news obat

15
Seminar: Pentingnya Penyediaan Obat Halal di Indonesia Feb 25, 2010 ~ Written by admin Latar Belakang Kecendrungan (trend) global penggunaan dan penyediaan pangan halal semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini bisa dilihat dari nilai transaksi perdagangan bisnis produk halal (termasuk perbankan syariah) yang mencapai rata-rata 632 milyar dollar per tahunnya selama satu dekade terakhir (Majalah Time, edisi 25 Mei 2009). Hal yang seharusnya patut disyukuri oleh dunia Islam ini, ternyata hampir tidak menyentuh dunia farmasi yang menghasilkan obat dan vaksin. Padahal hukum mengkosumsi obat dan penggunaan vaksinbagi umat Islam, sama saja seperti halnya mengkosumsi produk pangan, yakni haruslah produk yang halal. Disamping pengetahuan yang terbatas, hal ini ditenggarai karena lemahnya kesadaran konsumen muslim untuk hanya mengkosumsi produk halal termasuk obat dan vaksin. Upaya penyadaran konsumen untuk peduli obat halal juga dilemahkan dengan pandangan bahwa penggunaan obat haram dibolehkan karena alasan darurat. Pandangan yang harus diluruskan karena Nabi Muhammad SAW telah bersabda “Allah telah menurunkan penyakit dan obat, serta menjadikan obat bagi setiap penyakit; maka, berobatlah dan janganlah berobat dengan benda yang haram.” (HR. Abu Daud dari Abu Darda).” Sebagai negara yang mayoritas penduduknya bergama Islam, memang harus ada upaya bersama yang sistematis untuk melindungi umat

description

nwes obat

Transcript of news obat

Page 1: news obat

Seminar: Pentingnya Penyediaan Obat Halal di IndonesiaFeb 25, 2010 ~ Written by admin

Latar Belakang

Kecendrungan (trend) global penggunaan dan penyediaan pangan halal semakin meningkat dari tahun ke tahun.  Hal ini bisa dilihat dari nilai transaksi perdagangan bisnis produk halal (termasuk perbankan syariah) yang mencapai rata-rata 632 milyar dollar per tahunnya selama satu dekade terakhir (Majalah Time, edisi 25 Mei 2009).

Hal yang seharusnya patut disyukuri oleh dunia Islam ini,   ternyata hampir tidak menyentuh dunia farmasi yang menghasilkan obat dan vaksin.  Padahal hukum mengkosumsi  obat dan penggunaan

vaksinbagi umat Islam, sama saja seperti halnya mengkosumsi produk pangan, yakni haruslah produk yang halal.   Disamping pengetahuan yang terbatas, hal ini ditenggarai karena lemahnya kesadaran konsumen muslim untuk hanya mengkosumsi produk halal termasuk obat dan vaksin.  Upaya penyadaran konsumen untuk peduli obat halal juga dilemahkan dengan pandangan bahwa penggunaan obat haram dibolehkan karena alasan darurat.  Pandangan yang harus diluruskan karena Nabi Muhammad SAW telah bersabda “Allah telah menurunkan penyakit dan obat, serta menjadikan obat bagi setiap penyakit; maka, berobatlah dan janganlah berobat dengan benda yang haram.” (HR. Abu Daud dari Abu Darda).”

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya bergama Islam, memang harus ada upaya bersama yang sistematis  untuk melindungi umat dari penggunaan obat yang tidak halal.  Semua mata rantai yang terlibat, mulai dari produsen farmasi, apoteker, dokter, pemerintah, Majelis Ulama Indonesia, pebisnis obat dan vaksin, serta ilmuwan termasuk dunia perguruan tinggi harus duduk bersama dalam suatu forum untuk memberikan solusi atas permasalahan besar ini.  Sehingga dalam forum ini bisa dihasilkan benang merah dan langkah-langkah strategis yang harus dikerjakan dalam memberikan pemecahan masalah yang tepat.

Tujuan lebih jauhnya adalah konsumen bisa menggunakan obat dengan hati yang tentram karena tidak was-was dengan status kehalalannya.  Paling tidak, jikapun tidak ada obat yang halal, dokter atau apoteker yang merekomendasikan obat tersebut, menjelaskan kepada konsumen

Page 2: news obat

bahwa obat tersebut tidak halal.  Selanjutnya, konsumen yang memutuskan penggunaan obat tersebut.

Unuk itu Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika, Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) mengadakan seminar sehari yang bertajuk ” Pentingnya Penyediaan Obat Halal di Indonesia”.  Seminar ini akan mengundang semua pemangku kepentingan untuk memberikan ide dan kontribusinya dalam upaya penyediaan obat halal bagi konsumen muslim Indonesia.

Pihak yang diundang adalah produsen farmasi,  Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GP Farmasi), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Menteri Kesehatan, Kepala Badan POM, Komisi Fatwa MUI, dan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika, Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI).   Rencananya seminar ini akan dibuka oleh Menteri Kesehatan yang sekaligus akan memberikan keynote speech

Produsen farmasi akan memberikan perspektifnya tentang peluang Indonesia dalam menghasilkan obat dan vaksin halal.  ISFI akan didaulat untuk membicarakan topik tentang ketersediaan bahan obat yang halal.  Sementara IDI, akan menyampaikan topik peran dokter dalam merekomendasikan obat halal untuk pasien.  Kepala Badan POM akan menjabarkan kebijakan pemerintah dalam penyediaan obat halal.  Sementara Komisi Fatwa MUI akan mejelaskan tentang batasan hukum darurat dalam penggunaan obat serta LPPOM MUI akan mejelaskan sertifikasi halal untuk obat.

Di akhir acara, diharapkan panitia akan menyusun sebuah rekomendasi dalam upaya menyusun grand strategy ketersediaan obat halal di Indonesia.

Tujuan

1. Mengajak semua pihak sebagai pemangku kepentingan (stakeholder) memberikan kontribusi pemikiran dan solusi dalam mengupayakan penyediaan obat halal di Indonesia sebagai titik awal dalam menyusun grand strategy penyediaan obat halal di Indonesia

2. Menyusun rekomendasi langkah-langkah strategis  dalam upaya penyediaan obat halal di Indonesia

3. Meningkatkan kepedulian masyarakat produsen farmasi dan konsumen dalam menghasilkan serta menggunakan obat dan vaksin halal

Penyelenggara dan Kepanitiaan

Kegiatan ini dilaksanakan oleh Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika,  Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI)

Waktu dan Tempat

Rabu, 31 Maret 2010 di Balai Kartini, Jakarta

Sasaran Peserta

Page 3: news obat

Industri Farmasi Dokter Apoteker Ilmuwan Akademisi Umum

Pembicara

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia CEO PT. Bio Farma Kepala Badan POM Republik Indonesia Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia Dr. Mulyorini Rahayuningsih K. H. Ma’ruf Amin Ketua MUI

Agenda Acara

08.30 – 09.00 Registrasi 09.00 – 10.00 Pembukaan

o Pengajian Ayat Suci Alqurano Sambutan Direktur Eksekutif LPPOM MUIo Sambutan Ketua Majelis Ulama Indonesiao Keynote Speech Menteri Kesehatan Republik Indonesia

10.00 – 12.00 Seminar Sesi 1 o Ketersediaan Bahan untuk Menghasilkan Obat yang Halal oleh Ketua Umum

Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesiao Peluang Indonesia Memproduksi Obat dan Vaksin Halal  oleh CEO PT. Bio

Farmao Kebijakan Pemerintah dalam Ketersediaan Obat Halal oleh Kepala Badan POM

Republik Indonesia 12.00 – 13.00      Istirahat 13.00 – 15.00      Seminar Sesi 2

o Peran Dokter dalam Merekomendasikan Penggunaan Obat Halal  pada Pasien oleh Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia

o Sertifikasi Halal untuk Obat oleh Dr. Mulyorini Rahayuningsiho Hukum Darurat Penggunaan Obat oleh K. H. Ma’ruf Amin Ketua MUI

15.00 – 15.30.  Pembacaan Rekomendasi dan Penutupan

Sumber : http://www.halalguide.info/2010/02/25/seminar-pentingnya-penyediaan-obat-halal-di-indonesia/

Page 4: news obat

KLARIFIKASI MENKES TERKAIT ISU VAKSIN YANG MENGANDUNG BABI

Jakarta, 6 Desember 2013

Di tengah keresahan masyarakat mengenai isu vaksin yang mengandung babi, Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH menyatakan bahwa tripsin babi (enzim babi) tidak terkadung dalam produk akhir vaksin, melainkan hanya sebagai katalisator untuk mempermudah dan mempercepat proses produksi. Terkait isu halal dan haram, Menteri Kesehatan menyatakan bahwa Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara (MPKS) Kemenkes telah berkonsultasi dengan Kementerian Agama. Menkes telah meminta agar memperhatikan kepentingan masyarakat. Kalau memang ada alternatif, pengguna vaksin dapat memilih yang sama sekali tidak menggunakan bahan yang dianggap haram dalam prosesnya.

Menurut pendapat para ahli kami, tripsin hanya ada dalam proses pembuatannya dan sudah tidak sama bentuknya dengan waktu awal penggunaan. Jadi tentu kami merujuk kepada pendapat para ahli. Adapun yang dapat memberikan tanggapan dari aspek agama tentu para ahli agama, kata Menkes saat ditanya wartawan usai melantik Kepala Badan POM, di Jakarta (6/12).

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan alamat e-mail [email protected]

Sumber : http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=SNR.13120005

Page 5: news obat

Selasa, 13 Safar 1435 H / 17 Desember 2013 15:24 wib

Katalis Minyak Babi dalam Obat, Halalkah?Kepada Yth.

Pimpinan Redaksi Voice of Islam

di Tempat

Katalis Minyak Babi dalam Obat, Halalkah?

Menurut Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU., Apt dalam diktat kuliah kimia farmasinya menuliskan bahwa obat adalah semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati, yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau gejala-gejalanya. Masyarakat mulai resah dengan adanya obat yang menggunakan katalis minyak babi dalam proses pembuatannya. Secara kimiawi, memang katalis akan dihasilkan kembali pada akhir reaksi. Tapi apakah memang seratus persen dapat dipisahkan atau tidak.

Semua yang diharamkan oleh Allah, penggunaan atau pemanfaatannya dalam bentuk apapun tetap haram. Hadis riwayat Jabir bin Abdullah Radhiyallahu’anhu: Bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam bersabda pada tahun penaklukan makkah, ketika beliau masih berada di Mekah: Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan penjualan khamar, bangkai, babi dan berhala. Lalu beliau ditanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan lemak bangkai yang digunakan untuk mengecat perahu, meminyaki kulit dan untuk menyalakan lampu?” Beliau menjawab: “Tidak boleh, ia tetap haram.” Kemudian beliau melanjutkan: “Semoga Allah membinasakan orang-orang Yahudi. Sesungguhnya Allah SUbhanahu Wa Ta'ala ketika mengharamkan lemak bangkai kepada mereka, mereka lalu mencairkannya dan menjualnya serta memakan harganya.” (Shahih Muslim No.2960).

Hal ini merupakan salah satu masalah bagi ummat muslim. Tapi siapa yang akan bertanggung jawab atas hal ini, maka dia akan menerima siksa yang pedih. 

Sertifikasi halal-haram oleh MUI harus benar-benar dilakukan secara seksama termasuk BPOM. Negara pun harus menseriusi hal ini karena ini berhubungan dengan halal-haram, pahala-dosa. Inilah salah satu masalah yang timbul akibat diterapkannya sistem Kapitalisme-Sekulerisme yang hanya mementingkan keuntungan para pemodal tanpa memperhatikan halal-haram. Banyak masalah-masalah lainnya.

Tiap tahun lulusan-lulusan perguruan tinggi berhamburan, tapi hanya sedikit yang berkarya untuk ummat. Maka dari itu, pada 14 – 15 Desember 2013, di Jakarta untuk segmen kalangan intelektual akan diselenggarakan JICMI (Jakarta International Conference of Muslim Intelectual) dengan tema, “The End of Capitalism and the Prospects of Islamic Civilization under Khilafah”. Hal ini merupakan salah satu usaha menjelaskan Islam secara saintifik (ilmiah). Melalui JICMI kita ingin membentuk sosok intelektual pejuang, seperti al-Kindi, al-Biruni, Ibn

Page 6: news obat

Hayyan, al-Khawarizmi dan banyak lagi sosok lainnya yang pernah menghiasai eloknya sejarah peradaban Islam di masa lalu.

- See more at: http://www.voa-islam.com/read/silaturahim/2013/12/17/28178/katalis-minyak-babi-dalam-obat-halalkah/#sthash.JfZ1t71w.dpuf

Sumber : http://www.voa-islam.com/read/silaturahim/2013/12/17/28178/katalis-minyak-babi-dalam-obat-halalkah/#sthash.JfZ1t71w.dpbs

Page 7: news obat

MUI: Segera Cari Obat Pengganti Yang Mengandung Enzim BabiJAKARTA (voa-islam.com) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendesak ahli obat (farmakolog) untuk segera menemukan zat lain sebagai pengganti beberapa enzim seperti enzim babi yang digunakan dalam pembuatan beberapa jenis vaksin seperti pada vaksin polio dan meningitis agar tidak meresahkan kaum muslim.

"Segera temukan obat pengganti dari obat yang mengandung enzim tersebut (enzim babi), agar kita dan konsumen tidak terpaku pada keharaman obat," ujar Ketua MUI, Amidhan, kepada Antara di Jakarta, Kamis.

Sebelumnya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengatakan penggunaan enzim babi pada obat tertentu ini dilakukan karena belum ada penggantinya.

"Hanya segelintir obat yang bermasalah (mengandung enzim babi) seperti beberapa obat pengencer darah dan beberapa jenis vaksin hal ini karena hingga saat ini belum ditemukan pengganti enzim tersebut," ujar Ketua Bidang Kajian Obat dan Farmakoterapi IDI, Masfar Salim, di Kantor IDI, Jakarta Pusat, Kamis.

Menanggapi hal ini, Amidhan mengatakan pada saat terdesak boleh mengonsumsi obat yang mengandung enzim tersebut, namun harus dikaji terlebih dahulu, sehingga masyarakat diimbau untuk mengutamakan obat yang halal.

"Tidak boleh mengutamakan obat yang tidak halal untuk dikonsumsi," kata Amidhan. 

IDI juga mengatakan para dokter berusaha memberikan informasi pada pasien terkait adanya kandungan enzim yang tidak halal dalam obat sehingga pasien dapat mengambil keputusannya sendiri, meski begitu tidak semua dokter mengetahui secara pasti semua kandungan pada obat. 

"Kami menginformasikan dan memberikan pilihan pada pasien tapi tidak setiap dokter mengetahui secara pasti semua kandungan dalam obat yang akan diberikan, karena kami hanya meresepkan bukan pembuat obat," ungkap Masfar Salim.

Minimnya informasi halal yang tertera pada obat menyulitkan pihak dokter maupun konsumen dalam mengonsumsi sebuah obat. Hal ini pun diutarakan Masfar Salim yang merasa membutuhkan informasi tersebut. 

"Informasi obat itu lengkap cuma tidak ada halal atau haramnya, saya juga berharap kedepannya ada buku panduan yang menginfokan halal atau tidaknya suatu obat untuk para dokter," kata Masfar Salim. 

Masfar Salim juga menambahkan dengan adanya buku panduan para dokter dapat dengan pasti memberikan obat yang pasti pada pasien sesuai syariat agama Islam.

Page 8: news obat

Kontroversi Vaksin Babi Untuk Jamaah Haji

Belum juga selesai kontroversi hingga kini pada produk farmasi yang disinyalir mengandung babi, padahal sempat mencuat 2010 silam pada temuan Lembaga Pengkajian Pangan dan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Sumatera Selatan (Sumsel) bahwa Vaksin Meningitis mengandung babi yang diwajibkan oleh pemerintah Arab Saudi untuk disuntikkan kepada para calon haji. 

Namun Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyepakati jamaah haji diperbolehkan menggunakan vaksin meningitis dengan alasan kedaruratan sampai ada penemuan vaksin yang bebas enzim babi. Jika memang demikian farmakolog segera menemukan obat penggantinya.

MUI juga telah bersidang pada 6 Juni 2009 yang akhirnya mengeluarkan fatwa haram terhadap vaksin meningitis karena setelah diteliti, diketahui bahwa vaksin itu terbukti mengandung enzim babi. MUI sendiri telah beberapa kali melakukan pertemuan dengan Dubes Arab Saudi untuk Indonesia Abdurrahman Muhammad Amin Al Ayat juga langsung bertemu mufti dan pemerintah Arab Saudi untuk mempertanyakan kewajiban penggunaan vaksin meningitis bagi calon jamaah haji dan umrah.

"Ada unsur babi (porcine) yang dipergunakan untuk pembiakan bibit vaksin Meningtis tersebut" ungkap Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama 2010 silam 

Anna Priangani dari LPPOM MUI menyatakan, bahan babi yang digunakan sebagai media dalam pembuatan vaksin meningitis adalah lemak babi (gliserol). Kandungan zat haram itu ditemukan dalam penelitian LPPOM MUI Sumsel bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Pusat, Husniah Rubiana Thamrin, juga membenarkan, dalam proses pembuatan vaksin meningitis bersentuhan dengan unsur babi–kendati sudah melalui proses ekstraksi.Wacana vaksin meningitis haram pun mencuat.

“Tidak ada yang bebas enzim babinya untuk semua media yang digunakan untuk membiakan vaksin meningitis,” kata Ketua Dewan Eksekutif Yayasan YARSI Jurnalis Uddin dalam diskusi tentang vaksin meningitis di Universitas Yarsi, (4/8/2010). 

Rencana membahas status vaksin meningitis gagal digelar. Sebuah sumber menyatakan ada upaya memepetkan persoalan itu dengan pelaksanaan ibadah haji, agar keharaman vaksin itu bisa dima'fukan (dibolehkan) karena faktor kedaruratan.

Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri), pimpinan Baluki Ahmad, mendesak MUI dan pemerintah segera membuat keputusan tentang status hukum enzim ini. Menurut dia, MUI harus membuat keputusan yang tepat. ”Jika penyakit Ini tidak endemik dan tidak menular di Indonesia walaupun hanya bentuk pencegahan, vaksin ini tidak terlalu penting atau tidak darurat. Kalau pada akhirnya darurat, saya tidak setuju, harus dicarikan jalan keluar dengan tetap mencari vaksin yang halal.” Baluki bertekad akan menyarankan jamaah

Page 9: news obat

umrah dan haji agar tidak perlu disuntik vaksin, jika MUI dan pemerintah menetapkan status darurat.

“Saya lebih baik menyarankan tidak usah disuntik jika statusnya darurat. Ini harus ada legitimasi hukum yang jelas. Umat jangan dikorbankan karena persoalan-persoalan tertentu,” katanya menegaskan

Akhirnya MUI menyatakan bahwa vaksin meningitis tetap haram, tapi membolehkannya dengan alasan darurat. Yang boleh menggunakan vaksin atas nama kedaruratan adalah yang baru pertama kali naik haji dan orang yang telah bernazar untuk umrah. 

Astagfirullah, jadi jangan heran sepulang haji atau umroh banyak jamaah yang menjadi lemah iman lantaran kemasukan vaksin babi dalam tubuh. Wallahu'alam [rol/antara/muhammad/voa-islam.com]

- See more at: http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2013/12/13/28109/mui-segera-cari-obat-pengganti-yang-mengandung-enzim-babi/#sthash.81s5K6Il.dpuf

Sumber : http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2013/12/13/28109/mui-segera-cari-obat-pengganti-yang-mengandung-enzim-babi/#sthash.81s5K6Il.dpbs

Page 10: news obat

Fatwa Halal MUI Semakin Diakui Dunia

Jakarta – Sertifikasi halal yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia semakin mendapatkan apresiasi di dunia internasional. Tak kurang dari 22 negara dengan 48 lembaga keislaman maupun lembaga fatwa internasional telah mengakui dan menerima fatwa halal yang telah ditetapkan oleh MUI.

 

Direktur LPPOM MUI, Ir. Lukmanul Hakim, MSi., pada kesempatan Silaturahim Syawal dan Halal Bi Halal Idul Fitri LPPOM MUI bersama Komisi Fatwa MUI, beberapa waktu lalu di Jakarta, menambahkan  bahwa dalam perkembangan terakhir, diantara negara-negara yang mengakui dan menerima fatwa halal MUI itu adalah negara-negara  di kawasan Timur Tengah, seperti Uni Emirat Arab (UEA), yang sebelumnya relatif tidak peduli dengan sertifikasi halal. “Turki, negara sekuler yang pada awalnya sangat melarang simbol-simbol yang bernuansa keagamaan/keislaman, kini juga telah mengakui sertifikasi halal MUI,” ujar Lukmanul Hakim.

 

Beberapa waktu lalu, pimpinan MUI dan LPPOM MUI diundang ke Dubai, UEA, untuk melakukan presentasi dan berdiskusi tentang aspek halal dan sertifikasi halal yang telah dilakukan oleh MUI selama ini.

 

Selain itu, sistim sertifikasi halal dan sistim jaminan halal yang ditetapkan oleh LPPOM MUI telah pula diterima dan diadopsi oleh 48 lembaga sertifikasi halal internasional, seperti lembaga-lembaga sertifikasi halal di kawasan ASEAN, Australia, Eropa bahkan juga Amerika dan Afrika. Berkenaan dengan hal ini, seperti diungkapkan Ketua MUI, H. Amidhan, MUI telah membuat daftar lembaga sertifikasi halal luar negeri yang telah diakui oleh MUI.

Page 11: news obat

 

Dijelaskan lagi oleh Lukmanul Hakim, mereka memberikan apresiasi itu karena melihat kinerja MUI yang dapat menggabungkan dua apsek sains dan syariah sekaligus, sehingga menjadi sistim jaminan halal yang teruji secara ilmiah dan diperkuat dengan nash syariah dalam ranah kajian Fiqhiyyah.

 

Sebagai contoh, Lukmanul Hakim mengemukakan tentang alkohol, sebagai kandungan dominan dalam khamar, minuman yang dilarang secara tegas dengan nash syariah. Pada awalnya, para ulama mengharamkan minuman beralkohol karena dengan metode qiyash, dianalogikan atau disamakan dengan khamar. Sehingga semua alkohol pun diharamkan. Kemudian LPPOM MUI melakukan kajian serta penelitian yang intensif. Dan ternyata dapat diketahui, alkohol itu dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama. Yaitu pertama, alkohol yang terkandung dalam minuman khamar yang dilarang secara tegas dalam nash, kedua alkohol yang terdapat di dalam berbagai jenis buah-buahan dan makanan berkarbohidrat, seperti durian, atau bahkan juga nasi; dan ketiga, alkohol yang dibuat secara sintetik dalam proses industri dan dipergunakan untuk mencuci alat-alat hingga steril dan higinis.

 

Dengan kategorisasi tersebut, para ulama di Komisi Fatwa lalu menetapkan alkohol dalam minuman khamar diharamkan secara tegas, sesuai dengan ketentuan nash, sedangkan kandungan alkohol dalam buah-buahan seperti durian, dan makanan seperti nasi, tidak dilarang untuk dikonsumsi. Adapun alkohol sintetis boleh dipergunakan untuk mencuci alat-alat industri, yang tidak dikategorikan sebagai khamar yang bernajis. (Usm).

Sumber : http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil_page/8/200