Negara Dalam Perspektif Hukum Islam

5
 Negara dalam Perspektif Hukum Islam A. Pendahuluan Islam merupakan suatu totalitas yang bersifat komprehensif dan luwes. Islam sebagai al-din mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk di dalamnya aspek kenegaraan dan hukum. Al-Qur’an tidak mengenal doktrin pemisahan antara kehidupan agama dan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu paham sekularisme yang ingin memisahkan antara kehidupan agama dengan kehidupan masyarakat tidak dikenal dalam ajaran Islam. Islam dan hukum Islam mencakup baik kehidupan duniawi maupun ukhrawi. B. Negara dan Agama Dikalangan cendikiawan muslim, polemic tentang hubungan antara agama dan negara masih terjadi perbedaan pendapat, di Indonesia, misalnya muncul dua pendapat atau  pandanga n yaitu p endapat atau pa ndangan Nurcholis Madjid d an H.M. Rasjidi . Nurch olis Madjid mengemukakan gagasan pembaharuan dan mengecam dengan keras konsep negara Islam sebagai berikut: “Dari tinjauan yang lebih prinsipil, konsep “negara Islam” adalah suatu distorsi hubungan  propor sional antara ag ama dan ne gara. Ne gara adal ah salah satu se gi kehidup an dunia wi yang dimensinya adalah rasional dan kolektif, sedangkan agama adalah aspek kehidupan yang dimensinya adalah spritual dan pribadi”. Menurut Tahir Azhary pandangan Nurcholis ini jelas telah memisahkan antara kehidupan agama dan negara. Seorang intelektual muslim terkemuka yaitu M. Rasjidi yang pernah menjabat Menteri Agama dan Duta Besar di Mesir dan Pakistan, serta Guru Besar Hukum Islam dan Lembaga-Lembaga Islam di Universitas Indonesia dengan sangat segan telah menulis suatu buku dengan judul Koreksi Terhadap  Nurchol is Madj id tenta ng Sekula risasi. Kritik H.M. R asjidi t erhadap pandanga n Nurchol is dikutip oleh Muhammad Tahir Azhary yang berjudul Negara Hukum, Suatu Studi tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa. Dengan konklusi bahwa dalam batas tertentu, dalam Islam ada juga pemisahan antara negara dan agama, M.Thahir Azhary berpendapat baik Nurkholis Madjid maupun Mintaredja telah terjebak ke alam pikiran yang rancu, karena menurutnya, Islam dapat diartikan baik sebagai agama dalam arti sempit, maupun sebagai agama dalam arti yang luas. Dengan demikian menurut M, Tahir Azhary , konklusi Mintaredja sesungguhnya kontradiktif dengan jalan pikirannya sendiri. Kalau Islam dalam arti yang luas ia tafsirkan sebagai “way of Life now in the earth and in the heaven after death”. Konsekuensi logis dari penafsiran itu seharusnya ialah Islam merupakan suatu totalitas yang komprehensif dan karena itu tidak mengenal pemisahan antara kehidupan agama dan negara. Berdasarkan fakta otentik, jelas bahwa dalam al-Qur’an maupun dalam Sunnah Rasul kehidupan agama (dalam hal ini Islam) dengan kehidupan negara tidak mungkin dipisahkan. Keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Salah satu doktrin Al- Qur’an yang memperkuat pendirian ini adalah adanya ayat yang menyebutkan adanya kesatuan antara hubungan manusia dengan manusia yang terdapat dalam surat Ali Imran, ayat 112. Ayat tersebut diperkuat lagi dengan firman Allah yang terdapat dalam surat An-  Nisa’ ay at 58 – 59 ya ng artiny a “Sesungg uhnya All ah menyur uh kalia n menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kalian) menetapkan hubungan diantara manusia supaya kalian menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi

Transcript of Negara Dalam Perspektif Hukum Islam

5/17/2018 Negara Dalam Perspektif Hukum Islam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/negara-dalam-perspektif-hukum-islam-55b07a1ab4efa 1/5

 

Negara dalam Perspektif Hukum Islam 

A. Pendahuluan

Islam merupakan suatu totalitas yang bersifat komprehensif dan luwes. Islam sebagai al-din

mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk di dalamnya aspek kenegaraan dan

hukum. Al-Qur’an tidak mengenal doktrin pemisahan antara kehidupan agama dankehidupan masyarakat. Oleh karena itu paham sekularisme yang ingin memisahkan antara

kehidupan agama dengan kehidupan masyarakat tidak dikenal dalam ajaran Islam. Islamdan hukum Islam mencakup baik kehidupan duniawi maupun ukhrawi.

B. Negara dan Agama

Dikalangan cendikiawan muslim, polemic tentang hubungan antara agama dan negaramasih terjadi perbedaan pendapat, di Indonesia, misalnya muncul dua pendapat atau

 pandangan yaitu pendapat atau pandangan Nurcholis Madjid dan H.M. Rasjidi. Nurcholis

Madjid mengemukakan gagasan pembaharuan dan mengecam dengan keras konsep negaraIslam sebagai berikut:

“Dari tinjauan yang lebih prinsipil, konsep “negara Islam” adalah suatu distorsi hubungan proporsional antara agama dan negara. Negara adalah salah satu segi kehidupan duniawiyang dimensinya adalah rasional dan kolektif, sedangkan agama adalah aspek kehidupan

yang dimensinya adalah spritual dan pribadi”. Menurut Tahir Azhary pandangan Nurcholis

ini jelas telah memisahkan antara kehidupan agama dan negara. Seorang intelektual muslim

terkemuka yaitu M. Rasjidi yang pernah menjabat Menteri Agama dan Duta Besar di Mesir dan Pakistan, serta Guru Besar Hukum Islam dan Lembaga-Lembaga Islam di Universitas

Indonesia dengan sangat segan telah menulis suatu buku dengan judul Koreksi Terhadap

 Nurcholis Madjid tentang Sekularisasi. Kritik H.M. Rasjidi terhadap pandangan Nurcholisdikutip oleh Muhammad Tahir Azhary yang berjudul Negara Hukum, Suatu Studi tentang

Prinsip-Prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara

Madinah dan Masa.Dengan konklusi bahwa dalam batas tertentu, dalam Islam ada juga pemisahan antara

negara dan agama, M.Thahir Azhary berpendapat baik Nurkholis Madjid maupun

Mintaredja telah terjebak ke alam pikiran yang rancu, karena menurutnya, Islam dapatdiartikan baik sebagai agama dalam arti sempit, maupun sebagai agama dalam arti yang

luas. Dengan demikian menurut M, Tahir Azhary , konklusi Mintaredja sesungguhnya

kontradiktif dengan jalan pikirannya sendiri. Kalau Islam dalam arti yang luas ia tafsirkan

sebagai “way of Life now in the earth and in the heaven after death”. Konsekuensi logisdari penafsiran itu seharusnya ialah Islam merupakan suatu totalitas yang komprehensif 

dan karena itu tidak mengenal pemisahan antara kehidupan agama dan negara.

Berdasarkan fakta otentik, jelas bahwa dalam al-Qur’an maupun dalam Sunnah Rasul

kehidupan agama (dalam hal ini Islam) dengan kehidupan negara tidak mungkindipisahkan. Keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Salah satu doktrin Al-

Qur’an yang memperkuat pendirian ini adalah adanya ayat yang menyebutkan adanyakesatuan antara hubungan manusia dengan manusia yang terdapat dalam surat Ali Imran,

ayat 112. Ayat tersebut diperkuat lagi dengan firman Allah yang terdapat dalam surat An-

 Nisa’ ayat 58 – 59 yang artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan

amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kalian) menetapkan hubungandiantara manusia supaya kalian menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi

5/17/2018 Negara Dalam Perspektif Hukum Islam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/negara-dalam-perspektif-hukum-islam-55b07a1ab4efa 2/5

 

 pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kalian. Sesungguhnya Allah adalah Maha

Mendengar lagi Maha Melihat. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah

Rasul-Nya dan ulil amri diantara kamu sekalian.” (al-Nisa’ : 58-59).C. Agama dan Hukum

Dalam pemikiran Barat Agama telah dilepaskan dari wilayah hukum karena pengaruh

rasionalisme dan Aufklarung yang bersifat dominan. Tetapi Friedrich Julius Stahl masihmengakui adanya pengaruh agama terhadap hukum. Ia berpendapat bahwa hukum juga

memperoleh kekuatan mengikat dari ordonansi Ketuhanan yang menjadi sandaran negara.

Sekalipun hukum adalah produk manusia, tetapi hukum dipergunakan untuk membantumempertahankan tata tertib dunia Ketuhanan. Karena tidak ada hukum yang tidak 

membantu dunia Ketuhanan. Karena tidak ada hukum yang tidak membantu ke arah itu,

maka hukum yang terburuk pun masih mempunyai sanksi Ketuhanan. Tampaknya ajaran

Stahl tentang agama dan hukum pada masa kini secara umum tidak membekas lagi dalam pemikiran para ahli hukum di Barat.

“Hukum bukanlah hanya satu segi dari penjelmaan hidup kemasyarakatan saja, yang

semata-mata hanya bertakluk kepada unsur-unsur yang ada dalam pergaulan manusia

dengan manusia saja dalam masyarakatnya itu. Selain dari perhubungan antar manusiadengan manusia yang dengan demikian merupakan masyarakat sesama manusia, setiap

manusia yang menjadi anggota masyarakat itu mempunyai pula – mau tak mau –  perhubungan roh dengan Roh Akbar, yakni perhubungan dengan Tuhannya Yang Maha

Esa kepada siapa tergantung hidup matinya, demikian juga hidup kemasyarakatannya.

Hukum Islam memiliki ciri khas, karena ia tidak pernah memisahkan hubungan manusiadengan manusia dan lingkungan hidupnya, terutama dengan Allah – Tuhan yang

menciptakan manusia dan alam semesta. Namun demikian, sebagaimana diungkapkan oleh

Roger Garaudy, di dalam hukum Islam tidak ada immobilisme (sifat beku). Sebagai hukum

yang bersumber dari wahyu Allah, ia mengandung nilai abadi yang tidak bertentangandengan vitalitas yang kreatif dan premanen, bahkan dalam hukum Islam terkandung sifat

itu.Adapun substansi hukum Islam jelas mencakup bidang yang lebih luas dibandingkandengan konsep hukum barat. Hukum Barat membatasi substansi itu pada aturan tingkah

laku manusia yang normative, sedangkan hukum Islam mencakup pula kesusilaan.

Demikian eratnya hukum dengan kesusilaan dalam Islam telah dimanifetasikan oleh teori-teori para pendiri mazhab dalam hukum Islam, antara lain Imam Syafi’i melalui al-

khamsah atau lima kaidah-kaidah jaiz, mubah atau kebolehan, sunnah (anjuran, makruh

(tercela), wajib (keharusan) dan haram (larangan). Dalam Islam, hukum dan kesusilaan

tidak dapat dipisahkan, sebagaimana dalam konsep Barat.

D. Nomokrasi Islam

Dalam sistem hukum Islam dengan sifatnya yang komprehensif itu dijumpai aspek-aspek hukum ketatanegaraan yang dinamakan al-ahkam al-sultaniya. Imam Al-Mawardi dalam

 bukunya yang berjudul Al Ahkam a; Sulthaniyah wa al-wilayat al-diniyah, cukup jelas

membahas masalah hukum ketatanegaraan menurut hukum Islam. Buku tersebut saat iniditerjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Hukum Tata Negara” dan Kepimpinan

dalam Takaran Islam. Kecuali itu, pemikiran tentang negara pula diletakkan dasar-dasarnya

oleh seorang pemikir Islam yang terkenal dan telah diakui otoritasnya oleh sarjana Barat

yaitu Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun telah menemukan tipologi negara dengan menggunakan

5/17/2018 Negara Dalam Perspektif Hukum Islam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/negara-dalam-perspektif-hukum-islam-55b07a1ab4efa 3/5

 

tolak ukur kekuasaan. Pada dasarnya ia menggambarkan dua keadaan manusia yaitu

keadaan alamiah dan keadaan yang berperadaban. Dalam keadaan yang terakhir inilah

manusia mengenal gagasan negara hukum.Adapun nomokrasi Islam adalah suatu negara hukum yang memiliki prinsip-prinsip umum

sebagai berikut: (1) Prinsip kekuasaan sebagai amanah (2) prinsip musyawarah

(musyawarat). (3) Prinsip peradilan (4) Prinsip persamaan (5) prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (6) prinsip pengakuan dan perlindungan

terhadap hak-hak asasi manusia. (7) prinsip kedamaian. (8) Prinsip kesejahteraan dan (9)

Prinsip ketaatan rakyat.

1. Prinsip kekuasaan sebagai amanah

Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa orang yang diberi amanah harus menyampaikan

amanah itu kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Hal ini ditegaskan dalam suratAl-Nisa’ ayat 58 yang artinya “Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menyampaikan

amanah kepada yang berhak menerimanya dan memerintahkan kamu apabila menetapkan

hukum diantara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah

memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah MahaMendengar dan Maha Melihat.”

Dalam konteks “kekuasaan negara” perkataan amanah itu dapat dipahami sebagai suatu pengdelegasian atau pelimpahan kewenangan dan karena itu kekuasaan dapat disebut

sebagai “mandat” yang bersumber atau berasal dari Allah.

2. Prinsip Musyawarah

Dalam Al-Qur’an ada dua ayat yang menggariskan prinsip musyawarah sebagai salah satu

 prinsip dasar dalam nomokrasi Islam. Ayat pertama terdapat dalam Surat Al-Syura, ayat 38

yang artinya kurang lebih sebagai berikut :“…adapun urusan kemasyarakatan diputuskan dengan musyawarah antara mereka”. Ayat

ini menggambarkan bahwa dalam setiap persoalan yang menyangkut masalah ataukepentingan umum Nabi selalu mengambil keputusan setelah melakukan musyawarahdengan para sahabatnya. Dalam sebuah hadits, Nabi digambarkan sebagai orang yang

 paling banyak melakukan musyawarah.

3. Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan mencakup prinsip ketiga dalam nomokrasi Islam. Dalam Al-Qur’an cukup

 banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menggambarkan keadilan. Kata adil adalah kata

terbanyak disebut dalam Al-Qur’an (lebih dari seribu kali) setelah perkataan Allah danilmu pengetahuan. Karena itu dalam Islam, keadilan adalah titik tolak, sekaligus proses dan

tujuan semua tindakan manusia. Dalam Al-Qur’an dengan tegas disebutkan bahwa orang

yang beriman wajib menegakkan keadilan. “Wahai orang-orang yang beriman, jadilahkamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun

terhadap dirimu sendiri atau ibu-Bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin,

maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsukarena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikan kata-kata atau

enggan menjadi sanksi, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang

kamu kerjakan.”

Apabila prinsip keadilan dikaitkan dengan nomokrasi Islam, maka ia harus selalu dilihat

5/17/2018 Negara Dalam Perspektif Hukum Islam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/negara-dalam-perspektif-hukum-islam-55b07a1ab4efa 4/5

 

dari segi fungsi kekuasaan negara. Fungsi itu mencakup tiga kewajiban pokok bagi

 penyelenggara negara atau suatu pemerintahan sebagai pemegang kekuasaan.

Pertama, kewajiban menerapkan kekuasaan negera dengan adil, jujur dan bijaksana.Seluruh rakyat – tanpa kecuali – harus dapat merasakan “nikmat” keadilan yang timbul dari

kekuasaan negara.

Kedua, kewajiban menerapkan kekuasaan kehakiman dengan seadil-adilnya. Hukum harusditegakkan sebagaimana mestinya.

4. Prinsip PersamaanPrinsip persamaan dalam Islam dapat dipahami antara lain dari Al-Qur’an surat al-Hujarat,

ayat 13 yang artinya “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuka-

suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisiAllah ialah orang-orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui dan Maha Mengenal”

5. Prinsip Pengakuan dan Perlidungan terhadap Hak-Hak Asasi ManusiaDalam nomokrasi Islam hak-hak asasi manusia bukan hanya diakui tetapi juga dilindungi

sepenuhnya. Karena it dalam hubungan yang dimaksud dengan anak Adam di sini adalahmanusia sebagai keturunan Nabi Adam. Ayat diatas dengan jelas mengekspresikan

kemuliaan manusia yang ada di dalam teks al-Qur’an disebut karama (kemuliaan).

Mohammad Hasbi Ash-Shiddiegy membagi karamah itu ke dalam tiga kategori yaitu: (1)kemuliaan pribadi atau karamah fardiyah; (2) kemuliaan masyarakat atau karamah

itimaiyah; dan (3) kemuliaan politik atau keramah siyasiyah. Dalam kategori pertama,

manusia dilindungi baik pribadinya maupun hartanya. Dalam kategori kedua “status

 persamaan manusia dijamin sepenuhnya” dan dalam kategori ketiga nomokrasi Islammeletakkan hak-hak politik dan menjamin hak-hak itu sepenuhnya bagi setiap orang warga

negara, karena kedudukannya yang didalam al-Qur’an disebut sebagai “khalifah Tuhan di bumi”

6. Prinsip Peradilan Bebas

Prinsip ini berkaitan erat dengan prinsip keadilan dan persamaan. Dalam nomokrasi Islamseorang Hakim memiliki kewenangan yang bebas dalam makna setiap putusan yang ia

ambil bebas dari pengaruh siapapun. Hakim wajib menerapkan prinsip keadilan dan

 persamaan terhadap siapapun. Dalam surat al-Nis’ ayat 57 disebutkan …. Apabila kamu

menetapkan hukum antara manusia maka hendaklah kamu tetapkan dengan adil”. Putusanhakim harus mencerminkan rasa keadilan hukum terhadap siapapun. Seorang Yuris Islam

terkenal yakni Abu Hanifah berpendapat bahwa kekuasaan kehakiman harus memiliki

kebebasan dari segala macam bentuk tekanan dan campur tangan kekuasaan eksekutif, bahkan kebebasannya tersebut mencakup pula wewenang hakim untuk menjatuhkan

 putusannya pada seorang penguasa apabila ia melanggar hak-hak rakyat.

7. Prinsip Perdamaian

Salah satu tugas pokok yang dibawa Rasulullah melalui ajaran Islam adalah mewujudkan

 perdamaian. Islam sendiri merupakan agama perdamaian. Dalam al-Qur’an surat al-

Baqarah ayat 208 dengan tegas Allah menyeru kepada umat manusia untuk beriman agar 

5/17/2018 Negara Dalam Perspektif Hukum Islam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/negara-dalam-perspektif-hukum-islam-55b07a1ab4efa 5/5

 

masuk dalam perdamaian” Wahai orang-orang yang beriman masuklah kamu semua dalam

 perdamaian”.

Apabila tindakan kekerasan atau perang dilakukan. Rasulullah SAW telah memberikan beberapa kaidah dalam hukum perang dengan menggunakan prinsip kewajaran dan kasih

sayang terhadap sesama manusia. Nabi telah menetapkan beberapa larangan yang harus

diindahkan oleh pasukan Islam.”(1) Dilarang melakukan pembunuhan terhadap musuh (lawan dalam peperangan) secara

kejam dan melampaui batas kemanusiaan

(2) Dilarang membunuh penduduk sipil termasuk kaum wanita, anak-anak, orang tua,orang cacat, biarawan, para pertapa dan orang-orang sakit.

(3) Dilarang membunuh tawanan perang

(4) Dilarang memenggal kepala mayat musuh

(5) Dilarang membunuh musuh setelah musuh dikalahkan atau sesuatu daerah telah berhasil diduduki.

(6) Dilarang menyerang musuh yang berlindung dibelakang wanita, anak-anak dan orang

Islam yang dijadikan sandera.

(7) Dilarang menganiaya tawanan perang(8) Dilarang merusak tempat-tempat ibadah pihak musuh.

8. Prinsip Kesejahteraan

Prinsip kesejahteraan dalam nomokrasi Islam bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial

dan keadilan ekonomi bagi seluruh anggota masyarakat atau rakyat. Tugas itu dibebankankepada penyelenggara dan masyarakat. Pengertian keadilan dalam nomokrasi Islam bukan

hanya sekedar pemenuhan kebutuhan materil atau kebendaan saja, akan tetapi mencakup

 pula pemenuhan kebutuhan spiritual dari seluruh rakyat.

9. Prinsip Ketaatan RakyatPrinsip ketaatan rakyat kepada pemerintah ini disebutkan dalam al-Qur’an surat al-Nisa’

ayat 59 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, taatilah kepada Allah dan taatilahkepada Rasul-Nya serta orang-orang yang berwenang diantara kamu. Apabila kami berbeda pendapat tentang suatu sesuatu hal, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan

Rasul-Nya (Sunnah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah kemudian dan hari

kemudian. Yang demikian it lebih utama bagimu lebih baik akibatnya.Adapun ketetapan-ketetapan ulil amri dalam arti sebagai petugas-petugas kekuasaan

negara, menurut Hazairin ada dua macam yaitu:

(a) Ketetapan yang merupakan pemilihan atau penunjukan garis hukum yang setepat-

tepatnya “untuk dipakaikan pada suatu perkara atau kasus yang dihadapi“ baik yang bersumber dari al-Qur’an maupun dari Sunnah Rasul

(b) Ketetapan yang merupakan pembentukan garis hukum yang baru “bagi keadaan baru

menurut tempat dan waktu, dengan berpedoman pada al-Qur’an dan Sunnah”. Kategori inidinamakan hasil ijtihad dengan menggunakan al-ra’yu