“NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH...

62
Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009 “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH SATU ATRAKSI WISATA BUDAYA DI BALI KERTAS KARYA DIKERJAKAN O L E H LUSIANNA M. E. HUTAGALUNG NIM : 062204067 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI NON GELAR D III PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN - 2009

Transcript of “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH...

Page 1: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

“NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH SATU

ATRAKSI WISATA BUDAYA DI BALI

KERTAS KARYA

DIKERJAKAN

O

L

E

H

LUSIANNA M. E. HUTAGALUNG

NIM : 062204067

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI NON GELAR D III PARIWISATA

BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA

MEDAN - 2009

Page 2: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

“NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH SATU ATRAKSI WISATA BUDAYA DI BALI KERTAS KARYA DIKERJAKAN O L E H LUSIANNA M. E. HUTAGALUNG NIM : 062204067 PEMBIMBING

NIP. 131 837 557 Drs. Gustanto, M. Hum

Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non Gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III Dalam Program Studi Pariwisata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI NON GELAR D III PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN - 2009

Page 3: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

DISETUJUI OLEH : PROGRAM STUDI D III PARIWISATA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Medan, Maret 2009

PROGRAM STUDI PARIWISATA KETUA

Drs. Ridwan Azhar, M. HumNIP. 131 124 058

Page 4: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

PENGESAHAN DITERIMA OLEH : PANITIA UJIAN PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA TANGGAL : HARI : PROGRAM DIPLOMA SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEKAN

NIP. 132 098 531 Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D

Panitia ujian: No. Nama Keterangan Tanda Tangan 1. Drs.Ridwan Azhar, M.Hum. (Ketua Jurusan) ……………… 2. Drs. Mukhtar Majid, S.Sos. (Sekretaris Jurusan) ……………… 3. Drs. Gustanto, M.Hum. (Pembimbing) ……………… 4. Dra. Asmita Surbakti, M. Si. (Dosen pembaca) ………………

Page 5: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena oleh

berkat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Kertas Karya ini, yang

berjudul “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH SATU

ATRAKSI WISATA BUDAYA DI BALI.

Penulis berharap Kertas Karya ini dapat memberikan sedikit informasi kepada

pembaca mengenai pariwisata dan kepariwisataan secara umum, objek wisata secara

umum, dan mengenai keadaan umum Pulau Bali serta budaya yang terkenal di Pulau

Bali yaitu upacara Kematian Ngaben yang begitu menarik untuk dapat dilihat atau

disaksikan secara langsung.

Dalam penulisan Kertas Karya ini, penulis juga banyak mendapatkan bantuan

moril dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati

penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A. Ph. D. selaku Dekan Fakultas Sastra,

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Ridwan Azhar, M. Hum. selaku Ketua Jurusan Program Studi

Pariwisata, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Gustanto, M. Hum. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

membantu penulis selama proses penyusunan Kertas Karya ini.

4. Ibu Dra. Asmita Surbakti, M.Si. selaku Dosen Pembaca yang telah banyak

membantu penulis selama proses penyusunan Kertas Karya ini.

Page 6: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

5. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Program Studi Pariwisata, Fakultas Sastra,

Universitas Sumatera Utara.

6. Ayahanda M. Hutagalung dan ibunda R. br. Sianturi ku tersayang yang

senantiasa memberikan cinta dan kasih sayang yang begitu besar dan juga telah

begitu sabar menghadapi tingkah lakuku selama ini.... Maafkan aku bila sering

membuat ayah dan bunda sedih.... Dan terima kasih karena telah mencari dan

memberikan segala yang terbaik buat hidupku. Aku sadar, aku gak mungkin

bisa membalas semua yang telah kalian berikan pada ku. Walaupun aku cuma

sendiri tapi yang pasti, I always love you, mom n dad. Now n forever.

7. Keluarga besarku di kampus, Kak Rotua (mak Ro), Friskawati (iting/pipis),

Jeni (uje), Linda (lindonk), Oktri (aek latong), Florence (dombat), dan Lioni

(o’on/once), sahabat-sahabat (yang sudah ku anggap seperti saudara), yang

senantiasa ada disaat susah dan senang bersama, tetap bersatu walau terkadang

banyak perbedaan. Terima kasih untuk kebersamaan yang indah dan senantiasa

berkesan saat kita bersama, dikampus, emcitodesk, PDOW, PKL, dan study

tour. Hope our frienship last forever.

8. Kawan-kawan seperjuangan dalam menahlukkan Pusuk Buhit selama 3 hari 2

malam yang begitu berkesan. Riko, Yogi, Budi, Faisal, Tri Slamat, Fiki,

Friska, kak Rotua, Nova, Harum, Dinda, dan bang Tipen. Kalo gak ada

kalian semua, aku pasti gak akan pernah sampek ke puncak Pusuk Buhit yang

begitu jauh. Laskar pelangi, s’mangat!!!

Page 7: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

9. Semua teman-teman ku di UW’ 06 dan Hotel’ 06 yang tidak bisa disebutkan

satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

hidup di jurusan Pariwisata kita yang tercinta ini. Semoga tercapai segala cita

dan cinta kalian semua. God bless you all.

10. Seseorang yang telah menjadi hero bagiku, Albert M. Hutasoit yang telah

memberikan banyak bantuan dan juga telah memberikan semangat agar aku

tetap kuat dalam berjuang menyusun Kertas Karya ini. Serta memberikan

warna dan keceriaan dalam hidupku. Terimakasih telah menyayangiku dengan

sepenuh hatimu. Dan maaf kalo selama menyusun, aku gak punya waktu

untuk mu, bahkan di hari ultahmu. Je t’aime mon cheri.

11. Genk NeRo: kak Ruri (ketua), Desi (bendahara) dan Lisa (sekretaris), yang

heboh luar biasa kalau lagi ngumpul. Semoga kita bisa selalu axis dan yang

pasti tambah personil, donk. Ha..ha..ha. Hidup NeRo.

12. Kedua keluarga besar Hutagalung dan Sianturi yang telah memberi

dukungan dan dorongan baik moral maupun dalam hal keuangan selama

dalam studiku. Terimakasih atas segalanya dan aku berterima kasih dan

bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena Dia telah memberikan kalian

semua sebagai tempat berlindungku.

Dan juga kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan penulisan Kertas Karya ini dari awal hingga akhir, yang namanya

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Page 8: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

Penulis juga menyadari Kertas Karya ini masih jauh dari dari sempurna, untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan

Kertas Karya ini dan serta perbaikan kedepannya.

Medan, Maret 2009

Penulis

Lusianna M. E. Hutagalung

062204067

Page 9: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

ABSTRAKSI

Kebudayaan daerah merupakan aset yang penting bagi pengembangan kepariwisataan di Indonesia. Hal ini dikarenakan kebudayaan nasional kita merupakan puncak-puncak kebudayaan daerah yang dapat dijadikan aset bagi pengembangan sektor pariwisata. Dengan berkembangnya kepariwisataan kita diharapkan semakin baik pula kehidupan perekonomian masyarakat bangsa kita sendiri yang selama beberapa tahun belakangan ini mengalami krisis ekonomi yang sangat memprihatinkan.

Untuk dapat menciptakan kondisi perekonomian agar dapat pulih dari kirisis tersebut, maka pemerintah berusaha melalui berbagai usaha, yang salah satunya adalah pengembangan kebudayaan daerah atau kesenian agar dapat dijadikan sebagai aset utama atraksi wisata yang dapat menyedot kunjungan wisatawan manca negara ke Indonesia yang sekaligus meningkatkan devisa negara. Pulau Bali adalah salah satu propinsi yang berpotensi dibidang pariwisata di Indonesia sudah sejak lama. Pulau Bali yang mungil nan indah ini memiliki alam yang indah, berupa pantai, pegunungan dan juga danau. Dan disamping itu, Pulau Bali juga memiliki kebudayaan yang unik, serta masyarakat yang ramah dan bersahabat. Kebudayaan daerah merupakan asset yang cukup penting bagi pengembangan kepariwisataan di Indonesia. Hal ini dikarenakan kebudayaan nasional kita merupakan puncak-puncak dari kebudayaan daerah yang dapat dijadikan asset bagi pengembangan sektor pariwisata. Kepariwisataan di Pulau Bali masih perlu ditingkatkan agar tetap menjadi primadona negeri ini, bahkan primadona di seluruh dunia. Keywords : Atraksi wisata, Upacara kematian Ngaben, Bali

Page 10: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………… i ABSTRAKSI……………………………………………………………….. v DAFTAR ISI……………………………………………………………….. iv DAFTAR TABEL…………………………………………………………. viii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul ............................................................... . 1

1.2 Pembatasan Masalah ................................................................... . 3

1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................... . 3

1.4 Metode Penulisan ........................................................................ . 4

1.5 Sistematika Penulisan.................................................................... 4

BAB II KEPARIWISATAAN DAN BUDAYA DI BALI

2.1 Pengertian Pariwisata .................................................................. . 6

2.1.1 Pengertian Wisatawan ............................................................... 9

2.1.2 Pengertian Objek Wisata dan Atraksi Wisata ........................... 10

2.1.3 Karakteristik Objek Wisata ....................................................... 11

2.1.4 Jenis-jenis Pariwisata ................................................................ 12

2.2 Agama, Adat, dan Budaya di Bali................................................ 15

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PULAU BALI

3.1 Gambaran Umum Pulau Bali ........................................................ 20

3.1.1 Letak Geografis ......................................................................... 20

3.1.2 Topografi ................................................................................... 22

3.2 Peluang Investasi .......................................................................... 24

3.3 Sarana dan Prasarana .................................................................... 26

Page 11: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

BAB IV “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH SATU

ATRAKSI WISATA BUDAYA DI BALI

4.1 Upacara Kematian Ngaben .......................................................... 31

4.2 Beberapa Pendapat Tentang Upacara Ngaben ............................ . 33

4.3 Proses Upacara Ngaben ............................................................... 35

4.4 Upacara Mangkisan...................................................................... 38

4.4.1 Tujuan Membakar Mayat .......................................................... 40

4.4.2 Ngaben Massal .......................................................................... 43 BAB V PENUTUP ....................................................................................... 46 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 12: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Luas Wilayah Tiap Kabupaten di Provinsi Bali ............................. 21

Page 13: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah, yaitu berpuluh ribu pulau,

beraneka ragam bentuk alam, budaya yang unik, peninggalan-peninggalan bersejarah

serta suku, adat istiadat dan kesenian yang beragam. Dengan demikian menjadikan

Indonesia sebagai negara dengan daerah tujuan wisata ( DTW ) yang dikenal oleh

dunia.

Pulau Bali adalah salah satu propinsi dan daerah tujuan wisata ( DTW ) di

Indonesia yang memiliki potensi wisata yang sangat menjanjikan dibandingkan

dengan daerah lain. Hal itu dikarena Pulau Bali memiliki alam yang indah, berupa

pantai, pegunungan dan juga danau. Dan disamping itu, Pulau Bali juga memiliki

kebudayaan yang unik, serta masyarakat yang ramah dan bersahabat. Kebudayaan

daerah merupakan asset yang cukup penting bagi pengembangan kepariwisataan di

Indonesia. Hal ini dikarenakan kebudayaan nasional kita merupakan puncak-puncak

dari kebudayaan daerah yang dapat dijadikan asset bagi pengembangan sektor

pariwisata.

Perkembangan pariwisata dewasa ini memang sudah cukup baik yang ditandai

dengan naik turunnya urutan kepariwisatan sebagai penghasil devisa negara terbesar.

Salah satu cara untuk meningkatkan, mengembangkan, dan mendayagunakan daya

tarik wisata adalah melalui pentas seni budaya yang dipentaskan untuk dapat

Page 14: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

dinikmati oleh para wisatawan. Untuk itu pembinaan seni budaya mutlak dilakukan

agar seni budaya kita dapat berkembang.

Adapun tujuan umum dari pengadaan pembinaan pentas seni budaya tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Memperluas kesempatan usaha dan lapangan pekerjaan.

2. Menjadi sumber penerimaan devisa.

3. Meningkatkan pendapatan langsung pada masyarakat dan pemerintah

daerah.

4. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan wilayah, terutama yang

memiliki potensi sumber daya alam yang terbatas.

5. Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta menjalin pengertian

antar bangsa.

Berdasarkan dari sudut pandang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk

mencoba membahas dan menguraikan tentang salah satu kebudayaan daerah

masyarakat Bali, yaitu upacara kematian Ngaben. Hal tersebut dilatarbelakangi

karena upacara kematian Ngaben yang unik dapat menarik perhatian wisatawan baik

local maupun mancanegara. Oleh karena itu penulis memilih judul kertas karya

“NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH SATU ATRAKSI

WISATA DI BALI

Page 15: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

1.2 Pembatasan Masalah

Bila judul tersebut diatas dipandang secara luas, maka akan banyak hal-hal

yang harus dibahas, untuk itu penulis membuat batasan masalah yang akan dibahas.

Adapun pembatasan masalah yang dibuat oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Apakah pengertian pariwisata, kepariwisataan, wisatawan, objek wisata dan

atraksi wisata.

2. Bagaimana gambaran umum tentang potensi wisata di Bali, khususnya potensi

upacara kematian Ngaben sebagai atraksi wisata.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan kertas karya ini adalah :

1. Memperkenalkan budaya pembakaran mayat sebagai salah satu atraksi

wisata yang dapat menarik perhatian wisatawan, baik dari dalam maupun

luar negeri, khususnya untuk kemajuan pariwisata di Bali.

2. Sebagai salah satu syarat dalam ujian Diploma Program Studi Bidang

Keahlian Usaha Wisata, guna memperoleh gelar Diploma Ahli Madya

Pariwisata yang diwajibkan oleh Fakultas Sastra Universitas Sumatera

Utara serta menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat menerapkan

ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti masa perkuliahan di Program

Studi Pariwisata D III bidang keahlian Usaha Wisata pada Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara.

Page 16: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan oleh penulis dalam memperoleh data dan informasi

yang konkrit untuk dapat menjawab permasalahan yang dihadapi penulis, serta dapat

dipertanggungjawabkan adalah dengan cara :

1. Library Research ( Penelitian Kepustakaan )

Yaitu penelitian berdasarkan bahan perpustakaan yang berkaitan dengan objek

penulisan, berupa buku, majalah, surat kabar, diktat perkuliahan, dan brosur-

brosur yang berhubungan dengan judul kertas karya.

2. Field Research ( Penelitian Lapangan )

Yaitu penelitian yang dilakukan langsung dengan bertanya kepada masyarakat

setempat.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan kertas karya secara ringkas dan jelas diuraikan dalam lima

(5) bab, dimana masing-masing bab terdiri dari sub-sub bahasan yang saling

berkaitan, penjabarannya adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai alasan pemilihan judul, pembatasan

masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, serta sistematika

penulisan.

Page 17: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

BAB II : KEPARIWISATAAN DAN KEBUDAYAAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai pengertian pariwisata,

kepariwisataan dan wisatawan, pengertian objek wisata dan atraksi

wisata, jenis-jenis pariwisata, serta pengertian kebudayaan secara

umum.

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG PULAU BALI

Bab ini memaparkan tentang gambaran umum, letak geografis,

keadaan fisik, potensi investasi, sarana dan prasarana, dan beberapa

objek wisata yang populer di Bali.

BAB IV : “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH SATU

ATRAKSI WISATA BUDAYA DI BALI

Bab ini menguraikan tentang gambaran upacara kematian Ngaben di

Bali.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan mengenai pembahasan yang telah

dipaparkan pada bab-bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 18: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

BAB II

KEPARIWISATAAN DAN KEBUDAYAAN

2.1 Pengertian Pariwisata

Ditinjau dari segi etimologinya, kata pariwisata berasal dari bahasa sanskerta

yang terdiri dari dua suku kata, yaitu: pari dan wisata. Pari berarti keliling, banyak,

berkali-kali, berputar-putar,dari - dan ke -. Sedangkan, wisata berarti perjalanan;

berpergian (to travel). Atas dasar itu, maka pariwisata dapat diartikan sebagai

perjalanan keliling yang dilakukan dari suatu tempat ke tempat yang lainnya dan

kembali lagi ke tempat semula.

Namun pengertian mengenai pariwisata tersebut diatas belum memberikan

pengertian yang jelas dan tidak memiliki ketentuan-ketentuan mengenai batasan-

batasan dari pengertian pariwisata tersebut. Oleh karena itu, sebagai bahan

pertimbangan dapat dilihat beberapa pendapat berikut ini mengenai pengertian

pariwisata.

1. Secara Umum

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu dari suatu

tempat ke tempat yang lain dengan maksud untuk bersenang-senang, dan menikmati

Page 19: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

perjalanan tersebut guna memenuhi keinginan yang beraneka ragam tanpa rasa

terpaksa dan bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya.

2. Secara Teknis

Merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara

perorangan maupun berkelompok dalam wilayah negara sendiri maupun negara lain

dengan menggunakan kemudahan, jasa atau pelayanan dan faktor-faktor penunjang

serta kemudahan-kemudahan lainnya yang diadakan oleh pemerintah, dunia usaha

dan masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.

3. Menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta dalam Oka A.Yoeti

(1992:8) pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi

wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses

menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya.

4. Salah Wahab (1975:55) mengemukakan definisi pariwisata yaitu, pariwisata

adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan

ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standart hidup

serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang

komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan

tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi,dll.

5. Menurut pendapat dari James J.Spillane (1982:20) mengemukakan bahwa

pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan

Page 20: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan,

menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain.

6. Richard Sihite (Marpaung dan Bahar, 2000:46-47) menjelaskan definisi

pariwisata sebagai berikut : Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang

untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain

meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud

bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-

mata untuk menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi

keinginan yang beraneka ragam.

7. Sedangkan pengertian Kepariwisataan menurut Undang-undang Nomor 9

Tahun 1990 pada bab I pasal 1, bahwa Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya semua kegiatan dan urusan

yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan,

pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta dan masyarakat disebut

Kepariwisataan.

8. Nyoman S. Pendit (2003:33) menjelaskan tentang kepariwisataan sebagai

berkut : Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap

kemajuan kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan pelabuhan (laut atau

udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat,program program kebersihan atau

kesehatan, pilot proyek sasana budaya dan kelestarian lingkungan dan sebagainya.

Yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi

masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun bagi

Page 21: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan

dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek berbagai sektor

bagi negara-negara yang telah berkembang atau maju ekonominya, dimana pada

gilirannya industri pariwisata merupakan suatu kenyataan ditengah-tengah industri

lainnya.

2.1.1 Pengertian Wisatawan

Ada banyak batasan mengenai apa yang dimaksud dengan “wisatawan”.

Beberapa dapat kita lihat seperti penjelasan dibawah ini:

1. Dalam Intruksi Presiden No. 9/1969 dinyatakan : “Wisatawan adalah setiap orang

yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan

menikmati perjalanan dari kunjungan itu.”

2. Pada tahun 1963 IUOTO (Internasional Union Official Organization) membuat

batasan untuk wisatawan dan diterima oleh United Nation Conference on

International Travel and Tourism di Roma. Batasannya berbunyi sebagai berikut:

“Seorang yang bepergian dari tempat tinggalnya dan berdiam di tempat tujuannya

lebih dari dua puluh empat jam, dengan tujuan untuk menggunakan waktu senggang

untuk rekreasi atau berlibur, untuk menjalankan ibadah agama, maupun olahraga dan

keperluan lainnya.”

Menurut Liga Bangsa-bangsa dan IUOTO (Internasional Union Official

Organization), yang bisa dianggap wisatawan adalah: a. Mereka yang mengadakan

perjalanan untuk kesenangan karena alasan keluarga, kesehatan, dan lain-lain, b.

Page 22: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan perternuan-perternuan atau

karena tugas-tugas tertentu (iirnu pengetahuan,tugas pemerintahan, diplomasi, agama,

olah raga, dan lain-lain), c. Mereka yang mengadakan perjalanan dengan tujuan

usaha, d. Mereka yang datang dalam rangka perjalanan dengan kapal laut walaupun

tinggal di suatu negara kurang dari 24 jam.

2.1.2 Pengertian Objek Wisata dan Atraksi Wisata

Salah satu unsur dari berkembangnya suatu industri pariwisata adalah objek

dan atraksi wisata. Pengertian objek dan atraksi wisata dapat dilihat dalam beberapa

artian dibawah ini, yakni:

1. Pengertian objek dan atraksi wisata menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun

1990 yaitu yang menjadi sasaran perjalanan wisata yang meliputi :

1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora

dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan

tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.

2. Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala,

peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata

petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan.

3. Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua,

industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah,

tempat-tempat ziarah dan lain-lain.

Page 23: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

2. Pengertian objek wisata atau tourist attraction, istilah yang lebih sering digunakan,

yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu

daerah tertentu (Pengantar Ilmu Pariwisata, Drs. Oka A. Yoeti, 1985).

3. Dalam dunia kepariwisataan, segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk

dikunjungi dan dilihat, disebut atraksi atau lazim pula dinamakan objek wisata (Ilmu

Pariwisata, Nyoman S. Pendit, 1994).

Dari pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa objek wisata

atau atraksi wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan dan

nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah tertentu.

2.1.3 Karakteristik Objek Wisata

Selain beberapa persyaratan diatas, adapula 3 karakteristik utama dari objek

wisata yang harus diperhatikan dalam upaya pengembangan suatu objek wisata

tertentu agar dapat menarik dan dikunjungi banyak wisatawan. Seperti yang

diungkapkan oleh Drs. Oka A. Yoeti, 1985, karakteristik tersebut antara lain:

a. Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai “something to see”. Artinya

di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan apa

yang dimiliki oleh daerah lain. Dengan kata lain, daerah itu harus mempunyai daya

tarik yang khusus dan unik.

b. Daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to do”.

Artinya di tempat tersebut selain banyak yang dapat disaksikan, harus disediakan pula

Page 24: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

fasilitas rekreasi atau amusement yang dapat membuat wisatawan betah tinggal lebih

lama di tempat itu.

c. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to

buy”. Artinya di tempat tersebut harus ada fasilitas untuk berbelanja, terutama

barang-barang souvenir dan kerajinan tangan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa

pulang.

Ketiga hal tersebut merupakan unsur-unsur yang kuat untuk suatu daerah

tujuan wisata sedangkan untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata harus ada

beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:

1. Harus mampu bersaing dengan objek wisata yang ada di daerah lain.

2. Memiliki sarana pendukung yang memiliki ciri khas tersendiri.

3. Harus tetap, tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali dibidang

pembangunan dan pengembangan.

4. Harus menarik, dalam pengertian secara umum (bukan dari pengertian yang

subjektif), terdapat sarana dan prasarana, amenitas dan aksesibilitas serta

sadar wisata masyarakat yang mampu mendukung objek wisata tersebut

(Samsuridjal, 1997:34)

2.1.4 Jenis-jenis Pariwisata

Sama halnya seperti pengertian pariwisata, kriteria dan jenis wisata pun dapat

dibagi-bagi dalam banyak kategori. Kategori yang biasanya ditampilkan adalah

berdasarkan tujuan atau alasan seorang wisatawan datang ke suatu tempat.

Page 25: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

Contoh jenis wisata:

1. Berdasarkan alasan / tujuan perjalanan, adalah :

o Holiday Tour (wisata liburan), yaitu suatu perjalanan wisata yang

diselenggarakan dan diikuti oleh angggotanya guna berlibur, bersenang-

senang dan menghibur diri.

o Familiarization Tour (wisata pengenalan), yaitu suatu perjalanan anjangsana

yang dimaksudkan guna mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang

mempunyai kaitan dengan pekerjaan.

o Educational Tour (wisata pendidikan), yaitu suatu perjalanan wisata yang

dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun

pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjunginya. Wisata jenis ini

disebut juga study tour atau perjalanan kunjungan pengetahuan.

o Scientific Tour (wisata pengetahuan), yaitu perjalanan wisata yang tujuan

pokoknya adalah untuk memperoleh pengetahuan atau penyelidikan terhadap

sesuatu bidang ilmu pengetahuan. Misalnya: kunjungan melihat bunga

bangkai berbunga (raflesia arnoldi), melihat gerhana matahari total,

menyelidiki kehidupan konodo, dll.

o Pileimage Tour (wisata keagamaan), yaitu perjalanan wisata yang

dimaksudkan guna melakukan ibadah keagamaan.

Page 26: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

o Hunting Tour (wisata perburuan), yaitu suatu kunjungan wisata yang

dimaksudkan untuk menyelenggarakan perburuan binatang yang diijinkan

oleh penguasa setempat sebagai hiburan semata-mata. Ex; berburu babi hutan

di Sumatera, berburu Kangguru di Australia, dan lain-lain.

2. Berdasarkan jumlahnya, adalah:

Individual Tour (wisata perorangan), yaitu perjalanan wisata yang dilakukan

oleh satu orang atau sepasang suami-isteri.

Family Group Tour (wisata keluarga), yaitu suatu perjalanan wisata yang

dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai hubungan

kekerabatan satu sama lain.

Group Tour (wisata rombongan), yaitu suatu perjalanan wisata yang

dilakukan bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang yang bertanggung

jawab atas keselamatan dan kebutuhan seluruh anggotanya. Biasanya paling

sedikit 10 orang, dengan dilengkapi diskon dari perusahaan prinsipal bagi

orang yang kesebelas. Potongan ini besarnya berkisar antara 2 hingga 50%

dari ongkos penerbangan atau penginapan.

3. Berdasarkan penyelenggarannya, adalah:

o Excursion (Ekskursi), yaitu suatu perjalanan wisata jarak pendek yang

ditempuh kurang dari 24 jam guna mengunjungi satu atau lebih obyek wisata.

o Safari Tour, yaitu suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan secara

khusus dengan perlengkapan maupun peralatan khusus pula yang tujuan

Page 27: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

maupun obyeknya bukan merupakan obyek kunjungan wisata pada umumnya.

Misal: safari ke ujung kulon, safari ke Taman Safari Indonesia di Gianyar

Bali.

o Cruize Tour (wisata pesiar), yaitu perjalanan wisata dengan menggunakan

kapal pesiar mengunjungi obyek-obyek wisata bahari dan obyek wisata di

darat tetapi menggunakan kapal pesiar sebagai basis keberangkatannya.

o Youth Tour (wisata remaja), yaitu kunjungan wisata yang

penyelenggaraannya khusus diperuntukkan bagi para remaja menurut

golongan umur yang ditetapkan oleh hukum negara masing-masing.

o Marine Tour (wisata bahari), yaitu suatu kunjungan ke obyek wisata,

khususnya untuk menyaksikan keindahan lautan, wreck-diving (menyelam)

dengan perlengkapan selam lengkap.

2.2 Agama, Adat, dan Budaya di Bali

Di Bali dikenal satu bait sastra yang intinya digunakan sebagai slogan

lambang negara Indonesia, yaitu: Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma

Manggrua, yang bermakna “Kendati berbeda namun tetap satu jua, tiada duanya

(Tuhan - Kebenaran) itu”. Bisa dipahami jika masyarakat Bali dapat hidup

berdampingan dengan pemeluk agama lain seperti Islam, Kristen, Budha, dan

lainnya. Pandangan ini merupakan bantahan terhadap penilaian sementara orang

bahwa Agama Hindu memuja banyak Tuhan. Kendati masyarakat Hindu di Bali

Page 28: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

menyebut Tuhan dengan berbagai nama namun yang dituju tetaplah satu, Tuhan

Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa, yang disebut Tri Murti, kendati terpilah tiga,

namun terkait satu jua sebagai proses lahir - hidup - mati atau utpeti - stiti - pralina.

Dewata Nawa Sanga sebagai sembilan Dewata yang menempati delapan arah mata

angin dan satu di tengah kendati terpilah sembilan lalu menjadi sebelas tatkala

terpadu dengan lapis ruang ke arah vertikal bawah - atas - tengah atau bhur - bwah -

swah, adalah satu jua sebagai kekuatan Tuhan dalam menjaga keseimbangan alam

semesta. Demikian pula halnya dengan nama dan sebutan lain yang dimaksudkan

secara khusus memberikan gelar atas ke-Mahakuasa-an Tuhan.

Keyakinan umat Hindu terhadap keberadaan Tuhan / Ida Sang Hyang Widhi

Wasa yang Wyapi Wyapaka atau ada di mana-mana juga di dalam diri sendiri -

merupakan tuntunan yang selalu mengingatkan keterkaitan antara karma atau

perbuatan dan pahala atau akibat, yang menuntun prilaku manusia ke arah Tri Kaya

Parisudha sebagai terpadunya manacika, wacika, dan kayika atau penyatuan pikiran,

perkataan, dan perbuatan yang baik.

Umat Hindu percaya bahwa alam semesta beserta segala isinya adalah ciptaan

Tuhan sekaligus menjadi karunia Tuhan kepada umat manusia untuk dimanfaatkan

guna kelangsungan hidup mereka. Karena itu tuntunan sastra, agama Hindu

mengajarkan agar alam semesta senantiasa dijaga kelestarian dan keharmonisannya

yang dalam pemahamannya diterjemahkan dalam filosofi Tri Hita Karana sebagai

tiga jalan menuju kesempurnaan hidup, yaitu:

Page 29: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

1. Hubungan manusia dengan Tuhan; sebagai atma atau jiwa dituangkan dalam

bentuk ajaran agama yang menata pola komunikasi spiritual lewat berbagai

upacara persembahan kepada Tuhan. Karena itu dalam satu komunitas

masyarakat Bali yang disebut Desa Adat dapat dipastikan terdapat sarana

Parhyangan atau Pura, disebut sebagai Kahyangan Tiga, sebagai media dalam

mewujudkan hubungan manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

2. Hubungan manusia dengan alam lingkungannya; sebagai angga atau badan

tergambar jelas pada tatanan wilayah hunian dan wilayah pendukungnya

(pertanian) yang dalam satu wilayah Desa Adat disebut sebagai Desa

Pakraman.

3. Hubungan manusia dengan sesama manusia; sebagai khaya atau tenaga yang

dalam satu wilayah Desa Adat disebut sebagai Krama Desa atau warga

masyarakat, adalah tenaga penggerak untuk memadukan atma dan angga.

Pelaksanaan berbagai bentuk upcara persembahan dan pemujaan kepada Ida

Sang Hyang Widhi Wasa oleh umat Hindu disebut Yadnya atau pengorbanan/korban

suci dalam berbagai bentuk atas dasar nurani yang tulus. Pelaksanaan Yadnya ini pada

hakekatnya tidak terlepas dari Tri Hita Karana dengan unsur-unsur Tuhan, alam

semesta, dan manusia.

Didukung dengan berbagai filosofi agama sebagai titik tolak ajaran tentang

ke-Mahakuasa-an Tuhan, ajaran Agama Hindu menggariskan pelaksanaan Yadnya

dalam lima bagian yang disebut Panca Yadnya, yang diurai menjadi:

1. Dewa Yadnya

Page 30: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

Persembahan dan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Upacara Dewa

Yadnya ini umumnya dilaksanakan di berbagai Pura, Sanggah, dan Pamerajan

(tempat suci keluarga) sesuai dengan tingkatannya. Upacara Dewa Yadnya ini

lazim disebut sebagai piodalan, aci, atau pujawali.

2. Pitra Yadnya

Penghormatan kepada leluhur, orang tua dan keluarga yang telah meninggal, yang

melahirkan, memelihara, dan memberi warna dalam satu lingkungan kehidupan

berkeluarga. Masyarakat Hindu di Bali meyakini bahwa roh leluhur, orang tua

dan keluarga yang telah meninggal, sesuai dengan karma yang dibangun semasa

hidup, akan menuju penyatuan dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Keluarga

yang masih hiduplah sepatutnya melaksanakan berbagai upacara agar proses dan

tahap penyatuan tersebut berlangsung dengan baik.

3. Rsi Yadnya

Persembahan dan penghormatan kepada para bijak, pendeta, dan cerdik pandai,

yang telah menetapkan berbagai dasar ajaran Agama Hindu dan tatanan budi

pekerti dalam bertingkah laku.

4. Manusia Yadnya

Suatu proses untuk memelihara, menghormati, dan menghargai diri sendiri

beserta keluarga inti (suami, istri, anak). Dalam perjalanan seorang manusia Bali,

terhadapnya dilakukan berbagai prosesi sejak berada dalam kandungan, lahir,

tumbuh dewasa, menikah, beranak cucu, hingga kematian menjelang. Upacara

Page 31: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

magedong-gedongan, otonan, menek kelih, pawiwahan, hingga ngaben, adalah

wujud upacara Hindu di Bali yang termasuk dalam tingkatan Manusa Yadnya.

5. Bhuta yadnya

Prosesi persembahan dan pemeliharaan spiritual terhadap kekuatan dan sumber

daya alam semesta. Agama Hindu menggariskan bahwa manusia dan alam

semesta dibentuk dari unsur-unsur yang sama, yaitu disebut Panca Maha Bhuta,

terdiri dari Akasa (ruang hampa), Bayu (udara), Teja (panas), Apah (zat cair), dan

Pertiwi (zat padat). Karena manusia memiliki kemampuan berpikir (idep) maka

manusialah yang wajib memelihara alam semesta termasuk mahluk hidup lainnya

(binatang dan tumbuhan).

Panca Maha Bhuta, yang memiliki kekuatan amat besar, jika tidak

dikendalikan dan tidak dipelihara akan menimbulkan bencana terhadap kelangsungan

hidup alam semesta. Perhatian terhadap kelestarian alam inilah yang membuat

upacara Bhuta Yadnya sering dilakukan oleh umat Hindu baik secara insidentil

maupun secara berkala. Bhuta Yadnya memiliki tingkatan mulai dari upacara

masegeh berupa upacara kecil dilakukan setiap hari hingga upacara caru dan tawur

agung yang dilakukan secara berkala pada hitungan wuku (satu minggu), sasih (satu

bulan), sampai pada hitungan ratusan tahun. (sumber ;Ida Ayu Putu Surayin, 2008)

Page 32: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG PULAU BALI

3.1 Gambaran Umum Pulau Bali

Propinsi Daerah Tingkat I Bali terdiri dari Pulau Bali dan Pulau-pulau kecil

dengan luas wilayah 563.286 Ha atau 0,29 % dari luas kepulauan Indonesia. Adapun

pulau-pulau kecil tersebut adalah Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Ceningan, Pulau

Nusa Lembongan, Pulau Serangan dibelahan selatan menghadap samudra Hindia dan

Pulau Menjangan di belahan utara Pulau Bali menghadap ke Laut Jawa.

3.1.1 Letak Geografis

Secara geografis Propinsi Bali terletak pada 8°3'40" - 8°50'48" Lintang

Selatan dan 114°25'53" - 115°42'40" Bujur Timur. Provinsi Bali terletak di antara

Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Batas fisiknya adalah sebagai berikut:

• Utara : Laut Bali

• Timur : Selat Lombok (Provinsi Nusa Tenggara Barat)

• Selatan : Samudera Indonesia

• Barat : Selat Bali (Propinsi Jawa Timur)

Page 33: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

Dengan garis pantai sepanjang lebih kurang 529 Km dan topografi Pulau Bali

ditengah-tengah terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur yang

berupa sabuk hijau (green belt) berupa hutan sebagai sumber mata air dan diantara

pegunungan ada gunung berapi yang masih aktif yaitu Gunung Agung dan Gunung

Batur. Adanya pegunungan tersebut menyebabkan daerah Bali secara geografis

terbagi menjadi 2 bagian yang tidak sama yakni Bali Utara dengan dataran rendah

yang sempit dan kurang landai sedangkan Bali Selatan dengan dataran rendah dan

landai. Selain itu pada bentangan sabuk hijau tersebut terdapat 4 Danau yaitu Danau

Bratan, Danau Buyan, Danau Tamblingan dan Danau Batur, yang dipergunakan

sumber air bagi kehidupan.

Secara administratif Propinsi Bali terdiri atas 1 pemerintahan kota dan 8

Kabupaten, 51 Kecamatan, 565 Desa, 79 Kelurahan dan 3.499 Banjar/Dusun dengan

jumlah penduduk sekitar 2.968.933 jiwa.

Tabel 3.1 Luas Wilayah Tiap Kabupaten di Provinsi Bali

Kabupaten/Kota Ibukota Luas (km²) Persentase (%)

Jembrana Negara 841,80 14,94

Tabanan Tabanan 839,30 14,90

Badung Badung 420,09 7,43

Denpasar Denpasar 123,98 2,20

Gianyar Gianyar 368,00 6,53

Klungkung Semarapura 315,00 5,59

Page 34: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

Bangli Bangli 520,81 9,25

Karangasem Amlapura 839,54 14,90

Buleleng Singaraja 1.365,88 24,25

Jumlah 5.634,40 100,00

Sumber: Master Plan Penunjang Investasi Provinsi Bali Tahun 2006-2010

3.1.2 Topografi

Bali merupakan daerah pegunungan dan perbukitan yang meliputi sebagian

besar wilayah. Relief Pulau Bali merupakan rantai pegunungan yang memanjang dari

barat ke timur. Di antara pegunungan itu terdapat gunung berapi yang masih aktif,

yaitu Gunung Agung (3.142 m) dan Gunung Batur (1.717 m). Beberapa gunung yang

tidak aktif lainnya mencapai ketinggian antara 1.000 - 2.000 m.

Rantai pegunungan yang membentang di bagian tengah Pulau Bali

menyebabkan wilayah ini secara geografis terbagi menjadi dua bagian yang berbeda,

yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dari kaki perbukitan dan

pegunungan dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Ditinjau

dari kemiringan lerengnya, Pulau Bali sebagian besar terdiri atas lahan dengan

kemiringan antara 0 - 2 % sampai dengan 15 - 40 %. Selebihnya adalah lahan dengan

kemiringan di atas 40 %.

Sebagai salah satu kriteria untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan, maka

lahan dengan kemiringan di bawah 40 % pada umumnya dapat diusahakan asal

Page 35: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

persyaratan lain untuk penentuan lahan terpenuhi. Sedangkan lahan dengan

kemiringan di atas 40 % perlu mendapat perhatian bila akan dijadikan usaha

budidaya.

Lahan dengan kemiringan 0 - 2 % mendominasi daerah pantai bagian selatan

dan sebagian kecil pantai bagian utara Pulau Bali, dengan luas areal 96,129 ha.

Sedangkan lahan dengan kemiringan 2 - 15 % sebagian besar terdapat di wilayah

Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar, Buleleng, dan sisanya tersebar secara merata

di daerah sekitar pantai dengan luas mencapai 132.056 ha.

Daerah dengan kemiringan 15 - 40 % meliputi areal seluas 164.749 ha secara

dominan terdapat di wilayah bagian tengah Pulau Bali, mengikuti deretan perbukitan

yang membentang dari arah barat ke timur wilayah ini. Daerah dengan kemiringan

melebihi 40 % merupakan daerah pegunungan dan perbukitan yang terletak pada

bagian Pulau Nusa Penida.

Ditinjau dari ketinggian tempat, Pulau Bali terdiri dari kelompok lahan

sebagai berikut:

• Lahan dengan ketinggian 0 - 50 m di atas permukaan laut mempunyai

permukaan yang cukup landai meliputi areal seluas 77.321,38 ha.

• Lahan dengan ketinggian 50 - 100 m di atas permukaan laut mempunyai

permukaan berombak sampai bergelombang dengan luas 60.620,34 ha.

• Lahan dengan ketinggian 100 - 500 m di seluas 211.923,85 ha didominasi

oleh keadaan permukaan bergelombang sampai berbukit.

Page 36: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

• Lahan dengan ketinggian 500 - 1.000 m di atas permukaan laut seluas

145.188,61 ha.

• Lahan dengan ketinggian di atas 1.000 m di atas permukaan laut seluas

68.231,90 ha.

Dengan keadaan Sumber Daya Alam yang ada di Propinsi Bali dan sumber

daya manusia beserta kultur sosial dan budaya serta ekonominya, daerah ini potensial

sekali sebagai daerah agraris yang handal dan pariwisata, oleh karena itu

Pembangunan Daerah Propinsi Bali bertumpu pada Sektor Pertanian yang

didalamnya Sub Sektor Kehutanan dan Sektor Pariwisata. Secara langsung memang

Sub Sektor Kehutanan tidak termasuk dalam Sub Sektor yang berperan terhadap

PDRB Daerah Bali akan tetapi secara tidak langsung banyak menopang terhadap

hidroorologis.

Berkaitan dengan pelestarian Sumber Daya Alam, sesuai dengan kultur

budaya masyarakat Bali yang menurut Ajaran Agama Hindu terkenal dengan "Tri

Hita Karana" (Hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan

manusia, hubungan manusia dengan lingkungan) maka upaya tersebut menunjukkan

hasil yang positif disamping terbinanya lingkungan yang baik juga mendukung

pembangunan Kehutanan dan Pariwisata.

3.2 Peluang Investasi

Page 37: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

Bila ingin menanam modal atau membuka usaha Pulau Bali adalah salah satu tempat

terbaik untuk melakukannya, dengan berbagai macam bidang usaha.yang ditawarkan.

Contohnya :

1. Bidang Usaha Pariwisata.

Peluang investasinya terdapat di kawasan Soka Kabupaten Tabanan, di

kawasan Taman Nasional Bali Barat Kabupaten Jembrana dan di Pulau

Menjangan Kabupaten Buleleng. Peluang investasi yang sama juga masih

terbuka di kawasan Candi Kusuma dan kawasan Perancak yang keduanya

terletak di Kabupaten Jembrana, di kawasan Nusa Penida Kabupaten

Klungkung, di kawasan Ujung, Tulamben, dan Candidasa Kabupaten

Karangasem.

2. Bidang Usaha Jasa.

Peluang investasi di bidang ini tersedia dalam dua jenis, yakni jasa

perdagangan umum ekspor/impor, dan jasa konsultasi managemen. Bidang

Usaha Industrl Kecil dan Menengah Peluang investasi di bidang ini masih

terbuka pada sejumlah industri seperti industri kerajinan emas dan perak di

seluruh kabupaten/kota di Bali; industri kerajinan kayu di Kabupaten Gianyar

dan Bangli; industri kerajinan besi di Kabupaten Tabanan, Gianyar, Jembrana

dan Denpasar; industri anyaman di Kabupaten Karangasem dan Buleleng;

industri kerajinan keramik di Kabupaten Badung dan Gianyar, serta industri

pengalengan ikan di Kabupaten Jembrana.

Page 38: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

3. Bidang Usaha Pertanian dalam Arti Luas

Peluang investasi dalam bidang ini sangat terbuka lebar karena masih sedikit

yang mengusahakan, terutama di bidang agricultural. Peluang itu adalah

sebagai berikut:

- Investasi pengembangan sayur-sayuran utamanya kacang panjang dan tomat

di Kabupaten Tabanan.

- Investasi dalam pengembangan dan pengolahan hasil potensi buah lokal

Bali utamanya strawberry di Bedugul, Kabupaten Tabanan, dan buah salak di

Kabupaten Karangasem.

- Investasi dalam pengembangan potensi laut seperti budidaya ikan kerapu,

rumput laut, mutiara dan ikan bandeng di Kabupaten Buleleng dan rumput

laut di Nusa Penida Kabupaten Klungkung.

- Investasi dalam hal pengembangan potensi pembenihan ikan bandeng,

kerapu, udang windu, udang galah, ikan hias maupun ikan air tawar di

Kabupaten Buleleng dan Jembrana.

- Investasi dalam pengembangan potensi ayam ras di Kecamatan Susut

Kabupaten Bangli dan Kabupaten Tabanan. Pengembangan sapi potong di

Bongan Cina - Buleleng, serta sapi potong di Kecamatan Rendang Kabupaten

Karangasem.

- Untuk memenuhi kebutuhan makanan ternak, investasi pakan ternak ayam,

sapi dan babi juga potensial dikembangkan di Kabupaten Bangli. Gianyar dan

Karangasem.

Page 39: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

- Investasi dalam pengolahan kopi Robusta di Kintamani - Bangli, Tabanan

dan Buleleng, serta investasi dalam pengembangan dan pengolahan kakao di

Tabanan, mete di Kubu - Karangasem.

- Investasi dalam budidaya kerang mutiara di Kabupaten Karangasem dan

Jembrana.

3.3 Sarana dan Prasarana

Sarana Wisata

Sejak penguasaan oleh Belanda, Bali seolah dibuka lebar untuk kunjungan

orang asing. Bali tidak saja kedatangan orang asing sebagai pelancong namun tak

sedikit para pemerhati dan penekun budaya yang datang untuk mencatat keunikan

seni budaya Bali. Dari para penekun budaya yang terdiri dari sastrawan, penulis, dan

pelukis inilah keunikan Bali kian menyebar di dunia internasional. Penyampaian

informasi melalui berbagai media oleh orang asing ternyata mampu menarik minat

pelancong untuk mengunjungi Bali. Kekaguman akan tanah Bali lalu menggugah

minat orang asing memberi gelar kepada Bali. The Island of Gods, The Island of

Paradise, The Island of Thousand Temples, The Morning of the World, dan berbagai

nama pujian lainnya.

Tahun 1930, di jantung kota Denpasar dibangun sebuah hotel untuk

menampung kedatangan wisatawan ketika itu. Bali Hotel, sebuah bangunan bergaya

arsitektur kolonial, menjadi tonggak sejarah kepariwisataan Bali yang hingga kini

bangunan tersebut masih kokoh dalam langgam aslinya. Tidak hanya menerima

Page 40: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

kunjungan wisatawan, duta kesenian Bali dari Desa Peliatan melakukan kunjungan

budaya ke beberapa negara di kawasan Eropa dan Amerika secara tidak langsung,

kunjungan tersebut sekaligus memperkenalkan keberadaan Bali sebagai daerah tujuan

wisata yang layak dikunjungi.

Kegiatan pariwisata, yang mulai mekar ketika itu, sempat terhenti akibat

terjadinya Perang Dunia II antara tahun 1942-1945 yang kemudian disusul dengan

perjuangan yang makin sengit merebut kemerdekaan Indonesia termasuk perjuangan

yang terjadi di Bali hingga tahun 1949. Pertengahan dasawarsa 50-an pariwisata Bali

mulai ditata kembali dan pada tahun 1963 dibangun Hotel Bali Beach (The Grand

Bali Beach Hotel) di Pantai Sanur dengan bangunan berlantai sepuluh. Hotel ini

adalah satu-satunya hunian wisata yang berbentuk bangunan tinggi sedangkan sarana

hunian wisata (hotel, home stay, pension) yang berkembang kemudian hanyalah

bangunan berlantai satu. Pada pertengahan dasa warsa 70-an pemerintah daerah Bali

mengeluarkan Peraturan Daerah yang mengatur ketinggian bangunan maksimal 15

meter. Penetapan ini ditentukan dengan mempertimbangkan faktor budaya dan tata

ruang tradisional Bali sehingga Bali tetap memiliki nilai-nilai budaya yang mampu

menjadi tumupuan sektor pariwisata.

Secara pasti, sejak dioperasikannya Hotel Bali Beach pada November 1966,

pembangunan sarana hunian wisata berkembang dengan pesat. Dari sisi kualitas,

Sanur berkembang relatif lebih terencana karena berdampingan dengan Bali Beach

Hotel sedangkan kawanan Pantai Kuta berkemabang secara alamiah bergerak dari

model hunian setempat. Model homestay dan pension berkembang lebih dominan

Page 41: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

dibanding model standar hotel. Sama halnya dengan Kuta, kawasan Ubud di daerah

Gianyar berkembang secara alamiah, tumbuh di rumah-rumah penduduk yang tetap

bertahan dengan nuansa pedesaan.

Pembangunan sarana hunian wisata yang berkelas internasional akhirnya

dimulai dengan pengembangan kawasan Nusa Dua menjadi resort wisata

internasional. Dikelola oleh Bali Tourism Developmnet Corporation, suatu badan

bentukan pemerintah, kawasan Nusa Dua dikembangkan memenuhi kebutuhan

pariwisata bertaraf internasional. Beberapa operator hotel masuk kawasan Nusa Dua

sebagai investor yang pada akhirnya kawsan ini mampu mendongkrak perkembangan

pariwisata Bali.

Masa-masa berikutnya, sarana hunian wisata lalu tumbuh dengan sangat pesat

di pusat hunian wisata terutama di daerah Badung, Denpasar, dan Gianyar. Kawasan

Pantai Kuta, Jimbaran, dan Ungasan menjadi kawasan hunian wisata di Kabupaten

Badung, Sanur, dan pusat kota untuk kawasan Denpasar. Ubud, Kedewatan,

Payangan, dan Tegalalang menjadi pengembangan hunian wisata di daerah Gianyar.

Mengendalikan perkembangan yang amat pesat tersebut, Pemerintah Daerah

Bali kemudian menetapkan 15 kawasan di Bali sebagai daerah hunian wisata berikut

sarana penunjangnya seperti restoran dan pusat perbelanjaan. Hingga kini, Bali telah

memilki lebih dari 35.000 kamar hotel terdiri dari klas Pondok Wisata, Melati, hingga

Bintang 5. Sarana hotel-hotel tersebut tampil dalam berbagai variasi bentuk mulai

dari model rumah, standar hotel, villa, bungalow, dan boutique hotel dengan variasi

Page 42: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

harga jual. Keberagaman ini memberi nilai lebih bagi Bali karena menawarkan

banyak pilihan kepada para pelancong.

Sebagai akibat dari perkembangan kunjungan wisatawan, berbagai sarana

penunjang seperti misalnya restoran, art shop, pasar seni, sarana hiburan, dan rekreasi

tumbuh dengan pesat di pusat hunian wisata ataupun di kawasan obyek wisata. Para

pelancong yang berkunjung ke Bali, akhirnya memiliki banyak pilihan dalam

menikmati liburan mereka di Bali, akhirnya organisasi kepariwisataan seperti PHRI

(IHRA), ASITA, dan lembaga kepariwisataan lain di Bali, yang secara profesional

mengelola dan memberi layanan jasa pariwisata, seakan memberi jaminan untuk

kenyamanan berwisata di Bali.

Fasilitas Penunjang.

Fasilitas infrastruktur penanaman modal di Bali sangat memadai. Jaringan jalan dan

jembatan yang banyak mendorong kelancaran aktivitas bagi tumbuhnya berbagai

kegiatan perdagangan jasa, industri dan pariwisata. Pembangkit tenaga listrik tenaga

uap, gas dan diesel dengan total daya sebesar 569,120 MW, sarana angkutan yang

dapat melayani kendaraan angkutan umum bus, mikro bus, taksi dan kendaraan

bermotor lainnya, ditunjang dengan adanya pelabuhan laut Benoa, Padang Bai,

Gilimanuk dan Celukan Bawang yang mampu melayani kegiatan pelayanan

interseluler, serta pelabuhan udara Ngurah Rai yang mampu melayani kegiatan

angkutan udara internasional maupun dalam negeri, menandakan bahwa Provinsi Bali

memiliki infrastruktur investasi yang sangat memadai. Lembaga perbankan dan

Page 43: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

lembaga keuangan lainnya, baik milik pemerintah maupun swasta jumlahnya cukup

banyak. Demikian pula infrastruktur telekomunikasi yang cukup dan sangat siap

mendukung pelayanan investasi, pelayanan perdagangan, dan pelayanan bertarap

nasional maupun internasional. (sumber : www.wikipedia-bali .com,2009)

Page 44: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

BAB IV

“NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH SATU ATRAKSI

WISATA BUDAYA DI BALI

4.1 Upacara Kematian “Ngaben”

Dalam ajaran agama Hindu, kewajiban orang tua adalah menyucikan pribadi

anaknya secara utuh lahir maupun batin. Dalam keluarga Hindu upacara ini dilakukan

dengan formal sesuai dengan ritual upacara keagamaan yang disebut dengan upacara

Manusia Yadnya. Upacara Manusia Yadnya dilakukan dari bayi berada 7 (tujuh)

bulan didalan kandungan (megedong-gedongan), kelahiran bayi (mapag rare), kepus

pungsed (nelahin), bayi berumur 42 hari (tutug kambuhan), telung sasih (nyambutin),

tumbuh gigi (ngempugin), ketus gigi (dapetan), upacara selanjutnya adalah upacara

otonan dimana bayi berumur 210 hari yang disebut dengan otonan tuwun, yang

artinya bayi untuk pertama kali secara resmi boleh diturunkan menginjak tanah, serta

ketika anak laki-laki berumur 14 tahun dan atau anak wanita sudah mengalami datang

bulan yang pertama maka diadakan upacara Ngeraja Sewala atau Metatah.

Upacara Metatah ini menandakan bahwa anak yang sudah meningkat remaja

sudah memiliki sifat-sifat utama sebagai ciri sudah makin dewasa. Sifat-sifat utama

itu adalah suatu kemampuan yang secara bertahap menghilangkan kebiasaan-

kebiasaan buruk. Kebiasaan buruk inilah yang merupakan perwujudan dari sifat-sifat

Sad Ripu. Perwujudan Sad Ripu ini akan bisa ditekan dengan bimbingan orang tua

serta guru-guru yang ada, sehingga kebiasaan buruk Sad Ripu akan berubah menjadi

Page 45: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

Sad Guna. Pada saat Metatah, gigi yang dipapar adalah gigi yang berada dibagian

rahang atas yang merupakan lambang dari sifat kedewaan, sedangkan gigi dibagian

rahang bawah adalah merupakan lambang dari sifat-sifat keraksasaan.

Hidup yang baik adalah hidup yang mampu menguasai sifat-sifat keraksasaan

dengan bantuan kekuataan dari sifat kedewaan. Orang-orang yang mampu menguasai

sifat-sifat keraksasaanlah yang akan mendapat karunia dari Ida Sang Hyang Widhi

Wasa. Kalau orang tua yang mampu membina anaknya akan menumbuhkan sifat-sifat

baik, luhur dan menghilangkan sifat-sifat buruk itulah orang tua yang berhasil

sesungguhnya. Dan puncak kewajiban orang tua terhadap jenjang kehidupan anaknya

adalah mengawinkan anaknya (pawiwahan).

Didalam Upanisad disebutkan “Matri Deva Bhava, Pitri Deva Bhava” yang

berarti bahwa ayah dan ibu ibarat dewa didalam keluarga, karena itu berbakti kepada

orang tua dan leluhur merupakan kewajiban suci bagi setiap putra atau yang disebut

seputra. Anak harus berbakti kepada orang tuanya, baik semasa hidupnya maupun

setelah orang tua meninggal dunia. Pada saat orang tuanya meninggal, anak yang

seputra mempunyai kewajiban untuk menyucikan roh leluhurnya. Upacara untuk

menyucikan roh leluhurnya inilah dalam ajaran Agama Hindu Bali disebut dengan

upacara Pitra Yadnya. Proses ritual dari upacara ini melalui dua proses yaitu upacara

yang bertujuan mengembalikan unsur Panca Mahabhuta yang disebut Ngaben, serta

upacara Atma Wedana dimana didalamnya termasuk upacara ngangget dan bingin,

mepegat, meajar-ajar serta ngelinggihang dimana upacara ini bertujuan untuk

melepaskan atma dari ikatan sukma sarira. (Blog; Ir. I Nengah Sudarsana,2008)

Page 46: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

Jadi upacara kematian Ngaben harus dilakukan oleh seorang anak atau setiap

putra atau yang disebut seputra. Upacara Ngaben dilakukan sebagai kewajiban untuk

menyucikan roh leluhur atau orang tua mereka yang telah meninggal dunia sesuai

dengan ajaran agama Hindu.

4.2 Beberapa Pendapat Tentang Upacara Ngaben

Asal-usul kata ngaben sampai saat ini masih bervariasi. Ada yang mengatakan

kata Ngaben berasal dari kata “abu” dengan melihat hasil akhir pembakaran mayat.

Ada pula yang berpendapat bahwa kata Ngaben itu berasal dari kata “ngabenin”

dengan mengamati betapa banyak biaya yang dihabiskan. Dan ada juga yang

beragumentasi bahwa kata Ngaben itu berasal dari kata “ngabain” dengan alasan sang

mati “dibekali” (membawa) sesuatu yang masih berhubungan dengan material untuk

perjalanan roh ke alamnya.

Ngaben berasal dari kata beya. Beya berarti bekal, yakni berupa jenis upakara

yang diperlukan dalam upacara ngaben itu. Kata Beya yang berarti bekal, kemudian

dalam bahasa Indonesia menjadi biaya atau prabeya dalam bahasa bali. Orang yang

menyelenggarakan beya dalam bahasa bali disebut meyanin. Kata ngaben, meyanin ,

sudah menjadi bahasa baku, untuk menyebutkan upacara sawa wedhana. Jadi

sesunggungnya tidak perlu lagi diperdebatkan akan asal usul kata itu. Yang jelas

ngaben atau meyanin adalah penyelenggaraan upacara untuk sawa bagi orang yang

sudah meninggal.

Page 47: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

Ngaben atau meyanin dalam istilah baku lainnya-yang disebut-sebut dalam

lontar-adalah atiwa-tiwa. Kata atiwa inipun belum dapat dicari asal-usulnya.

Kemungkinan berasal dari bahasa asli Nusantara (Austronesia), mengingat upacara

sejenis ini juga kita jumpai pada suku Dayak, di Kalimantan, yang disebut tiwah.

Demikian juga di Batak kita dengar sebutan “tibal”, untuk menyebutkan upacara

setelah kematian itu.

Diantara pendapat diatas, ada satu pendapat lagi yang terkait dengan

pertanyaan itu. Bahwa kata Ngaben itu berasal dari kata “api”. Kata api mendapat

presfiks “ng” menjadi “ngapi” dan mendapat sufiks “an” menjadi “ngapian” yang

setelah mengalami proses sandi menjadi “ngapen”. Dan karena terjadi perubahan

fonem “p” menjadi “b” menurut hukum perubahan bunyi “b-p-m-w” lalu menjadi

“ngaben”. Dengan demikian kata Ngaben berarti “menuju api”.

Adapun yang dimaksud api di sini adalah Brahma (Pencipta). Itu berarti atma

sang mati melalui upacara ritual Ngaben akan menuju Brahma-loka yaitu linggih

Dewa Brahma sebagai manifestasi Hyang Widhi dalam Mencipta (utpeti).

Sesungguhnya ada dua jenis api yang dipergunakan dalam upacara Ngaben

yaitu Api Sekala (kongkret) yaitu api yang dipergunakan untuk membakar jasad atau

pengawak sang mati dan Api Niskala (abstrak) yang berasal dari Weda Sang

Sulinggih selaku sang pemuput karya yang membakar kekotoran yang melekati sang

roh. Proses ini disebut mralina.

Di antara dua jenis api dalam upacara Ngaben itu, ternyata yang lebih tinggi

nilainya dan mutlak penting adalah api niskala atau api praline yang muncul dari sang

Page 48: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

Sulinggih. Sang Sulinggih (sang muput) akan memohon kepada Dewa Siwa agar

turun memasuki badannya (Siwiarcana) untuk melakukan “pralina”. Mungkin karena

api praline dipandang lebih mutlak/penting, dibeberapa daerah pegunungan di Bali

ada pelaksanaan upacara Ngaben yang tanpa harus membakar mayat dengan api,

melainkan cukup dengan menguburkannya. Upacara Ngaben jenis ini disebut “bila

tanem atau mratiwi”. Jadi ternyata ada juga upacara Ngaben tanpa mengunakan api

(sekala). Tetapi api niskala/api praline tetap digunakan dengan Weda Sulinggih dan

sarana tirtha praline serta tirtha pangentas.

Lepas dari persoalan api mana yang lebih penting. Khusus tentang kehadiran

api sekala adalah berfungsi sebagai sarana yang akan mempercepat proses peleburan

sthula sarira (badan kasar) yang berasal dari Panca Mahabutha untuk menyatu

kembali ke Panca Mahabhuta Agung yaitu alam semesta ini. Proses percepatan

pengembalian unsure-unsur Panca Mahabhuta ini tentunya akan mempercepat pula

proses penyucian sang atma untuk bisa sampai di alam Swahloka (Dewa Pitara)

sehingga layak dilinggihkan di sanggah/merajan untuk disembah. Tentunya setelah

melalui upacara mamukur yang merupakan kelanjutan dari Ngaben.

4.3 Proses Upacara Ngaben

Pelaksanaan ajaran Hindu di Bali bersifat fleksibel, artinya disesuaikan

dengan tradisi, kondisi dan kemampuan yang ada tetapi tetap memperhatikan

ketentuan baku dalam sarana dan aturan yg telah ditetapkan oleh Parisada Hindu

Dharma Indonesia (PHDI). Flexibilty terhadap tradisi disebut dengan dresta. Hal ini

Page 49: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

paling sering dijumpai dalam pelaksanaan Ngaben. Setiap umat Hindu yg meninggal

wajib untuk di-aben kecuali yg meninggal karena ulahpati (meninggal karena

kecelakaan, bunuh diri atau dibunuh) serta orang yg tidak waras (mental illness) tidak

boleh langsung dibakar melainkan harus dikubur dulu. Dalam aturan adat dikatakan

bahwa cara meninggalnya ini tidak sesuai dengan kewajaran, walaupun secara logika

kita tahu bahwa cara Tuhan memanggil umatnya dengan berbagai cara. Setelah

dikubur dalam jangka waktu tertentu sesuai hukum adat desa setempat, baru bisa

digali untuk diambil tulangnya dan kemudian di adakan upacara Pengabenan

untuknya.

Hari baik biasanya diberikan oleh para pendeta setelah melalui konsultasi dan

kalender yang ada yaitu kalender Bali. Persiapan biasanya diambil jauh-jauh sebelum

hari baik ditetapkan. Pada saat inilah keluarga mempersiapkan “bade dan lembu”

terbuat dari bambu, kayu, kertas yang beraneka warna-warni sesuai dengan golongan

atau kedudukan sosial ekonomi keluarga bersangkutan.

Prosesi upacara Ngaben berlangsung selama beberapa hari dan membutuhkan

biaya hingga puluhan juta. Mahalnya biaya upacara ini membuat orang Bali tidak

dapat secara langsung menyelenggarakan Ngaben begitu kerabatnya meninggal.

Umumnya mereka menunggu beberapa saat, kadang hingga bertahun-tahun, untuk

mengumpulkan biaya. Upacara ini pun sering diselenggarakan secara massal untuk

meringankan biaya.

Persiapan Ngaben dimulai dengan pengangkatan kerangka jenasah dan

pencarian air suci sejak tiga hari sebelumnya. Sementara itu, piranti upacara berupa

Page 50: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

tiruan binatang lembu dan wadah menyerupai menara berhias kain dan janur mulai

dipersiapkan oleh anggota keluarga dan seluruh warga banjar. Konon, tinggi

rendahnya menara menunjukkan status social keluarga penyelenggara Ngaben.

Dahulu para bangsawan Bali biasanya membuat menara hingga setinggi 20 meter,

bahkan lebih.

Pagi hari sebelum upacara Ngaben dimulai, segenap keluarga dan handai

taulan datang untuk melakukan penghormatan terakhir dan biasanya disajikan sekedar

makan dan minum. Sesaat sebelum upacara Ngaben, menara dan lembu yang sudah

dihias atau yang disebut dengan bade disiapkan di pinggir jalan untuk diupacarai

sebelum diarak ke setra, tempat dilangsungkannya Ngaben. Kemudian, dimulailah

keriuhan dan kemeriahan arak-arakan menara menuju setra. Bade diarak dan

berputar-putar di setiap persimpangan dengan maksud agar roh orang yang meningal

itu menjadi bingung dan tidak dapat kembali ke keluarga yang bisa menyebabkan

gangguan. Dan di setiap persimpangan jalan yang dilalui, wadah dan arak-arakan ini

diputar ke empat penjuru mata angin sebanyak tiga kali untuk mengusir roh jahat

yang dapat mengganggu jalannya upacara. Alunan musik gong mengiringi puluhan

orang yang mengusung menara yang berisi jenasah/kerangka. Di atas menara itu pula

seorang anak/cucu lelaki tertua berdiri membawa seekor burung sebagai simbol

penghantar arwah menuju ke tempat tertinggi. ( www.e-kuta.com, 2009)

Sesampainya di tempat upacara, jasad ditaruh di punggung lembu, pendeta

mengujar doa-doa, kemudian menyalakan api perdana pada jasad. Prosesi

pembakaran dan upacara di setra ini berlangsung kurang lebih 2 jam. Setelah

Page 51: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

semuanya menjadi abu, upacara berikutnya abu dari tulang jenazah yang telah

dikumpulkan selanjutnya dilarung ke laut atau ke sungai terdekat, dikembalikan ke

air dan angin. Ini merupakan rangkaian upacara akhir atas badan kasar orang yang

meninggal, kemudian keluarga dapat dengan tenang hati menghormati arwah tersebut

di pura keluarga, dan mendoakan arwahnya agar menemukan tempat yang layak di

sisi Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dan menurut keyakinan, arwah tersebut akan

kembali lagi ke dunia pada masa yang akan datang (reinkarnasi).

Status kelahiran kembali roh orang yang meninggal dunia berhubungan erat

dengan karma dan perbuatan serta tingkah laku selama hidup sebelumnya. Secara

umum, orang Bali merasakan bahwa roh yang lahir kembali ke dunia hanya bisa di

dalam lingkaran keluarga yang ada hubungan darah dengannya. Lingkaran hidup mati

bagi orang Bali adalah karena hubungannya dengan leluhurnya. (Blog ; komang, 14

april 2007)

4.4 Upacara Mangkisan

Dalam hal terhalangnya atau terhambatnya upacara pengabenan seseorang

karena alasan yang bersangkutan meninggal pada hari tententu di mana sedang

berlangsung suatu upacara yang membutuhkan suasana hati dan bhakti suci nirmala

seperti Piodalan di pura, maka pilihan akan jatuh pada cara Makingsan. Makingsan

ini adalah penguburan atau pembakaran jenazah secara darurat dan bersifat sementara

dengan tanpa disertai upacara dan upakara sebagaimana mestinya.

Page 52: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

Upacara Makingsan ini ada dua macam yaitu : Makingsan di Geni dan

Makingsan di Pratiwi (Pertiwi). Makingsan di Geni artinya menitip jenazah di setra

melalui cara pembakaran. Setelah di bakar, abu dan tulang belulang yang masih

tersisa di masukkan kedalam periuk lalu di tanam titempat pembakaran tadi.

Sedangkan Makingsan di Pratiwi artinya menitipkan jenazah di setra dengan jalan

menguburkannya.

Karena hanya bersifat sementara (darurat), maka baik Makingsan di Geni

maupun Makingsan di Pratiwi, pada saat dewasa yang dipandang baik akan kembali

ditindak lanjuti dengan upacara penguburan atau pembakaran jenazah yang

sebenarnya lengkap dengan upacara dan upakaranya.

Bagi yang Makingsan di Geni, maka selang beberapa hari setelah lewat

upacara Piodalan yang tadinya sempat menunda upacara pengabenan, kini boleh

dilakukan. Dan karena jenazahnya tidak ada lagi, maka dibuatkanlah pengawak sawa

(badan-badanan) untuk di aben. Lalu bagi yang Makingsan di Pratiwi, selang

beberapa waktu (biasanya dalam hitungan bulanan bahkan tahunan) kuburan akan di

gali kembali untuk di ambil tulang belulangnya dan bersama dengan adegan sawa

akan dibakar pada saat pengabenannya. Untuk Makingsan di Pratiwi ini ada juga

yang tidak menggali lagi liang kuburnya guna mendapat tulang belulangnya.

Biasanya cukup dengan hanya ngulapin ke setra yang mengandung makna

memanggil roh sang mati untuk selanjutnya akan di aben. Setelah ngulapin, liang

kubutnya kembali diratakan yang disebut dengan nyapuh.

Page 53: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

Hal-hal lain yang boleh dikatakn sebagai keunikan dari sistem Makingsan ini

adalah sebelum pelaksanaannya baik Makingsan di Geni maupun Makingsan di

Pratiwi, orang yang meninggal itu dianggap “sedang tidur” bukan mati. Lalu secara

ritual akan ada banten Pengalang Sasih yang bertujuan untuk menghalangi efek sebel

sang mati dan keluarganya agar tidak ngeletehing Piodalan yang sedang berlangsung.

Dan secara social, pada waktu pelaksana upacara Makingsan ini tidak akan dilibatkan

anggota masyarakat atau karma desa. (sumber ; I Gusti Ngurah Agung, 2008)

4.4.1 Tujuan Membakar Mayat

Mengapa sawa (mayat) dibakar tatkala melakukan Pitra Yadnya? Sebelum

pertanyaan itu dijawab dengan berbagai alasannya, maka ada baiknya terlebih dahulu

dikemukakan tentang pengertian Pitra Yadnya dan keberadaannya yang ber-

bhinneka. Sebagaimana diketahui, Pitra Yadnya telah menjadi sebuah istilah bagi

umat Hindu di Bali. Istilah ini merupakan bagian dari Panca Yadnya. Empat Yadnya

lainnya yakni Dewa Yadnya, Manusia Yadnya, Rsi Yadnya, dan Bhuta Yadnya.

Pitra Yadnya terdiri dari dua kata, yakni “pitra” dan “yadnya”. Secara harfiah,

“pitra” berarti orangtua (ayah dan ibu). Pengertian yang lebih luas bisa disebut

leluhur. Sedangkan kata “yadnya” berarti pengorbanan yang didasari hati yang tulus

ikhlas nan suci. Jadi , “pitra yadnya” berarti pengorbanan yang dilandasi hati yang

tulus suci kepada leluhur, terutama kepada orangtua.

Rupanya bisa dimaklumi, semua istilah berasal dari kata-kata, baik yang

tunggal maupun yang majemuk. Dinamakan istilah karena telah berubah maknanya,

Page 54: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

tidak lagi utuh sebagaiamana arti harfiahnya semula. Karena ia telah memiliki arti

khusus, maka kata-kata itu dinamakan istilah. Begitu pula istilah Pitra Yadnya.

Sebagai istilah, Pitra Yadnya memiliki arti tersendiri, yakni upacara keagamaan yang

diadakan untuk menyelenggarakan atau nyangaskara jenasah atau roh keluarga yang

meninggal dengan berbagai sajen dan alat-alat upakara sebagai sarananya.

Demikianlah kurang lebih artinya dengan ditekankan secara kesusilaan supaya pihak

penyelenggara bisa memandang, bahwa pengadaan berbagai sarana itu bukanlah

pengorbanan suci yang merupakan swadharma (kewajiban) pribadinya masing-

masing.

Pitra Yadnya terdiri dari beberapa jenis pelaksanaannya yang berbinneka. Hal

itu disebabkan oleh kedatangan agama Hindu ke Bali tidak hanya sekali saja,

melainkan bergelombang-gelombang dalam jarak puluhan bahkan ratusan tahun.

Apalagi wilayah yang dituju dan menjadi basis penyebaran tiap-tiap fase berbeda-

beda, sehingga warisannya yang tertinggal sampai sekarang masih menampakkan

kebhinnekaan dalam pulau yang sempit ini.

Dalam hal ini diutarakan Pitra Yadnya secara umum yang berlaku di sebagian

besar masyarakat umat Hindu di Bali, terutama di dataran rendah. Antara lain karena

Pitra Yadnya yang dilakukan di dataran rendah inilah yang rupanya merupakan hasil

penyempurnaan terakhir dari Yang Ening Sira Empu Kuturan, Dang Hyang

Dwijendra, Empu Lutuk, dll. Sedang umat Hindu di pegunungan belum beranjak dari

tradisinya yang lebih tua.

Page 55: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

Mungkin ada pertanyaan mengapa tradisi di pegunungan dibiarkan dengan

tradisinya yang lebih tua? Sebagaimana dinyatakan dalam sejarah, Dang Hyang

Nirartha (Dang Hyang Dwijendra) sudah sekitar 400 tahun yang silam sudah

menyebarkan pembaruan di Bali, suatu usaha yang juga dilakukan Empu Kuturan

jauh sebelumnya. Namun dresta Bali mula di udik belum juga terjamah dan

mengadopsi ajaran dua empu besar itu. Pasalnya, tak lain karena dua empu besar itu

dalam menyebarkan ajaran tidak bertangan besi. Kedua empu itu bersikap; dipakai

tidaknya sesuatu cara oleh sekelompok umat, mereka serahkan sepenuhnya pada

sredaning manah atau ketulusan hati masing-masing kelompok masyarakat tersebut.

Karena itulah orang-orang di pegunungan yang belum dapat menerima pembaruan,

dibiarkan saja tetap melaksanakan tradisi kunonya

Upacara Pitra Yadnya umumnya digelar oleh keluarga yang masih hidup

untuk anggota keluarganya yang meninggal dunia. Melakukan Pitra Yadnya adalah

swadharma alias kewajiban. Mereka harus melakukan swadharmanya itu tidak lain

karena Pitra Yadnya itu sendiri merupakan suatu upacara keagamaan. Maka,

mengenai tradisi upacara ini dilakukan oleh keluarga terhadap anggotanya adalah

berdasarkan ajaran agama. Bahkan upacara ini bersumber dari tattwa (filsafat) agama

sendiri. Tegasnya, upacara ini bukanlah sekadar tradisi yang hambar begitu saja.

Tradisi ini adalah suatu tugas suci, swadharma atau kewajiban mutlak, karena sudah

merupakan utang. Bukankah pada mulanya ketika kita berada di cucupu (rahim) ibu,

tubuh kita hanya sekedar dua sel yang teramat kecilnya. Kita berutang kepada ayah

karena kama petaknya (sperma) dan kepada ibu karena kama bangnya (ovum).

Page 56: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

Pada hakikatnya stula sarira (jasad) setiap mahluk termasuk manusia adalah

terdiri dari benda-benda yang sama saja asalnya dengan benda-benda isi alam semesta

yang ada di sekitar kita. Semuanya berasal dari unsur yang sama yakni Panca

Mahabhuta yang terdiri dari pratiwi (zat padat), apah (zat cair), teja (zat

panas/cahaya), bayu (udara), dan akasa (ether/angkasa). Dari Panca Mahabhuta kita

memperoleh pinjaman zat-zat yang membuat kita hidup, hingga dari “merekalah” kita

berutang. Kita berutang selama Panca Mahabhuta itu terakit wungkul berbentuk stula

sarira (badan kasar) baik sewaktu masih hidup maupun setelah meninggal. bila

Panca Mahabhuta masih berwujud tubuh manusia termasuk setelah meninggal selaku

sawa (jenasah), manusia “pemakai” lima unsur zat itu dinilai selaku pihak berutang.

Sebagai utang, maka tentu saja menjadi beban moral yang pada saatnya nanti harus

dibayar lunas hingga terhapuslah beban itu.

Selama masih hidup, kita tentu berusaha mempertahankan badan kasar ini.

Penyebabnya karena dianggap begitu penting meski benda itu pinjaman. Kita selalu

pelihara dan itu adalah wajar. Unsur-unsur stula sarira itu harus dikembalikan kepada

pemiliknya atau asalnya semula yakni Sang Panca Mahabhuta. Dengan kata lain sawa

harus secepatnya dihancurkan hingga masing-masing unsurnya kembali menunggal

atau menyatu kembali dengan asalnya. (sumber ; sugi,2008)

4.4.2 Ngaben Massal

Upacara kematian Ngaben sebenarnya adalah upacara yang wajib dilakukan

oleh umat Hindu pada umumnya tanpa memandang tingkatan ekonomi keluarga yang

Page 57: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

akan melakukan pengabenan. Namun dengan berkembangnya zaman dan berputarnya

waktu maka lambat laun upacara ini berubah menjadi upacara yang sangat berkaitan

dengan tingkat ekonomi keluarga yang melakukan pengabenan. Semakin banyak

uang yang digunakan dalam upacara Ngaben ini maka semakin tinggilah tingkat

ekonomi keluarga yang melakukan upacara ini.

Di daerah Tabanan dan Gianyar sering dijumpai ritual Ngaben Massal. Sesuai

dgn aturan desa adat setempat jika ada warga yg meninggal mesti dikubur dulu, tidak

peduli meninggalnya dengan cara apapun. Setiap 2 atau 5 tahun sekali akan dilakukan

upacara Ngaben massal desa. Karena ini adalah Ngaben massal, maka yang

mengikuti adalah seluruh warga desa setempat yang memiliki keluarga meninggal

dan belum di-aben. Dan jumlahnya bisa mencapai puluhan bahkan ratusan

sawa/jenazah. Ini dibenarkan karena inilah dresta atau tradisi yg sudah berlaku turun

temurun di desa itu. Alasannya adalah faktor sosial & ekonomi. Dari segi sosial,

berkumpulnya warga desa dari anak-anak sampai orang tua pada upacara ini

merupakan ajang untuk bersilahturahmi warga mengingat mayoritas warga desa itu

sehari-harinya tinggal dan mencari nafkah di Denpasar. Secara ekonomis, karena

pekerjaan atau upacara yang membutuhkan biaya besar seperti ngaben dapat

ditanggung bersama akan menjadi lebih ringan. Dana yang dikeluarkan atau

dibutuhkan saat melakukan ngaben pada awal 2006 lalu hampir 22 juta selama 3 hari.

Padahal itu adalah tingkatan Ngaben yang terendah dan tidak ada konsumsi

bagi pelayat. Itu hanya biaya perlengkapan dan sarana ngabennya saja. Jika

mengambil ngaben tingkatan tinggi yang memakan waktu 2 mingguan, biayanya bisa

Page 58: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

mencapai ratusan juta rupiah. Seperti ngaben keluarga kerajaan bisa mencapai angka

milyaran rupiah. Orang Bali adalah orang-orang yang semangat kekeluargaan dan

kebersamaannya sangat kuat dalam mengadakan upacara ngaben ini. Jika ada yang

meninggal, semua pekerjaan akan diambil oleh warga banjar (rukun warga), yang

punya kemalangan hanya menyiapkan dana-nya saja. Setiap anggota banjar juga akan

menyumbangkan seliter beras, 1/2kg gula, 1/4kg kopi, pisang dan uang Rp.5000.

Jadi dari proses awal saat memandikan jenazah, ngajum, membawa ke

kuburan, pembakaran sampai nyekah di laut warga tetap hadir. Ini yang menjadikan

prosesi ngaben di Bali terlihat ramai oleh orang-orang. Setiap orang Bali diajarkan

oleh orang-orang tua jangan pernah menangisi orang meninggal karena arwahnya

akan menjadi arwah penasaran akibat ketidak-ikhlasan kita. Padahal maksud mereka

agar kita sadar bahwa proses lahir, berkembang dan mati adalah siklus hidup manusia

yg tidak bisa ditolak. Proses ini adalah bagian dari konsep reinkarnasi roh (atma)

selanjutnya. (sumber ; komang,2008)

Page 59: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

BAB V

PENUTUP

Dari penjelasan dalam bab-bab sebelumnya kita dapat melihat penjelasan

tentang Pulau Bali, pulau kecil dengan begitu banyak keunikan yang membuat

banyak wisatawan baik dari nusantara maupun internasional berkeinginan untuk

datang dan datang lagi ke pulau mungil yang begitu mempesona ini.

Dengan luas wilayahnya yang begitu kecil di banding dengan propinsi lain

yang ada di Indonesia, Bali dapat menjadi daerah tujuan wisata terbaik di Indonesia.

Dan dengan agama, adat, dan budayanya, salah satunya adalah kultur budaya

masyarakat Bali yang menurut Ajaran Agama Hindu terkenal dengan Tri Hita

Karana (Hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia,

hubungan manusia dengan lingkungan), dapat membuat masyarakat Pulau Bali sangat

manjaga lingkungan tempat tinggal mereka agar selalu aman dan nyaman.

Juga dengan budaya pembakaran mayat/jenazah orang yang telah meninggal

dunia atau yang sering disebut dengan Upacara Ngaben. Ngaben adalah upacara

pembakaran mayat yang dilakukan di Bali, khususnya oleh yang beragama Hindu.

Upacara kematian Ngaben harus dilakukan untuk menyucikan roh leluhur atau orang

tua mereka yang telah meninggal dunia sesuai dengan ajaran agama Hindu. Secara

garis besarnya, Ngaben itu dimaksudkan adalah untuk mempercepat proses

kembalinya Panca Mahabhuta yang ada pada badan/tubuh agar menyatu dengan

Panca Mahabhuta di alam besar dan mengantarkan Atma ke alam Pitra dengan

Page 60: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

memutuskan keterikatannya dengan badan duniawi itu. Hal tersebut diatas adalah

beberapa hal yang dapat membuat wisatawan betah berlama-lama berada di Bali

dengan menikmati semua yang ditawarkan Pulau Bali dan masyarakat Bali sendiri.

Dan keseluruhan dari semua keunikan Pulau Bali ini, membuat hati siapa saja

yang datang dan melihat sendiri kekeyaan budaya Pulau Bali membuat nama pujian

atau sebutan tersendiri untuk pulau mungil nan indah ini. The Island of Gods, The

Island of Paradise, The Island of Thousand Temples, The Morning of the World, dan

berbagai nama pujian lainnya.

Page 61: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Pariwisata. 1996. Peristiwa Pariwisata 2001. Dipparpostel, Jakarta.

Kaler, I Gusti Ketut. 1993. Ngaben; Mengapa Mayat Dibakar?, Penyunting dan Pengantar Wayan Suparta. Yayasan Dharma Naradha, Denpasar.

Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata.

Surayin, Ida Ayu Putu. 2002 Pitra Yajna. Paramita, Surabaya.

Sudung, Wayan. (guide saat study tour Medan-Jawa-Bali)

Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 bab 1 pasal 1.

Yoeti, Oka. A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa, Bandung.

Wahab, Prof. Salah. An Introduction On Tourism Theory.

Wikarman, I Nyoman Singgin. 2002. Ngaben Sarat (Sawa Prateka – Sawa Wedana).

Paramita, Surabaya. Internet : Blog : Komang, 14 april 2007 Komang, 2008 I Nengah Sudarsana, 2008

I Gusti Ngurah Agung, 2008 Sugi, 2008 www.e-kuta.com www.culture.id.com www.wikipedia-bali.com

Page 62: “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13758/1/09E01088.pdf · satu per satu, yang sama-sama berjuang saat inagurasi dan dalam menjalankan

Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Lusianna M. E. Hutagalung.

Nim : 062204067

Tempat/tgl lahir : Medan, 30 juni 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jln. Barus No 8 Medan Amplas. Kode Pos : 20228

Jenjang Pendidikan : SD. ST. ANTONIUS V, MEDAN (1994-2000)

SLTP NEGERI 3 MEDAN (2000-2003)

SMK 3 YAPIM, MEDAN (2003-2006)

D-III PARIWISATA USU, MEDAN (2006-2009)

Pengalaman organisasi : Anggota IMAPA ( Ikatan Mahasiswa Pariwisata)

Nama Orang Tua : a. Ayah : M. Hutagalung

b. Ibu : R. Sianturi

Pekerjaan Orang Tua : a. Ayah : Wiraswasta

b. Ibu : Ibu rumah tangga Alamat Orang Tua : Jln. Barus No 8 Medan Amplas. Kode Pos : 20228

Hobi : Renang, jalan-jalan, menyanyi.