Hukum Islam Energi Analisis dalam Perspektif Pengelolaan ...
Negara Dalam Perspektif Hukum Islam
Transcript of Negara Dalam Perspektif Hukum Islam
5/17/2018 Negara Dalam Perspektif Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/negara-dalam-perspektif-hukum-islam-55b07a1ab4efa 1/5
Negara dalam Perspektif Hukum Islam
A. Pendahuluan
Islam merupakan suatu totalitas yang bersifat komprehensif dan luwes. Islam sebagai al-din
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk di dalamnya aspek kenegaraan dan
hukum. Al-Qur’an tidak mengenal doktrin pemisahan antara kehidupan agama dankehidupan masyarakat. Oleh karena itu paham sekularisme yang ingin memisahkan antara
kehidupan agama dengan kehidupan masyarakat tidak dikenal dalam ajaran Islam. Islamdan hukum Islam mencakup baik kehidupan duniawi maupun ukhrawi.
B. Negara dan Agama
Dikalangan cendikiawan muslim, polemic tentang hubungan antara agama dan negaramasih terjadi perbedaan pendapat, di Indonesia, misalnya muncul dua pendapat atau
pandangan yaitu pendapat atau pandangan Nurcholis Madjid dan H.M. Rasjidi. Nurcholis
Madjid mengemukakan gagasan pembaharuan dan mengecam dengan keras konsep negaraIslam sebagai berikut:
“Dari tinjauan yang lebih prinsipil, konsep “negara Islam” adalah suatu distorsi hubungan proporsional antara agama dan negara. Negara adalah salah satu segi kehidupan duniawiyang dimensinya adalah rasional dan kolektif, sedangkan agama adalah aspek kehidupan
yang dimensinya adalah spritual dan pribadi”. Menurut Tahir Azhary pandangan Nurcholis
ini jelas telah memisahkan antara kehidupan agama dan negara. Seorang intelektual muslim
terkemuka yaitu M. Rasjidi yang pernah menjabat Menteri Agama dan Duta Besar di Mesir dan Pakistan, serta Guru Besar Hukum Islam dan Lembaga-Lembaga Islam di Universitas
Indonesia dengan sangat segan telah menulis suatu buku dengan judul Koreksi Terhadap
Nurcholis Madjid tentang Sekularisasi. Kritik H.M. Rasjidi terhadap pandangan Nurcholisdikutip oleh Muhammad Tahir Azhary yang berjudul Negara Hukum, Suatu Studi tentang
Prinsip-Prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara
Madinah dan Masa.Dengan konklusi bahwa dalam batas tertentu, dalam Islam ada juga pemisahan antara
negara dan agama, M.Thahir Azhary berpendapat baik Nurkholis Madjid maupun
Mintaredja telah terjebak ke alam pikiran yang rancu, karena menurutnya, Islam dapatdiartikan baik sebagai agama dalam arti sempit, maupun sebagai agama dalam arti yang
luas. Dengan demikian menurut M, Tahir Azhary , konklusi Mintaredja sesungguhnya
kontradiktif dengan jalan pikirannya sendiri. Kalau Islam dalam arti yang luas ia tafsirkan
sebagai “way of Life now in the earth and in the heaven after death”. Konsekuensi logisdari penafsiran itu seharusnya ialah Islam merupakan suatu totalitas yang komprehensif
dan karena itu tidak mengenal pemisahan antara kehidupan agama dan negara.
Berdasarkan fakta otentik, jelas bahwa dalam al-Qur’an maupun dalam Sunnah Rasul
kehidupan agama (dalam hal ini Islam) dengan kehidupan negara tidak mungkindipisahkan. Keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Salah satu doktrin Al-
Qur’an yang memperkuat pendirian ini adalah adanya ayat yang menyebutkan adanyakesatuan antara hubungan manusia dengan manusia yang terdapat dalam surat Ali Imran,
ayat 112. Ayat tersebut diperkuat lagi dengan firman Allah yang terdapat dalam surat An-
Nisa’ ayat 58 – 59 yang artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kalian) menetapkan hubungandiantara manusia supaya kalian menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
5/17/2018 Negara Dalam Perspektif Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/negara-dalam-perspektif-hukum-islam-55b07a1ab4efa 2/5
pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kalian. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul-Nya dan ulil amri diantara kamu sekalian.” (al-Nisa’ : 58-59).C. Agama dan Hukum
Dalam pemikiran Barat Agama telah dilepaskan dari wilayah hukum karena pengaruh
rasionalisme dan Aufklarung yang bersifat dominan. Tetapi Friedrich Julius Stahl masihmengakui adanya pengaruh agama terhadap hukum. Ia berpendapat bahwa hukum juga
memperoleh kekuatan mengikat dari ordonansi Ketuhanan yang menjadi sandaran negara.
Sekalipun hukum adalah produk manusia, tetapi hukum dipergunakan untuk membantumempertahankan tata tertib dunia Ketuhanan. Karena tidak ada hukum yang tidak
membantu dunia Ketuhanan. Karena tidak ada hukum yang tidak membantu ke arah itu,
maka hukum yang terburuk pun masih mempunyai sanksi Ketuhanan. Tampaknya ajaran
Stahl tentang agama dan hukum pada masa kini secara umum tidak membekas lagi dalam pemikiran para ahli hukum di Barat.
“Hukum bukanlah hanya satu segi dari penjelmaan hidup kemasyarakatan saja, yang
semata-mata hanya bertakluk kepada unsur-unsur yang ada dalam pergaulan manusia
dengan manusia saja dalam masyarakatnya itu. Selain dari perhubungan antar manusiadengan manusia yang dengan demikian merupakan masyarakat sesama manusia, setiap
manusia yang menjadi anggota masyarakat itu mempunyai pula – mau tak mau – perhubungan roh dengan Roh Akbar, yakni perhubungan dengan Tuhannya Yang Maha
Esa kepada siapa tergantung hidup matinya, demikian juga hidup kemasyarakatannya.
Hukum Islam memiliki ciri khas, karena ia tidak pernah memisahkan hubungan manusiadengan manusia dan lingkungan hidupnya, terutama dengan Allah – Tuhan yang
menciptakan manusia dan alam semesta. Namun demikian, sebagaimana diungkapkan oleh
Roger Garaudy, di dalam hukum Islam tidak ada immobilisme (sifat beku). Sebagai hukum
yang bersumber dari wahyu Allah, ia mengandung nilai abadi yang tidak bertentangandengan vitalitas yang kreatif dan premanen, bahkan dalam hukum Islam terkandung sifat
itu.Adapun substansi hukum Islam jelas mencakup bidang yang lebih luas dibandingkandengan konsep hukum barat. Hukum Barat membatasi substansi itu pada aturan tingkah
laku manusia yang normative, sedangkan hukum Islam mencakup pula kesusilaan.
Demikian eratnya hukum dengan kesusilaan dalam Islam telah dimanifetasikan oleh teori-teori para pendiri mazhab dalam hukum Islam, antara lain Imam Syafi’i melalui al-
khamsah atau lima kaidah-kaidah jaiz, mubah atau kebolehan, sunnah (anjuran, makruh
(tercela), wajib (keharusan) dan haram (larangan). Dalam Islam, hukum dan kesusilaan
tidak dapat dipisahkan, sebagaimana dalam konsep Barat.
D. Nomokrasi Islam
Dalam sistem hukum Islam dengan sifatnya yang komprehensif itu dijumpai aspek-aspek hukum ketatanegaraan yang dinamakan al-ahkam al-sultaniya. Imam Al-Mawardi dalam
bukunya yang berjudul Al Ahkam a; Sulthaniyah wa al-wilayat al-diniyah, cukup jelas
membahas masalah hukum ketatanegaraan menurut hukum Islam. Buku tersebut saat iniditerjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Hukum Tata Negara” dan Kepimpinan
dalam Takaran Islam. Kecuali itu, pemikiran tentang negara pula diletakkan dasar-dasarnya
oleh seorang pemikir Islam yang terkenal dan telah diakui otoritasnya oleh sarjana Barat
yaitu Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun telah menemukan tipologi negara dengan menggunakan
5/17/2018 Negara Dalam Perspektif Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/negara-dalam-perspektif-hukum-islam-55b07a1ab4efa 3/5
tolak ukur kekuasaan. Pada dasarnya ia menggambarkan dua keadaan manusia yaitu
keadaan alamiah dan keadaan yang berperadaban. Dalam keadaan yang terakhir inilah
manusia mengenal gagasan negara hukum.Adapun nomokrasi Islam adalah suatu negara hukum yang memiliki prinsip-prinsip umum
sebagai berikut: (1) Prinsip kekuasaan sebagai amanah (2) prinsip musyawarah
(musyawarat). (3) Prinsip peradilan (4) Prinsip persamaan (5) prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (6) prinsip pengakuan dan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia. (7) prinsip kedamaian. (8) Prinsip kesejahteraan dan (9)
Prinsip ketaatan rakyat.
1. Prinsip kekuasaan sebagai amanah
Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa orang yang diberi amanah harus menyampaikan
amanah itu kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Hal ini ditegaskan dalam suratAl-Nisa’ ayat 58 yang artinya “Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menyampaikan
amanah kepada yang berhak menerimanya dan memerintahkan kamu apabila menetapkan
hukum diantara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah MahaMendengar dan Maha Melihat.”
Dalam konteks “kekuasaan negara” perkataan amanah itu dapat dipahami sebagai suatu pengdelegasian atau pelimpahan kewenangan dan karena itu kekuasaan dapat disebut
sebagai “mandat” yang bersumber atau berasal dari Allah.
2. Prinsip Musyawarah
Dalam Al-Qur’an ada dua ayat yang menggariskan prinsip musyawarah sebagai salah satu
prinsip dasar dalam nomokrasi Islam. Ayat pertama terdapat dalam Surat Al-Syura, ayat 38
yang artinya kurang lebih sebagai berikut :“…adapun urusan kemasyarakatan diputuskan dengan musyawarah antara mereka”. Ayat
ini menggambarkan bahwa dalam setiap persoalan yang menyangkut masalah ataukepentingan umum Nabi selalu mengambil keputusan setelah melakukan musyawarahdengan para sahabatnya. Dalam sebuah hadits, Nabi digambarkan sebagai orang yang
paling banyak melakukan musyawarah.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan mencakup prinsip ketiga dalam nomokrasi Islam. Dalam Al-Qur’an cukup
banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menggambarkan keadilan. Kata adil adalah kata
terbanyak disebut dalam Al-Qur’an (lebih dari seribu kali) setelah perkataan Allah danilmu pengetahuan. Karena itu dalam Islam, keadilan adalah titik tolak, sekaligus proses dan
tujuan semua tindakan manusia. Dalam Al-Qur’an dengan tegas disebutkan bahwa orang
yang beriman wajib menegakkan keadilan. “Wahai orang-orang yang beriman, jadilahkamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun
terhadap dirimu sendiri atau ibu-Bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin,
maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsukarena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikan kata-kata atau
enggan menjadi sanksi, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang
kamu kerjakan.”
Apabila prinsip keadilan dikaitkan dengan nomokrasi Islam, maka ia harus selalu dilihat
5/17/2018 Negara Dalam Perspektif Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/negara-dalam-perspektif-hukum-islam-55b07a1ab4efa 4/5
dari segi fungsi kekuasaan negara. Fungsi itu mencakup tiga kewajiban pokok bagi
penyelenggara negara atau suatu pemerintahan sebagai pemegang kekuasaan.
Pertama, kewajiban menerapkan kekuasaan negera dengan adil, jujur dan bijaksana.Seluruh rakyat – tanpa kecuali – harus dapat merasakan “nikmat” keadilan yang timbul dari
kekuasaan negara.
Kedua, kewajiban menerapkan kekuasaan kehakiman dengan seadil-adilnya. Hukum harusditegakkan sebagaimana mestinya.
4. Prinsip PersamaanPrinsip persamaan dalam Islam dapat dipahami antara lain dari Al-Qur’an surat al-Hujarat,
ayat 13 yang artinya “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuka-
suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisiAllah ialah orang-orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui dan Maha Mengenal”
5. Prinsip Pengakuan dan Perlidungan terhadap Hak-Hak Asasi ManusiaDalam nomokrasi Islam hak-hak asasi manusia bukan hanya diakui tetapi juga dilindungi
sepenuhnya. Karena it dalam hubungan yang dimaksud dengan anak Adam di sini adalahmanusia sebagai keturunan Nabi Adam. Ayat diatas dengan jelas mengekspresikan
kemuliaan manusia yang ada di dalam teks al-Qur’an disebut karama (kemuliaan).
Mohammad Hasbi Ash-Shiddiegy membagi karamah itu ke dalam tiga kategori yaitu: (1)kemuliaan pribadi atau karamah fardiyah; (2) kemuliaan masyarakat atau karamah
itimaiyah; dan (3) kemuliaan politik atau keramah siyasiyah. Dalam kategori pertama,
manusia dilindungi baik pribadinya maupun hartanya. Dalam kategori kedua “status
persamaan manusia dijamin sepenuhnya” dan dalam kategori ketiga nomokrasi Islammeletakkan hak-hak politik dan menjamin hak-hak itu sepenuhnya bagi setiap orang warga
negara, karena kedudukannya yang didalam al-Qur’an disebut sebagai “khalifah Tuhan di bumi”
6. Prinsip Peradilan Bebas
Prinsip ini berkaitan erat dengan prinsip keadilan dan persamaan. Dalam nomokrasi Islamseorang Hakim memiliki kewenangan yang bebas dalam makna setiap putusan yang ia
ambil bebas dari pengaruh siapapun. Hakim wajib menerapkan prinsip keadilan dan
persamaan terhadap siapapun. Dalam surat al-Nis’ ayat 57 disebutkan …. Apabila kamu
menetapkan hukum antara manusia maka hendaklah kamu tetapkan dengan adil”. Putusanhakim harus mencerminkan rasa keadilan hukum terhadap siapapun. Seorang Yuris Islam
terkenal yakni Abu Hanifah berpendapat bahwa kekuasaan kehakiman harus memiliki
kebebasan dari segala macam bentuk tekanan dan campur tangan kekuasaan eksekutif, bahkan kebebasannya tersebut mencakup pula wewenang hakim untuk menjatuhkan
putusannya pada seorang penguasa apabila ia melanggar hak-hak rakyat.
7. Prinsip Perdamaian
Salah satu tugas pokok yang dibawa Rasulullah melalui ajaran Islam adalah mewujudkan
perdamaian. Islam sendiri merupakan agama perdamaian. Dalam al-Qur’an surat al-
Baqarah ayat 208 dengan tegas Allah menyeru kepada umat manusia untuk beriman agar
5/17/2018 Negara Dalam Perspektif Hukum Islam - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/negara-dalam-perspektif-hukum-islam-55b07a1ab4efa 5/5
masuk dalam perdamaian” Wahai orang-orang yang beriman masuklah kamu semua dalam
perdamaian”.
Apabila tindakan kekerasan atau perang dilakukan. Rasulullah SAW telah memberikan beberapa kaidah dalam hukum perang dengan menggunakan prinsip kewajaran dan kasih
sayang terhadap sesama manusia. Nabi telah menetapkan beberapa larangan yang harus
diindahkan oleh pasukan Islam.”(1) Dilarang melakukan pembunuhan terhadap musuh (lawan dalam peperangan) secara
kejam dan melampaui batas kemanusiaan
(2) Dilarang membunuh penduduk sipil termasuk kaum wanita, anak-anak, orang tua,orang cacat, biarawan, para pertapa dan orang-orang sakit.
(3) Dilarang membunuh tawanan perang
(4) Dilarang memenggal kepala mayat musuh
(5) Dilarang membunuh musuh setelah musuh dikalahkan atau sesuatu daerah telah berhasil diduduki.
(6) Dilarang menyerang musuh yang berlindung dibelakang wanita, anak-anak dan orang
Islam yang dijadikan sandera.
(7) Dilarang menganiaya tawanan perang(8) Dilarang merusak tempat-tempat ibadah pihak musuh.
8. Prinsip Kesejahteraan
Prinsip kesejahteraan dalam nomokrasi Islam bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial
dan keadilan ekonomi bagi seluruh anggota masyarakat atau rakyat. Tugas itu dibebankankepada penyelenggara dan masyarakat. Pengertian keadilan dalam nomokrasi Islam bukan
hanya sekedar pemenuhan kebutuhan materil atau kebendaan saja, akan tetapi mencakup
pula pemenuhan kebutuhan spiritual dari seluruh rakyat.
9. Prinsip Ketaatan RakyatPrinsip ketaatan rakyat kepada pemerintah ini disebutkan dalam al-Qur’an surat al-Nisa’
ayat 59 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, taatilah kepada Allah dan taatilahkepada Rasul-Nya serta orang-orang yang berwenang diantara kamu. Apabila kami berbeda pendapat tentang suatu sesuatu hal, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan
Rasul-Nya (Sunnah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah kemudian dan hari
kemudian. Yang demikian it lebih utama bagimu lebih baik akibatnya.Adapun ketetapan-ketetapan ulil amri dalam arti sebagai petugas-petugas kekuasaan
negara, menurut Hazairin ada dua macam yaitu:
(a) Ketetapan yang merupakan pemilihan atau penunjukan garis hukum yang setepat-
tepatnya “untuk dipakaikan pada suatu perkara atau kasus yang dihadapi“ baik yang bersumber dari al-Qur’an maupun dari Sunnah Rasul
(b) Ketetapan yang merupakan pembentukan garis hukum yang baru “bagi keadaan baru
menurut tempat dan waktu, dengan berpedoman pada al-Qur’an dan Sunnah”. Kategori inidinamakan hasil ijtihad dengan menggunakan al-ra’yu