Nephrolithiasis_dhiney ^^

22
Nephrolithiasis ( Batu Ginjal ) Di Indonesia, kasus penyakit batu saluran kemih banyak dijumpai. Di negara-negara Asia seperti Indonesia, Timur Tengah, Cina dan India disebutkan dalam kepustakaan sebagai negara-negara dengan jumlah kasus batu saluran kemih yang tinggi (Ashadi T., 1998). Batu saluran kemih sering terjadi dalam urine yang steril. Diperkirakan bahwa peningkatan insidensi batu berkaitan dengan diet rendah protein nabati dan fosfat. Adanya perubahan pola hidup ke gaya modern, yang antara lain ditandai dengan meningkatnya komsumsi protein hewani, insidensi batu saluran kemih cenderung meningkat. Makanan yang mempengaruhi pembentukan batu adalah berbagai makanan yang mengandung kalsium, tetapi sedikit mengandung serat (Ashadi T., 1998). Batu saluran kemih sebenarnya tidak lebih dari mineral-mineral di dalam air yang mengalami pengendapan dan memadat. Dehidrasi akibat cuaca, iklim tropis panas dan diare bisa mempersulit keadaaan batu ginjal atau batu saluran kemih yang sebelumnya telah terjadi. Disamping itu, batu saluran kemih mempunyai sifat sering kambuh sehingga merupakan ancaman seumur hidup bagi penderitanya (Ashadi T., 1998). Di negara-negara berkembang banyak dijumpai pasien batu buli- buli, sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas, karena adanya pengaruh status

Transcript of Nephrolithiasis_dhiney ^^

Page 1: Nephrolithiasis_dhiney ^^

Nephrolithiasis ( Batu Ginjal )

Di Indonesia, kasus penyakit batu saluran kemih banyak dijumpai. Di negara-negara Asia seperti

Indonesia, Timur Tengah, Cina dan India disebutkan dalam kepustakaan sebagai negara-negara

dengan jumlah kasus batu saluran kemih yang tinggi (Ashadi T., 1998).

Batu saluran kemih sering terjadi dalam urine yang steril. Diperkirakan bahwa peningkatan

insidensi batu berkaitan dengan diet rendah protein nabati dan fosfat. Adanya perubahan pola

hidup ke gaya modern, yang antara lain ditandai dengan meningkatnya komsumsi protein

hewani, insidensi batu saluran kemih cenderung meningkat. Makanan yang mempengaruhi

pembentukan batu adalah berbagai makanan yang mengandung kalsium, tetapi sedikit

mengandung serat (Ashadi T., 1998).

Batu saluran kemih sebenarnya tidak lebih dari mineral-mineral di dalam air yang mengalami

pengendapan dan memadat. Dehidrasi akibat cuaca, iklim tropis panas dan diare bisa

mempersulit keadaaan batu ginjal atau batu saluran kemih yang sebelumnya telah terjadi.

Disamping itu, batu saluran kemih mempunyai sifat sering kambuh sehingga merupakan

ancaman seumur hidup bagi penderitanya (Ashadi T., 1998).

Di negara-negara berkembang banyak dijumpai pasien batu buli-buli, sedangkan di negara maju

lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas, karena adanya pengaruh status

gizi dan aktivitas pasien sehari-hari (Ismadi M., 1976). Batu ginjal atau nefrolithiasis menyerang

sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio pria : wanita adalah 4 : 1, dan penyakit

nefrolithiasis disertai dengan morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Palmer P.E.S., 1995).

II. 1. Definisi Nefrolithiasis

Nefrolithiasis atau batu ginjal adalah benda-benda padat yang terjadi di dalam ginjal yang

terbentuk melalui proses fisikokimiawi dari zat-zat yang terkandung di dalam air kemih. Batu

ginjal terbentuk secara endogen yaitu dari unsur-unsur terkecil, mikrolith-mikrolith dan dapat

tumbuh menjadi besar. Massa yang mula-mula lunak, misalnya jendalan darah, juga dapat

mengalami pembatuan ( kalsifikasi ) (Price S. A., Wilson L. M., 1995).

Page 2: Nephrolithiasis_dhiney ^^

II. 2. Etiologi Nefrolithiasis

Terbentuknya batu pada ginjal diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urine, gangguan

metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum

terungkap ( idiopatik ) (Ismadi M., 1976).

Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu pada ginjal.

Faktor-faktor itu adalah (Ismadi M., 1976) :

1. Faktor intrinsik

Yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang. Faktor intrinsik dan faktor idiopatik umumnya

sukar untuk dikoreksi, sehingga mempunyai kecenderungan untuk kambuh (Purnomo B., 2003).

Faktor intrinsik itu antara lain adalah :

a. Hereditair dan Ras

Penyakit nefrolithiasis diduga diturunkan dari orang tuanya (Ismadi M., 1976) dan ternyata

anggota keluarga nefrolithiasis lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menderita penyakit

yang sama dari pada orang lain. Misalnya faktor genetik familial pada hipersistinuria,

hiperkalsiuria primer dan hiperoksaluria primer (Purnomo B., 2003). Batu saluran kemih juga

lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia sedangkan pada penduduk Amerika dan Eropa jarang

ditemukan (Purnomo B., 2003).

b. Umur.

Penyakit nefrolithiasis paling sering didapatkan pada usia 30 sampai 50 tahun (Purnomo B.,

2003).

c. Jenis kelamin

Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan (Ismadi

M., 1976) dan pada pria lebih banyak ditemukan batu ureter dan buli-buli sedangkan pada wanita

lebih sering ditemukan batu ginjal atau batu piala ginjal (Purnomo B., 2003).

Page 3: Nephrolithiasis_dhiney ^^

2. Faktor ekstrinsik

Yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Faktor ekstrinsik, bila penyebabnya

diketahui dapat diambil langkah-langkah untuk mengubah faktor lingkungan atau kebiasaaan

sehari-hari sehingga terjadinya rekurensi dapat dicegah (Purnomo B., 2003). Beberapa faktor

ekstrinsik, diantaranya adalah :

a. Geografi

Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu yang lebih tinggi daripada daerah lain,

sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (Purnomo B., 2003).

b. Iklim dan temperatur

Tempat yang bersuhu panas, misalnya di daerah tropis, di kamar mesin, menyebabkan banyak

mengeluarkan keringat yang akan mengurangi produksi urin dan mempermudah pembentukan

batu. Sedangkan pada daerah yang dingin, akan menyebabkan kurangnya asupan air pada

masyarakatnya (Purnomo B., 2003).

c. Asupan air

Kurangnya asupan air menyebabkan kadar semua substansi dalam urin akan meningkat dan akan

mempermudah pembentukan batu (Purnomo B., 2003) dan tingginya kadar mineral kalsium pada

air yang dikomsumsi dapat meningkatkan insidensi batu (Ismadi M., 1976).

d. Diet

Diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terbentuknya batu (Ismadi M., 1976).

Pada golongan masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani, angka morbiditas batu

berkurang sedangkan pada golongan masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi rendah lebih

sering morbiditas meningkat. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering

menderita batu buli-buli dan uretra dan hanya sedikit yang ditemukan menderita batu ginjal atau

batu piala ginjal (Purnomo B., 2003).

Page 4: Nephrolithiasis_dhiney ^^

e. Pekerjaan

Penyakit nefrolithiasis sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang

aktivitas atau sedentary life (Ismadi M., 1976).

f. Infeksi

Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti

pembentukan batu. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum ( urea splitting organism ) dan

membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-

garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada (Purnomo B., 2003).

g. Obstruksi dan stasis urin

Adanya obstruksi saluran kemih, misalnya oleh tumor, striktur dan hiperplasi prostat, akan

menyebabkan stasis urin sedangkan urin sendiri adalah substansi yang banyak mengandung

kuman sehingga mempermudah terjadinya infeksi dan pembentukan batu (Purnomo B., 2003).

Selain faktor-faktor di atas terdapat faktor lain yang turut mempengaruhi, misal gangguan

metabolisme. Gangguan metabolisme yang dimaksud adalah yang dapat mengakibatkan

peningkatan kadar produk yang dapat mengendap dan menjadi batu. Misalnya hiperkalsemia

yang disebabkan oleh hiperparatiroidisme, sindroma susu alkali, mieloma multiple, metastase Ca

dan sarkoidosis. Hiperurikemia dan terapi dengan sitostatika atau diuretika yang lama, serta

hipersistinemia yang disebabkan oleh renal tubular acidosis (Purnomo B., 2003).

II. 3. Patofisiologi Nefrolithiasis

Secara teoritis, batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih, terutama pada tempat-tempat yang

sering mengalami hambatan aliran urine ( stasis urine ), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-

buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises ( stenosis uretero pelvis ), divertikulum,

obstruksi intravesika kronis seperti pada hiperplasi prostat benigna, striktura dan buli-buli

neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu

(Ismadi M., 1976).

Page 5: Nephrolithiasis_dhiney ^^

Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal, kemudian berada di kaliks ginjal, pielum, infun

dibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang

mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa

sehinggga disebut batu staghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal

( penyempitan infundibulum dan stenosis uteropelvik ) akan mempermudah timbulnya batu

ginjal (Ismadi M., 1976).

Batu yang berasal dari ginjal dan berjalan menuruni ureter, paling mungkin tersangkut pada satu

dari tiga lokasi, yaitu pada sambungan uteropelvik, pada titik ureter menyilang pembuluh darah

iliaka, atau pada sambungan ureterovesika (Raharjo J. P., 1996). Batu yang tidak terlalu besar,

didorong oleh peristaltik sistem pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga

peristaltik ureter mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun ke buli-buli. Batu yang

ukurannya kecil ( < 5 mm ) pada umumnya dapat keluar spontan, sedangkan batu yang lebih

besar seringkali tetap berada di sistem pelvikalises dan ureter, dan mampu menimbulkan

obstruksi dan kelainan struktur saluran kemih bagian atas (Ismadi M., 1976).

A. Teori Proses Pembentukan Batu

Garam-garam kalsium dapat diendapkan dalam bentuk batu atau kalkuli di dalam sistem saluran

dari berbagai organ. Kalkuli dibentuk dari berbagai zat, yang tersedia secara lokal, yaitu bahan-

bahan dari sekresi organ tertentu. Jadi, walaupun kalkuli-kalkuli itu sering mengandung kalsium,

tetapi pada awalnya, banyak dari kalkuli-kalkuli tersebut yang tidak mengandung kalsium.

Beberapa kalkuli terbentuk sebagai akibat dari hancurnya debris nekrotik dalam saluran,

sedangkan lainnya terbentuk dari ketidakseimbangan unsur-unsur sekresi tertentu sedemikian

rupa sehingga terjadi pengendapan dari unsur yang biasanya larut (Sabiston C. D. Jr, MD.,

1997).

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang

terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan tetap terlarut (

metastable ) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya

presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu

( nukleasi ) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga

Page 6: Nephrolithiasis_dhiney ^^

menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh

dan belum cukup mampu menyumbat saluran kemih. Untuk itu, agregat kristal menempel pada

epitel saluran kemih, membentuk retensi kristal, dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada

agregat sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih (Ismadi

M., 1976).

Kondisi tetap terlarut dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine,

konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih atau adanya korpus

alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu (Ismadi M., 1976). Kemih yang

terus menerus bersifat asam dapat terjadi pada asidosis metabolik dan pada keadaan pireksia,

sedangkan kemih yang terus menerus bersifat basa menyatakan adanya infeksi pada saluran

kemih, keadaan asidosis tubulus ginjal, kekurangan kalium dan pada sindrom Fanconi (Sabiston

C. D. Jr, MD., 1997).

Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih, ditentukan juga oleh adanya

keseimbangan antara zat-zat pembentuk batu dan inhibitor, yaitu zat-zat yang mampu mencegah

timbulnya batu. Dikenal beberapa zat yang dapat menghambat terbentuknya batu di saluran

kemih, yang bekerja mulai dari proses reabsorbsi kalsium di dalam usus, proses pembentukan

inti batu atau kristal, proses agregasi kristal, hingga retensi kristal. Ion magnesium dikenal dapat

menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan oksalat, akan membentuk garam

magnesium oksalat, sehingga jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium untuk

membentuk batu kalsium oksalat menurun. Demikian pula dengan sitrat, jika berikatan dengan

ion kalsium, akan membentuk garam kalsium sitrat, sehingga jumlah kalsium yang akan

berikatan dengan oksalat maupun fosfat berkurang. Hal ini menyebabkan kristal kalsium oksalat

atau kalsium fosfat jumlahnya berkurang. Beberapa protein atau senyawa organik lain mampu

bertindak sebagai inhibitor dengan cara menghambat pertumbuhan kristal, menghambat agregasi

kristal, maupun menghambat retensi kristal. Senyawa itu antara lain adalah glikosaminoglikan,

protein Tamm Horsfall atau uromukoid, nefrokalsin, dan osteopontin. Defisiensi zat-zat yang

berfungsi sebagai inhibitor batu merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya batu saluran

kemih (Ismadi M., 1976).

B. Komposisi Batu

Page 7: Nephrolithiasis_dhiney ^^

1. Batu Kalsium

Batu jenis ini, paling banyak dijumpai, yaitu sekitar 70-80% dari seluruh batu saluran kemih.

Kandungan batu jenis ini, terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari kedua

unsur itu. Batu kalsium oksalat biasanya terbentuk pada suasana urine asam. Batu kalsium

bentuknya bergerigi sehingga jarang keluar spontan. Faktor terjadinya batu kalsium adalah

(Ismadi M., 1976):

a. Hiperkalsiuri

Yaitu kadar kalsium dalam urine > 250-300 mg/24 jam. Terdapat 3 macam penyebab terjadinya

hiperkalsiuria, antara lain :

Hiperkalsiuria absorbtif : keadaan hiperkalsiuria absorbtif terjadi karena adanya

peningkatan absorbsi kalsium melalui usus

Hiperkalsiuri renal : keadaan hiperkalsiuria renal dapat terjadi karena adanya gangguan

kemampuan reabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal

Hiperkalsiuria resorptif : keadaan hiperkalsiuria resorptif terjadi karena adanya

peningkatan resorpsi kalsium tulang. Banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau

pada tumor paratiroid.

b. Hiperoksaluri

Adalah ekskresi oksalat urine melebihi 45 gram / hari. Keadaan hiperoksaluria banyak dijumpai

pada pasien dengan gangguan pada usus setelah menjalani pembedahan usus dan pada pasien

yang banyak mengkomsumsi makanan kaya akan oksalat seperti teh, kopi instant, soft drink,

kokoa, arbei, jeruk, sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam.

c. Hiperurikosuria

Adalah kadar asam urat di dalam urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat yang berlebihan

dalam urine, bertindak sebagai inti batu / nidus untuk terbentuknya batu kalsium oksalat. Sumber

asam urat di dalam urine berasal dari makanan mengandung banyak purin seperti daging, ikan,

unggas maupun berasal dari metabolisme endogen.

Page 8: Nephrolithiasis_dhiney ^^

d. Hipositraturia

Dapat terjadi pada asidosis tubulus ginjal, sindrom malabsorbsi, atau pemakaian diuretik

golongan thiazide dalam jangka waktu lama

e. Hipomagnesiuria

Penyebab tersering hipomagnesiuria adalah penyakit inflamasi usus ( inflammatory bowel

disease ) yang diikuti gangguan malabsorbsi.

2. Batu struvit

Disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu struvit disebabkan oleh adanya

infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi adalah kuman golongan pemecah urea yang

dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis

urea menjadi amoniak. Suasana basa memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat

dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat dan karbonat apatit. Karena terdiri

atas 3 kation, dikenal sebagai batu triple phosphate. Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea

diantaranya adalah Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan

Stafilokokus (Ismadi M., 1976).

3. Batu Asam Urat

Merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Sebagian besar terdiri atas batu asam urat

murni, sisanya merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita

oleh pasien-pasien penyakit gout, mieloproliferatif, pasien dengan terapi antikanker, dan banyak

menggunakan obet urikosurik, antara lain sulfinpirazole, thiazide, dan salisilat. Kegemukan,

peminum alkohol, dan diet tinggi protein berpeluang besar mendapat penyakit ini. Batu asam

urat berbentuk bulat dan halus sehingga seringkali keluar spontan (Ismadi M., 1976).

Sumber asam urat berasal dari diet mengandung purin dan metabolisme endogen di dalam tubuh.

Purin di dalam tubuh didegradasi oleh asam inosinat, dirubah menjadi hipoxanthin,. Dengan

bantuan enzim xanthin oksidase, hipoxanthin dirubah menjadi xanthin yang akhirnya dirubah

menjadi asam urat. Pada manusia, karena tidak memiliki enzim urikase, maka asam urat

Page 9: Nephrolithiasis_dhiney ^^

diekskresikan ke dalam urine dalam bentuk asam urat bebas dan garam urat. Garam urat lebih

sering berikatan dengan natrium membentuk natrium urat, yang lebih mudah larut di dalam air

dibandingkan asam urat bebas. Asam urat bebas relatif tidak larut di dalam urine, sehingga pada

keadaan tertentu mudah sekali membentuk kristal asam urat dan selanjutnya membentuk batu

asam urat. Beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah (Ismadi M.,

1976) :

Urine yang terlalu asam ( pH urine < 6 )

Volume urine yang jumlahnya sedikit ( < 2 liter / hari ) atau dehidrasi

Hiperurikosuria atau kadar asam urat yang tinggi

II. 4. Gambaran Klinis Nefrolithiasis

Keluhan yang disampaikan oleh pasien, tergantung pada posisi batu, ukuran batu dan penyulit

yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang, baik

berupa nyeri kolik maupun bukan kolik. Nyeri kolik disebabkan oleh adanya aktivitas peristaltik

otot polos sistem kalises meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih.

Peningkatan peristaltik menyebabkan tekanan intraluminal meningkat sehingga terjadi

peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Sedangkan nyeri non kolik

terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal akibat

stasis urine (Ismadi M., 1976).

Hematuria sering dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih karena batu.

Kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis berupa hematuria mikroskopik. Jika

didapatkan demam, harus dicurigai suatu urosepsis (Ismadi M., 1976).

Pada pemeriksaan fisis, mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba

ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, dan adanya

retensi urine (Ismadi M., 1976).

Pada pemeriksaan sedimen urine, menunjukkan adanya leukosituria, hematuria dan dijumpai

kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya

pertumbuhan kuman pemecah urea (Ismadi M., 1976).

Page 10: Nephrolithiasis_dhiney ^^

II. 5. Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, dan pemeriksaan fisik, selain itu perlu ditunjang

dengan pemeriksaan laboratorium, radiologik, dan dengan pencitraan untuk menentukan

kemungkinan adanya gangguan fungsi ginjal.

Pemeriksaan Penunjang yang dapat menegakan diagnosis Nefrolithiasis antara lain :

Laboratorium :

1. Urin

· pH urin

- Batu kalsium, asam urat dan batu sistin terbentuk pada urin dengan pH yang rendah (pH<7).

- Batu struvit terbentuk pada urin dengan pH yang tinggi (pH> 7)

· Sedimen

- Sel darah meningkat (90%), pada infeksi sel darah putih akan meningkat.

- Ditemukan adanya kristal, misalnya kristal oksalat

- Biakan urin untuk melihat jenis mikroorganisme penyebab infeksi pada saluran kemih

2. Darah

- Hemoglobin, adanya gangguan fungsi ginjal yang kronis dapat terjadi anemia

- Leukosit, infeksi saluran kemih oleh karena batu menyebabkan leukositosis

- Ureum kreatinin, parameter ini digunakan untuk melihat fungsi ginjal

- Kalsium, dan asam urat.

Radiologik :

Page 11: Nephrolithiasis_dhiney ^^

1. Foto Polos Abdomen

Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran kemih. Batu jenis

kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling sering dijumpai, sedangkan

batu asam urat bersifat radiolusen (Ismadi M., 1976).

2. Pielografi Intra Vena

Bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu juga dapat mendeteksi adanya

batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika

pielografi intra vena ( selanjutnya disebut dengan PIV ) belum dapat menjelaskan keadaan sistem

saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai gantinya adalah pemeriksaan

pielografi retrograde (Ismadi M., 1976).

3. Ultrasonografi

Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan alergi

terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil.

Pemeriksaan ultrasonografi dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli ( yang

ditunjukkan sebagai echoic shadow ), hidronefrosis, pionefrosis, atau adanya pengkerutan ginjal

(Ismadi M., 1976).

II. 6. Penatalaksanaan Nefrolithiasis

Tujuan pengelolaan batu pada ginjal adalah untuk menghilangkan obstruksi, mengobati infeksi,

menghilangkan rasa nyeri, mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan

terjadinya rekurensi (Palmer P.E.S., 1995). Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah-langkah

yang dapat diambil adalah sebagai berikut (Purnomo B., 2003):

Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasi dan besarnya batu

Menentukan akibat adanya batu seperti rasa nyeri, obstruksi yang disertai perubahan pada

ginjal, infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal

Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri

Analisis batu

Page 12: Nephrolithiasis_dhiney ^^

Mencari latar belakang terjadinya batu

Mengusahakan pencegahan terjadinya rekurensi

Tindakan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah (Ismadi M., 1976):

1. Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena

diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan lebih bersifat simtomatis, yaitu

bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan memberikan diuretikum,

dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar

2. ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsy )

Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan.

Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran

kemih. Tidak jarang, pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri

kolik dan menyebabkan hematuria.

3. Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu, tindakan

tersebut terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui

alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukkan melalui uretra

atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara

mekanik, dengan memakai energi hidroulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.

Beberapa tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu pada ginjal adalah :

a. PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy )

Yaitu mengeluarkan batu di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke

sistem kalises ginjal melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih

dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

Page 13: Nephrolithiasis_dhiney ^^

b. Uretero atau Uretero-renoskopi

Yaitu memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat kedaan ureter atau sistem

pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun

sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureterorenoskopi.

4. Bedah Terbuka

Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan

endourologi, laparaskopi maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui

pembedahan terbuka. Pembedahan itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk

mengambil batu pada saluran ginjal. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi

karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan telah terjadi pionefrosis, korteksnya sudah sangat

tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang

menahun

II. 7. Pencegahan Nefrolithiasis

Tindakan selanjutnya yang tidak kalah penting setelah pengeluaran batu adalah upaya

menghindari timbulnya kekambuhan. Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas

kandungan unsur yang menyusun batu yang diperoleh dari analisis batu (Palmer P.E.S., 1995).

Pada umumnya pencegahan itu berupa (Purnomo B., 2003):

Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak 2-

3 L/hari

Aktivitas harian yang cukup

Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu

Jenis Batu Faktor predisposisi Pengobatan pencegahan

untuk mencapai pH

kemih ynag dibutuhkan

  Kemih asam ( pH < 6 ) Kemih basa ( pH > 6 )

Kalsium oksalat Hiperkalsiuria Sayuran, susu, buah

Page 14: Nephrolithiasis_dhiney ^^

Kristal asam urat

Kemoterapi gout

( kecuali plum, plum

kering, cranberry )

Natrium bikarbonat atau

sitrat

Triple fosfat

Kalsium fosfat

Kemih basa

Infeksi saluran kemih

Hiperkalsiuria, imobilitas

lama

Kemih asam

Daging, roti, makanan

berprotein, jus cranberry,

plum, plum kering

Mandelanin

II. 8. Prognosis Nefrolithiasis

Prognosis batu pada saluran kemih, dan ginjal khususnya tergantung dari faktor-faktor ukuran

batu, letak batu, adanya infeksi serta adanya obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin

jelek prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah

terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi

akan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal, sehingga prognosis menjadi jelek (Purnomo

B., 2003).

II. 9. Komplikasi Nefrolithiasis

Obstruksi ureter dapat menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis. Batu di pielum dapat

menimbulkan hidronefrosis, batu di kaliks mayor dapat menimbulkan kaliekstasis pada kaliks

yang bersangkutan. Jika disertai dengan infeksi sekunder, dapat menimbulkan pionefrosis,

urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, ataupun pielonefritis. Pada keadaan lanjut, dapat terjadi

kerusakan ginjal, dan jika mengenai kedua sisi dapat mengakibatkan gagal ginjal permanen

(Ismadi M., 1976).

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: Nephrolithiasis_dhiney ^^

1. Ashadi T., 1998, Manfaat Diagnosa Radiografi pada Batu Saluran Kemih, 24 (8), hal ; 544

– 9, Medika

2. Ismadi M., 1976, Penelitian Tentang Urolithiasis Pada Perhatian Dengan Sifat Biokimiawi

Air Kencing, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

3. Palmer P.E.S., 1995, Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum, Penerbit EGC, Jakarta.

4. Price S. A., Wilson L. M., 1995. Batu Ginjal dan Saluran Kemih dalam Patofisiologi, konsep

klinis proses-proses penyakit, ed 4, hal ; 797 – 8, EGC, Jakarta

5. Purnomo B., 2003, Batu Ginjal dan Ureter dalam Dasar-Dasar Urologi, hal ; 57 – 68, Sagung

Seto, Yogyakarta

6. Raharjo J. P., 1996, Batu Saluran Kencing dalam Ilmu Penyakit Dalam, ed 3, hal ; 337 – 40,

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

7. Sabiston C. D. Jr, MD., 1997, Batu Ginjal dan Ureter dalam Buku Ajar Bedah 2, hal ; 472 –

3, EGC, Jakarta