NDALUSIA PADA MASA KEKUASAAN DINASTIA AL-MURABITUN...
Transcript of NDALUSIA PADA MASA KEKUASAAN DINASTIA AL-MURABITUN...
"ANDALUSIA PADA MASA KEKUASAAN DINASTI
AL-MURABITUN (1090-1147)”
Diajukan dalam rangka persyaratan memperoleh gelar Sarjana Humaniora
(S.Hum)
Oleh:
Nikma Arini
105022000848
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “ANDALUSIA PADA MASA KEKUASAAN
DINASTI AL-MURABITUN (1090-1147)” telah diujikan dalam sidang
munaqasyah di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 28 Januari 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) pada Program Studi Sejarah dan
Peradaban Islam.
Jakarta, 28 Januari 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. M. Ma’ruf Misbah, M.A. Usep Abdul Matin, S.Ag, M.A., M.A.
NIP: 19591222 199103 1 003 NIP: 19680807 199803 1 002
Anggota,
Penguji Pembimbing
Prof. Dr. Didin Saefuddin, M.A Dr. Udjang Thalib, MA NIP: 19611025 199403 1 001 NIP: 19470807 198103 1 001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orag lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 20 Januari 2010
Nikma Arini
ABSTRAK
Nikma Arini
Andalusia pada masa kekuasaan dinasti al-Murabitun (1090-1147 M)
Islam pada masa kekuasaan dinasti al-Murabitun di Andalusia tidak
banyak dikenal, dikarenakan singkatnya kekuasaan dinasti al-Murabitun di negeri
Andalusia. Tidak banyak buku yang membahas secara lengkap kecuali hanya
secara global tentang perkembangan dinasti al-Murabitun di Andalusia. Andalusia
merupakan nama Arab untuk Jazirah Alberia yang pada masa sekarang dikenal
sebagai Spanyol dan Portugis.
Daulat al-Murabitun dipanggil di Barat dengan dinasti Almoravids.
gerakan al-Murabitun dimulai pada sekitar 1039 oleh seorang cendikiawan
Muslim Maroko Abdulah Ibnu Yasin yag berdakwah kepada suku Sanhaja yang
bermukim di pedalaman Sahara. Pengikutnya dengan cepat meningkat dan
Gerakan ini juga menyebar dengan cepat,.Mereka sepenuhnya menataati al-
Qur’an dan Sunnah dan beriman kepada Allah SWT.
Dinasti Murabitun pada masa kepemimpinan Yusuf Ibn Tasyfin di Afrika
Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat
di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas “undangan” penguasa-penguasa Islam di
sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-
negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya
memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan
Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih
jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, yang telah menciptakan langit
dan bumi, dan memberikan rizki-Nya kepada setiap makhluk ciptaan-Nya. Atas
nama Rahman dan Rahim-Nya, skripsi sederhana dengan judul : “ANDALUSIA
PADA MASA KEKUASAAN DINASTI AL-MURABITUN (1090-1147)” ini
dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kanjeng nabi
Muhmmad SAW, kepada keluarga, sahabat serta umat beliau yang senantiasa
mencintai dan menjalankan amanah-amanah beliau.
Dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kendala yang seringkali
menjadi faktor penghambat bagi penulis, namun InsyaAllah seirig dengan
selesainya skripsi ini, penulis juga dapat mengambil hikmah dan I’tibar dari
hambatan-hambatan yang telah dihadapi. Kendala itu semua dapat penulis lewati
dengan bantuan motivasi, bimbingan serta dukungan moril dan materil dari orang-
orang yang menyayangi penulis. Dengan sikap tulus dan segala kerendahan hati
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Yang tercinta dan akan selalu penulis banggakan serta penulis sayangi, Ibunda
Jasmurni, Ayahanda Abdur Rahim Nasir, Sungguh kasih mu tak terbalaskan
yang telah memberikan segenap kasih sayang serta doa yang tak pernah
vi
terputus yang selalu mengiringi setiap langkah penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, buat kakak tersayang (Radhian Rahim, Radhina Rahim) dan adik
tersayang (Ulfa,Yuni,Nisa,Azka dan Fikri), serta seluruh keluarga besar yang
telah memberikan semangat, motivasi dan doa.
2. Bapak Dr.Udjang Tholib,MA selaku dosen pembimbing yang penulis kagumi
dan banggakan, yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan
kesabarannya dalam penulisan skripsi ini, serta memberikan motivasi kepada
penulis untuk konsisten di bidang aktivitas intelektual
3. Bapak Abd. Choir, Dr, M.A, selaku dekan Fakulatas Adab dan Humaniora.
4. Drs. H.M. Ma’aruf Misbah, MA dan Usep Abdul Matin, MA selaku ketua dan
sekertaris jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah .
5. Dosen-dosen fakultas Adab dan Humanioara, Bapak Dr. Fuad Jabali,M.A,
Nurhasan, M.A, Imam Subchi,M.A, Tarmizi Idris, Drs, Tati Hartimah, M.A,
Parlindungan Siregar,M.A, dan dosen-dosen lainnya yang tidak dapat
disebutkan.
6. Segenap pengelola dan staf perpustakaan Utama dan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Iman Jama’, Perpustakaan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia (PNRI), yang telah memberikan fasilitas kepada penulis
dalam mengadakan studi kepustakaan.
7. Terimakasih buat teman-teman yang telah membatu demi suksesnya penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini (D.i Ansusa Putra. Lc, (atas terjemahannya)
vii
kakanda Andrio Jufri, adinda Andri Aziz dan Ryo Reyvaldi di Cairo yang
telah memberikan sumber yang sangat penulis butuhkan).
8. Kepada sahabat-sahabat tersayang, Yusef Riza Rukmini S.Pd, Nurmala
Sari S.Hum, Elda Wediana, Nisa Nurhakim, Hasep Perlia S.Pdi, Benny
Saputra, Jefri Tanjung S.Pdi dan Kakanda Fahmi Irfani S.Hum tempat ku
berkeluh kesah, terimakasih atas segala perhatian dan kasih sayangnya
9. Emy Kalsum, Ibnu Wicaksono, Ahmad Jufri, dan semua teman-teman yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaannya.
10. Rekan-rekan kelas SPI angkatan 2005, terimakasih atas terjalinnya makna
persahabatan ini.
11. Seseorang yang sangat spesial, yang selalu setia menemani dalam segala
kesusahan maupun senang. Terima kasih atas kebaikannya selama ini.
Harapan penulis semoga skripsi ini memiliki manfaat bagi penulis sendiri
dan juga pihak lain yang membutuhkan.
Akhir kata penulis panjatkan doa kepada Allah SWT, agar
senantiasa melimpahkan Rahmat dan karuniaNya dan semoga semua bantuan
yang diberikan dapat menjadi nilai ibadah serta dijadikan amal kebaikan. Amin.
Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.
Ciputat, 20 Januari 2010
Penuli
s viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................................... i
Halaman Persetujuan Pembimbing ........................................................ ii
Halaman Pengesahan Panitia Ujian........................................................ iii
Halaman Pernyataan ............................................................................... iv
Abstrak ..................................................................................................... v
Kata Pengantar ........................................................................................ vi
Daftar Isi .................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang penelitian ................................................... 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah ....................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................ 4
D. Metode dan Teknik Penulisan ............................................. 4
E. Survey Kepustakaan ........................................................... 6
F. Sistematika Penulisan ......................................................... 7
BAB II MASUKNYA DINASTI ALMURABITUN KE ANDALUSIA
A. Munculnya Dinasti Al-Murabitun ....................................... 9
B. Situasi Politik di Andalusia Menjelang Pemerintahan
Al-Murabitun...................................................................... 14
C. Faktor-faktor yang membantu dinasti al-Murabitun menguasai
Adanlusia............................................................................ 18
ix
BAB III PERKEMBANGAN UMAT ISLAM DI ANDALUSIA PADA
MASA DINASTI AL-MURABITUN
A. Kondisi Umat Islam Sebelum Dinasti Al-Murabitun ........... 23
B.
Perkembangan Politik Dinasti al Murabbitun ......................
24
C.
Perkembangan Ummat Islam pada Masa al Murabbitun ......
28
1. Agama dan Pendidikan ..................................................
29
2. Seni dan Budaya............................................................
39
BAB IV KERUNTUHAN DINASTI AL-MURABITUN
A. Umat Islam di Andalusia Pasca Kejatuhan
Dinasti Al-Murabitun .......................................................... 43
1. Perperangan Pertama Antara Al-Murabitun Dan
Al-Muwahidun............................................................. 44
2. Situasi al-Murabitun di Ibukota Marakeys
(Afrika Utara) ............................................................... 45
B.
Akhir Kekuasaan Al-Murabitun Di Andalusia.....................
47
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 52
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak banyak orang mengetahui perihal keadaan Ummat Islam pada
masa kekuasaan dinasti al-Murabitun di Andalusia1. Padahal pada masa
tersebut Andalusia merupakan salah satu pusat peradaban Islam yang
gemilang.
Peristiwa masuknya gerakan al-Murabitun yang berasal dari Afrika
Utara, berawal dari gerakan keagamaan sampai menjadi Dinasti yang
menguasai Andalusia, karena pada masa ini adanya perpecahan antara satu
dinasti dengan dinasti yang lain, di sebabkan kaum Muslim mulai mengukur
diri mereka sebagai anggota dari bangsa-bangsa yang berbeda. Semakin hari
semakin sukar saja bagi mereka untuk bersatu padu dalam kepentingan
bersama, dan sebab perpecahan di kalangan Umat Islam saling bermusuhan di
antara mereka dan ambisi yang berlebihan-lebihan dari beberapa orang raja,
orang-orang Kristen mampu menyerang kaum Muslim secara tuntas, dan
menundukkan mereka satu demi satu.2
Orang yang paling bertanggung jawab untuk mendapatkan bantuan
kaum al-Murabitun adalah al-Mu’tamid, pemimpin daerah yang mengitari
Sevile, yang ada pada waktu itu dipaksa membayar upeti tahunan kepada
1
Sebutan bagi semenannjung Iberia periode Islam, Sebutan itu berasal dari Vandalusia
artinya negeri bangsa Vandal sebelum mereka diusir oleh bangsa Gothia Barat pada abad V M 2 Ahmad Thomson and Muhammad ‘Ata’ur Rahim, Islam in Andalusia from 1996,
diterjemahkan oleh Kampung Kreasi “ Islam Andalusia Sejarah Kebangkitan Dan Keruntuhan”, (Jakarta: gaya Media Pratama, 2004), h. 91
1
2
kaum Kristen Trinitarian supaya tetap “Merdeka”. Ketika Alfonso VI3 pada
suatu tahun menolak untuk menerima upetinya dan menyuruhnya untuk
menyerahkan semua bentengnya, Al Mu’tamid memutuskan untuk meminta
perlindungan dari Yusuf Ibnu Tasyfin4 dan al-Murabitun, meskipun ada
usaha-usaha dari beberapa pemimpin lainnya untuk menghalang-halanginya.
Mereka berargumen bahwa sebuah kerajaan tanpa warisan dan satu pedang
panjang tidak memiliki ruang di dalam sarung pedang yang sama, yang artinya
bahwa bisa jadi al-Mu’tamid akan kehilangan kerajaannya diambil alih oleh
al-Murabitun.
Terhadap hal ini, al-Mu’tamid menjawab dengan perkataann yang
kelak menjadi peribahasa di kalangan masyarakat Andalusia, Lebih baik
menjadi penunggang unta dari pada seorang pengembala babi, yang berarti dia
lebih memilih menjadi tawanan Yusuf Ibn Tasfin menjaga unta-untanya di
padang pasir dari pada menjadi tahanan Alfonso dan memelihara babi-babinya
di dalam kastil.
Setelah mengalami kemenangan dan dapat mengusir Alfonso, dan
akhirnya al-Murabitun pulang kembali ke negaranya, sekali lagi Yusuf Ibn
Tasyfin di mintai pertolongan.
Membicarakan Islam pada masa Dinasti al-Murabitun sangatlah
menarik dikarenakan di saat terjadi perpecahan dan perebutan kekuasaan
muncullah Dinasti yang berasal dari para mualaf yang sangat memegang teguh
ajaran Nabi Muhammad, dan di saat terjadi kekacauan yang terjadi di
1061
3 Seorang Raja Kristen Trinitarian yang berasal dari Castile.
4 Seorang pemimpin dari suku lamtuna ditunjuk sebagai gubernur Maroko pada tahun
3
Andalusia muncul pejuang yang mengatas namakan agama dan tidak
menyukai kehidupan dunia yang bergelimang harta. Mereka berusaha
mengembalikan cara-cara kehidupan kepada ajaran Rasulullah yang hampir
dilupakan oleh penguasa-penguasa di Andalusia.
Fenomena sejarah perkembangan kondisi umat Islam pada masa
Dinasti al-Murabitun serta sangat minimnya konstribusi para pemerhati
sejarah saat ini yang menulis tentang perkembangan Umat Islam di Andalusia,
maka bertitik tolak dari pemikiran di atas, penulis tertarik untuk memilih
karya tulis ilmiah (skripsi) dengan judul "ANDALUSIA PADA MASA
KEKUASAAN DINASTI AL-MURABITUN (1090-1147)”.
B. Batasan dan Rumusan masalah
Penulisan skripsi ini dibatasi pada pembahasan Dinasti al-Murabitun
dari tahun 1090 M sampai 1147. Permasalahan pokok yang dibahas dalam
skripsi ini ialah perkembangan Umat Islam pada masa Dinasti al-Murabitun,
dengan penekanan pada permasalahan di bidang sejarah, politik, sosial, seni,
budaya dan pendidikan. Untuk itu pelacakan atas peristiwa-peristiwa serta
penjabaran permasalahan tersebut akan dipandu melalui pertanyaan-
pertanyaan utama sebagai berikut:
1. Bagaimana proses masuknya Dinasti al-Murabitun ke Andalusia
2. Bagaimana Perkembangan Umat Islam pada masa Dinasti al-Murabitun
3. Apa sebab-sebab keruntuhan Dinasti al-Murabitun
4
C. Tujuan Penulisan
Sejarah tentang perkembangan umat Islam pada masa Al-Murabitun
di Andalusia sangat menarik untuk ditulis. Hal ini mengingat bahwa tulisan-
tulisan yang berkenaan dengan objek tersebut amatlah minim, dikarenakan
terbatasnya sumber-sumber yang membahas perihal kehidupan Islam di
Andalusia pada masa kekuasaan Dinasti al-Murabitun. Kalau bukan
merupakan bagian kecil dalam konteks studi lebih luas, mayoritas para
sejarawan dan para sarjana hanya membahas tentang kehidupan Umat Islam di
Andalusia secara global. Di samping itu, sebagian penelitian yang dilakukan
tidak mengkhususkan pengkajiannya tehadap pemilahan periodisasi.
Karya sejarah mengenai perkembangan Umat Islam di Andalusia
pada masa kekuasaan Dinasti al-Murabitun dipandang sangat berguna karena
Dinasti al-Murabitun memiliki peran besar dalam kemajuan yang terjadi di
Andalusia, terutama bagi mereka yang berminat meneliti tetang sejarah
perkembangan Islam di Andalusia. Banyak dari kalangan masyarakat yang
tidak mengetahui tentang perkembangan dan peran pentingnya dinasti al-
Murabitun kepada kemajuan Islam itu sendiri.
D. Metode Penelitian
Tujuan studi ini adalah untuk menulis sejarah, Maka upaya
merekonstruksi masa lampau dari objek yang diteliti itu ditempuh melalui
metode sejarah. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode
deskriptif analisis, yang dalam hal ini penulis berusaha mendeskripsikan atau
5
menggambarkan sejarah dan perkembangan Umat Islam pada masa kekuasaan
Dinasti al-Murabitun di Andalusia dan mengambil analisis data serta fakta
yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi. Pengumpulan data
atau sumber sebagai langkah pertama kali dilangsungkan dengan melakukan
pencaraian data melalui buku bacaan dan penggunaan bahan dokumen.
Metode ini dapat digunakan karena dapat di temukan sumber-sumber yang
tertulis. Walaupun terdapat hambatan di dalam menggumpulkan data dan
informasi baik primer maupun sekunder, hal tersebut tidak membuat penulis
pesimis untuk melaksanakan research. Sumber yang sama dapat dijumpai
berupa jurnal dan data tertulis lainnya dari dokumen dan buku.
Masih mengenai langkah pengumpulan data, teknik pengumpulan
data yang penulis pilih adalah melalui library research (studi kepustakaan).
yaitu dengan menelaah buku-buku, majalah, artikel yang memuat tentang
Islam di Andalusia. Data yang telah terhimpun dianalisa melalui pendekatan
sosial historis, yaitu pendekatan terhadap setiap gejala sejarah yang
memanifestasikan kehidupan suatu komunitas atau kelompok mencakup aspek
profesional dan juga struktural, sehingga dengan pendekatan ini akan
dihasilkan data-data yang akurat, tajam dan mendalam tentang perkembangan
Umat Islam pada masa kekuasaan Dinasti al-Murabitun di Andalusia.
Teknik penulisan pada skripsi ini merujuk pada buku : Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta”, terbitan CeQDA 2007. Dan buku-buku lainnya yang
berhubungan dengan metodelogi penelitian. Konsekwensi logis di dalam
6
metode penelitian sejarah, bahwa sumber tersebut diuji keaslian dan
kesahihannya melalui kritik ekstern dan intern. Setelah pengujian dan analisis
data dilakukan, maka fakta-fakta yang diperoleh disintesiskan melalui
ekplanasi sejarah. Penulisan sebagai tahap akhir dari prosedur penelitian
sejarah ini diusahakan dengan selalu memperhatikan aspek kronologis.
Sedangkan penyajiannya berdasarkan tema-tema penting dari setiap
perkembangan objek penelitian.5
E. Survey kepustakaan
Penelitian mengenai Sejarah Islam di Andalusia telah banyak
dilakukan oleh para sejarawan baik lokal maupun sejarawan internasianal.
Akan tetapi yang secara spesifik membahas tentang sejarah dan kondisi umat
Islam di Andalusia pada masa Dinasti al-Murabitun masih jarang ditemukan.
Buku almarhum Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam.6 walaupun
menjelaskan tentang Andalusia masa Dinasti al-Murabitun dari awal
munculnya Dinasti al-Murabitun sampai berakhirnya Dinasti al-Murabitun,
namun tidak menjelaskan lebih lanjut kondisi umat Islam di Andalusia. Begitu
juga buku "Philip K. Hitti, History Of The Arabs7, yang walaupun
menghadirkan kondisi umat Islam di Andalusia sebelum dan pasca kekuasaan
Dinasti al-Murabitun, tetapi buku tersebut tidak secara komprehensif
menjelaskan kondisi umat Islam pada masa kekuasaan Dinasti al-Murabitun,
5
Dudung Abdurrahman : Metode Penelitian Sejarah,( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998), h. 93
6 Badri Yatim, sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2003), h. 98
7 Philip K. Hitti, History Of The Arabs, (Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi 2006), h. 688
7
khususnya menjelaskan bagaimana kemajuan Umat Islam pada masa dinasti
al-Murabitun dan bagaimana kondisi intelektual Muslim pada masa Dinasti al-
Murabitun. Buku ini justru lebih tepat sebagai buku yang hanya
mendeskripsikan kondisi Umat Islam di Andalusia secara umum yang lebih
menonjolkan peran serta mereka dalam pemerintahan dan politik kekuasaan
saat itu.
Sejauh pengamatan penulis, hanya buku Ahmad Thomson,
Muhammad ‘Ata’ur Rahim, Islam Andalusia : “Sejarah kebanghitan dan
keruntuhan”8 yang mencoba mendeskripsikan dan mengungkap prihal kondisi
dan perkembangan umat Islam di Andalusia pada masa dinasti Al-Murabitun,
sebelum dan pasca Dinasti al-Murabitun dan menjelaskan peranan intelektual
Muslim di Andalusia dipaparkan secara komprehensif dalam buku ini.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membagi kedalam lima
pokok pembahasan yang mengandung isi sebagai berikut.
Bab I : Pendahuluan yang meliputi : Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penelitian dan Sistematika
Penulisan.
Bab II : Sejarah masuknya Dinasti al-Murabitun ke Andalusia yang
meliputi : Awal munculnya Dinasti al-Murabitun, Situasi politik
8
Ahmad Thomson and Muhammad ‘Ata’ur Rahim, Islam in Andalusia from 1996,
diterjemahkan oleh Kampung Kreasi “Islam Andalusia Sejarah Kebangkitan Dan Keruntuhan” (Jakarta: Gaya Media Pratama 2004), h. 121
8
Andalusia menjelang pemerintahan al-Murabitun, faktor-faktor
yang membantu Dinasti al-Murabitun menguasai Andalusia.
Bab III : Perkembangan Umat Islam pada masa Dinasti al-Murabitun yang
meliputi: Sekilas Pekembangan Umat Islam sebelum Dinasti al-
Murabitun, Perkembangan agama dan pendidikan pada masa
Dinasti al-Murabitun, Perkembangan seni dan budaya pada masa
Dinasti al-Murabitun,
Bab VI : Keruntuhan Dinasti al-Murabitun yang meliputi : Kondisi internal
menjelang keruntuhan Dinasti al-Murabitun, Perperangan pertama
antara al-Murabitun Dan al-Muwahidun, Situasi al-Murabitun di
Ibukota Marakesy (Afrika Utara), Akhir kekuasaan Al-Murabitun
Di Andalusia.
Bab V : Penutup yang meliputi: Kesimpulan dan Daftar Pustaka.
BAB II
MASUKNYA DINASTI AL-MURABITUN KE ANDALUSIA
A. Munculnya Dinasti Al-Murabitun
Andalusia (Andalus) merupakan nama Arab untuk jazirah Iberia yang
pada masa sekarang dikenal sebagai Spanyol dan Portugis. Awal berdirinya
kekuasaan Islam di Andalusia ditandai dengan tumbangnya Raja Roderick
(711 M) oleh Thariq Bin Ziyad bersama pasukannya yang didukung oleh
warga negara Andalusia sendiri, karena rakyat Andalusia tidak senang akan
rajanya yang bersifat kejam dan angkara murka. Dan sejak itulah wilayah
Andalusia merupakan bagian dari wilayah Daulat Bani Umayyah yang
berpusat di Damaskus dengan khalifahnya yang bernama Al Walid bin Abdul
Malik. kekuasaan Islam di Andalusia ( Spanyol ) berlangsung lebih kurang
tujuh setengah abad ( 711-1492 M ).
Selama lebih kurang tujuh setengah abad Islam di Andalusia mengalami
reformasi dalam internal pemerintahan, telah dicatat dalam sejarah ada
beberapa pemerintahan yang berkuasa yaitu bani Umayyah, kerajaan-kerajaan
kecil (Muluk At’Tawaif), Dinasti al-Murabitun, Dinasti al-Muwahidun dll.1
Al-Murabitun adalah salah satu dinasti Islam yang berkuasa di Maghrib.
Nama al-Murabitun barkaitan erat dengan nama tempat tinggal mereka
(Ribat)2, tetapi mereka biasa juga disebut al-Mulassimun ( pemakai kerudung
1 Ahmad Thomson and Muhammad ‘Ata’ur Rahim,Islam in Andalusia, h. 1
2 Ribat adalah pusat kegiatan kaum sufi, tempat pembinaan dan penggemblengan para
calon sufi yang diisi dengan kegiata pendidikan, pelatihan, pengkajian agama, dan ibadat kepada
Allah SWT. Istilah itu banyak dipergunakan di bagian barat dunia Islam ( seperti Maroko dan
9
10
sampai mentupi wajah). Asal-usul Dinasti ini adalah dari suku Lamtuna, salah
satu cabang dari suku Sanhaja. Diatara kegiatan mereka adalah menyebarkan
agama Islam dengan mengajak suku-suku lain menganut agama Islam seperti
yang mereka anut. Mereka mengambil ajaran mazhab salaf secara ketat.
Wilayah mereka meliputi Afrika Barat daya dan Andalusia.
Pada mulanya dinasti al-Murabitun merupakan gerakan keagamaan
yang kemudian berkembang menjadi gerakan religio militer.3
Pada paruh
pertama abad ke-11, pemimpin suku Sanhaja, Yahya Ibn Ibrahim,
melaksanakan ibadah ke Mekah, dan sekembalinya dari Mekah ia
mengundang seorang alim terkenal dari Maroko, Abdulllah Ibn Yasin untuk
berdakwah di tengah kaumnya. Sebagai fasilitas dakwah, maka di mulut
sungai Senegal dibangun sebuah Ribat, dan dari sini para ulama menyebarkan
bentuk Islam yang sederhana dan fundamentalis melalui Sudan Barat.4
Al-Murabitun adalah kelompok Umat Islam yang menyebarkan ajaran
tauhid Sunni di Afrika bagian utara. Mereka meyakini Islam sebagai agama
dan Negara, kemudian mereka mendirikan Dinasti al-Murabitun.
Al-Murabitun secara harfiah artinya adalah “orang-orang yang tinggal di
benteng tapal batas”, dan mereka mengenakan cadar di wajah mereka.5
mereka
adalah salah satu gelombang pemurnian spiritual yang dalam berbagai masa
Tunisia). Salam bahasa Arab, kata Ribat mempunyai beberapa arti: 1. Sesuatu yang dibuat untuk mengikat (tali dsb) 2. Sekawanan kuda, rombongan (pasukan) berkuda. 3. Tangsi, markas tentara.
4. Tempat yang diwakafkan untuk fakir miskin dan 5. Hati. Dan dalam bahasa Indonesia kata ribat
mengandung arti “gedung atau tempat melakukan pelatihan ibadat dan kewajiban lain. (Tim
penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Jembatan 1992) 3
Musyrifah Sunanto “Sejarah Islam Klasik, Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam” (Jakarta, Kencana, 2007) h. 128
4 C.E Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, (Jakarta : Mizan 1980), h. 50
5 Ibid
11
dalam sejarah Maghrib terjadi pada masyarakat Berber, Pada mulanya al-
Murabitun merupakan sebuah gerakan yang berdasar pada kecendrungan dan
hasrat keagamaan. Anggota al-Murabbitun merupakan keturunan Berber dari
Afrika Utara (Suku Sanhajah) di Sudan Barat.6
Daulat al-Murabitun dibangun pada tahun 400 H/1009 M. Dinasti ini
merupakan Dinasti ketiga7 dari Muslim Berber di Afrika, yang mengantikan
dinasti-dinasti Arab pada masa sebelumnya.8
Al-Murabitun didirikan oleh Yahya Ibn Ibrahim dengan guru utamanya
Shaikh Abu `Amran al-Fasi yang bermadzhab Maliki. Tokoh-tokoh utama
lainnya adalah `Abd Allah Ibn Yasin sebagai tokoh spiritual, Yahya Ibn `Umar
sebagai komandan militer yang dilanjutkan oleh Abu Bakr Ibn `Umar dan
Yusuf ibn Tasyfin9
Yahya Bin Ibrahim, Yahya bin Umar, dan juga Abu Bakar bin Umar.
Abdullah Ibn Yasin, berdakwah kepada suku Sanhaja yang bermukim di
pedalaman Sahara. Mereka membangun benteng di sebuah pulau di sungai
Nigeria, yaitu sungai Senegal. Benteng-benteng ini atau Ribat10
didirikan di
sepanjang garis perbatasan antara dunia Muslim dan non Muslim. 11
Ribat tidak
hanya digunakan untuk tempat berlajar ilmu-ilmu agama, tetapi juga digunakan
untuk menampung musafir yang tengah dalam perjalanan. Pada tempat itu
6 Glasse,Cyril. Ensiclopedi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 27
7 Daulat sebelum al-Murabitun di Afrika adalah daulat Al-Maghrawiah dan daulat al-
Sanhajah 8
Yoesoef Sou’yb, Kekuasaan Islam Di Andalusia, (Jakarta, Firma Madju 1984) h. 90
10 Benteng di perbatasan negeri Muslim tempat berjaga orang-orang yang menempuh
Jalan Allah dalam memerangi kebodohan dan ketidak adilan sosial terhadap masyarakat,
khususnya terhadap Muslim, dan dari musuh-musuh Islam. (Aswadi Jurnal, Ilmu Dakwah) 11
Ahmad Thomson and Muhammad ‘Ata’ur Rahim,Islam in Andalusia, h. 103
12
lambat laun berdiri perkampungan dan akhirnya mejadi sebuah kota kecil, yang
dikenal pada masa sekarang dengan kota Aghmat.12 Santri-santri ini terkenal
sebagai Murabitun, dalam bahasa Prancis kelompok ini disebut dengan nama
al-Moravides, sedangkan dalam bahasa Spanyol disebut dengan nama al-
Murabides.13
Dengan bimbingan dari Abdullah Ibn Yasin, pengikutnya dengan cepat
meningkat, baik dari sisi ketinggian akhlaknya maupun dari sisi jumlahnya.
Oleh karena itu pada tahun 1042, Islam telah menyebar di seluruh bagian
Sahara.14
Setelah ketakwaan dan kemurnian agama meresap dengan dalam pada diri
para santri (al-Murabitun) itu maka Abdullah Ibn Yasin segera memerintahkan
mereka menyebarkan ajaran tersebut. Ternyata usaha mereka tidak berhasil dan
beroleh tantangan di sana sini. Oleh karena itu Abdullah Ibn Yasin sendiri
bergerak keluar menjalankan dakwah tetapi itu pun tidak mendatangkan hasil.
Akhirnya iapun membentuk pasukan dari kaum santri dan
mempersenjatainya melalui dana Ribat dan mulai bertindak menyebarkan
Puritanism (pemurnian agama). Gerakan al-Murabitun itu lambat laun
bertambah luas pengikutnya.
Setelah Yahya Ibnu Ibrahim wafat pada tahun 434/1042M, maka
Abdullah Ibn Yasin menunjuk Yahya Ibn Umar untuk mengantikan kedudukan
Yahya Ibn Ibrahim sebagai pemimpin.
12
Yoesoef Sou’yb, Kekuasaan Islam, h. 95 13 Abdul Mun’im Al-Hafni, Ensiklopedia Golongan, Kelompok, Aliaran, Mazhab, Partai
dan Gerakan Islam, (Jakarta, Grafindo Khazanah Ilmu 2000), h. 802 14
Ibid,
13
Yahya Ibn Umar juga sangat fanatik kepada pemuka gerakan pemurnian
agama. Dengan semboyan al-Jihad maka iapun makin meluaskan dan
mengembangkan ajarannya ke daerah pedalaman Sahara. Gerakan itu sudah
memiliki pasukan yang besar. Menjelang tahun 447H/1055 gerakan Al-
Murabitun terkenal sebagai gerakan pemurnian agama.15
Pada tahun 447/1055M Yahya Ibn Umar wafat dalam gerakan Al-Jihad
yang dilancarkannya sampai perbatasan Sudan. Abdullah Ibn Yasin menunjuk
saudara dari Yahya Ibn Umar yaitu Abu Bakar Ibn Umar, sehingga
terbentuklah sebuah imperium yang dipimpin oleh Abu Bakar. Satu tahun sejak
kepemimpinan Abu Bakar, Abdullah Ibn Yasin menderita luka-luka dan wafat
dalam sebuah pertempuran menghadapi suku Barghawat. Dengan demikian
pemimpin spiritual (rohani) dan pemimpin pasukan dari gerakan al-Murabitun
menjadi satu ditangan Abu Bakar.16
Yusuf Ibnu Tasyfin termasuk salah seorang pendiri Dinasti al-Murabitun. Di
bawah kepemimpinan Abu Bakar dan letnannya, Yusuf Ibn Tasyfin, mereka
bergerak ke arah utara, yaitu ke Maroko, dan menaklukkan Afrika Utara
sampai ke Aljazair.17
Yusuf Ibn Tasfin berhasil menguasai Maroko pada tahun
1061.18
Pada 1062 Yusuf ditunjuk menjadi gubernur di Maroko dan
mendirikan Marakesy sebagai ibu kotanya. Para raja Dinasti al-Murabitun
mempertahankan semua otoritas penguasa yang menyandang gelar Amir al-
Murabitun. Tetapi dalam persoalan spiritual, mereka mengakui otoritas
15
Yoesoef Sou’yb, Kekuasaan Islam, h. 96 16
ibid 17
C.E Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, h. 50 18
Cyril glasse, Ensiclopedi Islam, h. 27
14
tertinggi Khalifah Abbasiyah di Baghdad,19 dan menganut Mazhab Maliki yang
konservatif dan dominan di Afrika Utara.20
Pada tahun 453 H/1061 Abu Bakar menyerahkan kepemimpinannya
kepada Yusuf Ibn Tasyfin, dan beberapa tahun setelah itu Abu Bakar wafat
karena terkena panah beracun dalam suatu pertempuran pada tahun
480H/1087M. Pimpinan spiritual dan temporal kini dijabat oleh Yusuf Ibn
Tasyfin (453-500 h/ 1061-1106 M) dan Yusuf Ibn Tasyfin inilah yang
meluaskan wilayah daulat al-Murabitun itu ke Andalusia dan langsung telibat
dalam berbagai peristiwa besar di sana.21
Selama lebih setengah abad kekuasaan al-Murabitun begitu kuat di Afrika
Barat-Daya dan Spanyol selatan.22
B. Situasi Politik di Andalusia Menjelang Pemerintahan al-Murabitun
Hancurnya kekhalifahan Umayyah di wilayah Andalusia pada tahun
422 H menyebabkan kekacauan politik secara umum.23
Muslim Spanyol
bercerai berai menjadi sejumlah kerajaan-kerajaan kecil.
19 Philip K. Hitti, History Of The Arabs, h. 689
20 C.E Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, h. 50.
21 Yoesoef Sou’yb, Kekuasaan Islam, h. 96
22 Philip K. Hitti, History Of The Arabs, h. 689
23 Abdul Hakim Al-Afifi, 1000 Peristiwa Dalam Islam,(Jakarta; Pustaka Hidayah), h. 244
15
Perpecahan Negeri2 Andalusia di tahun 1031 (wilayah berwarna putih, merah, kuning, dan biru di bagian utara termasuk kerajaan Kristen)
Dari puing-puing kekhalifahan Umayyah, muncul sejumlah kerajaan
kecil yang terus menerus bertikai dalam perang saudara, Melihat kaum
Muslimin berpecah dan tiap-tiap kota atau negeri medirikan kerajaan sendiri,
situasi tersebut membuat raja-raja Spanyol tersenyum, karena memang mereka
telah lama menunggu kejadian itu. Raja Spanyol menggunakan politik
menghasut untuk memperkeruh suasana sehingga menimbulkan permusuhan
di antara raja-raja Muslim sehingga terjadi perang saudara.24
Pada pertengahan abad ke 11 tidak kurang dari dua puluh kerajaan-
kerajaan kecil yang muncul di berbagai daerah, seperti Bani Ubbad di Sevilla,
Daulat Bani Zun Nun di Toledo, Daulat Bani Hud di Daracosta, Daulat Bani
24 Hamka, Sejarah Umat Islam, (Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd 2001), h. 300
16
Ziry di Granada, daulat Bani Hamud di Malaga dan daulat Bani Amiriyah di
Valencia25.
Permusuhan sengit terjadi di antara al-Qadir Ibn Dzun, yang berasal
dari suku Barbar di Afrika Utara dan wali kota Toledo di Andalusia dengan al-
Muqtadir Bin Hud, walikota Zaragoza26. Masing-masing dari mereka
kemudian meminta perlingungan kepada para pemimmpin Spanyol dengan
membayar Jizyah. Ketika pemerintah Spanyol menambah tuntutannya,
kekayaan Toledo mulai habis sehingga penduduknya memberontak dan
mengusir al-Qadir dari sana. Oleh karena itu, ia meminta bantuan Alfonso VI,
komandan pasukan Spanyol yang dikenal dengan kebenciannya terhadap
bangsa Arab. Alfonso VI memberikan janji palsu untuk memberikan bantuan.
Dia mengerahkan pasukan yang besar ke Toledo, lalu mengepungnya selama
sembilan hari, dan pada akhirnya dia dapat merebutnya dan memasukkannya
kedalam kekuasaan Spanyol. Dengan demikian, hilanglah bagian yang
berharga dari wilayah kaum Muslimin di Andalusia.27
Setelah berhasil menguasai Toledo beserta wilayahnya yang luas itu
pada tahun 1084 M Alfonso VI dari kerajaan Castile-Leon memindahkan ibu
kota kerajaan Catile-Leon itu dari Burgos ke Toledo, maka pada tahun 1085 M
ia pun mengerakkan pasukannya lagi dari Toledo untuk merebut dan
25 Laily Mansur, Islam Di Spanyol : Kemunduran Dan Kehancuran Dinasti Kecil, Study
Purnasarjana (SPS), ke – III tahun1976/1977 26
Salah satu kota di Andalusia. 27
Abdul Hakim Al-Afifi, 1000 Peristiwa Dalam Islam, h. 244
17
menguasai Zaragoza beserta wilayahnya yang luas itu dari kekuasaan Bani
Hud.28
Di masa itu ada kerajaan yang meskipun kecil tetapi termasuk kuat,
yaitu kerajaan Bani Abbad (1023-1091) yang pemerintahannya berpusat di
Seville. Raja yang terkenal dari dinasti ini memerintah dengan gelar al-
Mu’tamid (1068-1091)29
. Pada masa kekuasaannya Seville selalu berhadapan
dengan berbagai kekuasaan dalam kerajaan-kerajaan kecil lainnya.30
Tetapi
lambat laun kerajaan itu juga merasa lemah berlawanan dengan kerajaan-
kerajaan Spanyol yang telah mulai besar.31
Kaum Muslim di Andalusia terus
saling berperang dan melemah, sementara kaum Murabithun di Afrika Utara
bertambah kuat.
Al-Mu’tamid, pemimpin daerah yang mengitari Sevile pada waktu itu
dipaksa membayar upeti tahunan kepada kaum Kristen Trinitarian supaya
tetap “Merdeka”. Ketika Alfonso VI32 pada suatu tahun menolak untuk
menerima upetinya dan menyuruh untuk menyerahkan semua bentengnya, al
Mu'tamid memutuskan untuk meminta perlindungan dari Yusuf Ibnu Tasyfin
dan Al-Murabitun, meskipun ada usaha-usaha dari beberapa pemimpin lainnya
untuk menghalang-halanginya. Mereka berargumen bahwa sebuah kerajaan
tanpa warisan dan satu pedang panjang tidak memiliki ruang di dalam sarung
pedang yang sama, yang artinya bahwa bisa jadi Al-Mu'tamid akan kehilangan
28
Yoesoef Sou’yb, Kekuasaan Islam Di Andalusia, h.105 29
Laily Mansur, Islam Di Spanyol : Kemunduran Dan Kehancuran Dinasti Kecil, Study Purnasarjana (SPS), ke – III tahun1976/1977
30 Ibid.
31 Hamka, Sejarah Umat Islam, h. 300
32 Seorang raja Kristen Trinitarian yang berasal dari Castile.
18
kerajaannya diambil alih oleh al-Murabitun.33 Al-Mu’tamid menjawab
bantahan itu dengan kata-kata “Menjadi orang tawanan dan disuruh
menggembala unta di Afrika, lebih kusukai dari pada menjadi orang tawanan
tetapi disuruh menggembala babi di Spanyol”. Artinya biarlah negeri jatuh
kebawah kekuasaan sesama Islam daripada kebawah kuasa orang kafir.34
Akhirnya bantuan dari al-Murabitun datang ke Andalusia dan didalam
waktu singkat semua musuh dapat dikalahkan. Tetapi dengan masuknya
pasukan al-Murabitun ke Spanyol berarti masuk pula kekuasaan Murabitun ke
Andalusia.35
C. Faktor-faktor yang membantu Dinasti al-Murabitun menguasai
Andalusia.
Ketika kerajaan Kristen disibukan oleh masalah-masalah internal tiba-
tiba kembali mereka mengalihkan perhatianya untuk mengahadapi negara
tetangganya yang Islam. Kerajaan Leon dan Castile, yang bergabung di bawah
raja Ferdinand I dan putranya, Alfonso VI menjadi sangat berbahaya. Alfonso
memasukkan Galicia dan Navarre ke dalam wilayah kerajaannya. Lalu, ketika
para pangeran Muslim dan Kristen berlomba-lomba menarik simpatinya,
Alfonso menetapkan gelar baru untuk dirinya, yaitu Kaisar, sebagaimana
penerusnya, Alfonso VII, yang juga mengambil gelar itu, dan menyebut
dirinya sebagai “Raja atas rakyat dari dua Agama”. Serbuan-serbuan dari utara
kini menjadi rutin dan menjangkau wilayah selatan sampai sejauh Cadiz. Kala
33 Ahmad Thomson and Muhammad ‘Ata’ur Rahim,Islam in Andalusia h. 121
34 Hamka, Sejarah Umat Islam, h. 301
35 Laily Mansur. L.ph, Islam Di Spanyol
19
itu, Rodrigo Diaz Debivar, (Cid sang penantang)36, telah memantapkan dirinya
bersama para pengikutnya dari Castile di Valencia.37
Karena tertekan oleh umat Kristen al-Mu’tamid meminta bantuan
kekuatan Yusuf Ibn Tasyfin seperti yang sudah di jelaskan diatas. Yusuf Ibn
Tasfin segera bergerak menuju Spanyol. Yusuf Ibn Tasyifin tidak menyia-
nyiakan waktu di Andalusia. Ia menyusun barisan pasukannya yang tanguh
dan mengerahkan mereka untuk menghadapi pasukan Spanyol yang besar,
yang dipimpin oleh Alfonso VI yang sebelumnya melawan raja-raja Islam di
Andalusia dan menguasai Toledo. Terjadilah suatu pertempuran yang
dianggap terbesar dalam sejarah Islam, yaitu pertempuran Zallaqah
dinisbatkan pada lembah Zallaqah dekat kota Badajoz, sebelah barat daya
Andalusia. Walaupun Alfonso mengunakan taktik dalam menghadapi pasukan
Murabitun, tetapi Yusuf Ibn Tasyfin dan pasukannya merasa yakin akan
meraih kemenangan. Mereka mengepung Spanyol dari segala arah, lalu
menyerang. Alfonso sendiri dapat melarikan diri setelah diserang dengan
meninggalkan persenjataannya, dan bangkai-bangkai pasukannya memenuhi
lembah yang luas itu.38
Kekuatan Alfonso VI yang berusaha menghalanginya
berhasil dikalahkan oleh pasukan perang al-Murabitun.39
36 Rodrigo keturunan keluarga bangsawan castile, awalnya bekerja untuk alfonso VI,
tetapi kemudian (1081) ia dibuang dari wilayah kerajaan Castile. Sebagai seorang Kristen, perilaku
Rodrigo lebih mirip seorang Muslim. Ketika bekerja untuk Dinasti Hudiyah dia Saragossa, Rodrigo memperoleh popularitas dari sedadu Muslim bawahannya, ia mendapat julukan “El Cid Campeador” . Puncak prestasi Cid Sang Penantang adalah pendudukan atas Valencia pada tahun
1094. 37
Philip K. Hitti, History Of The Arabs, h. 686 38
Abdul Hakim Al-Afifi, 1000 Peristiwa, h. 245-246 39
Cyril glasse, Ensiclopedi islam, h. 27
20
Kaum Muslim di Andalusia merasa kagum kepada Yusuf Ibn Tasyfin.
Setelah menang dalam pertempuran Zallaqah, Yusuf segera kembali ke Afrika
Utara untuk menjalankan urusan-urusan daulahnya.40
Alfonso VI dari Castile-Leon, semenjak kekalahannya di Zallaqah pada
tahun 1086 M itu, berikhtiar menyusun dan memulihkan kekuatannya
kembali. Pengalaman pahit di Zallaqah itu menyebabkan dia mempersiapkan
pasukan yang betul-betul terlatih dengan baik. Hal itu menguatirkan raja-raja
Islam di Andalusia.41
Sekembalinya Yusuf ke Afrika Utara, perseteruan di antara raja-raja
kecil terjadi lagi. Sementara itu, Alfonso VI berambisi untuk merebut kerajaan
mereka. Oleh karena itu, al-Mu’tamid Bin Ibad berangkat kembali ke Afrika
Utara untuk meminta bantuan kedua kalinya kepada Yusuf Ibn Tasyfin guna
menyelamatkan Andalusia yang dikoyak perseteruan dan persaingan. Yusuf
Ibn Tasyfin dan pasukannya berangkat kembali ke Andalusia. Ia mengundang
raja-raja Islam Andalusia untuk bertemu dengannya di sebuah benteng untuk
mengakhiri permusuhan dan menyatukan barisan mereka untuk berjihad
bersama melawan Spanyol. Tetapi Raja-raja Islam Andalusia itu tidak
mengindahkan undangan tersebut dan meneruskan permusuhan di antara
mereka, walaupun rakyat memberontak kepada mereka.42
Al-Murabitun yang mempunyai dasar untuk memurnikan agama dari
khurafat dan munkarat menyaksikan kenyataan yang sebenarnya di Andalusia,
baik corak kehidupan raja-raja Islam berserta lapisan atas, dan corak
40 Abdul Hakim Al-Afifi, 1000 Peristiwa, h. 246
41 Yoesoef Sou’yb, Kekuasaan Islam Di Andalusia, h. 117
42 Abdul hakim Al-Afifi, 1000 peristiwa., h. 247
21
kehidupan rakyat secara umum. Mereka menilai kaum Muslim Andalusia
telah jauh menyimpang dari ajaran Islam yang murni. Karena itulah mereka
mulai melakukan himbauan-himbauan untuk kembali kepada ajaran Islam
yang murni. Mereka mengirimkan missi dakwah ke berbagai penjuru wilayah
Andalusia, sejak dari pesisir timur sampai pesisir barat. Jarak antara corak
kehidupan al-Murabitun yang sederhana itu dengan corak kehidupan yang
umum di Andalusia itu sangat berbeda jauh karena mereka sudah hanyut
dalam kemewahan dalam segala ragam bentuknya. Himbauan itu diangap
enteng oleh para penguasa Andalusia, sehingga terjadilah tindakan kekerasan
di berbagai tempat. Maka raja-raja Islam di Andalusia mulai menyadari akan
kenyataan eksplosif yang mereka hadapi.
Mereka sendiri tidak berdaya untuk mengusir kembali angkatan perang
al- Murabitun keluar dari Andalusia. Maka secara diam-diam berlangsunglah
perundingan-perundingan rahasia dengan pihak penguasa-penguasa Kristen
pada belahan utara untuk membebaskan mereka dari tekanan angkatan perang
al-Murabitun. Perundingan-perundingan rahasia akhirnya diketahui oleh
Yusuf Ibn Tasyfin yang berlangsung antara raja-raja Islam di Andalusia
dengan pihak musuh.43 Selanjutnya, Yusuf Ibn Tasyfin mengusir mereka dari
kerajaan mereka dan mengerahkan ekspansi militer al-Murabitun kepada ke
lima kerajaan tersebut untuk menundukkannya.44 Dan memasuki tahun 484
H/1090M, Andalusia berada dalam kekuasaan Daulah al-Murabitun dari ujung
43
Yoesoef Sou’yb,Kekuasaan Islam, h. 120 44 Abdul Hakim Al-Afifi, 1000 Peristiwa., h. 247
22
Afrika Utara, dan dengan demikian pemerintahan raja-raja kecil berakhir di
Andalusia.45
45 Yoesoef Sou’yb, Kekuasaan Islam, h. 120
BAB III
PERKEMBANGAN UMAT ISLAM DI ANDALUSIA PADA MASA
DINASTI AL-MURABITUN
A. Kondisi Umat Islam Sebelum Dinasti Al-Murabitun menguasai Andalusia
Lebih kurang setengah abad, antara keruntuhan akhir kekhalifahan
Umayyah dan tampilnya al-Murabitun, merupakan masa fragmentasi politik.
Meskipun demikian, pada masa ini pula terjadi kecemerlangan kultural.
Dari puing-puing kekhalifahan Umayyah, muncul sejumlah negara
kecil yang terus menerus bertikai dalam perang saudara.1
Kesenjangan sosial
pun mulai merentang panjang. Kemewahan seorang khalifah memberikan
jarak pada sisi-sisi gelap penduduk Andalusia. Kriminalitas mulai meningkat
dan kerusuhan mulai terangkat ke permukaan. Oleh karena itu beberapa
pemegang kekuasaan kecil di kota-kota Andalusia mulai tumbuh keterikatan
warga kota secara separatif2
karena tidak puas dengan kekuasaan sentral
Cordoba. Beberapa dari mereka meminta bantuan raja Spanyol utara.3
Menurut A. R. Nykl, ada dua puluh tiga kerajaan kecil yang berkuasa
di berbagai bagian al-Andalus, sebagian di antaranya hanyalah Negara kota,
sebagian lain, seperti Afthasiyyah di barat-daya menguasai wilayah yang amat
luas. Dinasti-dinasti ini terdiri dari berbagai ras yang mencerminkan
kemajemukan kelas-kelas militer di bawah Umayyah dan ketegangan Arab
sejati, seperti “Abbasiyyah di Sevile dan Hudiyyah di Saragoza. Sebagian
1
C.E Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, (Jakarta : Mizan 1980), h. 35 2
Melepaskan diri 3
http://religiusta.multiply.com/journal/item/73 “Kronika Budaya Dalam Perjalanan Ideologi Politik Di Andalusia”
23
24
lainnya adalah Berber seperti Miknasa Afthasiyah di Badajoz, Hawwarah
Dzun Nuniyah di Taledo (yang nama aslinya adalah nama Berber, yaitu
Zennun), dan barangkali Hammudiyyah di Maroko hingga sampai kekhalifah
‘Ali. Sebagian dinasti Taifa (kerajaan-kerajaan kecil) tersebut lahir dari
sejumlah besar pasukan yang datang dari Afrika pada akhir abad kesepuluh di
bawah al-Mansur, seperti Shanhaja Berber Ziriyah dan Elvira; sekelompok
klan ‘Amiriyyah dan keturunan al-Manshur memperoleh kemajuan di
Valensia.4
Menjelang akhir abad ke 11, mulailah terjadi reaksi terhadap kaum
Muslim di Spanyol. Kelas-kelas religius memberikan reaksi terhadap
hedonisme dan ketidakbertanggungjawaban banyak penguasa lokal, dan
mereka siap menerima pemerintahan al-Murabitun. Kebetulan, pada tahun
418/1085 orang-orang Kristen berhasil merebut Toledo. Dan ini memaksa raja
penyair ‘Abbadiyyah Al-Mu’tamid untuk berpaling ke al-Murabitun.5
B. Perkembangan Politik Dinasti al-Murabbitun setelah menguasai
Andalusia
Yusuf
Ibn Tashfin (1061 − 1106)
Ali Ibn Yusuf
Tashfin ibn Ali (1142 − 46)
Ishaq ibn Ali (1146 − 47)
Ibrahim ibn Tasyfin ( 1146)
4 C.E Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, h.35
5 Ibid, h. 35-36.
25
Pertempuran Zallaqah yang di menangkan pasukan Murabitun atas
pasukan Spanyol merupakan tamparan yang keras yang menghinakan bukan
hanya bagi Spanyol, tetapi juga bagi negara-negara Eropa yang memobilisasi
opini publik Eropa untuk mengerahkan Ekspedisi Salib yang besar guna
menghancurkan daulah-daulah Islam di timur dan menguasai Baitul Maqdis.
Untuk itu, orang-orang Eropa segera bergabung dengan pasukan Spanyol, dan
Alcimbiator (Elcid), mulai menampakkan ambisinya untuk mengalahkan
pasukan al-Murabitun di Andalusia.
Pada dasarnya, Alcimbiator (Elcid) dapat melakukan hal itu
disebabkan kesalahan dari pihak al-Murabitun. Alcimbiator berambisi untuk
menguasai kota Valencia, sebuah kota besar yang terbentang di laut
Mediterania yang terletak puluhan mil sebelah utara Valencia.6 Elcid
melakukan pengepungan terhadap kota-benteng Juballa yang sudah di kuasai
pasukan al-Murabitun. Pengepungan ini berlangsung delapan bulan lamanya.7
Akan tetapi, pasukan al-Murabitun dapat segera menghalau kepungan itu dan
Elcid mundur dari sana. Ketika komandan al-Murabitun, Abu Bakar Al-
Lamtuni melihat bahwa kota itu telah aman, ia meningalkannya. Ketika Elcid
mengetahui hal itu, ia segera mempertahankan kota tersebut dan jatuh lah kota
Valencia ke tangan Spanyol (486 H/1093 M).8
Jatuhnya Valencia yang sangat kaya ke tangan Elcid tidak menjadi
kehilangan bagi pemerintahan al-Murabitun, khususnya Yusuf Ibn Tasyfin,
yang masih dianggap sebagai Daulah Islam paling kuat pada waktu itu. Oleh
6 Abdul Hakim Al-Afifi, 1000 Peristiwa, h. 248 7
Yoesoef Sou’yb, Kekuasaan Islam, h. 131 8
Abdul Hakim Al-Afifi, 1000 Peristiwa, h. 248
26
karena itu, Ibn Tasyfin segera memberhentikan Abu Al-Lamtuni. Ia
memfokuskan perhatiannya untuk memerangi Elcid. Pertempuran di
Konsugira merupakan percobaan untuk membunuh Elcid, di mana dalam
pertempuran itu, putranya terbunuh dan kekuatannya berkurang. Peristiwa itu
sangat berpengaruh kepada mental dan fisiknya. Pada tahun berikutnya, yakni
pada 10 juli 1099 M iapun wafat di Valencia dalam usia 56 tahun.9
Kemudian,
pasukan al-Murabitun yang tangguh di bawah pimpinan Muhammad Bin
Muzadili berangkat ke Valencia dan mengepung kota itu. Serangan-serangan
gencar Spanyol ataupun pasukan-pasukan yang dikirim Alfonso VI tidak
berhasil mempertahankan kota itu yang jatuh pada bulan rajab tahun 495
H/1102 M. Dengan demikian tentara al-Murabitun merebut kembali kota
Valensia dari tangan Spanyol.10
Yusuf Ibn Tasyfin (1061-1106 M) wafat pada tahun 500 H/1106 M
dalam usia seratus tahun menurut tahun Hijriah ataupun 97 Tahun menurut
tahun Masehi. Ia memerintah selama 46 tahun lamanya dan Daulat al-
Murabitun mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahannya.11
Ibn
Tasyfin telah berhasil mendirikan daulah Islam yang sangat kuat di utara
Afrika serta ujung dan selatan Afrika Utara. Kemudian, kekuasaannya meluas
sehingga meliputi negeri-negeri Andalusia dengan mengalahkan Spanyol dan
menyatukan kerajaan-kerajaan Andalusia di bawah kepemimpinannya. Ia
mengembalikan kemuliaan kaum Muslim awal di Andalusia setelah kerajaan-
kerajaan kecil bertindak sewenang-wenang di negeri mereka karena ambisi
9
Yoesoef Sou’yb, Kekuasaan Islam, h. 135 10
Ibid, h. 255 11
Yoesoef Sou’yb, Kekuasaan Islam, (Firma Madju, Jakarta 1984) h.137
27
mereka dan bersekutu dengan musuh. Sebelum wafat, Ibn Tasyfin membaiat
putranya, ‘Ali untuk menjadi penguasa di andalusia. Kaum al-Murabitun di
Afrika Utara menyetujui pengangkatan itu.12
Ali bin Yusuf memerintah
Andalusia dan Afrika Utara selama tigapuluh enam setengah tahun berikutnya
dengan cara pulang pergi diantara kedua daerah kekuasaan tersebut.13
Setelah resmi memerintah al-Murabitun, ‘Ali Bin Yusuf Ibn Tasyfin
menghadapi musuh bebuyutan ayahnya, Alfonso VI yang mengira bahwa
Andalusia telah melemah setelah Ibn Tasyfin wafat. Akan tetapi, Amir yang
baru segera mempertahankan kesatuan dan kekuatan Andalusia. Ia mengutus
saudaranya, Tamim Bin Yusuf untuk memimpin pasukan Andalusia dan
mengepung benteng Spanyol yang kuat bernama Aqlis. Setelah benteng itu
terkepung rapat, Alfonso VI mengutus putranya, Santo, untuk membubarkan
kepungan dari sekeliling benteng dan kota. Ketika Santo sampai ke sana.
Pasukan al-Murabitun telah menyerang benteng itu dan mempertahankannya.
Kemudian, mereka keluar untuk menghadapi pasukan Spanyol dan
mengalahkannya. Dalam pertampuran itu putra Alfonso VI bersama 10.000
pasukan kuda Spanyol terbunuh.
Alfonso VI meninggal dunia akibat duka atas kematian putrannya
setahun setelah kekalahan itu. Disisi lain, pertempuran tersebut merupakan
pertempuran terbesar kedua yang dimenangkan pasukan al-Murabitun atas
Spanyol di Andalusia.14
12 Abdul Hakim Al-Afifi, 1000 Peristiwa, h. 256
13Ahmad Thomson and Muhammad ‘Ata’ur Rahim,Islam in Andalusia, h. 117
14 Abdul Hakim Al-Afifi, 1000 peristiwa h. 257
28
Kemenangan ‘Ali b. Yusuf b. Tasyfin atas tentara Spanyol dalam
pertampuran Aqlis membuatnya berani untuk menyeberangi lagi laut Afrika
menuju Andalusia dengan pasukan besar yang berkuatan 100.000 prajurit
untuk menyerang Spanyol di kota-kota Andalusia. Dengan pasukannya yang
dilengkapi dengan persenjataan yang cukup ia berangkat menuju kota Telout.
Lalu ia mengepungnya, menghancurkan bentengnya, menyerang dan mengusir
pasukan-pasukan Spanyol yang mulai membangun puluhan benteng di
wilayah Toledo, Andalusia bagian tengah. ‘Ali dan pasukannya segera
menyerang benteng-benteng tersebut dan membakarnya. Kekalahan tersebut
merupakan kekalahan ketiga bagi Spanyol dari tentara al-Murabitun.15
Pemerintahan ‘Ali b. Yusuf b. Tasyfin yang memimpin Daulah al-Murabitun
di Afrika Utara dan Andalusia, mulai mengerahkan pasukan untuk mengusir
pasukan Spanyol. Pasukan Spanyol mengalami kekalahan dalam serangkaian
pertepuran, terutama di wilayah utara, sehingga mereka kehilangan wilayah-
wilayah yang telah mereka kuasai selama pemerintahan kerajaan-kerajaan
kecil. Pasukan spanyol terus terkepung di wilayah yang sempit di sebelah
utara dan barat laut.16
C. Perkembangan Ummat Islam di Andalusia pada Masa al Murabbitun
Masyarakat al-Andalus terdiri dari tiga kelompok utama berdasarkan
agama: Muslim, Kristen, dan Yahudi. Dalam tiap-tiap kota, komunitas-
komunitas ini tinggal di daerah yang berbeda. Umat Islam sendiri, walaupun
15
Ibid, h. 258 16 Ibid, h. 259
29
disatukan oleh agama yang sama, kadang terbagi-bagi menurut etnis, terutama
perbedaan antara orang Arab dan orang Berber. Orang-orang Arab tinggal di
bagian selatan dan di Lembah Ebro di timur laut, sedangkan orang-orang
Berber tinggal di daerah pegunungan yang sekarang berada di utara Portugal,
dan di Meseta Central. Selain itu, ada golongan masyrakat yang disebut kaum
Muzarab (atau Mozarab/Musta'rib) yaitu orang Kristen yang hidup dalam
kekuasaan Islam di al-Andalus dan mengikuti banyak adat, kesenian, dan kata-
kata dari bahasa Arab, namun masih memelihara tradisi dan ibadah Kristen
mereka dan bahasa turunan Latin yang mereka miliki.17
1. Agama dan Pendidikan
Perkembangan agama dan pendidikan pada masa al-Murabitun
terlihat pada wewenang yang diberikan kepada para fuqaha (ahli fiqih)
untuk mengurusi masalah pengadilan, dan juga mengangkat derajat
mereka. Bagi kaum al-Murabitun selain sebagai tempat ibadah, masjid
juga menjadi tempat untuk mendidik umat Islam dan membina akhlak
mereka. Kebijakan ini diterapkan oleh Yusuf Ibn Tasyfin dan kemudian
dilanjutkan oleh anaknya dan telah mempengaruhi pola pikir kaum al-
Murabitun, sehingga mereka berkata “tidak ada Islam tanpa mesjid. Oleh
karena itu, jika kalian ingin mendalami Islam, maka bangunlah mesjid-
mesjid. Dan jika kalian ingin memiliki pengetahuan yang luas mengenai
Islam,dirikanlah mesjid-mesjid”.
17 http://fotozamiele.blogspot.com/2009/03/al-Andalus-andalusia.html
30
Bagi kaum al-Murabitun, masjid merupakan sarana bagi umat
Islam untuk menyiarkan agama mereka, mendalami ilmu untuk
memberantas kebodohan. Sayangnya, kaum Murabitun hanya mendalami
ilmu-ilmu Furu’iyyah (ilmu-ilmu cabang) saja. Mereka melupakan kitab
Allah SWT dan tidak mendalami ilmu-ilmu Ushuliyyah (ilmu-ilmu dasar)
atau ilmu-ilmu mengenai akidah. Dengan kata lain, mereka lebih
memperhatikan fiqih praktis dan mempelajari takwil Al-Quran. Mereka
juga melarang ijtihad, karena menurutnya, ijtihad merupakan sebuah
upaya yang didasarkan pada ilmu-ilmu ushuliyyah. Pemahaman mereka ini
sangat bertentangan dengan pemikiran Al-Ghazali.18 Walaupun begitu,
semua itu tidak menyurutkan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
intelektual di Andalusia, disebabkan karena Andalusia sebelum Dinasti al-
Murabitun telah mengalami perkembangan intelektual yang sangat kuat.
Banyak suku, agama, dan ras hidup bersama-sama di al-Andalus,
dan masing-masing menyumbang terhadap kemajuan intelektual di
Andalusia. Buku-buku jauh lebih tersebar luas di al-Andalus dibanding di
negara lainnya di Barat.
Kemajuan intelektual al-Andalus bermula dari perseturuan
intelektual antara Bani Umayyah yang menguasai al-Andalus, dengan Bani
Abbasiyah yang berkuasa di Timur Tengah. Penguasa Umayyah berusaha
memperbanyak perpustakaan dan lembaga pendidikan di kota-kota al-
Andalus seperti Cordoba, untuk mengalahkan ibukota Abbasiyah
18 Abdul Mun’im Al-Hafni, Ensiklopedia, Golongan, Kelompok, Aliran, Mazhab, Partai
dan Gerakan Islam.(Penterjemah Muhtaro M, Lc, DPL, cet 2006), h. 804
31
Baghdad. Walaupun Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah saling bersaing,
kedua kekhalifahan ini mengizinkan perjalanan antara kedua kekhalifahan
ini dengan bebas, yang membantu penyebaran dan pertukaran ide serta
inovasi dari waktu ke waktu.
Masjid Cordoba
Pada abad ke-10, kota Cordoba memiliki 700 masjid, 60.000
istana, dan 70 perpustakaan, dan salah satu perpustakaan yang terbesar
memiliki hingga 500.000 naskah. Sebagai perbandingan, perpustakaan
terbesar di Eropa Kristen saat itu memiliki tak lebih dari 400 naskah,
bahkan pada abad ke-14 Universitas Paris baru memiliki sekitar 2.000
buku. Perpustakaan, penyalin, penjual buku, pembuat kertas, dan sekolah-
sekolah di seluruh al-Andalus menerbitkan sebanyak 60.000 buku tiap
tahunnya, termasuk risalah, puisi, polemik dan antologi.
Sepanjang pemerintahan Islam di Andalusia, telah lahir banyak
cendikiawan dan sarjana dalam pelbagai bidang. Sebahagian mereka ialah
32
ahli sains, matematik, astronomi, perobatan, falsafah, sastera, dan
sebagainya.
Beberapa tokoh intelektual Muslim pada masa al-Murabitun di
Andalusia diantaranya :
1. Ibnu bajjah (1082-1138 M) dari Saragossa
Abu Bakr Muhammad Ibn Yahya ibnu Bajjah atau lebih
terkenal sebagai Ibn Bajjah adalah filosof Muslim pertama yang
muncul di Andalusia (Spanyol).19 Ia dilahirkan di Saragossa pada
tahun 1082 Masihi (M). Ibn Bajjah merupakan seorang sasterawan dan
ahli bahasa yang unggul. Dalam hal ini, beliau pernah menjadi penyair
bagi golongan al-Murabbitun yang dipimpin oleh Abu Bakr Ibrahim
Ibn Tafalwit. Selain itu, Ibn Bajjah juga merupakan seorang ahli musik
dan pemain gambus yang handal. Sungguhpun begitu ia juga seorang
yang hafal al-Qur’an.
Dalam masa yang sama, Ibn Bajjah amat terkenal dalam bidang
perobatan dan merupakan salah seorang doktor teragung yang pernah
dilahirkan di Andalusia.20 Selain menguasai beragam ilmu, Ibnu Bajjah
pun dikenal pula sebagai politikus ulung. Kehebatannya dalam
berpolitik mendapat perhatian dari Abu Bakar Ibrahim, gubernur
Saragosa. Ia pun diangkat sebagai menteri semasa Abu Bakr Ibrahim
berkuasa di Saragossa. Setelah itu, selama 20 tahun, Ibnu Bajjah pun
diangkat menjadi menteri Yahya ibnu Yusuf Ibnu Tashufin, saudara
19 Ensiklopedi Islam Indonesia, disusun oleh tim penulis IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, ketua Harun Nasution (Jakarta, Jembatan 1992) h. 351 20 http://alhakelantan.tripod.com/tokoh/id16.html
33
Sultan Dinasti Murrabitun, Yusuf Ibnu Tashufin.21 Lebih menakjubkan
lagi bahwa ia dapat menguasai ilmu matematik, fisk, dan falak. Pada
kesempatan itu beliau banyak menulis buku yang berkaitan dengan
ilmu logika. Kemampuannya menguasai berbagai-bagai ilmu itu
menjadikannya seorang sarjana yang teragung bahkan tiada
bandingannya di Andalusia dan barangkali di dunia Islam. Jadi,
sumbangannya dalam bidang keilmuan begitu besar.22
Dan
mewariskan buku Risalah al-Wida’ yang mengandungi pandangannya
tentang falsafah bagi peradaban manusia. Karya-karya beliau yang lain
berkenaan dengan ilmu logika, psikologi, pemikiran, keturunan, politik
dan perobatan. Namun, beliau mempunyai masalah dalam ilmu2
algebra dan fisik kerana lebih mahir dalam hal-hal metafisik.23
2. Ibnu Thufail (1106-1185 M) dari Granada.
Ibnu Tufail (1105–1185) nama lengkap; Abu Bakar
Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Tufail al-Qaisi al-a-
al-Andalus (nama Latin Abubacer) ialah filsuf, dokter, dan pejabat
pengadilan Arab Muslim dari al-Andalus. Lahir di Guadix dekat
Granada, ia dididik oleh Ibnu Bajjah (Avempace).
Ibnu Tufail menguasai kedokteran, astronomi, dan filsafat.
Pada mulanya ia aktif bekerja sebagai dokter dan mengajar.
Selanjutnya ia menjabat sebagai sekretaris untuk penguasa Granada,
21
http://www.republika.co.id/koran/36/29199/Ibnu_Bajjah_Ilmuwan_Besar_di_Era_Islam _Spanyol
22 http://alhakelantan.tripod.com/tokoh/id16.html
23 http://tamanilmu.com/downloads/RB_Tokoh_Kesarjanaan_Sains_Islam.pdf
34
dan kemudian sebagai perdana menteri dan dokter untuk Abu Yaqub
Yusuf, penguasa Islam (al-Andalus). Ibnu Tufail merupakan pengarang
Hayy ibn Yaqzhan (yang menerangkan satu falsafah dalam diri
manusia) roman filsafat, dan kisah alegori lelaki yang hidup sendiri di
sebuah pulau dan yang tanpa hubungan dengan manusia lainnya
menemukan kebenaran dengan pemikiran yang masuk akal, dan
kemudian keterkejutannya pada kontak dengan masyarakat manusia
untuk dogmatisme, dan penyakit lainnya.24
3. Abu Marwan Abdul Al-Malik Ibn Zuhr (1091-1161)
Ibn Zuhr dilahirkan di Sevilla, Spanyol, pada 1091 dari
keluarga para dokter. Pengetahuan tentang pengobatan selain dari
kalangan keluarganya ia peroleh dari Cordoba Medical University.
Setelah menyelesaikan studinya di universitas tersebut ia menetap
untuk beberapa lama di Baghdad, Irak dan Kairo, Mesir.
Namun kemudian ia memilih untuk berkarir di tanah
kelahirannya sebagai seorang dokter. Pada masa kekuasaan dinast i
Almoravides atau Al-Murabatun ia diangkat sebagai dokter istana.
Menurut sejumlah sejarawan sains, Ibn Zuhr merupakan
ilmuwan yang berbeda dibandingkan ilmuwan Muslim pada umumnya.
Sebab biasanya saintis Muslim menguasai sejumlah bidang
pengatahuan namun ia hanya memfokuskan diri pada bidang
24
http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Tufail
35
pengobatan. Tak heran jika pada masanya ia banyak membuat berbagai
penemuan dan terobosan di bidang pengobatan.
Karya Abu Marwan Abdul al-Malik Ibn Zuhr
1. Kitab al-Taysir fil-Mudawa wal-Tadbir.
2. Kitab al-Iqtisad fi Islah al-Anfus wal-Ajsad.
3. Kitab al-Aghdiya wal-Adwiya
4. Kitab al-Sina
5. Kitab al-Jamic fil-Ashriba wal-Maajin.
6. Kitab Mukhtasar Hilat al-bur' li-Jalinus.
7. Risala fi Tafdil al-Asal alal-Sukkar.
8. Kitab al-Tadhkira fil-Dawa' al-Mushil
9. Kitab Maqala fi Ilal al-Kula and Risala fil-Baras.25
4. Ibnu Rusyd
Ibn Rusyd (1126-1198) dilahirkan di kota Cordova, Andalusia
(Spanyol – sekarang), keluarga yang mempunyai kedudukan tinggi
dalam ilmu, fikih, peradilan, politik dan administrasi. Dia belajar ilmu
kedokteran dan filsafat pada tokoh masa itu, di antaranya adalah Abu
Ja’far Harun, Abu Marwan bin Jarbul al-Balansi, Ibn Bajah dan Ibn
Tufail.
Dia menjabat sebagai qadi di Asbilia pada tahun 564 H/1169
M, kemudian menjabat sebagai qadi al-Qudat Cordova pada tahun 566
H/1171M. Walaupun namanya belum terkenal dimasa kekuasaan
25 http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg01867.html
36
Dinasti al-Murabitun tapi Ibn Rusyd menyaksikan akhir masa daulah
Murabbitun (448-541 H/1056-1146 M.) dan awal masa Daulah
Muwahhidun (541-668 H/1146 - 1269 M.) di Maroko dan Andalusia
nama Ibnu Rusyd mulai dikenal.
Ibn Rusyd atau Averroes, adalah filosof Muslim Barat terbesar
di abad pertengahan. Dia adalah pendiri pikiran merdeka sehingga
memiliki pengaruh yang sangat tinggi di Eropa. Michael Angelo
meletakkan patung khayalinya di atas atap gereja Syktien di Vatikan
karena ia dipandang sebagai filosof free thinker. Dante dalam Divine
Comedia-nya menyebutnya “Sang Komentator” karena dia dianggap
sebagai komentator terbesar atas karya-karya Aristoteles26
Karya-karya Ibnu Rusyd antara lain:
a. Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtasid (ilmu fikih), sebuah
karya besar berupa fiqih perbandingan, yang secara luas dipakai
oleh para fuqaha sebagai kitab rujukan.
b. al-Kulliyat (kedokteran), yang diterjamahkan ke latin menjadi
Colliget, berisikan garis-garis besar ilmu kedokteran: kitab itu
merupakan kitab pegangan para mahasiswa di eropa selama
berabad-abad, disamping kitab ibnu sina, Al-Qanun.
1998)
26 Affandi, Khozin. Diktat Filsafat Ilmu. (Surabaya: Penerbitan IAIN Sunan Ampel,
37
c. arya tulis yang merupakan ulasan atas karya Aristoteles, menjelma
menjadi tiga buku ulasan yaitu : 1. Al-Asgar (yang kecil), 2. Al-
Ausat (yang sedang) 3. Al-Akbar (yang besar).27
d. Tahafut al-Tahafut (filsafat) buku ini adalah bantahan terhadap
buku al-Ghazali, Tahafut al-Falasifah.
5. Abdullah Al-Idris
Abdullah Al-Idris (1099-1166), nama lengkapnya adalah Abu
Abdullah Muhammad Bin Muhammad Bin Abdullah Bin Idris Ash-
Sharif. Dikalangan ilmuwan dan masyarakat barat dan dunia umumnya
Al-Idris dikenal sebagai seorang alhli geografi, yaitu pembuat peta
dunia dari bahan perak seberat 400 kilogram. Berkat karyanya ini,
umat manusia dapat mengetahui dimana letak benua/kawasan tetentu
yang ingin dituju. Beberapa mahasiswa menyanjung ilmuan kelahiran
Ceita, Spanyol ini sebagai ahli geografi dan kartografi terbesar di abad
pertengahan. Idris atau Al-Sharif Al-Idris Al-Qurtubi juga memberikan
sumbangan dalam bidang ilmu kedokteran.
Idris menempuh pendidikannya di Cordova. Seperti kebanyakan
geographer lainnya, dia melakukan petualangan ke berbagai tempat,
dari satu negara ke negara lainnya, dan dari benua satu ke benua
lainnya untuk mengumpulkan data geografi. Idris yang juga menguasai
ilmu politik, fisika, aritmatika, dan ilmu falak ini meninggal dunia
sekitar tahun 1166 M.
27
Ensiklopedi Islam Indonesia, disusun oleh tim penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ketua Prof. Dr. H. Harun Nasution (Jakarta, Jembatan 1992) h. 377
38
Karya-karyanya :
a. Nuzhat Al-Mushtaq Fi Ikhtiraq Al-Afaq (kesenangan untuk orang-
orang yang ingin mengadakan perjalanan menembus berbagai
iklim), buku ini semacam ensiklopedi yang berisi peta secara detil
dan informasi lengkap Negara-negara Eropa.
b. Rawd Al-Nas Wa Nuzhat Al-Nafs (semacam ensiklopedi yang lebih
komperhensif)
c. Kitab Al-Jamili Sifat Ashtat Al-Nabatat (buku besar tentang sifat
dan aneka tumbuh-tumbuhan).28
Pada masa kekhilafahan Islam berkuasa saat itu Spanyo l
menjadi pusat pembelajaran (centre of learning) bagi masyarakat
Eropa dengan adanya Universitas Cordova. Di Andalusia itulah
mereka banyak menimba ilmu, dan dari negeri tersebut muncul nama-
nama ‘ulama besar seperti Imam Asy-Syathibi pengarang kitab Al-
Muwafaqat, sebuah kitab tentang Ushul Fiqh yang sangat berpengaruh;
Ibnu Hazm Al-Andalusi pengarang kitab Al-Fashl fi al-Milal wa al-
Ahwa’ wa an-Nihal, sebuah kitab tentang perbandingan sekte dan
agama-agama dunia, dimana bukti tersebut telah mengilhami penulis-
penulis Barat untuk melakukan hal yang sama.
Di Andalusia (Spanyol bagian Selatan), berbagai
universitasnya pada saat itu dipenuhi oleh banyak mahasiswa Katolik
dari Perancis, Inggeris, Jerman dan Italia. Pada masa itu, para pemuda
28 Hery sucipto, Ensiklopedi Tokoh Islam Dari Abu Bakar Hingga Nasr Dan Qardhawi,
(Jakarta : PT Mizan Publika), 2003. h. 159-160
39
Kristen dari berbagai negara di Eropa dikirim berbondong-bondong ke
sejumlah perguruan tinggi di Andalusia guna menimba ilmu
pengetahuan dan teknologi dari para ilmuwan muslim. Adalah Gerard
dari Cremona; Campanus dari Navarra; Aberald dari Bath; Albert dan
Daniel dari Morley yang telah menimba ilmu demikian banyak dari
para ilmuwan muslim, untuk kemudian pulang dan menggunakannya
secara efektif bagi penelitian dan pengembangan di masing-masing
bangsanya. Dari sini kemudian sebuah revolusi pemikiran dan
kebudayaan telah pecah dan menyebarluas ke seluruh masyarakat dan
seluruh benua. Para pemuda Kristen yang sebelumnya telah banyak
belajar dari para ilmuwan muslim, telah berhasil melakukan sebuah
transformasi nilai-nilai yang unggul dari peradaban Islam yang
kemudian diimplementasikan pada peradaban mereka (Barat) yang
selanjutnya berimplikasi terhadap kemajuan diberbagai bidang ilmu
pengetahuan.29
2. Seni dan Budaya
Hal yang menarik dari pada masa kekuasaan Islam di Andalusia
adalah masa yang sangat kompetitif di berbagai bidang kebudayaan dan
ilmu pengetahuan. Para akademisi dan seniman saling bersaing untuk
menampilkan kelebihan masing-masing negara-kotanya. Sehingga
memberikan identitas yang berbeda-beda di setiap negara kota tersebut.
29 Watt, W. Montgomery. Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis.
(Yogyakarta: Tiara Wicana Yogya, 1990)
40
Meski pada masa tersebut Cordoba bukan lagi menjadi sentra
kekuasaan namun identitas intelektualnya masih melekat sehingga kota
tersebut dikenal sebagai pusat mazhab pemikiran teoretis dan spekulatif,
sedangkan Sevilla sebagai pusat seni sastra. Sementara Toledo dan
Zaragoza terkenal dengan aliran matematik dan sains.
Perkembangan politik tidak banyak mempengaruhi kebudayaan.
Keporakporandaan sistem politik tidak mesti memporak-porandakan
bangunan kebudayaan dan pemikiran.30
Sejarah Islam dari kurun ke kurun selalu diisi dengan persaingan
ideologi keagamaan. Hal ini mempengaruhi sistem sosial, politik dan
budaya yag ada di Andalusia. Pada masa tersebut adalah masa skisma
ideologi dan politik yang lagi genting-gentingnya dalam mempengaruhi
ideologi resmi kekuasaan. Kekuasaan Baghdad mengangkat mazhab
Hanafi sebagai ideologi resmi. Lalu muncullah madzhab Maliki sebagai
tandingan secara ideologis dan oposisi secara politis terhadap kekuasaan
Abbasiah.
Ketika mazhab Maliki berkembang di Andalusia maka pihak
kekhalifahan memilihnya untuk dijadikan ideologi resmi negara. Dari
sudut politis, demikian ini sangat memberi dampak positif bagi pihak
kekhalifahan Andalusia untuk menandingi kekhalifahan Baghdad dan
Masriq pada umumnya.
30 http://religiusta.multiply.com/journal/item/73 “Kronika Budaya Dalam Perjalanan
Ideologi Politik Di Andalusia”
41
Otoritas para ahli fiqh mazhab Maliki dalam mengatur soal agama
dan pemikiran sangatlah luas hingga menjadi acuan masyarakat demi
kepentingan status-quo, seperti pelarangan studi filsafat.31 Sebagai
konsekuensi logis, akhirnya masyarakat Andalusia lebih tertarik
mendalami ilmu-ilmu yang tidak dipermasalahkan unsur ideologinya oleh
para ahli fiqh status-quo semisal matematika, astronomi dan logika.
Dari peninggalan-peninggalan perang Daulah al-Murabitun
terbukti bahwa mereka menaruh perhatian yang besar kepada benteng
yang tersebar pada banyak kota dan daerah perbatasan. Benteng-benteng
pertahanan pada zaman Ali Bin Yusuf antara lain benteng Mariyah,
benteng Cordoba, Dan benteng Sevile (Isbiliyah). Al-Murabitun juga
membangun di daerah Wa’rah (benteng-benteng yang terbuat dari batu-
batu, lalu benteng-benteng tersebut di isi dengan angkatan perang dan
persenjataan). Agar bisa bertahan dari kepungan dalam jangka yang
panjang, di setiap benteng itu jumlah tentaranya kira-kira 200 orang
tentara berkuda dan 500 tentara biasa. Benteng al-Murabitun yang paling
mansyur di Andalusia adalah Mantakut yang terletak di perkebunan
Marsiyah. 32 selain itu Dinasti al-Murabbitun juga sangat mementingkan
urusan per-pos-an. Dan oleh karena itu mereka selalu berusaha mencari
seseorang yang sangat berbakat dalam bidang surat-menyurat pada masa
itu dari kalangan orang Andalusia. Dan dalam pemerintahan Yusuf sangat
31
Walaupun filsafat dilarang pada masa al-Murabitun tapi tetap banyak ahli-ahli filsafat
di Andalusia. 32
Ali Muhammad As-Sholaby, “Fiqh At-Tamkin ‘inda Daulatu Al-Murabithin” (Cairo: Muassasah Al-Iqra’ 2006), h. 133-143
42
memperhatikan ahli adab dan ahli balagah dan faqih dalam pekerjaan ini.
Dan pada masa itu Dinasti al-Murabbitun mendapatkan manfaat yang
sangat besar dari ahli balagoh dan adab dalam kemajuan Dinasti
dikarenakan hubungan external sangat terbantu dengan kehadiran
mereka.33
Catatan sejarah kontemporer menyebutkan sosial budaya yang
sangat fantastis pada masa tersebut. Cordoba sebagai ibukota Andalusia
mempunyai 21 pinggiran kota, 500 masjid, 300 pemandian umum, 70
perpustakaan, beberapa mil jalan besar, lampu jalan, hingga menjadikan
Cordoba sebagai kota terbesar di Eropa Barat. Dan saksi yang masih
tersisa kebesarannya adalah masjid Cordoba yang dibangun pada awal
kepemerintahan dinasti Umayah34
. Seni arsitektur pun lebih berkembang
dengan pesat dan didukung oleh kekuasaan.35
Daulah al-Murabitun yang pertama membuat dinar memakai huruf
Arab dengan tulisan Amir al-Mukminin dibagian depan mencontoh uang
abbasiyah dan bertulisakan kalimat iman di bagian belakang. Pembuatan
ini dicontoh oleh Alfonso VIII (1158-1214) dengan kalimat Amir al-
Qatuliqun dibagian depan dan iman al-Biah al-Masihiyah pada bagian
belakang.36
33 Muhammad Muhammad Sallaby, Jauhar Ats Tsamin Bi Maarifati Daulah Al-
Murabbitun” (Cairo: Muassasah Al-Iqra’ 2006) 34
(National Geographic Vol. 174, no. 1, July 1988) 35
http://religiusta.multiply.com/journal/item/73 “Kronika Budaya Dalam Perjalanan Ideologi Politik Di Andalusia”
36 Musyrifah Sunanto “Sejarah Islam Klasik, Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam”
(Jakarta, Kencana, 2007) h. 134
BAB IV
KERUNTUHAN DINASTI AL-MURABITUN
A. Kondisi Internal Menjelang Keruntuhan dinasti al-Murabitun
‘Ali Bin Yusuf bin Tasyfin mengalahkan pasukan Spanyol. Ia dapat
merebut kembali benteng-benteng dan kota-kota yang pernah hilang pada
masa kerajaan-kerajaan kecil sehingga pertempuran dengan Spanyol mereda.
Akan tetapi, pada tahun 513 H, keadaan di Cordoba menjadi kacau akibat
pemberontakan para budak yang mulai merebak sehingga terjadi pertempuran
antara mereka dengan tentara al-Murabitun di kota tersebut. Hal itu segera
menjadi pemberontakan penduduk Cordoba melawan pemerintahan al-
Murabitun sehingga para pemberontak mengepung istana pemerintah dan
membakarnya. Kemudian, mereka mulai membunuh dan menawan para
pejabat al-Murabitun. Pemberontakan tersebut terus berlangsung hingga tahun
515 H ketika ‘Ali Bin Yusuf Bin Tasyfin dan pasukannya meninggalkan
Afrika menuju Andalusia, lalu pergi ke Cordoba dan mengepung kota itu
hingga dicapai perdamaian di antara pemerintah al-Murabitun dan para
budak.
Selain itu kondisi yang memperburuk kekuasaan al-Murabitun adalah
munculnya propaganda kaum Muwahidun yang diserukan oleh Al-Mahdi Bin
Tumart1 di Afrika Utara (515 H/1122 M). 2
1
Muhammad Ibn Tumart lahir disebuah desa kecil di Sus, ujung Afrika Utara. Sejak kecil ia dikenal sebagai orang yang wara, dan bertakwa. Pada tahun 501 H, ia pergi ke Irak untuk
menuntut ilmu dan belajar fiqih. Kemudian, ia pergi ke Iskandariyah untuk melanjutkan belajarnya
kepada seorang ulama fiqih, Abu Bakar Ath-Thurhusyi. Setelah itu ia kembali ke Afrika Utara
43
44
Ibnu Tumart adalah pelopor gerakan Muwahidun, Ibnu Tumart, berasal
dari dari kelompok Hargah3. Ketidakpuasan dan pertanyaan yang timbul
dalam dirinya menghadapi situasi keagamaan dan pendidikan yang dekaden di
bawah rezim Murabitun telah mendorongnya pergi kewilayah timur sampai ke
Baghdad. Dalam perjalanan pulang ke Magrib pada tahun 1100 (494 H) Ibnu
Tumart dengan semangat yang berkobar mempopulerkan ajaran pemurnian
berdasarkan tauhid. Di sinilah letak kekuatan ajaran Ibnu Tumart sebagai
alterative terhadap pola hidup dan pemikiran keagamaan yang dikembangkan
penguasa Murabitun.
Serangan Ibnu Tumart terhadap para pemimpin al-Murabitun memang
mempunyai relevasi sosial dan keagamaan. Umpanya kritik Ibnu Tumart
terhadap praktek-praktek pemakaian minuman keras, alat-alat musik,
kemewahan dan moralitas sangat mengena dalam situasi yang semakin
menurun dan mundur waktu itu. Kemudian penolakan paham
antropomorfisme yang dianut para ulama Murabitun memberikan visi baru
terhadap kebekuan berfikir.4
1. Perperangan Pertama Antara Al-Murabitun Dan Al-Muwahidun
Al-Muwahidun muncul sebagai reaksi terhadap al-Murabitun yang
dianggap telah melakukan banyak penyimpangan aqidah. Mereka
untuk mengajarkan kepada mereka bahwa tujuan dakwahnya adalah menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Ibn Tumart bertemu dengan muridnya, Abdul Mu’min bin ‘Ali. Ia memberitahukan
kepadanya tentang dakwahnya dan rahasia-rahasianya. Dan bahwa orang yang meyakininya
termasuk ahli tauhid (muwahhid) yang hakiki kepada Allah. 2
Abdul Hakim Al-Afifi, 1000 Peristiwa Dalam Islam, h. 265 3
Bagian dari suku Barbar-Masmudah yang merupakan penghuni daerah-daerah perbukitan di
pegununggan Sus (Atlas) di Magrib bagian selatan. 4
Ensiklopedi Islam Indonesia, disusun oleh tim penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
ketua Harun Nasution (Jakarta, Jembatan 1992) h.388
45
berkembang di Afrika Utara yang berpusat di Marakesy dan bagian
wilayah Andalusia (Spanyol). Marakesy pada masa itu berfungsi sebagai
pusat aktifitas politik, kehidupan social dan kebudayaan. Kondisi kota
Marakesy digambarkan oleh Ibn Abizar tidak kalah pentingnya dengan
Baghdad pada masa awal Abbasiyah.5
Dakwah Ibn Tumart mulai tersebar di tengah kabilah-kabilah di
Afrika Utara sehingga membuat gusar para penguasa Daulah al-
Murabitun, bukan hanya di Utara Afrika, tetapi juga di Andalusia. Ibnu
Tumart mengumpulkan orang-orang Muwahhidun dan memberitahukan
kepada mereka rencana kepergiannya untuk mengajak orang-orang al-
Murabitun agar menerima dakwah mereka. Jika menolaknya, mereka akan
diperangi. Kelompok al-Muwahidun yang dipimpin Abdul Mu’min bin Ali
berangkat ke kota Marakesy ,namun pasukan Murabitun yang dipimpin
oleh Az-Zubair bin Ali Bin Yusuf Bin Tasyfin menghadang mereka.
Kaum Murabitun tidak menerima ajakan kaum Muwahidun sehingga
terjadilah pertempuran besar di suatu tempat yang bernama Buhayrah, dan
pasukan al-Muwahidun mengalami kekalahan. Akan tetapi, ‘Abdul
Mu’min selamat dari kematian, dan demikian pula dakwahnya.6
2. Situasi al-Murabitun di Ibukota Marakesy (Afrika Utara)
Kedudukan al-Murabitun di Maghrib mulai terancam karena
berdirinya kekuasaan al-Muwahidun. Dan ditambah lagi karena adanya
5
Hasan Ibrahim Hasan, Islamic History And Culture from 632-1968, diterjemahkan oleh Djah Dan Humam ³Sejarah Dan Kebudayaan Islam´ (Jakarta, Ikhtiar Baru Van Hoeve 1997) vol
III, h. 299-301 6
Ibid. h. 268
46
kekalahan dari Al-Murabitun yang tidak dapat menyelamatkan Saragossa
dari orang-orang Spanyol pada tahun 512/1118.7 Dan pada tahun 537 H,
Ali Bin Yusuf Bin Tasyfin wafat, setelah mengetahui kelemahan yang
melanda daulah al-Murabitun di Afrika Utara dan Andalusia. Lalu
kekuasaan diberikan kepada putranya, yaitu Tasyfin Ibnu Ali untuk
mengahadapi kekuasaan al-Muwahidun yang semakin besar. Pasukan al-
Muwahidun segera memaksanya berpindah-pindah dari satu kota ke kota
lain hingga ia dan para pengikutnya menetap di Oran. Pasukan al-
Muwahidun mengepung kota itu sehingga Tasyfin menyadari bahwa
ajalnya telah dekat, tetapi ia tidak ingin dirinya ditawan atau disiksa. Oleh
karena itu, ia melakukan bunuh diri untuk mengakhiri hidup dan
pemerintahannya. Ia mengendarai kudanya dan menceburkan dirinya ke
laut sehingga tenggelam. Diberitakan bahwa untuk memastikan bahwa ia
telah wafat, pasukan al-Muwahidun mengangkat jenazahnya dari laut dan
membakarnya.
Setelah Tasyfin Ibn Ali melakukan bunuh diri dikota Oran pada
tahun 539 H maka saudaranya, Ishaq Ibn Ali, memerintah al-Murabitun, Ia
dibawah tekanan pasukan al-Muwahidun yang berusaha menghimpun
kekuatan di Marakesy. Namun, sebagian orang al-Murabitun memilih
berdiri di belakang Ibrabim Bin Tasyfin Bin Ali. Kemudian, terjadilah
perpecahan terakhir di tengah keluarga al-Murabitun yang membuat salah
satu penyebab berakhrinya daulah mereka. Orang-orang al-Muwahidun
7
C.E Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, h. 51
47
mengetahui perseteruan di antara para pemimpin al-Murabitun. Oleh
karena itu, mereka dengan pasukan besar mengepung ibukota al-
Murabitun, Marakeys, dan menyerangnya pada tahun 541 H. Maka
terjadilah pembantaian massal terhadap penduduk kota yang mendukung
al-Murabitun. Bahkan agar yakin bahwa pengaruh kekuatan musuh mereka
telah hilang, orang al-Muwahidun membunuh setiap orang yang mereka
ketahui memiliki hubungan dengan keluarga al-Murabitun dan melipat
lembarannya dalam sejarah. Di atas puing-puing al-Murabitun bedirilah
daulah al-Muwahidun.8
B. Akhir Kekuasaan Al-Murabitun Di Andalusia
Pada tahun 541/1147 penguasa terakhir al-Murabitun di Marakesy,
Ishaq, terbunuh.9 Kekalahan demi kekalahan yang dialami al-Murabitun di
ujung Afrika Utara, terutama pembantaian yang mereka alami di ibukota
mereka Marakeys, oleh pihak al-Muwahidun, telah melemahkan sisa-sisa
Daulah al-Murabitun di Andalusia yang segera bercerai berai dan hancur. Hal
itu mendorong orang-orang Spanyol untuk merebut propinsi-propinsi dan
kota-kota Islam. Kerjaan-kerajaan kecil atau Taifa kembali mulai
bermunculan.10
Oleh karena itu, kerajaan-kerajaan kecil di Andalusia yang
lemah meminta bantuan daulah al-Muwahidun yang kuat di Marakesy. ‘Abdul
Mu’min Bin Ali, khalifah al-Muwahidun di ujung Afrika Utara segera
mengerahkan pasukannya dan menyeberang ke Andalusia pada tahun 539 H.
8 Abdul Hakim Al-Afifi, 1000 Peristiwa, h. 265 9
C.E Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, h. 51 10
Ahmad Thomson and Muhammad ‘Ata’ur Rahim,Islam in Andalusia, h. 123
48
Mereka tinggal disana selama lima tahun hingga Andalusia dapat ditaklukkan
oleh Daulah yang baru pada tahun 544 H.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Proses masuknya Dinasti Al-Murabitun ke Andalusia
Proses masuknya Dinasti Al-Murabitun ke Andalusia terjadi Pada
abad ke 11, ketika kekuasaan Bani Umayah Spanyol runtuh. Dari puing-
puing kekhalifahan Umayyah, muncul sejumlah kerajaan kecil yang terus
menerus bertikai dalam perang saudara. Di saat kaum Muslimin
Andalusia berpecah dan tiap-tiap kota atau negeri medirikan kerajaan
sendiri, ada suatu kekuatan yang baru muncul di Afrika Utara. Pada saat
yang kritis itu di mana kerajaan spanyol sedikit demi sedikit mulai
meguasai daerah daerah di Andalusia, al-Mu`taamid meminta bantuan
kepada Yusuf Ibn Tasyfin, pemimpin al-Murabitun di Afrika Utara. Yusuf
menanggapi permintaan mereka dan menyebrang ke Spanyol pada tahun
1086 M. Pasukan Gabungan itu bertemu dengan pasukan Alfonso di
Zalaqah dan terjadilah pertempuran. Dalam pertempuran itu Alfanso
dikalahkan sehingga Cordoba dikuasai oleh dinasti al-Murabitun. Dinasti
al-Murabitun ini sangat menentang hal-hal yang bersifat
hedonisme(kemewahan) yang mereka anggap sebagai kemerosotan
kepemimpinan di Andalusia. Mereka mengambil alih kekuasan di
Andalusia dari kerjaan-kerajaan kecil yang ada pada waktu itu untuk
mengembalikan Andalusia ke dasar-dasar Islam. Kemenangan ini
49
50
membuat Yusuf menjadi Raja. Akan tetapi tidak lama memerintah beliau
wafat. Ia digantikan oleh anaknya Ali bin Yusuf.
2. Perkembangan Umat Islam Pada Masa Dinasti Al-Murabitun
Dalam perkembangan dinasti al-Murabitun di Andalusia
masyarakat al-Andalusia terdiri dari tiga kelompok utama berdasarkan
agama: Muslim, Kristen, dan Yahudi. Dalam tiap-tiap kota, komunitas-
komunitas ini tinggal di daerah yang berbeda. Umat Islam sendiri,
walaupun disatukan oleh agama yang sama, kadang terbagi-bagi menurut
etnis, terutama perbedaan antara orang Arab dan orang Berber. Orang-
orang Arab tinggal di bagian selatan dan di Lembah Ebro di timur laut,
sedangkan orang-orang Berber tinggal di daerah pegunungan yang
sekarang berada di utara Portugal, dan di Meseta Central. Golongan lain
adalah Muzarab (atau Mozarab/Musta'rib) adalah orang Kristen yang
hidup dalam kekuasaan Islam di Al-Andalusia dan mengikuti banyak
adat, kesenian, dan kata-kata dari bahasa Arab, namun masih memelihara
tradisi dan ibadah Kristen mereka serta bahasa Latin.
3. Sebab-sebab keruntuhan Dinasti al-Murabitun
Menjelang pertengahan abad XII Dinasti Murabitun mulai retak,
di Spanyol Muluk At-Thawaif menolak kekuasaannya. Di Marako sebuah
gerakan keagamaan (Muwahidun) mulai mengingkari.
Kelemahan dan kehancuran dinasti ini disebabkan oleh
1. Lemahnya disiplin tentara dan merajalelanya korupsi melahirkan
disintegrasi
51
2. Berubahnya watak keras pembawaan barbar menjadi lemah ketika
memasuki kehidupan Maroko dan Andalusia yang mewah.
3. Mereka memasuki Andalusia ketika kecemerlangan intelektual
kalangan Arab telah menggantikan kesenangan berperang.
4. Kontak dengan peradaban yang sedang menurun dan tidak siap
mangadakan asimilasi
5. Dikalahkan oleh dinasti dari rumpun keluargannya sendiri (Al-
Muwahidun)
Awal terjadinya kekacauan di Cordoba diakibatkan oleh
pemberontakan para budak yang mulai merebak sehingga terjadi
pertempuran antara mereka dengan tentara al-Murabitun di kota tersebut
dan merebak menjadi pemberontakan penduduk Cordoba. Kemudian,
mereka mulai membunuh dan menawan para pejabat al-Murabitun. Selain
itu kondisi yang memperburuk kekuasaan al-Murabitun adalah munculnya
propaganda kaum Muwahidun yang diserukan oleh Al-Mahdi Bin
Tumart1 di Afrika Utara (515 H/1122 M).
Masa terakhir Dinasti al-Murabitun tatkala dikalahkan oleh
Dinasti al-Muwahiddun yang dipimpin oleh Abdul Mun’im. Dinasti al-
Muwahiddun menaklukkan Maroko pada tahun 1146-1147 M yang
ditandai dengan terbunuhnya penguasa Al-Murabitun yang terakhir, Ishak
bin Ali.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana, 1999.
Affandi, Khozin. Diktat Filsafat Ilmu. Surabaya: Penerbitan IAIN Sunan Ampel,
1998.
Afifi, Abdul Hakim. 1000 Peristiwa dalam Islam. Jakarta: Pustaka Hidayah,
2002.
Al-Hafni, Abdul Mun’im. Ensiklopedia Golongan, Kelompok, Aliaran, Mazhab,
Partai dan Gerakan Islam. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2000.
As-Sholaby, Ali Muhammad. Fiqh At-Tamkin ‘inda Daulatu Al-Murabithin.
Cairo: Muassasah Al-Iqra’, 2006.
Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam. Jakarta : Mizan, 1980.
Glasse,Cyril. Ensiclopedi Islam. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002
Hamka. Sejarah Umat Islam. Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, 2001.
Hasan, Hasan Ibrahim. “Islamic History And Culture” from 632-1968, Dalam Djah Dan Humam (et.al). Sejarah Dan Kebudayaan Islam. Jakarta:
Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1997.
K.Hitti, Philip. History Of The Arabs.from the earlist to the present. Jakarta: Ikrar
Mandiri Abadi, 2006.
Mansur, Laily. Islam Di Spanyol : Kemunduran Dan Kehancuran Dinasti Kecil.
Study Purnasarjana (SPS), ke – III Tahun1976/1977.
Montgomery, Watt. Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis.
Yogyakarta: Tiara Wicana Yogya, 1990.
Nashi, Hamid, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan
Disertasi) Jakarta: CeQDA(Center For Quality Development and
Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007
National Geographic Vol. 174, no. 1, July 1988.
52
53
Sallaby,Muhammad Muhammad. Jauhar Ats Tsamin Bi Maarifati Daulah Al-
Murabbitun. Cairo: Darul Tauzia' Wan Nasyrul Islamiah, 2003.
Sokah, Umar Asasuddin. Jurnal/Journal from digilib-uinsuka, Perpustakaan UIN
Sunan kalijaga, Yogyakarta. 2008.
Sou’yb, Yoesoef. Kekuasaan Islam Di Andalusia. Jakarta: Firma Madju, 1984.
Sucipto, Hery. Ensiklopedi Tokoh Islam Dari Abu Bakar Hingga Nasr Dan
Qardhawi, Jakarta : PT Mizan Publika, 2003.
Sunanto, Musyrifah. Sejarah Islam Klasik, Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam. Jakarta: Kencana, 2007.
Thaha, Idris. Pedoman Penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi).
Ciputat: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
Thomson, Ahmad and Rahim, Muhammad ‘Ata’ur. Islam in Andalusia from
1996, dalam Kampung Kreasi(et.al) “Islam Andalusia Sejarah
Kebangkitan Dan Keruntuhan”, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004.
Tim penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ensiklopedi Islam Indonesia.
Jakarta: Jembatan, 1992.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo persada, 2003.
Website :
http://fotozamiele.blogspot.com/2009/03/al-andalus-andalusia.html
http://alhakelantan.tripod.com/tokoh/id16.html
http://www.republika.co.id/koran/36/29199/Ibnu_Bajjah_Ilmuwan_Besar_di_Era
_Islam_Spanyol
http://tamanilmu.com/downloads/RB_Tokoh_Kesarjanaan_Sains_Islam.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Tufail
http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg01867.html
http://religiusta.multiply.com/journal/item/73 “Kronika Budaya Dalam
Perjalanan Ideologi Politik Di Andalusia”