new pasak

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mahkota Pasak 2.1.1 Definisi Mahkota Pasak Pasak adalah bagian restorasi yang direkatkan dengan semen ke dalam saluran akar dan berfungsi sebagai retensi utama, dapat menjadi satu kesatuan atau dijadikan satu dengan inti (Allan dan Foreman, 1994). Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi pasak antara lain adalah panjang, diameter, preparasi, bentuk dan tekstur permukaan pasak, serta luting agent atau bahan perekat (Paramitha, 2014). Mahkota pasak dapat didefinisikan sebagai restorasi pengganti gigi yang terdiri dari inti berpasak yang direkatkan dengan suatu mahkota. Dengan demikian restorasi ini merupakan restorasi dengan konstruksi dua unit yaitu inti yang berpasak dan mahkota yang nantinya disemenkan pada inti (Weine dan Franklin, 2004). Restorasi dengan dua unit ini memiliki keuntungan diantaranya : Jika mahkota berubah warna setelah pemakaian beberapa tahun, maka mahkota jaket akan mudah diganti tanpa harus melepas ataupun merusak pasak inti.

description

new pasak

Transcript of new pasak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mahkota Pasak

2.1.1 Definisi Mahkota PasakPasak adalah bagian restorasi yang direkatkan dengan semen ke dalam saluran akar dan berfungsi sebagai retensi utama, dapat menjadi satu kesatuan atau dijadikan satu dengan inti (Allan dan Foreman, 1994). Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi pasak antara lain adalah panjang, diameter, preparasi, bentuk dan tekstur permukaan pasak, serta luting agent atau bahan perekat (Paramitha, 2014).Mahkota pasak dapat didefinisikan sebagai restorasi pengganti gigi yang terdiri dari inti berpasak yang direkatkan dengan suatu mahkota. Dengan demikian restorasi ini merupakan restorasi dengan konstruksi dua unit yaitu inti yang berpasak dan mahkota yang nantinya disemenkan pada inti (Weine dan Franklin, 2004).

Restorasi dengan dua unit ini memiliki keuntungan diantaranya :

Jika mahkota berubah warna setelah pemakaian beberapa tahun, maka mahkota jaket akan mudah diganti tanpa harus melepas ataupun merusak pasak inti.

Adaptasi pinggiran mahkota terhadap permukaan akar dan posisi mahkota terhadap gigi sebelahnya dan gigi-gigi lawan tidak tergantung pada fit pasak dengan saluran akar

Restorasi ini dapat digunakan untuk merubah posisi mahkota (Weine dan Franklin, 2004).

Restorasi ini dilakukan pada gigi yang telah mengalami perawatan endodontik baik pada gigi anterior maupun posterior. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan mengapa gigi yang telah dirawat endodontik memerlukan suatu pasak, antara lain (Weine dan Franklin, 2004).;

Gigi yang telah dirawat endodontik menjadi non vital dan sehat, tetapi jaringan non vital yang tersisa memiliki kelembaban yang lebih rendah daripada gigi vital, sehingga gigi menjadi rapuh.

Pada gigi yang telah mengalami perawatan endodontik kontinuitas jaringan telah terputus akibat dari pembuangan jaringan sehingga mahkota menjadi rapuh apabila hanya dilakukan dengan pembuatan mahkota jaket saja.

Suplai nutrisi pada gigi post endodontik otomatis terputus sehingga gigi menjadi rapuh.

Gigi mengalami kehilangan banyak mahkota akibat dari karies.

Pada perawatan endodontik, seluruh jaringan yang ada pada ruang pulpa dan saluran akar dibuang. Dan diganti dengan bahan / obat pengisi saluran akar. Bahan pengisi ini tidak cukup kuat untuk menahan tekanan yang datang dari gigi lawan pada proses pengunyahan. Untuk itu diperlukan kekuatan dalam ruang pulpa dan saluran akar yang sama dengan kekuatan yang datang dari luar sehingga tidak terjadi fraktur karena gigi dapat menahan tekanan. Sebuah penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kekuatan resistensi pada gigi yang telah dirawat endodontik dan dibuatkan pasak dengan gigi yang telah dirawat endodontik tetapi tidak dibuatkan pasak dimana gigi yang dibuatkan pasak inti lebih bisa bertahan terhadap fraktur dibandingkan gigi yang tidak dibuatkan pasak inti (Weine dan Franklin, 2004).Sebagai pengganti jaringan yang hilang tadi maka dibuatlah suatu inti (core) yang terbuat dari logam atau bahan lain. Inti atau core ini satu kesatuan dengan suatu pasak atau dowel yang masuk ke dalam saluran akar gigi yang telah dipreparasi, oleh karena itu restorasi ini sering juga dinamakan sebagai restorasi interradikuler (Weine dan Franklin, 2004).2.1.2 Tujuan Pembuatan Mahkota PasakPembuatan restorasi gigi setelah perawatan endodontik merupakan kelanjutan dari rangkaian perawatan endodontik yang telah dilakukan, untuk mengembalikan fungsi fisiologis dan fungsi estetik gigi dan merupakan tahap akhir dalam keberhasilan perawatan endodontik. Pada beberapa kasus gigi anterior setelah perawatan endodontic dengan kerusakan yang cukup luas membutuhkan penggunaan mahkota penuh dengan pasak inti karena pertimbangan resistensi restorasi dan estetik. Meskipun demikian, pasak tidak dapat menguatkan gigi yang telah dirawat endodontik, karena fungsi utama pasak adalah sebagai retensi inti, bila jaringan gigi yang tersisa tidak dapat mendukung restorasi korona (Weine dan Franklin, 2004).2.1.3 Syarat Mahkota PasakSyarat ideal keberhasilan mahkota pasak menurut Weine dan Franklin (2004), antara lain:

a. Pengisian saluran akar yang lengkap, hermetis,sampai ke ujung akar.

b. Pada akar tidak boleh ada peradangan apikal.

c. Jaringan pendukung harus dalam keadaan sehat, tidak terdapat resorbsi tulang alveolar baik vertical maupun horizontal.

d. Jaringan akar masih padat, keras dan dinding saluran akar harus cukup tebal

e. Posisi gigi lawan dalam segala kedudukan rahang bawah menyediakan tempat yang cukup bagi inti dan mahkota jaket.

f. Pada gigi yang mengalami apikoektomi rasio panjang akar dengan dowel crown harus seimbang.Pasak yang ideal harus memenuhi hal-hal berikut ini:

Distribusi tekanan yang minimal pada gigi

Menyediakan retensi yang adekuat bagi core

Mudah dikeluarkan bila akan dilakukan perawatan ulang.

Tahan terhadap keretakan.

Desain pasak yang mendekati bentuk saluran akar.

Derajat translusensi yang terdapat memenuhi kebutuhan estetik pasien.

Untuk menjamin keberhasilan klinis, ada beberapa kriteria pemilihan sistem pasak estetik yaitu:1. Pasak harus dapat meneruskan cahaya untuk mengurangi bayangan pasak dam gigi, sehingga memaksimalkan estetik restorasi akhir.

2. Pasak dapat diletakkan di dalam saluran akar untuk memperkuat akar

3. Pasak sebaiknya berbentuk tapered, mengikuti bentuk saluran akar yang sebenarnya untuk menghindari pembuangan jaringan dentin dalam akar.

4. Pasak harus dapat mentyerap dan menyebarkan tekanan jika terjadi trauma yang mengenai mahkota gigi,

5. Pasak yang patah harus bisa dikeluarkan dengan mudah dengan teknik atraumatuk.

6. Pasak harus memiliki variasi ukuran agar sesuai dengan diametet saluran akar yang beragam.

2.1.4 Indikasi dan Kontraindikasi Mahkota PasakA. IndikasiRestorasi ini dapat dibuat pada mahkota gigi post perawatan endodontik yang mengalami kerusakan tetapi tidak dapat direstorasi dengan inlay, resin akrilik, mahkota . Selain itu dapat dilakukan untuk memperbaiki posisi gigi pada perawatan orthodonti atau untuk abutmen bridge (Weine dan Franklin, 2004). Indikasi mahkota pasak (Rhamdani, 2010) :1. Gigi vital/ non vital

2. Sudah tidak bisa ditambal lagi

3. Karies yang meluas sampai menghilangkan cusp gigi

4. Jaringan periodontal sehat

5. Tidak ada riwayat alergi pada bahan mahkota pasak

6. Gigi antagonisnya masih bagus sehingga tidak menjadi iritasi pada bagian mukosa palatal.

7. Retensi pada gigi yang akan diberi mahkota masih baik dalam artian masih mampu menerima beban mahkota pasak itu sendiri

8. Akar gigi masih bagus.

B. Kontra IndikasiRestorasi mahkota pasak tidak dapat dilakukan pada kasus close bite / cervikal bite, akar gigi yang terlalu pendek atau tipis, kesehatan umum yang buruk, kesehatan mulut (oral hygiene) yang buruk dan juga bad oral habit (Weine dan Franklin, 2004). Menurut Rhamadani (2010), Kontraindikasi mahkota pasak adalah :1. Karies pada gigi masih belum meluas masih tergolong pit dan fissure

2. Jaringan pendukung tidak memungkinkan adanya mahkota karena adanya periodontitis kronis

3. Tidak adanya gigi antagonis sehingga menyebabkan mukosa palatal iritasi

4. Gigi yang akan dibuatkan mahkota masih vital artinya tidak sampai perforasi.

5. Kondisi gigi pada lengkung rahang tidak crowded.

2.1.5 Jenis PasakA. Berdasarkan Cara PembuatanPasak dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu prefabricated dan custom made (Paramitha, 2014):1. Pasak PrefabricatedPasak prefabricated dapat diklasifikasikan menjadi aktif dan pasif. Pasak aktif atau screw type secara mekanik berikatan dengan dinding saluran akar dan memiliki retensi yang baik, namun selama penempatan dan pengunyahan akan menimbulkan tekanan pada saluran akar. Pasak pasif atau cemented tidak berikatan dengan dinding saluran akar dan lebih tidak retentif dibandingkan pasak aktif, namun tekanan yang dihasilkan selama penempatan dan pengunyahan juga lebih minimal. Pilihan bahan untuk pasak prefabricated adalah alloy, stainless steel, titanium, gold plated brass, porselen, I fiber reinforced polymer. Pasak metal seringkali menyebabkan terjadinya bayangan abu-abu (grey zone) pada daerah servikal gingival dan dalam penggunaannya masih diperlukan pembuangan daerah undercut untuk adaptasi pasak.Keuntungan penggunaan pasak fiber adalah non galvanis, tidak rentan korosi, dan mencegah risiko kebocoran mikro. Pasak fiber memiliki sifat fisik, modulus elastisitas, compressive strength, dan koefisien ekspansi termal yang hampir sama dengan dentin. Kemampuan menyerap dan menyalurkan gaya sama dengan gigi, sehingga mencegah fraktur pada akar. Nilai estetik lebih baik dibandingkan dengan pasak logam, tidak ada risiko korosi dan diskolorasi. Keuntungan lain dari pasak fiber adalah dapat dikerjakan dengan sekali kunjungan. Pasak fiber dapat memperbaiki sifat fisik dan mekanis dari komposit. Beberapa tipe fiber diantaranya adalah glass, karbon, KevlarTM, VectranTM, dan polyethylene. Pasak fiber digunakan pada konsep yang tengah berkembang saat ini, yaitu konsep monoblok. Monoblok merupakan konsep menggunakan bahan adhesif sebagai keseluruhan restorasi pada gigi setelah perawatan endodontik. Sealer, bahan pengisi adhesif, sistem pasak adhesif yaitu dengan menggunakan pasak fiber, dan inti atau restorasi dari bahan adhesif. Semen yang digunakan merupakan resin dual cure (Paramitha, 2014).Konsep ini dapat memberi perlindungan yang lebih pada gigi yang telah dirawat endodontik dan dapat memperkuat akar gigi. Hal ini dikarenakan keseluruhan bahan yang digunakan homogen secara mekanis dengan dentin pada akar. Hasil penelitian yang dilakukan Sonya (2007), didapatkan kekuatan retensi pasak fiber yang disemen dengan semen resin lebih besar dibandingkan dengan pasak fiber yang disemen dengan semen glass ionomer. Baru-baru ini telah banyak dilaporkan bahwa sistem semen resin adhesif menghasilkan retensi yang paling baik untuk desain pasak fiber maupun metal (Paramitha, 2014). 2. Pasak Custom made

Bahan pilihan untuk pasak custom made adalah alloy dan porselen. Mahkota pasak custom made dan inti logam emas sudah digunakan dalam beberapa dekade sebagai restorasi setelah perawatan endodontik. Alloy logam lain juga dapat digunakan sebagai bahan pasak, namun tingkat kekerasannya dapat menyebabkan fraktur akar, sehingga klinisi lebih memilih pasak dan inti emas sebagai restorasi gigi anterior. Kelemahan bahan alloy emas adalah nilai estetiknya yang rendah, sehingga sekarang tengah berkembang penggunaan restorasi all porcelain dan metal porselen (Paramitha, 2014).

Custom made diindikasikan untuk gigi dengan akar tunggal terutama pada gigi dengan sisa mahkota yang minimal, karena pada kondisi yang demikian pasak yang digunakan harus mampu menahan terjadinya rotasi pada saat penempatan dan pengunyahan (Paramitha, 2014).

B. Berdasarkan Bentuk Pasak

Menurut Morgano (2001), macam-macam pasak yaitu:

1. Tapered, smooth-sided, disemen ke dalam saluran akar yang telah dipreparasi dengan ukuran yang disesuaikan dengan reamer endodontik.

2. Parallel-sided disemen ke dalam saluran akar yang berbentuk silinder.

3. Tappered self-threading screw, dengan ulir yang melibatkan dinding dentin untuk memperoleh retensi.

4. Parallel-sided threaded diinsersikan kedalam saluran akar yang dibuat berulir (pretapped)

5. Parallel-sided, tapered apical ends, disemen ke dalam saluran akar yang sesuai.

Gambar 1. Desain pasak buatan pabrik. A. Tapered, smooth-sided B. Paralel-sided C. Tappered self-threading screw D. Parallel-sided threded E. Parallel-sided, tapered apical ends

C. Berdasarkan Bahan yang DigunakanMenurut Morgano (2001), bahan pasak dibedakan atas dua jenis, yaitu logam dan non logam:1) Bahan pasak jenis logamBahan ini seringkali menyebabkan terjadinya bayangan abu-abu (grey zone) pada daerah servikal gingival dan dalam penggunaannya masih diperlukan pembuangan daerah undercut untuk adaptasi pasak Bahan pasak logam seperti logam (Morgano, 2001):1. Alloy emas

2. Alloy titanium

3. Stainless steel

4. Nikel kromium2) Pasak non logam

Bahan pasak yang termasuk non logam adalah logam (Morgano, 2001):1. Keramik

2. Fiber reinforce

3. Fiber carbon

4. Fiber quartz matrix

5. Fiber glass2.1.6 Prinsip Pembuatan Pasak

Semua sistem pasak, baik pasak buatan pabrik (prefabricated) atau pasak yang dibuat sendiri oleh dokter gigi (pasak individual) harus sedapat mungkin memenuhi prinsip-prinsip desain sebagai berikut (Anusavice, 2003):1. Pasak harus dibuat sepanjang mungkin

Panjang pasak penting karena potensi fraktur juga ada pada gigi yang sudah diberi pasak. Lengan pengungkit dapat terbentuk dari aspek oklusal gigi sampai puncak tulang alveolar (fulkrum) dan meluas sampai apeks dari pasak di dalam akar.Panjang pasak yang ideal sudah banyak dibicarakan. Panjang pasak sebaiknya sama panjang dengan mahkota klinis gigi yang direstorasi. Panjang pasak maksimal yang ideal sering sukar dicapai. Disarankan bahwa panjang pasak sebaiknya paling sedikit sama dengan panjang mahkota yang sedang direstorasi, tapi bila hal ini tidak memungkinkan, maka panjang pasak harus diperpanjang sampai dengan 5 mm dari ujung apeks. Panjang pasak harus dibuat sedemikian rupa sehingga meninggalkan minimal 3 mm dari bahan pengisi saluran akar pada apeks untuk mempertahankan integritas penutupan saluran akar. Pasak harus cukup panjang untuk mencegah terjadinya stres internal yang berlebihan pada akar dan panjangnya harus paling sedikit setengah panjang akar yang didukung oleh tulang alveolar. Panjang pasak bukanlah satu-satunya faktor utama yang dipertimbangkan dalam mendesain restorasi. Pada suatu studi perbandingan mengenai pengaruh panjang, diameter, dan bentuk pasak terhadap kekuatan tarik, ditemukan bahwa pasak dengan dinding sejajar bergurat-gurat mempunyai retensi 4 kali lebih besar dibandingkan pasak berbentuk kerucut. Penelitian ini juga menemukan bahwa penambahan pada panjang atau diameter pasak hanya akan meningkatkan retensi sebesar 30% sampai 40%.2. Dinding-dinding pasak harus se-sejajar mungkin

3. Bentuk pasak mengikuti bentuk saluran akar

4. Pasak harus terletak sesuai dengan sumbu panjang akar meskipun bagian inti pasak dapat menyimpang ke arah lain untuk kepentingan estetik

5. Pemakaian prinsip ferulle

Ferrule dapat didefinisikan sebagai suatu cincin logam atau topi yang diletakkan di sekitar ujung suatu alat, kaleng, dan sebagainya, untuk menambah kekuatan. Efek ini digunakan pada preparasi pasak dalam bentuk kontrabevel melingkari gigi (circumferential contrabevel). Kontrabevel ini menguatkan aspek koronal dari preparasi pasak, menghasilkan suatu dudukan oklusal, dan bertindak sebagai bentuk antirotasi. Efek ini juga digunakan bila tidak ada atau sedikit saja sisa mahkota klinis dengan jalan membuat kontrabevel yang luas pada permukaan akar, dengan batas akhir preparasi mahkota lebih apikal daripada unit pasak dan inti. Suatu analogi menunjukkan aksi dari ferrule.8

6. Penggunaan bentuk-bentuk antirotasi seperti grooves, pins atau bentuk kunci (keyways).

7. Hindarkan garis sudut tajam yang akan memulai garis fraktur di dalam akar pada waktu gigi mendapatkan daya

8. Sebaiknya dipisahkan pasak inti dan mahkota

9. Buat dudukan oklusal atau kontrabevel pada bagian inti untuk mencegah wedging action dan kemungkinan fraktur akar pada waktu gigi terkena daya oklusal

10. Buat saluran vent pada pasak untuk menyalurkan tekanan hidrostatik yang terjadi saat penyemenan

Adapun pertimbangan untuk rancangan pasak dan preparasinya, yaitu:

1. Jika terlalu pendek, kemungkinan patahnya akar akan lebih besar. Tekanan yang ada akan diterima mahkota dan pasak didesak ke akar yang tidak ditunjang oleh tulang.

2. Jika preparasi pasak cukup panjang (idealnya 1 1 kali panjang mahkota) tekanan yang diterima mahkota akan tersebar ke seluruh akar yang berkontak dengan pasak.

Gambar 2. Restorasi pasak dengan panjang yang ideal. A. Mahkota pasak, B. Panjang pasak, C. Bahan pengisian saluran akar pada bagian apeks.

3. Jika preparasi pasak terlalu lebar, akar akan menjadi lemah dan kemungkinan fraktur lebih besar. Preparasi yang terlalu lebar mungkin akan mengakibatkan perforasi akar. Pasak yang pendek dan lebar sering mengakibatkan fraktur akar.

4. Jika preparasi dan pasak terlalu sempit, kesukaran mungkin akan dijumpai untuk mencetaknya dan karena fleksibilitas pasaknya, gigi tidak akan menjadi lebih kuat.

5. Penentuan diameter pasak harus dikontrol untuk memelihara radicular dentin, mengurangi potensial perforasi dan mencegah gigi dari fraktur. Idealnya diameter pasak adalah 1/3 diameter dari akar gigi. Apabila diameter pasak kurang dari 1/3 diameter akar maka pasak tersebut akan mudah fraktur dan retensi yang dihasilkan berkurang. Sebaliknya dengan bertambahnya diameter pasak lebih dari 1/3 diameter akar gigi maka akan melemahkan sisa gigi yang disebabkan preparasi saluran akar yang dilakukan berlebihan untuk mendapatkan ruangan pasak. Menambah diameter pasak tidak memberikan peningkatan yang signifikan untuk retensi pasak, tetapi cenderung dapat mengorbankan sisa dentin yang sehat. Sisa dinding dentin yang tipis tidak dapat menahan tekanan sewaktu gigi berfungsi sehingga dapat mengakibatkan terjadinya fraktur akar.

Gambar 3. Hubungan antara diameter akar dengan diameter pasak. A. Diameter akar, B. Dudukan, C. Diameter pasak 1/3 diameter akar, D. Lebar pundak 1/6 diameter akar

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, desain pasak dapat diperoleh dalam berbagai bentuk seperti buatan pabrik yang sudah jadi, tuang atau kombinasi dari keduanya. Pasak buatan pabrik mempunyai dua bentuk dasar yaitu sisi sejajar dan kerucut yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran reamer yang digunakan dalam preparasi saluran akar. Sedangkan pasak tuang bentuknya mengikuti bentuk preparasi saluran akar.

Pasak yang dindingnya sejajar mempunyai retensi yang lebih baik daripada pasak yang dindingnya mengerucut, sebab pasak yang sisi sejajar memusatkan tekanan secara merata sepanjang dinding dari pasak, sementara pasak yang bentuknya kerucut memusatkan tekanan pada bagian koronal dari dinding pasak tersebut. Preparasi yang menyalahi bentuk saluran akar dengan bentuk sejajar maka dinding lateral akar akan melemah dan mudah terjadi fraktur horizontal dari akar.

Pasak yang penampangnya bulat panjang (oval) ke arah labio-lingual lebih kaku dan mencegah terjadinya rotasi dari pasak yang dibuat dari bahan yang sama tetapi berpenampang bulat. Penampang yang oval dengan sendirinya dapat mencegah rotasi.

Gambar 4. Penampang saluran akar yang oval yang dapat menahan rotasi

2.1.7 Prosedur Pembuatan Pasak A. Tahap Preparasi :

1. Preparasi bagian mahkota:

a. Dilakukan preparasi tonggak seperti pada prinsip preparasi tonggak mahkota jaket, hanya saja disesuaikan dengan sisa jaringan gigi yang tertinggal.

b. Tumpatan sementara pada mahkota diambil, kemudian dipreparasi intra korona harus diingat tidak ada undercut.

c. Cavosurface dibuat contrabevel supaya hubungan tepi antara inti dan gigi baik (Baum, 1997).

2. Preparasi bagian saluran akar:

Pengambilan guta perca dapat dilakukan dengan cara:

a. Konvensional

Dengan instrumen putar, putaran rendah menggunakan bur drill bentuk bulat dengan diameter lebih kecil danpada diameter orifice (1 - 1,2 mm).

b. Dengan instrumen tangan

Yaitu dengan root canal plugger yang dipanaskan untuk mengambil guta perca sepanjang pasak yang dikehendaki.

c. Kombinasi.

Pengambilan guta perca dengan plugger kemudian dilanjutkan dengan gates glidden drill dan peeso reamer sepanjang pasak yang dikehendaki (Baum, 1997).

Retensi Mahkota Pasak :

1. Panjang pasak : retensi meningkat dengan bertambahnya panjang pasak,retensi maksimal didapatkan dengan menyisakan 3-5 mm bahan pengisi dibagian apikal.

2. Semakin kecil diameter pasak semakin rendah retensinya,tapi semakin besar diameter semakin besar resiko terjadi fraktur

3. Kesejajaran (Taper/Paralel)

Taper yaitu bentuk ke arah kerucut, dibuat demikian karena kalau berbentuk kerucut maka tekanan ke dinding proksimal menyebabkan akar terbelah.

4. Diameter : kurang lebih 1/3 diameter akar dalam arah mesio-distal. Bila terlalu kecil mudah lepas, patah dan berputar.

Resistensi mahkota pasak:

Bentuk resistensi

Resistensi merupakan kemampuan pasak dan gigi untuk menahan tekanan lateral dan rotasi.

faktor yang mempengaruhi resistensi :

Panjang pasak

Kekakuan dan kekerasan

Anti rotasi

Ferrule

Rotational resistensi

preparasi geometri pasak mencegah terjadinya perubahan posisi pada waktu berfungsi. Untuk mencegah perubahan posisi pasak pada waktu berfungsi dibuat groove pada saluran akar dan dapat juga dibuat pin tambahan pada saluran akarB. Pembuatan model inti pasak :

1. Inlay wax dipanaskan, ditekan sehingga berbentuk kerucut, dalam keadaan lunak dimassukkan ke dalam preparasi pasak yang telah dibasahi dengan akuades dan dipadatkan dengan sonde yang dipanaskan sampai memenuhi seluruh preparasi pasak.

2. Kemudian malam coba diambil untuk mengetahul apakah malam sudah sesual dengan preparasi, juga untuk mengetahui apakah masih ada undercut.

3. Bagian Inti dibentuk sesuai tonggak mahkota jaket, setelah itu sprue dipasang dan kawat yang dipanasi terlebih dahulu. Arah sprue diusahakan sejajar arah gigi. Sprue tadi diberi tanda cara membengkokkan supaya mengetahui bagian labial dan Iingualnya.

4. Setelah model malam baik, maka model tersebut ditanam dalam moffel dan dicor dengan logam (Baum, 1997).

Pengepasan Inti Pasak :

a. Inti pasak coba dimasukkan ke dalam preparasi saluran akar. Kemudian diperiksa retensinya apakah sudah baik.

b. Hubungan tepi inti dengan sisa mahkota diperiksa, apakah sudah baik.

c. Seteah pas dilakukan pencetakkan untuk mahkotanya.

d. Pembuatan mahkota persis seperti membuat mahkota jaket

Catatan :

tidak boleh untuk menggigit dengan satu tekanan hanya pada daerah

mahkota saja karena akan terjadi gerakan mengungkit fraktur akar gigi.

C. Pembuatan mahkota sementara :

a. pilih mahkota akrilik yang sudah jadi dengan ukuran,bentuk dan warna yang sesuai dengan gigi aslinya dan dicobakan untuk mengecek ketepatan kontaknya di daerah gingival.

b. setelah selesai coba suatu endopost atau file terakhir untuk preparasi guna ruang pasaknya. Ujung korona dipotong sehingga ada bagian yang dapat masuk ke dalam mahkota buatan. Jika digunakan endopost harus ditakik untuk membuat undercut dan terjadi ikatan mekanis dengan akrilik.

c. sediakan adukan akrilik yang cepat mengeras, dimasukkan kedalam mahkota buatan dan tekan ke dalam pasak dan gigi ditekan dengan tekanan ringan.

d. pada waktu akrilik dalam proses setting, buang kelebihan akrilik selagi lunak dengan sonde.

e. jika telah setting, lepaskan mahkota dan pasaknya secara bersama-sama, dibentuk dan mahkota dipoles

f. coba mahkota dan pasak ke dalam gigi dan sesuaikan dengan oklusi gigi antagonisnnya

g. pasang mahkota sementara dengan semen sementara (Baum, 1997).

D. Pemasangan Mahkota Pasak :

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat uji coba pemasangan atau try in mahkota pasak antara lain :

a. estetik

warna dari post crown harus sesuai dengan gigi asli yang ada dalam rongga mulut. Bentuk dan ukuran harus disesuaikan dengan anatomi gigi

b. oklusi

tidak boleh terjadi prematur kontak yang akan mengakibatkan trauma oklusi. Untuk mengetahuinya digunakan kertas artikulasi, adanya teraan yang lebih tebal menunjukkan terjadinya traumatik oklusi.c. adaptasi

Terutama keakuratan atau kerapatan pinggiran servikal antara tepi mahkota jaket dengan bagian servikal gigi asli. Pada bagian pundak, pinggiran mahkota tidak boleh menekan gusi (overhang), karena kelebihan mahkota dapat menjadi tempat tertimbunnya plak yang akan mengakibatkan peradangan gusi

d. kedudukan

Mahkota tidak boleh labioversi ataupun palatoversi, disesuaikan dengan kedudukannya terhadap gigi lain yang ada dalam rongga mulut

e. daerah titik kontak (Baum, 1997).

E. Penyemenan post crown:

Semen yang akan digunakan harus disesuaikan dengan bahan crown. Semen-semen yang mengandung eugenol (zinc oxide eugenol cement) tidak cocok untuk menyemen mahkota yang terbuat dari bahan akrilik, karena akan bereaksi dengan bahan akrilik dimana akrilik akan berubah warna menjadi lunak dan permukaannya menjadi retak-retak (crazing). Semen jenis komposit memiliki sifat mekanis yang lebih baik (Baum, 1997).

Semen jenis polikarboksilat memiliki sifat adhesi terhadap dentin dan glasir lebih baik daripada semen zinc-phospat dimana semen zinc-phospat lebih mudah larut dalam cairan mulut. Mahkota diisi penuh dengan adukan semen dan sebagian diulaskan merata pada sekeliling preparasi post untuk mencegah terkurungnya gelembung udara pada sudut pundak. Setelah mahkota masuk dengan seksama pada tempatnya, operator harus mempertahankan kedudukannya sampai semen mengeras. Kemudian sisa-sisa semen dibersihkan (Baum, 1997).

Instruksi pada penderita :

a. Jangan makan atau mengunyah dengan crown baru selama 24 jam setelah pemasangan. Perekat permanent yang di pakai waktu pemasangan memerlukan waktu untuk mengeras dengan sempurna. Gunakan sisi yang lain untuk menguyah pada waktu makan.

b. Pastikan anda bersihkan crown dan gusi di sekelilingnya dengan teliti. Sikat dan gunakan benang gigi setiap hari.

c. Untuk pemasangan bridge, Anda perlu menggunakan benang gigi yang tebal untuk membersihkan dibawah bridge.

d. Apabila anda merasakan iritasi pada gusi di sekitar crown, kumur secara perlahan dengan air garam hangat.

e. Jika diperlukan, setelah prosedur pemasangan crown / bridge anda bisa mengkonsumsi obat pereda sakit seperti advil atau tylenol

f. Gigi ada yang di rawat akan terasa sedikit sensitif karena trauma yang telah terjadi sewaktu prosedur (Baum, 1997).

2.1.8 Keuntungan dan Kerugian Beberapa Jenis Mahkota Pasak

Kerugian Sistem Pasak Cor Dengan sistem ini cukup sulit untuk mencapai pasak yang berdinding sejajar, sehingga retensi akan berkurang. Sistem ini memerlukan waktu perawatan dan prosedur laboratorium yang lebih lama dan membutuhkan lebih dari satu kali kunjungan untuk menyelesaikan pembuatan pasak.

Keuntungan Sistem Pin Dan Pasak (Pin And Post Systems)

Tersedianya berbagai ukuran dari sistem pin ini memungkinkan sistem ini digunakan pada gigi anterior dan posterior. Sistem ini menghasilkan retensi yang baik akibat adanya pin - pin tambahan bersama dengan pasak berdinding sejajar bergurat-gurat. Pasak yang menggunakan sistem ini mempunyai saluran vertical / vent untuk mengalirkan tekanan hidrostatik yang terjadi pada saat penyemenan.

Kerugian Sistem Pin Dan Pasak Agar sistem ini efektif, gigi harus mempunyai ketebalan struktur sisa yang cukup untuk insersi pin tambahan. Sistem ini juga memerlukan pembuangan struktur koronal gigi yang ada. Seperti pada setiap sistem pasak cor, terdapat kemungkinan ketidaktepatan yang disebabkan oleh prosedur pengecoran.

Keuntungan Sistem Pasak Berulir (Threaded Post Systems)Sistem ini mempunyai retensi yang baik, terutama pada akar pendek. Besarnya retensi pada sistem ini berhubungan dengan elastisitas dentin dan semen. Elastisitas dentin diperlukan pada waktu insersi pertama dari pasak dan pasak berulir tersebut disekrupkan ke dalam akar setelah dilapisi dengan suatu lapisan semen tipis. Sistem ini memerlukan hanya satu kali kunjungan untuk penempatan pasak dan inti.

Kerugian Sistem Pasak Berulir

Dikarenakan akar ditekan untuk menerima pasak berulir, suatu jalinan garis-garis tajam spiral yang terbentuk akan meningkatkan potensi fraktur akar apabila gigi terkena stres. Sistem ini memerlukan pemilihan ukuran pasak yang hati-hati dalam hubungannya dengan ukuran akar. Pasak harus dipasang dengan tekanan minimal untuk mencegah fraktur gigi dan sulit digunakan pada gigi posterior. Kelemahan lain pada sistem ini adalah tidak ada vent untuk mengalirkan tekanan hidrostatik yang terjadi pada saat penyemenan.

2.2 Inti

Inti adalah bagian restorasi yang menggantikan jaringan mahkota gigi yang hilang sehingga membentuk seperti gigi yang telah dipreparasi untuk mahkota tiruan penuh. Inti dapat diklasifikasikan menurut banyaknya jaringan mahkota gigi yang digantikan, yaitu (Allan dan Foreman, 1994):

1. inti sebagian, adalah inti yang menggantikan sebagian jaringan mahkota gigi yang rusak/hilang

2. inti penuh, adalah inti yang menggantikan seluruh jaringan mahkota gigi yang rusak/hilang (Allan dan Foreman, 1994).Berdasarkan bahan yang digunakan, inti dapat dibedakan atas (Allan dan Foreman, 1994):

1) Inti amalgam, glass ionomer cement (GIC), dan resin komposit untuk pasak siap pakai.

a) Keuntungan:

1. daerah undercut tidak perlu dipreparasi sehingga lebih banyak jaringan gigi sehat yang dapat dipertahankan

2. tahap prosedur laboratorium lebih sedikit

3. kuat; namun bahan restorasi plastis ini, khususnya GIC, mempunyai tensile strength yang lebih rendah daripada logam cor

b) Kekurangan:

1. inti amalgam dapat terjadi korosi

2. inti GIC kurang kuat

3. inti resin komposit dapat terjadi polimerisasi yang berlanjut dan memiliki koefisien muai yang tinggi

4. inti amalgam dan resin komposit lebih sering terjadi kebocoran mikro akibat perubahan temperatur

5. terdapat kesulitan pada prosedur operatif tertentu, seperti penggunaan rubber dam atau matrix (khususnya pada gigi dengan kerusakan luas) (Allan dan Foreman, 1994).

2) Inti logam cor (cast metal core)

Inti ini terbuat dari logam cor, umumnya menjadi satu kesatuan dengan pasak buatan sendiri. Pola inti dapat dibuat dari resin atau wax dan merupakan kelanjutan dari pola pasak resin atau wax, kemudian pola ini dicor dengan logam (Allan dan Foreman, 1994).

3) Inti siap pakai (prefabricated core)

Inti siap pakai merupakan inti dari logam yang menjadi satu kesatuan dengan pasak siap pakai. Keuntungannya adalah inti ini mempunyai keunggulan dalam kekuatan, karena merupakan satu kesatuan dengan pasak. Sedangkan, kekurangannya adalah sering kali bentuk dan ukurannya tidak sesempurna seperti bentuk mahkota gigi yang dipreparasi untuk mahkota tiruan penuh (Allan dan Foreman, 1994).