Newsletter Simpul Demokrasi Edisi 55

16
Membangun Wacana Kritis Rakyat SIMPUL DEMOKRASI TITIK-TITIK KEMISKINAN DI KOTA BATU MASIH TINGGI RESENSIdemokrasi Hal 3 ... STAKEHOLDER PROGRESSreport Hal 8 MELIHAT KINERJA.... BICARAdemokrasi Itulah adegan pembuka State of Play, film yang diadaptasi dari mini seri di Inggris dengan judul sama yang bertema politik dan disutradarai oleh Kevin MacDonald. Hal 7 Menurut data BPS tahun 2010 laju penurunan angka kemiskinan selama Maret 2009-Maret 2010 hanya 0,82 Persen... Hal 11 BEJI, SALAH SATU DESA BERSTATUS “ZONA MERAH JELAJAHmalang SUButama EVALUASI PROGRAM BEDAH RUMAH GALERIkegiatan Hal 12 Hal 3 Hal 16 TUTIK KUSMIATI, HIDUPNYA UNTUK... EDISI LV/AGUSTUS/2010 KEMERDEKAAN UNTUK SEMUA Sebagian besar rakyat kecil masih sering berada di alam pemerasan dan kekerasan oleh elit politik, penguasa dan pemodal. Alam yang seharusnya diolah demi kemakmuran rakyat, nyatanya hanya digunakan untuk kemakmuran sebagian sangat kecil orang. Banyak metode yang bisa digunakan untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat, namun Tutik lebih memilih menggunakan pendekatan persuasif ketika melakukan berbagai programnya. MEJAredaksi KEMERDEKAAN DARI KEMISKINAN LAPORANutama Hal 2 MEMILIH UNTUK BENAR Titik-Titik Kemiskinan di Kota Batu Masih Tinggi Titik-Titik Kemiskinan di Kota Batu Masih Tinggi SAPAsosok . . . Hal 14 BICARAdemokrasi . . . Hal 10 Edisi Khusus Kemerdekaan

description

Membangun Wacana Kritis Rakyat

Transcript of Newsletter Simpul Demokrasi Edisi 55

Page 1: Newsletter Simpul Demokrasi Edisi 55

M e m b a n g u n W a c a n a K r i t i s R a k y a tSIMPUL DEMOKRASI

TITIK-TITIK KEMISKINANDI KOTA BATUMASIH TINGGI

RESENSIdemokrasi

Hal 3

... STAKEHOLDERPROGRESSreport

Hal 8

MELIHAT KINERJA....BICARAdemokrasi

Itulah adegan pembuka State of Play, film yang diadaptasi dari mini seri di Inggris dengan judul sama yang bertema politik dan disutradarai oleh Kevin MacDonald.

Hal 7

Menurut data BPS tahun 2010 laju penurunan angka kemiskinan selama Maret 2009-Maret 2010 hanya 0,82 Persen...

Hal 11

BEJI, SALAH SATU DESABERSTATUS “ZONA MERAH

JELAJAHmalang

SUButama

EVALUASI PROGRAMBEDAH RUMAH

GALERIkegiatan

Hal 12

Hal 3

Hal 16

TUTIK KUSMIATI,HIDUPNYA UNTUK...

EDISI LV/AGUSTUS/2010KEMERDEKAAN UNTUKSEMUASebagian besar rakyat kecil masih sering berada di alam pemerasan dan kekerasan oleh elit politik, penguasa dan pemodal. Alam yang seharusnya diolah demi kemakmuran rakyat, nyatanya hanya digunakan untuk kemakmuran sebagian sangat kecil orang.

Banyak metode yang bisa digunakan untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat, namun Tutik lebih memilih m e n g g u n a k a n p e n d e k a t a n persuasif ketika melakukan berbagai programnya.

MEJAredaksi

KEMERDEKAAN DARI KEMISKINAN

LAPORANutama

Hal 2

MEMILIH UNTUK BENAR

Titik-Titik Kemiskinan di Kota Batu Masih Tinggi

Titik-Titik Kemiskinan di Kota Batu Masih Tinggi

SAPAsosok . . . Hal 14BICARAdemokrasi . . . Hal 10

Edisi Khusus Kemerdekaan

Page 2: Newsletter Simpul Demokrasi Edisi 55

MEJAredaksi2

EDISI LV/AGUSTUS/2010

PENANGGUNG JAWAB: KOORDINATOR PROGRAM SEKOLAH DEMOKRASI DEWAN REDAKSI: SAIFUL ARIF, LEVI RIANSYAH, HAPPY BUDI FEBRIASIH, SUTOMO E PUTRO PEMIMPIN REDAKSI: ANAM RIFAI W SEKRETARIS REDAKSI: SYAMSUD DHUHA REPORTER: IDEN ROBERT ULUM, AHMAD YAZID, HALIK KUSUMA, JAMALUDDIN, IRWAN SUGIARTO TATA ARTISTIK: IWAN IRAWAN W. ALAMAT REDAKSI: PONDOK ABM PERMAI JL. MANUNGGAL KAV. A3 MOJOLANGU LOWOKWARU MALANG JAWA TIMUR 65142 TELP/FAX 0341-4 7 2 4 7 3 . W E B S I T E : h t t p : / / w w w . s i m p u l d e m o k r a s i . c o m E M A I L : [email protected]

Untuk mendapatkan Newsletter Simpul Demokrasi (NSD) secara gratis setiap bulan, silakan kirim SMS berisi nama terang dan alamat anda atau lembaga/komunitas ke 081-333-013-169 (Syamsud Dhuha). Atau anda dapat mendowload gratis di http://www.issuu.com/sekolahdemokrasi , atau email kami. Redaksi menerima kiriman artikel/opini atau resensi buku atau film. Ditulis dengan lugas kurang lebih 5000 karakter. Tulisan dapat juga dikirim ke email: [email protected]

Merupakan media informasi-sosialisasi demokrasi yang diterbitkan setiap bulan oleh Public Policy Analysis and Community Development Studies (PLaCIDS) Averroes dan Komunitas Indonesia untuk Demokrasi (KID) dalam Program Sekolah Demokrasi di Kota Batu.

SIMPUL DEMOKRASI

?AMDAL

?AMDAL

BNSJATIM PARK

BAMBANG PARIANOM DAN STAF

SUMBER AIR BRANTAS - ARBORETRUM BUMIAJI

MUSEUM SATWA BATU

Pembaca yang budiman, ULAN Agustus 2010 ini kita akan disemarakan dengan Bberbagai acara peringatan hari

kemerdekaan negeri ini. Ya, tepatnya pada tanggal 17 Agustus tahun ini bangsa kita memperingati hari ke-merdekaannya yang ke-65. Berbagai acara seremonial biasanya akan menghiasai hari itu, mulai dari upacara kemerdekaan hingga lomba-lomba yang digelar oleh warga kampung. Namun diluar itu semua, sebuah pertanyaan yang sama hampir dikemukakan oleh banyak kalangan setiap tahunnya yakni apakah makna kemerdekaan benar-benar sudah dirasakan oleh semua rakyat Indo-nesia? Merdeka dari kebodohan, merdeka dari penindasan dan tentu saja merdeka dari kemiskinan.

Nah dalam edisi Bulan Agustus ini, N e w s l e t t e r S i m p u l D e m o k r a s i mencoba menyajikan potret kemiskin-an di Kota Batu. Tema tersebut

memang sengaja kami angkat untuk merefleksikan apakah makna merdeka dari kemiskinan sudah dirasakan oleh masyarakat kota itu. Berbagai data kemiskinan dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan komentar dari Pemerintah Kota Batu kami ulas dan kami sajikan dalam laporan utama edisi kali ini. Untuk tampilan data dalam Newsletter edisi ini kami coba buat berbeda dengan menggambarkan dalam bentuk grafis-grafis. Harapannya pembaca lebih mudah memahami angka-angka itu.

Tak lupa kami juga menampilkan satu desa di kota ini yang menurut BPS dikategorikan sebagai desa yang masuk zona merah (tingkat kemiskinan tinggi). Harapannya potret kemiskinan di Kota Batu dapat tergambarkan dengan jelas. Cita-cita kecil kami dengan gambaran itu banyak pihak yang tersentuh dan dalam perjalanan w a k t u m e n d a t a n g m u n c u l k e -bersamaan untuk mengentaskan atau

minimal usaha untuk mengurangi angka kemiskinan di kota ini. Bagai-manapun juga, untuk mengentaskan masyarakat dari jurang kemiskinan diperlukan sinergisitas dari semua pihak, baik itu kalangan pemerintah, civil society maupun agamawan.

Sinergisitas aktor tersebut di-perlukan karena faktor kemiskinan memang sangat kompleks, mulai dari faktor pendidikan, ekonomi, bahkan agama. Dalam teori sosial dikatakan bila kemiskinan itu bisa dikategorikan menjadi dua macam, yakni kemiskinan struktural dan kemiskinan non-struktural. Kemiskinan struktural itu dimaksudkan untuk mengambarkan kemiskinan yang disebabkan oleh struktur yang berkuasa, mulai dari pemerintah, doktrin agama maupun kelas sosial dalam masyarakat. Dalam kemiskinan ini sebenarnya masyarakat tidak miskin, namun berusaha di-miskinkan. Untuk mengentaskannya tentu saja diperlukan upaya untuk membuat kebijakan yang pro poor. Disamping itu, doktrin-doktrin agama yang tertanam dalam alam bawah sadar kebanyakan masyarakat yang menilai bila kemiskinan adalah takdir juga harus diperbaruhi.

Te r a k h i r , k a m i m e m e r l u k a n partisipasi berupa masukan dari semua pihak terhadap Newsletter Simpul Demokrasi. Tanpa masukan pembaca yang budiman, berbagai pembaharuan Newsletter ini tidak mungkin dapat kami lakukan. Akhirnya kami ucapkan selamat membaca.

Salam demokrasi.

Merdeka dari Kemiskinan

Page 3: Newsletter Simpul Demokrasi Edisi 55

LAPORANutama 3

EDISI LV/AGUSTUS/2010

Laporan: Halik Kusuma Najib Tim Newsletter

i tengah-tengah hingar-bingar peringatan hari kemerdekaan Dke-65 negeri ini yang tepat jatuh

pada tanggal 17 Agustus 2010, ternyata kemiskinan masih menjadi momok bagi masyarakat. Khususnya di Kota Batu, dengan anggaran yang relatif besar pada tahun 2009 yakni sekitar Rp 375 milyar dan tahun 2010 sekitar Rp 371 milyar, Pemerintah Kota Batu masih belum mampu mengentaskan ke-miskinan warganya. Berdasarkan data terakhir yang dimiliki Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah rumah tangga miskin (RTM) Kota Batu mencapai 12,2 persen atau setara dengan 5.817 kepala

Titik-Titik Kemiskinan Kota BatuMasih Tinggi

keluarga (KK). Bila dirinci, dari tiga kecamatan yang

ada di kota wisata itu, Junrejo memiliki tingkat kemiskinan paling tinggi dari dua kecamatan lain yakni Batu dan Bumiaji. Angka rumah tangga miskin di Junrejo mencapai 16,69 persen, sedangkan Bumiaji 11,07 persen dan Batu 10,44 persen.

Namun jika dibandingkan dengan angka rumah tangga miskin pada tahun 2005, jumlah tersebut memang mengalami penurunan. Pada tahun 2005 menurut BPS, total jumlah rumah tangga miskin Kota Batu sebanyak 6.005. Rinciannya 1.844 RTM di Kecamatan Junrejo, 2.010 RTM di Kecamatan Bumiaji, dan 2.151 RTM di Kecamatan Batu. Tapi jika dicermati lebih lanjut, penurunan jumlah RTM tersebut hanya terjadi di satu kecamatan saja yakni Bumiaji, sedang-kan di Kecamatan Batu dan Junrejo angka RTM justru naik.

Di luar BPS, beberapa instansi yang lain memiliki angka kemiskinan sendiri.

Versi Dinas Kesehatan Kota Batu menyebutkan, angka kemiskinan di Kota Batu sebanyak 8.571. Versi Kantor Pemberdayaan dan Keluarga Berencana sebanyak 5.805, versi Dinas Sosial sebanyak 5.885 dan versi BPMPKB sebanyak 8.968

Peserta Sekolah Demokrasi Yogi Eka Chalid Farabi melihat bahwa salah satu penyebab tingginya angka kemiskinan di Batu karena pembangunan yang dilakukan pemerintah tidak merata. Disatu sisi kata dia Pemerintah Kota Batu gencar melakukan pembangunan objek wisata, di sisi yang lain pembangunan sektor pertanian utamanya berbasis pada masyarakat pinggiran lambat dilakukan. ''Dari sisi prioritas kebijakan jelas salah. Bagaimanapun mayoritas masyarakat Batu adalah petani,'' ungkap mantan aktivis PMII Kota Malang itu.

Selain itu Yogi menambahkan, pem-bangunan yang dilakukan Pemerintah Kota Batu masih bersifat karikatif atau simbolik saja. Agar dikatakan berhasil kata dia, pemerintah gencar melakukan pembangunan yang bersifat fisik. ''Padahal itu memang keharusan. Misalnya pemerintah kota (pemkot) membangun berbagai sarana per-kantoran. Soalnya Batu memang kantor instansinya banyak yang menyewa. Dari sisi pembangunan wisata misalnya tidak bisa diklaim sebagai keberhasilannya pemerintah, kan investor yang mem-bangun,'' kata Yogi.

Berdasarkan catatan BPS, mayoritas rumah tangga miskin tertinggi memang berada di daerah pinggiran Kota Batu utamanya daerah yang berstatus desa. BPS menyebutkan, terdapat lima desa di Kota Batu yang masuk kategori zona merah atau desa yang memiliki angka kemiskinan tertinggi. Merah oleh BPS digunakan untuk menandai desa yang memiliki prosentase kemiskinan antara 16,9 - 47,9 persen, kuning untuk 11,8 – 16,9 persen, hijau untuk 7,5 – 11,8 persen, biru untuk 4,5 – 7,5 persen, dan putih untuk 0,4 – 4,5 persen.

Lima desa yang disebut BPS berada di zona merah diantaranya Tlekung (23,23 persen), Beji (19,61 persen), Torongrejo (18,46 persen), Sumberejo (17,10 persen), dan Pesanggrahan (16,91Z

Anam Rifai Tim Newsletter

Tim Newsletter

Page 4: Newsletter Simpul Demokrasi Edisi 55

SUMBER AIR BRANTAS - ARBORETRUM BUMIAJI

persen). Sementara berdasarkan peta rumah tangga miskin tahun 2009, wilayah yang masuk kategori zona kuning hampir terjadi di 60 persen wilayah Batu, zona hijau 25 persen, zona merah 20 persen dan zona biru 5 persen. Tidak ada satupun wilayah di Batu yang masuk kategori zona putih. Titik paling rendah hanya pada zona biru. Itupun hanya satu kelurahan saja yakni Kelurahan Sisir.

Kepala Bidang Sosial dan Budaya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Batu Retno Marganingsih menjelaskan bahwa, kemiskinan adalah masalah yang sangat kompleks karena menyangkut masalah manusia. Oleh sebab itu menurut dia, penanggulangannya harus dilakukan secara holistik dan komprehensif. Bagaimanapun kata Retno, komplek-sitas masalah yang menyebabkan kemiskinan tidak bisa diselesaikan satu persatu, melainkan harus dilakukan secara integratif.''Kita tidak bisa hanya menekankan pada satu sektor saja, misalnya yang digarap hanya ekonomi

saja tapi sektor pendidikannya tidak digarap ya sama saja,'' jelas Retno.

Dia melanjutkan, saat ini Pemerintah Kota Batu sedang menjalankan program percepatan penanggulangan kemiskinan. Pilot Projectnya sebut Retno berada di empat dusun yang masuk kategori tertinggal, di antaranya Mbrau, Toyomerto, Ndresel, dan Kekep. ''Dalam program itu antara lain kita melakukan peningkatan sumber daya manusia di bidang pendidikan, peningkatan sumber daya manusia di bidang kesehatan, pembangunan infrastruktur, peningkatan ekonomi produktif, dan bedah rumah,'' urai Retno.

Retno mengatakan sampai saat ini program tersebut masih berjalan. Setelah program di empat dusun itu selesai, dia merencanakan akan melanjutkan proyek tersebut ke beberapa dusun yang lain. ''Selain program penanggulangan kemiskinan, masih ada program yang didanai dengan menggunakan konsep sharing anggaran antara pemerintah pusat dan

pemerintah provinsi yakni Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), dan Program Peningkatan Pemberdayaan Kemandirian Masyarakat (PPKM),'' kata Retno.

Di tempat terpisah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Batu Eny Rachyuningsih mengatakan pihaknya saat ini masih mengkonsentrasikan program tersebut

Evaluasi Program BedahRumah

KHIR-AKHIR ini di Kota Batu gencar dilakukan program Abedah rumah. Program tersebut

diharapkan mampu membantu warga miskin agar mempunyai rumah tinggal yang layak. Alih-alih harapan itu bisa terwujud, program bedah rumah di Kota Wisata i tu ternyata berpotensi menyebabkan konflik antar masyarakat.

Berdasarkan penelusuran Simpul Demokrasi, program bedah rumah di Kota Batu dilaksanakan dalam dua program yang berbeda. Program bedah rumah pertama d i lakukan o leh Pemerintah Kota Batu yang meng-andalkan pendanaan dari alokasi dana bantuan perusahaan. Sedangkan program bedah rumah yang kedua dilakukan oleh Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang menggunakan dana bersumber dari APBN. Meskipun dengan nama yang sama, jumlah alokasi dana program bedah rumah yang dikucurkan kepada masyarakat berbeda. Bila Pemerintah Kota Batu mengalokasikan dana bedah rumah sekitar delapan hingga sepuluh juta rupiah per bedah rumah, PNPM hanya mengalokasikan dana sekitar enam juta rupiah.

Akibatnya di masyarakat sering kali terjadi kesalahpahaman. Masyarakat tidak tahu bila program bedah rumah tersebut dilakukan oleh dua program berbeda dan sumber dananya juga berbeda.''Masyarakat tahunya bedah rumah yang itu kok dikasih sekian juta sedangkan bedah rumah yang ini kok

Tim Newsletter

LAPORANutama4

Laporan: Akmad Yazid

Anam Rifai Tim Newsletter

SUB LAPUT

EDISI LV/AGUSTUS/2010

Anam Rifai Tim Newsletter

Page 5: Newsletter Simpul Demokrasi Edisi 55

hanya di empat dusun itu. Alasannya k a t a E n y p r o g r a m p e r c e p a t a n penanggulangan kemiskinan yang digagas Pemerintah Kota Batu memang berbasis dusun bukan desa.''Kita ingin lebih fokus, kalau program itu dilaksanakan langsung pada semua d u s u n d i K o t a B a t u t a k u t n y a nggambyar,'' jelas Eny.

Secara detail dia menguraikan, program percepatan penanggulangan kemiskinan dalam bidang infrastruktur yang dilaksanakan seperti pem-bangunan jalan, drainase, jamban umum dan penerangan jalan umum. Sedang-kan dalam bidang kesehatan yakni pembangunan poliklinik desa dan dalam bidang ekonomi melalui kredit ber-gulir.''Untuk ekonomi detailnya ada di Diskoper indag (Dinas Koperas i , Perindustrian dan Perdagangan). Saya tidak begitu ingat,'' katanya.

Menanggapi hal itu Yogi menilai berbagai program penanggulangan k e m i s k i n a n y a n g d i l a k s a n a k a n Pemerintah Kota Batu masih bersifat sesaat bukan bersifat pemberdayaan berkelanjutan. Pemerintah menurut dia

seperti masih memberikan ikan yang tinggal dimakan masyarakat, bukan memberikan kailnya. Yogi menilai strategi itu tidak akan membuat masyarakat menjadi mandiri, sebaliknya akan mengakibatkan masyarakat

memiliki sifat ketergantungan.'' Program bedah rumah yang sedang digalakkan pemerintah misalnya, program tersebut hanya mendidik warga untuk berfikir bagaimana rumah yang jelek bisa berubah menjadi bagus, sepert i

akan terjadi di masyarakat.''Ini kan tidak baik bagi masyarakat,'' kata Mahasiswa Jurusan Sosiologi Universitas Brawijaya itu.

Selain rawan akan konflik, dia menilai program bedah rumah tidak berkaitan dengan pengentasan kemiskinan. Menurut Yogi, dengan rumah masyarakat menjadi bagus

namun dari sisi pendapatannya masih rendah, maka kemiskinannya tidak akan tertanggulangi.''Dengan kata lain muspro (sia-sia saja). Lebih baik dananya dialokasikan untuk pemberdayaan e k o n o m i m a s y a r a k a t y a n g b e r -kelanjutan. Saya kira itu lebih tepat dalam konteks pengentasan kemiskinan di Kota Batu.

Sementara itu di tempat terpisah Kepala Badan Perencanaan Pem-bangunan Daerah (Bappeda) Kota Batu Eny Rachyuningsih mengatakan konsep program bedah rumah yang dilaksana-kan Pemerintah Kota Batu dengan yang dilaksanakan PNPM memang mem-punyai mekanisme yang berbeda. Dia menjelaskan bila program bedah rumah yang dilaksanakan Pemerintah Kota Batu hanya di empat dusun aja yakni Mbrau, Toyomerto, Ndresel, dan Kekep.''Bedah rumah kami (Pemkot, Red) merupakan bagian dari program percepatan penanggulangan kemiskinan. Kami survei sendiri dan hasilnya ada 116 rumah yang tidak layak huni yang harus dibenahi,'' kata Eny.

hanya sekian juta. Jadi sering aparat desa setempat dituduh masyarakat melakukan korupsi,'' kata Peserta Sekolah Demokrasi Yogi Eka Chalid Farabi.

Karenannya dia berharap Pe-merintah Kota Batu dan PNPM dapat melakukan koordinasi. Apabila masalah ini dibiarkan, dia memprediksi konflik

Anam Rifai Tim Newsletter

5LAPORANutama

Anam Rifa Tim Newsletter

EDISI LV/AGUSTUS/2010

Page 6: Newsletter Simpul Demokrasi Edisi 55

139%

24%

30%

528%

63%

70%

922%

104%

110%

LAPORANutama6

karena awalnya waktu itu APBD Kota Batu masih belum bisa direalisasikan,'' ujar Eny seusai menjadi pembicara di S e k o l a h D e m o k r a s i A v e r r o e s Community pada hari Sabtu (24/7).

Sebaliknya kata Eny, program bedah rumah yang dilaksanakan PNPM mekanisme penentuan rumah yang mendapatkan program itu bersifat buttom up atau dari atas ke bawah melalui musyawarah rembug desa. Besaran anggarannya lanjut Eny juga

ditentukan pada saat musyawarah itu.''Nah masyarakat memperkirakan sendiri butuh anggaran berapa dan PNPM akan mengalokasikannya. Untuk besaran pastinya saya kurang tahu, namun sepertinya sama semua rumah,'' kata Eny.

Disinggung tentang kemungkinan adanya konflik antar masyarakat karena anggarannya berbeda itu, Eny belum bisa memastikannya. Namun dia berencana akan melakukan koordinasi dengan PNPM untuk membicarakan masalah ini. ''Nanti kita akan sinergiskan kerja PNPM dengan kita,'' imbuh Eny. (rif)

bagaimana bisa makan enak hari ini, tanpa harus memikirkan esok hari mau makan apa,'' kritiknya.

Selain tidak mendidik dan tidak memandirikan masyarakat, dalam pengamatannya ternyata sasaran pelaksanaan program bedah rumah ada yang salah sasaran. Dia mencontohkan, tetangganya yang masih muda dan masih kuat bekerja justru mendapatkan bedah rumah, sedangkan tetangga lainnya yang menurutnya lebih layak j u s t r u t i d a k m e n d a p a t k a n n y a . Penyebabnya menurut Yogi karena pe-merintah melakukan kesalahan proses identifikasi dan klasifikasi rumah tangga miskin. “ Perlu adanya peninjauan ulang terhadap 14 kriteria rumah tangga miskin, karena kalau coba kita baca konyol, masak orang miskin dilihat dari berapa kali mereka makan sehari,'' jelas pemuda berusia 24 tahun itu.

Karenanya dia berharap beragam

program pemerintah yang secara konseptual bagus namun dalam tataran implementasinya lemah harus segerah dibenahi. ''Program yang sifatnya pemberdayaan harus lebih digalakkan

lagi, karena bantuan-bantuan langsung yang diberikan selama ini tidak akan mengurangi angka kemiskinan,'' imbuh Yogi. (rif)

Dia melanjutkan, penentuan rumah yang dibedah dalam programnya pun bersifat top down. Artinya keterlibatan masyarakat sangat kecil.''Ya ada masyarakat yang dilibatkan, namun pemerintah lebih dominan. Anggaran-nya juga sudah kami tentukan melalui survei tersebut kira-kira rumah yang ini butuh berapa rumah yang itu butuh berapa. Kisarannya antara delapan sampai sepuluh juta. Anggaran awalnya lebih banyak bantuan dari perusahaan,

TITIK-TITIK KEMISKINAN DI KOTA BATUI. Kecamatan Batu

Jumlah Rumah Tangga : 21.189Jumlah Rumah Tangga Miskin : 2.213Prosentase : 10.44 %

II. Kecamatan BumiajiJumlah Rumah Tangga : 14.997Jumlah Rumah Tangga Miskin : 1.660Prosentase : 11.07 %

III. Kecamatan JunrejoJumlah Rumah Tangga : 11.651Jumlah Rumah Tangga Miskin : 1.944Prosentase : 16.69 %

Sumber : BPS Kota Batu

GRAFIS KRITERIA RUMAH TANGGA MISKIN : 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal (8m persegi /orang).2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terluas dari

tanah/bambu/kayu murahan.3. Jenis dinding terluas dari bambu/rumbia/kayu berkualitas

rendah/tembok tanpa plester.4. Tidak punya WC sendiri.5. Penerangan bukan dari listrik.6. Air minum tidak berasal dari sumur/mata air tidak

terlindung/sungai/hujan.7. Bahan bakar untuk masak dari kayu/arang/minyak tanah.8. Makan daging/susu/ayam maksimal satu kali perminggu.9. Beli pakaian baru hanya satu stell per tahun.10. Hanya makan 2 atau 1 kali per hari.11. Jika sakit tidak bisa ke Puskesmas/Poliklinik.12. Pekerjaan petani gurem/buruh dengan penghasilan rendah.13. Pendidikan Kepala Rumah Tangga SD ke bawah.14. Tidak punya aset minimal 500 ribu, seperti :

· Sepeda motor· Tabungan· Ternak· Perhiasan/emas· Televisi· Dan juga bukan PNS, TNI/POLRI, Pensiunan,

Pengungsi di barak dan rumah tangga yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap (Tunawisma).

Anam Rifai Tim Newsletter

EDISI LV/AGUSTUS/2010

Page 7: Newsletter Simpul Demokrasi Edisi 55

7RESENSIdemokrasi

Memilih untuk Benar

EORANG pria kulit hitam yang kira-kira berumur 20 tahun Sdengan membawa koper berlari

dalam kerumunan malam. Dia mencoba menghindari seorang pria yang berusaha membunuhnya. Namun naas benar nasibnya. Meskipun sudah berhasil menjauh dan bersembunyi dalam tumpukan kaleng, dia tetap ditemukan. Dua tembakan menembus kepala dan dada mengakhiri hidup pemuda itu. Pembunuh tersebut lantas mengambi l koper yang d ibawa korbannya.

Seorang pengantar pizza yang menaiki sepeda angin tidak sengaja melihat penembakan tersebut. Agar t i d a k k e t a h u a n , p e m b u n u h i t u m e n e m b a k p u n g g u n g d u a k a l i pengantar pizza tersebut yang sudah mencoba menjauhinya. Keesokan harinya, seorang perempuan berambut pirang Sonia Baker yang juga Staf Anggota Kongres Stephen Collins ditemukan tewas di stasiun kereta api bawah tanah. Dia diduga melakukan aksi bunuh diri.

Itulah adegan pembuka State of Play, film yang diadaptasi dari mini seri di Inggris dengan judul sama yang bertema politik dan disutradarai oleh

Kevin MacDonald. Berkisah tentang penyel id ikan seorang Reporter Washington Globe Cal Mc Affrey terkait kejadian pembunuhan yang akhirnya menyeret Anggota Kongres Stephen Collins yang juga teman sekamarnya waktu kuliah.

Awalnya Cal hanya menduga kasus pembunuhan pemuda kulit hitam dengan tewasnya Sonia Baker tidak berhubungan. Bersama dengan Della Frey reporter minim pengalaman yang dimiliki Washington Globe, Cal berhasil mengurai kasus itu dan menyimpulkan keduanya saling terkait. Dari hasil investigasinya, kesimpulan awal Cal kasus itu terkait narkoba. Namun setelah berbagai bukti dia kumpulkan, di luar dugaanya kasus ini ternyata lebih rumit dan tidak sesederhana yang dia perkirakan.

D a l a m p e r j a l a n a n n y a , C a l mendapati Sonia Baker memiliki keterkaitan dengan PointCorp, sebuah perusahaan raksasa jasa pengamanan Amerika Serikat yang beromzet puluhan milyar dolar. Cal menduga Sonia Baker dibunuh oleh tentara bayaran PointCorp. Begitu juga dengan pemuda kulit hitam. Cal mendapatkan informasi dari perempuan muda yang

mengaku pacar pemuda itu bila di dalam koper yang dibawa pacarnya ada dokumen-dokumen penting dan foto-foto Sonia Baker.

Hipotesa awal Cal disampaikan kepada atasannya di Washington Globe. Namun atasannya masih ragu untuk memuat kesimpulan Cal. Atasannya memerintahkan agar Cal mencari bukti keterkaitan PointCorp dengan tewasnya Sonia Baker. Cal menemui Stephen Collins untuk menanyakan apa yang dilakukan Sonia Baker sebelum tewas. Stephen menjelaskan bila Sonia adalah ketua tim penelitinya untuk menyelidiki PointCorp yang waktu itu berusaha meyakinkan kongres agar Amerika mengirim pasukan bayaran ke daerah konflik. Cal berpesan kepada Stephen agar hati-hati kepada PointCorp.

D i s i n i l a h k e p i n t a r a n K e v i n MacDonald. Kevin mengarahkan seolah-olah film ini sudah selesai dengan terpecahkannya kasus pembunuhan Sonia Baker. Penonton sudah dapat menyimpulkan bila pembunuh Sonia adalah PointCorp. Bukti juga sudah ditemukan Cal dengan pengakuan salah seorang penghubung PointCorp yang mengatakan bila Sonia adalah agen mereka dan ingin berhenti dari PointCorp karena mencintai Stephen.

Di kantor Washington Globe Cal akan menulis hasil investigasinya itu. Namun dia membutuhkan peryataan Stephen. Namun teman sekamarnya waktu kuliah itu tidak kunjung datang ke Washington Globe. Padahal Cal sudah meyakinkan atasannya bila Stephen akan datang dan memberikan peryataan. Waktu terus berjalan, deadline tulisan tinggal beberapa jam lagi. Akhirnya Stephen datang bersama istrinya Anne Collins dan memberikan peryataan kasus Sonia Baker. Tuntas sudah investigasi Cal bersama Della Frey.

Ending film ini menarik dan sulit ditebak oleh penonton. Ketika Cal hendak menulis berita itu, dia melihat foto Stephen bersama dengan tentara yang diselidikinya sebagai pembunuh Sonia dan pemuda kulit hitam. Cal melihat lambang pasukan khusus divisi tempat Stephen dulu di tempatkan sama

RESENSI FILM

Bersambung ke Halaman 13

EDISI LV/AGUSTUS/2010

Page 8: Newsletter Simpul Demokrasi Edisi 55

Ketika StakeholderBisa Duduk Satu Meja

ATU memang dikenal sebagai kawasan konservasi sumber air. BHulu Brantas –yang mengalir di

belasan kota dan kabupaten di Jawa Timur berada di wilayah ini, di samping lebih dari 100 sumber mata air lainnya. Seiring dengan pertambahan penduduk dan meningkatnya kegiatan ekonomi, daya dukung lingkungan sumber daya air mengalami penurunan. Kualitas dan debit air semakin hari terus berkurang. Meski telah banyak simpul masyarakat melakukan upaya konservasi, namun permasalahan seputar sumber air di Kota Batu semakin kompleks. Hal ini b isa tercermin dar i lambannya penanganan kerusakan infrastruktur DAM di beberapa titik, problem sampah di daerah aliran sungai, masalah ekonomi masyarakat sekitar hutan serta maraknya illegal sand maining menjadi sekian dari permasalahan krusial yang hingga kini masih belum teratasi dengan baik.

Berangkat dari keresahan ini beberapa aktivis NGO, birokrat dan tokoh masyarakat berkumpul dan duduk bersama untuk mendiskusikan

kajian tentang “Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) di Kota Batu”. Kegiatan ini dilaksanakan dan difasilitasi oleh Sekolah Demokrasi pada Rabu, 21 Juli 2010. Adapun stakeholder yang berkesempatan hadir pada diskusi itu antara lain Drs. H. Bambang Parianom, MM (Kepala KLH Kota Batu), H. Rahman Hadi (staf BAPPEDA), I r . Kartono (Kabid Kehutanan), Arif Erwinadi dan Sujianto (TKPSDA WS Brantas), Pandriono (YPP), Suwandi (HIPPAM), Drs. M. Ali Aji SH (HAPSA), Ir. Herru Setya Aji (LMDH), Ir. Parno Muttaqien (FOKAL MESRA), Misnu (HIPPA), Mardi Setianingsih (Komunitas Batu untuk

Demokrasi), M. Dani Rahman dan Immanuel Yosua (mewakili peserta SD), Ponco (FKWB) dan beberapa tokoh lain.

Dalam diskusi ini banyak dieksplorasi berbagai persoalan mendasar berkenaan dengan sumber daya air di Kota Batu. Persoalan tersebut meliputi kurang optimalnya koordinasi lintas sektoral, lemahnya penegakan hukum berkenaan dengan perizinan dan kelayakan l i n g k u n g a n , p e r s o a l a n e k o n o m i masyarakat sekitar hutan, dan sebagai-nya yang berdampak pada tidak ter-tanganinya sumber daya air dengan manajemen yang baik. Meski diwarnai sedikit perdebatan, diskusi berlangsung cukup kritis, reflektif dan hangat. Salah satu rekomendasi dari diskusi ini adalah mendesak eksekutif dan legislatif untuk menfasilitasi terbentuknya Dewan Sumber Daya Air Kota Batu sebagaimana amanah Peraturan Presiden No 12 Tahun 2008. Keberadaan dewan ini diharapkan

PROGRESSreport8

EDISI LV/AGUSTUS/2010

Page 9: Newsletter Simpul Demokrasi Edisi 55

PROGRESSreport

m e n j a d i k o m i s i k h u s u s u n t u k merumuskan kebijakan strategis dan integral berkenaan dengan pen-gelolaan dan penyelesaian masalah sumber air.

Konservasi bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah. Me-lestarikan dan menjaga daya guna sum-ber a ir membutuhkan per i laku /pemanfaatan air yang bertanggung-jawab dari semua pihak, baik itu pemerintah, pelaku ekonomi, maupun masyarakat luas. Untuk itu, sinergisitas seluruh komponen menjadi prasyarat mutlak dalam mempertahankan kelestarian sumber daya air. Tanpa sinergisitas ini, keberadaan lembaga sehebat apapun tidak akan memiliki makna apa-apa. Karenanya, upaya kelestarian alam tidak cukup hanya dengan perbaikan manajemen di tingkatan birokrasi, namun juga membutuhkan gerakan sosial dan

revolusi perubahan perilaku yang kesemuanya itu membutuhkan andil dari semua pihak.

Dalam beberapa bulan terahir, diskursus tentang sumber daya air dan pelestarian lingkungan cukup men-gemuka dalam diskusi dan kegiatan Sekolah Demokrasi. Baik melalui kegiatan diskusi kelas, talkshow TV dan radio juga dalam diskusi dan obrolan informal. Kegiatan diskusi pada tanggal 21 Juli yang dikemas dalam Focus Groups Discussion tersebut adalah salah satu kegiatan dalam bulan Juli di tengah kegiatan regular Sekolah Demokrasi dan kegiatan talkshow.

Di bulan Juli ini juga terlaksana enam kegiatan inisiasi kelompok yang diselenggarakan oleh peserta sekolah demokrasi. Kegiatan inisiasi adalah kegiatan yang didesain, diselenggara-kan dan dirumuskan secara mandiri oleh kelompok dengan menekankan aspek pengabdian dan pemberdayaan kepada masyarakat. Keenam kegiatan tersebut meliputi : 1. Pelatihan Kepemimpinan Dasar Bagi

Ibu PKK di Kecamatan Bumiaji (Kelompok II), dilaksanakan pada 8 Juli di Kantor Kecamatan Bumiaji.

2. Pelatihan Internet Bagi Ibu Rumah Tangga (Kelompok III), dilaksana-kan pada 15 Juli, 2010 di Sekretariat Sekolah Demokrasi,

3. Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaat-an Pupuk Organik (Kelompok V), dilaksanakan pada 18 Juli di Balai Desa Giripurno, 18 Juli 2010,

4. Pencegahan kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Melalui P e m b e n t u k a n C h a n g e M a k e r (Kelompok IV), dilaksankan pada 27 Juli 2010 di Balai Desa Dadaprejo (Kelompok IV),

5. Workshop Mengantisipasi Degradasi Moral Anak dan Remaja di Era Globalisasi (Kelompok I), dilaksana-kan pada 28 Juli 2008 di Balai Kota Batu,

6. Pelatihan Pemeliharaan Kesehatan Keluarga (Kelompok VI), dilaksana-kan pada 29 Juli di Balai Material Medika.

9

EDISI LV/AGUSTUS/2010

Page 10: Newsletter Simpul Demokrasi Edisi 55

BICARAdemokrasi10

Benny Susetyo

ERDEKA, menurut para p e n d i r i r e p u b l i k , d i -Mmaksudkan sebagai sebuah

kebebasan atas penindasan dan perbudakan dari kolonialisme. Kalau makna kemerdekaan adalah ber-akhirnya sejarah kolonialisme yang ditandai dengan sifat eksploitasi manusia, di mana manusia hanya di-jadikan alat produksi semata, berarti kita sekarang belum merdeka seutuh-nya. Kita baru merdeka dalam tahap simbol formal bahwa Indonesia tidak berada di bawah bayang-bayang negara lain, tapi kita belum merdeka dalam arti yang digariskan oleh founding fathers itu.

Sebagian besar rakyat kecil masih sering berada di alam pemerasan dan kekerasan oleh elit politik, penguasa dan pemodal. Alam yang seharusnya diolah demi kemakmuran rakyat, nyatanya hanya digunakan untuk ke-makmuran sebagian sangat kecil orang. Sebagian kecil orang itu mungkin sudah merasa merdeka, akan tetapi sebagian sangat besar masyarakat belum merasakan kemerdekaan dalam arti demikian. Sebab sumber alam bukan untuk kepentingan mereka melainkan demi kepentingan para pemilik modal.

D e n g a n d e m i k i a n , r e f l e k s i kemerdekaan seharusnya diletakkan dalam sebuah pertanyaan besar sejauh mana bangsa ini mempertanyakan kembali cita-cita kemerdekaan yang mendasar. Kata-kata “merdeka” itu dari dari apa, oleh siapa, untuk apa dan bagaimana caranya? Apakah cita-cita yang melatarbelakangi kemerdekaan itu sudah sesuai dengan orientasi, visi dan misi sebagai bangsa yang ber-daulat? Lalu berdaulatkah bangsa kita saat ini? Secara formal-konstitusional memang kita berdaulat, tapi bagaimana praktiknya?

Kemerdekaan ManusiaMerefleksikan kemerdekaan yang

setiap tahun kita rayakan, penulis mengingat almarhum Romo Mangun. Baginya, kemerdekaan adalah ke-pedulian untuk terus-menerus mem-berdayakan manusia agar ia me-mahami dirinya sendiri sekaligus meng-aktualisasikan kreativitasnya demi membangun kemakmuran bangsa dan negara. Gagasan Romo Mangun tersebar dalam berbagai pikiran untuk membebaskan manusia dari belenggu. Bangsa baginya tidak hanya sebagai kumpulan manusia yang setiap tahun merayakan kemerdekaan. Kemerdeka-an bangsa adalah cerminan dari manusia sebagai individu yang otonom.

Kenyataannya, meski kita sudah merdeka hampir setengah abad dari penjajah, namun arti kemerdekaan itu hanya bisa dilekatkan sebagai ke-merdekaan secara formal. Itupun masih harus kita pertanyakan kembali, meski kita sudah merdeka namun pada hakikatnya kita masih terjajah secara ekonomi. Kemerdekaan sebagai sebuah bangsa secara formal bukanlah cermin kemerdekaan manusia per manusia di dalamnya. Kemerdekaan itu l e b i h b e rk o no t a s i s e b a ga i k e -merdekaan kolektif, formalisitik dan simbolistik. Bukan sebagai kemerdeka-an jiwa dan otonomi individu di dalamnya.

Kegelisahan bangsa ini, terutama, adalah karena selama ini kita lebih hanya menjalankan reformasi yang setengah hati. Ini disebabkan oleh mentalitas yang setengah-setengah dalam menegakkan keadilan dan hukum. Mentalitas setengah-setengah itu tercermin dalam berbagai keraguan untuk menegakkan hukum dan ke-adilan. Hukum dan keadilan kerapkali dikalahkan oleh kekuatan politik dan uang. Dua hal ini begitu kuat men-gendalikan hukum di republik ini. Dengan uang semua perkara menjadi beres dan mudah diselesaikan di bawah meja . Keadi lan hanya menjadi

permainan kata-kata oleh para elit politik yang selalu berkelit demi menjaga konsitusi. Padahal semua tahu bahwa konstitusi sedang dijalankan dengan s e t e n g a h h a t i ; “ s e s u a i d e n g a n pesanan”. Seolah-olah mereka meng-alami keraguan, ketakutan untuk bertindak. Mereka tampaknya memiliki mentalitas minder dengan para pemilik uang.

Mentalitas ElitDalam konteks pendidikan, ke-

takutan luar biasa terhadap mereka yang memiliki uang merupakan cermin gagalnya pendidikan di republik ini. Kita belum mampu memproses manusia yang merdeka; mendidik manusia untuk benar-benar menjadi merdeka. Mereka belum mampu memerdekakan bangsa dan manusia Indonesia dari sikap dan sifatnya yang minder, yang tidak fair, yang digerakkan oleh mentalitas kuli dan babu yang cenderung menjilat ke atas dan menginjak ke bawah, yang tidak setia kepada kawan, mudah meng-khianati dan menjualnya, yang enak dan tega memfitnah dan membunuh nama baik dan kesempatan kawan. Dari sana kemudian lahir suatu watak yang tidak suka membela kebenaran.

Watak ini oleh Romo Mangun (1999) pernah dikatakan sebagai watak mencari selamat sendiri-sendiri. Bahkan ini dilakukan melalui pengorbanan orang lain. Mereka lebih suka berbohong dengan dalih menjaga harmoni. Demi semua itu, mereka tak mau bekerja secara fair play, tetapi lebih menyukai menjadi bunglon demi menjaga karir, martabat dan status. Mentalitas

Kemerdekaan untuk Semua

Bersambung ke Halaman 13

EDISI LV/AGUSTUS/2010

Page 11: Newsletter Simpul Demokrasi Edisi 55

Melihat Kinerja Pemerintahdalam Pengentasan Kemiskinan

Edi Purwanto

11BICARAdemokrasi

ADA September 2000, Pe-merintah Indonesia bersama 188 Pnegara lainnya menandatangani

Deklarasi Milenium Persatuan Bangsa-Bangsa yang lebih sering disebut dengan Milenium Development Goals (MDG's). Tujuan dari kesepahaman itu adalah untuk mengentaskan kemiskin-an, memperbaiki kualitas kesehatan dan pendidikan, meningkatkan per-damaian dan hak asasi manusia, kesetaraan gender dan kesinambungan lingkungan hidup. Pertemuan itu juga menyepakati target terukur yang harus dicapai masyarakat global pada tahun 2015. Dalam pengentasan kemiskinan pemerintah harus menurunkan pro-posisi jumlah penduduk yang pen-dapatannya di bawah USD 1/hari men-jadi setengahnya yaitu sebanyak 10,3 persen dari jumlah penduduk. Sampai dimanakah kinerja pemerintah dalam menyepakati forum itu, terutama dalam penanggulangan kemiskinan?

Menurut data BPS tahun 2010 laju penurunan angka kemiskinan selama Maret 2009-Maret 2010 hanya 0,82 Persen. Lebih lambat jika dibandingkan dengan dengan periode Maret 2008-Maret 2009 sebesar 1,27 Persen. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2010 mencapai 31,02 juta orang atau 13,33 Persen. Tahun ini berkurang 1,51 juta orang jika dibandingan dengan Maret 2009 sebanyak 32,53 juta orang atau 14,15 persen (Kompas, 12 Juli 2010).

Penurunan penduduk miskin ini juga diamini oleh pengamat ekonomi, Faisal Basri. Dia mencatat bahwa selama 15 tahun terakhir ini angka kemiskinan cenderung menurun, namun lambat yakni, dari 17,7 persen pada tahun 1996 menjadi 13,3 persen di pada 2010. Namun pada tahun 2006 angka kemiskinan mengalami kenaikan sebesar 39,05 juta (17,75 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Februari 2005 yang berjumlah

35,10 juta (15,97 persen), berarti jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 3,95 juta pada tahun itu.

Berbagai program pengentasan kemiskinan di Indonesia sebenarnya telah dilakukan pemerintah. Misalnya Program Inpres Desa Tertinggal (IDT), Jaringan Pengaman Sosial (JPS) yang sekarang berubah nama menjadi JAMKESMAS, Program Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang sekarang berubah menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) baik pedesaan mau-pun perkotaan, Program Kompensasi Kenaikan BBM berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Tidak Langsung (BTL), Program Keluarga Harapan (PKH) yang semuanya itu telah menghabiskan dana yang tidak sedikit. Akan tetapi berbagai program pengentasan kemiskinan ini seakan belum membuahkan hasil yang maksimal.

Akar kemiskinanBerbagai program pengentasan

kemiskinan yang ada, kenyataannya justru menghasilkan kondisi yang tidak menguntungkan masyarakat miskin. Hal ini bisa dilihat dari beberapa kasus yang ada misalnya salah sasaran, terciptanya benih-benih fragmentasi sosial, dan yang paling mendasar adalah melemahkan capital sosial ( g o t o n g - r o y o n g , m u s y a w a r a h , kepedulian, keswadayaan dan lain-lain). Lemahnya capital sosial di masyarakat ini pada gilirannya juga akan mendorong pergeseran perilaku masyarakat yang semakin jauh dari sifat kemandirian, kebersamaan dan kepedulian untuk mengatasi per-soalannya secara bersama. Kondisi capital sosial yang melemah serta memudar ini lebih disebabkan oleh keputusan, kebijakan atau tindakan pengelola program dan pemimpin-

pemimpin masyarakat yang selama ini cenderung tidak adil, tidak transparan dan tidak bisa terganggu-gugat, serta yang paling penting adalah tidak adanya keberpihakan kepada masyarakat miskin. Hal ini mengakibatkan kecuriga-an, ketidakpedulian dan skeptisme di masyarakat.

Di s is i la in , upaya-upaya pe-nanggulangan kemiskinan lebih banyak diarahkan hanya untuk meningkatkan penghasilan masyarakat miskin melalui berbagai program ekonomi. Seperti peningkatan penghasilan, pemberian kredit lunak, dsb. Semua ini tidak bisa disangkal akan meningkatkan peng-hasilan masyarakat miskin akan tetapi tidak serta-merta menyelesaikan per-soalan kemiskinan. Kesalahan mendasar yang saat ini terjadi adalah melihat kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yang disebabkan oleh rendah-nya penghasilan mereka, sehingga pemecahan yang paling logis adalah dengan cara meningkatkan penghasilan. Peningkatan penghasilan di sini dianggap sebagai obat paling mujarab untuk keluar dari belenggu kemiskinan. Padahal kenyataannya akar kemiskinan malah bukan berasal dari penghasilan. Karena tinggi rendahnya penghasilan seseorang sangat dipengaruhi oleh berbagai peluang yang dapat diraihnya.

Kemiskinan lebih disebabkan karena kebijakan-kebijakan politik pemerintah

Bersambung ke Halaman 15

EDISI LV/AGUSTUS/2010

Page 12: Newsletter Simpul Demokrasi Edisi 55

JELAJAHmalang12

Beji, Salah Satu Desa Berstatus“Zona Merah”Laporan: Samsud Dhuha

ALAH satu diantara lima desa di Kota Batu yang dinyatakan Badan SPusat Statistik (BPS) termasuk

kategori zona desa merah adalah Desa Beji Kecamatan Junrejo. Desa yang masuk kategori itu menurut BPS mempunyai tingkat kemiskinan di atas 16,5 persen dari jumlah total kepala keluarga (KK). Data BPS terakhir menyebutkan, dari 1.912 KK di Desa Beji, 375 diantaranya dinyatakan termasuk rumah tangga miskin (RTM). Sedangkan empat desa lain yang masuk kategori z o n a d e s a m e r a h a d a l a h D e s a Pesanggrahan, Sumberejo, Tlekung dan Torongrejo.

Senin (19/7) Simpul Demokrasi mengunjungi Desa Beji. Suasana asri nan sejuk begitu terasa ketika mengelilingi desa ini. Desa Beji dikenal sebagai desa penghasil sayur-sayuran seperti tomat, seledri, dan daun selada. Mayoritas masyarakat Beji yang bekerja sebagai petani belum mengetahu bila desa mereka ditetapkan BPS sebagai salah satu desa dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Batu.''Sebagian besar lahan pertanian di sini berstatus milik pribadi,

untuk melakukan reidentifikasi ulang,'' tuturnya.

Dia melanjutkan, berbagai program pemberdayaan masyarakat yang digulirkan pemerintah juga belum membantu mengentaskan masyarakat dari kemiskinan. Menurut Atok, program pemberdayaan masyarakat baik yang dilaksanakan pemerintah pusat maupun Pemerintah Kota (Pemkot) Batu masih b e r s i f a t i n s t a n d a n t i d a k berkelanjutan.''Banyak yang bersifat fisik, tidak melihat potensi daerah yang menjadi sasaran. Seharusnya kota seperti Batu sektor agraris dijadikan pilot project pemberdayaan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat,'' kritik Atok.

Selain itu kata dia, selama ini konsep pemberdayaan masyarakat masih bersifat top down atau dari atas ke bawah, sehingga has i lnya t idak maksimal. Berbeda menurutnya bila konsep pemberdayaan lahir dari bawah ke atas. Sedangkan terkait pemberian status zona merah kepada Desa Beji, Atok berharap Pemerintah Kota Batu m e l a k u k a n p e n g a w a l a n s e c a r a serius.''Saya mengusulkan daerah zona merah harus ada pendampingan serius dari Pemkot. Saya tidak habis pikir mengapa daerah potensial seperti Batu ada daerah yang masuk zona merah. Harus ada tindakan nyata dari Pemkot,'' tandas Atok.

Perlu Ruang Gerak LebihMeskipun desa langsung berhadapan

dengan masyarakat dan memiliki peran s t r a t e g i s u n t u k m e n g e n t a s k a n k e m i s k i n a n , n a m u n t e t a p s a j a dibutuhkan peran dari pemerintah. Pasalnya, alokasi dana desa yang begitu besar pun kalau tidak dikelola dengan baik juga akan sia-sia. Disisi yang lain, p e m e r i n t a h j u g a m e m b u t u h k a n masyarakat untuk memberikan inisiatif program pengentasan kemiskinan seperti apa yang dibutuhkan mereka.

''Untuk kasus desa yang masuk zona merah meskipun Pemkot menyalurkan dana besar, kalau tidak ada inisiatif dari masyarakat untuk keluar dari kemiskinan juga tidak akan berhasil,'' tutur Atok.

D i a m e m b e r i k a n s a l a h s a t u contohnya. Ketika petani Beji mengalami

jadi tidak mungkin banyak masyarakat miskinnya,'' ujar Wiwik salah seorang Anggota Kelompok Tani Sumber Makmur di Desa Beji.

Menurut Wiwik, masyarakat Beji juga sudah belajar mengatasi berbagai masalah pertanian yang ada termasuk kelangkaan pupuk yang kerap terjadi. Keberadaan pupuk bagi masyarakat Beji memang sangat vital. Maklum urat nadi ekonomi masyarakat di sana sangat bergantung pada sektor pertanian.'' Krisis pupuk yang terjadi dua tahun lalu menjadi pelajaran bagi kami. Kejadian itu yang membuat petani di sini mendirikan Kelompok Tani Sumber Makmur ini. Tiap bulan satu kali kami berkumpul rembug dengan seluruh petani dan aparat desa,'' kata Wiwik.

Sementara itu Kepala Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Beji Atok Miftathul Huda mengakui bila desa mereka ditetapkan BPS sebagai salah satu desa yang masuk zona merah. Namun dia menyayangkan pemberian status itu.'' Kami tahu desa kami masuk zona merah, tapi mohon pihak BPS

EDISI LV/AGUSTUS/2010

Page 13: Newsletter Simpul Demokrasi Edisi 55

13JELAJAHmalang

kelangkaan pupuk, maka mereka b e r i n i s i a t i f u n t u k m e m b e n t u k Kelompok Tani Sumber Makmur III. Dengan kelompok tani itu mereka meminta bantuan pemerintah desa untuk mengusulkan aspirasi ke pemerintah.

''Dengan bantuan pemerintah desa itu kami ajukan aspirasi ke dinas terkait. Usaha pemerintah lancar, kerukunan masyarakat juga terjaga,'' ujar Nanan Sugiono, Sekretaris Kelompok Tani Sumber Makmur III.

Atok sendiri berharap kedepan P e m e r i n t a h K o t a B a t u b i s a memberikan ruang gerak lebih bagi desa untuk membuat inovasi-inovasi t e r k a i t d e n g a n p e n g e n t a s a n kemiskinan. Pasalnya kata Atok, desa yang lebih tahu dengan detail kondisi masyarakat setempat.'' Saya ingin di Beji ada pasar sore atau pasar minggu atau semacam itu. Masyarakat nanti yang akan mengelola pasar itu. Namun karena keterbatasan, rencana itu masih dalam tahap angan-angan saja,''

kata Atok.Ide-ide yang muncul dari masyarakat

seperti itu bisa menjadi salah satu a l t e r n a t i f p e m e c a h a n m a s a l a h pengentasan kemiskinan di Kota Batu. Pemerintah harus lebih giat lagi untuk membuat focus groups discussion (FGD) untuk mengetahui aspirasi masyarakat, itung-itung untuk menambah aspirasi yang sudah muncul dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang). (rif)

tersebut begitu kuat, dan akibatnya mereka tidak berani mengambil resiko dan berpedoman lebih baik mencari keselamatan diri sendiri saja.

Suka tidak suka, sadar tidak sadar, harus dikatakan bahwa inilah cermin sebagian besar elit politik kita hari ini, yang t idak berani mengadakan perubahan secara radikal dengan merombok sistem lama yang penuh kepalsuan. Sungguh ironis, karena sudah tahu sistem tersebut penuh dengan kebobrokan, namun justru tetap dilestarikan karena berdalih men-jaga kesopanan. Tidak ada kesadaran bahwa selama sistem lama masih bercokol, jangan harap menghasilkan elit yang berkualitas.

Mereka memang memakai baju elit tetapi perilaku mereka jauh dari hakikat elit itu sendiri. Kata elite dalam bahasa latin berarti orang yang unggul dalam kepribadian, kemahiran, kecerdasan, dan kemampuan. Realitasnya, mereka jauh dari makna itu. Konotasi elite sekarang justru bergeser menjadi orang gedongan yang hidup serba mewah, selalu dilayani dan inginnya dianggap sebagai tuan dan bos. Kerja elit tersebut

hanya di atas kertas, dan tidak mau turun ke bawah untuk melihat serta mendengar realitas yang ada. Kerjanya hanya sebatas membuat rumusan konsep, tapi aplikasinya tidak pernah dipikirkan secara mendalam. Mereka lebih percaya pada apa yang dikatakan konsultan dari pada turun langsung ke bawah. Dan mentalitas seperti inilah yang kita jumpai dalam birokrasi kita saat ini.

Kemerdekaan dan KemakmuranApakah para pendiri republik ini

b i s a m e m p e r k i r a k a n m a k n a kemerdekaan bagi para korban peng-gusuran? Apa makna kemerdekaan buat para petani dan buruh yang setiap hari dihadapkan tantangan me-lambungnya harga-harga yang tak bisa dicerna akal waras? Apa makna kemerdekaan buat para orang tua yang tak bisa menyekolahkan anak-anaknya gara-gara biaya pendidikan yang diatur seenak perutnya sendiri?

Kita bisa melanjutkan pertanyaan tersebut ke dalam semua segmen masyarakat yang terpaksa merayakan kemerdekaan di tengah penderitaan

akibat ulah penguasa yang hanya mementingkan akal bulus daripada akal waras. Mereka sulit mencerna makna dan cita-cita kemerdekaan yang sering didengar tapi tak dirasakan.

Cita-cita kemerdekaan yang digaris-kan oleh para pendiri republik seolah luntur. Barangkali tak pernah disangka para pendiri republik jika akhirnya kemerdekaan yang telah diraih dengan darah dan pengorbanan untuk keluar dari jerat pikir penjajahan, kembali lagi menuju penjajahan di bawah dalih kemerdekaan. Ironisnya, penjajahan dalam arti yang lebih luas (politik, ekonomi, sosial, budaya) dilakukan oleh bangsa sendiri atau bersama dengan bangsa lain melalui persekongkolan jahat. Dalihnya kemakmuran walau nyatanya ketertindasan.

Revolusi '45 yang sudah meng-hasilkan landasan bagi kemerdekaan pol i t ik su l i t d i teruskan menuju kemerdekaan sosial, ekonomi dan budaya sebagai sebuah cita-cita kemerdekaan bangsa secara men-yeluruh.*Penulis adalah Warga Averroes Community

dengan lambang kaos yang dipakai tentara pembunuh itu waktu ingin membunuhnya. Dari sini Cal ber-kesimpulan bila pembunuhan Sonia erat kaitannya dengan Stephen. Dia tidak jadi menulis dan meminta kepada atasannya untuk menunda berita halaman pertama. Cal bergegas menemui Stephen dan mengatakan kesimpulan-

nya itu. Stephen tidak bisa mengelak dan mengakui keterlibatannya dalam pembunuhan itu.

Melalui film ini Kevin MacDonald memperlihatkan bagaimana integritas seorang jurnalis sebenarnya dengan mengambarkan pilihan Cal yang bersifat profesional. Sebagai seorang teman, Cal diminta Stephen agar tidak

menulis keterlibatannya. Namun Cal menolak, bahkan dia melaporkan Stephen ke polisi.

*Peresensi adalah warga Averroes Community dan penikmat film

EDISI LV/AGUSTUS/2010

Page 14: Newsletter Simpul Demokrasi Edisi 55

SAPAsosok14

Tutik Kusmiati, Hidupnya untukBerdayakan Masyarakat MiskinLaporan: Irwan Sugiarto

ANYAK metode yang bisa digunakan untuk melakukan Bpendekatan kepada masyarakat,

namun Tutik lebih memilih meng-gunakan pendekatan persuasif ketika melakukan berbagai programnya. Menurutnya dengan pendekatan ini maka kedekatan antara fasilitator pendamping dengan warga dampingan lebih erat. Disamping itu Tutik menilai rasa kekeluargaannya juga kental. ''Masyarakat itu harus dituntun, di-bimbing dengan penuh kasih sayang, contohnya walaupun kita tidak mem-bawa apa-apa mereka seneng kok kalau kita datang dan menanyakan keluh kesah mereka,'' ujar Tutik.

Sebaliknya metode pendekatan struktural dinilai Tutik tidak begitu tepat untuk digunakan dalam pemberdayaan masyarakat. Menurutnya pendamping masyarakat haruslah non-birokrasi. Dengan begitu maka pendamping tersebut dapat lebih menyatu dengan masyarakat dampingannya sehingga hasilnya lebih baik.'' Kadang masyarakat itu trauma kalau melihat seragam coklat-coklat, terkesan kaku dan formil,'' Ujar Bendahara Ranting PDIP Kalirejo Lawang Kabupaten Malang itu.

Atas dasar pemikiran itu, selama ini ketika melakukan pendampingan mulai di Lekok Kabupaten Pasuruan hingga sekarang di Kota Batu, Tutik konsisten dengan metodenya. Namun dia sadar kunci keberhasilan pemberdayaan masyarakat utamanya dalam bidang pengentasan kemiskinan bukan itu satu-satunya. Sinergitas antara goverment dan civil society secara terus menerus adalah kunci yang lain. Karenanya dia

sangat menyayangkan program pem-berdayaan dalam bidang kemiskinan yang dilakukan pemerintah masih setengah-setengah.''Banyak program tetapi tak ada kesinambungan, contohnya setelah masa kontrak saya selama tiga tahun selesai ya selesai begitu saja. Walaupun kemudian ada program baru yang bersifat lanjutan namun komunikasi dengan fasilitator/ pendamping sebelumnya t idak dilakukan. Kalau seperti itu kan mulai dari nol lagi,'' papar Tutik.

Ingin Kuliah PertanianSejak awal Tutik memiliki keinginan

untuk kuliah di bidang pertanian. Dia merasa dengan mengambil bidang itu maka cita-citanya menjadi pendamping masyarakat miskin utamanya petani dapat tercapai. Namun, keinginan Tutik itu mendapatkan rintangan yang berat yakni larangan dari orang tuanya. “Bapak ingin agar saya kuliah meng-ambil jurusan hukum saja di Universitas Merdeka. Soalnya Bapak adalah Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI). Tapi saya menolak dan tetap ingin kulian mengambil jurusan pertanian,” kata Tutik.

Karena larangan itu, Tutik lebih memilih untuk tidak langsung kuliah selepas lulus SMA pada tahun 1980. Setahun kemudian baru setelah Bapaknya mengijinkan dia akhirnya kuliah dengan mengambil jurusan pertanian di Universitas Islam Malang (Unisma). Lulus tahun 1988 Tutik bekerja pada perkebunan di Lawang selama enam tahun. Tahun 1994 dia ingin mewujudkan cita-citanya menjadi

pen-damping masyarakat miskin dengan mengikuti program pemerintah Sarjana Pendidikan Purna Waktu (SPPW) di Desa Lekok Kabupaten Pasuruan. Di sana Tutik mengembangkan lembaga keuangan untuk simpan pinjam warga guna meningkatkan ekonomi warga desa.'' Saya pernah memberikan kambing pada seorang janda, saking senengnya dengan kambing itu sampai-sampai janda tersebut tidur menemani kambing itu di kandangnya,” Kenang sarjana lulusan Universitas Islam Malang (Unisma) ini sambil tersenyum.

Setelah empat tahun kontrak kerja pendampingan di Lekok selesai, dia mengikuti seleksi Program Pem-berdayaan Kecamatan (PPK) yang diselenggarakan oleh Badan Perencana-an Pembangunan Nasional (Bappenas). Tutik lulus seleksi dan di tempatkan sebagai fasilitator kecamatan di Ke-camatan Poncokusumo Kabupaten Malang dengan masa program selama 3 tahun. Di sana dia membentuk Unit Pengelola Kegiatan (UPK) yang salah satu fungsinya adalah untuk simpan pinjam warga.''UPK tersebut memang dibutuhkan oleh warga Poncokusumo untuk pengembangan usaha,'' jelas Tutik.

Setelah masa tugasnya sebagai pendamping di Kecamatan Ponco-kusumo berakhir pada 2001, Tutik bekerja di sebuah pabrik rokok. Apa daya karena memang panggilan hatinya sedari kecil

EDISI LV/AGUSTUS/2010

Menjadi pendamping masyarakat miskin adalah cita-cita Tutik Kusmiati sejak kecil. Dia merasa aktivitas itu adalah panggilan hatinya. Sejak tahun 1994 hingga sekarang, perempuan kelahiran Malang 14 September 48 tahun silam itu aktif menjadi pendamping masyarakat miskin dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat. Selama itu dia merasa kunci keberhasilan dalam melakukan pemberdayaan masyarakat tergantung pada metode pendekatan yang dilakukan kepada warga dampingan.

Irwan Sugiarto Tim Newsletter

Page 15: Newsletter Simpul Demokrasi Edisi 55

15SAPAsosok

a d a l a h u n t u k m e n g a b d i p a d a masyarakat tidak mampu, tahun 2008 dia memilih keluar dan kembali menjadi pendamping untuk program pem-berdayaan masyarakat dari Himpunan Peternak Indonesia (HPI) di Kota Batu. Agar lebih konsentrasi, Juni 2010 dia bersama suaminya memilih menetap di Kota Wisata itu. Sebelumnya Tutik berdomisili di Lawang Kabupaten

Malang. ''Biar lebih dekat mas,'' kata Tutik.

Di kota barunya itu Tutik mempunyai angan-angan untuk melaksanakan p r o g r a m p e n d a m p i n g a n p a d a masyarakat pinggiran. Dia mengamati bila kesejahteraan masyarakat di pinggiran Kota Batu masih tertinggal. ''Kalau yang di sekitar pusat kota rata-rata ekonomi masyarakatnya sudah

mapan atau cukup, berbeda dengan yang di daerah pinggiran atau daerah perbatasan yang masih rendah,''ujarnya. (rif)

yang tidak adil sehingga menyebabkan sebagian masyarakat tersingkir dari sumber daya kunci yang dibutuhkan dalam menyelenggarakan hidup mereka secara layak.

Akar dari kemiskinan di masyarakat bisa dilihat dari dua segi, yakni eksternal dan internal. Sebab eksternal bisa meliputi musibah atau bencana alam, krisis ekonomi, kebijakan politik yang tidak berpihak, struktur ekonomi yang tidak adil dan lainnya. Sedangkan sebab internal, bisa dikarenakan kemalasan, ketakutan, kepelitan, lilitan hutang atau ketidakmampuan seseorang dalam menjalin interaksi dengan sesama. Selain itu, minimnya akses ekonomi dan

ketidakmampuan dalam mengelola pendapatan juga menjadi penyebab gurita kemiskinan. Dua komponen ini saling mempengaruhi satu sama lainnya.

Selama pemerintah masih memiliki nalar yang korup dan perilaku yang kurang baik, maka kemiskinan akan senantiasa menjadi permasalahan tersendiri di negara kaya ini. Karena kebijakannya tidak pernah meng-untungkan orang miskin. Target MDG's yang telah disepakati bersama 10,3 persen secara kuantitatif mungkin bisa tercapai karena ukurannya adalah pendapatan, namun target kualitatif t e r k a i t d e n g a n k e p e k a a n d a n

kemandirian dalam menyelesaikan masalah kemiskinan masih dipertanya-kan. Akankah kemiskinan senantiasa menjadi momok peradaban yang senantiasa menghantui negara kita yang kaya ini?

*Penulis adalah warga Averroes Community

Kutipan ''Selama pemerintah masih memiliki nalar yang korup dan perilaku yang kurang baik, maka kemiskinan akan senantiasa menjadi permasalahan tersendiri di negara kaya ini''.

Segenap Keluarga Besar Averroes CommunityMengucapkan

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1 Syawal 1431 H

Segenap Keluarga Besar Averroes CommunityMengucapkan

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1 Syawal 1431 H

Sekolah Demokrasi XIVPenerbitan Newsletter Edisi LVI

Talkshow Televisi XIVTalkshow Radio XVII dan XVIII

Penerbitan Buku Seri Demokrasi 17

AGENDA SEPTEMBER 2010

SIMPUL DEMOKRASIKami Hanya Memberitakan Kebenaran

EDISI LV/AGUSTUS/2010

Averroes CommunityMengucapkan:

DIRGAHAYU ke- 65 REPUBLIK INDONESIASekali Merdeka Tetap Merdeka

Page 16: Newsletter Simpul Demokrasi Edisi 55

16 GALERIkegiatan

FOCUSgroupsdiscussion INISIASIsekolahdemokrasi

EDISI LV/AGUSTUS/2010

DIKLATjurnalistik