Negara Republik Islam Iran
Transcript of Negara Republik Islam Iran
L A P O R A N KUNJUNGAN DELEGASI KOMISI I DPR-RI KE REPUBLIK ISLAM IRAN
TANGGAL 24 - 27 JULI 2006
I. PENDAHULUAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI ke Republik Islam Iran
dilaksanakan dari tanggal 24 – 27 Juli 2006. Disamping melaksanakan
kunjungan tersebut, sekembalinya dari Republik Islam Iran juga
mengadakan kunjungan ke KBRI dan Konjen Uni Emirat Arab. Komisi I
DPR RI yang membawahi bidang tugas Pertahanan, Intelijen, Luar
Negeri dan Komunikasi, dalam kunjungan tersebut melaksanakan fungsi
pengawasan (controlling) terhadap Kantor-Kantor Perwakilan RI di
Republik Islam Iran dan Uni Emirat Arab baik itu KBRI ataupun Konsulat
Jenderal RI dan melakukan pertemuan dengan Komisi I bidang
Kerjasama Luar Negeri dan Pertahanan, Islamic Consultative Assembly
(ICA), Menteri dan Wakil Menteri Pertahanan Iran, Dirjen wilayah Asia
Pasific, Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran, Kunjungan ke
Industri Pertahanan, Teheran, Iran serta hal-hal lain yang berkaitan
dengan bidang tugas dari Komisi I DPR RI.
B. Dasar Kunjungan
Kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI ke Iran dan Uni Emirat Arab dilaksanakan atas dasar Surat Keputusan Pimpinan DPR RI No : 44A/PIMP/IV/2005 – 2006, tanggal 21 Juli 2006.
Berdasarkan Surat Keputusan Pimpinan DPR-RI tersebut, maka susunan dan kedudukan Delegasi Komisi I DPR RI ke Iran adalah sebagai berikut :
1. Yth. Soetadji, MM F-PD Ketua Delegasi2. Yth. Drs. Hajriyanto Y. Thohari, MA F-PG Anggota Delegasi.3. Yth. Marcus Silano, S.IP F-PD Anggota Delegasi.4. Yth. Drs. Djoko Susilo, MA F-PAN Anggota Delegasi.5. Yth. A. Effendy Choirie, M.Ag, MH F-PKB Anggota Delegasi.6. Sdr. Sujadi - Sekretaris Delegasi
C. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan kunjungan adalah :
1. Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan terhadap Kantor
Perwakilan RI di luar negeri
2. Menjalin kerjasama antara Komisi I DPR RI dengan Komisi Luar
Negeri dan Pertahanan Negara-negara Sahabat
3. Meningkatkan hubungan dan kerjasama bilateral antara Indonesia dan
Iran khususnya antara DPR-RI dengan Parlemen Iran.
4. Mempererat tali persahabatan serta saling meningkatkan
hubungan kerjasama yang saling menguntungkan khususnya dibidang
politik, ekonomi, perdagangan dan kebudayaan.
5. Bertukar pandangan dan pengalaman terutama yang berkaitan
dengan keparlemenan, Konstitusi, Pemilihan Umum, Pemilihan
Presiden dan Sistem Pemerintahan.
II. PERSIAPAN DELEGASIDalam rangka persiapan pelaksanaan kunjungan, Tim telah
melakukan persiapan-persiapan materi yang berdasarkan pada topik agenda
yang telah ditetapkan antara lain :
A. Mengadakan Rapat Tim Delegasi untuk membahas dan mempersiapkan
berbagai hal baik yang berhubungan dengan bidang tugas dari Komisi I
DPR RI maupun teknis perjalanan delegasi.
B. Mengadakan diskusi dan meminta masukan-masukan dari beberapa
instansi terkait, dalam hal ini Departemen Luar RI.
C. Mengundang pihak Embassy of the Republic of the Islamic of Iran, dalam
hal ini diwakili oleh First Secretary/Political Section Kedutaan Besar Iran,
di Jakarta, untuk dapat memberikan informasi mengenai kondisi saat ini di
Iran dan di kawasan sekitarnya.
D. Berkoordinasi dengan pihak KBRI di Teheran, Iran dan KBRI di Uni Emirat
Arab dalam mempersiapkan kunjungan delegasi Komisi I DPR RI
tersebut.
III. SEKILAS TENTANG REPUBLIK ISLAM IRAN DAN UNI EMIRAT ARAB
A. Republik Islam Iran
Nama resmi Negara Iran adalah Islamic of Iran (Jomhori-e Islami-e
Iran), dengan ibukota di Teheran. Berdiri pada tahun 1 April 1979, Hari
Nasionalnya tanggal 10 Februari (Hari Revolusi Islam Iran Tahun 1979), 2
dengan Lagu Kebangsaan Sorud-e Melli-e Iran. Kepala Negara/Pemimpin
Tertinggi Agama Supreme Leader Ayatollah Seyed Ali Khamenei dengan
Kepala Presiden Mahmoud Ahmadinejad (2005-2009)
Luas wilayah 1.648.195 Km², sebagian besar pegunungan/dataran
tinggi Teheran terletak pada ketinggian 1100 – 1700 m, dengan koordinat
geografis 25º - 40º LU dan 44º - 46º BT. Jumlah penduduk 68.017.860
(perkiraan bulan Juli 2005) dengan pertumbuhan 0,86%. Etnis/suku terdiri
dari Persia 51 %, Azeri 24%, Kurdi 7%, Mazandarani 8% dan 10% Etnis
lainnya.
B. Uni Emirat Arab (UEA)
United Arab Emirates atau Al Imaarat Al’Arabiyah Al Muttahidah
atau Persatuan Emirat Arab beribukota di Abu Dhabi. Merdeka pada
tahun 1971 dengan Hari Nasionalnya tanggal 2 Desember dan Lagu
Kebangsaan Tahiyyatul ‘Alam. Kepala Negara Presiden Sheikh Khalifa
bin Zayed Al Nahyan (Emir Abu Dhabi) dan Kepala Pemerintahan Sheikh
Mohammed bin Rashid Al Maktoum (PM/Wapres/Emir Dubai)
Luas wilayah 83.600 Km², terletak di 22º50 - 26º LU dan 51º -
56º25 BT. Jumlah penduduk 4,3 Juta (Tahun 2004).
IV. JADWAL ACARA A. Senin, 24 Juli 2006 :
09.15 : - Kedatangan Delegasi Komisi I DPR RI di Bandara Internasional Ayatollah Khomeini, Teheran, Iran dan langsung menuju Hotel Laleh
13.00 – 14.00 : - Pertemuan dengan Komisi I bidang Luar Negeri dan Pertahanan, Islamic Consultative Assembly (Parlemen- ICA)) Iran, di Gedung Parlemen Iran
14.15 : - Makan Siang di undang oleh Ketua Komisi I Hubungan Kerjasama Luar Negeri Majelis Islam Iran (ICA), H.E. Dr. Boroujerbi
17.00 – 18.00 : - Pertemuan dengan Duta Besar RI di Teheran, Iran beserta Staf, bertempat di KBRI Teheran, Iran.
19.30 : - Jamuan Makan Malam dengan Duta Besar RI beserta Staf dan masyarakat Indonesia bertempat di kediaman Duta Besar RI di Teheran, Iran.
3
2. Selasa, 25 Juli 2006
10.00 : - Pertemuan dengan Direktur Jenderal wilayah Asia Pasific, Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran, Mr. Nematollah Izadi.
13.00 : - Makan Siang bersama Duta Besar RI di Teheran, Iran
19.00 : - Menghadiri Jamuan Makan Malam bersama rombongan Keseninan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dan anggota Komisi X DPR RI , Hotel Laleh
3. Rabu, 26 Juli 2006
09.00 : - Pertemuan dengan Dirjen Industri Pertahanan Kementerian Pertahanan Republik Islam Iran
10.00 – 13.00 : - Kunjungan ke Industri Pertahanan, Teheran, Iran
13.30 : - Makan Siang, Swiss Restauran
16.00 : - Kembali ke Hotel
19.30 – 21.30 : - Jamuan Makan Malam di Wisma Kedubes RI, Undangan dari Attache Pertahanan Indonesia
4. Kamis, 27 Juli 2006
08.00 : - Berangkat menuju Internasional Komeini Airport
10.30 : - Take off menuju Dubai, Persatuan Emirat Arab
13.00 : - Tiba di Bandara Internasional Dubai
14.00 : - Makan Siang di Golden Fork
15.00 : - Menuju Hotel dan Istirahat
16.55 : - Delegasi Menuju KJRI
17.00 : - Pertemuan Delegasi Komisi I DPR RI dengan Konsulat Jenderal RI dan Staff
19.30 : - Sholat Maghrib bersama di kantor Konjen RI
19.45 – 22.00 : - Makan Malam bersama Konsul Jenderal RI dan Staf
22.00 : - Kembali ke Hotel dan Istirahat
5. Jum’at, 28 Juli 2006
09.00 – 11.30 : - Kunjungan ke Sharjah dan Dubai
12.00 : - Sholat Jum’at
13.30 : - Makan Siang undangan dari Konsul Jenderal dilanjutkan menuju ke Beach Combers
20.00 : - Kembali ke Hotel dan Istirahat
4
5. Sabtu, 29 Juli 2006
09.00 : - Delegasi berangkat menuju Abu Dhabi
11.00 : - Tiba di Abu Dhabi
11.00 – 14.00 : - Pertemuan Delegasi Komisi I DPR RI dengan Dubes RI di Abu Dhabi
19.30 – 23.00 : - Pertemuan dengan Dubes RI dan Masyarakat Indonesia di Abu Dhabi
23.00 : - Menuju Bandara Internasional Dubai
6. Minggu, 30 Juli 2006
01.30 : - Delegasi tiba di Bandara Internasional Dubai
03.30 : - Take off menuju Jakarta
V. PERTEMUAN DENGAN KBRI TEHERAN DAN KBRI UNI EMIRAT ARAB
A. Pertemuan Dubes dan Staf KBRI di Teheran, Iran dan Uni Emirat Arab
1. Pertemuan dengan Dubes dan Staf KBRI Teheran
a. Anggaran
1) DIPA Anggaran KBRI Teheran Tahun Anggaran 2006 tercatat
sebesar Rp. 14.111.298.000,- atau sekitar US$ 1,425,383,-
yang terdiri dari Belanja Pegawai sebesar Rp. 7.733.283.00
(55%) dan belanja barang sebesar Rp. 6.378.015.000,- (45%).
Dengan demikian Anggaran per Triwulan diperkirakan sekitar
Rp. 3.527.824.500,- (25%) atau sekitar US$ 356,345,-. Realisasi
anggaran KBRI Teheran untuk Triwulan I tahun 2006 telah
terealisasi sebesar US$ 317,007,63 untuk membiayai kegiatan-
kegiatan yang telah diprogram sebelumnya.
2) Berhubung karena KBRI Teheran sejak awal tahun 2006 telah
dimekarkan dengan tambahan dua Negara yaitu Azerbaijan dan
Turkmenistan, maka KBRI Teheran mengusulkan tambahan
anggaran untuk tahun 2007 menjadi sekitar US$ 6,715,518,00.
anggaran itu terbagi menjadi Administrasi Umum US$
24,446,948,- Penyelenggaraan hubungan diplomatic dibidang
sosial budaya dan penerangan luar negeri sebesar US$
36,692,961,- dimana terjadi peningkatan yang signifikan dalam
usul anggaran yang disampaikan, di samping karena
pemekaran Negara akreditasi, juga karena terdapatnya
5
sejumlah MoU antara Iran -Indonesia yang akan mulai
dilaksanakan tahun 2007 yang akan datang.
3) Usulan APBN/ABT T.A 2006, KBRI Teheran mencakup :
a) Belanja pegawai staf lokalb) Rrenovasi gedung kantorc) Penggantian kendaraan dinas.
Mengingat selama 5 (lima) tahun terakhir anggaran KBRI
Teheran relative tidak mengalami peningkatan, sedangkan
angka inflasi di Iran relative tinggi yaitu sekitar 15% setiap
tahun. Akibatnya, “purchasing power” dari DIPA KBRI Teheran
mengalami penurunan setiap tahun sedangkan banyak sekali
kegiatan yang bersifat perintisan yang harus dilakukan.
b.Umum
1) Upaya yang telah dilakukan oleh KBRI – Teheran untuk
membantu peningkatan peran Indonesia dalam perdamaian
Timur Tengah, antara lain sebagai berikut:
a) Meningkatkan kerjasama Indonesia-Iran dalam organisasi-
organisasi multilateral (PBB, OKI, GNB, G-15, D-8 dan lain-
lain) dalam memperjuangkan kepentingan rakyat Palestina
dan memperjuangkan perdamaian Israel- Palestina atas
dasar Resolusi DK PBB;
b) Meningkatkan interaksi KBRI-Teheran dengan pihak
Perwakilan–perwakilan Asing lainnya di Iran, khususnya
dengan Negara-negara anggota OKI, GNB dan D-8;
c) Mengembangkan komunikasi yang intensif dan hubungan
baik dengan berbagai pihak seperti pejabat pemerintah,
parlemen, akademisi, media massa, organisasi/lembaga non
pemerintah di Iran;
d) Menghadiri seminar/konferensi tentang Palestina.
2) KBRI Teheran sesuai dengan misinya sebagai perwakilan
bilateral juga melakukan kegiatan sebagai berikut :
a) Penyiapan dan pembuatan berbagai persetujuan,
memorandum of understanding maupun arrangement antara
Indonesia dan Iran;
b) Penyebarluasan informasi mengenai perkembangan dalam
negeri di Indonesia ke berbagai forum melalui berbagai
program dan kegiatan;
6
c) Mensosialisasikan pandangan-pandangan Indonesia ke
masyarakat Iran melalui Press Release, Bulletin KBRI dan
diplomasi public;
d) Melakukan komunikasi secara kontinyu dengan Kemlu dan
Kementerian terkait lainnya di Iran.
3) Kegiatan yang telah dilakukan oleh Perwakilan RI sehubungan
dengan pengembangan nuklir di Iran adalah menyampaikan
sikap resmi Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Iran dan
kalangan diplomat di Teheran tentang Program nuklir Iran yang
intinya sebagai berikut :
a) Pemerintah RI mengakui hak sah bangsa Iran dalam
memiliki akses terhadap teknologi nuklir untuk kepentingan
damai;
b) Mengharapkan agar masalah nuklir Iran diselesaikan melalui
dialog dan diplomasi dalam kerangka IAEA dan tidak
tergesa-gesa membawa masalah tersebut ke DK-PBB;
c) Mendorong agar Iran meningkatkan kepercayaan
masyarakat internasional (confidence building) dengan tetap
menjalin kerjasama dengan IAEA dan mematuhi ketentuan-
ketentuan NPT serta Protokol Tambahan yang telah
ditandatangani oleh Iran.
4) Sikap Pemerintah RI tersebut ditindak lanjuti oleh Dubes RI
sebagai berikut :
a) Wawancara melalui Televisi Iran (IRIB) berkaitan dengan
program Nuklir Iran dan pandangan resmi Indonesia
mengenai hal tersebut serta menyampaikan perkembangan
positif hubungan bilateral Indonesia-Iran;
b) Melaporkan secara regular pandangan dan sikap
Pemerintah Iran mengenai proyek nuklirnya ke Deplu
Jakarta sebagai bahan masukan bagi pengambilan
keputusan para pimpinan di Pusat;
c) Membahas dan melakukan tukar pandangan tentang
masalah nuklir Iran dalam forum yang lebih luas seperti
Asian Ambassador, para Dubes Negara-negara OKI
termasuk dengan Sekjen PUOICM di Teheran dan D-8;
d) Mengikuti berbagai briefing yang disampaikan oleh Dubes
Negara-negara P5+1 maupun oleh Menlu Iran dan Pejabat
Tinggi lainnya, serta melaporkannya kepada Pemerintah
Pusat;
7
e) Menugaskan staf KBRI untuk melakukan berbagai
pertemuan koordinasi dengan pejabat setingkat di berbagai
Kementerian;
f) Mendorong dilakukannya berbagai kunjungan oleh Pejabat
RI ke Iran maupun sebaliknya.
5) Gagasan yang dilakukan oleh KBRI Teheran dengan posisi
Indonesia sebagai Negara anggota OKI dalam mencari solusi
terhadap permasalahan yang sedang dihadapi Iran dalam forum
internasional, adalah sebagai berikut :
a) Menjalin hubungan intensif dengan Sekjen Parliamentary
Union of OIC Member Countries (PUOICM) yang
berkedudukan di Teheran (H.E. Mr. Ibrahim Auf) untuk
mendiskusikan masalah nuklir Iran dan jalan keluar yang
mungkin bisa ditempuh oleh OKI;
b) Menghadiri semua kegiatan yang diselenggarakan oleh OKI
di Teheran atau di Negara akreditasi KBRI Teheran lainnya
baik tingkat SOM maupun tingkat Menteri serta
menyampaikan posisi Indonesia;
c) Menghadiri semua briefing maupun rapat yang dilakukan
oleh Kemlu Iran (sangat sering dilakukan) dengan Negara-
negara anggota OKI tentang program Nuklir Iran dan
melaporkan hasil pertemuan tersebut ke Pimpinan Deplu di
Jakarta sebagai bahan masukan;
d) Meningkatkan solidaritas Negara-negara anggota OKI di
Teheran dengan penyelenggaraan Friendly Lunch/Dinner
dengan mereka oleh Dubes.
6) Program-program KBRI Teheran seperti tertuang dalam
Rencana Strategis dan RKT KBRI-Teheran mencakup :
a) Meningkatkan hubungan kerjasama bilateral di segala
bidang di Negara akreditasi
b) Meningkatkan citra Indonesia yang positif di Negara
akreditasi;
c) Meningkatkan arus investasi, perdagangan, dan wisatawan
ke Indonesia;
d) Meningkatkan pelayanan, perlindungan dan pembinaan
kepada Warga Negara dan Badan Hukum Indonesia di
wilayah akreditasi
7) Dalam melaksanakan program-program tersebut diatas, KBRI
Teheran telah melakukan hal-hal sebagai berikut :
8
a) Meningkatkan hubungan kerjasama bilateral di segala
bidang di negara akreditasi KBRI, seperti :
(1) Menfasilitasi pertemuan Menlu RI dengan para pejabat-
pejabat penting Iran (Presiden, Menlu dan Sekjen Dewan
Keamanan Nasional Iran) pada Januari 2006;
(2) Menfasilitasi pertemuan Ketua DPR RI dan rombongan
dengan pejabat-pejabat penting Iran (Presiden, Ketua
Parlemen, Rektor Universitas Teheran), pada
kesempatan mana Ketua DPR RI menyatakan dukungan
rakyat Indonesia terhadap program nuklir Iran untuk
keperluan damai;
(3) Mengkoordinasikan kunjungan delegasi Wapres Iran
Espandyar Rahem Mushaei ke Indonesia, 9-11 Pebruari
2006;
(4) Menfasilitasi dan menjadi anngota delegasi RI pada
siding IORARC (Indian Ocean Rim Association for
Regional Cooperation) di Teheran, 18-22 Februari 2006
(5) Mengkoordinasikan kunjungan delegasi Menlu Iran,
Manouchehr Mottaki ke Jakarta, 23-27 Februari 2006.
(6) Menfasilitasi dan menjadi anggota Delri pada pertemuan
Komisioner Developing Eight (D-8) di Teheran, 13-14
Maret 2006;
(7) Menfasilitasi kunjungan Utusan Khusus Presiden RI,
Bapak Ali Alatas, SH ke Iran dan mengadakan
pertemuan dengan Presiden Iran di Mashad, 11 April
2006;
(8) Mengkoordinasikan kunjungan Tim Komisi I DPR RI ke
Parlemen Iran, Menlu Iran dan Menhan Iran serta
peninjauan ke industri Pertahanan Iran;
(9) Mendukung kegiatan diplomasi budaya dan seni dari
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata yang dipimpin
Sekjen Depbudpar RI.
b) Selain itu KBRI di Teheran, Iran melakukan kegiatan dalam
rangka meningkatkan citra positif Indonesia di Negara
akreditasi, antara lain :
(1) Penyelenggaraan pameran, promosi budaya dan
partisipasi dalam kegiatan-kegiatan budaya yang
dilakukan oleh Iran;
(2) Penyebar luasan leaflets, brosur maupun bulletin tentang
9
Indonesia, termasuk Buletin KBRI Teheran;
(3) Pembuatan press release dan buletin oleh KBRI Teheran;
(4) Pengiriman “press release” KBRI Teheran mengenai
keadaan dan pandangan Indonesia mengenai berbagai
hal ke barbagai media informasi Iran.
8) Dalam rangka meningkatkan arus investasi, perdagangan dan
wisatawan dari Iran ke Indonesia dilakukan antara lain :
a) Berpartisipasi dalam D-8 Trade Exhibition yang berlangsung
di Kish Island pada tanggal 11 – 16 Februari 2006
b) Berpartisipasi dalam Pameran Industri Bahan Makanan yang
berlangsung di Teheran pada tanggal 28 – 31 Mei 2006
c) Memfasilitasi pertemuan pengusaha Indonesia terutama
Pertamina dan El Nusa dalam rangka kerjasama di bidang
energi
9) Pada hakekatnya KBRI – Teheran tidak terlalu mengalami
persoalan TKI karena adanya ketentuan Ketenagakerjaan Iran
yang cukup ketat terhadap tenaga kerja asing. Tenaga kerja
Indonesia yang tercatat berjumlah sekitar 135 orang yang
meliputi tenaga-tenaga kerja professional dari PT DI bekerja di
industri penerbangan di Iran, offshore drilling, Nokia, Siemens,
Schlumberger serta sejumlah pekerja di sector rumah tangga.
KBRI telah menangani sejumlah kasus yang menimpa tenaga
kerja wanita Indonesia yang bekerja di sektor rumah tangga
pada umumnya bekerja secara illegal dan dibawa oleh
majikannya yang pindah ke Iran atau dikirim oleh PJTKI dengan
cara ilegal. Mereka kemudian menghadapi persoalan dengan
majikan (gaji tidak dibayar, dll) atau majikan tidak bertanggung
jawab atas penyelesaian “overstay” yang bersangkutan.
Sekarang ini sedang ada 2 (dua) TKW bermasalah yang
melapor ke KBRI- Teheran dan dalam proses penyelesaian
kembali ke Indonesia.
10)Strategi KBRI Teheran dalam menindaklanjuti hasil-hasil
kunjungan kenegaraan dimaksud adalah sebagai berikut:
a) Mengintensifkan pertemuan dengan Kementerian Luar
Negeri Iran untuk me-review perkembangan pelaksanaan
kesepakatan tersebut.
b) Penyelenggaraan sesegera mungkin Senior Official Meeting
(SOM) untuk masing-masing bidang kerjasama
10
c) Penyelenggaraan technical consultation;
d) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di Iran
sekaligus merancang cakupan kerjasama di bidang-bidang
tersebut.
2. Pertemuan dengan Dubes dan Staf KBRI di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab
a. Anggaran
Realisasi DIPA KBRI Abu Dhabi Tahun Anggaran 2006 untuk
triwulan I terdiri dari untuk Belanja Pegawai terealisasi
Rp. 1.847.763.001,- (24%) dengan jumlah saldo Rp. 5.846.196.999,-
(76%), sedangkan untuk Belanja Non-Pegawai terealisasi Rp.
1.055.278.245 (14%) , jumlah saldo Rp. 6.354.602.755,- (86%).
Pelaksanaan kegiatan pada Triwulan I nampak tidak mengalami
hambatan meskipun transfer Remise Anggaran yang diterima pada
bulan Februari 2006 pada periode tersebut sedikit mengalami
keterlambatan, sementara beberapa kegiatan yang sudah
dijadwalkan sudah harus dilaksanakan sejak awal Tahun Anggaran,
Januari 2006.
Untuk mengatasi hal tersebut, KBRI terpaksa menggunakan Kas
Besi setelah memperoleh ijin dari Pusat (Deplu RI/Depkeu RI). Untuk
itu, diharapkan agar tranfer anggaran sesuai dengan Jadwal
Anggaran, setidak-tidaknya pada bulan pertama setiap Triwulan
Anggaran. Hal tersebut dimaksudkan agar program kegiatan KBRI
tidak terganggu dan dapat berjalan sesuai dengan rencana.
Untuk RKA-KL (Rencana Kerja dan Anggaran –
Kementerian/Lembaga) Tahun 2007, KBRI telah mengusulkan
Anggaran untuk T.A. 2007 sebesar Rp. 25.760.574.400,-. Secara
garis besar anggara tersebut digunakan, antara lain untuk :
1) Meneruskan usaha-usaha untuk memperoleh dukungan dari
Pemerintah Uni Emirat Arab (PEA) terhadap
Kedaulatan/Keutuhan NKRI dan dukungan PEA atas pencalonan
Pemerintah RI dalam berbagai Organisasi/Badan Internasional ;
2) Melanjutkan pendekatan agar investor PEA dapat berkunjung dan
menanamkan modalnya di Indonesia ;
3) Terus menggalang atas keikutsertaan perusahaan Indonesia
dalam Pameran Dagang dan investasi di PEA ;
11
4) Terus meningkatkan kontak bisnis antara pengusaha Indonesia
dengan pengusaha PEA di bidang perdagangan, perminyakan,
gas, infrastuktur dan konstruksi bangunan ;
5) Tetap mengusahakan agar perusahaan PEA dapat mengunjungi
Pameran Dagang Internasional yang diselenggarakan di
Indonesia ;
6) Terus melanjutkan usaha promosi budaya dan pariwisata
Indonesia di PEA dengan mengikuti pagelaran kesenian (cultural
performance) di Cultural Foundation, di Abu Dhabi ;
7) Meningkatkan perlindungan bagi TKI.
b. Umum Selain beberapa hal tersebut di atas, upaya yang dilakukan KBRI
Abu Dhabi, PEA dalam meningkatkan peran Indonesia di berbagai
bidang, juga melaksanakan beberapa program yang sedang dan
akan dilaksanakan, yakni :
1) Mendorong para investor PEA untuk melakukan investasi di
Indonesia sesuai kesepakatan yang dibuat dalam MoU antara
Kadin Indonesia dan PEA di bidang infrastruktur, minyak dan gas
serta pariwisata ;
2) Mengadakan kerjasama dengan Lembaga Bantuan Hukum PEA
untuk penanganan masalah WNI untuk TKI di PEA ;
3) Menyewa gedung yang layak , untuk penampungan para
TKI/PLRT yang mencari perlindungan di KBRI.
Sedangkan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan peran
diplomat dalam hubungan diplomasi dengan Pemerintah PEA,
dilakukan kegiatan sebagai berikut :
1) Mengikutsertakan para diplomat dalam setiap pertemuan dengan
para pejabat setempat dan counter-part untuk melakukan lobby
dan dukungan serta mencari inside information ;
2) Mengikutsertakan para diplomat tersebut dalam seminar antara
lain yang diselenggarakan oleh Emirates Center for Strategic and
Research (ESCR) yang merupakan think-tank PEA dan
lokakarya yang dilaksanakan di PEA ;
3) Mengikutsertakan dalam Diplomatic Club (ASEAN, Asia,
Internasional) ;
4) Mengikutsertakan dalam pendidikan Emirates Training for
Diplomatic yang diselenggarakan oleh Zayed Foundation in the
Prime Minister Office ;
12
5) Ikut hadir dalam sidang pengadilan yang berkaitan dengan
penyelesaian perkara TKI/PLRT ;
6) Pembelajaran dan mendorong untuk memasuki kursus bahasa
asing (Inggris, Arab dan bahasa PBB lainnya)
VI. PELAKSANAAN PERTEMUAN RESMI
A. Pertemuan Delegasi Komisi I DPR RI dengan Ketua Komisi I Islamic Consultative Assembly, ICA (Parlemen Iran)
Ketua Komisi I Parlemen Iran, Mr. DR. Boroujerdi, dalam pertemuan ini
menyatakan bahwa Ketua Parlemen Iran, H.E. Gholam Ali Haddad Adel
telah mengirimkan surat kepada para ketua parlemen negara OKI untuk
memboikot Israel, dimana telah melakukan agresi militernya terhadap
negara Lebanon dan Palestina, serta mendesak para anggota Parlemen
OKI untuk memikirkan penyelesaian krisis tersebut.
Selanjutnya, beliau sangat menghargai seandainya DPR RI bersedia
menjadi tuan rumah bagi penyelenggaraan konferensi tentang Palestina
dan Lebanon. Lebih jauh beliau sangat mengharapkan kehadiran Ketua
DPR RI dalam Konferensi Antar-Parlemen yang akan berlangsung di
Teheran, Iran, November 2006.
Ketua Komisi I Parlemen Iran juga menjelaskan mengenai demokrasi
yang berkembang saat ini Parlemen Iran, dimana mempunyai wakil-wakil
dari berbagai kelompok minoritas seperti Yahudi, Kristen dan Zoroaster
dan meskipun dari 299 anggota Parlemen Iran hanya terdapat 12 anggota
Parlemen Perempuan, namun pemilu di Iran tidak menerapkan batasan
jenis kelamin dan bahkan didunia perguruan tinngi 64% adalah kaum
wanita. Hal ini menunjukkan bahwa Iran sangat menghargai kaum wanita
untuk turut berperan dalam memajukan negara melalui dunia pendidikan.
B. Pertemuan Delegasi Komisi I DPR RI dengan Menteri Pertahanan Iran
Dalam pertemuan ini, Komisi I DPR RI bersama dengan Menteri
Pertahanan Republik Islam Iran, Letjen. Mostafa Mohammad Najjar
berdiskusi dan membahas beberapa hal antara lain permasalahan
pembangunan energi nuklir di Iran, jalur penerbangan Jakarta – Teheran
serta kemungkinan Kredit Ekspor Teknologi dari Pemerintah Iran.
Saat ini pembangunan energi nuklir Iran menjadi sorotan dunia barat
(Amerika dan sekutunya), dimana pembangunan teknologi nuklir yang
13
dibuat Iran untuk memenuhi kebutuhan energi listrik dalam negeri dengan
biaya yang sangat murah dan efisien serta demi kepentingan damai.
Namun di pihak lain, negara-negara barat tidak menyetujui pembangunan
teknologi tersebut, yang dikhawatirkan Iran akan tumbuh menjadi suatu
kekuatan baru di kawasan Timur Tengah. Pada hakekatnya barat tidak
menginginkan satupun negara Islam yang mencapai teknologi nuklir,
karena bila Iran dapat memiliki teknologi nuklir, secara bersamaan
negara-negara Islam lainnya juga akan menuntut hal sama dalam
mendapatkan teknologi tersebut dan ini tidak boleh terjadi. Langkah-
langkah yang dilakukan barat melalui media-media elektronik dunia dan
surat kabar dengan memberikan kebohongan informasi tentang
pembangunan teknologi tersebut.
Selanjutnya Menteri Pertahanan Iran menyatakan bahwa Iran siap
melakukan kerjasama di bidang industri pertahanan dengan Indonesia,
termasuk alih teknologi dan Menhan berkeinginan untuk mengundang
agar Menhan RI dapat melakukan kunjungan ke Iran guna merealisasikan
kerjasama di bidang industri pertahanan dimaksud. Diharapkan dalam
hubungan tersebut, baik Indonesia maupun Iran mendapatkan hal-hal
yang positif bagi peningkatan kemajuan di bidang teknologi militer yang
mandiri sehingga dapat mengeliminir dari ketergantung teknologi barat.
Terkait mengenai Kredit Ekspor (K.E.) Teknologi, Pemerintah Iran
menanggapi secara positif untuk pengadaan fasilitas K.E. tersebut dan
telah menyiapkan serta sudah diputuskan di Majelis Umum Iran.
C. Pertemuan dengan Direktur Jenderal wilayah Asia Pasific, Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran
Dalam pertemuan ini, Dirjen Asia Pasifik Kementerian Luar Negeri Iran,
Mr. Nematollah Izadi pertama menyatakan belasungkawa atas terjadinya
bencana tsunami di pantai selatan Jawa. Selanjutnya, kunjungan
kenegaraan Presiden Iran ke Indonesia beberapa waktu lalu memberikan
tanggung jawab yang lebih besar bagi Kementerian Luar Negeri dan
Kedubes kedua negara untuk menindaklanjuti hasil-hasilnya. Beliau
menyambut baik kunjungan Komisi I DPR RI ke Parlemen Iran dan
industri pertahanan Iran agar dapat mengetahui secara dekat kemampuan
Iran dalam bidang persenjataan.
Menyadari bahwa Indonesia telah mengambil langkah-langkah yang
sangat penting berkaitan dengan serangan Israel ke Lebanon dan
Palestina, negara-negara muslim hendaknya perlu memberikan dukungan
14
bagi Lebanon dan Palestina. Langkah-langkah yang ditempuh dengan
melakukan gencatan senjata hanya dapat dilakukan bila kepentingan
kedua pihak dapat diakomodasi, namun beliau menyayangkan negara-
negara Arab tidak pernah bersatu dalam menghadapi kekuatan hegemoni
barat di Timur Tengah. Beliau mengharapkan masalah konflik di Timur
Tengah dapat diselesaikan dengan jalan damai.
Selain itu, Delegasi Parlemen RI menjelaskan mengenai masalah
teknologi militer di Indonesia khususnya dalam bidang pertahanan pernah
mendapatkan embargo dari dunia barat khususnya Amerika. Saat itu,
sebagai upaya dalam mengatasi dan me-maintance persenjataan dan
teknologi pertahanan militer yang telah ada, Indonesia berusaha sendiri
untuk tetap menjaga dan memiliki yang telah ada dengan terpaksa pula
mencari hubungan dengan pihak ketiga atau dengan negara-negara di
ASEAN.
Hubungan kedepan diharapkan Indonesia dapat merintis kesepakatan
dalam bidang riset dan teknologi serta bidang perminyakan dengan Iran.
Serta tentunya kedepan Indonesia dapat menjalin hubungan dalam
bidang pertahanan militer dan persenjataan serta masalah keamanan
dan strategis.
D. Pertemuan dengan Wakil Menteri Pertahanan Republik Islam Iran
Di pertemuan ini, Wakil Menteri Pertahanan Iran bidang Industri
pertahanan mengharapkan agar hubungan kedua negara Islam
khususnya Indonesia atau negara-negara Islam yang lainnya menjadi
lebih luas dan berkembang. Hal ini ditandai dengan telah terjalin
hubungan yang erat antara Presiden Iran dan Presiden RI. Selanjutnya
beliau melanjutkan bahwa Presiden Iran memerintahkan untuk lebih
memperhatikan dan meningkatkan hubungan dengan negara-negara
Islam khususnya Indonesia.
Dijelaskan oleh beliau, atas pertanyaan dari Sdr. Drs. Djoko Susilo, MA,
bahwa sesuai dengan strategi pertahanan Republik Islam Iran, dimana
saat ini Iran telah mengalami pemboikotan senjata dan pertahanan dari
berbagai negara khususnya negara-negara barat. Oleh karena itu, Iran
membangun pertahanan di dalam negeri sendiri dengan memperkuat dan
memproduksi kekuatan senjata yang efektif dan mandiri, dengan
anggaran 3 – 4 % dari kas negara, sebisa mungkin dapat membuat
senjata sehingga Iran dapat mempertahankan wilayah kedaulatannya bila
15
diserang oleh negara lain diperbatasan. Oleh karena itu, dana yang
dikeluarkan untuk pertahanan dengan jumlah tersebut tidaklah terlalu
besar, namun sangat berpengaruh bila kita memproduksi senjata-senjata
tersebut.
Matra Laut Iran saat ini memprioritaskan dengan memproduksi kapal-
kapal perang yang bisa mempertahankan wilayah kedaulatan laut Iran
sampai 50 – 100 km ke laut depan sehingga bila kapal-kapal lawan yang
ingin memasuki wilayah laut Iran, pertahanan laut dapat menahan
disekitar sana, selain itu pertahanan pantai diperkuat dengan
persenjataan rudal-rudal dengan jarak pukul jauh yang dapat diandalkan.
Sementara itu, matra darat Iran, juga memiliki kemampuan senjata-
senjata yang handal dalam perang darat apabila musuh menyerang dari
jarak jauh. Tentara Iran memiliki taktik cara dan budaya bantuan yang
khas, dia berharap hendaknya semua negara Islam haruslah memiliki
cara berpikir yang sama seperti yang dimiliki Iran.
Mengadopsi dari filsafat dasar pertahanan Iran yang dirintis oleh Ibnu
Khoimeini pada waktu itu bahwa Iran menggunakan Ilmuwan-ilmuwan
sendiri dengan melakukan berbagai reseachers (Penelitian-penelitian).
Walaupun disaat yang sama, Iran menggunakan teknologi lain dari luar
namun hanya sebatas yang memungkinkan saja. Oleh karena itu, Iran
memiliki Ilmuwan-ilmuwan yang cukup banyak dan handal sehingga
embargo dan boikot yang dilakukan oleh negara-negara barat tidak lagi
ampuh untuk melemahkan kekuatan Iran.
Wakil Menhan mengusulkan agar kerjasama ini dapat dilakukan dan
semakin kuat antara Indonesia dan Iran. Dan budaya pertahanan yang
independent ini, diharapkan dapat diadopsi oleh Indonesia.
Selanjutnya, beliau menjawab atas pertanyaan dari Ketua Delegasi
Komisi I DPR RI, beliau tidak menyangkal mengenai supply logistik
persenjataan negara-negara sekitar. Namun yang jelas Iran telah memiliki
senjata yang cukup untuk mempertahankan wilayahnya. Lebih lanjut, Iran
memiliki hubungan yang sangat baik dengan negara-negara sekitar,
kalaupun dulu terjadi peperangan antara Irak – Iran, hal itu dikarenakan
adanya negara-negara Eropa dan barat yang mendalanginya demi
kepentingan bisnis peralatan militer. Saat ini, kekuatan militer Iran jauh
lebih kuat bila dibandingkan dengan negara tetangga karena kekuatan
16
militer mereka berasal dari impor senjata sedangkan Iran dapat
memproduksi senjata secara mandiri.
Lebih jauh, beliau menjelaskan atas pertanyaan dari Sdr. A. Effendy
Choirie, M.Ag, MH., bahwa Iran memiliki hubungan yang baik dengan
negara tetangga dan beliau menyadari sampai saat ini hubungan kedua
negara (Indonesia dan Iran) belum banyak, namun beliau bersedia untuk
dapat mentransfer teknologi yang dimilikinya ke Indonesia agar senjata-
senjata tersebut dapat diproduksi di Indonesia. Iran menyadari bahwa di
kawasan Asia terdapat negara-negara kuat seperti Korea dan Jepang dan
negara-negara lainnya, oleh karena itu beliau menyarankan agar negara-
negara Islam seperti Indonesia dan Malaysia harus memperkuat dibidang
ekonomi, pertahanan persenjataan militer dan dibidang-bidang lain dan ini
sangat memungkinkan.
Kemudian menjawab pertanyaan dari Sdr. Marcus Silano, S.IP bahwa
untuk mengimplementasikan peningkatan hubungan kerjasamana di
berbagai bidang tersebut, beliau mengusulkan hendaknya Indonesia
melakukan koordinasi dengan KBRI di Teheran, Iran dan bukan melalui
Kedubes Iran yang ada di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menghindari
jatuhnya rahasia kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan untuk
mengetahui berbagai informasi bila koordinasi ini dilakukan di luar wilayah
Iran. Selanjutnya, diupayakan agar Pihak Indonesia dapat mengirimkan
Perwakilan Militernya yang selanjutnya akan dibicarakan secara khusus
dan diatur lebih baik.
Terakhir pada pertemuan tersebut, Ketua Delegasi dari Komisi I DPR RI,
mengungkapkan apresiasi yang tinggi dan rasa terimakasih kepada Wakil
Menteri Pertahanan Iran dan berharap agar kerjasama ini dapat segera
dilaksanakan secepatnya.
E. Pertemuan dengan Masyarakat Indonesia di IranDalam acara tatap muka yang dihadiri oleh para pelajar Indonesia, staf
KBRI dan masyarakat Indonesia yang bekerja di Iran, Ketua Delegasi
Komisi I DPR RI menyampaikan maksud dan program kunjungan kerja ke
Iran yang pada intinya dilakukan dalam rangka meningkatkan hubungan
bilateral Indonesia – Iran, terutama hubungan kerjasama antar-parlemen.
Sejumlah wakil pelajar Indonesia di Iran telah menanyakan tindak lanjut
dari surat yang mereka sampaikan kepada Ketua DPR RI, Bapak Agung
Laksono sewaktu kunjungan Delegasi DPR RI ke Iran Januari – Pebruari
17
2006 lalu. Surat tersebut pada intinya menyangkut pernyataan sikap para
pelajar Indonesia di Iran menyangkut Palestina dan sejumlah
perkembangan di Indonesia.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI ke Republik Islam Iran dan Uni
Emirat Arab yang berlangsung dari tanggal 24-27 Juli 2006 telah
berlangsung dengan lancar dan sukses yang diharapkan dapat
memberikan masukan bagi Komisi I DPR RI mengenai keadaan
Kantor-kantor Perwakilan RI di Luar Negeri serta mengetahui langsung
konstelasi politik di Timur Tengah setelah melakukan pertemuan-
pertemuan dengan Ketua Komisi I bidang Pertahanan dan Kerjasama
Luar Negeri, Menteri Pertahanan dan Wakil Menteri Pertahanan juga
pertemuan dengan beberapa pejabat terkait di Iran.
2. DPR RI perlu mendorong pemerintah untuk meningkatkan hubungan
bilateral antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Iran karena dari
hasil kunjungan Komisi I DPR RI ke Iran banyak hal-hal yang dapat
dikembangkan bersama terutama industri pertahanan, dimana Iran
benar-benar telah mampu berdikari dalam pembuatan senjata, baik
senjata buatan sendiri maupun senjata-senjata buatan luar negeri,
sehingga Iran mampu mengatasi embargo senjata oleh negara-negara
barat.
3. Dalam bidang pendidikan, pemerintah Iran membuka diri dan bersedia
untuk menerima mahasiswa Indonesia untuk belajar dalam bidang
teknologi industri, baik industri mesin, konstruksi elektronik dan lain-
lain.
4. Dalam bidang teknologi nuklir, pemerintah Indonesia perlu mengirim
tenaga-tenaga ahli nuklir Indonesia untuk belajar, bagaimana teknologi
nuklir dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.
B. Saran1. Kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI ke KBRI di Iran dan Uni
Emirat Arab ataupun Konsulat Jenderal RI di Uni Emirat Arab
dilakukan sebagai fungsi pengawasan Dewan terhadap Kantor
Perwakilan RI di Luar Negeri, sehingga Komisi I DPR RI dapat
mengetahui kegiatan, program yang dilakukan KBRI dan melihat
langsung perkembangan dan situasi yang terjadi di kawasan Timur
Tengah khususnya di Iran dan Uni Emirat Arab.
18
2. Dalam pertemuan Delegasi Komisi I DPR RI dengan Wakil Menteri
Pertahanan Iran, Iran siap melakukan kerjasama di bidang industri
pertahanan dengan Indonesia, termasuk alih teknologi. Untuk itu
diharapkan Pemerintah Indonesia untuk segera merealisasikan
kerjasama tersebut, besar harapan atas kesediaan Menhan RI untuk
memenuhi undangan Menhan Iran.
3. Kerjasama yang telah dilakukan Indonesia – Iran hendaknya terus
ditingkatkan dengan prinsip saling menguntungkan (mutual benefit)
khususnya dibidang Pertahanan, politik, ekonomi, perdagangan dan
kebudayaan serta pariwisata.
4. Kunjungan kerja Tim Delegasi Komisi I DPR RI ke Republik Islam Iran
dan Uni Emirat Arab diharapkan dapat memberikan masukan yang
berarti kepada Pemerintah Indonesia di bidang Pertahanan, Intelijen,
Luar Negeri dan Informasi.
5. Terkait masalah agresi Israel terhadap Lebanon dan Palestina,
DPR RI perlu mendorong Pemerintah Indonesia untuk dapat berperan
aktif melalui konferensi negara-negara Islam, serta pengiriman
pasukan perdamaian Indonesia di bawah bendera PBB ke Timur
Tengah.
VI. PENUTUPDemikianlah laporan Kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI ke Republik
Islam Iran dan Uni Emirat Arab. Dan sebelum mengakhiri laporan ini, maka
Delegasi RI mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kelancaran Delegasi, terutama kepada Dubes RI beserta staf
KBRI di Teheran, Iran dan Dubes RI beserta staf KBRI di Abu Dhabi, Uni
Emirat Arab serta Konsulat Jenderal RI di Dubai – Persatuan Emirat Arab,
termasuk instansi-instansi yang telah membantu Delegasi.
Sekian, Terima kasih.
Jakarta, September 2006
Ketua Delegasi
Soetadji, MMA-116
19