New Microsoft Office Word Document.docx

15

Click here to load reader

Transcript of New Microsoft Office Word Document.docx

Page 1: New Microsoft Office Word Document.docx

PCT

Absorbsi

Parasetamol biasa diberikan per oral dan diabsorbsi secara cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Absorbsi obat tergantung kecepatan pengosongan lambung. Adanya resin yang mengikat asam empedu dapat menurunkan absorbsi parasetamol di saluran cerna. Kadar puncak di dalam darah biasanya tercapai dalam waktu 30-60 menit dan masa paruh di dalam plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma, 25% parasetamol terikat protein plasma

Metabolisme

Metabolisme parasetamol terjadi di hati untuk diubah menjadi produk non-toksik. Tiga

jalur metabolisme yang diketahui, yaitu:4,10

Glukuronidasi yang diduga memetabolisme sekitar 40% parasetamol Sulfasi (sulfat konjugasi)mungkin sejumlah 20-40% N-hidoksilasi dan penataan ulang, kemudian konjugasi GSH, sejumlah kurang dari 15%.

Metabolisme parasetamol diperankan oleh sistem enzim sitokrom P450 di hati, membentuk suatu metabolit alkali yang dikenal dengan NAPQI (N-asetil-p-benzo-kuinon imina). NAPQI kemudian dikonjugasi secara irevesibel dengan gugus sulfahidril dari glutation hati.

Semua OAINS atau aspirin-like drugs bersifat antipiretik, analgesik, dan anti-inflamasi.

Mekanisme kerja

Mekanisme kerja yang sebenarnya dari parasetamol masih menjadi bahan perdebatan. Mekanisme kerja utama dari parasetamol adalah menghambat proses siklooksigenase (COX), dan penemuan terakhir menyebutkan bahwa parasetamol lebih selektif COX-2. Telah dibuktikan bahwa parasetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi enzim siklooksigenase (COX), sehingga menghambat terbentuknya senyawa penyebab inflamasi. Namun demikian, efek anti inflamasi dari parasetamol sangat sedikit dan biasanya terbatas oleh beberapa faktor, salah satunya adalah tingginya kadar peroksida yang terdapat pada lesi inflamasi. Karena parasetamol lebih selektif COX2, maka secara signifikan tidak menghambat pembentukan faktor hemostasis tromboksan.11,12,13,14

Efek Analgesik

Sebagai analgesik, OAINS hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang, misalnya sakit kepala, mialgia, artralgia, dismenorea dan juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi atau kerusakan jaringan. Efek analgesiknya jauh lebih lemah daripada efek analgesik opioat, tetapi OAINS tidak menimbulkan ketagihan dan tidak

Page 2: New Microsoft Office Word Document.docx

menimbulkan efek samping sentral yang merugikan. Untuk menimbulkan efek analgesik, OAINS bekerja pada hipotalamus, menghambat pembentukan prostaglandin ditempat terjadinya radang, dan mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi (5).

Efek Antipiretik

Temperatur tubuh secara normal diregulasi oleh hipotalamus. Demam terjadi bila terdapat gangguan pada sistem “thermostat” hipotalamus. Sebagai antipiretik, OAINS akan menurunkan suhu badan hanya dalam keadaan demam. Penurunan suhu badan berhubungan dengan peningkatan pengeluaran panas karena pelebaran pembuluh darah superfisial. Antipiresis mungkin disertai dengan pembentukan banyak keringat. Demam yang menyertai infeksi dianggap timbul akibat dua mekanisme kerja, yaitu pembentukan prostaglandin di dalam susunan syaraf pusat sebagai respon terhadap bakteri pirogen dan adanya efek interleukin-1 pada hipotalamus. Aspirin dan OAINS lainnya menghambat baik pirogen yang diinduksi oleh pembentukan prostaglandin maupun respon susunan syaraf pusat terhadap interleukin-1 sehingga dapat mengatur kembali “thermostat” di hipotalamus dan memudahkan pelepasan panas dengan jalan vasodilatasi (5).

Efek Anti-inflamasi

Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin dan lainnya yang menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak, dan disertai gangguan fungsi. Kebanyakan OAINS lebih dimanfaatkan pada pengobatan muskuloskeletal seperti artritis rheumatoid, osteoartritis, dan spondilitis ankilosa. Namun, OAINS hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara simtomatik, tidak menghentikan, memperbaiki, atau mencegah kerusakan jaringan pada kelainan musculoskeletal (5).

Meskipun semua OAINS memiliki sifat analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi, namun terdapat perbedaan aktivitas di antara obat-obat tersebut. Salisilat khususnya aspirin adalah analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi yang sangat luas digunakan. Selain sebagai prototip OAINS, obat ini merupakan standar dalam menilai OAINS lain. OAINS golongan para aminofenol efek analgesik dan antipiretiknya sama dengan golongan salisilat, namun efek anti-inflamasinya sangat lemah sehingga tidak digunakan untuk anti rematik seperti salisilat. Golongan pirazolon memiliki sifat analgesik dan antipiretik yang lemah, namun efek anti-inflamasinya sama dengan salisilat (4,6).

Efek Samping

Pada dosis terapi, parasetamol tidak mengiritasi saluran cerna, tidak mempengaruhi koagulasi darah seperti NSAID lainnya, dan tidak merusak fungsi ginjal. Namun demikian, beberapa studi menyebutkan bahwa penggunaan dosis tinggi (lebih dari 2000 mg per hari) meningkatkan risiko komplikasi gastrointestinal bagian atas berupa perdarahan lambung. Para peneliti menemukan bahwa pecandu aspirin dan parasetamol (penggunaan 300 gram dalam setahun atau rata-rata 1 gram per hari) berhubungan dengan kejadian kalsifikasi

Page 3: New Microsoft Office Word Document.docx

ginjal. Parasetamol aman digunakan oleh wanita hamil, dan tidak berpengaruh terhadap penutupan duktus arteriosus pada janin seperti NSAID lainnya. Tidak seperti aspirin, obat ini aman dan tidak berhubungan dengan risiko terjadinya Reye’s syndrom pada anak-anak dengan infeksi virus. Reaksi alergi terhadap derivat para-aminofenol jarang terjadi. Manifestasinya berupa eritema atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa.4,9,15

Nama generik : Parasetamol atau Asetaminofen. Nama dagang : Aceta®, Actimin®, Anacin-3®, Apacet®, Aspirin Free Anacin®, Atasol®, Banesin®, Ben-u-ron®, Biogesic®, Crocin®, Dafalgan®, Dapa®, Dolo®, Datril Extra-Strength®, DayQuil®, Depon & Depon Maximum®, Feverall®, Few Drops®, Fibi®, Fibi plus®, Genapap®, Genebs®, Lekadol®, LemSip®, Liquiprin®, Lupocet®, Milidon®, Neopap®, Ny-Quil®, Oraphen-PD®, Panado®, Panadol®, Paracet®, Parol®, Panodil®, Paratabs®, Paralen®, Phenaphen®, Plicet®, PyongSu Cetamol®, Redutemp®, Snaplets-FR®, Suppap®, Tamen®, Tapanol®, Tempra®, Tylenol®, Uphamol®, Valorin®, Xcel®.4

Amoksisilin

Mekanisme Kerja :

Amoksisilin merupakan prototip golongan aminopenisilin berspektrum luas, tetapi aktivitasnya terhadap kokus gram positif kurang daripada penisilin G. Semua penisilin golongan ini dirusak oleh β-laktamase yang diproduksi kuman gram positif maupun gram negatif. Amoksisilin (dalam bentuk trihidrat garam sodium) dapat dikombinasikan dengan asam klavulanat (sebagai potasium klavulanat), penghambat β-laktamase, untuk menambah spektrum dalam melawan organisme Gram-negatif, dan untuk melawan mediator antibiotik bakteri yang resisten terhadap produksi β-laktamase.1,4

Amoksisilin bekerja dengan menghambat dinding sel bakteri, dengan menghambat cross-linkage di antara rantai polimer peptidoglikan linear yang menutupi komponen mayor dari dinding sel kuman Gram-positif. Mekanisme kerja antibiotik ini secara ringkas, adalah : (1) Obat bergabung dengan penicilin-binding protein (PBPs) pada kuman. (2) terjadi hambatan sintesis dinding sel kuman karena proses transpeptidasi antar rantai peptidoglika terganggu. (3) kemudian terjadi aktivitas enzim proteolitik pada dinding sel yang mengakibatkan pecahnya dinding sel bakteri.1,3

Sejak golongan penisilin mulai digunakan, jenis mikroba yang tadinya sensitif makin banyak yang menjadi resisten. Mekanisme resistensi terhadap golongan penisilin adalah3 :

1. Pembentukan enzim betalaktamase misalnya pada kuman S.aureus, H.Influenzae, Gonokokkus dan berbagai batang gram negatif. Pada umumnya bakteri gram positif mesekresi betalaktamase ekstraseluler dalam jumlah relatif besar.

2. Enzim autolisin kuman tidak bekerja sehingga timbul sifat toleran kuman terhadap obat.

Page 4: New Microsoft Office Word Document.docx

3. Kuman tidak mempunyai dinding sel (misalnya mikoplasma) Perubahan penicilin-binding protein (PBP) atau obat tidak mencapai penicilin-

binding protein (PBP).

Farmakokinetik

Obat ini diabsorpsi lebih baik bila diberikan per oral dan menghasilkan kadar yang lebih tinggi dalam plasma dan jaringan. Dengan dosis yang sama, amoksisilin mencapai kadar dalam darah yang tingginya kira-kira 2 kali lebih tinggi daripada yang dicapai oleh ampicilin. Tidak seperti ampisilin, absorpsinya tidak terganggu dengan adanya makanan dalam lambung.3

Absorbsi : cepat dan hampir sempurna, tidak dipengaruhi oleh makanan. Distribusi : secara luas terdistribusi dalam seluruh cairan tubuh serta tulang; penetrasi

lemah kedalam sel  mata dan menembus selaput otak; konsentrasi tinggi dalam urin; mampu menembus placenta; konsentrasi rendah dalam air susu ibu.

Metabolisme : secara parsial melalui hepar. Bayi lahir sempurna: 3,7 jam Anak-anak : 1-2 jam. Dewasa: fungsi ginjal normal 0.7-1,4 jam. ClCr <10 mL/menit: 7-12 jam.

Time Peak; kapsul 2 jam; suspensi 1 jam. Eksresi: urin (80% bentuk utuh); pada neonates eksresi lebih rendah Dialisis: Moderat diálisis melalui Hemo atau peritonial diálisis: 20-50%. Dialisis

melalaui Arteriovenous atau venovenous mampu memfilter 50mg/ liter amoksisilin.Efek Samping

Beberapa efek samping dari amoksisilin adalah 4 :- Susunan Saraf Pusat : Hiperaktif, agitasi, ansietas, insomnia, konfusi, kejang,

perubahan perilaku, pening.- Kulit : Acute exanthematous pustulosis, rash, eritema multiform, sindrom stevens-

johnson, dermatitis, tixic ephidermal necrolisis, hypersensitif vasculitis, urtikaria.- GI : Mual, muntah, diare, hemorrhagic colitis, pseudomembranous colitis, hilangnya

warna gigi.- Hematologi : Anemia, anemia hemolitik, trombisitopenia, trombositopenia purpura,

eosinophilia, leukopenia, agranulositosi.- Hepatic : AST (SGOT) dan ALT (SGPT) meningkat, cholestatic joundice, hepatic

cholestatis, acute cytolitic hepatitis.- Renal : Cristalluria

Pernah dilaporkan: Reaksi hipersensitifitas, meliputi reaksi  anaphilaksis dapat mengakibatkan efek yang fatal (kematian). Penggunaan jangka panjang, kemungkinan dapat mengakibatkan terjadinya suprainfeksi termasuk Pseudomembranous collitis. Pada pasien gagal ginjal, perla penyesuaian dosis. Kasus diare merupakan kasus terbanyak jika amoksisilin digunakan sendiri.

Eritromisin

Page 5: New Microsoft Office Word Document.docx

Mekanisme kerja

Golongan makrolid menghambat sintesis protein kuman dengan jalan berikatan secara reversible dengan ribosom subunit 50S, dan umumnya bersifat bakteriostatik walaupun kadang dapat bersifat bakterisidal untuk kuman yang sangat peka.

Resistensi terhadap eritromisin terjadi melalui 3 mekanisme yang diperantarai oleh plasmid yaitu :7

1. Menurunnya permeabilitas membran sel kuman.2. Berubahnya reseptor obat pada ribosom kuman.3. Hidrolisis obat oleh esterase yang dihasilkan oleh kuman tertentu (Enterobacteriaceae).

Farmakokinetik

Basa eritromisin diserap baik oleh usus kecil bagian atas, aktivitasnya menurun karena obat dirusak oleh asam lambung. Untuk mencegah pengrusakan oleh asam lambung basa eritromisin diberi selaput yang tahan asam atau digunakan dalam bentuk ester stearat atau etilsuksinat. Adanya makanan juga menghambat penyerapan eritromisin. Hanya 2-5% eritromisin yang diekskresi dalam bentuk aktif melalui urin. Eritromisin mengalami pemekatan dalam jaringan hati. Kadar obat aktif dalam cairan empedu dapat melebihi 100 x kadar yang tercapai dalam darah. Masa paruh eliminasi eritromisin adalah sekitar 1,5 jam. Dalam keadaan insufisiensi ginjal tidak diperlukan mosifikasi dosis.7

Eritromisin berdifusi dengan baik ke berbagai jaringan tubuh kecuali ke otak dan cairan serebrospinal. Pada ibu hamil kadar eritromisin dalam sirkulasi fetus adalah 5-20% dari kadar obat dalam sirkulasi darah ibu. Obat ini dieksresi terutama melalui hati. Dosis peritoneal dan hemodialisis tidak dapat mengeluarkan eritromisin dari tubuh. Pada wanita hamil pemberian eritromisin stearat dapat meningkatkan sementara kadar SGOT/SGPT.7

2.7. Efek Samping dan Interaksi ObatEfek samping yang berat akibat pemakaian eritromisin dan turunannya jarang terjadi.

Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia dan eksantem yang cepat hilang bila terapi dihentikan. Hepatitis kolestatik adalah reaksi kepekaan yang terutama ditimbulkan oleh eritromisin estolat. Kelainan ini biasanya menghilang dalam beberapa hari setelah terapi dihentikan. Efek samping ini dijumpai pula pada penggunaan eritromisin etilsuksinat tetapi jarang sekali terjadi. Eritromisin oral dalam dosis besar sering menimbulkan iritasi saluran cerna seperti mual, muntah dan nyeri epigastrium. Suntikan IM dapat menimbulkan sakit yang sangat hebat. Pemberian 1 g dengan infuse IV sering disusul oleh timbulnya tromboflebitis. Eritromisin dilaporkan meningkatkan toksisitas karbamazepin kortikosteroid, siklosporin, digoksin, warfarin, terfenadin, astemizol dan teofilin karena menghambat sitokorm P-450. Kombinasi dengan terfenadin dan astemizol dapat menimbulkan aritmia jantung yang berbahaya.7

Pemberian terfenadin dan astemizol dosis terapi bersama ketokenazol, itrakonazol, atau antibiotik golongan makrolid seperti eritromisin dapat mengakibatkan terjadinya perpanjangan interval QT dan mencetuskan terjadinya aritmia ventrikel (torsades de pointes) yang mungkin fatal. Keadaan ini disebabkan karena eritromisin menghambat metabolisme terfenadin atau astemizol oleh enzim CYP3A4 sehingga terjadi peningkatan kadar antihistamin di dalam darah.

Page 6: New Microsoft Office Word Document.docx

Karena interaksi yang berbahaya tersebut maka terfenadin dan astemizol dikontraindikasikan pemberiannya pada pasien yang mendapat ketokonazol, itrakonazol, atau antibiotik golongan makrolid, dan juga pada pasien dengan penyakit hati.3

Ibuprofen

Mekanisme kerja

Ibuprofen bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi terganggu. Ada dua jenis siklooksigenase, yang dinamakan COX-1 dan COX-2. COX-1 terdapat pada pembuluh darah, lambung, dan ginjal, sedangkan COX- 2 keberadaannya diinduksi oleh terjadinya inflamasi oleh sitokin dan merupakan mediator inflamasi. Aktivitas antipiretik, analgesik, dan anti inflamasi dari ibuprofen berhubungan dengan kemampuan inhibisi COX-2, dan adapun efek samping seperti perdarahan saluran cerna dan kerusakan ginjal adalah disebabkan inhibisi COX-1. Ibuprofen menghambat COX-1 dan COX-2 dan membatasi produksi prostaglandin yang berhubungan dengan respon inflamasi.

Seperti aspirin,  indometasin, dan kebanyakan OAINS lainnya, ibuprofen dianggap non-selektif COX inhibitor yang menghambat dua isoform siklooksigenase yaitu  COX-1 dan COX-2.  Sebagai analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi, yang dicapai terutama melalui penghambatan COX-2, sedangkan penghambatan COX-1 akan bertanggung jawab untuk efek yang tidak diinginkan pada  agregasi platelet dan saluran pencernaan. Namun, peran isoform COX untuk analgetik, anti inflamasi, dan efek kerusakan lambung dari OAINS tidak pasti dan senyawa yang berbeda ini menyebabkan perbedaan derajat analgesia dan kerusakan lambung. Dalam rangka untuk mencapai efek menguntungkan pada ibuprofen dan OAINS lainnya tanpa mengakibatkan gastrointestinal ulserasi dan perdarahan, selektif COX-2 inhibitor dikembangkan untuk menghambat COX-2 isoform tanpa terjadi penghambatan COX-1.

A. FarmakokinetikAbsorbsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma

dicapai setelah 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. Sembilan puluh persen ibuprofen terikat pada protein plasma. Onset sekitar 30 menit. Durasi ibuprofen berkisar antara 6-8 jam. Absorpsi jika diberikan secara oral mencapai 85%. Metabolit utama merupakan hasil hidroksilasi dan karboksilasi dimetabolisme dihati untuk dua metabolit utama aktif yang dengan cepat dan lengkap dikeluarkan oleh ginjal. Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap. Kira-kira 90% dari dosis yang diabsorpsi akan diekskresi melalui urin sebagai metabolit atau konyugata (1% sebagai obat bebas), beberapa juga diekskresi melalui feses. Ibuprofen masuk ke ruang synovial dengan lambat. Konsentrasinya lebih tinggi di ruang synovial dibandingkan diplasma.4,13,14,15

B. Farmakodinamik

Ibuprofen hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang, dan efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi atau kerusakan jaringan. Efek analgesiknya jauh lebih lemah daripada efek analgesik opioat, tetapi tidak menimbulkan ketagihan dan tidak menimbulkan efek samping sentral yang merugikan. Untuk menimbulkan efek analgesik, ibuprofen bekerja pada hipotalamus, menghambat

Page 7: New Microsoft Office Word Document.docx

pembentukan prostaglandin ditempat terjadinya radang, dan mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi.3

Ibuprofen akan menurunkan suhu badan hanya dalam keadaan demam. Demam yang menyertai infeksi dianggap timbul akibat dua mekanisme kerja, yaitu pembentukan prostaglandin di dalam susunan syaraf pusat sebagai respon terhadap bakteri pirogen dan adanya efek interleukin-1 pada hipotalamus. Ibuprofen menghambat baik pirogen yang diinduksi oleh pembentukan prostaglandin maupun respon susunan syaraf pusat terhadap interleukin-1 sehingga dapat mengatur kembali “thermostat” di hipotalamus dan memudahkan pelepasan panas dengan jalan vasodilatasi.3,16

Sebagai antiinflamasi, efek inflamasi dari ibuprofen dicapai apabila penggunaan pada dosis 1200-2400 mg sehari. Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin dan lainnya yang menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak, dan disertai gangguan fungsi. Ibuprofen dapat dimanfaatkan pada pengobatan muskuloskeletal seperti artritis rheumatoid, osteoartritis, dan spondilitis ankilosa. Namun, ibuprofen hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara simtomatik, tidak menghentikan, memperbaiki, atau mencegah kerusakan jaringan pada kelainan muskuloskeletal.3

Ibuprofen bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam

arakidonat menjadi prostaglandin terganggu. Prostaglandin terlibat dalam pelepasan renin,

vaskular lokal, sirkulasi regional, keseimbangan air, dan keseimbangan natrium.

Prostaglandin juga menstimulasi perbaikan sel epitelial gastriintestinal dan menstimulasi

sekresi bikarbonat dari sel epitelial. Hal ini menyebabkan ibuprofen dapat menurunkan

sekresi mukus yang berfungsi sebagai pelindung dalam lambung dan usus kecil, dan juga

dapat menyebabkan vasokonstriksi pada mukosa lambung. Selain itu efek samping pada

gastrointestinal meliputi stress lambung, kehilangan darah tiba-tiba, diare, mual, muntah,

heartburn, dispepsia, anoreksia, konstipasi, distress atau karma atau nyeri abdominal,

kembung, kesukaran mencerna, dan rasa penuh pada perut juga dapat disebabkan oleh

penggunaan ibuprofen. 25,27

Efek Samping

Page 8: New Microsoft Office Word Document.docx

Efek samping pada sistem kardiovaskular antara lain edema perifer, retensi air, dan perburukan CHF. Pada sistem saraf pusat antara lain dizzines, mengantuk, vertigo, sakit kepala ringan, dan aseptik meningitis. Pada mata, telinga dan nasofaring antara lain gangguan penglihatan, fotopobia, dan tinnitus. Pada genitourinaria antara lain menometrorrhagia, hematuria, cistisis, acute renal insufisiensi; interstitial nephritis; hiperkalemia; hiponatremia; nekrosis papillar renal. Pada kulit antara lain rash, pruritus, dan eritema. Efek samping yang lain seperti kram otot.25

Efek samping yang umum ditemukan antara lain  sembelit, epistaksis, sakit kepala, pusing, ruam, retensi garam dan cairan mual, kenaikkan enzim hati,dispepsia, ulserasi gastrointestinal atau perdarahan, diare, dan hipertensi.28-30

Hampir sama dengan jenis OAINS lain, ibuprofen juga dapat meningkatkan risiko palpitasi, ventrikular aritmia dan infark miokard (serangan jantung), khususnya di antara mereka yang menggunakan dosis tinggi dalam jangka waktu lama. Studi pada tahun 2010 menunjukkan bahwa kebiasaan menggunakan OAINS dikaitkan dengan peningkatan gangguan pendengaran.30

Penggunaan pada paten duktus arteriosus saat neonatal dengan masa gestasi kurang dari 30 minggu dapat mengakibatkan peningkatan hiperbilirubinemia pada neonatal, karena dapat menggeser kedudukan bilirubin dari albumin, sehingga dapat mengakibatkan kerniikterus dan ensefalopati. Namun hal ini, dapat dikurangi dengan cara pemberian bersama dengan indometasin.24

Efek samping yang jarang ditemukan antara lain gangguan ginjal, confusion, bronkospasme, eritem kulit, ulserasi esofagus, gagal jantung, hiperkalemia,  trombosipenia, ambliopia toksik yang reversible.3

Ibuprofen dapat menghambat aliran darah renal, GFR, dan transprtasi ion tubular. Prostaglandin juga mengatur aliran darah ginjal sebagai fungsional dari antagonis angiotensin II dan norepinefrin. Jika pengeluaran dua zat tersebut meningkat (misalnya, dalam hipovolemia), inhibisi produksi PG mungkin mengakibatkan berkurangnya aliran darah ginjal dan kerusakan ginjal. Namun, efek samping yang terkait dengan ginjal jarang terjadi pada dosis ibuprofen yang ditentukan. Waktu paruh yang pendek pada ibuprofen terkait dengan menurunnya resiko efek ginjal daripada OAINS lain dengan waktu paruh yang panjang. Dari penelitian-penelitian yang Penggunaan jangka pendek dari ibuprofen tidak signifikan meningkatkan risiko kerusakan ginjal pada sukarelawan sehat atau pada anak dengan penyakit demam. Pengobatan jangka panjang dengan ibuprofen dengan dosis 1200 mg / hari tidak meningkatkan risiko kerusakan ginjal pada orang lanjut usia.31,32

Ibuprofen juga bisa mempengaruhi agregasi trombosit. Efek ini ditimbulkan karena adanya penghambatan biosintesis tromboksan A2 (TXA2).4,27

C. Nama Generik dan Nama Dagang

Ibuprofen tergolong dalam jenis obat bebas terbatas. Pembatasan ibuprofen yaitu sampai pada sediaan tablet 200 mg, yang mana kemasan tidak lebih dari 10 tablet. Di luar jenis tersebut, maka ibuprofen tergolong sebagai obat terbatas. Ibuprofen  awalnya dipasarkan sebagai Brufen, dan sejak saat itu muncul berbagai merek dagang lainnya seperti yang tertera pada tabel dibawah ini: 33

No.

Nama ObatBSO

1. Ibuprofen (Generik) Tablet 200 mg, 400 mg, 600 mg; Tablet

Page 9: New Microsoft Office Word Document.docx

salut selaput 200 mg, 400 mg; Kaptabs salut selaput 200 mg

2.Anafen (Bernofarm)

Kaptabs salut gula 600 mg; Kaptabs salut selaput 200 mg , 400 mg ; Suspensi 100 mg/5 mL, 200 mg/5 mL

3. Arbupon (Pyridam) Kaptabs salut selaput 400 mg4. Bunofa (Nufarindo) Kaptabs Salut selaput 400 mg

5.Brufen (Abbot) Suspensi 100 mg/5 mL , Tablet salut selaput 200

mg , 400 mg6. Brufen Forte (Abbot) Tablet salut selaput 600 mg

7.Bufect (Sanbe Farma) Suspensi 100 mg/5 mL ; Tablet salut

selaput 200 mg8. Bufect Forte (Sanbe Farma) Suspensi 200 mg/5 mL

9.Cupal Profen (GuardianP harmatama)

Tablet salut selaput 200 mg

10. Dofen (Dexa Medica) Tablet salut selaput 200 mg

11.Dolofen F (Tempo Scan Pacific)

Kapsul 400 mg ; Kaptabs salut selaput 400 mg

12.Dutariten (Simex Pharmaceutical)

Tablet salut selaput 400 mg

13. Farsifen (Ifars) Kaptabs salut selaput 200 mg, 400 mg14. Febryn (Sunthi Sepuri) Suspensi 100 mg/5ml15. Fenagra (Graha Farma) Tablet Salut selaput 400 mg

16.Fenatic (Promedrahardjo Farmasi)

Suspensi100 mg/5 mL ; Tablet Salut selaput 400 mg

17. Fenida (Harsen) Kaptabs Salut selaput 400 mg

18.Profen Foerte (Guardian Pharmatama)

Suspensi 200 mg/5mL

19. Proris (Pharos)Kaptabs salut selaput 200 mg ; Tablet kunyah 100 mg ; Suppositoria 125 mg ; Suspensi 100 mg/mL, 200 mg/5mL

20. Proris Forte (Pharos) Suspensi 200 mg/5mL21. Prosinal (Gracia Pharmindo) Suspensi 100 mg/5mL

22.Prosic (Galenium Pharmasia Laboratories)

Suspensi 100mg/5mL

23.Pyremol Cap ”38” (sumber Kesehatan Baru)

Suspensi 100mg/5mL

24. Repass (Erela) Tablet salut selaput 200 mg25. Rhelafen (LAPI) Suspensi 200mg/5mL26. Rhelafen Forte (LAPI) Suspensi 200mg/5mL

27. Ribunal (Combiphar)Kaptabs 400 mg, 600 mg; Suspensi 100mg/5mL

28. Ribunal Forte (Combiphar) Suspensi 200 mg/5mL29. Sakarema (Saka Farma) Kaptabs salut selaput 200 mg30. Salfenal (Itrasal) Kaptabs 200g

Page 10: New Microsoft Office Word Document.docx

31. Tabalon (Hoechst) Tablet salut selaput 200mg, 400 mg

32.Tamaprofen (Aditya Raya Indofarma)

Suspensi 60 mL

33. Tikaren (Coronet Crown) Tablet 200 mg

34. Xepafen (Metiska Farma)Suspensi 100 mg/5mL; Tablet salut selaput 200 mg, 400 mg

35. Xepafen Forte (Metiska Farma) Suspensi 200 mg/5mL