NILAI - NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KEHIDUPAN...
Transcript of NILAI - NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KEHIDUPAN...
i
NILAI - NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM KEHIDUPAN PUNAKAWAN
DI PEWAYANGAN
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
NAMA : TEZAR ADITIYA MUFID
NIM : 11111018
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
M
vi
OTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“........Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kerjakan.”[Al Baqoroh : 11]
“Jangan pernah katakan menyesal apa yang telah diperbuat, tapi
ambilah pelajaran dan hikmah dari apa yang telah diperbuat”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
Kepada kedua orang tua saya yang
telah membesarkan dan mendidikku dengan
penuh kerelaan dan pengorbanan baik
vii
secara lahir maupun batin dengan iringan
do‟a restunya.
Keluarga MI Geyongan yang telah
memberikan dukungan dan motivasinya,
serta do‟anya yang telah memperlancar
saya dalam menyelesaikan tanggung jawab
ini.
Kepada bapak Mufiq, S.Ag, M.Phil.
selaku pembimbing dan sekaligus sebagai
motivator serta pengarah sampai selesainya
penulisan skripsi ini
Kepada seluruh teman-teman guru
yang telah membantu dan selalu
memberikan semangat untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah
memberikan rahmat, taufik, nikmat serta hidayahnya sehigga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada
junjungan Nabi Agung Muhammad SAW , yang telah menyampaikan dan
membimbing umat pada jalan yang diridhoi Allah,dengan semangat dalam
menebarkan ilmunya dan nur kemuliyaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
KEHIDUPAN PUNAKAWAN DI PEWAYANGAN”..
Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Siti Rukhayati, M. Ag. selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam
beserta stafnya yang telah membantu penulis selama menjalani kuliah dan
ketika penyusunan skripsi ini.
4. Mufiq, S.Ag, M.Phil. selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan
memberikan bimbingan serta meluangkan waktu dan perhatian dalam penulisan
skripsi ini.
5. Muhamad Farid Abdullah .S.pd.I selaku Dosen Pembimbing Akademik.
ix
6. Kepada bapak dan ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu
pengetahuan dan pengalaman dengan penuh kesungguhan dan kesabaran, serta
bagian akademik IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan
kepada penulis
7. Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Hanya rasa syukur yang dapat penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan anugrah-Nya dalam penyusunan skripsi ini, dengan demikian, akhirnya
penulis mengucapakan banyak terimakasih dan tentunya dalam penulisan atau
penyusunana skripsi ini masih banyak kekurangan. Maka penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang dermawan, serta
bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Amin
Salatiga, 27 September 2017
Penulis
Tezar Aditiya Mufid
NIM : 11111018
x
ABSTRAK
Tezar Aditiya Mufid. 2017. Nilai – nilai Pendidikan Islam Dalam Ajaran
Pewayangan Puanakawan. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing : Mufiq S.Ag., M.Phil.
Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan Islam
Latar belakang penelitian ini dikarenakan hakekat pendidikan adalah proses
memanusiakan manusia, yaitu menyadari akan manusia yang merdeka, kreatif yang
terwujud di dalam budayanya. Namun hingga saat ini menurut beberapa pakar
pendidikan belum mampu mencapai titik idealnya yakni memanusiakan manusia.
Kurang berhasilnya pendidikan untuk menanamkan nilai humanism terlihat dengan
menempatkan Indonesia termasuk Negara korup. Banyak dari generasi muda pada
zaman ini yang sudah melupakan nilai-nilai khasanah budaya daerah, khususnya di
tanah Jawa terlebih lagi dalam hal kesenian wayang, tokoh wayang yang sangat
terkenal dan penuh dengan pesan-pesan moral yaitu Semar, Petruk, Gareng dan
Bagong. Maka dari itu peneliti mencoba mendiskripsikan dan menganalisis tentang
nilai-nilai pendidikan Islam dalam ajaran pewayangan Punakawan dan relevansinya.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, dilihat dari cara dan taraf
pembahasannya penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif.
Pengumpulan data dengan mencari informasi ke buku-buku serta melakukan
wawancara ke dalang dan melihat video wayang Punakawan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Nilai-nilai Pendidikan agama Islam
dalam Pewayangan Punakawan, diantaranya: pendidikan aqidah, pendidikan ibadah,
pendidikan akhlak, pendidikan ukhuwah, amanah, persaudaraan, kesetia kawanan,
taat kepada pemimpin dan pengabdian. 2) Relevansi nilai-nilai Pendidikan Islam
dalam Pewayangan Punakawan dalam masyarakat sekarang: Dalam pendidikan
aqidah, ibadah dan akhlak, pendidikan ukhuwah, amanah, persaudaraan, kesetia
kawanan, taat kepada pemimpin dan pengabdian. Hal tersebut dapat memudahkan
membangun masyarakat madani (berkarakteristik, damai, rukun dan tolong
menolong). Dengan demikian dari semua pendidikan yang disampaikan tokoh
Punakawan jika dapat dilakukan oleh manusia maka akan tercipta masyarakat yang
madani.
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR BERLOGO…………………………………………………………………i
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………………...i
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………….........ii
PENGESAHAN KELULUSAN……………………………………………………..iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……………………………………………iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………………….........v
KATA PENGANTAR………………………………………………………….........vii
ABSTRAK……………………………………………………………………………ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….........x
DAFTAR TABEL………………………………………………………………......xiii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………..........xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………....4
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………….5
xii
D. Penegasan Istilah….……………………………………………………....5
E. Manfaat Penelitian……………………………………………………….7
F. Metodologi Penelitian……………………………………………………8
G. Sistematika Penyusunan………………………………………………….9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan Islam
1. Pengertian Nilai…………….………………………………..…........11
2. Pengertian Pendidikan Islam………………………………………...12
3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam………………………....………...16
4. Pembelajaran Nilai Dalam Pendidikan Islam……………………….17
B. Pewayangan…………………………………………………………......24
C. Punakawan………………………………………………………………25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian…………... ……………………………33
B. Kehadiran Peneliti……………………………………………………….33
C. Sumber Data…………………………………………………………….34
D. Prosedur Pengumpulan Data……………………………………………35
E. Analisis Data……………………………………………………………36
F. Pengecekan Keabsahan Data………………………………………...…37
xiii
G. Paparan Data Penelitian…………………………………………………39
BAB IV ANALISIS DATA
A. Paparan Data………………….…………... ……………………………46
B. Temuan Penelitian……………………………………………………….46
1) Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Ajaran Pewayangan
Punakawan…………………………………………………………..44
2) Relevansi nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Ajaran Pewayangan
Punakawan…………………………………………………………..54
3) Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan
di masyarakat………………………………………………………..57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………60
B. Saran …………………………………………………………………….61
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….63
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………………...
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup……………………………………………………
2. Lembar Konsultasi Skripsi……………………………………………….
3. Proposal Skripsi………………………………………………………….
4. Laporan SKK…………………………………………………………….
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan agama Islam mempunyai peran yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Karena pendidikan agama Islam bersifat teoritis dan
praktis. Selain untuk dipelajari pendidikan agama Islam juga untuk
diamalkan dalam keseharian dimanapun dan kapanpun. Oleh karena itu dalam
pengajaran dan pembelajaran yang dilakukan dalam setiap lembaga
pendidikan harus pandai dalam menentukan dan pemilihan metode, media,
alat pembelajaran.
Anak adalah titipan dari Allah yang sangat besar yang harus dijaga dan
dididik sebaik mungkin oleh kedua orang tuanya. Seorang anak dilahirkan
dalam keadaan suci, polos dan suci hatinya. Sebagaimana firman Allah
artinya “(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama
yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Ar-Rum : 30).
2
Apabila dilihat dari ayat di atas, Bahwa setiap manusiayang terlahir ke
dunia ini telah dibekali oleh Allah SWT potensi-potensi untuk beriman
kepada-Nya dan terhadap setiap apa yang diperintahkan Allah SWT, dan juga
bahwa setiap manusia yang terlahir ke dunia diberi kekuatan untuk serta
sarana-sarana untuk menjalankan tuntutan-Nya (menjalankan ajaran agama
Islam secara menyeluruh), yang mana konsep tersebut berimplikasi secara
pasti terhadap pendidikan Islam.
Usaha pendidikan agama Islam dalam suatu lembaga pendidikan
adalah lingkungan pengembangan kepribadian yang shaleh dari apa yang telah
ditanamkan oleh kedua orang tuanya saat di lingkungan keluarga.
Pembentukan keimanan dan akhlak sejak usia dini sangat diperlukan, dan itu
semua harus dimulai dari rumah dengan mengajarkan ayat-ayat Al Quran dan
nilai-nilai tauhid sejak dini, sehinga hal itu dapat menjadi filter kehidupan
sewaktu mereka masuk ke alam remaja. Pengajaran agama bertujuan untuk
membentuk akhlak, sehingga segala perintah dan larangan agama bertujuan
untuk membentuk akhlak.
Dalam era yang serba modern seperti ini dunia pendidikan harus bisa
kreatif, inovatif dalam menentukan metode, media dan alat pembelajaran.
Sehinga dapat bersaing dengan perkembangan zaman sekarang. Budaya di
negeri ini yang telah tertutup oleh dengan adanya alat yang serba modern ini
telah meracuni pikiran anak-anak dan pemuda sekarang. Apa saja dilihat,
3
didengar, dirasakan, dan yang dialami adalah suatu proses pembelajaran anak.
(Suwardi, 2009:98)
Salah satunya dengan memperkenalkan budaya bangsa ini, yang
mempunyai makna yang banyak untuk memperkuat kepribadian dan moral
anak negeri, karena banyak hal yang bisa diambil pelajaran dari nilai-nilai
yang terkandung.
Berbagai ragam budaya yang dimiliki bangsa ini sangatlah banyak,
yang dapat dipelajari oleh masyarakat, juda bisa diamalkan makna yang
terkandung dalam ragam budaya dalam keseharian. Tidak itu saja budaya
negeri harus dilestarikan dan dijaga supaya tidak hilang di kehidupan
mendatang. Budaya mempengaruhi moral anak negeri, supaya moral anak
negeri tidak hancur seperti halnya sekarang sudah mulai luntur moral anak
negeri ini.
Banyak budaya untuk dipelajari maknanya, salah satunya adalah
wayang, wayang sangat bagus untuk dipelajari dan dilestarikan. Wayang
adalah termasuk budaya yang telah digunakan oleh penyebar Islam di negeri
ini. Di antaranya Sunan Kudus yang memperkenalkan wayang golek, sedang
Sunan Kalijaga menyusun wayang topeng dari kisah-kisah wayang gedog,
dengan demikian wayang gedog pun sudah mulai memasyarakat di luar
keraton. Di masa Mataram Islam wayang semakin berkembang
4
(http://triscbn.wordpress.com), dengan wayang tersebut masyarakat pada saat
itu tertarik karena wayang dipandang sangat unik, sehingga masyarakat
tertarik untuk melihatnya.
Banyak sekali cerita pewayangan, dari Kurawa, Pandawa Lima,
Ramayana, Mahabarata, dan Punakawan, dan yang lainnya. Sebelum zaman
Wali Songo, wayang masih bercerita tentang Hindu, dan saat Wali Songo
dimasukkanlah unsur-unsur Islam, seperti cerita para nabi, dan juga
mewayangkan kisah para raja Majapahit, di antaranya cerita Damarwulan.
Banyak nilai-nilai pendidikan dalam tokoh pewayangan, seperti tokoh
punakawan sebagai tokoh yang paling lucu, bentuk tubuhnya yang unik.
Namun di balik itu semua, banyak nilai-nilai pendidikan yang tersirat dalam
tokoh ini, mulai dari bentuk tubuhnya, dan kisah-kisahnya. Nilai-nilai
pendidikan agama Islam itu dapat kita pelajari dari kisah dan tokoh tersebut.
Wayang bisa dijadikan sebagai media pembelajaran yang sangat menarik,
dana juga melestarikan budaya yang telah ada sejak zaman dahulu kala.
Dengan latar belakang masalah di atas maka penulis mengambil judul
”NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM AJARAN
PEWAYANGAN (PUNAKAWAN)”
5
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah
penelitian ini, sebagai berikut:
1. Apa saja nilai-nilai pendidikan Islam dalam dalam kehidupan Punakawan
di Pewayangan.?
2. Apa relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam dalam kehidupan
Punakawan di Pewayangan.?
C. Tujuan Penelitian
Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan dari
pembahasan ini adalah:
1. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam dalam kehidupan
Punakawan di Pewayangan.
2. Untuk mengetahui relevansi niali-nilai pendidikan Islam dalam dalam
kehidupan Punakawan di Pewayangan dalam masyarakat sekarang.
D. Penegasan Istilah
Agar pembaca mudah untuk memperoleh pemahaman dan gambaran
yang pasti terhadap istilah tersebut, maka penulis akan menjabarkan terlebih
dahulu yaitu:
6
1. Nilai dapat berarti sifat-sifat, yang penting atau berguna bagi kemanusiaan
(Poerwadarminta, 1982: 667). Dalam difinisi lain bahwa nilai adalah suatu
penetapan atau suatu kualitas yang menyangkut suatu jenis apresiasi ataau
minat. Sehingga nilai merupakan suatu otoritas ukuran dari subyak yang
menilai, dalam artian koridor keumpamaan dan kelaziman dalam batas-
batas tertentu yang pantas bagi pandangan individu dan sekelilingnya
(Aziz, 2009: 120)
2. Secara etimologi kata pendidikan dalam bahasa Inggris disebut education
yang berasal dari bahasa Latin yaitu “educatum” yang tersusun atas dua
kata yaitu “E” dan “Duco”. Kata “E” berarti sebuah perkembangan dari
dalam ke luar atau dari sedikit menjadi banyak, sementara “Duco” berarti
perkembangan atau sedang berkembang. Dalam hal ini menunjukkan
bahwa pengertian pendidikan adalah menjadi berkembang atau bergerak
dari dalam keluar, atau dengan kalimat lain, pendidikan berarti proses
mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu. Secara
termonologi Menurut KBBI, kata pendidikan berasal dari kata “didik” yang
berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan)
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Kemudian kata “didik” ini
mendapat awalan “pe-“ dan akhiran “-an”, sehingga kata ini mempunyai
arti proses atau cara atau perbuatan yang mendidik. Arti Islam secara
Etimologi dan Terminologi. Arti Islam secara etimologi adalah selamat,
damai, dan tunduk. Arti Islam Terminologi adalah agama wahyu
7
berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan
berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Pendidikan agama Islam
menurut Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahwa pendidikan
Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum
Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-
ukuran Islam (https://islamiced.wordpress.com)
3. Wayang secara etimologi berasal dari kata „bayang-bayang‟. Awalnya
Wayang ini digunakan untuk melakukan komunikasi dengan roh leluhur
atau nenek moyang, dan perantaranya disebut dalang. Namun akhirnya
berkembang menjadi sebuah sarana hiburan, pendidikan, media informasi
maupun ajaran moral. Kata `wayang' berasal dari kata `wewayangan', yang
artinya bayangan. dengan kenyataan pada pergelaran Wayang Kulit yang
menggunakan kelir, secarik kain, sebagai pembatas antara dalang yang
memainkan wayang, dan penonton melihatnya melalui di balik kelir itu.
(http://budayawayangkulit.blogspot.com).
8
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki signifikansi teoritis maupun praktis.
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada dunia
pendidikan tantang nilai-nilai pendidikan apa yang harus diajarkan kepada
anak-anak sehingga anak-anak akan tumbuh menjadi manusia yang
sempurna.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, pembaca,
orang tua dan pendidik, agar penanaman nilai-nilai pendidikan agama islam
dilakukan sedini mungkin, melalui media dan media apapun yang sangat
disukai anak, sebagai contohnya tokoh Pewayangan „Punakawan‟.
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan pendekatan
deskriptif analisis, yaitu menggambarkan tentang keadaan objek atau
pokok permasalahan yang dikaji dalam studi ini. Dalam hal ini adalah
tentang pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di pewayangan..
2. Teknik pengumpulan data
9
a) Wawancara.
Penulis dalam menggunakan metode ini dengan cara
melakukan dialog dengan narasumber yang terkait untuk memperoleh
informasi yang terkait (Arikunta, 2010: 198). Wawancara dilaksanakan
pada tanggal 9 September 2017 dengan seorang Dalang bernama Ki
Sugeng beralamat Dusun Kenongo Desa Lemahireng Kecamatan
Bawen.
b) Dokumentasi
Tidak kalah penting dari metode-metode lain adalah metode
dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan
sebagainya (Arikunto, 2010: 201).
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-
barang tertulis. Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data
dengan mencatat data-data yang sudah ada. Elemen tentang sejarah
wayang dan cerita-ceritanya
Video merupakan rekaman gambar dan suara secara elektrolik.
Dengan meneliti menggunakan video mempunyai kelebihan dalam
mengkomunikasikan informasi yaitu ; dapat menayangkan gambar
gerak, dapat memperlihatkan berlangsungnya suatu proses secara
bertahap, dapat digunakan sebagai medium observasi yang aman, dapat
untuk mempelajari keterampilan tertentu dan dramatisasi yang terdapat
10
sebuah video dapat menggugah emosi audien. Oleh sebab itu video
dapat berperan membentuk sikap individu dan sikap sosial.
G. Sistematika Penyusunan
Sistematika penyusunan dalam penelitian ini dibagi dalam lima (5)
bab, setiap bab dirinci ke dalam sub bab sebagai berikut:
Bab I :Pendahuluan, pada bab ini akan diuraikan mengenai latar
belakang masalah, perumusan masalah, penegasan istilah, tujuan penulisan
dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penyusunan.
Bab II : Landasan Teori, pada bab ini akan diuraikan mengenai
pengertian nilai, pendidikan Islam, dan ajaran pewayangan “Punakawan”
Bab III : Metodologi Penelitian, Membahas tentang nilai-nilai
pendidikan Islam dalam ajaran pewayangan “penakawan”
Bab IV : Analisis nilai-nilai pendidikan Islam dalam ajaran
pewayangan “penakawan”
Bab V : Penutup, pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan
dan saran.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Islam
1. Pengertian Nilai
Menurut Thoha (1996:60-61) nilai adalah suatu kepercayaan yang
berada dalan suatu ruang lingkup kehidupan dari seseorang terhadap orang
lain yang bersifat abstrak, ideal, dan bukan benda konkrit. Dari pengertian
tersebut dapat difahami bahwasannya nilai adalah suatu sifat yang melekat
pada diri seseorang yang merupakan suatu kualitas dan ada tolok ukurnya,
yang memberi makna kepada orang lain. Pendapat lain mengatakan
bahwasannaya nilai adalah sumber kekuatan, karena mereka memberi
kekuatan kepada orang-orang untuk bertindak (Scott, 2010:19).
Nilai Secara etimologi nilai berasal dari kata value (Inggris) yang
berasal dari kata valere (Latin) yang berarti : kuat, baik, dan berharga.
Dengan demikian secara sederhana, nilai (value ) adalah sesuatu yang
berguna. Menurut Christoper Gleson, “nilai adalah suatu yang pantas
untuk dibela atau diperjuangkan, suatu yang berharga dan demi serta
terhadap nilai seseorang bersedia menderita, berkorban,
mempertahankannya, bahkan bersedia mati.” Gleson (1997:) dari
pengertian ini menunjukkan bahwasannya nilai adalah suatu yang sangat
12
penting dalam diri seseorang yang tidak akan pernah lepas sampai
kapanpun.
Ada juga pendapat lain dari Eyre Richart dan Linda (1997:xxiv-
xxv) Nilai adalah kualitas-kualitas yang menguntungkan orang lain dan
diri sendiri, yang diberikan sebanyak yang diterima dan yang diterima
sebanyak yang diberikan yang menghasilkan suatu perilaku dan perilaku
itu berdampak positif bagi yang menjalankan maupun bagi orang lain.
Jadi Pendidikan tidak harus merupakan suatu progam atau
pelajaran khusus, seperti pelajaran menggambar atau bahasa Inggris,
tetapi lebih merupakan suatu dimensi dari seluruh usaha pendidikan.
Nilai Pendidikan tidak hanya mau mengembangkan ilmu,
ketrempilan, teknologi, tetapi juga ingin mengembangkan aspek-aaspek
lainnya seperti: kepribadian, etik moral, dan lain-lain.
2. Pengertian Pendidikan Islam
Sebelum menginjak pembahasan yang lebih mendalam pengertian
pendidikan Islam, penulis akan membahas terlebih dahulu tentang
pengertian pendidikan.
Secara etimologi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan.
13
Secara terminologi Menurut KBBI, kata pendidikan berasal dari
kata “didik” yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran,
tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Kemudian
kata “didik” ini mendapat awalan “pe-“ dan akhiran “-an”, sehingga kata
ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan yang mendidik.
Pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogy, yang
mempunyai arti seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar
seoran pelayan. Sedangkan dalam bahasa Inggris, dari kata to educate
yang artinya memperbaiki moral dan melatih intelektual (Suwarno,
2006:19). Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu mendapat kata
tambahan awal me yang jadi “mendidik” yang mempunyai arti yang
memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan
diperlukan suatu atau adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan akhlak dan
kecerdasan pikiran (Syah, 2004:10).
Dalam pengertian umum pendidikan dapat diartikan sebai
pendewasaan manusia yang meliputi sifat, sikap, moral, kepribadian,
watak, pemikiran yang lebih efektif. Adapun definisi yang lebih konkrit,
Menurut Muhaimin (2008:37), yang dikutip dari Undang-Undang Nomor
2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwasannya “Pendidikan
adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan
14
bimbingan, pengajaran dan atau pelatihan bagi peranannya di masa yang
akan datang.”
Arti Islam secara Etimologi dan Terminologi. Arti Islam secara
etimologi adalah selamat, damai, dan tunduk. Arti Islam Terminologi
adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-
Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan
kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
Dari difinisi di atas dapat diambil dua hal yang utama yakni “kedewasaan”
dan “tanggung jawab”, kedewasaan dapat diartikan suatu kondisi
seseorang yang sudah akil balig atau sudah berusia cukup tua atau masih
muda tetapi mempuanyai kecakapan sama dengan orang yang berusia
cukup tua. Tanggung jawab yang dimaksud adalah mampu meneriama
sebab dan akibat yang telah dilakukannya.
Pendidikan Islam mempunyai arti luas. Di sekolah-sekolah formal
maupun non formal, pendidikan Islam sering diasumsikan pada studi
agama seperti aqidah, fikih, hadits, tafsir, al Quran, tarikh Nabi, dan lain
sebagainya. Arti pendidikan Islam menurut Rofiq (2009:20) “bimbingan
jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum ajaaran Islam menuju
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam, yaitu
kepribadian muslim. Dapat diartikan bahwa pendidikan islam berdasarkan
tiga unsur yang saling mendukung, yang pertama adalah upaya
15
pembimbingan pengokohan jasmani dan rohani yang seimbang, yang
kedua bimbingan tersebut yang bersumber dari Al-Qur‟an, as-sunnah, dan
ijtihad, yang sesuai dengan ajaran Islam, dan yang ketiga, usaha tersebut
yang bertujuan untuk membentuk kepribadian yang baik sesuai dengan
nilai-niali Islam, dan menjadikan manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai
dengan norma Islam.
Menurut Chabib Thoha, pendidikan Islam adalah pendidikan yang
falsafah dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk
melaksanakan praktek pendidikan berdasarkan nilai-nilai dasar Islam yang
terkandung dalam Al-Qur‟an dan hadits (Thoha, 1996:99). Dari pengertian
tersebut tidah jauh beda dengan pengertian yang sebelumnya, yaitu sama-
sama membentuk kepribadian manusia yang sesuai dengan ajaran Islam.
Masih banyak lagi pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh
para ahli, namun dari sekian banyak pengertian pendidikan Islam yang
dapat kita ambil dan kita pahami, pada dasarnya pendidikan Islam adalah
usaha sadar untuk membimbing manusia baik jasmani dan rohani dari
tingkat kehidupan individu dan sosial, supaya lebih dewasa dalam
menyikapi tanggung jawab di dunia, sesuai dengan Al-Qur‟an, Hadis dan
Ijtihat, sehingga terbentul manusia yang seutuhnya, untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan di akherat.
16
3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Konsep pendidikan Islam mengacu pada kehidupan manusia yang
seutuhnya, tidah hanya menyoroti atau mementingkan dari salah satu
aspek pendidikan itu sendiri sepertihalnya dari aspek keyakinan (akidah),
ritual (ibadah), norma-etika (akhlak) aja. Namun jauh lebih luas dan
dalam dari dari semua hal tersebut. Pada dasarnya para pendidik Islam
memiliki pandangan yang sama bahwasannya pendidikan islam mencakup
berbagai bidang seperti: keagamaan, akidah dan amaliyah, akhlak dan
budi pekerti, fisik-biologis, eksak, mental psikis, dan kesehatan. Dari
penjelasan di depan maka dapat dinyatakan bahwa ruang lingkup
pendidikan Islam meliputi:
a. Setiap proses perubahan yang menuju arah perkembangan dan
kemajuan harus didasarkan pada ruh ajaran Islam
b. Perpaduan dari pendidikan akal (intelektual, rohani (spiritual),
perasaan (emosi), mental dan jasmani.
c. Keseimbangan antara jasmani dan rohani, keimanan dan ketakwaan,
pikir dan dzikir, ilmiah dan amaliah, materil dan spiritual, individu dan
sosial, serta dunia dan akhirat.
d. Relisasi dwi fungsi manusia, yaitu fungsi peribadatan untuk
menghambakan diri hanya semata-mata karena Allah, dan fungsi
sebagai khalifah Allah, untuk melaksanakan tugas untuk menguasai,
17
memelihara, memanfaatkan, melestariakan, dan memakmurkan alam
semesta (Roqib, 2009:22).
4. Pembelajaran Nilai dalam Pendidikan Islam
Kehidupan manusia tidak lepas dari nilai, dan nilai itu selanjutnya
diinstitusikan. Institusional nilai yang terbaik adalah melalui upaya
pendidikan. Hakekat pendidikan adalah proses transformasi dan
internalisasi nilai. Proses pembiasaaan terhadap nilai, proses rekonstruksi
nilai serta proses penyesuaian terhadap nilai (Muhaimin dan Mujib, 1993:
136-137).
Lebih dari itu fungsi pendidikan islam adalah warisan dan
pengembangan nilai-nilai Islam serta memenuhi aspirasi masyarakat dan
kebutuhan tenaga di semua tingkat dan bidang pembangunan demi
terwujudnya kesejahteraan masyarakat. (Muhaimin dan Mujib, 1993: 138)
Daripada itu nilai-nilai pendidikan Islam perlu ditanamkan pada anak
sejak dini supayadapat mengetahui dan memahami nila-nilai agama dalam
kehidupannya serta dapat merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pokok-pokok pendidikan yang harus ditanamkan pada anak didik
yaitu, keimanan, akhlak, ibadah.
a. Aqidah
Iman adalah kepercayaan yang terhujam kedalam hati dengan
penuh keyakinan, tidak ada perasaan syak (ragu-ragu) serta
mempengaruhi orientasi kehidupan, sikap dan aktifitas keseharian
18
(Zainuddin, 1991:97) iman adalah mengucapkan dengan lidah,
mengakui benarnya dengan hati dan mengamalkan dengan anggota
badan.
Pendidikan keimanan termasuk aspek pendidikan yang patut
mendapat perhatian yang pertama dan utama dari orang tua.
Memberikan pendidikan ini pada anak merupakan sebuah keharusan
yang tidak boleh ditinggalkan. Pasalnya iman merupakan suatu pilar
yang mendasari keislaman seseorang. Pembentukan iman harus
diberikan kepada anak sejak dini, sejalan dengan pertumbuhan
kepribadiannya. Niali-nilai keimanan harus mulai diperkenalkan pada
anak dengan cara:
1) Memperkenalkan nama Allah SWT dan RasulNya
2) Memberikan gambaran tentang siapa pencipta alam raya ini
melalui kisah-kisah teladan.
3) Memperkenalkan kemaha Agungan Allah SWT (Nippan; Halim,
2001:176)
Rasulullah SAW adalah orang yang menjadi suri tauladan bagi
umatnya, baik sebagai pemimpin maupun orang tua. Beliau
mengajarkan kepada umatnya bagaimana menanamkan nilai-nilai
keimanan pada anak-anaknya. Ada lima pola dasar pembinaan iman
yang harus diberikan kepada anak, yaitu membacakan kalimat tauhid
kepada anak, menanamkan kecintaan kepada Allah SWT dan
19
Rasulnya, mengajarkan Al Qur‟an dan menanamkan nilai-nilai
perjuangan dan pengorbanan (Hafidz, 1997:110).
Orang tua memiliki tanggung jawab mengajarkan Al Qur‟an
pada anak-anaknya sejak kecil. Pengajaran Al Qur‟an mempunyai
pengaruh yang besar dalam menanamkan iman yang kuat bagi anak.
Pada saat pelajaran Al Qur‟an berlangsung secara bertahap mereka
mulai dikenalkan pada satu keyakinan bahwa Allah adalah tuhan
mereka dan Al Qur‟an adalah firman-firmannya yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW.
Iman yang kuat dan tertanam dalam jiwa seseorang merupakan
hal yang sangat penting dalam perkembangan pendidikan anak. Salah
satu yang bisa menguatkan aqidah adalah anak memiliki nilai
pengorbanan dalam dirinya demi membela aqidah yang diyakini
kebenarannya (Hafidz, 1997:147). Semakin kuat nilai pengorbanannya
akan semakin kokoh iman yang dimilikinya.
Hal ini telah ditegaskan bahwasannya seseorang yang
dilahirkan kecuali dalam keadaansuci dari kesalahan dan dosa, dan
orang tuanyalah yang mmendidik seorang anak menjadi Yahudi,
Nasrani, atau Majusi. dan perkembangan selanjutnya tergantung pada
orang tua dan pendidiknya. Pendidikan keimanan termasuk aspek-
aspek pendidikan yang patut mendapatkan perhatian pertama dan
20
utama dari orang tua. Maka orang tua wajib mengarahkan anaknya
agar sesuai dengan fitrahnya.
Memberikan pendidikan ini kepada anak merupakan sebuah
keharusan yang tidak boleh ditinggalkan oleh orang tua dengan penuh
kesungguhan. Pasalnya iman merupakan pilar yang mendasari
keislaman seseorang.
Pembentukkan iman seharusnya diberikan kepada anak sejak
dalam kandungan, sejalan dengan pertumbuhan kepribadiannya.
Berbagai hasil pengamatan pakar kejiwaan menunjukkan bahwa janin
di dalam kandungan telah mendapat pengaruh dari keadaan sikap dan
emosi ibu yang mengandungnya (Daradjat, 1993: 55).
Nilai-nilai keimanan yang diberikan sejak anak masih dini,
dapat mengenalkannya pada Tuhannya, bagaimana ia bersikap pada
Tuhannya dan apa yang mesti diperbuat di dunia ini. Sebagaimana
dikisahkan dalam Al- Qur‟an tentang Luqmanul Hakim adalah orang
yang diangkat Allah sebagai contoh orang tua dalam mendidik anak, ia
telah dibekali Allah dengan keimanan dan sifat-sifat terpuji. Orang tua
sekarang perlu mencontoh Luqman dalam mendidik anaknya, karena
ia sebagai contoh baik bagi anak-anaknya. Perbuatan yang baik akan
ditiru oleh anak-anaknya begitu juga sebaliknya.
Oleh karena itu, pendidikan keimanan, harus dijadikan sebagai
salah satu pokok dari pendidikan kesalehan anak. supaya dapat
21
diharapkan bahwa kelak ia akan tumbuh dewasa menjadi insan yang
beriman kepada Allah SWT. Melaksanakan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya. Dengan keimanan yang sejati bisa
membentengi dirinya dari berbuat dan berkebiasaan buruk.
b. Pendidikan Ibadah
Ibadah semacam kepatuhan dan sampai batas penghabisan,
yang bergerak dari perasaan hati untuk mengagungkan kepada yang
disembah. Kepatuhan yang dimaksud adalah seorang hamba yang
mengabdikan diri pada Allah SWT. Ibadah merupakan bukti nyata
bagi seorang muslim dalam meyakini dan mempedomani aqidah
Islamiyah. Sejak dini anak-anak harus diperkenalkan dengan nilai-nilai
ibadah dengan cara :
1) Mengajak anak ke tempat ibadah
2) Memperlihatkan bentuk-bentuk ibadah
3) Memperkenalkan arti ibadah
4) Melakukan pembinaan shalat
5) Pembinaan mengenai ibadah puasa
6) Pembinaan mengenai ibadah
7) Pembinaan mengenai ibadah (Hafizh, 1997:28)
Karena ibadah dari anak akan menambah keyakinan kebenaran
ajarannya. Semakin rajin ibadah maka akan semakin tinggi nilai
22
keimanannya. Sehingga pendidikan anak dalam beribadah dianggap
sebagai penyempurna dari pendidikan aqidah.
Pembinaan ketaatan pada anak juga dimulai dalam keluarga,
kegiatan ibadah yang dapat menarik bagi anak yang masih kecil adalah
yang mengandung gerak. Anak-anak suka melakukan soholat, meniru
orang tuanya kendatipun ia tidak mengerti apa yang dilakukannya itu
(Daradjat, 1993: 60-61). Nilai pendidikan ibadah bagi anak akan
membiasakannya melaksanakan kewajibannya.
Ibadah merupakan tujuan hidup manusi diciptakan-Nya
dimuka bumi. Pendidikan ibadah merupakan salah satu aspek
pendidikan islam yang perlu diperhatikan. Semua ibadah dalam islam
bertujuan membawa manusia supaya selalu ingat kepada Allah. Oleh
karena itu. Allah berfirman dalam surat Adz- Dzariyat ayat 56:
Artinya : “ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya menyembahku” (QS. Adz Dzariyat: 56).
Dari ayat diatas dapat dipahami bahwasannya umat manusia
dalam keadaan apapun dan dimana pun harus melaksanakan ibadah.
Dalam melaksanakan ibadah yang dimaksud dalam ayat di atas tidak
23
hanya melaksanakan shalat saja, melaikan dalam arti yang sangat laus
seperti halnya berdakwah, membantu orang, sedekah, dsb.
c. Pendidikan akhlak
Kata Akhlak berasal dari bahasa Arab, dari khuluq yang
menurut bahasa berarti “adab atau etika yang mengendalikan
seseorang dalam bersikap dan bertindak.” Adapun definisi akhlak
menurut istilah ialah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan
perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, yang dapat dibina serta
dapat diciptakan dalam diri masing-masing pribadi (hafizh, 1997:178).
Dengan demikian dari pengertian pendidikan dan akhlak di
atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah usaha sadar
dan tidak sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk
membentuk tabiat yang baik pada seorang anak didik, sehingga
terbentuk manusia yang taat kepada Allah. Pembentukan tabiat ini
dilakukan oleh pendidik secara terus menerus dengan tidak ada
paksaan dari pihak manapun.
Pendidikan akhlak adalah pendidikan budi perkerti, dilihat dari
segi pembiasaan seseorang dengan sifat-sifat yang baik dan sifat yang
terpuji, seperti: jujur, menghormati orang lain, ikhlas, suka beramal,
berani dalam kebenaran dan sebagainya.
Perlu diketahui bahwa akhlak tidak hanya pada perintah
hubungan antara manusia dengan manusia, namun juga mengatur
24
hubungan dengan segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan ini
bahkan juga mengatur hubungan manusia dengan tuhannya.
B. Pewayangan
Wayang merupakan salah satu dari seni budaya bangsa Indonesia
yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya
wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra,
seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang, yang terus
berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan,
dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan. Yang
mendapatkan pengakuan dari UNESCO pada tanggal 7 Novembe 2003.
Wayang dikenal oleh bangsa Indonesia sudah sejak dahulu, karena
nenek moyang kita percaya bahwa setiap benda hidup mempunyai roh/jiwa,
ada yang baik dan ada yang jahat.(http://umum.kompasiana.com/2009)
Dari pengamatan para ahli wayang asal usul wayang ada dua pendapat.
Pertama, pendapat bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di Pulau
Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan
oleh para peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia, juga merupakan hasil
penelitian sarjana-sarjana Barat. Di antara para sarjana Barat yang termasuk
kelompok ini, adalah Hazeau, Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt.
Alasan mereka cukup kuat. Di antaranya, bahwa seni wayang masih
amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia,
25
khususnya orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan,
yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan
Indonesia, dan tidak di negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis
pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa (Kuna), dan bukan bahasa
lain. Sementara itu, pendapat kedua menduga wayang berasal dari India, yang
dibawa bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Mereka antara lain
adalah Pischel, Hidding, Krom, Poensen, Goslings, dan Rassers. Sebagian
besar kelompok kedua ini adalah sarjana Inggris, negeri Eropa yang pernah
menjajah India (http://budayawayangkulit.blogspot.com/2009).
C. Punakawan
Pada umumnya para panakawan ditampilkan dalam pementasan
wayang , baik itu wayang kulit , wayang golek , ataupun wayang orang
sebagai kelompok penebar humor untuk mencairkan suasana. Namun di
samping itu,para panakawan juga berperan penting sebagai penasihat
nonformal kesatria yang menjadi asuhan mereka.
Istilah panakawan berasal dari kata pana yang bermakna "paham",
dan kawan yang bermakna"teman". Maksudnya ialah, para panakawan tidak
hanya sekadar abdi atau pengikut biasa, namun mereka juga memahami apa
yang sedang menimpa atau yang terjadi pada majikan mereka
(http://budayawayangkulit.blogspot.com/2009). Bahkan seringkali mereka
bertindak sebagai penasihat majikan mereka tersebut. Hal yang paling khas
26
dari keberadaan panakawan adalah sebagai kelompok penebar humor di
tengah-tengah jalinan cerita. Tingkah laku dan ucapan mereka hampir selalu
mengundang tawa penonton. Selain sebagai penghibur dan penasihat,
adakalanya mereka juga bertindak sebagai penolong majikan mereka di kala
menderita kesulitan. Misalnya, sewaktu Bimasena kewalahan menghadapi
Sangkuni dalam perang Baratayuda, Semar muncul memberi tahu titik
kelemahan Sangkuni. Dalam percakapan antara para panakawan tidak jarang
bahasa dan istilah yang mereka pergunakan adalah istilah modern yang tidak
sesuai dengan zamannya. Namun hal itu seolah sudah menjadi hal yang biasa
dan tidak dipermasalahkan. Misalnya, dalam pementasan wayang, tokoh
Petruk mengaku memiliki mobil atau handphone , padahal kedua jenis benda
tersebut tentu belum ada pada zaman pewayangan.
Punakawan dapat pula diartikan seorang pengasuh, pembimbing yang
memiliki kecerdasan fikir, ketajaman batin, kecerdikan akal-budi,
wawasannya luas, sikapnya bijaksana, dan arif dalam segala ilmu
pengetahuan. Ucapannya dapat dipercaya, antara perkataan dantindakannya
sama, tidaklah bertentangan. Khasanah budaya Jawa menyebutnya sebagai
„tanggap ing sasmita, lan limpat pasang ing Grahita‟. Dalam istilah
pewayangan terdapat makna sinonim dengan apa yang disebut wulucumbu
yakni rambut yang tumbuh padajempol kaki. Keseluruhan gambaran karakter
pribadi Ki Lurah Semar tersebut berguna dalamupaya melestarikan alam
semesta, dan menciptakan kemakmuran serta kesejahteraan dibumi pertiwi.
27
Dalam cerita pewayangan Jawa, punakawan tersebut dibagi menjadi dua
kelompokyang masing-masing memiliki peranan yang samasebagai
penasehat spiritual dan politik, namun masing-masing mengasuh tokoh
yangkarakternya saling kontradiksi. Kelompok Ki Lurah Semar Badranaya.
Kelompok ini terdiri Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Mereka
menggambarkan kelompok punakawan yang jujur, sederhana, tulus, berbuat
sesuatu tanpa pamrih, tetapi memiliki pengetahuan yang sangat luas, cerdik,
dan mata batinnya sangat tajam. Ki Lurah Semar, khususnya, memiliki hati
yang “nyegoro” atau seluas samudra serta kewaskitaan dan kapramanan -nya
sedalam samudra. Hanya satria sejati yang akan menjadi asuhan Ki Lurah
Semar. Semar hakekatnya sebagai manusia setengah dewa, yang bertugas
mengemban/ momong para kesatria sejati.
Ki Lurah Semar disebut pula Begawan Ismaya atau Hyang Ismaya,
karena eksistensinya yang teramat misterius sebagai putra Sang Hyang
Tunggal umpama dewa mangejawantah. Sedangkan julukan Ismaya artinya
tidak wujud secara wadag/fisik, tetapi yang ada dalam keadaan samar/semar.
Dalam uthak-athik-gathuk secara Jawa, Ki Semar dapat diartikan guru sejati
(sukma sejati), yang ada dalam jati diri kita. Guru sejati merupakan hakekat
Zat tertinggi yang terdapat dalam badan kita. Maka bukanlah halyang muskil
bila hakekat guru sejati yang disimbolkan dalam wujud Ki Lurah Semar,
memiliki kemampuan sabda pendita ratu, ludahnya adalah ludah api (idu
geni). Apa yang diucap guru sejati menjadi sangat bertuah, karena ucapannya
28
adalah kehendak Tuhan. Para kesatria yang diasuh oleh Ki Lurah Semar
sangat beruntung karena negaranya akan menjadi adil makmur, gamah ripah,
murah sandang pangan, tenteram, selalu terhindar dari musibah. Ki Lurah
Semar selalu dituakan dan dipanggil sebagai kakang, karena dituakan dalam
arti kiasan yakni ilmu spiritualnya sangat tinggi, sakti mandraguna,
berpengalaman luas dalam menghadapi pahit getirnya kehidupan. Bahkan
para Dewa pun memanggilnya dengan sebutan “kakang”.
Dari tokoh tokoh punakawan banyak hal yang mengajarkan berbudi
luhur, menanamkan ketuhan atu ketauhidan yang kokoh sebagai pondasi
dalam menjalani kehidapan kelak, supaya tidak menjadi orang yang
sombong, bertindak tidak usah tergesa-gesa atau berhati-hati, dan
mengajarakan supaya bisa membedakan mana yang baik dan buruk.
Penjelasan dari masing-masing tokoh punakawan.
1. Semar
Semar dari kata samar, kenyataan wujud Kyai Lurah Semar itu
tersamar, banyak yang mengatakana pria namun wajahnya seperti wanita,
biala disebut wanita jelas-jelas perawakannya jelas pria. Makanya banyak
yang salah menduga, dikarenakan mempunyai hidung kecil mempesona,
mata basah mempesona, dan lain-lain yang serba mempesona.
Dalam setiap pementasan wayang tokoh semar selalu hadir
memberikan pencerahan kepada kesatria yang sedang dirundung duka atau
kekalahan saat perang. Semar adalah tokoh wayang yang kehidupannya
29
penuh denagn keunikkan. Semar merupkan perantara anra dunia manusia
dengan dunia para dewa, penghubung dunia jiwa dengan dunia nyata.
Semar yang melambangkan kearifan dan kebenaran. Ke benaran yang
bersifat hakiki dan kearifan yang bersifat fitrah dan alam manusia.
“Semar berasal dari kata Samara (bergegas). Semar
merupakan pusat dari punakawan sendiri dan asal usul dari
keseluruhan punakawan itu sendiri. Semar disegani oleh kawan
maupun lawan Semar menjadi rujukan para kesatria untuk
meminta nasihat dan menjadi tokoh yang dihormati. Namun
karakter tetap rendah hati, tidak sombong, jujur, dan tetap
mengasihi sesame dapat menjadi contoh karakter yang baik.
Penuh kelebihan tetapi tidak lupa diri karena kelebihan yang
dimiliki.” (yokimirantiyo.blogspot.com)
Semar digambarkan dengan jari telunjuk seolah menuding,
melambangkan karsa/keinginan yang kuat untuk menciptakan sesuatu.
mata yang menyipit juga melambangkan ketelitian dan keseriusan dalam
menciptakan.
Semar mengajarkan membangun sifat ketuhanan (iman) supaya
jiwanya kokoh tidak gampang terpengaruh marang sifat yang jelek, semar
juga mempunyai tujuan agar manusia berhati-hati dalam menyembah
Tuhan agar tidak menjadi syirik, mengajari manusia agar mempunyai adab
30
(sopan santu), hidup rukun, gotong royong, mencegah perbuatan tercela
melakukan perbuatan yang terpuji, dan melakukan apa yang menjadi
kewajiban manusia (halal/haram).
2. Nala Gareng
Gareng adalah anak Semar yang berarti pujaan atau didapatkan
dengan memuja. Nala gareng adalah seorang yang tak pandai bicara, apa
yang dikatakannya kadang - kadang serba salah. Tetapi ia sangat lucu dan
menggelikan. Nala gareng merupakan tokoh punakawan yang memiliki
ketidaklengkapan bagian tubuh. Nala gareng mengalami cacat kaki, cacat
tangan, dan mata. Karakter yang disimbolkan adalah cacat kaki
menggambarkan manusia harus berhati-hati dalam menjalani kehidupan.
Tangan yang cacat menggambarkan manusia bisa berusaha tetapi Tuhan
yang menentukan hasil akhirnya. Mata yang cacat menunjukkan manusia
harus memahami realitas kehidupan. Kita tidak boleh
menyerah.bagaimanapun kita sudah berusaha.apapun hasilnya,pasrahkan
padaNya (yokimirantiyo.blogspot.com).
3. Petruk
Petruk berasal dari kata fat ruk (tinggalkanlah). Petruk adalah anak
kedua Semar. Tokoh petruk digambarkan dengan bentuk panjang yang
menyimbolkan pemikiran harus panjang. Dalam menjalani hidup manusia
harus berpikir panjang (tidak grusa-grusu) dan sabar. Bila tidak berpikir
31
panjang, biasanya akan mengalami penyesalan di akhir. Petruk merupakan
tokoh yang nakal dan cerdas, serta bermuka manis dengan senyuman yang
menarik hati, pandai berbicara, dan juga sangat lucu. Ia suka menyindir
ketidakbenaran dengan lawakan-lawakannya. dengan tangan dan kaki yg
panjang, tubuh tinggi langsing, hidung mancung, wujud dari cipta, yang
kemudian diberi rasa, sehingga terlihat lebih indah
(yokimirantiyo.blogspot.com).
Petruk adalah seorang pelayan tapi bukan seorang penjilat, dan
tidak sombong, tidak angkuh, pantang menyerah, dan masih banyk lagi
sifat-sifat yang lainnya. selain itu peteuk juga mengajarkan tidak boleh
menari musuh, tidak boleh mencela dengan sesama, semar juga
mengajarkan untuk selalu bersyukur atas apa yang di berikan oleh Tuhan
Yang Maha Esa atas nikmat yang telah diberikan, dan juga tidak boleh
menghambur hamburkan uang untuk senang membeli sesuatu yang kurang
penting, boros, melainkan mengarjankan untuk saling berbagi dengan
sesama. Petruk ngajar ke dadi wong ora ntuk grusa-grusu “tergesa-gesa”
mengko mundak nyesel neng mburine.
4. Bagong
Bagong berasal dari kata al ba gho ya (perkara buruk). Bagong
adalah punakawan Jawa. Bagong adalah anak bungsu Semar atau
punakawan ke 4. Dalam cerita pewayangan, Bagong adalah tokoh yang
diciptakan dari bayangan Semar. Bagong bertumbuh tambun gemuk
32
seperti halnya Semar. Namun seperti anak-anak semar yang lain, Bagong
juga suka bercanda bahkan saat menghadapi persoalan yang teramat
serius. serta memiliki sifat lancang dan suka berlagak bodoh. Ia juga
sangat lucu. Karakter yang disimbolkan dari bentuk bagong adalah
manusia harus sederhana, sabar, dan tidak terlalu kagum pada kehidupan
di dunia (yokimirantiyo.blogspot.com).
Bagong yang memiliki senjata yaitu bendho/parang/bapang, yang
memiliki fungsi sebagai pembeda, yang membedakan antara yang baik
dan buruk. Bagong juga pandai melucu dan sindirannya selalu mengenai
orang yag di sindir tapi tidak membuatnya sakit hati.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian
kualitatif. Yang dapat diartikan sebagai penelitian yang tidak menggunakan
perhitungan. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Milner adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-
orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya (Moloeng, 2008:4).
Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bodgan dan Taylor
mendefinisikan “Metodologi Kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan hasil deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati (Moloeng, 2008: 4).
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan
sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan.
Sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain manusia adalah
berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat
digunakan untuk menujang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai
instrumen pendukug, oleh karena itu kehadiran peneliti secara langsung di
34
lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang ditelit,
sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan atau
sumber data lainnya di sisn mutlak diperlukan.
3. Sumber Data
Ada dua sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu:
a. Data Primer
Yaitu data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat
penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh
dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan
data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang nilai – nilai
pendidikan Islam dalam pewayangan Punakawan. Adapun sumber data
langsung penulis dapatkan dari pembinaan dalang atau video.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber
lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat
perkupulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari instansi pemerintah. Data
ini dapat berupa majalah, bulletin, publikasi dari berbagai organisasi, hasil-
hasil studi, hasil survey, studi historis dan sebagainya. Peneliti menggunakan
data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi
yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan dalang.
35
4. Prosedur Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
(interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Suprayogo &
Tobroni, 2003:172). Adapun teknik ini penulis gunakan untuk mencari data
tentang nilai – nilai pendidikan Islam dalam pewayangan Punakawan.
b. Observasi
Observasi merupakan salah satu metode utama dalam penelitian sosial
keagamaan terutama pada penelitian kualitatif. Secara umum observasi adalah
penglihatan atau pengamatan. Sedangkan secara khusus dalam dunia
penelitian, observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka
memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap fenomena sosial-
keagamaan selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang
diobservasi, dengan mencatat, merekam dan memotret guna penemuan data
analisis (Suprayogo & Tobroni, 2003:167).
c. Dokumentasi
Sejumlah besar data dan fakta tersimpan dalam bahan dan yang
berbentuk dokumentasi. Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang
berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu (Suprayogo &
Tobroni, 2003:164). Sebagian besar data yang tersimpan adalah berbentuk
36
surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto dan sebagainya.
Sifat utama data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi
peluang kepada peneliti unutk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi diwaktu
silam. Teknik ini penulis gunakan untuk memuat data atau data gambar
tentang nilai – nilai pendidikan Islam dalam pewayangan Punakawan.
5. Analisis Data
Terdapat tiga teknik analisasi data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus menerus selama
penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.
1) Reduksi Data
Reduksi data merupakan salah satu dari teknik data kualitatif. Reduksi
data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa
sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.
2) Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu teknik analisis data kualitatif.
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,
sehingga member kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk
penyajian data kualitatif berupa teks naratif.
37
3) Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik data kualitatif.
Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk
mengambil tindakan.
Tujuan analisis data yaitu agar peneliti mendapat makna variable-
variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan
dalam penelitian. Prinsip pokok teknik analisis data kualitatif ialah mengelola
dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik,
teratur, terstruktur dan mempunyai makna (www.pengertianpaakar.com).
6. Pengecekan Keabsahan Data
a. Triangulasi Sumber Data
Adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai
metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain wawancra dan observasi,
peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant observation),
dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan
pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara akan menghasilkan
bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya memberikan pandangan
(insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai
pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh
kebenaran handal (Moleong, 2008).
38
b. Triangulasi Teknik
Dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan
cara berbeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti
menggunakan metode wawancara, observasi, dan survei. Untuk memperoleh
kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai
informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan
wawancara terstruktur. Atau penenilti menggunakan wawancara dan observasi
atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya.
Selain itu peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda
untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif
atau pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena
itu, triangukasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh
dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan
demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau naskah/transkip
film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu dilakukan. Namun
demikian, triangulasi aspek lain tetap dilakukan.
c. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat nara sumber
masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang valid
sehingga lebih kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data
dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,
39
observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda, maka
dilakukan secara berulang-ulang sehingga ditemukan kepastian datanya.
Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari
tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data. Tujuan
penelitian kualitatif memang bukan semata-mata mencari kebenaran, tetapi
lebih pada pemahaman subjek terhadap dunia sekitar
(http://dinarpratama.wordpress.com).
7. Paparan Data Penelitian
Untuk mengetahui nilai pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan
di Pewayangan., dapat didasarkan pada beberapa pendapat sumber informasi yaitu
dari dalang dan video wayang Punakawan. Setidaknya, hasil wawancara dengan
dalang dan hasil dari video dapat menjadi bentuk perwakilan informasi tentang
nilai-nilai pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di Pewayangan..
Adapun sumber datanya (informan) yaitu ;
1. Ki Sugeng (dalang)
2. Video wayang (Semar Mbangun Kayangan)
Kemudian dari wawancara (hasil data) dengan dalang dan dialog yang
ada di dalam video (Semar Mbangun Kayangan) sebagai berikut ;
40
1. Dialog/wawancara dengan dalang (bapak Sugeng, Dusun Kenanga Desa
Lemahireng)
Peneliti : Pesan/nilai pendidikan Islam apa yang disampaikan tokoh
Punakawan Semar, Petruk, Gareng dan Bagong dalam
pewayangan?
Pak Sugenng :“Semar, menyampaikan atau berpesan kepada
penonton(manusia) hidup di dunia itu harus;
Menjalankan rukun Islam(menjadi muslim yang baik),
Seorang muslim harus mempunyai sopan santun, suka
menolong, tidak boleh sombong(riya‟), Jika jadi
peminpin jangan lupa dengan yang dibawah sebaliknya
juga jika dibawah jangan lupa dengan yang diatasnya,
pemimpin harus bisa mengayomi, manusia harus
bersyukur atas segala sesuatu yang diberikan oleh
Tuhan”.
Peneliti : Sekarang yang nilai pendidikan Islam yang disampaikan
Petruk Pak?
Pak Sugeng :“Kalau Petruk itu menyampaikan; harus realistis
dalam menyikapi masalah hidup di dunia ini, patuh
terhadap orang tuanya, manusia harus berusaha ikhlas
dalam beramal apapun, pasrah kepada Allah SWT, jika
jadi pemimpin harus bijaksana, manusia tidak boleh
angkuh dan manusia harus jujur.”
Peneliti : Masih dua tokoh punakawan pak, sekarang yang
disamapaikan oleh Gareng pak?
Pak Sugeng :“Gareng, manusia dalam bersosialisasi dengan sesama
manusia harus berhati-hati dalam berbuat dan
41
berbicara, jangan iri kepada orang lain dan jangan
mengambil hak orang lain(mencuri/korupsi)”.
Peneliti : Sekarang yang tokoh yang terakhir pak yaitu Bagong?
Pak Sugeng :“Kalau Bagong pesannya, manusia harus mencari
ilmu sebanyak-banyaknya, carilah bekal untuk hidup di
akhirat karena kehidupan di akhirat adalah kekal, dan
berani mengkritik penguasa atau pemimpin artinya
manusia harus berani membela atau memperjangkan
kebenaran. Itu yang disamapaikan Bagong”.
Peneliti : Apakah yang disamapaikan tokoh-tokoh punakawan dalam
setiap lakon juga sama dengan apa yang disamapaikan bapak
diatas?
Pak Sugeng :“Pada dasarnya ya sama, akan tetapi bahasa atau
narasinya yang berbeda, tapi pada intinya sama.”
Peneliti : Jadi setiap pertunjukan kesenian wayang kulit pasti ada tokoh
Punakawan yang selalu memberikan pesan pendidikan?
Pak Sugeng :“Ya tergantung lakonnya, akan tetapi tokoh
Punakawan pasti ada dan muncul untuk memberikan
pesan-pesan kehidupan bagi manusia. Karena
pertunjukan wayang pasti ada unsur-unsur ajaran
pendidikan.”
2. Dialog yang terdapat di video dalam lakon “Semar Mbangun Kayangan”
Petruk : “saat saya datang di tanah wonogiri, taubat, sangat terlihat
kerukunan bermasyarakat di tanah jati serono”.
Gareng : “contohnya apa truk?”
42
Petruk : ”seperti, terlihat saat bekerja tidak ada yang merasa unggul
dan tidak ada yang merasa di unggulkan, semua pada ingat
pada kewajibannya sendiri-sendiri, mas gareng”.
Gareng : “kamu ini merendah-rendahkan dan membaik-baikkan, serta
tidak membicarakan kejelekannya sama sekali ini gimana”.
Petruk : “sebab itu saya berbicara merendahkan, supaya orang-orang
mengambil hikmahnya menjadi pengikut dan petunjuk kepada
illahi, moga-moga bicaraku ini di ijabah dan diridhoi oleh
Allah. Dan tanah disini bisa terwujud seperti yang saya
bicarakan tadi mas. Orang yang beriman mendoakan
orangkan dengan doa yang baik-baik kan? Bila seseorang
dicari kejelekannya maka tidak ada benarnya kan mas? Kan
orang sebagai khalifah itu tidak ada yang benar”.
Bagong : “saya menggaris bawahi apa yang di bicarakan oleh petruk
mas gareng”.
Gareng : “yang mana?”
Bagong : “yang ucapan, bertampat pada tempatnya masing-masing,
ingat akan kewajibannya, sebab bekerja seperti ini tidak ada
yang unggul, sebab punya tanggung jawab sendiri-sendiri.
Ibarat seperti rumah, yang merasa menjadi genteng (atap
rumah) jangan merasa dirinya itu yang terpakai sendiri,karena
posisinya paling atas terus sombong, sebab rumah tanpa
genteng sapa yang akan meneduhkan? Itu dikarenakan
perannya genteng, daripada itu rumah yang paling penting
adalah genteng. Dan gendeng tidak menyadari dirinya sendiri
bahwa tanpa dilandasi oleh kayu reng apa bisa bertempat di
atas. Makanya kayu reng mendengar gembar-gembor nya
gendeng tadi kayu reng jadi sakit hati, trus kayu reng
berbicara, kamu ini jangan sombong jangan sok, kamu bisa
duduk di atas seperti itu tanpa penyangga yaitu aku dari
bawah apa kamu tidak terpelesetn sampai ketnah dan kamu
pecah berkeping-keping. Trus kayu reng pung ikut sombong
yang paling penting ya seperti aku ini (kayu reng). Yang
namanya reng bilatidak ada paku reng yang kecil yang
menempelkan, paku reng pung bicara, kamu itu ingat bila
tidak ada aku apa bisa kamu bisa menempel dengan eratnya
pa kayu usuk? Apa kamu bisa menopang gendeng? Apa kamu
malah tidak ikut jatuh? Walaupun kecil seperti ini aku ada
gunanya dan ada manfaatnya. Sebaiknya jangan melihatkan
43
egonya masing-masing,yang ada di atas jangen melupakan
yang dibawah, yang kuat dan yang besar jangan meremehkan
yang kecil”.
Petruk : “orang kalau di ajak naik gunung emang susah, tapi kalu di
ajak jatuh ke jurang wah cepat sekali. Seperti itu memang
berguna untuk menguji mental apakah mentalnya lurus, tegar,
dan tidak goyang seperti yang di omongkan bagong tadi”.
Semar : “orang itu harus bias menjaga keluarganya
(quuanfusikum)”.
Gareng : “aku punya tetatangga punya putri yang mau di lamar laki-
laki yang bernama yanto, putri nya bernama istiqomah,
ayahnya yanto itu berbicara kepada yanto kenapa mau
menikahi istoqomah padahal miskin, kemudian yanto
menjawab, istiqomah itu cucunya pak karto , kemudian
ayahnya kaget, dan berbicara, karto orangnya yang baik itu?
Orangnya tukang bangunan? Imannya yang besar itu? Kalau
pulang dari Jakarta orangnya bawa tas plastic yang isinya
makanan,trus mencari anak yatim piatu yang baru di tinggal
bapak, ibunya?”
Bagong : “oh ya ya reng, kakeknya yang sudah meniggal beberapa
puluh tahun yang lalu, terus cucunya ingin dilamar
berpengaruh ya reng”.
Gareng : “ya berpengaruh, makanya harimau mati meninggalkan kulit,
gajah mati meninggalkan gading”.
Semar : “makanya setan dan jin itu musuh Nabi Adam sampai
keturunannya (innahu lakum adu wummubiin) yang tidak
berhati-hati orang yang punya drajatnya hilang maka akan
jadi makhluk yang paling hina”.
Sesaji rojo suryo
Semar : “ada empat pilar yang harus dimiliki seorang pemimpin,
pertama hati samudra (karakter hati), kedua cara berfikir
cepat, tepat, benar, cerdas, dan rasional, ketiga tidak mudah
44
emosi, keempat jiwa (mencintai tetangga, agama, keluarga,
dan likuk biruk nya, itu merupakan sebuah demokrasi)”.
Semar : “saya dan anak saya gareng petruk bagong, dapat
penghormatan, saya ini sangat tersanjung bisa bertemu sama
dengan disini, saya memembri hormat bakti saya, dari
pembantu semar semoga diterima oleh tuanku puntho dewa”.
Puntha dewa: “kakak semar jangan di ambil hati jika penghormatanmu
tidak bisa saya terima”.
Petruk : “gong, di hormati kyai semar belum diterima gong”.
Bagong : “pemimpin yang baik ya seperti itu, sebab semar itu
bagaikan lambang mastur, tuan puntho dewa itu orang
mashur, mastur kui “khoiru „ala mashur” yang terkenal itu
tuan puntha dewa yang mendo‟akan ya kita ini, ya tidak
reng?”
Gareng : “beres”.
Bagong : “makanya yag mastur dan yang mashur harus
jadi satu membuat negara yang “baldatun thoyibatun
warobbun ghofur” ”.
Petruk : “oh begitu ya gong?”
Bagong : “jangan antara bawahan dan atasan
bertengkar, ktp cepat diselesaikan, kasian yang mau menikah,
pindah rumah, mau meminjam dibank, dan yang lainnya”.
Semar : “saya ya mengucapkan syukur punya pemimpin seperti aden,
yang bisa merasa dan mengerti. Memang benar pangkat
dicari, pangkat yang paling tinggi adalah pensiun dan gelar
yang paling lebar adalah almarhum. Saya ambil dari
ajarannya Syeh Siti Jenar di kitab ma‟rifat jawa, orang
meninggal khusnul khatimah itu ada cirinya yaitu orang yang
meninggalkan air setetes yang harum baunya dan hidup
seperti lidi laki-laki yang tegak seperti payung besar yang bisa
melindungi minimal melindungi keluarganya “quanfusakum
wa ahlikum narra,” jadi seumpama tuan berkata seperti tadi,
yang jadi ya yang seperti itu, pemimpin atau jadi orang saja
itu yang di cari itu apa? Orang itu baru baru mencatat
sejarah, sebab orang yang meninggal beberapa abad,
berpuluh-puluh taun masih dikenang pemuda-pemudi yang
45
menyaksikan atas sejarah para nenek moyangnya. Kemarin
ada apa reng tolong di ceritakan”.
Semar : “sebab itu gus, sombong itu hanya dipakai oleh Allah Swt.
Tidak boleh dipakai oleh para manusia, nanti saya ceritakan
ini ada makhluk yang bernama Azazil, Makhluk Azazil ini di
sayang sama tuhan yang membuat dunia ini yaitu Allah, tidak
di sayang gimana makhluk yang namanya Azazil ini itu dikasih
penghargaan di langit sab satu di kasih bendera yang
bertuliskan al abid (pengikut yang rajin ibadah)”.
Petruk : “semar tadi membaca apa tidak gong?”
Bagong : “tidak, nasihat ok membaca, nasehat itu dihafalkan apa lagi
dilaksanakan jadi keluarnya itu dari hati,kalau membaca
naskahnya pas hilang ya bingung sendiri”.
Semar : “di langit sab tigaada bendera yang bertuliskan Syaidul
Malaikat jadi komandan malaikat itu lamanya 30000 tahun, itu
Azazil. Tawaf di Baitul Makmur bersama malaikat-malaikat
14000 tahun, bertempat tinggal di surga menjadi Syaidul
Malaikat bersama malaikat Qurabiyun lamanya 40000 tahun,
bertempat tinggal di surga. Saat berada di langit sab tujuh ada
bendera penghaargaan kanggo makhluk Azazil yang
bertulisakan al izroillah, makhluk Azazil di kasih wewenang
Allah ikut memberi tanda , dan diberi hak untuk mencabut
nyama manusia seperti malaikat Izroil. Tetapi saat Nabi Adam
As. di ciptakan semua makhluk di perintahkan Allah untuk
bersujud kepada Nabi Adam As. Sujud itu sujud hormat bukan
sujud sembah, yang akan di nobatkan sebagai khalifah di
bumi, semuanya pada sujud yang tidak mau sujud Cuma
Azazil, alasanya masuk akal, aku ini makhluk yang mulia yang
bisa masuk surga dan thawaf dibaitul makmur bersama
malaikat Qurrabiyun. Kenapa harus hoirmat kepada nabi
adam yang di buat dari bahan tanah yang paling rendah,
azazil lupa kalau yang memberi gelar dan pangkat yaitu Allah.
Karena membantah perintah Allah semua gelar dan bendera di
cabut dan azazil di buang di bumi nama nya menjadi iblis dan
punya nak yang namanya jin dan setan”.
46
BAB IV
ANALISIS DATA
1. Paparan Data
Untuk mengetahui nilai pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan
di Pewayangan., dapat didasarkan pada beberapa pendapat sumber informasi yaitu
dari dalang dan video wayang Punakawan. Setidaknya, hasil wawancara dengan
dalang dan hasil dari video dapat menjadi bentuk perwakilan informasi tentang
nilai-nilai pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di Pewayangan..
Adapun sumber datanya (informan) yaitu ;
1. Ki Sugeng (dalang)
2. Video wayang (Semar Mbangun Kayangan)
2. Temuan Penelitian
a) Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di Pewayangan.
Wayang mempunyai pengaruh dan potensi yang sangat besar dalam
kehidupan orang Jawa, akan tetapi untuk menilai besar kecil peranan wayang
sangat tergantung dari tingkat intelektual para penontonnya. Karena jika
penontonnya tidak tanggap atau tidakpeka dengan apa yang ditampilkan dan
disampaikan dalam isi cerita wayang maka penontonnya akan kesulitan
mengambil pelajaran didalamnya. Karena bagaimanapun wayang adalah suatu
47
kesenian, unsur utama wayang adalah hiburan yang diselipi tentang ajaran
atau tuntunan-tuntunan hidup atau nilai-nilai pendidikan Islam terutama bagi
masyarakat Jawa yang beraga Islam dalam peran “punakawan”.
Punakawan mengajarkan manusia untuk selalu berbuat kebijakan, antara lain:
1. Selalu menuntun kepada Allah SWT (beriman).
2. Tidak boleh riya‟
3. Sesama manusia itu harus tolong menolong, manusia satu dengan yang
lainnya saling membutuhkan.
4. Manusia yang di atas jangan melupakan yang di bawah, dan yang di
bawah jangan melupakan yang di atas.
5. Orang itu harus bisa menjaga keluarganya.
6. Selalu membantu anak yatim.
7. Orang yang punya derajat tapi tidak hati-hati maka akan jadi orang atau
makhluk yang paling hina.
8. Harus selalu bersyukur kepada Allah SWT.
9. Serta ada empat pilar yang harus dimilki seorang khalifah (pemimpin)
yaitu :
1) Hati samudra (karakter hati yang baik)
2) Berfikir cepat, tepat, benar cerdas dan rasional
3) Tidak mudah emosi
48
4) Jiwa yang baik (iman kepada Allah SWT, mencintai keluarga,
mencintai tetangga, dan mengutamaka kemaslahatan rakyat.
Punakawan dalam menanamkan karakter pada dasarnya mengajarkan
manusia selalu mengutamakan beberapa hal untuk menjadi pedoman hidup,
yaitu :
1. Keimanan
Dalam ajaran Islam terdapat enam rukun iman yaitu iman kepada
Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, ian kepada para malaikat Allah,
iman kepada para nabi Allah, iman kepada hari kiamat, iman kepada qada
dan qadar.
Punakawan semar sejatinya merupakan dewa mengejawantah,
maka simboliknya mengajarkan kepada manusia untuk selalu bertaqwa
dan percaya kepada adanya kekuatan dan kekuasaan Allah
2. Ibadah
Melaksanakan ibadah merupakan bukti kepatuhan kepada Allah.
Manusia yang taat beribadahmerupakan cerminan manusia yang selalu
berbuat kebajikan. Dan pandawa adalah simbol dari rukun islam yang
lima. Sedangkan punakawan adalah abdi mereka yang dapat
diinterpretasikan bahwa punakawan merupakan abdi yang selalu taat
menjalankan dan mendampingi kelima rukun Islam tersebut.
49
3. Akhlak
Akhlak bisa diartikan sebagai tabiat, watak, budi pekerti, atau
moral. Punakawan adalah guru spiritual yang berusaha mendidik pandawa
agar menpunyai akhlak mulia, pendidikan ini selalu terlihat dalam lakon
Semar Mbangun Kayangan.
Akhlak yang berakhlak mulia sering dikaitkan dengan orang
beramal, orang yang memiliki kesadaran moral senantiasa jujur. Tindakan
orang yang bermoral tidak akan menyimpang dan selalu ber pegagang
teguh pada nilai-nilai luhur. Bahkan dalam pergaulan di masyarakat,
perbuatan orang bermoral cenderung akan diterima, disetujui, dan berlaku
pada setiap waktu dan di manapun.
Dalam masyarakat jawa terkenal istilah becik ketitik olo ketara
(orang yang baik akan terlihat, orang jahatpun akan terlihat). Meskipun
istilah ini sangat sederhana, namun sanagtlah berpengaruh cukup besar
dalam kehidupan masyarakat jawa. Bagi masyarakat jawa orang jahat
tidak mempunyai tempat dan ruang bebas, dan begitu pula sebaliknya
orang jahat akan selalu akan dicemooh dan dikucilkan dari pergaulan di
lingkungan masyarakat.
Kepedulian sosial ini dapat diwujudkan dengan banyak hal. Dalam
konteks ajaran moral punakawan, bukti kepedulian sosial terlihat jelas dari
50
kedermawanan dan keberpihakan mereka kepada orang kecil (rakyak
jelanta). Dalam islam, harta kekayaan dianggap sebagai amanah Allah
yang harus gigunakan dengan sebaik-baikna. Bila amanah itu tidak
dilaksanakan berarti telah menghianati Allah. Sebagaimana firman Allah:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan
Allah) sebagian dari rezki yang Telah kami berikan kepadamu
sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan
tidak ada lagi syafa'at. dan orang-orang kafir Itulah orang-orang
yang zalim”. (QS.al-Baqarah:254)
4. Persaudaraan
Setiap orang memiliki suatu perbedaan-perbedaan, baik disadari
maupun tidak. Perbedaan mengimplikasikan perlunya saling toleransi
antar sesama. Definisi toleransi sebagai satu prinsip sosial yang
membolehkan orang lain menyampaikan pendapat dan berbuat sesuatu
yang berbeda dengan pendapat orang lain. Toleransi pada dasarnya
merupakan sikap lapang dada terhadap prinsip yang dipegang atau dianut
orang lain, tanpa mengorbankan prinsip sendiri. Toleransi merupakan
51
wujud menghargai atas apa yang dikerjakan oleh orang lain.Salah satu
contoh nilai toleransi yang diajarkan oleh tokoh Semar yaitu : “Sampeyan
pancen bener gelem tata krama. Ngajeni dhateng sinten kemawon,
satemeni ajine luwih aji sing ngajeni kaliyan sing diajeni.” Terjemahan :
“Anda memang benar mau bertata krama. Menghargai kepada siapapun.
Sesungguhnya lebih berharga yang menghormati daripada yang
dihormati”.
Persaudaraan yang digambarkan dalam laku Semar menjadi
sangat penting adanya tanpa melihat setiap perbedaan yang ada. Karena
kewajiban setiap manusia adalah menjalin hubungan persaudaraan antar
sesama, seperti halnya Semar yang menyadari perannya sebagai abdi
sekaligus sebagai perawat, pembimbing, pelindung, pengarah kepada
kebenaran.
4. Kesetia Kawanan
Setia Kawan Adalah rasa keteguhan hati yang kuatdalam
pertemanan yang ditunjukkan dengan sikap-sikap seperti selalu ada dalam
keadaan apapun, tidak berbohong dan mengkhianati teman, ikhlas dan
tidak mengharapkan apapun dalam berteman, mau menerima kekurangan
dan kelebihan teman, saling memprbaiki diri, jujur, berkasih sayang, tidak
meninggalkan kawan ketika sedang terpuruk, mau memaafkan kesalahan,
52
suka membantu, mengingatkan jika teman melakukan kesalahan dan lain
sebagainya.
Sedangkan pengertian setia kawan menurut Islam adalah perasaan
bersatu, sekepentingan, sependapat dan sepenanggungan dalam suatu
ikatan persahabatan. Serta kawan dalam Islam disebut juga dengan
Ukhuwah Islamiyahyang artinya persaudaraan sesame muslim. Seperti
halnya dalam tokoh Punakawan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong,
mereka selalu mengutamaka pertemanan atau kesetia kawanan. Contohnya
dalam pertunjukan pewayangan mereka selalu mengingatkan hal kebaikan
antara satu dengan yang lainnya, selalu menegur jika melakukan keslahan
dalam berkata ataupun dalam berbuat. Dan mereka selalu kompak dan
mendukung satu dengan yang lain.
5. Ketaatan pada Pemimpin
Dalam karakter Punakawan (Semar) berpesan kepada kita sebagai
rakyat yaitu “Sebagai Pamong atau abdi, Janggan Semarasanta sangat
setia kepada Bendara (tuan)nya”. Ia selalu menganjurkan untuk menjalani
laku prihatin dengan berpantang, berdoa, mengurangi tidur dan bertapa,
agar mencapai kemuliaan. Artinya kita sebagai rakyat atau abdi Negara
harus setia atau taat kepada pemimpinnya.
Allah berfirman dalam surat An Nisa ayat 59
53
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu”.
Mengapa Allah memerintahkan kita taat kepada pemimpin. Kalau
taat kepada Allah dan Rasul-Nya sudah jelas, karena Rasullah yang
menyampaikan pesan-pesan Allah. Tidak lain karena ketaatan kita kepada
pemimpin memiliki arti kemanusiaan dan sekaligus ketuhanan;
kebahagiaan dan persatuan; keselamatan dan kebersamaan; kerjasama dan
persaudaraan, serta keteraturan dan ketaatan. Pemimpin tidak lain
merupakan representasi wakil Allah dalam urusan duniawi agar visi
memakmurkan bumi dan penduduknya dapat dilakukan melalui sistem
yang teratur, tertib, berkeadilan dan ketaatan. Maka pemimpin dengan
segala nilai kekurangan dan kelebihannya harus didukung.
6. Pengandian
Tokoh Punakawan selalu mengabdi pada ksatria yang selalu ingin
menegakkan keadilan, penuh pengabdian, dan pen-jaga keharmonisan
dunia. Tokoh-tokoh Punakawan ternyata selalu muncul diberbagai pentas
pewayangan dan berbagai lakon wayang. Selain itu juga para tokoh
Punakawan mengabdi dengan menjadi pengasuh para pahlawan Pandawa
dan sekaligus menjadi penghibur, member motivasi serta menjadi
penasehat bagi para ksatria Pandawa. Dan saat Negara genting, dikisahkan
lewat adegan goro-goro, punakawan mengambil peran strategis untuk
membereskan prahara yang terjadi.
54
b) Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di
Pewayangan dalam masyarakat
Dakwah merupakan panggilan kembali ke jalan Tuhan, yaitu Allah
SWT. Dengan demikian, salah satu fungsi punakawan adalah memperagakan
tugas dan fungsi Wali Sanga pada zaman awal Islam di tanah Jawa. Semar
merupakan pendakwah jalan kebaikan dan kebenaran. Kiai Lurah Semar
Badranaya atau Nur Naya mempunyai arti cahaya tuntunan atau cahaya
pemimpin, di mana dia seolah-olah sedang menjalankan tugas menuntun
cahayanya ke jalan yang benar.
Seorang muslim sejati harus mampu melaksanakan segala apa yang
diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarang oleh agama. Tujuannya agar
menjadi manusia yang berbudi, berakhlak mulia, disayang orang banyak, dan
suka menolong tanpa pamrih.
Jelaslah sudah bahwa tokoh-tokoh punakawan yang dibawa oleh Wali
Sanga banyak memperkenalkan ajaran-ajaran Islam (aqidah, syari‟ah, dan
akhlaq) melalui plot cerita yang dibangun berdasarkan perilaku punakawan,
selain itu juga keberadaan Punakawan dapat dijadikan kritik sosial terhadap
pemerintahan atau para penguasa di negeri ini. Mereka memang dewa yang
kemudian berubah bentuk menjadi jelek hingga dapat dikatakan sebagai
perlambang wong cilik. Mereka sesungguhnya mewakili rakyat kecil
menyerukan kebaikan-kebaikan kepada para penguasa. Pada dasarnya
55
Punakawan merupakan sesuatu yang luhur karena diciptakan untuk tujuan
yang mulia. Mereka dapat dikatakan sudah menjadi ikon budaya bangsa.
Dengan tokoh utama Petruk dan Gareng cukup mendapat tempat di hati
masyarakat. Mereka tampil dengan kepolosan, dan kejenakaan lewat kesialan
mereka yang terlindas pembangunan kota dan masih cenderung mengkritisi
sesuatu.
Seiring dengan berkembangnya zaman, wayang sebagai kesenian
tradisional adilihung tidak akan pernah lekang di makan waktu. Punakawan
sebagai salah satu milik asli masyarakat Jawa akan terus hidup dan dinamis
setia dipakai sebagai media penyampai gagasan dan kritik-kritik demi
keharmonisan kehidupan manusia yang akan datang. Sebagaimana arti dari
Punakawan yaitu, teman yang memahami, mereka bukan hanya sebatas
simbol, mereka akan terus hidup dan setia mendampingi manusia baik yang
baik atau jahat, menjadi hati nurani yang meneriakan kebenaran, keadilan dari
berbagai gejolak sosial dalam kehidupan di dunia ini.
Dengan demikian pendidikan aqidah, ibadah dan akhlak, pendidikan
ukhuwah juga menjadi pilar kekuatan Islam, dengan ukhuwah, amanah,
persaudaraan, kesetia kawanan, taat kepada pemimpin dan pengabdian. dapat
memudahkan membangun masyarakat madani (berkarakteristik, damai, rukun
dan tolong menolong). Nilai-nilai itu akan terwujud manakala manusia dapat
membangun ukhuwah seperti yang di ajarkan oleh tokoh Punakawan dalam
56
pewayangan. Serta pendidikan amanah adalah tuntunan iman, amanah
merupakan urusan yang terkait dengan jiwa dan akal. Barang siapa yang
hatinya kehilangan sifat amanah maka ia akan menjadi orang yang mudah
berdusta dan khianat. Amanah Amar Ma‟ruf nahi munkar, seseorang muslim
memikul amanah untuk menyeru atau mengajak manusia lain untuk
mengerjakan kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Dengan demikian dari
semua pendidikan yang disampaikan tokoh Punakawan jika dapat dilakukan
oleh manusia maka akan tercipta masyarakat yang madani.
c) Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di
masyarakat.
Dalam menanamkan karakter yang luhur atau penerapan punakawan
dalam nilai-nilai pendidikan agama Islam pada masyarakat di dalam
pertunjukan wayang kulit yaitu seperti halnya menjadi penasehat para
kesatria, penghibur, kritisi sosial, bahkan sumber kebenaran dan kebijakan.
Sehingga puakawan secara karakteristik sebenarnya mewakili profil umum
manusia, mereka adalah tokoh multi peran yang dapat menjadi penasehat para
penguasa atau satria. Dalam pementasan wayang kulit punakawan biasanya
dikeluarkan untuk sesi dagelan (lawakan) di tengah cerita, tujuannya adalah
memberikan istirahat sejenak agar para penonton tidak jenuh.
Cara punakawan dalam menanamkan karakter dengan melalui cerita
percakapan, yang didalamnya mengandung nilai-nilai pendidikan agama
57
Islam yang dapat dijadikan pandangan bagi masyarakat atau penonton dalam
pagelaran wayang kulit. Nilai-nilai pendidikan Islam atau pesan-pesan moral
dapat dipetik dialog percakapan secara tersirat maupun tersurat antar tokoh
punakawan maupun dengan tokoh pewayangan yang lain. Akan tetapi dalam
pementasan wayang kulit juga harus dipersiapkan secara baik. Karena
pertunjukan wayang kulit terkait dengan cerita, penyampaian cerita dilakukan
dengan memperhatikan langkah-langkah antara lain yaitu pemilihan cerita,
pengkondisian tempat, dan teknik dalam bercerita. Nasehat atau cerita
merupakan cara mendidik yang mengandalkan bahasa, baik lisan maupun
tertulis dalam mewujudkan interaksi dengan penonton(masyarakat). Cerita-
cerita dalam tooh wayang menggambarkan kehidupan tokoh-tokohnya yang
kongkret sebagai teladan. Melalui cerita, masyarakat dapat memelihara secara
langsung bagaimana karakter-karakter yang dimiliki oleh tokoh wayang dan
bisa mengambil pesan moral yang ada di dalam cerita.
Dalam pertunjukan wayang, dalang mempunyai peranan paling utama
sehingga mereka harus menguasai teknik perkeliran (pertunjukan wayang
kulit) dengan baik di bidang seni sastra, seni karuwitan, seni menggerakan
boneka-boneka wayang kulitnya, maupun penjiwaan karakter wayang serta
harus terampil dalam membawakan lakon-lakon. Peran dalang dalam
menghidupkan peran punakawan dalam pentas wayang kulit diantaranya
dengan mengawali menghidupkan punakawan selalu diiringi dengan lagu lagu
58
dan gending-gending, dalam memerankan punakawan tidak hanya pada saat
goro-goro, kadang di awal cerita atau ditengah-tengah cerita, kemudian dalam
memerankannya pun selalu menhibur dengan laeakan-lawakan atau lelucon
guyonan serta juga diselingi dengan wayang yang berbentuk manusia dan
limbukkan yang fungsinya sebagi penghibur. Hal itu bertujuan untuk menarik
para penonton dan agar terhibur.Selain itu dalam memerankan punakawan
dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dialog-dialog lelucon
atau percakapan sehari-hari dan cerita-cerita dalam kehidupan nyata yang
masih sesuai dengan pakem, yang tujuannya agar penonton memahami isi
cerita dan dapat menarik pesan-pesan yang terkandung dalam cerita wayang
yang diperankan oleh punakawan. Selain itu memerankan tokoh punakawan
diadakan tukar dialog secara langsung dengan orang (pemain pendukung,
sinden, wiyogo dan dagelan).
Dalang sebagai juru dakwah harus mampu melaksanakan tugasnya
dalam memberi penerangan agama. Untuk melaksanakan tujuan dakwah
melalui pemayangan dan agar mudah diterima oleh masyarakat, maka para
mubaligh menggunakan simbol atau falsafat.
Wayang kulit penuh dengan simbolik. Dalam pertunjukannya
menggambarkan perjalanan hidup manusia, yakni manusia yang mencari
keinsyafan akan sangkaan -perannya, bukan manusia yang hanya hidup dan
tidak mati. Gambaran yang jelas dapat dilihat dari struktur lakon yang
59
dibawakan oleh dalang yakni menceritakan perjalanan hidup salah satu tokoh
pewayangan. Salah satu perlengkapan yang disebut Gunungan yang memiliki
makna simbolis. Gunungan menyerupai jantung manusia. Hal ini mengandung
falsafah bahwa dalam kehidupan umat islam, jantung hatinya harus senantiasa
berada di masjid.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis data hasil dasi penelitian Nilai-Nilai
Pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di Pewayangan, penulis dapat
menyimpulkan dari hasil penlitian, yaitu:
1. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di
Pewayangan, dalam masyarakat adalah pendidikan aqidah, pendidikan
ibadah, pendidikan akhlak, pendidikan ukhuwah, amanah, persaudaraan,
kesetia kawanan, taat kepada pemimpin dan pengabdian.
2. Relevansi nilai-nilai Pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di
Pewayangan dalam masyarsakat
Sangat berpengaruh sekali dalam relevansi nilai-nilai pendidikan
Islam dalam kehidupan Punakawan dalam masyarakat sebagai berikut :
1) pendidikan aqidah
2) ibadah dan akhlak
3) pendidikan ukhuwah
4) Pendidikan amanah
5) persaudaraan
6) kesetia kawanan
7) taat kepada pemimpin dan
8) pengabdian.
61
Dari pendidikan diatas dapat memudahkan membangun
masyarakat madani (berkarakteristik, damai, rukun dan tolong menolong).
Nilai-nilai itu akan terwujud manakala manusia dapat membangun
ukhuwah seperti yang di ajarkan oleh tokoh Punakawan dalam
pewayangan. Serta pendidikan amanah adalah tuntunan iman, amanah
merupakan urusan yang terkait dengan jiwa dan akal. Barang siapa yang
hatinya kehilangan sifat amanah maka ia akan menjadi orang yang mudah
berdusta dan khianat. Amanah Amar Ma‟ruf nahi munkar, seseorang
muslim memikul amanah untuk menyeru atau mengajak manusia lain
untuk mengerjakan kebaikan dan menjauhi kemungkaran.
Dengan demikian dari semua pendidikan yang disampaikan tokoh
Punakawan jika dapat dilakukan oleh manusia maka akan tercipta
masyarakat yang madani.
B. Saran
Karena pentingnya pendidikan aqidah atau ketuhanan, pendidikan
ibadah sebagi bentuk ketaqwaan, serta pendidikan akhlak yang mulia sebagai
implementasi dari pendidikan aqidah dan pendidikan ibadah, guru pada zaman
sekarang dituntut untuk bisa membawa mata pelajaran pendidikan yang
inofativ, kreatif, serta menggunakan metode dan media yang tepat, supaya
62
anak didik dapat menerima, memahami, dan mengamalkan apa yang telah
disampaikan oleh para guru.
Moral atau budi pekerti anak pada zaman sekarang sangatlah mulai
berkurang karena kebanyakan mengadopsi dari kebudayaan barat yang penuh
dengan kebebasan. Dengan adanya pengaruh dari kebudayaan barat, pendidik
harus extra menanamkan pendidikan moral sebagi mana yang telah tertanam
sejak zaman dahulu yang penuh dengan sopan santun, berdubu pekerti, aklak
yang mulia dan lain-lainnya, pendidik juga harus memberi contoh yangbaik
bagi para anak didiknya.
Dengan berkembangnya yang serba moderen, anak didik semakin
tergiur dengan teknologi yang serba canggih, dan mulai lupa dan tidak tahu
denga kebudayaan dan kekayaan yang dimiliki bangsa ini, dengan itu
pendidik juga harus mengenalkan kebudayaan dan kekayaan yang dimiliki
bangsa ini, seperti contohnya dengan menggunakan wayang sebagai media
pembelajaran dengan berceramah dan menunjukkan sifat-sifat mulia yang
dimiliki dari tokoh wayang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ardian Kresna, Dunia Semar: Abdi Sekaligus Penguasa Sepanjang Zaman,
Jogjakarta, 2012.
Arikunto, Suharsimi, 2010, Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta
Darajat, Zakia, 1995, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, Bangdung, PT
Remaja Rosdakarya
Eyre Richart, Linda, 1997, Mengajarkan Nilai-Nilai Kepada Anak, Jakarta, PT
Gramedia Pustaka Utama
Gleson, Christoper, 1997, Menciptakan Keseimbangan; Mengajarkan Nilai Dan
Keseimbanagn, ter. Willie Koen. Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Hafid, M. Nur Abdul, 1997, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung, Al-Bayan
http://alsofwah.or.id
http://budayawayangkulit.blogspot.com/2009/01/wayang-kulit-wayang-salah-satu-
puncak.html.
http://id.wikipedia.org
http://triscbn.wordpress.com/2009/09/15/sekilas-sejarah-wayang-di-indonesia/.
http://umum.kompasiana.com/2009/07/02/sejarah-singkat-wayang/
https://islamiced.wordpress.com
Muhaimin, 2008, Paradigma Pendidikan Agama, Bandung, PT Remaja Rosdakarya.
Roqib, 2009, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Intregatif di
Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, Yogyakarta, PT. Lkis Printing Cemerlang
Scott, Cynthia D; Dennis, T Jaffe; Glenn, R Tobe, 2010, Visi, Nilai, dan Misi
Organisasi, Jakarta, Penerbit Indeks.
Syah, Muhibbin, 2004, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, Bandung,
PT Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin, 2010, Psikologi Belajar, Jakata. Rajawali Pers.
yokimirantiyo.blogspot.com/2013/01/mengenal-karakter-tokoh-punakawan.html
Zainuddin, dkk, 1991, Seluk Beluk Pendidikan Dari Al Ghazali, Jakarta, Bumi Aksara