News1. Verifikasi Lapangan Terkait Kasus Karhutla Di PT.alm

8
Verifikasi Lapangan Terkait Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan Di PT. Agro Lestari Mandiri Kabupaten Ketapang Dalam pasal 1 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.12/Menhut- II/2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan, kebakaran hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga mengakibatkan kebakaran hutan dan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kata kebakaran selalu dihubungkan dengan hutan dan lahan. Tetapi kebakaran hutan berbeda dengan kebakaran lahan. Kebakaran hutan adalah kebakaran yang terjadi di dalam kawasan hutan sedangkan kebakaran lahan adalah kebakaran yang terjadi diluar kawasan hutan. Kebakaran hutan dan lahan adalah salah satu masalah yang sering terjadi di Kalimantan Barat selain bencana banjir. Secara umum, kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh faktor antara lain : bahan yang mudah terbakar (materials), sumber api (mition) dan zat asam (oxygen). Penyebab kebakaran hutan dan lahan tersebut bisa disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembukaan lahan untuk pertanian dengan sistem pembakaran maupun oleh kejadian alam seperti petir, letusan gunung berapi atau potensi batubara yang terbakar. Kebanyakan penyebab kebakaran hutan di Indonesia adalah akibat aktivitas manusia yaitu pembukaan lahan untuk tujuan tertentu seperti untuk pertanian, perkebunan, pemukiman (transmigrasi) dan lainnya. Saat ini, di provinsi Kalimantan Barat banyak dibuka perkebunan karet dan sawit sebagai komoditi unggulan daerah. Pembukaan perkebunan tersebut disatu sisi sangat menguntungkan karena membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dari sektor perkebunan, tetapi disisi lain, kegiatan pembukaan lahan untuk perkebunan sawit juga menmbulkan masalah yaitu kebakaran hutan dan lahan. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup besar mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global, dan asapnya mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu transportasi baik darat, sungai, danau, laut dan udara. Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di areal perkebunan menjadi tanggung jawab oleh perusahaan pengelolaanya. Hal tersebut juga berlaku untuk PT. Agro Lestari Mandiri (ALM), sebagai salah satu perkebunan kelapa sawit yang berada di 1

Transcript of News1. Verifikasi Lapangan Terkait Kasus Karhutla Di PT.alm

Page 1: News1. Verifikasi Lapangan Terkait Kasus Karhutla Di PT.alm

Verifikasi Lapangan Terkait Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan

Di PT. Agro Lestari Mandiri Kabupaten Ketapang

Dalam pasal 1 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.12/Menhut-II/2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan, kebakaran hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga mengakibatkan kebakaran hutan dan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kata kebakaran selalu dihubungkan dengan hutan dan lahan. Tetapi kebakaran hutan berbeda dengan kebakaran lahan. Kebakaran hutan adalah kebakaran yang terjadi di dalam kawasan hutan sedangkan kebakaran lahan adalah kebakaran yang terjadi diluar kawasan hutan.

Kebakaran hutan dan lahan adalah salah satu masalah yang sering terjadi di Kalimantan Barat selain bencana banjir. Secara umum, kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh faktor antara lain : bahan yang mudah terbakar (materials), sumber api (mition) dan zat asam (oxygen). Penyebab kebakaran hutan dan lahan tersebut bisa disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembukaan lahan untuk pertanian dengan sistem pembakaran maupun oleh kejadian alam seperti petir, letusan gunung berapi atau potensi batubara yang terbakar. Kebanyakan penyebab kebakaran hutan di Indonesia adalah akibat aktivitas manusia yaitu pembukaan lahan untuk tujuan tertentu seperti untuk pertanian, perkebunan, pemukiman (transmigrasi) dan lainnya.

Saat ini, di provinsi Kalimantan Barat banyak dibuka perkebunan karet dan sawit sebagai komoditi unggulan daerah. Pembukaan perkebunan tersebut disatu sisi sangat menguntungkan karena membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dari sektor perkebunan, tetapi disisi lain, kegiatan pembukaan lahan untuk perkebunan sawit juga menmbulkan masalah yaitu kebakaran hutan dan lahan. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup besar mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global, dan asapnya mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu transportasi baik darat, sungai, danau, laut dan udara.

Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di areal perkebunan menjadi tanggung jawab oleh perusahaan pengelolaanya. Hal tersebut juga berlaku untuk PT. Agro Lestari Mandiri (ALM), sebagai salah satu perkebunan kelapa sawit yang berada di Kecamatan Nanga Tayap Kabupaten Ketapang. PT. Agro Lestari Mandiri merupakan anak perusahaan dari Sinar Mas Group.

1

Page 2: News1. Verifikasi Lapangan Terkait Kasus Karhutla Di PT.alm

Gambar 1.Kondisi Areal Perkebunan PT. ALM dan

Kawasan sempadan sungai

Sinar Mas Group adalah produsen terbesar minyak sawit, pulp dan kertas di Indonesia. Di sektor kelapa sawit, kekuasaan grup usaha ini telah mencapai 406.000 hektar lahan perkebunan kelapa sawit dan mengklaim diri sebagai perusahaan minyak sawit dengan lahan simpanan yang paling luas di dunia, dengan 1,3 juta hektar dari tanah tersedia untuk digarap. Lahan simpanan ini berada di provinsi dengan lahan hutan yang sangat luas yaitu Kalimantan dan Papua.

2

Page 3: News1. Verifikasi Lapangan Terkait Kasus Karhutla Di PT.alm

Gambar 2.Kegiatan pembukaan lahan dan

kondisi lahan yang terbuka di PT. ALM (foto udara)

Pada bulan Agustus 2009, sekitar + 1.269,20 Ha, lahan perkebunan di PT. ALM mengalami kebakaran. Sumber informasi mengenai kebakaran tersebut didapat dari data hotspot satelit NOOA (National Oceanic and Atmospheric Administration). Areal yang terbakar tersebut meliputi empat estate yaitu Kyne (600,34 ha), Skke (226,15 ha), Pkwe (75,2 ha) dan Kyna (367,51 ha).

Dampak yang paling dirasakan dengan adanya kebakaran tersebut adalah timbulnya asap yang mengganggu kesehatan masyarakat. Untuk itu, PT. ALM harus mempertanggung jawabkan kejadian kebakaran tersebut secara hukum. Sebagai instansi pemerintah yang bertugas dibidang lingkungan hidup, pada tahun 2009, Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Prov.Kalbar telah melakukan verifikasi dan pengambilan sampel tanah untuk memberikan bukti telah terjadinya kasus kebakaran di areal perekebunan PT. ALM bekerja sama dengan instanti terkait yaitu Dinas Perkebunan Prov. Kalbar, Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang dan Polda Kalbar.

3

Page 4: News1. Verifikasi Lapangan Terkait Kasus Karhutla Di PT.alm

Gambar 3.Kegiatan Verifikasi lapangan

Dari hasil verifikasi dan pengambilan sampel tanah tersebut, terbukti bahwa di PT. ALM telah terjadi kebakaran yang menimbulkan kerusakan ekologis dan ekonomis yang dikarenakan oleh faktor kelalaian seperti belum adanya satuan brigade pemadam kebakaran, minimnya sarana prasarana pemadam kebakaran. Untuk itu, dari hasil pemeriksaaan yang dilakukan terhadap karyawan perusahaan PT. ALM yang bertanggung jawab terhadap kasus kebakaran tersebut, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) BLHD Prov. Kalbar memberikan beberapa langkah-langkah rekomendasi yang harus ditempuh oleh perusahaan dalam mencegah terulangnya kebakaran diantaranya adalah :

1) Mensiagakan semua alat pemadam kebakaran di lokasi.2) Mensiagakan tim patroli api sekalipun pada musim hujan.3) Menerapkan kebijakan untuk melaporkan setiap kebakaran yang

terjadi.4) Membangun kerjasama dengan masyarakat dalam rangka mendeteksi

dini terjadinya kebakaran.5) Melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang bahaya membakar lahan.6) Menambah papan pengumuman dilarang membakar lahan.7) Menambah posko pemantauan api.8) Membuat bendungan penampungan air.9) Menganggarkan pengadaan mobil pemadam kebakaran.

Untuk memastikan bahwa langkah-langkah yang disarankan telah dilakukan oleh PT. ALM, BLHD Prov. Kalbar kembali melakukan pemantauan terhadap perkebunan sawit tersebut pada tanggal 9 Februari tahun 2012 lalu. Tim BLHD Prov. Kalbar melakukan pemantauan dengan tujuan untuk mengevaluasi sejauh mana perusahaan telah mentaati rekomendasi yang diberikan oleh BLHD Prov.Kalbar terkait kasus kebakaran lahan yang terjadi pada tahun 2009. Ketaatan yang harus dipenuhi dalam hal ini meliputi upaya antisipasi kebakaran dengan adanya kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan serta peralatan-peralatan pemadam kebakaran yang harus dimiliki oleh perusahaan. Dari hasil pemantauan terhadap kasus kebakaran lahan yang terjadi pada PT. ALM, ditemukan hal-hal sebagai berikut :

1) Pengadaan peralatan pemadam kebakaran sesuai dengan yang direkomendasikan meliputi pompa air, selang, nozle, masker, sarung

4

Page 5: News1. Verifikasi Lapangan Terkait Kasus Karhutla Di PT.alm

tangan kulit, helm pengaman, senter kepala, senter tangan, sepatu boot PMK, parang, sekop, garuk, karung goni bekas, APAR, jam dinding, terpal tenda, tandu, baju PMK, kaca mata PMK, slayer, kapak, mesin chain saw, tool box dan ember kecil.

Gambar 4.

Mobil dan tangki pemadam kebakaran

Gambar 5.Beberapa peralatan pemadam kebakaran

2) Pengadaan menara api untuk memantau lokasi kebakaran lahan perkebunan sebanyak 5 titik.

5

Page 6: News1. Verifikasi Lapangan Terkait Kasus Karhutla Di PT.alm

Gambar 6.Menara api yang berada di bukit

Selain peralatan, hal lain yang harus dilakukan oleh PT. ALM terkait antisipasi terjadinya kembali kebakaran hutan dan lahan adalah sosialisasi dan simulasi penanganan kebakaran hutan dan lahan, penambahan papan pengumuman dilarang membakar lahan, penambahan posko pemantauan api serta pembuatan bendungan penampungan air.

Gambar 7.Foto sosialisasi dan simulasi

Gambar 8.Papan pengumuman

6

Page 7: News1. Verifikasi Lapangan Terkait Kasus Karhutla Di PT.alm

Gambar 9.Bangunan posko pemadam kebakaran

Gambar 10.Tempat penampungan air

Dengan adanya kegiatan verifikasi lapangan ini diharapkan kasus kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di PT. Agro Lestari Mandiri dapat diatasi dan diantisipasi untuk jangka waktu mendatang.

Dilaporkan oleh Etty septia Sari

7