New PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH...

100
i PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH MATERI KETENTUAN SHALAT JENAZAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) SISWA KELAS VII B MTS SUDIRMAN TRUKO KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh M. DIDIK HASANI NIM. 114-13-016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2018

Transcript of New PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH...

  • i

    PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH

    MATERI KETENTUAN SHALAT JENAZAH MELALUI MODEL

    PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD

    TOGETHER) SISWA KELAS VII B MTS SUDIRMAN TRUKO

    KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG

    TAHUN PELAJARAN 2016/2017

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan

    Oleh

    M. DIDIK HASANI

    NIM. 114-13-016

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

    SALATIGA

    2018

  • ii

  • iii

    Imam Mas Arum M, Pd.

    Dosen IAIN Salatiga

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Lamp : 4 (empat) eksemplar

    Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

    Lamp : 1 Eksemplar

    Saudara : M. Didik Hasani

    KepadaYth.

    Dekan FTIK IAIN Salatiga

    di Salatiga

    Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka

    naskah skripsi mahasiswa:

    Nama : M. Didik Hasani

    NIM : 114-13-016

    Judul : PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN

    FIQIH MATERI KETENTUAN SHALAT JENAZAH

    MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

    NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) SISWA KELAS

    VII B MTS SUDIRMAN TRUKO KECAMATAN BRINGIN

    KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN

    2016/2017

    Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk

    ditujukan dalam sidang munaqasah.

    Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan

    sebagaimana mestinya.

    Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Salatiga, September 2018

    Dosen Pembimbing,

    Imam Mas Arum, M.Pd

    NIP. 197905072011101008

  • iv

    KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jalan Lingkar Salatiga KM.2 Telepon (0298) 6031364 Kode Pos 50716 Salatiga

    Website:http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]

    SKRIPSI

    PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH MATERI

    KETENTUAN SHALAT JENAZAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

    KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) SISWA KELAS

    VII B MTS SUDIRMAN TRUKO KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN

    SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

    DI SUSUN OLEH :

    M. DIDIK HASANI

    NIM 114-13-016

    Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan

    Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

    (IAIN) Salatiga, pada tanggal ……………………… dan telah dinyatakan

    memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

    Susunan Panitia Penguji

    Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag, M.Phil

    Sekretaris Penguji : Imam Mas Arum, M.Pd

    Penguji I : Siti Rukhayati, M.Ag

    Penguji II : Drs. Bahroni, M.Pd

    DE

    KL

    AR

    AS

    I

    http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.id/

  • v

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : M. Didik Hasani

    NIM : 114 13 016

    Jurusan : Pendidikan Agama Islam

    Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

    Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

    sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

    lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

    ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di Publikasikan oleh Perpustakaan IAIN

    Salatiga.

    Salatiga, September 2018

    Yang menyatakan

    M. Didik Hasani

    NIM 114 13 016

  • vi

    MOTTO

    فَإَِرا فََشۡغَث فَٱًَصۡة

    Fa-idzaa faraghta faanshab

    7. "Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

    sungguh-sungguh (urusan) yang lain,"

    Wa-ila rabbika faarghab

    8. "Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap."

    (Q.S Alam Nasyrah: 7-8)

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

    Kedua orang tuaku, yang senantiasa mendo‟akan dan memberikan

    dukungan.

    Keluargaku yang selalu mendukung, mendo'akan dan memberikan

    segalanya, baik moral maupun spritual bagi kelancaran studi, semoga

    Allah senantiasa meridhoinya.

    Rekan-rekan mahasiswa IAIN Salatiga, dan teman-teman kerjaku.

  • viii

    ABSTRAK

    Hasani, M. Didik. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Materi

    Ketentuan Shalat Jenazah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

    NHT (Numbered Head Together) Siswa Kelas VII B MTs Sudirman

    Truko Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

    2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Fakultas

    Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

    Salatiga.

    Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

    Tujuan dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa

    dengan menerapkan Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) pada

    mata pelajaran fiqih tentang Shalat jenazah siswa kelas VII MTs Sudirman Truko

    Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017.

    Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan

    kelas ini merupakan siklus yang dirancang dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri

    dari empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

    Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Sudirman Truko Kecamatan

    Bringin. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar fiqih

    melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas VII MTs

    Sudirman Truko tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini dapat dilihat dari persentase

    siswa yang tuntas pra siklus sebesar 43,75% (14 siswa). pada siklus I meningkat

    menjadi 56,45% (18 orang) dari 32 siswa dan kembali naik pada siklus II menjadi

    87,5% (28 orang). Tidak hanya meningkat tetapi pada siklus II indikator

    ketuntasan klasikal juga terpenuhi yaitu minimal 85% dari seluruh siswa tuntas.

    Selain itu dari rata-rata yang didapat pada siklus I 72,27 dan naik pada siklus II

    menjadi sebesar 77,50. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar pada siklus I ke

    siklus II mengalami peningkatan dan telah mencapai KKM yang telah ditentukan

    yaitu 70.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    بسم هللا الرحمن الرحيم

    Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb yang

    Maha Rahman dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai

    keistimewaan. Dan dengan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis

    mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa

    terselesaikan.

    Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi

    Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin

    Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah

    merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya

    dengan berbekal kekuatan serta kemauan dan bantuan dari berbagai pihak, maka

    terselesaikanlah skripsi yang sederhanan ini dengan judul “PENINGKATAN

    HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH MATERI KETENTUAN

    SHALAT JENAZAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

    TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) SISWA KELAS VII B MTS

    SUDIRMAN TRUKO KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG

    TAHUN PELAJARAN 2016/2017” Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis

    ucapkan terima kasih kepada :

    1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Intitut Agama Islam

    Negeri Salatiga.

    2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

    Keguruan.

    3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  • x

    4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

    telah dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis

    dalam penyusunan skripsi ini.

    5. Seluruh Dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

    selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi.

    6. Keluarga dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan

    motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

    7. Teman-teman Jurusan S1 Pendidikan Agama Islam angkatan 2013, yang

    telah memberikan banyak cerita dan canda selama menempuh pendidikan

    di IAIN Salatiga.

    8. Para sahabat-sahabatku yang tidak bisa saya sebut namanya satu-persatu,

    yang selama ini selalu membantu dan memotivasiku dari sejak kecil

    sampai saat ini.

    Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo‟a, semoga Allah SWT

    mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat

    ganda. Aamiin.

    Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak

    kekurangan atau bahkan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik

    yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa

    senang hati dan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pribadi dan

    bagi pembaca pada umumnya.

    Amin – amin yarobbal ‘alamin

    Salatiga, September 2018

    Penulis

    M. Didik Hasani

  • xi

    NIM 114-13-016

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

    HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii

    HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

    DEKLARASI ................................................................................................... v

    MOTTO ........................................................................................................... vi

    PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii

    ABSTRAK ....................................................................................................... viii

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

    DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

    DAFTAR GRAFIK dan GAMBAR ................................................................ xv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

    A. Latar Belakang .............................................................................. 1

    B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 4

    C. Rumusan Masalah ......................................................................... 4

    D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

    E. Hipotesis Tindakan ...................................................................... 5

    F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

    F. Sitematika Penulisan .................................................................... 6

  • xii

    BAB II KAJIAN PUSTAKA .. .................................................................... 7

    A. Kajian Teori ............................................................................. 7

    1. Pengertian Belajar ................................................................ 7

    2. Ranah Hasil Belajar.............................................................. 10

    3. Definisi Hasil Belajar ........................................................... 11

    4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ......................... 12

    a. Hakikat Pembelajaran Kooperatif ............................ 12

    b. Definisi NHT ............................................................ 16

    c. Langkah-langkah Pembelajaran NHT ...................... 17

    5. Kelebihan dan Kelemahan Tipe NHT .................................. 20

    6. Shalat Jenazah .................................................................... 23

    7. Penelitian Tindakan Kelas.................................................... 24

    a. Definisi PTK ............................................................ 24

    b. Prinsip PTK .............................................................. 16

    c. Model PTK ............................................................... 17

    B. Kerangka Berfikir ......................................................................... 31

    BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN .................................................. 33

    A. Jenis Penelitian ............................................................................. 33

    B. Setting Penelitian .......................................................................... 34

    1. Tempat Penelitian ................................................................ 34

    2. Waktu Penelitian .................................................................. 34

    3. Subyek dan Karakteristik Penelitian .................................... 34

    4 Variabel Penelitian ................................................................ 34

    5. Rencana Pelaksanaan Tindakan ........................................... 35

    6. Indikator Keberhasilan ......................................................... 41

    7. Teknik Analisis Data ............................................................ 42

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 43

    A. Deskripsi Kondisi Awal ............................................................... 43

    B. Deskripsi Siklus I ........................................................................ 44

    1. Perencanaan Tindakan ........................................................ .. 44

  • xiii

    2. Pelaksanaan Tindakan ...................................................... 46

    a. Kegiatan Pendahuluan .............................................. 46

    b. Kegiatan Inti ............................................................. 46

    c. Kegiatan Penutup ..................................................... 49

    3. Hasil Pengamatan dan Observasi ...................................... 49

    4. Refleksi ............................................................................. 54

    C. Deskripsi Siklus II ........................................................................ 55

    1. Perencanaan Tindakan ........................................................ .. 55

    2. Pelaksanaan Tindakan ...................................................... 57

    a. Kegiatan Pendahuluan .............................................. 58

    b. Kegiatan Inti ............................................................. 58

    c. Kegiatan Penutup ..................................................... 60

    3. Hasil Pengamatan dan Observasi ...................................... 61

    4. Refleksi ............................................................................. 65

    D. Pembahasan ….. ........................................................................... 67

    Bab V PENUTUP………………… ............................................................ 69

    A. Kesimpulan……. ........................................................................ 69

    B. Saran ........................................................................ 69

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1.1 Ketuntasan Belajar Pra Siklus .......................................................... 1

    Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran NHT Menurut Slavin ..................................... 18

    Tabel 4.1 Hasil Belajar Fikih Pra Siklus .......................................................... 44

    Tabel 4.2 Hasil Observasi Guru Siklus 1 ......................................................... 50

    Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus 1 ......................................... 52

    Tabel 4.4 Hasil Pembelajaran Siklus 1 ............................................................ 53

    Tabel 4.5 Hasil Observasi Guru Siklus 2 ......................................................... 62

    Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus 2 ......................................... 63

    Tabel 4.7 Hasil Pembelajaran Siklus 2 ............................................................ 65

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart .......................................... 30

    Gambar 2.2 Kerangka Berfikir ......................................................................... 31

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Soal Evaluasi Siklus 1

    Soal Evaluasi Siklus 2

    Rencana Pembelajaran Siklus 1

    Rencana Pembelajaran Siklus 2

    Daftar Nilai Siswa Pra Siklus

    Datar Nilai Siswa Siklus 1

    Daftar Nilai Siswa Siklus 2

    Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

    Lembar Konsultasi Skripsi

    Daftar Riwayat Hidup

  • xvii

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Salah satu indikator untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran

    adalah hasil belajar. Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar

    dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara

    terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan (Sudjana, 2006:

    47). Tidak semua hasil belajar dari siswa itu baik. Beberapa kejadian justru

    menunjukkan bahwa hasil belajar menjadi masalah yang serius. Hal ini salah

    satunya juga terjadi pada siswa kelas VII MTs Sudirman Truko Kecamatan

    Bringin Kabupaten Semarang. Persentase siswa yang tuntas pada pokok

    materi sholat jenazah hanya mencapai 43,75%. Hasil tersebut dapat kita lihat

    pada Tabel 1.1 dan secara detail terdapat dalam lampiran 1.1.

    Tabel 1.1

    Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VII MTs Sudirman Truko

    No Kriteria Frekuensi Persentase

    1 Tuntas 14 43,75%

    2 Tidak Tuntas 18 56,25%

  • xviii

    Jumlah 32 100%

    Nilai Rata-rata Kelas 64

    KKM 65

  • 2

    Hasil belajar tidak terlepas dari proses. Hasil belajar yang belum

    memuaskan mengindikasikan adanya proses yang belum tepat. Oleh karena

    itu dilaksanakan observasi terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di

    MTs Sudirman Truko Kecamatan Bringin. Saat observasi terlihat bahwa

    model yang digunakan guru adalah model konvensional. Guru memberikan

    materi melalui metode ceramah dan siswa hanya duduk, diam, dengar, catat

    dan hafal (3DCH) sehingga Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi

    monoton dan terlihat beberapa siswa tidak memperhatikan. Guru sebenarnya

    sudah memberi kesempatan siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas,

    namun hanya siswa-siswa tertentu saja yang berani maju dan beberapa siswa

    justru hanya sekedar meniru apa yang dilakukan siswa sebelumnya.

    Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk

    menciptakan pembelajaran yang lebih berfokus pada siswa adalah model

    Cooperatif Learning. Cooperative learning merupakan salah satu

    pembelajaran yang mendorong siswa untuk menerima orang lain, membantu

    orang lain, menghadapi tantangan dan bekerja dalam tim. Cooperative

    learning menjadikan pembelajaran ini tidak terfokus pada penjelasan guru,

    tetapi keterlibatan siswa untuk aktif dalam pembelajaran (Slavin, 2003: 87).

    Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang memberi peluang yang sama

    kepada siswa terpilih untuk mengungkapkan pendapat, menjawab pertanyaan

    guru dan mengerjakan soal adalah melalui tipe Numbered Head Together

    (NHT).

    NHT merupakan varian dari diskusi kelompok (Huda, 2013: 203).

  • 3

    Model ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi

    kelompok. Langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Trianto

    (2008), Slavin (2003), dan Ibrahim (2008) adalah penomoran, mengajukan

    pertanyaan, berfikir bersama dan menjawab. Pembelajaran kooperatif tipe

    NHT siswa menempatkan dalam tim belajar beranggotakan beberapa orang,

    yang kemudian tiap siswa dalam kelompok diberi nomor sebagai dasar

    penentuan siswa yang harus menjawab (Trianto, 2008: 16). Guru menyajikan

    pelajaran, siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan seluruh anggota

    tim telah menguasai pelajaran tersebut. Saat belajar berkelompok, siswa

    saling membantu untuk menuntaskan materi yang dipelajari. Guru memantau

    dan mengelilingi tiap kelompok untuk melihat adanya kemungkinan siswa

    yang memerlukan bantuan guru. Kemudian guru memanggil salah satu nomor

    secara acak untuk mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok

    mereka. Dengan demikian, siswa memiliki peluang yang sama untuk aktif

    dalam kegiatan pembelajaran.

    Berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran fiqih di

    Kelas VII MTs Sudirman Truko Kecamatan Bringin, maka dilakukan

    penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan hasil belajar fiqih

    melalui perbaikan proses pembelajaran. Adanya teori dan hasil penelitian

    mengenai tipe NHT menjadi dasar pemilihan model yang akan diterapkan

    dalam pembelajaran fiqih sebagai upaya tindak lanjut atas permasalahan yang

    terjadi. Penelitian ini diberi judul " Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran

    Fiqih Materi Ketentuan Shalat Jenazah Melalui Model Pembelajaran

  • 4

    Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Siswa Kelas VII B MTs

    Sudirman Truko Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

    2016/2017".

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah

    sebagai berikut.

    1. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih menggunakan metode

    konvensional yaitu metode ceramah monoton dan pemberian tugas tanpa

    memberikan kesempatan siswa untuk aktif dalam pembelajaran.

    2. Sebagian besar siswa kelas VII MTs Sudirman Truko terlihat pasif dalam

    pembelajaran. Siswa hanya duduk, diam, mendengarkan, memperhatikan

    penjelasan guru dan mencatat.

    3. Saat siswa diminta maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal, masih

    didominasi siswa tertentu dan lainnya hanya menyalin jawaban di papan

    tulis.

    C. Rumusan Masalah

    Permasalahan dalam penelitian ini adalah, “Apakah penerapan model

    NHT (Numbered Head Together) dapat meningkatkan hasil belajar mata

    pelajaran fiqih tentang Ketentuan Sholat jenazah pada siswa kelas VII MTs

    Sudirman Truko Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

    2016/2017?”.

    D. Tujuan Penelitian

  • 5

    Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa

    dengan menerapkan Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)

    mata pelajaran fiqih tentang Sholat jenazah pada siswa kelas VII MTs

    Sudirman Truko Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

    2016/2017.

    E. Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini

    adalah: “Penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat

    meningkatkan hasil belajar mata pelajaran fiqih materi ketentuan sholat

    jenazah pada siswa kelas VII B MTs Sudirman Truko Kecamatan Bringin

    Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016/2017”.

    F. Manfaat Penelitian

    1. Memperbaiki proses pembelajaran yang berfokus pada siswa guna tujuan

    pembelajaran fiqih.

    2. Penerapan NHT memberi kesempatan siswa untuk lebih aktif dalam proses

    pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

    3. Sebagai sumber referensi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

    melalui penerapan metode pembelajaran yang tepat.

    4. Menginspirasi guru untuk menerapkan pembelajaran tipe NHT pada materi

    lainnya ataupun pada mata pelajaran lain.

    5. Memberikan masukan bagi sekolah dalam rangka pelaksanaan supervisi

    sehingga dapat meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran.

  • 6

    6. Peneliti mendapat pengalaman langsung dalam proses belajar mengajar

    pembelajaran Pendidikan Agama Islam sekaligus Model pembelajaran

    yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan kelak.

    G. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan skripsi ini terdiri atas :

    Bagian Awal yang berisi Sampul, Halaman Berlogo, halaman judul

    skripsi, Persetujuan Pembimbing, lembar pengesahan kelulusan, motto dan

    persembahan, abstrak, kata pengantar dan daftar isi.

    BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, rumusan

    masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, manfaat penelitian, dan

    sistematika penulisan.

    BAB II Kajian Pustaka, berisi Pengertian hasil belajar, metode NHT,

    materi ketentuan sholat jenazah.

    BAB III Pelaksanaan penelitian, paparan hasil penelitian yang terdiri

    dari Jenis penelitian, Setting Penelitan, Tempat dan waktu penelitian

    pelaksanaan siklus I dan silkus II.

    BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi Diskripsi Kondisi

    Awal, Diskripsi Siklus I dan II, analisis penelitian dan pembahasan penelitian.

    Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran.

    Bagian Akhir, berisi datar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar

    riwayat hidup peneliti.

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    Dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan para

    guru memiliki pemahaman yang tepat terhadap tipe tersebut dalam membantu

    proses belajar. Oleh karena itu, perlu pemahaman akan pokok-pokok bahasan

    berikut.

    A. Kajian Teori

    1. Pengertian Belajar

    Manusia sebagai mahluk hidup yang mempunyai akal dan pikiran

    tidak akan pernah berhenti dari proses belajar. Belajar secara sadar atau

    tidak telah dilakukan manusia secara terus menerus untuk memenuhi

    segala kebutuhan akan pengetahuan.

    Berikut ini pendapat tentang pengertian belajar:

    a. Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan

    terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman (Morgan dalam

    Saptorini, 2004:3).

    b. Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan seseorang

    yang dicapai melalui upaya yang dilakukan dan perubahan itu

  • 8

    bukan diperoleh secara langsung dari proses pertumbuhan dirinya

    secara alamiah (Gagne dalam Slameto, 2003).

    c. Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada

    individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu

    dan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi

    dengan lingkungannya (Burton W. H dalam Usman 1994:4).

    d. Belajar adalah suatu proses dimana ditimbulkan atau diubahnya

    suatu kegiatan karena mereaksi dengan keadaan (Hilgard E.R

    dalam Usman 1994: 5).

    e. Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang

    menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa

    kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian

    (Witherington H. C. dalam Usman 1994:5).

    Dari berbagai pendapat mengenai belajar tersebut, dapat

    disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku dan

    kemampuan seseorang karena bereaksi dengan keadaan. Belajar

    merupakan suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia.

    perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan

    yang bersifat fisiologis atau proses kematangan. Perubahan yang terjadi

    karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan,

    kecakapan-kecakapan atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan, sikap,

    dan keterampilan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling

    pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti,

  • 9

    bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak

    bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta

    didik atau siswa.

    Belajar bukan merupakan tujuan melainkan suatu proses untuk

    mencapai tujuan, jadi belajar merupakan langkah-langkah atau prosedur

    yang ditempuh (Hamalik, 2001) sehingga dapat dikatakan belajar sebagai

    suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting

    dalam setiap penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Hal

    ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu

    tergantung dari proses yang dialami siswa, baik ketika di sekolah,

    lingkungan rumah atau keluarga.

    Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses

    belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang

    disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.

    Adapun Nasution (2003: 22) berpendapat bahwa hasil belajar adalah

    suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai

    pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam

    diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang

    diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata

    pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat

    hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan

    untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau

    belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh

  • 10

    suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya

    kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik

    sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Cullen, 2003 dalam Himam,

    dalam Fatkhurrohman, 2004: 18). Hasil belajar dapat dilihat dari hasil

    nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (Sub

    sumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif).

    2. Ranah Hasil Belajar

    Dalam pelaksanan penilaianya guru harus memperhatikan prinsip-

    prinsip penilaian hasil belajar agar mendapatkan hasil yang maksimal.

    Prinsip-prinsip penilaian hasil belajar itu sebagai berikut (Sudjana, 2006)

    a. Valid/sahih artinya penilaian hasil belajar oleh pendidik harus

    mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam standar

    isi (standar kompetensi dan kompetensi dasar) dan standar

    kelulusan. Penilaian valid adalah menilai apa yang seharusnya

    dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur

    kompetensi.

    b. Obyektif artinya penilaian hasil belajar peserta didik hendaknya

    tidak dipengaruhi oleh subyektivitas penilai, perbedaan latar

    belakang agama, sosial ekonomi, budaya, bahasa, gender, dan

    hubungan emosional.

    c. Transparan/terbuka artinya penilaian hasil belajar oleh pendidik

    dalam prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan

  • 11

    keputusan hasil belajar dapat diketahui secara umum baik oleh

    peserta didik, instansi terkait, maupun masyarakat.

    3. Definisi Hasil Belajar

    Menurut Subiyanto (2008), hasil belajar adalah sesuatu yang

    digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada

    siswa dalam waktu tertentu. Menurut Sutrisno (2008), hasil belajar

    adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

    belajarnya.

    Selanjutnya Tonga (2011), secara umum hasil belajar dapat

    diartikan sebagai suatu hasil pekerjaan yang telah dicapai dengan usaha

    atau diperoleh dengan jalan keuletan bekerja yang dapat diukur dengan

    alat ukur yang disebut dengan tes. Hasil belajar menurut Sudjana (2006:

    22) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

    menerima pengalaman belajarnya.

    Cara mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat melakukan dengan

    berbagai cara salah satunya adalah dengan melakukan evaluasi dan tes.

    Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjamin, dan

    penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan

    pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk

    pertanggungjawaban penyelenggara pendidikan (UU No 20 tahun 2003

  • 12

    tentang Sisdiknas). Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk

    mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan

    dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan

    hasil belajar peserta didik.

    Menurut Lina (2009) hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang

    telah dicapai oleh seseorang. Hasil belajar adalah usaha maksimal yang

    dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Jadi

    hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dari proses belajar

    yang telah dilakukannya.

    Berdasarkan pendapat tersebut maka definisi hasil belajar dalam

    penelitian ini mengacu pada definisi hasil belajar sebagai penilaian hasil

    usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka,

    huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah

    dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.

    4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

    (NHT)

    a. Hakikat Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

    Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa

    yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah

    masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu

    untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Menurut Suherman dkk

    (2007:260) cooperative learning menekankan pada kehadiran

  • 13

    teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah

    tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.

    Menurut Suherman dkk (2007:260) ada beberapa hal yang

    perlu dipenuhi dalam cooperative learning agar lebih menjamin

    para siswa bekerja secara kooperatif, hal tersebut meliputi: pertama

    para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa

    bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai

    tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua para siswa yang

    tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa

    masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa

    berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab

    bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga untuk

    mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam

    kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan

    masalah yang dihadapinya.

    Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara

    sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar

    siswa untuk memahami materi pelajaran. Unsur-unsur

    pembelajaran kooperatif paling sedikit ada empat macam yakni

    (Fatkhurrohman, 2004: 78):

    1) Saling ketergantungan positif, artinya dalam

    pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang

    mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan antar

  • 14

    sesama. Dengan saling membutuhkan antar sesama, maka

    mereka merasa saling ketergantungan satu sama lain;

    2) Interaksi tatap muka, artinya menuntut para siswa dalam

    kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka

    dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi

    juga dengan sesama siswa. Dengan interaksi tatap muka,

    memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber

    belajar, sehingga sumber belajar menjadi variasi. Dengan

    interaksi ini diharapkan akan memudahkan dan membantu

    siswa dalam mempelajari suatu materi.

    3) Akuntabilitas individual, artinya meskipun pembelajaran

    kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar

    kelompok, tetapi penilaian dalam rangka mengetahui

    tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran

    dilakukan secara individual. Hasil penilaian secara

    individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru

    kepada kelompok agar semua anggota kelompok

    mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan

    bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat

    memberikan bantuan

    4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi, artinya

    melalui pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan

    keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. Hal ini

  • 15

    dikarenakan dalam pembelajaran kooperatif menekankan

    aspek-aspek: tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,

    mengkritik ide dan bukan mengkritik orangnya, berani

    mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang

    lain, mandiri, dan berbagai sifat positif lainnya.

    Menurut Ibrahim (2008 : 6), pembelajaran kooperatif memiliki

    sejumlah karakteristik tertentu yang membedakan dengan model-

    model pembelajaran lainnya antara lain :

    1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk

    menuntaskan materi belajarnya.

    2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki

    kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

    3) bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras,

    budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.

    4) penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang

    individu.

    Terdapat enam langkah-langkah kooperatif, dimulai dengan

    guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi siswa untuk

    belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan

    bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa

    dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahapan ini diikuti

    bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk

    menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran

  • 16

    kooperatif meliputi fersentasi hasil kerja kelompok atau evaluasi

    tentang apa tang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan

    terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Adapun

    langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dapat di lihat pada

    table berikut.

    b. Definisi Numbered Heads Together (NHT)

    NHT merupakan pembelajaran kooperatif yang dirancang

    untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif

    terhadap kelas tradisional (Slavin, 2003: 34).NHT yang

    dikembangkan oleh Spencer Kagan melibatkan banyak siswa

    dalam menelaah materi dalam suatu pelajaran dan mengecek

    pemahaman terhadap isi materi yang dipelajari tersebut.

    Pembelajaran kooperatiftipe NHT merupakan salah satu tipe

    pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus

    yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan

    memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe

    ini dikembangkan oleh Kagen (Ibrahim, 2001: 28) dengan

    melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

    suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi

    pelajaran tersebut. Ibrahim (2008: 29) mengemukakan tiga tujuan

    yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengantipe

    NHT yaitu:

    1) Hasil belajar akademik stuktural

  • 17

    Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-

    tugas akademik.

    2) Pengakuan adanya keragaman

    Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang

    mempunyai berbagai latar belakang.

    3) Pengembangan keterampilan sosial

    Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial

    siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi

    tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau

    menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok

    dan sebagainya.

    c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

    Penerapan pembelajaran kooperatiftipeNHTmerujuk pada

    konsep Kagen (dalam Ibrahim, 2008: 28) dengan tiga langkah yaitu:

    1) Pembentukan kelompok

    2) Diskusi masalah

    3) Tukar jawaban antar kelompok.

    Menurut Muslimin Ibrahim, dkk (2008:27-28) tahapan dalam

    pembelajaran kooperatiftipe NHT antara lain yaitu penomoran,

    mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab.

    1) Tahap 1: Penomoran

    Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan

    3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5,

  • 18

    berguna untuk memudahkan dalam memanggil siswa

    dengan penomoran kepala.

    2) Tahap 2: Mengajukan pertanyaan

    Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.

    Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik

    dan dalam bentuk kalimat tanya atau bentuk arahan.

    3) Tahap 3: Berpikir bersama,

    Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban

    pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya

    mengetahui jawaban itu.

    4) Tahap 4: Menjawab

    Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu,

    kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan

    tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan

    untuk seluruh kelas.

    Tabel 2.1

    Sintak Pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Slavin (2003: 34)

    NO Fase Kegiatan

  • 19

    1 Penomoran Guru membagi siswa ke dalam

    kelompok beranggotakan 5

    orang dan setiap anggota

    kelompok diberi nomor 1-5

    2 Mengajukan

    pertanyaan

    Guru mengajukan sebuah

    pertanyaan kepada siswa.

    Pertanyaan dapat bervariasi.

    Pertanyaan dapat spesifik dan

    dalam bentuk kalimat tanya

    atau bentuk arahan.

    3 Berpikir bersama Siswa menyatukan

    pendapatnya terhadap jawaban

    pertanyaan itu dan

    meyakinkan tiap anggota

    dalam timnya mengetahui

    jawaban itu.

    4 Menjawab Guru memanggil siswa dengan

    nomor tertentu, kemudian

    siswa yang nomornya sesuai

    mengacungkan tangannya dan

    mencoba untuk menjawab

    pertanyaan untuk seluruh

    kelas.

  • 20

    Tabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

    1) Penomoran: Guru membagi siswa dalam kelompok yang

    beranggotakan 5 orang dan kepada setiap anggota diberi

    nomor 1-5. Siswa bergabung engan anggotanya masing-

    masing

    2) Mengajukan pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan

    berupa tugas untuk mengerjakan soal-soal di LKS.

    3) Berpikir bersama: Siswa berpikir bersama dan

    menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan

    dalam media pembelajaran tersebut dan meyakinkan

    tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban

    tersebut.

    4) Menjawab: Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu,

    kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan

    tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan

    atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya

    untuk seluruh kelas. Kelompok lain diberi kesempatan

    untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi

    kelompok tersebut.

    5) Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing

    kelompok dan memberikan semangat bagi kelompok yang

    belum berhasil dengan baik.

  • 21

    6) Guru memberikan soal latihan sebagai pemantapan

    terhadap hasil dari pengerjaan pertanyaan di LKS.

    5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatiftipe NHT

    Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatiftipe NHT menurut

    Slavin (2003: 37) adalah

    a. Kelebihan model pembelajaran kooperatiftipe Numbered Heads

    together:

    1) Setiap siswa menjadi siap semua

    2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

    3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

    4) Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.

    b. Kelemahan model pembelajaran kooperatiftipe Numbered Heads

    Together:

    1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru

    2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

    6. Shalat Jenazah

    a. Pengertian dan hukum shalat jenazah dan dalilnya

    Menurut bahasa shalat jenazah berarti mendo‟akan jenazah,

    sedangkan menurut istilah syariah berarti shalat yang dilaksanakan

    dengan empat kali tanpa rukuk dan sujud. Rasulullah saw

  • 22

    memberikan tuntutan agar kita menyalatkan orang yang meninggal,

    sebagaimana sabdanya:

    بن ماجه ْ . رواه ا َصلُّوا عَََل َمْوتَُكم

    Artinya :“ Shalatkanlah oleh mu orang-orang yang meninggal “.

    ( HR Ibnu Majah )

    Hukum melaksanakan shalat jenazah adalah fardhu kifayah

    artinya apabila jenazah telah dishalatkan oleh beberapa orang maka

    gugur kewajiban bagi orang lain. Akan tetapi jika tidak ada yang

    menyalatkan maka semua muslim yang ada di lingkungan jenazah

    tersebut berdosa. Menyalatkan jenazah non muslim (kafir dan

    musyrik) haram hukumnya. Allah SWT berfirman :

    ْن َُِّ ً ِ ٍِ ۖ إ شِ ثْ َ ٰى ق َ ل ْن َع ُ ق َ ََل ج َّ ا ذً َ ت َ اَت أ ْن َه ُِ ٌْ ذٍ ِه َح َ ٰى أ َ ل َُصلِّ َع ََل ج َّ

    ُْىَ ق اِس َ ْن ف ُُ َّ ُْا اج َه َّ َِ ِ ْل سُ َس َّ ِ اَّللَّ ِ ّا ت فَُش كَ

    “Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah)

    seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri

    (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir

    kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan

    fasik”. (Qs. At-Taubah :84)

    b. Syarat dan Rukun Shalat Jenazah

    1) Syarat shalat jenazah yaitu :

    a) Suci badan, pakaian, dan tempat shalat dari hadas dan

    najis serta menutup aurat dan menghadap kiblat

  • 23

    b) Shalat dilakukan sesudah jenazah selesai dimandikan dan

    dikafani

    c) Letak jenazah kea rah ka‟bah, kecuali apabila shalat gaib

    2) Rukun shalat jenazah

    a) Niat

    b) Berdiri jika mampu

    c) Takbir empat kali dengan takbiratul ihram

    d) Membaca al-fatihah setelah takbiratul ihram

    e) Membaca selawat atas nabi setelah takbir kedua

    f) Membaca do‟a untuk jenazah sesudah takbir ketiga

    g) Membaca salam

    c. Tata cara shalat jenazah

    1) Jika jenazahnya laki-laki, imam berdiri sejajar kepala jenazah,

    jika jenazah perempuan, posisi imam berdiri sejajar dengan

    pinnggang mayat.

    2) Mengucapkan takbir yang pertama dengan mengangkat tangan

    seperti takbiratul ihram, sambil berniat

    3) Bersedekap atau meletakan tangan di dada seperti shalat biasa

    4) Membaca ta’awuz dan Al-Fatihah

    5) Takbir yang kedua dengan mengangkat tangan

    6) Membaca selawat Nabi seperti seperti tahiyyat akhir pada

    shalat biasa

    7) Takbir ketika dengan mengangkat tangan

  • 24

    Membaca do‟a untuk jenazah

    اَْكِشْم ًُُضلََُ )َُا( َّ ٌَُْ )َُا( اْعُف َع َّ َِ )َُا( َعافِ َّ ْسَحْوَُ )َُا( َّ ُنَّ اْغفِْشلََُ )َُا( أَللَِّ

    اْغِسْلَُ َّ ِسْع َهْذَخلََُ )َُا( َّ َِ )َُا( ِهَي اْلَخطَاٌَاَي َكَوا َّ ًَقِّ َّ اْلثََشِد, َّ الثَّْلِج َّ )َُا( تِااْلَواِء

    ًٍْشا ِهْي ُْالً َخ أَ َّ ٍِ )َُا( ًٍْشا ِهْي َداِس اَْتِذْلَُ )َُا( َداًسا َخ َّ ًَِس ُب ْاَلَْتٍَُض ِهَي الذَّ ْْ ٌٌَُقَّى الثَّ

    َُ( َِ ِج ّْ ًٍْشا ِهْي َص ًجا َخ ّْ َص َّ َِ )َُا( ُْلِ َعَزاَب الٌَّاسِ أَ َّ َِ )َُا( فِْحٌَةَ اْلقَْثِش قِ َّ ا(

    8) Takbir yang keempat dengan mengangkat tangan. Do‟a,setelah

    takbir keempat :

    ََل َّ ُنَّ ََل جَْحِشْهٌَا أَْجَشٍُ )َُا( ٌَْي أَللَِّ اًٌَِاالَِّز َْ ْخ ِِلِ َّ لََُ )َُا( َّ ْغفِْشلٌََا َّ جَْفحٌَِّا تَْعَذٍُ )َُا(

    تٌَِا ِغاّلً ْْ ََل جَْجَعلََي فًِ قُلُ َّ ٌَْواِى ًَا تِاْاِِل ْْ ٍْنُ َسثَقُ ِح ٌف الشَّ ّْ َاإًََِّك َسأُ ا َستٌَّ ْْ ٌَْي أََهٌُ لِلِّز

    9) Mengucapkan salam

    7. Penelitian Tindakan Kelas

    a. Definisi Penelitian Tindakan Kelas

    Konsep penelitian tindakan bermula dari pandangan seorang

    ahli psikologi sosial yang bermana Kurt Lewin (1946). Lewin

    menggunakan pendekatan penelitian tindakan setelah usainya

    perang dunia ke dua dalam usaha menyelesaikan berbagai masalah

    sosial. Lewin pada saat itu mengemukakan dua ide pokok

    penelitian tindakan yaitu; (1) keputusan bersama, dan (2)

    komitmen untuk meningkatkan dan memperbaiki prestasi kerja.

    Kedua ide pokok tersebut sekarang menjadi karakteristik dasar

  • 25

    penelitian tindakan yang menegaskan perlunya usaha kolaboratif

    atau usaha secara bersama-sama dalam meningkat mutu prestasi

    kerja.

    Pada tahun 1953, ide Lewin dikembangkan oleh Stephen

    Corey di New York sebagai pendekatan penelitian yang

    diselenggarakan oleh guru-guru sekolah. Pada Tahun 1976 Jhon

    Elliot menggunakan pendekatan ini untuk membantu guru

    mengembangkan usaha inkuiri dalam pengajaran dan pembelajaran

    di dalam kelas yang kemudian dikenal dengan penelitian tindakan

    kelas (Wiriatmadja, 2008: 54).

    Banyak ahli memberikan definisi tentang penelitian tindakan

    kelas (PTK) berikut ini akan disajikan beberapa definisi PTK yang

    dikemukakan oleh para ahli tersebut, (1) Standford (1970)

    mendefinisikan penelitian tindakan adalah ‘analysis, fact finding,

    conceptualization, planing, execution, more fact finding or

    evaluation; and then repetition of this whole circle of activities;

    indeed, a spiral of such circles, (2) Tim proyek PGSM (1999)

    mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk

    kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan

    untuk meningkatkan kemantaban rasional dari tindakan mereka

    dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap

    tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi

    dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan, (3) Mukhlis,

  • 26

    Abdul dan Nur, Mohamad (2001) mendefinisikan penelitian

    tindakan kelas sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis

    dan siklustis, (4) Kemis, Stephen dalam D. Hopkins (1992)

    mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah „action research is

    a form of self reflective inquiry undertaken by participants in a

    social (including educational) situation inorder to improve the

    rationality and justice of (a) their own social or educational

    pratices, (b) their understanding of these practices, and (c) the

    situations in which practices are carried out’ (penelitian tindakan

    adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuri melalui refleksi diri

    yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam

    situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki

    rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktek-praktek sosial atau

    kependidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman

    mereka terhadap praktek-praktek tersebut, (c) situasi di tempat

    praktek itu dilaksanakan).

    Mills (2003) mendefinisikan penelitian tindakan kelas

    sebagai berikut; „Any systematic inquiry conducted by teacher

    researchers ... to gather information about how their particular

    schools operate, how they teach, and how well their students

    learn‟. Rapoport (1991) mendefinisikan penelitian tindakan kelas

    sebagai berikut; „Action research aims to contribute both to the

    practical concerns of people in an immediate problematic situation

  • 27

    and to the goals of social science (including education) by joint

    collaboration within a mutually acceptable ethical framework.

    Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat

    disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas sebagai sebuah

    proses investigasi terkendali yang berdaur ulang (bersiklus) dan

    bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk melakukan

    perbaikan-perbaiakan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi,

    kompetensi, atau situasi.

    b. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

    Hopkins (1993) menyebutkan ada 6 (enam) prinsip dasar

    yang melandasi penelitian tindakan kelas.

    1) Prinsip pertama, bahwa tugas guru yang utama adalah

    menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas.

    Untuk itu, guru memilki komitmen dalam mengupayakan

    perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran secara

    terus menerus. Dalam menerapkan suatu tindakan untuk

    memperbaiki kualitas pembelajaran ada kemungkinan

    tindakan yang dipilih tidak/kurang berhasil, maka ia harus

    tetap berusaha mencari alternatif lain.

    2) Prinsip kedua bahwa meneliti merupakan bagian integral

    dari pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu

    maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan

  • 28

    penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan

    pembelajaran, yaitu: persiapan (planning), pelaksanaan

    pembelajaran (action), observasi kegiatan pembelajaran

    (observation), evaluasi proses dan hasil pembelajaran

    (evaluation), dan refleksi dari proses dan hasil pembelajaran

    (reflection).

    3) Prinsip ketiga bahwa kegiatan meneliti, yang merupakan

    bagian integral dari pembelajaran, harus diselenggarakan

    dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur

    pikir yang digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah

    dan faktor penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan

    yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya,

    merumuskan hipotesis tindakan yang tepat, penetapan

    skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data

    dan analisis data.

    4) Prinsip keempat bahwa masalah yang ditangani adalah

    masalah-masalah pembelajaran yang riil dan merisaukan

    tanggungjawab profesional dan komitmen terhadap

    pemerolehan mutu pembelajaran. Prinsip ini menekankan

    bahwa diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata

    yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang

    sesungguhnya.

  • 29

    5) Prinsip kelima bahwa konsistensi sikap dan kepedulian

    dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas

    pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini penting karena

    upaya peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat

    dilakukan sambil lalu, tetapi menuntut perencanaan dan

    pelaksanaan yang sungguh-sungguh.

    6) Prinsip keenam adalah cakupan permasalahan penelitian

    tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah

    pembelajaran di ruang kelas, tetapi dapat diperluas pada

    tataran di luar ruang kelas, misalnya: tataran sistem atau

    lembaga. Perspektif yang lebih luas akan memberi

    sumbangan lebih signifikan terhadap upaya peningkatan

    kualitas pendidikan.

    c. Model Penelitian Tindakan Kelas

    Model penelitian tindakan kelas menurut Wiriatmadja (2007)

    ada beberapa macam, diantaranya adalah model Lewin yang

    ditafsirkan oleh Kemmis, Model Lewin menurut Elliot, Model

    McKernan dan Model Spiral Kemmis dan Taggart. Model Lewin

    yang ditafsirkan oleh Kemmis menggambarkan sebuah spiral dari

    beberapa siklus kegiatan. Kegiatan yang terdapat pada siklus terdiri

    dari mengidentifikasi gagasan umum, menyusun rencana umum,

    mengembangkan langkah tindakan yang pertama,

    mengimplementasikan langkah tindakan yang pertama,

  • 30

    mengevaluasi dan memperbaiki rancangan umum.

    Model Lewin menurut Elliot merupakan revisi dari model

    Lewin dengan menegaskan bahwa masalah yang diangkat dalam

    penelitian tetap berada dalam lingkup permasalahan yang dihadapi

    guru/ dosen dalam praktek kesehariannya di kelas, dan merupakan

    sesuatu yang ingin diubah atau diperbaiki. Sedangkan model Spiral

    dari Kemmis dan Taggart menjelaskan secara mendetail tahap-

    tahap penelitian tindakan. Tahapan tersebut dimulai dari rencana

    (plan), kemudian dilakukan tindakan (act), pengamatan (observe)

    dan refleksi (reflect).

    Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah Model

    Kemmis dan Taggart yang merinci apa yang dilakukan dari

    perencanaan sampai dengan refleksi.Bagan tersebut dapat

    digambarkan sebagai berikut:

    Refleksi

    Tindakan/

    Observasi

    Refleksi

    Tindakan/

    Observasi

    Rencana awal/

    Rancangan

    Rencana yang

    direvisi

    Siklus 1

    Siklus 2

  • 31

    Gambar 2.1

    Model PTK Kemmis dan Mc Taggart

    B. Kerangka Berfikir

    Kerangka berfikir adalah penjelasan sementara terhadap suatu gejala yang

    menjadi obyek permasalahan.kerangka berfikir disusun berdasarkan pada tinjauan

    pustaka dan hasil penelitian yang relevan. Kerangka berfikir ini merupakan suatu

    argumentassi kita dalam merumuskan hipotesis. Penyususnan kerangka berfikir

    dengan menggunakan argument-argumen yang dapat dipertanggungjawabkan ini

    akhirnya melahirkan kesimpulan. Kesimpulan tersebut yang menjadi rumusan

    hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap pemecahan masalah penelitian kita.

    Berdasarkan informasi-informasi yang telah terkumpul pada kajian

    pustaka, model pembelajaran NHT merupakan sebuah konsep pembelajaran yang

    melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu

    pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut

    Penggunan pembelajaran kooperatif tipe NHT ini selain guru menjelaskan

    materi, disini siswa juga akan dibuat aktif belajar, terlibat untuk berdiskusi dengan

    teman kelompoknya. Pembelajaran tidak hanya monoton guru yang aktif, tetapi

    siswa dapat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok dan mempresentasikannya

    didepan kelas dengan kesempatan yang sama. Adapun kerangka pikir dapat

  • 32

    digambarkan sebagai berikut.

    Gambar 2.2

    Kerangka Berfikir

    Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran

    kooperatif tipe NHT sebagai variabel bebas, sedangkan hasil belajar fiqih sebagai

    variabel terikat. Keadaan pembelajaran yang selama ini masih terfokus pada guru

    yang menyebabkan siswa kurang aktif, dengan pelaksanaan pembelajaran

    kooperatif tipe NHT ini akan meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran

    sehingga hasil belajarnya akan mengalami peningkatan.

    Pembelajaraan kooperatif

    tipe NHT

    Hasil Belajar

    Fiqih

  • 33

    BAB III

    PELAKSANAAN PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam

    mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari

    pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain (Sukardi, 2003). Ciri

    utama dalam penelitian tindakan kelas yaitu adannya tindakan-tindakan

    (aksi) tertentu serta adanya siklus untuk memperbaiki proses pembelajaran

    di kelas.

    Penelitian ini menggunakan desain tindakan model Kemmis & Mc

    Taggart. Model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang

    diperkenalkan oleh Kurt Lewin, hanya saja komponen acting (tindakan)

    dengan obserfing (pengamatan) dijadikan sebagai suatu kesatuan karena

    keduanya merupakan kegiatan yang tak terpisahkan terjadi dalam waktu

    yang sama. Model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart terdiri

    dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

    Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai suatu

    siklus. Pengertian siklus dalam hal ini adalah putaran kegiatan yang terdiri

    dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Wijaya Kusumah &

    Dedi Dwitagama, 2010: 20-21).

  • 34

    B. Setting Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di MTs Sudirman Truko, yang

    beralamat di Truko, kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang.

    Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada pembelajaran fiqih kelas

    kelas VII.

    2. Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan

    Februari tahun 2017 pada semseter II tahun ajaran 2016/2017, pada

    mata pelajaran fiqih.

    3. Subjek Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

    Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Sudirman

    Truko, dengan jumlah murid 32 siswa. Karakteristik subjek yang akan

    diteliti bahwa siswa kelas kelas VII MTs Sudirman Truko mempunyai

    sikap yang pemalu untuk mengeluarkan pendapat dan kemampuan

    berpikir siswa sangat tinggi. Hal tersebut menyebabkan pembelajaran

    masih terfokus pada guru, sedangkan siswa lebih banyak mencatat apa

    yang ada di papan tulis. Saat guru meminta siswa untuk maju

    mengerjakan di papan tulis, masih didominasi oleh siswa-siswa tertentu

    yang memiliki kemampuan.

    4. Variabel Penelitian

  • 35

    Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.

    a) Variabel bebas

    Variabel bebas (X), adalah variabel yang mempengaruhi, dalam hal

    ini adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT.

    b) Variabel Terikat

    Variabel terikat (Y), adalah variabel yang dipengaruhi, dalam hal

    ini adalah hasil belajar fiqih.

    5. Rencana Pelaksanaan Tindakan

    Langkah-langkah dan desain penelitian ini mengikuti prinsip dasar

    yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Wiriatmadja,

    2008: 11). Pelaksanaan tindakan dilakukan sampai target yang

    diinginkan tercapai. Langkah-langkah pelaksanaan penelitian adalah

    sebagai berikut.

    1. Persiapan (Planning)

    Dalam tahap persiapan, peneliti melakukan observasi untuk

    mengetahui permasalahan yang terjadi pada siswa. Selanjutnya

    pengkajian teori dan hasil penelitian. Kemudian peneliti

    mengajukan judul untuk mengatasi permasalahan yang ada pada

    siswa, dan tahap persiapan yang terakhir adalah pengajuan

    proposal.

    2. Pelaksanaan Siklus

  • 36

    Penelitian pada siklus I dilaksanakan pada

    tanggal 13 Februari 2018 Masing-masing pertemuan

    dilaksanakan pukul 07.00 - 08.10 WIB. Kegiatan Siklus I meliputi

    4 tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, hasil

    pengamatan atau observasi, dan refleksi. Berikut uraian di ketiga

    pertemuan ditinjau dari 4 tahap tersebut.

    a) Perencanaan

    Langkah–langkah yang dilakukan dalam tahap perencanaan

    adalah sebagai berikut:

    1) Diskusi dengan guru untuk menentukan materi dan

    waktu pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

    2) Menyusun skenario pembelajaran yang sesuai dengan

    model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

    3) Menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran

    sesuai dengan skenario yang telah ada. Diantaranya

    menyiapkan: puzlle urutan sholat jenazah untuk

    pembagian kelompok, Identitas kelompok untuk

    mempermudah penamaan kelompok; Topi bernomor dan

    berwarna sebagai identitas siswa; Pembuatan Sumpit

    Bernomor dan Berwarna untuk proses pemanggilan

    siswa; Mendesain Lembar Kerjas Siswa (LK) untuk

    mempermudah jalannya head together (diskusi

  • 37

    kelompok), membuat Rewards sticker smile untuk hadiah

    kepada siswa yang mengerjakan soal.

    4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai

    skenario dan berdasarkan standar proses KTSP

    5) Menyusun lembar observasi untuk kegiatan guru dan

    lembar observasi untuk aktifitas belajar siswa

    6) Membuat instrumen penilaian yang digunakan untuk

    mengukur hasil belajar pada siklus I.

    7) Mencari pakar untuk memvalidasi instrument yang

    disusun.

    b. Tindakan

    Pada tahap ini kegiatan pembelajaran dilaksanakan 3 kali

    pertemuan. Setiap siklus pembelajaran dilakukan dengan

    menggunakan materi yang berbeda. Berikut tahap-tahap yang

    dilakukan dalam pelaksanaan tindakan.

    1) Pendahuluan

    a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,

    dilanjutkan berdoa dan menanyakan kabar siswa.

    b) Guru memotivasi siswa dan melakukan apersepsi.

    c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

    2) Kegiatan Inti

    a) Guru melakukan kegiatan eksplorasi

    b) Guru membagi Kartu Urutan Sholat jenazah

  • 38

    c) Guru melakukan kegiatan elaborasi

    d) Guru membagi kelompok (Pembagian Kelompok)

    e) Guru membagikan topi bernomor dan berwarna

    (Penomoran)

    f) Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LK)

    g) Siswa bertanya jawab tentang materi yang disampaikan

    (Bertanya)

    h) Guru melakukan kegiatan konfirmasi

    i) Guru melakukan pemanggilan siswa (Pemanggilan

    Siswa)

    j) Siswa terpilih mengerjakan soal yang diberikan

    (Menjawab)

    3) Penutup

    a) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran

    b) Guru memberikan evaluasi kapada siswa

    c) Guru menutup pembelajaran

    c. Observasi

    Tahap observasi dilakukan bersama tahap tindakan.

    Setiap tindakan atau aktivitas yang dilakukan siswa diamati

    oleh obsever dengan menggunakan lembar observasi

    keaktifan siswa, dan mengamati jalannya pembelajaran yang

    dilakukan oleh guru dalam penggunaan model pembelajara

    Numbered Head Together.

  • 39

    d. Refleksi

    Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan semua

    kemunculan baik dari aktivitas belajar siswa selama treatment

    dilaksanakan, serta aktivitas guru dari kegiatan siklus I sampai

    dengan siklus II setelah siswa mencapai ketuntasan

    sebagaimana indikator kinerja. Penelitian ini termasuk

    penelitian kualitatif.

    e. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang digunakan oleh

    peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

    dokumentasi, observasi, dan tes.

    1) Metode Dokumentasi

    Dokumentasi merupakan dokumen yang diperoleh

    selama penelitian. Dalam penelitian ini dokumen yang

    diperoleh berupa dokumen mengenai data siswa,

    dokumentasi saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

    2) Metode Observasi

    Observasi merupakan kegiatan mengamati terhadap

    hal yang menjadi fokus penelitian. Observasi dalam

    penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa

    dan aktivitas guru selama proses pembelajaran

    3) Metode Tes

  • 40

    Tes dilakukan untuk pengumpulan informasi

    tentang pemahaman

    siswa terhadap penggunaan metode eksperimen pada

    pembelajaran. Tes di laksanakan pada awal penelitian,

    pada akhir setiap tindakan, dan pada akhir setelah

    diberikan serangkaian tindakan. Sebelum tes diberikan

    kepada siswa terlebih dahulu tes tersebut divaliditas dan

    direalibilitas.

    f. Instrumen Pengumpulan Data

    Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar

    observasi dan lembar tes. Lembar observasi pada penelitian ini

    terdapat 2 macam yaitu lembar observasi untuk aktifitas guru

    dan lembar observasi untuk aktifitas siswa.

    Lembar observasi digunakan sebagai pedoman untuk

    memperoleh data yang diinginkan. Lembar observasi guru

    beserta kisi-kisinya disusun berdasarkan sintaks Number Head

    Together dan sesuai standar KTSP, adapun lembar observasi

    siswa disusun sesuai dengan aktifitas yang ingin diamati.

    Lembar Observasi guru dan kisi-kisi dapat dilihat pada

    lampiran…. dan lembar observasi siswa dapat dilihat pada

    lampiran….

    Penggunaan lembar observasi guru dilakukan dengan cara

    memberik poin yang berkisar antara 0 sampai 2, adapun

  • 41

    penggunaan lembar observasi siswa dilakukan dengan cara

    memberikan tanda centang sesuai kategori yang telah

    ditentukan pada lembar observasi. Berikut kriteria yang

    digunakan dalam pemberian skor pada lembar observasi

    aktifitas guru.

    Skor 0 = Jika pelaksanaan yang dilakukan guru dalam

    kategori kurang baik.

    Skor 1 = Jika pelaksanaan yang dilakukan gurudalam

    kategori cukup baik.

    Skor 2 = Jika pelaksanaan yang dilakukan guru dalam

    kategori sangat baik.

    Lembar tes dikemas dalam bentuk soal tes tertulis

    berbentuk pilihan ganda dan isian. Soal tes tertulis digunakan

    untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam pembelajaran

    pada setiap siklus.

    6. Indikator Keberhasilan

    Dalam penelitian, indikator keberhasilan merupakan ketentuan

    atau patokan suatu penelitian dikatakan berhasil atau tidak. Dalam

    penelitian ini yang menjadi indikator keberhasilan setelah pelaksanaan

    tindakan adalah sebagai berikut.

    a. Nilai tes siswa mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 70

  • 42

    b. Rata-rata kelas telah mengalami peningkatan setelah pelaksanaan

    tindakan yang dapat dilihat melalui perbandingan pada tiap

    siklus.

    c. Telah memenuhi syarat minimal klasikal yang dapat dilihat dari

    ketercapaian klasikal siswa yang tuntas mencapai minimal 85%.

    7. Teknik Analisis Data

    Data yang didapat dari penelitian ini terdapat data kualitatif dan

    kuantitatif. Kuantitatif digunakan untuk membandingkan data yang

    diperoleh dari hasil tes berbentuk angka – angka yang dilaksanakan

    pada pra siklus, siklus I, dan siklus II. Sedangkan data kualitatif akan

    digunakan untuk menganalisis guna mendeskripsikan hasil observasi

    dan refleksi dari tiap-tiap siklus.

    Penelitian ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas. Ciri

    utama dalam penelitian tindakan kelas yaitu adannya tindakan-tindakan

    (aksi) tertentu serta adanya siklus untuk memperbaiki proses

    pembelajaran di kelas.

  • 43

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Kondisi Awal

    Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan berdasarkan permasalahan

    yang terjadi di kelas VII MTs Sudirman Truko. Langkah pertama yang

    dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan kegiatan belajar mengajar

    di kelas. Observasi dilaksanakan selama 1 minggu dalam pembelajaran fiqih

    pada tanggal 30 Januari – 6 Februari 2017. Hasil observasi menunjukkan

    bahwa proses kegiatan belajar mengajar lebih didominasi guru, Guru

    menjelaskan materi dengan metode ceramah dilanjutkan dengan pemberian

    pertanyaan kepada siswa. Adapun pada proses latihan soal, Guru hanya

    menunjuk siswa yang dianggap bisa untuk mengerjakan soal di papan tulis.

    Selama proses pembelajaran terlihat bahwa siswa kurang bersemangat. Hal

    ini dapat dilihat dari sedikitnya siswa yang langsung mencoba mengerjakan

  • 44

    soal guru memberikan pertanyaan sebagian besar dari mererka menunggu

    jawaban guru atau jawaban dari teman yang mengerjakan di papan tulis.

    Hasil dari proses pembelajaran tersebut tidak optimal. Hal ini salah

    satunya dilihat dari rekap hasil ulangan harian yang ditampilkan Tabel 4.1.

    Meskipun nilai tertinggi yang diraih siswa sebesar 80, namun masih terdapat

    siswa yang mendapat nilai 55. Rata-rata dari 32 siswa tersebut hanya

    mencapai 64. Nilai ini masih di bawah KKM di tentukan yaitu 65. Selain itu,

    siswa yang masuk dalam kategori tuntas juga hanya mencapai 43,75%,

    Adapun yang 66,25% lainya tidak mencapai KKM. Hal ini tidak sesuai

    dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan dalam kurikulum

    Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) VII MTs Sudirman Truko yang

    menyatakan bahwa suatu kelas dikatakan telah tuntas belajarnya apabila

    sekurang-kurangnya 75% siswa telah mencapai KKM. Oleh karena itu perlu

    adanya tindakan perbaikan guna meningkatkan hasil belajar fiqih pada kelas

    VII MTs Sudirman Truko. Salah satunya dengan dilakukan Penelitian

    Tindakan Kelas (PTK).

    Tabel 4.1

    Hasil Belajar Fiqih pada Pra Siklus

    Jumlah

    Siswa

    Nilai

    Tertinggi

    Nilai

    Terendah

    Nilai

    Rata-

    Rata

    Kelas

    Siswa yang Tuntas Siswa yang Belum

    Tuntas

    Jumlah Persentase Jumlah Persentase

    32 80 55 64 14 43,75% 18 56,25%

    B. Deskripsi Siklus I

  • 45

    Penelitian pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2017

    Masing-masing pertemuan dilaksanakan pukul 07.00 - 08.10 WIB. Kegiatan

    Siklus I meliputi 4 tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

    hasil pengamatan atau observasi, dan refleksi. Berikut uraian diketiga

    pertemuan ditinjau dari 4 tahap tersebut.

    1. Perencanaan Tindakan

    Tahap perencanaan diperlukan sebagai pedoman pada pelaksanaan

    tindakan dalam pembelajaran. Perencanaan pembelajaran disusun dengan

    memperhatikan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

    Berikut kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan

    tindakan.

    a) Diskusi dengan guru untuk menentukan materi dan waktu

    pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

    b) Menyusun skenario pembelajaran yang sesuai dengan model

    pembelajaran kooperatif tipe NHT.

    c) Menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran sesuai

    dengan skenario yang telah ada. Diantaranya menyiapkan: gambar

    urutan sholat jenazah untuk pembagian kelompok, Identitas

    kelompok untuk mempermudah penamaan kelompok; Topi

    bernomor dan berwarna sebagai identitas siswa; Pembuatan Sumpit

    Bernomor dan Berwarna untuk proses pemanggilan siswa;

    Mendesain Lembar Kerjas Siswa (LK) untuk mempermudah

  • 46

    jalannya head together (diskusi kelompok), membuat Rewards

    sticker smile untuk hadiah kepada siswa yang mengerjakan soal.

    d) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai skenario dan

    berdasarkan standar proses KTSP

    e) Menyusun lembar observasi untuk kegiatan guru dan lembar

    observasi untuk aktifitas belajar siswa

    f) Membuat instrumen penilaian yang digunakan untuk mengukur hasil

    belajar pada siklus I.

    g) Mencari pakar untuk memvalidasi instrument yang disusun.

    2. Pelaksanaan Tindakan

    Penelitian pada siklus I dilaksanakan selama 70 Menit. Pada

    siklus I ini Standar Kompetensi yang direncanakan adalah

    “Melaksanakan sholat wajib selain sholat 5 waktu”. Pelaksanaan

    tindakan ini dilakukan oleh guru mata pelajaran yang bertindak sebagai

    guru, Adapun peneliti bertindak sebagai observer. Berikut deskripsi

    setiap pertemuan pada siklus I.

    a. Kegiatan Pendahuluan

    Pelaksanaan tindakan pada siklus satu pertemuan pertama

    diawali dengan meminta ketua kelas untuk memimpin doa. Guru

    memberi salam dan menanyakan kabar siswa. Sesuai rencana yang

    dibuat, guru melakukan absensi dengan cara yang efisien yaitu

    dengan menanyakan siswa yang tidak hadir.

  • 47

    Langkah selanjutnya, guru menyampaikan dan menulis tujuan

    pembelajaran di papan tulis. Guru sengaja menulis di papan tulis

    agar dapat membantu siswa dalam menuliskan di buku catatan

    masing-masing. Selanjutnya, guru memberi kesempatan siswa untuk

    mencatat tujuan tersebut.

    b. Kegiatan Inti

    Kegiatan eksplorasi, dimulai dari tahap I, yaitu pembentukan

    kelompok. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, guru

    membagi puzlle gambar sholat jenazah kepada masing-masing

    siswa. Siswa mencari meja bergabung dengan kelompoknya.

    Selanjutnya sebagai tahap penomoran, guru membagikan

    topi bernomor (1,2, dan 3) yang nomornya berwarna (Merah Muda,

    Merah Tua, Biru Muda dan Biru Tua). Kemudian siswa mengenakan

    topi bernomor (1,2, dan 3) yang nomornya berwarna (Merah Muda,

    Merah Tua, Biru Muda dan Biru Tua).

    Sebagai kegiatan elaborasi, guru membagikan LKS (Lembar

    Kerja Siswa) kepada seluruh siswa.. LK berisi tentang urutan

    kegiatan sholat jenazah. Kelompok berdiskusi tentang materi

    tersebut dan anggota kelompok mempunyai tugas untuk

    mengerjakan soal yang sama.

    Selanjutnya sebagai tahap berpikir bersama, siswa diberi

    kesempatan untuk berdiskusidalam mengerjakan LKS (Lembar

    Kerja Siswa) soal nomor 1 sampai dengan 3.

  • 48

    Sebagai tahap pemangilan siswa, guru mengambil sumpit

    bernomor (memilih nomor pada kepala bernomor yang dikenakan

    oleh siswa) dilanjut mengambil sumpit berwarna (memilih warna

    kelompok pada identitas kelompok). Guna menjawab soal nomor 1,

    guru mengambil 1 sumpit berwarna dan 1 sumpit bernomor.

    Sebagai contoh, guru mengambil sumpit bernomor secara acak dan

    memperoleh nomor 1, selanjutnya guru mengambil sumpit berwarna

    secara acak dan memperoleh warna Merah, siswa yang memperoleh

    nomor 1 berwarna Merah Muda dan Merah Tua diminta untuk

    mempersiapkan jawaban mereka untuk dibahas di papan tulis. Jadi

    ada 2 siswa yang mengerjakan soal yang sama di papan tulis yang

    masing-masig siswa berasal dari 2 kelompok yang berbeda yaitu

    kelompok Merah Muda dan kelompok Merah Tua. Langkah ini

    dilakukan berulang kali sehingga soal di nomor 2 sampai dengan

    soal di nomor 3 terselesaikan. Meskipun demikian, guru melakukan

    variasi dalam teknik pemanggilan siswa.Untuk soal nomor ganjil,

    guru mengambil sumpit bernomor baru mengambil sumpit berwarna.

    Adapun untuk soal nomor genap, guru mengambil sumpit berwarna

    baru mengambil sumpit bernomor.Hal ini bertujuan untuk

    menumbuhkan antusias siswa dalam mengerjakan soal.

    Dalam kegiatan konfirmasi, guru meminta 2 siswa terpilih

    untuk mengerjakan soal nomor 1 di papan tulis (tahap menjawab) .

    Untuk mengerjakan soal di papan tulis tanpa membawa LK. Guru

  • 49

    bersama siswa lainnya mengoreksi hasil pekerjaan teman yang ada di

    papan tulis. Apabila ada kesalahan guru mempersilahkan siswa yang

    lain untuk mengoreksi kesalahan dari teman mereka. Siswa yang

    mampu mengerjakan soal dengan benar akan diberi rewards berupa

    sticker smile. Tiga sticker smile diberikan jika jawaban benar dan

    mengerjakan paling cepat, Dua sticker smile jika jawaban benar

    namun selesai lebih lambat, dan Satu sticker smile jika jawaban

    salah (karena sudah berani maju ke depan).

    Selanjutnya sebagai tahap konfirmasi, guru memberikan soal

    individu kepada siswa dan seluruh siswa diminta mengerjakan soal

    secara individu.

    c. Kegiatan Penutup

    Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran. Guru

    memberi bantuan berupa contoh soal sehingga siswa dapat

    menyebutkan 4 sub materi yang telah dipelajari yaitu urutan sholat

    jenazah. Guru memberikan tindak lanjut berupa Pekerjaan Rumah.

    Siswa diminta mengerjakan PR, PR diberikan dalam bentuk

    lembaran kertas. PR dapat dilihat pada lampiran dari RPP. Guru

    memberi salam penutup dan mengajak siswa berdoa sesuai

    kepercayaan masing-masing.Setelah selesai, siswa diminta

    mempersiapkan diri untuk mengikuti kegiatan pembelajaran

    selanjutnya.

    3. Hasil Pengamatan atau Observasi

  • 50

    Hasil pengamatan pada siklus I secara terperinci sebagai berikut.

    a. Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Guru

    Lembar observasi guru diisi oleh observer M. Didik Hasani, yang

    merupakan Mahasiswa IAIN SAlatiga, Lembar observasi tersebut

    terbagi atas 2 bagian yaitu bagian persiapan dan pelaksanaan

    pembelajaran. Lembar observasi bagian persiapan digunakan untuk

    mengukur kesesuaian RPP berdasarkan model pembelajaran NHT dan

    kurikulum yang berlaku. Adapun lembar observasi bagian

    pelaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengukur

    kesesuaian proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan RRP dan

    keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.

    Rekapitulasi hasil pengamatan tersebut disajikan pada Tabel 4.2.

    Tabel 4.2

    Hasil Observasi Guru Siklus I

    Aspek Persentase Kategori

    Kesesuaian dengan Kurikulum

    KTSP

    90,90% Baik Sekali

    Kesesuaian dengan NHT 90,90% Baik Sekali

    Kegiatan Awal 87,50% Baik Sekali

    Kegiatan Inti 83,33% Baik Sekali

    Kegiatan Penutup 83,83% Baik Sekali

    Keterampilan guru dalam mengajar 82,14% Baik Sekali

  • 51

    Tabel 4.3 menunjukkan bahwa persentase hasil pengamatan

    pelaksanaan siklus I yang terdiri dari 4 aspek yaitu kegiatan awal

    sebesar 87,50%, kegiatan inti sebesar 83,33%, kegiatan penutup

    sebesar 83,83% dan keterampilan guru dalam mengajar sebesar

    82,14%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keempat aspek

    pelaksanaan siklus I termasuk dalam kategori sangat baik karena

    persentase tiap aspek >75,01%. Namun ada beberapa kekurangan pada

    kegiatan inti yaitu Guru masih menulis sambil memberikan

    penjelasan, dan masih terdapat beberapa siswa yang tidak

    mendengarkan penjelasan guru. Dominasi guru masih cukup tinggi,

    dan guru masih kesulitan dalam menilai aktifitas siswa. Guru belum

    memberikan peraturan penggunaan topi bernomor sehingga beberapa

    siswa yang melepas topi bernomor. Guru belummengatur posisi duduk

    siswa untuk memungkinkan siswa untuk berdiskusi dan guru belum

    mengatur jalannya diskusi antar kelompok sehingga terlihat seperti

    anggota kelompok mengerjakan sendiri-sendiri.

    b. Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Belajar Siswa

    Proses pembelajaran diamati dengan menggunakan lembar

    pengamatan terhadap aktivitas siswa pada saat kegiatan pembelajaran.

    Lembar observasi siswa terbagi menjadi 4 aspek yaitu kegiatan

    klasikal, diskusi kelompok, presentasi, dan individu. Dalam kegiatan

    klasikal mencangkup memperhatikan guru, aktifitas bertanya, dan

    aktifitas menjawab.Kegiatan diskusi kelompok mencangkup aktifitas

  • 52

    mengerjakan LK dan aktifitas berdiskusi. Kegiatan presentasi

    mencangkup keberanian maju dan kelancaran menjelaskan hasil

    temuan.Kegiatan individu mencangkup kejujuran, ketekunan dalam

    mengerjakan tugas/tes. Rekapitulasi hasil pengamatan tersebut

    disajikan pada Tabel 4.3.

    Tabel 4.3

    Rekapitulasi Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I

    Tahap

    Pembelajaran

    Kategori

    Kurang Cukup Baik Baik sekali

    Jum-

    lah

    Persen-

    tase

    Jum-

    lah

    Persen-

    tase

    Jum-

    lah

    Persen-

    tase

    Klasikal 15 46,87% 15 46,87% 2 6,25%

    Kelompok 16 50% 16 50% 0 0%

    Presentasi 0 0% 19 59,37% 13 40,62/%

    Individu 13 40,62% 12 37,5% 7 21,87%

    Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada siklus I dalam kegiatan

    klasikal, sebagian siswa masuk dalam kategori cukup baik dan kurang

    baik (46,87%). Hal ini dikarenakan sebagian siswa tidak

  • 53

    memperhatikan guru bahkan tidak menjawab pertanyaan dari guru dan

    siswa belum banyak yang berani bertanya tentang materi yang belum

    jelas. Hanya ada satu siswa yang masuk dalam kategori baik sekali

    (6,25%), hal ini dikarenakan siswa tersebut memperhatikan guru,

    berani bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru.

    Dalam kegiatan kelompok, sebagian besar siswa sudah masuk

    dalam kategori kurang (50%). Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus

    I diskusi belum terlihat, anggota kelompok seperti mengerjakan

    sendiri-sendiri.

    Dalam hal presentasi, masuk dalam kategori cukup baik (50%), hal

    ini dikarena dalam pelaksanaannya banyak siswa yang kurang cermat

    dalam mengerjakan soal atau bahkan tidak selesaiHasil Penilaian Tes

    Siklus (Hasil Belajar)

    Hasil dari pembelajaran siklus I dengan menggunkan model

    Numbered Heads Together dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.

    Tabel 4.4

    Hasil Pembelajaran Siklus I

    Jumlah

    Siswa

    Nilai

    Tertinggi

    Nilai

    Terendah

    Nilai

    Rata-

    rata

    Kelas

    Siswa yang

    Tuntas

    Siswa yang

    Belum Tuntas

    Jum-

    lah

    Persen-

    tase

    (%)

    Jum-

    lah

    Persen-

    tase

    (%)

    32 90 55 72,27 18 56,25% 14 43,75

  • 54

    Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diraih siswa

    sebesar 90 nilai terendah diraih siswa 55. Adapun rata-ratanya

    mencapai 72,27 telah mencapai KKM yang telah ditetapkan.Kriteria

    Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan dalam kurikulum

    Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) VII MTs Sudirman Truko yang

    menyatakan bahwa suatu kelas dikatakan telah tuntas belajarnya

    apabila sekurang-kurangnya 75% belum terpenuhi. Siswa yang masuk

    dalam kategori tuntas mencapai 56,25%, Adapun yang 43,75 lainnya

    tidak mencapai KKM.

    Meskipun hasil belajar rata-rata kelas meningkat serta KKM

    terpenuhi, namun Kriteria Ketuntasan Minimal belum terpenuhi, oleh

    karena itu diperlukannya siklus II.

    d. Refleksi

    Berdasarkan hasil pengamatan baik terhadap persiapan dan

    pelaksanaan oleh guru atau aktifitas siswa dalam mengikuti proses

    pembelajaran dan berdasarkan analisis Hasil Belajar s