NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUKU “LA TAHZAN”...
Transcript of NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUKU “LA TAHZAN”...
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM BUKU “LA TAHZAN” KARYA „AIDH AL-QORNI
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun oleh
TOPIKIN
111 12 103
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
ii
iii
DEKLARASI
بسمميحرلا نمحرلا هللا
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran
orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup
mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang
munaqosah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 14 Maret 2017
Penulis,
TOPIKIN
111 12 103
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini:
Nama : TOPIKIN
NIM : 11112103
Fakultas : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jurusan : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 14Maret 2017
Yang Menyatakan,
TOPIKIN
111 12 103
v
Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag.
Dosen IAIN Salatiga
Nota Pembimbing
Lamp : 4 eksemplar
Hal : Naskah skripsi
Saudara TOPIKIN
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan IAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : TOPIKIN
NIM : 111 12 103
Fakultas / Progdi : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan
Agama Islam (PAI)
Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
BUKU “LA TAHZAN” KARYA „AIDH AL-
QORNI
Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera
dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu'alaikum, Wr, Wb.
Salatiga, 14 Maret 2017
Pembimbing
Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag. NIP. 195708121988022 001
vi
SKRIPSI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM BUKU “LA TAHZAN” KARYA „AIDH AL-QORNI
DISUSUN OLEH:
TOPIKIN
NIM: 111 12 103
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 Maret 2017dan telah dinyatakan memenuhi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Mufiq, M.Ag., M.Phil.
Sekretaris Penguji : Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag.
Penguji I : Achmad Maimun, M.Ag.
Penguji II :Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
Salatiga, … April 2017
Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan (FTIK)
Suwardi, M.Pd.
NIP. 19670121 199903 1 002
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Tel. (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail :[email protected]
vii
MOTTO
Artinya:“Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan
(menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu
mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat”.
“Ketahuilah, bahwa yang terbaik dari hari-hari kita
adalah ketika kita menjadi tujuan dan bukan kita yang
menuju orang lain”
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap
mempunyai peran penting dalam hidup-Ku
1. Keluarga: nenek, almarhum bapak Yono dan Ibu Suti, adik Ahmad Budi
Castanyo.
2. Keluarga besar Bani Mundzir dan Bani Mangil.
3. Keluarga besar pengasuh Ponpes Dawar (Almarhum KH. Kharisudin, Kyai
Muhammad Jundan, Kyai Ahmad Kharir, Kyai Lukman Hakim dan teman-
teman).
4. Keluarga besar pengasuh Ponpes Al-Gufron (Almarhum KH. Slamet Gufron)
dan teman-teman (Munir, Rofi‟, Fuad, Kuri, Adib, Lintang).
5. Pembimbing akademik: Bpk. Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc. MA.,
6. Pembimbing skripsi: Ibu Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag.
7. Keluarga PACISTA (Dedi, Tri, Ridwan, Datul, Ika, Novi, Putri, Nia, Haroh),
Keluarga besar IMADISA (Ikatan Mahasiswa Purwodadi IAIN Salatiga),
Keluarga besar PMII Kota Salatiga.
8. Teman-teman Yayasan Nurul Iman Margosari Kota Salatiga.
9. Teman-teman KKN Posko 56 Kenteng Bawang Magelang (Asih Rahayu,
Ragil, Novi, Saydatul, Eko, Bilal).
10. Lailatul jannah yang selalu memberi motivasi dan semangat.
11. Untuk calon makmum dalam hidup Ku.
12. Almamater Ku tercinta IAIN Salatiga sebagai tempat menuntut ilmu.
ix
KATA PENGANTAR
بسمميحرلا نمحرلا هللا
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke
jalan kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini
adalah “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUKU “LA
TAHZAN” KARYA „AIDH AL-QORNI.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga
4. Ibu Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan
pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat
berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya
skripsi ini.
x
5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan PAI IAIN
Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan
kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai.
6. Almarhum Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan
baik moril maupun spiritual serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi
tercapainya cita-cita.
7. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat semua yang telah membantu
memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta
mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam
penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena
itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan
memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amien ya robbal
„alamien.
Salatiga, 14Maret 2017
Penulis,
TOPIKIN
111 12 103
xi
ABSTRAK
Topikin. 2017. Nilai-Nilai Pendidikan Islamdalam Buku “La Tahzan” Karya
„Aidh Al-Qorni.Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga. Pembimbing : Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag.
Kata Kunci: Buku La Tahzan, Pendidikan Islam.
Buku La Tahzan adalah sebuah buku yang di tulis oleh „Aidh Al-Qorni.
Dalam bukunya ini berisi banyak hal yang berkaitan dengan pendidikan Islam
maupun aspek psikologis yang sangat memberikan konstribusi bagi bangunan
keimanan maupun motivasi yang positif bagi kehidupan sehari-hari.
Pokok masalah dalam penelitian ini adalah :1) Bagaimananilai
pendidikan Islam dalam buku La Tahzan karya ‟Aidh Al-Qorni? 2) Bagaimana
relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku La Tahzan karya ‟Aidh Al-
Qorni dalam kehidupan sekarang? Mengingat kajiannya merupakan penelitian
literarur/studi pustaka(library research) maka metode yang digunakan adalah
analasis isi dari buku tersebut (content analisis).
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwanilai-nilai pendidikan Islam
dalam buku “La Tahzan”, yaitu: keimanan, tawakal, anjuran taubat dan
khusnuddhon. Selain aspek pendidikan Islam dalam buku tersebut terdapat nilai
psikologis yang sangat penting yaitu rasa percaya diri dan motivasi untuk selalu
mencintai ilmu. Sementara relevansi nilai-nilai pendidikan Islam tersebut dengan
pendidikan saat ini yang serba globalisasi yaitu minimnya tingkat keimanan,
ketakwaan, taubat dan khusnuddhon/berprasangka baik.Paling tidak dengan
adanya pembahasan nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku La Tahzan karya
„Aidh Al-Qorni ini dapat dijadikan tolak ukur dan diaktualisasikandalam dunia
pendidikan Islam secara kongkrit dalam kehidupan nyata sehari-hari.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN BERLOGO .......................................................................... ii
HALAMAN DEKLARASI ....................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ iv
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... vi
MOTTO .................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ..................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
ABSTRAK ................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian ..................................................... 5
E. Metode Penelitian ......................................................... 6
F. Penegasan Istilah ........................................................... 9
G. Sistematika Penulisan ................................................... 11
xiii
BAB II BIOGRAFI
A. Setting Sosial „Aidh Al-Qarni ...................................... 13
B. Profesi „Aidh Al-Qarni ................................................. 14
C. Karya-Karya „Aidh Al-Qarni ........................................ 18
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN
A. Sistematika Penulisan Buku “La Tahzan” .................... 21
B. Latar Belakang Penulisan Buku “La Tahzan” .............. 23
C. Isi Buku “La Tahzan” tentang Nilai Pendidikan Islam 25
1. Nilai Pendidikan Islam Secara Umum.................... 25
2. Nilai Pendidikan Islam dalam Buku “La Tahzan” . 38
BAB IV PEMBAHASAN
A. Signifikansi Pemikiran Nilai Pendidikan Islam
dalam Buku “La Tahzan ............................................... 70
B. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku “La
Tahzan” dan Relevansinya dengan Kondisi
Sekarang ....................................................................... 90
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 95
B. Saran ............................................................................. 96
DAFTAR PUSTAKA
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Surat Pembimbingan dan Asisten Pembimbingan Skripsi
Lampiran 3 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 4 Daftar SKK
Lampiran 5 Pernyataan Publikasi Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan di Indonesia memang menghadapi problematika
yang sangat kompleks dan menuntut pembenahan yang seksama. Suatu sistem
pendidikan dapat dikatakan bermutu, jika proses belajar-mengajar
berlangsung secara menarik dan menantang, sehingga peserta didik dapat
belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Prorses
pendidikan yang bermutu akan membuahkan hasil pendidikan yang bermutu
dan relevan dengan pembangunan. Untuk mewujudkan pendidikan yang
bermutu dan efesien perlu disusun dan dilaksanakan program-program
pendidikan yang mampu membelajarkan peserta didik secara berkelanjutan,
karena dengan kualitas pendidikan yang optimal, diharapkan akan dicapai
keunggulan sumberdaya manusia yang dapat menguasai pengetahuan,
ketrampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang
terus berkembang.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah menyebabkan
berkembangnya gaya hidup materialistik dan hedonistik dikalangan warga
masyarakat. Dampak lebih jauhdari gaya hidup tersebutmerebaknya dekadensi
moral atau pelecehan nilai-nilai agama, baik dikalangan orang dewasa, remaja
maupun anak- anak. Akan tetapi, banyak dikalangan remaja, karena secara
psikologis masa remaja merupakan masa yang penuh teka-teki
(pertumbuhannya dipengaruhi oleh lingkungan sekitar sehingga
1
2
perkembangan jiwa mereka ataupun karakter mereka berbeda-beda,
kepribadian mereka susah ditebak), dilematis (merupakan peralihan dari masa
anak- anak menuju usia dewasa sehingga cenderung coba- coba) dan sangat
rentan.
Perilaku-perilaku reaktif, semakin meresahkan jika dikaitkan dengan
masa depan diperkirakan akan semakin kopleks dan penuh tantangan.
Tantangan kompleksitas masa depan memberikan dua alternatif, yaitu pasrah
kepada nasib atau mempersiapkan diri sebaik mungkin. Misi pendidikan yang
juga berdimensi masa depan tentunya menjatuhkan pada pilihannya pada
alternatif kedua, artinya pendidikan mengemban tugas untuk mempersiapkan
peranannya di masa depan agar kelak menjadi manusia berkualitas (Ali dan
Asrori, 2006:107).
Paparan diatas menjelaskan bahwa pengetahuan yang komprehensif
sangatmembantu dalam mempersiapkan individu kepada masa depan yang
cerah dan menjadi harapan semua di dunia. Sebagaimana termuat dalam
firman Allah Q.S.Ar- Ra‟du ayat 11:
….
Artinya:“…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan (Tuhan tidak akan merubah
keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab
kemunduran mereka) yang ada pada diri mereka sendiri. dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,
Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia”.
3
Mengingat manusia dengan kelengkapan-kelengkapan dasar dalam
dirinya baru mencapai kematangan hidup.Setelah berkembang melalui tingkat
hidup kejiwaan dan kejasmaniahan dengan pengarahan atau bimbingan dari
pendidikan yang diperoleh, karena tidak ada satu pun makhluk ciptaan Tuhan
di atas bumi yang dapat mencapai kesempurnaan atau kematangan hidup
tanpa berlangsung melalui suatu proses atau latihan pembelajaran. Dengan
belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga
tingkah lakuberkembang, bahkan dengan berilmu pengetahuan derajat
seseorang akan terangkat dan mulia dihadapan-Nya. Firman Allah SWT
ditegaskan dalam QS.Al-Mujadalah, 11:
….
Artinya: “… Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Mengingat proses pendidikan adalah suatu proses pengembangan
kemampuan atau bakat manusia dengan sendiri proses tersebut akan berjalan
sesuai dengan hukum-hukum perkembangan, yaitu hukum organisyang
menyatakan bahwa perkembangan manusia berjalan secara menyeluruh
dalamseluruh organ, baik organ tubuh maupun organ rohani. Oleh karena itu,
dalam perkembangan jiwa remaja sangat memerlukan bimbingan, arahandan
pendidikan yang dapat membina jiwa yang optimal serta nilai-nilai yang
dijadikan sebagai suatu pegangan hidupnya. Dengan demikian, perlu adanya
sesuatu yang menunjang akan perkembangan jiwa remaja sehingga
diharapkan menjadi remaja yang tidak cuma berkualitas dihadapan
masyarakat tetapi dihadapan Allah SWT(Arifin,2009:57).
4
Penulis tertarik menetapkan buku La Tahzan sebagai objek penelitian,
karena dalam buku La Tahzan penulis menemukan nilai-nilai pendidikan
Islam sehingga dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan jiwa remaja.
Selain itu, buku La Tahzan mengajak untuk mengenal lebih dekat jiwa dan
ruh kita agar senantiasa tenang menatap perjalanan masa depan. Buku ini
ditulis oleh „Aidh Al-Qorni diperuntukan secara umum bagi masyarakat luas
dan khusus bagi para remaja. Untuk mendatangkan kebahagiaan, ketenangan,
kedamaian, kelapangan hati, membuka pintu optimisme dan menyingkirkan
segala kesulitan demi meraih masa depan yang lebih indah. „Aidh Al-Qarni
sebagai pengarangmenyampaikan tidak ingin melihat generasi penerus bangsa
menjadi generasi yang lemah dan tidak berkualitas.
Skripsi ini belum ada satupun sumber tulisan yang secara khusus
meneliti tentang relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku “La
Tahzan” karya ‟Aidh Al-Qorni dalam kehidupan sekarang. Kebanyakan
Penelitian sebelumnya berfokus pada nilai kesadaran diri dan pendidikan
akhlak, sedangkan fokus penulis disini adalah pada relevansi nilai-nilai
pendidikan Islam dalam buku La Tahzan karya ‟Aidh Al-Qorni dalam
kehidupan sekarang. Penelitian ini bersifat melengkapi penelitian-penelitian
sebelumnya. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk melengkapi data
tentang nilai kesadaran diri dan pendidikan akhlak.Hal inilah yang melatar-
belakangi penulisan skripsi ini.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis terdorong mengkaji lebih
lanjut tentang “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUKU “LA
TAHZAN” KARYA „AIDH AL-QORNI.
5
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah secara definitif masalah yang
penulis teliti dapat dirumuskan, sebagai berikut :
1. Bagaimananilai pendidikan Islam dalam buku La Tahzan karya ‟Aidh Al-
Qorni?
2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku La Tahzan
karya ‟Aidh Al-Qorni dalam kehidupan sekarang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang
ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep nilai pendidikan Islamdalam buku La Tahzan
karya ‟Aidh Al-Qorni.
2. Untuk mengetahuirelevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku La
Tahzan karya ‟Aidh Al-Qorni yang diterapkan dalam kehidupan sekarang.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik
teoritismaupun praktis, antara lain:
1. Manfaat teoritis
a. Dapat mendiskripsikan konsep nilai pendidikan Islam dalam buku “La
Tahzan” karya „Aidh Al-Qorni
b. Dapat mendiskripsikan relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam
buku “La Tahzan” karya „Aidh Al-Qorni.
6
c. Dapat digunakan sebagai informasi dan tambahan pengetahuan
mengenai kontribusi nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku “La
Tahzan” karya „Aidh Al-Qorni terhadap perkembangan jiwa menjadi
lebih baik.
2. Manfaat praktis
a. Diharapkan skripsi ini dijadikan bahan acuan bagi remaja muslim agar
mempunyai akhlaqul karimah dan karakter yang baik.
b. Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis serta tambahan pengetahuan
sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan penulis dengan landasan
dan kerangka teoritis yang ilmiah atau pengintegrasian ilmu
pengetahuan dengan praktek serta melatih diri dalam research ilmiah.
E. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Skripsi ini menggunakan pendekatan hermeneutika. Pendekatan ini
penulis pakai karena hermeneutika sangat relevan untuk menafsirkan
berbagai gejala, peristiwa, simbol maupun nilai-nilai yang
terkandungdalam ungkapan bahasa. Dalam hal ini yang diungkap adalah
nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku “La Tahzan” karya „Aidh Al-
Qorni (Kaelan, 2005: 80).
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research)
yaitu suatu cara kerja tertentu yang bermanfaat untuk mengetahui
pengetahuan ilmiah dari suatu dokumen yang dikemukaan oleh ilmuan
masa lalu maupun sekarang (Kaelan, 2005:250). Jenis penelitian ini adalah
7
penelitian kualitatif sehingga menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata, catatan yang berhubungan dengan makna, nilai dan pengertian.
Dalam skripsi ini peneliti menganalisis muatan isi dari objek penelitian
yang berupa dokumen yaitu buku “La Tahzan” karya „Aidh Al-Qorni.
2. Sumber Data
a. Data primer yaitu, data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti atau
petugas-petugasnya dari sumber pertamanya (Suryabrata, 2005:39).
Data primer dalam penelitian ini adalah buku La Tahzankarya „Aidh
Al-Qorni.
b. Data sekunder dalam penelitian ini adalah karya-karya penulis lain
yang membahas tentang nilai-nilai pendidikan Islam, baik dalam
bentuk buku, jurnal, artikel maupun karya ilmiah lainnya. Beberapa
sumber yangpenulis gunakan sebagai data sekunder, antara lain: buku,
jurnal, artikel dan sumber lain yang relevan dengan penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data secara holistik integrative relevan dengan
fokus, maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai menggunakan
metode dokumentasi. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data
melaluidokumen. Dokumen disini bisa berupa buku, surat kabar, majalah,
jurnal, ataupun internet yang relevan dengan tema penelitian ini.
4. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dalam penelitian selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan teknik content analisis (Moleong, 1991:163), yaitu
analisis tekstual dalam studi pustaka melalui interpretasi terhadap isi pesan
8
suatu komunikasi sebagaimana terungkap dalam literatur-literatur yang
memiliki relevansi dengan tema penelitian ini yang berorientasi pada
upaya mendeskripsikan sebuah konsep atau memformulasikan suatu ide
pemikiran melalui langkah-langkah penafsiran terhadap teks dalam buku
“La Tahzan” karya „Aidh Al-Qorni.
Selain analisis isi, peneliti juga menggunakan teknik analisis
semiotik, karena obyek kajian berupa teks, maka nantinya juga akan dikaji
bahasa dari teks yang digunakan tersebut. Semiotik merupakan kajian
tanda yang ada dalam kehidupan, artinya segala sesuatu yang ada dalam
kehidupan dapat dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus diberi
makna (Hoed, 2011:3) . Disini teks buku “La Tahzan” karya „Aidh Al-
Qorni, menjadi bagian dari tanda yang harus dimaknai. Dalam penerapan
teknik analisis semiotik ini peneliti memperhatikan bahasa yang digunakan
oleh „Aidh Al-Qorni dalam bukunya. Ketika ada suatu kata atau bahasa
yang diulang-ulang atau sebuah penekanan pada bahasa yang digunakan
maka itu artinya ada sebuah pesan yang ingin disampaikan olehnya.
Adapun langkah-langkahnya analisisnya sebagai berikut:
a. Memilih data dengan pembacaan dan pengamatan secara cermat
terhadap buku “La Tahzan”karya „Aidh Al-Qornididalamnya
terkandung nilai-nilai pendidikan Islam.
b. Mengkategorikan ciri-ciri atau komponen pesan yang mengandung
nilai-nilai pendidikan Islam yang ada dalam buku “La Tahzan”karya
„Aidh Al-Qorni.
c. Menganalisis relevansi pemikiran „Aidh Al-Qorni dalam konteks
sekarang.
9
Untuk mendapatkan kesimpulan penulis menggunakan pola penalaran
induktif, yaitu pola pemikiran berangkat dari suatu pemikiran khusus
kemudian ditarik generalisasi yang bersifat umum.
F. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalah-pahaman dalam penulisan skripsi ini, perlu
penulis jelaskan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul di atas.
Istilah-istilah tersebut adalah :
1. Nilai-nilai Pendidikan Islam
a. Nilai-nilai
Nilai dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia berarti harga,
ukuran, angka yang mewakili prestasi, sifat- sifat yang penting yang
berguna bagi manusia dalam menjalani hidupnya (Kamisa, 1997:
376). Nilai mengacu pada sesuatu yang oleh manusia ataupun
masyarakat dipandang sebagai yang paling berharga.
Menurut Milto Roceach dan James Bank sebagaimana dikutip
oleh Mawardi Lubis, nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada
dalam ruang lingkup sistem kepercayaan, dimana seseorang harus
bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai suatu
tindakan yang pantas atau tidak pantas dikerjakan, dimiliki dan
dipercayai (Lubis, 2011:16). Nilai menurut Fraenkel (dalam Lubis,
2011:17) adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran
dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya dijalankan dan di
pertahankan.
Berdasarkan pengertian diatas penulis berpendapat bahwa
yang dimaksud dengan nilai adalah suatu yang penting atau yang
10
berharga bagi manusia sekaligus inti kehidupan dan diyakini sebagai
standar tingkah laku, tanpa nilai manusia tidak akan memiliki arti
dalam kehidupannya karena sebagai dasar dari aktifitas hidup manusia
harus memiliki nilai baik yang melekat pada pribadi maupun
masyarakatnya.
b. Pendidikan Islam
Pendidikan yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui: upaya pengajaran dan pelatihan, proses perbuatan, cara didik
(Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1994:768).
Menurut Ahmad D. Marimba (1989:19), pendidikan adalah
bimbingan atau pembinaan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.
Adapun pengertian Islam berasal dari bahasa arab aslama
yuslimu islaman yang berarti berserah diri, patuh, dan tunduk.
Selanjutnya Islam menjadi nama suatu agama yang ajaran-ajarannya
diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui nabi Muhammad SAW.
Pendidikan Islam yang dikehendaki dalam tulisan ini adalah
usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber
daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan peranannya dalam
kehidupan secara fungsional, optimal mengarahkan segala potensi
yang telah ada pada manusia sejak awal kejadiannya secara sadar agar
11
tercipta insan kamil sesuai ajaran yang diwahyukan Allah kepada
manusia melalui Nabi Muhammad SAW.
2. BukuLa Tahzankarya „Aidh Al-Qorni
Buku La Tahzan merupakan karya dari „Aidh Al-Qarni seorang
penulis besar dari Saudi. Secara umum buku ini berkaitan dengan watak,
sifat naluriah dan persoalan umum kejiwaan manusia. Buku La Tahzan ini
mempunyai artian bahwa dalam menjalani kehidupan ini harus dengan
penuh semangat. Tidak dirisaukan oleh masa lalu yang telah lewat dan
tidak pula dicemaskan oleh masa depan yang akan datang dengan
berpedoman dengan satu kata yaitu La Tahzan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan nilai-
nilai pendidikan Islam telaah dalam buku La Tahzan karya „Aidh Al-Qorni
adalah kumpulan dari prinsip-prinsip hidup yang saling terkait yang berisi
ajaran-ajaran guna memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta
sumber daya manusia yang ada menuju terbentuknya manusia seutuhnya
(insan kamil) sesuai dengan norma atau ajaran Islam yang tertuang pesan-
pesan dalam buku karangan „Aidh Al-Qorni yang berjudul La Tahzan.
G. Sistematika Penulisan
Secara umum dalam penulisan skripsi ini terbagi dari beberapa bagian
pembahasan teoritis dan pembahasan empiris dari dua pokok pembahsan
tersebut kemudian penulis jabarkan menjadi lima bab. Adapun perinciannya,
sebagai berikut :
Bab IPendahuluan, dalam bab ini penulis akan mengemukakan pokok-
pokok pikiran yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok tersebut
12
antara lain : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika
penulisan.
Bab IIBiografi, pada bab ini dipaparkan tentang gambaran biografi dan
setting sosial dari „Aidh Al-Qorni beserta karangan-karangannya.
Bab IIIDeskripsi Pemikiran, penulis akan mengemukakan sistematika
penulisan buku “La Tahzan”, latar belakang penulisan buku “La Tahzan”,
pokok bahasan tentang nilai-nilai pendidikan Islam, metode pendidikan dan
tujuan pendidikan Islam menurut „Aidh Al-Qorni dalam buku “La Tahzan”.
Bab IV Pembahasan, penulis menguraikan tentang buku “La Tahzan”
karya „Aidh Al-Qorni, meliputi: analisis konsep nilai pendidikan Islam dalam
buku “La Tahzan” serta relevansi nilai-nilai dalam Pendidikan Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
Bab VPenutup, meliputi; kesimpulan dan saran-saran yang menjadi
akhir dari penulisan skripsi ini
13
BAB II
BIOGRAFI
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai gambaran singkat biografi dan
perjalanan karir‟Aidh Al-Qarni.
A. Setting Sosial „Aidh Al-Qarni
„Aidh al-Qarni lahir di perkampungan al-Qarn tahun 1379H (1960 M).
Nama lengkap beliau adalah`Aidh Abdullah bin `Aidh al-Qarni. Nama al-
Qarni diambil dari daerah asalnya di wilayah selatan Arab Saudi. Beliau
berasal dari keluarga “Majdu” di perkampungan al-Qarn, sebelah selatan
Kerajaan Arab Saudi. Di perkampungan ini lah beliau dibesarkan, sejak kecil
dia sudah dipekenalkan oleh ayahnya dengan aktifitas keagamaan. Sejak kecil
sang ayah sudah membawa al-Qarni ke masjid untuk shalat berjamaah. Sang
ayah juga telah memperkenalkan berbagai macam buku bacaan kepada Dia
semenjak kecil. Karenanya, ia sudah terbiasa dengan bacaan sejak kecil.
Mengenal latar belakang pendidikannya, Aidh Al Qarni telah belajar agama di
wilayah selatan Arab Saudi, baik dari ayahnya sendiri maupun dari para ulama
setempat. Pendidikan formalnya dimulai di Madrasah Ibtidaiyah Ali Salman
didesanya. Setelah lulus, dia kemudian melanjutkan pendidikan ke Ma'had
Ilmi sejak bangku SMP, hingga meraih gelar kesarjanaan (Lc) dari Fakultas
Ushuluddin di Universitas Islam Imam Muhammad ibn Su'ud tahun 1403-
1404 dan gelar Magister dalam bidang Hadits Nabi tahun 1408 H dengan tesis
berjudul al-Bid'ah wa Atsaruha fi ad-Dirayah wa ar-Riwayah (Pengaruh
Bid'ah terhadap ilmu Dirayah dan Riwayah Hadits).
13
14
Ia menamatkan program sarjana (Lc), magister (M.A.) dan doktor di
Universitas Islam Imam Muhammad bin Su`ud, Riyadh, Arab Saudi. Gelar
Doktornya dalam bidang hadits diraih dari Al-Imam Islamic University,
Riyadh, pada tahun 1422 H. Saat itu ia mengajukan disertasi berjudul
"Dirasah wa Tahqiq Kitab Al-Mahfum Ala Shahih Muslim li Al-Qurthubi"
(Studi Analisis Kitab Al-Mahfum Ala Shahih Muslim Karya Al-Qurthubi).
B. Profesi „Aidh Al-Qarni
1. Aktivitas „Aidh Al-Qarni
Aktivitas „Aidh Al-Qarni boleh dibilang tidak jauh dari kegiatan
membaca dan menulis. Bahkan, ketika mendekam dalam penjara, dua
aktivitas inilah yang membuatnya sibuk. Pada usia 23 tahun Ia hafal
Al-Qur‟an dan kitab Bulughul Maram, serta telah mengajarkan 5.000-an
hadis dan 10.000-an bait syair. Sekitar 1.000-an judul kaset yang berisi
ceramah agama, kuliah, serta kumpulan puisi dan syair karyanya telah
dipublikasikan (www.young muslimsindo.blogspot.com dendy sugono,
dikutip 06 Desember 2012).
Kecerdasannya itu mengantarkan Al-Qarni sebagai penulis
produktif dan penceramah populer. Selama 29 tahun dia mengarungi dunia
dakwah, kaset-kaset ceramahnya telah beredar dan berkumandang di
sejumlah masjid, yayasan, universitas dan sekolah di berbagai belahan
dunia. Sekitar 1.000-an judul kaset yang berisi ceramah agama, kuliah,
serta kumpulan puisi dan syair karyanya telah dipublikasikan. Kitab-kitab
karyanya yang berjumlah lebih dari 70 buah itu telah pula diterjemahkan
15
ke dalam berbagai bahasa. Keberaniannya menyuarakan kebenaran juga
sempat membuatnya merasakan jeruji besi pemerintah Al-Saud., Beliau
dan kawan-kawan ulama mudanya berani berteriak lantang menentang
kehadiran pasukan Amerika Serikat di Arab Saudi atas undang pemerintah
Arab Saudi. Al-Qarni juga dikenal sebagai tokoh pembaruan di Arab
Saudi yang mencoba melakukan pendekatan dengan aliran lain.
Tulisannya setiap pekan di harian Asharqul Awsath selalu ditunggu
pembaca dan menaikkan tiras koran yang semula diterbitkan di London itu
(www.young-muslim-latar-pendidikan, Abdul Ghafar, dikutip 06
Desember 2016).
2. „Aidh Al-Qarni Berdakwah Seumur Hidup.
Ketika berada di balik jeruji penjara, Aidh Al Qarni memilih untuk
terus menulis. ''Saya masuk penjara karena saya menulis 50 bait qasidah
(puisi) yang di anggap punya pengaruh politik,'' ujarnya. Berlembar-
lembar tulisan pun menjadi bukti ketekunan pria yang lahir di tahun 1379
H dan berasal dari perkampungan al-Qarn, sebelah selatan Kerajaan Arab
Saudi, ini menjalani hari-harinya di penjara.''Sekitar 100 halaman pertama
saya tulis di penjara,'' katanya.Setelah keluar dari penjara, „Aidh Al-Qarni
melanjutkan tulisannya. Untuk menyelesaikan lembar-lembar itu, dia
membutuhkan referensi 300 judul buku.Hingga akhirnya, lahirlah buku La
Tahzan yang diterjemahkan dengan Jangan Bersedih.Hasilnya sungguh
fenomenal. Inilah buku yang telah diterbitkan oleh puluhan penerbit dan
mencapai angka penjualan fantastis.
16
Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam 29 bahasa dunia. ''Di Arab
Saudi, buku itu sudah dicetak kurang lebih 1,5 juta eksemplar,'' kata Al
Qarni Di Indonesia, buku ini juga sempat menjadi buku terlaris. Kelebihan
buku Al-Qarni terlihat pada bahasan-bahasannya yang fokus, penuh
hikmah, dan selalu memberi jeda untuk merenung sebelum berlanjut pada
bahasan berikut. Pada bagian penutup, hadir pula kata-kata bijak yang
menjadi intisari tulisan-tulisan sebelumnya. Dalam bukunya pula, Al-
Qarni mengajak pembaca agar tidak menyesali kehidupan, tidak
menentang takdir, atau menolak dalil-dalil dalam Alquran dan sunnah.
Dalam kunjungan kali pertama di Indonesia, Al-Qarni yang hafal Al-
Qur'an, 5000 hadits, dan 10 ribu bait syair Arab klasik hingga kontemporer
ini sempat bertandang ke sejumlah tempat dan menemui tokoh nasional.
Saat itulah wartawan Daman huri Zuhri dan Burhanuddin Bella berhasil
menemui sosok yang terkenal dengan sikap lembutnya itu. Dengan
diperkaya keterangan dari sejumlah sumber, Al-Qarni pun bertutur tentang
buku, kegiatan dakwah, dan kehidupan pribadinya Mengapa Anda
memberi judul La Tahzan (Jangan bersedih). Apa sesungguhnya yang
mendorong Anda memberi judul seperti itu?
Pertama, ini alasan dari Alquran. Seperti yang difirman Allah SWT
: La tahzan wa laa takhof (Janganlah bersedih dan janganlah takut). Ayat
ini disampaikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW ketika
bersama-sama sahabatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq memasuki Gua Tsur
sebelum melakukan hijrah ke kota Yatsrib, Madinah al Munawwarah.
17
Kedua, sesungguhnya kesedihan itu adalah penyakit alam
seluruhnya.Muslim atau bukan Muslim, orang pasti mengalami
kesedihan.Sedih karena sakit, sedih karena meninggal, sedih karena
kesulitan hidup dan berbagai masalah.Jadi, karena alasan itulah makanya
buku ini saya beri judul La Tahzan.
Anda dikenal sebagai seseorang yang banyak menulis dan
membaca buku. Sebenarnya, apa pedoman-pedoman atau petunjuk-
petunjuk praktis supaya lebih mudah dalam mendapatkan ilmu? Kaidah
pertama seseorang yang menuntut ilmu bagi kaum Muslimin untuk
mendapatkan ilmu adalah ikhlasun niat lillahi ta'ala. Karena dengan niat
yang ikhlas, Allah akan membuka hati seorang Muslim. Kedua, kita
mempelajari ilmu secara bertahap, berjenjang, tabarruj.Jangan kita
langsung kepada masalah-masalah besar nanti kita tidak bisa menguasai.
Ketiga, hendaklah kita membaca. Tapi, membaca saja tidak cukup kita
ambil ilmunya dari para masyarih (yang menguasai masalah). Orang-orang
berilmu yang mengerti masalah, sehingga ilmu kita kalau dari buku saja
bisa saja pemahaman kita salah. Tapi, ketika kita membahasnya dengan
orang-orang yang mengerti, insya Allah, pemahaman kita akan lebih
mantap dan ilmu kita akan lebih lurus. Keempat, ketika kita sudah
mengetahui satu masalah tentang ilmu kita, amalkan. Jangan hanya
dijadikan teori hingga akhirnya ilmu kita tidak berkah. Sebagaimana orang
Yahudi dalam Alquran waktu mereka membatalkan janji-janji kepada
nenek moyang mereka itu yang membuat hati mereka sesat dan menjadi
18
batu.Ini i'tibar bagi kita sekalian. Kelima, kalau kita sudah punya ilmu dan
paham benar maka ajarkan kepada orang lain. Jangan disimpan untuk diri
sendiri. Berikan ilmu kita kepada orang lain sehingga banyak manfaatnya
untuk masyarakat menjadi amal saleh bagi kita.
C. Karya-Karya „Aidh Al-Qarni.
„Aidh Al-Qarni merupakan sosok pemikir dan Ulama terkemuka. Ia
telah melahirkan karya-karya sastra yang merupakan kekayaan intelektual
yang sangat berharga. Karya-karyanya yang berbentuk suluk dari karya
pemikir ulama Islam terdahulu. Naskah aslinya yang berupa manuskrip atau
tulisan tangan asli masih bisa ditemui pada perpustakaan-perpustakaan
perguruan tinggi di Negeri London. Di perpustakaan-perpustakaan tersebut
seseorang akan dapat menemukan dan mengkaji berbagai pemikiran yang
tersimpan dalam koleksi karya-karya pemikir dan ulama Islam Arab Saudi
zaman sekarang.
„Aidh Al-Qarni juga dikenal sebagai tokoh pembaruan di Arab Saudi
yang mencoba melakukan pendekatan dengan `aliran` lain. Tulisannya setiap
pekan di harian Asharqul Awsath selalu ditunggu pembaca dan menaikkan
tiras koran yang semula diterbitkan di London itu. „Aidh Al-Qarni telah
menuangkan ilmunya melalui tulisan-tulisan, hal ini dapat dilihat melalui
karya-karyanya antara lain: dalam bidang tafsir, Aidh al Qarni di telah
menyususn sebuah kitab tafsir yang diberi nama: Tafsir Al Muyassar,
berjumlah empat jilid, tafsir ini merupakan tafsir yang cukup mudah di pahami
dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia secara rincih dan jelas.
19
Sementara bukunya yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
yang cukup laris yang diterbitkan sejumlah penerbit dan dicetak berulang kali
adalah:
1. La Tahzan, Jangan Bersedih` (Qishti Press).
2. Tips Menjadi Wanita Paling Bahagia di Dunia` (Maghfirah)
3. Menjadi Wanita Paling Bahagia` (Qishti Press)
4. Ramadhankan Hidupmu`(Maghfirah Pustaka)
5. Tersenyumlah`(Gema Insani).
6. Jangan Putus Asa`(Robbani Press).
7. Jangan Berputus Asa` (Darul Haq)
8. Jagalah Allah, Allah Menjagamu (Darul Haq)
9. Majelis Orang-Orang Saleh`(Gema Insani)
10. Cambuk Hati`(Irsyad Baitus Salam)
11. BagaimanaMengakhiriHari-harimu`(SaharaPublisher)
12. Berbahagialah`(Pustaka Al-Kautsar) dan(Gema Insani)
13. Power of Love` (Zikrul Hakim)
14. Al-Azahamah, Keagungan`(Pustaka Azzam)
15. Menakjubkan!`(Aqwam)
16. Jadilah Pemuda Kahfi`(Aqwam)
17. Mutiara Warisan Nabi SAW`(Sahara Publisher)
18. Gerbang Kematian` (Pustaka Al-Kautsar)
Bila di lihat dari karya-karya‟ Aidh Al-Qarni menunjukan bahwa ia
cenderung mengajarkan tentang sastra dan motivasi yang mengenai tentang
syair- syair arab kuno sebagai motivasi untuk umat islam dan fiqih. Karya-
karya „Aidh Al-Qarni hampir keseluruhannya berbentuk prosa yakni karangan
20
bebas yang tidak terikat kepada kaidah yang terdapat didalam puisi. terdapat
satu karya dalam puisi (Kamus Besar Bhasa Indonesia, Balai Pustaka,
2002:899), yaitu Syair Ma‟rifah yang salah satu naskahnya dipopulerkan
seluruh Indonesia termasuk Arab Saudi. Syair itu mengemukakan tentang
empat komponen agama Islam dan motivasi untuk kalangan remaja umat
muslimin, yaitu Iman, Islam, tauhid dan Ma‟rifah. Serta tentang ma‟rifah
sebagai pengetahuan sufi yang memahkotai empat komponen itu. Empat
komponen agama inilah yang akan menentukan seseorang di sebut sebagai
insan kamil (manusia sempurna). Data di atas menunjukan bahwa „Aidh Al-
Qarni dapat dikatakan sebagai penerus yang sesungguhnya dari tradisi
penulisan syair religious yang telah di kenal oleh ribuan umat Islam.
21
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN
A. Sistematika Penulisan Buku “La Tahzan”
Buku La Tahzan karya „Aidh Al-Qarni memiliki sistematika hampir
sama dengan buku lainnya, dengan halaman pertama judul diikuti dengan
nama pengarang yaitu „Aidh Al-Qarni dan penerjemah Samson Rahman,
penerbit Qisthi Press. Halaman berikut tentang pengantar penerbit, pengantar
penerjemah dan pengantar penulis. Dengan bahasa yang halus dan sopan
penulisan buku ini menjelaskan tentang pengetuk hati agar selalu ingat akan
rahmat dan ampunan Allah, bertawakkal dan berbaik sangka kepada-Nya,
mengimani qadha dan qadar-Nya, menjalani hidup sesuai apa adanya,
melepaskan kegundahan tentang masa depan dan mengingat nikmat Allah
untuk mendatangkan kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, kelapangan hati,
membuka pintu optimisme dan menyingkirkan segala kesulitan demi meraih
masa depan yang lebih indah.
Buku La Tahzan, menjelaskan usaha untuk meluruskan berbagai
kesalahan yang terjadi akibat penyimpangan terhadap fitrah saat berinteraksi
dengan sunnah-sunnah Allah, sesama manusia, benda, waktu dan tempat.
Buku ini mencegah agar tidak terus-menerus melawan arus kehidupan,
menentang takdir, mendebat manhaj yang telah digariskan dan mengingkari
bukti-bukti. Selain itu, buku ini mengajak agar senantiasa tenang menatap
perjalanan masa depan, merasa yakin dengan semua potensi dalam diri sendiri,
menyimpan semua energi positif yang ada serta menghimbau untuk
21
22
melupakan tekanan hidup, sesaknya perjalanan usia dan beban perjalanan
hidup sistem pergantian antara pembahasan masalah yang satu dengan
pembahasan masalah yang lain yang ditandai dengan bab-bab tertentu yang
sesuai dengan pembahasan masalah.
Penulis tidak menyusun buku dalam sistematika bab-bab dan pasal-
pasal yang banyak. Penulisan buku ini dengan gaya yang sangat variatif.
Adakalanya membeberkan beberapa permasalahan dalam beberapa paragraf,
kemudian berpindah dari satu permasalahan ke permasalahan lain, kembali
lagi pada bahasan yang sama setelah beberapa halaman pembahasan yang
berbeda ditujukan agar lebih sedap dibaca, lebih enak dan tidak
membosankan. Selain itu, penulis tidak memberi nomor surat dan ayat serta
tidak pernah menyebutkan perawi hadits. Meski demikian, bila hadits yang
disebutkan itu lemah maka penulis selalu mengingatkannya. Adapun bila
hadits itu shahih, maka penulis hanya akan menyebutnya hadits shahih dan
kadangkala tak memberi catatan apapun.. Semua ini dilakukan agar tulisan ini
ringkas, terhindar dari banyaknya pengulangan, penjelasan yang bertele-tele,
dan tidak menjemukan. Pembaca melihat ada beberapa pengulangan pada
sejumlah materi. Meski demikian, penulis selalu berusaha mengemasnya
dalam metode dan struktur pembahasan yang berbeda. Ini memang sengaja
dilakukan untuk menguatkan pemahaman kita dengan cara menyajikannya
lebih sering.
Kelebihan buku La Tahzan terlihat pada bahasan-bahasan yang fokus,
penuh hikmah dan selalu memberi ide untuk merenung sebelum berlanjut pada
23
bahasan berikut. Pada bahagian penutup, hadir pula kata-kata bijak yang
menjadi intisari tulisan-tulisan sebelumnya.
B. Latar Belakang Penulisan Buku “La Tahzan”
Buku ini dinamakan La Tahzan karena pertama, ini alasan dari Al-
Qur‟an. Seperti yang di firman Allah SWT: La tahzan wa laa takhof
(Janganlah bersedih dan janganlah takut). Ayat ini disampaikan Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW ketika bersama-sama sahabatnya Abu Bakar
Ash-Shiddiq memasuki Gua Tsur sebelum melakukan hijrah ke kota Yatsrib,
Madinah al Munawwarah. Kedua, sesungguhnya kesedihan itu adalah
penyakit alam seluruhnya. Muslim atau bukan Muslim, orang pasti mengalami
kesedihan. Sedih karena sakit, sedih karena meninggal, sedih karena kesulitan
hidup dan berbagai masalah. Jadi, karena alasan itulah makanya buku ini
diberi judul La Tahzan (http://profil-insan.blogspot.com/2009/03/dr-aidh-
abdullah-al-qarni-penulis.html diakses pada 20 Desember 2016 jam 16.00
WIB).
Salah satu peristiwa yang mendorong beliau menulis buku La Tahzan
ialah ketika beliau dipenjara selama 10 bulan, sekitar 10 tahun lalu. Beliau
ditahan karena menerbitkan beberapa bait syair berkaitan dengan politik.
Selama dipenjara, beliau banyak membaca buku mengenai musibah dan
masalah manusia, pembunuhan serta hubungan bapak dengan ibu atau anak
dengan orang tua. Hal ini mendorong beliau untuk memberikan solusi kepada
mereka.
24
Untuk menulis La Tahzan, beliau telah menggunakan lebih kurang 300
buku dari berbagai bahasa sebagai rujukan. Pada mulanya beliau menulis bab
per bab. Namun, setelah difikirkan kembali, manusia akan bosan dengan cara
penulisan seperti itu. Maka, Dr. Aidh telah menulis buku La Tahzan secara
berlika-liku seperti sebuah taman, sehingga pembaca seperti sedang berjalan
di tempat yang indah.
Buku La Tahzan merupakan salah satu buku self-help, buku petunjuk
cara hidup dan buku motivasi. Buku ini ditulis untuk siapa saja yang
senantiasa merasa hidup dalam bayang-bayang kegelisahan, kesedihan dan
kecemasan atau orang yang selalu sulit tidur dikarenakan beban duka dan
kegundahan yang semakin berat menerpa. Buku ini akan mengatakan kepada
pembacanya, "Bergembiralah dan berbahagialah!" atau Optimislah dan
tenanglah!
Bahkan, mungkin pula ia akan berkata, “Jalani hidup ini apa adanya dengan
ketulusan dan keriangan!”. Buku ini berusaha meluruskan berbagai kesalahan
yang terjadi akibat penyimpangan terhadap fitrah saat berinteraksi dengan
sunah-sunah Allah, sesama manusia, benda, waktu dan tempat.
Ada beberapa hal penting dari buku ini, diantaranya adalah:
1. Buku ini ditulis untuk mendatangkan kebahagiaan, ketenangan,
kedamaian, kelapangan hati, membuka pintu optimisme dan
menyingkirkan segala kesulitan demi meraih masa depan yang lebih indah.
Buku ini merupakan pengetuk hati agar selalu ingat akan rahmat dan
ampunan Allah, bertawakkal dan berbaik sangka kepada-Nya, mengimani
25
qadha dan qadar-Nya, menjalani hidup sesuai apa adanya, melepaskan
kegundahan tentang masa depan, dan mengingat nikmat Allah.
2. Buku ini mencoba memberikan resep-resep bagaimana mengusir rasa
duka, cemas, sedih, tertekan dan putus asa.
3. Buku ini bersifat umum, alias untuk siapa saja. Singkatnya, untuk kaum
muslim maupun non muslim. Pembicaraan dalam buku ini secara umum
adalah berkaitan dengan watak dan sifat naluriah dan persoalan-persoalan
umum kejiwaan manusia. Namun begitu, buku ini tetap menempatkan
Manhaj Rabbani sebagai penyuluh.
4. Pembaca tidak akan hanya menjumpai kutipan-kutipan pernyataan dari
orang-orang Timur, tetapi juga dari orang Barat.
C. Isi Buku “La Tahzan” tentang Nilai Pendidikan Islam
1. Nilai Pendidikan Islam Secara Umum
Menurut Milton Rokeach dan James Bank nilai adalah suatu tipe
kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan yang
mana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai
sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan. Menurut Sidi Gazalba
mengartikan nilai merupakan sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai
bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah
dan menurut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang
dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi (Thoha,
1996:60-61). Nilai-nilai Islam itu pada hakikatnya adalah kumpulan dari
prinsip-prinsip hidup, ajaran-ajaran tentang bagaimana manusia
seharusnya menjalankan kehidupannya di dunia ini, yang satu prinsip
26
dengan lainnya saling terkait membentuk satu kesatuan yang utuh tidak
dapat dipisah-pisahkan.
Idealnya nilai ajaran Islam dapat terinternalisasikan dalam sistem
pendidikan Islam sehingga outputnya dapat mengembangkan kepribadian
muslim yang memiliki integritas kepribadian tinggi. Menurut Achmadi
(2005:28) pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada
padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya/insan kamil sesuai
dengan norma Islam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai-
nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada
pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai
tujuan hidup manusia yaitu mengabdi kepada Allah SWT.
Macam-macam nilai sangat kompleks dan sangat banyak, pada
dasarnya nilai itu dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dilihat dari
sumbernya nilai dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: (Isna,
2001:98-99)
a. Nilai Ilahiyah (nash) yaitu nilai yang lahir dari keyakinan (belief),
berupa petunjuk dari supernatural atau Tuhan. Dibagi atas tiga hal:
1) Nilai Keimanan (Tauhid/Akidah)
2) Nilai Ubudiyah
3) Nilai Muamalah
b. Nilai Insaniyah (Produk budaya yakni nilai yang lahir dari kebudayaan
masyarakat baik secara individu maupun kelompok) yang terbagi
menjadi tiga:
1) Nilai Etika
27
2) Nilai Sosial
3) Nilai Estetika
Kemudian dalam analisis teori nilai dibedakan menjadi dua jenis
nilai pendidikan yaitu:
a. Nilai instrumental yaitu nilai yang dianggap baik karena bernilai untuk
sesuatu yang lain.
b. Nilai instrinsik ialah nilai yang dianggap baik, tidak untuk sesuatu
yang lain melainkan didalam dan dirinya sendiri (Syam, 1986:137).
Islam memandang adanya nilai mutlak dan nilai intrinsik yang berfungsi
sebagai pusat dan muara semua nilai. Nilai tersebut adalah tauhid
(uluhiyah dan rububiyah) yang merupakan tujuan semua aktivitas hidup
muslim. Nilailain yang termasuk amal shaleh dalam Islam termasuk nilai
instrumental yang berfungsi sebagai alat dan prasarat untuk meraih nilai
tauhid. Pokok-pokok nilai pendidikan Islam yang utama yang harus
ditanamkan pada anak yaitu nilai pendidikan i‟tiqodiyah, nilai pendidikan
amaliyah, nilai pendidikan khuluqiyah (Achmadi, 1992: 58).
a. Nilai Pendidikan I‟tiqodiyah
Nilai pendidikan I‟tiqodiyah ini merupakan nilai yang terkait
dengan keimanan seperti iman kepada Allah SWT, Malaikat, Rasul,
Kitab, Hari Akhir dan Takdir yang bertujuan menata kepercayaan
individu. Iman berasal dari bahasa Arab dengan kata dasar
amanayu‟minu imanan artinya beriman atau percaya. Percaya dalam
bahasa Indonesia artinya mengakui atau yakin bahwa sesuatu (yang
dipercayai) itu memang benar atau nyata adanya. Dalam iman terdapat
28
3 unsur yang mesti berjalan serasi, tidak boleh tumpang antara
pengakuan lisan, pembenaran hati dan pelaksanaan secara nyata dalam
perbuatan. Adapun bukti-bukti keimanan diantaranya: Kaelani HD
(2000: 60-61)
1) Mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya.
2) Melaksanakan perintah-perintah-Nya.
3) Menghindari larangan-larangan-Nya.
4) Berpegang teguh kepada Allah SWT dan sunnah Rasul-Nya.
5) Membina hubungan kepada Allah SWT dan sesama manusia.
6) Mengerjakan dan meningkatkan amal shaleh.
7) Berjihad dan dakwah. Nilai Kemanusiaan.
Pendidikan keimanan termasuk aspek pendidikan yang patut
mendapat perhatian yang pertama dan utama dari orang
tua.Memberikan pendidikan ini kepada anak merupakan keharusan
yang tidak boleh ditinggalkan.Pasalnya iman mendasari keIslaman
seseorang.Pendidikan keimanan harus dijadikan sebagai salah satu
pokok dari pendidikan kesalehan anak. Dengannya dapat diharapkan
kelak ia akan tumbuh dewasa menjadi insan yang beriman kepada
Allah SWT melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Dengan keimanan yang kuat bisa membentengi dirinya dari perbuatan
dan kebiasaan buruk.
b. Nilai Pendidikan Amaliyah.
Nilai pendidikan amaliyah merupakan nilai yang berkaitan
dengan tingkah laku. Nilai pendidikan amaliyah, diantaranya:
1) Pendidikan Ibadah
29
Ibadah merupakan bukti nyata bagi seorang muslim dalam
meyakini dan mepedomani aqidah Islamiyah. Pembinaan ketaan
beribadah kepada anak di mulai dari dalam keluarga. Sejak dini
anak-anak harus diperkenalkan dengan nilai ibadah, seperti
diajarkan melafalkan surat-surat pendek dari Al-Qur‟an untuk
melatih lafal-lafal agar fasih mengucapkannya, karena membaca
Al-Qur‟an adalah ibadah.Kemudian juga anak-anak dilatih
mendirikan shalat, maksudnya agar ketika anak mulai baligh, tidak
perlu bersusah payah belajar shalat.
Pendidikan ibadah merupakan salah satu aspek pendidikan
Islam yang perlu diperhatikan semua ibadah dalam Islam yang
bertujuan membawa manusia agar selalu ingat kepada Allah SWT.
2) Pendidikan Muamalah
Pendidikan muamalah merupakan pendidikan yang memuat
hubungan antara manusia baik secara individu maupun kelompok.
Pendidikan muamalah ini, meliputi:
3) Pendidikan Syakhsiyah
Pendidikan Syakhsiyah merupakan pendidikan yang
memuat perilaku individu, seperti masalah perkawinan, hubungan
suami istri dan keluarga yang bertujuan untuk membentuk keluarga
yang sakinah dan sejahtera.
4) Pendidikan Madaniyah
Pendidikan ini berkaitan dengan perdagangan, seperti: upah, gadai
yang bertujuan untuk mengelola harta benda atau hak-hak indvidu.
30
5) Pendidikan Jana‟iyah
Pendidikan ini yang berhubungan dengan pidana atas pelanggaran
yang dilakukan, yang bertujuan memlihara kelangsungan
kehidupan manusia, baik berkaitan dengan harta, kehormatan,
maupun hak-hak individu yang lain.
6) Pendidikan Murafa‟at
Pendidikan ini berhubungan dengan acara seperti peradilan, saksi
maupun sumpah yang bertujuan untuk menegakkan keadilan
diantara anggota masyarakat.
7) Pendidikan Dusturiyah
Pendidikan ini berhubungan dengan undang-undang Negara yang
mengatur hubungan rakyat dengan pemerintah yang bertujuan
untuk stabilitas bangsa.
8) Pendidikan Duwaliyah
Pendidikan ini yang berhubungan dengan tata negara seperti tata
negara Islam, tata negara tidak Islam, wilayah perdamaian dan
wilayah perang, dan hubungan muslim di negara lain yang
bertujuan untuk perdamaian dunia.
9) Pendidikan Iqtishadiyah
Pendidikan ini berhubungan dengan perkonomian individu
dan negara, hubungan yang miskin dengan yang kaya yang
bertujuan untuk keseimbangan dan pemerataan pendapatan.
c. Nilai Pendidikan Khuluqiyah
Pendidikan ini merupakan pendidikan yang berkaitan dengan
etika (akhlak) yang bertujuan membersihkan diri dari perilaku rendah
31
dan menghiasi diri dengan perilaku terpuji. Pendidikan akhlak
merupakan bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari, karena
seseorang yang tidak memiliki akhlak akan menjadikan dirinya
berbuat merugikan orang lain. Pendidikan akhlak merupakan
pendidikan yang dapat membawa menuju kesuksesan, oleh karena itu
didiklah anak-anak kita dengan akhlak yang baik, karena orang tua
merupakan cerminan yang pertama yang di contoh oleh anak.
Paparan di atas dapat disimpulkan bahwa masing-masing nilai
mempunyai keterkaitan dengan nilai yang satu dengan lainnya, misalkan:
nilai ilahiyah mempunyai relasi dengan nilai insaniyah, nilai ilahi (Hidup
etis religious) mempunyai kedudukan vertical lebih tinggi dari nilai hidup
yang lain. Disamping secara hirarki lebih tinggi, nilai keagamaan
mempunyai konsekwensi pada nilai yang lain dan sebaliknya nilai lain
mempunyai nilai konstitusi pada nilai etis religious.
Adapun pandangan hidup yang mendasari seluruh kegiatan
pendidikan Islam ialah pandangan hidup muslim yang merupakan nilai-
nilai luhur yang bersifat universal yakni Al-Qur‟an dan As-Sunnah yang
shahih juga pendapat sahabat dan juga ulama sebagai tambahan.
Kedudukan Al-Qur‟an sebagai sumber dapat dilihat dari kandungan Surat
Al-Baqarah ayat 2:
Artinya: “Kitab [Tuhan menamakan Al Quran dengan Al kitab yang di
sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran
diperintahkan untuk ditulis] (Al-Qur‟an) ini tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa [Takwa Yaitu
32
memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala
perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-
Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja]”.
Selanjutnya firman Allah SWT dalam QS. Asy-Syuura ayat 17:
Artinya: “Allah-lah yang menurunkan kitab dengan (membawa)
kebenaran dan (menurunkan) neraca (keadilan). dan tahukah
kamu, boleh Jadi hari kiamat itu (sudah) dekat?”.
Al-Qur‟an adalah petunjuk-Nya yang bila dipelajari akan membantu
menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman berbagai problem
hidup. Apabila dihayati dan diamalkan menjadi pikiran rasa dan karsa
mengarah pada realitas keimanan yang dibutuhkan bagi stabilitas dan
ketentraman hidup pribadi dan masyarakat.
Sebagai suatu subjek pelajaran, pendidikan agama Islam
mempunyai fungsi yang berbeda dari subjek pelajaran yang lain.
Pendidikan agama Islam ini mempunyai fungsi yang bermacam-macam,
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing lembaga
pendidikan. Fungsi yang diemban akan menentukan berbagai aspek
pengajaran yang dipilih oleh pendidikan agar tujuannya tercapai.
Pendidikan Agama, termasuk pendidikan agama Islam, dapat diarahkan
untuk mengemban salah satu atau gabungan dari beberapa fungsi, yaitu:
a. Konvensional, dimaksudkan untuk meningkatkan komitmen dan
perilaku keberagamaan seseorang/peserta didik.
b. Neo konvensional, dimaksudkan untuk meningkatkan keberagamaan
peserta didik sesuai dengan keyakinan. Meskipun tujuan utama adalah
33
agar peserta didik diharapkan menjadi “manusia beragama” sesuai
dengan yang diidealkan oleh ajaran agama. Pendidikan agama Islam
ada kemungkinan untuk mempelajari dan mempermasalahkan ajaran
agama lain namun disini mempelajari untuk memperkokoh agama
sendiri dan dalam rangka meningkatkan toleransi antar umat beragama.
c. Konvensional tersembunyi, yaitu pendidikan yang menawarkan
sejumlah pilihan ajaran agama dengan harapan peserta didik akan
memilih salah satu yang dianggap paling benar dan sesuai dengan
dirinya tanpa ada arahan pada salah satu diantaranya.
d. Implisit, dimaksudkan untuk memperkenalkan peserta didik pada
ajaran agama yang secara terpadu dengan seluruh aspek kehidupan
melalui berbagai subyek pelajaran. Fungsi ini lebih menekankan pada
nilai-nilai universal dari ajaran agama-agama yang berguna bagi
kehidupan manusia dalam berbagai aspeknya.
e. Non konvensional, dimaksudkan untuk memahami keyakinan atau
pandangan hidup yang dianut oleh orang lain.
Sebagaimana termaktub dalam Bab II Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa tujuan Pendidikan
Nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang bertaqwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
pada dasarnya adalah manusia seutuhnya.Manusia seutuhnya yang
34
dimaksud disini adalah pertama, manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.Kedua, berbudi pekerti luhur.Ketiga,
memiliki pengetahuan dan keterampilan.Keempat, sehat jasmani dan
rohani.Kelima, berkepribadian mantap dan mandiri.Keenam, memiliki rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk
“meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan
peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim
yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”. Dari
tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan
dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu: (1)
dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; (2) dimensi
pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik
terhadap ajaran agama Islam; (3) dimensi penghayatan atau pengalaman
batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam; (4)
dimensi pengamalan, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah
diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu
mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan,
mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam
kehidupan pribadi sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT serta mengaktualisasikan dan merealisasikan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pasal 26 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan standar
kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan
35
untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia
serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut. Tujuan pendidikan agama Islam dapat dibagi menjadi 4 (empat)
bagian, yaitu:
a. Tujuan ideal
Agar mampu memperoleh hikmah kebijaksanaan hidup berdasarkan
ajaran Islam. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS. Lukman
ayat 12:
Artinya: “dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada
Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan
Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka
Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
b. Tujuan institusional
Agar mengetahui, mengerti dan memahami akidah dan syariah Islam
sebagaimana firman Allah dalam QS.At-Taubahayat 123:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang
kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka
menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah,
bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa”.
c. Tujuan kurikuler
Dalam tujuan ini yang ingin dicapai adalah: mengetahui, memahami,
menghayati dan melaksanakan Rukun Iman, Rukun Islam dan Ihsan.
36
d. Tujuan instruksional
Tujuan akhir dari pendidikan Islam terletak pada perwujudan
penyerahan diri atau ketundukan yang mutlak kepada Allah pada
tingkat individu, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya.
Agama Islam sebagai agama dan objek kajian akademik memiliki
cakupan dan ruang lingkup yang luas. Secara garis besar Islam memiliki
sejumlah ruang lingkup yang saling terkait yaitu:
a. Lingkup keyakinan (akidah)
Akidah secara bahasa (etimologi) biasa dipahami sebagai
ikatan simpul dan perjanjian yang kuat dan kokoh. Ikatan dalam
pengertian ini merujuk pada makna dasar bahwa manusia sejak azali
telah terikat dengan satu perjanjian yang kuat untuk menerima dan
mengakui adanya Sang Pencipta yang mengatur dan menguasai
dirinya, yaitu Allah SWT. Selain itu akidah juga mengandung cakupan
keyakinan terhadap yang gaib, seperti malaikat, surga, neraka, dan
sebagainya. Akidah atau keimanan adalah merupakan hal terpenting
bagian terpenting dalam ajaran Islam. Dari segi bahasa iman diartikan
sebagai pembenaran hati. Iman diambil dari kata amn atau amanah,
yang berarti “keamanan/ketentraman”
b. Lingkup norma (Syariat)
Syariat merupakan aturan-aturan Allah yang dijadikan referensi
oleh manusia dalam menata dan mengatur kehidupannya baik dalam
kaitannya dengan hubungan antara manusia dengan Allah SWT.
hubungan antara manusia dengan Allah SWT. hubungan manusia
37
dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam
sekitarnya. Syariat tidak hanya hukum kongkrit, tetapi juga suatu
kumpulan nilai dan kerangka bagi kehidupan keagamaan Muslim.
Sementara fikih mencakup hukum-hukum syariat secara spesifik,
tetapi syariat itu sendiri juga mencakup ajaran-ajaran etika dan
spiritual yang tidak bersifat hukum secara khusus walaupun hukum itu
tidak pernah terpisah dari moral dalam Islam
c. Muamalah dan perilaku (akhlak/behavior).
Muamalah adalah bentukan dari akar kata “amal” yang berarti
kerja. Muamalah mengandung makna keterlibatan dua orang atau lebih
dalam sebuah amal (kerja). Islam sebagai agama yang komprehensif
menuntut perwujudan iman dalam bentuk amal (kerja) baik dalam
bentuk ritual ibadah kepada Allah SWT maupun dalam hubungannya
dengan sesama manusia bahkan dengan alam sekitarnya.
Penyampaian materi pendidikan Islam agar berhasil dengan baik, perlu
menggunakan metode pengajaran yang sesuai karena metode mengajar
merupakan salah satu faktor yang menentukan tercapainya suatu tujuan
pengajaran. Pada dasarnya metode pengajaran pendidikan agama Islam
sama dengan mengajar ilmu-ilmu yang lain. Adapun macam-macam
metode yang dapat digunakan, meliputi:
a. Metode ceramah
Ceramah adalah penuturan bahwa pelajaran secara lisan. Guru
memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu
tertentu (waktunya terbatas) dan tempat tertentu pula. Disampaikan
38
dengan bahasa lisan untuk memberikan pengertian terhadap suatu
masalah.
b. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah metode pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara guru dan
murid. Dalam komunikasi ini terlihat adanya timbal balik.
c. Metode diskusi
Metode diskusi pada dasarnya adalah saling menukar
informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan
maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas.
d. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk
memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang
berkenaan dengan pelajaran.
2. Nilai Pendidikan Islam dalam Buku “La Tahzan”
Pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan
seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam.
Melalui pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk
kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakini.
Buku “La Tahzan” karya „Aidh Al-Qarni, mengajak pembaca agar
tidak menyesali kehidupan, tidak menentang takdir atau menolak dalil-
dalil dalam Al-Qur‟an dan Sunnah. Kandungan nilai-nilai pendidikan
Islam dalam buku “La Tahzan”, yaitu tentang nilai pendidikan i‟tiqodiyah
yaitu nilai yang terkait dengan keimanan dan nilai pendidikan amaliyah
39
yaitu nilai yang berkaitan dengan tingkah laku, etika (akhlak) yang
bertujuan membersihkan diri dari perilaku rendah dan menghiasi diri
dengan perilaku terpuji (pembinaan terhadap remaja/pemuda Islam). Nilai
disini menunjukkan pada sesuatu yang terpenting dalam keberadaan
manusia, berharga atau asasi bagi manusia. Oleh karena itu, bila dilihat
dari pendidikan Islam nilai merupakan jalan hidup yang berproses pada
wilayah ritual dan berdimensi eskatologis diajarkan perlunya penghayatan
nilai-nilai Ketuhanan.
Manusia memerlukan bimbingan serta tata cara ibadah yang baik,
berdoa yang benar, berperilaku yang baik dan sebagainya. Proses
pembentukan nilai dikelompokan menjadi 5 tahap, yaitu:
a. Tahap receiving (menyimak), seseorang secara aktif dan sensitif
menerima stimulus dan menghadapi fenomena-fenomena, sedia
menerima secara aktif dan selektif dalam memilih fenomena.
b. Tahap responding (menanggapi), seseorang sudah dalam bentuk
respons yang nyata.
Jadi tahap pertama dan kedua lebih bersifat aktivitas fisik biologis
dalam menerima dan menanggapi nilai.
c. Tahap valuing (memberi nilai), seseorang sudah mampu menangkap
stimulus itu atas dasar nilai-nilai yang terkandung didalamnya dan
mulai mampu menyusun persepsi tentang objek.
d. Tahap mengorganisasikan nilai (organization), seseorang mulai
mengatur sebuah sistem nilai dari luar untuk diorganisasikan (di data)
dalam dirinya sehingga sistem nilai itu menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam dirinya.
40
e. Tahap karakterisasi nilai (characterization), ditandai adanya
ketidakpuasan seseorang untuk mengorganisir sistem nilai yang
diyakini dalam kehidupan secara mapan dan konsisten (Karthwohl
dalam Lubis, 2011: 19).
Sebagaimana telah dijelaskan, Al-Qorni secara implisit
menawarkan beberapa metode pendidikan Islam, antara lain:
a. Melalui pergaulan
Pergaulan memiliki peran yang amat penting bersifat edukatif,
pendidik harus mampu mengkomunikasikan nilai-nilai luhur agama,
baik cara jalan diskusi ataupun tanya jawab. Sebaliknya, bagi pembaca
mempunyai banyak kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang tidak
dipahami. Sehingga wawasan mereka tentang nilai-nilai agama
tersebut akan diinternalisasikan dengan baik. Pergaulan yang erat akan
menjadikan kedua merasa tidak ada jurang diantara keduanya. Melalui
pergaulan yang demikian remaja/peserta didik yang bersangkutan akan
merasa leluasa untuk mengadakan dialog dengan guru/orang yang
lebih mengetahui. Cara tersebut akan efektif dilakukan untuk
menanamkan nilai-nilai agama.
b. Melalui pemberian suri tauladan
Merupakan sarana pendidikan yang sangat efektif bagi
kelangsungan mengkomunikasikan nilai-nilai agama. Konsep suri
tauladan yang ada dalam pendidikan berbentuk tingkah laku,
pembicaraan, cara bergaul, amal ibadah, tegur sapa dan sebagainya.
Melalui contoh-contoh tersebut nilai-nilai luhur agama akan
41
diinternalisasikan sehingga menjadi bagian dari dirinya yang kemudian
diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari.
Pada hakikatnya di lembaga pendidikan dan dalam kehidupan
sehari-hari membutuhkan suri tauladan, karena sebagian besar dari
pembentukan pribadi seseorang adalah dari keteladanan yang diamati
dari seseorang yang lebih tua. Jika di rumah, keteladanan tersebut di
terima dari kedua orang tua dan orang-orang dewasa dalam keluarga.
Begitu pula keteladanan yang di terima dari lingkungan di sekitar. Oleh
sebab itu, sebagai seorang pendidik/orang-tua hendaknya mampu
menampilkan akhlak karimah sebagaimana diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW.
c. Melalui ajakan dan pengamalan
Nilai-nilai luhur agama Islam yang diajarkan bukan untuk
dihafal menjadi ilmu pengetahuan (kognitif), akan tetapi untuk dihayati
(afektif) dan diamalkan (psikomotorik) dalam kehidupan sehari-hari.
Islam adalah agama yang menyerukan kepada pemeluk untuk
mengerjakan sehingga menjadi umat yang beramal shaleh. Menurut
teori pendidikan terdapat metode yang bernama learning by doing
yaitu belajar dengan mempraktekkan teori yang telah dipelajari,
dengan mengamalkan teori yang dipelajari akan menimbulkan kesan
yang mendalam sehingga mampu diinternalisasikan. Hasil belajar
terletak dalam psikomotorik yaitu mempraktekkan ilmu yang dipelajari
seperti nilai luhur agama di dalam praktek kehidupan sehari-hari.
42
d. Metode nasihat, dengan pemberian nasehat ini seseorang dibekali dari
pengalaman-pengalaman orang lain dalam rangka memperbaiki diri
(Al-Qorni, 2004:25).
e. Metode muhasabah, sama halnya dengan introspeksi diri. Setiap
manusia dianjurkan untuk senantiasa merenungkan apa yang telah
diperbuat untuk menghindarkan diri dari kelalaian dan dilanjutkan
dengan bertaubatan atau memohon ampun atas segala dosa yang sudah
dilakukan (Al-Qorni, 2004:84).
f. Metode mengisi kekosongan yaitu metode dengan memanfaatkan
waktu luang. Dimana waktu luang yang dimiliki diisi dengan kegiatan
yang positif sehingga menjadikan diri ini juga dalam kondisi yang baik
(Al-Qorni, 2004:47).
g. Metode melalui peristiwa-peristiwa, diceritakan sebuah kisah baik
kisah pada masa kini maupun kisah masa lampau pada zaman Nabi dan
sahabat terdahulu. Hal ini diharapkan supaya dapat mengambil
hikmah dan inti sari atas peristiwa yang terjadi (Al-Qorni, 2004:36,
158).
h. Metode penilaian diri yaitu ketepatan seseorang di dalam
menempatkan diri sesuai dengan kemampuan yang ada di dalam
dirinya. Nilai diri seseorang tidak ditentukan oleh banyak harta dan
rupa yang menawan, melainkan dari akhlak yang ditampilkan dalam
keseharian (Al-Qorni, 2004:174).
i. Metode penerimaan qadha dan qadar, seseorang yang memiliki iman
akan menerima dengan rela hati setiap pemberian dari Allah baik itu
pemberian yang baik atau jelek sekalipun. Dengan adanya kerelaan
43
hati seseorang akan hidup jauh dari rasa cemas dan kekurangan (Al-
Qorni, 2004:86, 351).
j. Metode „uzlah, adalah sejenak mengasingkan diri. Yang dimaksud
„uzlah disini adalah mengasingkan diri dari segala bentuk kejahatan
dan kemubahan yang berlebihan yaitu semua hal yang melalaikan
manusia dari kebaikan dan ketaatan. Dengan ber‟uzlah maka dada
menjadi lapang dan terkikis semua kesedihan (Al-Qorni, 2004:287).
k. Metode ketauladanan orang lain, metode tauladan ini seseorang bisa
mencontoh perbuatan positif dari orang lain dan metode ini salah satu
metode paling efektif dalam pendidikan (Al-Qorni, 2004:115).
l. Metode hiwar/dialog, metode ini ada pendidikan afektif yang
mengundang ulang suatu kesan ke arah sasaran tertentu untuk
mengarah mengambil yang baik dan meninggalkan yang buruk. Dialog
ini mempunyai dampak psikologis yang dalam. Ia menanamkan ke
dalam jiwa rasa ingi tahu, syukur kepada Allah, disamping rasa taat
untuk menjalankan segala perintah Allah (Al-Qorni, 2004:92, 97, 104).
Tujuan pendidikan Islam yang tertuang dalam buku “La Tahzan”,
meliputi: tercapainya berbagai kemampuan (seperti: kecakapan jasmani,
pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan ilmu sosial, kesusilaan,
keagamaan, kedewasaan dan jasmani rohani). Kemudian inti dari tujuan
tersebut adalah untuk mewujudkan kepribadian muslim yaitu kepribadian
yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan ajaran Islam. Hal ini nampak
bahwa tujuan yang sebenarnya adalah untuk hidup seimbang, bahagia
dunia dan akhirat. Manusia sebagai khalifah di muka bumi akan terdorong
untuk melakukan pengelolaan serta mendayagunakan ciptaan Allah untuk
44
kesejahteraan hidup bersama dengan yang lainnya. Adanya pendidikan
Islam diharapkan mampu menciptakan manusia yang sempurna, mampu
mengamalkan ajaran Allah, meliputi: akal, hati maupun keterampilan agar
bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat guna meraih kebahagiaan di
dunia dan juga di akhirat.
Materi pendidikan Islam yang termuat dalam buku “La Tahzan”,
sebagai berikut:
a. Ketuhanan
Aspek ketuhanan atau keimanan merupakan segi terpenting
dalam pendidikan Islam, karena tujuan pertama dari pendidikan Islam
adalah membentuk manusia yang beriman kepada Allah. Iman bukan
sekedar ucapan atau pengakuan belaka. Iman merupakan kebenaran
yang jika masuk ke dalam akal akan memberi kepuasan akli, jika
masuk ke dalam perasaan akan memperkuatnya, jika masuk ke dalam
iradah atau keinginan (will) akan membuatnya dinamis dan mampu
menggerakkan. Dalam Al-Qur'an ada ayat yang mengisyaratkan hal
ini, yaitu:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah
orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan
Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka
berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada
jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar” (QS.
Al-Hujurat: 15).
45
Tiang pendidikan berdasar Ketuhanan adalah hati yang hidup
yang berhubungan dengan Allah Swt, meyakini pertemuan dengan-
Nya dan hisab-Nya, mengaharapkan rahmat-Nya dan takut akan siksa-
Nya. Hati adalah satu-satunya pegangan yang dapat ditunjukkan oleh
seorang hamba kepada Tuhannya pada hari kiamat sebagai sarana bagi
keselamatannya.
b. Kesempurnaan dan kelengkapan
Hakikatnya pendidikan Islam mementingkan keseluruhan
aspek-aspek ini dan ingin mewujudkan semua macam pendidikan
secara utuh. Yang demikian itu karena pendidikan Islam adalah
pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmani,
akhlak dan ketrampilan. Karena pendidikan Islam menyiapkan
manusia untuk hidup, baik dalam keadaan senang atau susah maupun
dalam keadaan damai dan perang; dan menyiapkan untuk menghadapi
masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatan, manis dan pahit.
Oleh karena itu, perlu diperhatikan pendidikan itu berjuang dan
pendidikan kemasyarakatan, sehingga seorang muslim tidak terasing
hidup dari masyarakat sekitarnya. Sesungguhnya kesempurnaan dan
kelengkapan yang menyeluruh adalah ciri khas Islam baik dalam
bidang akidah, ibadah dan hukum.
Sub bab ini peneliti akan memaparkan nilai-nilai pendidikan Islam
yang terkandung yakni nilai religius, percaya diri dan nilai cinta ilmu.
a. Nilai religius
1) Iman adalah kehidupan
“Orang-orang yang sesungguhnya paling sengsara adalah mereka
yang miskin iman dan mengalami krisis keyakinan. Mereka ini,
46
selamanya akan berada dalam kesengsaraan, kepedihan,
kemurkaan dan kehinaan” (Al-Qarni, 2004:25).
Hal ini dapat dijelaskan kepada setiap pembaca untuk
menghindarkan diri menjadi orang miskin dan krisis pada hal
keimanan. Maksudnya, kata miskin dan krisis adalah kekosongan
rasa percaya akan eksistensi Tuhan dalam hati manusia. Sehingga,
diibaratkan dengan orang yang tidak punya uang, ketika uang
tidak ada di genggaman tentu ada rasa khawatir, resah, gelisah
dan sebagainya. Berikut juga dengan orang yang tidak memiliki
iman di dalam dirinya, meskipun tampak terlihat baik-baik saja,
namun hatinya terasa kering dan kosong. Di jelaskan pula bahwa
orang yang tidak memiliki iman akan mengalami kesengsaraan
dalam hidupnya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Thaha
ayat 124:
Artinya: “dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka
Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan
Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
Keadaan buta”.
Jika dengan Tuhan-nya yang menciptakan manusia,
mereka tidak meyakini dan menyembah-Nya maka inilah yang
menunjukkan awal kerapuhan karakter dalam diri setiap
manusia, dalam hal keyakinan atau iman saja jika tidak di
miliki maka tentunya seseorang akan merasa bingung, selalu
47
mempertanyakan sebuah hakekat, sebab ia tidak memiliki pondasi
atau aturan-peraturan yang dapat di jadikan pedoman untuk
keberlangsungan hidup di dunia. Sehingga, dampaknya sangat
potensial sekali untuk memiliki karakter yang buruk dalam suatu
hal sebab kosong dan keringnya hati tanpa dasar keimanan. Para
ulama salaf menjadikan amal sebagai unsur keimanan. Oleh
sebab itu, iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana
amal juga bertambah dan berkurang. Ini adalah definisi menurut
Imam Malik, Imam Dzahi (https://www.academia.edu/Wiwin,
makalah tentang iman, ilmu dan amal diakses 2 Februari 2017).
Keyakinan hati, perkataan lisan dan amal perbuatan, bisa
bertambah dan bisa berkurang mereka di atas keimanan mereka
yang sudah ada termaklub dalam firman Allah QS. Al Fath ayat 4:
Artinya: “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam
hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka
bertambah di samping keimanan mereka (yang telah
ada). dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi
(yang dimaksud dengan tentara langit dan bumi ialah
penolong yang dijadikan Allah untuk orang-orang
mukmin seperti malaikat-malaikat, binatang-binatang,
angin taufan dan sebagainya,) dan adalah Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana”
Keimanan adalah hal yang paling mendasar yang harus dimiliki
seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman
kepada-Nya.
48
2) Cukuplah Allah Menjadi Pelindung Kami dan Allah adalah Sebaik-
baik Pelindung
“Menyerahkan semua perkara kepada Allah, bertawakkal
kepada-Nya, percaya sepenuhnya terhadap janji-janji-Nya, ridha
dengan apa yang dilakukan-Nya, berbaik sangka kepada-Nya,
dan menunggu dengan sabar pertolongan dari-Nya merupakan
buah keimanan yang paling agung dan sifat paling mulia dari
seorang mukmin. Dan ketika seorang hamba itu tenang bahwa
apa yang akan terjadi itu baik baginya dan ia menggantungkan
setiap permasalahannya hanya kepada rabb nya, maka ia akan
mendapatkan pengawasan, perlindungan, pencukupan, serta
pertolongan dari Allah” (Al-Qarni, 2004:36).
Bab ini menjelaskan bahwa ketika seorang hamba telah
benar-benar yakin dengan cara mengembalikan semua yang
terjadi padanya baik itu perkara yang menyenangkan maupun
menyedihkan maka, Allah akan mencukupkan bagi hamba
tersebut dalam pengawasan, perlindungan, pencukupan, dan
terlebih lagi pertolongan-pertolongan Allah yang terkadang tidak
kita sadari kehadirannya. Dalam sebagian hadits yang bersumber
dari Rasulullah Saw disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang memohon perlindungan kepada Allah sekali,
niscaya Allah akan melindunginya pada hari itu” (Al-Falahi,
2003:123). Dalam buku rahasia dan keajaiban takwa menjelaskan,
bahwa setiap hari iblis mengirimkan pasukannya sebanyak 360
pasukan yang menyesatkan orang mukmin. Oleh karena itu,
jika orang mukmin memohon kepada Allah, niscaya Allah akan
melihat hatinya sebanyak 360 kali dan setiap pandangan-Nya akan
membinasakan setiap setan-setan tersebut. Bayangkan, saat Allah
49
selalu mengawasi kita setiap detiknya agar kita terhindar dari
godaan - godaan syetan yang selalu mencegah kita untuk
senantiasa beribadah kepada Allah, maka sungguh tenang setiap
hati orang yang berlindung kepada Allah.
Oleh karena itu, hubungan bab ini dengan nilai religius
adalah dengan keistiqomahan seorang hamba dalam dirinya
untuk selalu bergantung kepada Allah dan percaya bahwa
Allah akan melindunginya maka hal tersebut menjadikan
seseorang memiliki karakter religius.
3) Jangan Bersedih, Karena Rabb Maha Pengampun Dosa dan
Penerima Taubat
“Selama hamba itu bertaubat, meminta ampunan dan menyesali
perbuatannya, maka Allah akan mengampuninya” (Al-Qarni,
2004:84).
Bab ini berisi anjuran kepada setiap hamba yang
beriman, apabila suatu saat ia melakukan sebuah kesalahan maka,
segeralah menyesali perbuatan salah tersebut dan bersegera minta
ampunan kepada Allah SWT. Manusia itu tempatnya salah dan
lupa Sehingga, ketika manusia berbuat salah baik itu karena tidak
sengaja ataupun di sengaja sekalipun, itu memang sudah
kodrat mereka. Manusia banyak sekali membuat kesalahan yang
membuat sesama merasa terganggu atau bahkan tidak menyukai.
Jika terjadi sampai seperti itu, berarti ia tidak menyesali
50
perbuatannya, ia terus melakukan kesalahan dan perbuatan-
perbuatan jelek berkali-kali.
Ditinjau dari sisi sosial, orang yang sudah kelewat batas
melakukan kesalahan-kesalahan pasti tidak disukai orang lain,
walaupun saat itu, ia mengakui kesalahannya dan meminta maaf,
terkadang hati manusia masih tidak menerima. Dan tentu, pikiran
dan hati orang yang berbuat salah tidak akan nyaman dan merasa
malu. Namun, Allah SWT berfirman dalam QS. Az-Zumar ayat
53:
Artinya: “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui
batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa (dalam hubungan ini lihat Surat
An Nisa ayat 48) semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Ayat ini menurut peneliti, Allah mengkhususkan firman-Nya bagi
orang-orang yang melampaui batas. Allah memberikan
kemurahan-Nya bagi mereka yang telah berbuat salah, lalu
hendak bertaubat namun masih ragu dan takut akan
ketidakpedulian Allah sebab perbuatan-perbuatan jeleknya. Oleh
karena itu Allah mengatakan, Jangan berputus asa, sehingga
selama nafas masih di kandung badan, kesempatan bertaubat
tetap ada dan terbuka. Kemurahan Allah kepada hamba-Nya
51
sangat besar, tidak malukah kita yang setiap hari berbuat salah dan
dosa? Bab ini berhubungan dengan nilai karakter religius yang
mana bagi setiap orang yang merasa putus asa sebab terpuruk dan
terpenjara oleh perbuatan tidak baik di masa lalu. Kemudian ia
menyesalinya, maka benar, Allah pasti akan menerima taubat setiap
hambanya yang mau bersungguh-sungguh.
4) Berbaik sangkalah Kepada Rabb
“Ibnu al-Wazir dalam bukunya yang terkenal, -Qawashim,
mengatakan bahwa harapan terhadap rahmat Allah akan selalu
membukakan pintu harapan bagi diri seorang hamba, akan
menguatkannya untuk melakukan ketaatan, dan membuatnya
semakin antusias dalam melakukan amalan-amalan sinah dan
bersegera untuk melakukan kebaikan. Ini benar. Sebab, tidak
semua jiwa akan menjadi baik kecuali dengan mengingat
rahmat, ampunan, taubat, dan kesabaran Allah. Karena sikap
Allah yang demikian baik, maka mereka pun mendekatkan
diri kepada-Nya, dan berusaha keras untuk melakukan kebaikan”
(Al-Qarni, 2004:141).
Bab ini penulis memberikan stimulus kepada pembaca
bahwa ketika seseorang dihadapkan pada sebuah persoalan
yang rumit, musibah, atau ketidakpuasan terhadap sesuatu, maka
yakinlah Allah memberikan sebuah pelajaran berharga dan hikmah-
hikmah yang terpendam di dalam kejadian-kejadian tersebut.
Dalam urusan berprasangka baik, tidak hanya lazim kepada
sesama makhluk saja, kepada Allah kita harus lebih besar dan
lebih kuat melakukannya. Sebab, kehendak Allah bergantung
kepada prasangka setiap hambanya. Ketika di beri cobaan oleh
Allah mencobalah berprasangka baik dengan cara memikirkan
52
bahwa setiap cobaan dari Allah mengandung hikmah yang besar
serta nikmat yang banyak. Maka dari itu, hubungannya dengan
nilai karakter religius dalam bab ini adalah seseorang akan lebih
yakin dan patuh kepada Allah sebab prasangkanya yang selalu
positif kepada Allah.
5) Jangan Bersedih Selama Anda Beriman Kepada Allah
“Keimanan adalah rahasia di balik kerelaan, ketenangan dan
rasa aman. Sebaliknya, kebingungan dan kesengsaraan selalu
mengiringi kekufuran dan keraguan. Sering saya (al-Qarni)
melihat orang-orang pandai-bahkan jenius- yang jiwa mereka
hampa dari cahaya risalah. Sehingga pernyataan-pernyataan
mereka terhadap hal sangat menyakitkan. Saya (al-Qarni) menjadi
tahu bahwa dengan keimanan, manusia akan dapat menggapai
bahagia. Sebaliknya, dengan kebingungan dan keraguannya dia
menjadi sengsara” (Al-Qarni, 2004:147).
Al-Qarni dalam bab ini menjelaskan bahwa keimanan
merupakan sebab munculnya rasa tenang, dan aman. Sebab, orang
yang memiliki iman merasa bahwa dirinya akan terus dilindungi
oleh Dzat yang menguasai seluruh isi dunia ini, Dzat yang berada
di atas segalanya, oleh karena itu ia merasa aman dan tenang.
Kemudian, Al-Qarni berkata bahwa beliau seringkali mendapati
orang yang pintar secara ilmu (umum), namun kurang ainya sebab
terkesan dogmatis, doktriner, dan sebagainya. Sehingga,
mereka memandang sebelah mata namun hati mereka terus
mencari sebuah kebenarannya. Akhirnya seperti orang bingung
walaupun ia pintar. Peneliti pernah mendengar ucapan dari seorang
guru, bahwa kita hidup di dunia ini memerlukan 2 ilmu. Namun,
53
utamakan dulu sebab ilmu dunia atau perkara dunia akan
mengikuti. Sehingga, kaitan antara nilai karakter religius dengan
bab ini adalah jangan bersedih atau merasa minder dengan orang
yang memiliki kita. Apalagi hanya ingin mendapatkan sebuah
pekerjaan.
6) Iman: Obat Paling Mujarab
“Salah seorang psikiater terkenal, Dr. Carl Jung, pada halaman 206
dari berjudul The modern Man In Search of Spirit, orang-orang
dari berbagai negeri berperadaban datang menemui saya untuk
berkonsultasi. Saya telah mengobati ratusan pasien dan
sebagian mereka berusia setengah baya, yakni 35 tahun ke
atas. Dan tak seorang pun diantara mereka yang tidak
mengembalikan persoalannya kepada agama sebagai pandangan
hidup. Maka, bisa saya (al-Qarni) katakan bahwa setiap dari
mereka yang jatuh sakit karena kehilangan apa yang telah
diberikan agama kepada orang-orang yang beriman. Dan, jika
belum mampu mengembalikan keimanannya yang sejati, maka
tidak akan bisa disembuhkan” (Al-Qarni, 2004:158).
Pada bab ini penulis mengutip pengalaman seseorang yang
telah menyembuhkan pasien-pasiennya selama 30 tahun. Sakit
yang di derita tiap pasien bukan sakit secara fisik, melihat buku
yang di kutip oleh penulis, peneliti meyakini bahwa sakit yang
di derita pasien adalah sakit secara psikis, misalkan perasaan
yang tidak tenang, merasa cemas, kawatir dan sebagainya. Oleh
karenanya, al-Qarni mengatakan bahwa orang yang telah
istiqomah melakukan apa yang di perintah dalam agamanya,
kemudian suatu saat ia lalai, maka hilanglah ketenangan itu. Ia
akan se mbuh apabila keistiqomahannya dijalani kembali.
Sehingga, kecemasan itu pasti akan hilang dan hidup menjadi
54
tenang sebab apa yang dijalaninya dahulu telah di temukan
kembali.
Keterkaitan bab ini dengan nilai religius adalah seseorang
yang istiqomah menjalankan apa yang memang sudah diyakini dan
merasa tenang saat melakukannya, maka lakukan dengan
berkelanjutan. Sebab, jika suatu ketika tidak melakukannya,
kemudian itu dilakukan berulang-ulang, pasti dalam dirinya akan
kehilangan sesuatu yang membuat perasaan dan pikiran menjadi
resah, takut, dan sebagainya. Sebab, suatu hal yang sudah maka
akan mambawa rasa nyaman, tenang, dan bahagia dalam menjalani
hidup.
7) Jangan Bersedih Karena Allah Mengabulkan Permohonan Seorang
“Musyrik. Apalagi Terhadap Muslim yang Bertauhid Selama
meneliti pernyataan-pernyataan ulama, sejarawan, dan
sastrawan muslim, ternyata saya (Aidh al-Qarni) tidak
mendapatkan petunjuk bahwa mereka pernah mengalami depresi,
tekanan dan penyakit jiwa. Hal ini disebabkan mereka hidup
dalam agama: penuh ketenangan dan kedamaian kehidupan mereka
jauh dari benturan-benturan dan tekanan-tekanan kearah tertentu”
(Al-Qarni, 2004:159).
Dalam bab ini nilai religius yang dalam pesan nya penulis
menganjurkan kepada setiap orang, baik tua - muda, kaya - miskin,
untuk tetap beriman kepada Allah yang telah menciptakan
mereka sebagian dari bawah ke atas, dan tidak dihadapkan
kecuali kepada Dzat yang kekuasaannya melebihi kekuasaan yang
berdoa. Setiap manusia menginginkan kebaikan, akan tetapi
pandangannya terbatas dan usahanya pun terbatas. Manusia
55
memandang bahwa harta itu adalah sesuatu yang baik, maka ia pun
memohon kepada Allah agar diberikan kepadanya, bahkan
terkadang berdoa dengan keburukan bagi orang lain dipandangnya
merupakan pengakuan manusia tentang kelemahannya. Seseorang
yang telah mengimani Allah sebagai tuhannya harus memahami
bahwa rahmat Allah besar dan luas bagi seluruh ciptaannya, Allah
memiliki sifat rahman dan rahiim yang memiliki kapasitas masing-
masing, sehingga kita sebagai umat Islam tidak perlu khawatir
atau bersedih akan bertambahnya kenikmatan saudara kita
yang tidak seiman dengan kita, sebab rahman Allah bagi
seluruh ciptaannya, entah itu tumbuhan, hewan, gunung dan
lain-lain. Allah itu Dzat yang maha adil. Giliran kita sebagai orang
yang mereka yang belum beriman kepada Allah lewat nikmat-
nikmat yang diberikan kepada mereka kita lebih berbuat baik
kepada mereka, sehingga mereka tersadar dan mendapatkan
hidayah untuk masuk Islam.
Begitu banyak penduduk di muka ini hidup dengan
segala perbedaannya, berbeda secara fisik, kul tur, agama, dan
lain - lain. Namun, dengan belas kasih Allah manusia yang
berbeda - beda masih tetap hidup berdampingan dengan
nyaman, setiap pagi ketika beranjak dari tidur mereka masih
bisa melakukan segala aktivitas nya dengan tenang. Walaupun,
masih ter dengar di sana - sini masih banyak cobaan - cobaan
56
yang menimpa, namun Allah tetap memberikan kenikmatan dengan
adanya rasa saling simpatik manusia terhadap orang lain. Hal ini di
sebabkan, mereka memiliki satu tujuan yang mereka jadikan
pegangan hidup yaitu, mereka yakin dan percaya adanya tuhan
di atas segala sesuatu. Ketika seseorang sudah yakin akan
adanya eksistensi Tuhan dalam segala hal, maka seseorang
tersebut akan selalu kontinyu berharap dan memohon kepada
tuhannya agar diberikan hidup dalam ketentraman, kebahagian
dan terlepas dari belenggu keduniawian, ia akan menjadi yakin
bahwa Tuhan lah yang akan membalas segala perbuatan menurut
kadarnya. Sebagaimana dalam firman Allah QS. Al-Zalzalah ayat
7:
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya”.
8) Jangan Bersedih Lantaran Anda Beriman Kepada Allah
“Ahli Tafsir menyebutkan, salah satu nikmat penduduk surga
adalah kemampuan mereka melihat ahli neraka. Sehingga
mereka bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah
dianugerahkanNya. Segala sesuatu akan beda jika dibandingkan
dengan kebalikannya” (Al-Qarni, 2004:174).
Sebagaimana kata - rumput tetangga lebih hijau hal lain
yang sama maka akan tampak kelebihan atau kekurangan hal
tersebut. Sehingga, seseorang yang membandingkan sesuatu
tersebut akan melihat mana sisi yang baik dan mana sisi
buruknya. Dari penilaian tersebut seseorang akan berani untuk
57
memutuskan apa yang terbaik untuknya. Dalam hal ini bisa
menjadikan seseorang untuk bersikap lebih selektif dalam urusan
apapun. Seseorang mampu untuk membawa dirinya dalam
keadaan dan situasi apapun, karena ia telah memiliki sebuah
pegangan hidup. Pegangan hidup seorang mukmin adalah pada Al-
Qur‟an dan hadist yang merupakan kalam Allah dan NabiNya.
Seorang mukmin hanya di beri 2 tugas oleh Allah yakni
melaksanakan perintah Allah, menjauhi laranganNya dan
merasa cukup dengan Allah yang berada di hatinya.
Sehingga, kaitannya bab ini dengan nilai religius adalah
ketika kita dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa hidup
kita tidak lebih baik dari orang lain yang berlainan keyakinan,
maka tak perlu bersusah-susah atau bersedih hati sebab, kelak di
akhirat hidup kita lebih nyaman, mereka nantinya akan kekal di
dalam neraka sebab berpaling dari agama Allah SWT, dan
sebab rasa yakin kita kepada Allah kitalah yang nantinya di
masukkan ke dalam Syurga-Nya, bertemu dengan pada Nabi-Nya,
dan hisab kita juga lebih ringan dari mereka, karena sisi
keduniawian kita hanya sebatas butuh saja. Oleh karena itu, jangan
buang-buang waktu di dunia hanya untuk melihat keduniawian
saja uruslah akhiratmu mulai di dunia.
9) Jangan Bersedih Selama Anda Memahami Islam
“Sungguh menderita orang yang tidak memahami Islam dan tak
mendapat petunjuk untuk memeluknya. Islam membutuhkan
58
promosi dari kaum muslimin dan orang-orang yang
mendukungnya. Islam butuh iklan yang mendunia. Sebab Islam
adalah kabar agung. Dan seruan kepada Islam hendaknya,
merupakan sesuatu yang bermutu: bernilai tinggi, sistemis dan
penuh daya tarik. Sebab, kebahagian manusia tak akan
ditemukan, kecuali dalam agama yang benar dan abadi” (Al-Qarni,
2004:176).
Dalam bab ini, Al-Qarni mengajak kepada pembaca untuk
lebih yakin kepada agama Islam yang telah dianut. Umat
Islam memahami bahwa agama Islam adalah agama yang paling
benar, agama Islam adalah agama yang sangat jelas dari segala
aspeknya. Orang-orang yang sudah memeluk agama Islam tahu
benar dan tidak meragukannya sedikit pun. Kendati demikian,
agar orang-orang di sekitar kita yang belum menerima
kebenaran yang mutlak yakni agama Islam maka, al-Qarni
dalam tulisannya mengajak kita sebagai umat Islam untuk
mendakwahkan, menyerukan, dan mengajak saudara-saudara kita
yang masih tersesat pada pemahaman lama, di jelaskan bahwa
orang yang sudah memeluk agama Islam hendaknya
bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ajaran-ajaran Islam. Ia
harus menunjukkan identitasnya sebagai pemeluk agama yang
setia dan fanatik terhadap agamanya. Dengan melakukan kebaikan
kepada orang lain tanpa memandang apapun, sehingga dengan
sendirinya akan terbentuk sebuah karakter diri yang bernilai
tinggi dan tampaklah karakter agama Islam yang mengemban
nilai-nilai religius yang tinggi.
59
10) Jangan Bergantung Kepada Selain Allah
“Jika yang menghidupkan, yang mematikan, dan yang
memberi rezeki itu adalah Allah, lalu mengapa harus ada rasa
takut kepada sesama? Menurut hemat saya (Al-Qarni), yang
membuat kesuntukan dan kegusaran itu adalah sikap bergantung
kepada orang lain, keinginan mencari simpati mereka,
keinginan untuk dipuji, dan keinginan untuk tidak dicela.
Padahal ini merupakan kelemahan dalam bangunan tauhidnya” (Al-
Qarni, 2004:218).
Bab ini menjelaskan, sebagai manusia yang tercipta dengan
kekuasaan Allah untuk hidup dibumi, maka cukuplah hanya Allah
sebaik-baik tempat meminta, berkeluh kesah dan bergantung.
Percuma saja seseorang yang bergantung kepada manusia yang
lain, hidupnya hanya akan menjadi benalu bagi orang lain,
meskipun dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup saling
membutuhkan satu sama lain, namun bukan berarti manusia tidak
berusaha, jika hidup hanya untuk bergantung pasti hidup nya
akan selalu menyusahkan kehidupan orang lain, dan ia tidak akan
disukai oleh banyak orang, inilah yang di maksud al-Qarni
bahwa terlalu bergantung pada orang lain akan membuat
perasaan diri menjadi sering kecewa, selalu gusar, dan tidak
tenang.
Usaha setiap orang tidak ada yang sia-sia, selama
berani mencoba pasti bertemu dengan hal-hal dan pengalaman
baru yang bisa di jadikan pelajaran. Hasil tidak akan pernah
membohongi sebuah usaha, oleh karena berusahalah semaksimal
mungkin, pasrah kan semua kepada Allah, menentukan takdir
60
makhluknya. Sehingga, akan terus istiqomah dalam hati manusia
untuk selalu tetap percaya pada kekuasaan Allah dan
terbentuk karakter religius yang selalu yakin dengan Allah.
11) Berlindunglah Kepada Allah
“Allah adalah nama yang mulia dan agung, nama yang paling
mudah berasal dari akar kata a-la-ha, yang berarti; dzat yang
dituhankan oleh hati, yang dicintainya, yang karenanya hati
menjadi bahagia, yang di terima hati dengan segala kerelaan, dan
yang menjadi tempat hati bergantung. Lebih dari itu, sangat
tidak mungkin hati mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan
dengan yang lain kecuali dengan-Nya” (Al-Qarni, 2004:254).
Nilai religius pada bab tersebut menekankan kepada
seorang hamba, bahwa Allah adalah Tuhan yang memiliki
segalaNya, Allah lebih mengetahui apa yang ada di dalam hati
setiap hambanya. Karenanya, jika ingin mendapatkan ketenangan,
kebahagiaan dalam hidup Allah lah tempat bersandar yang paling
tepat. Sebab Allah adalah tempat kembali bagi setiap makhluk,
Allah yang menjadikan , maka Allah pula yang berhak
mengambil. Keterkaitan nilai religius adalah meyakinkan kepada
kita bahwa Allah adalah sebaik - baik tempat bergantung, meminta
dan berlindung.
12) Kepada-Nya Aku Bertawakkal
“Banyak hal yang dapat mendatangkan kebahagiaan bagi
seorang hamba, diantaranya kebergantungannya kepada Rabb-
Nya, tawakkalnya, dan perasaan cukup akan perlindungan,
penjagaan dan pengawasan-Nya atas dirinya”(Al-Qarni, 2004:218).
Seorang hamba dengan keistiqamahannya bergantung
hanya pada Allah, berusaha dengan sekuat tenaga, kemudian
61
pasrah akan kesuksesannya pada Allah, semua yang
dilakukannya semata-mata hanya karena Allah, maka itulah
sebaik-baik kebahagian bagi seorang hamba. Tidak ada rasa
paling membahagiakan bagi seorang hamba, selain bisa
merasakan dekatnya diri dengan Tuhannya. Nilai religius
seseorang yang telah benar-benar yakin kepada Tuhannya.
Sehingga terpatri terus di dalam hati, sampai ajal datang
menjemput.
13) Iman: Jalan Menuju Keselamatan
“Hakikat itu adalah bahwa yang paling banyak membantu
seorang hamba untuk lepas dari keresahan dan kegelisahannya
adalah keimanan terhadap Allah dan sikap meyerahkan semua
perkaranya kepadaNya. Orang yang menyadari bahwa semua ini
berjalan berdasarkan ketentuan menerima dengan penuh
keridhaan dan berserah diri” (Al-Qarni, 2004:264).
Iman adalah sebuah pondasi yang harus dimiliki seseorang
dengan kokoh. Sebab, adanya iman dalam diri seseorang akan
membuatnya untuk tidak mudah terbawa arus . Ia mampu
membawa dirinya dalam keadaan apapun, sehingga hidupnya
bisa tenang jauh dari rasa gelisah, galau, dan lain-lain. Sebab ia
sudah punya sandaran pada kepercayaannya yaitu Allah, tuhan
yang merencanakan skenario kehidupan dan Tuhan pula yang akan
menyelamatkan hambanya. Iman perlu dibangun dalam hati
manusia secara mendalam dengan cara mempelajari,
merenungkan, mengambil hikmah pada ajaran-ajaran Allah.
62
14) Carilah Ketenangan Bersama Rabb
“Ketenangan adalah ketertambatan hati kepada Rabb, kepercayaan
hati yang sangat kuat kepada Yang Maha Pengasih, atau
ketenangan nurani karena bertawakkal kepada Yang Mampu.
Ketenangan adalah keteduhan emosi dan tidak memberontak.
Ketenangan seperti ini adalah tenang yang bisa diraih oleh
orang-orang yang beriman, menghindarkan mereka dari
kebingungan dan tekanan, keraguan dan ketidakenakan hati. Tentu
saja hal ini sesuai dengan tingkat ketergantungan hamba kepada
rabb-Nya, kualitas dzikirnya, rasa bersyukurnya, kelurusannya
menjalankan perintahnya, keteladanannya kepada Rasulullah,
keteguhannya berpegang pada petunjuknya, kecintaannya
kepada Dzat yang menciptakannya, kemampuannya untuk
berpaling dari selain Allah, hanya menyeru Allah dan hanya
menyembah kepada-Nya” (Al-Qarni, 2004:302).
Nilai Religius dalam bab ini mengarah kepada hikmah
kedekatan seorang hamba kepada Rabb-Nya. Kedekatan seorang
hamba dengan Tuhannya bisa di lakukan dengan cara berdzikir
kepada Allah. Mengingat Allah (berdzikir) merupakan ibadah
yang tidak terhalangi oleh bepergian maupun kegiatan-kegiatan
fisik lainnya. Karena dzikir itu tempatnya di dalam hati,
sedangkan lisan hanyalah sebagai pembantu dalam hal
pengucapan saja. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ali-
Imron ayat 191:
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
63
(seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka”.
Jadi setiap orang, hidupnya akan dipenuhi dengan kelegaan,
ketenangan serta kebahagiaan.
b. Nilai Percaya Diri
1) Jangan bersedih menghadapi kritikan dan hinaan (Al-Qarni,
2004:101)
Unsur penguatan terhadap diri seseorang untuk selalu
kembali bersemangat saat dirinya di kritik atau di harga dan
derajat seseorang yang mendapat kritikan itu nilainya tinggi
tentu sangat relevan sekali dengan kehidupan manusia yang hidup
dengan berbagai pola dan tingkah laku yang berbeda, tak sedikit
dari mereka yang merasa rendah diri, atau minder, ketika
mereka mendapatkan kritikan, celaan, hinaan, dari orang lain.
Entah itu, dari teman, guru, orang tua, atau yang lain. Jika anda
percaya diri, maka anda akan lebih mampu menghadapi
berbagai apresiasi yang realistik dan objektif. Pada akhirnya,
jika anda percaya diri, maka anda akan lebih memiliki kontrol
terhadap berbagai situasi dan keadaan yang penting untuk apapun
kepentingan anda. Jangan pedulikan segala ejekan yang kemarin,
sekarang dan suatu saat akan datang menghampiri anda. Semua
itu bukanlah halangan yang berarti bagi perkembangan hidup
anda.
64
2) Jangan Bersedih dan Memperdulikan Perilaku Orang (Al-Qarni,
2004:105)
Al-Qarni dalam tulisannya membuat kata - kata yang
berisikan sebuah ironi kepada orang - orang yang terlalu sibuk
memberikan waktunya hanya untuk mempermasalahkan hidup
anda. Allah memandang semua makhluknya sama, yang
berbeda menurut ukuran Allah adalah tingkat keimanan dan
ketaqwaan setiap manusia. disesuaikan. Manusia yang
merupakan makhluk sosial. Makhluk yang saling membutuhkan
antara yang satu dengan yang lainnya. Masing-masing individu
sangat berperan penting demi keseimbangan kehidupan yang
dijalani.
3) Jangan Bersedih Karena Anda Berbeda Dengan Orang Lain (Al-
Qarni, 2004:154)
Setiap orang dilahirkan unik dan spesial, sehingga cara
memandang hidup pun akan berbeda-beda. Menjadi manusia
mandiri adalah manusia yang akan memiliki harga diri.
Mandiri adalah sumber percaya diri. Mandiri membuat kita
lebih tentram diri. Bangsa mandiri adalah bangsa yang
mempunyai harga diri. Kita diberi kemampuan oleh Allah
untuk mengubah nasib kita sendiri. Berarti, kemampuan kita
mandiri untuk mengarungi hidup ini merupakan kunci yang di
berikan Allah untuk sukses dunia dan akhirat kelak. Sehingga,
65
tak perlu mencemaskan diri sendiri karena merasa berbeda
dengan orang lain. Karena, semua manusia memang di ciptakan
berbeda dan karena perbedaan itu manusia bisa saling
bermanfaat satu sama lainnya. Jika merasa diri sendiri tidak sama
dengan yang lain, maka carilah, apa perbedaan anda dengan orang
lain. Sehingga anda bisa menjadi salah satu pelengkap dari
perbedaan tersebut.
4) Jangan Bersedih, Karena Sesungguhnya Dunia Terlalu Hina untuk
Membuat Anda Bersedih (Al-Qarni, 2004:173)
Membangun kepercayaan diri jangan sekali-kali membuat
alasan. Hal itu mungkin sangat menyenangkan dan
menentramkan hati, tetapi alasan-alasan hanya akan menghambat
seseorang dari pencapaian tujuannya sendiri. Selain itu, seseorang
yang sadar betul akan taqdir dari Allah akan lebih percaya diri
dalam melakukan segala hal. Karena, dengan adanya iman
kemudian percaya akan keridhaan Allah dan berserah diri
pada-Nya tentunya akan menjadikan ia pribadi yang cepat
berkembang. Apalagi hanya urusan dunia, sudah tentu, bukan
prioritas utama yang harus dikejar, sebab akhirat adalah tempat
menuai hasil saat manusia berada di dunia. Jadi, untuk apa
bersedih dan gelisah untuk urusan dunia? Sedangkan, kita
sebagai manusia mempunyai tempat bergantung dan berserah diri,
yaitu Allah.
66
5) Jangan Bersedih Kalau Harta Anda Sedikit atau Keadaan Anda
Memprihatinkan, Sebab Nilai Diri Adalah Sesuatu yang Berbeda
(Al-Qarni, 2004:351)
Nilai merupakan tolak ukur yang ditentukan oleh cara
pandang manusia, serta melalui definisi-definisi manusia itu
sendiri. Nilai dalam hal ini adalah dalam koridor sosial. Sehingga
anggapan baik-buruk di ukur sesuai cara pandang mereka.
Dalam ilmu sosiologi terdapat istilah stratifikasi sosial.
Stratifikasi sosial berasal dari cara pandang, adat istiadat atau
kebudayaan dari kelompok, suku, populasi, komunitas, dan
sebagainya. Sehingga baik menurut kelompok-kelompok
tersebut belum tentu menurut kelompok lainnya baik juga. Allah
tidak pernah membeda-bedakan hamba-Nya seperti yang
dilakukan oleh segolongan manusia. Peneliti memahami
penjelasan dalam kitab tersebut, bahwa Allah memberikan rasa
senang dan sedih kepada setiap hambanya. Perkara-perkara
dunia akan selalu membuat diri kita tersesat dan jauh dari hidayah
Allah, saat manusia di beri rasa sedih maka manusia akan selalu
mengingat kepada Allah, oleh sebab itu ia mendapatkan
hidayah Allah dengan cara mengetahui hikmah-hikmah. Maka,
jangan terlalu terlena pada kesenangan dunia, lebih baik
tingkatkan potensi diri anda, agar nilai kita di sisi Allah dan
manusia, sebab nilai harga diri lebih mulia dari pada
67
kekayaan yang membutakan, jadi tak perlu lagi malu dan
hilang kepercayaan diri sebab harta yang sedikit.
c. Nilai Cinta Ilmu
1) Nikmatnya ilmu pengetahuan kebodohan merupakan tanda
kematian jiwa, terbunuhnya kehidupan dan membusuknya umur
(Al-Qarni, 2004:64)
Berdasarkan deskripsi nilai cinta ilmu dalam buku La
Tahzan tuntutlah ilmu, galilah pengetahuan dan seterusnya.
Dikarenakan, jika seseorang tidak memiliki gairah untuk mencari
ilmu maka dapat di jamin seakan-akan ia mati di antara orang-
orang yang hidup, adanya dia seperti tidak adanya dia, sehingga
tidak ada manfaatnya ketika dia hidup di dunia atau bahkan
hanya menjadi beban bagi orang-orang disekitarnya. Kewajiban
setiap muslim bukanlah menuntut segala ilmu. Tetapi yang
wajib baginya adalah menuntut ilmu haal (ilmu yang menyangkut
kewajiban sehari-hari sebagai muslim, seperti ilmu yang paling
utama adalah ilmu haal dan amal yang paling utama adalah
menjaga haal (hal-hal yang merupakan kewajiban sehari-hari
seperti menghindari penyia-nyiaan harta dan kerusakan).
2) Mengembaralah dan Bacalah Ayat-ayat Kekuasaan Allah
Dalam bab ini Al-Qarni menjelaskan secara eksplisit,
bahwa ilmu Allah yang ada di dunia ini banyak tersebar di mana-
dimana, tidak hanya melalui tulisan-tulisan saja atau sebatas
68
pertemuan antara murid dan guru yang terbatasi oleh kegiatan-
kegiatan formal di sekolah. Sebagaimana termaklub dalam firman
Allah QS. Al-Ankabut ayat 20:
Artinya: “Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka
perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia)
dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya
sekali lagi (maksudnya: Allah membangkitkan manusia
sesudah mati kelak di akhirat). Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Peneliti memahami ayat tersebut sebagai perintah Allah yang
ditujukan kepada manusia untuk selalu memikirkan kekuasaan-
kekuasaan Allah. Dalam prosesnya manusia akan lebih banyak
bersyukur atas kehidupan dunia dan atas bertambah nya
pengetahuan-pengetahuan baru yang di dapat saat berpetualang
menjelajah seluruh isi dunia. Dari berpetualang tersebut,
manusia akan mendapatkan guru-guru baru, pengetahuan serta
teman baru yang dapat mengembangkan potensi dalam dirinya.
Pada bab ini, peneliti mengaitkan cinta ilmu yang dapat
ditumbuhkan pada diri setiap pembaca melalui sebuah
pengalaman dan perjalanan dalam meniti ilmu di tempat atau
Negara yang jauh dari tempat kelahiran. Sehingga, tak perlu
bersedih atau merasa salah terhadap orang tua dan kerabat, kare
69
na Allah memang menyuruh kita mencari ilmu sampai kemana
dan kapanpun.
3) Ilmu adalah Pintu Kemudahan (Al-Qarni, 2004:414)
Orang yang selalu mendalami ilmu, apalagi ilmu
tersebut adalah pengetahuannya, pasti bertambah dalam besar
pula keimanannya, ia menjadi faham apa sebenarnya tujuan hidup
di dunia, mereka akan lebih mudah mensyukuri setiap
kejadian dalam kehidupan, mengambil setiap manfaat dari apa
yang pernah terjadi dalam hidupnya, entah itu senang maupun
susah. Orang-orang yang selalu memiliki ketenangan dalam hidup,
sebab beliau mengetahui hakekat hidup di dunia ini, bahwa dunia
hanya penuh dengan kesenangan dan permainan saja, jangan
sampai diri kita tergelincir oleh kesenangan-kesenangan yang
terlihat membahagiakan, sebab tempat kita sebenarnya adalah di
akhirat.
Menurut peneliti pemikiran „Aidh Al-Qorni dalam buku “La
Tahzan” pendidikan Islam dapat dikategorikan ke dalam aliran filsafat
rekonstruksionalisme, yaitu suatu aliran yang berusaha mengatasi krisis
kehidupan modern dengan membangun tata susunan hidup yang baru
melalui lembaga dan proses pendidikan. Adapun teori dan ide pokok
kependidikan yang ditawarkannya sangat ideal dan relevan untuk
diterapkan saat ini.
70
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Signifikansi Pemikiran Nilai Pendidikan Islam dalam Buku “La Tahzan”
Nilai pendidikan Islam dalam buku la tahzan dijadikan sebuah
patokan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar terbentuk
sebuah karakter positif dalam diri setiap orang, sehingga akan tampak pula
sebuah karakter bangsa. Nilai-nilai dalam pendidikan Islam sangat
diperhatikan bagi setiap insan untuk mengemban kepribadian manusia
dengan mengasah dan menanamkan nilai-nilai kehidupan yang
berlandaskan pada Al-Hadist. Tujuan akhir dari pendidikan Islam adalah
mewujudkan nilai-nilai pendidikan Islam pada pribadi manusia sehingga
mampu untuk membentuk generasi yang berkarakter dan berakhlak mulia.
Islam menyebutkan bahwa orang yang baik dan berperilaku positif
adalah orang-orang yang tidak meragukan Al-Qur‟an. Allah juga
menyebutkan bahwa Al-Qur‟an merupakan petunjuk bagi orang yang
bertakwa pada yang dasarnya adalah mereka orang-orang yang mempunyai
karakter dan bertujuan untuk menjadi manusia yang seutuhnya (insan
kamil).
Ajaran Islam merupakan penggagas pertama pendidikan karakter
adalah nabi Muhammad SAW yang merupakan teladan bagi seluruh alam.
Nabi di utus untuk memperbaiki akhlaq atau kepribadian umat manusia,
sehingga nantinya akan terbentuk sebuah karakter positif dalam setiap jiwa.
Membentuk karakter individu bermula dari pemahaman tentang diri
70
71
sebagai manusia, potensinya, serta tujuan mereka hidup di dunia ini.
Kita sebagai umat Islam yang notabene ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
maka pemahaman tentang hal-hal tersebut harus bersumber dari ajaran Allah
yakni ajaran Agama Islam. Ajaran Islam sebagaimana kita ketahui selalu
mengajarkan nilai-nilai kebaikan baik untuk diri sendiri, sesama serta kepada
makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Ayat-ayat Allah tidak sedikit mem
bahas tentang kebaikan tersebut. Karakter manusia dikatakan baik jika
dalam dirinya terpancar nilai-nilai kebaikan yang berlandaskan ajaran Islam.
Dari penjelasan peneliti di atas, maka dijadikan parameter dalam
membahas nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku “La Tahzan”. Selain itu,
amanah dari Undang-undang Sikdiknas tahun 2003 pasal II tentang dasar,
fungsi, dan tujuan yang menyatakan bahwa membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri.
Buku “La Tahzan” karya Aidh Al-Qarni adalah karya sastra yang
senantiasa dalam tulisan-tulisannya selalu memberikan obat dan motivasi bagi
jiwa-jiwa yang lemah, sehingga dengan motivasi-motivasi tersebut
pembaca bisa merespon setiap stimulus yang diberikan dalam buku tersebut,
kemudian mau menjalankan dan mengamalkannya. Lambat laun kebiasaan
baik tersebut akan menjadi sebuah karakter positif bagi diri setiap pembaca.
Buku ini di kemas dengan gaya bahasa yang menarik. Sehingga pembaca
akan merasa tertarik untuk membaca bab-bab selanjutnya.
72
Pembahasan dalam buku ini dikuatkan dengan ayat-ayat suci Al-
Qur‟an dan Hadist. Jelasnya, ayat dan hadist tersebut digunakan sebagai
penguatan dalam memberikan motivasi-motivasi kepada pembaca. Buku ini
juga memberikan sumbangsih serta memberikan cerita di balik hikmah-
hikmah yang memuat pesan moral serta nilai-nilai pendidikan Islami
yang sangat bermanfaat bagi praktisi pendidikan Islam khususnya di era
global sekarang. Buku “La Tahzan” ini banyak memberikan pengalaman-
pengalaman penulis dan orang lain sebagai motivasi kepada para pembaca
dengan kata kunci “La Tahzan” (jangan bersedih). Tujuan penulis, menurut
peneliti adalah berpedoman pada kata “La Tahzan” seseorang akan menjadi
pribadi yang kuat dan tidak mudah terbawa oleh arus negatif yang
mengakibatkan seseorang jatuh pada hal-hal yang membuat seseorang tersebut
merasa putus asa, tidak tenang, dan sebagainya, hingga melanggar norma-
norma hukum dan aturan dalam Agama. Oleh sebab itu, kata “La Tahzan”
tepat untuk dijadikan kata kunci dalam buku ini sebab kata-kata tersebut
memberikan penguatan bagi setiap pembaca dengan satu kata. Dari penjelasan
di atas Allah berfirman memerintahkan kepada umat manusia dan Allah itu,
yang dijelaskan dalam QS. At-Taubah ayat 40:
73
Artinya: “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka
Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang
kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang
Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam
gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu
berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah
menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-
Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan
kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana (orang-orang kafir telah sepakat hendak membunuh Nabi
SAW, Maka Allah s.w.t. memberitahukan maksud jahat orang-orang
kafir itu kepada Nabi SAW. karena itu Maka beliau keluar dengan
ditemani oleh Abu Bakar dari Mekah dalam perjalanannya ke
Madinah beliau bersembunyi di suatu gua di bukit Tsur)”.
Hal itu jika kita mengingat kembali pada pengertian pendidikan Islam
“sebagai usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang
sesuai dengan ajaran Islam atau suatu upaya dengan ajaran Islam, memikir,
memutuskan, berbuat dan bertanggung-jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam”
(Abdullah, 2001:37). Dengan kata lain, pendidikan Islam memiliki rujukan
Al-Qur‟an dan Hadist. Diantara nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku “La
Tahzan” yakni:
1. Keimanan
Al-Qorni (2004:25), menyatakan bahwa orang yang sesungguhnya
paling sengsara adalah mereka yang miskin iman dan mengalami krisis
keyakinan dan selamanya akan berada dalam kesengsaraan, kepedihan,
kemurkaan dan kehinaan. Makna dari pernyataan tersebut adalah
keimanan merupakan hal yang paling mendasar yang harus dimiliki
seseorang. Allah memerintahkan agar umat manusia beriman kepada-Nya.
Berdasarkan pernyataan tersebut penulis berpendapat aktivitas
seorang muslim di bidang apapun, menurut konsep Islam harus
74
didedikasikan untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa. Sebab, itulah
tujuan utama kehidupan manusia sebagaimana dijelaskan dalam QS.Al-
Imran ayat 102:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali
kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”
Oleh karena itu, nilai dasar pendidikan Islam adalah keimanan dan
ketaqwaan. Artinya, pendidikan Islam harus dapat menjadi wahana bagi
peningkatan iman dan taqwa bagi semua manusia menjauhi larangan dan
melaksanakan perintah baik yang diajarkan. Berdasarkan nilai dasar ini,
proses pendidikan Islam dijalankan berdasarkan semangat ibadah kepada
Allah SWT, sebagaimana dipertegas dalam QS.Adz-Dzariyat ayat 56:
Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”
اية و ل ب لغواعنيو
Artinya: “Sampaikanlah ajaran pada orang lain walau pun hanya sedikit”
Ibadah dalam ajaran Islam memiliki korelasi positif bagi pemeliharaan dan
peningkatan iman dan taqwa. Setiap penganut Islam diwajibkan mencari
ilmu pengetahuan untuk dipahami secara mendalam yang dalam taraf
selanjutnya dikembangkan dalam kerangka ibadah guna kemaslahatan
umat manusia. Sehingga nilai dasar ini bertujuan mengantarkan kesadaran
akan eksistensinya di hadapan Allah serta menyadari kcwajiban-
kewajibannya. Dalam prakteknya, nilai ini dijadikan landasan oleh para
75
pendidik dalam menjalankan tugasnya. Di dalam konteks ini, kejujuran,
tanggung jawab, sikap tawadlu' dan sebagainya merupakan prinsip-prinsip
yang perlu dipegangi oleh para praktisi pendidikan Islam.
2. Tawakal
Pandangan Al-Qorni (2004:36) bahwa kita sebagai umat manusia
menyerahkan semua perkara kepada Allah, bertawakal kepada-Nya,
percaya sepenuhnya terhadap janji-janji-Nya, ridha dengan apa yang
dilakukan-Nya, berbaik sangka kepada-Nya, dan menunggu dengan
sabar pertolongan dari-Nya merupakan buah keimanan yang paling
agung dan sifat paling mulia dari seorang mukmin. Dan ketika
seorang hamba itu tenang bahwa apa yang akan terjadi itu baik
baginya dan ia menggantungkan setiap permasalahannya hanya kepada
rabb nya, maka ia akan mendapatkan pengawasan, perlindungan,
pencukupan, serta pertolongan dari Allah.
Menitik-beratkan pada pandangan Al-Qorni, penulis berpendapat
bahwa pendidikan secara umum dapat dipahami sebagai proses
pendewasaan sosial manusia menuju pada tataran ideal. Dengan kata lain,
pendidikan adalah proses memanusiakan manusia. Makna yang
terkandung didalamnya menyangkut tujuan memelihara dan
mengembangkan fitrah serta potensi atau sumber daya insani menuju
terbentuknya manusia seutuhnya. Penghargaan terhadap kebebasan
berkembang dan berpikir maju tentu saja sangat besar, mengingat manusia
merupakan mahluk yang berpikir dan memiliki kesadaran. Praktek
76
pendidikan pun harus senantiasa mengacu pada eksistensi manusia itu
sendiri. Dari situ akan terbentuk suatu mekanisme pendidikan yang
demokratis dan berorientasi pada memanusiakan manusia.
Dengan demikian, pendidikan bukanlah merupakan pengalihan
pengetahuan semata, melainkan membantu agar mampu mengembangkan
potensinya. Sejalan dengan kedudukan manusia sebagai makhluk sosial,
maka Islam diturunkan untuk memberikan norma-norma dalam kehidupan
sosial Sebagaimana dipertegas dalam QS. Ali-Imran ayat 104:
Artinya: “dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar(segala perbuatan yang mendekatkan
kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan
yang menjauhkan kita dari pada-Nya); merekalah orang-orang
yang beruntung”
3. Anjuran Taubat
Menitik-beratkan pada pernyataan Al-Qorni (2004:84) yaitu
selama hamba itu bertaubat, meminta ampunan dan menyesali
perbuatannya, maka Allah akan mengampuninya.
Pernyataan tersebut penulis memaknai bahwa taubat merupakan
awal pertama bagi kita untuk menyucikan diri (membersihkan jiwa, bathin
dan hati dari segala kerak noda dosa yang melekat ditubuh). Untuk
pembersihan jiwa taubat-lah jalan awal, hati yang sudah berkerak dengan
noda dosa sangat susah masuk sinar nur, hidayah dan hikmat dalam hati
77
jiwa sanubarinya. Taubat memiliki arti berhenti melakukan kemaksiatan
dan kembali menuju ketaatan. Sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah ayat
222:
…. Artinya: “…sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat
dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”.
Menurut penulis taubat dapat dilakukan memenuhi syarat;
pertama, ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala yaitu berniat semata-
mata mengharap wajah Allah, pahala atas taubatnya serta berharap selamat
dari siksaan-Nya. Kedua, menyesali kemaksiatan yang ia lakukan, merasa
sedih dan berjanji untuk tidak mengulanginya. Ketiga, menjauhkan diri
dari perbuatan maksiat sesegera mungkin. Jika perbutan tersebut
melanggar hak-hak Allah maka segera tinggalkan. Apabila berkaitan
dengan hak-hak makhluk maka bergegaslah meminta maaf baik dengan
mengembalikan haknya atau meminta kelapangan hatinya agar mau
memaafkan. Keempat, bertekad untuk tidak mengulangi kemaksiatan
tersebut di waktu-waktu mendatang. Kelima, taubat dilakukan sebelum
ditutupnya pintu taubat, yaitu sebelum ajal menjemput dan sebelum
terbitnya matahari dari arah barat.
4. Khusnuddhon
Harapan terhadap rahmat Allah akan selalu membukakan pintu
harapan bagi diri seorang hamba, akan menguatkannya untuk melakukan
ketaatan, dan membuatnya semakin antusias dalam melakukan amalan-
amalan sinah dan bersegera untuk melakukan kebaikan. Ini benar. Sebab,
78
tidak semua jiwa akan menjadi baik kecuali dengan mengingat
rahmat, ampunan, taubat, dan kesabaran Allah. Karena sikap Allah
yang demikian baik, maka mereka pun mendekatkan diri kepada-Nya,
dan berusaha keras untuk melakukan kebaikan” (Al-Qarni, 2004:141)
Berdasarkan pernyataan diatas penulis menambahkan bahwa
khusnuddhon adalah cara pandang seseorang yang membuatnya melihat
segala sesuatu secara positif, seorang yang memiliki sikap khusnuddhon
akan mempertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran dan
hatinya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenarannya. Sikap
buruk sangka identik dengan rasa curiga, cemas, amarah dan benci padahal
kecurigaan, kecemasan, kemarahan dan kebencian itu hanyalah perasaan
semata yang tidak jelas penyebabnya, terkadang apa yang ditakutkan bakal
terjadi pada dirinya atau orang lain sama sekali tak terbukti. Sebagaimana
dalam firman Allah SWT QS. Yusuf ayat 53:
Artinya: “dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena
Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang”
Ayat ini menerangkah bahwa kita tidak akan sanggup mengendalikan diri,
kecuali mendapatkan rahmat dan kasih sayang Allah.
Secara garis besar khusnuddhon dapat dibagi menjadi tiga macam,
yaitu : khusnuddhon kepada Allah, ini dapat ditunjukan dengan sifat
79
tawakal, sabar dan ikhlas dalam menjalani hidup; khusnuddhon kepada
diri sendiri, ditunjukan dengan sikap percaya diri dan optimis serta inisiatif
dan khusnuddhon kepada sesama manusia, ditunjukan dengan cara senang,
berpikir positif dan sikap hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga.
Adapun hikmah khusnuddhon, sebagai berikut: menumbuhkan
perasaan cinta kepada Allah, artinya melaksanakan perintah Allah
dan Rasul serta menjauhi segala larangannya, melaksanakan jihad
fisabillilah dan mencintai sesama manusia karena Allah; menumbuhkan
perasaan syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya; menumbuhkan
sikap sabar dan tawakal; menumbuhkan keinginan untuk berusaha beroleh
rahmat dan nikmat Allah; Al-afwu (pemaaf); Al-wafa (menepati janji);
mendorong manusia mencapai kemajuan; menimbulkan ketentraman;
menghilangkan kesulitan dan kepahitan serta membuahkan kreasi yang
produktif dan daya cita yang berguna.
5. Kekuatan mental/pribadi
Al-Qarni (2004:176) mengatakan orang-orang yang sudah
memeluk agama Islam tahu benar dan tidak meragukannya. Kendati
demikian, agar orang-orang di sekitar kita yang belum menerima
kebenaran yang mutlak yakni agama Islam maka, al-Qarni dalam
tulisannya mengajak kita sebagai umat Islam untuk mendakwahkan,
menyerukan, dan mengajak saudara-saudara kita yang masih tersesat pada
pemahaman lama, di jelaskan bahwa orang yang sudah memeluk
80
agama Islam hendaknya bersungguh-sungguh dalam melaksanakan
ajaran-ajaran Islam.
Bertitik tolak pada pernyataan tersebut penulis menambahkan
kekuatan mental/pribadi bisa dikatakan sebagai kepribadian bukan terjadi
secara serta merta akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang
panjang. Oleh karena itu banyak faktor yang ikut ambil bagian dalam
membentuk kepribadian manusia tersebut. Dengan demikian, kepribadian
seseorang itu baik, buruk, kuat, lemah, beradap atau biadap sepenuhnya
ditentukan oleh faktor yang mempenggaruhi dalam pengalaman hidup
seseorang tersebut.
Kepribadian secara utuh hanya mungkin dibentuk melalui
pengaruh lingkungan, khususnya pendidikan. Sasaran yang dituju dalam
pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang dimiliki akhlak
yang mulia. Tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan tingkat
keimanan. Sebab Nabi mengemukakan “Orang mukmin yang paling
sempurna imannya adalah orang mukmin yang paling baik akhlaknya”.
Seseorang yang Islam disebut muslim. Muslim adalah orang atau
seseorang yang menyerahkan dirinya secara sungguh-sungguh kepada
Allah. Jadi, dapat dijelaskan bahwa “wujud pribadi muslim” itu adalah
manusia yang mengabdikan dirinya kepada Allah, tunduk dan patuh serta
ikhlas dalam amal perbuatannya, karena iman kepada-Nya. Pola sesorang
yang beriman kepada Tuhan, selain berbuat kebajikan yang diperintahkan
81
adalah membentuk keselarasan dan keterpaduan antara faktor iman, islam
dan ikhsan.
Kepribadian muslim dapat dilihat dari kepribadian orang
perorangan dan kepribadian dalam kelompok masyarakat (ummah).
Kepribadian individu meliputi ciri khas seseorang dalam sikap dan
tingkahlaku, serta kemampuan intelaktual yang dimilikinya. Karena
adanya unsur kepribadian yang dimiliki masing-masing, maka sebagai
individu seorang Muslim akan menampilkan ciri khasnya masing-masing.
Oleh karena itu, akan ada perbedaan kepribadian antara seseorang muslim
dengan muslim lainnya. Secara fitrah perbedaan ini memang diakui
adanya. Islam memandang setiap manusia memiliki potensi yang berbeda,
hingga kepada setiap orang dituntut untuk menunaikan perintah agamanya
sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing, sebagaimana dalam
firman Allah SWT dalam QS. Al-An‟am ayat 152:
Artinya: “dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan
cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan
sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami
tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar
kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah
kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu)
[mengatakan yang sebenarnya meskipun merugikan Kerabat
sendiri], dan penuhilah janji Allah [penuhilah segala perintah-
perintah-Nya]. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu
agar kamu ingat”.
82
Selain aspek pendidikan Islam tersebut diatas Al-Qorni juga
menambahkan aspek psikologis yang sangat penting bagi timbul kembang
kepribadian yang kuat sebagaimana termaktub dalam tujuan pendidikan Islam
itu sendiri. Adapun aspek psikologis tersebut, antara lain:
1. Rasa percaya diri,
Al-Qorni (2004:218) mengungkapkan jangan bergantung kepada
selain Allah, dari pernyataan tersebut penulis mencoba memaknai
kekuatan mental berkaitan dengan kepercayaan diri merupakan aspek
kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan
potensi yang dimilikinya.
Penjelasan di atas, menjelaskan bahwa rasa percaya diri sangat
penting untuk dimiliki setiap individu untuk menunjang keberhasilan dan
kesuksesan hidup di dunia dan di akhirat. Tergambar dalam buku La
Tahzan, nilai percaya diri dijelaskan, sebagai berikut:
a. Memberikan motivasi kepada orang-orang yang merasa dirinya
berbeda dengan orang lain, merasa dirinya tidak sempurna, bahkan
kurang percaya diri sebab hal-hal yang bersifat keduniawian.
b. Menuntut setiap manusia untuk selalu berusaha keras dan tidak
cepat putus asa saat menghadapi cobaan dari Allah SWT. Cobaan
yang menimpa seseorang menandakan bahwa seseorang tersebut
dicintai oleh Allah SWT dan yang perlu dilakukan saat itu adalah
bersabar, berusaha dan bertawakal kepada Allah SWT (adanya rasa
bersyukur).
83
c. Dapat menerima qodho dan qadar.
d. Tidak iri hati.
Penulis berpendapat bahwa tanpa adanya kepercayaan diri maka
banyak masalah akan timbul pada manusia. Dengan adanya rasa percaya
diri maka seseorang akan mudah bergaul. Menghadapi orang yang lebih
tua, lebih pandai maupun lebih kaya, mereka tidak malu mau pun
canggung. Mereka akan berani menampakkan dirinya secara apa adanya,
tanpa menonjol-nonjolkan kelebihan serta menutup-nutupi kekurangan. Ini
disebabkan orang-orang yang percaya diri telah benar-benar memahami
dan mempercayai kondisi dirinya, sehingga telah bisa menerima keadaan
dirinya apa adanya.
Kehidupan seseorang sangat ditentukan oleh cara berfikirnya.
Apabila seseorang berfikir atau mempunyai gambaran sebagai orang yang
penakut dan pesimis, maka gambaran tersebut akan mempengaruhi
seluruh potensi dirinya yang ada sebagai seorang yang penakut. Ketakutan
dan keputus-asaan seseorang dalam mencari rahmat Allah adalah karena
ketidak mampuan dan ketidak yakinan orang tersebut dalam menghadapi
masalah tersebut.Sebagaimana dipertegas dalam firman Allah SWT dalam
QS. Al-Hijr ayat 52:
Artinya: ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan:
"Salaam". berkata Ibrahim: "Sesungguhnya Kami merasa takut
kepadamu".
84
Mendasarkan paparan di atas dapat disimpulkan percaya diri adalah
keyakinan pada kemampuan-kemampuan sendiri, keyakinan pada adanya
suatu maksud di dalam kehidupan dan kepercayaan bahwa dengan akal
budi mereka akan mampu melaksanakan apa yang mereka inginkan,
rencanakan dan harapkan. Rasa percaya diri merupakan keberanian
menghadapi tantangan karena memberi suatu kesadaran bahwa belajar dari
pengalaman jauh lebih penting dari keberhasilan dan kegagalan. Rasa
percaya diri penting untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik, seperti
halnya: ketika sedang bergabung dengan masyarakat yang didalamnya
terlibat di dalam suatu aktivitas atau kegiatan, meningkatkan keefektifan
dalam kegiatan atau aktifitas.
2. Motivasi untuk selalu mencintai ilmu,
Kewajiban setiap muslim bukanlah menuntut segala ilmu.
Tetapi yang wajib baginya adalah menuntut ilmu haal (ilmu yang
menyangkut kewajiban sehari-hari sebagai muslim. Perintah Allah yang
ditujukan kepada manusia untuk selalu memikirkan kekuasaan-
kekuasaan Allah. Dalam prosesnya manusia akan lebih banyak
bersyukur atas kehidupan dunia dan atas bertambah nya pengetahuan-
pengetahuan baru yang di dapat saat berpetualang menjelajah seluruh isi
dunia. Allah memang menyuruh kita mencari ilmu sampai kemana dan
kapanpun. Berusaha mengatasi krisis kehidupan modern dengan
membangun tata susunan hidup yang baru melalui lembaga dan proses
pendidikan sangat ideal dan relevan untuk diterapkan saat ini.
85
Cinta ilmu adalah sikap, tindakan yang selalu apresiasif terhadap
berbagai bidang keilmuan. Seakan-akan tidak bisa hidup tanpa ada ilmu
baru yang diperoleh, haus akan ilmu-ilmu yang bisa mengembangkan
potensinya. Aktif dalam hal-hal yang menunjang kemampuan berfikir,
berbicara serta menulis. Cinta pada ilmu pengetahuan merupakan salah
satu ibadah. Hal ini, sesuai dengan perintah Rasulullah SAW yang di
ajarkan dalam pendidikan Islam bahwa Nabi Muhammad SAW
memerintahkan umatnya untuk mencari ilmu. Bahkan, diwajibkan bagi
muslimin dan muslimat tidak terkecuali. Hal itu tergambar dalam buku
“La Tahzan” yang menjelaskan bahwa dengan ilmu seseorang mampu
untuk menjalani hidup di dunia dan akhirat dengan kebahagiaan dan
kenikmatan. Orang-orang yang selalu haus dengan ilmu tidak akan pernah
menyesali hidup, sebab mereka tahu bahwa didunia adalah tempat mencari
bekal untuk keberlangsungan hidup diakhirat. Sehingga, mereka senantiasa
semangat mencari ilmu untuk bekal hidup didunia dan akhirat. (Al-Qorni,
2004:64 - 414).
Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan,
filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak
bisa dijawab oleh Ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan
agama merupakan jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa
dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat mutlak. Menurut Sidi Gazlba
(1976:25) Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu yang dapat
diteliti (riset dan/atau eksperimen) ; batasnya sampai kepada yang tidak
atau belum dapat dilakukan penelitian.
86
Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran
Islam, hal ini terlihat dari banyaknya ayat Al-Qur‟an yang memandang
orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulya disamping hadis-hadis
nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut
ilmu. Ajaran Islam sebagaimana tercermin dari Al-Qur‟an sangat kental
dengan nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri
penting dari agama Islam sebagamana dikemukakan oleh Dr Mahadi
Ghulsyani (1995:39) sebagai berikut: “salah satu ciri yang membedakan
Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu
(sains), Al-Qur‟an dan As-sunah mengajak kaum muslim untuk mencari
dan mendapatkan Ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang
berpengetahuan pada derajat tinggi‟‟. Allah S.W.T berfirman dalam QS.
Al-Mujadalah ayat 11:
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang beriman dan
berilmu akan menjadi memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan
yang dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk menuntut ilmu dan
87
ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat dia sadar betapa kecilnya
manusia dihadapan Allah, sehingga akan tumbuh rasa kepada Allah bila
melakukan hal-hal yang dilarangnya, hal ini sejalan dengan firman Allah
SWT QS. Faatir ayat 28:
Artinya: “dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang
melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-
macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut
kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama
[orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan
Allah]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun”
Disamping ayat-ayat Al-Qur‟an yang memposisikan Ilmu dan
orang berilmu sangat istimewa, Al-Qur‟an juga mendorong umat Islam
untuk berdo‟a agar ditambahi ilmu, seperti tercantum dalam QS. Thaha
ayat 114:
Artinya: “Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan
janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur'an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu [Nabi Muhammad
s.a.w. dilarang oleh Allah menirukan bacaan Jibril a.s. kalimat
demi kalimat, sebelum Jibril a.s. selesai membacakannya, agar
dapat Nabi Muhammad s.a.w. menghafal dan memahami betul-
betul ayat yang diturunkan itu], dan Katakanlah: "Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."
Dalam hubungan inilah konsep membaca, sebagai salah satu wahana
menambah ilmu menjadi sangat penting dan Islam telah sejak awal
88
menekankan pentingnya membaca. Sebagaimana dipertegas sabda
Rasulullah: (Nawawi, 2006: 55)
من سلك طر يقا يلتمس فيو علما سهل هللا لو طريقا اىل )اجلنة )رواه الرتمذى عن ابىهريره
Artinya: “Barang siapa yang berjalan untuk mencari ilmu maka allah
akan memudahkan jalan baginya kesurga”(HR. At-Turmuzi dari
Abi Hurairah)
Dari beberapa ayat Al-Qur‟an dan Hadist di atas dapat disimpulkan bahwa
mencari ilmu itu amat penting bahkan wajib, sehingga tinggi derajatnya di
sisi Allah dibanding dari para ahli ibadah. Alangkah baiknya jika ketika
kita menyadari bahwa mencari ilmu untuk menaikkan status sosial atau
untuk merajut masa depan supaya baik untuk menghilangkan kebodohan,
menjalankan kewajiban mencari ilmu, mencari ridho Allah, menegakkan
agama Allah, baru kemudian dapat ditambah dengan tujuan lain.
Mendasarkan pada paparan diatas dapat peneliti sampaikan bahwa
peran konsep nilai pendidikan Islam dalam buku “La Tahzan”, sebagai
berikut:
1. “Benteng” atau pertahanan: sebagai alat pertahanan atau prevensi untuk
memperkuat iman, agar tidak mudah terpengaruh oleh keburukan.
2. Penyeimbang: konsep pendidikan beliau yang sangat memperhatikan
kepribadian semua orang, dapat dijadikan balancing dalam upaya
menstabilkan keadaan jiwa seseorang, terutama jiwa remaja yang
cenderung pada arah kelabilan. Sehingga mudah menerima kebaikan dan
nilai positif dari segala sesuatu.
89
3. Filter (penyaring): memisahkan hal-hal baru antara yang baik dan yang
buruk cenderung bersifat destruktif (merusak).
4. Penyembuh/kuratif: apabila penyakit telah menjangkitinya, maka konsep
beliau dapat berperan sebagai obat, yaitu dengan terapi jiwa dengan
perantara ajaran Al-Qur‟an dan Hadits.
Dengan demikian, pendidikan yang dijalankan atas nilai dasar Islam
mempunyai dua orientasi. Pertama, ketuhanan, yaitu penanaman rasa takwa
dan berserah diri kepada Allah sebagai Pencipta yang tercermin dari kesalehan
ritual atau nilai sebagai hamba Allah. Kedua, kemanusiaan, menyangkut tata
hubungan dengan sesama manusia, lingkungan dan makhluk hidup yang lain
yang berkaitan dengan status manusia sebagai khalifatullahfi al ardh.
Peneliti menambahkan bahwa berdasarkan nilai dasar ini, pendidikan
Islam dijalankan dengan tujuan menjadikan anak didik sebagai manusia yang
memiliki social skill yang baik, sehingga dalam kehidupan bermasyarakat ia
mampu memberikan kontribusi positif dan riel. Selain itu, masyarakat juga
diharapkan dapat menampilkan prilaku yang baik dan berpengaruh positif
bagi orang lain. Tanggung jawab sosial yang perlu ditransformasikan kepada
anak didik, antara lain:
90
1. Toleransi
2. Tanggung jawab
3. Keadilan kolektif
4. Kerjasama dan lain-lain.
Dengan nilai-nilai tanggung jawab sosial di atas, keberadaan pendidikan Islam
akan makin mengukuhkan Islam sebagai rahmatan lil'alamin. Orang yang
telah di didik pada lembaga pendidikan Islam, mestinya akan memiliki
kesadaran dan tanggung jawab yang menyangkut masyarakat luas. Dari sini
akan muncul prilaku positif, misalnya menghargai perbedaan, menghargai
orang lain, mampu menjalin kerjasama dan seterusnya. Lebih dari itu, ia akan
mendedikasikan ilmu yang dimilikinya untuk kepentingan orang banyak,
bukan hanya bagi dirinya sendiri.
B. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku “La Tahzan” dan Relevansinya
dengan Kondisi Sekarang
Sub bab ini membahas tentang relevansi nilai pendidikan Islam
dikaitkan dengan kondisi sekarang, yakni:
1. Keimanan
Banyak anak muda/generasi muda yang mudah terbawa arus
sehingga sikap solidaritas terhadap sesama mulai luntur. Contoh kongkrit
banyak para generasi muda/sesama umat Islam terjerumus dalam aliran-
aliran yang dipandang lebih benar seperti: ISIS, Islam radikal yang
dipandang mempunyai pendapat yang benar daripada pandangan aliran
nasional dengan mengatas-namakan ajaran Islam. Ada juga yang
terjerumus pada kebudayaan barat jauh dari norma agama, seperti: gaya
dan style di kalangan anak muda, tingkah laku, dan lain sebagainya.
91
Berdasarkan fenomena yang terjadi dapat di nilai bahwa tingkat keimanan
di kalangan generasi muda mulai berkurang. Padahal keimanan disini hal
yang paling utama dijadikan sebagai pondasi kepribadian. Sebagaimana
dijelaskan dalam QS.Al-Imran ayat 102:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali
kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”
2. Tawakal
Maraknya kasus bunuh diri, penipuan, narkoba yang terjadi akhir-
akhir ini di nilai kepribadian dan keimanan pelaku kurang kuat untuk
bersandar pada Allah/tawakal. Hal ini disebabkan karena generasi muda
masih terombang-ambing dengan situasi baru yang dapat memberi
kesenangan secara duniawi dan di anggap gaul. Dari fenomena yang
terjadi tersebut sikap tawakal sangat diperlukan untuk pembentengan diri
dari pengaruh luar yang menyesatkan. Adapun tercantum firman Allah
SWT QS. Ath-Talaaq ayat 2-3:
Artinya: “2. apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, Maka
rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan
92
baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di
antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena
Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang
beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa
kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan
keluar. 3. dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya
Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu”.
3. Taubat
Taubat tidaklah ada tanpa didahului oleh penyesalan terhadap dosa
yang dikerjakan. Barang siapa yang tidak menyesal maka menunjukkan
bahwa ia senang dengan perbuatan tersebut dan menjadi indikasi bahwa ia
akan terus menerus melakukannya. Akankah kita percaya bahwa seseorang
itu bertaubat sementara dia dengan ridho masih terus melakukan perbuatan
dosa tersebut? Hendaklah ia membangun tekad yang kuat di atas
keikhlasan, kesungguhan niat serta tidak main-main. Bahkan ada sebagian
ulama yang menambahkan syarat yang keempat, yaitu tidak mengulangi
perbuatan dosa tersebut. sehingga kapan saja seseorang mengulangi
perbuatan dosanya, jelaslah bahwa taubatnya tidak benar. Akan tetapi
sebagian besar para ulama tidak mensyaratkan hal ini. Sebagaimana dalam
firman Allah SWT QS. Al-Baqarah ayat 222:
…. Artinya: “…sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat
dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”.
Fenomena yang terjadi di tengah hiruk pikuk keramaian dunia,
taubat sering kali terlupakan, setiap orang disibukkan masalah
93
keduniawian. Kebanyakan orang-orang tanpa sadar atau sadar melakukan
segala bentuk kesalahan hanya untuk memuaskan nafsu material dengan
menghalalkan berbagai cara. Penulis menambahkan apabila Allah
menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Allah bukakan pintu taubat
baginya. Sehingga benar-benar menyesali kesalahannya, merasa hina dan
rendah serta sangat membutuhkan ampunan Allah. Keburukan yang
pernah dilakukan merupakan sebab dari rahmat Allah baginya. Sampai-
sampai setan akan berkata, “Duhai, seandainya aku dahulu
membiarkannya. Andai dulu aku tidak menjerumuskannya kedalam dosa
sampai ia bertaubat dan mendapatkan rahmat Allah.” Diriwayatkan bahwa
seorang salaf berkata, “Sesungguhnya seorang hamba bisa jadi berbuat
suatu dosa, tetapi dosa tersebut menyebabkannya masuk surga”. Orang-
orang bertanya, “bagaimana hal itu bisa terjadi?” Dia menjawab, “Dia
berbuat suatu dosa, lalu dosa itu senantiasa terpampang di hadapannya.
Dia khawatir, takut, menangis, menyesal dan merasa malu kepada
Rabbnya, menundukkan kepala di hadapan-Nya dengan hati yang khusyu‟.
Maka dosa tersebut menjadi sebab kebahagiaan dan keberuntungan orang
itu, sehingga dosa tersebut lebih bermanfaat baginya daripada ketaatan
yang banyak.”
4. Khusnuddhon
Akhir-akhir ini sikap tidak tahu dan berbagai ujar kebencian marak
terjadi (dilakukan seseorang). Hal itu, bisa kita lihat melalui media sosial,
media cetak maupun media elektronik. Semua dilakukan atas nama agama,
misalnya: yang baru ini terjadi adanya ajakan untuk melibatkan agama
dalam kepentingan politik contohnya: mewajibkan semua pemimpin harus
muslim dan adanya sangkaan kasus penistaan agama oleh umat lain dan
94
masih banyak lagi. Tentunya hal itu, banyak faktor yang mempengaruhi
yaitu munculnya perasaan su‟udzon di antara kelompok per kelompok
manusia meskipun mereka sesungguhnya sama beragama Islam.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT QS. Hujarat ayat 12:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-
sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu
dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang”
Nilai pendidikan Islam dalam buku La Tahzan sebagaimana tersebut diatas
tentunya memiliki relevansi yang kuat dengan kondisi sekarang yang serba
global dan di tengah kemajuan teknologi informasi yang serba canggih. Paling
tidak nilai keimanan, tawakal, khusnuddhon, anjuran taubat menjadi konsep
penting untuk diaktulisasikan kembali dalam kehidupan riil masyarakat
sekarang. Selain itu, penulis berpendapat bahwa keempat nilai tersebut
selayaknya ditanamkan pada anak sejak kecil sehingga dapat tertata
kehidupannya dan sangat penting untuk ditanamkan.
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian dalam buku “La
Tahzan” karya „Aidh Al-Qorni dapat disimpulkan, sebagai berikut:
1. Nilai pendidikan Islam dalam buku La Tahzan, terfokus kepada dua
sumber utama yaitu Al-Qur‟an dan Hadits. Jika masalah yang dihadapi
tidak ada pemecahan didalamnya, maka penyelesaian dapat dilakukan
dengan: pertama, serahkan pada risalah para sahabat Rasulullah SAW;
kedua, melihat pemikiran tabi‟it tabi‟in; ketiga, pendapat ulama-ulama
yang mengikuti jejak Rasulullah dan sahabatnya. Keempat, sebagai jalan
terakhir jika belum juga menemukan solusi masalah yang dihadapi,
berserah diri kepada Allah (tawakal). Nilai pendidikan Islam dalam buku
La Tahzan, antara lain: keimanan, tawakal, anjuran taubat, khusnuddhon
dan kekuatan mental/pribadi dalam segala hal. Selain aspek pendidikan
Islam dalam buku tersebut terdapat aspek psikologis yang sangat penting
yaitu rasa percaya diri dan motivasi untuk selalu mencintai ilmu.
2. Relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku “La Tahzan” dalam
kondisi sekarang,nilai keimanan; tawakal; khusnuddhon dan anjuran
taubat menjadi konsep penting untuk diaktulisasikan kembali dalam
kehidupan riil masyarakat sekarang. Keempat nilai tersebut selayaknya
ditanamkan pada anak sejak kecil sehingga dapat tertata kehidupannya dan
sangat penting untuk ditanamkan demi terciptanya kepribadian insan
kamil
95
96
B. Saran
Setelah mengadakan pengkajian konsep nilai dalam buku “La Tahzan”
dan relevansi dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa saran yang penulis
sampaikan:
1. Terkait dengan eksistensi karya sastra, sudah sepantasnya karya sastra
mempertimbangkan dan menanamkan nilai-nilai dan pendidikan Islam
yang bisa disumbangkan kepada masyarakat luas.
2. Segi hikmah yang terdapat dalam buku “La Tahzan” ini, masyarakat dapat
mengambil hikmah dari motivasi-motivasi yang membangun yang dapat
meningkatkan kualitas karakter masing-masing individu serta sarat akan
nilai-nilai ke-Islaman yang banyak memberikan kontribusi pada
lapisan masyarakat, khususnya umat Islam untuk mengamalkan dan
mengaplikasikan nilai-nilai segi kehidupan sehari-hari.
3. Penelitian selanjutnya, kajian dalam penelitian tentang nilai-nilai
pendidikan Islam pada buku “La Tahzan” ini belum dikatakan sempurna,
untuk itu harapan peneliti akan ada banyak peneliti baru yang berkenan
meneliti lebih luas dan komprehensif terhadap buku tersebut.
97
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abd. Rahman. 2001. Aktualisasi Konsep Dasar Pendidikan Islam
Rekonstruksi Pemikiran dalam Tinjauan Filsafat Pendidikan Islam
(Yogyakarta: UII Press)
Achmadi. 2005.Ideologi Pendidikan Islam Paradikma Humanisme Teosentris
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar).
Al-Abrasyi,Muhammad Athiyah. 1969. Al-Tarbiyah Al-Islamiyah
waFasalifuha(Kairo: Halabi).
Ali dan Asrori. 2006. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik (Jakarta:
PT. Bumi Aksara).
Al-Mighwar. 2006. Psikologi Remaja:Petunjuk bagi Guru dan Orang tua
(Bandung : Pustaka Setia).
Al-Qorni, „Aidh. 2013. “La Tahzan: Jangan Bersedih! Samson Rahman,
terjemahan” (Jakarta: Qisthi Press).
An-Nahlawi,Abdurrahman. 1992.Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam
dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat terj. Herry Noer Ali
(Bandung: CV Diponegoro).
Arifin,M. 2006.Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan PraktisBerdasarkan
Pendekatan Interdisipliner(Jakarta: PT Bumi Aksara).
Arifin, Muzayyin. 2009. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara).
Hoed, Benny H. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya (Jakarta: Komunitas
Bambu).
Isna,Mansur. 2001.Dirkursus Pendidikan Islam (Yogyakarta: Global Pustaka
Utama)
J. Moleong, Lexy. 1998. Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya).
Kaelan. 2005.Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat (Yogyakarta:
Paradigma).
Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Kartika).
Lubis, Mawardi dan Zubaedi. 2011. Evaluasi Pendidikan Nilai (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar).
98
Marimba, Ahmad D. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al-
Maarif).
Muhaimin dan Abdul Mujib. 1993.Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis
dan Kerangka Dasar Oprasionalnya(Bandung: Trigenda Karya)
Mukhlas Asy-Syarkani al-Falahi. 2003.Rahasia dan Keajaiban Takwa
(Jogjakarta: AD-Press).
Nata, Abuddin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Kapita Selekta
PendidikanIslam (Jakarta: Grasindo).
Nawawi, Imam. 2006. Riyadush Shalihin (Bandung: Irsyad Baitussalam).
Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka).
Sulaiman,Fathiyah Hasan. 1986. Sistem Pendidikan Versi Al-Ghazali, terj.Fathur
Rahman (Bandung: Al-Ma‟arif).
Suryabrata, Sumadi. 2005. Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Press).
Syam,Mohammad Nor. 1986.Pendidikan Filsafat dan Dasar Filsafat
Pancasila(Surabaya: Usaha Nasional).
Thoha,Chabib. 1996.Kapita Selekta Pendidikan Islam(Yogyakarta: Pustaka
Pelajar).
_____________. 1999.Metodologi Pengajaran Agama (Semarang: Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo dan Pustaka Pelajar).
Tillman,Diane. 2004.Living Values Aktivities For Children Ages 8-14(Jakarta: PT
Gramedia).
Yusuf, Tayaf. 1995. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab (Jakarta :
Raja Garafindo Persada).
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Topikin
Tempat/Tanggal lahir : Grobogan / 06Desember 1989
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Dusun Glonggong RT. 03 RW. 02 Desa Dimoro, Kec.
Toroh, Kabupaten Grobogan.
Email : [email protected]
No. Hp : 0822 2630 6460
Riwayat Pendidikan :
SD Dimoro 02 Dusun Karangturi Desa Dimoro Kec.
Toroh
1994-2000
MTs. Al-Hidayah Genengadal, Dusun Genengadal, Desa
Genengadal, Kec. Toroh
2000-2003
Ponpes Dawar, Dusun Dawar, Desa Manggis, Kec.
Mojosongo Boyolali
2003- 2012
Ponpes Al-Gurfron Kecandran Kota Salatiga 2012-2014
Yayasan Nurul Iman Margosari Kota Salatiga 2014-sekarang
Riwayat Organisasi:
- LDK Darul Amal IAIN Salatiga
- PMII Kota Salatiga
- IMADISA (Ikatan Mahasiswa Purwodadi IAIN Salatiga)
2
3
4
5
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Topikin Fakultas : F T I K
Nim : 111 12 103 Jurusan : P A I
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai
1. OPAK Stain Salatiga 2012 5-6 September
2012
Peserta 3
2. OPAK Tarbiyah 2012 8-9 September
2012
Peserta 3
3. Masa Ta‟aruf (Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah)
06 September 2013 Peserta 2
4. UPT Perpustakaan STAIN (Library
User Education)
16 September 2013 Peserta 2
5. Seminar Training Pembuatan
Makalah Lembaga Dakwah
Kampus (LDK)
18- September
2013
Peserta 2
6. Seminar Nasional Bahasa Arab
(Upaya Menjaga Eksistensi dan
Masa Depan Pembelajaran Bahasa
Arab)
09 Oktober 2013 Peserta 8
7. Pra Haflah Akhirusannah
(pelaksana Jalan sehat Ponpes
Putra-putri Al-Manar)
08 Juni 2014 Panitia 3
8. Gebyar Rebana ke VIII Ponpes
Putra-putri Al-Manar
26 Juni 2014 Panitia 3
9. Pra Haflah kegiatan Lomba Pidato
Ponpes putra-putri Al-Manar
11-13 November
2014
Peserta 2
10. Pra Haflah Kegiatan Lomba
Qiroatul Khutub Ponpes Putra-Putri
Al-Manar
17 Juni-09Juli 2014 Peserta 2
11. Khataman Qur‟an 30 juz Binadzor
Ponpes Putra-Putri Al-Manar
26 Mei 2015 Peserta 2
12. Pra Haflah Akhirusannah
(pelaksana Jalan Sehat Ponpes
Putra-Putri Al-Manar
08-Juni-2015 Panitia 3
13. Haflah Akhirusannah & Haul K.H.
Djalal Suyuti ke-68 Ponpes putra-
putri Al-Manar
13-Juni 2015 Panitia 3
14. Pra Haflah Kegiatan (Pelaksana
Gebyar Rebana ke IX Ponpes
Putra-Putri Al-Manar)
13 Juni 2015 Panitia 3
6
15. Pra Haflah Akhirusannah Lomba
Qiroatul Khuttub Ponpes Putra-
putri Al-Manar
18 Juni-1-Juli 2015 Peserta 2
16. Pra Haflah Kegiatan Lomba Antar
Kelas Ponpes Putra-Putri Al-Manar
ke-68
21 Juni 2015 Peserta 2
17. Pra Haflah Kegiatan Lomba Pidato
Ponpes Putra-Putri Al-Manar
25 Juni-09 Juli
2015
Peserta 2
18. Pelaksana Kilatan Ramadhan
Pondok Pesantren Putra-Putri Al-
Manar
11 Juli 2015 Panitia 3
19. Kegiatan kemah Bakti Pramuka
Penggalang kelompok kerja
Madrasah Tsanawiyah Kab.
Semarang
13-15 November
2015
Panitia 3
20. Pelaksana Tes Imtihanul Awwal
Madrasah Diniyah Takmiliyah
Ponpes Putra-putri Al-Manar
13 Desember 2015 Panitia 3
21. Seminar Nasional Pembangunan
Karakter Bangsa Tanpa
Mewujudkan Generasi Muda yang
Berbudaya untuk Indonesia
09 April 2016 Peserta 8
22. Seminar Nasional Nasionalisme
Sebagai Benteng dalam
Menghadapi Proxy War di
Indonesia
18 Mei 2016 Peserta 8
23. Seminar Nasional PIK SAHAJASA
“LGBT” dalam persepektif
Psikologi dan kesehatan
26 Mei 2016 Peserta 8
24. Haflah Akhirusannah & Haul K.H.
Djalal Suyuti ke-69 Ponpes Putra-
Putri Al-Manar
28 Mei 2016 Panitia 3
25. Seminar Nasional Indonesia
Budayaku Indonesia Warisanku
(Salatiga kota Pustaka)
02 Juni 2016 Peserta 8
26. Seminar Nasional “Penerapan
Nilai-nilai Lingkungan kepada
individu”
21 September 2016 Peserta 8
27. Seminar Nasional Memandang
Jurnalisme dari perspektif Gender
ke-26 LPM Dinamika IAIN
Salatiga
24 September 2016 Peserta 8
7
33. Kegiatan Lomba TPA se Desa
Kener, Kec. Kaliwungu, Kab.
Semarang
23 Februari 2017 Panitia 3
Jumlah 137
24. Haflah Akhirusannah & Haul K.H.
Djalal Suyuti ke-69 Ponpes Putra-
Putri Al-Manar
28 Mei 2016 Panitia 3
25. Seminar Nasional Indonesia
Budayaku Indonesia Warisanku
(Salatiga kota Pustaka)
02 Juni 2016 Peserta 8
26. Seminar Nasional “Penerapan
Nilai-nilai Lingkungan kepada
individu”
21 September 2016 Peserta 8
27. Seminar Nasional Memandang
Jurnalisme dari perspektif Gender
ke-26 LPM Dinamika IAIN
Salatiga
24 September 2016 Peserta 8
28. Seminar Nasional Edupreneurship
“Strategi Marketing Kunci Sukses
Wirausaha”
13- November
2016
Peserta
8
29. Seminar Nasional Anak
Berkebutuhan Khusus “Melejitkan
Potensi ABK”
01 Desember 2016 Peserta 8
30. Kegiatan KKN IAIN Salatiga
Penanaman Pohon se-Desa Kener,
Kec. Kaliwungu, Kab. Semarang
15 Februari 2017 Panitia 3
31. Kegiatan KKN IAIN Salatiga Jalan
Sehat se Desa Kener, Kec.
Kaliwungu, Kab. semarang
19 Februari 2017 Panitia 3
32.
Piagam Penghargaan Dharma Bakti
KKN IAIN Salatiga di SD Negeri
Kener, Kec. Kaliwungu, kab.
Semarang
23 Februari 2017 Peserta 2
8