NILAI JUJUR REMAJA DITINJAU DARI KUALITAS HUBUNGAN...
Transcript of NILAI JUJUR REMAJA DITINJAU DARI KUALITAS HUBUNGAN...
i
NILAI JUJUR REMAJA DITINJAU DARI KUALITAS HUBUNGAN
ORANGTUA - ANAK DAN TRANSMISI NILAI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi dan Pendidikan Agama
Islam
Oleh :
ASTERIA ARLITA
F.100 080 007 – G. 000 080 282
FAKULTAS PSIKOLOGI
DAN
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
NILAI JUJUR REMAJA DITINJAU DARI KUALITAS HUBUNGAN
ORANGTUA - ANAK DAN TRANSMISI NILAI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi dan Pendidkian Agama
Islam
Diajukan oleh:
ASTERIA ARLITA
F 100 080 007 – G 000 080 282
FAKULTAS PSIKOLOGI
DAN
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
iii
NILAI JUJUR REMAJA DITINJAU DARI KUALITAS HUBUNGAN
ORANGTUA - ANAK DAN TRANSMISI NILAI
Yang Diajukan Oleh :
ASTERIA ARLITA
F 100 080 007 – G 000 080 282
Telah Disetujui untuk dipertahankan
Di depan Dewan Penguji
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I
Dr. Sri Lestari M.Si
Pembimbing II
Dra. Chusniatun M.Ag Tanggal, 27 Juni 2014
iv
NILAI JUJUR REMAJA DITINJAU DARI KUALITAS HUBUNGAN
ORANGTUA - ANAK DAN TRANSMISI NILAI
Yang diajukan oleh :
ASTERIA ARLITA
F 100 080 007 – G 000 080 282
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 18 Juli 2014
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Penguji Utama
Dr. Sri Lestari, S.Psi., M.Si.
Penguji Pendamping I
Dra. Chusniatun M.Ag
Penguji Pendamping II
Dra. Wiwien Dinar Prastiti, S.Psi
Penguji Pendamping III
Drs. M. DarojatAriyanto, M.Ag −−−−−−−−−−−−−−−−−−−
Penguji Pendamping IV
Surakarta,
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Psikologi Fakultas Agama Islam
Dekan, Dekan,
(Dr.Taufik, M. Si) (Dr. M. Abdul Fattah Santoso M.Ag)
v
NILAI JUJUR REMAJA DITINJAU DARI KUALITAS HUBUNGAN
ORANGTUA – ANAK DAN TRANSMISI NILAI
ABSTRAK
Asteria Arlita
FakultasPsikologidan Fakultas Agama Islam
UniversitasMuhammadiyah Surakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
kualitas hubungan orangtua – anak dan transmisi nilai yang diberikan orangtua
dengan nilai jujur pada remaja. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi SMK
Muhammadiyah Delanggu berusia 15-18 tahun dan tinggal bersama orangtua.
Jumlah sampel sebanyak 203 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik
cluster random sampling.Pengumpulan data menggunakan tigaskala yaitu skala
kualitas hubungan orangtua dan anak, skala transmisi nilai dan skala nilai jujur.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi ganda metode
stepwise. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif yang sangat
signifikan antara transmisi nilai ayah, transmisi ibu dan kualitas hubungan ayah,
kualitas hubungan ibu terhadap nilai jujur pada remaja Secara bersama-sama
variabel transmisi nilai dan kualitas hubungan orangtua anak memberikan
sumbangan yang efektif sebesar 80,4% terhadap nilai jujur pada remaja.
Kata kunci : transmisi nilai, kualitas hubungan orangtua anak dan nilai jujur.
vi
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI ILMIAH
Bismillahirrahmanirrahim
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : AsteriaArlita
NIM : F 100 080 007 / G 000 080 282
Fakultas : Psikologi / Agama Islam
Jurusan : Psikologi / Tarbiyah
Judul :NILAI JUJUR REMAJA DITINJAU DARI KUALITAS
HUBUNGAN ORANGTUA – ANAK DAN TRANSMISI NILAI
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:
1. Memberikan hak bebas royalti kepada perpustakaan UMS atau penulisan
karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikam hak menyimpan, mengalih mediakan/ mengalih formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan
serta menampilkan dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis
kepada perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta izin dari saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa
melibatkan pihak perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum
yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Dengan pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Surakarta, 18 Juli 2014
Yang menyatakan
(ASTERIA ARLITA)
1
PENDAHULUAN
Perkembangan zaman membuat
kehidupan remaja saat ini tidak bisa
dibandingkan dengan kehidupan
remaja masa lalu. Norma-norma dan
tata susila di masyarakat juga
mengalami pergeseran seiring
perputaran waktu. Sebagian norma
menjadi lebih longgar dan masyarakat
juga makin permisif terhadap hal-hal
tertentu yang pada masa lalu menjadi
sesuatu yang tabu.
Dalam konteks pendidikan di
Indonesia, fenomena tentang
kemerosotan nilai-nilai moral telah
menjadi lampu merah yang mendesak
semua pihak, untuk segera memandang
penting sebuah sinergi bagi
pengembangan pendidikan karakter.
Menyiapkan karakter bangsa bukan
hanya berurusan dengan penanaman
nilai-nilai, namun merupakan sebuah
usaha bersama untuk menciptakan
suatu lingkungan pendidikan tempat
dimana setiap individu dapat
menghayati kebebasannya sebagai
sebuah prasyarat bagi kehidupan moral
yang dewasa.
Salah satu permasalahan yang
dihadapi oleh dunia remaja dewasaini
yang diungkapkan oleh Syukur (2011)
adalah memudarnya salah satu nilai
moral, yaitu nilai kejujuran, sehingga
dengan memudarnya nilaikejujuran
dalam diri seseorang akan berdampak
negatif dan dampak ini bukanhanya
dialami oleh pelakunya sendiri tapi
juga akan berdampak negatif
padaorang lain. Nilai jujur merupakan
salah satu tolok ukur keberhasilan
tujuan hidup.
Lestari dan Asyanti (2008)
melakukan penelitian terhadap
keluarga Jawa yang menunjukkan
bahwa nilai-nilai kejujuran, rukun, dan
hormat pada orang yang lebih tua
dipandang sebagai hal penting untuk
ditanamkan pada anak. Dalam hal ini
jujur dimaknai sebagai tidak
menghalalkan segala cara untuk
2
mencapai sesuatu. Orang tua
menyampaikan bahwa bagaimanapun
bentuknya, ketidakjujuran pasti akan
terbongkar dan menimbulkan kesulitan
bagi orang yang melakukannya.
Lingkungan keluarga sangat
mempengaruhi bagi pengembangan
kepribadian anak, dalam hal ini orang
tua harus berusaha untuk menciptakan
lingkungan keluarga yang sesuai
dengan keadaan anak. Dalam
lingkungan keluarga harus diciptakan
suasana yang serasi, seimbang, dan
selaras, orang tua harus bersikap
demokrasi baik dalam memberikan
larangan. Pendapat lain tentang peran
dan tugas orang tua adalah sebagai
berikut, ”Komunikasi ibu dan ayah
dalam keluarga sangat menentukan
pembentukan pribadi anak-anak di
dalam dan di luar rumah. Selanjutnya
dikatakan bahwa seorang ayah
umumnya berfungsi sebagai dasar
hukum bagi putra-putrinya, sedangkan
seorang ibu berfungsi sebagai landasan
moral bagi hukum itu sendiri.”(Ali,
1995).
Salah satu nilai yang dianggap
penting dalam kehidupan sehari-hari
bahkan wajib dimiliki oleh sebagian
kalangan adalah nilai jujur (Koellhofer,
2009). Kejujuran memegang pengaruh
besar yang menentukan perilaku
seseorang dikatakan bermoral atau
tidak. Kohlberg (Rice&Dolghin, 2008)
juga menyatakan bahwa seseorang
yang jujur akan mengalami tahap
pengembangan moral pada tingkat
pertama, yaitu orientasi terhadap
hukuman untuk menerima ketika
seseorang bertindak tidak jujur.
Dampak dari tindakan yang jujur
seperti keselamatan dan kedamaian
juga memperkuat keyakinan individu
dalam berperilaku jujur.
LANDASAN TEORI
Nilai Jujur
Nilai jujur adalah nilai yang
mengacu pada arti penuh kebenaran,
3
kesesuaian perkataan hati nurani, dapat
dipercaya dalam segala hal, bertindak
dengan adil, dan tulus. Nilai jujur juga
disebut nilai yang tertanam dalam jiwa
yang merupakan prosespenyampaian
informasi dan upaya untuk
mendapatkan sesuatu dengan cara yang
etis.
Nilai jujur adalah nilai moral
yang paling penting dan mendasar
yang muncul dari dalam diri individu
sebagai cerminan dari nilai-nilai yang
telah diajarkan lingkungannya,
terutama oleh orang tua, serta bukanlah
sebuah bentuk keterpaksaan,
melainkan sebuah panggilan dari
dalam dan sebuah wujud keterikatan
atau komitmen (Syukur, 2011).
Kejujuran adalah perbuatan
yang sesuai dengan keadaan yang
berlaku. Kejujuran juga merupakan
spirit amal, pembuka suasana, pengurai
kegundahan, dan merupakan sifat
pembeda antara oang munafik dan
orang beriman (Abdul Qadir, 2012).
Dalam terjemahan Bahasa
Indonesia, Prof. Dr. Mahmud Yunus
menterjemahkan kata shidq dengan arti
benar, jujur. Kata benar diartikan
sesuai dengan sebagaimana adanya
(seharusnya). Sedangkan kata jujur,
diartikan sebagai lurus hati, tidak
curang, tulus ikhlas. Kata jujur adalah
kata yang digunakan untuk
menyatakan sikap seseorang. Jika ada
seseorang berhadapan dengan sesuatu
atau fenomena maka orang itu akan
memperoleh gambaran tentang sesuatu
atau fenomena tersebut. Jikaorang
itu menceritakan informasi tentang
gambaran tersebut kepada orang lain
tanpa ada “perubahan” (sesuai dengan
realitasnya ) maka sikap yang seperti
itulah yang disebut dengan jujur.
Menurut Abdul Qadir Abu
Thalib (2012), orang yang datang
dengan sifat jujur maka orang tersebut
akan berbuat jujur, baik dalam
perkataan, perbuatan, dan keadaannya.
4
Karena kejujuran terangkum dalam
tiga hal, yaitu:
a. Jujur dalam perkataan, yaitu
kesesuaian antara lisan dan
perbuatan seperti kesesuaian
antara buah dan pohonnya
b. Jujur dalam perbuatan, yaitu
kesesuaian antara perbuatan
dengan perintah dan anjuran
seperti kesesuaian antara kepala
dengan tubuh
c. Jujur dalam keadaan, yaitu
kesesuaian antara amalan hati dan
perbuatan secara ikhlas, tulus, dan
bersungguh-sungguh
Dengan demikian jujur memiliki dua
aspek yaitu :
a. Menyampaikan kebenaran
Menyampaikan kebenaran berarti
menyampaikan pesan kepada orang
lain tentang suatu informasi atau
berita secara benar sesuai fakta
yang ada.
b. Mendapatkan sesuatu dalam cara
yang benar
Berperilaku sesuai dengan
prosedur atau aturan, adil dan tidak
curang.
Remaja
Istilah remaja atau adolescence,
berasal dari kata latinadolescere (kata
bendanya adolescentia yang berarti
remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolescent seperti
yang digunakan saat ini, mempunyai arti
yang luas, mencakup kematangan mental,
emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini
yang dikatakan oleh Piaget yang
mengatakan bahwa, secara psikologis,
masa remaja adalah dimana usia individu
berintegrasi dengan masyarakat dewasa,
usia dimana anak tidak lagi merasa ada
dibawah tingkat orang-orang yang lebih
dewasa melainkan berada pada tingkatan
yang sama, sekurang-kurangnya dalam
masalah hak.
Papalia, Old, Feldman (2009)
menyebutkan bahwa masa remaja adalah
peralihan masa perkembangan antara masa
kanak - kanak ke masa dewasa yang
5
meliputi perubahan besar pada aspek fisik,
kognitif, dan psikososial. Secara umum,
masa remaja ditandai dengan masa
pubertas (puberty), proses yang pada
akhirnya akan menghasilkan kematangan
seksual dan fertilitas (kemampuan untuk
melakukan reproduksi).
Dalam Islam, istilah remaja biasa
disebut dengan baligh. Baligh secara
bahasa berarti sampainya seorang anak
pada usia melaksanakan kewajiban agama.
Ahli fiqh mendefinisikan baligh adalah
berakhirnya masa anak-anak dan sampai
pada usia dimana telah memiliki kesiapan
untuk melaksanakan kewajiban dan
konsisten untuk melaksanakan hukum
syariat (Ensiklopedia IRIB,
2012).Sedangkan ciri-ciri dalam
perubahan fisiologisnya, anak laki-laki
sudah mengalami mimpi basah atau
mengelurkan cairan mani sedangkan pada
anak perempuan anak sudah mengalami
masa menstruasi atau haid di tiap
bulannya. Dalam islam, jika sudah
melewati usia baligh, maka diharuskan
melakukan kewajiban agama.
Menurut WHO, remaja adalah
bila anak telah mencapai usia 10-19
tahun. Batasan usia remaja yang
dikemukakan oleh Monks, Knoers, dan
Haditono (2004), yaitu :
1. 10-12 tahun termasuk dalam masa
pra remaja
2. 12-15 tahun termasuk dalam masa
remaja awal
3. 15-18 tahun termasuk dalam masa
remaja pertengahan, dan
4. 18-21 tahun termasuk dalam masa
remaja akhir (Monks, Knoers, dan
Haditono, 2004)
Kualitas Hubungan Orangtua dan Anak
1. Pengertian Kualitas Hubungan
Menurut Tim Pusat Bahasa (2002)
pengertian kualitas adalah tingkat baik
buruknya sesuatu, derajat, mutu, atau
taraf. Sedangkan berdasarkan pendapat
para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan komunikasi adalah proses
pertukaran informasi dengan
6
menggunakan simbol baik secara
verbal dan non verbal yang dilakukan
oleh seseorang dengan pihak lain.
Menurut penelitian Shek (2006),
menunjukkan bahwa kualitas
hubungan orangtua dan anak
mempengaruhi pemaknaan anak
terhadap kontrol orangtua. Menurut
Shek, kualitas hubungan orangtua dan
anak dapat diketahui dari kepercayaan
orang tua terhadap anak, kepercayaan
anak terhadap orangtua, kesiapan anak
untuk berkomunikasi dengan orangtua,
dan kepuasan anak terhadap kontrol
yang dilakukan oleh orangtua. Dalam
Alquran dijelaskan pada surat Ash-
Shaaffaat ayat 102, yang artinya :
“Maka ketika anak itu sampai (pada usia)
sanggup berusaha bersamanya, Ibrahim
berkata, ‘wahai anakku, sesungguhnya
aku bermimpi menyembelihmu. Maka
pikirkanlah pendapatmu!’. Dia Ismail
menjawab, ‘wahai ayahku, lakukanlah apa
yang diperintahkan (Allah) kepadamu;
insya Allah engkau akan mendapatiku
termasuk orang yang sabar.”
Hubungan orang tua dan anak
yang positif mendukung transmisi
nilai-nilai keluarga (Schwarz,
Trommsdorff, Albert, dan Mayer,
2005), dan semakin berkualitas
hubungan orang tua dan anak, maka
semakin besar kesesuaian norma dan
nilai antara anak dan orang tua (Taris,
Semin, dan Bok, 1998).
Kualitas hubungan orang tua
dan anak terjalin melalui komunikasi.
Hubungan dekat dan komunikasi yang
baik antara orang tua dan anak, akan
menimbulkan penginternalisasian nilai
yang ditanamkan orang tua pada anak
dengan baik. Menurut Seller
(Muhammad, 2007), bahwa
komunikasi adalah suatu proses
dengan mana simbol verbal dan non
verbal dikirimkan, diterima, dan diberi
arti. Proses komunikasi dapat berjalan
dengan lancar jika masing-masing
pelaku komunikasi mempunyai
persepsi yang sama terhadap
penggunaan simbol tersebut.
Hovland,dkk (Muhammad, 2007) juga
sependapat dengan Seller (2007),
komunikasi adalah proses individu
7
mengirim stimulus yang biasanya
dalam bentuk verbal untuk mengubah
tingkah laku orang lain.
2. Aspek-aspek Kualitas Hubungan
Hasil penelitian Shek (2006),
menunjukkan bahwa kualitas
hubungan orang tua dan anak
mempengaruhi pemaknaan anak
terhadap kontrol orang tua. Menurut
Shek, kualitas hubungan orang tua dan
anak dapat diketahui dari beberapa
aspek, yaitu ;
1) Kepercayaan anak terhadap orang
tua dan kepercayaan orang tua
terhadap anak
Tingginya kepercayaan
orangtua dan anak, dihasilkan oleh
tingginya pengetahuan orangtua
terhadap anak dan akan menghasilkan
kontrol dan pengawasan orangtua yang
rendah.
Buseri (1990) menjelaskan,
orangtua merupakan sentral bagi
pendidikan anak. Dengan
menumbuhkan kepercayaan pada
anak, maka anak akan selalu
mengingat apa yang telah diajarakan
orangtua. Djamarah (2001) juga
menjelaskan bahwa hubungan yang
baik antara orangtua dan anak tidak
hanya diukur dari pemenuhan
kebutuhan materiil saja, namun kasih
sayang dan kepercayaan antara
keduanya merupakan ukuran
keberhasilan dalam menciptakan
hubungan tersebut.
2) Kesediaan anak untuk
berkomunikasi dengan orang tua
Jika kesediaan anak untuk
berkomunikasi dengan orangtua
meningkat, maka pengetahuan
orangtua tentang anak juga meningkat.
Karena, kesediaan anak untuk
berkomunikasi akan memfasilitasi
proses sosialisasi yang mana akan
mempermudah orangtua untuk
mengontrol perilaku anak. Widjaja
(2000) mengatakan, bila seseorang
menyampaikan pesan kepada orang
lain dan orang tersebut memberi
8
respon, maka proses komunikasi dapat
dikatakan berlangsung. Kualitas
komunikasi yang dibicarakan adalah
komunikasi keluarga, khususnya
komunikasi interpersonal antara orang
tua dan anak remaja mereka, karena
keduanya saling terikat dan
berinteraksi.
Djamarah (2004) mengatakan
bahwa dalam mengakrabkan hubungan
keluarga, komunikasi yang harmonis
perlu dibangun secara timbal balik dan
silih berganti antara orangtua dan anak.
3) Kepuasan anak terhadap kontrol
orangtua
Orang tua adalah pendidik
pertama dimana anak akan sangat
bergantung kepadanya. Baiknya sikap
orang tua dalam hal mengajar dan
mendidik anaknya, maka anak pun
menjadi baik dan terdidik. Salah satu
sikap orang tua dalam mengajar dan
mendidik anak yaitu dengan
melakukan dan menjaga komunikasi
dengan baik.
Transmisi Nilai Jujur
Dalam suatu kelompok budaya terjadi
proses transmisi budaya dari satu generasi
ke generasi berikutnya, yang di dalamnya
tercakup proses enkulturasi dan sosialisasi.
Menurut Bery, Poortinga, Segall, dan
Dasen (1994) dalam Lestari (2012),
terdapat tiga jenis transmisi budaya, yakni
transmisi vertikal (dari orangtua ke anak),
transmisi horizontal (dari teman sebaya),
dan transmisi oblique (dari orang dewasa
lain). Rokeach (disitasi Berling,
Krebsbach, & Kurka, 1997 (dalam Lestari,
2012)) menyatakan bahwa nilai dipelajari
melalui proses sosialisasi, dan setiap orang
dalam individualnya dipengaruhi oleh
perkembangan kepribadian, pengalaman
hidup, serta konsep sosial budaya.
Menurut Lestari (2012), ada
enam metode yang digunakan
orangtua dalam menyampaikan nilai
pada anak, yakni diskusi, keteladanan,
pembiasaan, pemberian nasehat,
mendongeng, dan pemberian instruksi.
9
1. Dialog
Dalam metode dialog orangtua
menyampaikan alasan pemilihan nilai
dan harapannya kepada anak. Dengan
cara tersebut, anak memperoleh
penjelasan tentang harapan orangtua
kepada dirinya. Selain itu, orangtua
juga memberi kesempatan pada anak
untuk menjelaskan alsan tindakannya
maupun bertanya pada orangtua
apabila ada penjelasan orangtua yang
kurang dipahami. Melalui proses
dialog terjadi komunikasi yang
bersifat timbal balik antara orangtua
dengan anak.
2. Keteladanan
Metode pemberian contoh
digunakan orangtua dalam
mengajarkan perilaku jujur. Metode
pemberian contoh pada anak
dilakukan orangtua dengan melakukan
terlebih dahulu perilaku yang
diharapkan orangtua untuk dilakukan
oleh anak. Dengan memberikan
contoh tersebut, orangtua berharap
anak dapat menirunya. Apabila
orangtua telah mencontohkan perilaku
yang diharapkan pada anak, orangtua
juga merasa lebih mudah menasehati
pada anak.
3. Pembiasaan
Metode membiasakan anak
paling banyak digunakan orangtua
dalam mengajarkan ibadah kepada
anak seperti melakukan salat dan
puasa. Orangtua juga membiasakan
anak untuk selalu bersikap jujur
seperti dalam hal ibadah jika anak
ditanya sudah melakukan salat atau
belum, anak harus berkata jujur sudah
melakukannya atau belum, atau ketika
anak berbelanja dan mendapat
kelebihan kembalian uang maka wajib
untuk mengembalikan kembaliannya.
4. Pemberian nasehat
Pada umumnya orangtua
memberikan nasehat pada anak
terutama setelah mengetahui anaknya
melakukan pelanggaran terhadap
aturan yang telah ditetapkan atau
10
berperilaku yang tidak sesuai dengan
harapan orangtua. Namun, ada pula
orangtua yang menasehati anak agar
lebih mandiri dan bertanggung jawab.
5. Mendongeng
Orangtua menggunakan metode
mendongeng untuk menyampaikan
budi pekerti pada anak-anaknya.
6. Pemberian instruksi
Metode memberikan instruksi
dilakukan orangtua dengan
memberikan perintah pada anak untuk
melakukan sesuatu.
Dalam Islam disebutkan tiga
proses transmisi nilai orangtua terhadap
anak, yaitu tarbiyah, ta’lim, ta’dib.
Tarbiyah yaitu penanaman etika yang
mulia padsa jiwa anak yang sedang
tumbuh dengan cara member nasehat,
sehingga memiliki potensi - potensi
yang menghasilakan sifat-sifat bijak
dan baik pada anak. Ta’lim yaitu proses
transmisi nilai dan berbagai ilmu
pengetahuan pada individu tanpa ada
batasan dan ketentuan tertentu.
Sedangkan ta’dib yaitu proses
pengenalan dan pengakuan secara
berangsur - angsur yang ditanamkan
dalam diri manusia mengenai tatanan
penciptaan, membimbing dan
mengarahkan anak untuk mengetahui
kekuasaan dan wujud keberadaanNya.
Hubungan Antara Kualitas Hubungan
Orangtua dan Nilai Jujur Remaja
Dalam kehidupan sehari-hari manusia
tidak akan pernah terlepas dari aspek
hubungan sosial di lingkungan tempat ia
tinggal. Agar tercipta suasana atau relasi
hubungan yang baik antar sesama maupun
berkelompok, tentunya perlu menanamkan
dan membiasakan untuk berperilaku
dengan nilai-nilai yang luhur. Pentingnya
manusia dalam membawa nilai –nilai
keluhuran akan membawa dampak positif
bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Dengan berpedoman pada nilai yang telah
tertanam pada individu, tentunya akan
berpengaruh juga pada kualitas hubungan
yang baik dengan orang lain.
11
Penanaman sebuah nilai, semestinya telah
diajarkan sejak usia anak-anak, karena usia
anak-anak merupakan usia pembentukan
awal karakter. Nilai adalah suatu pedoman
yang menjadi dasar dalam kehidupan
sehari-hari untuk menentukan suatu sikap
dan perilaku dapat dikatakan positif atau
negatif. Salah satu nilai yang sangat
penting untuk selalu dijaga pada setiap
individu adalah nilai kejujuran. Kejujuran
merupakan aspek yang sangat penting
dalam kehidupan bersosial (Syukur, 2011).
Jujur memiliki beberapa aspek
yaitu menyampaikan kebenaran dan
mendapatkan sesuatu dalam prosedur
yang benar atau bertindak fair.
Menyampaikan kebenaran berarti
menyampaikan pesan kepada orang
lain tentang suatu informasi atau berita
secara benar sesuai fakta yang ada.
Sedangkan bertindak fair adalah
bertindak atau berperilaku sesuai
dengan prosedur atau aturan, adil dan
tidak curang.
MenurutSchwarz, Trommsdorff,
Albert, dan Mayek (2005), hubungan
orang tua dan anak yang positif
mendukung transmisi nilai-nilai
keluarga. Jadi dalam hal ini faktor
kualitas merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi pada nilai-nilai
pembentukan karakter, seperti halnya
nilai kejujuran. Keteladanan orang tua
dalam berperilaku menjadi contoh
nyata bagi pembelajaran anak.
Kuczyn-ski, Marshall, dan Schell
(1997) dalam Lestari (2012),
mengungkapkan bahwa pada dasarnya
sosialisasi mencakup transmisi nilai,
sikap, peran, dan produk-produk
budaya lain dari generasi tua ke
generasi yang lebih muda dan orangtua
menjadi pemeran utama dalam proses
tersebut. Adapun metode transmisi
nilai yang dikemukakan oleh Lestari
(2012), yaitu dialog, keteladanan,
pembiasaan, pemberian nasehat,
mendongeng, dan pemberian instruksi.
12
Transmisi nilai dalam keluarga dapat
dikatakan berhasil jika kualitas hubungan
orangtua-anak dan penerapan nilai,
khususnya nilai jujur dalam kehidupan
sehari-hari, terjalin baik dan anak tetap
memegang teguh nilai yang diajarkan
orangtua. Beberapa aspek dari kualitas
hubungan anak dengan orangtua yaitu :
Kepercayaan anak terhadap orang tua dan
kepercayaan orang tua terhadap anak,
kesediaan anak untuk berkomunikasi
dengan orang tua, kepuasan anak terhadap
kontrol orang tua.
Hipotesis
Terdapat hubungan positif antara kualitas
hubungan orang tua dan transmisi nilai
yang diturunkan orangtua terhadap nilai
jujur. Semakin tinggi kualitas hubungan
orang tua dan anak dan transmisi nilai
yang diturunkan, maka akan semakin
tinggi nilai jujur yang diterapkan remaja.
METODE PENELITIAN
Gejala Penelitian
Gejala yang akan diteliti yaitu nilai
jujur remaja ditinjau dari kualitas
hubungan orangtua dan anak. Definisi
operasional nilai jujur remaja ditinjau dari
kualitas hubungan orangtua dan anak yaitu
Semakin dekat dan baik hubungan
orangtua-anak, dan komunikasi antara
orang tua dan anak, akan membuat anak
tetap memegang teguh nilai-nilai yang
telah diajarkan oleh orang tua melalui
transmisi nilai keluarga, meskipun tanpa
pengawasan orang tua. Pada penelitian ini
nilai jujur remaja ditinju dari kualitas
hubungan orangtua dan anak dapat
diungkap melalui skala dengan model
vignette.Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
Cluster random Sampling.
Metode Analisis Data
Hasil dari penelitian ini, akan dianalisis
dengan menggunakan pendekatan statistik
yaitu melalui uji asumsi yang meliputi uji
normalitas dan uji linieritas sedangkan
untuk uji hipotesis akan menggunakan
teknik analisis regresi ganda linear.
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis regresi
ganda diperoleh koefisien korelasi :
a. Kualitas hubungan ayah memiliki
nilai r 0,885 dan transmisi ayah
memiliki nilai r 0,844 terhadap
nilai jujur, dan nilai sig = 0,00 (p <
0,05). Artinya ada pengaruh yang
signifikan antara kualitas hubungan
ayah dan transmisi nilai ayah
terhadap nilai jujur remaja.
Semakin tinggi kualitas hubungan
ayah yang terjalin dan tranmisi
nilai ayah yang diberikan, maka
akan semakin tinggi nilai jujur
pada siswa atau remaja.
b. Kualitas hubungan ibu memiliki
nilai r 0,864 dan tranmisi ibu
memiliki nilai r 0,860 terhadap
nilai jujur, dan nilai sig = 0,00 (p <
0,05). Artinya ada pengaruh yang
signifikan antara nilai jujur remaja
dengan kualitas hubungan ibu dan
transmisi nilai ibu terhadap nilai
jujur remaja. Semakin tinggi
kualitas hubungan ibu yang
terjalin, dan transmisi nilai ibu
yang diberikan maka akan semakin
tinggi nilai jujur pada siswa atau
remaja.
Berdasarkan uji hipotesis diketahui
bahwa kualitas hubungan ayah, ibu
dengan anak dan transmisi nilai
memiliki nilai alpha cronbach (R)
sebesar 0,899, hal ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang sangat
signifikan antara variabel bebas dan
terikatnya.
Ada lima tujuan yang dilakukan
peneliti dalam penelitian ini, pertama
untuk mengetahui adakah hubungan antara
kualitas hubungan ibu dengan nilai jujur
pada anak. Kedua adakah hubungan antara
kualitas hubungan ayah dengan nilai jujur
pada anak. ketiga adakah hubungan antara
transmisi nilai ibu dengan nilai jujur pada
anak. keempat adakah hubungan antara
transmisi nilai ayah dengan nilai jujur pada
anak. Dan kelima adakah hubungan antara
kualitas hubungan ayah, ibu dan transmisi
14
nilai ayah, ibu dengan nilai jujur. Hal ini
dapat dilihat berdasarkan hasil analisis
stepwise:
a. Besarnya prosentase sumbangan
kualitas hubungan ibu dan
transmisi nilai ibu terhadap nilai
jujur yaitu 78,1%.
b. Besar prosentase kualitas hubungan
ayah dan transmisi nilai ayah
terhadap nilai jujur yaitu sebesar
79,8%.
Hal ini dapat diartikan bahwa
antara kualitas hubungan ibu, transmisi
nilai ibu, kualitas hubungan ayah dan
transmisi nilai ayah bersama-sama
mempunyai sumbangan yang sama
besar dan pengaruh yang signifikan
terhadap nilai jujur.
c. Besarnya prosentase peran ayah
dan ibu dalam variabel kualitas
hubungan terhadap nilai jujur anak,
didapatkan nilai sumbangan
sebesar 79,7%.
d. Sedangkan peran ayah dan ibu
dalam variable transmisi nilai
terhadap nilai jujur anak, diperoleh
nilai sumbangan sebesar 76,9%.
Hal ini dapat diartikan bahwa
antara kualitas hubungan ayah dan ibu,
dan tranmsisi nilai ayah dan ibu,
bersama-sama mempunyai sumbangan
yang sama besar dan pengaruh yang
signifikan terhadap nilai jujur.
e. Nilai sumbangan kualitas
hubungan ayah, ibu dan transmisi
nilai ayah, ibu sebesar 80,4%
terhadap nilai jujur anak. Dan
sisanya 19,6% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain.
Hal ini dapat dilihat dari nilai
sumbangan tiap variable terhadap
nilai jujur. Nilai sumbangan
kualitas hubungan ayah terhadap
nilai jujur sebesar 78,3%, kualitas
hubungan ibu terhadap nilai jujur
sebesar 74,6%, transmisi nilai ayah
terhadap nilai jujur sebesar 71,2%,
dan transmisi nilai ibu terhadap
nilai jujur sebesar 73,9%. Dapat
diartikan bahwa variable yang
15
paling dominan pada kualitas
hubungan, yaitu ada pada ayah, dan
pada transmisi nilai yaitu ada pada
ibu.
Jadi dapat disimpulkan bahwaHasil
analisis yang didapat menunjukkan
peran ibu (73,9%) sebagai pemberi
transmisi nilai kepada anak lebih
dominan daripada ayah (71,2%). Dan
antara kualitas hubungan ayah, ibu dan
transmisi ayah, ibu bersama-sama
mempunyai sumbangan yang sama
besar dan pengaruh yang signifikan
terhadap nilai jujur. Dan kualitas
hubungan ayah, ibu dengan anak dan
transmisi nilai memiliki pengaruh yang
positif terhadap nilai jujur pada anak
sehingga hasil yang diajukan dalam
penelitian ini terbukti dan diterima.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari penelitian dan
analisis hasil penelitian, maka peneliti
menyimpulkan hasil penelitian ini
mengenai nilai jujur anak ditinjau
darikualitas hubungan orang tua anak dan
transmisi nilai, diantaranya sebagai
berikut;
1. Hasil hipotesis dalam pengujian
analisis dalam penelitian ini
diterima, karena berdasarkan hasil
analisisnya menunjukkan adanya
hubungan positif antara kualitas
hubungan orang tua (ayah, ibu)
dan anak dan transmisi nilai
dengan nilai jujur pada anak.
Dalam pengujian uji Anova
didapatkan persamaan regresi
signifikansi 0,00 dengan p <0,05
dan F hitung 207.508. Artinya
secara bersama-sama variabel
transmisi nilai ayah, transmisi nilai
ibu, kualitas hubungan ayah,
kualitas hubungan ibu secara
signifikan mempengaruhi nilai
jujur pada anak.
2. Sedangkan dalam pengujian
koefisien regresi berganda dalam
uji t didapatkan hasil korelasi
parsial antar masing-masing
16
variabel bebas memiliki korelasi
hubungan yang signifikan terhadap
variabel terikat. Koefisien korelasi
(r) antara variabel kualitas
hubungan ayah dengan nilai jujur
anak adalah 0,885 dan sig 0,000
dengan p<0,05 korelasi antara
variable kualitas hubungan ibu
dengan variabel nilai jujur anak r =
0,864 dan sig 0,000 (p<0,05) dan
variabel transmisi nilai ayah
dengan nilai jujur r = 0,844 dan sig
0,000 (p<0,05), sedangkan variabel
transmisi nilai ibu dengan nilai
jujur anak r = 0,860 dan sig 0,000
(p<0,05). Jadi semua variabel
bebas dalam penelitian ini
memiliki pengaruh signifikan
terhadap nilai jujur pada remaja.
3. Dari hasil analisis metode stepwise,
diketahui besarnya sumbangan
kualitas hubungan ayah, ibu dan
transmisi nilai ayah, ibu sebesar
80,4% terhadap nilai jujur anak.
Dan sisanya 19,6% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain. Dalam
analisis regresi ganda metode
stepwise peneliti membagi empat
kategori : pertama peran ayah
dalam variabel kualitas hubungan
dan transmisi nilai yang
mempengaruhi nilai jujur anak,
didapatkan hasil nilai sumbangan
yang cukup tinggi yaitu sebesar
79,8%. Yang kedua, peran ibu
dalam variabel kualitas hubungan
dan tranmisi nilai terhadap nilai
jujur anak, didapatkan hasil
sumbangan yang juga sama cukup
tinggi yaitu sebesar 78,1%. Yang
ketiga, peran ayah dan ibu dalam
variabel kualitas hubungan
terhadap nilai jujur anak,
didapatkan nilai sumbangan
sebesar 79,7%. Sedangkan yang
keempat, peran ayah dan ibu dalam
variabel transmisi nilai terhadap
nilai jujur anak, diperoleh nilai
sumbangan sebesar 76,9%. Yang
kelima, peran kualitas hubungan
17
ayah - ibu, dan transmisi ayah - ibu
terhadap nilai jujur diperoleh nilai
sumbangan sebesar 80,4%.
SARAN
Dari hasil penelitian,
pembahasan,dan kesimpulan yang
telah diuraikan sebelumnya, peneliti
berharap ada manfaat yang
didapatkan dari penelitian ini, oleh
karena itu peneliti menyampaikan
saran saran sebagai berikut :
1. Pentingnya bagi orang tua, untuk
bisa selalu menjaga kualitas
hubungan yang baik terhadap
anak anaknya, misalnya dengan
menumbuhkan pola komunikasi
yang terbuka, saling percaya , dan
mengajak untuk selalu berdiskusi
agar tercipta nilai-nilai jujur anak
terhadap orangtuanya.
2. Perlu bagi orangtua untuk
menanamkan nilai-nilai
pendidikan yang baik pada
anaknya sejak kecil, melalui
transmisi nilai misalnya,
pemberian teladan yang baik,
pembiasaan perilaku yang baik,
memberikan nasehat-nasehat dan
pemberian instruksi yang benar
dan tepat agar dikemudian hari
terbentuk karakter jiwa anak yang
bermoral, beretika dan memiliki
nilai-nilai jujur dan luhur terhadap
orang lain.
3. Peneliti menyadari, bahwa dalam
penelitian ini pasti masih ada
kekurangan yang perlu ditambahi
untuk kesempurnaan yang lebih
baik, oleh sebab itu peneliti juga
menyarankan bagi peneliti
selanjutnya yang memiliki minat
dan ingin meneliti tentang nilai
jujur anak, Peneliti menyarankan
agar menggunakan faktor - faktor
lain yang mempengaruhi nilai
jujur anak. Sehingga nanti
hasilnya dapat bermanfaat dan
menambah wawasasan bagi
pembaca lain tentang pentingnya
18
faktor lain yang mempengaruhi
nilai jujur anak.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Tholib, A.Q &Abdullah. (2012).
Berani Jujur Kunci Hidup Mujur. :
Solo Nabawi.
Dirgagunarsa, Y. S., & Sutantoputri, N. W.
(2004) ”Hubungan orang tua dan
remaja”, Dalam Singgih D.
Gunarsa (Editor), Dari anak sampai
lanjut usia: Bunga rampai psikologi
perkembangan. Jakarta : BPK
Gunung Mulia.
Djamarah, Drs. S.B. M.Ag. (2004). Pola
Komunikasi Ortu dan Anak dalam
Keluarga. Jakarta : PT. Asdi
Mahasatya.
Ensiklopedia IRIB
Indonesia.(2012).http://indonesian.
irib.ir. Diunduh pada oktober 2013
pukul 21.43 WIB.
Lestari, S& M.G, Adiyanti. (2012). The
Concept of Honesty in Javanese
People’s Perspective. Anima. Vol.
27, No. 3, 129-142.
Lestari, S. (2013). Konsep & Transmisi
Nilai-Nilai Jujur, Rukun, Hormat.
Disertasi. Yogyakarta : Universitas
Gajah Mada.
Lestari, S dan Asyanti,S. (2008). Strategi
Penanaman Nilai dan Penanganan
Konflik Nilai Dalam Praktek
Pengasuhan Anak Pada Keluarga
Jawa. Laporan
PenelitianFundamental.
Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Tidak diterbitkan.
Shek T.L. (2006). Journal Adolescence.
Perceived Parent Child Relational
Qualities and Parental Behavioral
and Psychological Control in
Chinese Adolescents in Hongkong.
Academic research library page
536.
Syukur, Y. (2011). Terapi Kejujuran.
Jakarta : Niaga Swadaya.