Neng_Fn1

download Neng_Fn1

of 6

description

about sanitasi

Transcript of Neng_Fn1

Neneng_Fn.1 Senin, 25 Mei 2015

1. Bersama Pak Rahadi @Kongsi

A. Uraian

Senin pagi menjelang siang, cuaca yang cerah dan bersahabat dengan alam, Saya, Eha dan Umar menelusuri jalan setapak di pematang sawah menuju Dusun Kongsi, Bumirejo, tempat di mana Ahmad Nasihin dan Hasan menetap. Di sana, telah ada Pak Rahadi, Bu Farida, Mbak Ida, Azka dan Isom yang telah lama menunggu. Tepat pukul 11.00 sampailah Saya, Eha dan Umar di Kongsi, dengan nafas yang masih tersengal kami pun bersalam, meraih satu-satu tangan mereka lalu menjabatnya. Kami pun mulai mengambil posisi duduk. Kami bertiga datang terlambat, karena perjalanan yang ditempuh cukup jauh dengan berjalan kaki. Kemudian, dengan seksama kami pun mengikuti forum yang tengah berjalan. Pak Rahadi mempersilakan kami; Saya, Eha, Umar, Ahmad Nasihin dan Hasan, untuk memperkenalkan masing-masing diri kami. Disusul Pak Rahadi yang juga turut memperkenalkan diri. Beliau selaku sekretaris LPTP yang sudah hampir 19 tahun setia bersama LPTP. Kali pertamanya saya bertemu dengan beliau. Wajah yang tegas namun garis senyumnya selalu mengembang dan terurai. Awalnya sedikit Beberapa saat kemudian, satu-satu dari kami diminta bercerita dan mempresentasikan temuan-temuan yang didapat selama kurang lebih dua minggu di tempat di mana kami tinggal, berkenaan dengan masing-masing pembagian sector yang telah disepakati bersama. Ketika datang giliran saya untuk presentasi, saya pun sedikitnya banyaknya menceritakan pengalaman- pengalaman dan hasil temuan yang saya dapat selama di Dusun Jambean, Kalibeber. Saya bercerita dari mulai perkenalan saya dengan Masyarakat Jambean sampai pengalaman keterlibatan langsung saya dengan aktivitas-aktivitas atau kegiatan yang ada di lapisan warga masyarakat Jambean. Data temuan saya dari hasil observasi maupun keterlibatan bersama warga belum cukup memuaskan sebab belum begitu mendalam dalam penggalian data yang benar-beanar mengarah pada focus dan tujuan penelitian.Dirasa wajar saja, sebab selama dua minggu kemaren terus terang saya memang belum bisa mengangkat tema untuk dijadikan bahan tulisan sebagai laporan PIT (Praktik Islamologi Terapan). Lagipula, menurut saya waktu dua minggu ini memang waktu yang diperlukan untuk terlebih dahulu bisa dan membiasakan diri beradaptasi dengan lingkungan sekitar, baik dengan tradisi warga Jambean, warna bahasa dan idiomnya, juga beradaptasi dengan hawa dingin yang kerap kali membuat badan gigil kala malam, dan tak pernah tidak untuk memakai jaket, kaoskaki, sarung tangan, shall dan mantel setiap hendak tidur.Di sini, terus terang ketika mendapatkan arahan dari Pak Rahadi, pikiran saya mulai terbuka. Ke mana arah hendak dituju pun mulai jelas. Apa yang hendak dijadikan tema pun mulai bisa diraba. Akhirnya saya pun mulai bisa menemukan tema besar untuk bahan tulisan laporan PIT. Kemudian, saya presentasikan dihadapan Pak Rahadi, Pak Zam, Bu Farida, dan kawan-kawan.

B. Refleksi

Setelah saya presentasikan rumusan masalah dari ide dan gagasan yang saya tuangkan dalam kertas pleno, yang nantinya hendak saya tinjau di lapangan, Pak Rahadi pun mengoreksi serta memberi masukan yang begitu bermanfaat. Beliau mengatakan, sebelum meneliti, hendaknya kita bisa menemukan dan menentukan Key of Riset (Kerangka Penelitian). Beliau membekali kami metodhe/langkah-langkah sebelum kami ke lapangan, yaitu menyusun daftar pertanyaan; baik pertanyaan utama atau pertanyaan turunan. Tentu, tak lupa sebelumnya kita tentukan tema terlebih dahulu dan alasan ketertarikan memilih tema tersebut. Pak Rahadi juga memberikan pembekalan tentang model analisis dan contoh pendekatan yang menggunakan etnografi, berikut beserta tahapan-tahapannya.Seperti yang pernah diungkapkan Spardley, dalam bukunya Metode Etnografi (1999), ada 5 prinsip atau tahapan penelitian menggunakan pendekatan etnografi; 1) Peneliti dianjurkan hanya menggunakan satu tekhnik pengumpulan data, 2) Mengenal langkah-langkah pokok dalam tekhnik tersebut, 3) Setiap langkah pokok dijalankan secara berurutan, 4) Praktik dan latihan harus sering dilakukan, 5) Memberikan problem solving sebagai tanggung jawab sosialnya.

C. Pertanyaan Lanjutan

1. Apakah sesuai dan akan berjalan efektif bila saya melakukan penelitian dengan tema yang telah saya tentukan di Jambean ini dengan pendekatan etnografi? 2. Apa lagi menurut Pak Rahadi pendekatan yang bisa saya terapkan dalam penelitian ini? 3. Kapan akan ada pertemuan kembali?4. Apakah bisa diadakan pertemuan seminggu sekali untuk evaluasi?

2. Workshop Database di Balai Desa Bumirejo

A. Uraian

Sekitar pukul 15.00 kami mengikuti Pelatihan Database di Balai Desa Bumirejo, Kec. Mojotengah, Kab. Wonosobo. Di sana, seluruh perangkat Desa Bumirejo dengan difasilitatori oleh Mbak Hanna dan Mbak Sri, diberikan workshop atau pelatihan membuat serta mengelola database. Fungsi dari database ini sendiri bagi warga adalah untuk mengetahui perkembangan penduduk. Dari mulai mendata kelahiran, kematian, atau warga yang bertransmigrasi, pasti didata. Kurang lebih semacam Sensus Penduduk.

B. Refleksi

Pelatihan Pembuatan Database yang berlangsung di Bumirejo, perlu dan penting kita pelajari. Untuk pembuatan peta secara demografi Warga Dusun Jambean, berkenaan dengan tugas penelitian/PIT saya ini. Mengapa? Sebab, akan lebih memudahkan audiens ketika membaca catatan laporan kita. Lagipula, dengan adanya peta penduduk Dusun Jambean nanti, akan lebih mudah diuji kevalidan datanya. Sebab, nanti di peta tersebut akan saya gambarkan di titik mana saja drum-drum sampah berada, kemudian akan dilakukan pengamatan; mana yang belum dan yang sudah memilah sampah? Ketika sudah dilakukan observasi, langkah selanjutnya menganilisis, lalu bersama masyarakat mencari solusi.

C. Pertanyaan Lanjutan

1. Apa saja point-point yang harus kita kuasai dalam pembuatan Database?2. Apakah workshop database di Desa Bumirejo bisa saya duplikasikan dan diaplikasikan untuk pembuatan peta sosial masyarakat di Jambean?3. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk pelatihan Database ini?4. Apa saja kesulitan yang dihadapi ketika menyusun kerangka Database?5. Apa saja keuntungan bagi suatu desa/dusun dengan adanya Database?

3. Diskusi Malam di Balai Mpok Darsih

A. Uraian

Selesai mengikuti pelatihan database di Balai Desa Bumirejo, pukul 17.00 kami menuju Balai Mpok Darsih, yang saat itu sudah ada Pak Rahadi yang terlihat tengah memberikan pembekalan kepada teman-teman MTS (Madrasah Tengah Sawah). Selesai itu, bada maghrib, Saya, Umar, Eha, Ahmad Nasihin dan Hasan diberikan forum diskusi kembali oleh Pak Rahadi. Yang pada saat itu ada juga Pak Zam dan Mbak Ida. Bu Farida, Azka, Isom pun turut serta. Tak ketinggalan pula teman-teman MTS dari yang putra dan putri terlihat begitu ceria. Di forum tersebut, saya pun melontarkan banyak pertanyaan kepada Pak Rahadi, untuk bahan penulisan saya. Dalam forum tersebut, saya mendapatkan informasi yang berlimpah. Pengetahuan saya jadi lebih kaya atas pengalaman-pengalaman dan cerita yang disampaikan Pak Rukhin (38 th), selaku Wakil Ketua Mpok Darsih kepada forum. Beliau bercerita tentang Mpok Darsih. Karena sebelumnya ada pertanyaan dari teman kami yang dari Cirebon, yaitu Isom. Dia bertanya, Bagaimana cara Pak Rukhin dalam mempengaruhi Warga Jambean, khususnya para pemuda dalam naungan MTS (Madrasah Tengah Sawah), seperti Niam, Wisnu, Kharir, Dikha, dkk untuk mau terlibat dalam penanganan sampah dan juga supaya mau memilah sampah? Adakah metodhe/strategi khusus yang dipakai Pak Rukhin atau kawan2? tanya Isom dengan terheran-heran. Pak Rukhin menjawab dengan guyonnya yang renyah, Saya menganut madzhab yang ke-5, selain madzhab Syafii, Hambali, Hanafi, Maliki, ada mazhab yang diajarkan Guru saya, Mbah Sahal, yaitu Bil Manhaj (dengan pendekatan). Sederhana saja dalam menjalani hidup ini kata Pak Rukhin, ga usah macem-macem, yang penting bisa menghormati dirimu sendiri dan bisa menghormati orang tua juga orang lain. Maka dari itu, Pak Rukhin tidak pernah menyuruh apalagi memaksa orang untuk tidak berbuat kemungkaran. Namun, dengan strategi pendekatan yang diterapkan Pak Rukhin dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya kepada para pemuda Jambean, yang mana ada salah satu, dua, tiga atau lebih pemuda yang pernah melakukan perbuatan2 yang dilarang islam, seperti meminum khamr, Tato, dll. Pak Rukhin merangkul mereka, dan bisa mengambil hati mereka, sehingga pemuda-pemuda Jambean mau mengikuti Pak Rukhin dan berhenti melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang agama. Sederhana saja, beliau mengajak pemuda itu untuk mau berfikir. Contoh, meminum khamr memang diharamkan, tapi Pak Rukhin tidak menyinggung soal keharaman khamr tersebut, melainkan mengajak pemuda itu berfikir, bahwasanya, meminum khamr secara medis untuk kesehatan tidak baik, dapat merusak sel-sel saraf otak. Ya, begitulah cara Pak Rukhin dalam berdakwah bil manhaj, yaitu dengan pendekatan.

B. Refleksi

Pak Rukhin dalam melakukan pendekatan kepada pemuda Jambean ini merupakan tindakan yang strategis, sebab dilakukan berangkat dari hati. Salah satu tokoh pemikir era modern yang pernah memperkenalkan pendekatan antropologi filsafati dalam tasawuf adalah Frithjof Schuon. Meminjam istilah beliau tentang konsep spritual anthropology , dalam pandangannya manusia terdiri dari dua unsur asasi yang saling terkait dan melengkapi, sebagai contoh, yaitu pengetahuan dan cinta, kecerdasan dan rasa, akal dan hati. Kedua unsur asasi ini melahirkan unsur ketiga, yaitu kekuatan.Tiga unsur ini kemudian oleh Schuon dianggap sebagai inti dari hakikat manusia. Membaca pandangan Schuon, dalam melihat manusia dari sisi spritualnya, saya pun berpresepsi bahwa seburuk apapun sifat manusia, karena awalnya dia terlahir fitrah maka akan kembali pada nilai-nilai kebaikan. Habis gelap, terbitlah terang. Tak mungkin selamanya manusia diambang kegelapan, mestilah ia akan merindukan jalan kebenaran. Menurut saya, cara yang diterapkan Pak Rukhin kepada pemuda Masyarakat Jambean dengan kebaikan dan kelembutan itulah yang akhirnya menjadi suatu energi atau kekuatan yang mampu menarik hati pemuda Jambean.

C. Pertanyaan Lanjutan

1. Mengapa pemuda Jambean yang bergabung dalam MTS (Madrasah Tengah Sawah) mau mengelola sampah rumah tangga?2. Bagaimana kesulitan yang dihadapi anggota Mpok Darsih dalam menangani sampah rumah tangga?3. Apa saja bentuk-bentuk perilaku Masyarakat Jambean dalam menangani sampah?4. Bagaimana perilaku warga sebelum dan sesudah didirikannya Mpok Darsih?