NILAI NUTRISI TEPUNG DAUN MANGROVE Avicennia lanata...
Transcript of NILAI NUTRISI TEPUNG DAUN MANGROVE Avicennia lanata...
i
NILAI NUTRISI TEPUNG DAUN MANGROVE Avicennia lanata
TERFERMENTASI RAGI TAPE BERDASARKAN LAMA WAKTU YANG
BERBEDA
SKRIPSI
Oleh:
YUSUF FADILLAH
NIM. 125080300111094
PROGAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
i
NILAI NUTRISI TEPUNG DAUN MANGROVE Avicennia lanata
TERFERMENTASI RAGI TAPE BERDASARKAN LAMA WAKTU YANG
BERBEDA
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh: YUSUF FADILLAH
NIM. 125080300111094
PROGAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ii
iii
DAFTAR KOMISI PENGUJI
Judul : NILAI NUTRISI TEPUNG DAUN MANGROVE Avicennia
lanata TERFERMENTASI RAGI TAPE BERDASARKAN
LAMA WAKTU YANG BERBEDA
Nama Mahasiswa : YUSUF FADILLAH
NIM : 125080300111094
Program Studi : Teknologi Hasil Perikanan
PENGUJI PEMBIMBING:
Pembimbing 1 : Dr. Ir. Yahya, MP
Pembimbing 2 : Dr. Ir. Happy Nursyam, MS
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:
Dosen Penguji 1 : Dr. Ir. Anies Chamidah, MP
Dosen Penguji 2 : Hefti Salis Yufidasari, S.Pi., MP
Tanggal Ujian : 29 September 2017
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, Januari 2016
Mahasiswa
Yusuf Fadillah NIM. 125080300111094
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian tugas akhir dan penulisan laporan skripsi yang berjudul “Deteksi Nilai
Nutrisi Tepung Daun Mangrove Avicennia Lanata Terfermentasi Ragi Tape
Berdasarkan Lama Waktu yang Berbeda.”. Dalam penyusunan laporan skripsi ini,
penulis tidak terlepas dari bantuan, semangat, dukungan, serta kritik dan saran
dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyampaikan rasa syukur
dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang senantiasa melimpahkan segala Rahmat dan HidayahNya
kepada penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Yahya, MP dan Dr. Ir. Happy Nursyam, MS selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyelesaian laporan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Ir. Anies Chamidah, MP dan Hefty Salis Yufidasari, S.Pi., MP selaku
dosen penguji yang telah memberikan saran dan arahan dalam
penyempurnaan laporan skripsi ini.
4. Bapak dan Emak yang selalu memberikan doa, motivasi, dan dukungan moral
maupun finansial kepada penulis.
5. Tim Fermentasi satu bimbingan atas kebersamaan, kerja sama dan semangat
kalian demi terselesainya laporan skripsi ini.
6. Teman-teman THP angkatan 2012, lebih khusunya teman kost yang selalu
mengingatkan untuk segera menyelesaikan laporan penulis.
7. Semua pihak yang telah mendukung yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari laporan skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga
kritik dan saran sangat penulis harapkan.Penulis berharap laporan skripsi ini dapat
bermanfaat dan dapat memberikan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Malang, September 2017
Penulis
vi
RINGKASAN
YUSUF FADILLAH (125080300111094). Skripsi tentang Nilai Nutrisi Tepung Daun Mangrove Avicennia lanata Terfermentasi Ragi Tape Berdasarkan Lama Waktu Yang Berbeda . (Dibawah bimbingan Dr. Ir. Yahya, MP dan Dr. Ir. Happy Nursyam, MS)
Mangrove adalah tumbuhan yang sangat banyak dijumpai di daerah garis pantai laut Indonesia. Mangrove mempunyai banyak manfaat untuk manusia maupun makhluk hidup lainnya. Mulai dari manfaat ekologi sampai dengan sebagai sumber pangan dan obat. Dengan potensi tersebut sayang apabila ini tidak kita gunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan bersama. Salah satu tanaman mangrove yang dapat dijumpai dan dimanfaatkan adalah jenis Avicennia Lanata. Dari banyaknya manfaat yang bisa digunakan dari tumbuhan mangrove jenis Avicennia Lanata salah satunya pada bagian daunnya. Maka dengan adanya hal itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memaksimalkan potensi daun Avicennia Lanata diantaranya dengan membuatnya menjadi bentuk tepung disamping untuk meningkatkan daya awet juga dapat meningkatkan nutrisinya dari pada dalam bentuk daun. Sedangkan untuk lebih meningkatkan lagi nilai nutrisi tepung daun mangrove Avicennia Lanata dilakukan proses fermentasi. Dalam proses fermentasi maka salah satu faktor yang mempengaruhi hasil fermentasi adalah lama fermentasi. Sejauh ini belum ada penelitian mengenai perbedaan perlakuan lama fermentasi terhadap nilai nutrisi tepung daun mangrove Avicennia Lanata yang telah melalui proses fermentasi dengan ragi tape. Maka dari itu penelitian ini membahas mengenai pengaruh fermentasi terhadap nilai nutrisi tepung daun Avicennia Lanata yang terfermentasi dengan ragi tape dengan waktu lama fermentasi yang berbeda.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi terhadap nilai nutrisi tepung daun Avicennia Lanata yang telah difermentasi dengan ragi tape. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) sederhana yang dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan SPSS versi 16.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung daun mangrove Avicennia Lanata yang difermentasi ragi tape dengan lama waktu yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan nilai nutrisinya. Cenderung mengalami peningkatan pada fermentasi 4 hari dan kemudian mengalami penurunan. Hasil perlakuan terbaik pada perlakuan D dengan lama fermentasi 8 hari. Hasilnya yaitu kadar air 8,39%, kadar abu 16,02%, kadar lemak 4,80%, kadar serat kasar 13,29%, kadar protein 14,75%, kadar BETN 42,74%. Sedangkan kandungan asam amino ditemukan 15 jenis asam amino esensial maupun non esensial. Asam amino essensial dominan pada tepung daun mangrove Avicennia Lanata adalah leusin sebesar 0.461866% dan asam amino non essensial yang dominan yang terdapat pada tepung daun mangrove Avicennia Lanata yaitu asam glutamat sebesar 0.877482%.
Adapun hasil penelitian ini, saran untuk penelitian kedepannya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, tepung daun mangrove Avicennia Lanata yang sudah terfermentasi ragi tape digunakan untuk formulasi dalam pembuatan pakan ternak maupun ikan.
vii
KATA PENGANTAR
Penulis menyajikan laporan penelitian yang berjudul “Nilai Nutrisi Tepung
Daun Mangrove Avicennia lanata Terfermentasi Ragi Tape Berdasarkan Lama
Waktu Fermentasi yang Berbeda” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
sarjana perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya.
Di bawah bimbingan:
1. Dr. Ir. Yahya., MP
2. Dr. Ir. Happy Nursyam., MS
Lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap kandungan nutrisi tepung
daun mangrove Avicennia lanata terfermentasi ragi tape. Diharapkan hasil dari
penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi bagi pembudidaya mengenai
pakan ikan atau ternak sehingga bisa meningkatkan kualitas ikan dan hewan
ternak itu sendiri.
Malang, September 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Daun Avicennia lanata ...................................................................... 6
2. Pembuatan Tepung Daun Mangrove ............................................ ...20
3. Diagram Alir Proses Fermentasi dengan Konsentrasi Ragi Tape
yang Berbeda ............................................................................... ...21
4. Diagram Alir Proses Fermentasi Daun Mangrove Avicennia lanata
dengan Lama Fermentasi yang Berbeda...................................... ...23
5. Grafik Rata-rata Kadar Protein Tepung Daun Mangrove Avicennia
Lanata Terfermentasi Ragi Tape .................................................. ...34
6. Grafik rata-rata Kadar lemak Kasar Tepung Daun Mnagrove
Avicennia Lanata yang Terfermentasi Ragi Tape ......................... ...36
7. Grafik rata-rata Kadar Air Tepung Daun Mangrove Avicennia Lanata
Terfermentasi Ragi Tape .............................................................. …38
8. Grafik rata-rata Kadar Abu Tepung Daun Mangrove Avicennia
Lanata Terfermentasi Ragi Tape .................................................. …40
9. Grafik rata-rata Kadar Serat Kasar Tepung Daun Mangrove
Avicennia Lanata Terfermentasi Ragi Tape .................................. …42
10. Grafik rata-rata Kadar BETN Tepung Daun Mangrove Avicennia
11. Lanata Terfermentasi Ragi Tape .................................................. …44
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan Nutrisi Daun Avicennia Lanata .................................. 7
2. Model Rancangan Percobaan pada Penelitian Utama ................. 24
3. Hasil Analisa Proksimat Tepung Daun Mangrove Tanpa
Fermentasi ................................................................................... 32
4. Hasil Analisa Proksimat pada Penelitian Pendahuluan ................. 32
5. Hasil Analisa Proksimat Pada Penelitian Utama ........................... 33
6. Hasil rata-rata kadar protein ......................................................... 34
7. Hasil rata-rata kadar lemak .......................................................... 36
8. Hasil Rata-rata Kadar Air ............................................................. 37
9. Hasil rata-rata kadar abu .............................................................. 39
10. Hasil rata-rata kadar Serat Kasar ................................................. 41
11. Hasil rata-rata kadar BETN .......................................................... 42
12. Kandungan asam amino fermentasi tepung daun mangrove
Avicennia Lanata dengan penambahan konsentrasi ragi
tape 1% ........................................................................................ 46
13. Standar Pakan Ikan Lele .............................................................. 47
14. Standar Pakan Ikan Nila ............................................................... 48
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Diagram Alir Analisis Kadar Air .................................................... 55
2. Diagram Alir Analisis Kadar Lemak .............................................. 56
3. Diagram Alir Analisis Kadar Protein .............................................. 57
4. Diagram Alir Analisis Kadar Abu .................................................. 58
5. Data Pengamatan dan Analisis Data Protein Kasar
Tepung Daun Mangrove Avicennia Lanata Terfermentasi
Ragi Tape. ................................................................................... 59
6. Data Pengamatan dan Analisis Data Lemak Kasar
Tepung Daun Mangrove Avicennia Lanata Terfermentasi
Ragi Tape .................................................................................... 61
7. Data Pengamatan dan Analisis Data Serat Kasar
Tepung Daun Mangrove Avicennia Lanata Terfermentasi
Ragi Tape .................................................................................... 63
8. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Abu
Tepung Daun Mangrove Rhizophora mucronata Terferme-
ntasi Ragi Tape ............................................................................ 65
9. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Air Tepung
Daun Mangrove Avicennia Lanata Terfermentasi Ragi Tape........ 67
10. Data Pengamatan dan Analisis Data BETN Tepung Daun
Mangrove Avicennia Lanata Terfermentasi Ragi Tape ................. 69
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia memiliki sekitar 3,2 juta hektar mangrove atau hampir 21% dari
total luas mangrove dunia dengan jumlah spesies mangrove yang ditemukan tidak
kurang dari 75 spesies. Kondisi ini membuat Indonesia dikenal sebagai negara
dengan mangrove terluas dengan tingkat keanekaragaman hayati tinggi. Sedangkan
untuk Populasi avicennia lanata menurut (halidah, 2014), tersebar disepanjang pantai
afrika timur dan madagaskar hingga ke india, indo-cina sehingga mangrove avicennia
sp sangat mudah ditemukan. Selain itu juga menurut (wibowo et al., 2009), Daun
avicennia lanata menunjukkan kandungan protein, serat, karbohidrat dan mineral (Fe,
Mg, Ca, K, Na) dalam jumlah yang cukup tinggi. Dari hasil daun berpotensi sebagai
pakan, sedang biji (buah) berpotensi sebagai bahan pangan bagi manusia.
Menurut Wibowo et al., (2009), kandungan gizi daun jenis avicennia lanata
paling tinggi dibanding jenis daun mangrove lainnya yaitu kadar protein sebesar
9.08%, kadar lemak 0.6%, kadar air 6.43%, serat kasar 14.81%, karbohidrat 69.63%,
dan kadar abu 15.56%. sedangkan untuk kandungan anti gizinya tannin positif kuat
sekali sama dengan kandungan saponinnya. Bila dilihat dari nilai nutrisi yang ada
pada daun mangrove avicennia lanata dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif
untuk pakan ternak maupun ikan, baik sebagai bahan pakan tambahan maupun
pakan utama. Untuk mengurangi kandungan anti nutrisi yang cukup kuat dapat
dilakukan dengan menggunakan teknologi fermentasi. Sehingga dari hasil fermentasi
dapat meningkatkan dan memperbaiki nilai nutrisinya yang ada pada daun mangrove
avicennia lanata.
Teknologi Fermentasi merupakan teknologi yang sekarang ini sering
digunakan dan mulai dikembangkan. Proses fermentasi yaitu mengubah suatu
substrat menjadi suatu produk, bahan pakan atau pangan yang diinginkan dengan
cara menggunakan bantuan mikroorganisme yang dapat menyebabkan perubahan-
perubahan yang menguntungkan seperti memperbaiki mutu bahan pakan baik dari
aspek gizi maupun daya cerna serta meningkatkan daya simpannya. Produk hasil
fermentasi biasanya mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi dari pada bahan aslinya
karena adanya enzim yang dihasilkan dari mikroba itu sendiri (Winarno et al, 1989).
Mikroorganisme yang terdapat di dalam ragi tape adalah kapang
Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp.; khamir Saccharomycopsis
fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces cerevisiae,
dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp (Pagarra, 2010).
Secara fisiologi, ragi tape menghasilkan fermen atau enzim yang dapat mengubah
substrat menjadi bahan lain dengan menggunakan energi. Fermentasi dengan
menggunakan ragi tape dapat memperbaiki profil karbohidrat. Peran dari berbagai
jenis mikroorganisme pada ragi tape akan menghasilkan enzim-enzim dan metabolit
yang bersinergi sehingga memperbaiki sifat-sifat alami dari suatu substrat (Armanda
dan Widya, 2016). Tingkat keberhasilan fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain mikroba, suhu, pH dan oksigen. Dalam proses fermentasi biasanya
digunakan mikroba dari jenis ragi. Ragi akan mengubah glukosa menjadi etanol dan
gas CO2. Ragi merupakan mikroorganisme bersel tunggal, tidak memiliki klorofil
(Yusma,1999).
Pengujian nilai gizi fermentasi daun mangrove Avicennia lanata dengan ragi
tape dianalis dengan analisa proksimat. Analisa proksimat dilakukan untuk
mengetahui komponen utama dari suatu bahan. Untuk makanan, komponen utama
umumnya terdiri dari kadar air, kadar abu, karbohidrat, protein serta lemak (Mulyani
dan Sukesi, 2011).
Sampai saat ini masih belum ada penelitian mengenai pengaruh perlakuan
lama fermentasi menggunakan ragi tape terhadap nilai nutrisi tepung daun Avicennia
Lanata. Berdasarkan penjelasan yang disampaikan sebelumnya saya kira perlu
dilakukan penelitian mengenai pengaruh lama fermentasi menggunakan ragi tape
terhadap nilai nutrisi tepung daun mangrove Avicennia Lanata.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh lama fermentasi menggunakan ragi tape terhadap nilai
nutrisi tepung daun mangrove Avicennia lanata?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi
menggunakan ragi tape terhadap nilai nutrisi tepung daun mangrove Avicennia
Lanata.
1.4 Hipotesa
Adapun hipotesa yang dapat ditarik dari permasalahan adalah
H0 : Lama fermentasi yang berbeda pada tepung daun mangrove Avicennia lanata
tidak mempengaruhi nilai nutrisinya.
H1 : Lama fermentasi yang berbeda pada tepung daun Avicennia lanata
mempengaruhi nilai nutrisinya.
1.5 Kegunaan
Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang nilai
nutrisi dan pengaruh lama fermentasi pada tepung daun mangrove Avicennia lanata
oleh ragi tape.
1.6 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Biokimia Ikani, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Penelitian dilakukan mulai bulan
Maret-Agustus 2016. Analisa dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu,
mulai Juli-Agustus 2016.
1. TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Mangrove
Mangrove sebagai tumbuhan yang terdapat di daerah pasang surut air laut
terutama tumbuh di pantai daerah tropis dan sub tropis. Hutan mangrove juga sebagai
yang terutama tumbuh pada tanah lumpur alluvial di daerah pantai dan muara sungai
yang masih dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon
avicennia, sonneratia, rhizophora, bruguiera, ceriops. (sosia et al., 2014).
Hutan mangrove merupakan ekosistem peralihan antara komponen darat
dan laut. Mangrove mempunyai manfaat ganda dan merupakan mata rantai yang
sangat penting dalam memelihara keseimbangan siklus biologi di suatu perairan.
Ditinjau dari segi potensinya maka dapat dibedakan menjadi 2 aspek yaitu ekologis
dan ekonomis. Dalam potensi ekologis mangrove berperan dalam kemampuan
mendukung lingkungan fisik dan biota. Di lingkungan fisik berperan sebagai penahan
ombak, penahan angin, pengendali banjir, dan penahan intrusi air asin. Sedangkan
peranan dalam lingkungan biota adalah sebagai tempat persembunyian, tempat
berkembang biaknya berbagai macam biota air dan darat seperti: ikan, udang, reptil,
mamalia dan burung. Sedang potensi ekonomi yaitu dari hasil hutan yang langsung
dimanfaatkan yaitu berupa tumbuhannya yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
untuk bangunan, bahan untuk membuat arang, dan sebagai obat tradisional (Soeroyo,
1992).
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Avicennia Lanata
Avicennia lanata Merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang
terlindung, memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat
pasang-surut, bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini merupakan salah satu
jenis tumbuhan yang paling umum ditemukan di habitat pasang-surut. Akarnya
sering dilaporkan membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses
pembentukan tanah timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol membentuk suatu
kelompok pada habitat tertentu. Berbuah sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat
vivipar. Buah membuka pada saat telah matang, melalui lapisan dorsal. Buah dapat
juga terbuka karena dimakan semut atau setelah terjadi penyerapan air (Noor, et
al., 2012).
Berikut ini adalah Klasifikasi Avicennia lanata menurut Kitamura, et al., (1997)
digolongkan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Avicennia
Spesies : Avicennia Lanata
Gambar 1. Daun Avicennia lanata
Mangrove jenis Avicennia lanata memiliki pohon yang tumbuh tegak atau
menyebar, dengan ciri morfologi yaitu akar pasak berkayu, kulit batang bergaris –
garis tidak beraturan, berwarna gelap, coklat hingga hitam. Bagian sisi atas daun hijau
kekuningan, sisi bawah daun putih kekuningan, elips, ujung membulat, memiliki pilus
di bagian sisi bawah daun. Panjang daun 7-9 cm dan lebar 4,5 cm. jenis ini ditemukan
pada habitat lumpur sedikit berpasir dan tanah gundukan, daerah yang kering dan
toleran terhadap kadar garam yang rendah (yusran, 2012).
2.1.2 Manfaat Avicennia Lanata
Menurut noor, et.al (2012) tanaman avicennia lanata Buahnya dapat dimakan.
Kayu menghasilkan bahan kertas berkualitas tinggi. Sedangkan daunnya digunakan
untuk mengatasi kulit yang terbakar dan sebagai makanan ternak. Dan untuk Hasil
analisis dari bagian tanaman api-api atau avicennia lanata menurut Halidah (2014)
menunjukkan bahwa bagian biji mengandung protein 10,8% dan karbohidrat 21,4%.
Sedangkan untuk daun hasil analisis menunjukkan serat sebanyak 8,7% dan
karbohidrat sebanyak 13%.
Secara umum daun Avicennia lanata memiliki kadar protein dan kadar serat
karbohidrat yang cukup tinggi, dan cocok sebagai bahan hijauan ternak dengan nilai
nutrisi yang cukup tinggi. Kandungan asam amino (% w/w) pada daun dan biji
avicennia lanata, yang terdeteksi dengan teknik HPLC adalah aspartic acid, glutamic
acid, serine, histidine, glysine, threonime, arginine, alanine, tyrosine, methionine,
valine, phenylalanine, isoleucine, leucine dan lysine dengan kisaran kandungan
0,41% sampai 0,86% untuk daun, dan 0,04% sampai 0,43% untuk biji secara umum
konsentrasi asam amino pada daun lebih tinggi disbanding yang di biji (WIbowo et al.,
2009).
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Daun Avicennia Lanata
No Parameter Satuan nilai
1 Protein % b/b 9.08
2 Kadar lemak % b/b 0.60
3 Kadar air % b/b 6.43
4 Serat kasar % b/b 15.84
5 Karbohidrat % b/b 69.63
6 Kadar abu % b/b 19.10
Sumber : Wibowo et al., (2009)
Berdasarkan analisa proksimat dari daun Avicennia lanata, dapat dilihat
bahwa pada kadar protein kasar daun Avicennia lanata sebesar 7,50%. Kandungan
protein daun Avicennia lanata lebih besar jika dibandingkan dengan kadar protein
daun mangrove lainnya. Hasil penelitian Wibowo et al., (2009) menunjukkan bahwa
daun Avicennia lanata mengandung asam amino esensial yang cukup lengkap, yaitu
sebanyak 9 asam amino esensial.
2.1 Anti Nutrisi
2.1.1 Tanin
Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui
mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan
antioksidan (Malangngi, 2012). Tanin pada umumnya diperoleh dari tumbuh-
tumbuhan pada bagian kayu, kulit dan buah. Tanin pada buah berfungsi sebagai
pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan di bagian tertentu, misalnya
buah yang belum matang dan pada saat matang tanin akan hilang (Pari, 1990).
Desmiaty et al., (2008) menyatakan bahwa Tanin merupakan komponen zat organik
yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar
mengkristal, mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein
tersebut. Fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi bahan yang berkualitas rendah
serta berfungsi dalam pengawetan bahan dan merupakan suatu cara untuk
menghilangkan zat antinutrisi atau racun yang terkandung dalam suatu bahan. Salah
satu zat antinutrisi yang terkandung dalam mangrove Avicennia lanata adalah tanin.
Menurut dewi et al., (2015), tanin sendiri harus dihilangkan karena tanin menimbulkan
rasa pahit yang nantinya akan mengurangi kelezatan makanan olahan dari buah
mangrove. Dalam buah lindur terkandung zat tanin, bila zat tanin di konsumsi dalam
jumlah yang berlebih. Batas aman kandungan tanin dalam bahan makanan sebesar
560 mg/ berat badan/ hari. Sedangkan kandungan tanin untuk penepungan langsung
sebesar 25,25 mg, kandungan tanin yang tinggi dapat bemberikan rasa yang pahit
pada tepung dan olahan dari buah mangrove.
Menurut Browning (1966) sifat utama tannin tumbuh-tumbuhan tergantung
pada gugusan phenolik-OH yang terkandung dalam tannin, dan sifat tersebut secara
garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Sifat Kimia Tannin
a. Tannin memiliki sifat umum, yaitu memiliki gugus phenol dan bersifat koloid,
sehingga jika terlarut dalam air bersifat koloid dan asam lemah.
b. Umumnya tannin dapat larut dalam air. Kelarutannya besar dan akan
meningkat apabila dilarutkan dalam air panas. Begitu juga tannin akan larut
dalam pelarut organik seperti metanol, etanol, aseton dan pelarut organik
lainnya.
c. Tannin akan terurai menjadi pyrogallol, pyrocatechol dan phloroglucinol bila
dipanaskan sampai suhu 210oF-215oF (98,89oC-101,67oC)
d. Tannin dapat dihidrolisa oleh asam, basa, dan enzim.
e. Ikatan kimia yang terjadi antara tannin-protein atau polimer-polimer lainnya
terdiri dari ikatan hidrogen, ikatan ionik, dan ikatan kovalen.
2. Sifat Fisik Tannin
a. Umumnya tannin mempunyai berat molekul tinggi dan cenderung mudah
dioksidasi menjadi suatu polimer, sebagian besar tannin bentuknya amorf dan
tidak mempunyai titik leleh.
b. Tannin berwarna putih kekuning-kuningan sampai coklat terang, tergantung
dari sumber tannin tersebut.
c. Tannin berbentuk serbuk atau berlapis-lapis seperti kulit kerang, berbau khas
dan mempunyai rasa sepat (astrigent).
2.1.2 Saponin
Menurut Evans (2002), saponin merupakan glikosida yang memiliki berat
molekul dan kepolaran yang tinggi. Sebagai glikosida, saponin dapat dihidrolisis
dengan asam atau enzim untuk menghasilkan aglikon (sapogenin), gula dan asam
uronat. Saponin merupakan surfaktan yang kuat yang menimbulkan busa bila dikocok
dalam air dan pada konsentrasi rendah sering menyebabkan hemolysis sel darah
merah. Saponin tersebar luar pada tanaman tingkat tinggi dan merupakan obat yang
pahit menusuk. Saponin larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter
Saponin merupakan glikosida yang tersusun dari gula yang berikatan dengan
aglikon. Aglikon memiliki struktur yang terdiri dari rantai triterpenoid atau steroid dan
bersifat non polar. Struktur saponin tersebut menyebabkan saponin bersifat seperti
sabun atau detergen sehingga saponin disebut sebagai surfaktan alami. Berbagai
penelitian telah menemukan bahwa saponin dapat memberikan efek antitussifes dan
ekspectorants. Efek tersebut membantu menyembuhkan batuk (Fahrunida dan
Pratiwi, 2015).
Saponin berkasiat menunjukkan adanya aktivitas leukimia, paralysis, asma,
rematik serta anti peradangan. Saponin berupa koloid yang larut dalam air dan
berbusa setelah dikocok, memiliki rasa pahit. Saponin dapat menghancurkan sel-sel
darah merah (Paputungan et al.,2016).
Sifat-sifat Saponin sebagai berikut:
1. Mempunyai rasa pahit
2. Dalam larutan air membentuk busa yang stabil
3. Menghemolisa eritrosit
4. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
5. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidrok-sisteroid lainnya
6. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
7. Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasil-kan formula empiris
yang mendekati.
2.2 Penepungan Mangrove
Teknologi penepungan merupakan suatu metode pengolahan yang
menghasilkan produk setengah jadi yang bertujuan untuk memudahkan aplikasinya
sebagai bahan pangan. Tepung mempunyai beberapa keunggulan, yaitu lebih mudah
dalam penyimpanan, umur simpan lebih lama, penggunaanya lebih luas, lebih mudah
difortifikasi, dan lebih mudah bercampur dengan bahan lain (Marta, 2011).
Penepungan merupakan salah satu contoh diversifikasi produk yang berfungsi
untuk mengawetkan. Penepungan merupakan salah satu solusi untuk mengawetkan
buah mangrove karena dengan penepungan dapat memutus rantai metabolisme buah
mangrove sehingga menjadi lebih awet karena kandungan airnya rendah dan lebih
fleksibel diaplikasikan pada berbagai jenis olahan pangan sehingga nantinya
diharapkan lebih mudah dikenalkan pada masyarakat (Purnobasuki, 2003).
2.3 Fermentasi
Fermentasi merupakan proses oksidasi, reduksi yang tedapat di dalam
sistem biologi yang menghasilkan energi yang mana sebagai donor dan aseptor
elektron digunakan senyawa organik. Senyawa organik tersebut akan diubah menjadi
sederetan reaksi yang katalis oleh enzim menjadi suatu bentuk lain, contohnya
aldehid, alkohol dan jika terjadi okidasi lebih lanjut akan terbentuk asam (Winarno dan
Fardiaz, 1990). Proses fermentasi secara umum juga dapat diartikan suatu proses
terjadinya perubahan kimia pada suatu substrat organik melalui aktifitas enzim yang
dihasilkan oleh mikroorganisme (Suprihatin, 2010).
Teknologi fermentasi sudah sering dilakukan untuk meningkatkan kandungan
zat makanan dan menurunkan kandungan antinutrisi. Dalam proses fermentasi
substrat yang digunakan harus mengandung unsur karbon (C) dan nitrogen (N) yang
dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhan. Hasil fermentasi sangat tergantung
pada suatu bahan sebagai bahan dasar (substrat), macam mikroba atau inokulum,
dan kondisi lingkungan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme
mikroba tersebut (Umiyasih dan Anggraeny, 2008). Prinsip kerja pada proses
fermentasi yaitu memecah bahan-bahan yang tidak dapat dicerna seperti selulosa,
hemiselulosa menjadi gula sederhana yang mudah dicerna dengan bantuan
mikroorganisme. (Putri et al., 2012).
Mikroorganisme yang ada dalam aktivitas proses fermentasi ada beberapa
jenis diantaranya bakteri, khamir dan kapang. Mikroba yang paling penting adalah
bakteri asam laktat (Sabrina, 2001). Bakteri asam laktat merupakan bakteri penghasil
sejumlah besar asam laktat sebagai hasil akhir dari metabolisme. Asam laktat akan
menurunkan pH lingkungan pertumbuhannya dan menimbulkan rasa asam (Karlina,
2008).
2.3.1 Jenis-jenis Fermentasi
Menurut Suprihatin (2010) berdasrkan sumber mikroorganisme, proses
fermentasi dibagi menjadi dua yaitu:
1. Fermentasi spontan adalah fermentasi bahan pangan dimana dalam
pembuatannya tidak ditambahkan mikroorganisme dalam bentuk starter
atau ragi, tetapi mikroorganisme yang berperan aktif dalam proses
fermentasi berkembang baik secara spontan karena lingkungan yang
mendukung hidupnya dibuat sesuai untuk pertumbuhannya, dimana
aktivitas dan pertumbuhan bakteri asam laktat dirangsang karena adanya
garam, contohnya pada pembuatan sayur asin.
2. Fermentasi tidak spontan adalah fermentasi yang terjadi dalam bahan
pangan yang dalam pembuatannya ditambahkan mikroorganisme dalam
bentuk starter atau ragi, dimana mikroorganisme tersebut akan tumbuh
dan berkembang biak secara aktif merubah bahan yang difermentasi
menjadi produk yang diinginkan, contohnya pada pembuatan temped an
oncom.
Fermentasi terbagi atas dua jenis, yakni homofermentatif dan
heterofermentatif. Homofermentatif adalah fermentasi yang produk akhirnya
hanya berupa asam laktat. Contoh homofermentatif adalah proses fermentasi
yang terjadi dalam pembutan yoghurt. Heterofermentatif adalah fermentasi
yang produk akhirnya berupa asam laktat dan etanol sama banyak. Contoh
heterofermentatif adalah proses fermentasi yang terjadi dalam pembuatan
tape (Abun, 2 Menurut Karmana (2008), fermentasi dibedakan menjadi dua
tipe reaksi yaitu fermentasi alkohol dan fermentasi asam laktat. Fermentasi
alkohol maupun fermentasi asam laktat diawali dengan proses glikolisis. Pada
glikolisis diperoleh 2 NADH + H+ + 2 ATP + asam piruvat. Jika aerob, hydrogen
(H+) dari NADH akan bereaksi dengan O2 pada transfer elektron. Jika anaerob,
yang bertindak sebagai akseptor hidrogen permanen adalah asetaldehid atau
asam piruvat.
a. Fermentasi Alkohol
Pada fermentasi alkohol, asam piruvat diubah menjadi etanol atau etil
alkohol melalui dua langkah reaksi. Reaksi pertama, terjadi pembebasan CO2
dari asam piruvat sehingga terbentuk asetaldehid. Reaksi kedua, asetaldehid
direduksi oleh NADH menjadi etil alkohol. NAD yang dibentuk digunakan untuk
glikolisis. Pada sel ragi dan bakteri, respirasi berlangsung secara anaerob.
Hasil fermentasi berupa CO2 pada industri roti dimanfaatkan untuk
mengembangkan adonan roti terdapat pori-pori.
b. Fermantasi Asam Laktat
Proses fermentasi asam laktat adalah proses fermentasi glukosa yang
menghasilkan asam laktat. Proses fermentasi asam laktat dimulai dengan proses
glikolisis yang menghasilkan asam piruvat, kemudian proses ini dilanjutkan dengan
perubahan asam piruvat menjadi asam laktat. Dalam proses fermentasi asam laktat,
asam piruvat bereaksi secara langsung dengan NADH membentuk asam laktat.
Aseton dan metal alkohol adalah bentuk antara fermentasi yang dilakukan oleh
mikroorganisme dan sangat penting secara komersial. Fermentasi asam laktat terjadi
pada proses pembentukan keju dan yoghurt.
2.3.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Fermentasi
Menurut Osvaldo (2012), Fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
jenis mikroorganisme, lama fermentasi, derajat keasaman (pH), kadar gula, dan suhu.
Sedangkan faktok-faktor yang mempengaruhi hasil fementasi:
1. Jenis mikroorganisme
Beberapa jenis mikroorganisme yang banyak digunakan dalam proses
fermentasi diantaranya adalah khamir, kapang dan bakteri. Tetapi tidak
semua mikroorganisme tersebut dapat digunakan secara langsung. Masih
diperlukan seleksi untuk menjamin berlangsungnya proses fermentasi.
Pemilihan mikroorganisme biasanya didasarkan pada jenis substrat (bahan)
yang digunakan sebagai medium.
2. Lama fermentasi
Waktu yang dibutuhkan untuk fermentasi biasanya ditentukan pada jenis
bahan, jenis khamir dan jenis gula. Pada umumnya waktu 4-20 hari untuk
memperoleh hasil fermentasi yang sempurna.
3. Derajat Keasaman (pH)
pH dari media sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Setiap
mikroorganisme mempunyai pH minimal, maksimal, dan optimal untuk
pertumbuhannya. pH optimal untuk pertumbuhan yeast ialah berkisar antara
4,0 sampai 4,5.
4. Kadar gula
Gula berfungsi sebagai sumber karbon yang digunakan untuk pertumbuhan
mikroorganisme. Kadar gula yang optimum untuk aktifitas pertumbuhan khamir
adalah sekitar 10-18 %.
5. Suhu
Suhu selama proses fermentasi sangat menentukan jenis mikroorganisme
dominan yang akan tumbuh. Umumnya diperlukan suhu sekitar 20-30OC untuk
pertumbuhan mikroorganisme.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi media padat menurut Suparjo
(2008) diantaranya:
a. Kadar air.
Kadar optimum tergantung pada subtrat, orgenisme dan tipe produk akhir.
Kisaran kadar air yang optimal adalah 50-75%. Kadar air yang tinggi akan
mengakibatkan penurunan porositas, pertukaran gas, difusi oksigen, volume
gas, tetapi meningkatkan resiko kontaminasi dengan bakteri.
b. Temperature.
c. Temperature berpengaruh pada reaksi biokimia selama proses fermentasi.
d. Pertukaran gas
Pertukaran gas antara fase gas dengan subtract padat mempengaruhi proses
fermentasi.
2.4 Ragi Tape
Ragi (yeast) merupakan fungi yang tidak mempunyai kemampuan membentuk
miselium dan pada tahap tertentu dalam siklus kehidupannya berbentuk sel-sel
tunggal. Ragi merupakan organisme fakultatif yang mempunyai kemampuan
mengasilkan energi dari senyawa organik dalam kondisi aerob maupun anaerob
sehingga ragi dapat tumbuh dalam kondisi ekologi yang berbeda. Ragi dapat tumbuh
dan berkembang biak lebih cepat daripada fungi yang bermesilium (Wina, 1999).
Menurut Armanda dan Widya (2016), secara fisiologi ragi tape menghasilkan
fermen atau enzim yang dapat mengubah substrat menjadi bahan lain dengan
menggunakan energi. Fermentasi dengan menggunakan ragi tape dapat memperbaiki
profil karbohidrat. Peran dari berbagai jenis mikroorganisme pada ragi tape akan
menghasilkan enzim-enzim dan metabolit yang bersinergi sehingga memperbaiki sifat
alami suatu substrat.
Ragi tape merupakan starter tradisional Indonesia untuk membuat berbagai
macam makanan fermentasi seperti tape ketan atau singkong, brem cair atau padat
dan sebagainya. Dalam ragi pada umumnya berupa kultur campuran terdiri dari
kapang, khamir dan bakteri. Untuk mikroorganismenya sendiri yang terdapat dalam
ragi tape adalah kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp, dan Rhizopus sp, khamir
Saccharomycopsis fibulegera, saccharomycopsis malanga, pichia burtonii,
saccharomyces cerevisiae dan Candida utilis serta bakteri Pediococcus sp dan
Bacillus sp (Pagarra, 2010).
Ragi tape dapat dibuat sendiri dengan bahan-bahan yang terdiri dari ketan
putih, bawang putih, merica, lengkuas, dan air perasan tebu secukupnya dengan
memanfaatkan peralatan sederhana seperti alat penumbuk, tampah, jerami, baskom,
dan daun pisang. Proses pembuatan ragi tape cukup sederhana yaitu : bahan-bahan
seperti laos, bawang putih, air tebu, ubi kayu, jeruk nipis dan bahan lainnya dicampur
menjadi satu, kemudian ditambahkan air sampai terbentuk adonan, kemudian
didiamkan pada suhu kamar selama 3 hari dalam keadaan terbuka, dipisahkan
kotorannya dan diperas untuk mengurangi airnya, setelah itu dibentuk bulatan-bulatan
lalu dikeringkan. selama 3 hari akan tumbuh ragi dan kapang secara alami, dalam hal
ini dapat ditambahkan ragi pasar untuk mempercepat pertumbuhan kapan dan ragi
tersebut (Karlina, 2008).
Ragi yang mengandung mikroflora seperti kapang, khamir dan bakteri dapat
berfungsi sebagai starter fermentasi. Selain itu ragi juga kaya akan protein yakni 40-
50%, jumlah protein ragi tersebut tergantung dari jenis bahan penyusunnya (SUsanto
dan Saneto, 1994).
1. METODE PENELITIAN
3.1 Materi Penelitian
3.1.1 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi bahan baku, dan bahan
untuk analisis kimia. Bahan baku dalam penelitian ini menggunakan daun mangrove
Avecinnia Lanata yang diperoleh dari Taman Mangrove Probolingo dan ragi tape yang
diperoleh dari Pasar Besar Malang. Bahan yang digunakan dalam analisis kimia, yaitu
H2SO4, NaOH, K2SO4 10%, aquades, alkohol 95%, PE (Petrolium Eter), silica gel,
vaselin, tali kasur, benang, kertas saring, kapas, dan pH paper.
3.1.2 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian meliputi alat untuk fermentasi daun
mangrove, dan alat untuk analisis kimia.Alat untuk fermentasi daun mangrove yaitu
panci dan kompor. Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk analisis kimia terdiri
dari pendingin balik, corong, labu ukur, kain blancu, ayakan 100 mesh, oven, botol
timbangan dan tutup, desikator, crushable tank, Loyang, mortal dan alu, gold fish,
sample tube, gelas piala, gelas ukur, cawan petri, kondensor, beaker glass 100 ml,
washing bottle, cuvet, pipet volume, tabung reaksi, waterbath, cawan porselen, muffle,
spatula, petridish, timbangan analitik, dan erlenmeyer 250 ml.
3.2. Metode Penelitian
3.2.1 Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Menurut Jaedun (2011) Metode eksperimen pada umumnya digunakan dalam
penelitian yang bersifat laboratoris. Sedangkan menurut Setyanto (2012) eksperimen
sebagai suatu penelitian yang dengan sengaja peneliti melakukan manipulasi
terhadap satu atau lebih variabel dengan suatu cara tertentu sehingga berpengaruh
pada satu atau lebih variabel lain yang di ukur. Lebih lanjut dijelaskan, variabel yang
dimanipulasi disebut variabel bebas dan variabel yang akan dilihat pengaruhnya
disebut variabel terikat.
Pada penelitian ini perlakuan yang akan digunakan adalah dengan
menggunakan variasi lama waktu fermentasi. Penelitian ini dilakukan 2 tahap yaitu
penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan digunakan
untuk memperoleh informasi kandungan gizi daun mangrove tanpa difermentasi dan
sesudah fermentasi. Sedangkan penelitian utama untuk mengetahui pengaruh lama
fermentasi terhadap nilai nutrisinya.
3.2.2 Variabel
Variabel merupakan istilah dasar dalam penelitian eksperimen termasuk
penelitian dengan subyek tunggal. Dalam penelitian eksperimen biasanya
menggunakan variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat adalah variabel
yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Sebaliknya variabel bebas adalah yang
mempengaruhi variabel terikat (Susanto et al., 2005).
Variabel bebas dari penelitian ini adalah lama waktu fermentasi daun
mangrove Avicennia Lanata. Sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah
kualitas nutrisi yang terdeteksi dari hasil analisa proksimat, dan hasil analisa asam
amino.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan berapa konsentrasi
terbaik ragi tape yang digunakan untuk penelitian utama. Konsentrasi yang digunakan
pada penelitian pendahuluan yaitu 1%, 2%, dan 3%. Hal yang pertama dilakukan
adalah membuat tepung daun mangrove serta melakukan analisa proksimat untuk
memperoleh informasi mengenai kandungan awal tepung tersebut. Analisa proksimat
yang dilakukan meliputi, kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar serat kasar, kadar
protein, dan kadar BETN. Selanjutnya dilakukan penentuaan konsentrasi terbaik ragi
tape yang akan digunakan pada penelitian utama. Langkah-langkah dalam penelitian
pendahuluan meliputi beberapa tahap yakni:
a. Persiapan bahan baku tepung daun mangrove Avicennia Lanata : Daun
mangrove Avicennia Lanata yang didapatkan dari taman mangrove kota
probolinggo langkah pertama daun dicuci dan dibersihkan dari kotoran,
kemudian dikeringkan diatas sinar matahari selama 2 hari. Selanjutnya digiling
dengan mesin gilling untuk memperkecil luas permukaan. Setelah itu lakukan
pengayaan 80 mesh dan didapatkan tepung daun mangrove. Adapun diagram
alir pembuatan tepung daun mangrove Avicennia lanata dapat dilihat pada
gambar 2.
Daun Mangrove Avicennia lanata
Dicuci dan dibersihkan dari kotoran yang menempel
Dikeringkan dibawah sinar matahari selama 2-3 hari
Digiling dengan mesin pengiling tepung
Diayak dengan ukuran 80 mesh
Tepung daun mangrove Avicennia lanata
Gambar 2. Pembuatan Tepung Daun Mangrove
b. Proses fermentasi konsentrasi 1%, 2%, dan 3%
Tepung daun mangrove Avicennia Lanata yang telah ditimbang 40 gr
dimasukkan dalam wadah cup plastic dan ditambah aquadest 80 ml.
selanjutnya dilakukan sterilisasi dengan pengukusan selama 20 menit. Setelah
dikukus dilakukan pendinginan pada suhu ruang (±270C). kemudian ditambah
ragi sesuai perlakuan (1%, 2%, dan 3%). Setelah itu cup atau wadah ditutup
dengan penutup cupnya. Fermentasi dilakukan selama 4 hari dengan
dilakukan pengecekan setiap hari terhadap suhu dan pertumbuhan ragi.
Adapun diagram alir proses fermentasi daun mangrove Avicennia lanata
dengan konsentrasi ragi tape yang berbeda dapat dilihat pada gambar 3.
Analisa :
- Kadar Protein
- Kadar Lemak
- Kadar Serat Kasar
Tepung daun mangrove Avicennia Lanata 40 g
Ditambahkan aquadest dengan perbandingan
tepung : aquadest 1:2 (b/v)
Dikukus selama 20 menit
Didinginkan
Ditambahkan ragi tape sebanyak 1%, 2%, dan
Dibiarkan pada suhu ruang selama 4 hari
Tepung daun mangrove terfermentasi
Gambar 3. Diagram Alir Proses Fermentasi dengan Konsentrasi Ragi
Tape yang Berbeda
3.3.2 Penelitian Utama
Penelitian utama bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu fermentasi
tepung daun mangrove yang sudah difermentasi ragi tape terhadap kandungan
nutrisinya. Hasil terbaik pada penelitian pendahuluan digunakan sebagai dasar
penelitian utama. Konsentrasi penambahan ragi tape terbaik pada penelitian
pendahuluan adalah 1% karena menghasilkan kadar protein tertinggi, yaitu sebesar
15,22%. Setelah didapatkan konsentrasi penambahan ragi tape terbaik, maka
dilakukan kembali proses fermentasi tepung daun mangrove sesuai perlakuan lama
fermentasinya yaitu 0, 2, 4, 6, dan 8 hari lalu dilakukan analisa proksimat.
Untuk tahapan proses fermentasinya, tepung daun mangrove ditimbang
sebanyak 40 gr dan dimasukkan kedalam wadah yang sudah disiapkan. Tambahkan
aquadest sebanyak 1:2 (b/v) atau sebanyak 80 ml. Aduk hingga homogen. Kemudian
kukus tepung daun mangrove yang sudah dicampur aquadest selama 15 menit.
Selanjutnya tunggu hingga dingin lalu tambahkan ragi tape sebanyak 1% dari berat
tepung daun mangrove atau sebanyak 0,4 g dan homogenkan. Setelah homogen,
tutup wadah dan beri lubang untuk fermentasi dalam keadaan aerob. Proses
fermentasi berlangsung selama 0, 2, 4, 6, dan 8 hari dalam suhu ruang. Adapun
diagram alir proses fermentasi daun mangrove Avicennia lanata dengan lama
fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 4.
Analisa :
- Kadar Protein
- Kadar Lemak
- Kadar Serat Kasar
- Kadar Abu
- Kadar Air
- Kadar BETN
- Profil Asam Amino
Tepung daun mangrove Avicennia Lanata 20 g
Dimasukkan dalam wadah
Ditambahkan aquadest dengan perbandingan
tepung : aquadest 1:2 (b/v)
Dicampur hingga rata
Dikukus selama 15 menit
Didinginkan
Ditambahkan ragi tape sebanyak 1%
Dicampur hingga rata
Wadah ditutup dan diberi lubang pada bagian tutup
Dibiarkan pada suhu ruang selama 0, 2, 4, 6, dan 8
hari
Gambar 4. Diagram Alir Proses Fermentasi Daun Mangrove Avicennia lanata dengan Lama Fermentasi yang Berbeda
3.4 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) sederhana. Rancangan penelitian dengan 5
perlakuan dan 3 kali ulangan. Rancangan acak lengkap merupakan rancangan yang
paling sederhana dibandingkan rancangan yang lainnya. Dalam rancangan ini tdak
terdapat lokal kontrol, sehingga sumber keragaman yang diamati hanya perlakuan
dan galat. Oleh karena itu RAL umumnya cocok digunakan untuk kondisi lingkungan,
alat, bahan, dan media yang homogen (Hanifah, 1991).
Tabel 2. Model Rancangan Percobaan pada Penelitian Utama
Mikroorganisme
(Ax)
Waktu
Fermentasi
(By)
Ulangan
Total
Rata-
rata
1 2 3
Ragi Tape
kontrol (0 hari) K K K KT KR
2 hari A1 A2 A3 AT AR
4 hari B1 B2 B3 BT BR
Tepung daun mangrove terfermentasi
6 hari C1 C2 C3 CT CR
8 hari D1 D2 D3 DT DR
Langkah selanjutnya adalah membandingkan antara F hitung dengan F table:
Jika F hitung < F tabel 5%, maka perlakuan tidak berbeda nyata.
Jika F hitung > F tabel 5%, maka perlakuan menyebabkan hasil sangat berbeda
nyata
Jika F tabel 5% < F hitung < F tabel 1%, maka perlakuan menyebabkan hasil
berbeda nyata.
Apabila dari hasil perhitungan didapatkan perbedan yang nyata (F hitung > F tabel
5%), maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT). Untuk Mengetahui hasil
optimal dari analisis proksimat.
Data hasil penelitian dianalisa menggunakan ANOVA (Analysis of Variance)
untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap respon parameter yang dilakukan
dengan uji F pada taraf 5% dan 1% dan jika didapatkan hasil yang berbeda nyata
dilakukan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5%.
3.5 Prosedur Analisis Parameter Uji
3.5.1 Protein Kasar
Berdasarkan metode dari Association of Official Analytical Chemist (AOAC)
tahun 2005.
Proses analisa kadar protein hal pertama yang dilakukan adalah :
Sampel ditimbang sebanyak 0,1-0,5 g dimasukkan ke dalam labu Kjedhal 100
ml, ditambahkan HgO 40 mg, K2SO4 1,9 mg dan H2SO4 2 ml.
Kemudian sampel dididihkan selama 1-1,5 jam sampai cairan menjadi jernih
kemudian didinginkan. Isi dalam labu dipindahkan ke labu destilat 50 ml dan
dincerkan dengan aquades (20 ml), ditambahkan dengan 5-10 ml NaOH 30-
33% dan dilakukan destilasi.
Selanjutnya destilat ditampung dalam larutan 10 ml H3BO3 3% dan beberapa
tetes indikator (larutan bromcresol green 0,1% dan 29 larutan metil merah
0,1% dalam alkohol 95% secara terpisah dan dicampurkan antara 10 ml
bromcresol green dengan 2 ml metil merah).
Lalu destilat dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N sampai larutan berubah
warnanya menjadi merah muda. Kadar protein dihitung dengan rumus :
3.5.2 Lemak Kasar (Metode Goldfisch)
Kadar lemak menurut Sudarmadji et al., (1984), pengukuran kadar lemak
total dilakukan dengan metode Goldfisch dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Timbang sampel sebanyak 5 gram yang sudah dihaluskan.
Kemudian dimasukkan ke dalam kertas saring yang dibentuk sedemikian rupa
sehingga membungkus bahan dan dimasukkan ke dalam thimble, yaitu
pembungkus bahan yang terbuat dari alumina yang porous.
% 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛
= % 𝑁 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 (6,25)
% 𝑁 = 𝑚𝑙 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 14,008
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) 𝑥 100%
Setelah dipasang bahan dan thimble pada sample tube, yaitu gelas penyannga
yang bagian bawahnya terbuka, tepat di bawah kondensor alat distilasi
goldfisch.
Masukkan petroleum-ether secukupnya (kurang lebih 75 ml) dalam gelas piala
khusus yang telah diketahui beratnya.
Pasangkan piala berisi pelarut ini pada kondensator sampai tepat, dan tak
dapat diputar lagi. Jangan lupa mengalirkan air pendingin pada kondensor.
Naikkan pemanas listrik sampai menyentuh bagian bawah gelas piala dan
nyalakan pemanas listriknya.
Kemudian lakukan ekstraksi selama 3 - 4 jam. Setelah selesai, matikan
pemanas listriknya dan turunkan.
Ekstrak lemak dikeringkan dalam oven dan ditimbang berat minyak dalam
bahan.
Berikut adalah rumus penentuan kadar lemak :
Lemak sangat penting ada di dlama bentuk pakan. Lemak dibutuhkan sebagai
sumber asam lemak esensial, karena kadar energi lemak yang tinggi, zat dapat
meningkatkan energi makanan tanpa perlu menambah volume yang banya. Fungsi
lemak umumnya yaitu sebagai sumber energi, bahan baku hormon, membawa
transport vitamin tang larut lemak, sebagai bahan insulin terhadap perubahan suhu,
serta pelindung organ-organ tubuh bagian dalam (Chruch, 1991). Sebuah penelitian
pernah melaporkan bahwa hewan-hewan percobaan yang tidak mendapatkan jumlah
% Kadar lemak = (berat kertas + benang + sampel) − berat akhir
berat sampel x 100
lemak yang cukupdalam makananya akan mengalami hambatan pertumbuhan
bahkan ada yang berhenti tumbuh dan akhirnya mati. (Murtidjo, 2006)
3.5.3 Kadar Air
Kadar air menurut Sudarmadji et al., (1984), metode yang digunakan dalam
penentuan kadar air adalah cara pemanasan dengan langkah-langkah sebagai berikut
:
Timbang sampel sebanyak 1-2 gram dalam botol timbang yang telah diketahui
beratnya.
Kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 100-105o C selama 3-5 jam
tergantung bahannya.
Setelah itu dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang.
Dipanaskan lagi dalam oven selama 30 menit, dan dinginkan dalam desikator
kemudian ditimbang.
Perlakuan ini diulangi sampai tercapai berat konstan (selisih penimbangan
berturut-turut kurang dari 0,2 mg).
Pengurangan berat merupakan banyaknya air dalam bahan.
Berdasarkan Badan Standar Nasional Indonesia SNI (1998) menetapkan
bahwa angka ideal kadar air dalam bahan pakan tidak melebihi 14%. Berikut
adalah rumus penentuan kadar air :
Daya tahan dan daya simpan bahan pakan dan bahan baku pakan sangat
tergantung dengan kadar air yang terkandung didalmanya. Berdasarkan Badan
Standar Nasional Indonesia (SNI) menetapkan angka ideal kadar air dalam bahan
Kadar air = (Berat botol timbang + Berat sampel) − Berat akhir
Berat sampel x 100%
pakan ternak tidak melebihi 14 %. Menurut Ika (2011) menjelaskan bahwa untuk
langkah aman dan antisipasi, sebagian pabrik menerapkan standar lebih baik dengan
menetapkan kadar air kisaran 10-12% untuk bahan pakan.
3.5.4 Kadar Abu
Kadar abu menurut Sudarmadji et al., (1984), pengukuran kadar abu total
dilakukan dengan metode drying ash. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Keringkan porselen dalam oven pada suhu 105°C selama 24 jam. masukkan
porselen ke dalam desikator selama 15 menit.
Timbang sampel sebanyak 2 gram pada krus porselin yang kering dan sudah
diketahui bobotnya.
Kemudian diarangkan dan diabukan dalam muffle pada suhu 550oC hingga
pengabuan sempurna.
Setelah itu didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan timbang hingga
diperoleh bobot tetap.
Berikut adalah rumus penentuan kadar abu :
Kadar Abu adalah zat organik sisa dari hasil pembakaransuatu bahan organik.
Penentuan kadar serat kasar hubunganya dengan kandungan mineralyang
terkandung didalamnya. Mineral dalm bahan pakn terdapat dua macam, yaitu garam
organik misalnya asetat, pektat, mallat dan garam anorganik misalnya karbonat, nitrat,
fosfat dan sulfat (Wirna, 2005). Menurut Sudarmandji dan Bambang (2003)
menjelaskan bahwa kadar abu pada bahan pakan berhubungan dengan kadar mineral
% Kadar abu =berat akhir − berat porselin
berat sampel (g) x 100%
yang terdapat pada bahan pakan tersebut. Semakin tinggi kadar abu semakin tinggi
kadar mineralnya. Namun kebutuhan mineral pada pakan tidak boleh terlalu tinggi,
karena mineral dan vitamin diperlukan tubuh dalam jumlah yang kecil.
3.5.5 Analisis Serat Kasar
Langkah pertama yang dilakukan dalam analisa serat kasar adalah
Sampel hasil pengujian kadar lemak dipindahkan ke dalam labu durham 500
ml, kemudian ditambahkan 200 ml H2SO4 sampai mendidih, lalu tutup dengan
pendingin balik dan didihkan selama 30 menit dengan digoyang-goyangkan.
Kemudian disaring dengan kain blancu dan labu durham dicuci dengan air
mendidih (aquades).
Setelah itu dihasilkan residu dan dicuci dengan aquades panas sampai air atau
residu tidak asam lagi.
Residu dipindahkan ke dalam labu durham dan ditambahkan dengan 200 ml
NaOH mendidih.
Hasil tersebut kemudian didihkan dengan pendingin balik selama 30 menit
dengan digoyang-goyangkan.
Kertas saring (b) yang telah dioven pada preparasi ditimbang beratnya.
Dan disaring lagi dengan kertas saring menggunakan K2SO4 10 %. Kemudian
dicuci dengan aquades sampai mendidih.
Setelah itu dicuci lagi dengan alkohol 95 % 15 ml.
Hasil residu diratakan pada kertas saring dan dioven dengan suhu 105oC
selama 2 jam (a).
Kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit.
Penentuan analisa serat kasar dapat dilihat pada rumus berikut :
Berat akhir residu = (Berat kertas saring + residu) − Berat kertas saring
3.5.6 Analisis Kadar BETN
Menurut Rida (2003) menjelaskan bahwa BETN (Bahan Ekstrak Tanpa N)
atau NFE (Nitrogen Free Ekstract) : Karbohidrat serat kasar. Dihitung sebagai selisih
kandung karbohidrat dengan serat kasar. Merupakan tolak ukur secara kasar
kandungan karbohidrat pada suatu pakan/ ransum. Ditambahkan oleh Hading (2014),
menjelaskan bahwa BETN dapat langsung dianalisis atau ditentukan kadarnya
dengan rumus :
BETN=100% - (kadar air + abu + protein kasar + lemak kasar + serat kasar)
Kecernaan BETN meningkat sejalan dengan meningkatnya tingkat protein
dalam ransum, memberi indikasi bahwa protein mempengaruhi pemanfaatan zat
makanan lainnya. Zat makanan relatif sama (kecuali protein kasar) dalam setiap
ransum tetapi peningkatan protein mengindikasikan berpengaruh terhadap
penyerapan atau pemanfaatan zat-zat makanan, sehingga kecernaan BETN terjadi
kecenderungan meningkat (Budimat ., et al. 2006).
3.5.7 Analisis Profil Asam Amino
Analisis asam amino dapat dilakukan dengan berbagai peralatan, antara lain:
Amino Acid Analyzer, Thin Layer Chromatography (TLC), Ion Exchange
Chromatgraphy, Liquid Chromatography-Mass Spectrofotometer (LC-MS), dan
sebagainya. Akhir-akhir ini analisis asam amino lebih sering menggunakan
Berat akhir residu = Berat serat kasar
% Serat kasar = Berat serat kasar
Berat sampel x 100%
kromatografi cair dengan kinerja tinggi atau yang lebih dikenal dengan istilah High
Performance Liquid Chromatography (HPLC) (Muchtadi 1989). Kromatografi cair
merupakan teknik pemisahan yang cocok digunakan untuk memisahkan senyawa
yang tidak tahan terhadap pemanasan, seperti asam amino, peptida dan protein.
Untuk Penentuan analisis asam amino menggunakan Ultrahigh Performance
Liquid Chromatography (UPLC). Prosedur pengujian asam amino pada tepung daun
mangrove dilakukan di laboratorium PT. Saraswanti Indo Genetech yang meliputi
beberapa tahapan, yaitu penerimaan sampel, hidrolisis asam amino menggunakan
HCl, derivatisasi asam amino, dan analisis profil asam amino menggunakan alat
UPLC (Ultrahigh Performance Liquid Chromatography) dengan kondisi pengujian
Kolom ACCQ-Tag Ultra C18, suhu kolom 49oC, fase gerak : sistem komposisi
gradient, laju alir fase gerak : 0,7 mL/menit, detector : PDA, panjang gelombang
260nm, volume injeksi 1µL.
Hidrolisis asam amino dilakukan dengan menimbang 0,1 g tepung daun
mangrove dan ditambahkan 5 mL HCl 6N lalu di vortex. Proses hidrolisis dilakukan
pada suhu 110oC selama 22 jam. Setelah dihidrolisis, campuran didinginkan pada
suhu ruangan yang dipindahkan ke labu ukur 50 mL dan di tambahkan aquabides
sampai tanda batas. Kemudian dilakukan penyaringan menggunakan filter 0,45 µm.
selanjutnya dipipet sebanyak 500 µL filtrat dan ditambahkan 40 µL larutan standar
internal AABA, ditambahkan 460 µL aquabides. 10 µL dari larutan diatas ditambahkan
70 µL AccQ-Flour Borate kemudian ditambahkan pula 20 µL reagen flour A, divortex
dan didiamkan selama 1 menit. Diinkubasi selama 10 menit pada kondisi suhu
55oC.setelah itu filtrat diambil sebanyak 1 µL untuk siap disuntikkan ke dalam UPLC.
1. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian dibagi menjadi dua tahap, yaitu hasil dari penelitian
pendahuluan dan hasil dari penelitian utama.
4.1.1 Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kandungan hasil analisa
proksimat pada daun mangrove Avicennia Lanata sebelum dilakukan proses
fermentasi dan mengetahui konsentrasi ragi tape yang paling optimal untuk
ditambahkan pada penelitian utama. Konsentrasi ragi tape yang digunakan pada
penelitian pendahuluan adalah 1%, 2%, dan 3% kemudian difermentasi selama 4 hari.
Hasil analisa proksimat pada tepung daun mangrove sebelum dan sesudah
fermentasi dengan ragi tape bias dilihat pada Tabel 3 dan 4 sebagai berikut.
Tabel 3. Hasil Analisa Proksimat Tepung Daun Mangrove Tanpa Fermentasi
Parameter Komposisi (%)
Protein 13,13 Lemak 9,17 Serat Kasar 13,91 Air 6,17 Abu 11,94 BETN 45,28
Tabel 1. Hasil Analisa Proksimat pada Penelitian Pendahuluan
Perlakuan P1 (Ragi Tape 1%) P2 (Ragi Tape 2%) P3 (Ragi Tape 3%)
Kadar Protein 15.22% 12.63% 7.31%
Kadar Lemak 12.63% 11.00% 13.00%
Serat Kasar 7.31% 7.50% 9.00%
Berdasarkan data dari Tabel 3 dan Tabel 4, diketahui bahwa kadar protein
tepung daun mangrove yang terfermentasi dengan penambahan konsentrasi ragi tape
1% mengalami peningkatan dibandingkan dengan yang lainnya, dari sebelum
terfermentasi sebesar 13.13% meningkat menjadi 15.22%. Dari hasil tersebut dapat
ditentukan jumlah penambahan konsentrasi ragi tape untuk penelitian utama, yaitu
1%. Parameter yang digunakan adalah kadar protein dikarenakan kadar protein
merupakan parameter utama pada pengujian kualitas bahan.
4.1.2 Penelitian Utama
Penelitian utama bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi
tepung daun mangrove Avicennia lanata terhadap nilai nutrisinya yang telah
terfermentasi ragi tape. Perlakuan pada penelitian utama yang digunakan adalah
dengan melakukan fermentasi tepung daun mangrove menggunakan ragi tape
dengan konsentrasi 1% selama 0, 2, 4, 6, dan 8 hari. Parameter pengujian yang
digunakan pada penelitian utama adalah analisa proksimat meliputi, kadar protein,
kadar lemak, kadar serat kasar, kadar air, kadar, abu, dan kadar BETN, sedang untuk
parameter lainnya uji asam amino. Berikut hasil nilai rata-rata penelitian utama dengan
parameter yang telah disebutkan, dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Analisa Proksimat Pada Penelitian Utama
Perlakuan Waktu
Fermentasi
Parameter (%)
Protein Lemak Serat Kasar
Air Abu BETN
K (0 hari) A (2 Hari)
13,93a
14,63b
9,43e
8,42d
13,27a
16,08b
7,13a
8,55b
12,84a
13,11a
43,41e
40,19c
B (4 hari) 15,38c 7,32c 17,14d 10,57d 15,12b 34,45a
C (6 hari) 14,92b 5,73b 16,19c 9,59c 16,53d 37,01b
D (8 hari) 14,75b 4,80a 13,29a 8,39b 16,02c 42,74d
4.2 Kandungan Protein Kasar
13.93
14.63
15.38
14.9214.75
13.00
13.50
14.00
14.50
15.00
15.50
0 hari 2 hari 4 hari 6 hari 8 hari
% K
adar
Pro
tein
Kas
ar
Waktu Lama Fermentasi
Kadar Protein Kasar
Hasil penelitian kadar protein tepung daun mangrove Avicennia Lanata
tefermentasi ragi tape berkisar antara 13,93% - 15,38%. Rata-rata kadar protein
tertinggi terdapat pada perlakuan B sebesar 15,38% dan terendah terdapat pada
perlakuan A atau Kontrol sebesar 13,92%. Hasil rata-rata kadar protein dari masing-
masing perlakuan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil rata-rata kadar protein
Perlakuan Rata-Rata Notasi
K (0 Hari) 13,93 ±0.1619 a
A (2 Hari) 14,63 ±0.1001 b
D (8 Hari) C (6 Hari)
14,75 ±0.1485
14,92 ±0.2197 b b
B (4 Hari) 15,38 ±0.2142 c
Berdasarkan hasil ANOVA (Analysis of Variance) menunjukkan bahwa
fermentasi daun mangrove dengan ragi tape berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
kadar protein sehingga dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk
mengetahui perbedaan dari masing-masing perlakuan. Pada uji BNT diketahui bahwa
perlakuan K berbeda nyata dengan perlakuan A, B, C dan D. Perlakuan A berbeda
nyata dengan perlakuan K dan B namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan A, C
dan D begitupun sebaliknya. Dapat disimpulkan bahwa pada perlakuan A, C dan D
tidak memberikan pengaruh yang berbeda pada hasil kadar protein tepung daun
mangrove. Grafik hubungan lama fermentasi tepung daun mangrove terhadap kadar
proteinnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik Rata-rata Kadar Protein Tepung Daun Mangrove Avicennia Lanata Terfermentasi Ragi Tape.
Grafik diatas menunjukkan bahwa ada peningkatan kadar protein setelah
dilakukan fermentasi. Fermentasi juga dapat meningkatkan jumlah koloni mikroba
yang merupakan sebagai sumber protein tunggal. Dari hasil analisa menunjukkan
lama fermentasi berpengaruh yang sangat nyata.
berdasarkan Gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa kadar protein pada tepung
daun mangrove yang telah difermentasi mengalami kenaikan kemudian mengalami
penurunan dibandingkan dengan perlakuan 0 hari atau kontrol. Pada fermentasi hari
ke 4 terjadi peningkatan kadar protein yang cukup tinggi dibanding perlakuan 0 hari.
Peningkatan kandungan protein tersebut setelah mengalami proses fermentasi
diduga berasal dari mikroba ragi tape yang menghasilkan enzim protease sehingga
meyebabkan protein tepung daun mangrove meningkat dari sebelumnya (Asriani d,
2016) ditambahkan hidayati., et.al (2013) peningkatan kadar protein juga karena
adanya aktivitas mikroorganisme yang optimal melakukan pemecahan karbohidrat
dari tepung daun mangrove sehingga kandungan karbohidratnya semakin berkurang
sedangkan proteinnya mengalami peningkatan. Pada perlakuan fermentasi 6 hari dan
8 hari mengalami penurunan kadar protein dibandingkan dengan perlakuan
fermentasi 2 hari, 4 hari dan 0 hari. Penurunan kadar protein tersebut menurut
rohmawati., et.al (2015), walaupun masih mampu meningkatkan kadar protein kasar
namun peningkatannya sudah mulai rendah. Hal ini menunjukkan bahwa setelah
fermentasi hari ke 4 terjadi proses degradasi protein optimal (fase eksponensial) yang
diikuti laju pertumbuhan populasi mikroorganisme mulai mengalami penurunan.
4.3 Lemak Kasar
Hasil analisa kadar lemak tepung daun mangrove Avicennia Lanata
terfermentasi ragi tape berkisar antara 4,80% - 9,43%. Rata-rata kadar lemak tertinggi
terdapat pada perlakuan K sebesar 9,43% dan terendah terdapat pada perlakuan D
sebesar 4,8%. Hasil rata-rata kadar lemak dari masing-masing perlakuan dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil rata-rata kadar lemak
Perlakuan Rata-Rata Notasi
D (8 Hari) 4,80 ±0.1560 a
C (6 Hari) 5,73 ±0.1279 b
B (4 Hari) A (2 Hari)
7,32 ±0.1923
8,42 ±0.0951 c d
K (0 Hari) 9,43 ±0.1629 e
Berdasarkan hasil ANOVA (Analysis of Variance) menunjukkan bahwa
fermentasi daun mangrove dengan ragi tape berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
kadar lemak sehingga dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Pada uji
BNT diketahui bahwa perlakuan K berbeda nyata dengan perlakuan A, B, C dan D.
Dapat disimpulkan bahwa dari setiap perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda
pada hasil kadar lemak tepung daun mangrove. Grafik hubungan lama fermentasi
tepung daun mangrove terhadap kadar lemaknya dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik rata-rata Kadar lemak Kasar Tepung Daun Mnagrove
Avicennia Lanata yang Terfermentasi Ragi Tape
Penurunan kandungan lemak pada perlakuan ini disebabkan oleh waktu
inkubasi yang cukup lama sehingga dapat meningkatkan aktivitas enzim lipase yang
dihasilkan oleh khamir; untuk merombak kandungan lemak substrat sebagai sumber
energi bagi pertumbuhannya. Khamir akan menyerang lemak dan protein setelah
menyerang karbohidrat sebagai sumber energinya (Chopra dan Khuller, 1987).
Penguraian bahan organik oleh khamir disebabkan aktivitas enzim lipase dan amilase
yang bekerja dalam pemecahan lemak dan amilum dari substrat sehingga kandungan
bahan organik selama fermentasi mengalami penurunan. Bahan organik yang
mengalami penurunan selama fermentasi tersebut adalah pati dan lemak kasar
karena digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi sebagai pertumbuhan khamir
(Ardhana, 1982).
Penurunan kadar lemak ini juga disebabkan oleh penggunaan pati oleh
khamir untuk proses metabolismenya. Kecukupan nutrisi dari mikroorganisme
tersebut menyebabkan proses fermentasi berjalan dengan baik sehingga aktivitas
9.438.42
7.32
5.734.80
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
0 hari 2 hari 4 hari 6 hari 8 hari
% K
adar
Lem
ak K
asar
Waktu Lama Fermentasi
Kadar Lemak Kasar
lipase pun sebagai degradan lemak kasar bekerja dengan baik. Saccharomyces
cerevisiae mampu mendegradasi lemak kasar yang ditunjukkan dengan adanya
penurunan kadar lemak.
4.4 Kadar Air
Hasil analisa kadar lemak tepung daun mangrove Avicennia Lanata
terfermentasi ragi tape berkisar antara 7,12% - 10,57%. Hasil rata-rata kadar lemak
dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Rata-rata Kadar Air
Perlakuan Rata-Rata Notasi
K (0 Hari) 7,13 ±0.1609 a
D (8 Hari) 8,39 ±0.1612 b
A (2 Hari) C (6 Hari)
8,55 ±0.1158
9,60 ±0.1520 b c
B (4 Hari) 10,57±0.1585 d
Berdasarkan hasil ANOVA (Analysis of Variance) menunjukkan bahwa
fermentasi daun mangrove Avicennia lanata dengan ragi tape berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap parameter kadar air sehingga dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) untuk mengetahui perbedaan dari masing-masing perlakuan. Pada uji
BNT diketahui bahwa perlakuan K berbeda nyata dengan perlakuan A, B, C dan D.
Perlakuan A berbeda nyata dengan K, A, B, dan C tetapi tidak berbeda nyata dengan
perlakuan D. Dapat disimpulkan bahwa dari setiap perlakuan memberikan pengaruh
yang berbeda pada hasil kadar air tepung daun mangrove. Grafik hubungan lama
fermentasi tepung daun mangrove terhadap kadar lemaknya dapat dilihat pada
Gambar 7.
Gambar 7. Grafik rata-rata Kadar Air Tepung Daun Mangrove Avicennia Lanata
Terfermentasi Ragi Tape
Dari gambar 4 bisa dilihat terjadi kenaikan kadar air dari kontrol sampai
perlakuan fermentasi hari ke 4, sedangkan pada perlaukan hari ke 4 sampai hari ke 8
terjadi penurunan kadar air. Hal ini disebabkan adanya perlakuan fermentasi dimana
selama fermentasi terjadi perubahan air terikat menjadi air bebas yang mudah
menguap. Sebelum fermentasi sebagian molekul air membentuk hidrat dengan
molekul lain yang mengandung atom oksigen, nitrogen, karbohidrat, protein, garam,
dan senyawa organik lainnya sehingga air sukar diuapkan, sedangkan saat fermentasi
berlangsung, enzim-enzim mikroba memecah karbohidrat, protein, garam, dan
senyawa organik lainnya sehingga air yang terikat berubah menjadi air bebas. Air
bebas ini yang nantinya akan menguap saat proses pengeringan sehingga kadar air
bahan menurun. Penurunan kadar air juga dipengaruhi oleh proses pengeringan
dalam pembuatan tepung. Proses pengeringan adalah cara untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan pangan dengan mengeluarkan energi
panas, sehingga yang tertinggal hanya padatan dari bahan (Arinda dan Krisna 2015).
Hal ini bisa juga dikarenakan semakin banyak jumlah mikroba ragi tape
semakin besar komponen bahan yang terpecah, mengakibatkan banyaknya jumlah
7.13
8.55
10.579.60
8.39
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
0 Hari 2 Hari 4 Hari 6 Hari 8 Hari
% K
adar
Air
Waktu Lama Fermentasi
kadar air
air terikat yang terbebaskan sehingga tekstur bahan semakin lunak dan berpori.
Keadaan ini menyebabkan penguapan air selama proses pengeringan semakin
mudah sehingga menurunkan kadar air tepung. Penurunan kadar air disebabkan
karena penguapan air terikat (Armanda dan Widy, 2016).
4.5 Kadar Abu
Hasil analisa kadar abu tepung daun mangrove Avicennia Lanata
terfermentasi ragi tape berkisar antara 12,84% - 16,53%. Rata-rata hasil kadar abu
tertinggi terdapat pada perlakuan C atau fermentasi 6 hari sebesar 16,53% dan
terendah terdapat pada perlakuan k sebesar 12,83%. Hasil rata-rata kadar abu dari
masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil rata-rata kadar abu
Perlakuan Rata-Rata Notasi
K (0 hari) 12,84 ±0.2857 a
A (2 hari) 13,11 ±0.2087 a
B (4 hari) D (8 Hari)
15,12 ±0.1803
16,02 ±0.1261 b c
C (6 hari) 16,53 ±0.2242 d
Berdasarkan hasil ANOVA (Analysis of Variance) menunjukkan bahwa
fermentasi daun mangrove dengan ragi tape berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
kadar abu sehingga dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk
mengetahui perbedaan dari masing-masing perlakuan. Pada uji BNT diketahui bahwa
perlakuan K berbeda nyata dengan perlakuan B, C dan D, namun tidak berbeda nyata
dengan perlakuan A. Perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan B, C dan D, tetapi
tidak berbeda nyata dengan perlakuan K. Perlakuan B berbeda nyata dengan
perlakuan K, A, C dan D. Perlakuan C berbeda nyata dengan perlakuan A, B dan D.
Perlakuan D berbeda nyata dengan perlakuan K, A, B, dan C. Dapat disimpulkan
bahwa dari setiap perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda pada hasil kadar
abu tepung daun mangrove. Grafik hubungan lama fermentasi tepung daun mangrove
terhadap kadar abunya dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Grafik rata-rata Kadar Abu Tepung Daun Mangrove Avicennia
Lanata Terfermentasi Ragi Tape
Berdasarkan Gambar 5 di atas dapat dilihat bahwa kadar abu pada tepung
daun mangrove yang telah difermentasi mengalami kenaikan dibandingkan dengan
perlakuan K. Pada perlakuan K, A, B dan C kadar abu mengalami kenaikan hingga
16,53%. Meningkatnya kadar abu dikarenakan bertambahnya massa sel tumbuh pada
kapang dan terjadinya peningkatan konsentrasi di dalam produk karena penurunan
bahan organik akibat proses fermentasi yang menghailkan CO2 dan menimbulkan
panas (Rohmawati et al., 2015). Namun, pada perlakuan D kadar abu turun menjadi
4,22%. Menurunnya kadar abu suatu bahan pakan berhubungan erat dengan
menurunnya kadar serat kasar bahan tersebut. Nilai kadar abu dan kadar serat kasar
biasanya berbanding lurus (Ardiansyah et al., 2014).
Peningkatan ini juga bisa disebabkan karena bertambahnya massa sel tumbuh
kapang dan terjadinya peningkatan konsentrasi di dalam produk. Perubahan bahan-
12.84 13.11
15.1216.53 16.02
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
0 hari 2 hari 4 hari 6 hari 8 hari
% K
adar
Ab
u
Waktu Lama Fermentasi
Kadar Abu
bahan organik yang didegradasi oleh mikroorganisme menjadi senyawa organik dari
substrat menjadi molekul lebih sederhana seperti air dan energy yang digunakan
untuk aktivitas mikroorganisme (Umiyasih dan Anggraeny, 2008). Bertambahnya
massa sel tumbuh pada kapang dan terjadi peningkatan konsentrasi di dalam produk
karena penurunan bahan organik akibat dari fermentasi yang menghasilkan CO2 dan
menimbulkan panas.
4.6 Analisa Kadar Serat Kasar
Hasil analisa kadar serat kasar tepung daun mangrove Avicennia Lanata
terfermentasi ragi tape berkisar antara 13,27% - 17,15%. Rata-rata hasil kadar abu
tertinggi terdapat pada perlakuan B atau fermentasi 4 hari sebesar 17,15% dan
terendah terdapat pada perlakuan k sebesar 13,27%. Hasil rata-rata kadar abu dari
masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil rata-rata kadar Serat Kasar
Perlakuan Rata-Rata Notasi
K (0 hari) 13,27 ±0.1229 a
D (8 hari) 13,29 ±0.1763 a
A (2 hari) C (6 Hari)
15,09 ±0.0738
16,20 ±0.1368 b c
B (4 hari) 17,15 ±0.1292 d
Berdasarkan hasil ANOVA (Analysis of Variance) menunjukkan bahwa
fermentasi daun mangrove dengan ragi tape berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
kadar abu sehingga dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk
mengetahui perbedaan dari masing-masing perlakuan. Pada uji BNT diketahui bahwa
perlakuan K berbeda nyata dengan perlakuan B, C dan D, namun tidak berbeda nyata
dengan perlakuan A. Perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan B, C dan D, tetapi
tidak berbeda nyata dengan perlakuan K. Dapat disimpulkan bahwa dari setiap
perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda pada hasil kadar abu tepung daun
mangrove. Grafik hubungan lama fermentasi tepung daun mangrove terhadap kadar
abunya dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Grafik rata-rata Kadar Serat Kasar Tepung Daun Mangrove
Avicennia Lanata Terfermentasi Ragi Tape
Saccharomyces cerevisiae selama proses fermentasi akan menghasilkan
enzim yang mampu mendegradasi karbohidrat dalam substrat. Hal inilah yang
menyebabkan penggunaan inokulum Saccharomyces cerevisiae dalam fermentasi
dapat menurunkan kandungan serat kasar sebab serat kasar merupakan polisakarida
yang dapat berupa selulosa atau lignin (Anggraeni dan Umiyasih, 2009). ari kedelai.
Penurunannya diakibatkan terjadi aktivitas mikroba menghasilkan selulase dan enzim
lainnya yang mampu memecah ikatan kompleks serat kasar menjadi lebih
sederhana.Serat kasar pada tepung kulit ari kedelai adalah selulosa, hemiselulosa
dan lignin. Selulosa terdiri dari karbohidrat, fungsi karbohidrat digunakan untuk
aktifitas pertumbuhan mikroba ragi tape sehingga serat kasar akan mengalami
penurunan. Penurunan nilai serat kasar di pengaruhi oleh jenis mikroorganisme,
adapun mikroorganisme pada ragi tape antara lain Saccharomyces cerevisiae,
Aspergillus niger dan Rhizhopus sp. Khamir jenis Saccharomyces cerevisiae
13.2715.09
17.15 16.20
13.29
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
0 hari 2 hari 4 hari 6 hari 8 hari
% S
erat
Kas
ar
Waktu Lama Fermentasi
Serat Kasar
mempunyai mampu mendegradasi menjadi alkohol, hal ini menyebabkan khamir jenis
ini efektif mendegradasi serat kasar.
4.7 Kadar BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen)
Hasil analisa kadar BETN tepung daun mangrove Avicennia Lanata
terfermentasi ragi tape berkisar antara 34,46% - 42,41%. Rata-rata hasil kadar abu
tertinggi terdapat pada perlakuan K atau fermentasi 0 hari sebesar 42,41% dan
terendah terdapat pada perlakuan B sebesar 34,46%. Hasil rata-rata kadar BETN dari
masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil rata-rata kadar BETN
Perlakuan Rata-Rata Notasi
B (4 hari) 34,46 ±0.3519 a
C (6 hari) 37,02 ±0.3540 b
A (2 hari) D (8 Hari)
40,19 ±0.3205
42,74 ±0.4257 c d
K (0 hari) 43,41 ±0.7360 e
Berdasarkan hasil ANOVA (Analysis of Variance) menunjukkan bahwa
fermentasi daun mangrove dengan ragi tape berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
kadar BETN sehingga dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk
mengetahui perbedaan dari masing-masing perlakuan. Pada uji BNT diketahui bahwa
perlakuan K berbeda nyata dengan perlakuan A, B, C dan D begitupun sebaliknya.
Dapat disimpulkan bahwa dari setiap perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda
pada hasil kadar lemak tepung daun mangrove. Grafik hubungan lama fermentasi
tepung daun mangrove terhadap kadar lemaknya dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Grafik rata-rata Kadar BETN Tepung Daun Mangrove Avicennia
Lanata Terfermentasi Ragi Tape
Berdasarkan Gambar 7 di atas dapat dilihat bahwa kadar BETN pada tepung
daun mangrove yang telah difermentasi mengalami penurunan dibandingkan dengan
perlakuan K. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2016), bahwa
penurunan kadar BETN dari suatu bahan pakan akan meningkatkan kandungan serat
kasarnya. Rendahnya kadar BETN dan tingginya kadar serat kasar dapat
mengakibatkan suatu bahan bakan akan sulit dicerna oleh ikan. Ditambahkan oleh
Islamiyati et al., (2010) menjelaskan bahwa semakin tinggi pemberian ragi tape maka
semakin tinggi kandungan BETN pada proses fermentasi mikroba yang dapat
memecah komponen kompleks menjadi komponen yang lebih sederhana. Turunnya
kandungan serat akibat aktivitas mikroba mengakibatkan meningkatnya kandungan
BETN dengan semakin banyaknya gula sederhana yang dihasilkan.
4.8 Analisis Asam Amino
Protein adalah zat organik yang mengandung karbon, hidrogen, nitrogen,
oksigen, sulfur, dan fosfor. Protein sangat dibutuhkan oleh setiap organisme dan
43.4140.19
34.46 37.0242.74
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
0 hari 2 hari 4 hari 6 hari 8 hari
% K
adar
BET
N
Waktu Lama Fermentasi
BETN
mikroorganisme dalam kelangsungan hidupnya. Protein berguna untuk metabolisme
sel, pembentukan jaringan, dan lain-lain (Mushafaat et. al., 2015).
Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein, yang dibagi
dalam dua kelompok, yaitu asam amino-esensial dan non-esensial. Asam amino
esensial tidak dapat diproduksi dalam tubuh sehingga sering harus ditambahkan
dalam bentuk makanan, sedangkan asam amino non-esensial dapat diproduksi
dalam tubuh (Sitompul 2004). Asam amino esensial terdiri dari lysin, methionin, valin,
histidin, fenilalanin, arginin, isoleusin, threonin, leusin, dan triptofan. Asam amino
non-esensial terdiri dari asam aspartat, asam glutamat, alanin, tirosin, sistin, glisin,
serin, prolin, hidroksilin, glutamin, dan hidroksiprolin (Abun 2005).
Analisis asam amino dilakukan berdasarkan pemilihan perlakuan terbaik pada
fermentasi tepung daun mangrove Avicennia lanata dengan mempertimbangkan
sifat fisika - kimia dan uji organoleptik yang menjadi parameter dalam penelitian ini.
Analisis asam amino dilakukan untuk menduga kandungan asam amino yang
terdapat pada fermentasi tepung daun mangrove yang terpilih dengan penambahan
konsentrasi ragi tape yang berbeda. Analisis asam amino dilakukan pada fermentasi
tepung daun mangrove dengan penambahan konsentrasi ragi tape 3%. Kandungan
asam amino fermentasi tepung daun mangrove Avicennia Lanata dengan
penambahan konsentrasi ragi tape 1% dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Kandungan asam amino fermentasi tepung daun mangrove Avicennia Lanata dengan penambahan konsentrasi ragi tape 1%.
No. Jenis Asam Amino Kandungan Asam Amino (%)
Esensial 1. L – Fenilalanin 0.22783 2. L – Histidin 0.082741 3. L – Isoleusin 0.255181 4. L – Leusin 0.461866 5. L – Lisin 0.232349 6. L – Threonin 0.272139 7. L – Valin 0.313025
Non esensial 1. Glisin 0.299897 2. L – Alanin 0.383036 3. L – Arginin 0.253254 4. L - Asam aspartate 0.686953 5. L - Asam glutamate 0.877482 6. L – Prolin 0.242595 7. L – Serin 0.273056 8. L – Tirosin 0.155499
Tabel 12 memperlihatkan bahwa tepung daun mangrove Avicennia Lanata
terfermentasi ragi tape memiliki 15 asam amino. Hal tersebut menunjukkan bahwa
hampir semua asam amino terdapat pada tepung daun mangrove Avicennia Lanata
terfermentasi ragi tape. Asam amino yang tidak teridentifikasi (seperti : triptofan)
dimungkinkan karena kandungan asam amino tersebut sangat rendah, sehingga tidak
terdeteksi atau telah terjadi kerusakan pada saat pengeringan dan fermentasi.
Dalam formulasi pakan harus perhatikan keseimbangan dari asam amino
terutama asam amino esensial. Formulasi asam amino esensial yang tidak tepat baik
kelebihan maupun kekurangan akan mengakibatkan ketidakseimbangan asam amino,
antagonis dan akan menjadi racun. Keseimbangan asam amino dalam bahan pakan
sejalan dengan hukum minimum Liebig yang menyatakan bahwa kekurangan salah
satu asam amino esensial dalam diet akan mengakibatkan terhambatnya penggunaan
asam-asam amino yang lain, walaupun asam amino tersebut tersedia cukup dalam
pakan (Samadi et al., 2010).
Menurut Ketaren (2010), salah satu kandungan jenis asam amino yang
dibutuhkan sebagai bahan pakan ayam yaitu lysine dengan presentase paling besar
disbandingkan jenis asam amino lainnya yaitu dengan rasio 0,8-1,3%. Sedangkan
kalau dilihat dari tabel hasil uji asam amino diatas, kandungan lysin nya masih belum
memenuhi presentase minimal yang dibutuhkan untuk pakan ternak ayam. Lysine
adalah asam amino esensial yang digunakan oleh tubuh sebagai sebuah blok
bangunan untuk banyak fungsi penting yang mendukung pertumbuhan dan
pemeliharaan kesehatan.
4.9 Perlakuan Terbaik
Penentuan perlakuan terbaik dilakukan dengan menggunakan perbandingan
dari Tabel SNI kebutuhan pakan ikan. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa
perlakun terbaik pada perlakuan B, yaitu tepung daun mangrove Avicennia lanata
yang terfermentasi ragi tape selama 4 dengan hasil kadar air 10,57%, kadar abu
15,12%, kadar lemak 7,32%, kadar serat kasar 17,14%, kadar protein 15,38%, kadar
BETN 34,45%. Berikut kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan lele dan nila sesuai
SNI, dapat dilihat pada Tabel 13 dan 14.
Tabel 13. Standar Pakan Ikan Lele
No
Jenis Uji
Satuan
Persyaratan
Benih Pembesaran Induk
1 Kadar Air, maksimal % 12 12/12 12 2 Kadar Abu, maksimal % 13 13/13 13 3 Kadar Protein, minimal % 30 28/25 30 4 Kadar Lemak, maksimal % 5 5/5 5 5 Kadar Serat Kasar, Maksimal % 6 8/8 8
SNI No. 01-4087-2006, Budidaya Air Tawar (2010)
Tabel 14. Standar Pakan Ikan Nila
No
Jenis Uji
Satuan
Kebutuhan
Larva Juvenil Semua ukuran
1 Kadar protein % 35 25-30 20-25 2 Kadar Lemak % 6-8 6-8 6-8 3 Kadar Serat kasar % 8 8 8 4 Kadar Abu, maksimal % 12 12 12 5 Kadar Air, maksimal % 12 12 12 6 Kadar BETN, % 25 25 25
Sahwan (2003)
1. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap kandungan nutrisi tepung daun
mangrove Avicennia lanata terfermentasi ragi tape. Cenderung mengalami
peningkatan pada 4 hari dan kemudian mengalami penurunan. Hasil perlakuan terbaik
pada perlakuan B dengan lama fermentasi 4 hari. Hasilnya yaitu kadar air 10,57%,
kadar abu 15,12%, kadar lemak 7,32%, kadar serat kasar 17,14%, kadar protein
15,38%, kadar BETN 34,45%. Sedangkan kandungan asam amino ditemukan 15 jenis
asam amino esensial maupun non esensial. Asam amino essensial dominan pada
tepung daun mangrove Avicennia Lanata adalah leusin sebesar 0.461866% dan asam
amino non essensial yang dominan yang terdapat pada tepung daun mangrove
Avicennia Lanata yaitu asam glutamat sebesar 0.877482%.
5.2 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah dengan penentuan konsentrasi dan
waktu yang tepat untuk menghasilkan nutrisi yang lebih baik serta sebelumnya sudah
dilakukan uji fitokimia. Kemudian juga perlu dilakukan penelitian lanjutan pemanfaatan
tepung hasil fermentasi daun mangrove Avicennia Lanata dijadikan formulasi
pembuatan pakan untuk hewan ternak maupun ikan yang lebih spesifik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abun. 2005. Efek fermentasi ampas ubi (Marantaarundinacea Linn.) oleh kapang Aspergillus niger terhadap nilai kecernaan ransum ayam pedaging. J. Ilmu Ternak 5(1): 6 11.
Amanda Y, dan Widya D.R.P. 2016. Karakteristik Tepung Sorgum Coklat Utuh (Whole
Grain Brown Sorghum Flour) Terfermentasi Ragi Tape. FTP. Universitas Brawijaya. Malang.
Anggraeny Y.N Dan U. Umiyasih. 2009. Pengaruh Fermentasi Saccharomyces
cerevisiae Terhadap Kandungan Nutrisi Dan Kecernaan Ampas Pati Aren (Arenga pinnata MERR). Loka Penelitian Sapi Potong. Pasuruan.
AOAC. 2005. Official Methods of Analisis. Association of Official Analitycal Analytical
Chemists. Washington DC. USA. Ardiansyah, Sri Mulyani, dan Fridarti. 2014. Perubahan Kandungan Nutrisi Pelepah
dan Daun Sawit Melalui Fermentasi dengan Kapang Phanerocaete chrysosporium. Jurnal Penelitian. 1-11
Arinda, D.S, dan Agustin K.W. 2015. Pengaruh Fermentasi Jali (Coix lacryma jobi-L)
Pada Proses Pembuatan Tepung Terhadap Karakteristik Fisik Dan Kimia Cookies Dan Roti Tawar. FTP. Universitas Brawijaya. Malang.
Armanda Y dan Widya Dwi Rukmi Putri. 2016. Karakteristik fisikokimia tepung sorgum
coklat utuh (whole grain brown sorghum flour) terfermentasi ragi tape. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 4 No 2 : 458-467
Asriani, D. 2016. Kandungan Bahan Organik Dan Protein Kasar Kulit Ubi Kayu Yang
Difermentasi Dengan Inokulan Yang Berbeda. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanudin.
Browning, B. L. 1966. Methods of Wood Chemistry. Vol I, II. Interscience Publisher.
New York
Budiman A., D. Titi dan A. Budi. 2006. Uji Kecernaan Serat Kasar dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) dalan Ransum Lengkap Berbasis Hijauan Daun Pucuk Tebu (Saccharum officinarum). Jurnal Ilmu Ternak, Desember 2006, Vol. 6 No. 2, 132 135.
Cruch, D. C. 1991. Live Stock Feed and Feeding. Prentice Hall Inc. New Jersey Desmiaty. Y, Ratih. H, Dewi. M. A dan Agustin R, 2008. Penentuan Jumlah Tanin Total
pada Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dan Daun Sambang
Darah (Excoecaria bicolor Hassk.) Secara Kolorimetri dengan Pereaksi Biru Prusia. Ortocarpus. 8, 106 109.
Dewi, P. D. P., Wayan, S., dan Ekayani, I. A. P. H. 2015. Pemanfaatan Tepung Buah Mangrove jenis Lindr (Bruguiera Gymnorrizha) Menjadi kue kering putri salju. Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.
Evans, W. C., 2002. Pharmacognosy, ed.XV, 289, W.B. Saunders. London.
Fahrunida dan R. Pratiwi. 2015. Kandungan saponin buah, daun dan tangkai daun blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L). seminar nasional konservasi dan pemanfaatan sumber daya alam. Hlm 220-224.
Hading. RA. 2014. Kandungan Protein Kasar, Lemak Kasar, Serat Kasar dan BETN Silase Pakan Lengkap Berbahan Dasar Rumput Gajah dan Biomasssa Murbei. Universitas Hasanudin. Makasar.
Halidah. 2014. Avicennia marina (Forssk.) Vierh Jenis Mangrove Yang Kaya Manfaat.
Balai Penelitian Kehutanan. Makasar. Hidayati D, Darratul B, dan Sri H. 2013. Pola Pertumbuhan Ragi Tape Pada
Fermentasi Kulit Singkong. Teknologi Industri Pertanian Universitas Trunojoyo. Madura.
Ika. 2011. Teknik analisa Pakan, Kecernaan Pakan, dan Evaluasi Energi pada Ternak.
Jurusan Pendidikan Biologi. FMIPA. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Islamiyati R., Jamila dan A. R. Hidayat. 2010. Nilai Nutrisi Ampas Tahu Yang
Difermentasi Dengan Berbagai Level Ragi Tempe. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Jaedun, A. 2011. Metode Penelitian Eksperimen. Fakultas Teknik UNY. Yogyakarta. Malangngi L.P, Sangi M. S, Paedang J.J.E. 2012. Penentuan Kandungan Tanin dan
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji (Persea americana mill) Jurusan Kimia. FMIPA Unsrat Manado.
Marta H. 2011. Pengantar Teknologi Pangan. Universitas Padjajaran, Bandung. Murtidjo B. A. 2006. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Penerbit Kanasius.
Yogyakarta. Mushafaat L.O., Heri A. S. dan Suryahadi. 2015. Kualitas Protein dan Komposisi Asam
Amino Ampas Sagu Hasil Fermentasi Aspergillus niger dengan Penambahan Urea dan Zeolit. Jurnal ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 20 (2): 124-130. ISSN 0853-4217.
Noor Y. R., M. Khazali., Suryadiputra. 2012. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor.
Pagarra, H. 2010. Pengaruh Lama Fermentasi dengan Ragi Tape terhadap Kadar
Glukosa pada Umbi Gadung (Disocorea hispida DENNST). Bionature. 11 (1) : 7-13
Paputungan, Z., D. Wonggo., B. E. Kaseger. 2016. Uji fitokimia dan aktivitas antioksidan buah mangrove sonerattia alba di desa nunuk kecamatan pinolosian kabupaten bolang mongondow selatan. Jurnal media teknologi hasil perikanan. Vol 5. (3): 190-195.
Pasaribu, T. 2007. Produk fermentasi limbah pertanian sebagai bahan pakan unggas di Indonesia. Balai Penelitian Ternak. Bogor 16002.
Purnobasuki, H. 2003. Potensi Mangrove sebagai Obat. Biota 9(2): 125-126.
Putri, D. R., Agustono dan S. Subekti. 2012. Kandungan Bahan Kering, Serat Kasar dan Protein Kasar Pada Daun Lamtoro (Leucaena glauca) Yang Difermentasi Dengan Probiotik Sebagai Bahan Pakan Ikan. Jurnal Ilmu Perikanan dan Kelautan 4 (2).
Ridla, M. 2003. Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. CV. Nutri Sejahtera. Bogor. 75 hlm.
Rochmawati, D., Irfan H. Djunaidi, dan Eko Widodo. 2015. Nilai Nutrisi Tepung Kulit Ari Kedelai Dengan Level Inokulum Ragi Tape dan Waktu Inkubasi Berbeda. Jurnal ternak Tropika. 16 (1) : 30-33.
Rohmawati D, Irfan H, H Djunaidi, Dan Eko W. 2015. Nilai Nutrisi Tepung Kulit Ari Kedelai Dengan Level Inokulum Ragi Tape Dan Waktu Inkubasi Berbeda. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.
Sabrina, Y., Yelita, dan E. Syahfrudin. 2001. Pengaruh Pemberian Ubi Kayu
Fermentasi (KUKF) terhadap Bobot Organ Fisiologi Ayam Broiler. Jurnal Perternakan dan Lingkungan 6 (2) : 20-25
Samadi, Sitti Wajizah, dan Sabda. 2010. Peningkatan Kualitas Ampas Tebu sebagai Pakan ternak Melalui Fermentasi dengan Penambahan Level Tepung Sagu yang Berbeda. Agripet. 15 (2) : 104-111.
Setyanto A.E. 2012. Memperkenalkan Kembali Metode Eksperimen dalam Kajian Komunikasi. Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 3 no 1 : 37-48.
SNI No. 01-4087. 2006. Budidaya Air Tawar. Badan Standarisasi Nasional.
Soeroyo. 1992. Sifat, Fungsi Dan Peranan Hutan Mangrove. PUsat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Jakarta.
Sosia, P. Y., Tyagita R Dan Mega N. 2014. Mangrove Siak dan Kepulauan Meranti.
Environmental and Regulatory Compliance Division Safety, Health and Environment Departement Energi Mega Persada. Jakarta.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan Dan Pertanian. Edisi Keempat. Liberty, Yogyakarta.
Sunanto, J., Koji T., Dan Hideo, N. 2005. Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal. University of Tsukuba.
Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. Penerbit UNESA University Press. Surabaya.
Hlm 22.
Wibowo, C., Cecek K., Ani S., Yekti H., dan Poppy O. 2009. Pemanfaatan Pohon Mangrove Api-Api (Avicennia sp) Sebagai Bahan Pangan Dan Obat. Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan IPB.
Wina, E. 1999. Pemanfaatn Ragi (Yeast) Sebagai Pakan Imbuhan Untuk
Meningkatkan Produktivitas Ternak Ruminansia. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Winarno, F. G., Dan D. Fardiaz. 1990. Biofermentasi dan Biosintesa Protein. Winugroho, M., Y. Widiawati, dan A.D. Sudjana. 1996. Penggunaan probiotik untuk
meningkatkan efisiensi produksi sapi potong di Indonesia. Ringkasan Seminar Nasional I. Ilmu Nutrisi dan Makanan. Fakultas Peternakan IPB. 46.
Yusran, K. 2012. Karakteristik Dan Keragaman Biota Pada Vegetasi Mangrove Dusun
Wael Kabupaten Seram Bagian Barat. Universitas Darussalam. Ambon.