NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH...

72
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Ilmu Tarbiyah Oleh YUYUN ARIFAH NIM 3103082 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008

Transcript of NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH...

Page 1: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA

IBADAH HAJI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Ilmu Tarbiyah

Oleh

YUYUN ARIFAH NIM 3103082

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2008

Page 2: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

ii

Page 3: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Tanggal Tanda Tangan

Drs. H. Djoko Widagdho, M. Pd (NIP. 130 388 591) ______________ ______________

Ketua Drs. Wahyudi, M. Pd (NIP. 150 274 611) ______________ ______________

Sekretaris

Drs. H. Syamsuddin Yahya (NIP. 150 170 121) ______________ ______________

Anggota I

Nasirudin, M. Ag (NIP. 150 274 611) ______________ ______________

Anggota II

Page 4: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

iv

PERNYATAAN

Penulis menyatakan dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab bahwa skripsi ini

tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali

informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 2 Januari 2008

Deklarator,

Yuyun Arifah

Page 5: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

v

ABSTRAK

Yuyun Arifah (3103082) Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak pada Ibadah Haji Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak yang

terkandung pada ibadah haji. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research). Data

penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan deduktif dan pendekatan induktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibadah haji adalah kegiatan mengunjungi Makkah yang dilakukan pada waktu tertentu untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan khusus berupa thawaf, sa’i, wukuf di Arafah dan seluruh rangkaian ibadah haji dalam rangka memenuhi perintah Allah dan mengharap ridho-Nya. Nilai-nilai pendidikan akhlak pada ibadah haji antara lain: a. Syukur. Melaksanakan haji merupakan ungkapan syukur atas nikmat harta dan

kesehatan. Keduanya merupakan kenikmatan terbesar yang diterima didunia. Hal ini dapat dilihat ketika jamaah mengucapkan talbiyah.

b. Takwa. Haji merupakan ibadah yang melambangkan ketaatan atau penyerahan diri secara total kepada Allah baik harta benda maupun jiwa raga. Di hadapan Allah mereka bersyukur atas segala nikmat, memohon ampun, berdzikir, memohon perlindungan dari dosa, hawa nafsu dan godaan setan.

c. Ikhlas. Ibadah haji merupakan ibadah sempurna yang harus dilaksanakan dengan ikhlas karena Allah. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam QS. Ali Imran ayat 97, dan Al-Baqarah ayat 196 yang menjelaskan tentang kewajiban haji.

d. Bershalawat dan patuh pada ajaran Rasulullah. Hal ini bisa dipahami ketika jama’ah di Raudhah mereka bershalawat kepada Nabi. Selain itu dapat dipahami ketika jama’ah melaksanakan rangkaian ibadah haji sesuai dengan ajaran Rasulullah. Misalnya thawaf, wukuf, sa’i, tahalul.

e. Tidak melakukan rafats, fusuq dan jidal. Pada ibadah haji, ketika jamaah sedang ihram ada larangan untuk tidak rafats, fusuq dan jidal. Hal ini karena ibadah haji merupakan pekerjaan yang sangat mulia dan terpuji. Sebagaimana firman Allah QS. Al-Baqarah ayat 197.

f. Mengendalikan hawa nafsu. Hal ini bisa dipahami ketika jamaah melempar jumrah. Melempar jumrah merupakan perwujudan permusuhan dan kebencian terhadap setan yang selalu berusaha untuk menyesatkan manusia dari jalan yang diridai Allah.

g. Tolong menolong. Ibadah haji bukan hanya suatu bentuk budaya/adat istiadat. Di situ dibutuhkan pengertian dan toleransi, tolong menolong antara jama’ah yang satu dengan yang lain.

h. Ukhuwah/Persaudaraan. Ibadah haji merupakan wujud nyata dari persaudaraan antara muslim sedunia. Dengan perkumpulan yang berasal dari berbagai negara dan bangsa, mereka harus saling toleransi dan memahami keadaan orang lain, sehingga tercipta ukhuwah islamiyah yang baik.

Page 6: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

vi

MOTTO

الحج أشهر معلومات فمن فرض فيهن الحج فلا رفث ولا فسوق ولا جدال

)١٩٧: البقرة( .…في الحجMusim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Barangsiapa yang

menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan

haji.* (QS. Al-Baqarah: 197)

* Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Bandung: J-Art, 2005), hlm. 31.

Page 7: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

vii

PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan hati dan rasa syukur skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Ayahku H. Suroso dan Bunda tersayang Siti Khasanah yang selalu memberikan

kasih sayang tanpa akhir. Iringan doa dan restumu adalah pijakan bagiku untuk

menggapai mimpi indahku.

2. Kakakku Ahmad Faizin, S.Pd.I dan adikku Sri Mulyani yang menjadi

penyemangat hidup penulis.

3. Pelita hatiku, mutiara hidupku, calon pendamping hidupku, semoga engkau yang

terbaik bagiku.

4. Keluarga besar PPTQ Purwoyoso Semarang, semua sahabat senasib seperjuangan,

terima kasih atas kebersamannya dalam suka dan duka.

5. Teman senasib dan seperjuangan di kampus hijau Fakultas Tarbiyah angkatan

2003. Dengan tulus hati aku persembahkan skripsi ini, mudah-mudahan bisa

bermanfaat.

Page 8: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

viii

KATA PENGANTAR

بسم اهللا الرمحن الرحيم

Penulis bersyukur kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufiq

dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang

merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan

dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Tidak lupa, penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan kita,

Nabi Muhammad yang telah membawa risalah yang penuh dengan ilmu

pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup

kita, baik di dunia dan di akhirat kelak.

Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada

semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dengan moral dan

bantuan apapun yang sangat besar artinya bagi penulis. Ucapan terima kasih

terutama penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M. Ed. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang yang telah merestui pembahasan skripsi ini.

2. Dra. Muntholi’ah, M.Pd selaku wali studi yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis selama melakukan studi.

3. Sulja’i M. Ag dan H. Mursid, M Ag selaku pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penyusunan skripsi ini..

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen beserta karyawan di lingkungan Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai

pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu serta kakak dan adikku yang telah mencurahkan kasih sayang,

perhatian dan doanya untuk keberhasilan penulis.

6. Abah K.H. Amna Abdullah Umar, K.H. Azka Abdullah Umar (Alm), Abah

Muhibbin, Umi Aufa, Ibu Nyai Hj. Jamzatur Rohmah AH sebagai Pengasuh

PPTQ Purwoyoso Ngaliyan Semarang. Terima kasih kami haturkan kepada

Page 9: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

ix

belaiau yang telah mengasuh, mendidik dengan tulus ikhlas, sehingga kami

mendapat ilmu yang bermanfaat dan barokah.

7. Sahabat, teman senasib seperjuangan, santriwati PPTQ Purwoyoso Semarang

(Hidayah, Rifqoh, Mei, Ida, Mifroh, Mursyidah, Anik dan adik-adik kamar pink),

teman-teman TIM PPL MAN 2 Semarang 2007 dan TIM KKN POSKO 16 Desa

Malebo Kabupaten Temanggung 2007, yang selalu setia menemani, menasehati,

membantu, memotivasi dan mendoakan dari awal sampai akhir penyelesaian

skripsi dan studi di IAIN Walisongo Semarang.

8. berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah

membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa hanya

untaian terima kasih dengan tulus serta iringan doa, semoga Allah membalas semua

amal kebaikan mereka dan melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah dan inayah-Nya,

dan semoga skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak pada Ibadah Haji”

ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berkesempatan membacanya.

Pada akhirnya penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan

skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

para pembaca umumnya. Amin.

Semarang, 2 Januari 2008

Penulis

Page 10: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

DEKLARASI ..................................................................................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

MOTTO ............................................................................................................. vi

PERSEMBAHAN.............................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... x

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 5

D. Kajian Pustaka .............................................................................. 5

E. Penegasan Istilah .......................................................................... 6

F. Metode Penelitian......................................................................... 9

G. Sistematika Penulisan................................................................... 11

BAB II. IBADAH HAJI DAN PENDIDIKAN AKHLAK

A. IBADAH HAJI ............................................................................ 12

a. Pengertian Haji........................................................................ 12

b. Dasar Hukum Haji .................................................................. 13

c. Syarat-Syarat Haji ................................................................... 15

d. Rangkaian Amalan Ibadah Haji .............................................. 16

e. Hikmah Ibadah Haji ............................................................... 26

B. PENDIDIKAN AKHLAK........................................................... 26

a. Pengertian Pendidikan Akhlak ............................................... 26

b. Dasar-dasar Pendidikan Akhlak.............................................. 31

Page 11: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

xi

c. Metode-metode Pendidikan Akhlak........................................ 33

d. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak................................................. 36

e. Tujuan Pendidikan Akhlak...................................................... 39

C. NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI 40

a. Akhlak kepada Allah............................................................... 40

b. Akhlak kepada Rasul............................................................... 40

c. Akhlak kepada diri sendiri dan orang lain .............................. 40

BAB III. NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI

A. AKHLAK KEPADA ALLAH ............................................... 41

a.. Syukur ................................................................................. 41

b. Takwa .................................................................................. 42

c. Ikhlas .................................................................................. 43

B. AKHLAK KEPADA RASUL...................................................... 44

a. Patuh mengikuti ajarannya ...................................................... 44

b. Bershalawat ............................................................................. 44

C. AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN....... 45

a. Tidak melakukan rafats, fusuq dan jidal .................................. 45

b. Mengendalikan hawa nafsu ..................................................... 45

c. Tolong menolong...................................................................... 46

d. Persaudaraan............................................................................. 46

BAB IV. ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA

IBADAH HAJI

A. Hubungan Ibadah Haji dengan Pendidikan .................................. 48

B. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Ibadah Haji ...................... 49

1. Akhlak kepada Allah.................................................................. 49

2. Akhlak kepada Rasul.................................................................. 52

3. Akhlak kepada Diri Sendiri dan Orang Lain.............................. 52

Page 12: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

xii

BAB V. PENUTUP

A. Simpulan ...................................................................................... 55

B. Saran-Saran .................................................................................. 56

C. Kata Penutup ............................................................................... 57

DAFTAR KEPUSTAKAAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

Page 13: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Islam merupakan pendidikan tingkah laku praktis: tidak cukup dengan kata-kata, tetapi memperhatikan aspek perbuatan. Rukun Islam yang kelima umpamanya, menuntut tingkah laku verbal dan praktis secara simultan. Kesempurnaan manusia muslim antara lain terletak pada kesesuaian antara perkataan dan perbuatan.1

Salah satu tujuan pendidikan Islam ialah mengembangkan manusia yang baik, yaitu manusia yang beribadah dan tunduk kepada Allah serta mensucikan diri dari dosa. Atas dasar itu, tujuan pendidikan Islam diukur antara lain dengan nilai isi pendidikannya, yaitu merealisasi tercapainya keutamaan dan kesempurnaan diri dengan jalan ma’rifat kepada Allah dan berorientasi kepada kehidupan yang baik dan utama. Isi pendidikan tersebut mencakup kepentingan manusia di dunia dan akhirat. Manusia sempurna ialah manusia yang berakhlak mulia serta bertingkah laku dan bergaul dengan baik. Inilah aspek penting tujuan pendidikan akhlak dalam pendidikan Islam.2

Ibadah merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mengarahkan

pendidikan kepada orientasi akhlaki yang lurus serta merealisasi pendidikan

secara seimbang dan komprehensif. Ibadah fardhu seperti shalat, zakat, puasa,

haji mengandung maksud mendidik ruh dan mengarahkan pendidikan akhlak

Haji merupakan rukun Islam yang kelima, yang diwajibkan oleh

Allah atas orang-orang yang mampu, baik fisik, mental maupun biaya.3

Sebagai rukun Islam yang kelima haji bukanlah sekedar prosesi lahiriah

formal belaka, melainkan momen revolusi lahir dan batin untuk mencapai

kesejatian diri sebagai manusia. Proses pencapaian kesejatian tersebut dapat

diraih dengan mempelajari makna ibadah haji lebih dalam.

Banyak orang menganggap bahwa haji adalah ungkapan puncak

sekaligus panacea (obat mujarab) bagi kebaikan keagamaan seorang muslim

Seorang muslim yang telah berhaji, jika dia dikenal sebagai orang yang baik,

1 Hery Noer Ali dan Munzir, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Fisika Agung Insani,

2000), hlm. 154. 2 Ibid, hlm. 152 3 Nasir Yusuf, Problematika Manasik Haji, (Bandung: Pustaka, 1994), hlm. 1.

Page 14: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

2

dengan kebaikannya telah mencapai puncaknya.4 Apabila seseorang menjadi

pelaku ibadah haji yang sejati, maka ibadah itu mengandung sebuah hakikat

yang nyata. Bentuk nyata ibadah haji adalah akhlak orang yang berhaji.5

Dalam ibadah haji, nilai pembinaan akhlak lebih besar dibanding

dengan ibadah lain dalam rukun Islam. Hal ini bisa dipahami karena ibadah

haji merupakan ibadah yang bersifat komprehensif yang menuntut persyaratan

banyak, disamping harus menguasai ilmunya, juga harus sehat fisiknya, ada

kemauan keras, bersabar dalam menjalankannya serta mengeluarkan biaya

yang banyak.6 Hubungan ibadah haji dengan pembinaan akhlak ini dapat

dipahami dari ayat yang berbunyi:

ال وقوس فال وثف رال فجح النهي فضر فنم فمتولعمرهشأ جحلا

ادالزري خنإا فودوزت اهللا وهملعيري خنامولعفاتم وجحى ال فالدج

)١٩٧: البقرة( ببلألى اولأ ينوقاتى ووقالتMusim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa

yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan didalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (QS. Al-Baqarah: 197)7

Ibadah haji dengan implementasi amaliahnya, tidak hanya semata-

mata dogma. Namun terkandung makna yang sangat dalam seperti dari segi

persaudaraan, kemanusiaan, persamaan dan persatuan, perlu bekerja keras dan

selalu berusaha sampai pada akhirnya dari seluruh perbuatan haji terdapat

pengakuan akan Kemahakuasaan dan Keagungan-Nya8.

Quraish Shihab, mengutarakan bahwa dalam pelaksanaan ibadah

haji, baik dalam acara ritual atau dalam tuntunan non ritualnya, dalam bentuk

4 Ramli Bihar Anwar, ASQ For Haji, (Bandung: Arazy PT Mizan Pustaka, 2004) cet. 1, hlm 118-119

5 Jawadi Amuli, Hikmah dan Makna Haji, (Bogor: Cahaya, 2004), cet. 2hlm. 117 6 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), cet. 2, hlm.

161 7 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: J-Art, 2005), hlm. 31 8 Ishak Farid, Ibadah Haji dalam Filsafat Hukum Islam , (Jakarta: Rineka Cipta, 1999),

hlm. 5

Page 15: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

3

kewajiban atau larangan, dalam bentuk nyata atau simbolik mempunyai

makna tersendiri, antara lain:9

1. Ibadah haji dimulai dengan niat sambil menanggalkan pakaian biasa dan

mengenakan pakaian ihram.

Tidak dapat disangkal bahwa pakaian menurut kenyataannya merupakan

pembeda antara seorang dengan yang lainnya. Pembedaan tersebut dapat

membawa antara lain, kepada perbedaan status sosial, ekonomi atau

profesi.

Di miqat makani, pembedaan tersebut harus ditanggalkan, sehingga semua

harus memakai pakaian yang sama. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

dalam ibadah haji terdapat pendidikan egaliter (kesamaan).

2. Dengan dikenakannya pakaian ihram, maka sejumlah larangan harus

ditinggalkan oleh pelaku ibadah haji.

Dilarang membunuh binatang dan mencabut pepohonan. Mengapa? Karena

manusia berfungsi memelihara makhluk-makhluk Allah serta memberinya

kesempatan seluas mungkin untuk mencapai tujuan penciptaan-Nya.

3. Setelah selesai melakukan thawaf, yang menjadikan pelakunya larut dan

berbaur bersama manusia-manusia yang lain, serta memberikan kesan

kebersamaan menuju satu tujuan yang sama yakni berada dalam lingkungan

Allah, dilakukanlah sa’i.

4. Di Arafah, padang yang luas lagi gersang itu, seluruh jamaah wuquf

(berhenti) sampai terbenamnya matahari.

Di sanalah mereka seharusnya menemukan ma’rifah pengetahuan sejati

tentang jatidirinya, akhir perjalanan hidupnya. Di sana pula seharusnya ia

menyadari langkah-langkahnya selama ini. Dengan kesadaran-kesadaran

itulah yang menghantarkannya di padang Arafah untuk menjadi arif (sadar)

dan mengetahui.

5. Dari Arafah, para jama’ah ke Muzdalifah untuk mengumpulkan senjata

dalam menghadapi musuh utama yaitu setan. Kemudian melanjutkan

9M. Quraish Shihab, Membumikan Al Qur'an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2004), hlm. 335-337.

Page 16: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

4

perjalanan ke Mina dan di sana para jamaah haji melampiaskan kebencian

dan kemarahan mereka menjadi penyebab segala kegetiran yang

dialaminya. Batu dikumpulkan di tengah malam sebagai lambang bahwa

musuh tidak boleh mengetahui siasat dan senjata kita.

Selain itu, Ismail Muhammad Syah, dalam bukunya Filsafat Hukum

Islam mengutarakan bahwa haji merupakan kumpulan yang sangat indah dari

lambang-lambang kerohanian yang mengantarkan umat Islam dari seluruh

penjuru dunia dengan berbagai ras, bangsa dan bahasa merupakan suatu

momentum untuk mempererat tali persaudaraan.10

Ibadah haji tidak hanya semata-mata ditujukan untuk menjaga

hubungan baik dengan Allah tetapi juga menjaga hubungan baik dengan diri

sendiri, sesama manusia, menjaga hubungan baik dengan alam. Hubungan kita

dengan diri kita, dengan sesama manusia harus kita pelihara secara terus

menerus, seperti halnya ketika seorang haji memakai pakaian ihram. Pada saat

itu dilarang membunuh hewan sekecil apapun, menebang pepohonan.

Larangan ini terkait dengan persoalan menjaga hubungan baik dengan alam

dan lingkungan sekitar.11

Amaliah tersebut mengajarkan kepada umat manusia untuk

senantiasa ramah terhadap lingkungan dengan menjaga dan tidak

mengeksploitasi lingkungan. Hal tersebut sangat aplikatif apabila

diaplikasikan oleh setiap muslim, mengingat sekarang ini banyak manusia

yang tidak sadar akan pentingnya menjaga lingkungan.

Penulis beranggapan bahwa penggalian nilai-nilai edukatif dalam

ibadah haji merupakan hal yang sangat urgen. Pasalnya banyak orang muslim

yang melaksanakan ibadah haji, tetapi sepulang dari ibadah haji belum ada

perubahan yang signifikan dalam tingkah laku atau akhlak dalam keseharian

mereka. Selain itu juga disebabkan kekeliruan penafsiran bahwa ibadah haji

10 Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), hlm.

204. 11 Ahmad Thib Raya, Menyelami Seluk Beluk Ibadah dalam Islam, (Jakarta: Kencana,

2003), hlm. 339.

Page 17: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

5

hanya habl min Allah sehingga nilai-nilai sosial dalam ibadah haji tidak

terakomodasi.

Oleh karena itu, penulis bermaksud mengadakan penelitian

mengenai Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak pada Ibadah Haji, melalui studi

pustaka yang relevan dengan tema tersebut.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka ada permasalahan yang

akan di kaji melalui penelitian ini. Permasalahan tersebut adalah nilai-nilai

pendidikan akhlak apa saja yang terkandung dalam ibadah haji?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang tersebut, maka tujuan yang hendak di

capai dalam penyusunan skripsi ini adalah mengetahui nilai-nilai pendidikan

akhlak dalam ibadah haji.

D. Kajian Pustaka

Kajian yang di bahas dalam skripsi ini difokuskan pada ajaran ibadah

haji yang di dalamnya terkandung nilai-nilai pendidikan akhlak yang dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari sini dibutuhkan suatu kajian

kepustakaan, dimana sepengetahuan penulis belum pernah menemukan

penelitian skripsi yang mengkaji tentang “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak pada

Ibadah Haji”

Untuk memperoleh gambaran yang pasti tentang posisi penelitian ini

diantara karya-karya yang sudah ada, berikut kami ilustrasikan beberapa karya

yang telah mengkaji nilai-nilai pendidikan.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Agus Hakim tentang “Nilai-

Nilai Pendidikan dalam Qiyamullail.” Skripsi ini memaparkan nilai-nilai

pendidikan dalam qiyamullail meliputi nilai jasmani berupa keadaan tubuh

yang rileks, efektif, tidak malas dan selalu optimis. Nilai rohaninya yaitu

Page 18: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

6

menjadikan keadaan tenang dan jiwa damai, tidak terjadi was-was,

kegelisahan yang berakibat pada sifat minder.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Sutanti Exa Zulhijah tentang

“Nilai-Nilai Edukatif Ibadah Puasa dalam Pandangan Imam al-Ghazali.”

Skripsi ini memaparkan nilai-nilai edukatif dalam ibadah puasa yaitu

pendidikan akhlak, pendidikan sosial, dan pendidikan pola hidup sehat.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Nanik Qoriah tentang “Nilai-

Nilai Pendidikan dalam Ibadah Aqiaqah dan Implementasinya dalam

Pendidikan Anak.” Skripsi ini memaparkan nilai-nilai pendidikan yang

terkandung dalam aqiqah adalah pendidikan akhlak, pendidikan keimanan,

pendidikan kesehatan, pendidikan sosial, pendidikan ekonomi dan pendidikan

kejiwaan.

Dari uraian tersebut nampaklah penelitian tentang nilai-nilai

pendidikan telah banyak dikaji, tetapi sepengetahuan penulis belum pernah

ada yang membahas tentang Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak pada Ibadah Haji.

E. Penegasan Istilah

1. Nilai Pendidikan Akhlak

a. Nilai

Nilai secara etimologi adalah banyak sedikitnya isi, kadar,

mutu12. Nilai adalah seperangkat keyakinan ataupun perasaan-perasaan

yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang

khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun perilaku13.

Jadi nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu dan

membutuhkan penghayatan yang menyebabkan hal itu pantas dikerjakan

oleh manusia.

12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1990), hlm. 615 13 Muhammad Amin dkk, Dasar-Dasar Pendidikan Agama, (Semarang: IKIP Semarang

Press, 1996), hlm. 156

Page 19: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

7

b. Pendidikan Akhlak

1). Pengertian pendidikan

Pendidikan di artikan sebagai proses pengubahan sikap dan

tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan kepribadiannya melalui upaya pengajaran dan

pelatihan, proses,perbuatan, mendidik14.

2). Pengertian akhlak

Secara etimologi akhlak dapat diartikan budi pekerti, watak,

tabi’at.15

Sedangkan menurut Imam al-Ghazali dalam bukunya Ihya

‘ulumuddin mendefinisikan akhlak sebagai berikut

فالخلق عبارة عن هيئة فى النفس راسخة عنها تصدر

األفعال بسهولة ويسر من غير حاجة الى فكر وروية فان

الجميلة المحمودة عقال كانت الهيئة بحيث تصدرعنها األفعال

عنها وشرعاسميت تلك الهيئة خلقاحسنا وان كان الصادر

16األفعال القبيحة سميت الهيئة التى هى المصدر خلقاسيئا

Akhlak merupakan ungkapan tntang keadaan yang melekat pada jiwa dan dirinya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa membuthkan kepada pemikiran dan pertimbangan. Apabila suatu keadaan melahirkan perbuatan-perbuatan terpuji baik menurut pertimbangan akal maupun agama, maka keadaan itu disebut akhlak yang baik, dan juga sebaliknya, apabila suatu keadan melahirkan pebuatan-perbuatan tercela, maka ia juga disebut akhlak tercela.

Jadi yang dimaksud pendidikan akhlak dalam skripsi ini

adalah pendidikan untuk merubah tingkah laku (bukan pengetahuan

“dari belum atau tidak tahu menjadi tahu”) yang dimulai dari hati atau

pangkal perasaan sehingga menjadi suatu kebiasaan, baik kepada

Allah maupun kepada sesama.

14 Tim Penyusun Pembinaan dan Penegembangan Bahsa Indonesia, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hlm. 264 15 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit, hlm.15 16 Al Ghazali, Ihya’ Ulum adalah Din, Juz III, (Mesir: Masyahad Al Husaini, tt), hlm. 58

Page 20: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

8

Berdasarkan pengertian diatas, yang dimaksud nilai

pendidikan akhlak adalah isi/kandungan pendidikan yang dijadikan

sebagai acuan pengkajian kehidupan manusia untuk merubah tingkah

laku individu baik kepada Allah, Rasul, diri sendiri dan sesama.

2. Ibadah haji

a. Pengertian ibadah

Ibadah secara lughawi berarti mematuhi, tunduk, berdoa. Secara

istilah berarti kepatuhan atau ketundukan kepada Dzat yang memiliki

puncak Keagungan Tuhan Yang Maha Esa17.

Secara umum ibadah berarti bakti manusia kepada Allah karena

didorong dan dibangkitkan oleh akidah tauhid18.

Jadi, ibadah adalah segala bentuk perbuatan dan perkataan yang

dilakukan oleh setiap muslim dengan tujuan untuk mencari keridloan

Allah swt.

b. Pengertian haji

Haji menurut istilah bahasa artinya maksud19. Menurut istilah

agama, haji adalah sengaja berkunjung ke Baitullah al-Haram (ka’bah)

di Makkah al-Mukarromah untuk melakukan rangkaian amalan yang

telah diatur dan di tetapkan oleh Allah swt sebagai ibadah dan

persembahan dari hamba kepada Tuhan, yang berupa wukuf, thawaf, sa’i

dan amalan lainnya pada masa dan tempat tertentu, demi memenuhi

panggilan Allah SWT dengan mengaharapkan Ridho-Nya.20

Jadi, ibadah haji adalah sengaja berkunjung ke Baitullah untuk

menuju kepada Allah dan mengabdikan diri kepada-Nya, dengan

17 Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam Jilid II, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeue, 1993),

hlm. 385 18 Nasrudin Razak, Dienul Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1993), hlm. 44 19 Abdul Fatah Idris, Abu Ahmadi, Fikih Islam Lengkap, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),

cet. 3, hlm. 135 20 Djamaludin Dimjati, Panduan Ibadah Haji danUmrah Lengkap Di sertai Rahasia dan

Hikmahnya, (Solo: Era Intermedia, 2006), cett. I, hlm. 3

Page 21: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

9

mengerjakan suatu pekerjaan-pekerjaan tertentu yang dikerjakan pada

masa dan tempat serta ritual tertentu untuk mendapat ridloNya.

F. Metode Penelitian

Penelitian skripsi ini menggunakan metode library research atau

penelitian kepustakaan. Oleh karenanya, objek penelitiannya adalah berupa

buku-buku, majalah, jurnal serta tulisan lain yang dapat memberikan

informasi sesuai dengan kebutuhan penulis.

1. Sumber data

a. Data primer

Dalam penelitian ini sebagai sumber primernya adalah al-Quran,

hadis dan kitab fikih.

b. Data sekunder

Sumber data sekunder adalah data tangan kedua atau data yang

diperoleh dari pihak lain, dalam arti tidak langsung diperoleh peneliti

subjek penelitian.21.

Adapun data sekunder antara lain buku buku-buku yang berisi

tentang ibadah haji, antara lain: buku Ibadah Haji dalam Filsafat

Hukum Islam karya Ishak Farid, Panduan Ibadah Haji dan Umrah

Lengkap Disertai Rahasia dan Hikmahnya karya Djamaluddin Dimjati.

Akhlak Tasawuf karya Abuddin Nata, Watak Pendidikan Islam karya

Hery Noer Ali dan Munzier.

2. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah dengan

menggunakan dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan

lain sebagainya.22

Dokumentasi yang penulis perlukan dalam penelitian ini adalah

buku-buku yang representatif, relevan dan mendukung terhadap objek

21 Saefudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 91 22 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV,

(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), hlm. 236

Page 22: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

10

kajian sehingga dapat memperoleh data-data sekunder yang faktual dan

dapat dipertanggung jawabkan dalam memecahkan permasalahan yang

terdapat dalam skripsi ini.

3. Metode analisis data

a. Metode maudu’i /tematik

Yang dimaksud dengan metode tematik adalah membahas ayat-

ayat al-Quran sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan.

Semua ayat yang berkaitan dihimpun kemudian dikaji secara mendalam

dan tuntas dari berbagai aspek yang terkait dengannya seperti asbab al

nuzul, kosakata dan sebagainya.23

Metode ini digunakan untuk membahas ayat-ayat al Quran yang

berkaitan dengan ibadah haji, kemudian dikaitkan dengan nilai-nilai

pendidikan akhlak dan memperkuatnya dengan hadis-hadis nabi yang

relevan ditambah dengan pendapat para ahli.

b. Metode analisis isi

Metode content analysis adalah mendeskripsikan, membahas

dan mengkritik gagasan primer yang selanjutnya dikonfrontasikan

dengan gagasan primer yang lain dalam upaya studi perbandingan,

hubungan dan pengembangan model.24

Untuk mendukung dalam penjelasan melalui analisis isi, maka

penulis menggunakan kerangka berpikir yang bersifat deduksi yaitu

pembahasan dengan cara menyajikan kenyataan-kenyataan yang

bersifat umum kemudian diambil kesimpulan yang bersifat khusus25.

Dan juga kerangka berpikir yang bersifat induksi yaitu metode

pengambilan keputusan yang diletakkan atas dasar-dasar khusus

kemudian digeneralisasikan kepada hal-hal yang bersifat umum26.

23 Nashrudin Baidan, Metodologi Penafsiran Al Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1998), hlm. 151 24 Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998),

hlm. 85 25 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Andi, 2000), hlm. 47. 26 Ibid

Page 23: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

11

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memudahkan pembahasan dan pemahaman skripsi ini, maka

disusunlah sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar sebagi berikut

a. Bagian muka (Preliminaries)

Pada bagian ini dimuat: halaman sampul, halaman judul, abstraksi,

persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, deklarasi, halaman motto,

halaman persembahan, kata pengantar dan daftar isi.

b. Bagian isi (batang tubuh)

Bab pertama tentang pendahuluan, berisi: latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, penegasan istilah,

metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

Bab kedua tentang ibadah haji dan pendidikan akhlak, berisi tentang:

pengertian ibadah haji, dasar hukum, syarat haji, rangkaian amalan haji,

hikmah ibadah haji. Pendidikan akhlak, pengertian, dasar, metode, nilai

dan tujuan pendidikan akhlak, nilai-nilai pendidikan akhlak pada ibadah

haji.

Bab ketiga tentang Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak, berisi: akhlak kepada

Allah, Rasulullah, diri sendiri dan orang lain.

Bab keempat tentang Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak pada Ibadah

Haji, berisi tentang analisis nilai-nilai pendidikan akhlak pada ibadah haji

antara lain hubungan ibadah haji dengan pendidikan, nilai-nilai pendidikan

akhlak dalam ibadah haji yang meliputi akhlak kepada Allah, Rasulullah,

diri semdiri dan orang lain.

Bab kelima Penutup, berisi simpulan, saran-saran dan penutup.

c. Bagian akhir skripsi

Pada bagian ini akan dimuat daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar

riwayat hidup penulis.

Page 24: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

BAB II

IBADAH HAJI DAN PENDIDIKAN AKHLAK

A. Ibadah Haji

a. Pengertian Ibadah Haji

Secara etimologi kata haji adalah berasal dari bahasa Arab yaitu

جح– جحا- يجح berarti berziarah, mengunjungi, menyengaja.1 Namun dalam

penggunaannya para ulama telah sepakat bahwa kata haji digunakan dalam

pengertian untuk mengunjungi ka’bah untuk menyelesaikan manasik haji.2

Sedangkan pengertian haji menurut istilah syara’ di kalangan ulama

terdapat beberapa pendapat yang pada intinya sama. Di antaranya,

menurut Sayyid Sabiq

والوقوف ˛ والسعي˛ ألداء عبادة الطوا ف˛الحج قصد مكة

وابتغاء مرضاته˛ استجابة ألمراهللا˛ وسائرالمناسك˛بعرفة

Menyengaja (mengunjungi) Makkah untuk menunaikan ibadah thawaf, sa’i, wukuf di Arafah dan seluruh rangkaian ibadah (haji) dalam rangka memenuhi perintah Allah dan mengharapkan ridho-Nya.3

Sedangkan menurut Wahbah al-Zuhaily menyatakan:

او هو زيارة مكان ˛ مخصوصةافعالقصد الكعبة ألداء

مخصوص فى زمن مخصوص بفعل مخصوص

Menyengaja (mengunjungi) ka’bah untuk mengerjakan perbuatan tertentu atau mengunjungi tempat tertentu pada waktu tertentu4

Menurut Majeed, the hajj is visit a specified place during a

specified time to perform specified rites as acts of submission.5 Haji adalah

1 Djamaludin Dimjati, Panduan Ibadah Haji danUmrah Lengkap Di sertai Rahasia dan

Hikmahnya, (Solo: Era Intermedia, 2006), cett. I, hlm. 3 2 M. Hasbi Ash-Shidieqy, Pedoman Haji, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999), cet. 3,

hlm. 2 3 Sayyid Sabiq, Fiqih as-Sunnah Juz 5, (Kuwait: Darul Bayan, 1968), hlm. 20 4 Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islam wa Adilatuhu, Juz III, (Damaskus: Dar al-Fikr,

1989), hlm. 8

Page 25: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

13

mengunjungi tempat tertentu selama waktu tertentu untuk melaksanakan

ritual atau ibadah khusus sebagai pengakuan akan kepasrahan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud haji adalah suatu kegiatan mengunjungi Makkah yang dilakukan

pada waktu tertentu untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan khusus

berupa thawaf, sa’i, wukuf di Arafah dan seluruh rangkaian ibadah haji

dalam rangka memenuhi perintah Allah dan mengharapkan ridho-Nya.

b. Dasar Hukum Haji

Setiap ibadah dalam Islam, pelaksanaannya harus berdasarkan nash

hukum yang tegas baik dari al-Qur’an maupun as-Sunnah. Haji adalah

salah satu rukun Islam setelah syahadatain, shalat, zakat, dan puasa.6

Adapun dasar haji tersebut sebagai berikut:

a. Al-Qur’an

− QS. Ali Imran: 97

...وهللا على الناس حج البيت من استطاع إليه سبيال

﴾٩٧:ن١عمر ﴿ال Dan karena Allah, wajiblah atas orang-orang yang

melakukan haji ke Baitullah, yaitu bagi orang yang mampu melaksanakan perjalanan (ke sana).7 (QS. Ali Imran: 97)

− QS. al-Baqarah 196

﴾١٩٦:البقرة﴿.... وأتموا الحج والعمرة للهDan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena

Allah.8 (QS. al-Baqarah: 196)

− QS. al-Baqarah: 197

.... الحجفمن فرض فيهن الحج فال رفث وال فسوق وال جدال فى

5 FSA Majeed, The Hajj: The Law and The Rationale, (Singapore: Ze Majeed’s

Publishing, 1995), hlm. 5 6 Jaih Mubarak, Modifikasi Hukum Islam, (Jakarta: Grafindo Persada, 2003), hlm. 213 7 Departemen Agama, Op. cit, hlm. 62 8 Ibid, hlm. 30

Page 26: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

14

﴾١٩٧ :البقرة﴿Barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu

akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.9 (QS. al-Baqarah: 196)

b. Hadits Rasulullah

بن موسى قال اخبرنا حنظلة بن ابى سفيان عن حدثنا عبداهللا

قال رسول اهللا صلى اهللا : عكرمة بن خالدعن ابن عمر قال

اناال اهللا و الاله ة انس شهادلى خمع الماال س نيب لمسه وليع

الزكاة والحج وصوم محمدا رسول اهللا وإقام الصالة وايتاء

انضمرواه البخارى (10ر(

Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Islam didirikan atas lima (dasar), bersaksi tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat, mengunjungi Baitullah ,berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)

c. Ijma’ Ulama

Para ulama telah sepakat bahwa haji diwajibkan kepada kaum

muslimin hanya satu kali seumur hidup, adapun selebihnya adalah

sunnat.11

Berdasarkan hadis Rasulullah

ثنا : ا زهير بن حرب وعثمان بن ابى شبية المعنى قالحدثن

عن ابى , عن سفيان بن حسين عن زهري,يزيد ابن هارون

. م.عن ابن عباس ان اال قرع بن حابس سأل النبى ص, سنان

يارسول اهللا

9 Ibid 10 Al-Bukhari, Matan al-Bukhari, Juz I, (Beirut: Daar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2007), Cet. 3,

hlm. 14. 11 Farid Ishaq, Op. cit, hlm. 49

Page 27: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

15

فمن , رة واحدةرجل م: الحج فى كل سنة اومرة واحدة ؟ قال

عتطو وفه ادرواه ابودود(12 ز(

“Dari ibn Abbas al-Iqna bin Habis bertanya kepada Nabi dan berkata: wahai Rasulullah apakah mengerjakan haji itu setiap tahun atau hanya sekali saja? Rasulullah saw bersabda: “cukup sekali saja. Barang siapa menambahkannya maka itu ibadah sukarela saja.” (HR. Imam Abu Dawud).

c. Syarat-Syarat Haji

Ibadah haji itu diwajibkan dengan beberapa syarat:

1. Islam

Tidak wajib atas orang kafir dan tidak sah hukumnya jika

melaksanakannya, karena haji adalah kegiatan ibadah secara Islami.

Oleh karena itu, jika ada orang kafir yang melaksanakan haji

kemudian ia masuk Islam maka ia wajib mengulangi jika mampu.13

2. Baligh

Tidak wajib haji atas anak-anak.14 Seandainya ada anak yang

belum baligh mengerjakan haji dengan memenuhi syarat, rukun dan

wajib haji, maka dianggap sah namun hajinya tidak menggugurkan

kewajiban hajinya kalau sudah dewasa kelak jika ia mampu.

3. Berakal sehat, bagi orang gila tidak wajib.

4. Merdeka

Maksudnya bukan budak atau hamba sahaya yang terikat

dengan kewajiban kepada tuannya dan di bawah kekuasaannya, karena

ibadah haji di samping membutuhkan waktu yang cukup lama juga

membutuhkan biaya. Sedang seorang budak disibukkan dengan hak-

hak tuannya dan tentunya ia tidak mempunyai uang. Jika ia diajak oleh

12 Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, Juz II, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1996), hlm. 3 13 Wahbah al-Zuhaily, Op. cit, hlm. 20 14 Djamaludin Dimjati, Panduan Ibadah Haji danUmrah Lengkap di sertai Rahasia dan

Hikmahnya, (Solo: Era Intermedia, 2006), cett. I, hlm. 20

Page 28: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

16

tuannya melaksanakan haji, maka setelah merdeka ia diwajibkan

mengulang jika mampu.15

5. Kemampuan

Para fuqaha berbeda pendapat dalam menentukan batasan dan

bentuk istitha’ah. Akan tetapi secara umum yang dimaksud istitha’ah

meliputi dua hal yaitu bekal dan aman dalam perjalanan.

Kemampuan yang menjadi salah satu dari syarat-syarat haji

dengan ketentuan sebagai berikut:16

a). Sehat badannya

Jika ia tidak sanggup menunaikan haji itu disebabkan tua,

cacat, atau karena sakit, yang tidak dapat diharapkan dapat

sembuh, hendaklah diwakilkan kepada orang lain jika ia

mempunyai harta.

b). Aman dalam perjalanan, baik dirinya maupun hartanya

c). Memiliki bekal dan kendaraan.

Mengenai bekal, yang diperhatikan ialah agar cukup untuk

dirinya pribadi guna terjamin kesehatan badanya, juga keperluan

keluarga dalam tanggungannya. Mengenai kendaraan, syaratnya ialah

dapat mengantarkan pergi dan pulang kembali, baik dengan

menempuh jalan darat, laut, atau udara.

d. Rangkaian Amalan Haji

1. Ihram

Ihram adalah berniat untuk memulai ibadah haji.17 Ketentuan

ihram ini berdasarkan sabda Rasulullah saw:

سمعت رسول اهللا صلى اهللا عليه : عن عمربن الخطاب قال

مانوى امرء لكل انما األعمال باالنيات وانما: وسلم يقول

15 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Intermasa, 1997), cet. I,

hlm. 974 16 Mahmudin Syaf, Fiqh Sunnah 5, terj. Fiqhus Sunnah, Sayyid Sabiq, (Bandung: PT Al-

Ma’arif, 1992), hlm. 43-44 17 Lahmudin Nasution, Fiqih I, (Jakarta: Logos, 1995), hlm. 214

Page 29: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

17

18)رواه البخارى(

Dari Umar bin Khattab r.a. berkata saya mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya tiap-tiap amal itu tergantung pada niatnya. Dan tiap-tiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang diniatkannya”

Dalam persiapan melakukan ihram, ada beberapa hal sunah

yang harus dikerjakan:19

a). Bersih. Ini dapat dilakukan dengan memotong kuku,

memendekkan kumis, mencabut bulu ketiak, mencabut bulu

kemaluan, berwudhu atau lebih utama mandi, menyisir jenggot dan

mandi.

b). Meninggalkan semua pakaian yang dijahit, dan memakai kedua

pakaian ihram , yaitu rida’ atau selubung untuk menutupi tubuhnya

bagian atas kecuali kepala dan izar atau sarung untuk menutupi

tubuhnya yang separo lagi yaitu bagian bawah.

c). Memakai minyak wangi, baik pada tubuh maupun pada belakang

rambut serta pakaian, walaupun akan tinggal bekasnya setelah

ihram.

d). Shalat dua rakaat dengan niat sunat ihram.

Sebaliknya, ada pula beberapa perbuatan yang haram dilakukan

selama berihram, dan orang yang melanggarnya diwajibkan membayar

fidyah. Larangan-larangan tersebut ialah:20

a). Bersenggama dan pendahuluan-pendahuluannya, seperti mencium,

menyentuh dengan dorongan syahwat, percakapan laki-laki dan

perempuan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seks.

b). Melakukan kejahatan dan berbuat maksiat yang mengakibatkan

penyelewengan dari menaati Allah swt.

c). Berselisih dengan teman sejawat, dengan pelayan dan lain-lain.

Sebagai alasan diharamkannya hal-hal tersebut ialah firman

Allah:

18 Al-Bukhari, OP. cit, hlm. 3 19 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 5, terj., (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1978), hlm. 85-88 20 Sayyid Sabiq, Op. cit, hlm. 120-133

Page 30: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

18

فمن فرض فيهن الحج فال رفث وال فسوق وال جدال في

ج١٩٧: ﴿البقرة الح﴾

Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats , berbuat fasik dan berbantah bantahan di dalam masa mengerjakan haji.”(QS. al-Baqarah: 197)21

Dan diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu

Hurairah bahwa Nabi Muhammad saw bersabda

سمعت رسول اهللا : عن ابن عمر رضي اهللا عنه قال

ولم يفسق من حج فلم يرفث: صلى اهللا عليه وسلم يقول

هام تهلدم ووكي عجمتفق عليه (22ر(

Barang siapa yang mengerjakan haji sedang ia tidak melanggar kesopanan dan tidak pula melanggar ketentuan, maka ia akan bebas dari dosa-dosa seperti pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.

d). Memakai pakaian yang dijahit, seperti baju, baju dingin, jubah,

celana dan lain-lain atau pakaian sungkup seperti serban, tarbus

dan pakaian-pakaian lain yang ditaruh di atas kepala.

e). Melangsungkan akad pernikahan baik bagi dirinya maupun bagi

orang lain. Sebagai wali atau wakil. Berdasarkan hadis yang

diriwayatkan oleh Mulim dari Usman bin Affan bahwa Rasulullah

saw bersabda:

21 Departemen Agama, Op. cit, hlm. 31 22 Imam Abi Zakaria bin Syarif an-Nawawi ad-Damsyiqi, Riyadh as-Shalihin, (Beirut,

Libanon: Al-Maktabah al-Ilmiyah, t.th), hlm. 457

Page 31: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

19

أن رسول اهللا : وعن عثمان بن عفان رضى اهللا عنه

وال , وال ينكح, ال ينكح المحرم: عليه وسلم قال صلى اهللا

خطب23 )رواه المسلم( ي

Tidak boleh orang yang sedang ihram itu nikah, tidak menikahkan dan tidak pula meminang.

f). Memotong kuku dan rambut.

Dengan dicukur, digunting atau dengan jalan lain baik

rambut kepala maupun lainnya. Berdasarkan firman Allah swt

حلهم يدلغ الهبتى يح كموسءلقوا رال تحالبقرة…و ﴿:

١٩٦﴾

Dan jangan kamu mencukur kepalamu , sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya 24(QS. Al-Baqarah: 196)

Ulama telah ijma’ mengenai diharamkannya mengerat kuku

bagi orang yang sedang ihram tanpa udzur. Tetapi bila ia pecah,

maka boleh dibuang tanpa fidyah. Dibolehkan pula menghilangkan

rambut bila seorang merasa terganggu dengan adanya rambut itu,

hanya ia wajib membayar fidyah. Sebagaimana firman Allah

فمن كان منكم مريضا أو به أذى من رأسه ففدية من صيام

﴾١٩٦: ﴿ البقرة... أو صدقة أو نسك

Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya, maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. 25(QS. Al-Baqarah: 196)

g). Memakai wangi-wangian di pakaian atau badan, baik laki-laki

maupun perempuan.

h). Sengaja berburu

23 Muhammad Ibnu Ismail al-Shina’i, Subul al-Salam, Syarah Bulugh al-Maram Juz II,

(Beirut, Libanon, t.th), hlm. 388 24 Departemen Agama, Op. cit., hlm. 30 25 Ibid.

Page 32: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

20

Orang yang sedang ihram boleh berburu binatang laut,

merencanakan memberi petunjuk dan memakan hasilnya.

Sebaliknya haram baginya membunuh atau menyembelih buruan

darat, menunjukkan hewan-hewan yang tampak di mata atau

memberi petunjuk terhadap yang tidak tampak.

Sebagaimana firman Allah

مرحة واريللسو ا لكمتاعم هامطعر وحالب ديص أحل لكم

﴾٩٦:﴿المائدة ...عليكم صيد البر ما دمتم حرما

Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. 26(QS. Al-Maidah: 96)

2. Wukuf di Arafah

Wukuf di Arafah adalah berdiam diri di Arafah walau

sebentar pada tanggal 9 Dzulhijjah setelah tergelincirnya matahari

(setelah masuk waktu dhuhur) sampai waktu fajar tanggal 10

Dzulhijjah untuk beribadah kepada Allah.27 Artinya kalau wukuf di

Arafah itu dilakukan sebelum atau sesudah waktu itu maka tidak sah

hajinya.

Nabi saw bersabda

عن عبد الرحمن بن يعمر قال شهدت رسول اهللا صلى اهللا عليه

وسلم الحج عرفة فمن ادرك ليلة عرفة قبل طلوع الفجر من ليلة

)رواه النسائى( 28جمع فقد تم حجه

Dari Abdurrahman bin Ya’mur berkata: “saya menyaksikan Rasulullah saw. Maka manusia menghampirinya, maka mereka bertanya kepadanya tentang haji, maka Rasulullah saw bersabda: “haji itu wukuf di Arafah. Barang siapa mencapai malam di Arafah sebelum

26 Ibid., hlm. 124 27 Djamaluddin Dimjati, Op. cit, hlm. 40 28 Al-Nasa’i, Sunan Al-Nasa’i Juz V, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th), hlm. 25

Page 33: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

21

terbitnya fajar dari keseluruhan malam itu, sempurnakanlah hajinya. (HR. An-Nasa’i)

Walaupun tempat itu hanya di Arafah setiap tanggal 9

Dzulhijah sejak tergelincir matahari itu mempunyai arti yang sangat

penting bagi jamaah haji. Pada hari Arafah, jamaah haji dari berbagai

penjuru dunia berkumpul di satu tempat untuk melaksanakan rukun

haji yang menentukan sah atau tidaknya ibadah haji.29

Dalam melaksanakan wukuf ini, jamaah melakukannya

dengan memperbanyak istighfar, tobat, berdoa kepada Allah, dzikir,

membaca al-Qur’an. Dengan demikian, hati akan selalu ingat dan

terasa dekat kepada Allah di manapun berada.

Padang Arafah adalah lokasi tempat berkumpulnya jamaah

haji yang datang dari berbagai penjuru dunia, yang berbeda-beda

bahasa dan kulitnya, tetapi mereka mempunyai satu tujuan yang

dilandasi persamaan, tidak ada perbedaan antara yang kaya dan yang

miskin, pejabat dan rakyat biasa, distulah tampak nyata persamaan

yang hakiki.30

3. Thawaf

Thawaf artinya mengelilingi, maksudnya mengelilingi ka’bah

sebanyak 7 kali putaran. Ketentuan thawaf ini disebutkan dalam firman

Allah:

﴾٢٩: ﴿الحجوليطوفوا بالبيت العتيق ....

Dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu.31 (QS. Al-Hajj: 29)

a. Syarat-syarat thawaf

Bagi thawaf itu disyaratkan hal-hal berikut:32

1). Suci dari hadas kecil, besar dan najis

29 Departemen Agama Republik Indonesia, Hikmah Ibadah Haji, (Jakarta: Dirjen

Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2003), hlm. 93 30 Ibid., hlm. 63 31Departemen Agama, Op. cit., hlm. 335 32 Sayyid Sabiq, Loc. Cit, hlm. 167-171

Page 34: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

22

2). Menutup aurat

3). Hendaklah sempurna tujuh kali putaran

4). Hendaklah thawaf itu dimulai dari hajar aswad dan berakhir di

sana

5). Hendaklah ka’bah berada di sebelah kiri orang yang thawaf

6). Hendaklah thawaf itu di luar ka’bah

7). Terus menerus berjalan

b. Sunah-sunah thawaf

1). Menghadap hajar aswad ketika memulai thawaf sambil

membaca takbir dan tahlil dengan mengangkat kedua tangan

sebagaimana di waktu shalat

2). Menjepit kain selubung dengan ketiak yang kanan

3). Berjalan cepat dengan menggerakkan bahu dan memperkecil

langkah pada tiga kali putaran dan berjalan biasa pada empat

putaran selanjutnya.

Sebagaimana thawaf yang dimulai dan diakhiri di tempat

terbaik, serta dilakukan berulang-ulang sampai tujuh kali putaran.

Demikian pula seharusnya seseorang harus melakukan amal salehnya

dengan cara yang baik dan sempurna. Serta berkesinambungan terus

menerus sepanjang hidupnya secara aktif.

Dalam pelaksanaan thawaf, jamaah melakukannya dengan

langkah seiring sejalan sehingga tidak terjadi tabrakan di antara

mereka. Apabila di antara mereka melakukan thawaf tersebut dengan

cara sebaliknya atau menentang arus, maka thawafnya tidak sah.

4. Sa’i dari bukit Shafa ke Marwah

Shafa dan Marwah adalah dua buah bukit kecil di dekat

Ka’bah. Sedangkan yang dimaksud dengan sa’i adalah berjalan dan

berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah dengan niat ibadah

sebanyak tujuh kali putaran.33

33 Abdul Azis Dahlan, Op. cit, hlm. 463

Page 35: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

23

Syarat-syarat sa’i yaitu:34

a. Hendaklah dilakukan setelah thawaf

b. Hendaklah tujuh kali putaran

c. Di mulai dari Shafa dan di akhiri di Marwah

d. Hendaklah sa’i itu dilakukan ditempat mas’a yaitu jalan yang

terbentang di antara Shafa dan Marwah.

Amalan sa’i yang dilakukan oleh jamaah antara bukit shafa

dan marwah merupakan napak tilas atau mengikuti jejak yang pernah

dilakukan oleh Siti Hajar (Istri Nabi Ibrahim as) dan Nabi Ismail as

dalam usahanya mendapatkan air untuk mempertahankan hidup di

tengah-tengah padang pasir yang tandus, agar tetap dapat beribadah

kepada Allah swt dengan tenang dan penuh rasa syukur.

Amalan sa’i yang menjadi rukun haji ini memberikan

inspirasi bagi jamaah haji sepulang dari tanah suci untuk berusaha

keras dan sungguh-sungguh dalam mencari sumber kehidupan yang

dapat diandalkan di daerahnya masing-masing agar dapat menjalankan

berbagai kegiatan ibadah kepada Allah dengan tenang, khusyu dan

penuh rasa syukur, sebagaimana yang telah dipertunjukkan oleh Siti

Hajar ra.35

5. Tahallul/Bercukur atau memotong rambut

Kata mencukur mencakup perbuatan apapun yang bisa

disebut mencukur rambut. Jadi menggunting tiga kali rambut atau

lebih dan termasuk pula menggundul rambut kepala.

Adapun syarat-syarat mencukur rambut kepala sebagai

berikut:36

a. Tidak mendahului waktu yang semestinya.

34 Sayyid Sabiq, Op. cit, hlm. 203 35 Djamaluddin Dimjati, Op. cit, hlm. 167 36 Mushafa al-Khin, et. al, Fiqh Syafi’i Sistematis II, terj. Al-Fiqh al-Manhaji ‘Ala

Madzhaibil Imam Asy-Syafi’i, Anshari Umar Sitanggal, (Damsyik: Darul Qalam, 1987), cet. 2, hlm. 175

Page 36: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

24

Waktunya ialah sesudah tengah malam nahar (10 Dzulhijjah).

Dengan demikian mencukur kepala sebelum itu adalah dosa dan

wajib membayar fidyah.

b. Rambut yang dicukur atau dipendekkan tidak kurang dari tiga helai

c. Rambut yang dicukur disyaratkan berada dalam batasan-batasan

kepala. Jadi, tidak sah mencukur rambut janggut dan kumis.

Sedang bagi wanita cukup dengan dipendekkan saja, dan menurut

ijma’ tidak diperintah mencukurnya.

Bercukur atau memotong rambut termasuk salah satu rukun

haji yang tidak boleh ditinggalkan, bila ini tidak dikerjakan maka

ibadah hajinya tidak sah.

6. Mabit di Muzdalifah

Maksud mabit di Muzdalifah memberi peluang waktu untuk

beristirahat bagi jamaah guna memulihkan tenaga untuk selanjutnya

bersiap-siap melaksanakan rangkaian ibadah haji berikutnya, yaitu

melempar jumrah aqabah di Mina agar dapat terlaksana dengan hasil

yang baik dan sempurna.

Hal tersebut memberi pelajaran bagi kita semua bahwa untuk

dapat melaksanakan tugas dan kewajiban, apalagi dalam menghadapi

godaan syetan, maka dibutuhkan persiapan yang matang dan cukup

memadahi agar hasilnya tidak mengecewakan.

Oleh karena itu, nilai yang terkandung dalam mabit di

Muzdalifah sangat penting diterapkan dalam kehidupan terutama

dalam menghadapi berbagai godaan syetan dan hawa nafsu yang

menyesatkan.37

7. Melempar Jumrah

Jumrah ialah batu-batu kecil atau kerikil.38 Jumrah yang akan

dilempar ada tiga, yaitu jumrah aqabah, al-wustha dan as-sughra. Tiap-

tiap jumrah dilempar dengan tujuh batu kerikil. Waktu melempar

37 Ibid, hlm. 169 38 Sayyid Sabiq, Log.cit, hlm. 234

Page 37: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

25

jumrah ialah sesudah tergelincir matahari pada tiap-tiap hari (tanggal

10, 11, 12 Dzulhijah).39

Asal usul jumrah, bermula dari peristiwa Nabi Ibrahim untuk

menyembelih Nabi Ismail as. Setelah keduanya sama-sama ikhlas dan

bersepakat melaksanakan penyembelihan Ismail oleh ayahnya

(Ibrahim) mereka berjalan menuju bukit batu yang disebut bukit

qurban. Dalam perjalanan, iblis menggoda dan membujuk keduanya

agar penyembelihan ismail tidak dilaksanakan. Mereka tidak mau

tergoda, maka mereka melempar iblis dengan batu kerikil supaya

menghentikan godaannya. Keduanya berbulat tekad untuk

melaksanakannya dan mereka mengusir dan melempar iblis. Demikian

peristiwa pelemparan iblis terjadi di tiga tempat. Ketiga tempat itulah

yang disebut dengan jumrah al-aqabah, al-wustha, al-ula.40

Pelemparan pada setiap jumrah, baik jumrah ula, wustha atau

aqabah yang dilakukan dengan cara melempar batu masing-masing

tujuh kali itu terkandung maksud bahwa rasa benci dan permusuhan

terhadap setan dan seluruh pengikutnya adalah abadi. Mereka semua

adalah musuh abadi bagi seluruh umat manusia. Semua perilaku

syaitaniyah harus dijauhi manusia, yang mengajak ke jalan kesesatan.

Dengan melontar jumrah diharapkan perilaku buruk hilang dalam diori

seseorang dan dapat digantikan perilaku yang baik.41

8. Talbiyah

Talbiyah adalah suatu ungkapan akan kepatuhan dan ketaatan

untuk memenuhi panggilan melaksanakan ibadah haji atau umrah.42

كيلب مالله كيلب ,كيلب لك كال شري كيلب , ة لكمالنعو دمالح ان

لك كلك ال شريالمو

39 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005), hlm. 261 40 Ishak Farid, log.cit., hlm. 72 41 Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2006), hlm. 301 42 Ibid, hlm. 33

Page 38: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

26

Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memnuhi panngilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sungguh segala puji nikmat dan seluruh kekuasaan adalah milikmu semata. Tidak ada sekutu bagi-Mu.

Gema talbiyah yang selalu dibaca berulang-ulang pada

pelaksanaan ibadah haji memberikan pengaruh positif untuk lebih

mendekatkan diri kepada Allah dengan peningkatan iman dan takwa.

e. Hikmah Ibadah Haji

1. Hikmah perorangan

a. Dapat diampuni dosanya oleh Allah, menghilangkan kesalahan

kecuali terhadap hak adami, sebab hak adami ini berkaitan dengan

tanggung jawab sehingga Allah akan mengumpulkan (pada hari

kiamat) para pemilik hak untuk mengambil haknya.

b. Mensucikan jiwa, mengembalikannya kepada kejernihan dengan

keikhlasan, membuat semangat hidup baru, mengangkat nilai-nilai

manusia, memperteguh harapan dan senantiasa khusnudzan

terhadap Allah.

c. Mensyukuri nikmat Allah.43

2. Hikmah bagi kelompok (sosial)

a. Mewujudkan perkenalan (ta’aruf) antara seluruh umat yang

berbeda warna kulit, bahasa dan tanah air.

b. Mempererat tali persaudaraan mukminin di seluruh penjuru dunia.

c. Membantu penyebaran dakwah Islam.44

B. Pendidikan Akhlak

a. Pengertian Pendidikan Akhlak

1. Pendidikan

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberi

awalan “pe” dan akhiran “kan” mengandung arti “perbuatan” (hal,

43Wahbah al-Zuhaily, Fiqh Shaum, I’tikaf dan Haji (Menurut Kajian Berbagai Madzhab), terj., (Bandung: Pustaka Media Utama, 2006), ceet. I, hlm. 170

44 Ibid, hlm. 171

Page 39: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

27

cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari

bahasa Yunani, yaitu, “paedagogie” yang berarti bimbingan yang

diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam

bahasa Inggris dengan kata education, yang berarti pengembangan

atau bimbingan45. Kata education berasal dari bahasa latin educare

yang berarti memasukkan sesuatu atau memasukkan ilmu ke kepala

orang lain. Dari pengertian istilah ini ada 3 hal yang terlibat yaitu ilmu,

proses memasukkan dan kepala orang, kalaulah ilmu itu memang

masuk di kepala46.

Dalam bahasa Arab ada beberapa istilah yang biasa

dipergunakan dalam pengertian pendidikan, yaitu ta’lim, tarbiyah dan

ta’dib. Namun menurut ahli pendidikan terdapat perbedaan dari ketiga

istilah itu. Ta’lim hanya berarti pengajaran, jadi lebih sempit dari

pendidikan. Sedangkan kata tarbiyah sering digunakan di negara-

negara berbahasa Arab, terlalu luas. Sebab kata tarbiyah juga

digunakan untuk binatang, tumbuh-tumbuhan dengan pengertian

memelihara atau menggembala atau menternak. Sementara pendidikan

yang diambil dari istilah education itu hanya untuk manusia saja47.

Sedangkan at-ta’dib diartikan pengenalan dan pengakuan

secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta

didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam

tatanan penciptaan. Dengan demikian, pendidikan akan berfungsi

sebagai pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan

yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya.48 Pendidikan

dalam konsep ta’dib lebih mengarah pada perbaikan tingkah laku

menuju kepribadian yang mulia.

45 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hlm. 1 46 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, ( Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru,

2003),Cet. V, hlm. 2 47 Ibid, hlm. 3 48 Muhammad Naquib al-Atas, Konsep Pendidikan Dalam Islam,Terj. Haidar Bagir,

(Bandung: Mizan, 1994),hlm. 61

Page 40: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

28

Dalam buku “Educational Psicology” disebutkan bahwa

“education is a process or an activity wich is directed at producing

desirable changes in the behavior of human beings”49.

Pendidikan adalah sebuah proses atau sebuah aktivitas yang

bertujuan untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam

perilaku manusia.

Para ahli pendidikan telah memberikan argumennya tentang

pendidikan, antara lain:

a. Menurut John Dewey tokoh pendidikan terkemuka, mendefinisikan

bahwa pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan

fundamental, secara intelektual dan emosional terhadap manusia50.

b. Musthafa al-Ghulayani dalam kitabnya ‘Izhah an-Nasyi’in

menyamakan pendidikan dengan tarbiyah.

نس الناشئياالخالق الفاضلة فى نفو سغر ة هىبيالتر

ملكة من حتى تصبح, وسقيهابماء اإلرشاد والنصيحة

وحب , ثم تكون ثمراتها الفضيلة والخير, ملكات النفس

51فع الوطنالعمل لن

Pendidikan adalah penanaman akhlak yang mulia (utama) dalam jiwa anak atau memberi siraman petunjuk serta nasihat sehingga semua itu nantinya akan tertancap dalam diri anak atau jiwa anak yang diharapkan bisa menghasilkan sifat-sifat keutamaan, kebaikan dan selalu suka berbuat (bekerja) demi kebaikan negara atau bangsa.

c. M. Fadhali al-Jamali menyatakan pendidikan sebagai upaya

mengembangkan, mendorong serta mengajak manusia lebih maju

berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia,

49 Frederick J. Mc Donald, Educatinal Psichology, First Printing,(Asian Text Edition),

(California: Wadsworth Publishing Company, INC, 1959), hlm. 4 50 Azumardi Azra, Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta:

LogosWacana Ilmu, 1999), cet. 1, hlm. 4 51 Syaikh Musthafa al-Ghulayani, Izhah an-Nasyi’in, (Beirut: al-Maktabah al-Ashriyah

Li at Taba’ah wa al Nasyr, 1373 H / 1953 M), hlm. 185

Page 41: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

29

sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang

berkaitan dengan akal, perasaan maupun perbuatan52.

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

pendidikan merupakan suatu usaha untuk membina pribadi

manusia dari aspek jasmani dan ruhaninya dalam upaya

mengembangkan potensinya untuk menuju pribadi yang sempurna.

2. Akhlak

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari bentuk

mufradnya خلق yang menurut lughat diartikan budi pekerti, perangai,

tingkah laku atau tabiat53.

Sedangkan secara terminologis terdapat rumusan akhlak yang

dilihat dari timbulnya akhlak tersebut. Pengertian akhlak lebih jelas

dapat diketahui dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli

pendidikan akhlak :

a. Menurut Ahmad Amin

أن اإل رادة إذاعرف بعضهم الخلق بأ نه عادة اإلرادة يعنى

فعادتها هي المسماة بالخلق اعتادت شيئا

Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak.54

b. Ibnu Maskawaih mendefinisikan akhlak sebagai gerakan jiwa yang

mendorong melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan

pikiran55.

c. Syaikh Muhammad bin Ali asy Syarif al Jurjani mengartikan

akhlak sebagai stabilitas sikap jiwa yang melahirkan tingkah laku

dengan mudah tanpa melalui proses berpikir56.

52 Jalaluddin, Teologi Pendidikan , (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), cet. I,

hlm. 73 53 Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2004, hlm. 11 54 Ibid, hlm. 4 55 Rahamat Djatnika, , (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996), cet. II, hlm. 27

Page 42: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

30

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

akhlak adalah tingkah laku atau tabiat seseorang, yakni keadaan jiwa

yang telah terlatih sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah

melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan dengan mudah dan

spontan tanpa ada pertimbangan lagi.

Istilah akhlak juga memiliki kesepadanan arti dengan beberapa

istilah seperti moral, etika, budi pekerti

a. Moral

Kata “moral” berasal dari bahasa latin mores, kata jamak dari mos

yang berarti adat kebiasaan57. Moral merupakan istilah yang

digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia

yang dinilai atau dihukum baik atau buruk, benar atau salah. Dalam

kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang yang mempunyai

tingkah laku baik disebut orang yang bermoral.

b. Etika

Selain akhlak, juga lazim dipergunakan kata etika. Perkataan ini

berasal dari bahasa Yunaani “ethos” yang berarti adat kebiasaan,

perasaan batin kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan58.

Etika adalah suatu ilmu yang membicarakan baik dan buruk

perbuatan manusia59. Dengan kata lain, etika dapat dikatakan

sebagai ilmu akhlak karena ilmu akhlak merupakan batas antara

baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau

perbuatan manusia lahir dan batin60.

c. Budi Pekerti

Kata “budi pekerti” dalam bahasa Indonesia merupakan kata

majemuk dari kata “budi” dan “pekerti”. Perkataan “budi” berasal

56 Ali Abul Halim Mahmud, Tarbiyah khuluqiyah, (Solo: Insani Press, 2003), cet. I,

hlm. 37 57 Asmaran As, Pengantar Study Akhlak, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), Edisi I, cet. I,

hlm. 8 58 Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Op.cit, hlm. 43 59 Amin Syukur, Studi Islam, (Semarang: PT Bina Sejati, 2003), cet. VI, hlm. 118 60 Barmawie Umary, Materia Akhlak , (Solo: Ramadhani, 1995), cet. 12, hlm. 1

Page 43: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

31

dari bahasa sansekerta, yang berarti yang sadar atau yang

menyadarkan. Pekerti, berasal dari bahasa Indonesia yang berarti

kelakuan61.

Menurut terminologi, “budi” adalah yang ada pada manusia, yang

berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran,

ratio yang disebut karakter. Pekerti ialah apa yang terlihat pada

manusia, karena didorong oleh perasaan hati yang disebut

behaviour. Jadi, budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari

hasil ratio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah

laku manusia62.

Persamaan ketiganya adalah bahwa semuanya menentukan

nilai baik dalam buruk sikap dan perbuatan manusia, yaitu

membicarakan kebaikan yang semestinya dikerjakan serta perilaku

buruk yang harus ditinggalkan. Perbedaannya terletak pada standar

masing-masing. Akhlak standarnya adalah al-Qur’an dan as Sunnah,

bagi etika standarnya adalah pertimbangan akal pikiran, dan bagi

moral standarnya adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat63.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, pendidikan

akhlak adalah usaha sadar yang dilaksanakan oleh manusia dalam

rangka mengalihkan, menanamkan pikiran, pengetahuan maupun

pengalamannya dalam hal tata nilai terutama nilai Islam dan cara

bersikap atau berperilaku yang baik supaya dapat melakukan fungsi

hidupnya untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat.

b. Dasar-dasar Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak merupakan bagian besar dari isi pendidikan

Islam. Posisi ini terlihat dari kedudukan al-Qur’an sebagai referensi paling

penting tentang akhlak bagi kaum muslimin, baik individu, keluarga

maupun masyarakat. Akhlak merupakan buah Islam yang bermanfaat bagi

manusia dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan menjadi

61 Rahmat Djatmika, Op.cit, hlm. 26 62 Ibid 63 Asmaran AS, Op.cit, hlm. 9

Page 44: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

32

baik. Akhlak juga sebagai alat kontrol psikis dan sosial bagi individu dan

masyarakat. Tanpa akhlak, manusia tidak akan berbeda dari sekumpulan

binatang. Untuk itu pendidikan akhlak mempunyai dasar-dasar yang jelas

dan dapat dijadikan sebagai pedoman.

Diakui atau tidak, pendidikan akhlak merupakan sasaran terpenting

untuk membentuk kepribadian manusia dalam kehidupan. Di zaman yang

serba materialistik ini, perilaku manusia cenderung menyimpang dari

ajaran-ajaran Islam. Harta, pangkat, kemasyhuran, kekuasaan dan

keduniawian lainnya menyebabkan manusia jatuh dan terjebak di jurang

kehancuran yang tercermin dari buruknya akhlak manusia pada umumnya.

Dalam pelaksanaan pendidikan akhlak di Indonesia mempunyai

dasar yang dapat ditinjau dari aspek:

1. Dasar Yuridis atau Hukum

Dasar dari sisi ini berasal dari peraturan-peraturan perundang-

undangan yang secara langsung dapat dijadikan pedoman atau dasar

dalam pendidikan akhlak. Dasar pendidikan akhlak itu berupa dasar

yang operasional, yaitu dasar yang secara langsung mengatur tentang

pelaksanaan pendidikan termasuk pendidikan akhlak adalah Undang-

Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) No. 20 tahun 2003

pada Bab II pasal 3 dinyatakan bahwa: “pendidikan nasional bertujuan

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab”64.

2. Dasar Religius atau Agama

Dasar hukum akhlak adalah al-Qur’an dan hadis yang

merupakan dasar pokok ajaran Islam. Al-Qur’an sebagai sumber utama

dalam aturan tingkah laku, kredibilitasnya tidak diragukan lagi. Al-

Qur’an memberi petunjuk kepada jalan kebenaran mengarahkan

64 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, No.

2 tahun 2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), cet. I, hlm. 5

Page 45: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

33

kepada pencapaian kesejahteraan hidup baik di dunia maupun di

akhirat

Adapun dasar pendidikan akhlak dalam al-Qur’an, fiman Allah

QS al-Qalam: 4

)٤:القلم(وانك لعلى خلق عظيم Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung 65 (QS al-Qalam: 4)

Sebagai pedoman kedua sesudah al Qur’an adalah al-Hadis,

banyak hadis nabi yang menjelaskan tentang akhlak, di antaranya hadis

tentang iman seseorang dikatakan sempurna apabila ia mempunyai

akhlak yang baik. Rasulullah saw bersabda:

حدثنا عبداهللا حدثنى ابى ثنا يحي بن سعيد عن محمدبن عمرو

قال رسول اهللا صلى اهللا : ابوسلمة عن ابى هريرة قال ثنا: قال

66)رواه احمد(ٲحسنهم خلقا اآمل المؤمنين ايمانا عليه وسلمAbdullah telah menceritakan pada kami, Abi telah

menceritakan pada kami, telah menceritakan pada kami Yahya bin Sa’id dari Muhammad bin Amru berkata: telah menceritakan pada kami Abu salamah dari Abu Hurairah, Rasulullah saw telah bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang terbaik akhlaknya.(HR Ahmad)

Dengan memahami ayat al-Qur’an dan hadis Rasulullah

tersebut di atas, jelas bahwa pendidikan akhlak itu sangat penting.

Dengan akhlak yang baik, seseorang dapat mencapai kebahagiaan di

dunia maupun di akhirat.

c. Metode-metode Pendidikan Akhlak

Metode merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai suatu

tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Demikian pula halnya dalam

65 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: J-

Art, 2005), hlm. 564 66 Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad bin Hambal, Juz II, (Beirut: Dar al Kutub

al Ilmiyah, 1993), cet. I, hlm. 621

Page 46: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

34

pendidikan akhlak pun harus ada metode-metode spesifik untuk

diaplikasikan. Adapun metode-metode pendidikan akhlak antara lain:

1. Metode Keteladanan

Dalam bahasa Arab keteladanan diungkapkan dengan kata

uswah dan qudwah, yang mempunyai arti mengikuti yang diikuti.67

Metode keteladanan ini merupakan metode samawi yang

diajarkan Allah kepada hamba-Nya yaitu dengan diutusnya seorang

Rasul untuk menyampaikan risalah samawi kepada setiap umat. Rasul

yang diutus tersebut adalah seorang yang mempunyai sifat-sifat luhur

baik spiritual, moral maupun intelektual. Sehingga umat manusia

meneladaninya, belajar darinya, memenuhi panggilannya,

menggunakan metodenya dalam hal kemuliaan keutamaan dan akhlak

yang terpuji.68

Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Ahzab: 21

لقد آان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن آان يرجو الله

)٢١: االحزاب(واليوم اآلخر وذآر الله آثيرا Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.69 (QS. Al-Ahzab: 21)

2. Metode Nasihat

Dalam bahasa Arab kata nasihat diungkapkan dengan

mau’izhah yang artinya mengingatkan terhadap apa yang

melembutkan hati dari pahala dan siksa.70

67 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat

Press, 2002), hlm. 17 68 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam, Kaidah-Kaidah Dasar,

(Bandung: Rosdakarya, 1992), hlm. 2 69 Departemen Agama, op.cit, hlm. 420 70 Erwati Azis, Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri, 2003), cet. I, hlm. 84

Page 47: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

35

Metode nasihat dalam pendidikan akhlak dilakukan dengan

menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk

menggerakkan manusia kepada ide yang dikehendakinya.71

3. Metode Pembiasaan

Cara lain yang ditempuh untuk pendidikan akhlak adalah

pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara

kontinyu. Imam al-Ghazali yang dikutip oleh Abudin Nata mengatakan

bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala

usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia membiasakan

berbuat jahat maka ia akan menjadi orang jahat.72

Pembiasaan ini harus diikuti dengan pencerahan. Pencerahan

bertujuan untuk mengokohkan iman dan akhlak atas dasar

pengetahuan, agar orang yang dididik tetap pada jalan yang benar dan

tidak mudah tergoncang atau terpengaruh oleh pengaruh-pengaruh

negatif dari luar.73

4. Metode ‘Ibrah

‘Ibrah menurut an Nahlawi yang dikutip oleh Ahmad Tafsir,

ibrah adalah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada

intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi dengan menggunakan

nalar yang menyebabkan hati mengakuinya.74

Tujuan metode ini adalah mengantarkan manusia kepada

kepuasan pikir tentang perkara keagamaan yang bisa menggerakkan,

mendidik, atau menumbuhkan perasaan keagamaan. Adapun

pengambilan ‘ibrah bisa dilakukan melalui kisah-kisah teladan,

fenomena alam atau peristiwa yang terjadi baik di masa lalu atau masa

sekarang.

71 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), cet. I,

hlm. 98 72 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 162 73 Miqdad Yaljan, op. Cit, hlm. 29 74 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1994), cet. 2, hlm. 145

Page 48: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

36

Selain metode di atas, masih banyak metode-metode lain

dalam pendidikan akhlak. Menurut ‘Athiyah al-Abrasy, metode yang

praktis dan efektif bagi pendidikan akhlak antara lain:

a). Pendidikan secara langsung. Dengan cara memberi petunjuk atau

nasihat, menjelaskan manfaat dan bahaya, menuntun pada amal-

amal baik, mendorong mereka berbudi pekerti tinggi dan

menghindari hal-hal tercela.

b). Pendidikan secara tidak langsung. Dengan jalan seperti mendidik

sajak-sajak, syair-syair, kata-kata hikmah, nasihat-nasihat dan budi

pekerti yang luhur yang berpengaruh pada mereka.

Mengambil manfaat dari kecenderungan dan pembawaan anak

didik dalam rangka mendidik akhlak, contohnya kesenangan anak

meniru sesuatu, maka guru seyogyanya menghias diri dengan akhlak

yang mulia.75

d. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak

1. Akhlak kepada Allah

a). Syukur

Syukur adalah memanjatkan pujian kepada Sang Pemberi

Nikmat, atas keutamaan dan kebaikan yang dikaruniakan kepada

kita.76

Realitas syukur dapat dibagi beberapa bentuk. Syukur dengan

lisan adalah berupa pengakuan dengan lidahnya akan nikmat-Nya.

Syukur dengan anggota tubuh ialah mempergunakan nikmat itu

dalam mentaati Allah dan syukur dengan hati ialah pengakuan

serta membesarkan yang memberi nikmat.

b). Tawakal

Tawakal artinya berpasrah diri kepada Allah setelah

melakukan upaya-upaya atau berikhtiar dahulu.77

75 M. Athiyah al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Bustain al-

Ghani, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 104 76 Ahmad Faried, Op.cit., hlm. 103 77 Didiek Ahmad Supadie, ed, Studi Islam I, (Semarang: Unissula Press, 2002), hlm. 99

Page 49: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

37

c). Keikhlasan

Ikhlas adalah memurnikan tujuan untuk mendekatkan diri

kepada Allah swt dari berbagai tendensi diri.78

2. Akhlak kepada Rasul Allah

Rasulullah saw merupakan suri tauladan bagi umat manusia.

Beliau diutus ke muka bumi untuk menjadi pengaruh dan pembimbing

umat manusia menuju jalan yang diridhoi Allah.

Akhlak kepada Rasulullah dapat dilakukan dengan cara:

a). Menerima ajaran yang dibawanya

b). Mengikuti sunnahnya

c). Mengucapkan salam dan salawat kepadanya.79

3. Akhlak kepada diri sendiri dan orang lain

a). Mengendalikan hawa nafsu

Allah swt menyuruh agar kita senantiasa mengikuti perintah-

Nya dan jangan mengikuti perintah hawa nafsu yang akan

merugikan dan menghancurkan kehidupan kita

Hawa nafsu mengandung pengertian kecenderungan hati

kepada yang disukai dan dicintai yang tidak ada kaitannya dengan

urusan akhirat.80

b). Tolong menolong

Tolong menolong adalah sikap yang senang menolong orang

lain, baik dalam bentuk material maupun dalam bentuk tenaga

moril.81

Sikap ini dikemukakan dalam QS. Al-Maidah: 2

وتعاونوا على البر والتقوى والتعاونوا على االثم والعدوان

)٢: المائدة(

78 Ibid, hlm. 1 79 Hamzah Ya’qub, Etika Islam, (Bandung: CV Diponegoro, 1993), hlm. 145 80 Arif Supono, ed, Seratus Cerita Tentang Akhlak, (Jakarta: Republika, 2006), hlm. 25 81 Hamzah Ya’qub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar),

(Bandung: CV Diponegoro, 1993), hlm. 125

Page 50: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

38

Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.(QS. Al-Maidaاh: 2)82

c). Persaudaraan / Ukhuwah

Menumbuhkan kesadaran untuk memelihara persaudaraan

serta menjauhkan diri dari perpecahan merupakan realisasi

pengakuan bahwa pada hakikatnya kedudukan manusia adalah

sama di hadapan Allah. Sama kedudukannya sebagai hamba dan

khalifah Allah. Tidak ada pembeda di antara hamba Allah kecuali

ketakwaan mereka.83 Sebagaimana firman Allah dalam surat al-

Hujurat: 13

وانثى وجعلنكم شعوبا وقبائل ذآريا ايها الناس انا خلقنكم من

ان اهللا عليم خبير لتعارفوا ان اآرمكم عنداهللا اتقكم

)١٣:الحجرات(

Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki, seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal. 84 (QS. Al-Hujurat: 13)

Pengertian dari ayat tersebut adalah segala bangsa yang

tersebar di seluruh dunia adalah keturunan yang sama yakni Adam

dan Hawa. Perbedaan warna kulit, bahasa dan tempat berpijak

bukanlah halangan untuk saling kenal-mengenal menuju

persaudaraan.

82 Departemen Agama, Log.cit, hlm. 106 83 Muhammad al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang: Wicaksana, 1993), cet.

4, hlm. 339 84 Departemen Agama, op.cit, hlm. 412

Page 51: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

39

e. Tujuan Pendidikan Akhlak

Tujuan merupakan suasana ideal yang ingin diwujudkan. Dalam

tujuan pendidikan suasana ideal itu tampak pada tujuan akhir (ultimate

aims of education). Tujuan akhir biasanya dirumuskan secara padat dan

singkat seperti terbentuknya kepribadian muslim85.

M. Athiyah al Abrasy dalam kitabnya Ruh at Tarbiyah wa at

Ta’lim, telah menjelaskan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah:

والغرض من التربية الخلقية تكوين رجال مهذبين وسيدات مهذبات،

ذي إرادة قوية وعزيمة صادقة يتحلون باالفضيلة حبا للفضيلة،

86ويتجنبون الرذيلة آلنها رذيلة

Tujuan pendidikan akhlak (budi pekerti) adalah membentuk manusia yang berakhlak baik (baik laki-laki maupun wanita), agar mempunyai kehendak yang kuat dan tujuan yang baik, dengan menghiasi diri mereka dengan kemuliaan karena cinta kepada kemuliaan dan menjauhi kekejian karena kekejian merupakan perbuatan yang hina”.

Mohammad Rifa’i memberikan argumennya bahwa tujuan

pendidikan akhlak adalah mengetahui perbedaan-perbedaan perangai

manusia yang baik dan buruk, agar manusia dapat memegang dengan

perangai-perangai yang baik dan menjauhkan diri dari perangai-perangai

jahat, sehingga tercipta tata tertib dalam pergaulan masyarakat87.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan

akhlak adalah terbinanya akhlak mulia sehingga dapat tercipta

kebahagiaan dunia dan akhirat serta mendapat ridho dari Allah SWT, dan

juga terwujud hubungan yang baik antara manusia dan Tuhannya (habl

min Allah) dan manusia dengan sesama makhluk (habl min an nas).

85 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif,

1989), hlm. 49 86 M. Athiyah al Abrasy, Ruh at Tarbiyah wa at Ta’lim, (Beirut: Dar Ihya’ al Kutub al

Tarbiyah, tt), hlm. 41) 87 Mohammad Rifa’i, Pembina Pribadi Muslim, (Semarang: CV Wicaksana, 1993), cet.

I, hlm. 575

Page 52: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

40

C. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak pada Ibadah Haji

Ibadah haji merupakan ibadah fisik yang dilakukan secara individual

untuk memenuhi panggilan Allah dan mendapat ridhonya.

Adapun nilai-nilai pendidikan akhlak pada ibadah haji antara lain:

a. Akhlak kepada Allah

1. Syukur

2. Takwa

3. Ikhlas

b. Akhlak kepada Rasul Allah

1. Bershalawat

2. Mengikuti ajarannya

c. Akhlak kepada diri sendiri dan orang lain

1. Tidak melakukan rafats, fusuq dan jidal

2. Mengendalikan hawa nafsu

3. Tolong menolong

4. Persaudaraan

Untuk lebih jelasnya, akan dibahas pada bab selanjutnya.

Page 53: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

BAB III

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

PADA IBADAH HAJI

A. Akhlaq kepada Allah

a. Syukur

Melaksanakan kewajiban haji merupakan syukur atas nikmat harta

dan kesehatan.1 Keduanya merupakan kenikmatan terbesar yang diterima

manusia di dunia.

Untuk itu kaum muslimin yang telah diberi anugerah harta dan

kenikmatan untuk segera menyempurnakan penghambaannya kepada

Allah dan rasa syukur atas nikmatnya dengan menunaikan ibadah haji

dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan.

Sebagaimana firman Allah:

الذين ينفقون في السراء والضراء والكاظمين الغيظ والعافين عن

)١٣٤: ال عمران( الناس والله يحب المحسنين

(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.2 (QS. Ali Imran: 134)

Haji sebagai wujud syukur adalah ibadah total dalam segala aspek.

Terutama terkait dengan kesehatan badan, harta kekayaan, kemampuan

dan sebagainya.3 Oleh karena itu, ibadah haji hanya diwajibkan atas kaum

muslimin yang telah mendapatkan anugerah dan kenikmatan tersebut. Jadi,

di dalam ibadah haji terkandung rasa syukur kepada Allah atas berbagai

karunia dan kenikmatan, sedangkan mensyukuri nikmat merupakan

kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya yang tidak boleh

ditinggalkan.

1 Depag RI, Hikmah Ibadah Haji, (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat dan Penyelenggaraan Haji, 2003), hlm. 14.

2 Depag, log.cit., hlm. 67. 3 Djamaluddin Dimjati, op.cit., hlm. 85.

Page 54: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

42

b. Taqwa

Ibadah haji merupakan perintah Allah Ta’ala kepada hamba-Nya

yang telah mampu melaksanakannya, sesuai perintah-Nya tanpa ragu.

Apapun yang diperintahkan-Nya harus dikerjakan dan apapun yang

dilarang-Nya harus ditinggalkan.4

Kepatuhan dan ketaatan semacam ini merupakan cermin dari

kuatnya keimanan seseorang kepada Allah. Tanpa didasari oleh keimanan

yang kuat, mustahil seorang hamba mau melaksanakan ibadah haji.

Sebagaimana yang telah diterangkan pada Bab II, ketika ihram ada

beberapa larangan yang harus ditinggalkan antara lain dilarang untuk

bersenggama dan pendahuluan-pendahuluannya (rafats), melakukan

kejahatan dan berbuat maksiat yang mengakibatkan penyelewengan dari

mentaati perintah Allah (fusuq), serta berselisih dengan teman sejawat

(jidal). Hal tersebut harus ditinggalkan karena merupakan larangan Allah

sebagaimana firman Allah:

الحج أشهر معلومات فمن فرض فيهن الحج فلا رفث ولا فسوق ولا جدال في الحج وما تفعلوا من خير يعلمه الله وتزودوا فإن

)١٩٧: ةالبقر( خير الزاد التقوى واتقون يا أولي الألبابMusim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Barangsiapa

yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.5 (QS. Al-Baqarah: 197) Dalam hadits juga disebutkan:

رسول اهللا صلى اهللا سمعت: عن ابن عمر رضي اهللا عنه قاليوم ولدته عليه وسلم يقول من حج فلم يرفث ولم يفسق رجع ك

6 )متفق عليه(امه

4 Djamaluddin Dimjati, Panduan Haji dan Umroh Lengkap Disertai Rahasia dan

Hikmahnya, (Solo: Era Intermedia, 2006), hlm. 93. 5 Depag, op.cit., hlm. 31. 6 Imam Abi Zakaria bin Syarif an-Nawawi ad-Damsyiqi, Riyadh as-Shalihin, (Beirut

Libanon: Al-Maktabah al-Ilmiyah, tth), hlm. 457.

Page 55: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

43

Dari Ibnu Umar r.a. berkata: saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang mengerjakan haji sedang ia tidak melanggar kesopanan dan tidak pula melanggar ketentuan, maka ia akan bebas dari dosa-dosa seperti pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.

Dari penjelasan ayat Al-Qur'an dan hadits Nabi tersebut jelas

bahwa ketika melaksanakan ibadah haji semua larangan harus

ditinggalkan, dengan berakhlaqul karimah maka akan menjadi haji mabrur.

c. Ikhlas

Ibadah haji memiliki nilai-nilai spiritual keagamaan yang sangat

tinggi yang perlu dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari, untuk

membentuk kepribadian, moral dan akhlak yang mulia, sehingga

diharapkan akan menjadi suri tauladan yang baik atau uswatun khasanah

yang dapat dicontoh bagi masyarakat luas di sekitar.

Dalam ibadah haji, aspek ubudiyah (memperhambakan diri kepada

Allah) tampak jelas, di mana jama’ah memperlihatkan kehinaan dan

kerendahan martabat dirinya di hadapan Allah, dengan berpakaian ihrom

yang amat sederhana, tanpa berhias, tidak ada pangkat dan jabatan.

Mereka semua adalah hamba Allah yang datang kepada-Nya dengan

penuh harapan untuk mendapatkan ampunan dari segala dosa dan

kesalahan. Serta memperoleh rahmat, barokah dan ridho-Nya. Oleh karena

itu, ibadah haji dilakukan dengan niat yang ikhlas karena Allah dan niat

yang suci. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Ali Imran: 97,

ولله على الناس حج البيت من استطاع إليه سبيلا ومن آفر فإن

)٩٧: عمرانال ( الله غني عن العالمين

Dan karena Allah, wajiblah atas orang-orang yang melakukan haji ke Baitullah, yaitu bagi orang yang mampu melaksanakan perjalanan ke sana.7 (QS. Ali Imran: 97)

Dari ayat tersebut jelas diterangkan bahwa ketika melaksanakan

ibadah haji harus dengan niat suci karena Allah, bukan karena niat untuk

riya’, sombong, dan takabur.

7 Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Bandung: J-Art, 2005), hlm. 49.

Page 56: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

44

B. Akhlak kepada Rasul Allah

a. Patuh mengikuti ajarannya

Ibadah haji dalam syari’at Islam yang disampaikan Nabi

Muhammad SAW mengajarkan upacara-upacara peribadatan yang sangat

jelas hubungannya dengan syari’at Islam yang disampaikan Nabi Ibrahim

a.s.

Hal ini bisa dipahami ketika jama’ah melakukan thowaf dan sa’i.

Ketika thowaf jama’ah disunahkan untuk mencium atau mengusap hajar

aswad. Mencium hajar aswad itu mengikuti amaliah yang dilakukan oleh

Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Muhammad SAW.

Dalam hubungan ini riwayat tentang sahabat Umar r.a. ketika

mencium hajar aswad mengatakan:8

“Umar ra. berkata: sungguh aku mengetahui engkau hanyalah batu, sekiranya aku tidak melihat kekasihku Rasulullah SAW telah menciummu dan mengusapmu, niscaya aku tidak akan mengusapmu dan menciummu”.

Jadi, nilai yang menonjol dalam mencium hajar aswad adalah nilai

kepatuhan mengikuti sunnah Rasul Allah.

Sebagaimana firman Allah:

مكن مرمالى اولأ ولوسلرا اوعيطا اهللا وواعيطا اونم انيذا الهيا اي

)59:النساء(“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu.”9 (QS. An-Nisa’: 59)

b. Bershalawat

Bershalawat kepada Nabi merupakan salah satu ungkapan untuk

mencintai Rasulullah. Dengan harapan untuk mendapat syafa’atnya.

Pada ibadah haji, ketika jama’ah di Raudhah, mereka

memperbanyak membaca shalawat, sholat sunnah, dzikir tahlil, dan

sebagainya.10

8 Depag Republik Indonesia, op.cit., hlm. 42. 9 Depag, op.cit., hlm. 87. 10 Djamaluddin Dimjati, log.cit., hlm. 183.

Page 57: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

45

Di tempat yang suci dan mulia ini Rasulullah selalu bertaqarub dan

bermunajat kepada Allah hingga wafatnya.

Hal tersebut merupakan bukti kecintaan manusia terhadap

Rasulullah, yaitu dengan memperbanyak membaca shalawat.

C. Akhlak kepada diri sendiri dan orang lain

Pada ibadah haji, nilai-nilai pendidikan akhlak kepada siri sendiri dan

orang lain sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah

197.

a. Tidak melakukan rafats, fusuq dan jidal

Dalam memenuhi kewajiban bagi dirinya, Islam mengingatkan

manusia agar tidak merugikan hak-hak orang lain. Islam melarang

manusia untuk mengucapkan kata-kata yang kotor.

Pada ibadah haji, ketika jama’ah melakukan ihram ada beberapa

larangan yang harus ditinggalkan antara lain rafats, fusuq dan jidal. Hal

tersebut sangat aplikatif apabila setiap muslim mengaplikasikan pada

kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan firman Allah surat Al-

Baqarah 197.

b. Mengendalikan hawa nafsu

Dalam melaksanakan ibadah haji, mengendalikan hawa nafsu

merupakan hal sangat urgen. Sebab setiap saat setan menggoda jama’ah

untuk mengajak pada jalan yang sesat.

Firman Allah SWT:

)٢٦: ص (ولا تتبع الهوى فيضلك عن سبيل الله Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan

menyesatkan kamu dari jalan Allah.11 (QS. Shad: 26)

Hal ini bisa dipahami ketika ihram banyak larangan-larangan yang

harus ditinggalkan oleh jamaah. Nilai yang terkandung di dalamnya adalah

11 Depag, log.cit., hlm. 454.

Page 58: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

46

agar jamaah mampu mengendalikan hawa nafsunya untuk mendapatkan

ridho dari Allah.

c. Tolong menolong

Tolong menolong merupakan sikap senang menolong orang lain

baik dalam bentuk material maupun dalam bentuk tenaga moril.

Dalam ibadah haji, tolong menolong dapat dilihat ketika jamaah

melempar jumrah. Ketika ada jamaah yang tidak mampu untuk

melaksanakan pelemparan jumrah, maka jamaah lain wajib membantunya.

Selain itu, bisa juga dilihat ketika ada jamaah yang tersesat, maka bagi

jamaah lain untuk membantu menunjukkan jalan yang benar.

Prinsip tolong menolong ini sesuai dengan firman Allah:

وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا على الإثم والعدوان

)٢: المائدة(Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.12 (QS. Al-Maidah: 2)

Dengan tolong menolong di antara jamaah, maka akan tercipta

suasana yang damai sehingga ukhuwah islamiyah bisa terwujud di antara

kaum muslimin.

d. Persaudaraan

Allah SWT mensyari’atkan ibadah haji, sehingga umat Islam

berkumpul di suatu tempat dengan berbagai jenis bangsa, suku atau ras

yang berjauhan asal negara dan daerahnya.13 Dengan perkumpulan yang

berasal dari berbagai negara dan bangsa yang jauh itu, tentu terjadi

perkenalan dan persahabatan.

Prinsip ta’aruf ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur'an:

12 Depag, ibid., hlm. 105. 13 Ishak Farid, Ibadah Haji dalam Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

1999), hlm. 77.

Page 59: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

47

علناآم شعوبا وقبائل يا أيها الناس إنا خلقناآم من ذآر وأنثى وج

: الحجرات (لتعارفوا إن أآرمكم عند الله أتقاآم إن الله عليم خبير

١٣( Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat: 13)14

Ibadah haji adalah kebersamaan/jama’ah umat Islam untuk ibadah

kepada Allah SWT. Mereka melaksanakan apa yang diperintahnya dan apa

yang dilarang-Nya. Semua itu dilakukan untuk mendapatkan ridho-Nya.

Dengan pertemuan dan kebersamaan itu, mereka menjalin

ukhuwah Islamiyah seagama tanpa membedakan suku, ataupun ras.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

)رواه الترمذى (15 سلمه يظلمه وال يالالمسلم اخوا المسلم “Orang muslim itu saudara bagi orang muslim lainnya. Dia tidak menzaliminya dan tidak pula membiarkannya dizalimi.”

Dengan menjalin ukhuwah Islamiyah mereka akan saling tolong

menolong dengan jama’ah yang lain.

Menurut Syekh Ali Ahmad Al-Jurjani bahwa dengan pertemuan

dan perkenalan ini, mereka menjalin persaudaraan seagama tanpa ada

perbedaan suku ataupun ras.16 Karena dalam pertemuan ini Allah melarang

mereka saling berdebat yang mendorong terjadinya permusuhan dan

pertumpahan darah.

14 Depag, op.cit., hlm. 517. 15 Turmudzi, Shahih Sunan Turmudzi, Juz IV, (Beirut: Daar Ilmiah, tt), hlm. 26. 16 Ishak Farid, op.cit., hlm. 79.

Page 60: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

BAB IV

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

PADA IBADAH HAJI

A. Hubungan Ibadah Haji dengan Pendidikan

Ibadah dalam Islam merupakan jalan hidup yang sempurna. Nilai

hakiki ibadah terletak pada keterpaduan antara tingkah laku, perbuatan dan

pikiran. Islam dengan tegas memandang amal (aktivitas) bernilai apabila

dalam pelaksanaannya manusia menjalin hubungan dengan Tuhannya serta

bertujuan merealisasi kebaikan bagi dirinya dan masyarakatnya.

Karakteristik sistem pendidikan Islam yang menonjol adalah sistem

ibadahnya. Hubungan terus menerus dengan Allah merupakan proses

pendidikan Islam. Pelaksanaan kebaikan yang hakiki tidak dapat dijamin tanpa

hubungan yang hidup antara individu dan penciptanya. Demikian pula

penegakan kebenaran dan keadilan baru dapat dikatakan terjamin manakala

semua manusia sama-sama berorientasi kepada Tuhan, baik ketika beribadah

maupun bekerja, baik dalam tingkah laku sehari-hari maupun kehidupan biasa.

Dari prinsip di atas terlihat hubungan yang erat antara akhlak yang

mulia dan konsep ibadah dalam pendidikan Islam. Metode yang digunakan

Islam dalam mendidik jiwa adalah menjalin hubungan terus menerus antara

jiwa dan Allah di setiap saat dalam segala aktivitas dan pada setiap

kesempatan berpikir.

Konsep ibadah berkaitan erat dengan dasar akhlaki. Konsep ibadah

berpusat pada prinsip dasar bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah

Allah di muka bumi. Fungsi khalifah di muka bumi akan terealisasi apabila

tingkah laku, akhlak, ilmu dan perbuatan manusia sesuai dengan format yang

telah digariskan oleh Allah.

Dengan demikian, ibadah merupakan salah satu sarana yang efektif

untuk mengarahkan pendidikan kepada orientasi akhlaki yang lurus serta

merealisasi pendidikan secara seimbang dan komprehensif.

Page 61: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

49

Dalam ibadah haji, nilai pendidikan akhlaknya lebih besar dibanding

dengan ibadah lainnya. Mengerjakan ibadah haji ditujukan agar menjauhi

perbuatan keji, pelanggaran secara sengaja (fasik) dan bermusuh-musuhan.1

Hubungan ibadah haji dengan pendidikan akhlak dapat dipahami dari

ayat yang berbunyi:

: البقرة(فمن فرض فيهن الحج فلا رفث ولا فسوق ولا جدال في الحج ١٩٧(

Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. (QS. Al-Baqarah: 197)2

Haji merupakan ibadah yang berdimensi pendidikan sosial. Dalam

ibadah ini kaum muslimin berkumpul dengan segala perbedaan kebangsaan,

warna kulit dan bahasanya. Dalam muktamar ini kaum muslimin dapat

menyaksikan berbagai manfaat, tolong menolong dalam kebaikan dan

ketakwaan.3

Ibadah haji dengan berbagai amaliahnya mengandung nilai pendidikan

yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun nilai

pendidikan yang terdapat di dalamnya antara lain ikhlas, syukur, tawakal,

selalu ingat Allah, mengendalikan hawa nafsu, persaudaraan, persamaan serta

memelihara dan menjaga lingkungan.

B. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlaq pada Ibadah Haji

1. Akhlak kepada Allah

a. Syukur

Melaksanakan kewajiban haji merupakan ungkapan syukur atas

nikmat harta dan kesehatan. Keduanya merupakan kenikmatan terbesar

yang diterima manusia di dunia. Dalam haji ungkapan syukur atas

kedua nikmat terbesar ini dicurahkan, dan dalam haji pula manusia

1 Said Agil Al-Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Intermasa, 2003), hlm. 31.

2 Depag, op.cit., hlm. 31. 3 Hery Noer Ali dan Munzir, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Fisika Agung Insani,

2000), hlm. 100.

Page 62: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

50

melakukan perjuangan jiwa raga, menafkahkan hartanya dalam rangka

menaati serta mendekatkan diri kepada Allah. Jadi, di dalam ibadah

haji terkandung rasa syukur kepada Allah atas berbagai karunia dan

kenikmatan, sedangkan mensyukuri nikmat merupakan kewajiban

seorang hamba kepada Tuhannya yang tidak boleh ditinggalkan.

Apabila ditinggalkan, berarti dia telah mengingkari nikmat Allah.

Untuk itu kaum muslimin yang telah diberi anugerah dan

kenikmatan untuk segera menyempurnakan penghambaannya kepada

Allah dan rasa syukur atas nikmatnya dengan menunaikan ibadah haji

dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan. Oleh karena itu, gema

talbiah berulang-ulang diucapkan dalam perjalanannya menuju tempat-

tempat pelaksanaan ibadah haji. Dalam talbiyah, mereka selalu

mengucapkan:

ان الحمد والنعمة لك والملك ال شريك لك

Sesungguhnya segala puji, segenap nikmat dan kekuasaan adalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.

Di dalam kalimat tersebut, jelas tergambar bahwa

sesungguhnya segala puji itu semata-mata milik Allah. Hal ini

merupakan penghambaan diri kepada Allah. Kemudahan pengakuan

selanjutnya adalah bahasa segala kenikmatan dan kekuasaan itu adalah

milik Allah, termasuk keanekaragaman nikmat yang tak terhitung

jumlahnya.

b. Taqwa

Peribadatan agama Islam sejalan dengan bentuk-bentuk

peribadatan yang melambangkan kebesaran syi’ar Allah. Misalnya

melaksanakan thawaf di sekeliling Ka’bah adalah gerakan terikat

dengan ketentuan dan tata aturan seperti perputaran yang harus dimulai

dari hajar aswad berputar ke arah kiri, dilarang berbicara yang tidak

berarti atau maksiat, bahkan hati dan badan harus bersih dari kotoran.

Page 63: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

51

Ini semua membuktikan bahwa ibadah haji benar-benar suatu

ibadah yang harus kita laksanakan dengan satu sikap penyerahan diri

secara total kepada Allah SWT.

Kemauan keras, ketakwaan dan keikhlasan sangat berarti bagi

jamaah karena hanya dengan modal itulah ia mendapatkan ibadah haji

yang diterima Allah.

Firman Allah SWT:

: البقرة(وتزودوا فإن خير الزاد التقوى واتقون يا أولي الألباب

١٩٧(

Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.4 (QS. Al-Baqarah: 197)

c. Ikhlas

Ibadah haji itu memiliki ciri khusus, berbeda dengan ibadah

lainnya, seperti sholat, puasa, zakat, dan sebagainya, apalagi banyak

amalan dan peraturan ibadah haji yang tidak mudah dicerna oleh

pikiran. Hal tersebut dimaksudkan agar manusia dalam

menghambakan diri kepada Allah lebih tulus dan sempurna. Karena

hakikatnya, ibadah haji merupakan perintah Allah kepada hamba-Nya

yang telah mampu melaksanakannya. Kepatuhan dan ketaatan

semacam ini merupakan cermin dari kuatnya keimanan seseorang,

sehingga seorang hamba mau melaksanakan haji dengan penuh

keikhlasan. Hal ini sesuai dengan Qur’an surat Ali Imran ayat 97.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa jama’ah yang sedang

melaksanakan ibadah haji dengan cara yang benar dan baik sesuai

tuntunan Allah dan Rasul-Nya, ibarat malaikat yang dengan penuh

keikhlasan melaksanakan semua perintah-Nya dan meninggalkan

semua larangan-Nya.

4 Departemen Agama, op.cit., hlm. 31.

Page 64: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

52

2. Akhlak kepada Rasul Allah

Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada semua Rasul-

Nya sejak Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad SAW. Agama yang

diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW adalah mata rantai terakhir

agama Allah yang telah disempurnakan-Nya.

Ibadah haji yang disampaikan Nabi Muhammad merupakan salah

satu ajarannya. Seperti halnya ketika wuquf di padang Arafah, Rasulullah

bersama sahabat memimpin sekaligus membimbing manusia menjalankan

ibadah dengan cara yang baik dan benar sesuai dengan petunjuk Allah.

Jadi, semua amalan-amalan yang dilakukan jama’ah haji

merupakan bukti kepatuhan akan ajaran Rasulullah, dari cara

melaksanakan thowaf, wukuf, sa’i, tahalul, dan lain-lain. Semua

dilaksanakan demi menjalankan syari’at Allah sesuai dengan ajaran-ajaran

Rasulullah.

Selain hal di atas, dapat dipahami ketika jama’ah melaksanakan

shalat di Hijr Isma’il, Maqam Ibrahim, Raudhah. Jama’ah bershalawat dan

salam untuk Rasulullah dengan harapan akan mendapat syafa’atnya.

3. Akhlak kepada diri sendiri dan orang lain

a. Tidak melakukan rafats, fusuq, jidal

Dalam ibadah haji, ketika sedang ihram ada larangan untuk

tidak rafats (berhubungan seks). Hal ini karena ibadah haji merupakan

pekerjaan yang sangat mulia dan terpuji. Rasulullah SAW bersabda:

سمعت رسول اهللا صلى : عن ابن عمر رضي اهللا عنه قال

م يرفث ولم يفسق رجع كيوم اهللا عليه وسلم يقول من حج فل

5 )متفق عليه(ولدته امه

Barangsiapa yang mengerjakan haji sedang ia tidak melanggar kesopanan dan tidak pula melanggar ketentuan, maka ia akan bebas dari dosa-dosa seperti pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.

5 Imam Abi Zakaria bin Syarif an-Nawawi ad-Damsyiqi, op.cit., hlm. 457.

Page 65: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

53

b. Mengendalikan hawa nafsu

Dalam melaksanakan ibadah haji, mengendalikan hawa nafsu

merupakan hal yang sangat urgen. Sebab setiap saat setan menggoda

jamaah untuk mengajak pada jalan yang sesat.

Hal ini bisa dipahami ketika jamaah melempar jumrah.

Melempar jumrah merupakan perwujudan permusuhan dan kebencian

terhadap setan yang selalu berusaha untuk menyesatkan manusia dari

jalan yang diridhoi Allah.

Hal tersebut membuktikan betapa seriusnya Allah

memperingatkan kepada para hamba-Nya untuk selalu mengendalikan

hawa nafsu agar tidak terbujuk oleh rayuan setan.

c. Tolong menolong

Suasana pertemuan akbar (haji) bukan hanya satu bentuk

budaya atau adat istiadat. Baik dari cara tutur kata maupun tingkah

laku yang mungkin asing satu sama lainnya membutuhkan pengertian

dan toleransi untuk saling memahami keadaan orang lain dan

menghilangkan sifat egois.

Mereka dengan berpakaian yang sama, saling bergaul,

dilandasi dengan ukhuwah islamiyah sehingga mereka saling

mengingatkan dan saling tolong menolong.

d. Ukhuwah (persaudaraan)

Ibadah haji merupakan wujud nyata dari persaudaraan antara

muslim sedunia. Pertemuan ini akan dapat menghilangkan perbedaan-

perbedaan sistem politik yang dianutnya atau perbedaan madzhab, baik

yang menyangkut aqidah maupun ibadah.

Dengan demikian kita harus menumbuhkan kembali kesadaran

kita tentang hakikat penciptaan manusia dari asal yang satu yaitu

Adam, sehingga antara satu suku dengan suku yang lain, antara satu

bangsa dengan bangsa lain yang berbeda warna kulit, bahasa dan adat

Page 66: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

54

istiadat, berbeda kemampuan dan keberadaannya, akan duduk sama

rendah berdiri sama tinggi.

Menumbuhkan kesadaran untuk memelihara persaudaraan serta

menjauhkan diri dari perpecahan merupakan realisasi pengakuan

bahwa pada hakikatnya kedudukan manusia adalah sama di hadapan

Allah. Tidak ada pembeda di antara hamba Allah kecuali ketakwaan

mereka.6

6 Muhammad al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang: Wicaksana, 1993), Cet. 4,

hlm. 339.

Page 67: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam ibadah haji antara lain:

a. Syukur

Hal ini dapat dipahami ketika jama’ah mengucapkan talbiyah.

Dalam kalimat tersebut jelas bahwa segala kenikmatan kekuasaan itu

adalah milik Allah. Termasuk juga terdapat dalam syarat haji yang

menyebutkan kemampuan (istatha’ah) meliputi sehat badan serta memiliki

bekal yang cukup. Ini merupakan manifestasi dari rasa syukur atas nikmat

Allah.

b. Takwa

Haji merupakan ibadah yang melambangkan ketaatan atau

penyerahan diri secara total kepada Allah baik harta benda maupun jiwa

raga. Di hadapan Allah mereka bersyukur atas segala nikmat, memohon

ampun, berdzikir, memohon perlindungan dari dosa, hawa nafsu dan

godaan setan.

c. Ikhlas

Bahwa ibadah haji merupakan perjalanan suci yang semua

rangkaian kegiatannya merupakan ibadah. Semua larangan harus

ditinggalkan guna mencapai haji mabrur. Semua kegiatan yang dilakukan

(ihram, thowaf, sa’i, wukuf, melempar jumrah) harus dilandasi dengan

keimanan dan ketakwaan. Tanpa dilandasi dengan keimanan dan

ketakwaan, maka semua kegiatan akan sia-sia.

d. Bershalawat dan patuh pada ajaran Rasulullah

Hal ini bisa dipahami ketika jama’ah di Raudhah mereka

bershalawat kepada Nabi. Selain itu dapat dipahami ketika jama’ah

melaksanakan rangkaian ibadah haji sesuai dengan ajaran Rasulullah.

Misalnya thawaf, wukuf, sa’i, tahalul.

Page 68: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

56

e. Tidak melakukan rafats, fusuq dan jidal

Pada ibadah haji, ketika jamaah sedang ihram ada larangan untuk

tidak rafats, fusuq dan jidal. Hal ini karena ibadah haji merupakan

pekerjaan yang sangat mulia dan terpuji. Sebagaimana firman Allah QS.

Al-Baqarah ayat 197.

f. Mengendalikan hawa nafsu

Hal ini bisa dipahami ketika jamaah melempar jumrah. Melempar

jumrah merupakan perwujudan permusuhan dan kebencian terhadap setan

yang selalu berusaha untuk menyesatkan manusia dari jalan yang diridai

Allah.

g. Tolong menolong

Ibadah haji bukan hanya suatu bentuk budaya/adat istiadat. Di situ

dibutuhkan pengertian dan toleransi, tolong menolong antara jama’ah yang

satu dengan yang lain.

h. Ukhuwah/Persaudaraan

Ibadah haji merupakan wujud nyata dari persaudaraan antara

muslim sedunia. Dengan perkumpulan yang berasal dari berbagai negara

dan bangsa, mereka harus saling toleransi dan memahami keadaan orang

lain, sehingga tercipta ukhuwah islamiyah yang baik.

B. Saran-Saran

a. Bagi orang-orang Islam yang mampu untuk melaksanakan ibadah haji,

untuk segera melaksanakannya. Hal ini sebagai manifestasi rasa syukur

atas nikmat yang diberikan Allah.

b. Kepada seluruh umat Islam, untuk selalu memperbaiki akhlaknya. Apalagi

bagi orang yang telah menunaikan ibadah haji, yang mana dalam ibadah

haji terdapat nilai-nilai pendidikan akhlak yang dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga akan tercipta masyarakat yang rukun,

damai dan sejahtera.

Page 69: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

57

C. Penutup

Penulis bersyukur ke hadirat Allah swt yang telah memberikan

petunjuk dan pertolongan sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu,

saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi penulis pada khususnya dan juga bermanfaat bagi setiap

pembaca pada umumnya serta semoga dapat menambah pengetahuan kita

semua. Amin.

Page 70: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

DAFTAR PUSTAKA

Al Ghazali, Ihya’ Ulum adalah Din, Juz III, (Mesir: Masyahad Al Husaini, tt)

Amin, Muhammad dkk, Dasar-Dasar Pendidikan Agama, (Semarang: IKIP Semarang Press, 1996)

Anwar, Ramli Bihar, ASQ For Haji, (Bandung: Arazy PT Mizan Pustaka, 2004)

cet. 1 Baidan, Nashrudin, Metodologi Penafsiran Al Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1998) Danim Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002) Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:

Diponegoro, 2005) Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai

Pustaka, 1990) Dewey, John, Democracy and Education, (New York: The Macmillan Company,

1964) Dimjati, Djamaludin, Panduan Ibadah Haji danUmrah Lengkap di sertai Rahasia

dan Hikmahnya, (Solo: Era Intermedia, 2006), cett. I Farid, Ishak, Ibadah Haji dalam Filsafat Hukum Islam , (Jakarta: Rineka Cipta,

1999) Hadi Sutrisno, Metodologi Research Jilid I, (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2000) Idris, Abdul Fatah, Abu Ahmadi, Fikih Islam Lengkap, (Jakarta: Rineka Cipta,

2004), cet. 3 Muhajir, Noeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996) Raya, Ahmad Thib, Menyelami Seluk Beluk Ibadah dalam Islam , (Jakarta:

Kencana, 2003) Razak, Nasrudin, Dienul Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1993) Suryabrata, Sumadi, Metode Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1998)

Page 71: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

Syah, Ismail Muhammad, Filsafat Hukum Islam, (Jakrta: Bumi Aksara, 1992) Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam Jilid II, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeue, 1993) Yusuf, Nasir, Problematika Manasik Haji, (Bandung: Pustaka, 1994)

Page 72: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJIlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA IBADAH HAJI SKRIPSI Diajukan untuk

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Yuyun Arifah

2. NIM : 3103082

3. Tempat, Tanggal Lahir : Purworejo, 6 Februari 1985

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Agama : Islam

6. Alamat Asal : Bayem RT. 02 RW I No. 12 Kec. Kutoarjo

Kab. Purworejo Jawa Tengah 54215

7. Pendidikan

SD : SDN II Bayem Kutoarjo Purworejo

SMP : MTs N Prembun Kab. Kebumen

SMA : MAN Purworejo

S1 : IAIN Walisongo Semarang

Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI) Angkatan 2003