NCVS-Standar Dan Petunjuk Teknis NCVS - BAB 1 Juknis NCVS
-
Upload
bambang-setiawan-m -
Category
Documents
-
view
387 -
download
69
description
Transcript of NCVS-Standar Dan Petunjuk Teknis NCVS - BAB 1 Juknis NCVS
DITKAPEL – HUBLA EDISI I* – FEBRUARI 2012 Page 1
Lampiran : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
Nomor : UM.008/9/20/DJPL - 12
Tanggal : 16 FEBRUARI 2012
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN
KAPAL NON KONVENSI BERBENDERA INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Pasal 1
Definisi
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
(1) Ahli ukur kapal adalah pejabat Pemerintah yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal dan
diberi wewenang untuk melaksanakan pengukuran kapal.
(2) Audit Manajemen Keselamatan adalah Verifikasi yang dilakukan secara sistematis
terhadap pelaksanaan sistem manajemen keselamatan perusahaan dan kapal terhadap
kesesuaian persyaratan sistem manajamen keselamatan yang telah ditetapkan dan
diterapkan secara efektif.
(3) Auditor adalah Pejabat Pemerintah atau lembaga yang diberi kewenangan untuk
melaksanakan Audit terhadap kesesuaian persyaratan Sistem Manajemen Keselamatan
dan memiliki kompetensi.
(4) Bahan tak mudah terbakar adalah bahan yang tidak terbakar atau mengeluarkan uap
yang mudah terbakar dalam jumlah yang cukup untuk menyala sendiri pada waktu
dipanaskan pada sekitar 750C.
(5) Baja atau bahan yang setara dengannya adalah bahan tidak mudah terbakar dimana
karena sifatnya sendiri atau adanya insulasi, memiliki struktural dan sifat keutuhan
yang setara dengan baja sesuai uji kebakaran standar.
(6) Bangunan atas adalah,sesuai dengan penjelasan dalam Standar Kapal Non Konvensi
BAB I Pendahuluan Bagian B seksi 3 definisi no 4
(7) Bangunan atas tertutup adalah, sesuai dengan penjelasan dalamStandar Kapal Non
Konvensi BAB I Pendahuluan Bagian B seksi 3 definisi tabel 2 no 5
DITKAPEL – HUBLA EDISI I* – FEBRUARI 2012 Page 2
(8) Bukti obyektif adalah, sesuai dengan penjelasan dalamStandar Kapal Non Konvensi
BAB IX Manajemen Operasional Bagian B seksi 4.1.1.6
(9) Daftar ukur adalah, sesuai dengan penjelasan dalamStandar Kapal Non KonvensiBAB I
Pendahuluan Bagian B seksi 3 definisi tabel 2 no 9
(10) Dalam terbesar pada perhitungan Garis Muat adalah,sesuai dengan penjelasan dalam
Standar Kapal Non Konvensi BAB I Pendahuluan Bagian B seksi 3 definisi tabel 2 no
12
(11) Dalam terbesar pada perhitungan Surat Ukur adalah, sesuai dengan penjelasan dalam
Standar Kapal Non Konvensi BAB I Pendahuluan Bagian B seksi 3 definisi tabel 2 no
140
(12) Dinas Orbit Polar Satelit adalah dinas yang didasarkan pada orbit polar satelit yang
menerima dan merelay tanda bahaya dari Emergency Position Indicating Radio Beacon
(EPIRB) satelit dan yang memancarkan posisinya.
(13) Divisi klas “A” adalah divisi yang dibentuk oleh sekat dan geladak yang memenuhi
persyaratan berikut ini :
a. Harus terbuat dari baja atau bahan yang setara;
b. Harus diperkuat dengan baik
c. Dikonstruksi sedemikian sehingga mampu menahan aliran asap dan nyala hingga
akhir satu jam uji kebakaran standar
d. Dilapisi dengan bahan tak mudah terbakar sedemikian sehingga suhu rata-rata sisi
yang tidak terkena tidak akan naik lebih dari 139C di atas suhu awal, juga tidak
akan naik lebih dari 180C di atas suhu awal pada sembarang titik, termasuk
sambungannya, dalam waktu berikut ini :
i. Klas “A-60” 60 menit;
ii. Klas “A-30” 30 menit;
iii. Klas “A-15” 15 menit;
iv. Klas “A-0” 0 menit.
(14) Divisi klas “B” adalah divisi yang dibentuk oleh sekat dan geladak, langit-langit atau
pelapis yang memenuhi persyaratan berikut ini :
a. Terbuat dari bahan tak mudah terbakar dan dikonstruksi sedemikian sehingga
mampu menahan aliran asap dan nyala hingga akhir setengah jam uji kebakaran
standar.
b. Memiliki nilai insulasi sedemikian sehingga suhu rata-rata sisi yang tidak terkena
tidak akan naik lebih dari 139C di atas suhu awal, juga tidak akan naik lebih dari
225C di atas suhu awal pada sembarang titik, termasuk sambungannya, dalam
waktu berikut ini :
DITKAPEL – HUBLA EDISI I* – FEBRUARI 2012 Page 3
i. Klas “B-15” 15 menit;
ii. Klas “B-0” 0 menit;
(15) Divisi klas “C” adalah divisi yang dikonstruksikan dari bahan yang tidak mudah
terbakar, namun tidak perlu memenuhi persyaratan aliran asap atau nyala atau
pembatasan kenaikan suhu.
(16) Geladak lambung timbul adalah, sesuai dengan penjelasan dalam Standar Kapal Non
Konvensi BAB I Pendahuluan Bagian B seksi 3 Table 2.19
(17) Geladak terpenggal adalah geladak yang mempunyai panjang penggalan lebih dari satu
meter dan membentang selebar kapal.
(18) Informasi Keselamatan Maritim / Maritime Safety Information (MSI) adalah, sesuai
dengan penjelasan dalam Standar Kapal Non Konvensi BAB I Pendahuluan Bagian B
Seksi 3 Table 2.21
(19) International safety Management (ISM) Code adalah Kodifikasi Internasional tentang
Manajemen Keselamatan Pengoperasian Kapal dan pencegahan pencemaran
sebagaimana yang diatur dalam Bab IX Konvensi SOLAS 1974 yang telah
diamandemen.
(20) INMARSAT. sesuai dengan penjelasan dalam Standar Kapal Non Konvensi BAB III
Peralatan Bagian B Seksi 4.4.2.7
(21) Kapal ringan adalah kapal yang sesuai dengan penjelasan dalam Standar Kapal Non
Konvensi Bab II Seksi 26 klausul 26.6
(22) Kelaiklautan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan
kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat, pemuatan,
kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang, status hukum kapal, manajemen
keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan kapal
untuk berlayar di perairan tertentu.
(23) Keselamatan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material,
konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta
perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik kapal, yang
dibuktikan dengansertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian.
(24) Pelayar adalah semua orang yang ada di atas kapal dalam suatu pelayaran.
(25) Kapal adalah, Sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB I
Pendahuluan Seksi 3 table 2.26
DITKAPEL – HUBLA EDISI I* – FEBRUARI 2012 Page 4
(26) Kapal baruartinya kapal yang lunasnya diletakkan atau yang pada tahap pembangunan yang
sama pada atau setelah 1 Januari 2014
(27) Kapal lama artinya kapal yang bukan merupakan kapal baru
(28) Kapal Non Konvensi adalah kapal yang tidak dicakup oleh konvensi dan kode yang
diterbitkan oleh badan internasional yang berkaitan beserta amandemennya
(29) Kapal Konvensi adalah kapal selain dari kapal non konvensi
(30) Kapal Indonesia adalah kapal yang memiliki surat tanda kebangsaan kapal Indonesia
(31) Kapal penumpang adalah kapal yang dibangun dan dikonstruksikan serta mempunyai
fasilitas akomodasi untukmengangkut penumpang lebih dari 12 (duabelas) orang.
(32) Kapal penumpang ro-ro adalah kapal penumpang yang memuat muatan keruangan
muatan ruang kategori khusus dengan metode roll on roll off.
(33) Kapal barangadalah setiap kapal yang bukan merupakan kapal penumpang
(34) Kapal tangki adalah kapal barang yang dibangun dan diperuntukkan semata-mata untuk
mengangkut muatan cair secara curah.
(35) Kapal geladak rata adalah kapal barang yang tidak mempunyai bangunan atas di
geladak lambung timbul.
(36) Kapal penangkap ikan adalah kapal yang digunakan sebagai kapal penangkap ikan, atau
hewan yang hidup di laut.
(37) Kedap air adalah kondisi yang dalam keadaan laut bagaimanapun, air tidak dapat
masuk dan keluar dari kedua sisi.
(38) Kedap cuaca adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB I
Pendahuluan Bagian B table 2.64
(39) Ketidaksesuaian (Non Conformity) adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non
Konvensi BAB IX Manajemen Operasional Bagian B seksi 4.1.1.8
(40) Ketidaksesuaian Besar (Major Non Conformity) adalah sesuai dengan penjelasan
Standar Kapal Non Konvensi BAB IX Manajemen Operasional Bagian B seksi 4.1.1.9
(41) Kode pengukuran adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB
VII Pengukuran Kapal Bagian A seksi 2.1.10.
DITKAPEL – HUBLA EDISI I* – FEBRUARI 2012 Page 5
(42) Koefisien blok adalah perbandingan antara volume benamam pada kedala r-nan 85 % dari
tinggi kapal dengan hasil perkalian ukuran panjang, lebar dan s arat benaman pada kedalaman
85 dari tinggi kapal atau dalam bentuk rumus sebagai berikut :
Kb =
Kb = Koefesien blok
V = Volume benaman kapal pada kedalaman 85 % dari tinggi kapal terkeet
P = Panjang kapal diukur pada sarat benaman pada kedalaman 85 % dari
tinggi kapal terkecil
L = Lebar kapal diukur pada sarat benamam pada kedalaman 85 dari nggi
kapal terkecil
d = Sarat benaman pada kedalaman 85 % dart tinggi kapal terkecil
(43) Komunikasi antar anjungan kapal adalah komunikasi keselamatan antara kapal dengan
kapal lain dari posisi dimana kapal biasanya dinavigasikan.
(44) Komunikasi Radio Umum adalah lalulintas korespondensi operasional dan umum
selain berita bahaya, berita segera dan berita keselamatan melalui radio.
(45) Lambung timbul adalah jarak vertikal yang diukur pada tengah kapal dari sisi atas garis
geladak lambung timbul kearah bawah hingga sisi atas garis muat.
(46) Lebar kapal pada perhitungan Garis Muat dan Pengukuran adalah sesuai dengan
penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB I Pendahulauan Bagian B seksi 3 Table
3.75
(47) Mesin kemudi utama adalah permesinan, penggerak daun kemudi, satuan tenaga mesin
kemudi, jika ada, serta perlengkapan bantu dan sarana penempel torak ke stok kemudi
(misalnya tiller atau kwadran) yang diperlukan untuk menggerakan daun kemudi.
(48) Mesin kemudi bantu adalah perlengkapan selain dari mesin kemudi utama yang
diperlukan untuk mengemudikan kapal bila terjadi kegagalan pada mesin kemudi
utama.
(49) Observasi adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB I
Pendahulauan Bagian B seksi 3 Table 2.89
(50) Panjang kapal adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB I
Pendahulauan Bagian B seksi 3 Table 3.95.
(51) Papan hubung utama sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB V
Pemesinan dan Kelistrikan Bagian B seksi 8 .3.8
(52) Papan hubung darurat adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi
BAB V Pemesinan dan Kelistrikan Bagian B seksi 8 .3.4
V
PxLxd
DITKAPEL – HUBLA EDISI I* – FEBRUARI 2012 Page 6
(53) Peraturan Radio adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB I
Pendahuluan Bagian B seksi 3 Table 2.109.
(54) Panggilan pilih digital / Digital Selective Calling(DSC) adalah sesuai dengan
penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB I Pendahuluan Bagian B seksi 3 Table
2.93.
(55) Penumpang adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB I
Pendahuluan Bagian B seksi 3 Table 2.106.
(56) Pemilik adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB I
Pendahuluan Bagian B seksi 3 Table 2.99
(57) Penilik Keselamatan Kapal (Marine Inspector) adalah pejabat pemerintah pemeriksa
keselamatan kapal yang mempunyai kualifikasi dan keahlian di bidang keselamatan
yang diangkat dan diberi wewenang oleh Menteri.
(58) Permeabilitas ruang adalah persentase ruangan yang dapat digenangi air.
(59) Perusahaan adalahsesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB IX
Manajemen Operasional Bagian B seksi 4.1.1.2
(60) Ruang permesinan adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB
II Konstruksi dan Stabilitas seksi 2.20.1
(61) Ruang penumpang adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non KonvensiBAB
II Konstruksi dan Stabilitas Seksi 2.22
(62) Ruang akomodasi adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non KonvensiBAB
II Konstruksi dan Stabilitas Seksi 2.1.
(63) Ruang umum adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non KonvensiBAB II
Konstruksi dan Stabilitas Seksi 2.1
(64) Ruang layanan sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non KonvensiBAB
IPendahuluan Table 2.125.
(65) Ruang muatan adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB
IPendahuluan Table 2.127
(66) Ruang kategori khusus adalah ruang tertutup di atas atau di bawah geladak sekat yang
dimaksudkan untuk mengangkut kendaraan bermotor dengan bahan bakar di dalamnya.
(67) Sertifikat Keselamatan Kapalsesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi
BAB II Konstruksi dan Stabilitas Seksi 32.1.8
(68) Sertifikat Manajemen Keselamatan / Safety Management Certificate (SMC) adalah
sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB IX Manajemen
Operasinal Bagian B Seksi 4.1.1(5)
DITKAPEL – HUBLA EDISI I* – FEBRUARI 2012 Page 7
(69) Sistem kendali mesin kemudi adalah perlengkapan dengan mana perintah diteruskan
dari anjungan navigasi ke satuan tenaga mesin kemudi.
(70) Sistem Manajemen Keselamatan (SMK) adalah sesuai dengan penjelasan Standar
Kapal Non Konvensi BAB IX Manajemen Operasinal Bagian B Seksi 4.1.1(3)
(71) Stasiun kendali adalah ruang radio kapal atau perlengkapan navigasi utama atau sumber
darurat tenaga berada atau dimana perlengkapan kendali kebakaran ditempatkan.
(72) Sumber utama tenaga listrik adalah pembangkittenaga listrik guna memasok tenaga
listrik ke papan hubung utama yang didistribusikan ke seluruh layanan untuk
mempertahankan operasi normal kapal.
(73) Sumber darurat tenaga listrik adalah sumber tenaga listrik guna memasok papan
hubung darurat bila terjadi kegagalan pasokan dari sumber utama tenaga listrik.
(74) Surat ukur adalahsesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB VII
Pengukuran Kapal Bagian A Seksi 2.1.9
(75) Tanggal Ulang Tahun adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi
BAB IX Manajemen Operasinal B Seksi 6.1.1(11).
(76) Tengah kapal adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB I
Bagian B Table 2.145
(77) Tengah kapal pada pengukuran Surat Ukur adalah titik tengah dari panjang kapal
diukur dari sisi depan tinggi haluan.
(78) Tinggi bangunan atas adalah adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non
Konvensi BAB I Bagian B Table 2.146
(79) Tonase kapal adalah adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi
BAB I Bagian B Table 2.149
(80) Tugas jaga adalah adalah sesuai dengan penjelasan Standar Kapal Non Konvensi BAB
I Bagian B Table 2.22
(81) Unit tenaga mesin kemudi adalah :
a. Untuk mesin kemudi listrik, motor listrik dan perlengkapan pendukungnya;
b. Untuk mesin kemudi elektrohidrolik, motor listrik dan perlengkapan
pendukungnya serta pompanya;
c. Untuk mesin kemudi hidrolik lainnya, mesin penggerak dan pompanya.
DITKAPEL – HUBLA EDISI I* – FEBRUARI 2012 Page 8
(82) Uji kebakaran standar adalah pengujian terhadap spesimen sekat atau geladak dengan
cara dikenai pada tungku uji hingga suhu setara dengan kurva suhu-waktu standar yang
ditarik melalui titik-titik suhu berikut yang diukur di atas suhu tungku awal :
a. Pada akhir 5 menit pertama 556C;
b. Pada akhir 10 menit pertama 659C;
c. Pada akhir 15 menit pertama 718C;
d. Pada akhir 30 menit pertama 821C;
e. Pada akhir 60 menit pertama 925C.
(83) Zona vertikal utama adalah bagian-bagian dari lambung, bangunan atas, rumah geladak
ditentukan sebagai divisi klas “A” yang panjangnya pada sembarang geladak tidak
lebih dari 40m.
(84) Definisi yang tidak terdapat pada ayat-ayat diatas, merujuk pada Bab I Pendahuluan
Bagian B Seksi 3 Definisi dalam dokumen Standar Kapal Non Konvensi Berbendera
Indonesia beserta amandemennya
Pasal 2
Penerapan
(1) Kecuali secara tegas ditentukan lain dalam Peraturan ini, semua kapal penumpang
dan semua kapal barang dengan GT lebih besar dan sama dengan 500 berbendera
Indonesia yang melakukan pelayaran Internasional harus memenuhi ketentuan
Konvensi SOLAS 1974 beserta Protokol dan amandemen-amandemennya yang telah
diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia.
(2) Kapal-kapal penumpang yang diatur dalam aturan ini adalah kapal penumpang yang
hanya berlayar dalam daerah pelayaran kawasan Indonesia (near coastal voyage),
lokal, terbatas, pelabuhan dan perairan daratan yang hanya berada dalam wilayah
perairan Indonesia saja.
(3) Peraturan tentang Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia diterapkan pada kapal-
kapal yang tidak diatur dalam konvensi Internasional meliputi :
a. Seluruh kapal niaga yang tidak berlayar ke luar negeri;
b. Kapal-kapal barang berukuran GT dibawah 500 yang berlayar ke luar negeri;
c. Kapal-kapal yang tidak digerakan dengan tenaga mekanis (tongkang, pontoon dan
kapal layar);
d. Kapal-kapal kayu (KLM) dan kapal kayu dengan mesin penggerak;
e. Kapal-kapal penangkap ikan;
f. Kapal-kapal pesiar;
g. Kapal-kapal dengan rancang bangun baru dan tidak biasa (novel);
h. Kapal-kapal negara yang difungsikan untuk niaga; dan
i. Semua kapal yang ada, yang mengalami perubahan fungsi
DITKAPEL – HUBLA EDISI I* – FEBRUARI 2012 Page 9
(4) Peraturan ini berlaku bagi kapal laut dan kapal perairan daratan yang terdaftar di
Indonesia dan tidak diatur dalam peraturan konvensi-konvensi Internasional.
(5) Penerapan yang tidak diatur pada ayat-ayat diatas, merujuk pada Bab I Pendahuluan
Bagian A Seksi 2 Aplikasi Dokumen Standar Kapal Non Konvensi Berbendera
Indonesia beserta amandemennya.
Pasal 3
Daerah Pelayaran dan Daerah Operasi Kapal
(1) Daerah Operasi Kapal sesuai yang tercantum dalam dokumen Standar Kapal Non
Konvensi Berbendera Indonesia Bab I Pendahuluan Bagian C Seksi 4 serta
amandemennya.
(2) Daerah Pelayaran Kapal terdiri dari :
a. Daerah Pelayaran Semua Lautan yang meliputi semua laut di dunia;
b. Daerah Pelayaran Kawasan Indonesia (Near Coastal Voyage) yang meliputi
daerah yang dibatasi oleh garis-garis yang ditarik dari titik Lintang 1000’00’’
Utara di Pantai Barat Malaysia, sepanjang Pantai Malaysia, Singapura, Thailand,
Kamboja dan Vietnam Selatan di Tanjung Tiwan dan garis-garis yang ditarik
antara Tanjung Tiwan dengan Tanjung Baturampon di Philipina, sepanjang Pantai
Selatan Philipina sampai Tanjung San Augustin ke titik lintang 0000’00’’ dan
Bujur 14000’00’’ Timur, titik Lintang 0235’00’’ Selatan dan Bujur 14100’00’’
Timur, ditarik ke Selatan hingga ke titik 0910’00’’ Selatan dan bujur
14100’00’’ Timur, ke titik Lintang 1000’00’’ Selatan dan Bujur 14000’00’’
Timur, ke titik Lintang 1011’00’’ Selatan dan Bujur 12100’00’’ Timur, ke titik
Lintang 0930’00’’ Selatan dan Bujur 10500’00’’ Timur ke titik Lintang
0200’00’’ Utara dan Bujur 09400’00’’ Timur, ke titik Lintang 0630’00’’ Utara
dan Bujur 09400’00’’ sampai dengan titik Lintang 1000’00’’ Utara di Pantai
Barat Malaysia;
c. Daerah Pelayaran Lokal yang meliputi jarak dengan radius 500 mil laut dari suatu
pelabuhan tertunjuk. Jarak ini diukur antara titik-titik terdekat batas-batas perairan
pelabuhan sampai tempat labuh yang lazim. Jika pelabuhan tertunjuk dimaksud
terletak pada sungai atau perairan wajib pandu, maka jarak itu diukur dari atau
sampai pelampung terluar atau sampai muara sungai atau batas luar dari perairan
wajib pandu;
d. Daerah Pelayaran Terbatas yang meliputi jarak dengan radius 100 mil laut dari
suatu pelabuhan tertunjuk. Jarak ini diukur antara titik-titik terdekat batas-batas
perairan pelabuhan sampai tempat labuh yang lazim. Jika pelabuhan tertunjuk
dimaksud terletak pada sungai atau perairan wajib pandu, maka jarak itu diukur
dari atau sampai pelampung terluar atau sampai muara sungai atau batas luar dari
perairan wajib pandu;
e. Daerah Pelayaran Pelabuhan yang meliputi perairan di dalam daerah lingkungan
kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan; dan
DITKAPEL – HUBLA EDISI I* – FEBRUARI 2012 Page 10
f. Daerah Pelayaran Perairan Daratan adalah perairan sungai, danau, waduk dan
kanal atau terusan.
Pasal 4
Survei dan Pemeriksaan Kapal
(1) Survei dan pemeriksaan kapal berdasarkan waktu pelaksanaan terdiri dari:
a. Survei dan Pemeriksaan Pertama;
b. Survei dan Pemeriksaan Tahunan;
c. Survei dan Pemeriksaan Pembaharuan;
d. Survei dan Pemeriksaan Antara;
e. Survei dan Pemeriksaan Kerusakan dan Perbaikan; dan
f. Survei dan Pemeriksaan Diluar Jadwal.
(2) Survei kapal:
a. Survei terkait dengan kekuatan konstruksi lambung dan permesinan dapat
dilaksanakan oleh pemerintah, badan klasifikasi atau otoritas survei yang diakui
oleh pemerintah.
b. Hasil survei kapal dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penerbitan
sertifikat keselamatan kapal.
c. Hasil survei sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) b dan salinan sertifikat
konstruksi lambung dan permesinan yang masih berlaku dilampirkan pada
permohonan sertifikat keselamatan kapal.
d. Hasil survei kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) a, b, c dilaporkan kepada
pemerintah dengan format standar sesuai ketentuan yang berlaku secara berkala
dengan jangka waktu setiap 6 (enam) bulan.
(3) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilaksanakan sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Pertama dilaksanakan sebelum kapal dioperasikan, meliputi
pemeriksaan lengkap atas bangunan, permesinan dan perlengkapannya, termasuk
sisi luar kulit dasar kapal. Pemeriksaan harus sedemikian untuk memperoleh
kepastian bahwa tata susunan, bahan dan kekuatan bangunan, bejana tekan serta
kelengkapannya, permesinan induk dan permesinan bantu, baling-baling dan
poros baling-baling, instalasi radio dan elektronika kapal, termasuk yang
digunakan untuk sarana penyelamatan diri, perlengkapan pemadam kebakaran,
peralatan navigasi, publikasi nautika, tangga pandu, dan peralatan lainnya
memenuhi persyaratan peraturan ini. Pemeriksaan harus dilaksanakan sedemikian
rupa hingga dapat diperoleh kepastian bahwa konstruksi kapal dan
perlengkapannya memenuhi persyaratan, dan kapal harus dilengkapi dengan
lampu-lampu, sosok benda, sarana yang menghasilkan isyarat bunyi dan isyarat
bahaya untuk pencegahan tubrukan di laut.
b. Pemeriksaan Tahunan dilaksanakan setiap dua belas bulan, meliputi pemeriksaan
bangunan, permesinan dan perlengkapannya, termasuk sisi luar kulit dasar kapal
(khusus untuk kapal penumpang). Pemeriksaan harus sedemikian untuk
DITKAPEL – HUBLA EDISI I* – FEBRUARI 2012 Page 11
memperoleh kepastian bahwa bangunan kapal, serta perlengkapannya, permesinan
induk dan permesinan bantu, instalasi listrik, instalasi radio dan elektronika kapal,
perlengkapan penyelamat, perlindungan terhadap kebakaran, detektor kebakaran
dan perlengkapan pemadam kebakaran, peralatan navigasi, tangga pandu dan
peralatan lain dalam keadaan baik dan memuaskan. Lampu-lampu, sosok benda
dan sarana yang menghasilkan isyarat bunyi dan isyarat bahaya harus juga
diperiksa untuk diperoleh kepastian bahwa lampu-lampu dan sosok benda
memenuhi persyaratan peraturan ini.
c. Pemeriksaan Pembaharuan atau Pemeriksaan Besar dilaksanakan pada setiap
periode tertentu tidak melebihi 5 (lima) tahun, meliputi pemeriksaan untuk
memperoleh kepastian bahwa sisi luar kulit dasar kapal, tata susunan, kekuatan
bangunan, bejana tekan serta kelengkapannya, tenaga penggerak utama, baling-
baling dan poros baling-baling, perangkat mesin kemudi, permesinan-permesinan
bantu dalam kondisi memuaskan dan memenuhi persyaratan peraturan ini.
d. Pemeriksaan Antara dilaksanakan setiap antara Pemeriksaan Berkala ke dua dan
Pemeriksaan Berkala ke tiga, yang meliputi pemeriksaan bangunan, permesinan
dan perlengkapannya, termasuk sisi luar kulit dasar kapal. Pemeriksaan harus
sedemikian untuk memperoleh kepastian bahwa bangunan kapal serta
perlengkapannya, permesinan induk dan permesinan bantu, instalasi listrik,
instalasi radio dan elektronika kapal, perlengkapan penyelamat, perlindungan
terhadap kebakaran, detektor kebakaran dan perlengkapan pemadam kebakaran,
peralatan navigasi, tangga pandu dan peralatan lain dalam keadaan baik dan
memuaskan. Lampu-lampu, sosok benda dan sarana yang menghasilkan isyarat
bunyi dan isyarat bahaya harus juga diperiksa untuk diperoleh kepastian bahwa
lampu-lampu dan sosok benda memenuhi persyaratan peraturan ini. Khusus untuk
kapal tangki minyak harus juga diperiksa kamar pompa, sistem pipa muatan dan
pipa ventilasi.
e. Pemeriksaan kerusakan dan perbaikan dilaksanakan pada setiap kali terjadi
kecelakaan atau ditemukan adanya suatu kerusakan yang mempengaruhi
keselamatan kapal atau fungsi dan kelengkapan pesawat penyelamat serta
perlengkapannya. Pemeriksaan itu harus sedemikian untuk memperoleh kepastian
bahwa bahan dan penyelesaian perbaikan-perbaikan dalam keadaan memuaskan
dan memenuhi persyaratan peraturan ini.
f. Pemeriksaan diluar jadwal dilaksanakan selain dari pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) huruf (a), (b), (c), dan (d) apabila diperlukan yang
berkaitan dengan persyaratan keselamatan kapal.
(4) Untuk pemenuhan keselamatan kapal, pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) dilakukan oleh Penilik Keselamatan Kapal (Marine Inspector) dan dibuktikan
dengan adanya hasil laporan pemeriksaan dengan format standar sesuai ketentuan yang
berlaku.
DITKAPEL – HUBLA EDISI I* – FEBRUARI 2012 Page 12
Pasal 5
Pengujian
(1) Setiap bahan konstruksi bangunan, permesinan dan listrik, stabilitas, perangkat
komunikasi radio dan elektronika, perlengkapan penolong, perangkat detektor dan
pemadam kebakaran, peralatan navigasi dan meteorologi serta peralatan pencegahan
pencemaran dari kapal harus lulus uji coba sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(2) Pengujian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terkait keselamatan dilakukan oleh
Penilik Keselamatan Kapal (Marine Inspector) dengan memperhatikan standar mutu
pabrik pembuat.
(3) Bahan, peralatan dan perlengkapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dianggap
telah lulus uji mutu yang dibuktikan dengan sertifikat pabrik pembuat.
Pasal 6
Sertifikasi Keselamatan
(1) Sertifikat Keselamatan Kapal diterbitkan setelah hasil pemeriksaan dan pengujian
terhadap kapal memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan Peraturan ini.
(2) Kekurangan dan ketidaklengkapan yang ditemukan pada saat pemeriksaan dalam
rangka sertifikasi Keselamatan Kapal harus dapat dipenuhi sebelum penerbitan
sertifikat tersebut.
(3) Kekurangan dan ketidaklengkapan yang merupakan catatan rekomendasi hasil
pemeriksaan dan pengujian oleh Penilik Keselamatan Kapal wajib ditindak lanjuti dan
diketahui pada pemeriksaan selanjutnya sebagai kekurangan yang harus dipenuhi dan
harus terdokumentasi di atas kapal.
(4) Pemberian tenggang waktu untuk pemenuhan kekurangan dan ketidaklengkapan
persyaratan setelah penerbitan sertifikat hanya dapat dilakukan dengan kondisi-kondisi
seperti:
a. Kapal baru dibangun dan belum beroperasi;
b. Kekurangan dan ketidaklengkapan persyaratan tersebut bukan merupakan hal-
hal yang mendasar yang mengancam keselamatan jiwa;
c. Daerah/tempat yang tidak memungkinkan untuk dilakukannya pemenuhan
kekurangan dan ketidaklengkapan persyaratan tersebut.
(5) Sertifikat Keselamatan Kapal diterbitkan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
yang memuat keterangan penting tentang identitas kapal dan bentuk sertifikat sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
DITKAPEL – HUBLA EDISI I* – FEBRUARI 2012 Page 13
(6) Sertifikat Keselamatan Kapal yang diterbitkan berdasarkan peraturan ini harus
disimpan di tempat yang aman di atas kapal untuk diperlihatkan bilamana diperlukan,
kepada petugas syahbandar.
(7) Sertifikat sementara hanya diberikan pada kapal-kapal yang belum memiliki sertifikat
sertifikat/dokumen penunjang lainnya, dengan masa berlaku maksimal 3 (tiga) bulan
dan hanya dapat diperpanjang paling lama 1 x 3 bulan.
Pasal 7
Penyetaraan dan Pembebasan
(1) Dalam keadaan tertentu Menteri dapat memberikan penyetaraan dan pembebasan
sebagian persyaratan yang ditetapkan dengan tetap memperhatikan keselamatan kapal.
(2) Dalam keadaan luar biasa dan atas permohonan perusahaan, Direktur Jenderal
Perhubungan Laut dapat memberikan pengecualian dari beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi setelah mempertimbangkan hasil pemeriksaan dan pengujian oleh Penilik
Keselamatan Kapal (Marine Inspector).
(3) Penyertaraan dan Pembebasan yang tidak diatur dalam ayat – ayat diatas, merujuk pada
Bab I Pendahuluan bagian D Seksi 6 Pengecualian dan Kesetaraan dokumen Standar
Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia.