmenciptakan visi bersama dan pendekatan strategis sertaterpadu sebagai kekuatan pendorong untuk mencapaitujuan organisasi.

4. Manajemen Kinerja di Lembaga PendidikanManajemen sebagai sistem mencakup subsistem di

lembaga pendidikan: pertama, subsistem struktur yangmencakup unit-unit kerja, deskripsi, tugas, persyaratankemampuan/ketrampilan, teman kerja, tim, atasan danbawahan; kedua, subsistem teknik yang terdiri dari teknikmemproses peserta didik atau proses belajar mengajar dantata kerja administrasi atau ketatausahaan; ketiga, subsistempersonalia yang mencakup semua kegiatan bertaliandengan personalia, termasuk memotivasi, kepangkatan,kesejahteraan dan pembinaan profesi; keempat, subsisteminformasi yang bertugas menjaring, menganalisis danmenyimpan semua informasi yang bertalian denganpendidikan; kelima, subsistem lingkungan, ialah bagianyang menangani kerja sama antara lembaga denganlingkungan atau masyarakat.

Page 45: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

35

Penyelanggara pendidikan adalah mereka yangmenduduki jabatan struktural, seperti kepala sekolah,wakil kepala sekolah. Pejabat struktural di kantor-kantorpendididkan juga dapat disebut penyelenggara pendidik-an, walaupun hanya menangani aturan dan kebijakan,sebab kedua hal itu juga mempengaruhi bahkan dalamhal-hal tertentu menentukan pelaksanaan pendidikan disekolah atau perguruan tinggi.49 Maka suatu keharusanbagi penyelenggara pendidikan untuk bekerja profesionaldalam pendidikan. Manajemen pendidikan harusnyatidak sama dengan manajemen pemerintahan, apalagimanajemen bisnis yang mementingkan keuntungan.Manajemen pendidikan di sekolah menangani individu-individu peserta didik dan masyarakat dengan latarbelakang agama dan budaya yang berbeda. Manajemenkinerja di lembaga pendidikan tercermin dalam kewajiban-kewajiban yang seharusnya dilakukan.

Kewajiban penyelenggara pendidikan menurut MadePidarta adalah:a. Menjadi manajer lembaga pendidikan berkaitan

dengan: 1) mengadakan prediksi tentang kemungkinanperubahan lingkungan seperti perkembangan ilmu danteknologi, tuntutan hidup, aspirasi masyarakat; 2) me-rencanakan dan melakukan inovasi dalam pendidikan;3) menciptakan strategi dan kebijakan lembaga agarproses pendidikan tidak mengalami hambatan; 4)mengadakan perencanaan dan menemukan sumber-sumber pendidikan; 5) menyediakan dan mengkoordi-nasi fasilitas pendidikan; 6) melakukan pengendalianterhadap pelaksanaan agar tidak terlanjur berbuatkesalahan.

49 Made Pidarta, Landas Kependidikan... h. 300.

Tinjauan Pustaka

Page 46: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

36

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

b. Menjadi pemimpin lembaga pendidikan: 1) memimpinsemua yang menjadi bawahan; 2) memotivasi agarbekerja dengan rajin dan giat; 3) meningkatkankesejahtreraan bawahan; 4) mendisiplinkan pendidikdan pegawai dalam melaksanakan tugasnya

c. Sebagai supervisor dan pengawas: 1) mengawasi danmenilai cara kerja dan hasil kerja pendidik dan pegawai;2) memberi supervisi dalam meningkatkan cara bekerja;3) mencari dan memberi peluang untuk meningkatkanprofesi para pendidik; 4) mengadakan rapat-rapat untukmemperbaiki pendidikan/pengajaran

d. Pencipta iklim bekerja/belajar yang kondusif tugasnya:1) menempatkan personalia secara benar sesuai dengankeahlian dan keterampilan; 2) membina antarhubungan personalia yang positif; 3) meningkatkan danmemperlancar komunikasi; 4) menyelesaikan konflik;5) meningkatkan dan memelihara persatuan dankesatuan personalia

e. Sebagai pencipta lingkungan bekerja dan belajar yangkondusif: 1) menghimpun dan memanfaatkaninformasi tentang sumber belajar; 2) memperkaya alat-alat belajar, alat-alat peraga dan media pendidikan; 3)memperkaya lingkungan seperti kebun, pohon pe-lindung, taman dan sebagainya; 4) mengharmoniskanlingkungan lembaga dan ruangan kelas

f. Menjadi administrator lembaga pendidikan dengantugas menyelenggarakan kegiatan rutin yang di-operasikan oleh para personalia lembaga: 1) me-ngendalikan struktur organisasi; 2) melaksanakanadministrasi substantive, yaitu administrasi: kurikulum,kemahasiswaan/kesiswaan, personalia, keuangan,sarana umum/lain-lain; 3) melakukan pengawasan

Page 47: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

37

terhadap efektivitas/efesiensi kerja; 4) menilai efek-tivitas dan efesiensi kerja para personalia pendidikan.

g. Menjadi koordinator kerja sama dengan masyarakat:1) berinisiatif membentuk suatu badan kerja sama; 2)mengadakan survey untuk menampung aspirasimasyarakat; 3) menghimpun dukungan masyarakat; 4)melaksanakan kerjasama dengan masyarakat; 5)membentuk paguyuban sekolah dan masyarakat biladipandang perlu.50

Kewajiban yang dibuat oleh Pidarta meskipun tidaksemua ada dalam perundang-undangan pemerintah, tidaksalah jika penyelenggara pendidikan harus mempunyaiinovasi sesuai dalam sistem kemanajemenan yangberorientasi pada kebutuhan, mengingat lembaga dandaerah satu dengan lainnya tidak selalu sama.

C. Kepemimpinan dalam Keragaman Budaya: UpayaPemimpin Memanfaatkan Religious Culture

1. Leadership Manajerial Sekolah Sebagai CulturalLeaderKepala sekolah adalah pemimpin/leader, manajer,

administrator, supervisor sekaligus sebagai edukator,dalam konteks ini___maka seorang kepala sekolah dituntutkemampuan dalam hal memimpin, baik menyangkutteknis pendidikan di sekolah, manajerial dan hubungansosial, di tuntut juga kemampuan mengatur, menataorganisasi sekolah, memanfaatkan kelebihan danmenyiasati kelemahan, dan membimbing semua yangterlibat dalam usaha kemajuan sekolah. Sebagaimana yangdikatakan oleh Kamrani Buseri bahwa “maju mundurnya

50 Made Pidarta, Landasan Kependidikan... h. 303-305.

Tinjauan Pustaka

Page 48: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

38

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

sebuah madrasah/sekolah tentu sangat berkaitan denganpimpinannya, terutama sekali kepala sekolah”.51

Leadership atau kepemimpinan merupakan faktorpenting dalam manajemen apalagi manajemen sebuahlembaga pendidikan, yang bertujuan untuk memanusia-kan manusia menjadi manusia yang ideal sesuai dengantujuan pendidikan sendiri, sebagaimana termaktub dalamUUSPN.52 Sekolah sebagai institusi pendidikan terkaitlangsung dengan manajemen sumber daya manusia dansumber daya yang lainnya, di dalamnya mencakup ter-utama manajerial, pendidik dan anak didik yangberinteraksi untuk meningkatkan kualitas masing-masing,baik kualitas ilmu, keterampilan, kualitas pelayanan, dankualitas yang lainnya.

Secara umum ditegaskan bahwa seorang leader apapuntugas dan jabatannya dalam manajerial kepemimpinan,harus menyadari azas-azas bangunan kepemimpinan yangharus memiliki unsur sebagai berikut:a. Memiliki power secara sah sesuai dengan yang diberi-

kan oleh pemberi kekuasaan yang sah pula. Menyadaribahwa ada yang Maha Pemilik power ialah Tuhan, olehkarena itu harus merasakan bahwa power yang dimilikipada hakekatnya sebagai pemberian Tuhan. Merasakandua amanah sekaligus yakni amanah dari atasan yangmenetapkan melalui Surat Keputusan, juga amanahdari Tuhan.

b. Wewenang (authority), batasan seorang pimpinan sesuaidengan yang diberikan oleh pemberinya sesuai dengan

51 Kamrani Buseri, Reinventing Pendidikan Islam: Menggagas KembaliPendidikan Islam Yang Lebih Baik, (Banjarmasin: Antasari Press, 2010),h. 48.

52 Kamrani Buseri, Reinventing Pendidikan Islam... h. 46.

Page 49: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

39

aturan yang mengikatnya, yaitu wewenang yang diberi-kan sesuai dengan kepemimpinannya dan wewenangyang diberikan oleh Tuhan selaku penerima amanah.

c. Amanah dari Tuhan dan amanah/kepercayaan dariatasannya sesuai jenis, corak serta jenjang, dalam halini adalah sekolah.

d. Iman, menjadi penting karena membalut power, author-ity dan amanah sehingga kepemimpinan yang dibangunatas dasar bangunan yang komprehensip, kuat danberorientasi dunia akhirat.

e. Takwa, tidak hanya sekedar menjalankan perintahTuhan dan menjauhi larangan-Nya, tetapi lebih dari itu,yakni berhati-hati, takut dan teliti.

f. Musyawarah, sekolah merupakan kumpulan orang-orang yang dipimpin, melalui musyawarah, terbangunbudaya keterbukaan, persamaan dan persaudaraan.

Menjalankan roda organisasi agar meningkat kinerja-nya, diperlukan pemimpin yang mempunyai wawasanbudaya, sehingga layak disebut sebagai cultural leader.Cultural leader adalah orang yang dengan memberi contoh,menyeimbangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam me-ngerjakan tugas. Cultural leader membuat jelas bagaimanamasalah orang dan operasi dapat dilakukan bersama.Untuk mencapai keberhasilan, cultural leader perlumembangun kepercayaan atau trust dari sumber dayamanusia, di samping itu diperlukan langkah pemberdaya-an atau empowerment sumber daya manusia, dengan katalain, cultural leader adalah pemimpin yang dapatmemahami orang lain mempunyai latar belakang budayayang berbeda-beda.

Rohiyat dalam bukunya Manajemen Sekolah, merumus-kan peran utama pemimpin dalam mengembangkan

Tinjauan Pustaka

Page 50: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

40

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

sebuah budaya khususnya dalam manajemen pendidikanadalah:a. Memiliki sebuah visi tentang mutu terpadu bagi

institusinya.b. Memilki komitmen yang jelas tentang proses

pengembangan mutu.c. Mengkomunikasikan pesan mutu.d. Meyakini kebutuhan tentang pelanggan sebagai pusat

dan praktik organisasi.e. Meyakinkan semua orang tentang adanya saluran yang

cukup untuk mendengarkan suara pelanggan.f. Memimpin pengembangan stafg. Tidak menyalahkan seseorang ketika muncul sebuah

persoalan tanpa melihat bukti-bukti. Masalah terjadisebagian besar disebabkan oleh kebijakan institusi, dansebagian lagi karena kegagalan staf

h. Memimpin inovasi dalam organisasi.i. Meyakinkan bahwa struktur organisasional secara jelas

mendefinisikan tanggung jawab dan menyediakandelegasi maksimum dengan akuntabilitas.

j. Memiliki komitmen terhadap penghilangan hambatanyang bersifat organisasional atau kultural.

k. Membangun tim yang efektif.l. Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk moni-

tor dan evaluasi keberhasilan.

2. Pimpinan Sebagai Pencari Jalan & PemanfaatReligious Culture di SekolahPengembangan individu dan penguatan sekolah,

memerlukan pemimpin sebagai penunjuk jalan, yangmampu membangkitkan optimisme dan keyakinan dalam

Page 51: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

41

merealisasikan gagasan di sekolah yang dipimpinnya.Menjadi tantangan kepemimpinan untuk membuat orangmerasa terpanggil ke dalam tugas dan perannya, sertamembuat mereka merasa anggota sebuah organisasisekolah yang universal untuk merealisasikan visi misisekolah.

Fungsi pimpinan sebagai pembentuk kulturkeberagamaan di sebuah lembaga akademik diungkapkanoleh Peter, Dobin dan Johnson, bahwa para pimpinansekolah khususnya dalam kapasitasnya menjalankanfungsinya sangat berperan penting dalam dua hal, yaitu:mengonsepsitualisasikan visi dan perubahan; dan,memiliki pengetahuan, keterampilan dan pemahamanuntuk mentransformasikan visi menjadi etos dan kulturakademis ke dalam aksi riil. 53

Religious culture bisa dicapai melalui proses tranformasidan perubahan yang dapat diusahakan melalui kebijakankepala sekolah sebagai metamorfosis institusi akademikmenuju religious culture akademik yang ideal yaitu yangmampu meningkatkan kinerja manajemen. Budayakeberagamaan itu sendiri masuk dan terbentuk dalampribadi seorang melalui adanya adaptasi dengan ling-kungan, pembiasaan tatanan yang sudah ada dalam etikapendidikan, atau dengan membawa sistem nilai sebelum-nya, yang kemudian masuk dan diterima oleh institusitersebut, yang akhirnya terbentuklah sebuah religious cul-ture akademik di sekolah, yang menjadikan khas/karaktersekolah tersebut.

Faktor pendorong tumbuhnya kesadaran religious ditempat kerja dikemukakan oleh Maslow dan Erich Fromm,tampaknya harus dibaca dalam pengertian tiga hal penting:

53 Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar... h. 74.

Tinjauan Pustaka

Page 52: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

42

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

a. Sebagai kecendrungan orang mulai mencari hidupyang lebih holistik (wholeness), atau berusaha meraihmakna lebih besar dari pada sekedar diri merekasendiri (beyond self), dan membangun keselarasan dankeharmonisan dengan realita sementara yang lebihbesar/lebih tinggi.

b. Mengutip istilah dalam psikologi sebagai coping mecha-nism dalam menghadapi krisis-krisis besar dalamkehidupan kerja. Krisis yang menciptakan kondisi diluar batas kemampuan manusia, maka memerlukankepercayaan dan penggantungan diri kepada sesuatuyang lebih besar dari pada diri mereka sendiri.

c. Kecenderungan evolusi dari perkembangan kepribadi-an yang menuju puncak manusia (peak experience), padaekstase-ekstase immaterial dan transcendental; dari hidupsekadar pada tataran to have (memiliki) menuju hiduppada tataran to be (mengada).

Kecendrungan semacam ini harus dipahamimanajerial sekolah mengingat dampaknya yang besarterhadap manajemen kinerja. Motivasi pengabdian,pelayanan, kejujuran, amanah, dan kinerja merupakanbentuk yang menyertai kesadaran religious culture, ketikaini bisa dipraktikkan dalam manajemen. Sebagai salah satupelaku penting yang mempengaruhi manajemen kinerjadan mesti dikelola oleh seorang kepala sekolah, dalamdirinya adalah mengintegrasi nilai religious culture dalamsistem kepemimpinan. Integrasi hal tersebut sebenarnyamelekat dalam konsep manusia sebagai khalifatullah fii al-ardh, yang terkandung makna agar sukses menjalankanmisinya sebagai pemimpin di bumi, manusia memerlukanpetunjuk Tuhan sebagai sumber kehidupan religious cul-ture yang diwahyukan dalam al-Quran dan diteladankan

Page 53: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

43

oleh Rasul saw. Manajemen yang mampu menginte-gralisasikan ketiga hal tersebut dalam setiap keputusan,pelayanan, akan menciptakan manajemen yang disebutdengan istilah god corporate gofernance. Lembaga seperti inimemadukan IMTAK (Iman dan Takwa) dan IPTEK (IlmuPengetahuan dan Teknologi) di dalam keseluruhanpengelolaannya.

Menyikapi perbedaan religious culture yang dimilikiindividu-individu harus arif. Pihak yang memiliki strategiuntuk manyadari perbedaan budaya termasuk religious cul-ture adalah pihak yang cenderung memperoleh keuntung-an besar, ketika orang-orang diterpa tantangan, makakebutuhan akan kepercayaan religious semakin kuat. Ilmudan teknologi tidak mengajarkan apa makna hidup,kesadaran religious-lah yang menjelaskan hal itu.

Menganut suatu agama adalah proses peneguhanidentitas yang melahirkan suatu budaya religious, yangselanjutnya akan memberikan semangat kepadapenganutnya dan tercermin terhadap manajemen kinerja.“Semakin penting seseorang memandang sebuah agamadalam kehidupan, semakin tinggi pula ia memandangaspek-aspek kehidupan dalam perspektif agama yangdiyakininya.54 Hal yang wajar bagi pimpinan di sekolahmengkondisikan sektor intra sekolah, ekstra sekolah,partisipasi sekolah, bahkan diperlukan kerja sama yangharmonis dan interaktif di antara warga sekolah dan tenagakependidikan yang ada di dalamnya.55

54 Saiful Mujami, Islam Demokrat Islam, Budaya Demokrasi, dan PartisipasiPolitik di Indonesia Pasca-Orde Baru, (Jakarta: PT. Gramedia PustakaAgama, 2007), h. 6.

55 Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan... h. 59.

Tinjauan Pustaka

Page 54: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

44

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

D. Pengaruh Religious Culture di LembagaPendidikanManajemen yang berorientasi pada religious culture

dalam sebuah lembaga pendidikan akan menyatukanberbagai unsur vital kehidupan yang terkadang terpisah-kan dari kinerja. Unsur-unsur yang hendak disatukan ituadalah aksi (what people do), identitas (who they are) sertanilai dan keyakinan (what they most value and bilief). Istilahlain yang diungkapkan oleh Sanerya Hendrawan adalahunsur-unsur tersebut mencakup pikiran (mind), badan(body), ruh (spirit); atau fisik (phisical), intelektual (intellec-tual), perasaan (emotional), kehendak (volitional), dan ruh(spirit).56 Penyatuan unsur-unsur tersebut akan menjadisarana untuk mengaktualisasikan nilai-nilai kebaikan,tidak sekedar bernilai ekonomis ataupun materil, tetapijuga bernilai religious. Kebaikan tidak lagi terpisahkan,begitu juga yang materil tidak lagi kosong dari nilai reli-gious.

Paling tidak ada dua sasaran yang dicapai melaluimanajemen kinerja yang berbasis religious culture di sebuahlembaga pendidikan: pertama, pembangunan diri individuyang integral; kedua, penguatan lembaga pendidikandalam hal ini adalah sekolah. Semakin diyakiniketerlibatan diri yang menyeluruh di sekolah membawadampak besar terhadap kinerja individu. Senada denganyang diungkapkan Sanerya Hendrawan bahwa: “ter-bentuknya self management dan personal responsibility padalevel individu pegawai adalah dua di antara sekiandampak spiritualisasi perusahaan yang terkait denganpeningkatan kinerja”.57 Sinergi dari interaksi jika tercipta

56 Sanerya Hendrawan, Spiritual Managemen... h. 23.57 Sanerya Hendrawan, Spiritual Managemen... h. 24.

Page 55: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

45

dari individu-individu semacam itu di sekolah, pengaruh-nya akan terasa terhadap kemajuan sekolah secarakeseluruhan, karena akan terbentuk religious culture sekolahyang dapat mempercepat perkembangan manajemenkinerja yang religious culture individu-individu maupunkolektif, kepada tujuan bersama yang lebih luas dan jangkapanjang. Oleh karena itu, pembangunan diri maupunpenguatan lembaga pendidikan sebaiknya berjalan secaraparalel.

Sekolah harus dipandang sebagai tempat beribadah,sehingga segala aktivitas yang dilakukan di dalamnyadiniatkan ibadah. Sebagaimana dikatakan oleh AhmadDahlan, bahwa fungsi lembaga pendidikan yang beliauciptakan: pertama, sebagai alat dakwah; kedua, tempatpembibitan dan pembinaan kader yang sistematis danselektif; ketiga, merupakan wahana untuk amal paraanggota muhammadiyah; keempat, menyukuri nikmatTuhan. Fungsi sekolah sebagai tempat ibadah atau beramaldan bersyukur kepada Yang Maha Kuasa, berarti segalayang berhubungan dengan manajemen sekolah tentunyatidak lepas dari keterkaitan dengan pengaruh religious yangterdiri dari hubungan orang-orang dalam tim kerja.Sekolah yang diisi dengan tim kerja dari berbagai agamapada dasarnya sebagai upaya untuk mengimplementasi-kan religious culture-nya secara universal, melaluipembiasaan-pembiasan baik secara individu maupunsistem kerja yang disepakati.

Memperhatikan dasar kependidikan di Indonesia,pendidikan nasional berfungsi mengembangkankemampuan dan membentuk watak, serta peradabanbangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnyapotensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

Tinjauan Pustaka

Page 56: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

46

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadiwarga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.58

Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasar-kan Pancasila dan UUD-1945 yang berakar pada nilai-nilaiagama, kebudayaan Indonesia dan tanggap terhadaptuntutan perubahan zaman.59

Teori-teori pendidikan dan penyelenggaraan pen-didikan dan praktik yang diterapkan di Indonesia, berartiharus berakar pada culture dan religious. Akan tetapikenyataannya teori-teori pendidikan dan pengelolaanpendidikan belum ada yang khas sesuai dengan budayaIndonesia yang berketuhanan Yang Maha Esa. Dikatakanoleh Sanusi, bahwa kita sedang mulai membangun teoripendidikan dan masih dalam proses pengembangan.60

Tantangannya agar dapat mempraktikkan manajemenkinerja yang dipengaruhi oleh religious culture sehingganilai-nilai agama tercermin dalan pola sikap dan polatindak setiap orang kususnya dalam hal ini adalah tenagakependidikan dan pendidik di sekolah. Dalam konteks inimaka sekolah sebagai ujung tombak dari pelaksana pen-didikan, wajib mengelola sekolahnya untuk pencapaiantujuan tersebut, termasuk memanfaatkan dan mengem-bangkan manajemen kinerja yang berdasarkan religiousculture, karena di Indonesia hanya sebatas pemberian pen-didikan tentang religi bukan pendidikan religi itu sendiri.

Menjadi kewajiban para manajerial sekolah untukmemberikan pendidikan religi atau religius dalam contohatau aktivitas pelaksanaan pendidikan di sekolah.

58 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3.59 Made Pidarta, Landasan Kependidikan... h. 45.60 Made Pidarta, Landasan Kependidikan... h. 45.

Page 57: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

47

Benar apa yang diutarakan oleh M.I Soelaeman bahwakewajiban mengenai pendidikan religi di beberapa negarahanya diberikan pendidikan tentang religi dan tidakpendidikan religi ataupun pendidikan ke arah kehidupanreligius. Maka religi ditempatkan di luar pribadi manusia,tidak terjamah oleh pribadinya, tidak dipersonifikasikan,tidak direalisasikan dalam perilaku kehidupan sehari-harimelainkan sekedar menjadi hiasan intelektual belaka”.61

Keyakinan yang bersumber dari agama memilikipengaruh yang kuat terhadap tingkah laku individu,karena merupakan puncak sumber nilai tertinggi dan lebihbersifat absolut.62 Oleh karena itu, tidak bisa dilepaskandari aktivitas seseorang sehari-hari, termasuk manajemenkinarja di sekolah yang melakukannnya dengan tetapmembawa atau melekat religious culture pada diri personalyang akhirnya akan menjadi religious culture sekolah.

Perspektif religious culture di sekolah, merupakantempat individu-individu dapat mengungkapkan per-kembangan total dirinya. Sekolah dan pengabdian didalamnya tidak lagi dilihat sebagai instrumen untukmenghasilkan pendapatan, tetapi dilihat sebagai “ladangjihad” untuk meraih dan mengungkapkan nilai-nilai reli-gious. Individu menjalin hubungan dengan sekolah tidaklagi dalam konteks kontrak Surat Keputusan (SK) sebagaiPegawai Negeri Sipil (PNS), kontrak hanyalah merupakanbagian kecil dari hubungan.

Manajemen kinerja di sekolah diuntungkan denganadanya perangkat–perangkat sekolah terstruktur secaraorganisasi dengan dimensi hirarki. Hal ini menjadi potensi

61 M.I. Soelaeman, Suatu Telaah Tentang Manusia, Religi Pendidikan,(Depdikbud Dirjen Dikti: PPLPTK, 1988), h. 100.

62 Kamrani Buseri, Reinventing Pendidikan Islam... h. 33.

Tinjauan Pustaka

Page 58: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

48

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

keberuntungan bagi pengelola sekolah untuk mengapli-kasikan religious culture keberbagai kegiatan atau kebijakanpositif. Kekuatan pengelola ada pada faktor yuridisformalnya, aplikasi yuridis formalnya ada pada faktorpengaruh yang mengitari posisi strategis pengelolasekolah. Sebenarnya tidak ada alasan bagi pengelola untuktidak mengkondisikan “kekuatan dan pengaruh itu” padapola kelaziman kegiatan dan kebijakan. Hanya sajakebanyakan penyelenggara pendidikan tidak/kurangmemahami, bahwa manajemen suatu lembaga pendidikanterdapat unsur-unsur yang mempengaruhinya, termasukreligious culture, sehingga manajemen tidak memperolehhasil yang maksimal, sekolah sulit untuk berkembanglebih maju dari seharusnya, tetapi berjalan mengikutikemajuan yang apa adanya.

Manajemen kinerja diharapkan dapat mewujudkanvisi sekolah melalui misi, dengan manajemen yangberbasis religious culture, dapat menggerakkan seluruhkekuatan yang dengan dalih menciptakan komitmenbersama seluruh komponen yang ada dalam suatusekolah, untuk mencapai tujuan bersama, disusun bersamadan diteruskan keseluruh pegawai tidak melaluikomando, tetapi melalui membangun komitmen, komuni-kasi, persuasi dan hubungan berbasis kepercayaan.

Paparan di atas jika dihubungkan dengan pengaruhreligius culture terhadap manajemen kinerja secara aplikatifbergerak dalam dua domain, yaitu: domain yang bergerakdalam dimensi abstrak seperti kebijakan, pelayanan,peraturan, serta domain yang bergerak dalam dimensinyata seperti fasilitas, simbol-simbol, dan lain-lain.

Page 59: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

49

E. Isi Religious Culture di SekolahPerbedaan budaya di sekolah yang satu dengan

budaya di sekolah yang lain adalah terletak pada isibudayanya. Dimensi isi budaya sekolah termasuk sistemsosial modern atau besar, karena memiliki ciri-ciri seperti:memiliki kode etik, peraturan, perencanaan program,realisasi program, yang sifatnya tertulis atau tercatat. Cul-ture sebuah organisasi termasuk sekolah merujuk padapengungkapan hal yang dominan dari mayoritas sekolah/anggota sekolah.63

Penulis akan memaparkan bentuk budaya sekolahmenurut pendapat yang diungkapkan oleh Schein, yaituada tiga dimensi budaya organisasi yang tentunya penulishubungkan dengan religious culture dalam hasil penelitianini. Edgar H. Schein dalam bukunya Organizational cultureand Leadership menyebutkan tiga elemen dasar budayaorganisasi, yaitu: artefact, nilai-nilai yang didukung(espaussed values), dan asumsi yang mendasari (basic assump-tion)64.

1. ArtefakArtefak (artefact), yaitu dimensi isi budaya organisasi

yang dapat ditangkap dengan panca indera. Siapa punyang masuk dalam sebuah sekolah, orang dapat melihatdan merasakan dengan jelas artefak budaya sekolahnya.Akan tetapi umumnya anggota organisasi, termasuk

63 Stephen P. Robbin dan Timothy A. Judge, Organizational Behavior,Diterjemahkan oleh Diana Angelica dengan Judul Perilaku Organisasi,(Jakarta: Salemba Empat, 2010), h. 258.

64 Edgar H. Schein, Organizational Culture and Leadership, Puslished byJossey Bass, A Willy Imprit 989 Market Street, San Francisco, CA 94103-1741. p. 25.

Tinjauan Pustaka

Page 60: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

50

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

sekolah kurang menyadari adanya artefak budayatersebut. Termasuk dalam artefak budaya tersebut adalah:a) objek material: logo, produk, brosur, laporan tahunan,dan benda-benda seni dari sekolah, termasuk tulisan visimisi sekolah; b) rancangan fisik: arsitektur gedung, tataruang kantor dan kelas, tempat parkir, kantin, dan lain-lain; c) teknologi: mesin, peralatan, proses produksi,ramuan, formula, dan alat-alat yang digunakan untukproses belajar mengajar; d) bahasa: kata-kata, kalimat, jenisbahasa (bahasa halus, bahasa pasar, bahasa gerak tubuh),serta jargon yang digunakan untuk berhubungan denganpihak luar sekolah; e) metafor: kata atau frasa yangditerapkan pada suatu objek atau tindakan atau kejadianyang secara harfiah tidak menunjukkan arti yang sesung-guhnya, misalnya memanggil ustadz untuk guru, dansejenisnya; f) simbol-simbol: kata-kata, objek, dan kondisiyang mempunyai arti bagi sekolah, misalnya logo,lambang dan bendera sekolah, pakaian kebesaran,seragam; g) peraturan: sistem-sistem, prosedur, program-program, tata tertib.

Mengenai wujud kebudayaan ini, Elly M.Setiadi, dkk.dalam buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar memberikanpenjelasan sebagai berikut: a) wujud ide, menunjunjukkanwujud ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapatdiraba, dipegang ataupun difoto, dan tempatnya ada dialam pikiran di mana kebudayaan itu hidup. Budaya idealmempunyai fungsi mengatur, mengendalikan danmemberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatanmanusia sebagai sopan santun. Kebudayaan ideal ini bisajuga disebut adat istiadat; b) wujud perilaku, dinamakansistem sosial, menyangkut tindakan dan kelakuan berpoladari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difotodan didokumentasikan, karena dalam sistem sosial ini

Page 61: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

51

terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi danberhubungan, serta bergaul satu dengan yang lainnya.Bersifat kongkrit dalam wujud perilaku dan bahasa; c)wujud artefak, disebut juga kebudayaan fisik, di manaseluruhnya merupakan hasil fisik. Sifatnya paling kongkritdan bisa diraba, dilihat dan didokumentasikan.

2. Nilai-NilaiSejumlah ahli telah mengemukakan batasan mengenai

nilai-nilai yang mendukung. Wirawan yang mengutippendapat Spranger, mendefinisikan nilai-nilai sebagai“...contellation of likes, dislike, viewvoint shoulds, innerinclinationrationaland irrational judgements, prejudice, and association pat-tern that determine a persons view of the world”.65 MenurutSpranger, nilai-nilai merupakan konstelasi senang, tidaksenang, sudut pandang, keharusan, kecenderungan dalamdiri, penilaian rasional dan irasional prejudis (prasangka),dan pola asosiasi yang menentukan pandangan seseorang.Sedangkan Heinz Weihrrich dan Harold Koonts, dalamWirawan mendefinisikan nilai-nilai sebagai “...a value canbe defined as a fairly permanent belief about what is appropriateand what is not that guides the actions and behavior of employeesin fulfilling the organizations aims. Values can be thought of asforming an ideology that permeates ever decisions”.66

Menurut kedua ahli di atas, nilai-nilai adalah suatukepercayaan permanen mengenai apa yang tepat dan tidaktepat yang mengarahkan tindakan dan perilaku pegawaidalam mencapai tujuan sekolah. Nilai-nilai merupakanpembentukan idiologi yang meresap kedalam keputusan-

65 Wirawan, Budaya dan Iklim Organisasi, Teori Aplikasi dan Penelitian,(Jakarta: Salemba Empat, 2008), h. 44.

66 Wirawan, Budaya dan Iklim Organisasi... h. 45.

Tinjauan Pustaka

Page 62: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

52

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

keputusan sekolah setiap harinya. Nilai-nilai merupakanpedoman yang dipergunakan oleh seseorang atau sekolahuntuk bersikap jika berhadapan dengan situasi yang harusmembuat pilihan. Nilai-nilai berhubungan erat denganmoral dan kode etik yang menentukan apa yang harusdilakukan. Individu dan sekolah mempunyai nilaikejujuran, nilai toleransi, nilai kebersamaan/persatuan,nilai keterbukaan/transparansi, menghormati orang lain,nilai kedisiplinan, nilai kesalehan sosial, dan lain-lain.

Gareth R. Jones, menggolongkan nilai-nilai menjadidua, yaitu: nilai-nilai instrumental (instrumental value) dannilai-nilai terminal (terminal value). Nilai-nilai terminal in-strumental adalah model perilaku yang di harapkan olehorganisasi, nilai-nilai terminal adalah keadaan akhir atauoutput yang diharapkan atau yang akan dicapai olehanggota organisasi.67 Contoh penerapan nilai tersebutdalam dunia pendidikan adalah: a) nilai-nilai instrumen-tal (instrumental value); kerja keras, menghormati budaya,kreatif, hati-hati, berani mengambil risiko, dan mem-pertahankan standar tinggi; b) nilai-nilai terminal (termi-nal value); terbaik, stabilitas, profitabilitas, dan predik-tabilitas, keinovativan, moralitas, efisien, dan kualitas.Contohnya nilai siswa terbaik dalam menempuh UjianNasional (UN), maka nilai terminalnya terefleksikan padavisi, misi dan tujuan sekolah. Nilai instrumental membantusekolah dalam mencapai nilai terminal, nilai terminal daninstrumental menciptakan norma khusus berupa per-aturan dan prosedur operasional sekolah yang mengaturcara berperilaku dan melakukan pekerjaan tertentukhususnya di sekolah.

67 Wirawan, Budaya dan Iklim Organisasi... h. 45.

Page 63: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

53

3. AsumsiAsumsi adalah dugaan yang dianggap benar dan

diterima sebagai dasar berfikir dan bertindak. Asumsi akanmempengaruhi persepsi, perasaan, dan emosi wargasekolah mengenai sesuatu. Menurut Edgar H. Schein, “ba-sic assumption atau asumsi yang mendasari adalahkeyakinan yang dianggap sudah ada oleh anggota suatuorganisasi”.68 Sedangkan Brown, membedakan antaraasumsi dan kepercayaan, yaitu: a) kepercayaan dianutdengan sadar dan mudah dideteksi, sedangkan asumsidasar dianut tanpa sadar dan sulit terlihat; b) kepercayaandapat dikonfrontasi dan didebat, sehingga mudah diubahdari pada asumsi dasar yang merupakan definisi sertatidak dapat diperdebatkan dan dikonfrontasi; c) keper-cayaan merupakan kognisi sederhana, sedangkan asumsimeliputi tidak hanya kepercayaan tapi juga interpretasidari kepercayaan ditambah nilai-nilai dan emosi.

Menurut Schein, asumsi mempunyai lima dimensi,yaitu: a) hubungan kemanusiaan dengan lingkungan; b)sifat dari realitas dan kebenaran; c) karakteristik dari sifatmanusia; d) sifat dari aktivitas manusia; e) sifat darihubungan antar manusia.69 Hubungan dengan aplikasinyadi sekolah adalah:1) Hubungan kemanusiaan dengan lingkungan. Ada yang

berkemampuan mengontrol sekolahnya sendiri, ke-mampuan ini bergantung pada apakah mereka mampumengontrol lingkungannya atau tidak. Sebagiansekolah ada juga yang dapat mendominasi danmengontrol lingkungannya. Sebagian lainnya harusmenyesuaikan diri. Sebagian lainnya lagi merasa

68 Edgar H. Schein, Organizational Culture... h. 25.69 Wirawan, Budaya dan Iklim Organisasi... h. 55.

Tinjauan Pustaka

Page 64: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

54

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

didominasi oleh lingkungan dan harus menerima apaadanya.

2) Sifat dari realitas dan kebenaran. Banyak cara untukmenentukan kebenaran dan mencapai keputusan dalamsekolah. Pada sejumlah sekolah___kebenaran ditetapkanberdasarkan dogma murni sesuai tradisi atau kearifanyang diduga benar dari pimpinan mereka. Padasebagian sekolah, didasarkan pada proses legal danrasional menurut peraturan dan prosedur tertentu.Sebagian yang lain lagi merupakan hasil konflik ataudebat. Karakteristik dari sifat manusia; asumsi yangberbeda mengenai sifat manusia mendominasi polapikir sekolah yang berbeda. Misalnya penerapan teoriyang dikemukakan oleh Douglas McGregor, dalamteori X dan teori Y-nya. Teori X menganggap manusiapada dasarnya pemalas, sedangkan teori Y berasumsibahwa pada dasarnya manusia itu senang bekerja.Suatu sekolah mungkin menggunakan asumsi teori Xdan sekolah lain menggunakan asumsi teori Y terhadapwarga yang ada di sekolah. Suatu sekolah, pegawaihanya termotivasi oleh kompetensi gaji, sedangkansekolah lainnya dianggap termotivasi berdasarkanpencapaian aktualisasi diri.

3) Sifat dari aktivitas manusia. Sekolah tertentu mem-punyai asumsi bahwa pegawai harus proaktif, bekerjakeras, dan cerdas untuk mencapai tujuan tertentu,sekolah yang lain berasumsi bahwa hasil aktivitasbergantung pada nasib, ada juga sekolah yang ber-asumsi pada aktualisasi dan pengembangan dirisendiri melalui kemandirian, perubahan dan kontrolyang dilakukan.

4) Sifat dari hubungan antar manusia. Asumsi mengenaibagaimana manusia saling berhubungan, berbeda-

Page 65: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

55

beda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya.Sebagian sekolah menekankan diri pada individualis-me. Sekolah yang lain menekankan pada kolektivismedan kerja sama, ada yang dijalankan berdasarkanotokratis, juga ada yang demokratis bahkan ada yangpaternalistis.

Tinjauan Pustaka

Page 66: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

56

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Page 67: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

57

BAB IIIDESKRIPSI LEMBAGA

PENDIDIKAN

A. Sejarah Singkat SMP Negeri 2 Arut SelatanSMP Negeri 2 Arut Selatan, awalnya bernama SMP

Negeri 2 Pangkalan Bun, beralamat di Jalan Pasanah, RT.12, No. 26, Kelurahan Madurejo, Kecamatan Arut Selatan,Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi KalimantanTengah. Telepon (0532) 25297, kode pos 74112. Luas lahan25.000 m2. Terletak di tengah-tengah perumahan pen-duduk. Sebelah timur berbatasan dengan kebunmasyarakat, sebelah barat terdapat Jalan Pasanah (jalanutama menuju SMP Negeri 2 Arut Selatan), sebelah utararumah-rumah penduduk dan sebelah selatan berbatasandengan gudang/perusahaan snack.

Keberadaan sekolah yang berada di lintas jalan jalurprovinsi, berada di tengah kota tetapi jauh dari keramaiandan kebisingan, ditambah lagi dengan area sekolah yangluas, memberikan kemudahan kepada pengelola sekolahuntuk lebih mengembangkan sekolah ke depan,berkompetisi sehat dengan sekolah-sekolah yang ada diKabupaten Kotawaringin Barat.

Page 68: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

58

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

SMP Negeri 2 Arut Selatan didirikan pada tanggal 9Oktober 1982 oleh Pemerintah Daerah melalui DinasPendidikan dan Pengajaran Kabupaten KotawaringinBarat. Berdasarkan Surat Keputusan nomor: 0299/O/1982.Dengan demikian berarti SMP Negeri 2 Arut Selatanberoperasi sebagai lembaga pendidikan kurang lebihsudah dua puluh sembilan tahun, secara empiris merupa-kan waktu yang cukup berpengalaman dalam menjalankansebuah sekolah, sehingga pembentukan, perkembangandan transfer religious culture dari generasi ke generasi yangdiusahakan sekolah tersebut, dapat terbentuk menjadi re-ligious culture yang khas sesuai dengan karakter sekolahtersebut.

Diangkat sebagai kepala sekolah pertama adalah H.Masdulhak, beliau juga sebagai orang yang terlibatlangsung dalam pendirian sekolah tersebut. “Sumberpertama budaya sekolah adalah pendiri atau founding fa-ther. Pendiri organisasi/sekolah dapat merupakan seorangatau beberapa orang.70 Pendiri merupakan anggotapertama sekolah, ketika mendirikan, sudah barang tentumempunyai visi misi, serta tujuan dan harapan tertentu,baik tertulis maupun tidak tertulis atas kelangsungansekolah, dan satu tata usaha yang membantu adalah LiesNoor sampai sekarang masih mengabdi di sekolahtersebut. SMP Negeri 2 Arut Selatan diresmikan olehgubernur Kalimantan Tengah W.A. Gara, didampingi olehkepala kantor Dinas Pendidikan dan Pengajaran ProvinsiKalimantan Tengah Y. Sumorang.

Ide dasar pendiriannya adalah: pertama, di kotaPangkalan Bun hanya ada satu Sekolah Menengah Pertamayang negeri yaitu SMP Negeri 1 Pangkalan Bun. Sementara

70 Wirawan, Budaya dan Iklim Organisasi... h. 72.

Page 69: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

59

itu___keinginan masyarakat untuk menyekolahkan anaknyake sekolah negeri cukup tinggi; kedua, jumlah anak yangmelanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama, melebihikapasitas daya tampung sekolah yang ada; ketiga, sekolahsederajat yang ada baik negeri maupun swasta secarageografis letaknya terlalu jauh terutama dari anak lulusanSD Desa Pasir Panjang, Desa Batu Belaman, kompleksAURI, Kelurahan Madurejo, Kelurahan Sidorejo dansebagian Kelurahan Baru serta desa Natai Raya; keempat,berdasarkan analisis kondisional dewan guru SMP Negeri1 Pangkalan Bun, bersepakat untuk mendirikan SekolahMenengah Pertama, dengan nama SMP Negeri 2Pangkalan Bun.

Berdirinya SMP Negeri 2 Arut Selatan, karena tuntutankebutuhan masyarakat, sudah barang tentu harusdisesuaikan dan menyesuaikan dengan kebutuhan lokal.Merupakan keberhasilan dari kinerja SMP Negeri 2 ArutSelatan, karena sudah terbukti dengan banyaknya orangtua yang mendaftarkan anaknya sebagai calon siswa baruke sekolah tersebut, tidak hanya masyarakat sekitarsekolah, tetapi yang melewati sekolah menengah lain punlebih memilih masuk ke SMP Negeri 2 Arut Selatan.

Pada tahun pertama proses belajar mengajardilaksanakan di SMP Negeri 1 Pangkalan Bun yang bersifatsementara, sambil menunggu penyelesaian ruang baruyang sedang dibangun. Tahun kedua sudah menempatigedung sendiri termasuk siswa yang sudah kelas VIII atausiswa kelas II pada saat itu. Penerimaan siswa baru dibatasimenyesuaikan dengan jumlah ruang yang ada, meskipunminat masyarakat memasukkan anak ke SMP Negeri 2Pangkalan Bun semakin tinggi, dibuktikan denganpendaftarnya tidak hanya anak-anak lulusan SD Desa PasirPanjang, Desa Batu Belaman, kompleks AURI, Kelurahan

Deskripsi Lembaga Pendidikan

Page 70: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

60

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Madurejo dan Kelurahan Sidorejo, tetapi anak-anak yangmelewati sekolah lain pun, memilih masuk SMP Negeri 2Pangkalan Bun.

Setelah tiga tahun berdiri yaitu tahun ajaran 1985/1986mulai menerima dua kelas, karena sudah ada tambahangedung baru untuk ruangan kelas belajar. Gedungdibangun menggunakan dana Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah (APBD) Provinsi Kalimantan Tengah, danAPBD Kabupaten Kotawaringin Barat, sedangkan iurankomite digunakan untuk insentif bulanan guru dankepentingan proses belajar mengajar lainnya, seperti: batukapur, dan alat-alat pelajaran.

Tahun 2002___SMP Negeri 2 Pangkalan Bun berubahnama menjadi SMP Negeri 2 Arut Selatan, sesuai denganinstruksi dari Dinas Pendidikan pada saat itu, dalamrangka menyesuaikan dengan penataan sekolah, sekaligusuntuk memperoleh Nomor Statistik Sekolah (NSS) atauNomor Induk Sekolah (NIS). Statistik Sekolah/NomorInduk SMP Negeri 2 Arut Selatan, adalah: 201140501002/200120.

Sejak tahun 2005 tepatnya tanggal 12 Januari 2005,dengan Surat Keputusan No. 421.2/15/DS/BAS-KOBAR,mendapat nilai akreditasi 90,75 dengan klasifikasiperingkat akreditasi sekolah A (Amat Baik), merupakannilai akreditasi tertinggi untuk Sekolah Menengah Pertamayang terakreditasi di Kabupaten Kotawaringin Barat waktuitu. Putusan ini berlaku untuk masa waktu empat tahunsejak ditetapkan. Luas tanah 25.000 m2 yang dimilikisekolah ini, sangat ideal dengan tata ruang yang longgar,dapat dimanfaatkan untuk sarana berbagai kegiatanpeserta didik, misalnya tersedia tempat belajar di luarkelas, tempat berolah raga yaitu lapangan sepak bola yangdigunakan tidak hanya warga sekolah, tetapi rutin setiap

Page 71: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

61

sore dipakai bersama dengan masyarakat, bulu tangkis,sepak takraw, tenis meja (out door) dan yang masih dalamperencanaan yaitu lapangan bola basket dan pemindahanpembangunan musalla baru yang dapat menampungsemua warga SMP Negeri 2 Arut Selatan dan dapatdigunakan oleh masyarakat sekitar sekolah.

Arah perluasan kota dan perluasan pemukimanpenduduk akhir-akhir ini, menjadi salah satu penyebabSMP Negeri 2 Arut Selatan semakin diminati masyarakatuntuk memasukkan anaknya sebagai calon siswa barusekolah tersebut. Berdasarkan data pendaftaran siswa barutahun pelajaran 2008/2009 sebanyak 401 orang, diterima228 orang untuk enam rombongan belajar. Tahun pelajaran2009/2010 sebanyak 456 orang, diterima 228 orang untukenam rombongan belajar. Tahun 2010/2011 sebanyak 516orang, diterima 228 orang untuk enam rombongan belajar.

SMP Negeri 2 Arut Selatan, temasuk sekolah yangmendapat kepercayaan masyarakat, dibuktikan dengantingkat pendaftar calon siswa baru yang semakinbertambah setiap tahunnya. Menurut Rohiyat, sekolahseperti SMP Negeri 2 Arut Selatan termasuk memiliki out-put sekolah yang baik dari prestasi kinerja nonakademik,yaitu mendapat kepercayaan publik atau masyarakat,sehingga merasa aman atau bangga atau berkeinginantinggi kepada sekolah,71 dalam hal ini adalah penyeleng-gara SMP Negeri 2 Arut Selatan.

Sebagai sekolah yang diminati oleh masyarakat, tentusaja SMP Negeri 2 Arut Selatan berada dalam lingkungankehidupan sosial masyarakat dan warga sekolah yangbersifat majemuk, terdiri dari berbagai agama dan suku.

71 Rohiat, Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik, (Bandung: PT RefikaAditama, 2010), h. 58.

Deskripsi Lembaga Pendidikan

Page 72: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

62

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Masyarakat yang memasukkan anaknya terdiri dari wargamasyarakat yang bergama Islam, Kristen Protestan, KristenKatolik, Hindu, Budha dan pernah juga Khonghucu.Sementara dari segi etnis atau suku terdiri dari sukuMadura, Jawa, Banjar, Melayu, Dayak, Sunda, Batak, Bugis,Cina. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa kondisiobjektif SMP Negeri 2 Arut Selatan dilatar belakangi olehkeanekaragaman budaya warga sekolah dan masyarakatsekitarnya, tentu dapat dijadikan sebagai modal dasardalam membangun sekolah.

B. Profil SMP Negeri 2 Arut Selatan1. Visi dan misi SMP Negeri 2 Arut Selatan

Visi SMP Negeri 2 Arut Selatan adalah “Berprestasi,Terdidik, dan Berbudaya dengan Dasar Iman dan Taqwa”.Dengan indikator pencapaian: pertama, berprestasi dibidang akademik; kedua, mampu bersaing dalammelanjutkan pendidikan lebih tinggi; ketiga, mampumenyelenggarakan pengembangan diri berdasarkan minat,bakat, dan kemampuan siswa; keempat, berprestasi dibidang olahraga dan seni; kelima, memiliki berbagaiketerampilan dan kewirausahaan; keenam, memilikidisiplin dan tanggung jawab yang tinggi; ketujuh, memilikidasar IMTAQ untuk menjalankan agama.

Sebagai upaya mewujudkan visi tersebut, dirumuskanmisi SMP Negeri 2 Arut Selatan: pertama, melaksanakanpembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiapsiswa dapat berkembang secara optimal sesuai denganpotensi yang dimiliki; kedua, meningkatkan prestasiakademik siswa melalui kegiatan belajar tambahan; ketiga,menumbuhkan iklim bersaing yang positif pada seluruhwarga sekolah dalam rangka peningkatan prestasi; keempat,

Page 73: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

63

meningkatkan apresiasi seni budaya melalui kegiatanpengembangan diri; kelima, meningkatkan prestasi olahraga melalui kegiatan pengembangan diri; keenam,meningkatkan keterampilan dan semangat kewirausahaanmelaui kegiatan belajar tambahan atau pengembangandiri; ketujuh, menerapkan disiplin, tanggung jawab, budipekerti luhur in action dalam pergaulan; kedelapan,melaksanakan kegiatan praktik ibadah dan kegiatan sosialdi lingkungan sekolah maupun masyarakat; kesembilan,menerapkan manajemen partisipan dengan melibatkanseluruh warga sekolah dan orang tua/wali siswa dalamusaha mewujudkan prestasi siswa yang lebih baik.

Visi dan misi sekolah yang bertulis permanen di depanpintu gerbang masuk sekolah, menunjukkan prediksi awaltentang arah sekolah tersebut ke depan. Dilengkapi visidan target pencapaian tujuan sekolah yang jelas, sesuaidengan kompetensi sekolah yang dipasang di sebelahruang guru. Kepala sekolah dalam hal ini menunjukkanseorang pimpinan yang mempunyai kompetensi stratejik,yaitu kemampuan untuk melihat jauh ke depan, sehinggadapat merumuskan kebijakan yang bersifat strategis.72

Visi dan misi SMP Negeri 2 Arut Selatan tidak hanyadidokumentasikan pada dokumentasi Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP), tetapi juga secara jelas terteradi bagian depan pintu gerbang masuk sekolah. Siapapunyang lewat atau datang ke SMP Negeri 2 Arut Selatan, visidan misi tersebut akan menjadi pemandangan pertamayang terbaca.

Visi dan misi SMP Negeri 2 Arut Selatan sudah dibuatsejak tahun 2002 oleh tim, dipimpin langsung oleh kepala

72 Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Kepemimpinan...h. 99.

Deskripsi Lembaga Pendidikan

Page 74: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

64

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

sekolah. Pada saat itu semua sekolah di minta untukmembuat visi dan misi yang sesuai dengan kondisisekolah masing-masing. Tahun 2006/2007 misi SMPNegeri 2 Arut Selatan tersebut diperbaharui. Diper-baharuinya visi misi tersebut diawali dengan adanyabantuan dana BOMM (Bantuan Operasional ManajemenMutu) tahap kedua, setelah melakukan evaluasi makasekolah membentuk tim untuk menyesuaikan dengankeadaan pada saat itu. Hasil dari kerja tim___disampaikankepada guru dan tata usaha pada forum rapat rutin gurudan pegawai sekolah, maksudnya berusaha melakukanproses pengambilan keputusan, dengan mengimplemen-tasikan proses “bottom-up” secara demokratis, sehinggasemua pihak memiliki tanggung jawab terhadapkeputusan yang diambil berserta pelaksanaannya.73

Tahun ajaran 2010/2011 kepala sekolah menugaskankepada tim untuk merevisi meninjau ulang visi dan misisekolah atas usulan dari salah seorang guru, karena di-anggap sudah waktunya untuk dievaluasi, mengingatsudah lima tahun berjalan, dan ada program tertentu yangsudah dilaksanakan sekolah tetapi belum masuk dalammisi sekolah.

Ketua tim yang ditugaskan menuturkan, setelahdilakukan evaluasi terhadap visi dan misi sekolah, untukvisi sekolah belum ada perubahan yaitu “Berprestasi,Terdidik dan Berbudaya Berdasarkan Iman dan Taqwa”, karenadianggap masih cocok dengan kondisi dan karakteristiksekolah, hal ini tidak masalah dalam dunia pendidikan,karena selama dianggap masih cocok dengan kondisi dan

73 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2009), h. 37.

Page 75: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

65

secara substansi serta teori cara pembuatan visi sekolahmasih sesuai.

Tim perumus merumuskan visi misi sekolah diantaranya dengan memilih kata atau kalimat yangkongkrit, simpel dan tidak terlalu panjang. Dalampenyususnannya mereka memperhatikan bahwa: pertama,dalam merumuskan harus mengacu kepada tujuanpendidikan nasional, dan tujuan institusional, di sampingkondisi riil masyarakat baik masyarakat yang mengitariSMP Negeri 2 Arut Selatan, maupun yang menjadipeminatnya; kedua, menyesuaikan dengan karakteristikSMP Negeri 2 Arut Selatan yang multi agama danmayoritas muslim. Sebagaimana yang dikatakan olehBound, dalam perumusan visi harus “simple and compel-ling, certainly challenging, practicable, and realistic”.

Respons kepala sekolah terhadap visi yang dianggapmasih cocok, masih selaras dengan tuntutan objektifkebutuhan daerah dan kondisi lingkungan dan wargasekolah yaitu “Berprestasi, Terdidik, dan Berbudaya denganDasar Iman dan Taqwa”. Oleh karena itu setiap ganti kepalasekolah, visi dan misi tidak selalu harus berubah. Tidaktepat jika berganti kepala sekolah, berganti pula visisekolah yang dipimpinnya. Pergantian atau perubahanvisi pada dasarnya bukanlah hal yang tidak dibolehkan,bilamana visi tersebut sudah tidak selaras dengan kondisidan tuntutan sekolah. Sesuai panduan pembuatan visisekolah sebaiknya dievaluasi selama empat tahun.

Pada rumusan misi sekolah___terdapat perubahanbegitu juga dengan pada indikator pencapaian target.Penambahan pada misi nomor 4, yaitu “meningkatkanapresiasi seni budaya melalui kegiatan pengembangan diri”,penambahan pada tujuan sekolah yaitu nomor 3 “mampumenyelenggarakan Pengembangan Diri berdasarkan minat, bakat,

Deskripsi Lembaga Pendidikan

Page 76: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

66

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

dan kemampuan siswa”, yaitu memasukkan unsur krida dankarakter bangsa dalam rumusan tersebut.

Menurut salah seorang guru agama Islam, dalamrangka menindaklanjuti visi dan misi sekolah, pada tahunpelajaran 2010/2011, terutama yang berkaitan denganmeningkatkan keimanan dan ketakwaan, ditetapkanlahberbagai hal yang dapat merealisasikannya baik yangmenyangkut sofp maupun hard, apalagi pada tahun 2011sekolah tersebut terpilih sebagai satu-satunya sekolahyang diikutkan pada lomba kegiatan keagamaan, mewakiliKabupaten Kotawaringin Barat ke tingkat ProvinsiKalimantan Tengah.

Sejumlah faktor pendukung dikondisikan SMP Negeri2 Arut Selatan, seperti meningkatkan kualitas pemahamanterhadap agama dengan cara pemberantasan buta baca al-Quran, mengintensifkan pelaksanaan Buku PantauanPrestasi Siswa, rencana pemindahan musalla ke tempat yangstrategis dan berukuran besar, dirancang dapat menam-pung seluruh warga sekolah yang beragama Islam, dandapat digunakan oleh masyarakat luar sekolah. Hal inidisetujui oleh seluruh sivitas SMP Negeri 2 Arut Selatandan komite sekolah.

Secara realistis faktor adanya nilai-nilai religious yangdijunjung tinggi di SMP Negeri 2 Arut Selatan menjadifaktor perhatian dalam mengarahkan sekolah ke depanuntuk memperoleh sebuah kesuksesan, kesuksesan yangbermakna pada masa depan sangat ditentukan olehkemampuan orang siapa pun juga dalam memandangsebuah nilai yang dihargai di lingkungannya. Kepalasekolah profesional memiliki kemampuan manajerial danintegritas pribadi untuk mewujudkan visi menjadi aksi,serta demokratis dan transparan dalam berbagai

Page 77: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

67

pengambilan keputusan.74 Religious culture di SMP Negeri2 Arut Selatan merupakan potensi, yang diberdayakankepala sekolah untuk menjadi karakter sekolah danperantara mencapai keberhasilan sekolah, kerja manajerialsekolah yang porsional sesuai dengan jabatan masing-masing saling mendukung dan memahami. Visi sekolahmerupakan acuan, bahwa segala yang dijalankan olehsekolah tersebut mengacu pada visi untuk mencapaitujuan sekolah.

Sementara itu, pengaruh sekularisme sangat pervasifmerambah ke semua bidang kehidupan termasukpendidikan. Di kebanyakan sekolah-sekolah umumberupaya menghindari kurikulum dari sentuhan agama.Materi pendidikan agama mendapat porsi yang sangatkecil di sekolah yaitu hanya 2 jam per-pekan. Lebihmenyedihkan lagi materi pendidikan agama mendapatistatus yang rendah dan cenderung diabaikan. Indikatorrendahnya status pendidikan tidak diikutsertakan materitersebut dalam ujian nasional. Naiknya standar ujiannasional menyebabkan guru, sekolah dan siswa lebihberpaling pada pelajaran yang diujikan dalam ujiannasional. Konsekoensinya siswa melihat pendidikanagama dengan sebelah mata dan menganggap sebagaimateri pelengkap saja.75

Berbeda kondisinya dengan yang terjadi di SMPNegeri 2 Arut Selatan, sekolah tersebut justru sangatmemperhatikan kompetensi religiusitas keagamaansekolah, yang harus mereka berdayakan untuk menjadikompetensi sekolah dalam membuat visi misi. Visi misiyang dibuat merupakan pedoman awal bagi sekolah

Deskripsi Lembaga Pendidikan

74 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah... h. 42.75 Imron Rosyidi, Pendidikan Berparadigma... h. 66-67.

Page 78: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

68

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

tersebut mengarahkan tujuan dan harapan sekolah kedepan. Ditambah lagi dengan masuknya mata pelajaranPendidikan Agama Islam dalam USBN (Ujian SekolahBerstandar Nasional) pada tahun ajaran 2010/2011

Setidaknya terdapat tiga jenis kontribusi yang bisadisumbangkan visi misi yang memasukkan nilai-nilai re-ligious seperti di SMP Negeri 2 Arut Selatan, bagi kemajuanmanajemen, yaitu: pertama, dimensi religious memberikanpondasi yang kuat untuk membangun integritas moralyang kokoh bagi para warga sekolah. Integritas tersebutdinaungi oleh, misalnya sikap kejujuran, kesederhanaan,dan sikap yang mengacu kepada etika kebenaran.76

Kedua, berkaitan dengan pengembangan etos kerjayang berorientasi pada kemajuan dan keunggulan kinerja.Dimensi religiusitas semestinya mampu dijadikankekuatan pendorong utama untuk menancapkan motivasidan etos kerja yang selalu mengacu pada prestasi terbaik.Kesadaran kuat untuk menjalankan sebuah niat suci untukselalu menganggap pekerjaan sebagai sebuah ibadahharus dimiliki, bekerja di sekolah dengan kualitas yangasal-asalan, semestinya dianggap sebagai sebuah “dosa”dan merasa malu di hadapan yang Maha Tahu. Sebaliknyaketika bisa mempersembahkan kinerja yang istimewa, ataumampu menggagas dan melaksanakan ide-ide kreatifmemajukan sekolah, sepantasnya tidak melulu didasarioleh keinginan untuk naik pangkat atau mendapat gajih,melainkan pertama-tama mesti dilatarbelakangi oleh niatsuci untuk beribadah. Dimensi religiusitas dapat menjelmasebagai kekuatan diri yang kuat dan mampu memotivasi

76 Indra Utoyo, Manajemen Alhamdulillah... h. 25.

Page 79: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

69

untuk terus bekerja keras memberikan yang terbaik bagikehidupan.77

Ketiga, dimensi religiusitas dapat membangun apayang kini sering disebut sebagai learning culture. Tak bisadisangkal lagi bahwa hampir semua agama di dunia iniselalu mendorong para umatnya bergairah mendalamiilmu. Sebab ilmu adalah kunci sukses menjalani segalakehidupan.78

SMP Negeri 2 Arut Selatan sudah memberikanpeluang religious tertuang dalam visi misi sekolah, denganmembangun nilai-nilai kebaikan, hal itu membuat gurudan pegawai yang ada merasa setara dan memungkinkanmereka hidup dalam lingkungan yang bebas dari rasatakut. Dampak berikutnya adalah intuisi dan kreatifitasakan lebih tajam yang diwarnai dengan rasa kepemilikantinggi terhadap sekolah. Sebagaimana yang telah disikapioleh guru dan pegawai di SMP Negeri 2 Arut Selatan,bahwa dari beberapa penelitian diketahui bahwa pengem-bangan religious ditempat kerja berpengaruh positifterhadap sikap dan perilaku kerja pegawai, antara lainmenyangkut kepuasan kerja, inovasi dan produktivitas.Hal-hal tersebut sangat penting bagi efektivitas organisasisecara keseluruhan.79

Religious di sekolah bukanlah agama atau penggantiagama, juga bukan perihal mengajak orang untukmengikuti sistem keyakinan tertentu. Religiusitas ditempat kerja adalah mengenai pemahaman diri guru danpegawai sebagai makhluk religious yang jiwanya beradapada tempat ia mengabdi; mengenai pengalaman akan

Deskripsi Lembaga Pendidikan

77 Indra Utoyo, Manajemen Alhamdulillah... h. 26.78 Indra Utoyo, Manajemen Alhamdulillah... h. 27.79 Indra Utoyo, Manajemen Alhamdulillah... h. 28.

Page 80: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

70

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

rasa bertujuan dan bermakna dalam pekerjaannya;mengalami perasaan saling terhubung dengan orang laindan dengan komunitasnya di tempat kerja. Memang adaperkembangan yang menarik dalam beberapa tahunterakhir ini, khususnya di bidang manajemen, hampirsemua buku-buku yang terbit semuanya bermuara padareligious, atau konsep manajemen yang berjuang danbermuara pada religious.80

Wujud dari religious culture yang sifatnya abtrak initak dapat diraba atau dilihat meskipun telah masuk dalamrumusan visi misi SMP Negeri 2 Arut Selatan. Lokusnyaada dalam pikiran warganya yang tercermin terhadapperilaku termasuk kinerja manajemennya.

Visi misi SMP Negeri 2 Arut Selatan dibuat untukmencapai tujuan sekolah. Oleh karena itu, keberhasilansuatu sekolah ditunjukkan oleh kemampuannya mencapaitujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. KeberhasilanSMP Negeri 2 Arut Selatan dalam mencapai tujuan sangatditentukan oleh kinerja organisasi yang sangat dipengaruhioleh faktor eksternal maupun internal oganisasi.

Sebagai faktor internal sekolah di samping didukung olehsumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan kinerjasekolah, maka yang sangat besar peranannya adalah culturesekolah yang dianut segenap sumber daya manusia dalamSMP Negeri 2 Arut Selatan. Faktor eksternal adalah segalasesuatu yang berada di luar sekolah, namun mempunyaipengaruh besar terhadap sekolah dan budayanya.

Manajemen yang baik dalam pengaplikasian visi misiyang dibuat, menghasilkan keteraturan dan konsistendengan cara mempersiapkan secara formal, merancang

80 Indra Utoyo, Manajemen Alhamdulillah... h. 31.

Page 81: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

71

struktur yang kuat, dan memonitor hasil berdasarkanrencana. Sebaliknya kepemimpinan berkaitan denganperubahan pemimpin menentukan arah dengan cara me-ngembangkan suatu visi masa depan; kemudian merekamenyatukan orang-orang dengan cara mengomonikasikanvisi ini dan menginspirasi mereka untuk mengatasiberbagai rintangan.81 Pimpinan yang ada di SMP Negeri 2Arut Selatan, telah menjalankan fungsinya sebagaipembentuk kultur keberagamaan di sekolah denganmengonsepkan rumusan tujuan sekolah dan mentransfer-kannya kepada semua warga sekolah, sebagaimana fungsipimpinan yang diungkapkan oleh Peter, Dobin danJohnson bahwa para pimpinan sekolah khususnya dalamkapasitasnya menjalankan fungsinya sangat berperanpenting dalam dua hal yaitu: pertama, mengonsep-situalisasikan visi dan perubahan; kedua, memilikipengetahuan, keterampilan dan pemahaman untukmentransformasikan visi menjadi etos dan kultur akademiske dalam aksi ril.82

Kepala SMP Negeri 2 Arut Selatan mempertahankandan mengembangkan religious culture yang sangat terasadi SMP Negeri 2 Arut Selatan, tentunya selalu meng-implementasikan religious culture yang berfokus kepadavisi dan misi sekolah dan disertai dengan program danstrategi yang jelas, melakukan komunikasi yang sehat,berani melakukan inovasi juga menanggung risiko yangdi akibatkan, berorientasi pada kinerja yang dapat diukurdan dapat dievaluasi, menyatukan komitmen semua yang

81 Stephen P. Robbinmdan Timothy A. Judge, Organizational Behavior,Diterjemahkan oleh Diana Angelica, dengan judul Perilaku Organisasi,Edisi 12, ( Jakarta: Salemba Empat, 2008), h. 48.

82 Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar... h. 74.

Page 82: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

72

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

terlibat, dan melakukan evaluasi sekolah yang bergunabagi pengembangan budaya sekolah selanjutnya.

2. Profil Kepala SMP Negeri 2 Arut SelatanSejak berdirinya tahun 1982 sampai sekarang, SMP

Negeri 2 Arut Selatan sudah berusia dua puluh sembilantahun. Selama itu dijabat oleh enam orang kepala sekolah.Keenam orang kepala sekolah tersebut secara priodekmenggambarkan enam periodesasi kepemimpinan kepalasekolah yang dijabat secara bergantian.

Periode tahun 1982 hingga tahun 1987 SMP Negeri 2Arut Selatan dijabat oleh H. Masdulhak. Periode tahun1987-1990 dijabat oleh Immil Yonathan. Periode 1990-2000dijabat oleh H. Masrul D.S. Periode 2000-2004 dijabat olehH. Darlan Makmur. Periode 2004-2007 dijabat oleh Sunari,S.Pd. Periode 2007 hingga sekarang dijabat oleh Masturi,S.Pd. Ind.

Pergantian kepala sekolah memungkinkan mengenaikelangsungan budaya sekolah. Pemimpin baru tetapmempertahankan budaya lama sebagai warisan yangharus dipertahankan. Akan tetapi dapat juga mengem-bangkan atau merubahnya dengan budaya baru.83 Sekolahtersebut menganut pendapat kedua yang disampaikanoleh Wirawan, yaitu selain mempertahankan budaya yangdianggap baik, juga merubah/mengembangkan budayayang baru.

Dilihat dari sudut agama, dari enam orang kepalasekolah yang pernah menjabat di SMP Negeri 2 Arut Sela-tan tersebut, satu orang di antaranya dijabat oleh kepalasekolah yang nonmuslim (beragama Kristen Protestan),

83 Wirawan, Budaya dan Iklim Organisasi... h. 73.

Page 83: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

73

yaitu Immil Yonathan. Namun dalam sistem manajemendan proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik,walaupun guru dan siswanya mayoritas beragama Islam.

Kepala sekolah yang menjabat sekarang berlatarbelakang pendidikan S-1 Bahasa Indonesia, aktif diberbagai organisasi Islam, dan pengurus badan atauyayasan pendidikan Islam di luar sekolah, serta rutinmengikuti pengajian di masyarakat. Beliau menjadi gurusejak tahun 1988, dipercaya sebagai kepala sekolah tahun1997 di SMP Negeri 1 Kotawaringin Lama, tahun 2000kepala SMP Negeri 4 Kotawaringin Lama, tahun 2003kepala SMP Negeri 3 Kumai, dan tahun 2007 kepala SMPNegeri 2 Arut Selatan sampai sekarang. Beliau orang yangfashih membaca al-Quran, dibuktikan dengan aktivitasmenjadi imam salat berjamaah, dan menguasai materikeislaman karena biasa memberikan taushiyah atauceramah agama di sekolah, mempunyai kecerdasan sosialkeagamaan dibuktikan dengan tingkat kesadaran yangsetiap tahun berqurban, dan selalu menitipkan zakat infakdan sadaqah ke panitia ZIS di sekolah dan selalu ber-partisipasi dalam sumbangan spontan situasional.

Semua warga sekolah yang berhasil diwawancaraimengatakan bahwa beliau orang yang baik, berakhlakmulia, alim, sangat menghargai orang lain, menghindaripermusuhan dan menyukai kedamaian dan kebersamaan,tidak minta dihormati atau tidak minta dijadikan ataudiperlakukan seperti atasan, tetapi menyukai sebagaimitra dan teman sejawat, sederhana, ramah, murah senyumdan menutupi kelemahan orang lain termasuk bawahan.

Kepala sekolah yang bersikap agamis dan memilikikompetensi beragama yang tinggi, menjadi modal bagisekolah dalam menerapkan religious culture sekolah,ditambah lagi dengan kemampuan menyambungkan

Page 84: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

74

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

komunikasi sehat ke bawahan. Bacal, memandang manaje-men kinerja sebagai proses komunikasi yang dilakukansecara terus menerus dalam kemitraan antara karyawandengan atasan langsungnya. Proses komunikasi inimeliputi kegiatan membangun harapan yang jelas sertapemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan.75

Kepala SMP Negeri 2 Arut Selatan berdasarkan teoriyang ada termasuk dengan pemimpin yang mempunyaiwawasan budaya, sehingga layak disebut sebagai culturalleader. Cultural leader adalah orang yang dengan membericontoh, menyeimbangkan nilai-nilai kemanusiaan dalammengerjakan tugas, dengan kata lain___cultural leader adalahpemimpin yang dapat memahami orang lain mempunyailatar belakang budaya yang berbeda.

3. Kondisi Guru SMP Negeri 2 Arut SelatanGuru SMP Negeri 2 Arut Selatan berjumlah empat

puluh orang, guru laki-laki sebanyak empat belas orangdan guru perempuan sebanyak dua puluh enam orang.Semuanya berstatus pegawai negeri sipil, dengankualifikasi pendidikan minimal S-1 dan latar belakangpendidikan yang berbeda-beda. Menunjukkan bahwa darisegi kualitas pendidikan guru, sudah memenuhi syaratkompetensi yang dituntut sesuai dengan UU Nomor 14tantang guru harus minimal sarjana S-1 dan memiliki aktaIV.

Kondisi ragam agama guru SMP Negeri 2 Arut Selatanyang mereka anut, tidak berpengaruh negatif dalampergaulan, artinya proses pergaulan di antara guru berjalansecara baik, bahkan menurut beberapa orang guru, inginmenampakkan dalam perilaku mereka bahwa agama yangdianut adalah agama yang mengajarkan tentang kebaikandalam berbagai hal.

Page 85: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

75

Selanjutnya, dari segi penganut agama guru___

prosentasinya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Prosentasi penganut agama guru

Islam merupakan agama yang mayoritas dianut olehpara guru di SMP Negeri 2 Arut Selatan, yaitu sebanyakdua puluh sembilan orang guru yang beragama Islam atau72%. Kristen Protestan berada pada urutan kedua, yaitusebanyak delapan orang guru yang beragama KristenProtestan atau 20%. Kristen Katolik pada urutan ketiga,yaitu sebanyak dua orang guru yang beragama KristenKatolik atau 5%. Selanjutnya mereka yang beragamaHindu sebanyak satu orang guru yang beragama Hinduatau 2,5%. Dilihat dari sisi agama bahwa guru-guru SMPNegeri 2 Arut Selatan bersifat heterogen dalam menganutagama.

Penganut agama mayoritas di sekolah turut mem-pengaruhi terhadap pelaksanaan religious culture-nya. Halini secara umum sudah berlaku di seluruh nusantara bagiyang muslimnya mayoritas. Sebagaimana yang diungkap-kan oleh Nurcholis Madjid bahwa Islam telah mem-buktikan kemampuannya secara meyakinkan dalammelaksanakan toleransi dan pluralisme secara unik dalamsejarah agama-agama, di mana agama Islam merupakan

Page 86: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

76

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

anutan mayoritas, agama-agama lain tidak mengalamikesulitan berarti.84

4. Kondisi Staf Administrasi dan Pegawai SMPNegeri 2 Arut SelatanSMP Negeri 2 Arut Selatan memiliki lima orang tata

usaha, semuanya berstatus pegawai negeri, dan tiga orangpegawai, yang berstatus sebagai pegawai negeri satu orang,sedangkan dua orang di antaranya masih berstaus sebagaitenaga honorer. Mereka memiliki tanggung jawab ber-beda-beda sesuai dengan pembagian tugas yang ditetap-kan oleh kepala sekolah, namun mereka saling membantudalam menjalankan tugas keadministrasian sekolah,sehingga semua urusan yang berhubungan dengankeadministrasian sekolah dapat diselesaikan dengan baik.Pembagian tugas tersebut adalah: pertama, pengelolaadministrasi secara keseluruhan; kedua, mengurusiadministrasi kesiswaan; ketiga, pelayanan terhadap gurudan pegawai sekolah; keempat, sarana prasarana; kelima,keuangan; keenam, pengelola perpustakaan; ketujuh,penjaga sekolah; kedelapan, Satpam (Satuan Pengaman) danpetugas kebersihan sekolah.

Strategi kepala sekolah yang memberdayakan personiltata usaha dengan pembagian tugas berbeda-beda, salingberkordinasi dalam penyelesaiannya, sudah sesuai denganmanajemen yang disampaikan oleh Suharsimi, bahwamanajemen pendidikan adalah suatu kegiatan ataurangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usahakerja sama sekelompok manusia, yang tergabung dalam

84 Nurcholis Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah KritisTentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemoderenan, (Jakarta:Paramadina, 1995), h.7-8.

Page 87: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

77

organisasi sekolah, untuk mencapai tujuan sekolah yangtelah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efesien.85

Semua staf administrasi dan pegawai beragama Islam,dan mereka sangat antusias ketika ada kegiatan keaga-maan di sekolah, artinya mereka memberikan dukungansepenuhnya terhadap kegiatan dilaksanakan di sekolah,bahkan keterlibatan mereka tidak hanya sekedar ikutmendengarkan kegiatan keagamaan, tetapi merekadilibatkan dalam kepanitiaan kegiatan keagamaan.

5. Kondisi Siswa SMP Negeri 2 Arut SelatanJumlah siswa yang terdaftar dalam buku administrasi

SMP Negeri 2 Arut Selatan sebanyak 682 siswa, merupakanjumlah terbanyak untuk sekolah tingkat SMP diKabupaten Kotawaringin Barat.

Adapun dari segi penganut agama siswa, prosentasi-nya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Prosentasi penganut agama siswa

85 Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan,(Yogyakarta: Aditia Media, 2008), h. 4.

Page 88: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

78

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Islam merupakan agama yang mayoritas dianut olehsiswa di SMP Negeri 2 Arut Selatan, yaitu sebanyak 585orang siswa atau 86%. Agama Kristen Protestan beradapada urutan kedua, yaitu sebanyak tujuh puluh lima orangsiswa atau 11%. Kristen Katolik pada urutan ketiga, yaitusebanyak tujuh belas orang siswa atau 0,35%. Selanjutnyamereka yang beragama Hindu, yaitu sebanyak empatorang siswa atau 0,09%. Dilihat dari sisi agama bahwasiswa SMP Negeri 2 Arut Selatan juga bersifat heterogendalam menganut agama.

Data statistik yang dikeluarkan oleh Biro PusatStatistik tahun 2005 menunjukkan bahwa dari 208.819.860jiwa penduduk Indonesia, pemeluk agama Islamberjumlah 182.083.594 jiwa atau 87,20%, Kristen Protestanberjumlah 12.964.795 jiwa atau 6,20%, Kristen Katolikberjumlah 6.941.884 jiwa atau 3,32%, Hindu berjumlah4.586.754 jiwa atau 2,20%, dan Budha berjumlah 2.242.833jiwa atau 1,07%.86 Sangat tajam perbedaannya jikadibandingkan dengan jumlah pemeluk agama masyarakatKabupaten Kotawaringin Barat, tempat SMP Negeri 2 ArutSelatan ini berada, yaitu: pemeluk agama Islam sebanyak261.302 atau 91.4%, pemeluk agama Kristen Protestan13.263 atau 4.6%, pemeluk agama Katolik 5.870 atau 2.1%,pemeluk agama Hindu 523 atau 0.2%, pemeluk agamaBudha 4.769 atau 1.7%, pemeluk agama Konghucu duapuluh satu atau 0.01%, pemeluk kepercayaan 210 atau0.1%.87

86 Imron Rosyidi, Pendidikan Berparadigma Inklusif, (Malang: UIN-Malang Press, 2009). h. 25-26.

87 Sumber: Kantor Dinas Kependudukan Kotawaringin Barat 30 No-vember 2010.

Page 89: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

79

BAB IVPERKEMBANGAN RELIGIOUS

CULTURE DI SEKOLAH

Religious culture yang berorientasi di sekolah, tidak bisadilepaskan dari segala aktivitas yang ada di sekolahtersebut. Semuanya itu telah menyatu ke dalam kegiatanakademik dan kegiatan kesiswaan melalui kegiatan yangbersifat intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Religious cul-ture tidak berdiri sendiri, karena “religious culturemerupakan seperangkat keyakinan dan simbol (dan nilaiyang diambil darinya) yang berhubungan dengan per-bedaan antar realitas emperis dengan realitas transendendan supra-emperis: soal-soal transendental berada diwilayah emperis”.88

Indikasi yang menunjukkan adanya simbol-simbolreligious culture di SMP Negeri 2 Arut Selatan, persis disebelah piket guru harian, terdapat tulisan ruang belajaragama Kristen Protestan, ruang belajar Kristen Katolik, danruang belajar agama Hindu. Khusus pada hari Senin, Selasadan Rabu, ruang tersebut selalu di gunakan untuk belajar

88 Religious culture yang berorientasi di sekolah, tidak bisa

Page 90: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

80

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

dengan waktu yang bersamaan. Suasana yang salingmenghormati, memberi kesempatan kepada agama laindan tidak mengganggu agama lain yang belajar atau punibadahnya pada saat jam pelajaran berlangsung, sudahmenjadi pemandangan damai yang biasa di sekolah ini.

Melalui kebijakan kepala sekolah yang mengadakanruang belajar khusus untuk semua agama yang ada, danmemberi kesempatan kepada warga sekolah untukmenjalankan ibadah agama di sekolah, sesuai denganPeraturan Pemerintah Nomor: 55 tahun 2007, tentangPendidikan agama dan Pendidikan Keagamaan, Pasal: (3)Setiap satuan pendidikan menyediakan tempat me-nyelenggarakan pendidikan agama; Pasal (4) Satuanpendidikan yang tidak dapat menyediakan tempatmenyelenggarakan pendidikan agama sebagaimanadimaksud pada ayat (3) dapat bekerja sama dengan satuanpendidikan pendidikan yang setingkat atau penyeleng-garaan pendidikan agama bagi peserta didik; Pasal (5)Setiap satuan pendidikan menyediakan tempat dankesempatan kepada peserta didik untuk melaksanakanibadah berdasarkan ketentuan agama yang dianut olehpeserta didik.

Peneliti juga mengamati bahwa dalam praktik dilapangan, perkembangan religious culture yang ada di SMPNegeri 2 Arut Selatan adalah:1. Culture sekolah yang menekankan adanya petunjuk

dari atasan. Kebijakan sekolah mengikuti arahan dariatasan, oleh karena itu para guru lebih banyak meng-ikuti arahan tersebut. Pendidik kurang bebas membuatkeputusan, tetapi harus teramat sangat bijak dalampenerapannya di lapangan, karena semua harusmengikuti peraturan dan ketentuan dari atas, misalnya

Page 91: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

81

dalam pelaksanaan ujian nasional dan penggunaandana BOS.

2. Budaya sekolah memberikan apresiasi terhadap wargasekolah dan lebih bersifat instingtif dan mengalirsesuai dengan culture personal yang masuk dalamkomunitas sekolah yang akhirnya menjadi culturesekolah, di samping pondasi sekolah yang sudahterbangun sistemnya secara baik.

Dalam praktik di lapangan, religious culture sekolahyang telah diciptakan dan tetap eksis di SMP Negeri 2 ArutSelatan dalam bentuk:1. Penghargaan terhadap simbol-simbol keagamaan yang

mendasari. Terlihat seperti: a) tulisan-tulisan yangmengandung motivasi atau himbauan; b) pemanfaatanrumah ibadah (musalla) sebagai pusat kegiatanpembelajaran bagi yang beragama Islam; c) hampirsemua guru perempuannya menutup aurat; d) semakinbertambahnya jumlah siswi yang menutup aurat; e)seragam siswa yang panjangnya di bawah lutut se-hingga menutup aurat bagi yang muslim; f) peringatanhari besar keagamaan semua agama; g) penerapan doadan syukur setiap memulai dan mengakhiri kegiatan,termasuk doa bersama dan istighasah setiap menjelangujian nasional; h) pemanfaatan majalah dindingsekolah sebagai media informasi dan berkreasi; i)pelaksanaan pengembangan diri keagamaan; j)penyediaan ruang khusus untuk pembelajaran agama;k) pemberantasan buta baca al-Quran setelah pulangsekolah; l) kebaktian setiap kegiatan natal dan paskah;m) pengajian rutin bulanan; n) lomba-lomba dan pentasseni bernuansa religi; o) pemberdayaan buku “PantauanPrestasi PAI”.

Perkembangan Religious Culture di Sekolah

Page 92: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

82

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

2. Penghargaan terhadap nilai-nilai yang mendukung.Terlihat seperti: a) toleransi beragama yang dijunjungtinggi; b) disiplin terhadap tugas dan waktu serta taataturan; c) menghormati kelebihan orang lain yangberprestasi dan berusaha untuk berprestasi; d) trans-paran dalam hal pengelolaan keuangan, pemberiannilai, dan penerimaan siswa baru; e) berkoordinasidalam melaksanakan tugas-tugas dan mengutamakankerja sama; f) berbagi kasih sayang dalam bentukkesalehan sosial; g) pelaksanaan amaliyah Ramadhan;h) mengucapkan salam kepada warga sekolah; i)berkompetisi sehat.

3. Penghargaan dari asumsi yang mendasari. Terlihatseperti: a) jujur dalam menyampaikan informasi dandalam perbuatan, jujur dalam pemberian nilai, sertajujur dalam pengisian data; b) berusaha untuk menjaditeladan bagi orang lain; c) bertanggung jawab terhadaptugas-tugas yang diberikan.

Religious culture yang sangat kelihatan dan dirasakanmulai dari penghargaan terhadap simbol-simbol ke-agamaan, menjunjung tinggi nilai-nilai yang mendukung,sampai pada pemberian asumsi yang dijadikan dasaruntuk bersikap dan berbuat dalam mengelola sekolah, halini sesuai dengan yang disampaikan oleh Geertz bahwaculture dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:kebudayaan sebagai sistem pengetahuan dan kebudayaansebagai sistem makna terhadap simbol-simbol. Iamengartikan kebudayaan sebagai “Jaringan-jaringanmakna yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Analisisterhadap makna ini bukanlah merupakan ilmu eks-

Page 93: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

83

perimental, melainkan sebuah ilmu interpretatif untukmencari makna”.89

Menjadi kewajiban bagi manajerial sekolah untukdipertahankan dan dikembangkan “sesuai dengankekhasan etnik, profesi dan kompetensi kedaerahan”,90

dalam hal ini adalah kompetensi sekolah, selanjutnya akanmenjadi karakteristik culture SMP Negeri 2 Arut Selatan.Kebanggaan guru, dan pegawai yang mengabdi di SMPNegeri 2 Arut Selatan, menunjukkan kondisi sekolahtersebut stabil dan dinamis, manajerial sekolah harusmempertahankan suasana religious culture sekolah tersebut.

Manajerial sekolah membangun sebuah sistem yangdi dalamnya mengutamakan kerjasama atau team work.Kesuksesan dibangun atas dasar kebersamaan dan bukankerja satu orang kepala sekolah atau “one man show”.Pimpinan sekolah atau kepala sekolah boleh datang silihberganti, tetapi sistem akan terus berjalan dinamis.

Meskipun sudah enam kali berganti kepala sekolah,tetapi sistem yang ada di sekolah tersebut tetap berjalandinamis, sehingga tidak ketergantungan dengan salahseorang dalam membangun dan mengembangkan religiousculture sekolah, pengertian budaya yang didefinisikan olehSoerjono Soekanto sebagai sebuah sistem nilai yang dianutseseorang pendukung budaya tersebut yang mencakupkonsepsi abstrak tentang baik dan buruk, atau secarainstitusi nilai yang dianut oleh suatu organisasi yangdiadopsi dari organisasi lain baik melalui reinventingmaupun re-organizing,91 sudah diaplikasikan padamanajemen kinerja SMP Negeri 2 Arut Selatan.

Perkembangan Religious Culture di Sekolah

89 Wahyu, MS, Perubahan Sosial... h. 19.90 Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar... h. 148.91 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar... h. 174.

Page 94: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

84

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Pengelolaan manajemen sekolah dalam rangkamengembangkan religious culture-nya, sudah melibatkanunsur tree in one dalam pelaksanaannya. Melibatkan wargasekolah, komite sekolah/masyarakat, dan orang tua siswa.Sebagai lembaga pendidikan, SMP Negeri 2 Arut Selatanjuga sudah terjadi pembentukan budaya, transfer budaya,dan perubahan budaya, yang dinamis termasuk religiousculture sekolah. Strategi dalam menciptakan budaya yangagamis kehidupan warga sekolah, sudah dilakukan olehsekolah tersebut.

Tingginya kepercayaan masyarakat terhadap SMPNegeri 2 Arut Selatan, dibuktikan dengan semakinmeningkatnya jumlah orang tua yang mendaftarkan putra-putrinya untuk mengikuti tes ujian masuk yang setiaptahunnya mengalami grafik kenaikan. Menunjukkanbahwa sekolah semakin baik sesuai dengan harapanmasyarakat. Guru dan pegawai yang mengabdi di SMPNegeri 2 Arut Selatan semuanya mengatakan banggamemiliki dan mengabdi di sekolah tersebut, karenasuasana keberagamaannya yang kondusif. Semuanya itutelah menyatu ke dalam kegiatan manajemen akademikdan kegiatan kesiswaan melalui kegiatan yang bersifatintrakurikuler dan ekstrakurikuler, ini merupakan salahsatu karakter dari SMP Negeri 2 Arut Selatan. Sosok kepalasekolah sekarang yang agamis, selalu mengimple-mentasikan kebijakan sekolah, menambah keberadaan re-ligious culture SMP Negeri 2 Arut Selatan sekarang semakinterasa.

Kepala sekolah menuturkan bahwa untuk meningkat-kan pengembangan religious culture sekolah, menekankandalam setiap kesempatan untuk mengembangkan strategipembelajaran alternatif. Para pendidik sebagai seorangfasilitator sekaligus sebagai pengarah untuk dapat

Page 95: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

85

mengarahkan peserta didiknya untuk menjadi seorangyang mempunyai sikap moral berdasarkan nilai agamasecara universal, sehingga dapat memahami dan menilaikehidupan dengan bijaksana. Oleh karena itu, salah satustrategi pembelajaran alternatif untuk mencapai hal itu.Maksudnya, guru-guru semua mata pelajaran memasuk-kan pesan-pesan moral agama secara umum kepada siswadi sekolah. “Model pembelajaran terpadu yang ditawarkanoleh para ahli semuanya menginginkan bahwa pem-belajaran di sekolah menawarkan nilai-nilai agama secarauniversal”.92

Religious culture di SMP Negeri 2 Arut Selatan sudahmampu aktif ambil bagian dalam memecahkan masalahsosial serta kemajuan sekolah, yang pertama kali dibenahiadalah situasi internal personal di sekolah itu sendiri,antara bagaimana mengembangkan paham keagamaanyang dinamis, tulus melayani, penuh cinta kasih padaorang lain, dan merasakan bahwa segala aktivitas yangdilakukan adalah karena atas nama Tuhan atau karenapelaksanaan nilai-nilai agama. Meskipun dikatakan bahwaagama itu datangnya dari Tuhan, tetapi makna danaktualisasi agama baru akan terwujud ketika agama itudipahami, dihayati, dan dipraktikkan oleh pemeluknyadalam realitas budaya termasuk di sekolah. “begitu agamadiwahyukan kepada manusia, maka ia sudah terlibatdalam proses kompromi dan tawar-menawar dengannorma-norma budaya yang melembaga dalam kehidupanmanusia”.93

Adapun agama yang dapat diusahakan dalam budayasekolah adalah “school culture is the set of norms, values and

Perkembangan Religious Culture di Sekolah

92 Imron Rosyidi, Pendidikan Berparadigma... h. 9.93 Imron Rosyidi, Pendidikan Berparadigma... h. 4.

Page 96: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

86

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

belief, ritual and ceremonies and stories that make up the personaof the school”.94 Pendapat ini secara jelas dipahami bahwabudaya sekolah tidak hanya memiliki nilai-nilai, keper-cayaan, tradisi, norma-norma dan mitos-mitos, tetapi jugaritual-ritual, serimonial pada suasana yang merupakankondisi atau keadaan yang menopang terimplementasinyaajaran agama secara universal di sekolah.

Religious culture di SMP Negeri 2 Arut Selatanberkembang melalui proses transformasi dan perubahanyang diusahakan melalui kebijakan kepala sekolah sebagaimetamorfosis institusi akademik menuju religious cultureakademik yang ideal, yaitu yang mampu meningkatkankinerja manajemen sekolah. Religious culture masuk danterbentuk dalam pribadi guru dan pegawai melalui adanyaadaptasi dengan lingkungan, pembiasaan tatanan yangsudah ada dalam etika pendidikan ataupun denganmembawa sistem nilai sebelumnya, yang kemudianmasuk dan diterima oleh SMP Negeri 2 Arut Selatan, yangakhirnya terbentuklah sebuah religious culture akademik disekolah, yang menjadikan khas/karakter SMP Negeri 2Arut Selatan.

94 Kent D. Peterson, Positive or Negative... p. 67.

Page 97: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

87

BAB VBENTUK-BENTUK RELIGIOUS

CULTURE DI SEKOLAH

A. Pengaruh Religious Culture TerhadapManajemen Kinerja dari Simbol-Simbol yangDihargai (Artefact)

a. Persatuan Spiritual (Peringatan Hari BesarKeagamaan)Peringatan Hari Besar Keagamaan disingkat (PHBK)

terdiri dari empat kata, kuncinya terletak pada kata “ingat”yang berarti: a) nasihat (teguran) untuk memperingatkan;b) kenang-kenangan, sesuatu yang dipakai untuk mem-peringati; c) catatan; dan d) ingatan.91 Dalam bahasa Indo-nesia, kata peringatan mengandung arti bahwa upayamemberikan ingatan kembali terhadap sesuatu peristiwayang pernah terjadi pada masa lalu, merupakan nasihatatau teguran untuk diambil manfaat dan hikmah yangterkandung di dalamnya.

91 Poerwadadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 1985), h. 381.

Page 98: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

88

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Hari besar keagamaan adalah hari bersejarah yangmemiliki nilai dan arti yang tinggi bagi pemeluk agamamasing-masing berdasarkan ajaran agamanya, karena didalamnya terkandung suatu peristiwa atau kejadian yangbermakna, dan di dalamnya penuh dengan hikmah yangbermanfaat bagi kehidupan beragama. Hari besarkeagamaan juga merupakan peristiwa yang terjadi di masalalu dalam ajaran agama masing-masing yang mengan-dung nilai-nilai sejarah, yang perlu dijadikan bahanrenungan oleh masing-masing umatnya. Hubungannyadengan peringatan hari besar keagamaan di sekolah adalahmerupakan upaya untuk mengingatkan kembali peristiwayang telah terjadi pada masa lalu, di masa Nabi dan Rasul(Islam), sesuai dengan waktu kejadiannya, untuk digalimanfaat dan hikmahnya dari peristiwa itu untukkemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Rasa memiliki terhadap agama tidak hanya sekedarmenjalankan kewajiban terhadap agama, tetapi adanyasemangat untuk menyemarakkan kegiatan keagamaan,dalam konteks seperti itulah kegiatan memperingati haribesar keagamaan selalu dilaksanakan sebagaimana yangtelah terjadi di SMP Negeri 2 Arut Selatan. Menurut wakilkepala sekolah urusan kesiswaan, kegiatan keagamaanterutama dalam rangka memperingati hari-hari besarkeagamaan sudah menjadi kebiasaan yang selalu dilak-sanakan, bahkan menurutnya setiap kegiatan keagamaanselalu dianggarkan dalam Rencana Anggaran Pendapatandan Belanja Sekolah (RAPBS).

Kegiatan memperingati hari besar keagamaan yangsudah menjadi kebiasaan, dapat dipastikan akan selaluberjalan sepanjang SMP Negeri 2 Arut Selatan tersebutberoperasi sebagai lembaga pendidikan. Kebiasaanmelaksanakan kegiatan untuk memperingati hari-hari

Page 99: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

89

besar keagamaan, dianggap mereka sebagai budaya yangpositif. Sekolah dengan budaya positif akan mendukungpengembangan profesional di antara guru-guru, adanyarasa tanggung jawab terhadap pembelajaran siswa.92 Harusdipertahankan apalagi melibatkan pihak komite sekolah,pegawai Kementerian Agama, pegawai Dinas Pendidikandan Kebudayaan, tokoh masyarakat dan tokoh agama,secara otomatis sekolah telah mempromosikan diri ke luarsekolah, dan warga sekolah pun otomatis lebih bertang-gung jawab untuk maju bersama dengan momentperingatan tersebut.

Kegiatan keagamaan yang dilaksanakan sebagai suatukebiasaan tentu sangat berperan untuk menunjang kuali-tas sekolah secara keseluruhan, tidak hanya mem-proyeksikan kualitas sekolah pada tataran nilai-nilaikognitif belaka. Dalam konteks ini menurut kepala SMPNegeri 2 Arut Selatan, apalah artinya nilai kognitifdiperoleh sedemikian tingginya, manakala perilaku, sikapdan perbuatan para siswa jauh dari ketentuan agama,padahal mereka adalah pemimpin umat di masa depan.Semua harus sadar apa yang diinginkan, seperti ingin parasiswa lulus 100%, tetapi tidak dapat menggapai apa yangmenjadi keinginan lebih dari itu, yaitu nilai afektif danpsikomotornya.

Kegiatan keagamaan di sekolah tersebut bukan hanyasekedar serimonial belaka bagi mereka, tetapi bagaimanamengambil hikmah dari semua kegiatan tersebut untukdapat diaplikasikan dalam mengelola sebuah lembagapendidikan. Hikmah dari kegiatan tersebut memberikan

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

92 Rahmani Abdi, Sekolah untuk Meningkatkan Mutu Sekolah, Ar-Risalah,Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, Amuntai: STAI RahaAmuntai, 2008, Vol. 4, No. 1, h. 18.

Page 100: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

90

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

makna kesadaran akan tugas dan tanggung jawab sebagaituntutan dari ajaran agama. Kebiasaan memperingati haribesar keagamaan di sekolah yang semakin dibiasakan ataudibudayakan, akan semakin banyak memberikan sinergiantara tugas baik sebagai pelajar bagi peserta didik,maupun kewajiban guru sebagai tenaga pendidik.

Bagi guru agama Islam, yang sudah menjadikan haribesar keagamaan sebagai suatu kebiasaan, apabila tidakmelaksanakan kegiatan tersebut, akan dapat dipastikanadanya perasaan bersalah, meskipun tidak mengandungperintah wajib seperti rukun Islam, tetapi dalam duniapendidikan merupakan sarana untuk memperdalamajaran agama, di sebabkan kegiatan tersebut mengandungmakna kebaikan bagi semua orang yang berada didalamnya, asalkan melaksanakannya tidak melanggaraturan agama itu sendiri.

Masih menurut guru agama Islam tersebut bahwasesuatu aib bagi sekolah yang tidak melaksanakanperingatan hari besar keagamaan, sebab kegiatan tersebutdapat menjadi peluang untuk memberikan nasihat,terhadap komunitas penganut agama, dengan tujuanterjadinya perubahan perilaku dari yang kurang baikdapat menjadi baik. Sisi lain dapat menjadi korektorterhadap diri sendiri dari tugas yang diberikan, baiksebagai peserta didik, maupun sebagai tenaga pendidik,sehingga dapat menilai kelemahan dan kelebihan dirisendiri dari sudut pandang agama yang dianut.

Seiring dengan pernyataan guru agama Islam di atas,ketika dihubungkan dengan perasaan para guru, dapatdisimpulkan bahwa guru lainnya pun menganggapmelaksanakan kegiatan hari besar keagamaan di sekolahsudah menjadi kewajiban sekolah, yang notabene menjadi

Page 101: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

91

kesepakatan para guru sebagai penganut agama yangberbeda. Menurut seorang guru senior,

“kegiatan hari-hari besar agama di SMP Negeri 2 Arut Selatan sudahberlangsung sejak sekolah (SMP Negeri 2 Arut Selatan) didirikanterutama untuk yang beragama Islam, kalau yang Kristen Protestandan Kristen Katolik mulai melaksnakan pada tahun ketiga, sedangkanagama Hindu dan Budha selalu menggabung ke komunitasnya dimasyarakat. Oleh karena itu, kegiatan memperingati hari besarkeagamaan benar-benar sudah menjadi yang tidak mungkin lagiditinggalkan atau dihilangkan”.

Ada dua hal penting dari data di atas: pertama,menganggap pelaksanaan kegiatan memperingati haribesar keagamaan di SMP Negeri 2 Arut Selatan adalahsuatu kewajiban; kedua, pelaksanaan memperingati haribesar keagamaan adalah sebuah kegiatan yang sudahmenjadi kebiasaan atau tradisi.

Konsekuensi dari memperingati hari besar keagamaansebagai suatu “kewajiban”, merupakan gambaranperasaan yang mendalam terhadap syiar agama dari suatupenganut agama. Syiar dalam bentuk serimonial yangterkait dengan pelaksanaan peringatan hari besar keaga-maan akan berproses dalam kejiwaan penganut agamauntuk dapat diterapkan dalam perilaku kerja. Sisi lain,kebiasaan melaksanakan memperingati hari besarkeagamaan adalah kebiasaan baik yang berpotensi untukmenjadi alat yang bersifat abstrak membentuk kepri-badian berakhlak mulia.

Tampaknya__budaya memperingati hari besarkegamaan di SMP Negeri 2 Arut Selatan sudah menjadisistem nilai sebagai sebuah kepercayaan (belief system),yang dapat mengekspresikan perilaku dan berhubungandengan standar-standar yang mengatur batasan-batasan

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 102: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

92

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

konsekuensi perilaku dari penganut agama sebagai suatukelompok. Robert menyatakan bahwa:

“the central element is the belief system which embodies the tacitassumtions and understandings of the group. This influences the groupvalue system, an expression of common judgment about the relativeimportance of issues an matters of concern. The group value systeminfluences the development of norms that express behaveoural expecta-tions and associated standars which set the limits for consequentbehaviour”.93

Seiring dengan hal tersebut, di SMP Negeri 2 ArutSelatan telah memperingati peringatan hari besarkeagamaan atau melaksanakan kegiatan keagamaan sesuaidengan agama yang dianut oleh guru dan siswanya selamatahun ajaran 2010/1011 adalah sebagai berikut: (1) AgamaIslam: ibadah Ramadhan (pesantren kilat Ramadhan, bukapuasa bersama, salat berjamaah, dan penerimaan/penyaluran ZIS), Idul Qurban (salat Idul Adha di lapangansekolah, dan penyembelihan hewan qurban), menyambuttahun baru Islam, peringatan maulid Nabi Muhammadsaw., peringatan isra’ mi’raj Nabi Muhammad saw. dandoa bersama; (2) Agama Kristen Protestan dan KristenKatolik: perayaan natal bersama, kebaktian Faskah, dandoa bersama; (3) Agama Hindu: doa bersama.

Senada dengan perkataan seorang guru yang meng-anut agama Kristen Protestan, pelaksanaan peringatan haribesar keagamaan di SMP Negeri 2 Arut Selatan adalahdalam rangka mempererat persatuan dan kesatuan, sertamenghormati nilai-nilai kebaikan yang diajarkan semua

93 Robert F. Cavanagh and Graham B. Deller, Towards a Model Of SchoolCulture, Paper presented to the 1997 Annual Meeting of the AmericanEduaction Research Association, Chicago, (Chicago Eric Documnet Re-production Service, 1997), Number: ED408678, p. 7.

Page 103: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

93

agama mereka. Menurutnya kebaikan diharapkan menjadikarakter yang mendasari dalam kehidupan pergaulan dilingkungan SMP Negeri 2 Arut Selatan

Warga SMP Negeri 2 Arut Selatan menyadari bahwasetiap agama mengajarkan tentang kebaikan, walaupununtuk meyakini kebenaran agama adalah hak individumasing-masing. Agama Islam kebenarannya, tentudiyakini oleh orang Islam, agama Kristen baik Protestanmaupun Katolik tentu kebenarannya diyakini oleh merekaberagama tersebut, demikian juga dengan agama Hindu.Akan tetapi yang ingin dibangun dari memperingati haribesar keagamaan, agar penganut agama menjadikanagama sebagai nilai yang mengandung kebaikan.

Apabila peringatan hari besar keagamaan di SMPNegeri 2 Arut Selatan sudah menjadi culture di sekolah,berarti sudah sebagai “school culture has an inpact on theachievement and behavior of students, as well as the motivation,productivity and job satisfaction of teachers. If infuences the will-ingness of teachers and administrators the extra mile”.94 Seiringdengan pernyataan ini, tentu tidak diragukan lagi esensidasar yang dibangun sekolah termasuk budaya mem-peringati hari besar keagamaan yang sangat berpengaruhpada prestasi dan perilaku siswa, dan juga motivasi,produktivitas dan kepuasan kerja guru-guru, sertakeinginan guru dan tenaga administrasi untuk bekerjalebih keras lagi.

“Tujuan dari peringatan hari besar agama di sekolah adalah untukmemberikan pemahaman kepada peserta didik tentang makna yangterkandung dari hari besar tersebut. Selain itu, dengan peringatan secara

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

94 Sherry Posnick-Goodwin, How’s Your School Culture? Positive, Nega-tive or Totally Toxic? (California: Educator, 2004), Vol. 23, p. 3.

Page 104: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

94

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

bersama-sama ini dapat memupuk persatuan dan keutuhan seluruhwarga yang ada di sekolah”.

Pernyataan tata usaha di atas, hampir sama denganpernyataan guru agama Islam berikut:

“hendaknya tidak hanya sekadar serimonial belaka. Makna hari besarkeagamaan itu harus mampu diaplikasikan secara nyata dalamkehidupan bersosial. ‘’Peringatan maulid Nabi saw., ini harus dijadikanmoment untuk lebih mendekatkan diri kepada sang Pencipta. Selain itu,jadikan juga sebagai moment untuk lebih meningkatkan kualitashubungan antara manusia, sebagaimana akhlak yang dicontohkan NabiMuhammad saw., (yang sedang diperingati pada hari ini)”.

Kebiasaan atau tradisi memperingati hari besar keaga-maan sepanjang SMP Negeri 2 Arut Selatan didirikan,merupakan budaya bagi sekolah tersebut, ditranferkankepada generasi-generasi berikutnya yang sudah menjadikesepakatan sekolah. Perasaan bersalah apabila tidakmelaksanakan, menganggap sebagai sarana memperdalamajaran agama, mempererat persatuan umat seagama danantar umat beragama serta merupakan kewajiban sekolahuntuk memprogramkannya dalam RAPBS, merupakanrasa memiliki terhadap agama, tidak hanya sekedarmenjalankan kewajiban terhadap agama, tetapi adanyasemangat untuk menyemarakkan kegiatan keagamaansemua pemeluk agama.

Manfaat yang sudah dirasakan SMP Negeri 2 ArutSelatan di atas terhadap PHBK sudah mencapai sasarantujuan dari peringatan hari besar keagamaan di sekolahsebagaimana yang di arahkan oleh Direktorat PendidikanAgama Islam di sekolah yaitu: a) memberikan penge-tahuan, pemahaman, dan penghayatan kepada wargasekolah tentang makna peringatan hari besar keagamaan;b) meningkatkan keimanan kepada Tuhan dan men-

Page 105: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

95

dekatkan diri kepada-Nya dari setiap makna yangterkandung dalam setiap peristiwa peringatan hari besarkeagamaan; c) menanamkan rasa persaudaraan antar wargasekolah melalui peringatan hari besar keagamaan; d)mengamalkan nilai-nilai ajaran agama yang terkandungdalam setiap makna peristiwa hari besar keagamaandengan mempraktikkan akhlak mulia dalam kehidupanbaik di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat.95

Peringatan Hari Besar Keagamaan sebagai simbol re-ligious culture SMP Negeri 2 Arut Selatan, berperan jugadalam pembentukan kesadaran kelompok keagamaanterhadap agamanya. Masalah keagamaan yang abstrakmenjadi jelas bagi para pemeluknya hanya dalam bahasalambang. Seluruh lambang diambil dari dunia jasmaniyang konkret, yang pada dasarnya berfungsi menjembatanidunia Ilahi dengan dunia manusiawi. Lambang selalumengandung kekuatan sakral dan Ilahi, membangkitkanrasa hormat, takut, dan menarik. Sebagaimana yangdirasakan juga oleh guru-guru sekolah tersebut.

Pengamatan beberapa ahli sosiologi agama atasmasalah simbolisasi religious culture sekolah, dapat diambilbeberapa kesimpulan: (1) suatu simbol (lambang) yangditerima atau dipercayai sebagai titik persamaan iman ataukepercayaan semua atau suatu agama memberikanpengaruh penting atas terjalinya kaitan kohesif antarapemeluk-pemeluknya; (2) gradasi penilaian diri kelompok(keagamaan) berjalan sejajar dengan kepercayaan parawarganya akan suatu simbol yang diyakini sebagai

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

95 Kementerian Agama Republik Indonesia, Kegiatan Peringatan HariBesar Islam (PHBI), untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), (DirektoratJenderal Pendidikan Islam, Direktorat Pendidikan Agama Islam PadaSekolah, 2010), h. 5.

Page 106: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

96

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

penyataan konkret dari kehendak positif realitas tertinggi(Tuhan) untuk melaksanakan ajaran-Nya.96 Peringatan HariBesar Agama sebagai salah satu simbol religious culture diSMP Negeri 2 Arut Selatan, termasuk kepada keduasimpulan ahli sosiologi tersebut.

Memperingati hari-hari bersejarah dalam agama yangdinyatakan oleh kepala sekolah dan guru di SMP Negeri2 Arut Selatan, dapat memahami makna agama secaramendalam, yaitu “mengacu pada disposisi dan tindakaninstitusional yang berhubungan dengan hal-hal yangsakral, dimensi kehidupan yang dirasakan lebih men-dalam, lebih kuat dan lebih signifikan dari pada kehidupansehari-hari atau keduniaan”.97 Menunjukkan bahwa agamamengekspresikan perhatian terhadap soal atau masalahyang dianggap penting dan mendasar seperti maknakehidupan, penderitaan, kejahatan, kematian, dan harapanakan masa depan yang lebih baik termasuk jugakeselamatan, kedamaian, dan kehidupan setelah mati.

Peringatan hari besar keagamaan sebagai sarana untukmenggali makna ajaran agama bagi manusia mempunyaiperan dan fungsi tertentu dalam memenuhi hajat hidup.Ada dua macam fungsi agama, yakni fungsi maknawi danfungsi identitas. Max Weber memandang fungsi maknawisebagai dasar bagi semua agama. Segala ketidakadilan danpenderitaan dipandang sebagai sesuatu yang penuhmakna. Agama sebagai refleksi cara beragama tidak hanyaterbatas pada kepercayaan tetapi terwujud dalam tindakansebagai ungkapan cara beragama, termasuk peringatan

96 A. Qodri Azizy, Pendidikan (Agama) Untuk Membangun Etika Sosial:Mendidik Anak Sukses Masa Depan: Pandai dan Bermanfaat, (Semarang:Aneka Ilmu, 2002), h. 8-14.

97 William Outhwaite (ed), Kamus Lengkap... h. 731.

Page 107: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

97

hari besar keagamaan yang dilaksanakan di SMP Negeri 2Arut Selatan, yaitu “Kesatuan-kesatuan sosial yang meng-anut sistem kepercayaan dan yang melakukan upacarakeagamaan”.98

b. Kesadaran Spiritual (Doa Bersama)Doa yakni memohon sesuatu yang kita inginkan

dengan tujuan agar dapat menambah peningkatanpengabdian kepada-Nya. Berdoa memperlihatkan bahwamanusia, di samping memiliki kelebihan atau kecakapanberupa kekuatan fisik, akal, perasaan dan kemampuanrohani lainnya, juga masih banyak sesuatu yang terjadi diluar batas kesanggupan dan kecakapannya itu.99

Semua guru di SMP Negeri 2 Arut Selatan melakukandoa dan meminta siswa untuk berdoa setiap memulaipelajaran pada jam pelajaran pertama, baik yang belajardi dalam kelas maupun yang belajar di luar kelas, danmenutup dengan doa/syukur ketika mengakhiri pelajar-an, termasuk kegiatan di sore hari seperti saat les dankegiatan ekstrakurikuler tambahan. Ada juga beberapapetugas piket yang mengajak siswa berdoa ketika berbarisdi lapangan pada pukul 06.15 wib. sebelum memberipengarahan pagi, tetapi apabila ganti jam pelajaran ataubukan jam pelajaran pertama dan terakhir, tidak semuaguru mengawali dan menutup pelajaran dengan doa,adapun yang melakukan pada saat ganti jam pelajaranadalah semua guru pelajaran agama, dua orang guru olah

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

98 Emile Durkheim, Pokok-Pokok Antropologi... h. 123.99 Depdiknas dan Departemen Agama Republik Indonesia, Panduan

Pembiasaan Akhlak Mulia PAI Sekolah Menengah Pertama, (DirjenManajemen Pendidikan Dasar & Menengah, Dirjen Pembinaan SMPdan Dirjen Pendidikan Islam, Direktorat Pendidikan Agama IslamPada Sekolah: 2009), h. 12.

Page 108: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

98

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

raga, satu orang guru sejarah, satu orang guru fisika dandua orang guru mata pelajaran TIK.

Di kelas yang semuanya muslim dan gurunya muslim,mereka membaca doa mau belajar yang lazim dibacaseperti Rodhitubillahi Robba wabil-islamidina wabiMuhammadin nabiyya warasula atau robbishrahli sodri wayassirliamri wahlul uqdhotammillisani yafqahu qauli, Rabbi zidni ‘ilmawarzuqni fahma. Radhîtu bi Allâ–i Rabbâ wa bi al-Islâmi dînâ wabi Muhammadin Nabiyyâ wa Rasûlâ atau Rabbî isyrahlî shadrîwa yassirlî amrî wa uhlu al-‘uqdhatan min lisânî yafqahû qaulî,Rabbî zidnî ‘ilmâ wa urzuqnî fahmâ.

. Begitu juga kalau mengakhiri pelajaran, ada yangmembaca doa penutup majelis, ada juga yang membacaQ.S. al-Ashr. Sedangkan kelas yang siswanya terdiribermacam agama atau lebih dari satu agama, termasukguru yang mengajar berbeda agama dengan kelas yangdimasuki, mereka berdoa dikomando oleh salah seorangsiswa untuk memulai berdoa dan mengatakan berdoaselesai. Berbeda dengan memulai dan menutup pelajaranuntuk pendidikan agama Islam, selain berdoa___merekajuga membaca ayat-ayat al-Quran dan doa keseharian,yang ditarget sekian kali pertemuan atau sampai hafal,baru pindah ke ayat atau doa lain. Berbeda lagi kalaupelajaran pendidikan agama Kristen Protestan dan KristenKatolik, mereka menaikkan syukur dan puji-pujian denganlagu dan lebih sering diiringi alat musik seperti gitar.Begitu juga pelajaran pendidikan agama Hindu, merekamelakukan doa dengan menggunakan bahasa Sansekertaseperti yang dituntunkan dalam agama mereka.

Dalam setiap acara yang lain seperti peringatan haribesar atau ada acara khusus, misalnya rapat komite,pelepasan siswa kelas IX, buka puasa bersama, setelahsalat berjamaah dan acara lainnya di sekolah___juga selalu

Page 109: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

99

ada doa, bahkan tidak jarang dipimpin oleh siswa sebagaiproses pendidikan. Begitu juga dengan doa yang di-lakukan di rumah apabila ada warga sekolah yang ber-hajat, syukuran, sakit dan meninggal dunia, doa dipimpinoleh guru agama Islam atau guru laki-laki muslim lainnya.Sebelumnya mengatakan “marilah sama-sama berdoa, bagiyang beragama Islam akan saya pimpin, dan bagi yangberagama lain silahkan menyesuaikan”, apabila jamaah-nya lebih dari satu agama. Berbeda lagi jika jamaahnyamuslim semua atau nonmuslim semua, yang seperti inimereka lakukan dengan cara menyesuaikan kepada agamamereka yang hadir pada saat acara tersebut.

Dua hari menjelang pelaksanaan Ujian Akhir Nasional(UAN), yaitu tanggal 23 April 2011, SMP Negeri 2 ArutSelatan melaksanakan acara doa bersama, tidak hanyadiikuti oleh kelas IX yang akan menghadapi ujian, tetapimelibatkan seluruh siswa, guru, tata usaha, dan pe-gawainya. Dilaksanakan di tiga tempat, yaitu: di halamankelas IX untuk yang beragama Islam, duduk lesehanberalas terpal dan karpet, di ruang keterampilan untukagama Kristen Protestan dan Kristen Katolik, di ruangbelajar untuk agama Hindu, dipimpin oleh guru agamamasing-masing. Pada jam yang sudah disepakati, merekaserentak memulai dan tidak akan membubarkan sebelumyang dilakukan agama Islam selesai, dengan maksudmenjaga suasana khusu’ masing-masing agama.

Acaranya berlangsung khidmad, bahkan hampirsemua yang ikut berdoa mengeluarkan air mata, apalagipada saat berjabat tangan antara siswa dengan guru, siswadengan siswa, dan antara guru dengan guru, untuk salingmeminta dan memberi maaf juga mendoakan kebaikan.Perempuan yang beragama Islam diatur khusus berjabattangan sesama peremuan, begitu juga laki-laki kepada

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 110: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

100

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

sesama laki-laki, baik guru maupun siswa. Ketikaditanyakan kepada siswa, semua mereka mengungkapkanbahwa: istighosah dan berdoa yang dilakukan, membuatmereka sadar akan dosa-dosa, menyesali selama ini belummenghargai guru dan orang tua, berharap kebaikan, danberjanji melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.Begitu juga dari pihak guru-guru, mereka mengatakanmerasa belum maksimal beribadah, termasuk dalammendidik siswa, merasa jauh dengan Tuhan, dan berharapkeberhasilan anak-anak.

Istigasah yang diisi dengan pembacaan ayat-ayat al-Quran pada saat doa bersama menjelang UAN di atas,dirasakan mereka mampu membangkitkan emosi,imajinasi dan intuisi tentang kehadiran Tuhan dalam dirimereka. Oleh karenanya signifikansi dari acara istigasahdan doa bersama tidak harus terletak pada pemahaman-nya, melainkan bisa juga pada pemeliharaan aspekkomitmen moral dan loyalitas kelompok. “Akan jauh lebihbermanfaat dan efektif lagi jika religious gathering itudiiringi pembahasan terhadap pesan tauhid dan moralyang dikandungnya”.100

Fenomena doa bersama dikatakan oleh salah seorangguru agama Islam, dilaksanakan setiap tahun. Alasannya:pertama, menyadarkan kepada mereka bahwa manusia ituwajib berusaha tetapi hasil akhirnya wajib juga diserahkankepada Allah; kedua, menyadarkan kepada mereka bahwadibalik yang sudah direncanakan dan diinginkan manusia,ada kekuatan yang Maha Dahsyat dan Maha segala-galanya; ketiga, sebagai sarana memantapkan hati bahwaSMP Negeri 2 Arut Selatan sudah siap melaksanakan ujiandan kewajiban yang lainnya dengan segala risiko, dan

100 Komarudin Hidayat, Tragedi Raja Midas... h.106.

Page 111: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

101

menganggap ada hikmah dibaliknya. Otomatis kegiatanberdoa yang mereka lakukan, berpengaruh terhadapmanajemen kinerja sekolah, karena mustahil hanyaberharap saja tanpa ada usaha.

Pada saat anak-anak menghadapi kesulitan, sehinggamenjadi cemas, khawatir, dan bahkan merasa takut, makadengan menghadirkan kekuatan yang diyakini sebagaipenolong terakhir, adalah sangat penting dalam pendi-dikan karakter, yang digagas oleh Menteri PendidikanNasional, para siswa ditumbuhkan kesadaran ber-Ketuhanan. Orang yang memiliki kesadaran tentang itu,maka pada jiwanya akan tumbuh suasana keberaga-maan, rasa hormat kepada orang lain dan bahkan akan ter-jadi saling tolong menolong, dan mencintai antar sesama.

Kepala sekolah mengatakan, di samping sebagaipembelajaran kepada orang tua siswa agar kegiatan doabersama dapat dimaknai secara positif, serta sistem yangberlaku pada ujian nasional dapat diterima. Inilah salahsatu pondasi yang sering dilupakan. Menghadirkan nilai-nilai religiusitas dalam seluruh dimensi kehidupan.Padahal ajaran agama dengan jelas mengajarkan bahwasiapapun yang dekat dengan Tuhan (taqarrub Ilallah), makaia akan mendapatkan ridho-Nya. Jangan sampai ingatTuhan hanya ketika mengalami kesulitan, namun pada saatkeadaan senang dan bahagia, nilai-nilai moral ketuhananterlupakan, seperti lirik lagu Bimbo mungkin sangat tepatdengan realitas tersebut, “aku jauh, Engkau jauh, aku dekat,Engkau dekat”. Memang hal itu sudah menjadi sunnatullah,tetapi terkadang kita sebagai manusia tidak pernahmerenungkannya. Kita sebagai manusia hanya inginmendapat nikmatnya saja tanpa mau berikhtiar baik lahirmaupun batin (berdoa setiap waktu).

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 112: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

102

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Masih dengan kepala sekolah, bahwa kegiatan doabersama seperti ini sangat penting dilakukan, untukmembangun kesadaran tentang kekuatan di luar diri yangbersangkutan, yang hal itu berpengaruh dalam menentu-kan keberhasilan usaha seseorang. Pada saat anak-anakmenghadapi kesulitan sehingga menjadi cemas, khawatir,dan bahkan merasa takut, maka dengan menghadirkankekuatan yang diyakini sebagai penolong terakhir adalahsangat penting.

Pendapat yang disampaikan oleh kepala sekolah,bahwa seharusnya bersama Allah tidak hanya ketika adayang diinginkan saja atau saat perlu saja, tetapi saat sukamaupun duka atau keadaan apapun selalu menghadirkanAllah, karena tugas selaku manusia hanya melaksanakandengan sungguh-sungguh, tetapi hasil akhir wajibdiserahkan kepada-Nya sebagai pemilik dan yang lebihtahu apa yang terbaik untuk hambanya. Menjadi orangyang cerdas finansial spritual harus merangkai langkahdengan satu komitmen: selalu dalam kontak dan doadengan Sang Khaliq yang menciptakan dan memberikeberhasilan.101

Salahkah menjumpai Tuhan dan taat beragama di saatmenderita? atau di saat ada keperluan saja seperti ketikamau menghadapi UAN/UAS? tentu saja tidak, karenaTuhan tidak mengenal birokrasi, baik yang menyangkutruang maupun waktu, maka siapa pun, apapun, dimanapun, dan dalam situasi apapun, seseorang dapatmenjumpai Tuhan untuk mengadukan segala persoalanhidupnya. Siapapun bebas menjumpai Tuhan sebagai-mana mereka juga untuk berpaling dari Tuhan, bahkanmengingkari Tuhan. Di sinilah keunikan beragama, dan

101 Komarudin Hidayat, Tragedi Raja Midas... h. 49.

Page 113: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

103

di sini pula keluruhan serta kesucian kualitas manusiaakan teruji.102

Berusaha lulus ujian nasional dengan prestasi terbaikdan berdoa dengan khusu’, mengikuti peraturan yangditetapkan secara nasional, yang sebelumnya sudahberupaya dengan memberikan pelajaran tambahan,merupakan salah satu proses manajemen kinerja yangdilakukan manajerial SMP Negeri 2 Arut Selatan agarmenghasil kinerja terbaik. Usaha yang dilakukan sekolahtersebut mengaju pada pernyataan Suyadi P.S, bahwakinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja yang dapatdicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalamsuatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapaitujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidakmelanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.103

Andai hasilnya terbaik tetapi dilakukan dengan cara yangmelanggar aturan atau moral, maka bukanlah termasukkinerja sekolah sebagaimana pendapat Suyadi.

Peneliti juga menyaksikan wakil kepala sekolahurusan kesiswaan yang beberapa kali menangani anak-anak berkelahi, melanggar tata tertib, wali kelas yangmemberi pengarahan kelasnya yang ribut, dan BP/BKyang menangani kasus siswi yang menulis di face bookkata/kalimat yang kurang pantas. Terdengar ucapan doadari mereka, agar anak tersebut baik dan tidak meng-ulangi, tidak dendam dan diminta untuk meminta maaf,serta terlebih dulu memaafkan.

Kekuatan doa yang akan mengalirkan energi dahsyatdan banyak mukjizat dalam hidup memerlukan kekuatan

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

102 Komarudin Hidayat, Tragedi Raja Midas... h. 42.103 Husein Umar, Desain Penelitian... h. 209.

Page 114: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

104

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

dalam berdoa yang berupa keyakinan. Sebuah peng-alaman nyata yang dialami secara pribadi membenarkanhal itu. Berikut petikan tentang wawancara dengan guru,tata usaha dan pegawai SMP Negeri 2 Arut Selatan yangberkaitan dengan doa.

“Doa itu rahasia Ilahi bagi seseorang, tugas kita adalah berharap yangpantas, dikabulkan atau tidak___Allah yang punya Kuasa. Saya tidakbisa melepaskan diri dari yang namannya doa, karena senjata sayamelangkah dan berbuat. Selama ini sudah bagus penerapannyadisekolah ini”.

Guru IPS di atas mewajibkan dirinya dalam melaku-kan doa, karena menganggap sesuatu yang tidak mungkinuntuk dilepaskan. Begitu juga dengan pendapat kepalatata usaha,

“kalau tidak merasa perlu berdoa___berarti sombong, karena merasa tidakpunya kekurangan atau merasa tidak perlu pemberian Allah. Doa jugabentuk syukur, sudah banyak yang kita rasakan bahkan tidak terhitung.Saya lebih sering berdoa dengan doa-doa al-ma’stur (kumpulan doa-doa yang ada dalam al-Quran dan Hadis), artinya semua masuk disana yang saya inginkan, jarang berbahasa Indonesia atau bahasadaerah, mungkin karena saya kurang bisa menyusun kalimatnya”.

Bagi pegawai lainnya, tidak hanya membutuhkanberdoa, tetapi doa orang lain pun sangat diperlukan,menunjukkan bahwa antar manusia saling ketergantungan.

“Tidak jarang meminta didoakan pada orang lain seperti orang tua,orang yang mau berangkat haji, orang alim, dan orang sakit, biasanyasaling mendoakan. Allah lebih tau mana yang pantas Dia kabulkan,tugas kita meminta saja dengan sungguh-sungguh, itu juga bernilaiibadah, jadi meskipun tidak dikabulkan sekarang, janji-Nya pastidikabulkan di sana (akhirat)”.

Sependapat dengan pernyataan cleaning service di atasyang merasa penting, ternyata bagi guru agama Kristen

Page 115: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

105

Katolik berikut juga merasa perlu berbagi peran denganmendoakan orang lain.

“Mendoakan siswa secara khusus, misalnya ada siswa yang bermasalah.Saya minta diampuni dan diberi jalan ke luar, agar Roh Kudus mengetukhati mereka dan agar dia bertobat, agar perbuatannya tidak diulangilagi, tidak melanggar moral, tidak bersikap yang menyimpang. Agarsekolah ini bersatu, damai, termasuk guru-gurunya juga saya doakan.Sehingga doa saya lebih bersifat umum”.

Sependapat dengan yang dilakukan oleh guru IPSperempuan berikut:

“doa adalah hal utama dan setiap hari diminta adalah kesehatan, janganterkena marabahaya/godan dunia seperti obat-obatan terlarang, narkoba,karena anak-anak saya jauh, agar anak-anak konsentrasi dan dapatmenerima pelajaran, jangan sia-siakan mereka, antarkan mereka selamatsampai pulang dan pertemukan kembali kami besok hari”.

Spesifik dengan pendapat guru sejarah di atas, bahwabeliau meminta setiap hari dan meminta sesuai dengankebutuhan masing-masing, selain memintakan kebaikanyang sifatnya umum. Lebih intens lagi yang dinyatakanoleh guru agama Kristen Protestan di atas, bahwa tidakhanya berdoa tetapi dalam segala hal harus menghadirkanTuhan, dan karena atau atas nama Tuhan.

“Doa itu sangat penting, saya lakukan rutin sebelum dan sesudahmelakukan pekerjaan, dan selalu saya tekankan pada anak-anak. KasihTuhan yang diberikan terlalu besar, mustahil disia-siakan. Setiapkejadian apapun, selalu saya hubungkan dengan Tuhan. Melayaniorang lain pun saya hubungkan bahwa harus baik supaya Tuhan jugabaik pada saya”.

Guru yang mengajar Muatan Lokal Bahasa Taringinberikut menyampaikan dalam bahasa daerahnya, bahwaberdoa tidak hanya untuk kepentingan yang hidup, tetapijuga berguna untuk mendoakan yang sudah meninggal.

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 116: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

106

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

“Bedoa te tada oleh ta ada, hiba ta ada bedoa amun kita ni seroba ta isijolu, jadi honda tu am bemohon dengan Tuhan, minta dibori ampunan,nyama n kita ni jadi urang besyukur, bedoaja am untuk yang jadimeninggal. Amun ada bala biak dikelas yang awu’nya bujur bedoa tu,ku togur, hiba Tuhan honda membori, amun taisinya bahemat”.

(Berdoa tidak bisa tidak, bagaimana tidak berdoa, karena kita ini memangtidak punya apa-apa, jadi harus meminta dengan Tuhan, minta diberiampunan, supaya menjadi orang yang bersyukur, berdoa juga untukyang sudah meninggal. Andai ada anak yang tidak benar berdoa dikelas___saya tegur, bagaimana Tuhan mau memberi, kalau tidaksungguh-sungguh)

Berikut adalah pernyataan guru bahasa Inggris, yangmenunjukkan tentang cara berdoa, dan menyatakandoanya banyak dikabulkan.

“Berdoa untuk suami, anak, orang tua, siswa dan orang lain. Terlalubanyak doa yang dikabulkan. Saya lebih sering dan lebih suka berdoadengan bahasa Indonesia dari pada bahasa arab, mungkin karena sayatidak mengerti artinya, lagipula tidak banyak hafal”.

Semakin dikuatkan dengan pendapat guru biologiberikut:

“ada beberapa yang belum dikabulkan, mungkin belum cukup ikhtiar,tetapi Allah lebih tahu yang terbaik buat saya, mungkin kurang amanahapabila diberikan yang saya mau. Ada yang sama sekali tidak pernahsaya minta bahkan tidak pernah terbayangkan, kenyataannya sayadapatkan, ukuran orang lain mungkin sangat susah untukmendapatkannya”.

Guru biologi di atas menyatakan bahwa Allah lebihtau dengan yang terbaik untuknya, dibuktikan dengan adayang diminta belum dikabulkan, dan ada yang tidakdiminta tetapi justru didapatkan. Sependapat denganpernyataan guru TIK berikut:

Page 117: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

107

“doa adalah permintaan dan curahan hati kepada Allah, kapan dan dimana saja saya melakukannya, tetapi lebih khusus setelah salat karenaterasa lebih khusu’. Di kabulkan atau tidak setelah berdoa___ terasa bagisaya. Misalnya saya berdoa sampai menangis saat mau tes CPNS,ternyata tidak lulus, hal yang wajar karena hanya berkeinginan,sedangkan usaha waktu itu belum maksimal. Alhamdulillah tahunberikutnya lulus. Tapi saya tidak bisa bayangkan andai tes pertamalulus, karena teman-teman yang lulus___pormasinya semua ke desaterpencil, mungkin tidak saya ambil, karena orang tua dan keluarga dikota. Memulai pekerjan selalu dengan bismillah, ini sudah menjadikebiasaan tanpa harus saya ingatkan diri saya”.

Guru di atas merasakan kedekatan dengan Allah, danberprasangka baik dengan setiap pemberian Allah, terma-suk ditundanya atas doa-doa yang dimunajatkan. Begitujuga yang dilakukan oleh guru agama Islam berikut:

“perbuatan baik apa saja yang saya lakukan, tidak lepas dari menyebutnama Allah, meskipun sambil berdiri/jalan. Berdoa secara khusus lebihsering saya lakukan saat salat di sujud terkhir, lebih khusu’ dan inginberlama-lama melakukannya. Minta ketenangan, ampunan, kesehatan,ketetapan iman, petunjuk dan lain-lain”, semua karena dan dikembalikankepada yang Maha Memiliki.

Penyampaian doa tidak mengenal waktu, setiapmemulai belajar, mengakhiri belajar, mau bekerja, selesaibekerja, di sekolah, di rumah, saat berdiri ataupun duduk,baik berdoa untuk diri sendiri maupun berdoa untukorang lain yang masih hidup ataupun sudah meninggal,sudah dengan sendirinya menjadikan kesadaran yangmereka implimentasikan secara praktis dengan doa.Pendek kata, apapun yang diperbuat seharusnya sesuaidengan anjuran “awalilah setiap langkah anda dengandoa”. Belajar memahami dengan berdoa, mempraktikkanilmu yang sudah dipahami juga dengan doa, mengulang-ulang juga dengan doa, membiasakan juga dengan doa,dan yang terakhir menuai hasil juga dengan doa.

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 118: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

108

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Seirama dengan pernyataan guru fisika berikut,bahwa doa itu pasti dikabulkan, meskipun dalam bentukkenikmatan yang lain.

“Doa itu ajaib dan pasti dikabulkan, hanya saja terkadang kita mausecara instan. Misalnya saya pernah berdoa untuk meminta menjadiguru berprestasi ke tingkat provinsi, ternyata saya tidak memenuhisatu persyaratan, padahal saya sudah memenuhi persyaratan lainnya,tiba-tiba saya kaget ada panggilan dari kantor dinas untuk menjadipendamping dan pembina peserta olympiade ke tingkat nasional. YaAllah... ternyata doa itu selalu berarti di mata Allah”.

Pada saat pengumuman kelulusan tanggal 4 Juni 2011,setelah menerima amplok berisi surat keterangan lulus,segera dewan guru yang muslim mengajak siswamelakukan sujud syukur, agar siswa mendapatkan lagipelajaran yang amat berharga dan mulia. Sebelumnya paraguru merazia siswa, mengingatkan dan mengatakankomitmen agar merayakan kelulusan dengan sopan dansantun, tidak dengan corat coret baju atau fasilitassekolah/umum, dan selalu menjaga nama baik sekolah,bagi yang melakukan maka ijazahnya akan ditahan.

Setelah mengetahu hasil akhir kelulusan siswa SMPNegeri 2 Arut Selatan, disambut dengan melaksanakansujud syukur bagi yang beragama Islam, ini adalahpelajaran yang amat berharga dan mulia. Sebagai seorangmukmin, tatkala mendapatkan keberhasilan, al-Quranmemberikan tuntunan agar bertasbih dengan memuji asmaAllah dan beristighfar,

Page 119: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

109

1. Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, 2.dan kamu Lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, 3. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu danmohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah MahaPenerima taubat.( Q.S. an-Nashr: 1-3)

Ayat al-Qurán tersebut menjadi petunjuk, bagaimanaseharusnya seseorang mukmin bersikap dan berbuattatkala mendapatkan keberhasilan. Guru-guru SMP Negeri2 Arut Selatan mempraktikkan ini kepada siswa tatkalamendapatkan kemenangan, yaitu lulus dalam menempuhujian.

Doa sebagai ekspresi dari orang yang beragama, makatidak salah ketika ada yang mengatakan “agama” mengacupada disposisi dan tindakan institusional yang ber-hubungan dengan hal-hal yang sakral, dimensi kehidupanyang dirasakan lebih mendalam, lebih kuat dan lebihsignifikan dari pada kehidupan sehari-hari ataukeduniaan”.104 Pengertian ini menunjukkan bahwa berdoasebagai ekpresi karena bergama dan mengakui ada yangMaha Memberi yaitu Tuhan, mengekspresikan perhatianterhadap soal atau masalah yang dianggap penting danmendasar seperti makna kehidupan, penderitaan, danharapan akan masa depan yang lebih baik, termasuk jugakeselamatan, kedamaian, dan kehidupan setelah mati.

Pentingnya berdoa dan merasakan sesuatu yang tidakbisa ditinggalkan, serta menjadikan hal yang wajib dalamkondisi apapun, oleh guru dan pegawai di SMP Negeri 2Arut Selatan, menunjukkan sesuatu yang tidak bisadipisahkan dan sudah menjadi bagian dari hidup mereka,yang otomatis akan terimplementasikan dalam setiap

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

104 William Outhwaite (ed), Kamus Lengkap... h. 731.

Page 120: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

110

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

apresiasi sikap dan tindakan, merupakan keasadaransebagai makluk yang memiliki kekurangan. Perasaan gurudan pegawai tersebut sesuai dengan pernyataan ilmiahbahwa “kita bisa mengontrol banyak variabel seperti cuaca,respons orang lain, respons lembaga lain, dan sebagainyamenuntut kita untuk mengakui kelemahan dan kemudianmelibatkan Sang Khaliq dalam proses pembelajaran kita.105

Mereka tidak hanya menjadikan doa sebagai penyebabmemiliki rasa kekurangan, tetapi juga sebagai bentuksyukur. Doa adalah tanda bersyukur karena kita masihdiberi kemampuan untuk mempelajari sesuatu denganbaik, bersyukur akan menambah nikmat sementara ingkarakan menuai celaka dan kepedihan.106

Seseorang berdoa atau tengah melakukan pengakuandosa, semestinya juga diikuti dengan keinginan kuatuntuk melakukan perbaikan diri, karena kehendak dankarya Tuhan hanya berlaku pada mereka yang membukadirinya bagi kehadiran Tuhan. Maka ketika makna danfungsi agama dipahami dan dihayati tak lebih sebagaihimpunan dogma tentang surga-neraka, atau ketika ritualagama diyakini hanya sebagai ritus pemutihan dosa, bisadipastikan agama hanya sebagai etos dan spritnya bagipembinaan pribadi dan perilaku sosial yang mendukungterwujudnya peradaban. Doa-doa lalu berubah menjadimantra-mantra untuk memperoleh kekebalan, untukmengejar pangkat, untuk mengawetkan jabatan dansemacamnya.107

105 Imam Supriyono, FSQ, Memahami, Mengukur, dan Melejitkan FinancialSpiritual Quotient, (Surabaya: Lutfansah Mediatama, 2006), h. 48.

106 Imam Supriyono, FSQ, Memahami... h. 49.107 Imam Supriyono, FSQ, Memahami... h. 43.

Page 121: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

111

Berdoa sebelum berangkat sekolah. “Supaya Tuhanmenjaga selama di perjalanan dan selalu diberi kehati-hatian.” Dalam doa tersebut terkandung nilai-nilai empati.Saat ada guru atau pegawai yang sakit atau mendapatmusibah mereka saling menjenguk dan berdoa untukkesembuhan, terbiasa peduli dengan apa yang dirasakanorang lain. Ini menjadi modal bagi kepekaan sosial.Beberapa agama sudah menetapkan doa tertentu untukaktivitas tertentu. Sungguh pun begitu tidak mengapamelakukan doa-doa yang dibuat dengan kata-kata sendiri,sekalipun doa itu pendek dan sederhana, seperti yangdilakukan oleh sebagian guru dan pegawai di SMP Negeri2 Arut Selatan.

Menurut Quraisy Shihab, manajemen Allah mengabul-kan doa manusia dengan dua macam cara, yaitu: a)dikabulkan di dunia; dan b) dikabulkan di akhirat.108

Berdasarkan pengalaman yang dilakukan oleh guru danpegawai SMP Negeri 2 Arut Selatan, paling tidak ada limacara Allah mengabulkan doa. Pertama, langsung dikabul-kan apa yang diminta, seperti yang dialami oleh beberapaorang guru; kedua, ditunda beberapa saat, seperti yangdialami oleh guru TIK; ketiga, ditunda beberapa saat tetapidiberikan Allah melebihi dari sekedar yang dimintaseperti yang dialami oleh guru Fisika; keempat, diberikanoleh Allah yang lain, bukan yang diminta, seperti yangdialami oleh guru Biologi; kelima, dikabulkan di akhiratberupa kebaikan-kebaikan seperti yang diungkapkan olehcleaning service.

Banyak manfaat yang didapat dengan doa, bagi gurudan pegawai di SMP Negeri 2 Arut Selatan, antaranya:

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

108 M Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2002). Volume 1, h. 409.

Page 122: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

112

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

pertama, mengasah kecerdasan spiritual. Kemampuanmengenal Tuhan dan hal abstrak lain masih terbatas, tapibukan berarti tak dapat mengenal keagungan Tuhan.Selain untuk menyatakan rasa syukur, berdoa juga me-rupakan wujud ekspresi seorang manusia yang memilikiketerbatasan dan kelemahan, dengan berdoa bersiapmenerima kenyataan bahwa ada hal-hal di luar kekuasaandan bahwa di atas manusia ada yang Maha Kuat, MahaBesar, dan Maha Perkasa. Tuhanlah yang berkehendakterhadap segala sesuatu; kedua, menambah kepercayaandiri, terlebih jika lingkungan merespons positif apa yangdilakukan; ketiga, penting buat Tuhan, dengan menanam-kan kebiasaan berdoa, tidak hanya penting bagi manusiasaja tetapi juga buat Tuhan, akan merasa bernilai di sisi-Nya; keempat, belajar etika, dengan berdoa___ secara taklangsung mengajarkan nilai-nilai kebaikan. Saat memintasesuatu harus tunduk, sungguh-sungguh, dan meng-upayakannya dengan kejujuran serta kerja keras. Inimerupakan modal dasar saat mempelajari berbagai etikalainnya; kelima, menghargai sesuatu, dengan berdoasebelum bekerja atau perbuatan baik lainnya, merasaberdoa merupakan kebutuhan, bukan kewajiban yangkerap menjadi beban, berdoa sebagai aktivitas menyenang-kan, tapi juga tak melupakan kesungguhan dalam berdoa.

Pencarian makna agama melalui pelaksanaan doa,sebagai bagian nilai total religious, bukan suatu persoalanyang mudah, apalagi membuat definisi yang dapatmenampung semua persoalan esensial yang terkandungdalam agama. Agama dalam beberapa pemikiran yangberkembang, sering dilihat dari segi fenomena yangditampilkan para pelaku atau penganut agama, metodenyalebih cenderung memandang sesuatu yang realitas sebagaisuatu yang tampak termasuk berdoa, tampak melalui

Page 123: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

113

sikap dan tingkah lakunya seperti berdoa. Sesuai denganyang dimaksudkan Freud, memandang bahwa agamaberasal dari ketidakmampuan (helpness) manusia meng-hadapi kekuatan alam di luar diri dan juga kekuatan ins-ting dari dalam diri, dan harus menghadapi atau mengaturdengan bantuan kekuatan lain yang efektif. Pengalamanberdoa bagi warga SMP Negeri 2 Arut Selatan, hal tersebutsudah mereka rasakan.

c. Penghargaan Spiritual (Berbusana Muslimah)Pakaian adalah merupakan satu keperluan kepada

semua bangsa di dunia ini tanpa mengira apa agamasekalipun. Oleh karena itu, pakaian merupakan satutuntutan oleh setiap manusia tanpa mengira agamanya.Menyentuh kepentingan berpakaian yang menutup auratini, Allah swt. berfirman,

Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anakperempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah merekamengulurkan jilbabnya109 ke seluruh tubuh mereka”. yangdemikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karenaitu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampunlagi Maha Penyayang. (Q.S. al-Ahzab: 59)

Jilbab dalam bahasa Arab berarti pakaian yangmenutupi seluruh tubuh (pakaian kurung), bukan berarti

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

109 Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutupkepala, muka dan dada.

Page 124: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

114

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

hanya sekedar penutup kepala, hal ini menjelaskan bahwamenutup seluruh tubuh adalah kewajiban setiap muk-minah dan merupakan tanda keimanan mereka. Memangbagi kalangan tertentu penggunaan jilbab berarti modeberpakaian, sebagaimana mode pakaian lain. Jilbab adalahmode pakaian yang digemari masyarakat pada saat itu,memang semaraknya pengajian, diskusi dan ceramah ke-agamaan, serta aktivitas keagamaan lainnya, menciptakankeadaan yang mendukung perkembangan busanamuslimah.110

Menutup aurat merupakan kewajiban agama bagiyang beragama Islam, bukan kewajiban sekolah secaratertulis, tetapi di SMP Negeri 2 Arut Selatan berdasarkanhasil observasi peneliti, hanya ada satu orang guru perem-puan yang belum menutup aurat, tetapi selalu memakaibusana yang panjangnya di bawah lutut, sedangkansiswanya sebanyak 144 siswi yang sudah menutup auratke sekolah. Pemerintah melalui Dinas PendidikanPemuda dan Olah Raga menyosialisasikan peraturanseragam untuk tahun ajaran 2010/2011, di antaranya celanadi atas lulut 5 cm untuk siswa dan rok panjang untuksiswi, masing-masing lengan pendek. Dikatakan olehkoordinator Bimbingan dan Penyuluhan/BimbinganKonseling, bahwa tahun ini sosialisasi penerapan per-aturan tersebut. Tahun ajaran 2011/2012 siswi semuanyawajib mengenakan rok panjang.

Peneliti menyaksikan untuk celana siswa laki-lakihampir semuanya di bawah lutut meskipun tergolongcelana pendek, hanya yang memang sudah kekecilan ataulama dipakai yang pendeknya di atas lutut. Padahal

110 A.E. Priyono, Azyumardi Azra, dkk, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam,Dinamika Masa Kini, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve), Seri 6, h. 368.

Page 125: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

115

dalam peraturan yang dikeluarkan oleh dinas pendidikansecara nasional, panjang celana untuk siswa adalah di ataslutut 5 cm, ternyata di SMP Negeri 2 Arut Selatan tidakmengikuti panduan tersebut, justru menganjurkan kepadasiswa untuk memanjangkan celana 5 cm di bawah lutut,hal ini mereka lakukan berdasarkan hasil wawancaradengan para siswa, terutama yang sudah duduk di kelasVIII dan IX, mereka merasa malu dan tidak enak jikamemakai celana pendek di atas lutut.

Demikian juga dengan kegiatan sore hari, sekolahmewajibkan memakai celana/rok panjang bagi siswasiswinya, dan terlihat lebih banyak siswi yang berjilbab.Pernah ada guru piket les sore yang memanggil siswamemakai celana pendek di bawah lutut, diingatkan untuktidak mengulangi. Demikian juga dengan guru-guru yangmemberi les, petugas piket dan melatih pengembangandiri/ekstra kurikuler, sama halnya seperti pagi hari,mereka berbusana muslim kecuali yang memang belummenggunakan.

Bagaimana pandangan guru-guru nonmuslim ter-hadap guru dan siswa yang menutup aurat? Semuanyamengatakan sangat bagus, sopan, memang koridor aturanagamanya begitu, dari kesadaran hati nurani merekamengenakan. Siswi tidak diwajibkan, tapi bagi yangberjilbab paling tidak duduknya sopan, tidak khawatirterbuka. Lebih serius lagi dengan pendapat guru agamaIslam, bahwa lebih memilih membuat aturan untukberpakaian pakaian panjang bagi anak laki-laki maupunperempuan, karena bertanya kepada siswa, jika merekalebih suka memakai celana panjang dari pada celanapendek ke sekolah.

Siswa laki-laki berbeda komentarnya ketika ditanyakepada kelas yang rendah dan kelas yang tinggi, yaitu

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 126: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

116

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

siswa kelas VII dan siswa kelas VIII dan IX. Mereka yangdi kelas VII lebih mengatakan tidak apa-apa yang pentingjangan di atas lutut. Sedangkan siswa kelas VIII dan IXbanyak mengatakan lebih suka bercelana panjang dan tidaksedikit yang mengatakan malu.

Masing-masing guru perempuan di SMP Negeri 2 ArutSelatan mempunyai cara atau proses yang berbeda dalammenjalankan perintah menutup aurat, begitu juga peru-bahan sikap, tutur kata, dan pelayanan setelah menutupaurat. Sebagaimana hasil wawancara,

“setelah mengikuti pelatihan tahun 2006 tingkat provinsi dannasional—tersentak setelah memperhatikan foto-foto, karena dari semuapeserta yang muslim hanya saya yang tidak berjilbab, sedang yanglain tidak berjilbab adalah nonmuslim semua. Saat itu saya malu danmulai ingin memakai jilbab, tetapi untuk merealisasikan niat baik itumasih ragu, pertimbangannya—kelakukan masih belum bisamenyesuaikan dengan jilbab. Tahun 2007 anak saya masuk ke TKIT,salah satu persyaratannya adalah harus menutup aurat ketikamengantar/jemput anak ke/dari sekolah, akhirnya berkesempatanmerealisasikan niat yang sudah ada. Alhamdulillah setelah pakaijilbab—marasa ada rem terhadap kelakuan yang kurang baik, caramengajar antara 2-3 tahun lalu saya rasakan sangat berbeda, lebih merasasebagai orang tua dari pada sebagai ibu guru. Sekarang ini tidak hanyabutuh pakai jilbab, memakai celana panjang saja sudah merasa kurangpercaya diri, karena percaya dirinya saya pakai rok apabila mengajarpada pagi hari, kecuali sore hari atau apabila ada pertimbangan lain,ditambah lagi anak-anak sekarang ini bisa mengeritik, mereka katakankalau ibu pakai jilbab lebih cantik, itu masukan buat saya. Alhamdulillahjuga anak pertama saya sekarang sudah pakai jilbab, menutup auratsangat berpengaruh bagi saya di sekolah dan luar sekolah”.

Guru Fisika di atas menutup aurat diawali karena me-rasa malu dan menganggap salah satu ciri bagi muslimahadalah menutup aurat. Lain lagi dengan guru biologiberikut, setiap apapun di rumahnya selalu bilang dengan

Page 127: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

117

suami baik yang sifatnya memberitahu maupun memintapersetujuan termasuk dalam hal berjilbab.

“Tahun 2006 berkeinginan sendiri mulai berjilbab, bapaknya menyetujuiasalkan selalu berjilbab terus, maksudnya jangan ke sekolah berjilbabtapi di luar sekolah atau di luar rumah tidak berjilbab. Alhamdulillahselama menutup aurat terasa lebih tenang, percaya diri, cenderung untuktidak melanggar aturan”.

Hampir sama dengan dua orang guru sebelumnya,bagi guru Bahasa Inggris di bawah ini memulai menutupaurat lantaran pihak ketiga,

“awal menikah kami ke tempat orang alim, dinasehati agar baik-baikdalam menjalani keluarga, buat hidup untuk tenang karena awal darimencari rezeki, awal untuk bahagia, dan awal menuju sukses, caranyamenjalankan ajaran agama dengan sungguh-sungguh. Setelah pulangsaya selalu terpikir, merasa selama ini masih jauh, termasuk belummenutup aurat, mendirikan salat dan lain-lain, kami bakal punya anak,takut penampilan dan pergaulannya rusak, maka saya harusmencontohkan yang baik. Selama berilbab saya merasakan lebih nyaman,percaya diri, merasa ada teguran sendiri kalau melakukan yang tidakbaik, termotivasi untuk berbuat kebaikan. Memang lain sekali ketikamenutup aurat dengan belum, sekarang duduk di kelas sudah aman,dulu sungguh pun sangat berhati-hati—masih saja ada kecolonganduduk yang tidak sopan”.

Sedikit berbeda dengan guru Bahasa Inggris yanglainnya lagi, bahwa keinginan untuk berjilbab dimulaidengan pandangan terhadap penampilan orang lain, tetapiakhirnya menggiring kesadaran untuk mengikutinya,

“awalnya melihat orang lain, antara menutup aurat dengan yang tidakmenutup aurat—kelihatan lebih cantik dan lebih suka dengan yangtertutup, lama-kelamaan semakin berkeinginan dan semakin menyadaribahwa memang kewajiban. Sebelum menutup aurat menganggap merasabelum dewasa, setelah berjilbab merasakan semakin dewasa dan benar-benar menjadi dewasa, dan merasa bahwa menjadi manusia dewasa itu

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 128: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

118

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

wajib menutup aurat, demikian juga kewajiban dengan Yang di Atas,terasa semakin termotivasi untuk menjalankan”.

Tidak terlalu berbeda dengan guru Muatan Lokalberikut:

“dari dulu ada keinginan tapi belum 100%, karena merasa sulitmempertanggung-jawabkannya, dan ada perasaan malu—tiba-tibaberjilbab. Setelah saya dapat ujian terberat (meninggal suami), sayasemakin mendekatkan diri pada Allah, lebih banyak intropeksi, sayajuga bakal kembali membawa amal, akhirnya nekat menutup aurat.Alhamdulillah hati ini terasa lebih dekat dengan-Nya, termotivasi untukberbuat baik, lebih suka mendengar ceramah, ikut pengajian, disiplinsalat, lebih menyayangi anak-anak/siswa. Juga motivasi dari teman-teman yang sering cerita bahwa semenjak mereka berjilbab, punyaperasaan dan motivasi positif”.

Berbeda dengan komentar satu orang guru yangbelum menutup aurat bahwa sudah niat dan insya Allahakan berjilbab kalau sudah berangkat haji/umrah, mudah-mudahan diberi rezeki dan kesempatan untuk jadi orangbaik, sekarang rasanya belum siap, hati saya ingin, tapisikap saya belum bisa menyesuaikan. Pernyataan ini diungkapkan beberapa kali kepada peneliti di waktu yangberbeda. Guru-guru muslimah yang lain mempunyaipengalaman yang sama dengan guru yang sudah berjilbab,mereka menutup aurat karena kesadaran sendiri, ada jugayang sudah menutup aurat semenjak lulus SMP/SMA,terutama guru-guru yang baru diangkat menjadi pegawainegeri yang ditugaskan di SMP Negeri 2 Arut Selatan.

Menurut kepala sekolah, sekarang ini sudah tidak adamasalah dengan siswa yang memakai jilbab, dulu sekolahdibuat bingung dengan keluarnya kebijakan bahwa pasfoto peserta UN/UAS harus terlihat telinganya berartimelepas jilbabnya saat berfoto. Sejak tahun 2008/2009,foto ijazah ataupun lainnya sudah tidak melepas jilbab.

Page 129: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

119

Kesadaran guru SMP Negeri 2 Arut Selatan dalammenutup aurat, merupakan salah satu penghargaan terhadapnilai-nilai simbol religious culture, yang khas bagi sekolahtersebut, yang notabene dalam peraturan sekolah tidakdiwajibkan, tetapi mereka melaksanakan aturan yang adadalam agama, sesuai dengan pengertian agama itu sendiriyaitu “ajaran sistem yang mengatur tata keimanan(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan YME serta tatakaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia sertalingkungannya”.111 Pihak sekolah memberikan kebebasankepada guru maupun siswanya untuk memakai denganketentuan warna menyesuaikan kepada aturan sekolah.

Fenomena jilbab dapat dikatakan sebagai cermin dariproses perjalanan simbol keislaman, hal itu dialami olehpenggunaan jilbab di sebagian sekolah umum melarangpenggunaannya. Menjamurnya pemakaian jilbab men-cerminkan tumbuhnya suasana untuk mengekspresikansimbol keagamaan secara lebih bebas. Selain itu jilbab jugamengungkapkan kebangkitan masyarakat muslim Indo-nesia dalam mengamalkan agama mereka.112 Sebuahsekolah bararti termasuk ekspresi simbol keagamaan yangmerupakan kebangkitan bagi dunia pendidikan.

Pemakaian jilbab di SMP Negeri 2 Arut Selatan,bukanlah suatu apriori yang harus ditakutkan, karenamerupakan pakaian yang dipandang dari segi kesehatan,mode, kesopanan/etika, belum lagi berbicara padapengaruh yang sudah barang tentu dapat menghantarkansi-pemakai kepada kesadaran religious, meskipun padasekolah umum yang penganut agama di sekolahnyaberbagai penganut agama. Pandangan guru yang non-

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

111 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar... h. 421.112 A.E. Priyono, Azyumardi Azra, dkk, Ensiklopedi Tematis... h. 368.

Page 130: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

120

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

muslim terhadap pemakaian jilbab di sekolah SMP Negeri2 Arut Selatan, justru bernilai positif seperti lebih sopan,dan tanpa mengganggu perasaan keberagamaan bagi yangnonmuslim. Oleh karena itu, bagi sekolah umum yangmengeluarkan kebijakan peraturan mewajibkan menutupaurat bagi siswa di sekolah umum, adalah hal yang lazim,asalkan disepakati oleh pihak terkait dan disosialisasikandengan baik, karena religious culture suatu sekolahdibangun berdasarkan kompetensi dan kebutuhan darimasing-masing sekolah.

Masing-masing guru di SMP Negeri 2 Arut Selatan,mempunyai cara atau proses yang berbeda-beda dalamproses menuju kesadaran terhadap penghargaan nilai-nilaireligious menutup aurat, begitu juga dengan pengaruhnyaterhadap perubahan sikap, tutur kata, pelayanan setelahmenutup aurat. Dari data yang peneliti himpun dapatdiketahui, bahwa proses seseorang pada tingkat kesadaranmenghormati diri sendiri dengan menutup aurat karenaperintah agama, melalui berbagai macam cara, antara lain:a) idola, lantaran melihat seseorang yang ingin di ikutikarena ada perasaan suka; b) melalui orang lain (guru, alimulama, teman dan lain-lain); c) tantangan sistem (peraturansekolah, dan lain-lain); d) sentuhan moril sosial (merasamalu dan tidak enak bila tidak berjilbab, karena asing dankurang etis serta sebagai identitas); e) kesadaran daridalam diri karena kebutuhan melaksanakan perintahagama. Dikaitkan dengan perkembangan psikologi makatingkat otonomi akan muncul bila didukung akan adanyaproses pemilihan berbagai alternatif yang tentu saja ter-lebih dulu dimulai dari proses pengaguman, penghargaan(afeksi) yang dilanjutkan dengan pemikiran refleksi atauevaluasi untuk selanjutnya diterapkan dalam aktivitas

Page 131: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

121

yang mempola. Aktivitas yang mempola itu akan ter-gambar dari kontinyuitas suatu aksi atau kegiatan.113

Berkenaan dengan tahapan pada proses kesadaranseseorang maka John Dewey mengemukakan ada tiga levelterjadinya pembentukan moral, yaitu: a) pre moral atau preconventional yaitu tumbuhnya moral atau perilaku yangdimotivasi oleh dorongan biologis atau dorongan sosial;b) conventional level yaitu seseorang menerima hanyadengan sedikit kritikan terhadap ukuran-ukuran moraldalam kelompoknya; c) automous level yaitu tingkah lakuyang dibimbing oleh pemikiran pribadi atau prosespenilaian apakah sesuatu itu baik. Ia tidak menerimabegitu saja ukuran-ukuran kelompok tanpa pemikiranrefleksi.114

Seseorang untuk sampai pada tingkat kesadaran yangotonomi memang melalui cara-cara yang berbeda sesuaitingkatan/levelnya, karena faktor-faktor yang mengitari-nya. Seseorang untuk dapat mandiri secara final dapatmenentuan baik atau buruk sesuatu perilaku atau per-buatan, memang membutuhkan pendalaman efeksi danrasio, yakni pemikiran afeksi atau introfeksi dan evaluasihingga akan terjadi internalisasi nilai-nilai.

Sebagaimana pengalaman yang diungkapkan olehguru-guru di SMP Negeri 2 Arut Selatan, bahwa salah satuhal yang sangat penting terhadap kesadaran diri untukmelaksanakan sesuatu yang dianggap terpenting dan

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

113 Kamrani Buseri, Nilai-Nilai Ilahiah Remaja Pelajar, TelaahPhenomenologis dan Strategi Pendidikannya, (Yogyakarta: UII Press,2004), h. 10.

114 Kohlberg, Lawrence, The Cognitive Developmental Ap-proach to MoralEducation, dalam Clarizio, F. Harvey, dkk. (Contemporary Issues inEducational Psychology, Third Edition, 1977), h. 53.

Page 132: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

122

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

berharga, adalah adanya proses pemilihan terhadapberbagai alternatif, yang selanjutnya berdasarkan pilihan-nya tersebut seseorang dapat mengambil keputusan.

Berdasarkan hasil penggalian data informen di SMPNegeri 2 Arut Selatan dapat disimpulkan bahwa proseskesadaran mereka menutup aurat adalah: “kekaguman,perantara pihak ketiga (baik guru, orang tua, tokoh agama),dan proses pemilihan”. Dalam prosesnya juga berlangsungtidak serta merta, tetapi melalui proses dan pertimbangan-pertimbangan yang saling menguatkan dan melemahkan,sehingga sampai kepada putusan final. Sesuai denganpendapat Rath, Harmin dan Simon mengemukakan adatiga langkah dalam rangkaian penjernihan nilai bagiseseorang, yakni: pengaguman atau penghargaan, pemilih-an dan penerapan dalam arti terpola, konsisten atauberulang kali.115

Pembatasan dalam hal berpakaian baik dari aturanagama maupun aturan sekolah, kepentingannya adalahuntuk kebaikan yang menjalankan aturan. Locke ber-pendapat bahwa pembatasan serta pengaturan kebebasanmanusia adalah justru untuk menjamin dan melindungikebebasan individual, yang merupakan inti dari kehidup-an manusia sebagai manusia. Adanya aturan yang jelasdalam ajaran Islam tentang menutup aurat, maka sudahmenjadikan kewajiban pihak sekolah, untuk mendukungsetiap warganya yang memiliki kesadaran pada nilai-nilaiajaran agama yang dianut. Jelasnya saat ini sudah takada lagi larangan untuk mengenakan pakaian yangmenutup aurat, ini juga patut menjadi perhatian, tentudengan tidak memaksa, hanya sebatas mendidik danproporsional.

115 Kamrani Buseri, Nilai-Nilai Ilahiah... h.101.

Page 133: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

123

Dalam rangka mendukung tujuan pendidikannasional, pemerintah telah mengeluarkan UUD Nomor 2Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebut-kan bahwa pada Pasal 55, masyarakat diberi kesempatanmenyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakatsesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, danbudaya untuk kepentingan masyarakat. Jadi penyeleng-garaan satuan pendidikan seperti pendidikan umum,misalnya SD, SMP, SMA dapat memberikan corakkeagamaan pada semua kegiatan pendidikannya.

B. Pengaruh Religious Culture TerhadapManajemen Kinerja dari Nilai-Nilai yangDidukung (Espaussed Values)

a. Toleransi“Toleransi dapat diartikan sebagai suatu pengakuan

masyarakat yang majemuk yang mengakui perdamaian.“Toleransi dalam hidup beragama merupakan kenyataanbahwa banyak orang yang memeluk agama yang berbeda-beda sehingga perlu mengakuinya sebagai saudara se-Tuhan, makna kata toleransi lebih pada keterlibatan aktifsehingga setiap umat beragama diharapkan dapatberinteraksi secara positif dalam lingkungan majemuk.116

Umat beragama diharapkan dapat bersedia menerimakenyataan pendapat yang berbeda-beda tentang kebenaranyang dianut, dapat menghargai keyakinan orang lainterhadap agama yang dipeluknya, serta memberi kebebas-an dalam menjalankan ajaran yang dianutnya dengan

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

116 Puslitbang Kehidupan Beragama, Kompilasi Kebijakan dan PeraturanPerundang-undangan Kerukunan Umat Beragama, (Jakarta: Balitbang &Litbang & Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan Depag RI, 2008),h. 19.

Page 134: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

124

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

tidak bersikap mencela dan atau memusuhinya. “Sikaptoleransi adalah sikap yang yang tidak menolak terhadapperbedaan-berpedaan dalam menjalankan agama”.117

Pendapat di atas dimaksudkan untuk menjalankanagama masing-masing pemeluknya. Sebagaimana wargaSMP Negeri 2 Arut Selatan, dapat bersedia menerimakenyataan pendapat yang berbeda-beda tentang kebenaranyang dianut, dapat menghargai keyakinan orang lainterhadap agama yang dipeluknya, serta memberi kebebas-an dalam menjalankan ajaran yang dianutnya dengantidak bersikap mencela dan atau memusuhinya sebagai-mana dideskripsikan berikut.

Pada dasarnya, semua pegawai yang mengabdi diSMP Negeri 2 Arut Selatan, mulai dari kepala sekolah,guru, tata usaha dan penjaga sekolah, menganggaphubungan kerja dengan semua penganut agama di sekolahmereka sebagai suatu hubungan yang wajar, dan masing-masing mereka tidak keberatan serta tidak pernahmerasakan kendala, malahan menimbulkan kenikmatanrasa toleransi tersendiri dalam menjalankan aktivitas disekolah, sebagaimana pernyataan berikut dari pendirisekaligus kepala sekolah periode pertama.

“Kehidupan beragama waktu itu berjalan dengan baik, di sekolah diadakan pengajian keislaman/lomba-lomba pada saat Hari Besar Islamdan rutin setiap bulan pengajian khusus yang beragama Islam,sedangkan agama lain yang ada adalah agama Kristen Protestan danagama Kristen Katolik, mereka melakukan kebaktian ke gerejanyamasing-masing bersama-sama dengan komunitas masyarakat agamamereka, pada saat itu rumah ibadah untuk nonmuslim di PangkalanBun hanya ada satu, yaitu di gereja Emanuel dan gereja Eka Shinta.

117 Kantor Kementerian Agama, Panduan Model Kurikulum PAI BerbasisMultikultur SMP, (Dirjen Pendidikan Islam pada Sekolah, 2000), h.20.

Page 135: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

125

Kami bergaul biasa, penuh kekeluargaan, masalah agama tidak pernahada kendala”.

Begitu juga dengan pernyataan mantan-mantan kepalasekolah yang lain, mengatakan bahwa toleransi beragamadi SMP Negeri 2 Arut Selatan pada periode mereka masing-masing berjalan baik, pergaulan biasa, tidak pernah adamasalah, saling menghormati dalam menjalankan agama.Bagi mantan kepala-kepala sekolah ini menggambarkanbahwa selama kepemimpinan mereka tidak pernah adamasalah/konflik yang berhubungan dengan agama,karena masing-masing menghormati, tidak pernah adayang mengganggu apalagi mempermasalahkan tetapiberjalan sebagaimana mestinya.

Sependapat juga guru perempuan yang bertugas diSMP Negeri 2 Arut Selatan sejak tahun kedua sekolah inididirikan sampai sekarang, yang sangat merasakankedamaian dalam berhubungan dengan teman-teman,baik yang muslim maupun nonmuslim, mulai dariperlakuan kepala sekolah bahkan sampai ke siswanya,setiap melaksanakan kegiatan kebaktian pada acaraperingatan natal, selalu didukung dan tidak pernahmempersulit, teman-teman yang muslim juga hadir ikutacara makan-makan setelah kebaktian___apabila diundang.

Apa yang dikatakan oleh guru yang paling senior dilingkungan SMP Negeri 2 Arut Selatan saat ini, yangdimaksud senior adalah karena usia paling tua dan palinglama mengabdi di sekolah ini, merasakan suasana yangnyaman dan menunjukkan bagi guru-guru yang muslimsikap toleransi yang wajar, yaitu hadir pada acara perayaannatal setelah mereka melaksanakan kebaktian dan ikutpada acara makan-makan yang sudah merupakan acarakebersamaan, bukan acara ritual peribadatan agamaKristen Katolik dan agama Kristen Protestan.

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 136: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

126

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Agama Kristen Katolik dan agama Kristen Protestanselalu bersama-sama dalam pelaksanaan memperingatihari besar keagamaan, mereka berbagi peran dalam halpengisi acara, meski ada kadang-kadang sedikit perbedaandalam hal pandangan beragama dan teknis peribadan,tetapi mereka mencari persamaannya untuk kebersamaan,sehingga bisa mengadakan acara bersama-sama, disamping karena jumlah jamaahnya yang sedikit.

Hal senada diungkapkan juga oleh wakil kepalasekolah urusan hubungan masyarakat, tentang suasanareligius yang dirasakan di sekolah ini, bahwa toleransi antarumat beragama sudah sangat baik.

“Saya rasa suasana keberagamaan sekolah perlu dipertahankan, karenasudah sangat baik, rasa saling menghormati kita tinggi, saya sajaseandainya ada kegiatan khusus agama Islam yang tidak mengundangnonmuslim, kadang-kadang saya permisi kepada mereka, boleh nggaksaya ikut buka puasa nanti sore? umpamanya seperti itu, hal ini karenaadanya rasa kekeluargaan, saya yakin mereka juga berprasangka baik,artinya tidak ada rasa saling curiga”.

Bahkan seorang guru yang lain mengatakan bahwasusah mencari sekolah lain yang seperti SMP Negeri 2 ArutSelatan ini dalam hal penerapan toleransi beragama, guruini yakin yang lain juga merasakan hal yang sama, karenapernah mengajar di sekolah lain, juga mendengar ceritadari empat saudaranya yang lain juga sebagai guru,sepertinya memang di SMP Negeri 2 Arut Selatan ini yangkelihatan sekali kerukunannya, ini bisa bertahan dan baikkarena masing-masing mereka menjaga dan mengertibatasan-batasan yang boleh dan tidak boleh dalamberhubungan sosial. Walaupun demikian, perna diingatkan oleh Ahmadi Hasan dalam bukunya AdadBadamai: Interaksi Hukum Islam dan Hukum Adat padaMasyarakat Banjar, bahwa “meskipun nampaknya kondisi

Page 137: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

127

sosial dan keagamaan cukup tenang, akan tetapidiasumsikan bahwa kondisi yang tenang tersebut bukanjaminan tidak akan muncul konflik.”118

Sedikit berbeda dengan pernyataan salah seorang tatausaha, menginginkan bahwa seluruh guru-guru bisa hadirsetiap ada kegiatan peringatan hari besar, baik yangmuslim maupun nonmuslim, karena masih ada beberapaguru yang tidak hadir, terutama guru yang muslimapabila diundang. Tetapi beliau juga menyadari bahwakemungkinan mereka-mereka yang tidak hadir, lantaranada kesibukan dan halangan lain, bisa juga karena adaprinsip lain yang mereka pegang.

Penjelasan dari guru agama Islam yang sering menjadipanitia dalam kegiatan Peringatan Hari Besar Islammengatakan,

“kegiatan-kegiatan yang lebih mengutamakan kebersamaan sesama,biasanya selalu mengundang teman-teman yang nonmuslim, tetapiapabila kegiatan yang dikemas bertempat di masjid, maka yangdiundang khusus yang muslim saja, atau kegiatan yang sifatnyamenggali secara khusus tentang materi keislaman, maka tidak diundangjuga”.

Peringatan maulid Nabi Muhammad saw., yangdilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15 Februari,bertempat di halaman sekolah dengan menggunakantenda dan panggung acara, yang nonmuslim tidak datangkarena memang tidak diundang, tetapi ada panitia yangmenitipkan snack kotak kepada guru-guru muslim yangmelewati rumah guru-guru yang nonmuslim. Nonmuslimtidak diundang karena acaranya melibatkan lomba-lomba

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

118 Ahmadi Hasan, Adad Badamai: Interaksi Hukum Islam dan Huklum Adatpada Masyarakat Banjar. (Banjarmasin: Antasari Press, 2007), h. 5.

Page 138: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

128

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

anak Sekolah Dasar yang ada di kota Pangkalan Bun, arti-nya melibatkan pihak luar sekolah dalam acara tersebut,sehingga pesertanya khusus yang muslim saja.

Selama ini perayaan hari besar keagamaan di SMPNegeri 2 Arut Selatan selalu melibatkan personil agamalain sebagai undangan yang hadir, bukan sebagai personilyang aktif dalam kepanitiaan, terkecuali beberapa personilsekolah yang secara informal karena kedekatan bertemanmembantu secara teknis pelaksanaan tersebut, tidakpernah ada masalah karena dianggap mereka masih dalambatas kelaziman. Diungkapkan oleh kepala sekolah, bahwadi sekolahnya lebih memilih menggunakan cara-carapreventif atau mencegah, dari pada menyelesaikan masa-lah, sebelum terjadi masalah___sudah berusaha denganpendekatan-pendekatan atau cara-cara tertentu, tidakhanya dalam masalah toleransi beragama saja, tetapi dalamsemua hal memimpin sekolah.

Bentuk toleransi lain diperlihatkan oleh sekolah inidalam bentuk saling mengunjungi pada saat hari Raya IdulFitri, Natal dan Nyepi. Ketiga hari besar ini selaludirayakan oleh guru-guru penganut agama di SMP Negeri2 Arut Selatan di rumahnya masing-masing, sebagaimanapernyataan berikut:

“saya dan keluarga setiap tahun menata rumah termasuk makananseadanya untuk menerima teman-teman dan siswa berkunjung ke rumahpada saat Idul Fitri, apalagi kami memang keluarga besar. Bagi teman-teman yang nonmuslim biasanya datang bersama keluarga, kamimerasakan suatu penghormatan, dan kesempatan untuk meminta maaf.Kami juga biasa ke tempat mareka apabila natal dan nyepi, biasanyasaya juga bersama keluarga untuk meminta maaf dan mengucapkanselamat natal atau selamat hari raya nyepi”.

Bagi mereka___saling berkunjung pada saat agama lainmerayakan hari raya adalah hal biasa, dianggap suatu

Page 139: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

129

penghormatan dan dijadikan kesempatan karena bisasaling meminta maaf, juga biasa mengucapkan selamatHari Natal bagi yang Nasrani atau hari Raya Nyepi kepadabapak Wayan Sweda S.Pd. AH. yang kebetulan satu-satunya guru beragama Hindu Kaharingan di SMP Negeri2 Arut Selatan.

Dalam hal makanan dan minuman, semua yangmuslim sepakat untuk berhati-hati, dan yang nonmuslimdi sekolah ini juga sudah mengerti tentang hal itu,sehingga saling menghargai dan mengondisikan dalammasalah makan dan minuman. Dinyatakan oleh salahseorang tata usaha berikut ini:

“sebelum mualaf saya sudah sedikit tahu tentang orang Islam yangtidak memakan anjing dan babi, karena keluarga saya di kampung banyakyang muslim. Sekarang ini kalau saya berkunjung ke rumah mereka,saya katakan jangan masak babi di rumah ya… kalau mau saya makanmasakannya. Mereka tidak pernah makan anjing, tapi kalau babi biasa”.

Hampir sama dengan pernyataan guru sejarah yangnonmuslim berikut:

“saya pernah bertanya kepada ibu “A” di sekolah ini tentang makanandan minuman orang Islam, karena waktu itu mau saya undang syukurananak saya yang kedua lulus sekolah dan yang pertama lulus tes CPNS,katanya bekasnya pun nggak boleh kalau belum dicuci dengan carayang sesuai menurut agama Islam, akhirnya saya minta yang memasakteman di sekolah ini juga, dari pada saya nggak enak sama mereka,merasa tidak aman makan di rumah saya”.

Seirama dengan pernyataan guru yang beragama Is-lam berikut:

“mereka yang nonmuslim insya Allah paham dengan makanan yangkita makan, tetapi saya ada satu guru di sini yang meskipun masaknyadi rumah teman yang muslim tetap saja batin saya menolak karena diamemelihara anjing di rumahnya meskipun saya berselera memakannya,

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 140: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

130

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

jadi saya lebih memilih makanan/minuman kemasan saja karena kalaumerasa syak/ragu tidak boleh juga, kalau merasa yakin tidak apa-apa.Urusan toleransi beragama selama ini tidak ada masalah”.

Seorang guru yang lain mengatakan jika mempunyaiteman akrab dengan yang nonmuslim, sering berkunjungke rumahnya tidak hanya pada acara natal, bahkan seringmakan dan minum karena sudah seperti saudara sendiri,karena juga tahu bahwa mereka tidak memasak makan-an dan minuman yang orang Islam tidak boleh memakan-nya, makanya merasa yakin dan aman menikmatinya.

Sama seperti yang diungkapkan oleh guru yang diatas, bagi guru yang nonmuslim, bahwa dia yang duluanmengatakan kalau di rumahnya aman untuk makan danminum bagi yang muslim, mereka hanya makan di tempatkeluarga seperti babi dan anjing, karena orang yangmembantu di rumahnya beragamanya Islam, jadi harustahu diri, dan mereka juga membolehkan kalau yangmembantu di rumahnya salat atau belajar mengajikerumah tetangga.

Kedua guru di atas menunjukkan rasa saling meng-hormati apa yang boleh dan tidak boleh dimakan olehagama lain, bahkan memberi kesempatan kepada oranglain untuk beribadah menurut agama masing-masing.Saling mengunjungi pada saat natal ternyata merupakanhal biasa yang mereka lakukan. Ada juga guru yangmenuturkan bahwa keluarga mereka meminta tolongteman di sekolah untuk membuatkan makanan apabila adaacara di rumah, baik itu natal maupun acara syukuran lain,supaya teman-teman yang muslim tidak merasa ragu,dan mereka sudah tahu tentang kebiasaannya.

Hari Sabtu tanggal 26 Februari 2011 merupakan acaragotong royong di sekolah karena akan ada pemeriksaan

Page 141: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

131

dari tim kabupaten, yaitu dari Kantor Badan LingkunganHidup yang biasa meninjau sekolah dalam rangka usahamendapatkan kembali piala Adipura V bagi KabupatenKotawaringin Barat. Ada guru Bahasa Inggris yang punyaide untuk makan-makan seperti biasa di sekolah, disambutbaik oleh guru yang lain, masing-masing menawarkanmembawa ini dan itu. Tiba-tiba saja ada seorang guru yangmenolak dan mengatakan untuk membawa buah saja,karena di rumahnya kemarin sedang memasak anjing.

Demikian juga pada saat acara praktik membuat danmenyajikan hidangan bagi siswa kelas IX pada saat ujianakhir sekolah mulai tanggal 14-19 Maret 2011, ada seorangguru laki-laki yang kelihatan tidak mau menikmati, meskisudah beberapa kali disilahkan oleh wali kelas yang satukelas terdiri dari berbagai macam agama, kemudian walikelasnya berucap untuk kembali menyilahkan danmenegaskan bahwa yang membuat makanan ini adalahorang tuanya si “A”, orang tuanya haji dan makanan saatitu tidak ada satu pun yang dibuat di rumah yang ber-agama Kristen. Guru tersebut tersenyum kemudianmendekat dan menikmati hidangan yang ada. Ternyatamereka juga memahami batasan-batasan toleransi darimasing-masing personil di sekolah tersebut.

Dari beberapa penuturan dan pengamatan peneliti,ternyata guru-guru di SMP Negeri 2 Arut Selatan tersebuttoleransinya sampai pada saling mengerti dan meng-hormati terhadap makanan dan minuman yang boleh dantidak boleh untuk di konsumsi bagi agama tertentu yaituIslam. Bagi yang nonmuslim lebih bersikap preventifdengan cara memberitahukan terlebih dulu tentangkehalalan makanan yang ditawarkan, sehingga sebelumyang muslim bertanya___sudah tidak ragu lagi.

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 142: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

132

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Semua yang muslim sepakat untuk berhati-hati danselektif dalam masalah makanan dan minuman yang tidakdibolehkan, yang nonmuslim pun sudah mengerti,sehingga saling menghargai dan mengerti. Mereka sudahmempraktikkan Q.S. al-Baqarah: 168, “Hai sekalian manusia,makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karenasesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.

Merasa syak atau ragu terhadap kehalalan makananatau minuman yang dikonsumsi oleh guru-guru di SMPNegeri 2 Arut Selatan, merupakan penerapan keyakinanyang bersumber dari agama memiliki pengaruh yang kuatterhadap tingkah laku individu karena merupakan puncaksumber nilai tertinggi dan lebih bersifat absolut.119 Olehkarena itu tidak bisa dilepaskan dari aktivitas seseorangtermasuk manajemen kinerja di sekolah yang melakukan-nya dengan tetap melekat religious culture pada diri per-sonal yang akhirnya akan memjadi religious culture sekolah.

Selanjutnya, pada hari pertama diadakan Try Out,waktu pagi sebelum bel masuk berbunyi, datang bapakWayan Sweda S. Pd. AH. Tiba-tiba ada panitia yang me-nyampaikan permohonan maaf karena tidak memasukandalam jadual pengawas pada hari pertama dan kedua,karena dikira masih izin untuk merayakan hari RayaNyepi.

Dari pemandangan yang dilihat di atas, sangat terlihatbahwa toleransi mereka juga dalam banyak hal, termasukingat untuk berbagi ketika ada makanan juga memberikesempatan pada agama lain untuk merayakan hari besaragama mereka masing-masing.

119 Kamrani Buseri, Reinventing Pendidikan Islam, h. 33.

Page 143: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

133

Sedikit berbeda dengan pernyataan guru BP/BK,bahwa dia berteman dengan semua yang ada di sekolah,mengerjakan urusan sekolah bersama-sama, tetapi tidakmau terlalu akrab dengan yang nonmuslim ketika di luarsekolah, teman untuk mencurahkan perasaan hati pundicari yang muslim juga, hadir ketika ada undangan Na-tal dan berkunjung ketika mereka hari raya, tetapi tidakpernah mengucapkan selamat natal atau sejenisnya.

Berbeda juga dengan guru Pendidikan Agama Islam,yang mengaku berteman sebagaimana yang lainnya secarawajar, berkunjung ke rumah mereka, tetapi tidak pernahpada hari pertama dan kedua, selalu pada hari ketiga atausetelahnya, dan tidak mau mengucapkan selamat natalatau selamat nyepi, duluan mengatakan minta maaf atassalah khilaf selama bergaul. Ini satu prinsip dalammenjaga toleransi, karena seandainya mengucapkanselamat___berarti menyetujui terhadap apa yang diyakinimereka, jadi kehadiran lebih untuk kebersamaan saja.Begitu juga seandainya diundang tetapi ada acara ke-baktiannya, meskipun yang muslim hanya berada di ruangkantor, sedangkan acara mereka di ruang khusus,mengaku tidak mau datang, karena menurutnya sudahpada kapling melaksanakan ibadah ritual, jadi sudahharus bersikap lakum dînukum waliyadîn.

Menganggap hubungan kerja dengan semua penganutagama di SMP Negeri 2 Arut Selatan, sebagai suatu hu-bungan yang wajar, dan tidak pernah mengalami kendala,karena masing-masing memegang komitmen batasan-batasan yang lazim dalam agama yang dianut. Dalam halperingatan hari besar keagamaan seperti peringatan na-tal, tidak salah jika memperhatikan pendapat Isre, bahwasalah satu penyebab kerawanan munculnya konflik salahsatunya adalah perayaan kegiatan keagamaan bersama.

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 144: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

134

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

“Dalam hal ini penyelenggaraan perayaan hari besarkeagamaan yang kurang mempertimbangkan kondisi dansituasi serta lokasi di mana perayaan tersebut diseleng-garakan dapat menyebabkan timbulnya kerawanan dibidang kerukunan hidup umat beragama”.120 Hal ini su-dah diantisipasi oleh pihak sekolah agar tetap bertoleransipada batas-batas lazim untuk mempertahan toleransi yangsudah dibanggakan warga sekolah.

Selanjutnya, sangat berbeda dengan guru Biologidalam kunjung mengunjungi pada saat perayaan natal,bahwa tidak pernah berkunjung pada saat perayaan na-tal, tetapi bisa berkunjung pada hari-hari yang lain, sepertikematian, kelahiran, pernikahan. Menjaga pertemanantidak musti harus hari natal, dan kalau berkunjung saatnatal berarti ikut merayakan, kalau ikut merayakan berartisetuju, juga tidak pernah mengucapkan selamat, karenamemang tidak boleh mendoakan itu, tetapi mengatakanyang lain urusan keduniaan. “Maaf bukan berarti sayatidak toleransi tetapi ini adalah gaya saya bertoleransi”,demikian penegasan guru tersebut.

Beberapa pernyataan dan pengamatan di atas, sangatjelas bahwa semuanya menghormati orang lain, baik yangseagama maupun berbeda agama. Guru-guru yangnonmuslim di sekolah ini mengerti betul hal-hal yangdibolehkan dan yang tidak dibolehkan bagi guru-guruyang muslim, mulai dari batasan ikut kegiatan keagamaansampai pada masalah makan dan minuman yang bolehdan tidak boleh dimakan. Guru-guru yang muslim lebih

120 Isre, Moh. Soleh (ed.), Konflik Etnis Religius Indonesia Kontemporer,(Jakarta: Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup UmatBeragama, Puslitbang Kehidupan Beragama, Badan Litbang Agamadan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, 2003), h. 270.

Page 145: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

135

selektif dalam hal menjaga toleransi beragama, mulai darimasalah pergaulan yaitu ikut pada acara keagamaan,bertutur kata yaitu pengucapan selamat sampai padamasalah memilih atau mengonsumsi makanan danminuman ketika berkunjung atau bersama-sama yangnonmuslim.

Dalam hal berkunjung saat natal dan mengucapkanselamat kepada yang nonmuslim, bagi yang muslim___adayang melakukan tetapi ada juga yang tidak atau ada yangboleh ada juga yang tidak boleh. Pada dasarnya perbedaanitu terjadi hanya karena berbeda dalam memberikanpersepsi dan batasan dalam pengertian “ibadah ritual”.Semua yang muslim sepakat bahwa tidak boleh ikutibadah ritual agama lain, sebagaimana yang dikatakanaoleh guru Pendidikan Islam karena termasuk wilayahlakum dinukum waliyadin. Islam memang memberikankemudahan yang longgar dalam masalah hubungansosial/muamalah ini, karena untuk lebih memungkinkanterjadinya penyesuaikan-penyesuaian dalam situasi dankondisi masing-masing, selama berpegang pada prinsiplakum dînukum waliyadîn.

Berkenaan dengan pengucapan selamat natal, QuraisyShihab setelah menguraikan kisah natal dalam al-Quran,

Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan Perkataan yangbenar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.(Q.S. Maryam: 34)

M. Quraisy Shihab menjelaskan ayat di atas, bahwaapa salahnya mengucapkan selamat natal selama aqidahyang muslim dapat dipelihara. Itulah antara lain alasan

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 146: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

136

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

yang membenarkan seorang muslim mengucapkan se-lamat atau menghadiri upacara natal yang bukan ritual.121

Batasan-batasan dimaksud seperti pendapat guruyang menganggap hanya sekedar berkunjung ataumenghadiri undangan natal merupakan perbuatan sosialbiasa, sedangkan guru yang melakukan atau memboleh-kan menganggap perbuatan tersebut di tafsirkan samadengan ritual keagamaan. Dalam ajaran agama Islam untukberhubungan sosial dengan semua orang memang lebihlonggar dibanding masalah lain seperti masalah tauhid,sehingga berbagai bentuk persepsi mungkin saja terjadi,ketika situasi dan kondisi yang mengitari seseorang ataukelompok orang berbeda dengan orang lain, maka berbedajuga dalam hal persepsi terhadap penerapan ini.

Sejak awal berdiri sekolah ini sampai sekarang, gurudan pegawai di SMP Negeri 2 Arut Selatan mayoritas ber-agama Islam, tetapi mayoritasnya mampu menunjukkanpengayoman sebagaimana yang dirasakan oleh guru-guruyang nonmuslim. Hal ini secara umum sudah berlaku diseluruh nusantara bagi yang muslimnya mayoritas.Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nurcholis Madjidbahwa Islam telah membuktikan kemampuannya secarameyakinkan dalam melaksanakan toleransi dan pluralismesecara unik dalam sejarah agama-agama, di mana agamaIslam merupakan anutan mayoritas, agama-agama laintidak mengalami kesulitan berarti.122

Seiring dengan kenyataan tersebut, personil yangberagama Islam di SMP Negeri 2 Arut Selatan juga harusmenjadi golongan yang terbuka, yang bisa tampil dengan

121 M. Quraisy Shihab, “Membumikan” Al-Quran: Fungsi dan Peran WahyuDalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992), Cet. II, h. 371.

122 Nurcholis Madjid, Islam, Doktrin... h.7-8.

Page 147: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

137

rasa percaya diri yang tinggi, dan bersikap sebagaipamong yang ngemong golongan-golongan lainnya. Halini karena dalam Islam memang sudah ada doktrin tentangmenjalankan agama secara universal, “Islam memberilandasan religius bagi para pemeluk untuk menerimakeberadaan agama lain dan mengadakan hubungan baikbagi para pemeluknya”.123

Peneliti juga memperhatikan terhadap guru-guruyang mengajar di kelas maupun di luar kelas ketika ber-interaksi dengan siswa, mereka mengungkapkan per-kataan-perkataan yang menghubungkan dengan nilai-nilaiagama secara umum, jadi pembelajaran nilai-nilai budayatoleransi disampaikan secara inverbalistik dan infor-malistik melalui tatap muka proses belajar mengajar danjuga interaksi di luar itu, ketika ditanyakan kepadasiswa___semuanya mengatakan bahwa hampir semua guruyang mengajar mereka melakukannya.

Dalam hal ini penulis tidak mengupas dalam tentangpembelajaran agama terhadap kehidupan yang bersifatkeduniaan, karena muatan dari pendidikan agama itusendiri sudah tegas menyatakan hal tersebut. Tetapidituntut sebaliknya, pembelajaran terpadu pendidikanagama adalah untuk menghubungkan nilai-nilai pem-belajaran agama terhadap pengetahuan umum. Tetapiseorang guru agama Islam yang juga membantu mengajarmata pelajaran Seni Budaya, pernah meluruskanpenerapan toleransi yang salah dalam memaknai toleransi,seperti menemui kasus yang agak ekstrim, pernahmenemui siswa muslim yang melukis dibukunya gambar

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

123 M. Ilham Maskhuri Hamdie, Pluralitas Agama Menuju Dialog AntarAgama; Talaah Dimensi Sufistik Pemikiran Nurcholis Madjid,(Banjarmasin: Antasari Pres, 2006), h. 15.

Page 148: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

138

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

salib, guru tersebut langsung meluruskan dengan caramenegaskan bahwa Islam membolehkan toleransi kepadasemua umat manusia selain yang berkaitan dengani’tiqadiyah (keyakinan atau ketauhidan). Toleransi yangberkaitan dengan masalah muamalah diperbolehkansedangkan yang berkaitan dengan masalah i’tiqaddilarang.

“Penerapannya dilapangan, pemahaman guru agama tentangkonsep toleransi dan kerukunan beragama. Dari pengamatan dilapangan diperoleh hasil bahwa guru agama sudah cukup pahamtentang konsep toleransi dan kerukunan beragama. Di sampingkarena tingkat pendidikannya yang memadai, memilikipengalaman mengajar di sekolah umum yang memiliki siswayang nonmuslim. Menurutnya Islam membolehkan melaksana-kan toleransi dan kerukunan beragama dan bahwa toleransi dankerukunan berkaitan dengan hak azasi manusia yang tidak bisadipaksakan oleh orang lain, karena merupakan keyakinan yangterpatri sudah di dalam hati sebagaimana al-Quran menyebutkan“bagimu agamamu dan bagiku agamaku”.124

Berdasarkan pendapat di atas, berarti sudah sangattepat yang dilakukan guru agama Islam tersebut denganmeluruskan pola fikir siswa bahwa Islam membolehkantoleransi berkaitan dengan masalah muamalah danmemperketat pelaksanaan toleransi dalam masalah i’tiqad.Melarang atau memperketat toleransi, bukanlah menunjuk-kan sikap intoleransi, tetapi justru sebagai acuan bagi yangmuslim dalam menjalankan toleransi beragama.

Pernah juga terjadi intoleransi yang hampir mengarahpada konflik di SMP Negeri 2 Arut Selatan. Pertama, yangdimaksud adalah guru agama Hindu, hal ini diakui ketikapenulis mengonfirmasi, bahwa pernah berbincang-bincangringan dengan salah seorang guru muslim, sampai kepada

124 M. Ilham Maskhuri Hamdie, Pluralitas Agama... h. 104-105.

Page 149: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

139

masalah ajaran agama, ternyata ada ketersinggungan dansempat bersuara dengan nada tinggi, tetapi setelah itumasing-masing meminta maaf. Kejadian itu membuatnyasangat berhati-hati kalau berdiskusi apabila menyangkutajaran agama. Menurut Isre, momentum itu biasanya hanyaberbentuk pertengkaran kecil antara dua individu me-ngenai sesuatu yang amat remeh atau jauh dari akar kon-flik, tetapi berfungsi menjadi pembenar bagi dimulainyasuatu konflik yang berskala besar.125

Kedua, pernah terjadi juga pembagian kitab Inzilkepada siswa beragama Islam, peneliti melihat pada bukutamu dan dokumen kronologis yang masih disimpan olehsalah seorang guru agama Islam. Tertanggal 23 Agustus2006, kedatangan dua orang tamu dari salah satu yayasandari Jakarta, setelah menyampaikan maksud kedatangan-nya, diizinkan kepala sekolah untuk menemui siswa dikelas yang ada siswa nonmuslimnya, yaitu kelas VII A,VIIB, VIIIA, VIIIB, IXA dan IXB. Setelah berkenalan danmemberikan pesan-pesan religius, meminta kepada siswauntuk mengangkat tangan bagi yang beragama KristenKatolik dan Kristen Protestan. Tiba-tiba ada sebelas orangsiswa muslim di kelas VIIIB yang kebagian. Sudahdiingatkan oleh yang mengajar saat itu kebetulan beragamaKristen Protestan untuk tidak mempelajarinya, karena Is-lam sudah punya kitab al-Quran. Keesokan harinya adatiga orang tua yang menemui guru agama Islam,menyatakan tidak terima karena anaknya mendapat kitabInzil. Kepala sekolah memanggil dan meminta guruKristen untuk menarik kitab tersebut dan meminta maafkepada orang tua yang bersangkutan. Kepala sekolah danwakil serta guru-guru agama dipertemukan untuk meng-

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

125 Isre, Moh. Soleh (ed.), Konflik Etnis... h. 5-6.

Page 150: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

140

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

evaluasi dan menegaskan agar tidak terjadi lagi. Meskisempat terjadi ketegangan dari guru agama Islam yangmenganggap sudah melanggar hukum karena “sudahtermasuk menyebarkan agama pada orang yang sudahberagama dan sudah mengembala di kandang orang lainserta menyebarkan virus”, demikian yang disampai guruagama tersebut, tetapi dengan kebijakan kepala sekolahpada saat itu, semua memahami dan pihak guru Kristenyang terlibat menyatakan penyesalan dan berjanji untuktidak terulang sesuai penegasan kepala sekolah.

Pada kasus yang pertama, kedua guru yang menyadaribahwa sudah mengarah pada intoleransi, merekamenyelesaikan masalah tanpa melibatkan orang ketiga.Pada kasus yang kedua, diselesaikan oleh kepala sekolah.Berkenaan dengan konflik semacam itu, terdapat berbagaicara dan proses dalam penyelesaian perselisihan tersebut.Cara pertama, dilakukan oleh kedua belah pihak secarakekeluargaan (rekonsiliasi), cara kedua dilakukan olehkedua belah pihak dengan menggunakan jasa pihak ketigasebagai perantara atau juru damai (mediasi), dan caraketiga dilakukan secara paksa kepada kedua belah pihakoleh kekuasaan masyarakat atau kekuasaan negara(ligitimasi).126

Dalam konteks Indonesia, yang menjadi penyebabtimbulnya kerawanan di bidang kerukunan hidupberagama juga bisa menjadi faktor masalah tindak konflikkeagamaan di Indonesia. Penyebab kerawanan tersebutsebagaimana diuraikan oleh Puslitbang KehidupanKeagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agamaantara lain,

126 Ahmadi Hasan, Adad Badamai... h. 23.

Page 151: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

141

“penyebaran agama dari masing-masing kelompok agama itusering disinyalir sebagai sumber ketegangan antara satupenganut agama dengan penganut agama yang lain. Dalam halini penyiaran agama baik secara lisan, melalui media cetak sepertibrosur, pamflet, selebaran dan sebagainya, maupun mediaelektronika, serta media yang lain dapat menimbulkankerawanan di bidang kerukunan hidup umat beragama, lebih-lebih ditujukan kepada orang yang sudah memeluk agamalain”.127

Religious di sekolah membantu dalam upayamenanggulangi konflik dan bukan memunculkan konflik,dibanggakan dan diandalkan, paling tidak sebagai:pertama, kekuatan religious sekolah yang dianggap mampuuntuk menjadikan sekolah sebagai manusia yang adil,beradab, berakhlak baik, dan terpuji; kedua, potensi dasaruntuk membantu tradisi berfikir, bersikap dewasa,terbuka dan toleransi; ketiga, pengikat anggota sekolahdari generasi ke generasi untuk bisa hidup berdampingansecara dinamis dan rukun. Konflik adalah pertentanganyang bersifat langsung dan disadari antara individu-individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yangsama. Kekalahan pihak lawan dianggap sangat pentingdalam mencapai tujuan. Dalam konflik, orientasi tertujuke pihak lawan lebih penting dari pada objek yang hendakdicapai. 128

Konsep tentang konflik dan integrasi tidak dapatdipisahkan satu sama lain, keduanya saling komplementerdalam realitas sosial. Masyarakat sebagai suatu sistemyang terdiri atas peranan-peranan dan kelompok-

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

127 Isre, Moh. Soleh (ed.), Konflik Etnis Religius Indonesia... h. 270.128 Ahmad Fedyani Syaifuddin, Konflik dan Integrasi Perbedaan Paham

Dalam Agama Islam, (Jakarta: CV.Rajawali, 1986), h. 7.

Page 152: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

142

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

kelompok yang saling berkaitan dan saling mempengaruhidi dalanmya, diwujudkan dalam tindakan-tindakan sosialdan tingkah laku sosial, merupakan sesuatu yang dinamis.Hubungan sosial yang ada di dalamnya juga bersifatdinamis. 129

Hasil pengamatan dan semua pernyataan kepalasekolah, guru dan tata usaha di sekolah ini, menggambar-kan bahwa pelaksanaan toleransi beragama di SMP Negeri2 Arut Selatan dari awal berdirinya sampai sekarang,menunjukkan toleransi beragama sangat baik dan harusdijaga dan dipertahankan, meski pernah terjadi hal-halyang mengarah pada intoleransi, tetapi semua dapatdikelola sekolah melalui kepala sekolah. Hal ini sesuaidengan hasil rumusan dialog pengembangan wawasanmultikultur antar pemuka agama pusat dan pemukaagama Provinsi Kalimantan Tengah, tanggal 13 s.d. 15Oktober 2003. Menteri agama dalam sambutan tertulisnyayang dibacakan oleh Kepala Badan Litbang Agama danDiklat Keagamaan Departemen Agama, antara lainmenyampaikan agar perbedaan menjadi asset yang harusdikembangkan, maka terletak pada bagaimana caramengelola perbedaan-perbedaan itu.130

Toleransi beragama di SMP Negeri 2 Arut Selatanmerupakan sikap yang dipunyai warga sekolah tersebut,dan mengaktualisasikan dalam kinerjanya yang saratdengan kemajemukan budaya dan agama. Sikap toleransiberagama tersebut merupakan salah satu nilai-nilai ajaranagama yang relevan dengan kemajuan, untuk itu diperlu-

129 Isre, Moh. Soleh, (ed.), Konflik Etnis Religius Indonesia... h. 23.130 Departemen Agama RI Badan Litbang dan Diklat, Merajut Kerukunan

Umat Beragama Melalui Dialog Pengembangan Wawasan Multikultur,(Jakarta: Puslitbang Kehidupan Beragama, 2008), h. 332.

Page 153: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

143

kan sebuah upaya untuk mengembangkan sikap tersebut.Usaha mempertahankan kekondusifan toleransi yang adadi SMP Negeri 2 Arut Selatan, melalui usaha kepalasekolah, yang mendengungkan agar selalu menjagatoleransi, dan memasukkan nilai-nilai budaya toleransi kedalam pembelajaran umum, secara inverbalistik daninformalistik melalui tatap muka proses belajar mengajardan juga interaksi di luar itu. Mengembangkan strategipembelajaran alternatif. Guru-guru semua mata pelajaranmemasukkan pesan-pesan moral agama secara umumkepada siswa di sekolah. Kebijakan yang lebih besartentang peran agama di sekolah-sekolah tertentu kiranyadi luar pengaruh guru, akan tetapi guru dapat memainkanperan vital dalam mengajarkan tentang agama danmemberikan teladan tentang sikap menghormati dantoleransi terhadap berbagai macam keyakinan religious. 131

Toleransi beragama di SMP Negeri 2 Arut Selatan yangsudah menjadi bagian budaya sekolah, dan merupakankarakter tersendiri, sesuai dengan harapan pemerintahmelalui hasil rumusan dialog pengembangan wawasanmultikultur antar pemuka agama pusat dan pemukaagama propinsi Kalimantan Tengah. Tanggal 13 s.d 15Oktober 2003. Menteri agama dalam sambutan tertulisnyayang dibacakan oleh kepala badan Litbang Agama danDiklat Keagamaan Departemen Agama antara lainmenyampaikan agar perbedaan menjadi asset yang harusdikembangkan. Terletak pada bagaimana cara mengelolaperbedaan-perbedaan itu.132

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

131 Richard I. Arends, Learning To Teach, terj. Helly Prajitno Soetjipto danSri Mulyantini Soetjipto, dengan Judul, Belajar untuk Mengajar,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 71.

132 Departemen Agama RI Badan Litbang dan Diklat, Merajut Kerukunan...h. 332.

Page 154: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

144

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Penganut agama mayoritas di sekolah turut mem-pengaruhi terhadap pelaksanaan religious culture-nya,dengan demikian berarti mayoritas beragama di SMPNegeri 2 Arut Selatan, mampu menunjukkan pengayomansebagaimana yang dirasakan oleh guru-guru yangnonmuslim. Hal ini secara umum sudah berlaku di seluruhnusantara bagi yang muslimnya mayoritas. Sebagaimanayang diungkapkan oleh Nurcholis Madjid bahwa “Islamtelah membuktikan kemampuannya secara meyakinkandalam melaksanakan toleransi dan pluralisme secara unikdalam sejarah agama-agama, di mana agama Islammerupakan anutan mayoritas, agama-agama lain tidakmengalami kesulitan berarti.133 Seiring dengan kenyataantersebut personil yang beragama Islam di tiap lembagamana pun termasuk sekolah, harus menjadi golongan yangterbuka, yang bisa tampil dengan rasa percaya diri yangtinggi, dan bersikap sebagai pamong yang mengayomigolongan-golongan lainnya. Hal ini karena dalam Islammemang sudah ada doktrin tentang menjalankan agamasecara universal, “Islam memberi landasan religious bagipara pemeluk untuk menerima keberadaan agama lain danmengadakan hubungan baik bagi para pemeluknya”.134

Kebijakan pemerintah zaman Menteri Agama MuktiAli diperkenalkan prinsip dasar kerukunan yakni agree indisegreement. Kemudian pada masa Menteri Agama Alam-syah Ratu Perwira Negara di kembangkan pendekatan tril-ogy kerukunan, yakni kerukunan intern, antar dan antaraumat beragama dengan pemerintah. Selanjutnya masaMenteri Agama Munawir Sadzali sampai Menteri MalikFajar, dicsamping meneruskan kebijakan yang disebut

133 Nurcholis Madjid, Islam, Doktrin... h. 7-8.134 M. Ilham Maskhuri Hamdie, Pluralitas Agama... h. 15.

Page 155: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

145

dengan kerukunan dinamis yang bertujuan untuk mem-bangun sosial yang lebih luas di antara umat beragama.Zaman Menteri Agama Tolchah Hasan dan Said AgilHusin Al Munawar, lebih diarahkan pada perwujudan rasakemanusiaan dengan kebijakan “pengembangan wawasanmultikultural” serta dengan pendekatan yang bersifat “bot-tom up”. Kehadiran Departemen Agama secara strukturaldan secara historis fungsional di Indonesia (didirikan padatanggal 3 Januari 1946) adalah merupakan implementasidari UUD 1945, yakni negara berdasarkan atas KetuhananYang Maha Esa dan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya. Seiring denganitu, tugas pokok Departemen Agama adalah melayani,membimbing dan membina kehidupan beragama warganegara Indonesia. Dalam menjalankan melayani, mem-bimbing dan membina kehidupan beragama warga negaraIndonesia, pemerintah tidak diperkenankan mencampuriakidah atau teologi masing-masing agama.

b. Berprestasi dan Mengakui Kelebihan Orang LainBerprestasi dan mengakui kelebihan orang lain

ternyata tidak mudah dilakukan, karena mengakuikelebihan orang lain berarti benar-benar menekan ego,untuk menghargai suatu hal yang orang lain punya.Tantangan terbesarnya adalah karena setiap kali tidakmengakui kesuksesan orang lain, setiap kali itu juga tidakbisa belajar dari orang itu, dan setiap kali itu juga mem-berikan sebuah rasa nyaman dalam diri, denganmemberikan alasan pembenaran kepada diri sendiri, yangpasti akan terus mengerut dan akhirnya semakin sempit.

Bergaul dengan sesama manusia tidak akan ternikmatisepanjang tidak bisa menerima kenyataan ada orang yanglebih. Harus belajar menikmati bahwa kelebihan orang

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 156: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

146

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

adalah karunia dari Allah untuk kita juga sebagaimanadirasakan oleh guru SMP Negeri 2 Arut Selatan. Bisabelajar dari orang-orang yang diberikan kelebihan olehAllah dan harus belajar mengakui ada orang yang berjasa.Sungguh aib orang yang ditolong tapi tidak pernah tahuberterima kasih. Kemuliaan seseorang bisa diukur daribagaimana membalas budi baik orang lain, dan tidakmungkin membalas kebaikan orang kecuali mengawalidengan senang mengingat jasa baik orang lain.

Kepala sekolah, guru, TU dan pegawai di SMP Negeri2 Arut Selatan, sangat menghargai bagi yang punya kele-bihan, juga tugas yang diberikan oleh atasan, meskipunteman mereka sendiri, bahkan lebih rendah pangkatmaupun usianya dari mereka. Ketika diadakan MGMPsekolah selama 3 hari yaitu tanggal 16-19 Pebruari 2011,mulai pukul 13.30 wib. s.d 17.00 wib. Sebagai pematerinyaadalah teman sejawat mereka yang memang biasamemberikan materi KTSP diundang kesekolah-sekolahlain, diundang oleh sekolah yang bersangkutan maupunyang diadakan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan OlahRaga. Begitu juga dengan kursus bahasa inggris, dilatiholeh guru bahasa Inggris yang ada di sekolah SMP Negeri2 Arut Selatan, semua mengikuti dengan penuh antusiasdan suasana akrab. Seorang tata usaha saat mengikutikegiatan tersebut mengatakan bahwa mereka mengakui,menghormati dan menghargai teman apalagi yang punyakelebihan, tanpa ada perasaan ingin menjatuhkannya,malah bersyukur karena pada akhirnya membawa namabaik sekolah, dan juga bisa belajar kepada mereka,meskipun mareka lebih muda di bawah saya. Tata usahadi tersebut lebih mementingkan nama baik sekolah.

Seirama dengan pernyataan wakil kepala sekolah jikasangat mengakui prestasi teman meskipun orang baru,

Page 157: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

147

malah harus didukung karena itu akan memperkuatsekolah. Selama ini ada saja guru-guru baru yang punyakelebihan, seperti ahli IT, ahli seni. Sebagai wakil kepalasekolah selalu memperhatikan kelebihan itu untukdiusulkan kepada kepala sekolah apabila diperlukanterhadap kelebihan mereka.

Wakil kepala sekolah tersebut tidak hanya sekedarmengakui, tetapi juga berusaha untuk memberdayakankemampuan yang dimiliki oleh orang lain. Guru BP/BKmengembalikan hal seperti ini kepada yang di Atas.

“Saya rasa itu anugerah dari Allah yang harus disyukuri, ada terdapat/terjadi pada teman, harus saya jadikan dia tempat bertanya/belajar.Selama ini tidak ada gasak gesek dalam hal pembagian tugas, salingbekerja sama dan membantu, dan saling menghormati potensi teman,memberdayakan dan memberikan kepercayaan”.

Seirama dengan yang dirasakan oleh guru calonkepala sekolah yang sudah mengikuti pelatihan calonkepala sekolah. Merasa bangga karena penghargaan keteman sejawat sangat terasa, mulai pertama pindah ke SMPNegeri 2 Arut Selatan, artinya guru baru pada saat itusampai sekarang menjadi guru yang senior di antara teman-teman. Menganggap harus dipertahankan, dan berharapsuasanya selalu terjaga terus meskipun sebagian guru-guru ada yang mau pindah karena diangkat menjadikepala sekolah di sekolah lain.

Hampir semua guru terlihat mempunyai semangatuntuk berprestasi, terbukti dengan peraih guru berprestasiselama enam tahun terakhir semuanya dari SMP Negeri 2Arut Selatan, sehingga mereka dipromosikan untukmengikuti pelatihan Cakep (Calon Kepala Sekolah) jalurkhusus, maksudnya langsung mengikuti pelatihan calonkepala sekolah tanpa melalui jalur tes. Mereka adalah:

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 158: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

148

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

pertama, Gerry Yunida, S.Pd sebagai juara I guru berprestasitingkat SMP/MTs/SMPLB Kabupaten Kotawaringin Barattahun 2005, dasar SK Bupati Kotawaringin Barat Nomor:003.1/24/KPTS/2005, tanggal 10 April 2005 dan juara IIguru berprestasi tingkat SMP/MTs/SMPLB ProvinsiKalimantan Tengah pada tahun 2005; kedua, Lelay NangkaiPuji, S.Pd sebagai juara I guru berprestasi tingkat SMP/MTs/SMPLB Kabupaten Kotawaringin Barat tahun 2006,dasar SK Bupati Kotawaringin Barat Nomor: 242/80/KPTS/Dikjar/2006, tanggal 2 Juli 2006 dan juara II guruberprestasi tingkat SMP/MTs/SMPLB Provinsi Kaliman-tan Tengah tahun 2006; ketiga, Daryana, S.Pd sebagai juaraI guru berprestasi tingkat SMP/MTs/SMPLB KabupatenKotawaringin Barat tahun 2007, dasar SK BupatiKotawaringin Barat Nomor: 182/KPTS/Dikjar/2007,tanggal 10 Juli 2007 dan juara III guru berprestasi tingkatSMP/MTs/SMPLB Provinsi Kalimantan Tengah tahun2007; keempat, Sutriati, S.Pd sebagai juara I guru berprestasitingkat SMP/MTs/SMPLB Kabupaten Kotawaringin Barattahun 2009, dasar SK Bupati Kotawaringin Barat Nomor:061//KPTS/Dikpora/2009, tanggal 12 Mei 2009; kelima,Sutriati, S.Pd sebagai juara I guru berprestasi tingkat SMP/MTs/SMPLB Kabupaten Kotawaringin Barat tahun 2010,dasar SK Bupati Kotawaringin Barat Nomor: 067/2430/Sekr/Dikpora/ 2010, tanggal 16 Mei 2010; keenam, DwiSaraswati, S.Pd sebagai juara I guru berprestasi tingkatSMP/MTs/SMPLB Kabupaten Kotawaringin Barat tahun2010, dasar SK Bupati Kotawaringin Barat Nomor: 003//KPTS. PAN/Dikpora/2009, tanggal 19 Juni 2011.

Salah seorang guru juga diangkat oleh Dinas Pendidik-an Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kotawaringin Baratuntuk menjadi koordinator District Core Team (DCT) dasarSK bupati Kotawaringin Barat Nomor: 165/KPTS/Dikpora

Page 159: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

149

periode 2010-2012, bertujuan untuk meningkatkan mutusekolah-sekolah yang ada di Kabupaten KotawaringinBarat.

Mendapatkan sebuah prestasi tentunya tidak denganserta merta. Prestasi dimulai dengan usaha kerja keras,dalam bidang apapun juga.135 Begitu juga di sekolahhendaknya mengutamakan prestasi untuk kemajuansekolah. Usaha yang dilakukan harus dengan kerja keras.Kerja keras ini bukan yang dilakukan pada saat memulaisaja, tetapi juga terus dilakukan walaupun sudah berhasil.Lakukan perbaikan terus menerus, terhadap pekerjaanyang telah lalu, jangan terlena karena keberhasilan.136

Sekolah ini juga memberikan kebebasan kepadapersonilnya, untuk meningkatkan kualitas diri dan profesi,selama tidak melanggar aturan kedisiplinan, seperti: gurupendidikan agama Islam yang melanjutkan kuliah S-2,guru bahasa Inggris yang study banding bahkan sampaike luar negeri, dan guru olah raga yang menjadi pelatihtim Kotawaringin Barat ke even provinsi atau ke tingkatnasional.

Kesadaran guru, tata usaha dan pegawai di SMPNegeri 2 Arut Selatan, bahwa dengan menerima kehadiranorang lain, mau mengakui kelebihan orang lain itu justruakan membahagiakan diri sendiri. Mengembangkan sikapseperti ini akan membuat seseorang menjadi pribadi yangtumbuh dengan kebijaksanaannya. Kehadiran orang laindengan segala kelebihannya patut diterima dan disyukuri.

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

135 Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis dalam Islam. (Bandung, Alfabeta:2003), h. 83.

136 Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika... h. 83.

Page 160: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

150

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

c. Kesalehan Sosial“Kesalehan sosial” adalah perilaku orang-orang yang

sangat peduli dengan nilai-nilai keagamaan, yang bersifatsosial. Suka memikirkan dan santun kepada orang lain,suka menolong, dan seterusnya. Keinginan untuk mem-bahagiakan orang lain adalah salah satu bagian terpentingdari nilai-nilai religious kesalehan sosial. Tiap agama___

karakter ini merupakan ciri utama keimanan. Seseorangtidak bisa mengaku beriman hingga ia mencintai untukmembahagiakan saudaranya, sebagaimana ia inginmembahagiakan dirinya sendiri.

Dalam ajaran Islam, Rasulullah saw. bersabda: “Tidakberiman seseorang di antara kalian hingga ia mencintaibagi saudaranya apa yang ia cintai bagi dirinya sendiri”.137

Menarik untuk dicatat di sini bahwa kaidah religious,keharusan seseorang untuk mencintai bagi saudaranya apayang ia cintai bagi dirinya sendiri adalah suatu kaidahuniversal yang diterima oleh agama-agama besar duniayang disebut sebagai golden rule.

Aturan emas atau etika timbal balik adalah sebuahpepatah, kode etik, atau moralitas, yang pada dasarnyamenyatakan salah satu dari hal berikut: pertama, orangharus memperhatikan orang lain sesuai dengan bagaimanaseseorang ingin orang lain untuk memperlakukan diriseseorang; kedua, perlakuan orang lain seperti anda ingindiperlakukan; ketiga, seseorang seharusnya tidak memper-

137 Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari (Al-Iman/12/Fath) danMuslim (Al-Iman/45/Abdul Baqi) dari Rasulullah SAW. melaluiAnas ibn Malik r.a. juga diriwayatkan dengan sedikit variasiredaksional oleh Al-Nasa’i, Al-Tirmidzi, Ahmad ibn Hanbal, Al-Darimi, Al-Majlisi (dalam Bihar Al-Anwar), dan Muttaqi Al-Hindi(dalam Kanz Al-‘Ummal).

Page 161: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

151

lakukan orang lain dengan cara yang dia tidak ingindiperlakukan seperti itu; keempat, jangan memperlakukanorang lain dengan cara anda tidak ingin diperlakukan.138

Aturan emas telah berakar pada berbagai budaya dunia,merupakan standar yang digunakan oleh beberapabudaya untuk menyelesaikan manajemen, termasuk disekolah. Demikian juga di SMP Negeri 2 Arut Selatan.

Berdasarkan dokumentasi wakil kepala sekolahurusan hubungan masyarakat, yang menjalankan tugasmengedarkan gerakan sosial “spontan dan situasional”apabila ada keluarga besar guru, tata usaha, dan pegawaisekolah yang sakit, meninggal dunia, menikah, me-lahirkan, dan lain-lain. Terlihat semuanya berpartisipasidengan menyumbang sukarela atau tanpa ada pembatasannominal.

“Gerakan sosial spontan situasional” yang menjadibudaya dilakukan oleh wakil kepala sekolah urusanhubungan masyarakat di SMP Negeri 2 Arut Selatan,menggambarkan bahwa sekolah tersebut menerapkanmanajemen pemberdayaan subsistem, di mana peranwakil kepala sekolah urusan hubungan masyarakatsebagai subsistem terstruktur, yang memiliki uraian tugastertulis dan komitmen tidak tertulis, seperti menjalankangerakan sosial spontan situasional, juga telah mem-berdayakan subsistem lingkungan, menangani kerja samaantara sekolah, orang tua, masyarakat dan instansi terkait.

Mereka juga melakukan arisan ke rumah-rumah dankehadirannya melibatkan keluarga, sebagai pengikat rasakebersamaan dan persaudaraan, sehingga saling kenal

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

138 Indra Utoyo, Manajemen Alhamdulillah, (Bandung: Mizania, 2011), h.14.

Page 162: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

152

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

dengan keluarga besar SMP Negeri 2 Arut Selatan.Melaksankan arisan juga di sekolah, bagi yang dapat___

menyisihkan sebagian kepada wakil kepala sekolahurusan humas untuk dijadikan saldo sosial. Ada jugaberupa pengumpulan zakat infaq dan sadaqah, khususbagi yang muslim mulai, dari kepala sekolah, guru, tatausaha, pegawai, siswa dan orang tua siswa, dilaksanakanselama bulan Ramadhan, dan dibagikan di akhirRamadhan. Zakat fitrah dan zakat maal langsung di-bagikan kepada siswa yang kurang mampu, infakdiserahkan kepada bendahara rumpun PAI yang sekaligusbendahara musalla sekolah untuk kegiatan keagamaantermasuk keperluan musalla, sedangkan sadaqahdibagikan kepada tetangga sekitar sekolah.

Tujuan pengumpulan Zakat Infak dan Sadaqah (ZIS)adalah untuk: pertama, memberikan bantuan atau subsidisilang bagi siswa yang kurang mampu dari sisi ekonomi,yang dipergunakan untuk pembelian buku, seragamsekolah, sepatu, tas dan keperluan pribadi lainnya yangberhubungan dengan sekolah, walaupun tidak se-penuhnya; kedua, membantu kegiatan hari-hari besarkeagamaan yang dilaksanakan secara temporer apabilaada moment HBI seperti peringatan menyambut tahun baruhijriyah, peringatan maulid Nabi Muhammad saw.peringatan isra’ mi’raj Nabi Muhammad saw., pesantrenRamadhan, penyembelihan hewan qurban, pengadaan alatkesenian, dan lain-lain; ketiga, memberikan bantuankegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh pihak luar,seperti pekan maulid kabupaten, atau lomba-lombakeagamaan lainnya; keempat, sumbangan ke BAZDA(Badan Amil Zakat Daerah) Kotawaringin Barat; kelima,sumbangan untuk masyarakat Pangkalan Bun dan daerahlain yang terkena musibah, dilakukan secara spontan.

Page 163: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

153

Kesalehan sosial di SMP Negeri 2 Arut Selatan, sangatdirasakan oleh warga sekolah, karena selama ini sudahmenjadi kebiasaan mereka. Tidak jarang ketika adakejadian yang seharusnya ada gerakan sosial sepertibiasanya, tetapi terlambat dilakukan oleh wakil kepalasekolah urusan humas atau orang yang ditugasi, makamasing-masing guru mempertanyakan, “kenapa tidak adaatau kenapa belum”, seperti yang peneliti saksikan ketikaada orang tua siswa kelas VIIIA yang meninggal.

Perolehan ZIS yang didokumentasikan guru PAI,semakin tahun semakin terdapat peningkatan, baik darisegi kuantitas jumlah muzakki maupun besar nominalnyamaupun kualitas tingkat kesadarannya, dikatakan olehsalah seorang yang sering mengurusi masalah ZIS bahwadulu mereka mengedarkan selebaran kepada guru, tatausaha dan siswa, sekarang hanya selebaran kepada orangtua siswa saja, sedangkan guru dan pegawai beberapatahun terakhir ini sudah menitipkan duluan/bilangduluan sebelum waktu pengumpulan diumumkan.

Q.S. al-Baqarah: 261-274 kepada umat Islam diberituntunan bagaimana harusnya menggunakan harta.Hendaklah seorang muslim menggunakan hartanyauntuk: 1) memperkuat ketaqwaan kepada Allah saw.; 2)memperkuat hubungan silaturrahim sesama manusia; 3)berbuat amal yang benar.139 Diajarkan juga bahwa “barangsiapa memperbanyak pemberian kepada orang lain,niscaya Allah akan memperbanyak pemberian kepadanya.Dan barang siapa mempersedikit pemberian kepada oranglain niscaya Allah menyedikitkan pemberian kepada-nya”.140

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

139 Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika... h. 264.140 Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika... h. 40.

Page 164: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

154

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Tidak hanya dalam bentuk seperti yang diungkapkandi atas, di SMP Negeri 2 Arut Selatan juga meningkatkualitas maupun kuantitas pelaksanaan berqurban bagiyang muslim di sekolah tersebut. Berdasarkan dokumenrumpun guru PAI, sejak tahun 2002 sampai sekarang selalumelaksanakan setiap tahunnya, bahkan lima tahun terakhirini mereka mengusahakan dengan cara menabung selamasatu tahun untuk berqurban khusus bagi guru-guru danpegawai yang muslim. Bagi siswa belajar berqurban jugameningkat, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya,seperti hari raya qurban tahun ajaran 2010/2011 sebanyaktiga ekor sapi dan satu ekor kambing dari qurban gurudan pegawai, satu ekor sapi belajar berqurban dari seluruhsiswa muslim, dan dua puluh lima ekor kambing bantuandari UICI (Unitid Islamic Centre Indonesian) KotawaringinBarat, satu ekor kambing dari personil pegawai DinasPendidikan Pemuda dan Olah Raga, dan satu ekorkambing dari orang tua siswa. Terbukti dengan tidakhanya diwajibkan bagi siswa, tetapi ada juga orang tuadan pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga,dan pihak lain yang menitipkan hewan qurbannya kesekolah untuk disalurkan kepada yang berhak, ini jugamenunjukkan tingkat kepercayaan kepada penyeleng-garanya di sekolah tersebut.

Penyaluran hewan qurban diberikan kepada siswayang kurang mampu dan tetangga masyarakat sekitarsekolah, sebelunnya dibagikan kupon yang bertuliskanwaktu dan tempat pengambilan hewan qurban, bagimasyarakat sekitar sekolah___diantarkan langsungkerumah oleh guru dan siswa, khusus tahun 2010/2011dibagikan kepada seluruh warga sekolah untuk di-lombakan membuat sate.

Page 165: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

155

Fenomena ritualistik di atas memberikan kesan umumbahwa guru dan pegawai yang ada di SMP Negeri 2 ArutSelatan tersebut adalah individu-individu yang taatberagama sekaligus saleh. Dalam banyak tradisi___

kesalehan individual ini menjadi ukuran tingkat kualitaskeberagamaan seseorang, dengan kata lainnya intensitasseseorang dalam menjalankan ritus-ritus agama me-nunjukkan tingginya nilai kesalehan atau kebaikanpribadinya. Secara normative keadaan ini seharusnyamelahirkan realitas-realitas sosial yang saleh pula.

Ibadah dalam pengertian yang mudah ditangkap olehmasyarakat muslim seringkali mengambil pengertian yanglebih khusus: pengabdian kepada Tuhan dalam bentuknyayang paling pribadi, yakni ritus-ritus sebagaimana di atas.Orang sering menyebutnya dengan istilah ibadah mahdhah.Ketika Allah menyatakan bahwa “jin dan manusia dicipta-kan untuk beribadah kepada-Nya” (Q.S. al-Dzariyat: 56)maka makna ibadah tersebut tidak mungkin hanya berartisalat, puasa, zakat, haji, berzikir, membaca al-Quran dansejenisnya, karena kehidupan tidak mungkin hanya untukberurusan dengan hal-hal tersebut, melainkan untuk hal-hal yang menyeluruh, mencakup seluruh aspek yangdibutuhkan manusia seperti mengajar, melayani, bekerja,mencari ilmu dan sebagainya guna mempertahankan danmengembangkan kehidupan itu sendiri.

Bentuk-bentuk pengabdian kepada Tuhan sepertigerakan kesalehan sosial di SMP Negeri 2 Arut Selatanyang dilakukan secara spontan situasional juga ada yangterprogram seperti gerakan ZIS bagi yang muslim,sesungguhnya merupakan cara menghadirkan Tuhandalam diri masing-masing dan menanamkan kesadarankepada akan fungsinya sebagai hamba Tuhan untuk padagilirannya mampu merefleksikan dan mengaktualisasikan

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 166: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

156

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

fungsi-fungsi tersebut di sekolah, sebagai bentuk tolongmenolong dalam kebaikan. Sesungguhnya tidak di-maksudkan untuk dirinya sendiri melainkan untukkepentingan sosial dan kemanusian yang lebih luas,dengan demikian di SMP Negeri 2 Arut Selatan mem-praktikkan sikap tolong menolong dalam kebaikan.

Teks-teks agama yang berkaitan dengan urusanibadah individual selalu memperlihatkan fungsi dan tugasganda. Satu sisi merupakan cara manusia untukmendekatkan diri kepada Tuhan, membersihkan hati danmembebaskan diri dari ketergantungannya kepada selainTuhan, tetapi pada saat yang sama menyatakan tuntutannyakepada manusia untuk melakukan tanggung jawab sosialdan kemanusiaan. Sekecil apa pun kebajikan akanmemberikan kebahagiaan kepada yang melakukannya,bila dilakukan dengan penuh keikhlasan. Nilai kesalehansosial akan sangat indah dilihat dan dirasakan, seseorangdianjurkan untuk bekerja keras tetapi pada saat yang samadia pun dianjurkan untuk tidak mengganggu danmerugikan hak orang lain. Bagi seorang guru mengajardengan penuh dedikasi dan keikhlasan sehingga siswabahagia, datang tepat waktu, dan memberi teladan yangbaik. Bagi seorang siswa, hormat dan taat kepada gurunya,belajar penuh kesungguhan dan tidak melanggar aturan.Pendeknya semua punya peran dan fungsi istimewa dalam melaksanakan nilai-nilai kesalehan sosilal.

Dewan guru dan pegawai yang terlibat dalammendesain pelaksanaan pengumpulan dan penyaluran ZISdi SMP Negeri 2 Arut Selatan, maka akan membuat wargamuslim di sekolah tersebut akan semakin bergairah danpenuh suka cita dalam mengeluarkan dan melaksanakan-nya. Bila ini dilakukan terus menerus, kesalehan sosialdalam jangka panjang akan terwujud dengan tangguh.

Page 167: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

157

Kesalehan sosial di SMP Negeri 2 Arut Selatan, bukanhanya sekedar jargon, impian dan khayalan, tetapi sudahmenjadi kenyataan. Untuk mewujudkan itu tetapmenuntut peran kepala sekolah untuk membangun politi-cal will dengan dukungan guru-guru, komite sekolah, dancivitas sekolah.

Manajemen yang berorientasi pada religious culturekesalehan sosial di sekolah akan menyatukan berbagaiunsur lainnya yang terkadang terpisahkan dari kinerja.Unsur-unsur yang hendak disatukan itu adalah mencakuppikiran (mind), badan (body), ruh (spirit); atau fisik (phisical),intelektual (intellectual), perasaan (emotional), kehendak (vo-litional), dan ruh (spirit).141 Penyatuan unsur-unsur tersebutakan menjadi sarana untuk mengaktualisasikan nilai-nilaikebaikan, tidak sekedar bernilai ekonomis ataupunmateril, tetapi juga bernilai religiusitas seperti gerakankesalehan sosial yang dilakukan di SMP Negeri 2 ArutSelatan.

Paling tidak ada dua sasaran yang dicapai melaluimanajemen kinerja yang berbasis religious culture di SMPNegeri 2 Arut Selatan. Pertama, pembangunan diri individuyang integral; kedua, penguatan sekolah. Semakin diyakiniketerlibatan diri yang menyeluruh di sekolah membawadampak besar terhadap kinerja individu. Senada denganyang diungkapkan Sanerya Hendrawan bahwa: “ter-bentuknya self management dan personal responssibility padalevel individu pegawai adalah dua di antara sekiandampak spiritualisasi perusahaan yang terkait denganpeningkatan kinarja”.142 Sudah terciptanya sinergi dariinteraksi individu-individu semacam itu di SMP Negeri 2

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

141 Sanerya Hendrawan, Spiritual Managemen... h. 23.142 Sanerya Hendrawan, Spiritual Managemen... h. 24.

Page 168: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

158

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Arut Selatan, pengaruhnya akan terasa terhadap kemajuansekolah secara keseluruhan, karena akan terbentuk religiousculture SMP Negeri 2 Arut Selatan yang dapat mempercepatperkembangan manajemen kinerja, kepada tujuan bersamayang lebih luas dan jangka panjang.

C. Pengaruh Religious Culture TerhadapManajemen Kinerja dari Asumsi yangMendasari (Basic Assumption)

a. KeteladananMenjadikan sikap teladan merupakan budaya warga

SMP Negeri 2 Arut Selatan yang selalu diusahakan olehwarga sekolah. Pemimpinnya dapat menjadi teladanmerupakan standar bagi manajerial sekolah, dalampelaksanaan nilai-nilai keteladan terjadi hubungan timbalbalik, semakin seseorang dapat menunjukkan kete-ladanannya maka akan semakin tinggi pula tata krama dansopan santun guru dan pegawainya. Semakin tinggiempati dan simpati pimpinan maka akan semakin tinggipula rasa kepercayaan pegawainya. Citra baik yangdimunculkan bagi pimpinan manajerial yang teladan padaorang-orang di sekelilingnya, akan mewarnai bagi orang-orang disekitarnya untuk menjadi baik.

Guru-guru SMP Negeri 2 Arut Selatan, semuanyamengatakan bahwa kepala sekolah adalah orang yangberakhlak mulia dan menjadi teladan bagi yang lain, sabardalam menghadapi tingkah laku bawahan termasuk siswa,sama sekali tidak mau menunjukkan seperti seorangatasan, sederhana dalam penampilan, perkataan danperbuatan, lisannya tidak pernah menyinggung apalagimenyakiti, tidak pernah membuka aib seseorang kepadaorang lain apalagi bawahan, mau menerima saran dan

Page 169: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

159

usulan yang baik demi kemajuan sekolah, setiap ada guruatau pegawai yang bermasalah tidak pernah disampaikankepada yang lain, tetapi cukup yang bersangkutandipanggil, dan kepribadian beliau yang lain memangmenjadi teladan.

“Ing ngarso sungtolodo, Ing madyo mangun karso, Tut wurihandayani” adalah kata-kata hikmah yang dari Ki HajarDewantara yang sudah dilakukan kepala sekolah, sangatrelevan dengan keteladanan beliau, tetapi belum diikutisepenuhnya oleh guru dan tata usaha. Keteladanan yangditunjukkan seorang tokoh, dengan mudah mem-pengaruhi banyak orang untuk mewujudkan suatu tujuan,tentu saja untuk tujuan yang baik. Demikian pula halnyaketeladanan bagi seorang guru, tidak saja harus di-tunjukkan ketika berada di sekolah atau di lingkungansekolah. Sosok guru dan profesinya melekat di mana sajamereka berada, sehingga kata ‘’guru’’ selalu dipergunakansebagai identitas, baik ketika guru tersebut melakukanaktivitas yang berkaitan dengan dunia pendidikan,maupun jauh dari ranah pendidikan.

Keteladanan guru dan pegawai di SMP Negeri 2 ArutSelatan, ada yang sudah memberikan teladan kepadasejawat dan siswa, tetapi ada juga yang masih belum,misalnya dalam hal penampilan atau berpakaian ataupergaulan, hampir semua guru dan pegawai sudahmemberikan keteladanan yaitu kesederhanaan, kerapian,dan sesuai aturan, tetapi dalam hal waktu masih ada yangbelum memberikan keteladanan termasuk guru danpegawai yang menunjukkan kenikmatan merokok didepan siswa, padahal semua siswa sudah membacadengan tulisan “area tanpa asap rokok”, yang ditempel didepan ruang kepala sekolah, guru, tata usaha dan pos piketsekolah.

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 170: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

160

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Di kesempatan lain peneliti melihat ada guru dan satuorang pegawai yang masih merokok di area yang dilarang.Dalam kesempatan lain lagi, tepatnya pada saat kelas IXmelakukan ujian praktik, hari Selasa tanggal 10 Mei 2011,wakil kepala sekolah urusan kesiswaan sedang meng-introgasi dua orang siswa karena ketahuan merokok disekolah, akhirnya mendapatkan surat skorsing selama satuhari untuk pelanggar pertama dan dua hari untukpelanggar kedua, pelanggar kedua mendapat sangsi lebihberat karena sudah melakukan pelanggaran yang keduameskipun dalam kasus yang berbeda.

Berikut pernyataan wakil-wakil kepala sekolah,menyangkut perihal merokok di sekolah:

“tulisan-tulisan yang dipasang di sekolah ini sudah baik, tinggalbagaimana memaknainya, itu semua berpulang kepada masing-masingindividu yang bersangkutan”.

Pendapat wakil kepala sekolah urusan saranaprasarana, di atas mengembalikan segala sesuatu kepadayang menjalaninya, sedangkan wakil kepala sekolahurusan hubungan masyarakat sudah mengatakan adakemajuan, yaitu perasaan malu bagi yang melakukan,hanya belum bisa melepaskan dari ketergantungan,sebagaimana pernyataan berikut:

“sebenarnya saya pernah mendengar kepala sekolah menegur dengancara sambil bergurau, tetapi mungkin karena sudah kecanduan makasulit untuk memberhentikannya. Tetapi kalau saya perhatikan yangmasih melanggar sudah merasa malu, mungkin menunggu waktu sajauntuk memutus kebiasaan itu”.

Didukung oleh wakil kepala sekolah urusankesiswaan:

Page 171: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

161

“saya perhatikan mereka lebih sering merokok di luar sana (maksudnyadi luar lingkungan sekolah), ini menurut saya sudah merupakanpenghargaan terhadap tulisan yang dipasang di dinding-dinding, dansemenjak tulisan itu dipasang mereka sudah sangat jarang merokok disekolah”.

Dipertegas oleh wakil kepala sekolah urusankurikulum, bahwa sudah ada proses kesadaran terhadapsebuah aturan yang melarang, sebagaimana pernyataanbeliau berikut:

“untuk hal merokok teman-teman di sekolah ini sudah saling mendukunguntuk menjadikan bebas dari asap rokok dan tidak menunjukkankenikmatan merokok di depan siswa, hanya tinggal dua saja yang masihsekali-sekali melakukannya, itu pun kalau tidak ada guru perempuan,karena guru perempuan pasti protes apabila merokok di dekat meraka”.

Selanjutnya, keteladanan dalam hal menjagakebersihan, pihak sekolah sudah melakukannya denganberbagai usaha, sederet piala yang tersimpan dalam lemaridi ruang tamu kepala sekolah, di antaranya juara Ikebersihan sekolah tahun 2009/2010 tingkat SLTP se-Kabupaten Kotawaringin Barat, membuktikan atas usahamereka, di antara yang dilakukan: 1) mengangkat petugascleaning service yang dihonor menggunakan dana bantuanoperasional sekolah; 2) sekolah menyediakan saranakebersihan seperti: pengadaan kotak sampah berukuranbesar dan kecil untuk menampung sampah-sampah darikeranjang di kelas/depan kelas, pengadaan sapu ijuk dansapu lidi, serok sampah, ember cuci tangan dan washlap;3) membuat tempat pengomposan sampah yang bekerjasama dengan pemerintah daerah melalui bantuan BadanLingkungan Hidup Kotawaringin Barat; 4) memasangtulisan-tulisan himbauan yang menggugah agar menjagadan memelihara kebersihan yang dipasang di dalam danluar kelas, di taman dan halaman luar sekolah, seperti:

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 172: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

162

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

“jagalah kebersihan”, “kebersihan bagian dari iman”, “rawatlahdaku”, “buanglah sampah pada tempatnya”, “jangan membuangsampah lewat jendela”, “denda bagi yang membuang sampahsembarangan”, dan lain-lain; 5) mengangkat koordinatorkhusus kebersihan dalam membantu memantau, meng-awasi, mengidekan dan mengelola agar sekolah men-jalankan 5-K (Kemanan, Kebersihan, Ketertiban,Keindahan, Kekeluargaan); 6) mengintruksikan wali kelasuntuk membuat dan memantau petugas piket di kelasmasing-masing; 7) melalui koordinator kebersihanmenjadualkan dan melaksanaan gotong royong sekolah;8) kepala sekolah setiap hari melakukan pemantauanlingkungan sekolah/kelas termasuk memantau keber-sihan; i) membagi kapling petugas kebersihan; 9)menambah jumlah kran air di depan kelas, setiap dua/tiga kelas ada satu kran air; 10) mengizinkan petugas piketuntuk memberikan sangsi kepada siswa yang terlambat/melanggar aturan sekolah, untuk melakukan kebersihan;11) meminta pihak terkait dalam hal ini adalah BLH Kobaruntuk meletakkan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) didepan sekolah, sehingga sampah-sampah dari bak sampahsekolah langsung bisa dibuang ke TPS; 12) mengadakangerobak dorong dan angkong untuk mengangkat sampahke TPS; 13) mengadakan mesin pemotong rumput; 14)melakukan reboisasi dengan menanam kembali bibitpohon, kerja sama dengan Dinas Kehutanan KotawaringinBarat pengadaan bibit tanamannya; 15) pemanfaatansampah oleh guru seni budaya dan guru muatan lokal,seperti sampah sedotan, plastik, gelas aqua atau minumankemasan untuk menjadi bunga dan hiasan dinding; 16)pemisahan sampah seperti besi/tembaga, kertas HVS,koran, kardus; 17) menjadi sample sekolah yang diperiksaoleh tim penilai “adipura-V” kabupaten; 18) mendukung

Page 173: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

163

program pemerintah daerah Kotawaringin Barat meraihpiala “adipura-V”; 19) mengadakan lomba kebersihankelas.

Pemandangan yang tidak sedap karena banyakcoretan tip-ex di kursi dan meja siswa, terlihat ketika masukkelas VIIC, VIIIC, dan IXB. Wali kelas yang memberikansangsi tegas terhadap kebersihan, kelasnya lebih terlihatbersih. Kelas VII masih terlihat bersih dari coretan tip-ex,karena secara fisik merupakan meubel baru, dan merasatakut mencoret-coret. Pagi hari halaman kelas terlihatbersih, sedikit berbeda dengan pemandangan siang hari,sudah mulai terlihat sampah.

Pernyataan guru-guru dan pegawai dalam masalahkebesihan sekolah sebagai berikut:

“akhir-akhir ini masalah kebersihan sekolah menurun, memang dilihatorang luar bersih, tetapi karena hanya tertumpu pada petugas kebersihansekolah untuk membersihkan bukan berasal dari kesadaran siswa”.

Pendapat guru di atas menunjukkan bahwa yangdituntut bukan hanya bersih akhirnya saja, tetapi prosesuntuk bersih harus dari kesadaran warga sekolah,sependapat dengan pendapat petugas kebersihan,

“guru dan tata usaha kurang berpartisipasi, berserah kepada yangmembidangi kebersihan sekolah, seperti wali kelas memantau kelasnya,koordinator kebersihan membawa anak-anak gotong royong, guru danpegawai yang tidak terlibat kurang merasa bersalah”.

Lebih tegas disampaikan oleh guru berikut,

“saya pikir di sekolah ini berawal dari ketidaktegasan terhadap sangsibagi yang melangar kebersihan, anjuran sudah, perintah sudah juga,tetapi sangsi tegas yang belum, hanya sebatas pada sangsi wali kelaspada kelasnya, tetapi belum menyentuh sangsi sekolah secarakeseluruhan”.

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 174: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

164

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Koordinator kebersihan sekolah mengatakan jikasekolah cukup bersih dibanding dengan sekolah lain,tetapi dalam pelaksanaannya masih dimonopoli olehpersonil tertentu, sehingga sasaran untuk membudayakansadar kebersihan masih harus diusahakan dengandiadakan tindakan-tindakan yang bersifat mencegah danmengatasi masalah yang ada. Tindakan-tindakan yangperlu dilakukan misalnya guru dan pegawai sekolah: 1)memberi contoh bila membuang sampah selalu ditempatnya; 2) memantau, menegur dan menasihati siswayang membuang sampah sembarangan terutama pada saatistirahat; 3) mencatat siswa yang membuang sampahsembarangan pada buku saku/buku pelanggaran; 4)membuat tata tertib baru yang isinya tentang pemberiandenda terhadap siswa, yang besarnya sesuai kesepakatankelas, setiap melanggar 1 tata tertib sekolah seperti yangdilakukan oleh kelas VIIA, bukankah lingkungan sekolahyang bersih akan membuat warga sekolah merasa nyamandan betah.

Pada tanggal 2 mei 2011, di halaman SMP Negeri 2Arut Selatan diadakan upacara memperingati haripendidikan nasional yang diadakan oleh Dinas PendidikanPemuda dan Olah Raga Kabupaten Kotawaringin Barat.Di penghujung acara kepala sekolah secara intern,menekankan tentang pelaksanakaan lomba kebersihankelas, yang kejuaraannya akan diumumkan sebelumpembagian rapot semester. Isi sambutan beliau di antara-nya: yang terpenting bukan sebagai pemenang lomba saja,tetapi nilai-nilai budaya kebersihan dapat terserap dandipraktikkan semuanya, hidup bersih akan berdampakpada jiwa, lingkungan sekolah yang bersih akanmenjadikan suasana belajar terasa lebih nyaman dan enak.Sebagai warga Kotawaringin Barat hendaknya menjaga

Page 175: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

165

nilai-nilai budaya yang tercermin dalam sikap mem-budayakan budaya bersih. Budaya bersih diartikan bersihlingkungan, sekolah, jalan maupun tempat umum lainnya.Sampah-sampah yang berserakan mempengaruhi ke-indahan kota, mengingat sampah bisa menimbulkan efek-efek yang negatif seperti terjangkitnya suatu penyakit/mengganggu kesehatan, dan kekumuhan kota, untuk ituharus menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan danmendukung program pemerintah kabupaten untuk meraihkembali Adipura-V.

Kepala sekolah memberikan pengarahan, bahwatahun ajaran 2011/2012 berdasarkan hasil evaluasi denganwali-wali kelas dan koordinator kebersihan, akanmengintensifkan manajemen menjaga kebersihan sekolah,agar warga sekolah lebih merasa memiliki dan ber-tanggung jawab dengan berkompetisi secara sehat, yaitumengadakan lomba kebersihan selama satu tahun dinilaioleh tim, penilaiannya dilakukan setiap hari oleh timsecara bergantian, dengan indikator-indikator penilaianyang transparan, tidak hanya yang menyangkut 5-K, tetapijuga menyangkut administrasi kelas, sebanyak tujuh or-ang tim yang direncanakan sudah diserahi tugas untukmembuat konsep indikator penialaiannya.

Tidak semua sikap dan perilaku dapat dikomunikasi-kan secara verbal, apalagi disertai indoktrinasi kaku.Menjaga kebersihan atau disiplin misalnya tidakmembutuhkan intruksi seperti “warga sekolah wajib menjagakebersihan” atau “disiplin adalah budayaku” sekalipun ajakanitu perlu, tetapi terkadang mendapatkan reaksi sebaliknya.Boleh jadi yang diajak tidak saja menolak, bahkan beranimencemooh intruksi tersebut. Kondisi seperti ini, ke-teladanan menjadi sangat efektif dan efesien dalammenerapkan culture sekolah.

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 176: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

166

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Mengingat keteladanan guru sangat diharapkan bagianak didik, seorang guru harus benar-benar mampumenempatkan diri pada porsi yang benar. Porsi yangbenar yang dimaksudkan, bukan berarti bahwa guru harusmembatasi komunikasinya dengan siswa atau bahkandengan sesama guru, tetapi yang penting bagaimanaseorang guru tetap secara intensif berkomunikasi denganseluruh warga sekolah, khususnya anak didik, namuntetap berada pada alur dan batas-batas yang jelas. Seorangguru bahkan harus mampu membuka diri untuk menjaditeman bagi siswanya dan tempat siswanya berkeluh-kesahterhadap persoalan belajar yang dihadapi. Di SMP Negeri2 Arut Selatan, praktek seperti ini sudah ditunjukkan olehkepala sekolah dan sebagian guru-guru dan pegawainya.

Merujuk pada UU No. 14 Tahun 2005 tentang Gurudan Dosen, seorang guru harus memiliki empat kom-petensi, yaitu kompetensi profesional, pedagogis, per-sonal, dan sosial. Dari keempat kompetensi tersebut, aspekyang paling mendasar untuk menjadi seorang guru yangberkarakter dan layak diteladani adalah aspek kepribadian(personalitas). Karena aspek kepribadian inilah yangmenjadi cikal bakal lahirnya komitmen diri, dedikasi,kepedulian, dan kemauan kuat untuk terus berbuat yangterbaik dalam kiprahnya di dunia pendidikan. Seorangguru harus memiliki kematangan, baik intelektual maupunemosional.

Dalam mendidik sangat dibutuhkan sosok yangmenjadi model. Model yang dapat ditemukan oleh pesertadidik di lingkungan sekitarnya. Semakin dekat model padapeserta didik akan semakin mudah dan efektiflahpendidikan tersebut. Peserta didik butuh contoh nyata,bukan hanya contoh yang tertulis dalam buku apalagicontoh khayalan. Sudah seharusnya keteladanan kepala

Page 177: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

167

sekolah diteladankan kepada manajerial SMP Negeri 2Arut Selatan.

Semua pihak harus bersinergi memberikan teladanyang baik kepada anak didik. Setelah tercipta keteladananyang baik, semua pihak harus tegas mempertahankankondisi tersebut. Caranya___yang salah harus mendapatkanhukuman, sebaliknya yang berprestasi mendapatkanpenghargaan. “Hukuman dan penghargaan ini harusdiberikan kepada siapa saja yang berhak___tanpa pandangbulu.

Penanaman nilai-nilai budaya keteladanan agarmenjadi kebiasaan atau culture SMP Negeri 2 Arut Selatan,harus dijadikan salah satu dari strategi pendekatan danmetode dalam mengelola sekolah. Penanaman nilai-nilaiagama sebagai suatu religious culture, tidak dipahamiterlepas dari keuniversalan atau pemahaman yang kaffahterhadap agama itu sendiri. Pemahaman yang tidak uni-versal atau tidak kaffah terhadap agama dapat meng-akibatkan pengelola lembaga pendidikan kehilanganfungsi dan peran sebagai manajerial edukatif, padaakhirnya akan menjadi distorsi, oleh karenanya religiousculture di lembaga pendidikan, harus menjadi suatukenyataan agar semuanya sadar bahwa keteladanan adalahibadah, sehingga “pembudayaan agama tidak bersifatekslusif, tetapi benar-benar artikulatif, dengan efek yangmuncul sebagai hasil yang sama sekali di luar tujuan yangdiekspresikan”.143

Ketika di sekolah terdapat ketidakadilan siswa yangdiberi sangsi ketika merokok, sementara gurunya

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

143 Wina Sanjaya, Kurikulum Pembelajaran, Teori dan Praktik PengembanganKurikulum Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grouf,2009), h. 26.

Page 178: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

168

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

menunjukkan kenikmatan merokok di depan siswa, aturansekolah akan kehilangan wibawa, terlebih jika terhadapaturan sekolah terjadi inkonsistensi dalam hal penerapan.Penegakan disiplin di sekolah tidak hanya berkaitandengan masalah seputar kehadiran, terlambat atau tidak,lebih mengacu pada pembentukan sebuah lingkunganyang di dalamnya ada aturan bersama yang dihormati, dansiapa pun yang melanggar mesti berani mempertang-gungjawabkan perbuatannya. Setiap pelanggaran ataskepentingan umum di dalam sekolah mesti diganjardengan hukuman yang lazim dan berdasarkan peraturanyang disepakati, sehingga warga sekolah mampumemahami bahwa nilai disiplin itu bukanlah bernilai demidisiplinnya itu sendiri, melainkan demi tujuan lain yanglebih luas, yaitu demi stabilitas dan kemajuan sekolahsecara keseluruhan. Kebijakan yang lebih besar tentangperan agama di sekolah-sekolah tertentu kiranya di luarpengaruh guru. Akan tetapi, guru dapat memainkan peranvital dalam mengajarkan tentang agama dan memberikanteladan tentang sikap menghormati dan toleransi terhadapberbagai macam keyakinan religious. 144

Dalam Islam siapa saja yang pertama memberi contohperilaku yang baik, maka ia akan mendapatkan pahalakebaikannya dan mendapatkan pahala orang-orang yangmeniru/mengikuti perbuatannya itu tanpa dikurangisedikitpun. Ini memberi arti lain dari sebuah keteladanan,ialah bahwa keteladanan sama dengan investasi jangkapanjang yang sangat penting. Memberi teladan yang baik,sama artinya menabung untuk hari esok di akhirat dengantabungan yang tanpa batas. Selama orang lain masih

144 Richard I. Arends, Learning To Teach... h. 71.

Page 179: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

169

mengikuti contoh yang telah diberikan, maka selama ituorang yang memberi contoh tersebut mendapatkan balasankebaikannya. Bahkan, seluruh kebaikan yang kita lakukan,tidak lain adalah tabungan yang tersimpan di sisi Allah.

b. Bertanggung JawabSetiap tugas apapun yang diberikan oleh pimpinan

SMP Negeri 2 Arut Selatan, selalu dijalankan oleh yangmenerima tugas, baik yang bersifat perorangan maupunkelompok/bersama-sama, baik yang ditugaskan secaralisan maupun melalui Surat Tugas ataupun SuratKeputusan. Masing-masing membantu dan bekerja samauntuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Sebagaibentuk pertanggungjawaban, mereka memberikan laporanlisan ataupun tertulis kepada kepala sekolah selakupenanggung jawab, semua menuturkan jika selama initidak ada masalah dalam hal pelaksanaanya.

Kepala sekolah mengatakan bahwa di SMP Negeri 2Arut Selatan, jumlah jam mengajar bagi guru yang sudahsertifikasi tidak menjadi kendala, karena sudah menjadikesepakatan dalam rapat guru bahwa pemenuhan jammengajar mendahulukan yang lebih duluan mengabdi disekolah tesebut, memang ada guru olah raga yang tidakmencukupi, sekolah memberikan izin untuk mengabdi disekolah lain selama tidak menggangu jam kerja/jammengajar di sekolah induk, apabila guru dan pegawaisudah melaksanakan kewajiban sebagai bentuk tanggungjawabnya, maka berhak untuk mendapatkan hak-haknyasesuai aturan yang berlaku, demikian juga sebaliknya.

Peneliti memperhatikan kepemimpinan manajerialSMP Negeri 2 Arut Selatan sangat berperan memberikanmotivasi sejawatnya agar bertanggung jawab melakukanpekerjaan lebih baik, dengan memberikan kebebasan

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 180: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

170

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

untuk berbuat, juga memotivasi termasuk menyebut ke-berhasilan personil dalam rapat dinas sekolah, member-dayakan kelebihan seseorang, dan memberikan pujiantermasuk dana kepada yang berbuat untuk kemajuansekolah, mempromosikan atau memposisikan personilyang mempunyai tanggung jawab tinggi. Tanggung jawabmanajerial SMP Negeri 2 Arut Selatan tertuang dalamlampiran uraian tugas yang diterima bersamaan denganSurat Keputusan beban mengajar dan tugas khusussekolah di hari pertama atau hari kedua sekolah pada awaltahun ajaran setiap tahunnya.

Sikap bertanggung jawab dapat dilihat pada tindakan-tindakan yang sudah dilakukan masa lalu atau tindakanyang berakibat pada masa yang akan datang. Dijelaskandalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 Tahun 2010pada pasal 3 angka 11 dijelaskan mengenai ketentuanmasuk kerja dan mentaati ketentuan jam kerja. Kemudiandalam UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen jugadijelaskan mengenai kewajiban guru. Termasuk kewajibanmelaksanakan pembelajaran paling sedikit 24 jam tatapmuka per minggu. “Pada bab VI, pasal 77 ayat 22 sanksidapat diberikan berupa teguran, peringatan tertulis,penundaan kenaikan pangkat pemberhentian denganhormat, hingga pemberhentian tidak dengan hormat. Semuaguru yang mengajar di SMP Negeri 2 Arut Selatan,memenuhi tuntutan profesi yaitu 24 jam tatap muka yangsudah sertifikasi, dengan kebijakan kepala sekolah untukmembolehkan guru-guru mengabdi pada sekolah lain.Kepala SMP Negeri 2 Arut Selatan, termasuk bertanggungjawab atas terpenuhi atau tidaknya beban kerja guru 24 jamtatap muka per minggu, sehingga sejak awal tahun ajaranbeliau sudah harus dapat mendeteksi kebutuhan guru.

Page 181: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

171

Tanggung jawab guru sebagai tenaga pendidikansecara substantif memegang peranan tidak hanyamelakukan pengajaran atau transfer ilmu pengetahuan(kognitif), tetapi juga dituntut untuk mampu memberikanbimbingan dan pelatihan. Undang Undang No. 20 Tahun2003 ditegaskan pada pasal 39 bahwa; tenaga pendidikanselain bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,pengembangan, pelayanan dalam satuan pendidikan, jugasebagai tenaga profesional yang bertugas merencanakan,melaksanakan proses serta menilai hasil pembelajaran/bimbingan.

Tanggung jawab tenaga pendidik, berhubungandengan kewajiban profesional dituntut untuk: a) me-rencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pem-belajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasihasil pembelajaran yang bermutu, serta menilai danmengevaluasi hasil pembelajaran; b) meningkatkan danmengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensisecara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmupengetahuan, teknologi, dan seni; c) bertindak obyektif dantidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latarbelakang keluarga, dan status social ekonomi peserta didikdalam pembelajaran; d) menjunjung tinggi peraturanperundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, sertanilai-nilai agama dan etika; dan, e) memelihara danmemupuk persatuan dan kesatuan.

Ketentuan membuat silabus, program semester, pro-gram tahunan, perencanaan pembelajaran, melakukanevaluasi dan menganalisis hasil evaluasi adalah tanggungjawab yang merupakan kewajiban guru. Kewajiban admin-istratif tersebut menjadi mutlak ketika mengacu kepadaUU No.14 Tahun 2005 pasal 20. Persoalan kerja profesional

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

Page 182: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

172

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

yang dapat berimplikasi luas bukan hanya terhadap gurutetapi juga bagi peserta didik dan orang tua murid yangmenikmati jasa layanan sekolah. Di SMP Negeri 2 ArutSelatan, kewajiban administrasi tersebut menjadi kewajibanyang dituntut lengkap pada setiap awal tahun ajaran.

Manusia religious senantiasa berfikir akan berbagaitugas yang di berikan dipandang sebagai amanat, akanselalu ditempatkan dalam konteks mengkristalkan nilai-nilai religious. Manajemen religious akan melejitkan mentalmanusia ke arah yang lebih luhur dan produktif menuruttata norma agama, bahwa sekecil apapun pekerjaan dimuka bumi ini merupakan aktualisasi kehambaan yangbersumber pada agama. Inilah proses dan kesadarantanggung jawab dalam bekerja yang timbul dari keyakinanbahwa tugas, prestasi dan lainnya, merupakan bagian dariibadah yang berkualitas, yang tidak boleh terkontaminasioleh nilai-nilai negatif yang sama sekali tidak religious.145

Termasuk di SMP Negeri 2 Arut Selatan, mereka meng-anggap bahwa “dimensi teologis berkaitan erat dengandimensi eskatalogis, yaitu kepercayaan akan adanya alamakhirat. Di alam ini akan dimintai pertanggungjawabanatas apa yang telah diperbuat di dunia yang fana ini”. 146

Menyatunya nilai-nilai budaya bertanggung jawab sepertiinilah yang sesungguhnya dituntut dalam menjalankanmanajemen sekolah.

Tahap awal yang harus dilalui dalam mencapaikebahagiaan adalah kesadaran bahwa semua amal per-buatan, yang baik maupun yang buruk, akan berpulangkembali kepada diri sendiri. Menanggung pahala atau

145 Indra Utoyo, Manajemen Alhamdulillah... h. 24.146 Indra Utoyo, Manajemen Alhamdulillah... h. 39.

Page 183: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

173

risikonya. Dalam al-Quran diterangkan “walâ tazirûwâziratun wizrâ ukhrâ”, seseorang tidak bisa menanggungtanggungan orang lain. Artinya yang berbuat harusbertanggung jawab. Apabila dikaitkan dengan prinsipmanajemen, maka akan menuai konsekoensinya, meng-untungkan secara rasional atau tidak sama sekali.Selanjutnya anak tangga kedua yang harus dilalui untukmeraih kebahagiaan adalah kesadaran bahwa manusiaadalah makhluk religious, bukan makluk fisik. Pemahamanini berguna untuk melepaskan keterikatan kepada duniayang fana. 147

Pernyataan guru fisika di SMP Negeri 2 Arut Selatan,bahwa segala perbuatan akan dipertanggung jawabkan diakhirat kelak, hendaknya tertanam kepada semuamanajerial sekolah, sehingga menjadi sesuatu yangmenyatu kedalam setiap perbuatan, termasuk memikultanggung jawab di sekolah, manajerial sekolah sebagaipemimpin dalam bidang pendidikan atau educationalleadership, mengacu pada pemimpin di sekolah yangberusaha memadukan tiga kepentingan yang utama disekolah. Kepentingan tersebut adalah kepentingan guru,kepentingan siswa dan kepentingan orang tua/ma-syarakat. Kepala sekolah yang berhasil apabila merekamemahami keberadaan sekolah sebagai organiasi yangkompleks dan unik, serta mampu melaksanakan perankepala sekolah sebagai seorang yang diberi tanggungjawab untuk memimpin sekolah.

Terdapat dua gaya yang digunakan oleh pemimpinyaitu gaya yang berorientasi pada tugas dan gaya yangberorientasi pada karyawan. Gaya pemimpin yang ber-orientasi pada tugas yaitu mengarahkan dan mengawasi

Bentuk-bentuk Religious Culture di Sekolah

147 Indra Utoyo, Manajemen Alhamdulillah... h. 45.

Page 184: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

174

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

secara ketat bawahannya untuk memastikan bahwa tugasdijalankan dengan memuaskan. Gaya pemimpin yangberorientasi pada karyawan yaitu mencoba memotivasikaryawan bukan mengendalikan karyawan. Di SMP Negeri2 Arut Selatan, menggunakan kedua gaya tersebut, tetapiyang dominan dilakukan oleh kepala sekolah adalah gayayang berorientasi pada karyawan.

SMP Negeri 2 Arut Selatan merupakan sekolah besaruntuk Kotawaringin Barat, dengan demikian maka besarjuga yang menyangkut tanggung jawab pengelolanya.Oleh karena itu, perlu strategi dari pengelola dalammelaksnakan manajemennya. Hal yang wajar bagipimpinan di sekolah mengondisikan sektor intra sekolah,ekstra sekolah, partisipasi sekolah, bahkan diperlukankerja sama yang harmonis dan interaktif di antara wargasekolah dan tenaga kependidikan lainnya.148

148 Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan... h. 59.

Page 185: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

175

BAB VIP E N U T U P

A. SimpulanBerdasarkan data yang ditemukan selanjutnya

dianalisis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Religious culture di SMP Negeri 2 Arut Selatan ber-

kembang dengan membangun sebuah sistem melaluikomitmen dan mengutamakan team work.

2. Bentuk religious culture di SMP Negeri 2 Arut Selatan:a) Artefak, menghargai terhadap aktivitas keagamaanseperti: Peringatan Hari Besar Keagamaan (PHBK), doa,dan menutup aurat; b) Nilai-nilai yang didukung,seperti: 1) toleransi beragama, yang memfasilitasi danmemberikan kebebasan beribadah, HBK bersama,saling berkunjung dan mengucapkan selamat bagi yangmelakukan, dan menghargai aturan tentang makananyang halal/haram; 2) berprestasi dan mengakuiprestasi orang lain, terbukti enam tahun terakhirmenghasilkan guru berprestasi ke tingkat provinsi; 3)kesalehan sosial dengan menggerakkan sumbanganspontan situasional, ZIS dan berqurban bagi yang

Page 186: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

176

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

muslim; c) Asumsi yang mendasari, seperti: 1)keteladanan, belum semua mampu menghadirkannilai-nilai religiusitas-nya, terutama memeliharakebersihan; 2) dan, menjunjung tinggi tanggungjawab.

B. Saran-SaranSesuai dengan data dan analisis yang menjadi

simpulan di atas, penulis menyarankan dengan harapansebagai berikut:1. Untuk Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga ka-

bupaten/kota, dalam pengembangan KTSP___

menyerahkan sepebuhnya kepada pihak sekolah untukmengembangkan sesuai dengan kompetensi yang adadi sekolah tersebut, sehingga mempunyai karakteristiktersendiri bagi sekolah, selanjutnya akan menjadikekayaan kabupaten/kota setempat.

2. Tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, sudah saatdan seharusnya mengembangkan religious culture dalamtugas dengan fungsi masing-masing, karena ini sebuahkebutuhan dan keniscayaan.

3. SMP Negeri 2 Arut Selatan, terus mengembangkan reli-gious culture sebagai karakter sekolah, sehingga dapatmenjadi model bagi sekolah-sekolah lain yangmempunyai kompetensi dan karakteristik yang sama.

4. Peneliti selanjutnya, dapat melanjutkan penelitiantentang pengaruh religious culture Islam terhadapmanajemen pendidikan, maupun aspek-aspek laindalam konteks religious culture, dengan harapan menjadiinformasi dan kontribusi pemikiran yang urgen setelahpenulis.

Page 187: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

177

DAFTAR PUSTAKA

A. Qodri Azizy, Pendidikan (Agama) Untuk Membangun EtikaSosial: Mendidik Anak Sukses Masa Depan: Pandai danBermanfaat, Semarang: Aneka Ilmu, 2002.

A.E. Priyono, Azyumardi Azra, dkk, Ensiklopedi TematisDunia Islam, Dinamika Masa Kini, Jakarta: PT. IchtiarBaru Van Hoeve), Seri 6.

Ahmad Fedyani Syaifuddin, Konflik dan Integrasi PerbedaanPaham Dalam Agama Islam, Jakarta: CV.Rajawali,1986.

Ahmadi Hasan, Adad Badamai: Interaksi Hukum Islam danHuklum Adat pada Masyarakat Banjar. Banjarmasin:Antasari Press, 2007.

Al-Bukhari Abu Abdillah, Muhammad bin Ismalil, al-Jami’al-Shahih. Kairo: al-Mathba’ah al-Salafiyah waMaktabatuha, 1400 H.

Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis dalam Islam. Bandung,Alfabeta: 2003.

Page 188: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

178

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama, Bandung: CC.Pustaka Setia, 2000.

Data Badan Koordinasi Survei Pemetaan Nasional(Bakosurtanal), 2010.

Departeman Agama Republik Indonesia, Budaya Agamadi Sekolah, ‘Aini: Media Komunikasi Guru-Guru PAIsmp, Edisi II, Direktur Jeneral Pendidikan Islam,2008.

————, Merajut Kerukunan Umat Beragama Melalui DialogPengembangan Wawasan Multikultur, Jakarta:Puslitbang Kehidupan Beragama, 2008.

————, Penyelenggaraan Kegiatan EkstrakurekulerPendidikan Agama Islam, Sekolah MenengahPertama, 2008.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa In-donesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, Edisi Ketiga.

Depdiknas dan Departemen Agama Republik Indonesia,Panduan Pembiasaan Akhlak Mulia PAI SekolahMenengah Pertama, Dirjen Manajemen PendidikanDasar & Menengah, Dirjen Pembinaan SMP danDirjen Pendidikan Islam, Direktorat PendidikanAgama Islam Pada Sekolah: 2009.

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2009.

Edgar H. Schein, Organizational Culture and Leadership,Puslished by Jossey Bass, A Willy Imprit 989 Mar-ket Street, San Francisco, CA 94103-1741.

Emile Durkheim, Pokok-Pokok Antropologi Sosial: ModelPenelitian Agama dan Dinamika Sosial, Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2002.

Page 189: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

179

Daftar Pustaka

Faisal Badroen, Suhendra, dkk, Etika Dalam Bisnis Islam.Jakarta: Prenada Media Grouf, 2006.

Husein Umar, Desain Penelitian MSDM dan PerilakuKaryawan Paradigma Positivistik dan BerbasisPemecahan Masalah, Jakarta: PT. RajaGrafindoPersada, 2008.

Imam Supriyono, FSQ, Memahami, Mengukur, dan MelejitkanFinancial Spiritual Quotient, Surabaya: LutfansahMediatama, 2006.

Imron Rosyidi, Pendidikan Berparadigma Inklusif, Malang:UIN-Malang Press, 2009.

Indra Utoyo, Manajemen Alhamdulillah, Bandung: Mizania,2011.

Isre, Moh. Soleh (ed.), Konflik Etnis Religius IndonesiaKontemporer, Jakarta: Proyek PeningkatanPengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama,Puslitbang Kehidupan Beragama, Badan LitbangAgama dan Diklat Keagamaan DepartemenAgama RI, 2003.

Kamrani Buseri, Nilai-Nilai Ilahiah Remaja Pelajar, TelaahPhenomenologis dan Strategi Pendidikannya,Yogyakarta: UII Press, 2004.

————, Reinventing Pendidikan Islam: Menggagas KembaliPendidikan Islam Yang Lebih Baik, Banjarmasin:Antasari Press, 2010.

Kementerian Agama Republik Indonesia, KegiatanPeringatan Hari Besar Islam (PHBI), untuk SekolahMenengah Pertama (SMP), Direktorat JenderalPendidikan Islam, Direktorat Pendidikan AgamaIslam Pada Sekolah, 2010.

————, Alquran dan Terjemahnya. Jakarta: CV Indah Press,2002.

Page 190: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

180

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

————, Panduan Model Kurikulum PAI Berbasis MultikulturSMP, Dirjen Pendidikan Islam pada Sekolah, 2000.

————, Kompilasi Kebijakan dan Peraturan Perundang-undangan Kerukunan Umat Beragama, Jakarta:Balitbang & Litbang & Diklat PuslitbangKehidupan Keagamaan Depag RI, 2008.

————, Damai di Dunia Damai untuk Semua PerspektifBerbagai Agama, Jakarta: Proyek PeningkatanPengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama,2004.

Kent D. Peterson. Positive or Negative, In Jurnal of Staff Devel-opment. National Staff Development Council: 2003),Vol. 23.

Kohlberg, Lawrence, The Cognitive Developmental Ap-proachto Moral Education, dalam Clarizio, F. Harvey, dkk.Contemporary Issues in Educational Psychology,Third Edition, 1977.

Komarudin Hidayat, Tragedi Raja Midas, Moralitas Agamadan Krisis Modernisme, Jakarta: Paramadina, 1998.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,Kepemimpinan dalam Keragaman Budaya, Tidakditerbitkan, Jakarta: Modul Diklatpim Tingkat III,2008.

M. Ilham Maskhuri Hamdie, Pluralitas Agama Menuju Dia-log Antar Agama; Talaah Dimensi Sufistik PemikiranNurcholis Madjid, Banjarmasin: Antasari Pres, 2006.

M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan Kesan danKeserasian al-Quran, Jakarta: Lentera Hati, 2002).Volume .

————, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran WahyuDalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan,1992, Cet. II.

Page 191: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

181

Daftar Pustaka

M.I. Soelaeman, Suatu Telaah Tentang Manusia, ReligiPendidikan, Depdikbud Dirjen Dikti: PPLPTK, 1988.

Made Pidarta, Landas Kependidikan: Stimulus Ilmu PendidikanBercorak Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

Michael Amstrong, Performance Manejemen, Diterjemahkanoleh Toni Setiawan dengan judul: ManajemenKinerja, Yogyakarta: Tugu, 2004.

Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan dari ParadigmaPengembangan, Manajemen Kelembagaan, KurikulumHingga Strategi Pembelajaran, Jakarta: PT. GrafindoPersada, 2009.

Mujamil Qomar, Epistimologi Pendidikan Islam dari MetodeRasional hingga Metode Kritik, Jakarta: Erlangga, 2005.

Nurcholis Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban: SebuahTelaah Kritis Tentang Masalah Keimanan,Kemanusiaan, dan Kemoderenan, Jakarta:Paramadina, 1995.

————, Masyarakat Religius, Jakarta: Paramadina, 2004.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, No. 37 Tahun

2010, Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BantuanOperasional Sekolah (BOS) Tahun Anggaran 2011.

Poerwadadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 1985.

Rahmani Abdi, Sekolah untuk Meningkatkan Mutu Sekolah,Ar-Risalah, Jurnal Ilmiah Keagamaan danKemasyarakatan, Amuntai: STAI Raha Amuntai,2008, Vol. 4, No.1.

Richard I. Arends, Learning To Teach, terj. Helly PrajitnoSoetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto, denganJudul, Belajar untuk Mengajar, Yogyakarta: PustakaPelajar, 2008.

Page 192: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

182

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Robert Bacal, Performance Manajement, New York: McGraw-Hill Companies, 1999.

Robert F. Cavanagh and Graham B. Deller, Towards a ModelOf School Culture, Paper presented to the 1997 AnnualMeeting of the American Eduaction Research Associa-tion, Chicago, Chicago Eric Documnet Reproduc-tion Service, 1997), Number: ED408678.

Rohiat, Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik, Bandung:PT Refika Aditama, 2010.

Saiful Mujami, Islam Demokrat Islam, Budaya Demokrasi, danPartisipasi Politik di Indonesia Pasca-Orde Baru,Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Agama, 2007.

Sanerya Hendrawan, Spiritual Managemen, Bandung: Mizan,2009

Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 1986.

Sherry Posnick-Goodwin, How’s Your School Culture? Posi-tive, Negative or Totally Toxic? California: Educator,2004), Vol. 23.

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta:Grafindo, 2003.

Stephen P. Robbin dan Timothy A. Judge, OrganizationalBehavior, Diterjemahkan oleh Diana Angelicadengan Judul Perilaku Organisasi, Jakarta: SalembaEmpat, 2010.

Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar, Jakarta:Bumi Aksara, 2003.

Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan,Yogyakarta: Aditia Media, 2008), h. 4.

Suwarno Handayaningrat, Pengantar Studi Administrasi danMmanajemen Jakarta: Haji Mas Agung, 1980.

Page 193: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

183

Daftar Pustaka

Taufiq M.Ilham, Ensiklopedi Nurchalis Madjid, Jakarta: Mizan,2006.

Veithzal Rivai, Islamic Human Capital: Dari Teori kePraktik Manajemen Sumber Daya Islami, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2009.

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala sekolah, Jakarta: PT.Rajagrafindo, Persada, 2003.

Wahyu, MS, Perubahan Sosial dan Pembangunan, Jakarta: PT.Hecca MitraUtama, 2005.

Wibisono, Budaya Organisasi, Sebuah Kebutuhan untukMeningkatkan Kinerja Jangka Panjang, Jakarta:Rajawali Pers, 2010.

Wibowo, Budaya Oganisasi:Sebuah Kebutuhan UntukMeningkatkan Kinerja Jangka Panjang, Jakarta: PTRajaGrafindo Persada, 2010.

————, Manajemen Kinerja, Jakarta: Rajawali Pers, 2007.Wilfred Cantwell Smith, The and End of Religion, terj.

Landung Simatupang dengan judul, Memburumakna agama, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2004.

William Outhwaite (ed), Kamus Lengkap Pemikiran SosialModern, Jakarta: Kencana, 2008, Edisi Kedua, Cet.1.

Wina Sanjaya, Kurikulum Pembelajaran, Teori dan PraktikPengembangan Kurikulum Satuan Pendidikan, Jakarta:Kencana Prenada Media Grouf, 2009.

Wirawan, Budaya dan Iklim Organisasi, Teori Aplikasi danPenelitian, Jakarta: Salemba Empat, 2008.

Yeremias T. Keban, Indikator Kinerja Pemerintah Daerah:Pendekatan Manajemen dan Kebijakan, disajikan padaseminar sehari Kinerja Organisasi Publik, Makalahtidak diterbitkan, Yogyakarta, Fisipol UGM.

Page 194: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

184

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Page 195: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

185

RIWAYAT PENULIS

Muslimah, lahir pada hari Kamis tanggal 02Mei 1972 di Kelurahan Kuala Jelai,Kecamatan Jelai, Kabupaten Sukamara,Provinsi Kalimantan Tengah. Anak keduadari lima bersaudara semua perempuan,pasangan Bapak H. Abdul Aziz, HB dan IbuHj. Mariani (Allahu yarhamha), dalam

kesehariannya menekuni profesi sebagai pengajar,mengelola lembaga pendidikan Islam, berorganisasi danaktif berdakwah.

Pendidikan dasar dan menengah pertama diselesai-kan di daerah kelahirannya, tamat SDN 1 Kuala Jelai tahun1985 dan SMPN 1 Kuala Jelai tamat tahun 1988. Pendidikanmenengah atas dan berikutnya ditempuh di luar daerah,yaitu SPG PGRI di Pangkalan Bun tamat tahun 1991,setelah itu melanjutkan ke jenjang pendidikan D-II tamattahun 1993 dan S-1 tamat tahun 1996 jurusan PendidikanAgama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjar-masin di Palangkaraya.

Page 196: NILAI RELIGIOUS CULTUREdigilib.iain-palangkaraya.ac.id/1771/1/Religius Culture... · 2019. 11. 15. · BAB II KAJIAN PUSTAKA ..... 11 A. Tinjauan Tentang Religious Culture ..... 11

186

Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I

Tahun 2011 menyelesaikan studi S-2 di PascasarjanaIAIN Antasari Banjarmasin. Sekarang sedang dalam prosespengaktifan kembali Pegawai Negeri Sipil di KementerianAgama Kotawaringin Barat, setelah menyelesaikan tugasbelajar S-3 Pendidikan Agama Islam di Pascasarjana IAINAntasari Banjarmasin.

Tanggal 22 Agustus 1993/4 Rabiul Awwal 1414,menikah dengan H. Arliansyah, SE., sekarang sedangmenyelesaikan tesis sebagai tugas akhir study S-2Manajemen Pendidikan Islam di perguruan yang samadengan penulis.

Dikarunia dua orang anak, pertama Alfina Rahmatiasemester V Fakultas Ekonomi, International Program for Is-lamic Sconomic and Finance Universitas MuhammadiyahYogyakarta; kedua Mahfuzh Amin Alfarisi kelas IX SMPITAl-Manar. Bertempat tinggal di Jalan HM. Rafi’i, Gg.Semangka 1, RT. 08, Komp. Perumahan Beringin Rindang,Ds. Pasir Panjang, Kab. Kotawaringin Barat, Prov.Kalimantan Tengah.E-mail: [email protected]