NIKOTIN.doc

5
Epidemiologi Asap rokok mengandung sekitar 500 partikel gas berbahaya, beberapa diantaranya yang paling dikenal adalah nikotin dan tar. Partikel–partikel tersebut telah terbukti menjadi penyebab kanker di berbagai organ di seluruh tubuh dan banyak penyakit kronik yang berbahaya. Kandungan zat dalam rokok khususnya nikotin masih menjadi salah satu penyebab utama yang dapat dicegah dari kematian dan kesakitan di Amerika Serikat. Diperkirakan terjadi 438.000 kematian per tahunnya akibat penyakit yang berhubungan dengan merokok di Amerika Serikat. Kandungan zat dalam rokok khususnya nikotin seringkali dihubungkan dengan terjadinya berbagai penyakit dan kelainan pada tubuh manusia. Sedangkan di dunia, rokok dikatakan menjadi penyebab kematian terbanyak kedua dengan lebih dari 5 juta kematian pada tahun 2008. Pada tahun 2020 diperkirakan akan terjadi kurang lebih 10 juta kematian pertahun akibat merokok. Suatu survei pada tahun 2004 menyatakan prevalensi perokok di Indonesia lebih dari 50% merupakan penduduk laki-laki. Sebagian besar perokok yang masuk dalam survei sudah mulai merokok sejak umur 19 tahun. Terdapat peningkatan konsumsi rokok di Indonesia dilihat dari adanya peningkatan produksi serta penjualan rokok di dalam negeri yang meningkat tiap tahunnya. Prevalensi kejadian merokok bervariasi di seluruh dunia. Di Amerika Serikat didapatkan angka 18% (laki – laki 20,7 % vs perempuan 15,5 %) prevalensi merokok pada seluruh populasi berdasarkan penelitian dan survey yang dilakukan oleh Summary

description

niko

Transcript of NIKOTIN.doc

Epidemiologi

Asap rokok mengandung sekitar 500 partikel gas berbahaya, beberapa diantaranya yang paling dikenal adalah nikotin dan tar. Partikelpartikel tersebut telah terbukti menjadi penyebab kanker di berbagai organ di seluruh tubuh dan banyak penyakit kronik yang berbahaya. Kandungan zat dalam rokok khususnya nikotin masih menjadi salah satu penyebab utama yang dapat dicegah dari kematian dan kesakitan di Amerika Serikat. Diperkirakan terjadi 438.000 kematian per tahunnya akibat penyakit yang berhubungan dengan merokok di Amerika Serikat. Kandungan zat dalam rokok khususnya nikotin seringkali dihubungkan dengan terjadinya berbagai penyakit dan kelainan pada tubuh manusia. Sedangkan di dunia, rokok dikatakan menjadi penyebab kematian terbanyak kedua dengan lebih dari 5 juta kematian pada tahun 2008. Pada tahun 2020 diperkirakan akan terjadi kurang lebih 10 juta kematian pertahun akibat merokok.Suatu survei pada tahun 2004 menyatakan prevalensi perokok di Indonesia lebih dari 50% merupakan penduduk laki-laki. Sebagian besar perokok yang masuk dalam survei sudah mulai merokok sejak umur 19 tahun. Terdapat peningkatan konsumsi rokok di Indonesia dilihat dari adanya peningkatan produksi serta penjualan rokok di dalam negeri yang meningkat tiap tahunnya.

Prevalensi kejadian merokok bervariasi di seluruh dunia. Di Amerika Serikat didapatkan angka 18% (laki laki 20,7 % vs perempuan 15,5 %) prevalensi merokok pada seluruh populasi berdasarkan penelitian dan survey yang dilakukan oleh Summary Health Statistics for US Adults: National Health Interview Survey (NHIS) tahun 2005. Sedangkan untuk di Inggris, berdasarkan data yang dimiliki oleh General Household Survey-Great Britain pada tahun 2002 adalah 26% (laki laki 27% vs perempuan 25%). Sedangkan untuk di benua Asia, prevalensi merokok dari seluruh populasi didapatkan berkisar antara 12,6% (Singapura) sampai 32,3% di Malaysia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 di Indonesia mendapatkan bahwa 52,4% penduduk laki laki dan 3,3% perempuan merokok di Indonesia. Apabila diambil dari seluruh populasi, didapatkan angka prevalensi merokok sebesar 28,4% dengan rerata usia mulai merokok sekitar 19 tahun (Rai, 2009).Etiologi

Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan diisap dan/atau dihirup asapnya, yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica,

dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan (PP RI No. 109, 2012). Asap rokok mengandung tar berkisar antara 3 sampai 40 mg dan kandungan nikotin yang terdapat dalam asap rokok arus samping (sidestream) 46 kali lebih besar dari asap rokok arus utama (mainstream). Tiga komponen toksik yang utama yang terkandung dalam rokok adalah karbonmonoksida (CO), nikotin (C10H14N2), dan tar.Nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui penggunaan rokok akan masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses artereosklerosis dan tekanan darah tinggi. Selain itu merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen otot jantung.Seperti zat-zat kimia lain yang terkandung dalam asap rokok, nikotin akan diserap oleh pembuluh-pembuluh darah kapiler di dalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah hingga menuju ke otak. Otak akan bereaksi terhadap adanya nikotin dengan memberi suatu sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon ini akan bekerja dengan menyempitkan pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untuk bekerja lebih berat akibat dari adanya tekanan yang lebih tinggi. Nikotin yang terkandung dalam rokok dan asap rokok dapat membuat pembuluh darah mengecil sehingga meningkatkan tekanan darah segera setelah dilakukan isapan pertama (Nurwidayanti, 2013).Penegakkan Diagnosis

DSM-IV-TR mendaftar beberapa gangguan terkait nikotin yaitu gangguan ketergantungan nikotin, gangguan terinduksi nikotin, keadaan putus nikotin serta gangguan terkait nikotin yang tak tergolongkan.Kriteria diagnosis DSM-IV-TR Keadaan Putus Nikotin

A. Penggunaan nikotin harian selama sekurangnya beberapa minggu

B. Penghentian mendadak penggunaan nikotin, atau pengurangan dalam jumlah nikotin yang digunakan, dalam aktu 24 jam diikuti oleh empat atau lebih dari tanda berikut:1. Mood disforik atau depresi

2. Insomnia

3. Iritabilitas, frustasi, atau kemarahan

4. Ansietas5. Sulit berkonsetrasi

6. Kegelisahan

7. Penurunan frekuensi denyut jantung

8. Peningkatan nafsu makan atau penambahan berat badan

C. Gejala pada kriteria B menyebabkan penderitaan atau hendaya yang secara klinis signifikan dalam fungsi sosial, okupasional, atau area fungsi penting lainD. Gejala tidak disebabkan kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain.

Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR Gangguan Terkait Nikotin yang Tak-Tergolongkan

Kategori gangguan terkait nikotin yang tak-tergolongkan diperuntukkan untuk gangguan yang dikaitkan dengan penggunaan nikotin yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai ketergantungan nikotin atau keadaan putus nikotin.Sumber:Nurwidayanti L dan Wahyuni CU. 2013. Analisis Pengaruh Paparan Asap Rokok di Rumah Pada Wanita Terhadap Kejadian Hipertensi. Jurnal Berkala Epidemiologi. Vol. 1, No. 2. pp: 244253. [online]. Available from: journal.unair.ac.id. Accessed on: 5 Mei 2015.Rai IBN dan Artana IGNB. 2009. Merokok dan Ketergantungan Nikotin pada Penduduk

Tenganan Pegringsingan, Karangasem, Bali. Jurnal Respirologi RSUP Sanglah Denpasar. [online]. Available from: jurnalrespirologi.org. Accessed on: 5 Mei 2015.

Sadock BJ and Sadock VA. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Hlm. 125-129. Jakarta: EGC.