New STUDY GUIDE Semester II DENTAL SCIENCE I 12 Mei -13 juni … · 2017. 7. 31. · Lecture 4 :...
Transcript of New STUDY GUIDE Semester II DENTAL SCIENCE I 12 Mei -13 juni … · 2017. 7. 31. · Lecture 4 :...
STUDY GUIDE
Semester II
DENTAL SCIENCE I
12 Mei -13 juni 2017
School of Dentistry
Faculty of Medicine
Udayana University
2017
KOMPETENSI YANG INGIN DICAPAI
DOMAIN
1. Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan Kedokteran Gigi
2. Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik
3. Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik
KOMPETENSI UTAMA
1. Mengintegrasikan ilmu pengetahuan biomedik yang relevan sebagai sumber keilmuan dan
berbagai data penunjang untuk diagnosis dan tindakan medik kedokteran gigi
2. ilmu kedokteran klinik yang relevan sebagai pertimbangan dalam melakukan perawatan
gigi dan mulut pada pasien medik kompromis
3. Melakukan pemeriksaan fisik secara umum dan sistem stomatognatik dengan mencatat
informasi klinis, laboratoris, radiologis, psikologis dan sosial guna mengevaluasi kondisi
medik pasien
4. Menegakkan diagnosis dan menetapkan prognosis penyakit/kelainan gigi dan mulut
melalui interpretasi, analisis dan sintesis hasil pemeriksaan pasien
5. Mengembangkan, mempresentasikan dan mendiskusikan rencana perawatan yang
didasarkan pada kondisi, kepentingan dan kemampuan pasien
6. Menentukan rujukan yang sesuai
7. Bekerja dalam tim secara efektif dan efisien untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut
yang prima
KOMPETENSI PENUNJANG
1. Memahami ilmu-ilmu kedokteran gigi dasar untuk pengembangan ilmu kedokteran gigi
dasar klinik (C2, P4, A4)
2. Memahami prinsip ilmu kedokteran gigi dasar untuk menunjang keterampilan preklinik
dan klinik serta penelitian bidang kedokteran gigi meliputi : Biologi Oral, Biomaterial
Kedokteran Gigi danRadiologi Kedokteran Gigi (C2, P3, A4)
CURRICULUM CONTENT :
1. Pengantar Oral Medicine
a. devinisi oral medicine
b. ruang lingkup oral medicine
c. peranan oral medicine sebagai jembatan antara ilmu kedokteran umum dan ilmu kedokteran
gigi
2. Sistem pertahanan rongga mulut
a. keutuhan mukosa rongga mulut
b. saliva
c. cairan sulkus gingiva
d. kelenjar limfe
3. Dasar – dasar radang rongga mulut
a. ciri – ciri radang dan prosedur diagnostik
b. sistem rujukan
4. Lesi primer
a. jenis – jenis
b. manivestasi dalam RM
5. Lesi sekunder
a. jenis – jenis
b. manivestasi dalam RM
6. Lesi variasi nomal
a. jenis – jenis
b. manivestasi dalam RM
7. Bakteri sebagai penyebab kelainan jaringan lunak rongga mulut
a. macam kelainan
b.penatalaksanaan angular cheilitis
8. Virus sebagai penyebab kelainan jaringan lunak rongga
a. herpes simplex
b.varicella
c. herpes zoster
d.herpangina
e. hand, foot, and mouth disease
9. Penatalaksanaan kelaianan jaringan lunak rongga mulut dengan manifestasi klinis lesi
vesikula, bulosa dan ulserasi
a. macam kelainan
b.penatalaksanaan recurrent aphthous stomatitis dan traumatik ulcer
10. Penatalaksanaan HIV/AIDS di bidang kedokteran gigi
a. Manifestasi HIV/AIDS di rongga mulut
b.Penerapan prosedur kewaspadaan universal
11. Farmakologi anti bakteri
a. obat sebagian terapi
b.efek farmakologisnya
12. Farmakologi anti virus
a. obat sebagian terapi
b.efek farmakologisnya
13. Penatalaksanaan kelainan jaringan lunak rongga mulut akibat infeksi jamur
a. candidiasis
b. histoplasmosis
c. blastomycoses
14. Penatalaksanaan kelainan kelenjar liur
a. xerostomia
b.sialadenitis
c. sialolitiasis
d. Tumor kelenjar liur
15. Jamur (super & deep mikosis)
a. jamur – jamur penyebab kelainan jar. lunak RM
16. Farmakologi anti jamur
a. obat sebagian terapi
b. efek farmakologisnya
17. Farmakologi anti nyeri/analgesik
a. obat sebagian terapi
b.efek farmakologisnya
18. Penatalaksanaan lesi praganas dan lesi pigmentasi
a. Leucoplakia
b. Lichen Planus (Spesifik Praganas)
c. Erythroplakia
d. Submucous Fibrosis
e. Carsinoma In Situ
f. Pigmentasi endogen
g. Pigmentasi eksogen
19.Aging proses
a. Penatalaksanaan manifestasi proses penuaan pada jaringan lunak rongga mulut
20.PA : Lesi praganas
a. Leucoplakia
b. Lichen Planus (Spesifik Praganas)
c. Erythroplakia
d. Submucous Fibrosis
e. Carsinoma In Situ
21. Penatalaksanaan reaksi hipersensitifitas& alergi
a. Tipe 1
b. tipe 2
c. tipe 3
d. tipe 4
22. Penatalaksanaan kelaian dermatologis
a. erythema multiformis
b. pem
c. phigus
d. lichen planus
“TIM PENYUSUN STUDY GUIDE BLOK DENTAL SCIENCE 1”
NO NAME
DEPARTMENT Phone
1 drg. I Gusti agung Dyah Ambarawati
PSPDG
(Ketua Blok) 081805598066
2 drg. Nyoman Sidhi Wisesa
PSPDG
(Sekretaris Blok) 081933109818
3 Drg. Louise Cinthia Hutomo, Sp. Ort PSPDG
(DEU) 085857373714
4 Drg. Luh Wayan Rahaswanti, Sp. KGA PSPDG
(DEU) 0818322169
5 Dr. Md. Dewa Sukrama Sp.MK
Mikrobiologi
081338291965
6 I.B. Nym. Putra Dwija, S.Si.,M.Biotech
Mikrobiologi
08179747502
7
dr. I B Ngurah, M.F.Or. AIFO
Farmakologi
08123687288
8 dr. Artini, M.Sc Farmakologi
08123650481
9 dr. Ni Luh Ariwati
Parasitologi
08123662311
10 dr. I Wyn. Juli Sumadi, Sp.PA
Patologi Anatomi
082237407778
11 dr. Ni Putu Ekawati, Sp.PA
Patologi Anatomi
08113803933
12 drg. Putu Lestari Sudirman, M. Biomed
PSPDG
081239885740
13 drg. Mia Ayustina Prasetya, Sp. KGA
PSPDG
08175053626
14 drg. Sari Kusumadewi, M. Biomed.
PSPDG
08123837084
15 Drg. I Gusti agung Sri Pradnyani
PSPDG
08214723898
16 Drg. I Gusti Ayu Ari Widiastuti
PSPDG
081916124396
17 Drg. Desak Nyoman Ari Susanti, M.Kes
PSPDG
08179767114
18 Drg. Kd Fiora Rena Pertiwi, M.Biomed
PSPDG
081805333658
~ FACILITATORS ~
No Name Gro
up Department Phone
Venue
1
Drg Putu Ratna kusumadewi
Giri,Sp.KG
1 Dentistry
Disc.
Room
2
Drg Sari Kusumadewi, M.Biomed 2 Dentistry 08123837084
Disc.
Room
3
Drg. Desak Nyoman Ari susanti,
M.Kes
3 Dentistry 08179767114 Disc.
Room
4
drg.Kd Fiora Rena Pertiwi,
M.Biomed
4 Dentistry 081805333658 Disc.
Room
5 Drg. I Gusti Agung Sri Pradnyani,
M.Biomed 5 Dentistry 08214723898
Disc.
Room
~ PEMBIMBING SP ~
No Name Department Phone
Grou
p
1
drg. Louise Cinthia Hutomo,
Sp. Ort.
Dentistry 085857373714 1
2
Drg. I Gusti Ayu Ari
Widiastuti
Dentistry 081916124396 2
3
drg. Nyoman Sidhi Wisesa
Dentistry 081933109818 3
4 Drg. Steffano Aditya
Handoko, MPH Dentistry 0811110393 4
5 Drg. Ika Anggaraeni, Sp.Ort
Dentistry 085868935557 5
~ PENGUJI SP ~
No Name Department Phone
Grou
p
1
. Dr. Md. Dewa Sukrama
Sp.MK Mikrobiologi
081338291965 1
2 dr. Artini, M.Sc
Farmakologi
08123650481 2
3
Drg. Desak Nyoman Ari
Susanti, M.Kes
PSPDG
08179767114 3
4 drg. Putu Lestari Sudirman, M.
Biomed PSPDG
081239885740
4
5 drg. I Gusti agung Dyah
Ambarawati PSPDG
081805598066
5
Student Project : Case Report
1. Sistem Pertahanan Tubuh dan Rongga Mulut
2. Farmakologi anti jamur/anti virus
3. Aftosa stomatitis Recuren
4. Lichen planus
5. Candidiasis
~ PEMBIMBING PRAKTIKUM ~
No Name Department Phone
1
I.B. Nym. Putra Dwija,
S.Si.,M.Biotech
Mikrobiologi
08179747502
2 Dr. dr. I Made Sudarmaja, M.Kes. Parasitologi -
3 dr. I Kadek Suastika, M.Kes Parasitologi -
4 dr. I Wyn. Juli Sumadi, Sp.PA
Patologi
Anatomi
082237407778
“TIM UJIAN CBT”
No Nama Department
1 Drg I Gusti Agung Dyah Ambarawati PSPDG
2 Drg Nyoman Sidi Wisesa PSPDG
~ STUDENT PROJECT ~
Student have to write a paper with topics that has been given by lecturer. The topic will be
chosen randomly on day 1, each small group discussion should work one paper. Students make a
paper as student project an will be presented in front of the class. The paper and the presentation
will be evaluated by respectively facilitator and lecturer.
Format of the paper :
1. Cover :
Tittle
Name
Student Registration Number
School of Dentistry,Faculty of Medicine,Udayana University 2016
2. Introduction
3. Content
4. Conclusion
5. References (minimal 3 refferences)
Note : 5-10 pages; 1,5 line spacing; Times new roman 12
~ ASSESSMENT METHOD ~
Cognitive assessment will be carried out on Wednesday4th May2016, 09.00 am until finish. The
test will be consist of 100 questions with 100 minutes provide for working. The assessment will
be held for Regular Class. SGD’s and student project’s mark will be included in the final score as
describe below. The overall passing score requirement is ≥70. More detailed information or any
changes that may be needed will be acknowledged at least two days before the assessment.
Skill assessment will be carried out at the end of the semester using Objective Structured
Clinical examination (OSCE).
SGD will be reviewed every day by facilitator with a standard SGD assessment. Student
projects as a summative assessment account. Both contribute the final score.
TIME TABLE
DENTAL SCIENCE I
PSPDG SMT II THN 2017
Hari/tanggal Waktu Kegiatan Ruangan Pengajar
1 08.00-09.00 IL
09.00-10.00 Lecture 1 :
FK
Unud drg Dyah
Pengantar Oral Medicine
dan lesi primer rongga
mulut.
Jumat , 12
Mei 2017 10.00-11.00
Lecture 2 : Lesi Sekunder
Rongga Mulut
FK
Unud drg Gung Sri
11.00-12.00
Lecture 3 : Sistem
Pertahanan Tubuh dan
Rongga Mulut
FK
Unud
Dr.dr Dewa
Made Sukrama
M.Si., Sp.Mk(K)
12.00-13.00 Break
13.00-14.00
Lecture 4 : Variasi normal
mukosa Rongga Mulut drg Sidi Wisesa
14.00-15.00 SP 1
2 08.00-09.00 IL
09.00-10.00
SGD Lecture 1 Pengantar
Oral Medicine dan Lesi
Primer RM
FK
Unud Fasilitator
10.00-11.00
SGD Lecture 2 Lesi
Sekunder Rongga Mulut
FK
Unud Fasilitator
Senin , 15
Mei 2017 11.00-12.00
SGD Lecture 3 Sistem
Pertahanan Tubuh dan
Rongga Mulut
FK
Unud Fasilitator
Break
FK
Unud
13.00-14.00
SGD Lecture 4 : Variasi
normal mukosa
FK
Unud Fasilitator
14.00-15.00 Sp 2
3 08.00-09.00 IL
09.00-10.00
Pleno Lecture 1 :Pengantar
Oral Medicine dan lesi
primer rongga mulut.
FK
Unud drg Dyah
Selasa
16 Mei
2017 10.00-11.00
Pleno Lecture 2 : Lesi
Sekunder Rongga Mulut
FK
Unud drg Gung Sri
11.00-12.00
Pleno Lecture 3 : Sistem
Pertahanan Tubuh dan
Rongga Mulut
FK
Unud
Dr.dr Dewa
Made Sukrama
M.Si., Sp.Mk(K)
12.00-13.00 Break
13.00-14.00
Pleno Lecture 4 : : Variasi
normal mukosa
FK
Unud drg Sidi Wisesa
14.00-15.00 Sp 3
4 08.00-09.00 IL
09.00-10.00
Lecture 5 : Dasar-dasar
Radang
FK
Unud
Dr. Wayan Juli
Sumadi, Sp.PA
Rabu
17 Mei
2017 10.00-11.00
Lecture 6 : Bakteri
Penyebab infeksi jaringan
lunak rongga mulut
FK
Unud
I.B. Nym Putra
Dwija,S.Si., M
Biotech
11.00-12.00
Lecture 7 : Farmakologi
Anti Bakteri
FK
Unud
Dr. IB. Ngurah.
M.For.AIFO
12.00-13.00 Break
13.00-14.00
Lecture 8 : Prosedur
Diagnosis
FK
Unud
Drg. Ayu
Rahaswanti,
Sp.KGA
14.00-15.00 SP 4
5 08.00-09.00 IL
09.00-10.00
SDG Lecture 5 : Dasar-
dasar Radang
FK
Unud Fasilitator
Kamis
18 Mei
2017 10.00-11.00
SGD Lecture 6 : Bakteri
Penyebab infeksi jaringan
lunak rongga mulut
FK
Unud
Fasilitator
11.00-12.00
SGD Lecture 7 :
Farmakologi Anti Bakteri
FK
Unud
Fasilitator
12.00-13.00 Break
13.00-14.00
SGD Lecture 8 : Prosedur
Diagnosis
FK
Unud Fasilitator
14.00-15.00 SP 5
6 08.00-09.00 IL
09.00-11.00 Kuis Lecture 1-4
Jumat 11.00-12.00 Pleno : Lecture 5 : Dasar- FK Dr. Wayan Juli
19 Mei
2017
dasar Radang Unud Sumadi, Sp.PA
12.00-13.00 Break
13.00-14.00
Pleno Lecture 6 : Bakteri
Penyebab infeksi jaringan
lunak rongga mulut
FK
Unud
I.B. Nym Putra
Dwija,S.Si., M
Biotech
14.00-15.00 SP 6
7 08.00-09.00 IL
Senin
22 Mei
2017 09.00-10.00
Lecture 9 : Berbagai
penyakit berupa lesi primer
dan sekunder Rongga
Mulut
FK
Unud
drg I Gst Ayu
Ari Widiastuti
10.00-11.00
Lecture 10 : Lesi praganas
dan pigmentasi
FK
Unud Drg. Lestari
11.00-12.00 Break
12.00-14.00 Kuis 5-8
14.00-15.00 SP 7
8 08.00-09.00 IL
Selasa
23 Mei
2017 09.00-10.00
SGD Lecture 9 : Berbagai
penyakit berupa lesi primer
dan sekunder Rongga
Mulut
FK
Unud Fasilitator
10.00-11.00
SGD Lecture 10 : Lesi
praganas dan pigmentasi
FK
Unud Fasilitator
11.00-12.00 Break
12.00-13.00
Pleno Lecture 7 :
Farmakologi Anti Bakteri
FK
Unud
Dr. IB. Ngurah.
M.For.AIFO
13.00-14.00
Pleno Lecture 8 : Prosedur
Diagnosis
FK
Unud
Drg. Ayu
Rahaswanti,
Sp.KGA
14.00-15.00 SP 8
9 08.00-09.00 IL
09.00-10.00 Lecture 11 : Aging Process
FK
Unud drg Mia
Rabu
24 Mei
2017 10.00-11.00
Lecture 12 : Kelainan
Kelenjar saliva
FK
Unud Drg. Dewi
11.00-12.00
Pleno Lecture 9 : Berbagai
penyakit berupa lesi primer
dan sekunder Rongga
Mulut
FK
Unud
Drg I Gst Ayu
Ari Widiastuti
12.00-13.00 Break
13.00-14.00
Pleno Lecture 10 : Lesi
praganas dan pigmentasi
FK
Unud Drg. Lestari
14.00-15.00 SP 9
10 08.00-09.00 IL
09.00-11.00 Kuis Lecture 8-10
FK
Unud
Jumat
26 Mei
2017 11.00-12.00 Break
12.00-13.00
SGD Lecture 11 : Aging
Process
FK
Unud Fasilitator
13.00-14.00
SGD Lecture 12 : Kelainan
Kelenjar saliva
FK
Unud Fasilitator
14.00-15.00 Sp 10
11 08.00-09.00 IL
09.00-10.00
Lecture 13 : Kelainan
Jaringan Lunak oleh Jamur
FK
Unud
Dr. Ni luh Ari
Wati
Senin
29 Mei
2017 10.00-11.00
Lecture 14 : Jamur ( Super
dan Deep Mikosis)
FK
Unud
Dr. Ni luh Ari
Wati
11.00-12.00 Break
12.00-13.00
SGD Lecture 13 : Kelainan
Jaringan Lunak oleh Jamur
FK
Unud Fasilitator
13.00-14.00
SGD Lecture 14 : Jamur
(Super dan Deep Mikosis)
FK
Unud Fasilitator
14.00-15.00 SP 11
12 08.00-09.00 IL
09.00-10.00
Lecture 15 : Farmakologi
simtomatik/anti inflamasi
FK
Unud dr . Artini, M.Sc
Selasa
30 Mei
2017 10.00-11.00
Lecture 16 : Farmakologi
anti jamur
FK
Unud Dr. Artini, M.Sc
11.00-12.00
Lecture 17 : Farmakologi
Anti Virus
FK
Unud Dr. Artini, M.Sc
12.00-13.00 Break
13.00-14.00
Pleno Lecture 11 : Aging
Proses
FK
Unud Drg. Mia
14.00-15.00 SP 12
13
08.00-09.00 IL
09.00-10.00 SGD Lecture 15 : FK Fasilitator
Farmakologi
simtomatik/anti inflamasi
Unud
10.00-11.00
SGD Lecture 16 :
Farmakologi anti jamur
FK
Unud Fasilitator
11.00-12.00
SGD lecture 17 :
Farmakologi Anti Virus
FK
Unud Fasilitator
12.00-13.00 Break
Rabu
31 Mei
2017
13.00-14.00
Pleno Lecture 12 : Kelainan
Kelenjar saliva
FK
Unud Drg. Dewi
14.00-15.00 SP 13
14 08.00-09.00 IL
Jumat
2 Juni 2017 09.00-10.00
Lecture 18 : PA Lesi
Praganas dan Pigmentasi
FK
Unud dr Ekawati
10.00-11.00
Lecture 19 : Manifestasi
Reaksi Obat pada Rongga
Mulut
FK
Unud drg Fiora
11.00-12.00 Break
12.00-13.00
Pleno Lecture 13 : Kelainan
Jaringan Lunak oleh Jamur
FK
Unud
Dr. Ni luh Ari
Wati
13.00-14.00
Lecture 14 : Jamur ( Super
dan Deep Mikosis)
FK
Unud
Dr. Ni luh Ari
Wati
14.00-15.00 SP 14
08.00-09.00 IL
15
Senin
5 Juni 2017 09.00-10.00
Pleno Lecture 15 :
Farmakologi
simtomatik/anti inflamasi
FK
Unud dr . Artini, M.Sc
10.00-11.00
Pleno Lecture 16 :
Farmakologi anti jamur
FK
Unud Dr. Artini, M.Sc
11.00-12.00
Pleno Lecture 17 :
Farmakologi Anti Virus
FK
Unud Dr. Artini, M.Sc
12.00-13.00 Break
13.00-14.00
Lecture 20 : ulkus
Traumatik dan Stomatitis
Aftosa Recuren
FK
Unud
Drg. Desak Ari
Susanti
14.00-15.00 SP 15
08.00-09.00 IL
09.00-10.00
SGD Lecture 18 : Lesi
Praganas dan Pigmentasi
FK
Unud Fasilitator
16
10.00-11.00
SGD Lecture 19 :
Manifestasi Reaksi Obat
pada Rongga Mulut
FK
Unud Fasilitator
11.00-12.00
SGD Lecture 20 : Ulkus
Traumatik dan Stomatitis
Aftosa
FK
Unud Fasilitator
Selasa
6 Juni 2017 12.00-13.00 Break
13.00-14.00
Pleno Lecture 18 : PA Lesi
Praganas dan Pigmentasi
FK
Unud dr Ekawati
14.00-15.00 SP 16
17 08.00-09.00 IL
09.00-10.00
Pleno Lecture 19 :
Manifestasi Reaksi Obat
pada Rongga Mulut
FK
Unud drg Fiora
Rabu
7 Juni 2017
10.00-11.00
Pleno Lecture 20 : ulkus
Traumatik dan Stomatitis
Aftosa Recuren
FK
Unud
Drg. Desak Ari
Susanti
11.00-12.00 Break
12.00-13.00
Praktikum Patologi
Anatomi
13.00-14.00
Praktikum Patologi
Anatomi
14.00-15.00
Praktikum Patologi
Anatomi
18
08.00-11.00 Praktikum Mkrobiologi 1
11.00-12.00 Break
Kamis
8 Juni 2017 12.00-15.00 Praktikum Parasitologi 1
19
08.00-11.00 Praktikum Mikrobiologi 2
11.00-12.00 Break
Jumat
9 Juni 2017 12.00-15.00 Praktikum Parasitologi 2
20
08.00-09.00
IL
09.00-10.00 Presentasi SP 1
Senin 10.00-11.00 Presentasi Sp 2
12 Juni
2017 11.00-12.00 Presentasi SP 3
12.00-13.00
Break
13.00-14.00 Presentasi Sp 4
14.00-15.00 Presentasi SP 5
Selasa,
13Juni 2017 ASSESMENT
~ LEARNING PROGRAMS ~
ABSTRACTS
Abstrak
drg. I G A Dyah Ambarawati
Seorang dokter gigi profesional harus memiliki pengetahuan dalam bidang ilmu penyakit mulut,
menguasai daerah kerja dan setiap kelainan yang dapat terjadi dalam rongga mulut, dalam lecture
ini mulai diperkenalkan kelainan dalam rongga mulut. Untuk itu, seorang dokter gigi profesional
harus mengetahui setiap perkembangan dan ciri – ciri kelainan dan mampu menetapkan
diagnosa. Oral medicine merupakan jembatan antara ilmu kedokteran umum dan ilmu
kedokteran gigi yang meliputi wilayah kerja dokter gigi, sehingga merupakan disiplin ilmu yang
harus dikuasai oleh seorang dokter gigi.
Dalam kuliah ini juga diberikan pengantar blok dan praktikum yang masuk dalam blok
ini, sebagai pengenalan dan persyaratan yang harus dilakukan oleh setiap mahasiswa.
Lesi adalah kelainan patologis pada jaringan yang menimbulkan gejala.Lesi dalam rongga mulut
ada dua macam yaitu lesi primer dan lesi sekunder. Lesi primer terdiri atas makula, papula, plak,
nodula, vesikula, bula,pustule,keratosis dan wheal.
Learning Task
1. Jelaskan tentang lesi primer beserta gambarnya!
2. Sebutkan dan jelaskan manifestasi lesi primer beserta contohnya!
Lecture 1: Gigi : Pengantar Oral Medicine dan Lesi Primer Rongga Mulut
Abstrak
Drg I Gusti Agung Sri Pradnyani, M.Biomed
Lesi Sekunder Rongga Mulut
Lesi adalah kelainan patologis pada jaringan yang menimbulkan gejala. Lesi dalam rongga mulut
terdiri atas dua macam yaitu lesi primer dan sekunder. Lesi sekunder muncul akibat perubahan
dari lesi primer. Lesi sekunder terdiri dari erosi, ulserasi, fisura, sikatrik, deskuamasi,
pseudomembran, eschars, dan krusta. Erosi adalah lesi jaringan lunak yang menggambarkan kulit
atau mukosa yang terbuka, misalnya epitel yang terkelupas atau rusak. Ulser digambarkan
sebagai suatu luka terbuka dengan disintegrasi jaringan atau nekrosis. Fisura adalah suatu celah
garis normal atau abnormal pada kulit/mukosa yang secara khas terjadi pada bibir, lidah dan
jaringan perioral. Sikatrik adalah jaringan ikat yang menggantikan kulit/mukosa yang hilang.
Deskuamasi adalah proses pengelupasan stratum korneum. Pseudomembran adalah membrane
palsu yang merupakan lapisan jaringan tipis berwarna putih keabu-abuan. Eschas adalah
kerusakan kulit atau mukosa akibat luka bakar. Krusta adalah lapisan di atas permukaan kulit
yang terbentuk dari pengeringan eksudat.
Learning Task
1. Pasien laki-laki, 43 th, datang ke praktek dokter gigi dengan keluhan nyeri pada mukosa
pipi sebelah kanan dalam. Pada pemeriksaan klinis di dapatkan sisa akar gigi 18 yang
melukai mukosa pipi. Dokter mendiagnosa ulkus traumatikus pada mukosa bukal akibat
sisa akar gigi 18.
a. Termasuk lesi apakah kelainan rongga mulut pada kasus di atas?
b. Dilihat dari kedalamannya, jelaskan dan gambarkan kerusakan pada mukosa yang
terjadi pada kasus diatas!
c. Jelaskan perbedaan lesi rongga mulut tipe erosi dan ulser!
Lecture 2 : Lesi Sekunder Rongga Mulut
2. Pasien laki-laki, 30 th, datang ke praktek dokter gigi dengan keluhan lidah bergaris-garis
dan terdapat cekungan-cekungan yang dalam. Pada pemeriksaan klinis didapatkan
gambar seperti dibawah ini
a. Apa kira-kira diagnosa dari gambaran kasus diatas?
b. Termasuk lesi apakah diagnose dari gambaran kasus diatas?
c. Jelaskan ciri khas pada lesi dari gambaran kasus diatas!
3. Apakah yang dimaksud dengan sikatrik, deskuamasi, dan pseudomembran, serta berikan
contohnya!
4. Jelaskan yang dimaksud dengan eschars dan krusta!
Abstrak
dr. Dewa Made Sukrama, Sp. MK.,Ph.D
Imunitas adalah reaksi tubuh terhadap masuknya substansi asing.Respon imun adalah
kumpulan respon terhadap substansi asing yang terkoordinasi. Sistem imun adalah Sistem yang
melibatkan sel dan molekul yang bertanggung jawab dalam imunitas. Imunologi Ilmu yang
mempelajari antigen, antiobodi dan fungsi pertahanan tubuh host yang diperantarai oleh sel,
terutama yang berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis hipersensitifitas,
alergi dan penolakan benda asing.
Sistem Imun yaitu semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan
keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang ditimbulkan berbagai bahan di
Lecture 3 : Mikrobiologi : Sistem Pertahanan Tubuh dan Rongga Mulut
lingkungan.Fungsi sistem imun yaitu : Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit;
menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit,
jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh. Menghilangkan jaringan atau sel
yang mati atau rusak untuk perbaikan jaringan.Mengenali dan menghilangkan sel yang
abnormal.Sasaran utama yaitu bakteri patogen dan virus. Leukosit merupakan sel imun utama
(disamping sel plasma, makrofag, dan sel mast)
Sistem imun yang sehat adalah sistem imun yang seimbang yang bisa meningkatkan
kemampuan tubuh dalam melawan penyakit. Tahapan respon imun yaitu : Deteksi dan
mengenali benda asing, komunikasi dengan sel lain untuk berespons, rekruitmen bantuan dan
koordinasi respons, destruksi atau supresi penginvasi.
Sistem imun non spesifik.Tersebar diseluruh tubuh.Dalam sumsum tulang, timus, darah,
KGB, limpa, sal nafas, saluran cerna, sal kemih dan jaringan.Berasal dari sel prekursor
multipoten dalam sumsum tulang.Kulit :Barier fisik, barier kimiawi, dan flora bacterial.
Membran mukosa : barier fisis dan barier kimiawi. Saluran pernafasan : membran mukosa dan
epitel bersilia. Saluran cerna :Membran mukosa, asam dan basa, serta flora bacterial.
Respon imun spesifik.Kemampuan mengenal benda asing/antigen (spesifik
menghancurkan antigen yang sudah dikenal sebelumnya).Cara sistem ini didapat : 1. Aktif, 2.
Pasif. Dasar (ingatan atau memeori).Fagositosit (fagosit memakan pathogen, Chemotaxis
bergerak, Menyerangan, Membunuh, dan Mencerna).
Rongga mulut merupakan pintu masuk utama mikroorganisme, oleh karena itu baanyak
faktor yang terlibat dalam organisasi pertahanan terhadap kuman pathogen. Menurunnya fungsi
faktor-faktor ini akan menimbulkan masalah karena adanya bakteri oportunistik yang dapat
menjadi pathogen dan menimbulkan berbagai kelainan. Faktor-faktor tersebut dapat
dikategorikan menjadi barier anatomi dan fisiologi, seperti epitel, aliran air liur atau anatomi gigi
: pertahanan seluler misalnya fagositosis oleh leukosit dan makrofag; dan imunitas humoral
melalui antibody di dalam air liur dan celah gusi.
LEARNING TASK
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sistem imun dan Imunologi?
2. Sebut dan jelaskan sistem imun non spesifik dan spesifik!
3. Apakah antigen dan antibodi serta jelaskan kharakteristiknya?
4. Sebut dan jelaskan flora rongga mulut dan hubungannya dengan mekanisme respon imun.
5. Jelaskan mekanisme respon imun di rongga mulut yang diperankan oleh IgA !
Abstrak
Drg Sidi Wisesa
Variasi normal mukosa rongga mulut merupakan kondisi yang dapat ditemukan
pada beberapa orang. Kondisi tersebut biasanya tidak terlalu diperhatikan, namun apabila
dibandingkan dengan orang lain, penderita akan merasa khawatir akan keadaan tersebut
walaupun kondisi tersebut tidak berbahaya. Etiologi biasanya tidak ada penyebab apapun
dari variasi normal ini, tetapi kemungkinan adanya faktor genetik atau strees emosional.
Pada variasi normal rongga mulut menunjukkan penampakan simetris bilateral pada
lokasi atau perluasan, biasanya asimtomatik, tidak berubah dan merupakan variasi dari
suatu jaringan normal yang akan lebih sering terlihat karena bertambahnya usia. Variasi
normal mukosa rongga mulut yang sering ditemukan yaitu : Fissure tongue, Lip pits,
Cleft lip, Crenated tongue, Ankyloglossia, Lingual varices, Median rhomboid glossitis,
geographic tongue, Macroglossia, Microglossia, Bifid Uvula, Fordce’s Spots, Hairy
tongue, Eksostosis, Torus mandibula, Torus palatina .
Learning task
Seorang wanita datang ke RSGM untuk check up rutin setiap 6 bulan sekali.
Pasien tersebut mengeluhkan rasa tidak nyaman, sakit atau sensasi terbakar terutama pada
saat makan makanan panas, pedas, asin atau asam pada lidah pasien. Keadaan ini bisa
bertahan berbulan bulan dan dapat menghilang dengan sendirinya serta dapat muncul lagi
sewaktu – waktu. Pada pemeriksaan intra oral pasien, terdapat permukaan lidah halus
kemerahan dengan pola tidak teratur, pola ini sering berubah lokasi, ukurannya.
a. Sebutkan apa saja variasi normal rongga mulut ?
b. Apa Diagnosa kasus diatas?
c. Apa pengertian dari Fissure Tongue, Geografic Tongue, dan Hairy tongue?
d. Apa tanda dan gejala dari Fissure Tongue, Geografic Tongue, dan Hairy tongue?
e. Apa Etiologi dari Fissure Tongue, Geografic Tongue, dan Hairy tongue?
f. Bagaimana penatalaksanaan dari Fissure Tongue, Geografic Tongue, Hairy tongue
Lecture 4 : Variasi Normal Mukosa Rongga Mulut
Abstrak
dr. I Wyn. Juli Sumadi, Sp.PA.
Respon host dalam mengatasi adanya cedera/kerusakan jaringan dan adanya invasi dari
benda asing termasuk mikroba disebut sebagai reaksi inflamasi. Inflamasi merupakan respon
protektif untuk mempertahankan diri dari penyebab cedera (misalnya: mikroba, toksin) dan
akibat dari cedera tersebut (misalnya: sel dan jaringan nekrotik). Tanpa inflamasi suatu infeksi
tidak dapat terdeteksi, luka tidak dapat disembuhkan, dan cedera jaringan akan berlangsung
permanen. Namun, inflamasi bagaikan dua sisi mata pisau, inflamasi sering sulit dikontrol dan
justru menjadi penyebab kerusakan jaringan pada beberapa jenis penyakit (misalnya pada
atherosklerosis).
Inflamasi merupakan proses yang kompleks terdiri dari respon vaskuler dan respon
seluler. Yang menjadi aktor utama dalam proses inflamasi adalah leukosit dan plasma protein.
Respon vaskuler dan seluler ini diinduksi oleh faktor-faktor terlarut (mediator inflamasi) yang
dihasilkan oleh berbagai jenis sel atau terdapat pada plasma protein sebagai respon terhadap
adanya cedera atau invasi benda asing.
Inflamasi bisa bersifat akut maupun kronik, tergantung dari asal stimulus dan efektifitas
reaksi awal dalam mengeliminasi stimulus atau mengeliminasi kerusakan jaringan. Inflamasi
akut memiliki onset yang segera dan durasi yang singkat. Karakteristik utamanya adalah adanya
eksudasi cairan dan protein plasma (edema), dan migrasi leukosit (yang didominasi oleh
neutrofil). Bila inflamasi akut gagal mengeliminasi penyebab cedera, maka dapat mengalami
progresi menjadi radang kronik. Inflamasi kronik juga bisa terjadi dari awal proses inflamasi,
diinduksi oleh sebab-sebab tertentu (misalnya: infeksi M. tuberculosis). Inflamasi kronik
memiliki durasi yang lebih lama dan ditandai dengan keterlibatan sel-sel mononuklear,
proliferasi pembuluh darah, fibrosis dan kerusakan jaringan.
Lecture 5 : Patologi Anatomi : Dasar – dasar Radang Rongga Mulut & Lesi Praganas
Learning task
Trigger Case 1
Seorang laki-laki usia 25 tahun, mengeluh bengkak dan nyeri pada gusi rahang bawah sejak 3
hari yang lalu. Hal inimengakibatkan pasien tersebut mengalami kesulitan saat mengunyah
makanan. Pada pemeriksaan gusinya tampak kemerahan, edema, dan nyeri tekan, pada giginya
tampak dental plaque, dan rahangnya teraba hangat. Temperatur axillanya 38 0 C, pemeriksaan
darah menunjukkan leukositosis (14.000/uL) pemeriksaan kultur tampak pertumbuhan bakteri
Streptococcus sanguinis yang sensitif terhadap amoksisilin. Setelah terapi antibiotika, pasien
membaik.
Task
1. Sebutkan tanda-tanda radang akut yang terdapat pada kasus di atas. Jelaskan perubahan
seluler dan perubahan vaskuler yang mendasari terjadinya tanda-tanda radang akut
tersebut!
2. Jelaskan bagaimana peranan leukosit dalam menyingkirkan agen penyebab infeksi pada
kasus di atas!
3. Jelaskan mediator-mediator inflamasi yang terlibat pada proses inflamasi akut!
4. Jelaskan outcome inflamasi akut!
5. Mengapa bisa terjadi demam dan leukositosis pada pasien tersebut?
Trigger Case 2
Seorang wanita 39 tahun mengeluh terdapat benjolan di bawah rahang kanan sejak 1 bulan yang
lalu dan tidak nyeri.Ia juga mengeluh batuk berdahak sejak 2 bulan terakhir. Pada pemeriksaan
tampak nodul soliter dengan diameter 2 cm pada region submandibula dextra, batas tegas,
kenyal, dengan dasar yang kemerahan. Pemeriksaan x-ray thorax menunjukkan gambaran yang
konsisten untuk TB paru. Pemeriksaan fine needle aspiration cytology pada nodul submandibula
dextra menunjukkan gambaran granuloma epithelioid dengan latar belakang nekrosis kaseosa
yang sesuai dengan gambaran radang kronik granulomatus TB.
Task
1. Apa saja yang bisa menyebabkan terjadinya radang kronik?
2. Sebutkan gambaran/morfologi umum radang kronik!
3. Jelaskan peranan sel-sel radang yang terlibat dalam radang kronik, terutama makrofag!
4. Apa saja yang bisa menyebabkan radang kronik granulomatus?Jelaskan morfologi radang
kronik granulomatus!
Abstrak
I.B. Nym Putra Dwija,S.Si., M Biotech
Rongga mulut merupakan pintu gerbang yang menghubungkan tubuh manusia dengan
dunia luar dan merupakan bagian penting pada tubuh.Sistem organ ini juga mempunyai fungsi
biologi dan fungsi sensorik (rasa, bau, temperature dan tekstur), disamping itu juga mempunyai
fungsi untuk komunikasi.Rongga mulut juga mempunyai flora normal yang hidup secara alami
dan mempunyai hubungan yang baik dengan tubuh manusia. Hubungan ini dapat memburuk
yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, perubahan rongga mulut secara biologi yang
disebabkan oleh faktor eksogenus ( seperti konsumsi antibiotik atau makanan karbohidrat yang
difermentasi) atau faktor endogenus (perubahan system imun). Penyakit pada rongga mulut
masih merupakan problem bagi pelaksana pelayanan kesehatan. Bakteri flora normal di daerah
rongga mulut yang dapat menyebabkan penyakit infeksi disebut “ opportunistic pathogen “.
Bakteri – bakteri penyebab infeksi pada jaringan lunak rongga mulut sebagian besar adalah
kelompok anaerob dan fakultatif anaerob, dimana bakteri ini akan mengantikan bakteri flora
normal di daerah rongga mulut. Adapun bakteri yang sering menyebabkan penyakit infeksi
adalah Prevotella oralis, P. intermedia, Porphyromonas endodontalis dan anaerob
Streptococcus.Bakteri diatas Merupakan flora normal di daerah rongga mulut. Infeksi orofaring
dapat ditemukan berupa abses terlokalisir atau selulitis yang sangat luas tergantung dari faktor
virulensi bakteri. Adapun beberapa penyakit infeksi pada rongga mulut adalah Infeksi
Endodontik (disebab oleh :P. gingivalis, Dialoister spp., Anaerobic streptococcus dan E.
faecalis). Lateral periodontal abses (disebabkan oleh Porphyromonas spp., Prevotella spp.,
Fusobacterium., haemolytic Streptococci, Actinomyces spp., Capnocytophaga spp., dan
spirochaetes. Ludwig’s Angina (disebabkan oleh Prevotella spp., Porphyromonas spp,
Lecture 6 :Bakteri Penyebab Infeksi Jaringan Lunak Rongga Mulut
Fusobacterium spp dan anaerob streptococcus ). Masih banyak penyakit infeksi yang terjadi
pada jaringan rongga mulut seperti Dry socket, Peri-implantitis, pericoronitis, bacterial
sialadenitis, Angular Cheilitis, dan Staphylococcus aureus. Di dalam penegakan diagnosis maka
diperlukan beberapa pemeriksaan laboratorium.Permasalahan yang sering timbul pada saat
pengambilan spesimen adalah terkontaminasi dengan lingkungan.Untuk mengurangi kontaminasi
Spesimen harus dikirim secepatnya ke laboraorium mikrobiologi untuk diproses.
Kata Kunci : orofaring, flora normal, opportunistic pathogen.
Learning task
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan opportunistic pathogen ?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan flora normal ?
3. Sebutkan jenis penyakit infeksi pada jaringan lunak rongga mulut beserta bakteri
penyebabnya !
4. Mengapa Keseimbangan flora normal pada rongga mulut terganggu, jelaskan !
Abstrak
dr. I B Ngurah M.F.Or.AIFO
Semenjak Fleming menemukan penicillin sekitar tahun 1928 dan baru digunakan dalam
terapi pada tahun 1941, berkembanglah penemuan berbagai macam antibiotika yang baru.Saat
ini dikenal puluahn macam antibiotika dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya.
Disatu pihak dengan ditemukannnya banyak macam antibiotika, kita mempunyai banyak
pilihan untuk pengobatan penyakit infeksi.Keburukannya sering penggunaannya tidak benar
sehingga meningkatkan kejadian efek samping, efek toksik, alergi dan yang merupakan masalah
dunia sekarang adalah banyak kuman sudah resisten terhadap antibiotika.
Lecture 7 : Farmakologi Anti Bakteri
Untuk mencegah hal-halk diatas yang tidak menguntungkan kita harus menggunakan
antibiotika secara rasional artinya indikasi harus tepat, cara pemberian harus tepat, dosis harus
tepat, lama pemberian harus tepat dan mengetahui patofisiologi penyakit.
Secara garis besar macam-macam antibiotika yang beredar sekarang adalah golongan
penicillin, golongan cephalosporin, chloramphenicol, tetracycline, macrolide, quinolone dan
sulfonamide.
Kasus
Seorang penderita laki-laki berumur 35 tahun mengeluh demam disertai rasa nyeri pada
gusi dan kesukaran dalam mengunyah.Oleh dokter didiagnosa gingivitis. Antibiotika berikut
yang paling tepat digunakan yaitu:
A. Chloramphenicol
B. Penicillin V
C. Tetracylin
D. Ciprofloxacin
E. Cefadroxyl
Learning task
1. Dapat menyebutkan berbagai antibiotika yang digunakan dalam terapi saat ini
2. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan penggunaan antibiotika secara rasional
3. Menyebutkan bermacam-macam golongan penicillin, chloramphenicol, tetracycline,
macrolide, quinolone, sulfonamide, aminoglycoside
4. Menjelaskan spektrum kuman yang dibunuh oleh golongan penicillin, tetracycline,
macrolide, quinolone, sulfonamide, aminoglycoside
5. Menjelaskan mekanisme kerja, sifat bakteriostatik dan bakterisid dari semua antibiotika
6. Menjelaskan indikasi klinik penicillin, chloramphenicol, tetracycline, macrolide,
quinolone, sulfonamide, aminoglycoside
Abstrak
Drg L.Wyn Ayu Rahaswanti, Sp.KGA
Diagnosis adalah rangkuman/kajian data keluhan pasien (anamnesis) dengan pemeriksaan
klinis dan bila perlu juga dengan pemeriksaan penunjang. Diagnosis bertujuan untuk dapat
memberikan perawatan yang efektif, aman, dan mendapatkan prognosis yang akurat. Langkah
awal untuk dapat menegakkan diagnosis adalah melalui anamnesis (pemeriksaan subjektif), dan
pemeriksaan penunjang. pemeriksaan fisik/klinis (pemeriksaan objektif). Operator harus
memiliki pengalaman klinis dan pemikiran kritis, rajin membaca literatur yang baru, dan
berdiskusi dengan kolega untuk dapat mengembangkan pengetahuan dalam menegakkan
diagnosis.
Lecture 9 : Berbagai penyakit berupa lesi primer dan sekunder Rongga Mulut
Abstrak
Drg. I Gst Ayu ari Widiastuti
Sebagian besar penyakit menyebabkan perubahan morfologi dan fungsi. Manifestasi
obyektif yang menunjukkan perubahan morfologi khas pada jaringan disebut sebagai lesi.
Karena beberapa lesi mempunyai penampilan klinis yang khas maka pemeriksaan yang akurat
sangat diperlukan. Diagnosis sebagian besar penyakit mulut umumnya didasarkan pada
pengenalan terhadap lesi, tetapi karena adanya trauma mastikasi, maserasi, gerakan otot atau
jaring an, maka bentuk perubahan awal lesi primer tidak dapat dipertahankan dalam waktu yang
lama sehingga lesi di mulut lebih sering dijumpai sebagai lesi sekunder. Oleh karena itu untuk
diagnosis lesi di mulut berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut harus
dipertimbangkan, dan penelusuran melalui riwayat terjadinya lesi sangat membantu dalam
mengungkap bentuk lesi primernya.
Lecture 8 : Prosedur Diagnosis
Abstrak
drg. Putu Lestari Sudirman, M.Biomed.
Lesi pragana dan pigmentasi merupakan kelainan rongga mulut yang dapat
bertranformasi menjadi ganas, dalam pembagiannya dapat digolongkan menjadi lesi putih dan
lesi merah serta lesi pigmentasi. Dalam blok ini akan dibahas mengenai Leucoplakia, Lichen
Planus (Spesifik Praganas), Erythroplakia, Submucous Fibrosis, Carsinoma In Situ, Pigmentasi
endogen, Pigmentasi eksogen.
Dengan tujuan mahasiswa dapat memahami dan membedakan lesi jaringan lunak rongga
mulut yang berpotensi mengarah ke dalam keganasan, serta penatalaksanaannya.Mampu
mendiagnosa lesi praganas sedini mungkin sehingga memberikan penanganan sedini mungkin
pada kasus tersebut.
Learning Task
kasus
1. Seorang pria edentulous 60 tahun ingin membuat gigi palsu, gigi tiruan atas nya buruk
bernoda dan platnya sedikit pecah dengan beberapa gigi yang karies. Belakangan
diketahui adalah seorang perokok aktif rata-rata 20 sampe dengan 30 batang per hari.
Setelah diperhatikan, secara klinis tampak ada lesi berwarna putih terisolasi
perbatasandi lateral kiri lidah , yang kira-kira 1 cm . Palpasi lehernya tidak ada kelainan
jelas dan pembengkakan.
a. kira – kira apa saja yang anda tanyakan dalam menganamnesa pasien ini dan
apa yang anda sarankan terkait dengan lesi yang ditemui ?
b. apa kira – kira diagnosanya?
c. Apa yang paling mungkin Diagnosis banding dalam kasus ini ?
d. Bagaimanarencana perawatan untuk pasien ini?
Lecture 10 : Lesi Praganas dan Pigmentasi
2. Seorang wanita berumur 75 tahun datang ke poli klinik gigi RSPTN dengan keluhan sakit
jika membuka mulut, terlebih lagi menelan dan berbicara, lidahnya terasa kaku dan susah
digerakan. saat dianamnesa pasien ini mempunyai kebiasaan menginang (dengan sirih
dan buah pinang). setelah dilakukan pemeriksaan klinis terlihat mukosa mulut berwarna
merah kecoklatan adanya deskuamasi atau pengelupasan mukosa dan tampak keriput.
a. apa diagnosanya?
b. apa yang bisa disarankan pada pasien agar kondisinya membaik?
Abstrak
drg Mia Ayustina Prasetya, Sp.KGA
Proses penuaan merupakan proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya, terjadi terus menerus. Perubahan
yang terjadi adalah perubahan anatomis, fisiologis dan biomekanis.Perubahan juga terjadi di
rongga mulut, di antaranya perubahan jaringan lunak mulut, menurunnya sistem kekebalan
tubuh, peningkatan penyakit sistemik, penurunan kemampuan individu membersihkan rongga
mulut.
Karakteristik yang biasa ada pada lansia : Karies, penyakit periodontal, mulut kering, gigi
menjadi goyang.
Lecture 11 : Gigi : Aging process
Penting bagi dokter gigi untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul dan cara
menanggulanginya.
Learning Task :
1. Bagaimana kondisi rongga mulut yang berkaitan dengan penyakit degeneratif?
2. Apa yang terjadi pada jaringan keras gigi pada lansia?
3. Apa yang terjadi pada jaringan lunak rongga mulut pada lansia?
4. Pasien laki-laki berusia 67 tahun datang ke klinik dengan keluhan gigi tiruan
sebagiannya tidak stabil dan mengeluhkan napasnya bau. Pasien memiliki riwayat
diabetes. Tindakan apa saja yang harus anda lakukan sebagai seorang dokter gigi?
5. Pasien berusia 75 tahun datang ke dokter gigi untuk mencabut giginya. Apa saja yang
harus diperhatikan sebelum melakukan pencabutan?
Abstrak
drg. Sari Kusumadewi, M.Biomed.
Air ludah sangat penting untuk kesehatan mulut.pasien yang tidak memiliki aliran saliva,
menderita kekurangan pelumasan dapat mempengaruhi banyak fungsi, mengembangkan infeksi
sebagai akibat dari pertahanan berkurang. Ada berbagai penyebab dari penurunan aliran saliva
tetapi obat adalah penyebab paling umum. Mulut kering, sering dan yang paling umum, keluhan
Lecture 12 : Kelainan kelenjar saliva
mengenai saliva tetapi tidak selalu dikonfirmasi oleh bukti xerostomia. Penyebab utama dari
mulut kering adalah iatrogenik; tidak ada keraguan bahwa obat adalah penyebab paling umum
terutama mereka dengan antikolinergik atau aktivitas simpatomimetik.Iradiasi kelenjar ludah,
sitotoksik kemoterapi dan penyakit graft-versus-host merupakan penyebab iatrogenik yang
kurang umum. Penyakit kelenjar seperti sindrom Sjogren, sarcoidosis atau penyakit HIV juga
menyebabkan xerostomia. Dehidrasi, seperti pada diabetes, adalah penyebab sesekali.Jarang ada
kelenjar ludah agenesis.
Nodul dan pembengkakan dapat menyerang baik kelenjar saliva mayor maupun daerah
yang ekstensif dari jaringan kelenjar saliva minor yang tersebar di seluruh permukaan mukosa
dari bibir, pipi, palatum, dasar mulut dan sepertiga posterior dari dorsum lidah. Penyebab
pembengkakan kelenjar ludah termasuk lesi inflamasi (mumps, naik sialadenitis, parotitis
berulang, parotitis HIV, sindrom Sjogren, sarcoidosis), neoplasma, obstruksi saluran atau
sialosis.Pengangkatan segera terhadap nodul dari kelenjar saliva mayor harus dilakukan segera
setelah ditemukan.
LEARNING TASK
1
2
3
4
7
5
5
6
5
Abstrak
dr. Ni Luh Ariawati
Mikologi Kedokteran mempelajari tentang jamur (fungi) serta penyakit yang
ditimbulkannya pada manusia.Jamur adalah organism eukaryotic yang terdapat dalam 2 bentuk
yaitu sebagai ragi (khamir) atau yeast yang berbentuk bulat atau lonjong dan hifa (kapang) yang
terdiri dari sel-sel yang memanjang dan bercabang. Jamur berkembang biak dengan membentuk
spora secara seksual dan aseksual. Untuk pertumbuhannya jamur mengeluarkan enzim yang
mengubah zat orgnik menjadi anorganik sehingga jamur dapat bersifat sebagai saprofit atau
parasit.Penyakit yang disebabkan oleh jamur disebut mikosis yang dibedakan atas mikosis
superfisial, kutaneus, subkutan, sistemik dan oportunistik.
Mikosis superfisial dan kutaneus menyerang jaringan yang mempunyai keratin yaitu
kulit, rambut dan kuku. Mikosis superfisial disebabkan oleh jamur golongan nondermatophyta
antara lain adalah Tinea versicolor. Mikosis kutaneus yaitu Tinea capitis, Tinea corporis, Tinea
cruris, Tinea pedis dan Tinea unguium disebabkan oleh jamur dermatophyta genus
Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton. Untuk diagnose laboratorium spesimen
diambil dari kulit, kuku atau rambut yang kemudian diperiksa secara mikroskopis langsung
dengan menambahkan KOH 10-20% atau dibiakkan pada media Sabouraud Dextrose Agar.
Mikosis subkutan atara lain adalah Misetoma disebabkan oleh jamur yang terdapat
ditanah atau tumbuh-tumbuhan. Infeksi terjadi melalui trauma atau luka pada kulit.Misetoma
merupakan sindrom yang ditandai dengan pembengkakan, deformitas, pembentukan sinus dan
fistula.Actinomycetes pada actinomisetoma adalah basil gram positif, bersifat endogen pada
rongga mulut.Kelainan dapat terjadi pada daerah subkutan sampai organ dalam.
Mikosis sistemik adalah infeksi jamur yang menyerang organ dalam.Histoplasmosis
disebabkan Histoplasma capsulatum yang banyak ditemukan pada kotoran burung. Infeksi terjadi
melalui inhalasi dan dapat menjadi berat pada orang lanjut usia dan penderita AIDS.
Mikosis oportunistik terjadi pada orang yang mengalami kekebalan menurun misalnya
penderita AIDS,keganasan dsbnya. Candidiasis terjadi secara endogen dan exogen terutama
disebabkan Candida albicans, dapat menimbulkan kelainan pada kulit, mukosa dan organ
Lecture 13&14 : Parasitologi : Kelainan jaringan lunak oleh jamur dan Jamur (super & deep mikosis)
dalam.Cryptococcosis disebabkan oleh Cryptococcus yaitu sel ragi yang bertunas dan berkapsul
yang menimbulkan kelainan pada otak dan selaput otak. Bahan pemeriksaan diambil dari kulit,
swab, sputum, cairan liquor cerebrospinal dan lain-lain, diperiksa secara mikroskopis langsung
dengan KOH 10% atau tinta India atau dibiakkan dengan media Sabouraud Agar.
LEARNING TASK
KASUS 1:
Seorang bayi berumur 6 bulan dengan berat badan 5 kg dibawa ke Puskesmas karena rewel dan
tidak mau makan/minum. Sejak lahir bayi tersebut tidak mendapat ASI. Pada pemeriksaan oleh
dokter, di daerah rongga mulut ditemukan bercak-bercak berwarna putih seperti susu yang sudah
basi dengan dasar kemerahan. Diperkirakan bayi tersebut menderita infeksi oleh jamur.
Pertanyaan:
1. Sebutkan penyakit jamur yang mungkin diderita oleh bayi tsb!
2. Sebutkan fektor-faktor predisposisi infeksi penyakit tersebut diatas
3. Sebutkan pemeriksaan lab. yang diperlukan untuk diagnosisnya
4. Jelaskan gambaran mikroskopis yang ditemukan!
KASUS 2:
Seorang laki-laki berumur 60 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan sakit dan bengkak
pada rahang bawah. Pada pemeriksaan oleh dokter ditemukan abses dan fistel pada rahang
bawah dan dari fistel tersebut keluar nanah. Beberapa minggu yang lalu dia juga sudah ke
Puskesmas untuk mencabut giginya yang berlubang. Pada pemeriksan laboratories dari nanah
tersebut ditemukan sulfur granul berwarna kekuningan yang terdiri dari kumpulan hifa yang
halus dan sel-sel radang. Pertanyaan :
1. Sebutkan diagnose penyakit penderita diatas!
2. Sebutkan fektor-faktor predisposisi infeksi penyakit tersebut diatas
3. Sebutkan pemeriksaan lab. yang diperlukan untuk diagnosisnya
4. Jelaskan gambaran mikroskopis yang ditemukan!
MODUL
OBAT ANALGETIK DALAM PENANGANAN NYERI
dr. I GMG. Surya Chandra Trapika, M.Sc.
TUJUAN PEMBELAJARAN:
1. Mampu menjelaskan aspek nyeri
2. Mampu menjelaskan aspek farmakologi obat-obat analgetik opioid
3. Mampu menjelaskan aspek farmakologi obat-obat analgetik non opioid
KONTEN KURIKULUM:
1. Aspek nyeri
a. Klasifikasi/tipe nyeri
b. Intensitas nyeri
c. Kualitas nyeri
d. Frekwensi, durasi, distribusi dan pola nyeri
2. Aspek farmakologi obat-obat analgetik opioid
a. Mekanisme kerja
b. Indikasi klinis
c. Efek samping
3. Aspek farmakologi obat-obat analgetik non opioid
a. Mekanisme kerja
b. Indikasi klinis
c. Efek samping
Abstrak
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensoris yang komplek yang sangat penting sebagai
salah satu bentuk pertahanan tubuh. Meskipun sensasi nyeri adalah suatu pengalaman yang tidak
menyenangkan, nyeri adalah salah satu penanda adanya suatu proses inflamasi. Nyeri dapat
diibaratkan sebagai suatu peringatan awal bagi tubuh bahwa sedang terjadi suatu proses injury.
Beberapa aspek nyeri yang perlu diperhatikan adalah seberapa besar nyeri yang dirasakan
(intensitas nyeri), seperti apa nyeri yang dirasakan (kualitas nyeri), bagaimana distribusi,
frekwensi dan durasi serta pola nyeri yang dirasakan
Penanganan nyeri seyogyanya dilakukan secara holistic yang melibatkan berbagai
disiplin ilmu. Secara umum penanganan nyeri dapat dilakukan dengan cara non farmakologis
dan farmakologis. Metode penanganan nyeri secara non farmakologis berdasarkan pada
pemahaman mekanisme nyeri yang akan memberikan efek sesuai dengan dasar fisiologisnya.
Lecture 15 : Farmakologi : Farmakologi anti nyeri / analgesik
Beberapa pendekatan itu antara lain: terapi kognitif, terapi relaksasi, terapi panas dan dingin,
terapi latihan dan gerakan secara aktif dan gerakan pasif. Penaganan nyeri secara farmakologis
dengan memberikan obat yang memiliki efek analgesia. Obat-obat analgesia secara umum
dibedakan menjadi dua kelas utama yaitu: golongan non opioid dan opioid. Analgesia non opioid
tidak berinteraksi dengan reseptor opioid, tidak menimbulkan depesi pada susunan saraf pusat
dan tidak menimbulkan efek ketergantungan. Obat analgesia golongan opioid ini meliputi
golongan Non Steroid Anti-Inflammatory drugs (NSAID) yang terbagi lagi dalam beberapa
golongan seperti salisilat, asam propionate, phenylbutazone, derivate indol, derivate oksikam,
asam mefenamat, diklofenak dan asetaminofen serta selektif COX-2 inhibitor. Obat ini bekerja
pada penghambatan enzim siklooksigenase yang berperanan pada pembentukan prostaglandin
sebagai mediator utama inflamasi.Beberapa diantara obat ini selain memiliki efek anti inflamasai
dan analgesia juga memiliki efek anti piretik.
Obat analgesia opioid atau yang dikenal juga dengan analgesia narkotik memiliki efek
pada reseptor opioid yaitu reseptor mu, delta dan kappa.Berdasarkan kemampuannya berikatan
dengan reseptor opioid, obat ini digolongkan menjadi agonis dan agonis parsial serta antagonis
dan antagonis parsial.Berdasarkan sumber komponennya obat ini dapat digolongkan menjadi;
natural opioid, semi sintetik dan sintetik opioid.Akibat efek yang ditimbulkannya pada system
saraf pusat, obat golongan opioid berpotensi menimbulkan depresi pada susunan saraf pusat dan
menimbulkan toleransi serta ketergantungan.Indikasi pemberian obat ini pada nyeri hebat yang
tidak memberikan respon yang baik pada pemberian obat analgesia non opioid.
SKENARIO
A. Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang dengan keluhan nyeri pada gigi geraham
belakang kiri bawah sejak 3 hari yang lalu disertai bengkak pada pipi kirinya. Penderita
memiliki riwayat maag kronis. Riwayat hipertensi dan penyakit kronis lainnya disangkal.
LEARNING TASK
1. Berdasarkan skenario di atas, apakah pilihan anti nyeri yang diberikan pada penderita
tersebut? Jelaskan pendapat anda!
2. Obat anti nyeri golongan manakah yang dihindari pemberiannya pada pasien tsb di atas?
B. Seorang wanita berusia 27 tahun datang dengan keluhan nyeri pada gigi geraham
belakang kanan atas sejak 3 hari yang lalu disertai bengkak pada pipi kanannya. Penderita
dalam kondisi hamil dengan umur kehamilan 8 minggu. Riwayat hipertensi dan penyakit
kronis lainnya tidak ada.
LEARNING TASK
1. Berdasarkan skenario di atas, apakah pilihan anti nyeri yang diberikan pada penderita
tersebut? Jelaskan pendapat anda!
2. Obat anti nyeri golongan manakah yang dihindari pemberiannya pada pasien tsb di atas?
Jelaskan!
Abstrak
dr. A. Wiwiek Handayani, M.Kes.
Infeksi jamur dapat menginfeksi bagian tubuh baik secara superficial maupun sistemik. Salah
satu infeksi jamur superficial adalah candidiasis/candidosis/moniliasis adalah infeksi jamur di
rongga mulut dan lidah dimana candida albicans adalah penyebab yang paling umum.Candidiasis
meliputi infeksi yang berkisar dari yang ringan seperti sariawan pada mulut, timbulnya lapisan
kental berwarna putih atau krem pada membran mukosa disertai munculnya radang berwarna
merah disertai rasa tidak nyaman atau terbakar.Kelompok pasien yang beresiko terkena
candidiasis adalah bayi baru lahir yang terinfeksi jamur dari ibunya atau dari dot, penderita
diabetes, pengguna antibiotika lama atau pemakai corticosteroid, penderita imunodefisiensi,
orang hamil dan pengguna gigi palsu. Infeksi candidiasis meliputi infeksi yang berkisar dari
yang ringan sampai dengan yang berpotensi mengancam nyawa bila infeksi secara sistemik.
Obat- obat antijamur yang digunakan terapi dapat berupa topical ataupun sistemik tergantung
derajat berat ringannya infeksi jamur. Obat-obat antijamur yang sering digunakan adalah
Lecture 16 : Farmakologi : Farmakologi anti jamur
golongan polene yaitu nistatin topical maupun clotrimazole topical. Pengobatan sistemik dapat
menggunakan obat golongan lainnya seperti golongan azole (ketokonazole, itraconazole,
voriconazole), flucytosine maupun amphotericin B.
Learning Task
Seorang pasien wanita berumur 29 tahun datang ke poliklinik dokter gigi dengan keluhan timbul
sariawan yang bermula dari lidah kemudian timbul bercak-bercak putih pada rongga mulut
lainnya sejak satu bulan yang lalu. Setelah dilakukan anamnesis diketahui pasien menderita
HIV/AIDS yang terdiagnosa satu tahun yang lalu. Pasien juga mengeluh diare sejak satu bulan
yang lalu yang diduga akibat pasien mengalami imunodefisiensi.
1. Diantara infeksi jamur yang ada golongan jamur apakah yang sering menginfeksi rongga
mulut dan sekitarnya ?
2. Jelaskan mengapa infeksi jamur cepat menginfeksi pasien dengan imunodefisiensi ?
3. Sebutkan golongan obat anti jamur yang saudara/saudari ketahui
4. Jelaskan famakokinetika dan dinamika dari nistatin
5. Jelaskan farmakokinetika dan dinamika dari clotrimazole
6. Jelaskan kapan seorang pasien memerlukan pengobatan sistemik untuk kasus candidiasis
7. Jelaskan apakah semua obat antijamur bersifat teratogenik pada ibu hamil ?
8. Jelaskan bagaimana anda memberikan obat secara rasional pada penderita infeksi jamur
candidias pada rongga mulut ?
Abstrak
dr. I Gusti Ayu Artini, M.Sc.
Infeksi virus merupakan suatu keadaan patologis yang memerlukan penanganan yang
tepat.Infeksi virus dalam bidang kedokteran gigi yang cukup sering dijumpai adalah infeksi virus
herpes (HSV-1) yang menyerang rongga mulut (herpes labialis). Beberapa jenis antivirus yang
dapat diberikan pada kasus herpes antara lain acyclovir, famcyclovir, penciclovir, valacyclovir,
ganciclovir, valganciclovir, cidofovir, idoxuridin, vidarabin, trifluridin, fomivirsen, dan
foscarnet. Umumnya antivirus bekerja dengan cara menghambat replikasi virus. Acyclovir
merupakan antiherpes yang hingga saat ini masih menjadi pilihan pertama dalam pengobatan
herpes.Acyclovir merupakan analog nucleoside yang bekerja menghambat DNA polymerase
virus. Apabila terjadi resistensi terhadap acyclovir, umumnya akan terjadi resistensi silang
dengan congener acyclovir lainnya seperti valacyclovir, famciclovir, penciclovir, ganciclovir dan
valganciclovir. Oleh karena itu pada kasus resistensi acyclovir, umumnya digunakan foscarnet.
Kasus infeksi virus yang mungkin akan dijumpai juga dalam bidang kedokteran gigi adalah
infeksi HIV (AIDS), namun umumnya pasien HIV datang ke dokter gigi untuk mengatasi infeksi
oportunistik pada rongga mulut yang disebabkan oleh jamur.
SKENARIO 1
Seorang laki-laki berusia 36 tahun datang ke praktek dokter gigi karena terdapat bintik berair di
sekitar mulut sejak 2 hari yang lalu.Bintik tersebut terasa perih.Setelah dilakukan pemeriksaan,
pasien dinyatakan menderita herpes labialis.
LEARNING TASK 1
1. Berdasarkan skenario tersebut, antivirus apakah yang dapat diberikan pada pasien?
2. Bagaimanakah mekanisme kerja antiherpes tersebut?
3. Bila terjadi resistensi, obat apakah yang dapat diberikan sebagai alternatifnya?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya resistensi terhadap antiherpes tersebut?
Lecture 17 : Farmakologi : farmakologi anti virus
SELF ASSESSMENT
1. Sebutkan macam-macam antiherpes.
2. Sebutkan perbedaan mekanisme kerja acyclovir dan foscarnet.
3. Bagaimana aplikasi antiherpes di bidang kedokteran gigi?
4. Sebutkan beberapa efek samping acyclovir.
5. Sebutkan mekanisme terjadinya resistensi terhadap acyclovir.
6. Obat apakah yang dapat menyebabkan resistensi silang dengan acyclovir?
SELF-DIRECTED LEARNING
Pengetahuan dasar yang harus diketahui:
• Tahap replikasi virus
• Target kerja antivirus pada tahap replikasi virus
• Mekanisme kerja antivirus
• Resistensi terhadap antivirus
• Aplikasi antivirus di bidang kedokteran gigi
• Efek samping antivirus
Abstrak
dr. Ni Putu Ekawati, Sp.PA
ANEMIA, LEUKEMIA, DAN POLISITEMIA
Anemia didefinisikan sebagai keadaan dengan penurunan kadar Hemoglobin (Hb).
Anemia sering dibedakan berdasarkan atas morfologinya menjadi anemia normositik, mikrositik,
dan makrositik melalui pemeriksaan indeks eritrosit.
Dibutuhkan pemahaman tentang komponen pemeriksaan darah lengkap untuk evaluasi anemia,
meliputi:
Lecture 18 : Patologi Klinik : Kelainan hematologi
1. Hemoglobin (Hb)
2. Hematocrote (Hct)
3. Mean cell hemoglobin (MCH)
4. Mean cell hemoglobin concentration (MCHC)
5. Mean cell volume (MCV)
6. Red Blood cell count (RBC)
7. Red cell distribution width (RDW).
Untuk mengetahui morfologi sel, dilakukan evaluasi apusan darah tepi.
Dan untuk melihat respons eritropoisis dalam penanganan anemia, sering dilakukan
penghitungan jumlah retikulosit.
Leukemia didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit dengan akumulasi leukosit gans di dalam
darhan tepi dan sumsum tulang.
Leukemia dibedakan menjadi Leukemia akut dan Kronis, dam masing-masing dibedakan lagi
menjadi seri myeloid dan limfoid. Berdasarkan morfologi atau petanda imunologik.FAB atau
French American British membedakan Akut Limfoblastik Leukemia (ALL) dan Akut
Mieloblastik Leukemia menjadi,
AML ALL
• M0 tidak berdiferensiasi
• M1 tanpa maturasi
• M2 dengan maturasi granulositik
• M3 promielositik akut
• M4 maturasi granulositik dan
monositik
• M5 monoblastik (M5a) atau
monositik (M5b)
• M6 eritroleukemia
• M7 megakaryoblastik
• L1 sel blas kecil, monoton, rasio
inti/sitoplasma besar
• L2 sel blas berukuran lebih besar,
heterogen, rasio inti/sitoplasma lebih
kecil
• L3 blas bervakuol, sitoplasma
basofilik (biasanya ALL-B)
Diagnosis leukemia ditegakkan melalui pemeriksaan Complete Blood Count (CBC) , apusan
darah tepi, evaluasi Bone Marrow Aspiration (BMA). Untuk membedakan seri mi
eloid dengan limfoid sering dikerjakan pewarnaan sitokimia dalam mengevaluasi apusan darah
tepid an BMA.
Polisitemia, didefinisikan sebagai peningkatan konsentrasi Hb (hemoglobin), diatas normal
sesuai dengan umur dan jenis kelamin pasien.
Polisitemia dibedakan menjadi
1. Polisitemia absolute yaitu peningkatan volume/masa eritrosit
a. Olisitemia rubra vera
b. Polistemia sekunder
2. Polisitemia relative yaitu volume/masa eritrosit normal tetapi volume plasma menurun.
Diagnosis polisitemia ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan temuan laboratorium.
LERNING TASK
1. Sebutkan definisi anemia, leukemia dan polisitemia!
2. Sebutkan klasifikasi morfologi anemia dan leukemia!
3. Sebutkan pembagian atau klasifikasi dari polisitemia!
4. Jelaskan gambaran klinis dari masing-masing kelainan di atas!
5. Kelainan laboratorium apa yang bisa dijumpai pada ketiga jenis kelainan di atas!
6. Sebutkan salah satu pewarnaan sitokimia untuk membedakan leukemia seri myeloid
dengan limfoid!
7. Sebutkan penyebab terjadinya polisitemia!
8. Jelaskan apa saja yang dievaluasi dari sediaan apusan darah tepi pasien!
9. Jelaskan parameter complete blood count apa yang harus dievaluasi dalam menegakkan
diagnosis masing-masing kelainan di atas!
Abstrak
Drg Kd Fiora Rena Pertiwi, M.Biomed
Pengetahuan mengenai manifestasi reaksi obat di dalam rongga mulut sangat penting untuk
seorang dokter gigi, agar dapat mencegah terjadinya reaksi obat, mendiagnosa penyebab reaksi
obat dan memberikan penanganan yang tepat.Reaksi obat bisa terjadi reaksi obat itu sendiri,
karena efek samping obat, dan pemberian obat yang salah. Manifestasi reaksi obat dalam rongga
mulut dapat berupa Hiposalivasi/hipersalivasi, Lichen Planus, aphtous ulcer, bullous disorder,
Pigmentasi, hyperplasia Fibrovaskular, keratosis/ hyperplasia epithelial, dysesthesia,
osteonecrosis rahang, infeksi, angiodema, Malignancy. Manifestasi reaksi obat di dalam rongga
mulut antara lain :
• Reaksi obat yang berkaitan dengan penyakit glandula saliva
• Reaksi obat yang berkaitan dengan gangguan pengecapan
• Reaksi obat yang berkaitan dengan mucosal disorder
• Reaksi obat yang berkaitan dengan mucosal pigmentation
• Reaksi obat yang berkaitan dengan pembengkakan (swelling)
• Reaksi obat yang berkaitan dengan Neuropati
• Reaksi obat yang berkaitan dengan Halitosis
• Reaksi obat yang berkaitan dengan Infeksi oral
• Reaksi obat yang berkaitan dengan efek teratogenik
Lecture 19 : Manifestasi Reaksi Obat pada Rongga Mulut
Abstrak
Drg Desak Nyoman Ari susanti, M.Kes
Ulcer di rongga mulut dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain oleh karena
trauma, keganasan, obat-obatan, aftosa, maupun sistemik. Ulkus yang disebabkan oleh karena
trauma sering disebut dengan traumatic ulcer/ ulkus traumatikus , didefinisikan sebagai salah
satu kelainan dalam rongga mulut yang berbentuk ulkus yang ditandai dengan kehilangan lapisan
epitel sampai melebihi batas membrane basalis . Diagnosa dapat ditegakan melalui anamnesa
dari pasien. Biasanya pasien dapat menceritakan riwayat ulkus tersebut seperti habis tergigit,
atau karena bahan kimia dan lainnya. Ulkus traumatikus dapat muncul di tempat manapun di
dalam rongga mulut, tetapi paling banyak ditemukan di lateral border pada lidah, mukosa
bukal,bibir, pada labioalveolar serta buccal grooves. Ukuran ulkus bervariasi mulai dari beberapa
millimeter sampai dengan centimeter. Biasanya akan sembuh 6 – 10 hari secara spontan maupun
dengan menghilangkan penyebabnya.
Berbeda dengan traumatic ulcer, Recurrent Aphthous Stomatitis bersifat kambuhan
(recurrent),tanpa memiliki tanda dari penyakit lainnya. Etiologi dari Recurrent Aphthous
Stomatitis (RAS) tidak diketahui dengan pasti, sering disebut dengan penyakit idiopatik. RAS
adalah kondisi multifaktorial. Pada umumnya perawatan RAS dilakukan secara simptomatis
dengan tujuan menghilangkan factor predisposisi. Pilihan terapi tergantung keparahan dan
frekuensi ulcerasi.
Lecture 20 : Ulkus Traumatikus dan Stomatitis Aftosa Recuren
~ REFFERENCE ~
1. Abbas, AK., Lichtman, AH., Pillai, S. Cellular and Molecular Immunology. 6th Ed.
Saunders Elsevier. 2007.
2. Regezi, JA., Sciubba, JJ., Jordan, RCK., Oral Pathology. Elsevier Science. 2003.
3. Baratawijaya.KG dan Rengganis I. Imunologi Dasar 2010 UI press.Jakarta
4. Abbas.AK. Cellularand molecular immunology.Philadelpia,Saunders ,2010
5. Roitt.IM. Essential Immunology, London,Blackwell 2008.
6. Reference : Marsh PD., martin MV. Oral Microbiology. Fifth Edition. Churchill living
stone.2009
7. Roda et al., 2007. Review of temporomandibular joint pathology. Part I:
Classification, epidemiology and risk factors.Med Oral Patol Oral Cir Bucal;12:292-8
8. Ingawales S., and Goswami T., 2009. Temporomandibular Joint: Disorders,
Treatments, and Biomechanics. Annals of Biomedical Engineering;37(5):976–996
9. Garg K.N.,, Gupta., Singh S., Chaudhary S., 2012. Bell’s Palsy : Aetiology,
Classification, Differential Diagnosis and Treatment Consideration : A Review.
Journal of dentofacial sciences; 1(1): 1-8)
10. Santos, MM., Freire, AR., Rossi, AC., Prado, FB., Caria, PHF.and Botacin, PR.,
2013.Trigeminal neuralgia: literature review. J. Morphol. Sci: 30( 1): p. 1-5
11. Andrews’ Diseases of The Skin. Clinical Dermatology 11 th edition, 2011
12. Rook’s Textbook of Dermatology 8 th edition 2010
13. Dermatology 3 th edition 2012
14. AACE Comprehensive Diabetes Management Algorithm 2013. Endocrine Practice
2013;19(No. 2):327-36.
15. ADA. Standards of Medical Care in Diabetes 2014. Diabetes Care 2014;37 (suppl
1):S14 -80.
16. Masharani U, Karam JH, German MS, 2004. Pancreatic hormones & diabetes mellitus.
In: Greenspan FS, Gardner DG (editors). Basic and clinical endocrinology. 7th ed.
Lange Medical Books/McGraw-Hill. pp. 658-746.
17. Powers AC, 2005. Diabetes mellitus. In: Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Longo
DL, Braunwald E, Hausers SL, Jameson JL (editors). Harrison's Principles of
Internal Medicine. 16th ed.New York: McGraw-Hill. pp. 2152–2180.
Note :
Refference berupa e-books bisa diperoleh di Sekretariat PSPDG FK UNUD